ppok unimus

30
7 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah gangguan progresif lambat kronis ditandai oleh obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernafasan reversibel pada asma. (Davey, 2003) Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang tidak dapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara . (Suzanne C. Smeltzer, 2001) Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaraan patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).(Sylvia Anderson Price, 2005) Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma bronkial. (Muttaqin, 2008)

Upload: eka-ulfatul-fitriani

Post on 15-Sep-2015

78 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

RESPIRATORY SYSTEM

TRANSCRIPT

  • 7BAB II

    KONSEP DASAR

    A. Pengertian

    Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah gangguan progresif lambat kronis

    ditandai oleh obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit

    reversibel, tidak seperti obstruksi saluran pernafasan reversibel pada asma.

    (Davey, 2003)

    Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi yang

    luas, termasuk bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan

    kondisi yang tidak dapat pulih yang berkaitan dengan dispnea pada aktivitas

    fisik dan mengurangi aliran udara . (Suzanne C. Smeltzer, 2001)

    Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan

    penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi

    terhadap aliran udara sebagai gambaraan patofisiologi utamanya.Bronkitis

    kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan yang

    disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).(Sylvia Anderson

    Price, 2005)

    Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah sejumlah gangguan yang

    mempengaruhi pergerakan udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting

    adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma bronkial. (Muttaqin, 2008)

  • 8B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan

    1. Anatomi sistem pernafasan

    Gambar :

    http://www.google.co.id/imgres?q=.http://medianers.blogspot.com/2011/08/anfis

    pernafasan

    a. Hidung

    Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,

    mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum

    nasi).Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,

    debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

  • 9b. Faring

    Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

    pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di

    belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

    Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan

    dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke

    depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama

    istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke

    belakang lubang esofagus).

    c. Laring

    Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan

    bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring

    sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di

    bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang

    tenggorokan yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang

    rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan menutupi laring.

    d. Trakea

    Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang

    dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan

    yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh

    selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak

    ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari

    jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.

  • 10

    e. Bronkus

    Gambar :

    http://www.google.co.id/imgres?q=ppok.http://medianers.blogspot.com/2011/08/ppok-

    penyakit-paru-obstruktif-kronik

    Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2

    buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai

    struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus

    itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.Bronkus

    kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8

    cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping

    dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus

  • 11

    bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus

    (bronkioli).Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung

    bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli.

    Bronkus pulmonaris,trakea terbelah menjadi dua bronkus utama :

    bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru. Dalam perjalanannya

    menjelajahi paru-paru,bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan beranting

    lagi banyak sekali. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa

    dengan yang dari trakea mempunyai diinding fibrosa berotot yang

    mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil

    salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding

    fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkus terminalis masuk kedalam saluran

    yang agak lain yang disebut vestibula, dan disini membran pelapisnya mulai

    berubah sifatnya : lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium

    yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan didalam

    dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu . kantong udara atau alveoli

    itu terdiri atas satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah darah

    hampir langsung bersentuhan dengan udara suatu jaringan pembuluh darah

    kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.Pembuluh darah

    dalam paru-paru. Arteri pulmonaris membawa darah yang sudah tidak

    mengandung oksigen dari ventikel kanan jantung ke paru-paru; cabang-

    cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang-cabang lagi

    sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah belah dan membentuk

  • 12

    jaringan kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung

    udara.

    Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit , maka praktis dapat

    dikatakan sel-sel darah merah membuat garis tungggal. Alirannnya bergerak

    lambat dan dipisahkan dari udara dalam alveoli hanya oleh dua membran

    yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan difusi, yang

    merupakan fungsi pernafasan.Kapiler paru-paru bersatu dan bersatu lagi

    sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua vena

    pulmonaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen

    ke atrium kiri jantung untuk didistribusikan keseluruh tubuh melalui aorta.

    Pembuluh darah yang dilukiskan sebagai arteri bronkialis membawa

    darah berisi oksigen langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna

    memberi makan dan menghantarkan oksigen kedalam jaringan paru-paru

    sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler yang

    tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri

    pulmonaris, tetapi beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena

    pulmonaris dan darahnya kemudian dibawa masuk ke dalam vena

    pulmonaris. Sisa darah itu dihantarkan dari setiap paru-paru oleh vena

    bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena cava superior. Maka dengan

    demikian paru-paru mempunyai persendian darah ganda.

