documentpf
TRANSCRIPT
PF (Pemeriksaan Fisik)
RAMBUTInspeksi : Memeriksa warna rambut; (yang menentukan warna rambut adalah melanin
yang dibentuk oleh tirosin) pirang, hitam, putih, atau warna-warni (yang
ditemukan pada pasien dengan defisiensi vitamin A/vitamin A berfungsi
untuk menghasilkan keratin yang merupakan bahan utama untuk
pembentukan gigi, kulit, kuku, dan rambut). Bau menandakan higiene
seseorang.
Palpasi : Memeriksa kerontokan rambut pasien. Adanya lesi (setiap diskontinuitas
jaringan patologis atau traumatik atau hilangnya fungsi suatu bagian) atau
tidak.
Tabel 1.1 Lesi Primer
NO Jenis Lesi Keterangan Gambar
1 Makula Perubahan warna kulit, dengan
batas jelas kurang dari 1 cm.
2 Papula Menonjol batas tegas, kurang
dari 0.5 cm
3 Nodula Tonjolan pada berbatas tegas,
dengan ukuran 0.5 – 2 cm.
4 Tumor Tonjolan seperti nodula, tapi
lebih besar.
5 Vesikula Papula dengan cairan serosa di
dalamnya
6 Pustula Vesikula dengan cairan pus /
nanah di dalamnya.
DAHIPalpasi : Memeriksa hidrasi (penggabungan dengan air) pasien,
dengan cara palpasi ibu jari di daerah dahi pasien, apabila
terdapat finger print (cetakan garis-garis kulit yang
membentuk alur pada bagian ventral distal jari tangan)
maka pasien mengalami dehidrasi (kekurangan cairan).
PALPEBRAInspeksi : Memeriksa terdapat oedema (penumpukan cairan pada suatu jaringan) atau
tidak, karena jaringan pada palpebra longgar sehingga sering terjadi
oedema. Oedema palpebra sering terjadi pada saat bangun tidur.
Pemeriksaan oedema terdapat pada daerah palpebra, sakrum, dan pretibia
dorsum pedis. Serta terdapat perdarahan atau tidak. Jenis kelopak mata ada
dua yaitu ptosis (kelopak mata tidak dapat membuka) dan lagophtalmus
(kelopak mata tidak dapat menutup)
SKLERA DAN KONJUNGTIVAInspeksi : Melihat adanya ikterus (warna kuning pada
sklera, biasanya ditemukan pada pasien dengan penyakit hati) atau
tidak pada sklera pasien. Ikterus dikarenakan kadar bilirubin yang
tinggi pada darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan dari sel darah
merah yang sudah tua, rata – rata umur sel darah merah adalah 115 hari.
Mekanisme bilirubin
Terdapat perdarahan atau tidak pada konjungtiva palpebra inferior pasien, jika terdapat
perdarahan maka akan menimbulkan warna kebiruan pada daerah palpebra
dan disebut black eye. Warna pucat pada konjungtiva juga menandakan
anemik (kekurangan sel darah merah). Konjungtiva yang normal berwarna
merah muda dan sklera yang normal berwarna putih.
TEKANAN BOLA MATA (TIO / TEKANAN INTRA OKULER)
Palpasi : Memeriksa tekanan bola mata kiri dan kanan, pakah sama atau tidak.
Glaucoma (kelompok penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan
tekanan intra okuler) biasanya terdapat pada pasien dengan usia lebih dari
40 tahun.
PUPILInspeksi : Memeriksa refleks cahaya pada pupil. Pupil yang normal akan berbentuk
sama besar disebut juga isokor. Jenis – jenis pembesaran pupil yaitu miosis
(Pupil yang mengecil), pinpoin(amat kecil), dan midriasis (pupil melebar).
Berdiameter kira-kira 3 mm. Pemeriksaan biasanya menggunakan pen light
(senter kecil yang berbentuk seperti bolpoin).
VISUS (KETAJAMAN BOLA MATA)Inspeksi : Memeriksa apakah pasien mempunyai penglihatan yang kurang tajam.
Seperti kelainan mata miopi (rabun dekat),
hipermetropi (rabun jauh), dan silinder.
Pemeriksaan menggunakan kartu
snellen/optotype snellen (kartu yang digunakan
untuk mengecek ketajaman bola mata / berbentuk
huruf dengan ukuran yang berbeda – beda)
dengan jarak antara kartu snellen dan pasien yaitu
6 meter.
Visus 6/60 hanya bisa menghitung jari dari jarak
6 meter.
Visus 6/300 hanya bisa melihat gerak-gerak jari dari jarak 6 meter.
Visus 6/~ hanya bisa melihat terang dan gelap.
Anopsia (mata buta) tidak bisa melihat terang.
PEMERIKSAAN RONGGA HIDUNGInspeksi : Memeriksa septum hidung, berada ditengah apa tidak. Ada benda asing,
skret, perdarahan, peradangan mucosa, polip (pertumbuhan atau massa yang
menonjol di membran mucosa), dan purulent (nanah atau pes). Pemeriksaan
dilakukan dengan speculum hidung.
PEMERIKSAAN TELINGAInspeksi : Memeriksa kebersihan telinga, saluran canalis apakah ada serumen atau
tidak. Jika ada serumen maka dibersihkan, setelah dibersihkan barulah
dapat memeriksa membran thympani, pemeriksaan membran thympani
dapat dilakukan dengan penlight. Terdapat membrane thympani jika ada
pantulan cahaya, pantulan tersebut disebut refleks politzer.
MEMERIKSA PENDENGARANMemeriksa pendengaran ada 3 cara, yaitu pemeriksaan
rinne (positif atau tidak), pemeriksaan webber, dan
pemeriksaan schawabach.
Pemeriksaan rine menggunakan frekuensi 256 Hz.
Pemeriksaan webber menggunakan frekuensi 512 Hz.
Pemeriksaan schawabach menggunakan frekuensi 512 Hz.
MEMERIKSA RONGGA MULUT, LIDAH, GUSI, DAN GIGIMemeriksa rongga mulut
Inspeksi : Memeriksa apakah terdapat stomatitis (radang mukosa) atau apthea
(sariawan).
Memeriksa lidah
Inspeksi : Kebersihan atau hygiene lidah, biasanya terdapat pada orang demam,
thipoid, tidak suka makan, dan coma. Pada thypoid ditemukan hyperemik
(penumpukan darah) pada bagian tepi lidah.
Memeriksa gigi
Inspeksi : Memeriksa keadaan gigi, caries
(pembusukan pada tulang atau gigi), gigi
tanggal, sisa makanan, radang pada gusi,
abses (perdarahan yang mengakibatkan
bengkak), gigi palsu, dan lain – lain.
MEMERIKSA KELENJAR GETAH BENING LEHER
Palpasi : Kelenjar yang diperiksa adalah kelenjar submandibularis (kelenjar getah
bening yang terletak di bawah mandibularis) dan sekitar telinga. Palpasi
dapat dilakukan dengan satu tangan lewat samping, atau dengan dua tangan
lewat belakang. Pembesaran kelenjar getah bening pada submandibularis
dan sekitar telinga menandakan adanya infeksi daerah mulut dan telinga.
MEMERIKSA KELENJAR TIROIDInspeksi : Dilihat ada pembesaran atau tidak. Jika ada pembesaran maka akan terlihat
nyata.
Palpasi : Palpasi daerah kelenjar tiroid, dengan menekannya dan pasien disuruh
untuk menelan. Jika sudah terasa kelenjar tiroid maka saat pasien menelan,
kelenjar tiroid akan ikut bergerak naik dan turun. Pembesaran kelenjar
tiroid saat dipalpasi dan saat pasien menelan biasanya pasien akan
merasakan sakit. Dilaporkan bentuknya, keras atau tidak, berbenjol atau
tidak.
Auskultasi : Mendengarkan bruit thyroid (bunyi atau murmur (bunyi periodik yang
berasal dari jantung) yang terdengar pada auskultasi terutama yang
abnormal). Jika terdapat bruit thyroid maka ini merupakan keganasan
karena aliran darah pada pembuluh darah bertambah banyak.
MEMERIKSA ADA TIDAKNYA KAKU KUDUK / TENGKUKKaku kuduk terjadi pada pasien radang pada meningeal (radang selaput otak atau meningitis).
Cara memeriksa kaku kuduk:
Pasien dibaringkan, satu tangan berada dibelakang kepala dan tangan lain berada di dada.
Kemudian melakukan gerakan fleksi (gerakan mendekati tubuh dalam hal ini gerakan seperti
melihat ke bawah tetapi dalam posisi berbaring) kepala, sambil tangan yang lain menekan
dada. Saat melakukan gerakan fleksi perawat memeriksa apakah ada kekakuan pada otot
leher. Kekakuan yang sangat bahkan bisa mengangkat thorak.
PEMERIKSAAN THORAK DAN FUNGSI PERNAFASANGaris – garis pada thorak
Linea midsternalis : Garis yang berada di tengah – tengah sternum.
Linea para sternalis :
Linea midio-clavikularis : Garis yang di tengah – tengah klavikula.
Linea aksilaris anterior : Garis yang lurus dengan bagian depan aksila.
Linea aksilaris media : Garis yang lurus dengan bagian tengah aksila.
Linea aksilaris poterior : Garis yang lurus dengan bagian belakang aksila.
Linea skapularis : Garis yang brada di tengah skapula.
Linea vertebralis : Garis yang berada di tengah – tengah vertebra.
Inspeksi : Hal pertama yang dilihat dalam pemeriksaan dada adalah
Bentuk dada. Bentuk dada dan kelainan pada dada ada beberapa
macam, yaitu:
Funnel chest (Sternum didepresi ke arah dalam), pigeon chest (bentuk dada
yang ditandai dengan sternum yang menonjol), barrel chest (bentuk dada
depan dan belakang mengembung), gibbus (benjolan bulat), kiposis (bentuk
vertebra yang melengkung ke depan / bungkuk), lordosis (bentuk vertebra
lumbalis yang menonjol ke depan), scoliosis (bentuk vertebra yang
melengkung lateral atau ke samping).
Hitung pernafasan pasien. Pernafasan pasien untuk orang dewasa
adalah 12 – 20 kali/menit.
Catat juga pola atau irama pernafasan pasien:
Tachypnea (pernafasan lebih dari 24 kali/menit), bradypnea (pernafasan
kurang dari 10 kali/menit), kusmaul (peernafasan cepat dan dangkal),
dispnea (perasaan sesak dan berat saat bernafas), orthopnea (kesulitan
bernafas kecuali dalam posisi berdiri atau duduk), cheyne stokes
(pernafasan dengan amplitudo naik, turun, berhenti kemudian mulai siklus
baru), biot (mirip cheyne stokes tapi amplitudonya tidak teratur).
Adanya sianosis (kebiruan) pada kuku dan bentuk kuku clubbing of
finger (bentuk kuku 180°, terdapat pada pasien yang kesulitan
bernafas).
Batuk pasien (produktif, kering, whopping (batuk karena alergi),
pendek – pendek/dehem).
Palpasi : Palpasi dinding thorak menggunakan seluruh jari tangan. Digunakan untuk
memeriksa focal fremitus (getaran pada dinding thorak). Telapak tangan
diletakkan di dinding dada kemudian pasien diminta mengucapkan “tujuh
puluh tujuh”. Bandingkan g[etaran pada dada sebelah kiri dan dada sebelah
kanan. Penyakit pnemonia (radang paru disertai eksudasi dan konsolidasi /
pemadatan paru) akan terasa lebih bergetar, sedangkan penyakit pleura
effusion (penumpukan cairan pada rongga pleura) dan pnemuo thorak
(udara atau gas dalam rongga pleura yang dapat terjadi secara spontan atau
dimasukkan dengan sengaja) akan kurang bergetar.
Perkusi : Cara perkusi yaitu jari tengah tangan kanan sebagai pengetuk dan tangan
kiri sebagai alasnya. Perkusi dada digunakan untuk mengetahui apakah ada
cairan pada dada atau tidak selain itu digunakan untuk mengetahui letak
jantung. Berikut adalah macam – macam suara pada perkusi dada:
Sonor (bunyi perkusi normal)
Redup (bunyi perkusi karena ada jaringan yang lebih padat seperti pada
penyakit pneumonia yang mengalami konsolidasi paru/pemadatan
paru)
Pekak (suara jaringan yang padat, seperti jantung/adanya cairan pada
rongga pleura). Batas daerah jantung yaitu:
Batas atas jantung ICS 2 – 3.
Batas kanan jantung yaitu linea sternalis kanan.
Batas kiri jantung linea medio clavikularis kiri (pada pasien
dengan dada lebar batas kiri jantung : 1 jari medial dari linea midio
clavikularis kiri).
Batas bawah jantung ICS 4 – 5.
hypersonor/thympani (suara rongga kosong pada daerah caverne paru ,
seperti pada penyakit pnemo thorak dan pada orang yang memiliki
bentuk dada barrel chest).
Auskultasi paru :Teknik auskultasi thorak yaitu pasien diminta bernafas dalam dengan
membuka mulut kemudian meletakkan stetoskop pada daerah auskultasi
dan membandingkan daerah dada kanan dan dada kiri.
Ada 3 hal yang didengar saat auskultasi yaitu suara nafas, suara ucapan, dan
suara tambahan.
SUARA NAFAS
1. Suara Vesikuler. Terdengar di daerah lapang paru. Suara halus, bernada
rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Jika terdengar suara
vesikular selain di lapang paru maka hal tersebut termasuk kelainan.
2. suara Broncho-Vesikuler. Terdengar di daerah karina (percabangan
antara trakea dan broncus) atau di daerah sekitar sternum dan sekitar
regio intra skapular. Suara lebih kasar dari vesikular nada sedang.
Inspirasi sama dengan ekspirasi.
3. Suara Bronchial. Terdengar di daerah trakea atau daerah leher, suara
kasar dan bernada tinggi. Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi.
SUARA UCAPAN
Pasien diminta mengucapkan “tujuh puluh tujuh” setelah inspirasi dengan
berbisik, kemudian perawat memeriksa dada pasien dengan auskultasi
menggunakan stetoskop. Pasien diminta mengulangi ucapan “tujuh puluh
tujuh” tersebut selama beberapa kali dengan intonasi yang sama kuat.
Perawat secara sistematis membandingkan dada kanan dan dada kiri.
Berikut adalah jenis suara ucapan
1. Suara normal. Perlu latihan dan membiasakan diri mendengarkan suara
ucapan pada orang sehat.
2. Bronchophoni. Membandingkan sisi kanan dan sisi kiri, umumnya pada
bronchophoni sisi yang satu akan lebih bergetar dari sisi lain, hal ini
dikarenakan pemadatan/konsolidasi paru pada pasien pneumonia.
3. Pectoriloquy. Suara terdengar jauh dan tidak jelas. Terdapat pada
pasien pleura effusion atau atelaktasis.
4. Egophony. Suara bergema seperti orang yang hidungnya
tersumbat. Hal ini dikarenakan adanya pemadatan paru yang disertai
caverne/berongga – rongga besar pada sebagian daerah dan sebagian
yang lainnya normal. Sehingga menimbulkan suara yang bercampur.
SUARA TAMBAHAN
Pada pernafasan yang normal maka tidak akan terdengar suara tambahan.
Berikut adalah macam – macam suara tambahan:
1. Rales. Suara yang dihasilkan oleh eksudat pada saat inspirasi. Suara
seperti “meritik”. Rales ada tiga yaitu rales halus, sedang, dan kasar.
Perbedaan dari ketiganya terletak pada keras atau tidaknya suara
“meritik” yang diakibatkan oleh eksudat. Rales tidak hilang bila
pasien disuruh batuk. Terjadi pada pasien pneumonia dan TBC.
2. Ronchi. Suara seperti rales, tetapi ada ciri khas khusus, yaitu bernada
rendah, kasar, dan terdengar baik saat inspirasi maupun ekspirasi.
Ronchi akan hilang saat pasien batuk. Ronchi terjadi akibat
terkumpulnya cairan mucus pada trakea atau broncus besar misalnya
pada pasien dengan oedema paru.
3. Wheezing. Bunyi musical “ngiii...kkkk”. terjadi karena eksudat lengket
yang tertiup. Wheezing terdengar jelas saat proses inpirasi maupun
ekspirasi, bahkan biasanya terdengar sangat jelas pada fase ekspirasi.
Terdapat pada pasien bronchitis acuta.
4. Pleural Friction Rub...... suara ini terdengar kering, seperti gosokan
amplas pada kayu. Ronchi dan rales terdengar basah karena berasal
dari gemericik cairan. Pleura friction Rub.. terdengar jelas pada fase
ekspirasi dan inspirasi. Dan terdengar jelas pada daerah antero-lateral
dinding thorak.
Inspeksi Jantung : Ictus cordis (pukulan denyut jantung) akan terlihat pada ICS 5 pada
linea medio clavikularis kiri selebar 1 cm. Jika lebarnya lebih dari 1 cm
maka terdapat kemungkinan ada pembesaran jantung (pada pembesaran
jantung ictus cordis bisa terlihat pada linea aksilaris anterior).
Palpasi Jantung : Jika ictus cordis tidak terlihat pada pemeriksaan inspeksi maka
dilakukan pemeriksaan palpasi untuk mengetahuinya. Ictus cordis yang
normal akan selebar 1 cm saja, apabila lebih maka kemungkinan
terdapat hipertrofi ventrikel kiri.
Saat palpasi hitunglah juga HR (heart rate / rata – rata denyut jantung)
dan bandingkan dengan nadi. Jika lebih kecil atau lebih besar maka
terdapat kelainan.
Perkusi Jantung : Perkusi jantung digunakan untuk menentukan batas letak jantung dan
memeriksa pembesaran ventrikel kiri jantung, karena suara jantung
pekak. Pembesaran ventrikel kiri jantung akan membesar ke kiri agak
ke bawah.
Auskultasi Jantung : Untuk auskultasi jantung mula – mula gunakanlah bagian membran
dari stetoskop dengan tekanan yang kuat untuk mendengar nada – nada
tinggi. Kemudian gunakan bagian bel dengan tekanan ringan untuk
mendegarkan nada – nada rendah.
a. Bunyi Jantung
BJ I, yaitu tertutupnya katup mitral dan trikuspidalis.
BJ II, yaitu tertutupnya katup aorta dan pulmonalis
BJ III (irama pacu kuda / Galop Rythm), yaitu timbul akibat getaran
derasnya pengisian diastolik dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang
sudah membesar, darah jatuh ke ruang lebar kemudian timbul
getaran.
Tempat mendengar bunyi jantung:
Katup aorta. Di ICS 2 linea sternalis kanan.
Katup pulmonalis ICS 2 dan ICS 3 linea sternalis kanan.
Katup pulmonalis ICS 5 linea medio klavikularis kiri.
Katup mitral ICS 4 linea sternalis kiri.
b. Fase Sisitolik dan Fase Diastolik
Fase sistolik adalah fase antara BJ I dan BJ II.
Fase diastolik adalah fase antara BJ II dan BJ I.
c. Bising Jantung / Murmur
Murmur disebabkan oleh aliran darah yang melewati celah sempit
pada pembuluh darah, akibatnya terjadi turbulensi darah. Arus
darah yang normal adalah stream line, sedangkan untuk murmur
adalah arus turbulensi darah.
Murmur dengan derajat 1 – 3, maka masih dianggap dalam kondisi
terkontrol, tetapi jika sudah mencapai grade 4 – 6 maka hal tersebut
merupakan kelainan pada jantung.
Yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan bising jantung adalah:
1. Tempatnya (Mitral, Pulmonalis, Trikuspidalis, Aorta)
2. Terjadi pada fase sistolik atau fase diastolik
3. Derajatnya.
Grade:
1- Hampir tidak terdengar.
2- Terdengar lemah.
3- Agak keras.
4- Keras.
5- Sangat keras.
6- Saat stetoskop diangkat sedikit masih terdengar.
4. Rendah tingginya nada.
5. Kualitasnya. Crescendo (makin keras terdengar), decrescendo
(makin melemah), musikal (bergelombang / nada naik turun).
PEMERIKSAAN ABDOMENDalam pemeriksaan abdomen harus bertahap dan urut. Urutan pemeriksaan abdomen adalah
inspeksi, auskultasi, palpasi, kemudian perkusi. Pemeriksaan harus urut karena palpasi atau
perkusi dapat meningkatkan intensitas peristaltik usus. Perawat juga harus mengetahui
pembagian daerah abdomen. Pembagian daerah abdomen ada dua tipe, yaitu berdasarkan 9
regio dan berdasarkan 4 kwadrant.
9 regio tersebut adalah:
Epigastrika.
Hipochondrika kiri dan kanan.
Umbilikalis.
Lumbalis kiri dan kanan.
Hipogastrika.
Inguinal (iliaca) kiri dan kanan.
Sedangkan 4 kwadrant tersebut adalah:
Kwadrant kanan atas.
Kwadrant kiri atas.
Kwadrant kanan bawah.
Kwadrant kiri bawah.
Inspeksi : Amati bentuk abdomen, apakah membuncit/membusung, bentuk umbilicus
menonjol/tidak, ada benjolan pada permukaan abdomen/tidak ada, tepi
perut menonjol/tidak.
Amati aliran darah vena pada abodomen. Aliran darah yang normal adalah
dari tengah abdomen kemudian ada yang menuju ke atas atau ke bawah dan
tidak terlalu menonjol.
Aliran darah yang tidak normal:
Dari bagian atas abdomen kembali ke atas lagi, hal tersebut
menunjukkan adanya obstruksi vena porta hepatika/tekanan vena porta
meningkat.
Dari bagian bawah menuju bagian atas, menunjukkan adanya obstruksi
vena porta inferior.
Auskultasi : Auskultasi dilakukan untuk memeriksa bising usus. Bising usus yang
normal adalah sekitar 5 – 35 kali per menit. Jika tidak ada bising usus
dalam waktu 5 menit barulah dikatakan peristaltik negatif/tidak ada.
Auskultasi juga bertujuan untuk memeriksa apakah ada bruit pada arteri
maupun aorta.
Palpasi : Pada saat palpasi abdomen, tanyakan dahulu apakh ada daerah yang sakit,
jika ada maka daerah itulah yang dipalpasi terakhir. Palpasi dimulai dengan
palpasi umum, yang dikaji yaitu: palpasi adanya nyeri, palpasi apakah ada
benjolan atau tidak, periksa juga turgor kulit untuk memeriksa hidrasi
pasien. Setalah itu palpasi dengan penekanan pada daerah vesica
urinaria/kandung kemih (cystitis/radang kandung kemih), titik MC burney
(apendikitis/usus buntu), dan regio epigastrica (gastritis).
Perkusi : Suara perkusi yang normal pada abdomen adalah thympani. Masa yang
padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (asites (cairan di rongga
peritoneum), ginjal, vesica urinaria (kandung kemih), dll)
PEMERIKSAAN KELENJAR LIMFE INGUINALPalpasi : kelenjar limfe inguinal diperiksa dengan teknik palpasi saja. Untuk
mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar limfe pada daerah inguinal.
Jika ada maka ada petunjuk terjadinya infeksi pada daerah tungkai,
inguinal,, kelainan atau metatase tumor testis.
PEMERIKSAAN GENETILIAPria
Inspeksi : Diperiksa bagian kulit apakah ada infeksi, lesi, atau kutu. Tesitis kiri kanan,
ada/tidak hidrocale (kumpulan cairan yang berbatas tegas, dalam kasus ini
berada di testis). Mulut eretra, ada/tidak discharge nanah. Ada/tidak ulcus
(luka/terkelupasnya jaringan nekrotis) pada corona glandis penis (batas
proksimal melingkar pada glan penis). Phymosis (preputium tidak bisa
ditatik). Lesi herpes. Dll.
Wanita
Inspeksi : Amati secnet vagina, klasifikasinya yaitu:
1. Normal :Tidak gatal dan jernih.
2. Lochia rubra :(Sekret vagina setelah melahirkan seperti darah
sampai 3 hari post partum).
3. Lochia alba :(Sekret vagina terakhir saat melahirkan, jika jumlah
darah berkurang dan leukosit bertambah).
4. Warna coklat :Mungkin CA, endometriosis.
5. Keju cair :Mungkin monilia/candida.
6. Putih mucoid :Infeksi stafilokokus/streptokokus.
7. Putih berbusa :Infeksi trichomonas vaginalis.
8. Kuning kehijauan :Nanah/purulent.
PEMERIKSAAN ANUS
Anus diperiksa bersamaan dengan genetalia wanita. Untuk laki – laki posisi brbaring miring,
lutut terlipat menempel perut dan dada.
Diperiksa adanya:
Haemoroid eksterna
Fissura (retak tau pecahnya jaringan pada kulit akibat menurunnya elastisitas jaringan
kulit)
Fistula
Atau keadaan keganasan.
PEMERIKSAAN LENGAN DAN TUNGKAIPemeriksaan Oedema
Oedema biasa terjadi pada daerah pre tibia, yaitu daerah sekitar maleolus (mata kaki), dorsum
pedis, dan jari – jari kaki. Oedema diperiksa dengan menekan jari di permukaan kulit dan
kecekungan yang terjadi akan tidak segera hilang (pitting oedema).
Pitting oedema dikarenakan oleh cairan ekstraselular yang lebih banyak dari pada cairan
intraselular. Pitting odema terjadi pada pasien dengan decomp cordis (ketidakmampuan
jantung untuk mempertahankan sirkulasi yang adekuat).
Pemeriksaan rentang gerak dan semetrisitas (Range Of Motion / ROM)
Diperiksa kesimetrisan lengan dan tungkai, dibandingkan besarnya sisi kanan dan sisi kiri.
Ketidaksimetrisan bisa dekarenakan polio (penyakit yang disebabkan poliovirus) atau karena
fraktur (patah tulang). Diperiksa kemampuan gerakan ke semua arah dengan teknik ROM,
ketidakmampuan gerak bisa desebabkan kelainan sendi atau jaringan di sekitar sendi.
Pemeriksaan uji kekuatan otot
Diawali dengan pemeriksaan tonus otot (ketegangan / kekakuan otot) dan trofi otot (besar
kecilnya otot). Dibandingkan kiri dan kanan.
Kekuatan otot dinilai dengan angka dari nol sampai lima:
0 : Otot sama sekali tidak bisa digerakkan dan sama sekali tidak ada kontraksi,
bila lengan dilepaskan akan jatuh 100% / tidak ada tahanan.
1 : Ada sedikit kontraksi dan jika lengan dijatuhkan ada sedikit tahanan.
2 : Mampu mengangkat lengan dengan tegak / bisa melawan gravitasi tapi jika
diberi sentuhan akan jatuh kembali.
3 : Pasien mampu menahan tegak saat diberi tekanan oleh pemeriksa namun
tidak bisa melawan kekuatan dorongan pemeriksa.
4 : Kekuatan yang berbeda antara sisi satu dengan sisi yang lainnya.
5 : Kekuatan utuh.
Pemeriksaan reflekx – reflex fisiologi
Reflex fisiologi deperiksa dengan ketukan pada tendon, yaitu reflex tendon biceps, triceps,
lutut dan achiles.
Pemeriksaan reflex patologik babinski
Refleks patologik babinski diperiksa dengan goresan pada daerah telapak kaki, seperti pada
gambar berikut
Refleks normal akan menggerakkan semua jari – jari kaki dengan gerakan plantar fleksi
(menekuk ke arah telapak kaki). Sedangkan refleks babinski negatif akan menggerakkan ibu
jari ke arah dorso fleksi (menekuk ke arah punggung dari telapak kaki)dan jari lainnya
bergerak ke arah plantar fleksi.
Mencari tanda – tanda khusus
Clubbing of the finger
Ujung – ujung jari seperti pemukul genderang. Biasanya terjadi pada pasien dengan diagnosa
TBC / COPD kronik, jantung bawaan, kelainan darah, dan gangguan oksigenasi.
Spider naevi
Apabila daerah jari ditekan maka arteriola akan terisi kembali dari arah sentral menuju
samping. Biasanya terjadi pada pasien hepatitis.
Uremic frost
Biasanya ditemukan pada pasien uremia (kelebihan nitrogen yang merupakan produk akhir
protein dan asam amino dalam darah / merupakan gejala dari gagal ginjal kronik). Cara
pemeriksaannya yaitu, keringat pasien dibiarkan menguap, setelah itu diperiksa apakah ada
bedak ureum, pemeriksaan dilakukan dengan perabaan dan tidak dilakukan jika pasien sudah
mandi.
PEMERIKSAAN KELENJAR MAMAEPemeriksaan dilakukan dengan pasien posisi berbaring dengan batal sebagai ganjalan pada
punggung. Periksa bergantian kiri dan kanan.
Inspeksi : Adakah retraksi (penarikan kulit) kulit, diperiksa juga bau puting susu,
ulcus (kerusakan lokal, atau terlepasnya jaringan nekrotik), kesimetrisan
antara mamae kanan dan kiri.
Palpasi : Lengan kanan digunakan untuk menekan dan lengan kiri digunakan sebagai
penopang, diperiksa apakah ada benjolan seperti tumor pada setiap
kwadrant mamae. Diperiksa juga kelenjar lemfe aksilaris untuk mengetahui
ada atau tidaknya metastase tumor ke daerah tersebut.
PEMERIKSAAN COMLUMNA VERTEBRALISPasien diperiksa dengan posisi duduk membelakangi pemeriksa
Inspeksi : Diperiksa bentuk vertebra, skoliosis, kiposis, lordosis, gibus, meningocele
(hernia pada columna vertebralis), spina bavida (kelainan penutupan
selubung tulang pada mendula spinalis, di mana selaput meninges dapat
menonjol ke luar (spina bivida cystica) atau tidak menonjol (spina bivida
occulata)).
Palpasi : palpasi pada procesus spinosus, dari cervikal sampai daerah lumbo – sakral.
Kaji apakah ada nyeri atau tidak, seperti pada pasien HNP.
PEMERIKSAAN SARAF CRANIALNervus Olfaktorius (N I)
Nervus olfaktorius berfungsi sebagai saraf penciuman, mengenali bau – bauan yang ada. Cara
memeriksa saraf olfaktorius yaitu dengan menyiapkan beberapa bau – bauan seperti
tembakau, kemudian pasien diminta menyebutkan nama dari bau – bauan tersebut.
Pemeriksaan dilakukan dengan mata tertutup.
Nervus Optikus (N II)
Berfungsi sebagai saraf pengatur penglihatan. Cara pemeriksaannya yaitu dengan
menggunakan optotype snellen yang dipasang 6 meter dari pasien. Kemudian diperiksa visus
pasien.
Nervus Trigeminus (N V)
Berfungsi sebagai saraf sensorik dan motorik.
Sensorik diperiksa pada permukaan kulit daerah dahi, pipi, dan rahang bawah dengan goresan
kapas.
Motorik diperiksa tonus otot maseter saat pasien diperintahkan untuk mengigit.
Nervus Fasialis (N VII)
Diperiksa kemampuan mengankat alis mengerutkan dahi, mencucurkan bibir, tersenyum,
meringis, bersiul, dan menggebungkan pipi. Juga diperiksa fungsi pengecapan (gula, garam,
dan asam).
Nervus Vestibulo – Acustikus / Auditorius (N VIII)
Test keseimbangan
Diperiksa fungsi keseimbangan dengan Test Romberg, yaitu pasien diperiksa berdiri
tegak dengan mata tertutup. Apabila pasien berhuyung – huyung dan jatuh maka test
romberg positif dan itu menandakan sisitem keseimbangan pasien terganggu. Pasien juga
diminta untuk berjalan pada garis lurus. Atau pasien diminta untuk berdiri dengan satu
tumit.
Test pendengaran
Test rinne (garpu tala 256 Hz)
Garpu tala digetarkan kemudian ditempelkan pada processus mastoideus, tepat saat tidak
terdengar pasien diminta bilang, kemudian garpu tala dipindahkan ke muka liang telinga.
Normalnya masih terdengar, disebut rinne positif.
Rinne positif bisa berarti normal juga bisa berarti tuli perseptif tidak total.
Rinne negatif berarti tuli konduktif
Test weber (garpu tala 512 Hz)
Garpu tala digetarkan tangkainya ditempelkan pada garis tengah kepala. Pasien diminta
mengatakan sisi mana yang paling terdengar lebih keras. Salah satu sisi lebih keras
disebut lateralis kanan atau lateralis kiri. Sama keras disebut tidak ada lateralis.
Lebih keras terdengar di kiri bisa berarti 2 hal:
a. Telinga kiri tuli konduktif
b. Telinga kanan tuli perseptif
Sama keras bisa berarti 3 hal:
a. Kedua telinga normal.
b. Kedua telinga tuli konduktif
c. Kedua telinga tuli perseptif.
Test schwabach (garpu tala 512 Hz)
Syarat pemeriksa pendengarannya normal. Garpu tala digetarkan kemudian ditempelkan
pada prosesus mastoideus pasien, setelah pasien merasa tidak terdengar lagi, garpu tala
ditempelkan ke pemeriksa. Apabila masih terdengar, maka dikatakan schwabach pasien
memendek. Normalnya test schwabach adalah sama dengan pemeriksa.
Nervus Glossopharyngeus (N IX) dan Nervus Vagus (N X)
Diperiksa letak uvula, di tengah atau diviasi, serta kemampuan menelan pasien.
Nervus Accesorius (N XI)
Diperiks kemampuan mengangkat bahu kiri dan kanan (kontraksi M. Trapezius dan gerakan
kepala.
Nervus Hypoglossus (N XII)
Diperiksa kemampuan menjulurkan lidah pada posisi lurus, gerakan mendorong pipi kiri dan
kanan, serta gerakan lidah ke dalam.