produk qardh beragun emas dan pembiayaan...
TRANSCRIPT
PRODUK QARDH BERAGUN EMAS DAN
PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS DI BANK
SYARIAH DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM
( STUDI KASUS DI BANK SYARIAH MANDIRI )
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister Agama (M.Ag) Dalam Ilmu Agama Islam
Oleh:
RETNO NURSETYA UTAMI DEWI
NIM : 209610049
KONSENTRASI ILMU SYARIAH
PROGRAM STUDI ILMU AGAMA ISLAM
PASCA SARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
مـــــي حــ الر من ــــــ حــ الر الل ـــــــــــم س ب
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah swt, atas rahmat
dan hidayah-Nya, yang telah diberikan. Hanya dengan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Selawat dan salam semoga tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw besaerta keluarganya, sahabat dan para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Dengan pertolongan Allah swt dan usaha yang sungguh-sungguh penulis
dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : Produk Qardh Beragun Emas
dan Pembiayaan Kepemilikan Emas di Bank Syariah Dalam Kajian
Hukum Islam )Studi Kasus Di Bank Syariah Mandiri).
Penulis menyadari bahwasannya tesisi ini tidak terlepas dari
kekurangan, kelemahan dan masih jauh dari kesempurnaan, keterbatasan
pengetahuan, pengalaman serta pengetahuan menulis, saran dan kritik yang
bersifat membangun, penulis harapkan guna mencapai kesempurnaan pada
masa yang akan datang.
Dalam penulisan tesis ini penulis memperoleh banyak bantuan,
dorongan, bimbingan serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
yang terhormat
1. Ibu Prof. DR. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu
Al-Qur’an Jakarta..
2. Bapak DR. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA, selaku Direktur Pasca
Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta dan Pembimbing I. Terima kasih
atas bantuan, bimbingan, petunjuk dan arahan yang telah diberikan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
v
3. Bapak DR. Hasanuddin M. Ag. Selaku pembimbing II.Terima kasih atas
bantuan, bimbingan, petunjuk dan arahan yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, MA, sebagai Kepala Program
Studi Ilmu Agama Islam di Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta.
5. Bpk. Djoko Setyono, SE dan ibu Nanik Sri Mulyani, yang telah bersusah
payah melahirkan, mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dari tingkat dasar
sampai kepada jenjang S. 2 ini. Sepantasnya do’a khusus bagi beliau
penulis abadikan dalam karya ini :
ار ي غ يص ان ي ب ار م اك م ه م ح ر و ي د ال ى ل يو ل ر ف اغ ب ر
6. Suami tersayang Suherman, M.Si selalu memberikan motivasi, dukungan
materi dan do’a yang tulus kepada penulis.
7. Bapak mertua Burhanuddin Punan yang turut memberikan do’a kepada
penulis dalam rangka penyelesaian studi.
8. Kepada anak-anakku tercinta Nur Azizah, Syaifullah Al Maslul, Nur
Rahma, Abidatullah Mufidah Hasanah, dan Raisha Atikah Mardhiyah
yang sudah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.
9. Adik-adikku semua yang telah memberikan semangat dan dukungannya ,
hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Sahabat-sahabat fakultas Syari’ah S2 IIQ yang selalu memberikan spot
serta do’anya.
11. Bapak serta Ibu guru, dosen yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan kepada penulis baik pada jenjang Sekolah Dasar,
menengah, S. 1 maupun S. 2.
12. Bapak dan Ibu pegawai, karyawan-karyawati Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta khususnya Pasca Sarjana dan perpustakaan yang telah banyak
vi
21 Agustus 2017 M.
membantu dan melayani penulis selama dalam proses studi serta
menyelesaikan tesis ini.
Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu perstu dalam
tulisan ini, yang telah turut membantu baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Akhirnya, mudah-mudahan semua amal budi baik yang telah
diberikan oleh semua pihak kepada penulis mendapat imbalan dari Allah swt
dengan pahala yang berlipat ganda dan menjadi amal ibadah di sisi-Nya.
Amiin. Segala kesalahan dan kekurangan dalam tesis ini adlah tanggung
jawab penulis. Dan tesis ini penulis persembahkan pada almamater dan
masyarakat akademik. Penulis berharap semoga jerih payah penulis ini dapat
menjadi langkah awal bagi pengembangan wawasan intelektual penulis, dan
tentunya dengan harapan pula, dapat menjadi setitik sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan yang amat luas. Insya Allah. Amiin.
Tangerang Selatan, 28 Dzulqa’dah 1438 H.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA ............................ xi
ABSTRAK .................................................................................................. xiv
BAB I : PENDAHULUAN .........................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................1
B. Permasalahan ..............................................................................4
1. Identifikasi Masalah ...............................................................4
2. Pembatasan Masalah ..............................................................5
3. Perumusan Masalah ...............................................................6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................7
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................7
E. Metodologi Penelitian .................................................................7
F. Kajian Pustaka ............................................................................8
G. Sistematika Penulisan ...............................................................10
BAB II : AKAD-AKAD YANG TERDAPAT DALAM
PRODUK QARDH BERAGUN EMAS
DAN PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN EMAS
(CICIL EMAS) ............................................................................11
A. Teori Akad ...............................................................................11
viii
B. Al Qardh ..................................................................................15
C. Ar Rahn ...................................................................................21
D. Pembiayaan Kepemilikan Emas ..............................................32
E. Ijarah ........................................................................................42
F. Bai’ Al Murabahah ..................................................................46
BAB III : SISTEM OPERASIONAL BANK INDONESIA .....................53
A. Definisi dan Fungsi Bank Sentral ............................................53
B. Perkembangan, Tujuan, Fungsi dan Kelembagaan
Bank Indonesia ........................................................................54
C. Visi dan Misi Bank Indonesia .................................................60
D. Latar Belakang Surat Edaran Bank Indonesia
No. 14/7/DPBS 29 Feb 2012 ...................................................62
E. Status dan Tujuan Bank Indonesia ..........................................64
F. Ketentuan Bank Indonesia Mengenai Produk Qardh
Beragun Emas bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah ....70
G. Ketentuan Bank Indonesia Mengenai Produk
Pembiayaan Kepemilikan Emas ..............................................72
H. Ketentuan Pembiayaan yang ditetapkan Bank Indonesia ........75
BAB IV : SISTEM OPERASIONAL BANK SYARIAH MANDIRI ......79
A. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ...................................79
B. Visi, Misi, dan Nilai-nilai Perusahaan Bank Syariah
Mandiri ....................................................................................80
C. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri .............................85
D. Produk dan Jasa yang ditawarkan Bank Syariah Mandiri .......85
E. Prosedur Permohonan Qardh Beragun Emas Dan
Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil Emas) .......................92
ix
F. Deskripsi Pembiayaan yang Diterapkan Bank Syariah
Mandiri ....................................................................................93
G. Hak dan Kewajiban Nasabah Qardh Beragun Emas
dan Pembiayaan Kepemilikan Emas ......................................99
H. Pengaruh Surat Edaran Bank Indonesia no.14/7/DPbS
dan no.14/16/DPbS Terhadap Praktek Qardh Berangun
Emas dan Pembiayaan Kepemilikan Emas yang
Dilakukan Bank Syariah Mandiri ..........................................115
BAB V : TINJAUAN FIKIH MUAMALAT TENTANG
KEBIJAKAN BANK INDONESIA DAN PRAKTEK
DI BANK SYARIAH MANDIRI ................................................ 119
A. Mengetahui Kesesuaian Praktek Qardh Beragun Emas
dan Pembiayaan Kepemilikan Emas yang Dilakukan
di Bank Syariah Mandiri dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 14/7/DPBS dan No. 14/16/DPBS .......... 119
B. Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPBS dan
No. 14/16/DPBS dalam Kajian Hukum Islam
dan Kesesuaiannya dengan Fatwa Dewan Syariah
nasional No.26/DSN-MUI/III/2002 dan
No.77/DSN-MUI/V/2010 .......................................................122
C. Produk Qardh Beragun Emas dan Pembiayaan
Kepemilikan Emas di Bank Syariah Mandiri Menurut
Kajian Hukum Islam dan Kesesuaiannya dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-MUI/III/2002
dan No.77/DSN-MUI/V/2010 ...............................................130
BAB VI : PENUTUP ..................................................................................135
A. Kesimpulan ............................................................................135
x
B. Saran ......................................................................................136
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................137
LAMPIRAN LAMPIRAN
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA
1. Konsonan
ARAB LATIN ARAB LATIN ARAB LATIN
q ق z ش a ا
k ك s س b ب
l ل sy ش t ث
m م sh ص ts ث
n ن dh ض j ج
w و th ط h ح
h ه zh ظ kh خ
‘ ء ‘ ع d د
y ي gh غ dz ذ
f ف r ز
2. Vocal
Vocal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia,
terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal
rangkap atau diftong.
a. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah
sebagai berikut:
TANDA/ARAB LATIN KETERANGAN
A Fathah أ
I Kasrah إ
U Dhammah أ
xii
Contoh :
Alhamdulillâh : الحمد لله
b. Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan aksara adalah
sebagai berikut:
TANDA/ARAB LATIN KETERANGAN
Ai a dan i أي
Au a dan u أو
Contoh:
Aufû bil ‘uqûd : أوفىا بالعقىد
c. Adapun untuk vokal panjang, ketentuan alih aksara
(madd), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan
harakat dan huruf, yaitu:
TANDA/ARAB LATIN KETERANGAN
 a dengan topi atas ا
î i dengan topi atas ى
Û u dengan topi atas ى
Contoh:
ه ءامنىا Yâ ‘ayyuha al-ladzîna âmanû : آها الر
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diakui huruf-huruf al-qamariyah
ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf (I).
Contoh :
لبقسةا : al-Baqarah نت al-Madinah :المد
xiii
b. Kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf as-syamsiyah
ditransliterasikan dengan mengganti al dengan huruf as-
syamsiyah yang mengikutinya.
Contoh:
As-Sayyidah : السدة Ar-Rajul : السجل
Ad-Dârîmî : الدازم Asy-Syams : الشمس
c. Huruf ta marbûthah )ة(
Ta marbûthah dalam bahasa arab dilambangkan dengan
transliterasinya dilambangkan dengan huruf h
Contoh : الدعىة : ad-Da’wah
d. Tanda syaddah(tasydid)
Transliterasinya dilambangkan dengan huruf doble sesuai dengan
huruf yang diberi tanda.
Contoh :
ه Inna al-ladzîna : إن الر
xiv
Abstrak
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktek Qardh Beragun
Emas dan Pembiayaan Kepemilikan Emas di PT Bank Syariah Mandiri telah
sesuai dengan peraturan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No.
14/7/DPbs dan No. 14/16/DPbs . Baik dari sisi ketentuan-ketentuan yang
disebabkan pada nasabah, ketentuan yang dibeban pada nasabah adalah
nasabah bisa mengajukan pembiayaan gadai, namun tidak boleh melebihi
250 juta dan untuk pembayaran cicil emasnya maksimal 150 juta.
Sedangkan, untuk besarnya biaya administrasi, materai, dan biaya
pemeliharaan barang gadai tergantung pada kebijakan yang memberikan
pembiayaan Qardh Beragun Emas dan Cicil Emas. Pembatasan ini dapat
meminimalisir mafsadat, yaitu mengembalikan posisi rahn kepada
hakikatnya semula. Hal ini sesuai dengan kaidah Fiqh “Tindakan pemimpin
terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan. Hingga
perhitungan taksiran pembiayaan yang diberikan. Ketentuan yang terdapat
didalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbs tentang Qardh Beragun
Emas telah selaras dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 26/DSN-
MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, dan ketentuan Surat Edaran Bank
Indoensia No. 14/16/DPbs tentang Pembiayaan Kepemilikan Emas di Bank
Syariah telah selaras dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 77/DSN-
MUI/v/2010 tentang Jual Beli Emas secara tidak tunai.
Dengan adanya produk Qardh Beragun Emas ini, masyarakat kecil
dan menengah dapat dengan cepat, aman, dan mudah untuk mendapatkan
fasilitas pembiayaan dari bank. namun, hendaknya Ijarah Cost (biaya sewa
tempat) yang tertulis didalam akad Qardh Beragun Emas, diganti dengan
biaya pemeliharaan atau biaya perawatan barang gadai.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dan kepustakaan dalam
Kajian Hukum Islam, data-data primer diperoleh dari wawancara dari Bank
Indonesia, dari Bank Syariah Mandiri, dan melakukan praktek produk Qardh
Beragun Emas di Bank Syariah Mandiri kantor cabang pembantu bintaro
sektor 3 dan praktek produk Kepemilikan Emas di bintaro sektor 9.
Sedangkan data-data sekunder diperoleh melalui penelitian kepustakaan.
xvi
ص خ ل م ل ا
الب ذ ى و أ ل ع ر ر ق ي ث ح ا ة ك ر ش ف ب ى الذ ك ي ل ت ل ي و ت و ب ى الذ ان م ض ب ض ر ق ال ن ىم ق ر ي س ي ن و د ن ال ك ن ب ال ام ظ ن ق ف او د ق ي ر ي د ن م ي ع ر الش ك ن ب ال :DPbs/14/7 م ق ر و:
DPbs/14/16 ل ي و م الت اب س ح ة ي اح ن ن م و أ ك ن ب ال ل ي م ع ن م ة ب و ل ط م ال ط و ر الش ة ي اح ن ن م.ن الر ى ع ل ىت و ي ل ت ق د م ب ط ل بل ل ح ص و ل ي ل ق د ال ع م ى و ي ل م ل ة ع ل ىال ع م ال م ح ال س اب ال ع ق او
ع ن ة الذ ى ب د أ ر ص لا ت ز ي د ر ب ي ةو ل ي و ن م خ س و ن و ائ ت ي م ث ر م ن أ ك د و ن م ائ ةر ي:و ل ك ن د ار ي ال ب ة الت ك ال ي ف ن م اب الن س ر ب ي ة.ب ي ل ي و ن م ي خ س ت ع ت م ة و الد ي وت و ب ي ان ة ،و اج د ت ك ل ف ة ص
ال ال ب ن ك ي اس ة س ع ل ى ن الر ى ت ل ي ك ت و ي ل و الذ ى ب م ان ب ض ال ق ر ض أ ن الائ ت م ان ت و ف ر ت
ي ق ل ل أ ن ي ك ن ي ي د الت ق ى ذ .و ال ع ق اد يو الذ ى ب ن و ض ع الر ى ،أ ي م ع ن اه ال ص ل ى.الض ر ر اف ق ع ل ىالر اع ي ة م ن و ط ب ال م ص ل ح ة . م ام ال اي ت ف ق ع ل ىق و اع د ال ف ق و ت ص ر ف ذ يال ط و ر الش م ز ل م و ى ذ
د ر و ق اف و د ق ب ى الذ ان م ض ب ض ر ق ال ل و ح DPbs/14/7 :م ق ر ي س ي ن و د ن ال ك ن ب ال ة ر و ش ن م ف ب ى الذ ك ي ل م ت ل ل ي و م الت ل و ح DPbs/14/16 :م ق ر ي س ي ن و د ن ال اء م ل ع ال س ل م ن ىم و ت ف ال ف عن DSN-MUI/5/2010/77 : م ق ر ي س ي ن و د ن ال اء م ل ع ال س ل م ق اف و د ق ي م ل س ال ك ن ب ال
. نقد غير ذهب يع ب
الط ذ ى ن م و ق ي ب ا ر ص ال ة ل و ه س م اى ن د أ ت ح ط س و ت م ال ع م ت ج م ال د ي ف ك ي ل ت ع ف د ف
ب ى الذ و ةان م أ و ةع ر س ب ك ن ب ال ف ب و ت ك م ال ان ك م ال ار ي إ ن ك ل . ان م ض ب ض ر ق ال د ق ع ف ل ع ة ظ اف م و ةاي ع ر ل ي و م ت ب ل د ب ي ن أ ي غ ب ن ي ب ى الذ ا ال و م ىال
.ة ن و ى ر ل
ي ع و ض الو ي م ل لع ا ث ح لب اا ذ ى د ي ال ر ع م ال و ان ف
ي ع ج ر ال ف .و ة ي م ل س ال ة ع ي ر الش ث و
ا و ي س ي ن و د ن ل ا ك ن لب ا ن م ة ي اس س ل ا ر اد ص ل و ي ر ي د ن م ي ع ي ر الش ك ن لب ا ، ي ع ر ف ل اك ن ب ال ، ض ر ق ال ق ي ب ط ت و ٣ة ي لا ،و و ار ت ن ب د اع س ال اا م ا ،و ٩ة ي لا و و ار ت ن ب ف
ن م ت ذ خ أ ة ي ع ف ر ال ر اد ص ل
.ع و ض و م ال ل و ح ة ي م ل ع ال ة ب ت ك م ال
xv
Abstract
The result of this observation show gold. Mortgage and gold
ownership practice in Mandiri Syariah Cooperation suitable with rules
mentioned by SEBI number 14/7/DPbs and number 14/16/DPbs. From the
benefit of customer fill financing. The provision charged to customers is that
customers can apply for mortgage financing but should not exceed 250
milion, and for the selling gold by credit can not exceed 150 million. While
for administrative costs, stamp duty and maintenance fees of lien depends on
the bank policy that provides gold mortgage financing and gold credit. This
restriction can minimize the damage of placing lien on its original purpose.
This is in accordance with the rules of fiqh, the leader’s decision on this
people should be linked together with thw good. Laws from Indonesian bank
below also suit by Islamic Jurisprudence number 26/DSN-MUI/III/2002
about qualify of gold and also circulary from Indonesian Bank number
14/16/DPbs tell gold owner financing that argue within Islamic jurisprudence
number 77/DSN-MUI/V/2010 inform buying and selling gold by credit.
With that product mentioned, people will get fast, secure, and easy to
get facility. However, they supppose change maintenance cost in order to the
cost of renting a place. This observation are field research and literature in
Islamic Jurisprudence, prime data source by interviewed from Indonesian
Bank Company, Syariah Mandiri Bank, and experiment done at branch
office of Syariah Mandiri Bank distric 3, also by experiment about gold
ownership at Syariah Mandiri Bank distric 9 Secondary datas obtained
through literature research.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hukum Islam, praktek gadai (ar rahn) telah dikenal sejak zaman
Rasulullah. Hal ini terbukti dengan adanya hadits Rasulullah SAW mengenai
gadai (ar rahn).
اشت ري طعاما من ي هودي الله عليو وسلم صلىلله عنها أن النب عن عائشة رضي ا من حدبد ]رواه البخاري ومسلم [ إل أجل ورىنو درعا
Artinya: Aisyah r.a berkata bahwa Rasulullah SAW membeli makanan
dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi. (HR.
Bukhori dan Muslim)1
Menurut kesepakatan pakar fiqih, peristiwa Rasul SAW yang
menggadaikan baju besinya itu, adalah kasus gadai (ar rahn) pertama dalam
Islam dan dilakukan sendiri oleh Rasulullah SAW.2 Kisah yang sama juga
diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal, al Bukhori, an Nasai, ibn Majah dari
Anas ibn Malik.
الله عليو وسلم درعا لو بالمد ي نة عند ىعن أنس رضي الله عنو قال: ولقد رىن النب صل ل ىلو منو شعيرا ي هودي وأخذ
Artinya: Anas r.a berkata,” Rasulullah SAW menggadaikan baju besinya
kepada seorang Yahudi di madinah dan mengambil darinya gandum
untuk keluarga beliau.3
Dari kedua hadits di atas Rasulullah SAW pernah menggadaikan baju
besinya pada seorang Yahudi untuk memperoleh gandum. Rasul
menyerahkan baju besinya kepada seorang Yahudi sebagai jaminan
pembelian makanan (gandum) secara berhutang. Hal ini dapat dimengerti
bahwa pada saat itu, Rasul sedang dalam ketiadaan uang sebagai alat
pembayaran untuk membeli makanan. Tapi Rasul pun juga tidak ingin
kehilangan (menjual) baju besi itu untuk mendapatkan uang. Karena mungkin
Rasul masih sangat memerlukannya, dan akan diambil setelah Rasul
melakukan pembayaran kembali.
1 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al Bukhori, Kitab al-Buyu, hadits no.1926
2 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm.253
3 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al Bukhori, Kitab al-Buyu, hadist no.1927
1
2
Menilik dari hadist di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan menggadaikan
barang adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak, dan barang
yang digadaikan harus merupakan barang milik pribadi yang sah dan barang
tersebut berguna untuk meyakinkan si penerima gadai (al murtahin) bahwa
yang menggadaikan (ar rahin) akan melakukan pembayaran. Oleh karena itu,
pengertian gadai (ar rahn) adalah menyerahkan barang yang bernilai dalam
pandangan syara’ sebagai agunan utang di mana keseluruhan atau sebagian
utang itu bisa diambil dari barang agunan tadi.4
Dengan gadai, masyarakat tidak perlu takut kehilangan barang-barang
berharganya dan jumlah uang yang diinginkan dapat disesuaikan dengan
harga barang yang dijaminkan.
Begitu pula dengan emas, untuk sekarang ini emas dapat dijadikan salah
satu barang agunan. Emas termasuk dalam kategori logam mulia, karena
sifatnya yang tahan terhadap korosi dan oksidasi, tidak berkarat dan tahan
lama. Oleh karena itu emas pun dihargai tinggi dan lebih mahal dari logam-
logam kebanyakan. Sebagai logam berharga, emas, selama ribuan tahun telah
digunakan sebagai perhiasan, mata uang (medium of exchange), bahan baku
industri, dan bentuk simpanan atau investasi.5
Tuhan menciptakan emas dan perak bukan sekadar sebagai alat pengukur
nilai, atau menyimpan kekayaan (investasi), tetapi juga sebagai alat tukar
(medium of exchange). Karena tingginya kedudukan emas dan perak inilah
maka banyak kalangan menganggap emas dan perak tersebut sebagai Heaven
currency (mata uang surga).6
Selain mudah untuk dimiliki, tabungan berupa emas dan perak tergolong
aset yang sangat liquid. Maksudnya emas tersebut gampang diuangkan
kembali. Seseorang yang memiliki keperluan mendadak dapat pergi ke
pegadaian atau bank syariah untuk menggadaikan emas tabungannya. Ia
dapat mencicil uang pinjamannya perbulan, atau jika belum sanggup mencicil
atau melunasi, ia juga bisa membayar biaya titipannya saja.
Likuiditas adalah kunci keuntungan menabung dalam bentuk emas atau
perak, dan harganya cenderung naik dari tahun ketahun.7
Setelah bank syariah mengadakan Produk Qardh Beragun Emas atau
sering kita sebut dengan gadai emas, dan Pembiayaan Kepemilikan Emas
4 Abdurrahman Al Jaziri, Kitabu al Fiqh ‘ala al Mazahib al ar ba’ah, (Kairo:
Mathba’ah al Istiqomah,2001), hlm.285 5 Ella Syafputri, Investasi Emas, Dinar dan Dirham, (Jakarta: Penebar Plus, 2012),
hlm.15 6 Maya Aprianti, Anti Rugi dengan Berinvestasi Emas, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2012), hlm.13 7 Ella Syafputri, Investasi Emas, Dinar, dan Dirham, (Jakarta: Penebar Plus,2012),
hlm.45
3
atau gadai emas, bisnis bank syariah naik perlahan menyaingi bank-bank
konvensional.
Produk gadai emas benar-benar menjadi motor penggerak industri bank
syariah. Lihat saja Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia. Di tahun
2005 pembiayaan perbankan syariah hanya ada Rp 15,27 triliun terus
merayap naik selama 5 tahun sampai mencapai Rp 68,18 triliun di 2010 atau
tumbuh rata-rata pertahun sebesar 35%. Tapi begitu memasuki tahun 2011
pembiayaan syariah naik Rp 96,81 triliun per Oktober 2011 atau tumbuh
dalam waktu kurang dari satu tahun.8
Melihat berbagai inovasi produk-produk gadai emas yang ditawarkan
bank syariah, memang tak heran kalau produk-produk bank syariah yang
berkaitan dengan emas tumbuh dengan cepat. Selain menerima gadai emas
biasa, bank-bank ini juga membuka semacam kredit untuk pembelian emas
batangan.
Kepesatan pembiayaan gadai emas yang terjadi di Bank Syariah ini,
karena nasabah menganggap gadai emas ini dapat dijadikan sebagai ajang
bisnis. Gadai bukan lagi dimanfaatkan sebagai sarana untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang saangat mendesak. Dimana nasabah memadukan
antara gadai dan “pembelian” emas secara berulang-ulang. Nasabah datang
ke bank dengan membawa emasnya dan menggadaikannya, lalu menunggu
beberapa waktu sebelum mengulang gadai tersebut. Kemudian nasabah
datang ke bank lagi dengan membawa uang untuk membeli emas melalui
bank dan langsung menggadaikannya. Gadai ini bisa dilakukan berkali-kali
layaknya kebun emas.9
Semua produk di atas terjadi karena transaksi yang terjadi di masyarakat
bukan lagi transaksi dengan prinsip gadai emas, melainkan investasi emas
melalui bank syariah. Banyak pihak sebetulnya mulai was-was melihat resiko
bank-bank syariah yang gencar menawarkan produk gadai emas. Tak
terkecuali Bank Indonesia. Bank Indonesia menemukan praktek gadai emas
yang tidak sesuai dengan konsep awal. Akibatnya, Bank Indonesia
mengirimkan surat pembinaan kepada 8 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah agar membenahi layanan mereka.
Mulya Siregar, Direktur Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia ,
berkata,” Bank Indonesia minta agar pembiayaan diarahkan untuk menjaga
kepercayaan nasabah serta sesuai dengan asalnya, yakni keperluan
mendesak.”10
8 Maya Aprianti, Anti Rugi dengan Berinvestasi Emas, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2012), hlm.100 9 Maya Aprianti, Anti Rugi dengan Berinvestasi Emas, (Yogyakarta: Pustaka Baru
Press, 2012), hlm.103 10
http://www.Kompas.com, ”BI temukan gadai emas tak sesuai konsep awal”, pada
tanggal 6 Januari 2012
4
Mulya Siregar juga mengatakan,” Bank Indonesia menetapkan batas
pembiayaan gadai emas, bukan sekedar meminimalkan resiko koreksi harga
emas. Lebih dari itu, agar dana yang dikumpulkan bank mengalir lagi ke
masyarakat untuk hal-hal produktif. Kalau dana pihak ke-3 Bank Syariah
banyak mandek di emas, tujuan Bank Syariah menggerakkan sektor rill tidak
akan tercapai.”11
Pada tanggal 29 Februari 2012 lalu, Bank Indonesia telah mengeluarkan
aturan gadai emas. Dalam aturan itu, salah satunya untuk Bank Syariah / Unit
usaha Syariah memiliki batasan jumlah pembiayaan. ”Jumlah pembiayaan
paling banyak Rp 250 juta untuk setiap nasabah dengan jangka waktu paling
lama 4 bulan dan dapat diperpanjang paling banyak dua kali,” kata Mulya
siregar. “ Sementara pembiayaan untuk nasabah usaha mikro kecil (UMK),
pembiayaan yang bisa diberikan melalui produk qardh beragun emas ini
paling banyak Rp 50 juta. Jangka waktu pembiayaan yakni paling lama 1
tahun dengan angsuran setiap bulan dan tidak bisa diperpanjang.”12
Untuk lebih lanjut, penulis ingin mengetahui, apakah Bank Syariah di
Indonesia ini sudah rapi dalam mematuhi kebijakan Bank Indonesia dan
Fatwa Dewan Syariah Nasional terkait dengan Produk Qardh Beragun Emas
dan Pembiayaan Kepemilikan Emas. Kemudian, manakah yang dimaksud
dengan pengembangan sektor rill dimasyarakat yang disebutkan oleh Bapak
Mulya di atas. Dan apakah pengembangan sektor rill ini dapat dicapai jika
Pembiayaan Qardh Beragun Emas untuk usaha mikro kecil(UMK) ini hanya
dibatasi Rp.50 juta. Karena alasan inilah, penulis mengambil judul
,”PRODUK QARDH BERAGUN EMAS DAN PEMBIAYAAN
KEPEMILIKAN EMAS DI BANK SYARIAH DALAM KAJIAN HUKUM
ISLAM (Studi kasus di Bank Syariah).
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Menilik dari latar belakang diatas, akan banyak sekali permasalahan-
permasalahan yang akan muncul. Permasalahan-permasalahan tersebut
diantaranya adalah:
a. Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Produk Gadai
Emas pada Unit Usaha Syariah.
b. Kesesuaian Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbS tahun
2012 tentang Qardh Beragun Emas dan No. 14/16/DpbS tahun
2012 tentang Kepemilikan Emas dengan Fatwa Dewan Syariah
11 http://www.Kompas.com, ” BI akan luncurkan aturan gadai emas”, pada tanggal
1 Februari 2012 12 http://www.Kompas.com, ”Gadai emas, Bank Syariah harus penuhi aturan ini”,
pada tanggal 6 maret 2012
5
Nasional No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas dan
No.77/DSN-MUI/V/2010 tentang Cicil Emas.
c. Peraturan Bank Indonesia yang mengatur tentang Pembiayaan
Kepemilikan Emas di Unit Usaha Syariah..
d. Hal-hal yang melatarbelakangi keluarnya Surat Edaran Bank
Indonesia No.14/7/DPbS tahun 2012 tentang Qardh Beragun
Emas dan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/16/DPbS tahun
2012 Pembiayaan kepemilikan Emas.
e. Sanksi yang akan diterima Bank Syariah jika tidak mematuhi
Surat Edaran Bank Indonesia ini.
f. Hubungan peningkatan sektor rill dengan pembiayaan qardh
beragun emas untuk usaha mikro kecil yang hanya dibatasi
Rp.50juta.
g. Kesesuaian pelaksanaan Produk Qardh Beragun Emas dan Produk
Pembiayaan Kepemilikan Emas di Bank Syariah Mandiri dengan
Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbS tahun 2012 dan
No.14/16/DPbS tahun 2012.
h. Hubungan antara pembatasan pembiayaan Rp 250 juta untuk
qardh beragun emas dan Rp.150 juta untuk pembiayaan
kepemilikan emas dengan resiko yang akan dialami Bank Syariah.
i. Kriteria bank syariah yang boleh mengadakan pembiayaan Qardh
Beragun Emas dan Pembiayaan Kepemilikan Emas.
j. Pertumbuhan/perkembangan qardh beragun emas di bank syariah
setelah dikeluarkannya Surat Edaran Bank Indonesia
no.14/7/DPbS.
k. Kesesuaian pelaksanaan Produk Qardh Beragun Emas dan Produk
Pembiayaan Kepemilikan Emas di PT Bank Syariah Mandiri
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 26/DSN-
MUI/III/2002 dan No.77/DSN-MUI/V/2010.
2. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka
penulis membatasi pembahasannya seputar kesesuaian praktek produk
qardh beragun emas dan pembiayaan kepemilikan emas di bank syariah
dengan kebijakan Bank Indonesia No.14/7/DPbS dan No 14/16/DPbS
tahun2012 (huruf g- identifikasi masalah), kesesuaian Surat Edaran Bank
Indonesia No.14/7/DPbS dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional
No.26/DSN-MUI/III/2002 (huruf b-identifikasi masalah), kesesuaian
Surat Edaran Bank Indonesia No.14/16/DPbS dengan Fatwa Dewan
Syariah Nasional No.77/DSN-MUI/V/2010 (huruf b-identifikasi
masalah), dan kesesuaian praktek Qardh beragun emas di Bank Syariah
Mandiri dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-
6
MUI/III/2002 dan No.77/DSN-MUI/V/2010 (huruf k-identifikasi
masalah).
Oleh karena itu, permasalahan tesis ini akan dibatasi dengan beberapa
pertanyaan saja, yaitu:
a. Kesesuaian pelaksanaan Produk Qardh Beragun Emas dan Produk
Kepemilikan Emas di Bank Syariah Mandiri dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 14/7/DPbs tentang Qardh Beragun Emas dan
No. 14/16/DPbs tentang Kepemilikan Emas.
b. Kesesuaian Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS tentang
Produk Qard beragun Emas dan Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/16/DPbS tentang Produk Kepemilikan Emas dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn
Emas dan No.77/DSN-MUI/V/2010 tentang cicil emas.
c. Kesesuaian pelaksanaan Produk Qardh Beragun Emas dan Produk
Pembiayaan Kepemilikan Emas di PT Bank Syariah Mandiri
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn Emas dan No.77/DSN-MUI/V/2010 tentang Cicil
Emas.
3. Perumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang ada mengenai praktek qardh
beragun emas dan pembiayaan kepemilikan emas dapat penulis
rumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah kesesuaian pelaksanaan Produk Qardh Beragun
Emas dan Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas di Bank Syariah
Mandiri dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS
tentang Qardh BeragunEmas dan No.14/16/DPbS tentang Produk
Kepemilikan Emas bagi Unit Usaha Syariah?
b. Bagaimanakah kesesuaian Qardh Beragun Emas (Surat Edaran
Bank Indonesia No. 14/7/DPbs) dan Pembiayaan Kepemilikan
Emas (Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS) dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-MUI /III/2002 tentang
Rahn Emas dan No.77/DSN-MUI/V/2010 tentang Cicil Emas?
c. Bagaimanakah kesesuaian pelaksanaan Produk Qardh Beragun
Emas dan Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas di PT Bank
Syariah Mandiri dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas dan Fatwa Dewan
Syariah Nasional No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Cicil Emas?
7
C. Tujuan Penelitian
Berpijak dari pembatasan dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimanakah kesesuaian pelaksanaan Produk
Qardh Beragun Emas dan Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas di
Bank Syariah Mandiri dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/7/DPbS tentang Qardh Beragun Emas dan No.14/16/DPbS
tentang Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas bagi Unit Usaha
Syariah.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah kesesuaian Qardh Beragun Emas
(Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbs) dan Pembiayaan
Kepemilikan Emas (Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/16/DPbS)
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 26/DSN-MUI/III/2002
tentang Rahn Emas dan No.77/DSN-MUI/V/2010 tentang Cicil Emas
3. Untuk mengetahui bagaimanakah kesesuaian pelaksanaan Produk
Qardh Beragun Emas dan Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas di
PT Bank Syariah Mandiri dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas dan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang Cicil Emas.
