persetujuan pembimbing - repository.iiq.ac.id

47
i PERSETUJUAN PEMBIMBING Tesis dengan judul "Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia:: Problematika dan Solusinya" yang disusun oleh Jamili dengan Nomor Induk Mahasiswa 211610108 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di sidang munaqasyah. Pembimbing I, Prof. Dr. KH. Said Agil Husein al-Munawwar, MA Tanggal: 15 Agustus 2015 Pembimbing II, Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA Tanggal: 14 Agustus 2015

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul "Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia::

Problematika dan Solusinya" yang disusun oleh Jamili dengan Nomor Induk

Mahasiswa 211610108 telah melalui proses bimbingan dengan baik dan

dinilai oleh pembimbing telah memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di

sidang munaqasyah.

Pembimbing I,

Prof. Dr. KH. Said Agil Husein al-Munawwar, MA

Tanggal: 15 Agustus 2015

Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Fathurrahman Djamil, MA

Tanggal: 14 Agustus 2015

Page 2: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis dengan judul "Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia::

Problematika dan Solusinya" yang ditulis oleh Jamili dengan Nomor Induk

Mahasiswa 211610108 telah diujikan di sidang munaqasyah pada Sabtu

tanggal 22 Agustus 2015 dan dinyatakan LULUS dengan yudisium/predikat

Amat Baik. Tesis ini telah disahkan sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Magister Agama (MA) pada program pasca sarjana program Magister

Studi Islam Konsentrasi Syariah.

Direktur Program

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA

Panitia Ujian

Keterangan Tanda Tangan Tanggal

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ___________ _______

Ketua Sidang

Dr. Ahmad Fudhaili, MA ___________ _______

Sekretaris

Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA ___________ _______

Penguji I

Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA ___________ _______

Penguji II

Prof. Dr. KH. Said Agil Hussein al-Munawwar, MA ___________ _______

Pembimbing I

Prof. Dr. Fathurrohman Djamil, MA ___________ _______

Pembimbing II

Page 3: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

iii

PERNYATAAN PENULIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jamili

NIM : 211610108

Tempat/ Tanggal Lahir : Pacitan, 02 Mei 1981

Menyatakan bahwa tesis dengan judul "Penentuan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia: Problematika dan Solusinya" adalah benar-benar asli karya saya

kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di

dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta, 19 Agustus 2015 M

04 Zulqa'dah 1436 H

Jamili

Page 4: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

iv

KATA PENGANTAR

Alẖamdulillâh, ungkapan syukur yang mendalam penulis haturkan

kepada Dzat Yang Maha Pemberi segala rahmat, taufiq, hidayah dan Inayah

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Ungkapan syukur

itu lebih mendalam lagi karena dalam menyelesaikan studi pasca sarjana ini

penuh dengan liku – liku perjuangan karena harus berbagi dengan kegiatan

pesantren yang padat. Penulis masih teringat bahwa pada awal-awal semester

penulis sering tidur di jalan dalam perjalanan Jakarta –Ciputat dan Ciputat-

DQ karena kelelahan dan menahan kantuk yang sangat. Begitu juga alotnya

perjuangan untuk menyelesaikan penulisan tesis ini disebabkan penulis tidak

mungkin untuk mengambil cuti dari kegiatan di luar kuliah untuk fokus

menyelesaikan tesis.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan

bantuan, motivasi, dan doa dari banyak pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung, moril maupun materil, perorangan maupun lembaga. Untuk

itu dalam kesempatan ini penulis haturkan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA selaku Rektor Institut Ilmu

Al-Quran (IIQ) Jakarta sekaligus sebagai penguji I dalam ujian

munaqasyah tesis ini,

2. Dr. KH. Ahmad Munif Suratmaputra, MA selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta sekaligus

pimpinan sidang munaqasyah serta Penguji II,

3. Prof. Dr. KH. Said Agil Hussein al-Munawwar, MA dan Prof. Dr.

H. Fathurrahman Djamil, MA sebagai anggota penguji sekaligus

sebagai Pembimbing I dan II atas segala bimbingan, arahan dan

motivasinya kepada penulis sehingga penulisan tesis ini dapat

terselesaikan.

4. Segenap asatidz, tim dewan penguji ujian munaqasyah tesis ini,

5. Dosen pasca sarjana IIQ khususnya yang telah mentransfer ilmunya

kepada penulis selama penulis menimba ilmu di program pasca

sarjana IIQ Jakarta.

6. Segenap civitas akademika IIQ Jakarta yang selalu memberikan

motivasi dan informasi-informasi berharga kepada penulis selama

masa studi di IIQ.

7. Yayasan Islah Bina Umat melalui Ma'had Ali an-Nu'aimy yang telah

memberikan beasiswa studi S-2 kepada penulis sehingga bisa

menyelesaikan studi pasca sarjana di IIQ Jakarta.

Page 5: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

v

8. Ayahanda Imam Muhadi dan Ibunda Sukatmi yang begitu gigih

memperjuangkan putra-putranya melanjutkan sekolah hingga

pendidikan tinggi. Jasa-jasamu akan selalu terkenang sepanjang

masa. Begitu juga mertua ayahanda H. Djamaluddin Hasan

(almarhum) dan Mama Hj. Zuhroh atas segala bantuan, motivasi dan

doa-doanya. Semoga dengan bertambahnya ilmu menjadikan ananda

semakin berbakti kepada orang tua,

9. Istriku tersayang Hj. Robiatul Adawiyah, M.Si, al-Ḫâfizhah yang

sudah banyak berbagi ilmu, pengalaman, motivasi dan materi sejak

mengarungi bahtera rumah tangga bersama hingga dalam

penyelesaian tesis ini.

10. Buat Ananda Akifa (2,5 tahun), Ukasyah (5 bulan) semoga menjadi

anak yang sholih, berbakti kepada orang tua dan keberadaanya

menjadi rahmatan li al-'âlamîn.

11. Keluarga besar Pacitan, Mas Muji sekeluarga, Mas Arif sekeluarga,

Mas Is sekeluarga dan keluarga besar Mama Jakarta atas bantuan,

motivasi dan doa-doanya semoga Allah selalu memudahkan segala

urusannya,

12. Para Asatidz Pesantren Terpadu Darul Qur'an Mulia Serpong yang

telah banyak berbagi tugas dengan penulis selama penulisan tesis ini

sehingga akhirnya bisa terselesaikan di sela-sela kegiatan pesantren

yang padat. Tidak lupa kami haturkan terima kasih yang sedalam-

dalamnya kepada Al-Ustadz KH. Abdul Hasib Hasan, Lc atas segala

nasehat-nasehat dan doa-doanya yang memberikan spirit kepada

penulis.

13. Kepada semua pihak yang telah berjasa membantu penyelesaian

tesis ini yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu-persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat kepada

semua masyarakat dan khusunya bagi penulis sendiri. Penulis menerima

kritik dan saran atas karya sederhana ini.

Jakarta, 19 November 2015 M

07 Safar 1437 H

Ttd

Penulis

Page 6: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

vi

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii

PERNYATAAN PENULIS ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................. ix

ABSTRAK .................................................................................................. xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah .............. 9

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 10

D. Metode Penelitian ................................................................ 11

E. Tinjauan Pustaka .................................................................. 12

F. Sistematika Pembahasan ...................................................... 16

BAB II : PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH DALAM

KAJIAN FIKIH DAN PRAKTEKNYA DI INDONESIA

A. Tinjauan Fikih Tentang Penentuan Awal Bulan

Kamariah ........................................................................... 18

1. Penentuan Waktu Puasa Ramadhan dan hari raya Idul

Fitri ................................................................................ 18

2. Penentuan Awal Bulan Zulẖijjah .................................. 21

B. Penanggalan Kamariah dan Sejarah Penentuannya ........... 22

1. Penanggalan Kamariah ................................................. 22

2. Sejarah Penentuan Awal Bulan Kamariah .................... 25

C. Metodologi Penentuan Awal Bulan Kamariah .................. 33

1. Mazhab Rukyat ............................................................. 33

2. Mazhab Hisab ............................................................... 35

D. Sejarah dan Tujuan dibentuknya Badan Hisab Rukyat

Departemen Agama ........................................................... 39

1. Pembentukan Badan Hisab dan Rukyat ........................ 40

2. Perkembangan Badan Hisab dan Rukyat ...................... 41

E. Sistem Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia

dan Perhitungannya ........................................................... 44

1. Sistem Penetuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia .. 44

2. Perhitungan Awal Bulan Kamariah.. ............................... 47

Page 7: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

vii

BAB III: PERBEDAAN PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH:

PENYEBAB DAN DAMPAKNYA DI INDONESIA A. Perbedaan Penentuan Awal Bulan Kamariah .................... 55

1. Perbedaan Pendapat Para ulama Tentang Ḫujjiyah

Hisab Sebagai Metode Penentuan Awal Bulan

Kamariah ....................................................................... 59

2. Perbedaan Pendapat Para Ulama' Tentang Mathla' ...... 73

3. Perbedaan Pendapat Para Ulama' Tentang Saksi

dalam Ru'yat al-Hilâl .................................................... 78

4. Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Hukum

Ru'yat al-Hilâl dengan Teknologi ................................. 83

5. Perbedaan Pendapat Para Ilmuwan Tetang Imkân ar-

Ru'yat atau Visibilitas Hilal .......................................... 87

6. Perbedaan Penetapan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia Dahulu dan yang Akan Datang .................... 98

B. Dampak Sosial Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah ........................................................................... 100

1. Dampak Sosial Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah di Banyuwangi- Jawa Timur ........................ 101

2. Dampak Sosial Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah di Semarang – Jawa Tengah ......................... 103

3. Dampak Sosial Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah di Sleman – Yogyakarta ............................... 105

4. Dampak Sosial Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah di Tanggamus - Bandar Lampung ................ 107

BAB IV: UNIFIKASI PENETAPAN AWAL BULAN KAMARIAH DI

INDONESIA

A. Strategi Unifikasi Penetapan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia ............................................................................ 109

1. Pendekatan Konsensus .................................................. 109

2. Pendekatan Otoritas ...................................................... 111

B. Pemerintah dan Ulil Amri .................................................. 113

1. Makna Ulil Amri dalam Al-Qur'an ............................... 113

2. Ulil Amri dalam Pandangan Fiqh Siyâsah .................... 117

3. Kewajiban Taat Terhadap Ulil Amri ............................ 122

C. Otoritas Pemeritah dalam Penetapan Awal Bulan

Kamariah ........................................................................... 126

1. Kedudukan Pemerintah dan Kementerian Agama ........ 127

2. Ruang Lingkup Kewenangan Pemerintah .................... 128

3. Mekanisme Penetapan Awal Bulan Kamariah di

Indonesia ....................................................................... 129

Page 8: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

viii

4. Keputusan Pemerintah dan Kemaslahatan .................... 131

5. Hukum Menaati Keputusan Pemerintah Dalam

Penetapan Awal Bulan Kamariah di Indonesia ............ 132

6. Langkah-Langkah Menuju Unifikasi Penetapan

Awal Bulan Kamariah di Indonesia .............................. 145

BAB V: PENUTUP .................................................................................. 151

A. Kesimpulan .......................................................................... 152

B. Saran-Saran .......................................................................... 162

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 154

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... 164

Page 9: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

ix

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

1. Konsonan

No Huruf Arab Nama No Huruf Arab Nama

th : ط a 16 : أ 1

zh : ظ b 17 : ة 2

' : ع t 18 : ث 3

gh : غ ts 19 : ث 4

f : ف j 20 : ج 5

q : ق ẖ 21 : ح 6

k : ك kh 22 : خ 7

l : ل d 23 : د 8

m : و dz 24: ذ 9

n : ن r 25 : ز 10

w : و z 26 : ش 11

h : ي s 27 : س 12

' : ء sy 28 : ش 13

y : ي sh 29: ص 14

dh: ض 15

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fatẖah : a أ : â ْي ..َ. :ai

Kasrah : i ي : î ْو ..َ. :au

Dhammah : u و : û

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariah.

Page 10: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

x

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) qamariyah

ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Baqarah : انبقسة

al-Madînah : انمديىت

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (ال) syamsiyah

ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan

sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

مانسج : ar-rajul

as-Sayyidah : انسيدة

as-Syams : انشمس

ad-Dârimî : اندازمي

c. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambing ()ّ,

sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu

dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini

berlaku secara umum, nbaik tasydid yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

Âmannâ billâhi : آمَىَب بِبلله

Âmana as-Sufahâu : آمَهَ انسُفَهَبءُ

Inna al-ladzîna : إِنَ انَرِيْهَ

Wa ar-rukka'i : وانُسكَّعِ

d. Ta Marbûthah (ة)

Ta Marbûthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau dikuti oleh kata

sifat (na'at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf "h".

Contoh:

al-Af'idah : الأفئدة

al-Jâmi'ah al-Islâmiyyah : انجبمعت الإسلاميت

Sedangkan ta marbûthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-

washal) dengan kata benda (ism), maka dialihaksarakan menjadi

huruf "t". Contoh:

Âmilatun Nâshibah : عبمهت وبصبت

al-Âyat al-Kubrâ : الآيت انكبسى

Page 11: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

xi

SISTEM PENENTUAN

AWAL BULAN KAMARIAH DI INDONESIA

(Problematika dan Solusinya)

Abstrak

Masalah perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan

Zulhijjah di Indonesia merupakan masalah yang klasik tetapi tetap aktual dan

menjadi permasalahan besar di masyarakat. Perbedaan penetapannya

menimbulkan keresahan, mengganggu kekhusyu'an ibadah dan ukhuwwah.

Keresahan tersebut meliputi kebingungan masyarakat, saling menggunjing

antar tetangga, perdebatan yang memanas antara anggota keluarga dan

masyarakat, hingga pada konflik sosial dan bentrokan fisik.

Sebetulnya Menteri Agama sebagai representasi pemerintah telah

menyelenggarakan sidang isbat yang melibatkan unsur pemerintah (umarâ'),

ulama, para ahli dan ormas untuk menetapkan awal bulan-bulan tersebut.

Namun demikian, tidak semua ormas mematuhi hasil sidang isbat tersebut.

Pemerintah tidak tegas menindak ormas islam yang menyelisihi ketetapan

pemerintah. Akhirnya, problematika penentuan awal bulan tersebut menjadi

berlarut-larut dan belum kunjung mendapatkan solusi.

Dalam penelitian ini, penulis mengkaji: (1) Sistem penentuan awal bulan

Kamariah di Indonesia, (2) Apa dan bagaimana problematikanya, (3)

Bagaimana relevansi penyatuan awal bulan Kamariah untuk menjawab

problematika tersebut lalu bagaimana strateginya? Pendekatan penelitian ini

adalah kualitatif. Analisis datanya bersifat induktif dengan terlebih dahulu

mengungkap fakta-fakta tentang sistem penetapan awal bulan Kamariah di

Indonesia, faktor-faktor penyebab perbedaan dan dampaknya.

Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa penyeragaman penetapan awal

bulan Kamariah di Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Upaya

penyeragamannya tidak cukup dengan pendekatan konsensus (kesepakatan)

sebagaimana yang dilakukan Pemerintah selama ini, melainkan harus

ditindaklanjuti dengan pendekatan otoritas yakni dengan menerbitkan

undang-undang yang mengikat semua pihak. Pemerintah adalah ulil amri

yang berwenang penuh menetapkan awal bulan Kamariah yang dilakukan

secara obyektif dan ilmiah. Penetapan awal bulan Kamariah temasuk dalam

kategori fikih ijtimâ'î sehingga harus diatur pemerintah supaya tidak terjadi

kekacauan. Pemerintah harus menindak tegas ormas yang tidak mematuhi

ketetapan pemerintah.

Penulis sependapat dengan pemikiran beberapa tokoh seperti Ibrahim

Hosein dan Mahyuddin Nawawi yang menyatakan wajibnya mematuhi

ketetapan pemerintah. Pendekatan otoritas diperlukan untuk mewujudkan

kesatuan penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia.

Page 12: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah penentuan awal bulan Kamariah yang berkaitan dengan ibadah

umat Islam yaitu Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah merupakan masalah

klasik yang tetap aktual dan menjadi permasalahan besar di masyarakat.1

Dikatakan klasik karena sejak lama2 permasalahan ini belum juga tuntas

dibahas. Permasalahan ini juga dikatakan menjadi polemik karena para ulama

berselisih pendapat sampai sekarang dan belum menemukan jalan tengah

yang disepakati bersama.3 Demikian juga permasalahan tersebut masih tetap

aktual karena selalu menjadi topik diskusi hangat hampir setiap tahun.

Kemudian dikatakan menjadi masalah besar karena dampak perbedaan

penetapan bulan Kamariah sering menimbulkan keresahan di kalangan umat

Islam yang dapat mengganggu kekhusyu‟an ibadah dan ukhuwwah.4

Keresahan ini mulai dari kebingungan masyarakat karena tidak adanya

kepastian, saling menggunjing antar tetangga, perdebatan-perdebatan yang

memanas antara anggota keluarga dan masyarakat, hingga pada konflik sosial

dan bentrokan fisik.

Hal ini semua menyebabkan para ahli hisab rukyat dan pihak-pihak yang

berkepentingan, secara serius membahasnya dan berupaya dengan sungguh-

sungguh untuk mencari solusi penyeragamannya. Usaha penyatuan sudah

banyak dilakukan dan secara umum sudah menghasilkan banyak kemajuan,

namun harapan akan keseragaman tersebut belum juga terwujud.5 Untuk

skala internasional usaha penyatuan ini telah dimulai oleh Organisasi

Konferensi Islam pada tahun 1966.6 Adapun untuk skala Indonesia usaha

1 Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq (ed.), Hisab Rukyat; Jembatan Menuju Pemersatu

Umat, (Tasikmalaya: Yayasan Asy Syakirin Rajadatu Cineam, 2005), h. v. 2 Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa perbedaan interprestasi mengenai rukyat dan hisab

ini muncul mulai abad ke 3 H (Abû al-Abbâs Taqiyuddîn Aẖmad bin 'Abd as-Salâm bin

Abdullâh bin Taimiyyah, Majmû‟ al-Fatâwâ, juz XXV, (Dâr al-Wafâ: 1426 H), h. 103. 3 Ibnu Taimiyyah, Majmû‟ al-Fatâwâ, h. 103

4 Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq (ed.), Hisab Rukyat; Jembatan Menuju Pemersatu

Umat, h. 49. 5 Wahyu Widiana, “Penentuan Awal Bulan Qamariah dan Permasalahannya di

Indonesia,” dalam Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim, (ed.), Hisab Rukyat dan

Perbedaannya, (Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Beragama

Puslitbang Kehidupan Beragama Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, 2004), h. 12 6 Wahyu Widiana, “Penentuan Awal Bulan Qamariah dan Permasalahannya di

Indonesia” dalam Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim, (ed.), Hisab Rukyat dan

Perbedaannya, h. 12.

Page 13: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

2

tersebut juga sudah dilakukan secara intensif antara lain dengan dibentuknya

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI tahun 1972.7

Dalam penentuan awal bulan Kamariah dikenal ada metode hisab dan

rukyat. Pada praktiknya metode-metode ini sering menghasilkan kesimpulan

yang berbeda-beda. Sebagai contoh adalah penetapan awal Ramadhan 1435

H yang lalu Muhammadiyah dengan metode hisab wujûd al-hilâl-nya

merayakan Idul Fitri pada hari Sabtu, 28 Juni 2014. Adapun Nahdlatul Ulama

(NU), ormas yang memakai metode rukyat dalam menetapkan awal bulan –

memulai puasa Ramadhan bersama pemerintah pada hari Ahad, 29 Juni 2014.

Perbedaan penetapan ini disebabkan karena ketinggian hilal dianggap belum

memenuhi kriteria visibilitas hilal (imkân ar-ru'yat) yaitu 2˚ meskipun sudah

di atas ufuk. Perbedaan juga terjadi pada penetapan Idul Fitri tahun 1432 H

yang lalu. Muhammadiyah merayakan Idul Fitri pada hari Selasa, 30 Agustus

20118 sedangkan Nahdlatul Ulama (NU) menetapkan awal bulan Syawal

bersama pemerintah pada hari Rabu, 31 Agustus 2011.9 Perbedaan sebelum

itu juga terjadi pada penetapan Syawal 1418 H, Zulhijjah 1420 H, Ramadhan

1422 H, Zulhijjah dan Syawal 1423 H, Syawal 1427 H, Syawal 1428,

Zulhijjah 1431 H, Syawal 1432 H10

, dll. Perbedaan penetapan hari-hari besar

Islam tersebut telah mengakar di Indonesia dan terjadi berulang kali sejak

puluhan tahun yang lalu. Perbedaan seperti ini akan terus terulang pada

tahun-tahun mendatang apabila tidak ditemukan solusi pemecahannya.

Pemerintah sudah berusaha mencari solusi perbedaan ini antara lain

dengan membentuk Badan Hisab Rukyat (BHR) Departemen Agama tahun

1972 yang anggotanya terdiri dari unsur-unsur berbagai organisasi

keagamaan, MUI11

, Badan Meteorologi dan Geofisika, Dinas Hidro

Oseanografi, planetarium, IAIN, Pengadilan Agama dan Departemen Agama

pusat. Badan ini bertugas untuk memberikan saran kepada Menteri Agama

dalam penentuan awal-awal bulan Kamariah, terutama bulan-bulan yang ada

kaitannya dengan ibadah. Akan tetapi, harapan akan keseragaman dalam

penetapan awal bulan tersebut belum juga terwujud. Masyarakat muslim

Indonesia melalui ormas-ormas Islam masih belum sepakat tentang metode

penetapan awal bulan Kamariah.

7 Lihat S.K. Menteri Agama No 76 tahun 1972 Tentang Pembentukan Badan Hisab dan

Rukyat Departemen Agama. 8 Http: //Nasional.Kompas.com, Muhammadiyah Rayakan Lebaran 30 Agustus 2011,

diakses pada tanggal 25 November 2011. 9 Http://www.voanews.com/indonesian/news/Indonesia Rayakan Idul Fitri 1432 H

pada hari Rabu, diakses tanggal 25 November 2011. 10

Mutoha Arkanuddin, 23 Tahun Keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan

Ramadhân, Syawal dan Zulhijah di Indonesia, http://rukyatulhilal.org/artikel/23-tahun-isbat-

indonesia diunduh tanggal 19 April 2013. 11

Dalam struktur komisi fatwa MUI sudah meliputi unsur-unsur ormas keagamaan

seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dll.

Page 14: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

3

Secara metode, upaya yang dilakukan pemerintah dalam

mengkompromikan hisab dengan rukyat adalah dengan menetapkan kriteria

imkân ar-ru'yat. Dalam kriteria ini, hasil ru'yat al-hilâl bisa ditolak apabila

tidak memenuhi standar kriteria imkân ar-ru'yat.12

Penolakan hasil rukyat

dengan alasan astronomi ini turut menjadi salah satu problem karena di

dalam hadits secara tegas disebutkan bahwa:

“Sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: „Berpuasalah karena

melihatnya (hilal) dan berbukalah kerena melihatnya. Beribadahlah

karena melihat hilal itu, jika (penglihatan kalian) tertutup mendung

maka sempurnakanlah bulan Syawal itu menjadi 30 hari. Jika ada dua

orang saksi menyaksikan (hilal) itu maka berpuasalah dan berbukalah!”

(H.R. an-Nasâî)

Dalam riwayat yang lain Rasûlullâh menyuruh berpuasa hanya dengan

kesaksian satu orang saja yaitu seorang Arab Badui sebagaimana dalam

hadits berikut:

14

“Musa bin Abdurrahman memberitahukan kepada kami bahwasannya Ia

berkata: Ḫusain telah menceritakan kepada kami dari Zâidah dari Simâk

dari „Ikrimah dari 'Ibnu Abbas r.a. Ia berkata: „Telah datang seorang

badui kepada Nabi Saw. lalu berkata: „Sesungguhnya saya telah melihat

12

Beberapa ulama seperti al-Qalyûbî, Ibnu Qâsim al-Ubbâdî, as-Syarwanî dan as-Subkî

mendukung konsep imkân ar-ru'yat seperti ini. (Wahyu Widiana, "Kriteria Imkanrrukyat

Menurut Kerjasama Negara-Negara MABIMS," dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq,

(ed.) Hisab Rukyat; Jembatan Menuju Pemersatu Umat, h. 117. 13

Abû Abdirrahmân Ahmad Bin Syu‟aib an-Nasâ‟î, as-Sunan al-Kubrâ, (Beirut: Dar

Ihyâ at-Turâts al-Arabî, t.t.), Kitâb as-Shiyâm Bâb Qabûlî Syahâdati ar-Rajuli al-Wâẖidi

„Alâ Hilâli Syahri Ramadhân, h. 366 14

An-Nasâ‟î, as-Sunan al-Kubrâ, h. 365

Page 15: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

4

hilal pada malam itu, lalu Rasulullah Saw. bersabda: „Apakah engkau

bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu hamba

dan rasul-Nya?‟, ia berkata: „ya‟. Rasulullah bersabda: „Ya Bilal,

umumkan kepada orang-orang untuk berpuasa (Ramadhân) besok".

(H.R. an-Nasâî)

Dalam hadits di atas, beliau mencukupkan dengan satu kesaksian saja,

sama sekali tidak meminta tambahan kesaksian lagi.

Terkait batas imkân ar-ru'yat 2 derajat sebagaimana yang menjadi

rujukan Pemerintah sebetulnya juga masih dipertanyakan akurasinya oleh

para ahli hisab atau astronom.15

Dalam kitab Sullam al-Nâyirain dijelaskan

bahwa batas minimal ketinggian hilal yang dapat dilihat adalah 9 derajat, 7

derajat, 6 derajat, selanjutnya dikatakan tidak ada ketentuan pasti.16

Muktamar penyatuan kalender Hijriah internasional di Turki tahun 1978

merumuskan bahwa awal bulan sudah masuk apabila tinggi hilal sekurang-

kurangnya 5 derajat di atas ufuk dan jaraknya dari matahari sekurang-

kurangnya 8 derajat.17

Lain lagi dengan pendapat astronom asal Prancis,

Andre Louis Danjon yang menyebutkan bahwa ketinggian hilal minimal 7°

adalah batas minimal hilal bisa dirukyat. Kriteria ini kemudian terkenal

dengan „Kriteria Limit Danjon‟.18

Dari beberapa kriteria ini mengundang pertanyaan besar, apakah limit

imkân ar-ru'yat 2° yang ditetapkan pemerintah bisa dipertanggungjawabkan

secara ilmiah atau tidak? Perlu diketahui bahwa kriteria itu dihasilkan dari

klaim keberhasilan ru'yat al-hilâl di Indonesia. Padahal kita dapati banyak

klaim keberhasilan ru'yat al-hilâl ketika ketinggian hilal masih di bawah 2°

menurut perhitungan astronomi19

. Lalu sebetulnya masihkah relevan batas

imkân ar-ru'yat 2° itu?

Dalam konteks Indonesia, penentuan awal bulan dengan konsep wujûd

al-hilâl juga turut menjadi penyebab perbedaan penetapan awal bulan

15

Wahyu Widiana, "Kriteria Imkanrrukyat Menurut Kerjasama Negara-Negara

MABIMS," dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.) Hisab Rukyat; Jembatan Menuju

Pemersatu Umat, h. 122 16

Muhammad Mansûr bin 'Abdul Hamîd, Sullam an-Nayyirain; Risalah 1 Madrasah al-

Khoiriyyah al-Manshûriyyah, (Jakarta, Tanpa Tahun), h. 8. 17

Wahyu Widiana, "Kebijaksanaan Pemerintah Indonesia dalam Menyikapi

Permasalahan Hisab Rukyat di Tingkat Nasional dan Internasional dalam Hisab Rukyat",

dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.) Jembatan Menuju Pemersatu Umat, h. 31. 18

Sultan, A.H. The Observatory:First Visibility Of The Lunar Crescent: Beyond

Danjon‟s Limit, Ed. 127, No 1, (Yemen: Physics Department, Sana‟a University, 2007), h. 2 19

Para ahli astronomi di Indonesia dan Malaysia banyak yang mengkritik keras

terhadap kriteria tinggi hilal 2 derajat tersebut, dan dianggap melecehkan ilmu pengetahuan.

Lihat Wahyu Widiana, "Kriteria Imkanrrukyat Menurut Kerjasama Negara-Negara

MABIMS," dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.) Hisab Rukyat; Jembatan Menuju

Pemersatu Umat, h. 122)

Page 16: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

5

Kamariah. Hal itu terjadi apabila posisi bulan sudah positif di atas ufuk,

tetapi ketinggiannya masih di bawah batas visibilitas hilal atau batas

kemungkinan hilal bisa diamati. Dalam posisi ini dapat dipastikan terjadi

perbedaan. Perbedaan ini misalnya terjadi pada Ramadhan 1433 H/2012 M

kemarin. Pada saat Maghrib 29 Sya'ban 1433 H/19 Juli 2012 M, tinggi bulan

1 13' (markas hisab Yogyakarta). Dengan ketinggian ini belum mencapai

kriteria imkân ar-ru'yat 2 meskipun sudah positif. Begitu juga terjadi pada

Ramadhan 1434 H, Ramadhan dan Syawal 1435 H. Dengan kriteria ini

dipastikan akan berbeda juga mengawali Zulhijjah 1436 H nanti. Yang

kemudian patut dipertanyakan adalah apakah boleh menetapkan awal

Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah menggunakan kriteria wujûd al-hilâl bukan

rukyat al-hilâl sebagaimana yang secara jelas disebutkan dalam hadits?

Tentang penggunaan hisab sebagai metode penetapan awal bulan

mereka berargumen dengan dalil-dalil syar‟i yang sifatnya umum20

yaitu

antara lain dengan menafsirkan lafadz 'syahida' dalam Q.S. Al-Baqarah ayat

185 dengan syahida bi ar-ra‟yi (melihat dengan ilmu pengetahuan). Mereka

juga menggunakan lafadz faqdurû lahû dalam hadits tentang kaifiyyah

penetapan awal bulan Syawal dan Ramadhan sebagai justifikasi kebolehan

penggunaan hisab . Hadits yang dimaksud adalah sebagai berikut:

21

“Abdullâh bin Maslamah menceritakan kepada kami, Mâlik menceritakan

kepada kami dari Nâfi‟ dari Abdullâh bin Umar r.a. bahwa Rasulullâh SAW

menyebut Ramadhân lalu berkata: „Jika kalian melihatnya (hilal) maka

berpuasalah (Ramadhân), dan jika kalian melihatnya (lagi) maka berbukalah

(akhiri puasa Ramadhân), lalu apabila hilal tertutup mendung maka

perkirakanlah” (H.R. al-Bukhârî).

Secara logika - masih menurut mereka- pergantian bulan pada

hakekatnya dimulai pada saat ijtimâ‟. Pasca ijtimâ‟ tersebut sebenarnya hilal

sudah wujûd meskipun belum kelihatan oleh mata telanjang. Secara spesifik

mengenai hisab wujûd al-hilâl mereka berdalil dengan ayat Al-Qur‟an surat

Yâsîn ayat 39-40 sebagai berikut:

20

Majelis Tarjih Muhammadiyah, "Penggunaan Hisab dalam Penetapan Bulan Baru

Kamariah", dalam Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim, (ed.), Hisab Rukyat dan

Perbedaannya, h. 20-28 21

Al-Imâm al-Ḫâfidz Abî „Abdillâh Muhammad bin Ismâ‟îl al-Bukhârî, Shahîh

Bukhârî, Jilid II, (Beirut: Al-Maktabah al-„Ashriyyah, 1429 H/ 2008 H), Bab Qauli an-Nabî

Idzâ Ra‟aitum al-Hilâl Fashûmû wa Idzâ Ra‟aitumûhu fa Afthirû, h. 567

Page 17: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

6

“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga

(setelah ia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah ia sebagai

bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan

bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing

beredar pada garis edarnya.” (Q.S. Yâsîn [36]: 59-60)

Ayat ini oleh penganut aliran wujûd al-hilâl dimaknai sebagai berikut:

”Awal bulan ditandai dengan wujudnya hilal" saat “matahari mulai mengejar

bulan” dengan terbenam lebih dahulu pada saat “malam menggantikan

siang”.22

Apakah interprestasi ini bisa menjadi dalil terhadap keabsahan teori

wujûd al-hilâl dalam penentuan awal bulan Kamariah? Apakah al-ibratu

biwujûd al-hilâl atau al-„ibratu bi ru'yat al-hilâl?

Namun di sisi lain seiring pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi

maka perhitungan astronomi atau hisab semakin akurat. Bahkan banyak

yang mengatakan bahwa hasil hisab itu qath‟î karena akurasi hasil

perhitungannya sangat tinggi setelah melalui uji coba berkali-kali. Sementara

metode rukyat yang dianggap sudah mapan dalil syar‟inya tidak lepas dari

kekurangan. Kekurangan itu terletak pada besarnya kemungkinan kesalahan

pada praktek ru'yat al-hilâl dengan iklim di Indonesia yang tropis.

Muncul sebuah pandangan untuk menyeragamkan awal bulan Kamariah

di seluruh dunia Islam yaitu dengan metode rukyat global. Ide ini merupakan

salah satu kesimpulan muktamar Penyatuan Kalender Hijriah Internasional

yang disenggarakan di Turki pada tahun 1978. Ide ini juga didukung oleh

organisasi Islam seperti Hizbut Tahrir.23

Rukyat global merupakan sebuah teori yang berangkat dari teori ittifâq

al-mathâli‟.24

Menurut teori ittifâq al-mathâli‟, peristiwa terbit hilal yang

dapat dirukyat dari suatu kawasan bumi tertentu mengikat seluruh kawasan

22

Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Pedoman Hisab

Muhammadiyah, (Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, 2009), h. 78-

82. 23

M. Shiddiq Al-Jawi, "Penentuan Awal Bulan Qamariah: Perspektif Hizbut Tahrir

Indonesia", Makalah disampaikan dalam seminar nasional bertema Penentuan Awal Bulan

Qamariah di Indonesia Merajut Ukhuwah di Tengah Perbedaan, diselenggarakan oleh

Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Kamis - Ahad, 27-30 Nopember 2008, di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tidak diterbitkan (t.d.) 24

Di dalam wacana fikih ada dua teori tentang mathla‟ yaitu teori ittifâq al-mathâli‟

yang dianut oleh mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali, dan teori ikhtilâf al-Mathâli‟ yang

dibangun oleh mazhab Syafi'i. Di Indonesia, MUI melalui fatwanya tahun 1980 lebih

cenderung kepada teori ittifâq al-Mathâli‟ ini.

Page 18: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

7

bumi lainnya di dalam mengawali dan menyudahi puasa Ramadhan.

Dasarnya ialah dzâmir jama‟ pada hadits “shûmû liru'yatihî”. Namun

demikian hadits ini ternyata tidak bisa langsung diamalkan. Tidak saja harus

disandingkan pemahamannya dengan hadits lain25

yang menguatkan teori

ikhtilâf al-mathâli‟ tetapi juga dari sisi aplikasi teknisnya yang dipertanyakan

oleh para astronom.26

Sesungguhnya perbedaan dalam masalah furû‟ adalah suatu kemestian

sesuai dengan tabiat agama (Islam), bahasa, manusia dan alam serta

kehidupan.27

Mencapai konsensus pada persoalan furû‟ itu tidaklah

mungkin.28

Oleh karena itu banyak perbedaan dalam masalah furu‟ yang

lahir mulai ratusan tahun yang lalu, tertulis dalam kitab-kitab turâts dan

sekarang masih menjadi perbedaan yang masih diperselisihkan dan

dipertentangkan.

Dalam sejarah perjalanan penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri di

Indonesia kita temukan berbagai aspek dan titik perbedaan dikalangan ahli.

Perbedaan tersebut tidak hanya akibat penggunaan metode hisab di satu sisi

dan rukyat di sisi yang lain –sebagaimana yang lebih popular dengan

perbedaan Muhammadiyah dan Nahdhatul Ulama- melainkan juga

perbedaan di internal hisab dan rukyat sendiri. Titik-titik perbedaan itu

jumlahnya bisa meliputi puluhan yang merupakan permasalahan

ijtihâdiyyah.29

Menyatukan pendapat dalam permasalahan ijtihâdiyyah adalah sangat

sulit kalau bahkan tidak disebut mustahil. Begitu juga dalam permasalahan

25

Hadits lain itu adalah riwayat Kuraib yang ditakhrîj oleh Imam Muslim, bahwa Ibnu

Abbas yang tinggal di Madinah menolak berpegang pada rukyat penduduk Syam kendati

telah diisbat oleh khalifah Mu'awiyah. Ibnu Abbas mengemukakan alasan dengan hadis:

Hâkadzâ Amaranâ Rasûlullâh (Beginilah Rasulullah menyuruh kami). 26

Misalnya ada 6 kota yaitu Samoa (di extrim Barat, GMT-11), New York (GMT-5),

London (GMT+0), Makkah (GMT+3), Jakarta (GMT+7), dan Tonga (extrim timur,

GMT+13). Asumsikan pada Ahad sore mereka melakukan ru'yat al-hilâl. Pasti yang rukyat

terlebih dahulu adalah Tonga dan yang paling terakhir adalah Samoa. Kalau misalnya rukyat

di Tonga pada hari Ahad pukul 18.00 rukyat berhasil maka kota-kota yang lain bisa

disamakan. Tetapi apabila yang berhasil melihat hilal hanya Samoa maka kota lain tidak bisa

mengikuti karena kota-kota itu sudah berganti hari. Kesimpulannya adalah konsep rukyat

global masih menyisakan kesulitan secara teknis. 27

Yûsuf al-Qaradhâwî, Fikih dan Perbedaan Pendapat, terj. Aunur Rofiq Shaleh

Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2007), Cet. 15, h. 69-81 28

Yûsuf al-Qaradhâwî, Fikih dan Perbedaan Pendapat, terj. Aunur Rofiq Shaleh

Tamhid, (Jakarta: Rabbani Press, 2007), Cet. 15, h. 295 29

Wahyu Widiana, “Penentuan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di

Indonesia, dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.) Hisab Rukyat; Jembatan

Menuju Pemersatu Umat, h. 50-55. Baca juga Wahyu Widiana, "Perbedaan itu Ijtihad",

dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.) Hisab Rukyat; Jembatan Menuju

Pemersatu Umat, h. 130

Page 19: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

8

penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri ini. Hal ini diakui oleh Mahyuddin

Nawawi, seorang anggota Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama.

Menurutnya jalan keluar (solusi) dari keadaan ini adalah negara menegakkan

kembali wibawa dan menjalankan haknya, yaitu hak untuk mengatur segala

hal yang menyangkut ketertiban masyarakat, keamanan, dan kepastian

hukum. Dalam soal penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri, negara selama

ini sudah menempatkan dirinya dalam posisi yang lemah. Sehingga negara

terpengaruh dan tersesat oleh adanya perbedaan khilâfiyyah yang terjadi di

kalangan umat Islam. Penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri sepenuhnya

adalah wewenang negara sehingga tidak diijinkan warga negara

mengaturnya. Apakah negara dalam menetapkannya akan menggunakan

sistem rukyat, atau hisab atau menggabungkannya maka hal itu adalah

wewenang negara sepenuhnya. Jalan untuk sampai kesana dapat melalui

undang-undang sebagaimana undang-undang perkawinan atau instruksi

presiden sebagaimana Kompilasi Hukum Islam. Jalan inilah yang kemudian

disebut sebagai “menegakkan mazhab negara”. Sekalipun pada awalnya ada

yang merasakannya sebagai cara memaksa, namun pada akhirnya akan

mendatangkan keuntungan bagi semua pihak30

dan menjadi satu-satunya

solusi penyatuan penetapan awal bulan Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia.

Sebuah qâ‟idah fiqhiyyah menyatakan:

31

"Ketetapan al-ẖâkim dalam masalah-masalah ijtihad mengangkat

perbedaaan".

Campur tangan pemerintah menjadi sebuah keniscayaan untuk

menyelesaikan perbedaaan penetapan awal Ramadhan dan Idul Fitri itu.

Sebab permasalahan sudah masuk dalam ranah fiqh ijtimâ‟i sehingga tanpa

pengaturan dari pemerintah akan mengakibatkan timbulnya kekacauan di

masyarakat.

Pemerintah dalam penentuan awal bulan Kamariah ini harus memilih

pendapat yang paling râjih baik dari sisi syar‟i maupun dari sudut pandang

ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendapat yang râjiẖ dan akurat inilah yang

harus dijadikan acuan untuk penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia.

Dalam kacamata fiqh, usaha yang dilakukan pemerintah dalam

menetapkan awal Ramadhan dan Idul Fitri adalah sebuah ijtihad. Kaedah

yang berlaku di dalam ijtihad adalah:

30

Mahyuddin Nawawi, “Menegakkan Madzab Negara”, dalam Khoirul Fuad Yusuf dan

Bashori A. Hakim (ed.), Hisab Rukyat dan Perbedaannya, (Jakarta: Proyek Peningkatan

Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Badan Litbang Agama dan Diklat

Keagamaan Departemen Agama RI, 2004), h. 229 31

Asymuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fikih, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), Cet. I,

h. 70

Page 20: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

9

"…Dari 'Amr bin 'Âsh bahwa Ia mendengar Rasûlullâh Saw. berkata:

'Siapa yang berijtihad lalu benar (ijtihadnya) maka baginya dua pahala,

dan siapa yang berijtihad lalu salah, maka baginya satu pahala". (H.R.

al-Bukhârî)

Kaidah ini menjamin keputusan apapun yang dikeluarkan pemerintah

tidak bisa dikatakan salah apabila prosesnya sudah dilakukan sebaik-baiknya.

Tulisan ini akan membahas aspek-aspek perbedaan dalam penetapan

awal bulan Kamariah di Indonesia. Pemetaan aspek-aspek perbedaan tersebut

akan semakin menampakkan bahwa hal tersebut begitu komplek dan ijtihâdî.

Dalam pembahasan ini juga akan diuraikan sejauh mana dampak perbedaan

penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia sehingga menjadi argumentasi

dalam mewujudkan ide penyatuan awal bulan Kamariah itu. Judul yang

diangkat untuk membingkai diskursus pembahasan ini adalah “Sistem

Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas tergambar sketsa

permasalahan antara lain sebagai berikut:

a. Mentarjih pendapat para ulama hisab dan rukyat tentang perbedaan

penetapan awal bulan Kamariah.

b. Melakukan kajian historis proses lahirnya undang-undang di

Indonesia yang berlatar belakang perbedaan pendapat yang sengit di

kalangan para ulama.

c. Melakukan 'studi banding' penetapan awal bulan Kamariah di negara-

negara berpenduduk muslimyang berhasil melakukan unifikasi

kalender Hijriah.

32

Al-Bukhârî, Shahîh Bukhârî, Juz XXII, Bâb Ajru al-Hâkim Idzâ Ijtahada Fa Ashâba

Au Akhtha'a, h. 335

Page 21: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

10

d. Melakukan kajian secara komprehensif dan mendalam tentang sistem

penetapan awal bulan Kamariah dan problematikanya di Indonesia

dan internasional.

2. Pembatasan Masalah

Dikarenakan luasnya kajian tentang penetapan awal bulan

Kamariah ini maka penulis akan membatasi tema bahasan penelitian

pada sistem penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia. Yang

dimaksud awal bulan Kamariah adalah awal bulan Ramadhan, Syawal,

dan Zulhijjah. Ketiga bulan ini adalah bulan-bulan yang berkaitan

langsung dengan ibadah umat Islam yaitu puasa Ramadhan, Idul Fitri

dan haji.

Dalam pembahasan penelitian ini, perbedaan pendapat para ulama

dan ahli hisab rukyat yang akan disebutkan tidak sampai pada tahap

mentarjih. Hal ini diperlukan penulis untuk menegaskan bahwa

perbedaan-perbedaan pendapat para ulama tersebut masuk dalam ranah

ijtihad.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian

dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana sistem penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia?

b. Apa dan bagaimana problematika penetapan awal bulan Kamariah

tersebut?

c. Bagaimana relevansi penyatuan penetapan awal bulan Kamariah

untuk menjawab problematika tersebut dan bagaimana strategi

penyatuannya?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem penentuan awal

bulan Kamariah dan problematikanya di Indonesia serta menjajaki

relevansi penyatuannya untuk menjawab problematika tersebut.

2. Kegunaan Penelitian

Hasil kajian ini diharapkan akan berguna baik secara teoritis maupun

praktis sebagai berikut:

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

kontribusi bagi khazanah pengembangan pemikiran hisab rukyat,

khususnya tentang penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua

pihak baik pemerintah, ormas maupun masyarakat dalam mencari

solusi atas problematika penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia.

Page 22: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

11

D. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Dari segi kegunaan atau manfaatnya, penelitian ini lebih tepat

dikategorikan sebagai jenis penelitian terapan (Applied Research), yakni

penelitian yang dilakukan dalam rangka menjawab kebutuhan dan

memecahkan masalah-masalah praktis.33

Sebagaimana yang dikatakan

sebelumnya, penentuan awal bulan Kamariah ini telah menjadi polemik

yang berkepanjangan. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat

menjawab problema tersebut dengan menawarkan solusi yang tepat.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.34

Mula-mula peneliti akan mendiskripsikan sistem penentuan

awal bulan Kamariah dan problematikanya di Indonesia. Setelah itu

penulis akan menjajaki relevansi penyatuan penetapan awal bulan

tersebut menjawab problematika yang muncul.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara teknis yang

dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitian. Beberapa

tahapan yang ditempuh peneliti dalam library research ini adalah

sebagai berikut:

a. Menghimpun literatur yang berkaitan dengan penentuan awal bulan

Kamariah di Indonesia. Literatur tersebut berbentuk buku, undang-

undang, keputusan pemerintah, fatwa MUI atau ormas, majalah,

koran, internet dan lain-lain termasuk hasil sidang isbat Kementerian

Agama RI yang diselenggarakan setiap menjelang awal bulan

Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah.

b. Mengklasifikasikan literatur tersebut berdasarkan jenisnya yaitu

primer atau sekunder. Data primer adalah data yang terkait langsung

33

Penelitian Terapan (Applied Research) adalah penelitian yang diarahkan untuk

mendapatkan informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah dengan tujuan

menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan sebuah teori dalam memecahkan

masalah-masalah praktis.Penelitian ini juga diarahkan untuk menjawab pertanyaan yang

lebih spesifik dalam rangka penentuan kebijakan, tindakan dan kinerja tertentu. (Lihat:

Benny Kurniawan, Metodologi Penelitian, (Tangerang Selatan: Jelajah Nusa, 2012), Cet.1, h.

15). 34

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dll. seecara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

(Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda, 2011), Cet. XXIX,h.

6)

Page 23: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

12

dengan objek penelitian sedangkan data sekunder adalah data

pendukung.35

c. Mengelompokkan data berdasarkan sistematika pembahasan yang

telah disiapkan.

d. Mengutip data, teori atau konsep dari hasil telaah terhadap literatur

dan melakukan analisis untuk menjawab pertanyaan penelitian.

4. Metode Analisis Data

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan

kualitatif maka dalam analisis datanya bersifat induktif, yakni

pembahasan yang berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa konkret yang

khusus untuk ditarik dalam generalisasi yang bersifat umum.36

Dari

fakta-fakta atau peristiwa konkret yang khusus dikembangkan menjadi

hipotesis lalu dicarikan data lagi secara berulang-ulang. Jika berdasarkan

data yang dikumpulkan tersebut hipotesis diterima, maka hipotesis

tersebut menjadi teori.37

Analisis data di dalam penelitian ini juga bersifat

komparatif38

karena peneliti akan membandingkan pendapat para ulama

dalam penentuan awal bulan Kamariah.

Dalam praktiknya, peneliti akan mendiskripskan perbedaan

penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia beserta asbâb al- khilâfnya.

Hal ini dimaksudkan untuk mengungkap wilayah ijtihad dalam

permasalahan penetapan awal bulan ini. Setelah hal tersebut jelas,

peneliti akan mengungkap peran pemerintah dalam tataran teori dan

praktik. Dalam tataran teori dan konsep terkait bagaimana seharusnya

peran pemerintah dalam usaha penyatuan awal bulan Kamariah ini? Lalu

dalam tataran praktik apakah konsep tersebut sudah dilakukan oleh

pemerintah selama ini? Dari langkah-langkah ini diharapkan akan dapat

ditarik benang merah konsep penyatuan awal bulan Kamariah di

Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Kajian mengenai problematika penentuan awal bulan Kamariah di

Indonesia sebetulnya sudah sangat sering muncul di berbagai forum. Tema

tersebut selalu laris diperbincangkan menjelang datangnya Ramadhan atau

35

Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah; Panduan Berbasis Kualitatif,

Lapangan dan Perpustakaan, (Jakarta: GP Press, 2010), h. 196. 36

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: YPPFP UGM, 1967), h. 43 37

Ahmad Fudhaili dkk. (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,

(Jakarta: IIQ Press, 2011), h. 22 38

Metode komparatif yakni metode yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan

dengan menilai faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi yang diselidiki dan

membandingkannya dengan factor-faktor lain dan tidak menutup kemungkinan analisi ini

akan menghasilkan modifikasi teori. Lihat Winarno Surahmad, Dasar dan Teknik Research,

(Bandung: Tarsito, t.t.), h. 135.

Page 24: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

13

‟Idul Fitri khususnya ketika terjadi perbedaan. Namun demikian, seringnya

pembahasan tersebut tidak membuat permasalahan tersebut tuntas. Hampir

semuanya menginginkan keseragaman awal bulan Kamariah, namun dari

usaha-usaha yang dilakukan belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Akhirnya statement yang sering muncul di setiap akhir diskusi dan kajian-

kajian itu hanya himbauan untuk toleran terhadap perbedaan yang 'mesti'

terjadi.

Penulis melihat bahwa pembahasan tentang problematika penentuan

awal bulan Kamariah ini masih sangat urgen dan aktual karena beberapa hal

sebagai berikut:

1. Penulis belum banyak menemukan kajian yang secara mendalam dan

komprehensif mengupas problematika penetapan awal bulan Kamariah di

Indonesia.

2. Solusi yang banyak ditawarkan mengenai masalah tersebut adalah usaha

menemukan metode penentuan awal bulan yang disepakati bersama serta

himbauan kepada pihak yang berbeda untuk mau sepakat. Selebihnya

adalah penekanan untuk toleran atas perbedaan yang terjadi. Solusi ini

menurut hipotesis penulis belumlah menyelesaikan masalah secara tuntas,

oleh karena itu perlu terobosan ide yang lain.

Berikut ini akan di sampaikan beberapa kajian pustaka terdahulu untuk

memperoleh gambaran yang lebih spesifik mengenai kajian –kajian yang

sudah pernah dilakukan.

Mahyuddin Nawawi, dalam artikelnya yang berjudul “Menegakkan

Madzab Negara” mengatakan bahwa penetapan awal Ramadhan, Syawal dan

Zulhijjah adalah sepenuhnya wewenang negara. Oleh karenanya tidak

diijinkan warga masyarakat ikut mengaturnya (menentukan sendiri). Hanya

dengan hal tersebut penyatuan awal bulan Kamariah di Indonesia dapat

terwujud.39

Sayangnya tulisan ini hanya berbentuk artikel singkat. Perlu

bahasan yang lebih mendetail dan komprehensif tentang ide yang menarik

ini.

Ahmad Izzuddin dalam bukunya “Fikih hisab Rukyat; Menyatukan NU

dan Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul

Adhâ” lebih menfokuskan pembahasannya pada pemikiran hisab rukyat

Nahdhatul Ulama dan Muhammadiyah. Keduanya adalah ormas terbesar di

Indonesia yang paling mewarnai corak pemikiran hisab rukyat di Indonesia.

Oleh karena itu membahas pemikiran hisab rukyat NU dan Muhammadiyah

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemikiran hisab rukyat atau

penentuan awal bulan Kamariah itu sendiri.

39

Mahyuddin Nawawi, “Menegakkan Madzab Negara”, dalam Khoirul Fuad Yusuf dan

Bashori A. Hakim (ed.), Hisab Rukyat dan Perbedaannya, h. 230

Page 25: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

14

Kesimpulan penelitiannya adalah dalam rangka memberikan solusi

alternatif penyatuan Mazhab-Mazhab tersebut penulis buku cenderung

kepada metode imkân ar-ru'yat untuk menjadi penengah dua Mazhab

tersebut. Pemerintah secara kontinyu hendaknya mengadakan penelitian

ilmiah yang sistematis untuk menemukan kriteria imkân ar-ru'yat yang

benar-benar akurat. Sosialisasinya juga harus diupayakan secara intensif

dengan berbagai kalangan yang terkait. Kepada Muhammadiyah dan NU,

hendaknya masing-masing pihak sadar bahwa pendekatan keilmuan yang

digunakan memiliki keterbatasan, kekurangan yang melekat dan sekaligus

bersedia menerima tawaran alternatif yang lebih kondusif dalam menjawab

tantangan zaman kontenporer.40

Wahyu Widiyana dalam makalah yang berjudul “Penentuan Awal Bulan

Kamariah dan Permasalahannya di Indonesia”41

menguraikan sebab-sebab

perbedaan awal bulan Kamariah di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa

penyebab perbedaan itu bisa berasal dari perbedaan hasil hisab dan rukyat,

perbedaan di kalangan ahli hisab sendiri, perbedaan dikalangan ahli rukyat

sendiri, atau penyebab di luar teknis hisab rukyat. Solusi yang dilakukan

adalah terus melakukan pembicaraan khusus antara pemerintah dengan

ormas-ormas Islam serta terus-menerus melakukan sosialisasi dan

pemahaman kepada masyarakat.42

Dalam tesisnya yang berjudul „Menuju Titik Temu Muhammadiyah – NU

Dalam Penentuan Awal Bulan Kamariah‟ Sunarto menfokuskan pembahasan

pada perbedaan metode penentuan awal bulan Kamariah antara NU

(Nahdhatul Ulama) dengan Muhammadiyah. Peluang titik temu antara dua

ormas tersebut dalam penyatuan awal bulan Kamariah terbagi menjadi tiga

kemungkinan yaitu:

1. Bila ketinggian hilal mencapai 2 derajat atau lebih setelah matahari

terbenam, maka kemungkinan terjadi kesepakatan Muhammadiyah dan

NU dalam penetapan awal bulan Kamariah.

40

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyat di Indonesia: Menyatukan NU dan

Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha, (Jakarta:

Penerbit Erlangga, 2007), h. 177 41

Makalah ini merupakan salah satu judul dari kompilasi makalah yang kemudian terbit

menjadi sebuah buku yang berjudul "Hisab Rukyat, Jembatan Menuju Pemersatu Umat"

yang diterbitkan oleh penerbit Yayasan Asy-Syakirin Rajadatu Cineam Tasikmalaya tahun

2005. Lihat Wahyu Widiana, "Penentuan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di

Indonesia," dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.) Hisab Rukyat; Jembatan Menuju

Pemersatu Umat, h. 49-59 42

Wahyu Widiana, "Penentuan Awal Bulan Kamariah dan Permasalahannya di

Indonesia," dalam Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq, (ed.), Hisab Rukyat; Jembatan Menuju

Pemersatu Umat, h. 54-56

Page 26: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

15

2. Bila ketinggian hilal lebih kecil atau sama dengan 0 derajat maka

Muhammadiyah dan NU sepakat mengistikmâlkan43

bulan menjadi 30

hari.

3. Bila tinggi hilal antara 0-2 derajat maka hampir dipastikan terjadi

perbedaan antara Muhammadiyah dan NU dalam penetapan awal bulan

Kamariah. Inilah yang disebut dengan masa kritis.44

Lebih lanjut ia menulis bahwa tinggal selangkah lagi titik temu dapat

diwujudkan, selama Muhammadiyah mau menaikkan batasan-batasan kriteria

tingginya hilal. Sementara NU menurunkan kriteria tingginya hilal (imkân ar-

ru'yat), maka menuju titik temu dalam penetapan awal bulan Kamariah dapat

direalisasikan.45

Permasalahan menaikkan atau menurunkan kriteria hilal hingga

ditetapkan awal bulan baru kenyataannya bukanlah permasalahan yang

sederhana melainkan permasalahannya jauh lebih mendasar. Permasalahan

mendasar itu kembali kepada perdebatan apakah ru'yat al-hilâl itu cukup

dengan ilmu (hisab) atau harus dengan mata telanjang?

Ahmad Djauzi dalam tesisnya yang berjudul Studi Tentang Hisab dan

Rukyat dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Hadis menyimpulkan bahwa

penggunaan hisab dan rukyat dalam menetapkan awal Ramadhan merupakan

masalah yang diperselisihkan fuqâhâ. Dalam konteks ke-Indonesia-an ia

menghimbau masyarakat awam untuk mengikuti keputusan pemerintah dan

tidak memperturutkan fanatisme yang berlebihan. Kepada organisasi

keagamaan dihimbau untuk menerima tawaran alternatif yang lebih baik

terkait penetapan awal bulan Kamariah.46

Menurut pengamatan penulis, solusi penyatuan awal Ramadhan dan Idul

Fitri yang ditawarkan beberapa penulis di atas berkisar sebagai berikut:

1. Himbauan kepada pemerintah agar secara intensif dan kontinyu

melakukan penelitian ilmiah untuk mencari jalan tengah terhadap

perbedaan-perbedaan yang ada.

2. Perlunya pembicaraan intensif antara pemerintah dengan ormas-ormas

Islam serta terus-menerus melakukan sosialisasi dan pemahaman kepada

masyarakat.

3. Himbauan kepada para pihak agar mau berkompromi dan legowo

mengikuti keputusan pemerintah.

43

Yaitu menggenapkan bulan menjadi 30 hari sebagaimana petunjuk dalam hadis

ketika rukyat tidak berhasil (karena mendung). 44

Sunarto, "Menuju Titik Temu Muhammadiyah – NU Dalam Penentuan Awal Bulan

Kamariah", Tesis UIN Jakarta, h. 152. Tidak diterbitkan (t.d.) 45

Sunarto, "Menuju Titik Temu Muhammadiyah – NU Dalam Penentuan Awal Bulan

Kamariah," h. 152. 46

Ahmad Jauzi, Studi Tentang Hisab dan Rukyat dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Al-

Hadits, Tesis, IIQ Jakarta, 2005, h. 147-149, Tidak diterbitkan (t.d.).

Page 27: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

16

Rekomendasi-rekomendasi sebagaimana tersebut di atas adalah niscaya

dan mesti dilakukan, namun hal tersebut harus ditindaklanjuti dengan

langkah yang kedua yaitu membuat regulasi yang tegas dan mengikat kepada

ormas-ormas untuk mematuhi pemerintah dalam penetapan awal bulan.

Apalagi Majelis Ulama Indonesia sendiri menegaskan bahwa seluruh umat

Islam di Indonesia wajib mengikuti ketetapan pemerintah mengenai

penetapan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah ini.47

Tanpa diikuti

regulasi yang mengikat, keseragaman awal bulan Kamariah akan sangat sulit

terwujud karena faktor perbedaan ijtihad. Apalagi masalah penetapan awal

Ramadhan dan Syawal sudah masuk ke dalam ranah fiqh ijtimâ‟î yang jika

tidak diatur oleh pemerintah akan menimbulkan kekacauan di masyarakat.

Penulis sepakat dengan ide Ahmad Wahidi dalam tulisannya

"Menyatukan Penetapan 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah di Indonesia"48

yang menyatakan bahwa untuk mempercepat terwujudnya persatuan

penetapan awal bulan Kamariah maka perlu pendekatan kekuasaan

(authority) disamping pendekatan metodologis harus terus berjalan. Adapun

M. Nur Hidayat dalam tulisannya "Otoritas Pemerintah Dalam Perspektif

Fiqh Siyasah Yusuf Qardhawi"49

menyorot Pemerintah (yang dalam hal ini

adalah Kementerian Agama RI) mempunyai kewenangan yang penuh dalam

penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia. Dalam tesis ini penulis akan

mengulas ide tersebut dan melakukan kajian secara lebih komprehensif.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk memperoleh gambaran awal tentang pembahasan, tesis ini disusun

berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I berisi pendahuluan yang akan membahas tentang latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, metode penelitian kajian pustaka, dan sistematika

pembahasan.

BAB II berisi tentang penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia

dalam tinjauan fikih dan prakteknya di Indonesia. Dalam bab ini akan

dibahas tentang tinjauan Fikih tentang penentuan awal bulan Kamariah,

penanggalan Kamariah dan sejarah penentuannya, metodologi penentuan

awal bulan Kamariah, sejarah dan tujuan dibentuknya Badan Hisab Rukyat

47

Fatwa Majelis Ulama Indonesia nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penetapan Awal

Ramadhan, Syawal, dan Dzulẖijjah. 48

Ahmad Wahidi, "Menyatukan Penetapan 1 Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah di

Indonesia", dalam Juricdictie, Jurnal Hukum dan Syariah, Vol 2, Nomor 2, Desember 2011,

h. 85 49

M. Nur Hidayat, "Otoritas Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah

Perspektif Fiqh Siyasah Yusuf Qardhawi", dalam Juricdictie, Jurnal Hukum dan Syariah,

Vol 3, Nomor 1, Juni 2012, h. 85

Page 28: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

17

Departemen Agama serta sistem penentuan awal bulan Kamariah di

Indonesia dan perhitungannya.

BAB III berisi pembahasan tentang perbedaan pendapat para ulama

dalam penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia; penyebab dan dampak

sosial perbedaan itu. Pada pembahasan yang pertama akan di bahas tentang

perbedaan pendapat para ulama tentang ẖujjiyah hisab sebagai metode

penentuan awal bulan Kamariah, mathla', saksi dalam ru'yat al-hilâl dengan

teknologi, imkân ar-ru'yat. Pada akhir bahasan yang pertama akan di

sampaikan data perbedaan penentuan awal bulan Kamariah. Pada bahasan

kedua penulis akan menyebutkan contoh dampak perbedaan penentuan awal

bulan Kamariah di Banyuwangi, Semarang, Sleman, dan Bandar Lampung.

BAB IV berisi penyatuan penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia.

Pembahasan akan diawali dengan pembahasan tentang strategi unifikasi

penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia. Setelah itu akan di kaji tentang

pemerintah dan ulil amri untuk mengetahui sejauh mana otoritas pemerintah

dalam penetapan awal bulan Kamariah.

BAB V berisi penutup yang akan menyebutkan kesimpulan dan saran-

saran kepada pihat terkait yaitu pemerintah, ormas, dan masyarakat secara

umum.

Page 29: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

155

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan analisis data dalam kajian tesis ini

maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut berikut:

1. Sistem penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Penentuan Awal Bulan Kamariah di Indonesia dilakukan oleh

Pemerintah. Pemerintah direpresentasikan oleh Kementerian Agama

RI. Penentuan awal bulan ini dilakukan melalui suatu sidang isbat.

yang dihadiri antara lain oleh Tim Badan Hisab dan Rukyat (BHR)

Kementerian Agama dan perwakilan ormas Islam. Sidang isbat awal

bulan diawali dengan pemaparan tentang prakiraan cuaca dan hal ihwal

tentang hilal dari tim ahli seperti dari BMKG, LAPAN dan

Observatorium Bosscha ITB kemudian disambung dengan presentasi

hasil observasi hilal. Selanjutnya Kementerian Agama mempersilahkan

peserta untuk memberi masukan dan penjelasan mengenai hasil

pengamatan hilal sebelum kemudian ditetapkan keputusan sidang isbat

oleh Menteri Agama.

b. Dalam penentuan awal bulan Kamariah di Indonesia, pemerintah

menggunakan metode imkân al-ru‟yah yang mengacu pada

kesepakatan MABIMS yakni pada saat matahari terbenam, ketinggian

(altitude) hilal minimum 2° diatas ufuk dengan usia minimal 8 jam

terhitung sejak ijtimak dan sudut elongasi (jarak lengkung) hilal dan

Matahari minimum 3°. Data perhitungan hisab awal bulan diambil dari

Ephemeris Hisab Rukyat. Metode ini merupakan kolaborasi antara

metode hisab dan rukyat.

2. Problematika penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia adalah

ketidakseragaman dalam penentuannya sehingga seringkali menimbulkan

dampak negatif terhadap masyarakat luas. Dampak negatif tersebut mulai

dari kebingungan masyarakat, saling menggunjing antar tetangga,

perdebatan-perdebatan yang memanas antara anggota keluarga dan

masyarakat, hingga pada konflik sosial (berebut tempat ibadah) dan

bahkan bentrokan fisik. Ketidakseragaman penentuan awal bulan

Kamariah ini terjadi karena adanya ormas Islam yang menetapkannya

berbeda dengan pemerintah karena mempunyai metode penetapan sendiri.

3. Kesatuan awal bulan Kamariah di Indonesia sangat relevan untuk

menjawab problematika perbedaan penetapan awal bulan Kamariah.

Strategi penyeragaman penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia tidak

cukup dengan pendekatan konsensus atau 'menunggu sepakat' dari ormas-

ormas Islam yang berbeda pendapat. Perlu pendekatan yang lain yaitu

Page 30: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

156

pendekatan otoritas dengan cara menerbitkan undang-undang atau

peraturan pemerintah sebab 'menunggu' sepakat dalam masalah

khilâfiyyah (furu‟) adalah sesuatu yang sangat sulit atau bahkan mustahil.

Keputusan Menteri Agama tentang penetapan awal bulan Kamariah harus

mengikat semua pihak untuk dipatuhi untuk mewujudkan keseragaman

penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia. Pemerintah sebagai ulil amri

berwenang penuh menetapkan awal bulan Kamariah dengan mengambil

metode yang paling akurat dan dalil yang râjih. Pada tahap awal

pemerintah perlu melarang organisasi Islam untuk mengumumkan

penetapan awal bulan Kamariah secara terbuka. Jika ada ormas Islam yang

tidak mematuhi ketentuan tersebut maka pemerintah harus memberikan

sanksi secara tegas.

B. Saran-Saran

Dalam usaha menuju kesatuan penetapan awal bulan Kamariah di

Indonesia beberapa langkah yang harus dilakukan secara komprehensif

adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah harus terus mengintensifkan sosialisasi hisab dan rukyat

kepada masyarakat khususnya tentang penentuan awal bulan Kamariah.

Harapannya adalah mereka semakin faham terhadap problematika

penetapan awal bulan Kamariah di Indonesia dan menyadari akan

pentingnya keseragaman penetapannya.

2. Pemerintah harus konsisten mengupayakan kesatuan penetapan awal bulan

Kamariah dengan terus-menerus menegaskan kepada semua komponen

masyarakat bahwa penyeragaman penetapan awal bulan tersebut adalah

pilihan terbaik yang harus didukung bersama. Di satu sisi pemerintah

berkewajiban menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan ibadah umat

Islam, namun di sisi lain pemerintah juga tidak boleh larut pada „toleransi

semu' dengan membiarkan perbedaan tersebut berlarut-larut dan

melupakan kemaslahatan jangka panjang yang dicita-citakan bersama

yakni kesatuan penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah di

negeri tercinta ini.

3. Melakukan riset dan kajian ilmiah secara intensif, mendalam dan

komprehensif dengan melibatkan para ulama dan ilmuwan yang mumpuni

dan kompeten dibidangnya dalam rangka menetapkan metode penetapan

awal bulan Kamariah yang shaẖiẖ dan akurat serta dapat

dipertanggungjawabkan baik dari tinjauan syar‟i maupun iptek.

4. Melakukan pendekatan secara personal maupun kelembagaan kepada para

pihak yang berbeda pendapat dalam penetapan awal bulan Kamariah ini.

Semua pihak harus diajak berfikir jernih, obyektif dan tidak egois dalam

upaya mewujudkan keseragaman penetapan awal bulan Kamariah.

Page 31: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

157

5. Menerbitkan Undang-Undang Tentang Penetapan Awal Bulan Kamariah

untuk mewujudkan keseragaman penetapan awal bulan Kamariah. Secara

personal, masyarakat mungkin berbeda dengan pemerintah dalam

mengawali Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah tapi mereka tidak

diperkenankan melakukan 'mobilisasi massa' dengan mengumumkan,

mengajak, atau yang semisalnya sehingga menyelisihi keputusan yang

ditetapkan pemerintah. Pemerintah harus menindak tegas ormas Islam

yang menyelisihi ketetapan pemerintah dan mengumumkan penetapan

awal bulan secara sepihak kepada masyarakat.

***

Page 32: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

158

Page 33: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

159

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Khaliq, Farid, Fikih Politik Islam, terj. Fathurrahman A. Hamid,

Jakarta: Amzah, 2005.

Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah, Al-Jâmi' as-Shahîh, tt.p., Musthafâ

al-Bâbi al-Halabî, 1388 H.

Abû Yûsuf, Ahmad Sâbiq bin Abdul Lathîf, Bid‟ahkah Ilmu Hisab? Kajian

Ilmiah Tentang Polemik Hisab Rukyah untuk Menetapkan Puasa

Ramadhân dan Hari Raya, Gresik: Pustaka Fuqon, 2011.

Abû Zahrah, Imam Muhammad Aẖmad, Ushûl al-Fiqh, Kairo: Mathba‟ah al-

Khairiyyah, 1982.

Al- Shan‟ânî, Subul al-Salâm, Juz II, Mesir: Musthafâ al-Bâbîy al-

Ḫalabî,1950 M.

Al-„Asqalânî, Imam Hâfidz Ahmad bin Ali bin Ḫajar, Fatẖ al-Bârî,(Riyâdh:

Dâr as-Salâm, 1421 H

__________, Aẖmad bin „Alî Ḫajar, Fatẖ al-Bâri, Vol. IV, Beirut: Dâr al-

Fikr, 1996.

Al-Āmidîy, Alî Ibn Muhammad, al-Iẖkâm fî Ushûl al-Aẖkâm, Juz. 4, Beirut :

Dâr al-Kitâb al-Arabî, 1404 H.

Al-Azdari, Abû Dâwud Sulaimân bin Asy‟asy bin Basyîr bin Syidâd bin

„Amr, Sunan Abî Dâwud, Jilid 2, Kairo: Dâr al-Hadîs, 1420 H.

_____, Sunan Abî Dâwud, Beirut: Dâr Ibn Hazm, 1418 H.

Al-Bahûtî, Kasyf al-Qinâ „an Matn al-Iqna‟, vol. II, Beirut: Dar al-Fikr,

1982.

Al-Baiẖaqî, Abû Bakr Aẖmad bin al-Ḫusaeni bin „Alî, Kitâb As-Sunan al-

Kubrâ, Juz III, Haidar Abad: Majlis Dâirah al-Ma‟ârif al-„Utsmâniyyah,

1346 H.

Al-Bukhâri, Abî Abdillâh Muhammad bin Ismâ'îl, Shahîh Bukhâri, Beirut: al-

Maktabah al-'Ashriyyah, 2008 M/ 1429 H.

Page 34: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

160

________, Shahîh Bukhâri, Libanon: Dâr Ihyâ‟ at-Turâts al-„Arabî, t.t..

Al-Ḫâkim, Abû 'Abdillâh Muẖammad bin 'Abdillah, al-Mustadrak „alâ as-

Shaẖîẖaini, Libanon: Dâr al-Ma‟rifah, 1418 H.

Al-Ḫâsûn, Faẖd bin „Aly, Dukhûl al-Syahr al-Qamarî Baina Ru'yat al-Hilâl

wa al-Ḫisâb al-Falaky, tt.p.: t.p., 1425 H

Al-Jailânî, Zubaer 'Umar, al-Khulâshah al-Wâfiyah Fi al-Falaki bi Jadâwil

al-lûghâr al-Taimiyyah, Surakarta: Melati, Tanpa Tahun.

Al-Jauharî, Thanthawi, Tafsîr al-Jawâhir, Juz VI, Mesir: Musthafâ al-Bâbi

al-Ḫalabî, 1346 H.

Al-Jauzi, Imam Abu a- Faraj, Zâd al-Masîr fî 'Ilmi at-Tafsîr, Beirut, Dâr Ibnu

Ḫazm, 2002.

Al-Jazâirî, Abû Bakr Jâbir, Al-Fiqh „Alâ Madzâhib al-Arba‟ah, Juz I, Beirut:

Dâr al-Fikr, 1979.

________, Minhâj al-Muslim, Kairo: Dâr as-Salam, Tanpa Tahun.

Al-Khudharî Bik, Nûr al-Yaqîn, Surabaya: Maktabah Aẖmad Sa‟ad Nabhan,

tth..

Al-Mubârakfûrîy, Tuẖfah al-Aẖwadzî Syarẖ Sunan At-Tirmidzi, Madinah:

As-Salafiyah, Tanpa Tahun, Cet. 5.

Al-Nawawî, Abû Zakaria Muẖyiddîn Yaẖyâ bin Syaraf, juz II, al-Majmû‟

Syarẖ al-Muhaddzab, Tanpa Tahun.

Al-Nawawi, Yaẖyâ bin Syaraf, Shaẖiẖ Muslim bi Syarẖ al-Nawawî, Vol VII,

Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1995.

Al-Qaradhâwî, Yûsuf, Dr., Mayarakat Berbasis Syariat Islam Akidah,

Ibadah, akhlak, terj. Abdus Salam Masykur, Solo: Era Intermedia, 2003.

_________, Fikih dan Perbedaan Pendapat, terj. Aunur Rofiq Shaleh

Tamhid, Jakarta: Rabbani Press, 2007.

Page 35: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

161

_________, “Rukyat Hilal Untuk Menentukan Bulan” dalam Hisab Bulan

Kamariah; Tinjauan Syar‟i tentang Penetapan Awal Ramadhân, Syawal

dan Dzulhijjah”, terj. Suara Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara

Muhammadiyah, 2009).

As-Shâwî, Ahmad, Bulghât al-Sâlik li Aqrab al-Masâlik, vol.1, Beirut: Dar

al-Fikr, 1982.

As-Suyûthî, Abd ar-Raẖmân bin Abî Bakr, al-Asybâh wa al-Nadzâir,Juz I,

Dâr al-Kutub al-'Ālamiah, 1983, Cet. I,

Al-Utsaimin, Muẖammad bin Sẖâlih, Riyâdh: Maktabah Dâr as-Salâm, 1411

H, Cet. VI.

Az-Zuẖailî, Wahbah, Al-Fiqh al-Islâmî wa Adillatuhu, Damaskus: Dâr al-

Fikr, 2007.

Amin, Ma‟ruf, “Rukyah Untuk Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan

Menurut Pandangan Syari‟ah dan Sorotan IPTEK” dalam Rukyah

Dengan Teknologi; Upaya mencari Kesamaan Pandangan Tentang

Penentuan Awal Ramdhan dan Syawal, Jakarta: Gema Insani Press,

1994.

An-Nadwî, „Alî Ahmad, al-Qawâ‟id al-Fiqhiyyah, Damaskus: Dâr al-Qalam,

2007.

An-Nasâ‟î, Al-Imâm Abî Abdurrahmân Ahmad bin Syu‟aib, As-Sunan Al-

Kubrâ, Beirut: Muassasah Ar-Risâlah, 2001 M/ 1421 H.

Arkanuddin, Muthoha, "23 Tahun Keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal

Bulan Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah di Indonesia",

http://rukyatulhilal.org/ diakses tanggal …

As-Sa‟dî, Taysîr al-Karîm ar-Rahmân, vol. 1, tt.p.: Jam'iyyah al-Turâts,

2000.

Asy-Syaukânî, Nayl al-Authâr, juz IV, Mesir: Musthafâ al-Bâbî al-Ḫalabî, tt..

Azhari, Susiknan, Dr., ”Karakteristik Hubungan Muhammadiyah dan NU

dalam Menggunakan hisab dan Rukyat" dalam Jurnal Al-Jami‟ah, Vol.

44, No. 2, 2006 M/ 1427 H.

Page 36: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

162

Azhari, Susiknan, Dr., Ensiklopedia Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2005.

Az-Zarqâ, Musthafâ Ahmad, “Tentang Penentuan Hilal dengan Hisab Pada

Zaman Sekarang” dalam, Hisab Bulan Qamariah; Tinjauan Syar‟i

tentang Penetapan Awal Ramadhân, Syawal dan Dzulhijjah, terj.

Syamsyul Anwar, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009.

Backtiar, Tiar Anwar, "Telaah Ulang Konsep Ulil Amri Untuk Penataan

Kehidupan Umat", http://pemudapersatuanislam.blog.com, diakses 9

Januari 2015.

Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat,

Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.

Risalah Dakwah; "Sejarah Penentuan Ramadhân dan Syawal Di Malaysia"

diunduh dari www.dakwahpdf.blogspot.com diakses tanggal 18 Agustus

2015.

_________________, Pedoman Perhitungan Awal Bulan Qamariyah

(Jakarta: Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agam Islam

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994.

_________________, Pedoman Teknik Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan

Badan Peradilan Agama Islam, 1994.

Desya, Muhammad Tsani Imaduddin, Masjid dan Perayaan Idul Fitri; Studi

Tentang Masjid dan Perbedaan Penentuan 1 Syawal di Pedukuhan

Ngemplak Karangjati, Skripsi, Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta, 2009.

Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah; Diirektorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Ephemeris Hisab

Rukyat 2014, Jakarta, 2014.

Djamaluddin, Thomas, Prof., Dr., Astronomi Memberi Solusi Penyatuan

Umat, tt.p.: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2001.

__________________________, Menuju Kesamaan Kriteria Hisab Rukyat

Indonesia, makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional HISSI 15

Januari 2010.

Page 37: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

163

__________________________, "Persatuan Ummat Akan Segera Terwujud

Terbantu Posisi Bulan, "https://tdjamaluddin.wordpress.com, diakses

pada tanggal 11 Agustus 2015.

Djambek, Saadoeddin, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tinta Emas, 1976.

Djazuli, Ahmad, Fiqh Siyâsah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam

Rambu-Rambu Syariah, Jakarta: Kencana, 2003.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penetapan

Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.

___________________, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Jakarta:

Bagian Proyek Sarana Dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jendral

Bimbingan Islam Dan Penyelenggaraan Haji, 2003).

Fauzi, Ahmad, Studi Tentang Hisab dan Rukyat dalam Perspektif Al-Qur‟an

dan Al-Hadits, Tesis, IIQ Jakarta, 2015.

Fu‟ad, 'Abdul Bâqi, Al-Lu‟lu‟ wa al-Marjân, Juz II, Kairo, Isa al-Bâbî al-

Ḫalabî, Tanpa Tahun.

Fudhaili, Ahmad, Dr., M.Ag, dkk. (Ed.), Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

dan Disertasi, Jakarta: IIQ Press, 2011.

Hadi, Sutrisno, Prof., Dr., Metodologi Research, (Yogyakarta: YPPFP UGM,

1967).

Hamka, “Rujah dan Hisab ”, dalam majalah Suara Muhammadiyah, No. 10

Th. XXX, Syakban 1378/ Desember 1958.

Hidayat, M. Nur, “Otoritas Pemerintah Dalam Penetapan Awal Bulan

Kamariah”, dalam Jurnal Jurisdictie; Jurnal Hukum dan Syariah,

Volume 3, Nomor 1, Juni 2012.

Http: //Nasional.Kompas.com, "Muhammadiyah Rayakan Lebaran 30

Agustus 2011", diakses tanggal 25 November 2011.

Http://Buyahamka.Org/Tanya-Jawab/, "Mesti Samakah Hari Raya Di

Mekkah", diakses tanggal 13 februari 2015.

Page 38: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

164

Http://sosbud.kompasiana.com/, "Menelisik Asal Muasal Perbedaan Hari

Raya dan Dampaknya", diakses tanggal 8 Juli 2013

Http://tdjamaluddin.wordpress.com, "Sidang Isbat Upaya Pemerintah

Memberi Kepastian Di Tengah Keragaman" diakses tanggal 18 Agustus

2015

Http://www.nu.or.id/, "Mustasyar PBNU Tunggu Pengumuman

Pemerintah", diakses tanggal 3 februari 2015.

Http://www.suara-islam.com/read/index/5187/, "Indonesia Bukan Negara

Islam Pemerintah Bukan Ulil Amri, diakses tanggal 13 Januari 2015.

Http://www.voanews.com/indonesian/news/, "Indonesia Rayakan Idul Fitri

1432 H pada Hari Rabu, diakses tanggal 25 November 2011.

Husein, Ibrahim, "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Awal Bulan

Ramadhân, Syawal, dan Zulhijjah", dalam Mimbar Hukum, No. 06,

tahun 1992.

Husna, Qorinatul, "Perbedaan Sistem Penentuan Awal Bulan Syawal 1427 H

masyarakat Nahdhiyyin Banyuwangi" dalam Jurnal Jurisdictie, Vol 2,

No 2, 12-2011.

Ibnu Taimiyyah, Taqiyuddîn Abû al-Abbâs Ahmad bin Abdul Ḫalîm,

Majmû‟ al-Fatâwâ, tt.p., Dâr al-Wafâ, 1426 H.

Ilyas, Yunahar, “Fikih Ulil Amri: Perspektif Muhammadiyah, makalah

disampaikan dalam Sarasehan dan Sosialisasi hisab Rukyat

Muhammadiyah yang diadakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan

Pusat Muhammadiyah , Yogyakarta, Kamis 4 Sya‟bân 1434 H/ 13 Juni

2011.

Izzuddin, Ahmad, Drs., M.Ag., Fiqh Hisab Rukyat; Menyatukan NU dan

Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadhân, Idul Fitri, dan Idul

Adhâ, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007

Junaedi, Ahmad, Rukyat Global; Perspektif Fikih Astronomi, Ponorogo:

STAIN Ponorogo PRESS, 2010.

Khazin, Muhyiddin, Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan

Dzulhijjah pada Zaman Rasulullah dalam Pandangan

Page 39: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

165

Sosiologis, Makalah disampaikan dalam Temu Kerja Evaluasi hisab

Rukyat BHR Depag RI di YPI Ciawi Bogor, 26-28 Mei 2003.

Kudus, Turaichan Ajhuri, “Awal Syawal Jangan Mendahului Pemerintah”,

dalam Susiknan Azhari, hisab & Rukyat; Wacana untuk membangun

Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Kurniawan, Benny, Metodologi Penelitian, Cet.1 Tangerang Selatan: Jelajah

Nusa, 2012.

Mahfud M.D, Politik Hukum Indonesia, Ed. Revisi, Jakarta: PT Raja

Grafindo, 2010.

Mahfudz, Sahal, Nuansa Fikih Sosial, Yogyakarta: LKis, 1994.

Majelis Tarjih Muhammadiyah, Penggunaan Hisab dalam Penentapan Bulan

Baru Kamariah, Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup

Beragama Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen

Agama Republik Indonesia, 2004.

Majma' al-Lughâh al-'Arabiyah, Mu'jam al-Wasîth, Mesir: Maktabah as-

Syurûq ad-Dauliyah, 1429 H

Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 520/MLM/I.0/2011

Tentang Menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1432 H/ 2011 M.

Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor: 01/MLM/I.0/E/2012

Tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah 1433

H serta Himbauan Menyambut Ramadhan Ramadhan 1433 H.

Mâlik bin Anas bin Mâlik bin 'Âmir, Al-Mudawwanah, Beirut: Dâr al-Kutub

al-„Alamiah. Tanpa Tahun.

Mansur, Muhammad bin Abdul Hamid, Sullam An-Nayirain; Risalah 1

Madrasah al-Khoiriyyah al-Manshûriyyah, Jakarta, Tanpa Tahun.

Masyhuri, Abdul Aziz, Masalah Keagamaan Nahdlatul Ulama (Hasil

Mu‟tamar dan Munas Ulama ke-1 tahun 1926 sampai dengan ke-29

tahun 1994, Surabaya: PP RMI bekerja sama dengan Dinamilka Press,

1997.

Page 40: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

166

Moleong, Lexy J., Prof., Dr., MA, Metodologi Penelitian Kualitatif,

Bandung: Rosda, 2011, Cet ke-29,

Muhyiddin, M.HI dkk., “Analisa Fikih Sosial dan Lingkungan Hidup” dalam

Jurnal Inklusif, Vol. 2, Juli – Desember 2013.

Mukhtar, Prof., Dr., M.Pd., Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiah;

Panduan berbasis Penelitian Kualitatif Lapangan dan Perpustakaan,

Jakarta: Gaung Persada Press, 2010.

Murtadho, Moh. Drs., Dasar Dasar Falakiyyah dan Metode Hisab Rukyat

Ephemeris, Diktat Kuliah, (Malang: t.d, t.t).

Musbikin, Imam, Qawâ‟id Al-Fiqhiyyah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2001.

Nawawi, Mahyuddin, “Menegakkan Madzab Negara ”, dalam Khoirul Fuad

Yusuf dan Bashori A. Hakim (ed.), Hisab Rukyat dan Perbedaannya,

Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat

Beragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama, dan

Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI, 2004.

Panji Masyarakat, No. 612, 15-25 Syawal 1409 H, 21-31 Mei 1989.

Pulungan, Suyuthi, Fiqih Siyâsah Ajaran, Sejarah Dan Pemikiran, Jakarta:

PT Raja Grafindo, 1993.

Ridha, Muhammad Rasyid dkk, Hisab Bulan Kamariah; Tinjauan Syar‟i

Tentang Penetapan Awal Ramadhân, Syawal dan Zulẖijjah, Yogyakarta:

Suara Muhammadiyah, 2009.

Ridha, Muhammad Rasyid, “Penetapan Bulan Ramadhân dan Pembahasan

Tentang Penggunaan Hisab”, dalam Hisab Bulan Kamariah; Tinjauan

Syar‟i tentang Penetapan Awal Ramadhân, Syawal dan Dzulhijjah, terj.

Suara Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2009.

Ro'uf, Abdur, Accurate Hijri Calculator (AHC 2.2.1), 2015

Ruskanda, Farid, Dr., Ir., M.Sc.. 100 Masalah hisab dan Rukyat; Telaah

Syariah, Sains dan Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Page 41: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

167

Rusyd, Ibnu, Bidâyah al-Mujtahid, Vol. III, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 1995.

Sanusi, Ahmad, Tata Laksana Kegiatan Rukyat Hilal Awal Bulan Hijriah Di

Pelabuhan Ratu, http://www.pa-cibadak.go.id/artikel/baca/17, diakses

pada tanggal 26 Februari 2012.

Sarwat, Ahmad, Lc., MA, "Pemerintah Bukan Ulil amri Yang Berwenang

Menetapkan Ramadhân?", www.rumahfiqih.com.xphp?Id, diakses pada

tanggal 22 Februari 2015.

Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Kairo: Dâr al-Fath, 1421 H/ 2000 M.

Shadiq, Sriyatin, Perkembangan Hisab Rukyat dan Penetapan Awal Bulan

Kamariah Dalam Menuju Kesatuan Hari Raya, Surabaya: Bina Ilmu,

1995.

Sholeh, Asrorun Ni‟am, DR., MA, "Idul Fitri Mazhab Negara",

http://www.mui.or.id/index.php? Diakses 18 Agustus 2015

Siddiq, Suwandojo, Prof., Dr., “Studi Visibilitas Hilal Dalam Periode 10

Tahun Hijriah Pertama (0622-0632 CE) Sebagai Kriteria Baru Untuk

Penetapan Awal Bulan-Bulan Islam Hijriah” dalam Mencari Solusi

Kriteria Visibilitas Hilal dan Penyatuan Kalender Islam dalam

Perspektif Sains dan Syari‟ah, Bandung: Bosscha, 2009.

SK Direktur No: K.0058.XVII/PPS/VI/2015 tentang Panduan Penulisan

Proposal Tesis dan Tesis S2 IIQ Jakarta

Suhanah, "Dampak Sosial Perbedaan Pendapat dalam Penentuan Awal

Ramadhân dan 1 Syawal terhadap Umat Islam di kota Semarang" dalam

Jurnal Harmoni, Volume 11, Nomor 2, April – Juni 2012.

Sultan, A.H. The Observatory:First Visibility Of The Lunar Crescent: Beyond

Danjon‟s Limit, Ed. 127, No 1, 53-59, Yemen: Physics Department,

Sana‟a University, 2007.

Sunarto, S.HI, Menuju Titik Temu Muhammadiyah – NU Dalam Penentuan

Awal Bulan Kamariah, UIN Jakarta, Tesis, 2005.

Page 42: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

168

Surat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tanggal 27 Agustus 2011 nomor

521/INS/I.0/E/2011 tentang Intruksi Pelaksanaan Shalat Idul Fitri tahun

1432 H.

Suratmaputra, Ahmad Munif, Dr. KH., Hukum Islam Problematika dan

Solusinya, Cet. I, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 346

Syafi‟i, Imam, Ringkasan Kitâb al-Umm, terj. Abû Abdillâh Muhammad

Idris, Jakarta: Pustaka Azam, 2006.

Syākir, Ahmad Muhammad, Syaikh, Awā-il al-Syuhūr al-`Arabiyyah; Hal

Yajūzu Syar`an Itsbātuhā bi al-Hisāb al-Falaki?, Kairo: Maktabah

Musthofa al-Bâbî al-Halabî,1357 H.

Widiana, Wahyu, Drs., dan Farid Ismail (eds.), “Kriteria Imkân ar-Ru'yat

Menurut Kerjasama Negara-Negara MABIMS” dalam Hisab Rukyat;

Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Tasikmalaya: Yayasan Asy-Syakirin

Rajadatu Cineam, 2005.

Wahidi, Ahmad, "Menyatukan Penetapan 1 Ramadhan, Syawal, dan

Dzulhijah di Indonesia", dalam Juricdictie, Jurnal Hukum dan Syariah,

Vol 2, Nomor 2, Desember 2011

_____________, Hisab Rukyat; Jembatan Menuju Pemersatu Umat, Editor:

Farid Ismail dan Sriyatin Shadiq Tasikmalaya: Yayasan Asy-Syakirin

Rajadatu Cineam, 2005

_____________, Kebijaksanaan Pemerintah Indonesia Dalam Menyikapi

Permasalahan Hisab Rukyat di Tingkat Nasional dan Internasional,

Tasikmalaya: Yayasan As-Syakirin Rajadatu Cineam, 2005.

Yayasan Penyelenggara Penerjemah / Penafsir Al-Qur‟ân, Al-Qur‟ân dan

Terjemahannya, Jakarta: PT Bumi Restu, t.t.

Yusuf, Choirul Fuad dan Bashori A. Hakim, (ed.), Hisab Rukyat dan

Perbedaannya, Jakarta: Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan

Hidup Beragama Puslitbang Kehidupan Beragama Badan Litbang

Agama dan Diklat Keagamaan, 2004.

Zaidân, Abdul Karîm, Dr. Al-Wajîz fî Ushûl al-Fiqh, Beirut: Muassasah ar-

Risâlah, 1427 H.

Page 43: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

169

Lampiran 1

Hasil Wawancara Mengenai Dampak Perbedaan Penetapan Awal Bulan

Kamariah di Kabupaten Banyuwangi, Jatim1

1) Ibu Aminah dalam penuturannya:

“Di sini itu orang yang lebaran Senen dianggap ya orang

muhammadiyah”.

2) Begitu juga bapak Wiyono mengatakan:

“Poko‟e lek ono wong sek bedo teko wong-wong nang kene, mesti wong

iku ikut muhammadiyah paling”.47

(Pokoknya kalau ada orang yang

berbeda dari orang-orang sekitar, maka pasti orang tersebut mengikuti

muhammadiyah).

Beberapa komentar di atas muncul sebagai akibat dari dualisme

penentuan Syawal 1427 H antara PCNU Jawa Timur dengan PBNU pusat.

PBNU Menetapkan Idul Fitri bersama dengan Pemerintah, sementara PCNU

sesuai dengan ikhbarnya menetapkan Idul Fitri lebih dahulu satu hari

bersamaan dengan Muhammadiyah.

Lebih jauh adanya dualisme penentuan awal bulan Syawal 1427 H juga

menimbulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Kebingungan ketika akan menerima tamu yang mau berkunjung

kerumahnya sebab dirinya masih berpuasa. Akhirnya dia memutuskan

untuk menutup pintu, menolak tamu yang datang kerumah.

2) Resah dan mencari informasi ke daerah yang lain sebagaimana yang

diungkapkan Bapak Suratmin sebagai berikut: “Ya waktu itu resah, terus

mencari info dari daerah Wonorejo yang sudah ada takbiran, setelah

tahu ada daerah sebelah takbiran, maka saya ikut takbiran dan

besoknya saya lebaran”.

3) Menjadi bahan gunjingan masyarakat sekitar kerena berbeda dengan

yang lain sebagaimana diungkapkan Ibu Masruroh dalam penuturannya:

“Tetangga saya itu hari rayanya hari Senin, saya bingung kok mereka

kayak gitu. Terus saya bilang ke orang-orang dan kata orang-orang kok

sewang-sewangan (berbeda) gitu she (sih)? ya itu terus orang itu banyak

yang ngerasani (gunjingkan)”.

4) Merasa tertekan dan terpaksa sebagimana dituturkan bapak Sapuan:

“Kerono kulo tiang bodoh, dados kulo nderek tiang-tiang mriki. Lek

mboten nderek tiang-tiang mriki, kulo wedhi dirasani kale tiang

mriki”.51

(Karena saya orang yang bodoh, jadi saya ikut orang-orang

sekitar. Kalau tidak ikut dengan orang-orang sekitar, saya khawatir

digunjing oleh masyarakat sekitar).

1 Qorinatul Husna, "Perbedaan Sistem Penentuan Awal Bulan Syawal 1427 H

masyarakat Nahdhiyyin Banyuwangi" dalam Jurnal Jurisdictie, Vol 2, No 2, 12-2011, h.

155-156

Page 44: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

170

5) Didiamkan, tidak disapa, tidak diajak bicara sebagaimana terjadi pada

Pak Abdurrahman: “Saya kan ikut hari Senin, terus saya dimenengi

(didiamkan, tidak disapa, tidak diajak bicara) sama pak RT, terus dia

bilang saya bikin kesruh (ribut). Padahal saya lebarannya diam saja

dirumah”.

6) Timbunya keraguan dalam melaksanakan hari raya sebagaimana yang

dialami ibu Apid: “Waktu dino Seloso aku ndelok ulan tidak sebundar

seperti tanggal siji, aku dadi yakin lek tanggal siji iku senin. Tapi aku

wingi kan lebaran seloso, terus lek ngono iku piye yo endane?”.53

(Waktu hari selasa saya melihat bulan tidak sebundar seperti tanggal

satu, jadi waktu itu saya yakin kalau hari rayanya hari senin, tapi saya

kemarin sudah terlanjur mengikuti hari raya hari selasa, terus kalau

seperti itu bagaimana?).

7) Timbulnya ketidakpercayaan terhadap keputusan organisasi keagamaan

sebagaimana bisa disimpulkan dalam penuturan ibu Latifah: “Kalo

biasanya aku ikut mak (ibu) tapi tahun yang kemarin ini aku ikut sama

suamiku. Soalnya sampai malam senin iku kan masih ruwet beritanya,

jadi daripada gitu ya wes aku besoknya ikut suamiku sholat di lapangan.

Kan kalo di sini iku yang sholat di lapangan biasanya muhammadiyah. ”

8) Berpotensi terjadinya hubungan yang tidak harmonis antara suami, istri,

anak, atau orang tua karena berbeda waktu merayakan hari raya. Hal

demikian dapat disimpulkan dari penuturan Ibu Latifah di atas.

9) Kebingungan dalam membayar zakat fitrah sebab masyarakat

menganggap bahwa membayar zakat fitrah harus akhir Ramadhan atau

awal Syawal.

Page 45: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

171

Lampiran 2

Data Penetapan Awal Ramadhan, Syawal, & Dzulhijjah (1408-1436) H 2

2 Muthoha Arkanuddin, 23 Tahun Keputusan Sidang Isbat Penentuan Awal Bulan

Ramadhan, Syawwal dan Zulhijjah di Indonesia (Updated), (Yogyakarta, t.p., t.t.). Untuk

data penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Zulhijjah tahun (1434-1436) H,

dirangkum dari banyak sumber.

Tahun Bulan Ijtimak (WIB) Tanggal

Rukyat Tinggi

Hilal

Keputusan Pem.RI Keterangan Hasil

Isbat Awal

Bulan

1436

Zulhijjah - - - - - -

Syawwal 16/07/2015@08:21 16/07/2015 -2,32 Istikmal 18/07/2015 Serempak

Ramadhan 16/06/2015@21:05 16/06/2015 3,62 Rukyat 17/06/2015 Serempak

1435

Zulhijjah 24/09/2014@14:13 24/09/2014 2° 59' Rukyat 26/09/2014 Serempak

Syawwal 27/07/2014@05:42 27/07/2014 3° 37' Rukyat 28/07/2014 Serempak

Markaz: Malang

Ramadhan 26/06/2104@17:02 26/06/2104 0° 42' Istikmal 28/06/2104 Muhammadiyah (H-1)

1434

Zulhijjah 05/10/201307:36 05/10/2013 3° 03' Rukyat 05/10/2013 Serempak.

Syawwal 7/8/2013@04:51 7/8/2013 3° 51' Rukyat 08/08/2013 Serempak Markaz: Malang

Ramadhan 08/07/201314:15 8/7/2013 0° 44' Istikmal 10/07/2013 Muhammadiyah (H-1),

1433

Zulhijjah 15/10/12 @19:04 15/10/12 -3° 23' istikmal 17/10/12 Serempak

Syawwal 17/08/12 @ 22:56 18/08/12 6° 45' RUKYAT 19/08/12 Serempak Rukyat CCD DITERIMA

Ramadhan 19/07/12 @ 11:26 19/07/12 1° 02' istikmal 21/07/12 Klaim rukyat Cakung DITOLAK Muhammadiyah (H-1)

1432

Zulhijjah 27/10/11 @ 02:58 27/10/11 6° 04' RUKYAT 28/10/11 Serempak Klaim rukyat DITERIMA

Syawwal 29/08/11 @ 10:06 29/08/11 1° 13' stikmal 31/08/11 Klaim rukyat Cakung DITOLAK Muhammadiyah (H-1)

Ramadhan 31/07/11 @ 01:42 31/07/11 6° 26' RUKYAT 1/08/11 Serempak Klaim rukyat Bangkalan,

Makassar dan Condrodipo

DITERIMA

1431

Zulhijjah 06/11/10 @ 11:53 06/11/10 1° 17' istikmal 08/11/10 Serempak Syawwal 08/09/10 @ 17:32 08/09/10 -2° 24' istikmal 10/09/10 Serempak

Ramadhan 10/08/10 @ 10:10 10/08/10 2° 29' RUKYAT 11/08/10 Serempak Klaim rukyat Cilincing,

Probolinggo, Bengkulu dan

Condrodipo DITERIMA

1430

Zulhijjah 17/11/09 @ 02:16 17/11/09 5° 25' RUKYAT 18/11/09 Serempak

Klaim rukyat Gresik dan

Semarang DITERIMA

Syawwal 19/09/09 @ 01:46 19/09/09 5° 23' RUKYAT 20/09/09 Serempak Klaim rukyat dari Sukabumi, dan

Cakung DITERIMA Ramadhan 20/08/09 @ 17:04 20/08/09 -2° 01' istikmal 22/08/09 Serempak

NU rukyat pada 21/08/09 berhasil

1429

Zulhijjah 27/11/08 @ 23:56 27/11/08 -4° 47' istikmal 29/11/08 Serempak Syawwal 29/09/08 @ 15:14 29/09/08 -1° 42' istikmal 01/10/08 Serempak

Ramadhan 31/08/08 @ 03:00 31/08/08 5° 03' RUKYAT 01/09/08 Serempak Klaim rukyat Gresik, Jogja,

Lampung, Jabar DITERIMA

1428 Zulhijjah 10/12/07 @ 00:42 09/12/07 -4° 02' istikmal 11/12/07 Serempak

Page 46: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

172

Syawwal 11/10/07 @ 12:02 11/10/07 0° 22' istikmal 13/10/07 Klaim rukyat Cakung DITOLAK Muhammadiyah (H-1)

Ramadhan 11/09/07 @ 19:46 11/09/07 -2° 22' istikmal 13/09/07 Serempak

1427

Zulhijjah 20/12/06 @ 21:02 20/12/06 -2° 04' istikmal 22/12/06 Serempak

Syawwal 22/10/06 @ 12:16 22/10/06 0° 31' istikmal 24/10/06 Klaim rukyat Cakung dan

Bangkalan DITOLAK Muhammadiyah, NU Jatim (H-1)

Ramadhan 22/09/06 @ 18:46 22/09/06 -1° 44' istikmal 243/11/06 Serempak

1426

Zulhijjah 31/12/05 @ 10:14 31/12/05 4° 10' RUKYAT 01/01/06 Serempak Klaim rukyat Cakung dan Malang

DITERIMA

Syawwal 02/11/05 @ 08:26 02/11/05 2° 52' RUKYAT 03/11/05 Serempak Klaim rukyat Cakung dan Gresik

DITERIMA Ramadhan 03/10/05 @ 17:30 03/10/05 -1° 04' istikmal 05/10/05 Serempak

1425

Zulhijjah 10/01/05 @ 19:03 10/01/05 -0° 23' istikmal 12/01/05 Serempak Syawwal 12/11/04 @ 21:28 12/11/04 -3° 34' istikmal 14/11/04 Serempak

Ramadhan 14/10/04 @ 09:50 14/10/04 2° 55' RUKYAT 15/10/04 Serempak Klaim rukyat Cakung

DITERIMA

1424

Zulhijjah 22/01/04 @ 04:06 21/01/04 -4° 51' istikmal 23/01/04 Serempak

Syawwal 24/11/03 @ 06:00 24/11/03 5° 31' RUKYAT 25/11/03 Serempak Klaim Cakung, Dermaga Biak,

Klender, Bangkalan DITERIMA Ramadhan 25/10/03 @ 19:52 25/10/03 -2° 12' istikmal 27/10/03 Serempak

1423

Zulhijjah 01/02/03 @ 17:50 01/02/03 0° 49' istikmal 03/02/03 Muhammadiyah (H-1) Syawwal 04/12/02 @ 14:36 04/12/02 0° 31' istikmal 06/12/02 Muhammadiyah (H-1)

Ramadhan 05/11/02 @ 03:36 05/11/02 7° 02' RUKYAT 06/11/02 Serempak Klaim rukyat Klender dan

Pelabuhan Ratu DITERIMA

1422

Zulhijjah 12/02/02 @ 14:42 12/02/02 2° 12' RUKYAT 13/02/02 Serempak Klaim rukyat Cakung (hujan)

DITERIMA

Syawwal 15/12/01 @ 03:48 15/12/01 5° 48' RUKYAT 16/12/01 Serempak Klaim rukyat Cakung, Malang,

Pelabuhanratu DITERIMA Ramadhan 15/11/01 @ 13:42 15/11/01 1° 09' istikmal 17/11/01 Muhammadiyah (H-1)

1421

Zulhijjah 23/02/01 @ 15:22 23/02/01 1° 51' RUKYAT 24/02/01 Serempak,

Klaim rukyat Blitar DITERIMA Syawwal 26/12/00 @ 00:24 25/12/00 -4° 18' istikmal 27/12/00 Serempak

Ramadhan 26/11/00 @ 06:12 26/11/00 4° 24 RUKYAT 27/11/00 Serempak Klaim rukyat Klender

DITERIMA

1420 Zulhijjah 06/03/00 @ 12:18 06/03/00 3° 06' imkan 07/03/00 NU (H+1) Syawwal 07/01/00 @ 01:16 06/01/00 -4° 59' istikmal 08/01/00 Serempak

Ramadhan 08/12/99 @ 05:34 07/12/99 -6° 36' istikmal 09/12/99 Serempak

1419 Zulhijjah 18/03/99 @ 01:50 17/03/99 -3° 41' istikmal 19/03/99 Serempak Syawwal 17/01/99 @ 22:48 17/01/99 -4° 11' istikmal 19/01/99 Serempak

Ramadhan 19/12/98 @ 05:44 18/12/98 -7° 17' istikmal 20/12/98 Serempak

1418

Zulhijjah 28/03/98 @ 10:16 28/03/98 3° 56' imkan 29/03/98 Serempak

Syawwal 28/01/98 @ 13:02 28/01/98 0° 18' istikmal 30/01/98 Klaim Cakung dan Bawean

DITOLAK Muhammadiyah, NU Jatim (H-1)

Ramadhan 29/12/97 @ 23:58 28/12/98 -5° 16' istikmal 31/12/98 Serempak

1417

Zulhijjah 07/04/97 @ 18:04 07/04/97 -0° 35' istikmal 09/04/97 Serempak Syawwal 07/02/97 @ 22:06 07/02/97 -0° 59' istikmal 09/02/97 Serempak

Ramadhan 09/01/97 @ 11:26 09/01/97 5° 48' RUKYAT 10/01/97 Serempak, Klaim Manado, Rembang,

Cakung DITERIMA

Page 47: PERSETUJUAN PEMBIMBING - repository.iiq.ac.id

173

1416 Zulhijjah 18/04/96 @ 05:50 18/04/96 4° 44' imkan 19/04/96 Serempak Syawwal 19/02/96 @ 06:32 19/02/96 2° 51' RUKYAT 20/02/96 Serempak

Ramadhan 20/01/96 @ 19:52 20/01/96 -4° 01' istikmal 22/01/96 Serempak

1415

Zulhijjah 30/04/95 @ 00:38 30/04/95 6° 16' imkan 01/05/95 Serempak Syawwal 01/03/95 @ 06:32 01/03/95 -3° 43' istikmal 03/03/95 Serempak

Ramadhan 31/01/95 @ 05:50 31/01/95 2° 49' RUKYAT 01/02/95 Serempak, Klaim rukyat Cakung

DITERIMA

1414 Zulhijjah 11/05/94 @ 00:08 11/05/94 6° 14' imkan 12/05/94 Serempak Syawwal 12/03/94 @ 14:06 12/03/94 -1° 58' istikmal 14/03/94 NU Jatim (H-1)

Ramadhan 10/02/94 @ 21:32 10/02/94 -4° 54' istikmal 12/02/94 Serempak

1413

Zulhijjah 21/05/93@ 21:08 21/05/93 -3° 17' istikmal 23/05/93 Serempak

Syawwal 23/03/93 @ 14:16 23/03/93 -2° 15' istikmal 25/03/93 Indonesia NU (H-1)

Ramadhan 21/02/93 @ 20:06 21/02/93 -4° 19' istikmal 23/02/93 Serempak

1412

Zulhijjah 01/06/92 @ 10:58 01/06/92 1° 48' istikmal 03/06/92 Muhammadiyah menerima

Imkanurrukyat MABIMS Syawwal 03/04/92 @ 12:04 03/04/92 -1° 17' istikmal 05/04/92 Klaim rukyat Jtim > NU (H-1)

Ramadhan 04/03/92 @ 20:24 04/03/92 -4° 28' istikmal 06/03/92 Serempak

(Thn. disepakati Kriteria

MABIMS)

1411

Zulhijjah 12/06/91 @ 19:08 12/06/91 -2° 45' istikmal 14/06/91 Serempak

Syawwal 15/04/91 @ 02:40 15/04/91 3° 35' RUKYAT 16/04/91 Serempak Klaim rukyat Pelabuhan Ratu,

Cakung, Klender DITERIMA Ramadhan 16/03/91 @ 15:12 16/03/91 -2° 19' istikmal 18/03/91 Serempak

1410 Zulhijjah 23/06/90 @ 01:56 23/06/90 7° 22' imkan 24/06/90 Serempak Syawwal 25/04/90 @ 11:27 25/04/90 -0° 22' istikmal 27/04/90 Serempak

Ramadhan 27/03/90 @ 02:50 27/03/90 3° 50' imkan 28/03/90 Serempak

1409 Zulhijjah 03/07/89 @ 11:59 03/07/89 1° 30' istikmal 05/07/89 Serempak Syawwal 06/05/89 @ 18:48 06/05/89 8° 19' imkan 07/05/89 Serempak

Ramadhan 06/04/89 @ 10:33 06/04/89 0° 28' istikmal 08/04/89 Muhammadiyah (H-1)

1408

Zulhijjah 14/07/88 @ 11:59 14/07/88 4° 52' imkan 15/07/88 Serempak

Syawwal 16/05/88 @ 05:12 16/05/88 2° 59' RUKYAT 17/05/88 Serempak Klaim rukyat Cakung dan

Klender DITERIMA Ramadhan 16/04/88 @ 19:02 16/04/88 -3° 17' istikmal 18/04/88 Serempak