proposal ok

56
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi otak terganggu yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh, tergantung bagian mana otak yang rusak (Pudiastuti, 2011, hlm. 55). Menurut Smeltzer (2001, hlm. 873) merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke merupakan penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak) karena kematian jaringan otak (infark serebral) penyebabnya adalah berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah. Sekitar 795.000 stroke terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Satu dari enam orang di seluruh dunia akan mengalami stroke, dan setiap 6 detik seseorang akan meninggal akibat stroke (Centers for Disease Control and Prevention, 2012, ¶ 1). Insiden stroke menurut hasil Riset Kesehatan

Upload: ticko-pello

Post on 31-Jan-2016

246 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

gk

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal OK

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah gangguan peredaran darah di otak menyebabkan fungsi otak terganggu

yang dapat mengakibatkan berbagai gangguan pada tubuh, tergantung bagian mana

otak yang rusak (Pudiastuti, 2011, hlm. 55). Menurut Smeltzer (2001, hlm. 873)

merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentinya suplai darah ke

bagian otak. Stroke merupakan penyakit serebrovaskular (pembuluh darah otak)

karena kematian jaringan otak (infark serebral) penyebabnya adalah berkurangnya

aliran darah dan oksigen ke otak dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau

pecahnya pembuluh darah.

Sekitar 795.000 stroke terjadi setiap tahun di Amerika Serikat. Satu dari enam orang di

seluruh dunia akan mengalami stroke, dan setiap 6 detik seseorang akan meninggal akibat

stroke (Centers for Disease Control and Prevention, 2012, ¶ 1). Insiden stroke

menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi peningkatan

insiden stroke pada tahun 2007 sebanyak 8,3/1000 penduduk menjadi 12,1/ 1000

penduduk pada tahun 2013. Prevalensi ini juga diikuti oleh angka kejadian stroke

yang terdiagnosa atau yang tercatat oleh tenaga kesehatan sebesar 57,9% dan sisanya

belum dapat di di dokumentasikan karena beberapa faktor seperti jarak antara rumah

dan fasilitas kesehatan yang jauh. Di Jawa Tengah sendiri sebanyak 7,7/1000

penduduk yang terdiagnosa stroke oleh tenaga kesehatan pada tahun 2013. Penyebab

kematian sebanyak 41,3/1000 penduduk pada usia lebih dari 75 tahun (Riskesdas,

2013, ¶ 11).

Page 2: Proposal OK

Hasil penelitian diatas menyebutkan bahwa stroke menjadi penyebab kematian

terbanyak di usia lebih dari 75 tahun sebanyak 41,3% per 1000 penduduk. Hal ini

membuat banyak peneliti mengembangkan penelitian mereka mengenai aktivitas yang

dapat dilakukan penderita stroke agar dapat mengembalikan fungsi motorik mereka.

Latihan pada penderita stroke, untuk stroke hemoragik maupun stroke iskemik

sangatlah penting. Selain berguna untuk menghilangkan kekakuan juga berguna

mengembalikan fungsi persendian secara optimal. Pada akhirnya pasien mampu

melakukan aktivitas sehari-hari.

Aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi

kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari (Smeltzer, 2001, hlm. 871). Salah satu

program rehabilitasi yang sering dipergunakan untuk mengembalikan fungsi karena defisit

motorik adalah program latihan gerak. Dalam teknik ini dilakukan latihan fungsional dan

identifikasi kunci utama tugas-tugas motorik. Setiap tugas motorik dianalisis, ditentukan pada

aktivitas sehari-hari pasien. Latihan motorik harus dilakukan dalam bentuk aktivitas

fungsional karena tujuan dari rehabilitasi tidak hanya sekedar mengembalikan suatu

pergerakan akan tetapi mengembalikan fungsi (Widiyanto, 2009, hlm. 118)

Dampak dari stroke di antaranya adalah keterbatasan dalam melakukan aktifitas seperti

mandi, makan, melepas baju dan lain-lain. Widuri (2010, hlm. 7) mengatakan aktifitas adalah

suatu energi atau kemampuan bergerak pada seseorang secara bebas, mudah dan teratur untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara mandiri maupun dengan bantuan orang lain atau

hanya dengan bantuan alat, sehingga tingkat ketergantungan pasien stroke sangat bervariasi

termasuk dalam melakukan Activity of Daily Living.

Untuk melakukan aktivitas sehari-hari selain dukungan dari perawat, dokter, terapis

melibatkan juga anggota keluarga. Keluarga harus tahu bagaiman cara melatih aktivitas bagi

Page 3: Proposal OK

pasien pasca stroke setelah pulang ke rumah pasca perawatan di rumah sakit. Motivasi ini

harus diberikan kepada pasien agar pasien bersemangat dan tidak mudah putus asa karena

kelumpuhan yang dialami. Pendidika kesehatan adalah suatu penerapan pendidikan di bidang

kesehatan. Sehingga proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses

pertumbuhan, perkembangan atau perubahan ke arah dewasa dan lebih baik, lebih matang

pada individu atau kelompok masyarakat (Notoatmodjo, 2007, hlm. 108).

Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondis ekstrinsik yang merangsang

perilaku tertentu dan respon intrinsik yang menampakkan perilaku manusia (Swanburg, 2000,

hlm. 282). Dukungan yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan

dari keluarga. Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap

kesehatan pasien. Dukungan yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi

keperawatan misalnya memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat hidup klien

(Asmadi, 2008, hlm. 5)

Penelitian oleh Indahsari, Agusman dan Ekowati (2013) tentang perubahan fungsi

fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada lansia dengan

stroke. Hasil penelitian didapatkan mayoritas umur responden adalah 69,75 tahun,

jenis kelamin sebagian besar adalah laki-laki. Perubahan fungsi fisik pada lansia

dengan stroke sebagian besar berjalan dengan bantuan. Kebutuhan Aktivitas Hidup

Sehari-hari (AHS) pada lansia stroke sebagian besar dependen berat. Ada hubungan

perubahan fungsi fisik terhadap kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada

lansia dengan stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang)

(pvalue=0,029).

Penelitian yang dilakukan oleh Fadluloh, Upoyo dan Hartanto pada penelitiannya

(2014) yang berjudul hubungan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas

Page 4: Proposal OK

kehidupan sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke di poliklinik syaraf

RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil analisis diperoleh p-value =

0,003 dan tingkat korelasi (r) = 0,521. Sehingga kesimpulannya ada hubungan yang

bermakna antara tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas kehidupan

sehari-hari (AKS) dengan harga diri penderita stroke.

Penelitian yang dilakukan oleh Hasan dan Rufaidah (2013) tentang hubungan antara

dukungan sosial dengan strategi coping pada penderita stroke. Hasil analisis product

moment menunjukkan korelasi 0,563 dengan p = 0,000 ( p = 0,01 ) , itu berarti ada

hubungan yang positif dan signifikan antara dukungan sosial dengan strategi coping

pada pasien dengan stroke. Sumbangan efektif ( SE ) dukungan sosial untuk

mengatasi strategi sebesar 31,7 % , sehingga masih memiliki 68,3 % faktor lain yang

mempengaruhi munculnya strategi coping pada pasien dengan stroke.

Berdasarkan hasil literatur tersebut diatas, ada pengaruh antara ketergantungan dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari dengan harga diri pasien stroke. Jadi semakin pasien

tidak dapat menggerakkan anggota tubuhnya maka semakin turun harga dirinya. Oleh

karena itu, perlunya dukungan keluarga terhadap motivasi pasien dalam melakukan

aktifitas. Sehingga pasien tidak hanya mengandalkan tenaga kesehatan tetapi juga

dukungan dari keluarga berperan penting.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian tentang

pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian melakukan Activity of Daily Living

pada pasien stroke.

Page 5: Proposal OK

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

Bagaimana pengaruh motivasi keluarga terhadap kemadirian melakukan ADL pada

pasien stroke?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian melakukan

ADL pada pasien stroke

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik penderita stroke berdasarkan usia, jenis kelamin,

tipe stroke, lama pemulihan paska serangan, dan kekuatan otot

b. Untuk mengetahui gambaran tingkat ketergantungan dalam pemenuhan aktivitas

kehidupan sehari-hari (AKS) penderita stroke

c. Untuk mengetahui motivasi kelurga terhadap pasien stroke.

d. Untuk mengetahui kekuatan pengaruh motivasi keluarga terhadap kemandirian

melakukan ADL pada pasien stroke.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penderita Stroke

Penderita mampu mengidentifikasi tingkat ketergantungan dalam pemenuhan

aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan harga dirinya.

Page 6: Proposal OK

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi

rumah sakit untuk menentukan kebijakan melalui peningkatan pelayanan asuhan

keperawatan yang memperhatikan dan mengoptimalkan tingkat fungsional penderita .

3. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan kepustakaan dala

pengembangan ilmu kesehatan khususnya tentang pemenuhan aktivitas sehari-hari.

4. Bagi peneliti

Penelitian dapat mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya sehingga dapat

menambah variabel dalam penelitian selanjutnya.

Page 7: Proposal OK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam bab II ini, membahas tentang konsep penyakit stroke, konsep

aktivitas, konsep indeks Barthel, konsep motivasi keluarga dan kerangka teori.

I. Stroke

A. Pengertian

Stroke adalah gangguan fungsi otak yang terjadi dengan cepat (tiba-tiba) dan

berlangsung lebih dari 24 jam karena gangguan suplai darah ke otak. Dalam

jaringan otak, kekurangan aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi bio-

kimia yan dapat merusakkan atau mematika sel-sel otak. Kematian jaringan

otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu.

Seperti yang kita ketahui, otak adalah pusat sistem saraf dalam tubuh manusia.

Otak tidak hanya mengendalikan gerakan namun juga pikiran, ingatan, emosi,

suasana hati, bahkan sampai dorongan seksual. Selama masih hidup, otak

terus-menerus menerima rangsangan, mengolah dan menyimpan informasi

dalam bentuk memori (Wiwit, 2010, hlm. 14/ Wiwit. 2010. Stroke dan

penanganannya: memahami, mencegah dan mengobati stroke. Jogjakarta:

Katahati).

Page 8: Proposal OK

Stroke atau Cerebral Vasculer Accident (CVA) adalah gangguan dalam

sirkulasi intraserebral yang berkaitan vascular insufficiency, trombosis, emboli

atau perdarahan (Widagdo, Suharyanto dan Aryani, 2008, hlm. 87/ Widagdo,

Suharyanto dan Aryani. 2008. Asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem persyarafan. Jakarta: Trans Info Media).

