peningkatan kemampuan menulis paragraf naratif …
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
DENGAN METODE ROUND ROBIN PADA SISWA DI KELAS VII
SMP PGRI BAREMBENG
pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
HAMKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
vi
Nama : HAMKA
NIM : 10533806815
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
dengan Metode Round Robin pada Siswa Kelas VII
SMP PGRI Barembeng
Dengan ini Menyatakan bahwa:
Skripsi yang diajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya
bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021
Yang membuat peryataan
Ubahlah hidupmu maka engkau akan mengubah dunia.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (Q.S Ar Rad :11).
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku Ayahanda Kaharuddin dan Ibunda Tayu, saudara dan
sahabatku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
Hamka. 2020 “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Dengan
Metode Round Robin Pada Siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng”. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Sukri
Syamsuri sebagai pembibmbing I dan Tasrif Akib sebagai pembimbing II..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemapuan menulis paragraf
naratif menggunakan metode Round Robin pada kelas VII.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Subjek penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
sebanyak 35 orang. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode
observasi dan tes tertulis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis siswa Metode Round
Robin meningkat. Hasil tes pada siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 62,7
mencapai kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Pada siklus II nilai rata-rata
yang dicapai sebesar 79,7 mencapai kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Hasil
yang dicapai pada siklus II melebihi target ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu
dengan nilai KKM 75. Dengan kata lain ada peningkatan kemampuan menulis pada
siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng.
Kata Kunci : Round Robin, Kemampuan Menulis, Paragraf Narasi
viii
Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Paragraf Naratif dengan Metode Round Robin di Kelas VII SMP PGRI Barembeng”
dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menulis karya ilmiah seperti skripsi penelitian merupakan pengalaman pertama bagi
penulis oleh karena itu banyak kesulitan dan hambatan yang dilalui oleh penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat kehendak Allah Swt.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, dan Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd,.
Pembimbing I dan II, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi hingga selesai. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan seluruh staf jurusan
serta para Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa disebutkan namanya satu
per satu yang telah membekali penulis segala pengetahuan dan keterampilan selama
ix
berkuliah sampai penyusunan skripsi ini. Kepada Kedua orang tua, bapak H.
Kaharuddin dan ibu Hj. Tayu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan
dukungan kepada penulis. Kepada saudara laki-laki yang tercinta kakak Wahyudin
yang senantiasa mendukung penulis dalam hal materi maupun motivasi. Tidak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat atas dorongan
semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan dalam perkuliahan hingga
penyusunan skripsi ini, dan seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sahabat seperjuangan Ichsan Aridani, Ananda Muqhny Rusli, Nirmawati
Amiruddin, Mardiana, Fikria Arifah Zahrani, Rahmi yang selalu mau memberikan
motivasi semangat serta dukungan
Terima kasih kepada saudara-saudara yang selalu membantu dan kepada
seluruh keluarga dan teman-teman tanpa terkecuali serta semua pihak yang tidak
sempat penulis sebutkan namanya satu per satu karena keterbatasan tempat, namun
tidak mengurangi rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala jasa-jasa dan
sumbangsi pemikiran yang telah diberikan selama ini.
x
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka menerima saran dan
kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi. Harapan
penulis semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis selaku pembuat skripsi, penulis berharap masalah yang diangkat
didalam skripsi ini tidak hanya di selesaikan dengan satu pendapat, semoga dari pihak
lain juga dapat mengembangkan.
A. TINJAUAN PUSTAKA
B. Kerangka pikir....................................................................................... 33
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36
D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data.................................................................................. 43
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
b. Observasi ........................................................................................ 55
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran
Round Robin pada Siklus II .................................................................. 60
a. Hasil Tes Siklus II............................................................................ 61
c. Refleksi siklus II .............................................................................. 71
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 84
B. Saran ........................................................................................................... 85
Pengelaman Pribadi .......................................................................................... 40
Pengalaman Pribadi .......................................................................................... 41
Pengalaman Pribadi ........................................................................................ 45
Naratif Siklus I ................................................................................................. 48
Siklus I ............................................................................................................ 49
6. Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita
Siklus I ......................................................................................................... 50
7. Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H)
Siklus I .......................................................................................................... 51
8. Tabel 4.5 Hasil Tes Aspek Kebahasaan Siklus I ............................................ 52
9. Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Karapian Tulisan Skilus I .................................... 53
10.Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I ................................................................ 57
11.Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus II ........................................................................................................ 61
12. Tabel 4.9 Hasil Tes Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II ........................ 63
13. Tabel 4.10 Hasil Tes Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II ............. 64
xv
14. Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W+1H)
Siklus II ........................................................................................................ 65
15. Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Kebahasan Silus II ......................................... 65
16. Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II .............................. 66
17. Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Siklus I dan II .................. 68
18. Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus II ............................................................ 70
xvi
Siklus I ........................................................................................................... 54
Siklus II ......................................................................................................... 67
Siklus I dan II ............................................................................................... 69
xvii
Lampiran 2 : Dokumentasi
1
19
pengiriman pesan (guru), komponen penerimaan pesan (siswa), dan komponen
pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang
dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi
pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima siswa dengan
optimal, dengan kata lain tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami
dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah
menangkap isi pesan yang disampaikan (Sanjaya, 2008: 162).
Belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Setiap orang pasti
berkomunikasi karena kehidupan manusia tidak luput dari apa yang disebut
interaksi. Manusia saling berhubungan antar sesama dalam hal apapun. Oleh
karena itu, manusia membutuhkan penghubung dalam berinteraksi untuk
mempermudah komunikasi, yaitu bahasa. Kita berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia, oleh sebab itu mata pelajaran bahasa Indonesia selalu
diajarkan pada jenjang sekolah tingkat apapun, bahkan semenjak di Sekolah
Dasar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari bahasa Indonesia menurut
2
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan”. Berdasarkan
pernyataan tersebut, jelas bahwa salah satu tujuan adanya bahasa adalah
mempermudah interaksi.
didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan tujuan dan fungsinya. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
diajarkan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa.
Tarigan (2013:1) mengemukakan bahwa, keterampilan berbahasa
(language art, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya
mencangkup empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading
skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa tidak akan dimilki seseorang secara otomatis,
melainkan perlunya latihan dan praktik secara teratur serta adanya potensi
yang mendukung. Potensi tersebut dapat dicapai dengan sering berlatih dengan
sungguh-sungguh.
memahami keterampilan berbahasa ini harus dikuasai terlebih dahulu oleh
3
berkomunikasi melalui bahasa tulis yang harus diorganisasikan secara baik
agar dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa adanya pelatihan dan pembinaan
secara sistematis, maka keterampilan ini akan sulit untuk dikuasai. Menurut
Chaniago, dkk. (2015), kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan
menulis dapat disebabkan oleh kesempatan latihan yang kurang baik, benar,
dan sungguh-sungguh.
secara tertulis dalam bentuk karangan, dialog, laporan, ringkasan, dan puisi
bebas. Dalam pembelajaran menulis atau mengarang guru dituntut kerja keras
untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi kegiatan yang menyenangkan
sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk membuat sebuah tulisan atau
karangan.
Keterampilan menulis harus dipelajari secara serius dan perlu pelatihan yang
efektif. Dalam pembelajaran siswa hendaklah diarahkan pada pengembangan
potensi diri sendiri. metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga harus
mengacu pada minat dan harapan siswa. Dengan demikian, siswa dapat tertarik
dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
yang tersedia. Namun masih banyak guru bahasa Indonesia yang masih
4
hasil observasi awal yang dilakukan penulis pada tanggal 05 bulan.Desember
2019 di SMP PGRI Barembeng pada kelas VII, dari 35 orang siswa hanya 9
orang yang mampu menuliskan paragraf naratif dengan tepat, sedangkan 26
orang siswa belum bisa menulis paragraf naratif dengan tepat. Hal tersebut
disebabkan guru belum menempatkan siswa sebagai subjek belajar, melainkan
masih dipandang sebagai objek belajar, komunikasi berjalan searah,
keterlibatan siswa terkesan dibatasi pada penerimaan informasi dan konsep
yang diberikan guru sehingga menghambat perkembangan kreasi dan interaksi
yang justru harus diakui keberadaannya dan ditumbuh kembangkan, untuk itu
perlu dilakukan pencarian metode pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih
menarik dan inovatif dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Hal ini sangat penting dilakukan karena pada prinsipnya yang belajar adalah
siswa bukan guru. Dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan menulis dikarenakan
metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik minat siswa dalam
belajar.
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe
pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi menjawab
pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam
pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki
beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan pemikiran
pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan kepada siswa
5
kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di dalam kelompok
memiliki kesempatan untuk berbicara.
mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi dengan
berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf naratif ini
merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu kejadian yang
dirangkai didalam kesatuan waktu.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia SMP PGRI Barembeng, ternyata hasil menulis paragraf naratif kelas
VII kurang maksimal atau tidak mencapai KKM. Dalam hal ini ini guru
mencari model atau metode yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
siswa dalam meningkatkan minat dan semangat siswa terutama dalam menulis.
Dalam hal ini guru harus mencari metode yang dapat membangkitkan
minat dan semangat belajar siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng Tahun
Ajaran 2019/2020. Hal tersebut dibuktikan dengan 27 dari 35 siswa nilainya
belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata kelasnya masih sangat rendah,
sedangkan KKM kelas VII SMP PGRI BarembengTahun ajaran 2019/2020
adalah 75. Beberapa permasalahan yang ditemukan tersebut kiranya dicarikan
suatu alternatif masalah, dengan dilakukan suatu penelitian sehingga
mendapatkan tindakan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, penyebab utama rendahnya
kemampuan menulis paragraf naratif siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
6
paragraf naratif yang mudah dipahami.
Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode
pembelajaran yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu metode
pembelajaran menulis cerita atau mengarang. Salah satu metode pembelajaran
menulis cerita yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran Round Robin
yang peneliti angkat dari teori Muslim Ibrahim. metode pembelajaran Round
Robin menulis paragraf naratif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menulis siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan kemampuan menulis
paragraf naratif dengan Metode Round Robin pada siswa di kelas VII SMP
PGRI Barembeng”.
pertanyaan penelitian sebagai berikut;
Bagaimanakah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin di kelas VII SMP
PGRI Barembeng?
kelas VII SMP PGRI Barembeng dengan Menggunakan Metode Round Robin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
mengadakan perbaikan dalam pembelajaran peningkatan menulis
paragraph naratif. Selain itu, dapat pula memberikan masukan pada guru
mengenai penggunaan metode pembelajaran Round Robin pada
pembelajaran menulis paragraf naratif kelas VII.
2. Manfaat Praktis
khususnya bagi siswa, pemerintah, pembaca, dan juga bagi peneliti. Bagi
siswa, pembelajaran menulis paragraf naratif menjadi lebih menyenangkan
dan bermakna, mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam
menulis, membiasakan diri siswa untuk menulis pengalaman pribadi, dan
meningkatkan keterampilan dan minat siswa dalam menulis paragraf
naratif.
pertimbangan mengenai pencapaian visi misi pendidikan nasional.
Selain itu, dengan penelitian ini dapat menghasilkan solusi dalam
8
pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
ilmu pengetahuan, yaitu penggunaan metode pembelajaran Round
Robin pada keterampilan menulis. Selain itu, dapat pula dijadikan
sebagai masukan untuk memperkaya pengetahuan tentang metode
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan pelengkap terutama
dalam hal meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi
dengan penggunaan teknik, media, dan metode pembelajaran yang
lebih bervariasi. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk
penelitian selanjutnya.
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitan Relevan
maupun yang bersifat baru. Keterampilan menulis hendaknya dikuasai
setiap orang karena bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan.
Beberapa bahan penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian adalah
sebagai berikut.
Kooperatif Tipe Round Robin Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa SMA Negeri 1 Malang. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas dapat disimpulkan terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap hasil menulis paragraf naratif pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
menggunakan Strategi Brainstorming siswa kelas X5 SMA Negeri
Watangsoppeng. Hasil Penelitian ini menemukan: (1) Proses menulis
paragraf naratif mengalami peningkatan yang dtunjukkan pada
keaktifan siswa dalam semua langkah pembelajaran. (2) Meningkatkan
hasil menulis paragraf naratif dengan melihat perubahan nilai rata-rata
10
kelompok 71,31 % dan pada siklus kedua mengalami peningkatan
menjadi 82,24 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
Strategi Brainstorming terbukti signifikan dalam meningkatkan
kemampuan menulis paragraph siswa kelas X5 SMA Negeri 1
Watansoppeng.
Isroyati (2016), Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
dengan Penggunaan Metode Field Trip pada siswa Kelas IX SMP Dwiguna
Depok. Pembelajaran menulis narasi yang mengalami peningkatan. Pada
siklus 1 siswa yang aktif sebesar 60% sedangkan pada siklus 2 siswa yang
aktif meningkat menjadi 80 %. Penerapan metode field trip dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Hal ini ditandai dengan
nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan baik dari segi teknik
penulisan (tanda baca), isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan
bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Nilai ini dapat dilihat dari
nilai siklus 1 terendah 55 dan tertinggi 74, dan nilai siklus 2 terendah
adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Ketuntasan hasil belajar
siswa meningkat. Dalam siklus 1 hanya 17 siswa yang mencapai
ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada siklus 2
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa.
Ketiga penelitan tersebut membahas tentang peningkatan metode
pembelajaran round robin, sehingga dapat dikatakan relevan dengan
penelitan ini juga membahas tentang peningkatan keterampilan menulis
11
menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini tetapi tetap
bertitik pada kemampuan menulis paragraf naratif. Penelitian yang kedua
dan ketida sama-sama menggunakan metode pembelajaran round robin.
2. Keterampilan Berbahasa
Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik
komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang
perlu mempelajari bahasa dengan tujuan yang beraneka ragam, misalnya
untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan bahasa dan sebagainya.
yang menghubungkan antara manusia satu dengan lainnya. Melalui bahasa,
setiap manusia dapat mengungkapkan pikirannya sehingga orang lain
dapat mengetahui apa yang dipikirkan. Ada empat keterampilan berbahasa
yang perlu diperhatikan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan,
2013:1).
bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat,
serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara
tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta,
perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Seseorang dikatakan
12
kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata,
kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu
konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta
menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan
pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil
membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi
tulisan) yang dibacanya (Mulyati, 2011:1.6).
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi
komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan
bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat
keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai
manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, dai, wartawan, dan lain-lain.
3. Hakikat Menulis
pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2018:3). Menulis juga
dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau
kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
13
memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadi komunikasi antar penulis dan
pembaca dengan baik (Dalman, 2018:4).
Selanjutnya menurut Tarigan (2013:3-4), menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang
secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur.
kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga
dapat diartikan berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Akhadiah (1997:3) mengungkapkan, menulis merupakan suatu
kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan.
Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati
pemakainya. Lado (dalam Tarigan, 2013:22), menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
14
gambaran grafik itu.
tolak ukur dari kesuksesan akademis dan sebuah syarat dasar untuk
keikutsertaan dalam kehidupan. Ada beberapa cara dalam menulis, yaitu:1)
strategi penulisan yang melibatkan strategi penulisan siswa untuk
merencanakan, memperbaiki, dan menyunting karangan,2) merangkum
hasil membaca siswa secara sistematis, 3) menulis secara kelompok,
dengan bekerja sama untuk merencanakan, konsep, merevisi, dan mengedit
karangan mereka.
oleh siswa untuk memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam
pengetahuan umum. Keterampilan menulis sangat penting bagi siswa
untuk penguasaan bahasanya. Hal yang menggembirakan siswa karena
menulis dapat dipelajari dan dilatih terus-menerus.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan
menggunakan bahasa sebagai medium yang telah disepakati bersama untuk
diungkapkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang
ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus sering
15
teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai dengan baik.
a. Tujuan Menulis
ragam, yaitu memberitahu atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,
menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengespresikan
perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum
berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan,
2013: 24-25).
sendiri, 2) altruistic purpose (tujuan altruistik) penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai, perasaan dan penalarannya, 3) persuasive
purpose (tujuan persuasif) tulisan yang bertujuan meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagaswan yang diutarakan, 4) informational
purpose (tujuan informasional) tujuan penerangan tulisan yang
bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para
pembaca, 5) self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) tulisan
yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca, 6) creative purpose (tujuan kreatif) tulisan yang
16
problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) dalam tulisan
seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis
ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengetahuan
terhadap bahasa yang dipergunakan (Suriamiharja, 1997:2).
Depdiknas (2003:4) juga mengungkapkan, tujuan pembelajaran
menulis standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs
adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan,
pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Artinya siswa
terampil menulis secara efektif dan efisien berbagai ragam tulisan
dalam berbagai konteks.
mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi
menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Selain itu,
tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk
memperoleh masukan dari pembaca.
mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi
pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi, dalam kenyatannya
17
informasi-infomasi, tulisan yang informatif pun mempunyai
unsur-unsur persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga
diwarnai dengan maksud mempengaruhi pembaca.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari kegiatan menulis adalah untuk mengekspresikan gagasan, ide,
pemikiran-pemikiran ataupun perasaan ke dalam suatu tulisan. Tulisan
tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca agar
pembaca dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Manfaat Menulis
Didik Komaidi (2007:12) ada enam manfaat menulis yaitu, 1)
menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat
realitas di sekitar, 2) menulis mendorong kita untuk mencari referensi
seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, 3) dengan aktifitas
menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita
secara runtut, sistematis, dan logis, 4) dengan menulis secara psikologis
akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres kita. Segala unek-unek
dan rasa senang atau sedih bisa diungkapkan melalui tulisan di mana
dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui
oleh orang lain, 5) kita akan mendapatkan kepuasan batin jika tulisan
kita dimuat dalam media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit,
18
ekonomi, 6) jika tulisan kita dibaca orang banyak (mungkin puluhan,
ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin populer
dan dikenal oleh publik pembaca.
Tarigan (2013:22) mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat
menulis dalam dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain, 1)
memudahkan pelajar dalam berpikir, 2) menolong kita berpikir kritis,
3) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau apersepsi kita, 4) memecahkan
masalah-masalah yang kita hadapi, 5) menyusun urutan bagi
pengalaman.
Menurut Morsey (dalam Tarigan 2013:4) menulis dipergunakan
untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang
lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis
yang dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas
dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran,
organisasi, penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan
ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan.
Namun, penulis mampu menyerap, mencari, meyakinkan pembaca,
melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang
ditulis.
19
Manfaat menulis menurut Bernad Percy (dalam Gie, 1995:21) ada
enam yaitu, 1) suatu sarana untuk pengungkapan diri, 2) sarana untuk
pemahaman, 3) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan
pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri, 4) sarana untuk
meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan
seseorang, 5) sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan
bukannya penerimaan yang pasrah, 6) sarana untuk mengembangkan
suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat
dari menulis adalah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan yang
merupakan hasil dari buah pemikiran, sehingga orang lain dapat
memahami bahkan bisa juga dapat membuat orang lain yang membaca
tulisan menjadi senang.
kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat banyak
cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang
mudah difahami. Cara dalam merangkai kalimat disebut dengan pola
pengembangan paragraf atau juga sering disebut dengan teknik
pengembangan paragraf. Terdapat beberapa pola pengembangan
paragraf, antara lain pola deduktif, induktif, sebab akibat, deskriptif,
proses, contoh, pertentangan, perbandingan, serta juga kronologis.
20
mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi
dengan berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf
naratif ini merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu
kejadian yang dirangkai didalam kesatuan waktu.
Biasanya dalam kejadian atau juga dalam peristiwa tersebut,
tokohnya itu mengalami kejadian penting. Sesuatu yang dialami tokoh
atau juga konflik antar tokoh akan menjadi bagian yang menarik di
dalam sebuah naratif.
Pada paragraf naratif, kalimat satu serta juga kalimat yang lain
mempunyai hubungan yang berurutan. Dalam paragraf naratif, tiap-tiap
peristiwa yang dituangkan didalam bentuk kalimat memiliki sifat
kronologis. Untuk dapat menghubungkan kalimat-kalimat pada paragraf
itu, digunakan juga penghubung (konjungsi).
Pengertian paragraf-Paragraf juga sering juga di sebut alinea. Kata
„paragraf berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua buah kata,
yakni para yang berarti „di samping dan graphein yang berarti
„menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa
paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya terdiri atas
satu ide pokok dan penulisannya di mulai dengan garis baru/alinea
(Alwi, dkk., 2005: 828). Selanjutnya, Kridalaksana (1993: 154)
mengemukakan bahwa paragraf adalah (1) Satuan bahasa yang
mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
21
masih berkaitan dengan isi seluruh wacana dapat terjadi dari satu
kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Paragraf merupakan
inti renungan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama,
kalimat topik, kalimat penjelas, sampai kalimat penutup. Himpunan
kalimat ini saling berkaitan untuk membentuk sebuah gagasan.
Pada mulanya, paragraf disimbolkan dengan tanda, yang terdiri
pada suatu teks. Sekarang tanda yang digunakan untuk menunjukkan
awal paragraf bukan tanda seperti di atas lagi, ia merupakan suatu
pikiran yang biasanya terdiri atas sekelompok kalimat yang saling
berhubungan (Walaupun ada kalanya tidak lebih dari satu kalimat) pada
karangan tertulis (Ambo Enre, 1985: 162).
Penulisan paragraf yang terencana baik selalu bersifat
logis-sistematis. Paragraf yang tersusun baik merupakan alat bantu, baik
bagi pengarang maupun bagi pembaca. Seperangkat kalimat akan
memungkinkan pengarang mengembangkan jalan pikiran secara
sistematis pula. Fungsi paragraf ialah memungkinkan pengarang
melahirkan jalan pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca,
kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan
menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang, fungsi paragraf
22
memahami alur berpikir pengarang (Keraf, 2001: 22).
Selanjutnya, Keraf (2001: 22) mengatakan bahwa paragraf yang
baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang
integral dari ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan karangan. Ide
pokok paragraf tidak hanya merupakan bagian dari ide pokok
keseluruhan, melainkan juga mempunyai relevansi dan menunjang ide
pokok tersebut. Melalui fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam
tiap paragraf, maka akhirnya pembaca sampai kepada pemahaman total
isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi
sebagai alat penyampai fragmen pikiran dan penanda pikiran baru
mulai berlangsung.
digunakan sebagai pengantar, transisi, atau peralihan dari suatu bab ke
bab lain. Bahkan, tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup. Di
sini paragraf berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan konklusi.
Dengan demikian, sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa
paragraf berfungsi sebagai: 1) penampung fragmen atau pikiran ide
pokok; 2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran
pengarang; 3) alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran
secara sistematis; 4) pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami
alur pikiran pengarang; 5) alat untuk menyampaikan fragmen pikiran
atau ide pokok pengarang kepada pembaca; 6) sebagai penanda bahwa
23
dapat berfungsi sebagai pengantar, tradisi, dan penutup (konklusi).
Naratif sebagai wacana yang berisi pemberitaan satu atau
serangkaian peristiwa (juga perbuatan) berusaha untuk menjawab
pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya
sesuatu. Peristiwa atau perbuatan yang diungkapkan dalam naratif ada
yang benar-benar dan ada pula yang hanya berdasarkan imaji penulis.
Untuk memahami konsep istilah naratif secara utuh dipaparkan
beberapa pengertian naratif. Ambo Enre (2008: 156) memberikan
batasan naratif sebagai wacana pengisahan yang berhubungan dengan
penyajian beberapa peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok
masalahnya ialah tindakan/perbuatan dalam hubungannya dengan suatu
peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.
Gorys Keraf (2004: 12) mendefinisikan naratif sebagai suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.
Wahid (2010: 46) memberikan batasan wacana naratif sebagai
perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa
yang terjadi tidak lain daripada tindak tanduk yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.
Naratif adalah berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian
peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi arti kepada sebuah
24
dari cerita itu. naratif adalah karangan yang bersifat subjektif, isinya
bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun karangan
bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi namun materi cerita
dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang.
Naratif hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau
peristiwa, maka tampak bahwa naratif akan sulit dibedakan dari
deskripsi karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan
dengan mempergunakan metode deskripsi sebab itu meski ada unsur
lain yang harus diperhitungkan yaitu unsur waktu. Dengan demikian,
pengertian naratif itu mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan atau
tindakan yang terjadi tidak lain dari pada pihak tindak-tanduk yang
dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian
waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka
naratif mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu
rangkaian waktu.
cerita sebab naratif sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita
adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, masalah, mencoba
untuk memecahkan dan memberikan solusi dari masalah itu. Contoh
bentuk ini adalah cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung
(cerber), termasuk tulisan atau skenario yang dijadikan bahan
pembuatan film.
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu kesatuan waktu. Dengan demikian, naratif adalah bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Adapun di bawah ini unsur-unsur dalam mengarang antara lain:
a. Isi Karangan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain untuk membentuk
kesatuan.
diikuti.
dianggap baku dan pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
d. Pilihan Kata
gagasan yang diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Pemakaian bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang
dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan
26
pembaca.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
unsur-unsur dari bahasa lain. Baik dari bahasa daerah, maupun
bahasa asing, seperti sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan
Inggris.
Pertama, unsur yang sudah lama terserap kedalam bahasa
Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Kedua, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia. Ketiga,
unsur yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa
asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Pemakaian tanda baca antara lain : (1) tanda titik yang dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; (2) tanda
koma yang dipakai di anatara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan; (3) tanda petik yang mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
27
a. Pengertian Metode Pembelajaran Round Robin
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe
pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi
menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan.
Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang
memiliki beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan
pemikiran pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan
kepada siswa berikutnya, melakukan hal yang sama. Masing-masing
siswa memberikan kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di
dalam kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara.
Metode belajar ini jelas berbeda dengan metode belajar yang
dilakukan secara individu, metode belajar kooperatif dapat mengasah
komunikasi antar siswa dan saling memiliki tanggung jawab atas
pelajaran yang didapat dan tanggung jawab untuk mengajari rekan-
rekan yang lain dalam kelompok. Sesuai dengan teori pendekatan
konstruktivis sosial yang menekankan bahwa individu akan belajar
dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
dan pemahaman serta menekankan pada konteks sosial dari
pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksi
secara bersama (Barison & Dorval dalam Santrock, 2011). Sedangkan
28
beragam.
Kagan (2004: 1) menunjukkan bahwa Round Robin adalah mitra lisan
dari Round table: siswa secara bergiliran menyatakan jawaban atau ide,
tanpa mencatatnya. Round robin dapat digunakan dengan anak-anak
yang terlalu muda untuk menulis atau ketika berpartisipasi daripada
produk tujuan
Muslimin Ibrahim menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Round
Robin adalah suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana
menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Adapun
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Round Robin
adalah sebagai berikut :
tiap kelompok 4 – 5 orang siswa.
2) Guru memberikan pengantar pelajaran.
3) Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan
yang mempunyai banyak jawaban.
pemikiran pikiran.
meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang
pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi.
29
pemikiran dan pendapat, guru memberikan penjelasan.
7) Guru memberikan pengargaan kepada tiap kelompok.
Kagan (1994: 2) menyatakan, mengikuti Round Robin dan Round
table, siswa lebih cenderung mencari partisipasi dari semua anggota,
bahkan dalam situasi di mana partisipasi penuh tidak terstruktur. Round
Robin dan Round table sangat efektif dalam menciptakan identitas tim
yang positif dan kemauan untuk bekerja dalam tim. Mereka dapat
digunakan untuk mengatasi resistensi awal untuk bekerja di temas yang
sering ditemukan di ruang kelas terdegradasi, terutama di tingkat
pendampingan. Satu hal yang harus dipahami oleh seorang guru,
Menerapkan Round Robin dalam penerapan struktur, siswa yang
ditempatkan dalam tim harus heterogen, kemampuan yang berbeda dalam
sebuah tim akan membantu meningkatkan pencapaian beberapa siswa
lainnya.
Untuk manfaat Round Robin yang lebih banyak, semua tim akan
dibantu untuk memahami tentang tujuan, teknik, dan pola yang
digunakan dalam proses pembelajaran, anggota heterogen memiliki
pengaruh besar, bagi siswa yang memiliki area kognitif yang baik akan
membantu orang miskin lainnya dengan memberikan lebih banyak
penjelasan, membantu meningkatkan kognitif buruk lainnya akan
berpengaruh pada aktifnya mereka dalam tim. Dan hasil dari tindakan
30
sama.
antara rekan satu tim akan memberikan poin lebih positif seperti
meningkatkan menulis siswa, melatih siswa untuk bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan, memberikan motivasi kepada siswa untuk
mendapatkan pembelajaran yang sukses dan juga meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
Lebih lanjut Muslimin Ibrahim menjelaskan ada beberapa
keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Round Robin, yaitu :
1) Pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan
berbagi bersama teman kelompok.
menumbuhkan kekompakkan, sehingga dapat memperbaiki hasil
belajar siswa.
5) Dapat mengendalikan perilaku dalam kelompok.7
Selain keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Round Robin juga
memiliki kelemahan, yaitu :
belum pernah dipelajari sebelumnya.
siswa yang “menonjol”.
mengemukakan pendapatnya.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek dalam penelitian ini yaitu
menulis. Kegiatan dalam menulis meliputi mengekspresikan ide, gagasan,
pikiran atau perasaan yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan ataupun karangan
yang dapat dipahami oleh orang lain. Kegiatan membuat karangan dapat
dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan pengarang. Oleh karena itu, kegiatan
menulis karangan merupakan kegiatan yang tidak mudah, tetapi sangat penting
untuk diajarkan kepada siswa. Menulis karangan merupakan kompetensi dasar
yang harus dicapai dalam pembelajaran siswa kelas VII SMP PGRI
Barembeng. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk
menulis pengalaman pribadi secara bertahap. Menulis pengalaman pribadi ini
diawali dengan mengungkapkan ide atau gagasan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menulis pengalaman pribadi yaitu kesesuaian dan kejelasan
isi cerita, kelengkapan unsur cerita (5W+1H), penggunaan diksi, penggunaan
ejaan dan tanda baca, keefektifan kalimat, keterpaduan makna gramatikal antar
kalimat dan antar paragraf, dan kerapian tulisan.
Umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam menemukan ide yang
tepat untuk menulis pengalaman pribadi dan mengorganisasikannya. Selain itu,
32
belum adanya penggunaan metode yang bervariasi terhadap pembelajaran
menulis paragraf naratif di sekolah. Salah satu cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan metode
pembelajaran menulis paragraf naratif dalam pembelajaran menulis paragraf
naratif menggunakana penelitian tindakan kelas melalui dua siklus yang akan
diketahui setelah dilakukan penelitia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan kerangka pikir di bawah ini :
33
Analisis
Hasil
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, hipotesis dalam tindakan ini adalah jika
guru menggunakan metode pembelajaran Round Robin dalam pembelajaran
menulis paragraf naratif, maka keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa
kelas VII SMP PGRI BAREMBENG dapat meningkat.
35
penelitian tindakan dalam pendidikan merupakan sebuah metode kualitatif
yang mendorong para praktisi (pengajar/guru) menjadi lebih reflektif dalam
praktik mengajar, dengan tujuan lebih meningkatkan/memperbaiki sistem
mengajarnya. Penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart yang
terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing),
dan refleksi (reflecting). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua
siklus, yaitu proses siklus I dan diklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui
keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa pada awal tindakan penelitian.
Siklus ini sekaligus dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II
digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis pengalaman
pribadi siswa setelah melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan
proses belajar-mengajar yang didasarkan pada siklus I.
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP PGRI Barembeng.
2. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih tiga bulan, dengan
pelaksanaan pada bulan maret hingga mei 2020.
36
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP PGRI
Barembeng dengan jumlah siswa 30 orang siswa.
C. Variabel Penelitian
sedangkan variabel bebasnya yaitu metode pembelajaran Round Robin.
1. Kemampuan menulis paragraf naratif
Kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat
banyak cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi
paragraf yang mudah difaham
Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa
bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam
sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini
guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki beberapa
alternatif jawaban.
siklus. Pertemuan pertama adalah fokus pada tenses (past tense dan
present continuous tense), pertemuan kedua fokus pada paragraf naratif.
Guru juga membagi kelas menjadi 4-5 anggota kelompok, setiap anggota
kelompok harus memiliki kompetensi kognitif yang heterogen dan
37
Metode Round Robin, dan yang terakhir adalah evaluasi. Alokasi waktu
untuk setiap pertemuan adalah 70 menit.
1. Siklus 1
2) Mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran.
5) Membuat alat evaluasi untuk mengevaluasi kemampuan siswa.
b. Pelaksanaan
proses pembelajaran.
(past tense dan present tense).
3) Siswa diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan
bentuk kontinu saat ini.
contoh naratif.
5) Siswa diminta untuk menulis teks naratif satu per satu.
38
kompetensi kognitif heterogen.
kelompok.
harus sama dengan jumlah grup).
2. Siklus 2
2) Mengklasifikasikan latihan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan
Round Robin sebagai alat dalam mengajar menulis.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran.
5) Membuat alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa.
b. Pelaksaan
1) Ulasan guru tentang pelajaran yang telah dilakukan (tata bahasa
berfokus pada masa lalu yang sederhana dan esai naratif yang
kontinu saat ini)
2) Kelompok siswa diminta untuk menulis esai naratif dengan tema
yang berbeda.
menggunakan lembar observasi.
Ada tiga sumber data yang berlaku dalam penelitian ini. Mereka:
1) Data diperoleh dari kemajuan penulisan siswa untuk setiap siklus.
2) Data diperoleh dari lembar observasi. Ini adalah tentang situasi
belajar dan mengajar sepanjang perawatan (tindakan, observasi
dan refleksi).
3) Data diperoleh dari komposisi akhir siswa untuk setiap siklus.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen tes dan non tes.
Isntrumen tes meliputi aspek-aspek dan kriteria penilaian dalam menulis
pengalaman pribadi. Sedangkan instrumen nontes meliputi observasi.
Tabel 3.1 Aspek Penskoran Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek Penilaian Skala Nilai
Bobot Skor 1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide) 4 20
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
Jumlah 20 100
(Sumber: Dewi, 2011:52)
Penetapan bobot dalam penilaian skor yang ditentukan oleh peneliti antara
aspek satu dengan aspek yang lainnya tidak sama. Hal ini dikarenakan peneliti
menyesuaikan penelitian berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai
siswa yaitu menulis paragraf naratif dengan bahasa yang baik dan benar.
Peneliti penetapkan bobot pada aspek pengembangan gagasan (ide) 5, aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita 5, aspek kelengkapan unsur 5, aspek
kebahasaan 5, dan aspek kerapian tulisan 5.
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
1. Pengembangan gagasan a. Padat informasi, penalaran
logis, dan tuntas.
cerita
cerita sangat sesuai.
cerita sesuai.
cerita cukup sesuai.
cerita kurang sesuai.
cerita tidak sesuai.
tidak ada coretan.
coretan.
coretan.
5
4
3
banyak coretan.
Hal pertama yang dilakukan dalam menghitung nilai yaitu mengalikan skor
tiap aspek dengan bobot tiap aspek. Kemudian untuk mendapatkan nilai akhirnya,
dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari setiap aspek tersebut dan dibagi
skor maksimal yaitu 100, kemudian dikalikan seratus untuk mendapatkan nilai
yang bulat.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:308).
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes dan
observasi.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
(Sumber: Khanifa, 2011:56)
dalam Sugiyono, 2010:203).
dilakukan siswa dengan mengacu pada pedoman observasi. Peneliti
mengobservasi siswa dengan mencatat perilaku-perilaku siswa akibat
tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tes
kinerja/perbuatan. Hasil nilai tes ini diperoleh dengan mengamati siswa
selama proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan
menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Penilaian keterampilan menulis pengalaman pribadi dalam penelitian
ini meliputi beberapa aspek pengamatan. Aspek pengamatan tersebut yaitu,
1) pengembangan gagasan (ide), 2) kesesuaian isi dan kejelasan cerita, 3)
kelengkapan unsur cerita (5W+1H), 4) aspek kebahasaan, dan 5) kerapian
tulisan.
dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai
informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang
jelas sesuai tujuan penelitian. Analisis data penelitian tindakan kelas ini berupa
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
44
Analisis data kualitatif diperoleh dari data observasi. Hasil analisis data
secara kualitatif ini digunakan untuk melihat perubahan perilaku siswa pada
siklus I dan siklus II, serta melihat efektivitas penggunaan model pembelajaran
menulis imajinatif untuk meningkatkan kemampuan menulis pengalaman
pribadi siswa.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. Selanjutnya dicari rata-rata (mean) nilai dari
keseluruhan siswa. Untuk menghitung rata-rata (mean) siswa dapat digunakan
rumus perhitungan dari Sugiyono (dalam Rahman, 2016:92):
1. Merekap skor yang diperoleh siswa
2. Menghitung skor komulatif dari tiap-tiap aspek
3. Menghitung skor rata-rata
∑
Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian
dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan
gambaran mengenai peningkatan kompetensi siswa dalam menulis pengalaman
pribadi dengan menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Nilai Kategori
Nilai yang dicapai siswa nantinya akan dikategorikan menjadi empat,
yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang mencapai
nila antara 85-100 dikategorikan berhasil dengan sangat baik. Siswa yang
mencapai nilai antara 75-84 dikategorikan berhasil dengan baik. Siswa yang
mencapai nilai antara 51-74 dikategorikan berhasil cukup baik. Sedangkan
siswa yang mencapai nilai di bawah 50 dikategorikan kurang baik.
H. Kriteria Keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75 dengan rentang antara
1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya siswa yang
mencapai KKM ≥ 85% dari keseluruhan jumlah siswa
46
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes
meliputi hasil pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan
Metode Round Robin pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian siklus I
merupakan kondisi awal siswa dalam menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin. Sedangkan hasil tes siklus II merupakan
perbaikan kemampuan menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode
Round Robin siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng setelah mengikuti
pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin pada siklus I. Hasil nontes dapat dilihat dari hasil deskripsi kegiatan
observasi yang diuraikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif.
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan Metode Round Robin
1) Perencanaan
tindakan yang dilakukan pada siklus I berdasarkan masalah yang ada.
Pada tahap perencanaan ini bertujuan untuk merencanakan penelitian
tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis paragraf naratif siswa. Pengamatan juga dilakukan melalui
tanggapan siswa yang terlihat dari suasana kelas selama tindakan
47
mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan, selanjutnya membuat skenario pembelajaran dan
memutuskan untuk menggunakan Metode Round Robin dalam
mengajar menulis. Kemudian membuat lembar observasi untuk
mencatat proses pembelajaran dan membuat alat evaluasi untuk
mengevaluasi kemampuan siswa.
2) Pelaksanaan tindakan
Robin diharapkan dapat meningkatkan aspek yang masih kurang.
Pada siklus I guru memulai pembelajaran dengan melakukan
apresiasi mengengai pembelajaran yang dilaksanakan guru. Guru
menjelaskan metode pembelajaran Round Robin dan
implementasinya pada saat pembelajaran berlangsung.
Memotivasi siswa untuk meningkatkan minat mereka dalam
proses pembelajaran, setelah guru memberikan penjelasan kepada
siswa tentang tata bahasa (past tense dan present tense). Siswa
diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan bentuk
kontinu saat ini.
untuk menulis teks naratif satu per satu Guru membagi kelas
48
dan anggota kelompok harus memiliki kompetensi kognitif
heterogen.
(jumlah kalimat harus sama dengan jumlah grup).
Hasil tes menulis paragraf naratif pada siklus I merupakan data awal
digunakannya Metode Round Robin. Kriteria penilaian pada siklus I
yaitu siswa dapat menulis paragraf naratif melalui objek pandang
berupa gambar sesuai dengan imajinasinya sendiri-sendiri dengan
memperhatikan pengembangan gagasan, kesesuaian dan kejelasan
unsur cerita, kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), aspek kebahasaan,
dan kerapian tulisan. Hasil tes pembelajaran menulis paragraf naratif
dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis paragraf naratif Siklus I
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Ketuntasan
1. Sangat Baik 85-100 - -
3. Cukup Baik 51-74 24 1406
4. Kurang Baik 0-50 2 98
Jumlah 35 2195
menggunakan Metode Round Robin pada siklus I. Dari tabel tersebut
7,62 35
2195
49
ditunjukkan tidak ada siswa yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik
dengan rentang nilai 85-100. Kategori baik dengan rentang nilai 75-84
terdapat 9 siswa yang mencapai kategori tersebut. Untuk kategori cukup
dengan rentang nilai 51-74 dicapai sebanyak 26 siswa. Sementara untuk
kategori kurang baik dengan rentang nilai 0-50 dicapai sebanyak 2 siswa.
Nilai rata-rata kelas kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin sebesar 62,7 dan termasuk dalam
kategori cukup. 85% siswa juga belum mencapai KKM yaitu 75. Jadi, target
untuk rata-rata kelas sebesar 75 dengan kategori baik belum dapat dicapai.
Untuk itu, dilakukan tindak lanjut dengan dilakukannya pembelajaran pada
siklus II. Tindak lanjut tersebut bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran
pada siklus I agar target rata-rata kelas sebesar 75 dan 85% siswa dapat
mencapai KKM dengan baik.
Penilaian pada siklus I ini dilakukan dengan menjumlahkan setiap skor
dari lima aspek penilaian menulis paragraf naratif, meliputi pengembangan
(5W + 1H), aspek kebahasaan, dan kerapian tulisan. Masing-masing penilaian
setiap aspek akan dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 66,85
(Kategori
44.3 35
Jumlah 35 117
Tabel 4.2 menunjukkan nilai aspek pengembangan gagasan. Berdasarkan
tabel 4.2 tersebut, terdapat 3 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik
dengan skor 15. Sebanyak 14 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik.
Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 10 siswa.
Sementara itu kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 8 siswa dan tidak
ada siswa yang mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek pengembangan gagasan (ide) dalam menulis paragraf naratif ini
memperoleh nilai rata-rata 3,44 atau sebesar 66,85. Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek pengembangan
gagasan (ide) yang dicapai siswa.
Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
= 69.14
(Kategori
Cukup)
5. Sangat Kurang 1 - -
ceritayang dinilai dari sisi keterampilan pemilihan kata. Berdasarkan tabel 4.3
tersebut, terdapat 4 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik dengan
skor 5. Sebanyak 13 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 13 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 5 siswa dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis paragraf naratif
ini memperoleh nilai rata-rata 4,03 atau sebesar 69,14 Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kesesuaian dan
kejelasan isi cerita yang dicapai siswa.
Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
5. Sangat Kurang 1 - -
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, tidak ada siswa yang mampu mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 4 siswa mendapat skor 4 dengan
kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak
25 siswa. Sementara itu kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 6 siswa
dan tidak ada siswa yang mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kelengkapan unsur cerita dalam menulis paragraf naratif ini
memperoleh nilai rata-rata 2,94 atau sebesar 58,85. Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kelengkapan unsur
cerita yang dicapai siswa.
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
= 57,14
(Kategori
Cukup)
5. Sangat Kurang 1 2 2
Jumlah 35 100
Tabel 4.5 menunjukkan nilai aspek kebahasaan. Berdasarkan tabel 4.5
tersebut, hanya 2 siswa yang mampu mencapai kategori sangat baik dengan
85,2 35
100
X
53
skor 5. Sebanyak 7 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 12 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 12 siswa dan 2 siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kebahasaan dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh nilai
rata-rata 2,85 atau sebesar 57,14. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori
cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi
target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti harus meningkatkan nilai
rata-rata atau skor dalam aspek kebahasaan yang dicapai siswa.
Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
5. Sangat Kurang 1 - -
Tabel 4.6 menunjukkan nilai aspek kerapian tulisan. Berdasarkan tabel
4.6 tersebut, tidak ada siswa yang mampu mencapai kategori baik dengan skor
5. Sebanyak 8 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun untuk
kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 20 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 7 siswa dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
02.3 35
Aspek kerapian tulisan dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh
nilai rata-rata 3,02 atau sebesar 60,57. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam
kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata tersebut belum
memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti harus
meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kerapian tulisan yang
dicapai siswa.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dari lima aspek penelitian
tes menulis paragraf naratif dapat di lihat dengan jelas dalam diagram berikut.
Diagram 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus 1
Dari diagram diatas, diketahui dai hasil tes menulis paragraph naratif dengan
menggunakan metode Round robin pada siklus I yang dinilai dari standar KKM 75,
dan dinilai dari beberapa aspek yaitu, hasil tes aspek pengembangan gagasan yang
hanya memperoleh nilai rata-rat 3,44 atau sebesar 66,88 dalam kategori cukup,
65,33 69.14
55
sedangkan dari aspek kesusaian dan kejelasan isi cerita memperoleh nilai rata-rat
4,03 atau sebesar 69,14. Selanjutnya dari segi aspek kelengkapan unsur cerita
dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh nilai rata-rata 2,94 atau sebesar
58,85, dan aspek kerapiaan tulisan memperoleh nilai rata-rata 3,02 atau sebesar
60,57 dari seluruh aspek yang di nilai rata-rata keseluruhan belum mencapai KKM
75 yang dilakukan pada tahap siklus I dan untuk mencapai KKM dilakukan
penelitian ulang dengan metode yang sama pada siklus II.
c. Observasi
menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin
siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng. Observasi terhadap siswa saat
pembelajaran meliputi dua aspek perilaku, yaitu perilaku positif dan
perilaku negatif. Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang
dapat terdeskripsi melalui observasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
mengidentifikasi setiap aspek yang telah di observasi oleh peneliti
dengan bantuan seorang teman.
tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (berbicara dengan teman,
melamun, tertidur). Perhatian siswa terhadap penjelasan guru dikatakan
sangat baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak memperhatikan
penjelasan guru dalam mengikuti pembelajaran menulis paragraf
naratif.
56
saat proses pembelajaran. Tanggapan siswa terhadap penjelasan guru
dikatakan sangat baik atau sebesar 100%, semua siswa tampak
menanggapi penejelasan guru selama proses pembelajaran.
Aspek ketiga, yaitu keaktifan siswa mengajukan pertanyaan seputar
pembelajaran. Hasil dari observasi di kelas, hanya terdapat 14 siswa
yang aktif mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan
oleh guru.
Aspek keempat, yaitu keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan guru. Dari 35 siswa, hanya 18 siswa yang aktif dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sedangkan 17 siswa
memilih pasif saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.
Aspek kelima, yaitu perhatian siswa terhadap objek gambar yang
ditampilkan guru. Perhatian siswa terhadap objek yang ditampilkan
guru dikatakan sangat baik atau sebesar 100%, semua siswa tampak
memperhatikan objek yang ditampilkan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
menulis paragraf naratif. Siswa menulis paragraf naratif dengan baik
dan penuh konsentrasi. Pada aspek ini terlihat hanya 25 siswa yang
dengan baik dan penuh konsentrasi mengerjakan tugas menulis paragraf
naratif. Sedangkan 10 siswa masih melihat pekerjaan temannya dan
juga mengganggu teman sebelahnya.
selama pembelajaran menulis paragraf naratif dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif siswa masih ada selama pembelajaran berlangsung.
Sikap negatif yang muncul dimungkinkan karena model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru atau peneliti merupakan hal baru bagi mereka
sehingga perlu proses untuk menyesuaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan agar dapat mengurangi dan menghilangkan sikap
negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal ini menjadi tugas guru
atau peneliti pada siklus II untuk melakukan suatu cara agar perilaku
negatif tersebut dapat dikurangi. Rencana pembelajaran pada siklus II
tentunya harus lebih matang dan lebih baik lagi agar perilaku belajar
siswa yang negatif menjadi positif. Untuk mengetahui hasil observasi
siswa pada tahap siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I
No Kode
1 R1 + + - - + - 1. Perhatian siswa
terhadap
Metode Round Robin pada siklus I belum mencapai nilai rata-rata
minimum. Hal ini terlihat dari hasil tes siswa yang baru mencapai
nilai rata-rata 62,71 sehingga siswa belum bisa dikatakan lulus
karena batas nilai rata-rata minimum adalah 75. Siswa yang telah
mencapai nilai ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa dan yang belum
tuntas sebanyak 26 siswa. Siswa yang telah mencapai nilai
ketuntasan belajar disebabkan siswa tersebut telah menerapkan
materi yang diperoleh tentang langkah-langkah menulis paragraf
15 R15 + + + - + + 4. Keaktifan siswa
dalam menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
59
siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar disebabkan
kurangnya pemahaman siswa dalam menulis paragraf naratif
dengan menggunkan Metode Round Robin.
Berdasarkan hasil nontes yang meliputi observasi, diperoleh
hasil ada beberapa siswa yang berperilaku negatif. Ada siswa yang
asyik berbicara dengan temannya saat proses pembelajaran
berlangsung, melamun, dan mengantuk. Faktor lain yang
menyebabkan perilaku negatif siswa adalah ruang kelas yang cukup
panas. Selain itu, berkenaan dengan gambar yang digunakan sebagai
media menurut siswa kurang cocok dan kurang sesuai dengan
pengalaman mereka karena gambar yang diperlihatkan oleh guru
sangat asing bagi sebagian siswa karena belum pernah mengunjungi
tempat tersebut.
peneliti maka kesulitan-kesulitan tersebut perlu solusi yang tepat
untuk diterapkan pada saat pembelajaran di siklus II. Solusi tersebut
yaitu guru memberi motivasi pada siswa dengan cara membuat
suasana lebih santai lagi agar mengurangi ketegangan siswa, guru
lebih selektif lagi dalam memilih gambar. Di samping itu, guru juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan ide
berkaitan dengan gambar yang akan dijadikan media yang lebih
mudah digunakan siswa dalam memunculkan imajinasinya dan
60
yang terdapat dalam gambar tersebut. Hal ini diharapkan dapat lebih
menggugah minat dan semangat siswa dalam menulis paragraf
naratif. Perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam menulis cerpen pada siklus selanjutnya.
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran Round Robin
pada Siklus II
1) Perencanaan
Perancanaan tindakan pada siklus I yang kurang berhasil. Maka dibuat
rencana pada tahap siklus II yang meliputi perbaikan pada siklus pertama,
yaitu, perencanaan pembelajaran yang lebih efektif dan penggunaan
metode Round Robin, serta mengacu pada kurikulum yang telah dibuat
sebelumnya, serta beberapa aspek penilaian yang menjadi pusat utama
dalam penelitian ini.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan aspek
yang masih kurang pada siklus I beberapa pelaksanaan tindakan pada siklus
II Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah
tiap kelompok 4 – 5 orang siswa, memberikan pengantar pelajaran tentang
maeri paragraf naratif. Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan
suatu pertanyaan yang mempunyai banyak jawaban, kemudian guru
meminta tiap kelompok untuk mengajukan pemikiran pikiran apabila salah
61
meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang
pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi. Setelah semua kelompok
mendapatkan giliran memberikan pemikiran dan pendapat, kemudian guru
memberikan penjelasa, disesi akhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan atau apresiasi kepa setiap kelompok.
a. Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II merupakan hasil tes menulis paragraf naratif yang
kedua setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran sebelumnya.
Kriteria pada siklus II yaitu siswa dapat menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin dengan target nilai 75. Jumlah
siswa yang mengikuti tes siklus II yaitu 35 siswa sama seperti
pembelajaran pada siklus I. Hasil tes pembelajaran menulis paragraf
naratif dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus II
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Ketuntasan
1. Sangat Baik 85-100 8 696
31 siswa telah
3. Cukup Baik 51-74 4 210
4. Kurang Baik 0-50 - -
Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin pada siswa kelas
VII siklus II setelah dilakukan perbaikan, secara klasikal rata-rata nilai
7,79 35
mencapai 79,7 dengan kategori baik. Nilai tersebut dapat dikatakan sudah
mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 62,7 atau berada pada
kategori cukup. Kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dicapai oleh
8 siswa. Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 dicapai oleh 23 siswa.
Kategori cukup dengan rentang nilai 51-84 dicapai oleh 4 siswa. Dari jumlah
35 siswa, tidak satupun yang memperoleh nilai kurang.
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kemampuan menulis paragraf naratif di akhir pembelajaran siklus II berada
dalam kategori baik. Dalam pembelajaran siklus I tidak ada yang memperoleh
nilai dengan kategori sangat baik, pada siklus II ini ternyata ada 8 siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik sehingga dapat dikatakan mengalami
peningkatan. Siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik pada siklus I
sebanyak 9 siswa, sementara pada siklus II siswa yang memperoleh nilai
dalam kategori baik sebanyak 23 siswa. Siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori cukup pada siklus I sebanyak 24 siswa, pada siklus II siswa yang
memperoleh nilai dalam kategori cukup sebanyak 4. Siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori kurang pada siklus I sebanyak 2 siswa, sedangkan pada
siklus II tidak ada siswa yang memperoleh nilai kurang.
Dilihat dari nilai rata-rata siswa dalam menulis paragraf naratif pada
siklus II mencapai 79,7. Dari hasil tes siklus II dapat dikatakan bahwa
kemampuan menulis paragraf naratif siswa telah meningkat karena mampu
mencapai batas minimal ketuntasan belajar yaitu 75.
63
menjumlahkan setiap skor dari lima aspek penilaian menulis paragraf naratif,
meliputi (1) pengembangan gagasan (ide), (2) kesesuaian dan kejelasan isi
cerita, (3) kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), (4) aspek kebahasaan, dan (5)
kerapian tulisan. Masing-masing penilaian setiap aspek akan dijabarkan
sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 81,71
(Kategori
Baik)
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.9 menunjukkan nilai aspek pengembangan gagasan.
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut, terdapat 9 siswa yang sudah mencapai kategori
sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 20 siswa mendapat skor 4 dengan
kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 6
siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan
skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek pengembangan
gagasan (ide) dalam menulis paragraf naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar
81,71 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut sudah
08,4 35
dengan siklus I yang hanya memperoleh 66,85.
Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 83,42
(Kategori
Baik)
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.10 menunjukkan nilai aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita.
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut, terdapat 13 siswa yang sudah mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 15 siswa mendapat skor 4
dengan kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai
sebanyak 7 siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori
kurang dengan skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis paragraf naratif ini rata-rata
yang dicapai sebesar 83,42 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata
tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I yang hanya memperoleh 69,14.
Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
2. Baik 4 13 52
3. Cukup 3 12 36
17,4 35
Tabel 4.11 menunjukkan nilai aspek kelengkapan unsur cerita (5W +
1H). Berdasarkan tabel 4.11 tersebut, terdapat 10 siswa yang sudah mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 13 siswa mendapat skor 4
dengan kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai
sebanyak 12 siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori
kurang dengan skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek
kelengkapan unsur cerita (5W + 1H) dalam menulis paragraf naratif ini
rata-rata yang dicapai sebesar 78,85 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai
rata-rata tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya memperoleh 58,85.
Tabel 4.12 Hasil. Tes Aspek Kebahasaan Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 79,42
(Kategori
Baik)
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.12 menunjukkan nilai aspek kebahassan. Berdasarkan tabel 4.12
tersebut, terdapat 7 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik dengan
skor 5. Sebanyak 20 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 8 siswa. Sementara itu
97,3 35
X
66
tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan skor 2 dan kategori
sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek kebahassan dalam menulis paragraf
naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar 79,42 yang termasuk dalam kategori
baik. Nilai rata-rata tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya
memperoleh 57,14.
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
=
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.13 menunjukkan nilai aspek kerapian tulisan. Berdasarkan tabel
4.13 tersebut, terdapat 8 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik
dengan skor 5. Sebanyak 16 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik.
Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 11 siswa.
Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan skor 2
dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek kerapian tulisan dalam
menulis paragraf naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar 78,28 yang
termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut sudah memenuhi target
yang dicapai, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang
hanya memperoleh 60,57.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus II dari lima aspek penelitian
tes menulis paragraf naratif dapat di lihat dengan jelas dalam diagram berikut.
Diagram 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis paragraf naratif Siklus II
Dapat dilihat pada diagram di atas hasil kemampuan menulis paragraph naratif
yang di nilai dari beberapa aspek pada hasil pembelajaran disiklus II dapat
disimpulkan bahwasanya nilai rata-rata telah melampaui kriteria ketuntasan
minimal 75. Dari segi penilaian pengembangan ide gagasan dengan nilai rata-rata
81.73. penilaian kesesuain dan kejelasan isi cerita dengan nilai 83,42. Penilaian dari
kelengkapan unsur cerita 78,85, penilaian kebahasaan dengan nilai rata-rata 79,42,
dan penilaian kerapian tulisan 78,24. Penilaian pada siklus II ini walaupun hasilnya
tidak terlalu signifikan tetapi nilai rata-rata pada semua aspek penilaian telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal pada pembelajaran bahasa Indonesia.
81.71
83.42
68
Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis paragraf naratif Siklus I dan Siklus II
Aspek Rata-Rata Peningkatan
1 66,85 81,73 14,88 42,51
2 69,14 83,42 14,28 40,28
3 58,85 78,85 20 66,66
4 57,14 79,42 22,28 63,65
550,94 60,57 78,28 17,71 50,6
Nilai Rata-Rata 62,51 80,34 17,83 50,94
Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan penilain pada siklus I dan
siklus II. Pada penilaian aspek kesesuain ide gagasan dengan perbandingan
penilaian pada siklus I 66,85 dan siklus II 81,73 peningkatan sebesar 42,41%.
Perbandingan penilaian kelengkapan dan kejelasan isi cerita pada siklus I
69,14 dan siklus II 83,42 dengan peningkatan sebesar 40,28%. Peningkatan
penilaian kelengkapan unsur pada siklus I 58,85 dan siklus II 78,85 dengan
peningkatan 66,66%. Peningkatan penilaian aspek kabahasaan pada siklus I
57,14 dan sklus II 79,42 dengan peningkatan sebesar 63,65%. Peningkatan
penilaian kerapian tulisan pada siklus I 60,57 dan siklus II 78,28 dengan
peningkatan sebesar 50,6%. Pninkatan perbandingan pada siklus I 62,51 dan
Siklus II 80,34 dengan nilai rata-rata 50,94%.
69
Diagram 4.3 Peningkatan Hasil Tes Menulis paragraf naratif Siklus I dan
Siklus II
menulis imajinatif siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng. Hasil
observasi siklus II dapat diketahui adanya perubahan tingkah laku siswa
ke arah positif. Aspek yang menjadi sasaran observasi sama dengan
aspek sasaran observasi pada siklus I. Hal ini dapat dibuktikan dengan
mengidentifikasi setiap aspek yang telah diobservasi oleh peneliti
dengan bantuan seorang teman.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II ini dapat
diketahui bahwa siswa berada dalam kondisi yang baik untuk mengikuti
66.85 69.14
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Tiap Aspek
Penilaian
serius untuk mengikuti pembelajaran, baik ketika siswa bertanya,
menjawab pertanyaan, maupun ketika siswa mengerjakan tes menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin yang
diberikan oleh guru.
memperhatikan pekerjaan teman, bergurau atau berbicara dengan
teman, melamun, menganggu teman, mengantuk atau sambil tiduran,
izin kebelakang, berjalan-jalan di kelas, dan bermain-main dengan alat
tulis telah berkurang dan mengalami perubahan yang signifikan.
Perubahan tersebut disebabkan karena siswa telah menyadari dan
memahami tentang pentingnya pembelajaran ini untuk menambah
pengetahuannya. Selain itu, perubahan yang terjadi disebabkan oleh
dorongan dan semangat yang tumbuh dalam diri siswa untuk lebih
meningkatkan kemampuannya dalam menulis paragraf naratif pada
siklus II. Untuk mengetahui hasil observasi siswa pada tahap siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus II
No Kode
terhadap penjelasan
Refleksi pada siklus II ini bertujuan untuk merefleksi hasil evaluasi
belajar siswa dalam menulis paragraf naratif. Selain itu, kegiatan
refleksi ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai hasil tes
menulis paragraf naratif siswa, serta untuk mengetahui perubahan
perilaku siswa selama proses pembelajaran. Refleksi kegiatan ini
diperoleh dari hasil tes dan hasil nontes.
8 R8 + + + + +
72
menggunakan model pembelajran menulis imajinatif untuk
meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif sudah tercapai
sesuai dengan tujuan. Salah satu indikatornya adalah hasil tes
kemampuan siswa dalam menulis paragraf naratif pada siklus II
menunjukkan peningkatan dari siklus I. Hasil pada siklus II ini tidak ada
siswa yang berada pada kategori kurang. Nilai rata-rata pada siklus II ini
mencapai 79,7. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori baik. Pada
siklus I, nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis paragraf naratif
siswa sebesar 62,7 dan berada dalam kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan guru mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata pada siklus II ini sudah mencapai nilai
KKM yang ing
SMP PGRI BAREMBENG
pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
HAMKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Jl. Sultan Alauddin (0411) 860 132 Makassar 90221
vi
Nama : HAMKA
NIM : 10533806815
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
dengan Metode Round Robin pada Siswa Kelas VII
SMP PGRI Barembeng
Dengan ini Menyatakan bahwa:
Skripsi yang diajukan di depan tim penguji adalah hasil karya saya sendiri.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan saya
bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Juni 2021
Yang membuat peryataan
Ubahlah hidupmu maka engkau akan mengubah dunia.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum kaum itu
sendiri mengubah apa yang ada pada diri mereka” (Q.S Ar Rad :11).
Kupersembahkan karya ini buat:
Kedua orang tuaku Ayahanda Kaharuddin dan Ibunda Tayu, saudara dan
sahabatku atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis
mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
Hamka. 2020 “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Dengan
Metode Round Robin Pada Siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng”. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Andi Sukri
Syamsuri sebagai pembibmbing I dan Tasrif Akib sebagai pembimbing II..
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemapuan menulis paragraf
naratif menggunakan metode Round Robin pada kelas VII.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Subjek penelitian ini seluruh siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
sebanyak 35 orang. Peneliti melakukan pengumpulan data dengan metode
observasi dan tes tertulis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan menulis siswa Metode Round
Robin meningkat. Hasil tes pada siklus I mencapai nilai rata-rata sebesar 62,7
mencapai kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Pada siklus II nilai rata-rata
yang dicapai sebesar 79,7 mencapai kategori baik dengan rentang nilai 75-84. Hasil
yang dicapai pada siklus II melebihi target ketuntasan yang telah ditetapkan, yaitu
dengan nilai KKM 75. Dengan kata lain ada peningkatan kemampuan menulis pada
siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng.
Kata Kunci : Round Robin, Kemampuan Menulis, Paragraf Narasi
viii
Puji syukur kepada Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penyusunan skripsi penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis
Paragraf Naratif dengan Metode Round Robin di Kelas VII SMP PGRI Barembeng”
dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menulis karya ilmiah seperti skripsi penelitian merupakan pengalaman pertama bagi
penulis oleh karena itu banyak kesulitan dan hambatan yang dilalui oleh penulis
dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat kehendak Allah Swt.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan
penuh kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, dan Tasrif Akib, S.Pd., M.Pd,.
Pembimbing I dan II, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan,
arahan serta motivasi sejak awal penyusunan skripsi hingga selesai. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar, dan Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.
Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan seluruh staf jurusan
serta para Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yang tidak bisa disebutkan namanya satu
per satu yang telah membekali penulis segala pengetahuan dan keterampilan selama
ix
berkuliah sampai penyusunan skripsi ini. Kepada Kedua orang tua, bapak H.
Kaharuddin dan ibu Hj. Tayu tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang dan
dukungan kepada penulis. Kepada saudara laki-laki yang tercinta kakak Wahyudin
yang senantiasa mendukung penulis dalam hal materi maupun motivasi. Tidak lupa
pula penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat atas dorongan
semangat dan kebersamaan yang tidak terlupakan dalam perkuliahan hingga
penyusunan skripsi ini, dan seluruh teman-teman angkatan 2015 Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sahabat seperjuangan Ichsan Aridani, Ananda Muqhny Rusli, Nirmawati
Amiruddin, Mardiana, Fikria Arifah Zahrani, Rahmi yang selalu mau memberikan
motivasi semangat serta dukungan
Terima kasih kepada saudara-saudara yang selalu membantu dan kepada
seluruh keluarga dan teman-teman tanpa terkecuali serta semua pihak yang tidak
sempat penulis sebutkan namanya satu per satu karena keterbatasan tempat, namun
tidak mengurangi rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala jasa-jasa dan
sumbangsi pemikiran yang telah diberikan selama ini.
x
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka menerima saran dan
kritikan yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan skripsi. Harapan
penulis semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
maupun penulis selaku pembuat skripsi, penulis berharap masalah yang diangkat
didalam skripsi ini tidak hanya di selesaikan dengan satu pendapat, semoga dari pihak
lain juga dapat mengembangkan.
A. TINJAUAN PUSTAKA
B. Kerangka pikir....................................................................................... 33
C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 36
D. Prosedur Penelitian ................................................................................... 36
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data.................................................................................. 43
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 46
b. Observasi ........................................................................................ 55
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran
Round Robin pada Siklus II .................................................................. 60
a. Hasil Tes Siklus II............................................................................ 61
c. Refleksi siklus II .............................................................................. 71
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................................... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 84
B. Saran ........................................................................................................... 85
Pengelaman Pribadi .......................................................................................... 40
Pengalaman Pribadi .......................................................................................... 41
Pengalaman Pribadi ........................................................................................ 45
Naratif Siklus I ................................................................................................. 48
Siklus I ............................................................................................................ 49
6. Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita
Siklus I ......................................................................................................... 50
7. Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H)
Siklus I .......................................................................................................... 51
8. Tabel 4.5 Hasil Tes Aspek Kebahasaan Siklus I ............................................ 52
9. Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Karapian Tulisan Skilus I .................................... 53
10.Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I ................................................................ 57
11.Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
Siklus II ........................................................................................................ 61
12. Tabel 4.9 Hasil Tes Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II ........................ 63
13. Tabel 4.10 Hasil Tes Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II ............. 64
xv
14. Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W+1H)
Siklus II ........................................................................................................ 65
15. Tabel 4.13 Hasil Tes Aspek Kebahasan Silus II ......................................... 65
16. Tabel 4.14 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus II .............................. 66
17. Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Siklus I dan II .................. 68
18. Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus II ............................................................ 70
xvi
Siklus I ........................................................................................................... 54
Siklus II ......................................................................................................... 67
Siklus I dan II ............................................................................................... 69
xvii
Lampiran 2 : Dokumentasi
1
19
pengiriman pesan (guru), komponen penerimaan pesan (siswa), dan komponen
pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang
dalam proses pembelajaran terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, materi
pelajaran atau pesan yang disampaikan guru tidak dapat diterima siswa dengan
optimal, dengan kata lain tidak seluruh materi pelajaran dapat dipahami
dengan baik oleh siswa, lebih parah lagi siswa sebagai penerima pesan salah
menangkap isi pesan yang disampaikan (Sanjaya, 2008: 162).
Belajar bahasa adalah belajar komunikasi. Setiap orang pasti
berkomunikasi karena kehidupan manusia tidak luput dari apa yang disebut
interaksi. Manusia saling berhubungan antar sesama dalam hal apapun. Oleh
karena itu, manusia membutuhkan penghubung dalam berinteraksi untuk
mempermudah komunikasi, yaitu bahasa. Kita berkomunikasi menggunakan
bahasa Indonesia, oleh sebab itu mata pelajaran bahasa Indonesia selalu
diajarkan pada jenjang sekolah tingkat apapun, bahkan semenjak di Sekolah
Dasar. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dari bahasa Indonesia menurut
2
dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan”. Berdasarkan
pernyataan tersebut, jelas bahwa salah satu tujuan adanya bahasa adalah
mempermudah interaksi.
didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai
dengan tujuan dan fungsinya. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia
diajarkan di sekolah bertujuan untuk mengembangkan kepribadian,
memperluas wawasan kehidupan, dan meningkatkan keterampilan berbahasa.
Tarigan (2013:1) mengemukakan bahwa, keterampilan berbahasa
(language art, language skills) dalam kurikulum di sekolah biasanya
mencangkup empat segi, yaitu keterampilan menyimak (listening skills),
keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading
skills), dan keterampilan menulis (writing skills). Menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa tidak akan dimilki seseorang secara otomatis,
melainkan perlunya latihan dan praktik secara teratur serta adanya potensi
yang mendukung. Potensi tersebut dapat dicapai dengan sering berlatih dengan
sungguh-sungguh.
memahami keterampilan berbahasa ini harus dikuasai terlebih dahulu oleh
3
berkomunikasi melalui bahasa tulis yang harus diorganisasikan secara baik
agar dapat dipahami oleh orang lain. Tanpa adanya pelatihan dan pembinaan
secara sistematis, maka keterampilan ini akan sulit untuk dikuasai. Menurut
Chaniago, dkk. (2015), kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan
menulis dapat disebabkan oleh kesempatan latihan yang kurang baik, benar,
dan sungguh-sungguh.
secara tertulis dalam bentuk karangan, dialog, laporan, ringkasan, dan puisi
bebas. Dalam pembelajaran menulis atau mengarang guru dituntut kerja keras
untuk membuat pembelajaran di kelas menjadi kegiatan yang menyenangkan
sehingga siswa tidak merasa dipaksa untuk membuat sebuah tulisan atau
karangan.
Keterampilan menulis harus dipelajari secara serius dan perlu pelatihan yang
efektif. Dalam pembelajaran siswa hendaklah diarahkan pada pengembangan
potensi diri sendiri. metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga harus
mengacu pada minat dan harapan siswa. Dengan demikian, siswa dapat tertarik
dengan pembelajaran bahasa Indonesia.
yang tersedia. Namun masih banyak guru bahasa Indonesia yang masih
4
hasil observasi awal yang dilakukan penulis pada tanggal 05 bulan.Desember
2019 di SMP PGRI Barembeng pada kelas VII, dari 35 orang siswa hanya 9
orang yang mampu menuliskan paragraf naratif dengan tepat, sedangkan 26
orang siswa belum bisa menulis paragraf naratif dengan tepat. Hal tersebut
disebabkan guru belum menempatkan siswa sebagai subjek belajar, melainkan
masih dipandang sebagai objek belajar, komunikasi berjalan searah,
keterlibatan siswa terkesan dibatasi pada penerimaan informasi dan konsep
yang diberikan guru sehingga menghambat perkembangan kreasi dan interaksi
yang justru harus diakui keberadaannya dan ditumbuh kembangkan, untuk itu
perlu dilakukan pencarian metode pembelajaran bahasa Indonesia yang lebih
menarik dan inovatif dengan menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran.
Hal ini sangat penting dilakukan karena pada prinsipnya yang belajar adalah
siswa bukan guru. Dari kondisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siswa
mengalami kesulitan dalam meningkatkan kemampuan menulis dikarenakan
metode pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik minat siswa dalam
belajar.
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe
pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi menjawab
pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam
pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki
beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan pemikiran
pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan kepada siswa
5
kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di dalam kelompok
memiliki kesempatan untuk berbicara.
mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi dengan
berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf naratif ini
merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu kejadian yang
dirangkai didalam kesatuan waktu.
Berdasarkan hasil observasi dengan guru mata pelajaran bahasa dan sastra
Indonesia SMP PGRI Barembeng, ternyata hasil menulis paragraf naratif kelas
VII kurang maksimal atau tidak mencapai KKM. Dalam hal ini ini guru
mencari model atau metode yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
siswa dalam meningkatkan minat dan semangat siswa terutama dalam menulis.
Dalam hal ini guru harus mencari metode yang dapat membangkitkan
minat dan semangat belajar siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng Tahun
Ajaran 2019/2020. Hal tersebut dibuktikan dengan 27 dari 35 siswa nilainya
belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata kelasnya masih sangat rendah,
sedangkan KKM kelas VII SMP PGRI BarembengTahun ajaran 2019/2020
adalah 75. Beberapa permasalahan yang ditemukan tersebut kiranya dicarikan
suatu alternatif masalah, dengan dilakukan suatu penelitian sehingga
mendapatkan tindakan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan di atas, penyebab utama rendahnya
kemampuan menulis paragraf naratif siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng
6
paragraf naratif yang mudah dipahami.
Adapun upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan metode
pembelajaran yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Oleh
karena itu, metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu metode
pembelajaran menulis cerita atau mengarang. Salah satu metode pembelajaran
menulis cerita yang dapat diterapkan yaitu metode pembelajaran Round Robin
yang peneliti angkat dari teori Muslim Ibrahim. metode pembelajaran Round
Robin menulis paragraf naratif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
menulis siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut mendorong peneliti
untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan kemampuan menulis
paragraf naratif dengan Metode Round Robin pada siswa di kelas VII SMP
PGRI Barembeng”.
pertanyaan penelitian sebagai berikut;
Bagaimanakah meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin di kelas VII SMP
PGRI Barembeng?
kelas VII SMP PGRI Barembeng dengan Menggunakan Metode Round Robin.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
mengadakan perbaikan dalam pembelajaran peningkatan menulis
paragraph naratif. Selain itu, dapat pula memberikan masukan pada guru
mengenai penggunaan metode pembelajaran Round Robin pada
pembelajaran menulis paragraf naratif kelas VII.
2. Manfaat Praktis
khususnya bagi siswa, pemerintah, pembaca, dan juga bagi peneliti. Bagi
siswa, pembelajaran menulis paragraf naratif menjadi lebih menyenangkan
dan bermakna, mengembangkan daya pikir dan kreativitas siswa dalam
menulis, membiasakan diri siswa untuk menulis pengalaman pribadi, dan
meningkatkan keterampilan dan minat siswa dalam menulis paragraf
naratif.
pertimbangan mengenai pencapaian visi misi pendidikan nasional.
Selain itu, dengan penelitian ini dapat menghasilkan solusi dalam
8
pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
ilmu pengetahuan, yaitu penggunaan metode pembelajaran Round
Robin pada keterampilan menulis. Selain itu, dapat pula dijadikan
sebagai masukan untuk memperkaya pengetahuan tentang metode
pembelajaran khususnya dalam pembelajaran menulis.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan pelengkap terutama
dalam hal meningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi
dengan penggunaan teknik, media, dan metode pembelajaran yang
lebih bervariasi. Penelitian ini juga dapat dijadikan dasar untuk
penelitian selanjutnya.
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitan Relevan
maupun yang bersifat baru. Keterampilan menulis hendaknya dikuasai
setiap orang karena bermanfaat dalam berbagai bidang kehidupan.
Beberapa bahan penelitian yang dijadikan kajian dalam penelitian adalah
sebagai berikut.
Kooperatif Tipe Round Robin Terhadap Prestasi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Siswa SMA Negeri 1 Malang. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas dapat disimpulkan terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap hasil menulis paragraf naratif pada mata pelajaran
bahasa Indonesia.
menggunakan Strategi Brainstorming siswa kelas X5 SMA Negeri
Watangsoppeng. Hasil Penelitian ini menemukan: (1) Proses menulis
paragraf naratif mengalami peningkatan yang dtunjukkan pada
keaktifan siswa dalam semua langkah pembelajaran. (2) Meningkatkan
hasil menulis paragraf naratif dengan melihat perubahan nilai rata-rata
10
kelompok 71,31 % dan pada siklus kedua mengalami peningkatan
menjadi 82,24 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan
Strategi Brainstorming terbukti signifikan dalam meningkatkan
kemampuan menulis paragraph siswa kelas X5 SMA Negeri 1
Watansoppeng.
Isroyati (2016), Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Naratif
dengan Penggunaan Metode Field Trip pada siswa Kelas IX SMP Dwiguna
Depok. Pembelajaran menulis narasi yang mengalami peningkatan. Pada
siklus 1 siswa yang aktif sebesar 60% sedangkan pada siklus 2 siswa yang
aktif meningkat menjadi 80 %. Penerapan metode field trip dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Hal ini ditandai dengan
nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan baik dari segi teknik
penulisan (tanda baca), isi gagasan yang diungkapkan, penggunaan
bahasa, pemilihan kata, dan penggunaan ejaan. Nilai ini dapat dilihat dari
nilai siklus 1 terendah 55 dan tertinggi 74, dan nilai siklus 2 terendah
adalah 70 dan nilai tertinggi siswa adalah 85. Ketuntasan hasil belajar
siswa meningkat. Dalam siklus 1 hanya 17 siswa yang mencapai
ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada siklus 2
ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa.
Ketiga penelitan tersebut membahas tentang peningkatan metode
pembelajaran round robin, sehingga dapat dikatakan relevan dengan
penelitan ini juga membahas tentang peningkatan keterampilan menulis
11
menggunakan metode yang berbeda dengan penelitian ini tetapi tetap
bertitik pada kemampuan menulis paragraf naratif. Penelitian yang kedua
dan ketida sama-sama menggunakan metode pembelajaran round robin.
2. Keterampilan Berbahasa
Komunikasi terjadi setiap saat ketika seseorang melakukan aktivitas, baik
komunikasi langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, seseorang
perlu mempelajari bahasa dengan tujuan yang beraneka ragam, misalnya
untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk meningkatkan kemampuan atau
keterampilan bahasa dan sebagainya.
yang menghubungkan antara manusia satu dengan lainnya. Melalui bahasa,
setiap manusia dapat mengungkapkan pikirannya sehingga orang lain
dapat mengetahui apa yang dipikirkan. Ada empat keterampilan berbahasa
yang perlu diperhatikan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan
berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan,
2013:1).
bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat,
serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara
tepat pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta,
perbuatan dalam suatu konteks komunikasi tertentu. Seseorang dikatakan
12
kemampuan menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata,
kalimat, tekanan, dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu
konteks komunikasi tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki
keterampilan menulis bila yang bersangkutan dapat memilih
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf) serta
menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang tepat guna mengutarakan
pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir, seseorang dikatakan terampil
membaca bila yang bersangkutan dapat menafsirkan makna dan
bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat, paragraf, organisasi
tulisan) yang dibacanya (Mulyati, 2011:1.6).
Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi
komunikasi dalam masyarakat. Banyak profesi dalam kehidupan
bermasyarakat yang keberhasilannya, antara lain bergantung pada tingkat
keterampilan berbahasa yang dimilikinya, misalnya profesi sebagai
manajer, jaksa, pengacara, guru, penyiar, dai, wartawan, dan lain-lain.
3. Hakikat Menulis
pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya (Dalman, 2018:3). Menulis juga
dapat dikatakan sebagai kegiatan merangkai huruf menjadi kata atau
kalimat untuk disampaikan kepada orang lain, sehingga orang lain dapat
13
memahaminya. Dalam hal ini, dapat terjadi komunikasi antar penulis dan
pembaca dengan baik (Dalman, 2018:4).
Selanjutnya menurut Tarigan (2013:3-4), menulis merupakan suatu
keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis
merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis harus terampil dalam memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang
secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak
dan teratur.
kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis juga
dapat diartikan berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,
dan kehendak kepada orang lain secara tertulis.
Akhadiah (1997:3) mengungkapkan, menulis merupakan suatu
kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam tulisan.
Tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antar manusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang sudah disepakati
pemakainya. Lado (dalam Tarigan, 2013:22), menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu
bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
14
gambaran grafik itu.
tolak ukur dari kesuksesan akademis dan sebuah syarat dasar untuk
keikutsertaan dalam kehidupan. Ada beberapa cara dalam menulis, yaitu:1)
strategi penulisan yang melibatkan strategi penulisan siswa untuk
merencanakan, memperbaiki, dan menyunting karangan,2) merangkum
hasil membaca siswa secara sistematis, 3) menulis secara kelompok,
dengan bekerja sama untuk merencanakan, konsep, merevisi, dan mengedit
karangan mereka.
oleh siswa untuk memperluas cakrawala berpikir, serta memperdalam
pengetahuan umum. Keterampilan menulis sangat penting bagi siswa
untuk penguasaan bahasanya. Hal yang menggembirakan siswa karena
menulis dapat dipelajari dan dilatih terus-menerus.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
menulis merupakan kegiatan menuangkan ide atau gagasan dengan
menggunakan bahasa sebagai medium yang telah disepakati bersama untuk
diungkapkan secara tertulis. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang
ekspresif dan produktif. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus sering
15
teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai dengan baik.
a. Tujuan Menulis
ragam, yaitu memberitahu atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,
menghibur atau menyenangkan, mengutarakan atau mengespresikan
perasaan dan emosi yang berapi-api. Bagi penulis yang belum
berpengalaman, ada baiknya memperhatikan tujuan menulis (Tarigan,
2013: 24-25).
sendiri, 2) altruistic purpose (tujuan altruistik) penulis bertujuan untuk
menyenangkan para pembaca ingin menolong para pembaca
memahami, menghargai, perasaan dan penalarannya, 3) persuasive
purpose (tujuan persuasif) tulisan yang bertujuan meyakinkan para
pembaca akan kebenaran gagaswan yang diutarakan, 4) informational
purpose (tujuan informasional) tujuan penerangan tulisan yang
bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para
pembaca, 5) self-ekspressive purpose (tujuan pernyataan diri) tulisan
yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang
kepada para pembaca, 6) creative purpose (tujuan kreatif) tulisan yang
16
problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) dalam tulisan
seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis
ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara
cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat
dimengerti dan diterima oleh para pembaca.
Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan
dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengetahuan
terhadap bahasa yang dipergunakan (Suriamiharja, 1997:2).
Depdiknas (2003:4) juga mengungkapkan, tujuan pembelajaran
menulis standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia SMP dan MTs
adalah siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan,
pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan. Artinya siswa
terampil menulis secara efektif dan efisien berbagai ragam tulisan
dalam berbagai konteks.
mengandung tujuan untuk melatih diri siswa memiliki kompetensi
menulis dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya. Selain itu,
tujuan menulis juga untuk mengekspresikan diri dan sekaligus untuk
memperoleh masukan dari pembaca.
mengekspresikan perasaan, memberi informasi, mempengaruhi
pembaca, dan memberi hiburan. Akan tetapi, dalam kenyatannya
17
informasi-infomasi, tulisan yang informatif pun mempunyai
unsur-unsur persuasif, demikian juga yang bersifat hiburan dapat juga
diwarnai dengan maksud mempengaruhi pembaca.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
dari kegiatan menulis adalah untuk mengekspresikan gagasan, ide,
pemikiran-pemikiran ataupun perasaan ke dalam suatu tulisan. Tulisan
tersebut bertujuan untuk menginformasikan kepada pembaca agar
pembaca dapat mengetahui apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Manfaat Menulis
Didik Komaidi (2007:12) ada enam manfaat menulis yaitu, 1)
menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat
realitas di sekitar, 2) menulis mendorong kita untuk mencari referensi
seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, 3) dengan aktifitas
menulis, kita terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen kita
secara runtut, sistematis, dan logis, 4) dengan menulis secara psikologis
akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres kita. Segala unek-unek
dan rasa senang atau sedih bisa diungkapkan melalui tulisan di mana
dalam tulisan orang bisa bebas menulis tanpa diganggu atau diketahui
oleh orang lain, 5) kita akan mendapatkan kepuasan batin jika tulisan
kita dimuat dalam media massa atau diterbitkan oleh suatu penerbit,
18
ekonomi, 6) jika tulisan kita dibaca orang banyak (mungkin puluhan,
ratusan, ribuan bahkan jutaan) membuat sang penulis semakin populer
dan dikenal oleh publik pembaca.
Tarigan (2013:22) mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat
menulis dalam dunia pendidikan. Manfaat tersebut antara lain, 1)
memudahkan pelajar dalam berpikir, 2) menolong kita berpikir kritis,
3) memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan,
memperdalam daya tanggap atau apersepsi kita, 4) memecahkan
masalah-masalah yang kita hadapi, 5) menyusun urutan bagi
pengalaman.
Menurut Morsey (dalam Tarigan 2013:4) menulis dipergunakan
untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang
lain dengan maksud dan tujuan agar dapat dicapai oleh para penulis
yang dapat menyusun pikiran serta menyampaikan pesan dengan jelas
dan mudah dipahami. Kejelasan tersebut bergantung pada pikiran,
organisasi, penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tidak cukup menyampaikan
ide, gagasan, dan pendapat kepada pembaca dalam bentuk tulisan.
Namun, penulis mampu menyerap, mencari, meyakinkan pembaca,
melaporkan, serta menguasai informasi berkaitan dengan topik yang
ditulis.
19
Manfaat menulis menurut Bernad Percy (dalam Gie, 1995:21) ada
enam yaitu, 1) suatu sarana untuk pengungkapan diri, 2) sarana untuk
pemahaman, 3) sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan
pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri, 4) sarana untuk
meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan
seseorang, 5) sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan
bukannya penerimaan yang pasrah, 6) sarana untuk mengembangkan
suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa.
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat
dari menulis adalah untuk mengekspresikan diri melalui tulisan yang
merupakan hasil dari buah pemikiran, sehingga orang lain dapat
memahami bahkan bisa juga dapat membuat orang lain yang membaca
tulisan menjadi senang.
kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat banyak
cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi paragraf yang
mudah difahami. Cara dalam merangkai kalimat disebut dengan pola
pengembangan paragraf atau juga sering disebut dengan teknik
pengembangan paragraf. Terdapat beberapa pola pengembangan
paragraf, antara lain pola deduktif, induktif, sebab akibat, deskriptif,
proses, contoh, pertentangan, perbandingan, serta juga kronologis.
20
mengungkapkan suatu kisah, peristiwa, atau juga pengalaman pribadi
dengan berdasarkan urutan-urutan kajadian atau peristiwa. Paragraf
naratif ini merupakan paragraf yang berisi mengenai pemaparan suatu
kejadian yang dirangkai didalam kesatuan waktu.
Biasanya dalam kejadian atau juga dalam peristiwa tersebut,
tokohnya itu mengalami kejadian penting. Sesuatu yang dialami tokoh
atau juga konflik antar tokoh akan menjadi bagian yang menarik di
dalam sebuah naratif.
Pada paragraf naratif, kalimat satu serta juga kalimat yang lain
mempunyai hubungan yang berurutan. Dalam paragraf naratif, tiap-tiap
peristiwa yang dituangkan didalam bentuk kalimat memiliki sifat
kronologis. Untuk dapat menghubungkan kalimat-kalimat pada paragraf
itu, digunakan juga penghubung (konjungsi).
Pengertian paragraf-Paragraf juga sering juga di sebut alinea. Kata
„paragraf berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua buah kata,
yakni para yang berarti „di samping dan graphein yang berarti
„menulis. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di jelaskan bahwa
paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan (biasanya terdiri atas
satu ide pokok dan penulisannya di mulai dengan garis baru/alinea
(Alwi, dkk., 2005: 828). Selanjutnya, Kridalaksana (1993: 154)
mengemukakan bahwa paragraf adalah (1) Satuan bahasa yang
mengandung satu tema dan perkembangannya, (2) bagian wacana yang
21
masih berkaitan dengan isi seluruh wacana dapat terjadi dari satu
kalimat atau sekelompok kalimat yang berkaitan. Paragraf merupakan
inti renungan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf
terkandung satu unit buah pikiran yang didukung oleh semua kalimat
dalam paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama,
kalimat topik, kalimat penjelas, sampai kalimat penutup. Himpunan
kalimat ini saling berkaitan untuk membentuk sebuah gagasan.
Pada mulanya, paragraf disimbolkan dengan tanda, yang terdiri
pada suatu teks. Sekarang tanda yang digunakan untuk menunjukkan
awal paragraf bukan tanda seperti di atas lagi, ia merupakan suatu
pikiran yang biasanya terdiri atas sekelompok kalimat yang saling
berhubungan (Walaupun ada kalanya tidak lebih dari satu kalimat) pada
karangan tertulis (Ambo Enre, 1985: 162).
Penulisan paragraf yang terencana baik selalu bersifat
logis-sistematis. Paragraf yang tersusun baik merupakan alat bantu, baik
bagi pengarang maupun bagi pembaca. Seperangkat kalimat akan
memungkinkan pengarang mengembangkan jalan pikiran secara
sistematis pula. Fungsi paragraf ialah memungkinkan pengarang
melahirkan jalan pikirannya secara sistematis. Bagi para pembaca,
kalimat-kalimat yang tersusun secara sistematis itu sangat memudahkan
menelusuri serta memahami jalan pikiran pengarang, fungsi paragraf
22
memahami alur berpikir pengarang (Keraf, 2001: 22).
Selanjutnya, Keraf (2001: 22) mengatakan bahwa paragraf yang
baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian yang
integral dari ide pokok yang terdapat dalam keseluruhan karangan. Ide
pokok paragraf tidak hanya merupakan bagian dari ide pokok
keseluruhan, melainkan juga mempunyai relevansi dan menunjang ide
pokok tersebut. Melalui fragmen-fragmen ide pokok yang tersirat dalam
tiap paragraf, maka akhirnya pembaca sampai kepada pemahaman total
isi karangan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa paragraf berfungsi
sebagai alat penyampai fragmen pikiran dan penanda pikiran baru
mulai berlangsung.
digunakan sebagai pengantar, transisi, atau peralihan dari suatu bab ke
bab lain. Bahkan, tidak jarang paragraf digunakan sebagai penutup. Di
sini paragraf berfungsi sebagai pengantar, transisi, dan konklusi.
Dengan demikian, sampailah kita kepada suatu kesimpulan bahwa
paragraf berfungsi sebagai: 1) penampung fragmen atau pikiran ide
pokok; 2) alat untuk memudahkan pembaca memahami jalan pikiran
pengarang; 3) alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran
secara sistematis; 4) pedoman bagi pembaca mengikuti dan memahami
alur pikiran pengarang; 5) alat untuk menyampaikan fragmen pikiran
atau ide pokok pengarang kepada pembaca; 6) sebagai penanda bahwa
23
dapat berfungsi sebagai pengantar, tradisi, dan penutup (konklusi).
Naratif sebagai wacana yang berisi pemberitaan satu atau
serangkaian peristiwa (juga perbuatan) berusaha untuk menjawab
pertanyaan tentang apa yang terjadi atau bagaimana proses terjadinya
sesuatu. Peristiwa atau perbuatan yang diungkapkan dalam naratif ada
yang benar-benar dan ada pula yang hanya berdasarkan imaji penulis.
Untuk memahami konsep istilah naratif secara utuh dipaparkan
beberapa pengertian naratif. Ambo Enre (2008: 156) memberikan
batasan naratif sebagai wacana pengisahan yang berhubungan dengan
penyajian beberapa peristiwa dalam suatu karangan yang utuh. Pokok
masalahnya ialah tindakan/perbuatan dalam hubungannya dengan suatu
peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita.
Gorys Keraf (2004: 12) mendefinisikan naratif sebagai suatu
bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang terjadi.
Wahid (2010: 46) memberikan batasan wacana naratif sebagai
perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rangkaian waktu. Apa
yang terjadi tidak lain daripada tindak tanduk yang dilakukan oleh
tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu.
Naratif adalah berkisah dengan menjalin beberapa rangkaian
peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian
menurut urutan terjadinya dengan maksud memberi arti kepada sebuah
24
dari cerita itu. naratif adalah karangan yang bersifat subjektif, isinya
bergantung pada selera pengarang. Maksudnya, sekalipun karangan
bersumber dari suatu kenyataan, misalnya biografi namun materi cerita
dan penyusunannya tidak terlepas dari keinginan pengarang.
Naratif hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian atau
peristiwa, maka tampak bahwa naratif akan sulit dibedakan dari
deskripsi karena suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan
dengan mempergunakan metode deskripsi sebab itu meski ada unsur
lain yang harus diperhitungkan yaitu unsur waktu. Dengan demikian,
pengertian naratif itu mencakup dua unsur dasar yaitu perbuatan atau
tindakan yang terjadi tidak lain dari pada pihak tindak-tanduk yang
dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian
waktu. Bila deskripsi menggambarkan suatu objek secara statis, maka
naratif mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu
rangkaian waktu.
cerita sebab naratif sering diartikan juga dengan cerita. Sebuah cerita
adalah sebuah penulisan yang mempunyai karakter, masalah, mencoba
untuk memecahkan dan memberikan solusi dari masalah itu. Contoh
bentuk ini adalah cerita pendek (cerpen), novel, cerita bersambung
(cerber), termasuk tulisan atau skenario yang dijadikan bahan
pembuatan film.
dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam
suatu kesatuan waktu. Dengan demikian, naratif adalah bentuk wacana
yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada
pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.
Adapun di bawah ini unsur-unsur dalam mengarang antara lain:
a. Isi Karangan
proposisi yang satu dengan proposisi yang lain untuk membentuk
kesatuan.
diikuti.
dianggap baku dan pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa.
d. Pilihan Kata
gagasan yang diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
Pemakaian bahasa sudah sepatutnya menggunakan kosakata yang
dikuasainya dengan tepat. Penggunaan kosakata yang tepat akan
26
pembaca.
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
unsur-unsur dari bahasa lain. Baik dari bahasa daerah, maupun
bahasa asing, seperti sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan
Inggris.
Pertama, unsur yang sudah lama terserap kedalam bahasa
Indonesia yang tidak perlu lagi diubah ejaannya. Kedua, unsur asing
yang belum sepenuhnya terserap kedalam bahasa Indonesia. Ketiga,
unsur yang pengucapannya dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaan bahasa
asing hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk aslinya.
Pemakaian tanda baca antara lain : (1) tanda titik yang dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan; (2) tanda
koma yang dipakai di anatara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan; (3) tanda petik yang mengapit petikan langsung yang
berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
27
a. Pengertian Metode Pembelajaran Round Robin
Menurut Muslim Ibrahim (2000: 49) Round Robin adalah suatu tipe
pembelajaran dimana para siswa bergiliran memberikan kontribusi
menjawab pertanyaan dalam sebuah kelompok dalam bentuk tulisan.
Dalam pembelajaran ini guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang
memiliki beberapa alternatif jawaban. Satu siswa mulai mengemukakan
pemikiran pikiran, dan giliran mengemukakan pendapat diteruskan
kepada siswa berikutnya, melakukan hal yang sama. Masing-masing
siswa memberikan kontribusi jawaban berlanjut sampai semua orang di
dalam kelompok memiliki kesempatan untuk berbicara.
Metode belajar ini jelas berbeda dengan metode belajar yang
dilakukan secara individu, metode belajar kooperatif dapat mengasah
komunikasi antar siswa dan saling memiliki tanggung jawab atas
pelajaran yang didapat dan tanggung jawab untuk mengajari rekan-
rekan yang lain dalam kelompok. Sesuai dengan teori pendekatan
konstruktivis sosial yang menekankan bahwa individu akan belajar
dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan
dan pemahaman serta menekankan pada konteks sosial dari
pembelajaran dan bahwa pengetahuan itu dibangun dan dikonstruksi
secara bersama (Barison & Dorval dalam Santrock, 2011). Sedangkan
28
beragam.
Kagan (2004: 1) menunjukkan bahwa Round Robin adalah mitra lisan
dari Round table: siswa secara bergiliran menyatakan jawaban atau ide,
tanpa mencatatnya. Round robin dapat digunakan dengan anak-anak
yang terlalu muda untuk menulis atau ketika berpartisipasi daripada
produk tujuan
Muslimin Ibrahim menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe Round
Robin adalah suatu kegiatan yang mengajarkan siswa bagaimana
menunggu giliran pada saat bekerja dalam kelompok. Adapun
langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Round Robin
adalah sebagai berikut :
tiap kelompok 4 – 5 orang siswa.
2) Guru memberikan pengantar pelajaran.
3) Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan suatu pertanyaan
yang mempunyai banyak jawaban.
pemikiran pikiran.
meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang
pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi.
29
pemikiran dan pendapat, guru memberikan penjelasan.
7) Guru memberikan pengargaan kepada tiap kelompok.
Kagan (1994: 2) menyatakan, mengikuti Round Robin dan Round
table, siswa lebih cenderung mencari partisipasi dari semua anggota,
bahkan dalam situasi di mana partisipasi penuh tidak terstruktur. Round
Robin dan Round table sangat efektif dalam menciptakan identitas tim
yang positif dan kemauan untuk bekerja dalam tim. Mereka dapat
digunakan untuk mengatasi resistensi awal untuk bekerja di temas yang
sering ditemukan di ruang kelas terdegradasi, terutama di tingkat
pendampingan. Satu hal yang harus dipahami oleh seorang guru,
Menerapkan Round Robin dalam penerapan struktur, siswa yang
ditempatkan dalam tim harus heterogen, kemampuan yang berbeda dalam
sebuah tim akan membantu meningkatkan pencapaian beberapa siswa
lainnya.
Untuk manfaat Round Robin yang lebih banyak, semua tim akan
dibantu untuk memahami tentang tujuan, teknik, dan pola yang
digunakan dalam proses pembelajaran, anggota heterogen memiliki
pengaruh besar, bagi siswa yang memiliki area kognitif yang baik akan
membantu orang miskin lainnya dengan memberikan lebih banyak
penjelasan, membantu meningkatkan kognitif buruk lainnya akan
berpengaruh pada aktifnya mereka dalam tim. Dan hasil dari tindakan
30
sama.
antara rekan satu tim akan memberikan poin lebih positif seperti
meningkatkan menulis siswa, melatih siswa untuk bertanggung jawab
atas tugas yang diberikan, memberikan motivasi kepada siswa untuk
mendapatkan pembelajaran yang sukses dan juga meningkatkan
kepercayaan diri siswa.
Lebih lanjut Muslimin Ibrahim menjelaskan ada beberapa
keunggulan pembelajaran kooperatif tipe Round Robin, yaitu :
1) Pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan
berbagi bersama teman kelompok.
menumbuhkan kekompakkan, sehingga dapat memperbaiki hasil
belajar siswa.
5) Dapat mengendalikan perilaku dalam kelompok.7
Selain keunggulan, pembelajaran kooperatif tipe Round Robin juga
memiliki kelemahan, yaitu :
belum pernah dipelajari sebelumnya.
siswa yang “menonjol”.
mengemukakan pendapatnya.
Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak,
berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek dalam penelitian ini yaitu
menulis. Kegiatan dalam menulis meliputi mengekspresikan ide, gagasan,
pikiran atau perasaan yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan ataupun karangan
yang dapat dipahami oleh orang lain. Kegiatan membuat karangan dapat
dipengaruhi oleh imajinasi dan perasaan pengarang. Oleh karena itu, kegiatan
menulis karangan merupakan kegiatan yang tidak mudah, tetapi sangat penting
untuk diajarkan kepada siswa. Menulis karangan merupakan kompetensi dasar
yang harus dicapai dalam pembelajaran siswa kelas VII SMP PGRI
Barembeng. Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk
menulis pengalaman pribadi secara bertahap. Menulis pengalaman pribadi ini
diawali dengan mengungkapkan ide atau gagasan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menulis pengalaman pribadi yaitu kesesuaian dan kejelasan
isi cerita, kelengkapan unsur cerita (5W+1H), penggunaan diksi, penggunaan
ejaan dan tanda baca, keefektifan kalimat, keterpaduan makna gramatikal antar
kalimat dan antar paragraf, dan kerapian tulisan.
Umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam menemukan ide yang
tepat untuk menulis pengalaman pribadi dan mengorganisasikannya. Selain itu,
32
belum adanya penggunaan metode yang bervariasi terhadap pembelajaran
menulis paragraf naratif di sekolah. Salah satu cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengatasi hal tersebut dengan menggunakan metode
pembelajaran menulis paragraf naratif dalam pembelajaran menulis paragraf
naratif menggunakana penelitian tindakan kelas melalui dua siklus yang akan
diketahui setelah dilakukan penelitia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
bagan kerangka pikir di bawah ini :
33
Analisis
Hasil
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, hipotesis dalam tindakan ini adalah jika
guru menggunakan metode pembelajaran Round Robin dalam pembelajaran
menulis paragraf naratif, maka keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa
kelas VII SMP PGRI BAREMBENG dapat meningkat.
35
penelitian tindakan dalam pendidikan merupakan sebuah metode kualitatif
yang mendorong para praktisi (pengajar/guru) menjadi lebih reflektif dalam
praktik mengajar, dengan tujuan lebih meningkatkan/memperbaiki sistem
mengajarnya. Penelitian ini mengikuti model Kemmis dan McTaggart yang
terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing),
dan refleksi (reflecting). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan dua
siklus, yaitu proses siklus I dan diklus II. Siklus I bertujuan untuk mengetahui
keterampilan menulis pengalaman pribadi siswa pada awal tindakan penelitian.
Siklus ini sekaligus dipakai sebagai refleksi untuk melakukan siklus II. Siklus II
digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis pengalaman
pribadi siswa setelah melakukan perbaikan-perbaikan terhadap pelaksanaan
proses belajar-mengajar yang didasarkan pada siklus I.
B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP PGRI Barembeng.
2. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama kurang lebih tiga bulan, dengan
pelaksanaan pada bulan maret hingga mei 2020.
36
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP PGRI
Barembeng dengan jumlah siswa 30 orang siswa.
C. Variabel Penelitian
sedangkan variabel bebasnya yaitu metode pembelajaran Round Robin.
1. Kemampuan menulis paragraf naratif
Kalimat yang disusun untuk menjelaskan ide pokok. Terdapat
banyak cara dalam merangkai kalimat-kalimat supaya menjadi
paragraf yang mudah difaham
Round Robin adalah suatu tipe pembelajaran dimana para siswa
bergiliran memberikan kontribusi menjawab pertanyaan dalam
sebuah kelompok dalam bentuk tulisan. Dalam pembelajaran ini
guru mengajukan pertanyaan atau tugas yang memiliki beberapa
alternatif jawaban.
siklus. Pertemuan pertama adalah fokus pada tenses (past tense dan
present continuous tense), pertemuan kedua fokus pada paragraf naratif.
Guru juga membagi kelas menjadi 4-5 anggota kelompok, setiap anggota
kelompok harus memiliki kompetensi kognitif yang heterogen dan
37
Metode Round Robin, dan yang terakhir adalah evaluasi. Alokasi waktu
untuk setiap pertemuan adalah 70 menit.
1. Siklus 1
2) Mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran.
5) Membuat alat evaluasi untuk mengevaluasi kemampuan siswa.
b. Pelaksanaan
proses pembelajaran.
(past tense dan present tense).
3) Siswa diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan
bentuk kontinu saat ini.
contoh naratif.
5) Siswa diminta untuk menulis teks naratif satu per satu.
38
kompetensi kognitif heterogen.
kelompok.
harus sama dengan jumlah grup).
2. Siklus 2
2) Mengklasifikasikan latihan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan
Round Robin sebagai alat dalam mengajar menulis.
4) Membuat lembar observasi untuk mencatat proses pembelajaran.
5) Membuat alat evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa.
b. Pelaksaan
1) Ulasan guru tentang pelajaran yang telah dilakukan (tata bahasa
berfokus pada masa lalu yang sederhana dan esai naratif yang
kontinu saat ini)
2) Kelompok siswa diminta untuk menulis esai naratif dengan tema
yang berbeda.
menggunakan lembar observasi.
Ada tiga sumber data yang berlaku dalam penelitian ini. Mereka:
1) Data diperoleh dari kemajuan penulisan siswa untuk setiap siklus.
2) Data diperoleh dari lembar observasi. Ini adalah tentang situasi
belajar dan mengajar sepanjang perawatan (tindakan, observasi
dan refleksi).
3) Data diperoleh dari komposisi akhir siswa untuk setiap siklus.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini ada dua, yaitu instrumen tes dan non tes.
Isntrumen tes meliputi aspek-aspek dan kriteria penilaian dalam menulis
pengalaman pribadi. Sedangkan instrumen nontes meliputi observasi.
Tabel 3.1 Aspek Penskoran Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek Penilaian Skala Nilai
Bobot Skor 1 2 3 4 5
1. Pengembangan gagasan (ide) 4 20
2. Kesesuaian dan kejelasan isi
cerita
Jumlah 20 100
(Sumber: Dewi, 2011:52)
Penetapan bobot dalam penilaian skor yang ditentukan oleh peneliti antara
aspek satu dengan aspek yang lainnya tidak sama. Hal ini dikarenakan peneliti
menyesuaikan penelitian berdasarkan kompetensi dasar yang harus dicapai
siswa yaitu menulis paragraf naratif dengan bahasa yang baik dan benar.
Peneliti penetapkan bobot pada aspek pengembangan gagasan (ide) 5, aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita 5, aspek kelengkapan unsur 5, aspek
kebahasaan 5, dan aspek kerapian tulisan 5.
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Aspek yang Dinilai Kriteria Penilaian Skor
1. Pengembangan gagasan a. Padat informasi, penalaran
logis, dan tuntas.
cerita
cerita sangat sesuai.
cerita sesuai.
cerita cukup sesuai.
cerita kurang sesuai.
cerita tidak sesuai.
tidak ada coretan.
coretan.
coretan.
5
4
3
banyak coretan.
Hal pertama yang dilakukan dalam menghitung nilai yaitu mengalikan skor
tiap aspek dengan bobot tiap aspek. Kemudian untuk mendapatkan nilai akhirnya,
dengan cara menjumlahkan hasil perkalian dari setiap aspek tersebut dan dibagi
skor maksimal yaitu 100, kemudian dikalikan seratus untuk mendapatkan nilai
yang bulat.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui metode pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono, 2010:308).
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam
mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah tes dan
observasi.
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang
(Sumber: Khanifa, 2011:56)
dalam Sugiyono, 2010:203).
dilakukan siswa dengan mengacu pada pedoman observasi. Peneliti
mengobservasi siswa dengan mencatat perilaku-perilaku siswa akibat
tindakan-tindakan guru dalam kegiatan pembelajaran.
2. Tes
kinerja/perbuatan. Hasil nilai tes ini diperoleh dengan mengamati siswa
selama proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan
menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Penilaian keterampilan menulis pengalaman pribadi dalam penelitian
ini meliputi beberapa aspek pengamatan. Aspek pengamatan tersebut yaitu,
1) pengembangan gagasan (ide), 2) kesesuaian isi dan kejelasan cerita, 3)
kelengkapan unsur cerita (5W+1H), 4) aspek kebahasaan, dan 5) kerapian
tulisan.
dan menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai
informasi dengan tujuan dan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang
jelas sesuai tujuan penelitian. Analisis data penelitian tindakan kelas ini berupa
deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.
44
Analisis data kualitatif diperoleh dari data observasi. Hasil analisis data
secara kualitatif ini digunakan untuk melihat perubahan perilaku siswa pada
siklus I dan siklus II, serta melihat efektivitas penggunaan model pembelajaran
menulis imajinatif untuk meningkatkan kemampuan menulis pengalaman
pribadi siswa.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang dilakukan siswa
selama proses pembelajaran. Selanjutnya dicari rata-rata (mean) nilai dari
keseluruhan siswa. Untuk menghitung rata-rata (mean) siswa dapat digunakan
rumus perhitungan dari Sugiyono (dalam Rahman, 2016:92):
1. Merekap skor yang diperoleh siswa
2. Menghitung skor komulatif dari tiap-tiap aspek
3. Menghitung skor rata-rata
∑
Hasil perhitungan nilai siswa dari masing-masing tes ini kemudian
dibandingkan, yaitu antara siklus I dan siklus II. Hasil ini akan memberikan
gambaran mengenai peningkatan kompetensi siswa dalam menulis pengalaman
pribadi dengan menggunakan metode pembelajaran Round Robin.
Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi
No. Nilai Kategori
Nilai yang dicapai siswa nantinya akan dikategorikan menjadi empat,
yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Siswa yang mencapai
nila antara 85-100 dikategorikan berhasil dengan sangat baik. Siswa yang
mencapai nilai antara 75-84 dikategorikan berhasil dengan baik. Siswa yang
mencapai nilai antara 51-74 dikategorikan berhasil cukup baik. Sedangkan
siswa yang mencapai nilai di bawah 50 dikategorikan kurang baik.
H. Kriteria Keberhasilan
Siswa dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika nilai yang diperoleh sudah
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75 dengan rentang antara
1-100. Kelas dikatakan sudah mencapai ketuntasan jika banyaknya siswa yang
mencapai KKM ≥ 85% dari keseluruhan jumlah siswa
46
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini berupa hasil tes dan nontes. Hasil tes
meliputi hasil pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan
Metode Round Robin pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian siklus I
merupakan kondisi awal siswa dalam menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin. Sedangkan hasil tes siklus II merupakan
perbaikan kemampuan menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode
Round Robin siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng setelah mengikuti
pembelajaran menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round
Robin pada siklus I. Hasil nontes dapat dilihat dari hasil deskripsi kegiatan
observasi yang diuraikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif.
1. Hasil Penelitian Siklus I
a. Hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan Metode Round Robin
1) Perencanaan
tindakan yang dilakukan pada siklus I berdasarkan masalah yang ada.
Pada tahap perencanaan ini bertujuan untuk merencanakan penelitian
tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan keterampilan
menulis paragraf naratif siswa. Pengamatan juga dilakukan melalui
tanggapan siswa yang terlihat dari suasana kelas selama tindakan
47
mengklasifikasikan bahan berdasarkan kurikulum dan buku
pegangan, selanjutnya membuat skenario pembelajaran dan
memutuskan untuk menggunakan Metode Round Robin dalam
mengajar menulis. Kemudian membuat lembar observasi untuk
mencatat proses pembelajaran dan membuat alat evaluasi untuk
mengevaluasi kemampuan siswa.
2) Pelaksanaan tindakan
Robin diharapkan dapat meningkatkan aspek yang masih kurang.
Pada siklus I guru memulai pembelajaran dengan melakukan
apresiasi mengengai pembelajaran yang dilaksanakan guru. Guru
menjelaskan metode pembelajaran Round Robin dan
implementasinya pada saat pembelajaran berlangsung.
Memotivasi siswa untuk meningkatkan minat mereka dalam
proses pembelajaran, setelah guru memberikan penjelasan kepada
siswa tentang tata bahasa (past tense dan present tense). Siswa
diminta untuk menulis kalimat dalam bentuk lampau dan bentuk
kontinu saat ini.
untuk menulis teks naratif satu per satu Guru membagi kelas
48
dan anggota kelompok harus memiliki kompetensi kognitif
heterogen.
(jumlah kalimat harus sama dengan jumlah grup).
Hasil tes menulis paragraf naratif pada siklus I merupakan data awal
digunakannya Metode Round Robin. Kriteria penilaian pada siklus I
yaitu siswa dapat menulis paragraf naratif melalui objek pandang
berupa gambar sesuai dengan imajinasinya sendiri-sendiri dengan
memperhatikan pengembangan gagasan, kesesuaian dan kejelasan
unsur cerita, kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), aspek kebahasaan,
dan kerapian tulisan. Hasil tes pembelajaran menulis paragraf naratif
dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis paragraf naratif Siklus I
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Ketuntasan
1. Sangat Baik 85-100 - -
3. Cukup Baik 51-74 24 1406
4. Kurang Baik 0-50 2 98
Jumlah 35 2195
menggunakan Metode Round Robin pada siklus I. Dari tabel tersebut
7,62 35
2195
49
ditunjukkan tidak ada siswa yang mencapai nilai dengan kategori sangat baik
dengan rentang nilai 85-100. Kategori baik dengan rentang nilai 75-84
terdapat 9 siswa yang mencapai kategori tersebut. Untuk kategori cukup
dengan rentang nilai 51-74 dicapai sebanyak 26 siswa. Sementara untuk
kategori kurang baik dengan rentang nilai 0-50 dicapai sebanyak 2 siswa.
Nilai rata-rata kelas kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin sebesar 62,7 dan termasuk dalam
kategori cukup. 85% siswa juga belum mencapai KKM yaitu 75. Jadi, target
untuk rata-rata kelas sebesar 75 dengan kategori baik belum dapat dicapai.
Untuk itu, dilakukan tindak lanjut dengan dilakukannya pembelajaran pada
siklus II. Tindak lanjut tersebut bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran
pada siklus I agar target rata-rata kelas sebesar 75 dan 85% siswa dapat
mencapai KKM dengan baik.
Penilaian pada siklus I ini dilakukan dengan menjumlahkan setiap skor
dari lima aspek penilaian menulis paragraf naratif, meliputi pengembangan
(5W + 1H), aspek kebahasaan, dan kerapian tulisan. Masing-masing penilaian
setiap aspek akan dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 66,85
(Kategori
44.3 35
Jumlah 35 117
Tabel 4.2 menunjukkan nilai aspek pengembangan gagasan. Berdasarkan
tabel 4.2 tersebut, terdapat 3 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik
dengan skor 15. Sebanyak 14 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik.
Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 10 siswa.
Sementara itu kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 8 siswa dan tidak
ada siswa yang mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek pengembangan gagasan (ide) dalam menulis paragraf naratif ini
memperoleh nilai rata-rata 3,44 atau sebesar 66,85. Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek pengembangan
gagasan (ide) yang dicapai siswa.
Tabel 4.3 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
= 69.14
(Kategori
Cukup)
5. Sangat Kurang 1 - -
ceritayang dinilai dari sisi keterampilan pemilihan kata. Berdasarkan tabel 4.3
tersebut, terdapat 4 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik dengan
skor 5. Sebanyak 13 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 13 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 5 siswa dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis paragraf naratif
ini memperoleh nilai rata-rata 4,03 atau sebesar 69,14 Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kesesuaian dan
kejelasan isi cerita yang dicapai siswa.
Tabel 4.4 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
5. Sangat Kurang 1 - -
Berdasarkan tabel 4.4 tersebut, tidak ada siswa yang mampu mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 4 siswa mendapat skor 4 dengan
kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak
25 siswa. Sementara itu kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 6 siswa
dan tidak ada siswa yang mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kelengkapan unsur cerita dalam menulis paragraf naratif ini
memperoleh nilai rata-rata 2,94 atau sebesar 58,85. Nilai rata-rata tersebut
masuk dalam kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata
tersebut belum memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti
harus meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kelengkapan unsur
cerita yang dicapai siswa.
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
= 57,14
(Kategori
Cukup)
5. Sangat Kurang 1 2 2
Jumlah 35 100
Tabel 4.5 menunjukkan nilai aspek kebahasaan. Berdasarkan tabel 4.5
tersebut, hanya 2 siswa yang mampu mencapai kategori sangat baik dengan
85,2 35
100
X
53
skor 5. Sebanyak 7 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 12 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 12 siswa dan 2 siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
Aspek kebahasaan dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh nilai
rata-rata 2,85 atau sebesar 57,14. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori
cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi
target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti harus meningkatkan nilai
rata-rata atau skor dalam aspek kebahasaan yang dicapai siswa.
Tabel 4.6 Hasil Tes Aspek Kerapian Tulisan Siklus I
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Rata-Rata
5. Sangat Kurang 1 - -
Tabel 4.6 menunjukkan nilai aspek kerapian tulisan. Berdasarkan tabel
4.6 tersebut, tidak ada siswa yang mampu mencapai kategori baik dengan skor
5. Sebanyak 8 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun untuk
kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 20 siswa. Sementara itu
kategori kurang dengan skor 2 dicapai oleh 7 siswa dan tidak ada siswa yang
mendapat nilai sangat kurang dengan skor 1.
02.3 35
Aspek kerapian tulisan dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh
nilai rata-rata 3,02 atau sebesar 60,57. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam
kategori cukup dengan rentang nilai 51-74. Nilai rata-rata tersebut belum
memenuhi target yang ingin dicapai. Oleh karena itu, peneliti harus
meningkatkan nilai rata-rata atau skor dalam aspek kerapian tulisan yang
dicapai siswa.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus I dari lima aspek penelitian
tes menulis paragraf naratif dapat di lihat dengan jelas dalam diagram berikut.
Diagram 4.1 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus 1
Dari diagram diatas, diketahui dai hasil tes menulis paragraph naratif dengan
menggunakan metode Round robin pada siklus I yang dinilai dari standar KKM 75,
dan dinilai dari beberapa aspek yaitu, hasil tes aspek pengembangan gagasan yang
hanya memperoleh nilai rata-rat 3,44 atau sebesar 66,88 dalam kategori cukup,
65,33 69.14
55
sedangkan dari aspek kesusaian dan kejelasan isi cerita memperoleh nilai rata-rat
4,03 atau sebesar 69,14. Selanjutnya dari segi aspek kelengkapan unsur cerita
dalam menulis paragraf naratif ini memperoleh nilai rata-rata 2,94 atau sebesar
58,85, dan aspek kerapiaan tulisan memperoleh nilai rata-rata 3,02 atau sebesar
60,57 dari seluruh aspek yang di nilai rata-rata keseluruhan belum mencapai KKM
75 yang dilakukan pada tahap siklus I dan untuk mencapai KKM dilakukan
penelitian ulang dengan metode yang sama pada siklus II.
c. Observasi
menulis paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin
siswa kelas VII SMP PGRI Barembeng. Observasi terhadap siswa saat
pembelajaran meliputi dua aspek perilaku, yaitu perilaku positif dan
perilaku negatif. Pada siklus I ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang
dapat terdeskripsi melalui observasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan
mengidentifikasi setiap aspek yang telah di observasi oleh peneliti
dengan bantuan seorang teman.
tidak melakukan kegiatan yang tidak perlu (berbicara dengan teman,
melamun, tertidur). Perhatian siswa terhadap penjelasan guru dikatakan
sangat baik atau sebesar 100%. Semua siswa tampak memperhatikan
penjelasan guru dalam mengikuti pembelajaran menulis paragraf
naratif.
56
saat proses pembelajaran. Tanggapan siswa terhadap penjelasan guru
dikatakan sangat baik atau sebesar 100%, semua siswa tampak
menanggapi penejelasan guru selama proses pembelajaran.
Aspek ketiga, yaitu keaktifan siswa mengajukan pertanyaan seputar
pembelajaran. Hasil dari observasi di kelas, hanya terdapat 14 siswa
yang aktif mengajukan pertanyaan mengenai materi yang disampaikan
oleh guru.
Aspek keempat, yaitu keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
yang diajukan guru. Dari 35 siswa, hanya 18 siswa yang aktif dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sedangkan 17 siswa
memilih pasif saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung.
Aspek kelima, yaitu perhatian siswa terhadap objek gambar yang
ditampilkan guru. Perhatian siswa terhadap objek yang ditampilkan
guru dikatakan sangat baik atau sebesar 100%, semua siswa tampak
memperhatikan objek yang ditampilkan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
menulis paragraf naratif. Siswa menulis paragraf naratif dengan baik
dan penuh konsentrasi. Pada aspek ini terlihat hanya 25 siswa yang
dengan baik dan penuh konsentrasi mengerjakan tugas menulis paragraf
naratif. Sedangkan 10 siswa masih melihat pekerjaan temannya dan
juga mengganggu teman sebelahnya.
selama pembelajaran menulis paragraf naratif dapat disimpulkan bahwa
perilaku negatif siswa masih ada selama pembelajaran berlangsung.
Sikap negatif yang muncul dimungkinkan karena model pembelajaran
yang diterapkan oleh guru atau peneliti merupakan hal baru bagi mereka
sehingga perlu proses untuk menyesuaikan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan agar dapat mengurangi dan menghilangkan sikap
negatif siswa saat pembelajaran berlangsung. Hal ini menjadi tugas guru
atau peneliti pada siklus II untuk melakukan suatu cara agar perilaku
negatif tersebut dapat dikurangi. Rencana pembelajaran pada siklus II
tentunya harus lebih matang dan lebih baik lagi agar perilaku belajar
siswa yang negatif menjadi positif. Untuk mengetahui hasil observasi
siswa pada tahap siklus I dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Observasi Siklus I
No Kode
1 R1 + + - - + - 1. Perhatian siswa
terhadap
Metode Round Robin pada siklus I belum mencapai nilai rata-rata
minimum. Hal ini terlihat dari hasil tes siswa yang baru mencapai
nilai rata-rata 62,71 sehingga siswa belum bisa dikatakan lulus
karena batas nilai rata-rata minimum adalah 75. Siswa yang telah
mencapai nilai ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa dan yang belum
tuntas sebanyak 26 siswa. Siswa yang telah mencapai nilai
ketuntasan belajar disebabkan siswa tersebut telah menerapkan
materi yang diperoleh tentang langkah-langkah menulis paragraf
15 R15 + + + - + + 4. Keaktifan siswa
dalam menjawab
pertanyaan yang
diajukan guru.
59
siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan belajar disebabkan
kurangnya pemahaman siswa dalam menulis paragraf naratif
dengan menggunkan Metode Round Robin.
Berdasarkan hasil nontes yang meliputi observasi, diperoleh
hasil ada beberapa siswa yang berperilaku negatif. Ada siswa yang
asyik berbicara dengan temannya saat proses pembelajaran
berlangsung, melamun, dan mengantuk. Faktor lain yang
menyebabkan perilaku negatif siswa adalah ruang kelas yang cukup
panas. Selain itu, berkenaan dengan gambar yang digunakan sebagai
media menurut siswa kurang cocok dan kurang sesuai dengan
pengalaman mereka karena gambar yang diperlihatkan oleh guru
sangat asing bagi sebagian siswa karena belum pernah mengunjungi
tempat tersebut.
peneliti maka kesulitan-kesulitan tersebut perlu solusi yang tepat
untuk diterapkan pada saat pembelajaran di siklus II. Solusi tersebut
yaitu guru memberi motivasi pada siswa dengan cara membuat
suasana lebih santai lagi agar mengurangi ketegangan siswa, guru
lebih selektif lagi dalam memilih gambar. Di samping itu, guru juga
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyumbangkan ide
berkaitan dengan gambar yang akan dijadikan media yang lebih
mudah digunakan siswa dalam memunculkan imajinasinya dan
60
yang terdapat dalam gambar tersebut. Hal ini diharapkan dapat lebih
menggugah minat dan semangat siswa dalam menulis paragraf
naratif. Perbaikan ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi siswa
dalam menulis cerpen pada siklus selanjutnya.
2. Hasil Penelitian Kelas dengan Metode Pembelajaran Round Robin
pada Siklus II
1) Perencanaan
Perancanaan tindakan pada siklus I yang kurang berhasil. Maka dibuat
rencana pada tahap siklus II yang meliputi perbaikan pada siklus pertama,
yaitu, perencanaan pembelajaran yang lebih efektif dan penggunaan
metode Round Robin, serta mengacu pada kurikulum yang telah dibuat
sebelumnya, serta beberapa aspek penilaian yang menjadi pusat utama
dalam penelitian ini.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pada siklus II ini diharapkan dapat meningkatkan aspek
yang masih kurang pada siklus I beberapa pelaksanaan tindakan pada siklus
II Guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok dengan jumlah
tiap kelompok 4 – 5 orang siswa, memberikan pengantar pelajaran tentang
maeri paragraf naratif. Guru mengemukakan suatu ide atau mengajukan
suatu pertanyaan yang mempunyai banyak jawaban, kemudian guru
meminta tiap kelompok untuk mengajukan pemikiran pikiran apabila salah
61
meminta kelompok kedua untuk mengemukakan pendapat tentang
pemikiran yang diberikan kelompok pertama tadi. Setelah semua kelompok
mendapatkan giliran memberikan pemikiran dan pendapat, kemudian guru
memberikan penjelasa, disesi akhir pembelajaran guru memberikan
penghargaan atau apresiasi kepa setiap kelompok.
a. Hasil Tes Siklus II
Hasil tes siklus II merupakan hasil tes menulis paragraf naratif yang
kedua setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran sebelumnya.
Kriteria pada siklus II yaitu siswa dapat menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin dengan target nilai 75. Jumlah
siswa yang mengikuti tes siklus II yaitu 35 siswa sama seperti
pembelajaran pada siklus I. Hasil tes pembelajaran menulis paragraf
naratif dengan menggunakan Metode Round Robin pada siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.8 Hasil Tes Kemampuan Menulis Paragraf Naratif Siklus II
No. Kategori Rentang Nilai Frekuensi Bobot Skor Ketuntasan
1. Sangat Baik 85-100 8 696
31 siswa telah
3. Cukup Baik 51-74 4 210
4. Kurang Baik 0-50 - -
Data pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin pada siswa kelas
VII siklus II setelah dilakukan perbaikan, secara klasikal rata-rata nilai
7,79 35
mencapai 79,7 dengan kategori baik. Nilai tersebut dapat dikatakan sudah
mengalami peningkatan dari siklus I yang hanya 62,7 atau berada pada
kategori cukup. Kategori sangat baik dengan rentang nilai 85-100 dicapai oleh
8 siswa. Kategori baik dengan rentang nilai 75-84 dicapai oleh 23 siswa.
Kategori cukup dengan rentang nilai 51-84 dicapai oleh 4 siswa. Dari jumlah
35 siswa, tidak satupun yang memperoleh nilai kurang.
Berdasarkan tabel 4.8 tersebut, menunjukkan bahwa nilai rata-rata
kemampuan menulis paragraf naratif di akhir pembelajaran siklus II berada
dalam kategori baik. Dalam pembelajaran siklus I tidak ada yang memperoleh
nilai dengan kategori sangat baik, pada siklus II ini ternyata ada 8 siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik sehingga dapat dikatakan mengalami
peningkatan. Siswa yang memperoleh nilai dalam kategori baik pada siklus I
sebanyak 9 siswa, sementara pada siklus II siswa yang memperoleh nilai
dalam kategori baik sebanyak 23 siswa. Siswa yang memperoleh nilai dalam
kategori cukup pada siklus I sebanyak 24 siswa, pada siklus II siswa yang
memperoleh nilai dalam kategori cukup sebanyak 4. Siswa yang memperoleh
nilai dalam kategori kurang pada siklus I sebanyak 2 siswa, sedangkan pada
siklus II tidak ada siswa yang memperoleh nilai kurang.
Dilihat dari nilai rata-rata siswa dalam menulis paragraf naratif pada
siklus II mencapai 79,7. Dari hasil tes siklus II dapat dikatakan bahwa
kemampuan menulis paragraf naratif siswa telah meningkat karena mampu
mencapai batas minimal ketuntasan belajar yaitu 75.
63
menjumlahkan setiap skor dari lima aspek penilaian menulis paragraf naratif,
meliputi (1) pengembangan gagasan (ide), (2) kesesuaian dan kejelasan isi
cerita, (3) kelengkapan unsur cerita (5W + 1H), (4) aspek kebahasaan, dan (5)
kerapian tulisan. Masing-masing penilaian setiap aspek akan dijabarkan
sebagai berikut.
Tabel 4.9 Hasil Tes Aspek Pengembangan Gagasan (Ide) Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 81,71
(Kategori
Baik)
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.9 menunjukkan nilai aspek pengembangan gagasan.
Berdasarkan tabel 4.9 tersebut, terdapat 9 siswa yang sudah mencapai kategori
sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 20 siswa mendapat skor 4 dengan
kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 6
siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan
skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek pengembangan
gagasan (ide) dalam menulis paragraf naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar
81,71 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut sudah
08,4 35
dengan siklus I yang hanya memperoleh 66,85.
Tabel 4.10 Hasil Tes Aspek Kesesuaian dan Kejelasan Isi Cerita Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 83,42
(Kategori
Baik)
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.10 menunjukkan nilai aspek kesesuaian dan kejelasan isi cerita.
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut, terdapat 13 siswa yang sudah mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 15 siswa mendapat skor 4
dengan kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai
sebanyak 7 siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori
kurang dengan skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek
kesesuaian dan kejelasan isi cerita dalam menulis paragraf naratif ini rata-rata
yang dicapai sebesar 83,42 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata
tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I yang hanya memperoleh 69,14.
Tabel 4.11 Hasil Tes Aspek Kelengkapan Unsur Cerita (5W + 1H) Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
2. Baik 4 13 52
3. Cukup 3 12 36
17,4 35
Tabel 4.11 menunjukkan nilai aspek kelengkapan unsur cerita (5W +
1H). Berdasarkan tabel 4.11 tersebut, terdapat 10 siswa yang sudah mencapai
kategori sangat baik dengan skor 5. Sebanyak 13 siswa mendapat skor 4
dengan kategori baik. Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai
sebanyak 12 siswa. Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori
kurang dengan skor 2 dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek
kelengkapan unsur cerita (5W + 1H) dalam menulis paragraf naratif ini
rata-rata yang dicapai sebesar 78,85 yang termasuk dalam kategori baik. Nilai
rata-rata tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan mengalami
peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya memperoleh 58,85.
Tabel 4.12 Hasil. Tes Aspek Kebahasaan Siklus II
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
= 79,42
(Kategori
Baik)
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.12 menunjukkan nilai aspek kebahassan. Berdasarkan tabel 4.12
tersebut, terdapat 7 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik dengan
skor 5. Sebanyak 20 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik. Adapun
untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 8 siswa. Sementara itu
97,3 35
X
66
tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan skor 2 dan kategori
sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek kebahassan dalam menulis paragraf
naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar 79,42 yang termasuk dalam kategori
baik. Nilai rata-rata tersebut sudah memenuhi target yang dicapai, dan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang hanya
memperoleh 57,14.
No. Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor Rata-Rata
Skor Persen (%)
=
4. Kurang 2 - -
Tabel 4.13 menunjukkan nilai aspek kerapian tulisan. Berdasarkan tabel
4.13 tersebut, terdapat 8 siswa yang sudah mencapai kategori sangat baik
dengan skor 5. Sebanyak 16 siswa mendapat skor 4 dengan kategori baik.
Adapun untuk kategori cukup dengan skor 3 dicapai sebanyak 11 siswa.
Sementara itu tidak ada siswa yang mencapai kategori kurang dengan skor 2
dan kategori sangat kurang dengan skor 1. Pada aspek kerapian tulisan dalam
menulis paragraf naratif ini rata-rata yang dicapai sebesar 78,28 yang
termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut sudah memenuhi target
yang dicapai, dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I yang
hanya memperoleh 60,57.
Hasil skor rata-rata tes kemampuan menulis paragraf naratif dengan
menggunakan Metode Round Robin pada siklus II dari lima aspek penelitian
tes menulis paragraf naratif dapat di lihat dengan jelas dalam diagram berikut.
Diagram 4.2 Hasil Tes Kemampuan Menulis paragraf naratif Siklus II
Dapat dilihat pada diagram di atas hasil kemampuan menulis paragraph naratif
yang di nilai dari beberapa aspek pada hasil pembelajaran disiklus II dapat
disimpulkan bahwasanya nilai rata-rata telah melampaui kriteria ketuntasan
minimal 75. Dari segi penilaian pengembangan ide gagasan dengan nilai rata-rata
81.73. penilaian kesesuain dan kejelasan isi cerita dengan nilai 83,42. Penilaian dari
kelengkapan unsur cerita 78,85, penilaian kebahasaan dengan nilai rata-rata 79,42,
dan penilaian kerapian tulisan 78,24. Penilaian pada siklus II ini walaupun hasilnya
tidak terlalu signifikan tetapi nilai rata-rata pada semua aspek penilaian telah
mencapai kriteria ketuntasan minimal pada pembelajaran bahasa Indonesia.
81.71
83.42
68
Tabel 4.15 Hasil Tes Menulis paragraf naratif Siklus I dan Siklus II
Aspek Rata-Rata Peningkatan
1 66,85 81,73 14,88 42,51
2 69,14 83,42 14,28 40,28
3 58,85 78,85 20 66,66
4 57,14 79,42 22,28 63,65
550,94 60,57 78,28 17,71 50,6
Nilai Rata-Rata 62,51 80,34 17,83 50,94
Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan penilain pada siklus I dan
siklus II. Pada penilaian aspek kesesuain ide gagasan dengan perbandingan
penilaian pada siklus I 66,85 dan siklus II 81,73 peningkatan sebesar 42,41%.
Perbandingan penilaian kelengkapan dan kejelasan isi cerita pada siklus I
69,14 dan siklus II 83,42 dengan peningkatan sebesar 40,28%. Peningkatan
penilaian kelengkapan unsur pada siklus I 58,85 dan siklus II 78,85 dengan
peningkatan 66,66%. Peningkatan penilaian aspek kabahasaan pada siklus I
57,14 dan sklus II 79,42 dengan peningkatan sebesar 63,65%. Peningkatan
penilaian kerapian tulisan pada siklus I 60,57 dan siklus II 78,28 dengan
peningkatan sebesar 50,6%. Pninkatan perbandingan pada siklus I 62,51 dan
Siklus II 80,34 dengan nilai rata-rata 50,94%.
69
Diagram 4.3 Peningkatan Hasil Tes Menulis paragraf naratif Siklus I dan
Siklus II
menulis imajinatif siswa Kelas VII SMP PGRI Barembeng. Hasil
observasi siklus II dapat diketahui adanya perubahan tingkah laku siswa
ke arah positif. Aspek yang menjadi sasaran observasi sama dengan
aspek sasaran observasi pada siklus I. Hal ini dapat dibuktikan dengan
mengidentifikasi setiap aspek yang telah diobservasi oleh peneliti
dengan bantuan seorang teman.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada siklus II ini dapat
diketahui bahwa siswa berada dalam kondisi yang baik untuk mengikuti
66.85 69.14
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Hasil Tes Menulis Paragraf Naratif Tiap Aspek
Penilaian
serius untuk mengikuti pembelajaran, baik ketika siswa bertanya,
menjawab pertanyaan, maupun ketika siswa mengerjakan tes menulis
paragraf naratif dengan menggunakan Metode Round Robin yang
diberikan oleh guru.
memperhatikan pekerjaan teman, bergurau atau berbicara dengan
teman, melamun, menganggu teman, mengantuk atau sambil tiduran,
izin kebelakang, berjalan-jalan di kelas, dan bermain-main dengan alat
tulis telah berkurang dan mengalami perubahan yang signifikan.
Perubahan tersebut disebabkan karena siswa telah menyadari dan
memahami tentang pentingnya pembelajaran ini untuk menambah
pengetahuannya. Selain itu, perubahan yang terjadi disebabkan oleh
dorongan dan semangat yang tumbuh dalam diri siswa untuk lebih
meningkatkan kemampuannya dalam menulis paragraf naratif pada
siklus II. Untuk mengetahui hasil observasi siswa pada tahap siklus II
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.16 Hasil Observasi Siklus II
No Kode
terhadap penjelasan
Refleksi pada siklus II ini bertujuan untuk merefleksi hasil evaluasi
belajar siswa dalam menulis paragraf naratif. Selain itu, kegiatan
refleksi ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai hasil tes
menulis paragraf naratif siswa, serta untuk mengetahui perubahan
perilaku siswa selama proses pembelajaran. Refleksi kegiatan ini
diperoleh dari hasil tes dan hasil nontes.
8 R8 + + + + +
72
menggunakan model pembelajran menulis imajinatif untuk
meningkatkan kemampuan menulis paragraf naratif sudah tercapai
sesuai dengan tujuan. Salah satu indikatornya adalah hasil tes
kemampuan siswa dalam menulis paragraf naratif pada siklus II
menunjukkan peningkatan dari siklus I. Hasil pada siklus II ini tidak ada
siswa yang berada pada kategori kurang. Nilai rata-rata pada siklus II ini
mencapai 79,7. Nilai rata-rata tersebut masuk dalam kategori baik. Pada
siklus I, nilai rata-rata hasil tes kemampuan menulis paragraf naratif
siswa sebesar 62,7 dan berada dalam kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan guru mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata pada siklus II ini sudah mencapai nilai
KKM yang ing