tutorial ppok

35
BAB I LAPORAN KASUS A. IDENTIFIKASI Nama : Tn. B Jenis Kelamin : Laki-laki Usia : 76 tahun Alamat : Rawa Badak, Koja Pekerjaan :Tidak Bekerja Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam MRS :24November 2015 B. ANAMNESIS ( Tanggal 25November 2015 ) Keluhan Utama Sesak Riwayat Perjalanan Penyakit Pasien datang ke Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dengan keluhan sesak yang bertambah berat sejak ± 1 hari SMRS, sesak semakin berat bila melakukan aktivitas dan berbicara, pada posisi duduk sesak tidak berkurang.Nyeri dada dirasakan pasien setelah di Rumah Sakit, nyeri dikedua dada dan tidak menjalar.Batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak berwarna putih dan kental, tidak ada darah.Pasien juga berkeringat

Upload: aina-ullafa

Post on 15-Jul-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial PPOK penyakit paru obstruksi kronik

TRANSCRIPT

Page 1: Tutorial PPOK

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI

Nama : Tn. B

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 76 tahun

Alamat : Rawa Badak, Koja

Pekerjaan :Tidak Bekerja

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

MRS :24November 2015

B. ANAMNESIS ( Tanggal 25November 2015 )

Keluhan Utama

Sesak

Riwayat Perjalanan Penyakit

Pasien datang ke Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih dengan keluhan

sesak yang bertambah berat sejak ± 1 hari SMRS, sesak semakin berat bila

melakukan aktivitas dan berbicara, pada posisi duduk sesak tidak berkurang.Nyeri

dada dirasakan pasien setelah di Rumah Sakit, nyeri dikedua dada dan tidak

menjalar.Batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak berwarna putih dan

kental, tidak ada darah.Pasien juga berkeringat dingin.Pasien tidak demam, tidak ada

keluhan mual muntah,nafsu makan biasa, BAB dan BAK normal, tidak ada keluhan.

Pasien mengatakan sesak sering hilang timbul, sudah dirasakan sejak 11 tahun

yang lalu, kadang disertai batuk berdahak, dahak warna putih.Pasien juga mengatakan

sesak timbul saat kelelahan.Pasien mengaku menurut dokter ada sumbatan diparu-

paru dan memang sering kontrol ke dokter irsyad karena mempunyai riwayat PPOK,

pasien juga rutin mengkonsumsi obat spiriva 2 hari sekali dan seretide 2 x 250 mg.

Page 2: Tutorial PPOK

Pasien mengatakan tahun 2003 dan 2005 pasien pernah dilakukan

pemasangan WSD disebelah kiri dengan diagnosis pneumotoraks karena kecelakaan.

Dan sejak pemasangan WSD itu pasien rutin kontrol ke dokter.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asma (+) sejak kecil, sebelum penyakit memberat pasien mengaku jarang ke

dokter karena jarang kambuh.

Riwayat hipertensi, diabetes melitus, TB paru tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

Ayah pasien memiliki riwayat asma.

Riwayat Hipertensi, Diabetes Melitus, TB di Keluarga tidak ada.

Riwayat Alergi

Alergi Makanan, obat dan debu tidak ada.

Riwayat Psikososial

Pasien makan teratur 2-3 x dalam sehari.

Olahraga rutin, 1 tahun yang lalu pasien masih bisa jalan santai 30-45 menit setiap

pagi tapi sekarang sudah tidak bisa.

Minum kopi 1 cangkir/hari.

Riwayat merokok (+) merokok selama 40 tahun, ± 5 batang/hari. Pasien berhenti

merokok sejak tahun 1997.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang.

Kesadaran : Composmentis

Gizi :

Tinggi badan : 168 cm

Page 3: Tutorial PPOK

Berat badan : 60 kg

IMT : 60/(1.68)2 = 21,27

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Nadi : 96 x/m,

Pernapasan : 32 x/m

Temperatur : 36,4°C

Status Generalis

• Kepala : Normocephal, rambut tidak mudah dicabut

• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflex cahaya (+/+), pupil

isokor

• Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-)

• Telinga : Normotia, secret (-/-), serumen (-/-), nyeri tekan (-)

• Mulut : Bibir lembab, mukosa faring hiperemis (-), karies dentis (-) coated

tongue (-), T1/T1

• Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Kel. Tiroid (-)

• Thoraks

Bentuk dada barrel chest, diameter anteroposterior 16 cm, diameter

transversal 28 cm, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider nevi (-).

• Paru-Paru

• Inspeksi : Simetris, pergerakan dinding tidak ada yang

tertinggal, retraksi sela iga (-), barrel chest, sela igamelebar (+).

• Palpasi : Vokal fremitus teraba sama.

• Perkusi : Hipersonor pada kedua lapang paru, Batas paru

hepar di midclavicularis ICS IV dan V.

• Auskultasi : Vesikuler (+/+ menurun), wheezing (+/+),

ronkhi basah (+/+)minimal pada basal paru kanan dan kiri

• Jantung

• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

• Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS IV linea midclavicula

sinistra

Page 4: Tutorial PPOK

• Perkusi :

Batas Atas : ICS III Linea Parasternalis Dextra

Batas Kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra

Batas Kiri : ICS IV Linea Midclavicula Sinistra

• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, murmur (-),

gallop (-)

• Abdomen

• Inspeksi : Datar, Scar (-), distensi (-), massa (-),

• Auskultasi : Bising usus 8x/menit (Normal)

• Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen

• Palpasi :Nyeri tekan epigastrium(-), Pembesaran hepar (-),

Pembesaran Lien (-),

• Ekstremitas atas :

• Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-),sianosis (-/-).

• Ekstremitas bawah :

• Akral hangat (+), CRT < 2 detik (+/+), Edema (-/-),sianosis (-/-).

2.4

Page 5: Tutorial PPOK

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

Darah rutin ( Tanggal 24November 2015 )

Tanggal/ Jam Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

24-11-2015 (11:59)

Hematologi Rutin

Hemoglobin 16,6 g/dL 13,2 – 17,3

Jumlah Leukosit 8,44 103/mL 3,8 – 10,6

Hitung Jenis

Basofil 0 % 0 – 1

Eosinofil 0 % 2 – 4

Netrofil Batang 4 % 3 – 5

Netrofil Segmen 72 % 50 – 70

Limfosit 15 % 25 – 40

Monosit 9 % 2 – 8

Laju Endap Darah 10 Mm 0 – 10

Hematokrit 50 % 40 – 52

Trombosit 209 103/mL 150 – 440

Eritrosit 5.73 106/mL 4,4 – 5,9

Jumlah rerikulosit

Absolut 60 25 – 75

Persen 1.04 % 0.5 – 2

MCV 87 fL 80 – 100

MCH 29 Pg 26 – 34

MCHC 33 g/dL 32 -36

Page 6: Tutorial PPOK

Kimia Klinik

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Gula darah sewaktu 103 mg/dl 70 – 200

Ureum 32 mg/dl 15 – 40

Creatinin 1,0 mg/dl <1,4

Pemeriksaan Radiologi ( Foto thorax PA, tanggal 1November 2014)

Page 7: Tutorial PPOK

Kualitas foto baik

CTR normal

Aorta baik

Sinus/diafragma baik

Fibroinfiltrasi paru kanan atas dan paracardial kiri

Kesan :Kp duplex

Page 8: Tutorial PPOK

RESUME

Pasien laki-laki, 76 tahun datang dengan keluhan utama sesak yang bertambah

hebat sejak ± 1 hari SMRS, semakin berat bila melakukan aktivitas dan berbicara, pada

posisi duduk tidak berkurang. Nyeri dikedua dada dan tidak menjalar.Batuk berdahak

sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak berwarna putih dan kental.Pasien juga berkeringat

dingin.

Sesak sering hilang timbul, disertai batuk berdahak, dahak warna putih.Timbul

saat kelelahan.Menurut dokter ada sumbatan diparu-paru dan memang sering control

karena mempunyai riwayat PPOK, pasien juga rutin mengkonsumsi obat spiriva 2 hari

sekali dan seretide 2 x 250 mg.

Pasien mengatakan tahun 2003 dan 2005 pasien pernah dilakukan pemasangan

WSD disebelah kiri dengan diagnosis pneumotoraks karena kecelakaan. Dan sejak

pemasangan WSD itu pasien rutin kontrol ke dokter.

Riwayat asma (+) sejak kecil, sebelum penyakit memberat pasien mengaku jarang

ke dokter karena jarang kambuh. Dan ayah pasien memiliki riwayat asma.

Olahraga rutin, 1 tahun yang lalu pasien masih bisa jalan santai 30-45 menit setiap

pagi tapi sekarang sudah tidak bisa.Riwayat merokok (+) merokok selama 40 tahun, ± 5

batang/hari. Pasien berhenti merokok sejak tahun 1997.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dengan

kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 32

x/menit, temperatur 36,4°C. Pada pemeriksaan thoraks bentuk dada barrel chest,

diameter anteroposterior 16 cm, diameter transversal 28 cm. Paru Simetris, pergerakan

dinding tidak ada yang tertinggal,barrel chest, sela igamelebar (+). Pada palpasi

didapatkanvokal fremitus teraba sama. Pada perkusi didapatkan hipersonor pada kedua

lapang paru, batas paru hepar di midclavicularis ICS IV dan V.Pada auskultasi, vesikuler

menurun pada paru kiri, ronkhi basah (+/+) minimal pada basal paru, wheezing (+/+).

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung jenis eosinophil dan limfosit

yang menurun,sedangkan netrofil segmen dan monosit meningkat.

Page 9: Tutorial PPOK

DAFTAR MASALAH- PPOK

ASSESMENT

S:keluhansesak yang bertambah hebat sejak ± 1 hari SMRS, semakin berat bila

melakukan aktivitas dan berbicara, pada posisi duduk tidak berkurang. Nyeri dikedua

dada dan tidak menjalar.Batuk berdahak sejak 3 hari SMRS, batuk berdahak

berwarna putih dan kental.Pasien juga berkeringat dingin.Sesak sering hilang timbul,

disertai batuk berdahak, dahak warna putih. Mempunyai riwayat PPOK, rutin

mengkonsumsi obat spiriva 2 hari sekali dan seretide 2 x 250 mg. Tahun 2003 dan

2005 pasien pernah dilakukan pemasangan WSD disebelah kiri dengan diagnosis

pneumotoraks karena kecelakaan. Sejak pemasangan WSD pasien rutin kontrol ke

dokter.

Riwayat asma (+) sejak kecil. Dan ayah pasien memiliki riwayat asma.Olahraga rutin,

1 tahun yang lalu pasien masih bisa jalan santai 30-45 menit setiap pagi tapi sekarang

sudah tidak bisa.Riwayat merokok (+) merokok selama 40 tahun, ± 5 batang/hari.

O: Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang dengan

kesadaran compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 96 x/menit,

pernapasan 32 x/menit, temperatur 36,4°C. Pada pemeriksaan thoraks bentuk dada

barrel chest, diameter anteroposterior 16 cm, diameter transversal 28 cm. Paru

Simetris, pergerakan dinding tidak ada yang tertinggal,barrel chest, sela igamelebar

(+). Pada palpasi didapatkanvokal fremitus teraba sama.Pada perkusi didapatkan

hipersonor pada kedua lapang paru.Pada auskultasi, vesikuler menurun pada paru kiri,

ronkhi basah (+/+) minimal pada basal paru, wheezing (+/+).

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung jenis eosinophil dan limfosit yang

menurun,sedangkan netrofil segmen dan monosit meningkat.

A : PPOK

DD/ TB paru

DD/ Asma

Page 10: Tutorial PPOK

P:Rencana Edukasi : Kurangi merokok dan paparan terhadap polusi udara.

Rencana Pemeriksaan Penunjang : Analisa Gas Darah, Cek Mikrobiologi Sputum, BTA

SPS, Bronkoskopi.

Rencana Penatalaksanaan :

Istirahat

O2 2L/menit

Nebulisasi combivent+bisolvon/8 jam

IVFD D5% + drip aminopilin 8 jam / kolf

Seretide 1 x 500 mg

Spiriva 1 x 1

Ambroxol 3 x 1

PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad malam

Page 11: Tutorial PPOK

BAB II

DISKUSI KASUS

A. PPOK

1. Definisi1

PPOK adalah penyakit yang dapat dicegah dan ditatalaksana, dikarakteristikan

oleh adanya keterbatasan aliran udara yang persisten yang biasanya progresif dan

dihubungkan dengan peningkatan respon inflamasi kronik saluran nafas dan paru paru

oleh partikel dan gas berbahaya.Definisi ini tidak berlaku pada bronchitis kronik dan

empisema serta asma.

Gejala utama PPOK :

a. Dyspnea

b. Batuk kronik

c. Produksi sputum kronik

Ketiga keadaan tersebut akan menjadi lebih sering ketika keadaan eksaserbasi.

Eksaserbasi pada PPOK didefiniskan sebagai kejadian akut yang dikarakteristikan

dengan perburukan gejala respiratori pasien yang jauh dari normal dari hari ke hari dan

membutuhkan perubahan medikasi.

2. Prevalensi2

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu peyakit tidakmenular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyabab antara lain meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK; semakin banyak jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda; serta pencemaran udara didalam ruangan mau pun di luar ruangan dan tempat kerja.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan tahun 1990 PPOK menempati urutan ke-6 sebagai penyebab utamakematian di dunia dan akan menempati urutan ke-3 setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker (WHO 2002).

Diperkirakan jumlah pasien PPOK sedanghingga berat di Asia tahun 2006 mencapai 56,6 juta pasien dengan prevalens 6,3%. Angka prevalens berkisar 3,5-6,7 %, seperti di Cina dengan angka kasus mencapai 38,160 juta jiwa, Jepang sebanyak 5,014 juta jiwa, dan Vietnam sebesar 2,068 juta jiwa. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta pasien

Page 12: Tutorial PPOK

dengan prevalens 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah perokok karena 90% pasien PPOK adalah perokok atau mantan perokok.

Di Indonesia belum ada data yang akurat tentang prevalens PPOK. Pada Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI 1986 asma, bronkhitis kronis dan emfisema menduduki peringkat ke-5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kematian utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkhitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab kematian di Indonesia.

Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di lima rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan PPOK menempati urutan pertama penyumbang angka kesakitan (35%),diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%),dan lainnya (2%). (DEPKES RI, 2004)

Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)2001, sebanyak 54,5 % penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok, 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok didalam rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota keluarga merupakan perokok pasif (BPS,2001). Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 20-25 %. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar.

Seiring dengan majunya tingkat perekonomian dan industri otomotif, jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Selain mobil-mobil baru, mobil tua yang mengeluarkan gas buang yang banyak dan pekat, banyak beroperasi di jalan yang menimbulkan polusi udara. 78-90 % pencemaran udara berasal dari gas buang kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri 20-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap PPOK, maka diduga jumlah penyakit tersebut juga meningkat.

Faktor yang berperan dalam peningkatan, yaitu :

Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki diatas 15 tahun (60-70%) Pertambahan penduduk Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi

63 tahun pada tahun 1990-an Industrialisasi Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan dipertambangan.