    Hilus (tampuk) paru-paru dibentuk oleh struktur berikut : Arteri

    pulmonaris,yang mengembalikan darah tanpa oksigen kedalam paru-paru

    untuk diisi Oksigen,vena pulmonalis yang mengembalikan darah berisi

  • 13

    oksigen dari paru-paru ke jantung.Bronkus yang bercabang dan beranting

    membentuk pohon bronkial, merupakan jalan utama udara.Arteri bronkialis,

    keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru-paru.Vena

    bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru-paru ke vena kava

    superior. Pembuluh limfe, yang masuk keluar paru-paru, sangat

    banyak.Persyarafan . Paru-paru mendapat pelayanandari saraf vagus dan

    saraf simpati.Kelenjar limfe. Semua pembuluh limfe yang menjelajahi

    struktur paru-paru dapat menyalurkan kedalam kelenjar yang ada ditampuk

    paru-paru.

    Pleura,setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua yaitu

    pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk kedalam fisura, dan

    dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran ini

    kemudian dilipat kembali disebelah tampuk paru-paru dan membentuk

    pleura parietalis dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang

    melapisi iga-iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma

    adalah pleura diafragmatika, dan bagian yang terletak dileher ialah pleura

    servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama membran

    suprapleuralis (fasia sibson) dan diatas membran ini terletak arteri

    subklavia.

    Diantara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk

    minyaki permukaannya dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan

    dinding dada yang sewaktu bernafas bergerak. Dalam keadaan sehat kedua

    lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan . ruang atau rongga pleura

  • 14

    itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal atau

    cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang diantaranya menjadi jelas.

    f. Paru-paru

    Paru-paru ada dua, merupakan alat pernfasan utama. Paru-paru mengisi

    rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh

    jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak

    didalam media stinum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut

    dengan apeks (puncak) diatas dan sedikit muncul lebih tinggi daripada

    clavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landae

    rongga thoraks,diatas diafraghma. Paru-paru mempunyai permukaan luar

    yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memutar tampuk paru-

    paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang,dan sisi depan yang

    menutup sebagian sisi depan jantung.Paru-paru dibagi menjadi beberapa

    belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan

    paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Jaringan paru-

    paru elastis,berpori, dan seperti spons.

    2. Fisiologi pernafasan

    Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondoksida .

    pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksterna, oksigen

    dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas; oksigen masuk

    melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat behubungan erat

    dengan darah didalam kapiler pulmonaris.Hanya satu lapisan membran,

    yaitu membran alveoli kapiler,yang memisahkan oksigen dari darah.

  • 15

    Oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah

    merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua

    bagian tubuh. Dan meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100

    mmHg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95% jenuh oksigen.

    Di dalam paru-paru,karbondioksida, salah satu hasil buangan

    metabolisme, menembus membran alveoler kapiler darah ke alveoli, dan

    setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung

    dan mulut.Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner

    atau pernafasan eksterna :

    1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam

    alveoli dengan udara luar.

    2. Arus darah melalui paru-paru.

    3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam jumlah

    tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

    4. Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2

    lebih mudah berdifusi daripada oksigen.

    Semua proses ini diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan

    paru-paru menerima jumlah tepat CO2 dan O2. Pada waktu gerak badan, lebih

    banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan terlampau

    sedikit O2; jumlah CO2 itu tidak dapat dikeluarkan, maka konsentrasinya

    dalam darah arteri bertambah. Hal ini merangsang pusat pernafasan dalam otak

    untuk memperbesar kecepatan dan dalamnya pernafasan. Penambahan ventilasi

    ini mengeluarkan CO2 dan memungut lebih banyak O2.

  • 16

    Pernafasan jaringan atau pernafasan interna,darah yang telah menjenuhkan

    hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin) mengitari seluruh tubuh dan

    akhirnya mencapai kapiler, di mana darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan

    memungut oksigen dari hemoglobin untuk memungkinkan oksigen

    berlangsung, dan darah menerima, sebagai gantinya, hasil buangan oksidasi,

    yaitu karbondioksida.Perubahan-perubahan berikut terjadi pada komposisi

    udara dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan eksterna dan pernafasan

    eksterna dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara yang

    dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhu yang sama dengan

    badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan udara yang

    dikeluarkan).

