penyelesaian sengketa hak atas kekayaan intelektual

Upload: adnanthp

Post on 03-Mar-2016

56 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

motode penyelesaian pertikaian masalah Hak atas kekayaan intelektual, melalui berbagai macam usaha sesuai ketentuan hukum yang ada

TRANSCRIPT

  • BAB I. PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Perubahan yang sangat penting dalam sistem peradilan di Indonesia di bidang Hak KekayaanIntelektual (intellectual property right), atau yang biasa dan selanjutnya disebut HaKI dalam tulisan ini,adalah dibentuknya Pengadilan Niaga yang dapat menyelesaikan sengketa perdata di bidang HaKI.Penyelesaian sengketa perdata di bidang HaKI melalui pengadilan niaga dengan hakim-hakim yangkhusus merupakan hal yang baru yang dapat diharapkan untuk menyelesaikan permasalahan secaratepat waktu dengan tetap menjunjung tinggi penegakan hukum dan bersikap adil serta dapat memenuhiharapan masyarakat. Dalam undang-undang HaKI telah mengatur time frame untuk kepastian hukumdalam interval waktu penyelesaian sengketa. Hal ini guna untuk mengimplimentasikan hasilkesepakatan-kesepakatan internasional di bidang HaKI yang diikuti oleh Indonesia. Kesepakataninternasional merekomendasikan bahwa penyelesaian sengketa di bidang HaKI harus dilakasanakandalam waktu yang singkat.

    Indonesia telah memperaktekkan kesepakatan itu, di mana dalam penyelesaian sengketa dibidang HaKI diselesaikan melalui Pengadilan Niaga. Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yangmengadili permasalahan dalam bidang ekonomi dan bisnis, misalnya dari awal memasukkan perkarasampai dengan putusan di Pengadilan Niaga diberikan waktu 90 hari untuk Hak Citpa dan Merek dan180 hari atau setengah tahun untuk Paten.

    Banyak sekali terjadi pelanggaran hak kekayaan intelektual yang terjadi di dunia bisnis baik diluar negeri maupun di Indonesia. Beberapa contoh pelanggaran hak kekayaan intelektual tersebutterjadi dalam bentuk pencurian ide ataupun plagiat pada suatu produk maupun merk terntetu. Maka dariitu makalah ini akan membahas mengenai sengketa dan cara penyelesaian hak kekayaan intelektualyang terjadi di Indonesia.

    B. RUMUSAN MASALAH

    1. Bagaimana penyelesaian sengketa hak kekayaan intelektuan di indonesia ?2. Bagaimana penyelesaian sengketa HAKI terkait hak cipta, hak merk, hak paten ?

  • BAB II. PEMBAHASAN

    Sengketa hki timbul karena terjadi pelanggaran kepemilikan hki oleh pihak orang lain, yaitumenggunakan atau memanfaatkan secara melawan hukum tanpa persetujuan pemiliknya, di negara kitabanyak sekali terjadi pelanggaran HKI.Pada dasarnya penyelesaian sengketa HKI dapat dilakukan melalui jalur litigasi yakni peradilan dalamhal ini melalui peradilan negri dan peradilan niaga dan melalui jalur non litigasi (ADR).1. Penyelesaian sengketa HKI melalui peradila niaga

    Berdasarkan ketentuan pasal 280 uu nomor 4 tahun 1998 tentan kepailitan kompetensi pengadilanniaga pada dasarnya adalah untuk memeriksa dan memutuskan perkara perkara :

    a. Pernyataan permohonan pailitb. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran hutangc. Perkara lain dibidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan peraturan

    pemerintah.HKI berdasarkan penjelasan pasal 66 uu nomor 30 tahun 1999 termasuk dalam ruang lingkupperdagangan dan perniagaan.

    2. Penyelesaian sengketa HKI melalui pengadilan negri.Mengingat tidak semua ada dibentuk pengadilan niaga, maka pengadilan negri dapat dipergunakanuntuk menyelesaikan kasus kasus hki. Tata cara prosedur mengacu kepada ketentuan hukumperdata.

    3. Penyelesaian sengketa hki melalui ADRSelain melalui lembaga peradilan sengketa hki juga bisa diselesaikan melalui ADR, ADR yangpaling umum dilakukan adalah dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase.

    Pada era perdagangan global saat ini, Hak Kekayaan Intelektual merupakan permasalahan yangpenting karena berhubungan dengan masalah ekonomi dan kegiatan bisnis. Indonesia saat ini mengakuiadanya Hak Kekayaan Intelektual dengan meratifikasi Konvensi Hak Kekayaan Intelektual danKonvensi pembentukan World Trade Organization (WTO) yang berisi tentang TRIPS (Trade RelatedAspects of Intellectual Property Rights). Setelah meratifikasi konvensi tersebut Indonesia membuatperaturan perundang-undangan yang mengatur tentang Hak Kekayaan Intelektual antara lain :

    1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek3. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang6. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri7. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

    Pengadilan Niaga adalah suatu Pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilanumum, yang dibentuk dan bertugas menerima, memeriksa dan memutus serta menyelesaikanpermohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang serta perkara lain dibidangperniagaan.