B. Etiologi penyakit stroke menurut Muttaqin (2008, hlm. 235) antara lain :

1. Trombosis arteri

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan

edema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis ini biasanya terjadi pada

orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena

penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat

menyebabkan iskemia serebri.

2. Emboli

Emboli serebri merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh

bekuan darah, lemak dan udara.

3. Hemoragik

Perdarahan intrakranial atay intra serebri meliputi perdarahan di dalam

ruang subarakhnoid atau di dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini

dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi. Pecah pembuluh darah

otak menyebabkan perembesan darah darah ke dalam ke dalam parenkim

otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan

Page 9: Proposal OK

jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak , jaringan

otak tertekan sehingga terjadi infark otak, edema dan mungkin herniasi

otak.

C. Faktor resiko

Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat sesorang rentan

terhadap serangan stroke. Menurut Junaidi (2011, hlm. 9) faktor resiko stroke

dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :

a. Tidak dapat dikontrol:

1) Umur: Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Setelah umur 55 tahun resiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat tiap

dekade. Menurut Schutz penderita yang berumur antara 70-79 tahun

banyak menderita perdarahan intrakranial.

2) Ras / bangsa: tingkat kejadian stroke di seluruh dunia tertinggi dialami

oleh orang Jepang dan Cina, menurut Broderick dkk melaporkan orang

negro Amerika cenderung berisiko 1,4 kali lebih besar mengalami

perdarahan intraserebral (dalam otak) dibandingkan kulit putih.

3) Jenis kelamin: laki-laki lebih cenderung untuk terkena stroke lebih

tinggi dibandingkan wanita, dengan perbandingan 1,3:1, kecuali pada

usia lanjut laki-laki dan wanita hampir tidak berbeda.

4) Riwayat keluarga (orang tua atau saudara) yang pernah mengalami

stroke pada usia muda, maka yang bersangkutan beresiko tinggi

terkena stroke.

Page 10: Proposal OK

b. Dapat dikontrol :

1) Hipertensi

2) Diabetes Mellitus

3) Merokok

4) Meminum alkohol

5) Infeksi: virus dan bakteri

6) Obat kontrasepsi oral, obat-obatan lainnya

7) Obesitas/kegemukan

8) Hiperkolesterolemia, hiperlipidemia

9) Stress fisik dan mental

10) Kurang aktifitas fisik

D. Klasifikasi

1. Stroke hemoragik menurut Junaidi (2006, hlm. 58) dibagi menjadi 2

yaitu :

a. Perdarahan subarachnoid (PSA)

Masuknya darah ke ruang subarachnoid baik dari tempat lain

(perdarahan subarachnoid sekunder atau sumber perdarahan

berasaldari rongga subarachnoid itu sendiri/perdarahan subarachnoid

primer). Penyebab paling sering dari PSA adalah robeknya aneurisma

(51-75%) dan sekitar 90% aneurisma sakuler kongenital.

Page 11: Proposal OK

b. Perdarahan Intraserebral (PIS)

Diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah serebral sehingga darah

keluar dari pembuluh darah dan kemudian masuk ke dalam jaringan

otak. Penyebab PIS biasanya karena hipertensi yang berlangsung lama

lalu terjadi kerusakan dinding pembuluh darah dan salah satunya

adalah terjadi mikroaneurisma.

2. Stroke Iskemia

Terjadi setelah aliran darah berkurang atau berhenti karena oklusi atau

hipoperfusi pada pembuluh darah otak dan jika keadaan tersebut tidak

dapat diatasi akan terjadi kematian sel dalam beberapa menit. Penyebab

stroke iskemik adalah karena trombosis, emboli dan hipoperfusi global.

Trombosis merupakan penyebab stroke yang paling sering, biasanya

berkaitan dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat

aterosklerosis. Stroke karena emboli biasanya berasal dari suatu trombosis

dalam jantung serta berasala dari plak aterosklerosis sinus karotikus atau

arteri karotis interna (Tarwoto, Wartonah & Suryati, 2007, hlm. 89).

E. Tanda Gejala

Pinzon, et al., (2010, hlm. 16) menyebutkan tanda dan gejala dari stroke antara lain :

1. Kelumpuhan anggota gerak.

2. Wajah perot.

3. Gangguan bicara.

4. Pusing berputar.

5. Nyeri kepala.

Page 12: Proposal OK

6. Penurunan kesadaran.

7. Penurunan tajam penglihatan.

8. Gangguan menelan yang bersifat mendadak.

9. Perubahan tingkah laku.

F. Patofisiologi

Terjadinya stroke sangat erat hubungannya dengan perubahan aliran darah otak, baik

karena emboli/oklusi pembuluh darah otak ataupun karena perdarahan pada otak,

menimbulkan tidak adekuatnya suplai oksigen dan glukosa. Berkurannya oksigen atau

meningkatnya karbondioksida merangsang pembuluh darah untuk berdilatasi sebagai

kompensasi tubuh untuk meningkatkan aliran darah lebih banyak. Sebaliknya keadaan

vasodilatasi memberi efek pada peningkatan tekanan intrakranial (Tarwoto, Wartonah

& Suryati, 2007, hlm. 86).

