ppok new revisi

Upload: annisaaauliyaa

Post on 07-Mar-2016

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ppok

TRANSCRIPT

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama

: Tn. ASUsia

: 71 tahun

Jenis kelamin : Laki-lakiStatus : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerjaAlamat : Rawalo RT 02/01

Tanggal masuk : 26 Oktober 2013

Tanggal periksa : 29 Oktober 2013

No. CM

: 768063II. SUBJEKTIF

1. Keluhan UtamaSesak nafas2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Tn. AS masuk ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo pada hari Sabtu, 26 Oktober 2013 dengan keluhan sesak nafas yang telah dirasakan sejak 3 bulan sebelum masuk ke RSMS. Sesak nafas dirasakan terus-menerus hingga mengganggu aktivitas pasien dan menyebabkan pasien sulit tidur. Sesak memberat terutama bila pasien kelelahan dan keluhan sesak berkurang jika pasien berbaring dengan 2 bantal atau duduk.Selain sesak, pasien juga mengeluhkan rasa cepat lelah jika sedang berjalan. Selain itu, pasien juga mengalami batuk kering sejak 2 minggu sebelum masuk ke RSMS. Sebelumnya, pasien juga pernah berobat ke mantri dan diberi obat salbutamol serta obat gatal. Karena pasien merasa semakin sesak, pasien kemudian dibawa ke RSMS.3. Riwayat Penyakit Dahulua. Riwayat keluhan serupa: disangkalb. Riwayat mondok

: disangkalc. Riwayat OAT

: disangkald. Riwayat hipertensi

: disangkale. Riwayat kencing manis: disangkal

f. Riwayat asma

: disangkal

g. Riwayat alergi

: disangkalh. Riwayat jantung

: disangkal4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat keluhan serupa: disangkal

b. Riwayat mondok

: disangkal

c. Riwayat hipertensi

: disangkald. Riwayat kencing manis: disangkal

e. Riwayat asma

: disangkal

f. Riwayat alergi

: disangkalg. Riwayat jantung

: disangkal5. Riwayat Sosial Ekonomi

a. Community

Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan yang lain berdekatan. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat baik. Anggota keluarga pasien lain yang tinggal satu rumah dan tetangga sekitar pasien tidak ada keluhan seperti pasien. b. HomePasien tinggal bersama istri. Pasien memiliki 5 anak yaitu 3 perempuan dan 2 laki-laki, serta 11 orang cucu. Rumah tersebut berdinding tembok, berlantai ubin dan memiliki langit-langit dan beratap genting. Rumah memiliki jendela dan ventilasi yang memadai.

c. Occupational

Pasien sudah tidak bekerja lagi karena mengingat usia pasien yang sudah tua.d. Personal habit

Pasien mengaku makan sehari 3 kali. Pasien adalah seorang perokok yang setiap harinya dapat menghabiskan 1 bungkus rokok (12 batang). Pasien telah merokok sejak usia 20 tahun atau 51 tahun yang lalu dan mulai berhenti merokok sejak 5 tahun yang lalu pada tahun 2008. Indeks Brinkman = 12 x 45 = 540 = perokok sedang.III. OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Sedang

b. Kesadaran : Compos mentisc. BB: 45 kgd. TB: 156 cm

e. Vital sign

- Tekanan Darah : 100/60 mmHg

- Nadi : 78 x/menit

- RR : 20 x/menit

- Suhu : 36, 2 oCd. Status Generalis

1) Kepala

Bentuk

: Mesochepal, simetris

Rambut : Warna putih, tidak mudah dicabut,distribusi merata, tidak rontok Nyeri tekan : (-)

2) Mata

Palpebra

: Edema (-/-) ptosis (-/-)

Konjungtiva

: Anemis (-/-)

Sclera

: Ikterik (-/-)

Pupil

: Reflek cahaya (+/+), isokor

3) Telinga

Discharge (-/-) Deformitas (-/-) Nyeri tekan (-/-)4) Hidung

Nafas cuping hidung (-/-) Deformitas (-/-) Discharge (-/-)5) Mulut

Bibir sianosis (-) Bibir kering (-) Lidah kotor (-)6) Leher

Trakhea

: Deviasi trakhea (-/-)

Kelenjar lymphoid: Tidak membesar, nyeri (-)

Kelenjar thyroid : Tidak membesar

JVP

: Tampak,tidak kuat angkat

7) Dada

a) Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris,ketinggalan gerak (-), retraksi (-), jejas (-) Palpasi : Vocal fremitus lobus superior kanan = kiri, Vocal fremitus lobus inferior kanan = kiri

Perkusi : Hipersonor pada lapang paru kiri dan kanan, Batas paru hepar SIC V LMCD

Auskultasi: Suara dasar vesikuler +/+, ronki basah kasar (-/-), Wheezing (-/-), ronkhi basah halus (-/-)b) Jantung

Inspeksi : Ictus cordis nampak pada SIC V LMCS Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, kuat angkat (-) Perkusi : Batas jantung kanan atas : SIC II LPSDBatas jantung kiri atas : SIC II LPSSBatas jantung kanan bawah : SIC V LPSDBatas jantung kiri bawah : SIC V LMCS

Auskultasi : S1>S2, reguler, murmur (-), gallops (-)

8) Abdomen

Inspeksi : Datar

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Palpasi : Nyeri tekan (-), undulasi (-)9) Hepar dan lien

: Tidak teraba

10) Ekstrimitas

Superior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-)

Inferior : deformitas (-), jari tubuh (-/-), edema (-/-)

2. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium (dilakukan di RSMS) 26 Oktober 2013

Darah lengkap

Hemoglobin: 12,6 g/dl ()Normal : 14-18 gr/dlLeukosit: 8420 /uL(N)Normal : 4800-10800 /uLHematokrit: 38 %

()Normal : 42 %-52 %Eritrosit: 4,3 10^6/uL()Normal : 4,7-6,1 juta/ uLTrombosit: 386000 /uL(N)Normal : 150000-450000/uLMCV

: 88,6 fL(N)Normal : 79-99 fLMCH

: 29,4 pg(N)Normal : 27-31 pgMCHC

: 33,2 % (N)Normal : 33-37 gr/dlRDW

: 14,4 %(N)Normal : 11,5-14,5MPV

: 8,6 fL

(N) Normal : 7,2-11,1Hitung Jenis

Basofil

: 0.7 %

(N)Normal : 2-4 %

Eosinofil: 1,8 % ()Normal : 0-1 %Batang

: 8,7 %

()Normal : 2-5 %Segmen: 69,9 % (N)Normal : 40-70 %Limfosit: 11,5 %()Normal : 25-40 %Monosit: 7.4 %

(N)Normal : 2-8 %Kimia Klinik

SGOT

: 32 U/L(N)Normal : 15-37 U/LSGPT

: 31 U/L(N)Normal : 30-65 U/LUreum Darah: 13,3 mg/dL(N)Normal : 14,98-38,52 mg/dlKreatinin Darah: 0,66 mg/dL()Normal : 0,6-1,0 mg/dlGlukosa Sewaktu: 105 mg/dL(N)Normal : 200 mg/dlNatrium: 140 mmol/L(N)Normal : 136-145Kalium : 5,9 mmol/L()Normal : 3,5-5,1Klorida

: 96 mmol/L()Normal : 98-107Pemeriksaan Laboratorium (28 Oktober 2013)

CK

: 149 U/L(N)

CKMB

: 24 U/L(N)

Natrium: 134 mmol/L()

Kalium

: 3,6 mmol/L(N)

Klorida

: 101 mmol/L(N)

b. Pemeriksaan Foto thoraks

Gambar 1.1. Foto Thoraks

Hasil pemeriksaan foto thoraks :

Kesan :

a. Cor tak membesar

b. Infiltrat pada perihilier kiri dan parakardial kanan

IV. ASSESSMENT

1. Diagnosis Klinis:

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)HiperkalemiaV. PLANNING1. Terapi

a. Farmakologi

1) Oksigen 9 lpm

2) IVFD RL +1 amp aminofilin / 8 jam3) Injeksi Ranitidin 2x1 amp IV4) Injeksi Metilprednisolon 3x62,5 mg IV5) Po. Azitromycin 1x500 mg6) Po. Lasix 1-0-0b. Non Farmakologi1) Istirahat

2) Menghindari faktor pencetus 3) Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga meliputi pencetus, terapi, komplikasi penyakit, prognosis penyakit.2. Pemeriksaan Penunjanga. Periksa sputum SPS (sewaktu, pagi, sewaktu)b. Pemeriksaan darah lengkap

Hb, Ht, Leukosit, Eritrosit, Trombosit, MCV, MCHC, hitung jenis leukosit

c. Periksa radiologi : foto thoraks PAd. Pemeriksaan faal paru : spirometri3. Monitoring

a. Keadaan umum dan kesadaran

b. Tanda vital

c. Evaluasi penyakitnya4. Prognosis

Ad vitam

: ad bonam

Ad fungsionam: ad bonam

Ad sanationam: ad bonam

BAB II

PEMBAHASANA. Penegakan Diagnosis

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan Hiperkalemiaa. Anamnesis1. Keluhan UtamaSesak nafas

2. Riwayat Penyakit SekarangPasien Tn. AS masuk ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo pada hari Sabtu, 26 Oktober 2013 dengan keluhan sesak nafas yang telah dirasakan sejak 3 bulan sebelum masuk ke RSMS. Sesak nafas dirasakan terus-menerus hingga mengganggu aktivitas pasien dan menyebabkan pasien sulit tidur. Sesak memberat terutama bila pasien kelelahan dan keluhan sesak berkurang jika pasien berbaring dengan 2 bantal atau duduk.Selain sesak, pasien juga mengeluhkan rasa cepat lelah jika sedang berjalan. Selain itu, pasien juga mengalami batuk kering sejak 2 minggu sebelum masuk ke RSMS. Sebelumnya, pasien juga pernah berobat ke mantri dan diberi obat salbutamol serta obat gatal. Karena pasien merasa semakin sesak, pasien kemudian dibawa ke RSMS.

3. Riwayat Sosial Ekonomia. Community

Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Rumah satu dengan yang lain berdekatan. Hubungan antara pasien dengan tetangga dan keluarga dekat baik. Anggota keluarga pasien lain yang tinggal satu rumah dan tetangga sekitar pasien tidak ada keluhan seperti pasien. b. HomePasien tinggal bersama istri. Pasien memiliki 5 anak yaitu 3 perempuan dan 2 laki-laki, serta 11 orang cucu. Rumah tersebut berdinding tembok, berlantai ubin dan memiliki langit-langit dan beratap genting. Rumah memiliki jendela dan ventilasi yang memadai.c. Occupational

Pasien sudah tidak bekerja lagi karena mengingat usia pasien yang sudah tua.d. Personal habitPasien mengaku makan sehari 3 kali. Pasien adalah seorang perokok yang setiap harinya dapat menghabiskan 1 bungkus rokok (12 batang). Pasien telah merokok sejak usia 20 tahun atau 51 tahun yang lalu dan mulai berhenti merokok sejak 5 tahun yang lalu pada tahun 2008. Indeks Brinkman = 12 x 45 = 540 = perokok sedang.b. Pemeriksaan Fisik PulmoInspeksi : Bentuk dada simetris,ketinggalan gerak (-), retraksi (-), jejas (-)Palpasi : Vocal fremitus lobus superior kanan = kiri, Vocal fremitus lobus inferior kanan = kiriPerkusi : Hipersonor pada lapang paru kiri dan kanan, Batas paru hepar SIC V LMCDAuskultasi: Suara dasar vesikuler +/+, ronki basah kasar (-/-), Wheezing (-/-), ronkhi basah halus (-/-)c. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboratorium (dilakukan di RSMS) 26 Oktober 2013

Darah lengkap

Hemoglobin: 12,6 g/dl ()Normal : 14-18 gr/dlLeukosit: 8420 /uL(N)Normal : 4800-10800 /uLHematokrit: 38 %

()Normal : 42 %-52 %Eritrosit: 4,3 10^6/uL()Normal : 4,7-6,1 juta/ uLTrombosit: 386000 /uL(N)Normal : 150000-450000/uLMCV

: 88,6 fL(N)Normal : 79-99 fLMCH

: 29,4 pg(N)Normal : 27-31 pgMCHC

: 33,2 % (N)Normal : 33-37 gr/dlRDW

: 14,4 %(N)Normal : 11,5-14,5MPV

: 8,6 fL

(N) Normal : 7,2-11,1Hitung Jenis

Basofil

: 0.7 %

(N)Normal : 2-4 %

Eosinofil: 1,8 % ()Normal : 0-1 %Batang

: 8,7 %

()Normal : 2-5 %Segmen: 69,9 % (N)Normal : 40-70 %Limfosit: 11,5 %()Normal : 25-40 %Monosit: 7.4 %

(N)Normal : 2-8 %Kimia Klinik

SGOT

: 32 U/L(N)Normal : 15-37 U/LSGPT

: 31 U/L(N)Normal : 30-65 U/LUreum Darah: 13,3 mg/dL(N)Normal : 14,98-38,52 mg/dlKreatinin Darah: 0,66 mg/dL()Normal : 0,6-1,0 mg/dlGlukosa Sewaktu: 105 mg/dL(N)Normal : 200 mg/dl

Natrium: 140 mmol/L(N)Normal : 136-145Kalium : 5,9 mmol/L()Normal : 3,5-5,1

Klorida

: 96 mmol/L()Normal : 98-107

Pemeriksaan Laboratorium (28 Oktober 2013)

CK

: 149 U/L(N)

CKMB

: 24 U/L(N)

Natrium: 134 mmol/L()

Kalium

: 3,6 mmol/L(N)

Klorida: 101 mmol/L(N)

c. Pemeriksaan Foto thoraks

Gambar 2.1. Foto Thoraks

Hasil pemeriksaan foto thoraks :

Kesan :

c. Cor tak membesar

d. Infiltrat pada perihilier kiri dan parakardial kanan

B. Tindak Lanjut Penanganan PasienPasien dengan PPOK mendapatkan terapi berupa bronkodilator yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, sedangkan nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting). Macam - macam bronkodilator (Wedzicha, 2011):a) Golongan antikolinergikDigunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga mengurangi sekresi lendir (maksimal 4 kali perhari). Obat yang termasuk golongan antikolinergik di antaranya yaitu atrovent. Efek samping obat ini yaitu sifatnya yang mengentalkan dahak dan dapat pula menyebabkan takikardia. Selain itu, dapat pula menyebabkan mulut kering, obstipasi, sukar berkemih, dan penglihatan buram akibat gangguan akomodasi. Penggunaanya sebagai inhalasi meringankan efek samping ini.b) Golongan agonis beta -2 (adrenergik)Mekanisme kerjanya adalah dengan menstimulasi reseptor b2 di trakea dan bronkus yang kemudian menyebabkan aktivasi enzim adenilsiklase. Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosat (ATP) yang kaya energi menjadi cyclic-adenosin monophosphat (cAMP) dengan pembebasan energi yang digunakan untuk proses-proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP di dalam sel menghasilkan efek bronkodilatasi dan penghambatan pelepasan mediator oleh sel mast. Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat. Contoh obat yang termasuk golongan ini yaitu salbutamol.c) Golongan xantinDalam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Contoh obat yangtermasuk golongan ini adalah aminofilin dan teofilin. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.Obat tambahan yang dapat diberikan dengan indikasi tertentu pada pasien PPOK yaitu antiinflamasi. Obat antiinflamasi diberikan jika terjadi eksaserbasi akut yang berfungsi untuk menekan peradangan yang terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Antibiotik juga dapat diberikan hanya bila terdapat infeksi.Edukasi pada PPOK juga diberikan dan sifatnya berbeda dengan edukasi pada asma karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi pada pasien PPOK :

a) Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan

b) Melaksanakan pengobatan yang maksimal

c) Mencapai aktivitas optimal

d) Meningkatkan kualitas hidupPemberian edukasi berdasarkan derajat penyakit :

Ringan

1) Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel

2) Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara lain berhenti merokok

3) Segera berobat bila timbul gejala

Sedang

1) Menggunakan obat dengan tepat

2) Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini

3) Program latihan fisik dan pernapasan

Berat

1) Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi

2) Penyesuaian aktivitas dengan keterbatasan

3) Penggunaan oksigen di rumahTabel 2.2. Penatalaksanaan PPOK (PDPI, 2010)

Gambar 2.2. Algoritma PPOK (PDPI, 2011)BAB III

KESIMPULAN

1. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan hambatan aliran udara yang disebabkan oleh gabungan antara obstruktif saluran napas kecil (obstruktif bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi pada setiap individu.2. Penegakan diagnosis dengan menggunakan anamnesis terutama riwayat merokok dan foto toraks.Diagnosis kasus pasien ini adalah PPOK dengan hiperkalemia.3. Pengobatan utama menggunakan bronkodilator. Dapat ditambahkan antiinflamasi dan antibiotik jika terdapat indikasi infeksi.DAFTAR PUSTAKA

Antonio et al 2007. Global Strategy For The Diagnosis, Management, And Prevention Of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA, p. 16-19 Didapat dari : http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.aspDrummond MB, Dasenbrook EC, Pitz MW, et al. 2011. Inhaled Corticosteroids in Patients With Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Journal of American Medical Association, p. 2408-2416.Macnee W. 2000. Chronic Bronchitis and Emphysema. In Seaton A, Seaton D, Leitch AG editors. Crofton and Douglass Respiratory Disease. Vol 1. 5th ed. London. Blackwell Science. Hal : 617-695PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan di Indonesia Jakarta : PDPI. Rani AA. 2006. Panduan Pelayanan Medik. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, p. 105-8Riyanto BS, Hisyam B. 2006. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI, p. 984-5.Slamet H. 2006. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis Dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: p. 1-18Wedzicha JA, 2011. Beonchodilator Therapy For COPD. New England Journal Medicine. Diakses tgl 29 Oktober 2013.17