mikroskop dan pewarnaan

67
1. PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Praktikum Kegiatan praktikum ini bertujuan mengetahui macam-macam pengecatan serta perbedaan dan fungsi dari masing-masing pengecatan, mengetahui zat-zat warna dan zat-zat lain yang digunakan untuk pengecatan, mengetahui dan mempraktikkan beberapa cara pengecatan, mengetahui bentuk sel dan koloni mikroorganisme, mengenali morfologi dari beberapa yeast, mengklasifikasikan bakteri berdasar komposisi dinding selnya dan berdasar ada tidaknya endospora, mengetahui perbedaan dan ciri-ciri antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. 1.2 Tinjauan Pustaka Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat mikroskopik yang disebut dengan mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil di mana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi merupakan ilmu yang sangat penting, misalnya dalam hubungannya dengan kerusakan atau kebusukan makanan, sehingga dapat diketahui tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk menghindari terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi juga penting dalam fermentasi makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan, dan sebagainya (Fardiaz, 1992). 1

Upload: imelda-gisela-prima-paskhalien

Post on 13-Aug-2015

535 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

mikroskop dan pewarnaan gram negatif dan bakteri

TRANSCRIPT

Page 1: Mikroskop Dan Pewarnaan

1. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Kegiatan praktikum ini bertujuan mengetahui macam-macam pengecatan serta perbedaan dan

fungsi dari masing-masing pengecatan, mengetahui zat-zat warna dan zat-zat lain yang

digunakan untuk pengecatan, mengetahui dan mempraktikkan beberapa cara pengecatan,

mengetahui bentuk sel dan koloni mikroorganisme, mengenali morfologi dari beberapa yeast,

mengklasifikasikan bakteri berdasar komposisi dinding selnya dan berdasar ada tidaknya

endospora, mengetahui perbedaan dan ciri-ciri antara bakteri gram positif dan bakteri gram

negatif.

1.2 Tinjauan Pustaka

Mikrobiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari kehidupan makhluk yang bersifat

mikroskopik yang disebut dengan mikroorganisme atau jasad renik, yaitu makhluk yang

mempunyai ukuran sel sangat kecil di mana setiap selnya hanya dapat dilihat dengan

pertolongan mikroskop. Dalam teknologi pangan, mikrobiologi merupakan ilmu yang sangat

penting, misalnya dalam hubungannya dengan kerusakan atau kebusukan makanan, sehingga

dapat diketahui tindakan pencegahan atau pengawetan yang paling tepat untuk menghindari

terjadinya kerusakan tersebut. Di samping itu, mikrobiologi juga penting dalam fermentasi

makanan, sanitasi, pengawasan mutu pangan, dan sebagainya (Fardiaz, 1992).

Kata mikroskop sendiri berasal dari bahasa Yunani di mana “mikros” berarti kecil dan

“skopeo” berarti melihat. Ilmuwan yang pertama kali diakui melihat bakteri menggunakan

suatu instrumen optik yang terdiri dari lensa-lensa bikonveks yang disebut mikroskop pada

tahun 1675 adalah Anton Van Leeuwenhoek. Bakteri yang ditemukannya dalam berbagai

cairan seperti cairan tubuh, air, ekstrak lada, dan bir membuka peluang untuk dilakukannya

penelitian-penelitian mengenai terjadinya proses fermentasi dan penemuan jasad renik

penyebab penyakit (Fardiaz, 1992).

Setelah abad ke-17, digunakan mikroskop majemuk dengan dua perangkat lensa di

laboratorium. Perangkat pertama disebut lensa okuler, perangkat ini terletak di dekat mata

pengamat. Perangkat yang kedua terletak dekat dengan objek yang diamati dan disebut lensa

objektif. Kedua perangkat ini dirancang dengan perbesaran yang berbeda dan daya total

perbesaran sebuah mikroskop diperoleh dari hasil kali daya perbesaran lensa okuler dengan

lensa objektif. Mikroskop yang disebut sebagai mikroskop majemuk adalah mikroskop yang

1

Page 2: Mikroskop Dan Pewarnaan

2

memiliki dua perangkat lensa. Komponen utama mikroskop majemuk adalah : tabung yang

memisahkan lensa objektif dan okuler, cermin untuk memantulkan cahaya, kondensor untuk

memusatkan cahaya, diafragma iris untuk mengatur banyak sedikit cahaya yang masuk ke

spesimen, penyesuaian halus dan kasar untuk menaikkan dan menurunkan lensa objektif,

pentas untuk meletakkan spesimen, kerangka untuk menyangga semua bagian mikroskop

(Volk & Wheeler, 1993).

Mikroskop adalah suatu alat yang berfungsi untuk meneliti atau mengamati terhadap benda-

benda yang relatif kecil (yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang), contohnya: untuk

melihat bagian-bagian kecil sel, dan mikroorganisme. Ada macam-macam mikroskop antara

lain : mikroskop cahaya, mikroskop elektron, mikroskop ultra violet, mikroskop pendar,

mikroskop medan-gelap, dan sebagainya (Volk & Wheeler, 1993).

Mikroskop adalah alat utama yang mempunyai fungsi penting di laboratorium mikrobiologi.

Fungsi dari mikroskop adalah untuk membantu mengamati benda-benda yang berukuran

sangat kecil. Dengan mata telanjang tidak memungkinkan untuk membedakan benda yang

berukuran kurang dari 0,1 mm. Pada mikroskop medan terang ada 2 unsur penting yang

berperan dalam menghasilkan gambar yang jelas yaitu sistem lensa dan sumber cahaya. Salah

satu kelemahan mikroskop medan terang adalah daya pisahnya dan bukan daya

pembesarannya. Dengan menggunakan minyak imersi maka sudut apertura dibesarkan oleh

karena jarak lensa objektif dan specimen diperpendek (Lay, 1994).

Di dalam mengungkapkan struktur halus dari suatu sel kita tidak mampu menelusurinya tanpa

bantuan alat, yaitu mikroskop. Mikroskop berfungsi untuk mengamati benda – benda yang

berukuran sangat kecil yang berasal dari makhluk hidup maupun benda mati seperti preparat

awetan Mikroskop cahaya dilengkapi dengan perlengkapan optic dan non-optik. Mikroskop

cahaya tidak memiliki perbesaran sebesar mikroskop electron sehingga hasil yang didapat

tidak seakurat mikroskop electron (Schlegel & Schmidt, 1994).

Cara memakai mikroskop adalah dengan cara mengarahkan tubus pada objek, pilih lensa

obyektif dengan perbesaran lemah dengan menggunakan revolver, membuka diafragma

sampai maksimum, melihat ke dalam okuler, mengamati preparat dengan menggunakan

secara bergantian (Nasir et al., 1993). Daya total perbesaran setiap mikroskop dapat

Page 3: Mikroskop Dan Pewarnaan

3

ditentukan dengan mengalikan daya perbesaran lensa objektif dengan perbesaran lensa okuler

(Volk & Wheeler, 1993).

Mikroskop sering digunakan dalam laboratorium mikrobiologi. Mikroskop merupakan alat

yang memiliki dua bagian utama, yakni perlengkapan optik dan non optik .

1. Pelengkapan optik , terdiri dari :

a. Lensa okuler

Lensa okuler terdapat pada bagian ujung atas tubuh mikroskop yang menghadap ke

mata kita pada waktu kita melakukan pengamatan . Pada mikroskop sederhana

biasanya hanya memiliki 1 lensa okuler sehingga disebut lensa monokuler, sedangkan

yang memiliki 2 lensa okuler disebut mikroskop binokuler .

b. Lensa objektif

Lensa objektif terletak pada bagian bawahtubuh menghadap pada letak kaca preparat

sediaan. Biasanya ada 2, 3, atau 4 buah lensa yang terpasang pada bagian yang disebut

revolver. Lensa objektif dan lensa okuler merupakan lensa majemuk yang dapat

memberi gambar bayangan yang perbesarannya kelipatan kedua lensa .

c. Kondensor

Kondensor dilengkapi dengan diafragma, alat pengatur diafragma serta penyaring

cahaya. Fungsi dari kondensor adalah untuk menangkap cahaya yang akan diteruskan

pada objek dan terus ke lensa. Banyaknya cahaya yang akan diteruskan pada objek

diatur oleh diafragma yang terdapat di bawah kondensor.

d. Sumbu cahaya

Cahaya yang dipelukan dapat berasal dari matahari atau lampu. Cahaya yang

diperoleh tersebut lalu diteruskan ke kondensor .

e. Bagian penyambung listrik

Bagian ini berfungsi untuk mengalirkan listrik pada mikroskop, sehingga lampu dapat

menyala, namun dengan lampu cahaya jarang ditemui dan digunakan .

2. Perlengkapan non optik, terdiri dari :

a. Alas mikroskop, untuk mendudukan mikroskop .

b. Meja mikroskop, untuk meletakan objek yang akan diamati. Dilengkapai dengan

penjepit , agar objek tidak bergerak ketika diamati .

c. Penggeser objek, untuk menggerakkan objek ke kiri/kanan danke depan/belakang.

Page 4: Mikroskop Dan Pewarnaan

4

d. Pengatur fokus, untuk menggerakkan meja benda/tubus lensa dengan gerakan cepat

atau yang disebut makrometer. Serta untuk menggerakkan meja benda dengan

gerakan halus atau yang disebut mikrometer.

e. Lengan mikroskop, untuk membawa mikroskop

(Nasir et al., 1993).

Untuk memperoleh berbagai tingkat perbesaran, setiap mikroskop pada umumnya dilengkapi

dengan 3 buah lensa obyektif yang dipasang pada revolver yang dapat diputar, yaitu :

1. Lensa obyektif berkekuatan rendah (low power, 16 mm) yang ditandai dengan angka

10 pada bagian luarnya dan mempunyai jarak kerja 5 – 8,3 mm

2. Lensa obyektif berkekuatan tinggi (high power, 4 mm) yang ditandai dengan angka

40x, 43x, 44x, atau 45x, dan mempunyai jarak kerja 0,46 – 0,72 mm

3. Lensa obyektif minyak imersi (immersion oil, 1,8 mm) yang ditandai dengan angka

95x 97x, atau 100x dan mempunyai jarak kerja 0,13 – 0,14 mm

(Fardiaz, 1992).

Mikroskop dapat dibedakan beberapa jenis tetapi pada dasarnya memiliki mekanisme kerja

yang sama yaitu terdiri atas sistem optik atau sistem pembesaran dan sistem illuminasi yang

menyebabkan terlihatnya suatu objek. Mikroskop terdiri dari 2 lensa yaitu lensa okuler yang

menghadap mata kita pada waktu pengamatan dan lensa objektif yang berada dekat objek.

Mikroskop memiliki 2 knop pengatur halus yang berfungsi mengatur fokus sistem lensa pada

objek yang menggerakan tabung penyangga lensa secara halus sehingga menghasilkan fokus

yang tepat. Disamping lensa objektif dan okuler, elemen yang juga penting adalah lampu dan

lensa kondensor (Fardiaz, 1992).

Mikroskop dibedakan menjadi dua, yaitu : mikroskop cahaya (optik) dan mikroskop elektron.

Jenis-jenis mikroskop cahaya dan mikroskop elektron yang sering dipakai di laboratorium,

yaitu :

Mikroskop cahaya (optik)

o Mikroskop ultraviolet

o Mikroskop pendar

o Mikroskop medan-gelap

o Mikroskop fasekontras

Page 5: Mikroskop Dan Pewarnaan

5

Mikroskop elektron

o Mikroskop elektron transmisi

o Mikroskop elektron pemayaran

(Volk & Wheeler, 1993)

Berdasarkan sumber sinar dan jenis perbesarannya, ada dua jenis mikroskop yaitu mikroskop

optik dan mikroskop elektron. Mikroskop optik adalah mikroskop yang menggunakan lensa

dari gelas dan cahaya sedangkan mikroskop elektron adalah mikroskop yang menggunakan

magnet sebagai pengganti lensa dan elektron sebagai pengganti cahaya. Mikroskop elektron

digunakan untuk mengamati bagian-bagian sel yang sangat halus (Nasir et al, 1992). Untuk

melihat objek-objek yang berukuran sangat kecil biasanya kita menggunakan mikroskop

elektron. Perbedaan mikroskop elektron dengan mikroskop cahaya biasa adalah sumber

cahaya mikroskop cahaya biasa diganti dengan sorotan elektron dan elektromagnet digunakan

untuk menggantikan lensa kaca (Atlas, 1984).

Cara kerja mikroskop cahaya dan mikroskop elektron :

1. Mikroskop cahaya

a. Menggunakan cahaya sebagai sumber penyinaran, oleh karena itu diperlukan

lensa untuk memperbesar bayangan benda.

b. Untuk mengamati objek diperlukan preparat yang tembus cahaya, preparat harus

diiris setipis mungkin. Medium yang digunakan adalah air yang diteteskan ke

atas gelas benda.

c. Objek dapat diamati dalam keadaan hidup atau mati.

d. Pengamat dapat mengamati langsung melalui lensa okuler sehingga pengamat

dapat menentukan bentuk, warna, dan gerakan objek.

e. Bayangan yang diperoleh dapat diperbesar 100 x, 400x, atau 1000x.

