perbedaan ph saliva pada perokok putih dan · pdf filekarunianya sehingga penulis dapat...

54
PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN PEROKOK KRETEK SESAAT SETELAH MEROKOK I Putu Krisna Parama Arta. NPM: 10.8.03.81.41.1.5.028 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014

Upload: ngotuyen

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN PEROKOK KRETEK SESAAT SETELAH

MEROKOK

I Putu Krisna Parama Arta. NPM: 10.8.03.81.41.1.5.028

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2014

Page 2: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN
Page 3: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

iii

Page 4: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

iv

PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN PEROKOK KRETEK SESAAT SETELAH MEROKOK

Abstrak

pH saliva adalah derajat keasaman saliva. pH saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. pH saliva dapat diukur dengan menggunakan pH meter ataupun pH paper. Rokok adalah salah satu bentuk olahan dari tembakau yang dibakar dan dihisap. Berdasarkan isinya, rokok dibedakan menjadi rokok putih dan rokok kretek. Rokok putih dan rokok kretek mempunyai kadar nikotin dan tar yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pH saliva antara perokok putih dan perokok kretek sesaat setelah merokok. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional, di mana subjek penelitian berjumlah 40 orang yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu 20 orang kelompok rokok putih dan 20 orang kelompok rokok kretek. Pengukuran pH saliva dilakukan setelah subjek penelitian menghisap rokoknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok perlakuan, yaitu nilai sig. sebesar 0.003 lebih kecil dari alpha 5% (p < 0.05). Kesimpulannya adalah bahwa menghisap rokok kretek dapat menyebabkan penurunan pH saliva yang lebih signifikan daripada rokok putih.

Kata kunci: pH saliva, rokok putih, rokok kretek

Page 5: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN PEROKOK

KRETEK SESAAT SETELAH MEROKOK”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi (SKG) pada Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

Mengingat keterbatasan penulis maka penulis sangat menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada yang terhormat:

1. Tuhanku Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan Sanghyang Aji Dewi Saraswati

yang senantiasa menganugrahkan kesehatan dan bantuan kepada penulis

untuk menyelesaikan penelitian ini.

2. I Ketut Risjuniarta dan Ni Wayan Rustawati selaku orangtua dan Ni Made

Kristizia Paramitha selaku adik beserta keluarga yang senantiasa

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga penelitian

ini dapat selesai tepat waktu.

3. drg. Yanuaris Widagdo, M.Kes, selaku pembimbing I atas segala waktu,

upaya dan bantuan beliau dalam membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penulisan penelitian ini.

4. drg. Intan Kemala Dewi M.Biomed, selaku pembimbing II atas segala

bimbingan dan petunjuk yang diberikan hingga tersusunnya skripsi ini.

Page 6: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

vi

5. - , selaku dosen penguji.

6. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar.

7. Rektor Universitas Mahasaraswati Denpasar.

8. Soma Indri Cahyantari yang selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis.

9. Riscapy, Dewik, Indah, Cynthia, Evie, Benjamin, semua sampel penelitian

dan teman-teman Cranter 2010 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca

dan semua pihak yang memerlukan.

Denpasar,……………….

Penulis

Page 7: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN ............ iii

ABSTRAK .................................................................................................. iv

KATA PENGANTAR ................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 2

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 2

D. Manfaat Penelitian ................................................................ 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Saliva ..................................................................................... 4

1. Pengertian Saliva .............................................................. 4

2. Fungsi Saliva ................................................................... 4

3. Kelenjar Saliva ................................................................. 6

4. Komposisi Saliva.............................................................. 9

5. pH Saliva ......................................................................... 10

B. Rokok .................................................................................... 12

1. Deskripsi Rokok ............................................................... 12

2. Kandungan Rokok ........................................................... 13

3. Dampak Merokok ............................................................ 17

Page 8: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

viii

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Peneltian ........................................................................ 20

B. Identifikasi Penelitian ............................................................. 20

C. Definisi Operasional ............................................................... 20

D. Subjek Penelitian .................................................................... 21

E. Alat dan Bahan ....................................................................... 21

F. Instrumen Penelitian ............................................................... 22

G. Lokasi dan Waktu .................................................................. 22

H. Jalannya Penelitian ................................................................. 22

I. Analisis Data .......................................................................... 23

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Sampel .............................................................. 24

B. Analisis Data Statistik ............................................................ 24

C. Uji Normalitas ....................................................................... 25

D. Uji Homogenitas ................................................................... 26

E. Uji T (T-Test)......................................................................... 26

BAB V. PEMBAHASAN

BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................ 33

B. Saran ...................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 9: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur ...... 24

Tabel 4.2 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................ 25

Tabel 4.3 Uji normalitas pH saliva perokok putih dan perokok kretek sesaat setelah merokok dari Kolmogorov-smirnov test ............... 25

Tabel 4.4 Uji homogenitas pH saliva perokok putih dan perokok kretek sesaat setelah merokok dari Levene’s test .................................. 26

Tabel 4.5 Hasil uji T-Independent pH saliva perokok putih dan perokok kretek sesaat setelah merokok ..................................................... 27

Page 10: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Statistik bulan Juni 2012 menyebutkan bahwa jumlah perokok di ASEAN

mencapai 127 juta orang dan Indonesia menyumbang perokok terbesar, yakni, 65

juta orang atau sekitar 51,11 % (Chan 2012).

Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Secara singkat,

berdasarkan bahan baku atau isinya rokok terdiri dari rokok putih, yaitu rokok

yang hanya berisikan daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek

rasa dan aroma tertentu dan biasanya berisikan filter penyaring pada bagian yang

akan dihisap dan rokok kretek yang berisikan daun tembakau dan cengkeh yang

diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek inilah

yang kebanyakan tidak menggunakan filter pada bagian yang akan dihisap (Aula

2010).

Rokok putih dan kretek mempunyai kadar nikotin dan tar berbeda. Kadar

nikotin dalam asap rokok putih lebih besar daripada dalam asap rokok kretek

berfilter ataupun tanpa filter. Kadar nikotin dalam filter rokok yang dihisap alat

simulasi perokok aktif lebih besar daripada kadar nikotin dalam filter rokok yang

dihisap oleh sukarelawan dalam penelitian (Irda 2004).

Rokok mempunyai beberapa efek samping terhadap pH saliva. Terdapat

perbedaan pH saliva antara perokok dengan non perokok, di mana tingkat

keasaman saliva perokok lebih tinggi dibandingkan yang non perokok (Puspawati

2005).

Page 11: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

2

Menurut Almeida (2008) air liur atau saliva adalah hasil sekresi kelenjar

eksokrin yang terdiri dari 99% air dan 1% komponen elektrolit. Komponen

tersebut berinteraksi terhadap berbagai fungsi dari saliva, yang mana menurut

Sherwood (2001), fungsi dari saliva diantaranya adalah mempermudah proses

menelan, efek pertahanan terhadap bakteri di rongga mulut, membantu proses

pembersihan rongga mulut, dan membantu proses bicara dengan mempermudah

pergerakan bibir dan lidah.

Saliva di dalam rongga mulut mempunyai pH atau derajat keasaman yang

dapat berubah setiap saat. Menurut Dikri dkk (2003), perubahan pH saliva

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain irama siang dan malam, diet,

perangsangan kecepatan sekresi, dan berubahnya polisakarida menjadi asam di

dalam rongga mulut.

Tarigan (1993), menuliskan bahwa pH normal saliva berkisar antara 6,2 -

7,4. pH saliva yang rendah dan mencapai angka kritis dapat menyebabkan

terjadinya karies atau lubang pada gigi, di mana penurunan pH yang berulang-

ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.

Karies gigi ini merupakan salah satu efek samping dari rokok, di mana seperti

yang telah dituliskan di atas bahwa rokok secara signifikan menurunkan pH saliva

sehingga menjadi lebih asam dan lebih berpotensi terjadi karies gigi.

Page 12: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu

apakah terdapat perbedaan pH saliva pada rongga mulut perokok putih dan

perokok kretek sesaat setelah merokok?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah apakah terdapat

perbedaan pH saliva pada rongga mulut perokok putih dan perokok kretek sesaat

setelah merokok.

.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah penelitian ini selesai dilakukan

antara lain :

1. Memberikan informasi tentang pengaruh menghisap rokok kretek pada pH

saliva.

2. Memberikan informasi tentang perbandingan pH saliva pada perokok putih

dan perokok kretek sesaat setelah merokok.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian sejenis yang mungkin akan dilakukan

selanjutnya.

Page 13: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Saliva

1. Pengertian Saliva

Saliva adalah cairan oral yang kompleks, terdiri dari campuran sekresi

yang berasal dari kelenjar ludah besar (mayor) dan kecil (minor) yang ada pada

mukosa oral (Kidd dan Bechal 1992). Menurut Amerongen (1988), pentingnya

saliva bagi kesehatan mulut terutama akan terlihat bila terjadi gangguan sekresi

saliva, yang akan menyebabkan kesukaran berbicara, mengunyah, dan menelan.

Pengeluaran saliva pada orang dewasa berkisar antara 0,3-0,4 ml/menit

sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah normal adalah 1-2 ml/menit.

Amerongen (1988) menyebutkan bahwa proses karies pada pasien dengan

fungsi kelenjar ludah yang sangat menurun tidak dapat ditahan, maka dari itu

disimpulkan bahwa saliva adalah faktor penting dalam pencegahan karies gigi,

kelainan periodontal dan gambaran penyakit mulut lainnya.

2. Fungsi Saliva

Sherwood (2001) mengatakan bahwa kurang lebih 80% bau mulut timbul

dari dalam rongga mulut. Saliva memegang peranan dalam masalah bau mulut,

gigi berlubang dan penyakit rongga mulut ataupenyakit tubuh secara keseluruhan

karena saliva melindungi gigi dan selaput lunak di rongga mulut dengan sistem

buffer sehingga makanan yang terlalu asam misalnya bisa dinetralkan kembali

keasamannya dan juga segala macam bakteri baik yang aerob (hidup dengan

adanya udara) maupun bakteri anaerob (hidup tanpa udara) dijaga

Page 14: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

5

keseimbangannya. Di dalam saliva juga terdapat antigen dan antibodi yang

berfungsi melawan kuman dan virus yang masuk ke dalam tubuh sehingga tubuh

tidak akan mudah terserang penyakit. Namun, jika dalam keadaan normal tersebut

seseorang memakai obat kumur ataupun antiseptik yang berlebihan, yang terjadi

justru keseimbangan bakteri akan terganggu karena bakteri-bakteri penting

tersebut dapat mati dan bakteri-bakteri perusak menjadi berlipat ganda sehingga

timbul masalah dalam rongga mulut. Adanya bakteri perusak akan dapat membuat

sisa makanan di gigi atau selaput rongga mulut terfermentasi (seperti halnya ragi),

sehingga timbul racun bersifat asam yang akan membuat email menjadi rapuh

(mengalami demineralisasi), mula-mula secara mikro dan dengan berjalannya

waktu gigi akan berlubang secara kasat mata. Menurut Sherwood (2001), terdapat

beberapa fungsi saliva, yaitu:

a. Mempermudah proses menelan dan membasahi partikel-partikel makanan

sehingga saling menyatu dan menghasilkan pelumas yaitu mukus yang kental

dan licin.

b. Membantu proses berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah.

c. Membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi. Aliran saliva yang terus

menerus dapat membantu membilas sisa-sisa makanan dan melepaskan sel

epitel serta benda asing di rongga mulut.

d. Penyangga bikarbonat di saliva berfungsi untuk menetralkan asam makanan

serta asam yang dihasilkan oleh bakteri di mulut.

3. Kelenjar Saliva

Menurut Tenovuo (1997) dalam Puy (2006), saliva diproduksi oleh tiga

pasang kelenjar utama, yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang

Page 15: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

6

terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan saliva melalui duktus-duktus

pendek ke dalam mulut. Kelenjar-kelenjar ini berada di tiap regio di mulut,

kecuali gusi dan bagian depan dari palatum durum. Kontribusi tiap-tiap kelenjar

pada saat tidak ada stimulasi ialah 20% berasal dari kelenjar parotis, 65-70% dari

kelenjar submandibularis, 7-8% dari kelenjar sublingualis, dan <10% berasal dari

kelenjar saliva minor (Almeida 2008). Selain itu, masih banyak sekali terdapat

kelenjar ludah kecil di dalam mukosa pipi (bukal), bibir (labial), lidah (lingual),

dan langit-langit (palatinal). Jumlah seluruhnya diperkirakan 450-750. Sifat

kelenjar ludah dan sekresinya ditentukan oleh tipe sel sekretori yaitu serus,

seromukus dan mukus. Saliva serus menunjukkan saliva yang encer dan ludah

mukus menunjukkan saliva yang pekat (Almeida 2008).

Menurut Amerongen (1988), sumbangan setiap jenis kelenjar saliva

kepada volume saliva sangat tergantung pada sifat rangsangan (stimulasi).

Kecepatan sekresi bervariasi dari hampir tidak dapat diukur pada waktu tidur

sampai 3-4 ml / menit pada stimulasi maksimal. Jumlah seluruh saliva tiap 24 jam

diperkirakan sebanyak 500-600 ml, sekitar separuhnya dihasilkan pada keadaan

istirahat (tidak distimulasi), dan separuh lainnya disekresi di bawah pengaruh

rangsangan. Pada malam hari, sekresi saliva hampir berhenti +- 10 ml / 8 jam.

Pada malam hari ini glandula parotis sama tidak menghasilkan saliva, glandula

submandibularis menghasilkan 70% saliva, dan glandula sublingualis serta

kelenjar saliva lain menghasilkan 30% saliva. Berikut penjelasan tentang kelenjar

utama saliva.

Page 16: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

7

a. Kelenjar parotis

Kelenjar ini merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak antara prosessus

mastoideus dan ramus mandibula. Kelenjar parotis mengandung sejumlah

besar enzim antara lain amilase lisozim, fosfatase asam, aldolase serta

kolinesterase dan dibungkus oleh jaringan ikat padat yang masuk ke dalam

parenkim dan membagi organ menjadi beberapa lobus dan lobulus. Secara

morfologis, kelenjar parotis merupakan kelenjar tubuloasinus (tubulo-

alveolar) bercabang-cabang (compund tubulo alveolar gland). Duktus atau

saluran keluar kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara

mukosa pipi dan gusi, di hadapan molar dua atas, di mana saluran keluar

utama (duktus interlobaris) disebut duktus stenson, yang terdiri dari epitel

berlapis semu. Ke arah dalam, duktus ini bercabang-cabang menjadi duktus

interlobularis dengan sel-sel epitel berlapis silindris. Pada jaringan dari kedua

duktus ini, terlihat banyak lemak yang berhubungan dengan kumpulan lemak

bichat atau fat depat of bichat dan terlihat cabang-cabang dari Nervus Facialis

dan pembuluh darah.

b. Kelenjar Submandibularis

Kelenjar ini merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak, terletak

di sebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai duktus ekskretoris

(duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum

lidah, di bawah gigi insisivus bawah. Percabangan maupun sel-sel duktus

kelenjar ini sama dengan kelenjar parotis. Secara morfologis, kelenjar ini

merupakan kelenjar tubuloalveolar atau tubuloacinus bercabang-cabang

(compound tubulo alveolar gland). Sama halnya dengan kelenjar parotis,

Page 17: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

8

kelenjar ini diliputi kapsel yang terdiri dari jaringan ikat padat yang juga

masuk ke dalam organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobus

dan lobulus. Beberapa duktus pada kelenjar ini antara lain duktus Boll yang

mempunyai karakteristik pendek dan sempit, dan duktus Pfluger yang lebih

panjang dan bercabang daripada duktus Boll.

c. Kelenjar Sublingualis

Kelenjar ini merupakan kelenjar paling kecil di antara kelenjar ludah besar.

Terletak pada dasar rongga mulut, di bawah mukosa dan mempunyai duktus

ekskretoris yang disebut duktus Rivinus. Duktus ini bermuara oada dasar

ronga mulut di belakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah. Kelenjar

ini tidak memiliki kapsel yang jelas, dan secara morfologis merupakan

kelenjar bercabang-cabang (compound tubuloalveolar gland). Perbedaan yang

jelas terlihat antara kelenjar ini dengan kelenjar parotis adalah pada jaringan

ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagaimana halnya pada kelenjar

parotis.

Selain tiga kelenjar utama di atas, juga terdapat beberapa kelenjar saliva kecil

yang terletak di dalam mukosa atau submukosa yang diberi nama sesuai

dengan nama lokasi ataupun sesuai dengan nama pakar yang menemukannya.

Semua kelenjar ini mengeluarkan sekretnya ke dalam rongga mulut. Beberapa

kelenjar saliva kecil ini antara lain:

a. Kelenjar labial (glandula labialis) terletak di bibir atas dan bibir bawah dengan

asinus-asinus seromukus.

b. Kelenjar bukal (glandula bukalis), terletak di mukosa pipi, dengan asinus-

asinus seromukus.

Page 18: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

9

c. Kelenjar Bladin-Nuhn (glandula lingualis anterior), terletak di bagian bawah

ujung lidah dengan asinus-asinus seromukus.

d. Kelenjar Von Ebner (gustatory gland), terletak di pangkal lidah, dengan

asinus-asinus murni serus.

Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan menggunakan cara-cara seperti cara

mekanis, contohnya mengunyah permen karet, kimiawi yaitu rangsangan rasa,

contohnya asam, manis, sasin dan pahit, neuronal yaitu melalui sistem syaraf

autonom, psikis contohnya stres, dan rangsangan rasa sakit seperti gingivitis.

4. Komposisi Saliva

Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada

umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi

biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak

1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan

0,5 % lagi terdiri dari garam-garam. Amerongen (1988) berpendapat bahwa saliva

terdiri dari komponen bio organik dan komponen anorganik.

a. Komponen anorganik

Komponen ini terdiri dari kation-kation Na+ dan K+ yang merupakan

konsentrasi tertinggi, namun di samping itu juga terdapat Ca2+, Mg2+, Cl-,

HCO3-, dan fosfat. Ca2+ dan fosfat penting dalam remineralisasi email dan

berperan dalam pembentukan karang gigi dan plak bakteri, sedangkan Cl-

penting untuk akivitas enzimatik amilase.

b. Komponen bio organik

Komponen ini terdiri dari protein dan musin sebagai penyusun utama, namun

juga terdapat komponen lain seperti asam lemak, lipida, glukosa, asam amino,

Page 19: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

10

ureum dan amoniak. Produk - produk ini selain berasal dari kelenjar saliva

juga berasal dari sisa makanan dan pertukaran zat bakterial. Protein yang

secara kuantitatif penting adalah amilase, protein kaya-prolin, musin, dan

imunoglobulin.

Sekresi saliva yang menurun dapat menyebabkan kesulitan berbicara,

mengunyah, dan menelan, serta meningkatnya kemungkinan terjadi karies

pada gigi-geligi (Amerongen 1988). Saliva mempunyai derajat keasaman,

yang dinyatakan dengan menggunakan pH.

5. pH Saliva

pH saliva adalah derajat keasaman dari saliva. pH saliva dalam keadaan

normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. pH dapat diukur dengan

menggunakan pH meter ataupun pH strips. Apabila pH rongga mulut rendah atau

asam, kuman asidogenik seperti Streptococcus Mutans dan Lactobacillus akan

lebih mudah berkembang (Linder 1991).

Amerongen (1988) menuliskan bahwa terdapat beberapa proses fisiologis

yang dipengaruhi oleh pH saliva, seperti:

a. Aktivitas enzimatik. Struktur ruang suatu protein ditentukan oeh muatan

susunan asam amino, yang pada gilirannya tergantung dari pH. Struktur ruang

enzim antara lain penting bagi ikatan substrat pada enzim, atau bagi ikatan

protein pada permukaan. Banyak enzim intraselular hanya bekerja optimal

pada trayek-pH yang sangat terbatas, sehingga pH cairan badan betul-betul

menghasilkan sumbangan pada regulasi aktivitas enzim.

b. Proses demineralisasi dan remineralisasi jaringan keras. Pada penurunan pH,

demineralisasi elemen gigi-gigi akan cepat meningkat, sedangkan pada

Page 20: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

11

kenaikan pH dapat terbentuk kristal-kristal yang menyimpang, juga

meningkatnya pembentukan karang gigi.

Di dalam serum dan plasma sel, pH dijaga agar tetap konstan, tetapi di dalam

cairan sekresi eksokrin seperti saliva, pH berbeda-beda dan tidak konstan.

Derajat keasaman pH dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan

kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva, terutama ditentukan oleh

susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva

dan berasal dari kelenjar saliva. Amerongen (1988) menuliskan bahwa pH

saliva yang tidak dirangsang biasanya agak asam, bervariasi antara 6,4-6,9.

Konsentrasi bikarbonat pada saliva saat istirahat atau tidak ada rangsangan

rendah (sekitar 50%), sedangkan pada saliva yang dirangsang, konsentrasi

bikarbonatnya 85%.

Penurunan pH saliva saat istirahat paling jelas terlihat pada kelenjar parotis, di

mana pH dapat turun hingga 5,8. Sebaliknya, pH saliva mukus dalam keadaan

istirahat kurang lebih netral. Karena dalam keadaan istirahat sekresi saliva

kelenjar parotis turun (bahkan sama sekali tidak ada pada malam hari), maka

pada keadaan istirahat pH saliva total terutama ditentukan oleh pH saliva

mukus, misalnya oleh musin dan peptida kaya-histidin. Pada keadaan

patologis, pH saliva istirahat dapat cepat berubah. Pada pasien hemodialisis

misalnya, pH rata-rata saliva istirahat adalah 7,8 dan bahkan sampai 8,5. Ini

disebabkan oleh kenaikan cepat amoniak dan urea di dalam saliva, yang tidak

dapat dibuang dari serum oleh ginjal yang tidak berfungsi dengan baik.

Amerongen (1988) mengatakan bahwa pH saliva kelenjar parotis langsung

ditentukan oleh kecepatan sekresi dan tidak oleh sifat rangsangan, baik

Page 21: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

12

mengunyah permen karet, maupun rangsangan rasa seperti asam, manis dan

lain-lain. Kecepatan sekresi saliva secara langsung mempengaruhi pH rongga

mulut, dan dapat mempengaruhi demineralisasi gigi-geligi. Ini antara lain

dapat dilihat pada beberapa penyakit dengan gangguan sekresi saliva. Keadaan

tertekan pada pasien dapat mengakibatkan penurunan kecepatan sekresi begitu

pula pH-nya.

Perubahan kecil pada pH saliva dapat mempengaruhi keadaan ionisasi enzim

dan dalam banyak kejadian mempengaruhi pH substrat. Aktivitas enzim

ternyata bergantung kepada pH. Kebanyakan enzim mempunyai aktivitas

optimal antara pH 5 dan 9, kecuali misalnya pH pepsin dengan pH optimum

antara 1-2 (Amerongen 1988).

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pH saliva, contohnya irama

siang dan malam, diet, dan perangsangan kecepatan sekresi. Selain

mempengaruhi pH saliva, diet juga dapat mempengaruhi kapasitas bufer

saliva. Misalnya diet kaya karbohidrat, akan menurunkan kapasitas bufer

sedangkan diet sayur-sayuran seperti bayam, dan diet kaya protein mempunyai

efek menaikkan.

B. Rokok

1. Deskripsi

Rokok merupakan salah satu bentuk olahan dari tembakau yang

sediaannya berbentuk gulungan tembakau yang dibakar dan dihisap, contohnya

bidi, cigar, cigarette. Cigarette atau sigaret merupakan sediaan yang paling dikenal

dan paling banyak digunakan (Gondodiputro 2007). Berdasarkan bahan baku atau

Page 22: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

13

isinya rokok terdiri dari rokok putih, yaitu rokok yang hanya berisikan daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu dan

biasanya berisikan filter penyaring pada bagian yang akan dihisap dan rokok

kretek yang berisikan daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek inilah yang kebanyakan

tidak menggunakan filter pada bagian yang akan dihisap (Aula 2010).

Rokok filter dan rokok kretek mempunyai kandungan yang berbeda. Pada

rokok filter, memang terdapat suatu penyaring yang berfungsi untuk menyaring

sebagian tar dari tembakau, namun masih banyak sisanya yang bisa tembus dan

masuk ke dalam darah. Perokok tidak akan terlindung dari bahaya rokok kecuali

seluruh kandungan tar dalam rokok dihilangkan (Husaini 2010). Rokok kretek

memiliki campuran tembakau dan bunga cengkeh kering dalam perbandingan

tertentu. Hasil analisis terhadap rokok kretek menemukan adanya lima zat kimia

yang tidak terdapat pada rokok putih non cengkeh. Bahan kimia tersebut adalah

eugenol, acetyl eugenol, B-caryophyllene, x-humulene serta caryophllene

epoksida. Bunga cengkih sendiri mengandung 15% minyak di mana 82-87% dari

kandungan minyak tersebut ialah eugenol. Rata-rata kandungan eugenol pada

sebatang rokok kretek sebanyak 13 mg dan ditaksir sekitar 7 mg akan tersedot

ketika rokok dihisap. Eugenol memberi kesan toksik kepada sistem saraf pusat

(Prihardianto 2006).

Pecandu rokok kretek di kalangan remaja dilaporkan mendapat kesan

khayal ringan apabila menghisap rokok kretek. Menyedot asap rokok kretek

dalam-dalam akan meningkatkan kepekatan asap dan ini ada hubungannya dengan

kadar tinggi eugenol yang diserap yang akan memberikan kesan khayal tersebut

Page 23: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

14

(Prihardianto 2006). Selain itu, rokok kretek yang mengandung cengkeh ternyata

dapat memberikan pengaruh buruk kepada gigi. Cengkeh yang dicampurkan ke

dalam rokok kretek ternyata mengandung zat aktif eugenol dengan kadar tinggi

yang jika asapnya dihisap dapat masuk melalui lubang mikro ke bagian organik

dari email sehingga mencapai perbatasan email (lapisan paling luar dari gigi)

dengan dentin (lapisan di bawah email). Akibatnya, perokok dapat menderita

gangguan gigi berupa karies atau gigi berlubang. Karies yang terbentuk

bergantung pada frekuensi merokok dan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.

Semakin lama seseorang menghisap rokok kretek, semakin besar peluang orang

tersebut menderita karies spesifik (Mangoenprasodjo 2004).

2. Kandungan Rokok

Tirtosastro dan Murdiyati (2009), menyebutkan kandungan kimia rokok

yang sudah terindentifikasi jumlahnya mencapai 2.500 komponen, sedangkan

dalam asap hasil pembakarannya terdapat 4.800 macam komponen. Dari

komponen kimia ini, yang telah diidentifikasi dapat membahayakan kesehatan

adalah tar, nikotin, CO, dan NO yang dihasilkan oleh tanaman tembakau, dan

beberapa bahan-bahan residu yang terbentuk pada saat penanaman, pengolahan

dan penyajian dalam perdagangan yaitu residu pupuk dan pestisida. Kadar nikotin

tembakau juga dapat dipengaruhi oleh varietas, budidaya, dan lingkungan. Berikut

penjelasan dari beberapa zat kimia pada rokok (Gondodiputro 2007):

a. Nikotin

Nikotin bukan merupakan komponen karsinogenik atau penyebab kanker,

namun hasil pembusukan panas dari nikotin seperti dibensakridin,

dibensokarbasol, dan nitrosamin lah yang besifat karsinogenik. Pada paru-

Page 24: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

15

paru, nikotin dapat menghambat aktivitas silia. Nikotin memiliki efek aditif

dan psikoaktif, yang membuat perokok akan merasakan kenikmatan,

kecemasan berkurang, dan keterikatan fisik. Inilah sebabnya kebiasaan

merokok sulit untuk dihentikan. Selain itu, nikotin juga menyebabkan

perangsangan terhadap hormon katekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu

jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan untuk

beristirahat dan tekanan darah akan semakin tinggi, yang mengakibatkan

timbulnya hipertensi. Efek lain adalah merangsang berkelompoknya (agregasi)

trombosit. Trombosit akan menggumpal dan akan menyumbat pembuluh

darah yang sudah sempit akibat CO. Nikotin yang terkandung di dalam rokok

adalah sebesar 0,5-3 nanogram, dan semuanya diserap sehingga di dalam

cairan darah ada sekitar 40-5- nanogram nikotin setiap 1 ml-nya.

b. Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam. Tar

merupakan substansi hidrokarbon yang akan menempel pada paru-paru dan

bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Kadar tar dalam rokok

berkisar antara 0,5-35 mg/batang.Tar adalah zat karsinogen atau zat yang

dapat menyebabkan kanker, terutama pada saluran nafas dan paru-paru.

c. Karbon Monoksida (CO)

Gas CO dihasilkan oleh pembakaran tidak sempurna dari unsur zat arang atau

karbon dan mempunyai kemampuan untuk mengikat hemoglobin yang

terdapat dalam sel darah merah lebih kuat dibandingkan dengan oksigen,

sehingga ketika seseorang menghirup asap rokok dalam kadar oksigen udara

yang rendah, menyebabkan sel darah merah kekurangan oksigen karena yang

Page 25: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

16

diangkut adalah CO dan bukan oksigen. Sel tubuh yang kekurangan oksigen

akan mengalami spasme, yaitu menyempitnya diameter pembuluh darah. Jika

proses ini berlangsung terus-menerus, makan pembuluh darah akan mudah

rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis. Gas CO yang dihasilkan oleh

sebatang tembakau dapat mencapai 3%-6%

d. Kadmium

Adalah zat yang dapat merusak jaringan tubuh terutama ginjal.

e. Amoniak

Merupakan gas tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hidrogen. Zat ini

berbau tajam dan sangat merangsang. Amoniak sangat beracun, sehigga jika

masuk secara langsung ke peredaran darah dapat menyebabkan seseorang

pingsan atau bahkan koma.

f. HCN (Asam Sianida)

Merupakan sejenis gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa.

Zat ini merupakan zat yang paling ringan, mudah terbakar, dan sangat efisien

untuk menghalangi dan merusak saluran pernapasan.

g. Nitric Oxide

Merupakan gas yang tidak berwarna, bila terhisap dapat menyebabkan

hilangnya kesadaran dan rasa sakit. Zat ini pada awalnya digunakan sebagai

obat anestesi dalam pelaksanaan operasi.

h. Formaldehid

Merupakan sejenis gas yang berbau tajam, tergolong sebagai pengawet dan

pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap semua organisme hidup.

Page 26: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

17

i. Fenol

Adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat

organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun

dan membahayakan karena fenol terikat pada protein sehingga menghalangi

aktivitas enzim.

j. Aseton

Adalah hasil pemanasan dari aldehid dan mudah menguap dengan alkohol.

k. H2S (Asam Sulfida)

Adalah sejenis gas yang beracun dan mudah terbakar dengan bau yang keras.

Zat ini menghalango oksidasi enzim.

l. Piridin

Adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat

digunakan untuk mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama.

m. Metil Klorida

Adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu dengan hidrokarbon sebagai

unsur utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun.

n. Metanol

Adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar,

Meminum metanol dapat mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian.

o. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH)

Senyawa ini merupakan senyawa reaktif yang cenderung membentuk epoksida

yang mtabolitnya bersifat genotoksik. Senyawa tersebut merupakan zat yang

bersifat karsinogeni.

Page 27: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

18

3. Dampak Merokok terhadap Jaringan Rongga Mulut

Wardianto 2010 menyebutkan bahwa pengaruh merokok pada mukosa

mulut bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin, etnis, gaya hidup, diet,

genetis, jenis, dan cara merokok, serta lamanya merokok. Perubahan tersebut

akibat iritan, toksin dan karsinogen. Salah satu bagian tubuh yang paling riskan

terpapar efek merugikan dari rokok adalah rongga mulut yang merupakan tempat

awal terjadinya penyerapan zat-zat hasil pembakaran rokok. Merokok dapat

menyebabkan kelainan-kelainan rongga mulut misalnya pada gusi, mukosa mulut,

gigi, langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur serta pada

lidah yang berupa terjadinya perubahan sensitivitas indera pengecap. Asap panas

yang berhembus terus menerus ke dalam rongga mulut merangsang perubahan

aliran darah dan mengurangi sekresi saliva. Temperatur rokok pada bibir adalah

30o C, sedangkan ujung rokok yang terbakar dapat mencapai suhu 900o C. Hal ini

menyebabkan rongga mulut menjadi kering dan lebih anaerob sehingga

memberikan lingkungan yang sesuai untuk timbulnya bakteri anaerob dalam plak,

sehingga perokok lebih berisiko terinfeksi bakteri penyebab penyakit periodontal.

Dampak lain yang disebabkan oleh rokok antara lain:

a. Bau mulut

Bau mulut sejak dulu bukan hanya menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut,

tetapi juga merupakan masalah sosial. Banyak hal yang bisa menjadi

penyebabnya, seperti makanan berbau menyengat, makanan berlemak, rokok

dan alkohol (Wardianto 2010).

Page 28: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

19

b. Kalkulus (karang gigi)

Gigi geligi seorang perokok cenderung lebih banyak terdapat karang gigi

daripada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat

menimbulkan berbagai keluhan, seperti gingivitis atau gusi berdarah. Selain

itu, hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke

gusi sehingga mudah terjangkit penyakit (Wardianto 2010).

c. Meningkatkan risiko kanker mulut

Perokok mempunyai risiko 6 kali lebih banyak menderita kanker rongga mulut

dikarenakan bahan kimia yang terkandung dalam rokok bersifat karsinogenik.

kanker yang biasa dialami oleh perokok adalah kanker mulut, lidah, bibir, dan

tenggorokan (Wardianto 2010)

d. Memperlambat penyembuhan jaringan lunak rongga mulut

Hal ini terjadi karena rokok mengurangi pengiriman oksigen dan nutrisi ke

jaringan gusi. Salah satu contohnya adalah luka pasca pencabutan gigi yang

sembuhnya menjadi lebih lambat apabila setelah pencabutan pasien

menghisap rokok (Wardianto 2010)

e. Menyebabkan stain (pewarnaan) pada gigi

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang dapat

mengubah warna gigi. Stain adalah deposit berpigmen pada permukaan gigi

yang merupakan masalah estetik dan tidak menyebabkan peradangan pada

gingiva (Grossman 1995). Gigi dapat berubah warna menjadi lebih kuning

dari aslinya, bahkan jika kebiasaan merokok sudah termasuk parah dan

menahun, warna gigi dapat berubah menjadi cokelat yang akan mengganggu

seseorang secara estetik (Schuurs, 1992)

Page 29: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

20

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis deskriptif

observasional, dengan pendekatan cross sectional di mana pengumpulan data atau

variabel yang akan diteliti dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu

(Sastroasmoro, 2008).

B. Identifikasi Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan 2 variabel yaitu:

1. Variabel pengaruh : Penggunaan rokok putih dan rokok kretek.

2. Variabel terpengaruh : pH saliva.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan pada penelitian ini meliputi variabel

penelitian sebagai berikut:

1. Rokok adalah salah satu bentuk olahan dari tembakau yang sediaannya

berbentuk gulungan tembakau yang dibakar dan dihisap, terdiri dari rokok

putih dan rokok kretek.

2. pH saliva adalah derajat keasaman dari saliva. Derajat keasaman saliva dalam

keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Dalam penelitian ini,

pH diukur dengan menggunakan pH meter.

Page 30: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

21

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Mahasaraswati Denpasar. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini

sebanyak 40 sampel. Dasar penentuannya adalah Central Limit Theorem yang

menyatakan bahwa jumlah minimum sampel untuk mencapai kurva normal

setidaknya adalah dengan mencapai nilai responden minimum 30 (Mendenhall

dan Beaver 1992 cit. Aziza dkk. 2006). Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling, di mana sampel yang dipilih telah memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi :

a. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati

Denpasar yang bersedia mengikuti penelitian.

b. Berusia 19-21 tahun,

c. Merupakan perokok putih maupun perokok kretek sejak minimal 1 tahun

yang lalu.

d. Merokok minimal 10 batang per hari.

2. Kriteria Ekslusi :

a. Mahasiswa yang menderita penyakit sistemik.

b. Mahasiswa yang sedang menggunakan obat-obatan.

E. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: alat tulis, kertas

catatan, pH meter, gelas ukur, tisu, masker dan handscone. Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu rokok putih merek Marlboro dan rokok kretek merek

Sampoerna.

Page 31: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

22

F. Instrumen Penelitian

pH saliva diukur dengan menggunakan pH meter. Cara pengukurannya adalah

dengan mencelupkan ujung pH meter pada saliva yang telah terkumpul dalam

gelas. Layar pH meter akan menampilkan angka yang menunjukkan pH saliva

yang diukur. Angka tersebut cenderung akan berubah-ubah pada saat baru

dicelupkan ke dalam saliva, maka dari itu perlu didiamkan sesaat agar angka yang

ditampilkan stabil.

G. Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di sekitar area kampus Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar pada tanggal 27 sampai 29 Januari 2014.

H. Jalannya Penelitian

Tahapan penelitian perbedaan pH saliva perokok putih dan perokok kretek

sesaat setelah merokok ini adalah sebagai berikut:

1. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam

penelitian.

2. Sampel diberi penjelasan secara singkat mengenai tujuan dilakukannya

penelitian ini.

3. Calon sampel sebanyak 40 orang yang terbagi dalam dua kelompok

(kelompok 1 dan kelompok 2) diminta untuk mengisi informed consent

yang menyatakan kesediaannya untuk menjadi sampel dalam penelitian

ini.

4. Seluruh sampel diminta untuk berkumur dengan menggunakan aquadest.

Page 32: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

23

5. Sampel kelompok 1 diinstruksikan untuk menghisap rokok putih sebanyak

satu batang hingga habis.

6. Sampel kelompok 2 diinstruksikan untuk menghisap rokok kretek

sebanyak satu batang hingga habis.

7. Setelah rokok habis, kedua kelompok diminta untuk mengumpulkan

salivanya di gelas ukur yang telah disediakan.

8. Ukur pH saliva dengan menggunakan pH meter.

9. Masukan data yang telah diperoleh dari pengukuran tersebut ke dalam

tabel.

I. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan diolah dengan menggunakan

SPSS versi 20:

1. Analisis Deskriptif merupakan salah satu jenis analisis dengan

memberikan gambaran (deskripsi) mengenai suatu data yang diperoleh.

2. Uji Normalitas dan Homogenitas

a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test.

b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s Test.

3. Uji Efek Perlakuan

Uji efek perlakuan yang digunakan yaitu Independent T-Test untuk

mengetahui perbedaan antara dua kelompok (Riwidikdo 2009).

Page 33: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

24

BAB IV

HASIL PENELITIAN

F. Karakteristik Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan jumlah sampel

yang diambil sebanyak 40 orang dengan karakteristik sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin dan umur

Karakteristik Jumlah (Orang)

Persentase (%)

Total (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

40 0

100 0 100

Umur 19 Tahun 20 Tahun 21 Tahun

13 15 12

32.5 37.5 30

100

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa seluruh sampel yang diteliti berjenis kelamin

laki-laki berjumlah 40 orang. Umur sampel berkisar antara 19 tahun sampai 21

tahun. Sampel dengan jumlah terbanyak terdapat pada sampel yang berumur 20

tahun dengan jumlah sampel 15 orang, pada sampel yang berumur 19 tahun

berjumlah 13 orang, dan sampel yang paling sedikit terdapat pada sampel yang

berumur 21 tahun dengan jumlah sampel 12 orang.

G. Analisis Data Statistik

Analisis Deskriptif menghasilkan data yang menunjukkan statistik dari

mean, dan standar deviasi adalah sebagai berikut:

Page 34: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

25

Tabel 4.2 Hasil analisis deskriptif

Dari tabel 4.2 diatas terlihat nilai rata-rata (Mean) dari kedua variabel

penelitian. Mean dari kedua variabel tersebut yaitu pH saliva dari perokok putih

dan perokok kretek berada di bawah pH netral yaitu 6,7 atau pH asam. Rata-rata

pH saliva perokok kretek lebih rendah atau asam dibandingkan dengan pH saliva

perokok putih.

H. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan

pada penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov test. Adapun hasil uji normalitas

dari sampel data pH saliva perokok putih dan pH saliva perokok kretek adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Uji normalitas pH saliva perokok putih dan perokok kretek sesaat

setelah merokok dari Kolmogorov-smirnov test.

pH Saliva Perokok Putih

pH Saliva Perokok Kretek

Kolmogorov 0,644 0,929 Sig. 0,801 0,354

Dari hasil uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-smirnov test

didapatkan nilai signifikansi pH saliva perokok putih sebesar 0.801 dan pH saliva

pH Saliva Perokok Putih

pH Saliva Perokok Kretek

N 20 20

Mean 6.56 6.30 Std.Deviasi 0.252 0.260

Page 35: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

26

perokok kretek sebesar 0.354 dengan nilai α > 0.05, maka dapat disimpulkan

bahwa data yang didapatkan berdistribusi normal karena nilai sig lebih besar

daripada 0.05.

I. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah data penelitian berasal

dari varian yang sama. Uji homogenitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah

Levene’s test. Adapun hasil uji homogenitas dari sampel data setelah sampel

menghisap rokok putih dan rokok kretek adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4 Uji homogenitas perbedaan pH saliva perokok putih dan perokok

kretek sesaat setelah merokok dari Levene’s test.

Levene Statistic

Sig.

0.035 0.852

Dari hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test, pada tabel

4.4 diatas menunjukkan nilai sig. α > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data

penelitian, yaitu data pH saliva perokok putih dan perokok kretek sesaat setelah

merokok berasal dari varian yang sama atau homogen sehingga pengujian T-Test

dapat dilanjutkan.

J. Uji T (T-Test)

Untuk menguji data penelitian yang sudah memenuhi normalitas dan

homogenitas, dilakukan Independent T-Test. Adapun hasil T-Test dapat disajikan

sebagai berikut.

Page 36: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

27

1. Independent T-Test

Independent T-Test digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dari

kedua kelompok data penelitian yaitu kelompok data pH saliva perokok putih dan

pH saliva perokok kretek. Dari hasil analisis data dengan bantuan program SPSS

versi 20 , maka dapat disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.6 Hasil uji T-Independent perbedaan pH saliva perokok putih dan

perokok kretek sesaat setelah merokok.

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference Lower Upper

Saliva Equal variances assumed

.035 .852 3.145 38 .003 .25500 .08107 .09088 .41912

Equal variances not assumed

3.145 37.960 .003 .25500 .08107 .09088 .41912

Dari hasil uji T-Independent pH saliva perokok putih dan perokok kretek

didapatkan nilai sig sebesar 0,003 yang berarti (ρ < 0.05 ). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pH saliva perokok putih dan pH

saliva perokok kretek.

Page 37: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

28

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dibuatkan suatu

bahasan tentang kondisi derajat keasaman (pH) saliva perokok putih dan perokok

kretek sesaat setelah merokok. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dengan menggunakan 40

sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok 1 yang terbiasa

menghisap rokok putih dan kelompok 2 yang terbiasa menghisap rokok kretek

sehingga masing-masing kelompok terdiri dari 20 sampel dan merupakan

penelitian deskriptif observasional dengan pendekatan cross sectional.

Setelah penelitian dilakukan dan data penelitian terkumpul, selanjutnya

dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah data berdistribusi normal, sedangkan uji homogenitas bertujuan

untuk mengetahui apakah data tersebut homogen atau berasal dari varian

kelompok yang sama.

Dari hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai rata-rata (Mean) dari

kedua variabel penelitian yaitu pH saliva perokok putih dan perokok kretek

sesaaat setelah merokok mengalami penurunan atau berada di bawah batas pH

saliva normal yaitu 6,7. Nilai rata-rata pH saliva kelompok perokok putih yang

tercatat sesaat setelah selesai menghisap rokok adalah 6,56 sedangkan nilai rata-

rata pH saliva perokok kretek yang tercatat setelah selesai menghisap rokok

adalah 6,30. Hal ini menunjukkan bahwa menghisap rokok kretek menyebabkan

penurunan pH saliva yang lebih signifikan daripada rokok putih.

Page 38: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

29

Setelah nilai Mean atau rata-rata pH saliva kedua kelompok diketahui,

untuk mengetahui perbedaan pH saliva perokok putih dan perokok kretek sesaat

setelah merokok digunakan Independent T-test. Hasil analisis data menunjukkan

adanya perbedaan pH saliva yang signifikan dari kedua kelompok atau kedua jenis

rokok. Dari hasil uji T-Independent pH saliva perokok putih dan perokok kretek

didapatkan nilai sig sebesar 0,003 yang berarti (ρ < 0.05 ). Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pH saliva perokok putih dan pH

saliva perokok kretek sesaat setelah merokok.

Rokok merupakan salah satu bentuk olahan dari tembakau yang

sediaannya berbentuk gulungan tembakau yang dibakar dan dihisap, contohnya

bidi, cigar, cigarette. Cigarette atau sigaret merupakan sediaan yang paling dikenal

dan paling banyak digunakan (Gondodiputro 2007). Berdasarkan bahan baku atau

isinya rokok terdiri dari rokok putih, yaitu rokok yang hanya berisikan daun

tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu dan

biasanya berisikan filter penyaring pada bagian yang akan dihisap dan rokok

kretek yang berisikan daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk

mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu. Rokok kretek inilah yang kebanyakan

tidak menggunakan filter pada bagian yang akan dihisap (Aula 2010).

Rokok putih dan rokok kretek mempunyai kandungan yang berbeda.

Perokok tidak akan terlindung dari bahaya rokok kecuali seluruh kandungan tar

dalam rokok dihilangkan (Husaini 2010). Rokok kretek memiliki campuran

tembakau dan bunga cengkeh kering dalam perbandingan tertentu. Hasil analisis

terhadap rokok kretek menemukan adanya lima zat kimia yang tidak terdapat pada

rokok putih non cengkeh. Bahan kimia tersebut adalah eugenol, acetyl eugenol, B-

Page 39: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

30

caryophyllene, x-humulene serta caryophllene epoksida. Bunga cengkih sendiri

mengandung 15% minyak di mana 82-87% dari kandungan minyak tersebut ialah

eugenol. Rata-rata kandungan eugenol pada sebatang rokok kretek sebanyak 13

mg dan ditaksir sekitar 7 mg akan tersedot ketika rokok dihisap. Eugenol memberi

kesan toksik kepada sistem saraf pusat (Prihardianto 2006).

Pecandu rokok kretek di kalangan remaja dilaporkan mendapat kesan

khayal ringan apabila menghisap rokok kretek. Menyedot asap rokok kretek

dalam-dalam akan meningkatkan kepekatan asap dan ini ada hubungannya dengan

kadar tinggi eugenol yang diserap yang akan memberikan kesan khayal tersebut

(Prihardianto 2006). Selain itu, rokok kretek yang mengandung cengkeh ternyata

dapat memberikan pengaruh buruk kepada gigi. Cengkeh yang dicampurkan ke

dalam rokok kretek ternyata mengandung zat aktif eugenol dengan kadar tinggi

yang jika asapnya dihisap dapat masuk melalui lubang mikro ke bagian organik

dari email sehingga mencapai perbatasan email (lapisan paling luar dari gigi)

dengan dentin (lapisan di bawah email). Akibatnya, perokok dapat menderita

gangguan gigi berupa karies atau gigi berlubang. Karies yang terbentuk

bergantung pada frekuensi merokok dan jumlah rokok yang dihisap setiap hari.

Semakin lama seseorang menghisap rokok kretek, semakin besar peluang orang

tersebut menderita karies spesifik (Mangoenprasodjo 2004).

Saliva adalah cairan yang kompleks , diproduksi oleh kelenjar saliva, dan

memiliki fungsi terpenting untuk merawat kondisi normal dari rongga mulut.

Banyak fungsi penting dalam saliva untuk melindungi kesehatan rongga mulut

yaitu dengan cara memberikan fungsi proteksi, sistem buffer, pembentukan

pelikel, pemeliharaan dari integritas gigi, aksi antimikroba, perbaikan jaringan,

Page 40: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

31

pencernaan dan pengecapan (Nanci 2003). Komponen saliva, yang dalam keadaan

larut disekresikan oleh kelenjar saliva, terdiri dari komponen anorganik dan bio

organik. Dalam melaksanakan fungsi pertahanan, dibutuhkan volume saliva yang

optimal. Dan ternyata hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan baik

yang berhubungan dengan isi maupun dengan viskositas, pH, susunan ion dan

protein dalam saliva (Amerongen 1988).

pH saliva merupakan sarana penting dalam menjaga integritas gigi dan

jaringan rongga mulut. Hal ini mempengaruhi proses demineralisasi dan

remineralisasi jaringan keras. Pada penurunan pH saliva, suasana asam akan

meningkatkan proses demineralisasi elemen gigi sehingga frekuensi karies juga

akan meningkat (Amerongen 1988). Bakteri yang berperan dalam terbentuknya

karies adalah bakteri Streptococcus Mutans (Helderman 1993). Bakteri-bakteri

tersebut akan memproduksi asam dari proses fermentasi gula yang terdapat dalam

makanan sehingga menurunkan pH pada permukaan gigi. Asam inilah yang akan

melarutkan kalsium serta fosfor dari enamel (Amerongen 1988).

Saliva memiliki sistem tersendiri untuk menetralisir pH dalam rongga

mulut, sistem ini disebut sebagai sistem buffer. Kontribusi komponen saliva yang

berperan dalam sistem buffer adalah protein saliva, fosfat, urea, dan amonia,

namun yang paling utama berperan adalah konsentrasi dari asam bikarbonat (Roth

1981). pH saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7

(Linder 1991). Sistem bikarbonat sangat efektif dalam menetralisir asam dan

berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva. Hal ini memberi akibat bahwa

pada kenaikan kecepatan sekresi , konsentrasi bikarbonat menjadi lebih tinggi dan

pH pun menjadi lebih tinggi.

Page 41: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

32

Kenaikan pH saliva yang membuat suasana rongga mulut menjadi basa

dapat membentuk kristal-kristal yang menyimpang sehingga terjadi pembentukan

karang gigi atau kalkulus (Amerongen 1988). Kalkulus adalah jenis kalsifikasi

patologis yang berhubungan dengan penyakit periodontal, merupakan jenis plak

yang terkalsifikasi dan deposit terkalsifikasinya dibedakan menurut hubungannya

dengan tepi gingiva, yaitu kalkulus supragingiva dan subgingiva. Mineral dari

kalkulus supragingiva berasal dari saliva sedangkan pada kalkulus supragingiva

berasal dari eksudat cairan gingiva (Manson & Elley 1993).

Peran lain dari saliva adalah fungsinya dalam pembentukan pelikel yang

kemudian akan berkembang menjadi plak gigi. Plak gigi adalah suatu lapisan

lunak yang terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas

suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak

dibersihkan (Pintauli & Hamada 2010). Lapisan lunak plak terbentuk dari deposit

selapis tipis protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan

gigi. Lapisan ini yang disebut pelikel dan hanya dapat dilepas dengan

pembersihan mekanis. Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel,

pelikel akan terpopulasi dengan bakteri. Pembentukan plak supragingiva

dipelopori oleh bakteri yang memiliki kemampuan untuk membentuk polisakarida

ekstraselular. Koloni bakteri yang pertama adalah Streptococcus Mitior, S.

Sanguis, Actinomyces Viscocus dan A. Naeslundii. Bila bakteri ini dibiarkan

tumbuh beberapa hari, akan menyebabkan inflamasi gingiva (Manson & Elley

1993)

Page 42: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

33

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan pembahasan yang

telah dipaparkan pada beberapa bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa

menghisap rokok kretek menyebabkan penurunan pH saliva yang lebih signifikan

daripada rokok putih.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian tersebut

antara lain:

1. Masyarakat harus bisa mengurangi bahkan menghentikan konsumsi rokok,

mengingat efek buruknya kepada kesehatan tubuh secara umum, dan

kesehatan gigi dan mulut secara khusus.

2. Agar dilaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan efek rokok

terhadap pH saliva dan rongga mulut, dan dilakukan dengan metode yang

berbeda serta jumlah sampel yang lebih besar.

Page 43: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

DAFTAR PUSTAKA

Addy M, Moran J. Mechanisms of stain formation on teeth, in particular associated with metal ions and antiseptics. Adv Dent Res 1995; 9(4): 450-456

Amerongen, A. van Nieuw. 1988, Ludah dan Kelenjar Ludah, Ed. ke-2, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Arey Leslie Brainerd, Ph.D.,LL.D., Human Histology a textbook in outline from W.B. Saunders Company, Third edition Philadelphia. London, Toronto 1968Dayan, D., Begleiter, A., dan Buchner, A., 1982, Halitosis dan Fetor Oris. Quintessence Int. 8; 903-5.

Aula LE. 2010. Stop Merokok. Garailmu. Yogyakarta. de Almeida, P.D.V., Grégio, A.M.T., Machado, M.Â.N., de Lima, A.A.S.,

Azevedo, L.R., 2008. Saliva Composition and Functions: AComprehensive Review. J Contemp Dent Pract:072-080.

Dikri, I., Soetanto, S., Widjiastuti, I. 2003. Kelarutan Kalsium Pada Enamel Setelah Direndam Saliva Buatan pH 5,5 dan Ph 6,5. Dental Jurnal.Vol. 36.

No.1. Hal.7. Gondodiputro, S., 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-bentuk Tembakau.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung:1-2.

Haskell R and Gayford J.J , Penyakit Mulut. Jakarta:1991 Helderman, W.H.V.P., Veld J.H.J.H., Dirks O.B. 1993, Plak Gigi. In:

IlmuKedokteran Gigi Pencegahan, C.V EGC, Jakarta Husaini, A., 2010, Berhenti Merokok, www.books.google.co.id Irda, F., 2004, Analisis Nikotin Dalam Asap dan Filter Rokok, Acta

Pharmaceutica Indonesia, Bandung Kidd E A M, Bechal S J. 1992. Dasar – Dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya (Alih bahasa : Narlan Sumawinata dan Saffida

Faruk). Jakarta : EGC. p . 2 – 4 : 76. Linder MC. Nutritional biochemistry and metabolism. 2nd ed. Connectitut.

Appleton and Lange; 1991. p. 35–40. Mangoenprasodjo & Hidayati. (2005). Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing.

Page 44: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Manson, J.D., B.M. Elley 1993. Buku Ajar Periodonti (Outline Of Periodontics),

Hipokrates, Jakarta Nolte WA. Oral microbiology with basic microbiology and immunology. 4th ed.

Saint Louis: Mosby; 1982. p. 287–9, 304–5,309–10, 336–8. Nanci, Antonio 2003, Ten Cate's Oral Histology: Development, Structure, and

Function, Ed. ke-6, Mosby Co., Missouri Pintauli, S., Hamada, T., 2010, Menuju Gigi dan Mulut: Pencegahan dan Pemeliharaan, USU Press, Medan. Puspawati, A.E. 2005. “Perbedaan pH Saliva Perokok dan Tidak Perokok”. (Skripsi). Denpasar. Universitas Mahasaraswati.Hal.13.

Riwidikdo, Handoko, 2008. Statistik Kesehatan. Mita Cendikia Press.Yogyakarta

Roth Gerald I and Camles Robert, Oral Biology.The C. V. Mosby Company. Chapter 8:196-213 , 1981.

Sastroasmoro, S., 2008. Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S., Ismael, S., ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV. Sagung Seto, 313.

Schuurs, A.H.B, 1992. Patologi Gigi-Geligi Kelainan-Kelainan Jaringan Keras Gigi. Alih Bahasa Sutatmi Suryo, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Ed-2. EGC. Jakarta. Hal.545-548. Tarigan, R, 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Cetakan Ke Empat, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Tirtosastro, S. dan Murdiyati, A.S.2010, Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok,

Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri. Vol 2 (1).

Page 45: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

LAMPIRAN

Page 46: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Lampiran 1. Data Hasil Penelitian

No pH Saliva Perokok Putih No pH Saliva Perokok Kretek

1

6,2 1 6,8 2

6,5 2 6,7

3

6,6 3 6,0 4

6,5 4 6,3

5

6,4 5 6,8 6

6,2 6 6,2

7

6,3 7 6,5 8

7,0 8 6,6

9

6,6 9 6,4 10

6,5 10 6,3

11

6,8 11 6,0 12

6,7 12 6,2

13

6,5 13 5,9 14

7 14 6,1

15

6,8 15 6,3 16

6,4 16 6,1

17

6,9 17 6,3 18

6,2 18 6,2

19

6,4 19 6,3 20

6,7 20 6,1

Page 47: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Lampiran 2. Perjanjian Kesepakatan

PERJANJIAN KESEPAKATAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan bersedia menjadi sampel dalam penelitian skripsi yang

berjudul " Perbedaan pH Saliva Perokok Putih dan Perokok Kretek Sesaat Setelah

Merokok", yang mana skripsi ini merupakan salah satu untuk mendapatkan gelar

sarjana dalam bidang kedokteran gigi. Selama penelitian berlangsung, saya akan

bertindak kooperatif dan mengikuti instruksi yang diberikan oleh peneliti.

Denpasar, Januari 2013

( )

Page 48: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pH Saliva Perokok Putih

pH Saliva Perokok Kretek

N 20 20 Normal Parametersa,,b Mean 6.5600 6.3050

Std. Deviation .25215 .26052 Most Extreme Differences Absolute .144 .208

Positive .144 .208 Negative -.079 -.085

Kolmogorov-Smirnov Z .644 .929 Asymp. Sig. (2-tailed) .801 .354

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Page 49: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Lampiran 4. Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances Saliva

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.035 1 38 .852

Page 50: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Lampiran 5. Hasil Uji Independent T-Test

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Saliva pH Saliva Perokok Putih 20 6.5600 .25215 .05638

pH Saliva Perokok Kretek 20 6.3050 .26052 .05825

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. t df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference Lower Upper

Saliva Equal variances assumed

.035 .852 3.145 38 .003 .25500 .08107 .09088 .41912

Equal variances not assumed

3.145 37.960 .003 .25500 .08107 .09088 .41912

Page 51: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

Alat - Alat

Gelas ukur, pH meter, tisu, masker, handscone, alat tulis, kertas pencatatan.

Bahan

Rokok kretek (kiri) dan rokok putih (kanan).

Page 52: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Sampel mengisi informed consent.

Sampel diinstruksikan untuk merokok sesuai dengan jenis rokok yang biasa

dihisap.

Page 53: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Sampel mengumpulkan pH saliva ke dalam gelas ukur.

Saliva yang telah dikumpulkan diukur dengan menggunakan pH meter.

Page 54: PERBEDAAN PH SALIVA PADA PEROKOK PUTIH DAN · PDF filekaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PH SALIVA ... HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN

Peneliti mencatat nominal pH saliva sampel ke dalam tabel penelitian.