pengkajian sistem endokrin

76
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995). Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga). Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu : status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang dialami oleh klien. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan 1

Upload: wira-sulaksana

Post on 30-Dec-2014

141 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

endocrine assessment

TRANSCRIPT

Page 1: Pengkajian Sistem Endokrin

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali

masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan

lingkungan (Effendy, 1995).

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan,

yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.

Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah

dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).

Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu :

status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang dialami oleh klien.

Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang berisikan

status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya

terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.

Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien terhadap

kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal yang mencakup tindakan yang

dilaksanakan kepada klien.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana klasifikaasi keseluruhan tentang sistem endokrin ?

2. Bagaimana klasifikasi pengkajian pada klien diabetes mellitus ?

3. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit

hiperglikemia/hipoglekimia?

1

Page 2: Pengkajian Sistem Endokrin

4. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit ketoasidosis ?

5. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?

6. Bagaimana klasifikasi pengkajian dengan penyakit tumor tiroid dan tumor

hipofise ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengkajian dengan penyakit sistem endokrin seperti diabtes

mellitus, hiperglikemia, ketoasidosis, hipertiroid, hipotiroid, tumor tiroid dan

tumor hipofise.

D. Metode Penulisan

Dalam penulisan paper ini ditempuh metode-metode tertentu untuk mengumpulkan

beberapa data dan mengolah data tersebut. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan

metode dokumentasi yaitu mengumpulkan berbagai sumber yang memuat materi yang terkait

pengkajian sistem endokrin. Sumber tersebut melalui beberapa buku keperawatan dan juga

melalui internet. Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode dengan jalan menyusun data atau fakta-fakta yang

telah diperoleh secra sistematis dan menuangkannya dalam suatu simpulan yang disusun atas

kalimat-kalimat.

2

Page 3: Pengkajian Sistem Endokrin

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR SISTEM ENDOKRIN

Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui pengkajian kesehatan dengan

wawancara untuk mengumpulkan data subyektif dan pengkajian fisik untuk mengumpulkan

data obyektif. Beberapa hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh dan organ-organ dan

manifestasi dari disfungsi nonspesifik, membuat pengkajian fungsi endokrin lebih rumit

dibandingkan dengan sistem lainnya.

1. Pengkajian Umum Sistem Endokrin

1) Data Demografi

Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa gangguan

endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis sudah

berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan somatik harus selalu dibandingkan dengan usia

dan gender , misalnya berat badan dan tinggi badan. Tenpat tinggal juga merupakan data yang

perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak dan juga tempat

tinggal klien sekarang.

2) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti

yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsumg dengan

gangguan hormonal seperti:

1 Obesitas

2 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan

3 Kelainan pada kelenjar tiroid

3

Page 4: Pengkajian Sistem Endokrin

4 Diabetes mellitus

5 Infertilitas

6 Dalam mengidentivikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat

menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana

dan di mengerti oleh klien atau keluarga.

3) Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien

Perawat mengkaji kondisi yan pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang

dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila di

hubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu

aktivitas klien, kondisi ini tidak di keluhkan.

Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut

tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain. Berat badan yang tidak sesuai

dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan dan lain-lain.

Gangguan psikologia seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu

berkonsentrasi, dan lain-lain.

Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila klien

dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.

Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang

dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau

petugas kesehatan maupun obat-obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan yang

mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti

hidrokortison;levothyroxine; kontrasepsi oral; dan obat-obatan anti hipertensif.

4) Riwayat Diit

4

Page 5: Pengkajian Sistem Endokrin

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja

mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah dapat

menjadi faktor penyebab, pleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:

Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen

Penurunan atau penambahan berat badan yang drastic

Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan

Pola makan dan minum sehari-hari

Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin,

seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid

5) Status Sosial Ekonomi

Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang

maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya bersama-sama

dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan

melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan

bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya memperoleh makanan yang sehat dan bergizi,

upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan

kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi

klien dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan

penafsiran

6) Masalah Kesehatan Sekarang

Atau disebut juga keluhan utama. Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal

yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :

Apa yang di rasakan klien?

Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau

poerlahan dan sejak kapan dirasakan?

5

Page 6: Pengkajian Sistem Endokrin

Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari?

Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine?

Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi?

Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sanat menggangu klien?

Hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :

1) Tingkat energi

Perubahan kekuatan fisik di hubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal

khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal.perawat mengakaji bagaimana

kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah dapat di lakukan

sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak berdaya

melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan informasi yang

sangat penting. Kaji juga bagaimana asupan makanan klien apkah berlebih atau

kurang.

2) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan

Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokri. Secara

langsung oleh ADH,Aldosteron, dan kortisol.perawat menanyakan tentang pola

berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering terbangun malam hari

untuk berkemih. Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan persepsi

klien. Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan keseimbangan air dan

elektrolit tubuh. Bila dari hasil anamnesa ada hal yang mengindikasikan voume urine

berlebih, pertanyaan kita di arahkan lebih jauh ke kemungkinan klien kekurangan

cairan, kaj apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana klien

mengatasinya. Tanyakan seberapa besar volume cairan yang dikonsumsi setiap hari.

6

Page 7: Pengkajian Sistem Endokrin

Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola sebelum sakit untuk

membandingan pola yang ada sekarang.

3) Pertumbuhan dan perkembangan

Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH,

kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat

saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang

fetus kurang seperti hipotiroid pada ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah bayi

lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi GH atau mungkin Gonad dan

kelenjar tiroid. Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi di lahirkan

dengan tubuh yang kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhsn dan bahkan tidak

dapat di identifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut. Mengkajisecara lengkap

pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya bagaimaa tingkat intelegensia,

kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab. Kaji pula apakah

perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.