2. Mikroskop elektron

a. Menggunakan elektron sebagai pengganti cahaya dan medan magnet sebagai

pengganti lensa. Bayangan yang dihasilkan ditampilkan di layar monitor.

b. Objek yang akan diamati harus sangat tipis dan berada di ruangan hampa udara

agar dapat ditembus elektron.

c. Tidak dapat mengamati objek yang masih hidup.

d. Tidak dapat mengamati secara langsung.

Page 6: Mikroskop Dan Pewarnaan

6

e. Bayangan yang diperoleh dapat diperbesar sejuta kali (Waluyo, 2004).

Perbesaran pada mikroskop cahaya lebih kecil dibandingkan perbesaran pada mikroskop

electron. Biasanya apabila menggunakan mikroskop electron, kita harus menggunakan

minyak imersi karena mempunyai perbesaran lensa objektif yang kuat, padahal apabila

memakai obyektif 100x harus menambahkan minyak imersi, antara lensa depan obyektif

dengan gelas penutup. Pemakaian minyak imersi ini akan memperbesar NA, sehingga akan

memperbesar limit daya pisah pada mikroskop tersebut. Selain itu apabila kondensor

mempunyai NA melebihi 0,9 maka dianjurkan memakai minyak imersi, dapat juga memakai

air (Waluyo, 2004).

Selain mikroskop cahaya dan mikroskop elektron, ada pula mikroskop medan terang.

Mikroskop medan terang ini merupakan alat paling dasar bagi seorang mikrobiologiwan.

Suatu bentuk mikroskopi dengan medan yang mengelilingi spesimen kelihatan terang

(berwarna cerah), sedangkan spesimennya memperlihatkan warna lebih gelap karena cahaya

dari sumbernya lewat melalui sistem - sistem lensa ke atas tanpa mengalami perubahan

sehingga terbentuk medan yang terang. Mikroskop medan terang sering juga disebut

mikroskop majemuk karena menggunakan dua sistem lensa terpisah yaitu lensa obyektif dan

lensa okuler untuk menambah perbesaran. Pada mikroskop medan terang ada 2 unsur penting

yang berperan dalam menghasilkan gambar yang jelas yaitu sistem lensa dan sumber cahaya.

Salah satu kelemahan mikroskop medan terang ini adalah daya pisahnya dan bukan daya

pembesarannya. Dengan menggunakan minyak imersi maka sudut apertura dibesarkan oleh

karena jarak lensa objektif dan spesimen diperpendek (Lay, 1994).

Kelemahan dari mikroskop cahaya adalah bahwa suatu obyek hanya bisa diperbesar dari 10X

ke perbesaran 1000X. Lebih dari itu, mikroskop cahaya akan mengalami kesulitan daya

pisah, atau resolusi. Nilai resolusi adalah kemampuan titik bayangan dapat dipisahkan di

bawah mikroskop cahaya. Beberapa modifikasi mikroskop cahaya adalah :

Mikroskop cahaya dengan latar gelap

Mikroskop fase kontras

Mikroskop cahaya terpolarisasi

Mikroskop floresen

Sedangkan macam mikroskop elektron :

Mikroskop TEM (Transmission Electron Microscope)

Mikroskop SEM (Scanning Electron Microscope) (Muslim, 2003).

Page 7: Mikroskop Dan Pewarnaan

7

Dunia mikroorganisme terdiri dari berbagai kelompok jasad renik. Dunia mikroorganisme ini

dapat dibedakan menjadi 2 kategori utama, yaitu prokariota dan eukariota. Struktur sel

prokarotik berbeda dengan struktur sel eukariotik. Secara umum struktur sel prokarotik terdiri

dari:

Dinding luar, yang terdiri dari lapisan lender, dinding sel, dan membrane sitoplasma

Sitoplasma atau plasma sel

Bahan inti

(Waluyo, 2004).

Untuk mengamati sel – sel suatu mikroorganisme digunakan suatu cara yang disebut

pewarnaan. Hal ini mutlak diperlukan karena sel mikroorganisme yang tidak diwarnai

umumnya tampak hampir tembus pandang (transparan) bila diamati dengan mikroskop

cahaya biasa sehingga sukar dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang

hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair (Hadioetomo, 1993).

Reaksi kimia biasanya terjadi antara pewarna dan komponen-komponen dalam sel sehingga

warna tetap tertinggal meskipun sel dicuci dengan air (Timotius, 1982). Pengamatan terhadap

bakteri, lebih sering dilakukan dengan olesan terwarnai, daripada bakteri dalam keadaan

hidup. Artinya, mikroorganisme yang akan diamati telah diberi zat pewarna kimia supaya

lebih mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai dapat

mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan ada atau tidaknya struktur internal seperti spora

dan butiran (Volk dan Wheller, 1993).

Kebanyakan sel mikrobia tidak berwarna atau mempunyai pigmen yang sangat sedikit dan

tidak dapat mengadsorbsi ataupun membiaskan cahaya sehingga tidak dapat dilihat dengan

mudah pada mikroskop karena indeks bias sitoplasma sel yang hampir sama dengan indeks

bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat

dipertajam dengan mewarnai sel-sel tersebut dengan sel warna. Oleh karena itu, penggunaan

zat warna terhadap bakteri yang dilakukan pada percobaan bertujuan supaya zat warna dapat

mengadsorbsi atau membiaskan cahaya sehingga dapat meningkatkan kontras dengan

sekelilingnya dan struktur sel bakteri dapat diamati (Hadioetomo, 1993).

Pengamatan terhadap bakteri, lebih sering dilakukan dengan olesan terwarnai, daripada

bakteri dalam keadaan hidup. Artinya, mikroorganisme yang akan diamati telah diberi zat

pewarna kimia supaya lebih mudah dilihat dan dipelajari. Pada umumnya, olesan bakteri

Page 8: Mikroskop Dan Pewarnaan

8

terwarnai dapat mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan ada atau tidaknya struktur

internal seperti spora dan butiran (Volk & Wheller, 1993).

Pewarnaan bakteri dapat dibedakan atas beberapa golongan, yang meliputi :

a. Pewarnaan sederhana

b. Pewarnaan diferensial

pewarnaan gram

pewarnaan asam cepat (acid-fast)

c. pewarnaan struktural

pewarnaan inti sel (Feulgen), yaitu pewarnaan inti sel bakteri

pewarnaan endospora, yaitu pewarnaan spora bakteri

pewarnaan dinding sel, yaitu pewarnaan dinding sel dari bakteri

pewarnaan kapsul, yaitu pewarnaan kapsul yang dibentuk oleh bakteri

pewarnaan flagella, yaitu pewarnaan flagel / alat gerak bakteri

d. pewarnaan untuk menguji komponen dalam sel seperti Glikogen, Lipida.

(Fardiaz, 1992).

Ada 3 jenis pengecatan yang dapat digunakan pada pengecatan bakteri ini. Yaitu pengecatan

sederhana, pengecatan gram, dan pengecatan endospora. Pengecatan sederhana adalah

pewarnaan yang paling sederhana, dimana pada pengecatan ini hanya dilakukan dengan

penambahan satu zat pewarna atau hanya melalui satu tahap pewarnaan saja pada olesan

bakteri. Pengecatan gram adalah pewarnaan atau pengecatan dengan melalui beberapa tahap

pengecatan dengan beberapa reagen yang berbeda. Pengecatan endospora adalah pengecatan

yang bertujuan untuk mengamati endospora, dimana tidak semua jenis bakteri mampu

membentuk endospora (Lay, 1994).

Pengecatan sederhana dapat digunakan untuk melihat morfologi dan komposisi sel bakteri

karena asam nukleat bakteri dan beberapa jenis komponen dinding sel tertentu bermuatan

negatif yang akan saling tarik-menarik dan berikatan kuat dengan metilen blue, sehingga

terbentuklah warna sel biru (Cappuccino & Sherman, 1983). Proses pewarnaan dengan

metode pengecatan sederhana merupakan yang paling sering dilakukan. Dalam pengecatan

sederhana, prosesnya hanya digunakan 1 jenis zat warna untuk mewarnai suatu jenis

organisme sehingga dapat meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya.

Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna sederhana, karena sitoplasmanya

Page 9: Mikroskop Dan Pewarnaan

9

bersifat basofilik (suka basa), dan zat-zat warna yang digunakan dalam pengecatan sederhana

umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif) (Dwidjoseputro,

1993).

Pengecatan sederhana yang dilakukan dengan pemberian warna terlebih dahulu pada bakteri

sebelum dilihat pada mikroskop memiliki tujuan untuk mengetahui ciri-ciri tertentu pada

bakteri tersebut hal ini dikarenakan bakteri yang hidup sukar untuk diamati dengan

mikroskop cahaya karena bakteri umumnya tidak berwarna. Zat pewarna yang digunakan

untuk mengetahui perbedaan kimia pada struktur bakteri disebut zat pewarna diferensial.

Hubungan antar bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol adalah adanya asam nukleat

dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Sehingga jika bakteri diwarnai maka muatan

negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa (Volk

& Wheeler, 1993).

Pengecatan sederhana memang memungkinkan untuk melihat bentuk morfologi bakteri

dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi

penyusun dinding selnya. Untuk dapat membedakan jenis-jenis bakteri berdasakan komposisi

penyusun dinding selnya, yaitu untuk mengetahui apakah suatu bakteri termasuk gram positif

atau gram negatif, maka dapat dilakukan pengecatan gram. Pewarnaan sederhana yang

dilakukan memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi

(kokus, basilus, vibrio, sprilum, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang

diwarnai (Hadioetomo, 1993).

Pewarnaan sederhana hanya menggunakan satu jenis agen pewarna yaitu pewarna basa, dan

hanya melalui satu tahap pewarnaan. Tetap diawali dengan fiksasi panas dengan

menggoreskan kultur pada kaca preparat sehingga terbentuk lapisan tipis dan setelah itu

dikeringkan baru kemudian dipanaskan. Hanya bisa untuk melihat bentuk dan susunan sel

(Bibiana, 1994).

Dalam pengecatan sederhana, digunakan larutan biru metilen Leoffer (bersifat basa) sebagai

zat pewarna. Hal ini dikarenakan sitoplasma bakteri bersifat basofilik, sehingga pewarna

tersebut dapat masuk ke dalam sel dan mengadakan reaksi kimia dengan komponen sel,

sehingga warna biru metilen Leoffer tetap tertinggal di dalam sel, dan dapat dilakukan

pengamatan dengan mikroskop. Pengecatan sederhana bertujuan untuk mengetahui bentuk

Page 10: Mikroskop Dan Pewarnaan

10

mikroba dengan bantuan mikroskop (Timotius, 1982). Pengecatan sederhana yang dilakukan

memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam - macam tipe morfologi (coccus,

basilus, vibrio, sprilum, dan sebagainya) dari bahan-bahan lainnya yang ada pada olesan yang

diwarnai (Hadioetomo, 1993).

Pewarna metilen biru tidak dapat digunakan secara maksimal untuk meneliti komponen sel

secara lebih detail. Ini dikarenakan, pewarna metilen biru hanya dapat membedakan sel-sel

mati dan sel-sel hidup. Dimana sel mati berwarna biru karena mengalami pemecahan dinding

sel, sehingga pewarna metilen biru dapat masuk ke dalam sitoplasma sel. Sedangkan sel yang

masih hidup akan tetap berwarna transparan, karena dinding sel yang hidup masih utuh, dan

belum mengalami lisis atau pemecahan (Pelczar & Reid, 1958).

Pengecatan deferensial merupakan pengecatan yang memiliki keunggulan dalam

mengelompokkan bakteri, karena dengan pengecatan ini bakteri bisa digolongkan menjadi

bakteri gram positif dan gram negatif. Dimana hal yang membedakannya adalah lapisan

membran selnya, untuk bakteri gram negatif hanya memiliki 5-20% peptidoglikan sedangkan

bakteri gram positif memiliki 90% peptidoglikan di dalam membran selnya, dan dengan

adanya peptidoglikan yang tebal meyebabkan bakteri tersebut tidak mudah terdehidrasi saat

pelarutan ataupun pemanasan sehingga cat yang sudah masuk tidak dapat keluar lagi.

Disamping itu ada pula faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat gram negatif dan gram

positif, yaitu penyiapan preparat yang terlalu tebal menyebabkan pelarutan kurang baik,

konsentrasi dan kesegaran bahan untuk pewarna, waktu pelarutan yang terlalu lama

menyebabkan warna pada sel bakteri gram positif ikut terlarut, pencucian dan pengeringan

yang mempengaruhi keberadaan iodin, serta umur bakteri yang mempengaruhi keutuhan

bakteri (Trihendrokesowo, 1989).

Pengecatan gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak

digunakan dalam laboratorium. Selain itu pengecatan gram merupakan tahap penting dalam

pencirian dan identifikasi bakteri. Pengecatan gram ini dapat digunakan untuk memilah

bakteri menjadi kelompok gram negatif atau gram positif (Lay, 1994).

Dalam pengecatan gram pada bakteri, digunakan zat warna primer (violet kristal), larutan

mordan (iodin), bahan peluntur (alkohol), dan zat warna penutup (safranin). Larutan mordan

berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri, sehingga

Page 11: Mikroskop Dan Pewarnaan

11

pengikatan zat warna oleh bakteri menjadi lebih kuat, memperjelas zat warna, mempersulit

pelarutan zat warna, dan menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet-

yodium. Sedangkan etanol, berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya kerja

lambat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan. Fungsi

penambahan zat warna penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna primer,

dan juga untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat warna primernya (Lay,

1994).

Pengecatan gram dapat digunakan untuk membedakan bakteri dalam dua kelompok besar,

yaitu :

Bakteri yang dapat menahan pewarna primer yaitu ungu kristal, iodium, sampai pada akhir

prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu) disebut gram positif.

Bakteri yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan

alkohol namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan atau cat penutup safranin (sel-

sel nampak merah muda) disebut gram negatif.

(Gaman & Sherrington, 1994).

Pewarnaan gram ini memilahkan bakteri menjadi kelompok bakteri gram positif dan gram

negatif. Bakteri gram positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violet-

yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat sedangkan bakteri gram negatif

berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan

kemudian mengambil zat warna yang kedua yaitu Safranin yang menyebabkan sel menjadi

berwarna merah. Fungsi zat warna kedua hanyalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat

warna kristal violet (Capuccino & Sherman, 1983).

Cara pewarnaan ini diciptakan pertama kali oleh seorang ahli bakteriologi yang bernama

Christian Gram. Dengan metode ini, bakteri dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

1. Gram positif

yaitu organisme yang dapat menahan kompleks pewarna primer ungu kristal iodium

sampai akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu). Dinding sel yang lebih

tebal pada gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi,

menyebabkan pori-pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya kompleks

ungu kristal iodium pada langkah pemucatan. Olesan bakteri yang dipanaskan secara

Page 12: Mikroskop Dan Pewarnaan

12

berlebihan akan menyebabkan pecahnya dinding sel. Maka gram positif akan

melepaskan warna primer dan menerima pewarna tandingan.

2. Gram negatif

yaitu organisme yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan

dengan alkohol, namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu safranin

(sel-sel tampak merah muda). Gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih

tinggi pada dinding selnya padahal lipid umumnya larut dalam alkohol sehingga dalam

pencucian, pori - pori dinding sel akan membesar sehingga warna ungu kristal akan ikut

hilang saat pencucian dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton.

Larutnya lipid oleh pemucat yang digunakan dalam pewarnan gram diduga

memperbesar pori-pori dinding sel sehingga menyebabkan proses pemucatan pada sel-

sel gram negatif berlangsung lebih cepat

(Hadioetomo, 1993).

Ada empat jenis reagen yang digunakan dalam pengecatan gram antara lain :

Cat utama, yaitu larutan violet kristal

Mordan, yaitu senyawa yang digunakan untuk mengindentifikasikan cat utama

(kompleks antara cat utama dengan senyawa yang dicat lebih baik) misalnya larutan

iodine

Bahan peluntur (decolorizing agent) yaitu solvent organik (alkohol atau aseton) yang

dapat digunakan untuk melunturkan cat utama

Cat penutup seperti safranin, digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah

kehilangan cat utamanya setelah dilunturkan. Karena cat penutup harus berbeda dengan

cat utama.

(Hadioetomo, 1993)

Tahap awal pengecatan yaitu meletakkan kultur bakteri yang akan diamati secara aseptis di

atas kaca preparat yang telah dibersihkan dengan menggunakan alkohol. Pembersihan segala

sesuatu dengan menggunakan alkohol dilakukan agar bakteri yang akan diamati tidak

terkontaminasi dengan mikroorganisme lain. Setelah kering, kemudian dibakar agar pada

tahap pencucian bakteri tetap tinggal dalam preparat. Tahap terakhir adalah pewarnaan.

Pewarnaan sederhana mikroorganisme akan bernilai positif bila pewarna diserap oleh sel

mikrobia sehingga sel menjadi lebih gelap dari lingkungan di sekitarnya atau bernilai negatif

bila mikroorganisme lebih terang daripada lingkungannya (Atlas, 1984).

Page 13: Mikroskop Dan Pewarnaan

13

Bakteri merupakan mikroorganisme yang menempati golongan prokariotik, karena tidak

memiliki dinding inti yang jelas atau belum memiliki dinding inti yang sejati, sehingga semua

bagian intinya tersebar di dalam sitoplasma secara bebas. Tetap memiliki faktor pembawa

sifat yang tersimpan di dalam DNA yang berada di dalam kromosom namun tersebar luas dan

bebas di dalam sitoplasma. Bukan berarti tidak memiliki inti namun hanya saja tidak

memiliki dinding inti yang jelas sehingga tampak tidak berinti sel. Beberapa sifat morfologi

bakteri perlu diperhatikan karena pertumbuhannya di dalam makanan dan juga karena bakteri

memiliki ketahanan cukup tingggi selama pengolahan dengan panas maupun dengan suhu

dingin (Schlegel & Schmidt,1994). Bentuk dan ukuran mikrobia merupakan karakteristik

yang penting untuk identifikasi. Adapun 3 bentuk dasar sel bakteri : batang (baccil), bulat

(coccus), dan lengkung (koma, vibrion, dan spiral). Bentuk bakteri yang paling dikenal ada 2

macam, yaitu batang dan bulat (Timotius, 1982).

Bakteri pada umumnya mempunyai ukuran sel 0,5 – 1,0 μm kali 2,0 – 5,0 μm, dan terdiri dari

tiga bentuk dasar yaitu bentuk bulat atau kokus, bentuk batang atau basillus, dan bentuk

spiral. Berdasarkan pengelompokan selnya, bakteri berbentuk bulat dapat dibedakan menjadi

diplokoki, streptokoki, tetrad, stapilokoki, sarcine. Bakteri batang bisa saling berpasangan

(diplobasili) atau membentuk rantai (streptobasili). Bakteri berbentuk spiral terdapat secara

terpisah-pisah (tunggal), tetapi masing-masing spesies berbeda dalam panjang, jumlah dan

amplitudo spiralnya, serta ketegaran dinding selnya. Bakteri yang ukurannya pendek dengan

spiral yang tidak lengkap disebut bakteri koma atau vibrio (Fardiaz, 1992).

Hubungan bakteri dengan zat perwarna basa yang menonjol disebabkan oleh adanya asam

nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi jika bakteri diwarnai, muatan negatif

dalam asam nukleat bakteri bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa. Oleh karena itu,

pada percobaan digunakan metilen loeffer yang memiliki sifat basa dan alkalin sebagai

pewarna sederhana. Pewarna alkalin lain yang umumnya digunakan dapat berupa pewarna

basa seperti metylen blue, basic fuschin, dan violet kristal (Volk dan Wheller, 1993).

Hal yang penting yang mempengaruhi keberhasilan pada pengecatan bakteri adalah

penyiapan preparat yang baik yakni tidak terlalu tebal atau tidak terlalu tipis, biakan dapat

tetap melekat pada gelas preparat selama pencucian berulang-ulang, sel-selnya tidak berubah

bentuk setelah fiksasi dan pengecatan. Selain penyiapan preparat, pengolesan bakteri pada

Page 14: Mikroskop Dan Pewarnaan

14

gelas benda tidak boleh terlalu tebal ataupun terlalu tipis. Sebab jika olesannya terlalu tebal,

maka sel-sel bakteri akan bertumpang tindih, sehingga ketika bagian selnya tidak bisa

teramati dengan jelas bila dilihat di bawah mikroskop, dan juga akan menylitkan dalam

pewarnaan. Apabila terlalu tipis, hal yang dikhawatirkan adalah akan banyak sel yang hilang

saat pencucian sehingga bisa saja semua bakteri akan hilang akibat pencucian selain itu

mengingat kecilnya sel bakteri, sehingga akan menyulitkan dalam pengamatan (Hadioetomo,

1993).

Berdasarkan komposisi dinding sel serta sifat pewarnaannya, bakteri dibedakan atas dua

kelompok yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif . Bakteri gram positif, yaitu

mikroorganisme apabila dijadikan obyek pewarnaan dapat menahan kompleks pewarna

primer ungu kristal iodium sampai akhir prosedur (sel-sel tampak biru gelap atau ungu).

Sedangkan disebut bakteri gram negatif, yaitu apabila mikroorganisme yang dijadikan obyek

pewarnaan kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol,

namun kemudian terwarnai oleh pewarna tandingan, yaitu safranin (sel-sel tampak merah

muda) (Hadioetomo, 1993).

Perbedaan antara bakteri bergram negatif dan bakteri bergram positif disebabkan oleh

perbedaan struktur dinding sel bakteri gram-positif dan gram-negatif, sehingga menyebabkan

perbedaan larutan pemucat. Sebagian besar dinding sel bakteri gram-positif terdiri dari

peptidoglikan, sedangkan dinding sel bakteri gram-negatif mempunyai kandungan lipida

yang tinggi dibandingkan dinding sel bakteri gram-positif. Lipida ini akan larut dalam

alkohol dan aseton yang digunakan sebagai larutan pemucat, sehingga pori-pori dinding sel

membesar dan meningkatkan daya larut kompleks kristal-violet-yodium pada dinding sel

bakteri gram-negatif. Selain itu yang menyebabkan adanya perbedaan antara bakteri bergram

negatif dengan bakteri bergram positif adalah pada bakteri gram-positif akan terbentuk

persenyawaan kompleks kristal-violet-yodium ribonukleat yang tidak larut dalam larutan

pemucat. Persenyawaan kompleks ini tidak terbentuk pada bakteri gram-negatif sehingga

diduga adanya perbedaan kandungan asam ribonukleat antara bakteri gram-positif dan gram-

negatif. Faktor-faktor lain yang juga dapat menentukan jenis gram bakteri, yaitu pelaksanaan

fiksasi panas terhadap olesan, kerapatan sel pada olesan, konsentrasi dan umur reagen-reagen

yang digunakan, sifat dan konsentrasi dan jumlah pemucat yang dipakai, serta sejarah biakan

(Hadioetomo, 1993).

Page 15: Mikroskop Dan Pewarnaan

15

Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih tebal yang akan menyusut oleh

perlakuan alkohol pada saat pencucian karena terjadinya dehidrasi sehingga pori - pori

dinding sel menutup dan mencegah larutnya kompleks ungu kristal iodium. Sedangkan sel

gram negatif memiliki kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya padahal lipid

umumnya larut dalam alkohol sehingga dalam pencucian, pori-pori dinding sel akan

membesar sehingga warna ungu kristal akan ikut hilang saat pencucian (Hadioetomo, 1993).

Sebagian besar dinding sel bakteri gram positif terdiri dari peptidoglikan, sedangkan pada

dinding sel bakteri gram negatif memiliki kandungan lipida lebih besar dibandingkan dengan

dinding sel bakteri gram positif. Lipida akan larut dalam alkohol dan aseton sebagai larutan

pemucat, sehingga pori - pori dinding sel gram membesarkan dan meningkatkan daya larut

kompleks kristal violet iodium pada dinding sel bakteri gram negatif, sehingga proses

pemucatan berlangsung lebih cepat dibanding bakteri gram positif dan akhirnya terwarnai

oleh cat penutup safranin yang berwarna merah (Lay, 1994). Sebaiknya pengecatan gram

dilakukan beberapa kali, untuk mendapatkan hasil akhir yang akurat (Hadioetomo, 1993).

Gram positif mempunyai bentuk koloni batang, sedangkan pada gram negatif bentuk

koloninya adalah bulat. Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan keragaman dalam reaksi

gram adalah :

Pengaruh fiksasi terhadap olesan

fiksasi panas yang berlebihan dapat menyebabkan dinding sel rusak

Konsentrasi dan umur reagen-reagen yang digunakan untuk pewarnaan gram

Sifat, konsentrasi, dan jumlah pemucat yang dipakai

Pencucian dan pengeringan, antara masing-masing tahapan harus konsisten

air yang berlebihan pada gelas preparat akan melarutkan reagen-reagen terutama iodin

Umur bakteri

(Hadioetomo, 1993)

Jenis bakteri yang termasuk gram positif adalah famili Micrococcaceae seperti

Microsoccocus, Staphylococcus dan famili Streptococcaceae seperti Streptococcus,

Leuconostoc, Pediococcus, Aerococcus. Streptococcus merupakan bakteri berbentuk bulat

yang hidup secara berpasangan, atau membentuk rantai pendek dan panjang tergantung dari

spesies dan kondisi pertumbuhannya (Fardiaz, 1992).

