kelenjar saliva
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur besar yaitu kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis. Kelenjar parotis merupakan
kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan procesus
mastoideus dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang
ditemukan.Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid,
biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas
seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi
pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 %
tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor
kelenjar liur minor adalah ganas 1
Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar parotis. Dari tiap 5
tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur
kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya
perbedaan geografik dan suku bangsa pada orang Eskimo tumor ini lebih sering
ditemukan dengan penyebab yang belum diketahui.Sinar yang mengionisasi
diduga sebagai faktor etiologi 2.
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya
lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya pada 10-29%
pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya.Rasa nyeri yang bersifat
episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi akibat dari
keganasan itu sendiri.Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan
aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau
biopsi.Pemeriksaan radiologi menggunakan CT-Scan dan MRI sangat membantu
menegakkan diagnosis.Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan
radioterapi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50% bahkan pada
keganasan dengan derajat tertinggi 2.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Embriologi Kelenjar Air Liur
Secara embriologi, kelenjar air liur berasal dari mukosa oral. Proses ini
mulai berkembang saat minggu ke 5-6 dalam fase embrional. Kelenjar parotid
primordial muncul pada minggu ke 5-6, berasal dari ectoderm, diikuti oleh
munculnya kelenjar submandibula yang berasal dari lapisan endoderm, kemudian
di minggu ke 7-8 kelenjar sublingual primordial terbentuk dari lapisan endoderm.
Sedangkan kelenjar minor berkembang pada bulan ke 3 (minggu 12) berasal dari
lapisan endoderm. Jaringan parenkimnya berasal dari profilerasi epitel oral.
Sedangkan stroma (kapsul dan septa) dari kelenjar air liur berasal dari mesoderm .
(1)
Gambar 1. Struktur primordial kelenjar liur
2
Tanda pertama suatu kelenjar adalah munculnya epithelial bud dengan
berproliferasi sebagai suatu jalur sel yang padat kedalam
ectomesenchyme dibawahnya. Jalur sel ini bercabang banyak dan awalnya tidak
bercabang. Diujung cabang dari jalur menunjukkan perkembangan yang
membengkak seperti berry dibeberapa kelenjar dan merupakan bakal asini
sekretori. Jalur sel ini segera bercabang berdekatan dengan ujung-ujung
sekretorinya sehingga berbntuk suatu sistem duktus2
Pada masa embrio awal tidak ada leher yang jelas, memisahkan toraks dari
kepala.Leherdibentuk seperti jantung, dimana berasal dari di bawah foregut , yang
bermigrasikerongga toraks dan aparatus brankial berkembang menjadi bentuk
yangsekarang.Migrasi dari jantung merupakan sebab mengapa beberapa struktur
dari leherbermigrasiterakhir. Pada masa embrio awal terdapat beberapa tonjolan
sepanjang tepi dariforegut yang juga dapat dilihat dari luar. Tonjolan ini
adalah aparatus brankialis.Meskipun secara filogenik terdapat enam arkus
brankialis, arkuskelima tidak pernah berkembang pada manusia, dan hanya
membentuk ligementum arteriosum.Hanya empat arkus yang dapat dilihat dari
luar. Setiap arkus brankialis mempunyaisepotong kartilago, yang berhubungan
dengakartilago ini adalah arteri, saraf, danbeberapa mesenkim yang akan
membentuk otot. Di belakang setiap arkus terdapat alur eksternal yang terdiri dari
ektordermal dankantong yang berisi endodermal. Daerahdiantara ektodermal dan
endodermal dikenaldengan lempeng akhir.
3
Gambar 2. Arkus Brankialis
II.1.2.Anatomi
Manusia memiliki kelenjar saliva yang terbagi menjadi kelenjar saliva
mayor dan minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari sepasang kelenjar parotis,
submandibula dan sublingual. Kelenjar saliva minor jumlahnya ratusan dan
terletak di rongga mulut.
4
Kelenjar Saliva Mayor
1) Kelenjar Parotis
Kelenjar parotis adalah kelenjar saliva yang berpasangan, berjumlah
dua.Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva yang terbesar. Masing-masing
beratnya rata-rata 25 gram dan bentuknya irregular, berlobus, berwarna antara
hijau dan kuning (yellowish) terletak dibawah meatus akustikus eksternus diantara
mandibula dan muskulus sternokleidomastoideus.. Kelenjar parotis memiliki
saluran untuk mengeluarkan sekresinya yang dinamakan Stensen’s duct yang akan
bermuara di mulut dekat gigi molar 2; lokasi biasanya ditandai oleh papilla kecil.
Walaupun secara anatomi kelenjar parotis merupakan struktur yang saling
terkait, pada pembedahan lebih mudah untuk menggambarkannya sebagai lobus
superfisialis atau lateral dan lobus profunda atau medialis. Kedua lobus ini
dipisahkan oleh nervus fasialis. Nervus ini keluar dari foramen stilomastoideus
dan berjalan di depan muskulus digastrikus venter posterior, di sebelah lateral dari
prosesus stiloideus, arteri karotis eksterna dan vena fasialis posterior. Saraf ini
berjalan ke anterior sepanjang 2 cm dan terbagi menjadi dua cabang utama yaitu
temporofasialis dan servikofasialis. Dari kedua cabang ini nervus fasialis terbagi
lagi menjadi lima cabang yaitu temporalis, zigomatikum, bukalis, mandibularis
dan servikalis. Cabang mendibularis dan servikalis berada tepat di bawah
muskulus platisma pada fasia leher dalam.
Gambar 3.Kelenjar SalivaTampak lateral
5
Kelenjar parotis bentuknya bervariasi, jika dilihat dari lateral 50%
berbentuk segitiga, 30% bagian atas dan bawahnya membulat. Biasanya kelenjar
parotis berbentuk seperti piramida terbalik dengan permukaan-permukaannya
sebagai berikut: permukaan superior yang kecil, superficial, anteromedial, dan
posteromedial. Bentuk konkav pada permukaan superior berhubungan dengan
bagian tulang rawan dari meatus akustikus eksternus dan bagian posterior dari
sendi temporomandibular.Disini saraf auriculotemporal mempersarafi kelenjar
parotis.Permukaan superfisialnya ditutup oleh kulit dan fascia superficial yang
mengandung cabang fasial dari saraf aurikuler, nodus limfatikus parotis
superficial, dan batas bawah dari platisma3
Gambar 4.Kelenjar parotisTampak lateral
Bagian anterior kelenjar berbatasan dengan tepi posterior ramus mandibula
dan sedikit melapisi tepi posterior muskulus masseter.Bagian posterior kelenjar
dikelilingi oleh telinga, prosesus mastoideus, dan tepi anterior muskulus
sternokleidomastoideus.Bagian dalam yang merupakan lobus medial meluas ke
rongga parafaring, dibatasi oleh prosesus stiloideus dan ligamentum
stilomandibular, muskulus digastrikus, serta selubung karotis.Di bagian anterior
lobus ini terletak bersebelahan dengan bagian medial pterygoideus.Bagian lateral
6
hanya ditutupi oleh kulit dan jaringan lemak subkutaneus.Jaringan ikat dan
jaringan lemak dari fasia leher dalam membungkus kelenjar ini.Kelenjar parotis
berhubungan erat dengan struktur penting di sekitarnya yaitu vena jugularis
interna beserta cabangnya, arteri karotis eksterna beserta cabangnya, kelenjar
limfa, cabang auriculotemporalis dari nervus trigerninus dan nervus fasialis.4
Gambar 5. Skematik dari jalur lengkap dari bagian motorik saraf wajah.
Vaskularisasi kelenjar parotis berasal dari arteri karotis eksterna dan cabang-
cabang di dekat kelenjar parotis.Darah vena mengalir ke vena jugularis eksterna
melalui vena yang keluar dari kelenjar parotis 4
7
Gambar 6. Vaskularisasi Kelenjar Parotis
Nodul kelenjar limfe ditemukan pada kulit yang berada di atas kelenjar
parotis (kelenjar preaurikuler) dan pada bagian dari kelenjar parotis itu
sendiri.Ada 10 kelenjar limfatik yang terdapat pada kelenjar parotis, sebagian
besar ditemukan pada bagian superficial dari kelenjar diatas bidang yang
berhubungan dengan saraf fasialis.Kelenjar limfe yang berasal dari kelenjar
parotis mengalirkan isinya ke nodus limfatikus servikal atas 4.
Gambar 7.Kelenjar Parotisdan Nervus Facialis
2) Kelenjar Submandibula
8
Kelenjar ini terletak disebelah dalam korpus mandibula dan mempunyai
duktus ekskretoris (Duktus Wharton) yang bermuara pada dasar rongga mulut
pada frenulum lidah , dibelakang gigi seri bawah. Merupakan kelenjar yang
memproduksi air liur terbanyak. Seperti juga kelenjar parotis, kelenjar ini
diliputi kapsel yang terdiri dari jaringan ikat padat yang juga masuk ke dalam
organ dan membagi organ tersebut menjadi beberapa lobulus. Secara morfologis
kelenjar ini merupakan kelenjar tubuloalveolar / tubuloacinus bercabang-cabang
(compound tubulo alveolar gland). Percabangan duktusnya sama dengan
glandula parotis demikian pula sel-selnya. Bentuk sinus kebanyakan
memanjang. Antara sel-sel asinus membran basal terdapat sel-sel basket. Duktus
Boll : pendek, sempit sehingga sukar dicari dalam preparat bila dibandingkan
glandula parotis. Selnya pipih dan memanjang. Duktus Pfluger : lebih panjang
daripada duktus pfluger kelenjar parotis dan menunjukkan banyak percabangan
sehingga dalam preparat lebih mudah dicari. Kelenjar ini dipersarafi oleh nervus
VII.5,6
3) Kelenjar Sublingualis
Merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar-kelenjar ludah besar. Terletak
pada dasar rongga mulut, dibawah mukosa dan mempunyai saluran keluar
(duktus ekskretorius) yang disebut Duktus Rivinus. Bermuara pada dasar rongga
mulut dibelakang muara duktus Wharton pada frenulum lidah. Glandula
sublingualis tidak memiliki kapsel yang jelas tetapi memiliki septa-septa jaringan
ikat yang jelas/tebal. Secara morfologis kelenjar ini merupakan kelenjar
tubuloalvioler bercabang-cabang (compound tubuloalveolar gland). Merupakan
kelenjar tercampur dimana bagian besar asinusnya adalah mukus murni. Duktus
ekskretoris sama dengan glandula parotis. Duktus Pfluger sangat pendek. Duktus
Boll sangat pendek dan bentuknya sudah tidak khas sehingga dalam preparat
sukar ditemukan. Pada jaringan ikat interlobularis tidak terdapat lemak sebagai
glandula parotis. Kelenjar ini dipersarafi oleh nervus VII.5,6
9
Gambar 8. Kelenjar submandibula dan sublingual
Kelenjar Saliva Minor
Kebanyakan kelenjar ludah merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di
dalam mukosa atau submukosa (hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran
ludah dalam 24 jam) yang diberi nama lokasinya atau nama pakar yang
menemukannya. Semua kelenjar ludah mengeluarkan sekretnya kedalam rongga
mulut.5
10
Kelenjar labial (glandula labialis) terdapat pada bibir atas dan bibir bawah
dengan asinus-asinus seromukus
Kelenjar bukal (glandula bukalis) terdapat pada mukosa pipi, dengan
asinus-asinus seromukus
Kelenjar Bladin-Nuhn ( Glandula lingualis anterior) terletak pada bagian
bawah ujung lidah disebelah menyebelah garis, median, dengan asinus-
asinus seromukus
Kelenjar Von Ebner (Gustatory Gland = albuminous gland) terletak pada
pangkal lidah, dnegan asinus-asinus murni serus
Kelenjar Weber yang juga terdapat pada pangkal lidah dengan asinus-
asinus mukus .
Kelenjar Von Ebner dan Weber disebut juga glandula lingualis posterior
Kelenjar-kelenjar pada pallatum dengan asinus mukus .1,2
II.3. Fisiologi
Setiap hari diproduksi 1 sampai 2 liter air liur dan hampir semuanya
ditelan dan direabsorbsi. Proses sekresi dibawah kendali saraf otonom. Makanan
dalam mulut merangsang serabut saraf yang berakhir pada nucleus pada traktus
solitaries dan pada akhirnya merangsang nukleus saliva pada otak tengah.
Pengeluaran air liur juga dirangsang oleh penglihatan, penciuman melalui impuls
dari kerja korteks pada nukleus saliva batang otak. Aktivitas simpatis yang terus
menerus menghambat produksi air lir seperti pada kecemasan yang menyebabkan
mulut kering. Obat-obatan yang menghambat aktivitas parasimpatis juga
menghambat produksi air liur seperti obat antidepresan, tranquillizers, dan obat
analgesic opiate dapat menyebabkan mulut kering (Xerostomia).6
Air liur terdiri atas air dan mucin, membentuk seperti lapisan gel pada
mukosa oral dan membasahi makanan (lubrikasi). Lubrikasi penting untuk
11
mengunyah dan pembentukan bolus makanan sehingga memudahkan untuk
ditelan. Air liur juga mengandung amylase, yang berperan dalam pencernaan
karbohidrat. Air lir mengandung enzim antibakteri seperti lysozyme dan
immunoglobulin yang membantu mencegah infeksi serius dan mengantur flora
bakteri yang menetap di mulut. Saluran air liur relative impermeabel terhadap air
dan mensekresi kalium, bikarbonat,kalsium, magnesium, ion fosfat dan air. Jadi
produk akhir dari kelenjar air liur adalah hipotonik, cairan yang bersifat basa yang
kaya akan kalsium dan fosfat. Komposisi ini penting untuk mencegah
demineralisasi enamel gigi.6
Sekresi saliva
Pengeluaran saliva sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tergantung pada
tingkat perangsangan, kecepatan aliran bervariasi dari 0,1 sampai 4 ml/menit.
Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis
(saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin); sisanya
disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut.
Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, bahkan tanpa adanya
rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-
ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva. Sekresi basal ini penting
untuk menjaga agar mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu 4. Selain
sekresi yang bersifat konstan dan sedikit tersebut, sekresi saliva dapat
ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda: (1) refleks saliva
sederhana, atau tidak terkondisi, dan (2) refleks saliva didapat, atau terkondisi.
Refleks saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor
atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan.
Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf
aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat
saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar
saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong
sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi
12
terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Pada refleks saliva didapat
(terkondisi), pengeluaran saliva terjadi tanpa rangsangan oral. Hanya berpikir,
melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu
pengeluaran saliva melalui refleks ini 6.
Gambar 9. Mekanisme pengaturan saliva
II.4. Tumor Kelenjar Liur
II.4.1.Definisi
Tumor Kelenjar Liur adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terjadi
pada kelenjar air liur, dapat berasal dari kelejar parotid, submandibula, sublingual
ataupun kelenjar minor. 7
II.4.2.Epidemiologi 8
Tumor kelenjar liur terjadi hanya sekitar 2-3% dari keseluruhan neoplasma
pada kepala dan leher. dari jumlah tersebut 85% nya adalah adenoma plemorfik.
Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan puncak
insidensi pada decade ketiga dan keempat. Pleomorfik adenoma terjadi pada
13
kelenjar parotid sebanyak 50% dan pada kelenjar submandibula sebesar 70%.
Tumor Warthin (Adenolimphoma) terjadi sekitar 5-15% dari tumor kelenjar liur
sehingga merupakan tumor tersering kedua pada kelenjar parotid. Lebih sering
pada wanita dan puncak insidenci trjadi pada decade kelima dan keenam.
Tumor pada kelenjar liur minor 50% nya adalah ganas. Pada kelenjar
parotid, keganasan yang sering terjadi adalah mukoepidermoid. Pada kelenjar liur
minor sering terjadi karsinoma cystic adenoid seperti halnya pada kelenjar
submandibula.
II.4.3.Faktor Risiko 9
Beberapa faktor dapat meningkatkan kejadian tumor kelenjar air liur
adalah:
- Usia
- Paparan Radiasi
Studi yang melakukan follow up jangka panjang pada orang-orang
yang selamat dari bom Nagasaki dan Hiroshima menunjukkan
meningkatnya risiko relative 3.5 kali terhadap kejadian tumor jinak
dan 11 kali terhadap tumor ganas. Radiasi teraupetik pada kepala dan
leher juga dikaitkan dengan meningkatnya kejadian tumor kelenjar
liur. Pemeriksaan radiografi pada gigi yang sering juga dikaitkan
dengan risiko menderita tumor kelenjar air liur
- Terekspos pada substansi-substansi di pekerjaan. Seperti pada pekerja
di pabrik karet yang terekspose pada substansi nitroso14
- Riwayat keluarga menderita kanker
- Konsumsi alcohol dan rokok
II.4.4. Patogenesis
Mutasi gen merupakan penyebab terjadinya tranformasi dari sel normal
menjadi sel kanker. Ada tiga macam kelas gen yang mengatur pertumbuhan
normal yaitu Protoonkogen yang mendorong pertumbuhan, tumor supressor gen
14
yang menghambat pertumbuhan dan apoptosis gen yang mengatur kematian sel,
ketiga gen ini merupakan sasaran utama pada kerusakan genetik. Selain itu ada
gen yang mengatur perbaikan DNA yang rusak. Kerusakan pada gen yang
memperbaiki DNA dapat memudahkan terjadinya mutasi luas di genom dan
tranformasi neoplastik. Setiap gen kanker memiliki fungsi spesifik, yang
disregulasinya ikut berperan dalam perkembangan kanker.
