ktt bumi rio de jeneiro

32
KTT BUMI RIO DE JENEIRO KTT BUMI RIO DE JENEIRO by, Troy Makatita BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setelah bertahun-tahun sejak revolusi industri pertengahan abad ke-18, baru pada pertengahan abad ke-20 dunia mengalami kejutan yang merangsang kepedulian akan gawatnya masalah lingkungan yang kita hadapi. Akhirnya atas usul Pemerintah Swedia diselenggarakanlah Konferensi Internasional PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia ( United Nations Conference on the Human Environment ) di Stockholm, Swedia tahun 1972, adalah konferensi yang sangat bersejarah, karena merupakan konferensi pertama tentang lingkungan hidup. Konferensi ini juga merupakan penentu langkah awal upaya penyelamatan lingkungan hidup secara global. Konferensi diselenggarakan dengan harapan untuk melindungi dan mengembangkan kepentingan dan aspirasi negara berkembang. Pertemuan yang digagas PBB ini menghasilkan Deklarasi Stockholm berupa Rencana Kerja, khususnya tentang perencanaan dan pengelolaan permukiman manusia serta rekomendasi kelembagaan United Nations Environmental Programme (UNEP), yang markas besarnya ditetapkan di Nairobi, Kenya. Dalam konferensi ini Indonesia menyampaikan laporan / pandangan tentang lingkungan hidup dan pembangunan. Laporan ini merupakan hasil Seminar Nasional Lingkungan dan Pembangunan di Universitas Padjadjaran, Mei 1972 yang

Upload: jerry-killo

Post on 01-Jan-2016

684 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

KTT BUMI RIO DE JENEIRO

KTT BUMI RIO DE JENEIROby,  Troy Makatita 

BAB  IPENDAHULUAN

1. Latar Belakang        

              Setelah bertahun-tahun sejak revolusi industri pertengahan abad ke-18, baru pada

pertengahan abad ke-20 dunia mengalami kejutan yang merangsang kepedulian akan

gawatnya masalah lingkungan yang kita hadapi. Akhirnya atas usul Pemerintah Swedia

diselenggarakanlah   Konferensi Internasional PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia (

United Nations Conference on the Human Environment ) di Stockholm, Swedia tahun 1972,

adalah konferensi yang sangat  bersejarah, karena merupakan konferensi pertama tentang

lingkungan hidup.  Konferensi ini juga merupakan penentu langkah awal upaya penyelamatan

lingkungan hidup secara global.     

              Konferensi diselenggarakan dengan harapan untuk melindungi dan mengembangkan

kepentingan dan aspirasi negara berkembang. Pertemuan yang digagas PBB ini menghasilkan

Deklarasi Stockholm berupa Rencana Kerja, khususnya tentang perencanaan dan pengelolaan

permukiman manusia serta rekomendasi kelembagaan United Nations Environmental

Programme (UNEP), yang  markas besarnya ditetapkan di Nairobi, Kenya. Dalam konferensi

ini Indonesia menyampaikan laporan / pandangan tentang lingkungan hidup dan

pembangunan. Laporan ini merupakan hasil Seminar Nasional Lingkungan dan

Pembangunan di Universitas Padjadjaran, Mei 1972 yang diselenggarakan atas prakarsa Prof.

Soemarwoto ( Soerjani,1997 ).          

              Konferensi tingkat tinggi Lingkungan Hidup  pertama di dunia yang di ikuti oleh

wakil dari 114 negara, dan menghasilkan deklarasi lingkungan hidup : Rencana Aksi

Lingkungan Hidup Manusia (actionplan) dan Rekomendasi tentang kelembagaan dan

keuangan yang mendukung rencana aksi tersebut. Dalam konferensi Stockholm inilah

menyepakati pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup melalui kesadaran dengan motto

“Hanya Ada Satu Bumi” (The Only One Earth ) untuk semua manusia, yang terdiri dari 109

rekomendasi dan deklarai mengenai 26 prinsip-prinsip lingkungan. Diperkenalkannya motto

itu sekaligus menjadi mottokonferensi. Selain itu konferensi Stockholm, menetapkan tanggal

5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup sedunia  World Environmental Day

(http://pin_impala.brawijaya.ac.id//earth summit.htm )

Page 2: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

               Setelah Konferensi Stockholm, problematika lingkungan hidup tidaklah surut,

bahkan semakin parah, ternyata banyak negara yang masih belum menjalankan kesepakatan,

walaupun ikut menandatangani.Masalah lingkungan hidup terjadi karena perilaku manusia

selama ini telah mengubah keteraturan alam. Alam tidak lagi sepenuhnya dapat berkompromi

dengan kebutuhan manusia dalam melangsungkan kehidupannya, maka kenestapaan manusia

dengan mudah dapat ditemui di banyak sudut muka bumi. Pengkajian yang dilaksanakan 10

tahun kemudian pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya,  justru menunjukkan bahwa kerusakan

lingkungan hidup semakin meningkat.  Isu yang mengemuka dalam dekade ini mencakup

hujan asam, penipisan lapisan ozon, pemanasan global ( perubahan iklim ), perusakan hutan,

pengguguran, pelestarian keaneka ragaman hayati, perdagangan internasional bahan-bahan

berbahaya dan beracun  serta limbah, serta permasalahan mengenai perlindungan lingkungan

pada saat konflik  bersenjata ( Sdede, Androniko, 1993 dalam Koesdiyo, Purwanto, 2007).

               Menginat kompleksitas permasalahan yang dihadapi maka beberapa perjanjian

internasional pada periode ini lebih mengarah kepada tercapainya consensus global, yang

mencakup “ Viena Convention for the Protection of the Ozone Layer, Viena 1985 “ dan

“Montreal Protocol on Substances that Deplete the Ozone Layer, Montreal 1987 “,  yang

bertujuan mereduksi dan mensubsitusi bahan-bahan perusak ozon dengan bahan lain serta

ketentuan yang mengikat khususnya mengenai produksi dan penggunaan lima macam bahan

kimia, CFC ( Chloro Fluoro Carbon  ). “The United Nations Convention on the Law og the

Sea (UNCLOS) tahun 1982”,menetapkan pengaturan yang luas mengenai kelautan termasuk

ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan lingkungan laut. Selain itu disepakati pula

“Basel Convention on the Control of Transboundary Movements of Hozardous Wastes and

Disposal, Basel 1989, “ The United Nations Framework Convention on Climate Change

(UNICEF) 1992”, dan “ Konvensi Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological

Diversity /CBD) 1992”, tentang pelesterian keanekaragaman hayati.

