profil 9 kawasan dan upaya tindak lanjut

20
PROFIL CAGAR ALAM MANDOR Kronologis Cagar Alam Mandor ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan SK Het Zelfbestuur Van Het Landscap Pontianak No. 8 Tgl 16 Maret 1936, SK De Residen der Westafdeling Van Borneo Tgl 30 Maret 1936, SK Menteri Pertanian RI No. 757/ Kpts/ Um/ 10/ 1982 Tgl 12 Oktober 1982 Cagar Alam (Penunjukan kawasan seluas 3.080 ha), BA Tata Batas SK Dirjen Kehutanan Tgl 15-1-1980 (Tata batas definitif sepanjang 29 Km). Letak geografis Cagar Alam Mandor terletak antara 00°15’ - 00°20’ LU dan 109°18’ - 109°23’ BT dan secara administrasi masuk Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, Keadaan topografi di Cagar Alam Mandor umumnya datar dan berupa dataran rendah dan perbukitan dengan jenis tanah podsolik. Potensi Flora Vegetasi didominasi oleh beberapa jenis pohon seperti : Meranti (Shorea spp), Rengas (Gluta renghas), Jelutung (Dyera costulata) dan Tengkawang (Shorea stenoptera). Selain jenis yang mendominasi tersebut dalam kawasan ini juga banyak terdapat jenis mempunyai nilai ekonomis lainnya seperti Merbung/Mabang (Shorea pachyphylla), Agatis (Agathis bornensis), Kebaca (Melanorrhoa walicchii), Keladan (Dryobalanops becarii), Ramin (Gonystylus bancanus) dan beberapa jenis tumbuhan lain, selain jenis pohon pada kawasan ini juga terdapat 15 jenis anggrek yang antara lain yaitu: Angrek Hitam (Cologyne pandurata), Angrek Kuping Gajah (Bulbophylum beccarii), Angrek

Upload: amal-aminudin

Post on 10-Sep-2015

273 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SKW III

TRANSCRIPT

PROFIL CAGAR ALAM MANDOR

Kronologis Cagar Alam Mandor ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan SK Het Zelfbestuur Van Het Landscap Pontianak No. 8 Tgl 16 Maret 1936, SK De Residen der Westafdeling Van Borneo Tgl 30 Maret 1936, SK Menteri Pertanian RI No. 757/ Kpts/ Um/ 10/ 1982 Tgl 12 Oktober 1982 Cagar Alam (Penunjukan kawasan seluas 3.080 ha), BA Tata Batas SK Dirjen Kehutanan Tgl 15-1-1980 (Tata batas definitif sepanjang 29 Km). Letak geografis Cagar Alam Mandor terletak antara 0015 - 0020 LU dan 10918 - 10923 BT dan secara administrasi masuk Kecamatan Mandor Kabupaten Landak, Keadaan topografi di Cagar Alam Mandor umumnya datar dan berupa dataran rendah dan perbukitan dengan jenis tanah podsolik.Potensi Flora Vegetasi didominasi oleh beberapa jenis pohon seperti : Meranti (Shorea spp), Rengas (Gluta renghas), Jelutung (Dyera costulata) dan Tengkawang (Shorea stenoptera). Selain jenis yang mendominasi tersebut dalam kawasan ini juga banyak terdapat jenis mempunyai nilai ekonomis lainnya seperti Merbung/Mabang (Shorea pachyphylla), Agatis (Agathis bornensis), Kebaca (Melanorrhoa walicchii), Keladan (Dryobalanops becarii), Ramin (Gonystylus bancanus) dan beberapa jenis tumbuhan lain, selain jenis pohon pada kawasan ini juga terdapat 15 jenis anggrek yang antara lain yaitu: Angrek Hitam (Cologyne pandurata), Angrek Kuping Gajah (Bulbophylum beccarii), Angrek Tebu (Gramotophyllum grama), Angrek Lilin Kecil (Cleisostom subulatum). dan beberapa jenis Nephenthes.Potensi Fauna yang dahulunya pernah dijumpai di CA. Mandor antara lain Beruang Madu (Herlactos malayanus), Kelempiau (Hylobates agilis), Kancil (Tragulus Napu dan Tragulus javanicus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Binturong (Arctictis binturong), dan beberapa jenis musang (Viverriae) serta Landak (Hysterix branchyura) dan lain sebagainya. Salah satu keunikan Habitat dan Tipe ekosistem yang terdapat di kawasan ini adalah hutan rawa gambut, hutan hujan dataran rendah dan hutan kerangas.Permasalahan pada kawasan ini adalah terjadinya penambangan emas oleh masyarakat secara massal 2009 2011, kegiatan peti 2013 masih tetap ada walaupun jumlah pelakunya sudah berkurang dan pola kerjanya berkelompok antara 3 4 orang, dengan TKP lebih terkonsentrasi di sekitar pal batas Nomor B. 12, B. 46, B. 70, dusun Kopiang, Sui. Dayak dan Parit Tengkorak.Upaya dan tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah operasi Pengamanan Fungsional, Operasi Penertiban dari Polda Kalbar, Koordinasi dengan aparat terkait, koordinasi melalui surat kepada Bupati Landak dan Kapolres landak melalui surat nomor : S.62/IV-K.21/Kons/SKW-III/2013 tanggal 25 Juni 2013 Perihal Mohon Bantuan dan Dukungan Penertiban, peningkatan frekwensi patroli rutin dengan metode pendekatan persuasife education.

PROFIL CAGAR ALAM LHO FAT PUN FIEKronologis Cagar Alam Lho Fat Pun Fie ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan berdasarkan SK Zelber Bels Van Sambas Tanggal 23 Maret 1936 (Penunjukan kawasan seluas 7,8 ha) , SK Residentie Westafdeling Van Borneo, Afdeling en Onderafdeling Singkawang Tanggal 12 Oktober 1982 (Penunjukan kawasan seluas 7,79 ha), SK Menteri Pertanian RI No. 757/Kpts/Um/10/1982 Tanggal 12 Oktober 1982 (Penunjukan sebagai Cagar Alam seluas 7,8 ha).Letak geografis kawasan ini terletak antara 045- 046 LU dan 10907-10908 BT, sedangkan secara administrasi terletak di Desa Monterado Kecamatan Monterado Kabupaten Bengkayang. Keadaan topografi secara umum adalah dataran rendah.Potensi Flora yang merupakan ciri khas Cagar Alam ini adalah Anggrek Batik (Vanda hokeriana) dan jenis jenis anggrek lain serta Nephenthes spp. Karena kecilnya luasan kawasan ini maka untuk jenis flora dan fauna sangat sedikit sekali, ditambah lagi untuk saat ini telah banyak pemukiman, perladangan dan perkebunan disekitar kawasan ini, sedikit banyak akan berpengaruh pada potensi flora dan faunanya. Potensi Fauna yang dahulu pernah dijumpai seperti Biawak (Varanus sp), Kancil/Pelanduk (Tragulus javanicus), Trenggiling (Manis javanica) dan Burung Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus) sekarang sangat sulit dijumpai dan mungkin sudah tidak ada lagi. Adapun Habitat dan Tipe Ekosistem pada kawasan ini adalah tipe vegetasi hutan dataran rendah, dan hutan kerangas.Permasalahan pada kawasan ini secara umum hampir tidak ada atau relative aman, kondisi pal batas banyak yang rusak/hilang oleh karena keberadaan pal batas sudah cukup lama.Upaya dan tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah kegiatan penyuluhan ke daerah rawan kebakaran hutan, kegiatan patroli pencegahan kebakaran hutan, pembuatan pal batas sementara, rencana usulan rekonstruksi batas kawasan/pal batas untuk tahun 2014.PROFIL CAGAR ALAM GUNUNG NYIUTKronologis Cagar Alam Gunung Nyiut ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan SK Dirjen Kehutana No. 2240/DJ/I/1981 Tgl 15 Juni 1981 (Penunjukan sebagai Cagar Alam seluas 140.000 ha), SK Menteri Pertanian RI No. 542/Kpts/Um/4/1982 Tgl 21 Januari 1982 (Perubahan status sebagai Suaka Margasatwa seluas 180.000 ha), SK Menteri Kehutanan RI No. 059/Kpts-II/1988 Tgl 29 Februari 1988 (Penunjukan sebagai Cagar Alam seluas 124.500 ha ).Letak Geografis kawasan ini terletak antara 045 40 - 1 04 12 LU dan 109 44 45 -109 51 24 BT Secara administrasi pemerintahan masuk wilayah Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau. Keadaan topografi secara umum adalah meliputi daerah yang datar, berbukit, bergelombang, dan kawasan puncak.Potensi Flora yang menonjol adalah anggrek dan beberapa jenis tumbuhan langka lain seperti Bunga Patma (Rafflesia tuan-mudae). Pada hutan hujan pegunungan rendah didominasi oleh jenis Dipterocarpaceae dan Euphorbiaceae sedangkan pada hutan hujan pegunungan sedang didominasi oleh Dipterocarpaceae perbukitan.Potensi Fauna, diantaranya ada beberapa jenis fauna yang