pewarnaan spora_260110130006_oryza sativa sinuhaji
DESCRIPTION
pewarnaan spora, mikrobiologi farmasi, spora, bakteri, pewarnaanTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI
PEWARNAAN SPORA
Kamis, 12 Maret 2015
Kelompok I
Kamis, Pukul 10.00 – 13.00 WIB
Nama NPM
Oryza Sativa Sinuhaji 260110130006
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015
Nilai TTD
PEWARNAAN SPORA
I. TUJUAN
Mengamati endospora bakteri dengan menggunakan prosedur pewarnaan
spora (pewarnaan Klein). Memahami setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia
yang terjadi dalam prosedur tersebut.
II. PRINSIP
2.1 Pewarnaan Spora
Pewarnaan spora yaitu mengenal dasar- dasar kimiawi pada pewarnaan
spora dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora bakteri dan bentuk
vegetatif.
2.2 Teknik Aseptis
Teknik aseptis adalah suatu metode atau teknik didalam memindahkan
atau menstranfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis
agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik
transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur microbial
yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis
mikrobiologi.
2.3 Impermeabilitas Spora
Dinding spora bersifat impermeabel, tetapi zat-zat warna dapat diserap
kedalamnya dengan jalan memanaskan preparat. Sifat impermeabel ini
mencegah dekolorisasi spora oleh alkohol bila diperlakukan dalam waktu yang
sama seperti pada dekolorisasi sel- sel vegetatif.
2.4 Penetrasi Zat Warna
Ketahanan endospora disebabkan adanya selubung spora yang keras dan
tebal. Sifat tersebut menyebabkan diperlukan perlakuan yang keras untuk
mewarnainya. Hanya dengan perlakuan panas yang cukup, pewarna yang
sesuai dapat menembus endospora. Tetapi sekali pewarna tersebut memasuki
maka sukar dihilangkan.
III. TEORI DASAR
Spora bakteri adalah bentuk bakteri yang sedang dalam usaha
mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri
mempunyai fungsi yang sama sepertti kristal amoeba, sebab bakteri dalam
bentuk spora dan amoeba dalam bentuk kristal merupakan suatu fase di mana
kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap
faktor luar yang tidak menguntungnkan. Endospora hanya terdapat pada
bakteri merupakan tubuh dinding yang tebal yang sangat refraktif, dan sangat
resisten. Dihasilkan oleh semua spesies basillus, clostidum, dan sporosarcina.
Bakteri yang mampu membentuk endospora dapat tumbuh dan bereproduksi
selama banyak generasi sehingga sel vegetatif. Namun pada beberapa tahapan
di dalam pertumbuhanya, terjadi sintesis protoplasma baru dalam sitoplasma
vegetatifnya yang di maksudkan untuk menjadi spora (Pelczar, 2007).
Ada dua genus bakteri yang dapat membentuk endospora, yaitu genus
Bacillus dan genus Clostridium. Struktur spora yang terbentuk di dalam tubuh
vegetatif bakteri disebut sebagai ‘endospora’ (endo=dalam, spora=spora)
yaitu spora yang terbentuk di dalam tubuh. Secara sederhana, endospora
merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang mengalami
penebalan serta memiliki beberapa lapisan tambahan. Dengan adanya
kemampuan untuk membentuk spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada
kondisi yang ekstrim. Bakteri yang dapat membentuk endospore ini dapat
hidup dan mengalami tahapan- tahapan pertumbuhan sampai beberapa
generasi, dan spora terbentuk melalui sintesis protoplasma baru didalam
sitoplasma sel vegetatifnya (Saman, 2013).
Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan
zat warna kepermukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan
membiasakan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya
ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat
warna basa, bagian yang berperan memberikan warna disebut Kromotor
bermuatan positif, zat warna asam yang berperan memiliki muatan negatif.
Zat warna basa lebih banyak digunakan karena memiliki muatan positif
antara lain Eosin, Congo Red dll. Contoh warna asam yaitu Crystal violet,
methylene Blue, Safranin, Base Fuchsin, Malachite green, dll (Hermawan,
2015).
Tujuan dari pewarnaan spora yaitu mengenal dasar- dasar kimiawi pada
pewarnaan spora dan kinerja dari prosedur untuk membedakan spora bakteri
dan bentuk vegetatif. Prinsip pada pewarnaan ini pemanasan akan
mengembangkan lapisan luar spora sehingga berwarna hijau. Melalui
pendinginan utama akan terperangkap didalam spora dengan pencucian zat
warna utama yang da pada sel vegetatif akan terlepas, sehingga pada
pewarnaan yang kedua (safranin) sel vegetatif akan berwarna merah. Fungsi
zat warna malachite green merupakan pewarna yang kuat yang dapat
berpenetrasi kedalam endospora (Dwidjoseputro, 2005).
