pelaksanaan pembiayaan multijasa pendidikan dan kesesuaiannya dengan fatwa...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MULTIJASA PENDIDIKAN DAN
KESESUAIANNYA DENGAN FATWA NO.44/DSN-MUI/VIII/2004
(Studi kasus Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
di Cilegon-Banten)
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister
Hukum (MH) Dalam Bidang Hukum Ekonomi Syariah
Oleh:
Hilyati Fijriyah
NIM. 217420267
Pembimbing:
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Dr. dr. H. Endy Muhammad Astiwara, MA,AAAIJ., CPLHI, ACS., FIIS
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
2019 M/1440 H
i
ii
iii
iv
بسم الله الر حمن الرحيمKATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pelaksanaan
Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan Kesesuaiannya Dengan Fatwa
DSN-MUI No.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten)” sebagai syarat menyelesaikan
studi pada Program Magister Hukum Ekonomi Syariah Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga hari akhir.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya tesis ini sebab bantuan
banyak pihak baik dari usaha dan bantuan serta doa yang telah membantu
penulis menjadi mudah dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, penulis
sampaikan banyak terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta, Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah
T. Yanggo, MA.
2. Direktur Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an (IIQ) Jakarta, Dr. H.
Muhammad Azizan Fitriana, MA.
3. Ketua Program Studi (Prodi) Hukum Ekonomi Syariah pada Program
Pascasarjana IIQ Jakarta, Dr. H. Syarif Hidayatullah, MA.
4. Pembimbing I dan pembimbing II, Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
serta Dr. H. Endy Astiwara, MA. AAAIJ., CPLHI., ACS., FIIS yang telah
memberikan arahan, masukan, perbaikan, dan bimbingan dengan tulus dan
bijaksana dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ)
Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh Staf Fakultas Ilmu Syariah Pascasarjana Institut Ilmu Al Qur‟an
(IIQ) Jakarta yang telah membantu dari proses awal hingga akhir
penulisan Tesis.
7. Bapak Idar Sudarma selaku Direktur Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri dan Bapak Mukhriji selaku SDM Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri, yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
8. Ibunda Hj. Dra. Suimah yang selalu menyayangi dan mendoakan. Semoga
Allah swt membalas segala kebaikannya.
9. Ayahanda H. Mas‟Ali yang selalu memotivasi dan mendoakan. Semoga
Allah swt membalas segala kebaikannya.
v
10. Adik-adikku, Dini Fauziyah, Tsalits Nur Alisyah, terimakasih atas doa,
kasih sayang yang kalian beri untukku. Juga untuk Bibi Agisni Rahmatika
yang senantiasa membimbing dan menasihati setiap permasalahan.
Semoga Allah swt membalas segala kebaikan kalian.
11. Pemimpin dan staff perpustakaan IIQ dan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kepada penulis
untuk membaca dan mencari referensi dalam rangka penyelesaian tesis ini.
12. Ustadzah Nabila Abdul Rahim rahimahallahu tabarokallahu ta‟ala, Guru
ngaji yang senantiasa memberi pesan-pesan indah dan mendoakan agar
mudah dalam menyelesaikan dengan baik tesis ini.
13. Teman-teman mahasiswa di Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an
(IIQ) Jakarta tahun ajaran 2017/2018.
14. Kak Wildatus Syifa, dan Kak Miscky Inaku, Kak Nurul Imalah, Sahabat
IIQ Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang selalu
semangat memotivasi dan saling mendoa agar diberi kemudahan
menyelesaikan tesis ini.
15. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini
yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.
Atas semua kebaikan serta bantuan yang diberikan, penulis hanya
mampu mendoakan semoga Allah swt membalas semua kebaikan dengan
kebaikan yang berlipat ganda serta semoga kebaikan yang telah diberikan
dapat bernilai ibadah, Amin.
Akhirnya penulis serahkan segala urusan hanya Allah SWT, dan
kerdo‟a semoga hasil penelitian yang penulis lakukan dapat bermanfaat bagi
semua dan mendapat ridho dari Allah SWT.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat dan
berguna. Aamiin.
Jakarta, 08 Dzulhijjah 1440 H
09 Agustus 2019 M
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
ABSTRAKSI ......................................................................................... xii
PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... ix
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................... 17
1. Identifikasi Masalah ................................................... 17
2. Pembatasan Masalah................................................... 18
3. Perumusan Masalah .................................................... 18
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 18
D. Kegunaan Penelitian .......................................................... 19
1. Manfaat Teoritis ......................................................... 19
2. Manfaat Praktis ........................................................... 19
E. Metodologi Penelitian ........................................................ 20
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................. 21
a. Jenis Penelitian ...................................................... 21
b. Pendekatan Penelitian ............................................ 26
2. Teknik Analisa Data ................................................... 26
3. Teknik Penulisan Tesis ............................................... 27
F. Kajian Pustaka ................................................................... 27
G. Sistematika Penulisan ........................................................ 48
vii
BAB II: PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MULTIJASA PENDIDIKAN
DAN KESESUAIANNYA DENGAN FATWA DSN-MUI
NO.44/VIII/2004
A. Multijasa Pendidikan ......................................................... 51
1. Pengertian Multijasa Pendidikan ................................ 51
2. Landasan Hukum Multijasa Pendidikan ..................... 55
3. Mekanisme Pembiayaan Multijasa ............................. 53
4. Manfaat Multijasa ....................................................... 58
B. Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VII/2004 Tentang
Multijasa ........................................................................... 61
1. Sejarah Munculnya Fatwa .......................................... 61
2. Mekanisme Pembiayaan Multijasa pada Fatwa
tersebut ....................................................................... 64
3. Mekanisme Akad Ijarah pada Multijasa Pendidikan .. 68
4. Mekanisme Akad Kafâlah pada Multijasa
Pendidikan .................................................................. 70
C. Akad-Akad pada Pembiayaan Multijasa Pendidikan dengan
Fatwa DSN-MUI No.44 .................................................... 71
1. Pengertian Akad Piutang Multijasa ............................. 71
2. Pengertian Pembiayaan ................................................ 73
3. Pengertian Pembiayaan menurut Syariah .................... 76
4. Produk Bank Pembiayaan Syariah .............................. 78
5. Landasan Hukum Pembiayaan .................................... 113
6. Prinsip Pengajuan Pembiayaan .................................... 116
7. Unsur-Unsur Pembiayaan ............................................ 124
8. Rukun dan Syarat Ijarah .............................................. 125
9. Rukun dan Syarat Kafâlah ........................................... 131
10. Macam-Macam Multijasa ............................................ 135
viii
11. Implementasi Pembiayaan Multijasa ........................... 139
12. Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat dan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah ............................................................. 143
BAB III: GAMBARAN UMUM BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH CILEGON MANDIRI (BPRS-CM) CILEGON
MANDIRI
A. Profil dan Sejarah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM) .................................................. 149
B. Visi dan Misi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM) .................................................. 153
C. Struktur Organisasi Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM) .................................................. 155
D. Jabatan dan Tugas Wewenang di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) ...................... 157
E. Produk-Produk dan Layanan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) ....................... 174
F. Pelaksanaan Akad Ijarah pada Multijasa Pendidikan di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) .................. 176
1. Kondisi Objektif Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri................................................... 176
2. Mekanisme Pembiayaan Multijasa di Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) ... 177
3. Implementasi akad ijarah pada Pembiayaan Multijasa di
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM) ......................................................... 189
4. Tinjauan Fatwa DSN MUI No.44 terhadap Pelaksanaan
akad ijarah pada Pembiayaan Multijasa di Bank
ix
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-
CM)...................................................................... 200
BAB IV: ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN MULTIJASA
PENDIDIKAN DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH
CILEGON MANDIRI
A. Konsep Akad Piutang pada Pembiayaan Multijasa Pendidikan
menurut Fatwa DSN-MUI ............................................... 203
B. Analisis Pelaksanaan Konsep Akad Piutang Multijasa pada
Pembiayaan dan Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang Multijasa ............. 206
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................... 217
B. Saran ................................................................................ 219
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN I SURAT PENELITIAN
LAMPIRAN II KONTRAK PERJANJIAN
LAMPIRAN III
DAFTAR WAWANCARA
CURICULUM VITAE (CV)
x
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan panggantian huruf dari abjad yang satu
ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis dan disertasi di Program
Pascasarjana IIQ,transiliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th ط a أ
zh ظ b ب
„ ع t ث
gh غ ts ث
f ف j ج
q ق h ح
k ك kh خ
l ل d د
m و dz ذ
n ن r ر
w و z ز
h ه s س
‟ ء sy ش
y ي sh ص
dh ض
2. Vokal
Vokal tunggal Vokal panjang Vokal rangkap
Fathah : a أ : â ...... : ai
Kasrah : i : î و...... : au
Dhammah : u و : û
xi
3. Kata Sandang
a. Kata sandang
Kata sandang yang diikuti alif lam ال) ) qamariyah
Kata sandang yang diikuti alif lam ال) ) qamariyah ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
al-Baqarah : انبقرة
al-Madinah : انمدينت
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ال) ) syamsyiah
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam ال) ) syamsyiah
ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan
sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayyidah : انسيدة ar-Rajul : انرجم
ad-Dârimi : اندارمي asy-Syams : انشمس
c. Syaddah (Tasydid)
Syaddah (Tasydid) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang ( ),
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid. Aturan ini
berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah kata, di
akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh
huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
Âmana as-sufahâʹu : امناب ا لل
فهاء Inna al-ladzîna : امه انس
ع ك wa ar-rukkaʹi : وانر
d. Ta Marbuthah ( )ة
Ta Marbuthah ( )ة apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata
sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.
xii
Contoh:
بت هت انناص Âmilatun Nâshibahʹ : عام
ب ر al-Âyat al-Kubrâ : الآيت ان ك
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain.
Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,
seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan
lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang,
maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata
sandangnya. Contoh: ʹAlî Hasan al-ʹÂridh, al-ʹAsqallânî, al-Farmawî
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur‟an dan nama-nama
surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an, Al-Baqarah,
Al-Fâtihah dan seterusnya.
xiii
ABSTRAKSI
Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan Kesesuaiannya
Dengan Fatwa DSN-MUI NO.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten), oleh Hilyati Fijriyah,
217420267.
Adapun temuan peneliti berkenaan dengan judul tesis ini adalah
Pertama, konsep yang diterapkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS-
CM) adalah Bank memberikan pembiayaan multijasa kepada nasabah adalah
dengan cara menggunakan akad piutang mutijasa. Ketidaksesuaian akad dalam
pembiayaan multijasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM). Data Sharia Bank Statistic, pada November 2018 tercatat bahwa
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Cilegon Mandiri termasuk dalam
data statistik perbankan syariah. Bank tersebut memiliki kinerja efisien pada
tahun 2015. Kedua, produk pembiayaan multijasa menjadi salah satu produk
yang banyak diminati, sebab produk ini dapat membantu dalam memenuhi
kebutuhan nasabah. Manfaat produk multijasa ini: a) Profitability adalah untuk
memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi
hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. b) Safety
adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa
hambatan yang berarti. Ketiga, penerapan akad multijasa pada pembiayaan
multijasa menurut fatwa DSN MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 adalah
menggunakan salah satu dari akad multijasa yaitu ijarah atau kafâlah.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu
sama-sama membahas tentang multijasa secara umum dan pemasaran
produknya. Letak perbedaannya penelitian ini pada pembiayaan multijasa
pendidikan yang dimaksud yakni produk pembiayaan multijasa pendidikan
pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) yang
menjadi solusi bagi kebutuhan para nasabah serta menganalisis kesesuaian
akad multijasa yang diaplikasikan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri (BPRS-CM) dengan fatwa DSN MUI No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004.
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan data primer yang
diperoleh melalui pihak Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM), Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan data sekunder yang
diperoleh melalui pengumpulan literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan
dengan penelitian ini.
xiv
ملخص البحث
) VIII/2004/ 44رقم DSN-MUI ىو ت ف ع م ناسبو ت و م ي ل ع لت ل ات م د ل ا د د ع ت م ل ي و ت ذ ي ف ن ت م ل ق ، ب (Cilegon-Bantenف ل ي و م لت ل ب ع الش Cilegon Mandiri Syariah ك ن ب ل ة ال ح ة اس ر د .762474712 ة، ي ر ج ف ت ي ل ح
ها الباحثة فيما ي ت علق بذا البحث ىي الن ، المفهوم الذي طب قة من ق بل ب نك أولا : تائج الت ت وصلت إلي د الأغراض للعملء باستخدام ات فاقية ق رض (BPRS-CM)تويل الشعب الإسلمي ىو أنو ي وفر تويل مت عد
Cilegonف الأغراض مت عد د عاقدي ف تويل وافق ت ذا يدل على أن ىناك عدم ت . وى الأغراض تويل مت عد د
Mandiri Syariah Financing Bank (BPRS-CM) الشرعي ب نك ل ل ئية إحصا . ب يانات (Data Sharia Bank Statistic الشرعي الشعب التمويل أن ب نك ظ ، لوح 7463ف ن وفمب(BPRS) حصائية الم ال ف ع أداء ف الشرعية. حقق الب نك ة ي ف ر ص شيليجون مانديري قد ت إدراجو ف الب يانات الإ
نتج مت عد د تويل ج ت ن ، أصبح م ياا ان . ث 5102عام طلوبة، لأن ىذا الم
نتجات الم
يساعد ف ت لبية الأغراض من أكثر الم
مكتسبة أرباح ج التمويل ف شكل : أ( الر بية ىي الحصول على ن تائ الأغراض د مت عد احتياجات العملء. ف وائد منتج من مشاركة الأرباح الت ت الحصول
ها من الشركات الم أو يب الإنازات ن دارة مع العملء. ب( السلمة ىي أم علي
ر التسهيلت ت وفي مة الم ، تطبيق . ثال ثاامشكلت قبات ا دون ع الر بية حق حت يكن تقيق ىدف ق ل ط م بشكل قد
دة د ال ات فاقيات DSN MUI الأغراض وف قا لفت وى ملس العلماء الإندونيسي على تويل مت عد د مات المت عد الأغراض ، الإجارة أو مت عد د ات فاقات أحد ىو استخدام DSN-MUI / VIII / 2004 / 44 .رقم
الكفالة.معا وتسويق منتجاتا. الأغراض مت عدد لذه الد راسة مع الد راسات السابقة ىي مناقشة تويل أوجو التطابق راسة وأما أوجو الختلف الأغراض ف مت عد د و منتج تويل على تويل مت عد د الأغراض للت عليم ف ه ف ىذه الد
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah” (BPRS-CM ") حل لحتياجات كون الذي يطب قة ف )د ل م ل العملء وي
دة الأب عاد الم وى ملس العلماء مع ف ت (BPRS) -CMى ملءمة العقود لمت عد
..DSN-MUI / VIII / 2004/ 44 رقم MUI DSNالإندونيسي ؤلف طري قة البحث
ج التحليل الوصفي باستخدام الب يانات الأولية الت ت الن وعي مع ن ه يستخدم الم
ها من خلل ب نك الحصول Cilegon Mandiri Syariah People Financing Bankعلي
(BPRS-CM) ىي ئة الر قابة الشرعية ،(DPS) ها من خلل جع والب يانات الثانوية الت ت الحصول علي علومات
.ىذا البحث الص لة مع ذات الم
xv
ABSTRACT
The Implementation of Multiservice Education Financing and
Compliance with the DSN-MUI Fatwa No.44/ VIII/ 2004 (case study in the
Cilegon Mandiri Syariah People’s Financing Bank in Cilegon-Banten) by
Hilyati Fijriyah, 217420267.
The finding in the thesis are: Firstly, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS-CM) is a multi-service funding bank offering to its costumers using
credit multi-service agreement. This shows unrelevancies in the agreement of
multi-service funding of BPRS. According to Data bank syaria statistic on
November 2018, Bank (BPRS) Cilegon Mandiri included in syaria bank
statistic. The bank book an efficient performance on 2015. Secondly, multi-
service financing showed a good demand on the market. The services help the
costumer need for funding. The benefit from the service are a) profitability, a
shared-profit gained by the costumer's establishment. b) safety, a guaranted
facility to maintain profitability reached. Thirdly, multi-service agreement
practice on multi-service financing according to fatwa DSN MUI fatwa no. 44
/ DSN-MUI / VIII / 2004 use one of multi-service agreement; ijârah and
kafâlah.
The similarity of this research with previous studies is that they both
discuss about general services and marketing of their products. The location
of the difference in this research is the multi-service education financing
referred to the multi-service financing product at the Cilegon Mandiri Syariah
People's Financing Bank (BPRS-CM) which is a solution for the needs of
customers and analyzing the suitability of the multi-service contract applied at
the Cilegon Mandiri Syariah People's Financing Bank (BPRS -CM) with MUI
DSN fatwa No. 44 / DSN-MUI / VIII / 2004.
The author uses a qualitative research method with an analytical
descriptive approach using primary data obtained through the Cilegon
Mandiri Syariah Community Financing Bank (BPRS-CM), Sharia Supervisory
Board (DPS) and secondary data obtained through the collection of relevant
literatures with this research.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan
bahwa perbankan secara teknik yuridis, yaitu sebagai badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Lembaga
keuangan Bank di Indonesia ada dua macam, yakni bank konvensional dan
bank syariah.1 Bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). 2 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) juga lembaga keuangan yang melakukan jasa berupa lalu
lintas pembayaran dengan prinsip syariah.3
Salah satu kebutuhan nasabah yang telah dilakukan oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah pembiayaan multijasa. Praktik
yang terjadi di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dalam menerapkan
akad ijarah pada pembiayaan multijasa yakni dimulai dengan nasabah yang
mengajukan pembiayaan yang dibutuhkannya seperti biaya pendidikan yakni
administrasi sekolah. Oleh sebab itu, praktik akad ijarah yang diterapkan
dalam pembiayaan multijasa yang ada di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
1 Kamsir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),
h.110 2 Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia,
(Jakarta: Salemba Empat, 2013), h.102
3 Juandi, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, ( Malang: UIN-
Malang Press, 2009), h.112
2
(BPRS) kurang sesuai dengan fatwa ijarah yang ada, karena Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menyerahkan dana untuk pembayaran
sepenuhnya kepada nasabah, sehingga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) tidak bekerja sama langsung dengan pihak yang memberi sewa dan
objek sewa dari akad ijarah bukan sewa manfaat atau sewa produk jasa
melainkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) hanya memfasilitasi
nasabah dengan sejumlah dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pendidikan.