dilindungi seperti Beruang Madu (Herlactos malayanus), Kelempiau (Hylobates muelleri muelleri), Orang utan (Pongo pygmaeus), Trenggiling (Manis javanica), Landak (Hysterix branchyura), Napu (Tragulus napu), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Burung Ruwai (Argusianus argus), Enggang Badak (Buceros rhinoceros). Daya tarik lain dari kawasan ini adalah air terjun dan panorama yang indah. Adapun Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah tipe hutan dataran rendah, perbukitan dan tipe vegetasi pegunungan.Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah terdapat pemukiman penduduk dalam kawasan kurang lebih 150 kepala keluarga pada tahun 1997, terdapat bangunan SD Rambai 1 (satu) unit yang dibangun tahun 2004 tepatnya di Dusun Nibung, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, pemukiman lama didalam kawasan tepatnya desa Sempatung dan desa Bentiang dan masih terdapat aktivitas illegal logging secara parsial dengan skala kecil khususnya di Desa Nyarik Kab. Landak dan di Dusun Nibung Desa Sahan Kec. Seluas, Kab. Bengkayang.Upaya dan tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan kegiatan penyuluhan, pendekatan persuasife education untuk tidak memperluas perambahan, dengan kegiatan utama adalah melakukan kegiatan teknis yaitu Budidaya Anggrek Lanjutan/Pengkayaan Jenis Anggrek, Pemeliharaan Jalur Batas 5 Km, Survey Pakan Orangutan, melakukan operasi intelijen, operasi fungsional, operasi gabungan, operasi SPORC, dengan tujuan untuk menekan/mencegah dan menanggulangi gangguan keamanan CA. Gn. Nyiut, adapun temuan utama dari hasil operasi fungsional Polhut dan SPORC adalah terdapatnya pelebaran akses jalan darat didalam kawasan CA. Gn. Nyiut tetapnya dari Dusun Tauh, Desa Engkangin, Kec. Air Besar menuju Air terjun Melanggar (Air terjun Banangar) dengan jarak 7 km, lebar jalan 9 m, terkait dengan permasalahan pelebaran akses jalan darat tersebut Seksi Konservasi Wilayah III telah mohon bantuan kepada Bupati Landak melalui surat nomor S. 63 /IV-K.21/Kons/SKW-III/2013 tanggal 25 Juni 2013 perihal Temuan Pembangunan Jalan di Cagar Alam Gunung Nyiut dan laporan kepada Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat melalui surat nomor : S. 56/IV-K.21/KONS/SKW-III/2013 tanggal 20 Juni 2013 perihal Laporan Telaan Permasalahan dan Saran Tindak Lanjut, upaya perlindungan kawasan hutan tersebut diatas telah dilakukan kunjungan dan koordinasi kepada Kepala Desa Sahan, Camat Kecamatan Seluas, Polsek Jagoi Babang, Camat Kecamatan Jangoi Babang dan pembinaan ke Resort KSDA Sanggau Ledo dan Resort KSDA Jagoi Babang, agar memiliki persepsi yang sama dalam rangka melakukan tindakan perlindungan dan keamanan hutan khususnya CA. Gunung Nyiut. Dilakukan juga kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan kegiatan Model Desa Konservasi tahun 2012 dengan hasil terdapat perkembangan yang lebih baik, selanjutnya kegiatan supervisi terhadap kegiatan Rencana Penyusunan RPJP CA. Gn. Nyiut yang dilakukan melalui kerjasama dengan Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Tahun 2013.