Trombus dapat berasal dari plak ateroslerotik atau darah dapat beku pada area yang

stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi. Trombus

dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah.

Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluah darah

yang bersangkutan dan edema serta kongesti di area sekitar. Edema dapat berkurang

dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Oklusi pada

pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti

trombosis. Jika terjadi aseptik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah

maka akan terjadi abses atau ensefalitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh

darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan

Page 13: Proposal OK

menyebabkan perdarahan serebral. Otak menerima 15-20% dari cardiac output.

Cerebral Blood Flow(CBF) pada keadaan istirahat 50-60 ml per menit per 100 gram

otak, jika CBF berkurang menjadi 20 ml per menit per 100 gram otak, otak berada

dalam keadaan iskemik yang menyebabkan terjadinya gangguan fungsi otak. Jika

CBF berkurang menjadi 8-10 ml per menit per 100 gram otak, sel otak berada dalam

keadaan infark dan sel otak akan mati dalam waktu beberapa menit, jika tidak segera

diatasi akan timbul defisit neurologis dan menyebabkan kecacatan atau kematian

(Rasyid & Soertidewi, 2007, hlm. 65).

Perdarahan intaserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian

dibandingkan keseluruhan penyakit serebrovaskuler karena perdarahan yang luas

terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan menyebabkan

herniasi otak pada falk serebri. Kematian dapat disebabkan oleh kematian batang otak,

hemisfer otak dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke

batang otak. Jika sirkulasi serebral terhambat dapat berkembang anoksia serebral.

Selain kerusakan parenkim otak, volume perdarahan yang relatif banyak juga akan

mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan tekanan perfusi otak

serta gangguan drainase otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan

kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang

terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Mutaqqin, 2008, hlm 131).

Page 14: Proposal OK

G. Komplikasi

Beberapa komplikasi penyakit stroke adalah sebagai berikut (Junaidi, 2006, hlm.42):

1. Kejang

Kejang biasanya terjadi dalam 2 minggu setelah serangan stroke, yang biasa

disebut dengan early seizure atau kejang dini. Stroke yang sering

menimbulkan kejang adalah stroke yang mengenai daerah kortikal.

Kemungkinna terjadinya kejang dini lebih sering pada stroke infark karena

emboli dibandingkan dengan infark infark trombolitik. Untuk mengatasi

kejang dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,2-0,3 mg/KgBB atau obat

lain sejenis.

2. Trombosis Vena Dalam (TVD)

Timbulnya komplikasi Trombosis Vena Dalam (TVD) dapat menyebabkan

terjadinya kematian atau kecacatan pada pasien stroke. Penggunaan asam

tranexamic dalam mengobati perdarahan dapat memperbesar kemungkinan

terjadinya TVD. Begitu diagnosis TVD sudah ditegakkan, maka terpai

antikoagulasi adalah heparin (antikoagulan parenteral) sedangkan warfarin

(antikoagulan oral).

3. Emboli Pulmonal (EP)

Tanda dan gejala dari EP antara lain nyeri dada, batuk darah (hemoptisis),

sesak nafas (dyspnoe), nadi cepat (tachykardi), dan nafas cepat (tachynoe). EP

dapat menyebabkan syok kardiogenik atau kematian mendadak. Terapi

antikoagulasi atau fibrinolitik dapat diberikan kepada pasien.

Page 15: Proposal OK

4. Perdarahan saluran cerna

Kejadian perdarahan saluran cerna pada pasien stroke sebagai komplikasi

strokenya sendiri maupun karena obat yang diberikan seperti penggunaan

kortikostreroid atau nasogastrik.

5. Dekubitus

Tidur terlalu lama karena lumpuh dapat mengakibatkan luka lecet pada tubuh

yang menjadi tumpuan saat berbaring seperti pinggul, pantat, sendi kaki dan

tumit. Luka lecet (dekubitus) ini apabila dibiarkan akan terkena infeksi. Untuk

mencegahnya, pasien hendaknya sering dipindah dan digerakkan secara

teratur.

6. Kekakuan otot dan sendi

Terbaring lama akan menimbulkan kekakuan pada otot atau sendi. Untuk

itulah fisioterapi dilakukan sehingga kekakuan tidak terjadi atau minimal

dikurangi.

7. Depresi

Pasien stroke serigkali mudah marah dan depresi. Hal itu terjadi karena pasien

merasa tidak berdaya dan khawatir akan masa depan serta keterbatasnnya

akibat lumpuh, sulit berkomunikasi dan sebagianya. Depresi ini dapat

ditunjukkan dengan sikap marah dan kesal pada orang disekelilingnya

(Sustrani, Alam, & Hardibroto, 2003, hlm. 22).

Page 16: Proposal OK

H. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pasien stroke adalah sebagai berikut (Widuri, 2010, hlm. 38):

1. Angiografi Serebral

Mendeteksi abnormalitas di dalam pembuluh darah otak (menyempit atau

tersumbat atau adanya aneurisma dan mengetahui tingkat penyempitan atau

penyumbatannya).

2. MRI (Magnetic Resonance Scanning)

Mendeteksi berbagai kelainan otak dan pembuluh darah otak yang sangat kecil

dan tidak mungkin dijangkau oleh CT Scan.

3. PET (Positron Emission Tomography)

Untuk memantau gangguan fisiologi, seperti metabolisme gula dalam otak.

4. Ultrasonografi Doppler

Mengidentifikasi penyakit arteriovena maslah sistem arteri karotis (aliran

darah atau timbulnya plak) dan arteriosklerosis.

5. EEG (Electroensefalography)

Mengidentifikasi maslah pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah

lesi yang spesifik.

6. Sinar tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan

dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosis

serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarachnoid.

Page 17: Proposal OK

7. EKG (Electrokardiography)

Pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara rutin untuk mendeteksi adanya

infark miokard atau aritmia jantung. Salah satu bentuk aritmia adalah fibrilasi

atrium yang sering menyebabkan stroke iskemik akibat emboli yang

ditimbulkan. Selain itu, infark miokard dan stroke memiliki banyak kesamaan

faktor resiko.

II. Konsep Aktivitas

Gordon (2002, dalam Kozier., 2010, hlm 587) mengemukakan bahwa aktivitas adlah

rutinintas latihan, aktivitas, waktu luang dan rekreasi yang dilakukan seseorang yang

terdiri dari atas:

1. Aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) yang memerlukan pengeluaran energi

seperti higiene, memasak, berbelanja, makan, bekerja dan merawat rumah

2. Tipe, kualitas dan kualitas latihan termasuk olahraga.

Menurut Potter & Perry (2010, hlm. 529) Activity Daily of Living(ADL) adala

aktivitas yang diperlukan untuk menjadi mandiri masyarakat selain makan, berhias,

memindahkan, ke kamar mandi dan meliputi kemampuan seperti berbelanja,

mempersiapkan makanan, keuangan dan mengambil obat.

Pasien stroke pada umumnya mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas

keseharianny karena kelemahan pada salah satu sisi anggota. Pada masa ini, pasien

stroke akan sangat membutuhkan bantuan dari orang lain. Aktivitas kehidupan pasien

Page 18: Proposal OK

stroke terganggu seperti makan, mandi, berpakaian, toileting dan lain-lain. Aktivitas

tersebut terganggu karena terjadi kelumpuhan pada anggota gerak. Oleh karena itu

fungsi ADL menurut Meiyani (2010, hlm. 1) antara lain:

1. Mengembangkan ketrampilan – ketrampilan pokok untuk memelihara dan

memenuhi kebutuhan – kebutuhan pribadi.

2. Untuk melengkapi tugas-tugas pokok secara efisisen dalam kontak sosial sehingga

dapat diter ima lingkungan.

3. Meningkatkan kemandirian.

Cristiansen, Sehwartz & Barnes (1993, hlm. 178 dalam Santoso, 2003, hlm 11),

berpendapat bahwa Activity Daily of Living (ADL)terdiri dari berbagai macam, yaitu:

1. ADL dasar

Kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang untuk dapat merawat

dirinya, meliputi berpakaian, makan minum, toileting, mandi dan berhias.

2. ADL Instrumental

ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan

sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telepon, menulis,

mengetik, mengelola uang kertas dan koin, menghitung dan meberi kembalian.

3. ADL Vokasional

ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan sekolah. Misalnya: pergi

ke sekolah atau pergi bekerja.

Page 19: Proposal OK

III. Indeks Barthel

IV. Keluarga

A. Pengertian

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan, adopsi,

dan kelahiran yan bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari individu-

individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan

untuk mencapai tujuan bersama (Friedman, 1998, dalam Achjar, 2010, hlm. 1).

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih individu yang saling tergantung satu

sama lainnya untuk emosi, fisik dan dukungan emosi (Hanson, 1996, dalam Achjar,

2010, hlm. 2).

B. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1986, dalam Setyowati & Murwani, 2008, hlm.

29) terdiri dari lima fungsi dasar keluarga yaitu:

1. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari

keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik

senang mauun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga

Page 20: Proposal OK

mengekspresikan kasih sayang. Kberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluaruh keluarga. Keluarga

yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat

mengembangkan konsep diri positif.

2. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang

diwujudkan dalam sosialisasi. Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan

pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini

anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,

meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

3. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi

keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan

kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual dengan cara memelihara

dan merawatanggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota

keluarga.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana

keluarga.

Page 21: Proposal OK

5. Fungi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya

manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk

memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk

keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.

C. Pengertian Dukungan keluarga

Dukungan sosial didefinisikan sebagai penukaran informasi pada tingkat interpersonal

yang memberikan dukungan emosional (individu dalam keluarga meyakini bahwa

mereka dicintai dan disayang), dukungan harga diri (anggota keluarga mempercayai

bahwa mereka dihormati dan dihargai) dan dukungan jaringan (anggota keluarga

meyakini bahwa mereka termasuk dalam jaringan komunikasi tempat dukungan dan

pemahaman bersama ditekankan) (Friedman, Vicky & Elaine, 2010, hlm. 436)

Kane (dalam Friedman, Vicky & Elaine, 2010, hlm. 446) mendefinisikan dukungan

sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan

sosialnya. Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama masa hidup

dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus

kehidupan keluarga. Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit.

D. Sumber dukungan keluarga

Keluarga telah lama dipandang sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan

dan perkembangan yang sehat. Keluarga memiliki pengaruh penting terhadap

Page 22: Proposal OK

pembentukan identitas dan konsep diri individu yang menjadi anggotanya. Dukungan

sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh

anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga

(dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal

antara lain dukungan dari suami atau istri, saudara kandung atau dukungan dari anak

dan dukungan sosial keluarga eksternal antara lain sahabat, tetangga, pekerjaan,

sekolah, dll (Friedman, 1998, hlm. 196).

E. Jenis dukungan keluarga

Menurut House (1994, dalam Setiadi, 2008, hlm. 22-23)Jenis-jenis dukungan

keluarga;

a. Dukungan instrumental

Keluarga memberikan pertolongan secara langsung.

b. Dukungan informasional

Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan disseminator (penyebar

informasi).

c. Dukungan penilaian (appraisal)

Keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan

masalah dan sebagai sumber dan vasilidator identitas keluarga.

d. Dukungan emosional

Page 23: Proposal OK

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Page 24: Proposal OK

BAB 3

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Tahap paling penting dalam suatu penelitan adalah menyusun kerangka konsep. Konsep

adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu

teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun

yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil

penemuan dengan teori (Nursalam, 2008, hlm. 55). Kerangka konsep penelitian pada

dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau

diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005, hlm. 69).

Skema 3.1

B. Kerangka konsep

a. Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas pertanyaan

penelitian yang telah dirumuskan di dalam perencanaan penelitian. Hipotesis adalah

jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya

akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melampaui pembuktian dari hasil

Kemandirian ADL Motivasi keluarga

Variabel indepen Variabel dependen

Page 25: Proposal OK

penelitian , maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau ditolak

(Notoatmodjo, 2005, hlm. 72).

Uji hipotesis dilakukan dengan pernyataan hipotesis nol yaitu hipotesis tidak beda

atau tidak ada hubungan , kemudian terhadap sampel dilakukan uji untuk

memperoleh angka apakah cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, hingga dapat

disimpulkan ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok (Sastroasmoro, 2008, hlm.

64).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: ada hubungan antara motivasi keluarga dengan peningkatan kemandirian ADL

b. Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang

didefinisikan yang dapat diamati atau di observasi (Suryabrata, 2006, hlm. 29).

Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam

penelitian, sedangkan cara pengukuran merupakan cara di mana variabel dapat diukur

dan ditetukan karakteristiknya seperti pada table dibawah ini (Hidayat, 2007, hlm.

88):

Page 26: Proposal OK

Table 3.1

Definisi operasional

No. Variabel Definisi cara ukur alat ukur skala ukur

penelitian

1.

2.

ADL adalah aktivitas yang dilakukan dalam sepanjang hari normal, aktivitas tersebut mencakup ambulasi, makan, berpakaian, mandi, menyikat gigi dan berhias (Potter & Perry, 2005, hlm. 208)

ADL Observasi ADL

Indeks Barthel

Kriteria:

Skor 100: mandiri

Skor 80-100: ketergantungan

Skor 60-79: membutuhkan minimal bantuan ADL

Skor 40-59: Tergantung sebagian

Skor 20-39: sangat tergantung

Skor < 20: ketergantungan total

interval

Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit stroke

Kuisioner alat ukur derajat depresi

intervalDengan kuisioner dukungan keluarga terhadap 16 pertanyaan, menggunakan skala likert:

Page 27: Proposal OK

sangat tidak setuju, cukup, setuju, sangat setuju diukur dengan skor 1-5 (Sunyoto, 2012, hlm. 31)

Page 28: Proposal OK

Pre test

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel, waktu dan tempat penelitian,

etika penelitian, alat pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan analisis data.

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan ekperimntal yaitu pre eksperimental design dengan menggunakan jenis penelitian pre test – post test design, yaitu penelitian dilakukan dengan cara memberikan pre test (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi, setelah diberikan intervensi kemudian dilakukan posttest (pengamatan akhir) (Hidayat, 2009, hlm. 61).

Penelitian ini melibatkan satu kelompok responden yaitu pasien stroke di sebuah RS X, yang dilakukan dengan cara responden penelitian diukur dulu tingkat kemandirian ADL sebelum dan sesudah diberikan motivasi tentang kemadirian ADL.

Rancangan penelitian in dapat digambarkan sebagai berikut:

Treatment Post Test

01 X 02

Skema 4.1

Desain penelitian

Keterangan:

01: Observasi sebelum

02: Observasi setelah

X: Perlakuan menggunakan penkes tentang kemandirian ADL.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Page 29: Proposal OK

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke pada tanggal 14 Januari – 20

Februari 2014 di ruang X RS X sebanyak 30 pasien.

2. Sampel

Teknik sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan mengunakan purposive sampling

yaitu seluruh pasien stroke yang telah memenuhi kriteriainklusi untuk penelitian inklusi

untuk penelitian yang digunakan pada tanggal 14 Januari – 20 Februari 2014 di ruang X

RS X berjumlah 25 orang. Dalam penetapan sampel dimasukkan dalam kriteria inklusi

dan eksklusi, sehingga jumlah responden yang sesuai kriterian inklusi 25 orang dan 5

orang yang tidak sesuai.

3. Kriteria inklusi

Penentuan jumlah sampel dan populasi pasien stroke di ruang X RS X dengan ketentuan

kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Pasien yang bersedian menjadi responden penelitian.

2) Usia diatas 20 tahun.

3) Pasien yang mengalami stroke.

4) Pasien stroke yang tidak mengalami tetraplegi.

5) Pasien stroke yang di rawat inap di RS X.

Page 30: Proposal OK

4. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Pasien dengan GCS < 15.

2) Pasien yang menolak untuk menjadi responden penelitian.

C. Waktu dan tempat penelitian

Pelaksanaan penelitian akan dilakukan pada tanggal 14 Januari – 20 Februari 2014 di rusng X

RS X. Alasan peneliti melakukan penelitian di RS X dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. RS X merupakan lahan praktek mahasiswa keperawatan

2. Merupakan RS X tipe B. dikatakan RS tipe B karena mempunyai kapasitas 325 tempat

tidur dan sudah mempunyai 116 bidang pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Page 31: Proposal OK

D. Etika penelitian

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Diberikan kepada responden yang memenuhi criteria inklusi. Peneliti menjelaskan

keikutsertaan responden dalam penelitian, setelah responden menyetujui ikut dalam

penelitian, ditunjukkan dengan menandatangani lembar informed consent yang

telah peneliti siapkan.

2. anonym (tanpa nama)

Kerahasiaan identitas responden dalam penelitian dijaga oleh peneliti, dengan tidak

mencantumkan nama, alamat serta umur pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode berupa nomor pada nama pasien yang hanya diketahui oleh

peneliti saja.

3. confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, baik informai ataupun

masalah-masalah lainnya. Hanya sekelompok data tertentu seperti umur dan

tingkat pendidikan responden saja yang dilaporkan pada hasil penelitian. Setelah

keperluan penelitian ini setelah, data-data responden segera peneliti musnahkan.

4. peneliti ini tidak mempnyai resiko yang membahayakan bagi pasien.

Sehingga apabila terjadi sesuatu di luar perkiraan dalam penelitian, maka peneliti

akan bertanggungjawab serta di selesaikan secara kekeluargaan dan dikolaborasikan

dengan tim kesehatan.

Page 32: Proposal OK

E. Alat pengumpul data

1. Data primer

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuisioner dan observasi.

Yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah data dukungan keluarga dan

data ADL dari pasien. Jumlah item pertanyaan untuk kuisioner dukungan keluarga

berjumlah 15 pertanyaan dan 10 pertanyaan untuk observasi ADL. Pada penelitian ini

kuisioner yang digunakan oeh peneliti merupakan kuisioner modifikasi indeks Barthel.

2. Data sekunder

Data sekunder pada penelitian ini diambil dari rekam medic pasien (nama, jenis kelamin,

umur, diagnose medis), catatan medic, catatan keperawatan di ruang X RS X. Pada

penelitian ini dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas pada pengambilan data yaitu:

a. Mengukur uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrument, suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara

tepat (Notoatmodjo, 2005, hlm. 129). Untuk uji validitas dilakukan uji coba pada 25

reponden di ruang X RS X pada tanggal 19 Desember 2014 – 9 Januari 2014. Teknik

uji validitas yang dipakai adalah uji Chi-Square.

b. Mengukur uji reliabilitas

Tahap selanjutnya setelah dilakukan uji validitas dan hasilnya valid, maka dilakukan uji

reliabilitas. Reliabilitas aalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapt diandalkan (Notoatmodjo, 2005, hlm. 133).

Pengujian relibilitas menggunakan rumus koefisien relibilitas alpha cronbach. Criteria

alpha cronbach yaitu apabila nilai r alpha > konstanta (0,6) artinya pertanyaan tersebut

Page 33: Proposal OK

reliable. Jika r alpha < 0,6 artinya pertanyaan tersebut tidak reliable (Eiyanto, 2009,

hlm. 46).

F. Prosedur pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan pada responden yang telah memenuhi criteria

pengumpulan data. Kemudian dilakukan berbagai tahap yaitu:

1. Mengurus perijinan dari Ketua STIKES Telogorejo sampai ke tempat penelitian RS X.

2. Menyerahkan surat ijin pengambilan data ke ruang Direktorat RS X

3. Mengambil data pendahuluan di bagian rekam medic, setelah mendapat surat balasan dari

pihak RS X.

4. Melakukan sosialisasi kepada kepala ruang X serta perawat ruangan untuk menyamaklan

persepsi dalam melaksanakan penelitian.

5. Peneliti mencari responden dengan penyakit stroke dengan gangguan ADL.

6. Sebelum membagikan kuisioner peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan meyakinkan

kepada calon responden bahwa penelitian ini tidak berbahaya dan tida merugikan, serta

penandatanganan lembar persetujuan (inform consent) bagi calon reponden yang bersedia

terlibat dalam peneliitan ini.

7. Setelah responden menandatangani inform consent, peneliti membagikan kuisioner kepada

responden.

8. Memberikan penjelasan mengenai pengisian kuisioner dan menunggui saat pengisian

kuisioner berlangsung.

9. Setelah responden selesai mengisi kuisioner ADL, peneliti mengobservasi dukungan

keluarga pasien dan bertanya tingkat aktivitas sehari-hari kepada responden ataupun

keluarga

10.Untuk mengukur tingkat ADL respponden peneliti hanya melakukan observasi dan cross

cek pada catatan perkembangan responden.

Page 34: Proposal OK

11.Setelah responden selesai, mengisi kuisioner secara lengkap, peneliti mengecek kembali

kuisioner sebelum juisioner sebelum dikumpulkan dan diolah oleh peneliti.

G. Analisis data

1. Pengolahan data menurut Danim & Darwis (2003, hlm. 259), maka data diolah melalui

tahapan sebagai berikut:

a. Editing (mengedit data)

Editing bertujuan mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan kesesuaian antara

kriterian data yang bertujuan untuk mneguji hipotesis atau menjawab tujuan penelitian.

Dengan tujuan penelitian ini bermakna untuk membuktikan hipotesis. Pada penelitian

ini yang di edit adalah kelengkapan hasil kuisioner.

b. Coading (mengode data)

Coading bertjuan menguantifikasi data kulitatif atau membedakan aneka karakter.

Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama dalam rangka pengelolaan data, baik

secara manual mapun dengan menggunakan computer. Pada pertanyaan dukungan

keluarga 15 pertanyaan dengan pengkodean 1= baik, 2= cukup, 3= sedang. Dan untuk

pengkodean tingkat ADL yang terdiri dari 10 pertanyaan yaitu 1= mandiri, 2=

ketergantungan, 3= membutuhkan minimal bantuan, 4= tergantung sebagian, 5= sangat

tergantung, 6= ketergantungan total.

c. Tabulasi data

Membuat table-tabel yang berisikan data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis

yang dibutuhkan. Data yang dimasukkan adalah data hasil dari kuisioner penelitian

yang telah dijawab oleh responden, sebelum dan sesudah diberikan pendidikan

kesehatan tentang peningkatan kemandirian ADL.

Page 35: Proposal OK

d. Uji asumsi statistik

Menentukan rumus yang tepat untk digunakan dalam rangka analisis/ pengolahan data

penelitian, apakah akan menggunakan statistic parametric atau non parametric. Rumus

yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistic parametric.

e. Pembahasan atau diskusi hasil penelitian

Peneliti mengabstrasikan kembali hasil uji hipotesis, membahas hasil penelitian tesebut,

serta mengkonsultasikannya dengan hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini

berupa kemandirian ADL sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

2. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data,

sehingga data tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan, adapun data dianalisis dengan

menggunakan bantuan program computer. Teknik analisa yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

a. Analis univariat

Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Arikunto, 2006,

hlm. 158). Digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan skor kemandirian

ADL sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan serta karakteristik

responden yang meliputi nama, umur, jenis kelamin dan alamat. Table univariat

menggunakan distribusi frekuensi dan presentase. Dalam penelitian ini menggunakan

skala ordinal (Setiawan & Saryono, 2011, hlm. 123).

Hasil analisis univariat dlam penelitian ini berupa responden (jenis kelamin dan umur).

Page 36: Proposal OK

b. Analisa bivariat

Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan 2 variabel yang meliputi variabel

bebas (kemandirian ADL) dan variable terikat (dukungan keluarga) (Setiawan &

Saryono, 2011, hlm. 123).

Setelah di uji statistic Chi-Square pada variabel bebas dan variabel terikat didapatkan

nilai probabilitas < dari taraf signifikan 0,003 yang bermakna bahwa:

Hipotesa alternative (Ha) diterima jika p value lebih kecil dari α (0,003), hal ini berarti

terdapat pengaruh yang bermakna.

Maka dari hasil penelitian didapatkan hasil p value lebih kurang dari 0,05 yaitu 0,003

maka Ha diterima, yang berarti terdapat pengaruh dukungan keluarga terhadap

kemandirian ADL.

Page 37: Proposal OK

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika

Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Announcements: World Stroke Day. Diakses dari http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm6142a4.htm, tanggal 4 Mei 2014

Fadluloh, Siti. 2014. Hubungan Tingkat Ketergantungan Dalam Pemenuhan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari dengan Harga Diri Rendah Penderita Stroke di Poliklinik

Syaraf RSUD Prof.Dr. Margono Soekarjo Purwokerto http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKK/article/view/922/974 diakses tanggal 3 Mei 2014http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/Siti%20Fathimah%20Fadlulloh_G1D010051.pdf diakses pada tanggal 3 mei 2014

Indahsari, Putri Nur. 2013. Hubungan Perubahan Fungsi Fisik Terhadap Kebutuhan Aktivitas Hidup Sehari-hari (AHS) pada Lansia dengan Stroke (Studi pada Unit Rehabilitasi Sosial Kota Semarang).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu dan seni kesehatan masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Penyakit pemicu stroke. Yogyakarta: Nuha Medika

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Angka Kejadian Stroke Menurut Riskesdas. Diakses dari http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/ tanggal 3 Mei 2014

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC

Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta: EGC

Widiyanto. (2009). Terapi Gerak Bagi Penderita Stroke. MEDIKORA. Vol 5, 118-129

Widuri, Hesti. 2010. Kebutuhan dasar manusia (aspek mobilitas dan istirahat tidur). Yogyakarta: Gosyen Publishing

Wiwit. 2010. Stroke dan penanganannya. Yogyakarta: Katahati

Junaidi, iskandar. 2006. Stroke A-Z. Jakarta: Bhuana Ilmu Popular Gramedia

_______.2010. Panduan praktis pencegahan dan pengobatan stroke. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer Gramedia.

Pinzon, R., Asanti, L., Sugiyanto., & Widyo, K., 2006. Awas stroke!- pengertian, gejala, tindakan, perawatan dan pencegahan. Yogyakarta: Andi