              Menyadari semakin kompleksnya masalah lingkungan, perkembangan penting lain

pada periode ini adalah pembentukan lembaga independen oleh Majelis Umum PBB pada

tahun 1983 membentuk  World Commission on Environment and Development (WCED),

Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan,  yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland,

Perdana Menteri Norwegia. Komisi ini menyelesaikan tugasnya pada 1987 dengan

menerbitkan laporan “Our Common Future” yang dikenal dengan Laporan Brundtland. Tema

laporan ini adalah Sustainable Development ( pembengunan berkelanjutan ). Komisi ini

mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu upaya yang mendorong

tercapainya kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang

Page 3: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep ini menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi

tanpa mengorbankan standar lingkungan yang tinggi. Inilah underlying concept

pembangunan berkelanjutan yang hingga saat ini terus berkembang mengikuti dinamika

perubahan.

              Dua puluh tahun setelah Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm, atau lima

tahun setelah tebitnya Laporan Brundtland, PBB menyelenggarakan United Nations

Conference on Environment and Development (UNCED) atau Konferensi Khusus tentang

Masalah lingkungan dan Pembangunan atau yang lebih dikenal dengan KTT Bumi (Earth

Summit) pada tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Jargon “ Think globally, act locally “,

yang menjadi tema KTT Bumi menjadi popular untuk mengekspresikan kehendak berlaku

ramah terhadap lingkungan. KTT Bumi menekankan pentingnya semangat kebersamaan

( multilaterisme ) untuk mengatasi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh benturan antara

upaya-upaya melasanakaqn pembangunan ( oleh developmentalist ) dan upaya-upaya

melestarikan lingkungan ( oleh environmentalist ).

 

              Dari uraian di atas, maka dalam makalah ini mencoba untuk mengkaji dari

Konferensi Stockholm menuju ke  pelaksanaan KTT Bumi Rio de Jeneiro , yang

berhubungan dengan isu-isu lingkungan global dan hasil-hasil KTT Bumi, serta

pelaksanaannya di Indonesia.

 2.    Perumusan Masalah :   berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dalam makalah   

ini    akan membahas :

      2.1.  Masalah lingkungan hidup global, serta permasalahan lingkungan setelah Konferensi

Stockholm.

      2.2.   Bagaimana Pelaksanaan Konferensi Rio de Janeiro serta hasil-hasil yang diratifikasi?

      2.3.   Bagaimana hasil-hasil Konferensi Rio de Janeiro dalam pelaksanaannya di Indonesia    

3.  Tujuan  :

     3.1.   Menginformasikan masalah lingkungan hidup global, serta permasalahan lingkungan setelah

Konferensi Stockholm.

     3.2.    Mengungkap pelaksanaan Konferensi Rio de Janeiro, serta hasil-hasil yang diratifikasi

     3.3.    Mengkaji hasil-hasil Konferensi Rio de Janeiro dalam pelaksanaannya di Indonesia.

  

BAB  II

PEMBAHASAN

Page 4: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

DARI STOCKHOLM MENUJU KE RIO DE JANEIRO

1.      Konferensi Nairobi dan WCED (World Commission on Environment and Development).

         Setelah sepuluh tahun Konferensi Stockholm berselang, PBB kembali menggelar

konferensi tentang lingkungan hidup pada tahun 1982 di Nairobi, Kenya. Pertemuan ini

merupakan pertemuan wakil-wakil pemerintah dalam Government Council UNEP,

pertemuan tersebut mengusulkan pembentukan suatu komisi yang bertujuan melakukan

kajian tentang arah pembangunan di dunia. Usul yang dihasilkan dari pertemuan lingkungan

di Nairobi ini dibawa ke sidang umum PBB tahun 1983, dan oleh PBB dibentuk WCED/

World Commission on Environment and Development (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan

Pembangunan ) yang diketuai oleh Ny. Gro Brundtland, dan ditugaskan untuk mencari dan

merumuskan permasalahan global lingkungan dan pembangunan. Komisi inilah yang

melakukan pertemuan diberbagai tempat di belahan dunia, serta berdialog dengan berbagai

kalangan . Komisi ini  menyelesaikan tugasnya pada tahun 1987 dengan menerbitkan laporan

“Our Common Future” yang dikenal dengan Laporan Brundtland (The Brundtland Report ).

Tema laporan ini adalah sustainable development ( pembangunan berkelanjutan ). Komisi ini

mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai suatu upaya yang mendorong

tercapainya kebutuhan generasi kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang

untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep ini menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi

tanpa mengorbankan standar lingkungan yang tinggi. Inilah underlying concept

pembangunan berkelanjutan yang hingga saat ini terus berkembang mengikuti dinamika

perubahan.

         Dua puluh tahun setelah Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm, atau lima tahun

setelah terbitnya Laporan Brundtland, PBB menyelenggarakan  United Nations Conference

on Environment and Devwelopment (UNCED) atau Konferensi Khusus tentang Masalah

Lingkungan dan Pembangunan atau lebih dikenal dengan KTT Bumi (Earth Summit ).

2.      KTT Bumi Rio de Janeiro

         Dalam pandangan dan prinsip-prinsip yang tertuang dalam Deklarasi Stockholm 1972,

anata lain ditegaskan bahwa sebagian besar problema lingkungan di negara berkembang

disebabkan oleh kemiskinan. Sedangkan di negara-negara maju justru disebabkan oleh

industrialisasi dan kemajuan teknologi. Pemanfaatan lingkungan hidup tetap diperlukan

dalam memenuhi kebutuhan fisik manusia dan sekaligus untuk berkembangnya nilai-nilai

intelektual, moral, sosial dan spiritual. Seluruh masyarakat dunia, baik di negara maju

maupun di negara berkembang, semua unsur pemerintah dan masyarakat termasuk dunia

Page 5: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

usaha, mempunyai kepentingan dan tanggung jawab yang sama untuk menjaga dan

memelihara lingkungan bagi generasi sekarang sampai generasi mendatang,  dengan

mempertahankan tujuan mendasar dari perdamaian dan pembangunan ekonomi global. Topik

yang diangkat dalan konferensi ini adalah permasalahan polusi, perubahan iklim, penipisan

lapisan ozon, penggunaan dan pengelolaan sumber daya air dan lautan, meluasnya

penggundulan hutan, penggurunan dan degradasi tanah, limbah-limbah berbahaya serta

berkurangnya  keanekaragaman hayati.

          KTT Bumi berupaya manyatukan perhatian dunia tentang masalah lingkungan yang

terjadi.  Masalah tersebut sangat berkaitan erat de3ngan kondisi ekonomi dan masalah

keadilan sosial. Kon ferensi ini juga mendeklarasikan bahwa jika rakyat miskin dan ekonomi

nasionalnya lemah, maka lingkungannya yang menderita. Jika lingkungan hidup disalah

gunakan dan sumber daya-nya dikonsumsi secara berlebihan, akibatnya rakyat akan

menderita dan perekonomian-pun akan morat-marit.

          Tujuan utama KTT Bumi ini adalah untuk menghasilkan agenda lanjutan, sebagai

sebuah perencanaan bagi gerakan internasional dalam menghadapi isu-isu lingkungan hidup

dan pemb angunan. Perencanaan tersebut akan membantu memberi arahan bagi suatu kerja

sama internasional serta pembuatan kebujakan pembangunan ke depan.