    Daya muat udara oleh paru-paru,besar daya muat udara oleh paru-paru

    ialah 4.500 ml sampai 5000 ml atau 4 sampai 5 liter udara. Hanya sebagian

    kecil dari udara ini, kira-kira 1/10-nya atau 500 ml adalah udara pasang surut

    (tidal air ), yaitu yang dihirup masuk dan diembuskan keluar pada pernafasan

    biasa dengan tenang.Kapasitas vital,volume udara yang dapat dicapai masuk

    dan keluar paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas paru-

    paru. Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5

    liter dan pada seorang perempuan ,3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada

    penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru),

    dan kelemahan otot pernafasan.

  • 17

    C. Etiologi

    Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik

    (PPOK) adalah :

    1. Kebiasaan merokok

    2. Polusi udara

    3. Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja

    4. Riwayat infeksi saluran nafas

    5. Bersifat genetik yaitu difisiensi -1 antitripsin merupakan predisposisi untuk

    berkembangnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik dini. (mansjoer, 2001)

    D. Patofisiologi

    Pada bronkitis kronik terjadi penyempitan saluran nafas. Penyempitan ini

    dapat mengakibatkan obstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada

    bronkitis kronik, saluran pernafasan kecil yang berdiameter kurang dari 2 mm

    menjadi lebih sempit. Berkelok-kelok, dan berobliterasi. Penyempitan ini

    terjadi karena metaplasia sel goblet. Saluran nafas besar juga menyempit

    karena hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus. Pada emfisema paru

    penyempitan saluran nafas disebabkan oleh berkurangnya elastisitas paru-paru.

    (Mansjoer, 2001)

    Pada emfisema beberapa faktor penyebab obstruksi jalan nafas yaitu:

    inflamasi dan pembengkakan bronki, produksi lendir yang berlebihan,

    kehilangan rekoil elastik jalan nafas, dan kolaps bronkiolus serta redistribusi

    udara ke alveoli yang berfungsi. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan,

    area permukaan alveolar yang kontak langsung dengan kapiler paru secara

  • 18

    kontinu berkurang mengakibatkan kerusakan difusi oksigen. Kerusakan difusi

    oksigen mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir, eliminasi

    karbondioksida mengalami kerusakan mengakibatkan peningkatan tekanan

    karbon dalam darah arteri (hiperkapnia) dan menyebabkan asidosis

    respirastorius individu dengan emfisema mengalami obstruksi kronik kealiran

    masuk dan aliran keluar dari paru. Untuk mengalirkan udara ke dalam dan ke

    luar paru-paru, dibutuhkan tekanan negatif selama inspirasi dan tekanan positif

    dalam tingkat yang adekuat harus dicapai dan dipertahankan selama ekspirasi.

    (Mansjoer, 2001) (Diane C. Baughman, 2000)

    E. Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah :

    1. Batuk

    2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau

    mukopurulen

    3. Sesak, sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas

    (mansjoer, 2001)

    F. Penatalaksanaan

    1. Penatalaksanaan medis

    penatalaksanaan medis dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:

    a. Berhenti merokok harus menjadi prioritas.

    b. Bronkodilator (-agonis atau antikolinergik) bermanfaat pada 20-40%

    kasus.

  • 19

    c. Pemberian terapi oksigen jangka panjang selama >16 jam

    memperpanjang usia pasien dengan gagal nafas kronis (yaitu pasien

    dengan PaO2 sebesar 7,3 kPa dan FEV 1 sebesar 1,5 L).

    d. Rehabilitasi paru (khususnya latihan olahraga) memberikan manfaat

    simtomatik yang signifikan pada pasien dengan pnyakit sedang-berat.

    e. Operasi penurunan volume paru juga bisa memberikan perbaikan dengan

    meningkatkan elastic recoil sehingga mempertahankan patensi jalan

    nafas. (Davey, 2002)

    2. Penatalaksanaan keperawatan

    Penatalaksanaan keperawatan dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:

    a. Mempertahankan patensi jalan nafas

    b. Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas

    c. Meningkatkan masukan nutrisi

    d. Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi

    e. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program

    pengobatan (Doenges, 2000)

    G. Komplikasi

    Komplikasi dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:

    1. Bronkhitis akut

    2. Pneumonia

    3. Emboli pulmo

    4. Kegagalan ventrikel kiri yang bersamaan bisa memperburuk PPOK stabil

    (Lawrence M. Tierney, 2002)

  • 20

    H. Pengkajian Fokus

    1. Identitas

    Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin,

    umur, alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan,

    tinggi badan, berat badan, tanggal dan jam masuk Rumah Sakit.

