perbedaan konsentrasi c-telopeptida saliva pada …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-sp-andita...

50
Universitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA ANAK SINDROMA DOWN DAN ANAK NORMAL DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Spesialis Kedokteran Gigi Anak Andita Tissalia (0906600693) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK JAKARTA JULI 2013 Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Upload: buitu

Post on 16-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Universitas Indonesia

PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA

PADA ANAK SINDROMA DOWN DAN ANAK NORMAL

DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Spesialis Kedokteran Gigi Anak

Andita Tissalia

(0906600693)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PROGRAM STUDI ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

JAKARTA

JULI 2013

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 2: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 3: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 4: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang teramat sangat penulis panjatkan pada Allah SWT atas

berkah dan karunia yang dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini. Penelitian dan penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mendapatkan gelar Spesialis dalam bidang Ilmu Kedokteran

Gigi Anak di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.

Selama masa pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini, penulis tidak

lepas dari bantuan, bimbingan, arahan, koreksi, nasihat serta dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr.Sarworini Bagio Budiardjo,drg, Sp.KGA(K), sebagai pembimbing

pertama tesis dan pengajar yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

membimbing, mendukung, dan membantu sejak awal penelitian hingga

selesainya penulisan penelitian ini. Terima kasih atas jasa-jasa beliau,

ilmu yang dibagikan, dorongan dan kepercayaan yang telah diberikan

selama ini.

2. Dr.Mochamad Fahlevi Rizal, drg, Sp.KGA(K), sebagai pembimbing

kedua tesis yang dengan sabar dan penuh perhatian telah memberikan

dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Terima

kasih karena sudah memberikan kepercayaan dan semangat dalam

penulisan tesis ini.

3. Drg.Hendrarlin Soenawan, Sp.KGA(K), selaku Koordinator

Pendidikan Spesialis IKGA FKG UI, atas kesabarannya membimbing

dan memberikan motivasi bagi penulis hingga menyelesaikan

pendidikan ini.

4. drg. Ike Siti Indiarti, PhD, Sp.KGA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu

Kedokteran Gigi Anak FKG UI, atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk mengikuti Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Ilmu

Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Indonesia.

5. Prof. Heriandi Sutadi, drg, Sp.KGA (K) PhD, selaku pembimbing

akademis, terimakasih atas segala bimbingan, dukungan, nasihat dan

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 5: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

semangat yang tak henti diberikan selama penulis mengikuti Program

Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Kedokteran Gigi Anak FKG UI.

6. Seluruh staf pengajar IKGA FKG UI: Prof. Retno Hayati,drg,

Sp.KGA(K), Prof. Dr. Margaretha Suharsini,drg, Sp.KGA(K), Dr.Eva

Fauziah, drg, Sp.KGA, serta drg. Nieka Adhara, Sp.KGA, atas

bimbingan, pengajaran, motivasi dan nasehat selama penulis menjadi

PPDGS IKGA FKG UI.

7. Staf dan pegawai Laboratorium Biologi Oral, atas bantuan dan

kerjasama yang telah diberikan selama proses penelitian ini

berlangsung hingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.

8. Kepala Sekolah SLB C Dian Grahita Kemayoran, SLB Negeri 3

Kemayoran, SLB C Asih Budi II, SMPN 216 dan SMAN 68 atas

kerjasama dan bantuannya untuk meluangkan waktu untuk

berpartisipasi dalam penelitian penulis.

9. Putra/putri beserta orang tua/ wali/ pengasuh SLB C Dian Grahita

Kemayoran, SLB Negeri 3 Kemayoran, SLB C Asih Budi II, SMPN

216 dan SMAN 68 atas kesediaannya berperan serta dalam penelitian

ini.

10. Kedua orang tua tersayang Papa Prof.dr.H.Khalilul Rahman, Sp.M (K)

dan Mama Mayanti Maciska, tidak ada kata yang dapat

menggambarkan besarnya terima kasih atas dukungan, perhatian dan

doa yang tidak putus-putusnya selama penulis menjalani pendidikan

ini. Tesis ini khusus penulis persembahkan untuk keduanya yang selalu

mengajarkan bahwa belajar merupakan hal yang tak akan pernah boleh

berhenti dilakukan.

11. Kepada seluruh keluarga besar Djaloes Hakim – Syaiful Jazan atas

segala dukungan, semangat dan doa selama penulis menjalani

pendidikan ini.

12. Kakak-kakak tercinta Endhy Yogaswara dan Audrey Yakanita, Gita

Dwiyana dan Fahmy Shyhab, Seivilia Artanti terima kasih atas segala

doa dan semangat dalam menghadapi segala ujian menyelesaikan

pendidikan ini.

13. Peri-peri kecilku Jasmeen Myanna Karima dan Janeeta Myanna

Azzahra, terimakasih atas segala kebahagiaan dan keceriaan yang

kalian berikan untuk Ucu dalam setiap hari-hari yang dijalani. Semoga

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 6: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

kalian bisa menempuh pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi dari

ini.

14. Teman- teman PPDGS 2009 tersayang drg.Andria Diarti, Sp.KGA,

drg.Febrina Tri Wardhani, Sp.KGA, drg.Gina Vanessa Achmad,

Sp.KGA, drg. Rahmita Nuraini, Sp.KGA, drg.Ratna Permatasari,

Sp.KGA, drg.Sella, Sp.KGA, drg. Widyaningrum Dwi Hadiputro,

Sp.KGA dan drg. Yuke Rustan, Sp.KGA. Terima kasih atas segala

kebersamaan yang dilalui baik suka maupun duka selama menjalani

pendidikan ini. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah berakhir.

15. Kepada sahabat-sahabat terbaikku Andi Ayu, Ariani Risandi, Ariefah

Chieko, Astri Kamalia, Diah Kurnia dan Driya Rossi terimakasih atas

doa, bantuan, semangat dan persahabatan yang yang telah diberikan,

semuanya sungguh berarti bagi penulis.

16. Seluruh karyawan Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas

Kedokteran Gigi Anak Universitas Indonesia, mba Tuti, Mas Adde,

Mas Sule dan Bu Nah, terima kasih atas segala bantuan yang

diberikan kepada penulis selama menjalankan pendidikan di FKG UI.

17. Seluruh staf Perpustakaan FKG UI, terima kasih atas segala bantuan

dalam mengumpulkan berbagai sumber pengetahuan yang membantu

penulis selama menjalani pendidikan di FKG UI.

18. Seluruh teman PPDGS IKGA FKG UI, serta semua pihak yang telah

berjasa dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Akhir kata penulis ingin menyampaikan maaf yang sebesar- besarnya bila

ada kesalahan dan kekurangan pada penelitian ini. Kiranya penelitian ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Jakarta, Juni 2013

Penulis

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 7: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPERLUAN KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... xii

ABSTRAK ................................................................................................................ xiii

ABSTRACT ............................................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar belakang masalah ............................................................................... 1

1.2. Pertanyaan Penelitian ................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2

1.3.1. Tujuan Umum ....................................................................................... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 2

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

1.4.1. Manfaat penelitian bagi bidang IKGA ................................................ 3

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat ..................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1. Sindroma Down............................................................................................ 4

2.2. Keadaan rongga mulut dan penyakit periodontal pada anak sindroma

Down ............................................................................................................ 5

2.3. C-Telopeptida sebagai biomarker resorpsi tulang ................................... 10

2.4. Kerangka Teori Penelitian ......................................................................... 12

BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 13

3.1. Kerangka Konsep ....................................................................................... 13

3.2. Variabel Penelitian ..................................................................................... 13

3.3. Hipotesis ..................................................................................................... 13

3.3.1. Hipotesis Mayor ................................................................................. 13

3.3.2. Hipotesis Minor .................................................................................. 13

3.4. Definisi Operasional .................................................................................. 13

3.4.1. Papilla Bleeding Index (PBI) anak sindroma Down dan anak normal

............................................................................................................. 13

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 8: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

3.4.2. Konsentrasi C-telopeptida anak sindroma Down dan anak normal 14

3.5. Disain Penelitian ........................................................................................ 14

3.6. Sampel Penelitian ....................................................................................... 14

3.7. Kriteria Subyek Penelitian ......................................................................... 14

3.7.1. Kelompok Anak Sindroma Down ..................................................... 14

3.7.2. Kelompok Anak Normal .................................................................... 15

3.8. Lokasi Penelitian ........................................................................................ 15

3.9. Jumlah Subyek Penelitian .......................................................................... 15

3.10. Bahan dan Alat ........................................................................................... 16

3.11. Alur Tatalaksana Penelitian ....................................................................... 17

3.12. Cara Kerja ................................................................................................... 17

3.13. Analisis Data .............................................................................................. 19

BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................... 21

BAB 5 PEMBAHASAN ........................................................................................ 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 29

6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 29

6.2. Saran ........................................................................................................... 29

DAFTAR REFERENSI ............................................................................................ 30

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 9: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gambaran klinis rongga mulut anak sindroma Down…………….5

Gambar 2.2 Gambaran klinis gingivitis pada penderita sindroma Down………6

Gambar 2.3 Gambaran dari proses patogenesis pada penyakit periodontal……9

Gambar 2.4 Biomarker dari regenerasi tulang………………………………...10

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 10: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 11: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Mediator pada kelenjar saliva mayor yang berkaitan dengan

penyakit periodontal. …………………………………….………. 8

Tabel 4.1. Perbedaan Papilla Bleeding Index anak sindroma Down dan anak

Normal………………………………………………………........21

Tabel 4.2 Perbedaan Konsentrasi C-telopeptida anak sindroma Down dan

anak Normal ……...…………………………………………...... 22

Tabel 4.3 Hubungan antara Papila Bleeding Index dan konsentrasi

C-Telopeptida saliva pada anak sindroma Down………………...23

Tabel 4.4 Hubungan antara Papila Bleeding Index dan konsentrasi

C-telopeptida saliva pada anak normal………………………….. 23

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 12: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat permohonan menjadi subyek

Lampiran 2 Surat pernyataan kesediaan menjadi subyek

Lampiran 3 Informasi kepada subyek penelitian

Lampiran 4 Data konsentrasi C-telopeptida dan PBI setiap subyek

Lampiran 5 Surat keterangan lolos etik

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 13: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

ABSTRAK

Nama : Andita Tissalia

Program Studi : Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Judul : Perbedaan Konsentrasi C-Telopeptida Saliva pada Anak

Sindroma Down dan Anak Normal dengan Penyakit Periodontal

Down Syndrome (Sindroma Down) merupakan suatu kelainan autosom

kongenital akibat disjungsi kromosom 21 yang ditandai dengan keterbelakangan

perkembangan fisik, mental serta intelektual. Penelitian menunjukkan prevalensi

penyakit periodontal yang tinggi pada anak sindroma Down. 1

C-telopeptida

merupakan penanda biologis yang ditemukan meningkat pada kerusakan tulang

alveolar. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan konsentrasi C-

telopeptida saliva pada anak sindroma Down dan anak normal dengan penyakit

periodontal. Seluruh subyek dinilai tingkat keparahan penyakit periodontal (PBI=

Papilla Bleeding Index) dan konsentrasi C-telopeptida pada salivanya. Hasil

penelitian menunjukkan nilai PBI yang lebih tinggi pada kelompok sindroma

Down dibandingkan dengan kelompok normal (p= 0.061). Konsentrasi C-

telopeptida pada kelompok sindroma Down lebih tinggi dibandingkan dengan

kelompok normal (p=0.101). Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan

antara konsentrasi C-telopeptida dan keparahan penyakit periodontal pada anak

sindroma Down.

Kata kunci: C-telopeptida, sindroma Down, penyakit periodontal

ABSTRACT

Name : Andita Tissalia

Study Program : Pediatric Dentistry

Title : Consentration differences of Salivary C-telopeptide in

Down Syndrome Children and Healthy Children with

Periodontal Disease

Down Syndrome is an autosome congenital disorder caused by disjunction

of chromosome 21, which is characterized by growth retardation of physical,

mental and intellectual. Research shows a high prevalence of periodontal disease

in Down syndrome children. 1

C-telopeptide were a biological marker that found

increased in alveolar bone resorption. This study aimed to determine differences

in the concentration of salivary C-telopeptide in Down syndrome children and

normal children with periodontal disease. All subjects assessed for the severity of

periodontal disease (PBI = Papilla Bleeding Index) and the concentration of

salivary C-telopeptide. The results showed a higher value of PBI in the Down

syndrome group compared with the normal group (p = 0.061). Concentration of

salivary C-telopeptide on child with Down syndrome was higher than the normal

group (p = 0.101). This study shows there is a relationship between the

concentration of C-telopeptide and severity of periodontal disease in Down

syndrome children.

Keywords: C-telopeptide, Down syndrome, Periodontal disease

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 14: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang masalah

Down Syndrome (Sindroma Down) pertama kali diperkenalkan oleh John

Langdon Down (1886) merupakan suatu kelainan autosom kongenital yang

ditandai dengan keterbelakangan perkembangan fisik, mental serta intelektual. 2, 3

Sindroma Down dikenal dengan nama lain trisomi 21, trisomi G dan mongolism. 2

Sindroma Down merupakan kelainan genetik yang dapat meningkatkan resiko

untuk menderita penyakit sistemik lainnya. Prevalensi sindroma Down di

Amerika Serikat mencapai 1 dalam 732 kelahiran. 3

Penderita sindroma Down memiliki kebersihan rongga mulut kurang baik

yang kemudian bermanifestasi menjadi penyakit periodontal. Penyakit periodontal

dialami penderita sindroma Down pada usia lebih dini dan berkembang lebih

cepat yang ditandai dengan inflamasi gingiva, kehilangan dukungan jaringan

periodontal dan kerusakan tulang alveolar. Beberapa penelitian menunjukkan

penderita sindroma Down memiliki tingkat keparahan penyakit periodontal yang

lebih tinggi dibandingkan penderita keterbelakangan mental lainnya. 3

Tingginya

prevalensi dan tingkat keparahan penyakit periodontal pada penderita sindroma

Down dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang ada di dalam rongga mulut dan

kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan imunitas pada anak sindroma

Down.4 Tingkat keparahan penyakit periodontal dapat ditentukan berdasarkan

beberapa jenis pemeriksaan antara lain Papilla Bleeding Index (PBI) yang dapat

menunjukkan inflamasi jaringan periodontal berdasarkan kondisi perdarahan. 5

Perkembangan penyakit periodontal disebabkan berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi interaksi host dan bakteri. Bakteri dalam rongga mulut dapat

menyebabkan inflamasi dengan adanya aktivasi sel host yang menghasilkan

mediator pro-inflamasi mengakibatkan degradasi kolagen dan resorpsi tulang.

Degradasi kolagen dan resorpsi tulang ini menghasilkan crosslink collagen yang

tidak dapat digunakan untuk sintesis kolagen lagi dan dibuang dari tubuh.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menyatakan crosslink collagen telah

menjadi penanda yang baik untuk menilai regenerasi tulang dalam beberapa

penyakit dan kelainan metabolisme yang mengakibatkan resorpsi tulang.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 15: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

2

Universitas Indonesia

Pyridinoline crosslink merupakan penanda potensial bagi resorpsi tulang

karena spesifik pada tulang, sedangkan histidine crosslink spesifik pada jaringan

lunak dan kulit. 5

Pyridinoline crosslink terdiri dari piridinolin, deoksipiridinolin,

N-telopeptida dan C-telopeptida. 6

Peran carboxyterminal telopeptida kolagen tipe

1 sebagai penanda diagnostik penyakit periodontal telah memberikan hasil yang

sangat menjanjikan. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa

Carboxyterminal telopeptida kolagen tipe 1 dapat memprediksi terjadinya

attachment loss dan kerusakan tulang alveolar. 7

Penelitian terdahulu

menunjukkan adanya perubahan konsentrasi C-telopeptida pada penderita

gingivitis dan periodontitis. 8 Penelitian lain juga menunjukkan adanya perbedaan

konsentrasi C-telopeptida pada saliva kelompok kontrol dan kelompok penderita

penyakit periodontal. 9

Berdasarkan penelitian sebelumnya ditemukan bahwa anak sindroma

Down memiliki kecenderungan kerusakan tulang alveolar lebih tinggi daripada

orang normal. 1

Kerusakan tulang alveolar ditandai dengan tingginya konsentrasi

C-telopeptida yang menunjukkan adanya resorpsi tulang. Hingga saat ini belum

ada penelitian mengenai konsentrasi C-telopeptida sebagai penanda biokimia

resorpsi tulang pada anak sindroma Down dengan penyakit periodontal. Dengan

mempertimbangkan hal tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

untuk melihat konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak sindroma Down dengan

penyakit periodontal.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Apakah terdapat perbedaan konsentrasi antara C-telopeptida saliva pada

anak sindroma Down dan anak normal dengan penyakit periodontal.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Menganalisa perbedaan konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak

sindroma Down dan anak normal dengan penyakit periodontal.

1.3.2. Tujuan Khusus

Mengetahui perbedaan PBI antara anak sindroma Down dan anak

normal dengan penyakit periodontal

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 16: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

3

Universitas Indonesia

Mengetahui korelasi antara konsentrasi C-telopeptida saliva dengan

PBI pada anak sindroma Down dengan penyakit periodontal.

Mengetahui korelasi antara konsentrasi C-telopeptida saliva dengan

PBI pada anak normal dengan penyakit periodontal

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat penelitian bagi bidang IKGA

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

mengidentifikasi dan mencegah penyakit periodontal lebih lanjut pada anak

sindroma Down. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan C-

telopeptida sebagai indikator penyakit periodontal bagi anak.

1.4.2. Manfaat bagi masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

konsentrasi C-telopeptida saliva sebagai biomarker penyakit periodontal pada

anak sindroma Down guna melakukan tindakan pemeliharaan jaringan periodontal

dan pencegahan penyakit periodontal lebih lanjut.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 17: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

4 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sindroma Down

Down Syndrome (DS) pertama kali digambarkan secara klinis oleh John

Langdon Down pada pertengahan abad kesembilan belas dan satu abad kemudian

yaitu pada tahun 1959 Lejeune dkk menemukan adanya hubungan antara

sindroma Down dan kromosom ketiga 21. 2

Hingga saat ini etiologi pasti dari

sindroma Down masih belum diketahui. Penyebab sindroma Down didominasi

oleh non-disjungsi kromosom 21, sisanya disebabkan karena translokasi tambahan

salinan kromosom yang sama. Sindroma Down mosaik terjadi bila adanya

kromosom ekstra 21. Pada dasarnya sekuensi terakhir dari kromosom 21 berfungsi

untuk mengidentifikasi setiap gen yang ada pada kromosom 21 dimana kromosom

ini terlibat dalam sistem biologi dan jalur metabolisme. Setidaknya diprediksikan

ada 16 gen yang berperan dalam aktifitas mitokondria dan metabolisme oksigen

reaktif. 3, 10

Sindroma Down merupakan kelainan kromosom yang paling umum

yang terkait dengan gangguan intelektual. Prevalensi sindroma Down di Amerika

Serikat adalah 1 diantara 732 kelahiran, sedangkan di Indonesia tercatat 1 diantara

700 kelahiran dan jumlahnya hingga saat ini diperkirakan ada sekitar 300 ribu

kasus di seluruh Indonesia. 11, 12

Anak dengan sindroma Down memiliki berbagai macam malformasi

kongenital dan gangguan medik, termasuk diantaranya adalah lahir dengan

penyakit jantung bawaan (yang paling umum yaitu atrioventrikular septum defek),

kelainan pada mata, gangguan pendengaran, otitis media, obstructive sleeping

apnea, gangguan tiroid, gangguan gastrointestinal, leukemia. 2, 13

Anak sindroma

Down memiliki karakteristik defisiensi pertumbuhan baik fisik, intelektual

maupun mental yang terbagi atas berbagai tingkatan yaitu mild, moderate, severe.

Wajah anak dengan sindroma Down unik terlepas dari etnis dan rasnya.

Umumnya anak dengan sindroma Down memiliki leher yang pendek, defisiensi

perkembangan tengah wajah dan kantus lateral mata yang berada lebih tinggi dari

kantus medial. Fisur palpebra luas dan terkadang terdapat lipatan epichantus

medial. Selain itu kemungkinan terdapat spot Brushfield pada iris, katarak, infeksi

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 18: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

5

Universitas Indonesia

mata, dan strabismus unilateral maupun bilateral. Adanya defisiensi

perkembangan tengah wajah sering diikuti dengan defisiensi perkembangan sinus

paranasal dan flat face. Ciri khas penderita sindroma Down adalah adanya

maloklusi kelas III dengan tulang mandibula prognatik. 3

2.2. Keadaan rongga mulut dan penyakit periodontal pada anak sindroma

Down

Gambar 1 - Gambaran klinis rongga mulut anak sindroma Down: insisif lateral peg shaped,

maloklusi kelas III disertai open bite anterior 3

Manifestasi jaringan lunak rongga mulut yang paling mudah terlihat

adalah fissure tongue dan ukurannya yang agak besar, bibir kering dikarenakan

kontrol otot rendah. 2, 3

Defisiensi perkembangan kraniofasial dengan profil wajah

yang umumnya cekung dikarenakan kurang maksimalnya pertumbuhan tulang

maksila dan pertumbuhan tulang mandibula yang normal atau cenderung

berlebihan. 2

Gangguan pertumbuhan tulang rahang ini mengakibatkan gigi berjejal

yang melibatkan gigi insisif sentral, insisif lateral dan kaninus. Crowding dapat

terjadi juga di daerah posterior, hal ini lebih sering terjadi pada rahang atas

dikarenakan kurang berkembangnya tulang maksila. 15

Frekuensi agenesis pada

sindroma Down sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi normal

dimana penderita pria lebih banyak mengalami agenesis daripada penderita

wanita. Agenesis lebih banyak terjadi pada rahang bawah kiri, dengan urutan gigi

yang hilang paling banyak adalah dari insisif lateral bawah, premolar dua atas,

insisif lateral atas, premolar dua bawah, molar dua atas, insisif sentral bawah dan

kaninus. 3

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 19: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

6

Universitas Indonesia

Gambar 2 - Gambaran klinis gingivitis pada penderita sindroma Down 16

Penyakit periodontal terjadi akibat adanya reaksi inflamasi pada jaringan

periodontal yang disebabkan oleh bakteri periodontopatik, pada penderita

sindroma Down penyebab utamanya adalah adanya gangguan imunitas yang

menyebabkan mereka lebih rentan terhadap bakteri. Spesies mikrobiotik

periodontopatik lebih mudah berkoloni pada plak subgingiva penderita sindroma

Down yang tidak melakukan pembersihan dan pemeriksaan secara berkala

sehingga dapat memudahkan timbulnya reaksi inflamasi pada jaringan gingiva.

Hal ini kemudian diikuti dengan degradasi enzim dan terganggunya remodeling

tulang. Apabila reaksi ini terus berlanjut maka dapat terjadi kerusakan jaringan

periodonsium dan diikuti dengan hilangnya gigi. 17

Telah terdapat beberapa

penelitian yang dilakukan baik dari segi mikrobiologi, imunitas maupun inflamasi

untuk menyelidiki hipotesa penyakit periodontal pada penderita sindroma Down.

Literatur menyatakan bahwa hampir tidak ada penderita sindroma Down

yang memiliki gingiva yang sehat. 1, 3, 18

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan

persentasi subyek dengan poket periodontal yang dalam terdapat lebih banyak

pada penderita sindroma Down dibanding subyek normal. Persentasi analisa

CIPTN yang lebih rendah juga diikuti dengan tingginya persentasi perdarahan,

kalkulus, kedalaman poket pada penderita sindroma Down yang merupakan

parameter dari penyakit periodontal. 18

Penelitian lain menunjukkan adanya insidensi plak yang tinggi pada

penderita sindroma Down, dengan 68% populasi menunjukkan oral hygiene yang

buruk dan 91% sampel menderita gingivitis. Pada 30% sampel yang diperiksa

bahkan ditemukan adanya kerusakan tulang alveolar. Hal ini menunjukkan bahwa

penyakit periodontal memiliki prevalensi yang sangat tinggi pada penderita

sindroma Down dan mempengaruhi kualitas hidup mereka dengan keparahan

penyakitnya. 19

Penelitian lain menemukan bahwa early onset gingivitis terjadi

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 20: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

7

Universitas Indonesia

pada penderita sindroma Down dengan kondisi yang lebih buruk dibandingkan

dengan anak normal. Kedalaman probing akan bertambah dengan seiring

pertambahan usia. 20

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa

rendahnya produksi antibodi saliva dan defek neutrofil memfasilitasi koloni awal

mikroba pada gigi dan jaringan periodontal sehingga mendukung bakteri pathogen

periodontal untuk berkembang biak. Banyaknya bakteri ini menimbulkan reaksi

inflamasi pada gingiva yang ditandai dengan meningkatnya sel makrofag dan

limfosit pada jaringan gingiva. Antigen sel bekerja aktif untuk beradaptasi

(adanya ekspresi meningkat dari antigen HLA pada sel inflamasi) yang

menghasilkan respon antibodi humoral yang kuat. Adanya sel makrofag dan

fibroblas berkaitan dengan tingginya produksi degradasi enzim. Sel neutrofil

melepaskan degradasi enzim ini ke jaringan gingiva. Kerusakan pada jaringan

melepaskan metabolik asam arakhidonik (prostaglandin). Prostaglandin dan

degradasi enzim ini berperan dalam kerusakan jaringan periodontal. 17

Keparahan penyakit periodontal dapat ditentukan berdasarkan beberapa

jenis pemeriksaan, salah satunya adalah Papilla Bleeding Index (PBI). Metode

pemeriksaan PBI pertama kali diperkenalkan oleh Saxer dan Muhlemman.

Pemeriksaan ini dapat menunjukkan secara langsung keadaan inflamasi pada

jaringan periodontal berdasarkan kondisi perdarahan pada daerah interdental.

Pemeriksaan ini juga dapat memberikan motivasi kepada pasien dengan

menunjukkan dimana daerah inflamasi dan bagaimana keparahan penyakit

periodontal yang dialami. 5

Seiring dengan tingginya tingkat hidup penderita sindroma Down maka

insidensi penyakit periodontal pada penderita Sindroma Down juga meningkat. 21

Adanya kendala fisik dan kondisi medis membatasi penderita sindroma Down

untuk menjalani perawatan dengan baik sehingga dengan tingkat kebersihan mulut

yang buruk, disfungsi sel neutrofil, bakteri-bakteri spesifik dan infeksi virus

berperan dalam menambah keparahan penyakit periodontal yang diderita.

Kecenderungan tingginya tingkat kejadian penyakit periodontal pada anak

sindroma Down sangat berpengaruh pada kualitas hidup anak sindroma Down.

Keadaan ini dipengaruhi oleh kelanjutan penyakit periodontal yang dapat

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 21: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

8

Universitas Indonesia

mengakibatkan kerusakan tulang alveolar, sehingga dibutuhkan rencana

perawatan secara menyeluruh untuk mencegah meningkatnya keparahan penyakit

periodontal pada anak sindroma Down

1.1. Saliva sebagai biomarker

Saliva merupakan salah satu cairan dalam rongga mulut yang dapat

memberikan gambaran relevan tentang kondisi rongga mulut dan kondisi sistemik

karena mengandung biomarker spesifik. Biomarker spesifik tersebut berupa

sejumlah protein dan peptida yang bertanggung jawab untuk menjaga

keseimbangan rongga mulut (Tabel 1). Peranan saliva dalam pembentukan

biofilm dan pertahanan host menyebabkan saliva juga berperan dalam proses

perkembangan penyakit periodontal.

Marker Hubungan dengan Penyakit Periodontal Jenis penyakit

periodontal

Spesifik

Immunoglobulin

( IgA, IgG, IgM)

mempengaruhi siklus metabolisme

bakteri dan peningkatan konsentrasi

pada saliva penderita penyakit

periodontal

Kronik dan agresif

Non Spesifik

Mucin keterlibatan pada kolonisasi

Agregatibacter actinomycetemcomitans agresif

Lisozim Mengatur akumulasi plak kronik

Laktoferin

Menghambat pertumbuhan mikrobial/

meningkatkan korelasi

A.actinomycetemcomitans

agresif

Histatin

Menetralisir lipopolisakarida dan enzim

yang berpengaruh pada jaringan

periodonsium

kronik dan agresif

Peroxidase

Mempengaruhi akumulasi plak/

peningkatan konsentrasi pada penderita

penyakit periodontal

kronik

Sistemik

Protein C-reaktif

Peningkatan konsentrasi pada serum

dan saliva penderita penyakit

periodontal

kronik dan agresif

Tabel 1 – Mediator pada kelenjar saliva mayor yang berkaitan dengan penyakit periodontal. 23

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 22: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

9

Universitas Indonesia

Biomarker merupakan sesuatu yang telah dievaluasi dan diakui sebagai

alat ukur, baik sebagai indikator sehat fisiologis, keadaan patologis maupun

sebagai penilai suatu tindakan terapeutik yang diberikan/dilakukan. 24

Biomarker,

baik yang dihasilkan oleh individu yang sehat atau individu yang terkena oleh

penyakit sistemik tertentu, merupakan molekul yang dapat digunakan untuk

memonitor status kesehatan, perjalanan penyakit, respon pengobatan dan hasil

pengobatan. Biomarker yang informatif dapat membantu untuk deteksi awal

penyakit dan menjadi penemuan yang menjanjikan terutama bagi penyakit

epidemiologi klasik. 24

Saliva merupakan biomarker yang informatif dan mudah

karena proses pengambilannya yang tidak invasif. 7

Gambar 3 - Gambaran dari proses patogenesis pada penyakit periodontal 25

Peristiwa awal patogenesis penyakit periodontal dipicu oleh

lipopolisakarida (LPS) dari bakteri gram negatif pada permukaan akar gigi.

Sebagai garis pertahanan pertama, sel PMN diangkut ke lokasi peradangan. Sel

monosit dan makrofag aktif merespon endotoksin dengan melepaskan

sitokinTNF-α (Tumor Necrosis Factor-α) dan interleukin-1 beta (IL-1β),

merangsang kerusakan jaringan lebih lanjut. Sel fibroblas dan sel PMN

memproduksi MMP (Matrix Metalloproteinase) enzim penghancur kolagen yang

kuat. TNF-α, IL-1β dan reseptor NF-kB ligan (RANKL) meningkat pada lokasi

peradangan yang aktif dan memediasi osteoklastogenesis dan kerusakan tulang.

Biomarker tulang seperti Carboxyterminal telopeptida dari kolagen tipe I

dilepaskan dan diangkut keluar melalui gingiva crevicular fluid (GCF) sehingga

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 23: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

10

Universitas Indonesia

dapat berfungsi sebagai biomarker potensial untuk pendeteksian penyakit

periodontal. 17

Ada berbagai macam biomarker yang berkaitan dengan pembentukan

tulang serta resorpsi tulang. Biomarker pembentukan tulang adalah alkalin

fosfatase, osteocalcin, osteonectin dan procollagen tipe 1 propeptida. Biomarker

resorpsi tulang adalah hidroksiprolin, collagen crosslinks (Pyridinoline,

deoxypyridinoline, N-telopeptida, C-telopeptida) yang telah dievaluasi dalam

GCF dan saliva. 25

Biomarker proses regenerasi tulang. 26

2.3. C-Telopeptida sebagai biomarker resorpsi tulang

C-telopeptida merupakan salah satu bagian dari Pyridinoline crosslink

yang telah menjadi biomarker sangat relevan pada proses resorpsi tulang penyakit

osteolitik. 26

Beberapa penelitian telah menunjukkan C-telopeptida, N-

telopeptida, Pyridinoline (hydroxylysl pyridinoline atau Pyr) dan

deoxypyridinoline (lysyl pyridinoline atau Dpy) merupakan komponen yang

terbaik untuk dipelajari dari kelompok molekul degradasi kolagen sebagai

biomarker resorpsi tulang pada tulang yang mengalami proses inflamasi. 27, 28

Penelitian terdahulu menyatakan biomarker tersebut diatas dapat ditemukan pada

darah, urin dan saliva. Hingga saat ini referensi nilai biomarker pada urin dan

darah sudah ada namun referensi nilai biomarker untuk saliva belum dilaporkan. 27

Pada penelitian yang dilakukan terhadap hewan (anjing) dan pada manusia

ditemukan adanya hubungan antara kehilangan tulang yang jelas dilihat dari

gambaran radiografis dan perubahan konsentrasi C-telopeptida pada GCF. 28

Metode lain untuk mengevaluasi aktivitas penyakit periodontal adalah dengan

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 24: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

11

Universitas Indonesia

mendeteksi perubahan metabolisme jaringan ikat. Metode ini mempelajari sintesis

dan kehancuran jaringan kolagen, meliputi radioimmunologi kolagen propeptida

dan analisa telopeptida. Kolagen tipe I dan III adalah protein yang paling banyak

ditemukan dalam jaringan ikat gingiva dan ligamen periodontal. Kolagen tipe I

adalah komponen organik utama tulang alveolar.

Kolagen tipe I dan III disintesis dan disekresikan sebagai prokolagen yang

mengandung aminoterminal dan carboxyterminal propeptida yang membelah

sebelum molekul triplehelical dirakit menjadi serat kolagen. Non-triplehelical

telopeptida di kedua ujung molekul kolagen tidak dibelah sebelum pembentukan

serat kolagen ini. Telopeptida yang crosslink dengan jaringan kolagen yang

terdekat, mampu bertahan terhadap enzim yang menyerang selama degradasi

kolagen dewasa dan dapat dideteksi dalam cairan tubuh. 29, 30

Kolagen tipe I Carboxyterminal telopeptida dapat dipakai sebagai penanda

kerusakan jaringan ikat. Penelitian yang dilakukan adalah dengan mengukur

kolagen tipe I Carboxyterminal telopeptida pada GCF dalam tingkat kondisi klinis

yang berbeda dan setelah perawatan periodontal untuk mempelajari apakah

konsentrasi kolagen fragmen ini terkait dengan kondisi klinis penyakit yang

diidentifikasi. Tehnik pemeriksaan yang digunakan adalah radioimmunoassay

didasarkan pada antigen telopeptida dari tulang. 30

Pada penemuan klinis sebelumnya menunjukkan bahwa antigen yang

beredar dalam darah pada prinsipnya berasal dari resorpsi tulang. Akan tetapi

kolagen tipe 1 merupakan kolagen utama pada jaringan ikat gingiva dan ligamen

periodontal dan hasil penelitian menunjukkan bahwa radioimmunoassay juga

mendeteksi telopeptida yang berasal dari jaringan lunak gingiva. Dengan

demikian disimpulkan bahwa kolagen tipe I Carboxyterminal telopeptida yang

ditemukan di GCF, bisa berasal dari tiga sumber yang berbeda, yaitu dari jaringan

lunak, ligamen periodontal dan tulang alveolar. 30

Berdasarkan penelitian

sebelumnya, ditemukan adanya perbedaaan yang signifikan antara jumlah C-

telopeptida pada kelompok normal (1.1±0.6 pg/site), kelompok dengan gingivitis

(14.8 ± 6.6pg/site) dan kelompok dengan periodontitis (30.3 ± 5.7 pg/site). 9

Kolagen tipe I Carboxyterminal telopeptida dilepaskan setelah terjadinya

proses resorpsi tulang. Meningkatnya konsentrasi kolagen tipe I Carboxyterminal

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 25: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

12

Universitas Indonesia

telopeptida menunjukkan adanya penyakit periodontal dan degradasi tulang

alveolar. 27

Hal ini diperkuat dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan

konsentrasi kolagen tipe I Carboxyterminal telopeptida yang lebih tinggi pada

subyek penderita penyakit periodontal dibandingkan dengan subyek normal. 31

Penelitian mengenai kolagen tipe I Carboxyterminal telopeptida berkaitan

dengan peri-implanitis antara lain menemukan konsentrasi kolagen tipe I

Carboxyterminal telopeptida yang secara signifikan meningkat pada kelompok

yang menderita peri-implanitis dibandingkan dengan kelompok normal. 32

Peneliti

lain juga mengemukakan adanya peningkatan kolagen tipe I Carboxyterminal

telopeptida pada kasus peri-implanitis dibandingkan dengan kelompok normal,

walaupun secara statistik tidak signifikan. 33

2.4. Kerangka Teori Penelitian

Sindroma Down + Penyakit Periodontal

Normal + Penyakit Periodontal

1. C-telopeptida

2. N- telopeptida

3. Pyridinoline

4. Deoxypyridinoline

Pyridinoline Crosslink

(Biomarker resorpsi tulang)

Saliva

GCF

Urin

Darah

?

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 26: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

13 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

PBI

anak sindroma DownC-telopeptida Saliva

PBI

anak NormalC-telopeptida Saliva

3.2. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah konsentrasi C-telopeptida saliva anak

sindroma Down, konsentrasi C-telopeptida saliva anak normal, Papilla Bleeding

Index (PBI) anak sindroma Down dan Papilla Bleeding Index (PBI) anak normal.

3.3. Hipotesis

3.3.1. Hipotesis Mayor

Terdapat perbedaan konsentrasi C-telopeptida saliva pada kelompok anak

sindroma Down dengan kelompok anak normal.

3.3.2. Hipotesis Minor

Terdapat perbedaan PBI pada kelompok anak sindroma Down dengan

kelompok anak normal.

Terdapat hubungan antara PBI dengan konsentrasi C-telopeptida saliva

pada kelompok anak sindroma Down dengan penyakit periodontal

Terdapat hubungan antara PBI dengan konsentrasi C-telopeptida saliva

pada kelompok anak normal dengan penyakit periodontal

3.4. Definisi Operasional

3.4.1. Papilla Bleeding Index (PBI) anak sindroma Down dan anak normal

Papilla Bleeding Index (PBI) adalah skala peradangan gingiva sebagai

penanda adanya aktifitas penyakit periodontal. 35

Pemeriksaan dilakukan

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 27: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

14

Universitas Indonesia

dengan menggunakan probe WHO yang dilakukan pada gigi molar satu

tetap kanan dan kiri rahang atas dan bawah bagian mesiobukal dan

distobukal serta gigi insisif satu kanan atas dan bawah bagian mesiolabial

dan distolabial. Hasil perhitungan skor masing-masing gigi didapatkan dari

penjumlahan skor dua daerah gingiva dan dibagi dua. Papilla bleeding

index merupakan jumlah skor perdarahan gingiva gigi yang diperiksa

dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Hasil pemeriksaan terbagi atas

empat kategori yaitu 0 bila tidak ada perdarahan, 1 bila ada satu titik

perdarahan, 2 bila ada beberapa titik perdarahan, 3 bila terdapat

perdarahan interdental beberapa saat setelah probing. Skala pengukuran

PBI menggunakan skala numerik.

3.4.2. Konsentrasi C-telopeptida anak sindroma Down dan anak normal

Konsentrasi C-telopeptida adalah jumlah C-telopeptida yang disekresi oleh

kelenjar saliva yang tidak terstimulasi. Pengambilan saliva dilakukan

dengan menggunakan pipet dari bawah lidah sebanyak 2 ml. Konsentrasi

C-telopeptida kemudian dinilai dengan menggunakan ELISA Kit yang

hasilnya dinyatakan dalam satuan ng/mL dan diukur dengan skala numerik

3.5. Disain Penelitian

Jenis penelitian observasional laboratorik dengan metode potong lintang.

3.6. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah saliva yang dikumpulkan dari subyek penelitian

sesuai kriteria.

3.7. Kriteria Subyek Penelitian

3.7.1. Kelompok Anak Sindroma Down

Kriteria subyek kelompok anak sindroma Down sebagai berikut:

1. Anak sindroma Down yang diagnosisnya telah ditetapkan oleh dokter

anak.

2. Berusia 14-17 tahun

3. Tidak mengkonsumsi obat-obatan menahun

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 28: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

15

Universitas Indonesia

4. Kooperatif untuk menjalani pemeriksaan klinis dan pengambilan

sampel saliva

5. Skor PBI 1 hingga 3

3.7.2. Kelompok Anak Normal

Kriteria subyek kelompok anak normal sebagai berikut:

1. Anak tanpa sindroma maupun keadaan medis apapun yang disangkal

oleh orangtua

2. Berusia 14-17 tahun

3. Tidak mengkonsumsi obat-obatan menahun.

4. Kooperatif untuk menjalani pemeriksaan klinis dan pengambilan

sampel saliva

5. Skor PBI 1 hingga 3

3.8. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah:

1. SLB C Dian Grahita Kemayoran, Jakarta Pusat

2. SLB Negeri 3 Kemayoran, Jakarta Pusat

3. SLB C Asih Budi II, Jakarta Timur

4. SMPN 216 dan SMAN 68, Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat

5. Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi

UniversitasIndonesia, Kampus Salemba, Jakarta Pusat

3.9. Jumlah Subyek Penelitian

Jumlah subyek penelitian dihitung dengan menggunakan rumus berikut :

𝒏𝟏 = 𝒏𝟐 = 𝟐 𝒁 ∝ +𝒁𝜷 𝑺

𝑿𝟏 − 𝑿𝟐

𝟐

n = jumlah subyek

Zα = kesalahan tipe I. Tingkat kemaknaan ditetapkan

= 0,05 sehingga Zα= 1,96

Zβ = kesalahan tipe II = 0,84

S = simpang baku kedua kelompok = 3.35 (merupakan simpang

baku gabungan yang berasal dari penelitian terdahulu) 9

X1-X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna= 3.74

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 29: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

16

Universitas Indonesia

𝑛1 = 𝑛2 = 2 1,96 + 0,84 3,35

3,74

2

Jadi jumlah subyek penelitian :

n = 12,4

n = dibulatkan menjadi 12

Jadi, jumlah subyek penelitian untuk masing-masing kelompok adalah 12

orang, dan besar subyek keseluruhan adalah 24 orang.

3.10. Bahan dan Alat

Adapun alat dan bahan yang digunakan selama proses pengambilan data

hingga proses laboratorium adalah:

1. Alat tulis

2. Lembar formulir

3. Lembar tabel untuk penilaian papilla bleeding index

4. WHO Periodontal Probe

5. Instrumen dental (kaca mulut,sonde, pinset)

6. Povidon Iodine (merk Betadine)

7. Separator Sample Tube (SST)

8. Pipet plastik (satu kali guna)

9. Eppis steril

10. Senter diagnostik

11. Sarung tangan sekali pakai

12. Masker

13. CTX-1 Elisa Kit merk Mybiosource,USA

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 30: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

17

Universitas Indonesia

3.11. Alur Tatalaksana Penelitian

Lolos Komisi Etik FKG UI

Izin Kepala Sekolah

Seleksi Subjek Penelitian

Informed Consent

Pengukuran papilla bleeding index

dan Pengambilan sampel Saliva

Pengukuran konsentrasi C-Telopeptida

dengan Metode ELISA

Tabulasi, pengolahan data dan analisa

statistik data

Laporan hasil penelitian

3.12. Cara Kerja

1. Sebelum memulai peneliti harus mendapatkan persetujuan dari komisi

etik FKG UI dan izin dari kepala sekolah SLB C Dian Grahita, SLB C

Negeri 3 Kemayoran, SLB C Asih Budi II Jakarta Timur, SMPN 216

dan SMAN 68, Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat

2. Melakukan seleksi subyek penelitian berdasarkan kriteria inklusi pada

tiap-tiap kelas.

3. Memberikan informasi secara lisan maupun tulisan mengenai

penelitian yang akan dilakukan kepada orangtua anak. Apabila

bersedia menjadi subyek penelitian maka dibagikan lembaran

persetujuan (informed consent) yang harus diisi dan ditandatangani

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 31: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

18

Universitas Indonesia

oleh orangtua subyek penelitian. Informed consent berisikan

persetujuan anaknya menjadi subyek penelitian.

4. Melakukan pemeriksaan papilla bleeding index pada subyek penelitian

berdasarkan pemeriksaan klinis

5. Pengambilan sampel saliva dilakukan pada subyek yang sesuai dengan

kriteria. Waktu pengambilan saliva dilakukan antara pukul 8.00-11.00

WIB. Pengambilan saliva tanpa stimulasi menggunakan pipet plastik

panjang dan ditampung didalam eppis steril, ditutup serta diberi label

nama dan kode. Untuk meminimalisasi penurunan pH saliva dan

pengaruh pertumbuhan bakteri maka subyek diinstruksikan berkumur

dengan air.

6. Tehnik pengambilan saliva adalah sebagai berikut:

(1) Subyek duduk di kursi dengan santai

(2) Subyek diminta berkumur dengan air matang kemudian menelan.

(3) Saliva dikumpulkan hingga mencapai volume 2 ml yang diambil di

bawah lidah pasien dengan menggunakan pipet plastik panjang

7. Cara penanganan sampel saliva:

Saliva yang sudah terkumpul ditampung didalam eppis steril langsung

dimasukkan ke dalam sampel separator tube (SST) dan didinginkan

selama 30 menit, kemudian disimpan di lemari pendingin (freezer)

dengan suhu -20̊ C di Laboratorium Oral Biologi FKG UI Salemba.

Selanjutnya dilakukan perhitungan konsentrasi C-telopeptida saliva

menggunakan ELISA kit di Laboratorium Oral Biologi FKG UI.

8. Tahap pengolahan sampel di laboratorium :

Sampel yang semula disimpan dalam keadaan beku kemudian

dicairkan pada suhu ruang.

Semua sampel disentrifugasi pada suhu 37C̊ dengan kecepatan

3000 rpm selama 20 menit.

supernatan dari saliva diambil lalu dimasukkan ke dalam

polypropylene tubes.

9. Tahap pengukuran konsentrasi C-telopeptida saliva dengan

menggunakan ELISA KIT (myBiosource, USA)

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 32: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

19

Universitas Indonesia

Mempersiapkan microplate, sampel dan seluruh reagen, yang

terdiri dari: Standart solution, Standart Dilluent, Str-HRP-

Conjugate Reagent, 30x wash solution, Biotin-CTX-1-Ab,

Chromogen Solution A, Chromogen Solution B, Stop Solution.

Pada blank well: masukkan Chromogen Solution A dan

Chromogen Solution B pada blankwell.

Pada wellstandar: masukkan larutan standar 50 µ𝑙 , Streptavidin-

HRP 50 µ𝑙.

Pada well sampel: masukkan sampel saliva sebanyak 40 µ𝑙 ,

tambahkan antibodi CTX-1 sebanyak 10 µ𝑙 dan Streptavidin-HRP

sebanyak 50 µ𝑙.

Tutup menggunakan sealing membrance kemudian inkubasi pada

suhu 37̊ selama 60 menit disertai dengan shaking.

Setelah selesai inkubasi, bilas dengan wash buffer (telah dicairkan

terlebih dahulu sebanyak 30 kali menggunakan distilled water)

pada setiap well.

Tambahkan Chromogen Solution A sebanyak 50 µ𝑙 dan

Chromogen Solution B sebanyak 50 µ𝑙 pada masing -masing well ,

kemudian diinkubasi kembali selama 10 menit pada suhu 37̊ dan

tidak boleh terkena cahaya.

Setelah selesai inkubasi tambahkan stop solution sebanyak 50µ𝑙

pada masing-masing well. Penambahan larutan tersebut akan

menghentikan reaksi substrat yang akan memperlihatkan

perubahan warna menjadi kuning.

Perubahan warna ini diukur dengan menggunakan Microplate

Reader / ELISA reader dengan panjang gelombang 450nm.

3.13. Analisis Data

Data dianalisa dengan uji t-test tidak berpasangan dengan batas

kemaknaan p ≤ 0,05 untuk melihat perbedaan Papilla Bleeding Index serta

perbedaan konsentrasi C-telopeptida saliva anak sindroma Down dengan anak

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 33: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

20

Universitas Indonesia

normal. Analisis data kemudian dilanjutkan dengan uji Pearson untuk mengetahui

arah, kekuatan dan kemaknaan korelasi (nilai r). Arah korelasi diklasifikasikan

menjadi : (+) positif = searah, semakin besar nilai suatu variabel semakin besar

pula nilai variabel lainnya; (-) negatif = berlawanan arah, semakin besar nilai satu

variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya. Kekuatan korelasi (r) yang

diklasifikasikan menjadi : 0.000-0.1999 = sangat lemah, 0.200-0.399 = Lemah;

0.400-0.599 = Sedang, 0.600-0.799 = Kuat, 0.800-1.000 = Sangat Kuat. Nilai p

diklasifikasikan menjadi : p <0.05 = terdapat korelasi yang bermakna antar dua

variabel yang diuji dan p >0.05 = tidak terdapat korelasi yang bermakna antara

dua variabel yang diuji. 36

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 34: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

21 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan di beberapa sekolah yaitu SLB C Dian Grahita

Kemayoran, SLB Negeri 3 Kemayoran, SLB C Asih Budi II, SMPN 216 dan

SMAN 68. Pemeriksaan awal dilakukan untuk seleksi anak sindroma Down

dengan penyakit periodontal dan anak normal dengan penyakit periodontal yang

berusia 14-17 tahun. Dari 44 orang subyek sindroma Down yang diperiksa

didapatkan 13 orang subyek penelitian sesuai dengan kriteria penelitian. Total

subyek penelitian adalah 24 orang yang sesuai kriteria penelitian terdiri dari 12

anak sindroma Down dengan penyakit periodontal dan 12 orang anak normal

dengan penyakit periodontal.

Penyakit periodontal ditentukan dari skor Papilla Bleeding Index yang

didapat pada saat pemeriksaan seleksi subyek. Pengambilan saliva pada subyek

penelitian dilakukan setelah informed consent disetujui orang tua. Pengambilan

saliva dilakukan untuk menghitung konsentrasi C-telopeptida yang terdapat pada

saliva anak dengan menggunakan C-telopeptida ELISA kit.

Sebelum analisa statistik dilakukan, terlebih dahulu data yang diperoleh

dilakukan uji varians. Hasil uji varians menggunakan Saphirro-Wilk terhadap skor

Papilla Bleeding Index (PBI) pada anak sindroma Down dan anak normal dengan

penyakit periodontal menunjukkan data terdistribusi normal, sehingga untuk

menganalisa data digunakan uji statistik t- tidak berpasangan.

Tabel 4.1. Perbedaan Papilla Bleeding Index anak sindroma Down dan anak

Normal

PBI χ ± SD p

sindroma Down 2.00 0.603 0.162

Normal 1.58 0.793

Keterangan : *p < 0.05

Tabel 4.1. menunjukkan nilai rerata PBI pada anak sindroma Down

dengan penyakit periodontal adalah 2.00 ± 0.603 dan nilai rerata PBI anak normal

dengan penyakit periodontal adalah 1.58 ± 0.793. Rerata nilai PBI pada anak

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 35: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

22

Universitas Indonesia

sindroma Down dengan penyakit periodontal lebih tinggi daripada nilai PBI pada

kelompok anak normal dengan penyakit periodontal.

Untuk menguji hipotesis dilakukan uji t-test tidak berpasangan, diperoleh

nilai p > 0.05. Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna antara

nilai PBI pada anak sindroma Down dengan penyakit periodontal dan nilai PBI

pada anak normal dengan penyakit periodontal.

Analisa statistik terhadap konsentrasi C-telopeptida dilakukan setelah uji

varian terlebih dahulu. Uji varians (Sapphiro Wilk) terhadap konsentrasi C-

telopeptida saliva pada anak sindroma Down dengan penyakit periodontal dan

anak normal dengan penyakit periodontal menunjukkan data terdistribusi normal,

sehingga untuk menganalisa data digunakan uji statistik t- tidak berpasangan.

Tabel 4.2. Perbedaan Konsentrasi C-telopeptida anak sindroma Down dan

anak Normal

C-telopeptida χ ± SD p

sindroma Down 40.589 9.1723 0.168

Normal 32.654 16.730

Keterangan : *p < 0.05

Tabel 4.2. menunjukkan nilai rerata konsentrasi C-telopeptida saliva pada

anak sindroma Down dengan penyakit periodontal adalah 40.589 ± 9.1723 dan

nilai rerata anak normal dengan penyakit periodontal adalah 32.654 ± 16.730.

Rerata konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak sindroma Down dengan

penyakit periodontal lebih tinggi daripada C-telopeptida saliva pada kelompok

anak normal dengan penyakit periodontal.

Untuk menguji hipotesis dilakukan uji t-test tidak berpasangan, diperoleh

nilai p > 0.05. Hasil ini menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna antara

konsentrasi C-telopeptidasaliva pada anak sindroma Down dengan penyakit

periodontal dan konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak normal dengan

penyakit periodontal.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 36: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

23

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Hubungan antara Papila Bleeding Index

dan Konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak sindroma Down

Variabel Koefisien Relasi

(r) Nilai p

PBI

C-Telopeptida

0,105

0,745

Uji Pearson dilakukan untuk mengetahui kekuatan korelasi hubungan

konsentrasi C-telopeptida saliva dengan Papila Bleeding Index yang dijabarkan

pada tabel 4.3. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat hubungan positif sangat lemah

tidak bermakna antara C-telopeptida saliva dengan Papilla Bleeding Index

(r=0.105, p=0.745)

Tabel 4.4 Hubungan antara Papila Bleeding Index dan

Konsentrasi C-telopeptida saliva pada anak normal

Variabel Koefisien Relasi

(r) Nilai p

PBI

C-Telopeptida

0.175

0,587

Uji Pearson dilakukan untuk mengetahui kekuatan korelasi hubungan

konsentrasi C-telopeptida saliva dengan Papila Bleeding Index pada anak normal

yang dijabarkan pada tabel 4.4. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat hubungan

positif dengan kekuatan sangat lemah tidak bermakna antara C-telopeptida saliva

dengan Papilla Bleeding Index (r=0.175, p=0.587)

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 37: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

24 Universitas Indonesia

BAB 5

PEMBAHASAN

Jumlah penderita sindroma Down hingga saat ini diperkirakan mencapai

sekitar 235 ribu di seluruh Indonesia, namun yang terdeteksi dan diketahui secara

resmi hingga saat ini tidaklah sebanyak itu baik dikarenakan banyaknya penderita

sindroma Down yang berada di daerah terpencil maupun dikarenakan orang tua

yang malu atau tidak mengakui anaknya mengalami sindroma Down. 12, 37

Oleh

karena itu pencarian sampel hanya dapat dilakukan dengan mengumpulkan

sampel anak sindroma Down yang bersekolah di SLB setempat.

Penelitian dilakukan di beberapa sekolah yaitu SLB C Dian Grahita

Kemayoran, SLB Negeri 3 Kemayoran, SLB C Asih Budi II, SMPN 216 dan

SMAN 68. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan lokasi yang mudah dijangkau

dan tidak jauh dari laboratorium Biologi Oral FKG UI dengan pertimbangan

waktu penyimpanan sementara saliva sebelum dilakukan uji ELISA. Literatur

menyatakan bahwa saliva harus disimpan dan dibekukan sesegera mungkin untuk

menjaga kualitas komposisi pada saliva dan mencegah adanya komposisi yang

rusak. 38

Penelitian ini dilakukan pada anak sindroma Down karena adanya

kecenderungan prevalensi penyakit periodontal yang lebih tinggi pada anak

sindroma Down dibandingkan dengan anak normal. 1

Penyakit periodontal sangat

sering ditemukan pada anak sindroma Down, hal ini dikaitkan dengan

keterbelakangan mental dan kondisi sistemik yang mereka miliki.

Keterbelakangan mental menyebabkan keterbatasan fisik untuk menjaga

kebersihan gigi dan mulut. 39

Kondisi sistemik dan gangguan sistem imun

menyebabkan terjadinya proses inflamasi yang lebih cepat dibandingkan anak

normal sehingga menyebabkan tingginya tingkat penyakit periodontal pada anak

sindroma Down. Batasan usia subyek penelitian ditentukan usia 14 hingga 17

tahun karena berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan terdapat 8% anak

sindroma Down yang mengalami penyakit periodontal pada usia remaja

dibandingkan dengan 0,5% anak normal yang mengalami penyakit periodontal

pada periode usia yang sama. 40

Pembatasan kriteria ini juga dengan pertimbangan

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 38: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

25

Universitas Indonesia

bahwa pada usia 14-17 tahun proses pergantian geligi dari periode gigi sulung ke

gigi tetap telah selesai sehingga tidak akan terdapat proses resorpsi tulang yang

diakibatkan proses pergantian gigi geligi. 41

Kriteria subyek penelitian berikutnya

adalah tidak meminum obat-obatan karena beberapa jenis obat-obatan tertentu

dapat menyebabkan penyakit periodontal.

Diagnosa penyakit periodontal dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan

CPITN, GI, IC, PBI. Penelitian terdahulu menyatakan pemeriksaan perdarahan

pada gingival merupakan pemeriksaan klinis yang tepat untuk mengetahui adanya

aktifitas penyakit periodontal. 41

Berdasarkan hal ini maka pemeriksaan Papilla

Bleeding Index dianggap dapat dijadikan penentu ada atau tidaknya aktifitas

penyakit periodontal pada sampel penelitian. Pada penelitian ini subyek penelitian

yang dipilih adalah subyek penelitian dengan skor PBI1 hingga 3 agar didapatkan

subyek penelitian dengan penyakit periodontal pada tahap awal.

Pada keadaan fisiologis normal terdapat keseimbangan antara proses

pembentukan tulang dan resorpsi tulang, namun ketika terjadi reaksi inflamasi

seperti penyakit periodontal, rheumatoid arthritis dan osteoporosis maka akan

terjadi gangguan metabolisme jaringan yang menyebabkan meningkatnya

pembentukan tulang ataupun resorpsi tulang. 41

Penelitian sebelumnya

menyatakan produk aktifitas osteoblas yaitu osteocalcin, alkalin fosfatase

merupakan penanda formasi tulang dan C-telopeptida sebagai penanda resorpsi

tulang sangat berguna untuk klinis. 42

Penelitian terhadap konsentrasi C-

telopeptida pada penderita Diabetes Mellitus menunjukkan adanya peningkatan

konsentrasi C-telopeptida sesuai dengan keadaan klinis penyakit periodontal yang

dialami pasien. 41

C-telopeptida dilepaskan pada jaringan periodontal sebagai

produk degradasi kolagen dan resorpsi tulang alveolar. Beberapa penelitian

menunjukkan C-telopeptida yang ditemukan pada GCF sangat menjanjikan

sebagai parameter klinik untuk memprediksi terjadinya kerusakan tulang alveolar

pada penyakit periodontal sehingga dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit periodontal lebih lanjut. 27, 41

Saliva dapat memberikan gambaran yang baik untuk mengetahui kondisi

kesehatan mulut maupun kondisi sistemik seseorang. Saliva terdiri atas berbagai

komposisi yang berasal dari kelenjar eksokrin yang disekresikan kedalam rongga

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 39: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

26

Universitas Indonesia

mulut, GCF dan plak. Penelitian sebelumnya juga menyatakan bahwa beberapa

mediator inflamasi kronis dan kerusakan jaringan dapat terdeteksi pada saliva

penderita penyakit periodontal. 23, 24, 43

Saliva terdiri atas berbagai komponen yang

didistribusikan dari berbagai site periodontal sehingga dapat memberikan hasil

pemeriksaan yang lebih maksimal mengenai penyakit jika dibandingkan dengan

GCF. Enzim saliva berasal dari tiga sumber mayor yaitu kelenjar saliva, sel host

pada GCF serta sel bakteri pada plak dan permukaan mukosa mulut. 41

Pengambilan saliva merupakan pilihan pemeriksaan yang baik karena tidak

mahal, sangat mudah, tidak invasif dan tidak membutuhkan tehnik yang lebih sulit

seperti pengambilan GCF. Pemeriksaan biomarker saliva untuk mendiagnosa

penyakit periodontal dapat mengatasi kekurangan pada pemeriksaan GCF yang

membutuhkan waktu lebih lama baik dari proses pengambilan dan analisanya. 43,

44 Berdasarkan pertimbangan tersebut maka dilakukan pemeriksaan C-telopeptida

pada saliva anak sindroma Down dengan penyakit periodontal.

Berdasarkan instruksi ELISA kit merk Biosource, USA, batas minimum

konsentrasi C-telopeptida yang mampu dideteksi adalah 2,21 ng/mL. Mengingat

tidak adanya nilai rujukan konsentrasi C-telopeptida saliva anak, batas minimal

nilai deteksi ini menjadi hal yang sangat penting. Untuk mengantisipasi

konsentrasi C-telopeptida saliva yang lebih rendah dari batas minimal tersebut,

maka kontrol standar harus ditambahkan hingga mencapai nilai 0.9375 ng/mL.

Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai yang lebih rendah dari 2.21 ng/mL dapat

terbaca pada ELISA reader. Adanya penambahan kontrol standar ini

mempengaruhi ketersediaan well, sehingga tidak memungkinkan adanya

penambahan jumlah sampel dalam satu set ELISA kit tersebut.

Hasil penelitian tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai PBI anak sindroma

Down dengan penyakit periodontal lebih tinggi dibandingkan dengan anak normal

dengan penyakit periodontal dengan nilai p > 0.05 (tidak bermakna). Hasil ini

sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa penyakit periodontal

terjadi lebih awal dan lebih parah pada anak sindroma Down dibandingkan

dengan anak normal pada rentang usia yang sama. 1

Faktor etiologi penyakit

periodontal ada berbagai macam, namun yang paling utama adalah plak dan

kalkulus sehingga memungkinkan hasil penelitian menunjukkan adanya

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 40: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

27

Universitas Indonesia

perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antara tingkat keparahan penyakit

periodontal anak sindroma Down dengan anak normal. 39

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kerusakan tulang alveolar

sebagai penanda adanya penyakit periodontal lebih sering ditemukan pada anak

sindroma Down usia 10 hingga 19 tahun dibandingkan dengan anak normal.

Penelitian tersebut juga menyatakan kerusakan tulang alveolar muncul lebih awal

pada anak sindroma Down dibandingkan dengan anak normal. 1

Hasil dalam

penelitian ini (tabel 4.2) menunjukkan konsentrasi C-telopeptida pada anak

sindroma Down dengan penyakit periodontal lebih tinggi dari anak normal. Hal

ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa anak sindroma

Down memiliki kecenderungan tingkat kerusakan tulang alveolar lebih tinggi jika

dibandingkan anak normal. 1

Kedua kelompok pada penelitian ini adalah

kelompok dengan penyakit periodontal dengan hasil penelitian yang menunjukkan

adanya peningkatan konsentrasi C-telopeptida, hal ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan konsentrasi C-

telopeptida pada penderita penyakit periodontal. 8, 27

Sampel pada kedua kelompok

penelitian kebanyakan memiliki penyakit periodontal tahap awal sehingga belum

memasuki tahap kerusakan tulang, hal ini tentu berpengaruh pada hasil

konsentrasi C-telopeptida saliva yang didapat.

Hasil pengujian korelasi statistik antara kedua variabel penelitian PBI dan

konsentrasi C-telopeptida pada kelompok anak sindroma Down menunjukkan

nilai r=0.105 dan nilai p=0.745. Berdasarkan hasil tersebut nilai significancy

p=0.745 menunjukkan bahwa korelasi konsentrasi C-telopeptida saliva dengan

kejadian penyakit periodontal tidak bermakna. Nilai korelasi Pearson sebesar

0.105 menunjukkan bahwa arah korelasi yang positif dengan kekuatan korelasi

yang sangat lemah. Hasil pengujian korelasi statistik antara kedua variabel

penelitian PBI dan konsentrasi C-telopeptida pada kelompok anak normal

menunjukkan nilai r=0.175 dan nilai p=0.587. Berdasarkan hasil tersebut nilai

significancy p=0.175 menunjukkan bahwa korelasi konsentrasi C-telopeptida

saliva dengan kejadian penyakit periodontal tidak bermakna. Nilai korelasi

Pearson sebesar 0.587 menunjukkan bahwa arah korelasi yang positif dengan

kekuatan korelasi yang sangat lemah.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 41: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

28

Universitas Indonesia

Kesimpulan hasil penelitian ini semakin tinggi keparahan penyakit

periodontal maka akan semakin tinggi konsentrasi C-telopeptida dengan kaitan

keduanya lemah (kelompok anak sindroma Down dan kelompok kontrol) namun

tidak bermakna. Hal ini tidak sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu yang

menyatakan bahwa semakin buruk penyakit periodontal maka semakin tinggi

konsentrasi C-telopeptidanya. 27, 31

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 42: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

29 Universitas Indonesia

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pemeriksaan konsentrasi C-telopeptida yang dilakukan pada saliva bila

dibandingkan dengan pemeriksaan pada GCF, darah dan urin sangat mudah

dilakukan dan tidak invasif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

konsentrasi C-telopeptida pada penderita penyakit periodontal sejak tahap awal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBI dan konsentrasi C- telopeptida pada

kelompok sindroma Down lebih tinggi dari kelompok normal dan membuktikan

penelitian terdahulu dengan hubungan variabel satu sama lain searah namun tidak

signifikan.

6.2. Saran

Kemungkinan ada beberapa hal yang menyebabkan hasil penelitian ini

berbeda dengan penelitian terdahulu yaitu keterbatasan sampel dikarenakan

jumlah antibodi pada ELISA kit yang terbatas, rentang usia yang kurang luas dan

tingkat keparahan penyakit periodontal yang tidak sama. Untuk dapat dibuat

sebuah acuan nilai standar bagi sebuah biomarker maka dibutuhkan penelitian

lebih lanjut dengan populasi yang lebih spesifik, rentang usia lebih luas serta

tingkat penyakit periodontal populasi agar nilai diaplikasikan sesuai dengan baik

menurut populasi tersebut. Nilai acuan tersebut nantinya diharapkan dapat

menggambarkan keparahan penyakit periodontal berdasarkan nilai konsentrasi C-

telopeptida saliva pada anak.

Untuk mendapatkan lebih banyak manfaat bagi pencegahan penyakit

periodontal pada anak sindroma Down perlu dilakukan penelitian mengenai

hubungan konsentrasi C-telopeptida saliva anak sindroma Down dengan penyakit

periodontal dan tanpa penyakit periodontal. Selain itu juga perlu dilakukan

penelitian lanjutan dengan penanda biologis keradangan lain sebagai pelengkap

penanda C-telopeptida.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 43: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

30 Universitas Indonesia

DAFTAR REFERENSI

1. Barr-Agholme M, Dahllof G, Linderr L, Modeer T. Actinobacillus

actinomycetemcomitans, Capnocytophaga and Porphyromonas gingivalis in subgingival plaque of adolescents with Down's syndrome. Oral Microbiol Immunol.

;7(4):244-8. February 1992;7:244-8.

2. Desai SS. Down Syndrome: A Review of the Literature. Oral Surgery, Oral

Medicine, Oral Pathology, Oral Radiology, and Endodontics. September

1997;87(3):279-85.

3. Cheng RHW, Yiu CKY, L WK. Oral Health in Individuals with Down

Syndrome.Prof. Subrata Dey (Ed.), ISBN: 978-953-307-355-2, InTech, DOI: 10.5772/17973. 2011. Available at: http://www.intechopen.com/books/prenatal-

diagnosis-and-screening-for-down-syndrome/oral-health-in-individuals-with-down-

syndrome. Accessed January 23, 2013.

4. Morgan J. Why is periodontal disease more prevalent and more severe in people with

Down syndrome? Spec Care Dentist. September 2007;27(5):196-201.

5. Wolf HM, Hassel TM. Indices. Color Atlas of Dental Hygiene - Periodontology. New

York: Thieme Pub.; 2005:70.

6. Taba Jr M, Kinney J, Kim AS, Giannobile WV. Diagnostic Biomarkers for Oral and Periodontal Diseases. Dent Clin North Am. July 2005 ;49(3):551–vi.

7. Calvo MS, Eyre DR, Gundbergs CM. Molecular basis and clinical application of biological markers of bone turnover. Endocrine Reviews. August 1996;Vol.

17(4):333-68.

8. Khashu H, Baiju C, Bansal SR, Chhillar A. Salivary Biomarkers: A Periodontal

Overview. J Oral Health Comm Dent. 2012;6(1):28-33.

9. Palys MD, Haffajee AD, Socransky SS, Giannobile WV. Relationship between C-

telopeptide pyridinoline cross-links (ICTP) and putative periodontal pathogens in

periodontitis. J Clin Periodontol. November 1998;25:865–871.

10. Baker S, Rayburn L, Ramseier C, et al. Saliva-derived Bone Collagen Degradative Fragments in Periodontitis. Paper presented at: IADR/AADR/CADR 85th General

Session and Exhibition, 2007; Dallas.

11. Roizen NJ, Patterson D. Down’s syndrome. The Lancet. April 2003;361.

12. Parker SE, Mai CT, Canfield MA, et al. Updated national birth prevalence estimates for selected birth defects in the United States, 2004–2006. Birth Defects Research

Part A: Clinical and Molecular Teratology. December 2010;88(12):1008-16.

13. Persatuan Orangtua Down Syndrome. POTADS. 2003. Available at:

http://www.potads.com/downsyndrome.php. Accessed January 28, 2013.

14. Abanto J, Ciamponi AL, Francischini E, Murakami C, Rezende NPMd, Gallottini M.

Medical problems and oral care of patients with Down syndrome: a literature review.

Spec Care Dentist. 2011;31(6):197-203.

15. Reuland-Bosma W, Van Dijk J. Periodontal disease in Down's Syndrome: A review. J Clin Pertodontol. 1986;13:64-73.

16. Reddy S. Necrotizing Ulcerative Periodontitis, Refractory Periodontitis and Periodontitis as a Manifestation of Systemic Disease. Essentials of Clinical

Periodontology and Periodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Publishers; 2008:221.

17. Khocht A. Down Syndrome and Periodontal Disease, Prof. Subrata Dey (Ed.), ISBN:

978-953-307-631-7, InTech, DOI: 10.5772/17371. Intech. 2011. Available at:

http://www.intechopen.com/books/genetics-and-etiology-of-down-syndrome/down-syndrome-and-periodontal-disease.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 44: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

31

Universitas Indonesia

18. Bagic I, Verzak Z, Cukovic-Cavk S, Brkic H, Susic M. Periodontal Conditions in Individuals with Down's Syndrome. Coll. Antropol. 2003;27(2):75-82.

19. Loureiro ACA, Costa FO, da Costa JE. The impact of periodontal disease on the quality of life of individuals with Down syndrome. Down Syndrome Research and

Practice. July 2007;12(1).

20. Morinushi T, Lopatin DE, Nakao R, Kinjyo S. A Comparison of the Gingival Health

of Children with Down Syndrome to Healthy Children Residing in an Institution.

Spec. Care Dentist. 2006;26(11):13-9.

21. Frydman A, Nowzari H. Down Syndrome-Associated Periodontitis: A Critical Review of the Literature. Compendium. May 2012;33(5).

22. Giannobile WV, Beikler T, Kinney JS, Ramseier CA, Morelli T, Wong DT. Saliva as a diagnostic tool for periodontal disease: current state and future direction.

Periodontology 2000. 2009;50:52-64.

23. Khiste SV, V R, Nichani AC, V R. Critical analysis of biomarkers in the periodontal

practice. J of Ind Society of Periodontology. April-June 2011;15(2).

24. Kinney JS, Ramseier CA, Giannobile WG. Oral Fluid-Based Biomarkers of Alveolar

Bone Loss in Periodontitis. Ann.N.Y.Acad.Sci. 2007;1098:230-51.

25. Singer F, D.R. E. Using biochemical markers of bone turnover in clinical practice.

Cleveland Clinic J of Medicine. 2008;75:739-50.

26. Pettifor JM. Nutritional Rickets. In: Glorieux FH, Pettifor JM, Juppner H, eds.

Pediatric Bones. 2nd ed. New York: Elsevier Pub.; 2012:638.

27. Shaw N, Hogler W. Biochemical Markers of Bone Metabolism. In: Glorieux FH,

Pettifor JM, Jupner H, eds. Pediatric Bone. 2nd ed. New York: Elsevier Pub.; 2012:362,366.

28. Giannobile WV. C-Telopeptide Pyridinoline Cross-Links: Sensitive Indicators of Periodontal Tissue Destruction. Ann N Y Acad Sci. June 1999;878:404–412.

29. Giannobile WV, Lynch SE, Denmark RG, Paquette DW, Fiorellini JP, Williams RC.

Crevicular fluid osteocalcin and pyridinoline cross-linked carboxyterminal

telopeptide of type I collagen (ICTP) as markers of rapid bone turnover in

periodontitis. J.Clin.Periodontol. 1995;22:903-910.

30. Risteli J, Elomaa I, Niemi S, Novamo A, Risteli L. Risteli - Radioimmunoassay for the pyridinoline cross-linked carboxy-terminal telopeptide of type I collagen a new

serum marker of bone collagen degradation. CLINICAL CHEMISTRY. 1993;39(4).

31. Talonpoika JT, Hamaiainen MM. Type I collagen carboxyterminal telopeptide in

human gingival crevicular fluid in different clinical conditions and after periodontal

treatment. J Clin Periodontol. 1994;21:320-6.

32. Gursoy U, Kononen E, Palikhe PP, et al. Salivary MMP-8, TIMP-1, and ICTP as

markers of advanced periodontitis. J Clin Periodontol. 2010;37:487-493.

33. Arıkan F, Buduneli N, Lappin DF. C-Telopeptide Pyridinoline Crosslinks of Type I

Collagen, Soluble RANKL, and Osteoprotegerin Levels in Crevicular Fluid of Dental Implants with Peri-implantitis: A Case-Control Study. Int J Oral Maxillofac Implants.

2011;26:282-9.

34. Tumer C, Aksoy Y, Gunchu GN, Nohutcu RM, Kilinc K, Tozum TF. Possible impact

of inflammatory status on C-telopeptide pyridinoline cross-links of Type I collagen

and osteocalcin levels around oral implants with peri-implantitis: a controlled clinical trial. J of Oral Rehabilitation. 2008(35):934-9.

35. Reddy S. Epidemiology of Gingival and Periodontal Disease. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Publishers; 2008:45.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 45: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

32

Universitas Indonesia

36. Dahlan M. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. 4 ed. ed. Jakarta: Penerbit Salemba Medika; 2009; 1-75,155-66.

37. Kawanto FH, Soedjatmiko, Hendarto A. Factors associated with intelligence in young children with Down syndrome. Paediatrica Indonesiana. July 2012;52(4):194-9.

38. Chiappin S, Antonelli G, Gatti R, De Palo EF. Saliva specimen: A new laboratory

tool for diagnostic and basic investigation. Clinica Chimica Acta. 2007;383:30-40.

39. Amano A, Murakami J, Akiy S. Etiologic factors of early-onset periodontal disease in

Down Syndrome. Japanese Dent Sci Rev. 2008;44:118-27.

40. Nualart-Grollmus ZC, Morales-Chavez MC, Silvestre-Donat F. Periodontal disease

associated to systemic genetic disorders. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.

2007;12:E211-5.

41. Slayton R, Hughes-Brickhouse T, Adair S. Dental Development, Morphology,

Eruption and Related Pathologies. In: Nowak AJ, Camissimo PS, eds. The Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd ed; 25.

42. Buduneli N, Kinane D. Host-derived diagnostic markers related to soft tissue

destruction and bone degradation in periodontitis. J Clin Periodontol. 2011;38(1):85-

105.

43. Eapen E, Grey V, Don-Wauchope A, Atkinson SA. Bone Health In Childhood:

Usefulness Of Biochemical Biomarkers. eJIFCC. 2008;19(2):1-14.

44. Vasluianu RI, Ungureanu D, Jitaru D, Ioanid AD, Forna NC. Crevicular C-telopeptide

and C-propeptide of type I collagen are markers of parodontal disease evolution indiabetic and non-diabetic patients. Revista Română de Medicină de Laborator.

Iunie 2012;20(2/4).

45. Patil PB, Patil BR. Saliva: A Diagnostic Biomarker for Periodontal Diseases. J of Ind

Soc of Perio. Oct-Dec 2011;15(4):310-17.

46. Priyanka N, Kalra N, Namitha S, et al. Recent Approaches in Saliva as A Credible

Periodontal Diagnostic and Prognostic Marker. AOSR. 2012;2(1):40-46.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 46: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Universitas Indonesia

Lampiran 1: Surat permohonan menjadi subyek

Kepada Yth.

Orang tua/wali dari anak ………………

Dengan ini kami memohon kesediaan Bapak/Ibu/Sdr dapat mengizinkan

putra/putri Bapak/Ibu untuk ikut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan

pemeriksaan lanjutan berupa pengambilan sampel saliva (air liur) untuk penelitian

kami yang berjudul:

Konsentrasi C-Telopeptida Saliva pada Anak Sindroma Down dengan

Penyakit Periodontal

Dalam observasi tersebut kepada anak Bapak/ Ibu akan dilakukan:

1. Pemeriksaan gigi dan rongga mulut

2. Pengumpulan saliva (air liur) ± 2 ml

Ketidaknyamanan yang akan dialami adalah:

1. Saat anak akan diambil air liurnya dengan menggunakan pipet plastik

sebanyak 2 ml

2. Saat pemeriksaan gingival (gusi)

Keuntungan yang diperoleh dalam keikutsertaan pemeriksaan ini adalah

mendapatkan pengetahuan mengenai konsentrasi C-telopeptida saliva dengan

penyakit periodontal pada anak sindroma Down.

Jika Bapak/ Ibu/ Sdr bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subyek

penelitian yang terlampir harap ditandatangani dan dikirim kembali kepada:

drg. Andita Tissalia

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Indonesia

Jl. Salemba Raya No.4 Jakarta 10430

atau kepada pihak sekolah

Demikian surat ini, semoga keterangan kami dapat dimengerti. Atas kesediaan

putra/ putri dari Bapak/ Ibu/ Sdr untuk berpartisipasi kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, …………..2013

Mengetahui, Hormat Kami

Pihak Sekolah drg. Andita Tissalia

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 47: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Universitas Indonesia

Lampiran 2: Surat pernyataan kesediaan menjadi subyek

SURAT PERSETUJUAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

Saya orangtua / wali dari anak :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Telepon / Hp :

Setelah membacadan mendengar semua keterangan lengkap tentang apa

yang akan dilakukan, diperiksa serta keuntungan pada penelitian yang berjudul

Perbedaan Konsentrasi C-Telopeptida Saliva pada Anak Sindroma Down

dan Anak Normal dengan Penyakit Periodontal

maka saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengizinkan anak saya

berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan drg. Andita Tissalia (0811165765)

Jakarta, ………….. 2013

Yang menyetujui,

Orang tua/wali

( )

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 48: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Universitas Indonesia

Lampiran 3: Informasi kepada subyek penelitian

PENJELASAN UNTUK SUBYEK PENELITIAN

Penelitian : Perbedaan Konsentrasi C-Telopeptida Saliva pada

Anak SindromaDown dan Anak Normal dengan

Penyakit Periodontal

Peneliti : drg. Andita Tissalia

Kami berterimakasih atas kesediaan orang tua/ wali untuk memberikan

izin kepada putra/ putri untuk ikut serta sebagai subyek penelitian ini. Pada

kesempatan inikami berharap agar dapat memahami tujuan serta manfaat

penelitian, sehingga apa yang akan dilakukan,diperiksa dan didapatkan ssebagai

hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia pada

umumnya dan studi profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada

khususnya.

Apa yang dimaksud dengan Saliva?

Saliva atau lebih dikenalair liur merupakan cairan yang diproduksi dalam

ronggamulut yang berfungsi melindungi rongga mulut terhadap iritasi, membantu

pembicaraan, penelanan makan. Air liur mengandung ion elektrolit, protein,

immunoglobulin dan komponen lain yang saling bekerjasama untuk menjaga

rongga mulut besertaisinya meliputi gigi, gusi, lidah dan langit-langit.

Apa yang dimaksud dengan penyakit periodontal?

Penyakit periodontal (jaringan pendukung gigi) timbul akibat adanya

infeksi bakteri, pada anak sindroma Down penyebab utamanya adalah adanya

gangguan imunitas yang menyebabkan lebih rentan terhadap bakteri dan kuman.

Bakteri lebih mudah berkoloni pada plak (kotoran) anak sindroma Down yang

tidak melakukan pembersihan dan pemeriksaan secara berkala sehingga dapat

memudahkan timbulnya reaksi inflamasi pada jaringan periodontal.

Bagaimana hubungan konsentrasi C-telopeptida dengan penyakit

periodontal pada anak sindroma Down?

Anak sindroma Down cenderung memiliki prevalensi penyakit periodontal yang

lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak normal. Penelitian menunjukkan

konsentrasi C-telopeptida dapat dijadikan penanda biologis dari keparahan

penyakit periodontal.

Berapa lama penelitian akan dilakukan?

Penelitian akan dilakukan dalam waktu 20 menit.

Bagaimana mengenai biaya?

Pada penelitian ini tidak akan dikenakan biaya apapun atau gratis.

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 49: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Universitas Indonesia

Lampiran 4: Data konsentrasi C-telopeptida dan PBI setiap subyek

Sampel Usia PBI C-telopeptida

Down

Syndrome

U 1 13 2 50,176

U 2 15 3 42,507

U 3 15 2 21,418

U 4 15 3 53,371

U 5 15 2 43,146

U 6 15 2 44,424

U 7 15 2 39,951

U 8 16 1 41,229

U 9 17 1 48,259

U 10 17 2 39,951

U 11 17 2 36,116

U 12 17 2 26,530

Normal

U 13 13 1 26,530

U 14 15 2 37,395

U 15 15 1 41,229

U 16 15 3 70,626

U 17 15 2 15,666

U 18 15 1 41,229

U 19 16 1 27,169

U 20 17 1 44,424

U 21 17 3 27,169

U 22 17 1 36,116

U 23 17 2 5,441

U 24 17 1 18,862

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013

Page 50: PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351682-SP-Andita Tissalia.pdfUniversitas Indonesia PERBEDAAN KONSENTRASI C-TELOPEPTIDA SALIVA PADA

Universitas Indonesia

Lampiran 5 : Surat keterangan lolos etik

Perbedaan konsentrasi.., Andita Tissalia, FK UI, 2013