analisis penerapan surat edaran bi no. 14/33/dpbs...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENERAPAN SURAT EDARAN BI No. 14/33/DPBS TAHUN 2013
TERHADAP JUMLAH NASABAH PEMBIAYAAN PEMILIKAN KENDARAAN
BERMOTOR RODA EMPAT PADA PT. BNI SYARIAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh:
Sahla Komalasari
NIM. 1111046100007
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/ 2016
v
ABSTRACT
Sahla Komalasari, 1111046100007, "analysis of the application of BI Circulars
No. 14/33/DPBS 2013 Against the number of Customer Financing four-wheeled
motor vehicle Ownership in PT. BNI Syariah ", strata program I, Program of
study, the concentration of Muamalat Islamic banking Shariah and law faculty,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
This Thesis aims to analyze the influence of circulars BI No
14/33/DPBS 2013 about cash advance restrictions on motor vehicle ownership
financing four wheels against the number of clients at the BNI Syariah KC North
Meruya Ilir, and analyze the strategies undertaken by Bank BNI Syariah post
issuance of Circulars BI No 14/33/DPBS by 2013.
Data collection was done through the primary data and the data of
skunder. Primary data obtained from direct interviews with the BNI Syariah,
whereas data skunder retrieved from WEB-related research and quantitative
analysis of simple Linear Regression mengunakkan SPSS Software versi 20,0
for Windows.
From the results of a simple linear regression test with a Dummy variable
SEBI known t =-2.298, by 0.031 significant 0.05 then, Ho < rejected and
accepted Ha which means there is a noticeable influence of the variable (X)
against variable (Y). The conclusion is that the Dummy variable SEBI has a very
significant influence against the number of customer financing period of four-
wheeled motor vehicle April 2012 until March 2014.
Keywords: BI Circulars No. 14/33/Dpbs 2013, Dummy SEBI
Advisor: Sofyan Rizal, SE, M.Si
vi
ABSTRAK
Sahla Komalasari, 1111046100007, “Analisis Penerapan Surat Edaran BI
No. 14/33/DPBS Tahun 2013 Terhadap Jumlah Nasabah Pembiayaan
Pemilikan Kendaraan Bermotor Roda Empat Pada PT.BNI Syariah”,
program strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh surat edaran BI No
14/33/DPBS tahun 2013 tentang batasan uang muka pada pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor roda empat terhadap jumlah nasabah pada BNI Syariah KC
Meruya Ilir Utara, dan menganalisis strategi yang dilakukan oleh Bank BNI
Syariah pasca dikeluarkannya Surat Edaran BI No 14/33/DPBS tahun 2013.
Pengumpulan data dilakukan melalui data primer dan data skunder. Data
primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak BNI Syariah,
sedangkan data skunder diperoleh dari WEB yang berkaitan dengan penelitian
serta analisis Kuantitatif Regresi Linier sederhana mengunakkan Software SPSS
versi 20,0 for Windows.
Dari hasil uji regresi linier sederhana dengan variabel Dummy SEBI
diketahui t = -2,298, dengan signifikan 0,031 < 0,05 maka, Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti ada pengaruh yang nyata dari variabel (X) terhadap
variabel (Y). Kesimpulannya adalah bahwa variabel Dummy SEBI mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap jumlah nasabah pembiayaan
kendaraan bermotor roda empat periode April 2012 sampai Maret 2014.
Kata Kunci : Surat Edaran BI No. 14/33/Dpbs Tahun 2013, Dummy SEBI
Pembimbing : Sofyan Rizal, SE, M.Si
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ANALISIS PENERAPAN SURAT EDARAN BI No. 14/33/DPBS TAHUN
2013 TERHADAP JUMLAH NASABAH PEMBIAYAAN PEMILIKAN
KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PADA PT. BNI SYARIAH”
Shalawat beriring salam penulis panjatkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW. yang telah membawa umat dari jaman jahiliyah sampai ke
zaman yang terang-benderang dan penuh dengan keilmuan yang sangat
berkembang saat ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini bisa terselesaikan berkat doa, Kerja
keras, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara lagsung ataupun
tidak langsung. oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang tulus kepada:
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A
2. Ketua program Studi Muamalat A.M. Hasan Ali M.A. dan Bapak Abdurrauf,
M.A Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarifhidayatullah Jakarta.
viii
3. Dosen Pembimbing Skripsi Bapak Sofyan Rizal, SE, M.Si yang telah
memberikan ilmu, motivasi, saran dan dengan sabar membimbing penulis
hingga terselesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan bapak.
4. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM selaku dosen
penasihat akademik yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam
berbagai hal.
5. Seluruh Dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang
bermanfaat selama ini.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakan Utama, Perpustakan Syariah dan Hukum,
yang telah menyediakan buku-buku yang diperlukan penulis sehingga
selesainya skripsi ini.
7. Seluruh Karyawan dan Karyawati BNI Syariah cabang Meruya Ilir Utara,
khususnya kepada Bapak Ahmad Syarifudin yang telah banyak membantu
penulis dalam melaksanakan penelitian.
8. Kedua orang tuaku tersayang Masyhuri,S.Ag dan Yuyun Wahyuni, yang
dengan tulus selalu mendo’akan, memberi motivasi yang tiada henti kepada
penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga
selalu berada dalam lindungan dan Ridho Allah SWT.
9. Kakak- kakakku tercinta Ulfa Ulufia,S.Sos.I dan Sefi Selfia,SE.Sy yang
menberikan motivasi dan membantu dalam penelitian serta my little hero
Adhwa El faiz yang selalu menghibur penulis.
ix
10. Sahabat-sahabatku Dewi, Mellia, Icha, Maliza, April, Ziah, Ocha, Darma,
Azri, Rizca, Rafiah, indah sari, widya, fipit, mawadah, ida, dan amel yang
telah menjadi sahabat terbaik selama ini, telah membantu dan memberikan
motivasi, yang tak henti-hentinya mendorong penulis agar menyelesaikan
skripsinya, terimakasih untuk kebaikan dan kasih sayang yang tulus kalian
berikan, semoga tali persaudaraan kita tetap terjaga dan selalu dalam
lindungan dan Ridho Allah SWT.
11. Sahabat-sahabat terbaikku Farah Azizah dan Asih Mulianty yang telah
membantu penulis dalam penelitian, yang mau diajak bersusah payah, panas-
panasan. Terimakasih untuk waktu yang berharga bersama kalian.
12. Untuk seluruh teman-teman seperjuangan PS A 2011 dan teman-teman
seperjuangan selama masa kuliah, kebaikan dan kebersamaan kalian tidak
pernah terlupakan.
13. Teman-teman KKN BARAYA 2014, Asih, Farah, Fahmi, Arif, Fia, Zulmi,
Haikal, Ulfa, Amy, Ama, Adi, Syaifa Terimakasih untuk semua kenangan dan
pengalaman hidup bermafaat yang tak terlupakan selama menjalani KKN
Semoga kalian bahagia dunia akhirat dan tali silaturahmi kita tetap terjaga
serta terimakasih banyak Septian Eko Suciyanto untuk kenangan-kenangan
manis selama KKN, dan banyak berjasa sampai akhir penulisan skripsi ini.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, baik secara langsung
maupun tidak langsung atas doa dan bantuannya kepada penulis, saya
ucapkan terima banyak. Semoga doa yang baik di ijabah oleh Allah SWT dan
kembali kepada kalian. Amiin amiin yaa robal alamin.
x
Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak
yang turut berperan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Karya Ini
dapat Bermanfaat bagi seluruh kalangan masyarakat dan para akademisi.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 03 Desember 2015
Sahla Komalasari
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... i
LEMBAR PENGESHAN ............................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ iv
ABSTRACT .................................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................................ 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
G. Review Studi Terdahulu ......................................................................... 9
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/33/DPBS
Tahun 2013 .............................................................................................. 13
B. Pembiayaan .............................................................................................. 15
C. Nasabah ................................................................................................... 35
D. Strategi Pemasaran ................................................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ................................................................................... 41
xii
B. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 42
C. Metode Analisis Data ............................................................................... 44
D. Metode Pengolahan Data ......................................................................... 44
E. Hipotesis .................................................................................................. 52
F. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................................ 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT Bank BNI Syariah ................................................ 54
B. Pembiayaan Kendaraan Bermotor BNI Syariah ..................................... 57
C. Uji Asumsi Klasik .................................................................................... 61
D. Uji Regresi Linier (Sederhana) ................................................................ 66
E. Uji Hipotesis ............................................................................................ 68
F. Interpretasi ............................................................................................... 73
G. Strategi Pemasaran BNI Syariah .............................................................. 76
BAB V PENUTUP.
A. Kesimpulan ............................................................................................. 78
B. Saran ....................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Profil Bank BNI Syariah ................................................................................. 54
Tabel 4.2 Batasan Uang Muka ....................................................................................... 59
Table 4.3 Persyaratan Dokumen .................................................................................... 59
Table 4.4 Persamaan Regresi Linier Sederhana ............................................................. 66
Table 4.5 Hasil Uji F (Simultan) .................................................................................... 69
Table 4.6 Hasil Uji Determinasi (R2).. ........................................................................... 71
Table 4.7 Hasil Uji t parsial.. ......................................................................................... 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Proses Pembiayaan ...................................................................................... 26
Gambar 4.1 : Uji Normalitas dengan Normal P-Plot.. ...................................................... 63
Gambar 4.2 : Uji Heteroskedastisitas .. ............................................................................. 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbankan Syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan
yang dikembangkan berdasarkan prinsip Syariah (hukum) Islam. Karena Islam
adalah suatu pandangan/cara hidup yang mengatur semua sisi kehidupan manusia,
maka tidak ada satupun aspek kehidupan manusia yang terlepas dari ajaran Islam,
termasuk aspek ekonomi.1 Manusia yang merupakan makhluk sosial tentunya
tidak lepas dari suatu kebutuhan. Dalam hal bidang ekonomi, kebutuhan hidup
manusia meliputi pangan, sandang, dan papan. Banyak berbagai macam upaya
dan tindakan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya tersebut.
Kita bisa lihat perbankan yang berlandaskan syariah muncul sebagai
dinamika perkembangan bank konvensional. Dengan di revisinya UU No.7 Tahun
1992 menjadi UU No.10 Tahun 1998 kini kedudukan bank syariah di Indonesia
secara hukum mulai menjadi kuat. Bahkan bukan hanya itu saja, di situ tertulis
bahwa bank konvensional diperbolehkan membuka unit yang berbasis syariah.
Sejak saat itu mulailah bermunculan bank konvensional yang membuka unit-unit
syariah.2 Bank syariah menjadi solusi dalam dunia perbankan pada saat ini, karena
pemerintah atau Bank Indonesia telah membuat undang-undang yang mengatur
tentang perbankan syariah yang terbaru yaitu Undang-undang Perbankan Syariah
1 M. Nur Rianto Al Arif, Teori Makro Ekonomi Islam: Konsep, Teori, dan Analisis,
(Jakarta: ALFABETA, 2010), hlm: 4. 2 Amir Machmud, Rukmana, Bank Syariah Teori, kebijakan dan studi Empiris di
Indonesia (Jakarta: Erlangga,2010), h. 6.
2
No. 21 tahun 2008 yang mengatur tentang perbankan syariah. Sehingga
Perbankan syariah makin berkembang hal itu terbukti dengan banyaknya bank
konvensional yang membuka unit syariah.
Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah. Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang pada prinsip syariah
secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqomah).3 Salah satu tujuan
perbankan syariah adalah untuk mensejahterakan masyarakat dengan
menggunakan prinsip prinsip syariah dalam kegiatan perbankannya.
Pada dasarnya kegiatan Bank syariah dapat di kelompokan kedalam 3 jenis
produk, yaitu produk simpanan (liability based product), seperti giro, deposito
dan tabungan. Produk asset (assets based product), seperti pembiayaan, dan
produk jasa-jasa (service based product), seperti pengiriman uang, save deposito
box, bank garansi, letter of credit dan sebagainya. Pendapatan bank sebagian
besar syariah sebagian besar masih dari imbalan (bagi hasil/margin/fee). Imbalan
tersebut diperoleh bank syariah dalam kegiatan usaha berupa pembiayaan. Oleh
karena itu pembiayaan masih merupakan kegiatan yang paling dominan pada bank
syariah.4 Kegiatan bank yang paling dominan adalah pembiayaan karena semakin
hari perkembangan perekonomian semakin berkembang.
3 Burhanudin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 29-30. 4 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: Kompas Gramedia, 2012), h.
87.
3
Dengan demikian semakin berkembangnya perekonomian suatu Negara,
semakin meningkatnya pula permintaan kebutuhan pendanaan selain dalam
proyek proyek pembangunan, Kebutuhan akan pendanaan transportasi kini juga
diminati oleh pihak konsumen itu sendiri. Salah satu pembiayaan transportasi
yang diminati adalah pembiayaan terhadap kepemilikan kendaran bermotor roda
empat.
Seiring dengan meningkatnya permintaan kredit kendaraan mobil atau yang
dikenal dalam bank yaitu pembiayaan terhadap kredit kendaraan bermotor (KKB)
berpotensi menimbulkan berbagai risiko maka bank perlu meningkatkan kehati-
hatian dalam penyaluran KKB. Selanjutnya untuk tetap menjaga perekonomian
yang produktif dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan dimasa yang
akan datang, Bank Indonesia membuat suatu kebijakan yang dapat memperkuat
ketahanan sektor keuangan untuk meminimalisir sumber sumber kerawanan yang
timbul, termasuk pertumbuhan KPR dan KKB yang berlebihan, sehingga
meningkatkan kehati-hatian bank dalam memberikan KPR dan KKB.
Pembiayaan terhadap permintaan kendaraan bermotor roda empat khususnya.
Semakin hari semakin meningkat bahkan setiap tahunnya tercatat hampir mobil
penumpang dengan 10,54 juta unit, atau juga naik 11% dari tahun sebelumnya,
9,524 juta unit.5 Oleh karena itu Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran No.
14/33/DPBS tahun 2013 tentang penerapan kebijakan produk Pembiayaan
Kendaraan Bermotor dan Pembiayaan Kepemilikan Rumah bagi Bank Umum
5 Agung Kurniawan, “Populasi Kendaraan Bermotor di Indonesia Tembus 104,2 Juta
Unit”,http://otomotif.kompas.com/read/2014/04/15/1541211/Populasi.Kendaraan.Bermotor.di.Ind
onesia.Tembus.104.2.Juta.Unit (diakses pada 20 Maret 2015).
4
Syariah dan Unit Usaha Syariah. Langkah tersebut diambil sebagi prinsip kehati-
hatian dan menekan pertumbuhan kendaraan bermotor.
Bank Indonesia (BI) telah meliris aturan tentang batasan uang muka pada
Kredit Kendaran Bermotor (KKB) di perbankan syariah. Aturan adanya uang
muka (Down Payment) di perbankan syariah itu sama dengan regulasi di
perbankan konvensional. Direktur Eksekutif Direktorat Perbankan Syariah Bank
Indonesia telah menjelaskan latar belakang kebijakan ini pada intinya bertujuan
menjaga stabilitas sistem keuangan dan memperkuat ketahanan perbankan dengan
mengedepankan prinsip kehati-hatian, adanya uang muka (Down Payment) untuk
pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor roda empat (mobil) pribadi, di
syaratkan kepada nasabah adanya uang muka (Down Payment) yaitu 30 persen.6
Setiap peraturan atau keputusan yang diambil akan membawa dampak tersendiri.
Begitu pula kebijakan peraturan yang diambil Bank Indonesia tentang batasan
uang muka terhadap kredit pembiayaan bermotor roda empat. Dengan batasan
uang muka yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia pertumbuhan kredit
kendaraan bermotor roda empat yang sebelumnya meningkat kini dengan adanya
peraturan tersebut membuat pertumbuhan bank menurun.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui pelaksanaan dari
penerapan Down Payment pada kredit kendaraan bermotor roda empat dan
bagaimana strategi yang dilakukan perbankan syariah dalam meningkatkan
pembiayaan kredit setelah diterapkannya peraturan adanya uang muka (Down
6 Bank Indonesia “ SE No.14/33/DPbS perihal Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan
Kepemikikan Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor bagi Bank Umun Syari’ah dan Unit
Syariah” http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/se_143312.htm (diakses 22 November
2013).
5
Payment) pada Kredit Kendaraan Bermotor Roda Empat (KKB). Untuk itu
penulis mencoba mengangkat pembahasan skripsi ini dengan judul “ANALISIS
PENERAPAN SURAT EDARAN BI No. 14/33/DPBS TAHUN 2013
TERHADAP JUMLAH NASABAH PEMBIAYAAN PEMILIKAN
KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT PADA PT. BNI SYARIAH”.
B. Identifikasi Masalah
Dari paparan di atas, penulis tertarik untuk mengidentifikasi masalah
secara umum. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengidentifikasi
masalah dengan sebuah kalimat.
1. Pengaruh pelaksanaan Surat Edaran BI No. 14/33/DPbS tahun 2013
tentang aturan batasan uang muka pada pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor roda empat.
2. Pembiayaan terhadap permintaan kendaraan bermotor roda empat
khususnya, semakin hari semakin meningkat bahkan setiap tahunnya
hal ini akan mengakibatkan timbulnya bubble kendaraan.
3. Analisis Strategi Pemasaran Kredit Kendaraan Bermotor Roda Empat
pada sistem Konvensional dan Syariah.
C. Pembatasan Masalah
Peneliti tidak mengidentifikasi semua masalah yang diteliti dikarenakan
adanya keterbatasan, waktu, tenaga dan teori-teori lain sebagainya serta
supaya penelitian yang dilakukan ini tidak diteliti secara mendalam. Untuk itu
peneliti memberikan batasan masalah
6
1. Tempat Penelitian : PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah cabang
Meruya Ilir Utara
2. Variable yang diteliti :
a. Analisis Pengaruh penerapan Surat Edaran BI No. 14/33/DPbs
tahun 2013 tentang uang muka terhadap pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor roda empat pada PT. Bank Negara Indonesia
(BNI) Syariah cabang Meruya Ilir Utara.
b. Strategi pemasaran bank dalam mengatasi penerapan Surat Edaran
BI No. 14/33/DPbs tahun 2013 tentang uang muka terhadap
pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor roda empat pada PT.
Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah cabang Meruya Ilir Utara.
c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah
nasabah periode April 2012- Maret 2014
d. Dummy DP sebagai variable control yang berkaitan dengan
pembiayaan di bank syariah
D. Perumusan Masalah
Di dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya penelitian yang dapat
memberikan arah yang menuju pada tujuan yang ingin dicapai, sehingga
dalam hal ini diperlukan adanya perumusan masalah yang akan menjadi
pokok pembahasan di dalam penulisan skripsi ini. Agar dapat terhindar dari
kesimpangsiuran dan ketidak konsistenan di dalam penulisan.
Berdasarkan hasil uraian dan latar belakang di atas dapat dirumuskan
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai beikut:
7
1. Bagaimana pengaruh penerapan Surat Edaran BI No. 14/33/DPbs tahun
2013 tentang uang muka pada pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor roda empat terhadap jumlah nasabah bank BNI Syariah?
2. Bagaimana strategi pemasaran bank untuk mengatasi peraturan BI No.
14/33/DPbs tahun 2013 tentang uang muka pada pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor roda empat terhadap minat nasabah?
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian ini sebenarnya ada kaitan dengan
permasalahan. Tujuan ini tidak sama dengan tujuan yang ada pada
sampul skripsi, yang merupakan tujuan formal (misalnya untuk
memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana), tetapi tujuan
disini berkenaan dengan tujuan dan manfaat peneliti dalam melakukan
penelitian.
Adapun tujuan dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis pengaruh dari surat edaran yang di berlakukan
Surat Edaran BI No. 14/33/DPbs tahun 2013 tentang Finance To
Value tentang Down Payment (uang muka) pada pembiayaan
pemilikan kendaraan bermotor roda empat pada PT. Bank Negara
Indonesia (BNI) Syariah cabang Meruya Ilir Utara?
b. Untuk mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan PT. Bank
Negara Indonesia (BNI) Syariah cabang Meruya Ilir Utara terhadap
peraturan BI No. 14/33/DPbs tahun 2013 Finance To Value tentang
8
Down Payment (uang muka) pada pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor roda empat?
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan
mengenai prosedur, pelakasanaan, pembiayaan pemilikan
kendaraan bermotor roda empat.
b. Bagi Perusahaan
Sebagai suatu informasi baru dan juga evaluasi untuk kedepannya
bagi lembaga-lembaga terkait guna mewujudkan sistem perbankan
yang murni berbasis syariah dalam melakukan pembiayaan
pemilikan kendaraan bermotor roda empat.
c. Bagi Pihak-pihak lain
Sebagai bahan pembelajaran dan pemahaman tambahan informasi
baru yang positif tentang bagaimana strategi Bank Syariah dalam
meningkatkan pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor roda
empat setelah diberlakukannya peraturan BI No, 14/33/DPbs tahun
2013. Serta tambahan informasi kenapa Bank Indonesia
menerapkan Finance To Value (FTV) tentang Down Payment
(uang muka) pada pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor roda
empat.
9
G. Riview Studi Terdahulu
Dalam penelitian mengenai dampak dari peraturan BI No. 14/33/DPbs
tahun 2013 tentang Finance To Value terhadap Down Payment (uang muka)
pembiayaan kepemilikan kendaraan bermotor roda empat dan strategi yang
dilakukannya, maka penulis akan memperlihatkan beberapa refrensi dari
beberapa judul laporan ilmiah, skripsi seperti di bawah ini:
1. Ana Fiandani Sofyana, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program
Studi Muammalat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014. Dampak
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/40/DKMP Tahun 2013.
Fokus masalah tersebut adalah terhadap pembiayaan kendaraan
bermotor PT. Bank Syariah Mandiri.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif regresi
dengan variabel dummy dan regresi linier berganda menggunakan
software spss versi 21,0 for windows. Hasil dari penelitian ini
adalah dari uji regresi linier berganda, variabel (X) berpengaruh
secara keseluruhan terhadap pembiayaan kendaraan bermotor (
49,6% ) dan uji f menunjukan pengaruhnya secara keseluruhan.
Sedangkan secara parsial ketiga variabel bebas yaitu: SE BI No.
15/40/DKMP, Inflasi, BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan
karena nilai t-hitung ketiga variabel bebas lebih besar taraf alpha
0,05. Hal ini karena BSM telah melakukan strategi khusus guna
mengantisipasi kebijakan tersebut yaitu adanya program COP (Car
Ownership Program). Sehingga pembiayaan kendaraan bermotor di
10
BSM setelah adanya kebijakan DP tersebut relatif stabil dan
cenderung meningkat setiap bulannya.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian saya adalah sama-sama
membahas tentang uang muka kendaraan bermotor. Perbedaannya
penelitian yang saya lakukan adalah Surat Edaran BI No.
14/33/DPbs tahun 2013 dan lebih memfokuskan kepada kendaraan
bermotor roda empat dan tempat penelitian yaitu BNI Syariah KC
Meruya.
2. Muhamad Afiyudin Fakultas Agama Islam/ Perbankan Syariah,
Universtitas Prof.DR.Hamka, tahun 2013. Dampak Penerapan
Peraturan BI No. 14/33/Dpbs Terhadap Pembiayaan Kredit
Pemilikan Rumah. (studi kasus Bank Syariah Mandiri KCP
PalMerah). Fokus masalah dalam penelitian tersebut adalah untuk
mengetahui dengan jelas bagaimana dampak yang terjadi pada
pembiayaan kepemilikan rumah dan strategi pemasaran yang
dilakukan oleh bank syariah pasca dikeluarkannya Peraturan BI No.
14/33/DPbs.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa
adanya uang muka pada pembiayaan kredit pemilikan rumah
membawa dampak negatif juga positif untuk bank. Dampak
negatifnya nasabah yang melakukan pembiayaan rumah di atas 70
11
m2 agak berkurang, sedangkan untuk dampak positifnya bank
terhindar dari pembiayaan bermasalah.
Persamaan penelitian ini dengan saya adalah sama-sama membahas
tentang uang muka (Downt Payment). Perbedaan penelitian saya
adalah terhadap objeknya yaitu terhadap jumlah nasabah pemilikan
kendaraan bermotor roda empat dan juga lokasi penelitian yaitu
BNI Syariah KC Meruya Ilir.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulsan diperlukan agar dapat dijadikan arah dalam
pembahasan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu sesuai dengan masalah
yang dirumuskan, maka dalam karya ilmiah skripsi ini, penulis bagi menjadi
5 (lima) bab yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Sebagai gambaran umum tentang penulisan skripsi. Pada bab ini
diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka (Review Kajian
Terdahulu), Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Menjelaskan tentang peraturan BI No. 14/33/DPbs tahun 2013 tentang,
Pembiayaan Pemilikan Kendaraan Bermotor Roda Empat, Down Payment
dalam Finance To Value pada pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor,
bagaimana strategi terhadap pembiayaan yang akan dilakukan oleh bank
syariah.
12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ketiga akan diuraikan metode penelitian yang digunakan
dalam penyusunan skripsi ini. Sub bab dari metode penelitian ini adalah
tentang objek penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, teknik
pengumpulan data, metode analisa data dan metode pengolahan data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dimana pada bab ini penulis akan memaparkan tentang suatu penelitian
yang dilakukan pada bank syariah mengenai analisis pengaruh penerapan
surat edararan yang diterapkan oleh BI No. 14/33/DPbs tahun 2013 tentang
pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor roda empat. Dan bagaimana
strategi yang akan dilakukan oleh bank syariah untuk bisa menarik minat
suatu nasabah agar bisa menaikan pembiayaan terhadap pemilikan kendaraan
bermotor roda empat.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini akan memuat suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang
telah dialakukan dan memberikan suatu saran yang berkaitan dengan
permasalahan yang sedang dialami untuk memperoleh suatu solusi atas
permasalahan tersebut.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 14/33/DPBS tahun 2013
Terhadap Pembiayaan Kendaraan Bermotor
pembiayaan KKB iB yang terlalu ekspansif dapat meningkatkan risiko
kredit bagi bank. Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dan
peningkatan peran perbankan syariah dalam mendukung pertumbuhan
perekonomian nasional melalui pembiayaan yang produktif maka
sebagaimana yang telah diberlakukan untuk perbankan konvensional,
perbankan syariah perlu menetapkan kebijakan terkait dengan pembiayaan
KPR iB dan KKB iB. Kebijakan dalam pembiayaan KPR iB dan KKB iB
pada perbankan syariah dilakukan dengan tetap memperhatikan karakteristik
produk perbankan syariah termasuk fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).
Pembiayaan KKB iB pada perbankan syariah dipersyaratkan adanya
uang muka (Down Payment) dari nasabah yaitu1:
1. untuk pembelian kendaraan bermotor roda dua atau roda tiga = 25%
2. untuk pembelian kendaraan bermotor roda empat untuk keperluan non
produktif = 30%
3. untuk pembelian kendaraan bermotor roda empat atau lebih untuk
keperluan produktif = 20%
1 Otoritas Jasa Keuangan, “Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/33/DPbS”
http://www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-14-33-dpbs (diakses 22 April 2015).
14
yaitu bila memenuhi salah satu syarat:
a. merupakan kendaraan angkutan orang atau barang yang memiliki
izin yang dikeluarkan oleh pihak berwenang untuk melakukan
kegiatan usaha tertentu; atau
b. diajukan oleh perorangan atau badan hukum yang memiliki izin
usaha tertentu yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan
digunakan untuk mendukung kegiatan operasional usaha yang
dimiliki.
Keluarnya peraturan untuk pembiayaan kendaraan bermotor syariah ini
mempunyai tujuan,salah satunya, untuk memberikan kesetaraan pengaturan
sehingga tidak terjadi regulatory arbitrage antara pembiayaan konvensional
dan pembiayaan syariah.2 Dengan dikeluarkannya pembatasan atas uang
muka kredit pemilikan kendaraan bermotor baik secara syariah maupun
konvensional diharapkan meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran
pembiayaan dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Oleh karena itu, bank menerapkan peraturan Down Payment. Agar
dapat membantu meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional melalui
pembiayaan produktif maka perbankan syariah harus menetapkan kebijakan
terkait dalam pembiayaan kendaraan bermotor (KKB iB) khususnya roda
empat.
2 Khandra, “Down Payment Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor Syariah”
http://pencaricerah.com/2012/12/27/downpayment-pembiayaan-kepemilikan-kendaraan-bermotor-
syariah/ (diakses 22 April 2015).
15
B. Pembiayaan
1. Definisi Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan
pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah
kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan
yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.
Menurut Pasal 1 butir 25 Undang-undang No. 21 tahun 2008
pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan
itu berupa3:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna’.
d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh.
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu
3 Bank Indonesia, “ Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008”
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf. (diakses 27
September 2015).
16
tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Sebagaimana
firman Allah swt, dalam surat Shad [38] : 24
Artinya : Daud berkata “sesungguhnya dia telah berbuat zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada
kambingnya.”“Dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang
berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang
lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh;
dan amat sedikitlah mereka ini.”4
Istilah pembiayaan juga pada dasarnya lahir dari pengertian I believe, I
trust, yaitu „saya percaya‟ atau „saya menaruh kepercayaan‟. Perkataan
pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust) yang berarti bank menaruh
kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan
oleh bank selaku shahibul maal. Dana tersebut harus digunakan dengan
benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas serta
saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.5 Sebagaimana firman Allah
swt, dalam surat An-Nisa [4] : 29.
4 QS Shad : 24
5 Veithzal Rivai H dan Arviyan Arifin H, Islamic Banking: Sebuah Teori ,Konsep, dan
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 698
17
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” 6
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin menjelaskan, pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan bagi hasil.7 Oleh karena itu ketika kita ingin melakukan
peminjaman terhadap bank/ lembaga keuangan kita harus mempunyai
konsekuensi terhadap aturan yang diberlakukan oleh bank/ lembaga
keuangan.
Dalam perbankan konvensional, pembiayaan biasa disebut kredit.
Kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan atau
angsuran sesuai dengan membayar cicilan atau angsuran sesuai dengan
perjanjian. Dapat diartikan bahwa kredit bisa berbentuk barang atau
berbentuk uang. Baik kredit berbentuk barang atau berbentuk uang dalam hal
6 QS An Nisa : 29.
7 Veithzal Rivai H dan Arviyan Arifin H, Islamic Banking: Sebuah Teori ,Konsep, dan
Aplikasi, h. 700.
18
pembayarannya adalah dengan menggunakan metode angsuran.8 Di dalam
perbankan syariah, istilah kredit tidak dikenal, karena bank syariah memiliki
skema yang berbeda dengan bank konvensional dalam menyalurkan dananya
kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan.9 Oleh sebab itu perbedaan antara
bank konvensional dan bank syariah dalam menyalurkan pembiayaaan dan
kredit itu sangat berbeda dikarenakan prinsip dan skema yang berbeda.
Di dalam perbankan syariah, pembiayaan yang diberikan kepada pihak
pengguna dana berdasarkan pada prinsip syariah. Aturan yang digunakan
yaitu sesuai dengan hukum Islam.10
Jadi bank syariah akan memilah dalam
menyalurkan dananya kepada pihak lain.
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berbeda dengan kredit
yang diberikan bank konvensional. Dalam perbankan syariah, return atass
pembiayaan tidak dalam bentuk bunga, akan tetapi dalam bentuk lain sesuai
dengan akad – akad yang disediakan di bank syariah.
Bank syariah dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah sangat
berhati-hati, agar pembiayaan yang diberikan tidak digunakan untuk hal-hal
yang dilarang oleh syariah, seperti terdapat unsur riba dalam usaha nasabah,
memproduksi minuman beralkohol, perjudian, diskotik, rokok dan lain
sebagainya. Berbeda dengan bank konvensional dalam memberikan kredit
8 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
h. 72. 9 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenada Group, 2011), h. 103 .
10 Ismail, Manajemen Perbankan, h. 94.
19
kepada nasabah, bank tidak perduli pinjaman yang diberikan kepada nasabah
akan digunakan untuk usaha halal atau haram. Hal inilah yang membedakan
pembiayaan bank syariah dengan bank konvensional.
2. Jenis-Jenis Pembiayaan
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan defisit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan
usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut:
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi
kebutuhan11
: 1) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu
jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan
kualitas atau mutu hasil produksi; dan 2) untuk keperluan perdagangan
atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
11
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001),
h. 160
20
Unsur-unsur modal kerja terdiri atas komponen-komponen alat
likuid (cash), piutang dagang dan persediaan yang umumnya terdiri atas
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi. Oleh karena itu, pembiayaan modal kerja merupakan salah
satu atau kombinasi dari pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang dan
pembiayaan persediaan.
Bank syariah dapat membantu memenuhi seluruh kebutuhan modal
kerja tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan
menjalin hubungan partnership dengan nasabah, di mana bank bertindak
sebagai penyandang dana (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai
pengusaha (mudharib). 12
Pembiayaan semacam ini disebut dengan
mudharabah (trust financing).
Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu,
sedangkan bagi hasil dibagi secara periodik dengan nisbah yang
disepakati. Setelah jatuh tempo, nasabah mengembalikan jumlah dana
tersebut beserta porsi bagi hasil (yang belum dibagikan) yang menjadi
bagian bank.
Sementara itu, bank konvensional dapat kita jumpai adanya kredit
modal kerja yang dipergunakan untuk mendanai pengadaan persediaan.
Pola pembiayaan ini pada prinsipnya sama dengan kredit untuk mendanai
komponen modal kerja lainnya, yaitu memberikan pinjaman dengan
bunga. Bank syariah mempunyai mekanisme tersendiri untuk memenuhi
12
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h. 161
21
kebutuhan pendanaan persediaan tersebut, yaitu antara lain dengan
menggunakan prinsip jual beli dalam dua tahap. Tahap pertama, bank
mengadakan (membeli dari supplier secara tunai) barang-barang yang
dibutuhkan oleh nasabah. Tahap kedua, bank menjual kepada nasabah
pembeli dengan pembayaran tangguh dan dengan mengambil keuntungan
yang disepakati bersama antara bank dan nasabah.13
Oleh karena itu
dapat kita lihat bahwa sangat berbeda antara pembiayaan di bank
konvensional dengan syariah.
b. Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi diberikan kepada para nasabah untuk
keperluan investasi, yaitu keperluan penambahan modal guna
mengadakan rehabilitasi, perluasan usaha ataupun pendirian proyek baru.
Ciri-ciri pembiayaan investasi adalah untuk pengadaan barang-
barang modal, mempunyai perencanaan alokasi dana yang matang dan
terarah dan berjangka waktu menengah dan panjang. Pada umumnya,
pembiayaan investasi diberikan dalam jumlah besar dan pengendapannya
cukup lama.
Oleh karena itu, perlu disusun proyeksi arus kas yang mencakup
semua komponen biaya dan pendapatan-pendapatan sehingga akan dapat
diketahui berapa dana yang tersedia setelah semua kewajiban terpenuhi.
Setelah itu, barulah disusun jadwal amortisasi yang merupakan
angsuran (pembayaran kembali) pembiayaan. Skema yang digunakan
13
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h. 163
22
adalah al-ijarah al-muntahia bit-tamlik, yaitu menyewakan barang
modal dengan opsi diakhiri dengan kepemilikan.14
3. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan
nilai-nilai Islam.15
Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-
banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan
perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi
dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.
4. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya.
Masyarakat merupakan individu, pengusaha, lembaga, badan usaha, dan lain-
lain yang membutuhkan dana.16
Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi
antara lain:
a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa
Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini
seandainya belum tersedia uang sebagai alat pembayaran, maka
pembiayaan akan membantu melancarkan lalu lintas pertukaran barang
dan jasa.
14
M. Syafi‟i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, h. 167 15
Gokmat, “Definisi Pembiayaan” http://gokmat20.blogspot.com/2010/07/definisi-
pembiayaan.html, (diaskses 22 September 2015). 16
Ismail, Perbankan Syariah, h. 108.
23
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaat idle fund
Bank dapat mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang memerlukan dana. Pembiayaan merupakan satu cara untuk
mengatasi gap antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang
membutuhkan dana. Bank dapat memanfaatkan dana yang idle untuk
disalurkan kepada pihak yang membutuhkan. Dana yang berasal dari
golongan yang kelebihan dana, apabila disalurkan kepada pihak yang
membutuhkan dana, maka efektif, karena dana tersebut dimanfaatkan
oleh pihak yang membutuhkan dana.
c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga
Ekspansi pembiayaan akan mendorong meningkatnya jumlah uang
yang berdedar, dan peningkatan peredaran uang akan mendorong
kenaikan harga. Sebaliknya, pembatasan pembiayaan, akan
berpengaruh pada jumlah uang yang beredar, dan keterbatasan uang
yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan harga.
5. Unsur-Unsur Pembiayaan
Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan
demikian, pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini
berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan
oleh penerima pembiayan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah
24
disepakati bersama.17
Berdasarkan hal di atas, unsur-unsur dalam pembaiyaan
adalah:
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan
penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan
penerima pembiayaan merupakan kerja sama yang saling
menguntungkan, yang artinya pula sebagai kehidupan tolong menolong.
b. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib yang didasarkan
atas prestasi dan potensi mudharib.
c. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan
pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul
mal. Janji membayar tersebut dapat berupa janji lisan, tertulis (akad
pembiayaan) atau berupa instrument (Credit Instrumen).
d. Adanya penyertaan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada
mudharib.
e. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsur
esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik kita
lihat dari shahibul mal maupun dilihat dari mudharib.18
Misalnya,
pemilik uang memberikan pembiayaan sekarang untuk konsumsi lebih
besar di masa yang akan datang. Produsen memerlukan pembiayaan
karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.
17
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori,
Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktisi Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h. 4. 18
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori,
Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktisi Untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan
Mahasiswa, h. 4.
25
f. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal maupun
dipihak mudharib. Risiko di pihak shahibul mal adalah risiko gagal
bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman
komersil) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau
karena ketidaksediaan membayar. Risiko di pihak mudharib adalah
kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa shahibul mal
yang dari bermaksud untuk mencaplok perusahaan yang diberi
pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.
6. Proses Pembiayaan
Proses pembiayaan meliputi aplikasi, analisis permohonan pembiayaan,
penyusunan struktur pembiayaan dan penyiapan dokumen pembiayaan,
realisasi pembiayaan, pembinaan dan pengawasaan serta penyelesaian
pembiayaan.
Masing-masing struktur pembiayaan dapat mempunyai struktur
organisasi yang berbeda. Alasan perbedaan tersebut adalah karena perbedaan
ruang lingkup pengawasan yang harus dilakukan oleh pejabat pembiayaan.19
Pejabat pembiayaan komersial biasanya melakukan pengawasan menyeluruh
atas pembinaan.
19
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Alvabet-Anggota
IKAPI, 2002), h. 239.
26
Gambar 2.1.20
Pejabat komersial pembiayaan tidak hanya bertanggung jawab
mengadministrasikan pembiayaan, penagihan saja, tapi juga harus
bertanggung jawab kepada hubunngan dengan nasabah (total customer
relationship), termasuk fungsi memperoleh sumber dana dari nasabah yang
bersangkutan.
7. Proses Review dan Klasifikasi Kualitas Pembiayaan
Terhadap pembiayaan yang berpotensi untuk tidak dapat dilunasi sesuai
dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan dan disetujui bersama, bank wajib
memberikan penilaian kualitas pembiayaan tersebut. Penilaian kualitas bank
itu harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh Bank Sentral.
20
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 240.
Aplikasi Pembiayaan Analisis Pembiayaan
Evaluasi masing-masing permohonan
Evaluasi kesesuaian dengan kebijakan
Struktur Pembiayaan Realisasi Pembiayaan
Pembianaan & Pengawasaan (monitoring)
Kesesuaian dengan peraturan dan kebijakan
Penyelesaian Pembiayaan
Review pembiayaan
Pemecahan masalah pembiayaan
27
Bank dapat melakukan klasifikasi-klasifikasi pokok sebagai ukuran
kualitas investasi dan pembiayaan adalah tingkat kolektabilitasnya, yaitu
apakah tergolong lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention),
kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful) dan macet (loss).21
Supaya
dalam melakukan pembiayaan tidak adanya kredit macet.
8. Prinsip Analisis Pembiayaan
Pemberian pembiayaan kepada seorang customer agar dapat
dipertimbangkan. Dalam pemberian pembiayaan terdapat prinsip analisis
pembiayaan dengan menggunakan 5C.22
Prinsip analisis pembiayaan harus
terpenuhi persyaratan dengan prinsip 5C, yaitu:
a. Character
Character adalah keadaan watak atau sifat customer, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian
terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad
atau kemauan customer untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay)
sesuai dengan perjanjian yang teah ditetapkan. Analisa ini merupakan analisa
kualitatif yang tidak dapat dideteksi secara numeric. Namun demikian, hal ini
merupakan pintu gerbang utama proses persetujuan pembiayaan. Seorang
calon nasabah aka nada kecenderungan mempunyai itikad atau karakter yang
baik atau tidak. Idealnya, karakter calon nasabah mempunyai nilai-nilai yang
berimbang pada diri pribadinya. Hal ini pulalah yang ditekankan dalam Al-
Quran Surat An- Nisa ayat 58:
21
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, h. 241. 22
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, (Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007), h. 153.
28
Artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)
apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
mnetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.23
Untuk memperkuat data ini, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Wawancara
Karakter seseorang dapat terdeteksi dengan melakukan verifikasi
data dengan interview. Apabila datanya benar, maka calon nasabah
seharusnya dapat menjawab semua pertanyaan dengan mudah dan
yakin. Apabila terdapat kesalahan yang prinsip, maka hal ini bias
merupakan indikasi awal sebuah itikad buruk.
2) BI (Bank Indonesia) Checking
BI checking dilakukan untuk mengetahui riwayat pembiayaan yang
telah diterima oleh nasabah berikut status nasabah yang ditetapkan oleh
BI. Tunggakan pinjaman nasabah di bank lain juga memberikan
indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.
3) Bank Checking
23
QS An-Nisa (4) : 58
29
Bank checking dilakukan secara personal antara sesama officer
bank, baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda. Biasanya,
setiap officer memiliki pengalaman tersendiri dalam berhubungan
dengan calon nasabah. Tunggakan pinjaman di bank lain juga
memberikan indikasi yang buruk terhadap karakter nasabah.
4) Trade Checking
Analisa dilakukan terhadap usaha-usaha sejenis, pesaing, pemasok,
dan konsumen. Pengalaman kemitraan semua pihak terkait pasti
meninggalkan kesan tersendiri yang dapat memberikan indikasi tentang
karakter calon nasabah, terutama masalah keuangan seperti cara
pembayaran.24
Oleh karena itu hal ini dilakukan untuk dapat
mengetahui tingkat kemampuaan nasabah dalam melakukan
pembiayaan.
b. Capacity (Kapasitas/ Kemampuan)
Kapasitas calon nasabah sangat penting diketahui untuk memahami
kemampuan seseorang untuk berbisnis. Hal ini dapat dipahami karena watak
yang baik semata-mata tidak menjamin seseorang mampu berbisnis dengan
baik. Dan analisis capacity ini juga untuk mengetahui kemampuan keuangan
calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai jangka waktu
pembiayaan. Bank perlu mengetahui dengan pasti kemampuan keuangan
calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya setelah bank syariah
memberikan pembiayaan.
24
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h. 153.
30
c. Capital (Modal)
Analisa modal diarahkan untuk menegtahui seberapa besar tingkat
keyakinan calon nasabah terhadap usahanya sendiri. Jika nasabah sendiri
tidak yakin akan usahanya, maka orang lain akan lebih tidak yakin.25
Untuk
mengetahui hal ini, maka bank harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Melakukan analisa neraca sedikitnta 2 tahun terakhir
2) Melakuakn analisa rasio untuk mengetahui likuditas, solvabilitas,
dan rentabilitas dari perusahaan dimaksud.
Untuk pembiayaan konsumtif, hal ini dapat tercermin dari uang muka yang
sanggup dibayar oleh calon nasabah.
d. Condition (Kondisi)
Analisa diarahkan pada kondisi sekitar yang secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh terhadap usaha calon nasabah, seperti kebijakan
pembatasan usaha property, pelarangan ekspor pasir laut, tren PHK besar-
besaran usaha sejenis dan lain-lain. Kondisi yang harus diperhatikan bank
antara lain:
1) Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha
calon nasabah
2) Kondisi usaha calon nasabah, perbandingannya dengan usaha
sejenis, dan lokasi lingkungan wilayah usahanya
3) Keadaan pemasaran dari hasil usaha calon nasabah
4) Prospek usaha dimasa yang akan datang
25
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h. 154.
31
5) Kebijakan pmerintah yang mempengaruhi prospek industry dimana
perusahaan calon nasabah terkait di dalamya.
e. Colletral (Jaminan)
Analisa ini diarahkan terhadap jaminan yang diberikan. Jaminan
dimaksud harus mampu meng-cover risiko bisnis calon nasabah.26
Analisa
dilakukan antara lain:
1) Meneliti kepemilikan jaminan yang diserahkan
2) Mengukur dan memperkirakan stabilitas harga jaminan dimaksud
3) Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu
relatif singkat tanpa harus mengurangi nilainya
4) Memperhatikan pengikatannya, sehingga legal bank dapat
dilindungi
5) Rasio jaminan terhadap jumlah pembiayaan. Semakin tinggi rasio
tersebut, maka semakin tinggi kepercayaan bank terhadap
kesungguhan calon nasabah
6) Marketabilitas jaminan, jenis dan lokasi jaminan sangat
menentukan tingkat marketable suatu jaminan. Rumah yang
berharga jutaan rupiah bias turun hanya karena terletak di lokasi
yang sulit dijangkau.
9. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah yaitu pembiayaan yang kolektibilitasnya
terganggu. Dalam perspektif manajemen keuangan, ada empat penggolongan
26
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, h. 155.
32
terhadap pembiayaan bermasalah. Pertama, kemampuan kolektibilitasnya
sudah masuk dalam kategori perlu “perhatian khusus” (special mention).
Kedua, kolektibilas tergolong “kurang lancar”, sehingga terjadi penundaan
pembayaran (un-scheduled payment).27
Ketiga, tergolong “diragukan”, dan
keempat, kolektibilitas terkategori “macet”.
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang
lancar, diragukan dan macet.28
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi rasio ini,
menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan yang dikategorikan sebagai
berikut:29
a. Didalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang
diinginkan Bank (pembayaran margin atau bagi hasil, angsuran pokok
pembiayaan, penyampaian laporan dsb).
b. Memiliki kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari bagi Bank
(tidak tertagihnya pokok pembiayaan dan bagi hasil atau margin).
c. Mengalami kesulitan di dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
kepada Bank. Kondisi kesulitan nasabah tersebut harus tercermin dalam
tingkat kolektibilitas pembiayaannya.
10. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
27
Syafarudin Alwi, Memahami Sistem Perbankan Syariah (Jakarta: Buku Republika,
2013), h. 154. 28
Taswan, Manajemen Perbankan Konsep Teknik & Aplikasi + Banking Risk Assessment
(Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006), h. 390. 29
Misbahul Munir, Implementasi Prudential Banking Dalam Perbankan Syariah
(Malang: UIN-Malang Press, 2009), h. 83.
33
Penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan melalui prinsip-prinsip
sebagai berikut:30
a. Bank tidak membiarkan atau menutup-nutupi adanya pembiayaan
bermasalah.
b. Bank tidak melakukan pengecualian dalam penyelesaian pembiayaan
bermasalah termasuk pembiayaan kepada group
c. Bank harus melakukan pengawasan khusus sebagai upaya
meningkatkan pemantauan secara dini terhadap pembiayaan yang akan
diduga akan merugikan bank.
d. Bank melakukan penilaian secara berskala terhadap daftar pembiayaan
dalam pengawasan khusus termasuk hasil penyelesaiannya.
11. Resturkturisasi Pembiayaan Bermasalah
Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank dalam
rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya antara
lain melalu penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan kembali
(reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).31
a. Penjadwalan kembali (rescheduling)
Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kembali nasabah atau jangka waktunya, tidak termasuk
perpanjangan atas pembiayaan mudarabah atau musharakah yang memenuhi
kualitas lancar dan telah jatuh tempo serta bukan disebabkan nasabah
mengalami penurunan kemampuan membayar.
30
Misbahul Munir, Implementasi Prudential Banking Dalam Perbankan Syariah, h. 83. 31
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 448.
34
b. Persyaratan kembali (reconditioning)
Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah sisa pokok kewajiban
nasabah yang harus dibayarkan kepada bank, antara lain meliputi:32
1) Perubahan jadwal pembayaran
2) Perubahan jumlah angsuran
3) Perubahan jangka waktu
4) Perubahan nisbah
5) Perubahan proyeksi bagi hasil
6) Pembrian potongan
c. Penataan kembali (restructuring)
Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) Penambahan dana fasilitas pembiayaan BUS dan UUS
2) Konversi akad pembiayaan
3) Konversi pembiayaan menjadi Surat Berharga Syariah Berjangka
Waktu Menengah
4) Konversi pembiayaan menjadi Penyertaan Modal Sementara pada
peusahaan nasabah yang dapat disertai dengan rescheduling atau
reconditioning.
Langkah-langkah tersebut dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
secara bersamaan, misalnya pemberian keringanan jumlah angsuran disertai
32
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 449.
35
kelonggaran jadwal pembayaran, dan sebagainya. Tentu saja kombinasi tidak
diperlukan apabila restrukturisasi dilakukan dengan cara konversi
pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah,
karena dengan cara tersebut kewajiban nasabah penerima fasilitas kepada
BUS dan UUS menjadi pemegang saham dari perusahaan nasabah tersebut.
Penyertaan modal ini bersifat sementara karena berdasarkan peraturan
Bank Indonesia, bank syariah tersebut wajib untuk melepaskan penyertaan
apabila telah sampai jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun atau perusahaan
nasabah tempat penyertaan modal sementara telah memperoleh modal
sementara.33
C. Nasabah
1. Pengertian Nasabah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, nasabah adalah pihak yang menggunakan
jasa bank syariah dan atau Unit Usaha Syariah. Nasabah penyimpan adalah
nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha
Syariah dalam bentuk simpanan berdasarkan akad antara bank syariah atau
Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah investor adalah
nasabah yang menempatkan dananya di Bank Syariah dan atau Unit Usaha
Syariah dalam bentuk investasi berdasarkan akad antara Bank Syariah dan
atau Unit Usaha Syariah dan nasabah yang bersangkutan. Nasabah penerima
33
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 450.
36
fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.34
2. Klasifikasi Nasabah
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/ 26 /PBI/2009
tentang prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product
bagi Bank Umum, nasabah diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu35
:
a. Nasabah Profesional
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah
tersebut memiliki pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan
risiko dari structured product dan terdiri dari:
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang terdiri dari
bank, perusahaan efek, perusahaan pembiayaan atau pedagang
berjangka sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di bidang perbankan, pasar
modal, lembaga pembiayaan dan perdagangan berjangka komoditi
yang berlaku. Perusahaan dengan modal lebih dari Rp.
20.000.000.000,-(dua puluh miliar rupiah) atau ekuivalennya dalam
valuta asing dan telah melakukan kegiatan usaha paling kurang 36
bulan berturut-turut. Pemerintah Republik Indonesia atau
34
Bank Indonesia, “ Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008”
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf. ( diakses 27
September 2015). 35
Chandra.Syamsurizal, “ Pengertian Nasabah” http://pengertiannassabah.blogspot.com/ (
diakses 27 September 2015).
37
pemerintah negara lain. Bank central atau bank negara lain atau
lembaga pembangunan multilateral.
b. Nasabah Eligible
Nasabah digolongkan sebagai nasabah profesional apabila nasabah
tersebut memiliki pemahaman terhadap karakteristik, fitur, dan
risiko dari structured product dan terdiri dari:
Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan berupa dana pensiun
atau perusahaan perasuransian sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan di bidang dana pensiun dan
usaha perasuransian yang berlaku.
Perusahaan dengan modal setidaknya Rp. 5.000.000.000,-(lima
miliar rupiah) atau ekuivaennya dalam valuta asing dan telah
melakukan kegiatan paling kurang 12 bulan berturut-turut. Nasabah
perorangan yang mempunyai portofolio aset berupa kas, giro,
tabungan paling kurang Rp. 5.000.000.000 (lima miliar rupiah).
c. Nasabah Retail
nasabah yang tidak termasuk dalam nasabah profesional dan
eligible. Structured Products adalah produk Bank yang merupakan
penggabungan antara 2 (dua) atau lebih instrumen keuangan berupa
instrumen keuangan non derivatif dengan derivatif atau derivatif
dengan derivatif dan paling kurang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
38
1) Nilai atau arus kas yang timbul dari produk tersebut
dikaitkan dengan satu atau kombinasi variabel dasar seperti
suku bunga, nilai tukar, komoditi dan/ atau ekuitas.
2) Pola perubahan atas nilai atau arus kas produk bersifat tidak
reguler apabila dibandingkan dengan pola perubahan
variabel dasar sebagaimana dimaksud pada huruf a
sehingga mengakibatkan perubahan nilai atau arus kas
tersebut tidak mencerminkan keseluruhan perubahan pola
dari variabel dasar secara linear.
D. Strategi Pemasaran
1. Pengertian Strategi Pemasaran
Beberapa ahli mengemukakan tentang pengertian straregi pemasaran
yang berbeda meskipun pada umumnya sama. Para ahli tersebut diantaranya
adalah:
a. Menurut Bygrave, mendefinisikan strategi pemasaran sebagai
kumpulan petunjuk dan kebijakan yang digunakan secara efektif untuk
mencocokan program pemasaran dengan peluang pasar sasaran guna
untuk mencapai sasaran usaha.36
Dalam bahasa yang lebih sederhana
adalah, suatu strategi pemasaran pada dasarnya menunjukkan
bagaimana sasaran pemasaran dapat dicapai.
36
Ismail Yusanto dan M Karebet Widyakusuma, Menggagas Bisnis Islam, (Jakarta: GIP,
2002), h. 169
39
b. Menurut Bennet, Strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik
secara implisit atau eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini
produk mencapai tujuannya.
c. Menurut Tull dan Kahle, mendefinisikan strategi pemasaran sebagai
alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan
melalui pasar yang dimasuki dengan program pemasaran yang
digunakan untuk mencapai pasar sasaran tersebut.37
Secara sederhana
yaitu suatu alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan.
2. Jenis-Jenis Strategi Pemasaraan
Jenis-jenis strategi pemasaran terbagi atas 4 diantaranya adalah:
a. Strategi Pemimpin Pasar (Market Leader)
Pemimpin pasar adalah perusahaan yang diakui oleh industri yang
bersangkutan sebagi pemimpin.
b. Strategi Penantang Pasar (Market Challenger)
Penantang pasar adalah perusahaan “ runer up ” yang secara konstan
yang secara besar mencoba memperbesar pangsa pasar mereka.
c. Strategi Pengikut Pasar
Pengikut pasar adalah perusahaan yang mengambil sikap tidak
mengusik pemimpin pasar dan hanya puas dengan cara menyesuaikan
diri terhadap kondisi-kondisi pasar. Strategi umum yang bisa
37
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran, (Yogyakarta: Andi Press, 2004), Cet. Ke-5, h. 6
40
dimanfaatkan, yaitu: Clanor, imitator, dan adepter.38
Oleh karena itu
kita harus dapat mengetahui pengikut pasar.
d. Strategi Penggarap Ceruk Pasar (Market Nicher)
Penggarap ceruk pasar adalah suatu perusahaan yang mengkhususkan
diri melayani sebagian besar pasar yang diabaikan perusahaan besar,
dan menghindari bentrok dengan perusahaan besar.
3. Tujuan Strategi Pemasaran
Tujuan strategi pemasaran terbagi atas 3 yaitu:
a. Menetapkan arah kegiatan perusahaan.
b. Memberiakan informasi kepada manajemen puncak dalam meneruskan
tujuan. Sasaran untuk mengantisipasi berbagai permasalahan dan
keadaan yang berubah dimasa yang akan mendatang.
38
Ismail Yusanto dan M Karebet Widyakusuma, Menggagas Bisnis Islam, h. 319.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh
Penerapan Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/33/DPbs Tahun 2013
terhadap Jumlah Nasabah Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda
Empat Periode Tahun 2012 Sampai 2014. Objek penelitian ini adalah
laporan jumlah nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda empat di
Bank BNI Syariah. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang
menggunakan data runtun dan waktu (time series) dengan data bulanan
dari April 2012 sampai dengan Maret 2014.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. BNI Syari’ah KC Ruko Mediterania
No. 1 Jl. Meruya Ilir Utara, Jakarta Barat 11630, (021) 5866388 / (021)
58901202.
3. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi objek penelitian adalah:
a. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang merupakan hasil dari
pengamatan dan pengolahan bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah data jumlah nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda
42
empat BNI Syariah KC Meruya Ilir periode April 2012 sampai
Maret 2014.
b. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang dipilih dan diolah oleh
peneliti untuk dicari keterkaitan atau pengaruhnya oleh variabel
terikat. Dalam penelitian ini variabel bebasnya berupa Surat Edaran
Bank Indonesia No. 14/33/DPbs Tahun 2013 yang diukur dengan
menggunakan variabel dummy, dimana bernilai 1 untuk data jumlah
nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda empat setelah
diberlakukanya surat edaran tersebut, dan bernilai 0 untuk data
jumlah nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda empat
sebelum diberlakukanya Surat Edaran Bank Indonesia No.
14/33/DPbs Tahun 2013 tersebut.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi (Pengamatan)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki.1 Untuk mendapatkan suatu data tentang berapa jumlah
nasabah yang melakukan produk pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor roda empat (KKB ib) di Bank BNI Syariah dan memastikan
1 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara,
2010), cet. Ke-11, h. 70.
43
benar atau tidaknya dalam penerapan Surat Edaran Bi No. 14/33/DPbs
tahun 2013 tentang aturan batasan uang muka pada produk pembiayaan
pemilikan kendaraan bermotor roda empat (KKB ib) mempengaruhi
minat nasabah untuk melakukan pembiayaan.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
bertatap muka, mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau
keterangan-keterangan.2 Percakapan yang dilakukan melibatkan
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Tujuan wawancara ini dilakukan adalah agar dalam penelitian
mendapatkan data-data yang akurat dan benar sehingga dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam pengumpulan data ini penulis bertanya
langsung kepada pihak-pihak Bank BNI syariah yang bertugas di
bidang produk pembiayaan, dalam hal ini penulis mewawancarai
kepada Ahmad Syarifudin sebagai pihak marketing pembiayaan BNI
Syariah KC Meruya Ilir.
3. Studi Pustaka (library research)
Data sekunder yang penulis peroleh sebagai sumber data dalam
skripsi ini adalah berasal dari literatur–literatur dan laporan yang
diberikan oleh pihak perusahan serta studi kepustakaan atau library
2 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, h. 83.
44
research yaitu dengan cara mengumpulkan, membaca, mempelajari
serta menelaah buku-buku bacaan, majalah, brosur internet, serta
sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan skripsi yang sedang
dibahas sebagi penunjang teori.
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Analisis Regresi dengan Variabel
Dummy serta menggunakan Uji Beda dua rata-rata (independent sample t-
test). Metode analis ini adalah untuk menganalisis pengaruh suatu variabel
bebas terhadap variabel terikat. Untuk mendukung penelitian, software
pengolahan data statistik yang digunakan adalah SPSS 20.
Setelah data-data yang dikumpulkan telah diikhtisarkan dalam tabel,
maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah analisis data terhadap
hasil-hasil yang telah diperoleh. Analisis data merupakan membandingkan
dua hal atau dua variabel untuk mengetahui hubungan diantara variable
dimaksud untuk menyimpulkannya, atau dapat diartikan juga analisis data
adalah memperkirakan atau memperhitungkan besar pengaruh secara
kuantitatif dari perubahan suatu kejadian terhadap suatu kejadian lainnya,
kemudian meramalkannya.3
D. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data penelitian dilaksanakan berdasarkan metode statistika
inferensial dengan menggunakan aplikasi SPSS 20. Hasil pengolahan data
statistik akan disajikan dalam bentuk tabel.
3 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Statistika 1: Statistika Deskriptif (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), h. 31.
45
1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi sederhana adalah persamaan regresi yang
menggambarkan dan menjelaskan pengaruh satu variabel bebas
terhadap variabel terikat, dimana hubungan keduanya dapat
digambarkan sebagai suatu garis lurus.4
Rumus persamaan regresinya adalah : Y = a + b1 Dummy SEBI
Keterangan :
Y : Jumlah Nasabah Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda
Empat Periode April 2012 sampai Maret 2014
a : Konstanta
b1 : Dummy SEBI
Untuk menghasilkan hasil regresi yang baik maka Model OLS
harus menghasilkan pendugaan variabel yang memenuhi syarat“BLUE”
yaitu Best, Linear, Unbiased Estimator, dan kriteria tersebut dapat
diperoleh apabila tidak terjadi pelanggaran asumsi klasik dari Model
OLS. Selain itu model yang diperoleh juga harus melalui proses uji
statistik yang dipersyaratkan. Jadi metode-metode pengujian keakuratan
model yang digunakan meliputi uji asumsi klasik, uji signifikansi
simultan (uji statitik F), koefisien determinasi (R2), dan uji signifikansi
parameter individual (uji statistik t).
4 Puspowarsito A.H, Metode Penelitian Organisasi Dengan Aplikasi Program SPSS,
(Bandung: Humaniora, 2008), h. 49-50.
46
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik ini dilakukan agar memperoleh model regresi
yang dapat dipertanggung jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak
biasa. Berdasarkan pengujian tersebut asumsi-asumsi yang harus
dipenuhi adalah tidak terdapat korelasi yang erat antara variabel
independen (multikolinearitas), tidak terdapat korelasi residual periode t
dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (heterokedastisitas),
sehingga data yang dihasilkan berdistribusi normal.5
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan melihat
analisis grafik normal probability plot dan uji statistik melalui
nilai skewness dari descriptive statistic. Melalui grafik,
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan
pola distribusi normal., maka model regresi memenuhi
asumsi normalitas.
5 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), h. 113.
47
2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram, tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
Pengujian normalitas dengan grafik apabila tidak cermat
dan hati-hati maka akan terjadi kemungkinan salah persepsi atas
grafik yang terlihat karena secara visual akan terlihat normal.
Sebaiknya analisis grafik dilengkapi dengan uji statistik,
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) lebih besar dari 5% maka data terdistribusi secara
normal.
Uji Normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-
Smirnov, hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Pengambilan Keputusan:
Jika probabilitas < 0,05, maka H0ditolak.
Jika probabilitas > 0,05, maka H0diterima.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk melihat apakah
terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan
48
ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastistas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homokedastistas atau yang
tidak terjadi heterokedastistas.
Penelitian ini menggunakan dasar melihat grafik Plot antara
nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterokedastistas
dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dimana sumbu Y
adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y
prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studentized.Deteksi ada
tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Jika pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi (atau otokorelasi) menunjukkan korelasi di
antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut
49
waktu atau ruang.6 Adapun pengertian autokorelasi adalah
korelasi (hubungan) yang terjadi di antara anggota-anggota dari
serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu
(seperti pada data runtun waktu atau time series data) atau
tersusun dalam rangkaian ruang (seperti pada data silang waktu
atau cross-sectional data).7 Namun umumnya banyak dihadapi
dalam penelitian yang menggunakan data time series.
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan
variabel sebelumnya. Untuk data time series autokorelasi sering
terjadi. Tapi untuk data yang sampelnya crossection jarang terjadi
karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain.8
Apabila ada korelasi maka dapat dikatakan bahwa terdapat
masalah autokorelasi. Masalah ini muncul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya.
Salah satu cara ukuran untuk mendeteksi ada atau tidaknya
autokorelasi adalah dengan Uji Durbin –Watson (DW test).
Mendeteksi autokorelasi melalui uji ini merupakan cara yang
paling populer, bahkan beberapa program siap pakai, termasuk
6 Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Menguasai Eviews, (Jakarta: Salemba Empat,
2011) h. 40. 7 Gunawan Sumodiningrat, Ekonometrika: Pengantar, (Yogyakarta: 2004) h. 231.
8 V. Wiratna Sujarweni, SPSS untuk Penelitian, (Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru
Press, 2014) h. 186
50
SPSS menyediakan fasilitas untuk melakukan uji tersebut.
Dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2), maka terjadi
autokorelasi positif.
2. Jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 (-2 < DW < +2),
maka tidak terjadi autokorelasi.
3. Jika nilai DW di atas +2 (DW > +2), maka terjadi
autokorelasi negatif.
3. Uji Hipotesis
a. Uji F-statistik
Pengujian ini untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan pengaruh dari seluruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F dilakukan dengan
melihat signifikansi pada Table of Summary.
Rumusan hipotesis dalam pengujian secara simultan (Uji F)
adalah:
H0 :Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan seluruh
variabel independen (tidak terikat) terhadap variabel dependen
(terikat).
Ha: Diduga terdapat pengaruh secara simultan seluruh variabel
independen (tidak terikat) terhadap variabel dependen (terikat).
51
Kesimpulan yang diambil jika nilai sig. < 0,05, maka H0 ditolak
dan menerima Ha. artinya secara simultan variabel independen
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
b. Koefisien Determinasi
Pada dasarnya Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur
seberapa besar kemampuan variabel independen dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara
nol sampai satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memperediksi variasi variabel dependen.
Dalam menginterprestasikan koefisien determinasi dapat dilihat
dari R2
dan adjusted R2. Secara matematis, R
2 = 1, maka adjusted R
2 =
R2
= 1, sedangkan jika nilai R2
= 0, maka adjusted R2
= (1-k) / (n/k).
Jika k > 1, maka adjusted R2
akan bernilai negatif.
c. Uji t-Statistik
Uji Statistik t merupakan uji signifikansi parameter individual.
Nilai statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependennya. Hasil
uji statistik t dapat dilihat pada tabel coefficients. Langkah pengujian:
1) Merumuskan Hipotesis
52
H0: β = 0, artinya variabel independen bukan merupakan
penjelas variabel dependen
Ha: β≠0, artinya variabel independen merupakan
penjelas variabel dependen.
2) Merumuskan Kesimpulan
Jika Probabilitas > dari 0,05 maka H0 diterima
Jika Probabilitas < dari 0,05 maka H0 ditolak
E. Hipotesis
Untuk melakukan pengujian hipotesis, maka ada beberapa ketentuan
yang perlu diperhatikan yaitu merumuskan hipotesis nol (Ho) dan harus
disertai dengan hipotesis alternatif (Ha), seperti yang tercantum di bawah ini:
Ho tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
Dummy SEBI (X1) terhadap jumlah Jumlah Nasabah Pembiayaan
Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode April 2012 sampai Maret
2014 (Y).
Ha terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Dummy
SEBI (X1) terhadap jumlah Jumlah Nasabah Pembiayaan Kendaraan
Bermotor Roda Empat Periode April 2012 sampai Maret 2014 (Y).
Dugaan sementara adalah bahwa adanya Surat Edaran Bank Indonesia
No. 14/33/DPbs tahun 2013 menyebabkan turunnya jumlah nasabah
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat di BNI Syariah.
53
F. Kerangka Pemikiran Penelitian
Kerangka berfikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang
disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka berpikir
berbeda dengan sekumpulan informasi atau hanya sekedar sebuah pemahaman.
Lebih dari itu kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi
pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar
dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.
Kerangka berfikir ini digunakan sebagai dasar untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diangkat atau bisa diartikan sebagai
mengalirkan jalan pikiran menurut kerangka logis atau kerangka konseptual yang
relevan untuk menjawab penyebab terjadinya masalah. Untuk membuktikan
kecermatan penelitian, dasar dari teori tersebut perlu diperkuat hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan.
Dalam penerapan surat edaran yang dikeluarkan oleh BI No. 14/33/DPBS
Tahun 2013 terhadap pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor roda empat,
untuk melihat pengaruh penerapan surat edaran yang dikeluarkan BI terhadap
jumlah nasabah dan mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan oleh bank
syariah.
54
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum PT. BNI Syariah
1. Profil BNI Syariah
Tabel 4.1.
Profile Bank BNI Syariah1
1. Profil
Nama : PT. Bank BNI Syariah
Alamat :
Gedung Tempo Pavilion 1 Jl. HR Rasuna
Said Kav 10-11, Lt 3-6, Jakarta 12950,
Indonesia
Telepon : +62-21 2970 1946 (T)
Faksimili : +62-21 2966 7947 (F)
Situs Web : www.bnisyariah.co.id/[email protected]
Tanggal Beroprasi : 19 Juni 2010
Dasar Hukum
pendirian :
Surat Keputusan Menteri Hukum & HAM
Nomor: AHU-15574, AH.01.01.TAHUN
2010, TANGGAL 25 MARET 2010
Modal Dasar : Rp 4.004.000.000.000,-
Modal Disetor : Rp 1.501.500.000.000
Jaringan :
- 67 Kantor Cabang
- 165 Kantor Cabang Pembantu
- 17 Kantor Kas
1 Diakses pada tanggal 15 september 2015 hhttp://www.bnisyariah.co.id/profile-perusahaan
55
- 8 Kantor Fungsional
- 22 Mobil Layanan Gerak
- 20 Payment Point
- 202 Mesin ATM BNI
2. Sejarah Singkat BNI Syariah
Selain adanya demand dari masyarakat terhadap perbankan syariah, untuk
mewujudkan visinya (yang lama) menjadi “universal banking” , BNI
membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah dengan
konsep dual system banking, yakni menyediakan layanan perbankan umum
dan syariah sekaligus. Hal ini sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang
memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan syariah.
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem
perbankan syariah.Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil,
transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap
sistem perbankan yang lebih adil. Dengan berlandaskan pada Undang-undang
No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha
Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang. Selanjutnya UUS BNI terus
berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor
Cabang BNI Konvensional (Office Channelling) dengan lebih kurang 750
outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Di dalam pelaksanaan
56
operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap
aspek syariah.Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai
oleh KH.Ma'ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian
dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.
Dari awal beroperasi hingga kini, BNI Syariah menunjukkan pertumbuhan
yang signifikan.Asset meningkat dari Rp. 160 Milyar di Tahun 2001 menjadi
460 Milyar di Tahun 2002. Seiring dengan itu kinerja usaha juga mengalami
peningkatan dengan pencapaian laba sebesar Rp. 7,2 Milyar dibanding tahun
2001 yang masih rugi sebesar 3,1 Milyar. Data di atas menunjukkan bahwa
perbankan syariah memiliki prospek yang baik dan akan terus berkembang di
masa yang akan datang. Pada akhir tahun 2003 dana pihak ketiga meningkat
97.56% menjadi Rp405 milyar, pembiayaan meningkat sebesar 67.57%
menjadi Rp490milyar sedangkan laba mencapai peningkatan sebesar 281.39%
menjadi Rp.27.46 milyar. Pada tahun 2004 BNI Syariah mendapatkan
penghargaan The Most Profitable Islamic Bank untuk yang kedua kalinya,
penghargaan ini berdasarkan penilaian oleh Karim Business Consulting
bekerja sama dengan Majalah Manajemen dan PPM.
3. Visi dan Misi BNI Syariah
Visi BNI Syariah :
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja
57
Misi BNI Syariah :
1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada
kelestarian lingkungan.
2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan
syariah.
3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.
4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebagai perwujudan ibadah.
5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.2
B. Pembiayaan Kendaraan Bermotor Bank BNI Syariah
Produk pembiayaan kendaraan bermotor yang ditawarkan oleh bank
BNI Syariah adalah OTO IB hasanah dan COP ( Car Ownership Program).
Pembiayaan OTO IB Hasanah merupakan pembiayaan untuk
perseorangan/individual. sedangkan pembiayaan COP merupakan pembiayaan
yang dilakukan oleh perusahaan. Pembiayaan BNI Syariah OTO IB hasanah
dan COP merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor baik
baru maupun bekas dengan menggunakan akad murabahah dengan cicilan
tetap dan margin yang kompetitif.
Keunggulan yang diberikan BNI Syariah Oto kepada nasabah yang akan
melakukan pembiayaan kendaraan bermotor yaitu :
2 Diakses pada tanggal 15 september2015http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-perusahaan
58
BNI OTO Adalah fasilitas kredit untuk pembelian kendaraan bermotor roda
dua dan roda empat dengan jaminan berupa kendaraan bermotor yang
dibiayai tersebut
Fasilitas
Minimal kredit Rp5 juta dan maksimal Rp1 miliar.
Manfaat
Leluasa dalam penggunaan dana, misalnya untuk :
Pembelian kendaraan roda empat baru (segala jenis / merek)
Pembelian kendaraan roda dua baru (hanya untuk merek Yamaha,
Honda dan Suzuki)
Fleksibel, jangka waktu pembayaran maksimal 5 (lima) tahun atau
disesuaikan dengan kemampuan
Bunga kompetitif dan bebas propisi.
Persyaratan
Warga Negara Indonesia.
Berpenghasilan, masa kerja minimal 2 tahun,
Usia minimal 21 tahun dan pada usia 55 tahun kredit sudah lunas.
Nasabah yang ingin melakukan pembiayaan kendaraan bermotor di Bank
BNI Syariah, harus membayar uang muka yang telah ditetapkan oleh Bank
BNI Syariah sesuai dengan Surat Edaran peraturan BI. No. 14/33/DPBS
terhadap pembiyaan kendaraan bermotor, yaitu:
59
Tabel 4.2
Batasan Uang Muka
Harga Mobil Minimal Uang Muka
< Rp. 500 Juta 20 %
> Rp. 500 Juta 30 %
Sedangkan untuk dokumen-dokumen yang diperlukan oleh bank
sebagai syarat dan gambaran tentang data diri nasabah yang harus dilengkapi
dan diisi oleh nasabah yang ingin melakukan pembiayaan kendaraan bermotor
adalah:
Table 4.3
Persyaratan Dokumen
Jenis Dokumen Pegawai
Tetap Profesional Pegusaha/Wiraswasta
FC KTP (Suami
Istri) X X X
FC Kartu
Keluarga X X X
FC Surat Nikah X X X
FC NPWP
Pribadi / SPT
PPh 21
X X X
FC Rek 3 Bln
Terkahir X X X
60
Asli Surat
Keterangan Kerja
& Slip Gaji
X
FC Ijin Praktek
Profesional X
FC Legalitas
Usaha / Surat Ijin
Usaha / Surat
Keterangan
Usaha (Akte
Pendirian/AD-
ART, SIUP,
NPWP,
SITU/SKDU &
TDP) Perusahaan
dari Pemerintah
Daerah setempat.
X
Pas Foto 4x6
(Pemohon :
Suami/Istri)
X X X
FC Dokumen
Jaminan X X X
Laporan
Keuangan X
Setelah semua persyaratan yang diperlukan oleh bank sudah dipenuhi
oleh nasabah dan semua tidak mengalami masalah. Setelah itu, pihak bank,
nasabah, notaris serta penjual akan melakukan akad kredit dengan akad
murabahah (jual beli). Setelah itu petugas akan mencairkan dana sesuai
dengan jumlah pembiayaan yang telah disepakati untuk dilakukan
pembayaran.
61
Semua proses pembiayaan kendaraan bermotor memakan waktu
hingga 14 hari kerja dari proses nasabah memulai mengajukan untuk
pembiayaan kepihak bank, sampai pihak bank memberikan kepastian kepada
nasabah tersebut. Setelah itu jika disetujui maka pihak bank dan pihak
nasabah akan melakukan penandatanganan sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati.3 Setelah semua telah selesai dan disepakati oleh dua belah
pihak, lalu bank dan nasabah akan melakukan serah terima barang yang telah
diinginkan oleh nasabah.
C. Uji Asumsi Klasik
Analisis kuantitatif digunakan untuk melihat pola hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Untuk menjelaskan pola hubungan
tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan analisi regresi linier
sederhana.
Sebelum dilakukan analisis regresi linier sederhana, untuk menjamin
kenormalan distribusi data agar hasil analisis penelitian ini tidak biasa, maka
terlebih dahulu data akan dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini
dilakukan agar memperoleh model regresi yang dapat dipertanggung
jawabkan dan mempunyai hasil yang tidak biasa. Berdasarkan pengujian
tersebut asumsi-asumsi yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat korelasi
3 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Syarifudin, Jakarta 5 September 2015
62
residual periode t dengan t-1 (autokorelasi), dan tidak terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
(heterokedastisitas), sehingga data yang dihasilkan berdistribusi normal.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.4
Penelitian ini menggunakan analisis grafik. Analisis grafik
menggunakan grafik normal probability plot yang dihasilkan dari residual
berdasarkan output perhitungan SPSS.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram normal probability plot yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal dan plotting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Dasar pengambilan keputusan adalah jika distribusi data residual
normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
Gambar 4.1
Uji Normalitas dengan Normal P-Plot
4 Imam Ghozali, Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 3, (Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2005), h. 110.
63
Berdasarkan grafik normal probability plot terlihat bahwa data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hipotesis uji normalitas adalah
data berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi klasik uji normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model yang
64
homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.5 Pengujian
heteroskedastisitas ini menggunakan grafik.
Uji grafik dalam menguji heteroskedastisitas adalah dengan melihat
grafik output scatterplot yang dihasilkan dalam pengujian menggunakan
SPSS. Analisis yang dilakukan adalah dengan melihat penyebaran data
yang terjadi dalam grafik scatterplot. Dasar analisa dan pengambilan
keputusan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk
pola tertentu dan teratur, maka hal tersebut mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka disimpulkan
tidak terdapat gejala heteroskedastisitas (data homoskedastis).
Berdasarkan grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada
sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
pada model regresi sehingga model regresi layak untuk memprediksi
tingkat profitabilitas berdasarkan masukan variabel independen.
5 Gunawan Sudarmanto, Analisis Regresi Linier Berganda Dengan SPSS, (Bandar Lampung:
Pustaka Ilmu, 2004), h. 105.
65
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).6 Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendetekasi ada atau tidak gejala autokorelasi dapat menggunakan
beberapa cara diantaranya Run Test, Durbin-Watson Test, uji statistik Q:
6 Gunawan Sudarmanto, Analisis Regresi Linier Berganda Dengan SPSS, h. 102.
66
Box-Pierce, Ljung Box dan uji Langrange Multiplier. Pada penelitian ini
menggunakan uji Durbin-Watson dalam menguji gejala autokorelasi.
Kemudian kriteria yang digunakan dalam uji autokorelasi ini adalah
sebagai berikut:
Jika nilai du < dw < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi
Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan SPSS dapat diketahui
bahwa nilai Durbin Watson dilihat di tabel Durbin Watson dengan
diperoleh nilai du adalah 1,4458 dan dl adalah 1,2728. Maka nilai
autokorelasi diantara 1,4458 < 1,739 < 2,4452. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi
autokorelasi.
D. Uji Regresi Linier ( Sederhana )
Tabel 4.4
Persamaan Regresi Linier Sederhana
67
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12,750 1,179 10,811 ,000
Dummy
SEBI
-3,833 1,668 -,440 -2,298 ,031
a. Dependent Variable: Jumlah Nasabah
Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 20
Berdasarkan hasil analisis coefficients regresi di atas, maka rumus
persamaan regresi linier sederhana adalah :
Y = 12,750 -3,833X
Untuk dapat membaca koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel bebas
dapat menggunakan kolom t dengan membandingkan nilai nyata t hitung lebih
besar dari alpha yang ditetapkan yaitu 0,05. Jika perolehan nilai nyata t hitung < α
(0,05), maka Ho ditolak yang artinya terdapat pengaruh X terhadap Y. Dari hasil
perbandingan nyata tersebut, diketahui bahwa ternyata adanya pengaruh terhadap
variabel terikat Jumlah Nasabah Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda Empat
Periode April 2012 sampai Maret 2014. Hal ini disebabkan oleh kecilnya nilai
nyata t hitung yang kurang dari taraf alpha yang telah ditetapkan (0,05).
68
Dari hasil olahan data yang diperoleh, maka model regresi linier sederhana
di atas dapat diinterpresentasikan sebagai berikut:
1. Nilai koefisien konstanta adalah 12,750. Hal ini dapat diartikan, apabila
nilai variabel bebas konstan, maka besar nilai variabel terikat menjadi
12,750.
2. Variabel X1 (Dummy SEBI) memiliki tingkat nyata t hitung 0,031 dengan
taraf alpha 0,05. Karena nilai t hitung < 0,05, maka variabel dummy
SEBI memiliki pengaruh nyata terhadap variabel Jumlah Nasabah
Pembiayaan Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode April 2012
sampai Maret 2014. Nilai koefisien beta negatif 3,833, diartikan bahwa
jika variabel X1 memiliki pengaruh nyata terhadap variabel Y, maka
jika terjadi kenaikan batasan uang muka pada Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI), hal ini akan menurunkan jumlah nasabah
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat sebesar -3,833.
E. Uji Hipotesis
1. Uji F (Uji simultan)
Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah
semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen atau terikat. Pengujian hipotesis yang menyatakan ada pengaruh
secara simultan variabel Dummy SEBI terhadap jumlah nasabah
69
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat periode April 2012 sampai
Maret 2014 dapat dilihat dari hasil uji F. Hipotesis untuk uji simultan F
adalah sebagai berikut:
H0: Diduga tidak terdapat pengaruh dari variabel Dummy SEBI
terhadap jumlah nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda
empat periode April 2012 sampai Maret 2014.
Ha: Diduga terdapat pengaruh dari varibel Dummy SEBI terhadap
jumlah nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda empat
periode April 2012 sampai Maret 2014.
Berdasarkan hasil uji F pada Tabel ANOVAb diperoleh Fhitung= 5,283
dengan nilai sig.= 0,031b. Nilai signifikansi menunjukkan angka yang lebih
kecil dari nilai alpha sebesar 5% yakni (0,031b<0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan menerima Ha yang berarti terdapat
pengaruh secara simultan variabel Dummy SEBI terhadap jumlah nasabah
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat periode April 2012 sampai
Maret 2014.
Tabel 4.5
Hasil Uji F (Simultan)
70
Model Signifikansi Nilai Kritis Keterangan
Regression ,031b 0,05 Berpengaruh Simultan
Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 20
2. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Namun
penggunaan koefisien determinasi R2
memiliki kelemahan, yaitu bisa
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model.
Setiap tambahan satu variabel maka R2
meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau
tidak. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan nilai R square.7
Berdasarkan hasil perhitungan uji determinasi pada tabel di atas,
tampak bahwa besarnya koefisien determinasi atau R Square sebesar 0,194.
Hal ini menunjukkan bahwa 19,4% variabel dependen jumlah nasabah
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat periode April 2012 sampai
Maret 2014 dipengaruhi oleh variabel independen Dummy SEBI.
Sedangkan sisanya 80,6% (100% - 19,4%) dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model persamaan regresi ini.
7 Gunawan Sudarmanto, Analisis Regresi Linier Berganda Dengan SPSS, h. 87.
71
Tabel 4.6
Hasil Uji Determinasi(R2)
Model R Square Adjusted R Square
Regression 0,194 0,157
Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 20
3. Uji t (Uji parsial)
Uji t (uji parsial) pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
mempengaruhi variabel dependen. Kriteria pengujian dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai probabilitas (signifikansi). Ketentuan tentang
pengambil keputusan adalah:
Jika Probabilitas > dari 0,05 maka H0 diterima
Jika Probabilitas < dari 0,05 maka H0 ditolak
Berikut ringkasan hasil regresi berdasarkan perhitungan statistik
menggunakan SPSS 20, yaitu:
Tabel 4.7
Hasil Uji t parsial
72
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 12,750 1,179 10,811 ,000
Dummy
SEBI
-3,833 1,668 -,440 -2,298 ,031
a. Dependent Variable: Jumlah Nasabah
Sumber: Data sekunder diolah dengan SPSS versi 20
Hipotesis penelitian dinyatakan dengan hipotesis null dan hipotesis
alternatif yang akan diuji secara statistik sbb:
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari varibel Dummy
SEBI terhadap jumlah nasabah pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor roda empat periode April 2012 sampai Maret 2014.
Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel Dummy SEBI
terhadap jumlah nasabah pembiayaan pemilikan kendaraan
bermotor roda empat periode April 2012 sampai Maret 2014.
Berdasarkan hasil pengolahan data diatas diketahui t = -2,298,
dengan signifikan 0,031 < 0,05 maka, Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti ada pengaruh yang nyata dari variabel (X) terhadap variabel (Y).
73
Koefisien regresi dari variabel Dummy SEBI terhadap jumlah nasabah
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat periode April 2012 sampai Maret
2014 dengan tingkat signifikan sebesar 0,031 < dari 0,05. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa varibel Dummy SEBI memiliki pengaruh
signifikan terhadap jumlah nasabah pembiayaan pemilikan kendaraan bermotor
roda empat periode April 2012 sampai Maret 2014.
F. Interpretasi
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Ana Fiandani Sofyana
(2014) yang menyebutkan bahwa kebijakan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI)
tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap pembiayaan kendaraan
bermotor.
Hasil pengolahan data diatas diketahui t = -2,298, dengan signifikan 0,031
< 0,05 maka, Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang nyata
dari variabel (X) terhadap variabel (Y). Hal ini menunjukkan bahwa Surat
Edaran BI No.14/DPBS tahu 2013 memiliki pengaruh yang signifikan tetapi
negatif artinya jumlah nasabah menurun dengan adanya surat edaran ini.
Secara teoritis yang benar adalah peningkatan uang muka yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia dengan dikeluarkannya kebijakan Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI) dapat mempengaruhi tingkat jumlah nasabah pembiayaan
kendaraan bermotor roda empat, hal ini yang menyebabkan penelitian ini
berbeda dengan sebelumnya yang menyatakan bahwa kenaikan uang muka (DP)
74
tidak berpengaruh secara signifikan dikarenakan adanya variabel yang lain yang
diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Pada dasarnya Bank Indonesia mengeluarkan surat edaran KKB iB :
1. untuk roda dua/roda tiga minimum 25% dari harga kendaraan
2. untuk roda empat yang tidak digunakan untuk kegiatan produktif sebesar
30%
3. untuk roda empat yang digunakan untuk kegiatan produktif sebesar 20%
bertujuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan memperkuat
ketahanan perbankan dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian. Peningkatan
permintaan pembiayaan kepemilikan rumah, dan pembiayaan kendaraan
bermotor yang sangat tinggi berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi BUS
dan UUS.8
Pertumbuhan pembiayaan kepemilikan rumah yang sangat tinggi juga
dapat mendorong peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan
harga sebenarnya (bubble), sehingga dapat meningkatkan risiko kredit bagi BUS
dan UUS yang memiliki eksposur pembiayaan properti yang besar. Maka dari itu
untuk tetap dapat menjaga perekonomian yang produktif dan mampu
menghadapi tantangan sektor keuangan di masa yang akan datang, perlu adanya
kebijakan yang dapat memperkuat ketahanan sektor keuangan untuk
8 Otoritas Jasa Keuangan, “Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/33/DPbS”
http://www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-14-33-dpbs (diakses 22 April 2015).
75
meminimalisir sumber-sumber kerawanan yang dapat timbul, termasuk
pertumbuhan pembiayaan kepemilikan rumah dan pembiayaan kendaraan
bermotor yang berlebihan.
Kebijakan dalam rangka meningkatkan kehati-hatian BUS dan UUS dalam
penyaluran pembiayaan kepemilikan rumah dan pembiayaan kendaraan bermotor
serta untuk memperkuat ketahanan sektor keuangan dilakukan melalui penetapan
besaran Financing to Value, penyertaan (sharing), dan uang jaminan (deposit)
untuk pembiayaan kepemilikan rumah dan uang muka (down payment) untuk
pembiayaan kendaraan bermotor dengan memperhatikan karakteristik produk
perbankan syariah.
Setelah berlakunya SEBI No.14/33/DPBS Tahun 2013 menurunkan jumlah
nasabah pada Bank BNI Syariah, berdasarkan hukum penawaran bahwa semakin
tinggi harga, jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak. Sebaliknya
semakin rendah harga barang, jumlah barang yang ditawarkan semakin sedikit.
Inilah yang disebut hukum penawaran. Artinya jika uang muka atau down
payment semakin tinggi maka jumlah nasabah yang melakukan pembiayaan
kendaraan bermotor khususnya roda empat semakin berkurang. Dengan
diberlakukannya SEBI No.14/33/DPBS Tahun 2013 ini nasabah mesti berfikir
ulang untuk melakukan pembiayaan di bank syariah karena uang muka atau
down payment yang terlalu besar. Maka dari itu bank melakukan beberapa
strategi untuk meminimalisir resiko yang akan terjadi.
76
G. Strategi Pemasaran BNI Syariah
Banyak cara dan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pihak Bank BNI
Syariah untuk melakukan pemasaraan produk Pembiayaan Kendaraan Bermotor
Roda Empat. Surat Edaran BI No. 14/33/DPBS tahun 2013 membuat banyak
nasabah menarik diri untuk melakukan pembiayaan di bank syariah khususnya
Bank BNI Syariah. Untuk meningkatkan jumlah nasabah yang melakukan
pembiayaan kendaraan bermotor maka bank membuat startegi pemasaran yang
baru dalam mengatasi peraturan BI No. 14/33/DPBS tahun 2013 tentang uang
muka. Bank BNI Syariah melakukan strategi khusus yaitu temporal melihat
kasus yang terjadi, dengan cara cash by cash. Bank BNI Syariah banyak
memberikan Promo baik dari margin atau bebas biaya administrasi ppromo ini
dilakukan untuk menarik nasabah.9
Strategi pemasaraan lain yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah yaitu :
a. Membangun kerjasama.
Untuk mempermudah bank dengan nasabah maka bank menjalin
kerjasama kepada perusahaan Swasta/ BUMN non bank yang biasa
disebut (Car Owner Shipp Program) dengan keuntungan margin yang
kompetitif.
b. Membuka gerai-gerai
Bank BNI Syariah bekerjasama juga dengan pihak-pihak lessing
membuka gerai-gerai dalam pameran-pameran Otomotif.
9 Wawancara Pribadi dengan Ahmad Syarifudin, Jakarta 5 September 2015
77
c. Brosur-Brosur Pembiayaan Kendaraan Bermotor
Pihak Bank Syariah Mandiri juga membuat suatu brosur-brosur yang
nantinya akan dibagikan kepada nasabah. Baik dalam gerai-gerai
pameran mau maupun dalam kantor.
Strategi pemasaraan yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah dalam rangka
meningkatkan nasabah yang ingin melakukan pembiayaan kendaraan bermotor
roda empat, melaikan pihak bank membuat strategi pemasaran yang baru
sehingga membuat minat nasabah semakin meningkat, dan adanya syarat yang
sangat mudah bagi nasabah yang ingin melakukan pembiayaan kendaraan
bermotor roda empat.
Setiap bank memiliki target yang berbeda-beda untuk setiap produk yang
dikeluarkan, seperti produk pembiayaan kendaraan bemotor roda empat (mobil)
Bank BNI Syariah mempunyai target dalam perbulannya. Tidak semua bank
dapat mencapai target sesuai dengan mulus, apalagi dengan adanya surat Edaran
BI No. 14/33/DPBS tahun 2013 perihal kenaikan uang muka pada produk
pembiayaan kendaraan bermotor roda empat.
Dalam hal ini tugas seorang marketing tentu sangatlah berat, akan tetapi
semua bisa dilakukan dengan mudah apabila seorang marketing mau berusaha
dan bekerja keras dalam memperoleh nasabah. Apalagi Bank BNI Syariah
mempunyai team yang solid dalam melakukan strategi pemasaran dari berbagai
macam produk khususnya produk pembiayaan kendaraan bermotor roda empat.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis
menarik kesimpulan mengenai peraturan Bank Indonesia No. 14/33/DPBS
tahun 2013 tentang Down Payment (DP) terhadap pembiayaan kendaraan
bermotor khususnya roda empat.
1. Berdasarkan hasil pengolahan data diatas diketahui t = -2,298, dengan
signifikan 0,031 < 0,05 maka, Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
pengaruh yang nyata dari variabel (X) terhadap variabel (Y).
Kesimpulannya adalah bahwa variabel Dummy SEBI mempunyai
pengaruh yang sangat signifikan terhadap jumlah nasabah pembiayaan
kendaraan bermotor roda empat periode April 2012 sampai Maret 2014.
2. Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Bank BNI Syariah sudah sangat
baik. Bank BNI Syariah bekerja sama dengan dealer-dealer, mengikuti
pameran-pameran, dan memberikan kemudahan kepada nasabah yang
ingin melakukan pembiayaan kendaraan bermotor roda empat dan strategi
khususnya memberikan promo kepada nasabah untuk menarik minat
nasabah.
Bank BNI Syariah juga mempunyai staf marketing khusus untuk
mencari nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda empat.
79
B. Saran
Adapun saran atau rekomendasi yang penulis dapat berikan terkait
dengan penggunaan peraturan Bank Indonesia No. 14/33/DPBS tahun 2013
tentang Down Payment (DP) sebesar 20% sampai 30% untuk kendaraan
bermotor roda empat baik baru maupun bekas.
1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa penggunaan regresi linier sederhana
dengan variabel dummy masih belum sempurna, maka penulis berharap
ada penelitian selanjutnya yang menggunakan variabel-variabel yang lain
dalam pengaruh surat edaran BI No. 14/33/DPbs tahun 2013 terhadap
jumlah nasabah pembiayaan kendaraan bermotor roda empat periode
2012 sampai 2014 di BNI Syariah KC Meruya Ilur Utara.
2. Dengan melihat data yang telah diolah penulis berharap diadakannya
kebijakan – kebijakan baru untuk mengubah uang muka atau down
payment sehingga bank syariah tidak banyak menanggung resiko dari
pembiaayaan property maupun kendaraan bermotor.
3. Penulis berharp untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan
variabel lain yang lebih banyak dan menggunkan lebih dari satu objek
bank syariah, serta data yang digunakan lebih banyak lagi.
4. Bank BNI Syariah terutama pihak marketing pembiayaan dan pihak
marketing dealer harus bekerja sama lebih maksimal lagi dalam
memasarkan pembiayaan kendaraan bermotor roda empat, guna mencapai
target yang ditetapkan oleh pihak bank.
DAFTAR PUSTAKA
Ajija, Shochrul Rohmatul. dkk, Cara Menguasai Eviews, Jakarta: Salemba Empat,
2011.
Al Arif, M Nur Rianto. Teori makro Ekonomi Islam: Konsep, Teori dan Analisis,
Jakarta: Alfabeta, 2010.
Alwi, Syafarudin. Memahami Sistem Perbankan Syariah, Jakarta: Buku
Republika, 2013.
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Alvabet-Anggota
IKAPI, 2002.
AL-Quran.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Bank Indonesia “ SE No.14/33/ DPbS perihal Penerapan Kebijakan Produk
Pembiayaan Kepemikikan Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor
bagi Bank Umun Syari’ah dan Unit Syariah”
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/se_143312.htm (diakses
22 November 2014).
Bank Indonesia, “ Undang-undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008”
http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.
pdf. (diakses 27 September 2015).
BNI Syariah : Diakses pada tanggal 15 September 2015
http://www.bnisyariah.co.id/profile-perusahaan
BNI Syariah : Diakses pada tanggal 15 September 2015
http://www.bnisyariah.co.id/sejarah-perusahaan
Ghozali, Imam. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi 3, (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2005)
, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006.
Gokmat. “Definisi Pembiayaan” http://gokmat20.blogspot.com/2010/07/definisi-
pembiayaan.html, (diaskses 22 September 2015).
H, Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin H. Islamic Banking: Sebuah Teori ,Konsep,
dan Aplikasi, Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Hasan, M. Iqbal. Pokok-pokok Materi Statistika 1: Statistika Deskriptif Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008.
Ismail. Perbankan Syariah, Jakarta: Prenada Group, 2011.
. Manajemen Perbankan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005.
Khandra. “Down Payment Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor
Syariah” http://pencaricerah.com/2012/12/27/downpayment-pembiayaan-
kepemilikan-kendaraan-bermotor-syariah/ (diakses 22 April 2015).
Kurniawan, Agung. “Populasi Kendaraan Bermotor di Indonesia Tembus 104,2
Juta Unit”,
http://otomotif.kompas.com/read/2014/04/15/1541211/Populasi.Kendaraan
.Bermotor.di.Indonesia.Tembus.104.2.Juta.Unit (diakses pada 19 Juli
2014).
Munir, Misbahul. Implementasi Prudential Banking Dalam Perbankan Syariah,
Malang: UIN-Malang Press, 2009.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010.
Otoritas Jasa Keuangan, “Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/33/DPbS”
http://www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-14-33-dpbs
(diakses 22 April 2015).
Puspowarsito A.H, Metode Penelitian Organisasi Dengan Aplikasi Program
SPSS, Bandung: Humaniora, 2008.
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. Islamic Financial Management:
Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktisi Untuk Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi, dan Mahasiswa, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Rukmana, Amir Machmud, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010.
S, Burhanudin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010.
Sudarmanto, Gunawan. Analisis Regresi Linier Berganda Dengan SPSS, Bandar
Lampung: Pustaka Ilmu, 2004.
Sujarweni, V. Wiratna. SPSS untuk Penelitian, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Baru
Press, 2014.
Sumodiningrat, Gunawan. Ekonometrika: Pengantar, Yogyakarta: 2004.
Syamsurizal, Chandra. “ Pengertian Nasabah” http://pengertian
nassabah.blogspot.com/ ( diakses 7 September 2015).
Taswan. Manajemen Perbankan Konsep Teknik & Aplikasi + Banking Risk
Assessment, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2006.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Tjiptono, Fandy. Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Press, 2004.
Wangsawidjaja, A. Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Kompas Gramedia, 2012.
. Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012.
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Syarifudin (Marketing Pembiayaan BNI
Syariah) diakses paada 5 September 2015.
Yusnanto, Ismail dan M Karebet Widyakusuma, Menggagas Bisnis Islam, Jakarta:
GIP, 2002.
Zulkifli, Sunarto. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2007.
No. 14/ 33 /DPbS Jakarta, 27 November 2012
S U R A T E D A R A N
Kepada
SEMUA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH
DI INDONESIA
Perihal : Penerapan Kebijakan Produk Pembiayaan Kepemilikan
Rumah dan Pembiayaan Kendaraan Bermotor bagi
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896) dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan
Manajemen Risiko bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
(Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 103, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5247) serta dalam rangka meningkatkan kehati-hatian
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang melakukan
penyaluran pembiayaan kepemilikan rumah dan pembiayaan
kendaraan bermotor, perlu untuk mengatur mengenai penerapan
kebijakan produk pembiayaan kepemilikan rumah dan pembiayaan
kendaraan bermotor oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah (UUS) dalam Surat Edaran Bank Indonesia sebagai berikut:
I. KETENTUAN …
I. KETENTUAN UMUM
A. Latar Belakang
1. Peningkatan permintaan pembiayaan kepemilikan rumah,
dan pembiayaan kendaraan bermotor yang sangat tinggi
berpotensi menimbulkan berbagai risiko bagi BUS dan
UUS.
2. Pertumbuhan pembiayaan kepemilikan rumah yang
sangat tinggi juga dapat mendorong peningkatan harga
aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya
(bubble), sehingga dapat meningkatkan risiko kredit bagi
BUS dan UUS yang memiliki eksposur pembiayaan
properti yang besar.
3. Untuk tetap dapat menjaga perekonomian yang produktif
dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan di
masa yang akan datang, perlu adanya kebijakan yang
dapat memperkuat ketahanan sektor keuangan untuk
meminimalisir sumber-sumber kerawanan yang dapat
timbul, termasuk pertumbuhan pembiayaan kepemilikan
rumah dan pembiayaan kendaraan bermotor yang
berlebihan.
4. Kebijakan dalam rangka meningkatkan kehati-hatian BUS
dan UUS dalam penyaluran pembiayaan kepemilikan
rumah dan pembiayaan kendaraan bermotor serta untuk
memperkuat ketahanan sektor keuangan dilakukan
melalui penetapan besaran Financing to Value, penyertaan
(sharing), dan uang jaminan (deposit) untuk pembiayaan
kepemilikan rumah dan uang muka (down payment)
untuk pembiayaan kendaraan bermotor dengan
memperhatikan karakteristik produk perbankan syariah.
B. Pengertian …
B. Pengertian
1. Pembiayaan Kepemilikan Rumah yang selanjutnya disebut
KPR iB adalah pemberian pembiayaan kepada nasabah
dalam rangka kepemilikan rumah dengan menggunakan
akad berdasarkan prinsip syariah.
2. Pembiayaan Kendaraan Bermotor yang selanjutnya
disebut KKB iB adalah pemberian pembiayaan kepada
nasabah dalam rangka kepemilikan kendaraan bermotor
dengan menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah.
3. Financing to Value yang selanjutnya disebut FTV adalah
perbandingan antara nilai pembiayaan yang dapat
diberikan oleh BUS atau UUS terhadap nilai agunan pada
saat awal pemberian pembiayaan dalam rangka
kepemilikan rumah.
4. Musyarakah Mutanaqisah (MMQ) adalah musyarakah atau
syirkah dalam rangka kepemilikan rumah antara BUS
atau UUS dengan nasabah, dimana penyertaan (sharing)
kepemilikan rumah oleh BUS atau UUS akan berkurang
yang disebabkan pembelian secara bertahap oleh
nasabah.
5. Uang Jaminan (Deposit) adalah uang yang harus
diserahkan oleh nasabah kepada BUS atau UUS dalam
rangka kepemilikan rumah yang dilakukan dengan akad
Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT).
6. Uang Muka (Down Payment) adalah pembayaran di muka
atau uang muka secara tunai yang sumber dananya dari
debitur (self financing) dalam rangka pembelian kendaraan
bermotor.
II. PENERAPAN…
II. PENERAPAN KEBIJAKAN PRODUK PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN
RUMAH DAN PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR
Dalam menyalurkan KPR iB dan KKB iB, BUS dan UUS wajib:
A. menerapkan manajemen risiko sesuai dengan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011 tanggal 2 November 2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah, dalam rangka memitigasi
berbagai risiko yang melekat pada penyaluran KPR iB dan KKB
iB, terutama risiko kredit dan risiko likuiditas; dan
B. menerapkan prinsip kehati-hatian antara lain dengan
menyusun kebijakan dan prosedur secara tertulis yang akan
menjadi acuan dalam penyaluran KPR iB dan KKB iB dengan
berpedoman pada:
1. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/23/PBI/2011
tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah;
2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008
tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah;
3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
27/162/KEP/DIR tanggal 31 Maret 1995 tentang
Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijaksanaan
Perkreditan Bank bagi Bank Umum;
4. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/31/DPbS tanggal
7 Oktober 2008 perihal Produk Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah; dan
5. Surat Edaran Bank Indonesia ini.
III. RUANG …
III. RUANG LINGKUP PENGATURAN KPR iB DAN KKB iB
A. KPR iB
1. Ruang lingkup KPR iB meliputi pembiayaan KPR iB yang
diberikan oleh BUS dan UUS kepada nasabah perorangan
dalam rangka kepemilikan rumah tinggal, termasuk
rumah susun atau apartemen dengan tipe bangunan
lebih dari 70 m2 (tujuh puluh meter persegi), namun tidak
termasuk rumah kantor dan rumah toko.
2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, tidak
berlaku untuk KPR iB dalam rangka pelaksanaan program
perumahan Pemerintah Indonesia berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
B. KKB iB
Ruang lingkup KKB iB meliputi pembiayaan yang diberikan
oleh BUS dan UUS kepada nasabah untuk pembelian
kendaraan bermotor.
IV. PENGATURAN FINANCING TO VALUE PADA KPR iB
A. FTV diberlakukan terhadap KPR iB yang menggunakan akad
murabahah atau akad istishna’.
B. Perhitungan FTV yang merupakan perbandingan antara nilai
pembiayaan terhadap nilai agunan, adalah sebagai berikut:
1. nilai pembiayaan ditetapkan berdasarkan harga pokok
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah sebagaimana
tercantum dalam akad pembiayaan; dan
2. nilai agunan ditetapkan berdasarkan nilai pengikatan
agunan oleh BUS dan UUS.
C. FTV …
C. FTV KPR iB sebagaimana dimaksud pada huruf B ditetapkan
paling tinggi sebesar 70% (tujuh puluh persen).
V. PENGATURAN PENYERTAAN (SHARING) DAN UANG JAMINAN
(DEPOSIT) PADA KPR iB
A. Penyertaan (sharing) BUS atau UUS dalam rangka kepemilikan
rumah diberlakukan terhadap KPR iB dengan skema
Musyarakah Mutanaqisah (MMQ).
B. Penyertaan (sharing) BUS atau UUS sebagaimana dimaksud
pada huruf A ditetapkan paling tinggi sebesar 80% (delapan
puluh persen) dari harga perolehan rumah.
C. Uang Jaminan (Deposit) dalam rangka kepemilikan rumah
diberlakukan terhadap KPR iB dengan akad IMBT.
D. Uang Jaminan (Deposit) sebagaimana dimaksud pada huruf C
ditetapkan paling rendah sebesar 20% (dua puluh persen) dari
harga perolehan rumah yang disewakan kepada nasabah.
E. Uang Jaminan (Deposit) sebagaimana dimaksud pada huruf D
akan diperhitungkan sebagai uang muka pembelian rumah
pada saat akad IMBT jatuh tempo. Dalam hal nasabah tidak
mengambil opsi untuk membeli rumah, maka Uang Jaminan
(Deposit) tersebut dikembalikan kepada nasabah.
VI. PENGATURAN UANG MUKA (DOWN PAYMENT) PADA KKB iB
A. Uang Muka (Down Payment) KKB iB ditetapkan sebesar
persentase tertentu dari harga pembelian kendaraan bermotor
yang dibiayai oleh BUS atau UUS.
B. Uang …
B. Uang Muka (Down Payment) sebagaimana dimaksud pada
huruf A ditetapkan sebagai berikut:
1. paling rendah 25% (dua puluh lima persen), bagi
kendaraan bermotor roda dua atau roda tiga;
2. paling rendah 30% (tiga puluh persen), bagi kendaraan
bermotor roda empat untuk keperluan non produktif;
3. paling rendah 20% (dua puluh persen), bagi kendaraan
bermotor roda empat atau lebih untuk keperluan
produktif.
Kriteria kendaraan bermotor untuk keperluan produktif
adalah sebagai berikut:
a. merupakan kendaraan yang memiliki izin untuk
angkutan orang atau barang yang dikeluarkan oleh
pihak berwenang; dan/atau
b. diajukan oleh perorangan atau badan hukum yang
memiliki izin usaha tertentu yang dikeluarkan oleh
pihak berwenang dan digunakan untuk mendukung
kegiatan operasional dari usaha yang dimilikinya.
VII. TATA CARA PENGENAAN SANKSI
1. Bank Indonesia meminta BUS atau UUS untuk menghentikan
kegiatan produk KPR iB dan/atau KKB iB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah dalam hal BUS atau UUS melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam butir IV.C, butir V.B, butir V.D,
dan butir VI.B Surat Edaran Bank Indonesia ini.
2. BUS…
2. BUS atau UUS yang tidak menghentikan kegiatan produk KPR
iB dan/atau KKB iB sesuai permintaan Bank Indonesia
sebagaimana dimaksud pada huruf A, dikenakan sanksi
administratif sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Peraturan
Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang Produk
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
VIII. KETENTUAN LAIN-LAIN
A. Besaran FTV untuk KPR iB sebagaimana dimaksud dalam
butir IV.C, besaran penyertaan (sharing) untuk KPR iB
sebagaimana dimaksud dalam butir V.B, dan besaran Uang
Jaminan (Deposit) untuk KPR iB sebagaimana dimaksud dalam
butir V.D, serta besaran Uang Muka (Down Payment) untuk
KKB iB sebagaimana dimaksud dalam butir VI.B dapat
disesuaikan dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi
perekonomian Indonesia.
B. Bank Indonesia melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan Surat Edaran Bank Indonesia ini antara lain
melalui pelaporan Sistem Informasi Debitur (SID) oleh BUS
dan UUS maupun melalui pengawasan dan pemeriksaan BUS
dan UUS.
IX. KETENTUAN PERALIHAN
BUS dan UUS yang telah memiliki kebijakan dan prosedur tertulis
mengenai penyaluran KPR iB dan/atau KKB iB sebelum Surat
Edaran ini berlaku, wajib menyesuaikan kebijakan dan prosedur
KPR iB dan/atau KKB iB serta menyampaikannya kepada Bank
Indonesia paling lambat pada tanggal 31 Maret 2013.
X. KETENTUAN…
X. KETENTUAN PENUTUP
Ketentuan mengenai besaran FTV untuk KPR iB sebagaimana
dimaksud dalam butir IV.C, besaran penyertaan (sharing) untuk
KPR iB sebagaimana dimaksud dalam butir V.B, dan besaran Uang
Jaminan (Deposit) untuk KPR iB sebagaimana dimaksud dalam
butir V.D, serta besaran Uang Muka (Down Payment) untuk KKB iB
sebagaimana dimaksud dalam butir VI.B mulai berlaku pada
tanggal 1 April 2013.
Surat Edaran Bank Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal
27 November 2012
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Surat Edaran Bank Indonesia ini dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Demikian agar Saudara maklum.
BANK INDONESIA,
HALIM ALAMSYAH
DEPUTI GUBERNUR
DPbS
FORMUTIR PERMOHONAN PEMBIAYAAN KONSUMTIF
Jenis Pembiayaan
Tujuan Pembiayaan
langka Waktu
Total Pembiayaan
Uang MLrka
Pembiayaan Bank
Nama lnstansi
Bidang Usaha
Alamat Instansi
labatan
Lama Bekerja
Telepon Gntor
Nama lnstansi
Bida ng Usaha
Alamat lrstansi
labatan
Lama Bekerja
Telepon Kantor
: OGriya OMultigunaO Talangan Haji O Fleksi
O Multijasa
Bulan
Rp
Rp
Rp
Nama Lengkap
Jenis Kelamin
Tempat / Tanggal Lahir
Status
Pendidikan
Nama Gadis lbu Kandung
Nomor KTP / Paspor
Alamat Domisila
Nomor Telepon Rumah
Nomor l-landphone
Status Te m pat Tinggal
Nama lsteri/ Suami
lumlah Tanggungan
Jenis Pekerjaa n
Nama Instansi
Bidang Usaha
Jallatan
Lama Bekerja
Telepon Kantor
Fax
O LakiLaki O Perempuan
O Belum Menikah O Menikah O Janda/Duda
O S3/s2 Osl/D3 OSMA/SMP OLainnya
O Pribadi OKeluarga O Sewa ODinas
GirlTab/ Dep
Gt/rab/Dep
GirlTab / Dep
... Kode Pos
Kode pos
1. Penghasilan Sersih Per'8ulan Pemohon
2. Penghasilan Bersih Per-Bulan Pasangan
3. Penghasrian tarnbehan ijika acia)
4, Pengeluaran Per-Bulan
5. An8sulan Pembiayaan Lainnya
6. Sisa Penghasilan {1 + 2+ 3 - 4 -5}
: Rp.
: Rp.
: Rp.
: Rp.
: Rp.
:Rp.
Orang
Jenis Agunan
[okasiABunan
tuas T/KSB/TBMerek Kendaraan :
Jenis Dokumen I
Harga NilaiAgunan :
:OTlKSB OTB OMobil OMotor Otainnya
Rp.
: O PNS O Swasta OBUMN/D O Profesional
O Wiraswasta OlainnyaNama Lengkap
Hubungan
Alamat
Telepon Rumah
HP
Saya menyatakan bahwa semua informasiyang diberikan adalah b€nar Informasi inidib€rikan untuk tujuan permohonan pembiayaan dan dengan inisaya mengijinkan 8NlSyariah untuk mendapatkan dan memeriksa seluruh informasi yang dip€rlukan.Sersam. iri Saya m€mbe.i ku:sa kep.c!3 Bank uituk memotong dari rekening Giro /Tabungan / Deposito Saya di BNI/ SNlSyariah guna m elunasi aogsu ra n pembiayaan danatau kewajiban lainnya kepada Bank jika terjadi penundaan pembayaran. Dengan inipula Saya menyatakan b€rsedia dan akan patuh pada peraturan dan persyaratan yangditentukan Bank dan Saya mengetahui bahwa Bank berhak menyetujui atau m€nolakpermohonan jni tanpa memberitahukan alasannya.
Kode Pos
Kode Pos
lsteri/ Suami PemohonKode Pos
Fax
Kode Pos
Fax
-ic0iItt !
{;;tr6 >=
6.:
i9
'-a
,ffi
-tIEI
-O2 E E
i E 9a E.- F 9- v5 -d, E'f F:*e< t
;iT3 3fiJ!:iF -!!Y!9Y;io o;<t: clz " !, or Y
Eg:=s -EEtss!!>e*i€: -. -.k e E:E: t t e E
q!I3 aAN i 6 i
E
6
-ss
s€
=.3r. 5 ->+: x -L= E X Cbs_s i : 3,'E6+P P ,o a@
o,; q d =F;.l! ! ; r6.:_€F : 5 t;_gi.d 5 F ,ilE-P-- * : t€FsqE! Eg9 Ep:e!?! F;s iP'€E
=F*ei :5e EilrH*F€ 5}E ?i;+i;no91 F*c 9.6=6fEF! EBq 1E\EF -;,. :_E; En 3dr=Fi5 5:E o't3Eo i o @ ? P I c F! iE=F0 :F: -n;6
*lr* a:t* t:;c;EESFFP{-PgF*+FF!E 5 :SiI * j ji5d|i rEt...;....
.le=v so= o
:'i I r-:- ts:!t'. j:E *3-e : =.o
:6 !d i:_ c<ii sctg i^:< ;cc;.;i=E 9ccE F!1 X qt !-\
= ! a.i;3 F; +:+6€ <:HA 6J;.: r.:@Y :
-!!a 5:E€ !?-to: '-*Y;- 4; E E:.e ii co
3:FE -"9hs r- iq H' co! r o
=!*: c-E!6 P
E;{F!q_ts9;E*lidg 3XEe5 Pa.S 3 : q e,E : e g 9;==E b 5^q,=-a5 9,95,!C€E:: j;f-.'
>
T
e
I
I
)
:
{E
.!
E€s9l'e
3 t*E \N
* ;;P 5!
h !R
I :i
E .d. -:1; i:
: a *€R5 ;":
-: -- :; r'-E XZ= c = L
<E6: t q
8i*E 3 ;rt= E d Fo)6 ! = ! g
"<;.r x o :*z;
= F
EESb "?; P Fr*-: T, 6E;l e b3 ! +:E*E- PA.P ;E = e: or;
:9"-aq aa,io -E6eEAe F?6* ()o.F'-EX-tr4.2ife€as:EEe:sEF6 90qP iqoc\ F:EEEsil ii6eBs;!'-gE s B; ;iqi€ HglL[!nooY. r..o..
E
.9
\
.1
6
E
i
66
>
>:tr;E Fg= (t
t2iq .o!d - i'=r = X
Po lj o)
;E Es 'ul= !:l?: = 6 n i
-t lr)i: -:\ox,.4 Y;.=; ri: Fad o,> :6a;q fi! 6s
r c *,: " F; - 6o P-: 9q,!cDoE;eo, :+otqqa6j?c trf ;itjdtTna-o*Eo;E EE P; qi 9i*EF:.: ;3,ie.=!5cP!P9:?Y'E'i;'3;6=:j45i€Or'E:t
€ffi
Eil
E
E
E
f
€
E
6
i3
>
2
e
3
t
E:;p*:s.:Aj ! sE
E
EE 6i E6X h5 F-9a3a;3363-,;F;,ip3'
E
3
?
E
!
3-:
9-
tide.
E!;2
DATA NASABAH PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
BNI SYARIAH
PERIODE April 2012 – Maret 2014
Bulan/Tahun Jumlah Nasabah Dummy SEBI
Apr-12 10 0
May-12 23 0
Jun-12 18 0
Jul-12 16 0
Aug-12 7 0
Sep-12 10 0
Oct-12 16 0
Nov-12 9 0
Dec-12 13 0
Jan-13 10 0
Feb-13 14 0
Mar-13 7 0
Apr-13 11 1
May-13 9 1
Jun-13 9 1
Jul-13 15 1
Aug-13 14 1
Sep-13 8 1
Oct-13 8 1
Nov-13 7 1
Dec-13 6 1
Jan-14 7 1
Feb-14 4 1
Mar-14 9 1
Variables Entered/Removeda
Model Variables
Entered
Variables
Removed
Method
1 Dummy SEBIb . Enter
a. Dependent Variable: Jumlah Nasabah
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 ,440a ,194 ,157 4,085 1,739
a. Predictors: (Constant), Dummy SEBI
b. Dependent Variable: Jumlah Nasabah
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 88,167 1 88,167 5,283 ,031b
Residual 367,167 22 16,689
Total 455,333 23
a. Dependent Variable: Jumlah Nasabah
b. Predictors: (Constant), Dummy SEBI
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 12,750 1,179 10,811 ,000
Dummy SEBI -3,833 1,668 -,440 -2,298 ,031
a. Dependent Variable: Jumlah Nasabah
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 8,92 12,75 10,83 1,958 24
Std. Predicted Value -,979 ,979 ,000 1,000 24
Standard Error of Predicted
Value 1,179 1,179 1,179 ,000 24
Adjusted Predicted Value 8,36 13,27 10,83 1,991 24
Residual -5,750 10,250 ,000 3,995 24
Std. Residual -1,407 2,509 ,000 ,978 24
Stud. Residual -1,470 2,621 ,000 1,022 24
Deleted Residual -6,273 11,182 ,000 4,359 24
Stud. Deleted Residual -1,512 3,087 ,021 1,086 24
Mahal. Distance ,958 ,958 ,958 ,000 24
Cook's Distance ,000 ,312 ,045 ,067 24
Centered Leverage Value ,042 ,042 ,042 ,000 24
a. Dependent Variable: Jumlah Nasabah