D. Kegunaan Penelitian
Kemudian, dari segi kegunaanya penelitian ini dapat dilihat dari tiga
segi, yaitu:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan penelitian selanjutnya
yang serupa dan sedikit banyak penelitian ini akan memberikan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang
Ekonomi Islam khususnya di Bank Syariah.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman
bagi pihak bank syariah untuk mencari sistem yang tepat, terutama
pada Produk Qardh Beragun Emas dan Pembiayaan Kepemilikan
Emas Syariah.
E. Metodologi Penelitian
Penulisan tesis ini menggunakan dua jenis penelitian, yaitu pustaka
(library research) dan penelitian lapangan (field research). Dalam kajian
pustaka, dasar-dasar penelitian diperoleh dari kitab-kitab fikih yang
berhubungan dengan qardh beragun emas dan pembiayaan kepemilikan suatu
barang, buku-buku tentang gadai (rahn), literatur, artikel, dan lain-lain yang
terkait dengan materi penulisan tesis ini.
Dalam kajian di lapangan, penelitian dilakukan secara langsung ke objek
penelitian dengan mengadakan wawancara dan pengumpulan data yang
8
diambil dari pihak perbankan. Yaitu dari pihak Bank Indonesia dan pihak
Bank Syariah Mandiri Pusat. Kemudian penulis melakukan sendiri praktik
Qardh beragun emas dan pembiayaan kepemilikan emas (cicil emas) di Bank
Syariah Mandiri cabang Bintaro sektor 5 dan Bank Syariah Mandiri cabang
Bintaro sektor 9.
F. Kajian Pustaka
Dalam penelitian pustaka yang dilakukan penulis, studi terdahulu tentang
pegadaian syariah memang telah ada, sebagai rujukan penulis.
Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Zaenudin, seorang
mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi dan
Keuangan Syariah Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam pada tahun
2004. Ia membahas tentang “Preferensi Masyarakat Terhadap Gadai Syariah
di Kantor Cabang Pegadaian Syariah Margonda Depok”, dan menyimpulkan
bahwa : Faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dari menggunakan
jasa gadai sebagai solusi pemenuhan kebutuhan yang mendadak adalah
masyarakat tidak mengetahui prosedur, tata cara memperoleh pinjaman,
masyarakat tidak memiliki emas untuk digadaikan, masyarakat malu dan
gengsi bila berhubungan dengan Instansi Pegadaian, karena bila ke Pegadaian
identik dengan orang miskin dan melarat.13
Dian Ismi Islami, seorang mahasiswi S2 UIN Syarif Hidayatullah yang
melakukan penelitian dengan judul “Pegadaian Syariah dan fungsi sosialnya
bagi masyarakat luas”. Kesimpulan dari penelitiannya adalah pegadaian
syariah adalah lembaga keuangan yang dapat dikembangkan untuk memberi
kemudahan dalam pelayanan penyediaan uang tunai dengan jaminan dan
biaya administrasi terjangkau dan persyaratan sederhana yang merupakan
kebutuhan mutlak bagi masyarakat miskin untuk memperoleh uang tunai
sewaktu-waktu.14
Grita Ratnaningsih, seorang mahasiswi Universitas Indonesia Fakultas
Hukum, Program Studi Kenotariatan pada tahun 2007. Ia membahas tentang
“Perkembangan Gadai Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Perbankan di
Indonesia, studi kasus pada bank BNI pada Unit Usaha Syariah”. Kesimpulan
dari hasil penelitiannya adalah proses pemberian gadai emas syariah (ar-
rahn) kepada Nasabah Bank BNI Unit Usaha Syariah belum sepenuhnya
sesuai prosedur karena baru rukunnya saja yang terpenuhi.15
13
Zaenudin, Preferensi Masyarakat Terhadap Gadai Syariah di Kantor Cabang
Pegadaian Syariah Margonda Depok, Universitas Indonesia, 2004 14
Dian Ismi Islami, Pegadaian Syariah dan Fungsi Sosialnya bagi Masyarakat
Luas, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2006 15
Grita Ratnaningsih, Perkembangan Gadai Syariah dan Pengaruhnya terhadap
Perbankan di Indonesia, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2007
9
Kamudian, Ari Perdana Gandhi, seorang mahasiswa Pasca Sarjana
Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi dan Keuangan Syariah Program
Studi Kajian Timur Tengah dan Islam pada tahun 2010. Ia membahas tentang
“Pengaruh Marketing Mix Terhadap Awareness Nasabah Produk Gadai Bank
Syariah (studi kasus Bank BTN Syariah)”. Dari hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa untuk biaya administrasi pada Bank BTN Syariah masih
cukup bersaing dengan bank-bank yang lain. Akan tetapi untuk biaya Ijarah,
masih tinggi ditambah lagi dengan pendebetan biaya yang dilakukan diawal.
Sehingga variabel price ini mempengaruhi rendahnya tingkat awareness
nasabah terhadap produk gadai emas. Untuk variabel place, dapat
disimpulkan bahwa bank BTN Syariah masih kurang tepat dalam memilih
lokasi untuk mengambil segmen pasar.16
Kemudian, Tika Amelia, dengan judul “Perbandingan Penyelesaian
Masalah Ketidakmampuan Nasabah Membayar Pengembalian Pinjaman
Pokok Gadai Emas Syariah pada Bank Syariah dan Pegadaian Syariah studi
khusus di PT Bank Syariah Mandiri cabang kota Dumai dan Perum
Pegadaian Kantor Cabang Pegadaian Syariah Kramat. Ia seoarang Mahasiswi
Pasca Sarjana Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Studi
Kenotariatan pada tahun 2013. Ia menemukan beberapa perbedaan,
diantaranya : pada PT Bank Syariah Mandiri dalam rangka pemeliharaan
barang jaminan menggunakan akad Qardhul Hasan, sedangkan pada
Pegadaian Syariah akad yang digunakan dalam hal pemeliharaannya adalah
akad Ijarah.Dan juga dalam mengeksekusi barang jaminan (Marhun), PT
Bank Syariah Mandiri cabang kota Dumai, dilakukan dengan menjual
marhun kepada pihak lain, sedangkan pada Perum Pegadaian Syariah cabang
Kramat, eksekusi Marhun dilaksanakannya lelang pada waktu-waktu
tertentu.17
Melihat dan membaca tulisan di atas, penulis ingin mengangkat suatu
tema yang berbeda tentang gadai, yang penelitiannya akan dilakukan dengan
kajian pustaka dan di lapangan, yaitu dengan judul “Produk Qardh Beragun
Emas dan Pembiayaan Kepemilikan Emas di Bank Syariah Mandiri”, dalam
Kajian Hukum Islam, yang akan membahas kesesuaian produk Qardh
Beragun Emas dan pembiayaan Kepemilikan Emas di Bank Syariah Mandiri
dengan Hukum Islam, Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Surat Edaran
Bank Indonesia.
16
Ari Perdana gandhi, Pengaruh Markening Mix terhadap Awareness Nasabah
Produk Gadai Bank Syariah, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2010 17
Tika Amelia, Perbandingan Penyelesaian Masalah Ketidakmampuan Nasabah
Membayar Pengembalian Pinjaman Pokok Gadai Emas Syariah pada Bank Syariah dan
Pegadaian Syariah, Universita Indonesia, 2013
10
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tesis ini secara global dibagi dalam 5 bab,
dan pada tiap bab penulis mencantumkan beberapa subbab yang memuat
pokok–pokok bahasan yang memiliki keterkaitan dengan judul tesis.
Bab 1 merupakan pendahuluan sebagai pengantar tulisan ini. Dalam bab
ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, permasalahan-
permasalahan yang meliputi: identifikasi masalah, pembatasan
masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
Pada bab II, penulis mengulas tentang teori akad, teori al Qardh, ar Rahn,
pembiayaan kepemilikan emas, ijarah, dan Bai’ Al Murabahah.
Pada bab III, penulis mengulas tentang Bank Indonesia yang mencakup
definisi dan Fungsi Bank sentral, perkembangan, tujuan, fungsi, dan
kelembagaan Bank Indosensia, visi dan misi Bank Indonesia, sejarah
terbentuknya Bank Indonesia, status dan tujuan Bank Indonesia, ketentuan-
ketentuan Bank Indonesia mengenai Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, ketentuan-ketentuan Bank Indonesia
mengenai pembiayaan kepemilikan emas, dan ketentuan-ketentuan
pembiayaan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Pada bab IV, membahas Sistem Operasional Bank Syariah Mandiri,
meliputi Sejarah singkat Bank Syariah Mandiri, Visi,misi, dan nilai-nilai
perusahaan Bank Syariah Mandiri, Struktur Bank Syariah Mandiri, Produk-
produk dan jasa yang ditawarkan Bank Syariah Mandiri, Prosedur
permohonan qardh beragun emas dan pembiayaan kepemilikan emas,
perhitungan pembiayaan yang diterapkan di Bank Syariah Mandiri, Hak dan
kewajiban nasabah BSM, Hak dan kewajiban Bank Syariah Mandiri terhadap
nasabah.
Dan bab V merupakan bab pembahasan tijauan fikih muamalat tentang
kebijakan Bank Indonesia dan prektek di Bank Syariah Mandiri. Bab ini
meliputi Kesesuaian Praktek Qardh Beragun Emas di Bank Syariah mandiri
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS dan No.14/16/DPbS,
Surat Edaran Bank Indonesia (No.14/7/DPbS dan No.14/16/DPbS) dalam
Kajian Hukum Islam dan Kesesuaiannya dengan Fatwa Dewan Syariah
nasional No.26/DSN-MUI/III/2002 dan No.77/DSN-MUI/V/2010, praktek
Produk Qardh Beragun Emas dan pembiayaan kepemilikan emas di Bank
Syariah Mandiri menurut Kajian Hukum Islam dan Kesesuaiannya dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-MUI/III/2002 dan No.77/DSN-
MUI/V/2010.
Dan bab VI merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
119
BAB V
TINJAUAN FIKIH MUAMALAT TENTANG KEBIJAKAN BANK
INDONESIA DAN PRAKTEK DI BANK SYARIAH MANDIRI
A. Mengetahui Kesesuaian Praktek Qardh Beragun Emas dan
Pembiayaan Kepemilikan Emas yang Dilakukan di Bank Syariah
Mandiri dengan Surat Edaran Bank Indonesia no.14/7/DPbS dan
no.14/16/DPbS
Pelaksanaan praktek pembiayaan Qardh Beragun Emas telah sesuai
dengan ketentuan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbs tentang qard
beragun Emas dan Pembiayaan Kepemilikan Emas pada Bank Syariah
mandiri telah sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.14/16/DPbs
tentang Pembiayaan Kepemilikan Emas.
1. Produk pembiayaan Qardh Beragun Emas
Penulis melakukan praktek Qardh Beragun Emas ini, penulis
diharuskan menyerahkan fotocopy identitas diri, mengisi formulir, dan
mengisi form surat bukti pembiayaan kepemilikan emas. Dan
diberitahukan tentang penetapan biaya administrasi, kewajaran biaya
pemeliharaan atau penyimpanan, dan biaya materai, proses penjualan
barang gadai ketika nasabah tidak mampu menebus dan membayar
hutangnya.
