pbl kedkom sk 2 dema

27
M FADLI SYAHDEMA 1102012150 LI 1. Memahami & Menjelaskan KLB Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) : Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB - Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu. UU : 4 Tahun 1984 - kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Kriteria : KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu : 1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) 3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun). 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya. 6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya. 7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

Upload: dema-syah-fadli

Post on 09-Nov-2015

292 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

PBL blok kedkom sk 2 kelompok A 03 tentang pbl skenario 2 blok kedkom by kelompok A 03 angkatan 2012

TRANSCRIPT

M FADLI SYAHDEMA 1102012150LI 1. Memahami & Menjelaskan KLB Definisi Kejadian Luar Biasa (KLB) :Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991 Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB - Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu.UU : 4 Tahun 1984 - kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Kriteria :KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.1. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)1. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).1. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.1. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.1. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.1. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.1. Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.1. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

Klasifikasi :Berdasarkan deskripsiDeskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung), yang digambarkan dalam suatu kurva epidemik.Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Kurva ini digambarkan dengan axs horizontal adalah saat mulainya sakit dan sebagai axis vertikal adalah jumlah kasus.Kurva epidemik dapat digunakan untuk tujuan :a. Menentukan / memprakirakan sumber atau cara penularan penyakit dengan melihat tipe kurva epidemik tersebut (common source atau propagated).b. Mengidentifikasikan waktu paparan atau pencarian kasus awal (index case). Dengan cara menghitung berdasarkan masa inkubasi rata-rata atau masa inkubasi maksimum dan minimum.

Deskripsi Kasus Berdasarkan TempatTujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980).Deskripsi KLB Berdasarkan OrangTeknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi penyakit. Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber penyakitKlasifikasi KLB menurut Penyebab:1. Toksin0. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.0. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.0. Endotoxin.1. Infeksi: Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.1. Toksin Biologis: Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan1. Toksin KimiaZat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.Zat kimia organik: nitrit, pestisida.Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainyaKlasifikasi menurut Sumber KLB1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.1. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).1. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton1. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.1. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.1. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.1. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.1. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Pencegahan :1. Pencegahan PrimordialUntuk Menghindari kemunculan dari adanya faktor resiko. Pencegahan primordial memerlukan peraturan yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menjadikan faktor risiko bagi timbulnya penyakit tertentu.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta pejamu. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan.1. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)Pencegahan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.1. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi

Penanggulangan :Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadiTujuan penanggulangan KLB :1. Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb1. Melalukan penyelidikan klb1. Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb 1. Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb1. Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klbUpaya Penanggulangan KLB :1. Penyelidikan epidemiologis1. Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina1. Pencegahan dan pengendalian1. Pemusnahan penyebab penyakit1. Penanganan jenazah akibat wabah1. Penyuluhan kepada masyarakatIndikator Program penanggulangan KLB adalah :1. Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional.1. Deteksi dan respon dini KLB1. Tidak terjadi KLB besar.Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :1. Menurunnya frek KLB1. Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB1. Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB1. Memendeknya periode KLB1. Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB Penanggulangan pasien saat KLB :1. Jangka pendek0. Menemukan dan mengobati pasien0. Melakukan rujukan dengan cepat0. Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar0. Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasilingkungan0. Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral1. Jangka panjang1. Memperbaiki faktor lingkungan1. Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat1. Pelatihan petugasUpaya penaggulangan KLB DBD :1. Pengobatan/ perawatan penderita1. Penyelidikan epidemiologi1. Pemberantasan vector1. Penyuluhan kepada mayarakat1. Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

Untuk Mengukur Masalah Kematian ( Angka Kematian / Mortalitas )Dewasa ini di seluruh dunia mulai muncul kepedulian terhadap ukuran kesehatan masyarakat yang mencakup penggunaan bidang epidemiologi dalam menelusuri penyakit dan mengkaji data populasi. Penelusuran terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi status kesehatan penduduk paling baik dilakukan dengan menggunakan ukuran dan statistik yang distandardisasi, yang hasilnya kemudian juga disajikan dalam tampilan yang distandardisasi.Mortalitas merupakan istilah epidemiologi dan data statistik vital untuk Kematian. Dikalangan masyarakat kita, ada 3 hal umum yang menyebabkan kematian, yaitu :a. Degenerasi organ vital & kondisi terkait.b. Status penyakit.c. Kematian akibat lingkungan atau masyarakat ( bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan, bencana alam, dsb.)Macam macam / jenis angka kematian (Mortality Rate/Mortality Ratio) dalam Epidemiologi antara lain :Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )Adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu ( umumnya 1 tahun ) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan.Istilah crude digunakan karena setiap aspek kematian tidak memperhitungkan usia, jenis kelamin, atau variabel lain.Rumus : CDR/AKK=jml seluruh kematian : jml penduduk pertengahan x XKPerinatal Mortality Rate (PMR) / Angka Kematian Perinatal (AKP)PMR adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih ditambah dengan jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. ( WHO, 1981 ).Manfaat PMR adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya PMR adalah :a. Banyaknya Bayi BBLRb. Status gizi ibu dan bayic. Keadaan social ekonomid. Penyakit infeksi, terutama ISPAe. Pertolongan persalinanRumus : PMR/AKP=jml kematian janin yg dilahirkan pd usia kehamilan 28 minggu+dg jml kematian bayi yg berumur kurang dr 7 hari yg di catat selama 1tahun : jml bayi lahir hidup pd tahun yg sama x XKNeonatal Mortality Rate ( NMR ) = Angka Kematian Neonatal (AKN)Adalah jumlah kematian bayi berumur kurang dari 28 hari yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Manfaat NMR adalah untuk mengetahui :a. Tinggi rendahnya usaha perawatan postnatal.b. Program imunisasi.c. Pertolongan persalinan.d. Penyakit infeksi, terutama saluran napas bagian atas.Rumus :NMRAKN=jml kematian bayi umur kurang dr 28 hari : jml lahir hidup pd tahun yg sama x XKInfant Mortality Rate (IMR) / Angka Kematian Bayi ( AKB)Adalah jumlah seluruh kematian bayi berumur kurang dari 1 tahun yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.Manfaat IMR adalah sebagai indikator yg sensitive terhadap derajat kesehatan masyarakat.Rumus :IMR/AKB=jml kematian bayi umur 0-1 th : jml kelahiran hidup pd th yg sama x XKUnder Five Mortality Rate ( Ufmr ) / Angka Kematian BalitaAdalah jumlah kematian balita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama. Manfaat UFMR adalah untuk mengukur status kesehatan bayi.Rumus :UFMR=jml kematian balita yg cacat dlm 1 thn : jml penduduk balita pd thn yg sama x XKAngka Kematian Pasca-Neonatal (Postneonatal Mortality Rate)Angka kematian pascaneonatal diperlukan untuk menelusuri kematian di Negara belum berkembang , terutama pada wilayah tempat bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya akibat malnutrisi, defisiensi nutrisi, dan penyakit infeksi. Postneonatal Mortality Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi usia 28 hari sampai 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun. Rumus : pasca-neonatal mortality rate=jml kematian bayi usia 28 hari-1 thn : jml kelahiran hidup pd thn yg sama x XKAngka Kematian Janin / Angka Lahir Mati (Fetal Death Rate)Istilah kematian janin penggunaannya sama dengan istilah lahir mati. Kematian janin adalah kematian yang terjadi akibat keluar atau dikeluarkannya janin dari rahim, terlepas dari durasi kehamilannya. Jika bayi tidak bernafas atau tidak menunjukkan tanda tanda kehidupan saat lahir, bayi dinyatakan meninggal. Tanda tanda kehidupan biasanya ditentukan dari Pernapasan, Detak Jantung, Detak Tali Pusat atau Gerakan Otot Volunter.Angka Kematian Janin adalah proporsi jumlah kematian janin yang dikaitkan dengan jumlah kelahiran pada periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun.Rumus :Angka kematian janin=jml kematian janin dlm periode tertentu : total kematian janin+janin lahir hidup periode yg samax XKMaternal Mortality Rate ( Mmr ) / Angka KematianAdalah jumlah kematian ibu sebagai akibat dari komplikasi kehamilan, persalinan dan masa nifas dalam 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Tinggi rendahnya MMR berkaitan dengan :a. Sosial ekonomib. Kesehatan ibu sebelum hamil, bersalin dan nifasc. Pelayanan kesehatan terhadap ibu hamild. Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifasRumus : MMR=jml kematian ibu hamil, persalinan&dan nifas dlm 1 thn : jml lahir hidup pd thn yg samax XKAge Spesific Mortality Rate ( ASMR / ASDR )Manfaat ASMR/ASDR adalah :a. Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesehatan masyarakat dengan melihat kematian tertinggi pada golongan umur.b. Untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di berbagai wilayah.c. Untuk menghitung rata rata harapan hidup.Cause Spesific Mortality Rate ( CSMR )Yaitu jumlah seluruh kematian karena satu sebab penyakit dalam satu jangka waktu tertentu (1tahun ) dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut.Rumus : CSMR=jml seluruh kematian karena sebab penyakit tertentu : jml penduduk yg mungkin terkenapenyakit pd pertengahan tahunx XK

Case Fatality Rate ( CFR )Adalah perbandingan antara jumlah seluruh kematian karena satu penyebab penyakit tertentu dalam 1 tahun dengan jumlah penderita penyakit tersebut pada tahun yang sama. Digunakan untuk mengetahui penyakit penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi.Rumus : CFR=jml kematian karena penyakit tertentu : jml seluruh penderita penyakit tersebutx XK

LI2. Memahami & Menjelaskan Sistem RujukanDefinisi 1. Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap / rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). 1. Rujukan adalah sesuatu yang digunakan pemberi informasi (pembicara) untuk menyokong atau memperkuat pernyataan dengan tegas. Rujukan mungkin menggunakan faktual ataupun non faktual. Rujukan faktual terdiri atas kesaksian, statistik contoh, dan obyek aktual. Rujukan dapat berwujud dalam bentuk bukti. Nilai-nilai, dan/atau kredibilitas. Sumber materi rujukan adalah tempat materi tersebut ditemukan.

Jenis-jenis rujukan :1. Rujukan Medis(rujukan pasien, dan rujukan laboratorium)0. Berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan pasien, mencakup rujukan konsultasi medis dan bahan-bahan pemeriksaan.0. Upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. berlaku untuk pelayanan kedokteran (Medical Service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan. Maka rujukan ini dibedakan dengan tiga macam yaitu :1. Rujukan penderita : Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain- lain yang disebut transfer of patien.1. Pengetahuan : Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat disebut transfer of knowlwdge/ personel.1. Bahan- bahan pemeriksaan : Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap disebut transfer of spesimen.

1. Rujukan Kesehatan(rujukan iptek dan keterampilan yaitu pengalihan pengetahuan dan keterampilan)0. Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional.0. pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health service). Adapun rujukan kesehatan ini dibedakan atas ti ga macam yakni rujukan tekhnologi, sarana, dan operasional.

1. Rujukan Manajemen(pengiriman informasi guna kepentingan monitoring semua kegiatan pelayanan kesehatan diperlukan sistem informasi)

Tujuan rujukan 1. Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan rehabilitatif 1. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif.1. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.1. Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.1. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (Transfer knowledge and skill) melalui pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer.

Manfaat rujukan1. Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan (Police Maker) :1. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap pelayanan kesehatan.1. Memperjelas system pelayanan kesehatan, krena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.1. Memudahkan administrasi pada setiap aspek perencanaan.2. Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) :1. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang- ulang.1. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana kesehatan.3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyedia pelayanan kesehatan (Health Provider) :1. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.1. Membantu peningkatan ketrampilan dan pengetahuan yakni melalui kerjasama yang terjalin.1. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.

Bentuk rujukan Berdasarkan Tingkatannya1. Pelayanan kesehatan tiongkat pertama (primer) Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan.Contohnya : Puskesmas,Puskesmas keliling, klinik.1. Pelayanan kesehatan tingkat kedua ( sekunder) Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D. Pelayanan kesehatan diberikan oleh dokter spesialis terbatas.1. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga ( tersier) Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder.Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B. Pelayan kesehatan diberikan oleh dokter subspesialis luas.LI 2. Cakupan Mutu Layanan Kesehatan Serta ImunisasiPengertian Mutu1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati (Winston Dictionary, 1956)2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1986)4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)

Mutu Pelayanan KesehatanMutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.Sistem mutu adalah program perencanaan, kegiatan, sumberdaya dan kejadian yang didorong oleh manajemen, berlaku diseluruh organisme dan proses dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Selain dari dimensi mutu, cakupan dari mutu juga harus diperhatikan. Yang mana cakupan tersebut sebagai berikut:1. Mengetahui kebutuhan dan keinginan pelanggan.2. Menterjemahkan secara cepat dan dicirikan pada produk jasa yang kita berikan.3. Merancang sistem agar produk jasa disampaikan secara tepat dan cepat.4. Mempersiapkan personal yang akan memberikan pelayanan.5. Memepersiapkan material untuk menghasilkan informasi pelayanan tersebut.6. Mempersiapkan sistem untuk memperoleh informasi baik. Mutu Pelayanan Kesehatan dapat dilihat dalam 5 dimensi mutu yaitu :1. Responsiveness (Cepat Tanggap)Pelayanan kesehatan yang responsif ditentukan oleh sikap staf yang didepan karena berhubungan langsung dengan para pengguna jasa dan keluarganya.1. Reliability Pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai dengan yang ditawarkan. 1. AssurancePengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dipercaya oleh pelanggan. Dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.1. EmpathyKriteria ini terkait dengan rasa kepedulian dan perhatian khusus staf kepada setiap pengguna jasa, memahami kebutuhan mereka dan memberikan kemudahan untuk dihubungi setiap saat jika para pengguna jasa ingin memperoleh bantuannya1. TangibleMutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Contohnya ruang penerimaan dan perawatan pasien yang bersih, nyaman, lengkap.

Cakupan pelayanan kesehatanSistem terbentuk dari elemen atau bagian yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Apabila salah satu bagian atau sub sistem tidak berjalan dengan baik maka akan mempengaruhi bagian yang lain. Secara garis besar, elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut :1. Masukan (Input) adalah sub-sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.2. Proses ialah suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan sesuatu (keluaran) yang direncanakan.3. Keluaran (out put) ialah hal yang dihasilkan oleh proses.4. Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.5. Umpan balik (feed back) ialah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.6. Lingkungan (environment) ialah dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.ImunisasiImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh,2008,p.10). Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuhmempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari sebelumnya.Jenis-jenis imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu: a. Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon. b. Imunisasi pasifMerupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi .Tujuan Program ImunisasiProgram imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.Cakupan ImunisasiDefinisi Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.Rumus

KegunaanMemberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun. Cakupan yang baik minimal 80 persen.Jadwal Imunisasi

LI 3. Memahami & Menjelaskan Aspek Sosial & Budaya Masyarakat Dalam Pelayanan Kesehatan dan Perjalanan PenyakitPengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut.0. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.0. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.0. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang menunjang dalam bidang kesehatan.0. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

KomunikasiKomunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatab. Karena komunikasie merupakan kegiatan untuk mgnondisikan fakktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.Pola PikirPerilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan. 1. Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun. 1. Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya kebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.Respon Pola Pencarian Kesehatan (Treatment Seeking Behaviour) seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut :1. Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa. Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lain yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

1. Kedua, tindakan mengobati sendiri, dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.

1. Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional. Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.

Dukun yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada di tengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima oleh masyarakat daripada dokter, bidan, farmasis, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, seperti juga pengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.

1. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khususnya mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu diadakan penelitian yang lebih mendalam.

1. Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

1. Keenam, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik.

KebiasaanPerilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Bentuk dari perilaku tersebut ada dua yaitu pasif dan aktif. Perilaku pasif merupakan respon internal dan hanya dapat dilihat oleh diri sendiri sedangkan perilaku aktif dapat dilihat oleh orang lain. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit :1. Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur.1. Perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.Secara lebih detail, Becker (1979) membagi perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan menjadi tiga, yaitu:1. Perilaku kesehatanHal yang berkaitan dengan tindakan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.Contoh : memilih makanan yang sehat, tindakan-tindakan yang dapat mencegah penyakit.1. Perilaku sakit Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan seseorang individuyang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Contoh : pengetahuan individu untuk memperoleh keuntungan.1. Perilaku peran sakit Segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesehatan.Terdapat dua paradigma dalam kesehatan yaitu paradigma sakit dan paradigma sehat :1. Paradigma sakit adalah paradigma yang beranggapan bahwa rumah sakit adalah tempatnya orang sakit. Hanya di saat sakit, seseorang diantar masuk ke rumah sakit. Ini adalah paradigma yang salah yang menitikberatkan kepada aspek kuratif dan rehabilitatif. 1. Paradigma sehat Menitikberatkan pada aspek promotif dan preventif, berpandangan bahwa tindakan pencegahan itu lebih baik dan lebih murah dibandingkan pengobatan. PenanggulanganSangat penting untuk sosialisasi dengan bentuk yang lebih dapat dimengerti serta mencakup semua kepercayaan dan aspek tiap masyarakat sehingga masyarakat dapat menerti dan memahami maksud arti dari sosialisasi tersebut dan dapat menerapkan nya kedalam kehidupan sehari hari mereka sehingga perilaku kesehatan mereka menjadi lebih baik.DampakDerajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4 faktor yaitu:1. Environment atau lingkungan.2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance.3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

LI 5. Memahami & Menjelaskan Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat dalam Pandangan IslamAnjuran Menjaga KesehatanSudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:Dari Ibn Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku, Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar).Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat al-Quran.Hukum menjaga kebersihanAllah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 57 yang bermaksud:Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri.Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di mukabumi; dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.(Surah Al-Baqarah, ayat 168)Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya QS Al Ala ayat : 14Dalam Islam, kebersihan adalah bersifat global atau luas. Artinya kebersihan itu meliputi semua aspek dalam Islam. Barangsiapa benar-benar dapat mengamalkan kebersihan yang global secara Islam ini maka oleh Allah mereka dijanjikan kemenangan baik di dunia terlebih lagi di akhirat.Anjuran BerobatDalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh keluarga dan sahabatnya agar berobat ketika sakit. Diantara teknik pengobatan yang dilakukan Nabi adalah menggunakan cara-cara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman saat itu.Perintah berobat dalam Islam juga dapat dipahami dari informasi yang dipahami sebagai salah satu bentuk perintah. Diantara cara berobat Nabi yang dianjurkannya sebagaimana banyak disebutkan dalam hadits adalah dengan cara berbekam (al-Hijamah = cupping), yang dulu dikerjakan secara bedah dengan besi panas. Dalam kedokteran, al-Hijamah dipahami sebagai pengeluaran darah dengan menoreh pembuluh darah. Secara umum teknik pengobatan di zaman Nabi ada 3, seperti disebutkan dalam hadits shahih yang artinya :Pengobatan ada 3 cara, meminum madu, berbekam, dan mencasnya dengan api, dan aku melarang mencas dengan api. (HR al-Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)Juga dinyatakan dalam hadits yang secara khusus menyuruh agar berobat, antara lain hadits Nabi yang artinya :Dari Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang seorang dusun kepada Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulallah, manusia yang bagaimana yang baik? Nabi menjawab : Yang terbaik akhlaknya diantara mereka, kemudian dia bertanya lagi, Ya Rasulallah apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR Ahmad)Hukum berobat dalam islam1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya perintah Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafiiyah, dan madzhab Hanabilah.2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab Syafiiyah.3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Masud, Abu Darda radhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin.5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab Syafiiyah.

Penanggulangan KLB dalam syariat islamNabi tidak memerintahkan mereka untuk mengucilkan para pengidap penyakit lepra tersebut. Tetap bergaul seperti biasa, namun waspada dan antisipatif. Hadis Nabi di atas adalah dalam konteks tersebut, bukan dalam rangka mengukuhkan opini masyarakat kala itu bahwa suatu penyakit mutlak bisa menular secara alamiah.Jika kita melihat hal ini dari konteks tauhid, sesungguhnya tidak ada penyakit menular dari atau melalui apapun secara alamiah. Jelas-jelas Nabi pernah menyatakan, Tidak ada penyakit menular (adwa). (HR Muslim dari Abu Hurairah). Bahkan, dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dari sahabat Jabir bin Abdullah, Nabi pernah menemani makan salah seorang sahabat penderita lepra bernama Muaiqib bin Abi Fathimah, tanpa memiliki kekhawatiran yang berlebihan.