pengkajian sistem pernafasan.docx

35
Pengkajian Sistem Pernafasan Oktober 12, 2012 BY MELANIEZONE BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Oksigen sangat dibutuhkan untuk bernafas dan hidup. Perawat sering menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar. Fisiologi pernapasan meliputi: oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi, perfusi, dan transpor gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi mengontrol fluktuasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan untuk memenuhi perubahan kebutuhan oksigen. Kita membutuhkan unsur O2 untuk mengubah glukosa menjadi energi. Lewat prose respirasi, tubuh menangkap zat tidak berwarna, berbau, dan berasa untuk menyerap makanan, memulihkan kondisi tubuh, kekebalan dan menghancurkan sisa metabolisme. Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme tubuh tidak sempurna. Semakin rendah oksigen yang diserap, semakin besar kemungkinan tubuh mengidap penyakit kronis. Kekurangan oksigen dalam tubuh menyebabkan penurunan stamina yang ditandai banyak gejala seperti mengantuk, kelelahan, pusing, kejang otot, depresi, dan gangguan pernafasan. Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dalam makalah ini, kelompok

Upload: sekarpratiwidrg

Post on 23-Dec-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

Pengkajian Sistem Pernafasan

Oktober 12, 2012

BY MELANIEZONE

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Oksigen sangat dibutuhkan untuk bernafas dan hidup. Perawat sering menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dari sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar.

Fisiologi pernapasan meliputi: oksigenasi tubuh melalui mekanisme ventilasi, perfusi, dan transpor gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi mengontrol fluktuasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan untuk memenuhi perubahan kebutuhan oksigen.

Kita membutuhkan unsur O2 untuk mengubah glukosa menjadi energi. Lewat prose respirasi, tubuh menangkap zat tidak berwarna, berbau, dan berasa untuk menyerap makanan, memulihkan kondisi tubuh, kekebalan dan menghancurkan sisa metabolisme.

Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme tubuh tidak sempurna. Semakin rendah oksigen yang diserap, semakin besar kemungkinan tubuh mengidap penyakit kronis. Kekurangan oksigen dalam tubuh menyebabkan penurunan stamina yang ditandai banyak gejala seperti mengantuk, kelelahan, pusing, kejang otot, depresi, dan gangguan pernafasan.

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan. Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien. Dalam makalah ini, kelompok mencoba membahas dan memaparkan pengkajian holistik caring gangguan pernafasan pertukaran gas dan pernafasan.

B. Tujuan

1. Menggambarkan struktur dan fungsi saluran nafas atas dan bawah

2. Menggambarkan proses ventilasi, perfusi, difusi dan hubungannya dengan siklus paru

Page 2: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

3. Membedakan antar bunyi nafas normal dan abnormal

4. Menggunakan parameter pengkajian yang tepat untuk membedakan karakteristik dan beratnya gejala umum disfungsi pernafasan dalam konteks holistic caring

 

BAB II

PEMBAHASAN

1. A.      Struktur dan Fungsi Saluran Pernapasan

Fungsi utama sistem respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel secara terus menerus. Fungsi tambahannya adalah membantu pengeluaran air dan panas dari dalam tubuh, membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai pompa), dan membantu proses bicara (vokalisasi).

Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan karbondioksida (hasil dari pembakaran sel). Fungsi dari respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta mengeluarkan karbondioksida (CO2) hasil metabolisme sel secara terus-menerus.

Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua:

1. Pernapasan Dalam (Internal): yaitu pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cahaya cairnya.

2. Pernapasan Luar (Eksternal): yaitu absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar.

Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:

1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Tract)

Lubang hidung (cavum nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang mengandung sel goblet. Sel terebut mengeluatkan lendir  sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor.Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnnya terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfaktorius).

Sinus paranasalis

ØSinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada tulang kepala.Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxilaris.

Faring

Page 3: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

ØFaring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (+ 13 cm) yang letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid.Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat bernapas.

Laring

ØFungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas epiglottis, glottis, kartilago tiroid, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, pita suara.

Fungsi utama upper resporatory tract antara lain:

1. Air conducton (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.

2. Protection (perlindungan), sebagai perlindungan saluran napas bagian bawah agar terhindar dari masuknya benda asing.

3. Warming, filtrasi dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang menghangatkan, menyaring, dan member kelembapan udara yang diinspirasi (dihirup).

1. 2.    Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Respiratory Tract)

Trakhea

ØTrakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang vertebrae torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua brobkhus.Ujung cabang trakhea disebut carina.Trakhea memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.

Bronkus dan Bronkhiolus

ØBronkus disusun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus yang berakhir di alveoli tidak mengandung kartilago.Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps.

ØSaluran Respiratorius Terminal

Alveoli

ØAlveoli merupakan kantung udara yang berukuran sangat kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Fungsi utama dari unit alveolus adalag pertukaran O2 dan CO2 di antara kapiler pulmoner dan alveoli

Paru-paru

ØParu-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma.Paru-paru kana mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segment.

ØParu-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum.Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esophagus, bagian dari trakhea dan bronkus, serta kelenjar timus terdapat pada mediatinum.

Page 4: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

Dada, Diafragma, dan Pleura

ØTulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-paru, jantung, dan pembuluh darah besar.Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (costae).Diafragma terletak di baawah rongga dada.Diafragma berbentuk seperti kubah pada keadaan relaksasi.Pleura merupakan mmbran serosa yang menyelimuti paru-paru.Pleura ada dua macam yaitu pleura parietal yang bersinggungan dengan rongga dada (lapisan luar paru-paru) dan pleura visceral yang menutupi setiap paru-paru (lapisan dalam paru-paru).

B. Kendali Pernapasan

Fungsi mekanik pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru dinamakan ventilasi. Faktor yang dapat mengendalikan (mempengaruhi) pernapasan adalah:

1. Faktor  Lokal

2. Kontrol Medula Oblongata

3. Kontrol Pons

4. Refleks Hering-Breur

5. Kendali Korteks

6. Kendali Biokimia

7. Efek Latihan Jasmani

8. Efek Altitude/Ketinggian

1. C.  Fisiologi Respirasi

            Proses respirasi terdiri dari :

1. 1.      Ventilasi pulmonal

Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dengan alveoli. Proses ini terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi terjadi karena adanya perubahan tekanan intra pulmonal, pada saat inspirasi tekanan intra pulmonal lebih rendah dari tekanan atmosfer sehingga udara dari atmosfer akan terhisap ke dalam paru-paru. Sebaliknya pada saat ekspirasi tekanan intrapulmonal menjadi lebih tinggi dari atmosfer sehingga udara akan tertiup keluar dari paru-paru.

Perubahan tekanan intrapulmonal tersebut disebabkan karena perubahan volume thorax akibat kerja dari otot-otot pernafasan dan diafragma. Pada saat inspirasi terjadi kontraksi dari otot-otot insiprasi (muskulus interkostalis eksternus dan diafragma) sehingga terjadi elevasi dari tulang-tulang kostae dan menyebabkan peningkatan volume cavum thorax (rongga dada), secara bersamaan paru-paru juga akan ikut mengembang sehingga tekanan intra pulmonal menurun dan udara terhirup ke dalam paru-paru.

Setelah inspirasi normal biasanya kita masih bisa menghirup udara dalam-dalam (menarik nafas dalam), hal ini dimungkinkan karena kerja dari otot-otot tambahan isnpirasi yaitu muskulus sternokleidomastoideus dan muskulus skalenus.

Ekspirasi merupakan proses yang pasif dimana setelah terjadi pengembangan cavum thorax akibat kerja otot-otot inspirasi maka setelah otot-otot tersebut relaksasi maka terjadilah ekspirasi. Tetapi setelah ekspirasi normal, kitapun masih

Page 5: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

bisa menghembuskan nafas dalam-dalam karena adanya kerja dari otot-otot ekspirasi yaitu muskulus interkostalis internus dan muskulus abdominis.

Kerja dari otot-otot pernafasan disebabkan karena adanya perintah dari pusat pernafasan (medula oblongata) pada otak.Medula oblongata terdiri dari sekelompok neuron inspirasi dan ekspirasi. Eksitasi neuron-neuron inspirasi akan dilanjutkan dengan eksitasi pada neuron-neuron ekspirasi serta inhibisi terhadap neuron-neuron inspirasi sehingga terjadilah peristiwa inspirasi yang diikuti dengan peristiwa ekspirasi. Area inspirasi dan area ekspirasi ini terdapat pada daerah berirama medula (medulla rithmicity) yang menyebabkan irama pernafasan berjalan teratur dengan perbandingan 2 : 3 (inspirasi : ekspirasi). Ventilasi dipengaruhi oleh: kadar oksigen pada atmosfer, kebersihan jalan nafas, daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru, pusat pernafasan.