4) Seks dan Reproduksi

Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk di kaji baik klien wanita

maupun pria. Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup lama, volume,

frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp abdomen sebelum

selama dan sesudah haid. Untuk volume gunakan satuan jumlah pembalut yang di

gunakan, kaji pula pada umur berapa klien pertama kali menstruasi.

Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan melahirkan. Jumlah anak

yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan cara tertentuuntuk membatasi

kelahiran atau cara untuk mendapatkan keturunan. Pada klien pria, kaji apakah klien

mampu ereksi dan orgasme dan bagaimana perasaan klien setelah melakukannya,

adakah perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan pula adakah perubahan bentuk

dan ukuran alat genitalnya.

Mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali menjadi hal

yang tabu untuk di perbincangkan padahal seharusnya itu tidak perlu terjadi. Jika

7

Page 8: Pengkajian Sistem Endokrin

perbincagan tentang seks ii di lakukan dalam konteks therapi maka tidak perlu malu.

Perawat perlu mawas diri dengan perasaannya, bersikap dewasa, dan berwibawa

sehingga perasaan segan dan malu dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.

5) Pemeriksaan fisik

Melalui pemeriksaan fisik ad dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:

Kondisi kelenjar endokrin

Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin

Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap

kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testes).Secara umum,tekhenik pemeriksaan

fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah :

a) Inspeksi

Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai

dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan

dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai

pperubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokri,

oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman

pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada gangguan

hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara

keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau

menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan

Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan

berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh. Pada

pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi

wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.pada mata amati adannya edema

periorbita dan exopthalmus serta apakah ekspresi wajah datar atau tumpul.

Amati lidah klien terhadap kelainan bebtuk dan penebalan, ada tidaknya tremor

pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada

gangguan tiroid.

8

Page 9: Pengkajian Sistem Endokrin

Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak.

Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk

meyakinkannya perlu dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena

jugularis dapat mengidemtifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung.

Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada lehe, apakah

merata dan cacat lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher,

lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi jamur,

penembuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering dijumpai pada

klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan

lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau

hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai

akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa

terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang

berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow neck atau

leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula sehingga klien tampak

seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk

dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya.

Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan

menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan

rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan

wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran,

simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah

dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk

abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada

hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum

dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.

b) Palpasi

Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui

rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat

diraba dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid

9

Page 10: Pengkajian Sistem Endokrin

perlobus dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri

pada saat di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau

berdiri sama saja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi

duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa berada

dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher

dan keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.

Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus

dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari dan dua jari

lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya,

simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar

dan sinyal seperti karret.

c) Auskultasi

Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat

menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah

leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi

yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam

keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi

peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan

aktivitas kelenjar tiroid.

Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan

pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate jantung

yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan, perangsangan

katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.

6) Pengkajian Psikososial

Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman , dan handai

taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit. Sejaumlah ganguan endokrin yang

serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahan-

perubahan yang dialami menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan lain-

10

Page 11: Pengkajian Sistem Endokrin

lain yang akan mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam

memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat

berlangsung lama perlu dikaji.

2. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin

A. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise

Foto Tengkorak (kranium)

Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.

Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan

tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.

Foto tulang (osteo)

Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan

dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-

tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping. Persiapan fisik secara

khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.

CT scan Otak

Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu

hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun

diperlukan penjelasan agar klien dapat diam bergerak selama prosedur.

3. Pemeriksaan darah dan urin

KADAR GROWTH HORMON

Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-

bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah

venalebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.

KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)11

Page 12: Pengkajian Sistem Endokrin

Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan

tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa

persiapan secara khusus.

KADAR ADENOKARTIKO TROPIK (ACTH)

Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang

diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.

Persiapan

Tidak ada pembatasan makan dan minum

Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol dan antagonisnya,

dihentikan lbih dahulu 24 jam sebelumnya.

Bila obat-obatan harus diberikan, lamirkan jenis obat dan dosisnya pada lembar

pengiriman specimen

Cegah stress fisik dan psikologis

Pelaksanaan

Klien diberi deksametason 4 × 0.5 ml/hari selama-lamanya dua hari

Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc

Urine ditampung selama 24 jam

Kirim spesimen ( darah dan urin ) ke laboratorium

Hasil, Normal bila ;

12

Page 13: Pengkajian Sistem Endokrin

ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl

17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS ) dalam urin 24 jam kurang dari 2.5

mg.

Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1

mg per oral tengah malam , baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi

hari dan urin ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai

normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi

OHCS dalam urin 24 jam kurang dari 2.5 mg.

B. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid

Up take Radioaktif ( RAI )

Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid

dalam menangkap iodida.

Persiapan

Klien puasa 6-8 jam

Jelaskan tujuan dan prosedur

Pelaksanaan

Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.

Dengan alat pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur radioaktif

yang tertahan.

Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urin

selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.

Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase

sebagai berikut:

Normal : 10-35%

13

Page 14: Pengkajian Sistem Endokrin

Kurang dari : 10% disebut menurun , dapat terjadi pada

hipotiroidisme.

Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis

atau pada defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan

lama hipertiroidisme.

T3 dan T4 Serum

Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah

darah vena sebanyak 5-10 cc.

Nilai normal pada orang dewasa:

Jodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl

T3 : 0.2-0.3 mg/dl

T4 : 6-12 mg/dl

Nilai normal pada bayi/anak:

T3 : 180-240 mg/dl

Up take T3 Resin

Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid binding

globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat.

Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena

sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.

Nilai normal pada :

Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin

Anak : pada umumya tidak ada

14

Page 15: Pengkajian Sistem Endokrin

Protein Bound Iodine (PBI)

Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai

normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena

sebanyak 5-10 cc. Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum pemeriksaan 6-8

jam.

Laju Metabolisme Basal (BMR)

Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang

dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.

