pengaruh tekanan dan ukuran partikel terhadap …digilib.unila.ac.id/54972/3/skripsi tanpa bab...

55
PENGARUH TEKANAN DAN UKURAN PARTIKEL TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET BIOMASSA DARI TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) (Skripsi) JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2018 Oleh I MADE DARMA DUTA LAKSANA

Upload: hakhanh

Post on 13-May-2019

246 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

i

PENGARUH TEKANAN DAN UKURAN PARTIKEL TERHADAP

KARAKTERISTIK PELLET BIOMASSA DARI TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT (TKKS)

(Skripsi)

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2018

Oleh

I MADE DARMA DUTA LAKSANA

ii

ABSTRAK

OLEH

I MADE DARMA DUTA LAKSANA

Tanda kosong kelapa sawit (TKKS) memiliki potensi yang tinggi untuk dijadikan

sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.Tetapi, TKKS memiliki

berat jenis dan densitas energi yang rendah sehingga perlu dilakukan densifikas

imenjadi pellet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pellet dari

tandan kosong kelapasawit (TKKS) sebagai bahan bakar.Penelitian dilakukan

dengan dua faktor, yaitu tekanan kompresi 5 ton (9,74 Mpa), 10 ton (19,49MPa),

dan 15 ton (29,23 Mpa) dan ukuran partikel halus, sedang, kasar. Bahan baku

TKKS segar diperoleh dari pabrik kelapa sawit PTPN VII Bekri. TKKS

dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kering lalu digiling menggunakan

hammer mill untuk mendapatkan cacahan TKKS yang lembut. TKKS giling

kemudian dicetak di dalam cetakan (die) dari besi pejal dengan diameter lubang 8

mm dan panjang lubang10 cm. Dua gram TKKS giling dimasukkan kedalam

cetakan dan ditetal; lalu ditekan menggunakan dongkrak hidrolik selama waktu

yang telah ditentukan. Analisis proksimat dilakukan untuk mendapatkan data

kadar air bahan, kadar abu, berat jenis (bulk density), dan nilai kalori. Pelet yang

dihasilkan juga dikenai uji banting dari ketinggian 1,5 m untuk mendapatkan

indeks kekuatan pellet. Setiap percobaan dilakukan dengan tiga ulangan. Hasil

penelitian menunjukkan TKKS giling memiliki nilai kalor 17,85 MJ/kg dan

densitas 0,1775 g/cm3, dan kadar abu 9,03%. Tekanan dan ukuran partikel

mempengaruhi karakteristik pellet.Pellet biomasa dari TKKS memiliki densitas

0,97 atau 6 kali dari TKKS giling. Pellet juga memiliki kekuatan yang

baik yang ditunjukkan oleh tingkat kerusakan rata-rata hanya2,06% dari uji

bantingdari ketinggian 1,5 meter.

Kata Kunci : Tandan Kosong Kelapa Sawit, Pellet, Biomassa.

iv

ABSTRACT

By

I MADE DARMA DUTA LAKSANA

oil palm empty fruit bunches have a high amount of availability. This is what can

be used as an alternative energy source that is more economical and

environmentally friendly. This study aims to obtain pellets from oil palm empty

fruit bunches (OPEFB) as a better fuel, find out the best composition in making

pellets from oil palm empty fruit bunches (OPEFB) and find out the

characteristics of pellets from oil palm empty fruit bunches as material burn..

Pressed using a printer that is shaped like a solid cylinder. Giving pressure

during printing with several pressures is 5 tons converted to 9.74 MPa, 10 tons

converted to 19.49 MPa, and 15 tons converted to 29.23 MPa. After the pellets

have been successfully printed, the tests are density analysis, heat value analysis,

water content analysis. Testing of calorific value using bomb calorimater, ash

content testing, volatile levels, and slamming test. Testing of cellulose,

hemusellulose and lignin. Data obtained from the parameters will be analyzed

using Microsoft Office Excel applications that are displayed in the form of tables

and graphs. And an analysis was done with the Annova test. Based on the results

of all tests, the pressure factor and time of emphasis do not significantly affect all

parameters observed. This study produced the characteristics of pellets of oil

palm empty bunches which have a heating value of 17.96 Mj / kg. has a density

value of. And oil palm empty fruit bunches that have ash content of 9,03, %. This

study produced biomass pellets from oil palm empty fruit bunches with a density

value of0,1775 , which had a density value four times better than before

being made into pellets. Biomass pellets from empty oil palm bunches which are

given a pressure of 5 tons, 10 tons, 15 tons, have an average slump of 2,06%

damage. That dropped from a height of 1.5 meters.

Keywords: Oil Palm Empty Fruit Bunches, Pellets, Biomass

vi

PENGARUH TEKANAN DAN UKURAN PARTIKEL TERHADAP

KARAKTERISTIK PELLET BIOMASSA DARI TANDAN KOSONG

KELAPA SAWIT (TKKS)

Oleh

I MADE DARMA DUTA LAKSANA

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratuntukMencapaiGelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

JurusanTeknikPertanian

FakultasPertanianUniversitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

x

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bali Sadhar Utara, Kecamatan

Banjit, KabupatenWay kanan pada tanggal 16April

1996, sebagai anak kedua dari dua bersaudara keluarga

BapakI Ketut Renu Astika dan Ibu Ni Nengah Patra

Ayu Ningsih. Penulis menyelesaikan sekolah taman

kanak-kanan di Tk Dharma Wanita pada tahun 2001-

2002, melanjutkan sekolah dasar di SD Negeri 04Bali

Sadhar pada tahun 2002 – 2008, SMP Negeri 02 Banjit pada tahun 2008 – 2011,

SMA Negeri 09 Bandar Lampung pada tahun 2011 – 2014 dan terdaftar sebagai

mahasiswa S1 Teknik Pertanian di Universitas Lampung pada tahun 2014 melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) atau masuk

tanpa test tertulis.Selama menjadi mahasiswa penulis terdaftar aktif di lembaga

kemahasiswaan sebagai anggota Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-Mata)

Fakultas Pertanian Universitas Lampung Pada bidang luar Akademik penulis aktif

dalam kegiatan sosial di masyarakat pernah menjadi ketua pemuda dan aktif

dalam keanggotaan partai Golkar Provinsi Lampung. Penulis terdaftar sebagai

calon anggota DPRD Provinsi Lampung periode 2019-2024, melalui partai Golkar

di daerah pilih 5 Way kanan, Lampung utara.

Pada tahun 2018 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Tematik periode I tahun 2018 di Desa Parda Suka Kecamatan Wonosobo

Kabupaten Tanggamus. Selama melaksanakan KKN penulis diberikan amanah

sebagai koordinator kecamatan dan berhasil mengadakan kegiatan bakti sosial

dengan melakukan sunatan masal terhdap anak-anak yang ada di Kecamatan

Wonosobo.

Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) dengan judul laporan “Teknik

Budidaya Produksi Lipat Ganda Pada Tanman Bawang Merah” Di Balai

Penelitian Tanaman Sayur (BALITSA),Cikole, Lembang Jawa Barat. Penulis

berhasil mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian (S.TP.) S1 Teknik Pertanian

pada tahun 2018 dengan menghasilkan skripsi yang berjudul“Pengaruh Tekanan

Dan Ukuran Partikel Terhadap Karakteristik Pellet Biomassa Dari Tandan

Kosong Kelapa Sawit (TKKS).”

xii

SANWACANA

Puji syukur kehadapan Shang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat

dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan

dalam penyusunan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tekanan dan Ukuran Partikel Terhadap

Karakteristik Pellet Biomassa Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS).”

Adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

(S.T.P) di Universitas Lampung.

Penulis memahami dalam penyusunan skripsi ini begitu banyak cobaan, suka dan

duka yang dihadapi, namun berkat ketulusan do’a, semangat, bimbingan,

motivasi, dan dukungan orang tua serta berbagai pihak sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Maka pada kesempatan kali ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku dekan Fakultas Pertanian

yang telah membantu dalam administrasi skripsi ini.

2. Dr. Ir. Agus Haryanto M.P., selaku ketua jurusan dan pembimbing

pertama sekaligus pembimbing akademik, yang telah memberikan

bimbingan dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Dr. Ir. Sugeng Triyono M.sc., selaku pembimbing kedua yang telah

memberikan masukan, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Dr. Ir. Tamrin, M.S., selaku pembahas yang telah memberikan masukan,

bimbingan, motivasi dan membantu administrasi dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Bapak, Ibu, kakak, istri tercinta yang telah memberikan kasih sayang,

dukungan moral, material dan do’a.

6. Mahasiswa Teknik Pertanian angkatan 2014 yang telah memberikan do’a

serta semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Bandar Lampung, 2018

Penullis,

I Made Darma Duta Laksana

xiv

Serta

“Kepada Almamater Tercinta”

Teknik Pertanian Universitas Lampung 2014

“Kupersembahkan Karya Ini Untuk

Keluargaku Tercinta”

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. 1

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Pendahuluan ............................................................................................. 1

1.2. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.3. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 6

2.1. Biomassa .................................................................................................. 6

2.2. Kelapa Sawit ............................................................................................. 7

2.3. Proses Produksi Minyak Kelapas Sawit ................................................. 11

2.4. Hasil Pengolahan Kelapa Sawit ............................................................. 12

2.4.1. CPO (Crude Palm Oil) ........................................................................... 13

2.4.2. PKO (Palm Karnel Oil) ................................................................................ 13

2.4.3. Oleochemicals Kelapa Sawit. .................................................................... 13

2.4.4. Limbah Kelapa Sawit. ................................................................................ 13

2.5. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) .................................................. 15

2.6. Densifikasi .............................................................................................. 18

2.7. Selulosa, Hemuselulosa, Lignin ............................................................. 21

III. METODOLOGI ........................................................................................... 23

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 23

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 23

xvi

3.3. Prosedur Penelitian ................................................................................. 23

3.3.1. Persiapan Bahan Baku ........................................................................... 24

3.3.2. Pengayakan.............................................................................................. 24

3.3.3. Pencetakan Pellet .................................................................................... 24

3.3.4. Pemberian tekanan ................................................................................. 24

3.3.5. Pengujian Pellet ...................................................................................... 24

3.3.6. Rancangan Percobaan ............................................................................ 24

3.4. Parameter Pengamatan ........................................................................... 27

3.4.1. Nilai Densitas .......................................................................................... 27

3.4.2. Nilai Kalor ............................................................................................... 28

3.4.3. Kadar Air ................................................................................................. 28

3.4.4. Kadar Abu ............................................................................................... 28

3.4.6. Kadar Volatil Solid ................................................................................ 28

3.4.7. Uji Banting .............................................................................................. 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 30

4.1 Karakteristik Fisiko Kimia Bahan Baku TKKS ..................................... 30

4.1.1.Kadar Air, Nilai Kalor, Kadar Abu, Kadar Volatil, Densitas TKKS ...................... 32

4.1.2. Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, Lignin TKKS ............................................ 32

4.2 Pellet Biomasa TKKS ............................................................................ 33

4.2.1. Kadar Air ................................................................................................. 35

4.2.2. Kadar Abu ............................................................................................... 37

4.2.3. Kadar Volatil ........................................................................................... 38

4.2.4. Nilai Densitas .......................................................................................... 39

4.2.5. Uji Banting .............................................................................................. 42

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 45

5.1. Simpulan ................................................................................................. 45

5.2. Saran ....................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47

LAMPIRAN ......................................................................................................... 51

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Potensi Biomassa Tanaman Kelapa Sawit ....................................................... 3

2. Komposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit...................................................... 17

3. Tata Letak Percobaan ..................................................................................... 25

4. Karakteristik TKKS ....................................................................................... 31

5. Nilai Kandungan Selulosa, Hemiselulosa, Lignin TKKS .............................. 33

6. Hasil Uji Lanjut (BNT) Karakteristik Pellet Biomassa TKKS ...................... 35

7. Analisis Keragaman Kadar Air Pellet ............................................................ 36

8. Analisis Keragaman Nilai Densitas Pellet.. ................................................... 40

9.Analisis Keragaman Uji Banting Pellet ........................................................... 43

10. Kadar Air Pellet TKKS ................................................................................ 52

11. Kadar Abu dan Kadar Volatil ...................................................................... 53

12. Data Residu TKKS ....................................................................................... 54

13. Nilai Hemiselulosa, Selulosa dan Lignin ..................................................... 54

14. Nilai Densitas ................................................................................................ 55

15. Nilai Uji Banting .......................................................................................... 56

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit ..................................................................... 12

2. Tandan Kosong Kelapa Sawit .......................................................................... 15

3. Proses Densifikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit ........................................... 20

4. Diagram Alir .................................................................................................... 26

5. (A) Pellet Halus 5 ton, (B) Pellet Sedang 5 Ton, (C) Pellet Kasar 5 Ton ........ 33

6. (A) Pellet Halus 10 ton, (B) Pellet Sedang 10 Ton, (C) Pellet Kasar 10 Ton. . 34

7. (A) Pellet Halus 15 on, (B) Pellet Sedang 15 Ton, (C) Pellet Kasar 15 Ton. .. 34

8. Grafik Kadar Abu Pellet Biomassa TKKS....................................................... 38

9. Grafik Kadar Volatil Pellet Biomassa TKKS. ................................................. 39

10.Grafik Nilai Densitas Pellet Biomassa TKKS ................................................. 41

11.Grafik Uji Banting Pellet Biomassa TKKS ..................................................... 44

12.Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit ............................................................ 62

13. TKKS Yang Sudah Dicacah ........................................................................... 62

14. Alat Cetakan Pellet .......................................................................................... 63

15. Besi Pendorong Pada Cetakan ........................................................................ 63

16. Bahan Baku Siap Dicetak ............................................................................... 64

17. Pencetakan Pellet Dengan Tekanan 5 Ton ...................................................... 64

18. Pencetakan Pellet Dengan Tekanan 10 Ton .................................................... 65

xx

18. Pencetakan Pellet Dengan Tekanan 15 Ton .................................................... 65

20. Pengayakan Bahan Baku TKKS ..................................................................... 66

21.Pellet Dengan Tekanan 5 Ton .......................................................................... 66

22. Pellet Dengan Tekanan 10 Ton ....................................................................... 67

23. Pellet Dengan Tekanan 15 Ton ....................................................................... 67

24. Persiapan Pengujian Kadar Air ....................................................................... 67

25. Pengujian Nilai Kalori dengan Kalori Meter .................................................. 68

26. Pembakaran Pellet di Dalam Tanur................................................................. 68

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan energi tidak akan ada habisnya, hampir segala sektor memerlukan

energi mulai dari rumah tangga, pertanian, pertambangan, transportasi termasuk

sektor industri. Pertumbuhan industri yang pesat juga telah menimbulkan konsumsi

energi yang sangat besar. Kebutuhan energi industri di Indonesia pada umumnya

masih dipasok oleh bahan bakar minyak maupun gas. Di sisi lain, bahan bakar

minyak merupakan bahan impor dengan harga yang cukup tinggi. Bahan bakar

minyak adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, sehingga semakin

langka minyak di dunia akan berdampak pada kenaikan harga. Kenaikan harga yang

cukup signifikan akan berimbas terhadap industri kecil yang pada umumnya memiliki

kendala di bagian penyediaan energi.

Indonesia adalah negara yang kaya akan hasil pertanian yang berpotensi dijadikan

sumber energi terbarukan seperti biomassa. Potensi biomassa di Indonesia meliputi

limbah pertanian dan perkebunan, salah satunya tanaman kelapa sawit dengan total

produksi 33 juta ton tandan buah segar. (Dirjen Perkebunan RI, 2017).