          Konferensi Rio kemudian menyepakati bahwa konsep pembangunan berkelanjutan

merupakan tujuan dari setiap manusia. Bagaimanapun, menyatukan dan menyeimbangkan

perhatian di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan membutuhkan cara pandang baru. Baik

mengenai bagaimana kita menghasilkan dan memakai sumberdaya, bagaimana kita hidup,

bagaimana kits bekerja, bagaimana kita bergaul dengan orang lain, atau bagaimana cara kita

membuat keputusan. Konsep ini menjadi perdebatan panjang, baik dikalangan pemerintahan,

juga antara pemerintah dan masyarakatnya tentang bagaimana mencapai keberlanjutan

tersebut.

          Konferensi Rio de Janeiro menghasilkan lima dokumen, yaitu :

a)  Deklarasi Rio de Janeiro ,tentang Lingkungan Hidup dan Pembangunan (The Rio de

Janeiro Declaration on Environment and Development )  juga dikenal dengan “Earth

Chapter” terdiri atas 27 prinsip yang memacu dan memprakarsai kerja sama internasional,

perlunya pembangunan dilanjutkan dengan prinsip perlindungan lingkungan, dan perlu

adanya analisis mengenai dampak lingkungan. Deklarasi ini juga mengakui pentingnya peran

serta masyarakat yang tidak hanya dikonsultasi mengenai rencana pembangunan, tetapi juga

ikut serta dalam pengambilan keputusan, serta aktif dalam proses pelaksanaan dan ikut

menikmati hasil pembangunan itu. 

Page 6: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

Berikut ini adalah Prinsip Pembangunan Berkelanjutan pilihan dari Deklarasi Rio

(UNCED,1992 dalam Mitchel Bruce,dkk,2007) :

Prinsip 1 : Manusia menjadi pusat perhatian dari pembangunan berkelanjutan. Mereka hidup

secara sehat dan produktif, selaras dengan alam.

Prinsip 2 :  Negara mempunyai, dalam hubungannya dengan the Charter of the United

Nations dan prinsip hukum internasional, hak penguasa untuk  mengeksploitasi sumberdaya

mereka yang sesuai dengan kebijakan lingkungan dan pembangunan mereka……….

Prinsip 3 : Hak untuk melakukan pembangunan harus diisi guna memenuhi  kebutuhan

pembangunan dan lingkungan yang sama dari generasi sekarang dan yang akan datang.

Prinsip 4  :  Dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan

seharusnya menjadi bagian yang integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dianggap

sebagai bagian terpisah dari proses tersebut.

Prinsip 5  :   Semua nagara dan masyarakat harus bekerja sama memerangi kemiskinan yang

merupakan hambatan mencapai pembangunan berkelanjutan……..

Prinsip 8  :   Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dan kualitas kehidupan

masyarakat yang lebih baik, negara harus menurunkan atau mengurangi pola konsumsi dan

produksi, serta mempromosikan kebijakan demografi yang sesuai.

Prinsip 9  :   Negara harus memperkuat kapasitas yang dimiliki untuk pembangunan

berlanjut melalui peningkatan pemahaman secara keilmuan dengan pertukaran ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta dengan meningkatkan pembangunan, adaptasi, alih

teknologi, termasuk teknologi baru dan inovasi teknologi.

Prinsip 10 :   Penanganan terbaik isu-isu lingkungan adalah dengan  partisipasi seluruh

masyarakat yang tanggap terhadap lingkungan dari berbagai tingkatan. Di tingkat nasional,

masing-masing individu harus mempunyai akses terhadap  informasi tentang lingkungan,

termasuk informasi tentang material dan kegiatan berbahaya dalam lingkungan masyarakat,

serta kesempatan untuk  berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Negara harus

memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk tanggap dan partisipasi melalui pembuatan

informasi yang dapat diketahui secara luas.

Prinsip 15 :  Dalam rangka mempertahankan lingkungan, pendekatan pencegahan harus

diterapkan secara menyeluruh oleh negara sesuai dengan kemampuannya. Apabila terdapat

ancaman serius atau kerusakan yang tak dapat dipulihkan, kekurangan  ilmu pengetahuan

seharusnya tidak dipakai sebagai alasan penundaan pengukuran biaya untuk mencegah

penurunan kualitas lingkungan.

Page 7: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

Prinsip 17 :   Penilaian dampak lingkungan sebagai instrument nasional harus dilakukan

untuk kegiatan-kegiatan yang diusulkan, yang mungkin mempunysai dampak langsung

terhadap lingkungan yang memerlukan keputusan di tingkat nasional.

Prinsip 20 :   Wanita mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan pembangunan

lingkungan. Partisipasi penuh mereka perlu untuk mencapai pembangunan berlanjut.

Prinsip 22  :    Penduduk asli dan setempat mempunyai peran penting dalam pengelolaan dan

pembangunan lingkungan karena pemahaman dan pengetahuan tradisional mereka. Negara

harus mengenal dan mendorong sepenuhnya identitas, budaya dan keinginan mereka serta

menguatkan partisipasi mereka secara efektif dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.

b) Konvensi Perubahan Iklim /“The Framework Convention on Climate Change (FCCC)” :

Yang memuat kesediaan negara-negara maju untuk membatasi emisi gas rumah kaca dan

melaporkan secara terbuka mengenai kemajuan yang diperolehnya dalam hubungan tersebut.

Negara-negara maju juga sepakat untuk membantu negara-negara berkembang dengan

sumber daya dan teknologi dalam upaya negara-negara berkembang untuk memenuhi

kewajiban sebagaimana tercantum dalam konvensi. Kesepakatan Hukum yang telah mengikat

telah ditandatangani oleh 152 pemerintah pada saat konferensi berlangsung. Tujuan pokok 

Konvensi ini adalah  “ Stabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang

telah mencegah terjadinya intervensi yang membahayakan oleh manusia terhadap sistem

iklim, yang mengharuskan pengurangan sumber emisi gas seperti CO2, emisi pabrik,

transportasi dan penggunaan energy fosil pada umumnya”.  Dalam Pasal 3 Konvensi

dicantumkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

(1)  Para pihak harus melindungi sistem iklim untuk kepentingan kehidupan generasi kini dan

yang akan datang, atas dasar keadilan dan sesuai dengan tanggung jawab bersama yang

berbeda-beda dan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Sesuai dengan itu, pihak negara

maju harus mengambil peranan penting dalam menanggulangi perubahan iklim dan kerugian

yang diakibatkan.

(2)  Kebutuhan tertentu dan keadaan khusus dari pihak negara berkembang, terutama yang

rawan terhadap akibat perubahan iklim yang merugikan, dan bagi para pihak, teutama pihak

negara berkembang yang harus memikul ketidak seimbangan atau beban tidak wajar

berdasarkan konvensi ini, harus diberikan pertimbangan penuh.

