proposal kegiatan kongres nasional maritim -...
TRANSCRIPT
1
PROPOSAL KEGIATAN
KONGRES NASIONAL MARITIM - KONASMI (PESISIR)
Deklarasi dan Pelantikan Pengurus Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir
Seluruh Indonesia (ASPEKSINDO)
HOTEL CLARION MAKASSAR, 9-11 Agustus 2017
KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA
POROS INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA)
HIMPUNAN MAHASISWA PASCASARJANA INDONESIA
(HMPI) DAN PERINGATAN HARI KEBANGKITAN TEKNOLOGI NASIONAL (HAKTENAS)
2
A. LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan 20 pemimpin negara anggota Asosiasi
Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) menandatangani Jakarta Concord dan IORA
Action Plan 2017-2021. Kedua dokumen ini merupakan bentuk komitmen mewujudkan
kawasan yang aman sebagai prasyarat kerjasama berbagai bidang di kawasan lingkar
Samudera Hindia.
“Satu hal yang jadi keinginan bersama, menciptakan Samudera Hindia menjadi
kawasan yang aman dan damai,” kata Presiden dalam konferensi pers penutupan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IORA di Jakarta, Selasa (7/3).
Jakarta Concord dan IORA Action Plan 2017-2021 meliputi sembilan komitmen.
Kesembilan komitmen itu mencakup: keamanan maritim, meningkatkan
perdagangan dan investasi, pengelolaan laut berkelanjutan, kerjasama dalam
mitigasi bencana alam, kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi, pertukaran budaya
dan pariwisata, memajukan blue economy, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan
peningkatan hubungan kelembagaan.
Ini sejalan dengan misi pertama Pemerintahan Jokowi-JK bahwa
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
Misi tersebut kemudian diturunkan menjadi Agenda Nawa Cita Joko Widodo,
Presiden Republik Indonesia yang termaktub dalam agenda pertama, yaitu:
“Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan
pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan
nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.”. Program
tersebut diturunkan melalui:
1. Program Tol Laut, menjadikan Indonesia Pusat Maritim Dunia;
2. Penenggelaman Kapan Ikan Ilegal,
3. Peningkatan Kesejahteraan Nelayan,
4. Meningkatkan produksi Ikan,
3
Penanganan Pelanggaran Kapal Pencari Ikan dimana tahun 2014 telah diselesaikan
sebanyak 38 kasus, kemudian meningkat di tahun 2015 diselesaikan sebanyak 116 kasus dan
meningkat lagi di tahun 2016 terselesaikan sebanyak 171 kasus.
B. LANDASAN HUKUM
1. Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945;
2. Visi dan Misi Jokowi JK tentang NAWA CITA
3. Manifesto Politik dan USDEK Republik Indonesia
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan;
5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran;
6. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Jo Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah;
7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2016 tentang Ketenagakerjaan Maritim;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2016 tentang Organisasi Kemasyarakatan;
9. Keputusan Menteri KP Nomor 73/KEPMEN-KP/2016 Tentang Pengelola Sentra
Kelautan dan Perikanan Terpadu di Pulau-Pulau Kecil dan Kawasan Perbatasan;
10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 85/KEPMEN-KP/2016
Tentang Penetapan Lokasi Pembangunan Sentra Perikanan Nasioal;
11. AD/ART Organiasi Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia (DPP HMP
INDONESIA);
12. Program Kerja Dewan Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia
Tahun 2016-2018.
C. TUJUAN PROGRAM
1. Mencari dan merumuskan solusi terbaik terhadap persoalan kemaritiman dari berbagai
pendekatan: keilmuan, ekonomi, lingkungan, sosial-kemanusiaan dan kebudayaan.
2. Terbentuknya Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia atau
Forum Koordinasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia,
3. MoU dan membuka peluang kerjasama Pemerintah, Swasta dan Perguruan Tinggi dalam
bidang pembangunan Kepulauan dan Kemaritiman,
4. Rekomendasi Akademik membangun Indonesia dalam perspektif maritim dan kepulauan
menuju kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau,
5. Lahirnya buku Kepulauan dan Kemaritiman dalam berbagai perspektif, dan pameran
hasil Riset,
4
6. Menguatkan Keutuhan dan kedaulatan NKRI yang akhir-akhir ini mengalami situasi
kurang menggembirakan,
7. Menggali dan menumbuhkan potensi wilayah berbasis maritim dengan ciri khas
keunggulan masing-masing daerah,
8. Penyamaan visi kemaritiman antara pemerintah pusat dan daerah untuk pembangunan
Indonesia 2025.
9. Pemerataan kesejahteraan pembangunan dan menekan kesenjangan sosial ekonomi
masyarakat perbatasan dan 3T (Terluar, Terdepan, dan Tertinggal).
D. TEMA PROGRAM KEGIATAN
1. Tema Umum:
“KONGRES NASIONAL MARITIM - KONASMI: KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU
INDONESIA POROS INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA)”
2. Sub Kegiatan:
a. Seminar Nasional dan knowledge sharing
b. Simposium Internasional
c. Pameran poster dan lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional
d. Kongres Kemaritiman dan Kepulauan
e. Pembentukan Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir Seluruh Indonesia
(ASPEKSINDO)
f. Roundtable disscussion
E. OUTPUT PROGRAM
Output yang akan dicapai adalah terciptanya nalar kritis untuk melihat persoalan
kedaulatan kemaritiman dan kepulauan dalam komitmen IORA action plan 2017-2019:
perspektif politik bebas aktif dan Terbentuknya Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan
dan Pesisir Seluruh Indonesia (ASPEKSINDO).
F. SASARAN PROGRAM
Sasaran kegiatan ini adalah :
1. Pemerintah Pusat dan Daerah
2. BUMN dan BUMD
3. Pengusaha / Swasta, dan Praktisi
4. Akademisi dan Dosen dalam dan luar negeri
5. Mahasiswa Pascasarjana dalam dan luar negeri.
5
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kemaritiman Indonesia
Indonesia memiliki luas laut mencapai 7,9 juta km2 dan terdiri dari 13.667 pulau
sehingga Indonesia dijuluki sebagai Negara Maritim. Indonesia sebagai Negara Maritim
telah diakui oleh dunia melalui UNCLOS 1982. Kemudian diratifikasi dengan Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 1985. Selain memiliki lautan yang luas, Indonesia memiliki
potensi sumber daya alam yang indah yang ada di dalam laut. Sumber daya alam yang
ada di dalam laut Indonesia, yaitu terumbu karang, ikan, minyak bumi, biota laut, dan
lain-lain. Namun dibalik keindahan dan potensi yang ada di laut Indonesia, banyak
masalah yang dihadapi oleh Indonesia terutama perairannya. Masalah yang tejadi di
perairan Indonesia adalah terkait perbatasan negara dengan negara-negara lain,
kerusakan ekosistem laut akibat prilaku manusia, hilangnya pulau-pulau kecil terluar,
perencanaan tata ruang yang masih berbasis daratan, dan lain-lain. Hal ini perlu diatasi
oleh pemerintah serta partisipasi masyarakat untuk mencapai Indonesia yang utuh dan
berdaulat sebagai Negara Maritim di Mata Internasional.
2. Teori Kemaritiman
Negara maritim adalah negara yang berada dalam kawasan/teritorial laut yang
sangat luas, memiliki banyak pulau, dikelilingi oleh wilayah laut dan perairan, dan
sebagian besar penduduknya bekerja di wilayah perairan. Benua Maritim Indonesia
(BMI) adalah wilayah dengan hamparan pulau-pulau di dalamnya, sebagai satu kesatuan
alamiah antara darat, laut, dan udara dengan sudut pandang iklim, cuaca, keadaan
airnya, tatanan kerak bumi, keberagaman biota serta tatanan sosial budaya.
Banyak definisi mengenai arti dan batasan wilayah pesisir yang telah dibuat
pakar-pakar ilmu kelautan dan pesisir dunia. Menurut Sorensen dan McCreary kawasan
pesisir didefinisikan sebagai perbatasan atau ruang termpat berubahnya dua lingkungan
utama yaitu laut dan daratan (Institutional Arrangemen for Managing Coastal
Resources and Environments ). Karakteristik khusus dari wilayah pesisir menurut Jan C.
Post dan Carl G. Lundin (1996) antara lain:
1. Suatu wilayah yang dinamis dengan seringkali terjadi perubahan sifat biologis,
kimiawi, dan geologis.
2. Mencakup ekosistem dan keanekaragaman hayatinya dengan produktivitas yang
tinggi yang memberikan tempat hidup penting buat beberapa jenis biota laut.
6
3. Ciri-ciri khusus wilayah pesisir, seperti adanya terumbu karang, hutan bakau, pantai
dan bukit pasir, sebagai suatu sistem yang akan sangat berguna secara alami untuk
menahan atau menangkal badai, banjir, dan erosi.
4. Ekosistem pesisir dapat digunakan untuk mengatasi akibat-akibat dari pencemaran,
khususnya yang berasal dari darat (sebagai contoh: tanah basah dapat menyerap
kelebihan bahan-bahan makanan, endapan, dan limbah buangan).
5. Pesisir yang pada umumnya lebih menarik dan cenderung digunakan sebagai
pemukiman, maka di sekitarnya seharusnya dimanfaatkan pula sebagai sumber daya
laut hayati dan nonhayati, dan sebagai media untuk transportasi laut serta rekreasi.
Dalam penentuan wilayah pesisirnya, Indonesia menggunakan batasan pengertian
berdasarkan pendekatan secara ekologis yang digabungkan dengan pendekatan dari segi
perencanaan untuk memperlihatkan batasan secara yuridis dari wilayah pesisir
Indonesia. Menurut UU No. 1 Tahun 2014, Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan
antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
Sedangkan pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2
beserta kesatuan ekosistemnya.
3. Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Pada masa Paleozoikum(masa kehidupan tertua) keadaan geografis Kepulauan
Indonesia belum terbentuk seperti sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan
bagian dari samudra yang sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase
berikutnya, yaitu pada akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan
tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempenglempeng Indo-Australia,
Eurasia dan Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami),
sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau
yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan
membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di
Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua
Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor,
Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara. Pergerakan pulau-
pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah
pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah
membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun
lalu.
Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi
laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi.
7
Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser
ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi laut dangkal berupa
paparan dengan terbentuknya endapan batu gamping. Pada kala Pliosensekitar lima juta
tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang mengakibatkan terjadinya
proses pengangkatan permukaan bumi dan kegiatan vulkanis. Ini pada gilirannya
menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih tepat terbentuk) rangkaian perbukitan
struktural seperti perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian
gunung api aktif sepanjang gugusan perbukitan itu. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus
aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai kegiatan tektonis Plio-Pleistosen.
Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.
Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya
menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi.
Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari
bangsabangsa lain. Dari sekian banyak penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang
paling terkenal di antaranya adalah penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi
Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun
floranya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di
sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah
Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga
Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas
itu disebut denganIndo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia
Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.
Merujuk pada tarikh bumi di atas, keberadaan manusia di muka bumi dimulai
pada zaman Quater sekitar 600.000 tahun lalu atau disebut juga zaman es. Dinamakan
zaman es karena selama itu es dari kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian
besar permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara. Peristiwa itu
terjadi karena panas bumi tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. Jika
ukuran panas bumi turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan
air laut akan turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya jika ukuran panas naik, maka
es akan mencair, dan permukaan air laut akan naik yang disebut zaman Interglacial.
Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman
Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan berbagai perubahan iklim di seluruh dunia,
yang kemudian mempengaruhi keadaan bumi serta kehidupan yang ada diatasnya
termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung kira-kira 20.000
tahun yang lalu hingga sekarang ini.
8
Sejak zaman ini mulai terlihat secara nyata adanya perkembangan kehidupan
manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan
berpikirnya. Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan
keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun manusia mulai mengembangkan
kebudayaan. Beruntung kita bangsa Indonesia memiliki temuan bermacam-macam jenis
manusia purba beserta hasil-hasil kebudayaannya, sehingga sejak akhir abad ke-19 para
ilmuwan tertarik untuk melakukan kajian di negeri kita.
4. Komitmen Pemerintah terhadap Kemaritiman dan Kepulauan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan 20 pemimpin negara anggota Asosiasi
Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) menandatangani Jakarta Concord dan IORA
Action Plan 2017-2021. Kedua dokumen ini merupakan bentuk komitmen mewujudkan
kawasan yang aman sebagai prasyarat kerjasama berbagai bidang di kawasan lingkar
Samudera Hindia.
“Satu hal yang jadi keinginan bersama, menciptakan Samudera Hindia menjadi
kawasan yang aman dan damai,” kata Presiden dalam konferensi pers penutupan
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) IORA di Jakarta, Selasa (7/3).
Jakarta Concord dan IORA Action Plan 2017-2021 meliputi sembilan komitmen.
Kesembilan komitmen itu mencakup: keamanan maritim, meningkatkan
perdagangan dan investasi, pengelolaan laut berkelanjutan, kerjasama dalam
mitigasi bencana alam, kerjasama ilmu pengetahuan dan teknologi, pertukaran budaya
dan pariwisata, memajukan blue economy, pemberdayaan ekonomi perempuan, dan
peningkatan hubungan kelembagaan.
Ini sejalan dengan misi pertama Pemerintahan Jokowi-JK bahwa
Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai
negara kepulauan.
Misi tersebut kemudian diturunkan menjadi Agenda Nawa Cita Joko Widodo,
Presiden Republik Indonesia yang termaktub dalam agenda pertama, yaitu:
“Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar
negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan
pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan
9
nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.”. program
tersebut diturunkan melalui: 1. Program Tol Laut, menjadikan Indonesia Pusat Maritim
Dunia; 2. Penenggelaman Kapan Ikan Ilegal, 3. Peningkatan Kesejahteraan Nelayan, 4.
Meningkatkan produksi Ikan.
Penanganan Pelanggaran Kapal Pencari Ikan dimana tahun 2014 telah
diselesaikan sebanyak 38 kasus, kemudian meningkat di tahun 2015 diselesaikan
sebanyak 116 kasus dan meningkat lagi di tahun 2016 terselesaikan sebanyak 171 kasus.
Pada Tanggal 25 Mei 2015, Bank Indonesia (BI) bersama dengan pemerintah
pusat dan pemerintah daerah melakukan koordinasi kebijakan dalam mendorong
pengembangan ekonomi berbasis maritim.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan hasil
rapat koordinasi menyepakati sejumlah komitmen penting untuk mempercepat
kebangkitan ekonomi maritim Indonesia melalui kebijakan yang konsisten serta
bersinergi dengan implementasi yang tepat waktu dan terukur.
"Beberapa komitmen yang disepakati, antara lain, memperkuat roadmap
pengembangan maritim yang terintegrasi sejalan dengan lima keunggulan komparatif
pembangunan kemaritiman di Indonesia yakni marine biodiversity, posisi geotektonik,
wawasan nusantara dan kewilayahan, arus lintas indonesia, dan jalur pelayaran
internasional atau international sea lanes," ujarnya dalam keterangan resmi yang
diterima Bisnis.com, Senin (25/5/2015). Selain itu, untuk mendorong pembiayaan, bank
dan nonbank, ke sektor maritim juga harus diperkuat dan difokuskan.
Hal itu dilakukan dengan melakukan pembinaan klaster usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) berbasis maritim dan mengembangkan berbagai model pembiayaan
usaha, termasuk mengkaji pola hubungan usaha besar UMKM yang saling
menguntungkan.
Optimalisasi kebijakan dalam jangka pendek dapat dilakukan dengan memitigasi
dampak jangka pendek dari kebijakan di bidang perikanan yakni dengan menyediaan
kapal untuk memperkuat kelancaran pasokan di wilayah KTI, khususnya menjelang
lebaran serta meningkatkan produktivitas ekonomi kelautan dan perikanan, antara lain,
melalui pemberantasan Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing, perbaikan
iklim usaha yang kondusif dan inovasi iptek
Komitmen yang disepakati dalam rapat koordinasi Bank Indonesia bersama
dengan pemerintah yakni mempercepatpembangunan infrastruktur poros maritim serta
mengembangkan industri perkapalan dan pelayaran nasional. Pengembangan
10
infrastruktur dan konektivitas maritim akan menjadi prioritas diantaranya dengan
membangun tol laut, pelabuhan laut dalam atau deep seaport, dan logistik serta
menjamin ketersediaan listrik di daerah perbatasan. Peran serta pemerintah daerah juga
diperkuat secara sinergis dalam mendukung implementasi berbagai kebijakan
pengembangan ekonomi berbasis maritim.
H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM
1. Seminar Nasional
2. Simposium Nasional dan Internasional
3. Kongres Kemaritiman dan Deklarasi Asosiasi / Forum
4. Roundtable disscussion
I. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN KEGIATAN
Hari/Tgl : Rabu-Jumat, 9 – 11 Agustus 2017
Tempat : Hotel Clarion Makassar.
J. KONTRIBUSI PESERTA
1. Pemerintah Daerah Rp. 4.500.000,- (Penginapan, Konsumsi, Transportasi, Sertifikat)
2. Industri / Swasta Rp. 3.000.000,- (Penginapan, Konsumsi, Sertifikat)
3. LSM, Peneliti Rp. 300.000,- (Konsumsi, Sertifikat)
4. Dosen, Mahasiswa GRATIS (Konsumsi, Sertifikat)
Dapat ditransfer melalui no rek Giro BRI : 0230-01-003261-30-5 a.n. HMP
Indonesia.
K. PENUTUP
Demikian proposal ini diajukan, kiranya menjadi referensi dan mendapat perhatian dari
semua pihak terkait demi kelancaran dan kesuksesan kegiatan tersebut. Atas perhatian,
bantuan, dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 10 Mei 2017
Hormat kami,
Dewan Pengurus Pusat
Himpunan / Forum Mahasiswa Pascasarjana Indonesia
[DPP HMPI]
Andi Fajar Asti, M.Pd.,M.Sc Jazilul Fawaid, S.Q.,M.A Ketua Umum Sekretaris Jenderal
11
Lampiran 1
Data-Data terkait Kemaritiman dan Kepulauan
Gambar 1
Penenggelaman Kapal Ikan Ilegal
PENENGGELAMAN KAPAL IKAN ILEGAL
TAHUN 2014
8 KAPAL kapal asing TAHUN 2015
113 KAPAL=109 kapal asing, 4 kapal Indonesia
TAHUN 2016
115 KAPAL=112 kapal asing, 3 kapal Indonesia
TOTAL
236 KAPAL=229 kapal asing, 7 kapal Indonesia
12
Gambar 2
Grand Design Tol Laut Jokowi: Poros Maritim Dunia
13
Gambar 3
Eksploitasi Masif Laut Indonesia
14
Gambar 4
Laut, Masa Depan Indonesia
15
Gambar 5
Potensi Laut Indonesia
16
Gambar 6
PENINGKATAN KESEJAHTERAAN NELAYAN
TAHUN 2015
157kapal nelayan
1.406alat tangkap
18.441bidang Sertifikat Hak atas Tanah Nelayan
30 lokasiPembangunan 30 lokasi perikanan terpadu
7.726Bantuan 7.726 unit sarana dan prasarana penangkapan
17
Gambar 7
TAHUN 2016
1.719Bantuan 1.719 kapal nelayan (5 GT hingga 30 GT)
600.000Pemberian asuransi nelayan kepada 600.000 nelayan
8.000paket alat tangkap
Pemberian bidang Sertifikat Hak atas Tanah Nelayan
18
Gambar 8
PRODUKSI IKAN MENINGKAT
Gambar 9
19
Gambar 10
DATA-FAKTA INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA)