ppok 26

18
Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26 : Pasien PPOK di Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara Jonathan Rambang (FF 19 - Nim :102012072) Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 E-mail : [email protected] Pendahuluan Rabu, 22 Juli 2015, saya berserta kelompok Family Folder 19 diberi tugas melakukan kunjungan rumah salah satu pasien di Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara dan juga membuat family folder dari keluarga pasien tersebut. Family Folder merupakan dokumen lengkap suatu keluarga terutama dalam hubungannya dengan derajat kesehatan. Sistem family folder adalah pencatatan rekam medis dengan cara satu file untuk satu keluarga. Makalah ini dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit yang diderita oleh pasien dan keluarganya dan juga tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam profile the five stars doctor. Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi: komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu (dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara mengikuti seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah 1

Upload: jonathan-rambang

Post on 12-Dec-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

haha

TRANSCRIPT

Page 1: PPOK 26

Laporan Skill Lab Family Folder Blok 26 :Pasien PPOK di Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara

Jonathan Rambang (FF 19 - Nim :102012072)

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510E-mail : [email protected]

PendahuluanRabu, 22 Juli 2015, saya berserta kelompok Family Folder 19 diberi tugas melakukan

kunjungan rumah salah satu pasien di Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara dan juga membuat family folder dari keluarga pasien tersebut. Family Folder merupakan dokumen lengkap suatu keluarga terutama dalam hubungannya dengan derajat kesehatan. Sistem family folder adalah pencatatan rekam medis dengan cara satu file untuk satu keluarga.

Makalah ini dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit yang diderita oleh pasien dan keluarganya dan juga tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga. Kedokteran keluarga adalah dokter praktek umum yang dalam prakteknya melayani pasien menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Kompetensi dokter keluarga tercermin dalam profile the five stars doctor.

Pelayanan kedokteran yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga meliputi: komprehensif (pelayanan kedokteran yang menyeluruh/integral yaitu meliputi usaha promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dengan mengutamakan pencegahan, kontinyu (dalam proses dan waktu), kolaboratif dan koordinatif dengan pasien dalam menentukan keputusan untuk kepentingan pasien, berdasarkan evidence based medicine misalnya dengan cara mengikuti seminar/pendidikan kedokteran berkelanjutan. Pasien yang dilayani adalah pribadi/perorangan seutuhnya (bio-psiko-sosial) yang unik (berbeda satu dengan lainnya) serta harus dipandang sebagai satu kesatuan dengan keluarganya dalam segala aspek (keturunan, ideology, politik, ekonomi, social, budaya, agama, keamanan dan lingkungannya).1

Prinsip pokok dari dokter keluarga adalah untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh. Oleh karena itu perlu diketahui berbagai latar belakang pasien yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan seperti itu diperlukan adanya kunjungan rumah (home visit).1

Latar Belakang MasalahObstruksi saluran napas paru dapat disebabkan oleh berbagai kelainan yang terdapat

pada lumen, dinding atau di luar saluran napas. Kelainan pada lumen dapat disebabkan oleh sekret atau benda asing.2 Pada dinding saluran napas, kelainan bisa terjadi pada mukosanya akibat peradangan, tumor, hipertrofi dan hiperplasi akibat iritasi kronik; dapat juga terjadi kelainan yang menimbulkan bronkokonstriksi otot polos. Berbagai kelainan di luar saluran

1

Page 2: PPOK 26

napas yang dapat menimbulkan obstruksi adalah penekanan oleh tumor paru, pembesaran kelenjar dan tumor mediastinum.2

Dua penyakit paru obstruktif yang sering menjadi masalah dalam penatalaksanaannya adalah penyakit asma bronkial dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Asma bronkial didefinisikan sebagai suatu sindrom klinik yang ditandai oleh hipersensitivitas trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan.3 Penyakit paru obstruktif kronik adalah kelainan yang ditandai oleh uji arus ekspirasi yang abnormal dan tidak mengalami perubahan secara nyata pada observasi selama beberapa bulan. PPOK merupakan penyakit yang memburuk secara lambat, dan obstruksi saluran napas yang terjadi bersifat ireversibel oleh karena itu perlu dilakukan usaha diagnostik yang tepat, agar diagnosis yang lebih dini dapat ditegakkan, bahkan sebelum gejaladan keluhan muncul sehingga progresivitas penyakit dapat dicegah.

Definisi Penyakit paru obstruksi kronis (COPD) merupakan suatu istilah yang sering

digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang belangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Bronchitis kronik, emfisema, dan asma bronchial membentuk kesatuan yang disebut COPD. Agaknya ada hubungan etiologi dan sekuensial antara bronchitis kronik dan emfisema, tetapi tampaknya tak ada hubungan antara kedua penyakit itu dengan asma.3

EtiologiTerdapat beberapa faktor lingkungan dan endogen termasuk faktor genetik yang

berperan dalam berkembangnya penyakit paru obstruktif kronis. Defisiensi enzim alfa 1 antitripsin merupakan faktor predisposisi untuk berkembangnya PPOK secara dini.1 Alfa 1 antitripsin merupakan sejenis protein tubuh yang diproduksi oleh hati, berfungsi dalam melindungi paru-paru dari kerusakan.2Enzim ini berfungsi untuk menetralkan tripsin yang berasal dari rokok. Jika enzim ini rendah dan asupan rokok tinggi maka akan mengganggu sistem kerja enzim tersebut yang bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan. Defisiensi enzim ini menyebabkan emfisema pada usia muda yaitu pada mereka yang tidak merokok, onsetnya sekitar usia 53 tahun manakala bagi mereka yang merokok sekitar 40 tahun.3

Hiperresponsivitas dari saluran napas ditambah dengan faktor merokok akan meningkatkan resiko untuk menderita Penyakit paru obstruktif kronis disertai dengan penurunan fungsi dari paru-paru yang drastis. Selain itu, hiperaktivitas dari bronkus dapat terjadi akibat dari peradangan pada saluran napas yang dapat diamati pada bronkitis kronis yang berhubungan dengan merokok. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya ‘remodelling’ pada saluran napas yang memperparahkan lagi obstruksi pada saluran napas pada penderita penyakit paru obstruktif kronis.3

Faktor lingkungan seperti merokok merupakan penyebab utama disertai resiko tambahan akibat polutan udara di tempat kerja atau di dalam kota. Sebagian pasien mengalami asma kronis yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.1 Faktor resiko lainnya yang berimplikasi klinis termasuk selain hiperresponsif bronchial, bayi berat lahir rendah, gangguan pertumbuhan paru pada janin, dan status sosioekonomi rendah.2

2

Page 3: PPOK 26

EpidemiologiPPOK tersebar di seluruh negara dan mengenai kurang lebih sebanyak 329 juta jiwa di seluruh duniadan secara global merupakan penyebab kematian utama ke-6 pada tahun 1990 dan diprediksikan akan mencapai penyebab kematian utama ke-4 pada tahun 2030 akibat kebiasaan merokok yang semakin meningkat dan perubahan demografis pada berbagai negara. Penyebab keempat kematian di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa lebih dari 16 juta orang di Amerika Serikat dan 20% orang di negara-negara industri menderita PPOK sistomatik.4

Insidensi PPOK penduduk negeri belanda adalah 10-15 % pria dewasa, 5% wanita dewasa dan 5% anak-anak.faktor resiko yang utama adalah rokok, perokok mempunyai resiko 4 kali lebih besar dari pada bukan perokok,dimana faal paru cepat menurun. Penderita pria : wanita = 3-10 : 1

Pekerjaan penderita sering berhubungan erat dengan faktor alergi dan hiperaktifitas bronkus. Didaerah perkotaan. Insidensi PPOK 1 ½ kali lebih banyak dari pada di pedesaan. Bila seseorang pada saat anak-anak sering batuk, berdahak, sering sesak, kelak pada masa tua sering timbul emfisema.