Praktek Qardh beragun emas yang pertama dilakukan di Kantor Bank
Syariah Mandiri Cabang Pembantu di Bintaro sektor III. Penulis
menggadaikan dua buah logam mulia yang beratnya masing masing 3 gr
dan satu buah cicin 22K seberat 5 gr, maka taksiran harga yang diberikan
adalah sebagai berikut:
Pembiayaan Qardh beragun emas I dengan dasar emas
Rp 453.500,00/gr
a. Emas logam mulia seberat 6 gram
Taksiran = HDEemasberatkarat
24
= 00,500.453624
24Rp
= Rp 2.721.000,00
Pembiayaan = Taksiran FTV
= Rp 2.721.000,00 90%
= Rp 2.448.900,00
119
120
Biaya pemeliharaan = Taksiran Rate Waktu
= Rp 2.721.000,00 1,25% 4
= Rp 137.136,00
b. Emas perhiasan 5 gr
Taksiran = HDEemasberatkarat
24
= 00,500.453524
22Rp
= Rp 2.078.541,67
Pembiayaan = Taksiran FTV
= Rp 2.078.541,67 85%
= Rp 1.766.760,42
Biaya pemeliharaan = Taksiran Rate Waktu
= Rp 2.078.541,67 1,25% 4
= Rp 112.241,00
Praktek qardh beragun emas yang ke dua, dilakukan di Kantor
Cabang Pembantu di Bintaro Trade Center sektor 9 pada tanggal 5
Oktober 2016.
Penulis menggadaikan 2 buah logam mulia masing masing beratnya 3
gr, maka analisa taksiran pembiayaan yang akan diberikan pada nasabah
adalah:
Emas logam mulia seberat 6 gram
Taksiran = HDEemasberatkarat
24
= 00,500.515624
24Rp
= Rp 3.093.000,00
Pembiayaan = Taksiran FTV
= Rp 3.093.000,00 95%
= Rp 2.938.350,00
Biaya pemeliharaan = Taksiran Rate Waktu
= Rp 3.093.000,00 1,35% 4
= Rp 164.547,60
118
121
Dari praktek pembiayaan qardh beragun emas diatas, terlihat bahwa
Praktek di Kantor Cabang Pembantu sesuai dengan ketentuan yg terdapat
di dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbS.
Hanya saja ada yg membedakan dari sisi waktu penyelesaian
angsuran. Pada praktek Qardh beragun emas yg pertama, waktu
pembayaran hanya boleh diperpanjang dua kali setelah jatuh tempo.
Sedangkan pada praktek qardh beragun emas yang ke dua waktu
pembayaran boleh diperpanjang beberapa kali hingga angsuran selesai
dibayarkan oleh nasabah, tanpa adanya penambahan margin keuntungan
dari pihak Bank Syariah Mandiri.
Dan Ftv yang diberikan adalah 90% untuk emas lantakan dan 80%
untuk emas perhiasan. Praktek ini sesuai dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No.14/7/DPbs.
2. Produk pembiayaan Kepemilikan Emas (cicil emas)
Begitu pula dengan praktek Cicil Emas. Penulis mencoba praktek
dengan akad cicil emas ini pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
pembantu di Bintaro sektor 9. Penulis diberikan deskripsi tentang jumlah
emas yang ingin dibeli, namun nasabah harus bayar di awal 20% dari
total harga emas yang diinginkan. Dan nasabah diberikan kebebasan
untuk memilih kemampuan membayar setiap bulannya. Nasabah
diberikan waktu tenggang pengembalian paling cepat 2 (dua) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun. Kemudian mengisi formulir pengajuan untuk
akad murabahah cicil emas ini.
Setelah itu pihak bank akan mencari elektabilitas (kemampuan)
membayar nasabah, bila dianggap elektabilitas si nasabah baik, maka
bank akan menyetujui permohonan nasabah. Untuk melanjutkan akad
murabahah pada cicil emas ini dan bank akan menghubungi nasabah
dengan fotocopy identitas nasabah yang telah diberikan nasabah diawal.
Dilihat dari praktek diatas, maka prosedur yang terjadi dilapangan
disetiap cabang bank Bank Syariah Mandiri adalah :
a. Nasabah mengajukan diri untuk akad murabahah cicil emas ini.
b. Pihak bank menerangkan biaya yang harus dikeluarkan nasabah
diawal. Biaya yang harus dikeluarkan adalah :
1) Membayar minimal 20% dari biaya berat emas yang diajukan
oleh nasabah.
2) Biaya administrasi sebesar 1% dari biaya berat emas yang
diajukan oleh nasabah.
3) Biaya materai
Poin kedua ini, tentang membayar minimal 20% dari biaya berat
emas yang diajukan oleh nasabah sesuai dengan SEBI No.14/16/DPbs .
122
Uang muka (down payment) pembiayaan kepemilikan emas.
Ditetapkan sebesar persentase tertentu dari harga perolehan emas yang
dibiayai oleh Bank Syariah, dengan ketentuan sebagai berikut
a. Paling rendah sebesar 20%, untuk emas dalam bentuk lantakan.
b. Palinga rendah sebesar 30% untuk emas berbentuk perhiasan.
Dan uang muka ini harus dibayar secara tunai oleh nasabah kepada
bank, yang berasal sari dana nasabah itu sendiri. Berarti ada kesesuaian
prosedur dari yang telah ditetapkan oleh Bank Syariah Mandiri dengan
Surat Edaran Bank Indonesia No.14/16/DPbs.
Besarnya uang muka yaitu 20%, digunakan oleh Bank sebagai
penerapan prinsip kehati-hatian bank dalam penyaluran pembiayaan
kepemilikan
Bila kedua belah pihak menyetujui maka terjadilah akad murabahah
pada cicil emas ini. Point 3 ini, sesuai dengan hadist Rasulullah saw yang
artinya : “sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar
kerelaan (antara kedua belah pihak)”. (H.R. Ibnu Majah dan Baihaqi, dan
dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)
B. Surat Edaran Bank Indonesia no.14/7/DPbS dan no.14/16/DPbS
dalam Kajian Hukum Islam dan Kesesuaiannya dengan Fatwa
Dewan Syariah Nasional No.26/DSN-MUI/III/2002 dan No.77/DSN-
MUI/V/2010
1. Tinjauan Fikih tentang Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/7/DPbS
Gadai emas di perbankan syariah merupakan produk pembiayaan atas
dasar jaminan berupa emas dalam bentuk lantakan atau perhiasan
sebagai salah satu alternatif memperoleh uang tunai dengan cepat, aman
dan mudah. Cepat dari pihak nasabah dalam mendapatkan dana pinjaman
tanpa prosedur yang panjang dibandingkan dengan produk pembiayaan
lainnya. Aman dari pihak bank, karena bank memiliki barang jaminan
yaitu emas yang bernilai tinggi, relatif stabil bahkan nilainya cenderung
bertambah. Bank tidak perlu khawatir, bila nasabah melakukan wan
prestasi maka bank langsung dapat menjual emas tersebut. Mudah berarti
pihak nasabah dapat kembali memiliki emas yang digadaikan dengan
mengembalikan sejumlah uang pinjaman dari bank. Mudah bisa juga
berarti pihak bank dapat menjual emas tersebut dengan harga yang
bersaing, apabila pihak nasabah tidak dapat melunasi hutangnya di bank.
123
Pada awalnya, bank Indonesia tidak mengatur Qardh beragun emas
ini. Tapi ada peningkatanyang cukup signifikan pada pembiayaan qardh
beragun emas pada bank syariah.1
“Dan kami melihat bahwa produk gadai itu sendiri sepertinya telah
keluar dari hakikatnya semula. Yang awalnya tujuan adanya gadai itu
hanya untuk membantu kebutuhan yang sifatnya mendesak atau darurat
tapi belakangan cenderung digunakan untuk spekulasi”, penjelasan dari
bu Nyimas.
Ternyata prakteknya dilapangan banyak nasabah yang ingin meraup
keuntungan pribadi dengan melipat gandakan investasi emas dan
menggadaikannya dan berspekulasi. Hal ini telah keluar dari hakikat
gadai (rahn) itu sendiri. Pada prinsipnya : Ar-Rahn emas itu hanya boleh
dilakukan jika masih membutuhkan dana yang mendesak, bukan untuk
membeli emas kemudian diinvestasikan. Maksudnya, investasi dilakukan
dengan cara menggadaikan sejumlah emas untuk memperoleh uang. Lalu
hasil perolehan uang ini dibelikan kembali emas untuk digadaikan ulang.
Demikian berulang-ulang dan emas yang terakhir disimpan.
Rahn emas ini merupakan salah satu bentuk dari akad Tabarru‟
merupakan perjanjian yang menyangkut not for profit transaction (tidak
bertujuan untuk mencari keuntungan). Akad Tabarru‟ dilakukan dengan
tujuan tolong menolong dalam rangka berbuat kebaikan. Tabarru‟
berasal dari kata birr dalam Bahasa Arab, yang artinya kebaikan. Dan
juga berdasarkan pada hadist Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
bukhori.
ها أن ي هودي ب صل الله عليو وسلم است ري طعاما من الن عن عا ئشة رضي الله عن إل أجل و رىنو درعا من حديد )روه البخاري و مسلم(
“Aisyah r.a berkata bahwa rasulullah saw membeli makanan dari
seorang yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi (HR. Bukhori
dan Muslim).”
Dari hadist diatas, dapat dipahami bahwa, Rasulullah menggadaikan
baju besinya karena memang sangat membutuhkan uang untuk dibelikan
makanan. Tapi Rasulullah SAW tidak menjual baju besinya karena
mungkin Rasulullah SAW masih sangat membutuhkannya. Oleh karena
itu, sesungguhnya ar rahn ini hanya bersifat sementara, hingga pemilik
agunannya membayar semua hutang-hutang nya untuk menebus agunan
tersebut.
1 Wawancara dengan ibu Nyimas, “salah satu staff Departement Perbankan Syariah
Bank Indonesia
124
Dalam akad tabarru‟ pihak yang berbuat kebaikan tidak berhak
mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad
tabarru‟ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun demikian,
pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-
part nya untuk sekedar menutupi biaya yang dikeluarkannya untuk dapat
melakukan akad tabarru‟ tersebut, tetapi tidak boleh sedikitpun
mengambil laba dari akad tabarru‟ itu.2
Setelah pihak BI melihat dan menemukan dilapangan, produk gadai
ini sudah beralih tujuannya kearah spekulasi harga emas, akhirnya BI
mengatur Qardh Beragun Emas ini SOPnya (Standard Orating
Procedures) kembali kepada hakikatnya diawal.3
Akhirnya pada tanggal 29 februari 2012 keluarlah Surat Edaran Bank
Indonesia No.14/7/DPbs ini. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/7/DPbs, akad yang digunakan adalah ; Akad Qardh, Akad
Rahn,dan Akad Ijarah. Akad Qardh ini berfungsi untuk pengikatan
pinjaman dana yang disediakan Bank Syariah/Usaha Unit Syariah
kepada nasabah. Akad Rahn ini berfungsi untuk pengikatan emas sebagai
agunan atas pinjaman dana. Akad Ijaroh untuk pengikatan pemanfaatan
jasa penyimpanan dan pemeliharaan emas sebagai agunan pinjaman
dana.
Akad Qardh merupakan salah satu akad tabarru‟ yang dijelaskan
dalam Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No.12/DSN-MUI/X/2001. Akad
Qardh yang dimaksudkan dalam SEBI ini bertujuan untuk membantu
nasabah yang sangat membutuhkan pinjaman dana untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Jadi akad Qardh ini hanya ditujukan kepada
masyarakat yang membutuhkan dana secara mendesak untuk
kelangsungan dan kebutuhan hidupnya. Prinsip yang digunakan dalam
transaksi ini tidak mengharuskan adanya tambahan.
Akad Rahn yang dimaksud dalam Surat Edaran Bank Indonesia ini
bertujuan untuk mengikat emas sebagai agunan dalam pinjaman dana.
Kenapa emas? Karena emas adalah benda/barang yang sangat berharga,
harganya relatif stabil bahkan cenderung bertambah, dan tahan dari
korosif atau tidak mudah rusak. Setiap nasabah tentunya tidak
menginginkan harta emasnya ini dengan mudah hilang dari
kepemilikannya. Apabila dia membutuhkan dana, maka yang paling
cepat dan mudah adalah menggadaikan emasnya. Tentunya pihak lain
yang akan menerima gadai emas ini tidak akan keberatan untuk
meminjamkan sejumlah uang padanya. Si peminjam tentunya tidak akan
2 AH. Azharuddin Lathif, M.Ag, Fiqh Muamalat, UIN Jakarta Press tahun 1999,
hlm. 149 3 Hasil wawancara dengan Ibu Nyimas, salah satu staff Departement Perbankan
Syariah Bank Indonesia
125
merasa khawatir bila uangnya tidak kembali, maka emas itu akan
menjadi miliknya sejumlah besar uang yang dipinjamkannya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. ( البقرة) 2 : 283
د ؤ ي ل ا ف ض ع ب م ك ض ع ب ن م أ ن إ ة ف ض و ب ق م ان ى ر ا ف ب ات وا ك د ت ل و ر ف ى س ل ع م ت ن ك ن إ و ا ب الله و و ب ل ق آث و ن إ ا ف ه م ت ك ي ن م ة و اد ه ا الش و م ت ك ت ل و و ب ر الله ق ت ي ل و و ت ان م أ ن ت ي اؤ ذ ال مي ل ع ن و ل م ع ت
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanahnya (utangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa
yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang
berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Pada ayat diatas tertulis “apabila kamu tidak memperoleh seorang
penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang di pegang.
Sebenarnya bila kita melakukan pembiayaan Qardh Beragun Emas
pada Bank Syariah, perjanjian ar rahn ini memang telah tertulis. Karena
nasabah harus mengisi form Surat Bukti Pembiayaan Gadai Emas,
mengisi formulir, dan menyerahkan fotocopy identitas diri.
Surat-surat tertulis tersebut bertujuan jika terjadi keterlambatan
pembayaran pengembalian sejumlah dana dari nasabah ke bank setelah
jatuh tempo, maka pihak bank sebagai murtahin (pihak yang menerima
gadai) dapat menghubungi nasabah yang bertindak sebagai rahin untuk
menginformasikan bahwa waktu pembayaran telah jatuh tempo. Hal ini
untuk kemaslahatan bersama, baik untuk murtahin maupun rahin.
Seperti dalam kaidah Fiqh :
باحة إل أن يد ل دليل على تريهاالأصل ف المعاملت ال
“Pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya”.
126
Sedang akad ijarah yang dimaksud dalam Surat Edaran Bank
Indonesia ini adalah untuk biaya perawatan, dan pemeliharaan emas
yang dia gunakannya itu. Dalam pengertian lainnya, rahin mengajukan
jasa bank untuk menyimpan atau memelihara barang gadainya hingga
jangka waktu gadai berakhir. Sebenarnya akad Ijarah yang diimaksud
pada Surat Berharga Bank Indonesia ini mengacu pada biaya
pemeliharaan barang gadai. Seharusnya biaya pemeliharaan jangan
disebut dan dimasukkan sebagai akad Ijarah, tetapi tetap disebut sebagai
biaya pemeliharaan atau perawatan barang gadai karena dapat
menimbulkan kesalahpahaman para nasabah yang akan melakukan
produk Qardh Beragun Emas ini.
Seperti yang terdapat pada hadist Rasulullah SAW:
ث نا إب راحيم بن ال ث نا ممدبن ممد : حد ختار : عن إسحاق بن راشد، عن حد
الزىري ، عن سعيد بن المسيب، عن أب ىري رة أن رسول اللو صل الله عليو و سلم مو )رواه ابن ماجة(قال : ل ي غلقوالرىن من صاحبو الذ ي رىنو،لو غنمو وعليو غر
“Muhammad bin Humaid menyampaikan kepada kami dari Ibrahim
bin Al Mukhtar, dari Ishaq bin Rasyid, dr Az Zuhri, dari Sa‟id bin Al
Musayyib, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW, bersabda,
“barang gadaian tidak boleh menjadi milik (orang yang menjadi
pinjaman), ia memperoleh manfaat dan menanggung risikonya”.
(HR. Ibnu Majah).4
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu majah di atas menjelaskan bahwa,
kepemilikan barang gadaian (marhun) tetap menjadi milik pemberi gadai
(rahin) hingga melebihi batas waktu pengembalian hutang. Dan biaya
perawatan seta pemeliharaannya tetap menjadi tanggung jawab pemberi
gadai.
Oleh sebab itu, biaya perawatan emas, asuransi emas yang dijadikan
jaminan di bank syariah, tetap menjadi tanggungan si pemberi gadai.
Di dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/7/DPbs ini, ada
pembatasan pembiayaan Qordh Beragun Emas dari bank syariah/UUS
kepada nasabah. Pembiayaan Qardh Beragun Emas dapat diberikan
paling banyak sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta
rupiah) untuk setiap nasabah. Dan khusus untuk nasabah Usaha Mikro
dan Kecil, dapat diberikan pembiayaan Qardh Beragun Emas paling
banyak sebesar Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Angka ini
4 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Al Qazwini Ibnu Majah, Kutubus Sittah
Sunan kiibnu Majah, Al Mahira:Jakarta, bab Pegadaian,h.435
127
diambil berdasarkan investigasi langsung yang dilakukan oleh Bank
Indonesia ke beberapa pengusaha kecil di Jawa Timur.
Pembatasan pembiayaan untuk tiap nasabah yang ada di dalam SEBI
ini, bertujuan untuk mengatur neraca pembiayaan bank dan menghalangi
nasabah untuk mencoba berinvestasi emas melalui pembiayaan rahn di
bank syariah. Emas memang assed yang liquid, yang rendah resiko dan
cenderung bertambah harga dipasarannya. Namun emas adalah asset
yang tidak bebas dari fluktuasi harga dalam jangka pendek.5
Dalam menetapkan pembatasan pembiayaan Qardh Beragun Emas Rp
250,000,000 untuk setiap nasabah, dan untuk nasabah mikro sebesar Rp
50,000,000 ini, Bank Indonesia telah mennjalankan kewajibannya
sebagai bank sentral. Salah satu tugasnya dalah menjaga keutuhan sistem
keuangan dan bertindak sebagai pengawas kahati-hatian perbankan. Hal
ini sesuai dengan kaidah
لحة ط بالإمصإ اعية منوإ مام على الر ف الإ تصر
Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan
kemashlahatan.6
Jadi tindakan dan kebijakan yang diambil atau harus sejalan dengan
kepentingan umum bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan.
Harga emas setiap harinya berubah-ubah. Jika nasabah berusaha
mengambil keuntungan dari akad Qardh Beragun Emas ini, dengan
melakukan “praktek berkebun emas” maka dapat meningkatkan demand
emas itu. Semakin tinggi permintaan emas, maka harga emas akan
semakin tinggi, dan perubahan harga emas ini bisa dianggap difasilitasi
oleh Bank Syariah.7
2. Tinjauan Fikih Surat Edaran Bank Indonesia No.14/16/DPbs
tentang Pembiayaan Kepemilikan Emas.
Latar belakang keluarnya Surat Edaran Bank Indonesia
No.14/16/DPbs mengenai kepemilikan emas adalah terbitnya fatwa
Dewan Syariah Nasional Nomor 77/DSN-MUI/u/2010 tanggal 3 juni
2010 perihal Jual Beli Emas secara Tidak Tunai dan untuk meningkatkan
kehati-hatian bank.8
5 Wawancara dengan bapak Rifki Ismal sebagai staff Departemen Perbankan
Syariah Bank Indonesia. 6 Abdul Aziz Muhammad „Azam, Al Qowa‟id Al Fiqh Al Islami, 1999, hlm. 338
7 Wawancara dengan Ibu Nyimas sebagai staff Departemen Perbankan Syariah
Bank Indonesia 8 Wawancara dengan bapak Rifki Ismal sebagai staff Departemen Perbankan
Syariah Bank Indonesia
128
Mengenai jual beli emas secara angsuran, terdapat perbedaan
pendapat. Menurut Syaikh „Abd al Hamid Syauqiy al Jibaly, hukum jual
beli emas secara angsuran, ada dua pendapat:
Pendapat pertama, bahwa hukum jual beli emas secara angsuran
adalah dilarang. Ini pendapat mayoritas mazhab Hanafi, maliki, Syafi‟i
dan Hambali.
Dengan dalil, hadits hadits tentang riba.
ىب حديث أب عوا الذ سعيد الدري أن رسول الله صل الله عليو وسلم قال : لتبي ىب إل مثل بثل، و ل تشفوا ب عضها على ب عض ها عئبا بناجز بالذ عوا من ، ول تبي
)روه البخاري(
“Diriwayatkan dari abu sa‟id al khudri r.a sesungguhnya Rasulullah
SAW bersabda, “janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali
keduanya sama, dan janganlah kalian melebihkan sebagiannya atas
sebagian yang lain. Janganlah kalian menjual perak dengan perak
kecuali keduanya dama dan janganlah kalian melebihkan
sebagiannya atas yang lain. Dan janganlah kalian menjualnya yang
belum ada barangnya dengan yang sudah ada barangnya
(diutangkan) (HR bukhori).”
الب راء بن حديث الب راء ابن عزب وزيد ابن أرقم. عن أب هال قال : سل المن ، فكل ها رم ن هما ي قول ىذا خي عازب، وريد ابن أرقم عن الصرف، فكل واحد من
ىب بالو رق دي نا )روه ي قول : ن هى رسول الله صل الله عليو وسلم عن ب يع الذ البخاري(
Hadits Nabi riwayat dari Al Bara‟ bin „azib dan zaid bin Arqam Ra,
dari Abu Al minhal, ia berkata, “aku bertanya kepada Al Bara‟ bin
„azib dan zaid bin Arqam tentang menjual perak dibayar emas (atau
sebaliknya). Maka masing-masing berkata,” Orang ini lebih baik
daripada aku,” Maka keduanya berkata, “Rasulullah SAW melarang
menjual emas dibayar perak secara hutang.” (Diriwayatkan oleh
Bukhari pada kitab ke-34 Kitab Jual Beli, bab ke 80 Bab menjual
Perak dibayar emas dengan tempo).
Hadits Nabi yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ra. Ia berkata,” Nabi
SAW melarang menjual perak dengan perak, dan emas dengan emas,
kecuali keduanya sama. Dan beliau memerintahkan kami untuk membeli
129
emas dibayar perak sekehendak kami, dan juga perak dibayar
sekehendak kami.(Diriwayatkan oleh Al Bukhari pada kitab ke 34 Kitab
Jual Beli, bab ke -81 Bab menjual emas dibayar perak secara tunai).9
Hadits- hadits yang telah disebutkan di atas, menjelaskan tentang
pelarangan menjual emas dengan emas, dan menjual perak dengan perak
kecuali dibayar tunai. Dan pelarangan menjual perak dibayar emas dan
menjual emas dibayar perak secara hutang.
Pendapat ke dua, hukum jual beli emas secara tidak tunai adalah
boleh. Ini adalah pendapat dari Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim, dan ulama
kontemporer yang sependapat.