Melihat praktik yang selama ini terjadi, transaksi antara Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan nasabah adalah praktik
penjaminan hutang (kafâlah), karena dalam hal ini Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) menjamin nasabah untuk dapat pelayanan pendidikan
dengan cara nasabah diberi bantuan dana untuk membayarkan utangnya
kepada instansi terkait, selanjutnya nasabah akan melunasi hutangnya kepada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan cara mengangsur tiap
bulannya dengan biaya tambahan dari harga asal pinjaman sebagai upah
(ujrah) yang didapatkan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).4
Pembiayaan multijasa menjadi pembiayaan yang banyak dilakukan
oleh nasabah dibandingkan pembiayaan murabahah. Multijasa adalah
pembiayaan yang diberikan oleh bank kepada nasabah untuk memperoleh
manfaat atau jasa, misalnya jasa berupa pelayanan pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, dan kepariwisataan.5
Di tengah kenaikan anggaran pendidikan dan besarnya perhatian
pemerintah terhadap pendidikan dasar dan menengah, masih terdapat anak
4 Ajeng Mar‟atus Solihah, Penerapan Akad Ijarah pada Pembiayaan Multijasa
dalam Perspektif Hukum Islam. 5 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek
Hukumnya, ( Jakarta: Kencana Prenadamedia, 2014), h. 275
3
Indonesia yang putus sekolah. Kita tercengang mengetahui jumlah anak
Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) yang putus
sekolah pada 2015 mencapai 1,08 juta. Angka itu melonjak lebih dari 30
persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 750.000 siswa. Tak hanya
itu, masih ada 3,03 juta siswa yang tak bisa melanjutkan pendidikan ke
jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), SMA, dan perguruan tinggi.6
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM)
diawasi oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin
simpanan nasabah perbankan di Indonesia. Badan ini dibentuk berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 tentang Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) yang ditetapkan pada 22 September 2004.7
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM)
adalah Bank yang dalam operasionalnya mengikuti ketentuan-ketentuan
Syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalah secara
Islami. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM)
mengikuti aturan dan selalu diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang
selalu melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap Bank Umum
Konvensional dan Bank Umum Syariah sesuai dengan Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan.8
6 http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/ironi-putus sekolah /9827 2019,
diakses pada tanggal 23 April 2019. 7 Copyright BPRS-CM 2019, http://www.bprs-cilegonmandiri.com/ 2019, diakses
tanggal 25 April 2019. 8 Dokumen SOP Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM),
Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan BPRS Cilegon Mandiri, h.3
4
Produk hukum memberikan peluang bagi dibukanya bank bagi hasil
sebagai bank yang sistem operasinya berlandaskan pada prinsip syariah.9
Kemudian, Bank Muamalat Indonesia resmi berdiri sebagai bank syariah
pertama di Indonesia dan diikuti dengan beberapa Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) serta lembaga-lembaga keuangan syariah non bank
lainnya.10
Data Sharia Bank Statistic, pada November 2018 tercatat bahwa
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) termasuk
dalam data statistik perbankan syariah.11
Lebih lanjut, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM) memiliki kerja efisien pada tahun 2015.12
Berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) serta yang menjadi alasan
penulis untuk meneliti lebih jauh tentang permasalahan pembiayaan
multijasa dengan menggunakan akad piutang multijasa. Fokus penelitian ini
diarahkan kepada permasalahan yang berkaitan dengan analisis fatwa ijarah
pada pembiayaan multijasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM). Dengan objek penelitiannya pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah.13
9 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek, (Jakarta: Alvabet, 1999), h.25
10
Kamsir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, h.111 11
Data Sharia Bank Statistic, November 2018 Edisi Desember 2015,
http://www.ojk.co.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Pages/Stasistik-Perbankan-Syariah-November-2018.aspx diakses tanggal 19 Januari
2019. 12
Sri Fadilah, Mega Ayu dan Turnad Lenggo Ginta; Analysis of the
Implementation of Marketing Information System in Supporting the Effectiveness of Al-
Murabahah Financing: Study Case in Cilegon Mandiri Sharia Bank, Jurnal Ekonomi dan
Pembiayaan Terengganu Internasional Vol.2, No.1:2012. 13
Wawancara dengan Staff Marketing Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri(BPRS-CM), Maryatul Mahfudzoh, Cilegon, Kamis, 28 Maret 2019
5
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu
model lembaga keuangan syariah yang paling sederhana yang saat ini banyak
muncul di Indonesia bahkan hingga ribuan Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS), yang bergerak di kalangan masyarakat ekonomi bawah dan
berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam rangka
meningkatkan ekonomi bagi pengusaha kecil yang berdasarkan prinsip-
prinsip syariah yang kemudian disalurkan melalui pembiayaan-pembiayaan.
Pembiayaan yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah
diantaranya menggunakan sistem pembiayaan musyarakah, yakni guna
memperlancar roda perekonomian ummat, sebab dianggap mampu menekan
terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus
dibayarkan ke bank, selain itu juga dapat merubah haluan kaum muslimin
dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan
ajaran syariah Islam.14
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank,
yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit.15
Pengertian pembiayaan adalah
pendanaaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.16
Sistem perbankan berbasis syariah semakin hari semakin populer,
bukan hanya di negara-negara Islam, tetapi juga di negara-negara Barat, yang
ditandai dengan makin suburnya bank-bank yang menerapkan konsep
14
Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII
Press, 2002,hlm.49. 15
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema
Insani, 2011, h. 160 16
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: UPP YKPN,
2002, h. 17
6
syariah.17
Perkembangan perbankan syariah atau perbankan dengan konsep
bagi hasil menandakan konsep syariah dalam pengelolaan kekayaan/uang
diterima kebiasaan umat manusia secara universal karena jelas-jelas konsep
riba atau bunga dalam Islam sangat dilarang dan bertentangan dengan konsep
kemanusiaan.18
Kepanjangan dari BPRS yang berupa Bank Perkreditan
Rakyat Syariah (BPRS) yang berarti semua peraturan perundangan-
undangan yang menyebut BPR Syariah dengan Bank Perkreditan Rakyat
Syari‟ah harus dibaca dengan Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah (BPRS).19
Ada beberapa macam perbankan syariah yang terdapat di Indonesia,
yakni BUS (Bank Usaha Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS
(Bank Pembiayaan Rakyat Syariah).
Tabel 1.1 Jumlah perbankan syariah di Indonesia20
No Indikator Jumlah Bank
1. BUS 14
2. UUS 20
3. BPRS 168
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah salah satu bentuk
perbankan syariah yang berperan sebagai lembaga intermediasi yang setiap
kegiatannya berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. BPRS lebih
mengutamakan untuk memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil,
dan menengah serta BPRS beroperasi pada daerah pedesaan /kabupaten
dimana pada daerah tersebut masih banyak masyarakat yang membutuhkan
17 Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2009), h.5
18
M.Abdul Manan, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Prima Yasa, 1997), h.203 19
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syari‟ah Titik Temu Hukum Islam
dan Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009, h. 7.
20
Data Sharia Bank Statistic, November 2018 Edisi Desember 2015,
http://www.ojk.co.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-
syariah/Pages/Stasistik-Perbankan-Syariah-November-2018.aspx diakses tanggal 19 Januari
2019.
7
pembiayaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa BPRS dapat memberikan
pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas kepada masyarakat BPRS
beroperasi secara profit oriented, sehingga dalam kegiatan operasionalnya
tetap mencari keuntungan.21
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank
konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga
dalam operasionalnya. Sedangkan BPR syariah merupakan Bank
Perkreditan Rakyat Syari‟ah (BPRS) adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syari‟ah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukumnya dapat
berupa: Perseroan Terbatas/PT, Koperasi atau Perusahaan Daerah (Pasal 2
PBI No. 6/17/PBI/2004). Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008
menyebutkan Bank Pembiayaan Rakyat Syari‟ah (BPRS) yaitu Bank
Syari‟ah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. 22
Pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.23
21
Widyaningrum Yunita. 2015. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva Dan
ukuran Perusahaan terhadap struktur modal perusahaan makanan dan minuman. Jurnal
Manajemen, Universitas Negeri Yogyakarta.
22 Khotibul Umam. Trend pembentukan Bank Umum Syari‟ah Pasca
UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta :
BPFE Yogayakrta, 2009, h. 41.
23
Undang-Undang RI No.21 tahun 2006, tentang Perbankan Syariah, (Bandung:
Citra Umbara, 2001), h.420
8
Pembiayaan syariah secara umum kegiatan suatu bank antara lain
adalah penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro,
dan deposito, kemudian menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau pembiayaan, serta kegiatan jasa-jasa keuangan
lainnya.24
Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan
merupakan kerja sama yang saling menguntungkan, yang diartikan pula
sebagai kehidupan tolong-menolong sebagaimana firman Allah SWT. Dalam
surat Al- Ma‟idah ayat 2:
ئد ي ٱلق ل ل و ٱله د ل و ام س ٱلح ٱلشهس ل و ٱلل ئس
ع تحلىاش ىال اه ء أ يه بٱلريي ني ا ه ء ل و
ل و ف ٱصط بدوا ل لتن ح ا إذ و ب ا زضى و بهن ز ي ه ف ضلا ي بت غىى ام س ٱلح نٱلب نت سه ي
ش ي ي ٱلتقى و ٱلبس ل ع ىا بو ت ع و أ ىت عت دوا ام س ٱلح د س ٱلو ي ع وكن د أ ىص ق ىم اى
ديدٱلعق بة ٱلل ش إى ٱتقىاٱلل و ى ٱلعدو ثنو ٱل ل ىاع بو ت ع ل ٢و
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar
Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan
(mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah
sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan
janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka
menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah[5]:2)
Pembiayaan adalah salah satu jenis kegiatan usaha bank syariah.25
Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudarabah dan musyarakah. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah
24
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h.105. 25
Adrian Sutedi, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, h.6
9
atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli
dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna‟. Transaksi jual beli
dalam bentuk piutang qardh dan transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk
ijarah untuk transaksi multijasa.26
Pembiayaan multijasa adalah transaksi
pembiayaan yang melibatkan dua akad, yaitu akad ijarah transaksi sewa
menyewa atas suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik objek sewa dengan
penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan dan
akad kafâlah transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung (kâfil)
kepada pihak ketiga atau tertanggung (makful anhu) untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua (makful „anhu/ashil).27
Produk-produk pembiayaan yang ditawarkan oleh perbankan syariah
Indonesia cukup banyak dan bervariasi untuk memenuhi kebutuhan usaha
maupun pribadi. Akad yang digunakan oleh produk-produk pembiayaan ini
sebagian besar menggunakan akad murabahah diikuti mudarabah dan
musyarakah. Salah satu produk pembiayaan yang dibutuhkan oleh
masyarakat adalah pembiayaan pendidikan dengan menggunakan akad ijarah
atau dan kafalah.28
Sistem keuangan ekonomi dan perbankan syariah merupakan bagian
konsep yang lebih luas tentang ekonomi Islam. Dimana tujuannya adalah
untuk memperkenalkan dan menerapkan nilai etika Islam ke dalam
lingkungan ekonomi. Persepsi Islam dalam transaksi finansial yang sesuai
dengan syariat Islam bukan sekedar transaksi yang sifatnya komersial.
kemampuan bank syariah dalam menarik investor dengan sukses bukan
hanya tergantung pada tingkat dan lembaga yang menghasilkan keuntungan
26 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2012), h.78
27
Muhamad, Manajemen dana Bank Syariah, (Jakarta: Grafindo Persada, 2014),
h.57
28
Djawahir Hejazziey, Hukum Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Deepublish,
2013), h.68
10
banyak, tetapi juga pada persepsi bahwa lembaga tersebut secara sungguh-
sungguh menerapkan syariat Islam dalam setiap transaksi dan dalam
kegiatan operasionalnya.29
Para ahli ekonomi Islam mencoba mengembangkan sistem keuangan
Islam (tanpa riba). Mereka berpendapat bahwa sistem ini akan dapat
memberikan penyelesaian dan kemashlahatan terhadap masyarakat, terutama
bagi umat Islam. Salah satu usaha yang dilakukan supaya terhindar dari
sistem ini adalah dengan mengganti sistem bunga dengan tanpa bunga,
dimana ia dapat dilakukan melalui pembiayaan.30
Oleh karena itu Islam
memandang sistem pembiayaan sebagai salah satu alternatif untuk
memenuhi keinginan masyarakat karena dapat melindungi masyarakat
karena dapat melindungi masyarakat dari segala bentuk penindasan, kerugian
dan sebagainya. Dengan demikian, sistem pembiayaan yang dikelola secara
syariah merupakan keinginan yang memberikan harapan bagi pembangunan
ekonomi umat, karena diharapkan akan dapat mewujudkan rasa keadilan,
terhindar dari riba yang sampai sekarang masih membelenggu kehidupan
masyarakat Islam.31
Kegiatan ekonomi semakin kompleks seiring dengan
berkembangannya instrument ekonomi di masa modern. Manusia harus
mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan dengan dinamika kehidupan
ekonomi yang ada supaya bisa mencukupi kebutuhan konsumtif di dalam
kehidupannya, dalam Islam skala prioritas dikenal dengan tiga tingkatan
yakni (daruriyyat) kebutuhan primer (hajjiyyat) kebutuhan sekunder, dan
29 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 2011),
h.17
30
Menurut Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998, pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau
tagihan tersebut setelah jangka waktu dengan imbalan atau bagi hasil. Lihat Ismail,
Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h.106
31
Hulwati, Ekonomi Islam: Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan Obligasi
Syariah di Pasar Modal Indonesia dan Malaysia, (Jakarta: Kencana, 2011), h.62
11
(tahsiniyat) kebutuhan tertier.32
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
produk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil terdiri dari mudarabah dan
musyarakah. Pembiayaan dengan akad pelengkap, akad pelengkap ini
ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Yang termasuk
dalam akad pelengkap adalah hiwalah, rahn, qardh, kafâlah, dan wakalah.33
Akad multijasa merupakan kebalikan usaha riil dari suatu usaha
lembaga keuangan. Ijarah Multijasa dihadirkan dan dikembangkan di
Indonesia setelah diterbitkannya fatwa DSN-MUI nomor 44/ DSN-
MUI/VIII/2004 tentang akad multijasa.34
Meskipun dalam fatwa tersebut tidak terdapat definisi operasional
pembiayaan multijasa, secara tersirat terlihat dalam pertimbangan
sosiologisnya bahwa pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang
diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah untuk
memperoleh manfaat atas suatu jasa.35
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan badan usaha yang setara
dengan bank perkreditan rakyat konvensional dengan bentuk hukum
32 Wael B. Hallaq, Sejarah Teori Hukum Islam, terj. E. Kusumadiningrat, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2000), h.247
33
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fikih dan Keuangan), (Jakarta:
Rajawali Press, 2004), h.88
34
Himpunan Fatwa DSN-MUI nomor 44/ DSN-MUI/VII/2004 tentang akad
multijasa (Cipayung Ciputat: Gaung Persada, 2006), h.324
35
Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fiqh Mu‟amalah Maliyyah dan Akad Ijarah dan
Ju‟alah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h.223, lihat juga Mardhiyah Hayati,
“Pembiayaan Ijarah Multijasa sebagai alternative Sumber Pembiayaan Pendidikan (Kajian
terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 44/ DSN-MUI/2004 tentang pembiayaan
multijasa”, ASAS, vol.6, Nomor 2, Juli 2014, h.78-86/
12
perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi.36
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) Bagian dari lembaga keuangan syariah dibidang
perbankan yang menyediakan layanan pembiayaan selain BUS dan UUS
yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) skalanya lebih kecil dibanding BUS dan UUS, akan tetapi
jumlahnya lebih banyak. Ini mengindikasikan bahwa lembaga keuangan
syariah berperan penting dalam kehidupan masyarakat terutama di sektor
UMKM dalam mengatasi masalah pembiayaan.37
Dalam literature fikih, qardh dikategorikan dalam akad tathawu‟,
atau akad saling tolong menolong, bukan transaksi komersial, yang disebut
al-qardhu al-hasan.38
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang
dapat ditagih, atau dengan perjanjian dia akan membayar yang sama dengan
hutangnya. 39
Qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil
dan keperluan sosial, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan shadaqah,
dan juga dari pendapatan bank yang dikategorikan seperti jasa nostro di bank
koresponden yang konvensional, Bunga atas jaminan L/C di bank asing , dan
sebagainya, salah satu pertimbangan pemanfaatan dana-dana ini adalah
kaidah akhaffu dhararain (mengambil mudharat yang lebih kecil). Hal ini
mengingat dana umat Islma dibiarkan di lembaga-lembaga non muslim
mungkin dapat dipergunakan untuk sesuatu yang merugikan Islam, misalnya
dana kaum muslimin Arab di bank-bank Yahudi Switzerland. Oleh
karenanya, dana yang parker tersebut lebih baik diambil dan dimanfaatkan
36 Fadhil Muhammad Naufal, Analisis Efesiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Wilayah Jabodetabek dengan pendekatan Two Stage Data Envelopment Analysis
(Dea), (Bogor: Equilibrium, 2017), Vol. 5, No.2, h.196-220
37
Arno Nugroho, Analisis Pengaruh Kinerja dan Kondisi Makroekonomi terhadap
Penyaluran Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi BPRS di Indonesia, (In stitut Pertanian
Bogor: Jurnal Al-Muzara‟ah, 2017), Vol. 5 No. 2, h.146-167 38
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi
Lembaga Keuangan Syariah Kontemporer, (Jakarta: Gramata Publishing, 2012), h.174
39
Muhammad Syafií Antonio, Bank Syariah Wacana Ulama dan
Cendikiawan,h.152.
13
untuk penanggulangan bencana alam atau membantu dhuafa.40
Hal ini sesuai
dengan kaidah fikih:
هما 41إذا ت عارض مفسدتان روعي أعظمهما ضررا بارتكاب أخف
Artinya: “Jika terdapat pertentangan dua mafsadah, maka dipertahankan
yang terbesar bahayanya dengan mengerjakan yang paling ringan
mudharatnya”
Para ulama mendefinisikan memberikan pinjaman adalah harta yang
diberikan atau dipinjamkan oleh seseorang (debitur) kepada orang lain,
pinjaman tersebut dimaksudkan untuk membantu pihak peminjam, dan dia
harus mengembalikannya dengan nilai yang sama.42
Qardh yakni pinjaman
uang atau modal yang diberikan seseorang kepada pihak lainnya, di mana
pinjaman tersebut digunakan untuk usaha atau menjalankan bisnis tertentu.
Pihak peminjam berkewajiban mengembalikan pinjaman tersebut sesuai
dengan jumlah yang dipinjamnya bergantung pada untung atau rugi usaha
yang dijalankannya. Pinjaman qardh tidak berbunga, karena prinsip dalam
qardh ini adalah tolong menolong.43
Praktik akad multijasa dalam Lembaga Keuangan Syariah, mengingat
sifatnya bukan transaksi komersial dan tanpa kompensasi, maka
menggunakan sumber dana yang berasal:
1. Untuk membantu dana talangan yang bersifat jangka pendek, digunakan
modal bank.
2. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, digunakan
40
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, h.133 41
Jalaludin al Suyuthy, Al Asybah wa al Nazha‟ir,(Bairut: Libnan: Dar al Fikr,
1995), h.63 42
Wahbah al-Zuhaili , al-Fiqih al-Islami wa adilatuh, (Beirut: Dar al Fikr, 2004),
V/ 3786
43
Syeikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, Falsafah dan Hikmah Hukum Islam, (Semarang:
Asy-Syifa, 1992), h.397
14
dana yang bersumber dari zakat, infaq dan sedekah.44
Kaidah fikih menyebutkan bahwa:
45ف هو ربا ن فعا كل ق رض جر
“Setiap utang piutang yang mendatangkan manfaat (bagi yang berpiutang/
muqridh) adalah riba.”
Adapun fatwa DSN Nomor 19/DSN-MUI/IV/2001, akad Al-Qardh
adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang
memerlukan. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.46
Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang pembiayaan
multijasa adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berupa transaksi multijasa dengan menggunakan akad ijarah berdasarkan
kesepakatan antara lembaga keuangan syariah dengan nasabah, yang mana
nasabah diwajibkan melunasi kewajibannya sesuai akad.47
Islam mengajarkan bahwa suatu perjanjian (akad) menjadi sah ketika
terpenuhi rukun dan syarat dari suatu perjanjian tersebut. Rukun adalah suatu
unsur yang mutlak dalam suatu hal, peristiwa dan tindakan. Sedangkan
syarat adalah unsur yang harus ada untuk suatu hal, peristiwa dan tindakan
tersebut. Maka jika tidak terpenuhi rukun dan syarat dari suatu akad tersebut,
otomatis akad tersebut batal secara hukum.
44
Veithal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management:
Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi
dan Mahasiswa, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h.197 45
„Athiyah „Adlan, „Athiyah Ramadhan, Mausŭ‟ah al-Qawâ‟id al-Fiqhiyyah,
h.300
46
Himpunan Fatwa DSN-MUI nomor 44/ DSN-MUI/VIII/2004 tentang akad
multijasa (Cipayung Ciputat: Gaung Persada, 2006), h.279
47
Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fikih Mu‟amalah Maliyyah dan Akad Ijârah dan
Ju‟alah, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h.219
15
Dalam KUHPerdata, setiap perjanjian agar sah mengikat bagi para
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian harus memenuhi unsur dan syarat
sahnya perjanjian sebagaimana tertuang dalam ketentuan pasal 1320
KUHPerdata. Ketentuan pasal tersebut antara lain perlunya ada kesepakatan
para pihak, adanya objek tertentu dan mempunyai kuasa yang halal.48
Objek
perjanjian harus tertentu atau minimal dapat ditentukan. Selain itu segala
sesuatu yang menjadi objek perjanjian tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan maupun ketertiban umum yang berlaku di
masyarakat.49
Berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap BPRS Cilegon
Mandiri di Cilegon-Banten serta yang menjadi alasan penulis untuk meneliti
lebih jauh tentang permasalahan pembiayaan multijasa dengan menggunakan
akad piutang multijasa. Fokus penelitian ini diarahkan kepada permasalahan
yang berkaitan dengan analisis fatwa ijarah pada pembiayaan multijasa di
BPRS. Dengan objek penelitiannya pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Pembiayaan multijasa (dana pendidikan) di BPRS Cilegon Mandiri
terdapat perbedaan penerapan akad yang seharusnya pembiayaan multijasa
menggunakan akad ijarah atau kafalah, tetapi pada aplikasinya di BPRS
Cilegon Mandiri menggunakan akad qardh. Untuk lebih jelasnya, berikut
alur pembiayaan multijasa secara skematis menurut fatwa DSN dan
praktiknya di BPRS Cilegon Mandiri.
48 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam Indonesia (Konsep, Regulasi,
dan Implementasi), (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), h.24
49
Lihat Undang-Undang KUHPerdata Pasal 1333 s/d 1337.
16
Gambar 1.2 Skema Pembiayaan Multijasa
Pengajuan Pengajuan Realisasi
Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VIII/2004
Skema di atas dapat diketahui bahwa pada aplikasinya pembiayaan
multijasa pada dana pendidikan yang diajukan oleh nasabah menggunakan
akad ijarah dan piutang multijasa, padahal fatwa DSN telah mengatur
tentang pembiayaan multijasa boleh dilaksanakan dengan menggunakan
akad ijarah atau mengguanakan akad kafalah.
Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk meneliti lebih jauh
tentang permasalahan yang terkait dengan multijasa. Fokus penelitian ini
Praktik di BPRS Cilegon
Mandiri
Nasabah BPRS Cilegon
Mandiri
Multijasa
(Dana Pendidikan)
Pembiayaan
Multijasa (Akad
Ijarah)
Akad Piutang Multijasa
17
diarahkan pada permasalahan yang berkaitan dengan akad ijarah pada
pembiayaan multijasa, dilihat dari konsep fatwa DSN-MUI, dan kesesuaian
akad ijarah pada multijasa dengan fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004.
Dengan objek penelitiannya adalah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam melalui
tesis yang berjudul “Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004 (Studi kasus
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-
Banten)”.
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari
sebanyak-banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan
jawabannya melalui penelitian. Pencarian masalah-masalah ini
bertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada bagian latar
belakang masalah.50
Identifikasi masalah adalah suatu cara bagaimana kita melihat,
menduga, mengira dan menguraikan, serta menjelaskan apa yang
menjadi masalah.
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka penulis
mengidentifikasi sebagai berikut:
a. Akad-akad pada pembiayaan multijasa bank pembiayaan rakyat
syariah.
b. Perbedaan teknis pembiayaan multijasa antara bank pembiayaan
rakyat syariah dengan bank pembiayaan rakyat konvensional.
c. Konsep pembiayaan multijasa menurut fatwa DSN MUI.
50
Husein Umar, Metodologi Penelitian; Aplikasi Dalam Pemasaran, (Jakarta:
Gramedia, 2001), h. 68
18
d. Kesesuaian akad ijarah atau kafalah pada pembiayaan multijasa
syariah.
e. Penerapan Pembiayaan multijasa di bank pembiayaan rakyat
syariah Cilegon Mandiri sesuai dengan konsep Fatwa DSN-MUI.
2. Pembatasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, terlihat bahwa
pembahasan mengenai pembiayaan multijasa yang mencangkup dua
akad. Maka agar pembahasan dalam tesis ini lebih terarah penulisan
tesis ini akan di batasi pada tiga hal saja yakni :
a. Penerapan akad ijarah atau kafalah pada pembiayaan multijasa
menurut fatwa DSN-MUI.
b. Kesesuaian akad ijarah atau kafalah pada pembiayaan multijasa
BPRS Cilegon Mandiri dengan Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-
MUI/VII/2004
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimanakah pelaksanaan pembiayaan multijasa menurut fatwa
DSN MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004?
b. Apakah akad pada pembiayaan multijasa di Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) sudah sesuai
dengan konsep fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan yang telah dipaparkan diatas, adapun tujuan
dari telaah kritis ilmiah terhadap implementasi Fatwa DSN-MUI tentang
akad piutang multijasa pada pembiayaan multijasa adalah:
19
a. Untuk menganalisa penerapan fatwa DSN MUI No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 tentang akad piutang multijasa pada pembiayaan
multijasa pendidikan.
b. Untuk mengkaji kesesuaian akad pada pembiayaan multijasa
pendidikan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
dengan konsep fatwa DSN-MUI.
D. Kegunaan Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat. Manfaat penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan
penelitian. Setidaknya penelitian ini bermanfaat untuk kegunaan teoritis
yaitu untuk mengembangkan ilmu dan kegunaan praktis yaitu membantu
memecahkan masalah dan mengantisipasi masalah.
1. Secara teoritis
a. Menambah Khasanah ilmu pengetahuan Islam tentang kesesuaian
fatwa DSN-MUI tentang akad ijarah pada pembiayaan multijasa
pendidikan.
b. Memberi bahan masukan atau dapat dijadikan bahan kajian lebih
lanjut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan teori yang
diperoleh di perguruan tinggi khususnya mengenai pembiayaan
multijasa pendidikan yang ada di bank pembiayaan rakyat syariah.
2. Secara Praktis
a. Dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi para praktisi
hukum sehubungan dengan masalah yang terdapat pada akad ijarah
dan piutang multijasa.
b. Mengungkap masalah-masalah yang timbul dalam lapangan hukum
dan masyarakat serta memberikan solusinya sehubungan dengan
masalah yang terkait akad ijarah dan piutang multijasa. Disamping itu
20
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan bagi para
peminat studi hukum Islam, khususnya dalam bidang muamalah.
E. Metodologi Penelitian
Untuk melakukan sebuah penelitian, seorang peneliti
membutuhkan langkah-langkah dalam yang menjadi salah satu dasar
dari ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan karena ilmu pengetahuan
pada umumnya diperoleh dari sumber-sumber tertentu. Sumber-sumber
tersebut antara lain adalah observasi, generalisasi, dan teorisasi.
Observasi atau pengamatan menghasilkan gambaran-gambaran
atau deskripsi yang bersifat khusus, sedangkan generalisasi
menghasilkan teori-teori atau penjelasan-penjelasan mengenai fakta
yang terjadi. Hal inilah yang merupakan sumber-sumber primer atau
utama dari pada ilmu pengetahuan. Untuk memperoleh deskripsi-
deskripsi umum atau khusus maupun teori-teori, diperlukan cara-cara
atau langkah-langkah tertentu, yaitu metodologi penelitian yang
digunakan untuk membahas permasalahan yang akan diteliti.51
Penelitian ini menggunakan model penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu
hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif
berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, atau kepercayaan orang
yang diteliti, kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Penelitian
kualitatif pada umumnya dirancang untuk memberikan pengalaman
senyatanya dan menangkap makna sebagaimana yang tercipta di
lapangan penelitian melalui interaksi langsung antara peneliti dan yang
diteliti.52
51
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,2010),
cet. Ke-3, h. 13 52
Suistyo Basuki, Metode Penelitian, (Jakarta: Wedatama Widya Sastra,
2006), h.78
21
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis atau tipe penelitian yuridis empiris
yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji kesesesuaian
akad ijarah pada pembiayaan multijasa dengan fatwa DSN-MUI
dengan pendekatan kasus (case approach) yang bertujuan untuk
mempelajari implementasi fatwa DSN-MUI tentang akad piutang
multijasa pada pembiayaan multijasa yang dalam pelaksanaanya di
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah melakukan survei terlebih
dahulu di BPRS Cilegon Mandiri pada tanggal 01 Februari 2019
yakni dengan mewawancarai pihak-pihak yang ahli dalam
menangani pembiayaan multijasa, tujuannya untuk mengetahui
permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam perbankan itu
sendiri.
Untuk mencapai tujuan dari tesis ini, maka penulis
menggunakan dua jenis penelitian, yaitu:
1) Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung diperoleh dari
sumber yang bersangkutan atau masyarakat.53
Dalam
penelitian ini data primer diperlukan untuk mengetahui akad
piutang multijasa pada Bank Pembiayaan Rakyat Cilegon
Mandiri (BPRS-CM) yang akan diperoleh melalui wawancara
dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) di Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri dan Pihak-pihak bank terkait.
Penulis melakukan wawancara dengan Dewan Pengawas
Syariah (DPS) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
53
Sri Mamudji, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), h.29
22
Mandiri yaitu Bapak Fajri Ali, Pihak-pihak Bank tersebut
yaitu Accounting dan Pelaporan Bapak Ahsan, Admin
Pembiayaan Ibu Yati Handriyani, Staff Marketing
Pembiayaan Ibu Nina, Staff Marketing Pembiayaan Ibu
Maryatul Mahfudoh, Staff Marketing Pembiayaan Bapak
Ridwan. Melalui cara tanya jawab lisan secara langsung
dengan menggunakan pedoman wawancara yang terstruktur
guna mendapatkan keterangan yang berhubungan dengan
permasalahan yang diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi yang akurat. Adapun pedoman wawancara sebagai
berikut:
a) Apakah ada produk yang menggunakan akad ijarah?
b) Apakah Bapak mengetahui mengenai akad ijarah? Jelaskan
akad ijarah tersebut?
c) Apakah ada produk multijasa?
d) Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang multijasa? Jelaskan
multijasa secara rinci?
e) Bagaimana mekanisme pembiayaan multijasa?
f) Ada berapa macam pembiayaan multijasa di BPRS CM?
apakah skema akad yang dilakukan di tiap pembiayaan
multijasa sama?
g) Pembiayaan multijasa menggunakan akad apa?
h) Apa visi dan misi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri?
i) Apakah Bapak/Ibu sebagai DPS telah melakukan uji petik
sampling/ survei sampling?
j) Apakah Bapak melakukan sampling juga pada produk
pembiayaan multijasa? Jika iya, apa temuannya?
23
k) Apakah Bapak pernah mengeluarkan opini terkait produk
multijasa ini?
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan.
Akan diperoleh melalui studi pustaka sebagai pendukung data
primer, berupa dokumentasi dan pustaka. Melalui studi
dokumentasi dan studi pustaka ini diharapkan akan diperoleh
data-data yang terkait dengan kerangka teori penelitian ini.
Adapun buku sekunder diperoleh dari:
a) Buku yang berkaitan dengan Pembiayaan Syariah yaitu:
Buku yang ditulis oleh Muhammad, Model-Model Akad
Pembiayaan di Bank Syariah (Panduan Teknis
Pembuatan Akad/ Perjanjian Pembiayaan pada Bank
Syariah), 2008, buku yang ditulis oleh Binti Nur Asiyah,
Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, 2015, buku yang
ditulis oleh Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan
Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan di
Indonesia, 2002. Buku yang ditulis oleh Bambang Rianto
Rustam, Bambang, Manajemen Risiko Perbankan
Syariah di Indonesia, 2013. Buku yang ditulis oleh
Abdullah Ath-Thayyar, Abdullah Al-Muthlaq, dan
Muhammad Al-Musa, Ensiklopedia Fikih Muamalah
Dalam Pandangan 4 Madzhab, 2004. Buku yang ditulis
oleh Khotibul Umam, Perbankan Syariah Dasar-dasar
dan Dinamika Perkembangannnya di Indonesia, 2017.
Jurnal yang ditulis oleh Mardhiyah Hayati, Pembiayaan
Ijarah Multijasa sebagai alternative Sumber
Pembiayaan Pendidikan (Kajian terhadap Fatwa Dewan
24
Syariah Nasional Nomor 44/ DSN-MUI/2004 tentang
pembiayaan multijasa, 2014. Buku yang ditulis oleh
Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqiyyah dan Penerapannya
dalam Transaksi Lembaga Keuangan Syariah
Kontemporer, 2012.
b) Jurnal-Jurnal yang berkaitan dengan pembiayaan
Multijasa yang ditulis oleh Fajr Ramadhan dan
Isfandayani, Analisis Implementasi PAPSI dan PSAK
Pada Produk Pembiayaan Multijasa, Studi Kasus pada
PT. BPRS Pemkot Bekasi, Dalam Jurnal Maslahah, 2012.
Jurnal yang ditulis oleh Neneng Hartati, Analisis Hukum
Ekonomi Syariah Terhadap Putusan Mahkamah Agung
NOMOR: 569 K/AG/2015 Tentang Penyelesaian
Sengketa Pembiayaan Ijârah Multijasa, 2018. Jurnal
yang ditulis oleh Anis Kurniasih, Implementasi Produk
Multijasa di PT. BPRS Bangun Drajat Warga
Yogyakarta, 2012. Jurnal yang ditulis oleh Ajeng
Mar‟atus Solihah, Penerapan Akad Ijarah pada
Pembiayaan Multijasa dalam Perspektif Hukum Islam,
2014. Jurnal yang ditulis oleh Sri Fadilah, Mega Ayu dan
Turnad Lenggo Ginta; Analysis of the Implementation of
Marketing Information System in Supporting the
Effectiveness of Al-Murabahah Financing: Study Case in
Cilegon Mandiri Sharia Bank, Jurnal Ekonomi dan
Pembiayaan Terengganu Internasional, 2012. Jurnal
yang ditulis oleh Ahmad Syakur, Hawalah Sebagai
Alternatif Pembiayaan Multijasa Di Lembaga Keuangan
Syariah, 2010.
25
c) Artikel dari internet yang berkaitan dengan penelitian.
d) Bahan Hukum Tersier yaitu bahan yang memberi
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan primer dan
sekunder.54
Yang dipergunakan bahan tersier yaitu:
QS. Al-Baqarah[2]:233, QS.Al-Baqarah [2]: 275, QS. Al-
Baqarah[2]: 282, Al-Baqarah [2]:283, QS. An-Nisa
[4]:29, QS. Yusuf[12]:72, Al-Kahfi[18]: 19, QS. Az-
Zukhruf[43]:32, ath-Thalaq [65]:6.
3) Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh literatur yang
berkenaan dengan konsep akad piutang multijasa di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri pada
pembiayaan multijasa dan menganalisa beberapa fatwa DSN-
MUI terkait akad piutang multijasa pada pembiayaan
multijasa, Metode ini digunakan untuk mencari data teraktual
yang bersifat teoritis dengan menggunakan buku-buku,
majalah, karya-karya ilmiah, koran, dan bahan pustaka
lainnya yang berkaitan dengan materi tesis ini baik yang
berada di perpustakaan dan juga media elektronik.
4) Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian yang dilakukan penulis untuk mendapatkan data-
data terkait materi tesis ini dengan cara melakukan observasi
langsung ke tempat obyek penelitian, untuk melakukan
wawancara dan pengambilan dokumen- dokumen terkait.
54
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, Sinar Grafika,
2011), cet. Ke-3, h. 24
26
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan metode studi kasus yang bertujuan
untuk mempelajari dan mengkaji penerapan fatwa DSN-MUI
tentang akad piutang multijasa pada pembiayaan multijasa di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Cilegon Mandiri. Dalam
penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada studi kritis
terhadap penggunaan fatwa DSN-MUI No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 tentang akad ijarah pada pembiayaan multijasa.
2. Teknik Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian selanjutnya diolah,
dianalisa, untuk mencari pokok permasalahan yang diteliti. Karena
pendekatan data utama penelitian ini adalah kualitatif, maka baik
untuk jenis data normatif maupun empiris, akan dilakukan dengan
cara menganalisis isi. Selanjutnya data didiskripsikan dan ditafsirkan
melalui tahapan-tahapan berikut ini:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh melalui studi pustaka dan studi lapangan
akan dicek kelengkapannya dan kemudian dipilah-pilah
berdasarkan satuan konsep, kategori, atau tema tertentu. Dalam
hal ini data yang tidak diperlukan disisihkan sehingga hanya
diperlukan saja yang akan dipakai.
b. Display
Data Mengingat banyaknya data yang harus dianalisis dan untuk
mengurangi tingkat kesulitan dalam pemaparan dan penegasan
kesimpulan, maka perlu dibuat sketsa, matrik, atau grafik
sehingga keseluruhan data dan bagian-bagian rincinya dapat
dipetakan secara jelas.
27
c. Kesimpulan
Data yang telah dipolakan dan disusun secara sistematik, baik
melalui penentuan tema maupun yang telah dibuat sketsa dan
matriknya akan diambil kesimpulan sehingga makna data dapat
ditemukan.
3. Teknik Penulisan Tesis
Adapun teknik penulisan tesis ini penulis mengacu pada buku
pedoman penulisan Proposal, Tesis, Dan Disertasi yang
diterbitkan oleh IIQ Press Jakarta tahun 2017 yang diterbitkan
oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.55
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan telaah sementara yang telah dilakukan dari sumber
kepustakaan, penulis mendapatkan beberapa karya ilmiah baik dalam bentuk
Tesis, dan Disertasi terdahulu yang sedikit bersinggungan dengan tema yang
diteliti, yakni tentang penerapan fatwa DSN-MUI tentang akad ijarah pada
pembiayaan multijasa. Sedikitnya terdapat karya ilmiah yang akan penulis
paparkan sebagai berikut:
1. Achmad Farid, Dalam jurnal Iqtishoduna Vol. 6 No. 2 Oktober 2015:
3-12; dengan tema “Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada Jasa
Keuangan di KSU Syariah Usaha Mulia Probolinggo”, Pada Jurnal
Ini Penulis menunjukan lebih mendalam mengenai terjadi ketidak
sesuaian antara fatwa DSN MUI dengan pihak lembaga dalam
menentukan jumlah ujrah.56
Dimana pihak Lembaga menetukan
55
Huzaemah Tahido Yanggo, dkk., Pedoman Penulisan Proposal, Tesis, dan
Disertasi, (Jakarta: IIQ Press, 2017), Cet. Ke-1, h. 1-83 56
Achmad Farid, Dalam jurnal Iqtishoduna Vol. 6 No. 2 Oktober 2015: 3-12;
“Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada Jasa Keuangan di KSU Syariah Usaha Mulia
Probolinggo” Dalam jurnal Iqtishoduna Vol. 6 No. 2 Oktober: 3-12;2015.
28
jumlah ujrah dengan menyetarakan jasa 1,6% dari plafon yang
dipinjam. Sedangkan dalam Fatwa DSN MUI melarang menentukan
jasa dalam bentuk porsentase, tapi dalam bentuk nominal.
Pembiayaan multijasa di KSU ini menggunakan Akad Ijarah untuk
transaksi multijasa dalam jasa keuangan antara lain dalam bentuk
pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kepariwisataan
dan keperluan jasa lainnya dengan menetukan fee/ujrah di awal
dengan menggunakan porsentase dari plafon yang di gunakan.57
Persamaan yang ditemukan dalam jurnal ini adalah sama-sama
membahas pembiayaan multijasa, serta mekanisme operasional.
Sedangkan perbedaannya dapat ditemukan dalam fokus penelitian.
Namun perbedaannya teliti fokusnya terhadap kesesuaian fatwa
multijasa yang terkait dengan akad yang diterapkan di BPRS terutama
analisis fatwa tentang dan menganalisa fatwa tersebut seperti sejarah
munculnya fatwa, serta praktiknya di Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Cilegon Mandiri.
2. Tesis ini dibuat oleh Sariadi, mahasiswa Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara Tahun 2014, dengan judul
“Analisis Implementasi Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Pada BPRS
Kabupaten Deli Serdang dan BPRS Kota Medan”.58
Tesis ini
membahas tentang penerapan prinsip syariah bagi hasil dan risiko
dalam kegiatan pembiayaan di BPRS Kabupaten Deli Serdang dan
BPRS Kota Medan. Dimana didalamnya menguraikan tentang
57
Achmad Farid, Dalam jurnal Iqtishoduna Vol. 6 No. 2 Oktober 2015: 3-12;
“Pembiayaan Ijarah Multijasa Pada Jasa Keuangan di KSU Syariah Usaha Mulia
Probolinggo” Dalam jurnal Iqtishoduna Vol. 6 No. 2 Oktober: 3-12;2015. 58
Sariadi, “Analisis Implementasi Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Pada BPRS
Kabupaten Deli Serdang dan BPRS Kota Medan”, Tesis, (Sumatera Utara: Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2014).
29
masalah yang terkait dengan penerapan prinsip wadiah dan
mudharabah serta deposito mudharabah.
Persamaan yang ditemukan dalam tesis ini adalah sama-sama
objek penelitian di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, serta
mekanisme operasional. Sedangkan perbedaannya dapat ditemukan
dalam fokus penelitian. Jika perbedaan dalam tesis yang dibuat oleh
Sariadi yaitu lebih terfokus pada masalah-masalah mengenai analisa
prinsip bagi hasil dan risiko pada BPRS. Namun pada tesis yang
penulis teliti fokusnya terhadap kesesuaian fatwa multijasa yang
terkait dengan akad yang diterapkandi BPRS terutama analisis fatwa
tentang dan menganalisa fatwa tersebut seperti sejarah munculnya
fatwa, serta praktiknya di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Cilegon Mandiri.59
3. Muhammad Tho‟in dan Iin Emy Prastiwi, Dalam Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam Teori dan Terapan Vol. 2 No. 1 Maret 2016: 21-28;
dengan tema “Analisis Dana Talangan Haji Berdasarkan Fatwa
No.9/ DSN-MUI/VI/2002 di BPRS Dana Mulia Surakarta”.60
Pada
jurnal ini penulis menunjukan lebih mendalam mengenai pembiayaan
pengurusan haji LKS, secara teknis, akad yang digunakan oleh
PT.BPRS Dana Mulia tidak sesuai dengan fatwa karena yang menjadi
ketentuan dalam fatwa itu adalah menggunakan akad qardh dan ijarah.
Dari hasil evaluasi penelitian tersebut secara substansi, pembiayaan
multijasa yang dilaksanakan oleh BPRS Dana Mulia sama dengan apa
yang difatwakan DSN-MUI karena adanya talangan yang diberikan
59
Sariadi, “Analisis Implementasi Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Pada BPRS
Kabupaten Deli Serdang dan BPRS Kota Medan”, Tesis, (Sumatera Utara: Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2014). 60
Muhammad Tho‟in dan Iin Emy Prastiwi, “Analisis Dana Talangan Haji
Berdasarkan Fatwa No.29/ DSN-MUI/VI/2002 di BPRS Dana Mulia Surakarta”, Dalam
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Teori dan Terapan Vol. 2 No. 1 Maret 2016.
30
serta adanya jasa pengurusan haji. Ketidaksesuaian dengan fatwa ada
pada ujrah yang diambil. Dalam fatwa DSN-MUI No.29/ DSN-
MUI/III/2002 ada ketentuan pengambilan ujrah tidak didasarkan pada
pemberian talangan yang diberikan. Dalam praktiknya di BPRS Dana
Mulia, besar ujrah yang diambil didasarkan pada jumlah talangan
yang diberikan serta lama waktu pelunasan.
Persamaan dan perbedaan jurnal ilmiah ini adalah akad dana
talangan dengan mengamati pelaksanaan pembiayaan dana talangan di
BPRS Dana Mulia dan kesesuaian praktiknya. Sedangkan perbedaan
pada tesis yang penulis teliti fokusnya terhadap kesesuaian fatwa yang
terkait dengan pembiayaan multijasa pendidikan dan menganalisa
akad terkait multijasa dan kesesuaian praktiknya.61
4. Ajeng Al Maratus Solihah Dalam Jurnal Ilmiah Az Zarqa‟, Vol. 6, No.
1, Juni 2014: 103-121; dengan tema “Penerapan Akad Ijarah pada
Pembiayaan Multijasa dalam Perspektif Hukum Islam”.62
Hasil
Penelitian Menunjukkan Bahwa pelaksanaan pembiayaan ijarah
multijasa di LKS adalah, nasabah datang ke LKS dengan mengajukan
sejumlah pembiayaan dari segi teknis pelaksanaannya dengan
kesesuaian hukum Islam, akad ijarah yang diterapkan dalam
pembiayaan multijasa di LKS untuk biaya kesehatan dan biaya
pendidikan kurang sesuai dengan hukum Islam. Karena dalam
pelaksanaan akad ijarah, pihak penyedia objek sewa dengan lembaga
keuangan harus terlibat kerjasama atau harus saling mengetahui,
sedangkan dalam pelaksanaan akad ijarah multijasa di LKS, pihak
61
Muhammad Tho‟in dan Iin Emy Prastiwi, “Analisis Dana Talangan Haji
Berdasarkan Fatwa No.29/ DSN-MUI/VI/2002 di BPRS Dana Mulia Surakarta”, Dalam
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Teori dan Terapan Vol. 2 No. 1 Maret 2016. 62
Ajeng Al Maratus Solihah, “Penerapan Akad Ijarah pada Pembiayaan
Multijasa dalam Perspektif Hukum Islam”, Dalam Jurnal Ilmiah Az Zarqa‟, Vol. 6, No.
1, Juni 2014.
31
rumah sakit dan sekolah yang menjadi penyedia objek sewa tidak
menjalin kerjasama dengan LKS dan juga tidak mengetahui bahwa
dalam transaksinya ada pihak LKS yang ikut terlibat dalam
pembayaran tagihan anggota. Selain itu, dana pembiayaan tidak
diserahkan langsung oleh LKS kepada pemilik objek sewa melainkan
LKS menyerahkan dana kepada anggota, dalam hal ini telah terjadi
perwakilan yang dilimpahkan oleh LKS kepada anggota tetapi dalam
praktiknya tidak ada bukti pelimpahan kuasa berupa draft kontrak atau
surat kuasa oleh LKS kepada anggota untuk mewakili LKS
membayarkan dana kepada instansi bersangkutan. Ditinjau dari
kesesuaian objek pembiayaan akad ijarah yang diterapkan dalam
pembiayaan multijasa, objek yang digunakan tidak sesuai dengan
objek jasa dengan pengertian asalnya, karena jasa yang dimaksud
objek ijarah adalah jasa sebagai prinsip atau jasa yang dimiliki dan
dilakukan oleh bank, atau manfaat dari suatu benda, seperti
menyewakan bangunan untuk diambil manfaatnya misalnya untuk
membuka usaha oleh anggota. Dengan demikian, jasa kesehatan dan
pendidikan yang dimiliki dan dikerjakan oleh pihak lain bukan
termasuk kedalam objek pembiayaan akad ijarah.
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas akad yang diterapkan dalam pembiayaan
multijasa. sedangkan perbedaan dengan tesis yang akan diteliti adalah
membahas mengenai pelaksanaan pembiayaan multijasa dan
kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI No.44/VII/2004.63
5. Tesis ini dibuat oleh Anis Kurniasih, mahasiswi Universitas
Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tahun 2012, dengan judul
63
Ajeng Al Maratus Solihah, “Penerapan Akad Ijarah pada Pembiayaan
Multijasa dalam Perspektif Hukum Islam”, Dalam Jurnal Ilmiah Az Zarqa‟, Vol. 6,
No. 1, Juni 2014.
32
“Implementasi Produk Multijasa di PT.BPRS Bangun Drajat Warga
Yogyakarta”. Tesis ini membahas tentang penggambaran kesesuaian
implementasi prinsip syariah terhadap produk pembiayaan multijasa
di BPRS Bangun Drajat Warga Yogyakarta. Dimana didalamnya
menguraikan tentang masalah yang terkait dengan penerapan ijarah
multijasa di BPRS Bangun Drajat Warga Yogyakarta sesuai dengan
fatwa DSN MUI No.9/DSN-MUI/2000 tentang pembiayaan ijarah,
fatwa DSN MUI No.44/DSN-MUI/VII/2004 tentang pembiayaan
multijasa dan Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah (UUPS), Surat Edaran Bank Indonesia No.10/14/DPBs/2008
(SEBI). Dengan demikian terdapat jaminan terpeliharanya prinsip
syariah dalam setiap transaksi pembiayaan multijasa di BPRS Bangun
Drajat Warga Yogyakarta.64
Persamaan yang ditemukan dalam tesis ini adalah sama-sama
membahas mengenai pembiayaan multijasa yang didalam nya
menguraikan apa pengertian akad pembiayaan multijasa, landasan
hukum, syarat dan rukun, serta mekanisme operasional. Sedangkan
perbedaannya dapat ditemukan dalam fokus penelitian. Jika dalam
tesis yang dibuat oleh Anis Kurniasih yaitu lebih terfokus pada
masalah-masalah mengenai bagaimana implementasi akad ijarah
dalam pembiayaan multijasa. Namun pada tesis yang penulis teliti
fokusnya terhadap kesesuaian fatwa yang terkait dengan akad ijarah
terutama fatwa tentang dan menganalisa fatwa tersebut seperti sejarah
munculnya fatwa, isi fatwa serta mekanisme ijarah pada fatwa
tersebut.
64
Anis Kurniasih, “Implementasi Produk Multijasa di PT. BPRS Bangun Drajat
Warga Yogyakarta”, Tesis, (Yogyakarta: Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada, 2012),
Tidak diterbitkan (t.d)
33
6. Ahmad Syakur, dalam Jurnal Muqtasid Volume 1, Nomor 2,
Desember : 2010; 345-364. Tema “Hawalah Sebagai Alternatif
Pembiayaan Multijasa Di Lembaga Keuangan Syariah” Hasil
penelitian menunjukkan bahwa akad hawalah selama ini belum
banyak dikembangkan oleh LKS. Aplikasi perbankan dengan berdasar
akad hawalah masih sedikit dan belum populer. Padahal dengan
sedikit inovasi, akad hawalah dapat dijadikan alternatif bagi
pembiayaan multijasa. Inovasi tersebut berupa penggabungan akad
hawalah bi al-ujrah dengan akad wakalah. Bahkan berdasar studi di
atas, pembiayaan multijasa syariah dengan berbasis akad hawalah bi
al-ujrah digabung dengan.
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas akad hiwalah yang diterapkan dalam
pembiayaan multijasa di lembaga keuangan syariah. Sedangkan
perbedaan dengan tesis yang akan diteliti adalah membahas mengenai
pelaksanaan pembiayaan multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa
DSN-MUI No.44/VII/2004.65
7. Oktaviani Mariyanti dan Nur Anisah Dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam Vol. 2 No. 2 Maret 2016: 156-170; dengan tema “Perlakuan
Akuntansi Ijarah Dalam Pembiayaan Multijasa Berdasarkan Psak
107 Pada PT. BPRS Lantabur Tebuireng Jombang”.66
Hasil
Penelitian Menunjukkan Bahwa Kesesuaian Perlakuan Akuntansi
Pembiayaan Multijasa Pada PT. BPRS Lantabur Tebuireng Jombang
Dengan Psak 107 Tentang Akuntansi Ijarah. Mekanisme pembiayaan
multijasa yang diterapkan oleh PT. BPRS lantabur tebuireng adalah
65
Ahmad Syakur, “Hawalah Sebagai Alternatif Pembiayaan Multijasa Di
Lembaga Keuangan Syariah” Dalam Jurnal Muqtasid Vol. 1, No.2, Desember : 2010. 66
Oktaviani Mariyanti dan Nur Anisah Dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam:
156-170; “Perlakuan Akuntansi Ijarah Dalam Pembiayaan Multijasa Berdasarkan Psak
107 Pada PT. BPRS Lantabur Tebuireng Jombang, Vol. 2 No. 2 Maret: 2016
34
dengan mewakilkan pembayaran perolehan jasa kepada nasabah.
dalam hal ini, dewan pengawas syariah masih mentoleransi selama
terdapat bukti pembayaran transaksi dari nasabah kepada bank. selain
itu, PT. BPRS lantabur tebuireng jombang telah menerapkan
akuntansi ijarah sesuai dengan psak 107 sebagai pedoman
pelaksanaan pembiayaan multijasa dengan prosentase 87,5%. namun
perlakuan akuntansi ijarah dalam psak 107 tidak dapat digunakan
sepenuhnya karena terdapat perbedaan karakteristik antara
pembiayaan ijarah dengan pembiayaan multijasa. 67
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas mengenai pembiayaan multijasa dan
kesesuaian dengan PSAK. Sedangkan perbedaan dengan tesis yang
akan diteliti adalah membahas mengenai pelaksanaan pembiayaan
multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI
No.44/VII/2004.
8. Siti Suryanti, Dalam Jurnal Ekonomi Syariah Volume 1, No.1,
Februari: 2016, 18-31, dengan tema “Pembiayaan Ijarah dan Kafalah
Multijasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Khasanah
Purwokerto”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembiayaan
Multijasa di BPRS Khasanah Ummat Purwokerto, menggunakan dua
akad yaitu akad ijarah dan kafalah. Akad kafalah digunakan sebagai
akad tambahan dalam pengikat jaminan, yang berfungsi untuk
mencegah adanya penyelewengan dana, sedangkan nasabah
pembiayaan Multijasa berjumlah 143 dari total 836 nasabah. Tahap
pertama yang dilakukan pihak perbankan dalam menilai calon
67
Muhammad Tho‟in dan Iin Emy Prastiwi, “Analisis Dana Talangan Haji
Berdasarkan Fatwa No.29/ DSN-MUI/VI/2002 di BPRS Dana Mulia Surakarta”, Dalam
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Teori dan Terapan Vol. 2 No. 1 Maret 2016.
35
nasabah pembiayaan Multijasa adalah seleksi melalui syarat-syarat
pengajuan, lalu pencairan, setelah itu maka akan dilakukan
pemantauan dan pengawasan pembiayaan.68
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas pembiayaan multijasa dengan menggunakan
akad kafalah dan ijarah dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN MUI.
Sedangkan perbedaan dengan tesis yang akan diteliti adalah
membahas mengenai pelaksanaan pembiayaan multijasa dan
kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI No.44/VII/2004, serta
menganalisis fatwa multijasa dan kesesesuaian praktiknya di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri.
9. Inayatul Asfiyah, Dalam Jurnal Hukum Perbankan Syariah, Volume 1,
No.2, Mei: 2015; 13-27, dengan tema “Penerapan Produk
Pembayaan Multijasa di BPRS Binama Semarang”. Hasil penelitian
menunjukkan Alasan Adanya pembiayaan multijasa di PT.BPRS
PNM BINAMA di pengaruhi 2 faktor, yaitu: Adanya Fatwa DSN No
44/DSNMUI/VIII/2014 mengenai pembiayaan multijasa, Melihat
kebutuhan pasar, dalam hal ini adalah kebutuhan mitra atau nasabah
yang meminta pembiayaan untuk memberikan fasilitas pembiayaan
kepada calon nasabah untuh biaya pendidikan, biaya rumah sakit, dan
biaya pernikahan. Dalam pembiayaan multijasa ini pihak PT. BPRS
PNM BINAMA Semarang memberikan pilihan kepada nasabah
apakah pembayaran kepada pihak ketiga akan dibayarkan sendiri atau
diwakilkan oleh pihak Bank. Tetapi nasabah pada umumnya memilih
untuk membayarkan sendiri kepada pihak ketiga. Apabila hal itu
terjadi, maka pihak Bank memberikan kuasa penuh kepada nasabah
68
Siti Suryanti, “Pembiayaan Ijarah dan Kafalah Multijasa di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Khasanah Purwokerto Dalam Jurnal Ekonomi Syariah
Volume 1, No.1, Februari, 10-112: 2016.
36
untuk melakukan pembayaran dan strategi untuk meningkatkan
pembiayaan multijasa dengan melakukan sosialisasi diantaranya
dengan cara : Sebar brosur, surat penawaran, pemasangan spanduk,
program pembiayaan berhadiah, maupun media yang di gunakan
media elektronik maupun media cetak. Dari beberapa yang dilakukan
dalam mensosialisasikan yang harus lebih di tekankan lagi pada saat
sebar brosur dimana selain membantu masyarakat lebih mudah
mengerti akan produk pembiayaan terutama pembiayaan multijasa.
Denga penyebaran brosur juga akan lebih mudah menyampaikan
kepada masyarakat dan beruntung lagi bagi petugas lapangan sangat
di untungkan dengan adanya brosur itu, sebab brosur itu mewakili
produk apa yang akan disampaikan kepada masyarakat, keuntugan
lain lagi lebih hemat waktu atau lebih efektif bagi petugas.69
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas pembiayaan multijasa serta cara
mensosialisasikan melalui media seperti brosur. Sedangkan perbedaan
dengan tesis yang akan diteliti adalah membahas mengenai
pelaksanaan pembiayaan multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa
DSN-MUI No.44/VII/2004, serta menganalisis fatwa multijasa dan
kesesesuaian praktiknya di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri.
10. Mardhiyah Hayati, Dalam Jurnal ASAS Hukum dan Hukum Islam,
Volume 6, No.2, Juli: 2014;76-86, dengan tema “Pembiayaan Ijarah
Multijasa Sebagai Alternatif Sumber Pembiayaan Pendidikan (Kajian
Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa)”. Hasil Penelitian
69
Inayatul Asfiyah, dengan tema “Penerapan Produk Pembayaan Multijasa di
BPRS Binama Semarang” Dalam Jurnal Hukum Perbankan Syariah, Volume 1, No.2,
Mei: 13-27;2015
37
Menunjukkan bahwa sumber pembiayaan pendidikan pada Bank
Syariah bila ditinjau dari Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia No:44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan
Multijasa adalah merupakan salah satu bentuk/pelayanan jasa
keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pembiayaan multijasa
dapat menggunakan akad Ijarah dan akad Kafalah. Tetapi apabila
Lembaga Keuangan Syariah menggunakan akad ijarah, maka harus
mengikuti semua ketentuan yang ada dalam Fatwa Ijarah. Sebaliknya
apabila menggunakan akad kafalah, maka harus mengikuti semua
ketentuan yang ada dalam Fatwa Kafalah.70
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas pembiayaan multijasa dengan menggunakan
akad kafalah dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN MUI. Sedangkan
perbedaan dengan tesis yang akan diteliti adalah membahas mengenai
pelaksanaan pembiayaan multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa
DSN-MUI No.44/VII/2004, serta menganalisis fatwa multijasa dan
kesesesuaian praktiknya di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri.
11. Sri Fadilah, Mega Ayu dan Turnad Lenggo Ginta Dalam Jurnal
Ekonomi dan Pembiayaan Terengganu Internasional Vol.2,
No.1:2012; 9-14, dengan tema Analysis of the Implementation of
Marketing Information System in Supporting the Effectiveness of Al-
Murabahah Financing: Study Case in Cilegon Mandiri Sharia Bank.
Hasil penelitian jurnal ini menunjukan bahwa penerapan sistem
informasi pemasaran di bank ini baik. Efektivitas pembiayaan
70
Mardhiyah Hayati, “Pembiayaan Ijarah Multijasa Sebagai Alternatif Sumber
Pembiayaan Pendidikan (Kajian Terhadap Fatwa Dewan Syari‟ah Nasional No. 44/DSN-
MUI/VIII/2004 Tentang Pembiayaan Multijasa)” Dalam Jurnal ASAS Vol. 6, No.2,
Juli: 2014.
38
Murabahah mencakup 87,4%. Dilihat dari sistem informasi pemasaran
memiliki peran penting pada efektivitas pembiayaan Murabahah
pembiayaan murabahah di PT. BPR. Berbasis Syariah Cilegon
Mandiri persyaratan telah diterapkan secara efektif. Pertama, proses
telah berjalan dengan memadai ditunjukkan dengan peningkatan
jumlah pelanggan menggunakan fasilitas pembiayaan al-Murabahah.
Kedua, statistik bank syariah dapat dilihat bahwa ada kecenderungan
pelanggan untuk menggunakan layanan bank syariah (pembiayaan
Murabahah).71
Persamaan dengan tesis yang akan diteliti adalah sama-sama
membahas pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Cilegon Mandiri. Perbedaannya adalah pelaksanaan pembiayaan
multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI
No.44/VII/2004, serta menganalisis fatwa multijasa dan kesesesuaian
praktiknya di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri.