Fleksibilitas paru sangat penting dalam proses ventilasi. Fleksibilitas paru dijaga oleh surfaktan. Surfaktan merupakan campuran lipoprotein yang dikeluarkan sel sekretori alveoli pada bagian epitel alveolus dan berfungsi menurunkan tegangan permukaan alveolus yang disebabkan karena daya tarik menarik molekul air & mencegah kolaps alveoli dengan cara membentuk lapisan monomolekuler antara lapisan cairan dan udara.

Energi yang diperlukan untuk ventilasi adalah 2 – 3% energi total yang dibentuk oleh tubuh. Kebutuhan energi ini akan meningkat saat olah raga berat, bisa mencapai 25 kali lipat.

Volume tidal adalah volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi dalam pernafasan normal.IRV(volume cadangan inspirasi) adalah volume udara yang masih bisa dihirup paru-paru setelah inspirasinormal.ERV (volume cadangan ekspirasi) adalah volume udara yang masih bisa diekshalasi setelah ekspirasi normal.Sedangkan RV (volume sisa) adalah volume udara yang masih tersisa dalam paru-paru setelah ekspirasi kuat.

1. 2.      Difusi

                        Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial.

Difusi terjadi melalui membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8 angstrom.Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal. Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.

Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi.Kapasitas difusi oksigen dalam keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit.Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan luas permukaan membran difusi meningkat.Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat adalah 400-450 ml/menit.Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit. Difusi dipengaruhi oleh :

Page 6: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

1. Ketebalan membran respirasi

2. Koefisien difusi

3. Luas permukaan membran respirasi

4. Perbedaan tekanan parsial

1. Perfusi pulmonal

Perfusi pulmonal adalah aliran darah actual melalui sirkulasi pulmonal.Darah dipompakan kedalam paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dn kiri untuk mensuplai kedua paru. Normalnya sekitar 2 persen darah dipompa oleh ventrikel kanan tidak berperfusi melalui kapiler pulmonal. Darah terpirau ini mengalir kedalam jantung kiri tanpa ikut serta dalam pertukaran gas alveolar.

 

1. Transportasi

2. 4.            Setelah difusi maka selanjutnya terjadi proses transportasi oksigen ke sel-sel yang membutuhkan melalui darah dan pengangkutan karbondioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97 – 98,5% Oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan Hb (HbO2/oksihaemoglobin,) sisanya larut dalam plasma. Sekitar 5- 7 % karbondioksida larut dalam plasma, 23 – 30% berikatan dengan Hb(HbCO2/karbaminahaemoglobin) dan 65 – 70% dalam bentuk HCO3 (ion bikarbonat).

3. Saat istirahat, 5 ml oksigen ditransportasikan oleh 100 ml darah setiap menit.Jika curah jantung 5000 ml/menit maka jumlah oksigen yang diberikan ke jaringan sekitar 250 ml/menit.Saat olah raga berat dapat meningkat 15 – 20 kali lipat. Transportasi gas dipengaruhi oleh :

1. Cardiac Output

2. Jumlah eritrosit

3. Aktivitas

4. Hematokrit darah

Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan.Difusi gas pada sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme. Proses fosiologis respirasi dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

1. Difusi gas-gas antara alveolus

2. Distribusi darah

3. Reaksi kimia dan fisika O2 dan CO2 dengan darah

 

1. Regulasi

Page 7: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

            Kebutuhan oksigen tubuh bersifat dinamis, berubah-ubah dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah aktivitas. Saat aktivitas meningkat maka kebutuhan oksigen akan meningkat sehingga kerja sistem respirasi juga meningkat. Mekanisme adaptasi sistem respirasi terhadap perubahan kebutuhan oksigen tubuh sangat penting untuk menjaga homeostastis dengan mekanisme sebagai berikut: Sistem respirasi diatur oleh pusat pernafasan pada otak yaitu medula oblongata. Pusat nafas terdiri dari daerah berirama medulla (medulla rithmicity) dan pons.Daerah berirama medula terdiri dari area inspirasi dan ekspirasi.Sedangkan pons terdiri dari pneumotaxic area dan apneustic area. Pneumotaxic area menginhibisi sirkuit inspirasi dan meningkatkan irama respirasi. Sedangkan apneustic area mengeksitasi sirkuit inspirasi.

Daerah berirama medula mempertahankan irama nafas I : E = 2” : 3”. Stimulasi neuron inspirasi menyebabkan osilasi pada sirkuit inspirasi selama 2” dan inhibisi pada neuron ekspirasi kemudian terjadi kelelahan sehingga berhenti. Setelah inhibisi hilang kemudian sirkuit ekspirasi berosilasi selama 3” dan terjadi inhibisi pada sirkuit inspirasi. Setelah itu terjadi kelelahan dan berhenti dan terus menerus terjadi sehingga tercipta pernafasan yang ritmis. Pengaturan respirasi dipengaruhi oleh :

1. Korteks serebri yang dapat mempengaruhi pola respirasi.

2. Zat-zat kimiawi : dalam tubuh terdapat kemoresptor yang sensitif terhadap perubahan konsentrasi O2, CO2 dan H+ di aorta, arkus aorta dan arteri karotis.

3. Gerakan : perubahan gerakan diterima oleh proprioseptor.

4. Refleks Heuring Breur : menjaga pengembangan dan pengempisan paru agar optimal.

5. Faktor lain : tekanan darah, emosi, suhu, nyeri, aktivitas spinkter ani dan iritasi saluran nafas

e.

1. D.  BUNYI SUARA NAPAS

2. 1.      Suara Napas Normal

3. 1.         Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih. Adapun Suara nafas normal adalah:

Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut.Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.

Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.

Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

1. Suara Napas Tambahan/Abnormal

Page 8: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

Crackles adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan  kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.

1. Fine crackles / krekels halus. Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah. Penyebab nya adalah  udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.

2. Krekels kasar. Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong. Penyebabnya adalah  terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

Wheezing (mengi) adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi. Penyebab nya adalah  akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.

Ronchi adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama: ekspirasi. Penyebabnya adalah gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas.Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok.

1. Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.

2. Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar.Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis.

b.Perbedaan ronchi dan mengi.

b.Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul.Biasanya terdengar jelas pada pasien asma.Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor.Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.

Pleural friction rub adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar. Karakter suara: kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama: akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada permukaan anterior lateral bawah toraks. Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura.Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan tuberculosis

 

Page 9: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

1. E.     Pengkajian Holistic Caring Sistem Pernapasan

            Perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan klien.

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien. Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan.

Karena tubuh bergantung pada sistem pernapasan untuk dapat hidup, pengkajian pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sisten pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa Setiap perubahan dalam sistem ini akan mempengaruhi sistem tubuh lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan status pulmonal terjadi secara lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi terhadap hipoksia. Namun demikian, pada perubahan pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu untuk beradaptasi, sehingga dapat menyebabkan kematian.

1. Data Umum

1. Mengidentifikasi data: seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, status pernikahan.

2. Sumber riwayat: biasanya pasien, tetapi dapat juga dari anggota keluarga, teman, surat rujukan, rekam medis

3. Jika sesuai, cari tau sumber rujukan, karena mungkin diperlukan laporan tertulis

2. Riwayat Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan utama: terdiri dari hal yang dirasakan oleh pasien yang mendorong pasien datang mencari pelayanan kesehatan. Satu atau lebih gejala atau kekhawatiran pasien yang menyebabkan pasien mencari perawatan.

2. Riwayat penyakit: riwayat ini harus mencakup perincian tentang lokasi, kualitas, kuantitas/keparahan, waktu meliputi awitan, durasi dan frekuensi, situasi ketika masalah terjadi, faktor yang memperburuk dan mengurangi gejala, manifestasi yang berkaitan.

3. Riwayat kesehatan Masa lalu

1. Penyakit yang diderita pada masa kanak-kanak

2. Penyakit yang dialami saat dewasa lengkap dengan waktunya yang sedikitnya mencakup kategori medis dan pembedahan.

3. Praktek mempertahankan kesehatan mencakup imunisasi, seperti: tetanus, pertusis, difteri, folio, campak, rubella, gondong, influenza, hepatitis b, haemofilus inf tipe b, dan vaksin pneumococcus; serta uji skrining, seperti uji tuberkulin, uji BTA, oksimetri.

Page 10: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

4. Riwayat Keluarga

5. Mencakup uraian atau genogram yang terdiri dari: setiap hubungan keluarga yang paling dekat. Catat apakah penyakit keturunan dan penyakit menularyang diderita oleh keluarga dekat, seperti: TB Paru, asma bronchial.

6. Riwayat psikososial

1. Kondisi rumah: tinggal di daerah dengan tingkat polusi tinggi, terpapar dengan rokok, anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah terlalu banyak.

2. Binatang peliharaan: kucing, dll.

7. Pola Persepsi-Manajemen Keperawatan

ü  Gambarkan aktivitas sehari-hari pasien. Adakah masalah pernafasan mengubah aktiivtas yang dapat dilakukan pasien beberapa hari, bulan, tahun lalu? Apakah masalah pernafasan pasien lebih baik, lebih buruk, atau masalah yang sama seperti 6 bulan lalu?

ü  Bagaimana masalah pernafasan pasien mempengaruhi kemampuan self care pasien?

ü  Pernahkah pasien merokok? Apakah pasien merokok sekarang? Jika ya, berapa bnyak rokok sehari dan untuk berapa lama? Apakah pasien tertarik untuk berhenti merokok? Adakah bantuan yang bisa perawat berikan agar pasien mau berhenti meroko? Maukah pasien untuk dating kembali berkunjung agar perawat dapat membantu pasien berhenti merokok? Jika pasien erhenti merokok, apakah pasien melakukannya untuk kesehatannya? Bagaimana caranya berhenti merokok?

ü  Apakah pasien pernah menghirup street drugs?

ü  Pernahkah pasien diberikan vaksin Pneumokkus? Kapan terakhir pasien tekena flu?

ü  Alat apa yang digunakan pasien untuk mengatasi masalah pernafasannya? Seberapa sering pasien menggunakannya? Apakah alat tersebut membantu?

1. Pola Nutrisi-Metabolisme

ü  Pernahkah pasien mengalami penurunan berat badan secara tiba-tiba dikarenakan kesulitan makan akibat masalah pernafasan? Seberapa banyak?

ü  Apakah beberapa jenis makanan mengakibatkan produksi sputum?

1. Pola Eliminasi

ü  Apakah masalah pernafasan membuat pasien kesulitan untuk ke toilet?

ü  Apakah pasien tidak aktif bergerak karena dyspnea sehingga mengakibatkan konstipasi?

1. Pola Aktivitas-Latihan

ü  Pernahkah pasien sesak nafas selama olahraga?Pada saat istirahat?

ü  Apakah pasien sangat sesak nafas ketika melakukan sesuati yang ingin dilakukan pasien?

Page 11: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

ü  Dapatkah pasien naik tangga setiap step tanpa berhenti?

ü  Dapatkah pasien mempertahankan pola aktivitas? Jika tidak, jelaskan.

ü  Apa yang pasien lakukan jika pasien sesak nafas?

1. Pola Tidur-Istirahat

ü  Apakah gangguan pernafasan membuat pasien terbangun di malam hari?

ü  Dapatkah pasien telentang tidur pada malam hari? Jika tidak, berapa banyak bantal yang pasien gunakan?

ü  Apakah pasien butuh tidur tegak lurus di atas kursi?

ü  Apakah tidur pasien atau pasangan pasien mendengkur?

ü  Apakah pasien sakit kepala di pagi hari?

ü  Apakah pasien merasa kurang tidur setiap hari?

1. Pola Kognitif-Persepsi

ü  Apakah kamu merasa nyeri ketika bernafas? Pada skala 0-10, dengan 10 sangat nyeri, dapatkah pasien gambarkan?

1. Pola Konsep Diri

ü  Gambarkan Bagaimana gangguan pernafasan mempengaruhi kehidupan pasien.

ü  Pernahkah pasien pergi tanpa membawa oksigen? Kapan dan kenapa?

1. Pola Seksualitas-Reproduksi

ü  Apakah gangguan pernafasan pasien mengakibatkan perubahan pada aktivitas sexual?

ü  Maukah pasien diskusi cara menurunkan dyspnea selama aktivitas sexual?

1. Pola Koping-Stres

ü  Seberapa sering pasien meninggalkan rumahnya?

ü  Maukah pasien masuk dalam sebuah support group? Mis: kelompok rehabilitasi paru.

ü  Apakah stress menyebabkan gangguan pernafasan?

1. Pola Nilai –nilai- Kepercayaan

ü  Apakah pasien percaya terhadap gangguan pernafasannya?

ü  Apakah pasien berpikir bahwa sesuatu yang diceritakan pasien terkait dengan gangguan pernafasan sangat membantu? Jika tidak, kenapa?

1. Pemeriksaan Fisik

1. INSPEKSI

Pengkajian fisik sebenarnya dimulai sejak pengumpulan riwayat kesehatan saat Anda mengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan. Perhatikan

Page 12: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman, takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-ekspirasi, karena lamanya ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio normal ekspirasi – inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara. Berapa banyak kata atau kalimat yang dapat diucapkan sebelum mengambil napas berikutnya. Klien yang sesak napas mungkin hanya mampu mengucapkan tiga atau empat kata sebelum mengambil napas berikutnya.

Kunci dari setiap teknik pengkajian adalah untuk mengembangkan pendekatan yang sistematik. Logisnya, paling mudah jika dimulai dari kepala lalu terus ke tubuh bagian bawah.Inspeksi dimulai dengan pengamatan kepala dan area leher untuk mengetahui setiap kelainan utama yang dapat mengganggu pernapasan. Perhatikan bau napas dan apakah ada sputum. Perhatikan pengembangan cuping hidung, napas bibir dimonyong-kan, atau sianosis membran mukosa. Catat adanya penggunaan otot aksesori pernapasan, seperti fleksi otot sternokleidomastoid.Amati penampilan umum klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan konfigurasi toraks. Luangkan waktu yang cukup untuk mengamati pasien secara menyuluruh sebelum beralih pada pemeriksaan lainnya. Dengan mengamati penampilan umum, frekuensi dan pola pernapasan, adanya dan karakter batuk, dan pernbentukan sputum, perawat dapat menentukan komponen pemeriksaan pulmonal mana yang sesuai untuk mengkaji status pernapasan pasien saat ini.

INSPEKSI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT

Pernafasan bibir

Posisi tripod;

ketidakmampuan berbaring

Penggunaan otot tambahan retraksi interkosta

Splinting

Peningkatan diameter AP

Takipneu

Kussmaul

Sianosis

Clubbing finger

Abdominal paradox

Kelainan Bentuk Dada

1. Barrel Chest

Ekspirasi melalui mulut dengan bibir secara bersama menghembuskan nafas perlahan

Berbaring dengan lengan dan siku yang menopang

Otot leher dana bahu digunakan untuk membantu bernafas. Otot sela iga tertarik selama inspirasi

Penurunan tidal volum hingga penurunan nyeri pada pengembangan dada

Diameter AP sama dengan lateral. Posisi tulang iga tegak lurus seperti membentu sudut 900 terhadap tulang belakang

Frekuensi nafas : 20-25 x/menit

Pernafasan cepat, dalam dan tertaur

Kebiruan pada kulit dapat dilihat di bibir dan konjungtiva palpebral

Peningkatan kedalaman, membesar, pelunakan jari bagian distal

COPD, Asma, dugaan peningkatan kesulitan bernafas, Dispnea

COPD, asma eksaserbasi, edema pulmonal, Mengindikasikan distress pernafasan sedang hingga berat

COPD, asma eksaserbasi, peningkatan sekret. Distress pernafasan sedang hingga berat, hipoksemi

Insisi thorax dan abdomen. Trauma dada, radang selaput dada.

COPD, asma, hiperventilasi paru, usia lanjut

Demam, cemas, hipoksemi, penyakit paru parah, peningkatan kemampuan kerja nafas

Asidosis metabolik, peningkata ekskresi CO2

Menggambarkan 5-6 gr hb

Page 13: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

1. Funnel Chest

1. Pigeon Chest

1. Kyposcoliosis

1. Kiposis

1. Skoliosis

Pergerakan dalam abdomen selama bernafas

Timbul akibat terjadinya overinflation paru. Terjadi peningkatan diameter AP : T (1:1)

Timbul jika terjadi depresi dari bagian bawah dari sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh darah besar, yang mengakibatkan murmur.

Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum, dimana terjadi peningkatan diameter AP.

Terlihat dengan adanya elevasi scapula. Deformitas ini akan mengganggu pergerakan paru-paru

Meningkatnya kelengkungan normal kolumna vertebrae torakalis menyebabkan klien tampak bongkok.

Vertebrae torakalis ke lateral, disertai rotasi vertebral

tidak terikat oleh oksigen, penurunan kada oksigen dalam paru, pennurunan cardiak output,

Hopiksemia kronik, cystis fibrosis, kanker paru, bronchiestasis.

Ketidakpatenan dan ketidak efisienan bernafas, indikator non spesifik pada distress pernafasan sedang.

Emfisema

Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfan’s syndrome atau akibat kecelakaan kerja.

Timbul pada klien dengan kyphoscoliosis berat

Timbul pada klien dengan osteoporosis dan kelainan muskuloskeletal lain yang mempengaruhi thorax.

Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis) atau sebagai manifestasi dari sindrom marfan.

Bentuk dada ini dapat terjadi sebagai akibat sekunder dari polio(- mielitis) atau sebagai manifestasi dari sindrom marfan.s

1. PALPASI

Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh.Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan dinding dada.Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi. Perlahan letakan ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi trakhea dan jari-jari lainnya pada sisi sebelahnya. Gerakan trakhea dengan lembut dari satu sisi ke sisi lainnya sepanjang trakhea sambil mempalpasi terhadap adanya massa krepitus, atau deviasi dari garis tengah. Trakhea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan cepat kembali ke posisi garis tengah setelah digeser.Masa dada, goiter, atau cedera dada akut dapat mengubah letak trakhea.

Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan Anda.Abnor¬malitas yang ditemukan saat inspeksi lebih lanjut diselidiki selama pemeriksaan palpasi. Palpasi dibarengi dengan inspeksi terutama efektif dalam mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi dan ekspirasi, amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya krepitus (udara dalam

Page 14: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

jaringan subkutan); defek atau nyeri tekan dinding dada; tonus otot; edema; dan fremitus taktil, atau vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara.

Untuk mengevaluasi ekskursi toraks, klien diminta untuk duduk tegak, dan tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada posterior klien (bagian punggung). Ibu jari tangan pemeriksa saling berhadapan satu sama lain pada kedua sisi tulang belakang, dan jari-jari lainnya menghadap ke atas membentuk posisi seperti kupu-kupu. Saat klien menghirup napas tangan pemeriksa harus bergerak ke atas dan keluar secara simetri. Adanya gerakan asimetri dapat menunjukkan proses penyakit pada region tersebut.

Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkan vibrasi yang relatif keras (mis. tujuh-tujuh).Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalan napas dan dapat dipalpasi pada dinding dada.Intensitas vibrasi pada kedua sisi dibandingkan terhadap simetrisnya.Vibrasi terkuat teraba di atas area yang terdapat konsolidasi paru (mis. pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya berkaitan dengan abnormalitas yang menggerakkan paru lebih jauh dari dinding dada, seperti efusi pleural dan pneumotoraks

PALPASI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT

Perubahan letak trachea

Perubahan taktil fremitus

Perubahan pergerakan dada

Pergeseran ke arah kiri atau kanan pada trachea dari posisi normalnya

Peningkatan atau penurunan vibrasi

Perbedaan pergerakan pada kedua sisi dada saat bernafas

Bukan indikator yang spesifik pada perubahan letak trachea. Kegawatan apabidisebabkan peningkatan tension penumothorax, kolaps paru.

Meningkat pada pneumonia, edema pulmonal, menurun pada efusi pleura, hiperinflasi paru, atelektasis, pneumothorax

Ketidakseimbangan disebabkan oleh atelektasis, pneumothorax, efusi pleura

1. PERKUSI

Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik. Bunyi resonan terdengar di atas jaringan paru normal. Bunyi hiperesonan terdengar pada adanya peningkatan udara dalam paru-paru atau spasium pleural. Bunyi akan ditemukan pada klien dengan emfisema dan pneumotoraks. Bunyi pekak terjadi di atas jaringan paru yang padat, seperti pada tumor atau konsolidasi jaringan paru. Bunyi ini biasanya terdengar di atas jantung dan hepar.

Bunyi datar akan terdengar saat perkusi dilakukan pada jaringan yang tidak mengandung udara. Bunyi timpani biasanya terdengar di atas lambung, usus besar. Perkusi dimulai pada apeks dan diteruskan sampai ke dasar, beralih dari area posterior ke area lateral dan kemudian ke area anterior. Dada posterior paling baik diperkusi dengan posisi klien berdiri tegak dan tangan disilangkan di depan dada untuk memisahkan skapula. Perkusi juga dilakukan untuk mengkaji ekskursi diafragma. Minta klien untuk menghirup napas dalam dan menahannya ketika Anda memperkusi ke arah bawah bidang paru posterior dan dengarkan bunyi perkusi yang berubah dari bunyi resonan ke pekak. Tandai area ini dengan pena. Proses ini diulang setelah klien menghembuskan napas, tandai lagi area ini.Kaji kedua sisi kanan dan kiri.Jarak antara dua tanda seharusnya 3 sampai 6 cm, jarak lebih pendek

Page 15: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

ditemukan pada wanita dan lebih panjang pada pria. Tanda pada sebelah kiri akan sedikit lebih tinggi karena adanya hepar.

Klien dengan kenaikan diafragma yang berhubungan dengan proses patologis akan mempunyai Penurunan ekskursi diafragma. Jika klien mempunyai penyakit pada lobus bawah (mis. konsolidasi atau cairan pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila ditemukan abnormalitas lain, pemeriksaan diagnostik lain harus dilakukan untuk mengkaji masalah secara menyeluruh

PERKUSI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT

Hiperresonan

Dulness

Kuat, suara lebih rendah dari suara normal resonan

Suara yang lebih redup dari resonan normal

COPD, penumothorax, asma

Penumonia, efusi fleura

1. AUSKULTASI

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop. Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut, pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan pakaian di bawah stetoskop.

Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi napas dan bunyi suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut.Bunyinapas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi, intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.

Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru. Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.

AUSKULTASI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT

Fine crackles

Coarse crackles

Ronchi

Wheezing

Setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi, karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.

Lebih menonjol saat ekspirasi, karakter suara lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat adanya cairan atau sekresi pada jalan nafas

Idiopatic pulmonal fibrosis, edema interstisial, pneumonia, atelektasis, fase awal pada gagal jantung

Gagal jantung, edema pulmonar, penumonia,

Page 16: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

Stridor

Absent breath sound

Pleural Friction Rib

Eghopony

yang besar, mungkin akan berubah pada saat klien batuk.

Suara nafas tambahan bernada rendah sehingga bersifat sonor, akibat penyumbatan bronkus.

Bising paru yang terjadi akibat kontriksi/spasma bronkus bukan karena penyumbatan seperti ronchi, sehingga refleks batuk tidak bisa menghilangkannya. Wheezing mirip suara suitan dengan insentitas suara yang tinggi dannyaring. Auskultasi pada trachea jelas untuk mendengarkan wheezing

Suara wheez inspirasi yang terdengar keras pada trachea. Biasanya menunjukkan halangan yang lebih besar karena sekresi

Tidak terdengar suara paru pada daerah paru dan sekitarnya

Suara menggesek atau menggeretak yang terjadi ketika permukaan pleura membengkakatau menjadi kasar dan menggesek satu dengan yang lain. Suaranya bisa continue atau discontinue, biasanya terlokasi pada satu tempat di dinding dada dan terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi.

Penyebutan “e” sama dengan “a” terdengar saat auskultasi dikarenakan perubahan transmisi suara

COPD

COPD, pneumonia, bronchiestasis

Bronchospasma, obstruksi jalan nafas, COPD

Batuk dengan sesak, epiglotitis,

Efusi pleura, atelektasi luas, peneumonectomy, lobectomy

Radang selaput dada, pneumonia, infark pulmonal

Penumonia dan efusi pleura

17. Pengkajian Diagnostik pada Sistem Pernapasan

Prosedur diagnostik membantu dalam pengkajian klien dengan gangguan pernapasan. Penting untuk mengklarifikasi kapan pemeriksaan diagnostik diperlukan dan untuk tujuan apa, sehingga tindakan yang dilakukan pada pasien akan lebih terarah dan lebih berguna, serta tidak merugikan karena harus mengeluarkan biaya untuk hal-hal yang sebenarnya dapat dihindari.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH RUTIN

Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb), Angka Leukosit (AL/WBC (white blood concentrasion), angka eritrosit (RBC (redblood concentrasion), Laju Endap Darah (LED), Hematokrit. Pada pemeriksaan darah rutin biasanya sampel darah diambil dari darah vena. Pemeriksaan Hb bertujuan untuk menetapkan atau mengetahui kadar Hb dalam darah. Hemoglobin merupakan senyawa yang terdiri dari hematin yang terbentuk dari ferros (zat besi) dan globulin yang merupakan molekul protein makro.Kemampuan Hb untuk mengikat oksigen karena adanya protein globulin yang mampu mengikat oksigen.

Pemeriksaan LED dilakukan untuk mengetahui kecepatan waktu darah mengendap setelah diberi koagulan. Caranya: Sediakan tabung/botol yang telah diisi dengan 0,4 ml larutan natrium sitrat 3,8%. Isap darah vena sebanyak 1,6 ml dan masukan kedalam botol tadi, kemudian campur dengan menggoyangkannya, isap campuran darah tadi dengan pipet westergren sampai garis 0 mm. Biarkan pipet dalam sikap

Page 17: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

tegak pada rak selama 60 menit, kemudian bacalah tinggi lapisan plasma pada jam pertama dan jam kedua dari 0 sampai batas plasma dengan endapan darah. Hasil pemeriksaan dinyatakan dalam milimeter per jam dan 2 jam.

Nilai Normal Pemeriksaan Darah Rutin

Hemoglobin (Hb), Pria : 14-18 gr/dl, Wanita : 12-16 gr/dl

Angka Leukosit (AL) 5.000 – 10.000/mm3

Angka Eritrosit Pria : 4,5-5,5 juta/mm3, Wanita : 4-5 juta/mm3

Laju Endap Darah (LED) Pria : 0-10 mm/jam, Wanita : 0-20 mm/jam.

Pemeriksaan kultur dan biopsi adalah prosedur yang paling sering digunakan dalam menegakkan diagnosis gangguan saluran pernapasan atas. Namun demikian, bisa saja dibutuhkan pemeriksaan diagnostik yang lebih ekstensif, jika memang kondisinya mengharuskan.

KULTUR

            Kultur tenggorok dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme yang menyebabkan faringitis. Selain itu kultur tenggorok juga dapat membantu dalam mengidentifikasi organisme yang menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bawah. Dapat juga dilakukan apusan hidung untuk tujuan yang sama.

BIOPSI

            Prosedur biopsi mencakup tindakan mengeksisi sejumlah kecil jaringan tubuh.Dilakukan untuk memungkinkan pemeriksaan sel-sel dari faring, laring, dan rongga hidung.Dalam tindakan ini pasien mungkin saja mendapat anestesi lokal, topikal atau umum bergantung pada tempat prosedur dilakukan.

Pemeriksaan diagnostik lainnya adalah pemeriksaan sinar-X jaringan lunak, CTscan, pemeriksaan dengan zat kontras, dan MRI (pencitraan resonansi magnetik).Pemeriksaan tersebut mungkin dilakukan sebagai bagian integral dari pemeriksaan diagnostik untuk menentukan keluasan infeksi pada sinusitis atau pertumbuhan tumor dalam kasus tumor.Pemeriksaan diagnostik pada saluran pernapasan bawah sedikit lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan pemeriksaan diagnostik saluran pernapasanatas.Namun demikian bukan berarti bahwa pemeriksaan tersebut tidak saling berkaitan.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TORAKS DAN PARU-PARU.

Klien pada umumnya sudah terbiasa dengan pemeriksaan radiologi rutin.Namun belakangan ini, terdapat suatu peningkatan kesadaran tentang pemajanan berlebihan terhadap radiasi. Hendaknya klien diberikan penjelasan yang lengkap tentang tipe pemeriksaan yang akan dilakukan dan manfaatnya dalam hubungannya dengan risiko akibat pemajanan terhadap radiasi.

Pemeriksaan radiologi memberikan informasi mengenai (1) status sangkar iga, termasuk tulang rusuk, pleura, dan kontur diafragma dan jalan napas atas; (2) ukuran, kontur, dan posisi mediastinum dan hilus paru, termasuk jantung, aorta, nodus limfe, dan percabangan bronkhial; (3) tekstur dan tingkat penyebaran udara dari parenkim paru; dan (4) ukuran, bentuk, jumlah, dan lokasi lesi pulmonal, termasuk kavitasi, area fibrosis, dan daerah konsolidasi.

Pemeriksaan ronsen atau radiologi dada diindikasikan untuk (1) mendeteksi perubahan paru yang disebabkan oleh proses patologis, seperti tumor, inflamasi,

Page 18: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

fraktur, akumulasi cairan atau udara, (2) menentukan terapi yang sesuai, (3) mengevaluasi kesangkilan pengobatan, (4) menetapkan posisi selang dan kateter, dan (5) memberikan gambaran tentang suatu proses progresif dari penyakit paru. Pemeriksaan ronsen dada sebaiknya dilakukan di bagian radiologi.

Pemeriksaan sinar-X standar lebih dipilih dengan posisi berdiri, meskipun posisi duduk atau berbaring dapat dilakukan. Pemajanan standar untuk pemeriksaan ini adalah (1) posterio-anterior (PA)-sinar-X menjalar melalui punggung ke bagian depan tubuh, dan (2) lateral-sinar-X menembus bagian samping tubuh (biasanya sebelah kiri). Selain pemeriksaan standar mungkin diperlukan juga pemajanan spesifik untuk melihat bagian-bagian spesifik dada. Pemajanan tersebut termasuk (1) oblique-film sinar-X diarahkan miring dengan sudut spesifik, (2) lordotis-film sinar-X dimiringkan dengan sudut 45 derajat dari bawah untuk melihat kedua apeks paru, dan (3) dekubitus- film sinar-X diambil dengan posisi pasien berbaring miring (kiri atau kanan) untuk memperlihatkan cairan bebas dalam dada.

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

Dalam pemeriksaan ini terjadi emisi dan penetrasi gelombang suara berfrekuensi tinggi.Pemeriksaan ini relatif tidak membahayakan.Gelombang suara dipantulkan kembali dan diubah oleh suatu transduser untuk menghasilkan image piktorial dari area yang sedang diperiksa.Ultrasonografi toraks dapat memberikan informasi tentang efusi pleural atau opasitas dalam paru.

COMPUTED TOMOGRAPH (CT)

CT digunakan untuk mengidentifikasi massa dan perpidahan struktur yang»disebabkan oleh neoplasma, kista, lesi inflamasi fokal, dan abses. CTscan dapat dilakukan dengan cepat-dalam 20 menit, tidak termasuk proses analisis. Sebelum pemeriksaan, pastikan izin tindakan telah didapatkan dari klien, jawab setiap pertanyaan klien dan keluarga tentang CTscan.Klien dipuasakan, dan jelaskan bahwa pemeriksaan ini sering membutuhkan media kontras. Karena media kontras biasanya mengandung yodium (Juga disebut zat warna), tanyakan klien apakah ia mempunyai alergi terhadap yodium, zat warna, atau kerang. Ingatkan agar klien tidak bergerak selama prosedur, namun ia dapat bercakap-cakap dengan teknisinya.

PEMERIKSAAN FLUOROSKOPI

Pemeriksaan ini dilakukan jika dibutuhkan informasi tentang dinamika dada seperti gerakan diafragmatik, ekspansi dan ventilasi paru, atau kerja jantung.Pemeriksaan ini memungkinkan untuk mengamati dada dan struktur intratoraks ketika mereka berfungsi secara dinamis.Flouroskopi tidak digunakan secara rutin, namun hanya pada keadaan dimana dibutuhkan pengamatan toraks kontinu. Penggunaan lain fluoroskopi termasuk untuk (1) mengamati diafragma saat inspirasi dan ekspirasi, (2) mendeteksi gerakan mediastinal selama napas dalam, (3) mengkaji jantung, pembuluh darah dan struktur yang berkaitan, (4) mengidentifikasi abnormalitas esofagus, dan (5) mendeteksi massa mediastinal.

Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan ini.Tempatkan klien dalam ruangan yang tenang dan bercahaya redup.Kadang media radioopaque (yang tidak mengandung yodium) diberikan secara intravena untuk membedakan struktur yang sedang dikaji.Klien harus melepaskan semua perhiasan dan pakaian dalamnya dan mengenakan gaun.Pemeriksaan ini membutuhkan waktu 30 sampai 45 menit.Pemajanan terhadap radiasi minimal.

PEMERIKSAAN ANGIOGRAFI PULMONAL

Page 19: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi embolisme pulmonal dan berbagai lesi kongenital dan didapat pada pembuluh pulmonal.Sebelumnya pasien mendapat suntikan bahan radioopaque melalui kateter ke dalam vena sistemik, bilik kanan jantung, arteri pulmonal, dan distribusi dari bahan ini terekam pada film yang dihasilkan. Angiografi pulmonal mungkin dilakukan untuk mendeteksi (1) abnormalitas kongenital percabangan vaskular pulmonal, (2) abnormalitas sirkulasi vena pulmonal, (3) penyakit sirkulasi vena dan arteri pulmonal didapat, (4) efek destruktif dari emfisema, (5) keuntungan potensial reseksi untuk karsinoma bronkhogenik, (6) lesi pulmonal perifer, dan (7) luasnya tromboembolisme dalam paru-paru.

PEMERIKSAAN ENDOSKOPI

Laringoskopi langsung biasanya dilakukan setelah klien mendapat anestesi lokal dengan kokain 10% atau anestesi umum. Satu jam sebelum pemeriksaan klien diberikan sedatif (mis. sekobarbital, meperidin, atau narkotik lainnya) dan atropin sulfat. Pemberian atropin penting sebelum pemberian anestesi lokal maupum umum.Untuk laringoskopi langsung, klien dibaringkan dengan posisi kepala di atas alat penyangga kepala.Laringoskopi mikro yang menggunakan pengoperasian mikroskop sekarang ini makin banyak digunakan.Metode ini memberikan visualisasi binokular lebih baik.

Laringoskop adalah tube berlubang yang terbuat dari logam dan dilengkapi dengan pemegang pada ujung proksimal dan mempunyai sumber cahaya pada ujung distalnya, alat ini dimasukkan oleh dokter melalui mulut ke dalam laringofaring, menaikkan epiglotis, dan membuat bagian interior faring mudah diamati.Prosedur bedah minor seperti biopsi atau pengangkatan tumor jinak yang kecil dapat dilakukan dengan instrumenini.

Penatalaksanaan keperawatan setelah tindakan laringoskopi termasuk (1) pasien dalam status puasa sampai refleks muntah pulih (sekitar 2 jam), (2) periksa refleks muntah dengan menyentuh bagian belakang lidah secara perlahan menggunakan bilah lidah, dan (3) jika refleks muntah positif, beri klien sedikit air sebelum diberikan cairan atau makanan lain untuk mencegah aspirasi yang tidak diinginkan.

PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI

Pemeriksaan bronkhoskopi dilakukan dengan memasukkan bronkhoskop ke dalam trakhea dan bronkhi.Dengan menggunakan bronkoskop yang kaku atau lentur, laring, trakhea, dan bronkhi dapat diamati.Pemeriksaan diagnostik bronkoskopi termasuk pengamatan cabang trakheobronkhial, terhadap abnormalitas, biopsi jaringan, dan aspirasi sputum untuk bahan pemeriksaan.Bronkhoskopi digunakan untuk membantu dalam mendiagnosis kanker paru.

Bronkhoskopi mungkin dilakukan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik.Tujuan diagnostik mencakup pemeriksaan jaringan, evaluasi lanjut tumor untuk memungkinkan bedah reseksi, pengumpulan spesimen jaringan untuk keperluan diagnosa, dan evaluasi tempat perdarahan.Sementara bronkhoskopi terapeutik dilakukan untuk tujuan mengangkat benda asing, mengangkat sekresi yang kental dan banyak, pengobatan atelektasis pascaoperatif, dan menghancurkan dan mengangkat lesi.

UJI FUNGSI PULMONAL

Pemeriksaan fungsi pulmonal memberikan informasi tentang manifestasi klien dengan mengukur volume paru, mekanisme paru, dan kemampuan difusi paru. Pemeriksaan ini merupakan metoda nonivasif dan tidak dapat berdiri sendiri untuk mendiagnosa penyakit spesifik namun merupakan bagian integral dari proses

Page 20: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

pemeriksaan diagnostik. Uji fungsi pulmonal (UFP) digunakan untuk (1) skrining penyakit pulmonal, (2) evaluasi preoperatif, (3) mengevaluasi kondisi untuk melakukan penyapihan dari ventilator, (4) pemeriksaan fisiologi pulmonal, (5) mendokumentasikan kemajuan penyakit pulmonal atau efek terapi, (6) meneliti efek latihan pada fisiologi pernapasan.

Kemampuan fungsi paru-paru dikaji dengan mengukur properti yang mempengaruhi ventilasi (statis dan dinamis) dan respirasi (difusi dan perfusi). Penilaian fungsi pulmonal dilakukan dengan mempertimbangkan variabel-variabel dari setiap individu yang dievaluasi termasuk: usia, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan, serta upaya individu dalam melakukan setiap pemeriksaan.

PEMERIKSAAN OKSIMETRI NADI

Oksimetri nadi adalah metoda noninvasif pemantauan kontinu saturasi oksigen-hemoglobin (SaO2). Meskipun pemeriksaan ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan analisis gas darah, namun pemeriksaan ini sangat efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan mendadak atau perubahan kecil saturasi oksigen. Oksimetri nadi digunakan dalam berbagai lingkup perawatan, termasuk unit perawatan kritis, unit perawatan umum, dan lingkungan diagnostik dan tindakan di mana dibutuhkan pemantauan saturasi oksigen selama prosedur.

Pemeriksaan oksimetri nadi menggunakan alat sensor (probe) yang dilekatkan pada ujung jari, dahi, daun telinga atau tulang hidung. Sensor mendeteksi perubahan kadar saturasi oksigen dengan memantau sinyal cahaya yang dibangkitkan oleh oksimeter dan direfleksikan oleh denyutan aliran darah melalui jaringan pada probe. Nilai normal SaO2 adalah 95 % sampai 100 %.Nilai di bawah 85 % menandakan bahwa jaringan tidak mendapat cukup oksigen dan pasien membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Nilai SaO2 yang didapat dengan oksimetri nadi tidak dapat diandalkan dalam kondisi seperti henti jantung, syok, penggunaan obat-obat vasokontriktor, pemberian zat warna per IV (seperti metilen biru), anemia berat, dan kadar CO2 tinggi. Diperlukan pemeriksaan lain seperti kadar hemoglobin, gas darah arteri, dan pemeriksaan laboratorium lainnya untuk memvalidasi nilai oksimetri nadi dalam kondisi tersebut.

KAPNOGRAFIKapnografi termasuk prosedur noninvasif lain yang mengukur konsentrasi karbon dioksida ekshalasi untuk klien dengan ventilasi mekanik. Jumlah karbon dioksida yang didapatkan dalam udara ekshalasi (end-tidal karbon dioksida; ETCO2) sangat berhubungan dengan tekanan parsial karbon dioksida arteri (PaCO2) pada klien dengan fungsi pernapasan, kardiovaskular, dan metabolik yang normal. Gradien normal PaCO2-ETCO2 sekitar 5 mm Hg. Dengan peningkatan PaCO2 pada hipovolemia, atau penurunan pada hipervolemia, perubahan yang berkaitan akan terlihat pada ETCO2. Kapnografi membutuhkan sampel kontinu udara ekshalasi.

Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan. Klien yang menjalani kapnografi akan terpasang selang endotrakheal atau trakheostomi untuk ventilasi mekanik atau penatalaksanaan jalan napas. Sensor akan ditempelkan pada selang tersebut untuk mengukur ETCO2.

PEMERIKSAAN GAS DARAH ARTERI

Analisis gas darah arteri memberikan determinasi objektif tentang oksigenasi darah arteri, pertukaran gas, ventilasi alveolar, dan keseimbangan asam-basa. Dalam pemeriksaan ini, dibutuhkan sampel darah arteri yang diambil dari arteri femoralis, radialis, atau brakhialis dengan menggunakan spuit yang telah diberi heparin untuk mencegah pembekuan darah.Pertama lakukan tes Allen’s, yaitu pengkajian cepat sirkulasi kolateral pada tangan.Tes ini penting sebelum melakukan pungsi arteri

Page 21: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

radialis.Sumbat kedua arteri radialis dan ulnaris dengan jari tangan Anda.Minta klien untuk mengepalkan tangannya. Jika klien membuka kepalan tangannya saat kedua arteri masih tersumbat, tangan klien akan pucat. Jika Anda melepaskan sumbatan dari salah satu arteri, tangan klien seharusnya berwarna pink karena adanya sirkulasi kolateral.