Dengan dalil, bahwa emas dan perak pada sekarang ini adalah barang
yang dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa. Emas dan perak
dibentuk menjadi perhiasan. Itu artinya emas dan perak sama seperti
pakaian dan barang. Bukan lagi menjadi alat pertukaran, alat
pembayaran/uang. Oleh karenanya tidak akan terjadi riba. Bila tidak
diperbolehkan lagi menjual dan membeli emas secara mengangsur,
padahal banyak orang yang sangat membutuhkan keberadaan emas,
maka akan rusak kemaslahatan manusia dan mereka akan mengalami
kesulitan. Oleh karena itu, Dewan Syariah Nasional Majlis Ulama
Indonesia telah memfatwakan adalah boleh jual beli emas dengan
angsuran, karena emas adalah barang dan bukan lagi uang.10
Bank Indonesia sadar betul, bahwa emas adalah asset yang liquid,
namun tidak bebas dari fluktuasi harga dalam jangka pendek. Namun,
emas merupakan barang investasi yang cukup bagus untuk jangka
panjang. Karena kecenderungan harga emas yang terus bertambah,
tentunya harga dimasa depan akan jauh lebih mahal dari harga sekarang.
Dan selisih harga emas dimasa depan dengan masa sekarang akan
menguntungkan kita.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.14/16/DPbs, jumlah
Pembiayaan Kepemilikan Emas setiap nasabah ditetapkan paling banyak
ditetapkan sebesar Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pembatasan ini bertujuan untuk meningkatkan kehati-hatian bank dalam
mengatur keuangan perusahaannya. Dengan nominal Rp. 150.000.000,00
(seratus lima puluh juta rupiah) ini bukan berarti bank yang mengadakan
produk. Ini bebas dari semua resiko perbankan. Resiko tetap ada namun
dalam jumlah yang dapat dikendalikan.
Seluruh Bank Syariah boleh memberikan pembiayaan sepanjang
memenuhi prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian. Untuk dapat
9Muhammad Fu‟ad Abdul Baqi, Al Lu‟lu‟wal Marjan, kumpulan Hadits Shahih
Bukhari Muslim, hlm. 458 10
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, jilid 2, No. 77/DSN MUI/V/2010,
hlm. 269-270
130
memberikan pembiayaan Qardh Beragun Emas atau kepemilikan emas,
bank syariah harus memperoleh ijin Bank Indonesia.11
Keluarnya Surat Edaran Bank Indonesia yang bertujuan untuk
mengatur pembiayaan Qardh Beragun Emas dan Pembiayaan
Kepemilikan Emas (cicil emas) di Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
ini sesuai dengan kaidah fikih :
الأصل ف الأشياءالباحة
Prinsip dasar segala sesuatu adalah boleh
الأموربقاصدىا
Tiap perkara tergantung maksudnya.12
Mengingat posisi Bank Indonesia sebagai pengatur dan pengawas
kehati-hatian bank, bank telah menetapkan pembiayaan dengan
maksimal Rp 150,000,000 unutk setiap nasabah . hal ini juga sesuai
dengan kaidah Fiqh :
لحة ط بالإمصإ اعية منوإ مام على الر ف الإ تصر
Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan
kemashlahatan.13
C. Produk Qardh Beragun Emas dan Pembiayaan Kepemilikan Emas
di PT Bank Syariah Mandiri Menurut Kajian Hukum Islam dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 26/DSN-
MUI/III/2002 dan No.77/DSN-MUI/V/2010
1. Produk Qardh Beragun Emas
Dasar operasional produk ini adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas. Prinsip yang digunakan
adalah prinsip Qardh dan Ijarah.
Akad Qardh sebagai akad tabarru‟ dimana ini merupakan salah satu
jenis muamalah yang bercorak ta‟awun kepada pihak lain untuk
memenuhi kebutuhannya karena dengan Qardh akan menumbuhkan sifat
11
Wawancara dengan bapak Rifki Ismal sebagai staff Departemen Perbankan
Syariah Bank Indonesia 12
Prof. Dr. Nashr Farid Mul. Washil dan Prof. Dr. Abdul Aziz, Muh. azza,
terjemah : Wahyu Setiawan, MAG,Qowa‟id Fiqhiyyah, Jakarta: Amzah, 2009, hal 5 13
Abdul Aziz Muhammad „Azam, Al Qowa‟id Al Fiqh Al Islami, 1999, hlm. 338
131
mengasihi dan memberikan kemudahan dari setiap urusan bagi orang
yang berakad.
Begitu pula dengan Rahn yang merupakan transaksi sementara,
dimana orang yang memberikan pinjaman akan mendapatkan barang
jaminan dari peminjam uang sebagai bentuk keseriusan bahwasannya
seluruh uang yang dipinjamkannya akan dikembalikan.
Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan:
a. Kesepakatan para pihak
Bank sebagai murtahin sepakat akan memberikan pinjaman
sebesar barang yang telah dijaminkan kepadanya.
Nasabah sebagai rahin sepakat akan menyerahkan barang
jaminan (dalam hal ini adalah) emas kepada bank, yang akan di
kembalikan, kepadanya setelah seluruh hutang-hutangnya lunas.
Hal ini sesuai dengan firman Allah swt Qs An Nisa: 29
ن ة ع ار ت ن و ك ت ن أ ل إ ل اط ب ال ب م ك ن ي ب م ك ال و م ا أ و ل ك ت ا ل و ن آم ن ي ذ ا ال ه ي أ يآام ي ح ر م ك ب ان ك الله ن إ م ك س ف ن ا أ و ل ت ق ت ل و م ك ن م اض ر ت
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu..”
Yang dipersyaratkan dalam jual beli dari ayat ini hanya saling
ridho alias suka sama suka. Jadi seluruh transaksi yang didasari
suka sama suka atau saling meridhoi adalah boleh.
b. Jaminan dari pihak rahin, adalah benar-benar merupakan barang
miliknya yang sah, bukan merupakan barang yang masih dalam
penguasaan orang lain atau sengketa. Menurut ulama syafi‟iyyah,
tidak sah mengadakan akad ar rahn dengan marhun bihi berupa
barang yang dipinjamkannya atau di ghashab.14
c. Bank sebagai murtahin, akan memberikan informasi kepada
nasabah sebagai rahin, ketika waktu pembayaran telah jatuh
tempo. Pihak bank akan menanyakan cara pembayaran kepada
nasabah apakah akan dibayar tunai atau autodebet dari rekening.
Dengan adanya informasi dari bank, akan muncul kemaslahatan
dari kedua belah pihak. Murtahin akan mendapatkan kejelasan
14
Prof. Dr. Wahbah Az Zuhaili, Fiqih Islam wa Adilatuhu, Daarul Fikr, Jilid IV
hlm. 131
132
uangnya akan dikembalikan dan ketika mendapat informasi
tentang kewajibannya.
d. Nasabah sebagai rahin, memiliki kewajiban untuk mengganti
biaya pemeliharaan barang agunannya. Sebagai nasabah
diharuskan membayar uang sewa tempat marhun disimpan dan
dirawat dengan baik.
2. Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil Emas)
Dasar operasional produk ini adalah Fatwa Dewan Syariah Nasional
No. 77/DSN-MUI/V/2010 tentang cicil emas. Dan prinsip yang
digunakan didalam akad ini adalah akad murabahah dan gadai.
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Penjual harus memberi tahu harga produk
yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai
tambahannya.
Dalam praktek cicil emas di Bank Syariah Mandiri, pihak bank telah
memberikan stimulasi pembiayaan kepemilikan emas. Pihak bank
memberitahu kepada nasabah tentang harga beli, harga jual, margin
keuntungan yang diinginkan, besarnya uang muka yang harus dibayar
nasabah dan uang administrasi sebesar 10% dari plafond pembiayaan.15
Untuk pengambilan margin keuntungan ini, tidak ada dalil dalam
syariah yang berkaitan dengan penentuan keuntungan usaha, sehingga
bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram.16
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam musanadnya dari Urwah bahwa dia
menceritakan, Nabi pernah ditawarkan kambing dagang. Lalu beliau
memberikan satu dinar kepadaku. Beliau bersabda, “hai urwah, datangi
pedagang hewan itu, belikan untukku satu ekor kambing”. Aku
mendatangi pedangan tersebut dan menawar kambingnya. Akhirnya aku
berhasil membawa dua ekor kambing. Aku kembali dengan membawa
kedua ekor kambing tersebut –dalam riwayat lain menggiring kedua
kambing itu-. Ditengah jalan, aku bertemu seorang lelaki dan
menawarkan kambingku. Kujual satu ekor kambing dengan harga satu
dinar. Aku kembali kepada Nabi dengan membawa satu dinar berikut
satu ekor kambing. Aku berkata “ wahai Rasulullah! Ini kambing anda,
dan ini satu dinar juga milik anda! Beliau bertanya “apa yang engkau
lakukan?” lalu aku menceritakan semuanya. Beliau bersabda “ya Allah,
berkatilah keuntungan perniagaannya.” Kualami sesudah itu bahwa aku
pernah berdiri di kinasah di kota kufah, aku berhasil membawa
15
Praktek yang telah dilakukan penulis pada tanggal 27 juli 2016 di kantor cabang
Bank Syariah Mandiri di BT, Bintaro, Sektor 9. 16
Drs. Muhammad, M. Ag, Manajemen Bank Syariah, (UPP)AMPYKN:
Yogyakarta, hlm. 137.
133
keuntungan empat puluh ribu dinar sebelum aku sampai ke rumah
menemui keluargaku.”17
Dari hadist diatas,dapat diambil kesimpulan bahwa, bolehnya
keuntungan perdagangan itu mencapai dua kali lipat pada kondisi
tertentu. Yang perlu dicermati adalah kejadian itu tidak mengandung
unsur penipuan, manipulasi, monopoli, memanfaatkan keluguan pembeli,
ketidaktahuannya, kondisi yang terpepet atau sedang membutuhkan, lalu
harga ditinggikan.18
Kemudian, di dalam akad Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil
Emas) ini juga ada akad gadai yang juga mengikat nasabah. Akad gadai
ini berguna untuk menjamin setiap dan seluruh jumlah uang yang
terhutang oleh nasabah kepada bank. Dengan jaminan ini, nasabah
menyatakan telah mengikat diri dan menyerahkan emasnya secara
sukarela.
Namun, asuransi emas, dilakukan oleh pihak bank sejak nasabah
menandatangani Surat Bukti Kepemilikan Emas sampai berakhirnya
jangka waktu penyimpanan barang. Bila terjadi hal-hal yang
mengakibatkan barang menjadi rusak/hilang, maka bank akan mengganti
besaran maksimum 100% ketentuan bank yang berlaku.19
Jadi, akad ijarah yang terdapat di dalam Surat Bukti Kepemilikan
Emas adalah gadai (rahn) sebagai produk pelengkap dan bukan sebagai
produk sendiri. Maksudnya Produk Pelengkap adalah sebagai akad
tambahan (jaminan) terhadap produk lain. Sehingga bank dapat menahan
barang nasabah sebagai konsekuensi akad murabahah ini.20
Dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbs
perihal Produk Qardh Beragun Emas bagi Bank Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi perbankan
Syariah dalam menjalankan Produk Qardh Beragun Emas dan tujuan
utamanya adalah untuk membiayai keperluan dana jangka pendek atau
tambahan modal kerja jangka pendek untuk golongan nasabah Unit
Mikro dan Kecil (UMK)
Dan dengan diberlakukannya Surat Edaran Bank Indonesia No.
14/16/DPbs dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi perbankan
syariah dalam menjalankan Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas
(PKE) dalam rangka meningkatkan kehati-hatian bank yang
menyalurkan Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas.