    2. Keluhan utama

    Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien Bronkhitis biasanya mengeluh

    adanya sesak nafas.

    3. Riwayat penyakit sekarang

    Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami

    pasien dari rumah sampai dengan masuk ke Rumah Sakit.

    4. Riwayat penyakit dahulu

    Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami Bronkhitis

    atau penyakit menular yang lain.

    5. Riwayat penyakit keluarga

    Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada

    yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang

    lain yang ada di dalam keluarga.

    6. Pola fungi kesehatan

    Pengorganisasian data berdasarkan pola fungsi kesehatan menurut Gordon :

    a. Persepsi terhadap kesehatan

    Adanya tindakan penatalaksanaan kesehatan di RS akan menimbulkan

    perubahan terhadap pemeliharaan kesehatan.

  • 21

    b. Pola aktivitas dan latihan

    Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan Bronkhitis

    mengalami keletihan, dan kelemahan dalam melakukan aktivitas

    gangguan karena adanya dispnea yang dialami.

    c. Pola istirahat dan tidur

    Gangguan yang terjadi pada pasien dengan Bronkhitis salah satunya

    adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi

    fowler. Sedangkan pada pola istirahat pasien diharuskan untuk istirahat

    karena untuk mengurangi adanya sesak yang disebabkan oleh aktivitas

    yang berlebih.

    d. Pola nutrisi-metabolik

    Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada

    pasien dengan Bronkhitis akan mempengaruhi asupan nutrisi pada tubuh

    yang berakibat adanya penurunan BB dan penurunan massa otot.

    e. Pola eliminasi

    Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan

    pada kebiasaan BAB dan BAK.

    f. Pola hubungan dengan orang lain

    Akibat dari proses inflamasi tersebut secara langsung akan

    mempengaruhi hubungan baik intrapersonal maupun interpersonal.

  • 22

    g. Pola persepsi dan konsep diri

    Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif

    untuk mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi

    (Body Image, identitas diri, Peran diri, ideal diri, dan harga diri).

    h. Pola reproduksi dan seksual

    Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan

    mengalami perubahan.

    i. Pola mekanisme koping

    Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah

    kesehatannya, termasuk dalam memutuskan untuk menjalani pengobatan

    yang intensif.

    j. Pola nilai dan kepercayaan

    Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang

    baru yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan

    mengganggu kebiasaan ibadahnya.

    k. Pemeriksaan Fisik

    1) paru-paru : adanya sesak, retraksi dada, auskultasi adanya bunyi

    ronchi, atau bunyi tambahan lain. tetapi pada kasus berat bisa

    didapatkan komplikasi yaitu adanya pneumonia.

    2) kardiovaskuler : TD menurun, diaforesis terjadi pada minggu

    pertama, kulit pucat, akral dingin, penurunan curah jantung dengan

    adanya bradikardi, kadang terjadi anemia, nyeri dada.

  • 23

    3) neuromuskular : perlu diwaspadai kesadaran dari composmentis ke

    apatis,somnolen hingga koma pada pemeriksaan GCS, adanya

    kelemahan anggota badan dan terganggunya aktivitas.

    4) perkemihan : pada pasien dengan bronkhitis kaji adanya gangguan

    eliminasi seperti retensi urine ataupun inkontinensia urine.

    5) pencernaan

    Inspeksi :kaji adanya mual,muntah,kembung,adanya distensi

    abdomen dan nyeri abdomen,diare atau konstipasi.

    Auskultasi : kaji adanya peningkatan bunyi usus.

    Perkusi :kaji adanya bunyi tympani abdomen akibat adanya

    kembung.

    Palpasi :adanya hepatomegali, splenomegali, mengidentifikasi

    adanya infeksi pada minggu kedua,adanya nyeri tekan

    pada abdomen.