PROFIL CAGAR ALAM RAYA PASI

Kronologis Cagar Alam Raya Pasi ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan K Zelf Beotuur Van Sambas No. 39 Tanggal 20 Januari 1931 (Penunjukan sebagai Hutan Lindung seluas 900 ha), SK Menteri Pertanian RI No. 326/Kpts-Um/5/1978 Tgl 20 Mei 1978 (Penunjukan sebagai Cagar Alam seluas 3.742 ha), BA Tata Batas Tanggal 09 Maret 1990 (Tata batas definitif sepanjang 55 Km), SK Menteri Kehutanan RI No. 111/Kpts-II/1990 Tanggal 14 April 1990 (Pengukuhan kawasan Cagar Alam seluas 3.700 ha).Letak Geografis Cagar Alam Raya Pasi terletak antara 1085900" - 1090740" Bujur Timur dan 04830" - 05220" Lintang Utara, secara administrasi pemerintahan masuk di Kota Singkawang dan sebagian di Kabupaten Bengkayang. Keadaan topografi pada kawasan ini sedang sampai berat, dengan kelerengan antara 9% - 15% dan 16% - 45%.Potensi Flora yang specifik di kawasan ini antara lain berbagai jenis anggrek (Phalaenopsis spp., Coelogyne cominngiilind, Aerides adoratum lour, Dendrobium crummenatum, Bunga Patma (Rafflesia tuan-mudae), Bunga Law Belacan (Rhizanthes zippelii) dan berbagai jenis flora menarik lain.Potensi Fauna yang sering dijumpai adalah Beruang Madu (Herlactos malayanus), Landak (Hysterix branchyura), Kukang (Nycticebos coucang), Binturung (Arctictis binturong), Trenggiling (Manis javanica), burung Enggang (Anracoceros sumatranus), dll. Suatu hal yang sangat menarik dari kawasan ini adalah panoramanya yang indah dan air terjun serta goa. Adapun Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah tipe hutan dataran rendah, perbukitan dan tipe vegetasi pegunungan.Permasalahan pada kawasan ini adalah pada umumnya kondisi kawasan relatife masih aman, kendatipun masih terjadi aktifitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) dengan skala kecil dengan mempergunakan alat secara manual dan modusnya dikerjakan pada malam hari untuk menghindari petugas. Upaya dan tindak lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah kegiatan patroli pencegahan kebakaran hutan, kegiatan Kader Konservasi, Penyegaran Masyarakat Peduli Api, Pembentukan Forum Peduli Air, kegiatan kemah konservasi, Penguatan Hukum Adat dalam Rangka Pengamanan Kawasan Konservasi, Pameran Konservasi melalui moment Hut Kota Singkawang yang ke 12, patroli rutin dengan hasil telah dilaporkan kepada Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat melalui surat nomor : S.04/IV-K.21/RHS/SKW-III/2013 tanggal 25 Juli 2013 perihal Hasil Patroli Temuan PETI di Dalam CA. Raya Pasi, operasi intelijen, operasi fungsional dan operasi SPORC, tim SPORC bekerjasama dengan Seksi Konservasi Wilayah III telah berhasil menangkap pelaku PETI sebanyak 1 (satu) orang, dengan inisial T dan saat ini terhadap pelaku telah dilakukan tindakan penyidikan dan penahanan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, kegiatan sosialisasi Ikrar Pemuka Adat untuk Menjaga dan Memelihara Cagar Alam Raya Pasi melalui surat nomor S.50/IV-K.21/PG/SKW-III/2013 tanggal 31 Mei 2013 perihal sosialisasi Ikrar Pemuka Adat untuk Menjaga dan Memelihara Cagar Alam Raya Pasi.

PROFIL TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MELINTANG

Kronologis TWA. Gunung Melintang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan RTRWP Kalimantan Barat Tahun 1995 (Zonasi kawasan sebagai Taman Wisata Alam seluas 17.640 ha), SK Menhutbun RI No. 259/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 (Penunjukan sebagai Taman Wisata Alam seluas 17.640 ha), dilanjutkan dengan Penetapan melalui SK Menteri Kehutanan Nomor : 107/Menhut-II/2013 tanggal 12 Februari 2013 dengan luas 21.172 Ha.Letak Geografis kawasan ini terletak di antara 01 38 00 01 47 00 LU dan 109 20 00 109 37 00 BT. Sedangkan secara administrasi pemerintahan TWA. Gunung Melintang terletak di Kecamatan Paloh dan sebagian kecil di Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas. Keadaan topografi secara umum adalah agak curam sampai dengan sangat curam berupa pegunungan dengan kelerengan 15% - 45%, ketinggian tempat antara 25 sampai dengan 340 meter dari permukaan laut (dpl). Potensi Flora yang dominan oleh jenis-jenis dari family Dipterocarpaceae dengan kondisi hutan primer di bagian puncak. Sedangkan pada daerah kaki Gunung Melintang merupakan hutan sekunder akibat kebakaran, perladangan dan penebangan.Potensi Fauna yang pernah dijumpai pada kawasan ini antara lain Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung (Presbitys sp), Rusa (Cervus unicolor), Binturung (Arctictis binturong), Babi Hutan (Sus barbatus), Trenggiling (Manis javanica), dan Kelempiau (Hylobates sp). Untuk jenis reptilia seperti Ular Sanca (Phyton morulus), Ular Punai (Trimeresurus wagleri), Ular Hijau (Ahaetula nasuta). Untuk jenis burung antara lain Enggang (Bucerotidae), beberapa jenis pelatuk (Picideae) dan beberpa jenis dari keluarga Meropidae, Columbideae dan Ardeideae. Adapun Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah tipe vegetasi hutan rawa gambut, hutan dataran rendah, perbukitan dan vegetasi puncak.Permasalahan yang terdapat pada kawasan ini adalah bekas HPH PT. YAMAKER, Terdapat kebun sawit dalam kawasan seluas 915 Ha oleh PT. KALIAU MAS PERKASA II Tahun 2011, tepatnya di Desa Sentaban, Kec. Sajingan Besar, Kab. Sambas, dimana kasus penyidikannya ditangani oleh pusat dan sampai saat ini belum tuntas, Terdapat jalan ABRI Masuk Desa (AMD) yang memotong kawasan TWA. Gunung Melintang tepatnya di Dusun Setinggak, Desa Sebubus, Kec. Paloh, Kab. Sambas, terdapat pemukiman penduduk yang sudah sejak lama dan jauh sebelum penunjukan batas tepatnya di Desa Sui. Bening dengan jumlah penduduk 120 KK berikut tanaman masyarakat yang sudah lama antara lain sahang, karet, durian dan aktivitas pelebaran jalan di Desa Sungai Bening, Kec. Sajingan Besar, Kab. Sambas dengan panjang 6,4 km dan lebar 12 m.Upaya dan Tindak Lanjut yang telah dan akan dilakukan, terhadap kebun sawit milik PT. Kaliau Mas Perkasa II yang ada di dalam kawasan sudah di cabut/dipindahkan, telah dilakukan penyidikan oleh SPORC bekerjasama dengan Direktorat PPH dalam bentuk penyitaan Barang Bukti, upaya penggeledahan, namun perkembangan kasusnya sampai saat ini belum tuntas, identifikasi Objek Daya Tarik Wisata Alam, patroli grouncek hotspot, operasi intelijen, operasi fungsional, operasi SPORC dan terakhir temuan tindak pidana adalah aktivitas pembukaan/pelebaran jalan yang ditindak lanjuti melalui operasi fungsional, adapun tindakan yang telah dilakukan melaporkan kepada Kepala Balai KSDA Kalimantan Barat melalui surat nomor S.81/IV-K.21/Kons/SKW-III/2013 tanggal 31 Juli 2013 perihal Laporan Temuan Aktivitas Pelebaran Jalan di Dalam Kawasan TWA. Gn. Melintang, dan memberikan himbauan kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kab. Sambas melalui surat nomor S.82/IV-K.21/Kons/SKW-III/2013 tanggal 01 Agustus 2013 perihal Himbauan Penghentian Aktivitas Pelebaran Jalan di Dalam Kawasan TWA. Gn. Melintang.