Kaji patensia kedua arteri dengan cara seperti ini, secara bergantian. Jika sirkulasi kolateral adekuat, Anda dapat mengambil darah dari arteri radialis ini.Spuit kemudian ditutup untuk mencegah kontak dengan udara dan diletakkan dalam wadah termos berisi es sampai tiba waktu dianalisa.Berikan tekanan selama sedikitnya 5 menit pada tempat penusukan setelah jarum dicabut untuk mencegah perdarahan.Pasien dengan gangguan pembekuan darah memerlukan penekanan lebih lama.Implikasi keperawatan termasuk mengkaji tempat penusukan secara periodik dan memberikan tekanan selama yang diperlukan untuk mencegah pembentukan hematom atau memar.

PEMERIKSAAN SPUTUM

Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit paru.Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme penyebab.Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.

Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :

Pewarnaan Gram, biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi tentang organisme yang cukup untuk menegakan diagnosis presumtif. Kultur sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan diagnosa defmitif.Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotik dan setelahnya untuk menentukan kemanjuran terapi.

Sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum.Untuk pemeriksaan ini sputum dikumpulkan sebelum pemberian antibiotik. Pemeriksaan kultur dan sensitivitas biasanya diinstruksikan bersamaan.

Basil tahan asam (BTA) menentukan adanya mikobakterium tuberkulosis, yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh alkohol asam.Sitologi membantu dalam mengidentifikasi karsinoma paru.Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial; sehingga mungkin saja terdapat sel-sel malignan.Sel-sel malignan menunjukkan adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor yang terdapat tidak meruntuhkan sel. Tes kuantitatif adalah pengumpulan sputum selama 24 sampai 72jam.

1. a.      Pengumpulan sputum

a.Sebaiknya klien diinformasikan tentang pemeriksaan ini sehingga akan dapat dikumpulkan sputum yang benar-benar sesuai untuk pemeriksaan ini. Instruksikan pasien untuk mengumpulkan hanya sputum yang berasal dari dalam paru-paru. (Karena sering kali jika klien tidak dijelaskan demikian, klien akan mengumpulkan saliva dan bukan sputum). Sputum yang timbul pagi hari biasanya adalah sputum yang paling banyak mengandung organisme produktif.Biasanya dibutuhkan sekitar 4 ml sputum untuk suatu pemeriksaan laboratorium.

a.Implikasi keperawatan untuk pengumpulan sputum termasuk: Klien yang kesulitan dalam pembentukan sputum atau mereka yang sangat banyak membentuk sputum

Page 22: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

dapat mengalami dehidrasi, perbanyak asupan cairan klien. Kumpulkan sputum sebelum makan dan hindari kemungkinan muntah karena batuk.Instruksikan klien untuk berkumur dengan air sebelum mengumpulkan spesimen untuk mengurangi kontaminasi sputum.Instruksikan klien untuk mengingatkan dokter segera setelah spesimen terkumpul sehingga spesimen tersebut dapat dikirim ke laboratorium secepatnya.

a.

Pemeriksaan Diagnostic System Pernapasan

Pemeriksaan yang Dilakukan

Keterangan dan hasil yang diharapkan Tindakan Keperawatan

PEMERIKSAAN DARAH

Hemoglobin

Untuk mengetahui jumlah hemoglobin yang dapat berikatan dengan oksigen. Diambil dari darah vena. Nilai normal pada laki-laki dewasa 13,5-18 g/dl (135-180 g/L), nilai normal perempuan dewasa 12-16 g/dl (120-160 g/L)

Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.

Hematokrit

Untuk mengetahui rasio sel darah merah didalam plasma. Hematokrit meningkat (policitemia) ditemukan pada hipoksemia kronik. Diambil dari darah vena. Nilai normal pada laki-laki dewasa 40%-54% (0,40-0,54), normal pada perempuan dewasa 38%-47% (0,88-0,47)

Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan.

ABG’s Darah arteri diambil melalui penusukan pada arteri radial/femoral dengan menggunakan  kateter arteri. Tes ABG dilakukan untuk mengetahui keseimbangan asam basa, status ventilasi, kebutuhan akan terapi oksigen, perubahan pada terapi oksigen atau perubahan pada pengaturan ventilator. Monitoring lanjutan ABG bisa dilakukan melalui sensor atau elektroda yang dimasukkan ke dalam kateter arteri.

diIndikasikan  kepada pasien yang menggunakan oksigen  (dengan persentase L/min). Hindari perubahan dalam terapi oksigen atau intervensi (seperti suksion, perubahan posisi). Untuk 20 menit sebelum pengambilan sampel. Kaji dengan Pengaturan posisi (seperti tangan terbuka, siku hiperekstensi penuh jika yang digunakan arteri radial). Darah yang diambil di masukkan kedalam spuit yang sudah dilumuri heparin. Hindari semua gelembung udara dan letakkan sample dalam es, kecuali jika sampel akan dianalis kurang dari satu menit. Berikan penekanan pada arteri  selama 5 menit setelah specimen diambil utk mencegah hematoma pada

Page 23: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

penusukan area arteri.

Oximetri

Untuk memonitor saturasi oksigen di arteri dan vena. Untuk mengetahuinya alat dipasang didaun telinga, ujung jari atau hidung untuk memonitor SpO2 atau melanjutkan pada kateter pulmonary untuk memonitor SvO2. Oksimetri digunakan untuk monitor yang berkelanjutan atau yang terputus dan exercise tes

Pasang alat. Ketika menginterpetasi nilai SpO2 dan SvO2 terlebih dahulu kaji status pasien dan adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan pembacaan denyut oksimeter. untuk SpO2 hal ini meliputi pergerakan, perfusi lemah, ekstremitas dingin, warna kulit, perubahan warna intravaskuler, ujung kuku, warna kulit pucat, karbonmonoksida, dan tingkatan anemia. Untuk SvO2 ini meliputi perubahan pada pengangkutan O2 atau penggunaan O2. Untuk SpO2 tandai pemberian perawatan pada lebih kurang 4% perubahan dari dasar atau penurunan sampai < 90%. Untuk SvO2 tandai pemberian perawatan atau sampai kurang <60%

PEMERIKSAAN SPUTUM

Kultur dan sensitifitas

Specimen kultur tunggal dikumpulkan di tempat steril. Tujuan nya adalah untuk mendiagnosa infeksi bakteri, memilih antibiotic dan mengevaluasi pengobatan. Memerlukan wktu 48-72 jsm untuk mendapatkan hasil.

Menginstruksikan pasien untuk mendapatkan specimen yang baik (lihat pewarnaan gram. Jika pasien tidak bisa mengeluarkan specimen, bronkoskoi bisa digunakan.

Pewarnaan gram

Pewarnaan pada sputum dimaksudkan untuk mengklasifikasi bakteri gram negative dan positif. Hasilnya memandu terapi hingga hasil kultur dan sensitifitas didapatkan.

Instruksikan pasien untuk mengeluarkan sputum ke dalam wadah setelah batuk dalam. Yang diambil sputum atau cairan mukioid bukan saliva. Ambil specimen pada pagi hari setelah gosok gigi karena secret banyak terkumpul disepanjang malam. Jika tidak berhasil coba meningkatkan pemberian cairan melalui mulut kecuali cairan dibatasi. Kumpulkan sputum dalam wadah steril selama suction atau dengan secret yang diaspirasi dari trakea. Kirim specimen ke laboraturium.

Kultur  dan acid Tes ini dilakukan untuk Instruksikan bagaimana cara

Page 24: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

– fast smear

mengumpulkan untuk acid- fast bacilli (seperti mycobacterium tuberculosis). Specimen yang dibutuhkan adalah sputum di pagi hari.

mengeluarkan specimen yang baik. Tutup specimen dan kirim ke laboraturium untuk dianalisis.

Citology

Specimen sputum tunggal dikumpulkan pada wadah special dengan  solution fixative. Tujuan nya adalah untuk mendapatkan tanda-tanda kehadiran sel-sel abnormal yang bisa mengindikasikan kondisi malignansi.

Kirim specimen ke laboraturium segera. Instruksikan pasien untuk mendapatkan specimen yang baik. Jika pasien tidak bisa mengeluarkan specimen, bronkoskopi bisa dilakukan.

RADIOLOGI

X ray dada/ chest x ray

Tes ini dilakukan untuk melihat, mendiagnosa dan mengevaluasi perubahan. Yang paling biasa dilakukan adalah PA dan lateral

Instruksikan pasien untuk melepaskan pakaian sampai ke pinggang. Pasang pakaian khusus x ray dan lepaskan segala asesoris besi antara leher dan pinggang.

Computed Tomography (CT)

Tes dilakukan untuk diagnosa lesi-lesi yang sulit untuk dikaji dengan cara x ray konvensional. Hasil gambar menunjukkan struktur secara potong silang.

Sama dengan chest x ray. Zat Kontras media diberikan secara IV. Evaluasi dari BUN dan kreatinin serum selesai dilakukan saat kontras terlihat saat pengujian renal. Kaji apakah pasien alergi terhadap shellfish (iodine) karena kontras berbahan dasar iodine. Pastikan bahwa pasien cukup mendapatkan cairan sebelum dan sesudah prosedur untuk mengeluarkan pewarna kontras.ketahui bahwa penyuntikan kontras dapat menyebabkan rasa panas dan memerah. Instruksikan pasien bahwa dia harus berbaring pada meja yang keras dan skener akan bergerak disekitar tubuh dengan bunyi klik. Beberapa pasien mungkin membutuhkan sedatif sebelum prosedur dilakukan, kebanyakan skener mempunyai batas beban jadi cek dengan di bagian radiologi sebelum mengirim pasien obesitas untuk scanning.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Tes ini digunakan untuk melihat lesi yang sulit dikaji dengan CT scan (seperti apex paru-paru dekat dengan tulang belakang).

Sama dengan chest x  dan CT Scan, kecuali media kontrasnya tidak mengandung iodine. Jika pasien seorang pasien seorang

Page 25: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

chlostropobia anjurkan pasien relaksasi dan cara-cara lain sebagai koping karena pasien dimasukkan ke dalam lorong sampai dada adalah ruang magnet dan wajah mungkin sangat dekat pada lorong tsb. Pasien harus melepaskan semua jenis metal (perhiasan dan jam tangan) yang digunakan pada seluruh tubuh sebelum pemeriksaan dilakukan. Pasien dengan face maker dan kardioverter-defibrilator/non implant tidak bisa melewati MRI. Pasien dengan metal implant harus diskrining apakah mereka bisa menjalani MRI.

Ventilation Perfusion (V/Q) scan

Tes ini digunakana untuk mengindentifikasi area pada paru-paru yang tidak dapat menerima aliran udara (ventilasi) atau aliran darah (perfusi). Ventilasi tanpa perfusi menunjukkan kemungkinan embolus paru.

Sama seperti chest x ray. Tidak ada precaution setelahnya karena gas dan transmisi isotop radioaktip hanya untuk interval yang sangat pendek.

Pulmonary angiogram

Dilakukan untuk menvisualisasi vaskulator paru-paru dan melokalisasi obstruksi atau kondisi patologi seperti emboli paru. Medium kontras di injeksikan melalui kateter kedalam arteri pulmonary atau bagian kanan dari jantung.

Sama seperti chest x ray (lihat CT Scan untuk media kontrasnya). Cek sisi yang dapat penekanan saat pemeriksaan setelah prosedur. Monitor tekanan darah, denyut nadi dan sirkulasi distal pada bagian yang diinjeksi. Laporkan dan catat perubahan-erubahan yang significant.

Positron emiciens temography (PET)

digunakan untuk  membedakan nodul paru maligna dan benigna. Mencaakup injeksi IV pada radioisotop secara IV dengan waktu paruh yang singkat.

Sama seperti chest x ray. Tidak ada precaution yang diperlukan setelahnya karena transmisi rad ioisotopnya hanya pada interval yang singkat. Tingkatkan pemberian cairan setelahnya untuk mensekresikan atau mengeluarkan substansi-substansi radioaktif.

ENDOSCOPY EXAMINATION

Bronkoskopi Fiberoptik scope yang flexible digunakan untuk diagnosis, biopsy, mengumpulkan specimen, atau mengkaji perubahan, itu mungkin juga bisa digunakan untuk mensuction mucus di paru-paru,

Instruksikan pasien untuk pada status NPO untuk 6-12 jam selama tes. Lihat tanda-tanda yang akan mengganggu pemeriksaan, berikan sedative jika diperlukan. Setelah prosedur jaga pasien NPO sampai

Page 26: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

kumbah paru atau membuang semua benda-benda asing.

reflek menelan kembali dan monitor apakah ada edema laryngeal, monitor hilangnya efek sedative. Jika adanya Mucus atau darah itu kejadian yang abnormal. Jika biopsy sudah selesai monitor adanya pendarahan dan hemothoraks.

Mediastinoscopy

Dilakukan untuk inspeksi dan biopsy pada node lymp di area mediastinal.

Siapkan pasien untuk intervensi bedah. Kaji tanda-tanda bahaya. Setelahnya monitor sseperti pada bhronkoskopi.

BYOPSI

Biopsi paru

Specimen bisa diambil dengan transbronkial, perkutaneus atau transtoracic needle aspiration (TTNA), video –assisted thoracic surgery (VATS), atau biopsy paru terbuka. Transbronkial dan VATS biopsy dapat dilakukan pada saat bronkoskopi. TTNA dilakukan sepanjang pelaksanaan CT diruang radiology. Biopsy paru terbuka dilakukan diruang operasi (operating Room). VATS juga bisa dilakukan diruang operasi. Tes ini digunakan untuk mengambil specimen yang akan dianalisa dilaboraturium..

Sama dengan bronkoskopi jika prosedur selesai dengan bronkoskopi dan thoracotomi jika biopsy paru terbuka selesai dilakukan.

Dengan TTNA periksa suara nafas sampai 4 -24 jam dan laporkan jika ada respirasi distress. Periksa pendarahan bekas luka insisi .chest x ray harus selesai setelah TTNA atau bhronkial biopsy untuk memeriksa adanya pneumothoraxs.

With VATS, chest tube setelah prosedur harus tetap dijaga sampai paru kembali mengembang. Monitor suara nafas untuk mengikuti pengembangan dada. Disarankan bernafas dalam agar paru terinflasi kembali. Kaji tanda-tanda bahaya untuk semua prosedur.

PEMERIKSAAN YANG LAIN

Thoracosintesis Dilakukan untuk mendapatkan specimen dari cairan pleural untuk didiagnosa, untuk membuang cairan pleura, atau  untuk tetap menggunakan pengobatan. X ray dada selalu dilakukan setalah prosedur untuk memeriksa apakah ada pneumothoraks.

Jelaskan prosedur pada pasien dan mengkaji tanda-tanda bahaya sebelum prosedur yang biasanya dilakukan diruang pasien. Posisikan pasien dengan posisi miring, instruksikan pasien untuk tidak bicara atau batuk dan damingi saat prosedur. Kaji apakah ada tanda-tanda hipoksia atau pneumotorak dan kaji bunyi nafas

Page 27: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

setelah prosedur dilakukan. Anjurkan nafas dalam untuk mengembangkan paru. Kirim specimen yang sudah dilabel ke laboraturium.

Pulmonary function test

Dilakukan untuk mengevalluasi fungsi paru, meliputi penggunaan spirometer untuk mendapatkan pergerakan udara pasien saat pasien bernafas.

Hindari penjadwalan pemeriksaan segera setelah makan. Hindari penggunaan inhalasi bhronkolator 6 jam sebelum pemeriksaan. Jelaskan prosedur pada pasien. Kaji apakah ada distress respiratori selama prosedur dan laporkan. Istirhatkan setelah prosedur.

 

BAB III

KESIMPULAN

 

Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini) dan secara holistic caring. Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien antara lain: tes diagnostik yang sesuai dengan diagnosa medis pasien.

Data hasil pengkajian keperawatan secara holistic caring merupakan dasar yang digunakan oleh perawat untuk menegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai dengan evaluasi. Tanpa pengseorang pengkajian keperawatan yang lengkap dan holistic seorang perawat tidak akan bisa melakukan asuhan keperawatan secara holistic caring.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 28: Pengkajian Sistem Pernafasan.docx

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.(2007). Textbook of medical surgery Nursing. 7th ed.

Lippincott Williams&Wilkins

Guyton AC and Hall JE, 2000, Textbook of Med. Phys, 10th Ed, Saunders

Philadelphia

Hudak & Gallo.(1997). Keperawatan Kritis pendekatan Holistik. EGC: Jakarta

Lewis, et al. (2010). Medical Surgical Nursing “Assesment and Management of      Clinical Problems”. Philadhephia: Mosby.

Somantri, iman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada

            Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.