    6) Bone : adanya respon sistemik yang menyebabkan malaise, adanya

    sianosis. Integumen turgor kulit menurun, kulit kering.

  • 24

    I. Patways Keperawatan

    Asap rokok,polusi udara,

    riwayat infeksi saluran pernafasan

    gangguan pembersihan paru

    peradangan bronkus

    kelenjar mensekresi lendir dan

    sel goblet meningkat

    produksi sekret berlebihan

    batuk tidak efektif

    sekret tidak bisa keluar

    terjadi akumulasi

    secret berlebihan

    obstruksi jalan nafas

    batuk, sesak nafas

    pertukaran gas O2 dan CO2 nafas pendek

    tidak adekuat

    mual,muntah suplay oksigen

    dalam jaringan kurang

    anoreksia

    kelemahan

    intake tidak adekuat

    (sylviaAnderson Price, 2005)

    Bersihan jalannafas tidak efektif

    Intoleransiaktivitas

    Nutrisi kurang darikebutuhan tubuh

    Gangguanpertukaran gas

    Pola nafas tidakefektif

  • 25

    I. Fokus Intervensi dan Rasional

    1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungn dengan bronkospasme,

    peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental,

    penurunan energi/kelemahan (Doenges, 2000).

    Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas

    Kriteria Hasil : Pasien akan menunjukkan perilaku untuk memperbaiki

    bersihan jalan nafas, misalnya batuk efektif dan mengeluarkan secret

    Intervensi:

    a. Mandiri

    1) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya mengi,

    krekles, ronki.

    Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi

    jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas

    adventisius, misalnya penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi

    nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema), atau tidak adanya

    bunyi nafas (asma berat).

    2) Kaji atau pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.

    Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat

    ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi

    akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang

    dibanding inspirasi.

    3) Catat adanya derajat dispnea, misalnya keluhan lapar udara gelisah,

    ansietas, distress pernafasan, penggunaan otot bantu.

  • 26

    Rasional: Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada

    tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan

    di rumah sakit, misalnya infeksi, reaksi alergi.

    4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya peninggian kepala

    tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

    Rasional: Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi

    pernafasan dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan

    distress berat dan mencari posisi yang paling mudah untuk bernafas.

    Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu

    menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.

    5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, misalnya debu, asap dan

    bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

    Rasional: Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger

    episode akut.

    6) Dorong atau bantu latihan nafas abdomen atau bibir

    Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

    mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.

    7) Observasi karakteristik batuk, misalnya menetap, batuk pendek,

    basah. Bantu tindakan untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.

    Rasional: Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila

    pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan. Batuk paling efektif pada

    posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.

  • 27

    8) Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi

    jantung. Memberikan air hangat. Anjurkan masukan cairan, sebagai

    pengganti makanan.

    Rasional: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret,

    mempermudah pengeluaran. Cairan selama makan dapat

    meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.

    b. Kolaborasi

    1) Berikan obat sesuai indikasi

    a) Bronkodilator, misalnya -agonis: epinefrin (Adrenalin,

    Vaponefrin), albuterol (Proventil, Ventolin), terbutalin (Brethine,

    Brethaire), isoetarin (Brokosol, Bronkometer).

    Rasional: Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal,

    menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa.

    Obat-obat mungkin per oral, injeksi atau inhalasi.

    b) Xantin, misalnya aminofilin, oxtrifilin (Choledyl), teofilin

    (Bronkodyl, Theo-Dur).

    Rasional: Menurunkan edema mukosa dan spasme otot polos

    dengan peningkatan langsung siklus AMP. Dapat juga menurunkan

    kelemahan otot/kegagalan pernafasan dengan meningkatkan

    kontraktilitas diafragma. Meskipun teofilin telah dipilih untuk

    terapi, penggunaan teofilin mungkin sedikit atau tidak

    menguntungkan pada program obat -agonis adekuat. Namun, ini

    dapat mempertahankan bronkodilatasi sesuai penurunan efek dosis

  • 28

    antar -agonis. Penelitian saat ini menunjukkan teofilin

    menggunakan korelasi dengan penurunan frekuensi perawatan di

    rumah sakit.

    c) Kromolin (Intal), flunisolida (Aerobid).