PROFIL TAMAN WISATA ALAM GUNUNG ASUANSANG

Kronologis TWA. Gunung Asuansang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan RTRWP Kalimantan Barat Tahun 1995 (Zonasi kawasan sebagai Taman Wisata Alam seluas 4.464 ha), SK Menhutbun RI No. 259/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 (Penunjukan sebagai Taman Wisata Alam seluas 4.464 ha).Letak geografis kawasan ini terletak di antara 01 49 00 LU dan 109 29 00 BT. Sedangkan secara administrasi pemerintahan TWA. Gunung Asuansang terletak di Kecamatan Paloh dan sebagian kecil di Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas. Keadaan topografi secara umum adalah datar sampai berat, ketinggian tempat antara 0 sampai dengan 600 meter di atas permukaan laut.Potensi Flora didominasi oleh famili Jambu-jambuan (Myrtaceae) yang terdiri dari genus Eugenia dan Syzigium, famili Lauraceae terdiri dari genus Litsea yang mencapai belasan species dan Adiandra. Famili Meranti-merantian (Dipterocapaceae) yang terdiri 4 genus yaitu Dipterocarpus, Dryobalanops, Shorea dan Hopea dengan 20 species, famili Sapotaceae yaitu Nyatoh (Palaquium spp) dan Euphorbiaceae yang terdiri atas genus Baccaurea spp, Lansium spp.Potensi Fauna yang ditemukan di kawasan ini adalah Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina), Lutung (Presbitys sp), Rusa (Cervus unicolor), Binturong (Arctitis binturong) serta Babi hutan (Sus barbatus), Trenggiling (Manis javanica) dan Kelempiau (Hylobates muellerii), Ular Sanca (Python molurus bivittatus), Ular Punai (Trimeresurus wagleri), Ular Lidi, Ular Hijau (Ahaetula nasuta) dan lain sebagainya. Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah tipe vegetasi hutan kerangas, hutan rawa gambut, dataran rendah, sampai tipe vegetasi puncak.Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah Bekas HPH PT. YAMAKER, Terdapat pemukiman penduduk 20 Kepala Keluarga, terdapat kebun masyarakat sebelum penataan batas, Kegiatan illegal logging relatife masih aman, terdapat jalan dalam kawasan dan sebagian diluar kawasan yaitu jalan eks PT. YAMAKER yang sampai saat ini jalan tersebut dipergunakan masyarakat dan terakhir pada awal bulan Desember 2013 jalan yang berdampingan dengan Kawasan TWA. Asuansang tersebut telah dilakukan pelebaran dan pengerasan jalan dan sebagian telah di aspal, terutama disekitar Dusun Sungai Tengah mengarah ke Dusun Asuansang mengikuti jalan eks PT. YAMAKER. Permasalahan lainnya adalah terdapat bangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) dan telah dilaporkan secara khusus ke Balai KSDA Kalimantan Barat pada tahun 2012. Upaya dan Tindak Lanjut yang telah dan akan dilakukan Patroli pencegahan dan penyadartahuan, Kegiatan Patroli Pengamanan Hutan bersama Masyarakat, kegiatan operasi fungsional dan operasi SPORC, terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pihak Pusat Pengelolaan Ekoregion Kalimantan Kementerian Lingkungan Hidup wajib terlebih dahulu mengurus surat perizinan dari pusat sehingga kegiatan tersebut terdapat sinergitas yang saling menguntungkan dengan legalitas yang resmi dan terhadap kebun masyarakat yang ada didalam kawasan tidak diperkenankan untuk memperluas/merambah TWA. Gn. Asuansang tetapi dihimbau untuk mengembangkan diluar Kawasan Konservasi.