Biomassa sudah cukup lama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bakar, namun

pemanfaatanya masih dengan cara-cara tradisional seperti untuk kayu bakar dan

arang. Energi yang dihasilkan telah digunakan untuk berbagai tujuan antara lain

2

untuk kebutuhan rumah tangga (memasak dan industri rumah tangga), pengering

hasil pertanian, industri kayu, dan pembangkit listrik (Syamsiro dan Saptoadi, 2007).

Penggunaan yang lebih modern dan dapat diaplikasikan ke berbagai sektor masih

cukup sedikit dibandingkan dengan potensi yang ada. Dalam Kebijakan

Pengembangan energi terbarukan dan koservasi energi (energi hijau) departemen

energi dan sumber daya mineral yang dimaksud energi biomasa meliputi kayu,

limbah pertanian/perkebunan, komponen organik dari industri dan rumah tangga.

Biomassa dapat dikonversi menjadi energi dengan berbagai metode proses. Faktor-

faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi konversi anatara lain : tipe dan

jumlah biomassa, bentuk energi yang diinginkan, kebutuhan pengguna, standar

lingkungan dan kondisi ekonomi (McKendry, 2002). Konversi biomassa menjadi

energi secara umum menggunakan dua teknologi proses yaitu termokimia dan

biologi. Proses termokimia mempunyai tiga pilihan teknologi yaitu pembakaran,

pirolisis, dan gasifikasi.

Konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat berbentuk padat, cair, maupun gas.

Bahan bakar padat merupakan bentuk dasar biomassa yang dapat dijadikan umpan

untuk pembakaran. Bahan bakar cair dapat dihasilkan dari proses pirolisis sedangkan

bahan bakar gas dapat dihasilkan dari proses gasifikasi.

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman yang menduduki posisi

penting di sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini disebabkan dari berbagai tanaman

yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit menghasilkan nilai ekonomi

3

terbesar per hektarnya di dunia (Nasution, 2014). Luas Areal dan Produksi Kelapa

Sawit di Provinsi Lampung tahun 2017 adalah 224.175 hektar. Produksi kelapa sawit

provinsi Lampung adalah 490.985 ton. Setiap produksi kelapa sawit menghasilkan

limbah berupa tandan kosong kelapa sawit 23%, cangkang 8%, serat 12%, dan limbah

cair 66%. Kandungan utama TKKS adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Berikut

jenis biomassa limbah pertanian dari kelapa sawit dapat dilihat pada, Tabel 1.

Tabel 1. Potensi Biomasa Tanaman Kelapa Sawit 2013 (ESDM,2015).

Jenis Biomassa Ketersediaan

Bahan Baku

(ton)

Potensi Energi

(Gj)

Potensi

Umum

(MWe)

Kelapa Sawit

Serat (fiber)

Cangkang (shell)

Tandan Kosong (EFB)

12.830.950

6.136.541

23.988.298

180.778.665

108.861.141

118.757.608

1.231

759

827

Tanda kosong kelapa sawit memiliki jumlah ketersedian yang tinggi. Hal inilah yang

dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang lebih ekonomis dan ramah

lingkungan. Tandan kosong kelapa sawit adalah tandan buah kelapa sawit yang telah

diambil buahnya melalui proses pemipilan atau threshing. Kelapa sawit menghasilkan

produk berupa minyak sawit, dan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit dan

cangkang sawit.

Tandan kosong kelapa sawit selama ini sudah dimanfaatkan, namun pemanfaatanya

belum maksimal. Karakteristik tandan kosong berbeda dengan cangkang dan serabut,

4

hal ini menyebabkan tandan kosong tidak dapat digunakan sebagai sumber energi

secara langsung dengan menggunakan fasilitas yang sama dengan cangkang dan

serabut. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan biomassa dengan

kandungan terbesar berupa selulosa, disamping hemiselulosa dan lignin dalam jumlah

yang lebih kecil. Melihat komponen kimia utama TKKS, kualitas TKKS tidak jauh

berbeda dengan kualitas biomassa lainnya, baik dengan limbah pertanian maupun

dengan biomassa bukan kayu (Myerly dkk., 1981).

Secara umum, TKKS mempunyai densitas dan nilai kalor yang rendah. Dengan nilai

kalor yang rendah maka nilai densitas energinya pun rendah. Sehingga untuk

meningkatkan densitasnya adalah dengan proses densifikasi. Densifikasi biomassa

menjadi pellet bertujuan untuk meningkatkan densitas dan mengurangi persoalan

penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan. Densifikasi biomasssa

mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat menaikkan nilai kalor per unit

volume, mudah disimpan dan diangkut serta mempunyai ukuran dan kualitas yang

seragam.

Selama ini telah banyak pembuatan pellet biomassa dengan menggunakan teknik

pemberian tekanan. Namun masih banyak yang belum mengetahui tekanan yang tepat

untuk membuat pellet yang baik dan efisien. Ukuran partikel akan berpengaruh

terhadap ketahanan pellet sehingga dapat menentukan ketahanan pellet dalam

penyimpanan. Oleh sebab itu maka penelitian ini perlu untuk dilakukan.

5

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

2. Mengetahui karakteristik pellet biomassa dari tandan kosong kelapa sawit

(TKKS) sebagai bahan bakar.

3. Mengetahuai lama waktu penekanan dan ukuran partikel yang terbaik dalam

pembuatan pellet biomassa dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat, tentang pellet dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai bahan

bakar alternatif yang lebih bak. Pellet dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat

dijadikan sebagai energi alternatif yang memiliki nilai ekonomi tinngi sehingga dapat

menjadi produk yang dapat dijual di pasaran, terutama di negara beriklim sub tropis.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomassa

Biomassa merupakan salah satu jenis bahan bakar padat selain batubara. Biomassa

terdiri atas beberapa komponen yaitu kadar air (moisture content), zat

terbang/mudah menguap (volatile matter), karbon terikat (fixed carbon), dan abu

(ash). Proses pengeringan akan menghilangkan moisture, devolatilisasi yang

merupakan tahapan pirolisis akan melepaskan volatile, pembakaran arang

melepaskan karbon terikat dan sisa pembakaran menghasilkan abu (Borman dan

Ragland, 1998).

Biomassa dapat dikonversi menjadi energi dengan berbagai metode proses.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi konversi anatara lain : tipe

dan jumlah biomassa, bentuk energi yang diinginkan, kebutuhan pengguna,

standar lingkungan dan kondisi ekonomi (McKendry, 2002).

Konversi biomassa menjadi bahan bakar dapat berbentuk padat, cair, maupun gas.

Bahan bakar padat merupakan bentuk dasar biomassa yang dapat dijadikan umpan

untuk pembakaran, pirolisis, dan gasifikasi. Bahan bakar cair dapat dihasilkan dari

proses pirolisis sedangkan bahan bakar gas dapat dihasilkan dari proses gasifikasi.

Secara umum, biomassa mempunyai densitas dan nilai kalor yang rendah. Salah

satu cara untuk meningkatkan densitasnya adalah dengan proses densifikasi.

Sedangkan untuk meningkatkan nilai kalornya, proses torrefaksi menjadi salah

7

satu pilihan yang cukup baik. Kombinasi dari proses densifikasi dan torrefaksi

akan menghasilkan bahan bakar padat biomassa kualitas tinggi.

Biomassa pada umumnya mempunyai densitas yang cukup rendah, sehingga akan

mengalami kesulitan dalam penanganannya. Densifikasi atau pembriketan

biomassa bertujuan untuk meningkatkan densitas dan menurunkan persoalan

penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan (Bhattacharya, 1996).

Biomassa mempunyai energi kira-kira 1/3 energi batubara per unit massa dan 1/4

energi batubara per unit volume. Pembriketan dapat mengubahnya menjadi

masing-masing 2/3 dan 3/4 (Bungay, 1981).

Sumber biomassa terbesar di antaranya disumbangkan oleh perkebunan kelapa

sawit. Kelapa sawit merupakan tumbuhan pohon yang tingginya bisa mencapai 24

meter. Bunga dan buahnya berupa tandan serta bercabang banyak. Buahnya kecil

dan berwarna merah kehitaman apabila masak. Daging buahnya padat. Kulit buah

dan daging buah mengandung minyak. Buah sawit menempel pada tandan buah.

Buah sawit terdiri dari lapisan eksokarp: bagian kulit buah yang berwarna

kemerahan dan licin, lapisan mesokarp: bagian serabut buah, endoskarp:

cangkang buah dan endosperm/inti buah dan embrio yang mengandung minyak

inti berkualitas tinggi.

2.2. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) berasal dari Nigeria, Afrika Barat.

Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari

Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak spesies kelapa sawit di hutan

8

Brazil dibandingkan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup

subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua

Nugini. Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi

(Fauzi, 2002).

Kelapa sawit yang termasuk dalam subfamili Cocoidae merupakan tanaman asli

Amerika Selatan, termasuk spesies E. Oleifera dan E. Odora.walaupun demikian

salah satu subfamili Cocoidae adalah tanaman asli Afrika. Zeven (1965) dalam

Pahan (2007) memastikan asal E. Guineensis berdasarkan hasil deskripsi para ahli

botani sebelumnya dan para penjelajah di benua Afrika. Nama-nama kelapa sawit

dalam bahasa daerah di kedua sisi lautan Atlantik mengacu pada nama Afrika.

Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah :

Divisi : Embryophyta Siphonagama

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledoneae

Famili : Aracaceaebb

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis jac

Kelapa sawit merupakan tanaman tahunan dengan umur ekonomis 25 tahun. Pada

3 tahun pertama tanaman belum menghasilkan. Sesudahnya, pada umur 4 tahun

tanaman telah menghasilkan (Pardamean, 2008).

Kelapa sawit pertama kali diintroduksikan ke Indonesia oleh pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1848, tepatnya di kebun raya Bogor. Pada tahun 1876 Sir

9

Yoseph Hooker mencoba menanam 700 bibit tanaman kelapa sawit di Labuhan

Deli, Sumatra Utara. Namun, 10 tahun kemudian tanaman yang benihnya dibawa

dari kebun raya ini diganti dengan tanaman kelapa. Setelah tahun 1911, K. Schadt

seorang berkebangsaan Jerman dan M. Adrien Hallet berkebangsaan Belgia mulai

mempelopori budidaya tanaman kelapa sawit. Sejak itulah mulai dibuka

perkebunan-perkebunan baru dan usaha perkebunan kelapa sawit mulai

berkembang (Pahan, 2007).

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan penghasil minyak sawit (Crude

palm oil, CPO) yang menjanjikan. Pemerintah mendukung komoditi tersebut

dengan membangun dan memperluas lahan perkebunan kelapa sawit hingga

10.955.231 ha di tahun 2014 dengan total produksi CPO mencapai 29.344.479 ton

(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2014). Setiap produksi kelapa sawit

menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit 23%, cangkang 8%,

serat 12%, dan limbah cair 66%. Limbah tandan kosong sawit pada tahun 2010

mencapai 5.050.367,6 ton dan pada tahun 2011 mencapai 5.176.842,53 ton

(Yuliani,2012).

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis tanaman yang menduduki

posisi penting di sektor pertanian dan perkebunan. Hal ini disebabkan dari

berbagai tanaman yang menghasilkan minyak atau lemak, kelapa sawit

menghasilkan nilai ekonomi terbesar per hektarnya di dunia (Nasution, 2014).

Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit di Provinsi Lampung tahun 2017 adalah

224.175 hektar. Produksi kelapa sawit provinsi Lampung adalah 490.985 ton.

Setiap produksi kelapa sawit menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa

10

sawit 23%, cangkang 8%, serat 12%, dan limbah cair 66%. Kandungan utama

TKKS adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin.

Buah sawit merupakan buah yang paling produktif dalam produksi minyak sayur

di dunia, dengan hasil minyak per hektar yang lebih besar dari komoditas biji

minyak utama yang lain. Produksi minyak per satuan luas lahan dari kelapa sawit

yang dipelihara dengan baik jauh lebih besar dari produksi minyak dari rapeseed

dan kedelai yang ditanam secara komersial, yaitu dua bahan baku bahan bakar

nabati yang saat ini paling banyak digunakan. Kondisi ini menguntungkan bagi

minyak sawit sebagai alternatif energi bahan bakar nabati terbarukan utama dalam

waktu dekat, sampai teknologi selulosa telah mengalami kemajuan hingga tingkat

yang dapat dioperasikan.

Buah sawit yang dikenal dengan bermacam jenis, mempunyai pola panen yang

kita kenal sebagai tingkat kematangan. Kematangan buah sangat menentukan

hasil rendemen minyak yang dihasilkan. Berbagai standart baku mutu buah

tentunya akan menjadi tolak ukur dalam perancangan pengolahan Pabrik Minyak

Kelapa Sawit Skala kecil (mikro). Dengan melihat polapanen yang sesuai akan

mendongkrak tingkat mutu buah. Buah yang telah dipanen selayaknya secepatnya

diidstribusikan ke pabrik pengolahan agar tidak teroksidasi oleh enzim dan udara

yang meningkatkan nilai keasaman (salah satu parameter produk). Sistem

distribusi, pola panen dan tidak tersedianya kapasitas pabrik pengolahan yang

memadai mengakibatkan terjadinya buah restant (waste fruit) dan buah gugur

(berondolan). Pengembangan Pabrik Kelapa Sawit Skala kecil ini lebih

ditekankan dalam hal pemanfaatan buah restan dan buah berondolan yang

kualitasnya tidak memenuhi standar bahan baku CPOstandar bahan pangan. Buah

11

sawit restan dan berondolan memiliki kandungan Asam lemak bebas lebih dari

6%. Hal ini akibat dari berlangsungnya proses oksidasi secara alami akibat

lamanya buah diolah di Pabrik ataupun logistik dan transportasi yang tidak

memadai dilapangan. Sebagaimana standar pengolahan buah adalah 24-48 jam

pasca panen. Dengan kondisi asam lemak bebas yang tinggi ini tentu tidak

memenuhi standar kualitas pangan yang disyaratkan. Selain faktor asam lemak

bebas yang tinggi, secara kualitas kadar minyak yang ada pada buah restan dan

berondolan tidak jauh berbeda dibanding buah segar yang diolah untuk bahan

pangan, hal ini berbeda jika buah restan dan berondolan yang ada merupakan buah

mentah atau belum memenuhi syarat fisiologis untuk panen.

Tandan Buah Segar (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan :

1. Minyak sebanyak 20-25%

2. Inti (kernel) sebanyak 4-6%

3. Cangkang 5-9%

4. Tandan kosong (empty fruit bunch) 20-22%

5. Serat (fiber) 12-14%

2.3. Proses Produksi Minyak Kelapa Sawit

Pengolahan Kelapa sawit merupakan suatu proses pengolahan yang menghasilkan

minyak kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti

sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam

konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude

palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS

tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis,

fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen,

12

kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri

perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya.

Gambar 1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit

(Sumber: Uemura et al., 2011)

1. Loading RAMP

2. Sterilizer

3. Thresser

4. Stasium Press

5. Stasiun Pemurnian

6. Stasiun Karnel

2.4. Hasil Pengolahan Kelapa Sawit

Menurut Darmosarkoro dan Rahutomo (2000), secara umum hasil pengolahan

kelapa sawit dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu :

13

2.4.1 CPO (Crude Palm Oil).

CPO setelah melalui proses pemurnian akan menghasilkan minyak kelapa sawit

dan berbagai produk sampingan yang antara lain: margarine, shortening,

Vanaspati (Vegetable ghee), Ice creams, Bakery Fats, Instans Noodle, Sabun dan

Detergent, Cocoa Butter Extender, Chocolate dan Coatings, Specialty Fats, Dry

Soap Mixes, Sugar Confectionary, Biskuit Cream Fats, Filled Milk, Lubrication,

Textiles Oils dan Bio Diesel.

2.4.2 PKO ( Palm Kernel Oil).

PKO juga merupakan bahan baku minyak kelapa sawit yang disebut dengan

istilah minyak Inti Sawit. Selain menghasilkan minyak inti sawit PKO juga

mempunyai produk sampingan yang antara lain: Shortening, Cocoa Butter

Substitute, Specialty Fats, Ice Cream, Coffee Whitener/Cream, Sugar

Confectionary, Biscuit Cream Fats, Filled Mild, Imitation Cream, Sabun dan

Detergent, Shampoo dan Kosmetik.

2.4.3 Oleochemicals kelapa sawit.

Dari produk turunan minyak kelapa sawit dalam bentuk oleochemical dapat

dihasilkan methyl esters, plastic, textile Processing, Metal Processing, Lubricants,

Emulsifiers, Detergent, Glicerine, Cosmetic, Explosives, Pharmaceutical Products

dan Food Protective Coatings.

2.4.4 Limbah Kelapa Sawit

Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses

pengolahan kelapa sawit. Limbah jenis ini digolongkan dalam dua jenis yaitu

14

limbah cair dan limbah padat. Limbah jenis ini digolongkan dalam dua jenis yaitu

limbah cair dan limbah padat.

Limbah cair kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif

berupa biogas. Hal ini dikarenakan limbah cair kelapa sawit memiliki kandungan

gas methan dan karbon dioksida yang merupakan bahan baku utama pembuatan

biogas. Potensi produsi dari pemanfaatan limbah cair kelapa sawit menjadi biogas

ini sendiri mencapai 1075 juta meter kubik. Jumlah ini setara dengan 516.000 ton

gas LPG, 559 juta liter solar, 666.5 juta liter minyak tanah, dan 5052.5 MWh

listrik. Selain itu pembuatan biogas dari limbah minyak kelapa sawit memiliki

beberapa keunggulan, antara lain menghindari pencemaran limbah terhadap air

tanah dan sungai, Transfer Pricing karena penggunaan biogas berbahan baku

limbah minyak kelapa sawit ini akan menekan pokok produksi minyak kelapa

sawit, memperoleh mekanisme pembangunan yang baik dan bersih, dan dapat di

bangun terintegrasi dengan pabrik minyak kelapa sawit karena berfungsi sebagai

pengolah limbah.

Limbah padat kelapa sawit terdiri dari tandan kosong kelapa sawit, serat,

cangkang, batang, dan pelepah. Dari berbagai limbah padat tersebut, hampir

semuanya dapat diolah kembali menjadi hasil produksi yang memiliki nilai

ekonomis. Tandan kosong kelapa sawit pada awalnya biasa digunakan sebagai

kompos namun sejalan dengan penelitian yang dilakukan, tandan kosong kelapa

sawit dapat pula dimanfaatkan menjadi bahan bakar generator listrik. Serat kelapa

sawit dapat menjadi bahan selulosa yang dapat diolah menjadi kertas. Cangkang

kelapa sawit dapat diolah menjadi beberapa produk yang bernilai ekonomis tinggi,

yaitu karbon aktif, fenol, asap cair, tepung tempurung dan briket arang. Batang

15

kelapa sawit dapat dimanfaatkan menjadi bahan bangunan dan furnitur,serta dapat

menjadi sumber biomassa. Pelepah kelapa sawit dapat digunakan sebagai pakan

ternak yang memiliki kandungan nutrisi yang baik. (Pusat Penelitian Kelapa

Sawit, 2003).

2.5. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

TKKS merupakan tandan yang telah dipisahkan dari buah segar kelapa sawit.

Secara kuantitas TKKS mencapai 24,04 % dari Tandan Buah Segar (TBS) yang

akan diolah (Putri dkk, 2009). Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit sebagai sumber

energi berupa briket arang disamping memberikan keuntungan secara finansial,

juga akan membantu didalam pelestarian lingkungan. Sebagai biomassa

lignoselulosik, TKKS dapat dibuat arang dengan proses yang relatif sederhana.

Bagi tujuan pemanfaatan sebagai arang TKKS perlu diproses lebih lanjut menjadi

pellet arang untuk menaikkan densitasnya serta memberikan bentuk yang

beraturan (Guritno, 1997 dalam Mulia 2007).

Gambar 2. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

16

TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit ) merupakan hasil sampingan dari

pengolahan minyak Kelapa Sawit yang pemanfaatannya masih terbatas sebagai

pupuk, bahan baku pembuatan matras dan media untuk pertumbuhan jamur dan

tanaman (Iriani, 2009).

Tandan kosong merupakan salah satu limbah padat yang berasal dari proses

pengolahan industri kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit yang tidak

tertangani menyebabkan bau busuk dan menjadi tempat bersarangnya serangga

lalat sehingga dianggap sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan dan

menyebarkan bibit penyakit (Anonim 2005). Tankos kelapa sawit yang

merupakan 23 persen dari tandan buah segar mengandung bahan lignoselulosa

sebesar 55-60 % berat kering. Dengan produksi puncak kelapa sawit per hektar

sebesar 20-24 ton tandan buah segar per tahun, berarti akan menghasilkan 2,5-3,3

ton bahan lignoselulosa.

Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah padat terbesar yang

dihasilkan oleh perkebunan kelapa sawit (PKS). Setiap pengolahan 1 ton TBS

(Tandan Buah Segar) dihasilkan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) sebanyak

22 – 23% TKKS atau sebanyak 220 – 230 kg TKKS. Jika PKS (pabrik kelapa

sawit) berkapasitas 100 ton/jam maka dihasilkan sebanyak 22 – 23 ton TKKS.

Tandan kosong kelapa sawit merupakan limbah utama dari industri pengolahan

kelapa sawit menjadi minyak sawit. Persentase limbah TKKS adalah 23% dari

tandan buah segar, sedangkan persentase serat dan cangkang biji masing-masing

adalah 13% dan 5,5% dari tandan buah segar. Komponen utama dari limbah padat

kelapa sawit adalah selulosa dan lignin sehingga limbah ini disebut juga limbah

17

lignoselulosa. Komposisi kimiawi tandan kosong kelapa sawit dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 2. Komposisi Tandan Kosong Kelapa Sawit

No. Komposisi A B C D

1 Lemak 5,35 - - -

2 Protein 4,45 - - -

3 Selulosa 32,55 35,81 40 38,76

4 Lignin 28,54 15,70 21 22,23

5 Hemiselulosa 31,70 27,01 24 -

6 Pentosan - - - 26,69

7 Abu - 6,04 15 6,59

Keterangan:

A. Tun Tedja irawadi, 1991

B. Pratiwi.,et al 1988 dalam said 1994

C. Azemi, et al 1994

D. Darnoko.,et al 1995

Pemanfaatan Tandan Kosong Sawit sebagai sumber energi berupa biomassa padat

seperti pellet. disamping memberikan keuntungan secara finansial, juga akan

membantu didalam pelestarian lingkungan. Sebagai biomassa lignoselulosik,

TKKS dapat dibuat arang dengan proses yang relatif sederhana. Bagi tujuan

pemanfaatan sebagai biomassa padat TKKS perlu diproses lebih lanjut menjadi

pellet untuk menaikkan densitasnya serta memberikan bentuk yang beraturan

(kadar abu yang dihasilkan TKKS juga sangat sedikit, sehingga apabila dijadikan

pellet, maka abu yang dihasilkan semakin sedikit dan tidak mencemari lingkungan

(Mulia, 2007).

18

Tandan kosong kelapa sawit memilik nilia densitas yang sangat rendah, nilai

densitas yang rendah mengakibatkan biaya transportasinya tinggi dan

membutuhkan ruang penyimpanan yang besar sehingga sulit dalam

penanganannya. Densitas yang rendah mengakibatkan nilai kalor (Mj/kg) menjadi

rendah. Niali kalor yang rendah sehingga berpengaruh terhadap rendahnya

densitas energi pada tandan kosong kelapa sawit. Untuk meningkatkan nilai

densitas TKKS agar dapat dijadikan pellet maka perlu diadakanya proses

densifikasi.

2.6. Densifikasi.

Proses densifikasi adalah proses pemadatan biomassa dengan cara pengempaan

(penekanan) sehingga rapat massa atau juga kerapatan potensi energinya

meningkat. Proses densifikasi diterapkan terhadap biomassa karena kandungan

energi spesifik alaminya rendah. Dalam keadaan alami (tanpa pengolahan apapun)

biaya transportasinya tinggi dan membutuhkan ruang penyimpanan yang besar

dan sulit dalam penanganannya (Bhattacharya, 1990).

Densitas adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda. Semakin tinggi

massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap volumenya.

Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi dengan total

volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi akan memiliki

volume yang lebih rendah daripada benda bermassa sama yang memiliki massa

jenis lebih rendah. Densitas dari partikel biomassa dan material hamparan

merupakan hal yang mempengaruhi dalam fluidisasi.

19

Densifikasi atau pembriketan biomassa bertujuan untuk meningkatkan densitas

dan menurunkan persoalan penanganan seperti penyimpanan dan pengangkutan.

Secara umum pembriketan biomassa mempunyai beberapa keuntungan

(Bhattacharya, 1990), yaitu :

1. Menaikkan nilai kalori per unit volume.

2. Mudah disimpan dan diangkut.

3. Mempunyai ukuran dan kualitas yang seragam.

Ada beberapa metode yang digunakan untuk densifikasi biomassa. Metode yang

paling popular untuk aplikasi skala kecil di negara berkembang adalah dengan

menggunakan press ulir. Dengan metode ini dihasilkan briket yang lebih padat

dan kuat. Ada dua tipe press ulir yaitu : press ulir konikal dan press ulir dengan

pemanasan. Biomassa mempunyai energi kira-kira 1/3 energi batubara per unit

massa dan 1/4 energi batubara per unit volume. Pembriketan dapat mengubahnya

menjadi masing-masing 2/3 dan 3/4 (Bungay, 1981).

Secara umum teknologi pembriketan dapat dibagi menjadi tiga (Grover dan

Mishra, 1996) :

1. Pembriketan tekanan tinggi.

2. Pembriketan tekanan medium dengan pemanas.

3. Pembriketan tekanan rendah dengan bahan pengikat (binder).

Biomasa pada umumnya memiliki volume yang besar sehingga tidak efisien

dalam pengangkutan dan penanganannya. Sehingga untuk mengatasi masalah

tersebut volume biomasa perlu dikecilkan dengan dimampatkan dengan alat press.

Pengaplikasian tekanan apalagi dengan suhu tinggi membuat biomasa tersebut

20

akan mampat dan merekat kuat. Pemampatan tersebut akan membuat bahan bakar

padat yang memiliki densitas lebih tinggi dan energi tiap volumenya sama. Pada

umumnya dengan cara ini tidak dibutuhkan lagi tambahan perekat dari luar,

karena senyawa lignin dalam biomasa tersebut yang akan berperan sebagai

perekat.

Nilai kalor dan density briket yang dihasilkan dengan bahan baku serbuk gergaji

kayu sengon yang mempunyai nilai kalor 4184,78 kal/gram yaitu dengan variasi

tekanan 200 kg , 300 kg dan 400 kg dengan waktu penahanan 1 menit. Peneliti

menyimpulkan bahwa density naik seiring dengan naiknya tekanan kompaksi dan

berpengaruh terhadap nilai kalor yang dihasilkan dimana mendapatkan hasil

terbaik yaitu dengan rata-rata nilai kalor berkisar antara 4202,57 - 4270,90

kal/gram dan rata-rata nilai density berkisar antara 4,32 - 4,85 gr pada tekanan 400

kg . (Saputro 2005)

Gambar 3. Proses Densifikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit.

Tandan Kosong Kelapa Sawit

(Bahan baku)

Pengeringan Pengempaan Pencampuran

21

2.7. Selulosa, Hemiselulosa, Lignin

Selulosa Selulosa merupakan komponen utama penyusun dinding sel tanaman.

Kandungan selulosa pada dinding sel tanaman tingkat tinggi sekitar 35-50% dari

berat kering tanaman (Lynd et al, 2002). Selulosa adalah zat penyusun tanaman

yang terdapat pada struktur sel. Kadar selulosa dan hemiselulosa pada tanaman

pakan yang muda mencapai 40% dari bahan kering. Bila hijauan makin tua

proporsi selulosa dan hemiselulosa makin bertambah (Tillman dkk, 1989).

Selulosa merupakan polimer linier dari β-D-glukosa yang dihubungkan satu sama

lain dengan ikatan glikosidik b-(1,4). Selulosa merupakan komponen structural

utama dinding sel. Selulosa dicirikan dengan kekuatan mekanisnya yang tinggi,

tinggi daya tahannya terhadap zat-zat kimia dan relatif tidak larut dalam air.

Selilosa dapat dihidrolisis dengan enzim selulosa. Karena tubuh manusia tidak

memiliki enzim ini, maka selulosa tidak dapat dimanfaatkan atau dicerna oleh

tubuh manusia (Kusnandar, 2010).

Hemiselulosa merupakan heteropolisakarida yang mengandung berbagai gula,

terutama pentose. Hemiselulosa umumnya terdiri dari dua atau lebih residu

pentose yang berbeda. Komposis polimer hemiselulosa sering mengandung asam

uronat sehingga mempunyai sifat asam. Hemiselulosa memiliki derajat

polimerisasi yang lebih rendah, lebih mudah dibandingkan selulosa dan tidak

berbentuk serat-serat yang panjang. Selain itu, umumnya hemiselulosa larut dalam

alkali dengan konsentrasi rendah, dimana semakin banyak cabangnya semakin

tinggi kelarutannya. Hemiselulosa dapat dihidrolisis dengan enzim hemiselulase

(xylanase) (Kusnandar, 2010).

22

Hemiselulosa merupakan kelompok polisakarida heterogen dengan berat molekul

rendah. Jumlah hemiselulosa biasanya antara 15 dan 30 persen dari berat kering

bahan lignoselulosa. Hemiselulosa relatif lebih mudah dihidrolisis dengan asam

menjadi monomer yang mengandung glukosa, mannosa, galaktosa, xilosa dan

arabinosa. Hemiselulosa mengikat lembaran serat selulosa membentuk mikrofibril

yang meningkatkan stabilitas dinding sel. Hemiselulosa juga berikatan silang

dengan lignin membentuk jaringan kompleks dan memberikan struktur yang kuat

(Suparjo, 2000).

Lignin adalah gabungan beberapa senyawa yang hubungannya erat satu sama lain,

mengandung karbon, hidrogen dan oksigen, namun proporsi karbonnya lebih

tinggi dibanding senyawa karbohidrat. Lignin sangat tahan terhadap degradasi

kimia, termasuk degradasi enzimatik (Tillman dkk, 1989). Lignin sering

digolongkan sebagai karbohidrat karena hubungannya dengan selulosa dan

hemiselulosa dalam menyusun dinding sel, namun lignin bukan karbohidrat. Hal

ini ditunjukkan oleh proporsi karbon yang lebih tinggi pada lignin (Suparjo,

2008).

Lignin adalah salah satu zat komponen penyusun tumbuhan, komposisi bahan

penyusun ini berbeda-beda tergantung jenisnya. Lignin terakumulasi pada batang

tumbuhan berbentuk pohon dan semak, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat

komponen penyusun lainnya, sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (Anonim,

2010).

23

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2018 di Laboratorium Daya Alat dan

Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah gergaji, tong bekas, furnace,

penggiling/penghancur, satu set alat pembuatan briket termasuk dongkrak, neraca

digital, stopwatch, bomb calorimeter, perangkat instrumen uji proksimat dan

ultimate, satu set kerangka pembakaran (bangku kecil dari besi). Bahan utama

adalah tandan kosong kelapa sawit. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang

sudah diolah berupa serat/fiber.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1 Persiapan Bahan Baku

Persiapan bahan baku dimulai dari pembersihan TKKS, pencacahan, penghalusan,

pengeringan menggunakan panas matahari selama 2 – 3 hari.

3.3.2 Pengayakan

Dilakukan pengayakan dengan 2 perlakuan yang berbeda yaitu dengan

menggunakan ayakan 25 mesh dan 10 mesh dengan 3 kali ulangan. Sehingga

24

mengakibatkan perbedaan ukuran partikel pada bahan baku yang akan dicetak

menjadi pellet.

3.3.3 Pencetakan Pellet

Dikempa menggunakan alat pencetak yang berbentuk silinder pejal. Bahan baku

TKKS yang sudah disiapkan, selanjutnya dicetak dengan menggunakan silinder

cetak berdiameter 8 mm. Panjang besi silinder pencetak adalah 10 cm.

3.3.4. Pemberian Tekanan

Pemberian tekanan pada saat pencetakan dengan beberapa tekanan yaitu 5 ton

yang dikonversi menjadi 9,74 Mpa , 10 ton yang dikonversi menjadi 19,49 Mpa,

dan 15 ton yang dikonversi menjadi 29,23 Mpa. Pemberian tekanan dilakukan

dengan menggunkan dongkrak hidrolik.

3.3.5 Pengujian Pellet

Setelah pellet berhasil di cetak maka dilakukan pengujian yaitu analisa densitas,

analisis nilai kalor, analisis kadar air. Pengujian nilai kalor menggunakan alat

bomb kalorimater, pengujian kadar abu, kadar volatil, dan uji banting.

3.3.6 Rancangan Percobaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok

Faktorial. Percobaan menggunakan dua faktor. Faktor pertama ( T ) adalah

pemberian tekanan menggunakan dongkrak hidrolik yang terdiri dari 3 taraf,

yaitu:

1. 5 ton (T1)

2. 10 ton (T2)

3. 15 ton (T3)

25

Faktor kedua ( P ) adalah ukuran partikel pencetakan pellet TKKS yang terdiri

dari 3 taraf, yaitu:

1. Halus (P1)

2. Sedang (P2)

3. Kasar (P3)

Masing-masing faktor dan perlakuan mengalami pengulangan (U) sebanyak 3

kali sehingga didapat 27 sampel. Data yang diperoleh akan ditampilkan dalam

bentuk grafik dan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam di lanjutkan

dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).

Tabel 3. Tabel Tata Letak Percobaan

T3P3U2 T3P2U1 T2P3U3

T3P3U3 T2P1U1 T2P1U3

T2P3U3 T3P1U2 T1P3U3

T1P2U2 T3P2U3 T2P1U2

T3P3U1 T2P2U1 T1P3U1

T1P2U3 T2P2U3 T1P1U3

T1P1U1 T3P1U3 T3P2U2

T1P3U2 T3P3U2 T2P2U2

T3P1U1 T1P1U2 T1P2U1

26

Pelaksanaan penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

.

Gambar 4. Diagram Alir

Persiapan Alat dan Bahan

Pengujian pellet

Analisis Data

Selesai

Mulai

Pencacahan bahan TKKS

Pengayakan bahan baku

TKKS

Pemberian Tekanan

27

3.4. Parameter Pengamatan

3.4.1. Nilai Densitas

Densitas menunjukkan perbandingan antara massa dan volume bahan bakar padat.

Densitas berpengaruh terhadap kualitas bahan bakar padat, karena densitas yang

tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bahan bakar padat. Besar dan kecilnya densitas

bahan bakar padat dipengaruhi oleh tekanan kempa, ukuran dan kehomogenan

penyusun bahan bakar padat itu sendiri. Satuan dari densitas adalah gr/ .

Densitas =

....................(1)

Keterangan :

m = massa sampel (g)

V = volume sampel ( )

3.4.2.Nilai kalor

Nilai Kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan atau ditimbulkan oleh satu gram

bahan bakar dengan meningkatkan temperature satu gram air dengan satuan

kalori. Penetapan nilai kalor dimaksudkan untuk mengetahui nilai panas

pembakaran. Semakin tinggi nilai kalor pellet maka akan semakin baik pula

kualitasnya. Nilai kalor memiliki satuan MJ/kg

3.4.4 Kadar air

Kadar air adalah perbandingan berat air yang terkandung dalam pellet dengan

berat yang sudah dikeringkan. Kadar air yang tinggi akan berakibat semakin lama

bahan bakar tersebut terbakar dan membutuhkan energi yang besar.

28

Kadar Air = ( )

X 100%....................(2)

Keterangan :

mB = Massa sampel sebelum dikeringkan

mK = Massa sampel setelah dikeringkan

3.4.5 Kadar Abu

Kadar abu adalah jumlah konstan yang tersisa apabila bahan bakar padat

dipanaskan. Dalam proses pengabuan bahan – bahan organik dalam bahan bakar

padat akan terbakar sedangkan bahan anorganik akan tertinggal. Abu yang

tertinggal adalah berbagai garam – garam logam seperti karbonat, silikat, oksalat

dan fosfat. Abu merupakan kandungan yang tidak bisa terbakar.

Kadar Abu = ( )

X 100%....................(3)

Keterangan :

m2 = massa abu (g)

m1 = massa sampel kering (g)

3.4.6 Kadar Volatil Solid

Kadar volatil solid merupakan ukuran kemampuan bahan bakar padat dapat

terbakar secara cepat atau lambat. Semakin tinggi kadar volatil pada pellet, maka

pellet tersebut akan semakin cepat terbakar. Kadar volatil adalah 100% hasil

pembakaran dikurang kadar abu.

Kadar Volatil Solid = 100% - kadar Abu....................(4)

29

3.4.7 Uji Banting

Adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ketahanan dan kekuatan pellet ketika

disimpan atau pada saat dipindahkan. Uji banting didapatkan dari hasil uji pellet

yang dijatuhkan dari ketinggian 1,5 meter. Setelah di jatuhkan pellet diamati dan

ditimbang kembali. Untuk mengetahui nilai uji banting maka di lakukan

perbandingan bobot pellet setelah dibanting dengan berat pellet sebelum di

banting. Kemudian diamati perubahan fisik pellet. Pellet yang baik apabila tidak

terjadi perubahan bobot ketika di lakukan uji banting.

Uji Banting = ( )

X 100%....................(5)

Keterangan

W1 = bobot awal

W2 = bobot setelah dijatuhkan

45

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa simpulan yang dapat

diambil, yaitu :

1. Penelitian ini dihasilkan karakteristik tandan kosong kelapa sawit yang

memiliki nilai kalor 17,82 Mj/kg. memiliki nilai densitas 0,1775 .

Dan tandan kosong kelapa sawit yang memiliki kadar abu 9,03% dengan

kadar volatil solid 90,97%.

2. Faktor tekanan dan ukuran partikel berpengaruh nyata terhadap, nilai

densitaas dan uji banting.

3. Penelitian ini dihasilkan Pellet dengan kualitas terbaik dengan perlakuan

tekanan 15 ton dengan ukuran partikel halus yang memiliki nilai densitas

1,09 atau 6 kali lebih baik dari TKKS yang sudah digiling. Pellet

yang memiliki kekuatan paling baik saat uji banting adalah pellet yang

memiliki ukuran partikel halus.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, beberapa saran yang dapat

diambil yaitu:

46

1. Dalam pembuatan pellet dari tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dengan

menggunakan alat pencetakan menggunakan dongkrak hidrolik, perlunya

penambahan perekat pada pembuatan pellet dari tandan kosong kelapa

sawit. Hal ini bertujuan untuk menjaga bentuk pellet agar tidak mudah

patah.

2. Dalam pencetakan pellet menggunakan dongkrak hidrolik perlunya alat

pengukur tekanan, hal ini bertujuan agar mengetahui tekanan maksimal

yang dapat diberikan pada saat pencetakan pellet.

47

DAFTAR PUSTAKA

Bantacut, T., Hendra, D., and TIN, R. N. (2013). Mutu Biopelet Dari Campuran

Arang Dan Sabut Cangkang Sawit. Journal of Agroindustrial Technology,

23(1).

Bhattacharya, S.C., Leon, M.A. dan Rahman, M.M. (1996). A Study on

Improved Biomass Briquetting, Energy Program, SERD-AIT, Thailand.

Bhattacharya, S.C., (1990). Carbonized and uncarbonized briquettes from

residues, In SHELL (ed.), Workshop On Biomass Thermal Processing Vol.

I, London, pp. 1-9.

Borman, G.L., dan Ragland, K.W. (1998). Combustion Engineering, McGraw-

Hill Book Co., Singapore.

Bungay, H.R. (1981). Energy : The Biomass Options, John Wiley & Sons, New

York.

Bungay, H.R. (1981). Energy : The Biomass Options, John Wiley & Sons, New

York.

Darmosarkoro, dan Rahutomo, (2000). Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai

Bahan Pembenah Tanah. Prosiding pertemuan Teknis Kelapa Sawit 2000 II,

13 14 Juni 2000. PPKS Medan.

Direktorat Jenderal Perkebunan RI. (2014). Statistik Perkebunan Indonesia

Komoditas Kelapa Sawit 2013-2015. Dirjen Perkebunan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan RI. (2017). Statistik Perkebunan Indonesia

Komoditas Kelapa Sawit 2016-2018. Dirjen Perkebunan. Jakarta.

48

El Bassam and, Maegaard P. (2004). Integrated renewable energy on rural

communities. Planning guidelines, technologies and applications. Elsevier.

Amsterdam.

Fauzi, Y., Widyastuti. E. Y., Satyawibawa. I., dan Hartono. R. (2002). Kelapa

sawit: Edisi Revisi Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha

dan Pemasaran. Penebar Swadaya.

Fengel and Wagener, (1995). The contribution of biomass in the future global

energy supply: a review of 17 studies, Journal of Biomass and

Bioenergy Vol. 25, Hal. 1-28.

Gilang, R., Affandi, D. R., dan Ishartani, D. (2013). Karakteristik Fisik dan

Kimia Tepung Koro Pedang (Canavalia ensiformis) dengan Variasi

Perlakuan Pendahuluan. Jurnal Teknosains Pangan, 2(3), 34–42.

Grover and Mishra, (1996). Thermogravimetric Studies of The Behavior of

Wheat Straw with Added Coal During Combustion. Journal Biomass and

Bioenergy, 33, 50–56.

Grover, P.D., and Mishra, S.K.. (2002). The Best Biobriquette Dimension and its

Particle Size. Bangkok: The 2ndJoint International Conference on

“Sustainable Energy and Environment (SEE 2002)”

Grover, P.D., and Mishra, S.K. (1996). Biomass Briquetting : Technology and

Practices. FAO-Regional Wood Energy Development (RWEDP) In Asia,

Bangkok.

Wirasaputra, Herza., (2018) Pengaruh Ukuran Cacahan dan Lama Pengomposan

terhadap Perubahan Karakteristik Media Tanam Jamur Merang dari Tandan

Kosong Kelapa Sawit. Univeristas Lampung,Lampung.

Iriani, Anjasari. (2009). Pengolahan Limbah Industri Kelapa Sawit , Penerbit

Gramedia,Jakarta.

Kaliyan, N., and Morey, R. V. (2009). Factors Affecting Strength and Durability

of Densified Biomass Products. Journal Biomass and Bioenergy, 33(3),

337– 359. https://doi.org/10.1016/j.biombioe.200 8.08.005

49

Kusnandar, F (2010). Kimia Pangan Komponen Pangan. Jakarta: PT. Dian

Rakyat.

Lynd et al, 2002. Microbial Cellulose Utilization: Fundamentals and

Biotechnology. Microbiol. Mol. Biol. Rev. 66(3):506-577.

Masturin A. (2002). Sifat fisik dan kimia briket arang dari campuran kayu,

bambu, sabut kelapa, dan tempurung kelapa sebagai sumber energi

alternatif. Buletin Penelitian Hasil Hutan 25 : 242 - 255.

Mulia, A.( 2007). Pemanfaatan Tandan Kosong dan Cangkang Kelapa Sawit

sebagai Briket Arang.

McKendry, P. (2002). Energy Production from Biomass (part2) : Conversioan

Technologies, Bioresource Technology 83, pp. 47-54.

Nasution, S. H., Hanum. C. dan Ginting. J. (2009). Pertumbuhan Bibit Kelapa

Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Pada Berbagai Perbandingan Media Tanam

Solid Decanter Dan Tandan Kosong Kelapa Sawit Pada Sistem Single

Stage. Jurnal Online Agroekoteknologi .

Nasution (2014). Pengaruh Pemberian Pakan Berbeda Terhadap Pertumbuhan

Pristolepis grooti. Skripsi. Universitas Riau. Pekanbaru. (tidak diterbitkan).

Nugrahaeni, J. I. (2008). Pemanfaatan Limbah Tembakau (Nicotiana tabacum L.)

untuk Bahan Pembuatan Briket sebagai Bahan Bakar Alternatif.

Nurhayati, T. (1974). Catatan Singkat Tentang Kualitas Arang Kayu Sehubungan

dengan Kegunaannya. Majalah Kehutanan Indonesia.Vol. 1 Jakarta.

Pahan, I. (2007). Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Manajemen Agribisnis dari

Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pardamean, M. (2008). Panduan Lengkap Pengelolaan kebun dan Pabrik Kelapa

Sawit. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Ramsay WS. (1982). Energy from Forest Biomass (Ed). New York: Academic

Press, Inc.

50

Sa’adah, W. A. (2014). Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) dan Serbuk Kayu Mahoni sebahai Bahan Baku Biopelet.

Saptoadi H. (2006). The Best Biobriquette Dimension and its Particle Size. The

2nd Joint International Conference on Sustainable Energy and Environment

(SEE 2006). Bangkok.

Saputro, D.D., Widayat, W dan Rusianto. (2005). Biomassa Sebagai Energi

Terbarukan di Indonesia. Jurnal Profesional, Vol.5, No.2, pp. 705-716

Suparjo, (2000). Degradasi Komponen Lignoselulosa oleh Kapang Pelapuk Putih.

Jajo66.Wordpress.com

Syamsiro dan Saptoadi, (2007). Pembakaran Briket Biomassa: Pengaruh

Temperatur Udara Preheat, Prosiding Seminar Nasional Teknologi:

Teknologi untuk Kesejahteraan dan Peradaban Bangsa, 24 Nopember,

Yogyakarta.

Tillman dkk, (1989). Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah Mada.

Jogjakarta.

Yuliani, (2012). Kualitas papan partikel tandan kosong sawit (Elais guineensis

Jacq.) menggunakan perekat likuida dengan penambahan resorsinol. Skripsi,

Institut Pertanian Bogor.