(3)  Para pihak harus  mengambil tindakan pencegahan untuk mengantisipasi, mencegah atau

mengurangi penyebab dari perubahan iklim dan meringankan akibat yang merugikan.

Apabila ada ancaman serius atau kerusakan yang tidak dapat dipuilihkan, ketiadaan kepastian

ilmiah yang lengkap tidak boleh dijadikan alas an untuk menunda tindakan demikian itu,

Page 8: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

dengan pertimbangan bahwa kebijaksanaan dan tindakan yang berkaitan dengan perubahan

iklim harus berdasarkan efektifitas biaya untuk terjaminnya manfaat secara global

berdasarkan biaya serendah mungkin. Untuk mencapai ini, kebijaksanaan dan tindakan

demikian harus mempertimbangkan konteks sosio-ekonomi yang berbeda, harus

komprehensif, mencakup semua sumber yang relevan, bak cuci dan tempat penyimpan gas

rumah kaca serta penyesuaian dan mencakup semua sector ekonomi. Upaya-upaya untuk

menghadapi perubahan iklim dapat dilakukan secara kerjasama dengan berbagai pihak yang

berkepentingan.

(4)  Semua pihak mempunyai hak untuk dan harys memajukan pembangunan berkelanjutan.

Kebijaksanaan dan tindakan untuk melindungi sistem iklim terhadap perubahan akibat

campur tangan manusia harus memadai bagi keadaan khusus setiap pihak dan harus

diintegrasikan dengan program pembangunan nasional, dengan memperhityngkan bahwa

pembangunan ekonomi adalah essensial bagi dilakukannya tindakan-tindakan untuk

menghadapi perubahan iklim.

(5)  Semua pihak harus bekerjasama  untuk mengembangkan sistem ekonomi internasional

yang menunjang dan bersifat terbuka menuju pada pwertumbuhan ekonomi dan

permbangunan bagi semua pihak, khususnya pihak negara berkembang, sehingga

memungkinkan mereka untuk secara lebih baik menghadapi perubahan iklim. Tindakan yang

harus dilakukan untuk menanggulangi perubahan iklim, termasuk tindakan unilateral, tidak

boleh menjadi sarana bagi diskriminasi sewenang-wenang dan tidak bertanggungjawab atau

pembatasan perdagangan internasional yang terselubung.

Pasal 23 ayat 1 menyatakan, bahwa Konvensi akan berlaku pada hari ke-90 setelah

hari/tanggal deposit instrument ke-50 ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau akses.

Pasal 23 ayat 2 menyatakan, bahwa untuk setiap negara atau organisasi integrasi ekonomi

regional yang meratifikasi, menerima atau menyetujui atau ikut serta setelah deposit

instrument ke-50 ratifikasi, penerimaan, persetujuan atau akses. Konvensi diberlakukan pada

hari ke-90 setelah tanggal deposit negara itu atau organisasi integrasi ekonomi regional dari

instrument ratifikasi, penerimaan, persetujuian atau akses.

Pasal 23 ayat 3 menyatakan bahwa untuk maksud dari ayat 1 dan 2 di atas, setiap instrument

yang didepositokan oleh sesuatu organisasi integrasi ekonomi regional tidak dihitung sebagai

tambahan pada yang didepositokan oleh anggota-anggota negara dari organisasi tersebut.

Konvensi ini dibuat di New York pada tanggal 9 Mei 1992.

c)  Konvensi Keanekaragaman Hayati / “The Convention on Biological Diversity “ : yang

memberikan landasan untuk kerjasama internasional dalam rangka konservasi spesies dan

Page 9: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

habitat. Kesepakatan Hukum yang mengikat telah ditandatangani sejauh ini oleh 168 Negara.

Menguraikan langkah-langkah kedepan dalam pelestarian keragaman hayati dan pemanfaatan

berkelanjutan komponen – kompennya, serta pembagian keuntungan yang adil dan pantas

dari penggunaan sumber daya genetic. Konvensi keanekaragaman hayati ini menyatakan

dalam Pasal 1 tentang tujuannya, yaitu melestarikan dan mendayagunakan secara

berkelanjutan keanekaragaman hayati dan berbagai keuntungan secara adil dan merata dari

hasil pemanfaatan sumber genetika melalui akses terhadap sumber genetika tersebut, alih

teknologi yang relevan, serta pembiayaan yang cukup dan memadai. Asas dalam Pasal 3

menyatakan, bahwa Negara memiliki kedaulatan untuk mengeksploitasi sumber alamnya

sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan dan lingkungannya, serta mempunyai tanggung

jawab untuk menjamin bahwa kegiatannya itu tidak akan merusak lingkungan baik di dalam

maupun di luar wilayah negaranya. Konvensi ini dibuat di Rio de Janeiro pada tanggal 5 Juni

1992. Pada waktu Konferensi Rio berakhir.  Indonesia telah meratifikasi Konvensi ini dengan

Undang-Undang No.5 Tahun 1994 pada tanggal 1 Agustus 1994.

d)  Pernyataan Prinsip-Prinsip Kehutanan : Prinsip – prinsip yang telah mengatur kebijakan

nasional dan internasional dalam bidang kehutanan. Dirancang untuk menjaga dan

melakukan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya hutan global secara berkelanjutan

yang bermakna ekonomi dan keselamatan berbagai jenis biotanya. Prinsip-prinsip ini

seharusnya mewakili konsesi pertama secara internasional mengenai pemanfaatan secara

lestari berbagai jenis hutan. Prinsip tentang hutan ini mencakup tentang semua jenis hutan,

yaitu hutan boreal, hutan iklim, hutan tropic dan hutan austral. Dalam prinsip ini diakui

fungsi ganda hutan yaitu untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi, ekologi, cultural dan

spiritual generasi akan datang. Dengan demikian diakui hak setiap negara untuk

menggunakan hutan sebagai sumber daya untuk pembangunan. Namun pembangunan harus

dilakukan dengan berkelanjutan dengan mengingat kebutuhan generasi yang akan datang.

Dalam prinsip ini hutan diakui perlunya alih teknologi dengan persyaratan  yang

menguntungkan. Prinsip  lain adalah perlunya dikembangkan ekonomi dan perdagangan

internasional yang terbuka dan dilarangnya tindakan unilateral dengan dalih lingkungan.

Berdasarkan prinsip ini tidaklah dibenarkan untuk hanya memperhatikan hutan tropic saja,

baik yang berkaitan dengan pemanasan global maupun kepunahan jenis, melainkan haruslah

semua hutan ( Soemarwoto, Otto, 2004 ).

e) “Agenda 21” atau Komisi Pembangunan Berkelanjutan/Commission on Sustanable

Development ( CSD ) : Komisi ini di bentuk pada bulan Desember 1992. Tujuan CSD adalah

untuk memastikan keefektifan tindak lanjut KTT Bumi. Mengawasi serta melaporkan

Page 10: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

pelaksanaan kesepakatan Konferensi Bumi baik di tingkat lokal, nasional, maupun

internasional. CSD adalah komisi Fungsional Dewan Ekonomi dan Sosial PBB/ Economic

and Social Commssion(ECOSOC) yang beranggotakan 53 negara. Agenda 21, sebuah

rancangan tentang cara mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan dari segi sosial,

ekonomi dan lingkungan hidup. Telah disepakati bahwa tinjauan lima tahunan majelis Umum

PBB tentang Konferensi Bumi dan Agenda 21 harus dibuat pada bulan Juni 1997, dalam

sidang istimewa rapat Earth Summit + 5, atau Rio + 5 di New York.

          Salah satu hasil KTT Bumi lainnya adalah Agenda 21, yang merupakan sebuah

program luas mengenai gerakan yang mengupayakan cara-cara baru dalam berinvestasi di

masa depan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di abad 21. Rekomendasi –

rekomendasi Agenda 21 ini meliputi cara – cara baru dalam mendidik, memelihara

sumberdaya alam, dan berpartisipasi untuk merancang sebuah ekonomi yang berkelanjutan.

Tujuan keseluruhan Agenda 21 ini adalah untuk menciptakan keselamatan, keamanan dan

hidup yang bermartabat. Agenda 21 merupakan “action plan “ di abad 21, yang walaupun

tidak mengikat secara resmi, tetapi memberi arah strategi dan integritas program

pembangunan dengan penyelamatan kualitas lingkungan. Agenda 21 ini disepakati untuk

disusun oleh dan untuk masing-masing negara peserta.

       Pokok – pokok cakupan Agenda 21 yang merupakan program aksi pembangunan

berkelanjutan adalah sebagai berikut :

a)  Social and Economic Dimension yang meliputi : (1) Kerjasama internasional untuk

mempercepat pembangunan berkelanjutan negara berkembang serta kebijakan domestiknya.

(2)  Memerangi kemiskinan. (3) Merubah pola konsumsi. (4) Dinamika demografi dan

sustainibilitasi. (5) Proteksi dan peningkatan kesehatan manusia. (6) Promosi pembangunan

pemukiman manusia berkelanjutan. (7) Integrasi lingkungan dan pembangunan dalam

pengambilan keputusan.

b)   Conservation and Manajement of Resources for Development  yang meliputi : (8)

Proteksi atmosfer. (9)  Pendekatan terintegrasi dealam perencanaan dan manajemen sumber

daya lahan. (10) Memerangi deforestasi. (11) Pengelolaan ekosistem yang rawan, memerangi

desertifikasi dan kekeringan. (12) Pengelolaan ekosistem yang rawan, pembangunan

pegunungan berkelanjutan. (13) Mempromosikan pertanian yang berkelanjutan dan

pembangunan pedesaan. (14) Konservasi keanekaragaman hayati. (15) Pengelolaan

bioteknologi berwawasan lingkungan. (16)Proteksi samudera, keanekaragaman kelautan,

termasuk lautan dan semi tertutup, kawasan pesisir serta proteksi dan penngunaan secara

rasional berikut pengembangan sumber alam hayati. (17) Proteksi kualitas dan supply air.

Page 11: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

(18) Pengelolaan kimia toksik dan bahaya. (19) Pengelolaan limbah beracun dengan wawasan

lingkungan, termasuk pencegahan llintas internasional secara illegal dalam limbah beracun

dan berbahaya. (20) Pengelolaan limbah padat dan limbah cair berwawasan lingkungan. (21)

Pengelolaan yang aman dan berwawasan lingkungan dari limbah radio aktif.

c)  Strengthening the Role of major Group  yang meliputi : (22) Aksi global bagi

perempuan mengembangkan oembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan. (23) Anak

dan Pemuda dalam pembangunan berkelanjutan. (24) Mengakui dan memberdayakan peranan

organisasi non-pemerintah, mitra dalam pembangunan berkelanjutan. (26) Prakarsa otoritas

lokal menunjang Agenda 21. (27) Memberdayakan peranan buruh serta serikat buruhnya.

(28) Memberdayakan peranan bisnis dan industry. (29) Komunitas ilmuwan dan teknologi.

(30) Memberdayakan peranan petani.

d)  Means Of Implementation yang meliputi : (31) Sumber keuangan dan mekanismenya.

(32) Pengalihan teknologi berwawasan lingkungan, kerjasama serta pengembangan kapasitas.

(33) Ilmu pengetahuan bagi pembangunan berkelanjutan. (34) Mempromosikan pendidikan,

kesadaran public dan latihan. (35) Mekanisme nasional dan kerja sama internasional untuk

mengembangkan kapasitas dalam negara berkembang. (36) Pengaturan kelembagaan

internasional, instrumental hukum dan mekanisme internasional. (37) Informasi bagi

pengambilan keputusan.

        Pencapaian utama konferensi  yang diadakan di Rio de Janeiro, adalah Konvensi Kerja

PBB untuk Perubahan Iklim: United Nations Framework Convention on Climate

Change(UNFCCC). Konvensi ini menjadi dasar pembahasan perubahan iklim ke depan dan

menjadi dasar penyusunan Protokol Kyoto. Protokol yang merupakan tindak lanjut dari

Konvensi Perubahan Iklim ini merupakan rezim global pertama yang menjadikan pemanasan

global sebagai isi utamanya. Tujuan dari protocol ini adalah membatasi emisi karbon tiap-tiap

negara yang masuk dalam daftar negara Annex 1. Negara – negara ini setidaknya harus

mengurangi emisi karbonnya sampai 5 persen dari emisi tahun 1990 . Protokol ini mulai

dibuka penandatanganannya di Kyoto, Jepang, pada 11 Desember 1997 dan dinyatakan

berlaku mulai 16 Februari 2005. Namun sayang protocol ini dinilai tidak efektif karena

mundurnya beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Australia dan kemunculan

negara industri baru, seperti China dan India, yang tidak masuk dalam daftar negara Annex

1.       

        Bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara dan gas sebagai penyumbang terbesar polusi

planet bumi sekaligus menyebabkan pemanasan global. Karbondioksida yang merupakan gas

buangan dari pembakaran bahan bakar fosil menyumbang 75 persen penyebab pemanasan

Page 12: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

global. Efek gas rumah kaca itu memicu perubahan iklim, badai, banjir dan meningkatnya

ketinggian permukaan laut. Sejumlah negara telah menandatangani Protokol Kyoto, kecuali

Amerika Serikat yang memilih untuk menolak fakta itu. Washington mempunyai argument

bahwa Protokol Kyoto terlalu mahal ongkosnya dan secara tidak langsung menghindarkan

Cina dan India sebagai penyumbang polusi harena percepatan pembangunannya. Menurut

Presiden Afsel, Cina dan AS sama-sama sebagai pengkonsumsi energy terbanyak di dunia.

Diprediksikan konsumsi minyak Cina malonjak hingga 80 juta barel per hari atau 6 juta barel

lebih banyak ketimbang produksi minyak dunia yang Cuma 74 juta barel.

        Pada tahun 1994 Dewan Bumi (Earth Council ) dibentuk atas inisiatif Maurice Strong,

Sekretaris Jenderal Konferensi Rio dan Mikhail Gorbachev Presiden Green Cross

International. Hal ini merupakan kelanjutan atau produk KTT Bumi di Rio tahun 1992 untuk

memprakarsai perumusan kembali makna konservasi lingkungan. Di samping itu juga untuk

merumuskan kembali sustainable development  serta berupaya mambangun kesadaran

bersama tentang makna kehidupan di Bumi ini. Komisi Piagam Bumi yang dibentuk tahun

1997, telah merumuskan etika ekologi sebagai landasan pembangunan berkelanjutan dalam

sebuah Piagam Bumi (Earth Charter ). Pada tahun 2000 piagam ini dideklarasikan dan

disebarluaskan ke berbagai  penjuru Dunia.

        Indonesia dengan beraneka ragam budaya dan latar belakang lingkungan yang berbeda,

menurut Piagam Bumi perlu menerima kenyataan bahwa kita adalah bagian dari “keluarga

manusia” dari  “masyarakat bumi” yang mempunyai tujuan (destiny ) yang sama. Dalam

Komisi Piagam Bumi ini duduk sebagai wakil Indonesia adalah Ir. Erna Witular Msi, sedang

di Kepedulian dan Etika Lingkungan (LENTING) yang dipimpin oleh Dr. Sony Keraf, salah

seorang mantan Menteri Lingkungan Hidup.         

        Pada tahun 2002 diselenggarakan konferensi Puncak Rio+10 di Johannesburg yang

dihadiri oleh Presiden RI Megawati Soekarnoputri. Untuk kesekian kali yang

diperbincangkan adalah konsep dan pelaksanaan sustainable development yang dinilai belum

berhasil baik untuk membebaskan kemiskinan dan keterbelakangan, ketimpangan dalam

ketenagakerjaan, kinerja yang belum cukup produktif, dan kesetaraan antara konsumsi dasar

dengan tingkat produktivitas yang mendukungnya. Hal ini belum cukup terlaksana karena

belum terbina kelembagaan yang mendukung dan dinikmati hasilnya oleh seluruh anggota

masyarakat Bumi.

         

3.  Tanggapan Indonesia Terhadap Hasil-hasil KTT Bumi

Page 13: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

        Indonesia pada prinsipnya terbuka untuk kemitraan global dengan negara maju yang

antara lain terkait dengan konsep alih teknologi drngan tetap memperhatikan pengembangan

teknologi yang sesuai dengan kondisi Indonesia. Isu lingkungan kemudian makin bergulir

dan melahirkan kesepakatan-kesepakatan,  kerjasama bilateral, regional, multilateral. Sampai

pada isu pemanasan global yang sudah dianggap pada taraf serius mengancam kondisi bumi.

Protokol Kyoto 1997 yang disepakati 159 negara dimaksud untuk menahan pemanasan global

melalui pengurangan konsumsi bahan bakar minyak bumi atau energy yang berasal dari fosil.

        Dengan adanya KTT Bumi, Pemerintah Indonesia dengan cepat telah menyusun suatu

rancangan guna memenuhi persyaratan umum dari peinsip-prinsip perjanjian lingkungan

serta tujuan umum dari KTT Bumi dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan.

Indonesia dalam dokumen Agenda 21 nasional diselesaikan akhir tahun 1996, dokumen itu

dicapai lewat proyek yang dibiayai oleh United Nations Development Programme (UNDP)

dan dilaksanakan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, proyek ini diberi nama

Post UNCED Planning and Capacity Building Activities Project, dan produk utama dari

proyek ini adalah dokumen Agenda 21 Indonesia. Pada bulan-bulan awal, pelaksanaan

proyek Agenda 21-Indonesia difokuskan pada penetapan lingkup dan tujuan proyek yang

mencerminkan isu penting serta perubahan yang terjadi sejak KTT Bumi pada 1992 serta

arah pembangunan di masa mendatang.

 Identifikasi isu penting tentang pembangunan dan lingkungan dilakukan melalui survai ke-

27 propinsi di Indonesia dengan mewancarai semua pihak terkait. Dengan menggunakan

metode Analisis Hirarki Proses (AHP), data survai diolah yang kemudian disebarkan kepada

konsultan penyusunan Agenda 21 sebagai bahan masukan.  Dengan bantuan badan-badan

PBB lainnya, jumlah konsultan penyusun Agenda 21-Indonesia menjadi 22 konsultan

nasional yang terlibat dalam proyek ini.  Konsultan penyusun Agenda-21 dibagi ke dalam 18

prioritas bidang dan mengorganisasi kelompok kerja yang terdiri dari berbagai pihak terkait.

Dalam kelompok kerja ini peserta terdiri dari wakil berbagai lembaga, antara lain pegawai

pemerintah, ORNOP, Akademisi, dan wakil masyarakat umum. Laporan yang dihasilkan

dibahas antar anggota kelompok guna memperoleh suatu kesepakatan tentang prioritas

program, tujuan, kegiatan yang duisulkan, serta sarana pelaksanaannya. Para konsultan

dibantu oleh empat coordinator dengan pembagian sebagai berikut : (1) Pelayanan

Masyarakat; (2) Pengelolaan Limbah; (3) Pengelolaan Sumber Daya Lahan; dan (4)

Pengelolaan Sumber Daya Alam.

           Dalam rangka memperoleh hasil yang optimal, pendekatan broadbased-participation

dilakukan melalui berbagai seminar dan lokakarya yang melibatkan para pakar di bidang

Page 14: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

pembangunan dan lingkungan baik dari kalangan pemerintah ( Bappenas, Departemen

Teknik, dll), maupun dari kalangan bisnis, dan masyarakat luas lainnya. Konsultan aktif

secara terus menerus dilakukan dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah serta dengan

Kepala Biro Perencanaan Departemen terkait sedemikian rupa sehingga publikasi awal

Agenda 21-Indonesia dapat diterbitkan.

            Dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan, maka integrasi pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan merupakan syarat

yang harus dianut oleh semua sektor pembangunan terkait. Kunci keberhasilan untuk

mencapai tujuan ini adalah dilaksanakannya kemitraan nasional oleh seluruh sector yang

berkaitan dengan pembangunan dan lingkungan, yang merupakan inti dari tujuan baik

Agenda 21 Global maupun Agenda 21-Indonesia. Agenda 21-Indonesia memberikan

serangkaian pandangan dan inspirasi yang dapat dimasukkan ke dalam proses perencanaan

pada setiap tingkatan pembangunan di Indonesia, sedemikian rupa sehingga lembaga-

lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat luas lainnya dapat memanfaatkan dokumen ini

sebagai referensi bagi penyusunan perencanaan dan program-program jangka pendek dan

panjang dalam menghadapi pasar bebas di masa mendatang dan dalam mewujudkan

pembangunan berkelanjutan yang diidam-idamkan. Agenda 21-Indonesia juga memberikan

seperangkat saran dan  rekomendasi bagi kegiatan-kegiatan dan strategi pelaksanaannya

untuk penyusunan  GBHN, Repelita VII dan berikutnya. Dokumen ini secara komprehensif

dan rinci mengungkapkan kaitan antara pembangunan ekonomi dan sosial, serta perlindungan

terhadap lingkungan dan sumber daya alam, serta memberikan “paradigma baru” bagi

pencapaian pembangunan berkelanjutan di Indonesia.

         Sebagai kesimpulan, Agenda 21-Indonesia dapat dijadikan sebagai suatu advisory

document yang mencakup aspek kebijakan, pengembangan program dan strategi yang

meliputi hampir seluruh perencanaan pembangunan bidang sosial, ekonomi dan lingkungan.

Dokumen berisi rekomendasi untuk pembangunan berkelanjutan sampai tahun 2020 untuk

setiap sektor pembangunan, termasuk pelayanan masyarakat dan partisipasi masyarakat.

Cakupan Agenda 21 Nasional yang dikembangkan di Indonesia adalah :

a)  Pelayanan Masyarakat : (1) Pengentasan kemiskinan; (2) Perubahan pola konsumsi; (3)

Dinamika penelitian; (4) Pengelolaan dan peningkatan kesehatan; (5) Pembangunan

perumahan dan pemukiman; (6) Instrumen Ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan

terpadu.

Page 15: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

b)  Pengelolaan Limbah : (7) Perlindungan Atmosfer; (8) Pengelolaan Limbah Bahan

Beracun dan Berbahaya ; (9) Pengelolaan bahan kimia beracun; (10) Pengelolaan limbah

radioaktif; (11) Pengelolaan limnah padat dan cair.

c)  Pengelolaan Sumber Daya Tanah : (12) Penataan sumber daya tanah; (13) Pengelolaan

hutan; (14) Pengembangan pertanian; (15) Pengembangan pedesaan; (16) Pengelolaan

sumber daya air.

d) Pengelolaan Sumber Daya Alam : (17) Konservasi keanekaragaman hayati; (18)

Pengembangan bioteknologi; (19) Pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.

        Dalam masalah pengentasan kemiskinan yang masih menjadi isu sentral di Indonesia,

meskipun kemiskinan pernah menurun pada kurun waktu 1976 – 1996, dari 40,1% menjadi

11,3%, dari total jumlah penduduk Indonesia. Jumlah orang miskin kembali meningkat pada

periode 1996 – 1999, akibat dari krisis multidimensial yang menerpa Indonesia. Jumlah

penduduk miskin pada periode 1996 – 1998 meningkat tajam dari 22,5 juta jiwa ( 11,3% )

menjadi 49,5 juta jiwa ( 24,2% ), atau bertambah sebanyak 27 juta jiwa ( BPS,1999 dalam

Huraera, Abu, 2007 ).

        Hasil pendataan BPS pada tahun 2004, penduduk miskin di Indonesia sebanyak 36,1 juta

jiwa atau setara dengan 9 juta rumah tangga miskin. BPS memperkirakan rumah tangga

miskin secara nasional pada tahun 2005 mencapai 15,5 juta rumah tangga miskin, atau sama

dengan 62 juta jiwa penduduk miskin ( 17 September 2005 ).

        Dalam upaya mengatasi kemiskinan tersebut maka telah dilakukan berbagai program,

misalnya, program Inpres Desa Tertinggal ( IDT ), No.5/1993, tentang Peningkatan

Penanggulangan Kemiskinan. Pada saat terjadinya krisi ekonomi yang kemudian berlanjut

menjadi krisis multidimensional, diluncurkan Program Daerah Dalam Mengatasi Dampak

Krisis Ekonomi (PDM-DKE), yang kemudian dilanjutkan dengan Program Pengentasan

Kemiskinan Perkotaan ( P2KP ).

        Dalam UU No. 5 tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On

Biological Diversity ( Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keaneka ragaman

Hayati ) dijelaskan bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

menggariskan agar Pemerintah Negara Republik Indonesia melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

        Dalam Pasal 33 Ayat (3) Undang – Undang Dasar 1945 menggariskan bahwa “Bumi

dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan

Page 16: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran Rakyat “, selain itu juga Ketetapan

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor II/MPR/1993 tentang Garis –

Garis Besar Haluan Negara, khususnya tentang Lingkungan Hidup dan Hubungan Luar

Negeri, antara lain menegaskan sebagai berikut :

a)  Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian penting dari ekosistem yang

berfungsi sebagai penyangga kehidupan seluruh makhluk hidup di muka bumi diarahkan

pada terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian

yang dinamis dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan

nasional yang berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu,

memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, merehabilitasi kerusakan lingkungan,

mengendalikan pencemaran, dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

b)  Sumber daya alam di darat, di laut maupun di udara , dikelola dan dimanfaatkan dengan

memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup agar dapat mengembangkan daya dukung

dan daya tamping lingkungan yang memadai untuk memberikan manfaat bagi sebesar-besar

kemakmuran rakyat, baik bagi generasi masa kini maupun bagi generasi masa depan.

Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan hidup dalam kehidupan

manusia terus ditumbuhkembangkan melalui penerangan dan pendidikan dalam dan luar

sekolah, pemberian rangsangan, penegakan hukum, dan disertai dengan dorongan peran aktif

masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan ekonomi

sosial.

c)  Konservasi kawasan hutan nasional termasuk flora dan faunanya serta keunikan alam

terus ditingkatkan untuk melindungi keanekaragaman plasma nutfah, jenis spesies, dan

ekosistem. Penelitian dan pengembangan potensi manfaat hutan bagi kepentingan

kesejahteraan bangsa, terutama bagi pengembangan pertanian, industry, dan kesehatan terus

ditingkatkan. Inventarisasi, pemantauan dan perhitungan nilai sumber daya alam dan

lingkungan hidup terus dikembangkan untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatannya.

d)  Kerja sama regional dan internasional mengenai pemeliharaan dan perlindungan

lingkungan hidup, dan peran serta dalam pengembangan  kebijaksanaan internasional serta

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tentang lingkungan perlu terus ditingkatkan bagi

kepentingan pembangunan berkelanjutan.

e)  Hubungan luar negeri merupakan kegiatan antar bangsa baik regional maupun global

melalui berbagai forum bilateral dan multilateral yang diabadikan pada kepentingan basional,

dilandasi prinsip politik luar negeri bebas aktif dan diarahkan untuk turut mewujudkan

tatanan dunia baru berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial serta

Page 17: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

ditujukan untuk lebih meningkatkan kerjasama internasional, dengan lebih memantapkan dan

meningkatkan peranan Gerakan Nonblok.

f)  Peranan Indonesia di dunia internasional dalam membina dan mempererat persahabatan

dan kerjasama yang saling menguntungkan antara bangsa-bangsa terus diperluas dan

ditingkatkan. Perjuangan bangsa Indonesia di dunia internasional yang menyangkut

kepentingan nasional, seperti upaya lebih memantapkan dasar pemikiran kenusantaraan,

memerlukan ekspor dan penanaman modal dari luar negeri serta kerja sama ilmu pengetahuan

dan teknologi, perlu terus ditingkatkan.

g)  Langkah bersama antar negara berkembang untuk mempercepat terwujudnya perjanjian

perdagangan internasional dan meniadakan hambatan serta pembatasan yang dilakukan oleh

negara industry terhadap eksport negara berkembang, dan untuk meningkatkan kerjasdama

teknik antar negara berkembang, terus dilanjutkan dalam rangka mewujudkan tata ekonomi

serta tata informasi dan komunikasi dunia baru.