Gejala KlinisGejala cardinal dari PPOK adalah batuk dan ekspektorasi, dimana cenderung

meningkat dan maksimal pada pagi hari dan menandakan adanya pengumpulan sekresi semalam sebelumnya. Batuk produktif, pada awalnya intermitten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu. Sputum berwarna bening dan mukoid, namun dapat pula menjadi tebal, kuning, bahkan kadang ditemukan darah selama terjadinya infeksi bakteri respiratorik.

Sesak napas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit. Pada keadaan yang berat, sesak napas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara. Pada penyakit yang moderat hingga berat , pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan penurunan suara napas, ekspirasi yang memanjang, rhonchi, dan hiperresonansi pada perkusi. Karena penyakit yang berat kadang berkomplikasi menjadi hipertensi pulmoner dan cor pulmonale, tanda gagal jantung kanan (termasuk distensi vena sentralis, hepatomegali, dan edema tungkai) dapat pula ditemukan. Clubbing pada jari bukan ciri khas PPOK dan ketika ditemukan, kecurigaan diarahkan pada ganguan lainnya, terutama karsinoma bronkogenik.2

Tanda obstruksi komplet saluran nafas atas yang mendadak sangat jelas. Pasien tidak dapat bernafas, berbicara atau batuk dan pasien mungkin memengang kerongkongannya seperti mencekik, agitasi, panic dan napas yang tersengal-sengal dan diikuti sianosis. Dan apabila ada sumbatan tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian dalam waktu 2-5 hari.5

Kondisi klinis yang berhubungan dengan obstruksi saluran napas akut adalah

1. Penyebab obstruksi oleh karena gangguan fungsional depresi sistem saraf pusat

3

Page 4: PPOK 26

Trauma kepala, kecelakaan serebrovaskular, gagalnya system kardiorespiratori, syok, hipoksia, overdosis obat, enselopati oleh karena proses metabolik

2. Abnormalitas neuromuscular dan system saraf tepi

Recurrent laryngeal nerve palsy (pasca operasi, inflamasi atau infiltrasi tumor), obstrukstive sleep apnoe, spasme laring, miatenia gravis, gullain bare polyneuritis, spasme pita suara oleh karena hipokalasemia

3. Penyebab obstruksi oleh karena gangguan mekanis aspirasi benda asing

4. Infeksi

Epiglottis,selulitis retropharangeal atau abses, angina ludwig’s, difteri dan tetanus, trakeitis bacterial, laringotrakeobronkitis

5. Edem laring

6. Perdarahan dan haematom

Pasca operasi, terapi antikoangulan

7. Trauma

Luka bakar

8. Neoplasma

Karsinoma laring, faring, dan trakheobronkiahal, poliposis pita suara

9. Kogenital

Vascular rings, laryngeal webs, laryngocele

10. Lain-lain

arthritis kriokoaritenoid, akalasia, stridor histerikal,miksedema

Diagnosis

Umunya didasarkan pada anamnesa, pemeriksan fisik, pemeriksaan sinar X, pemeriksaan faal paru, dan pemeriksaan labratorium patologi klinik. Menurut “American Thoracic society” ATS adalah :

Anamnesa

Umumnya penderita adalah usia pertengahan ke atas. Sesak nafas yang menjadi keluhan utama, sering disertai batuk, mengi, dahak, serta infeksi saluran nafas berulang. Rokok serta polusi ditempat kerja patut ditanyakan. 3

Pemeriksaan fisik

4

Page 5: PPOK 26

Dapat ditemukan tanda-tanda :

hiperinflasi paru penggunaan otot nafas sekunder perubahan pola nafas serta suara nafas yang abnormal

Inspeksi

Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding) Penggunaan otot bantu napas Hipertropi otot bantu napas Pelebaran sela iga Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher dan edema

tungkai Penampilan pink puffer atau blue bloater

Palpasi

Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar

Perkusi

Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

Auskultasi

suara napas vesikuler normal, atau melemah terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar jauh

Pemeriksaan Penunjang

Faal paru

Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).

Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 % VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK

dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun

kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%

Uji bronkodilator Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.

5

Page 6: PPOK 26

Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200 ml

Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

Darah rutin

Hb, Ht, leukosit

Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain

Pada emfisema terlihat gambaran :

Hiperinflasi Hiperlusen Ruang retrosternal melebar Diafragma mendatar Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)

Pada bronkitis kronik :

Normal Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus

Uji provokasi bronkus

Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus derajat ringan

Uji coba kortikosteroid

Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1 pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid.3

Analisis gas darah

Terutama untuk menilai :

Gagal napas kronik stabil Gagal napas akut pada gagal napas kronik

Pembahasan Kasus

I. Identitas Pasien: Nama : Bapak Harris

6

Page 7: PPOK 26

Umur : 70 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Pensiun Pendidikan : SMP (Tamat) Alamat : Jln. Pesingkoneng, No. 13. RT02/RW01 Telepon : 081383578792

Bapak Harris (70 tahun) datang ke Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara pada tanggal 22 Juli 2015 dengan tujuan kontrol tekanan darah dan mengambil obat tekanan darah yang sudah berjalan berbulan-bulan.

II. Anamnesis: (Auto-anamnesis) 1. Identitas pasien2. Keluhan utama: Batuk yang sudah ada kurang lebih 4 bulan yang lalu.3. Keluhan tambahan : Tekanan darah tinggi4. Riwayat penyakit sekarang

Tuan Harris mengeluh batuk. Batuk sudah dialami sejak 4 bulan yang lalu. Batuk tidak terlalu sering, namun meningkat intensitasnya pada malam hari, sehingga dapat menggangu beliau untuk tidur. Adanya batuk darah disangkal. Batuk produktif dan warna dahaknya adalah hijau. Beliau juga terkadang merasa sesak nafas ketika malam hari menjelang tidur. Jika terhirup debu, sesak nafas beliau akan bertambah parah.

5. Riwayat penyakit dahuluPasien mengatakan bahwa beilau tidak pernah menderita sakit seperti penyakit jantung, riwayat penyakit hati, riwayat penyakit paru. Pasien mengatakan bahwa beliau pernah menjalani bedah katarak dan bedah prostat.

III. Riwayat Biologis Keluarga: a. Keadaan kesehatan sekarang: Baik

Pasien dapat dikatakan baik karena pasien dapat bercakap – cakap dengan baik dan kesadaran serta daya ingatnya baik. Pasien tidak terlihat kesakitan, terlihat sedikit lemas. Anggota keluarga lain pun tidak menderita penyakit.

b. Kebersihan perorangan: BaikKebersihan pasien dapat dikatakan baik karena yang terlihat dari hygiene tangan dan kaki tampak bersih. Gigi geligi dan pakaian yang digunakan pun tampak bersih. Begitupun kebersihan anggota keluarga lainnya.

c. Penyakit yang sering diderita : Tidak adad. Penyakit keturunan : Diabetes melitus, hipertensie. Penyakit kronis / menular : Tidak ada

Di keluarga pasien tidak ditemukan adanya penyakit kronis / menular seperti tuberkulosis dan lepra.

f. Kecacatan anggota keluarga : Tidak adaDalam keluarga pasien tidak ada yang menderita cacat fisik dan mental.

g. Pola makan : Baik

7

Page 8: PPOK 26

Pola makan pasien dan keluarganya dapat dinilai baik karena pasien sendiri mengaku nafsu makannya banyak dan beliau teratur makan 3x sehari. Keluarga pasien yang lain juga memiliki pola makan yang teratur.

