presus jiwa paulina baru

35
PRESENTASI KASUS F. 20.3 Skizofrenia Tak Terinci Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSUD Wonosari Disusun Oleh : Paulina Maysarah, S.Ked 20090310029 Dokter pembimbing : dr. Ida Rochmawati, M.Sc,Sp.KJ FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 1

Upload: meta-dwi-a

Post on 30-Sep-2015

228 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Jiwa

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS

F. 20.3 Skizofrenia Tak TerinciDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa di RSUD Wonosari

Disusun Oleh :Paulina Maysarah, S.Ked20090310029

Dokter pembimbing : dr. Ida Rochmawati, M.Sc,Sp.KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTABAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA RSUD WONOSARI2015LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUSF.20.3 SKIZOFRENIA TAK TERINCI

Disusun oleh:PAULINA MAYSARAH20090310029

Mengetahui,Dosen Pembimbing & Penguji Klinik

dr. Ida Rochmawati, M.Sc,Sp.KJ

BAB IPENDAHULUAN

A. IDENTITAS PASIENNama: Bp. SUmur: 68 tahunJenis kelamin: Laki - lakiAgama: IslamPekerjaan: PetaniAlamat: Grogol I, Bejiharjo, Karang MojoPendidikan: SDStatus: MenikahKeluarga yang merawat: Istri dan anakTanggal kontrol : 13 Januari 2015Tanggal home visit: 20 Januari 2015Nomor RM : 362205B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama: Sering mendengar suara suara aneh.2. Keluhan Tambahan : Tidur menjadi terganggu.3. Riwayat Penyakit SekarangSemenjak 14 tahun yang lalu, pasien sering mendengar suara suara aneh yang tidak tahu darimana asalnya. Pasien merasa sangat terganggu sehingga banyak pekerjaannya yang menjadi terbengkalai. Semua usaha sudah dilakukan pasien dan keluarganya untuk mengobati keluhan pasien, yaitu dari melakukan ritual, pergi ke orang pintar, hingga ke dokter, namun pasien merasa tidak ada perubahan, dirinya tidak membaik. Hal itu sudah terjadi bertahun tahun lamanya, hingga keluhan pasien semakin jelas. Suara suara aneh itu terus datang, memerintah pasien untuk melakukan hal buruk, seperti gantung diri, ada suara yang mengatakan Habitat, Konservasi, dan suara suara itu sangat mengacaukan pikiran pasien. Meskipun sangat mengganggu, pasien mengaku masih dapat mengontrol diri dan tidak mengikuti suara suara aneh tersebut. Pasien tidak putus asa untuk mencari jalan keluar, 7 tahun kemudian pasien menyadari bahwa apa yang dialaminya kemungkinan berhubungan dengan jiwa, ia memeriksakan dirinya ke spesialis jiwa dan kemudian mendapat terapi. Setelah menjalani terapi dari jiwa, pasien merasa sangat tertolong dan merasa membaik, suara suara aneh mulai berkurang, aktifitas menjadi lebih baik. Dari bulan ke bulan hingga tahun ke tahun, pasien rajin kontrol ke spesialis jiwa. Selama pengobatan, ada kalanya pasien merasa sangat jenuh dengan obat obat yang harus diminum setiap hari, sehingga seringkali ketika pasien merasa dirinya sudah membaik ia merasa tidak perlu minum obat lagi dan tidak mau minum obat. Karena putus obat, suara suara itu kembali muncul, bahkan pernah sampai membuat pasien berteriak teriak histeris dan menangis. Pasien sering terbangun malam hari dan tidak bisa tidur lagi, karena suara suara aneh itu. Kejadian putus obat seringkali berulang hingga 1 tahun terakhir ini. Namun 2 bulan ini pasien sudah kembali minum obat teratur, keluhan keluhan sudah banyak berkurang. Alloanamnesis :(Dari keterangan anak pasien)Nama Anak : Ib. TUsia: 36 tahunPekerjaan: Ibu Rumah TanggaAlamat: Grogol I, Bejiharjo, Karang MojoPasien seringkali merasa jenuh tidak mau minum obat. Pasien sangat susah diberi tahu untuk terus minum obat, terkadang pasien marah dan menganggap jika minum obat terus menerus sama saja dengan membunuhnya perlahan lahan. Pasien masih dapat merawat diri dengan baik. Ketika kambuh, pasien terlihat sangat tidak nyaman seperti berusaha menolak, terkadang menyaut suara suara aneh itu, bahkan pernah beberapa kali pasien sampai berteriak histeris dan menangis. Autoanamnesis :Setelah kembali minum obat rutin, pasien merasa lebih baik. Hatinya lebih tenang, suara suara aneh sudah jarang terdengar. Pasien merasa hidupnya lebih bahagia. Pola tidur pasien mulai teratur, pasien mengaku tidak pernah terbangun tengah malam lagi. Namun pasien masih merasa agak jenuh dan bosan dengan terus meminum obat, terkadang ia merasa tidak berdaya setelah minum obat karena efek samping yang membuatnya lemas. Pasien masih baik dalam merawat diri, senang bersosialisasi dengan tetangga tetangganya. Hubungan pasien dengan istri dan anak baik. Pasien banyak menghabiskan waktu untuk beribadah dan pergi ke sawah. Pasien akan merasa sedih jika suara suara aneh itu kembali mengganggu, sekarang pasien ingin berusaha terus minum obat teratur meskipun ia jenuh dan bosan. 4. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat Gangguan MentalRiwayat trauma, sering pusing, riwayat kejang, disangkal oleh pasien dan keluarganya. Pasien tidak pernah mondok di bagian jiwa. Pasien sering putus obat, hingga 1 tahun terakhir ini pasien putus obat selama 4 bulan. Pasien sering tidak minum obat teratur.b. Riwayat Kondisi MedikPasien memiliki riwayat hipertensi.

5. Riwayat PerkembanganPasien sehari-hari tinggal bersama istri, kedua anak kandung dan dua orang cucu. Pasien dikenal sebagai ayah yang bertanggung jawab dan rajin bekerja, terbuka apabila ada masalah selalu bercerita dengan istri dan anak - anaknya. Interaksi dengan anggota keluarga baik. Pasien senang berinteraksi sosial dengan tetangga - tetangganya. Prenatal dan perinatal : Pasien lahir normal dengan bantuan dukun. Berat badan lahir tidak diketahui. Pasien menyusu ASI eksklusif. Early childhood : Pada waktu kecil pasien termasuk anak yang mudah bergaul, perkembangan tidak terlambat. Middle childhood : Pasien memiliki prestasi yang cukup baik, dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Teman teman pasien banyak dan sering bermain bersama. Late childhood : Setelah lulus SD, pasien tidak melanjutkan sekolah dikarenakan masalah ekonomi. Adult Dewasa : Riwayat pernikahan dan hubungan : Pasien menikah dan dikaruniai 3 orang anak. Sejarah pendidikan : Pasien pendidikan terakhir SD tidak melanjutkan karena masalah ekonomi. Riwayat pekerjaan : Sebelumnya pasien bekerja sebagai penjual bakso, namun 17 tahun yang lalu pasien beralih profesi menjadi petani. Pasien seorang pekerja keras . Agama : Islam, rajin menjalankan sholat 5 waktu dan membaca Al Quran. Aktivitas sosial : Pasien senang berkumpul dengan teman dan tetangganya. Situasi kehidupan sekarang : Pasien hidup bersama istri dan kedua anaknya yang sangat mendukung dan peduli dengan pasien. A. Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga pasien tidak pernah ada yang berobat/mondok dirumah sakit jiwa. Riwayat hipertensi, kejang, asma, penyalahgunaan obat dan alkoholisme juga disangkal.B. Persepsi (Tanggapan) Pasien Tentang Dirinya dan KehidupannyaDengan hidup yang berkecukupan, pasien dapat memenuhi kehidupan sehari harinya. Anak anak pasien yang sudah dewasa dan mandiri selalu memperhatikan, menyayangi, dan merawat pasien dengan baik. Pasien merasa dirinya sangat disayangi oleh istri dan anak anaknya, meskipun anak anaknya meminta pasien untuk tidak bekerja lagi, usia pasien yang sudah lanjut tidak mengurangi semangat pasien untuk terus bekerja. Dengan bekerja di sawah pasien merasa lebih tenang. Pasien pasrah kepada Allah, bahwa ini adalah cobaan dari Allah dan ia harus berusaha untuk selalu sehat. Pasien menyadari bahwa keluhannya ini berhubungan dengan jiwa, dengan meminum obat dapat membuat pasien lebih baik dan sembuh. C. STATUS PSIKIATRI1. Gambaran Umuma. PenampilanSeorang laki laki lanjut usia, 68 tahun berpenampilan rapi dan sederhana. Terlihat rawat diri yang baik, dengan wajah yang sedih dan sangat kooperatif ketika menjawab berbagai pertanyaan.b. KesadaranCompos Mentis

c. Perilaku dan Aktivitas PsikomotorPasien duduk tenang, gerakan psikomotor normal.d. PembicaraanRelevan, jelas dan lancar.e. Sikap terhadap pemeriksaSangat kooperatif.2. Keadaan Afektif (Mood) Perasaan, Ekspresi Afektif, serta EmpatiMood: stabil.Afek : terbatas.Kesesuaian : appropriate.Empati: cukup.3. Fungsi Intelektual1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan pasien cukup.2. Daya konsentrasi : baik, pasien dapat memahami pertanyaan yang dilontarkan dengan jawaban tepat.3. Orientasi : waktu (baik), tempat (baik), orang (baik).4. Daya ingat: jangka panjang (baik), jangka pendek (baik), segera (baik).5. Pikiran abstrak : baik4. Gangguan PersepsiHalusinasi dan ilusi: Halusinasi auditorik (+)Depresonalisasi dan Derealisasi: negative.5. Proses Berpikira. Arus pikiranProduktivitas : BaikKontinuitas: Pembicaraan lancar, tidak terputus-putus, relevan.Hendaya berbahasa: Tidak ditemukan b. Bentuk pikir : Realistikc. Isi pikiranPrekokupasi: negativeWaham: negative Obsesi : negative.Fantasi: negative.6. Pengendalian impuls : tenang.7. Daya NilaiNorma sosial: baik.Uji daya nilai: dapat membuat kesimpulan atau penilaian kapabilitas penilaian sosial.Daya nilai realita: baik.8. Tilikan (Insight)Pasien menyadari penyakitnya dan mengetahui penyebabnya.9. Taraf Dapat DipercayaDapat dipercayaD. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum: Tampak tenangKesadaran: Compos Mentis Vital signTD: 120/80 mmHgNadi: 80 x/menitRR: 20 x/menitT: 36.4 OCSistem KardiovaskularInspeksi: Iktus kordis tidak tampak Palpasi: Iktus kordis teraba di SIC 5 linea midklavicula kiri Perkusi: Suara redup, tidak ada pembesaran jantung Auskultasi: S1S2 reguler, gallop (-), murmur (-)Sistem RespirasiInspeksi: Simetris (-), ketertinggalan gerak (-)Palpasi: Ketertinggalan gerak (-), krepitasi (-) Perkusi: Sonor +/+ Auskultasi: Suara dasar : vesikuler (+), wheezing (-)AbdomenInspeksi: Permukaan cembung, venektasi (-)Palpasi: Nyeri tekan (-), supel, hepar dan lien tidak terabaAuskultasi: Bising usus (+) normalPerkusi: Timpani, perkusi batas hepar tidak dilakukanSistem UrogenitalBAK dbn, BAB dbnEkstremitasAkral hangat, edema (-)

BAB. IITINJAUAN PUSTAKAA. DEFINISISkizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi) , dalam mood (contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia luar serta dalam hal tingkah laku. Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana. Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. B. EPIDEMIOLOGI Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10 negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap tiap subtipe skizofrenia.C. ETIOLOGIPenyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh ketegangan).Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang meningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:1. Mesolimbik dopamin pathways: merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak kemudian ke nukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerja melalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat.2. Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif.3. Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea, diskinesia atau tik.4. Tuberoinfundibular dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur ini akibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.4

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenai hubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikal mempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberian antipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.D. GEJALA DAN DIAGNOSAPenegakan diagnosa skizofrenia menurut DSM-IV sebagai berikut :A. Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil):1) Waham2) Halusinasi3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoherensi)4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas5) Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.B. Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan).C. Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A) dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual.D. Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif atau gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.E. Penyingkiran zat/kondisi medis umumF. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-III sebagai berikut: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda.thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); danthought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;c) Halusinasi auditorik:Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atauMendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atauJenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasiend) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide yang berlebihan yang menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau pembicaraannya tidak relevan atau neologisme.g) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu (porturing), fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor;h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosialdan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.Untuk Skizofrenia Tak Terinci, dimana pedoman diagnostik nya adalah : Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.E. PENGOBATANTidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia. Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif. Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah.Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan hipotensi ortostatik dan sedatif.6 Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.

F. PROGNOSISPrognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Prognosis BaikPrognosis Buruk

Onset lambatOnset muda

Faktor pencetus yang jelasTidak ada faktor pencetus

Onset akutOnset tidak jelas

Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang baikRiwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)Perilaku menarik diri, autistik

Gejala positifGejala negatif

Riwayat keluarga gangguan moodRiwayat keluarga skizofrenia

Sistem pendukung yang baikSistem pendukung yang buruk

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma prenatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

BAB. IIIPEMBAHASANA. IKTISAR PENEMUAN BERMAKNASeorang laki laki lansia, 68 tahun datang ke Poli Jiwa, RSUD Wonosari dengan keluhan sering mendengar suara suara aneh yang memerintahkan pasien untuk melakukan hal buruk, seperti gantung diri, ada suara yang mengatakan Habitat dan Konservasi. Suara suara tersebut sangat mengganggu aktifitas pasien dan mengganggu tidur pasien. Pasien sering terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Pasien sudah lama mengalami hal seperti ini, 14 tahun. Sebelum berobat ke spesialis jiwa, pasien dan keluarganya berusaha untuk mengobati keluhan pasien dengan melakukan ritual, pergi ke orang pintar, hingga ke dokter, namun tidak membaik. Pasien tiap bulannya rutin kontrol ke Rumah Sakit. Pasien tidak pernah mondok di bagian jiwa. Pasien sering putus obat berulang, karena merasa sudah membaik dan terkadang jenuh minum obat terus menerus, hingga 1 tahun terakhir ini pasien putus obat selama 4 bulan dan sudah kembali minum obat rutin selama 2 bulan. Pasien masih baik dalam merawat diri. Fungsi peran maupun sosial baik.Pada pemeriksaan psikiatri pasien kesan umum sesuai usia, tampak sedih berpenampilan rapi dan sederhana, rawat diri baik, duduk tenang. Pasien sadar penuh, kooperatif, mood stabil, afek terbatas, orientasi tempat waktu orang baik, persepsi halusinasi auditorik, bentuk pikir realistis, insight baik, reliabilitas dapat dipercaya.B. FORMULASI DIAGNOSISDari hasil alloanamnesis maupun autoanamnesis pasien mengalami halusinasi auditorik (+). Berdasarkan anamnesis dan status mental pasien ini memenuhi kriteria diagnostik PPDGJ-III sebagai F20.3 yaitu Skizofrenia Tak Terinci, dimana pedoman diagnostik nya adalah : Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia (halusinasi auditorik (+),gejala telah berlangsung salama kurun waktu satu bulan/ lebih). Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.C. DIAGNOSIS BANDING F20.3 Skizofrenia Tak Terinci F20.0 Skizofrenia ParanoidD. DIAGNOSIS MULTIAKSIALAxis I: F20.3 Skizofrenia Tak TerinciAxis II: Tidak adaAxis III: Tidak adaAxis IV: Tidak adaAxis V: Gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social dan pekerjaan.E. TERAPIa. Non FarmakologiPsikoterapib. FarmakoterapiRisperidon 2 mg 2x1

Risperidon merupakan suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1), obat ini efektif mengobati gejala positif maupun negatif. Untuk efek samping ekstrapiramidal umumnyalebih ringan dibandingkan dengan antipsikosis tipikal.

F. PROGNOSISAd Vitam : BonamAd fungsionam : Dubia ad bonamAd sanam : Dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Azorin, J. 20011. A double Blind Comparative study Of Clozapine And Risperidone In The Management Of Severe Chronic Schizophrenia2. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-7403. Pramudya.2003. Skizofrenia. Jakarta : Comphrehensive Textbook Psychiatry4. Rusdi, Maslim. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya5. Rusdi, Maslim. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

23