ppok
TRANSCRIPT
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
PPOK
A. PENGERTIAN
Penyakit paru obtruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
progresif, artinya penyakit ini berlangsung seumur hidup dan semakin memburuk
secara lambat dari tahun ke tahun. Dalam perjalanan penyakit ini terdapat fase-
fase eksaserbasi akut. Berbagai faktor berperan pada perjalanan penyakit ini,
antara lain faktor resiko yaitu faktor yang menimbulkan atau memperburuk
seperti kebiasaan merokok, polusi udara, polusi lingkungan, infeksi, genetik, dan
perubahan cuaca. Derajat obstruksi saluran nafas yang terjadi dan diidentifikasi
komponen yang memungkinkan reversibilitas. Tahap perjalanan penyakit dan
penyakit lain di luar paru seperti sinusitis dan faringitis kronik. Yang pada
akhirnya faktor-faktor tersebut membuat perburukan semakin cepat terjadi. Untuk
melakukan pelaksanaan PPOK menjadi lebih baik. Penyakit paru obstruksi
kronik adalah klasifikasi luar dari gangguan yang mencangkup bronchitis kronik,
bronkietaksis, empisema dan asma yang merupakan kondisi irreversible yang
berkaitan dengan dispnea aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara
paru-paru.
Penyakit paru obstruksi kronik adalah kelainan paru yang ditandai dengan
gangguan fungsi paru yang berupa memanjangnya periode ekspirasi yang
disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami
perubahan dalam masa observasi beberapa waktu.
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang sering
digunakan untuk suatu kelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan
ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patologis utamanya. Ketiga penyakit yang mmebentuk kesatuan yang dikenal
dengan COPD adalah Bronkhitis kronik, empisema paru-paru dan asma
bronchial. Nama lain dari COPD adalah Chronic Obstruktive Airway Disease dan
“Chronic Obstruktive Lung Disease (COLD). (S. Meltzer, 2001 : 595)
181
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PARU-PARU
Merupakan sebuah alat yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung (gelembung hawa : alveoli). Gelembung-gelembung alveoli ini terdiri
dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaan kurang lebih 90
m2 pada lapisan ini terjadi pertukaran O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700
juta buah (paru kiri dan kanan).
Pembagian paru-paru yaitu :
1. Paru-paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru), Lobus Pulmo dekstra
superior, Lobus Media dan Lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
2. Paru-paru kiri terdiri dari Pulmo sinister lonus superior dan lobus inferior.
Tiap lobus terdiri dari berlahan-lahan yang lbih kecil bernama segment.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu 5 segmen pada lobus superior dan 5
segmen pada lobus inferior sedangkan paru-paru kanan mempunyai sepuluh
segmen yitu 5 segmen pada lobus superior, 2 segmen pada lobus medialis dan 3
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi
belahan-balahan yang bernama lobulus. Di antara lobulus satu dengan yang
lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan
syaraf-syaraf dalam tiap-tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Dan cabang-
cabang bronkiolus disebut alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir di alveolus
yang diameternya 0,2-0,3 mm.
1. Letak Paru-paru
Pada rongga dada dataranya menghadap ke tengah rongga dada kavum
mediastinum. Padda bagian tengah terdapat lampuk paru-pru. Pada
Mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang
bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Pleura Viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru-paru.
b. Pleura Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.
Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.
Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum, hampa udara sehingga paru-
paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat)
yang berguna untuk meminyaki permukaan pleura menghindari gesekan
antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernafas bergerak.
2. Pembuluh darah pada paru
182
Sirkulasi pulmonary berasal dari ventrikel kanan yang tebal dinding 1/3.
Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Atrium pulmonalis
membawa darah yang sedikit mengandung O2 dari ventrikel kanan ke paru-
paru. Cabang-cabang yang menyentuh saluran-saluran bronchial sampe ke
alveolus halus. Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler. Dan
jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah
dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler. Kapasitas paru-paru
merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya.
Kapasitas paru-paru dapat dibedakan menjadi :
a. Kapasitas Total
Jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-
dalamnya.
b. Kapasitas Vita
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal. Dalam
kondisi normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak
kurang lebih 5 liter.
c. Waktu Ekspirasi
Di dalam paruparu masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kita
bernafas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2,5
liter).
d. Jumlah Pernafasan
Dalam keadaan normal orang dewasa :16-18x/menit, anak-anak kira-kira
24x/menit, bayi : 30x/menit.
C. KLASIFIKASI
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obtruksi kronik
adalah sebagai berikut ;
1. Bronkhitis Kronik
Bronchitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hamper setiap hari disertai
pengeluaran dahak, sekurang-kurangnya 3 bulan dalam satu tahun dan terjadi
paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
Etiologi :
Terdapat 3 jenis penyebab bronchitis
a. Infeksi : stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, haemiphilus,
influenzae.
183
b. Alergi
c. Rangsang ; asap pabrik, asap mobil, asap rokok,dll
2. Emfisema Paru
Suatu definisi anatomic yaitu suatu perubahan anatomik paru yang ditandai
dengan pelebaran secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus
terminalis yang disertai kerusakan dinding alveolus. Sesuai dengan definisi
tersebut maka jika ditrmukan kelainan berupa pelebaran ruang udara
(alveolus) tanpa disertai retruksi jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak
termasuk emfisema melainkan hanya sebagai overinflation.
Tipe emfisema :
a. Emfisema Centriolobular
Tipe yang sering muncul, menghasilkan kerusakan bronkiolus, biasanya
pada region paru atas. Inflamasi berkembang pada bronkhiolus tetapi
biasanya kantong alveolar tetap bersisa.
b. Emfisema Panlobular (Panacinar)
Merusak ruang dada pada seluruh asinus dan biasanya termasuk pada paru
bagian bawah. Centriacinar emfisema timbul sangat sering pada seorang
perokok.
c. Emfisema Paraseptal
Merusak alveoli pada lobus bagian bawah yang mengakibatkan isolasi
dari blebs sepanjang perifer paru. Paraseptal emfisema dipercaya sebagai
sebab dari peumothoraks spontan. Panacinar timbul pada orang tua dan
pasien dengan defisiensi enzim alpha-anti tripsin. Pada keadaan lanjut
terjadi peningkatan dyspnea dan infeksi pulmonary seringkali
corpulmonal (CHF bagian kanan).
3. Asma
Suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitifitas cabang-cabang
trakeobronkhial terhadap berbagai jenis rangangan. Keadaan ini
bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran nafas secara periodic dan
reversible akibat bronkhospasme.
4. Bronkhietaksis
Dilatasi bronchus dan bronkhiolus kronik yang mungkin disebabkan oleh
berbagai kondisi termasuk infeksi paru dan obstruksi bronchus, aspirasi benda
asing,muntahan atau benda-benda asing dari saluran pernafasan atas, dan
184
tekanan terhadap tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran
nodus limfe.
Berdasarkan Global Inifiative for Chrinic Obtruktive Lung Disease (GOLD)
di bagi atas 4 derajat, yaitu :
1. Derajat I : COPD ringan
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum) keterbatasan aliran
udara ringan. Pada derajat ini orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa
fungsi parunya abnormal.
2. Derajat II : COPD Sedang
Semakin memburuknya aliran udara disertai dengan adanya pemendekan
dalam bernafasm dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan
karena sesak nafas.
3. Derajat III : COPD Berat
Ditandai dengan keterbatasan atau hambatan aliran udra yang semakin
memburuk. Terjadi sesak nafas yang semakin berat, penurunan kapasitas
latihan dan ekserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup
pasien.
4. Derajat IV : COPD Sangat Berat
Keterbatasan atau hambatan aliran udara yang berat. Prediksi ditambah
dengan adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.
Manifestasi klinis :
1. Sesak nafas yang progresif
2. Memburuk dengan aktifitas
3. Batuk kronik
4. Produksi sputum kronik
5. Riwayat perjalanan gas, partikel berbahaya
6. Pemeriksaan faal paru abnormal
D. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini dikaitkan dengan factor-faktor resiko yang terdapat pada
penderita lain :
1. Merokok (yang berlangsung lama)
2. Polusi udara
3. Infeksi peru berulang
4. Umur
185
5. Jenis kelamin
6. Ras
7. Defisiensi alfa-1 antitripsin
8. Defisiensi anti oksidan
Pengaruh dari masing-masing factor terhadap terjadinya PPOK adalah saling
memperkuat dan factor merokok dianggap yang paling dominan.
E. PATOFISIOLOGI
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang
disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam
usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernafasan dapat berkurang
sehingga sulit bernafas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen sangat
erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-
paru juga disebabkan berkurangnya fungsi system respirasi seperti fungsi
ventilasi paru. Factor-faktor resiko tersebut di atas akan mendatangkan proses
inflamasi bronchus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding bronchus
terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronchus kecil
(bronkhiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase
ekspirasi udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat
ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air
trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan
segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan
kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase akspirasi. Fungsi-fungsi
paru : ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami
gangguan.
F. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok ;
1. Mempunyai gambaran klinik dominant kea rah bronchitis kronik (blue
bloater)
2. Mempunyai gambaran klinik kea rah emfisema (pink puffers)
Tanda dan gejala adalah :
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak nafas
186
4. Mengi atau wheezing
5. Ekspirasi yang memanjang
6. Bentuk dada tong (Barrest chest) pada penyakit lanjut
7. Penggunaan obat Bantu pernafasan
8. Suara nafas melemah
9. Kadang ditemukan pernafasan paradoksal
10. Edema kaki dan asites
187
G. PATHWAY
Masuknya allergen ke saluran nafas
(debu, bulu hewan,kapas,dll)
Merangsang system imun
Membentuk antibody Ig E
Ig E menempel pada permukaaan sel
Mastoid di Saluran nafas dan kulit
Mencetuskan serangkaian reaksi dan pelepasan
Mediator : histamine, leukotrin, prostaglandin, dan eosinopil
Bronkho kontriksi, edema produksi secret meningkat
Obstruksi jalan nafas
Atelektasis Ekspirasi menurun, Peningkatan Sumbatan
Udara tertahan
Pernafasan meningkat
Perpusi Menurun Kerja Alveolus membesar
Fatugue obstruksi
Hipoksemia Disfungsi gas terganggu
Hiperkapnia
Asidosis Respiratorik
188
Gangguan pertukaran gas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Intoleransi Aktifitas
Ketidak-efektifan
pola nafas
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaaan Radiologi
2. AGD (Analisa Gas Darah)
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosismterjadi vasokontriksi vaskuler paru dan penambahan eritropoesis.
Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan eritropeotin sehingga
menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur 55-60 tahun polisitemia
menyebabkan jantung kanan harus bekerja lebih berat dan merupakan salah
satu penyebab payah jantung kanan.
3. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling didni adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah
terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P pulmonal pada
hantaran II, III, dan aVF Voltase QRS di V1 rasio.
4. Kultur Spuntum, untuk mengetahui pathogen penyebab infeksi.
5. Laboratorium darah lengkap.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaanya adalah :
1. Meniadakan factor etiologi/presipitasi misalnya segera menghentikan
merokok, menghindari polusi udara.
2. Membersihkan sekresi bronchus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Membrantas infeksi dengan anti mikroba.
4. Mengatasi bronkhospasme dengan obat-obat bronchodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi.
5. Pengobatan Symtomatik
6. Penanganan terhadap komplikasi yang timbul
7. Pengobatan O2. oksigen harus diberikan dengan aliran lambat 1-2 lpm.
Tindakan Rehabilitasi meliputi ;
1. Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronchus.
2. Latihan pernafsan, untuk melatih penderita agar bias melakukan pernafasan
yang paling efektif.
3. Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan untuk memulihkan
kesegaran jasmani.
189
4. Vocational guidance < usha yang dilakukan terhadap penderita dapat kembali
mengerjakan pekerjaan semula.
Patogenesis Penatalaksanaan (Medis) ;
1. Pencegahan, mencegah kebiasaan merokok, infeksi dan polusi udara.
2. Terapi eksaserbasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi.
b. Terapi Oksigen, diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karrena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitifitas terhadap O2.
c. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan spuntum dengan baik.
d. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan nafas.
3. Terapi Kangka Panjang dilakukan
a. Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang
b. Bronkodilator
c. Fisioterapi
4. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
5. Mukolitik dan Ekspektoran.
6. Terapi O2 jangka panjang bagi pasien yabg mengalami gagal nafa tipe II
dengan PaO2 (7,3 Pa) (55 mmHg)
J. KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
Penurunan nilai PaO2 kurang dari 55mmHg, dengan nilai saturasi oksigen
<85%. Pada awal pasien akan mengalami perubahan mood, penurunan
konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbil sianosis.
2. AsidosisRespiratory
Timbul akibat dari peningkatan bilai PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang
muncul antara lain : nyeri kepala, fatigue, letargi, dizziness, tachipnea.
3. Inspeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan rangsangan otot polos
bronchial dan edema mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan
kerja nafas dan timbulnya dysnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru ) harus
diobservasi terutama pada pasien dengan dyspnea berat. Komplikasi ini
190
sering kali berhubungan dengan bronchitis akut, tetapi pasien dengan
emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat hypoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respiratorik.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronchial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan dan seringkali
tidak berespon terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunaan otot Bantu
pernafasan dan disertai vena leher seringkali terlihat.
K. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan pernafasan
2. Gangguan aktivitas
3. Gangguan istirahat tidur
4. Gangguan nutrisi
L. MASALAH KOLABORASI
1. PK : Ggal jantung
2. PK : gagal nafas
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Intoleransi aktivitas
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
191