12. Neneng Hartati, Dalam Jurnal Perspektif, Vol. l. 2 No. 2 Desember
2018 Page 153-183, Dengan tema Analisis Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 569 K/AG/2015
Tentang Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Ijârah Multijasa. Dalam
jurnal ini penulis menunjukkan bahwa tinjauan hukum materil
terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor: 569 K/AG/2015 tentang
Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Ijârah Multijasa sebagai berikut
yaitu hakim terhadap pemeriksaan perkara pada tingkat kasasi adalah
membatalkan putusan pengadilan tingkat banding dikarenakan telah
salah dalam penerapan hukum terhadap fakta-fakta hukum yang
71
Sri Fadilah, Mega Ayu dan Turnad Lenggo Ginta; Analysis of the
Implementation of Marketing Information System in Supporting the Effectiveness of Al-
Murabahah Financing: Study Case in Cilegon Mandiri Sharia Bank, Jurnal Ekonomi
dan Pembiayaan Terengganu Internasional Vol.2, 153-183 No.1:2012
39
ditemukan adalah tepat. Akan tetapi tidak seharunnya seluruh
pertimbangan hakim tingkat pertama menjadi pertimbangan
Mahkamah Agung karena ada kesalahan dalam pertimbangan pada
tingkat pertama. 2) Penerapan hukum pada putusan tingkat kasasi ini,
majelis hakim, sama sekali tidak melakukan penerapan hukum,
sehingga tidak memberi contoh yang baik terhadap peradilan yang
berada di bawah Mahkamah Agung. Begitupun pada tingkat pertama,
tidak semua pertimbangannya menggunakan penerapan hukum
dengan mencantumkan dasar hukum pertimbangan, bahkan ada
kesalahan penulisan pasal dalam KHES sebagai dasar hukum
pertimbangan, akan tetapi oleh majelis hakim tingkat banding dan
kasasi tidak disadari kesalahan tersebut. Padahal putusan yang
berkualitas, seharusnya mencantumkan dasar-dasar hukum yang
lengkap dan tepat agar tidak diajukan perbaikan oleh pihak-pihak pada
tingkat banding maupun kasasi.72
Analisis terhadap keabsahan akad,
penulis menyimpulkan bahwa fakta hukum yang terjadi adalah bahwa
akad pembiayaan ijârah multijasa Nomor 01 tanggal 13 September
2011 yang dibuat antara Penggugat dengan Para Tergugat harus
dinyatakan tidak sah menurut hukum, karena bertentangan dengan
kaidah yang artimya “Setiap piutang yang mendatangkan
kemanfaatan/ keuntungan, maka itu adalah riba”. Sedangkan pendapat
hakim yang menyatakan sah temasuk hilah hukum sehingga hilah ini
menjadi sarana untuk menghalalkan transaksi akad pembiayaan ijârah
multijasa. Transaksi yang mengandung jahalah dan riba yang telah
jelas diharamkan oleh syariat. Dengan melakukan hilah, akad
pembiayaan ijârah multijasa seperti ini terkesan menjadi halal padahal
72
Neneng Hartati, Dalam Jurnal Perspektif, Analisis Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Putusan Mahkamah Agung NOMOR: 569 K/AG/2015 Tentang Penyelesaian
Sengketa Pembiayaan Ijârah Multijasa, Vol. l. 2 No. 2 Desember, 2018.
40
sebenarnya adalah haram, dan menyebabkan batal demi hukum.
Adapun kerugian dari pembatalan akad ini agar menjadi pelajaran
bagi Lembaga Keuangan Syariah agar berhati-hati dalam
mengeluarkan produk akad. Setelah dilakukan penelitain mendalam,
maka penulis menemukan beberapa saran mengenai putusan
Mahkamah Agung ini, yaitu: Pertama, menyarankan agar Majelis
Hakim dalam menyusun putusan harus lebih hati-hati terhadap teknik
penyusunan putusan, sehingga kesalahan teknis dapat diantisipasi
sebelum diajukan banding oleh Para Pihak, Kedua, menyarankan agar
majelis hakim lebih hati-hati dalam dalam menerapkan hukum
materil, jangan sampai kesalahan pengutipan pasal tertentu diterapkan
pada kasus yang tidak ada hubungannya dengan perkara yang diadili,
karena salah penerapan hukum dapat menjadi alasan pembatalan
putusan.73
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas tentang analisis hukum Pembiayaan Ijârah
Multijasa, sedangkan perbedaannya adalah meneliti akad multijasa
dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004. Jika
jurnal ini membahas tentang analisis hukum ekonomi syariah dalam
penyelesaian sengketa pembiayaan ijârah Multijasa.
13. Fajr Ramadhan dan Isfandayani, Dalam Jurnal Maslahah, Vol.1, No.1,
Maret 2012: 38-54, dengan tema “Analisis Implementasi PAPSI dan
PSAK Pada Produk Pembiayaan Multijasa, Studi Kasus pada PT.
BPRS Pemkot Bekasi”, pada jurnal ini penulis menunjukkan
pengajuan atas pembiayaan multijasa yang diterapkan oleh PT BPRS
Pemkot Bekasi dalam rangka perjanjian dengan akad ijarah sudah
73
Neneng Hartati, Dalam Jurnal Perspektif, Analisis Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Putusan Mahkamah Agung NOMOR: 569 K/AG/2015 Tentang Penyelesaian
Sengketa Pembiayaan Ijârah Multijasa, Vol. l. 2 No. 2 Desember, 2018.
41
benar dengan menetapkan persyaratan dan ketentuan permohonan
pembiayaan multijasa yang cukup mudah untuk dipenuhi masyarakat
pada umumnya untuk mendapatkan modal yang mereka butuhkan.
Kedua, teknik pencatatan dan perlakuan akuntansi pembiayaan
transaksi multijasa dengan akad ijarah menggunakan PSAK. Ketiga,
penerapan akuntansi multijasa telah sesuai dengan PSAK dan PAPSI
yang merujuk pada PSAK 107 tentang ijarah karena pembiayaan
transaksi multijasa di PT BPRS Pemkot Bekasi menggunakan akad
ijarah belum terdapat PSAK khusus yang mengatur akuntansi
transaksi multijasa; Keempat, terdapat ketidaksesuaian menurut
PAPSI dan PSAK mengenai penyajian laporan keuangan tentang pos-
pos yang terkait dengan transaksi multijasa dan adaya upaya dari
pihak bank terkait untuk mengkondisikan hal-hal tersebut.
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas transaksi multijasa. Sedangkan perbedaan
dengan tesis yang akan diteliti adalah meneliti akad multijasa dan
kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004.74
14. Dyah Ariyani, Dalam Jurnal Perspektif, Vol. l. No. 2 Mei 2016 Page
153-183 “Penerapan Akad Ijarah Pada Produk Multijasa PJTKI di
BPRS Gala Mitra Abadi Purwodadi” pada jurnal ini penulis
menunjukkan dalam skim pembiayaan Multijasa di BPRS Gala Mitra
Abadi menggunakan akad ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui
pembayaran sewa. Dengan menggunakan akad ijarah, Mitra atau
nasabah memberikan imbalan sebagai kompensasi atas pelayanan
berupa pembayaran yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah
74
Fajr Ramadhan dan Isfandayani, Analisis Implementasi PAPSI dan PSAK
Pada Produk Pembiayaan Multijasa, Studi Kasus pada PT. BPRS Pemkot Bekasi, Dalam
Jurnal Maslahah, Volume.1, No.1, : 38-54, 2012.
42
kepada pihak ketiga. Setelah itu mitra membayar kepada Lembaga
Keuangan Syariah dengan cara mengangsur atau sekaligus sesuai
dengan kesepakatan dalam perjanjian.75
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas tentang pembiayaan Multijasa di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan perbedaannya adalah
meneliti akad multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI
No.44/VIII/2004. Jika jurnal ini membahas tentang analisis hukum
ekonomi syariah dalam pembiayaan ijârah Multijasa.
15. Mhd. Asaad, Dalam Jurnal MIQOT PErtanian Vol.XXXV, No.1
Januari-Juni 2011, 1-15“Peningkatan Peranan Perbakan Syariah
untuk Pembiayaan Usaha Pertanian” pada jurnal ini penulis
menunjukkan Prinsip dan jenis pembiayaan bank syariah banyak yang
sesuai untuk mengatasi masalah pembiayaan usaha pertanian. Selama
ini usaha pertanian di daerah pedesaan untuk memenuhi kebutuhan
akan modal usaha terutama untuk memenuhi kebutuhan akan sarana
produksi seperti benih, pupuk, dan pestisida, petani memperoleh
dengan cara berhutang kepada kios penjual sarana produksi dan akan
dibayar dengan menjual hasil panen kepada pemilik kios sesuai
dengan jumlah dan harga yang disepakati. Fakta ini lazim dijumpai
pada daerah pedesaan. Peluang ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan
bai‟ al-salâm. Bank syariah mempunyai peranan yang sangat penting
untuk mendukung pembangunan nasional, khususnya pembangunan
pertanian. Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian
sebahagian besar penduduk Indonesia. Sudah selayaknya bank syariah
dapat berperan lebih dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
75
Dyah Ariyani, “Penerapan Akad Ijarah Pada Produk Multijasa PJTKI di
BPRS Gala Mitra Abadi Purwodadi” Dalam Jurnal Perspektif, Vol. l. No. 2 Mei Page
153-183, 2016.
43
terutama untuk mengentaskan kemiskinan. Ajaran Islam sangat
menekankan urgensi keberpihakan kepada masyarakat kecil. Peranan
bank syariah untuk pembiayaan usaha pertanian dapat ditingkatkan
dengan menggunakan strategi:
a. Mengembangkan kantor bank syariah pada daerah pertanian.
b. Memberikan pembiayaan syariah yang lebih besar kepada usaha
pertanian.
c. Melakukan pemasaran produk pembiayaan bank syariah kepada
usaha pertanian.
d. Memberikan pembiayaan bank syariah yang sesuai dengan usaha
pertanian secara penuh, agar potensi kegagalan panen dapat
diminimalisir.76
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas tentang pembiayaan Multijasa di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan perbedaan dengan
tesis yang akan diteliti adalah meneliti akad multijasa dan
kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004.
16. Ahim Abdurahim, dalam Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol.4
No.1 April 2013, 14-24 dengan tema “Oksidentalisme Dalam
Perbankan Syariah “ pada jurnal ini penulis menunjukkan bahwa dari
sebagian besar produk perbankan syariah yang diamati, pada dasarnya
sebagian besar akad yang digunakan dalam transaksi syariah sudah
sesuai dengan maqashid syariah. Namun masih terdapat beberapa
akad yang mengalami modifikasi sehingga menjadi tidak sesuai
dengan maqashid syariah dan terjangkiti semangat kapitalisme
penyimpangan tersebut terjadi pada praktik perhitungan besaran
76
Mhd. Asaad, “Peningkatan Peranan Perbakan Syariah untuk Pembiayaan
Usaha Pertanian” Dalam Jurnal MIQOT PErtanian Vol.XXXV, No.1 Januari-Juni 1-15:
2011
44
angsuran pembiayaan murabahah dan perhitungan nisbah bagi hasil
simpanan nasabah yang mengacu pada suku bunga bank
konvensional. Terdapat inkonsistensi terhadap akad mudharabah, di
mana bank syariah mengharuskan nasabahpenerima pembiayaan
mudharabah untuk menyediakan agunan kepada bank syariah. Dalam
pelaksanaan operasional transaksi syariah, meskipun sebagain besar
sudah sesuai dengan maqashid syariah, namun masih terdapat
pelanggaran terhadap batasan-batasan syariah sehingga praktik
transaksi tersebut menjadi tidak sesuai dengan akad yang
dipergunakan untuk transaksi tersebut. Hal tersebut sangat
terbukaterjadi pada pembiayaan multijasa, yang menuntut penguasaan
prinsip dasar transaksi syariah oleh pelaksana perbankan syariah.
Keterbatasan kemampuan pegawai perbankan syariah dalam
memahami prinsip dasar transaksi syariah dapat menyebabkan
penyimpangan dalam praktek pembiayaan multijasa tersebut, sehingga
kembali terjebak pada praktik perbankan konvensional. Semua
perbankan syariah dengan berbagai latar belakang yang berbeda
dituntut untuk memiliki prosedur operasional yang mengatur secara
detail pelaksanaan setiap transaksi syariah baik secara formal maupun
substansi. Apabila terdapat pelanggaran terhadap prosedur operasional
tersebut, maka pendapatan yang diterima dikategorikan sebagai
pendapatan non-halal, sehingga tidak disajikan kedalam laporan hasil
usahanamun disajikan dalam laporan qardhul hasan.77
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas tentang perbankan syariah menyeluruh,
sedangkan perbedaan dengan tesis yang akan diteliti adalah meneliti
77
Ahim Abdurahim, Dalam Jurnal Akuntansi Multiparadigma, dengan tema
“Oksidentalisme Dalam Perbankan Syariah“Dalam Jurnal Akuntansi Multiparadigma,
Vol.4 No.1 April 2013
45
akad multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI
No.44/VIII/2004.
17. Desy Wulandari Wijaya, dalam Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.4 No.1
April 2013, 10-19 dengan tema “Pelaksanaan Akad Pembiayaan
Murabahah al-Wakalah pada Pembiayaan Warung Mikro Dipt. Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan“ pada jurnal ini penulis menunjukkan
bahwa Bank Syariah Mandiri dalam menyalurkan warung mikro
kepada masyarakat menerapkan keharusan untuk menggunakan 2
jenis akad yaitu akad murabahah dan akad wakalah. Alasan akad
murabahah al-wakalah menjadi keharusan untuk digunakan dalam
pembiayaan warung mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan yaitu alasan menggunakan akad murabahah, secara tekhnis
perbankan, murabahah merupakan akad jual beli antara bank selaku
penyedia barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli
barang, dari transaksi tersebut bank mendapatkan keuntungan jual beli
yang disepakati bersama. Sedangkan beberapa alasan keutamaan
penggunaan akad al-wakalah sebagai pelengkap dalam pembiayaan
murabahah yaitu dalam akad al-wakalah terdapat prinsip ta‟awun,
artinya tolong menolong di antara sesama manusia. Pelaksanaan akad
pembiayaan murabahah wakalah pada pembiayaan warung mikro di
Bank Syariah Mandiri adalah merupakan pembiayaan yang diberikan
oleh bank kepada calon nasabah debitur untuk membiayai kebutuhan
usahanya melalui pembiayaan modal kerja, investasi, kredit usaha
rakyat (KUR), pembiayaan tunas, madya dan utama dengan
menggunakan akad murabahah wakalah sebagai akad perjanjian
pembiayaannya. Standart penilaian pemberian pembiayaan warung
mikro didasarkan pada prinsip-prinsip dan standart support
pembiayaan yang terdiri dari syarat-syarat pembiayaan, BI checking
46
data calon nasabah, proses analisa proposal, verifikasi analisa support
pembiayaan, persetujuan pembiayaan, standart dokumen pengikatan
perjanjian pembiayaan, standar pengikatan jaminan, administrasi
pembiayaan, pencairan pembiayaan dan dokumentasi, serta collection
dan monitoring. Hambatan yang dihadapi pada Bank Syariah Mandiri
cabang Medan, dalam pelaksanaan pembiayaan warung mikro dengan
menggunakan akad murabahah wakalah yaitu kurangnya kesadaran
dari pihak nasabah debitur untuk membayar angsuran pembiayaan
dengan tepat waktu, nasabah tidak menghiraukan Surat Kewajiban
Membayar, SP I, II, III, nasabah tidak diketahui keberadaannya,
nasabah menggadaikan/ menjual barang yang dijadikan jaminan tanpa
sepengetahuan pihak bank, dan pembiayaan yang macet atau telat
yang dilakukan nasabah untuk membayar angsuran disebabkan karena
menurunnya pendapatan perekonomian nasabah. Sedangkan hambatan
yang dihadapi dari pihak nasabah yaitu, kurangnya informasi dari
pihak bank, lamanya proses pencairan dana, adanya biaya
keterlambatan (denda), dan jaminan tidak dapat langsung dikeluarkan
pada saat pelunasan. Adapun berbagai upaya untuk mengatasi
hambatan yang dilakukan oleh pihak Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan, antara lain, menerapkan prinsip kehati-hatian seperti
melakukan BI Checking data nasabah untuk mengetahui karakter dan
kolektibilitas nasabah yang mengajukan pembiayaan di perbankan,
melaksanakan ketentuan dalam penyaluran pembiayaan warung mikro
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku dan SPOB yang ada pada
PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan.78
78
Desy Wulandari Wijaya, “Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah
al-Wakalah pada Pembiayaan Warung Mikro Dipt. Bank Syariah Mandiri Cabang
Medan.” dalam Jurnal Ekonomi Syariah, Vol.4 No.1 April;2013.
47
Persamaan jurnal ini dengan tesis yang akan diteliti adalah
sama-sama membahas tentang pembiayaan di bank berbasis syariah
yaitu Bank Syariah Mandiri, sedangkan perbedaan dengan tesis yang
akan diteliti adalah meneliti akad multijasa dan kesesuaiannya dengan
fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004.
18. Farid Mulasin, dalam Jurnal ASAS Hukum Ekonomi, Vol. V, No.3,
Januari 2011, 7-15 dengan tema “Analisis Pembiayaan Ijarah
Multijasa Berdasarkan PSAK 107 Di Lembaga Keuangan Syariah”
pada jurnal ini penulis menunjukan bahwa pembiayaan dengan prinsip
Ijarah multijasa di BMT Tumang Cabang Kartasura telah sesuai
dengan PSAK 107 diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
ijarah (sewa-menyewa) dan pemindahan, serta mencakup pengaturan
untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ijarah (sewa-
menyewa). 79
Persamaan dengan tesis yang akan diteliti adalah sama-sama
membahas tentang pembiayaan ijarah multijasa di Lembaga Keuangan
Syariah (LKS), sedangkan perbedaan dengan tesis ini adalah meneliti
akad multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI
No.44/VIII/2004.
19. Eka Pariyanti, dalam Jurnal Fidusia, “Ilmiah Keuangan dan Perbankan
No.1 Vol.1 Juni 2018, 1-15, dengan tema, “Analisis Penerapan
Produk Ijarah Multijasa Pada PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(PT. BPRS) Lampung Timur”, dalam jurnal ini menunjukkan bahwa
penerapan produk ijarah multijasa di PT. BPRS Lampung Timur telah
dijalankan dengan sesuai ketentuan yang berlaku dan perkembangan
produk Ijarah Multijasa di BPRS Lampung Timur terus mengalami
79
Farid Mulasin, dalam Jurnal ASAS Hukum Ekonomi, Vol. V, No.3, Januari
2011, 7-15 dengan tema “Analisis Pembiayaan Ijarah Multijasa Berdasarkan PSAK 107
Di Lembaga Keuangan Syariah”
48
kenaikan dari tahun 2014 sampai tahun 2016 sebesar 74,23%.
menerapkan prinsip syariah dalam segala jenis transaksinya untuk
menarik minat para konsumen yang terutama masyarakat muslim
karena masyarakat muslim adalah masyarakat mayoritas dalam
wilayah Lampung Timur khususnya dan masyarakat Indonesia pada
umumnya. BPRS Lampung Timur sebagai salah satu bank dengan
prinsip syariah tentu juga menggunakan prinsip pembiayaan multijasa
kepada masyarakat. Oleh sebab itu, BPRS Lampung Timur perlu
melakukan mekanisme yang tepat dan menggunakan jumlah data yang
digunakan yang tepat dalam penggunaannya pada pembiayaan
multijasa dengan menggunakan prinsip syariah ini untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan juga karyawan juga masa
depan BPRS Lampung Timur.80
Persamaan dengan tesis yang akan diteliti adalah sama-sama
membahas tentang pembiayaan ijarah multijasa di Lembaga Keuangan
Syariah (LKS) , sedangkan perbedaan dengan tesis ini adalah meneliti
akad multijasa dan kesesuaiannya dengan fatwa DSN-MUI
No.44/VIII/2004.
G. Sistematika Penulisan
Tesis yang berjudul “Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa
Pendidikan dan Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
No.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri)”, akan menjadi 5 (Lima) bab dengan pembahasan
sebagai berikut:
80
Eka Pariyanti, dalam Jurnal Fidusia, “Ilmiah Keuangan dan Perbankan No.1
Vol.1 Juni 2018, 1-15, dengan tema, “ Analisis Penerapan Produk Ijarah Multijasa Pada
PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (PT. BPRS) Lampung Timur”,
49
Bab I: Pendahuluan, memuat hal-hal yang berkaitan dengan seluk beluk
tesis ini. Uraiannya adalah: Latar Belakang Masalah, Identifikasi,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
Metode Penelititan, Kajian Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II : Landasan Teori, Pada bab ini, akan diuraikan tentang teori-teori
dan peraturan-peraturan sebagai dasar hukum dan menjelaskannya
sehingga melandasi pembahasan masalah yang akan dibahas meliputi:
pertama, multijasa dalam Islam dengan menguraikan, pengertian
multijasa, landasan hukum akad multijasa dalam pembiayaan multijasa
pendidikan, rukun multijasa, syarat-syarat multijasa, mekanisme
pembiayaan akad multijasa, mekanisme pembiayaan multijasa Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM). Kedua,
multijasa dalam Islam dengan menguraikan pengertian pembiayaan
multijasa, Landasan hukum pembiayaan, Mekanisme pembiayaan
multijasa, Manfaat multijasa. Ketiga, Fatwa DSN-MUI Fatwa No.
44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang multijasa. Dengan menguraikan latar
belakang sejarah munculnya fatwa, dan mekanisme pembiayaan multijasa
pada fatwa tersebut.
Bab III: Gambaran Umum, Penerapan ijarah pada Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri. Bab ini membahas tentang Sejarah
Singkat perjalanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM), Visi dan Misi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM). Struktur Organisasi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM), Produk dan Layanan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM), Pelaksanaan
50
pembiayaan multijasa pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM).
Bab IV: Analisis, Pembahasan mengenai Implementasi Fatwa DSN-MUI
Tentang akad piutang multijasa pada pembiayaan multijasa. Uraiannya
adalah: Pertama, Bagaimanakah konsep penyelesaian akad piutang
multijasa pada pembiayaan multijasa menurut fatwa DSN-MUI. Kedua,
Bagaimanakah penerapan fatwa DSN MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004
tentang multijasa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM). Ketiga, Apakah penerapan akad piutang multijasa pada
pembiayaan multijasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM) sesuai dengan konsep fatwa DSN-MUI.
Bab V: Penutup, Dalam bab ini mencakup kesimpulan penulis atas
keseluruhan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya,
serta saran-saran yang dapat penulis sampaikan agar kedepannya semoga
teraplikasi dengan baik dan pada bab ini dilengkapi dengan daftar
pustaka dan lampiran-lampiran yang berkenaan dengan penelitian ini.
217
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada permasalahan yang diangkat oleh penulis, maka itu
diperoleh dari hasil analisis sebagai berikut:
1. Penerapan akad multijasa pada pembiayaan multijasa menurut fatwa
DSN MUI No. 44/DSN-MUI/VIII/2004 menggunakan akad ijarah atau
kafâlah. Dalam hal ini Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS-CM) menggunakan akad ijarah atau kafâlah.
Pembiayaan multijasa adalah suatu kegiatan penyaluran dana dalam
bentuk pembiayaan dalam akad piutang multijasa, dalam penyaluran
jasa keuangannya antara lain: penyaluran pelayanan jasa, pendidikan,
kesehatan, pernikahan, umrah dan lain-lainnya. Persyaratan pengajuan
merupakan hal penting untuk mendapatkan pembiayaan. Persyaratan
yang dimaksud adalah semua hal yang harus dipenuhi dan menjadi
dasar bagi suatu lembaga keuangan syariah dalam memberikan suatu
nilai layak atau tidaknya permohonan pembiayaan calon nasabah.
Penilaian tersebut dinilai dari lengkap atau tidaknya syarat yang
diajukan, apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi maka akan
berakibat permohonan yang diajukan nasabah akan ditolak dengan
lembaga keuangan tersebut. Dalam skim pembiayaan multijasa di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri menggunakan akad
piutang multijasa, yaitu akad dengan memberikan hutang kepada
nasabah dengan cara nasabah membayar angsuran kepada bank dan
juga memberikan ujrah atas piutang diberikan.
218
2. Kesesuaian akad multijasa pada pembiayaan multijasa BPRS Cilegon
Mandiri dengan Fatwa DSN-MUI No.44/DSN-MUI/VII/2004. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri mengunakan akad
piutang multijasa secara aplikasi, namun praktiknya di Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM)
menggunakan akad ijarah. Hal ini sesuai dengan fatwa DSN-MUI
karena dalam fatwa tersebut akad multijasa boleh menggunakan salah
satu akad baik akad ijarah maupun akad kafâlah. Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri menggunakan akad piutang multijasa
yang tidak ada di keduanya dalam aplikasi, sebab praktiknya sama
menggunakan akad ijarah maka ini boleh (jaiz) sesuai aturan fatwa
DSN-MUI No.44/VIII/2004 bahwa akad multijasa memakai akad
ijarah atau kafâlah di dalam akad pembiayaan multijasa, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri dapat memperoleh
imbalan jasa (ujrah) atau fee. Besar ujrah atau fee sudah disepakati di
awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal. Artinya, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) merupakan
Bank Pembiayaan Syariah yang secara pelaksanaannya sesuai dengan
fatwa DSN-MUI No.44/VIII/2004, sebab:
a. Akad yang digunakan pada produk pembiayaan multijasa
pendidikan menggunakan salah satu akad yakni akad ijarah.
b. Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM)
kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa.
c. Penentuan adanya ujrah dalam bentuk nominal.
d. Ada kesimpangsiuran akan pemahaman karyawan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM) terkait
ketentuan ujrah bagi nasabah.
219
B. Saran
Dari kesimpulan yang diuraikan maka penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Bagi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri Cilegon
a. Perlu diadakan sosialisasi terkait akad-akad perbankan syariah
agar lebih memahami dengan baik secara teori maupun praktik.
b. Sosialisasi atau pengenalan akad-akad perlu dikenalkan tidak
hanya bagi karyawan, tetapi juga bagi nasabah bahkan
masyarakat.
c. Perlu adanya peningkatan pelayanan dalam pembiayaan.
d. Pelayanan yang sudah ada diharapkan untuk lebih ditingkatkan
harus dengan melakukan pelatihan-pelatihan tentang prinsip-
prinsip perbankan syariah terutama produk pembiayaan multijasa.
e. Evaluasi rutin terhadap keberhasilan strategi yang telah
digunakan sehingga seluruh kebijakan dapat terpantau dan
terencana dengan disesuaikan pada SOP Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri (BPRS-CM).
2. Bagi Nasabah
a. Pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri aman dan tepat karena dijaminan oleh LPS
b. Pengajuan pembiayaan di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri (BPRS-CM) tidak ada unsur garar, maisir, riba,
zalim, dan haram.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat menjadi bahan materi atau
referensi dan bisa menganilisis lebih jauh terkait pembiayaan
multijasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
(BPRS-CM) atau Lembaga Keuangan Syariah Lainnya.
220
Demikian kesimpulan dan saran yang penulis sampaikan,
harapan penulis akan tesis ini menjadi bermanfaat serta lebih memahami
dan mempraktikkan prinsip-prinsip syariah dalam bisnis maupun
melakukan kegiatan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan, M, Teori dan Praktik Ekonomi Islam, Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997
Abdullah Ath-Thayyar, Abdullah Al-Muthlaq, dan Muhammad Al-Musa.
Ensiklopedia Fikih Muamalah Dalam Pandangan 4 Madzhab,
Yogyakarta: Madarul Wathan Lin Nasyr, Riyadh: KSA, 2004.
Ahmad Al-Jurjawi, Ali, Falsafah dan Hikmah Hukum Islam, Semarang:
Asy-Syifa, 1992.
Ahmad Kamil dan M Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan
Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
Ali Ahmad Al-Jurjawi, Syeikh, Falsafah dan Hikmah Hukum Islam,
Semarang: Asy-Syifa, 1992.
Amin, Ma’ruf, Ekonomi Syariah :Solusi Terbaik Pembangunan Bangsa
(Jakarta: Sistem Kerja Pasar Modal, Renaisan, 2005), hlm.7-8. (Kata
Pengantar Dewan Syariah Nasional MUI)
Arifin, Zainul, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan
Prospek, Jakarta: Alvabet, 1999.
Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Press, 2011.
B. Hallaq, Wael, Sejarah Teori Hukum Islam, terj. E. Kusumadiningrat,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000.
Data Sharia Bank Statistic, November 2018 Edisi Desember 2015,
http://www.ojk.co.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-
perbankan-syariah/Pages/Stasistik-Perbankan-Syariah-November-
2018.aspx diakses tanggal 19 Januari 2019.
Ghofur Anshori, Abdul, Hukum Perjanjian Islam Indonesia (Konsep,
Regulasi, dan Implementasi), Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2010.
Hariyani, Iswi. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2010.
Harun Santoso dan Anik, Analisis Pembiayaan pada Perbankan Syariah,
Vol.1, No.2.
Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.
Hasbullah, Dasar Ilmu Pendidikan, edisi revisi 7, Jakarta. PT RajaGrasindo
Persada, 2009.
Hasan, Zubairi, Undang-Undang Perbankan Syari’ah Titik Temu Hukum
Islam dan Hukum Nasional, Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2009.
Hasani Ali, Muhammad, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2004.
Hayati, Mardhiyah, “Pembiayaan Ijarah Multijasa sebagai alternative
Sumber Pembiayaan Pendidikan (Kajian terhadap Fatwa Dewan
Syariah Nasional Nomor 44/ DSN-MUI/2004 tentang pembiayaan
multijasa”, ASAS, vol.6, Nomor 2, Juli, 2014.
Hejazziey, Djawahir, Hukum Perbankan Syariah, Yogyakarta: Deepublish,
2013.
Herlan Firmansyah dan Dadang Husen Sobana, Bank dan Industri Keuangan
non Bank (IKBN), Bandung: Lecture Books, 2014.
Hidayatullah, Syarif, Qawaid Fiqiyyah dan Penerapannya dalam Transaksi
Lembaga Keuangan Syariah Kontemporer, Jakarta: Gramata
Publishing, 2012.
Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Cipayung Ciputat: Dewan
Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, CV. Gaung Persada, 2006.
Hulwati, Ekonomi Islam: Teori dan Praktiknya dalam Perdagangan
Obligasi Syariah di Pasar Modal Indonesia dan Malaysia, Jakarta:
Kencana, 2011.
Huzaemah Tahido Yanggo, dkk., Pedoman Penulisan Proposal, Tesis, dan
Disertasi, Jakarta: IIQ Press, 2017.
Ilmi, Makhalul, Teori dan Praktek Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta:
UII Press, 2002.
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011.
Ismail , Perbankan Syariah , Jakarta : Prenadamedia Grup , 2011.
Jaih Mubarok dan Hasanudin, Fiqh Mu’amalah Maliyyah dan Akad Ijarah
dan Ju’alah, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017.
Juandi, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Malang: UIN-
Malang Press, 2009.
Juhri, Moh. Terjemah Fiqh Empat Madzhab, Semarang: Asy Syifa, 1993.
Al-Kaisani, Al Bada’I’u ash Shana’I’u, Beirut: Dar al Fikr, Jilid IV.
Kamsir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Jakarta: Rajawali Press,
2013.
Kamsir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Rajawali Pres,
2012.
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, Jakarta:
Rajawali Press, 2004.
Kementrian Agama RI, Ar-Rahim Al-Qurán dan Terjemahan, Bandung: CV
Mikraj Hasanah Ilmu, 2013.
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana,
2006.
Kurniasih, Anis, Implementasi Produk Multijasa di PT. BPRS Bangun
Drajat Warga Yogyakarta, Tesis, Yogyakarta: Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada, 2012.
Minka, Agustianto. Reaktualisasi dan Kontekstualisasi Fikih Mu’amalah ke
Indonesiaan, Jakarta: Iqtishad Publishing, 2014.
Muhamad, Manajemen dana Bank Syariah, Jakarta: Grafindo Persada, 2014.
Muhamad,Sistem dan prosedur Operasional Bank Syariah, Yogyakarta, UII
Press, 2001.
Muhammad Asro, dan Muhammad Kholid, Fiqh Perbankan, Bandung:
CV.Pustaka Setia, Cet ke-1, 2011.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
2011. .
Muhammad, Rifki, Akuntansi Keuangan Syariah (Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah), Yogyakarta: P3EI, 2008.
Mustofa, Imam, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2016
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam,
Jakarta:Kencana, 2010.
Rafiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1998.
Remy Sjahdeini, Sutan, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata
Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: Grafiti, 2002.
Rianto Rustam, Bambang, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di
Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, 2013.
As-Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Beirut: Daarul AlKitab, 1987.
Sariadi, “Analisis Implementasi Prinsip Bagi Hasil dan Risiko Pada BPRS
Kabupaten Deli Serdang dan BPRS Kota Medan”, Tesis, Sumatera
Utara: Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN), 2014.
Sutedi, Adrian, Perbankan Syariah Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Sutojo, Siswanto. The Management of Commercial Bank , Cet ke-1, Damar
Mulia Pustaka, Jakarta, 2007.
Syafei, Rahman, Fiqh Mu’amalah, Bandung: Pustaka Setia, 2000.
Syafii Antonio, Muhammad, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta:
Gema Insani, 2011.
Syakir Sula, Muhammad . Principles of Islamic Insurance (Prinsip-Prinsip
Asuransi Syariah) Life, General, Social Insurance,Jakarta: Syakirsula
Institute, 2016.
Tim Penulis: T. Yanggo, Huzaemah, dkk, Buku Panduan Penulisan
Proposal, Tesis, dan Disertasi, (Jakarta : Program Pascasarjana,
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, 2017.
Umam, Khotibul, Trend pembentukan Bank Umum Syari’ah Pasca
UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan
Implementasi), Yogyakarta : BPFE Yogyakarta, 2009.
Umam, Khotibul. Perbankan Syariah Dasar-dasar dan Dinamika
Perkembangannnya di Indonesia, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, cet
ke-2, 2017.
Umar, Husein, Metodologi Penelitian; Aplikasi Dalam Pemasaran, Jakarta:
Gramedia, 2001.
Umberto Sihombing dan Indardjo, Pembiayaan Pendidikan, ISBN 979-
3116-28- 5, 2003.
Untung, Budi. Kredit Perbankan di Indonesia, Cet ke-1, Andi Offset.
Yogyakarta, 2000.
Usman, Rachmadi. Aspek Hukum, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama,
2001.
Veithal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management:
Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga
Keuangan, Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, (Jakarta: Rajawali
Press, 2008.
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2012.
Wirdyaningsih, dkk. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2005.
Jurnal
Fajr Ramadhan dan Isfandayani, Analisis Implementasi PAPSI dan PSAK
Pada Produk Pembiayaan Multijasa, Studi Kasus pada PT. BPRS
Pemkot Bekasi, Dalam Jurnal Maslahah, Volume.1, No.1, : 38-54,
2012.
Firdaus Alkautsar, Muhammad, Aplikasi Penjaminan Pembiayaan
Murabahah Bagi Nasabah Perorangan untuk Mengantisipasi
Pembiayaan Bermasalah di PT Bank Syariah Mandiri Cabang
Malang” Jurnal jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2009.
Hartati, Neneng, Dalam Jurnal Perspektif, Analisis Hukum Ekonomi Syariah
Terhadap Putusan Mahkamah Agung NOMOR: 569 K/AG/2015
Tentang Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Ijârah Multijasa, Vol. l. 2
No. 2 Desember, 2018.
Mar’atus Solihah, Ajeng, Penerapan Akad Ijarah pada Pembiayaan
Multijasa dalam Perspektif Hukum Islam, Vol.6, No.1, 2014.
Muhammad Tho’in dan Iin Emy Prastiwi, Analisis Dana Talangan Haji
Berdasarkan Fatwa No.29/ DSN-MUI/VI/2002 di BPRS Dana Mulia
Surakarta”, Dalam Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Teori dan Terapan
Vol. 2 No. 1 Maret 2016.
Muhammad Naufal, Fadhil, Analisis Efesiensi Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Wilayah Jabodetabek dengan pendekatan Two Stage
Data Envelopment Analysis (Dea), Vol. 5, No.2. 2017.
Nugroho, Arno, Analisis Pengaruh Kinerja dan Kondisi Makroekonomi
terhadap Penyaluran Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi BPRS di
Indonesia, Vol. 5 No. 2, 2017.
Sri Fadilah, Mega Ayu dan Turnad Lenggo Ginta; Analysis of the
Implementation of Marketing Information System in Supporting the
Effectiveness of Al-Murabahah Financing: Study Case in Cilegon
Mandiri Sharia Bank, Jurnal Ekonomi dan Pembiayaan Terengganu
Internasional Vol.2, No.1:2012.
Syakur, Ahmad, “Hawalah Sebagai Alternatif Pembiayaan Multijasa Di
Lembaga Keuangan Syariah” Dalam Jurnal Muqtasid Vol. 1, No.2,
Desember : 2010.
Yunita, Widyaningrum, Pengaruh Profitabilitas, Struktur Aktiva Dan ukuran
Perusahaan terhadap struktur modal perusahaan makanan dan
minuman, Dalam Jurnal Manajemen, Volume 3, No.1,: 27-39, 2015.
Fatwa
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.44/DSN-MUI/VIII/2004 Tentang
Pembiayaan Multijasa
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.9/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Pembiayaan Ijarah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.11/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Kafalah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.10/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Wakalah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli
Sharf
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
Murabahah
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Qardh
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.06/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Istishna’
Undang-Undang
Undang-undang Perbankan No.10 Tahun 1998, Lihat Ismail, Perbankan
Syariah, Jakarta: Kencana, 2011.
Undang-Undang RI No.21 tahun 2006, tentang Perbankan Syariah,
Bandung: Citra Umbara, 2001.
Wawancara
Company Profile Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri(BPRS-
CM), 2016.
Copyright BPRS-CM 2019, http://www.bprs-cilegonmandiri.com/ 2019,
diakses tanggal 25 April 2019.
http://www.suarapembaruan.com/tajukrencana/ironi-putus sekolah /9827
2019, diakses pada tanggal 23 April 2019.
Ahsan sebagai Accounting dan Pelaporan , Wawancara Pribadi, Cilegon: 30
Juli 2019, pukul 10:00 di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri
Ali, Fajri, sebagai Dewan Pengawas Syariah, Wawancara Pribadi, Cilegon:
30 Juli 2019, pukul 14:00 di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri
Handriyani, Yati, sebagai Admin Pembiayaan, Wawancara Pribadi, Cilegon:
30 Juli 2019, pukul 11:00 di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri
Mahfudoh, Maryatul, Staff Marketing, Wawancara Pribadi, 28 Maret 2019,
pukul 09:00 di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
Nina, Staff Marketing, Wawancara Pribadi, 28 Maret 2019, pukul 10:00 di
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri
Nama : Hilyati Fijriyah
NIM : 217420267
Judul Tesis : Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
NO.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten)
Nama : Ahsan
Jabatan : Accounting dan Pelaporan
Usia : 40 Tahun
Pendidikan Terakhir : S1 Syariah
Alamat : Cibeber
No. Telp. : 081911222241
Tanggal : 7 Mei 2019
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS- CM)
Daftar Pertanyaan
1. Apakah ada produk yang menggunakan akad ijarah? Jika ada, ada
berapa macam produk di BPRS CM yang menggunakan akad ijarah?
Jawab: Ya ada. Produk yang kaitannya dengan multijasa, seperti
multijasa pendidikan, multijasa pernikahan, multijasa umroh.
2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui mengenai akad ijarah? Jelaskan akad
ijarah tersebut?
Jawab: ya, ijarah itu jual beli sewa ada ujrohnya.
3. Apakah ada produk multijasa?
Jawab: ada
4. Apa yang Bapak/ Ibu ketahui tentang multijasa? Jelaskan multijasa
secara rinci?
Jawab: Multijasa itu produk pembiayaan bisa untuk pembiayaan
nikah, biaya pendidikan, dan pembiayaan ibadah umroh. Multijasa itu
akad yang menggunakan ongkos sewa atau ujroh atau upah.