Proses pewarnaan endospora dilakukan setelah fiksasi dan setelah dibuat
apusan preparat. Kemudian preparat diberikan malakit hIjau yang berfungsi
sebagai pewarna primer yang digunakan untuk melumuri fiksasi panas.
Preparat diuapkan diatas air mendidih dengan tujuan untuk memperbesar
pori- pori bakteri agar pada saat pewarnaan dapat menembus dinding
endospora dan dijaga jangan sampai pewarna kering. Kemudian dicuci
dengan air dialirkan dari atas, yang bertujuan untuk menghilangkan malacite
green dari seluruh bagian sel endospora. Pewarnaan safranin bertujuan untuk
counterstein yang digunakan untuk melumuri bagian warna dari sel yang lain
dari pada endospora. Hasil uji bakteri Bacillus sp menghasilkan bakteri gram
positif. Prinsip pewarnaan spora didasarkan pada penggunaan zat warna
malachite green dan safranin dimana pada hasil pewarnaan akan
menghasilkan warna hijau pada spora dan warna merah pada sel vegetatifnya
(Lay 1994).
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat
4.1.1 Bak pewarna
4.1.2 Botol semprot
4.1.3 Kaca objek
4.1.4 Kapas
4.1.5 Kertas saring
4.1.6 Korek api
4.1.7 Mikroskop
4.1.8 Ose
4.1.9 Pembakar spirtus
4.1.10 Penangas air
4.1.11 Penjepit kayu
4.1.12 Tabung reaksi
4.2 Bahan
4.2.1 Alkohol 70%
4.2.2 Aquades
4.2.3 H2SO4 1%
4.2.4 NaCl fisiologis
4.2.5 Suspensi padat bakteri Bacillus subtilis berumur 72 jam
4.2.6 Zat warna biru metilen
4.2.7 Zat warna karbol fuchsin
4.3 Gambar alat
Bak pewarna Botol Semprot Kaca objek Kapas
Kertas saring Korek Mikroskop Ose
Pembakar Spirtus Penangas air Penjepit kayu Tabung Rx
V. PROSEDUR KERJA
Semua alat dan bahan disiapkan, yaitu zat pewarna, pembakar spritus dan
korek api, ose, kaca objek, kapas, kertas saring, tabung reaksi dan waterbath.
Suspensi bakteri dibuat dari biakan bakteri dan NaCl fisiologis dimasukkan
kedalam tabung reaksi dan ditambahkan karbol fuchsin dengan perbandingan
1:1. Campuran tersebut dipanaskan dalam waterbath suhu 80oC selama 10
menit. Kemudian kaca objek diambil dan dibersihkan menggunakan alkohol
70% sampai berdecit menggunakan kapas. Pembakar spritus kemudian
dinyalakan, ose diambil dan di fiksasi diatas pembakar spritus dan didinginkan
dekat api. Ose yang sudah dingin digunakan untuk mengambil suspensi
bakteri dengan cara membuka sumbat kasa dari tabung reaksi dekat dengan
api, kemudian ose dicelupkan dan diambil keluar, lalu mulut tabung reaksi dan
sumbatnya difiksasi dan ditutup. Suspensi bakteri diambil dan dibuat olesan
pada kaca objek, kemudian dilewatkan diatas api 3-5 kali dan diberi tanda
lingkaran pada sisi yang lain kaca objek. Kemudian olesan dilewatkan H2SO4
1% dan dibilas dengan aquades. Selanjutnya, zat pewarna biru metilen
diteteskan diatas kaca objek dan didiamkan 5 menit kemudian dibilas dengan
aquades dan dikeringkan menggunakan kertas saring. Kemudian kaca objek
diberi minyak imersi untuk dilihat dibawah mikroskop.
VI. DATA PENGAMATAN
Perlakuan Pengamatan
Biakan bakteri dan NaCl fisiologis
dimasukkan kedalam tabung reaksi
dan ditambahkan karbol fuchsin,
dipanaskan dalam waterbath suhu
80oC selama 10 menit
Diperoleh suspensi bakteri yang
telah diberi zat pewarna dalam
tabung reaksi ditutup sumbat kasa
Kaca objek dibersihkan dengan
menggunakan alkohol sampai
berdecit
Kaca objek bebas lemak
Ose difiksasi menggunakan
pembakar spirtus dan didinginkan
dekat api
Ose steril yang siap pakai
Suspensi bakteri dalam tabung
reaksi diambil menggunakan ose
dekat dengan api
Diperoleh suspensi bakteri pada ose
Fiksasi mulut tabung reaksi dan Tabung reaksi tetap steril
sumbat kapasnya kemudian ditutup
Suspensi dioleskan pada kaca objek
dan dilewatkan diatas api 3-5 kali
Olesan suspensi bakteri yang
menempel pada kaca objek
Kaca objek diberi lingkaran pada
salah satu sisi lain menggunakan
spidol
Terdapat daerah pengamatan
berbentuk lingkaran
Olesan dilewatkan H2SO4 1%,
dibilas dengan aquades
Olesan berwarna merah muda pucat
Genangi olesan dengan zat pewarna
biru metilen selama 5 menit, dibilas
dengan aquades
Olesan menjadi biru pucat hasil
bilasan
Kaca objek dikeringkan dan diberi
minyak imersi, diamati dibawah
mikroskop perbesaran tertentu
Terlihat sel vegetatif berwarna biru
dan sel spora bakteri berwarna
merah
Perbesaran 10 x 10
Perbesaran 10 x 100
VII. PEMBAHASAN
Praktikum Mikrobiologi Farmasi kali ini berjudul Pewarnaan Spora
dengan tujuan untuk mengamati endospora bakteri dengan menggunakan
prosedur pewarnaan spora (pewarnaan Klein) serta memahami setiap langkah
dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut. Prinsip yang
berpengaruh pada praktikum ini adalah pewarnaan spora yaitu dasar kimiawi
pewarnaan spora dan kinerja prosedur untuk membedakan spora dan bentuk
vegetatif bakteri, teknik aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba
lain, sifat impermeabel spora yang mencegah dekolorisasi spora oleh alkohol
bila diperlakukan dalam waktu yang sama seperti pada dekolorisasi sel- sel
vegetatif, dan ketahanan endospora disebabkan adanya selubung spora yang
keras dan tebal. Dalam praktikum ini zat pewarna yang akan digunakan adalah
karbol fuchsin dan biru metilen serta asam sulfat dengan sampel berupa
suspensi bakteri Bacillus subtilis. Selain itu juga digunakan aquades untuk
membilas zat pewarna, dan minyak imersi untuk memperbesar penampakan
bakteri saat diamati menggunakan mikroskop. Alat- alat yang digunakan
antara lain, bak pewarna untuk menampung air bilasan zat pewarna, botol
semprot yang akan mengalirkan aquades, kaca objek untuk meletakkan sampel
diatas daerah pengamatan, kapas bebas lemak untuk membersihkan kaca
objek, kertas saring untuk mengeringkan kaca objek setelah pembilasan, korek
api untuk menyalakan pembakar spirtus, mikroskop untuk mengamati sampel
pada kaca objek, ose yang difiksasi untuk mengambil sampel, tabung reaksi
yang disumbat dengan kapas dan kasa berisi suspensi bakteri, waterbath untuk
memanaskan sampel, dan pembakar spirtus sebagai media pensterilisasi alat.
Langkah pengerjaannya dimulai dengan menyiapkan semua zat pewarna,
sampel suspensi bakteri dan alat- alat yang akan digunakan. Biakan bakteri
dan NaCl fisiologis dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan
karbol fuchsin, dipanaskan dalam waterbath suhu 80oC selama 10 menit,
maka akan diperoleh suspensi bakteri yang telah diberi zat pewarna dalam
tabung reaksi ditutup sumbat kasa dan siap digunakan. Ketahanan endospora
disebabkan adanya selubung spora yang keras dan tebal. Sifat tersebut
menyebabkan diperlukan perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya
dengan perlakuan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus
endospora. Tetapi sekali pewarna tersebut memasuki maka sukar dihilangkan.
Sehingga dilakukan pemanasan saat pencampuran antara suspensi bakteri
dengan karbol fuchsin dengan perbandingan 1:1. Selanjutnya kaca objek
dibersihkan menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%
sampai berdecit yang menandakan bahwa pada kaca objek sudah tidak
terdapat lemak. Pembakar spirtus dinyalakan menggunakan korek api, ose
diambil dan difiksasi diatas pembakar spritus dan didinginkan dekat api
tujuannya untuk mensterilkan ose yang akan dipakai agar sampel tidak
tercampur dengan pengotor atau zat pencemar lainnya. Ose yang sudah dingin
digunakan untuk mengambil suspensi bakteri ke dalam tabung reaksi. Sampel
diambil dekat dengan api agar tidak ada sampel yang tercecer kemudian mulut
tabung reaksi dan sumbat kapas difiksasi dan ditutup dan dikemballikan ke
tempat semula. Sampel suspensi bakteri yang telah diambil menggunakan ose,
dioleskan pada bagian lingkaran pengamatan pada kaca objek dan dilewatkan
diatas api 3-5 kali agar sampel menempel pada kaca objek dan tidak ikut
terbilas saat pewarnaan. Ose yang telah digunakan kemudian difiksasi kembali
dan disimpan pada tempat semula agar rapi dan bersih. Kemudian salah satu
bagian kaca objek diberi tanda lingkaran menggunakan spidol yang
merupakan daerah pengamatan, sehingga akan memudahkan saat
menggunakan mikroskop. Kemudian, olesan dilewatkan H2SO4 1%, dan
segera dibilas dengan aquades sehingga warna olesan menjadi merah muda
pucat. H2SO4 1% menyebabkan terbentuknya pori-pori pada bakteri yang
memiliki banyak lapisan lemak (lipid larut dalam asam) sehingga warna dari
karbol fuchsin memudar dan zat pewarna tandingan dapat masuk
menggantikan. Kemudian, genangi olesan dengan zat pewarna biru metilen
selama 5 menit, dan dibilas dengan aquades sehingga olesan berwarna biru
pucat. Zat pewarna biru metilen merupakan pewarna tandingan, didiamkan
dalam waktu yang cukup lama karena sifat keras dari spora bakteri yang sulit
terwarnai. Kemudian, dilap dengan menggunakan kertas saring yaitu dengan
cara menepuk- nepuk kaca objek, kaca objek dilap bukan dengan digesek agar
sampel yang sudah menempel tidak ikut terangkat. Selanjutnya, ditetesi
minyak imersi agar diperoleh perbesaran yang lebih baik saat melakukan
pengamatan menggunakan mikroskop cahaya.
Hasil yang diperoleh dari pengamatan menggunakan mikroskop dengan
perbesaran 10 x 10 adalah terlihat bakteri berspora berwarna biru. Kemudian
dengan perbesaran 10 x 100 terlihat sel vegetatif dari bakteri berwarna biru
dan terlihat juga spora dari bakteri berwarna merah namun saling
bertumpukan karena ada kemungkinan saat pengolesan suspensi bakteri
kurang teliti dan tidak merata. Namun pada perbesaran 10 x 40 tidak terlihat
jelas penampakan spora bakteri maupun sel vegetatifnya.
Spora bakteri maupun sel vegetatifnya berwarna saat dilihat dibawah
mikroskop karena zat pewarna berhasil masuk dan menembus membran sel
dari bakteri tersebut. Saat melakukan pengamatan menggunakan mikroskop,
jumlah bakteri yang terlihat hanya sedikit, kemungkinan terjadi beberapa
kesalahan antara lain saat pengambilan sampel ose yang digunakan masih
cukup panas sehingga bakteri mati; zat pewarna yang terlalu cepat atau terlalu
banyak dibilas dengan aquades sehingga zat warna belum sempat masuk
kedalam sel bakteri; pengeringan bilasan zat warna terlalu ditekan; dan saat
melewatkan kaca objek diatas api terlalu lama menyebabkan bakteri mati.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan, yaitu metode
pewarnaan spora (pewarnaan Klein) terhadap suspensi bakteri Bacillus subtilis
dengan pewarna karbol fuchsin dan biru metilen dengan perbesaran mikroskop
10 x 10 dan 10 x 100 adalah sel vegetatif bakteri berwarna biru dan berbentuk
basil bercabang serta spora bakteri berwarna merah yang terletak pada tengah
sel bakteri dan ada juga yang menumpuk.
8.2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya disarankan agar selama pengerjaan lebih
tenang dan tertib agar tidak mengganggu praktikan lain yang sedang bekerja.
Penggunaan ose setelah difiksasi harus didinginkan tersebih dahulu sebelum
mengambil sampel. Penggunaan suspensi bakteri dalam tabung reaksi kiranya
bergantian dan tidak egois. Dan setelah menggunakan alat dan bahan
dikembalikan ketempat semula agar tidak berantakan dan meja kerja tetap
bersih.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Hermawan, M. 2014. Pewarnaan Gram available online at
http://www.academia.edu/6554037/5_Pewarnaan_Gram (diakses pada 13
Maret 2015).
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga
Grafindo Persada.
Pelczar, M.J.2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Saman, Andiesta. 2013. Pewarnaan Bakteri available online at
http://www.academia.edu/8884921/PEWARNAAN_BAKTERI (diakses
pada 17 Maret 2015).