peningkatan kemampuan menulis narasi dengan …/peningkatan...peningkatan kemampuan menulis narasi...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING DAN
MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA VII-C SMP
NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
CICIK ROSITA DEWI
K1208076
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Cicik Rosita Dewi
NIM : K1208076
Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul N KEMAMPUAN
MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM
LEARNING DAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA VII-C SMP
NEGERI 3 SUKOH ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Cicik Rosita Dewi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN
MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING DAN
MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA VII-C SMP
NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
Cicik Rosita Dewi
K1208076
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd.
NIP 19620407 198703 1 003
Pembimbing II
Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd.
NIP 19540520 198503 1 002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S. S. , M. Hum. _______________
Sekretaris : Dr. Andayani, M. Pd. _______________
Anggota I : Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. _______________
Anggota II : Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd. _______________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 196007271987021001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Cicik Rosita Dewi. K1208076. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING DAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan: (1) kualitas proses pembelajaran menulis narasi yaitu keaktifan siswa selama apersepsi, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi; dan (2) kualitas hasil pembelajaran menulis narasi, yaitu isi, organisasi, kosa kata, penggunaan bahasa, dan mekanik melalui penerapan metode quantum learning dan media gambar berseri. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo yang berjumlah 21 siswa. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah pembelajaran menulis narasi yang termasuk dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumen. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode dan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik analisis interaktif dan analisis kritis. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis narasi, yaitu (1) peningkatan kualitas proses ditandai dengan indikator ketercapaian pada setiap siklus, yaitu keaktifan selama apersepsi pada siklus I sebesar 67%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 90%, Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I sebesar 62 %, kemudian pada siklus berikutnya yaitu siklus II mengalami peningkatan sebesar 86%, dan Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi siklus I sebanyak 52%, pada siklus berikutnya terus mengalami peningkatan menjadi 81% (pada siklus II). (2) peningkatan kualitas hasil ditandai dari setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 52 % atau 11 siswa; dan siklus II sebesar 86% atau 18 siswa. Simpulan penelitian ini adalah penggunaan metode quantum learning dan media gambar berseri dalam pembelajaran menulis narasi pada siswa VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo mengalami peningkatan. Kata Kunci: Kemampuan Menulis Narasi, Metode Quantum Learning,Media
Gambar Berseri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
( QS. Ar-
Tak ada yang mampu mengubah masa lalu, tapi Anda dapat merusak masa depan
dengan menangisi masa lalu dan merisaukan masa depan. Dan mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk
(Qs. Al- Baqarah; 45)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
1. Alm. Bapakku tercinta Sukiman;
2. Ibuku tercinta Mariyati;
3. Saudara sekandung Agus
Santoso/keponakan-keponakan terkasih;
4. Wawan Hendriyanto atas motivasi,
kesabarannya dan jalinan kasihnya dengan
penulis;
5. THE LOLLIPOP Alvi, Antik, Apriana,
Ari, Armin, Cicik, Dian, Ena, Evi, dan
Kurnia Putri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayah- PENINGKATAN
KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE QUANTUM LEARNING DAN MEDIA GAMBAR BERSERI
PADA SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 SUKOHARJO
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas
keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan persetujuan pengesahan skripsi;
2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Sastra yang telah memberikan izin untuk penulisan skripsi;
3. Dr. Kundharu Sadhono, S.S.,M. Hum., Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk menyusun
skripsi;
4. Dr. Andayani, M. Pd., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi
mahasiswa di Program Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS;
5. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd., selaku Pembimbing I yang telah
mencurahkan segenap perhatian, nasihat, dan bimbingan hingga selesainya
penulisan skripsi ini;
6. Drs. Yant Mujiyanto, M. Pd.,selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan serta masukan hingga sempurnanya skripsi ini;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Bapak Suratman, S. Pd., M. Pd., selaku Kepala SMP Negeri 3 Sukoharjo
yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK);
8. Bapak Muksoni, S. Pd.. selaku guru Bahasa Indonesia Kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo yang telah banyak membantu dan berpartisipasi aktif
dalam proses penelitian;
9. Siswa-siswi kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo yang telah berpartisipasi
aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian;
10. Alm. Bapak, ibu, adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa
restu dan semangat untuk menyelesaikan skripsi;
11. Orang yang spesial bagi penulis yaitu Wawan Hendriyanto, A. Md., yang
selalu memberikan motivasi serta kesabarannya dalam menjalin kasih
dengan penulis;
12. The Lollipop: Alvi, Antik, Apriana, Ari, Armin, Cicik, Dian, Ena, Evi, dan
Kurnia Putri yang telah memberikan semangat dalam proses penulisan
skripsi.
13. Mahasiswa BASTIND 2008 yang telah memberikan semangat dalam
proses penelitian;
14. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karenaa keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, Juni 2012
Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ............................................................................................................. i
PERNYATAAN ............................................................................................... ii
PENGAJUAN .................................................................................................. iii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7
B. Kerangka Berpikir .......................................................................... 39
C. Hipotesis Tindakan......................................................................... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 43
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 43
C. Indikator Penelitian ........................................................................ 44
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 45
E. Teknik Uji Validitas Data ............................................................. 47
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
G. Prosedur Penelitian ........................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi penelitian ........................................ .................. 52
B. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ............................ .................. 53
C. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................. 59
1. Deskripsi Tindakan Siklus I .................................. .................. 59
2. Deskripsi Tindakan Siklus II ................................. .................. 71
3. Deskripsi Antarsiklus ............................................. .................. 83
D. Pembahasan ................................................................................... 85
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 91
B. Implikasi ........................................................................................ 92
C. Saran ............................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 96
LAMPIRAN .................................................................................................... 98

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur Kerangka Berpikir ............................................................................... 41
2. Model Analisis Interaktif ............................................................................. 48
3. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ....................................................... 49
4. Grafik Nilai Kemampuan menulis Narasi ................................................... 58
5. Siswa sedang melakukan Apersepsi Siklus I .............................................. 66
6. Siswa Tidak Fokus Saat Pembelajaran dan Berbicara Sendiri
dengan Teman Siklus I ................................................................................ 67
7. Siswa sedang Mengarang dengan Mengembangkan Ide Siklus I ................ 67
8. Siswa Aktif dalam Mengikuti Apersepsi Siklus II ...................................... 78
9. Siswa Fokus Saat Guru Menerangkan Materi Siklus II .............................. 79
10. Siswa sedang Berdiskusi untuk Mengembangkan Ide pada Gambar Seri
Secara Berkelompok ................................................................................. 79
11. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Narasi ................................................ 79
12. Grafik Persentase Hasil Nilai Menulis Narasi ......................................... 83
13. Grafik Prosentasi Hasil Nilai Menulis Narasi ............................................ 88
14. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Menulis Narasi Siswa ........ 89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif .................................. 16
2. Jadwal Penelitian ........................................................................................ 43
3. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa ....................................................... 44
4. Daftar Nilai Kondisi Awal Kemampuan Menulis
Narasi Kondisi Awal ................................................................................... 57
5. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi .......................... 58
6. Nilai Siswa pada Siklus I .......................................................................... 69
7. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siklus I ............ 70
8. Nilai Siswa Pada Siklus II ......................................................................... 81
9. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siklus II ........... 82
10. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian ............................... 83
11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Menulis Narasi
siklus I dan II ............................................................................................. 87
12. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar pada kondisi awal, siklus I,
dan siklus II .............................................................................................. 88
13. Rekapitulasi Indikator Ketercapaian Menulis Narasi dari
Siklus I dan Siklus II ................................................................................. 89

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran ............................................................................. 98
2. Lembar Pengamatan Proses Pembelajaran Siswa ................................. 100
3. Lembar Pengamatan Kinerja Guru ........................................................ 103
4. Lembar Hasil Menulis Narasi Siswa ...................................................... 105
5. Lembar Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .............. 112
6. . ... 113
7. .. 115
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................................... 118
9. Catatan Lapangan Survai Awal (PraTindakan) ..................................... 122
10. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan Guru (PraTindakan) ...... 126
11. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan siswa (PraTindakan) ....... 130
12. Catatan Lapangan Hasil Wawancara dengan siswa (PraTindakan) ...... 133
13. Daftar Nilai Kondisi Awal Kemampuan Menulis Narasi ...................... 136
14. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Survai Awal
(PraTindakan) ........................................................................................ 137
15. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) .................................. 143
16. Catatan Lapangan Siklus I ...................................................................... 157
17. Nilai Menulis Narasi pada Siklus I ........................................................ 160
18. Penilaian Proses Menaulis Narasi Siklus I ............................................. 161
19. Hasil Nilai Rubrik Penilaian Suklus I .................................................... 163
20. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ......................... 164
21. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar pada Siklus I .............. 165
22. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Siklus I ....................................................... 169
23. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II .................................... 173
24. Catatan Lapangan Siklus II ..................................................................... 188
25. Nilai Menulis Narasi Siswa pada Siklus II ............................................. 191
26. Penilaian Proses Menulis Narasi Siklus II ............................................. 192

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
27. Hasil Nilai Rubrik Penilaian .................................................................. 193
28. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................ 194
29. Lembar Observasi Kinerja Guru Saat Mengajar Siklus II ..................... 195
30. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Siklus II .................................................... 200
31. Foto Pelaksanaan Tindakan .................................................................... 204
32. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pasca Tindakan
dengan Guru ........................................................................................... 207
33. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pasca Tindakan
dengan Siswa .......................................................................................... 210
34. Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pasca Tindakan
dengan Siswa .......................................................................................... 212

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seseorang menggunakan bahasa dapat menjadikannya sebagai alat untuk
berinteraksi dengan sesamanya dan bisa mengungkapkan keinginan, perasaannya,
kehendaknya, pendapatnya, dan lain-lain. Melihat peran bahasa yang sangat
penting bagi kehidupan, maka bahasa perlu diajarkan kepada siswa agar mereka
memiliki kemampuan berbahasa yang baik dan benar serta dapat berinteraksi
dengan dunia luar yang lebih luas mengingat zaman yang semakin maju.
Tentunya dunia pendidikan harus lebih memantapkan siswa dalam menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di dalam bahasa mana pun semua konsep
dinyatakan dengan kata atau rangkaian kata. Anak dapat menguasai bahasa jika
menguasai sejumlah kata, meskipun demikian menguasai kata-kata belum berarti
menguasai bahasa.
Hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Oleh
karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa
terampil berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa, juga untuk meningkatkan
kemampuan berpikir, mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan,
keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan kemampuan
memperluas wawasan. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia haruslah
diarahkan pada hakikat Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai alat komunikasi.
Sebagaimana diketahui bahwa sekarang ini orientasi pembelajaran bahasa berubah
dari penekanan pada pembelajaran aspek bentuk ke pembelajaran yang
menekankan pada aspek fungsi.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan, tidak hanya penting dalam kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat
penting dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung. Menulis adalah suatu kegiatan yang aktif dan produktif serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memerlukan cara berpikir yang teratur yang diungkapkan dalam bahasa tulis.
Keterampilan seseorang untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan,
pengetahuan, ilmu, dan pengalaman sebagai suatu keterampilan yang produktif.
Seseorang mengalami kesulitan untuk mengajarkan anak belajar menulis,
disebabkan karena adanya kesalahan guru dalam hal pengajaran yang terlalu kaku
sehingga menimbulkan kesan bahwa menulis itu sulit.
Menulis merupakan suatu keterampilan yang sulit dan kompleks, tetapi
keterampilan menulis sangatlah penting untuk dikuasai oleh siswa. Menulis
merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting selain dari tiga
keterampilan berbahasa lainnya seperti menyimak, berbicara dan membaca.
Kegiatan menulis berperan penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa
seseorang terutama para siswa. Pembelajaran menulis bukan semata-mata
penyajian materi dengan menuliskan segala sesuatu informasi, melainkan ada
proses pemahaman yang harus dikembangkan.
Menulis diharapkan siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan
membuat karangan, tetapi memiliki kemampuan untuk menuangkan ide atau
gagasan dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Selain itu
siswa pun dalam menulis sebuah karangan memiliki kemampuan dalam
penggunaan kata-kata yang baik dan benar tentunya sesuai dengan ejaan yang
telah dibakukan (EYD). Siswa secara tidak langsung dapat melatih kemampuan
berbahasanya dalam bentuk tulisan dan kesalahan dalam berbahasa yang sering
dijumpai di sekolah menegah atas dapat diminimalisasi. Dalam pembelajaran
menulis karangan, guru harus dapat menyediakan, menunjukkan, membimbing
dan memberikan motivasi kepada siswa agar siswa mampu berkreasi dan
mengungkapkan gagasan serta idenya dengan berbagai sumber yang ada karena
dengan begitu siswa dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Selain itu, guru harus mampu memiliki dan menggunakan media yang sesuai
dengan materi sehingga dapat membantu siswa dalam membuat karangan.
Penggunaan media sangatlah penting dalam pelajaran. Minimnya
penggunaan media oleh guru selama ini perlu diatasi. Hal ini dimaksudkan agar
siswa tidak hanya tinggi kualitas teoritisnya tetapi juga tinggi praktisnya. Siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
hanya dijejali teori-teori tentang menulis, cara menulis, ketentuan-ketentuan
menulis tetapi teori tersebut jarang dipraktikkan. Pembelajaran yang konvensional
jarang atau tidak menggunakan media, padahal pemanfaatan media memiliki
peran yang penting terhadap pencapaian kualitas pembelajaran.
Keterampilan menulis memang harus diterapkan kepada siswa, sehingga
siswa terlatih kemampuan menulisnya. Namun dalam pembelajaran keterampilan
menulis karangan sering ditemukan berbagai hambatan, terutama tentang kurang
tepatnya penggunaan teknik maupun model dalam pembelajaran mengarang.
Demikian juga, pada pembelajaran mengarang di kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo. Penulis menemukan ada beberapa kendala atau masalah yang
ditimbulkan baik oleh guru maupun siswanya, serta dalam penggunaan strategi,
teknik, media dan evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran mengarang.
Keadaan seperti itu terjadi di sekolah-sekolah pada umumnya, termasuk di
kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo. Dari penilaian terhadap tugas menulis
narasi yang dilakukan diperoleh hanya 8 siswa atau sebanyak 38% siswa yang
kelogisan dengan standar 1-6 sebanyak 8 siswa mengalami kesulitan dalam
menyusun karangan yang logis. Pada aspek ejaan siswa juga mengalami
kelemahan. Kesalahan yang sering muncul adalah penggunaan huruf kapital yang
tidak sesuai dengan EYD. (Lampiran 14, hal. 137)
Pada aspek kohesi dan koherensi, siswa juga mengalami kelemahan,
kekurangtepatan dalam menggabungkan kalimat merupakan tanda dari kelemahan
mereka. Penyebab terjadinya rendahnya guru dalam kemampuan menulis narasi,
yaitu saat pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah
tanpa metode tanya jawab dan pemodelan, guru jarang menggunakan media lain
selain papan tulis dalam setiap pembelajaran, dan siswa kurang aktif bertanya
apabila ada materi yang kurang dimengerti. Pembelajaran yang dilaksanakan oleh
guru tersebut dirasakan kurang tepat. Karena dalam pembelajaran menulis
karangan diperlukan metode dan teknik yang sangat mendukung serta penggunaan
media untuk mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan indikator. Berkaitan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dengan masalah di atas maka penulis mencoba mengatasi masalah tersebut yang
terjadi pada siswa di kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo 2011/2012.
Kekurangberhasilan tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Berdasarkan
wawancara yang dilakukan dengan siswa diperoleh penjelasan bahwasanya rata-
rata siswa mempunyai budaya menulis yang kurang baik dan benar. Terkait
dengan menulis mereka memberikan jawaban, yakni mereka jarang berlatih
menulis. Alasannya karena guru melaksanakan proses pembelajaran menulis
hanya dengan metode ceramah. Hal yang demikian menyebabkan siswa kurang
memiliki andil yang besar terhadap pembelajaran dan membuat siswa pasif. Hal
yang diungkapkan guru, guru menuturkan bahwa rata-rata siswa mempunyai
kemampuan menulis yang masih rendah. Hal itu disebabkan oleh kesulitan dalam
menemukan ide, perbendaharaan kata yang minim, pengorganisasian isi yang
kurang baik, dan mekanik penulisan yang rendah.
Sebagai solusi atas permasalahan tersebut, peneliti merujuk pendapat
DePorter, Bobbi dkk (2000) yang menawarkan metode quantum learning, dan
pendapat Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001) yang menawarkan juga media
gambar berseri. Melalui ini guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing
dan mengarahkan siswa sehingga mampu menulis narasi. Di samping itu, metode
ini dipilih karena proses pembelajaran terasa hidup. Dalam hal ini, siswa tidak
dibatasi dalam menuangkan ide-idenya, bertanya, ataupun menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan guru atau siswa lainnya. Metode ini juga
memperkenankan siswa untuk menentukan sendiri topik-topik yang akan
ditulisnya tanpa harus khawatir salah. Menggunakan media gambar berseri dapat
membantu siswa dalam meminimalisasi kesalahan dalam pemilihan kata. Untuk
itu dengan gambar berseri siswa akan dilatih dalam membuat kalimat yang akan
menjadi sebuah paragraf dalam karangan. Media gambar seri sebagai sumber ajar
dapat membantu siswa untuk melatih pemilihan kata yang sesuai dengan EYD
yang telah dibakukan. Siswa pun akan mendapatkan modal yang cukup untuk
menulis. Berdasarkan uraian di atas, penelitian memandang perlu dilakukan suatu
penelitian mengenai peningkatan kemampuan menulis narasi dengan
menggunakan metode quantum learning dan media gambar berseri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah cara menerapkan metode quantum learning dan media gambar berseri
dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa
kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo?
2. Apakah penggunaan metode quantum learning dan media gambar berseri
dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa
kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan:
1. Kualitas proses pembelajaran menulis pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo melalui penerapan metode quantum laerning dan media gambar
berseri.
2. Kualitas hasil pembelajaran menulis pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo melalui penerapan metode quantum learning dan media gambar
berseri.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Peneliti diharapkan dapat memperluas wawasan, khazanah keilmuan
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran
menulis narasi.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi penelitian selanjutnya
yang berhubungan dengan metode quantum learning dan media gambar
berseri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, upaya peningkatan kemampuan menulis narasi dengan
metode quantum learning dan media gambar berseri yang diterapkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
akan lebih bermakna dan lebih optimal, serta siswa akan dilatih dan
dibiasakan berpikir logis mengenai hubungan sebab-akibat.
b. Bagi guru, upaya peningkatan kemampuan menulis narasi dengan
metode quantum learning dan media gambar berseri dapat
meningkatkan kinerja guru karena dengan metode quantum learning dan
media gambar berseri dapat mengefektifkan waktu pembelajaran, dapat
memotivasi sisa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis,
serta dapat menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
sehingga dapat menarik perhatian siswa.
c. Bagi sekolah, upaya peningkatan kemampuan menulis narasi dengan
metode quantum learning dan media gambar berseri dapat mendorong
guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif dan
sebagi inovasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
d. Bagi peneliti, upaya peningkatan kemampuan menulis narasi dengan
metode quantum learning dan media gambar berseri dapat
mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran menulis
yang inovatif, mendapatkan fakta bahwa penggunaan metode quantum
learning dan media gambar berseri dapat meningkat keterampilan
menulis siswa, dan dapat memberikan sumbangan perbaikan
pembelajaran menulis di sekolah menegah pertama.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menulis Narasi
a. Pengertian Kemampuan
Pada dasarnya proses pembelajaran yang ada di lembaga-lembaga
pendidikan di Indonesia terutama bagi siswa memerlukan suatu kemampuan.
Kemampuan awal yang dimiliki siswa merupakan awal dari prasyarat proses
pembelajaran yang diperlukan siswa untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Kemampuan awal siswa tersebut dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk
membekali siswa agar bisa mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa sebelumnya atau kemampuan baru.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta
yang diolah kembali oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2007:
742) kemampuan diartikan kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Menurut
Nurkhasanah dan Didik Tumianto (2007: 423) kemampuan diartikan
kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Menurut Chaplin dalam
ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
(ability) adalah kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam menguasai suatu
keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir, hasil latihan, atau praktik dan
digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang ditunjukkan melalui tindakannya.
b. Pengertian Menulis
Menurut Kastam Syamsi (1983:1) menulis merupakan sebagai kegiatan
melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Kegiatan menulis harus memiliki
sikap yang positif terhadap pembelajaran menulis. Sikap pembelajaran menulis
dapat diartikan sebagai pandangan dan perbuatan yang didasarkan pada pendirian
terhadap kegiatan pembelajaran menulis di kelas maupun di luar kelas. Sementara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
itu Agus Suriamiharja, dkk (1996:2) mengemukakan bahwa menulis merupakan
kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti oleh
penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan
pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.
