percobaan 5 (pewarnaan)

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro.1998). Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.1998). Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan

Upload: itatriewahyuni

Post on 18-Jun-2015

12.750 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Percobaan 5 (pewarnaan)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, spirilum.

Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada

bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan

pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus.

Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung

(Dwidjoseputro.1998).

Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain

bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal

tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah

satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi

(Dwidjoseputro.1998).

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen

seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen.

Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun

pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna

asam dan pewarna basa.

Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan

kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku (Lay.1994)

Page 2: Percobaan 5 (pewarnaan)

Oleh karena itu yang melatar belakangi praktek ini yaitu untuk mengetahui

teknik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah dalam melihat bagian-

bagian bakteri.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri

Untuk mengetahui perbedaan gram positif dan gram negatif

Untuk mengetahui jenis-jenis pewarnaan bakteri

Untuk mengetahui larutan pewarna yang digunakan pada percobaan

pewarnaan

Page 3: Percobaan 5 (pewarnaan)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan

sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak

berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah

satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi

ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk

mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui

serangkaian pengecatan

Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak

mengadsorpsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat

warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme ataupun latar belakangnya. Zat

warna mengadsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme

disekelilingya ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan

struktur sel seperti spora dan bahan infeksi yang mengandung zat pati dan granula

fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut

pewarnaan khusus. Sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan

mikroorganisme disebut pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi

kelompok gram positif dan gram negatif. Pewarnaan diferensial lainnya ialah

pewarnaan ziehl neelsen yang memilihkan bakterinya menjadi kelompok-kelompok

tahan asam dan tidak tahan asam (Dwidjoseputro.1998).

Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan

pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas (Hadiutomo. 1990). Pada

umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan karena banyak bakteri

yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo, 2004). Tujuan dari pewarnaan adalah

Page 4: Percobaan 5 (pewarnaan)

untuk mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad,

mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap

pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia jazad dapat diketahui

(Hadiutomo. 1990).

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun

1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri

gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri

terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi

dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bias dilakukan pada mikroorganisme

yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp (Waluyo, 2004).

Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian

warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam).

Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-

ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat

warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa.

Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut

pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat

warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).

Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat

warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor

dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan

memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak

digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan didinding sel, membran sel dan

sitoplasmasewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan

berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas

terlihat (Dwidjoseputro.1998).

Page 5: Percobaan 5 (pewarnaan)

Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk

mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai

mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang

sediaan pewarnaan. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan

dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif

digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan

bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah

bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro.1998).

Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut

pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa

yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif.

Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme

diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna.

Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas

(Dwidjoseputro.1998)

Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek.

Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah

cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati.

Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu

padat terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat. Sebaliknya

pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu

mencari bakteri pada preparatnya (Sutedjo.1991).

Untuk pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka

seringkali setelah pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan.

Fiksasi dapat dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau

merendamnya dengan metanol. Fiksasi digunakan untuk :

1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah diwarnai

Page 6: Percobaan 5 (pewarnaan)

2. Melekatkan bakteri pada glass objek

3. Mematikan bakteri

Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk

meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur

pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti seperti crystal violet, biru

metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan zat

warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang sering digunakan

adalah nigrosin dan merah kongo (Lay.1994).

Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini

sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme

bakteri pada bakteri dikenal bentu yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral.

Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat

terlihat pewarnaan seperti rantai (stertococcus), buah anggur ( stafilococcus),

pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae) (Lay.1994).

Beberapa mikroba sulit diwarnai dengan zat warna yang bersifat basa, tetapi

mudah dilihat dengan pewarnaan negatif, pada metode ini mikroba dicampur dengan

tinta cina atau nigrosin, kemudian digesekkan diatas kaca objek.Zat warna tidak akan

mewarnai bakteri, akan tetapi mewarnai lingkungan sekitar bakteri. Dengan

mikroskop mikroba akan terlihat tidak berwarna dengan latar belakang hitam

(Lay.1994).

Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh seorang ahli bioteknologi

dari Denmark yang bernama Christian Gram pada tahun 1884. Menemukan metode

pewarnaan secara tidak sengaja. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan

menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan

dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut

ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa

Page 7: Percobaan 5 (pewarnaan)

dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti

Mycoplasma sp. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat

berguna dan paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Pewarnaan

itu merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri (Lay,1994)

Pewarnaan gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar

yang berumur 24-48 jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan

penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami

kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan

zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini berarti bahwa

bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat memertahankan

crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif (Lay,1994)

Cirri-ciri gram negative:

Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi layer

Dinding slnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan

terdapat dalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit 10% dari

berat kering, tidak mengandung asam laktat.

Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.

Tidak resisten terhadap gangguan fisik

Ciri-ciri bakteri gram positif:

Struktur dindingnya tebal

Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal

Bersifat lebih rentan terhadap senyawa penisilin

Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat warna seperti ungu Kristal

Komposisi yang dibutuhkan lebih rumit

Lebih resisten terhadap gangguan fisik.

Page 8: Percobaan 5 (pewarnaan)

Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap. Yaitu

a. Pemberian cat warna utama (cairan Kristal violet) berwarna ungu

b. Pengintensifan cat warna dengan penambahan larutan mordan

c. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alcohol asam

d. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin

Banyak seenyawa organic berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai

mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopis dan telah dikembangkan prosedur

pewarnaan gram untuk :

Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar

Mengidentifikasi bagian-bagian structural sel mikroorganisme

Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa

Page 9: Percobaan 5 (pewarnaan)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.Waktu dan Tempat

Praktikum mikrobiologi mengenai pewarnaan dan cara-cara pewarnaan yang

dilaksanakan hari Rabu, 6 April 2011 pukul 10.00-12.00 WITA. Bertempat di

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Mulawarman Samarinda.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat-alat

Mikroskop

Jarum ose

Cawan petri

Bunsen

Kapas

Pipet tetes

Botol

Beaker gelas

Gelas piala

Cover glass

Kertas saring

Pinset

Objek glass

Gunting

Page 10: Percobaan 5 (pewarnaan)

3.2.2. Bahan-bahan

Alkohol 95%

Aquades

Carbol Fuchsin

Crystal Violet

Nigrosin

Tinta cina

Malachite green

Lugol’s iodida

Safranin

Tisu

Alkohol 70%

Biakan murni bakteri

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Pewarnaan Sederhana

1. Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas

bunsen

2. Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit

aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose

3. Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di

atas preparat glass

4. Dikeringkan dan dianginkan preparatnya

5. Diteteskan larutan zat warna crystal violet sebanyak 1 atau 2 tetes

6. Dikeringkan dan dianginkan selama 1 menit

7. Dicuci dengan air mengalir

8. Dikeringkan preparat dengan dianginkan, dan

9. Diamati dibawah mikroskop karakteristik dan bentuk bakteri

Page 11: Percobaan 5 (pewarnaan)

3.3.2 Pewarnaan Negatif

1. Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas

bunsen

2. Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit

aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose

3. Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di

atas preparat glass

4. Dikeringkan dan dianginkan preparatnya

5. Diteteskan larutan zat warna tinta cina 1 tetes

6. Dikeringkan dan dianginkan preparatnya

7. Dicuci dengan air mengalir

8. Dikeringkan preparat dengan dianginkan, dan

9. Diamati dibawah mikroskop

3.3.3 Pewarnaan Gram

1. Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas

bunsen

2. Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit

aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose

3. Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di

atas preparat glass

4. Dikeringkan dan dianginkan preparatnya

5. Diteteskan larutan zat warna crystal violet 2-3 tetes dan didiamkan selama 1

menit

6. Dikeringkan dan dianginkan preparatnya

7. Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan

8. Diteteskan dengan larutan Lugol dan dibiarkan selama 1 menit lalu dicuci

dengan air mengalir dan diangin keringkan

Page 12: Percobaan 5 (pewarnaan)

9. Kemudian dicuci dengan dengan alkohol 95% selama 30 detik, lalu dicuci

dengan air mengalir dan dikering anginkan

10. Diberi larutan basic fuchsin atau safranin selama 2 menit

11. Dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan

12. Diamati dibawah mikroskop

3.3.4 Pewarnaan Spora

1. Dibersihkan preparat glass dengan alkohol 70% kemudian difiksasi di atas

bunsen

2. Dipijarkan jarum ose kemudian dicelupkan ke aquades dan diberi juga sedikit

aquades pada preparat glass menggunakan jarum ose

3. Dipijarkan lagi jarum ose dan diambil bakteri dari media lalu diratakkan di

atas preparat glass

4. Ditutup dengan kertas saring

5. Diteteskan malachite green kemudian difiksasi

6. Didiamkan selama 5 menit dan dibuang kertas saring

7. Dibilas dengan air mengalir dan kemudian dianginkan

8. Diteteskan safranin dan dikeringkan tanpa fiksasi

9. Diamati dibawah mikroskop

BAB IV

Page 13: Percobaan 5 (pewarnaan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1. Tabel hasil pengamatan pewarnaan

No. Teknik Pewarnaan Pengamatan

1. Pewarnaan Sederhana Keterangan :

Perbesaran 400

Berwarna Ungu

Berbentuk basil

2. Pewarnaan Negatif Keterangan :

Perbesaran 400

Berwarna Kuning

Berbentuk coccus

3. Pewarnaan Gram Keterangan :

Perbesaran 400

Berwarna Merah

Berbentuk basil

Gram negatif

Page 14: Percobaan 5 (pewarnaan)

4. Pewarnaan Spora Keterangan :

Perbesaran 400

Berwarna Merah

Berbentuk coccus

4.2 Pembahasan

Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat

warna dengan tujuan hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui

morfologi dan susunan selnya . pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa

pasda umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol , fuchsin , dan

safranin(lay ,1994).

Pewarnaan negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit

diwarnai, dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode

pewarnaan negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan

Page 15: Percobaan 5 (pewarnaan)

larutan zat warna yang tidak meresap ke dalam sel-sel bakteri melainkan melatar

belakangi sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak

berwarna(negatif) (Lay.1994).

Pewarnaan gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk

mengelompokan bakteri gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan

mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna ungu tua di

bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat warna crystal

violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau

safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh

perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam

pewarnaan gram antara lain : crystal violet, alkohol, safranin, dan iodine (Lay.1994).

Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite

green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna hijau pada

sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu pada Bacillus subtitulis

(Lay.1994).

Prinsip pewarnaan sederhana didasarkan pada zat warna yang digunakan

hanya terdiri dari satu zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu

cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum(Dwidjoseputro.1998).

Prinsip pewarnaan negatif yaitu suatu metode pewarnaan tidak langsung

dimana digunakan larutan zat warna yang tidak meresap kedalam sel bakteru

melainkan ke dalam latar belakangnya (Lay.1994)

Prinsip pewarnaan gram didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel

bakteri ; sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dengan permeabilitas zat warna

dan penambahan larutan pencuci (Dwidjoseputro.1998).

Page 16: Percobaan 5 (pewarnaan)

Prinsip pewarnaan spora yaitu suatu metode pewarnaan yang menggunakan

malachite green dan safranin, yang dalam hasilnya pewarnaan akan muncul warna

hijau pada sporanya dan warna merah pada sel vegetatifnya (Lay.1994)

Fuchsin carbon, merupakan campuaran fuchsin fenol dan dasar yang

digunakan dalam prosedur pewarnaan bakteri. Hal ini umumnya digunakan dalam

pewarnaan mikrobkateria karena memiliki ketertarikan untuk asam mycolic yang

ditemukan di dinding sel mikroba, carbol fuchsin juga digunakan sebagai antiseptik

tropikal (Lay,1994)

Crystal violet atau ungu gentian adalah pewarna triarylmethane. Pewarna ini

digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal

violet memiliki sifat sifat anti bakteri, jamur dan obat cacing, dan sebelumnya penting

sebagai antiseptik topikal (Sutedjo,1991).

Nigrosin adalah campuran dari pewarna sintesis hitam yang dibuat dengan

memanaskan campuran nirobenzena, anilin, dan hidroklorida. Industri utamanya

adalah sebagai pewarna untuk lak, pernis, dan tinta penanda pena. Didalam biologi,

nigrosin digunakan untuk pewarnaan negatif bakteri. Bentuk dan organisme yang

terlihat sebagai warna bebas menguraikan terhadap latar belakang gelap. Keuntungan

dari menggunakan metode ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin, metilen

blue, atau carbol, ialah bahwa fiksasi sebelumnya oleh panas atau alkohol tidak

diperlukan sehingga organisme terlihat. Selain itu pewarnaan negatif dengan nigrosin

dapat mengungkapkan beberapa mikroorganisme yang tidak dapat diwarnai dengan

metode biasa.

Lugol’s yodium, juga dikenal sebagai solusi lugol, merupakan solusi dari

iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol digunakan sebagai antiseptik dan

desinfektan, dan untuk desinfikasi darurat air minum, dan sebagai reagen untuk

deteksi pasti di dalam laboratorium, pewarnaan dan tes medis (Dwidjoseputro.1998).

Page 17: Percobaan 5 (pewarnaan)

Safranin dalah noda biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi.

Safranin digunakan sebagai conterstain dalam beberapa protokol pewarnaan.

Mewarnai seluruhinti sel darah merah. Ini adalah counterstain klasik dalam gram

stain. Hal ini juga dapat digunakan untuk deteksi tulang rawan, musin dan butiran sel

mast. Safranin biasanya memilki struktur kimia. Ada juga trimetil safranin kedua

senyawa berperilaku dasarnya identik dan aplikasi pewarnaan biologi dan

kebanyakan prosedur safranin tidak membedakan diantara keduanya. Persiapan

safranin komersial sering mengandung campuran dari kedua jenis. Safranin juga

digunakan sebagai indikator redok dalam kimia analitik (Sutedjo,1991)

Fiksasi adalah suatu metode persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar

tampak realistik dengan menggunakan grutaldehid dengan proses pemabakaran.

Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel bakteri pada objek

glass tanpa merusak struktur selnya (Lay,1994).

Menurut hasil pengamatan, pada pewarnaan sederhana dikemukakan bakteri

dengan bentuk basil dan berwarna ungu dalam pembesaran 400. Pada pewarnaan

negatif, tidak ditemukan terlalu banyak bakteri, ditemukan bakteri dengan bentuk

coccus dan pewarnaan negatif mewarnai belakangnya berwarna biru gelap dan

bakteri berwarna kuning. Pada pewarnaan gram ditemukan bakteri jenis gram negatif

dengan warna merah dan memiliki bentuk basil pada perbesaran mikroskop hingga

400. Sedangkan, pada perwarnaan spora yang menggunakan malachite green dan

safranin, spora seharusnya berwarna hijau, tetapi pada hasil pengamatan yang terlihat

hanya warna merah dari safranin, yaitu sel vegetatifnya dengan bentuk coccus pada

perbesaran 400 di mikroskop.

Beberapa faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna

yang berlebihan sehingga sel bakteri tidak nampak, kurang maksimalnya dalam

proses fiksasi sehingga masih ada bakteri yang belum mati, dan faktor yang lain

Page 18: Percobaan 5 (pewarnaan)

adalah pada proses pencucian terlalu deras dalam membilas zat warna dengan air

sehingga dapat menyebabkan bakteri larut terbawa air

Page 19: Percobaan 5 (pewarnaan)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan pewarnaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan :

Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain fiksasi, pelunturan

warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup

Perbedaan pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada

gram positif berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna

kristal violet serta perbadaan terjadi pada dinding selnya

Macam-macam pewarnaan anatara lain : pewarnaan sederhana,pewarnaan

differensial,pewarnaan spora dan perwarnaan kapsul

Larutan zat warna yang digunakan pada percobaan perwarnaan antara lain :

alkohol, carbol fuchsin, crystal violet, nigrosin, malachite green, lugol’s

iodida, dan safranin.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum dilakukan percobaab yang lain seperti pewarnaan

kapsul, basil tahan asam, dan perwarnaan fulton, diharapkan dengan mempelajari

berbagai macam metode pewarnaan lebih banyak mengenai tentang proses dan

metode pewarnaan.

Page 20: Percobaan 5 (pewarnaan)

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi, Malang : Djambatan

Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga

Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali

Sutedjo, Mul Mulyani.1991.Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta

Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press