problematika pembelajaran sejarah ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2221/1/umi...dokumen rpp...

141
i PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh: Umi Mahmudah NIM: 11113040 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

    SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM,

    PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Oleh:

    Umi Mahmudah

    NIM: 11113040

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2017

  • ii

  • iii

    PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN

    SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM,

    PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    Oleh:

    Umi Mahmudah

    NIM: 11113040

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2017

  • iv

    Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

    Dosen IAIN Salatiga

    Persetujuan Pembimbing

    Lamp : 4 eksemplar

    Hal : Naskah Skripsi

    Saudara : Umi Mahmudah

    Kepada:

    Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

    Di Salatiga

    Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

    Setelah kami meneliti dan melakukan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,

    kami kirimkan naskah skripsi saudara:

    Nama : Umi Mahmudah

    NIM : 11113040

    Jurusan : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam

    Judul : PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH

    KEBUDAYAAN ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI

    SALATIGA TAHUN 2017

    Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera

    dimunaqosyahkan.

    Demikian agar menjadi perhatian

    Wasalamu’alaikum. Wr. Wb.

    Salatiga, 7 Agustus 2017

    Pembimbing

    Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

    NIP. 19710309 200003 1 001

  • v

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

    Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

    SKRIPSI

    PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

    PADA SISWA KELAS VII, VIII, DAN IX MTS NEGERI SALATIGA

    TAHUN 2017

    Disusun Oleh:

    Umi Mahmudah

    NIM: 11113040

    Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan

    Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Salatiga, pada tanggal .............................................. dan telah dinyatakan

    memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.

    Susunan Panitia Penguji

    Ketua Penguji:

    Sekretaris :

    Penguji I :

    Penguji II :

    Salatiga,

    Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

    Keguruan

    Suwardi, M.Pd.

    NIP. 19670121 199903 1 002

  • vi

    DEKLARASI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Umi Mahmudah

    NIM : 11113040

    Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

    Jurusan : Pendidikan Agama Islam

    Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan

    orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

    etik ilmiah. Skripsi ini boleh diupload di perpustakaan IAIN Salatiga.

    Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

    Salatiga, 27 September 2017

    Yang menyatakan

    Umi Mahmudah

    NIM: 11113040

  • vii

    MOTTO

    Lelahnya orang yang menuntut ilmu selalu akan membuahkan hasil. Jikalau

    kamu merasa jenuh, berhentilah sejenak kemudian berlari untuk mewujudkan

    kehidupan yang lebih baik.

    (Zahra asy-Syauqillah)

    PERSEMBAHAN

    Segala Puji hanyalah milik Allah SWT. dan panutan terbaik hanyalah kepada

    baginda Nabi Muhammad SAW.

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

    1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayangnya

    dengan sepenuh hati. Mensupport do‟a, semangat dan materi, sehingga

    dalam perjalanan panjang ini, penulis bisa menyelesaikan skripsi.

    2. K. Abdul Nashir Asy‟ari dan Ibu Nyai Siti Aminah yang selalu

    kuharapkan do‟a-do‟a dan berkah ilmunya.

    3. Kakakku tersayang, Noura Hied Assalam yang selalu kuharapkan

    kebaikannya dan semoga Allah selalu membaikkanmu dalam segala hal.

  • viii

    4. Dosen Pembimbing Skripsi, Bp. Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. yang

    dengan ketulusan dan keikhlasannya dalam memberikan bimbingan dan

    arahan guna terselesaikannya skripsi ini.

    5. Muhamad Sidik Afandi, sebagai calon imam yang terus menyemangati

    agar skripsi ini segera terselesaikan.

    6. Kajur Jurusan PAI, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.

    7. Sahabat terbaik Aprina Wardani, dan seluruh sahabat-sahabat PAI IAIN

    Salatiga angkatan masuk 2013

    8. Teman-teman seperjuangan di Pondok Putri Masyithoh Tingkir Lor, yang

    selalu bersama-sama dalam suka duka.

    9. Keluarga besar TAZKIA dan JQH Al-Furqan IAIN Salatiga yang telah

    menjadi inspirasi terbaik dalam segala hal, yang tidak penulis dapatkan

    dalam bangku-bangku kuliah. Darinya, penulis belajar keikhlasan,

    optimisme, loyalitas dan kebersamaan untuk berbagi dengan indah.

    10. IPNU IPPNU PAC Pabelan, yang telah mengenalkanku untuk belajar

    berorganisasi, dan selalu berjuang untuk kemanfaatan banyak orang.

    11. Semua pembaca yang haus akan ilmu pengetahuan.

    Salatiga, 28 Agustus 2017

    Penulis

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur alhamdulillahi robbil „aalamiin, penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT. yang telah memberikan rahmat, taufiq, hidayah serta inayahnya

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Problematika

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, pada Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun

    2017.

    Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi

    Agung Muhammad saw. yang senantiasa dirindukan syafaatnya. Penulis

    menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

    banyak orang. Untuk itu, ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada:

    1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Ag. selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

    3. Ibu Hj. Siti Rukhayati,M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

    Islam.

    4. Bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing

    skripsi.

    5. Bapak, Ibu dan semua pihak yang telah membantu, sehingga skripsi ini

    dapat terselesaikan.

  • x

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususan skripsi ini masih

    banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis

    harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Demikian semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peningkatan kualitas pendidikan.

    Salatiga, 28 Agustus 2017

    Penulis

  • xi

    ABSTRAK

    Mahmudah, Umi. 2017. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan

    Islam, pada Siswa MTs Negeri Salatiga Tahun 2017. Skripsi, Jurusan

    Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut

    Agama Islam Negeri Salatiga. Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

    Kata Kunci : Pembelajaran SKI, Problematika, Solusi.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui problematika pembelajaran SKI

    pada siswa MTs Negeri Salatiga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan

    dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan dapat menjadi bahan

    pertimbangan untuk mengatasi problematika pembelajaran SKI.

    Jenis penelitian ini adalah termasuk penelitan lapangan (field research)

    dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini, berupa sumber

    data primer, meliputi hasil wawancara waka kurikulum madrasah, hasil

    wawancara guru SKI, dan hasil wawancara siswa; dan sumber sekunder meliputi

    dokumen RPP guru SKI, profil madrasah dan foto-foto kegiatan pembelajaran.

    Adapun metode yang digunakan selama penelitian adalah metode wawancara,

    observasi dan dokumentasi.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran SKI di

    MTs Negeri Salatiga menggunakan metode ceramah, mendikte, meresum,

    membuat kata kunci, menghafal, siswa menjelaskan, tanya jawab, latihan soal,

    penayangan video dan diskusi. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru

    menggunakan strategi belajar menyesuaikan kondisi siswa. Problematika

    pembelajaran SKI meliputi: masa beradabtasi dengan sekolah baru (khusus kelas

    VII), menghafalkan materi banyak, terlambat mencatat, mengingat nama daerah,

    tahun dan tanggal peristiwa sejarah, serta motivasi membaca siswa rendah. Untuk

    mengatasi problematika tersebut, guru melakukan: variasi metode pembelajaran,

    merangkumkan materi, membuat kata kunci, mengadakan latihan soal setiap akhir

    pembelajaran dan memotivasi siswa.

  • xii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

    HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iii

    HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v

    HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vi

    HALAMAN MOTTO dan PERSEMBAHAN .................................................. vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

    ABSTRAK ............................................................................................................ xi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1

    B. Fokus Penelitian ............................................................................................. 5

    C. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

    D. Kegunaan Penelitian ....................................................................................... 6

    E. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................................... 7

  • xiii

    F. Sistematika Penulisan ..................................................................................... 8

    BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 10

    A. Tinjauan Umum Pembelajaran ..................................................................... 10

    1. Pembelajaran Belajar ............................................................................. 10

    2. Proses Pembelajaran .............................................................................. 10

    3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran .................................................. 13

    4. Strategi Pembelajaran ............................................................................ 26

    5. Media Pembelajaran .............................................................................. 30

    6. Motivasi Belajar .................................................................................... 31

    7. Hubungan Motivasi dan Belajar ............................................................ 32

    8. Pembelajaran yang Efektif..................................................................... 35

    B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam .................................................. 40

    1. Pengertian .............................................................................................. 40

    2. Tujuan Belajar ....................................................................................... 41

    3. Kegunaan Belajar .................................................................................. 42

    4. Ruang Lingkup Pembelajaran ............................................................... 44

    BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 46

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................................... 46

    B. Lokasi Penelitian .......................................................................................... 47

    C. Sumber Data ................................................................................................. 48

  • xiv

    D. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................................ 50

    E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 52

    F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................................ 54

    G. Tahap-tahap Penelitian ................................................................................. 55

    BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS .................................................... 57

    A. Paparan Data ................................................................................................. 57

    1. Profil MTs Negeri Salatiga ..................................................................... 57

    2. Temuan Penelitian .................................................................................. 66

    B. Analisis Data ................................................................................................ 76

    BAB V PENUTUP ................................................................................................ 90

    A. Kesimpulan ................................................................................................... 90

    B. Saran ............................................................................................................. 91

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 92

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 94

    RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................................... 119

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbedaan Pendekatan Pembelajaran Konvensional dan

    Pembelajaran Aktif ........................................................................ 14

    Tabel 2.2 Ruang Lingkup Pembelajaran SKI ............................................... 44

    Tabel 4.1 Daftar Guru dan Karyawan MTs Negeri Salatiga ........................ 60

    Tabel 4.2 Data Siswa MTs Negeri Salatiga .................................................. 65

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Contoh Metode Mind Maping ................................................ 23

    Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-Guru-Siswa-Hasil Belajar 27

    Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif ......... 54

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Catatan hasil observasi kelas VIII ................................................. 95

    Lampiran 2 Catatan hasil observasi kelas IX ..................................................... 97

    Lampiran 3 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas VII .................................. 99

    Lampiran 4 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas VIII ............................... 102

    Lampiran 5 Transkrip wawancara siswa-siswi kelas IX ................................. 105

    Lampiran 6 Transkrip wawancara bersama guru SKI kelas VII dan IX ......... 108

    Lampiran 7 Transkrip wawancara bersama guru SKI kelas VIII .................... 110

    Lampiran 8 Transkrip wawancara bersama waka kurikulum .......................... 111

    Lampiran 9 Foto kegiatan pembelajaran SKI kelas VIII ................................. 112

    Lampiran 10 Foto kegiatan pembelajaran SKI kelas IX .................................... 113

    Lampiran 11 Surat ijin penelitian....................................................................... 114

    Lampiran 12 Surat keterangan penelitian .......................................................... 115

    Lampiran 13 Nota Pembimbing ......................................................................... 116

    Lampiran 14 Lembar konsultasi ........................................................................ 117

    Lampiran 15 Struktur organisasi MTs Negeri Salatiga ..................................... 118

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembelajaran merupakan suatu langkah untuk mengenalkan peserta

    didik pada segudang pengetahuan, karena ilmu pengetahuan tidak akan

    didapatkan oleh peserta didik tanpa belajar. Pembelajaran dapat dilakukan di

    mana saja, dengan bimbingan seorang pendidik. Sejak kecil, seorang anak

    telah mendapatkan pendidikan dari orang tuanya hingga tumbuh menjadi

    anak yang sesuai harapan. Seiring berjalannya waktu, anak tumbuh besar dan

    orang tua mengharapkan anak untuk memperoleh pengetahuan yang lebih

    luas. Banyak orang tua menyadari bahwa ilmu yang dimilikinya terbatas,

    maka mereka memutuskan untuk menitipkan putra putri mereka ke lembaga

    pendidikan yang terpercaya.

    Sudah hal yang pasti bahwa kualitas pendidikan pada suatu negara

    menentukan kualitas SDM masyarakatnya. Semakin baik kualitas pendidikan,

    maka kualitas SDMnya akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya,

    rendahnya kualitas pendidikan, menandakan negara tersebut SDMnya rendah.

    Melalui sekolah anak akan belajar berbagai ilmu pengetahuan, baik

    pengetahuan umum maupun pengetahuan agama. Pengetahuan umum

    tersebut meliputi pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa

    Inggris, Penjaskes, dan masih banyak lagi. Sementara itu, untuk pengetahuan

    agama, pada sekolah yang umum akan diajarkan pelajaran PAI atau

    Pendidikan Agama Islam (yang meliputi materi Akidah Akhlak, Fiqih, Al-

  • 2

    Qur‟an Hadits dan Sejarah Kebudayaan Islam). Namun pada sekolah yang

    berlatar belakang agama seperti MI, MTs dan MA maka mata pelajaran

    tersebut dipecah menjadi pelajaran tersendiri. Pengetahuan agama maupun

    umum, kesemuanya akan menjadi bekal bagi putra-putri bangsa untuk

    mempersiapkan kehidupan mereka di masa depan agar menjadi generasi yang

    lebih baik.

    Sholichun (2014:1) berpendapat bahwa peranan pendidikan agama

    Islam sangat besar bagi penyiapan SDM yang berkualitas. Pendidikan agama

    merupakan petunjuk arah, pembentuk etika dan penuntun bagaimana agar kita

    dapat beribadah dengan baik dan benar. Hal ini menunjukkan bahwa

    madrasah kiranya cukup menjadi referensi bagi para orang tua dalam

    mencarikan lembaga pendidikan bagi putra-putri mereka.

    Lingkungan madrasah yang kental dengan suasana religiusnya sangat

    memberi pengaruh bagi masyarakat yang ada di dalamnya. Secara tidak

    langsung, dengan pembiasaan yang telah ditetapkan madrasah dapat menjadi

    rutinitas yang baik untuk menambah nilai spiritualitas dalam diri mereka.

    Hasil survey yang peneliti lakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga,

    lingkungan madrasah mencerminkan identitas mereka dengan suasana

    religius. Selain dengan busana muslim muslimah yang dikenakan oleh

    seluruh warga madrasah, madrasah ini memiliki pembiasaan-pembiasaan

    yang sarat dengan nilai-nilai moral, pendidikan Islam dan kedisiplinan. Nilai-

    nilai tersebut dapat dijelaskan seperti berikut:

  • 3

    Nilai moral, ditunjukkan dengan aktivitas bapak dan ibu guru

    menyambut kehadiran siswa-siswi mereka dengan berjabat tangan saat

    memasuki pintu madrasah di waktu pagi.

    Nilai pendidikan islam, (1) pada jam 7, setelah bel berbunyi, Bapak

    Ibu guru dan seluruh siswa melaksanakan shalat Dhuha berjamaah dan

    dilanjut pelantunan Asma‟ul Husna sampai setengah delapan; (2)

    Melaksanakan tadarus bersama sebelum pembelajaran dimulai. Untuk kelas

    VII dan VIII tadarus Juz „Amma. Sedangkan untuk kelas IX dengan

    membaca Surah Yaasin; (3) Infaq seikhlasnya pada hari Jum‟at; (4) Sebagai

    syarat kenaikan kelas, untuk kelas tujuh wajib menyelesaikan hafalan surat-

    surat pendek yang berjumlah 16 surat (dari an-Nas sampai al-„Adiyat). Untuk

    kelas VIII wajib menyelesaikan hafalan sepuluh surat, yaitu dari al-Zalzalah

    sampai al-Balad.

    Nilai kedisiplinan,bagi siswa yang terlambat, harus meminta izin

    terlebih dahulu ke guru piket, dan akan mendapatkan poin dari

    keterlambatannya.

    Beberapa hal positif di atas adalah yang memberikan motivasi kepada

    penulis untuk melakukan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga.

    Selain memiliki pembiasaan-pembiasaan yang bagus, ternyata MTs N

    Salatiga ini memang masih memiliki kendala pembelajaran dalam bidang

    ilmu agama, khususnya yang masih dianggap sulit oleh siswa adalah pada

    mata pelajaran Bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam (Berdasarkan

    hasil informasi guru SKI MTs N Salatiga). Melihat fokus studi penulis pada

  • 4

    bidang PAI, maka peneliti memilih SKI sebagai objek penelitian. Di samping

    karena SKI memang mata pelajaran yang dimuat dalam mata pelajaran

    rumpun PAI, peneliti juga tidak memiliki hak untuk melakukan penelitian

    pembelajaran Bahasa Arab karena bukan bidangnya peneliti.

    Adapun alasan peneliti memilih pembelajaran SKI di MTs N Salatiga

    sebagai objek penelitian adalah karena beberapa hal seperti yang disampaikan

    oleh guru SKI MTs N Salatiga: pertama, materi SKI yang banyak, membuat

    siswa kesulitan belajar. Kedua, waktu belajar yang sedikit membuat guru

    belum maksimal menyampaikan materi. Ketiga, penjelasan guru yang cepat

    membuat siswa kesulitan memahami materi. Keempat, motivasi belajar siswa

    rendah. Kelima, siswa kesulitan menghafal nama-nama asing, tempat, serta

    tahun dan tanggal terjadinya suatu peristiwa.

    Berdasarkan hal-hal tersebut, seperti yang telah dipaparkan peneliti,

    dalam menyusun skripsi ini peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana

    pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di MTs N Salatiga. Apa

    upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika pembelajaran

    tersebut, serta agar ditemukan cara pembelajaran SKI yang baik, yang mudah

    dipahami dan lebih diminati siswa sehingga hasil belajar siswa bisa lebih baik

    dari yang sebelumnya. Oleh karena itu, skripsi ini diberi judul dengan

    “PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN

    ISLAM, PADA SISWA MTS NEGERI SALATIGA TAHUN 2017”.

  • 5

    B. Fokus Penelitian

    Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, yang mengkaji pokok

    permasalahan tentang problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    pada siswa MTs N Salatiga, maka penulis merumuskan permasalahan yang

    akan dibahas adalah sebagai berikut:

    a. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada

    siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga?

    b. Apa saja problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada

    siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga?

    c. Apa upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika

    pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada siswa kelas VII, VIII dan

    IX MTs N Salatiga?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penulis dalam melakukan penelitian ini adalah:

    1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Sejarah Kebudayaan

    Islam pada siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.

    2. Untuk mengungkapkan problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan

    Islam pada siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.

    3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru SKI dalam

    mengatasi problematika pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada

    siswa kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga.

  • 6

    D. Kegunaan Penelitian

    Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan kontribusi

    keilmuan baik secara teoritis maupun secara praktis.

    1. Secara teoritis:

    a. Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi bahan rujukan ilmiah

    dalam penelitian lanjutan pada kasus yang hampir sama dan untuk

    dikembangkan secara mendetail.

    b. Menjadi tulisan yang berguna untuk meningkatkan hasil belajar

    siswa agar nilainya semakin baik dalam mata pelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam.

    c. Memberikan kontribusi secara teoritis dan metodologis dalam bidang

    pengkajian dan pengembangan pelaksanaan pembelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam.

    2. Secara praktis:

    a. Bagi madrasah yang diteliti, hasil penelitian ini merupakan potret

    diri yang bisa dijadikan refleksi untuk meningkatkan kualitas

    pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, khususnya bagi guru dan

    siswa-siswi MTs N Salatiga.

    b. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan pengalaman berharga untuk

    memperluas pemikiran dan wawasan, serta akan menjadi bekal

    penulis ketika nanti memasuki dunia pendidikan sebagai pendidik.

  • 7

    c. Dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk mengoptimalkan

    metodologi pembelajaran bagi pendidik mata pelajaran SKI,

    khususnya di MTs N Salatiga.

    E. Kajian Penelitian Terdahulu

    Setelah melakukan penelusuran kepustakaan, penulis menemukan

    beberapa penelitian yang terkait dengan problematika pembelajaran Sejarah

    Kebudayaan Islam di sekolah, diantaranya:

    Penelitian A. Tabi‟in, mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN

    Walisongo Semarang tahun 2010 dengan judul “Problematika Metode

    Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII MTs Nurul Huda

    Banyuputih Batang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

    problematika pembelajaran SKI disebabkan oleh metode pembelajaran yang

    kurang bervariasi, media pembelajaran yang kurang mendukung, serta

    dipengaruhi oleh lingkungan (Tabi‟in, 2010: IV).

    Penelitian Ni‟matul Fauziah, mahasiswi Pendidikan Agama Islam

    UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2013 dengan judul “Faktor Penyebab

    Kejenuhan Belajar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) pada Siswa Kelas XI

    Jurusan Keagamaan di MAN Tempel Sleman”. Hasil penelitiannya

    memberikan informasi bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

    siswa mengalami kejenuhan belajar mata pelajaran SKI, di antara faktor

    internalnya ialah minat belajar rendah yang disebabkan oleh suasana

    pembelajaran kurang menyenangkan, kelelahan merangkum materi yang

  • 8

    terlalu banyak, kelelahan begadang, serta kelelahan rohani yang ditandai

    dengan kebosanan terhadap metode yang dipakai guru. Faktor eksternalnya

    ialah, sedikitnya referensi yang dipakai dalam pembelajaran, karena hanya

    menggunakan satu buku paket dalam pembelajaran, tugas guru yang kurang

    variatif dan motivasi dari guru yang rendah sehingga menyebabkan kejenuhan

    siswa (Fauziah, 2013: X).

    Penelitian Muhammad Syaifuddin, mahasiswa PAI UIN Maulana

    Malik Ibrahim Malang, tahun 2015 dengan judul “Problematika Pembelajaran

    Sejarah Kebudayaan Islam Menurut Kurikulum 2013 di Kelas X MAN

    Salatiga”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa problematika

    pembelajaran SKI pada siswa kelas X MAN Salatiga pada tahun 2015 ialah,

    waktu pembelajaran di akhir jam menyebabkan siswa kurang semangat dalam

    belajar, kurangnya keaktifan siswa ketika diajak untuk berdiskusi, dan guru

    kurang fokus karena terbebani dengan mata pelajaran lain yang dibebankan

    kepadanya (Syaifuddin, 2015: XVIII).

    F. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan ini berisi mata rantai penulisan laporan

    penelitian secara umum, yang penulis susun secara sistematis agar mudah

    dipahami pembaca. Adapun mata rantai tesebut adalah sebagai berikut:

    BAB I, PENDAHULUAN, memaparkan tentang latar belakang

    masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian

    penelitian terdahulu, dan sistematika penulisan.

  • 9

    BAB II, LANDASAN TEORI, memaparkan tentang konsep umum

    pembelajaran, pembelajaran efektif, strategi pembelajaran, media

    pembelajaran, pendekatan dan metode pembelajaran, motivasi belajar,

    hubungan motivasi dan belajar, dan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam.

    BAB III, METODE PENELITIAN, berisi tentang pendekatan dan

    jenis penelitian, lokasi penelitian, instrumen penelitian, sumber data, teknik

    pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan

    tahap-tahap penelitian.

    BAB IV, PAPARAN DATA DAN ANALISIS, meliputi paparan

    data dan analisis data.

    BAB V, PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran.

  • 10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Umum Pembelajaran

    1. Pengertian Belajar

    Belajar secara umum dapat diartikan dengan tahapan perubahan

    seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

    pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan poses

    kognitif (Syah, 1995: 91).

    Sementara itu, Suyono dan Hariyanto (2014: 9) mendefinisikan

    belajar dengan suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

    pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap

    dan mengokohkan kepribadian.

    Melihat definisi yang diungkapkan para pakar di atas, dapat

    ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas dan interaksi

    yang melibatkan proses kognitif untuk mengubah tingkah laku individu

    dan meningkatkan segala aspek keribadiannya.

    2. Proses Pembelajaran

    Istilah lain yang ada kaitannya dengan kegiatan belajar-mengajar

    adalah kata pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi antara guru

    dan murid untuk membicarakan topik tertentu dalam kegiatan belajar

    dengan bimbingan guru atau pendidik. Pembelajaran adalah segala upaya

    yang dilakukan pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta

  • 11

    didik (Sutikno, 2014: 12). Disamping itu, pembelajaran lebih

    menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan yang berkaitan

    dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran,

    meyampaikan isi pembelajaran, dan mengelola pembelajaran. Adapun

    ciri-ciri pembelajaran seperti yang diungkapkan Sutikno (2014: 14-15)

    adalah sebagai berikut:

    a. Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk peserta didik dalam suatu

    perkembangan tertentu;

    b. Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang

    direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan;

    c. Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik;

    d. Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat mulak bagi

    berlangsungnya egiatan pembelajaran;

    e. Tindakan guru yang cermat dan tepat;

    f. Terdapat pola aturan yangditaati guru dan peserta didik dalam

    proporsi masing-masing;

    g. Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran;Adanya evaluasi,

    baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil atau produk.

    Selain mengetahui ciri-ciri pembelajaran, dalam melaksanakan

    proses pembelajaran juga harus memenuhi prinsip-prinsipnya. Sutikno,

    (2014: 15-16) menjelaskan bahwa ada beberapa prinsip pembelajaran

    yang harus diperhatikan:

  • 12

    a. Pembelajaran berfokus pada peserta didik, artinya peserta didik

    menjadi subjek pembelajaran, dengan memperhatikan kecepatan

    belajar peserta didik yang berbeda-beda.

    b. Menyenangkan, artinya guru harus berupaya untuk menciptakan

    lingkungan yang aman dan nyaman bagi peserta didik, agar peserta

    didik “betah” dan asyik dalam mengikuti pembelajaran.

    c. Interaktif, maksudnya adalah adanya hubungan timbal balik antara

    guru dengan peserta didik, dan antar peserta didik.

    d. Prinsip motivasi, yaitu dengan adanya motivasi dapat mendorong

    peserta didik untuk lebih giat belajar.

    e. Mengembangkan kreativitas dan kemandirian peserta didik.

    f. Pembelajaran terpadu, yaitu pengelolaan pembelajaran dilakukan

    secara integratif. Semua tujuan pembelajaran berupa kemampuan

    dasar yang ingin dicapai bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu

    mencapai kemampuan dasar lulusan.

    g. Memberikan penguatan dan umpan balik. Dalam situasi tertentu,

    guru memberikan pujian atau memperbaiki respon peserta didik.

    Namun guru tetap menjaga suasana agar peserta didik berani untuk

    berpendapat.

    h. Prinsip perbedaan individual, artinya setiap perbedaan yang ada

    pada peserta didik (baik watak, intelegensi, latar belakang keluarga,

    ekonomi, sosial dan lain-lain) dapat diperhitungkan oleh guru. Guru

    memberikan pengayaan kepada peserta didik yang berkemampuan

  • 13

    lebih dan remedial bagi peserta didik yang berkemampuan kuang

    atau mengalami kesulitan belajar.

    i. Prinsip pemecahan masalah, yaitu dalam belajar peserta didik perlu

    dihadapkan pada situasi-situasi bermasalah dan guru membimbing

    peserta didik untuk memecahkannya.

    j. Memanfaatkan aneka sumber belajar. Guru menggunakan berbagai

    sumber belajar yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan

    lingkungan.

    k. Memberi keteladanan. Guru memberikan keteladanan dalam

    bersikap, bertindak, dan bertutur kata baik di dalam maupun di luar

    kelas.

    l. Mengembangkan kecakapan hidup. Hal ini ditandai dengan

    tumbuhnya kompetensi peserta didik.

    3. Pendekatan dan Metode Pembelajaran

    Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara

    peserta didik dengan lingkungannya (Hosnan, 2014: 206). Pendidikan

    diselenggarakan berdasarkan rencana yang mengacu pada kurikulum

    yang sedang diterapkan (Hosnan, 2014: 207).

    Hosnan (2014: 213-214) berpendapat bahwa terdapat dua

    pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan pembelajaran

    konvensional dan pendekatan pembelajaran aktif (active learning).

  • 14

    Pembelajaran aktif merupakan proses pembelajaran di mana

    peserta didik (subjek didik) terlibat secara intelektual dan emosional,

    sehingga ia betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam

    melakukan kegiatan belajar. Active learning adalah suatu pendekatan

    dalam kegiatan belajar dengan menggunakan seluruh potensi yang

    dimiliki peserta didik secara optimal, dengan tujuan agar siswa mencapai

    hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik

    kepribadiannya (Hosnan, 2014: 208).

    Berbeda dengan active learning, pendekatan pembelajaran

    konvensional lebih menekankan pada keaktifan pendidik dalam

    menyampaikan materi. Adapun perbedaan dari kedua pendekatan

    pembelajaran tersebut, menurut Hosnan (2014: 213-214) adalah sebagai

    berikut:

    Tabel 2.1

    NO. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran Aktif

    1. Berpusat pada guru. Berpusat pada siswa.

    2. Penekanan pada menerima

    pengetahuan.

    Penekanan pada kegiatan

    menemukan.

    3. Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan.

    4. Kurang memberdayakan semua

    indera dan potensi anak didik.

    Memberdayakan semua

    indera dan potensi siswa.

    5. Menggunakan metode yang Menggunakan banyak

  • 15

    monoton, kurang banyak media

    yang digunakan.

    metode.

    6. Tidak perlu disesuaikan dengan

    pengetahuan yang sudah ada.

    Disesuaikan dengan

    pengetahuan yang sudah ada.

    Perbedaan di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

    guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang baik untuk

    diterapkan di dalam kelas.

    Selain menggunakan pendekatan pembelajaran, pemilihan metode

    pembelajaran juga penting untuk diperhatikan. Beberapa metode

    pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah sebagai

    berikut:

    a. Metode Ceramah

    Ceramah merupakan salah satu metode pembelajaran yang

    menggunakan cara penuturan atau penerangan lisan. Ceramah

    dikelompokkan sebagai metode megajar bercorak tradisional. Dalam

    hal ini, ada sekelompok orang yang menganggap metode ceramah

    tidak efisien digunakan, akan tetapi ada juga kelompok yang

    mengatakan bahwa dalam situasi dan kondisi tertentu ceramah

    adalah metode yang paling baik digunakan (Hamdayama, 2014: 167-

    168).

    Hamdayana (2014: 168) menyebutkan bahwa metode

    ceramah dapat digunakan dalam situasi berikut:

  • 16

    1) Guru akan mengajarkan topik baru. Pada saat kegiatan

    pendahuluan, guru dapat mengantarkan gambaran umum materi

    baru tersebut dengan berceramah.

    2) Belum adanya sumber belajar pada siswa. Dengan begitu siswa

    dituntut kreativitasnya untuk membuat catatan-catatan atas apa

    yang disampaikan guru.

    3) Guru menghadapi jumlah peserta didik yang cukup banyak,

    sehingga guru tidak mungkin memperhatikan siswa secara

    individual.

    4) Guru ingin membangkitkan semangat belajar peserta didik.

    5) Proses belajar membutuhkan penjelasan secara lisan.

    Kelebihan dan kekurangan metode ceramah menurut

    Hamdayana (2014: 169) adalah:

    Kelebihan:

    1) Guru mudah menguasai kelas karena dapat bertatap muka secara

    langsung dengan peserta didik ketika penyampaian materi.

    2) Metode dianggap sebagai yang ekonomis waktu dan biaya,

    karena guru dapat menentukan sistem yang akan digunakan.

    3) Mudah dilaksanakan.

    4) Dapat diikuti oleh peserta didik berjumlah besar.

    5) Guru dapat menyampaikan materi berjumlah besar.

  • 17

    Kekurangan:

    1) Kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (hanya berwujud

    kata-kata).

    2) Menguntungkan peserta didik yang memiliki gaya belajar

    auditori, tetapi peserta didik dengan gaya belajar visual akan

    merasa dirugikan.

    3) Akan membosankan jika dilakukan dalam waktu yang lama.

    4) Guru sukar mengontrol sejauh mana perolehan siswa terhadap

    materi yang diajarkan.

    5) Menjadikan anak didik menjadi pasif.

    Metode ceramah sepertinya mudah dilaksanakan, akan tetapi

    tidak semua guru dapat berceramah dengan tidak membosankan.

    Hamdayana (2014: 170) menuliskan beberapa tips agar ceramah

    dapat memberikan hasil yang optimal:

    1) Guru perlu membatasi waktu ceramah.

    2) Menyusun rencana ceramah.

    3) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk diajukan kepada

    peserta didik, baik pada saat jeda ceramah atau di akhir

    pembelajaran sebagai evaluasi terhadap tingkat pemahaman

    pesta didik.

    4) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti khalayak umum.

  • 18

    b. Index Card Match

    Index Card Match merupakan sebuah metode pembelajaran

    yang cukup menyenangkan untuk ketika digunakan untuk

    mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya, karena di sini

    siswa telah memiliki bekal pengetahuan ketika masuk kelas (Hosnan,

    2014: 225).

    Adapun langkah-langkah penggunaan metode ini dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    1) Guru membuat potongan kertas sebanyak jumlah siswa yang ada

    di kelas.

    2) Setiap potongan kertas, dibagi menjadi dua bagian yang sama

    besar.

    3) Separuh kertas yang telah selesai dibagi, ditulisi pertanyaan

    tentang materi, separuhnya lagi ditulisi jawaban materi.

    4) Setelah pertanyaan dan jawaban selesai ditulis, semua kartu

    dikocok hingga tercampur semua soal dan jawaban.

    5) Setiap siswa diberi satu kertas, dan mereka diberitahu bahwa

    kertas mereka memiliki pasangannya.

    6) Siswa diminta untuk mencari pasangannya. Jika sudah

    menemukan, guru meminta siswa untuk membacakannya secara

    berpasangan.

  • 19

    c. Mind Maping

    Mind Maping adalah adalah cara teratur yang digunakan

    untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran yang memfungsikan

    belahan otak kanan dan otak kiri agar dapat tercapai tujuan

    pembelajaran (Yusani, 2012: 52). Mind map adalah alat paling hebat

    yang membantu otak berpikir secara teratur (Buzan, 2006: 4). Anak

    didik akan menggunakan otak kanannya sebagai kreativitasnya dan

    menggunakan otak kirinya sebagai pusat berpikir. Oleh karena itu,

    keseimbangan otak kanan dan kiri menjadi baik. Pernyataan ini

    didukung oleh pendapat Yusani dalam skripsinya (2012: 55) sebagai

    berikut:

    Metode mind map, sebagai salah satu metode

    pembelajaran, lebih banyak menekankan pada kreativitas anak

    didik. Dalam metode ini, anak didik dituntut untuk lebih aktif

    dalam proses pembelajaran dan mencurahkan kemampuan otak

    kanan dan otak kirinya. Jadi, pelaksanaan metode mind map

    yang sempurna akan berpengaruh pada prestasi belajar anak

    didik, semakin baik pelaksanaan metode ini, maka semakin baik

    pula prestasi yang dihasilkan.

    Metode ini telah berhasil membuat prestasi belajar peserta

    didik kelas IV meningkat di MI Ma‟arif Sidomulyo kecamatan

    Salaman kabupaten Magelang. Sebagai upaya guru, metode ini dapat

    dicoba diterapkan dalam pembelajaran SKI di MTs N Salatiga untuk

    meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang ada di sana.

    Buzan (2006: 10) menyatakan bahwa metode Mind Map

    dapat membantu individu: 1) menjadi lebih kreatif, 2) menghemat

    waktu, 3) memecahkan masalah, 4) berkonsentrasi, 5) mengatur dan

  • 20

    menjernihkan pikiran, 6) lulus ujian dengan nilai-nilai baik, 7)

    mengingat dengan lebih baik, 8) belajar lebih cepat dan efisien, 9)

    belajar dengan lebih mudah, 10) melihat “gambaran keseluruhan”,

    11) membuat rencana, 12) berkomunikasi, 13) bisa tetap bertahan

    hidup!, 14) menyelamatkan pohon!

    Selain beberapa manfaat tersebut, Mind Map juga dapat

    membantu peserta didik belajar, mengatur dan menyimpan sebanyak

    mungkin informasi yang diinginkan, menggolongkan informasi

    tersebut, serta mengaksesnya seketika saat dibutuhkan.

    Untuk itu akan dijelaskan dibawah ini beberapa hal yang

    dibutuhkan untuk membuat Mind Map:

    1) Kertas kosong tanpa garis

    Kertas tak bergaris lebih memberikan keleluasaan

    pembuat Mind Map dan membantunya untuk berimajinasi bebas

    tanpa batas.

    2) Pena dan pensil warna

    Untuk menuliskan informasi-informasi penting dalam

    pembuatan Mind Map, pena dan pensil warna adalah alat yang

    tepat, karena dengan varian warna akan membuat Mind Map

    terlihat lebih hidup.

  • 21

    3) Otak

    Otak merupakan hal urgent dalam pembuatan Mind

    Map, karena ia merupakan alat berpikir manusia.

    4) Imajinasi

    Agar Mind Map terlihat menarik dan tidak monoton,

    maka dibutuhkan imajinasi yang bagus dari pembuatnya.

    Kreativitaspun tidak kalah pentingnya.

    Setelah mengatahui alat-alatnya, maka langkah-langkah

    pembuatan Mind Map seperti yang dikemukakan Buzan (2006: 21-

    23) adalah sebagai berikut:

    1) Memulai dari bagian tengah kertas kosong yang diletakkan

    dalam posisi memanjang. Demikian ini akan memberikan

    keleluasaan bagi cara kerja otak untuk mengekspresikan diri

    lebih bebas dan alami.

    2) Menggunakan sebuah gambar untuk gagasan sentral. Gambar

    yang diletakkan di bagian tengah akan membantu memusatkan

    pikiran.

    3) Menggunakan warna pada seluruh Mind Map. Hal ini akan

    membuat Mind Map menjadi tampak lebih cerah dan hidup,

    serta menyenangkan untuk otak.

    4) Menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar sentral, dan

    menghubungkan cabang-cabang tingkat kedua dan ketiga pada

    tingkat pertama dan kedua. Demikian seterusnya.

  • 22

    5) Membuat Mind Map berbentuk melengkung, karena akan

    terlihat lebih menarik, indah dan tidak membosankan ketika

    dilihat.

    6) Agar Mind Map lebih kuat dan fleksibel, cukup menggunakan

    satu kata kunci pada setiap baris.

    7) Menggunakan gambar pada seluruh Mind Map akan mewakili

    banyak kata dalam catatan.

    Melihat bagaimana metode Mind Map ini dikembangkan,

    maka dapat diketahui beberapa kelebihan dan kekurangan dari

    metode ini.

    Kelebihan:

    1) Peserta didik lebih mudah mengingat, karena catatan tidak

    monoton, yaitu dengan variasi gambar, tulisan dan simbol.

    2) Variasi warna lebih indah dipandang.

    3) Peserta didik hanya membutuhkan waktu singkat untuk

    mereview materi.

    4) Peserta didik dapat belajar lebih cepat dan efisien.

    5) Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan berimajinasi.

    Kekurangan:

    1) Membutuhkan waktu yang cukup lama saat membuat Mind

    Map.

    2) Kemampuan berimajinasi siswa berbeda-beda, sehingga ada

    Mind Map yang bagus, dan ada pula yang biasa.

  • 23

    Gambar 2.1 contoh metode mind maping.

    (sumber:http://madrasah-ski.blogspot.co.id/2014/11/contoh-mind-

    map-tokoh-iilmuan-pada-masa.html)

    d. Metode Tanya Jawab

    Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan

    pelajaran dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan

    jawaban untuk mencapai tujuan. Pertanyaan tersebut dapat

    digunakan untuk merangsang aktivitas dan kreativitas bepikir peserta

    didik. Dalam mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan

    tersebut, peserta didik berusaha untuk menghubungkan pengetahuan

    dan pengalaman yang telah dimilikinya dengan pertanyaan yang

    akan dijawabnya (Mulyasa, 2011: 115).

    Mulyasa berpendapat bahwa ada dua hal yang harus

    diperhatikan pendidik dalam menggunakan metode tanya jawab:

  • 24

    1) Guru pelu menguasai bahan secara penuh. Jangan sampai guru

    mengajukan pertanyaan yang guru sendiri tidak memahaminya

    atau tidak mengetahui jawabannya.

    2) Menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan

    kepada peserta didik sesuai bahan pelajaran yang telah dibahas.

    e. Metode Penugasan

    Metode penugasan merupakan cara belajar dengan

    memberikan tugas kepada peserta didik, baik secara individu

    maupun kelompok. Agar metode penugasan berjalan efektif,

    Mulyasa (2011: 113-114) memberikan beberapa langkah berikut:

    1) Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama

    tujuan penugasan dan cara pengerjaanya. Sebaiknya tujuan

    penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah

    tugas yang dkerjakan.

    2) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan

    mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama

    tugas itu harus dikerjakan, dikerjakan individu atau kelompok,

    dan yang lainnya. Hal tersebut dapat menentukan efektivitas

    penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.

    3) Apabila tugas tersebut merupakan tugas kelompok, maka perlu

    diupayakan agar semua anggota kelompok ikut aktif dalam

    penyelesaian tugas tersebut.

  • 25

    4) Guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan

    oleh peserta didik.

    5) Guru memberikan penilaian secara proporsional terhadap

    tugastugas yang dikerjakan peserta didik.

    f. Metode TEAM QUIZ (Menguji Tim)

    Penggunaan metode ini dapat meningkatkan kemampuan

    tanggung jawab peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari,

    yaitu dengan cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan

    (Silberman, 2009: 163).

    Berikut ini langkah-langkah untuk melaksanakan metode

    TEAM QUIZ :

    1) Memilih topik yang akan dipresentasikan kedalam tiga bagian.

    2) Guru membagi peserta didik menjadi tiga tim, semisal tim A, B

    dan C.

    3) Guru menyampaikan format pembelajaran yang akan

    berlangsung, kemudian dilanjutkan dengan presentasi tidak lebih

    dari sepuluh menit.

    4) Guru meminta tim A untuk menyiapkan kuis yang berjawaban

    singkat dengan waktu persiapan tidak lebih dari lima menit.

    Sementara tim B dan C diberi kesempatan untuk meninjau

    kembali catatan mereka.

  • 26

    5) Tim A menguji anggota tim B. Jika tim B tidak dapat menjawab,

    tim C diberi kesempatan untuk menjawabnya.

    6) Tim A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada anggota

    tim C, dan mengulangi prosesnya.

    7) Apabila tim A sudah selesai membacakan kuis, maka

    dilanjutkan pada sesi dua, yaitu tim B sebagai pemimpin kuis.

    8) Setelah tim B melakukan proses yang sama, tim C melanjutkan

    pada sesi ketiga sebagai pemimpin kuis.

    9) Pembelajaran diakhiri dengan guru menyimpulkan tanya jawab

    serta memberikan penjelasan apabila ada pemahaman yang

    keliru.

    Hasil penelitian Juemi menyatakan bahwa metode TEAM

    QUIZ mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini

    kelebihan-kelebihan yang didapatkan dari metode ini adalah:

    1) Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena siswa benar-

    benar mencari materi sendiri.

    2) Membina kerja sama antar anggota kelompok.

    3) Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena adanya

    kompetisi pada tiap kelompok.

    4. Strategi Pembelajaran

    Sebagai pendidik seorang guru dituntut untuk paham strategi

    pembelajaran. Kata strategi dapat diartikan dengan cara dan seni

  • 27

    menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan, sedangkan

    pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dilihat dari

    kedua unsur kata pembentuknya, yaitu kata strategi dan pembelajaran,

    maka strategi pembelajaran dapat diartikan dengan cara dan seni untuk

    menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa

    (Wena, 2011: 2-3).

    Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat

    dibutuhkan, karena untuk mempermudah proses pembelajaran agar hasil

    belajar siswa optimal. Tanpa adanya strategi pembelajaran, tujuan

    pembelajaran sulit tercapai. Strategi pembelajaran sangat bermanfaat

    bagi guru dan siswa. Bagi guru, strategi dapat dijadikan sebagai pedoman

    dan acuan bertindak yang sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran.

    Bagi siswa, strategi pembelajaran dapat mempermudah proses belajar

    (meahami isi pembelajaran), karena strategi pembelajaran memang

    dirancang untuk mempermudah belajar siswa (Wena, 2011: 2-3).

    Gambar 2.2 Hubungan Strategi Pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar

    Strategi

    Pembelajaran

    Bagi Guru

    Bagi Siswa

    Peningkatan

    Hasil Belajar

  • 28

    Hamruni (2012: 8-10) berpendapat bahwa strategi pembelajaran

    dapat diklasifasikan menjadi lima:

    a. Strategi Pembelajaran Langsung

    Strategi pembelajaran langsung ini merupakan pembelajaran

    yang banyak diarahkan oleh guru, efektif untuk menentuka

    informasi, atau membangun keterampilan tahap demi tahap.

    Adapun kelebihannya adalah mudah untuk direncanakan dan

    digunakan, namun kelemahannya adalah dalam mengembangkan

    kemampuan, proses, an sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis

    dan hubungan interpersonal serta kelompok belajar.

    b. Strategi Pembelajaran Tak Langsung

    Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung,

    pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik.

    Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator.

    Kelebihan strategi ini antara lain: 1) mendorong keingintahuan dan

    ketertarikan peserta didik, 2) mendorong kreativitas dan

    pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang

    lain, 3) mengekspresikan pemahaman. Kekurangannya, strategi ini

    memerlukan waktu panjang, dan tidak cocok apabila peserta didik

    perlu mengingat materi dengan cepat.

    c. Strategi Pembelajaran Interaktif

    Strategi ini menekankan pada diskusi dan sharing di antara

    peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan pada peserta

  • 29

    didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan

    pengetahuan guru atau temannya serta untuk membangun cara

    alternatif untuk berfikir dan merasakan.

    Kelebihan strategi ini: 1) peserta didik dapat belajar dari

    temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan

    kemampuan-kemampuan, 2) mengorganisasikan pemikiran dan

    membangun argumen yang rasional.

    d. Strategi Pembelajaran Empirik

    Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif,

    berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi

    tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan

    pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran

    empirik yang efektif.

    Kelebihan strategi ini antara lain: 1) meningkatkan partisipasi

    peserta didik, 2) meningkatkan sifat kritis peserta didik, 3)

    meningkatkan analisis peserta didik. Adapun kekurangannya hanya

    menekankan pada proses bukan hasil, keamanan siswa, biaya mahal,

    dan memerlukan waktu yang panjang.

    e. Strategi Pembelajaran Mandiri

    Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi

    pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu,

    kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada

    perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru.

  • 30

    Kelebihannya adalah untuk membentuk peserta didik yang

    mandiri dan bertanggung jawab. Kekurangannya adalah bila

    diterapkan pada anak didik yang belum dewasa, karena belum bisa

    belajar secara mandiri.

    5. Media Pembelajaran

    Media adalah semua sumber yang diperlukan untuk melakukan

    komunikasi dengan siswa. Media dapat berupa perangkat keras atau

    perangkat lunak yang digunakan dalam perangkat keras tersebut (Wena,

    2011: 9).

    Leshin, dkk. berpendapat dalam Wena (2011: 9) bahwa media

    dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok, yaitu:

    a. Media berbasis manusia, seperti pengajar, instruktur, tutor, bermain

    peran, dst.

    b. Media berbasis cetak, seperti buku catatan, buku latihan dan modul.

    c. Media berbasis visual, seperti buku, bagan, grafik, peta, gambar,

    slide, dst.

    d. Media berbasis audio visual, seperti video, film, televisi, dll.

    e. Media berbasis komputer, seperti pengajaran dengan bantuan

    komputer, interaktif video, hypertext, dst.

  • 31

    6. Motivasi Belajar

    a. Pengertian Motivasi

    Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling

    penting dalam belajar, namun seringkali sulit diukur (Wahyuni,

    2009:11). Kata motivasi berasal dari bahasa Latin moveers yang

    berarti menggerakkan. Oleh Printich dan Schunk (1996) kemudian

    diartikan dengan sebuah usaha menggerakkan (Wahyuni, 200: 12).

    Secara umum motivasi didefinisikan sebagai sebuah kondisi internal

    yang memunculkan, mengarahkan, dan menjaga sebuah perilaku

    (Woolfolk, dkk dalam Wahyuni, 2009: 13).

    Sebagai sebuah proses, motivasi bukanlah sebuah produk,

    sehingga tidak dapat diamati, namun dapat diketahui indikatornya

    dari perilaku yang tampak (Wahyuni, 2009: 13). Agar individu

    memiliki motivasi, maka harus ada dorongan dan penjagaan

    terhadap motivasi tersebut (Wahyuni, 2009: 13). Langkah pertama

    yang mesti dilakukan adalah memulai sebuah tindakan untuk

    mewujudkan tujuan, kemudian konsistensi untuk mencapai tujuan

    tersebut.

    Adapun manfaat motivasi belajar menurut Fudyartanto

    (2000) seperti yang dikutip oleh Wahyuni (2009: 14-15) adalah

    sebagai berikut:

    1) Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia.

  • 32

    2) Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku. Seperti contoh ketika

    siswa ingin lulus ujian, maka ia berkonsentrasi menggunakan

    strategi yang terpilih untuk mencapai tujuan.

    3) Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku.

    Selain ketiga manfaat motivasi di atas, keberadaan motivasi

    juga dipengaruhi oleh dua sumber, yaitu:

    1) Motivasi Intrinsik

    Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang tumbuh dari

    dalam diri individu. Dalam proses belajar, seorang siswa yang

    termotivasi secara intrinsik akan melakukan pekerjaannya

    semata-mata ia merasa puas dan senang dengan pekerjaan

    tersebut (Wahyuni, 2009: 28).

    2) Motivasi Ekstrinsik

    Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang diperoleh

    dari luar individu. Seperti contoh ketika anak mengerjakan

    pekerjaan rumah karena takut sangsi dari ibunya. Hal ini

    menunjukkan bahwa anak tersebut termotivasi secara ekstrinsik,

    yaitu mengerjakan pekerjaan rumah untuk menghindari sangsi.

    b. Hubungan Motivasi dan Belajar

    Salah satu tugas guru dalam kegiatan pembelajaran adalah

    menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan motivasi

    belajar siswa (Wahyuni, 2009: 38).

  • 33

    Banyak elemen yang mempengaruhi motivasi untuk belajar,

    antara lain perencanaan, konsentrasi terhadap tujuan, kesadaran

    terhadap apa yang akan dipelajari, aktif mencari informasi-informasi

    yang baru, tidak cemas dan tidak takut (Wahyuni, 2009: 38). Siswa

    yang termotivasi belajar, akan menunjukkan antusiasme terhadap

    aktivitas-aktivitas belajar, memperhatikan penuh apa yang

    diinstruksikan guru, melakukan evaluasi diri terhadap materi yang

    dipelajarinya serta memiliki komitmen yang tinggi untuk dapat

    mencapai tujuan belajar (Printich dan Schunk, 1996 dalam Wahyuni,

    2009: 39).

    Akan tetapi tidak semua siswa memiliki motivasi belajar

    yang tinggi. Oleh karenanya, ada tiga tugas penting guru yang

    berkaitan dengan memotivasi belajar siswa:

    1) Mengajak siswa untuk secara produktif berpartisipasi dalam

    kegiatan belajar siswa di kelas.

    2) Merancang tujuan jangka panjang untuk mengembangkan

    kepribadian siswa yang termotivasi untuk belajar, sehingga

    mereka akan mampu untumendidik diri mereka sendiri

    sepanjang hidupnya.

    3) Mengajak siswa untuk memiliki kemampuan berpikir mendalam

    terhadap apa yang mereka pelajari (Wahyuni, 2009: 39-40).

  • 34

    Hosnan, (2014: 439) berpendapat bahwa ada salah satu

    langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar

    siswa melalui inovasi pembelajaran, antara lain adalah:

    1) Membuat alat peraga sendiri dengan memanfaatkan apa yang

    ada di lingkungan sekitar, sehingga dapat menghemat biaya.

    2) Membuat rangkuman materi, soal dan media pembelajaran.

    3) Penyajian materi ditunjang media video dan audio.

    4) Mengadakan program pengayaan (les).

    5) Menulis diktat untuk mempermudah pemahaman siswa dalam

    menerima materi pelajaran, misalnya membuat diktat latihan

    soal-soal dari berbagai sumber untuk mempermudah proses

    belajar.

    6) Penggunaan alat peraga elektronika.

    7) Melakukan dialog interaktif dengan narasumber.

    8) Melakukan kunjungan ke lembaga / instansi terkait.

    9) Pembelajaran tidak monoton di ruang kelas.

    10) Membuat model manajemen kelas.

    11) Merumuskan dan menentukan metode belajar dengan Kelompok

    Kerja Guru (KKG).

    Selain melakukan inovasi pembelajaran, guru juga perlu

    memberikan umpan balik dalam meningkatkan motivasi belajar

    siswa. Hal tersebut menjadi faktor yang sangat penting dalam

    pembelajaran, namun harus diberikan secara baik agar tidak

  • 35

    mematahkan semangat siswa. Hosnan (2014: 445) berpendapat

    bahwa ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam memberikan

    umpan balik pada siswa, antara lain sebagai berikut:

    1) Guru segera memberikan kembali tugas yang pernah dikerjakan

    siswa.

    2) Sebaiknya guru tidak hanya memberi kritik, tetapi berikan pula

    penghargaan ketika siswa mencapai sukses atau mampu

    mengerjakan tugas-tugas tertentu.

    3) Guru memberikan jalan keluar apabila siswa mengalami

    kesulitan.

    4) Jika memberi bantuan, tidak secara langsung. Upayakan siswa

    merasa mampu menyelesaikan sendiri.

    7. Pembelajaran yang Efektif

    Pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang

    memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah dan

    dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan harapan (Sutikno,

    2014: 152). Jenis pembelajaran ini perlu didukung dengan suasana dan

    lingkungan belajar yang kondusif. Oleh karena itu guru harus mampu

    mengelola peserta didik, mengelola kegiatan pembelajaran, mengelola

    materi pembelajaran, dan mengelola sumber-sumber belajar (Sutikno,

    2014: 152).

  • 36

    Pembelajaran yang efektif dapat diciptakan dari lingkungan

    sekolah yang efektif. Sekolah yang efektif mengukur keberhasilan siswa

    tidak ditentukan oleh kondisi yang berada di luar sekolah (seperti latar

    belakang ekonomi atau pendidikan orang tua), akan tetapi mengukurnya

    dengan nilai tambah (value added) yang bisa diberikan sekolah bagi

    pengembangan kemampuan siswa (Jamaludin, 2002: 15).

    Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, perlu

    memperhatikan beberapa dimensi berikut:

    a. Guru

    Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem

    pendidikan (Jamaludin, 2014: 36). Kepribadian guru sangat

    mempengaruhi siswa. Guru yang humanis, seperti memberi

    perhatian, hangat, dan suka memberi semangat diyakini dapat

    memotivasi siswa dan dapat membantu siswa untuk meningkatkan

    prestasinya. Empati yang tepat seorang guru kepada siswanya

    membantu perkembangan prestasi akademik mereka secara

    signifikan (Halsall dalam Jamaludin, 2014: 36).

    b. Harapan yang Tinggi

    Kesuksesan seseorang berawal dari keyakinannya untuk

    sukses. Seperti dalam sebuah hadits qudsi, Allah berfirman: “Ana

    „inda zhonni „abdii bii”, yang artinya Aku (Allah) sesuai prasangka

    hamba-Ku kepada-Ku. Apabila seseorang berprasangka baik kepada-

    Nya, maka Allah akan menolongnya. Demikian pula jika seseorang

  • 37

    yakin bahwa dirinya akan sukses, maka ia akan sukses dengan

    pertolongan Allah.

    Dalam proses belajar, Tomlinson (1999) yang pendapatnya

    dikutip oleh Jamaludin menyatakan bahwa keyakinan atau harapan

    sangat membantu siswa berkembang bahkan melampaui apa yang

    biasa mereka gapai. Hal ini menunjukkan bahwa harapan yang tinggi

    (keyakinan) berpengaruh dahsyat bagi peningkatan prestasi siswa.

    Harapan tidak harus datang dari dirinya sendiri, tetapi dapat

    juga dari orang lain, seperti guru, orang tua, teman, atau siapa saja

    (Jamaludin: 2002: 40). Sebagai contoh praktis, guru dapat

    melakukan tindakan-tindakan tertentu atau memberikan penguatan-

    penguatan lisan yang serupa dengan “Ibu yakin kamu bisa. Nilai

    kamu akan lebih baik jika waktu belajarmu ditambah. Semangaat

    yaa” untuk memupuk keyakinannya.

    c. Melibatkan Siswa

    Siswa yang dilibatkan dalam perencanaan program sekolah,

    penentuan peraturan sekolah, dan aktivitas-aktivitas lain yang

    dilakukan bersama siswa akan membantu siswa untuk memiliki rasa

    cinta pada sekolah dan pada saatnya secara signifikan akan

    meningkatkan keterlibatan mereka terhadap kegiatan-kegiatan

    sekolah (Jamaludin, 2002: 44). Hal ini tentu sangat baik jika

    dilakukan, karena siswa akan merasa dihargai pendapatnya, dan

  • 38

    juga dapat mengajari siswa untuk bertanggung jawab atas keputusan

    yang dibuatnya sendiri.

    d. Peer-Group (Kelompok Belajar)

    Kelompok belajar yang dimaksudkan di sini bukanlah belajar

    kelompok seperti yang sering kita lihat dalam praktik belajar selama

    ini, akan tetapi merupakan penciptaan suasana dimana semua

    anggota kelas adalah satu kelompok (Jamaludin, 2002: 47).

    Harapannya, mereka dapat saling mendorong, saling mendukung,

    dan saling membantu satu sama lain untuk meraih keberhasilan

    secara bersama-sama.

    e. Kondisi Sosial Kelas

    Belajar merupakan interaksi dan proses adaptasi yang tak

    pernah selesai antara individu dan masyarakat (Jamaludin, 2002: 49).

    Artinya, kehadiran masyarakat memberi pengaruh terhadap

    perkembangan dan proses belajar seseorang. Di lingkungan sosial,

    tentu terdapat aturan-aturan dan norma-norma, seperti kerjasama,

    menghargai orang lain, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang

    positif yang dapat membantu meningkatkan prestasi siswa.

    f. Keterlibatan Orang Tua

    Keterlibatan orang tua, memiliki peran untuk memberikan

    motivasi pada anak. Seorang anak yang mendapatkan motivasi dari

    orang tuanya, akan merasa lebih percaya diri. Finn (1998) dalam

    Jamaludin (2002: 53) mengidentifikasi tiga bentuk peran orang tua di

  • 39

    rumah yang berhubungan dengan prestasi anak di sekolah. Pertama,

    orang tua secara aktif mengatur dan memonitor waktu anak; kedua,

    membimbing mereka dalam menyelesaikan pekerjaan rumah; ketiga,

    mendiskusikan masalah-masalah sekolah dengan anak.

    Kebiasaan-kebiasaan orang tua diyakini memiliki pengaruh

    langsung terhadap prestasi akademik siswa dengan mempengaruhi

    perkembangan kemampuan kognitif yang berfungsi sebagai basis

    kesuksesan sekolah. Orang tua dapat membantu anak untuk

    mencarikan metode belajar yang tepat sesuai potensi anak.

    Harapannya agar anak dapat merasakan kenyamanan dalam belajar

    baik di rumah maupun di sekolah.

    g. Kesehatan dan Kondisi Fisik Sekolah

    Kesehatan sekolah terdiri dari aspek psikis dan fisik

    (Jamaludin, 2002: 55). Aspek psikis berkaitan erat dengan

    hubungan-hubungan interpersonal yang hangat dan positif dalam

    komunitas sekolah, belajar secara bersama, kesempatan yang sama,

    dan cara belajar yang humanis (Grebow, dkk dalam Jamaludin,

    2002: 55). Adapun aspek fisik, berkaitan dengan nutrisi yang baik

    dan olahraga yang teratur.

  • 40

    B. Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

    1. Pengertian

    Sejarah Kebudayaan Islam merupakan rangkaian dari kata sejarah,

    kebudayaan dan Islam. Secara bahasa (etimologi) sejarah berasal dari

    bahasa Arab “syajarah” yang berarti pohon kehidupan. Secara istilah

    sejarah merupakan peristwa yang terjadi pada masa lampau, yang

    berkaitan dengan berbagai proses kehidupan manusia, dan dipelajari pada

    masa kini untuk diambil pelajaran (Yunadi, 2013: 3). Sementara itu,

    dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sejarah diartikan dengan asal-

    usul (keturunan) silsilah; kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi

    di masa lampau.

    Bertolak dari pengertian sejarah, kebudayaan merupakan hasil

    karya cipta, rasa, dan karsa seseorang, dalam bentuk ungkapan tentang

    semangat mendalam yang direfleksikan dalam bentuk seni, sastra, agama

    dan moral (Choeroni dan Kusmiyati, 2011: 2). Kembali mereka

    menuturkan bahwa Kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa, dan

    karsa manusia (segala tindakan dan sikap seseorang) untuk merealisasikan

    pokok ajaran Islam dalam kehidupan, yang diperoleh dan dikerjakan

    dengan menggunakan hasil pendapat budi pekerti yang didasari oleh al-

    Qur‟an dan Hadits dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan.

    Sedangkan Islam adalah agama rahmah yang menjadi rahmat bagi

    seluruh alam. Islam merupakan agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

    sebagai Nabi terakhir, yang menggunakan kitab suci Al-Qur‟an sebagai

  • 41

    petunjuk bagi umat manusia, mengajarkan kepada yang ma‟ruf dan

    mencegah dari yang munkar (Syaifudin, 2015: 11).

    Selaras dengan ketiga pengertian itu, Yunadi (2013: 3)

    mendefinisikan sejarah kebudayaan Islam dengan keseluruhan aktivitas

    manusia muslim dan hasilnya yang didalamnya terkandung pengetahuan,

    kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan-

    kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakatnya.

    Apabila dikaitkan dalam konteks mata pelajaran, maka SKI

    merupakan ilmu atau pengetahuan yang menerangkan seluruh aktivitas

    umat muslim masa lampau dan hasilnya, yang didalamnya terkandung

    nilai-nilai untuk dijadikan bahan renungan serta pelajaran bagi generasi

    setelahnya.

    2. Tujuan Belajar

    Tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam untuk MTs/SMP

    Islam adalah agar:

    a. Mengerti tentang alur peristiwa yang terjadi dalam perkembangan

    kebudayaan Islam.

    b. Mengerti beberapa sejarah serta beberapa tokoh yang telah berjasa

    terhadap tumbuh kembangnya Islam.

    c. Mengetahui berbagai macam bentuk peninggalan bersejarah dalam

    peradaban dan kebudayaan Islam dari satu generasi dan generasi

    selanjutnya.

  • 42

    Senada dengan hal itu, Yunadi (2013: 3) juga menerangkan tujuan

    mempelajari sejarah kebudayaan Islam antara lain:

    a. Untuk mengenalkan kebudayaan Islam

    b. Untuk menanamkan kecintaan terhadap kebudayaan Islam

    c. Untuk mengobarkan semangat keislaman

    d. Untuk mensyiarkan Islam melalui kebudayaannya

    Adapun secara normatif, tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan

    Islam ialah untuk menumbuh kembangkan kemampuan peserta didik

    dalam memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam,

    menghargai para tokoh perilaku sejarah dan pencipta peradaban itu yang

    membawa kemajuan dan kejayaan Islam, sehingga tertanam nilai-nilai

    kepahlawanan, kepeloporan, dan kreativitas (Rofik, 2015: 16).

    Melihat berbagai pendapat di atas, secara khusus dapat diketahui

    bahwa tujuan pembelajaran sejarah kebudayaan Islam adalah agar peserta

    didik mampu memahami peristiwa sejarah dan produk peradaban Islam,

    mengenal tokoh-tokoh pejuang muslim, serta agar dapat mengambil ibrah

    (pelajaran) dari peristiwa bersejarah tersebut.

    3. Kegunaan Belajar

    Choeroni dan Kusmiyati (2011:2-3) berpendapat bahwa manfaat

    mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam dapat dikelompokkan ke dalam

    tiga bagian berikut:

  • 43

    a. Kegunaan Edukatif

    Pertama, sebagai edukasi atau pelajaran. Karena dengan ini, manusia

    akan belajar dari sejarah. Melalui sejarah seseorang akan belajar dari

    pengalaman orang lain. Kedua, dapat mengembangkan potensinya.

    Melalui hal ini, seseorang akan belajar dari kesalahannya sendiri juga

    kesalahan orang lain agar tidak mengulang kesalahan yang sama.

    Namun seseorang justru dapat mengambil hal baik dari orang lain untuk

    ditiru dan dikembangkannya sendiri.

    b. Kegunaan Inspiratif

    Melalui sejarah seseorang akan menjadi terinspirasi. Terinspirasi untuk

    melakukan hal-hal kebaikan seperti yang telah dilakukan umat-umat

    Islam terdahulu.

    c. Kegunaan Rekretif

    Penulisan sejarah yang sistematis dan menggunakan gaya bahasa yang

    menarik akan menghibur para pembacanya. Hal ini akan semakin

    memotivasi pembaca untuk terus belajar sejarah karena ingin

    mengatahui kisah sejarah itu secara keseluruhan.

    Hampir bersamaan dengan pendapat di atas, Yunadi (2013: 3) juga

    berpendapat bahwa diantara kegunaan mempelajari sejarah kebudayaan

    Islam adalah sebagai berikut:

    a. Agar memahami sejarah kebudayaan Islam

    b. Agar tumbuh dan berkembang kecintaan terhadap kebudayaan Islam

    c. Agar semangat keislaman terus berkibar

  • 44

    d. Agar syiar Islam lebih luas

    4. Ruang Lingkup Pembelajaran

    Berdasarkan buku siswa Sejarah Kebudayaan Islam: Pendekatan

    Saintifik Kurikulum 2013, Yunadi, dkk. mengatakan bahwa ruang lingkup

    pembelajaran SKI pada tingkat MTs adalah sebagai berikut:

    NO KELAS VII

    1. Kearifan Nabi Muhammad

    2. Kesuksesan Nabi Muhammad Saw. Melakukan Perubahan

    3. Khulafaurrasyidin

    4. Dinasti Bani Umayyah

    5. Perkembangan Kebudayaan Islam Dinasti Bani Umayyah

    NO KELAS VIII

    1. Jejak Peradaban Dinasti Abbasiyah

    2. Ilmuwan Muslim Dinasti Abbasiyah

    3. Peradaban Emas Dinasti Abbasiyah

    4. Jejak Peradaban Dinasti Ayyubiyah

    5. Kegemilangan Peradaban Dinasti Ayyubiyah

  • 45

    NO KELAS IX

    1. Islam Nusantara

    2. Semangat Tokoh Kerajaan Islam Nusantara

    3. Ketulusan Penyebar Islam di Nusantara

    4. Kemenarikan Islam Nusantara

    5. Penghargaan Terhadap Tradisi dan Upacara Adat Kesukuan

    Nusantara

    Tabel 2.2

    Ruang Lingkup Pembelajaran SKI

  • 46

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana posisi

    penulis dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen kunci. Pendekatan

    kualitatif merupakan suatu proses penelitian yang berusaha memahami

    fenomena sosial dan masalah manusia melalui metodologi (Noor, 2015: 33).

    Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti masalah yang belum jelas,

    mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial,

    mengembangkan teori, memastikan kebenaran data (Noor, 2015: 34).

    Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan

    (field research) yang bersifat deskriptif kualitatif, karena peneliti berusaha

    mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa dan kejadian. Sebagaimana tujuan

    dari penelitian ini, yaitu untuk memahami dan mendeskripsikan fenomena-

    fenomena sosial terkait dengan problematika pembelajaran SKI yang ada di

    kelas VII, VIII dan IX MTs N Salatiga tahun 2017.

    Strategi dan prosedur penelitian kualitatif sangat fleksibel, karena

    rancangan penelitian bersifat terbuka, dan dapat disempurnakan selama

    pengumpulan data. Selama melakukan penelitian, peneliti berbaur dalam

    situasi yang diteliti, yaitu di MTs N Salatiga. Di lingkungan madrasah,

    peneliti berperan sebagai pengumpul data, dan orang yang ahli, sehingga

    harus memiliki kesiapan penuh untuk memahami situasi.

  • 47

    Penelitian kualitatif, disebut juga “penelitian subjektif” dan

    “penelitian reflektif”, karena peneliti melakukan pengujian sendiri secara

    kritis selama proses penelitian. Langkah-langkah yang dipakai penulis dalam

    penelitian di MTs N Salatiga adalah berangkat dari adanya masalah seperti

    yang telah diungkapkan oleh guru-guru mapel SKI di madrasah. Selanjutnya

    penulis membuat daftar list informasi yang dibutuhkan, menentukan prosedur

    pengumpulan data, pengolahan data atau informasi, dan yang terakhir

    menarik kesimpulan penelitian.

    B. Lokasi Penelitian

    Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja setelah

    melakukan survey di lingkungan MTs N Salatiga. Lokasi MTs N Salatiga

    berada di Jl Tegalrejo 1 Salatiga. Madrasah ini didirikan dan diresmikan

    sebagai sekolah negeri pada tahun 1978 dengan memiliki luas tanah 6270 m2

    dan sudah disertifikasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi alasan penulis

    memilih Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N) Salatiga sebagai lokasi

    penelitian adalah karena beberapa hal berikut:

    1. MTs N Salatiga merupakan madrasah yang dinilai baik oleh warga

    Salatiga dan sekitarnya, dan satu-satunya MTs yang berstatus negeri di

    Salatiga.

    2. MTs N Salatiga memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk

    menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.

  • 48

    3. MTs N Salatiga memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap untuk

    kegiatan ekstrakurikuler, sehingga siswa memiliki lebih banyak

    kesempatan untuk mengembangkan potensi dirinya sesuai minat mereka.

    4. MTs N Salatiga memiliki letak yang strategis, sehingga sangat mudah

    dijangkau bagi semua kalangan yang berminat untuk mengetahui madrasah

    tersebut secara terperinci.

    Sebelum peneliti memasuki lokasi MTs Salatiga sebagai objek

    penelitian, peneliti konsultasi terlebih dahulu dengan dosen pembimbing

    skripsi terkait dengan madrasah yang akan diteliti. Setelah dosen pembimbing

    menyarankan untuk melakukan survey terkait tema yang akan diteliti, peneliti

    segera memasuki lokasi penelitian untuk meminta izin melakukan penelitian

    di sana. Peneliti bertemu dengan kepala bagian TU untuk menyerahkan surat

    izin penelitian. Ketika surat izin tersebut diberikan, peneliti segera

    menghubungi informan-informan kunci, yaitu guru SKI, waka kurikulum dan

    siswa untuk dimintai informasi terkait dengan tema penelitian.

    C. Sumber Data

    Data merupakan sesuatu yang diketahui (Noor, 2015: 137) melalui

    proses penelitian. Data berupa sekumpulan informasi yang diperoleh melalui

    hasil pengamatan, wawancara, dokumentasi atau yang lainnya. Adapun

    sumber data merupakan subyek dari mana data-data itu berasal. Artinya,

    segala sesuatu yang dijadikan sebagai data-data penelitian itulah yang

  • 49

    dimaksud dengan sumber data. Sumber data dalam penelitian kualitatif

    berupa sumber data primer dan sumber data sekunder.

    1. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari sumbernya

    secara langsung (Sholichun, 2014: 17). Data primer umumnya berupa:

    karakteristik demografi atau sosio-ekonomi, sikap atau pendapat,

    kesadaran atau pengetahuan, minat, motivasi, serta tindakan (Noor, 2015:

    137). Adapun data primer yang penulis kumpulkan selama penelitian di

    MTs Negeri Salatiga adalah berupa hasil wawacara bersama waka

    kurikulum madrasah, hasil wawancara bersama tiga guru SKI di madrasah,

    serta hasil wawancara bersama peserta didik kelas VII, VIII dan IX MTs

    Negeri Salatiga. Data-data hasil wawancara tersebut peneliti peroleh

    melalui teknik sampling purposif dan snowball sampling.

    2. Sumber data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari data yang

    sudah ada, dan fungsinya adalah untuk melengkapi data-data yang

    diperlukan oleh data primer (Sholichun, 2014: 17). Sumber data ini penulis

    dapatkan melalui dokumen RPP guru SKI, nilai SKI siswa, profil

    madrasah dan foto-foto kegiatan. Data-data tersebut penulis dapatkan

    dengan cara menghubungi pihak-pihak yang bersagkutan.

    Informan kunci dalam penelitian ini adalah kepala madrasah, karena

    kepala madrasah merupakan penanggung jawab penuh lembaga. Di tangan

    kepala madrasah semua kegiatan diusulkan, ditetapkan dan diterapkan oleh

    semua warga madrasah. Khususnya adalah yang berkaitan dengan kegiatan

    pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Namun informan kunci dalam

  • 50

    penelitian ini diwakilkan kepada waka kurikulum madrasah, dikarenakan

    peneliti tidak dapat bertatap muka secara langsung dengan kepala madrasah

    karena kesibukan tertentu.

    Guru Sejarah Kebudayaan Islam merupakan sumber utama yang dapat

    dijadikan narasumber dalam penelitian ini, terkait dengan perencanaan,

    pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran SKI serta kendala-kendala yang

    dihadapi.

    Selain guru, siswa juga merupakan sumber data utama penelitian,

    karena siswa lah yang menjadi pelaku dalam kegiatan pembelajaran. Siswa

    yang menjalani proses pembelajaran, sehingga ia dapat diminta untuk

    memberikan keterangan terkait dengan proses pembelajaran yang sudah

    berlangsung.

    Dari keterangan beberapa informan tersebut, diharapkan akan

    diketahui problem-problem yang terjadi selama pembelajaran berlangsung,

    harapan-harapan siswa dengan pembelajaran SKI ke depan, serta solusi dari

    problem yang dialami.

    D. Prosedur Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan data-data akurat dan jelas kebenarannya, penulis

    menggunakan teknik-teknik berikut ini dalam mengumpulkan data penelitian:

  • 51

    1. Teknik Observasi

    Teknik observasi adalah sebuah teknik pengumpulan data dengan

    melakukan pengamatan secara langsung. Adapun instrumen penelitian

    yang dibutuhkan adalah pedoman observasi. Melalui pedoman observasi,

    peneliti melakukan pengamatan tentang kondisi lingkungan MTs N

    Salatiga, sarana-prasarana pendidikan yang dimiliki, media pembelajaan

    yang digunakan pada saat berlangsungnya proses pembelajaran SKI di

    MTs N Salatiga. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi langsung di

    kelas pada saat pelaksanaan pembelajaran SKI.

    2. Teknik Interview

    Teknik interview adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

    dengan melakukan wawancara atau tanya jawab dengan narasumber.

    Instrumen penelitian yang dibutuhkan adalah pedoman wawancara.

    Dengan teknik ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa

    untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran SKI di MTs

    Negeri Salatiga, kendala-kendala yang dihadapi dari sudut pandang guru

    dan siswa, serta upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika

    tersebut.

    3. Teknik Dokumentasi,

    Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan

    melihat dokumen-dokumen yang telah ada, seperti nilai raport, profil

    madrasah dan sebagainya. Melalui teknik ini, peneliti menghubungi guru

    SKI untuk mendapatkan informasi mengenai dokumen RPP SKI, dan nilai

  • 52

    SKI siswa. Sementara untuk mendapatkan informasi profil madrasah

    peneliti menghubungi kepala bagian TU madrasah. Informasi tersebut

    berupa:

    a. Sejarah berdirinya MTs N Salatiga

    b. Visi dan Misi MTs Negeri Salatiga

    c. Struktur organisasi MTs N Salatiga

    d. Data guru, siswa dan karyawan MTs N Salatiga

    e. Daftar pembagian tugas guru MTs N Salatiga

    f. Jadwal mengajar guru MTs N Salatiga

    g. Mata pelajaran yang diajarkan di MTs N Salatiga beserta KKM yang

    ditetapkan madrasah.

    E. Teknik Analisis Data

    Teknis analisis data merupakan cara menganalisis data penelitian

    (Noor, 2015: 163). Untuk menganalisis data yang sudah didapatkan peneliti

    melalui teknik observasi, interview, dan dokumentasi, penulis menggunakan

    teknik analisis deskriptif kualitatif, dengan pertimbangan bahwa penelitian ini

    berusaha mengungkapkan dan menjelaskan data secara sistematis, singkat dan

    sederhana tentang pengelolaan kelas untuk mengefektifkan kegiatan

    pembelajaran. Harapannya hasil penelitian tersebut mudah dipahami dan

    dimengerti oleh penulis maupun pembaca yang berminat dengan hasil

    penelitian yang telah dilakukan.

  • 53

    Adapun proses yang dilakukan dalam teknik analisis data selama

    penelitian di MTs N Salatiga adalah dengan tahap-tahap berikut:

    1. Reduksi Data (Penyaringan Data)

    Reduksi data merupakan analisis untuk menajamkan. Reduksi

    data dilakukan dengan menggolongkan data sedemikian rupa hingga

    dapat ditarik kesimpulan yang final. Setelah melakukan penelitian

    melalui teknik wawancara (interview), teknik observasi dan teknik

    dokumentasi, peneliti mengumpulkan data-data yang diperoleh, serta

    memilih data-data utama yang sesuai dengan tema penelitian.

    2. Display data atau Penyajian Data

    Display data atau penyajian data yaitu kegiatan menyusun data

    yang sudah ada dengan teks naratif, grafik atau selainnya untuk

    membantu peneliti dalam memahami data dan merencanakan langkah

    kerja selanjutnya (Noor, 2015: 163). Setelah data-data penelitian

    didapatkan dan dipilih data utama sesuai dengan tema penelitian, peneliti

    menyusun data tersebut dalam bentuk teks naratif dan tabel, sehingga

    lebih mudah dipahami.

    3. Menarik Kesimpulan Data atau Verifikasi

    Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang

    valid. Sebagai analisis puncak, kegiatan ini dilakukan dengan meneliti

    kembali catatan-catatan selama penelitian (Noor, 2015: 24), mengambil

    data pokok dan diambil sebuah kesimpulan.

  • 54

    Berdasarkan gambar di atas, Miles dan Huberman (1992: 20)

    memberikan penjelasan bahwa dalam analisis data kualitatif merupakan

    upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran

    keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling

    susul menyusul Miles dan Huberman (1992: 20).

    Untuk mendapatkan kesimpulan yang baik dan mudah dipahami,

    peneliti melakukan pengecekan pada seluruh data yang diperoleh, mengaitkan

    hasil penelitian dari teknik wawancara, observasi dan dokumentasi, sehingga

    hasil penelitian menjadi akurat.

    F. Pengecekan Keabsahan Data

    Dalam penelitian, setiap hal harus dicek keabsahannya agar hasil

    penelitian dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan

    keabsahannya (Sholichun, 2014: 24). Dalam pengecekan keabsahan data ini,

    peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan

  • 55

    keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk

    keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu (Moleong dalam

    Sholichun, 2014: 24). Kegiatan pemeriksaan dilakukan dengan berapa

    langkah, yaitu:

    1. Trianggulasi teknik, yaitu dengan cara membandingkan data hasil

    pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan

    dokumentasi, dan data hasil dokumentasi dengan pengamatan (Sholichun,

    2014: 24). Hasil perbandingan diharapkan dapat d