17
Diriwayatkan oleh Ahmad dalam musanadnya IV, 376, Al Maktab Al Islami. 18
Drs. Muhammad, M.Ag, Manajemen Bank Syariah, UPP
AMPYKNPN:Yogyakarta, h.138 19
Ketentuan-keteutuan ini terdapat didalam Surat Bukti Kepemilikan Emas 20
Muhammad Syafi,i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Tazkia
Cendikia:Jakarta, hlm. 130
134
135
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan ini, dapat diambil kesimpulan :
1. Praktek produk Qardh Beragun Emas dan Pembiayaan Kepemilikan
Emas di PT Bank Syari‟ah Mandiri telah sesuai dengan peraturan
SEBI No.14/7/DPbs dan No.14/16/DPbs. Baik dari sisi ketentuan
ketentuan yang dibebankan pada nasabah hingga penghitungan
taksiran pembiayaan yg diberikan.
Dari hasil praktek dan penelitian dilapangan, pihak Bank Syariah
Mandiri dalam menyampaikan dan menjelaskan informasi kepada
nasabah dalam hal syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi
nasabah sudah cukup jelas, namun penjelasan mengenai sanksi
nasabah ketika mengalami keterlambatan dalam membayar hutang
seperti sanksi denda, belum mendapatkan kejelasan yang mendetail.
Kemudian, hendaknya Ijarah cost yang tertulis didalam akad Qardh
Beragun Emas, tidak ditulis Ijarah cost, karena Ijarah cost yang
dimaksud adalah untuk biaya pemeliharaan atau perawatan barang
gadai. Jadi, seharusnya ditulis dengan biaya perawatan atau
pemeliharaan saja.
Dengan adanya produk Qardh Beragun Emas ini, masyarakat kecil
dan menengah dapat dengan cepat, aman, dan mudah untuk
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari bank. Dengan adanya produk
pembiayaan kepemilikan emas, masyarakat kecil dapat membeli
emas lantakan dengan cara mengangsur.
2. Ketentuan didalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/7/DPbs
tentang Qardh Beragun Emas tetap selaras dengan Fatwa Dewan
Syariah Nasional no : 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas, dan
telah sesuai dengan syariah Islam yaitu dengan memberikan batasan
nominal pembiayaan Qardh Beragun Emas kepada nasabah, paling
banyak sebesar Rp 250 juta. Ketentuan didalam Surat Edaran Bank
Indonesia No: 14/16/DPbs tentang Pembiayaan Kepemilikan Emas di
Bank Syariah telah selaras dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No : 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang Jual Beli Emas secara
Tidak Tunai, dan telah sesuai dengan syariah Islam dengan membatasi
jumlah Pembiayaan Kepemilikan Emas ditetapkan paling banyak Rp
150 juta.
Pembatasan ini telah sesuai dengan syariah, karena bisa
meminimalisir mafsadat, yaitu mengembalikan posisi rahn kepada
hakikatnya semula, hal ini sesuai dengan kaidah fiqih :
135
136
صلحة مام على الراعية من وط با ال تصرف ال
“Tindakan pemimpin terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan
kemaslahatan”.
Sehingga, pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah tidak hanya
pada satu produk saja, tetapi juga untuk sektor riilnya.
3. Pelaksanaan Produk Qardh Beragun Emas dan Pembiayaan
Kepemilikan Emas (Cicil Emas) di Bank Syariah Mandiri telah sesuai
dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 25/DSN-MUI/III/2002,
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.77?DSN-MUI/V/2010. Hal ini
akan menguatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya
di Bank Syariah akan menjaga amanah yang diberikan dan dalam
prakteknya telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional dan
Surat Edaran Bank Indonesia
B. Saran
1. Sanksi atau denda pada produk pembiayaan kepemilikan emas atau
cicil emas, mengenai cara pembayarannya dan waktu pelaksanaannya
harus dijelaskan di awal sebelum terjadinya akad pembiayaan
kepemilikan emas ini .
2. Penggunaan kosa kata dalam akad Ijaroh yang terdapat pada produk
Qardh beragun Emas, dengan satu kata yang tidak menimbulkan
multi tafsir bahwa biaya yang dikeluarkan adalah untuk biaya
pemeliharaan barang gadai.
135
DAFTAR PUSTAKA
Abd, Hakim, Atang dan Jaih Mubarak, Metodelogi Studi Islam, Bandung: PT
Remaja Kraya,2012
Abdullah Al Imam Muh. bin Ismail Al Bukhari Abu, Shahih Bukhari, Jilid3.
Abdullah Muhammad bin Yazid Al Qazwini ibnu Majah,Abu, Kutubus Sittah
Sunan Ibnu majah, Al Mahira : Jakarta, Bab Jual Beli dengan Khiyar.
Abidin Ibnu, Radd Al Muhtar ‘Ala Ad Durr Al Mukhtar, (Beirut : Dar Al
Fikr), Jilid V.
Ad Dardir, Asy-Syarh Ash Shagir bi Syarh Ash Shawi, (Mesir : Dar AL-
Ma‟arif), Jilid 3.
Al Jaziri Abdurrahman, Al Fiqh ‘Ala Mazahib Ar Arba’ah, Dar Al Irsyad,
Al Jaziri Abdurrahman, Al Fiqh ‘Alal Mazahib Al Arba’ah , Dar Al Irsyad
Juz 2.
Al Jaziri Abdurrahman, Kitabu Al Fiqh ‘Ala Al Mazahib Al Arba’ah, (Kairo,
Mathba‟ah Al Istiqamah), Juz 3,.
Al Kasani, Iman, Al Bada’i’u Ash Shana’i’u (Mesir : Al Muniriyyah), Jilid
VI.
Al Kasani, Iman, Al Bada‟i‟u Ash Shana‟i‟u (Mesir : Al Muniriyyah), Jilid -
VI.
Al Khatib Asy Syarbani, Mugni Al Muhtaj (Beirut : Dar AL Fikr, 1978), Jilid
2.
Al Khatib Asy Syarbani, Mugni Al Muhtaj (Beirut : Dar AL Fikr, 1978), Jilid
2.
Al Mubarakfuri, Syafiyyurahman, Shahih Tafsir Ibnu Katsir
Al Qur‟anul Karim.
Angga, Kitab Sakti Fiqih Muamalah, Jakarta: Politeknik Negeri Jakarta
Anwar Ibrahim, Muhammad, Norma-Norma Akad dalam Fiqh Islam
135
136
Aprianti Maya, Anti Rugi dengan Berinvestasi Emas, (Yogyakarta : Pustaka
Baru Press), h.13.
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta : Pustaka
Alvabet, 2005
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syari’ah, PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Ash Shawi, Shalah, dan Abdullah Al Muslih, Fiqh Ekonomi Keuangan Islam,
Daarul Haq
Az Zuhaili Wahbah, Al Fiqh Al Islami Wa Adilatuhu, Darul Fiqh : Juz 5.
Azhar Basyir, Ahmad, Hukum Islam tentang Riba, Utang Piutang Gadai, AC
Ma‟arif: Bandung
Aziz Muhammad „Azam, Abdul, Al Qowa’id Al Fiqh Al Islami, 1999.
Bank Indonesia, Petunjuk Pelaksanaan Pembukaan Kantor Bank Syari’ah,
Lampiran Daftar Istilah, Agustus, 2002.
Bank Syari‟ah Mandiri, Laporan Tahunan 2012.
Farid Mul Washil, Nashr dan Abdul Aziz Muh Azza, Qowaid Fiqhiyyah,
Terjemah wahyu setiawan: Jakarta
Fu‟ad Muhammad Abdul Baqi, Al Lu’lu Wal Marjan Fima Ittdfaqo ‘Alaihi
Asy Syaikhani AL Bukhari wa Muslim, Darul Hadist Qohirroh.
Goodhard,Charles, Why Do Banks Need a Central Bank? Oxford Economic
Papers 39
Haroen Nasrun, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama), 2007,
h.253.
Hawke, Garry, Between Goverment and Banks, a History of Reserve Bank of
New Zealand, Wellington Goverment Printer
Himpunan Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional Jilid 5
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Jilid 2
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional Jilid 3
137
https://www.syariahmandiri.co.id/category/infoperusahaan/organisasi/struktu
rorganisasi.
https://www.syariahmandiri.co.id/category/infoperusahaan/organisasi/struktu
rorganisasi.
Ibnu Rusyd, Al Faqih Abul Wahid bin Ahmad bin Muhammad, Bidayatul
Mujtahid wa Nihayatu Al Muqtashid, Beirut, Dar Al Jil, 1898
Kamus Lengkap Bahasa Indonesia : Mitra Pelajar, Surabaya.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada, 1999
Muh. Anwar Ibrahim, Norma-Norma Akad dalam Fiqh Islam.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah (UPP) AMPYKN; Yogyakarta
Nashiruddin Muhammad Al Bani, Shahih Sunan Ibn Majah, (Riyadh :
Maktabah Al Mu‟arif Linatsir Wattauzi‟), Jilid 2, Hadist no : 1991,
h.286.
Qudamah Ibnu, Al Mughni (Riyadh : Jilid 5).
Rasjid, Sulaiman, Fiqih Islam, Bandung: Sinar Baru Algensindo,2011
Rodoni, Ahmad, Investasi Syariah, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta
Sabiq Sayyid, Fikih Sunnah, di terjemahkan oleh Mujahidin Muhayyan,
Jakarta : PT. Mitra Kertajaya, 2013
Salim, Joko, Jangan Investasi Emas Sebelum Baca Buku Ini, Visi Media :
Jagakarsa, Jakarta Selatan, 2011.
Simorangkir, Iskandar, Pengantar kebanksentralan Teori dan Praktik di
Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.
Singleton, Innovation an Independence The Reserve Bank of New Zeland
1973 – 2004, Aucland University Press.
Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana
Perdana Media, 2009
Surat Bukti Gadai Emas Bank Syariah Mandiri.
Surat Bukti Kepemilikan Emas Bank Syariah Mandiri
138
Syafi‟i, Muhammad Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, (Jakarta:
Tazkia Cendikia)
Syafputri, Ella, Investasi Emas, Dinar dan Dirham, (Jakarta: Penebar Plus,
2012).
Wawancara dengan Bapak Rifki Ismal selaku Staff Departemen Perbankan
Syari‟ah Bank Syari‟ah
Wawancara dengan Nyimas selaku Staff Departemen Perbankan Syari‟ah
Bank Indonesia
Wawancara dengan Rahaditya, D Agung sebagai Rahn Analyst di PT Bank
Syari‟ah Mandiri KCP Jakarta, Bintaro, Sektor III.
Wawancara dengan Zukhruf Garmida, sebagai Financing and Mentoring
Section Head Powering Division di PT Bank Syari‟ah Mandiri.
Wiroso, Prinsip Penghimpunan Dana dan Jasa Bank Syari’ah, dalam
makalahnya di Politeknik Negeri Jakarta: 2010
www.BI.go.id/tentang-bi/fungsi-bi,visimisi/contest/default.aspx.
www.kompas.com, “BI akan Luncurkan Aturan Gadai Emas”, Rabu, 01
Februari 2012.
www.kompas.com, “BI Temukan Gadai Emas Tak Sesuai Konsep Awal”,
Hari Jum‟at, tanggal 06 Januari 2012.
www.kompas.com, “Gadai Emas, Bank Syari’ah harus Penuhi Aturan ini”,
Jum‟at, 06 Maret 2012.
Yanggo, Huzaemah,dkk, Buku Panduan Penulisan Proposal Tesis dan
Disertasi, Jakarta: Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an, 2017