pf telinga (2)

34
Pemeriksaan Fisik Telinga THT RSUD TARAKAN Periode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016

Upload: liza-amanda-saphira

Post on 27-Jan-2016

237 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ppt

TRANSCRIPT

Page 1: PF Telinga (2)

Pemeriksaan Fisik Telinga

THT RSUD TARAKAN Periode 14 Desember 2015 – 16 Januari 2016

Page 2: PF Telinga (2)

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN UNTUK PEMERIKSAAN THT

Page 3: PF Telinga (2)

CARA MEMERIKSA TELINGA

• Tujuan: memeriksa MAE dengan meneranginya memakai cahaya lampu

• Alat:– Lampu kepala– Otoskop– Spekulum telinga– Alat penghisap– Hak tajam– Pemilin kapas– Forsep telinga– Balon politzer– Semprit telinga

Page 4: PF Telinga (2)

PELAKSANAAN

Cara memakai lampu kepala:• Pasang lampu kepala, sehingga kedua tabung lampu

berada di antara kedua mata.• Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di

depan mata kanan.• Mata kiri ditutup.• Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari

proyeksi cahaya dan saling bersinggungan.• Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1cm.

Page 5: PF Telinga (2)

PELAKSANAAN

Cara duduk:• Penderita duduk di depan pemeriksa• Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut

kiri penderita• Kepala dipegang dengan ujung jari• Waktu memeriksa telinga yang kontralateral,

hanya posisi kepala penderita yang diubah• Kaki, lutut penderita dan pemeriksa tetap pada

keadaan semula

Page 6: PF Telinga (2)

CARA MEMEGANG TELINGA

Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III, IV, V pada planum mastoid.Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE

Page 7: PF Telinga (2)

CARA MEMEGANG OTOSKOP

Page 8: PF Telinga (2)

TELINGA1. Bentuk Daun Telinga2. Kelainan Kongenital 3. Radang4. Tumor5. Nyeri Tekan Tragus6. Penarikan Daun Telinga7. Kelainan Preaurikuler8. Kelainan Infraaurikuler9. Kelainan Retroaurikuler10. Regio Mastoid11. Liang Telinga12. Membran Timpani

Page 9: PF Telinga (2)

BENTUK DAUN TELINGA

1. Normotia2. Microtia3. Macrotia4. Clauliflower ear5. Simetris ka/ki

1

3

2

4

Page 10: PF Telinga (2)

Cryptotia

Telinga kerut, kartilago heliks tersembunyi di bawah kulit kepala bagian temporal

Lop Ear

Heliks bagian superior terlipat jatuh kebawah

Page 11: PF Telinga (2)

Satyr Ear / Pointy Ears

Ujung superior heliks tampak lancip dengan variasi lipatan berlebihan pada heliks

Page 12: PF Telinga (2)

KELAINAN KONGENITAL

1. Atresia2. Fistula preaurikular3. Bats ear

1

2

2

3

Page 13: PF Telinga (2)

Fistula preaurikula

• Kegalalan penggabungan tuberkel kesatu dan kedua.

• Ukuran sebesar ujung pensil• Sering keluar cairan yang berasal dari kelenjar

sebasea

Page 14: PF Telinga (2)

RADANG

• Kalor/panas• Dolor/nyeri• Rubor/merah• Functio laesa• Tumor/membengkak

Page 15: PF Telinga (2)

Perikondritis

• Radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga

Page 16: PF Telinga (2)

TUMOR

• Ukuran• Batas tegas/tidak tegas• Bentuk• Mobile/immobile• Nyeri tekan• Konsistensi: kenyal,lunak,keras

Page 17: PF Telinga (2)

NYERI TEKAN TRAGUS

1. Ya atau tidak?

1

2

Page 18: PF Telinga (2)

PENARIKAN DAUN TELINGA

• Nyeri tarik aurikula

Page 19: PF Telinga (2)

KELAINAN PRE,INFRA,RETROAURIKULER

1. Fistula2. Hematoma

1 1

2

3 4

Page 20: PF Telinga (2)

REGION MASTOID

1. Tanda radang(mastoiditis)2. Tumor

1

1

22

Page 21: PF Telinga (2)

LIANG TELINGA

1. Serumen2. Hiperemis3. Furunkel4. Edema5. Sekret 6. Corpus alienum7. Tumor8. Laserasi 9. Clotting10. Perdarahan aktif

1 23

4

5 6

7

8

Page 22: PF Telinga (2)

MEMBRAN TIMPANI

1. Normal2. Retraksi3. Bulging4. Hiperemis5. Edema6. Perforasi(Marginal, Central, Atik)7. Cone of light/reflek cahaya8. Suram9. Timpanosklerosis10. Bleb/Bula

1 2 3 4

56 6

7

Page 23: PF Telinga (2)

TES PENALA

• Rinne• Weber• Swabach• Penala yang dipakai

Page 24: PF Telinga (2)

TES RINNE

• Berguna untuk membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pasien.

• Tangkai penala yang bergetar ditempelkan pada mastoid pasien (hantaran tulang) hingga bunyi tidak lagi terdengar, penala kemudian dipindahkan ke dekat telinga sisi yang sama ( hantaran udara)

Page 25: PF Telinga (2)

(+) HU>= HT -> normal / gangguan sensorineural(-) HU<HT -> gangguan konduktif

Page 26: PF Telinga (2)

TES WEBER

• Mendengarkan suara sendiri lebih keras bila satu telinga ditutup.

• Gagang penala yang bergetar ditempelkan di tengah dahi dan pasien diminta melaporkan apakah suara terdengar di telinga kiri, kanan, atau keduanya. Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga tersebut, jika kedua telinga tidak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tidak ada lateralisasi.

Page 27: PF Telinga (2)

Interpretasi :normal : tidak ada lateralisasituli konduksi : lateralisasi ke telinga yang sakittuli sensorineural : lateralisasi ke telinga yang sehat

Page 28: PF Telinga (2)

TES SCHWABACH• Untuk membandingkan hantaran lewat tulang antara

penderita dengan pemeriksa.• Cara : garpu tala dibunyikan lalu tangkainya diletakkan

tegak lurus pada planum mastoid pasien, bila pasien sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid pemeriksa. Bila pemeriksa masih dapat mendengar berarti Schwabach memendek, tetapi jika pemeriksa tidak mendengar maka pemeriksaan diulang dengan cara dibalik.

• yaitu tes ke pemeriksa dulu baru ke pasien. Jika pasien masih mendengar berati Schwabach memanjang, bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya berarti schwabach sama dengan pemeriksa

Page 29: PF Telinga (2)

Interpretasi :Schwabach normal : normalSchwabach memanjang : tuli konduksiSchwabach memendek : tuli sensorineural

Page 30: PF Telinga (2)

JENIS PENALA

• 512 Hz• 1024 Hz• 2048 Hz

Page 31: PF Telinga (2)

TES BISIKSyarat :• Tempat : ruangan sunyi dan tidak ada echo ( dinding

dibuat tidak rata atau dilapisi “soft board”/ korden), serta ada jarak sepanjang 6m.

• Penderita– Mata ditutup/ dihalangi agar tidak membaca gerak bibir– Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa– Telinga yang tidak diperiksa, ditutup atau dimasking dengan

menekan-nekan tragus ke arah MAE (meatus akustikus externus) oleh pembantu pemeriksa. Bila tidak ada pembantu maka telinga ditutupi kapas yang dibasahi gliserin

– Mengulang dengan jelas dan keras kata-kata yang dibisikkan

Page 32: PF Telinga (2)

TES BISIK (LANJUTAN)

• Pemeriksa – Kata-kata dibisikkan dengan dara

cadangan paru-paru setelah ekspirasi biasa

– Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita, biasanya kata-kata benda yang ada di sekeliling kita. Kata harus mengandung huruf lunak (frekuensi rendah) dan huruf desis (frekuensi tinggi)

Page 33: PF Telinga (2)

TES BISIK (LANJUTAN)• Teknik pemeriksaanPenderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap di tempat, sedang pemeriksa yang berpindah tempat.Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata ( biasanya 5 kata).Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m lalu dibisikkan kata lain dalam jumlah yang sama, bila didengar semua maka pemeriksa mundur lagi, sampai pada jarak dimana penderita mendengar 80% kata-kata yang dibisikkan.Untuk memastikan hasil tes maka lakukan tes ulang. Misalnya tajam pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan mendengar semua kata yang dibisikkan (100%) dan bila pemeriksa mundur ke jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80% kata yang dibisikkan.

Page 34: PF Telinga (2)

Hasil Tes

• Semi-Kuantitatif

Fungsi Pendengaran Suara Bisik

Normal 6 m

Tuli ringan > 4m - < 6m

Tuli sedang > 1m - < 4m

Tuli berat < 1m

Tuli total Bila berteriak di depan telinga, penderita tetap tidak mendengar