peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

29
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ANGKA 1 s/d 5 DENGAN MENGGUNAKAN TITIK KUNCI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS 2 DI SLB C BINA ASIH CIANJUR Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai perubahan tingkah laku anak didik agar sesuai dengan yang diharapkan. Sekolah Luar Biasa merupakan salah satu lembaga penyelenggaraan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, yang mengembangkan potensi siswa pada aspek kognitif, apektif, dan psikomotor. Setiap warga negara pada prinsipnya berhak memperoleh pendidikan. Hal ini telah dirumuskan secara jelas di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 5 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. 2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental, emosi, intelektual dan sosial berhak memperoleh pendidikan. Setiap siswa berhak memperoleh pendidikan, namun dalam kondisi obyektif tampak jelas bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dalam kemampuan intelektual, fisik, latar belakang, keluarga, kebiasaan, serta pendekatan belajar sehingga mengalami permasalahan yang berbeda- beda dalam mengikuti proses belajar.

Upload: slb-ab-bina-asih-cianjur

Post on 14-Nov-2014

3.764 views

Category:

Education


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS ANGKA 1 s/d 5 DENGAN

MENGGUNAKAN TITIK KUNCI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

KELAS 2 DI SLB C BINA ASIH CIANJUR

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik untuk

mencapai perubahan tingkah laku anak didik agar sesuai dengan yang diharapkan.

Sekolah Luar Biasa merupakan salah satu lembaga penyelenggaraan

pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, yang mengembangkan potensi

siswa pada aspek kognitif, apektif, dan psikomotor. Setiap warga negara pada

prinsipnya berhak memperoleh pendidikan. Hal ini telah dirumuskan secara jelas

di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 5

ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

1. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan

yang bermutu.

2. Warga negara yang memiliki kelainan fisik, mental, emosi, intelektual dan

sosial berhak memperoleh pendidikan.

Setiap siswa berhak memperoleh pendidikan, namun dalam kondisi

obyektif tampak jelas bahwa setiap siswa memiliki perbedaan dalam kemampuan

intelektual, fisik, latar belakang, keluarga, kebiasaan, serta pendekatan belajar

sehingga mengalami permasalahan yang berbeda-beda dalam mengikuti proses

belajar.

Anak tunagrahita secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan

perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata sedemikian rupa

sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun

sosial, sehingga memerlukan pendidikan dan pelayanan secara khusus dalam

mengikuti proses belajar. Kesulitan ini sebagai dampak dari tidak dikuasainya

keterampilan pra-syarat yang meliputi kemampuan membaca, menulis dan

berhitung (calistung). Permasalahan yang sering muncul khususnya bagi anak

tunagrahita sedang kelas D.2 adalah kesulitan belajar membaca dan menulis.

Menulis permulaan merupakan bagian terpenting dari pelajaran Bahasa Indonesia

di kelas D.2, bahkan dapat dikatakan merupakan pelajaran yang paling dominan.

Page 2: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Istilah menulis berasal dari kata tulis, menulis mempunyai pengertian

diantaranya: (1) membuat huruf (2) melahirkan pikiran atau perasaan. Menurut

Lerner (1985:413, dalam Abdurrahman (1999:224) mengemukakan bahwa

menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Menulis adalah

suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari dan mata

secara terintegrasi. Tarigan (1994:21) mendefinisikan menulis adalah melukiskan

lambang-lambang grafis dari bahasa yang dipahami oleh penulisnya maupun oran

lain yang menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut. Poteet

(1984:239), berpendapat menulis merupakan penggambaran visual tentang

pikiran, perasaan dan ide dengan menggunakan simbol-simbol sistem bahasa

untuk keperluan komunikasi atau mencatat.

Berdasarkan definisi tentang menulis yang telah dikemukakan tersebut,

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi.

2. Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide.

3. Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat.

Keterampilan menulis tangan merupakan pra-syarat bagi upaya belajar

berbagai bidang studi yang lainnya. Kesulitan belajar menulis bisa terjadi karena

ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf, atau simbol-simbol dalam

matematika.( Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kauffman, & Lloyd,

1985:237) dalam Abdurrahman (1999:227).

Salah satu bidang garapan pengajaran bahasa indonesia di sekolah yang

memegang peranan penting ialah pelajaran membaca dan menulis. Tanpa

memiliki kemampuan membaca dan menulis yang memadai sejak dini, anak akan

mengalami kesulitan belajar dikemudian hari. Kemampuan membaca dan menulis

menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa indonesia, juga untuk

pengajaran yang lainnya. Permasalahan yang sering muncul khususnya bagi anak

tunagrahita sedang kelas D.2 adalah kesulitan membaca dan menulis.

Menulis adalah suatu aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan,

tangan, jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga berkaitan erat dengan

pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara. Keterampilan menulis tangan

merupakan keterampilan pra syarat bagi upaya belajar berbagai bidang studi yang

lain.

Page 3: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Subyek dalam penelitian ini sebanyak dua orang siswa anak tunagrahita

sedang (IQ dan DW) yang duduk di kelas D.2, siswa tersebut mengalami

kesulitan terutama dalam menulis. Hal ini terlihat dalam proses belajar di kelas,

mereka belum bisa menulis angka 1 sampai 5 secara mandiri, meskipun

kemampuan menulis dalam menebalkan angka 1 sampai dengan 5 sudah mampu,.

Maka dari itu apabila siswa tersebut diberikan suatu teknik dengan memberikan

titik kunci sebagai perantara dari kemampuan menebalkan angka ke kemampuan

menulis secara mandiri.

sehubungan dengan permasalahan ke dua subyek di atas, maka penulis

akan meneliti penggunaan teknik titik kunci untuk diterapkan kepada anak

tunagrahita sedang kelas D.2 dalam menulis angka dari 1 sampai dengan 5.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh teknik

titik kunci peningkatan kemampuan menulis anka 1 s/d 5 anak tunagrahita sedang

kelas 2 SDLB.?

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kemampuan awal menulis anka 1 s/d 5 anak tunagrahita sedang

kelas D.2 sebelum diberikan intervensi.

b. Mengetahui kemampuan menulis permulaan anak tuangrahita sedang kelas

D.2 setelah mendapat intervensi berupa teknik titik kunci.

c. Mengetahui pengaruh penggunaan teknik titik kunci terhadap kemampuan

menulis anka 1 s/d 5 anak tunagrahita sedang kelas D.2

Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini yaitu:

a. Sebagai sarana yang dapat digunakan oleh guru SLB dalam memilih teknik

yang tepat, untuk memberikan pelajaran menulis anka 1 s/d 5 pada anak

tunagrahita sedang kelas D.2.

b. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulis

permulaan pada anak tunagrahita sedang kelas D.2 di SLB C Bina Asih

Cianjur.

Page 4: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Pengertian Menulis Permulaan

Definisi menulis menurut Lerner (1985:413), dalam Mulyono Abdurrahman,

(2003:224) mengemukakan bahwa “ menulis adalah menuangkan ide ke dalam

bentuk visual”. Menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk symbol

gambar. Menulis adalah suatu aktifitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan,

tangan , jari dan mata secara terintegrasi. Menulis juga berkaitan erat dengan

pemahaman bahasa dan kemampuan berbicara.

Tarigan (1994:21) mendefinisikan menulis adalah melukiskan lambang-

lambang grafik dari bahasa yang dipahami oleh penulis maupun orang lain yang

menggunakan bahasa yang sama dengan penulis tersebut.

Poteet, (1994:239) berpendapat bahwa menulis merupakan penggambaran

visual tentang pikiran, perasaan, dan ide dengan menggunakan simbol-simbol

sistem bahasa untuk keperluan komunikasi atau mencatat.

Menurut beberapa definisi tentang menulis yang telah dikemukakan di atas

dapat disimpulkan bahwa:

1) Menulis merupakan salah satu komponen sistem komunikasi;

2) Menulis adalah menggambarkan pikiran, perasaan dan ide ke dalam bentuk

lambang atau simbol bahasa secara grafis; dan

3) Menulis dilakukan untuk keperluan mencatat dan komunikasi secara tidak

langsung.

Keterampilan menulis merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai

bidang studi yang lain, bukan hanya untuk pelajaran Bahasa Indonesia saja.

Konsep Mengenai Tulisan Tangan

Rea Reason dan Rene Boote (1994) mengemukakan konsep tulisan

sebagai berikut:

1) Tarikan garis dalam membuat huruf dimulai dari atas

2) Huruf mempunyai tubuh yang berdiri di atas garis

3) Semua huruf berdiri di atas garis, tetapi beberapa huruf mempunyai ekor yang

menggantung di bawahnya. Huruf tersebut ialah: g, j, p, q, y.

4) Beberapa huruf mempunyai antena yang berdiri di atas tubuh, huruf tersebut

ialah huruf b, d, k, dan l.

Page 5: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

5) Huruf besar berdiri di atas garis

6) Beberapa huruf besar mempunyai bentuk Sama’ dengan huruf kecil tetapi

lebih tinggi dan berdiri di atas garis. Misalnya: Cc, Ff, Oo, Pp dan Ss.

Berdasarkan konsep di atas, sebaiknya guru atau orang tua mengajarkan

anak pada awal anak belajar menulis sesering mungkin agar anak paham

bagaimana Cara menulis yang baik dan benar. Karena pada umumnya anak

mengalami kesulitan dalam menulis yang tidak sesuai dengan konsep tulisan

tangan yang baik dan benar.

Kesulitan belajar Menulis Permulaan

Lerner (1985:402) dalam Abdurrahman (2003:227) menyebutkan bahwa

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kamampuan anak dalam menulis

permulaan, yaitu:

1. Motorik

Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami

gangguan akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas,

terputus-putus atau tidak mengikuti garis.

2. Perilaku

Perilaku yang dimaksud ialah perilaku hiperaktif dan gangguan perhatian.

Anak tersebut mengalami gangguan perhatian dan terlambat dalam

menyelesaikan pekerjaan menulisnya.

3. Persepsi

Gangguan persepsi dapat berpengaruh terhadap belajar menulis permulaan.

Jika persepsi visualnya terganggu, maka anak akan sulit membedakan huruf

yang hampir mirip seperti huruf d dengan b, P dengan q, h dengan w. Jika

persepsi auditorisnya terganggu, kemungkinan anak akan mengalami

kesulitan untuk menulis kata atau kalimat yang didikte.

4. Memori

Gangguan memori juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kesulitan

belajar menulis permulaan, karena anak tidak mampu mengingat yang akan

ditulisnya. Jika gangguan menyangkut memori visual, maka anak mengalami

kesulitan untuk mengingat huruf atau kata. Sedangkan gangguan yang

Page 6: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

menyangkut memori auditif, maka anak akan mengalami kesulitan dalam

menulis huruf atau kata yang baru diucapkan guru.

5. Kemampuan melakukan cross modal

Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan

mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.

Ketidakmampuan di bidang ini dapat menyebabkan anak mengalami

gangguan koordinasi mata tangan sehingga tulisan menjadi tidak jelas,

terputus-putus dan tidak mengikuti garis.

6. Penggunaan tangan

Anak yang penggunaan tangan kirinya lebih dominan (Kidal) tulisannya

sering terbali-balik dan kotor.

7. Kemampuan memahami instruksi

8. Ketidakmampuan memahami intruksi dapat menyebabkan anak sering keliru

menuliskan kata yang sesuai dengan perintah guru.

Anak Tunagrahita

Pengertian

Istilah tunagrahita telah resmi digunakan di Indonesia sebagaimana tercantum

dalam peraturan pemerintah RI No. 72 tahun 1991. Sedangkan yang dimasksud

dengan anak tunagrahita menurut Amin (1995:11) adalah mereka yang

kecerdasannya berada di bawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami

keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka kurang

cakap memikirkan hal-hal yang abstrak dan berbelit-belit. Mereka kurang atau

terbelakang atau tidak berhasil bukan untuk sehari dua hari, sebulan atau dua

bulan tetapi untuk selamanya, dan bukan hanya dalam satu dua hal tetapi hampir

segala-galanya; lebih-lebih dalam pelajaran seperti mengarang, menyimpulkan isi

bacaan, menggunakan simbol-simbol, berhitung dan dalam semua pelajaran yang

bersifat teoritis.

Sedangkan pengnertian ketunagrahitaan menurut American Assotiation on

Mental deficiensy (1973) adalah;

“Mental retarded refers to significantly subaverage general intellectual fungtioning resulting in or associated in adaptive behavior and manifested during the development period”.

Page 7: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Pengertian di atas menggambarkan kondisi anak tunagrahita dengan

kecerdasannya yang rendah tidak mampu mengikuti pelajaran seperti yang

dipelajari anak-ana normal pada umumnya. Untuk mengembangkan

kemampuannya, mereka membutuhkan program pendidikan yang dimodifikasi

sesuai dengan kemampuannya. Dengan kata lain, mereka membutuhkan layanan

pendidikan luar biasa supaya potensinya berkembang secara optimal.

Klasifikasi Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita meliputi berbagai tingkat/derajat dari yang ringan sampai

yang berat. Perbedaan mereka terdapat variasi yang sangat besar.

Menurut WHO (Amin, 1995:21) anak tunagarahita diklasifikasikan dalam empat

keolompok, yaitu tunagrahita ringan dengan tingkat IQ 50-70; tunagrahita sedang

dengan tingkat IQ 30-50, dan tunagrahita berat dengan tingkat IQ kurang dari 30.

Pada bagian lain, Amin (1995:19) menguraikan klasifikasi anak tunagrahita sesuai

dengan PP No. 72/1991 sebagai berikut:

a. Anak tunagrahita ringan termasuk anak yang memiliki kecerdasan dan adaptasi sosialnya terhambat, namun masih mempunyai kemampuan

b. untuk berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.

c. Anak tunagrahita sedang memiliki kemampuan intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat tanggunng jawab sosial, dan mencapai penyesuaian sebagai pekerja dengan bantuan.

d. Anak tunagrahita berat pada umumnya hampir tidak memiliki kemampuan untuk dilatih mengurus diri sendiri, melakukan sosialisasi dan bekerja sepanjang hidupnya. Mereka selalu bergantung pada bantuan dan perawatan orang lain.

Pengelompokan di atas sebagai uapaya untuk memudahkan guru dalam

membuat program dan melaksanakan layanan pendidikan luar biasa secara efektif

dan efisien.

Selain perlunya pengelompokan, para pendidik perlu memahami dan

mengenal karakteristik khusus yang dimiliki anak tunagrahita. Mengenai hal ini,

James (Suhaeri , 1997:25) menguraikan karakteristik anak tunagrahita sebagai

berikut:

Page 8: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

1) Kecerdasan

Kapasitas belajar anak tunagrahita terbatas terutama untuk hal-hal yangn

abstrak. Mereka lebih banyak belajar dengan cara membeo (Rote learning)

dari pada dengan pengertian.

2) Sosial

Pergaulan mereka tidak teratur, tidak dapat mengurus, memelihara dan

memimpin diri. Pada saat usia anak-anak harus dibantu secara terus menerus

seperti, disuapi makanan, dipasangkan dan ditanggali pakaian, disingkirkan

dari bahaya, diawasi saat bermain dengan orang lain, bahkan harus terus

menerus diperingatkan apa yang harus dilakukannya.

3) Fungsi Mental

Mereka mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Jangkauan

perhatiannya sangat terbatas dan cepat beralih pada hal lain sehingga kurang

tangguh dalam menghadapi tugas dan terkesan pelupa.

4) Motivasi dan emosi

Anak yang termasuk ke dalam kategori sangat berat hampir tidak

memperlihatkan motivasi untuk mempertahankan diri, kurang kuat dan

kurang banyak mempunyai karagaman. Mereka jarang sekali memiliki

imaginasi dan menghayati perasaan, begitu juga dengan tanggung jawab dan

hak sosial.

5) Organisme

Baik struktur maupun organisme pada anak normal sangat berbeda. Mereka

baru dapat berjalan dan bicara pada usia yang relatif lebih tua dari anak

normal pada umumnya.

Anak Tunagrahita Sedang

Pengertian

Anak tunagrahita sedang merupakan satu golongan anak yang mengalami

keterlambatan perkembangan kecerdasan sedemikian rupa, sehingga untuk

mengembangkan kemampuannya dibutuhkan pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan secara khusus, mereka memiliki kemampuan intelektual umum dan

adaptasi perilaku di bawah anak tunagrahita ringan, mereka dapat belajar

Page 9: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional, mencapai suatu tingkat

tanggung jawab sosial dan mencapai penyesuaian dengan bantuan, mereka

mampu memperoleh keterampilan mengurus diri, seperti berpakaian, makan,

menggunakan wc, melindungi diri dari bahaya, dapat belajar keterampilan dasar

akademis( membaca, menulis dan berhitung sederhana) dan bekerja dalam tempat

kerja yang terlindung di bawah pengawasan.

Menurut tabel American on Mental deficiency yang dikemukakan Heward dan

Orlansky (1988:99), anak tunagrahita ialah mereka yang mempunyai tingkat

kecerdasan atau IQ sekitar 50-60

Tabel 1

Level Intelegence tes score

Level Intelegence tes score

Mild

Moderat

Severe

Profound Below

50 - 55 approx 70 (+/-5)

35 - 40 to 50 – 55

30 – 25 to 35 - 40

20 - 25

AAMD (Heward dan Orlansky, 1988:99)

Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang meskipun memiliki kecerdasan dan adaptasinya

terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam

bidang akademik, penyesuaian sosial, kemampuan bekerja dan kemampuan untuk

mengurus diri, Menurut Amin dan Entang (1984:25), anak tunagrahita sedang

cenderung menunjukan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Karakteristik Mental

Mereka memiliki kecenderungan menjawab ulang respon terhadap pertanyaan

yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik, cenderung memiliki

kemampuan berpikir konkrit atau jelas, mereka tidak mampu mendeteksi

kesalahan-kesalahan dalam pertanyaan, keterbatasan kemampuan dalam

penalarang dan visualisasi serta mengalami kesulitan dalam konsentrasi.

Page 10: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

b. Karakteristik sosial emosional

Minat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang usia mentalnya sama

(MA) dibanding dengan usia kronologisnya (CA), mereka memiliki problem

sosial dan tingkah laku yang cenderung nakal dan susah diatur.

c. Karakteristik akademik

Kemampuan belajar mereka rata-rata rendah dan lambat, bagi mereka yang

tergolong sedang potensinya termasuk pada mampu latih, jadi mereka ini

biasanya mampu menyelesaikan pendidikannya setingkat kelas dua SD

umum.

Penggunaan Titik Kunci dalam menulis angka 1 s/d 5

Titik kunci merupakan teknik penyederhanaan dari teknik menebalkan

dalam menulis angka, karena berdasarkan temuan di kelas ke dua subjek yaitu

Alan dan Herlan apabila diberi tugas menebalkan rata-rata mereka dapat

menyelesaikannya dengan baik, tetapi jika di beri tugas untuk menulis langsung

angka mereka mengalami kesulitan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dengan teknik titik kunci

diharapkan akan dapat membantu anak dalam menulis angka 1 s/d 5 dengan baik

dan secara mandiri, selain titik kunci juga diberikan stimulus berupa instruksi

yang sudah di kenal oleh siswa.

Adapun titik kunci dan instruksi tersebut dapat diuraikan pada tabel berikut :

Tabel 2

Tabel Titik Kunci

Angka Titik Kunci Instruksi

1 k Garis lurus seperti pagar

2 u Melengkung satu kali seperti kepala Bebek

3 l Melengkung dua kali seperti daun telinga

4 } Menyambungkan garis seperti kursi terbalik

5 p Garis lurus seperti pagar, melengkung di bawahnya dan

diberi topi di atasnya

Page 11: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Skema Pelaksanaan Penelitian

Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan.

Menurut Sugiono (2010 : 75) yang dimaksud dengan eksperimen yaitu : “Metode

penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap

yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Metode penelitian eksperimen ini digunakan karena sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran langsung mengenai pengaruh

teknik titik kunci terhadap peningkatan kemampuan menulis anak tunagrahita

sedang.

Dalam penelitian ini rancangan eksperimen yang digunakan adalah metode

eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject Research), yaitu suatu metode

eksperimen yang bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan

melihat hasil ada tidaknya dampak yang akan terjadi dari suatu perlakuan yang

diberikan secara berulang-ulang.

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian Single Subject

Research (SSR) adalah desain A-B-A di mana desain ini dapat menunjukan sebab

akibat antara variabel terikat dan variabel bebas, seperti dikemukakan oleh

Sunanto et al (2006 : 44) yaitu: “Desain A-B-A merupakan salah satu

pengembangan dari desain dasar A-B. Mula-mula perilaku sasaran (target

behavior) diukur secara kontinyu pada kondisi baseline (A1) dengan periode

Kem

ampu

an M

enul

is

Ang

ka 1

s/d

5

Eksprimen Teknik Titik Kunci SSR

HasilDeskripsi Hasil Penggunaan Teknik TITIK KUNCI Dalam Menulis Angka 1 s/d 5

Page 12: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

010203040

5060708090100

1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4

Baseline (A-1)

Sesi

Kem

ampuan M

enulis

waktu tertentu kemudian pada intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada

desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada

kondisi baseline kedua (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline yang kedua

(A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga

keyakinan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan fungsional antara variabel

bebas dan variabel terikat lebih kuat.

Desain A-B-A ini bertujuan untuk mempelajari seberapa besar pengaruh

dari suatu perlakuan (intervensi) terhadap variabel tertentu yang diberikan kepada

individu, dengan membandingkan kondisi baseline sebelum dan sesudah

intervensi.

Agar lebih jelas desain penelitian Subject Research dengan desain A-B-A

digambarkan pada grafik sebagai berikut :

Grafik 1

A-1 : Keadaan baseline -1 yaitu keadaan subjek sebelum mendapat

treatment. Dalam hal ini menyangkut kemampuan menulis angka 1 s/d

5 sebelum diberikan perlakuan melalui teknik titik kunci. Sunanto et

al (2005:58) menyatakan bahwa baseline adalah kondisis di mana

pengukuran target behavior dilakukan pada keadaan natural sebelum

intervensi apapun.

B : Intervensi (trearment), yaitu suatu keadaan subjek diberi perlakuan

yang diberikan secara berulang-ulang, dengan tujuan untuk melihat

kondisi kemampuan menulis angka 1 s/d 5 setelah diberikan perlakuan

dengan menggunakan teknik titik kunci. Pada fase treatmen subjek

Intervensi (B)

Baseline(A-2)

Page 13: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

diberi perlakuan dengan cara diberikan teknik titik kunci untuk

selanjutnya subjek menulis angka 1 s/d 5 secara mandiri sesuai

contoh.

A-2 : Merupakan pengulangan kondisi baseline -1 (A-1) yang dilakukan

untuk mengetahui hasil intervensi yang diberikan kepada anak.

Melalui fase ini dapat diketahui kemampuan menulis angka 1 s/d 5

setelah diberi intervensi dengan diberikan teknik titik kunci.

Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Subjek Penelitian

Peneliti menggunakan satu sabjek yaitu seorang siswa tunagrahita ringan

dengan identitas sebagai berikut :

1. Nama :

Jenis kelamin :

Kelas :

Tempat, tanggal lahir :

Agama :

Alamat :

2. Nama :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Tempat, tanggal lahir :

Agama :

Alamat :

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di SLB C Bina Asih Cianjur, yang

beralamat di jalan Suryakancana No. 11 Kel. Sawahgede Cianjur.

Teknik Pengumpulan Data

Page 14: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Σ skor yang diperoleh x 100

Σ skor maksimal

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

berupa tes kinerja di mana subjek diminta untuk melakukan 5 soal menulis angka

1 s/d 5 dengan benar.

Peneliti menggunakan tes mulai dari tahap baseline (A-1), intervensi dan

baseline (A-2) untuk mendapatkan skor siswa, sebelum mendapatkan intervensi.

Setelah semua data terkumpul kemudian dijumlahkan, dan untuk menghitung nilai

kemampuan menulis dapat dihitung dengan:

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

data yang dilakukan pada waktu penelitian (Arikunto, 2002 : 194) Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes.

Arikunto (2002 : 127) menjelaskan bahwa: “Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bekal yang dimiliki oleh

individu atau kelompok “. Pada setiap fase baik itu fase baseline (A-1), B

(intervensi), dan baseline (A-2) melalui tes kinerja dimana anak akan melakukan

keterampilan meronce kalung. Berikut instrumen penelitian yang terdapat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 3

Kisi-kisi Instrumen Menulis angka 1 s/d 5

Prilaku Aspek Indikator

Kemampuan Menulis angka 1 s/d 5

Menuliskan angka 1 s/d 5 secara benar.

1. Dapat menuliskan angka 1 s/d 5 dengan benar secara mandiri.

2. Dapat menuliskan angka 1 s/d 5 dengan benar dengan bimbingan guru.

3. Tidak dapat menuliskan angka 1 s/d 5 dengan benar

Page 15: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Tabel 4

Kriteria Penilaian Menulis Angka 1 s/d 5

No. Aspek yang DinilaiSkor Perolehan

3 2 1

1. Menulis angka 1

2. Menulis angka 2

3. Menulis angka 3

4. Menulis angka 4

5. Menulis angka 5

Skor maksimal : 15Keterangan Skor Perolehan Skor 3 : Dapat menuliskan dengan benar secara mandiriSkor 2 : Dapat menuliskan dengan benar dengan bimbingan guruSkor 1 : Tidak dapat menuliskan dengan benar

Prosedur Penelitian

Baseline (A1)

Pada fase baseline ini pengukuran dilakukan sebanyak empat sesi, dimana

masing-masing sesi dilakukan pada hari yang berbeda. Dalam setiap sesinya

dilaksanakan tes sebanyak 5 item kemampuan menulis angka 1 s/d 5. Langkah

awal pada baseline 1 (A1) subjek diminta untuk menuliskan angka 1 s/d 5.

Setelah melaksanakan proses tes tersebut, data yang didapatkan dicatat

kemudian dinilai sebagai hasil untuk melihat kemampuan menulis angka 1 s/d 5

yang dimiliki oleh subjek.

Intervensi (B)

Pada tahap intervensi dilakukan dengan menggunakan teknik titik kunci.

Dalam pelaksanaan intervensi, pada fase ini dilakukan sebanyak 8 sesi langkah-

langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Page 16: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

1) Guru mengkondisikan siswa agar siap menerima materi, setelah siswa siap

kemudian guru memperlihatkan titik kunci untuk memudahkan menulis angka

1 s/d 5 pada kertas atau buku tilis siswa.

2) Guru memberikan perintah dengan memberikan petunjuk-petunjuk agar

memudahkan anak dalam menulis angka 1 s/d 5.

a.

b. ...........

3) Siswa menuliskan angka 1 s/d 5 dengan bimbingan guru yaitu :

a. .......

b. .......

Baseline (A-2)

Peneliti melakukan tes kembali seperti pada baseline 1 (A1) sebanyak 4

sesi. Dengan format tes yang sama dan prosedur pelaksanaan yang sama pula,

setiap sesinya dilaksanakan tes sebanyak 5 item kemampuan menulis angka 1 s/d

5 ini dimaksudkan untuk melihat hasil dari intervensi yang diberikan untuk

mengetahui kemampuan menulis yang dapat ditarik kesimpulan, sehingga dapat

mengidentifikasi teknik titik kunci dapat mempengaruhi kemampuan menulis

angka 1 s/d 5 pada subjek penelitian yang didapat dari pengolahan data yang

dikumpulkan selama penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data

Kemampuan motorik halus diperoleh melalui pengamatan selama proses

permbelajaran berlangsung. Pengamatan dalam satu pertemuan dilakukan pada

waktu pembelajaran dilaksanakan. Pada fase basline A-1 dilakukan pengamatan

selama 4 kali pertemuan, pada fase ini subyek penelitian belum mendapatkan

intervensi. Untuk fase intervensi (B), subyek diberikan intervensi dengan latihan

Meronce. Fase intervensi (B) dilakukan selama 8 kali pertemuan. Selanjutnya

untuk mengontrol ada tidanya hubungan fungsional antara variabel bebas dan

terikat dilakukan pengamatan untuk fase basline A-2. Pada fase ini subyek tidak

Page 17: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

dikenakan intervensi. Hasil pengamatan pada fase A-1, B1 dan A-2 merupakan

skor mentah, artinya data tersebut belum diolah sesuai dengan teknik dan analisa

data.

Data yang diolah merupakan rata-rata kemampuan motorik halus tiap

pertemuan. Analisis data visual yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi. Komponen

analisis dalam kondisi meliputi enam komponen, diantaranya ; Panjang kondisi,

estimasi kecenderungan arah, kecenderungan stabilitas, jejak data, level stabilitas

dan rentang, level perubahan.

Untuk lebih jelasnya tabel berikut merupakan data tentang kemampuan

motorik halus anak pada fase basline dan intrervensi sebagai berikut :

Analisis Visual Kemampuan Menulis Angka 1 s/d 5

1. Analisis Dalam Kondisi

Pada Kondisi baseline A1 terdiri dari 4 fase, sedangkan pada

kondisi intervensi 8 fase dan pada fase basline A2 4 fase . Analisis dalam

kondisi meliputi : (1) panjang kondisi (2) estimasi kecenderungan arah, (3)

kecenderungan stabilitas, (4) jejak data, (5) level stabilitas dan rentang,

(6) level perubahan. Hasil analisis dalam kondisi sebagai berikut :

Berdasarkan hasil tes kemampuan menulis angka 1 s/d 5 diperoleh

data seperti pada tabel berikut :

Page 18: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Tabel 5Kemampuan Menulis angka 1 s/d 5

Fase A1 – B1 – A2

NO FaseTANGGAL Nilai Kemampuan Menulis

PENELITIAN AW HP

A1 1 9-Apr-2012 40 60

2 10-Apr-2012 47 603 11-Apr-2012 47 604 12-Apr-2012 47 60

IN

TERV

ENSI

(B)

5 13-Apr-2012 80 1006 14-Apr-2012 80 1007 16-Apr-2012 80 1008 17-Apr-2012 93 1009 18-Apr-2012 100 1001 19-Apr-2012 100 10011 20-Apr-2012 100 10012 21-Apr-2012 100 100

A

2 13 23-Apr-2012 47 8714 24-Apr-2012 73 9315 25-Apr-2012 73 10016 26-Apr-2012 87 100

Data pada tabel 4 di atas dapat digambarkan dalam bentuk grafik

sebagai berikut :

Page 19: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Grafik 2

Kemampuan Menulis angka 1 s/d 5 Fase A1 – B1 – A2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 160

20

40

60

80

100

120

Series1 Series2

Kem

ampu

an M

enul

is A

ngka

1

s/d

5

AW HP

Intervensi B1 Baseline A 2

Page 20: Peningkatan kemampuan menulis angka 1 s

Berdasarkan grafik 2 pada baseline A-1 permasalahan kemampuan

menulis angka Alan dan Herlan masih dibawah nilai 50. Hal ini menunjukkan

kemampuan menulis angka masih sangat kurang, yaitu anak masih

memerlukan bantuan guru ketika menulis angka-angka tersebut.

Pada kegiatan Intervensi terlihat ada peningkatan kemampuan menulis

angka baik alan maupun Herlan, Alan Memperoleh nilai tertinggi 73

sedangkah Herlan memperoleh nilai 86, dengan demikian kemampuan

menulis angka 1 s/d 5 dapat meningkat setelah diberikan intervensi berupa

teknik titik kunci.