proposal rio 2

Upload: tyar88

Post on 06-Jul-2015

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerang (Bivalvia / Pelecypoda) adalah salah satu jenis makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung kadar protein dan kandungan gizi (nutrisi) yang tinggi selain itu dapat pula digunakan sebagai bahan perhiasan yang mempunyai nilai ekonomis penting bernilai komersial (http://WWW.Pedoman rakyat.co.id;

Suwigno.S dkk, 2005). Sungai Pohara merupakan salah satu sungai di kabupaten

Konawe yang digunakan untuk berbagai peruntukan, diantaranya adalah untuk pencarian/pengambilan Bivalvia, dan penambangan pasir. Masyarakat yang bermukim di daerah sekitar sungai Pohara menggunakan sungai tersebut sebagai sumber mata pencaharian dan salah satunya adalah menangkap kerang di sungai lalu menjualnya kepada masyarakat. Bivalvia yang hidup di perairan ini berasal dari Famili Corbicula dengan jenis Batissa violacea celebensis. Martens. Masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan Pokea.

Berdasarkan informasi LIPI-Cibinong dalam Bahtiar (2005) bahwa Pokea ini merupakan hewan yang endemik di Sulawesi Tenggara sedangkan sungai-sungai di Indonesia belum ada informasi

ditemukannya organisme ini.

1

Selain sebagai sumber mata pencaharian, sungai Pohara juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah manusia dan juga limbah rumah tangga. Limbah yang masuk ke sungai akan menyebabkan terjadinya pencemaran dan mempengaruhi spesies hewan air tawar khususnya Bivalvia yang mempunyai habitat di

sungai tersebut, karena kemungkinan besar limbah yang ada di sungai itu mengandung mikroorganisme yang bersifat patogen, dimana Salmonella adalah salah satu bakteri yang bersifat patogen bagi manusia (Bahtiar, 2005). Adapun keberadaan mikroba

khususnya Salmonella dalam makanan dan minuman berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal POM Nomor : 03726/B/SK/VII/89 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam makanan

menyatakan bahwa makanan (bahan baku maupun hasil olahannya) tidak boleh mengandung Salmonella. Bivalvia merupakan sumber infeksi apabila hidup pada air

yang terkontaminasi oleh bakteri Salmonella (Jawetz, Melnick, Adelbergs, 2001), terinfeksinya manusia oleh bakteri Salmonella hampir selalu disebabkan karena mengkonsumsi makanan dan minuman tercemar. Salmonella ini apabila tertelan dan masuk kedalam tubuh akan menimbulkan gejala Salmonellosis. berbagai penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh Salmonella adalah

gastroenteritis, infeksi sistemik, Bakteremia, dan demam enterik (Jawetz, Melnick, Adelbergs, 2005).

3

Salmonellosis, terutama demam enterik masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, sebanyak 12,5 juta orang penduduk dunia terserang demam enterik setiap tahunnya. Di Indonesia angka kejadian demam enterik mencapai 3 - 5 kasus per 1.000 penduduk setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 10%

(WWW.Media Indonesia.Com 2004). Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan

mekanisme transmisi kuman Salmonella, makanan yang biasanya tercemar meliputi kue-kue yang mengandung saus susu, daging cincang, sosis unggas, daging panggang, telur, dan kerang-kerangan. Salmonella dapat tersebar diantara sesama manusia lewat tangan orang yang terkena Salmonella dan juga bisa dari unggas peliharaan kepada manusia (Irianto, K 2006). Untuk mencegah terpaparnya seseorang dengan Salmonella maka perlu dilakukan pencegahan yang terbaik diantaranya memasak makanan dengan baik, memperhatikan faktor kebersihan pribadi dan lingkungan, pembuangan sampah dan khlorinasi air minum. Mencermati latar belakang di atas, penulis berkeinginan untuk meneliti keberadaan Salmonella sp. pada kerang Pokea di Desa Pohara, Kabupaten Konawe. 1.2 Rumusan Masalah Apakah terdapat Salmonella sp. pada kerang Pokea (Batissa3

violacea celebensis, Martens) di Desa Pohara Kabupaten Konawe? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui keberadaan Salmonella sp. pada kerang Pokea (Batissa violacea celebensis. Martens). 1.3.2 Tujuan Khusus Untuk menentukan keberadaan Salmonella sp. pada kerang Pokea (Batissa violacea celebensis. Martens) di Desa Pohara Kabupaten Konawe. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Peneliti Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai pencemaran lingkungan dan bakteri Salmonella sp. 1.4.2 Institusi Menambah referensi bagi akademik dan sebagai bahan acuan untuk peneliti selanjutnya 1.4.3 Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat setempat dan para konsumen mengenai kualitas kerang Pokea di Desa Pohara

5

Kabupaten Konawe.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Umum Salmonella 2.1.1 Pengertian Salmonella merupakan bakteri patogen bagi manusia yang menyebabkan Gastroenteritis, demam enterik, bakteremia dan carrier yang asimptomatik. Terinfeksinya manusia oleh Salmonella hampir selalu disebabkan mengkonsumsi makanan dan minuman tercemar yang masuk melalui mulut dan kemudian menyerang saluran gastrointestinal yang mencakup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon. 2.1.2 Klasifikasi Salmonella diklasifikasikan dalam 3 spesies yang

5

merupakan genus dari Enterobaktericeae yaitu : 1. Salmonella choleraesuis, 2. Salmonella typhy, 3. Salmonella enteritidis (Jawetz, Melnick, & Adelbergs, 2005). 2.1.3 Morfologi dan Sifat-sifat Salmonella Kuman berbentuk batang, tidak berspora pada

pewarnaan gram bersifat Gram negatif, dengan diameter 0,50,8 mikron dan panjang 1-3,5 mikron, besar koloni rata-rata 2 - 4 mm, mempunyai flagel peritrikh. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15 - 41C (suhu pertumbuhan optimum 37,5C) dan pH pertumbuhan 6 - 8. kuman Salmonella dikenal dengan sifat-sifat ; gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, urease, Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sucrose, lactose, Pada media cair membentuk kekeruhan yang merata (Sujudi, 1993). 2.1.4 Struktur Antigen 2.1.4.1 Antigen O Disebut juga Antigen Somatik, Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100C, tahan alkohol dan asam, bersifat endotoksin dan mempunyai efek menimbulkan

7

toksis, Antibody yang dibentuk terutama IgM. 2.1.4.2 Antigen H Disebut juga Antigen flagel, Antigen ini rusak pada pemanasan di atas 60C, tidak tahan dengan alkohol dan asam, Antibody yang dibentuk bersifat IgG. 2.1.4.3 Antigen Vi Disebut juga Antigen kapsul, Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat asam, Terdapat pada bagian yang paling luar dari badan kuman. Dapat dirusak dengan pemanasan 60C selama 1 jam, Tidak tahan fenol dan asam dan cenderung lebih virulen baik terhadap binatang maupun manusia (Sujudi, 1993). 2.1.5 Resistensi Salmonella mati pada suhu 56C juga pada keadaan kering. Dalam air bisa tahan selama 4 minggu, Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap zat warna hijau brillian dan senyawa Natrium tetrationat dan Natrium deoksikholat. 2.1.6 Patogenitas Salmonella typhy, Salmonella choleraesuis dan

7

Salmonella merupakan

paratyphy penyebab

A

dan

Salmonella utama

paratyphy

B

infeksi

pada

manusia,

Kebanyakan Salmonella merupakan patogen pada binatang yang merupakan reservoir infeksi pada manusia. Salmonellosis adalah istilah yang menunjukkan adanya infeksi oleh kuman Salmonella, Organisme masuk melalui oral biasanya dengan mengkontaminasi makanan atau minuman, Manifestasi klinik Salmonellosis pada manusia dapat dibagi dalam 4 sindrom yakni : Gastroenteritis, Demam Enterik, Bakteremia, Carrier (Sujudi, 1993). 2.1.6.1 Gastroenteritis Walaupun disebut sebagai sindroma keracunan makanan, Penyakit ini sebenarnya suatu infeksi usus, penyebab gastroenteritis yang paling sering adalah Salmonella enteritidis. Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 12 - 48 jam atau lebih, Gejala yang timbul pertama kali adalah mual dan muntah yang mereda dalam beberapa jam, kemudian diikuti dengan nyeri abdomen, demam,. Diare merupakan gejala yang paling menonjol, pada kasus yang berat dapat berupa diare yang bercampur darah. Penderita sering kali sembuh dengan sendirinya dalam waktu 1 5