        Peranan aktif pemerintah RI disesuiakan dengan amanat yang digariskan baik GBHN

maupun program yang digariskan pemerintah dalam kaitannya dengan pelaksanaan

pembangunan nasional melalui pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan daya

dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.

Pengakuan masyarakat internasional kepada Indonesia menjadi ketua Preparatory Committee

WSSD (World Summit on Sustainable Development ) dan menjadi tuan rumah sidang

persiapan terakhir pada tingkat Menteri WSSD membuka kesempatan sebesar-besarnya bagi

pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari

pelaksanaan WSSD. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengeluarkan

Agenda 21- In donesia mengenai strategi pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal dan

nasional pada tahun 1997 serta memiliki Agenda 21 Sektoral yang dapat dijadikan dasar di

dalam meningkatkan pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan.   Indonesia

meratifikasi seluruh konvensi hasil UNCED 1992 ( UNFCCC, UNCBD, dan UNCCD ) dan

memiliki perangkat normative penunjang pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan

seperti Undang-Undang Lingkungan Hidup serta beberapa ketentuan dalam bentuk Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Keputusan  Menteri.

         Sebelum tahun 1982 peraturan hukum mengenai lingkungan tersebar dalam berbagai

peraturan perundang-undangan. Masing-masing peraturan perundang-undangan tersebut

berdiri sendiri, tidak ada ikatan antara satu dengan yang lainnya sehingga efektifitasnya

sudah banyak yang berkurang ( Abdurachman, 1983). Karena itu  dibutuhkan peraturan

perundangan lingkungan yang menyeluruh, integral dan komprehensif. Keinginan tersebut

Page 18: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

terwujud pada tanggal 11 Maret tahun 1982 yaitu dengan disahkannya Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup

(UULH) oleh Presiden Republik Indonesia. Undang-Undang ini menjadi landasan hukum 

seluruh kebijakan dan penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia selama 15

tahun yaitu dari tahun 1982 sampai tahun 1997. Pada tanggal 19 eptember 1997 Presiden

Republik Indonesia telah mensahkan berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai pengganti UULH.

        BAB III

P E N U T U P

1.  Kesimpulan :

     Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.1. Topik yang diangkat  dalam KTT Bumi Rio de Janeiro adalah permasalahan polusi,

perubahan iklim, penipisan lapisan ozon, penggunaan dan pengelolaan sumber daya air dan

lautan, meluasnya  penggundulan hutan, penggurunan dan degradasi tanah, limbah-limbah

berbahaya serta berkurangnya keanekaragaman hayati.

1.2.  Dalam KTT Rio de Janeiro, dihasilkan lima dokumen meliputi : (a) Deklarasi Rio juga

dikenal dengan “Earth Chapter” (b)Pernyataan Prinsip-Prinsip Kehutanan (c) Konvensi

tentang perubahan iklim (d) Konvensi Keanekaragaman Hayati (e) Agenda-21 merupakan

“action plan” yaitu merupakan aksi pembangunan bewrkelanjutan. Untuk mengawasi dan

melaporkan pelaksanaan keefektifan tindak lanjut dari KTT Bumi maka dibentuklah Komisi

Pembangunan Berkelanjutan /Commission on Sustainable Development (CSD) pada bulan

Desember 1997.

1.3. Agenda-21 di tingkat nasional diselesaikan tahun 1996, dokumen itu dicapai lewat

proyek yang dibiayai oleh UNDP dan dilaksanakan oleh Kantor Menteri Nergara Lingkungan

Hidup. Cakupan Agenda 21-Nasional meliputi :

(a) Pelayanan Masyarakat : (1) Pengentasan Kemiskinan; (2) Perubahan Pola Konsumsi ; (3)

Dinamika Penelitian ; (4) Pengelolaan dan Peningkatan Kesehatan; (5) Pengembangan

perumahan dan pemukiman; (6) Instrumen Ekonomi serta neraca ekonomi dan lingkungan

terpadu.

(b) Pengelolaan Limbah : (7) Perlindungan Atmosfer ; (8) Pwengelolaan limbah bahan

beracun dan berbahaya ; (9) Pengelolaan bahan kimia beracun ; (10) Pengelolaan limbah

radioaktif ; (11) Pengelolaan limbah padat dan cair.

Page 19: Ktt Bumi Rio de Jeneiro

(c) Pengelolaan sumber daya tanah : (12) Penataan Sumber daya tanah ; (13) Pengelolaan

hutan ; (14) Pengembangan Pertanian ; (15) Pengembangan Pedesaan ; (16) Pengelolaan

sumber daya air.

(d) Pengelolaan Sumber Daya Alam : (17) Konservasi keaneka ragaman hayati ; (18)

Pengembangan Bioteknologi; (19) Pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan.

1.4. Agenda 21-Indonesia dapat dijadikan sebagai suatu “advisory document” yang

mencakup aspek kebijakan, pengembangan program dan strategi yang meliputi hampir

seluruh perencanaan pembangunan bidang sosial, ekonomi dan lingkungan. Dokumen berisi

rekomendasi untuk pembangunan berkelanjutan sampai tahun 2020 untuk setiap sector

pembangunan, termasuk pelayanan masyarakat dan partisipasi masyarakat.

1.5. Indonesia meratifikasi seluruh konvensi hasil UNCED 1992 dan memiliki perangkat

pelaksanaan agenda pembangunan berkelanjutan seperti Undang-Undang Lingkungan Hidup

serta beberapa ketentuan dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan

Presiden, dan Keputusan Menteri.

2. Saran

    Sebagai akhir dari penulisan makalah tentang Rio de Janeiro ini adalah sebuah harapan dan

tantangan akan kesadaran bagi kita semua sebagai manusia khususnya, dan sebagai

masyarakat Indonesia maupun dunia pada umumnya, dalam melihat dan berpartisipasi aktif

keikutsertaannya menjaga dan memelihara lingkungan hidup, demi untuk keberlanjutan bumi

yang kita tempati.

DAFTAR PUSTAKA