    Untuk pertama kalinya Pengadilan Niaga dibentuk pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, danselanjutnya berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. 97 Tahun 1999 dibentuk 4 (empat) PengadilanNiaga, yaitu Pengadilan Niaga Medan, Pengadilan Niaga Ujung Pandang (Makasar), Pengadilan NiagaSemarang, dan Pengadilan Niaga Surabaya. Khusus wilayah hukum Pengadilan Niaga Medan meliputiwilayah Propinsi Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi dan Propinsi Nangro AcehDarusallam.

  • Sebagai Hakim Niaga yang memeriksa sengketa HKI harus memahami kasus dan kriteriaperlindungannya, yakni :

    Apakah termasuk objek yang dilindungi.. Apakah memenuhi persyaratan yang dilindungi. Apakah terdaftar di negara tujuan dimana perlindungan diharapkan.

    Sedangkan penyebab perselisihan dalam sengketa HKI lazimnya adalah : Penggunaan HKI tanpa seizin pemilik. Tidak dipenuhinya perjanjian lisensi HKI.

    1. Cara penyelesaian sengketa HAKI mengenai hak ciptaBerdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta :

    Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan ataumemperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangipembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.(Pasal 1 ayat 1)Hak cipta diberikan terhadap ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian,dan kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta, yaitu seorangatau beberapa orang secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkanpikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yangkhas dan bersifat pribadi.Dasar Hukum HAK CIPTA :

    1. UU Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta2. UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1982 Nomor

    15)3. UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang

    Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)4. UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982

    sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RITahun 1997 Nomor 29)

    Indonesia sebagai salah satu Negara yang telah meratifikasi Persetujuan TRIPs melaluiPersetujuan WTO, mempunyai konsekwensi untuk menerapkan TRIPs didalam Undang-undangHak Ciptanya. Hal tersebut telah dilakukan Indonesia dengan menyesuaikan Undang-undang HakCiptanya dengan Ketentuan didalam TRIPs. Penyesuaian yang paling akhir adalah dibuatnyaUndang-undang Hak Cipta yang baru yaitu Undang-undang Nomor 19 tahun 2002. Isi dariUndang-undang ini pada dasarnya merupakan penerapan dari ketentuan minimal yang adadidalam persetujuan TRIPs. Dalam rangka penyelesaian sengketa hak cipta, Undang-undang hak cipta menentukandapat dilakukan melalui jalur litigasi dari alternatif penyelesaian sengketa. Maksudnya jalurlitigasi adalah melalui proses perdata dan pidana. Dalam memeriksa pelanggaran hak ciptamelalui jalur perdata, dasar hukumnya adalah Undang-undang Hak Cipta. Apabila Undang-undang Hak Cipta tidak mengaturnya, maka yang berlaku adalah KUHPerdata untuk hukummaterilnya dan HIR untuk Hukum formilnya. Memeriksa pelanggaran hak cipta melalui jalur pidana, dasar hukunmya adalah Undang-undang Hak Cipta. Apabila Undang-undang Hak Cipta tidak mengaturnya, maka yang berlakuadalah Hukum pidana umum yaitu, KUHP untuk hukum materiiInya dan KUHAP untuk hukumformilnya.

    Alternatif penyelesaian sengketa yang diuraikan disini hanya Arbitrase dan Mediasi, karenacara ini yang paling dikenal di Indonesia. Sementara itu Mediasi merupakan salah satu bentukalternatif penyelesaian sengketa yang sedang dikembangkan di peradilan di Indonesia.

  • Pengaturan pelanggaran hak cipta dari aspek pidana1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjaramasing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00(satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda palingbanyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

    2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjualkepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkaitsebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    3. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untuk kepentingankomersial suatu Program Komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

    Dari pasal tersebut sudah jelas bahwa yang namanya melanggar itu akan dikenakan denda pidanamaupun secara komersial hal ini kembali lagi pada masing-masing orang. apakah kita maumenjiplak hasil karya orang lain yang akan kena denda dari pasal tersebut atau menghasilkansuatu karya sendiri dengan atas hak cipta yang kita buat

    2. Cara penyelesaian HAKI mengenai merk

    Penyelesaian sengketa terhadap merek diatur di dalam hukum indonesia antara lain :

    1. Penyelesaian Sengketa Alternatif (Alternatif Dispute Resolution)

    Penyelesaian Sengketa Alternatif dalam penyelesaian sengketa merek diatur dalam Pasal 84Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, selain dalam Undang-Undang Merekpenyelesaian sengketa alternatif lebih khusus diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Alternatif.Menurut Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 yang dimaksud denganAlternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapatmelalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengancara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi.a. Negosiasi

    Menurut Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 pada dasarnya para pihakdapat berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul di antara mereka.Kesepakatan mengenai penyelesaian tersebut selanjutnya harus dituangkan dalam bentuktertulis yang disetujui oleh para pihak.Negosiasi merupakan salah satu penyelesaian sengketa alternatif yang dilakukan olehpihak-pihak yang bersengketa atau kuasanya secara langsung pada saat negosiasidilakukan, tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah. Para pihak yang bersengketayang secara langsung melakukan perundingan atau tawar-menawar sehingga menghasilkansuatu kesepakatan bersama. Para pihak yang bersengketa sudah barang tentu telahberdiskusi atau bermusyawarah sedemikian rupa agar kepentingan-kepentingan dan hak-haknya terakomodir menjadi kepentingan/ kebutuhan bersama para pihak yangbersengketa. Pada umumnya kesepakatan bersama tersebut dituangkan secara tertulis.

  • b. MediasiMediasi merupakan salah satu penyelesaian sengketa dengan bantuan pihak ketiga(mediator) yang tidak memihak (imparsia) yang turut aktif memberikan bimbingan atauarahan guna mencapai penyelesaian. Namun ia tidak berfungsi sebagai hakim yangberwenang mengambil keputusan. Inisiatif penyelesaian tetap berada pada tangan parapihak yang bersengketa.Dalam kaitan dengan Mediasi menurut ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor30 Tahun 1999 menyatakan atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau bedapendapat diselesaikan melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun melaluiseorang mediator. Kesepakatan penyelesaian sengketa atau beda pendapat secara tertulisadalah final dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik.Kesepakatan tertulis, wajib didaftarkan ke Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30(tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan dan wajib dilaksanakan dalam waktupaling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.

    c. KonsiliasiKonsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa alternatif yang melibatkan seorangpihak ketiga atau lebih, dimana pihak ketiga yang diikutsertakan untuk menyelesaikansengketa adalah seseorang yang secara profesional sudah dapat dibuktikan kehandalannya.

    2. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

    Penyelesaian sengketa dilakukan melalui pengadilan sebagaimana diatur di dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga oleh pihak pemilikmerek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang secara tanpa hakmenggunakan Merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untukbarang atau jasa yang sejenis, yaitu :a. Gugatan ganti rugi, dan/ ataub. Penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan dengan menggunakan merek

    tersebut.

    Selain melalui Pengadilan Niaga penyelesaian sengketa juga dapat dilakukan di PengadilanNegeri dengan perkara pidana dimana Undang-undang Merek memberikan ancaman pidanakepada setiap orang yang menggunakan Merek yang sama pada keseluruhannya ataupun yangsama pada pokoknya. Kedua bentuk perbuatan ini diklasifikasikan sebagai kejahatan.Besarnya ancaman pidana,ditentukan dalam ketentuan Pasal 90 dan Pasal 91, sebagai berikut :

    Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama padakeseluruhannya dengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenisyang diproduksi dan/atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).Pasal 91 :Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak menggunakan Merek yang sama pada pokoknyadengan Merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/ atau jasa sejenis yang diproduksidan/ atau diperdagangkan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).

  • 3. Cara penyelesaian HAKI mengenai Hak Paten

    Dasar Hukum HAK PATEN :1. UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 1989 Nomor 39)2. UU Nomor 13 Tahun 1997 tentang Perubahan UU Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten

    (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 30)3. UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 109)

    Penyelesaian sengketa hak paten melalui Pengadilan Niaga diatur dalam Pasal 117Undang Undang paten yang mana pihak yang berhak atau yang menjadi subjek paten (diaturdalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12) dapat menggugat kepada pengadilan niaga jika suatupaten diberikan kepada pihak lain selain dari yang berhak.

    Sebagai Hakim Niaga yang memeriksa sengketa paten harus memahami kasus dan kriteriaperlindungannya, yakni :1. Apakah termasuk objek yang dilindungi.2. Apakah termasuk kriteria yang dikecualikan dari perlindungan.3. Apakah memenuhi persyaratan yang dilindungi.4. Apakah terdaftar di negara tujuan dimana perlindungan diharapkan.

    Sedangkan penyebab perselisihan dalam sengketa hak paten lazimnya adalah :1. Ketidak jelasan status kepemilikan.2. Penggunaan hak paten tanpa seizin pemilik.3. Tidak dipenuhinya perjanjian lisensi hak paten.