Persiapan:

klien puasa sekitar 12 jam

hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress

klien harus tidur paling tidak 8 jam

tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedative

jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya

tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan

Pelaksanaan :

segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi

-dihitung dengan rumus BMR (0.75 × pulse ) + ( 0.74 × Tek Nadi ) -72

-nilai normal BMR : -10 s/d 15 %

Scanning Tyroid

Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :

15

Page 16: Pengkajian Sistem Endokrin

Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid

tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi atau tidak

berfungsi ). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.

Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari

plasma. Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.

C. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid

Percobaan Sulkowitch

Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine,

sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan

menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan

maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine

white cloud) Menunjukkan kadar kalsiun darah normal (6 ml/dl). Bila endapan

banyak, kadar kalsium tinggi.

Persiapan :

urine 24 jam ditampung ditampung.

makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.

Pelaksanaan :

masukkan urin 3 ml ke dalam 2 tabung.

ke dalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung

kedua hanya sebagai kontrol.

Pembacaan hasil secara kuantitatif :

Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan

Positif (+) : terjadi kekeruhan yang halus

Positif (++) : kekeruhan sedang

16

Page 17: Pengkajian Sistem Endokrin

Positif (+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik

Positif (++++) : kekeruhan hebat, terjadi seketika

Percobaan Ellwort – Howard

Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh

parathormon. Cara pemeriksaan: klien disuntik dengan parathormon melalui

intravena kemudian urin ditampung dan diukur kadar pospornya.pada

hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 kali nilai normal. Pada

hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah.

Percobaan Kalsium Intravena

Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum

kalsium akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila pospor serum

meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiper paratiroid, pospor serum dan

pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir

tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.

Pemeriksaan radiologi

Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat

kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada

hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas

tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista

dalam tulang serta tuberculae pada tulang.

Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )

17

Page 18: Pengkajian Sistem Endokrin

Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk

mengidentifikasi kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium serum

terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q – T yang

memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal

Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot

akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.

D. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas

Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula

darah setelah puasa selama 8-10 jam.

Nilai normal :

Dewasa : 70-110 md/dl

Bayi : 50-80 mg/d

Anak-anak :60-100 mg/dl

Persiapan

Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan

Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan

Pelaksanaan

Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10cc.

Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.

Bila klien mendapatkan pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk

sementara tidak diberikan.

18

Page 19: Pengkajian Sistem Endokrin

Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan

sesuai program.

Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP

(post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah

makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah

puasa artinya setelah pengambilan darah puasa,kemudian klien disuruh makan

menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan

pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah

tergantung paad kondisi klien.

Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu di ingat waktu yang

tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil

pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan senentara dihentikan

sampai pengambilan spesimen dilakukan.

E. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal

Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah

Nilai normal pada :

Dewasa wanita :37-47 %

Pria : 45-54%

Anak-anak :30-40%

Neonatal :44-62%

Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari

perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke

dalam darah untuk mencegah pembekuan.

Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl ), dengan nilai normal :

19

Page 20: Pengkajian Sistem Endokrin

Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )

Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )

Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)

Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan

sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia.

Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)

Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24

jam. Nilai normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.

Stimulasi test

Dimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal.

Dapat dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap

aldosteron dengan pemberian sodium.

B. PENGKAJIAN DENGAN PENYAKIT DIABETES MELLITUS

1) Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

2) Tanda dan Gejala

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM

umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat

komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat

perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi

dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering

muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada

20

Page 21: Pengkajian Sistem Endokrin

tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar

sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

1. Katarak

2. Glaukoma

3. Retinopati

4. Gatal seluruh badan

5. Pruritus Vulvae

6. Infeksi bakteri kulit

7. Infeksi jamur di kulit

8. Dermatopati

9. Neuropati perifer

10. Neuropati viseral

11. Amiotropi

12. Ulkus Neurotropik

13. Penyakit ginjal

14. Penyakit pembuluh darah perifer

15. Penyakit koroner

16. Penyakit pembuluh darah otak

17. Hipertensi

21

Page 22: Pengkajian Sistem Endokrin

3) Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :

1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75

gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

4) Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas

insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta

neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa

darah normal. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

1. Diet

2. Latihan

3. Pemantauan

4. Terapi (jika diperlukan)

5. Pendidikan

5) Dasar Data Pengkajian

Data tergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolic dan

pengaruk pada fungsi organ :

a. Aktivitas/ istirahat

22

Page 23: Pengkajian Sistem Endokrin

Gejala : lemah, letih, sulit bergerak/berjalan. Kram otot, tonus otot

menurun. Gangguan tidur/istirahat.

Tanda : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan

aktivitas. Letargi/disorientasi, koma, penurunan kekuatan otot.

b. Sirkulasi

Gejala : adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas, dan

kesemutan pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.

Tanda : Takikardia, perubahan tekanan darah postural; hipertensi.

Nadi yang menurun/tidak ada. Disritmia. Krekels; DVJ (GJK). Kulit panas,

kering, dan kemerahan: bola mata cekung.

c. Integritas Ego

Gejala : Stres; tergantung pada orang lain. Masalah financial yang

berhubungan dengan kondisi.

Tanda : ansietas, peka rangsang.

d. Eliminasi

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa

nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang. Nyeri

tekan pada abdomen. Diare.

Tanda : urine encer, pucat, kuning : poliuri (dapat berkembang

menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut,

bau busuk (infeksi). Abdomen keras, adanya asites. Bising usus lemah dan

menurun : hiperaktif (diare).

e. Makanan/Cairan

Gejala : hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mengikuti diet :

peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat. Penurunan berat badan lebih

dari periode bebrapa hari/minggu. Haus. Penggunaan diuretic (tiazid).

23

Page 24: Pengkajian Sistem Endokrin

Gejala ; kulit kuring/berbisik, turgor jelek. Kekakuan/distensi

abdomen, muntah. Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic

dengan peningkatan gula darah). Bau halitosis/manis, bau buah (nafas

aseton).

f. Neurosensori

Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan

pada otot, parestesia. Gangguan penglihatan

Tanda : disorientasi: mengantuk. Letargi, stupor/koma (tahap

lanjut). Gangguan memori (baru, massa, lalu); kacau mental. Refleks

tendon dalam (RTD) menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari

DKA).

g. Nyeri/Kenyaman

Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)

Tanda : wajah meringis dengan palpitasi: tampak sangat berhati-

hati.

h. Pernapasan

Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum

purulen (tergantung adanya infeksi/tidak).

Tanda : lapar udara. Batuk, dengan/tanpa sputum purulen (infeksi).

Frekuensi pernapasan.

i. Keamanan

Gejala : kulit kering, gatal; ulkus kulit.

Tanda : demam, diaphoresis. Kulit rusak, lesi/ulserasi.

Menurunnya kekuatan umum/rentang gerak. Parestesia/paralisis otot

termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup

tajam).

j. Seksualitas

Gejala : rabas vagina (cenderung infeksi). Masalah impoten pada

pria; kesulitan orgasme pada wanita

k. Penyuluhan/Pembelajaran

24

Page 25: Pengkajian Sistem Endokrin

Gejala : faktor resiko keluarga:DM, penyakit jantung, stroke,

hipertensi. Penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid,

diuretic (tiazid): Dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar

glukosa darah) mungkin atau tidak memerlukan obat diabetic sesuai

pesanan.

Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata lama

dirawat : 5,9 hari. Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,

pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

25

Page 26: Pengkajian Sistem Endokrin

26

Page 27: Pengkajian Sistem Endokrin

Gambar luka diabetes melittus tipe 1 :

Gambar luka diabetes mellitus tipe 2 :

27

Page 28: Pengkajian Sistem Endokrin

Gejala-Gejala Akibat Diabetes Mellitus pada lanjut usia :

1. Katarak

28

Page 29: Pengkajian Sistem Endokrin

2. Glukoma

C. PENGKAJIAN DENGAN PENYAKIT HIPOGLEKIMIA/HIPERGLEKIMIA

1) Pengertian

Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari

50 mg/%. Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:

- Diabetes melitus

- Parenteral nutrition

- Sepsis

- Enteral feeding

- Corticosteroid therapi

- Bayi dengan ibu dengan diabetik

- Bayi dengan kecil masa kehamilan

- Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika

- Luka bakar

- Kanker pankreas

- Penyakit Addison’s

- Hiperfungsi kelenjar adrenal

- Penyakit hati

29

Page 30: Pengkajian Sistem Endokrin

2. Fokus Pengkajian

Data dasar yang perlu dikaji adalah :

1. Keluhan utama : sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering

hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya

seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2. Riwayat :

- ANC

- Perinatal

- Post natal

- Imunisasi

- Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga

- Pemakaian parenteral nutrition

- Sepsis

- Enteral feeding

- Pemakaian Corticosteroid therapy

- Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika

- Kanker

3. Data fokus

Data Subyektif:

- Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

- Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin

- Rasa lapar (bayi sering nangis)

- Nyeri kepala

- Sering menguap

- Irritabel

Data obyektif:

- Parestisia pada bibir dan jari, gelisah, gugup, tremor, kejang, kaku, 30

Page 31: Pengkajian Sistem Endokrin

- Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler,

keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma

- Plasma glukosa < 50 gr/%

D. PENGKAJIAN DENGAN PENYAKIT HIPOTIROID

1. Definisi

Hipotiroidisme adalah tingkat pengurangan hormon tiroid (tiroksin). Yaitu suatu

keadaan di mana kelenjar tiroid kurang aktif dan menghasilkan sedikit tiroksin. Hal ini dapat

menyebabkan fungsi metabolisme tubuh bekerja sangat lambat.

2. Penyebab / factor predisposisi

a. Penyakit system kekebalan tubuh ( tiroiditis )

b. Kongenital ( kecacatan perkembangan )

c. Efek patologis ( autoimun )

d. Kurangnya asupan iodium

3. Gejala klinis

Integumen : kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal, pertumbuhan

kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok dan

pertumbuhannya buruk.

Pulmonary : hipoventilasi, pleural efusi, dispnea

Kardiovaskuler : bradikardia, disritmia, pembesaran jantung, toleransi

terhadap aktivitas menurun, hipotensi.

Metabolic : penurunan metabolism basal, penurunan suhu tubuh, intoleransi

terhadap dingin

Muskuloskletal : nyeri otot, kontraksi dan relaksasi otot yang melambat

Neurologi : fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata,

gangguan memori, perhatian kurang, letargi atau somnolen, bingung, hilang

pendengaran, parastesia, penurunan refleks tendon.

Gastrointestinal : anoreksia, peningkatan BB,obstipasi, distensi abdomen.

31

Page 32: Pengkajian Sistem Endokrin

Reproduksi :

Pada wanita : perubahan menstruasi seperti amenore atau masa menstruasi

yang memanjang, infertilitas, anovulasi dan penurunan libido.

Pada pria : penurunan libido dan impoten.

Psikosis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku

mania.

Manifestasi klinis lain berupa edema periorbita, wajah seperti bulan (moon

face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas

terhadap opioid dan transkuilizer meningkat, ekspresi wajah kosong, lemah,

haluaran urine menurun, anemi, mudah berdarah.

4. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik mencakup:

a. Penampilan secara umum: amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar

mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah

tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh kecil dan

pendek. Kulit kasar, tebal dan bersisik, dingin dan pucat.

b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun

c. Pembesaran jantung

d. Disritmia dan hipotensi

e. Parastesia dan reflek tendon menurun

5. Pemeriksaan diagnostik / penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum

Pemeriksaan TSH ( pada klien hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan

TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau

normal).

32

Page 33: Pengkajian Sistem Endokrin

6. Therapy / tindakan penanganan

Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan kekurangan hormone tiroid yaitu

dengan memberikan sediaan per oral ( lewat mulut). Yang paling banyak disukai adalah

hormone tiroid buatan T4. Bentuk yang lain adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari

kalenjar tiroid hewan).

Pengobatan pada penderita lanjut usia dimulai dengan hormone tiroid dosis rendah,

karena dosis terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang serius. Dosisnya diturunkan

secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.

Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita.

Kadar tetap aktivitas hormone tiroid dalam tubuh dapat terus dipertahankan dengan

mudah yaitu dengan pemberian satu tablet atau lebih yang mengandung tiroksin setiap hari.

Selanjutnya berhasilnya pengobatan pernderita hipotiroid dapat dilihat dari hilangnya seluruh

miksedema.

7. Pengkajian

Aktivitas / istirahat

DS : keletihan / kelelahan

DO : bradikardia, kelemahan otot.

Sirkulasi

DS : nyeri badan

DO : pengurangan volume darah, pembengkakan seluruh tubuh

Integritas ego

DS : adanya riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik,

ketidakmampuan mengatasi stress, malas.

DO : depresi.

Eliminasi

DS : konstipasi

DO :konsistensi feses padat, distensi abdomen

33

Page 34: Pengkajian Sistem Endokrin

Makanan / cairan

DS : BB meningkat, nafsu makan menurun

DO : pembengkakan pada bagian depan leher ( goiter), edema nonpitting

Neurosensori

DS : sulit fokus

DO : suara parau, ingatan terganggu, kelambanan mental,

Nyeri / kenyamanan

DS : nyeri badan

DO : distensi abdomen, kulit tebal dan kering, tubuh kasar

Pernafasan

DS : nafasnya terganggu

DO : RR : 22x/mnt

Seksualitas

DS : siklus menstruasi tidak teratur

DO :berkurangnya pertumbuhan rambut dan kulit bersisik

Gambar dengan gangguan hipotiroid :

34

Page 35: Pengkajian Sistem Endokrin

E. PENGKAJIAN PADA GANGGUAN KANKER TIROID

1) Definisi

Kanker Tiroid adalah sutu keganasan pada tiroid yang memiliki 4 tipe yaitu: papiler,

folikuler, anaplastik dan meduler. Kanker tiroid jarang menyebabkan pembesaran kelenjar, lebih

sering menyebabkan pertumbuhan kecil (nodul) dalam kelenjar. Sebagian besar nodul tiroid

bersifat jinak, biasanya kanker tiroid bisa disembuhkan. Kanker tiroid sering kali membatasi

kemampuan menyerap yodium dan membatasi kemampuan menghasilkan hormon tiroid, tetapi

kadang menghasilkan cukup banyak hormon tiroid sehingga terjadi hipertiroidisme.

35

Page 36: Pengkajian Sistem Endokrin

2) Etiologi Kanker Tiroid

Etiologi dari penyakit ini belum pasti, yang berperan khususnya untuk terjadi well

differentiated (papiler dan folikuler) adalah radiasi dan goiter endemis, dan untuk jenis meduler

adalah factor genetic. Belum diketahui suatu karsinoma yang berperan untuk kanker anaplastik

dan meduler. Diperkirakan kanker jenis anaplastik berasal dari perubahan kanker tiroid

berdiferensia baik (papiler dan folikuler), dengan kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih

besar.

Radiasi merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Banyak kasus kanker pada

anak-anak sebelumnya mendapat radiasi pada kepala dan leher karena penyakit lain. Biasanya

efek radiasi timbul setelah 5-25 tahun, tetapi rata-rata 9-10 tahun. Stimulasi TSH yang lama juga

merupakan salah satu faktor etiologi kanker tiroid. Faktor resiko lainnya adalah adanya riwayat

keluarga yang menderita kanker tiroid dan gondok menahun.

4) Pemeriksaan Penunjang Kanker

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak dan ganas tiroid belum

ada yang khusus, kecuali kanker meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.

Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena pada karsinoma tiroid dapat

terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human Tiroglobulin (HTG) Tera dapat

dipergunakan sebagai tumor marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun

pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun peninggian HTG ini setelah

tiroidektomi total merupakan indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano).

Kadar kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis karsinoma meduler.

36

Page 37: Pengkajian Sistem Endokrin

b. Radiologis

1. Foto X-Ray

Pemeriksaan X-Ray jaringan lunak di leher kadang-kadang diperlukan untuk

melihat obstruksi trakhea karena penekanan tumor dan melihat kalsifikasi pada

massa tumor. Pada karsinoma papiler dengan badan-badan psamoma dapat terlihat

kalsifikasi halus yang disertai stippledcalcification, sedangkan pada karsinoma

meduler kalsifikasi lebih jelas di massa tumor. Kadang-kadang kalsifikasi juga

terlihat pada metastasis karsinoma pada kelenjar getah bening. Pemeriksaan X-

Ray juga dipergunnakan untuk survey metastasis pada pary dan tulang. Apabila

ada keluhan disfagia, maka foto barium meal perlu untuk melihat adanya infiltrasi

tumor pada esophagus.

2. Ultrasound

Ultrasound diperlukan untuk tumor solid dan kistik. Cara ini aman dan tepat,

namun cara ini cenderung terdesak oleh adanya tehnik biopsy aspirasi yaitu tehnik

yang lebih sederhna dan murah.

3. Computerized Tomografi

CT-Scan dipergunakan untuk melihat prluasan tumor, namun tidak dapat

membedakan secara pasti antara tumor ganas atau jinak untuk kasus tumor tiroid.

4. Scintisgrafi

Dengan menggunakan radio isotropic dapat dibedakan hot nodule dan cold nodule.

Daerah cold nodule dicurigai tumor ganas. Teknik ini dipergunakan juga sebagai

penuntun bagi biopsy aspirasi untuk memperoleh specimen yang adekuat.

37

Page 38: Pengkajian Sistem Endokrin

c. Biopsi Aspirasi

Pada dekade ini biopsy aspirasi jarum halus banyak dipergunakan sebagai

prosedur diagnostik pendahuluan dari berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik

dan peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi diagnostiknya tinggi. Dengan

mempergunakan jarum tabung 10 ml, dan jarum no.22 – 23 serta alat pemegang, sediaan

aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan arsitektur sitologi dapat

diidentifikasi karsinoma papiler, karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma

meduler.

5) Pengkajian Dasar Pada Kanker

Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut

dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.

1. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti

1. Pola makan

2. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur).

3. Pola aktivitas.

2. Tempat tinggal klien sekarang dan pada waktu balita

3. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;

1. Sistem pulmonari

2. Sistem pencernaan

3. Sistem kardiovaskuler

4. Sistem muskuloskeletal

5. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis 38

Page 39: Pengkajian Sistem Endokrin

6. Sistem reproduksi

7. Metabolik

4. Pemeriksaan fisik mencakup

1. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema disekitar

leher, adanya nodule yang membesar disekitar leher

2. Perbesaran jantung, disritmia dan hipotensi, nadi turun, kelemahan fisik

3. Parastesia dan reflek tendon menurun

4. Suara parau dan kadang sampai tak dapat mengeluarkan suara

5. Bila nodule besar dapat menyebabkan sesak nafas

6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan

lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat

malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri

klien mencakup kelima komponen konsep diri

7. Pengkajian yang lain menyangkut terjadinya Hipotiroidime atau Hipertiroidisme

Gambar kanker Tirod :

39

Page 40: Pengkajian Sistem Endokrin

F. PENGKAJIAN PADA GANGGUAN HIPOPITUITARISME

1. Pengertian

Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar

hipofisis, terutama bagian anterior. Gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan

manifestasi klinis yang berkaitan dengandefisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.

2. Manisfestasi Klinis

Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara

kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita

ruangan yang cukup besar.

Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali

(tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak,

hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).

Hiperprolaktinemia : amenore atau oligomenore galaktore (30%), infertilitas pada

wanita, impotensi pada pria.

40

Page 41: Pengkajian Sistem Endokrin

Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetesmilitus,

osteoporosis.

Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan

pada anak-anak.

Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria,

amenore pada wanita.

Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari

hipertiroidism.

Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala –

gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran

laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.

Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.

3. Pemeriksaan Fisik

a.  Inspeksi :Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran

buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan

rambut wajah (jenggot dan kumis)

b.  Palpasi: Palpasi kulit, pada wanitabiasanya menjadi kering dan kasar.Tergantung pada

penyebab hipopituitarisme, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila

penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum

dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya.

41

Page 42: Pengkajian Sistem Endokrin

Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:

a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.

b.  Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH GH, prolaktin, alsdosteron, testosteron,    

kartisol, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi

tiroid releasing hormon.

4. Pengkajian dasar pada hipopituitarisme

Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup:

Riwayat penyakit masa lalu

Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien, serta

riwayat radiasi pada kepala.

Sejak kapan keluhan diarasakan

Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedang defisiensi

gonadotropin nyata pada masa praremaja.

Apakah keluhan terjadi sejak lahir.Tubuh kecil dan kerdil sejak lahir terdapat

pada klien kretinisme.

Kaji TTV dasar untukperbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.

Berat dan tinggi badan saat lahir atau kaji pertumbuhan fisik klien. Bandingkan

perumbuhan anak dengan standar.

Keluhan utama klien:

Pertumbuhan lambat

Ukuran otot dan tulang kecil.

42

Page 43: Pengkajian Sistem Endokrin

Tanda – tanda seks sekunder tidak berkembang, tidak ada rambut pubis

dan rambut axila, payudara tidak tumbuh, penis tidak tumbuh, tidak

mendapat haid, dan lain – lain.

Interfilitas.

Impotensi.

Libido menurun.

Nyeri senggama pada wanita.

Pemeriksaan fisik

a. Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran

buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula

pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis).

b.  Palpasi kulit, pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar. Tergantung pada

penyebab hipopituitary,perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila

penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi

serebrum danfungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.

Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemapuan klien dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya.

Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti :

a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.

b. Pemeriksaan serta serum darah : LH dan FSH GH, androgen, prolaktin,

testosteron, kartisol, aldosteron, test stimulating yang mencakup uji toleransi

insulin dan stimulasi tiroid releasing hormone.

G. PENGKAJIAN DENGAN GANGGUAN HIPERTIROID

1. Definisi 43

Page 44: Pengkajian Sistem Endokrin

Hipertiroidisme adalah digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi

kelebihan sekresi hormon tiroid.

( Askep Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin, Hotma R)

2. Penyebab / faktor predisposisi

Lebih dari 90 % hipertiroidisme adalah akibat penyakit graves dan nodul tiroid

toksik. Penyebab hipertiroidisme

Biasa Nodul tiroid toksik : multinodular dan mononodular toksik.

Tiroiditis.