5. Bagaimana mekanisme pembiayaan multijasa?
Jawab: ya, akadnya akad multijasa. Yaitu ijarah, ongkos sewa jasa.
Menyewa jasa bank untuk membayarkan SPP, bukan hanya SPP bisa
juga untuk bayar daftar sekolah yang diinginkan, biasanya bukti dari
calon nasabah tersebut, “ini lho biaya semester sekian,” lalu
diberitahu pula ujrohnya sekian.
Lalu prosesnya seperti ini: ada bank ada calon nasabah. Awal
nasabah ke bank mengajukan pembiayaan multijasa pendidikan,
tentunya ini harus ada syarat-syarat yang harus dilengkapi dan
dipenuhi oleh calon nasabah. Alurnya, calon nasabah ke cutomer
service terlebih dahulu, di CS ini nasabah mengajukan persyaratan
dan administrasi, dari CS lalu ke bagian administrasi. Administasi
mengecek secara legalitas, legalistas calon nasabah. Setelah ke admin
dan legal dari admin berkas tersebut ke bagian marketing, marketing
ini meminta disposisi ke komite pembiayaan. Komite yang paling
tertinggi kita yaitu direktur. Komiternya dit=rektur manager kabag,
tergantung tiap-tiap bnag. Dari komite turun ke marketing lagi. Lalu
marketing proses, di marketing penugasan. Marketing itu account
officer, setelah dari mareting ke calon nasabah. Disini disurvey lalu
diwawancara tentang 5C ada Character,
Biaya pendidikan untuk jejang apa, untuk anaknya ada bukti
pembayaran, dan kemampuan bayarnya seperti apa. Maka itu ada
pengecekan di admin pembiayaan. Setelah survey ke admin
pembiayaan untuk akad. Kalau sudah selesai semua. Maka admin
menghubungi calon nasabah dengan minta persetujuan sudah
disetujui, keluarlah SP3. Jika marketing sudah setuju dan akan kita
bayai barulah calon nasabah setuju maka ini SP3 ini dikeluarkan yang
diperuntukan kepada nasabah dan harus ditandatangani oleh calon
nasabah tersebut. Kalau nasabah membaca bahwaini diberikan
seperti ini dengan biaya ujroh segini. Kalau ada persetujuan kita
langsung laksanakan akad. Kalau ada ga setuju, jangan segitu si, atau
ada tawar-menawar tapi sebaiknya tawar menawar itu sebelum ini.
Biasanya kalau keluar SP3 berati ya sudah fiks setuju dari
marketingnya dan calon nasabah tersebut. Di surat SP3 ini nasabah
tinggal menandatangani. Dan ini surat ini berlaku tujuh hari, jika
nasabah tidak setuju maka tidak jadi akadnya. Akalu sudah setujui
nasabah maka ada tanda tangan akad. Alurnya seperti itu. Disinilah
akad yang sesuai syariah. Setelah itu masuklah ke pelaporan dengan
mendata lalu laporkan ke OJK, bulan ini nasabah baru dan nasabah
lama. Atau penambahan nasabah kita laporkan.
6. Bagaimana cara bayarnya?
Jawab: ya bayarnya fleksibel, bagaimana kemampuan nasabah di
tanggal berapa.pak, saya bisa tanggal 5. Sesuai kesepakan nasabah
saja.
7. Pembiayaan multijasa pendidikan itu bukan hanya untuk bayar SPP,
lalu untuk pembiayaan apa saja ya Pak?
Jawab: pembiayaan pendidikan yang sifatnya pendidikan seperti, ya
tadi bayar SPP, lalu bayar daftar masuk sekolah, ada juga untuk bayar
daftar registrasi ulang sekolah, bayar semesteran kuliah juga.
Menyewa jasa bank membayarkan SPPnya, atau nasabah minta sewa
ke Bank untuk membayarkan SPP nasabah. Bukti dari calon nasabah
misal jika mengajukan pembiayaan untuk bayar SPP berarti ada bukti
bayar SPP berapa dari sekolah terkait.
Ya yang berkaitan dengan pendidikan.
8. Ada berapa macam pembiayaan multijasa di BPRS CM? apakah
skema akad yang dilakukan di tiap pembiayaan multijasa sama?
Jawab: ada tiga macam. Pertama, pembiayaan pernikahan, kedua
pembiayaan pendidikan, ketiga pembiayaan kesehatan, dan keempat
pembiayaan ibadah umroh.
9. Pembiayaan multijasa menggunakan akad apa?
Jawab: akad multijasa, murni ongkos sewa jasa pihak Bank.
10. Sejauh ini dalam proses pembiayaan multijasa ada masalahkah? Jika
ada, bagaimana cara menangani permasalahan di pembiayaan
multijasa?
Jawab: ada. Biasanya ada nasabah yang mau melakukan pengajuan
pembiayaan terkait persyaratan yg belum lengkap atau kurang. Cara
menangani dengan memberi tahu terlebih dahulu apa saja persyaratan
yang kurang.
11. Apa perbedaan pembiayaan syariah dan pembiayaan konvensional?
Jawab:pembiayaan syariah ya untuk usaha-usaha syariah,
menghindari sekali dari usaha usaha yang sifatnya haram seperti
usaha minuman keras. Kalau pembiayaan konvensional itu
pembiayaannya ga pake akad gitu, dalam syariah Islam kan harus ada
akad. Akad itu ada penjual ada pembeli, ada shighat, di jual beli kan
seperti itu. Kalau pembiayaan konven kan tidak ada akad, syarat
rukun ada yang tertinggal, mereka hanya meminjamkan uang saja dan
ada bunga. Itu yan paling jelas, kalau di syariah tidak seperti itu.
pembiayaannya bebas untuk apa saja, seperti judi, minuman keras,
bahkan rental play station pun kami menghindari itu, maksudnya
kami menghindari usaha yang sia-sia, tidak jelas atay syubhat.
12. Adakah kendala yang dialami saat sebelum proses pengajuan
pembiayaan multijasa?
Jawab: tidak, karena segala kendala missal kurangnya persyatan
langsung kami hubungi dan kami kembalikan lagi untuk dipenuhi
terlebih dulu syarat-syarat pengajuan pembiayaan.
13. Bagaimana proses penyelesaian masalah apabila terdapat nasabah
yang terlambat dalam pembayaran angsuran pembiayaan?
Jawab: dihubungi lewat SMS, telfon juga. Kami selalu siap siaga
untuk mengingatkan jika mau mendekati batas bayar angsuran.
14. Apakah nasabah yang telat bayar terkena denda?
Jawab: ada, tapi jarang. Ancang ancang jika mau bayar ya kami
ingatkan.
15. Jika terdapat denda, apakah uang denda tersebut masuk ke dalam
dana sosial atau dana pendapatan bank?
Jawab: denda uang tersebut akan masuk ke dana sosial atau pos
sosial.
16. Bagaimana kebijakan untuk nasabah yang telat membayar? Apa sama
kebijakan bagi nasabah yang mampu namun menunda-nunda
pembayaran?
Jawab: ada, kebijakan itu mengawali dengan menghubung/
berkomunikasi, biar sama-sama mudah dan enak. maka buat
perjanjian baru atau jika sampai menjual asset ya coba kami bantu.
Itu masing-masing ada tim tersendiri dalam menangani tiap masalah
pembiayaan.
17. Bagaimana prosedur jaminan yang diaplikasikan oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri?
Jawab: sebab ini nasabah pembiayaan multijasa pendidikan dari PNS
maka biasanya jaminan tersebut berupa slip gaji.
18. Jaminan tersebut berupa barang yang dimiliki nasabah atau berupa
asset yang diperjualbelikan oleh nasabah?
Jawab: jaminan pembiayaan multijasa bisa berupa asset, sertifikat
rumah, sertifikat tanah, BPKB kendaraan
19. Ujroh multijasa ambil dari mana?
Jawab: jadi, porsi pokok dan porsi ujroh, maka keseluruhan pokok
dicicil. Dalam angsurannya tergantung, berbeda dengan pokok.
Agunannya motor lalu ada asuransi jiwa/ kendaraan Yang tertera
plafondnya, ujroh segini. Lalu administrasi diluar ujroh. Ujrohnya itu
sepaket dengan plafond yang disetujui misal; pembiayaan yang
disetujui 35 juta, ujrohnya 15 juta. Total 50 juta dan akan diangsur
selama 36 bulan dengan jumlah angsuran sekian. Pentingnya SP3
bagi nasabah ya untuk mengetahui tentang angsurannya berapa, biaya
adminitrasi berapa, kewajiban banknya seperti apa, kewajiban
nasabah bukan hanya ini saja, terus ini ditambah dengan ujrohnya.
Ujrohnya murni ongkos sewa jadi tidak dicampurkan dengan biaya
administrasi
20. Apakah dari besaran piutangnya/ pokok/ besaran pembiayaan?
Jawab: bukan , porsi pokok dan porsi ujroh itu dalam angsurannya
tergantung pada kesepakatan, biasanya kami mematok ujroh dengan
1.380.000 jika nasabah setuju maka lanjut sepakat buat akad.
21. Cara menghitung ujroh seperti apa?
Jawab: ujroh berbeda dengan pokok, maka menghitung sudah
ditentukan seperti apa yang sudah ditetapkan. Biaya administrasi
berbeda lagi. Ujroh
22. Tugas utama Bapak/ Ibu di BPRS Cilegon Mandiri?
Jawab: melaporkan nasabah-nasabah yang sepakat mengajukan
pembiayaan, didata, dilaporkan. Pertama, ada laporan yang sifatnya
internal seperti: pejabat-pejabat terkait. Kedua, laporan yang sifatnya
eksternal seperti Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, ada juga
laporan tiap bulan ke BI, laporan pajak dan lain sebagainya.
Cilegon, 1 Juli 2019
Accounting dan Pelaporan
Ahsan
Nama : Hilyati Fijriyah
NIM : 217420267
Judul Tesis : Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
NO.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten)
Nama : H. Fajri Ali, MM
Jabatan : Dewan Pengawas Syariah
Usia : 53 tahun
Tanggal : 16 Februari 2019
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS- CM)
Daftar Pertanyaan
1. Apakah ada produk yang menggunakan akad ijarah? Jika ada, ada
berapa macam produk di BPRS CM yang menggunakan akad ijarah?
Ya, produk di BPRS yang menggunakan ijarah adalah yang berkaitan
dengan jasa. Yaitu multijasa seperti jasa untuk minta dibiayai
pendidikannya, minta dibiayai kesehatan, minta dibiayai ibadah
umroh dan nikah.
Jawab:
2. Apakah Bapak mengetahui mengenai akad ijarah? Jelaskan akad
ijarah tersebut?
Jawab: ya, akad yang berkaitan dengan mengupah atas sewa yang
diberikan. Ongkos sewa untuk Bank.
3. Apakah ada produk multijasa?
Jawab: ada, multijasa pendidikan, multijasa pernikahan, multijasa
ibadah umroh, multijasa kesehatan
4. Apa yang Bapak ketahui tentang multijasa? Jelaskan multijasa secara
rinci?
Jawab: multijasa itu akad yang berkaitan dengan jasa, jasa keluar,
bagi hasil. Contohnya misal si A mengajukan pembiayaan ke Bank,
maka akadnya multijasa. Sering kali bank tidak menunjukkan bukti
biaya pendidikan si nasabah, “mana bukti pembayaran
pendidikannya?, sppnya?” bahwa ini digunakan untuk biaya
pendidikan, kadang nasabah itu sering melupakan bukti dari
pembayaran untuk pengajuan pembiayaan. Ini menjadi bahan saya
juga untuk memerikasa ini, ini tugas saya.
5. Bagaimana mekanisme pembiayaan multijasa?
Jawab: multijasa itu kan akad pembiayaan yang menggunakan
ijarah, atau ada jasa sewa, ongkos sewa. Mekanisme nya ya si A
mengajukan pembiayaan ke marketing lalu ke customer untuk
melengkapi persyaratan-persyaratan, lalu admin sebagai pengecek,
maka mereka yang mengecek legalitas calon nasabah.
6. Ada berapa macam pembiayaan multijasa di BPRS CM? apakah
skema akad yang dilakukan di tiap pembiayaan multijasa sama?
Jawab:
7. Pembiayaan multijasa menggunakan akad apa?
Jawab: akad multijasa, yang sesuai dengan syariah atau Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI No.44 tahun 2004.
8. Apakah Bapak sebagai DPS telah melakukan uji petik sampling/
survey sampling?
Seharusnya ada sebanyak 2x dalam setahun.
Jawab: ya, kalau laporan ke Dewan Syariah Nasional 2x dalam
setahun persemster. Kalau buat laporan ke OJK dan DSN. Uji
sampling itu dilakukan sebulan sekali ke BPRS, seminggu sekali.
Saya usahakan ya seminggu sekali datang ke BPRS. Rapat dan
diskusi dengan direksi, diskusi dengan karyawan. Sampling setiap
produk yang ada di BPRS.
9. Apakah Bapak melakukan sampling juga pada produk pembiayaan
multijasa? Jika iya, apa temuannya?
Jawab: ya, di dalam laporan setiap produk mengambil 3 sampling
atau 3 nasabah sebagai contoh, dalam penghimpunan ada tabungan,
deposito jika di BPRS tidak ada Giro. Kalau pembiayaan ada
mudharabah, musyarakah, murabahah, multijasa, ini dilihat
kesesuaiannya dengan fatwa fatwa di DSN. Jika ada kekurangannya,
maka sebagai DPS kita komen kita kasih catatan. Kalau di BPRS
tidak ada giro, jika memang ada namanya giro wadi’ah, bedanya
dengan giro di bank konvensional itu tidak ada akad wadiahnya, ada
sistem bunga. Kalau syariah itu bagi hasil.
Temuan yang saya sudah lihat di lapangan, sering kali ada tidak pakai
bukti saat memberikan pengajuan pembiayaan multijasa. Hanya
mengajukan saja, tanpa ada bukti pembayaran dari sekolahnya
berapa.
10. Apakah Bapak pernah mengeluarkan opini terkait produk multijasa
ini?
Jawab: opini dibuat jika ada permintaan dari Dewan Pengawas
Syariah, Dewan direksi, dari BPRS maka kita buat. dengan tertulis.
Kalau opini, ada dari DPS 2, Direksi 2, Selama ini ada permintaan
dari direktur. Seperti: setelah menimbang dan seterusnya….
Memutuskan dan seterusnya… sehubungan dengan opini syariah
dewan direktur, dewan syariah, maka kami membuat tentang…
11. Sejauh ini dalam proses pembiayaan multijasa ada masalahkah? Jika
ada, bagaimana cara menangani permasalahan di pembiayaan
multijasa?
Jawab: ada ketika proses pemberkasan pengajuan pembiayaan.
Biasanya ada data yang kurang misal kartu nikah jika sudah nikah
malah sering kali tertinggal lalu cara menangani itu dengan
mengingatkan, menasihati admin.
12. Apa perbedaan pembiayaan syariah dan pembiayaan konvensional?
Jawab: pembiayaan syariah itu dana yang diberikan bagi nasabah
yang membutuhkan berdasarkan prinsip syariah. Ini yang dikasih
sebagai jasanya ya misal untuk umroh, pendidikan, kesehatan. Jadi
pihak Bank Pembiayaan Rakyat Syariah punya dana untuk transaksi
jual beli jasa kepada nasabah. Lalu nasabah nanti membayar sesuai
dengan kesepakatan yang dibuat antara bank dengan nasabah.
13. Adakah kendala yang dialami saat sebelum proses pengajuan
pembiayaan multijasa?
Jawab: ada. Kadang nasabah tidak menunjukkan bukti slip
pembayaran saat nasabah mengajukan pembiayaan pendidikan.
Nasabah sering melupakan bukti dari persyaratan pengajuan
multijasa tersebut.
Cilegon, 1 Juli 2019
Dewan Pengawas Syariah
H. Fajri Ali, MM
Nama : Hilyati Fijriyah
NIM : 217420267
Judul Tesis : Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
NO.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten)
Nama : Yati Handriyani
Jabatan : Admin Pembiayaan
Usia : 44 tahun
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Serang
No.Telp : 081908892888
Tanggal : 16 Februari 2019
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS- CM)
Daftar Pertanyaan
1. Apakah ada produk yang menggunakan akad ijarah? Jika ada, ada
berapa macam produk di BPRS CM yang menggunakan akad ijarah?
Jawab: Biasanya yang pakai ijarah itu produk multijasa, kaya
multijasa pendidikan, kesehatan dan umroh
2. Apakah Ibu mengetahui mengenai akad ijarah? Jelaskan akad ijarah
tersebut?
Jawab: Ijarah itu akad sewa jasa
3. Apakah ada produk multijasa?
Jawab: Iya, ada.
4. Apa yang Ibu ketahui tentang multijasa? Jelaskan multijasa secara
rinci?
Jawab: Multijasa itu kan kebutuhan masyarakat akan jasa. Banyak
sekali yang diterapkan di BPRS CM seperti ada multijasa pernikahan
multijasa kesehatan multijasa pendidikan
5. Bagaimana mekanisme pembiayaan multijasa?
Jawab: pertama-tama nasabah datang ke Customer service setelah itu
baru lengkapi persyaratan, jika sudah lengkap persyaratannya ya
ditindak lanjuti ke admin pembiayaan, dari admin baru ke komite trus
manager marketing terus ke direktur. Abis itu serahin ke marketing
AO untuk dapetin SP3 atau surat persetujuan pembiayaan lalu ke
admin lagi untuk diproses pengajuan pembiayaannya.
6. Ada berapa macam pembiayaan multijasa di BPRS CM? apakah
skema akad yang dilakukan di tiap pembiayaan multijasa sama?
Jawab: Ada 3, multijasa pendidikan, multijasa kesehatan sama
multijasa pernikahan aja, skemanya sama seperti pengajuan
pembiayaan ke CS dulu lalu lengkapi syarat-syaratnya baru jika
sudah acc mengikuti prosedur baru dihubungi lagi klo semua legalitas
calon nasabah lengkap.
7. Pembiayaan multijasa menggunakan akad apa?
Jawab: Akad piutang multijasa
8. Sejauh ini dalam proses pembiayaan multijasa ada masalahkah? Jika
ada, bagaimana cara menangani permasalahan di pembiayaan
multijasa?
Jawab: Kalau sebelum terjadi pembiayaan multijasa si baik-baik aja
tapi kalau sudah proses pencairan, kadang ada saja nasabah
dihubungi sulit jika ada berkas yang kurang lengkap. Alhamdulillah
semua lancar klo sebelum proses. Karena nasabah ingin dibiayai jadi
berusaha buat mengikuti aturan
9. Apa perbedaan pembiayaan syariah dan pembiayaan konvensional?
Jawab: Pembiayaan syariah itu kan bagi hasil ya sesuai syariah lah,
kalau pembiayaan konvensional yang didapet itu bunga.
10. Bagaimana proses penyelesaian masalah apabila terdapat nasabah
yang terlambat dalam pembayaran angsuran pembiayaan?
Jawab: Sebelum jatuh tempo biasanya kita sms biasanya sebelum 3-5
hari itu udah kita hubungi untuk ingatkan jatuh tempo pembayaran
11. Apakah nasabah yang telat bayar terkena denda?
Jawab: diusahakan tidak pakai denda, paling kita buka blokiran
pertama nasabah ngangsur diawal.
12. Jika terdapat denda, apakah uang denda tersebut masuk ke dalam
dana sosial atau dana pendapatan bank?
Jawab: Masuk ke dana sosial, kalau pendapatan bank termasuk riba
dong ya.
13. Bagaimana kebijakan untuk nasabah yang telat membayar? Apa sama
kebijakan bagi nasabah yang mampu namun menunda-nunda
pembayaran?
Jawab: Ada kebijakan, mau dikurangi jumlah angsuran atau gimana.
