pewarnaan gram

26
S I. JUDUL PERCOBAAN : IDENTIFIKASI MIKROBA II. TUJUAN PERCOBAAN : - Mengamati morfologi dan fisiologi mikroba - Membuat pewarnaan bakteri dan menerangkan reaksi kimia yang terlihat serta perbedaan reaksi yang terjadi. III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Identifikasi Mikroba Lingkungan Mikroorganisme yang berbentuk bakteri mampu berada di berbagai tempat baik melalui udara, bercampur dalam padatan dan berpindah tempat mengikuti aliran air atau melekat pada benda-benda yang cocok untuk tumbuh dan berkembang. Bakteri tumbuh dan berkembang pada lingkungan karena adanya nutrien yang tersedia, suhu yang sesuai, keasamanatau kebasaan (pH) tempat tumbuh, kandungan udara dan kelembaban udara. Bakteri-bakteri pemicu korosi seperti bakteri sulfur dalam system air adalah mikroorganisme yang dapat menimbulkan korosi, perubahan warna dan kerusakan materi. Dalam kondisi aerobik atau anaerobik bakteri dapat mereduksi sulfat menjadi sulfida yang selanjutnya menimbulkan korosi pada permukaan logam. Gabungan berbagai sel-sel mikroorganisme atau biofilm melekat kuat pada permukaan logam. Proses pelekatan ini disertai oleh penumpukan bahan-bahan organik yang diselubungi oleh polimer ekstraseluler.

Upload: gabriele-rimna-evangelina-tarigan

Post on 04-Aug-2015

382 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: pewarnaan gram

S I. JUDUL PERCOBAAN : IDENTIFIKASI MIKROBA

II. TUJUAN PERCOBAAN : - Mengamati morfologi dan fisiologi mikroba

- Membuat pewarnaan bakteri dan menerangkan

reaksi kimia yang terlihat serta perbedaan

reaksi yang terjadi.

III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Identifikasi Mikroba Lingkungan

Mikroorganisme yang berbentuk bakteri mampu berada di berbagai tempat baik

melalui udara, bercampur dalam padatan dan berpindah tempat mengikuti aliran air

atau melekat pada benda-benda yang cocok untuk tumbuh dan berkembang. Bakteri

tumbuh dan berkembang pada lingkungan karena adanya nutrien yang tersedia, suhu

yang sesuai, keasamanatau kebasaan (pH) tempat tumbuh, kandungan udara dan

kelembaban udara.

Bakteri-bakteri pemicu korosi seperti bakteri sulfur dalam system air adalah

mikroorganisme yang dapat menimbulkan korosi, perubahan warna dan kerusakan

materi. Dalam kondisi aerobik atau anaerobik bakteri dapat mereduksi sulfat menjadi

sulfida yang selanjutnya menimbulkan korosi pada permukaan logam. Gabungan

berbagai sel-sel mikroorganisme atau biofilm melekat kuat pada permukaan logam.

Proses pelekatan ini disertai oleh penumpukan bahan-bahan organik yang

diselubungi oleh polimer ekstraseluler.

Mikroba di lingkungan pada umumnya berada dalam populasi campuran, sulit

ditemukan mikroba dijumpai sebagai spesies tunggal. Untuk itu dibutuhkan metode

isolasi agar dapat mencirikan dan mengidentifikasi suatu mikroorganisme tertentu.

Pertama kali harus dapat dipisahkan dari mikroorganisme lainnya yang dijumpai

dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi biakan murni. Terdapat dua metode

untuk memperoleh biakan murni yaitu teknik cawan gores pada pengenceran

organisme sehingga dapat dipisahkan hanya spesies tertentu berada sebagai sel

tunggal. Dengan demikian dapat diperoleh cirri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,

maupun serologis (Karliana 2009 ).

Page 2: pewarnaan gram

3.1.1 Mikroba

3.1.1.1 Bakteria

Umumnya uniseluler / sel tunggal, tidak mempunyai klorofil, berkembang

biak dengan pembelahan sel secara transversal atau biner. Hidup bebas secara

kosmopolitan dimana mana, khususnya di udara, di tanah,di dalam air, pada bahan

makanan, pada tubuh manusia, hewan ataupun tanaman. Adapun yang hidup

bersimbiosis dengan jasad hidup lain, baik hewan maupun tanaman.

3.1.1.2 Jamur (Fungi)

Ada yang berbentuk uniseluler, tetapi umumnya berbentuk filamen atau

serat yang disebut hifa atau miselia. Beberapa jenis dapat membentuk tubuh buah,

yaitu kumpulan massa hifa menyerupai jaringan. Tidak berklorofil, karenanya hidup

secara saprofik, beberapa parasitik, hidup bebas dengan bersimbiosis dengan jasad

lain, baik dengan alge ataupun dengan tanaman tinggi. Hidup tersebar dengan luas,

kadang kosmopolitan, baik di udara, di dalam air dan pada bahan bahan lainnya,

khususnya pada bahan makanan. Termasuk ke dalam divisi Mycophyta mempunyai

banyak kelas antara lain: Mucorales, Entomophthorales, Chytridiales,

Blastcocladiales, Saprolegniales, Endomycetales dan sebagainya.

Beberapa jenis jamur :

1. Rizhopus oryzae ( Jamur tape )

2. Rizhopus oligosporus ( Jamur tempe )

3. Rizhopus stoloniferus ( Jamur tempe )

4. Candida utilitis ( Penghasil protein PST )

(Unus,1996)

3.2 Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk

membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompokbesar, yakni gram positif dan

gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding selmereka. Metode ini diberi

nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938)

yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara

pneumokokus dan bakteri Klebsiellapneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah

bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan

Page 3: pewarnaan gram

Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metal ungu gelap

setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji

pewarnaan gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metal

ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau

merah muda.

Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini

berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka.

a. Bakteri Gram Negatif

Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna

metal ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan

mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri

gram negatif tidak.

b. Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metal

ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau

ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah

muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada

perbedaan struktur dinding sel bakteri (Aditya,2010).

3.2.1 Zat Warna

Pada umumya zat warna yang digunakan adalah senyawa-senyawa garam yang

salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion

bermuatan negatif. Senyawa – senyawa kimia dapat digunakan untuk membedakan

mikroba karena reaksinya dengan sel mikroba akan menghasilkan hasil yang

berbeda.

Zat warna pada umumnya dapat dibagi menjadi dua golongan yakni pewarnaan

yang bersifat basa atau asam. Pada zat warna basa , merupakan bagian yang berperan

membagikan warna yang dinamakan kroatofor dan mempunyai muatan positif.

Sebaliknya zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai

muatan negatif . Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif lebih

banyak ditemukan peda diding sel, membran sel, sitoplasma sewaktu pewarnaan.

Page 4: pewarnaan gram

Muatan positif pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negatif dalam sel

sehingga mikroorganisme terlihat jelas .

Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroba dinamakan

pewarnaan positif . Dalam prosedur ini dapat digunakan zat warna basa yang

bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya,

pewarna negatif latar belakang di sekeliling mikroba diwarnai untuk meningkatkan

kontras dengan mikroba yang tidak berwarna.

Zat warna atau cat biologi adalah persenyawaan organik untuk mempunyai

gugusan kromatofor dan gugusan auxokrom yang terikat dalam satu cincin benzena.

Gugusan kromatofor merupakan gugusan yang dapat memberikan warna pada

molekul cat, sedangkan auxokrom adalah zat yang dapat memberikan disosiasi

elektrolit-elektrolit pada molekul cat sehingga cat beersifat lebih muah bereaksi.

Tujuan dari perwarnaan adalah :

Memudahkan melihat mikroba dengan mikroskop;

Memperjelas ukuran dan bentuk mikroba;

Melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri, seperti dinding sel dan

vakuola;

Menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia khas dari bakteri dengan zat warna.

Ada berbagai macam teori yang menjelaskan bagaiman mekanisme pewarnaan

mikroorganisme. Secara garis besar ada dua macam mekansme yakni:

Berdasarkan atas mekanisme pengikatan kimia

Mekanisme ini menurut Ehrlich, Mayer, Heiden-Hain, Giemsa, dan lain-lain.

Menuurut teori pengikatan kimia, jaringan sel terdiri atas guguan bersifat

basa dan gugusan bersifat asam , yang akan bereaksi dengan gugus asam atau

gusus basa zat warna (konstituen sel merupakan protein atau asam amino

yang merupakan senyawa atmofter ).

Berdasarkan mekanisme pengikatan fisika

Mekanisme ini menurut Fischer, appleyard, Freunlich dan lain – lain. Menrut

teori pengikatan fisika menyatakan bahwa peristiwa pengikatan warna

merupakan proses absoprsi warna pada konstituen sel.

Page 5: pewarnaan gram

3.2.2 Faktor – faktor yang Mengaruhi Pewarnaan

Hasil pewarnaan tergantung beberapa faktor antara lain:

1. Fiksasi

Sebelum mikroorganisme , khususnya bakteri di warnai harus dilakukan fiksasi

terlebih dahulu. Cara yang paling banyak digunakan adalah cara fisik dengan

pemanasan atau dengan freeze drying atau dapat juga dilakukan fiksasi dengan

menggunakan agensia kimia.

Agen kimia yang dapat dipakai antara lain sabun, fenol, dan formalin. Fiksasi

perlu dilakukan sebelum perwarnaan mikroba berfungsi untuk :

a.Merekatkan sel mikroba pada gelas objek

b.Membunuh mikroorganisme secara cepat dan tidak menyebabkan perubahan –

perubahan bentuk dan strukturnya

c.Mengubah afinitas (daya ikat ) zat warna

d.Membuat sel- sel mikroba lebih kuat

e.Mencegah otolisi sel

f.Mempertinggi sifat reaktif gugus – gugus tertentu .

2. Peluntur Zat Warna

Peluntur zat warna adalah suatu senyawa yang menghilangkan warna dari sel

yang telah diwarnai . Peluntur zat warna (decolorizer) berfungsi untuk menghasilakn

kontras yang baik pada bayangan mikroskop. Ditinjau dari kekuatan ikatan antara sel

dengan zat warna maka dikenal beberapa istilah, misalnya tahan asam , tahan alkohol

dan tahan air. Istilah tahan asam digunakan bila zat warna telah diikat kuat oleh sel

sehingga tidak dapat dilunturkan warnanya oleh asam, demikian pula tahan alkohol

dan tahan air masing- masing tidak dapat dilunturkan oleh alkohol dan air.

3. Intensifikasi Pewarnaan

Zat warna dapat diintensfikasi dengan beberapa cara misalnya dengan

memertinggi kadar zat warna, mempertinggi temperatur pewarnaan (60-90 oC) dan

memambah suatu mordan . Mordan adalah suatu zat kimia yang dapat menyebabkan

sel - sel mikroba dapat diwarnai lebih intensif atau menyebabkan zat warna terikat

Page 6: pewarnaan gram

lebih kuat pada jaringan sel bila dibandingkan dengan cara pewarnaan tanpa di beri

mordan.

4. Substrat

Setiap zat warna apakah zat warna asam atau zat warna basa dapat bereaksi

dengan konstituen – konstituen sel tertentu. Oleh karena itu , substrat organik seperti

lipida, protein, asam–asam, nukleat dan karbohidrat juga mempengaruhi pewarnaan.

Atas dasar macam zat warna yang diserap oleh sel, dapat dibedakan :

Sel - sel yang basofil

Sel - sel asidofil atau oksifil

Sel - sel yang sundafonil

5. Zat Warna Penutup atau Zat Warna Lawan

Zat Warna Penutup atau Zat Warna Lawan adalah suatu zat warna basa yang

berbeda warnanya dengan zat warna mula- mula digunakan. Fungsi dari zat warna

penutup adalah memberikan warna pada sel yang berbeda warnanya dengan zat

warna mula – mula (Waluyo 2010).

3.3 Aplikasi

“Karakterisasi Khamir yang Hidup pada Buah Kakao di Sulawesi Tengah”

Pada proses pengolahan biji kakao terdapat sejumlah tahapan yakni

pemanenan, sortasi buah, pemeraman buah, pembelahan buah, fermentasi,

penjemuran/pengeringan, sortasi biji, dan penyimpanan. Salah satu tahapan yang

paling menentukan kualitas mutu akhir dari biji kakao adalah tahapan fermentasi.

Dalam proses ini, ada mikroba yang terlibat dan besar peranannya dalam

menentukan mutu dan kualitas produk biji kakao kering yang dihasilkan. Salah

satu mikroba yang sangat besar peranannya dalam proses fermentasi biji kakao

adalah khamir. Kelompok mikroba ini dapat memperbaiki dan meningkatkan

aroma dan citarasa biji kakao pada saat penggarangan nantinya. Untuk

memanfaatkan secara optimal kelompok mikroba ini, maka perlu dilakukan

karakterisasi melalu inventarisasi dan identifikasi (Alwi, 2009).

Page 7: pewarnaan gram

Mulai

Buah kakao dicuci dengan air dan disterilisasi dengan etanol 90%

Dibilas dengan aquadest

Dipindahkan ke dalam larutan HgCl2

Potongan biji kakao diinokulasikan pada medium tumbuh yeast manithol

Diinkubasi pada suhu ruangan selama 7 hari

Dilakukan pewarnaan gram pada isolat khamir

Diidentifikasi genus dan spesies khamir

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Karakterisasi Khamir yang Hidup pada Buah Kakao

(Alwi, 2009)

Page 8: pewarnaan gram

IV. METODOLOGI PERCOBAAN

4.1 Bahan dan Fungsi

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :

1. Kristal Violet

Fungsi : sebagai zat warna utama.

2. Larutan Iodin

Fungsi : Untuk semakin merekatkan zat warna pada bakteri.

3. Safranin

Fungsi : untuk mewarnai kembali sel yang kehilangan warna.

4. Aseton – Alkohol

Fungsi : untuk melunturkan warna utama.

5. Air Rendaman Lengkeng

Fungsi : sebagai sampel yang akan diwarnai mikrobanya.

6. Air Parit Sei Brantas

Fungsi : sebagai sampel yang akan diamati mikrobanya.

4.2 Alat dan Fungsi

Adapun peralatan yang digunakan dalam percobaan adalah :

1. Kawat Inokulasi

Fungsi : untuk mengambil mikroba dari media cair.

2. Pipet Tetes

Fungsi : untuk mengambil bahan pewarna saat pewarnaan.

3. Kaca Benda

Fungsi : tempat meletakkan mikroba untuk pengamatan di mikroskop.

4. Mikroskop

Fungsi : untuk mengamati morfologi bakteri.

5. Lilin

Fungsi : sumber api untuk proses fiksasi dan mensterilkan kawat inokulasi.

6. Penjepit Tabung

Fungsi : untuk menjepit kaca benda saat proses pencucian.

7. Tisu

Fungsi : mengeringkan wadah dari cairan tersisa.

Page 9: pewarnaan gram

8. Kaca penutup

Fungsi : Agar objek tidak bergerak dan mudah diamati di bawah mikroskop.

4.3 Prosedur Percobaan

4.3.1 Prosedur Percobaan Proses Pewarnaan Gram

1. Preparat diambil dari air rendaman lengkeng 20 jam dengan kawat

inokulasi yang telah disterilkan dengan lilin.

2. Bakteri digoreskan ke kaca objek lalu dibiarkan kering di udara terbuka

kemudian difiksasi.

3. Diamati di bawah mikroskop.

4. Digambarkan hasil yang didapat.

5. Preparat dibasahi dengan kristal violet lalu didiamkan 30-60 detik

kemudian dimiringkan untuk membuang cairan berlebih lalu dicuci

dengan air.

6. Kemudian dibasahi dengan iodin lalu didiamkan 30-60 detik kemudian

dimiringkan untuk membuang cairan berlebih.

7. Lalu dicuci dengan air dan dilanjutkan dengan alkohol-aseton lalu

didiamkan 30-60 detik kemudian dicuci dengan air.

8. Kemudian preparat dicuci dengan pewarna lengkap safranin dan

dibiarkan selama 30 – 60 detik.

9. Preparat dimiringkan untuk membuang larutan sisa dan dicuci dengan

air.

10. Preparat dikeringkan dengan tisu lalu diamati dengan mikroskop dan

hasilnya digambarkan.

11. Ulangi prosedur untuk air rendaman lengkeng 40 jam.

4.3.2 Prosedur Percobaan Pengamatan Mikroba Lingkungan

4.3.2.1 Prosedur Pengamatan Mikroba Aquatik

1. Mikroskop diatur sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan jelas

dan baik, antara lain dengan membersihkan lensa dan cermin dengan tisu

yang bersih serata penyinaran yang baik.

2. Kaca objek dibasahi dengan aquadest dan dilap dengan tisu.

Page 10: pewarnaan gram

3. Dengan memakai pipet tetes, sampel air parit jalan Sungai Berantas

diletakkan pada kaca objek.

4. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran yang sesuai

dan diatur sejelas mungkin.

5. Pengamatan dilakukan untuk tiap sampel, lalu digambar hasilnya.

6. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan referensi yang ada agar

mikroba tersebut dapat diidentifikasi.

4.4 Flowchart Percobaan4.4.1 Pengamatan Mikroba Lingkungan Akuatik

Mulai

Mikroskop disiapkan dengan penyinaran yang baik

Kaca benda dan penutup dibersihkan

Sampel diambil menggunakan pipet tetes

Diteteskan ke kaca benda

Diamati menggunakan mikroskop

Hasil dibandingkan dengan referensi

Apakah masih ada sampel lain ?

Selesai

Ya

Tidak

Gambar 4.1 Flowchart Pengamatan Mikroba Lingkungan Akuatik

Page 11: pewarnaan gram

4.4.2 Pewarnaan Gram

Mulai

Preparat diambil dengan kawat inokulasi yang telah disterilkan dengan lilin

Bakteri digoreskan ke kaca objek lalu dibiarkan kering di udara terbuka kemudian difiksasi

Diamati di bawah mikroskop dan digambar hasilnya

Preparat dibasahi dengan kristal violet dan dibiarkan selama 30-60 detik

Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

Preparat dibasahi dengan iodin dan dibiarkan selama 30-60 detik

Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

Preparat dibasahi dengan alkohol-aseton dan dibiarkan selama 30-60 detik

Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

Preparat dibasahi dengan safranin dan dibiarkan selama 30-60 detik

A

Page 12: pewarnaan gram

Gambar 4.2 Flowchart Pewarnaan Gram

Preparat dimiringkan lalu dicuci dengan air

A

Preparat dikeringkan

Preparat diamati dengan mikroskop

Apakah preparat berwarna ungu?

Gram positif Gram negatif

Selesai

TidakYa

Digambar hasil pengamatannya

Page 13: pewarnaan gram

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Percobaan

5.1.1 Proses pewarnaan Gram

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Proses Pewarnaan Gram

SampelWaktu

Perendaman

GambarMorfologi

BakteriNama BakteriSebelum

Pewarnaan

Setelah

Pewarnaan

Air

Rendaman

Lengkeng

20 Jam BasilErwinia

carotovora

40 Jam BasilSaccharomyces

cerivisiae

5.1.2 Pengamatan Mikroba Lingkungan

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Mikroba Lingkungan

Sampel Gambar Bakteri Morfologi Bakteri Nama Bakteri

Air Parit Sei

BrantasBasil Escherichia coli

Page 14: pewarnaan gram

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengamatan Mikroba Lingkungan

Dari hasil pengamatan mikroba lingkungan, yaitu terhadap mikroba akuatik

yang terdapat pada air parit Sei Brantas, setelah diamati di bawah mikroskop tampak

bahwa mikroba yang terdapat pada sampel air parit Sei Brantas berbentuk diplobasil

yaitu Escherichia coli.

Gambar 5.1 Escherichia coli

Teori menjelaskan bahwa Escherichia coli dapat dipindahsebarkan melalui

air yang tercemar tinja atau air seni orang yang menderita infeksi pencernaan,

sehingga dapat menular pada orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat

dari serangan bakteri Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan

larutan dalam jumlah besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran

mucus. Hal ini dapat menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan

terjadi diare (Sofyan, 2010).

5.2.2 Pewarnaan Gram

Dari hasil pengamatan terhadap hasil percobaan proses pewarnaan gram,

terlihat koloni mikroba berbentuk basil membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai

dengan warna merah. Pada sampel air rendaman lengkeng 20 jam diperoleh bakteri

Erwinia carotovora sedangkan pada sampel air rendaman lengkeng 40 jam diperoleh

mikroba berbentuk bundar, panjang, lonjong berwarna bening yaitu fungi

Saccharomyces cerevisiae.

Erwinia carotovora merupakan bakteri gram negatif yang menghasilkan

pigmen kehitaman, tidak menghasilkan spora dan tidak berkapsul, bergerak dengan

Ciri-cirinya :

a. Merupakan batang gram negatif.

b. Terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam

rantai pendek.

c. Biasanya tidak berkapsul, tidak berspora.

d. Motil atau tidak motil, peritrikus.

e. Aerobik, anaerobik fakultatif.

f. Penghuni normal usus, seringkali

menyebabkan infeksi.

Page 15: pewarnaan gram

flagella, Erwinia carotovora tumbuh dengan optimum pada suhu 27 oC (Fitrasuma,

2010).

Saccharomyces cerevisiae merupakan fungi gram positif yang terlihat seperti

bintik-bintik transparan dan akan berwarna bila ditetesi dengan metylen biru.

Saccharomyces cerivisiae merupakan organism eukariotik (Monruw, 2011).

Teori menjelaskan bahwa setelah melakukan tahapan-tahapan proses

pewarnaan gram, kita akan mendapatkan warna yang khas, warna ungu kebiruan

untuk bakteri gram positif yang menyerap pewarna kristal violet dan warna

kemerahan untuk bakteri gram negatif yang menyerap larutan safranin. Bakteri gram

positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses

pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah

mikroskop. Sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda

karena tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan gram

(Lasantha, 2010).

Gambar 5.2 Erwinia carotovora

Ciri-cirinya:

a. Bentuk batang, umumnya rangkaian sel

rantai

b. Tidak mempunyai kapsul dan spora

c. Bergerak dengan flagella

d. Bersifat gram negatif

e. Suhu optimal perkembangan bakteri 27 oC

Gambar 5.3 Saccharomyces cerivisiae

Ciri-cirinya:

f. Bentuk batang, panjang, lonjong

g. Merupakan sel eukariotik

h. Berbentuk seperti bintik-bintik transparan

i. Bersifat gram positif

j. Pertumbuhan cepat

Page 16: pewarnaan gram

Secara teori, bakteri yang terdapat pada lengkeng adalah bakteri Erwina

carotovora (sumber). Sehingga bakteri yang terdapat pada rendaman lengkeng 20

jam secara praktek sesuai dengan teori, sedangkan pada rendaman lengkeng 40 jam

menyimpang dari teori. Penyimpangan yang terjadi disebabkan karena ketidak

telitian praktikan dalam melakukan pengamatan menggunakan mikroskop, maupun

saat membandingkanya dengan referensi yang ada (Fitrahsuma, 2010).

Adapun hasil pengamatan untuk pewarnaan gram diperoleh telah sesuai

dengan teori dimana bakteri Erwina carotovora merupakan bakteri gram negatif dan

Saccharomyces cerivisiae merupakan bakteri gram positif.

Page 17: pewarnaan gram

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan adalah :

1. Bakteri yang terdapat pada air rendaman lengkeng 20 jam adalah bakteri

gram negatif bernama Erwinia carotovora.

2. Bakteri yang terdapat pada air rendaman lengkeng 40 jam adalah bakteri

gram positif bernama Saccharomyces cerivisiae.

3. Dari hasil pengamatan proses pewarnaan gram, mikroba pada air rendaman

lengkeng 20 jam berwarna merah yang menandakan bahwa bakteri tersebut

merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk rantai basil.

4. Dari hasil pengamatan proses pewarnaan gram, mikroba pada air rendaman

kengkeng 40 jam berwarna ungu yang menandakan bahwa bakteri tersebut

merupakan bakteri gram positif dan berbentuk basil panjang.

5. Bakteri yang terdapat pada air parit Sei Brantas adalah bakteri Escherichia

coli.

6. Dari hasil pengamatan mikroba lingkungan, mikroba yang terdapat pada air

parit Sei Brantas adalah mikroba berbentuk diplobasil.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat disampaikan untuk praktikan selanjutnya, yaitu :

1. Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam melakukan pengamatan

menggunakan mikroskop.

2. Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi dalam membandingkan hasil yang

diperoleh dari pengamatan dengan referensi yang ada.

3. Sebaiknya pada saat praktikum benar-benar diperhatikan prosedur

pewarnaan terutama pada lama waktu dan urutan pewarnaan agar tidak

terjadi kesalahan dan warna yang terlalu tebal.

4.      Teliti dalam melakukan praktikum, terutama dalam menggunakan alat yang

berada dilaboratorium dan penggunaan  media yang telah disiapkan.

5.      Mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan praktikum

sebelum praktikum dimulai.

Page 18: pewarnaan gram

DAFTAR PUSTAKA

Adhi, K. D. 2008. Bakteri, Ciri ciri, Struktur, Perkembangbiakan, Bentuk dan

Manfaatnya. http://gurungeblog.wordpress.com/. Diakses tanggal 28

September 2012.

Dwidjoseputro, D. 1990. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Penerbit Djambatan.

Fitrasuma. 2010. Busuk lunak (Soft Rot): Erwinia carotovora pv.carotovora(Jones)

Dye. http://fitrahsuma08.student.ipb.ac.id/2010/06/20/busuk-lunak-soft-rot-

erwinia-carotovora-pv-carotovora-jonesdye/. Diakses pada tanggal 14

Oktober 2012.

Hazra, Fahrizal. 2011. Isolasi, Seleksi, Bahan Pembawa dan Formulasi Inokulum

Thiobacillus spp. Diakses tanggal 28 September 2012.

Lashanta. 2010. Pewarnaan Bakteri. http://www.biologid.blogspot.html/. Diakses

tanggal 28 September 2012.

Monruw. 2011. Morfologi Khamir. http://monruw.wordpress.com/2011/06/18/

morfologi-khamir/. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.

Sindo. 2012. Lengket, Nikmat dan Berkhasiat. http://www.okefood.com/read

/2012/08/13/299/676800/lengkeng-nikmat-dan-berkhasiat. Diakses pada

tanggal 14 Oktober 2012.

Sofyan, M. 2010. Escherichia coli. http://forum.upi.edu/index.php?topic=15614.0.

Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.

Page 19: pewarnaan gram

Syamsu, K. 2008. Mikroba. Bogor : Departemen Teknologi Industri Pertanian,

Institut Pertanian Bogor (IPB).