ph kedkom bab ii edit

51
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ventilasi Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan terlalu penuh maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan (Gunawan et al., 1982). Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan mempertahankan kelembaban yang sesuai dengan temperatur kelembaban udara (Azwar, 1990). Standar luas ventilasi rumah, menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah minimal 10% luas lantai. Menurut Frinck (1993) setiap ruang yang dipakai sebagai ruang kediaman sekurang- kurangnya terdapat satu jendela lubang ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas rintangan dengan luas 10% luas lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang baik akan membahayakan kesehatan khusunya saluran pernapasan. Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah bakteri udara akan bertambah jika penghuni ada yang menderita penyakit saluran pernapasan, seperti Tuberculosis, Influenza, dan ISPA.

Upload: oktaviany810

Post on 24-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

contoh tugas kedkom

TRANSCRIPT

Page 1: Ph Kedkom Bab II Edit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam dan pengeluaran

udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun mekanis.

Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan manusia,

sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik dan

terlalu penuh maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan

(Gunawan et al., 1982).

Rumah yang memenuhi syarat ventilasi baik akan mempertahankan

kelembaban yang sesuai dengan temperatur kelembaban udara (Azwar, 1990).

Standar luas ventilasi rumah, menurut Kepmenkes RI No. 829 tahun 1999, adalah

minimal 10% luas lantai. Menurut Frinck (1993) setiap ruang yang dipakai

sebagai ruang kediaman sekurang-kurangnya terdapat satu jendela lubang

ventilasi yang langsung berhubungan dengan udara luar bebas rintangan dengan

luas 10% luas lantai. Ruangan yang ventilasinya kurang baik akan membahayakan

kesehatan khusunya saluran pernapasan.

Terdapatnya bakteri di udara disebabkan adanya debu dan uap air. Jumlah

bakteri udara akan bertambah jika penghuni ada yang menderita penyakit saluran

pernapasan, seperti Tuberculosis, Influenza, dan ISPA.

Dalam pengertian ventilasi ini dari aspek fungsi juga tecakup jendela. Luas

ventilasi atau jendela adalah luas lubang untuk proses penyediaan udara segar dan

pengeluaran udara kotor baik secara alami atau mekanis. Ventilasi atau jendela

mempunyai peran dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah

terpakai.

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk

menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah yang berarti

kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping

itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan

Page 2: Ph Kedkom Bab II Edit

naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan

penyerapan.Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-

bakteri, patogen (baktero-bakteri penyebab penyakit).

Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari

bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi aliran udara

yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir.

Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam

kelembaban yang optimum. Ada dua macam ventilasi, yakni :

a. Ventilasi alamiah

Dimana aliran udara dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui

jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding, dan sebagainya. Di

pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan, karena juga merupakan

jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu harus

ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan nyamuk tersebut.

Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan, yaitu daya difusi dari gas-

gas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena perubahan temperatur.

Ventilasi ala mini mengandalkan pergerakan udara bebas (angin), temperatur

udara dan kelembabannya, aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara

alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang dinding dan

sebagainya. Selain melalui jendela, pintu dan lubang angin, maka ventilasi pun

dapat diperoleh dari pergerakan udara sebagai hasil sifat berpori dinding ruangan,

atap dan lantai.

b. Ventilasi buatan

Yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan udara

tersebut, misalnya kipas angin, dan mesin penghisap udara. Tetapi jelas alat ini

tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan.

Perlu diperhatikan disini bahwa sistem pembuatan ventilasi harus dijaga

agar udara tidak membalik lagi tetapi harus mengalir. Artinya dalam ruangan

rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya udara.

Ventilasi alami merupakan kebutuhan penting dalam suatu bangunan,

namun karena perkembangan jaman, hal ini sering dianggap tidak penting karena

dapat ditanggulangi dengan ventilasi buatan. Namun seringkali ventilasi buatan

Page 3: Ph Kedkom Bab II Edit

tidak menjadi solusi, melainkan menambah masalah baru, yaitu salah satunya

mengenai energi dan selain itu ventilasi buatan juga umumnya sangat mahal.

Menurut Dinata (2007), syarat ventilasi yang baik adalah sebagai berikut :

- Luas lubang ventilasi tetap minimal lima persen dari luas lantai ruangan,

sedangkan luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil

(dapat dibuka dan ditutup) minimal lima persen dari luas lantai. Jumlah

keduanya menjadi 10% dari luas lantai ruangan.

- Udara yang masuk harus bersih, tidak dicemari asap dari sampah atau pabrik,

knalpot kendaraan, debu, dan lain-lain.

- Aliran udara diusahakan lintas ventilasi dengan menempatkan lubang ventilasi

berhadapan antar dua dinding. Aliran udara ini jangan sampai terhalang oleh

barang-barang besar, misalnya lemari, dinding, sekat, dan lain-lain.

Fungsi utama ventilasi dan jendela antara lain (Subbin P2L&PL Dinkes

Propinsi Jawa Timur).

- Sebagai lubang masuk dan keluar angin sekaligus sebagai lubang pertukaran

udara atau lubang ventilasi yang tidak tetap (sering berupa jendela atau pintu).

- Sebagai lubang masuknya cahaya dari luar (sinar matahari).

Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela

ini sebagai berikut :

- Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan luas

lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai,

dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari langit-langit.

- Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari lantai dan

jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm

- Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap

pembakaran sampah, knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.

- Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang hawa

berhadapan antara dua dinding ruangan. Aliran udara ini diusahakan tidak

Page 4: Ph Kedkom Bab II Edit

terhalang oleh barang-barang seperti lemari, dinding, sekat-sekat, dan lain-

lain.

- Kelembaban udara dijaga antara 40-70%

Pada lingkungan pemukiman padat penduduk, ventilasi udara alami yang

baik dan sehat sangat sulit dilakukan karena sempitnya lahan dan ketidakteraturan

pola penyebaran bangunan. Bangunan yang saling berhimpitan satu sama lain

menjadikan minimnya ruang terbuka yang berperan penting dalam ventilasi alami.

Sistem ventilasi yang buruk berpengaruh buruk terhadap kesehatan penghuni

bangunan. Minimnya pertukaran udara dapat menyebabkan ruangan

menjadisangat lembab dan pengap, hal ini tentunya mempengaruhi kualitas udara

dalam ruangan. Oleh karena itudiperlukan perbaikan pada sistem ventilasi alami

yang digunakan pada pemuliman padat penduduk.

2.2. Penghawaan

Kualitas udara dipengaruhi oleh adanya bahan polutan di udara.

Polutan di dalam rumah kadarnya berbeda dengan bahan polutan di luar rumah.

Peningkatan bahan polutan di dalam ruangan dapat pula berasal dari sumber

polutan di dalam ruangan seperti asap rokok, asap dapur, pemakaian obat nyamuk

bakar (Mukono, 1997).

Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjang

hidupnya. Udara akan sangat berpengaruh dalam menentukan kenyamanan pada

bangunan rumah. Kenyamanan akan memberikan kesegaran terhadap penghuni

dan terciptanya rumah yang sehat, apabila terjadi pengaliran atau pergantian udara

secara kontinyu melalui ruangan-ruangan, serta lubang-lubang pada bidang

pembatas dinding atu partisi sebagai ventilasi.

Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaan

alami, maka dapat dilakukan dengan memberikan atau mengadakan peranginan

silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut :

- Lubang penghawaan minimal 5% (lima persen) dari luas lantai

ruangan

Page 5: Ph Kedkom Bab II Edit

- Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang

mengalir keluar ruangan

- Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar

mandi/WC

- Khususnya untuk penghawaan ruangan dapur dan kamar mandi/WC,

yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti blower

atau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

- Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan

disekitarnya

- Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan

kegiatan dalam bangunan seperti ruangan keluarga, tidur, tamu dan

kerja.

2.3. Tuberkulosis Pada Anak

2.3.1 Definisi

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis. Umumnya TB menyerang paru-paru, sehingga

disebut dengan TB paru. Tetapi kuman TB juga bisa menyebar ke bagian atau

organ lain dalam tubuh, dan TB jenis ini lebih berbahaya dari TB paru. Bila

kuman TB menyerang otak dan sistem saraf pusat, akan menyebabkan meningitis

TB. Bila kuman TB menginfeksi hampir seluruh organ tubuh, seperti ginjal,

jantung, saluran kencing, tulang, sendi, otot, usus, kulit, disebut TB milier atau

TB ekstrapulmoner. (World Health Organization, 2006)

Tuberkulosis pada anak didefinisikan sebagai tuberkulosis yang diderita

oleh anak <15 tahun.1 Seorang anak dikatakan terpapar TB jika anak memiliki

kontak yang signifikan dengan orang dewasa atau remaja yang terinfeksi TB, pada

tahap ini test tuberkulin negatif, rontgen toraks negatif. Infeksi terjadi ketika

seseorang menghirup droplet nuclei Mycobacterium tuberculosis dan kuman

tersebut menetap secara intraseluler pada jaringan paru dan jaringan limfoid

sekitarnya, pada tahap ini rontgen toraks bisa normal atau hanya terdapat

granuloma atau kalsifikasi pada parenkim paru dan jaringan limfoidnya serta

Page 6: Ph Kedkom Bab II Edit

didapatkan uji tuberkulin yang positif. Sementara itu, seseorang dikatakan sakit

TB jika terdapat gejala klinis yang mendukung serta didukung oleh gambaran

kelainan rontgen toraks, pada tahap inilah seseorang dikatakan menderita

tuberkulosis. (World Health Organization, 2006)

Terdapat beberapa faktor risiko yang mempermudah terjadinya infeksi TB

maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi

faktor risiko infeksi dan faktor risiko progresi infeksi menjadi penyakit. Faktor

risiko terjadinya infeksi TB antara lain anak yang terpajan dengan orang dewasa

dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan

yang tidak sehat dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara atau panti

perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif. (World Health

Organization, 2006)

2.3.2 Epidemiologi

Akhir tahun 1990-an, World Health Organization memperkirakan bahwa

sepertiga penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh M. tuberculosis,

dengan angka tertinggi di Afrika, Asia dan Amerika Latin. Tuberkulosis, terutama

TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanya di negara berkembang

tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salah satu penyebab

tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di

negara maju. (World Health Organization, 2006)

Menurut perkiraan WHO pada tahun 1999, jumlah kasus TB baru di

Indonesia adalah 583.000 orang per tahun dan menyebabkan kematian sekitar

140.000 orang per tahun. Jumlah seluruh kasus TB anak dari 7 Rumah Sakit Pusat

Pendidikan di Indonesia selama 5 tahun (1998-2002) adalah 1086 penyandang

TB. Kelompok usia terbanyak adalah 12-60 bulan (42,9%), sedangkan untuk bayi

<12 bulan didapatkan 16,5%.(World Health Organization, 2006)

Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit. Berikut ini

adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan berkembangnya infeksi TB menjadi

sakit TB. Faktor risikonya adalah usia, infeksi baru yang ditandai dengan adanya

konversi uji tuberkulin (dari negatif menjadi positif) dalam 1 tahun terakhir,

Page 7: Ph Kedkom Bab II Edit

malnutrisi, keadaan imunokompromais, diabetes mellitus, gagal ginjal kronik.

(World Health Organization, 2006)

2.3.3 Etiologi

Terdapat 60 lebih spesies Mycobacterium, tetapi hanya separuhnya yang

merupakan patogen terhadap manusia. Hanya terdapat 5 spesies dari

Mycobacterium yang paling umum menyebabkan infeksi, yaitu: M. Tuberculosis,

M. Bovis, M. Africanum, M. Microti dan M. Canetti. Dari kelima jenis ini M.

Tuberkulosis merupakan penyebab paling penting dari penyakit tuberkulosis pada

manusia. Ada 3 varian M. Tuberkulosis yaitu varian humanus, bovinum dan

avium. Yang paling banyak ditemukan menginfeksi manusia M. Tuberkulosis

varian humanus. (Ormerod LP, 2012)

2.3.4. Patogenesis

Paru merupakan port d entree lebih dari 98 % kasus infeksi TB. Karena

ukurannya yang sangat kecil (<5 µm), kuman TB dalam droplet nuklei yang

terhirup dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB dapat

dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis non spesifik. Akan tetapi

pada sebagian kasus, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang

tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit

kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian kecil kuman

TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak dalam makrofag,

dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya kuman TB membentuk

lesi ditempat tersebut, yang dinamakan fokus primer Ghon. (Ormerod LP, 2012)

Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe

menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran

limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi

disaluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika

fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat

adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer terletak di

apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara fokus

Page 8: Ph Kedkom Bab II Edit

primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan kompleks primer. (Ormerod LP,

2012)

Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya

kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi

TB berlangsung selama 2-12 minggu, biasanya selama 4-8 minggu.6 Pada saat

terbentuknya kompleks primer, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Setelah

terjadi kompleks primer, imunitas seluler tubuh terhadap TB terbentuk, yang

dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu

uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi uji tuberkulin masih negatif. Pada

sebagian besar individu dengan sistem imun yang berfungsi baik, pada saat sistem

imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Akan tetapi sebagian

kecil kuman TB akan dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler

telah terbentuk, kuman TB baru yang masuk kedalam alveoli akan segera

dimusnakan oleh imunitas seluler spesifik (cellular mediated immunity, CMI ).

(Ormerod LP, 2012)

Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer dijaringan paru

mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah

mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya

tidak sesempurna fokus primer dijaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan

menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini, tetapi tidak menimbulkan

gejala sakit TB. (Ormerod LP, 2012)

Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang

terjadi dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus

primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis

fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair

dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru

(kavitas). (Ormerod LP, 2012)

Kelenjar limfe parahilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal

pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut,

sehingga bronkus akan terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan

eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme

ventil. Obstruksi total dapat menyebabkan ateletaksis kelenjar yang mengalami

Page 9: Ph Kedkom Bab II Edit

inflamsi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding

bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa

kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan

gangguan pneumonitis dan ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental

kolaps-konsolidasi. (Ormerod LP, 2012)

Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat

terjadi penyeb aran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman

menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer atau berlanjut

menyebar secara limfohematogen. Dapat juga terjadi penyebaran hematogen

langsung, yaitu kuman masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh

tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut

sebagai penyakit sistemik. (Ormerod LP, 2012)

Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk

penyebaran hematogenik tersamar. Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara

sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis.

Kuman TB kemudian mencapai berbagai organ diseluruh tubuh, bersarang di

organ yang mempunyai vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru, limpa dan

kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ lain seperti

otak, hati, tulang, ginjal, dan lain-lain. Pada umumnya, kuman di sarang tersebut

tetap hidup, tetapi tidak aktif, demikian pula dengan proses patologiknya. Sarang

di apeks paru disebut dengan fokus Simon, yang di kemudian hari dapat

mengalami reaktivasi dan terjadi TB apeks paru saat dewasa. (Ormerod LP, 2012)

Pada anak, 5 tahun pertama setelah terjadi infeksi (terutama 1 tahun

pertama) biasanya sering terjadi komplikasi TB. Menurut Wallgren, ada tiga

bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB

endobronkial, dan TB paru kronik. Tuberkulosis paru kronik adalah TB

pascaprimer sebagai akibat reaktivasi kuman di dalam fokus yang tidak

mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering

terjadi pada remaja dan dewasa muda. (Ormerod LP, 2012)

Tuberkulosis ekstrapulmonal, yang biasanya juga merupakan manifestasi

TB pascaprimer, dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. Tuberkulosis

sistem skeletal terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, paling banyak terjadi

Page 10: Ph Kedkom Bab II Edit

dalam 1 tahun, tetapi dapat juga 2-3 tahun setelah infeksi primer. Tuberkulosis

ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer. (Ormerod LP, 2012)

Manifestasi klinis TB di berbagai organ muncul dengan pola yang

konstan, sehingga dari studi Wallgren dan peneliti lain dapat disusun suatu

kalender terjadinya TB di berbagai organ.3

Gambar 2. Kalender perjalanan penyakit TB primer

Proses infeksi TB tidak langsung memberikan gejala. Uji tuberkulin

biasanya positif dalam 4-8 minggu setelah kontak awal dengan kuman TB. Pada

awal terjadinya infeksi TB, dapat dijumpai demam yang tidak tinggi dan eritema

nodosum, tetapi kelainan kulit ini berlangsung singkat sehingga jarang terdeteksi.

Sakit TB primer dapat terjadi kapan saja pada tahap ini. (Ormerod LP, 2012)

Tuberkulosis milier dapat terjadi setiap saat, tetapi biasanya berlangsung

dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB, begitu juga dengan meningitis TB.

Tuberkulosis pleura terjadi dalam 3-6 bulan pertama setelah infeksi TB.

Tuberkulosis sistem skeletal terjadi pada tahun pertama, walaupun dapat terjadi

pada tahun kedua dan ketiga. Tuberkulosis ginjal biasanya terjadi lebih lama,

yaitu 5-25 tahun setelah infeksi primer. Sebagian besar manifestasi klinis sakit TB

terjadi pada 5 tahun pertama, terutama pada 1 tahun pertama, dan 90% kematian

karena TB terjadi pada tahun pertama setelah diagnosis TB. (Ormerod LP, 2012)

2.5. Manifestasi klinis

Karena patogenesis TB sangat kompleks, manifestasi klinis TB sangat

bervariasi dan bergantung pada faktor kuman TB, penjamu serta interaksi diantara

Gambar 1. Patogenesis tuberkulosis

Page 11: Ph Kedkom Bab II Edit

keduanya.Faktor kuman bergantung pada jumlah kuman dan virulensinya,

sedangkan faktor penjamu bergantung pada usia dan kompetensi imun serta

kerentanan penjamu pada awal terjadinya infeksi. (Swaminathan S, 2010)

Anak kecil sering tidak menunjukkan gejala selama beberapa waktu.

Tanda dan gejala pada balita dan dewasa muda cenderung lebih signifikan

sedangkan pada kelompok dengan rentang umur diantaranya menunjukkan

clinically silent dissease. (Swaminathan S, 2010)

Manifestasi sistemik adalah gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik

karena dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Beberapa

manifestasi sistemik yang dapat dialami anak yaitu:

1. Demam lama (>2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang

dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi. Temuan

demam pada pasien TB berkisar antara 40-80% kasus.

2. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan

dengan penanganan gizi atau naik tetapi tidak sesuai dengan grafik

pertumbuhan.

3. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat badan

tidak naik dengan adekuat (failure to thrive).

4. Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya

multipel.

5. Batuk lama lebih dari 3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan, tetapi

pada anak bukan merupakan gejala utama.

6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

7. Malaise (letih, lesu, lemah, lelah).

2.3.7. Pemeriksaan Penunjang

1. Uji tuberkulin

Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat

antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang

telah terinfeksi TB, maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.

Uji tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT-23

Page 12: Ph Kedkom Bab II Edit

2TU secara intrakutan di bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72

jam setelah penyuntikan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul.

Jika tidak timbul indurasi sama sekali hasilnya dilaporkan sebagai negatif.

(Ormerod LP, 2012)

Secara umum hasil uji tuberkulin dengan diameter indurasi 10 mm

dinyatakan positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Hasil positif ini sebagian

besar disebabkan oleh infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh

imunisasi BCG atau infeksi M. atipik. Pada anak balita yang telah mendapat

BCG, diameter indurasi 10-14 cm dinyatakan uji tuberkulin positif, kemungkinan

besar karena infeksi TB alamiah, tetapi masih mungkin disebabkan oleh BCG-

nya, tapi bila ukuran indurasinya 15 mm sangat mungkin karena infeksi

alamiah. Apabila diameter indurasi 0-4 mm dinyatakan uji tuberkulin negatif.

Diameter 5-9 cm dinyatakan positif meragukan. Pada keadaan imunokompromais

atau pada pemeriksaan foto thorak terdapat kelainan radiologis hasil positif yang

digunakan 5mm. (Ormerod LP, 2012)

2. Uji interferon

Prinsip yang digunakan adalah merangsang limfosit T

dengan antigen tertentu, diantaranya antigen dari kuman TB. Bila sebelumya

limfosit T tersebut telah tersensitisasi dengan antigen TB maka limfosit T akan

menghasilkan interferon gamma yang kemudian di kalkulasi. Akan tetapi,

pemeriksaan ini hingga saat ini belum dapat membedakan antara infeksi TB dan

sakit TB. (Swaminathan S, 2010)

3. Radiologi

Gambaran foto Rontgen toraks pada TB tidak khas, kelainan-kelainan

radiologis pada TB dapat juga dijumpai pada penyakit lain. Secara umum,

gambaran radiologis yang sugestif TB adalah:

Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat

Konsolidasi segmental/lobar

Milier

Kalsifikasi dengan infiltrat

Atelektasis

Kavitas

Page 13: Ph Kedkom Bab II Edit

Efusi pleura

Tuberkuloma

4. Serologi

Beberapa pemeriksaan serologis yang ada di antaranya adalah PAP TB,

mycodot, Immuno Chromatographic Test (ICT), dan lain-lain. Akan tetapi, hingga

saat ini belum ada satupun pemeriksaan serologis yang dapat membedakan antara

infeksi TB dan sakit TB. (Ormerod LP, 2012)

5. Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan

mikroskopik apusan langsung untuk menemukan BTA, pemeriksaan biakan

kuman M. Tuberkulosis dan pemeriksaan PCR.

Pada anak pemeriksaan mikroskopik langsung sulit dilakukan karena sulit

mendapatkan sputum sehingga harus dilakukan bilas lambung. Dari hasil bilas

lambung didapatkan hanya 10 % anak yang memberikan hasil positif. Pada kultur

hasil dinyatakan positif jika terdapat minimal 10 basil per milliliter spesimen. Saat

ini PCR masih digunakan untuk keperluan penelitian dan belum digunakan untuk

pemeriksaan klinis rutin. (Swaminathan S, 2010)

6. Patologi Anatomik

Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran granuloma yang

ukurannya kecil, terbentuk dari agregasi sel epiteloid yang dikelilingi oleh

limfosit. Granuloma tresebut mempunyai karakteristik perkijuan atau area

nekrosis kaseosa di tengah granuloma. Gambaran khas lainnya ditemukannya sel

datia langhans.

Untuk memudahkan diagnosis TB paru pada anak, IDAI merekomendasiskan

diagnosis TB anak dengan sistem skoring, yaitu pembobotan terhadap gejala atau tanda

klinis yang dijumpai.

Parameter 0 1 2 3

Kontak TB  Tidak jelas  -

 

 Laporan

keluarg

a (BTA

negatif

atau

 BTA(+)

Page 14: Ph Kedkom Bab II Edit

tidak

jelas)

Uji Tuberkulin

 

Negatif - - Positif (≥ 10 mm

atau ≥ 5

mm pada

keadaan

imunosupr

esi)

Berat badan /

Status

Gizi

- BB/TB < 90% 

atau

BB/U < 80%

 

Klinis gizi

buruk

atau BB/TB <

70%

atau BB/U <

60%

-

Demam tanpa

sebab

yang jelas

- ≥ 2 minggu - -

Batuk - ≥ 3 minggu - -

Pembesaran

kelenjar

koli,

aksila,

inguinal

- ≥ 1 cm, jumlah

> 1, tidak nyeri

- -

Pembengkakan

tulang /

sendi

panggul,

lutut,

falang

- Ada

pemben

gkakan

- -

Foto Thorak Normal/kelainan

tidak

jelas

Gambaran

sugestif

TB

- -

Page 15: Ph Kedkom Bab II Edit

 

Catatan:

Diagnosis dengan sistem skor ditegakkan oleh dokter.

Jika dijumpai skrofuloderma, langsung didiagnosis tuberkulosis.

Berat badan dinilai saat datang.

Demam dan batuk tidak ada respon terhadap terapi sesuai baku.

Gambaran sugestif TB, berupa; pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal

dengan/tanpa infiltrat; konsolidasi segmental/lobar; kalsifikasi dengan

infiltrat; atelektasis; tuberkuloma. Gambaran milier tidak dihitung dalam

skor karena diperlakukan secara khusus.

Mengingat pentingnya peran uji tuberkulin dalam mendiagnosis TB anak,

maka sebaiknya disediakan tuberkulin di tempat pelayanan  kesehatan.

Pada anak yang diberi imunisasi BCG, bila terjadi reaksi cepat BCG (≤ 7

hari) harus dievaluasi dengan sistim skoring TB anak, BCG bukan

merupakan alat diagnostik.

Didiagnosis TB Anak ditegakkan bila jumlah skor ≥ 6, (skor maksimal

13).

Jika ditemukan gambaran milier, kavitas atau efusi pleura pada foto toraks,

dan/atau terdapat tanda-tanda bahaya, seperti kejang, kaku kuduk dan

penurunan kesadaran serta tanda kegawatan lain seperti sesak napas,

pasien harus di rawat inap di RS. (Swaminathan S, 2010)

2.3.8. Penatalaksanaan

Obat TB utama (first line, lini utama) saat ini adalah rifampisin (R),

isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E), dan Streptomisin (S). Rifampisin

dan isoniazid merupakan obat pilihan utama dan ditambah dengan pirazinamid,

etambutol, dan streptomisin. Obat lain (second line, lini kedua) adalah para-

aminosalicylic acid (PAS), cycloserin terizidone, ethionamide, prothionamide,

ofloxacin, levofloxacin, mixiflokxacin, gatifloxacin, ciprofloxacin, kanamycin,

amikacin, dan capreomycin, yang digunakan jika terjadi MDR. (LoBue PA, 2010)

Isoniazid

Page 16: Ph Kedkom Bab II Edit

Isoniazid (isokotinik hidrazil) adalah obat antituberkulosis (OAT) yang

sangat efektif saat ini, bersifat bakterisid dan sangat efektif terhadap kuman dalam

keadaan metabolik aktif (kuman yang sedang berkembang), bakteriostatik

terhadap kuman yang diam. Isoniazid diberikan secara oral. Dosis harian yang

biasa diberikan adalah 5-15 mg/kgBB/hari, maksimal 300mg/hari, dan diberikan

dalam satu kali pemberian. Isoniazid yang tersedia umumnya dalam bentuk tablet

100 mg dan 300 mg, dan dalam bentuk sirup 100 mg/5cc. sedian dalam bentuk

sirup biasanya tidak stabi, sehingga tidak dianjurkan penggunaannya. (LoBue PA,

2010)

Rifampisin

Rifampisin bersifat bakterisid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki

semua jaringan dan dapat membunuh kuman semidorman yang tidak dapat

dibunuh oleh isoniazid. Rifampisin diabsorbsi dengan baik melalui sistem

gastrointestinal pada saat perut kosong (1 jam sebelum makan), dan kadar serum

puncak tercapai dalam 2 jam. Saat ini, rifampisin diberikan dalam bentuk oral

dengan dosis 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari, dengan satu kali

pemberian per hari. Jika diberikan bersamaan dengan isoniazid , dosis rifampisin

tidak melebihi 15 mg/kgBB/hari dan dosis isoniazid 10 mg/kgBB/hari.

Distribusinya sama dengan isoniazid. (LoBue PA, 2010)

Pirazinamid

Pirazinamid adalah derivat nikotinamid, berpenetrasi baik pada jaringan

dan cairan tubuh termasuk CSS, bakterisid hanya pada intrasel suasana asam, dan

diabsorbsi baik pada saluran cerna. Pemberian pirazinamid secara oral sesuai

dosis 15-30 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimal 2 gram/hari. Kadar serum

puncak 45 µg/ml dalam waktu 2 jam. Pirazinamid diberikan pada fase intensif

karena pirazinamid sangat baik diberikan pada saat suasana asam., yang timbul

akibat jumlah kuman yang masih sangat banyak. Penggunaan pirazinamid aman

pada anak. Reaksi hipersensitivitas jarang timbul pada anak. Pirazinamid tersedia

dalam bentuk tablet 500 mg, tetapi seperti isoniazid, dapat digerus dan diberikan

bersamaan makanan. (LoBue PA, 2010)

Etambutol

Page 17: Ph Kedkom Bab II Edit

Etambutol jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada

mata. Obat ini memiliki aktivitas bakteriostatik, tetapi dapat bersifat bakterisid

jika diberikan dengan dosis tinggi dengan terapi intermiten. Selain itu,

berdasarkan pengalaman, obat ini dapat mencegah timbulnya resistensi terhadap

obat-obat lain. Dosis etambutol adalah 15-20 mg/kgBB/hari, maksimal 1,25

gr/hari dengan dosis tunggal. Kadar serum puncak 5 µg dalam waktu 24 jam.

Etambutol tersedia dalam bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Rekomendasi WHO

yang terakhir mengenai penatalaksanaan TB anak, etambutol dianjurkan

penggunaanya pada anak dengan dosis 15-25 mg/kgBB/hari. Etambutol dapat

diberikan pada anak dengan TB berat dan kecurigaan TB resisten-obat jika obat-

obat lainnya tidak tersedia atau tidak dapat digunakan. (LoBue PA, 2010)

Streptomisin

Streptomisin bersifat bakterisid dan bakteriostatik terhadap kuman

ekstraseluler pada keadaan basal atau netral, sehingga tidak efektif untuk

membunuh kuman intraseluler. Saat ini streptomisin jarang digunakan dalam

pengobatan TB tetapi penggunaannya penting penting pada pengobatan fase

intensif meningitis TB dan MDR-TB. Streptomisin diberikan secara intramuskular

dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari, maksimal 1 gr/hari dan kadar puncak 40-50

µg/ml dalam waktu 1-2 jam. (LoBue PA, 2010)

Nama Obat Dosis harian

(mg/kgB

B/hari)

Dosis maksimal

(mg/hari

)

Efek Samping

Isoniazid 5-15* 300 Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitas

Rifampisin*

*

10-20 600 Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,

trombositopenia, peningkatan

enzim hati, cairan tubuh berwarna

oranye kemerahan

Pirazinamid 15-30 2000 Toksisitas hati, atralgia, gastrointestinal

Etambutol 15-20 1250 Neuritis optik, ketajaman penglihatan

berkurang, buta warna merah-

hijau, penyempitan lapang

Page 18: Ph Kedkom Bab II Edit

pandang, hipersensitivitas,

gastrointestinal

Streptomisi

n

15-40 1000 Ototoksis, nefrotoksik

* Bila isoniazid dikombinasikan dengan rifampisin, dosisnya tidak boleh

melebihi 10 mg/kgBB/hari.

** Rifampisin tidak boleh diracik dalam satu puyer dengan OAT lain karena

dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin. Rifampisin diabsorpsi

dengan baik melalui sistemgastrointestinal pada saat perut kosong (satu

jam sebelum makan.

Gambar 3. Obat antituberkulosis yang biasa dipakai dan dosisnya

2.3.9. Pencegahan

1. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guérin) diberikan pada usia sebelum 2

bulan. Dosis untuk bayi sebesar 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan secara

intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan (penyuntikan lebih mudah dan

lemak subkutis lebuh tebal, ulkus tidak menggangu struktur otot dan sebagai tanda

baku). Bila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji

tuberkulin terlebih dahulu. Insidens TB anak yang mendapat BCG berhubungan

dengan kualitas vaksin yang digunakan, pemberian vaksin, jarak pemberian

vaksin dan intensitas pemaparan infeksi. (LoBue PA, 2010)

Manfaat BCG telah dilaporkan oleh beberapa peneliti, yaitu antara 0-80%.

Imunisasi BCG efektif terutama untuk mencegah TB milier, meningitis TB dan

spondilitis TB pada anak. Imunisasi ini memberikan perlindungan terhadap

terjadinya TB milier, meningitis TB, TB sistem skletal, dan kavitas. Fakta di

klinik sekitar 70% TB berat dengan biakan positif telah mempunyai parut BCG.

Imunisasi BCG ulangan dianjurkan di beberapa negara, tetapi umumnya tidak

dianjurkan di banyak negara lain, temasuk Indonesia. Imunisasi BCG relatif

aman, jarang timbul efek samping yang serius. Efek samping yang sering

ditemukan adalah ulserasi lokal dan limfadenitis (adenitis supuratif) dengan

insidens 0,1-1%. Kontraindikasi imunisasi BCG adalah kondisi

Page 19: Ph Kedkom Bab II Edit

imunokompromais, misalnya defisiensi imun, infeksi berat, gizi buruk, dan gagal

tumbuh. Pada bayi prematur, BCG ditunda hingga bayi mencapai berat badan

optimal. (Ormerod LP, 2012)

2. Kemoprofilaksis

Terdapat dua jenis kemoprofilaksis, yaitu kemoprofilaksis primer dan

kemoprofilaksis sekunder. Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi TB, sedangkan kemoprofilaksis sekunder mencegah

berkembangnya infeksi menjadi sakit TB. Pada kemoprofilaksis primer diberikan

isoniazid dengan dosis 5-10 mg/kgBB/hari dengan dosis tunggal. Kemoprofilaksis

ini diberikan pada anak yang kontak dengan TB menular, terutama dengan BTA

sputum positif, tetapi belum terinfeksi (uji tuberkulin negatif). Pada akhir bulan

ketiga pemberian profilaksis dilakukan uji tuberkulin ulang. Jika tetap negatif dan

sumber penularan telah sembuh dan tidak menular lagi (BTA sputum negatif),

maka INH profilaksis dihentikan. Jika terjadi konversi tuberkulin positif, evaluasi

status TB pasien. Jika didapatkan uji tuberkulin negatif dan INH profilaksis telah

dihentikan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin ulang 3 bulan kemudian untuk

evaluasi lebih lanjut. (Ormerod LP, 2012)

Kemoprofilaksis sekunder diberikan pada anak yang telah terinfeksi, tetapi

belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif, sedangkan klinis dan

radiologis normal. Tidak semua anak diberi kemoprofilaksis sekunder, tetapi

hanya anak yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi untuk berkembang

menjadi sakit TB, yaitu anak-anak pada keadaan imunokompromais. Contoh

anak-anak dengan imunokompromais adalah usia balita, menderita morbili,

varisela, atau pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitostatik dan

kortikosteroid), usia remaja, dan infeksi TB baru (konvensi uji tuberkulin dalam

kurun waktu kurang dari 12 bulan). Lama pemberian untuk kemoprofilaksis

sekunder adalah 6-12 bulan. Baik profilaksis primer, profilaksis sekunder dan

terapi TB, tetap dievaluasi tiap bulan untuk menilai respon dan efek samping obat.

(Ormerod LP, 2012)

2.10. Komplikasi

Page 20: Ph Kedkom Bab II Edit

Limfadenitis, meningitis, osteomielitis, arthtritis, enteritis, peritonitis,

penyebaran ke ginjal, mata, telinga tengah dan kulit dapat terjadi. Bayi yang

dilahirkan dari orang tua yang menderita tuberkulosis mempunyai risiko yang

besar untuk menderita tuberkulosis. Kemungkinan terjadinya gangguan jalan

nafas yang mengancam jiwa harus dipikirkan pada pasien dengan pelebaran

mediastinum atau adanya lesi pada daerah hilus. (Mukono, 1997).

2.11. Prognosis

Pada pasien dengan sistem imun yang prima, terapi menggunakan OAT

terkini memberikan hasil yang potensial untuk mencapai kesembuhan. Jika kuman

sensitif dan pengobatan lengkap, kebanyakan anak sembuh dengan gejala sisa

yang minimal. Pasien dengan resistensi multiple terhadap OAT jumlahnya

meningkat dari waktu ke waktu. Ketika terjadi resistensi atau intoleransi terhadap

Isoniazid dan Rifampin, angka kesembuhan menjadi hanya 50%, bahkan lebih

rendah lagi. Dengan OAT (terutama isoniazid) terjadi perbaikan mendekati 100%

pada pasien dengan TB milier. Tanpa terapi OAT pada TB milier maka angka

kematian hampir mencapai 100%.(Mukono, 1997).

2.4. Pengetahuan

2.4.1.Pengertian

Menurut Notoatmojo (2005) pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu subyek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu tindakan seseorang.

Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

2.4.2. Tingkat pengetahuan

Page 21: Ph Kedkom Bab II Edit

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: (Notoatmodjo, 2007).

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang telah dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

mengenai obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan, contoh menyimpulkan, merencanakan, dan

sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan

masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

Page 22: Ph Kedkom Bab II Edit

penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesluruhan yang baru.

Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melaksanakan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan

suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang telah ada.

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pengetahuan

Faktor yang berpengaruh dalam tingakat pengetahuan seseorang menurut

Nasution (1999) dalam Notoatmodjo (2003) antara lain

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin mudah menerima informasi

tentang pentingnya ventilasi.

b. Informasi

Semakin banyak sumber informasi dapat memberikan peningkatan terhadap

tingkat pengetahuan tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media

massa seperti majalah, koran, berita televisi dan salah satunya juga dapat

diperoleh melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Hal ini

dikarenakan informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama

yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan

yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini mengandung

Page 23: Ph Kedkom Bab II Edit

maksud bahwa semakin bertambahnya umur dan pendidikan yang tinggi, maka

pengalaman seseorang akan lebih jauh lebih luas.

e. Sosial Ekonomi

Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misalnya sekolah),

tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka

orang tersebut akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi.

f. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung

atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin

diukur atau diketahui, dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dari

responden.

Menurut Sukmadinata (2003) pengetahuan yang telah dimilki seseorang

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a. Jasmani

Faktor jasmani diantarnya adalah keadaan indra seseorang.

b. Rohani

Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual, psikomotor, serta

kondisi afektif dan kognitif individu.

2. Faktor Eksternal

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang

datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang

rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana

keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.

b. Paparan media masa

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolik, berbagai informasi dapat

diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau

melihat media masa (TV, radio, majalah, pamflet,dan lain-lain) akan memperoleh

informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah

Page 24: Ph Kedkom Bab II Edit

mendapat informasi media. Ini berarti informasi media masa mempengaruhi

tingkat pengetahuan yang dimilki oleh seseorang.

c. Ekonomi

Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dalam

status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status

ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang

termasuk kebutuhan sekunder.

d. Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi

antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu

akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungann sosial juga

mempengaruhi kemampuan individu sebagai penerima pesan.

e. Pengalaman

Pengalaman seseoarang individu tentang berbagai hal bisa diperoleh dari

lingkungan. Kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering

mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar. Organisasi dapat

memperluas jangkauan pengalamanya, karena dari berbagai kegiatan tersebut

informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. (Mukono, 1997).

Page 25: Ph Kedkom Bab II Edit

2.5 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka teori peengetahuan Prof.Dr.Soekidjo Notoatmodjo

2.6 Kerangka Konsep

IntelegensiIntelegensi

PengalamanPengalaman

Usia Usia

Pendidikan Pendidikan

Ekonomi Ekonomi

InformasiInformasi

Kebudayaan/

Lingkungan

Kebudayaan/

Lingkungan

Internal

Eksternal

PengetahuanPengetahuan

Page 26: Ph Kedkom Bab II Edit

Gambar 2. Kerangka konsep pengetahuan ventilasi

Page 27: Ph Kedkom Bab II Edit

2.7 Definisi Operasional

VARIABEL DEFINISI CARA

UKUR

ALAT

UKUR

HASIL

UKUR

SKALA UKUR

Pengetahuan Pengetahuan

keluarga

binaan

tentang

pengertian,

manfaat

ventilasi dan

pengaruh dari

ventilasi di

rumah yang

buruk.

Baik, jika

mengetahui

pengertian,

manfaat, dan

pengaruh dari

ventilasi di

rumah yang

buruk.

Kurang, jika

hanya

mengetahui

tentang

pengertian

ventilasi tanpa

Wawancara Kuesioner - Baik

- Kurang

- Buruk

o Baik, jika

mengetahui

pengertian,

manfaat, dan

pengaruh dari

ventilasi di

rumah yang

buruk.

o Kurang, jika

hanya

mengetahui

tentang

pengertian

ventilasi tanpa

mengetahui

manfaat dan

pengaruh dari

ventilasi di

rumah yang

buruk.

o Buruk jika

tidak

mengetahui

tentang

Page 28: Ph Kedkom Bab II Edit

mengetahui

manfaat dan

pengaruh dari

ventilasi di

rumah yang

buruk.

Buruk jika

tidak

mengetahui

tentang

ventilasi.

ventilasi.

Pendidikan Tingkatan

pendidikan

formal pada

keluarga

binaan, tinggi,

menengah

atau rendah.

Tinggi jika

diploma dan/

sarjana.

Menengah

jika SMP

sampai SMA.

Rendah jika

tidak

bersekolah –

Wawancara Kuesioner Tinggi

Menengah

Rendah

o tinggi =

diploma dan/

sarjana

o menengah =

smp sampai

sma

o rendah = tidak

bersekolah -

SD

Page 29: Ph Kedkom Bab II Edit

SD

Kebudayaa

Dan

Lingkungan

Mengikuti

atau tidak

kebiasaan dan

tradisi untuk

membuat

ventilasi yang

baik di rumah.

Terpengaruh

jika mengikuti

kebiasaan

atau tradisi

yang ada di

keluarga dan

lingkungan.

Tidak

terpengaruh

jika tidak

mengikuti

kebiasaan

atau tradisi

yang ada di

keluarga dan

lingkungan

Wawancara Kuesioner - Megikuti

- Tidak

Mengikuti

o terpengaruh =

mengikuti

kebiasaan atau

tradisi yang

ada di

keluarga dan

lingkungan

o tidak

terpengaruh =

tidak

mengikuti

kebiasaan atau

tradisi yang

ada di

keluarga dan

lingkungan

Media massa Memanfaatka

n dengan baik

atau tidak alat

Wawancara Kuesioner - Baik

- Kurang

o baik =

memanfaatkan

media massa

Page 30: Ph Kedkom Bab II Edit

atau media

yang ada (Tv.

Radio, Koran

dan internet)

untuk

mengetahui

tentang

ventilasi yang

baik di rumah.

Baik jika

memanfaatka

n media

massa yang

ada untuk

mendapatkan

informasi

tentang

pentingnya

ventilasi dan

memahami

tentang

informasi

tersebut.

Kurang jika

memanfaatka

n media

massa yang

ada untuk

mendapatkan

informasi

- Burukyang ada

untuk

mendapatkan

informasi

tentang

pentingnya

ventilasi dan

memahami

tentang

informasi

tersebut.

o kurang =

memanfaatkan

media massa

yang ada

untuk

mendapatkan

informasi

tentang

ventilasi tetapi

tidak

memahami

informasi

tersebut

o buruk = tidak

memanfaatkan

media massa

yang ada

untuk

mendapatkan

Page 31: Ph Kedkom Bab II Edit

tentang

ventilasi

tetapi tidak

memahami

informasi

tersebut.

Buruk jika

tidak

memanfaatka

n media

massa yang

ada untuk

mendapatkan

informasi

tentang

ventilasi.

informasi

tentang

ventilasi.

Intelegensi Polapikir

keluarga

binaan

terhadap

keadaan

ventilasi di

rumah

keluarga

binaan

baik jika

dapat

menjelaskan

tentang

Wawancara Kuesioner - Baik

- Buruk

o baik = apabila

menjelaskan

tentang

keadaan

ventilasi yang

baik di dalam

rumah

o buruk = tidak

menjelaskan

tentang

keadaan

ventilasi yang

baik di dalam

Page 32: Ph Kedkom Bab II Edit

keadaan

ventilasi yang

baik di dalam

rumah

buruk jika

tidak dapat

menjelaskan

tentang

keadaan

ventilasi yang

baik di dalam

rumah

rumah

Ekonomi Tingkah laku

keluarga

binaan untuk

menggunakan

sumber

ekonomi

dalam

menjaga

kelangsungan

hidup

termasuk

membuat

ventilasi yang

baik di rumah.

Wawancara Kuesioner - Cukup

- Kurang

o Cukup = Jika

penghasilan

cukup ataupun

berlebih untuk

memenuhi

kebutuhan

pokok

keluarga

o Kurang = Jika

penghasilan

tidak cukup /

kurang untuk

memenuhi

kebutuhan

pokok

keluarga

Page 33: Ph Kedkom Bab II Edit

referensi

World Health Organization. Guidance for national tuberculosis programmes on the

management of tuberculosis in children. WHO/HTM/TB/2006.371. Geneva:

WHO; 2006.

Ormerod LP. Drug therapy for children with tuberculosis. Arch Dis Child. 2012;97:1097–

101.

LoBue PA, Enarson DA, Thoen TC. Tuberculosis in humans and its epidemiology,

diagnosis and treatment in the United States. Int J Tuberc Lung Dis.

2010;14:1226–32.