9

hari, tetapi kadang-kadang dapat menjadi berat dimana terjadi gangguan keseimbangan elektrolit dan dehidrasi. 2.1.6.2 Demam Enterik Adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhi, Penyakit ini dapat pula disebabkan oleh Salmonella enteritidis bioserotip

paratyphy A dan S. Sebanyak 50% orang dewasa menjadi sakit bila menelan 107 kuman. Salmonella yang termakan mencapai usus halus dan masuk ke saluran getah bening lalu ke aliran darah. Kemudian bakteri dibawa oleh darah menuju berbagai organ, termasuk usus, Organisme ini berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresi dalam tinja. Setelah masa inkubasi 10 -14 hari, timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia, demam sangat tinggi, dan limpa serta hati membesar. 2.1.6.3 Bakteremia Biasanya ini disebabkan oleh Salmonella

choleraesuis, Gejala yang menonjol adalah panas dan bakteremia intermiten, Setelah infeksi melalui mulut,9

terjadi invasi dini terhadap darah ( dengan kemungkinan lesi fokal di paru-paru, tulang, dan selaput otak ), tetapi sering tidak ada manifestasi usus. 2.1.6.4 Carrier Penderita yang telah sembuh tetapi Salmonella masih ada dalam kandung empedu yang setiap saat dikeluarkan melalui tinja, sehingga merupakan sumber penularan. 2.1.7 Epidemiologi Salmonellosis, terutama demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Angka kesakitan demam tifoid di Indonesia mencapai 3 5 kasus per 1.000 penduduk setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 10%

(WWW.Media Indonesia.com 2004) Makanan merupakan dan minuman transmisi yang kuman terkontaminasi Salmonella.

mekanisme

Khususnya Salmonella typhy, carrier manusia adalah sumber infeksi, Salmonella typhy bisa berada dalam air, es, debu, sampah kering, Bila organisme ini masuk kedalam lingkungan yang cocok (daging, kerang) akan berkembang biak mencapai dosis infektif.

11

Kotoran penderita baik pada masa aktif maupun konvalensi dapat menjadi sumber penularan. Pencemaran silang dapat terjadi kalau Salmonella mencemari makanan siap santap, Salmonella bisa tersebar diantara sesama manusia lewat tangan orang yang terkena Salmonella, juga bisa dari hewan ke manusia. Tiga persen penderita tifoid yang tetap hidup menjadi pembawa kuman yang tetap, menyimpan kuman dalam kandung empedu, saluran empedu, dalam usus atau saluran kemih. 2.1.8 Identifikasi Salmonella Diagnosis yang pasti bagi penyakit ini bergantung pada terisolasinya bakteri dari tinja. penggunaan media yang selektif atau diffrensial merupakan prosedur rutin. Identifikasi

mikrobanya

kemudian

dilakukan

dengan

metode-metode

biokimia dan serology (Gani, A., 2003). 2.1.8.1 Media pemupuk Sampel ditanam pada media selenite broth atau tetrathionate broth, dimana keduanya menghambat pertumbuhan mempercepat diinkubasi 24 bakteri saluran usus normal tetapi

pertumbuhan jam11

Salmonella, ditanam

Sesudah media

bakteri

pada

differensial dan media selektif. 2.1.8.2 Media differensial Media diffrensial adalah media yang dipakai untuk identifikasi bakteri menurut sifat-sifat biokimia bakteri yang bersangkutan. Media yang dipakai dalam pembenihan bakteri adalah Mac Concey, media ini mengandung laktosa dan merah netral sebagai

indikator, sehingga bakteri yang meragikan laktosa tumbuh dengan koloni berwarna merah dan dapat dibedakan dengan bakteri yang tidak meragikan laktosa karena tumbuh sebagai koloni yang tidak berwarna. Salmonella akan tumbuh dengan koloni yang tidak berwarna, cembung, tepi rata, permukaan rata dengan diameter < 2 mm, waktu inkubasi 24 jam. 2.1.8.3 Media Selektif Media selektif adalah media yang ditumbuhi bakteri tertentu karena mengandung penghambat pertumbuhan lain. Media selektif untuk isolasi

Salmonella adalah Salmonella Shigella Agar, yang hanya menumbuhkan Salmonella dan Shigella. Media ini mengandung garam empedu dan Brilliant green sebagai bahan penghambat bakteri gram positif dan

13

menekan pertumbuhan basil patogen non enterik. Koloni spesies berbentuk koloni cembung, tepi rata dengan diameter < 2 mm, tidak berwarna, waktu inkubasi 24 jam. 2.1.8.4 Identifikasi Akhir Koloni dari perbenihan padat diidentifikasi dengan tes biokimia. Media yang digunakan untuk reaksi biokimia adalah (Gani, A., 2003) : 2.1.8.4.1 Fermentasi Karbohidrat (Glukosa, Lactose, Sucrose, Maltose) Sejumlah memfermentasikan kuman gula-gula dapat (jenis

karbohidrat) dengan atau tanpa pembentukan gas, dan ada yang tidak meragikan glukosa sama sekali. Jika terjadi fermentasi maka media akan terlihat berwarna kuning karena perubahan pH menjadi asam dan gas.

2.1.8.4.2 Tes KIA ( Kligers Iron Agar ) Digunakan untuk mengetahui

pertumbuhan jenis kuman tertentu, dengan

13

melihat kemampuan bakteri memfermentasi glucose, Lactose serta terbentuknya gas dan H2S. Salmonella pada medium ini akan membentuk reaksi alkali (merah) pada

permukaan agar, reaksi asam (kuning) pada dasar dan mungkin terbentuk gas pada bagian bawah tabung, serta mungkin

terbentuk H2S yang ditandai timbulnya warna hitam. Reaksi alkali bahwa dan pada permukaan tidak reaksi

menunjukkan difermentasikan

lactose Salmonella,

asam pada dasar tabung menunjukkkan terjadinya fermentasi glucose (Gani, A., 2003). 2.1.8.4.3 Triple Sugar Iron Agar (TSIA) Media karbohidrat ini yaitu mengandung : Glukosa, 3 jenis

Laktosa,

Sukrosa dan Ferrisulfat untuk mendeteksi H2S, protein dan bersifat indikator alkali fenol acid, red. alkali

Salmonella

terbentuk karena adanya proses oksidasi dekarboksilasi protein membentuk amina

15

yang bersifat alkali, dengan adanya fenol red. Maka terbentuk warna merah. Adanya warna kuning disebabkan karena Salmonella mamfermentasi glukosa yang bersifat asam. 2.1.8.4.4 Sulfur Indol Motility (SIM) Media ini merupakan perbenihan semi solid yang digunakan untuk mengetahui Motility (gerakan), reagens H2S. Indol kovac dengan dan tidak

penambahan pembentukan

Salmonella

membentuk Indol dan Motility positif. 2.1.8.4.5 Citrat Pada menghasilkan media ini bakteri karbonat akan yang

Natrium

bersifat alkali yang berwarna biru dengan adanya indikator Brom thymol blue, Media ini digunakan sebagai sumber karbon bagi bakteri. Namun citrate Salmonella sehingga tidak pada

memanfaatkan

penanaman media ini hasilnya negatif.

15

2.1.8.4.6 Urea Pada media ini bakteri yang dapat menghidrolisis amoniak urea dan dengan menghasilkan terbentuknya

ditandai

warna merah karena adanya indikator Fenol red. Salmonella pada media ini memberikan hasil negatif. 2.1.8.4.7 Methyl Red Media ini digunakan untuk mengetahui bakteri yang mampu memproduksi asam kuat sebagai hasil fermentasi glukosa dalam media ini, yang dapat ditunjukkan dengan penambahan larutan methyl red. Salmonella pada penambahan methyl red membentuk warna merah. 2.1.8.4.8 Vogas Proskauer Bakteri tertentu dapat menghasilkan acetyl glukosa methyl yang carbinol dapat dari fermentasi dengan

diketahui

penambahan larutan (KOH) 40%. dan Naftol Pada media ini Salomonella

17

memberikan hasil negatif.

2.1.9 Pencegahan Pada taraf masyarakat luas, tindakan sanitasi harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi makanan dan air oleh hewan pengerat atau hewan lain yang mengeluarkan

Salmonella. Unggas, daging, dan telur yang terinfeksi harus dimasak dengan sempurna. pembawa bakteri tidak boleh membuat atau menyediakan makanan, penyimpanan makanan pada suhu lemari es yang sesuai, kebersihan pribadi yang baik serta hidup dengan cara-cara yang memenuhi syarat

kesehatan (Irianto, K., 2007). 2.2 Tinjauan Umum Mollusca Mollusca adalah salah satu hewan yang hidup di air tawar, dasar laut, danau, kolam atau sungai. Hewan-hewan ini dibagi menjadi dua kelompok utama yakni yang bercangkang dan yang tidak

bercangkang. Jenis Mollusca yang umum dikenal ialah siput, kerang, dan cumi-cumi, gurita, tiram. Mollusca mempunyai bentuk tubuh yang sangat beraneka ragam, dari bentuk silindris seperti cacing dan tidak mempunyai kaki maupun cangkang, sampai bentuk hampir bulat tanpa kepala dan tertutup dua keping cangkang besar. Oleh sebab itu berdasarkan bentuk tubuh, dan jumlah cangkang, serta beberapa sifat17

lainnya

filum

Mollusca

dibagi

8

kelas

:

Neomeniomorpha, Pelecypoda,

Monoplacophora,

Polyplacophora,

Gastropoda,

Scaphopoda, dan Cephalopoda (Suwignyo, S., 2005). 2.3 Tinjauan Umum Kerang Pokea ( Batissa violacea celebensis, Martens ) Kerang (Bivalvia) adalah salah satu kelas dari Mollusca yang hidup di air tawar, karena mempunyai cangkang yang disebut tangkup (valve) dan dua buah jumlahnya maka kelas ini dinamakan Bivalvia. Kerang (Batissa violacea celebensis Martens) di klasifikasikan ke dalam : Phylum Class Family Spesies : Mollusca : Lamellibranchia : Corbiculidae : Batissa violacea celebensis Merupakan Bivalvia

Batissa violacea celebensis. Martens

yang hidup di perairan sungai Pohara dan berasal dari Famili Corbiculidae oleh masyarakat setempat mengenalnya dengan sebutan Pokea. Batissa violacea adalah Mollusca air tawar yang secara geografik daerah penyebarannya di Indonesia belum

19

diketahui secara pasti karena belum adanya informasi tentang organisme ini, Namun berdasarkan informasi yang dihimpun LIPI (2005) bahwa organisme ini merupakan endemik Sulawesi terkhusus Sulawesi Tenggara. Penyebaran organisme ini hanya terdapat di sungai Pohara yang masih termasuk dalam jazirah Sulawesi (Bahtiar, 2005). 2.3.1 Daur hidup Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis, Martens) Kerang Batissa violacea umumnya merupakan hewan yang ditemukan pada kondisi hermaprodit dan larvanya diinkubasi dalam cangkang, Aktivitas reproduksi kerang, meliputi gametogenesis yang diikuti dari pelepasan gamet sampai pembuahan. sel telur yang telah dibuahi akan berkembang menjadi larva yang dierami dalam marsupial induk, Selama masa pengeraman berlangsung penyaluran senyawa kalsium dari induk kepada larva kerang, yang digunakan untuk membentuk cangkang larva (Bahtiar, 2005). Stadium perkembangan larva yang terjadi pada Corbicula yaitu : Stadium 1 Larva awal, Tampak berupa massa sel yang berbentuk spheroid sampai elips dan masih terbungkus di dalam membrane vitelin.

19

Stadium 2

Larva

sedang

berkembang tampak ada otot

aduktor berupa pita melintang di bagian tengah larva. Pada larva yang lebih berkembang tampak invaginasi dari mental larva. Stadium 3 Larva matang tampak ada invaginasi dan

cangkang larva, Larva matang sudah bebas dari membrane vitelin, memiliki gigi dan tampak ada benang bysus, larva yang telah matang akan dilepaskan oleh induk kemudian larva tersebut terbawa arus dan selanjutnya menjadi kerang muda yang telah lengkap strukturnya dan telah dapat membuka dan menutup cangkang serta memanjangkan kakinya dan kemudian

melepaskan diri dari inang dan hidup di dasar perairan sampai sampai menjadi hewan dewasa (Bahtiar, 2005). 2.3.2 Struktur Tubuh Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis, Martens) Tubuh Bivalvia pipih secara lateral dan seluruh tubuh tertutup dua keping cangkang yang berhubungan dibagian dorsal dengan adanya hinge ligament, Periostrakum

merupakan lapisan cangkang bivalvia paling luar, dan menutupi

21

lapisan kapur. Lapisan kapur tersebut terdiri dari aragonit atau campuran aragonite dan calcite. Mantel pada Bivalvia berbentuk jaringan yang tipis dan lebar, menutupi seluruh tubuh dan terletak di bawah cangkang. Pada tepi mantel terdapat tiga lipatan dalam, tengah, dan luar. Lipatan dalam adalah yang paling tebal, dan berisi otot radial dan otot melingkar, lapisan tengah mengandung alat indra, lapisan luar sebagai penghasil cangkang. Rongga mantel luas dan insang biasanya besar sekali karena selain berfungsi sebagai alat pernafasan, juga sebagai pengumpul makanan. Kaki Bivalvia berbentuk pipih secara lateral dan

mengarah ke anterior. Gerak kaki menjulur diatur oleh kombinasi tekanan darah dan otot protraktor anterior, dan gerak menarik kaki ke dalam cangkang oleh sepasang otot retraktor anterior dan posterior untuk merayap dalam substrat lumpur pasir (Suwignyo, S., 2005). 2.3.3 Sistim Pencernaan dan pernapasan Kerang Pokea ( Batissa violacea celebensis, Martens ) Saluran pencernaan pada Bivalvia terdiri atas mulut, esophagus yang pendek, lambung yang dikelilingi kelenjar pencernaan, terbungkus usus, lendir rectum, dari dan anus. makanan lambung yang melalui

