portofolio demam tifoid pada anak - fariz maulana

Upload: gabriellacarolineabdinegaraputri

Post on 02-Jun-2018

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    1/16

    KASUS MEDIS

    Demam Tifoid pada Anak

    Disusun oleh:

    Nama : dr. Fariz Maulana

    Pendamping : dr. Judy Dermawan, M.MKes

    NRP : 71060495 (Komisaris Polisi)

    RS Polri Bhayangkara Tk. III

    Palu, Sulawesi Tengah

    2013

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    2/16

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    3/16

    KASUS 4

    Nama Peserta : dr. Fariz Maulana

    Nama Wahana : RS Polri Bhayangkara Tk. III Palu, Sulawesi Tengah

    Topik : Demam Tifoid pada Anak

    Tanggal (kasus) : 13 September 2013

    Nama Pasien : An. R

    Usia : 10 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Gusti Ngurah Rai, kota Palu

    No. RM : 006453

    Pendamping : dr. Judy Dermawan, M.MKes (Komisaris Polisi NRP 71060495)

    Obyek presentasi : Keilmuan Keterampilan PenyegaranTinjauan pustaka

    Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

    Neonatus Bayi Anak Remaja

    Dewasa Lansia Ibu Hamil

    Deskripsi : Perempuan, 10 tahun datang dengan keluhan panas

    Tujuan : Diagnostik dan Manajemen

    Bahan bahasan : Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit

    Cara Membahas : Diskusi Presentasi&diskusi Email Pos

    Diagnosis kerja : Demam Tifoid

    Riwayat pengobatan : (-)

    Riwayat kesehatan/penyakit : Riwayat keluhan serupa (-)

    Riwayat keluarga : Keluhan serupa pada keluarga (-)

    Riwayat pekerjaan : Siswa SDLain-lain : Riwayat alergi (-)

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    4/16

    Hasil Pembelajaran :

    13 September 2013

    1. Subyektif

    Pasien datang ke IGD dengan keluhan badan demam. Demam timbul sejak 1

    minggu yang lalu. Demam terjadi paling parah terutama pada malam hari.

    Sedangkan kalau pagi hari, penderita hanya merasa panas nglemeng saja. Demam

    turun apabila minum obat turun panas, namun akan naik lagi apabila efek obatnya

    sudah habis. Demam akan bertambah berat apabila habis pulang sekolah berjalan

    kaki. Pasien juga mengeluh sakit kepala, mual, akan tetapi tidak mutah, perut terasa

    sakit dan nafsu makan menurun. Buang air kecil lancar, belum buang air besar

    selama 2 hari. Pasien sudah berobat, akan tetapi keluhannya belum membaik

    sehingga keluarga memutuskan untuk dibawa ke RS.

    2. Obyektif

    Keadaan umum : Lemah, Kesadaran : compos mentis

    Tanda Vital : Tekanan darah : 100/70 mmHg, Nadi: 88 x/menit isi dan tekanan

    cukup, RR : 20 x/menit, Suhu: 39 C, BB : 25 kg.

    Kepala : CA(-/-), SI (-/-), Mata cekung (-/-)

    Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (+)

    Leher : Otot bantu pernafasan (-/-), limfonodi tidak teraba

    Thorax :

    Pulmo : Simetris, retraksi supracalivular (-), retraksi intercosta (-), ketinggalan

    gerak (-), sonor (+/+), vesikuler (+/+), RBH (-/-), RBK (+/+), wheezing

    (-/-)

    Cor : Kuat angkat (-), S1>S2, regular, Murmur (-), Gallop (-)

    Abdomen :Inspeksi : datar, massa (-)

    Auskultasi : BU (+) normal

    Perkusi : Timpani

    Palpasi : Supel

    Ekstremitas : Akral dingin (-)

    3. Assessment :

    Febris 7 hari DD Demam Tifoid, Demam Berdarah Dengue

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    5/16

    4.

    Plan

    Penunjang : Darah rutin, Widal

    Penanganan :

    Terapi:

    IVFD RL 20 tpm makro

    Inj. Ranitidin 2x1/2 amp iv

    Inj Kloramfenikol 4x250 mg iv

    Myrasic 3x1/2 tab po

    Bufantasid syr 3x1 cth po

    Hasil Laboratorium

    W

    i

    dal : Salmonella typhiO dan H : + 1/320

    Parameter Hasil Nilai Normal

    Hb 12 g/dl P: 12-14 g/dl

    Leukosit 2.600 /mm3 4.000-11.000 /mm

    3

    Trombosit 282.000 /mm3

    150.000-450.000 /mm3

    Hitung Jenis Leukosit:

    MXD (Eosinofil/ Basofil/ Monosit) 6,0 % 3-4 %

    Netrofil (Stab/ Segmen) 78,6 % 37-74 %

    Limfosit 15,4 % 20-40 %

    LED 6 mm/jam P: 0-10 mm/jam

    Eritrosit 4.050.000/mm

    4-5 juta/mm

    Ht 38,1 % P: 37-43%

    MCV 82 76-96 fl

    MCH 29 27-32 pg

    MCHC 31 32-36 g/dl

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    6/16

    PEMBAHASAN

    A.

    Definisi dan Epidemiologi

    Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan

    oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara

    berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini

    hanya didapatkan pada manusia. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan

    masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi,

    kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk

    serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah. 1,2

    Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di dunia sangat sulit ditentukan

    karena penyakit ini dikenal mempunyai gejala dengan spektrum klinis yang sangat

    luas. Data World Health Organization(WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat

    sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus

    kematian tiap tahun.4 Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan

    sebagai penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga

    insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di

    rumah sakit. Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi

    dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah

    perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per

    tahun. Umur penderita yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada

    91% kasus. 3

    B. Etiologi

    Demam tifoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu S. typhi, s.paratyphi A, dan S. paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain.

    Demam yang disebabkan oleh S. typhi cenderung untuk menjadi lebih berat

    daripada bentuk infeksi salmonella yng lain. (5) . Salmonella merupakan bakteri

    batang gram negatif yang bersifat motil, tidak membentuk spora, dan tidak

    berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa, manosa dan manitol untuk

    menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme

    salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara anaerob fakultatif.

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    7/16

    Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat dibunuh dengan

    pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140 F) selama 15

    menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama

    beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu dalam sampah,

    bahan makanan kering, dan bahan tinja. (5)

    Gambar 2.1. Strukur Salmonella typhi(5)

    Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella H. Antigen O

    adalah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas sedangkan

    antigen H adalah protein labil panas. (5)

    1.

    Antigen O

    Antigen O merupakan somatik yang terletak di lapisan luar tubuh kuman.

    Struktur kimianya terdiri dari lipopolisakarida. Antigen ini tahan terhadap

    pemanasan 100C selama 25 jam, alkohol dan asam yang encer.(6)

    2. Antigen H

    Antigen H merupakan antigen yang terletak di flagela, fimbriae atau fili S. typhi

    dan berstruktur kimia protein. S. typhi mempunyai antigen H phase-1 tunggal

    yang juga dimiliki beberapa Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif padapemanasan di atas suhu 60C dan pada pemberian alkohol atau asam.(6)

    3. Antigen Vi

    Antigen Vi terletak di lapisan terluar S. Typhi (kapsul) yang melindungi kuman

    dari fagositosis dengan struktur kimia glikolipid, akan rusak bila dipanaskan

    selama 1 jam pada suhu 60C, denganpemberian asam dan fenol. Antigen ini

    digunakanuntuk mengetahui adanya karier.(6)

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    8/16

    4. Outer Membrane Protein (OMP)

    Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar

    membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel terhadap

    lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan

    protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein

    OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi

    untuk difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan

    denaturasi pada suhu 85100C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,

    protein a dan lipoprotein, bersifat sensitif terhadap protease, tetapi fungsinya

    masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen

    OMP S typhi yang sangat spesifik yaitu antigen protein 50 kDa/52 kDa.(6)

    C. Patofisiologi

    HCL (asam lambung) dalam lambung berperan sebagai penghambat

    masuknya Salmonella spp dan lain-lain bakteri usus. Jika Salmonella spp masuk

    bersama-sama cairan, maka terjadi pengenceran HCL yang mengurangi daya

    hambat terhadap mikroorganisme penyebab penyakit yang masuk. Daya hambat

    HCL ini akan menurun pada waktu terjadi pengosongan lambung, sehingga

    Salmonella spp lebih mudah masuk ke dalam usus penderita. Salmonella spp

    kemudian memasuki folikel-folikel limfe yang terdapat di dalam lapisan mukosa

    atau submukosa usus, bereplikasi dengan cepat untuk menghasilkan lebih banyak

    Salmonella spp. (5)

    Setelah itu, Salmonella spp memasuki saluran limfe dan akhirnya

    mencapai aliran darah. Dengan demikian terjadilah bakteremia pada penderita.

    Dengan melewati kapiler-kapiler yang terdapat dalam dinding empedu atau secaratidak langsung melalui kapiler-kapiler hati dan kanalikuli empedu, maka bakteria

    dapat mencapai empedu yang larut disana. Melalui empedu yang infektif terjadilah

    invasi ke dalam usus untuk kedua kalinya yang lebih berat daripada invasi tahap

    pertama. Invasi tahap kedua ini menimbulkan lesi yang luas pada jaringan limfe

    usus kecil sehingga gejala-gejala klinik menjadi jelas. Demam tifoid merupakan

    salah satu bekteremia yang disertai oleh infeksi menyeluruh dan toksemia yang

    dalam. Berbagai macam organ mengalami kelainan, contohnya sistem

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    9/16

    hematopoietik yang membentuk darah, terutama jaringan limfoid usus kecil,

    kelenjar limfe abdomen, limpa dan sumsum tulang. (5)

    Pada awal minggu kedua dari penyakit demam tifoid terjadi nekrosis

    superfisial yang disebabkan oleh toksin bakteri atau yang lebih utama disebabkan

    oleh sumbatan pembuluh-pembuluh darah kecil oleh hiperplasia sel limfoid

    (disebut sel tifoid). Mukosa yang nekrotik kemudian membentuk kerak, yang

    dalam minggu ketiga akan lepas sehingga terbentuk ulkus yang berbentuk bulat

    atau lonjong tak teratur dengan sumbu panjang ulkus sejajar dengan sumbu usus.

    Pada umumnya ulkus tidak dalam meskipun tidak jarang jika submukosa terkena,

    dasar ulkus dapat mencapai dinding otot dari usus bahkan dapat mencapai

    membran serosa.(5)

    Pada waktu kerak lepas dari mukosa yang nekrotik dan terbentuk ulkus,

    maka perdarahan yang hebat dapat terjadi atau juga perforasi dari usus. Kedua

    komplikasi tersebut yaitu perdarahan hebat dan perforasi merupakan penyebab

    yang paling sering menimbulkan kematian pada penderita demam tifoid. Meskipun

    demikian, beratnya penyakit demam tifoid tidak selalu sesuai dengan beratnya

    ulserasi. Toksemia yang hebat akan menimbulkan demam tifoid yang berat

    sedangkan terjadinya perdarahan usus dan perforasi menunjukkan bahwa telah

    terjadi ulserasi yang berat. Sedangkan perdarahan usus dan perforasi menunjukkan

    bahwa telah terjadi ulserasi yang berat. Pada serangan demam tifoid yang ringan

    dapat terjadi baik perdarahan maupun perforasi.(5)

    Pada stadium akhir dari demam tifoid, ginjal kadang-kadang masih tetap

    mengandung kuman Salmonella spp sehingga terjadi bakteriuria. Maka penderita

    merupakan urinary karier penyakit tersebut.(5)

    Akibatnya terjadi miokarditis toksik, otot jantung membesar dan melunak.Anak-anak dapat mengalami perikarditis tetapi jarang terjadi endokaritis.

    Tromboflebitis, periostitis dan nekrosis tulang dan juga bronkhitis serta meningitis

    kadang-kadang dapat terjadi pada demam tifoid.(5)

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    10/16

    Kuman masuk bersama

    makanan & minuman yang terkontaminasi

    Lolos dan masuk ke usus

    Bila respon imunitas humukral mucosa (IgA)

    Dimusnahkan dilambung olehHCL

    Berkembang Biak

    Nembus sel, epitel terutama sel M

    Menembus sampai lamina propira

    Berkembang biak & difagosit oleh selfagosit

    terutama makrofag

    Kuman hidup dan berkembang biak

    Dibawah ke plaque peyeri ileum distal

    Masuk ke sirkulasi darah

    Tejadi bakterima I (asymptomatik)

    Menyebar keseluruh organ Relikuloendotelial tubuh hati & splen

    Diogran RE S.Typhiakan menin alkan sel fa osit

    Berkembang biak di luar sel

    Diorgan RE S.Typhi akan

    meninggalkan sel fagosit

    Masuk lagi ke sirkulasi darah

    Bakterima kedua tanda dan gejala

    en akit infeksi sistem karena

    Makrofag yang telah teraktivasi & hiperaktif saat

    fagosit, terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi

    Gejala reaksi inflamasi sistemik deman, malaise,

    mialgya, sakit kepala, sakit perut, instabilita, vascular,

    ganggua mental & gangguan koagulasi

    Masuk kekantung empedu

    Berkembang biak

    Ekskresi Bsama cairannya empedu secara

    intermitten kedalam lumen usus

    Sirkulasi darah

    Proses berulang Sebagian menembus

    lumrn usus

    Sebagian dikeluarkanlewat feces

    Perforasi peritonitis nyeri tekan

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    11/16

    D. Gejala Klinis

    Perbedaan antara demam tifoid pada anak dan dewasa adalah mortalitas

    (kematian) demam tifoid pada anak lebih rendah bila dibandingkan dengan dewasa.

    Risiko terjadinya komplikasi fatal terutama dijumpai pada anak besar dengan gejala

    klinis berat, yang menyerupai kasus dewasa. Demam tifoid pada anak terbanyak

    terjadi pada umur 5 tahun atau lebih dan mempunyai gejala klinis ringan ataupun

    tanpa gejala (asimptomatik) (7).

    Masa inkubasi rata-rata bervariasi 7-20 hari. Inkubasi terpendek 3 hari dan

    terlama 60 hari. Lamanya masa inkubasi berkorelasi dengan jumlah kuman yang

    ditelan, keadaan umum atau status gizi serta status imunologis pasien. Walaupun

    gejala demam tifoid ini bervariasi namun secara garis besar dapat dikelompokan,

    antara lain :

    - Demam satu minggu atau lebih;

    - Gangguan pencernaan; dan

    -

    Gangguan kesadaran.

    Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai infeksi akut pada

    umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, dan

    konstipasi. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.

    Setelah minggu kedua maka gejala dan tanda klinis makin jelas, berupa demam

    remiten, lidah tifoid, pembesaran hati dan limpa, perut kembung, mungkin disertai

    gangguan kesadaran dari yang ringan sampai dengan yang berat 7,8.

    Demam yang terjadi pada penderita anak tidak selalu tipikal seperti orang

    dewasa, kadang-kadang mempunyai gambaran klasik berupa stepwise pattern, dapat

    pula mendadak tinggi dan remiten (39-41C) serta dapat juga bersifat ireguler

    terutama pada bayi dan tifoid kongenital

    (7)

    .Lidah tifoid terjadi beberapa hari setelah panas meninggi dengan tanda-tanda

    antara lain lidah tampak kering, dilapisi selaput tebal, di bagian belakang tampak

    lebih pucat, di bagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Bila penyakit makin progresif

    akan terjadi deskuamasi epitel sehingga papila lebih prominem (7).

    Roseola lebih sering terjadi pada akhir minggu pertama dan awal minggu

    kedua. Merupakan nodul kecil menonjol dengan diameter 2-4cm, berwarna merah

    pucat, serta hilang pada penekanan. Rosola ini merupakan emboli kuman dimana di

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    12/16

    dalamnya mengandug kuman salmonelladan terutama didapatkan di daerah perut,

    dada, dan kadang-kadang daerah pantat maupun bagian flexor lengan atas (8).

    Limpa pada umumnya sering membesar dan sering ditemukan pada akhir

    minggu pertama dan harus dibedakan dengan pembesaran oleh karena malaria.

    Pembesaran limpa pada tifoid tidak progresif dengan kosistensi lebih lunak (8).

    Tofoid kongenital didapatkan dari ibu hamil yang menderita demam tifoid

    dan menularkan pada janin melalui darah. Pada umumnya besifat fatal namun

    pernah dilaporkan tifoid kongenital dapat hidup dengan gejala tidak khas dan

    menyerupai sepsis neonatorum. Pada tipe kongenital kuman dapat ditemukan dalam

    darah, hati, limpa, serta kelainan patologis pada usus tidak didapatkan. Hal ini

    menjelaskan bahwa pada tifoid kongenital penularannya lewat darah dan secara

    cepat menimbulkan gejala-gejala tifoid sepsis pada janin. Demam tifoid pada anak

    usia < 2 tahun jarang dilaporkan, bila terjadi biasanya gambaran klinisnya berbeda

    dengan anak yang lebih besar. Kejadiannya sering mendadak disertai panas yang

    tinggi, muntah-muntah, kejang, dan tanda-tanda perangsangan meningeal. Pada

    pemeriksaan darah ditemukan leukositosis (20.000-25.000/mm3), limpa sering

    teraba pada pemeriksaan fisik. Perjalanan fisiknya lebih pendek, lebih variasi, sering

    tidak melebihi minggu, angka kematian yang tinggi ( 12,5%)(7)

    .

    E. Penegakan Diagnosis

    Penegakan diagnosis demam tifoid didasarkan pada manifestasi klinis yang

    diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Pemeriksaan ini ditujukan

    untuk membantu menegakkan diagnosis, menetapkan prognosis, memantau

    perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit (8).

    1. HematologiKadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan

    usus atau perforasi. Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula

    normal atau tinggi. Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis

    relatif. LED (Laju Endap Darah) : meningkat. Jumlah trombosit normal atau

    menurun (trombositopenia).

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    13/16

    2. Kimia Klinik

    Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan

    sampai hepatitis Akut.

    4. Imunologi

    Tes Widal

    Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi

    (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi atau paratyphi

    (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling

    sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti di

    Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil

    positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal

    sebagai Febrile agglutinin.

    Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan

    hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh

    faktor-faktor, antara lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan

    spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah sakit), dan

    adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh

    karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu

    pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang

    buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.

    Diagnosis Demam Tifoid atau Paratifoid dinyatakan bila titer O = 1/160,

    bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit

    demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer O meningkat setelah akhir minggu

    1. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini pada penderita yang

    baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif (positif)maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari

    kontak sebelumnya.

    5. Mikrobiologi

    Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)

    Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam

    Typhoid atau paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis

    pasti untuk Demam Tifoid atau Paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    14/16

    tentu bukan Demam Tifoid atau Paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu

    dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu

    sedikit kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall

    (darah dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam

    bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu pertama sakit, sudah

    mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi (5,6).

    Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena

    perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2 - 7 hari, bila

    belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen

    yang digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut

    atau carrier digunakan urin dan tinja.

    F. Komplikasi

    Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul komplikasi demam tifoid mulai

    dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Komplikasi yang sering terjadi pada

    demam tifoid adalah perdarahan usus dan perforasi merupakan komplikasi serius

    dan perlu diwaspadai dari demam tifoid yang muncul pada minggu ke-3. Sekitar 5

    persen penderita demam tifoid mengalami komplikasi ini(8)

    .

    Perdarahan usus umumnya ditandai keluhan nyeri perut, perut membesar,

    nyeri pada perabaan, seringkali disertai dengan penurunan tekanan darah dan

    terjadinya syok, diikuti dengan perdarahan saluran cerna sehingga tampak darah

    kehitaman yang keluar bersama tinja. Perdarahan usus muncul ketika ada luka di

    usus halus, sehingga membuat gejala seperti sakit perut, mual, muntah, dan terjadi

    infeksi pada selaput perut (peritonitis). Jika hal ini terjadi, diperlukan perawatan

    medis yang segera

    (8)

    .Komplikasi lain yang lebih jarang, antara lain :

    1. Anak dengan panas tinggi umumnya tidak mau makan karena ada diare.

    Sehingga dapat terjadi kekurangan cairan (dehidrasi) dan elektrolit.

    2.

    Kejang Demam

    3. Gangguan Kesadaran

    4. Pembengkakan dan peradangan pada otot jantung (miokarditis).

    5.

    Pneumonia.

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    15/16

    6. Peradangan pankreas (pankreatitis).

    7. Infeksi ginjal atau kandung kemih.

    8.

    Infeksi dan pembengkakan selaput otak (meningitis).

    9.

    Masalah psikiatri seperti mengigau, halusinasi, dan paranoid psikosis.

    G. Managemen Penatalaksanaan

    1. Pengobatan kausal

    a. Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari oral atau iv dibagi

    dalam 4 dosis selama 10-14 hari.

    b. kotrimoksasol dengan dasar trimetropin 8-10 mg/kgBB/ hari atau

    sulfameoksasol 40-50 mg/kgBB/hari selama 7 hari

    c. amoksisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis selama 10 hari

    d. sefriakson 80 mg/kgBB/hari selama 7 hari

    e. sefiksim 15-20 mg/kgBB/hari iv atau im selama 5 hari

    2.

    Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran.

    Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari iv dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.

    3. Memperbaiki keadaan umum : koreksi elektrolit atasi dehidrasi, hipoglikemi

    4.

    Pengobatan suportif : roboransia

    5. Pengobatan dietetik tergantung kondisi penderita bila perlu makanan lunak/ cair

    mudah dicerna tinggi kalori dan protein

    6. Tirah baring bila perlu isolasi penderita

    7. Transfusi darah sesuai keperluan

    8. Tindakan diperlukan pada penyulit perforasi usus

    9. Diet : makanan tidak berserat dan mudah dicerna, setelah demam reda dapat

    diberikan makanan yang lebih padat dengan kalori cukup.

    (4)

  • 8/10/2019 Portofolio Demam Tifoid Pada Anak - Fariz Maulana

    16/16

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Cleary TG. Salmonella. Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, Eds.

    Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi 16. Philadelphia : WB Saunders, 2000:842-8.

    2. Rampengan T.H., Laurent I. R. Demam Tifoid. Dalam : Penyakit Infeksi Tropik

    pada Anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1993 : 53; 59.

    3. Risky V. P., Ismoedijanto. Metode Diagnostik Demam Tifoid pada Anak. Available

    at http://www.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.pdf. Accessed at 13

    September 2013.

    4. Aru W. Sudoyo, Bambang S., Idrus A., Marcellus S., Siti S. Demam Tifoid. Dalam :

    Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid II. Jakarta : Departemen Ilmu

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2006 : 1774.

    5. Tirta Swarga. Demam Tifoid. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

    Universitas Muslim Indonesia. 2008

    6.

    Puspa Wardani, Prihartini, Probohusodo. Kemampuan Uji Tabung Widal

    Menggunakan Antigen Import dan Antigen Lokal. Indonesian Journal of Clinical

    and Medical Labolatory. 12. 1. 2005 : 31-7

    7.

    Rampengan, T.H., Laurentz, I.R : Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. EGC. 1997:

    53-72.

    8. Darmowandowo W. Demam Tifoid. Dalam : Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro

    SR, Eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak : Infeksi & Penyakit Tropis, edisi 1.

    Jakarta : BP FKUI, 2002:367-75.

    http://www.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.pdfhttp://www.pediatrik.com/buletin/06224114418-f53zji.pdf