Page 13: Tutorial PPOK

3. Etiologi1

Penyebab paling sering di seluruh dunia adalah hisapan tembakau pada

rokok.Lingkungan luar, pekerjaan, dan polusi udara pada ruangan juga merupakan factor

tersering.Mereka yang bukan perokok juga dapat terkena PPOK. Factor genetic juga

mempengaruhi terjadinya PPOK antara lain defisiensi alpha-1 antitripsin yang berat.

PPOK dihubungkan dengan seberapa banyak partikel berbahaya yang terinhalasi

ke saluran napas selama hidupnya.

a. Tobacco Smoke : termasuk rokok, pipa, rokok batang, dan berbagai macam

tembakau lainnya yang popular di masing – masing Negara yang termasuk

Enviromental Tobacco Smoke (ETS).

b. Indoor Air Pollution : seperti asap pada saat memasak atau memanaskan

makanan di dapur, terbanyak pada wanita di Negara berkembang.

c. Occupational Dusts and Chemical : bergantung pada seberapa lama terpajan

bahan – bahan tersebut.

d. Outdoor Air Pollution : bergantung pada banyaknya partikel yang terinhalasi.

Factor lainnya yang mempengaruhi perkembangan paru pada saat kehamilan juga

mungkin dapat mempengaruhi kejadian PPOK.

Pada kasus ini : pasien merokok sebungkus perhari. Merokok sudah sejak pasien

berumur 15 tahun.Pasien juga sering keluar di malam hari untuk mengobrol dengan

tetangganya.Keadaan ini sesuai dengan factor risiko utama PPOK yaitu adanya riwayat

merokok pada pasien.

4. Patogenesis dan patologi

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari COPD ini

adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan

pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain itu, silia yang melapisi bronkus

mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada

sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris

dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan

dari saluran nafas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme

Page 14: Tutorial PPOK

penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan

edema dan pembengkakan jaringan. Ventilasi, terutama ekspirasi terhambat. Timbul

hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang

kental dan adanya peradangan.1

Komponen-komponen asap rokok tersebut juga merangsang terjadinya

peradangan kronik pada paru. Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak

struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan

kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada

ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan (recoil) paru secara pasif

setelah inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan

terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps.1

Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien COPD, yakni :

peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran

nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan

parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada

penderita asma.3

5. Diagnosis dan Assessment

Penderita COPD akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk-

batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (+). Sedangkan COPD ringan dapat

tanpa keluhan atau gejala. Dapat ditegakkan dengan cara :1

a. Anamnesis

Anamnesis riwayat paparan dengan faktor resiko, riwayat penyakit

sebelumnya, riwayat keluarga PPOK, riwayat eksaserbasi dan perawatan di RS

sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap aktivitas, dll.

b. Pemeriksaan Fisik, dijumpai adanya :

Pernafasan pursed lips

Takipnea

Dada emfisematous atu barrel chest

Tampilan fisik pink puffer atau blue bloater

Pelebaran sela iga

Hipertropi otot bantu nafas

Page 15: Tutorial PPOK

Bunyi nafas vesikuler melemah

Ekspirasi memanjang

Ronki kering atau wheezing

Bunyi jantung jauh

c. Pemeriksaan Foto Toraks, curiga PPOK bila dijumpai kelainan:

Hiperinflasi

Hiperlusen

Diafragma mendatar

Corakan bronkovaskuler meningkat

Bulla

Jantung pendulum

d. Uji Spirometri, yang merupakan diagnosis pasti, dijumpai :

VEP1< KVP < 70%

Uji bronkodilator (saat diagnosis ditegakkan) : VEP1 paska bronkodilator

< 80% prediksi

e. Uji Coba kortikosteroid

f. Analisis gas darah

Semua pasien dengan VEP1< 40% prediksi

Secara klinis diperkirakan gagal nafas atau payah jantung kanan.

Tujuan dari asesmen PPOK adalah untuk memastikan keparahan PPOK, pengaruh

pada status kesehatan pasien, dan risiko kejadian ke depan (eksaserbasi sampai kematian)

untuk keperluan tindakan. Beberapa aspek penilaian antara lain :

Symptoms

Derajat sumbatan aliran udara (spirometri)

Risiko eksaserbasi

Komorbiditas

a. Assesmen Symptoms : COPD Assesment Test (CAT score)1,4

Page 16: Tutorial PPOK

b. Assesmen derajat sumbatan napas dengan spirometri : klasifikasi keparahan

pada PPOK.

c. Assesmen Risiko Eksaserbasi : eksaserbasi pada PPOK didefiniskan sebagai

kejadian akut yang dikarakteristikan dengan perburukan gejala respiratori

Page 17: Tutorial PPOK

pasien yang jauh dari normal dari hari ke hari dan membutuhkan perubahan

medikasi. Predictor terbaik frekuensi kejadian eksaserbasi (2/lebih setahun)

adalah riwayat kejadian penanganan sebelumnya. Perawatan di RS pada kasus

eksaserbasi PPOK dihubungkan dengan prognosis yang buruk dan

meningkatkan risiko kematian.

d. Assesmen Komorbiditas : penyakit kardiovaskular, depresi dan cemas,

disfungsi otot skeletasl, sindrom metabolic, dan kanker paru sering terjadi

pada pasien PPOK dan perlu dilakukan penanganan khusus dan cukup serius.

6. Diagnosis banding

PPOK didiagnosa banding dengan :1,2

Diagnosa Gejala

PPOK- Onset pada usia pertengahan- Gejala progresif lambat- Lamanya riwayat merokok- Sesak saat aktivitas- Sebagian besar hambatan aliran udara- Ireversibel

Asma- Onset awal sering pada anak- Gejala bervariasi dari hari ke hari- Gejala pada malam/menjelang pagi- Disertai atopi, rinitis atau eksim- Riwayat keluarga dengan asma- Sebagian besar keterbatasan aliran udara- Reversibel

Gagal Jantung Kongestif- Auskultasi terdengar ronkhi halus dibagian

basal- Foto thoraks tampak jantung membesar,

edema paru.- Uji faal paru menunjukkan retriksi bukan

onstruksi

Bronkiektasis- Sputum produktif dan purulen- Umumnya terkait dengan infeksi bakteri- Auskultasi terdengar ronkhi kasar- Foto thoraks/CT scan toraks menunjukkan

pelebaran dan penebalan bronkus.

Tuberkulosis - Onset segala usia- Foto thoraks menunjukkan infiltrat- Konfirmasi mikrobiologi (sputum BTA)- Prevalens tuberkulosis tinggi didaerah endemis

Bronkhiolitis obliterans- Onset pada usia muda bukan perokok- Mungkin memiliki riwayat renatoid artritis

Page 18: Tutorial PPOK

atau pajanan asap.- CT-scan toraks pada ekspirasi menunjukkan

daerah hipodens.

Panbronkhiolitis difus- Lebih banyak pada laki-laki bukan perokok- Hampir semua menderita sinusitis kronik- Foto thoraks dan HCRT toraks menunjukkan

nodul opak menyebar kecil di centrilobular dan gambaran hiperinflasi

Penyakit lain yang bisa menjadi diagnosis banding PPOK adalah :

- SOPT (Sindrom Obstruksi Pascatuberkulosis) adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada pasien pascatuberkulosis dengan lesi paru yang minimal.

- Pneumotoraks : dada cembung ditempat kelainan,perkusi hipersonor, auskultasi saluran napas melemah.

Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : destroyed lung.