mulut

masuk

21

esophagus, lambung berfungsi memisahkan makanan dari gulungan lender, partikel makanan yang halus mula-mula dicerna dengan amylase untuk dilanjutkan dengan pencernaan intracellular. Makanan yang tidak dapat dicerna disalurkan oleh minor typhosole ke usus, usus dan rectum berfungsi

menjadikan sisa pencernaan (feces) ke dalam bentuk pellet, pellet dibuang keluar melalui sifon ekshalant (Suwigno, 2005). Batissa violacea celebensis bernafas dengan sepasang insang dan mantel, yang berfungsi sebagai penyaring aktif yang mengambil oksigen dan bahan organik dari air dan menolak apa saja yang dapat menyumbat alat penyaring itu, Insang melekat pada organ-organ dalam di bagian depan, dan bagian ujungnya bebas di dalam rongga mantel, insang terdiri dari satu sumbu longitudinal yang di gunakan sebagai tempat

tergantungnya dua lembaran yang terdiri dari benang-benang berbulu getar (Romitrohtarjo, K., 2007). 2.3.4 Kandungan Gizi dan Peran Kerang Pokea (Batissa violacea celebensis, Martens) Bagi manusia dan Lingkungan Kerang Pokea merupakan salah satu jenis kerangkerangan yang mempunyai nilai ekonomi penting. di samping rasanya lezat , kerang Pokea ini juga mengandung kadar protein yang tinggi, yakni 21,9 %.

23

Tabel 2.1 Kandungan gizi dalam setiap 100 gram Pokea ( Rukmana, 1991) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jenis kandungan gizi Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin. A Vitamin B1 Air Jumlah 59,00 kal 8,00 gram 1,10 gram 3,60 gram 133,00 mg 170,00 mg 1,10 mg 300,00 S.I 0,01 mg 85,00 mg

Selain itu daging kerang Pokea juga mengandung suatu zat yang membantu memperlancar kerja hati dalam tubuh manusia, Ekstrak daging kerang Pokea efektif sebagai antirematik dan penyakit radang sendi. Selain sebagai bahan makanan bergizi hewan ini dimanfaatkan sebagai hiasan dinding, dan perhiasan wanita (Rukmana, R., 1991). 2.4 Alur Pikir Limbah manusia dan limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai Pohara kemungkinan besar akan menyebabkan terjadinya pencemaran dan mempengaruhi spesies hewan air laut, karena limbah yang ada di sungai itu mengandung mikroorganisme yang bersifat patogen dimana salmonella adalah salah satu bakteri yang bersifat patogen bagi manusia. Salmonella yang hidup di sungai akan

23

Salmonella sp Limbah Manusia Limbah Rumah Tangga

masuk ke dalam kerang Pokea dan kemudian kerang Pokea yang mengandung Salmonella akan di konsumsi oleh manusia. Salmonella ini apabila tertelan dan masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia misalnya gastroenteritis atau sindroma keracunan makanan dengan gejala mual, muntah, dan diare. Salmonella dapat juga menyebabkan demam enterik dengan menifestasi klinik demam, sakit kepala, limpa serta hati membesar, selain itu dapat juga menyebabkan bakteremia yang di tandai dengan lesi fokal di paru-paru, tulang, dan selaput otak.

2.5 Kerangka Konseptual

Sungai Pohara Kerang Pokea Gangguan Kesehatan pada Manusia

25

Gambar 2.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB 3

25

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian penelitian yang dilakukan merupakan observasi yang bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau mendapatkan keterangan tentang keberadaan dari Salmonella sp. pada kerang Pokea yang berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi tenggara. 3.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, Teknik Pengambilan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah kerang Pokea yang berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. 3.2.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah sebagian kerang yang berasal dari Desa Pohara Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. 3.2.3 Teknik Pengambilan dan Besar Sampel Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara teknik Porposive sampling yaitu melalui suatu proses pengambilan pada masing masing komunitas, sesuai dengan jumlah yang

27

dibutuhkan untuk penelitian. Besar sampel yang digunakan adalah representatif. 3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional 3.3.1 Variabel Penelitian 3.3.1.1 Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kerang Pokea. 3.3.1.2 Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Salmonella sp. 3.3.2 Defenisi Operasional 1. Identifikasi adalah suatu upaya atau proses pemeriksaan secara laboratorik untuk menentukan spesies Salmonella pada kerang Pokea. 2. Salmonella sp. adalah Kuman berbentuk batang, tidak berspora pada pewarnaan gram bersifat Gram negatif, dan merupakan bakteri patogen bagi manusia yang

menyebabkan Gastroenteritis, demam enterik, bakteremia dan carrier yang asimptomatik. 3. Kerang Pokea adalah salah satu kelas dari Mollusca yang hidup di air tawar, yang dikonsumsi sebagai bahan makanan oleh masyarakat karena mengandung kadar

27

protein dan kandungan gizi (nutrisi) yang tinggi selain itu dapat pula digunakan sebagai bahan perhiasan yang mempunyai nilai ekonomis penting bernilai komersial

3.4 Alat, Sampel, dan Bahan Penelitian 3.4.1 Alat Cawan petri, Incubator, Bunsen, Kaca objek, Ose, Nald, Jembatan pewarnaan, Pipet tetes, Mikroskop, Tabung reaksi, Kapas, Penjepit kayu, Rak tabung. 3.4.2 Sampel Penelitian Sampel yang digunakan adalah kerang Pokea 3.4.3 Bahan Penelitian Selenite broth, Media SSA (Salmonella Shigella Agar), Carbol gentian violet, Lugol, Fuchsin, Alkohol 96%, Oil emersi, TSIA, Simmon citrate, Urea, MR (Metil Red), VP (Vogas Proskauer), Media biokimia SIM (Sulfur Indol Motility), Media Gula-gula (Lactose,Sucrose,Maltose,Glukose), NaCl 0,85 %. 3.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

29

3.5.1 Lokasi Lokasi pengambilan sampel adalah disungai Pohara Desa Pohara Kabupaten Konawe. Sedangkan lokasi

pemeriksaan dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Kendari, Sulawesi Tenggara. 3.5.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian direncanakan pada bulan juni 2009.

3.6 Prosedur Pemeriksaan 3.6.1 Metode Prosedur kerja yang digunakan berdasarkan buku panduan Balai Laboratorium Kesehatan (Gani, A., 2003). 3.6.2 Perlakuan Sampel Daging kerang Pokea dikeluarkan dari cangkangnya ditambahkan Aquadest streril kemudian di hancurkan dengan menggunakan blender Stomacher 80. 3.6.3 Penanaman pada Media Pemupuk Sampel dimasukkan ke dalam media Selenite broth

29

kemudian di inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Hasil positif jika terjadi kekeruhan. 3.6.4 Penanaman pada Media Selektif Bakteri yang tumbuh pada media Selenite broth diambil satu mata ose dengan menggunakan ose steril kemudian ditanam pada media Salmonella Shigella Agar, Inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. Hasil pengamatan koloni nampak bening dan tidak berwarna, bentuk koloni cembung, tepi rata, permukaan rata, dengan diameter kurang dari 2 mm. Koloni tersangka dibuat preparat dan dicat dengan pengecatan gram serta dilanjutkan penanaman pada media KIA/TSIA dan media biokimia.

3.6.5 Pembuatan preparat Kaca objek dibersihkan, Dengan menggunakan ose diambil NaCL 0,85% dan diletakkan dibagian tengah kaca objek, Diambil kuman dengan menggunakan ose pada biakan Bakteri, kemudian campur dengan NaCL 0,85% sehingga merata dan diperoleh sediaan yang agak tipis, Preparat dibiarkan mengering kemudian fiksasi diatas api. 3.6.6 Pengecatan Gram

31

Preparat yang telah difiksasi dan telah dingin diletakkan diatas jembatan pewarnaan, Dicat dengan larutan karbol Gentian violet selama 2 3 menit, Dicuci dengan air, Diberikan larutan Lugol selama 1 menit, Sediaan dicuci dengan Alkohol 96% sampai zat warna hilang, Dicuci dengan air, Dicat dengan larutan fuksin selama 15 detik, Dicuci dengan air kemudian dikeringkan, Diberikan 1 tetes oil imersi lalu diperiksa pada mikroskop dengan menggunakan lensa objektif 100x, Hasil pengamatan Gram negatif jika hasil pewarnaan berwarna merah, Gram positif jika pewarnaan berwarna ungu. 3.6.7 Penanaman pada Media TSIA Gunakan Nald steril ambil sedikit koloni kuman yang dicurigai, Di inokulasi kedalam media TSIA dengan dengan cara menusukkan ose sampai kedasar media, Kemudian ose dicabut dan langsung digoreskan secara zig zag pada permukaan media tersebut, Tabung ditutup dengan

menggunakan kapas steril inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam. 3.6.8 Tes pada Media SIM Dengan Nald yang steril, diambil sedikit koloni pada media TSIA dan di inokulasi dalam media SIM dengan menusukkan tegak lurus ke dalam agar hingga hampir

31

mencapai dasar tabung, di inkubasi 37 0C. 3.6.9 Tes pada Media SCA Dengan Nald steril, koloni bakteri dari media TSIA diambil dan diinokulasi pada media Citrate, di inkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam. 3.6.10 Tes pada Media Urea Dengan Nald steril, koloni bakteri dari TSIA diambil dan diinokulasi pada media urea, di inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. 3.6.11 Tes pada Media Methyl Red Dengan ose steril ambil koloni bakteri dari TSIA, inokulasi pada medium, di inkubasi pada suhu 370C selama 24 jam, ditambahkan 2 - 3 tetes reagen methyl red. 3.6.12 Tes Pada Media Voges Proskauer Dengan ose steril diambil koloni dari TSIA, inokulasi pada medium, di inkubasi pada suhu 37 0C selama 24 jam, di tambahkan 4 tetes larutan KOH 40% dan 12 tetes larutan Naftol, dikocok pelan sampai tercampur hasil

terjadi setelah 15 menit. 3.7 Karakteristik Pertumbuhan Salmonella sp.

33

3.7.1 Pada Media Salmonella Shigella Agar Bentuk koloni cembung, tepi rata, permukaan rata, nampak bening, tidak berwarna, kecil, smooth, dan jernih. 3.7.2 Pada Tes Biokimia 3.7.2.1 Salmonella typhi TSIA SIM Urea VP : Alkali acid, Gas (-), H2S (+) : Sulfur(-), Indol (-), Motility (+) : (-) : (-) MR Sitrat : (+) : (-)

Glukosa : (+) Sukrosa : (-)

Laktosa : (-) Maltosa : (+)

3.7.2.2 Salmonella paratyphi A TSIA SIM Urea VP : Alkali acid, Gas (+), H2S (-) : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+) : (-) : (-) MR Sitrat : (+) : (-)

Glukosa : (+/gas) Laktosa : (-)

33

Sukrosa : (-)

Maltosa : (+)

3.7.2.3 Salmonella parathyphi B TSIA SIM Urea Sitrat : Alkali acid, Gas (+), H2S (+) : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+) : (-) : (-) VP MR : (-) : (+)

Glukosa : (+/gas) Sukrosa : (-)

Laktosa : (-) Maltosa : (+)

3.7.2.4 Salmonella parathyphi C TSIA SIM Urea VP : Alkali acid, Gas (-), H2S (+) : Sulfur (-), Indol (-), Motility (+) : (-) : (-) MR Sitrat : (+) : (-)

Glukosa : (+/gas) Sukrosa : (-)

Laktosa : (-) Maltosa : (+)

Kerang broth SelenitePokea Salmonella Shigella Agar

35

3.8 Skema Kerangka Operasional

Inkubasi 35C - 3718 24 jam

Inkubasi 35C - 3718 24 jam

35

Kesimpulan Biokimia Hasil Hasil Tes TSIA Pewarnaan Gram

Inkubasi 35C - 3718 24 jam

Inkubasi 35C - 3718 24 jam

Gambar 3.1 Skema Kerangka Operasional Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006. http://www.Pedoman rakyat co.id, 28 April 2009 Anonim, 2008. http://www.Bivalvia.com, 28 April 2009 Bahtiar. 2005. Keberadaan Populasi Pokea (Batissa violacea celebensis, Martens) Di Sungai Pohara Kendari Sulawesi Tenggara. Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. Budiyanto,A K. 2004. Mikrobiologi Terapan. Universitas Muhammadiyah, Malang. Chatim. A, G. C. Syahrurahman. A Soebandrio. A, Kurniawati. A,U,S

37

Santoso. H, Harun. B, Bela. A, Rahim. Karsinah, Isjah. L, Moehario. H.L, Mardiastuti. Lintong. M Triajayanti. P, Sudarmono. P, Asmono, sastrosoewignjo, Utji. R, Sarjito, Josodiwondo. S, Suharto, Madja. S, Sujudi, Assani. S, Hatabarat. T, Sudiro. MT, Wars.CU, 1994. Buku ajar Miokrobiologi Kedokteran. Bina Rupa Aksara, Jakarta. Irianto. K, 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya, Bandung. Jawets, Melnick, dan Adebergs, E.A. 2001. Mikrobiologi. Salemba Medika, Jakarta. Lay WB, 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Rajawali Pres, Jakarta. Nontji, A. 2007. Laut Nusantara, Djambatan. Notoatmojo,S. 2005. Metodologi Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta. Romitrohtarto, K. Juwana, S. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut, Djambatan. Rukmana, R. 1991. Budi Daya Kerang Hijau. Penerbit Aneka Ilmu, Jakarta. Suwignyo, S. Widigdo, B. Wardiatno, Y. Krisanti, M. 2005. Avertebrata Air jilid 1. Penebar Swadaya, Jakarta.

37