Tidak biasa hipertiroidisme neonatal, hipertiroidisme faktisius, sekresi TSH

yang tidak tepat oleh hipofisis, tumor, nontumor (syndrome

resistensi hormone tiroid), yodium eksogen

Jarang metastasis kanker tiroid, koriokarsinoma dan mola hidatidosa,

struma ovarii, karsinoma testicular embrional

3. Gejala Klinis

Hipertiroidisme pada penyakit Graves adalah akibat antibody reseptor thyroid

stimulating hormone (TSH ) yang merangsang aktivitas tiroid, sedang pada Goiter

multinodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri.

Perjalanan penyakit hipertiroidisme biasanya perlahan- lahan dalam beberapa

bulan sampai beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan

berat badan, kelelahan, tremor, gugup, berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpitasi

dan pembesaran tiroid. Gambaran klinis hipertroidisme

44

Page 45: Pengkajian Sistem Endokrin

Umum BB turun, keletihan, apatis, berkeringat, tidak tahan panas.

Emosi : gelisah, iritabilitas, gugup, emosi labil, perilaku

mania dan perhatian menyempit.

Kardiovaskuler palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinus takikardi,

disritmia, fibrilasi atrium, nadi kolaps.

Neuromuskuler gugup, agitasi, tremor, korea atetosis, psikosis, kelemahan otot,

miopati proksimal, paralisis periodik, miastenia gravis.

Gastrointestinal BB turun, nafsu makan meningkat, diare, steatore, muntah

Reproduksi oligomenore, amenore, libido meningkat, infertilitas

Kulit pruritus, eritema Palmaris, miksedemia pretibial, rambut tipis

Struma difus dengan atau tanpa bising, nodosa

Mata periorbital puffiness, lakrimasi meningkat dan grittiness of

eyes, kemosis ( odema konjungtiva), proptosis, ulserasi

kornea, oftalmoplegia, diplopia, edema papil, penglihatan

kabur.

4. Pemeriksaan Fisik

a. Amati penampilan umum klien, amati wajah klien khususnya kelainan pada mata

seperti :

Oftalmopati yang ditandai :

Eksoftalmus : bulbus okuli menonjol keluar

Tanda stellwag’s : mata jarang berkedip

Tanda Von Graefes : jika klien melihat kebawah maka palpebra superior sukar

atau sama sekali tidak dapat mengikuti bola mata.

45

Page 46: Pengkajian Sistem Endokrin

Tanda Mobieve : sukar mengadakan atau menahan konvergensi

Tanda Joffroy : tadak dapat mengerutkan dahi jika melihat keatas

Tanda Rosenbagh : tremor palpebra jika mata menutup

Edema palpebra dikarenakan akumulasi cairan diperiorbita dan penumpukan

lemak diretro orbita

Juga akan dijumpai penurunan visus akibat penekanan syaraf optikus dan

adanya tanda – tanda radang atau infeksi pada konjungtiva dan atau kornea

Fotofobia dan pengeluaran air mata yang berlebihan merupakan tanda yang

lazim.

b. Amati manifestasi klinis hipertiroidisme pada berbagai system tubuh seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya.

c. Palpasi kalenjar tiroid, kaji adanya pembesaran, bagaimana konsistensinya, apakah

dapat digerakkan serta apakah nodul soliter atau multiple.

d. Auskultasi adanya “bruit”

5. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Tes ambilan RAI : meningkat

T4 dan T3 serum : meningkat

T4 dan T3 bebas serum : meningkat

TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)

Tiroglobulin : meningkat

Stimulasi TRH : dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai

meningkat setelah pemberian TRH

Ambilan tiroid131: meningkat

Ikatan proein iodium : meningkat

Gula darah : meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).

46

Page 47: Pengkajian Sistem Endokrin

Kortisol plasma : turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).

Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat.

Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal

Elektrolit : hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek

dilusi dalam terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya

pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.

Katekolamin serum : menurun.

Kreatinin urine : meningkat

b. Radiologi

Skanning tyroid

USG thyroid

c. Lain- lain

Pemeriksaan elektrokardiografi ( EKG) : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek,

kardiomegali.

Uji lain yang sering digunakan adalah sebagai berikut:

1. kecepatan metabolism basal biasanya meningkat sampai + 30 hingga + 60

pada hipertiroidisme berat.

2. Konsentrasi TSH didalam plasma diukur dengan radioimunologik. Pada tipe

tirotoksikosis yang biasa, sekresi TSH oleh hifofisis anterior sangat ditekan

secara menyeluruh oleh sejumlah besar tiroksin dan triiodotironin yang sedang

bersirkulasi sehingga hampir tidak ditemukan TSH dalam plasma.

3. Konsentrasi TSI diukur dengan radioimunologik. TSI normalnya tinggi pada

tipe Tirotoksikosis yang biasa tetapi rendah pada adenoma tiroid.

47

Page 48: Pengkajian Sistem Endokrin

6. Therapy / Tindakan Penanganan

Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormone tiroid

yang berlebihan dengan cara menekan produksi ( obat antitiroid ) atau merusak

jaringan tiroid ( yodium radioaktif, tiroidektomi sub total)

1. Obat antitiroid

Digunakan dengan indikasi :

a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap,

pada pasien muda dengan struma ringan sampai sedang atau tirotoksikosis.

b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan atau

sesudah pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.

c. Persiapan tiroidektomi

d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia.

e. Pasien dengan krisis tiroid

Obat diberikan dalam dosis besar pada permulaan sampai eutiroidisme lalu

diberikan dosis rendah untuk mempertahankan eutiroidisme.

Tabel obat antitiroid yang sering digunakan :

Obat Dosis awal ( mg/ hari) Pemeliharaan (mg /hari)

Karbimazol 30-60 5-20

Metimazol 30-60 5- 20

Propiltiourasil 300-600 50- 200

Ketiga obat ini mempunyai kerja imunosupresif dan dapat menurunkan

konsentrasi thyroid stimulating antibody ( TSAb) yang bekerja pada sel tiroid.

48

Page 49: Pengkajian Sistem Endokrin

Obat- obat ini umumnya diberikan sekitar 18- 24 bulan. Pemakaian obat- obat ini

dapat menimbulkan efek samping berupa hipersensitifitas dan agranulositosis.

Apabila timbul hipersensitivitas maka obat diganti, tetapi bila timbul

agranulositosis maka obat dihentikan.

Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis

serendah mungkin yaitu 200 mg/ hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali

sembuh spontan pada kehamilan tua sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-

obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4 yang dapat melewati plasenta

hanya sedikit sekali dan tidak dapat mencegah hipertiroidisme pada bayi yang

baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit

sekali yang keluar dari air susu ibu. Dosis yang dipakai 100-150 mg tiap 8 jam.

Setelah pasien eutiroid, secara klinis dan laboratorium, dosis diturunkan dan

dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4 dipertahankan pada batas atas

normal dengan dosis propiltiourasil < 100 mg/hari. Apabila tirotoksikosis timbul

lagi, biasanya pascapersalinan, propiltiourasil dinaikkan sampai 300 mg/hari.

2. Pengobatan dengan yodium radioaktif

Indikasi pengobatan dengan yodium radioaktif diberikan pada:

a. Pasien umur 35 tahun atau lebih

b. Hipertiroidisme yang kambuh sesudah dioperasi

c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid

d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid

e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

Digunakan Y131 dengan dosis 5-12 mCi peroral. Dosis ini dapat

mengendalikan tirodotoksikosis dalam 3 bulan, namun ⅓ pasien menjadi

hipotiroid pada tahun pertama. Efek samping pengobatan dengan yodium

radioaktif adalah hipotiroidisme, eksaserbasi hipotiroidisme dan tiroiditis.

3. Operasi

49

Page 50: Pengkajian Sistem Endokrin

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi operasi

adalah :

a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat

antitiroid

b. Pada wanita hamil ( trimester kedua ) yang memerlukan obat anti tiroid dosis

besar

c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yidium radioaktif

d. Adenoma toksik atau struma multinodular toksik

e. Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu lebih nodul

Sebelum operasi, biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutiroid

kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-

15 tetes/hari selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi

pada kalenjar tiroid.

4. Pengobatan tambahan

a. Sekat β adregenik

Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroidisme. Dosis

diberikan 40-200 mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia

diberi 10 mg/6jam.

b. Yodium

Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi, sesudah pengobatan

dengan yodium radioaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan dalam

dosis 100-300 mg/hari.

c. Ipodat

Ipodat kerjanya lebih cepat dibanding propiltiourasil dan sangat baik digunakan

pada keadaan akut seperti krisis tiroid. Kerja ipodat adalah menurunkan

konversi T4 diperifer, mengurangi sintesis hormone tiroid serta mengurangi

pengeluaran hormone dari tiroid.

d. Litium

50

Page 51: Pengkajian Sistem Endokrin

Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya

dibandingkan dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan

krisis tiroid yang alergi terhadap yodium.

7. Pengkajian Dasar dengan Gangguan Hipertiroid

a. Aktivitas / istirahat

DS : keletihan / kelelahan

DO : takikardia

b. Sirkulasi

DS : nyeri dada ( angina)

DO :hipotensi, nadi perifer melemah, takikardia, disritmia (fibrilasi atrium),

palpitasi, ekstrimitas dingin, sianosis dan pucat.

c. Integritas ego

DS : adanya riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik /

pembedahan, ketidakmampuan mengatasi stress.

DO : tanda ansietas misalnya gelisah, pucat, berkeringat, tremor / gemetar, suara

gemetar, emosi labil ( euphoria sedang sampai delirium), depresi.

d. Eliminasi

DS : perubahan dalam feces : diare

DO : konsistensi feses cair,

e. Makanan / cairan

DS : anoreksia, mual, BB menurun, nafsu makan meningkat, makan banyak,

kehausan

DO : muntah, pembesaran tiroid, goiter, edema nonpitting terutama daerah

pretibial

f. Neurosensori

DS : tidak tahan panas

DO : bicara cepat dan parau

Gangguan status mental dan prilaku seperti: bingung, disorientasi, gelisah,

peka rangsang, delirium, psikosis, stupor. Koma.

51

Page 52: Pengkajian Sistem Endokrin

Tremor halus pada tangan

g. Nyeri / kenyamanan

DS : nyeri orbital, fotofobia

DO : kelopak mata sulit menutup

h. Pernafasan

DS : mengeluh nafas terasa sesak

DO : frekuensi pernafasan meningkat, takipnea, dispnea

i. Keamanan

DS : tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan

DO : suhu meningkat diatas 37,5 º C

Eksoftalmus

j. Seksualitas

DS : nafsu seks menurun

DO : penurunan libido, hilangnya tanda – tanda seks sekunder misalnya :

berkurangnya rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita

Hipomenore,amenore dan impoten

52

Page 53: Pengkajian Sistem Endokrin

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan, yang

meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah. Adapula

yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses

keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).

Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui pengkajian kesehatan dengan

wawancara untuk mengumpulkan data subyektif dan pengkajian fisik untuk mengumpulkan data

obyektif. Beberapa hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh dan organ-organ dan

manifestasi dari disfungsi nonspesifik, membuat pengkajian fungsi endokrin lebih rumit

dibandingkan dengan sistem lainnya.

53

Page 54: Pengkajian Sistem Endokrin

DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2

Jakarta :EGC.

Doenges, ME and Moorhouse, MF : Nurse’s Pocket Guide : Nursing Diagnoses with

Interventions, edisi 3. FA Davis, Philadelphia, 1991.

Guyton, Arthur C (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Alih bahasa : Irawati. Jakarta

: EGC.

Mansjoer, A, (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.

54