Nanti sesuai kesepakatan
14. Bagaimana prosedur jaminan yang diaplikasikan oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri?
Jawab: Jaminannya kalo yang PNS itu pakai slip gaji ya, kalau selain
itu pakai surat jaminan kaya BPKB kendaraan, sertifikat rumah,
tanah dll
Cilegon, 1 Juli 2019
Admin Pembiayaan
Yati Handriyani
Nama : Hilyati Fijriyah
NIM : 217420267
Judul Tesis : Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
NO.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten)
Nama : Maryatul Mahfudoh
Jabatan : Staff Marketing Pembiayaan
Usia : 30 tahun
Pendidikan Terakhir : S1
Alamat : Cilegon
No. Telp : 087871588195
Tanggal : 16 Februari 2019
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS- CM)
Daftar Pertanyaan Survei Penelitian
1. Apakah ada produk yang menggunakan akad ijarah? Jika ada, ada
berapa macam produk di BPRS CM yang menggunakan akad ijarah?
Jawab: ada beberapa produk yang menggunakan akad ijarah. Ada 3
macam yang menggunakan ijarah seperti multijasa pendidikan,
multijasa ibadah umroh, multijasa kesehatan.
2. Apakah Ibu mengetahui mengenai akad ijarah? Jelaskan akad ijarah
tersebut?
Jawab: Akad ijarah itu akad sewa menyewa jasa, jasa seseorang yang
diberikan kepada orang lain tanpa adanya pemindahan kepemilikan,
3. Apakah ada produk multijasa?
Jawab: Ada. Yang saya sebutkan sebelumnya bahwa produk
multijasa itu ya hanya 3 seperti multijasa pendidikan, multijasa
ibadah umroh dan multijasa kesehatan.
4. Apa yang Ibu ketahui tentang multijasa? Jelaskan multijasa secara
rinci?
Jawab: multijasa itu nama produk, salah satunya untuk pendidikan.
Jadi multijasa itu produk yang menggunakan akad ijarah.
5. Bagaimana mekanisme pembiayaan multijasa?
Jawab: Awalnya nasabah yang ingin ngajuin pembiayaan datang ke
Customer service setelah itu baru lengkapi persyaratan, jika sudah
lengkap persyaratannya ya ditindak lanjuti ke admin pembiayaan,
dari admin baru ke komite trus manager marketing terus ke direktur.
Abis itu serahin ke marketing AO untuk dapetin SP3 atau surat
persetujuan pembiayaan lalu ke admin lagi untuk diproses pengajuan
pembiayaannya.
6. Ada berapa macam pembiayaan multijasa di BPRS CM? apakah
skema akad yang dilakukan di tiap pembiayaan multijasa sama?
Jawab:
7. Pembiayaan multijasa menggunakan akad apa?
Jawab: pembiayaan multijasa di Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Cilegon Mandiri menggunakan akad piutang multijasa.
8. Sejauh ini dalam proses pembiayaan multijasa ada masalahkah? Jika
ada, bagaimana cara menangani permasalahan di pembiayaan
multijasa?
Jawab: Ada. Ketika proses pencairan sudah terjadi biasanya nasabah
tidak memberikan invoice bukti pembayaran untuk pembiayaan yang
diajukan.
9. Apa perbedaan pembiayaan syariah dan pembiayaan konvensional?
Jawab: Adakah kendala yang dialami saat sebelum proses pengajuan
pembiayaan multijasa?
Jawab: Pembiayaan syariah ngga ada riba ya adanya bagi hasil, klo
pembiayaan konven itu ada riba, akadnya ga jelas lagi
10. Bagaimana proses penyelesaian masalah apabila terdapat nasabah
yang terlambat dalam pembayaran angsuran pembiayaan?
Jawab: ada multijasa pendidikan, multijasa kesehatan sama multijasa
pernikahan aja, sama multijasa umroh juga. skemanya sama seperti
pengajuan pembiayaan ke CS dulu lalu lengkapi syarat-syaratnya
baru jika sudah acc mengikuti prosedur baru dihubungi lagi klo
semua legalitas calon nasabah lengkap. awal kita, kita buka blokiran
pertama nasabah ngangsur diawal
11. Apakah nasabah yang telat bayar terkena denda?
Jawab: Tidak
12. Jika terdapat denda, apakah uang denda tersebut masuk ke dalam
dana sosial atau dana pendapatan bank?
Jawab: Masuk ke dana dana yang basisnya sosial
13. Bagaimana kebijakan untuk nasabah yang telat membayar? Apa sama
kebijakan bagi nasabah yang mampu namun menunda-nunda
pembayaran?
Jawab: dikasih pilihan tetap ngangsur sesuai kesepakatan.
14. Bagaimana prosedur jaminan yang diaplikasikan oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri?
Jawab: jaminannya kalo yang PNS itu pakai slip gaji ya, kalau selain
itu pakai surat jaminan kaya BPKB kendaraan, sertifikat rumah. dll
Cilegon, 1 Juli 2019
Staff Marketing Pembiayaan
Maryatul Mahfudoh
Nama : Hilyati Fijriyah
NIM : 217420267
Judul Tesis : Pelaksanaan Pembiayaan Multijasa Pendidikan Dan
Kesesuaiannya dengan Fatwa DSN-MUI
NO.44/VIII/2004 (Studi kasus Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Cilegon Mandiri di Cilegon-Banten)
Nama : Nina
Jabatan : Staff Marketing Pembiayaan
Usia : 24 tahun
Pendidikan terakhir : S1
Alamat : Serang
No.Telp : 081911273769
Tanggal : 16 Februari 2019
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon
Mandiri (BPRS- CM)
Daftar Pertanyaan
1. Apakah ada produk yang menggunakan akad ijarah? Jika ada, ada
berapa macam produk di BPRS CM yang menggunakan akad ijarah?
Jawab:
2. Apakah Ibu mengetahui mengenai akad ijarah? Jelaskan akad ijarah
tersebut?
Jawab:
3. Apakah ada produk multijasa?
Jawab: Ada ujroh itu imbalan jasa, sama. Ujroh kan imbalan jasa,
imbalan jasa sudah ditentukan dari bank. Sama dengan bunga. Ujroh
berapa. Dilihat dari angsuran: misal 50 juta, berapa tahun 1.400.000,
selama berapa bulan. Kurangi pokok kurangi angsuran. Lihat dari
kesanggupan dia, penghasilan dia, minimalisir kebutuhan dia .
Angsuran 500.000. marketing itu harus menjaga prinsip kehati hatian
nasabah. Semakin panjang jangka waktu makin dikit besar angsuran.
Sebaliknya.
4. Apa yang Ibu ketahui tentang multijasa? Jelaskan multijasa secara
rinci?
Jawab: Ada bunga klo di bank lain, syariah itu sebutannya ujrah
untuk skim pembiayaan multijasa. Murabahah itu margin.
Musyarakah itu bagi hasil. Kalau kriteria nasabah yang mengajukan
pembiayaan multijasa itu: nasabah itu lebih ke mempunyai pinjaman
di bank lain atau leasing itu lancer harus tau sifat si nasabah kan ada
tu di bei checking 1-3 bulan di BPRS terhitung lancar dicek dulu,
diliat juga dari gaji nasabah atau pendapatan nasabah. Kecuali PNS
kana da slip gaji, dilihat juga dari kebutuhan dia sendiri. Klo untuk
biayaan multijasa biasanya nasabah yang datang ke bank kan mereka
yang perlu mereka yang butuh. Dengan membawa persyaratan kaya
KTP, KK, akta nikah, jaminan itu kan bisa kendaraan atau sertifikat.
5. Bagaimana mekanisme pembiayaan multijasa?
Jawab: Mekanisme pembiayaan multijasa: nasabah datang ke CS, kan
Tanya Tanya nasabahnya misal kalau saya mengajukan untuk biaya
kesehatan, misalkan mengajukan 50 juta, angsuran berapa,
persyaratannya apa aja, nanti si nasabah minta formulir terus
persyaratannya dikasih ke CS langsung dikasih ke komite dari komite
langsung turun ke kita sebagai marketing dari marketing baru ke by
checking, sejarah informasi nasabah punya pinjaman kemana saja
dengan by checking aja. By checking itu gimana aja prosesnya: pakai
sistem juga si by checking itu kan keliatan bisa langsung otomatis,
dia punya leasing di bank lain keliatan lancar apa ngga. Kalau
misalkan lancar biasanya pinjamannya 1-3 bulan hitungan lancar.
Gak ada tunggakan, yaudah kita maju untuk memproses si nasabah
itu. Baru disurvey, kebutuhannya berapa dan dilihat dari kesanggupan
dia membayar. Pendapatan nasabah juga dilihat. Nanti itu semua
mempengaruhi untuk angsuran kesitu. Klo misal punya usaha,
biasanya ada catatan pendapatan perhari berapa pengeluaran berapa,
terakhir total berapa.
6. Ada berapa macam pembiayaan multijasa di BPRS CM? apakah
skema akad yang dilakukan di tiap pembiayaan multijasa sama?
Jawab:
7. Pembiayaan multijasa menggunakan akad apa?
Jawab: ada. Produk yang menggunakan akad ijarah itu banyak
kaitannya sama multijasa.
8. Sejauh ini dalam proses pembiayaan multijasa ada masalahkah? Jika
ada, bagaimana cara menangani permasalahan di pembiayaan
multijasa?
Jawab: Kendala di pembiayaan multijasa: sebelumnya, ga ada
kendala. Biasanya namanya orang butuh, ada kendala pun diusahakan
biar dapat pembiayaan. ada kendala setelah angsuranya. Misal maaf
bu, saya belum bisa bayar kalau nanti aja gimana. penangannnya
kolektibilitas itu lancar, pembayaran 1-3 bulan itu masih sebutnya
lancar. Kita diantisipasi di satu bulan, entar dipotong pada saat satu
kali angsuran. Pas pencairan itu, 1x angsuran itu kita blokir. Misal
pinjamannya 10 juta, angsuran 500rb, kita blokir satu kali angsuran
500rb. Nah pada saat dia ga bisa bayar, kita buka blokirannya itu, jadi
dia bisa bayar kan yang tadinya dia ga bisa bayar, nanti klo dia bisa
bayar lagi baru dia bayar 2x angsuran karna bulan kemarin ga bisa
bayar. Tetap double bayarnya jadi 1 juta. Kalau misal dia mampu.
Kalau dia ga mampu yaudah gapapa dia ngangsur seperti biasa. 1x
angsuran jadi bayarnya.
9. Sejauh ini dalam proses pembiayaan multijasa ada masalahkah? Jika
ada, bagaimana cara menangani permasalahan di pembiayaan
multijasa?
Jawab: cara menangani nasabah yang bermasalah, tergantung pada
masalahnya apa. Kalau masalahnya terkait tempo pembayaran hanya
dikomunikasikan terlebih dahulu ke nasabah. Ada nomor telfon ya
dihubungi dulu infoin tempo pembayaran.
Paling ada. Ketika proses pencairan sudah terjadi biasanya nasabah
tidak memberikan invoice bukti pembayaran untuk pembiayaan yang
diajukan. Nasabah kadang lupa.
10. Apa perbedaan pembiayaan syariah dan pembiayaan konvensional?
Jawab: Adakah kendala yang dialami saat sebelum proses pengajuan
pembiayaan multijasa?
Jawab: Pembiayaan syariah adanya bagi hasil, klo pembiayaan
konvensional itu ada bunga, akadnya gak ada, jadi gak jelas. Maka itu
pembiayaan syariah menghindari ketidakjelasan, bunga yang
termasuk riba.
11. Bagaimana proses penyelesaian masalah apabila terdapat nasabah
yang terlambat dalam pembayaran angsuran pembiayaan?
Jawab: mekanismenya sama seperti pengajuan pembiayaan ke CS
dulu lalu lengkapi syarat-syaratnya baru jika sudah acc mengikuti
prosedur baru dihubungi lagi klo semua legalitas calon nasabah
lengkap. Kalau ada nasabah yang telat bayar biasanya kami buka
blokiran pertama nasabah ngangsur diawal.
12. Apakah nasabah yang telat bayar terkena denda?
Jawab: Tidak
13. Jika terdapat denda, apakah uang denda tersebut masuk ke dalam
dana sosial atau dana pendapatan bank?
Jawab: denda masuk ke dana sosial ya.
14. Bagaimana kebijakan untuk nasabah yang telat membayar? Apa sama
kebijakan bagi nasabah yang mampu namun menunda-nunda
pembayaran?
Jawab: dikasih pilihan tetap ngangsur sesuai kesepakatan.
Pembiayaan Lancar itu 1-3 bulan dengan pakai jaminan, dilihat juga
kebutuhan dan kesanggupan dia membayar. Diusahakan agar nasabah
lancar itu misal jatuh tempo tanggal 08 lalu sebelum tanggal 08,
tanggal 5 nya sudah kita telfon untuk memberikan info tempo
pembayaran.
15. Bagaimana prosedur jaminan yang diaplikasikan oleh Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Cilegon Mandiri?
Jawab: jenis jaminan berupa sertifikat tanah, sertifikat rumah, BPKB
kendaraan, itu semua yang nonPNS ya. Kalau yang PNS itu hanya
menyerahkan slip gaji saja. Kalau PNS ada kebutuhan yang lain.
Trus bisa nanti bayarnya, atau double.
Cilegon, 01 Juli 2019
Staff Marketing
Nina
Jawaban kesimpulan dari wawancara:
Pendapatan dilihat dari warung atau wirausaha itu ada catatan pendapatn
pehari dan pengeluaran berapa. Multijasa itu diperuntukkan bagi siapa saja
yang membutuhkan pembiayaan.
Sertifikat Hak milik. Ada BPKB, Kantor kas di serang 1 di cilegon 3. Bprs
punya BUMD cilegon. PT. kendala sebelum, kan biasanya nasabah butuh itu
diusahakan Setelah pembayaran angsuran itu, bayarnya itu ada maslaah
misal wirausaha usahanya menurun. PNS uang nya untuk hal lain. 1-3 bulan
disebut lancar. 1x angsuran. Jika da masalah, minta data lagi ke nasabah
kaya. Klo pNS ada slip gaji, seharsnya ada tampilakan juga rekening Koran,
kita juga harus nanya juga. 14% dari pinjaman pokok. Sampaai 18%
10.0000x 18% Diusahakan agar lancar nasabahanya: klo jatuh tempo tanggal
8 maka tgl 5 sudah komunikasi, jika belum bayar juga kita datangi ke
rumahnya.
Disni ada restrukturisasi atau ada penambahan jangka waktu, misal dia atau
si nasabah sanggupnya berapa. Seperti biasnaya dia bisa ngangsur 500 ribu
terus sekarang bisanya Cuma 200 rb, jadi di rubah lagi jangka waktunya,
yang penting nasabah lancar.
akad sewa menyewa jasa
ada. Multijasa buat pernikahan, multijasa buat pendidikan, multijasa buat
umroh.
biasanya multijasa itu pembiayaan untuk pendidikan, multijasa kesehatan,
dan ibadah umroh
Kalau di BPRS Cilegon Mandiri harusnya kan akad multijasa ya harusnya
ijarah, lalu pakai akadnya multijasa. Karena konsumen banyak menggunakan
biaya pendidikan lalu ada produk namanya multijasa dengan akad multijasa
skim pembiayaan ada multijasa itu ujroh, murabahah itu margin, musyarakah
itu bagi hasil. Kalau akad qardh itu tanpa ada imbalan jasa. Kalau multijasa
ada imbalan jasanya, istilah di bank konvensional itu bunga.
1-3 bulan by checking lancar ya nasabah itu lancer. Lihat juga dari nasabah,
lihat kebutuhan nasabah. Kalau multijasa itu nasabah yang datang ke bank
dengan membawa persyaratan-perayaratan pengajuan pembiayaan
pendidikan.
Lebih banyak yang menggunakan multijasa pendidikan.
Mekanisme nya: datang ke CS dengan membawa persyaratan kasih ke CS
langsung ke komite lalu ke marketing, trus ke by checking
Biasanya multijasa untuk kesehatan, pendidikan, umroh, dominan yang
menggunakan produk multijsa itu ya pendidikan. Akadnya multijasa.
Ada ujroh: imbalan jasa, biasanya disini dikenakan imbalan jasanya sudah
ditentukan dari kita. Imbalan jasa.
Kita langsung kasih ke angsurannya aja, disitu sudah termasuk ujrohnya.
Dia ngeliat juga dari kesanggupan dia berapa, penghasilan dia berapa, kalau
kita memaksakan kebutuhan sama keinginannya dia ya, paling
kesanggupannya segitu sesuai kebutuhan. Jadi di marketing itu harus
menjaga prinsip ke hati-hatian.
Semakin panjang jangka waktu, semakin sedikit atau kecil juga angsurannya.
Kalau jangka waktunya pendek ya jumlah angsurannya semakin besar. Tetap
dilihat juga kesanggupannya. Sertifikat itu bpkb motor atau mobil harusnya
2014, klo mobil 20. Akta hibah SHGB.
Kalau ada ketidak sesuaian tentang berkas yang diberikan misal gaji yang ga
sesuai di catatan yang dikasih, lalu minta bukti lagi ke nasabah, trus minta
rekening koranya. Kan sekarang gaji itu sudah masuk rekening. Seperti ini
kan gajinya 5 jutaan, kalau untuk guru ada transport juga. Seharusnya
dilampirkan juga rekening Koran biasanya gitu. Kita marketing harus Tanya
juga wajib ditanya. Kalau untuk yang berpenghasilannya.
Ujrohnya dari 14-18%, minimal 14% pertahun dari pinjaman pokok. Misal
10 juta x 14 . tapi kita ga main di 14 % karna itu untuk nasabah lancar.
Rata-rata di 18% itu sudah maksimal banget.
Biasanya ada restrukturisasi, atau penambahan jangka waktu, dnegan
angsuran kesanggupan nasabah. Misal tadinya angsuran 500rb, karna kita
udah sanggup lagi ngangsur 500rb udah gtu banyak tunggakan juga untuk
bulan ini dan seterusnya juga 200rb nanti restruk, angsuran kesanggupan nsb
200rb yang penting lancar. Sampai selesainya. Misal jangka waktu tinggal
10 bulan lagi, misal sisa pokok berapa, sisa ujroh berapa. Daripada macet
mending dia diperkecil jumlah angsuran lalu perpanjang waktu ngangsur.
Khusus untuk penagihan itu remedial. Tugas marketing ya surveynya, ya
nagihnya, proses pencairannya, tidak hanya mencairkan ya sambil
memanage si nasabah juga sampai lunas. Gimana setelah mencairkan itu
usahakan sampai lunas. Selain bikin analisa.survey, analisa, penagihan juga.
Klo di bank lain itu dibagi bagi.
Aktivitas di marketing pembiayaan: memproses pembiayaan, awal tu dari by
cheking: untuk melihat sejarah transaksi nasabah melihat leasing pinjaman
nasabah: dari sini kita liat karakter nasabah seperti apa, survey wawancara,
analisa itu dari wawancara, penagihan. Cuma 4, tapi untuk dijalanin itu
lumayan. Tapi klo nasabah multijasa pendidikan ga perlu ke rumahnya. Kan
ngisi formulir itu: gajinya berapa kerja apa tulis kebutuhan dia berapa,
sambil kita liat, klo ga sesuai ya yang dia tulis dan dia omongin. Gimana
karakter bisa tau.
Klo untuk biaya pendidikan, kuliah dimana, sekolah dimana, SPP nya,
kebutuhan masuknya berapa, termasuk atribut sekolahnya juga. Misal
jaminannya mobil.
Penagihan itu caranya dengan
Diusahakan agar nasabah lancar itu misal jatuh tempo tanggal 08 lalu
sebelum tanggal 08, tanggal 5 nya sudah kita tefon, misal akhir bulan belum
bayar ya kita datangi rumahnya.
Kalau PNS ada kebutuhan yang lain. Trus bisa nanti bayarnya, atau double.
Cilegon, 01 Juli 2019
Staff Marketing
Nina
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Dokumentasi
Foto setelah selesai wawancara dengan Bapak Ahsan sebagai Accounting
dan Pelaporan
Foto setelah selesai wawancara dengan Ibu Maryatul Mahfudoh sebagai Staff
Marketing
Foto sedang wawancara dengan Ibu Nina sebagai Staff Marketing
Foto setelah selesai wawancara dengan Ibu Yati Handriyani sebagai Admin
Pembiayaan