catatan kuliah anatomi telinga (2)

30
CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1 ANATOMI TELINGA Dosen : dr. Noorlaila, Sp. THT Tgl : 4 September 2003 Anatomi Fisiologi Patologi Penatalaksanaan Fungsi : - alat pendengaran - alat keseimbangan Telinga dibagi 3 bagian : 1. AURIS EKSTERNA ( telinga luar) 2. AURIS MEDIA (telinga media) 3. AURIS INTERNA (telingan dalam) AURIS ESKTERNA Terdiri atas : A. Aurikulum = Pinna (Daun Telinga) B. Meatus akustikus eksternus (MAE) = liang telinga Keterangan : A. Aurikulum Mempunyai kerangka tulang rawan yang ditutupi oleh kulit berambut yang melekat langsung pada perikondrium. Melekat pada os temporale Bagian yang mempunyai tulang rawan disebut LOBULUS Bagian dari daun telinga : 1. Concha 2. Tragus 3. Anti tragus 4. Helix 5. Anti helix 6. Lobulus 7. Fossa Scapoid Dipersarafi oleh : 1. Cabang Auriculo temporalis n. V 2. Cabang C 2 ,C 3 : - n. auriculo mayor - n. occipitalis mayor B. Meatus Akustikus Eksternus Saluran menuju telinga tengah membran tympani Diameter 0,5 cm Panjang 2,5 – 3 cm Terdiri dari : 1. Pars Kartilagenus 1/3 Lateral MAE BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA 1

Upload: adhityas-angga-kusuma

Post on 14-Aug-2015

202 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tht

TRANSCRIPT

Page 1: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

ANATOMI TELINGA

Dosen : dr. Noorlaila, Sp. THTTgl : 4 September 2003

Anatomi Fisiologi Patologi Penatalaksanaan

Fungsi : - alat pendengaran - alat keseimbangan

Telinga dibagi 3 bagian :1. AURIS EKSTERNA ( telinga luar)2. AURIS MEDIA (telinga media)3. AURIS INTERNA (telingan dalam)

AURIS ESKTERNATerdiri atas :

A. Aurikulum = Pinna (Daun Telinga)B. Meatus akustikus eksternus (MAE) = liang telinga

Keterangan :A. Aurikulum

Mempunyai kerangka tulang rawan yang ditutupi oleh kulit berambut yang melekat langsung pada perikondrium.

Melekat pada os temporale Bagian yang mempunyai tulang rawan disebut LOBULUS Bagian dari daun telinga :

1. Concha2. Tragus

3. Anti tragus4. Helix5. Anti helix6. Lobulus7. Fossa Scapoid

Dipersarafi oleh :1. Cabang Auriculo temporalis n. V2. Cabang C2,C3 :

- n. auriculo mayor- n. occipitalis mayor

B. Meatus Akustikus Eksternus Saluran menuju telinga tengah membran tympani Diameter 0,5 cm Panjang 2,5 – 3 cm Terdiri dari :

1. Pars Kartilagenus 1/3 Lateral MAE Berupa tulang rawan elastis lanjutan Aurikulum Dilapisi kulit melekat erat, mengandung :

Jaringan subkutan Rambut Kelenjar cerumenosa Kelenjar keringat

2. Pars Oseus 2/3 bagian medial Berupa tulang Dilapisi kulit tipis tanpa rambut melekat erat pada tulang

dan didapatkan kelenjar keringat

AURIS MEDIA Merupakan ruang berisi udara yang terletak didalam os temporale

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA1

Page 2: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Terdiri dari :A. Tuba eustachiiB. Kavum timpaniC. Antrum os mastoideum dengan sellule mastoiden

Dilapisi oleh mukosa epitel selapis kubis bersilia kontinu dgn nasofaring

Keterangan :A. Tuba Eustachi

Saluran penghubung kavim tympani dengan nasofaring Panjang kurang lebih 37 mm dengan arah dari kavum tympani

Nasofaring : infero Antero Medial Perbedaan level muara dalam kavum tympani muara di

nasofaring :- Dewasa : 1mm- Bayi : horizontal (sama)

Fungsi : drainase dan ventilasi

B. Kavum Timpani Bagian terpenting dari telinga tengah dan merupakan kotak

dengan 6 dinding

Dibagi menjadi 3 bagian :1. Epitimpanum2. Mesotimpanum3. Hipotimpanum

Batas-batas :1. Dinding superior = tegmen timpani

Merupakan tulang yang sangat tipis (1mm) Batas epitimpani dengan fossa kranii media (lobus

temporalis)2. Dinding inferior

Sangat tipis

Merupakan batas hipotimpanum dengnan bulbus vena jugularis

3. Dinding posterior Berhubungan dengan antrum mastoideum melalui auditus

ad antrum Dilalui N. VII pars Vertikalis

4. Dinding anterior A. Carotis interna Muara tuba eustachii

5. Dinding medial Merupakan dinding pemisah dengnan labirin terdiri dari :

a. Kanalis semisirkularisb. Kanalis N. VII pars horisontalc. Foramen ovale d. Promontoriume. Foramen Rotundum

6. Dinding lateral Pars oseus : hanya sebagian kecil Pars membranacea : membrana timpani

Membrana Tympani Merupakan batas telinga luar -------- telinga tengah Berbentuk kerucut dengan basis lebar dan oval sedangkan puncak

kerucut kearah medial (umbo) Terlihat oblig dari liang telinga Tipis berwarna putih mengkilap seperti mutiara, terbagi atas :

Pars flasida (membrana Shrapnelli), terletak pada bagian atas berbentuk bulan sabit, berlapis dua yaitu :1. Lapisan luar kelanjutan dari epitel kulit MAE2. Lapisan dalam, dilapisi oleh mukosa sel kuboid bersilia

(sama seperti saluran nafas)

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA2

Page 3: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Pars tensa terletak dibagian bawah terdiri dari tiga lapisan :1. Lapisan Luar

= Flaksida 2. Lapisan Dalam3. Lapisan Tengah, terdiri dari :

Serat kolagen elastis Kearah luar berjalan radier Kearah dalam berjalan sirkuler

Gambaran yang tampak pada membran tympani :1. Umbo : bagian tulang malleus yang menonjol di membran

tympani2. Refleks cahaya : conus of light

Pantulan cahaya yang jatuh tegak lurus pada membrana tympani

Kiri : Umbo jam 7 Kanan : Umbo jam 5

Secara klinis mempunyai nilai3. Prosesus longus malleus melekat pada membrana tympani

Secara Imagener, Membran tympani dibagi 4 kuadran :Prosesus longus malleus tegak lurus di Umbo

- Antero superior- Antero inferior- Postero superior- Postero inferior

Fungsi membran Tympani1. Memudahkan saluran suara (udara) padat (tulang

pendengaran) dalam kavum tympani

2. Memperkeras bunyi yang masuk

Isi Kavum Timpani :1. Tulang pendengaran :

a. Malleusb. Inkusc. Stapes

2. Muskulus :a. M. Tensor timpanib. M. Stapedius

3. Ligamentum4. Nervus :

- Chorda tympaniN. Timpanikus

FISIOLOGI PENDENGARAN DAN FISIOLOGI KESEIMBANGAN

Dosen : dr. Achmad Rofii, Sp. THT

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA3

Page 4: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Tgl : 11 September 2003

Indera pendengaran lebih dahulu berfungsi dibandingkan indera yanng lain (seorang bayi lebih dulu bisa mendengar baru kemudian dapat menggunakan indera penglihatannya).

Kita dapat berkomunikasi karena dapat mendengar. Syarat-syarat untuk mendengar adalah :

1. Adanya sumber bunyi2. Alat pendengaran yang sempurna3. Otak/system syaraf yang baik

Bunyi timbul jika benda bergetar. Bunyi dihantarkan melalui udara berupa gelombang sinus. Adanya kekuatan/energi yang menyebabkan bunyi dari benda yang bergetar tersebut dapat tertangkap telinga. Bunyi dapat kita dengar bila memiliki energi antara 10-16 Watt/cm.

Bunyi juga dipengaruhi oleh : Intensitas (menentukan kekuatan bunyi).

Makin tinggi intensitas makin keras bunyi.

Frekuensi (berhubungan dengan nada)Frekuensi yang dapat didengar manusia antara 20 – 20.000 Hz. Dibawah 20 Hz disebut suara subsonik dan diatas 20.000 Hz merupakan supersonik. Jika bunyi terdiri dari beberapa frekuensi yang sama disebut nada selaras, sedangkan bila terdiri dari beberapa frekuensi yang berbeda (tidak satu frekuensi) maka disebut suara bising.

Batas ketenangan pada perumahan atau untuk kegiatan yang perlu konsentrasi adalah 55dB. Bila lebih brsar maka akan terasa bising.

Mekanisme pendengaran

Suara yang didengar oleh telinga dihantarkan melalui 2 cara yaitu melalui hantara udara dan hantaran tulang. Hantaran udara lebih baik daripada hantaran tulang. Hantaran tulang akan langsung mengenai koklea.

Getaran suara ditangkap oleh auricula, lalu dengan kecepatan rambat 340 m/detik masuk ke meatus aucusticus externus dialirkan ke liang telinga (canalis aucusticus externus) dan mengenai membran tympani, sehingga membran tympani bergetar. Getaran ini diteruyskan ke tulang-tulang pendengaran (malleus, incus dan stapes) yang berhubungan satu sama lain di dalam cavum tympani. Selanjutnya stapes menggerakkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimfe dalam skala vestibuli, selanjutnya getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendiring endolimfe dan membran basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala tympani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum) terdorong ke arah luar. Skala media yang menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membran basal, sehingga menjadi cembung ke bawah dan menggerakkan perilimfe pada skala tympani.

Pada waktu istirahat ujung sel rambut berkelok-kelok,dan dengan berubahnya membran basak ujung sel rambut itu menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion Kalium dan ion Natrium menjadi aliran listrik (energi meknaik menjadi energi listrik) yang diteruskan ke cabang-cabang N.VIII yang kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak (area 39-40) melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

MT bergetar ossicula auditiva Incus for. Ovale perilimfe skala vestibuli membr. Reisner endolimfe dan membran basal kearah bawah

Perilimfe skala timpani foramen rotundum ke arah luar

Skala media cembung mendesak endolimfe dan mendorong membran basal cembung ke bawah dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA4

Page 5: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Bunyi yang kita dengar tidak sama dengan bunyi yang sebenarnya timbul karena terjadi proses amplifikasi/ pengerasan suara oleh karena :

1. Perbandingan membran tympani primer dengan membran tympani sekuner di foramen ovale. Perbandingan ini adalah 1:18 artinya suara diperbesar 18 kali

2. Adanya daya ungkit tulang pendengaran sebesar 1,3 kali

Jadi bunyi yang kita dengar diperbesar 18 x 1,3 kali atau diperbesar sekitar 20 kali. Membran tympani sekunder yangn menutupi foramen ovale tidak dapat bergerak apabila terjadi otosklerotik

Gambaran bila cochlea dibuka

Irisan melintang cochlea

Inner high cells tersebut merupakan tempat keluarnya serabut saraf. Frekuensi bunyi yang kita dengar dihitung berdasarkan getaran oada inner high cells. Suara dengnan frekuensi tinggi akan diterima oleh outer high cells yang tidak memiliki serabut saraf (fungsinya untuk kenyamanan mendengar dan untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi).

Frekuensi antara 500 – 2000 Hz dapat menimbulkan kerusakan / gangguan pendengaran. Pada tuli kondutif / hiperaukustik Willisi penderita dapat mendengar pada suasana bising (makin keras suara – maka penderita merasa makin nyaman mendengar). Sedangkan pada tuli perseptif makin keras bunyi akan merasa semakin tidak nyaman tapi apabila bunyi makin lemah maka tidak bisa mendengar.

Proteksi pendengaran, dilakukan oleh : Anulus Tympanikus : otot yang mengelilingi membran tympani

sehingga mengencangkan membran tympani dan jika ada suara akan banyak dipantulkan

M. Stapedius : yang mengikat osseus stapes, Besarnya 1/20 kuku ibu jari. Muskulus ini berkontraksi sehingga os satpes menjauhi foramen ovale sehingga suara terdengnar menjauh

KESEIMBANGAN

Pusat keseimbangan : pada brain stemYang berperan dalam fungsi keseimbangan :

a. Central : cerebellum, CNSb. Perifer : ekstremitas, mata, organ vestibuler

Organ keseimbangan yang paling penting adalah vestibuler yang terdapat pada labirin (labirin terdiri dari organ cochlea dan vestibular)

Pada neuropati (seperti pada penderita DM) dapat terjadi gangguan pendengaran dan keseimbangan

Organ vestibular terdiri dari : Canalis semi sirkularis (merupakan saluran yang tidak melingkar

sempurna). Terdiri dari pars horizontalis, vertikalis dan posterior Sakulus Utrikulus

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA5

Page 6: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Sakulus dan utrikulus merupakan organ kesembangan yang dipengaruhi oleh gravitasi (bersifat statis). Sedangkan canalis semi sirkularis merupakan organ keseimbangan dinamis (dipengaruhi gerak tubuh). Bila tidak terjadi keseimbangan maka dapat terjadi vertigo diseases.

Rangsangan terjadinya keseimbanganCortex (pusat terjemahan) Thalamus

Mata Nuc. Occulomotorius Nuc. Occulomotorius

Cerebellum

Telinga Nuc. Vestibularis Nuc. Vestibularis

Ekstremitas Propioseptor Propioseptif

Gangguan pada labirin dan cerebellum menimbulkan gangguan keseimbangan. Bila rusak pada salah satu sisi dapat menimbulkan vertigo. Tapi bila rusak pada kedua sisi atau optimal kedua sisi akan terjadi proses keseimbangan

Gaya gravitasi merangsang utrikulus dan sakulus mempengaruhi pemutaran perilimfe. Pemutaran perilimfe ini dirangsang oleh gerak putar dari tubuh/kepala. Canalis semi sirkularis pars horizontal berperan pada proses akselerasi.

Mengukur gangguan keseimbnagan dengan alat Elektro Nistagmo Grafi (ENG), yaitu dengan memperhatikan nistagmus (gerak bola mata karena proses/ reaksi daru sistem vestibuler). Yang diperhatikan adalah fase cepat dan fase lambatnya.

Perubahan konsumsi O2 mendadak pada vestibuler menimbulkan gangguan keseimbangan, sehingga bila terjadi angiopati leher atau daerah vestibuler (auditiva interna rusak) akan menimbulkan gangguan vestibuler.

Anak kecil tidak/jarang menderita mabuk perjalanan karena organ keseimbangannya belum sempurna

Gangguan keseimbangan berat mempengaruhi saraf parasimpatis, sehingga terjadi hipersekresi, hiperasiditas, mual dan muntah.

Obat anti mabuk bekerja pada Sistem Saraf Pusat yaitu Sistem Parasimpatisnya sehingga mengurangi mual. Selain obat anti mabuk dapat pula diberikan anti histamin dengan cara kerja yang sama

Pada ENG : untuk merekam fungsi vestibuler, yaitu telingan diberi air hangat (bila telinganya bolong disemprot gas), kemudian perhatikan nistagmusnya (rekam fase cepat dan fase lambat)

Dosen : dr. Noorlaila, Sp.THT

Tgl : 18 dan 25 September 2003

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA6

Page 7: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

AURIS INTERNA (labirin)

Didalam labirin ada 2 alat panca indera :

Organon Auditus Alat dengar

Organon Status

Keduanya terletak didalam Os Pyramidalis

Masing-masing terdiri dari 2 tabung :

1. Pars Oseus (berdinding tulang)

2. Pars Membranaceus (berdinding membran) berada dalam

tabung pertama

PARS OSEUS :

- Berisi perilymph (memisahkan dengan pars membranaseus)

- Perilymph vestibulum melalui diktus perilymfatikus berhubungan dengan

Liquor Cerebrospinalis

PARS MEMBRANACEUS :

- Berisi Endolymph

- Endolymph bersama-sama dengan utrikulus dan sakkulus yang berada di

vestibulum keluar dari os pyramid melalui duktus endolymphatikus

- Sakkus endolymp berada dalam lipatan durameter

ARTI KLINIS

Melalui jalur-jalur tersebut infeksi didalam labirin sebagai lanjutan

keradanngan didalam kavum timpani, dapat menjalar ke Endokranium

ORGANON AUDITUS Duktus khoklearis organon ini membentuk seperti

rumah siput dengan 2,5 lingkaran

1. a. DK Oseus terdapat skala vestibuli dan tympani yang dipisahkan oleh

lamina spiralis oseus

b. Lapisan spiralis oseus pada daerah basal rumah siput lebih lebar,

makin ke puncak makin mengecil. Kebalikan dari lamina spiralis

membranaseus

2. a. DK Membranaseus (skala media), berisi Endolymp. Dipisahkan oleh

perilymp dengan DK Oseus

b. Berbentuk segitiga, dibatasi oleh membrana Reisner dan membrana

Basalis. Pada membrana basalis didapatkan tumpukan. Neuroepitel

yang disebut organon korti yang merupakan inti dan jiwa organon

auditis

c. Setiap organon corti mengeluarkan saraf membentuk

ganglion spirale bersatu membentuk N. Cokhlearis

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA7

Page 8: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

ORGANON STATUS

Dibentuk oleh kanalis semikularis oseus dan kanalis semikularis

membranaseus. Terdiri dari :

Pars hoizontalis

Pars vertikalis posterior

Pars vertikalis anterior

Pada bagian vestibulum KSS membranaseus melebar disebut

AMPULA

Didalam ampula didapatkan crista yang merupakan tumpukan

neuroepitel. Pada puncak-puncaknya tumbuh rambut-rambut yang

disebut cupula. Dari crista ini keluar N. Ampularis

Didalam Utrikulus dan Sakkulus didapati tumpukan neuroepitel

yang disebut makula.

Pada permukaan makula tumbuh rambut-rambut yang pada

puncaknya didapatkan tumpukan kalsium karbonat yang disebut

OTOLIT

Dari makula keluar N. Sakkulus dan N. Utrikulus

Crista dan makula merupakan inti jiwa organon status

Vaskularisasi :

N. Cokhlearis

1. N. Ampularis +

2. N. Sakkulus N. Vestibularis

3. N. Utrikulus +

N.Cetavus

SYMPTOMATOLOGY

Umum : Gejala yang menyertai

Febris

Muntah

Konvulsi

Sakit Kepala, spt : Headache & Sefalgia

Khusus : Gangguan / Kelainan telinga :

1. Deafness / Hearing loss

2. Otorhoe : keluar cairan

3. Otalgia : sakit telinga

4. Vertigo : rasa berputar

5. Tinnitus : mendenging

6. Deaf-mutism : bisu – tuli

7. Itching : gatal

Keterangan :

1. Deafness/ Hearing Loss

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA8

Page 9: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Pendengaran menurun atau hilang sama sekali, karena :

Keradangan

Trauma

Obat-obatan

Kongenital, dll

2. Otorhoe : Running ear, dischanging ear, draining ear

Keluarnya cairan dari telinga

Kualitas/ jenis :

Serous / encer :

- Radang akut

- OMA, OE

Mukous / kental : radang kronis

Purulent : radang kronis + destruksi tulang

Hemorraghic :

- Ruptura MT

- Trauma

Kuantitas : tergantungn banyak / sedikit.

3. Otalgia

Sakit/nyeri pada telinga spontan / tidak

Otogenik / non otogenik

Perantaraan :

N. V

N. IX

N. X

Cervikal : C2, C3

Spontan :

Barotitis perubahan tekanan mendadak

Oclutio tuba, OMA non perforata

Otitis eksterna bulosa

Non Spontan : timbulnya sakit pelan-pelan

Tragus pain : nyeri timbul bila tragus ditarik ke arah OE atau ditekan

Mastoid Pain : nyeri tekan pada mastoid Abses pada mastoid

Non Otogenik : nyeri alih 10 T

1. Tooth (gigi)

2. Tongue (lidah)

3. Tonsil

4. Tyroat (tenggorokan)

5. Thyroid

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA9

Page 10: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

6. Trachea

7. Tuba Eusthachii

8. Temporomandibular – Aurikulatia

9. Tic (IX)

10. Trapezius

4. Vertigo

Rasa mau jatuh kedepan/ belakang

Benda rasa berputar terhadap dirinya atau sebaliknya

5. Tinitus

Telinga rasa berbunyi (desis denging)

6. Deaf- Mute : Bisu – Tuli

Gangguan bicara karena gangguan pendengaran

True Deaf – mutism

Semi Deaf – mutism

7. Itching : Gatal pada liang telinga

Otomycosis

Maserasi kulit MAE

KELAINAN PADA AURIS EKSTERNA

1. Aurikula Othematom

Timbunan darah antara Perichondritis dan Chondrium

Bila cairan Serous Pseudo Othematom

Etiologi :

- Tanpa sebab

- Trauma

Tanpa Keluhan. Benjolan pada daun telinga (makin membesar)

Terapi :

Fungsi secara steril

Bebat tekan selama 1 minggu

- Gips

- bola kasa pada yang dijahit

Komplikasi : Perikhondritis

2. Perikhondritis

Radang pada perikhondrium daun telinga

Etiologi : Trauma dan luka bakar

Klinis :

Nyeri makin meningkat / hebat

Udem Hyperemi, keras

Fluktuasi (-)

Khas : Lobulus tidak terkena

Terapi :

Tanda abses (+) insisi bila ada kartilago yang nekrosis

dilakukan eksisi

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA10

Page 11: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

AB dosis tinggi

Analgetika

MRS

Komplikasi : Deformitas daun telinga = Cauliflower ear

Lain-lain : penyakit-penyakit kulit

KELAINAN PADA LIANG TELINGA

Otitis Eksterna

Keradangan pada liang telinga akut dan kronis

Kausa :

Bakteri, jamur, alergo, virus, eksem (bersama-sama)

Trauma korek-korek

Berenang

pH asam basa proteksi terhadap kuman menurun

Jenis-jenisnya adalah ....

A. Otitis Eksterna Difusa

Mengenai 2/3 dalam MAE

Penyebab a.l : Pseudomona, Staphylococcus albus, E. Coli, dll

Keluhan :

- Rasa gatal nyeri hebat (otalgia)

- Otorhoe (cair), kadang berbau

Tanda – tanda :

Liang telinga udem

Sekret purulent

Pendengaran kadang-kadang menurun

Tragus pain

Nyeri membuka mulut

Terapi :

Setelah dibersihkan diberi tampon kecil yang sudah ditetesi dengan

larutan Barowi (kompres) atau anti septik + kortikosteroid atau

antibiotika tetes telinga (hati-hati rx.) hipersensitivitas !) tampon

diusahakan tetap basah dengan menetesi T.T setiap 3-5 jam

Analgetika

AB sistemik kalau perlu

Jangan membiasakan sering korek-korek telinga

B. Otitis Eksterna Maligna

O.E + DM

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA11

Page 12: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Meluas secara progresif subkutis organ-organ sekitar (selulitis,

osteomielitis)

Nyeri hebat, sekret >>>

Udem Liang sempit jaringan granulasi

Purulen fasial

Terapi :

AB dosis tinggi terhadap pneumonias aerogenosa

Debridement

Obat-oabt diabet KP dalam

C. Otitis Eksterna Sirkumskripta = Furunkel = Bisul

Keradangan pada folikel rambut

1/3 depan MAE

Etiologi : Staphylococcus albus, Streptococcus

Patofisiologi :

Folikel rambut yang lepas terinfeksi infiltrat lumen sempit

karena adanya perlekatan subkutis dengan prichondrium sulit

meregang nyeri hebat

Keluhan :

Otalgia spontan, tragus pain setelah korek-korek telinga

Nyeri bila membuka mulut

Pendengaran bila furuncle menutupi MAE

Subfebril

Pemeriksaan :

Tortikolis sisi yang sakit (Spasme M. Sternocleido

mastoideus)

Udem dan hyperemi didaerah sekitar liang telinga dan sulkus

retroaurikula mastoiditis

Tragus pain

Lumen MAE sempit, membrana tympani utuh (kalau

terlihat)

Pemeriksaan Furunkel Mastoiditis Akut DDAx:- Otoroe

- Nyeri

-

Tragus pain (+) saat mengunyah

Beberapa minggu

(-)Px:Inspeksi

Palpasi

Otoskopo

- Udem & hiperemi difusa- Aurikulum terdorong ke depan

- Nyeri bila tragus pain ditekan lama baru menghilang- KGB membesar

- Udem MAE- Sekret MAE

- Udem dan hiperemi daerah mastoid- Aurikulum terdorong ke depan - bawah

- Mastoid ditekan makin lama makin sakit- KGB tidak membesar

- Udem postero superior- Mulkopus MAE (+)

Ro: Mastoid Normal Sel mastoid rusak

Komplikasi :

1. Limfadenitis

2. Perichondritis

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA12

Page 13: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

3. Erisepelas

Terapi :

1. Tampon dengan larutan Barabi dan AB tetes telinga

2. Bila abses (+) aspirasi insisi secara steril salep AB

3. Analgetika

4. AB sistemik

5. Istirahat makanan lunak

Termasuk otitis eksterna

1.Otomikosis

Infeksi jamur MAE causa Aspergilus, Candida albican

menyebabkan jumalh yang karenaa faktor kelembaban

Keluhan :

- Gatal >>

- Rasa penuh

- Keluar cairan

Pemeriksaan :

- Massa abu-abu putih kadang-kadang darah (+)

- Sekret hitam kapas Aspergilus reiger

Terapi :

- MAE dinersihkan obat-obatan anti jamur topikal

- Larutan asam acetat 2-5 % dalam alkohol

2. Otitis Eksterna Bulosa

Jenisnya OEB Aerosa dan OEB Hemorragika et causa Virus

Keluhan :

- Nyeri pada telinga (akut)

- Otorrole serous/ hemorragic

Pemeriksaan :

Bula pada MAE / MT

Diagnosis Banding : Otitis Media Akut

Terapi :

- TT

- Obat-obat simptomatis

- Pemecahan bula-bula secara steril

KERADANGAN PADA TELINGA TENGAH

Otitis Media (OM) ------ Corek

OM Supurativa OMA

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA13

Page 14: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

(OM Purulenta)

OMSK (OMPK)

OM

OM Serosa Akut (Barotrauma)

OM non supurativa(OM Serosa)

OM Serosa kronis (Glue Ear)

OTITIS MEDIA AKUT (OMA)

Pertahan tubuh terganggu yang bisa diakibatkan oleh ISPA

Sumbatan tuba eustachii

Kuman : Staphylococcus haemolitycus, S. Aureus, Pneumococcus,

H. Influenza, Pseudomonas aures

Renogen

Trauma

Hematogen ----- penyakit beray

Stadium

1. Oklutio tuba (tuba katar)

2. Hyperemis (katalaris)

3. Supurasi (Bombans)

4. Perforasi

5. Resolusi

Keterangan :

1. Oklutio tuba :

ISPA --- mukosa tuba eustachii dan cavum tympani

Udem mukosa tuba eustachii ---- fungsi tuba terganggu, yaitu :

Ventilasi dan drainase ----- Suplai O2 menurun ---- tekanan cavum

tympani menurun ---- (hypotensi) = ‘ vakum’

Tahapan pada MT :

1. Terlihat normal : OM baru terjadi

2. Terjadi retraksi

3. Keluar cairan keruh sudah terjadi OM serosa

2. Hyperemis (katalaris)

Permeabilitas pembuluh darah dan limfe meningkat

Permeabilitas dinding-dinding sel meningkat O2 <<

Terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar submucosa

Ketiga proses diatas menyebabkan terjadinya transudasi cairan = “hydrops

ex vacuo. Hal ini terjadi karena tubuh selalu mengadakan keseimbangan

walaupun dalam keadaan patologis.

Klinis :

- anamnesa :

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA14

Page 15: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Telinga terasa penuh

Pendengaran terganggu

Kadang otalgia sakit pada telinga c/ vakum

Kadang tinitus/glebek-glebek

Keluhan adanya ISPA; kadang keluhan ISPA hilang,

tapi keluhan telinga lebih menonjol

- Pemeriksaan (Otoskopi) :

a. Membrana tympani hiperemis

b. Membran tympani retraksi (tertarik ke medial) dengan

tanda-tanda :

MT tampak cekung

Processus brevis lebih menonjol

Manubrium mallei lebih hotizontal dan lebih

pendek

Plika anterior tidak tampak lagi

Refleks cahaya hilang/berubah

c. Kadang-kadang tampak “air fluid level” dan “air bubles

dalam kavum tympani”

Terapi :

Tetes telinga untuk pembukaan tubae –

vasokonstriksi/dekongestan

Atasi dengan obat-obat ISPA

3. Supurasi (Bombans)

Hydrops ex vacuo --- pertahanan mukosa menurun + kuman-kuman

dari ISPA ---- eksudat purulent ---- tekanan dalam kavum tympani

meningkat.

Anamnesa :

Keluhan otalgia hebat (anak gelisah)

Febris meningkat --- kejang

Keluahn ISPA (+)

Keluhan stadium kataralis meningkat

Pemeriksaan ; pada membran tympani

Sangat hiperemis

Cembung (bombans) o.k ada cairan

Kadang-kadang adanya pulsasi o.k hiperemi pada membran

Terapi

Parasentese (incisi membrana tympani/miryngotomi) – kuadran

bawah belakang (postero inferior) mengeluarkan cairan

AB lokal 9golongan penicilin) dosis tinggo

Tetes hidung – decongestan membuka tuba agar ventilasi

dan drainase berfungsi kembali

Obat-obat ISPA

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA15

Page 16: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

4. Perforasi

Bila ada parasentese tidak dilakukan :

Pemberian AB --- sisa mukopus mengalami organisasi ---

jaringan ikat pada cavum tympani --- tuli konduksi

Perforasi spoptan --- tekanan cavum tympani menurun

Anamnesa :

Otorhoe keluar cairan dari telinga

Pendengaran menurun

Keluhan stadium hiperemis menurun

Perlu ditanyakan lingkungan untuk menghindari

masuknya air kedalam telinga (maksudnya kebiasaan spt

berenang)

Pemeriksaan :

MAE : sekret meningkat

Membran tympani :

perforasi, hiperemis --- antero posterior --- central

Pulsasi pus pada lubang

Terapi :

H2O2 3 % (ootoilet). Dibersihkan cairannya + peroksida akan

keluar spt busa atau kasa steril diletakkan di MAE sebelah luar

AB oral atau tetes telinga

Parasentesa --- jika lubang perforasi kecil dan masih otalgia

Komp

likasi : Stadiuim akut jarang

5. Stadium Resolusi (penyembuhan)

Proses penyakit hilang sembuh

Gejala klini mulai berkurang

Anamnesa :

- Gangguan pendengaran (perforasi)

- Keluhan-keluhan lain (-)

Pemeriksaan : MAE bersih, MAE normal/ perforasi (-), sekret (-)

Terapi :

- Nasehat jangan kemasukan air akut dapat menjadi kronis

- Dijaga jangan sampai terkena ISPA; squele : ketulian

OMA penyembuhan selama 10 hari – 2minggu

Fungsi pendengaran akan kembali normal dalam 1-2 bln bila tdk squele

Kuliah : 9 Oktober 2003

Dosen : dr. Noorlaila, SP.THT

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA16

Page 17: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

OTITIS MEDIA PURULENTA KRONIK

(SUPURATIVA)

Merupakan suatu keradangan atau infeksi kronis mengenai mukosa dan

struktur tulang di dalam kavum timpani. Ditandai dengan perforasi

membrana tympani, sekret yang keluar terus-menerus/ hilang timbul.

Perjalanan penyakit : OMA dan perforasi, OM serosa >> 2 bulan

Etiologi :

Terapi OMA yang tidak adequat

Virulensi kuman yang tinggi

Etiologi : Pseudomona aureus, Staph. E. Coli, Proteus

Faktor yang mempengaruhi :

Faktor rinogen : ISPA yang berulang

Faktir Eksogen : kebersihan MAE yang jelak

Keadaan umum

Gambaran Patologi

I. Perubahan membrana Tympani

1. Perforasi Sentral :

Perforasi pada pars tensa

Sentra bulat Sentra ginjal Total

2. Perforasi Marginal :

Perforasi pada pinggir Margo tympani tulang destruksi

3. Perforasi Attic :

Perforasi pada pars Flaksida kholesteatom (+), pada Epitympanum

II. Perubahan pada mukosa

a. Hipertrofi : mukosa kavum tympani hanya mengalami pembesaran sel.

b. Degeneratif : mukosa mengalami degeneratif jaringan granulasi / polip

c. Metaplasi : mukosa kavum tympani sel kuboid menjadi sel epitel

khloesteatom

III. Perubahan pada tulang

a. Osteitis

b. Destruksi, Nekrosis

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA17

Page 18: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Gambaran Klinik :

Ada 2 jenis OMPKA : dibagi atas perubahan perforasi MT

I. Type Benigna

Perforasi pars tensa

Terbatasi pada perubahan mukosa yaitu : menebal, granulasi (-),

cholesteatom (-)

Tidak mengenai tulang

Jarang mengalami komplikasi

II. Tipe maligna ada 2 tipe :

Komplikasi (+) kematian

a. Degeneratif :

Perforasi subtotal / total

Mukosa granulasi (+), polip

b. Metaplastik :

Perforasi marginal / attic

Kholesteatom (+)

Destruksi tulang pada margo tympani

Kholestetoma

“ Lapisan dari pengelupasan lapisan keratin epitel bertatah dalam kavum

tympani atau kavum mastoid”

Teori terjadinya :

1. Teori invaginasi : adanya tekanan negatif dari kavum tympani

tertariknya epitel dari lapisan luar MT ke dalam kavum tympani

2. Teori migrasi : tumbuhnya sel epitel dari MAE ke dalam kavum

tympani melalui perforasi MT

3. Teori metaplasia : sel-sel kuboid mukosa kavum tympani berubah

menjadi sel-sel epitel bertatah

Pengelupasan lapisan epitel berlangsung terus kholesteatom >> menekan

tulang sekitar destruksi tulang = Pressure nekrosis

Diagnosa OMPK

Keluhan :

1. Otoroe

Terus-menerus/ kumat-kumatan > 2 bulan

Kental dan berbau kholesteatom / destruksi tulang

Encer tidak berbau mukosa hypertrofi

2. Pendengaran menurun

Berat ringan tergantung patologi yang terjadi.

Antara lain karena :

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA18

Page 19: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Sekret >> dalam MAE

Perforasi MT

Penebalan mukosa meliputi osikule foramen ovale,

foramen rotundum

Kerusakan dari osikel, paling dini adalah nekrose dari

procesus inkus

Ketulian konduksi. Tuli persepsi bila sudah terjadi invasi

ke labirin

Pemeriksaan :

Sekret (+)

Perforasi MT variasi

Penebalan mukosa granulasi / polip / kholesteatom

Tes pendengaran (suara bisik, garpu tala, audiometri)

Foto mastoid rongga (+) = kholesteatom

Terapi

- Tipe Benigna : konservatif

Stadium aktif :

AB, cuci telinga (H2O2 3%), obat T.T

Cari faktor-faktor penyebab (kausa)

Stadium tenang : Myringoplasti

- Tipe Maligna : operasi Mastoidektomi

Komplikasi :

Mastoiditis kronik

Laringitis

Meningitis

Abses Otak

MASTOIDITIS KRONIS

Merupakan kelanjutan OMPK

Bersama sering disebut Otomastoiditis kronik

Dx : OMPK

Tx : Mastoidektomi

Tujuan mastoidentomi :

1. Menghilangkan sumber infeksi

2. Mencegah terjadinya komplikasi

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA19

Page 20: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

3. Sejauh mungkin mempertahankan fungsi pendengaran

KOMPLIKASI OTOMASTOIDITIS KRONIS

Komplikasi terjadinya pertahanan telinga yang normal terlewati, antara

lain :

Mukosa kavum tympani (URT)

Dinding tulang kavum tympani dan sel-sel mastoid

Fraktur tulang tenggorok, operasi

Bila terjadi patologi pertahanan runtuh menekan struktur lunak

sekitarnya

Cara penyebaran :

1. Hematogen Osteotromboplebitis

2. Erosi tulang

3. Melalui jalan yang sudah ada

Klasifikasi Komplikasi :

I. Komplikasi intra temporal Medial

1. Labirinitis :

Adanya fistel pada kanalis semisirkularis lateral atau pada foramen

ovale karena erosi dari kholesteatom

Tanda : Vertigo , muntah-muntah bila kepala digerakkan

Nistagmus Horizontal (mata)

Fistula sign (+) : bila tragus ditekan secara mendadak vertigo

2. Parese n. VII

II. Komplikasi Ekstra kranial inferior

1. Abses Retroaurikuler

Kholesteatom “pressure nekrosis” kortekmasstoid abses

Retroaurikularis

Tanda :

Aurikulum terdorong ke sisi yang sakit

Kepala miring ke sisi yang sakit

2. Abses Bezold

Kerusakan tip mastoid pus masuk kedalam fasia m. Sternocleido

mastoideus Abses Bezold

3. Abses Mouret

Bila pus menembus m. Digastrikus

Terapi :

Insisi abses diikuti dengan mastoedektomi

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA20

Page 21: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

III. Komplikasi Intrakranial Superior

Erosi pada tegmen oleh kholesteatom infeksi langsung ke fossa kranii

media dan poterior

1. Abses Ekstradura

Penimbunan pus antara tegmen dan dura

Tanda : nyeri kepala dan telinga yang hebat

Terapi : Mastoidektomi drainase pus

2. Meningitis

Keradangan menyeluruh pada ruang subarachnoid

Tanda :

Nyeri kepala hebat

Muntah-muntah

Febris tinggi

Gelisah kesadaran

Kaku kuduk dan tanda-tanda meningen (refleks patologis)

LP : kelainan (-)

Terapi :

MRS ke neurologi

AB dosis tinggi Mastoidektomi bila sudah tenang

3. Abses Otak

Mengenai lobus temporalis

Keluhan :

Nyeri kepala hebat

Muntah-muntah

Terapi :

Trepanasi bedah saraf

Mastoidektomi

KELAINAN KONGENITAL

Didapatkan berbagai macam kelainan kongenital telinga luar (Aurikula) :

SITE (LETAK)

SIZE (UKURAN)

SHAPE (BENTUK)

Terjadi akibat gangguan perkembangan arkus brakhial I dan II

1. Bats Ear (Lop Ear)

Bentuk daun telinga lebar dan berdiri

Paling sering

Pendengaran normal

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA21

Page 22: Catatan Kuliah Anatomi Telinga (2)

CATATAN KULIAH ILMU PENYAKIT THT 1

Gangguan estetika -------- Psikologis

Terapi : operasi

2. Anotia

Daun telingan tidak terbentuk

3. Mikrotia dan Atresia Liang telinga

Biasanya terjadi bersama-sama

Kadang diikuti dengnan gangguan tulang pendengaran (telinga

tengah)

Jarang diikuti dengan gangguan telinga dalam karena berbeda

dalam perkembangan embriologik

Bisa unilateral atau bilateral

Penyebabnya belum jelas al : Faktor genetik, virus, intoksikasi

bahan kimia, waktu hamil (talidomid)

Makin jelek bentuk daun telinga makin jelek pula kelainan telinga

tengah

Penunjang px : Audimeter dan radiologi

Terapi : Operasi rekonstruksi :

- Memperbaiki fungsi pendengaran

- Kosmetika

4. Fistula Pre Aurikularis

Kelainan herediter yang dominan

Lubang kecil bulat/oval depan tragus dan sekitarnya

Sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea

Obstruksi infeksi pyoderma atau selulitis fasial

Terapi : Keluhan + ------operasi

BENDA ASING PADA LIANG TELINGA LUAR

Berdasarkan anamnesa antara lain :

Binatang

Benda-benda mainan

Pemeriksaan : ekstraksi benda asing

Terapi :

Binatang : beri TT atau minyak agar binatang tidak berada lebih kem

dalam telinga

Mainan : harus ada celah antra liang telinga lalu semprot dengan air

hangat

BY. PRATEGRINI PURWENDAHSRICAHYAPRIHATIN SUCIFAALINDA22