PROFIL TAMAN WISATA ALAM GUNUNG DUNGAN

Kronologis TWA. Gunung Dungan ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan RTRWP Kalimantan Barat Tahun 1995 Zonasi kawasan sebagai Taman Wisata Alam seluas 1.142 ha), SK Menhutbun RI No. 259/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 (Penunjukan sebagai Taman Wisata Alam seluas 1.142ha) .Letak geografis kawasan ini terletak di antara 1 4700 - 1 500 Lintang Utara dan 109 3100 - 109 3200 Bujur Timur. Berdasarkan wilayah administrasi kawasan ini termasuk ke dalam Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Keadaan topografi secara umum adalah dataran rawa dan daerah tertinggi antara lain Gunung Dungan 332 Meter dan Gunung Batu 352 Meter, dengan kelerengan datar sampai dengan agak curam (0% sampai dengan 25%).Potensi Flora yang menyusun Hutan Wisata Alam Dungan didominasi oleh jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae seperti Dipterocarpus, Dryobalanops, Shorea, Hopea serta famili lain seperti Anacardiaceae, Bombacaceae, jelutung (Dyera costulata), ramin (Gonystylus bancanus), geronggang (Cratoxylon sp.) dan dengan berbagai jenis tumbuhan bawah seperti pandan (Pandanus sp.) rengas (Gluta rengas), bungur (Lagerstromia spiosa) dan ada pula tumbuhan istimewa yaitu belian/ulin (eusyderoxylon swageri).Potensi Flora yang teridentifikasi atau dilaporkan pernah ditemui di kawasan ini antara lain: beruang madu (Lelarctos malayanus), kera ekor panjang (Maccaca fascicularis), lutung (Presbitys sp.), babi hutan (Sus barbatus) dan biawak (Veranus borneensis), beruang madu (Herlarcos malayanus), beruk (Maccaca nemestrina), rusa (Cervus unicolor), kancil (Muntiacus muncak), binturong (Arctitis biturong) serta trenggiling (Manis javanica) dan kelempiau (Hylobates muellerii). Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah Tipe vegetasi hutan kerangas, hutan rawa gambut, dan perbukitan.Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah terdapat jalan logging berkas HPH PT. YAMAKER, Aktifitas Illegal Logging secara parsial pada skala kecil, terdapat kebun masyarakat didalam kawasan antara lain Sahang, Durian, dan keadaan pal batas tidak jelas karena sudah ditumbuhi semak belukar dan hilang/rusak berat.Upaya dan Tindak Lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah operasi pengamanan fungsional, kegiatan patroli pencegahan, kegiatan Identifikasi Jenis Nepenthes, jalan tersebut diatas sampai sekarang masih tetap digunakan oleh masyarakat dan terhadap kondisi pal batas akan direncanakan kegiatan pemeliharaan pal batas/jalur batas.

PROFIL TAMAN WISATA ALAM TANJUNG BELIMBING

Kronologis TWA Tanjung Belimbing ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan RTRWP Kalimantan Barat Tahun 1995 (Zonasi kawasan sebagai Taman Wisata Alam seluas 810,30 ha), SK Menhutbun RI No. 259/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 (Penunjukan sebagai Taman Wisata Alam seluas 810,30 ha).Letak geografis kawasan ini terletak di antara 1 4700 - 1 500 Lintang Utara dan 109 31 00 - 109 32 00 Bujur Timur. Berdasarkan wilayah administrasi kawasan ini termasuk ke dalam Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat. Keadaan topografi secara umum adalah hamparan hutan pantai dan hutan mangrove yang relative datar dengan ketinggian tempat 0 5 meter dari permukaan laut. Hampir tidak dijumpai daerah yang tinggi pada kawasan ini, karena tipe hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Potensi Flora yang dominan terdiri dari hutan mangrove pada kawasan ini memiliki jenis-jenis penyusun antara lain Api-api (Avicenia spp), Tinjang (Rhizophora apiculata), Soneratia (Sonneratia alba), Nyirih (Xylocarpus granatum), dan Tancang (Bruguiera gymnorriza). Sedangkan untuk hutan pantai didominasi oleh Cemara Laut (Casuarina equisetifolia), jenis Fauna yang dominan pada kawasan ini terdapat sekurangnya 31 jenis burung. Sedangkan menurut informasi masyarakat setempat jenis-jenis mamalia yang dapat ditemukan pada kawasan ini cukup banyak diantaranya adalah Bekantan (Nasalis larvatus) dan Beruang Madu (Herlactos malayanus) dan untuk jenis reptil yang baru tercatat ada 12 jenis diantaranya adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Ridel/Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu Belimbing (Dermochelys coriacea), Tuntong (Batagur basca), Buaya Sapit/Senyulong (Tomistoma schelegelii), dan Buaya Muara (Crocodilus porosus) serta Biawak (Varanus salvator).Potensi Flora Pada kawasan taman wisata alam ini untuk hutan mangrove terdapat jenis-jenis penyusun antara lain Api-api (Avicenia spp), Tinjang (Rhizophora apiculata), Soneratia (Sonneratia alba), Nyirih (Xylocarpus granatum), dan Tancang (Bruguiera gymnorriza). Sedangkan untuk hutan pantai didominasi oleh Cemara Laut (Casuarina sp), jenis Fauna yang pernah dijumpai pada kawasan ini antara lain Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Ular Sanca (Phyton morulus), Biawak (Veranus borneensis), dan Bekantan (Nasalis larvatus). Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah tipe vegetasi hutan pantai, vegetasi hutan mangrove.Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah masih dijumpai pencurian telur penyu oleh anggota masyarakat, terdapat kebun masyarakat di dalam kawasan antara lain kelapa dan tanaman lainnya.Upaya dan Tindak Lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah melalui kegiatan pembentukan jarring informasi pengembangan wisata, kegiatan Masyarakat Peduli Konservasi, aktivitas pengumpulan, perawatan dan pelepasliaran penyu dari tahun 2008 s/d 2013 sebagai bentuk kepedulian pelestarian jenis penyu sbb :

NoJenis TukikUpaya Pelepasan (ekor)JumlahKET

200820092010201120122013

1Penyu Sisik1883711.1132.4361.8652146.187Rata-rata tukik yang dilepas berumur 3 4 bulan

Penyu Hijau912091.4534847511003.088

Penyu Lekang----4-4

Penyu Belimbing-------

TOTAL Pelepasan Tukik s/d 20139.279

Kegiatan budidaya ini perlu ditingkatkan terutama pengembangan saran dan prasarana yang konfrehensif, sehingga dapat memberikan percontohan upaya pelestarian jenis penyu di Kec. Paloh, Kab. Sambas dan dikembangkan menjadi pusat pendidikan konservasi, rekreasi dan pariwisata.

PROFIL TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU

Kronologsi TWA Sungai Liku ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan SK Menhutbun RI No. 259/Kpts-II/2000 Tanggal 23 Agustus 2000 (Penunjukan sebagai Taman Wisata Alam seluas 821,30 ha), SK Menteri Kehutanan RI No. 137/Menhut-II/2004 Tgl 5 Mei 2004 (Penetapan kawasan Taman Wisata Alam seluas 821,30 ha).Secara administrasi pemerintahan TWA. Sungai Liku terletak di Kecamatan Paloh Kabuapaten Sambas. TWA Sungai Liku merupakan hamparan memanjang yang sebelah Utara berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Keadaan topografi secara umum adalah hamparan hutan pantai dan hutan mangrove yang relative datar dengan ketinggian tempat 0 5 meter dari permukaan laut. Hampir tidak dijumpai daerah yang tinggi pada kawasan ini, karena tipe hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.Potensi Flora Pada kawasan taman wisata alam ini untuk hutan mangrove terdapat jenis-jenis penyusun antara lain Api-api (Avicenia spp), Tinjang (Rhizophora apiculata), Soneratia (Sonneratia alba), Nyirih (Xylocarpus granatum), dan Tancang (Bruguiera gymnorriza). Sedangkan untuk hutan pantai didominasi oleh Cemara Laut (Casuarina sp), jenis Fauna yang pernah dijumpai pada kawasan ini antara lain Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Ular Sanca (Phyton morulus), Biawak (Veranus borneensis), dan Bekantan (Nasalis larvatus). Habitat dan Tipe ekosistem pada kawasan ini adalah vegetasi hutan pantai, vegetasi hutan mangrove.Permasalahan yang ada pada kawasan ini adalah masih terdapat gangguan terhadap vegetasi mangrove, intrusi air laut, pengambilan kayu mangrove skala kecil dan indikasi penyerobotan lahan.Upaya dan Tindak Lanjut yang telah dan akan dilakukan adalah patroli pencegahan dan penyadartahuan, operasi intelijen, operasi pengamanan fungsional, operasi SPORC, dan terakhir dilakukan kegiatan Model Desa Konservasi (MDK) di Desa Nibung Kec. Paloh, Kab. Sambas dengan melibatkan peran serta masyarakat 30 KK, dengan bentuk kegiatan adalah:1. Pelatihan PRA.2. Pengembangan Kelembagaan.3. Pelaksanaan PRA.4. Pelatihan Usaha Ekonomi Produktif berupa pengolahan buah berembang (Sonneratia ovate) diolah menjadi dodol dan sirup.5. Pertemuan dan Rapat dengan Stakeholder serta pembentukan Mitra Dalam Rangka Menjamin Pasar, Saprodi dan Permodalan.6. Penyerahan Bantuan berupa bangunan fisik untuk budidaya Tengkuyung, Kepah dan Kepiting.