Mutasi pada gen yang mengendalikan sifat ini ditemukan pada semua
kanker. Namun, jalur genetik pasti yang menimbulkan ciri – ciri ini berbeda
antara kanker, bahkan pada organ yang sama Secara luas dipercaya bahwa
terjadinya mutasi pada gen penyebab kanker dikondisikan oleh sigapnya
15
Gambar 1 : Skema dasar molekuler kanker (Dikutip dari Kumar V,Cotran RS, Collins T, 2005. Neoplasia In Robins Pathologic Basis of Disease, 7th ed. Philadelphia : W.B. Saunders).
perangkat perbaikan DNA yang dimiliki sel. Apabila gen secara normal
mendeteksi dan memperbaiki kerusakan DNA ini terganggu, instabilitas genom
yang terjadi akan cenderung memudahkan terjadinya mutasi pada gen yang
mengendalikan keenam kemampuan sel kanker (Kumar, 2005).
Sama halnya dengan kebanyakan jenis kanker yang ada, mekanisme
molecular yang pasti mengenai bagaimana terjadinya tumor pada kelenjar air liur
belum sepenuhnya dimengerti. Berbagai macam mekanisme dan onkogen telah
dilibatkan, termasuk onkogen yang telah diketahui secara luas berhubungan
dengen kejadian kanker pada manusia termasuk p53, Bcl-2, PI3K/Akt, MDM2,
and ras.
Salah satu teori tentang mekanisme terjadinya kanker kelenjar air liur
adalah keterlibatan vacuolar protein sorting-associated protein 4B homolog
(VPS4B). protein ini bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan pematangan sel-
sel pada mamalia. Pada manusia epidermal growth factor receptor (EGFR)
diaktifkan oleh ligan tertentu dari bentuk monomer yang inaktif menjadi bentuk
homo/heterodimer yang aktif. Kemudian dimerisasi ini menstimulasi aktivitas
intrinsic intracellular protein-tyrosine kinase yang kemudian mentransduksi
kaskade dari pengaturan sel termasuk perpindahan sel, adhesi, proliferasi,
differensiasi, dan program kematian sel.
II.4.5. Klasifikasi
Tumor kelenjar air liur diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tumor jinak dan tumor
ganas.
1) Tumor Jinak
1.1) Adenoma Pleomorfik
Adenoma Pleomorfik 80% terjadi pada kelenjar parotid, 10% pada
kelenjar submandibula dan 10% pada kelenjar minor di dalam
mulut. Adenoma Pleomorfik biasanya tumbuh lambat tanpa
disertai rasa nyeri. Tumor yang kecil biasanya halus, mobile dan
berbatas tegas sedangkan tumor yang lebih besar bisa menekan
16
kulit dan mukosa. Tumor ini biasaya soliter namun dapat juga
terjadi bersamaan dengan tumor lain. Facial palsy juga jarang
terjadi. Besar tumor biasanya 2-5 cm namun bisa juga masif.
1.2) Tumor Warthin
Di kebanyakan negara, tumor Warthin adalah tumor kedua kelenjar
air liur tersering. Tumor Warthin hampir secara eksklusif hanya
terbatas pada kelenjar parotid saja dan kelenjar getah bening
periparotid. Kebanyakan pasien datang dengan massa yang tidak
nyeri berukuran rata-rata 2-4 cm walaupun bisa juga mencapai 12
cm. Pembesaran tumor biasanya dialami cepat berkisar 6-20 bulan.
Sebagian kecil pasien dapat menegluhkan nyeri. Facial palsy
jarang dilaporkan. Secara makroskopis tumor memiliki permukaan
yang halus dan lobulated dan kapsul yang tipis tapi kasar.
1.3) Onkositoma
Onkositoma terjadi sekitar 1% dari seluruh kejadian tumor air liur
dan terjadi paling sering di decade 6-8. Tidak ada predileksi jenis
kelamin. Sekitar 20% dari pasien memiliki riwayat terapi radiasi
pada kepala dan leher atau bekerja pada paparan radiasi 5 tahun
sebelum tumor diketahui. Diantara kelenjar mayor, 84%
onkositoma terjadi pada kelenjar parotid dan sisanya terjadi pada
kelenjar submandibula. Gejala klinis bervariasi tergantung kelenjar
yang teerkena, namun seringnya pasien datang dengan massa yang
tidak nyeri. Makroskopiknya berupa tumor homogen dengan
permukaan halus yang terkadang dibagi menjadi lobus oleh
jaringan fibrous. Mikroskopik, terdapat uniform oncocytes dengan
sel yang besar dengan batas jelas dan diisi oleh sitoplasma yang
granular dan acidophilic.
1.4) Adenoma Monomorfik
17
Tumor ini termasuk adenoma basal cell, adenoma canalicular,
adenoma sebaceous, glycogen rich adenoma dan adenoma clear
cell. Mikroskopiknya dibagi menjadi 4 sub tipe solid, trabecular,
tubular, membranous. Umumnya adenoma monomorphic
menunjukkan perilaku tidak agresif . Makroskopis, well
encapsulated dan smooth tumor.
2) Tumor Ganas
Terdiri dari:
2.1) Karsinoma Mukoepidermoid
Merupakan jenis terbanyak dari keganasan kelenjar saliva yang
diakibatkan oleh radiasi. Insiden tertinggi antara dekade 30-40. 75%
pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13% dengan
rasa sakit, dan sebagian kecil dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini
tidak berkapsul, metastasis kelnjar limfe ditemukan sebanyak 30-40%.
Secara mikroskopis karsinoma mukoepidermoid dibedakan menjadi low
grade, intermediette grade dan high grade. Secara mikroskopis
menunjukkan campuran sel skuamous, sel kelenjar penghasil mukus, dan
sel epitel tipe intermediet.
Tipe yang low grade merupakan massa yang kenyal dan mengandung solid
proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus, dan adanya
cystic space yang terdiri dari sel epidermoid (sel skuamous) dan sel
intermediet, sel-sel sekresi kelenjar mukus. Tipe intermediet ditandai
dengan massa tumor yang lebih solid sebagian besar epidermoid dengan
sedikit memproduksi kelenjar mukus. Tipe high grade/ poorly differentiate
ditandai dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel
berdifferensiasi.
2.2) Karsinoma Adenoid Kistik
18
Dikenal dengan istilah cylindroma, merupakan tumor ganas yang berasal
dari kelenjar ludah yang tumbuhnya lambat, cenderung lokal invasif, dan
kambuh setelah operasi. Umumnya melibatkan penderita 40-60 tahun.
Karsinoma adenoid kistik merupakan tumor kelenjar saliva spesifik yang
termasuk tumor dengan potensial ganas derajat tinggi. Secara histopatologi
anatomis adenoid kistik mempunyai gambaran/ pola yang bervariasi. Sel
tumor berukuran kecil, sitoplasma yang jelas, dan tumbuh dalam massa
yang padat berupa kelompok kecil, kelompok sel yang beruntai, dan
membentukl kolum.
2.3) Karsinoma Sel Asini
Karsinoma sel asini merupakan tumor ganas parotis yang jarang terjadi,
sekitar 10% dari seluruh tumor kelenjar ludah. Tumor ini berkapsul,
merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk massa bulat,
diameter < 3 cm. Tanda patologik khas adalah amiloid. Asal mula sel dari
kumpulan serosa asinar, dan duktus sel intercalated. Puncak insiden antara
usia dekade 5-6.
2.3) Adenokarsinoma
Adenokarsinoma merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada
anak-anak. Sebagian besar pasien asimtomatik (80%), 40% tumor
terfiksasi pada jaringan diatas atau dibawahnya, 30% berkembang
metastasis ke nodus servikal, 20% menderita paralisis nervus fasialis, 15%
merasa sakit pada wajahnya. Tumor ini berasal dari tubulus terminal dan
intercalated atau strained sel duktus.
2.4) Mixed Tumor Maligna
Mixed tumor maligna terdiri dari 3 tipe yaitu: adenoma pleomorfik,
karsinosarkoma, dan mixed tumor metastasis. Kebanyakan terjadi pada
kelenjar liur mayor.
2.5) Kanker Kelenjar Liur Lainnya
19
Jenis kanker berasal dari Squamous sel karsinoma : terutama pada laki-laki
yang tua. Dapat berkembang setelah terapi radiasi untuk kanker yang lain
pada area yang sama.
Terdiri dari:
a. Epitel-mioepitelial karsinoma
b. Anaplastik small sel karsinoma
c. Karsinoma yang tidak berdiferensiasi
d. Limfoma non hodgkin.
II.4.6.Staging
Table 1. Primary Tumor (T)
TX Primary tumor cannot be assessed.
T0 No evidence of primary tumor.
T1 Tumor ≤2 cm in greatest dimension without extraparenchymal extension.
T2 Tumor >2 cm but ≤4 cm in greatest dimension without extraparenchymal extension.
T3 Tumor >4 cm and/or tumor having extraparenchymal extension.
T4a Moderately advanced disease.
Tumor invades skin, mandible, ear canal, and/or facial nerve.
T4b Very advanced disease.
Tumor invades skull base and/or pterygoid plates and/or encases carotid artery.
20
Table 2. Regional Lymph Nodes (N)
NX Regional lymph nodes cannot be assessed.
N0 No regional lymph node metastasis.
N1 Metastasis in a single ipsilateral lymph node, ≤3 cm in greatest dimension.
N2 Metastasis in a single ipsilateral lymph node, >3 cm but ≤6 cm in greatest dimension.
Metastases in multiple ipsilateral lymph nodes, ≤6 cm in greatest dimension.
Metastases in bilateral or contralateral lymph nodes, ≤6 cm in greatest dimension.
N2a Metastasis in a single ipsilateral lymph node, >3 cm but ≤6 cm in greatest dimension.
N2b Metastases in multiple ipsilateral lymph nodes, ≤6 cm in greatest dimension.
N2c Metastases in bilateral or contralateral lymph nodes, ≤6 cm in greatest dimension.
N3 Metastasis in a lymph node, > 6 cm in greatest dimension.
Table 3. Distant Metastasis (M)
M0 No distant metastasis.
M1 Distant metastasis.
21
Table 4. Anatomic Stage/Prognostic Groups
Stage T N M
I T1 N0 M0
II T2 N0 M0
III T3 N0 M0
T1 N1 M0
T2 N1 M0
T3 N1 M0
IVA T4a N0 M0
T4a N1 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N2 M0
T4a N2 M0
IVB T4b Any N M0
Any T N3 M0
IVC Any T Any N M1
AJCC: Major salivary glands (parotid, submandibular, and sublingual) . In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 79-86.
II.2.5.Diagnosis
22
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang baik radiologi maupun histopatologi.
Diagnosis pasti dibuatberdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi.8
Gambaran Klinis
Presentasi klasik dari tumor jinak adalah pasien mengeluhkan
massa yang tidak nyeri pada wajah ( parotis ) , sudut rahang ( tail parotis ,
submandibular ) , atau leher ( submandibula ) atau bengkak di dasar mulut
( sublingual ). Peningkatan ukuran yang mendadak mungkin menunjukkan
infeksi , degenerasi kistik , perdarahan di dalam massa , atau degenerasi
ganas . tumor jinak hampir selalu mobile secara bebas , dan , untuk massa
yang timbul di kelenjar parotid , fungsi saraf wajah biasanya terpengaruh.
Dari pasien dengan tumor ganas parotis, 70-20% terdapat adanya
kelemahan atau kelumpuhan saraf wajah, yang hampir tidak pernah
menyertai lesi jinak dan menunjukkan prognosis buruk. Selain itu pasien
juga bisa mengeluhkan keluhan menelan, suara serak ataupun obstruksi
jalan napas. 9
Aspek penting yang lain dari anamnesis meliputi lama waktu
timbulnya massa, riwayat lesi kulit sebelumnya atau eksisi lesi parotis.
Pertumbuhan massa yang relatif lambat cenderung jinak. Riwayat adanya
karsinoma sel skuamosa, melanoma ganas, atau histiocytoma bersifat
ganas menunjukkan metastasis intraglandular atau metastasis ke kelenjar
getah bening parotis. Kemungkinan besar tumor parotis yang kambuh
menunjukkan reseksi awal yang tidak memadai.
Sebuah laporan adanya sakit pada telinga mungkin menunjukkan
perluasan tumor ke dalam saluran pendengaran. Adanya keluhan mati rasa
sering menunjukkan invasi saraf pada cabang kedua atau ketiga dari saraf
trigeminal.18
Adenoma pleomorfik merupakan tumor dengan pertumbuhan
lambat, berupa benjolan pada depan bawah daun telinga atau angulus
mandibula yang tidak memberikan gejala. Kondisi ini membuat luput dari
23
perhatian pasien, sehingga pasien datang untuk pemeriksaan ke petugas
kesehatan setelah muncul benjolan setidaknya 1 tahun.3,4 Pada perabaan
didapatkan massa kenyal padat, permukaan licin, kadang berbenjol-benjol
dengan batas yang tegas, tidak nyeri tekan dan dapat digerakkan. Pada
kasus yang jarang tumor ini dapat bermetastase dan dapat berubah menjadi
ganas. De Zinis dkk, (2008) melaporkan dari 33 pasien dengan adenoma
pleomorfik kelenjar parotis 36,4% berada pada lobus superfisial, 36,45
berada pada lobus profunda, dan 27,3% pada kedua lobus.12
Pemeriksaan Fisik
Harus dilakukan pemeriksaan fisik yang cermat pada kepala dan leher.
Penilaian dilakukan pada benjolan mencakup lokasi, ukuran, mobilitas dan
nyeri. Selain itu penilaian terhadap nervus facialis juga harus dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH)
BAJAH merupakan cara yang aman dan cepat untuk mendiagnosis
adenoma pleomorfik parotis,sekalipun keakuratan hasilnya tergantung
pada keterampilan dari ahli sitopatologi yang memeriksa.10,13 Helmus C.
MD13 mendapatkan angka ketepatan sampai 94% dengan biopsi aspirasi
jarum halus pada tumor parotis, dan menjadikannya sebagai prosedur rutin
sejak tahun 1988.
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Sialografi
Pemeriksaan sialografi telah digunakan untuk mendiagnosis tumor
parotis sejak dulu, namun saat ini sudah ditinggalkan dengan adanya CT
Scan (Computerized tomografi scan) dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging). Dengan pemeriksaan ini massa tumor terlihat mendorong
jaringan parotis dan duktusduktusnya. 8,10
24
b. Tomografi Komputer (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI).
Dengan CT Scan adenoma pleomorfik member gambaran berupa
massa berbatas tegas, dengan densitas yang homogen atau heterogen.
Densitasnya lebih tinggi dari cairan serous normal dan jaringan lemak
parotis.
Gambaran yang heterogen dengan daerah nekrosis, kistik sering
didapatkan karena pada adenoma pleomorfik sering terdapat cairan, lemak
darah, dan kalsifikasi. Pemberian kontras memberikan penyangatan yang
bervariasi.4,14
Pemeriksaan MRI akan membantu untuk melihat perluasan ke
jaringan sekitar. Namun MRI tidak terlalu penting dilakukan pada massa
tumor yang secara histopatologi jinak dan mudah dipalpasi. Sensitivitas
dan spesifisitas CT Scan hampir sama dengan MRI dalam menentukan
lokasi tumor, batas tumor dan infiltrasi ke jaringan sekitar.4
c. Ultrasonografi (USG)
Dengan USG adenoma pleomorfik memberikan gambaran massa
lembut, hipoekoik dan sering terlihat seperti massa berlobul. Tumor yang
luas memberikan gambaran yang lebih heterogen. Meskipun dengan USG
dapat memperkirakan diagnosis adenoma pleomorfik namun CT dan MRI
dibutuhkan untuk menilai tumor lebih lengkap.
3. Biopsi Terbuka
Biopsi terbuka untuk mendiagnosis tumor parotis jarang dilakukan,
bahkan merupakan kontraindikasi pada benjolan kecil di parotis tanpa
tandatanda kearah ganas, seperti pada adenoma pleomorfik, tumor yang
paling sering ditemukan pada daerah ini bersifat kambuh lokal jika
kapsulnya dirusak dan juga karena alasan kosmetik.
II.2.7. Penatalaksanaan
25
Pilihan utama penatalaksanaan tumor kelenjar liur adalah bedah dengan
mengangkat tumor secara komplit. Sisa tumor dapat mengakibatkan terjadinya
kekambuhan dan sebagian dapat berubah menjadi ganas. Parotidektomi dengan
perawatan saraf fasialis dapat dilakukan pada kasus dimana tumor parotis berada
pada daerah ekor parotis atau superfisial dari saraf fasialis. Pada beberapa kasus
kita juga tidak memerlukan pengangkatan lobus parotis secara keseluruhan
jika pada temuan operasi tumor dapat diangkat secara komplit.
Saat ini terdapat berbagai teknik pembedahan dalam pengangkatan
adenoma pleomorfik berdasarkan pengangkatan terhadap kelenjar parotis, antara
lain:
Parotidektomi total
Parotidektomi superfisial
Parotidektomi medial
Parotidektomi subtotal
Enukleasi
Parotidektomi Total
Parotidektomi total adalah pengangkatan tumor parotis dengan
mengangkat seluruh kelenjar parotis baik dengan mengangkat saraf fasialis atau
merawat saraf fasialis. Parotidektomi total diindikasikan pada tumor jinak yang
mengenai kedua lobus kelenjar parotis ataupada tumor ganas parotis.1,15
Parotidektomi Superfisial
Parotidektomi superfisial adalah pengangkatan tumor parotis dengan
mengangkat seluruh lobus superfisial parotis baik dengan pengangkatan saraf
fasialis atau dengan perawatan saraf fasialis.Teknik operasi ini dilakukan pada
tumor jinak atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus
superfisial dari parotis. Parotidektomi superfisialis dapat dilakukan dengan
mengangkat saraf fasialis jika tumor mengenai saraf fasialis atau tanpa
mengangkat saraf fasialis.1,6,15,
Parotidektomi Medial
26
Parotidektomi medial adalah pengangkatan tumor parotis dengan
mengangkat seluruh lobus profunda parotis baik dengan pengangkatan saraf
fasialis atau dengan perawatan saraf fasialis.15 Teknik operasi ini dilakukan pada
tumor jinak atau tumor dengan keganasan rendah yang hanya mengenai lobus
profunda dari parotis.1,15
Parotidektomi Subtotal
Parotidektomi subtotal ialah reseksi konservatif dalam pengangkatan
tumor kelenjar parotis dimana kelenjar yang diangkat kurang dari parotidektomi
superfisial atau medial atau diseksi saraf fasialis yang tidak komplit.
Pengangkatan tumor dengan batas yang adekuat dengan jaringan normal,
diharapkan kekambuhan tidak terjadi dan fungsi fisiologis kelenjar dan saraf
fasialis dapat dipertahankan, komplikasi yang mungkin timbul dari pengangkatan
kelenjar parotis dapat dikurangi. 13
Walaupun parotidektomi superfisial atau medial dengan perawatan saraf
fasial merupakan standar dalam pengangkatan tumor jinak parotis, namun
berdasarkan temuan operatif parotidektomi parsial atau subtotal dapat menjadi
pilihan untuk dilakukan.5,13 Pengangkatan lobus kelenjar parotis tidak diperlukan
jika tumor memungkinkan untuk diangkat secara komplit.
Enukleasi
Enukleasi adalah pengangkatan tumor tanpa melakukan pengangkatan
terhadap kelenjar parotis. Ini dapat dilakukan jika tumor memungkinkan terangkat
secara komplit. Biasanya dilakukan pada tumor yang ukurannya kecil, tumor yang
mempunyai kapsul atau pada tumor yang letaknya berada di daerah ekor dari
kelenjar parotis.16,17
Komplikasi yang ditimbulkan pada parotidektomi seperti kelumpuhan
saraf fasialis, dan sindroma Frey, akan bekurang dengan teknik enukleasi. Namun
dipihak lain angka kekambuhan akan meningkat dengan teknik enukleasi terutama
jika terjadi kerusakan kapsul, namun jika kapsul dapat dipertahankan angka
kekambuhan ini dapat ditekan bahkan lebih kecil dari 2%.6,16.
27
Setiap pembedahan pengangkatan tumor jinak parotis selalu dimulai
dengan parotidektomi superfisial. Kemudian berdasarkan temuan operasi dapat
diperluas ke lobus medial jika diperlukan untuk mengangkat tumor secara
komplit.15
Radioterapi
Pemberian radioterapi masih merupakan suatu kontroversi dimana pada
waktu singkat dapat bertujuan mengurangi angka kekambuhan, namun pada
jangka panjang justru dapat meningkatkan terjadinya keganasanpada kelenjar
parotis.1 Radioterapi diberikan pada kasus adenoma pleomorfik yang mengalami
kekambuhan atau pada kasus pengangkatan adenoma pleomorfik yang
dikhawatirkan tidak terangkat secara adekuat sehingga ditakutkan terjadinya
kekambuhan. Radioterapi diberikan sebagai adjuvant setelah dilakukan
pembedahan.1
II.2.4.8. Komplikasi11
Komplikasi akibat pengangkatan tumor parotis dapat timbul terutama jika
dilakukan dengan parotidektomi. Komplikasi yang timbul dapat berupa:
1. Sindroma Frey
Reinervasi yang bersilang dari jalur otonom kelenjar parotis, ke kelenjar keringat,
sehingga serabut parasimpatis, yang dirangsang oleh penciuman, pengecapan,
akan mempersarafi kelenjar keringat dan pembuluh darah. Hal ini berakibat
timbulnya keringat dan kemerahan di sekitar kulit pada region parotis pada waktu
mengunyah. Kejadian ini berkisar 30%-60% pasien pasca parotidektomi.
2. Kelumpuhan saraf fasialis. Kelumpuhan saraf fasialis lebih sering terjadi pada
tindakan parotidektomi total dari pada parotidektomi superfisial, dan akan
semakin berkurang jika hanya melakukan parotidektomi subtotal atau enukleasi.
Kelumpuhan saraf fasial terjadi akibat tarikan yang dilakukan saat operasi atau
oleh trauma operasi. Kelumpuhan yang
terjadi dapat bersifat sementara atau menetap.
3. Fistula kelenjar liur
28
Merupakan komplikasi yang sering muncul setelah dilakukan parotidektomi,
dimana air liur akan berkumpul didaerah bekas operasi, sehingga cairan yang
terkumpul ini akan keluar melalui celah sehingga terbentuk fistula. Kondisi ini
biasanya akan berhenti sendiri karena air liur yang terkumpul dapat diserap
kembali atau dapat dihisap dengan menggunakan spuit.
II.2.4.9. Prognosis
Tumor yang diangkat secara komplit dapat sembuh secara total. Pada
pengangkatan yang tidak komplit tumor ini dapat mengalami kekambuhan dan
pada kasus yang jarang dapat berubah menjadi ganas dan dapat mengalami
metastase.1,3 Kekambuhan tumor ini dapat diprediksi dengan menggunakan
imunohistokimia. Ekspresi musin khususnya MUC1 pada adenoma pleomorfik
merupakan marker yang penting untuk memprediksi kekambuhan tumor ini.18
29
BAB III
KESIMPULAN
Tumor Kelenjar Liur adalah pertumbuhan sel yang abnormal yang terjadi
pada kelenjar air liur, dapat berasal dari kelejar parotid, submandibula sublingual
ataupun kelenjar minor.
Tumor kelenjar liur terjadi hanya sekitar 2-3% dari keseluruhan neoplasma
pada kepala dan leher. dari jumlah tersebut 85% nya adalah adenoma plemorfik.
Tumor ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan puncak
insidensi pada decade ketiga dan keempat. Pleomorfik adenoma terjadi pada
kelenjar parotid sebanyak 50% dan pada kelenjar submandibula sebesar 70%.
Tumor Warthin (Adenolimphoma) terjadi sekitar 5-15% dari tumor kelenjar liur
sehingga merupakan tumor tersering kedua pada kelenjar parotid. Lebih sering
pada wanita dan puncak insidenci trjadi pada decade kelima dan keenam.
Tumor pada kelenjar liur minor 50% nya adalah ganas. Pada kelenjar
parotid, keganasan yang sering terjadi adalah mukoepidermoid. Pada kelenjar liur
minor sering terjadi karsinoma cystic adenoid seperti halnya pada kelenjar
submandibula.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang baik radiologi maupun histopatologi. Diagnosis pasti
dibuatberdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi.
Pilihan utama penatalaksanaan tumor kelenjar liur adalah bedah dengan
mengangkat tumor secara komplit. Sisa tumor dapat mengakibatkan terjadinya
kekambuhan dan sebagian dapat berubah menjadi ganas. Parotidektomi dengan
perawatan saraf fasialis dapat dilakukan pada kasus dimana tumor parotis berada
pada daerah ekor parotis atau superfisial dari saraf fasialis. Pada beberapa kasus
kita juga tidak memerlukan pengangkatan lobus parotis secara keseluruhan
jika pada temuan operasi tumor dapat diangkat secara komplit.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. .Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT ,
Ed.6. Jakarta : EGC, 1997: 305-319.
2. Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA:
Kluwer Academic Publishers,2003: 158-161.
3. Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of
Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518.
4. Sherwood , Lauralee. Dalam : Fisiologi Saluran Cerna,EGC; 2001
5. Ganong,WF.. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC, 2008
6. Snell, Richard S. Anatomi Klinik Snell Untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6. Jakarta: EGC, 2006
7. Rhodes,Terence D, et al.2013.Esophageal Cancer Treatment Protocol
USA. http//emedicine.com
8. Castellanous, Andres E, et al.2013.Gastric Outlet Obstruction.USA.
http // emedicine.com
9. Chahih, Fadi. Salivary Glands Tumor, Mayor, Benign. Available from
http://www.emedicine.com.
10. Dugdale, D.C. 2012. Salivary Gland Tumors. Diakses dari:
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001040.htm
11. Eisele DW, Johns ME. Salivary Glan Neoplasms. In : Bailey BJ, Calhoun
KH, editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 3rd ed vol 2.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p. 1279-97
12. Wagner AL, Haag J. Parotid, Pleomorphic Adenoma. Available from:
http://www.emedicine.com. Accessed September 25, 2009.
31
13. Carroll WR, Morgan CE, DMD, MD. Diseases of the Salivary Glands. In:
Balanger editor. Otorhinolaryngology head and neck surgery. BL.Dekler,
London; 2002. p.1441-54.
14. Witt RL. Minimally Invasive Surgery for Parotid Pleomorphic Adenoma.
ENT Journal [serial on the internet]. 2005 [cited 2005 May 1]; [about 3p.].
Available from: http://www.thefreelibrary.com
15. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, Function, and Evaluation of Salivary
Glands. In: Myers EN, Ferris RL editors. Salivary Gland Disorders.
Springer: Berlin; 2007. p. 1-14.
16. Shemen LJ. Salivary Glands: Benign and Malignant diseases. In: Lee KJ.
editor. Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery. 8th Ed.
International Edition 2003. p. 535-66.
17. Helmus Ch,MD. Subtotal Partotidectomy: A 10- Year Review (1985 to
1994). The Laryngoscope 1997: 107: 1024-8.
18. Moonis G. Et al. Imaging Characteristic of Recurrent Pleomorphic
Adenoma of the Parotid Gland. Am J Neuroradiol 2007; 105: 1532-36.
32