periodisasi karya soekarno(1)
DESCRIPTION
sebagian perodesasiTRANSCRIPT
-
PERIODISASI KARYA SOEKARNO
Karya arsitektural Soekarno sebagai hasil tindakan merancang, terdorong oleh mentalite artisti-
knya dan dipengaruhi oleh lima unsur, yaitu (1) kegemaran dan kebiasaan sejak usia muda, (2) jiwa artis
dan jiwa perasaan, (3) pengaruh budaya jawa, (4) budaya multikultur, (5) bakat seni dan ketajaman visual
yang dimilikinya. Beberapa tulisan berkenaan dengan peran arsitek soekarno salah satunya adalah tulisan
Sitor Situmorang berdasarkan pengamatannya terhadap tindakan Soekarno dalam dunia kearsitekturan.
Perumahan nasional adalah hasil seni bangun politik, buah kerjasama dan kesatuan pikiran
permimpin pemimpin yang membuat blue-print nya. Arsitek utamanya adalah Bung -Karno,
kecenderungan arsitek itu terbukti dalam keterlibatannya dalam proyek besar jangka panjang
mengenai Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia.
Setelah diputuskan secara resmi bahwa Jakarta, Kota Proklamasi, menjadi ibukota tetap Indone-
sia, para arsitek dan seniman diajak berkonsultasi mengenai proses proyek gedung, patung,
jalan dan taman, namun sering lupa bahwa sebagai gagasan Jakarta Baru dikonsepkan untuk
jangka panjang yang menghitung puluhan tahun.
Yang disebut Monumen Nasional ialah rangkaian berbagai kompleks gedung di lapagan Merdeka
dan daerah sekitarnya : Tugu Nasional, Masjid Istiqlal, Teater Nasional, Galeri Naional dam se-
bagainya.
Belum adanya organisasi profesi arsitek mendorong Soekarno berdialog dengan para arsitek Indo-
nesia agar membuat organisasi profesi menyerupai organisasi arsitek di Belanda yaitu BNA. Akhirnya,
pada tahun 1959 di Bandung lahir organisasi profesi arsitek bernama IAI (Ikatan Arsiek Indonesia), yang
kini telah memiliki lebih dari 7.000 anggota. Menurut IAI, yang berhak disebut sebagai arsitek perencana
adalah pribadi yang memberikan konstribusi perancangan arsitektur berupa gagasan, konsep serta desai
dari sebuah karya arsitektur sebagian ataupun keseluruhan. Karena dalam proyek arsitektur, lazimnya
terdiri dari aktor aktor sebagai tim arsitek, dapat dikatakan bahwa peran Soekarno bukan hanya sebagai
pemberi ide, gagasan serta konsep arsitektural, bahkan ia melakukan pengawasan intensif bagi proyek
proyek tertentu, sehingga jika dikorelasikan dengan bobot kerja arsitek, Soekarno berhak menyandang
peran sebagai arsitek perencana atau arsitek perancang.
Selama kurun waktu 1926-1965 ditemukan beberapa situs karya arsitektural Soekarno yang sangat
beragam yaitu berupa rancangan rumah tinggal, masjid, hotel, took serba ada modern, kantor dan kam-
pus. Pada rancangan tata kota ditemukan berupa rancangan skematik, monument dan patung skala kota.
Sedangkan dalam interior berupa rancangan furniture dan dalam kria (yang melekat secara arsitektural)
berupa ide gagasan yang divisualisasikan oleh seniman kria.
Soekarno Sebagai Insinyur Arsitek
-
PERIODISASI KARYA SOEKARNO
Karya karya arsitektural dari Ir. Soekarno sangat beragam mulai dari rumah tinggal, istana presi-
den, tempat ibadah, bangunan olahraga, hotel, kantor dan bank, toko, tempat rekreasi, rumah sakit,
bangunan umum dan pendidikan serta makam.
Contoh contoh bangunannya adalah Paviliun Grand Hotel Preanger Bandung, Masjid Istiqlal, Ge-
langgang Olahraga Bung Karno, Hotel Indonesia, Gedung Toserba Sarinah, Planetarium, Kampus
Dermaga IPB Bogor, Penjara Sukamiskin dan Makam Pahlawan Kalibata. Selain itu beliau juga ber-
kontribusi dalam perancangan tata kota di antaranya adalah tata ruang kota di Palangkaraya walaupun
hanya rancangan skematiknya, karya monumen, patung skala kota, bangunan transportasi kota yang mel-
ingkupi jalan raya, jembatan dan pelabuhan. Bangun - bangunan yang di rancang dalam skala kota adalah
Bunderan Kota Palangkaraya, Tugu Pahlawan dan Tugu Monas, Patung Selamat Datang, Jalan Jakarta by
pass serta jembatan modern di musi.
Contoh - contoh proyek Soekarno pada saat dulu dan sekarang, Masjid Istiqlal (kiri) dan
paviliun Grand Hotel Preanger (kanan)
Karya Arsitektural Soekarno
-
PERIODISASI KARYA SOEKARNO
Mentalite Internasionalis. Mentalite artistik Soekarno mencapai puncak kematangan, seiring dengan
sikap politiknya, setelah berhasil digelarnya pemilu pertama pada bulan September 1955. Periodisai
Mentalite Internasionalis berlangsung pada tahun 1959-1965, periode ini disebut juga sebagai Periode
Sang Arsitek Maestro.
Selama menjabat menjadi seorang Presiden, Soekarno sering mengadakan kunjungan ke beberapa
negara di belahan dunia ini. Hingga pada suatu ketika Ia pernah melakukan kunjungan secara marathon
yakni ke Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman Barat, Swiss, dan Moskow (Uni Soviet). Kunjungan
secra marathon yang Ia lakukan selain berdampak pada mentalite politknya, juga mempengaruhi cara
Soekarno memandang karya arsitektural. Pengalaman visual yang sangat mengesankan tersebut
mempengaruhi proses artistic kreatif pada diri Soekarno.
Lazimnya, sebuah karya arsitektur selain mencerminkan peradaban, juga mencerminkan pen-
guasanya, Soekarno dengan mentalite nya ingin mewujudkan national pride secara internasional, bukan
semata-mata bagi dirinya. Jiwa arsitek Soekarno mendorong visi kewarganegaraannya untuk
mengupayakan national pride dari sisi arsitektural.
Fenomena arsitek dan arsitektur sebagai manifestasi pola kekuasaan terbukti benar adanya. Kota-
kota besar bertaraf internasional yang akhirnya menjadi terkenal di dunia, juga merupakan sebuah kota
yang secara sengaja diciptakan oleh penguasa agar terwujud secara besar-besaran, megah dan indah se-
bagai bukti kebesaran dari penguasanya.
Momentum yang memberi peluang Soekarno untuk dapat merealisasikan karya arsitektur yang
megah dan menjadi national pride terjadi ketika Indonesia disetujui sebagai tuan rumah penyelenggara
Asian Games ke IV. Meskipun sebagai konsekuensinya Indonesia harus menyiapkan sport venues ber-
taraf internasional sebagai yang disyaratkan oleh Komite Asian Games. Justru tantangan inilah yang san-
gat ditunggu oleh Soekarno, untuk dapat menata Wajah Muka Indonesia, begtu istilah Soekarno untuk
memetaforakan kita Jakarta sebagai representasi wajah Indonesia.