Page 16: Mikroskop Dan Pewarnaan

16

Beberapa jenis bakteri yang merupakan jenis bakteri gram (-) adalah Eschericia coli,

Enterobacter aerogenes, dan kelompok Pseudomonas. Sedangkan yang termasuk bakteri

gram (+) adalah kelompok Lactobacillus, Streptococcus, Staphylococcus dan Streptococcus.

(Hadioetomo, 1993).

Pengecatan struktur merupakan pengecatan yang jarang dilakukan karena biasanya untuk

melakukan pewarnaan pada flagela, endospora, ataupun kapsula, di mana tidak semua bakteri

memilikinya. Namun pengecatan ini juga dapat dipakai untuk klasifikasi bakteri, karena

dengan pengecatan ini dapat diketahui keberadaan endospora, dan kemudian bakteri yang

mengandung endospora dikelompokkan ke dalam genus tertentu. Namun ada kelemahan

dalam klasifikasi ini, yaitu bila ada bakteri yang tidak tampak endosporanya setelah

pengecatan maka belum tentu bisa dimasukkan ke dalam golongan bakteri tidak

berendospora tapi mungkin saja karena lingkungan tidak terlalu buruk untuk melakukan

pembentukan endospora. Endospora umumnya cukup besar dan berwarna hitam. Cara yang

paling sering dipakai dengan memakai cat safranin dan malachite green yang dapat mewarnai

spora di dalam sel. (Fardiaz, 1992).

Pewarnaan endospora, sebenarnya merupakan pewarnaan yang hanya mewarnai satu bagian

sel saja, sehingga dapat digunakan untuk membedakan dengan bagian lain dari mikroba

bersangkutan. Endospora merupakan struktur yang dibentuk di dalam bakteri tipe-tipe

tertentu, yang terbentuk pada akhir fase logaritmik, dan dibentuk oleh sel basilus, bersifat

sangat tahan terhadap pemanasan, pengeringan, disinfektan, dan setelah diwarnai sukar untuk

dihilangkan. Endospora ini dibentuk pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk

pertumbuhan sel vegetatif (Fardiaz, 1992).

Endospora hanya terdapat dalam bakteri berbentuk batang (basilus) dan dapat dilihat dengan

pewarnaan endospora. Pada umumnya, bakteri pembentuk endospora memang berbentuk

batang, dan setelah membentuk endospora sporangium, bakteri akan mati lalu mengalami

lisis (pemecahan membran sel). Spora bekas lisis memiliki ukuran cukup besar, sehingga

dapat terlihat jelas pada mikroskop. Spora bekas inilah yang menunjukkan adanya endospora

(Lay, 1994).

Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas,

dan unsur-unsur fisik lainnya seperti pembekuan, kekeringan, radiasi ultraviolet, serta

Page 17: Mikroskop Dan Pewarnaan

17

terhadap bahan kimia yang dapat menghancurkan bakteri yang tidak membentuk spora.

Ketahanan tersebut karena adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat endospora yang

demikian itu menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya

bila diberi perlakuan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus spora.

Endospora yang terbentuk untuk membantu identifikasi bakteri yang tidak diketahui. Jenis

bakteri yang biasanya membentuk endospora adalah Bacillus dan Clostridium (Hadioetomo,

1993).

Dalam percobaan pengecatan endospora, setelah penetesan pewarna malachite green,

dilakukan pemanasan. Pemanasan ini bertujuan untuk mengembangkan lapisan luar spora

yang bersifat tahan terhadap perubahan faktor luar, yang dalam hal ini adalah penambahan

bahan kimia berupa larutan pewarna malachite green, sehingga zat warna malachite green

dapat masuk ke dalam spora. Setelah didinginkan, warna hijau tersebut terperangkap dalam

spora, sehingga struktur endospora dapat diamati (Lay, 1994).

Penambahan safranin yang merupakan zat warna basa akan mengikat muatan negatif yang

terdapat pada permukaan sel sehingga sel vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam

hal ini safranin tidak masuk ke dalam spora (Lay,1994). Tidak hilangnya zat pewarna

malachite green setelah dicuci dengan menggunakan air karena spora akan menyerap warna

dan tidak akan melepaskannya lagi meskipun diberi etanol, sedangkan ruang sel selebihnya

akan kehilangan warnanya (Schlegel & Schmidt, 1994).

Tujuan dilakukannya pemanasan pada percobaan ini supaya endospora dalam bakteri menjadi

aktif, karena endospora dalam bakteri akan aktif jika pada saat lingkungan ekstrim dan

kandungan airnya rendah saja (Fardiaz, 1992). Pemanasan akan mempercepat pengecatan, di

mana pemanasan membantu zat warna menembus dinding endospora. Sehingga meskipun

dilakukan pencucian dengan air mengalir, semua zat warna bagian sel akan luntur kecuali zat

warna pada endospora tetap tertinggal (Tortora et al., 1995).

Warna hijau gelap adalah bakteri berendospora yang berkoloni, sedangkan warna hijau muda

adalah bakteri berendospora yang memisah. Lalu, sel vegetatif yang berwarna merah muda

didapat dari penambahan safranin. Penambahan safranin ini disebabkan karena sel vegetatif

yang terdapat pada Bacillus subtilis tidak berwarna. Oleh karena itu penambahan safranin

yang merupakan zat warna basa akan mengikat muatan negatif yang terdapat pada permukaan

Page 18: Mikroskop Dan Pewarnaan

18

sel sehingga sel vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam hal ini, safranin tidak

masuk ke dalam spora (Lay, 1994). Spora akan menyerap warna dan tidak akan

melepaskannya lagi meskipun diberi etanol, sedangkan ruang sel selebihnya akan kehilangan

warnanya (Schlegel & Shmidt, 1994).

Pada setiap proses pengecatan yang dilakukan, baik pengecatan sederhana, pengecatan gram,

ataupun pengecatan endospora, selalu dilakukan proses fiksasi. Proses fiksasi ini dilakukan

dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api spirius beberapa kali selama 1-2 detik.

Proses ini bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri,

karena sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat diamati, karena pada bakteri hidup, selnya

tidak mengandung pigmen atau transparan, karena indeks bias sitoplasmanya hampir sama

dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Pengecatan bertujuan agar kontras

antara sel dan latar belakang dapat dipertajam. Selain itu juga bertujuan untuk mempermudah

pengamatan sel-sel bakteri. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel

seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat (Lay,

1994).

Proses fiksasi dilakukan dengan cara melewatkan preparat di atas api, tetapi pemanasan yang

digunakan tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan pecahnya dinding sel

(Hadioetomo, 1993). Tujuannya adalah agar bakteri yang ada lebih dapat melekat pada

preparat dan untuk mematikan bakteri (Lay, 1994). Pada umumnya pengecatan yang

dilakukan sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, udara, dan zat warna itu sendiri. Zat

warna yang disimpan terlalu lama dapat mempengaruhi hasil pewarnaan. Jenis zat warna

yang dipakai dan sinar matahari juga sangat mempengaruhi pada sediaan yang telah diwarnai

(Schlegel & Schmidt, 1994).

Sifat bakteri yang tidak berwarna sehingga hanya sedikit perbedaan warnanya dengan

lingkungan di sekitarnya, membuat bakteri sulit diamati secara mendetail baik bagian selnya

atau pun bentuknya. Oleh karena itu harus dilakukan suatu usaha untuk menambah perbedaan

warna antara bakteri dengan lingkungan sekitarnya, dan usaha tersebut adalah pewarnaan.

Namun masih ada kesukaran yang ditemui selama pewarnaan, yaitu tidak bisa masuknya

pewarna ke dalam tubuh bakteri hidup, dan untuk menyelesaikan masalah tersebut maka

dilakukan usaha pembunuhan bakteri dengan fiksasi panas, karena pada umumnya fiksasi

panas dilakukan di atas 600C sehingga bisa mebunuh bakteri yang tahan panas. Cat yang

Page 19: Mikroskop Dan Pewarnaan

19

biasa digunakan adalah pewarnaan dengan ion organik yang dikenal sebagai pewarnaan dasr,

dimana selanjutnya pewarnaan dasar tersebut bisa berikatan dengan ion negatif ataupun ion

positif, dan membentuk pewarna asam dan basa. Dimana pewarna asam yang mengandung

ion negatif hanya bisa mewarnai lingkungan sekitar bakteri atau dengan kata lain tidak bisa

masuk dan terikat oleh sel sehingga tampak seperti daerah jernih dikelilingi daerah berwarna.

Sedangkan pewarna basa yang mengandung ion positif bisa berikatan dnegan komponen-

komponen yang ada di permukaan maupun di dalam sel itu sendiri karena komponen tersebut

bermuatan negatif, dengan demikian pewarna basa bisa terikat oleh sel mati, dan pewarnaan

inilah yang sering dipakai dalam pewarnaan sederhana, diferensial maupun struktur.

(Bibiana, 1994)

Ada 2 macam preparat:

1. Preparat yang bersifat basah (wet mount preparation)

Ada 2 macam preparat basah, yaitu lekapan basah (wet mount) dan tetes gantung. Pada

kedua preparat ini menggunakan setetes cairan yang mengandung mikroba hidup.

Preparat semacam ini digunakan dalam mikrobiologi karena memungkinkan

dilakukannya pengamatan bentuk dan ukuran organisme secara indivisu,

pengelompokan khas sel-sel bakteri serta mengetahui apakah organisme tersebut

begerak atau tidak.

2. Olesan yang diwarnai

Preparat ini lebih umum digunakan untuk mengamati mikroba secara mikroskopis

namun pada olesan mikroorganisme mikroorganisme yang diwarnai hanya dapat

diamati organisme mati.

(Hadioetomo, 1993).

Teknik pewarnaan harus dilakukan secara aseptis, maksudnya kegiatan penuangan media

dilakukan di dekat bunsen dan alat-alat disemprot alkhohol dahulu sebelum digunakan.

Sterilisasi dapat dicapai dengan menggunakan pemanasan lembab, pemanasan kering, filtrasi,

penyinaran, atau bahan kimia (Schlegel & Schmidt, 1994). Petridis media kultur, tabung

reaksi, gelas ukur, ose untuk pemindahan, dan media harus bebas dari mikroorganisme yang

hidup sebelum mereka digunakan untuk pertumbuhan kultur mikroorganisme. Alat - alat

gelas, tabung uji, tabung fermentasi, botol, pipet, wadah gelas, dan cawan petri, biasanya

disterilkan dalam autoklaf atau tungku udara panas ( Volk & Wheeler, 1993 ).

Page 20: Mikroskop Dan Pewarnaan

20

Pemindahan suatu biakan mikroorganisme harus dilakukan secara aseptis. Hal ini sangat

penting untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh organisme yang tidak dikehendaki

dalam biakan murni yang akan dibuat, dan menghindari tersentuhnya media atau permukaan

tabung bagian dalam oleh benda yang tidak steril. Mikroorganisme luar yang tidak

dikehendaki dapat masuk melalui kontak langsung dengan permukaan atau tangan yang

tercemar ( Hadioetomo, 1993 ).

Pada saat memindahkan suatu biakan mikroba harus diperhatikan jangan sampai terjadi

kontaminasi oleh organisme yang tidak dikehendaki dalam biakan murni yang akan dibuat.

Mikroorganisme yang tidak dikehendaki dapat masuk melalui kontak langsung dengan

permukaan atau tangan yang kotor. Oleh karena itu sebelum melakukan pemindahan kultur

kita diharapkan untuk menciptakan lingkungan yang aseptis. Apabila mikroba yang tidak

diharapkan masuk ke dalam kultur murni maka kultur murni tersebut akan tercemar. Identitas

biakan mikrobiologi diartikan sebagai pemindahan kultur ke biakan segar tanpa terjadi

pencemaran oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan ( Lay, 1994 ).

Cara aseptik yang harus dilakukan dalam pekerjaan mikrobiologi merupakan suatu cara kerja

dimana terjadinya kontaminasi oleh mikrobia lain yang tidak dikehendaki dicegah

semaksimum mungkin, sedangkan mikrobia yang dikehendaki dipertahankan semaksimum

mungkin. Untuk memindahkan sel-sel mikrobia dari satu medium ke medium lainnya

digunakan suatu kawat yang diberi batang pemegang di bagian pangkalnya, yang disebut

jarum ose atau loop. Loop harus dipijarkan sampai berwarna merah sesaat sebelum dan

sesudah digunakan. Dengan cara ini, bagian jarum dari loop tersebut menjadi steril untuk

sementara karena mikrobia yang ada pada permuaakn loop akan mati. Selama pemijaran,

jarum ose harus dipegang sedemikian rupa di atas api sehingga seluruh ujung loop hingga

bagian dekat tangkai pemegang menyala secara bersamaan. Sebelum digunakan untuk

inokulasi, loop yang telah menyala harus didinginkan dalam waktu beberapa detik untuk

mencegah kematian mikrobia yang akan diinokualsikan (Volk & Wheeler, 1993).

Aspergillus termasuk dalam famili Moniliaceae dengan warna koloni adalah putih, sporanya

disebut dengan sel kaki (Cappuccino & Sherman, 1983). Salah satu jenis kapang adalah

Aspergillus. Ciri-cirinya :

Page 21: Mikroskop Dan Pewarnaan

21

1. Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang terdapat dibawah

permukaan hifa vegetatif, sedangkan yang muncul di atas permukaan umumnya

merupakan hifa fertil.

2. Koloni kompak

3. Konidiofora septat atau nonseptat, muncul dari foot cell (yaitu miselium yang

membengkak dan berdinding tebal).

4. Konidia membengkak menjadi vesikel pada ujungnya, membawa sterigma dimana

tumbuh konidia.

5. Sterigma biasanya sederhana, berwarna, atau tidak berwarna.

6. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat atau hitam

(Fardiaz, 1992).

Grup Aspergillus niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar yang dipak secara

padat, bulat dan berwarna hitam, cokelat-hitam atau ungu-cokelat. Konidianya kasar dan

mengandung pigmen. Kebanyakan galur dalam grup ini mempunyai sklerotia yang berwarna

abu-abu sampai hitam. Beberapa galur digunakan dalam produksi asam sitrat, asam glukonat

dan enzim (Fardiaz, 1992).

Rhizopus oligosporus memiliki kemampuan proteolitik yang tinggi sehingga mampu

mendegradasi protein yang terdapat pada kedelai yang tergolong biji-bijian. Sifat dari

Rhizopus oligosporus yaitu mampu tumbuh cepat pada suhu 30–40oC, tidak memfermentasi

sukrosa, mempunyai aktivitas proteolitik yang tinggi, mempunyai aktivitas lipolitik yang

tinggi, memproduksi anti oksidan dan mampu tumbuh pada substrat biji- bijian (Rahman,

1992). Sifat-sifat dari Rhizopus oligosporus antara lain :

Mampu tumbuh cepat pada suhu 30-40oC, pertumbuhan miselium tampak setelah

fermentasi berlangsung 12 jam dan selesai setelah 18-20 jam

Tidak dapat menfermentasi sukrosa

Mempunyai aktivitas lipolitik yang tinggi

Memproduksi antioksidan

Mampu menghasilkan tempe denga flavor dan aroma asli yang khas

Mampu tumbuh pada substrat pati biji-biji tanpa memproduksi asam-asam organic

dengan tingkat kosentrasi yang dapat menyebabkan tempe terasa asam

(Steinkraus, 1983).

Page 22: Mikroskop Dan Pewarnaan

22

Ciri-ciri spesifik Rhizopus adalah mempunyai hifa nonaseptat, mempunyai stolon dan rhizoid

yang warnanya gelap jika sudah tua, sporangofora tumbuh pada noda di mana terbentuk juga

rhizoid, sporangia biasanya besar dan berwarna hitam, kolumela agak bulat dan apofisis

bebentuk seperti cangkir, tidak mempunyai sporangiola, membentuk hifa vegetatif yang

melakukan penetrasi pada substrat, dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung

sporangiofora, pertumbuhannya cepat, dan membentuk miselium seperti kapas (Fardiaz,

1992).

Bacillus subtilis merupakan bakteri yang menghasilkan spora berbentuk silinder yang tidak

membengkak, sporanya langsing dan tidak melebihi diameter 0,9 µm. Bacillus subtilis ini

bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif, dan gram positif (Fardiaz,

1992). Bacillus subtilis merupakan bakteri berwujud silinder terentang dan digolongkan

dalam bakteri yang berbentuk batang. Bentuk batang ini disesuaikan dengan namanya

“basilus” yang berarti panjang. (Schlegel & Schmidt, 1994).

Streptococcus thermophilus memiliki sifat dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen

dan pembentuk racun serta bersifat proteolitik dan lipolitik. Ciri – ciri yang dimiliki yaitu

berbentuk bulat, hidup secara berpasangan, dan membentuk rantai pendek dan panjang

(tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya) (Fardiaz, 1992).

Escherichia coli ialah jenis bakteri dengan bentuk batang atau bacil dan ada yang hidup

secara berkelompok maupun menyebar (Fardiaz, 1992). Bacillus subtilis merupakan bakteri

yang menghasilkan spora berbentuk silinder yang tidak membengkak, sporanya langsing dan

tidak melebihi diameter 0,9 m. Bacillus subtilis ini bersifat aerobik sampai anaerobik

fakultatif, katalase positif, dan gram positif. Bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri gram

positif (Fardiaz, 1992). Sel khamir yang termasuk jenis Saccharomyces mungkin berbentuk

bulat, oval, atau memanjang, dan mungkin membentuk pseudomiselium (Fardiaz, 1992).

Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu simbiosis mikro-organisme yang dapat

mengecilkan atau memperbanyak di lingkungan selaput lendir di saluran gastro-usus, juga

disebut mukosa usus. Hal ini dijelaskan dalam jurnal medis sebagai antarmuka antara

penyerapan nutrisi yang dibutuhkan dan pengalihan mikroba berbahaya dan racun. Ketika

keseimbangan mikroflora menguntungkan adalah lemah pada antarmuka ini, penyakit infeksi

lebih mungkin untuk mengambil pijakan. Sebaliknya, ketika mikroflora membantu yang

Page 23: Mikroskop Dan Pewarnaan

23

subur, banyak kuman dan infeksi yang dicegah dari mengikuti tuan rumah dengan sistem

yang menakjubkan umpan sinyal dan strategi yang digunakan oleh sistem pencernaan dalam

kemitraan dengan mikroflora usus (Anonim, 2006).

Saccharomyces cereviceae dapat digunakan dalam proses fermentasi alkohol karena mampu

memecah bahan pangan berkarbohidrat tinggi menjadi alkohol dan CO2. Proses ini diketahui

sebagai fermentasi alkohol, adalah proses anaerob, yakni terjadi tanpa oksigen. Khamir

memiliki sekumpulan enzim yang diketahui sebagai zymase yang berperanan pada fermentasi

senyawa gula, seperti glukosa menjadi etanol ( etil alkohol ) dan karbondioksida. ( Gaman &

Sherrington, 1994 ). Pada Saccharomyces cereviceae, pembelahan meiosis dapat terjadi pada

kondisi tertentu langsung dari sel vegetatifnya. Untuk mewarnai sel khamir dapat digunakan

pewarna seperti yang digunakan untuk bakteri, tetapi karena beberapa pewarna menutupi

struktur sel, untuk melihat lokasi masing-masing struktur di dalam sel dapat digunakan

pewarna spesifik (Fardiaz, 1992).

Saccharomyces uvarum adalah salah satu spesies yang mempunyai sejarah panjang dalam

kegunaannya pada fermentasi dan industri pemrosesan makanan. S. uvarum, juga

mempunyai nama lain S. bayanus, dikenal sebagai "wine yeast" sehubungan dengan

kemampuan mereka dalam memproduksi anggur. Secara taksonomi, S. uvarum mempunyai

hubungan yang sangat dekat dengan Saccharomyces cerevisiae (Anonim, 2009).

Saccharomyces cerevisiae merupakan kelas Ascomycetes dimana spora tumbuh di dalam

askus. S. cerevisiae adalah khamir yang bebentuk bulat, oval, atau memanjang. Reproduksi

Saccharomyces cerevisiae dilakukan dengan membentuk askospora. Melalui proses meiosis

terbentuk 4 spora yang akan bergeminasi membentuk sel vegetatif. Saccharomyces cerevisiae

mempunyai morfologi sel yaitu garis koloni radial, tepian koloni bergelombang, permukaan

koloni halus dan selnya berbentuk bulat (Fardiaz, 1992).

Page 24: Mikroskop Dan Pewarnaan

2. MATERI METODE

2.1 Materi

2.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini antara lain : mikroskop, tabung

reaksi, jarum N, bunsen, korek api, kipas angin, tissue, serbet, label, pemanas elektrik, jarum

ose, kaca preparat, kaca objek, pengukur waktu, pipet tetes, masker, sarung tangan.

2.1.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini antara lain : alkhohol, larutan

laktofenol, aquades, Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus, Bacillus subtilis, Streptococcus

thermophilus, Escherichia coli, Lactobacillus bulgaricus, Azotobacter xylinum,

Saccharomyces cereviseae, Saccharomyces ovarum, methylen blue, pewarna hijau malasit,

violet kristal, lugol, dan pewarna safranin (fuksin).

2.2 Metode

2.2.1 Preparat Kapang

Percobaan preparat kapang ini hanya dilakukan oleh kelompok 1 dan kelompok 2. Mula-mula

jarum N dipijarkan di atas bunsen hingga berwarna merah. Setelah jarum berwarna merah,

kultur diambil dengan menggunakan jarum N. Pengambilan kultur dilakukan secara aseptis.

Kemudian kultur diletakkan pada kaca preparat yang sebelumnya sudah dibersihkan dengan

alkhohol dan ditambah larutan laktofenol lalu ditutup dengan kaca penutup preparat.

Terakhir, kaca preparat diletakkan di mikroskop untuk diamati. Gambar yang tampak pada

mikroskop digambar pada tabel 1. Pada percobaan ini, kelompok 1 menggunakan kultur

Aspergillus niger dan kelompok 2 menggunakan kultur Rhizopus oligosporus.

2.2.2 Pewarnaan

2.2.2.1 Preparasi

Pertama-tama kaca preparat dibersihkan dengan menggunakan alkhohol dan dilap sampai

kering menggunakan tissue. Kemudian kaca preparat diberi 1 tetes aquades. Setelah itu, di

atas aquades ditambahkan biakan. Penambahan biakan dilakukan menggunakan jarum ose

dan dikeringkan di depan kipas angin sampai kering. Setelah kering, kaca preparat difiksasi

(dilewatkan api bunsen sebanyak 3 kali) dan dilakukan pewarnaan.

24

Page 25: Mikroskop Dan Pewarnaan

25

2.2.2.2 Pewarnaan Sederhana

Percobaan ini dilakukan oleh kelompok 1 dan kelompok 2. Pertama-tama yang dilakukan

adalah tahap preparasi. Setelah itu ditambah dengan metylen blue dan ditutup dengan kaca

penutup preparat. Lalu kaca preparat dibilas dengan aquades dan dikeringkan di depan kipas

angin hingga kering. Setelah itu, diamati menggunakan mikroskop. Gambar yang tampak

pada mikroskop digambar pada tabel 2. Pada percobaan ini, kelompok 1 menggunakan

mikroorganisme Bacillus subtilis dan kelompok 2 menggunakan mikroorganisme

Streptococcus thermophilus.

2.2.2.3 Pewarnaan Gram

Percobaan ini dilakukan oleh kelompok 3 dan kelompok 4. Pertama-tama yang dilakukan

adalah tahap preparasi. Setelah itu ditambah dengan pewarna violet kristal lalu warnanya

dihilangkan menggunakan alkhohol dan dibilas dengan aquades. Kemudian ditetesi dengan

lugol dan didiamkan sebentar. Setelah itu, warnanya dihilangkan lagi menggunakan alkhohol.

Didiamkan 1 menit kemudian ditambah fuksin (pewarna safranin). Lalu warnanya

dihilangkan lagi menggunakan alkhohol dan dibilas lagi dengan aquades. Dikeringkan hingga

kering kemudian diletakkan pada mikroskop untuk diamati. Gambar yang tampak pada

mikroskop digambar pada tabel 2. Pada percobaan ini kelompok 3 menggunakan

mikroorganisme Escherichia coli dan kelompok 4 menggunakan mikroorganisme

Lactobacillus bulgaricus.

2.2.2.4 Pewarnaan Spora Bakteri

Percobaan ini dilakukan oleh kelompok 5 dan kelompok 6. Pertama-tama yang dilakukan

adalah tahap preparasi. Pewarna hijau malasit ditambahkan lalu dipanaskan dengan cara

dilewatkan api bunsen selama 3 kali tapi tidak boleh sampai kering. Setelah itu dibilas

dengan aquades. Setelah dibilas, ditambah dengan pewarna safranin (fuksin) lalu didiamkan

selama 10 detik dan dibilas lagi dengan aquades. Setelah itu dikeringkan. Jika sudah kering,

diletakkan pada mikroskop untuk diamati. Gambar yang tampak pada mikroskop digambar

pada tabel 2. Pada percobaan ini, kelompok 5 menggunakan mikroorganisme Bacillus subtilis

dan kelompok 6 menggunakan Azotobacter xylinum.

2.2.2.5 Pewarnaan Spora Yeast

Percobaan ini dilakukan oleh kelompok 7 dan kelompok 8. Pertama-tama yang dilakukan

adalah tahap preparasi. Pewarna violet kristal ditambahkan lalu dipanaskan dengan cara

Page 26: Mikroskop Dan Pewarnaan

26

dilewatkan api bunsen selama 3 kali tapi tidak boleh sampai kering. Setelah itu dibilas

dengan alkhohol dan dikeringkan terlebih dahulu. Setelah itu, ditambah dengan pewarna

safranin (fuksin) lalu didiamkan selama 10 detik dan dibilas lagi dengan aquades lalu

dikeringkan. Jika sudah kering, diletakkan pada mikroskop untuk diamati. Gambar yang

tampak pada mikroskop digambar pada tabel 2. Pada percobaan ini, kelompok 7

menggunakan mikroorganisme Saccharomyces cereviseae dan kelompok 8 menggunakan

Saccharomyces ovarum.

Page 27: Mikroskop Dan Pewarnaan

3. HASIL PENGAMATAN

3.1 Preparat Kapang

Tabel hasil percobaan preparat kapang dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1.Preparat Kapang

Kelompok Kultur Gambar Keterangan

1 Aspergillus niger

1. Vesi2. Konidiofora3. Konidia4. Foot cell5. SterigmaPerbesaran : 40 x 10

2 Rhizopus oligosporus

1. Sporangium2. Sporangiospora3. Kolum4. Apotitis5. Sporangiosfor6. Stolon7. NodaPerbesaran : 40 x 10

Dari tabel diatas dapat diketahui kultur yang digunakan dalam percobaan preparat kapang ini

dan bagian-bagian yang tampak jika dilihat menggunakan mikroskop serta perbedaran yang

digunakan. Percobaan ini hanya dilakukan oleh kelompok 1 dan 2. Kelompok 1

menggunakan kultur Aspergillus niger. Bagian-bagian yang tampak antara lain : vesi,

konidiofora, konidia, foot cell, dan sterigma. Sementara kelompok 2 menggunakan kultur

yang berbeda yaitu Rhizopus oligosporus. Bagian-bagian yang tampak antara lain :

sporangium, sporangiospora, kolum, apotitis, sporangiosfor, stolon, dan noda. Perbesaran

yang digunakan dalam percobaan ini adalah 40 x 10.

3.2 Pewarnaan

Hasil percobaan pewarnaandapat dilihat pada tabel 2

27

Page 28: Mikroskop Dan Pewarnaan

28

Tabel 2.Pewarnaan

KelompokJenis

pewarnaanJenis

mikroorganismeGambar Keterangan

1 Sederhana Bacillus subtilisBentuk : streptococcus

Warna : coklatPerbesaran : 10 x 100

2 SederhanaStreptococcus thermophilus

Bentuk : coccusWarna : biru hitam

Perbesaran : 10 x 100

3 Gram Escherichia coliBentuk : coccusWarna : merah

Perbesaran : 10 x 100

4 GramLactobacillus

bulgaricus

Bentuk : -Warna : -

Perbesaran : -

5Spora bakteri

Bacillus subtilisBentuk : coccusWarna : merah

Perbesaran : 10 x 100

6Spora bakteri

Azotobacter xylinum

Bentuk : coccusWarna : merah bata

Perbesaran : 10 x 100

Page 29: Mikroskop Dan Pewarnaan

29

7 Spora yeastSaccharomyces

cereviseae

Bentuk : coccusWarna : merah

Perbesaran : 40 x 100

8 Spora yeastSaccharomyces

ovarum

Bentuk : staphylococcusWarna : merah

Perbesaran : 40 x 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bentuk dan warna yang tampak pada mikroskop dari

masing-masing mikroorganisme dengan pewarnaan yang berbeda-beda. Kelompok 1

melakukan percobaan pewarnaan sederhana dengan mikroorganisme Bacillus subtilis. Pada

mikroskop akan tampak mikroorganisme ini berbentuk streptococcus dan berwarna coklat.

Kelompok 2 melakukan percobaan pewarnaan sederhana dengan mikroorganisme

Streptococcus thermophilus. Pada mikroskop akan tampak mikroorganisme ini berbentuk

coccus dan berwarna biru hitam. Kelompok 3 melakukan percobaan pewarnaan gram dengan

mikroorganisme Escherichia coli. Pada mikroskop akan tampak mikroorganisme ini

berbentuk coccus dan berwarna merah. Kelompok 4 melakukan percobaan pewarnaan gram

dengan mikroorganisme Lactobacillus bulgaricus. Khusus untuk kelompok 4, hasil

percobaan pewarnaan tidak tampak pada mikroskop. Kelompok 5 melakukan percobaan

pewarnaan spora bakteri dengan mikroorganisme Bacillus subtilis. Pada mikroskop akan

tampak mikroorganisme ini berbentuk coccus dan berwarna merah. Kelompok 6 melakukan

percobaan pewarnaan spora bakteri dengan mikroorganisme Azotobacter xylinum. Pada

mikroskop akan tampak mikroorganisme ini berbentuk coccus dan berwarna merah bata.

Kelompok 7 melakukan percobaan pewarnaan spora yeast dengan mikroorganisme

Saccharomyces cereviseae. Pada mikroskop akan tampak mikroorganisme ini berbentuk

coccus dan berwarna merah. Kelompok 8 melakukan percobaan pewarnaan spora yeast

dengan mikroorganisme Saccharomyces ovarum. Pada mikroskop akan tampak

mikroorganisme ini berbentuk staphylococcus dan berwarna merah. Perbesaran yang

digunakan oleh tiap-tiap kelompok tidak sama. Kelompok 1 sampai kelompok 6

Page 30: Mikroskop Dan Pewarnaan

30

menggunakan perbesaran 10 x 100. Sementara kelompok 7 dan kelompok 8 menggunakan

perbesaran 40 x 100.

Page 31: Mikroskop Dan Pewarnaan

4. PEMBAHASAN

Pada kegiatan praktikum ini dilakukan dua jenis percobaan yaitu preparat kapang dan

pewarnaan. Kedua jenis percobaan ini dilakukan menggunakan mikroskop. Menurut Volk &

Wheeler, mikroskop adalah suatu alat yang berfungsi untuk meneliti atau mengamati

terhadap benda-benda yang relatif kecil (yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang),

contohnya: untuk melihat bagian-bagian kecil sel, dan mikroorganisme. Menurut Lay (1994),

mikroskop adalah alat utama yang mempunyai fungsi penting di laboratorium mikrobiologi.

Fungsi dari mikroskop adalah untuk membantu mengamati benda-benda yang berukuran

sangat kecil. Menurut Schlegel & Schmidt (1994) di dalam mengungkapkan struktur halus

dari suatu sel kita tidak mampu menelusurinya tanpa bantuan alat, yaitu mikroskop.

Mikroskop berfungsi untuk mengamati benda – benda yang berukuran sangat kecil yang

berasal dari makhluk hidup maupun benda mati seperti preparat awetan. Mikroskop yang

digunakan dalam percobaan ini adalah mikroskop majemuk. Sebenarnya, tidak hanya dalam

percobaan ini saja, laboratorium memang biasanya menggunakan mikroskop majemuk.

Menurut Volk & Wheeler (1993) mikroskop yang disebut sebagai mikroskop majemuk

adalah mikroskop yang memiliki dua perangkat lensa. Komponen utama mikroskop majemuk

adalah : tabung yang memisahkan lensa objektif dan okuler, cermin untuk memantulkan

cahaya, kondensor untuk memusatkan cahaya, diafragma iris untuk mengatur banyak sedikit

cahaya yang masuk ke spesimen, penyesuaian halus dan kasar untuk menaikkan dan

menurunkan lensa objektif, pentas untuk meletakkan spesimen, kerangka untuk menyangga

semua bagian mikroskop (Volk & Wheeler, 1993).

Pada percobaan preparat kapang, mula-mula jarum N dipijarkan di atas bunsen hingga

berwarna merah. Setelah jarum berwarna merah, kultur diambil dengan menggunakan jarum

N. Pengambilan kultur dilakukan secara aseptis. Menurut Volk & Wheeler (1993) jarum ose

harus dipijarkan sampai berwarna merah sesaat sebelum dan sesudah digunakan. Dengan cara

ini, bagian jarum dari loop tersebut menjadi steril untuk sementara karena mikrobia yang ada

pada permuaakn loop akan mati. Selama pemijaran, jarum ose harus dipegang sedemikian

rupa di atas api sehingga seluruh ujung loop hingga bagian dekat tangkai pemegang menyala

secara bersamaan.Kemudian kultur diletakkan pada kaca preparat yang sebelumnya sudah

dibersihkan dengan alkhohol dan ditambah larutan laktofenol lalu ditutup dengan kaca

penutup preparat. Terakhir, kaca preparat diletakkan di mikroskop untuk diamati. Menurut

Nasir et al (1993) cara memakai mikroskop adalah dengan cara mengarahkan tubus pada

objek, pilih lensa obyektif dengan perbesaran lemah dengan menggunakan revolver,

31

Page 32: Mikroskop Dan Pewarnaan

32

membuka diafragma sampai maksimum, melihat ke dalam okuler, mengamati preparat

dengan menggunakan secara bergantian Pada percobaan ini, kelompok 1 menggunakan kultur

Aspergillus niger dan kelompok 2 menggunakan kultur Rhizopus oligosporus. Percobaan ini

hanya dilakukan oleh kelompok 1 dan kelompok 2.

Setelah diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 40 x 10, kelompok 1 yang

menggunakan kultur Aspergillus niger, bagian-bagian yang tampak antara lain : vesi,

konidiofora, konidia, foot cell, dan sterigma. Sementara kelompok 2 menggunakan kultur

yang berbeda yaitu Rhizopus oligosporus. Bagian-bagian yang tampak antara lain :

sporangium, sporangiospora, kolum, apotitis, sporangiosfor, stolon, dan noda. Hal ini sesuai

dengan teori Fardiaz (1992) yang mengatakan bahwa Aspergillus memiliki konidiofora

(septat atau non septat yang meuncul dari foot cell), koloni kompak, konidia yang

membentuk rantai, sterigma. Untuk lebih lanjutnya, dapat dilihat pada tabel 1.

Percobaan yang kedua adalah pewarnaan. Pewarnaan ini dibagi lagi menjadi lima bagian

yaitu preparasi, pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan spora bakteri, dan

pewarnaan spora yeast. Pewarnaan spora bakteri dan yeast termasuk pewarnaan struktural.

Hal ini sesuai dengan teori Fardiaz (1992) yang mengatakan bahwa Pewarnaan bakteri dapat

dibedakan atas beberapa golongan, yang meliputi : pewarnaan sederhana, pewarnaan

diferensial (pewarnaan gram dan pewarnaan asam cepat), pewarnaan struktural (pewarnaan

inti sel (Feulgen) yaitu pewarnaan inti sel bakteri, pewarnaan endospora yaitu pewarnaan

spora bakteri, pewarnaan dinding sel yaitu pewarnaan dinding sel dari bakteri, pewarnaan

kapsul yaitu pewarnaan kapsul yang dibentuk oleh bakteri, pewarnaan flagella yaitu

pewarnaan flagel / alat gerak bakteri), dan pewarnaan untuk menguji komponen dalam sel

seperti Glikogen, Lipida. Menurut Hadioetomo (1993) pewarnaan ini mutlak diperlukan

karena sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang

(transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa sehingga sukar dilihat karena

sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias

lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel dan latar belakangnya dapat dipertajam

dengan mewarnai sel-sel tersebut dengan sel warna. Oleh karena itu, penggunaan zat warna

terhadap bakteri yang dilakukan pada percobaan bertujuan supaya zat warna dapat

mengadsorbsi atau membiaskan cahaya sehingga dapat meningkatkan kontras dengan

sekelilingnya dan struktur sel bakteri dapat diamati. Menurut Volk & Wheeler (1993)

Page 33: Mikroskop Dan Pewarnaan

33

mikroorganisme yang akan diamati telah diberi zat pewarna kimia supaya lebih mudah dilihat

dan dipelajari. Menurut Lay (1994) pengecatan bertujuan agar kontras antara sel dan latar

belakang dapat dipertajam. Selain itu juga bertujuan untuk mempermudah pengamatan sel-sel

bakteri. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora, flagela,

dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granula fosfat.

Pada percobaan ini, sebelum melakukan pewarnaan mula-mula yang harus dilakukan terlebih

dahulu adalah tahap preparasi. Pada tahap preparasi mula-mula kaca preparat dibersihkan

dengan menggunakan alkhohol dan dilap sampai kering menggunakan tissue. Kemudian kaca

preparat diberi 1 tetes aquades. Setelah itu, di atas aquades ditambahkan biakan. Penambahan

biakan dilakukan menggunakan jarum ose dan dikeringkan di depan kipas angin sampai

kering. Setelah kering, kaca preparat difiksasi (dilewatkan api bunsen sebanyak 3 kali) dan

dilakukan pewarnaan. Menurut Lay (1994) proses fiksasi ini dilakukan dengan cara

melewatkan gelas benda pada nyala api spirius beberapa kali selama 1-2 detik. Proses ini

bertujuan untuk lebih melekatkan bakteri pada gelas benda dan mematikan bakteri, karena

sebenarnya bakteri yang hidup tidak dapat diamati, karena pada bakteri hidup, selnya tidak

mengandung pigmen atau transparan, karena indeks bias sitoplasmanya hampir sama dengan

indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Menurut Hadioetomo (1993) proses fiksasi

dilakukan dengan cara melewatkan preparat di atas api, tetapi pemanasan yang digunakan

tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan pecahnya dinding sel.

Setelah melakukan preparasi, maka dapat dilakukan pewarnaan. Pada pewarnaan sederhana,

setelah melakukan preparasi, ditambah dengan metylen blue dan ditutup dengan kaca penutup

preparat. Lalu kaca preparat dibilas dengan aquades dan dikeringkan di depan kipas angin

hingga kering. Setelah itu, diamati menggunakan mikroskop. Pada percobaan ini, kelompok 1

menggunakan mikroorganisme Bacillus subtilis dan kelompok 2 menggunakan

mikroorganisme Streptococcus thermophilus. Pada pewarnaan gram, setelah melakukan

preparasi, ditambah dengan pewarna violet kristal lalu warnanya dihilangkan menggunakan

alkhohol dan dibilas dengan aquades. Kemudian ditetesi dengan lugol dan didiamkan

sebentar. Setelah itu, warnanya dihilangkan lagi menggunakan alkhohol. Didiamkan 1 menit

kemudian ditambah fuksin (pewarna safranin). Lalu warnanya dihilangkan lagi menggunakan

alkhohol dan dibilas lagi dengan aquades. Dikeringkan hingga kering kemudian diletakkan

pada mikroskop untuk diamati. Pada percobaan ini kelompok 3 menggunakan

mikroorganisme Escherichia coli dan kelompok 4 menggunakan mikroorganisme

Page 34: Mikroskop Dan Pewarnaan

34

Lactobacillus bulgaricus. Pada pewarnaan spora bakteri, setelah melakukan tahap preparasi

pewarna hijau malasit ditambahkan lalu dipanaskan dengan cara dilewatkan api bunsen

selama 3 kali tapi tidak boleh sampai kering. Setelah itu dibilas dengan aquades. Setelah

dibilas, ditambah dengan pewarna safranin (fuksin) lalu didiamkan selama 10 detik dan

dibilas lagi dengan aquades. Setelah itu dikeringkan. Jika sudah kering, diletakkan pada

mikroskop untuk diamati. Pada percobaan ini, kelompok 5 menggunakan mikroorganisme

Bacillus subtilis dan kelompok 6 menggunakan Azotobacter xylinum. Percobaan spora yeast

hampir sama dengan spora bakter, hanya bedanya pada spora yeast yang ditambahkan adalah

pewarna violet kristal. Pada percobaan ini, kelompok 7 menggunakan mikroorganisme

Saccharomyces cereviseae dan kelompok 8 menggunakan Saccharomyces ovarum. Hal ini

sesuai dengan teori Atlas (1984) yang membahas cara melakukan percobaan pewarnaan. Dia

mengatakan bahwa tahap awal pengecatan yaitu meletakkan kultur bakteri yang akan diamati

secara aseptis di atas kaca preparat yang telah dibersihkan dengan menggunakan alkohol.

Pembersihan segala sesuatu dengan menggunakan alkohol dilakukan agar bakteri yang akan

diamati tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain. Setelah kering, kemudian dibakar

agar pada tahap pencucian bakteri tetap tinggal dalam preparat. Tahap terakhir adalah

pewarnaan. Pewarnaan sederhana mikroorganisme akan bernilai positif bila pewarna diserap

oleh sel mikrobia sehingga sel menjadi lebih gelap dari lingkungan di sekitarnya atau bernilai

negatif bila mikroorganisme lebih terang daripada lingkungannya.

Dalam percobaan ini, mikroorganisme berkali-kali dibilas menggunakan aquades. Hal ini

tidak akan menghilangkan bakteri maupun zat pewarna yang akan diamati karena menurut

Timotius (1982) reaksi kimia biasanya terjadi antara pewarna dan komponen-komponen

dalam sel sehingga warna tetap tertinggal meskipun sel dicuci dengan air. Selain itu, menurut

Schlegel & Schmidt (1994) tidak hilangnya zat pewarna setelah dicuci dengan menggunakan

air karena spora akan menyerap warna dan tidak akan melepaskannya lagi meskipun diberi

etanol, sedangkan ruang sel selebihnya akan kehilangan warnanya Pada pewarnaan spora

bakteri, ditambahkan pewarna hijau malasit lalu setelah itu dilakukan pemanasan. Menurut

Lay (1994) pemanasan ini bertujuan untuk mengembangkan lapisan luar spora yang bersifat

tahan terhadap perubahan faktor luar, yang dalam hal ini adalah penambahan bahan kimia

berupa larutan pewarna malachite green, sehingga zat warna malachite green dapat masuk ke

dalam spora. Setelah didinginkan, warna hijau tersebut terperangkap dalam spora, sehingga

struktur endospora dapat diamati. Menurut Fardiaz (1992) tujuan dilakukannya pemanasan

pada percobaan ini supaya endospora dalam bakteri menjadi aktif, karena endospora dalam

Page 35: Mikroskop Dan Pewarnaan

35

bakteri akan aktif jika pada saat lingkungan ekstrim dan kandungan airnya rendah saja Selain

itu, menurut Tortora et al (1995) pemanasan akan mempercepat pengecatan, di mana

pemanasan membantu zat warna menembus dinding endospora. Sehingga meskipun

dilakukan pencucian dengan air mengalir, semua zat warna bagian sel akan luntur kecuali zat

warna pada endospora tetap tertinggal. Pada pewarnaan spora bakteri dan spora yeast, setelah

pewarna juga ditambahkan pewarna safranin. Menurut Lay (1994) penambahan safranin yang

merupakan zat warna basa akan mengikat muatan negatif yang terdapat pada permukaan sel

sehingga sel vegetatif berwarna merah muda kekuningan. Dalam hal ini safranin tidak masuk

ke dalam spora. Bakteri yang dioleskan pada preparat tidak boleh terlalu tebal karena jika

terlalu tebal maka tidak dapat dilihat menggunakan mikroskop.

Dalam percobaan ini harus diperhatikan bahwa bakteri yang dioleskan pada preparat tidak

boleh terlalu tebal atau terlalu tipis karena dapat menyebabkan gambar yang tampak pada

mikroskop menjadi tidak jelas dan mengganggu proses pengamatan. Hal ini sesuai dengan

teori Hadioetomo (1993) yang mengatakan bahwa hal yang penting yang mempengaruhi

keberhasilan pada pengecatan bakteri adalah penyiapan preparat yang baik yakni tidak terlalu

tebal atau tidak terlalu tipis, biakan dapat tetap melekat pada gelas preparat selama

pencucian berulang-ulang, sel-selnya tidak berubah bentuk setelah fiksasi dan pengecatan.

Selain penyiapan preparat, pengolesan bakteri pada gelas benda tidak boleh terlalu tebal

ataupun terlalu tipis. Sebab jika olesannya terlalu tebal, maka sel-sel bakteri akan bertumpang

tindih, sehingga ketika bagian selnya tidak bisa teramati dengan jelas bila dilihat di bawah

mikroskop, dan juga akan menylitkan dalam pewarnaan. Apabila terlalu tipis, hal yang

dikhawatirkan adalah akan banyak sel yang hilang saat pencucian sehingga bisa saja semua

bakteri akan hilang akibat pencucian selain itu mengingat kecilnya sel bakteri, sehingga akan

menyulitkan dalam pengamatan. Hal ini didukung oleh teori Trihendrokesworo (1989) yang

mengatakan bahwa ada pula faktor lain yang dapat mempengaruhi sifat gram negatif dan

gram positif, yaitu penyiapan preparat yang terlalu tebal menyebabkan pelarutan kurang baik,

konsentrasi dan kesegaran bahan untuk pewarna, waktu pelarutan yang terlalu lama

menyebabkan warna pada sel bakteri gram positif ikut terlarut, pencucian dan pengeringan

yang mempengaruhi keberadaan iodin, serta umur bakteri yang mempengaruhi keutuhan

bakteri.

Setelah diamati menggunakan mikroskop, maka akan tampak gambar yang berbeda untuk

setiap jenis mikroorganisme. Hal-hal yang dapat diamati dengan menggunakan mikroskop

Page 36: Mikroskop Dan Pewarnaan

36

antara lain warna dan bentuk koloni nya. Menurut Volk & Wheeler (1993) pada umumnya,

olesan bakteri terwarnai dapat mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan ada atau

tidaknya struktur internal seperti spora dan butiran. Menurut Hadioetomo (1993) pengecatan

sederhana yang dilakukan memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam - macam

tipe morfologi (coccus, basilus, vibrio, sprilum, dan sebagainya) dari bahan-bahan lainnya

yang ada pada olesan yang diwarnai. Timotius (1982) juga mengatakan bahwa Bentuk dan

ukuran mikrobia merupakan karakteristik yang penting untuk identifikasi. Adapun 3 bentuk

dasar sel bakteri : batang (baccil), bulat (coccus), dan lengkung (koma, vibrion, dan spiral).

Bentuk bakteri yang paling dikenal ada 2 macam, yaitu batang dan bulat. Untuk melihat hasil

lengkapnya, dapat dilihat pada tabel 2.

Pada pewarnaan sederhana, zat pewarna yang digunakan adalah methylen blue yang bertujuan

untuk mengetahui sel tersebut hidup / mati. Ini sebabnya pewarnaan jenis ini merupakan

pewarnaan yang paling sederhana dan sering dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori Timotius

(1982) yang mengatakan bahwa dalam pengecatan sederhana, digunakan larutan biru metilen

Leoffer (bersifat basa) sebagai zat pewarna. Hal ini dikarenakan sitoplasma bakteri bersifat

basofilik, sehingga pewarna tersebut dapat masuk ke dalam sel dan mengadakan reaksi kimia

dengan komponen sel, sehingga warna biru metilen Leoffer tetap tertinggal di dalam sel, dan

dapat dilakukan pengamatan dengan mikroskop. Pengecatan sederhana bertujuan untuk

mengetahui bentuk mikroba dengan bantuan mikroskop. Selain itu, Pelczar & Reid (1958)

juga mengatakan bahwa pewarna metilen biru tidak dapat digunakan secara maksimal untuk

meneliti komponen sel secara lebih detail. Ini dikarenakan, pewarna metilen biru hanya dapat

membedakan sel-sel mati dan sel-sel hidup. Dimana sel mati berwarna biru karena

mengalami pemecahan dinding sel, sehingga pewarna metilen biru dapat masuk ke dalam

sitoplasma sel. Sedangkan sel yang masih hidup akan tetap berwarna transparan, karena

dinding sel yang hidup masih utuh, dan belum mengalami lisis atau pemecahan. Hal ini

didukung juga oleh Bibiana (1994) yang mengatakan bahwa pewarnaan sederhana hanya bisa

untuk melihat bentuk dan susunan sel (Bibiana, 1994).

Pewarnaan gram adalah bagian dari pewarnaan diferensial, dimana pewarnaan diferensial

terbagi menjadi dua yaitu pewarnaan gram dan pewarnaan asam cepat. Pewarnaan ini

berfungsi untuk mengelompokkan bakteri. Zat pewarna yang digunakan dalam pewarnaan

gram ini adalah violet kristal. Hal ini sesuai dengan teori Trihendrokesworo (1989) yang

mengatakan bahwa pengecatan deferensial merupakan pengecatan yang memiliki keunggulan

Page 37: Mikroskop Dan Pewarnaan

37

dalam mengelompokkan bakteri, karena dengan pengecatan ini bakteri bisa digolongkan

menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Dimana hal yang membedakannya adalah

lapisan membran selnya. Gaman & Sherrington (1994) mengatakan bahwa Pengecatan gram

dapat digunakan untuk membedakan bakteri dalam dua kelompok besar, yaitu : Bakteri yang

dapat menahan pewarna primer yaitu ungu kristal, iodium, sampai pada akhir prosedur (sel-

sel tampak biru gelap atau ungu) disebut gram positif dan bakteri yang kehilangan kompleks

warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol namun kemudian terwarnai oleh

pewarna tandingan atau cat penutup safranin (sel-sel nampak merah muda) disebut gram

negatif. Lay (1994) juga mengatakan hal yang serupa, bahwa pengecatan gram merupakan

pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak digunakan dalam

laboratorium. Selain itu pengecatan gram merupakan tahap penting dalam pencirian dan

identifikasi bakteri. Pengecatan gram ini dapat digunakan untuk memilah bakteri menjadi

kelompok gram negatif atau gram positif. Cappucino & Sherman (1983) mengatakan bahwa

pewarnaan gram ini memilahkan bakteri menjadi kelompok bakteri gram positif dan gram

negatif. Bakteri gram positif berwarna ungu disebabkan kompleks zat warna kristal violet-

yodium tetap dipertahankan meskipun diberi larutan pemucat sedangkan bakteri gram negatif

berwarna merah karena kompleks tersebut larut sewaktu pemberian larutan pemucat dan

kemudian mengambil zat warna yang kedua yaitu Safranin yang menyebabkan sel menjadi

berwarna merah. Fungsi zat warna kedua hanyalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat

warna kristal violet.