Pujiati Suyata (1997:198) mengatakan bahwa menulis merupakan suatu
keterampilan yang keberhasilannya banyak ditentukan oleh banyak latihan. Makin
sering siswa melakukan pengulangan menulis, maka semakin baik hasil belajar
siswa tersebut. Begitu pula menurut Henry Guntur Tarigan (1984 : 21) bahwa
menulis merupakan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-
orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka
memahami bahasa dan gambar grafik itu.
Menurut Daeng, dkk (2010:68) menulis merupakan sebuah proses kreatif
menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi
tahu, meyakinkan, dan menghibur. Hasil dari proses kreatif bisa disebut dengan
istilah tulisan atau karangan. Kedua istilah tersebut mengacu pada hasil yang
sama meskipun ada yang mengatakan bahwa kedua istilah tersebut memiliki
pengertian yang berbeda. Tetapi menulis atau mengarang sebenarnya dua kegiatan
yang sama karena menulis berarti mengarang (baca: menyusun atau merangkai,
bukan menghayal) kata menjadi kalimat, menyusun kalimat menjadi paragraf,
menyusun paragraf menjadi tulisan komleks yang mengusung pokok
permasalahan.
Berdasarkan isi dan sifatnya tulisan itu terbagi menjadi lima macam, hal ini
dijelaskan sebagai berikut:
1) Narasi
Menurut Chaedar Alwasilah dan Senny Suzzana Alwasilah (2007:119)
narasi berasal dari kata to narrate , yaitu bercerita. Cerita merupakan
rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun
rekaan fiksi. Penulisan narasi bisa dimulai dari peristiwa di tengah atau paling
belakang, sehingga memunculkan flashback. Dalam tulisan narasi bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
memakai kisah orang pertama sehingga terasa subjektivitas pengarangnya,
atau orang ketiga sehingga terdengar lebih objektif.
Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat (2010:69) mengatakan bahwa
menulis narasi dapat diartikan sebuah tulisan yang sebagian besar berisi
cerita. Meskipun di dalamnya terdapat gambaran-gambaran untuk melengkapi
cerita tersebut, namun secara utuh tulisan tersebut bersifat cerita. Narasi
merupakan satu bentuk pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat
menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu
(Jos,Daniel Parera, 1993:5).
2) Deskripsi
Menurut Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat (2010:69) deskripsi
merupakan sebuah tulisan yang berisikan gambar tentang objek atau keadaan
tertentu yang dijelaskan seolah-oleah objek tersebut terlihat. Jos, Daniel
Parera (1993:5) mengatakan bahwa deskripsi merupakan sutu bentuk
karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskropsi berhubungan
dengan pengalaman pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuaman, dan perasaan.
Menurut Chaedar Alwasilah dan Senny Suzzana Alwasilah (2007:115)
deskripsi merupakan gambaran verbal manusia, objek, penampilan,
pemandangan, atau kejadian. Cara penulisan ini menggambarkan sesuatu
sedemikian rupa sehingga pembaca dibuat mampu (seolah merasakannya,
melihat, mendengar, atau mengalami) sebagaimana dipersepsi oleh
pancaindra. Karena dilandaskan pada pancaindra, maka deskripsi sangat
mengandalkann pencitraan konkrit dan perincian.
3) Argumentasi
Menurut Jos Daniel Parera (1993:6) menulis argumentasi merupakan
satu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Pengarang argumentasi berusaha
untuk menyakinkan dan membujuk pembaca atau pendengar untuk percaya
dan menerima apa yang dikatakan. Pengarang argumentasi selalu
memberikan pembuktian dengan objektif dan menyakinkan, hal itu dapat
menggunakan dengan metode deduktif dan induktif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Sedangkan menurut Chaedar Alwasilah dan Senny Suzzana Alwasilah
(2007:116) menulis deskripsi merupakan karangan yang membuktikan
kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan. Menulis argumentasi
merupakan tulisan yang berisi pendapat tentang suatu persoalan yang
didukung dengan sejumlah argumentasi dengan maksud untuk meyakinkan
pembaca atas pendapat yang dikemukakannya (Daeng Nurjamal dan Warta
Sumirat, 2010:70).
4) Eksposisi
Menurut Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat (2010:70) menulis
eksposisi merupakan tulisan yang berisi sabuah pembahasan tentang suatu
persoalan serta penjelasan-penjelasannya secara terperinci supaya pembaca
dapat memahami persoalan tersebut. Jos,Daniel Parera (2007:5) mengatakan
bahwa menulis eksposisi merupakan suatu tulisan yang pengarang dan
penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan
pendengar memahaminya.
Chaedar Alwasilah dan Sunny Suzzana Alwasilah (2007:111) menulis
eksposisi merupakan tulisan yang tujuan utamanya mengklasifikasi,
menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan. Penulisan
eksposisi ini berniat untuk memberikan informasi atau petunjuk kepada
pembaca, dan mengandalkan strategi pengembangan alinea seperti lewat
pemberian contoh, proses, sebab akibat, klasifikasi, definisi, analisis,
komparasi dan kontras.
5) Persuasi
Karangan persuasi merupakan karangan yang membuat pembaca
percaya, yakin, dan terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang
mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan atau
pun perasaan seseorang (Laminudin Finoza, 2002:199). Dalam persuasi usaha
untuk mempengaruhi tersebut memanfaatkan aspek-aspek psikologis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diambil kesimpulan tentang
perbedaan kelima tulisan tersebut. Hal itu menulis narasi ditekankan pada urutan
pada suatu peristiwa dari waktu ke waktu. Menulis deskripsi menekankan pada
memberikan gambar tentang objek tulisan dan berusaha menjadi pembaca ikut
merasakan penggambaran tersebut, menulis argumentasi menekankan dengan
menyakinkan pembaca tentang kebenaran suatu hal yang logis, menulis eksposisi
menekankan dengan menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi, dan menulis
persuasi menekankan memengaruhi pembaca secara logis.
Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika dapat
mengungkapkan maksudnya dengan jelas sehingga orang lain dapat memahami
apa yang diungkapnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
Morsey (1976) (dalam H.G. Tarigan, 1984:20), menyatakan bahwa:
Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan, serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya tercapai dengan baik oleh orang-orang (atau para penulis) yang dapat menyusun pikirannya serta mengutamakannya dengan jelas (mudah dimengerti, kejelasan tersebut tergantung pada pikiran, susunan/organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yang cerah.
Mc. Crimmon dalam Sabarti Akhadiah (2008:141) mengatakan bahwa
menulis adalah sebagai kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai subjek,
memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskannya sehingga
pembaca dapat memahami dengan mudah dan jelas.
Kegiatan menulis di samping sebagai proses, menulis juga merupakan suatu
kegiatan yang kompleks karena melibatkan cara berpikir yang teratur dan
berbagai persyaratan yang berkaitan dengan teknik penulisan, antara lain: (1)
adanya kesatuan gagasan; (2) penggunaan kalimat yang jelas; (3) paragraf disusun
dengan baik; (4) penerapan kaidah ejaan yang benar; dan (5) penguasaan kosakata
yang memadai.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat didefinisikan menulis adalah
serangkaian proses kegiatan yang kompleks yang memerlukan tahapan-tahapan,
dan menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca dapat memahami

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
isi dari gagasan yang disampaikan. Dengan kata lain bahwa menulis merupakan
serangkaian kegiatan yang akan melahirkan pikiran dan perasaan melalui tulisan
untuk disampaikan kepada pembaca.
1. Tahapan-tahapan Menulis
Sabarti Akadiah, dkk (1988:2) mengatakan bahwa kegiatan menulis adalah
suatu proses, yaitu penulisan. Ini berarti dalam melakukan kegiatan menulis
dilakukan beberapa tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap
revisi. Hal ini dapat dijelaskan, sebagai berikut:
a). Tahap Prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis dan
mencakup beberapa langkah kegiatan. Kegiatan yang mula-mula dilakukan jika
menulis karangan ialah menentukan topiknya. Dalam menentukan topik harus
diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengalaman membaca, pengamatan,
pendapat, sikap, dan tanggapan sendiri atau orang lain. Akan tetapi, dalam
menentukan topik yang harus diingat adalah dalam memilih topik selalu
mengenai fakta dan memperhatikan beberapa persyaratan.
Setelah berhasil menemukan topik yang memenuhi persyaratan, maka
langkah kedua yang perlu dilakukan ialah membatasi topik. Membatasi topik
berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan. Untuk
mempermudah proses pembatasan tersebut, dan dapat digunakan gambar,
bagan, diagram, atau cara visualisasi yang lain. Di antaranya dapat digunakan
diagram jam dan diagram pohon.
Langkah selanjutnya, menentukan bahan atau materi penulisan
maksudnya adalah semua informasi atau data yang digunakan untuk mencapai
tujuan penulisan. Bahan tersebut berupa rincian rincian, sejarah kasus, contoh,
penjelasan, definisi, fakta, hubungan sebab akibat, hasil pengujian hipotesisi,
angka-angka, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya.
Kegiatan yang terakhir, menyusun kerangka karangan. Menyusun
kerangka berarti memecahkan topik ke dalam sub-subtopik. Kerangka itu dapat
berbentuk kerangka topik atau kerangka kalimat. Kerangka itu dapat disusun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dengan berbagai cara, yang penting kerangka itu harus logis, sistematis, dan
konsisten.
b). Tahap Penulisan
Tahap ini akan membahas setiap butir topik yang ada di dalam kerangka
yang disusun, berarti menggunakan bahan-bahan yang sudah diklasifikasikan
menurut sendiri masih memerlukan bahan lain. Dalam mengembangkan
gagasan menjadi suatu karangan yang utuh, diperlukan bahasa agar dapat
menguasai kata-kata yang akan mendukung gagasan. Hal ini berarti bahwa
harus mampu memulih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat
dipahami pembaca dengan tepat. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi
kalimat-kalimat yang efektif. Selanjutnya, kalimat-kalimat harus disusun
menjadi paragraf-paragraf yang memenuhi persyaratan. Tetapi tulisan itu
harus ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai dengan tanda baca yang
digunakan secara tepat.
c). Tahap Revisi
Tahap revisi dilakukan secara menyeluruh mengenai logika, sistematika,
ejaa, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, pengetikan catatan kaki dan
daftar pustaka, dan sebagainya.
2. Manfaat Menulis
Menulis merupakan suatu kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang
dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabarti Akhadiah, dkk. (1994:
1-2) ada beberapa manfaat menulis antara lain yaitu:
a). Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang
berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.
b). Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau
pemikiran yang akan dikemukakan.
c). Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berpikir, baik
dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir terapan.
d). Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui kegiatan
menulis.
e). Melalui tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
f). Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapat dipecahkan dengan lebih
melalui tulisan.
g). Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat.
Penulis menjadi penemu atau pemecah masalah bukan sekadar menjadi
penyadap informasi dari orang lain.
h). Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berpikir dan
berbahasa secara tertib.
Dari pendapat di atas, jelas bahwa melalui menulis seseorang akan mampu
mengenali potensi yang dimilikinya. Penulis akan mengetahui sampai dimana
pengetahuannya tentang suatu topik atau bahan yang akan dibuat tulisan. Untuk
mengembangkan topik tersebut, penulis harus berpikir, menggali pengetahuan
dan pengalamannya.
Menulis sebuah karangan sederhana secara teknis dituntut memenuhi
persyaratan dasar seperti kalau akan menulis karangan yang rumit. Dalam menulis
karangan sederhana diperlukan adanya pemilihan topik, membatasinya,
mengembangkan gagasan, menyajikannya dalam kalimat dan paragraf yang
tersusun secara logis, dan sebagainya. Walaupun demikian, kemampuan menulis
bukanlah milik orang yang mempunyai bakat dalam menulis saja. Dengan latihan
yang sungguh-sungguh kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja yang
berniat dalam mengungkapkan gagasannya dalam bentuk tulisan.
c. Pengertian Narasi
Wacana jenis narasi, yang sering disebut naratif, istilahnya berasal dari kata
bahasa Inggris narrration narrative
-136)
mengungkapkan bahwa narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca
melihat atau mengalami sendiri peristiwa. Hal yang perlu mendapat perhatian
dalam narasi adalah perbuatan atau tindakan dan waktu (rangkaian waktu),
rangkaian waktu inilah yang nantinya menjadi pembeda antara narasi dan
deskripsi atau dengan kata lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah
peristiwa yang menjadi dalam satu kesatuan waktu.
Sedangkan C. H. Vivian (dalam Muchsin Achmadi, 1990) mengatakan
bahwa naratif merupakan suatu bentuk wacana yang menguraikan serangkaian
peristiwa yang diatur sedemikian rupa untuk mengembangkan makna sentralnya.
Dengan membuat suatu cerita dengan makna sentralnya dapat membuat karangan
yang dapat menarik dibaca oleh pembaca secara utuh. Menurut Chaedar
Alwasilah dan Senny Suzzana Alwasilah (2007:119) narasi berasal dari kata to
narrate , yaitu bercerita. Cerita merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian
secara kronologis, baik fakta maupun rekaan fiksi. Penulisan narasi bisa dimulai
dari peristiwa di tengah atau paling belakang, sehingga memunculkan flashback.
Dalam tulisan narasi bisa memakai kisah orang pertama sehingga terasa
subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga terdengar lebih objektif.
Daeng Nurjamal dan Warta Sumirat (2010:69) mengatakan bahwa menulis
narasi dapat diartikan sebuah tulisan yang sebagian besar berisi cerita. Meskipun
di dalamnya terdapat gambaran-gambaran untuk melengkapi cerita tersebut,
namun secara utuh tulisan tersebut bersifat cerita. Narasi merupakan satu bentuk
pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu
berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu (Jos Daniel Parera, 1993:5).
Oleh karena itu, Gorys Keraf (2007) menyatakan bahwa narasi tersebut
dapat dibagi menjadi dua, adalah sebagai berikut:
1) Narasi Ekspositoris
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang berisikan fakta-fakta yang
memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa
dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam
narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data
yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku
diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam
kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan
eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositorik. Ketentuan ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada,
tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
2) Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu
maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para
pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihatnya.
Agar lebih jelas lagi mengenai narasi ekspositoris dan narasi sugestif,
maka dapat di buat tabel perbedaan antara keduanya, sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif (Gory Keraf,
2007)
Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan. 2. Menyampaikan informasi mengenai
suatu kejadian. 3. Didasarkan pada penalaran untuk
mencapai kesepakatan nasional. 4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa informatif dengan pengunaan kata-kata denotatif.
1. Menyampaikan suatu makna atau makna secara tersirat.
2. Menimbulkan daya khayal. 3. Penalaran hanya berfungsi sebagai
alat untuk menyampaikan makna. 4. Bahasanya lebih condong ke
bahasa figuratif dengan penggunaan kata-kata konotatif.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa menulis narasi adalah suatu kekuatan atau kecakapan untuk
mengungkapkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan yang mengisahkan suatu
peristiwa, sesuai dengan urutan waktu kejadian yang telah terjadi. Sebab itu, unsur
yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan.
d. Pembelajaran Menulis Narasi di SMP
Peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah mulai tahun 2006
mengenai kurikulum yang berlaku dalam pendidikan mengajar pada jenjang
pendidikan baik dari tingkat SD-SMA mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pada tingkatan SMP khususnya kelas VII dalam
pembelajaran menulis narasi mengacu pada SK dan KD yang telah ditetapkan,
sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Standar Kompetensi: Menulis
12. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi
dan pesan singkat
Kompetensi Dasar: Menulis
12.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan
memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak
langsung
Pembelajaran menulis narasi yang ada di Sekolah Menegah Pertama
(SMP) dapat mengukur keterampilan siswa dalam menulis. Keterampilan menulis
merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa yang sangat penting bagi siswa,
disamping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca, baik selama mereka
masih sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Kemampuan
menulis siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar-
mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, pembelajaran menulis mempunyai
kedudukan yang sangat strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah,
keterampilan menulis harus dikuasai oleh anak sedini mungkin dalam
kehidupannya di sekolah.
Selain memperbanyak latihan menulis harus pula didukung dengan
mengaitkan antara kemampuan membaca dan menulis. Hal ini disebabkan, karena
sebuah kenyataan bahwa dengan membaca berarti menambah perbendaharaan
pengetahuan yang sangat penting untuk memperkaya sebuah tulisan. Kegiatan
menulis melibatkan aspek penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi
dan kosakata, penataan kalimat, pengembanagan paragraf, pengolahan gagasan
dan pengembangan model karangan. Dalam menulis diperlukan adanya suatu
bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan mempunyai urutan logis
dengan menggunakan kosakata dan tatabahasa tertentu atau kaidah bahasa yang
digunakan sehingga dapat menggambarkan atau menyajikan informasi yang
diekspresikan secara jelas. Hal ittu menjadi penyebab untuk terampil menulis
diperlukan latihan dan praktik yang terus menurus dan teratur (Agus Suriamiharja
dkk, 1984:2).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Di samping memperbanyak latihan ternyata kemampuan menulis harus
belajar dari contoh atau model wacana yang akan memberikan gambaran secara
konkret dari pada sekadar deretan teori yang akan menjadi abstrak di benak siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat diambil suatu
kesimupulan mengenai hakikat menulis narasi merupakan suatu kecakapan yang
dimiliki oleh siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan karangan dalam
sebuah karangan yang menceritakan suatu peristiwa sesuai dengan urutan waktu.
Oleh karena itu, kemampuan menulis narasi pada siswa SMP N 3 Sukoharjo akan
ditindaklanjuti dalam penelitian ini. Peneliti berharap dengan ini siswa dapat
meningkatkan kemampuan menulis, terutama dalam menulis narasi.
2. Hakikat Metode Quantum Learning
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Syaiful Sagala (2003 : 61) pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Dalam pembelajaran
peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga
mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadai.
Proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk mengetahui kemampuan dasar
yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar
belakang, akademisnya, latar belakang ekonominya dan lain sebagainya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka kesiapan guru untuk mengenal karkteristik
siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian dan menjadi
indikator suskesnya pelaksanaan pembelajaran.
E. Mulyasa (2006 : 189) mengatakan pembelajaran merupakan aktualisasi
kurikulum yang menuntut aktivitas, kreativitas, dan kearipan guru dalam
menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana
yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Dalam pembelajaran
seorang guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan
pengunaan metode mengajar, serta memilih dan menggunakan strategi dan
pendekatan pembelajaran. Oleh karenanya, kompetensi-kompetensi tersebut
merupakan bagian integral seorang guru juga sebagai tenaga profesioanl yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman secara intensif. Sedangkan,
menurut Corey (dalam Syaiful Sagala, 1990) mengatakan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola
untuk memungkinkan turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar mengajar yang dilaksanakan
oleh guru dengan cara yang menyenangkan, agar siswanya aktif dan senang dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Adapun hal-hal yang menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran
tersebut melibatkan berbagai komponen.
Komponen Guru. Guru merupakan seseorang yang bertindak sebagai pendidik
dalam belajar mengajar. Seorang guru sebagai tenaga profesioanl yang memiliki
kualifikasi, peranan guru dalam pendidikan adalah sebagai fasilitator,
pembimbing, evaluator, dan inovator. Menurut Hadi A. Soedomo (dalam skripsi
Dhiastuti, 2010) tugas guru dalam pembelajaran dapat dikelompokkan meliputi
tiga hal, seperti: (1) tugas edukasional mendidik); (2) tugas instruksional
(mengembangkan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik); dan tugas
managerial (mengelola kelas dan kegiatan belajar).
Komponen siswa. Siswa merupakan seseorang yang bertindak sebagai
penerima, pencari, dan pelaksana dalam pembelajaran. Siswa dituntut berperan
aktif dalam proses pembelajaran dan tidak diharapkan hanya sekadar menerima,
menurut, dan pasrah terhadap segala materi yang diberikan. Komponen Materi.
Materi merupakan bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan tujuan
yang diterapkan. Materi dalam pembelajaran dengan isi yang tercantum dalam
kurikulum yang berlaku. Komponen Metode. Metode merupakan cara yang
digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Komponen Media.
Media merupakan alat tau bahan yang digunakan untuk menyampaikan materi
kepada siswa. Media yang digunakan guru bisa berupa audio, visual, dan audio-
visual. Dan komponen evaluasi, evaluasi merupakan cara yabg digunakan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
memperoleh informasi yang akurat mengenai penyelenggaraan pembelajaran dan
keberhasilan belajar siswa.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pembelajaran sebagai titik tolak atau sudut pandang yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses kegiatan yang sifatnya meliputi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengevaluasian pembelajaran dengan cakupan
teoritis yang digunakan guru dalam mengajar.
b. Quantum Learning sebagai Metode Pembelajaran
Pembelajaran quantum learning merupakan salah satu model, strategi, dan
pendekatan pembelajaran yang mengutamakan pada keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran. Guru merupakan salah satu komponen dalam
pembelajaran. Guru juga berperan sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas, sehingga guru sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang efektif, mengembangkan bahan ajar,
meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak, dan menguasai tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran peran guru sangat diperlukan
khususnya berhubungan dengan penggunaan metode atau cara-cara mengajar
yang menarik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran
sehingga tercapaainya tujuan yang telah direncanakan.
Menurut Andayani (2009:110) dapat diartikan bahwa quantum learning
merupakan keseragaman atau variasi yang memiliki makna sebagai belajar dengan
memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi.
quantum learning
merupakan sebuah program yang mengizinkan pendidik untuk memahami
perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas.
Dari beberapa jenis metode pembelajaran yang ada, salah satu yang dapat
diterapkan di dalam materi menulis narasi adalah quantum learning. Hal ini
dikarenakan quantum learning merupakan model pembelajaran yang
memperhatikan segala sistem pembelajaran berupa interaksi, yang
mempertimbangkan perbedaan kondisi murid, serta memaksimalkan peristiwa
belajar. Metode quantum learning berfokus pada hubungan dinamis dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk pembelajaran.
Interaksi-interaksi ini mencakup berbagai unsur yang dapat dimanfaatkan untuk
menunjang kegiatan belajar yang efektif serta dapat mempengaruhi kesuksesan
murid dalam belajar.
Awal kemunculan quantum leraning pada tahun 70-an, semula diterapkan
dalam pembelajaran di Super Camp yaitu sebuah program pembelajaran yang
mengacu pada akselerasi atau percepatan dengan suasana yang menyenangkan
murid. Program ini dilakukan dengan cara murid mengikuti pembelajaran dengan
program menginap selama dua belas hari pada sebuah Super Camp. Hasil dari
pembelajaran ini menunjukkan bahwa murid-murid yang mengikuti program
Super Camp mendapatkan prestasi yang lebih baik, lebih berpartisipasi, dan
merasa lebih bangga akan diri mereka sendiri (Bobby DePorter & Mike Hemacki,
2004: 4-5).
Quantum learning dipopulerkan oleh Learning Forum, yaitu sebuah
asosiasi pendidikan international yang menekankan perkembangan keterampilan
akademis dan keterampilan untuk mengembangkan kepribadian. Quantum
learning oleh Learning Forum kemudian dikukuhkan sebagai sebuah metodologi
pembelajaran dalam bentuk rancangan pembelajaran, penyajian bahan ajar, dan
fasilitas pembelajaran, yang tidak harus dilaksanakan di kelas-kelas biasa. Dalam
hal ini quantum learning merangkaikan suatu model pembelajaran yang oleh
asosiasi sebagai model atau metode yang efektif untuk dikembangkan menjadi
sebuah metode pembelajaran. Dikatakan demikian karena dapat merangsang
multisensori, multikecerdasan, dan relevan dengan perkembangan otak pada masa
anak-anak, sehingga pada akhirnya dapat mengembangkan kemampuan guru
untuk mengacu kemampuan murid agar berprestasi.
Proses belajar yang dialami seorang siswa sangat bergantung kepada
lingkungan tempat belajar. Jika lingkungan belajar dapat memberikan sugesti
positif, maka akan baik dampaknya bagi proses dan hasil belajar, sebaliknya jika
lingkungan tersebut memberikan sugesti negatif maka akan buruk dampaknya
bagi proses dan hasil belajar. Dalam hal ini metode quantum learning juga
mempertimbangkan segala sistem pembelajaran yang berupa interaksi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mempertimbangkan perbedaan kondisi murid, serta memaksimalkan peristiwa
belajar.
Lozanov (dalam Andayani, 2009 : 111) menyatakan proses pembelajaran
dengan model quantum learning membutuhkan sebuah sistem yang kompleks.
Sistem kompleks yang dimaksud diperlukan sebagai upaya menggubah atau
menciptakan sebuah lingkungan, cara presentasi guru, dan rancangan
pembelajaran, selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini quantum
learning juga mempertimbangkan segala ssistem pembelajaran yang berupa
interaksi yang mempertimbangkan perbedaan kondisi murid, serta
memaksimalkan peristiwa belajar. Quantum learning berfokus pada hubungan
dinamis dalam lingkungan kelas serta menciptakan interaksi yang efektif untuk
pembelajaran.
The model learning is usingmust can make students active and ignorance
teaching model that cause their reluactance, discontent, and eventual abandonment. Tradisional models often have students sitting silently and they back to the teacher but innovate can make students move and active. (Shelly Thomas, 2007:1) Berdasarkan hal di atas Shelly Thomas (2007:1) mengatakan bahwa model
pembelajaran yang digunakan seharusnya dapat membuat siswa aktif dan tidak
menimbulkan kebosanan, ketidakpuasan, dan siswa tidak mendapatkan hasil
belajar yang kurangh. Model pembelajaran tradisional hanya akan membuat siswa
duduk dan diam dalam pembelajaran kembali pada guru sedangkan model
pembelajaran yang inovatif akan membuat siswa bergerak dan lebih aktif. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam pembelajaran menerarapkan
model pembelajaran yang sesuai karena akan berpengaruh pada keaktifan,
kemampuan dan hasil belajar siswa.
Quantum learning merupakan aplikasi dari pengajaran quantum teaching.
Bobbi DePorter (2003:4-5) menyatakan bahwa pelaksanaan metode quantum
leraning memiliki petunjuk yang bersifat spesifik untuk menciptakan lingkungan
belajar yang efektif, merancang bahan ajar, menyampaikan isi pembelajaran, dan
memudahkan proses belajar. Dalam hal ini, dapat diuraikan cara-cara efektif
pelaksanaan metode quantum learning, diantaranya:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
(1) partisipasi dengan cara mengubah keadaan kelas dari yang biasa menjadi kelas yang menarik; (2) memotivasi dan menumbuhkan minat dengan menerangkan kerangka rancangan yang dikenal dengan singkatan TANDUR (tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan); (3) membangun rasa kebersamaan; (4) menumbuhkan dan mempertahankan daya ingat; dan (5) merangsang daya dengar anak didik.
Pembelajaran model quantum learning yang penting adalah bagaimana
menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar.
Model quantum learning hampir sama dengan sebuah simponi, yaitu ada banyak
unsur yang menjadi faktor pengalaman musik. Unsur-unsur itu dibagi menjadi dua
kategori yaitu konteks dan isi.
Konteks merupakan latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh seorang
guru. Jika dalam orkestra musik misalnya, konteks merupakan suatu keakraban
ruang orkestra itu sendiri (lingkungan), semangat konduktor dan para pemain
musiknya (suasana), keseimbangan instrument dan musisi dalam bekerja sama
(landasan), dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan).
Unsur-unsur ini berpadu dan menciptakan pengalaman bermusik secara
menyeluruh. Tidak berbeda dengan apa yang ada dalam konteks pengajaran, di
mana agar mampu mendapatkan sesuatu yang mampu dijadikan rujukan maka
harus dipadukan beberapa metode yang menarik dan simpel.
Sedangkan, isi merupakan bentuk penyajian. Isi juga meliputi fasilitas
seorang ahli sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain
musik dan potensi setiap instrumen. Tidak hanya terfokus satu langkah saja dan
meninggalkan unsur penting yang lainnya. Jika dikaitkan dengan situasi belajar
mengajar sekolah, maka unsur-unsur yang sama tersusun dengan baik yaitu
suasana, lingkungan, landasan, rancangan, penyajian, dan fasilitas.
quantum learning mempunyai suatu asas yang menguatkan keberadaannya. Asas
dari quantum learning adalah Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan
Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Hal ini berarti apa yang ada dalam diri
harus mampu membawa anak didik untuk memahami dan mencoba
menerapkannya dalam kehidupan. Maka dari itu, hal yang pertama dilakukan oleh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
guru adalah memasuki dunia muridnya. Tindakan ini akan memberi guru izin
untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju
kesadaran ilmu pengetahuan yang lebih luas. Jadi, mampu untuk menerapkan dan
mencari model terbaru dalam pembelajaran.
Pelaksanaan quantum learning dalam pembelajaran memiliki lima prinsip,
antara lain: (1) segalanya berbicara; (2) segalanya bertujuan; (3) pengalaman
sebelum pemberian nama; (4) akui setiap usaha; dan (5) jika layak dipelajari maka
Segalanya berbicara dapat diartikan bahwa dalam sebuah kelas bukan
hanya guru saja yang berhak berbicara, namun semua yang ada di dalam memiliki
hak yang sama untuk saling berargumentasi dan menyatakan apa yang ada dalam
benak pikirannya. Segalanya bertujuan diartikan bahwa seorang guru menyusun
pelajaran secara hati-hati, agar dalam pelaksanaan mengajar tidak ada yang
melenceng dari tujuan utama. Pengalaman sebelum pemberian nama didasari atas
hakikat bahwa otak manusia akan berkembang pesat dengan adanya rangsangan
kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses
pembelajaran paling baik terjadi ketika murid telah mengalami informasi sebelum
mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
Mengakui setiap usaha diartikan bahwa dalam sebagai prinsip karena
belajar mengandung resiko. Belajar bagi murid sering dianggap sebagai aktivitas
melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat murid langkah ini, mereka pantas
mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka bahwasanya
mereka telah mengambil keputusan untuk mengambil sebuah langkah. Sedangkan,
jika layak dipelajarai diartikan sebagai layak pula dirayakan guna sebagai prinsip
karena perayaan dapat menjadi sebuah perangsang motivasi bagi setiap murid.
Perayaan juga dapat memberikan umpan balik mengenai persepsi murid yang
benar terhadap pembelajaran yang diikutinya, serta perkembangan emosi yang
positif bagi murid dalam belajar.
Menurut Bobbi DePorter, dkk (2004:112-113) mengungkapkan bahwa
pemanfaatan quantum leraning dapat dilakukan dengan menggunakan
kemampuan visual, auditorial, dan kinestetik yang merupakan gaya belajar dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
diri seorang anak. Kemampuan visual dapat dimunculkan dengan memanfaatkan
media pembelajaran yang berupa gambar, poster, penayangan film, dan
sebagainya. Guru dapat memancing kemampuan auditori siswa dengan cara
memperdengarkan cerita, puisi, berita, dari sebuah radio atau tape. Kemampuan
kinestika siswa dapat diasah dengan cara pembentukan kerja kelompok atau
dengan belajar di luar kelas. Oleh karenya, pemilihan media harus sesuai dengan
tema dan materi yang akan diajarkan.
Selaras dengan pendapat di atas, Andayani (2008:40) mengungkapkan
bahwa pemilihan media dan sumber pembelajaran berbasis quantum leraning
meliputi media pandang berbentuk gambar, media dengar berbentuk rekaman, dan
media audiovisual berbentuk VCD. Penggunaan media gambar tematik maupun
mnemonik dirancang untuk membantu murid mendapatkan inspirasi sehingga
dapat mencapai aspek ekspresi dalam mencipta tulisan atau karangan, baik puisi
maupun cerita. Gambar tematik merupakan gambar bertema, seringkali berbentuk
tunggal. Selain dengan media gambar untuk menginspirasi anak dapat pula
dilakukan dengan pengamatan obyek secara langsung.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode quantum learning merupakan suatu pendekatan yang digunakan
guru dalam proses pembelajaran yang menyenangkan berdasarkan dengan konteks
dan isi sebagai salah satu metode pembelajaran yang efektif, karena dengan
metode ini siswa juga aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya sebagai
pendengar saja di dalam kelas.
c. Konsep TANDUR dalam Metode Pembelajaran Quantum Learning
Kegiatan pembelajaran quantum learning memiliki suatu konsep
TANDUR yang merupakan akronim dari: Tumbuhkan, Alami, Rayakan, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Dengan konsep TANDUR diharapkan
dapat membawa siswa tertarik dan berminat dalam proses pembelajaran. Selain
itu, siswa juga dapat mengalami pembelajaran, berlatih, dan menjadikan isi
pembelajaran nyata bagi mereka sendiri dan akhirnya dapat mencapai kesuksesan
dalam belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Bobbi DePorter (2003:89) konsep TANDUR yang digunakan
dalam pembelajaran quantum learning dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tumbuhkan
Sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keinginan mereka. Buatlah
mereka tertarik atau penasaran tentang materi yang akan diajarkan.
2) Alami
3) Namai
-
konsep dari materi pembelajaran.
4) Demonstrasikan
Berikan kesempatan bagi mereka untuk mengaitkan pengalaman dengan data
atau keterangan baru, sehingga mereka menghayati dan membuatnya sebagai
pengalaman pribadi.
5) Ulangi
Rekatkan gambaran keseluruhannya. Ini dapat dilakukan melakui pertanyaan,
post test, atau penugasan maupun membuat ringkasan hasil belajar.
6) Rayakan
Jika materi layak dipelajari, maka harus dirayakan. Perayaan menambahkan
belajar dengan asosiasi positif.
-40) setiap metode pembelajaran memiliki
langkah-langkah pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan konsep TANDUR,
dijelaskan sebagai berikut.
1) Tumbuhkan
Tumbuhkan minat dengan memuaskan, yakni apakah manfaat yang akan
diperoleh dari pembelajaran bagi guru dan muridnya. Konsep tumbuhkan
menyenangkan dan menggembirakan di hati setiap siswa, dalam suasana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka
dan bawalah alam pikiran ke alam pikiran Anda, yakinkan siswa mengapa
harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan
suatu keharusan. Jadi, siswa akan merasakan kesenagan dan menikmati
pembelajarannya.
2) Alami
Alami merupakan ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang
dapat dimengerti semua pelajar. Unsur alami akan medorong hasrat alami otak
untuk menjelajah. Pada konsep ini dapat dilakukan berbagai aktivitas,
misalnya: murid mulai mencari dan menemukan bacaan yang akan
dibicarakan, murid berkelompok membicarakan cerita yang dibaca, dan murid
menyimak secara bersama-sama suatu cerita.
3) Namai
Konsep namai ini digunakan untuk memusatkan otak siswa, membuat
mereka penasaran penuh dengan pertanyaan mereka sendiri. Serta membantu
siswa untuk mendapatkan informasi pengalaman yang berarti, sehingga siswa
dapat menamai pengelamanya tersebut.
4) Demonstrasikan
Demonstrasikan merupakan sediakan kesempatan bagi pelajar untuk
menunjukan bahwa mereka tahu. Setelah siswa mengalami belajar akan
sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan
kemampuannya karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu
mendengar, melihat, dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa
akan mengerti dan mengetahui bahwa siswa memiliki kemampuan dan
informasi yang cukup.
5) Ulangi
Ulangi merupakan menunjukkan kepada siswa tentang cara-cara
mengulang materi dan menegaaskan. Dengan pengulangan dapat memperkuat
koneksi saraf, pengulangan harus dilakukan dengan mengikutsertakan multi
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa. Multi kecerdasan itu berupa
kecerdasan spasial-visual, verbal linguistik, interpersonal, musical-ritmik,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
naturalisasi, kinestetik, interpersonal, dan logis matematik. Menggunakan
kecerdasan berganda dalam pembelajaran dapat membantu siswa
mendapatkan lebih banyak makna dan rangsangan otak dalam proses belajar,
sekaligus memberikan mereka lebih banyak variasi dan kesenagan serta
mengembangkan dan memperkuat kecerdasan mereka.
6) Rayakan
Rayakan merupakan pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi dan
perolehan keterampilan dan ilmu pengetahua. Serta merasa kebanggan
pemberdayaan diri untuk usaha maksimal, simpati untuk kepercayaan diri
serta ungkapan terima kasih untuk antusiasnya, semua itu adalah sesuatu yang
sangat berharga dan kesemuanya perlu diberikan pujian dan merayakannya.
Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil
mengerjakan sesuatu tugas dan kewajiban dengan baik.
Dengan kata lain, anak menjadi lebih keras kemauannya untuk
bekerja dan berbuat lebih baik lagi.
Berdasarkan beberapa kerangka konseptual di atas tentang langkah-
langkah pengajaran dalam quantum learning, maka dapat dilihat dengan jelas
bahwa ada ciri khas yang terkandung didalamnya, seperti adanya unsur demokrasi
dalam pengajaran, adanya kepuasan pada diri si anak, adanya unsur pemantapan
dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan, dan adanya
unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan
siswa, dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya.
3. Hakikat Media Gambar Berseri
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti
asa Arab. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Azhar
Arsyad (2011:3) mengatakan bahwa media daiartikan sebagai alat-alat grafis,
photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun
kembali informasi visual atau verbal. Menurut Webster (1983:105) dalam Azhar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
art skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi
dan observasi.
Menurut Zaenal (2000:15) media merupakan sumber belajar, maka secara
luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Dalam
proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting.
Karena dalam kegiatan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Media pengajaran, menurut Arif S.
Sadiman (1993:4) dimaknai sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi.
Hamalik (dalam Azhar (2011:15)) mengemukakan bahwa pemakaian media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan
minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
membawa pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran
sangant membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan
isi pelajaran.
Menurut Levie & Lentz (dalam Azhar (2011:16) mengemukakan fungsi
media pembelajaran khususnya media visual menjadi 4, sebagai berikut:
1) Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
Media gambar, khususnya gambar yang diproyeksikan melalui overhead
projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada
pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan siswa
untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
2) Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah
emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial
dan ras.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3) Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi Kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan
informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Berdasarkan pengertian di atas mengenai fungsi media pembelajaran, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa dengan media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasikan siswa yang lemah dan lembut menerima dan memahami isi
pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Menurut Azhar Arsyad (2011 : 82-96) penggunaan media pembelajaran
dibedakan menjadi empat, yaitu media berbasis manusia, media berbasis cetakan,
media berbasis visual, dan media berbasis audio visual.
1) Media berbasis manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang digunakan
untuk mengirimkan dan mengkomunikasikan pesan atau informasi. Media ini
bermanfaat khususnya untuk mengubah sikap atau ingin secara langsung
terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa. Salah satu faktor pentig
dalam pembelajaran dengan media berbasis manusia ialah rancangan
pelajaran yang interaktif. Dengan adanya manusia sebagai pemeran utama
dalam proses belajar maka kesempatan interaksi semakin terbuka lebar.
Pelajaran interaktif yang terstruktur dengan baik bukan hanya lebih menarik
tetapi juga memberikan kesempatan untuk percobaab mental dan pemecahan
masalah yang kreatif.
Sebagai penuntun untuk mengembangkan pelajaran interaktif
dikemukan langkah-langkah, yaitu: (a) mengidentifikasi pokok bahasan
pelajaran; (b) mengembangkan sajian pembelajaran yang mencangkup semua
informasi yang diharapkan siswa harus kuasai; (c) membaca/mengamati
keseluruhan penyajian dan menentukan di mana dialog-dialog interkati dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
digabungkan dan disisipkan; (d) menetapkan jenis informasi yang diinginkan
dari siswa; (e) menentukan pesan-pesan apa yang ingin disampaikan dengan
kegiatan interaktif; dan (f) menetapkan butir-butir diskusi penting.
2) Media Berbasis Cetakan
Media pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum dikenal
adalah buku teks, buku penutun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas.
Perancangan pembelajaran harus berupaya untuk membuat materi dengan
media berbasis teks menjadi interaktif. Petunjuk berikut dapat membantu
menyiapkan media berbasis teks yang interaktif, yaitu (a) sajikan informasi
dalam jumlah yang selayaknya dapat dicerna, diproses, dan dikuasai;
(b) pertimbangan hasil pengamatan dan analisis kebutuhan siswa dan siapkan
latihan sesuai dengan kebutuhan tersebut; (c) pertimbangan hasil analisis
respons siswa; (d) siapkan kesempatan bagi siswa untuk dapat belajar sesuai
kemampuan dan kecepatan mereka; dan (e) gunakan beragam jenis latihan
dan evaluasi seperti main peran, studi kasus, berlomba, atau stimulus.
3) Media Berbasis Visual
Media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam
proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat
memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata, agar
menjadi lebih efektif, visual sebaiknya ditempatkan pada konteks yang
bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual untuk meyakinkan
terjadinya proses informasi. Media visual dibedakan menjadi dua yaitu media
visual diam dan media visual gerak. Media visual diam antara lain, foto,
ilustrasi, flash card, gambar kartun bisu yang diproyeksikan, peta dan globe.
Sedangkan media visual gerak antara lain film.
4) Media Audio-Visual
Media audio visual memiliki kemampuan untuk mengatasi kelemahan
dari media visual dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif
penggunaannya bila dibandingkan dengan media visual saja. Pada dasarnya
media visual dibedakan menjadi dua sesuai karakteristiknya, yaitu media

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
audio visual diam dan media audio visual gerak. Contoh media audio diam
anntara lain, slow scan TV, TV diam, film rangkai bersuara, halaman
bersuara, dan buku bersuara. Sedangkan contoh media audio visual gerak
adalah film bersuara, pita video, film TV, dan gambar bersuara.
Selain itu, pemilihan media dalam pembelajaran juga harus memiliki
kriteria, diantaranya: (1) media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai; (2) ketepatgunaan pemakaian media dalam pengajaran; (3)
kondisi siswa; (4) ketersediaan media yang akan digunakan; dan (5) mutu teknis
dan biaya.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa media pengajaran
adalah sarana atau alat bantu perantara yang digunakan guru atau siswa dalam
proses belajar mengajar untuk menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dan
sumber pesan ke penerima pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, dan
kemauan siswa serta mempertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai tujuan.
b. Pengertian Media Gambar
Penggunaan media, lebih-lebih media gambar berseri dalam pembelajaran
keterampilan menulis narasi, akan dapat memotivasi siswa dalam proses
pembelajaran. Sebagaimana yang dinyatakan Gagne (1988), gambar-gambar bisa
memberikan motivasi belajar, walaupun bukan satu-satunya. Sejalan dengan
pernyataan tersebut, Wright (1992) mengatakan bahwa gambar memiliki beberapa
peran di dalam keterampilan seperti dapat memotivasi siswa, berkontribusi
terhadap konteks bahasa yang digunakan, dapat digunakan untuk menjelaskan
secara objektif atau menginterpretasikan, dan dapat memberikan informasi.
Media gambar adalah gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat di mana-
mana, baik di lingkungan anak-anak maupun orang dewasa, mudah diperoleh dan
ditunjukkan kepada anak-anak. (Oemar Hamalik, 1989:81). Dari pengertian ter-
sebut, bahwa media gambar selain terdapat di mana-mana, mudah diperoleh, dan
ditunjukkan kepada anak-anak, merupakan alat bantú proses belajar mengajar,
karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang di-
bicarakan atau didiskusikan di dalam kelas. Sedangkan dalam Kamus Besar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Bahasa Indonesia (2001: 32
Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat
membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan
berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi,
bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan
dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks.
Penggunaan media gambar dapat membantu siswa untuk memusatkan
perhatian terhadap materi yang disampaikan. Media gambar dapat berupa gambar
berseri maupun gambar lepas. Media gambar berseri merupakan golongan atau
jenis media visual gambar dasar. Media gambar memiliki kelebihan sebagai
berikut.
1) Umumnya murah harganya, media gambar menggunakan kertas sebagai
bahan baku sehingga harga relalif murah;
2) Mudah didapat, untuk mendapatkannya guru bisa menggandakan dengan
cara memfotokopi;
3) Mudah digunakannya, penggunaan media ini cukup dilihat dengan mata
saja tanpa ada pengguaan alat lain sebagai penyerta.;
4) Dapat memperjelas suatu masalah;
5) Lebih realistis;
6) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan; dan
7) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.
Namun demikian media gambar juga memiliki suatu kelemahan, sebagai
berikut.
1) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat
terlihat oleh sekelompok siswa;
2) Gambar diintepretasikan secara personal dan subjektif; dan
3) Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif
dalam pembelajaran.
Dalam pemilihan gambar yang baik untuk kegiatan pengajaran terdapat
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti
melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini
akan memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu
dikatakan asli;
2) Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan
tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.
Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar;
3) Bentuk item. Hendaknya si pengamat dapat memperoleh tanggapan yang
tetap tentang objek-objek dalam gambar;
4) Perbuatan. Gambar hendaknya hal sedang melakukan perbuatan. Siswa akan
lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang
bergerak;
5) Fotografi. Siswa dapat lebih tertarik kepada gambar yang nilai fotografinya
rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional seperti terlalu terang atau
gelap. Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif bagi pengajaran;
dan
6) Artistik. Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar.
Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
Kriteria-kriteria memilih gambar seperti yang telah dikemukakan di atas
juga berfungsi untuk menilai apakah suatu gambar efektif atau tidak untuk
digunakan dalam pengajaran. Gambar yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat
digunakan sebagai media dalam mengajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gambar sebagai
media pendidikan dapat membuat siswa melihat dan mempertajam imajinasi yang
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Semakin tajam daya imajinasi siswa,
maka akan semakin berkembang sudut pandang siswa dalam membahas gambar.
c. Pengertian Media Gambar Berseri
Gambar merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati
dimana-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
dibedakan menjadi dua yaitu gambar fotografi dan gambar tangan. Sedangkan dari
segi isinya gambar berisikan satu perbuatan tentang satu orang atau benda (tipe
pertama), sedangkan tipe kedua adalah gambar yang berisikan suatu situasi yang
mengandung beberapa kegiatan yang ada kaitannya dengan orang, benda, dan
peristiwa atau kejadian-kejadian yang menyangkut masa lalu atau sekarang.
Gambar seri disebut juga gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila lebar
yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar tersebut saling berhubungan
sehingga membentuk rangkaian cerita. Setiap gambar diberi nomor sesuai dengan
urutan gambarnya. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi
tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi lisan (berbicara, bercerita). Dengan
mengamati gambar yang dibentang di depan kelas, para siswa diharapkan dapat
memperoleh konsep tentang topik tertentu.
Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001) menyatakan bahwa media
gambar berseri adalah sejumlah gambar yang menggambarkan suasana yang
sedang diceritakan dan menunjukkan adanya kesinambungan antara gambar yang
satu dengan lainnya, sedangkan gambar lepas merupakan gambar yang
menunjukkan situasi ataupun tokoh dalam cerita yang dipilih untuk
menggambarkan situasi-situasi tertentu, antara gambar satu dengan lainnya tidak
menunjukkan kesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media gambar
berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang berupa gambar
datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu sehingga antara satu
gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan cerita dan membentuk satu
kesatuan.
d. Media Gambar Berseri sebagai Pembalajaran
Hamalik (dalam Azhar (2011:15)) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
media pembelajaran sangant membantu keefektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran.
Menurut Zaenal (2000:16) media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pengajaran yang diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar
siswa. Adapun manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, sebagai
berikut: (1) pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi siswa; (2) bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya
sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan siswa dapat menguasai tujuan
pembelajaran lebih baik; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-
mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru; dan (4) siswa
lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian
guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,
dan lain-lain.
Kriteria pemilihan media disinggung bahwa media digunakan harus sesuai
dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran menulis
narasi di SMP. Media pembelajaran penggunaan media gambar seri dirasakan
sangat tepat untuk membantu siswa dalam keterampilan menulis. Dengan melihat
gambar, siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat
menguraikan dalam bentuk tulisan. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa cerita gambar seri adalah cara atau daya upaya dalam menyusun atau
menulis suatu tulisan atau karangan dengan menerjemahkan isi pesan visual
(gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.
4. Penilaian dalam Menulis Narasi
Menurut Sarwiji Suwandi (2011:9) penilaian dapat diartikan suatu proses
untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah
sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan
secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian. Untuk
memperoleh data tersebut diperlukan alat penilaian yang berupa pengukuran.
Penilaian dan pengukuran merupakan dua kegiatan yang saling berkaitan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Depdiknas (2002) mengatakan bahwa evaluasi merupakan penilaian
keseluruhan program pendidikan termasuk perencanaan suatu program substansi
pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (assessment) dan pelaksanaannya,
pengadaan dan peningkatan kemampuan guru, pengelolaan (management)
pendidikan, dan reformasi pendidikan secara keseluruhan (dalam Sarwiji Suwandi
(2011:11). Sedangkan, Nana Sujana (2011:3) mengatakan bahwa penilaian
merupakan proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu
berdasar suatu kriteria tertentu.
Tes merupakan suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan
evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan atau dijawab oleh siswa, kemudian pekerjaan dan jawaban itu
menghasilkan nilai tentang perilaku siswa tersebut (Zainal dalam Agus
Suriamiharja, dkk (1984:5). Penilaian atas kemampuan dan keterampilan menulis
dapat dilakukan dalam bentuk objektif, karena agar mendapatkan hasil yang baik
jika tulisannya disajikan lebih rinci lagi.
Berhubungan dengan hal tersebut maka pembobotan penilaian tidaklah
mutlak. Tiap guru dapat memilih atau membuat model yang dianggapnya paling
sesuai (Burhan Nurgiyantoro, 2001:208). Dengan demikian, dalam menentukan
bobot penilaian guru hendaknya memperhatikan kriteria penilaian yang yang
digunakan serta tujuan yang hendak dicapai sehingga penilaian tersebut benar-
benar dapat mengukur keberhasilan tujuan pembelajaran baik poses maupun hasil.
a. Penilaian Proses Pembelajaran
Penilaian proses dapat dilihat dari sikap siswa ketika mengikuti kegiatan
pembelajaran. Sikap bermula dari perasaan suka atau tidak suka yang terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon suatu objek. Sikap juga
merupakan ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki seseorang.
Sikap dapat dibentuk sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan.
Nana Sujana (2011:3) mengatakan bahwa penilaian proses belajar
merupakan upaya memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan efisiennya dalam mencapai
tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku siswa.
b. Penilaian Hasil Pembelajaran
Menurut Nana Sujana (2010:3) peniliaian hasil belajar merupakan proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa obyek yang dinilai adalah hasil belajar
siswa yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku seperti telah dijelaskan di muka.
Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotoris. Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar,
peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku
yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan
penilaian.
Sebagaimana yang telah diungkapkan bahwa tes atau penilaian yang
digunakan hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran maka penilian
hasil dalam pembelajaran menulis narasi di kelas VII C SMP Negeri 3 Sukoharjo
didasarkan hasil pekerjaan siswa dalam bentuk menulis narasi dengan pilihan kata
serta dinyatakan tidak tuntas dengan mendapatkan
5. Hasil Penelitian yang Relevan
Budi Santoso (2009) dalam penelitian skripsi
Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Deskriptif
terbukti bahwa dengan menggunakan media gambar berseri mampu meningkatkan
kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis depkripsi siswa kelas VII
A SMP Muhammadiyah Surakarta. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui
bahwa pembelajaran menulis deskripsi mengalami adanya keberhasilan, siswa
dapat menyusun gambar berseri sesuai dengan urutan yang benar dan kemudian
disusun menjadi sebuah cerita yang padu. Penelitian ini relevan dalam hal media

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
gambar yang menjadi unsur penting dalam membantu siswa menulis deskripsi.
Dapat disimpulkan bahwa media gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis deskripsi.
Eny Sulistyaningsih dengan penelitian skripsi yang berjudul,
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Menggunakan Metode Peta
Pikir (Mind Mapping) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem III Surakarta
dibuktikan dengan kemampuan
menulis narasi tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh siswa, melainkan harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga siswa akan lebih
mudah berekspresi dalam kegiatan menulis. Sehubungan dengan itu kemampuan
menulis harus ditingkatkan sejak kecil atau mulai dari pendidikan Sekolah Dasar.
Apabila kemampuan menulis tidak ditingkatkan, maka kemampuan siswa untuk
mengungkapkan pikiran atau gagasan melalui bentuk tulisan akan semakin
berkurang atau tidak berkembang.
Dhiastuti dalam penelitian skripsi
Keterampilan Menulis Puisi dengan Pendekatan Quantum Learning pada Siswa
Kelas V-
menggunakan atau menerapkan quantum learning pada sistem pembelajaran dapat
membangkitkan semangat siswa, dapat menciptakan keaktifan dan partisipasi
siswa yang tinggi dan signifikan. Selain itu, dengan penerapan quantum learning,
sistem pembelajaran dapat berjalan dengan baik karena siswa lebih senang dan
tidak bosan dan hasil yang diperoleh akan maksimal.
B. Kerangka Berpikir
Penelitian ini memiliki permasalahan yang terletak pada rendahnya
kemampuan menulis siswa. Pembelajaran ini kurang berhasil karena disebabkan
oleh pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Pembelajaran tersebut diawali
dengan pemberian teori menulis yang banyak pada siswa serta pembelajarannya
belum menggunakan media, metode yang digunakan hanya ceramah, keaktifan
siswa dalam bertanya pada guru masih kurang, dan tanpa memberikan waktu
untuk mengaplikasikan secara memadai guna penguasaan terhadap kompetensi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
tersebut. Pembelajaran yang demikian menyebabkan siswa menjadi kurang aktif.
Ketidakaktifan siswa tersebut diindikasikan dengan rasa kebingungan pada
pembelajaran menulis dan menggangap menulis sebagai kegiatan yang sulit.
Berdasarkan permasalahan yang ada maka dipilihlah metode quantum
learning dan media gambar berseri untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Metode dan media ini dipilih karena mampu mengatasi kendala yang dihadapi
siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Sukoharjo tahun ajaran 2011/2012. Pada
metode ini guru bertindak sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan
siswa sehingga mampu menulis narasi. Di samping itu, metode ini dipilih karena
proses pembelajaran terasa hidup. Dalam hal ini, siswa tidak dibatasi dalam
menuangkan ide-idenya, bertanya, ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan guru atau siswa lainnya. Metode ini juga memperkenankan siswa
untuk menentukan sendiri topik-topik yang akan ditulisnya tanpa harus takut
salah. Sedangkan, media gambar berseri dipilih karena media ini mudah
dipergunakan saat menyelesaikan suatu permasalahan dengan jelas dan realitas.
Secara keseluruhan siswa akan merasa memiliki pembelajaran yang benar
karena guru benar-benar berfungsi sebagai fasilitator untuk membantu siswa
mengkonstruksikan pemahannya tentang menulis narasi.. Dengan pendapat itulah
metode quantum learning dan media gambar berseri dipilih untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran menulis narasi. Untuk lebih jelasnya tentang kerangka
berpikir pada penelitian ini maka dapat dilihat pada gambar berikut ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Kondisi
Awal
Tindakan
1. Pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensioanl
2. Guru belum menggunakan media dalam pembelajaran menulis narasi
3. Lingkungan pembelajaran kurang kondusif dan belum memakai metode pada pembelajaran menulis narasi.
1. Siswa tidak aktif saat pembelajaran 2. Kemampuan menulis narasi siswa masih
rendah 3. Sebesar 35% siswa mempunyai nilai di
bawah KKM
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi dengan Menggunakan Metode Quantum Learning dan Media Gambar Berseri
Melaui PTK Guru menggunakan metode Quantum Learning dan Media Gambar Berseri dalam pembelajaran
menulis narasi
Menggunakan Metode Quantum Learning
Menggunakan Media Gambar Berseri
1. Menimbulkan minat siswa 2. Membantu siswa mendapatkan
konsep/gambaran yang jelas dan tepat 3. Bersifat konkrit 4. Menguatkan ingatan siswa 5. Menghindari kesalahpahaman
1. Dapat memperjelas masalah 2. Media mudah digunakan 3. Lebih realitas
Kondisi Akhir
Efektifitas pembelajaran menulis narasi siswa meningkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dalam penelitian ini
diajukan sebagai berikut.
1. Penggunaan metode quantum learnig dan media gambar berseri dapat
meningkatkan kualitas proses menulis narasi pada siswa kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Penggunaan metode quantum learnig dan media gambar berseri dapat
meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas
VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo Tahun Ajaran 2011/2012.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo, beralamat di Kabupaten Sukoharjo. Sekolah ini dipimpin oleh Bp.
Suratman yang membawahi 57 guru mata pelajaran.
Tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian akan dilakukan selama
enam bulan, yakni mulai bulan Januari 2012 sampai Juni 2012.
Kegiatan Jan '12 Feb '12 Mar '12 Apr '12 Mei '12 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Persiapan
1. konsultasi bimbingan ,survey awal, dan penyusunan proposal.
2. mengurus perijinan dan koordinasi dengan guru dan Kepala Sekolah
3. menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian (lembar observasi)
4. mengadakan simulasi
B. Pelaksanaan Pembelajaran
1. Siklus 1
2. Siklus 2
C. Penyusunan Laporan
Tabel 2. Jadwal Penelitian
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 3 Sukoharjo tahun
ajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas VII-C adalah 21 siswa terdiri dari 12 siswa
putra dan 9 siswa putri, dan yang bertindak sebagai guru mata pelajaran bahasa
Indonesia adalah Bp. Muksoni, S. Pd.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
C. Indikator Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya
kualitas proses dan hasil belajar dalam pembelajaran menulis narasi. Menurut
Enco Mulyasa (2006 : 101-102) berpendapat bahwa kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari segi proses dan segi hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil jika
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat
secara aktif, baik fisik, mental, sosial selama proses pembelajaran. Dilihat dari
segi hasil pembelajaran dikatakan berhasil jika seluruhnya atau setidak-tidaknya
sebagian besar (75%) siswa mengalami perubahan positif dan output yang
bermutu tinggi serta mendapat ketuntasan sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Kualitas proses yang diukur dalam penelitian ini meliputi keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, keaktifan siswa selama apersepsi,
kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi, sedangkan
kualitas hasilnya adalah kemampuan siswa dalam menulis narasi. Sisa dikatakan
75).
Berdasarkan hal tersebut maka indikator dalam penelitian ini dirumuskan
seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Indikator Ketercapaian Belajar Siswa
Aspek yang Diukur Presentase Pencapaian Target
Cara Mengukur
Ke keaktifan siswa selama apersepsi
75% Diamati saat guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan keaktifan yang ditandai dengan kemauan merespon stimulus yang diberikan guru saat apersepsi
Ke keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
75% Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pembelajaran oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya, menjawab, serta menaggapi, mengerjakan tugas dan memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman serta tidak sibuk beraktivitas sendiri)
Ke kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi
75% Dihitung dari jumlah siswa yang mampu menulis narasi dengan baik. Dilihat dari siswa yang mendapat nitelah mencapai ketuntasan belajar.
K ketuntasan hasil belajar (kemampuan siswa dalam menulis narasi)
80% Dihitung dari jumlah siswa yang
yang dilaksanakan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data tersebut meliputi
pengamatan (observasi), kajian dokumen, dan wawancara yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Observasi atau Pengamatan
Menurut Sarwiji Suwandi (2011:61) observasi yang peneliti lakukan
adalah pengamatan berperan secara pasif. Pengamatan itu dilakukan terhadap
guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja
siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Observasi dilakukan oleh
peneliti dengan mengambil tempat duduk paling belakang. Dalam posisi itu,
peneliti dapat secara lebih leluasa melakukan pengamatan terhadap aktivitas
belajar-mengajar siswa dan guru di kelas.
Observasi terhadap guru difokuskan pada kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran menulis dengan menggunakan strategi komposisi
terkendali dan terarah. Observasi terhadap kinerja guru juga diarahkan pada
kegiatan guru dalam menjelaskan pelajaran, memotivasi siswa, mengajukan
pertanyaan dan menaggapi jawaban siswa, mengelola kelas, memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
latihan dan umpan balik, dan melakukan penilaian terhadap hasil belajar
siswa. Sementara itu, pengamatan terhadap siswa difokuskan pada tingkat
partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran, seperti terlihat pada keaktiifan
bertanya dan menaggapi stimulasi baik yang datang dari guru maupun teman
lain, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas.
2. Wawancara Mendalam
Menurut Sarwiji Suwandi (2011:62) teknik observasi dilakukan setelah
dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen. Wawancara
dilakukan antara peneliti dan guru. Wawancara dengan guru dilaksanakan
setelah melakukan pengamatan pertama terhadap kegiatan belajar mengajar
(KBM) dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya
pembelajaran menulis.
Selain itu, untuk mengidentifikasi permasalahan wawancara dilakukan
setelah dan atas dasar hasil pengamatan di kelas maupun kajian dokumen
dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan wawancara, hal-hal yang perlu
dilakukan berikut: (1) meminta pendapat guru tentang penampilannya dalam
melaksanakan pembelajan di kelas, yang antara lain mengungkapkan
kelebihan dan kekurangannya serta perasaan yang bersangkut-paut dengan
kegiatan itu; (2) mengemukakan tentang hasil pengamatan terhadap KBM
yang dilakukan guru sesuai sesuai dengan fokus penelitian, mengemukakan
segi-segi kelebihannya dan kekurangannya; dan (3) mendiskusikan hal-hal
yang telah dikemukakan baik oleh guru maupun peneliti untuk menyamakan
persepsi tentang hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran menulis. Dengan kata lain, pada akhir setiap kegiatan diskusi
disepakati hal-hal yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk
meningkatkan keefektifan penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah
untuk meningkatkan kemahiran menulis siswa.
3. Kajian Dokumen
Teknik mencatat dokumen ini oleh Sarwiji Suwandi (2011:64)
menyatakan kajian juga dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
ada, seperti Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat guru,
buku atau materi pembelajaran, hasil tulisan atau karangan siswa, dan nilai
yang diberikan guru.
E. Teknik Uji Validitas Data
Menurut Sarwiji Suwandi (2011:65) teknik validitas data akan diperoleh
jika suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang
digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan
review informan kunci.
Dalam penelitian ini peneliti memakai teknik triangulasi, triangulasi
adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu Lexy J. Moleong
(1995) dalam Sarwiji Suwandi (2011:65). Teknik triangulasi yang digunakan
antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan
data. Dalam pelaksanaan peneliti ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai
sumber yang berbeda. Data yang bersumber dari peristiwa proses pembelajaran
menulis ilmiah diuji keabsahannya dengan pernyataan-pernyataan informan.
Selain menggunakan triangulasi sumber, data yang terkumpul juga diuji
validitasnya dengan triangulasi metode. Data yang terkumpul dari kegiatan
observasi di kelas dicek kebenarannya melalui kegiatan wawancara untuk
mengungkapkan proses dan hasil pembelajaran menulis yang dilaksanakan.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kritis dan interaktif. Menurut Sarwiji Suwandi (2011:66) teknik analisis
kritis mencakup kegiatan untuk mengungkapkan kelemahan dan kelebihan kinerja
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang
diturunkan dari kajian teoritis maupun dari ketentuan yang ada.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Adapun teknik analisis kedua yang dipergunakan, yaitu teknik analisis
interaktif. Menurut Iskandar (2008: 222) dalam proses analisis data interaktif ada
tiga langkah yang harus dilakukan oleh peneliti. Tiga langkah tersebut adalah (1)
reduksi data; (2) penyajian data; dan (3) penarikan simpulan atau verivikasi.
Secara diagramatik, proses siklus pengumpulan data dan anlisis data sampai pada
tahap penyajian hasil penelitian, serta pengambilan kesimpulan, seperti di bawah
ini :
Proses analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Model Analisis Interaktif
(Miles dan Huberman, dalam Sutopo, H.B.2002: 96)
Berkaitan dengan keterampilan menulis narasi siswa, analisis interaktif
merupakan kegiatan menulis narasi siswa yang dilakukan pada survei awal. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis narasi siswa.
Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan siklus tindakan untuk
memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kekurangan dan kelebihannya
sehingga dapat diketahui peningkatan keterampilan menulis narasi siswa pada
setiap siklusnya.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah rangkaian tahapan penelitian dari akhir
prosedur dalam penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi persiapan, survai awal,
pelaksanaan, siklus, dan penyusunan laporan. Dalam pelaksanaan PTK ini,
mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus, yang setiap siklusnya
mencakup 4 kegiatan yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Display Data
Penarikan Kesimpulan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
(3) observasi dan interpretasi, (4) analisis dan refleksi. Karena pendekatan proses
ini melalui 5 fase, maka pelaksanaan kelima fase tersebut dianggap sebagai satu
siklus.
Berikut ini adalah gambaran singkat mengenai tahapan penelitian yang
dilaksanakan.
Siklus I
Siklus II
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsini Arikunto, Suhardjono dan Supardi, 2006:74)
Keterangan:
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah penelitian dan guru
kemudian berdiskusi untuk menemukan alternatif. Alternatif yang disepakati
antara peneliti dan guru adalah model pembelajaran quantum learning dan
Permasalahan Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I Pengamatan/ Pengumpulan
data
Permasalahan baru hasil refleksi
Perencanaan Tindakan II
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II Pengamatan/ Pengumpulan data
Apabila permasalahan belum
terselesaikan
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
media gambar berseri dalam pembelajaran menulis narasi. Pada tahap ini
peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian bersama guru
menentukan solusi yang tepat berdasarkan masalah yang dihadapi. Tahap
perencanaan tindakan meliputi:
a) Membuat skenario pembelajaran
b) Mempersiapkan sarana pembelajaran
c) Mempersiapkan instrumen penelitian
d) Menhajukan solusi alternatif berupa penerapan model pembelajaran
quantum learning dan media gambar berseri dalam pembelajaran menulis
narasi.
Adapun skenario pembelajaran yang direncanakan akan dilaksanakan
dalam tiap siklus sebagai berikut:
Rancangan Siklus I
a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi untuk menumbuhkan
semangat siswa, mengenai materi keterampilan menulis, dan menciptakan
suasana yang nyaman dan santai.
b) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa yang
berkaitan dengan materi menulis narasi, baik pengalaman langsung maupun
tidak langsung.
c) Guru memberikan penjelasan mengenai materi menulis dengan tanya jawab.
Dari penjelasan tersebut siswa diarahkan agar nantinya mereka dapat
menamai sendiri mengenai keterkaitannya dengan gambar berseri yang telah
disediakan dengan materi menulis narasi.
d) Guru menunjukkan sebuah contoh gambar berseri kepada siswa dengan
menggunakan gambar tersebut, guru mengajak siswa untuk berpikir
menentukan tema dan kerangka karangan berdasarkan gambar berseri.
e) Guru membagikan kepada siswa masing-masing satu buah gambar berseri
yang berbeda dengan gambar yang digunakan guru sebagai contoh.
f) Guru menugasi siswa untuk menentukan tema dan kerangka karangan
berdasarkam gambar berseri tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
g) Setelah siswa selesai mengembangkan tema dan kerangka karangan
menjadi karangan narasi utuh, kemudian guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk maju ke depan dan membacakan hasil karangannya.
h) Guru meminta siswa untuk melihat pekerjaanya kembali dan memperbaiki
tulisan yang kurang, terutama dalam hal ejaan.
i) Guru mengulang kembali mengenai materi pembelajaran menulis narasi
agar siswa lebih memahami dan mengerti.
j) Guru memberikan applause kepada siswa yang sudah menyelesaikan
tugasnya dengan baik.
k) Guru menutup pelajaran.
Rancangan Siklus II dan Siklus III
Pada siklus II dilakukan dengan tahapan-tahapan seperti pada siklus I
tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang diperoleh pada
siklus I (refleksi), sehingga kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada
siklus II. Demikian dengan siklus III, perwujudan tahap pelaksanaan, oberservasi
dan interpretasi, serta analisis dan refleksi yang mengacu pada siklus sebelumnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan skenario pembelajaran yang
telah direncanakan. Dalam satu siklus, dilakukan satu kali tatap muka dengan
alokasi waktu 2x40 menit, sesuai skenario pembelajaran.
3. Observasi
Tahap ini dilakukan dengan mengamati dan menginterpretasi aktivitas guru
dan siswa dalam proses pembelajaran atau hasil pembelajaran menulis karangan
narasi yang telah dilaksanakan untuk mendapatkan data tentang kekurangan dan
kemajuan aplikasi tindakan pertama.
4.Analisis dan Refleksi
Tahap ini dilaksanakan analisis hasil observasi dan interpretasi sehingga
diperoleh kesimpulan bagian nama yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan
baian nama yang telah memenuhi target.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah
yang telah dipaparkan dalam Bab I akan disajikan pada Bab IV. Namun
sebelumnya, akan diuraikan terlebih dahulu mengenai lokasi penelitian dan
kondisi awal (pratindakan) pembelajaran menulis narasi siswa kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo. Dengan demikian, pada bab ini akan dikemukakan mengenai:
(1) lokasi penelitian; (2) kondisi awal proses pembelajaran menulis narasi siswa
kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo; (3) pelaksanaan tindakan dan hasil
penelitian; dan (4) pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dalam
penelitian ini dilakukan sebanyak 3 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 4
tahap. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi
dan insterpretasi, serta analisis dan refleksi.
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMP N 3 Sukoharjo. SMP Negeri 3
Sukoharjo berdiri pada Tahun Ajaran 1979/1980. Pada saat pendiriannya, sekolah
ini bernama SMP Negeri 3 Sukoharjo dan terletak di Jalan Sutomo 1 Sukoharjo.
Berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal 7 Maret 1997
tentang perubahan Nomenlaktur SMP menjadi SLTP maka sejak tahun Ajaran
1997/1998, sekolah ini menjadi SLTP Negeri 3 Sukoharjo. Pada tahun ajaran
2003/2004 sekolah ini kembali menggunakan nama SMP Negeri 3 Sukoharjo
dengan jenjang kelas yaitu kelas VII, VIII dan IX. Selain itu, SMP Negeri 3
Sukoharjo telah ditetapkan sebagai RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar
Internasional) berdasarkan keputusan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Pertama Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional No. 230/c3/KEP/2008 pada tanggal 8 februari
2008 dengan status RSBI reguler.
Status RSBI SMP Negeri 3 Sukoharjo didasari pula dengan kelebihan
yang dimiliki SMP Negeri 3 Sukoharjo yaitu prosentase ruang kelas yang sudah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
berbasis IT sebesar 25%, ruang kesenian dan perpustakaan yang representative,
laboratorimum yang lengkap, prisentase guru yang S2/S3 sebesar 3,7% serta
sudah memiliki fasilitas hot-spot yang menunjang pembelajaran secara global di
sekolah.
Sekolahan ini memiliki fasilitas ruangan kelas sebagai penunjang proses
pembelajaran di dalamnya. Ruangan yang ada di sekolahan tersebut antara lain,
kepala sekolah, multimedia, kantor guru, musola, laboratorium, UKS, BP, foto
copyan, perpustakaan, tata usaha, dan kamar mandi. Selain itu dalam proses
pembelajaran di sekolah SMP N 3 Sukoharjo selama ini sudah menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 yang ditetapkan oleh
Badan Pebdidikan Nasional. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah siswa yang ada
di SMP N 3 Sukoharjo sebanyak 621 siswa. Adapun kelas yang digunakan oleh
peneliti adalah kelas VII-C yang jumlah siswanya sebanyak 21 siswa, terdiri dari
12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.
B. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, awalnya peneliti melakukan pratindakan
untuk mengetahui permasalahan yang nyata dari proses pembelajaran menulis
narasi di SMP N 3 Sukoharjo. Dalam melakukan survai di SMP N 3 Sukoharjo
peneliti melaksanakan pada hari Selasa, 7 Februari 2012, hal ini peneliti
melakukan beberapa langkah, yaitu: (1) mengamati berlangsungnya proses
pembelajaran menulis narasi di kelas VII-C (observasi); (2) membagikan angket
untuk diisi siswa; dan (3) melakukan wawancara pada guru dan siswa.
Wawancara dengan guru dilaksanakan pada hari Rabu, 8 Februari 2012. Setelah
peneliti melakukan wawancara dengan guru, maka peneliti mendapatkan hasil
bahwa kemampuan pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII-C SMP N 3
Sukoharjo belum memuaskan. Alasanya, karena kurangnya minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran menulis narasi serta cara guru dalam memberikan atau
menyampaikan materi pada siswa kurang menarik dan membosankan, termasuk
dalam pembelajaran menulis narasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis narasi. Maka, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa (3 siswa),
peneliti mendapatkan hasil bahwa satu siswa yang menyatakan suka dengan
pembelajaran menulis narasi dan pada umumnya siswa mengungkapkan bahwa
pembelajaran menulis narasi masih terdapat kesulitan. Hal itu dinyatakan oleh
siswa ketika siswa masih merasa kebingungan dalam menuangkan ide atau
gagasan dan kerangka karangan dalam menulis narasi. Serta kemampuan menulis
narasi siswa juga belum bisa mencapai KKM dan kompetensi menulis narasi
masih rendah.
Peneliti dan guru selesai melakukan wawancara maka dilanjutkan dengan
melakukan obeservasi pratindakan. Observasi pratindakan dilakukan peneliti
dengan melihat pembelajaran menulis narasi di kelas VII-C pada hari Kamis, 9
Februari 2012 pukul 8.20 09.55 WIB. Pada saat observasi awal, proses
pembelajaran yang dilakukan guru seperti biasa. Peneliti hanya sebagai pengamat
jalannya pembelajaran di dalam kelas, dan di saat melakukan pengamatan peneliti
mengamati berdasarkan lembar observasi. Dalam penelitian di dalam kelas
peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif dengan mengambil posisi tempat
duduk paling belakang, karena agar tidak mengganggu jalannya proses
pembelajaran yang sedang berjalan di dalam kelas. Adapun hasil observasi yang
dilakukan peneliti menunjukkan keadaan siswa saat pembelajaran menulis narasi
di kelas VII-C sebagai berikut.
1) Siswa kurang antusias dalam pembelajaran menulis narasi
Hasil observasi yang telah dilakukan peneliti dalam survai awal bahwa
dalam mengikuti pembelajaran siswa masih kelihatan pasif. Hal itu terlihat
ketika guru memberikan materi terdapat siswa yang kurang fokus dalam
pembelajaran, misalnya melamun, mengantuk, dan berbicara sendiri. Serta
hasil wawancara dan pengamatan pada survai awal mengatakan bahwa kurang
antusiasnya murid dikarenakan guru mengajar masih bersifat monoton.
Dikatakan monoton karena guru mengajarnya masih menggunakan metode
ceramah, hal itu membuat siswa bosan dan tidak menarik bagi siswa. Dan di
saat guru mengajar masih belum menggunakan media dalam pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
menulis narasi. Setelah memberikan materi pada siswa mengenai menulis
narasi dengan menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media,
guru memberikan penugasan pada siswa untuk membaca contoh menulis narasi
yang ada di buku paket dan setelah dibaca guru meminta siswa untuk
menceritakan isi cerita tersebut dalam bentuk tulisan singkat kemudian disuruh
membacakan di depan kelas. Dan pada akhir-akhir pelajaran siswa diberi tugas
oleh guru untuk membuat karangan narasi sesuai dengan contoh yang
diberikan. Oleh karenanya, pada saat survai awal guru juga belum memberikan
evaluasi pada hasil pekerjaan siswa.
2) Siswa terlihat kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
Hasil observasi dalam survai awal juga dapat dilihat bahwa dalam
pembelajaran menulis narasi siswa di kelas masih kurang aktif. Hal itu dapat
lihat pada saat siswa mengikuti jalannya proses pembelajaran, saat guru
menerangkan siswa tidak ada yang bertanya dan ada beberapa siswa
menanggapi atau menjawab pertanyaan dari guru. Serta dalam observasi ini
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran masih belum terlihat, seperti guru
bertanya kepada siswa mengenai bacaan karangan narasi, siswa tidak ada yang
menjawab sehingga guru yang menjelaskan isi bacaan tersebut dan siswa
mendengarkan penjelasan dari guru saja.
3) Guru belum menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan
materi menulis narasi
Survai awal yang dilakukan peneliti di dalam kelas mengetahui bahwa
pada saat guru mengajar di dalam kelas hanya menggunakan metode cermah
dan tidak menggunakan media yang mendukung dalam proses pembelajaran
menulis narasi. Hanya saja saat melakukan awal pembelajaran di dalam kelas,
siswa diminta membaca materi yang belum diterangkan yang ada di dalam
buku paket kemudian disuruh berdiri semua untuk menjawab pertanyaan dari
guru, bagi yang benar menjawab bisa duduk dan bagi yang belum tetap masih
berdiri, akhirnya siswa yang masih berditri disuruh duduk oleh guru. Kemudian
guru memberikan materi mengenai menulis narasi. Peneliti melihat bahwa
model pembelajaran yang digunakan seperti itu dalam menulis narasi kurang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
dapat mengoptimalkan karena dengan itu membuat siswa tertekan dan bingung
sehingga siswa tidak bisa menuangkan ide/gagasan dalam menulis narasi.
4) Guru kurang dapat mengelola kelas pada saat mengajarkan materi menulis
narasi
Selama peneliti melakukan observasi di dalam kelas, peneliti melihat
bahwa proses pembelajaran menulis narasi berlangsung kurang berjalan
dengan optimal, karena pada saat guru mengajar di dalam kelas, guru hanya
duduk di meja guru dan berdiri di dekat meja saja. Sehingga guru kurang
menjangkau siswa keseluruhan. Hal itu mengakibatkan, ada beberapa siswa
yang duduk paling belakang dan jauh dari meja guru kurang fokus pada
pelajaran yang diberikan guru dan melakukan aktifitas sendiri, seperti
mengantuk, melamun, dan berbicara sendiri.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari guru mengenai hasil menulis
narasi pada kondisi awal, maka dari seluruh siswa kelas VII-C SMP N 3
75. Rendahnya nilai kemampuan siswa dalam menulis khususnya menulis narasi
membuat pembelajaran bahasa Indonesia lebih harus dioptimalkan. Berikut ini
hasil kemampuan menulis narasi di kelas VII-C SMP N 3 Sukoharjo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 4. Daftar Nilai Kondisi Awal Kemampuan Menulis Narasi Kelas VII-C
SMP N 3 Sukoharjo
No Indek Siswa Aspek yang Dinilai
Nilai Akhir Keterangan
Isi Organisasi Kosa Kata
Peng Bahasa Mekanik
1 7909 13 12 11 14 2 52 Tidak Tuntas 2 7910 25 14 16 18 2 75 Tuntas 3 7911 17 15 11 13 2 58 Tidak Tuntas 4 7912 14 15 11 15 2 57 Tidak Tuntas 5 7913 17 16 14 14 3 64 Tidak Tuntas 6 7914 19 18 16 20 2 75 Tuntas 7 7915 17 13 12 14 2 58 Tidak Tuntas 8 7916 21 18 15 18 3 75 Tuntas 9 7917 14 15 12 14 3 58 Tidak Tuntas
10 7918 14 11 13 13 2 53 Tidak Tuntas 11 7919 18 11 16 14 3 62 Tidak Tuntas 12 7920 22 16 15 20 2 75 Tuntas 13 7921 22 16 16 18 2 74 Tidak Tuntas 14 7922 24 18 15 16 2 75 Tuntas 15 7923 16 14 15 13 2 60 Tidak Tuntas 16 7924 23 18 16 15 3 75 Tuntas 17 7925 17 11 15 13 3 59 Tidak Tuntas 18 7926 18 15 14 16 3 78 Tuntas 19 7927 13 11 12 14 2 75 Tuntas 20 7928 16 13 13 16 2 60 Tidak Tuntas 21 7929 15 18 16 20 2 71 Tidak Tuntas Rata-rata 64
Keterangan:
Isi = 27 30 (sangat baik) Kosa Kata = 18 20 (sangat baik) Mekanik = 5 (sangat baik)
22 26 (cukup baik) 14 -17 (cukup baik) 4 (cukup baik)
17 21 (sedang cukup) 10 13 (sedang cukup) 3 (sedang cukup)
13 16 (sangat kurang) 7 9 (sangat kurang) 2 (sangat kurang)
Organisasi = 18 20 (sangat baik) Peng. Bahasa = 22 25 (sangat baik)
14 -17 (cukup baik) 18 21 (cukup baik)
10 13 (sedang cukup) 11 17 (sedang cukup)
7 9 (sangat kurang) 5 10 (sangat kurang)
Skor maksimal (Nilai Akhir) = 100

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Dari seluruh siswa kelas VII-C yang berjumlah 21 siswa, hanya 8 siswa
kemampuan menulis siswa khususnya menulis narasi menunjukkan ada
kelemahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok
aspek menulis narasi. Berikut adalah hasil tes awal kemampuan menulis narasi
siswa kelas VII-C SMP N 3 Sukoharjo yang ditujukkan berikut ini:
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi kelas VII-C
SMP N 3 Sukoharjo pada Kondisi Awal
No Interval
Nilai frekuensi
(fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Persentase
(%) Keterangan 1 55-60 11 57,5 632,5 53% Dibawah KKM 2 61-65 2 63,5 127 10% Dibawah KKM 3 66-70 1 69,5 69,5 5% Dibawah KKM 4 71-76 7 74,5 521,5 33% Diatas KKM 5 77-80 1 79,5 79,5 5% Diatas KKM Jumlah 21 1430 100% Nilai Rata-rata = 1430 : 21 = 68,09
Ketuntasan Klasikal = 8 : 21 x
100% = 38%
Dari tabel di atas mengenai frekuensi hasil kemampuan menulis narasi kelas
VII-C SMP N 3 Sukoharjo, maka akan ditampilkan dalam grafik nilai kemampuan
menulis narasi siswa kelas VII-C SMP N 3 Sukoharjo pada kondisi awal.
Gambar 4. Grafik Nilai kemampuan menulis Narasi Siswa Kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo pada kondisi awal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya peneliti dengan guru
melakukan diskusi untuk mencari solusi terhadap permasalahan yang terjadi
dalam pembelajaran menulis narasi di kelas VII-C. Akhirnya tercapailah
kesepakatan bahwa peneliti akan melakukan penelitian bersama guru kelas
sebagai kolaborator dengan menerapkan model pembelajaran quantum learning
dan media gambar berseri dalam pembelajaran menulis narasi di kelas VII-C SMP
N 3 Sukoharjo.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Peneliti melakukan tindakan untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam
pembelajaran menulis narasi yang bertujuan untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran dilakukan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yang
saling berkaitan, yaitu (1) perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, serta (4) analisis dan refleksi.
1. Deskripsi Tindakan Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan dengan guru bahasa Indonesia
yang bernama Bapak Muksoni, S.Pd. pada hari Selasa, 14 Februari 2012 (di
ruang guru) SMP N 3 Sukoharjo. Peneliti bersama dengan guru membicarakan
mengenai rancangan tindakan dan skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam siklus pertama. Serta diantara peneliti dan guru memperoleh kesepakatan
bahwa dalam melaksanakan siklus pertama akan dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan (4 x 40 menit). Tahapan perencanaan tindakan I meliputi kegiatan
berikut.
1) Peneliti bersama dengan guru merancang skenario pembelajaran menulis
narasi dengan metode quantum learning dan media gambar berseri. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam dua pertemuan sebagai berikut.
Pertemuan pertama
(a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi untuk menumbuhkan
semangat dan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam
3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
-ngibarkan bendera merah
putih yang sudah disediakan. (T=Tumbuhkan)
(b) Guru memberikan apersepsi dengan bertanya kepada siswa mengenai
ng pernah menulis ditempelkan di mading sekolah atau di
pengalaman yang ditulisnya di depan kelas (A= Alami)
(c) Guru memberikan penjelasan mengenai materi pengertian menulis narasi
dan langkah-langkah mengarang serta diimbangi dengan tanya jawab. Dari
penjelasan tersebut siswa diarahkan agar mereka dapat menamai sendiri
mengenai keterkaitan antara menulis narasi dengan gambar seri yang telah
disediakan atau disampaikan oleh guru (N= Namai).
(d) Siswa tidak ada yang bertanya, guru pun memperlihatkan sebuah contoh
dipersiapkan untuk mengajak siswa berpikir menentukan kerangka
karangan dalam membuat suatu karangan narasi (D= Demonstrasikan).
(e) Guru merefleksikan kembali mengenai materi pembelajaran menulis narasi
agar siswa lebih memahaminya (U= Ulangi).
(f) Guru menutup pelajaran dengan membuat kesimpulan pelajaran dan
menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan berikutnya.
Pertemuan Kedua
(a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi untuk
-ngibarkan bendera
merah putih yang sudah disediakan. (T= Tumbuhkan)
(b) Guru meminta siswa untuk menceritakan kerangka karangan menjadi
sebuah cerita berdasarkan hasil pengamatan contoh gambar seri yang
diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Berdasarkan cerita dari
siswa, kemudian guru mengaitkan dengan pengalaman yang terjadi dan
nyata dalam kehidupan sehari-hari (A=Alami).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
(c) Berdasarkan apa yang telah disampaikan guru, siswa dapat
menyimpulkan sendiri bahwa sesuatu yang dilihat dan diamati dapat
diungkapkan menjadi sebuah karangan yang indah (N=Namai).
(d) Guru memperlihatkan gambar seri dilayar LCD. Guru menugasi siswa
untuk menentukan tema dan kerangka karangan berdasarkan gambar seri
yang telah ditampilkan.
(e) Guru memberikan waktu 25 menit pada siswa untuk mengembangkan
tema dan kerangka karangan menjadi karangan narasi yang utuh. Setelah
waktu yang diberikan guru selesai, guru pun meminta siswa untuk
membacakan hasil karangannya di depan kelas, ada pun siswa yang maju
dengan berani membacakan hasil karangannya, yaitu bernama Gabriel,
Dian, dan Dyah (D=Demonstrasikan).
(f) Guru merefleksikan kembali mengenai materi pembelajaran menulis
narasi agar siswa lebih memahaminya (U= Ulangi).
(g) Guru memberikan applause dan reward kepada siswa yang mau maju
untuk membacakan hasil karangannya (R= Rayakan).
(h) Guru menutup pelajaran dengan memberikan kesimpulan pelajaran yang
telah dilaksanakan.
2). Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mengenai materi menulis narasi sesuai dengan silabus sekolah yang akan
digunakan pada siklus I.
3). Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian, instrumen yang dibuat
berupa instrumen hasil kemampuan menulis narasi dan penilaian proses
pembelajaran menulis narasi yang meliputi keaktifan siswa selama apersepsi,
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan kemampuan
siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahapan berikutnya yaitu pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan I guru
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum learning dan
media gambar seri berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah disusun. Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Februari 2012 di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kelas VII-C pada jam ketiga sampai keempat yaitu pukul 08.20-09.55 WIB.
Kegitan tindakan ini dilaksanakan dua kali pertemuan (4 x 40 menit).
Materi yang diajarkan pada siswa adalah siswa dapat menemukan pengertian
menulis narasi, siswa dapat menyebutkan langkah-langkah menulis narasi, dan
siswa dapat menulis narasi berdasarkan gambar seri dengan menggunakan
quantum learning dengan memperhatikan cara penulisan kalimat langsung dan tak
langsung. Pembelajaran dilakasanakan dengan metode quantum learning dan
media yang digunakan gambar berseri. Urutan dalam pelaksanaan tindakan I yang
dilaksanakan selama dua kali pertemuan sebagai berikut.
1) Pelaksanaan tindakan siklus I dalam pertemuan I
Pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 21 Februari 2012 jam ketiga
sampai keempat (08.20-09.55). Materi yang diajarkan, yaitu siswa dapat
menyebutkan pengertian menulis narasi, langkah-langkah mengarang, dan
dapat membuat karangan narasi. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan
menerapkan metode quantum learning dan media gambar berseri.
Kegiatan awal yang dilakukan guru, yaitu mengucapkan salam dan
menanyakan kondisi siswa. Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan menulis narasi.
Guru juga menyampaikan SK, KD, dan tujuan pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai. Kemudian guru membuka pelajaran dan memberikan
apersepsi berupa menya
(T=Tumbuhkan).
Pada kegiatan inti guru melibatkan siswa untuk mencari informasi yang
luas tentang menulis narasi dari berbagai sumber. Guru memberikan
penjelasan materi menulis dimulai dari pengertian menulis narasi. Guru
menulis ditempelkan di mading sekolah atau di kelas
pernah menulis siswa disuruh menceritakan pengalaman di depan kelas (A=
Alami). Guru memberikan penjelasan mengenai materi pengertian menulis
narasi dan langkah-langkah mengarang serta diimbangi dengan tanya jawab.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Dari penjelasan tersebut siswa diarahkan agar mereka dapat menamai sendiri
mengenai keterkaitan antara menulis narasi dengan gambar seri yang telah
disediakan atau disampaikan oleh guru (N= Namai). Guru memberitahukan
mengenai hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis yaitu penggunaan
ejaan, kosa kata, tata bahasa, dan tanda baca. Guru kemudian memberikan
kesempatan siswa bertanya tentang materi yang telah disampaikan. Siswa
tidak ada yang bertanya, guru pun memperlihatkan sebuah contoh gambar seri
kepada siswa yang telah dipersiapkan untuk
mengajak siswa berpikir menentukan kerangka karangan dalam membuat
suatu karangan narasi (D= Demonstrasikan).
Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru merefleksikan kembali
mengenai materi pembelajaran menulis narasi agar siswa lebih memahaminya.
(U= Ulangi). Guru memberikan applause kepada siswa yang sudah
mengikuti pembelajaran dengan baik dan tertib (R= Rayakan). Guru menutup
pelajaran dengan membuat kesimpulan pelajaran dan menyampaikan rencana
pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya.
2) Pelaksanaan tindakan siklus I dalam pertemuan II
Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari 2012 jam
ketiga sampai keempat (08.20-09.55). Materi yang diajarkan, yaitu siswa
dapat menyebutkan pengertian menulis narasi, langkah-langkah mengarang,
dan dapat membuat karangan narasi. Pembelajaran ini dilaksanakan dengan
menerapkan metode quantum learning dan media gambar berseri.
Kegiatan awal yang dilakukan guru yaitu mengucapkan salam dan
menanyakan kondisi siswa. Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan menulis narasi.
Guru juga menyampaikan SK, KD, dan tujuan pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai. Kemudian guru membuka pelajaran dan memberikan
(T=Tumbuhkan).
Pada kegiatan inti guru meminta siswa untuk menceritakan kerangka
karangan menjadi sebuah cerita dari hasil pengamatan contoh gambar seri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
yang diberikan guru pada pertemuan sebelumnya. Berdasarkan cerita dari
siswa, kemudian guru mengaitkan dengan pengalaman yang terjadi dan nyata
dalam kehidupan sehari-hari (A=Alami). Berdasarkan apa yang telah
disampaikan guru, siswa dapat menyimpulkan sendiri bahwa sesuatu yang
dilihat dan diamati dapat diungkapkan menjadi sebuah karangan yang indah
(N=Namai). Guru memperlihatkan gambar seri dilayar LCD. Guru menugasi
siswa untuk menentukan tema dan kerangka karangan berdasarkan gambar
seri yang telah ditampilkan. Guru memberikan waktu 25 menit pada siswa
untuk mengembangkan tema dan kerangka karangan menjadi karangan narasi
yang utuh. Setelah waktu yang diberikan guru selesai, guru pun meminta
siswa untuk membacakan hasil karangannya di depan kelas, ada pun siswa
yang maju dengan berani membacakan hasil karangannya, yaitu bernama
Gabriel Mencari Teman Lama , Dian
Chatting , sedangkan Dyah tema
Teman Facebook (D=Demonstrasikan). Bagi siswa
yang tidak berani maju dan malu-malu untuk membacakan hasil karya
mengarangnya, maka guru meminta siswa agar memberikan tanggapan dan
penilaian teman yang maju. Guru dengan siswa mengevaluasi hasil pekerjaan
yang telah dibuat oleh siswa. Siswa pun menyimak akan konfirmasi atas
kesalahan yang ada pada hasil karyanya.
Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru merefleksikan kembali
mengenai materi pembelajaran menulis narasi agar siswa lebih paham. (U=
Ulangi). Guru memberikan applause dan reward kepada siswa yang mau
maju untuk membacakan hasil karangannya (R= Rayakan). Guru menutup
pelajaran dengan memberikan kesimpulan pelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi
Selama tahap observasi ini peneliti melaksanakan pengamatan terhadap
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode quantum learning dan
media gamnbar seri yang pelaksanaannya di bantu oleh lembar observasi yang
disusun oleh guru bersama peneliti. Observasi ini dilaksanakan untuk
memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran Bahasa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Indonesia pada kemampuan menulis narasi kelas VII-C dengan menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan silabus mata pelajaran
bahasa Indonesia yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pembelajaran
dengan metode quantum learning dan media gambar seri dapat menghasilkan
perubahan pada hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas VII-C SD SMP N 3
Sukoharjo. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas atau
partisipasi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru
dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada setiap
pertemuan.
Pelaksanaan tindakan I ini berlangsung dalam dua kali pertemuan, di mana
diikuti oleh seluruh siswa kelas VII-C yang berjumlah 21 anak. Selama
pelaksanaan tindakan siklus I ini ditemukan kekurangan bagi guru dan siswa.
Kekurangan bagi guru, yaitu (a). Guru belum dapat membangkitkan semangat
siswa secara optimal khususnya dalam hal untuk memberikan pendapat atau
menaggapi, karena stimulus yang diberikan guru kurang direspon dengan baik
oleh siswa; (b). Guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan karena
posisi guru lebih banyak di depan dan pada titik tertentu saja (dekat meja guru
dan di depan papan tulis); serta (c). Guru masih terkesan terlalu galak dan tegas
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga siswa terlihat takut untuk
beraktualisasi.
Sedangkan kekurangan bagi siswa, yaitu (a). Sebagian siswa kelihatan
kurang berkonsentrasi dan malu-malu pada saat apersepsi untuk menyanyikan
bahwa siswa disuruh berbicara atau pun untuk menanggapi pertanyaan dari guru
tidak ada yang menjawab saat pembelajaran; (b). Hasil pengamatan peneliti
selama pembelajaran, hanya sebagian siswa yang sudah tampak antusias dalam
pembelajaran. Sedangkan sebagian siswa lainnya masih kurang menikmati
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas; serta (c). Berdasarkan
hasil karya siswa dalam menulis narasi dapat dilihat bahwa seluruh siswa belum
bisa membuat suatu karangan yang baik karena saat siswa dalam memilih dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
menggunakan pilihan kata masih terbatas dan belum memakai bahasa yang baku
atau pun belum sesuai dengan EYD-nya.
Selama peneliti melakukan pengamatan di kelas yang berpedoman dengan
instrumen penilaian, peneliti mendapatkan hasil pengamatan terhadap proses dan
hasil pembelajaran menulis narasi. Berdasarkan hasil pengamatan maka diperoleh
gambaran ketercapaian indikator dalam pelaksanaan siklus I, sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif dalam mengikuti apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria
sangat baik atau baik serta diindikatori oleh keaktifan yang ditandai dengan
kemauan merespon stimulus yang diberikan guru sebanyak 14 siswa atau
sekitar 67%. Sedangkan 7 siswa atau sekitar 33% tidak ikut merespon
stimulus dan sekadar menyanyi yang guru berikan.
Di bawah ini terdapat foto proses tindakan dalam pembelajaran menulis
narasi menggunakan metode quantum learning dan media gambar berseri.
Gambar 5
2) Siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan
dengan kriteria sangat baik atau baik serta diindikatori oleh kemauan siswa
untuk bertanya, menjawab, menaggapi, mengerjakan tugas dan
memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman
serta tidak sibuk beraktivitas sendiri) sebanyak 13 siswa atau sekitar 62%.
Sedangkan 8 siswa atau sekitar 38% tidak mau bertanya, menjawab,
menaggapi, mengerjakan tugas, dan memperhatikan materi yang diberikan
guru.
Di bawah ini terdapat beberapa foto proses tindakan dalam
pembelajaran menulis narasi menggunakan metode quantum learning dan
media gambar berseri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gambar 6. Siswa tidak fokus saat pembelajaran dan berbicara
sendiri dengan teman
3) Siswa aktif mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi yang dinyatakan
dengan kriteria sangat baik atau baik serta diindikatori oleh mampu menulis
narasi dengan baik sebanyak 11 siswa atau sekitar 52%. Sedangkan 10 siswa
atau 48% tidak bisa menulis narasi dengan baik.
Di bawah ini terdapat beberapa foto proses tindakan dalam
pembelajaran menulis narasi menggunakan metode quantum learning dan
media gambar berseri.
Gambar 7. Siswa sedang mengarang dengan mengembangkan ide pada
gambar seri menjadi tulisan narasi secara individu
4) Siswa yang yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 7 siswa atau
sekitar 33%, sedangkan sisanya sebanyak 14 siswa atau sekitar 67% belum
tuntas karena masih mendapatkan
d. Analisis dan Refleksi
Setelah melaksanakan observasi, data-data yang diperoleh melalui observasi
dikumpulkan untuk dianalisis. Tujuan dari refleksi adalah untuk mengetahui
kendala sekaligus solusi pelaksanaan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil
observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus I
belum menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama
belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan menulis narasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berikut ini adalah uraian hasil refleksi pada siklus I.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan
sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode quantum learning dan
media gambar berseri belum sepenuhnya tampak. Meskipun sudah dijelaskan,
tetapi masih ada siswa yang belum mengerti untuk mengarang narasi. Hal ini
mengakibatkan siswa belum sepenuhnya dapat membuat karangan narasi
berdasarkan metode quantum learning dan media gambar berseri sehingga nilai
yang diperoleh siswa pada siklus I belum menunjukkan perubahan yang cukup
berarti.
Posisi guru pada saat mengajar di dalam kelas hendaknya guru jangan berada
dalam satu titik saja (berdiri di dekat meja atau duduk di meja guru). Hendaknya
guru itu pada proses pembelajaran bisa berjalan berkeliling untuk memantau siswa
secara keseluruhan agar siswa lebih aktif ketika mengikuti pembelajaran yang
diberikan guru. Sebaiknya guru lebih banyak berinteraksi dengan siswa untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang lebih akrab. Sehingga siswa tidak merasa
takut atau merasa tegang ketika mengikuti pembelajaran tersebut.
Guru mengajar seharusnya memakai media dan metode pembelajaran yang
menarik bagi siswa, tidak hanya guru melakukan ceramah saja. Dengan guru
memakai media atau metode yang menarik siswa bisa aktif dan memperhatikan
materi yang diajarkan oleh guru bisa tersampaikan dengan baik. Guru dapat
memberikan motivasi dan keberanian kepada siswa untuk mengungkapkan
gagasan dan menaggapi. Oleh karena itu, untuk menumbuhkan minat siswa
tersebut guru tidak hanya memberikan tepuk tangan, guru bisa memberikan
dengan memberikan tambahan nilai pada siswa. Guru hendaknya disaat mengajar
sikapnya jangan terlalu galak, dengan guru mengajar terlalu galak siswa merasa
takut untuk melakukan aktivitas dan tidak berkonsentrasi secara penuh dalam
proses pembelajaran. Guru juga diharapkan untuk memberikan penguatan
mengenai materi pembelajaran menulis narasi. Dengan siswa tahu mengenai
kekurangan dalam menulis narasi, sehingga ada perbaikan-perbaikan tindakan
selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Hasil proses pembelajaran siswa dalam menulis narasi pada siklus I
terlihat ada peningkatan walaupun dalam skala kecil. Hal itu ditandai dengan
meningkatnya sejumlah indikator meliputi isi, organisasi, kosa kata,
pengembangan bahasa, dan mekanika. Peningkatan pada siklus I dalam menulis
narasi dapat dilihat melalui nilai yang diperoleh siswa dalam siklus I, sebagai
berikut.
Tabel 6. Nilai Siswa pada Siklus I
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai Nilai
Akhir Keterangan
Isi Organisasi Kosa Kata
Peng Bahasa Mekanik
1 Anjas Aziz C P 19 14 13 15 3 64 Tidak Tuntas
2 Avininda A P 22 18 14 20 3 77 Tuntas
3 Brilian Hanung S 17 16 15 16 2 66 Tidak Tuntas
4 Chintia Aprian N M 19 13 13 18 4 67 Tidak Tuntas
5 Dian Novitasari 22 17 13 20 3 75 Tuntas
6 Dilli Enggar P 24 14 16 17 4 75 Tuntas
7 Faisal N A 20 15 13 15 4 67 Tidak Tuntas
8 Firlian Adi Nugroho 22 15 14 15 4 70 Tidak Tuntas
9 Gabriel Adilla G 23 13 17 24 3 80 Tuntas
10 Gita Fajar R 20 18 17 18 3 76 Tuntas
11 Hafidah Isnaini P 19 15 18 20 3 75 Tuntas
12 Hanindya Tama S C 20 14 15 19 2 70 Tidak Tuntas
13 Ma'ruf Syaifuddin 20 13 14 15 3 65 Tidak Tuntas
14 Muhammad Irvan 20 18 13 14 3 68 Tidak Tuntas
15 Muninggar P 21 18 19 20 4 82 Tuntas
16 Nadya Ayu D 21 13 13 18 3 68 Tidak Tuntas
17 Novita Maharani 23 19 17 20 4 83 Tuntas
18 Rama Indra Perkasa 21 19 16 18 4 78 Tuntas
19 Reza Salmaa N A 20 14 15 23 4 76 Tuntas
20 Risa Afida Nuraini 18 16 13 17 2 66 Tidak Tuntas
21 Wanda Mahendra 16 17 16 18 4 71 Tuntas
Rata-rata 72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Berdasarkan hasil belajar yang dilakukan pada siklus I belum dapat
menunjukkan nilai yang bagus. Hal itu dapat dilihat melalui nilai rata-rata kelas
mencapai 72
siswa atau 52%. Pembelajaran pada siklus I belum dikatakan berhasil apabila
kemampuan menulis narasi siswa yang memperoleh ni
75%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode
quantum learning dan media gambar seri belum berhasil. Data nilai kemampuan
menulis narasi siswa kelas VII-C pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa
Kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo pada Siklus I
No Interval Nilai
frekuensi (fi)
Nilai Tengah
(xi) fi.xi Presentase
(%) Keterangan
1. 61-65 2 67,5 135 10% Dibawah KKM 2. 66-70 8 73,5 588 38% Dibawah KKM 3. 71-75 4 78,5 314 19% Diatas KKM 4. 76-80 5 83,5 417,5 24% Diatas KKM 5. 81-86 2 88,5 177 10% Diatas KKM
21 1631,5 100% Nilai Rata-rata = 1631,5: 21 = 77,6
Ketuntasan Klasikal = 11: 21 x 100%
= 52%
Berdasarkan tabel di atas mengenai distribusi frekuensi hasil kemampuan
menulis narasi siswa kelas VII-C SMP N 3 Sukoharjo dapat ditampilkan dalam
grafik berikut ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gambar 8. Grafik Nilai kemampuan menulis Narasi Siswa Kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo pada siklus I
Berdasarkan data peneliti di atas, dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan
siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan. Akan tetapi, suatu peningkatan
telah terjadi dalam beberapa indikator yang telah ditentukan, jika dibandingkan
dengan saat survai awal. Hal itu dapat dilihat dari beberapa siswa yaitu sebanyak
11 siswa atau 52% yang telah tuntas, sedangkan 10 siswa atau 48% belum
mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan (KKM 75). Setelah melihat itu semua,
maka guru bersama peneliti melanjutkan dengan siklus II. Siklus II ini dilakukan
untuk memperbaiki proses dan hasil belajar pada siklus I.
2. Deskripsi Tindakan Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Tahap perencanaan siklus II ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Maret 2012
di ruang kantor guru SMP N 3 Sukoharjo. Siklus ini dilaksanakan selama dua kali
pertemuan (4x40 menit). Berdasarkan analisis dan refleksi pelaksanaan tindakan
siklus I diketahui bahwa sudah menunjukkan adanya peningkatan dalam menulis
narasi di SMP N 3 Sukoharjo tetapi masih belum berhasil mencapai maksimal.
Maka pada siklus II ini peneliti dengan guru berdikusi untuk mencari alternative
pemecahan permasalahan berupa kekurangan yang masih ditemukan pada siklus
sebelumnya.
Kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya akan diatasi pada siklus II ini.
Hal-hal yang harus dilakukan guru untuk mengatasi kekurangan tersebut, yaitu (a)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
agar guru membangkitkan semangat siswa sebelum memulai pelajaran maka
terlebih dahulu guru memberikan suatu permainan yang masih berhubungan
dengan materi yang diajarkan; (b) agar guru dapat memantau siswanya secara
keseluruhan maka guru disaat mengajar harus menempatkan pada posisi yang
strategis; (c) agar guru tidak kelihatan galak dan tegas maka disaat guru mengajar
banyak tersenyum dan diselingi menceritakan cerita yang masih tetap
bersangkutan dengan materi yang dibahas; (d) agar siswa tidak kelihatan malu-
malu lagi maka disaat itu guru harus bisa menumbuhkan keberanian siswa
Untuk memikat perhatian atau pun keantusiasan siswa yang dilakukan
guru dengan memberikan pembelajaran yang menarik. Misalnya guru
mengajarkan materi yang menggunakan metode dan media yang menarik; serta (f)
agar hasil karya siswa mendapatkan nilai yang baik, maka guru harus
menerangkan materi dengan tepat.
Berdasarkan diskusi tersebut disepakati bahwa pelaksanaan tindakan siklus II
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 4x40 menit yaitu
pada hari Selasa, 28 Februari 2012.
1). Peneliti bersama dengan guru merancang skenario pembelajaran menulis
narasi dengan metode quantum learning dan media gambar berseri. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam dua pertemuan sebagai berikut.
Pertemaun Pertama
(a). Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi untuk
-ngibarkan bendera
merah putih yang sudah disediakan. (T= Tumbuhkan)
(b). Guru bertanya kepada salah satu siswa yang hasil karangannya cukup
bagus yang dibuat pada pertemuan sebelumnya. Kemudian guru
mengaitkan antara isi karangan siswa tersebut dengan pengalaman siswa
(A= Alami).
(c). Siswa mendengarkan materi yang disampaikan guru mengenai
pengertian menulis narasi dan memberikan penjelasan tentang kalimat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
langsung dan tak langsung. Berdasarkan materi yang disampaikan guru,
nantinya siswa diarahkan untuk dapat mendefinisikan sendiri mengenai
materi menulis narasi dan penjelasan kalimat langsung dan tak langsung
(N= Namai).
(d). Guru memberikan tugas pada masing-masing kelompok untuk
menentukan tema dan kerangka karangan berdasarkan gambar seri yang
diberikan guru. Setelah tema dan kerangka karangan terbentuk dari
kelompok, kemudian secara individu siswa diminta untuk
mengembangkan menjadi sebuah karangan yang utuh dan menarik
(D=Demonstrasikan).
(e). Guru merefleksikan kembali mengenai materi pembelajaran menulis
narasi agar siswa lebih memahaminya. (U= Ulangi).
(f). Guru memberikan applause kepada siswa yang sudah menyelesaikan
tugasnya dengan baik (R= Rayakan).
(g) Guru menutup pelajaran bahasa Indonesia dan menyimpulkan hasil
pembelajaran
Pertemuan Kedua
(a) Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi untuk menumbuhkan
bernyanyi dibarengi siswa mengibar-ngibarkan bendera merah putih yang
sudah disediakan. (T= Tumbuhkan)
(b) Guru bersama siswa mengingat kembali tentang materi karangan narasi
yang sudah dipelajari dari pertemuan sebelumnya yang dikaitkan dengan
pengetahuan atau pengalaman siswa. (A=Alami)
(c) guru memberikan pertanyaan pada siswa mengenai hal-hal yang
bersangkutan menulis narasi dan gambar seri. Melalui kegiatan tersebut
akhirnya siswa dapat mendefinisikan sendiri mengenai menulis narasi dan
gambar seri. (N=Namai)
(d) Guru membagikan tugas pada siswa untuk melanjutkan kembali
mengembangkan tema dan kerangka karangan pada pertemuan
sebelumnya menjadi tulisan yang utuh. (D=Demonstrasikan)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
(e) Guru merefleksikan kembali mengenai materi pembelajaran menulis narasi
agar siswa lebih memahaminya. (U= Ulangi)
(f) Guru memberikan applause kepada siswa yang sudah menyelesaikan
tugasnya dengan baik. (R= Rayakan)
(g) Guru menutup pelajaran bahasa Indonesia dengan mengucapakan salam.
2). Guru bersama peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
mengenai materi menulis narasi sesuai dengan silabus sekolah yang akan
digunakan pada siklus II.
3). Guru bersama peneliti menyusun instrumen penelitian, instrumen yang dibuat
berupa instrumen hasil kemampuan menulis narasi dan penilaian proses
pembelajaran menulis narasi yang meliputi keaktifan siswa selama apersepsi,
keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan kemampuan
siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi.
2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan pembelajaran siklus II ini dengan menggunakan metode
quantum learning dan media gambar berseri sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan tindakan ini
dilakasnakan selama dua kali pertemuan. Perbedaan siklus II dari siklus I adalah
selain pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai juga pada media gambar yang
akan digunakan dalam pembelajaran. Urutan dalam pelaksanaan tindakan II
sebagai berikut.
(a) Pelaksanaan Tindakan Siklus II dalam Pertemuan I
Tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa, 6 Maret 2012 di kelas
VII-C pada jam ketiga sampai keempat yaitu pukul 08.20-09.55 WIB. Materi
yang diajarkan yaitu siswa dapat menyebutkan pengertian menulis narasi,
langkah-langkah mengarang, dan membuat karangan narasi. Pembelajaran ini
dilaksanakan dengan menerapkan metode quantum learning dan media
gambar berseri.
Kegiatan awal yang dilakukan guru yaitu mengucapkan salam dan
menanyakan kondisi siswa. Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan menulis narasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Guru juga menyampaikan SK, KD, dan tujuan pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai. Kemudian guru membuka pelajaran dan memberikan
(T=Tumbuhkan).
Kegiatan inti yang dilakukan adalah guru menjelaskan kembali tentang
menulis narasi serta menambahi penjelasan mengenai materi kalimat langsung
dan tak langsung dalam mengarang. Siswa memperhatikan disaat guru
menerangkan materi tentang kalimat langsung dan tak langsung. Guru
membagikan hasil pekerjaan siswa pada pertemuan sebelumnya. Guru
menjelaskan masih ada kesalahan dari penulisan hasil karangan sebelumnya
pada siswa. Siswa pun menyimak penjelasan guru mengenai kesalahan
penulisan dalam mengarang. Guru menjelaskan bahwa kesalahan penulisan itu
terletak pada hal ejaan. Guru bertanya kepada salah satu siswa yang hasil
karangannya cukup bagus yang dibuat pada pertemuan sebelumnya.
Kemudian guru mengaitkan antara isi karangan siswa tersebut dengan
pengalaman yang pernah dialami atau diamati siswa (A= Alami). Siswa
mendengarkan materi yang disampaikan guru mengenai pengertian menulis
narasi dan memberikan penjelasan tentang kalimat langsung dan tak langsung.
Berdasarkan materi yang disampaikan guru, selanjutnya siswa diarahkan
untuk dapat mendefinisikan sendiri mengenai materi menulis narasi dan
penjelasan kalimat langsung dan tak langsung (N= Namai). Guru meminta
siswa untuk membentuk kelompok (masing-masing kelompok terdiri atas 4-5
orang). Cara pembagian kelompok dengan menyebutkan nomor 1-4 secara
urut bergantian. Bagi siswa yang mendapatkan angka yang sama itu berarti
menjadi satu kelompok. Kemudian guru memberikan tugas pada masing-
masing kelompok untuk menentukan tema dan kerangka karangan
berdasarkan gambar seri yang diberikan guru. Setelah tema dan kerangka
karangan terbentuk dari kelompok, kemudian secara individu siswa diminta
untuk mengembangkan menjadi sebuah karangan yang utuh dan menarik
(D=Demonstrasikan). Guru berkeliling dan melilat-lihat masih ada siswa
yang belum bisa membuat karangan narasi, kemudian guru memberikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
arahan. Guru memberikan waktu 15 menit untuk melakukan diskusi dalam
menentukan tema dan kerangka karangan gambar tersebut. Sedangkan untuk
mengembangkan tema dan kerangka karangan guru memberikan waktu 25
menit. Ketika waktu habis guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil
pekerjaanya, baik bagi yang sudah selesai atau belum selesai dapat
dikumpulkan. Pada pertemuan selanjutnya akan dilanjutkan kembali.
Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru merefleksikan kembali
mengenai materi pembelajaran menulis narasi agar siswa lebih memahaminya.
(U= Ulangi). Guru memberikan applause kepada siswa yang sudah
menyelesaikan tugasnya dengan baik. (R= Rayakan). Guru menutup
pelajaran bahasa Indonesia dan menyimpulkan hasil pembelajaran.
(b) Pelaksanaan Tindakan Siklus II dalam Pertemuan II
Tindakan siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa, 13 Maret 2012 di
kelas VII-C pada jam ketiga sampai keempat yaitu pukul 08.20-09.55 WIB.
Materi yang diajarkan yaitu siswa dapat menyebutkan pengertian menulis
narasi, langkah-langkah mengarang, dan membuat karangan narasi.
Pembelajaran ini dilaksanakan dengan menerapkan metode quantum learning
dan media gambar berseri.
Kegiatan awal yang dilakukan guru yaitu mengucapkan salam dan
menanyakan kondisi siswa. Guru memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bertanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan menulis narasi.
Guru juga menyampaikan SK, KD, dan tujuan pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai. Kemudian guru membuka pelajaran dan memberikan
(T=Tumbuhkan).
Kegiatan inti yang dilakukan guru bersama siswa mengingat kembali
tentang materi karangan narasi yang sudah dipelajari dari pertemuan
sebelumnya yang dikaitkan dengan pengetahuan siswa (A=Alami).
Guru memberikan pertanyaan pada siswa mengenai hal-hal yang bersangkutan
menulis narasi dan gambar seri. Melalui kegiatan tersebut akhirnya siswa
dapat mendefinisikan sendiri mengenai pengertian menulis narasi dan gambar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
seri (N=Namai). Guru membagikan tugas pada siswa untuk melanjutkan
kembali mengembangkan tema dan kerangka karangan pada pertemuan
sebelumnya menjadi tulisan yang utuh (D=Demonstrasikan). Guru
memberikan waktu 25 menit untuk mengerjakan tugas, ketika waktu yang
ditentukan habis guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas dimeja yang
paling depan. Guru menukarkan tugas siswa secara perbaris. Ada siswa yang
mau maju untuk membacakan hasil karangan temannya, yaitu Muniggar tema
Teman lain memberikan penilaian terhadap hasil karangan yang telah ditukar
(baik dari ejaan, kosa kata, tata bahasa, dan tanda baca). Guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai pembelajaran yang telah
dilakukan. Guru bersama siswa mengevaluasi tugas yang telah dikerjakan.
Hasil karangan siswa ditempelkan di mading kelas yang telah dipersiapkan.
Kegiatan akhir pembelajaran diisi dengan guru merefleksikan kembali
mengenai materi pembelajaran menulis narasi agar siswa lebih memahaminya.
(U= Ulangi). Guru memberikan applause kepada siswa yang sudah
menyelesaikan tugas dengan baik (R= Rayakan). Guru menutup pelajaran
bahasa Indonesia dengan mengucapakan salam.
3) Observasi
Hasil Observasi tindakan II ini difokuskan pada kegiatan pembelajaran
yang berlangsung di kelas, baik proses maupun aktivitas siswa dan guru.
Observasi siklus II bertujuan untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam siklus
I sudah dapat diatasi atau belum. Hal ini peneliti hanya sebagai partisipan pasif
yang hanya mengamati jalannya proses pembelajaran dan mengambil posisi
tempat duduk paling belakang agar tidak mengganggu saat kegiatan pembelajaran.
Akan tetapi, sesekali peneliti berada di depan kelas untuk mengambil gambar
dokumentasi dalam penelitian.
Hasil observasi pada siklus II ini dapat dideskripsikan bahwa sebagian
besar siswa sudah dapat meningkatkan aktivitas dalam mengikuti pembelajaran.
Hal itu dapat dilihat ketika siswa yang tadinya malu-malu sudah terlihat berani
berbicara. Keberanian mengungkapkan pendapat sudah semakin meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Keantusiasan siswa dalam belajar sudah muncul, karena pembelajarannya tidak
membosankan. Peningkatan hasil karya siswa didapat oleh pengajaran guru yang
tepat sasaran sehingga hasilnya baik. Di sudut lain guru semakin meningkatkan
perhatiannya kepada setiap siswa baik kelompok maupun individu, sehingga
kegiatan pembelajaran semakin lancar.
Hasil proses dan hasil pembelajaran siswa dalam menulis narasi pada
siklus II terlihat sudah ada peningkatan. Hal itu ditandai dengan meningkatnya
sejumlah indikator meliputi isi, organisasi, kosa kata, pengembangan bahasa, dan
mekanika. Peningkatan pada siklus II dalam menulis narasi dapat dilihat melalui
nilai yang diperoleh siswa dalam siklus II, sebagai berikut:
1) Siswa yang aktif dalam mengikuti apersepsi yang dinyatakan dengan kriteria
sangat baik atau baik serta diindikatori oleh keaktifan yang ditandai dengan
kemauan merespon stimulus yang diberikan guru sebanyak 19 siswa atau
sekitar 90%. Sedangkan 2 siswa atau sekitar 10% tidak ikut merespon
stimulus dan sekadar menyanyi yang guru berikan, sehingga mendapatkan
nilai cukup.
Di bawah ini terdapat beberapa foto proses tindakan dalam pembelajaran
menulis narasi menggunakan metode quantum learning dan media gambar
berseri.
Gambar 9. Siswa aktif dalam mengikuti apersepsi dengan
2) Siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dinyatakan
dengan kriteria sangat baik atau baik serta diindikatori oleh kemauan siswa
untuk bertanya, menjawab, menaggapi, mengerjakan tugas dan
memperhatikan materi yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman
serta tidak sibuk beraktivitas sendiri) sebanyak 18 siswa atau sekitar 86%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Sedangkan 3 siswa atau sekitar 14% tidak fokus pada pelajaran atau berbicara
sendiri dengan teman, dan melamun.
Di bawah ini terdapat beberapa foto proses tindakan dalam pembelajaran
menulis narasi menggunakan metode quantum learning dan media gambar
berseri.
Gambar 10. Siswa fokus saat guru menerangkan materi
3) Siswa aktif mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi yang dinyatakan
dengan kriteria sangat baik atau baik serta diindikatori oleh mampu menulis
narasi dengan baik sebanyak 17 siswa atau sekitar 81%. Sedangkan 4 siswa
atau 19% tidak bisa menulis narasi dengan baik.
Di bawah ini terdapat beberapa foto proses tindakan dalam
pembelajaran menulis narasi menggunakan metode quantum learning dan
media gambar berseri.
Gambar 11. Siswa berdiskusi untuk mengembangkan ide pada gambar seri secara
berkelompok
4) Siswa yang yang telah mencapai ketuntasan belajar sebanyak 17 siswa atau
sekitar 81%. Sedangkan siswa atau sekitar 19% belum tuntas karena masih
mend .
4) Analisis dan Refleksi
Setelah melaksanakan observasi pada siklus II, kemudian data-data yang
diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
observasi yang dilaksanakan selama proses pelaksanaan tindakan pada siklus II
sudah menunjukkan perubahan yang berarti, baik pada keaktifan siswa selama
belajar maupun pada pencapaian hasil belajar kemampuan menulis narasi.
Berikut ini adalah uraian hasil analisis dan refleksi pada siklus II.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran menunjukkan
sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan metode quantum learning dan
media gambar berseri sudah mengalami peningkatan. Karena didukung oleh guru
mengajar sudah tidak berada dalam satu titik saja melainkan guru sudah mulai
berkeliling untuk memantau siswanya ketika mengajar di kelas. Guru juga sudah
mulai berinteraksi dengan siswa tidak merasa takut atau merasa tegang ketika
belajar. Tindakan siklus II ini guru mengajarnya tidak hanya dengan ceramah saja
melain dengan melakukan diskusi kelompok dan tanya jawab. Hal ini bertujuan
untuk membantu siswa lebih aktif dalam menuangkan ide gagasan dan
berpendapat. Guru di saat mengajar mimik wajahnya tidak begitu galak,
melainkan guru sedikit murah senyum tetapi guru masih kelihatan tegas disaat
mengajar.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran menulis narasi pada siklus II (baik proses maupun hasil)
menunjukkan adanya peningkatan pada masing-masing indikator yang telah
ditetapkan guru dan peneliti. Hal itu dapat dilihat sebagai berikut.
1) Keaktifan siswa yang aktif dalam mengikuti apersepsi dalam pembelajaran
menulis narasi melalui penerapan metode quantum learning dan media gambar
berseri pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 67%
menjadi 90%. Siswa pada tahap ini lebih merespon guru saat apersepsi.
2) Siswa yang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II telah
mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 62% menjadi 86%. Tahap ini
siswa lebih aktif untuk merespon stimulus guru.
3) Siswa aktif mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I sebesar
52% menjadi 81%. Tahap ini siswa tampak bersungguh-sungguh dalam
mengerjakan tugas baik indivisu atau pun kelompok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
4) Siswa yang yang telah mencapai ketuntasan belajar dalam menulis narasi
pada siklus II telah mencapai 81%, jika dibanding siklus I hanya 33%. Adapun
peningkatan kemampuan menulis narasi siswa dapat dilihat dalam perolehan
nilai pada siklus II, sebagai berikut.
Tabel 8. Nilai Siswa Pada Siklus II
No Nama Siswa
Aspek yang Dinilai Nilai
Akhir Keterangan
Isi Organisasi Kosa
Kata
Peng
Bahasa Mekanik
1 Anjas Aziz C P 22 17 16 20 4 79 Tuntas
2 Avininda Anggelia P 23 18 16 23 4 84 Tuntas
3 Brilian H S 22 16 15 23 4 80 Tuntas
4 Chintia Aprian N M 22 19 16 20 4 81 Tuntas
5 Dian Novitasari 24 17 13 20 4 78 Tuntas
6 Dilli Enggar P 21 17 16 18 3 75 Tuntas
7 Faisal N A 18 15 13 18 4 68
Tidak Tuntas
8 Firlian Adi N 21 15 18 22 4 80 Tuntas
9 Gabriel Adilla G 25 13 17 24 4 83 Tuntas
10 Gita Fajar R 23 18 18 23 4 86 Tuntas
11 Hafidah Isnaini P 20 16 18 21 3 78 Tuntas
12 Hanindya Tama S C 23 15 15 18 4 75 Tuntas
13 Ma'ruf Syaifuddin 19 15 16 19 4 73
Tidak Tuntas
14 Muhammad Irvan 24 16 18 20 3 81 Tuntas
15 Muninggar P 24 19 17 25 4 89 Tuntas
16 Nadya Ayu D 21 17 17 20 4 79 Tuntas
17 Novita Maharani 26 18 14 23 4 85 Tuntas
18 Rama Indra Perkasa 24 20 16 22 4 86 Tuntas
19 Reza Salmaa N A 24 16 18 22 3 83 Tuntas
20 Risa Afida Nuraini 21 15 17 21 4 78 Tuntas
21 Wanda Mahendra 16 14 15 21 4 70 Tidak Tuntas
Rata-rata 80
Berdasarkan hasil belajar yang dilaksanakan pada siklus II di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa penelitian ini cukup untuk dilakasanakan.
Meskipun masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan kata Tuntas tetapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa siklus II ini berhasil. Hal ini dapat
dilihat melalui nilai rata-rata kelas mencapai 80, di mana siswa yang memperoleh
atau sekitar 86%, sedangkan pada siswa yang
dengan menerapkan metode quantum learning dan media gambar berseri sudah
berhasil. Hal ini dapat dilihat mengenai data hasil kemampuan menulis narasi
siswa kelas VII-C pada siklus II, sebagai berikut.
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil Kemampuan Menulis Narasi Siswa
Kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo pada Siklus II
No Interval
Nilai frekuensi
(fi) Nilai Tengah (xi) fi.xi Prosentase
(%) Keterangan
1 65-70 2 67,5 135 10% Dibawah KKM
2 71-75 3 73,5 220,5 14% Diatas KKM
3 76-80 7 78,5 549,5 33% Diatas KKM
4 81-85 6 83,5 501 29% Diatas KKM
5 86-90 3 88,5 265,5 14% Diatas KKM
21 1671,5 100% Nilai Rata-rata: 1671,5 : 21 = 79,5 Ketuntasan Klasikal = 18: 21 x 100% = 86%
Berdasarkan tabel di atas mengenai distribusi frekuensi hasil kemampuan
menulis narasi siswa kelas VII-C SMP N 3 Sukoharjo dapat ditampilkan dalam
grafik berikut ini.
Gambar 12. Grafik Nilai Kemampuan Menulis Narasi Siswa kelas VII-
C SMP Negeri 3 Sukoharjo Pada Siklus II
Interval
Frek
uens
i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Berdasarkan data peneliti di atas, dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan
siklus III sudah berhasil dan mencapai indikator ketercapaiannya. Hal ini dapat
dilihat dari sejumlah siswa yang memp
Jadi, setelah melihat penelitian tindakan siklus II ini sudah cukup untuk
dilaksanakan.
4. Deskripsi Antarsiklus
Setelah melakukan penelitian dengan dua siklus yaitu siklus I dan II maka
hasil pelaksanaan pembelajaran menulis narasi setiap siklus di atas dapat
digambarkan secara rinci pada tabel rekapitulasi, sebagai berikut.
Tabel 10. Hasil Tindakan Berdasarkan Indikator Ketercapaian
No. Aktivitas dalam Pembelajaran Presentase
Siklus I Siklus II
1
Keaktifan siswa selama apersepsi (indikator:
merespon stimulus yang diberikan guru saat
apersepsi)
67% 90%
2
Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (indikator: keaktifan bertanya,
menjawab, serta menaggapi, mengerjakan
tugas dan memperhatikan materi yang
disampaikan guru
62% 86%
3
Kemampuan siswa dalam mengembangkan
ide ke dalam tulisan narasi (indikator:
dinyatakan telah mencapai ketuntasan
belajar)
52% 81%
4
Kemampuan siswa dalam menulis narasi
(indikator: jumlah siswa yang memperoleh
67% 81%

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian yang
dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I dna II terjadi suatu peningkatan yang
cukup baik pada indikator ketercapaiannya. Peningkatan dalam indikator
ketercapaiannya mencapai 14%-29%. Hal itu dapat dilihat dalam keberhasilan
keaktifan siswa selama apersepsi mengalami peningkatan sebesar 23%, keaktifan
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran meningkat sekitar 24%, dan
kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi pun
meningkat sebesar 29%.
Selain itu, dapat dilihat pada indikator ketercapaian dalam ketercapain
siswa dalam menulis narasi juga mengalami peningkatan presentase sebesar 14%.
Peningkatan tersebut tampak dari hasil menulis narasi siswa yang pada setiap
siklusnya menunjukkan adanya perbaikan dalam pemakaian kata, ejaan, dan tata
bahasanya. Siklus II memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan
dengan dari nilai rata-rata pada saat survai awal dan siklus sebelumnya (siklus I ).
Rata-rata nilai siswa dalam siklus II menjadi 80 atau mengalami peningkatan
sekitar 11 poin jika dibandingkan dari survai awal (nilai rata-rata siswa 64).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode quantum
learning dan media gambar berseri dalam pembelajaran dapat meningkatkan
menulis narasi pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan tindakan,
berikut ini dijabarkan pembahasan hasil penelitian mengenai Peningkatan
Kemampuan Menulis Narasi dengan Metode quantum learning dan Media
Gambar Berseri Pada Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yaitu siklus I
sampai dengan siklus II. Setiap siklus dilaksanakan dua kali pertemuan (4x40).
Adapun tahapan dalam tiap siklus terdapat empat tahap, yaitu: tahap perencanaan
tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi, dan analisis dan refleksi.
Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti terlebih dahulu melakukan survai
awal. Hal itu untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya dan mencari informasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
kendala apa yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Setelah melakukan survai awal, peneliti menemukan bahwa kualitas proses dan
hasil pembelajaran menulis naras di kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo masih
kurang memuaskan. Karena kompetensi menulis dirasa sulit bagi siswa terutama
menulis narasi. Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam pembelajaran
menulis masih belum mencapai KKM.
Peneliti dan guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
sebelum melaksanakan siklus I. Pada siklus I ini merupakan tindakan awal yang
dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada pada pembelajaran menulis narasi
kelas VII-C. Setipa siklus ini pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan
metode quantum learnig
dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Hasil tindakan siklus I
memiliki kekurangan yang berasal dari guru dan siswa. Kekurangan dari segi
guru, yaitu (1) guru belum dapat membangkitkan semangat siswa secara optimal
dalam pembelajaran; (2) guru kurang dapat memantau siswa secara keseluruhan;
dan (3) guru masih terkesan terlalu galak dan tegas dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Dari segi siswa, yaitu (1) siswa kelihatan kurang berkonsentrasi
dan malu-malu pada saat apersepsi; (2) sebagian siswa kurang antusias serta
kurang menikmati kegiatan pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas; dan
(3) berdasarkan hasil karya siswa masih ada ejaan yang masih salah.
Faktor penyebab kurang memuaskan hasil tes kemampuan siswa menulis
narasi pada tindakan siklus I itu dikarenakan kekurangan guru dan siswa pada
saat proses pembelajaran. Hal itu bisa dilihat dari hasil pembelajatan siklus I,
sebesar 11 siswa atau sekitar 52% dari jumlah keseluruhan. Selanjutnya,
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I itu dievaluasi peneliti dan
guru sehingga memperoleh perencanaan baru. Melalui perencanaan ini diharapkan
dapat mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I.
Pada pelaksanaan siklus II guru dan peneliti memberikan beberapa solusi
untuk mengatasi beberapa permasalahan yang terjadi pada siklus I. Solusi tersebut
yaitu (1) guru menumbuhkan semangat siswa dalam pembelajaran dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
memberikan materi yang menarik dan tidak membosankan; (2) disaat mengajar
guru tidak hanya berada pada satu titik saja, melainkan guru mengelilingi murid di
saat mengajar; (3) guru menambahkan materi mengenai kaidah kata langsung dan
tak langsung; dan (4) mimik guru harus menyenagkan bisa tersenyum, karena
murid-murid agar tidak takut atau tertekan saat proses pembelajaran. Tinadakan
ini mengalami peningkatan proses dan hasil pembelajaran menulis dari siklus I.
Peningkatan proses dapat dilihat dari indikator ketercapaiannya yaitu keaktifan
siswa selama apersepsi, keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
dan kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi.
Sedangkan untuk peningkatan hasil dapat dilihat dari meningkanya jumlah siswa
yang telah mencapai ketuntasan belajar dalam menulis narasi yang telah dibuat
siswa dari siklus II ini mencapai 81%, sedangkan pada siklus I sebesar 67%.
Tindakan siklus II dapat mengatasi kekurangan yang terdapat pada siklus
sebelumnya serta tujuan pembelajaran yang telah direncanakan juga telah
tercapai. Oleh sebab iu, penelitian ini cukup dilaksanakan sampai siklus II.
Berdasarkan observasi dan analisis data yang telah diperoleh, dapat
ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan metode quantum learning dan media gambar berseri pada
siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo. Baik dari kegiatan guru maupun
kegiatan siswa. Dari kegiatan guru terlihat guru sudah baik dalam mengelola
kelas, dari kesiapan guru (posisi guru ketika menjelaskan sudah menyeluruh,
posisi guru saat diskusi juga sudah baik guru tidak hanya di depan, tetapi
berkeliling kelas), kemempuan guru menerangkan materi yang sudah menarik,
kemampuan guru membuka dan menutup pelajaran juga sudah baik pada akhir
pembelajaran guru juga melakukan refleksi dan menyimpulkan pembelajaran.
Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil kemampuan menulis
narasi yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan
setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan II yang masing-masing siklusnya
dilaksanakan dua kali pertemuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 11. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Kemampuan Menulis Narasi
Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo pada Kondisi Awal,
Siklus I dan II
No. Pembelajaran Menulis Narasi
Kondisi Awal
Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I Siklus II
1 Nilai rata-rata 64 72 80
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang
-rata
kemampuan menulis siswa pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 64. Pada
siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kemampuan menulis narasi
siswa menjadi 72. Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 80.
Peningkatan tersebut membuktikan bahwa metode quantum learning dan media
gambar berseri tepat untuk membantu meningkatkan kemampuan menulis siswa
khususnya untuk menulis narasi. Hal ini dapat direfleksikan bahwa pembelajaran
menulis narasi yang dilaksanakan oleh guru dapat dinyatakan berhasil.
Untuk melihat perbandingan persentase hasil menulis narasi dari kondisi
awal, siklus I, dan II dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 13. Grafik persentase hasil nilai menulis narasi siswa kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo
Secara garis besar perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai
ketuntasan belajar kemampuan menulis narasi pada kondisi awal sebelum
tindakan, siklus I dan II sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 12. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 Tuntas 8 siswa 38% 11 siswa 52% 18 siswa 86%
2 Tidak Tuntas 13 siswa 62% 10 siswa 48 % 3 siswa 14%
Berdasarkan tabel di atas menyatakan bahwa rekapitulasi ketuntasan
belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo. Hal ini dapat dilihat bahwa
ketuntasan belajar siswa dalam menulis narasi terlihat adanya penigkatan yaitu
pada kondisi awal yang mencapai KKM sebanyak 8 siswa atau 38%. Pada siklus I
mengalami peningkatan KKM sebanyak 11 siswa atau 52%, serta siklus II KKM
yang diperoleh sebanyak 18 siswa atau 86%. Selain itu juga, tabel rekapitulasi
ketuntasan belajar siswa dapat disajikan dalam suatu grafik yang isinya tentang
peningkatan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo, sebagai berikut.
Gambar 14. Grafik Peningkatan Ketuntasan Kemampuan Menulis Narasi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Sukoharjo pada Kondisi Awal,
Siklus I dan II
Setelah dilakukannya tindakan dalam mengatasi permasalahan yang
terdapat pada kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo mengenai materi menulis
narasi, maka dapat dilihat bahwa dengan menggunakan metode quantum learning

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dan media gambar berseri dalam pembelajaran menulis narasi mengalami
peningkatan yang cukup signifikan pada siklusnya. Peningkatan hasil tulisan
narasi siswa pada siklus I sebesar 11 siswa atau 52% sudah mencapai KKM
memiliki nilai rata-rata 72. Sedangkan siklus II sebesar 18 siswa atau 86%.
Sehingga hasil tulisan siswa dari siklus sebelumnya mengalami peningkatan.
Sedangkan dalam peningkatan proses dan hasil menulis narasi dapat disajikan
dengan rekapitulasi indikator ketercapaian menulis narasi pada siswa kelas VII-C
SMP Negeri 3 Sukoharjo sebagai berikut.
Tabel 13. Rekapitulasi Indikator Ketercapaian Menulis Narasi Siswa Kelas
VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo
No. Kegiatan siswa Persentase
Siklus I Siklus II
2
Keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan
pembelajaran menulis narasi
62% 86%
4
Ketuntasan hasil belajar
(kemampuan siswa dalam
menulis narasi)
33% 86%
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kemampuan menulis narasi
dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode quantum learning dan media
gambar berseri pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo. Dengan
menggunakan metode dan media tersebut dapat mempermudah siswa untuk
menuangkan gagasan idenya ke dalam bentuk tulisan narasi. Metode dan media
itu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Peningkatan prosesnya dapat
dilihat pada saat siswa aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis
narasi dan merespon stimulus yang diberikan guru khususnya pada pelajaran
bahasa Indonesia pokok materi manulis narasi. Peningkatan hasilnya didasarkan
pada ketuntasan hasil belajar siswa dalam menulis narasi. Oleh karena itu, kualitas
hasil belajar siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo pun meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
metode quantum learning dan media gambar berseri dapat meningkatkan kualitas
proses dan kualitas hasil pembelajaran. Hal ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Kualitas proses pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII-C SMP
Negeri 3 Sukoharjo. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis narasi
tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata indikator
ketercapaian belajar siswa dalam proses pembelajaran menulis narasi dengan
metode quantum learning dan media gambar berseri, yaitu: (a) keaktifan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada tiap siklus. Hal ini dapat
dibuktikan bahwa dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
ditandai dengan kemauan siswa yang mau merespon stimulus yang diberikan
guru saat apersepsi pada siklus I sebesar 67%, sedangkan pada siklus II
meningkat menjadi 90%. (b). Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Hal ini dilihat dari siswa yang menunjukkan keaktifan bertanya,
menjawab, serta menaggapi, mengerjakan tugas dan memperhatikan materi
yang disampaikan guru (tidak berbicara dengan teman serta tidak sibuk
beraktivitas sendiri) pada siklus I sebesar 62 %, kemudian pada siklus
berikutnya yaitu siklus II mengalami peningkatan sebesar 86%. (c)
Kemampuan siswa dalam mengembangkan ide ke dalam tulisan narasi. Hal
tersebut kesungguhan dan antusias siswa yang mampu menulis narasi dengan
baik pada siklus I sebanyak 52%, pada siklus berikutnya terus mengalami
peningkatan menjadi 81% (pada siklus II).
2. Kemampuan menulis narasi pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo.
Peningkatan kemampuan menulis narasi tersebut dapat dibuktikan dengan
meningkatnya nilai kemampuan menulis narasi pada setiap siklusnya yaitu:
sebelum tindakan (kondisi awal) nilai rata-rata kemampuan menulis narasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
siswa 64. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan menulis narasi siswa 72,
sedangkan siklus II mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata kemampuan
menulis siswa sebesar 80. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal
sebanyak 8 siswa atau 38%. Pada siklus I siswa yang telah mencapai
ketuntasan belajar sebesar 11 siswa atau 62%, sedangka siklus II mengalami
peningkatan sebesar 86%.
B. Implikasi
Nrasi dengan Menggunakan Metode Quantum Learning dan Media Gambar
Berseri Pada Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 3 Sukoharjo. Dimana penelitian ini
memberikan gambaran secara luas dan jelas mengenai keberhasilan proses dan
hasil pembelajaran yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut
dapat dilihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat
sebelum melakukan siklus. Tindakan siklus tersebut dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari setiap perkembangan penigkatan proses
dalam siklus I sampai siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui
bahwa dengan metode quantum learning dan media gambar berseri dapat
meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa pada kelas VII-C SMP Negeri 3
Sukoharjo. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi
hasil penelitian sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Guru mengajar siswa dengan menggunakan materi harus dapat memilih
metode dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan kualitas proses
dan hasil belajar siswa. Dengan menggunakan metode quantum leraning dan
media gambar seri dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam
menuangkan ide/gagasannya dalam menulis narasi sebelum diubah kedalam
bentuk karangan narasi.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa melalui penerapan metode
quantum learning dan media gambar berseri dapat meningkatkan proses dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
hasil belajar siswa dalm menulis narasi. Dengan menggunakan prinsip
TANDUR yang terdapat pada metode quantum learning merupakan langkah-
langkah yang efektif. Prinsip TANDUR tersebut dalam pembelajaran menulis
narasi dapat dijabarkan yaitu pembelajaran yang dimulai dengan kata
bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa sebelum pembelajaran dimulai.
siswa sendiri yang bertujuan agar materi yang ingin disampaikan bisa tercapai
proses pembelajaran diminta agar siswa lebih aktif dan bisa mengenal isi dari
materi yang diajarkan. Kemudian kat
pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaitkan
pengalamannya kedalam bentuk tulisan sebagai pengalaman pribadi. Kata
materi yang diajarkan melalui guru bertanya kepada siswa danmemberikan
penghargaan atas usaha yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Penelitian ini juga dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan metode
pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, implikasi
teoritis dari penelitian ini ada peningkatan dalam kemampuan menulis narasi
dengan menggunakan metode quantum learning dan media gambar berseri.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar terutama dalam pelajaran
Bahasa Indonesia pada pokok kemampuan menulis narasi. Kemampuan
menulis narasi siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan metode
quantum learning dan media gambar berseri. Pembelajaran dengan
menggunakan metode quantum learning dan media gambar berseri pada
hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan
kemampuan menulis siswa yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar
siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus
di atasi semaksimal mungkin.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Untuk Siswa
a. Hendaknya aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan berusaha
meningkatkan kemampuan belajar sehingga memperoleh hasil belajar
yang optimal.
b. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam
menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah
pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
c. Hendaknya siswa merasa senang dalam mengikuti pelajaran menulis
narasi kerna dengan adanya rasa senang pada diri siswa maka akan
menumbuhkan rasa ingin tahu dan memudahkan siswa terhadap materi
materi yang dipelajari.
d. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin
belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
2. Untuk Guru
a. Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan metode quantum
learning dan media gambar berseri dalam pembelajaran menulis
narasi. Penggunaan metode quantum learning dan media gambar
berseri dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi.
b. Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan sarana prasarana yang
telah disediakan sekolah untuk menunjang disaat mengajar seperti
menggunakan media pembelajaran yang menarik agar siswa lebih
aktif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
c. Mengevaluasi efisien dan efektivitas penerapan metode quantum
learning dan media gambar berseri untuk meningkatkan kemampuan
menulis narasi sewaktu pembelajaran bahasa Indonesia berlangsung.
3. Untuk Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia untuk
meningkatkan kemampuan menulis narasi dengan menggunakan metode
metode quantum learning dan media gambar berseri.
4. Untuk Peneliti Lain
Kepada peneliti lainnya hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk melakukan penelitian lebih lanjut, untuk menentukan faktor-faktor
lain yang dapat mendukung peningkatan kemampuan menulis narasi.
Melalui usaha ini, antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain dapat
menunjukkan kinerja semakin baik dalam rangka meningkatkan
kemampuan menulis narasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia.