perseusihanperburuhan - journal portal

9
Tema Utama PERSEUSIHANPERBURUHAN DAN PENYELESAIANNYA Oleh: SF. Marbun Mengobarkan pihak pekerja, adalah cara yang paling sering digunakan untuk menyelesaikan konjlik dan sengketa perburuhan. ' Padahal, beberapa cara penyelesaian yang lebih baik sebenarnya bisa dilakukan. Menurut SR Marbun, penyelesaian dengan secara bipartite, tripartite, yang dilakukan oleh arbitrator, mediator, P4D atau P4P, adalah merupakan penyelesaian yang dijiwai semangat kekeluargaan. PENDAHULUAN Tingginyaperadaban dtinia dewasa ini merupakan monumen historis yang menjadi saksi dari hasil cucuran keringat kaum buruh. Cucuran keringat itu tidak akan pemah kering, bahkan akan terus mengalir demi menopang kelanjutan peijalanan peradaban ini. Peradaban ini sesungguhnya dibangun di atas cucuran keringat buruh. Namun seiring dengan itu, gemuruh kehidupan buruh turut bergulir mengikuti peijalanan sejarah. Tangis dan derita menjadi noda hitam yang selalu mendominasi catatan panjang peijalanan sejarah kehidupan kaum buruh. Nasib buruh selalu dirundung maiang, tidak pemah putus-putusnya. Gumpalan awan hitam pekat masih saja menggantung me- nyelimuti kehidupan kaum buruh. Hujan seakan-akan masih enggan turun menyirami bumi, menyuburkan kehidupan kaum bumh. K^arau panjang yang kering-kerontangmasih saja menghampiri kehidupan kaum bumh yang meranggas. Akhimya rentetan pilu-duka dan ^ SF. Maibun, SH. H.Hum., adalah stafpengajarPH. UII. Saat ini menjabatsebagai pembantu Dekan I Faun. 44 JumalHukumNoSVoLirn 1995

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

Tema Utama

PERSEUSIHANPERBURUHANDAN

PENYELESAIANNYA

Oleh: SF. Marbun

Mengobarkan pihak pekerja, adalah cara yang paling sering digunakanuntuk menyelesaikan konjlik dan sengketa perburuhan.

' Padahal, beberapa cara penyelesaian yang lebih baik sebenarnyabisa dilakukan. Menurut SR Marbun, penyelesaian dengan secara

bipartite, tripartite, yang dilakukan oleh arbitrator, mediator,P4D atau P4P, adalah merupakan penyelesaian yang dijiwai

semangat kekeluargaan.

PENDAHULUAN

Tingginya peradaban dtinia dewasa inimerupakan monumen historis yang menjadisaksi dari hasil cucuran keringat kaum buruh.Cucuran keringat itu tidak akan pemah kering,bahkan akan terus mengalir demi menopangkelanjutan peijalanan peradaban ini.Peradabanini sesungguhnya dibangun di atas cucurankeringat buruh.

Namun seiring dengan itu, gemuruhkehidupan buruh turut bergulir mengikutipeijalanan sejarah. Tangis dan derita menjadi

noda hitam yang selalu mendominasi catatanpanjang peijalanan sejarah kehidupan kaumburuh. Nasib buruh selalu dirundung maiang,tidak pemah putus-putusnya. Gumpalan awanhitam pekat masih saja menggantung me-nyelimuti kehidupan kaum buruh. Hujanseakan-akan masih enggan turun menyiramibumi, menyuburkan kehidupan kaum bumh.K^arau panjangyang kering-kerontangmasihsaja menghampirikehidupan kaum bumh yangmeranggas. Akhimya rentetan pilu-duka dan

^ SF. Maibun, SH. H.Hum., adalah stafpengajarPH. UII. Saat ini menjabatsebagai pembantu Dekan IFaun.

44 JumalHukumNoSVoLirn 1995

Page 2: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

tangis-derita kaum buruh itu akan semakinpanjang lagi, manakala penafsiran terhadapnasib mereka tetap berkelanjutan, dan lebihtragis lagi jika kita tidak segera memberikanperhatian dan penghargaan yang layak danmanusiawi terhadap kehidupan mereka.

Meskipun hiruk-pikuk roda pem-bangunan sedang menggelinding dihadapanmereka, namun derasnya gemuruh pem-bangunan itubelum mampu menepis gumpalanawan pekat yang masih menggantungmenyelimuti kehidupa mereka. Aktivitaspembangunan sepertitidakmampu menyentuhaktualitas kehidupan mereka. Kendati berbagaiperaturan perundang-perundangan telahdisusim rapi dan Hubungan IndustrialPancasilatelah dirumuskan dengan begitu sejuk, sosokkehidupan buruh masih saja muram-kering-kerontang, bagaikan pohon yang meranggas.Salah satu indikatornya adalah masihbanyaknya perselisihan perburuhan yangmuncul, yang masih tetap merupakan bagianakrab dari kehidupankaum buruh.

Dengan Hubungan IndustrialPancasila, secara filosofis dan normatif,buruhtelah ditempatkan sebagai teman sepeijuangan-seperkerjaan di dalam proses produksi yangharus saling bantu-membantu dan temansejawat dalam keuntungan yang dinikmatibersama dengan bagian yang layak danserasi.'̂

Perselisihan Perburuhan dan Penyelesaiannya

Namun demikian kendati HubunganIndustrial Pancasila telah dirumuskan secara

filosofis, dan dijabarkan dalam berbagaiperaturan perundang-undangan, perselisihanperburuhan dalam kehidupan buruh danpengusaha selalu saja muncul mencuat deraske permukaan.

Munculnya perselisihan itu mungkinsaja bersumber dari pihak pengusahaataupundari pihak buruh. Persolannya bagaimanakahpenyelesain perselisihan perburuhan diaturdalam peraturan perundang-undangan Indonesia ?

Untuk penyelesaian perselisihantersebut sesungguhnya telah disediakan saranapenyelesainnya secarafilosofis - yuridis, yangcaranya dapat dilakukan sendiri oleh buruhdengan majikan melalui jalan musyawarah(bipartite) atau dengan perantaraan (mediation) pihak ketiga (tripartite) baik denganbantuan Dewan/Juru Pemisah maupun denganbantuan Pegawai Perantara atau P4 - D /P4 - P."*' Bahkan terakhir melalui PeradilanAdmimstrasi dengan caraUpaya Administratifke Pengadilan Tinggi TataUsaha Negara.

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGANINDUSTRIAL PANCASILA

Pengertian hubungan kerja secarayuridis adalah suatu hubungan antara seorang

G. Kartasapoetra, dkk., Hukum Perburuhan di Indonesia Berdasarkan Pancasila, Bina Aksara, Jakarta,1986, hal.251-252. Lihat pula Tap.MPR No.II/MPR/1983 tentang GBHN, Bidang Tenaga Keija danPedomanPelaksanaanHubunganIndustrialPancasila.

LihatPasal2ayat(l)UU.No.22tahunl957.Mpasal I9,SuratEdaranMenteriTenagaKeijaNo;268/MEN/1985 tentangPenangananPenyelesaiaanMasalah Pemutusan Hubungan Kerja Masai dan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI.Nc.KEP. 1108/MEN/1986 tentang Pedoman Pelaksanaan Penyelesaiaan Perselisihan Industrial dan PHK.

4) Ibid.,pasal 5ayat (1)jo. pasal 11.5) Lihat pasal 48 UU. No.5 tahun 1986. Selanjutnya pada penjelasan pasal itu disebutkan sebagai contoh

banding administratif antara lain; Keputusan Panitia Penyelesaiaan Perselisihan Perburuhan Pusatberdasarkan UU. No.22 tahun 1957 tentang Penyelesaiaan Pereselisihan Perburuhan danUU. No. 12tahun1964 tentang Pemutusan Hubungan KeijadiPerusahaan Swasta.

JumalHukum No.3 Vol. /_ 1995 45

Page 3: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

T ema Dt ama

buruh dengan seorang majikan, sedangkanhubimganyang didalamnyatidak mengandungadanya buruh dan majikan tidak termasukdalam kategori hubungan keija.

Hubungan keija baru teijadi apabilakeduabelahpihaktelahmengikatkan diridalamsuatu peijanjian keija, di mana buruh mengikatkandiridenganmenerima upahdanmajikanmengikatkan diri untukmempekeijakan buruhdengan membayar upah,®^ sehingga denganhubungan kerja ini melahirkan hak dankewajiban timbal-balik antara buruh danmajikan.

Rumusan hubungan kerja di atasberbeda dengan rumusanHubungan IndustrialPancasila, yangsecarafilosofis-konstitusionaldibangun di atas landasan Pancasila dan UUD1945. Inti hubungan perburuhan adalahmenciptakan keserasian, keselarasan dankeseimbangan hubungan antara pihak-pihakyang tersangkut dalam keseluruhan prosesproduksi, baik buruh, pengusaha, pemerintahmaupun masyarakat umum, dengan dijiwai olehPancasila dan UUD 1945. Demikian puladalam hal teijadi perbedaan atau perselisihan,hubunganperburuhanPancasilamenghendakiagar perselisihan itu hendaknya diselesaikandengan musyawarah, dan tidak dilakukandengan paksaan sepihak.

BATASAN PERSELISIHANPERBURUHAN

Yang dimaksud dengan perselisihanperburuhan adalah perselisihan antara majikan

dengan buruh perorangan karena pemutusanhubungankeija, maupun perselisihanantaramajikan dengan buurhkolektif(SerikatBuruh)karena tidak adanya persesuaian fahammengenai hubungan keija, syarat-syarat keijadan keadaan perburuhan dalam suatu per-usahaan.

Rumusan di atas memuat dua unsur

penting yang perlu dibahas terlebih dahulu, yaknipihak (subjek) yang berselisih dan sifatperselisihan (objek) yang diperselisihkan.Kedua unsur tersebut yakni subjek yangberselisih dan objekyang diperselisihkan padaakhirnya akan turut menentukan carapenyelesaian perselisihan.

Perselisihan yang ditimbulkan karenahubungan kerja, syarat-syarat kerja dankeadaan perburuhan dalamperusahaan, hanyadapat diselesaikan terbatas pada buruh yangtergabung dalam serikatburuh. Jadi ketentuanini mensyaratkan agar di setiap tempat buruhbekerja haruslah terbentuk terlebih dahuluserikat buruh. Artinya bagi buruh yang belummemiliki serikatburuhtidak dapat dikatagorikansebagai pihak (subjek) dalam perselisihanperburuhanseperti ini.

Yang menjadi persoalan berikutnya,bagaimanajikayang diperselisihkan ituseorangburuh atau hanya sekumpulan buruh saja,dapatkah buruh itu langsung sebagai pihakdalam perselisihan tersebut, ataukah harusmelalui organisasi serikat buruh, danbagaimanacara penyelesaiannya. ?

Untuk menjawab persoalan di atas

Lihatpasal41KitabUndang-UndangHukumPerbuiuhan.Rumus^ Industrial Pancasila semua disebut Hubungan Keija/Perburuhan Pancasila. Rumusan inimerupakanKesimpulan SeminarNasional padabulanDesember 1974 di Jakarta Kemudian menemukanlandasan yuridisnya dalam Tap.MPRNo.IV/MPR/I978 tentang GBHN.

8> Ibid.

Lihat pasal 2 UU. No.12tahun 1964.Lihatpasal1ayat(1)UU.No. 22tahun 1957.

46 JumalHukum No.3 Vol. /• 1995

Page 4: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

terdapat beberapa pendapat sebagai altematifpemecahannya. Pendapat pertama me-nyatakan penyelesaian hanya mungkindiselesaikan pada tingkat perantaraan denganjaian pemberian jasa oleh pegawai perantaradan tidak dapat dilanjutk^ ke P4D atauP4P. Sedangkan pendapat keduadisampai-kan oleh Prof. Iman Soepomo, yangmenyatakan bahwa penyelesaian perselisihanseperti ini dapat saja diajukan ke PengadilanNegeri.

Persoalan pihak atau subjek dalamperselisihanperburuhan ini akan menjadi lebihrumit lagi, apabila dikaitkan dengan sifatperselisihan yang terdapat dalam istilahperburuhan, dan cara penyelesaiannya.Sebab dalam istilah perburuhan dikenal 2 (dua)-sifat perselisihan,yakni:

a. perselisihan hukum/hak (rechtsgeschillen)b. perselisihan kepentingan (belangen-

geschillen).

Berkenaan dengan penyelesaianperselisihan hukum/hak (rechtsgeschillen) ini terdapat ketidakpastian hukum dalamcara penyelesaiannya, karena penyelesaiandapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yakni.

Perselisihan Perburuhan dan Penyelesaiannya

melalui Pengadilan Negeri ^^^dan/atau melaluiPanitian Penyelesaian Perselisihan Perburuhan, yang kemudian dapat dilanjutkanke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara.'^^Namun terdapat beberapa hal yang menarikdalam cara penyelesai^ perselihan hak yangdilakukanolehketigabadan ini, yakni:

1. Yang dapat bertindak sebagai pihakdihadapan PanitiaPenyelesaian PerselisihanPerburuhan (P4) hanyalah organisasi bunihdan majikan (pengusaha). Demikian jugadihadapan PTUN. Sedangkan di mukaPengadilan Negeri buruh perseorangandapat bertindak sebagai pihak.

2. Sanksi atau putusan Pengadilan Negerihanya semata-mata berupa putuan yangbersi&t keperdataan, sedangkan putusan P4dapat berupa pidana, yakni berupa kurunganselama-Iamanya tiga bulan atau dendasetinggi-tingginya sepuluh ribu rujjiah bagipihak yang tidak mau tunduk terhadap

. putusan P4 tersebut. Bagi PengadilanTmggi TUNputusan dapatbehipaputusanpokok dan putusan tambahan. Putusanpokok berupa pembatalan terhadap putusanP4 dan putusan tambahan berupa gantirugi.17)

'" Lihat Penyelesaian Perselisihan Perburuhan dalam Tanya Jawab, Ditjen. PembinaanPerburuhan danPerlindungan Tenaga Keija, hal. 1. Lihat pula SK. Menteri Tenaga Keija RI. No.KEP. 1108/MEN/1983pada bagian B, angka 4.Iman Soepomo, PengantarHukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1985, hal. 97.Penyelesaian melalui Pengadilan Negeri bersuraber dari pasal I16.9'RO.StbI.1874. No.23, yangmenyatakan, penagihan mengenai peijanjian keija dan peijanjian perburuhan dengan tidak melihatjumlah uangnya dan tidak melihat golongan warga negarapihak-pihakyang bersangkutan, pada tingkat"pertama diadili oleh Hakim Residensi (Residentie Rechter). Karena sekarang Hakim Residensi telahdihapus berdasarkan UU. DaniratNo.l tahun 1951 No.9niakaPenyelesaian Perselisihan Hak itusecaraanalogi dapat dimasukkan menjadi wewenang Pengadilan Negeri.Hal ini sesuai dengan ketentuan pasal 1ayat (1) hurufcUU.No.22 tahun 1957, berbunyi: "Udak adapersesuaian faham mengenai hubungan kega". Kalimat ini dapat diartikan sebagai hal yang menunjukpada "perselisihan hak".

Halinisesuai dengan ketentuan pasal 48No.5 tahun 1986.ImanSoepomo, Pengantar op. cit.,hal.97Lihat pasal 53 ayat (1) UU.No.5 tahun 1986.

JumalHukum No.3 Vol. In 1995 47

Page 5: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

ema U ta ma

Penyelesaikan perselisihan Kepen-tingan (Belangengeschillen) antara SerikatBuruh dengan Majikan, karena tidak terdapatpersesuain paham mengenai syarat-syaratkeijadan keadaan perburuhan dalam perusahaan,hanya dpat diajukan penyelesaiannya melaluiPanitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan.'®^

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

PERBURUHAN

Timbulnya perselisihan antara buruhdanmajijcan, tidak sajaberakibat menimbulkankenigian bagi kedua belah pihak, tetapi lebihjauhdari itujugadapatberakibat terganggunyakepentingan masyarakat, bangsa dan negara.Karena itu pemerintah sangat berkepentinganuntu turut serta dalam upaya penyelesaianperselisihan perburuhann ini. Untuk itupemerintah menentukan berbagai cara danberbagai peraturan perundang-undangan dalampenyelesaian perselisihan perburuhan tersebut.Bahkan bilamana perlu akan turut campur-tangan membantu penyelesaiannya. Beberapacara penyelesaian perselisihan perburuhantersebut adalah:

PENYELESAAIN SECARA

BIPARTITE

Salah satu cara penyelesaian perselisihan perburuhan yang dapat ditempuhadalah dengan cara bipartite, yakni carapenyelesaian yang dilakukan sendiri oleh pihakyangberselisih, dengan caramusyawarah tanpadicampuri oleh pihak ketiga. Penyelesaianperselisihan dengan cara bipartite ini merupakancara penyelesaian yang cukup baik dan

demokratis. Sebab dengan cara inidiharapkandapat memuaskan kedua belah pihak, sehinggatidakadapihakyangmerasakalahdan m^iang.Penyelesaian dilakukan dengan caramusyawarah dan cara seperti ini lebih sesuaidengan falsaiah Pancasila, dan umumnya hasilmusyawarah akan diterima dengan senang hati.

Karena itu sarana penyelesaiandengan carabipartite inihendaklah dipergima-kan dengan maksimal, sebab disediakannyaforum bipartite justeru untuk mendorong agarantara buruhdenganmajikanteijadi dialogdansalingketerbukaan, sehingga sejakdinicampurtangan pihak ketiga dapat dihindari. Dancampur tangan pihak ketiga baru diperlukanapabila penyelesaian melalui musyawarahbenar-benarsudahtidakmungkin untukdicapai.Penyelesaian dengan cara langsung me-nyerahkan kePanitia Penyelesaian PerselisihanPerburuhan hendaknyadikurangi atau bahkanjikamun^dn dihindari.

PENYELESAIAN SECARA

TRIPARTITE

Penyelesaian perselisihan perburuhansecara tripartite adalah penyelesaianperselisihan dengan bantuan pihak ketiga.Penyelesaian perselisihan dengan cara tripartite dapat berbentuk ;

1. Penyelesaian oleh dewan/juru pemisah(arbitrase)

2. Penyelesaian oleh pegawai perantara (mediation)

3. Penyelesaian oleh P4D dan P4P

Cara penyelesaian perselisihanperburuhan seperti inioleh Prof.ImanSoepomodibedakan antara cara penyelesaian sukareladan cara penyelesaian wajib.

Lihatpasal layat(l.c)UU. No.22tahun 1957.Iman Soepomo, Pengantar og.dt., hal.98-102

48JumalHukum No.3 Vol. /• J995

Page 6: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

Pihak yang berselisihdapat menempuh2 (dua) cara untuk menyelesaikan perselisihanyakni;

a. Menyerahkan penyelesaian perselisihansecara sukarela kepada seorang juru atausebuah badan/dewan pemisah. Penyelesaian dengan cara seperti ini lazimdisebutdengan cara arbitrase, yang sebeluninyaharus dituangkan oleh kedua belah pihakdalam suatu surat peijanjian yang dibuatdihadapan pegawai Depnaker atau paniteraP4D.20) Dalam surat peijanjian itu dimuat

antara lain; pokok perselisihan yang akandimintakan penyelesaiannya kepada jurupemisah, nama pengurus serikat buruh danpengusaha serta domisilinya, mereka yangditunjuk sebagai juru pemisah, kesediaanuntuk tunduk kepada putusan juru pemisahtersebut setelah putusan mempunyaikekuatan hukum tetap. Putusan dewan/juru pemisah baru dapat dinyatakanmempunyai kekuatan hukum tetap setelahmemperoleh pengesahan dari P4P.Kecuali memberikan pengesahan, P4Pberwenang pula metakukan penolakan untukmemberikan pengesahan, dengan alasankarena putusan itu telah melampaui bataswewenang yang diberikan kepadanya ataukarena di dalam putusan itu terdapat iktikadburuk, atau karena bertentangan denganUndang-Undang ketertiban umum dansusila. Bagi putusan yang sudah disahkanoleh P4P itu dapat dimohonkan bantuanPengadilan Negeri untuk melaksanakanputusan itu (eksekusi), sesuai dengan

Perselisihan Perburuhan dm Penyelesaxmnya

wilayah hukum pihak-pihak yang akanmelaksanakan putusan.

b. Menyerahkan penyelesaian perselisihankepada pegawai perburuhan. Penyelesaianmelalui pegawai perantara, merupakanahematiflain dari cara penyelesaianmelaluijuru pemisah. Inisiatif menyerahkanpenyelesaian kepada pegawai perantarahanislah datang sendiri dari kedua belahpihak, dan atas permohonan itu barukemudian pegawai perantara melakukanpenyelidikan mengenai duduk perkara/perselisihannya. Kemahiran pegawaiperantara dalam mengarahkan dan mencarititik temu diantara para pihak yangberselisih, sangat menentukanjalannya danberhasilnya musyawarah. Pegawai perantara hanya bertindak sebagai mediatordan tidakbolehmengambil keputusan, sebabkeputusan akhir tetap berada pada masing-masing pihak. Apabila perdamaian telahdicapai, maka perdamaian itu dituangkandalam bentuk persetujuan tertulis danberlaku serta mengikat kedua belah pihak.

Jika perselisihan tidak dapatdiselesaikan oleh pegawai perantara, makaharus segera diserahkan penyelesaiannyakepada Panitia Penyelesaian PerselisihanPerburuhan. Bahkanlebihmajudari itu,apabilamenyangkut kepentingan regional, P4D dapatsegera mengambil inisiatif dan secara aktifmengambil alih penyelesaian perselisihantersebut. Akhimya penyelesaian beralih ketangan P4D dan diselesaikan sesuai denganprosedur yang berlaku di P4D.

Lihat pasal 2 ayat (1) dan pasa! 19ayat (2) UU No.22tahun 1957dan Iman Soqx)mo,Pengantar op. cit., hal.57.Lihat pasal 19 ayat (2) hurufd. UU.No.22 tahun 1957.

Lihat pasal 19ayat(4)UU.No.22 tahunl957.Lihat pasal 19 ayat (5) UU.No.22 tahun 1957.Semula menunit pasal 16UU. No.22 tahun 1957fiat eksekusiputusanP4Pdimintakan ke PengadilanNegeri Jakarta Pusat, kemudian berdasaikan Surat edaian MA. Rl. No.1tahun 1980dilakukan perrA>ahan.

JumalHukum No.3 Vol. In 1995 49

Page 7: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

ema Ota ma

PENYELESAIAN OLEH P4D

Institusi ini diberi nama Panitia Pe-

nyelesaian Perselisihan Perburuhan."^Pemberian nania Panitia pada instansi ini olehbanyak pihak banyak dipersoalkan, misalnyalokakarya yang diselenggarakan pada tahun1981 di Jakarta memberikan rekomendasi agaristilah Panitia diganti dengan istilah Badan,dengan alasan karena badan ini bersifat tetapdan pemianen, sedangkan panitia seharusnyasementara sifatnya.^^^ Usulan perubahan itutentunya akan menimbulkan konsekuensiperubahan terhadap hukum positip, karenaistilah itu berasal dari ketentuan hukum

positip. '̂̂

Salah satu prinsip utama cara kerjapanitia adalah dengan tetap mengedepankanprinsip perdamaian(conciliation), karena lebihsesuai dengan &lsafah Pancasila dan nilai-nilaibudaya masyarakat Indonesia. Dengan carapenyelesaian perdamaian diharapkan memberikan kepuasan kepada kedua belah pihak.

Putusan P4D tidak dapat dimintakanuntuk diperiksa ulang, namun bagi yang tidakpuas dapat mengajukan banding ke P4P. Dalamusahanya memeriksa dan menyelesaikan suatusengketaperburuhan,panitiaharus mempeihati-kan dan mempertimbangkan berbagai aspek,hukum, peijanjian, kebiasaan dan keadilan.^^

Kecuali itu, P4D dapat membentuk suatuPanitiaAd-hoc apabilaperselisihan itu dinilaimembahayakan kepentingan umum/negara.^^^

PENYELESAIAN OLEH P4P

Meskipun beberapa peraturanperundang-undangan telah mengatur secaragaris besar ketentuan mengenai pedoman tatacara penyelesaian perselisihan perburuhan,namunperaturanperundang-undangan tersebutmasih tetap dirasakan kurang lengkap, ataumeminjam istilah yang lajim digunakan dilingkungan P4P, hukum acara tersebut tidakselengkap Untuk melengkapi danmenyempumakan hukum acara yang masihdirasakan kurang lengkap itu, P4P diberiwewenang untuk memberikan petunjuk tekniskepada P4D dalam penanganan dan penyelesaian sengketa perburuhan. Haldemikian ini sejalan dengan InstruksiMahkamah Agung kepada P4P agar dalammenghadapi hukum acara yang tidak lengkap,dapat dilengkapi sendiri sesuai denganketentuan hukum acara yang terdapat padaperadilan umum.

Pada masa sekarang di P4P sed^gdikembangkan suatu asas "separtak," yaituakronim dari sederhana, cepat dan rapi,tepat, adil serta konsisten dalam prosespemeriksaan dan penyelesaian perselisihan

"^Lihatpasal 5 ayat(l)UU. No.22 tahun 1957.^^Hasil Seminar Nasional Hubungan Perburuhan di Jakarta, 1980.^'^LihatpasaI5ayat(l)UU. No.22 tahun 1957.28>Lihat pasal 7 UU. No.22 tahun 1957."'Lihatpasal 18UU. No.22 tahun 1957.

Hasil wawancara dengan Panitera P4P Jakarta, 24 November 1992. Dalam SF. Marbun, Eksistensi danPola Upaya Administratifdalam Sistem Peradilan Administrasi di Indonesia, tesis, Unpad, Bandung,1993,haL83.

Lihat pasal 5 ayat (1) UU. No.22 tahun 1957,"^Lihatpasal 5 ayat (1) UU. No.22 tahun 1957.

50 JumalHukum No.3 Vol./• 1995

Page 8: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

perburuhan.^^^ Asas ini seialu diusahakan agartertuang dalam berbagai peraturan yangdikeluarkan Menteri Tenaga Kerja RI dandalam berbagaikebijaksanaan iainnya.^^

P4P DAN PTUN

Karena P4P berwenang melakukanpemeriksaan ulang terhadap putusan P4Dsebagai instansi bawahan yang mempunyaihubunganvertikal dengan P4P. makaP4P dapatdisebutsebagai intansi banding. Instansi sepertiini menurut WF.Prins disebut quasirechtspraak atau peradilan semu ataumenurut Rochmat Soemintro peradilanadministrasi tak resmi, sedangkan menurutA.M.Conner sebagaimana dikutip olehSjachran Basah menyebutkan administra-tieve beroep. Adapun Sjachran Basah sendirimenyebutkan peradilan administrasi semuatau quasi administratieve rechtspraak.^^'

Adapun ciri-ciri administratieve beroepmenurut Rochmat Soemitro,adalah :

a. Yang memeriksa dan memutus sengketaadalah instansi yang secara hirarkis lebihtinggi atau instansi lain di luar intansiyangtelah memberikan putusan pertama.

b. Kecuali memeriksa segi rechtsmatigeheidjuga memeriksa aspek doelmatigeheid.

Perselisihan Perburuhan dan Penyeiesaianr^

c. D!q)atmengganti,merubahataumeniadakankeputusan administrasi yang pertama.

Apabila ciri-ciri administratieveberoep di atas dihubungkan dengan lembagaP4, maka dapat disimpulkan bahwa lembagaP4 memenuhi ciri-ciri sebagai administrasiberoep. Karena itu teiiiadap putusan P4 inidapat dilakukan upaya administratif kePengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, sepertipengasilan tingkat pertama. Dengan demikianterjadi peralihan dari jalur administratieveberoep ke jalur administratieve recspraak.Atau darijalur peradilanadministrasi tak mumi(quasi/semu) ke jalur peradilan administrasimumi.

Jika selama ini Pengadilan Negerihanya dimohon untuk melakukan fiat eksekusiterhadap putusan P4P dengan ketentuan tidakberwenang melakukan penilain terhadap isi(materi)dan hanya berwenang memeriksa segi-segi formal saja, maka berbeda halnya dengankompetens Peradilan Tinggi Usaha. PmgadilanTinggi TUN dalam hal ini bertindak sebagaipengadilan tingkat pertama, sehinggaberwenang memriksa fakta dan hukum sertamemutuskan pokok perselisihan Bahkan bagipihak-pihak yang tidak puas terhadap putusanPengadilan Tinggi TUN tersebut, dapatmengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung.

"'Lihatpasal 5 ayat(l) UU. No.22 tahun 1957."'Lihatpasal 5 ayat(l)UU. No.22 tahun 1957.

WF. Prins, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Andalusia, Jakarta, 1975, hal.108.^ Rodunat Soemitro, Masalah Peradilan Administrasi dalam Hukum PajtUcdi Inckmesia, Eresco, Bandung,

1976,hal.49. Yang termasuk PeradilanAdministrasi takmiuni adalah;Ketetapanadministrasi,Quasiperadilan (peradilan semu), ketatapan semi dan semi peradilan.Sjachran Basah, Ekslstensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Alumni,Bandung, 1975,hal.60,

3«Ibid,hal.63

Rochmat Soemitro, Naskahsin^t tentangPeradilan Administrasidi Indonesia,BPHN, Jakarta, 1977,hal.255 dan Rochmat Soemitro,Masalah.... pp.^., hal.260. Lihat pula SF.Maibun, Peradilan TMaUsaha Negara, Liberty, Yogyakaita, 1988,hal.6.

JumalHukum No.3 Vol./_ 1995 51

Page 9: PERSEUSIHANPERBURUHAN - Journal Portal

Tema 0 tama

PENUTUP

Penyelesaian Perselisihan Perburuhandapat dilakukansecara bipartite maupuntripartite yang dilakukan oleh'dewan/juru pemisah(Arbitrase) atau pegawai perantara (mediation) atau P4D atau P4-P. Subtansi penyelesaiandengancara demean ini bermuarapada perdamaian yang dijiwai semangatkekeluargaan yang ditempuh denganmusyawarah.

Khususnya penyelesaian oleh P4Ddan P4P, masih banyak ditemukankekurangannyadalamhukumacara yangperluuntuk dilengkapi dan disempurnakan.Penyelesaian seperti inidilihatdari optikHukumAdministrasi disebut penyelesaian secaraadministratieve beroep, dan bagipihak-pihakyang tidak puas dengan cara penyelesaianadministratieve beroep ini, dapatmelanjutkan penyelesainnya secaraadministratieve rechtspraak.

DAFTAR PUSTAKA

G. Kartasapoetra, dkk, Hukum Perburuhandi Indonesia Berdasarkan Panca-

sila, Bina Aksara, Jakarta, 1986

Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Djambatan, Jakarta, 1985.

Rochmat Soemitro, Masalah PeradiianAdministrasi Dalam Hukum Pajakdilndonesia, Erosco, Bandung, 1976.

, Naskah Singkat tentang Per

adiian Administrasi di Indonesia,BPHN, Jakarta, 1977.

SF. Marbun, Peradiian Tata Usaha NegaraLiberty, Yogyakarta, 1988.

52

Eksistensi dan Pola Upaya Administratifdalam Sistem Peradiian Aminis-

tratifdi Indonesia, tesis, Unpad, 1993.

Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolok UkurBadan Peradiian Administrasi di

Indonesia, Akaam, Bandung, 1975.

WF. Prins, Pengantar Hukum AdnunistrasiIndonesia, Asvikkisia, Jakarta, 1975.

LAIN-LAIN

Ketetapan MPR.No.IV/MPR/1978Ketetapan MPR.No.II/MPR/1983Kitab Undang-Undang Hukum PerburuhanUndang-UndangNo.22 Tahun 1957Undang-Undang Darurat No. I Tahun 1951Undang-UndangNo.12 Tahun 1964Undang-Undang No.5 Tahun 1986Surat Edaran Mahkamah Agung R.I.No.lTahun 1980

SK. Menteri Tenaga Kerja Rl.No.KEP.lI08/MEN/1983

SK. Menteri Tenaga Keija RI.No.KEP. 243/MEN/1986

SK. Menteri Tenaga Keija RI.No. 268/MEN/1985

Hasil SeminarNasionalHubunganPerburuhanPancasila, di Jakarta, 4-7 Desember 1974.•

JumalHukum No.3 Vol. /• 1995