Dalam pewarnaan gram, zat pewarna yang umumnya digunakan adalah violet kristal. Hal ini

sesuai dengan teori Lay (1994) yang mengatakan bahwa dalam pengecatan gram pada

bakteri, digunakan zat warna primer (violet kristal), larutan mordan (iodin), bahan peluntur

(alkohol), dan zat warna penutup (safranin). Larutan mordan berfungsi untuk meningkatkan

afinitas pengikatan zat warna oleh bakteri, sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri

menjadi lebih kuat, memperjelas zat warna, mempersulit pelarutan zat warna, dan

menyebabkan terbentuknya persenyawaan kompleks kristal violet-yodium. Sedangkan etanol,

berfungsi untuk melunturkan zat warna primer dengan daya kerja lambat, sehingga

memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan. Fungsi penambahan zat

warna penutup adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna primer, dan juga untuk

mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan zat warna primernya (Lay, 1994).

Page 38: Mikroskop Dan Pewarnaan

38

Pewarnaan struktural merupakan pewarnaan yang paling jarang dilakukan, karena tidak

semua bakteri memiliki endospora. Endospora biasanya hanya dapat dilihat pada bakteri yang

berbentuk batang. Dalam pewarnaan ini digunakan zat pewarna hijau malasit. Hal ini sesuai

dengan teori Fardiaz (1992) yang mengatakan bahwa pengecatan struktur merupakan

pengecatan yang jarang dilakukan karena biasanya untuk melakukan pewarnaan pada flagela,

endospora, ataupun kapsula, di mana tidak semua bakteri memilikinya. Namun pengecatan

ini juga dapat dipakai untuk klasifikasi bakteri, karena dengan pengecatan ini dapat diketahui

keberadaan endospora, dan kemudian bakteri yang mengandung endospora dikelompokkan

ke dalam genus tertentu. Namun ada kelemahan dalam klasifikasi ini, yaitu bila ada bakteri

yang tidak tampak endosporanya setelah pengecatan maka belum tentu bisa dimasukkan ke

dalam golongan bakteri tidak berendospora tapi mungkin saja karena lingkungan tidak terlalu

buruk untuk melakukan pembentukan endospora. Endospora umumnya cukup besar dan

berwarna hitam. Cara yang paling sering dipakai dengan memakai cat safranin dan malachite

green yang dapat mewarnai spora di dalam sel. Selain itu, Lay (1994) juga mengatakan

bahwa endospora hanya terdapat dalam bakteri berbentuk batang (basilus) dan dapat dilihat

dengan pewarnaan endospora. Pada umumnya, bakteri pembentuk endospora memang

berbentuk batang, dan setelah membentuk endospora sporangium, bakteri akan mati lalu

mengalami lisis (pemecahan membran sel). Spora bekas lisis memiliki ukuran cukup besar,

sehingga dapat terlihat jelas pada mikroskop. Spora bekas inilah yang menunjukkan adanya

endospora (Lay, 1994). Menurut Hadioetomo (1993) jenis bakteri yang biasanya membentuk

endospora adalah Bacillus dan Clostridium. Dalam pewarnaan ini, setelah ditambah dengan

pewarna hijau malasit akan dilakukan pemanasan dan penambahan pewarna safranin yang

tujuannya sudah dijelaskan sebelumnya di bagian atas bab pembahasan ini.

Dalam percobaan ini, kegiatan pemindahan mikroorganisme harus dilakukan secara aseptis

untuk mencegah adanya kontaminasi. Hal ini sesuai dengan teori Hadioetomo (1993) yang

mengatakan bahwa pemindahan suatu biakan mikroorganisme harus dilakukan secara aseptis.

Hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya kontaminasi oleh organisme yang tidak

dikehendaki dalam biakan murni yang akan dibuat, dan menghindari tersentuhnya media atau

permukaan tabung bagian dalam oleh benda yang tidak steril. Mikroorganisme luar yang

tidak dikehendaki dapat masuk melalui kontak langsung dengan permukaan atau tangan yang

tercemar.

Page 39: Mikroskop Dan Pewarnaan

39

Mikroorganisme yang digunakan dalam pewarnaan ini antara lain : Bacillus subtilis,

Streptococcus thermophilus, Escherichia coli, Lactobacillus bulgaricus, Azotobacter

xylinum, Saccharomyces cereviseae, dan Saccharomyces ovarum. Menurut Fardiaz (1992)

Bacillus subtilis merupakan bakteri yang menghasilkan spora berbentuk silinder yang tidak

membengkak, sporanya langsing dan tidak melebihi diameter 0,9 µm. Bacillus subtilis ini

bersifat aerobik sampai anaerobik fakultatif, katalase positif, dan gram positif. Menurut

Schlegel & Schmidt (1994) Bacillus subtilis merupakan bakteri berwujud silinder terentang

dan digolongkan dalam bakteri yang berbentuk batang. Bentuk batang ini disesuaikan dengan

namanya “basilus” yang berarti panjang.

Menurut Fardiaz (1992) Streptococcus thermophilus memiliki sifat dapat menghambat

pertumbuhan bakteri patogen dan pembentuk racun serta bersifat proteolitik dan lipolitik. Ciri

– ciri yang dimiliki yaitu berbentuk bulat, hidup secara berpasangan, dan membentuk rantai

pendek dan panjang (tergantung dari spesies dan kondisi pertumbuhannya). Dan menurut

Fardiaz (1992) Escherichia coli ialah jenis bakteri dengan bentuk batang atau bacil dan ada

yang hidup secara berkelompok maupun menyebar.

Menurut Anonim (2006) Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu simbiosis mikro-

organisme yang dapat mengecilkan atau memperbanyak di lingkungan selaput lendir di

saluran gastro-usus, juga disebut mukosa usus. Hal ini dijelaskan dalam jurnal medis sebagai

antarmuka antara penyerapan nutrisi yang dibutuhkan dan pengalihan mikroba berbahaya dan

racun. Ketika keseimbangan mikroflora menguntungkan adalah lemah pada antarmuka ini,

penyakit infeksi lebih mungkin untuk mengambil pijakan. Sebaliknya, ketika mikroflora

membantu yang subur, banyak kuman dan infeksi yang dicegah dari mengikuti tuan rumah

dengan sistem yang menakjubkan umpan sinyal dan strategi yang digunakan oleh sistem

pencernaan dalam kemitraan dengan mikroflora usus.

Menurut Fardiaz (1992) Saccharomyces cereviceae dapat digunakan dalam proses fermentasi

alkohol karena mampu memecah bahan pangan berkarbohidrat tinggi menjadi alkohol dan

CO2. Proses ini diketahui sebagai fermentasi alkohol, adalah proses anaerob, yakni terjadi

tanpa oksigen. Khamir memiliki sekumpulan enzim yang diketahui sebagai zymase yang

berperanan pada fermentasi senyawa gula, seperti glukosa menjadi etanol ( etil alkohol ) dan

karbondioksida. ( Gaman & Sherrington, 1994 ). Pada Saccharomyces cereviceae,

pembelahan meiosis dapat terjadi pada kondisi tertentu langsung dari sel vegetatifnya. Untuk

Page 40: Mikroskop Dan Pewarnaan

40

mewarnai sel khamir dapat digunakan pewarna seperti yang digunakan untuk bakteri, tetapi

karena beberapa pewarna menutupi struktur sel, untuk melihat lokasi masing-masing struktur

di dalam sel dapat digunakan pewarna spesifik.

Menurut Fardiaz (1992) Saccharomyces uvarum adalah salah satu spesies yang mempunyai

sejarah panjang dalam kegunaannya pada fermentasi dan industri pemrosesan makanan. S.

uvarum, juga mempunyai nama lain S. bayanus, dikenal sebagai "wine yeast" sehubungan

dengan kemampuan mereka dalam memproduksi anggur. Secara taksonomi, S. uvarum

mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan Saccharomyces cerevisiae (Anonim, 2009).

Saccharomyces cerevisiae merupakan kelas Ascomycetes dimana spora tumbuh di dalam

askus. S. cerevisiae adalah khamir yang bebentuk bulat, oval, atau memanjang. Reproduksi

Saccharomyces cerevisiae dilakukan dengan membentuk askospora. Melalui proses meiosis

terbentuk 4 spora yang akan bergeminasi membentuk sel vegetatif. Saccharomyces cerevisiae

mempunyai morfologi sel yaitu garis koloni radial, tepian koloni bergelombang, permukaan

koloni halus dan selnya berbentuk bulat.

Page 41: Mikroskop Dan Pewarnaan

5. KESIMPULAN

Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk melihat benda yang berukuran

sangat kecil.

Pewarnaan diperlukan dalam mengamati sel yang hidup karena sel yang hidup

biasanya tembus pandang dan sulit diamati.

Pewarnaan sederhana adalah pengecatan yang paling sering dilakukan. Pewarnaan

jenis ini berfungsi mengamati suatu sel hidup / mati. Zat pewarna yang digunakan

adalah methylen blue.

Pewarnaan gram berfungsi membedakan antara gram positif dan gram negatif. Zat

pewarna yang digunakan adalah violet kristal

Pewarnaan struktural adalah pengamatan yang paling sulit dilakukan kaena tidak

semua bakteri memiliki endospora. Zat pewarna yang digunakan adalah hijau malasit

Dalam pewarnaan struktural diperlukan adanya pemanasan dan penambahan pewarna

safranin

Bakteri berdasarkan komposisi dinding sel nya dibagi menjadi bakteri gram positif

dan bakteri gram negatif

Bakteri yang dioleskan pada preparat tidak boleh terlalu tebal / terlalu tipis.

Percobaan ini harus dilakukan secara aseptis

Semarang, 26 Mei 2010

Praktikan Asisten dosen

Jurita Permata Sari

Ruth Monalisa

Melisa Adriani

09.70.0068

41

Page 42: Mikroskop Dan Pewarnaan

6. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2006. Lactobacillus bulgaricus. http://www.probiotic.org/ lactobacillus - bulgaricus .htm . Diakses tanggal 10 Mei 2010.

Anonim_a. (2009). Final Risk Assesment for Saccaharomyces uvarum. http :// www.epa.govbiotech_rulepubspdffra010.pdf . Diakses tanggal 25 Mei 2010.

Atlas, R. M. (1984). Microbiology Fundamentals and Application. Mcmillan Publishing Company. USA.

Bibiana, W.L. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Cappuccino, I.G. & N. Sherman. (1983). Microbiology a Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company. Massachuset.

Dwidjoseputro,D.(1994). Dasar-Dasar Mikrobiologi.Djambatan.Jakarta.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Gaman, P.M. & K.B. Sherrington. (1994). Pengantar Ilmu Pangan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hadioetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia. Jakarta.

Lay, B.W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muslim, C. (2003). Biologi Molekuler Sel. Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Nasir, M.; Sugiyanto; Johanes; Situmorang; Jesmandt. (1992). Penuntun Praktikum Biologi. Gadjahmada University Press. Yogyakarta.

Nasir, M.; Sugiyanto; Johanes; Situmorang; Jesmandt. (1993). Penuntun Praktikum Biologi Umum. Debdikbud. Yogyakarta.

Pelczar,M.J. & R.D.Reid. (1958). Microbiology. McGra-Hill Book Company Inc. New York.

Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi. Penerbit Arcan. Jakarta.

Schlegel, H.G. & K. Schmidt. (1994). Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

42

Page 43: Mikroskop Dan Pewarnaan

43

Steinkraus. (1983). Microbology Commings Publishing Company Inc. USA.

Timotius, K. H. ( 1982 ). Mikrobiologi Dasar. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Tortora, G. J. ; B. R. Funke. & C. L. Case. (1995). Microbiology an Introduction 5 th Edition. The Benjamin / Cummings Publishing Company, Inc. USA.

Trihendrokesowo. (1989). Petunjuk Laboratorium Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Yogyakarta.

Volk, W.A. & M.F. Wheeler. (1993). Mikrobiologi Dasar. Erlangga. Jakarta.

Waluyo, L. (2004). Mikrobiologi umum. UMM Press. Malang

Page 44: Mikroskop Dan Pewarnaan

7. LAMPIRAN

7.1 Laporan Sementara

44