perlindungan hukum kekayaan intelektual …

65
PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL DI JAWA TENGAH SKRIPSI disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh: MILA BUNGA HARDANI NIM. 8111416149 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN

INTELEKTUAL KOMUNAL DI JAWA TENGAH

SKRIPSI

disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh:

MILA BUNGA HARDANI

NIM. 8111416149

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2020

Page 2: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

ii

Page 3: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

iii

Page 4: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

iv

Page 5: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Terlalu muda untuk merasa kita tua. Selagi kita mampu, maka lakukanlah.

Persembahan:

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua saya, Bapak Hartono dan Ibu Eni

Krisnawati yang tiada henti-hentinya selalu

memberikan motivasi, semangat, doa dan nasihat

kepada anaknya.

2. Adik saya, Adinda Sekar Hardani yang selalu

memberikan dukungan.

3. Seluruh teman-teman yang selalu memberikan

semangat dan motivasi.

4. Almamater.

Page 6: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL DI

JAWA TENGAH”. Peneliti menyadari Penelitian ini dapat terselesaikan atas

bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu Peneliti mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat:

1. Allah SWT, atas curahan kasih sayang, keberkahan, serta rahmat-Nya yang

telah memberikan kekuatan dan sandaran kepada penulis selama pembuatan

skripsi hingga saat ini.

2. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

3. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang.

4. Prof. Dr. Martitah, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas

Hukum Universitas Negeri Semarang.

5. Dr. Ali Masyhar, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

6. Tri Sulistiyono, S. H., M. H., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

7. Aprilla Niravita, S.H., M.kn., selaku Ketua Bagian Perdata Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

Page 7: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

vii

8. Waspiah, SH., M.H., dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,

motivasi, bantuan, kritik, dan saran yang dengan sabar, ikhlas, dan sepenuh

hati sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang.

10. Ibu Lista Widyastuti, S.H., M.H. selaku Kepala Bidang Pelayanan Hukum

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

telah bersedia memberikan ilmu, wawasan, informasi secara jelas dan rinci

dalam penelitian ini.

11. Bapak Moh. Hawary Dahlan, S.H., M.H. selaku Kepala Sub Bidang

Pelayanan Kekayaan Intelektual Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Jawa Tengah telah bersedia memberikan ilmu, wawasan,

informasi secara jelas dan rinci dalam penelitian ini.

12. Bapak Agus Muryanto dan Bapak Salim selaku pengurus Pokdarwis Desa

Wisata Kandri yang telah bersedia sebagai narasumber, berbagi informasi

ilmu dalam penelitian ini.

13. Af‟idatun Nisa, selaku pelatih Tari Kretek Desa Janggalan yang telah bersedia

sebagai narasumber, berbagi informasi ilmu dalam penelitian ini.

14. Denok, selaku penari Tari Kubro Siswo Desa Sitiharjo yang telah bersedia

sebagai narasumber, berbagi informasi ilmu dalam penelitian ini.

15. Sukirno, selaku petani Kopi Mlandi yang telah bersedia sebagai narasumber,

berbagi informasi ilmu dalam penelitian ini.

Page 8: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

viii

16. Mulyono, selaku pengurus komunitas kesenian Jathilan „Turonggo Satrio

Mudho‟ yang telah bersedia sebagai narasumber, berbagi informasi ilmu

dalam penelitian ini.

17. Yani, selaku peternak Madu Desa Selosabrang yang telah bersedia sebagai

narasumber, berbagi informasi ilmu dalam penelitian ini.

18. Indri Ana Kusnaeni, selaku pengurus komunitas batik „Dewi Eramaya‟ Desa

Ngropoh yang telah bersedia sebagai narasumber, berbagi informasi ilmu

dalam penelitian ini.

19. Kedua orang tua saya tercinta Bapak Hartono, Ibu Eni Krisnawati, Adik

Adinda Sekar Hardani, yang selalu memberikan dukungan baik dalam

keadaan suka dan duka atas segala doa, kasih sayang, kepercayaan, semangat,

motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

20. Zaenal Angga Permana, A.Md. yang selalu memberi semangat, nasihat,

kepercayaan dan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

21. Teman-teman terdekat saya, Adi Hariyadi, Novian Ardian, Miladia Gita ,

Nurlia Yustida, Unisa, Recha Halimatus, Dhea Budi, Aknes Widora, Zhafira

Nurma, Eka Pristiya, Sabela Ifandela, Zaenab, Tika, Ariska Dwi, Roza Linda.

22. Teman-teman yang selalu mendukung, Intan Pratiwi, Fanidio Muhammad,

Reksi Yanuar, Rahmatiya, Dimas Budi, Naufal Khaidar, Nanang Suwitnyo,

Valentino Apriliananda, Bagas Jaya, Yudha Manggala, Bagus Adhiguna,

Andre Wibowo, Juan Damanik,

23. Keluarga baru selama 45 hari KKN Desa Sitiharjo, Miftahul Jannah, Dwi,

Aulia, Danar, Doni, Damar, Annas, Ranisya, Biru, Anggita.

Page 9: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

ix

Page 10: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

x

ABSTRAK

Hardani, Mila Bunga. 2020. PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN

INTELEKTUAL KOMUNAL DI JAWA TENGAH. Skripsi Bagian Hukum

Perdata Dagang. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing: Waspiah, S.H.,M.H

Kata Kunci: Kekayaan Intelektual, Komunal

Kekayaan Intelektual Komunal adalah kekayaan intelektual yang berupa

pengetahuan tradisional, ekspresi budaya tradisional, sumber daya genetik, dan

potensi indikasi geografis. Kata komunal tersebut menunjukan bahwa

kepemilikan dari kekayaan intelektual komunal merupakan hal kolektif yang

dimiliki oleh suatu kelompok komunal. Tugas Negara menjaga dan melestarikan

kekayaan intelektual komunal sebagai identitas bangsa. Kekayaan intelektual

komunal dilindungi agar terhindar dari pelanggaran yang dilakukan oleh pihak

Asing, sehingga perlu adanya sebuah perlindungan hukum. Berdasarkan latar

belakang tersebut, rumusan masalah pada skripsi ini yaitu: (1) Bagaimana

perlindungan hukum kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah berdasarkan

Peraturan Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Data

Kekayaan Intelektual Komunal?; dan (2) Bagaimana mekanisme perubahan

pencatatan kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah?.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yuridis Empiris dengan

pendekatan Kualitatif. Sumber data penelitian berasal dari data primer yaitu

wawancara, observasi dan dokumentasi terkait dengan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah dan tujuh orang

responden, serta data sekunder yaitu studi kepustakaan.

Hasil penelitan ini menunjukan bentuk perlindungan hukum terhadap

kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah yang dilakukan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah belum maksimal,

faktor yang menghambat yaitu: masyarakat, wilayah Jawa Tengah yang luas,

pluralisme kebudayaan di Jawa Tengah. Untuk mekanisme perkembangan

kekayaan intelektual komunal tetap mendapatkan perlindungan hukum melalui

pendaftaran kekayaan intelektual baru dan menjadi kelompok Kekayaan

Intelektual Privat dengan mencantumkan dalam uraian yang terinspirasi atau

perkembangan dari Kekayaan Intelektual Komunal sebelumnya.

Simpulan penelitian ini bentuk perlindungan hukum kekayaan intelektual

komunal belum maksimal dikarenakan beberapa faktor tersebut diatas dan

perubahan yang terjadi pada kekayaan intelektual komunal yang disebabkan

karena perkembangan zaman tetap dapat perlindungan hukum menjadi kekayaan

intelektual privat. Saran peneliti terhadap permasalahan ini adalah Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah sebaiknya

menerapkan program yang efektif, diharapkan kedepannya masyarakat dapat

memiliki kesadaran pentingnya perlindungan hukum kekayaan intelektual

komunal dan berperan aktif dalam menjaga kebudayaan tradisional dan

keanekaragaman hayati.

Page 11: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .. Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ............................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................................. x

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ................................................................................. 6

1.3. Pembatasan Masalah ................................................................................ 7

1.4. Rumusan Masalah .................................................................................... 8

1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

1.6. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10

2.1. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 10

2.2. Landasan Teori ....................................................................................... 12

2.2.1 Teori Hak Kepemilikan John Locke ............................................... 12

2.3. Landasan Konseptual ............................................................................. 14

2.3.1 Tinjauan Umum tentang Kekayaan Intelektual .............................. 14

2.3.3.1 Sejarah Singkat Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia ............ 14

2.3.1.2 Jenis Kekayaan Intelektual .......................................................... 17

2.3.2 Tinjauan Umum tentang Ekspresi Budaya Tradisional .................. 26

Page 12: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xii

2.3.2.1 Pengertian Ekpresi Budaya Tradisional ...................................... 26

2.3.2.2 Karakteristik Ekspresi Budaya Tradisional ................................. 27

2.3.2.3 Jenis-jenis Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional............... 28

2.3.3 Tinjauan Umum tentang Pengetahuan Tradisional ......................... 29

2.3.3.1 Pengertian Pengetahuan Tradisional ........................................... 29

2.3.3.2 Karakteristik Pengetahuan Tradisional ....................................... 30

2.3.3.3 Ruang Lingkup Perlindungan Pengetahuan Tradisional ............. 31

2.3.4 Tinjauan Umum tentang Indikasi Geografis ................................... 32

2.3.4.1 Pengertian Indikasi Geografis ..................................................... 32

2.3.4.2 Indikasi Geografis Yang Tidak Dapat di Daftarkan dan di Tolak33

2.3.5 Tinjauan Umum tentang Sumber Daya Genetik ............................. 34

2.3.5.1 Pengertian Sumber Daya Genetik ............................................... 34

2.3.5.2 Ruang Lingkup Perlindungan Sumber Daya Genetik ................. 35

2.3.6 Pengertian Komunal ........................................................................ 36

2.3.7 Pengertian Perlindungan Hukum .................................................... 38

2.4. Kerangka Berpikir .................................................................................. 41

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 42

3.1. Pendekatan Penelitian ............................................................................ 42

3.2. Jenis Penelitian ....................................................................................... 43

3.3. Fokus Penelitian ..................................................................................... 44

3.4. Lokasi Penelitian .................................................................................... 45

3.5. Sumber Data ........................................................................................... 47

3.6. Teknik Pengambilan Data ...................................................................... 50

3.7. Validitas Data ......................................................................................... 53

3.8. Analisis Data .......................................................................................... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 59

4.1. Hasil Penelitian ...................................................................................... 59

Page 13: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xiii

4.1.1 Gambaran Umum Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah .......................................................................... 59

4.1.2 Gambaran Umum Desa Wisata Kandri ........................................... 63

4.1.3 Gambaran Umum Desa Janggalan .................................................. 65

4.1.4 Gambaran Umum Desa Sitiharjo .................................................... 66

4.1.5 Gambaran Umum Desa Mlandi ...................................................... 67

4.1.6 Gambaran Umum Desa Bejen......................................................... 69

4.1.7 Gambaran Umum Desa Selosabrang .............................................. 71

4.1.8 Gambaran Umum Desa Ngropoh .................................................... 72

4.1.9 Perlindungan Hukum Kekayaan Intelektual Komunal di Jawa

Tengah Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal ......... 73

4.1.10 Mekanisme Perubahan Pencatatan Kekayaan Intelektual Komunal

Di Jawa Tengah ............................................................................................. 89

4.2. Pembahasan ............................................................................................ 94

4.2.1 Perlindungan Hukum Kekayaan Intelektual Komunal di Jawa

Tengah Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal ......... 94

4.2.2 Mekanisme Perubahan Pencatatan Kekayaan Intelektual Komunal di

Jawa Tengah ................................................................................................ 124

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 141

5.1. Simpulan ............................................................................................... 141

5.2. Saran ..................................................................................................... 142

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 143

LAMPIRAN ........................................................................................................ 143

Page 14: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xiv

DAFTAR SINGKATAN

IPR : Intellectual Property Rights

HKI : Hukum Kekayaan Intelektual

TRIPs : The Agreement of Trade-Related Aspects of Intellectual Property

Rights

KUHPer : Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

WIPO : World Intellectual Property Organization

KIK : Kekayaan Intelektual Komunal

DTLST : Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

WTO : World Trade Organization

PVT : Perlindungan Varietas Tanaman

CBD : Convention on Biological Diversity

PT : Pengetahuan Tradisional

SDG : Sumber Daya Genetik

IG : Indikasi Geografis

PADIA : Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal

PPNS : Pejabat Pegawai Negeri Sipil

KIP : Kekayaan Intelektual Privat

Page 15: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.4 Kerangka Berpikir……………………………………………………45

Bagan 3.7 Alur Penelitian……………………………………………………......62

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah…………………………………………65

Bagan 4.2 Alur Pencatatan Kekayaan Intelektual Komunal……………………107

Page 16: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu…………………………………………………..10

Tabel 4.1 Data Kekayaan Intelektual Komunal Di Jawa Tengah……………..…78

Page 17: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah

Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

Lampiran 4 Dokumen Terkait Penelitian

Lampiran 5 Dokumentasi Bersama Narasumber

Page 18: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia dan hukum merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Budaya sadar hukum saat ini di masyarakat masih dinilai sangat kurang. Hukum

merupakan salah satu pengatur tatanan kehidupan bermasyarakat. Hampir di

seluruh aspek kehidupan, terdapat hukum di dalamnya. Mulai dari aspek ekonomi,

sosial, dan budaya. Dengan adanya hukum di masyarakat maka akan tercipta

kehidupan yang selaras dan bersinergi.

Manusia diberikan kemampuan intelektual yang lebih unggul

dibandingkan makhluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. Indonesia merupakan salah

satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan hayati. Selain kekayaan alam

dan hayati yang dimiliki, Indonesia juga kaya akan tradisi dan budaya yang timbul

dari kemampuan berpikir masyarakat. Semakin berkembangnya zaman diikuti

pula dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Pada masa perkembangan

pengetahuan, teknologi dan informasi yang sangat pesat sekarang ini

mengakibatkan negara-negara di dunia seolah tidak memiliki batas. Segala

sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan pengetahuan, informasi dan

teknologi di suatu negara akan cepat menyebar dan mudah di akses oleh negara

lain.

Istilah ius atau hukum dalam bahasa latin memiliki arti memerintah atau

mengatur. Istilah ini merupakan salah satu tujuan hukum yaitu keadilan atau

Page 19: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

2

iustitia. Sudah semestinya hukum memberikan kepastian, keadilan dan

kemanfaatan di masyarakat.

Ketika memasuki era globalisasi, berbagai kebiasaan atau budaya yang

bukan merupakan identitas bangsa secara tidak langsung memberikan dampak

baik langsung maupun tidak langsung di kehidupan masyarakat. Salah satunya

Hak Kekayaan Intelektual atau Intelectual Property Rights (IPR), yaitu hak

ekslusif yang timbul dari hasil olah pemikiran atau intelektualitas manusia yang

menghasilkan suatu karya, cipta, dan penemuan yang didalamnya terdapat sistem

pengakuan dan perlindungan. Kehadiran Hukum Kekayaan Intelektual yang

selanjutnya disebut HKI memang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat dan

kegiatan ekonomi.

Hak Kekayaan Intelektual sangat erat dengan komersialisasi. HKI menjadi

penting ketika ada suatu karya cipta yang di komersialisasikan. Sehingga pemilik

atau pemegang hak ekslusif tersebut membutuhkan perlindungan hukum agar

kepentingan mereka terlindungi dalam upaya memperoleh manfaat dari

komersialisasi kekayaan intelektualnya. Konsep mengenai hak kekayaan

intelektual didasarkan pada pemikiran bahwa segala karya cipta yang dihasilkan

manusia melalui proses yang sangat panjang dan mengorbankan waktu, tenaga,

dan biaya dari pencipta.

Sesuai dengan karakteristiknya Agus Mardiyanto dalam Jurnal Dinamika

Hukum (2013: 25) berpendapat bahwa HKI tidak menguasai kekayaan secara

fisik, melainkan hanya dapat dikuasai dengan klaim atau tindakan hukum, artinya

kepemilikan hanya tercatat dalam format hak dan pelaksanaanya memerlukan

suatu tindakan hukum terutama apabila terdapat pelanggaran terhadap hak

Page 20: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

3

tersebut. Rindia Fanny Kusumaningtyas dan Arif Hidayat dalam International

Journal of Business, Economics and Law (2019: 36) upaya perlindungan yang

dilakukan oleh pemerintah pusat melalui Direktur Jenderal Hak Kekayaan

Intelektual Kementerian Indonesian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam

meningkatkan pendaftaran Kekayaan Intelektual muncul dengan menyediakan

pendaftaran mudah yang bisa dilakukan di setiap provinsi sehingga pendaftaran

tidak harus datang ke Jakarta.

Hukum dalam bidang kekayaan intelektual ini meliputi hak komunal dan

hak personal (Nugroho, Jurnal Penelitian Hukum Supremasi Hukum, 2015: 167).

Ekpresi Budaya Tradisional merupakan salah satu bentuk dari pemikiran, ide,

gagasan, dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang di kehidupan masyarakat.

Kekayaan Intelektual yang dihasilkan masyarakat adat atau tradisional mencakup

beberapa hal mulai dari sistem pengetahuan tradisional, karya-karya seni, karya

sastra, filsafat, sejarah, bahasa, catatan perkembangan seni, hukum adat, obat-

obatan, batik, permainan rakyat, tarian, dan arsitektur tradisional. Hak kekayaan

intelektual komunal dimiliki secara bersama atau komunal oleh komunitas adat

yang disusun, dijaga, dan diperlihara oleh tradisi.

Selain ekpresi budaya tradisional, dalam kekayaaan intelektual komunal

dikenal pula pengetahuan tradisional (traditional knowledge), indikasi geografis

dan sumber daya genetik. Pengetahuan tradisional (traditional knowlegde)

termasuk dalam lingkup karya intelektual yang bersumber dari ide, gagasan, atau

penemuan kelompok masyarakat suatu negara (Rongiyati, Jurnal Negara Hukum,

2011: 215).

Page 21: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

4

Kekayaan intelektual yang dihasilkan masyarakat adat atau tradisional

masih belum terakomodasi oleh regulasi mengenai Hak Kekayaan Intelektual.

Mengenai perlindungan dan pengakuan kekayaan intelektual komunal telah

menjadi perhatian bagi masyarakat dan organisasi internasional. Saat ini sudah

banyak klaim yang dilakukan oleh bangsa lain terhadap hasil kekayaan alam

maupun kekayaan intelektual budaya masyarakat Indonesia.

Sebagai bangsa yang memiliki identitas, merupakan suatu kewajiban bagi

pemerintah dan masyarakat untuk menjaga kekayaan intelektual komunal yang

berkembang di Indonesia. Untuk itu sangat perlu dikembangkan sistem

perlindungan yang baik, tepat dan memadai melalui regulasi di bidang Hukum

Kekayaan Intelektual yang telah ada atau menciptakan regulasi baru.

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

terbesar kedua di dunia dan kaya akan adat istiadat dan budaya, tentunya memiliki

potensi penting dalam konteks kekayaan intelektual komunal. Potensi yang besar

ini perlu mendapatkan perhatian baik dari segi pelestarian, perlindungan, dan

pengembangan kekayaan intelektual komunal.

Akibat dari globalisasi membuat orang asing dengan mudahnya masuk ke

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan kemudahan itu

banyak orang asing atau turis yang ikut memanfaatkan kekayaan alam maupun

budaya yang dimiliki Indonesia. Banyak pula orang asing yang beritikad tidak

baik karena melihat kekayaan alam maupun budaya Indonesia. Kasus pencurian

kebudayaan dan kekayaan alam oleh negara lain bukanlah hal yang baru.

Pada tahun 2007, terjadi insiden kesenian Reog Ponorogo diklaim sebagai

milik negara Malaysia. Akhirnya setelah melalui serangkaian perjuangan panjang

Page 22: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

5

dan berhasil untuk merebut kembali pengakuan Reog Ponorogo sebagai salah satu

kekayaan budaya Indonesia. Kasus yang terbaru, salah satu wisatawan Pulau

Komodo yang berkunjung mencuri air liur Komodo dengan tujuan dilakukan

penelitian oleh negara asing. Hasil dari penelitian tersebut nantinya akan

menghasilkan suatu produk yang dijadikan sebagai obat.

Dibutuhkan peran negara untuk menghadirkan perlindungan khusus.

Perlindungan yang dimaksud dapat berupa kepastian hukum yang sesuai dengan

konsep welfare state (negara kesejahteraan) yaitu berupa hak ekslusif baik hak

moral maupun hak ekonomi yang seharusnya dimiliki oleh masyarakat pemilik

kekayaan intelektual komunal. Selain kehadiran negara, kesadaran masyarakat

mengenai pentingnya perlindungan terhadap kekayaan intelektual komunal

merupakan hal yang sangat penting.

Di wilayah Jawa Tengah tingkat kesadaran masyarakat terhadap hukum

kekayaan intelektual komunal sendiri masih sangat kurang. Rendahnya kesadaran

hukum dapat menjadi peluang bagi orang asing melakukan pencurian dan

pelanggaran kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah. Banyak hasil

kemampuan intelektual masyarakat komunal yang dimiliki Indonesia telah dicuri

oleh warga asing, salah satunya yakni kasus sambal bajak yang berasal dari Jawa

Tengah telah dipatenkan Belanda, Kopi Toraja dari Sulawesi Selatan oleh

perusahaan Jepang, dan lain sebagainya. Kasus klaim budaya ini hendaknya

diperhatikan secara seksama dan harus dijadikan prioritas utama bagi pemerintah.

Budaya lokal yang mewakili identitas asli negara Indonesia harus segera

diberikan perlindungan.

Page 23: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

6

Kekayaan intelektual komunal merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari masyarakat. Hal itu dikarenakan kekayaan intelektual komunal tumbuh dan

berkembang didalam masyarakat atau suatu komunitas. Berdasarkan berbagai

permasalahan diatas maka, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL KOMUNAL

DI JAWA TENGAH”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka penulis telah

mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut :

1. Sebagai salah satu wilayah yang memiliki keanekaragaman sumber

daya alam dan budaya, Indonesia melakukan berbagai upaya baik

preventif maupun represif untuk melindungi diri dari pengakuan,

pencurian, dan pembajakan yang dilakukan oleh negara lain;

2. Keanekaragaman sumber daya alam dan budaya yang dimiliki oleh

Indonesia menjadi surga bagi para peneliti asing yang melakukan

berbagai penelitian di Indonesia;

3. Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya perlindungan

hukum terhadap kekayaan alam dan kekayaan intelektual komunal

yang dimiliki masyarakat Jawa Tengah;

4. Peran pemerintah yang dinilai belum maksimal dalam

mensosialisasikan pentingnya kekayaan intelektual komunal yang

dimiliki masyarakat Jawa Tengah;

Page 24: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

7

5. Optimalisasi program Pusat Data Nasional Kekayaan Intelektual

Komunal yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagai wadah

inventarisasi data kekayaan intelektual komunal yang dalam hal ini

khususnya masyarakat Jawa Tengah;

6. Pencurian, pengakuan dan pembajakan kekayaan intektual komunal

memberikan beberapa dampak yang merugikan bagi Indonesia

terutama di bidang ekonomi;

7. Kurangnya penerapan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Data Kekayaan Intelektual

Komunal.

1.3. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah bertujuan agar penelitian lebih terfokus pada

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini saja dan tidak meluas di luar

tujuan penelitian, sehingga penulis merasa perlu melakukan pembatasan terhadap

identifikasi permasalahan di atas yang meliputi :

1. Pelaksanaan perlindungan kekayaan intelektual komunal di Jawa

Tengah yang dikaitkan dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Data Kekayaan

Intelektual Komunal;

2. Peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Jawa Tengah dalam upaya perlindungan kekayaan intelektual komunal

di Jawa Tengah;

Page 25: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

8

3. Penerapan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

13 Tahun 2017 Tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal terhadap

kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah;

4. Upaya yang dilakukan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah dalam melindungi kekayaan intelektual

komunal di Jawa Tengah;

5. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan perlindungan hukum

terhadap kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut di atas, maka rumusan

masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya perlindungan hukum bagi kekayaan intelektual

komunal di Jawa Tengah berdasarkan Peraturan Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang Data

Kekayaan Intelektual Komunal?

2. Bagaimana mekanisme perubahan pencatatan kekayaan intelektual

komunal di Jawa Tengah?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, penelitian ini

memiliki tujuan yakni sebagai berikut:

1. Mengetahui dan menganalisa upaya perlindungan hukum bagi

kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah berdasarkan Peraturan

Page 26: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

9

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017

Tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal.

2. Mengetahui dan menganalisa mekanisme perubahan pencatatan

kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah.

1.6. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian pastilah mempunyai manfaat yang berguna. Hasil dari

penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi beberapa pihak. Manfaat

penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis yaitu sebagai berikut:

1. Secara praktis diharapkan dapat menjadi bahan masukan kepada

Negara, khususnya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah dalam menjalankan tugas dan

fungsi perlindungan hukum kekayaan intelektual komunal;

2. Secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran

bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pengetahuan hukum

khususnya hukum kekayaan intelektual komunal; dan

3. Bermanfaat untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas

mengenai kekayaan intelektual pada umumnya dan pentingnya

perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual komunal.

Page 27: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian dan kajian terkait kekayaan intelektual komunal telah banyak

dituangkan ke dalam bentuk buku, karya tulis, dan penelitian lainnya. Sehingga

untuk menjaga orisinalitas tulisan yang telah dibuat oleh penulis sekaligus untuk

mengetahui posisi penyusun dalam melakukan penelitian ini, maka penulis perlu

memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang ada kaitannya atau relevan

dengan masalah yang ada pada tulisan yang akan menjadi objek penelitian untuk

menghindari terjadinya kesamaan dalam pembahasan dengan penelitian yang

telah ada sebelumnya, yang didalamnya membahas mengenai hal-hal yang terkait

dengan perlindungan hukum kekayaan intelektual komunal.

Penelitian lain hanya akan penulis paparkan inti dari isi penelitiannya saja,

sehingga pada akhirnya akan diketahui bahwa penulisan ini memiliki hasil akhir

yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu yang

membahas terkait dengan kekayaan intelektual komunal dan sesuai dengan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Hasil

1 Skripsi yang ditulis

oleh Jannati,

Fakultas Hukum

Universitas Sebelas

Maret

Surakarta,

Perlindungan

Hak Kekayaan

Intelektual

Traditional

Knowlegde Guna

Pembangunan

Ekonomi

Penelitian tersebut membahas

tentang sistem perlindungan

hukum salah satu kekayaan

intelektual komunal yaitu

Traditional Knowlegde atau

pengetahuan tradisional dan

prospek perlindungan kekayaan

Page 28: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

11

Sumber:Bahan penelitian yang telah diolah

Ketiga penelitian terdahulu diatas berbeda dengan penelitian ini, pertama

penulis membahas mengenai upaya perlindungan hukum yang dilakukan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

terhadap potensi dan kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah. Pembahasan

yang kedua dalam penelitian ini, membahas bagaimana mekanisme perubahan

pencatatan kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah.

2007 Indonesia intelektual guna pembangunan

ekonomi di Indonesia.

2 Skripsi yang ditulis

oleh Amalia Resti

Faozi, Fakultas

Hukum Universitas

Muhammadiyah

Surakarta,

2018

Perlindungan

Hukum

Terhadap Karya

Cipta Ekspresi

Budaya

Tradisional Di

Bidang Seni Tari

Penelitian tersebut membahas

tentang perlindungan hukum

Ekspresi Budaya Tradisional di

bidang seni tari. Amalia dalam

penelitiannya turut membahas

bagaimana model perlindungan

hukum bagi kesenian tari di

masa mendatang.

3 Skripsi yang ditulis

oleh Unggul

Prasetyo, Fakultas

Hukum Universitas

Negeri Semarang,

2018

Implementasi

Pasal 38 Ayat (2)

Undang-Undang

Nomor 28 Tahun

2014 Tentang

Hak Cipta

Terhadap

Ekspresi Budaya

Tradisional Di

Kota Semarang

Penelitian ini membahas terkait

implementasi dari Pasal 38 Ayat

(2) Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 Tentang Hak Cipta,

hasilnya menunjukan penerapan

yang dilakukan Pemerintah

Kota Semarang belum

maksimal. Peran Pemerintah

Kota Semarang dalam

penelitian ini yakni melakukan

pelestarian, pendataan,

sosialisasi dan menggali potensi

Ekpresi Budaya Tradisional di

Kota Semarang.

Page 29: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

12

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Teori Hak Kepemilikan John Locke

Kepemilikan kekayaan intelektual apabila dilihat secara umum memiliki

prinsip yakni siapapun yang menghasilkan suatu karya cipta maka akan

mendapatkan “kepemilikan” secara alami. Munculnya HKI sebagai bagian dari

privat rights, merupakan suatu pengaruh dari John Locke dan Hegel yaitu 2 (dua)

filosof Teori Hukum Alam. John Locke yang sangat memiliki pengaruh di negara

yang menganut tradisi hukum Common Law System, mengajarkan tentang konsep

kepemilikan yang sangat berkaitan erat dengan hak asasi manusia melalui

pernyataanya “life, liberty, dan property”. John Locke berpendapat bahwa

kepemilikan seseorang terhadap suatu benda yang dihasilkan dari intelektual

mereka sendiri sudah ada secara alamiah sejak manusia itu lahir. Menurut John

Locke maupun Hegel, bermula dari Teori Hukum Alam yang bersumber pada

moralitas tentang apa yang baik dan buruk (Raharjo, 2000: 266).

John Locke mengungkapkan bahwa Tuhan memerintahkan manusia untuk

menikmati hidup, seperti makanan, peristirahatan, pakaian, dan jalan kehidupan

yang aman dan serasi melalui tenaganya (Djulaeka, 2014: 60). Sebagaimana

dikutip oleh Djulaeka, John Locke menyatakan bahwa:

“Though the earth, and all inferior creatures, be common to all men, yet

every man has a property in his own person: this no body has any rights to but

himself”

Analisis yang dikemukakan John Locke mengenai property dimulai

dengan eksistensi dari commons atau milik umum dan hal ini merupakan

pemberian dari Tuhan. Sebagaimana John Locke, Hegel menulis tentang

“property” di dalam bukunya Philosophy of Rights, dalam buku tersebut

Page 30: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

13

menggambarkan perubahan pada masa transisi yakni personality to morality,

morality to ethical life, family to civil society, civil society to state yang semuanya

menurut Hegel dianggap suatu konsep. Konsep yang dikemukakan Hegel

memiliki inti sebagai eksistensi dari kepribadian (the existence of personality).

Kedua perspektif filosof tersebut, telah memberikan gambaran bahwa

„property‟ atau kekayaan selalu dikaitkan dengan keberadaan seseorang untuk

menikmati aktualisasi jerih payahnya, yang bersifat personal. Djulaeka (2014: 69)

dalam bukunya yang berjudul Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual,

mengutip pendapat dari Stephen Waddams yang berbunyi:

“property may be abolished by changes in the law, equally property may

be newly created. Copyrights, patents, trademark, registered design are now

regarded as property, but they are all comparatively recent creations”

Pada implementasinya, privat property maupun common property

keduanya dibatasi suatu aturan dan saling melengkapi. Keberadaan hak asasi

dianggap melekat dengan eksistensi manusia sebagai individu. Hal tersebut

mengakibatkan internasionalisasi hak asasi manusia menimbulkan eksistensi hak

komunal atau hak kolektif yang melekat pada eksistensi kelompok dan

masyarakat. Pada hakekatnya manusia merupakan anggota kelompok masyarakat

yang dapat menjadi subjek hak kolektif apabila tuntutan atas hak tersebut

berdasarkan pada kepentingan bersama.

Kepemilikan kekayaan intelektual memiliki korelasi dengan kepentingan

negara (Soelistyo, 2011: 75). Meski tidak secara eksplisit menyatakan adanya Hak

Cipta, namun sebagai institusi negara juga diakui memiliki hak cipta terhadap

beberapa aset bangsa termasuk lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu kebangsaan.

Page 31: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

14

Dalam hal negara sebagai pemegang hak cipta, tidak mengurangi penghormatan

dan sikap pengakuan yang diberikan kepada W.R. Supratman sebagai pencipta

lagu tersebut. Dalam hal ini negara selaku pengelola hak cipta. Berdasarkan hal

tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji kekayaan intelektual yang sifat

kepemilikannya kolektif atau komunal yang ada di wilayah Jawa Tengah.

2.3. Landasan Konseptual

2.3.1 Tinjauan Umum tentang Kekayaan Intelektual

2.3.3.1 Sejarah Singkat Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia

Peraturan yang mengatur HKI di Indonesia sudah ada pada tahun 1840-an.

Kemudian pada tahun 1885, Undang-Undang Merek diberlakukan oleh

pemerintah kolonial di Indonesia, setelah itu diberlakukan pula Undang-Undang

Paten di tahun 1910. Undang-undang Hak Cipta (Auteurs Wet) diberlakukan 2

(dua) tahun kemudian di Indonesia. Pada tahun 1888 Pemerintah Kolonial

Belanda di Indonesia bergabung menjadi anggota Konvensi Paris, kemudian pada

tahun 1914 menjadi anggota Konvensi Berne.

Berlanjut pada jaman pendudukan Jepang, peraturan di bidang HKI

tersebut tetap dipertahankan sampai saat Indonesia mencapai kemerdekaan pada

Tahun 1945 kecuali Undang-undang Paten (Octrooi Wet). Tidak lama setelah

Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia mengundangkan Undang-undang

Merek pada tahun 1961. Tahun 1982 pemerintah Indonesia mengundangkan

Undang-undang Hak Cipta nasional yang pertama.

Undang-undang terkait kekayaan intelektual mengalami beberapa kali

perubahan karena suatu konsekuensi keikutsertaan Indonesia dalam berbagai

konvensi internasional, salah satu diantaranya yakni TRIPs.

Page 32: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

15

2.3.3.2 Pengertian Kekayaan Intelektual

Pasal 499 Kitab Undang-undang Hukum Perdata menyatakan kebendaan

adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dikuasai oleh hak milik, hal ini

menpunyai makna bahwa hak milik tidak hanya menunjuk kepada bendanya saja,

tetapi juga menunjuk pada haknya. Mahadi (1981: 65) menyebutkan bahwa yang

dapat menjadi objek hak milik berdasarkan rumusan pasal 499 KUH Perdata

adalah barang dan hak. Dalam hal ini yang dimaksud dengan barang adalah benda

material yang berwujud, sedangkan hak merupakan bentuk benda immateriil

karena tidak dapat diraba dan tidak berwujud.

Penjelasan tersebut sejalan dengan Pasal 503 KUHPerdata yang

mengklasifikasikan kebendaan ke dalam kelompok benda berwujud dan benda

tidak berwujud. Intellectual Property Rights merupakan istilah dalam bahasa

asing yang memiliki arti Hak Kekayaan Intelektual. Selain istilah tersebut, dikenal

juga dengan “intangible property”, “creative property”, dan “incorporeal

property” (Wiradirja dan Munzil, 2018: 28).

Menurut paham undang-undang yang dinamakan kebendaan yakni tiap-

tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik (Soetami, 2007:

30). Sejak tahun 1979 Indonesia sudah menjadi anggota dari WIPO (World

Intellectual Property Organization) diawali dengan disahkan dan diundangkannya

Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1979 tentang Pengesahan Paris Convention for

the Protection of Industrial Property and Convention Establishing the World

Intellectual Property Organization sebagaimana telah diubah dengan Keputusan

Presiden No. 15 Tahun 1997 tentang Perubahan Keputusan Presiden No. 24

Tahun 1979 tentang Pengesahan Paris Convention for the Protection of Industrial

Page 33: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

16

Property and Convention Establishing the World Intellectual Property

Organization.

Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disebut HKI adalah

terjemahan resmi dari istilah Intellectual Property Rights.World Intellectual

Property Organization memberikan definisi HKI suatu kreasi yang dihasilkan dari

pikiran manusia yang terdiri dari invensi, karya sastra dan seni, symbol, nama,

citra, desain yang digunakan dalam kegiatan perdagangan.

Kekayaan intelektual yang selanjutnya disebut KI menurut Rindia Fanny

Kusumaningtyas (2019: 3) adalah hasil kegiatan berdaya cipta pikiran manusia

yang diungkapkan ke dunia luar dalam suatu bentuk, baik material maupun

immaterial. Intellectual Property Rights apabila diterjemahkan ke bahasa

Indonesia memiliki 2 (dua) macam istilah hukum yaitu Hak Milik Intelektual dan

Hak Kekayaan Intelektual. Peter Mahmud Marzuki dalam Jurnal Hukum Ekonomi

(1996: 41) menyatakan, Hak Kekayaan Intelektual atau yang disingkat HKI

adalah suatu hak yang timbul dari karya intelektual seseorang yang mendatangkan

keuntungan materiil. Apabila ditelusuri lebih mendalam mengenai konsep Hak

Kekayaan Intelektual, menurut Muhammad (2001: 1) meliputi:

a. Hak milik hasil pemikiran (intelektual), melekat pada pemiliknya, bersifat

tetap dan ekslusif. Hasil kemampuan berpikir manusia yang merupakan

ide untuk kemudian dijelmakan dalam bentuk Ciptaan atau Penemuan.

Pada ide tersebut melekat predikat intelektual yang bersifat abstrak.

Konsekuensinya, Hak Kekayaan Intelektual (HKI) menjadi terpisah

dengan benda material bentuk jelmaannya. Contohnya: Hak Cipta adalah

Page 34: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

17

ide dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Bentuk materialnya

adalah buku, musik, dan lainnya.

b. Hak yang diperoleh pihak lain atas izin dari pemilik bersifat sementara,

yakni kekayaan tersebut dapat dialihkan penggunaan atau pemanfaatanya

kepada pihak lain yang nantinya pihak lain itu mendapatkan manfaat dari

hak kekayaan intelektual tersebut. Kegiatan pemanfaatan ini biasa disebut

hak yang diperoleh karena adanya izin atau lisensi dari pemiliknya.

Contohnya: hak untuk memperbanyak suatu ciptaan.

Kekayaan intelektual adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari

kemampuan intelektual manusia berupa karya cipta. Hak kekayaan intelektual

(HKI) adalah hak yang berkenaan dengan kekayaan yang timbul karena

kemampuan intelektual manusia (Subroto dan Suprapedi, 2008: 14). Dengan

demikian, HKI mencegah terjadinya pihak lain menikmati keuntungan yang

berasal dari kekayaan intelektual secara tanpa hak.

Hukum kekayaan intelektual di Indonesia, tidak hanya mengakomodir

mengenai hak privat, namun juga diatur mengenai hak kekayaan intelektual yang

bersifat kolektif atau komunal. Kekayaan intelektual komunal atau yang

selanjutnya disebut KIK, di Indonesia sendiri ada 4 (empat) macam yaitu Ekpresi

Budaya Tradisional. Pengetahuan Tradisional, Sumber Daya Genetik, dan

Indikasi Geografis.

2.3.1.2 Jenis Kekayaan Intelektual

Perkembangan HKI yang selanjutnya di masa kini menghasilkan 7 (tujuh)

cabang, antara lain:

Page 35: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

18

1. Hak Cipta

Dasar hukum terbaru yang mengatur terkait hak cipta ada di Undang-

undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Definisi Hak Cipta

menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Hak Cipta yakni hak ekslusif

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Undang-undang ini juga memberikan definisi pencipta yakni seseorang

atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

Berdasarkan definisi pencipta tersebut dapat diketahui indikator

seseorang dapat disebut sebagai pencipta harus memiliki kemampuan dan

skill yang memungkinkan untuk dianggap sebagai pencipta. Karya yang

bersifat pribadi dan khas menurut Pasal 1 angka 2 merupakan karya yang

didasarkan pada imajinasi, kemampuan, dan kreativitas atau keahlian.

Hak cipta terdiri dari hak moral dan hak ekonomi. Hak moral

merupakan hak yang melekat pada diri Pencipta. Sedangkan hak ekonomi

yakni suatu hak ekslusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk

memanfaatkan ciptaan nya yang bernilai ekonomis. Undang-undang hak

cipta juga mengatur mengenai ciptaan yang penciptanya tidak diketahui,

seperti peninggalan prasejarah, sejarah, benda budaya nasional, dan

folklore.

Folklore merupakan sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang dibuat

oleh kelompok maupun perorangan dalam masyarakat yang menunjukan

Page 36: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

19

identitas sosial dan budaya berdasarkan nilai-nilai yang dipelihara secara

turun-temurun oleh suatu kelompok masyarakat.

2. Merek

Peraturan mengenai merek yang terbaru yakni Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis sudah cukup baik

dalam mengakomodir permasalahan terkait merek dan indikasi geografis.

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 menyatakan

definisi merek adalah suatu tanda yang dapat ditampilkan secara grafis

yang berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna dalam

bentuk 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau

kombinasi dari 2 (dua) atau lebih dari unsur tersebut untuk membedakan

barang dan/atau jasa yang diproduksi orang atau badan hukun dalam

kegiatan perdagangan badang dan/atau jasa.

Merek memiliki 2 (dua) jenis yang berbeda yakni merek dagang dan

merek jasa. Merek dagang merupakan Merek yang digunakan pada barang

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis

lainnya. Sedangkan Merek jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-

sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.

Namun, ada beberapa indikator yang menyebabkan suatu Merek tidak

dapat didaftarkan pada Pasal 20 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016,

yakni:

Page 37: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

20

a. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-

undangan, moralitas, agama, kesusilaan atau ketertiban umum;

b. Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut barang

dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya;

c. Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang

asal, kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang

dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau

merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk

barang dan/atau jasa yang sejenis;

d. Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas,

manfaat, atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang

diproduksi;

e. Tidak memiliki daya pembeda; dan/atau

f. Merupakan nama umum dan/atau lambang umum.

3. Paten

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten,

defininsi Paten yaitu suatu hak ekslusif yang diberikan kepada inventor

atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu

melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan

kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Sejarah dibentuknya undang-

undang paten pada mulanya di tahun 1989 sampai 1996 paten merupakan

undang-undang baru di Indonesia dan berdampak pada akses masyarakat

terhadap obat esensial. Jika dibandingkan dengan cabang HKI lain,

undang-undang paten tidak dianggap penting sampai akhir tahun 1980-an.

Page 38: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

21

Fabiola Suwanto dalam 9 Santa Clara Computer & High Technology

Journal (1993:2) menyatakan pada saat itu pemerintah Indonesia

menganggap HKI, terutama hukum paten bukan merupakan sebuah

kebutuhan yang mendesak untuk pembangunan ekonomi di awal

kemerdekaan Indonesia. Pada periode selanjutnya pemerintah Indonesia

merevisi Undang-undang Paten Tahun 1989 sebagain salah satu bentuk

komitmen pemerintah untuk tunduk terhadap perjanjian TRIPS. Berbeda

dengan periode sebelumnya pada periode ini pemerintah lebih serius

dalam masalah substansi. Pemerintah bertekad untuk lebih meningkatkan

penegakan hukum paten di Indonesia.

4. Desain Industri

Dasar hukum desain industri yang pertama dan berlaku hingga

sekarang yaitu Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain

Industri. Pasal 1 angka 1 menyatakan definisi desain industri sebagai suatu

kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau

garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk 3 (tiga)

dimensi atau 2 (dua) dimensi yang memberikan desain estetis dan dapat di

wujudkan dalam pola 3 (tiga) dimensi dan 2 (dua) dimensi serta dapat

dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri,

atau kerajinan tangan.

Untuk menggambarkan desain industri yakni sesuatu yang lebih

menekankan pada tampilan luar (physical appearance) yang dalam hal ini

memberikan kesan keindahan atau estetis dan bukan pada fungsinya.

Page 39: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

22

Namun, pada praktiknya kesan estetis tersebut bersifat umum dan sesuai

perspektif masing-masing individu. Unsur yang menyatakan desain

industri sebagai suatu kreasi yang dapat digunakan dalam membuat

produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan merupakan ciri

khas yang membedakannya dengan cabang HKI yang lain.

Sama seperti hak cipta, desain industri juga tidak memberikan

perlindungan terhadap desain industri yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku, ketertiban umum, agama, atau

kesusilaan. Subjek hukum dalam desain industri adalah Pendesain atau

orang yang menerima hak tersebut dari Pendesain. Berdasarkan hal

tersebut hak desain industri dapat dipindah kan ke pihak lain. Karena

dalam hal ini masih terkait dengan HKI yang merupakan bagian dari hak

privat, pembentuk undang-undang desain industri memberikan ijin kepada

para pihak untuk mengesampingkan ketentuan undang-undang ini melalui

perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak.

5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 merupakan dasar hukum

dalam perlindungan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (yang selanjutnya

disebut DTLST) di Indonesia. Undang-undang ini merupakan regulasi

pertama yang mengatur mengenai DTLST. Adapun 9 prinsip yang ada

didalam undang-undang ini, sebagai berikut:

a. Perlindungan hukum didasarkan atas pendaftaran;

b. Setiap permohonan pendaftaran ditujukan untuk satu desain;

Page 40: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

23

c. Syarat utama yakni orisinalitas desain;

d. Karena perkembangan yang cepat, perlindungan yang diberikan

hanya 10 tahun;

e. Desain yang tidak dapat didaftarkan yaitu yang bertentangan dengan

undang-undang yang berlaku, ketertiban umum, agama, dan

kesusilaan;

f. Pembatalan pendaftaran DTLST dapat dilakukan atas permintaan

pemegang hak atau berdasarkan gugatan;

g. Pengadilan Niaga adalah pengadilan yang berwenang menangani

perkara di bidang DTLST;

h. Para pemegang hak dapat menyelesaikan permasalahan hukum diluar

pengadilan melalui lembaga arbitrase dan alternatif penyelesaian

sengketa;

i. Ketentuan pidana dalam undang-undang DTLST mengatur tentang

delik aduan.

Sirkuit Terpadu pada Pasal 1 angka 1 dinyatakan sebagai suatu produk

dalam bentuk jadi atau setengah jadi, yang didalamnya terdapat berbagai

elemen dan sekurang-kurangnya salah satu elemen itu adalah elemen aktif,

yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan dibentuk secara terpadu

didalam sebuah bahan semikonduktor yang bertujuan untuk menghasilkan

fungsi elektronik. Sirkuit terpadu merupakan salah satu komponen inti

yang ada dalam industri teknologi informasi.

Desain Tata Letak yakni suatu kreasi berupa rancangan peletakan tiga

dimensi dari berbagai elemen, sekurang-kurangnya salah satu elemen itu

Page 41: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

24

adalah elemen aktif, yang sebagian atau seluruhnya saling berkaitan

dibentuk secara terpadu didalam sebuah Sirkuit Terpadu dan peletakan

tiga dimensi tersebut dimaksudkan untuk persiapan pembuatan Sirkuit

Terpadu.

Jika suatu DTLST sudah diakui keorisinialitasan nya, tidak berarti

desain tersebut secara otomatis dilindungi oleh peraturan perundang-

undangan di Indonesia. Apabila DTLST tersebut mengandung beberapa

unsur yang dilarang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 yang

tecantum dalam Pasal 3, maka tidak akan mendapatkan perlindungan.

6. Rahasia Dagang

Dasar hukum rahasia dagang di Indonesia ada di Undang-undang

Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang. Keberadaan undang-

undang ini sebagai pelengkap dan alternatif utama untuk perusahaan yang

bergerak di bidang riset dan pengembangan dan memegang peranan

penting bagi sebuah bangsa. Selain itu, adanya perlindungan terhadap

rahasia dagang merupakan konsekuensi dan kewajiban bangsa Indonesia

sebagai anggota dari organisasi internasional WTO (World Trade

Organization). Adapun 7 prinsip utama Rahasia Dagang yang diatur dalam

undang-undang ini:

a. Informasi yang dilindungi harus dibidang teknologi dan bisnis, tidak

diketahui oleh umum, memiliki nilai ekonomi dan dijaga

kerahasiaannya;

b. Perlindungan dalam rezim ini tidak disyaratkan adanya pendaftaran;

Page 42: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

25

c. Rahasia dagang tidak memiliki batas waktu perlindungan;

d. Hak ekslusif dalam rahasia dagang dapat dialihkan kepada ahli waris

melalui pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis dan sebab-sebab

lain yang dibenarkan undang-undang;

e. Pelanggaran terjadi apabila seseorang sengaja mengungkapkan

rahasia dagang dan mengingkari perjanjian tertulis maupun tidak

tertulis untuk menjaga rahasia dagang tersebut;

f. Pengadilan Negeri merupakan pengadilan yang berwenang dalam

penyelesaian perkara Rahasia Dagang;

g. Ketentuan pidana dalam Rahasia Dagang termasuk delik aduan.

Ruang lingkup rahasia dagang meliputi metode produksi, metode

dalam pengolahan, metode penjualan, atau informasi lain di bidang

teknologi dan/ atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak diketahui

umum. Selain dapat memanfaatkan untuk kepentingan sendiri, pemilik

rahasia dagang dapat melisensikan rahasia dagang kepada pihak lain. Ada

pengecualian terhadap pelanggaran rahasia dagang, yakni tindakan

pengungkapan tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan

keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat dan tindakan rekayasa

ulang dilakukan untung kepentingan pengembangan.

7. Perlindungan Varietas Tanaman

Dasar hukum perlindungan varietas tanaman ada di Undang-undang

Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman (yang

selanjutnya disebut PVT). Undang-undang ini merupakan regulasi pertama

Page 43: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

26

yang melindungi invensi dibidang varietas tanaman di Indonesia. Definisi

varietas tanaman adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies

yang ditandai oleh bentuk tanaman, partumbuhan tanaman, daun, bunga,

buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe

yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-

kurangnya satu sifat yang menentukan dan jika diperbanyak tidak

mengalami perubahan.

Dikenal 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi dalam varietas tanaman,

yakni Distinct (unik), Uniform (seragam), Stable (stabil). Syarat unik

didasarkan pada perbedaan sifat dan karakter dari varietas tanaman

tersebut. Pengecualian perlindungan varietas tanaman yang penggunaanya

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

ketertiban umum, kesusilaan, norma-norma agama, kesehatan, dan

kelestarian lingkungan hidup. Subjek dalam varietas tanaman adalah orang

atau badan hukum, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak PVT

dari pemegang hak sebelumnya.

2.3.2 Tinjauan Umum tentang Ekspresi Budaya Tradisional

2.3.2.1 Pengertian Ekpresi Budaya Tradisional

World Intellectual Property Organization Nomor WO/GA/40/7 Annex A,

memberikan definisi Ekspresi Budaya Tradisional adalah segala bentuk ekspresi,

baik material (benda) ataupun immaterial (tak benda), atau kombinasi keduanya,

yang menunjukan kebudayaan dan Pengetahuan Tradisional yang bersifat turun-

temurun, yang mencakup (Ayu, et al. 2014: 20):

Page 44: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

27

a. Ekspresi fonetik atau verbal, misalnya cerita-cerita, babad, legenda,

puisi, teka-teki dan bentuk-bentuk narasi lainnya, kata, tanda, nama, dan

simbol;

b. Ekpresi suara atau music, misalnya lagu, ritme, music instrumental, dan

bunyi-bunyian yang merupakan ekspresi ritual;

c. Ekspresi gerak atau tindakan, misalnya tari-tarian, permainan, upacara,

ritual, ritual di tempat-tempat atau perjalanan sakral, permainan dan olah

raga tradisional, pertunjukan boneka atau wayang, dan pertunjukan-

pertunjukan lainnya, baik yang baku maupun yang tidak baku;

d. Ekpresi material (kebendaan), misalnya, ekspresi material dalam bentuk

barang-barang kesenian, kerajinan tangan, topeng, bangunan arsitektur,

benda-benda spiritual, dan tempat-tempat sakral.

Ekspresi Budaya Tradisional perlindungannya mencakup segala yang

terkait erat dengan identitas sosial budaya dari pemangku, yang dipakai dan

dirawat dan dikembangkan oleh pemangku tersebut sebagai suatu bagian dari

identitas sosial budaya atau warisan budaya nya, sesuai dengan hukum nasional

yang berlaku dan praktik-praktik adat dan kebiasaan yang mereka yakini.

2.3.2.2 Karakteristik Ekspresi Budaya Tradisional

Untuk mempermudah dalam membedakan antara Ekspresi Budaya

Tradisional dengan kekayaan intelektual komunal lainnya, berikut beberapa

karakteristik dan unsur-unsur yang dimiliki oleh Ekspresi Budaya Tradisional:

a. Diwariskan dari generasi ke generasi secara turun-temurun;

b. Refleksi dari identitas sosial dan budaya dari suatu komunitas tertentu;

c. Terdiri atas unsur-unsur warisan bersama;

Page 45: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

28

d. Dibuat oleh pencipta yang tidak diketahui dan/atau komunitas atau

oleh perorangan yang diketahui memiliki hak, tanggung jawab, dan

izin untuk itu;

e. Tidak dimaksudkan untuk kepentingan komersial, melainkan

merupakan sarana ekpresi religi dan budaya;

f. Dilakukan, dikreasikan, dan dikembangkan kembali oleh suatu

komunitas.

2.3.2.3 Jenis-jenis Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional

Pemerintah Indonesia menganggap Ekpresi Budaya Tradisional sebagai

warisan dari para pendahulu yang harus dijaga dan dilestarikan. Perlindungan

terhadap Ekpresi Budaya Tradisional terdiri dari berbagai macam cara sebagai

berikut:

1 Perlindungan Positif, karena perlindungan ini mengandalkan

pembentukan peraturan-peraturan hukum baru yang menjadi positif

dengan adanya pemberlakuan. Cara perlindungan ini dapat dilakukan

melalui dua cara, cara pertama melakukan pembentukan hukum dan

kedua adanya tindakan hukum negara. Perlindungan hukum

memunculkan interaksi yang kompleks dalam perspektif hukum,

sosial, antropologi, ekonomi, dan pengetahuan ilmiah. Peran negara

sangat dibutuhkan dalam hal pelaksanaan atau penerapan perlindungan

hukum.

2 Perlindungan Negatif, cara ini merupakan alternatif dari cara

perlindungan positif. Pada perlindungan ini bukan melakukan

peniadaan, pengabaian, atau pemberlakuan hal-hal yang bersifat

Page 46: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

29

kontra. Namun, cara ini dipandang cara yang paling efektif ketika

dibutuhkan perlindungan yang mendesak. Prinsipnya cara ini

dilakukan sepenuhnya mengandalkan sistem yang sudah ada. Sistem

dalam hal ini mencakup peraturan-peraturab hukum positif dalam

Hukum HKI, dan juga penguatan prinsip anti monopoli dan anti

persaingan usaha yang tidak sehat dalam hukum ekonomi.

2.3.3 Tinjauan Umum tentang Pengetahuan Tradisional

2.3.3.1 Pengertian Pengetahuan Tradisional

World Intellectual Property Organization (WIPO) memberikan definisi

pengetahuan tradisional adalah sebuah ciptaan-ciptaan yang didasarkan pada

karya sastra tradisional, seni atau ilmu pengetahuan, pertunjukan-pertunjukan,

invensi-invensi, penemuan-penemuan ilmiah, desain, merek, nama-nama dan

simbol, informasi yang bersifat rahasia dan semua inovasi lainnya yang berbasis

pada tradisi.

World Intellectual Property Organization (WIPO) juga memnyebutkan

perbedaan antara pengetahuan masyarakat asli (indigenous knowledge) dan

pengetahuan tradisional (traditional knowledge) yang ada dalam perspektif WIPO

(WIPO, Intellectual Property Need an Expectation of Traditional Knowledge

Holders: WIPO Report on Fact-finding Missions on 23-26), sebagai berikut:

“Indigenous knogwledge would be the traditional knowledge of

„indigenous people‟. Indigenous knowledge is therefore part of the traditional

knowledge category, but traditional is not necessarily indigenous. That is to say,

indigenous knowledge is traditional knowledge, but not all traditional knowledge

is indigenous”

Perspektif WIPO tersebut, perbedaan antara pengetahuan masyarakat asli

dan pengetahuan tradisional sangat kecil. Selain itu, Henry Soelistyo Budi

Page 47: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

30

(sebagaimana dikutip Azed, 2005: 12) mengemukakan pengetahuan tradisional

sebagai pengetahuan yang status kedudukannya maupun penggunaanya adalah

bagian dari tradisi budaya yang tumbuh di masyarakat. Pada Convention on

Biological Diversity (CBD), memberikan definisi pengetahuan tradisional yakni

pengetahuan, inovasi, dan praktik-praktik masyarakat asli dan lokal yang

mewujudkan gaya hidup tradisional dan juga teknologi tradisional yang asli.

Sistem perlindungan HKI yang baik dapat menunjang peningkatan

ekonomi masyarakat yang menerapkan sistem tersebut. Kekayaan alam melimpah

yang dimiliki Indonesia khususnya dalam hal ini pengetahuan tradisional, indikasi

geografis, ekpresi foklor, dan juga sumber daya genetika sangat perlu mendapat

perhatian.

Konsep Pengetahuan Tradisional suatu kekayaan intelektual yang sudah

sepantasnya mendapatkan perlindungan hukum karena merupakan sumber

pengetahuan yang berhubungan dengan kehidupan manusia dan dapat

dikomersilkan. Potensi Pengetahuan Tradisional yang dimiliki Indonesia menjadi

suatu kekayaan kebendaan ketika telah bermanifestasi dalam bentuk produk yang

memiliki suatu ciri khusus.

2.3.3.2 Karakteristik Pengetahuan Tradisional

Sifat-sifat atau karakteristik yang dimiliki pengetahuan tradisional berbeda

dari sifat kekayaan intelektual komunal lainnya yang ada di Indonesia. Berikut

beberapa sifat pengetahuan tradisional antara lain:

a. Merupakan hak kolektif komunal;

b. Diberikan secara turun-temurun dari generasi ke generasi;

Page 48: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

31

c. Mengandung pengertian sebagai sarana konservasi alam dan

penggunaan yang berkelanjutan atas sumber daya hayati;

d. Oriemtasinya bukan pasar;

e. Pada forum perdagangan internasional belum begitu dikenal luas;

f. Telah diakui pada Konvensi Keanekaragaman Hayati tahun 1992

sebagai alat konservasi sumber daya alam.

2.3.3.3 Ruang Lingkup Perlindungan Pengetahuan Tradisional

Ruang lingkup perlindungan pengetahuan tradisonal jika dilihat dari unsur

yang ada pada definisi terdiri dari dua kategori, yaitu pertama pengetahuan

tradisional mengenai keanekaragaman hayati misalnya obat-obatan tradisional dan

pertanian. Selanjutnya, pengetahuan tradisional yang terkait dengan seni. Konsep

kepemilikan pengetahuan tradisional berbeda dengan cabang HKI lainnya. Bagian

yang harus diperhatikan, pengetahuan tradisional harus dijaga dan dilestarikan

oleh sekelompok masyarakat secara turun-temurun. Dengan memberikan

perlindungan bagi pengetahuan tradisional, maka akan mendatangkan manfaat

bagi banyak pihak.

Pengetahuan Tradisional dihasilkan dari kegeniusan lokal dalam

mengidentifikasi berbagai potensi dari sumber daya yang ada di suatu wilayah.

Pada umumnya Pemgetahuan Tradisional terkait dengan fungsi-fungsi sumber

daya guna mendukung kehidupan manusia. Para pemilik Pengetahuan Tradisional

umumnya masih menggunakan gaya hidup tradisional dengan memanfaatkan

sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keberlanjutan komunitas,

meliputi hal-hal yang bersifat material dan spiritual.

Page 49: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

32

Hak kekayaan intelektual di Indonesia belum mampu sepenuhnya dalam

memberikan perlindungan atas Pengetahuan Tradisional yang dimiliki

masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena HKI dimaksudkan untuk melindungi

hak privat individu sehingga jelas siapa subyek yang harus dilindungi. Sedangkan

dalam Pengetahuan Tradisional bertujuan untuk melindungi kepemilikan bersama

(komunal).

2.3.4 Tinjauan Umum tentang Indikasi Geografis

2.3.4.1 Pengertian Indikasi Geografis

The Agreement of Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights,

Including Trade in Counterfeit Goods yang selanjutnya disebut TRIPs

memberikan pengertian indikasi geografis sebagai berikut:

“Geographical Indications are, for the purposes of this agreement,

Indications which identify a good as originatingin the territory, where a given

quality, reputation or other characteristic of the good is essentially attributable to

its geographical origin.”

Membentuk kualitas, reputasi, dan karakteristik faktor geografis suatu

daerah merupakan salah satu unsur penentu. Setelah ditandatanganinya

Persetujuan TRIPs pada tahun 1994 kemunculan indikasi geografis mulai diakui

sebagai bagian dari HKI.

Telah dikemukakan oleh Bently dan Sherman (2004: 7) bahwa “The

TRIPs agreement covers all the main areas of intellectual property. For the most

part, it requires members of the WTO to recognize the existing standarts of the

protection within the Berne and Paris Conventions”. Namun di Eropa,

perlindungan terhadap indikasi geografis telah ada ratusan tahun yang lalu.

Semenjak tahun 1222 di wilayah Yugoslavia telah diatur adanya penjualan produk

Page 50: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

33

wines dalam Piagam Steven I (a Charter of Steven I the Sale of wines). Pada saat

itu dikenal juga „guild marks‟ yang mengindikasikan keaslian suatu produk yang

dihasilkan berdasarkan asal geografis, salah satu contohnya adalah murano glass

yang berasal dari Kepulauan Murano dekat Venice di Italia (Djulaeka, 2014: 6).

Paris Convention merupakan pondasi pertama mengenai pengakuan

terhadap perlindungan Hak Milik Perindustrian. Prinsipnya Paris Convention

memberikan perlindungan indication of source atau appellation of origin

memiliki tujuan agar publik atau konsumen terhindar dari penyesatan asal suatu

produk. Dalam Paris Convention dan Madrid Agreement dikenal dengan konsep

„indication of source‟, kemudian di dalam Lisbon Agreement mengenal konsep

„appellation of origin‟.

Pada Pasal 1 Angka 6 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016 memberikan

pengertian Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukan daerah asal

suatu barang dan/atau produk yang karena faktor lingkungan geografis termasuk

faktor alam, faktor manusia, atau kombinasi dari kedua faktor tersebut

memberikan reputasi, kualitas, dan karakteeristik tertentu pada barang dan/ atau

produk yang dihasilkan. Selanjutnya pada angka 7 mendefinisikan hak atas

Indikasi Geografis sebagai hak ekslusif yang diberikan oleh negara kepada

pemegang hak Indikasi Geografis yang terdaftar, selama reputasi, kualitas, dan

karakteristik yang menjadi dasar diberikannya perlindungan atas Indikasi

Geografis tersebut masih ada.

2.3.4.2 Indikasi Geografis Yang Tidak Dapat di Daftarkan dan di Tolak

Upaya yang dilakukan dalam mendapatkan perlindungan Indikasi

Geografis sudah disebutkan secara jelas di Undang-undang Nomor 20 Tahun 2016

Page 51: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

34

Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Namun. tidak semua Indikasi Geografis

dapat didaftarkan jika:

a. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-

undangan, moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban umum;

b. Menyesatkan atau memperdaya masyarakat mengenai reputasi,

kualitas, karakteristik, asal sumber, pembuatan barang, dan/atau

kegunaannya; dan

c. Merupakan nama yang telah digunakan sebagai varietas tanaman dan

digunakan sebagai varietas tanaman yang sejenis kecuali ada

penambahan padanan kata yang menunjukan faktor indikasi

geografis yang sejenis.

Selanjutnya permohonan pendaftaran indikasi geografis dapat ditolak jika:

a. Dokumen deskripsi Indikasi Geografis tidak dapat dibuktikan

kebenarannya; dan/atau

b. Memiliki persamaan pada keseluruhannya dengan indikasi geografis

yang sudah terdaftar.

2.3.5 Tinjauan Umum tentang Sumber Daya Genetik

2.3.5.1 Pengertian Sumber Daya Genetik

Satu-satunya peraturan mengenai Sumber Daya Genetik di Indonesia yaitu

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Protokol Nagoya Tentang Akses

Pada Sumber Daya Genetik Dan Pembagian Keuntungan Yang Adil Dan

Seimbang Yang Timbul Dari Pemanfaatannya Atas Konvensi Keanekaragaman

Hayati. Keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia merupakan pondasi

Page 52: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

35

hidup masyarakat, karena manusia membutuhkannya dalam melanjutkan

hidupnya.

Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup dari

semua sumber baik daratan, lautan, dan ekosistem aquatic lain serta kompleks

ekologi yang menjadi bagian dari keanekaragamannya, yang mencakup

keanekaragaman didalam spesies, antara spesies dan ekosistem.

Menurut World Conservation Monitoring Comittee (1994) dalam Ramono

(2004), kekayaan bumi Indonesia mencakup 27.500 (dua puluh tujuh ribu lima

ratus) jenis tumbuhan berbunga atau sebesar 10 % (sepuluh persen) dari seluruh

jenis tumbuhan di dunia, 515 (lima ratus lima belas) jenis mamalia atau sebesar

12 % (dua belas persen) jenis mamalia dunia, 1.539 (seribu lima ratus tiga puluh

sembilan) sejenis burung atau sebesar 17% (tujuh belas persen) seluruh jenis

burung di dunia dan 781 (tujuh ratis delapan puluh satu) jenis reptil dan amphibi

atau sebesar 16 % (enam belas persen) dari seluruh reptil dan amphibi di dunia).

Tingginya keragaman hayati ini salah satunya dikarenakan posisi

Indonesia sebagai Negara kepulauan dimana pulau-pulau tersebut tersebar di

sepanjang garis khatulistiwa. Keanekaragaman hayati tersebut tersebar diberbagai

daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki sumber daya genetic yang khas,

berbeda dengan yang ada di daerah lain.

2.3.5.2 Ruang Lingkup Perlindungan Sumber Daya Genetik

Ruang lingkup perlindungan Sumber Daya Genetik yang selanjutnya

disingkat SDG, mencakup konvensi keanekaragaman hayati, turunannya, dan

Pengetahuan Tradisional terkait Sumber Daya Genetik (PT-SDG). Konvensi

Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity), menyatakan

Page 53: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

36

Sumber Daya Genetik diartikan sebagai materi genetik yang mengandung nilai

aktual atau nilai potensial (Ayu, et al, 2014: 11). Seperti yang disebutkan diawal,

perlindungan SDG termasuk pada turunan atau invensi-invensi yang dapat

dikembangkan darinya.

Pemanfaatan SDG dilakukan dengan memperhatikan hak kepemilikan atas

SDG tersebut. SDG dalam pengembangannya memiliki tujuan penelitian,

mendukung budidaya, koleksi tukar-menukar, bioprospeksi, dan pelestarian.

Selanjutnya, SDG memiliki tujuan lain seperti pengembangan ilmu di bidang

pertanian dan industri farmasi atau obat-obatan.

Pemanfaatan Sumber Daya Genetik didahului dengan Persetujuan Atas

Dasar Informasi Awal (Free and Prior Informed Consent) atau disingkat PADIA.

Sumber Daya Genetik menghasilkan produk yang dapat dilindungi oleh Hak

Kekayaan Intelektual. Proses permohonan izin pemanfaatan Sumber Daya

Genetik, perolehan Hak Paten diharuskan menyertakan asal SDG tersebut.

2.3.6 Pengertian Komunal

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata komunal yakni milik

rakyat atau umum. Pemaknaan secara parsial, hak asasi manusia selalu identik

dengan sifat individualistik. Internasionalisasi hak asasi manusia mengapostasi

adanya hak kolektif atau hak komunal yang melekat pada eksistensi suatu

kelompok dan masyarakat. Kualitas manusia sebagai suatu anggota kelompok

masyarakat, manusia menjadi subjek hak kolektif jika tuntutan tersebut dengan

didasarkan adanya kepentingan bersama dalam menentukan nasib sendiri.

I Gede A.B.Wiranata (2005: 62-63) mengatakan tatanan berpikir komunal,

individu senantiasa menempatkan pola tingkah laku pengutamaan pada ego

Page 54: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

37

kelompok, dan pada saat itu ego kelompok akan kalah oleh superioritas

kelompok, hal tersebut betitik pada pola pemikiran konsep Hukum Adat. Maksud

dari pernyataan tersebut yakni sebagai anggota atau bagian dari kelompok,

manusia dalam hukum adat merupakan orang yang terikat dengan masyarakat dan

bukan lagi individu yang pada dasarnya bebas dalam segala perbuatannya.

Konsep komunal dalam hukum adat menggambarkan dasar terbentuknya

masyarakat atau kehidupan sosial berasal dari beberapa faktor seperti

kebersamaan, guyub dan kekeluargaan.

Kolektif atau komunal sangat berkaitan erat dengan kelompok atau dalam

penelitian ini lebih khusus disebut dengan masyarakat adat. Hurst Hannum

mendefinisikan masyarakat adat sebagai bagian dari masyarakat “bangsa” dengan

berdasarkan pengalaman historis yang memberikan pengaruh terhadap cara hidup

dan nilai. Sampford menyatakan bahwa pengakuan terhadap hak kolektif sebagai

hak asasi manusia memberikan manfaat bagi kehidupan kelompok. Hak kolektif

tersebut mengakomodasi hak setiap orang untuk mengakses budaya dan

berpartisipasi dalam kegiatan budaya berdasarkan afinitas personal sebagai

anggota kelompok masyarakat tertentu (Ayu, et al., 2014: 33).

Berkaitan dengan Hak Asasi Budaya sebagai suatu hak kolektif

masyarakat, Miranda Risang Ayu (2009: 209) mengidentifikasi hak budaya

sebagai berikut:

a. Cultural rights focus on the existence of minority people;

b. Cultural rights are related to all cultural aspects in a customary law of

a certain group of people, including the rights to use their own or

local language and the right to profess their own belief or religion;

c. Cultural rights involve both immaterial and material aspects,

including spiritual aspects of a cultural system;

d. Cultural rights are commonly assumed as a collective right;

Page 55: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

38

e. Cultural rights always have a historic nature. A cultural aspects upon

which the right is attached usually has been passed on from generation

to generation, so its difficult to determine some elements of individual

authorial originality.

Pada Undang-undang Dasar 1945 secara lengkap dan jelas diuraikan

negara dalam pasal 18 ayat (1) dan (2) yang sebagai berikut:

1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan

daerah yang bersifat khusus atau yang bersifat istimewa yang diatur

dengan undang-undang;

2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat

hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan

sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang diatur dengan undang-undang.

Berdasarkan kajian konsep „komunal‟ dalam Hukum Adat, maka

kepemilikan ekspresi budaya tradisional, pengetahuan tradisional, indikasi

geografis, dan sumber daya genetik melekat adanya sifat komunal.

2.3.7 Pengertian Perlindungan Hukum

Istilah “hukum” dalam bahasa Inggris dapat disebut sebagai law atau legal.

Pengertian hukum jika ditinjau dari sisi terminologi kebahasaan yang merujuk

pada pengertian dalam beberapa kamus serta pengertian hukum yang merujuk

pada pendapat ataupun teori yang disampaikan oleh pakar. Secara kebahasaan,

kata perlindungan dalam bahasa Inggris disebut dengan protection. Istilah

perlindungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat disamakan dengan

istilah proteksi, yang artinya adalah proses atau perbuatan melindungi.

Page 56: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

39

Pengertian terminologi hukum dalam Bahasa Indonesia menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah peraturan atau adat yang secara resmi

dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa ataupun pemerintah, undang-

undang, peraturan, dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat,

patokan atau kaidah tentang peristiwa alam tertentu, keputusan atau pertimbangan

yang ditetapkan oleh hakim dalam pengadilan, atau vonis

Menurut Soedjono Dirdjosisworo (2008: 25-43) bahwa pengertian hukum

dapat dilihat dari delapan arti, yaitu:

a. hukum dalam arti penguasa;

b. hukum dalam arti para petugas;

c. hukum dalam arti sikap tindakan;

d. hukum dalam arti sistem kaidah;

e. hukum dalam arti jalinan nilai;

f. hukum dalam arti tata hukum;

g. hukum dalam arti ilmu hukum;

h. hukum dalam arti disiplin hukum.

Beberapa arti hukum dari berbagai macam sudut pandang yang

dikemukakan oleh Soedjono Dirdjosisworo menggambarkan bahwa hukum tidak

hanya peraturan perundang-undangan tertulis dan aparat penegak hukum seperti

yang selama ini dipahami oleh masyarakat umum yang tidak tahu tentang hukum.

Tetapi hukum juga meliputi hal-hal yang sebenarnya sudah hidup dalam

pergaulan masyarakat. Satjipto Rahardjo (2000: 69) mengemukakan,

perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia

Page 57: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

40

(HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan yang diberikan itu kepada

masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.

Selanjutnya menurut Phillipus M. Hadjon (sebagaimana dikutip Rahardjo,

2000: 54) bahwa perlindungan hukum bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah

yang bersifat preventif dan resprensif. Perlindungan Hukum yang preventif

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, yang mengarahkan tindakan

pemerintah bersikap hati-hati dalam pengambilan keputusan berdasarkandiskresi

dan perlindungan yang resprensif bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa,

termasuk penanganannya di lembaga peradilan.

Satjipto Rahardjo dalam buku Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia

(2003: 121) menyatakan perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi

kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu Hak Asasi Manusia

kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut.

Page 58: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

41

2.4. Kerangka Berpikir

Bagan 2.4

Kerangka Berpikir

1. Tindakan yang memenuhi nilai

Keadilan, Kepastian, Kemanfaatan.

2. Terwujudnya perlindungan kekayaan

intelektual komunal bagi masyarakat

Jawa Tengah yang baik, efektif dan

tepat.

1. Bagaimana upaya perlindungan hukum bagi

kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah ?

2. Bagaimana mekanisme perubahan pencatatan

kekayaan intelektual komunal di Jawa Tengah?

Teori:

1. Perlindungan

hukum;

2.Kepemilikan

kekayaan

intelektual.

Teknik

Pengumpulan

data:

1. Observasi;

2. Wawancara.

Implementasi perlindungan hukum kekayaan intelektual

komunal yang masih lemah, sehingga tingginya potensi

pelanggaran hak komunal yang tinggi.

1. Undang-undang Dasar 1945

2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013 tentang Pengesahan

Protokol Nagoya

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten

5. Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

6. Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi

Geografis .

7. Permenkumham No. 13 Tahun 2017 tentang Data Kekayaan

Intelektual Komunal.

Page 59: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

141

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:

1. Implementasi Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor

13 Tahun 2017 tentang Data Kekayaan Intelektual Komunal terhadap

Kekayaan Intelektual Komunal di Jawa Tengah yang dilakukan oleh

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa

Tengah diberikan dalam bentuk inventarisasi atau pendataan yang

dimasukan ke dalam Pusat Data Nasional Kekayaan Intelektual Komunal.

Konsep inventarisasi data dilakukan dengan metode klasifikas. Namun

penerapan perlindungan hukum yang dilakukan Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah belum

dilakukan dengan maksimal. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor

yang menjadi penghambat yaitu pemahaman masyarakat terkait

pentingnya perlindungan hukum kekayaan intelektual komunal, sulitnya

identifikasi kebudayaan karena adanya pluralisme dan wilayah Provinsi

Jawa Tengah yang luas.

2. Mekanisme pencatatan apabila terjadi perubahan terhadap kekayaan

intelektual komunal yang telah tercatat di Pusat Data Nasional Kekayaan

Intelektual yakni dengan melakukan pendaftaran baru menjadi Kekayaan

Intelektual Privat. Pendaftaran ini disertai dengan mencantumkan

Kekayaan Intelektual tersebut hasil dari perkembangan Kekayaan

Page 60: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

142

Intelektual Komunal aslinya. Faktor penyebab terjadinya perubahan

kekayaan intelektual komunal yaitu, adanya perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, upaya menyesuaikan masyarakat modern agar

kebudayaan tidak ditinggalkan, dan kreatifitas intelektual masyarakat yang

berkembang.

5.2. Saran

Saran yang penulis dapat berikan dalam penelitian yang berjudul

Perlindungan Hukum Kekayaan Intelektual Komunal Di Jawa Tengah yaitu

sebagai berikut:

1. Sebaiknya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Jawa Tengah dapat mengoptimalisasikan inventarisasi Kekayaan

Intelektual Komunal dalam rangka memberikan perlindungan hukum

terhadap warisan budaya dan potensi Indikasi Geografis di Jawa Tengah.

Disamping memberikan perlindungan, Kantor Wilayah dapat bekerja sama

dengan Dinas Pariwisata untuk membuat suatu program yang digunakan

sebagai sarana untuk melestarikan kekayaan intelektual komunal.

2. Sebaiknya masyarakat komunal yang ada di daerah Jawa Tengah turut

berpartisipasi aktif dalam penerapan Peraturan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Data Kekayaan Intelektual

Komunal agar perlindungan hukum terhadap kebudayaan tradisional dan

keanekaragaman hayati dapat maksimal.

Page 61: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

143

DAFTAR PUSTAKA

Buku

A. Soetami, Siti. 2007. Pengantar Tata Hukum Indonesia. Bandung: PT. Refika

Aditama.

Abdulkadir Muhammad. 2001. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan

Intelektual. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:

Rineka Cipta.

Achmad, Mukti Fajar dan Yulianto. 2013. Dualisme Penelitian Hukum Normatif

dan Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Akhmad Subroto, Muhammad dan Suprapedi. 2008. Pengenalan HKI (Hak

Kekayaan Intelektual) Konsep Dasar Kekayaan Intelektual untuk

Penumbuhan Inovasi. Jakarta: PT. Indeks.

Ali, Zainuddin. 2015. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Arikunto. Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Artha Windari, Ratna. 2017. Pengantar Hukum Indonesia. Depok: PT. Raja

Grafindo Persada.

Ashshofa, Burhan. 2013. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Bantly, Lionel dan Brad Sherman. 2004. Intellectual Property Law. New York:

Oxford.

Bari Azed, Abdul. 2005. Kepentingan Negara Berkembang Atas Indikasi

Geografis, Sumber Daya Genetika, dan Pengetahuan Tradisional. Depok:

Lembaga Pengkajian Hukum Internasional bekerja sama dengan

Direktoran Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia.

Page 62: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

144

Denzin, Norman K. 1978. The Research Act: A Theoretical Introduction to

Sociological Methods. New York: McGraw-Hill.

Dirdjosisworo, Soedjono. 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Djulaeka. 2014. Konsep Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Perspektif

Kajian Filosofis HaKI Kolektif-Komunal. Malang: Setara Press.

Fanny Kusumaningtyas, Rindia. 2019. Hak Cipta Warna Nusantara Batik

Semarangan (Perlindungan dan Eksistensinya). Semarang: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Fauzan, Almanshur dan Ghony Djunaidi. 2012. Metodologi Penelitian kualitatif.

Jogjakarta: Ar‐Ruzz Media.

Guba, E.G and Lincoln, Y. S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco : Jossesey

Bas Publishers.

Hanitijo Soemitro, Roni. 1990. Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri.

Ghalia Indonesia.

H.S., Salim dan Erlies Septiana Nurbaini. 2013. Penerapan Teori Hukum Pada

Penelitian Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ishaq, H. 2017. Metode Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Tesis, serta

Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta.

Ramono, WS. 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Pemuliaan Tanaman Hutan. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan (2004). Prosiding Workshop Nasional Konservasi,

Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman Hutan, 8

November 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan

Pemuliaan Tanaman Hutan, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kehutanan, Yogyakarta

Page 63: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

145

Rasjidi, Lili dan I.B Wysa Putra. 1993. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung:

Remaja Rusdakarya.

Mahadi. 1981. Hak Milik dalam Hukum Perdata Nasional. Jakarta: BPHN.

Marzuki, Peter Mahmud. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Muhammad, Abdulkadir. 2001. Hukum Harta Kekayaan. Bandung: PT. Citra

Aditya Bakti.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung. PT.

Citra Aditya Bakti.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Education Methods. Beverly Hills: Sage

Publications.

Rahardjo, Satjipto. 2000. Ilmu Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Rahardjo, Satjipto. 2003. Sisi-Sisi Lain dari Hukum di Indonesia. Jakarta:

Kompas.

Risang Ayu, Miranda. 2009. Geographical Indication Protection in Indonesia

Based On Cultural Right Approach. Jakarta: Nagara.

Risang Ayu, Miranda dkk. 2014. Hukum Sumber Daya Genetik, Pengetahuan

Tradisional dan Ekpresi Budaya Tradisional di Indonesia. Bandung: PT.

Alumni.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali.

Soelistyo, Henry. 2011. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Sugiarto, Laga dan Fellista Ersyta Aji. 2018. Hukum Administrasi Negara.

Semarang: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Page 64: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

146

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta.

Suratman, dan H. Philips Dillah. 2013. Metode Penelitian Hukum. Bandung:

Alfabeta.

Wiradirja, Imas Rosidawati dan Fontian Munzil. 2018. Pengetahuan Tradisional

dan Hak Kekayaan Intelektual. Bandung: Refika Aditama.

Wiranata, I Gede A.B. 2005. Hukum Adat Indonesia, Perkembangan dari Masa ke

Masa. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Jurnal Nasional

Agus Mardiyanto, dkk. 2013. Implementasi Perlindungan Hukum Terhadap Hak

Kekayaan Intelektual Masyarakat Asli/Tradisional Di Kabupaten

Purbalingga. Jurnal Dinamika Hukum. Vol. 13, Nomor 1, Januari.

Peter Mahmud Marzuki. 1996. Pemahaman Praktis Mengenai Hak Milik

Intelektual. Jurnal Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas

Airlangga Surabaya. No. 3 Februari.

Sigit Nugroho. 2015. Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Dalam Upaya

Peningkatan Pembangunan Ekonomi Di Era Pasar Bebas Asean. Jurnal

Penelitian Hukum Supremasi Hukum. Vol. 24, No. 2, Agustus.

Sulasi Rongiyati. 2011. Hak Kekayaan Intelektual Atas Pengetahuan Tradisional.

Jurnal Negara Hukum. Vol. 2, Nomor 2, November.

Jurnal Internasional

Rindia Fanny K. 2019. Protection Of Batik In Grobogan Regency Based On

Regional Regulation Number 20 Of 2016 On The Protection And

Development Of Batik Grobogan Regency. International Journal of

Business, Economics and Law. Vol. 18, Issue 4, April.

Fabiolla M. Suwanto. 1993. Indonesia's New Patent Law: A Move in the Right

Direction. Santa Clara High Technology Law Journal. Vol. 9, Issue 1,

Januari.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945;

Page 65: PERLINDUNGAN HUKUM KEKAYAAN INTELEKTUAL …

147

Burgerlijk Wetboek voor Indonesie, Staatblad Tahun 1847 Nomor 23

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Undang-Undang No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 13 Tahun 2017 tentang Data

Kekayaan Intelektual Komunal.