h. Pola istirahat : BaikPola istirahat pasien dikatakan baik karena pasien tidur cukup.

i. Jumlah anggota keluarga : 8 orang

IV. Psikologis Keluarga: a. Kebiasaan buruk : Ada

Pasien merupakan perokok dan biasanya menghabiskan 6 batang rokok dalam sehari. Ia mengaku bahwa dia mulai merokok semenjak SMP.

b. Pengambilan keputusan : Bapak (menantu)c. Ketergantungan obat : Tidak adad. Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara, dan

poliklinik terdekate. Pola rekreasi : Kurang

V. Keadaan Rumah / Lingkungan :a. Jenis bangunan : Permanenb. Lantai rumah : Keramikc. Luas rumah : ± 4x8 m2

d. Penerangan : KurangPenerangan langsung dari sinar matahari kurang karena kurangnya ventilasi atau jendela rumah. Sehingga untuk menerangi ruangan sehari-hari pasien harus menyalakan lampu terus menerus.

e. Kebersihan : KurangTampak banyak kotoran dan debu di lantai bagian dapur dan kamar mandi. Pada ruang tamu sendiri lumayan bersih, namun kurang rapi.

f. Ventilasi : KurangVentilasi untuk keluar masuk cahaya dan udara sangat kurang.

g. Dapur : Adah. Jamban keluarga : Adai. Sumber Air minum : Air tanahj. Sumber Pencemaran air : Tidak adak. Pemanfaatan pekarangan : Tidak adal. Sistem pembuangan air limbah : Adam. Tempat pembuangan sampah : Adan. Sanitasi lingkungan : Baik

VI. Spiritual Keluarga : a. Ketaatan beribadah : Baikb. Keyakinan tentang kesehatan : Baik

8

Page 9: PPOK 26

VII. Keadaan Sosial Keluarga :a. Tingkat pendidikan : Rendah

Karena pasien tamatan SMP, bapak (menantu) tamatan SMU, anak – anak pasien tamatan SMA. Cucu pasien masih sekolah di bangku SMP.

b. Hubungan anggota keluarga : Baikc. Hubungan dengan orang lain : Baikd. Kegiatan organisasi sosial : Kurang

Keluarga pasien tidak ikut kegiatan organisasi di lingkungannyae. Keadaan ekonomi : Sedang

Kultural Keluarga:a. Adat yang berpengaruh : Adat Sulawesi, Makassarb. Lain – lain : Tidak adaVIII. Daftar Anggota Keluarga:

No

NamaHub dgn KK

Umur(tahun)

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Keadaan kesehatan

Keadaan gizi

Imunisasi

KB

1. Harris Kakek 70 tahun SMP Pensiun Islam BaikSedang

- -

2. Hariah Nenek 80 tahunTidak sekolah

Ibu Rumah Tangga

Islam BaikSedang

- -

3. SugengAyah (KK)

39 tahun SMAPercetakan

Islam Baik Baik - Pil Oal

4. Dahliana Ibu 39 tahun SMA Ibu RT Islam Baik Baik - Pil Oral

5. Aryo Anak 13 tahun SMP Pelajar Islam Baik Baik

BCG, polio, DPT, campak

-

6. Pandu Anak 6 tahunBelum sekolah

- Islam Baik Baik

BCG, polio, DPT, campak

-

7. Nakula Anak 9 bulanBelum sekolah

- Islam Baik Baik

BCG, polio, DPT, campak (1)

-

8. Sadewa Anak 9 bulan Belum sekolah

- Islam Baik Baik BCG, polio, DPT,

-

9

Page 10: PPOK 26

campak (1)

Pemeriksaan FisikKeadaan umum: Pasien tampak compos mentisTanda-tanda vital:

1. Tekanan Darah: 180/90 mmHgPemeriksaan Fisik selanjutnya tidak dilakukan. Jika hendak dilakukan maka pemerikssaan fisik yang diperlukan adalah :Pemeriksaan ParuThoraks Anterior

1. InspeksiWarna kulit, Lesi kulit, bentuk thoraks anterior, jenis pernapasan, melihat pergerakan dada saat statis dan dinamis.Melihat apakah terdapat retraksi sela iga dan pelebaran sela iga.Irama pernapasannya dan suara pernapasan abnormal (mengi, stridor).2

2. PalpasiMeraba apakah terdapat benjolan, rasa nyeri tekan, meraba sela iga menyempit atau melebar, pergerakan thoraks saat statis dan dinamis, dan melakukan pemeriksaan vokal fremitus.

3. PerkusiApakah hasil perkusi sonor atau tidak pada paru-parunya, pemeriksaan batas paru-hati dan paru-jantung.

4. AuskultasiJenis suara napas (trakeal, bronchial, bronchovesikuler, vesikuler), Suara napas tambahan seperti ronkhi basah, ronkhi kering, wheezing.

Diagnosis penyakit: PPOKDiagnosis Keluarga: Keluarga Ibu Sri Basuki dalam kondisi sehat namun berisiko terkena penyakit pernafasan lainnya karena kondisi tempat tinggal yang sempit namun dihuni banyak orang.Pemeriksaan Penunjang yang disarankan dan dugaannya :

I. Darah RutinHemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Eritrosit dalam batas normal.

II. Tes Fungsi Paru- PEF < 100 L/menit atau FEV1 < 1 L mengindikasikan adanya eksaserbasi

yang parah.III. Pemeriksaan Analisis Gas Darah

- PaO2 < 8,0 kPa (60) mmHg dan atau Sa O2 < 90% dengan atau tanpa PaCO2 > 6,7 kPa (50 mmHg), saat bernafas dalam udara ruangan, mengindikasikan adanya gagal nafas.

10

Page 11: PPOK 26

- PaO2 < 6,7 kPa (50 mmHg), PaCO2 > 9,3 kPa (70 mmHg) dan pH < 7,30 memberi kesan episode yang mengancam jiwa dan perlu dilakukan monitor ketat serta penanganan ntensif.

IV. Pemeriksaan RadiologikPemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Dilakukan untuk melihat adanya komplikasi

seperti pneumonia.

Anjuran Penatalaksanaan penyakit1. Promotif: Pemberian penyuluhan tentang PPOK dan cara menghindari agar angota

keluarga lain tidak ikut sakit seperti pasien.5

2. Preventif: mempertahankan daya tahan tubuh dengan gizi seimbang, menjaga kondisi udara

sekitar Upaya mencuci tangan Imunisasi pada anak-anak Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan

o Menutup saat batuk, tidak membuang sputum sembarangan

o Memakai masker pd penderita

Mengindari kontak dengan penderita : pisahkan peralatan makan, tidak tidur bersama penderita.5

3. Kuratif: - Memberitahu pasien untuk berhenti merokok.- Memberikan bronkodilator. Bronkodilator utama yang sering digunakan

adalah: β2-agonis, antikolinergik dan metilxantin. Obat tadi adapat diberi monoterapi atau kombinasi. Pemberian secara inhalasi (MDI) lebih menguntungkan daripada oral atau parenteral karena efeknya cepat pada organ paru dan efek sampingnya minimal. Pemberian secara MDI lebih disarankan daripada pemberian cara nebulizer. Obat dapat diberi sebanyak 4-6 kali, 2-4 hirup sehari. Bronkodilator kerja cepat (fenoterol, salbutamol, terbutalin) lebih menguntungkan daripada yang kerja lambat (salmeterol, formeterol), karena efek bronkodilatornya sudah dimulai dalam beberapa menit dan efek puncaknya terjadi setelah 15-20 menit dan berakhir setelah 4-5 jam. Bila tidak segera memberikan perbaikan, bisa ditambah dengan pemakaian anti kolinergik sampai dengan perbaikan gejala.

- Glukokortikoid. Jika FEV1 < 50% prediksi, dapat diberikan 40 mg prednisolon oral per hari selama 10-14 hari bersamaan dengan pemberian bronkodilator.

- Antibiotik. Diberikan jika ada peningkatan sesak napas, peningkatan jumlah sputum, dan peningkatan kekentalan/purulensi sputum. Dapat diberikan Doksisiklin 100 mg, 2x per hari.

- Terapi tambahan. Dapat diberikan mukolitik untuk mengurangi produksi sputum, diuretik kalau ada edema, latihan fisioterapi dada.

4. Rehabilitatif:

11

Page 12: PPOK 26

Pemberian makanan cukup gizi dan cukup istirahat.5

Prognosisa) Penyakit: Prognosis pada PPOK kurang baik karena bersifat progresif dan akan terus

memburuk hingga mengakibatkan kematian. Beberapa faktor yang dapat memperburuk prognosis adalah obstruksi aliran udara yang berat (FEV1 sangat rendah), kapasitas beraktivitas yang rendah, pendeknya napas, berat badan terlalu rendah ataupun tinggi, komplikasi seperti gagal paru atau cor pulmonale, kebiasaan merokok yang belum dihentikan, dan eksaserbasi akut yang sering terjadi.

b) Keluarga: Kemungkinan tertular tidak terlalu besar asalkan keluarga tidak merokok, ruang lingkungan rumah yang baik dan status gizi dari keluarga juga baik. Keluarga perlu diberi edukasi untuk selalu menjaga kebersihan perorangan, lingkungan, dan makan-makanan bergizi.

c) Masyarakat: kemungkinan penularan ke orang lain juga tidak besar, asalkan lingkungan sekitar tidak cemar udaranya, tidak merokok, kesehatan gizi dan status imun dari keluarga juga baik. Karena PPOK merupakan hipertrofi dari otot saluran paru-paru, dan ini tidak menular.

Resume:Bapak Harris (70 tahun) datang ke Puskesmas Kelurahan Kedoya Utara untuk kontrol tekanan darah. Namun dia juga mempunyai keluhan yang sering, yakni keluhan batuk yang sudah kurang lebih 4 bulan. Belum dilakukan pemeriksaan penunjang untuk beliau, namun beliau merasa batuknya produktif, dengan sputum hijau. Jikalau malam hari, dia dapat merasakan sesak nafas dan disertai batuk, sehingga kadang membuat beliau tidak dapat tidur. Adanya batuk darah disangkal. Beliau merokok dari SMP, namun sekarang sudah mulai berhenti.Pak Harris tinggal dengan keluarganya dalam rumah yang luasnya 4x8 m2. Rumah yang ditinggali sudah memiliki jamban, kamar mandi, dan sanitasi yang baik, tetapi ventilasi ruangan tidak memadai sehingga sinar matahari sangat kurang di dalam rumah.

KesimpulanPasien dan keluarganya sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya

kesehatan, namun mereka masih memiliki kendala yaitu keadaan ekonomi yang kurang dan keadaan rumah yang kurang memadai untuk mereka tinggali.

Dukungan keluarganya dan lingkungan sangat membantu pasien untuk rutin berobat di puskesmas.

Daftar Pustaka

1. Azrul A. Pengantar pelayanan dokter keluarga. Jakarta: IDI; 2005.h.15-33. 2. Riyanto BS, Wulan HR, Hisyam B. Obstruksi saluran pernapasan akut. Dalam :

Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi 5 (2). Jakarta: Interna Publishing; 2014. Hal. 1590-1607.

3. Darmanto R. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC; 2009.h.121-2.

12

Page 13: PPOK 26

4. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan & manajemen. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008: 53-85.

5. Djojodibroto D. Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009: 60-73, 115-25.

13