    Dengan sarana Pengadilan Niaga yang dipandang memahami kriteria sengketa patendiharapkan keadilan benar benar tercapai dan memuaskan. Idealnya setiap putusan Hakimmengandung 3 (tiga) unsur, yaitu :1. Unsur kepastian hukum.2. Unsur kemanfaatan.3. Unsur keadilan.

    Sebelum suatu perkara hak paten masuk ke Pengadilan dan didaftarkan, maka ataspermintaan pihak yang merasa dirugikan, Pengadilan Niaga dapat menerbitkan suratpenetapan sementara untuk upaya perlindungan terhadap pemilik hak paten untuk mencegahkerugian yang lebih besar dalam hal ada pelanggaran hukum yang dilakukan oleh pihak lainterhadap hak paten miliknya. Diatur dalam Pasal 125 Undang-Undang Tentang Paten.Putusan Hakim akan bergantung kepada pembuktian para pihak yang hukum acaranya diaturdalam hukum acara perdata ditambah beberapa ketentuan khusus yang diatur dalamperaturannya.

    Hukum acara khusus juga terkristal dalam kekhususan prosedur bagi penyelesaiansengketa dibidang hak paten di Pengadilan Niaga yaitu adanya tenggang waktu yang ketat:1. Penyampaian gugatan kepada Ketua Pengadilan.2. Mempelajari berkas gugatan dan menetapkan hari sidangnya.3. Pemanggilan para pihak untuk bersidang.4. Pemeriksaan di persidangan.5. Putusan harus diucapkan paling lama dalam 90 hari setelah pendaftaran gugatan.6. Penyampaian putusan kepada para pihak.

  • Putusan Pengadilan Niaga dalam sengketa hak paten terbuka upaya hukum Kasasi keMahkamah Agung. Kekhususan ditingkat Kasasi sebagai berikut :1. Tenggang waktu pengajuan Kasasi : paling lambat 14 hari.2. Tenggang waktu penyampaian Memori Kasasi : paling lambat 7 hari sejak tanggal

    permohonan.3. Pengiriman Memori Kasasi kepada pihak Termohon Kasasi : paling lambat 2 hari setelah

    diterima Memori Kasasi.4. Pengajuan Kontra Memori Kasasi paling lambat 7 hari setelah penerimaan Memori

    Kasasi. Pengiriman Kontra Memori Kasasi kepada pihak lawan (Pemohon Kasasi) palinglambat 2 hari.

    5. Pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung paling lambat 14 hari setelahpengiriman Kontra Memori Kasasi tersebut di atas.

    6. Mahkamah Agung wajib mempelajari berkas perkara Kasasi dan menetapkan hari sidangpaling lambat 7 hari setelah permohonan Kasasi diterima oleh Mahkamah Agung.

    7. Putusan Kasasi harus diucapkan paling lambat 90 hari setelah permohonan diterima olehMahkamah Agung.

    8. Panitera Mahkamah Agung wajib menyampaikan kepada Panitera Pengadilan Niagapaling lambat 7. hari setelah putusan Kasasi diucapkan.

    9. Juru sita Pengadilan Niaga menyampaikan salinan putusan Kasasi kepada PemohonKasasi dan Termohon Kasasi paling lambat 7 hari setelah putusan Kasasi diterima olehPanitera Pengadilan Niaga.

  • KESIMPULAN

    1. Penyelesaian sengketa HKI melalui peradila niaga.Berdasarkan ketentuan pasal 280 uu nomor 4 tahun 1998 tentan kepailitan kompetensi pengadilanniaga pada dasarnya adalah untuk memeriksa dan memutuskan perkara perkara :a. Pernyataan permohonan pailitb. Permohonan penundaan kewajiban pembayaran hutangc. Perkara lain dibidang perniagaan yang penetapannya dilakukan dengan peraturan

    pemerintah.HKI berdasarkan penjelasan pasal 66 uu nomor 30 tahun 1999 termasuk dalam ruang lingkupperdagangan dan perniagaan.

    2. Penyelesaian sengketa HKI melalui pengadilan negri.Mengingat tidak semua ada dibentuk pengadilan niaga, maka pengadilan negri dapatdipergunakan untuk menyelesaikan kasus kasus hki. Tata cara prosedur mengacu kepadaketentuan hukum perdata.

    3. Penyelesaian sengketa hki melalui ADRSelain melalui lembaga peradilan sengketa hki juga bisa diselesaikan melalui ADR, ADR yangpaling umum dilakukan adalah dengan cara negosiasi, mediasi, konsiliasi dan arbitrase.

  • TUGAS MATA KULIAH HAKI

    METODE PENYELESAIAN PERSELISIHAN HKI

    NAMA : ADNAN ADHY KURNIAWANNIM : 1311018644FAKULTAS : HUKUM

    UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO2015

    2015-10-26T11:14:50+0700Adnan Kurniawan