7. Klasifikasi

Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

2010, dibagi atas 4 derajat :2

Derajat Klinis Faal ParuBatuk, produksi sputum Normal

Derajat 1:PPOK ringan

Gejala batuk kronikdan produksi sputum ada tetapi tidak sering. Pada derajat ini sering tidak menyadari bahwa faal paru mulai menurun

VEP1/KVP <70%.VEP1 >80% prediksi

Derajat II:PPOK sedang

Gejalasesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejala batuk dan produksi sputum. Pada derajat ini biasanya pasien mulai memeriksakan kesehatannya

VEP1/KVP <70%50% <VEP1 <80% prediksi

Derajat III:PPOK berat

Gejala sesak lebih berat, penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksaserbasi semakin sering dan berdampak pada kualitas hidup pasien

VEP1/KVP <70%30% <VEP1 <50% prediksi

Derajat IV : PPOK sangat berat

Gejala diatas ditambah tanda-tanda gagal napas atau gagal jantung kanan dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini kualitas hidup pasien memburuk dan jika eksaserbasi dapat mengancam jiwa.

VEP1/KVP <70% <VEP1

<30% prediksi atau VEP1

<50% prediksidisertai gagal napas kronik

Page 19: Tutorial PPOK

8. Penatalaksanaan

Adapun tujuan dari penatalaksanaan COPD ini adalah2 :

Mencegah progesifitas penyakit

Mengurangi gejala

Meningkatkan toleransi latihan

Mencegah dan mengobati komplikasi

Mencegah dan mengobati eksaserbasi berulang

Mencegah atau meminimalkan efek samping obat

Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

Meningkatkan kualitas hidup penderita

Menurunkan angka kematian

a. Nonfarmakologis

Penghentian merokok merupakan cara terbaik untuk menindaklanjuti

keparahan dari PPOK. Peran petugas kesehatan sangat penting pada poin ini. Dapat

dilakukan dengan 2 cara :

Konseling : edukasi pada pasien tentang bahaya dari merokok dan

keparahan PPOK yang akan timbul.

Terapi pengganti nikotin : penggunaan terapi pengganti nikotin sama

baiknya dengan farmakoterapi. Dapat meningkatkan angka berhenti

merokok pada pasien PPOK.

Pencegahan Merokok harus terdapat peran besar antara pemerintah dan

petugas kesehatan melalui beberapa kebijakan dan peraturan yang ketat.

Occupational Exposure perlu dilakukan pada mereka yang bekerja pada

lingkungan yang mengandung gas atau polusi berbahaya.Penting untuk mencegah

inhalasi melalui peraturan pada tempat bekerja.

Indoor and Outdoor Air Pollution edukasi pasien untuk menghindari polusi

baik yang berada di dalam maupun yang ada di luar ruangan.

Page 20: Tutorial PPOK

Aktivitas Fisik dapat dilakukan pada pasien untuk meningkatkan fungsi

paru pasien.

Tabel kombinasi assesmen PPOK.

b. Farmakologis pada PPOK Stabil

Page 21: Tutorial PPOK

Terapi farmakologi untuk mengurangi gejala, mengurangi frekuensi dan

keparahan eksaserbasi, serta merubah status kesehatan dan keterbatasan fisik.

Beberapa obat yang dipilih pada PPOK :

1) Bronkodilator : terapi utama pada sumbatan aliran napas. Terdiri dari

Short Acting Bronchodilators untuk keadaan eksaserbasi dan Long Acting

Bronchodilators untuk mengkontrol gejala dan mengurangi risiko

serangan.

2) Inhalasi kortikosteroid : monoterapi inhalasi kortikosteroid jangka panjang

tidak direkomendasikan. Dapt membantu mengurangi gejala sumbatan

aliran nafas.

3) Inhalasi gabungan kortikosteroid dan bronkodilator : lebih efektif

dibandingkan dengan monoterapi inhalasi.

4) Oral kortikosteroid : tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang.

5) Metylxanthines : kurang efektif dibandingkan dengan inhalasi

kortikosteroid dan bronkodilator. Tidak dianjurkan jika kedua obat

tersebut tersedia.

Pengobatan PPOK lainnya antara lain :

1) Vaksin : dapat mengurangi risiko kejadian penyakit serius dan kematian

pada pasien PPOK. Harus diberikan setahun sekali pada pasien PPOK.

Vaksin Pneumococcal Polysaccharide direkomendasikan pada pasien

usia>65 tahun dan telah terbukti mengurangi risiko terjadinya CAP pada

pasien usia dibawah 65 tahun.

2) Alpha-1 Antitrypsin Augmentation Therapy : tidak dianjurkan pada pasien

PPOK yang tidak mengalami deficiency Alpha-1 Antitrypsin serius.

3) Antibiotic : tidak direkomendasikan kecuali terdapat komorbiditas pada

pasien PPOK.

4) Agen mukolitik : dapat digunakan pada pasien dengan produksi sputum

yang banyal (e.g. carbocysteine).

5) Antitussive : tidak dianjurkan.

6) Vasodilator : tidak direkomendasikan.

Page 22: Tutorial PPOK

Pengobatan lainnya :

1) Rehabilitasi : efektif rehabilitasi selama 6 minggu untuk memperbaiki

gejala dyspnea dan fatigue.

2) Terapi oksigen : untuk pasien dengan gagal napas kronik telah

menunjukkan peningkatan angka keselamatan pada pasien dengan

hypoxemia berat.

3) Ventilator : ditujukan untuk menyelamatkan pasien dengan hiperkapnia

namun tidak berguna untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.

4) Pembedahan : diindikasikan pada pasien dengan empisema pada lobus

atas paru dan kegagalan dengan terapi farmakologi. Pasien dengan PPOK

sangat berat dianjurkan untuk transplantasi paru untuk memperbaiki

kualitas hidup pasien dan kapasitas fungsional.

Page 23: Tutorial PPOK

9. Komplikasi

Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk perjalanan penyakit yang progresif dan tidak sepenuhnya reversibel seperti :

Gagal napas- Gagal napas kronik- Gagal napas akut pada gagal napas kronik

Infeksi berulang Kor pulmonale

Page 24: Tutorial PPOK

Gagal napas kronik

Hasil analisis gas darah Po₂ <60 mmHg dan Pᴄo₂ >60 mmHg dan pH normal, penatalaksanaan:

Jaga keseimbangan Po₂ dan Pᴄo₂

bronkodilator adekuat terapi oksigen yang adekuat terutama waktu aktivitas atau waktu tidur antioksidan latihan pernapasan dengan pursed lips breathing

Gagal napas akut pada gagal napas kronik, ditandai oleh :

sesak napas dengan atau tanpa sianosis sputum bertambah purulen demam kesadaran menurun

Infeksi berulang

Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadinya infeksi berulang, pada kondisi kronik ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah.

Kor Pulmonale

Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit >50%, dapat disertai gagal jantung kanan.

10. Rujukan ke spesialis paru

Rujukan ke spesialis paru dapat berasal dari spesialis bidang lain atau dari pelayanan

kesehatan primer, yaitu pelayanan kesehatan oleh dokter umum (termasuk juga

puskesmas).

PPOK yang memerlukan pelayanan bidang spesialis adalah :

PPOK derajat sedang sampai sangat berat

Timbul pada usia muda

Page 25: Tutorial PPOK

Sering mengalami eksaserbasi

Memerlukan terapi oksigen

Memerlikan terapi bedah paru

Sebagai persiapan terapi pembedahan

PPOK dengan komplikasi

Rujukan dari puskesmas mempunyai kriteria yang agak lain karena faktor sosiokultural di

daerah perifer berbeda dengan di daerah perkotaan.

Page 26: Tutorial PPOK

DAFTAR PUSTAKA

1. GOLD. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention. USA:

2015. Diunduh 29 November 2015 dari http://www.goldcopd.com.

2. PDPI. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.

Jakarta: 2006.

3. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC, 2001. p. 437-8.

4. Paul Jones DKK. 2012. COPD Assesment Test. UK : GlaxoSmithKlines Group of

Companies. Diunduh 20 Oktober 2015 dari www.CATestonline.org.