    Rasional: Menurunkan inflamasi jalan nafas lokal dan edema

    dengan menghambat efek histamin dan mediator lain.

    d) Steroid oral, IV, dan inhalasi, metilprednisolon (Medrol),

    deksametason (Decadral), antihistamin misalnya beklometason

    (Vanceril, Beclonent), triamsinolon (Azmacort)

    Rasional: Kortikostiroid digunakan untuk mencegah reaksi

    alergi/menghambat pengeluaran histamin, menurunkan berat dan

    frekuensi spasme jalan nafas, inflamasi pernafasan, dan dispnea.

    e) Antimikrobial

    Rasional: Banyak antimikrobial dapat diindikasikan untuk

    mengontrol infeksi pernafasan/pneumonia.

    (1)Analgesik, penekan batuk/antitusif misalnya kodein, produk

    dextrometorfan (Benylin DM, Comtrex, Novahistine)

    Rasional: Batuk menetap yang melelahkan perlu ditekan untuk

    menghemat energi dan memungkinkan pasien untuk istirahat.

    (2)Berikan humidifikasi tambahan, misalnya nebulizer ultranik,

    humidifier aerosol ruangan.

    Rasional: Kelembaban menurunkan kekentalan sekret

    mempermudah pengeluaran dan dapat membantu

  • 29

    menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada

    bronkus.

    (3)Bantu pengobatan pernafasan, misalnya IPPB, fisioterapi dada

    Rasional: Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk

    membuang banyaknya sekresi/kental dan memperbaiki ventilasi

    pada segmen dasar paru.

    (4)Awasi/buat grafik seri GDA, nadi oksimetri, foto dada

    Rasional: Membuat dasar untuk pengawasan

    kemajuan/kemunduran proses penyakit dan komplikasi.

    2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

    (obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) dan

    kerusakan alveoli (Doenges, 2000)

    Tujuan : Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat

    dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.

    Kriteria hasil : Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan dalam

    tingkat kemampuan/situasi.

    Intervensi:

    a. Mandiri

    1) Kaji frekuensi, kedalam pernafasan. Catat penggunaan otot aksesori,

    nafas bibir, ketidakmampuan bicara atau berbincang

    Rasional: Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan/atau

    kronisnya proses penyakit.

  • 30

    2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi

    yang mudah untuk bernafas. Dorong nafas dalam perlahan atau nafas

    bibir sesuai kebutuhan/toleransi individu.

    Rasional: Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk

    tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps jalan nafas,

    dispnea, dan kerja nafas.

    3) Kaji atau awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa

    Rasional: Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral

    (terlihat sekitar bibir/daun telinga). Keabu-abuan dan diagnosis sentral

    mengindikasikan beratnya hipoksemia.

    4) Dorong mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan

    Rasional: Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama

    gangguan pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan

    dibutuhkan bila batuk tidak efektif.

    5) Auskultasi bunyi nafas, catat area penurunan aliran udara dan/atau

    bunyi tambahan

    Rasional: Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara

    atau area konsolidasi. Adanya mengi mengindikasikan spasme

    bronkus/tertahannya sekret. Krekels basah menyebar menunjukkan

    cairan pada interstisial/dekompensasi jantung.

    6) Palpasi fremitus

    Rasional: Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan

    atau udara terjebak.

  • 31

    7) Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan

    Rasional: Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada

    hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan

    disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia.

    8) Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan

    kalem. Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat dikursi

    selama fase akut. Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara

    bertahap dan tingkatkan sesuai toleransi individu

    Rasional: Selama distress pernafasan berat/akut/refraktori pasien

    secara total tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena

    hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi aktivitas perawatan masih

    penting dari program pengobatan. Namun, program latihan ditujukan

    untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa menyebabkan

    dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.

    9) Awasi tanda vital dan irama jantung

    Rasional: Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat menunjukkan

    efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

    b. Kolaborasi

    1) Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri

    Rasional: PaCO2 biasanya meningkat (bronchitis, emfisema) dan

    PaO2 secara umum menurun, sehingga hipoksia terjadi dengan

    derajat lebih kecil atau lebih besar.

  • 32

    2) Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA

    dan toleransi pasien

    Rasional: Dapat memperbaiki/mencegah memburuknya hipoksia

    3) Berikan penekan SSP (misalnya antiansietas, sedatif, atau narkotik)

    dengan hati-hati

    Rasional: Digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang

    meningkatkan konsumsi oksigen/kebutuhan, eksaserbasi dispnea.

    Dipantau ketat karena dapat terjadi gagal nafas.

    4) Bantu intubasi, berikan/pertahankan ventilasi mekanik, dan

    pindahkan ke UPI sesuai intruksi untuk pasien

    Rasional: Terjadinya atau kegagalan nafas yang akan datang

    memerlukan upaya tindakan penyelamatan hidup

    3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

    dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia,

    mual/muntah (Doenges, 2000)

    Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

    Kriteria hasil: Pasien akan menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup

    untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

    Intervensi:

    a. Mandiri

    1) Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan

    makan. Evalusi berat badan dan ukuran tubuh

  • 33

    Rasional: Pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena

    dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain itu, banyak pasien PPOM

    mempunyai kebiasaan makan buruk, meskipun kegagalan pernafasan

    membuat status hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan kalori.

    Sebagai akibat, pasien sering masuk RS dengan beberapa derajat

    malnutrisi. Orang yang mengalami emfisema sering kurus dengan

    perototan kurang.

    2) Auskultasi bunyi usus

    Rasional: Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan

    mortilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan

    dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk,

    penurunan aktivitas, dan hipoksemia.

    3) Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus

    untuk sekali pakai dan tissue

    Rasional: Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegah

    utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah

    dengan peningkatan kesulitan nafas.

    4) Dorong periode istirahat selama 1 jam sebelum dan sesudah makan.

    Berikan makan porsi kecil tapi sering.

    Rasional: Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan

    dan memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori

    total.

    5) Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat

  • 34

    Rasional: Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu

    nafas abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan

    dispnea.

    6) Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin

    Rasional: Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme

    batuk.

    7) Timbang berat badan sesuai indikasi

    Rasional: Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun

    tujuan berat badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.

    b. Kolaborasi

    1) Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan

    yang mudah cerna, secara nutrisi seimbang, misalnya nutrisi tambahan

    oral/selang, nutrisi parenteral.

    Rasional: Metode makan dan kebutuhan kalori didasarkan pada

    situasi/kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal

    dengan upaya minimal pasien/penggunaan energi.

    2) Kaji pemeriksaan laboratorium, misalnya albumin serum, transferin,

    profil asam amino, besi, pemeriksaan keseimbangan nitrogen,

    glukosa, pemeriksaan fungsi hati, elektrolit. Berikan vitamin atau

    mineral/elektrolit sesuai indikasi

    Rasional: Mengevaluasi atau mengatasi kekurangan dan mengawasi

    keefektifan terapi nutrisi.

    3) Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi

  • 35

    Rasional: Menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan

    meningkatkan masukan.

    4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai

    dan kebutuhan oksigen (Doenges, 2000)

    Tujuan : Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas

    Kriteria hasil : Pasien dapat menunjukkan tidak adanya dispnea dan tanda

    vital dalam rentang normal

    Intervensi :

    a. Evaluasi respon pasien terhadap aktivitas

    Rasional : mengetahui tingkat kemampuan pasien beraktivitas.

    b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

    Rasional :mengurangi rasa sesak.

    c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan

    Rasional :istirahat mengurangi rasa sesak.

    d. Bantu pasien memilih aktivitas

    Rasional : mengurangi rasa sesak.

    e. Bantu aktivitas diri yang diperlukan

    Rasional :mengurangi rasa sesak.

    5. ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan suplay oksigen dalam

    jaringan kurang ditandai dengan sianosis , konjungtiva anemis.

    Tujuan : pola napas kembali efektif

    Kriteria hasil :Pola napas efektif, bunyi napas normal kembali dan batuk

    berkurang

  • 36

    Intervensi

    a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada

    Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernapasan

    bervariasi tergantung derajat gagal napas

    b. Auskultasi bunyi napas

    Rasional : ronchi dan mengi menyertai obstruksi jalan napas

    c. Tinggikan kepala dan bentuk mengubah posisi

    Rasional : memudahkan dalam ekspansi paru dan pernapasan

    d. Kolaborasi pemberian okigen

    Rasional : memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas