pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis...

86
  SKRIPSI PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI ARTRITIS REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA SYAMSINAR SYAM 2110147 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK MAKASSAR 2014

Upload: muhammadnasaruddin

Post on 08-Oct-2015

285 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kesehatan

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI ARTRITIS

    REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA

    SYAMSINAR SYAM 2110147

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

    MAKASSAR 2014

  • ii

    PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANJUT USIA YANG MENGALAMI ARTRITIS

    REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA

    Skripsi Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

    syarat-syarat untuk mencapai gelar serjana keperawatan

    SYAMSINAR SYAM 2110147

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN GEMA INSAN AKADEMIK

    MAKASSAR 2014

  • iii

  • iv

  • v

    ABSTRAK

    SYAMSINAR SYAM Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa. (dibimbing Oleh Akbar Harisa dan Eka Suprapti).

    Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri. Pada usia lanjut, mengalami penurunan pada sistem muskuloskeletal. Penurunan sistem muskuloskeletal ini ditandai dengan adanya nyeri pada daerah persendian salah satunya pada sendi lutut. Salah satu upaya untuk mengurangi nyeri lutut adalah dengan terapi non farmakologis dengan senam lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam lansia terhadap perubahan tingkat nyeri pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasy Eksperimen dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design. Jumlah populasi pada penelitian ini sebanyak 20 orang. Pengambilan sampel menggunakan total sampling yaitu sebanyak 20 responden dengan membagi sampel menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 10 responden untuk kelompok kontrol dan 10 responden untuk kelompok kasus. Analisa data menggunakan uji T-Test sample paired dengan tingkat kemaknaan = 0,05. Dari hasil yang diperoleh berdasarkan penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa ada Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    Kata Kunci : Lansia, Nyeri, Artritis Reumatoid, Senam lansia. Kepustakaan: 22 (2004-2013)

  • vi

    ABSTRACT

    SYAMSINAR SYAM The influence of elderly gymnastic on paint level changing to old people experiencing rheumatoid artritis in Sosial Institutions Tresna Werdha Gau Mabaji Kab.Gowa. (Supervised by Akbar Harisa and Eka Suprapti).

    Aging is a process ofeliminating the network's ability to repair it self gradually. Elderly tend to get the decreased on the musculoskeletal system. The decreased of the musculoskeletal system is charac terized by pain in the joints, for example the knee joint. One way to reduce the knee pain is using the non-pharmacologic therapy with elderly gymnastic. The aim of this research to know influense of elderly gymnastics supplay on pain level changing to old people in Sosial Institutions Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    Research designes used was Quasy Eksperimental nonequivalent control group design. The number of population in this research was 20 people. Sample taking by using total sampling with share sample become 2 groups as 10 respondens for controlling group and 10 respondens for matter group. Data analized using T-test sample paired with meaning level = 5 (0,05). From the results obtained by the research it can be concluded that there are elderly exercises influence on changes in knee pain in older adults who have rheumatoid artritis.

    Key words : Advance age, Pain, Rheumatoid artritis, Gymnastics elderly References : 22 (2004-2013)

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Assalam Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

    Alhamdulillahi robbil alamin, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

    penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang

    Mengalami Artritis Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan

    sarjana keperawatan pada program studi ilmu keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

    Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis menyadari bahwa itu

    tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan yang sangat berharga dari

    berbagi pihak, baik secara moril maupun materil. Olehnya itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Alm.Syamsuddin dan

    Ibunda tercinta Hj.Khalipa Nurung atas segala Doa, kasih sayang, dan nasehatnya dari kejauhan dan motivasi serta perjuangannya selama ini kepada penulis, serta pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bapak H. Andi Iwan Darmawan Aras, SE., selaku Ketua Yayasan

    Gema Insan Akademik Makassar.

    2. Ibu Hj. Hasniaty AG. S.Kp., M.Kep., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

  • viii

    3. Bapak Akbar Harisa, S.Kep., NS., PMNC, MN., selaku pembimbing

    I dalam penelitian ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan

    pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

    4. Ibu Eka Suprapti, S.Kep., Ns., selaku pembimbing II dalam

    penelitian ini yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran

    dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk dapat

    menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

    5. Tim Penguji yang telah meluangkan waktu untuk menghadiri dalam pelaksanaan seminar.

    6. Seluruh Pengelolah dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

    Gema Insan Akademik Makassar, yang membantu penulis dalam

    mempersiapkan kelengkapan administrasi selama penyusunan

    skripsi ini.

    7. Seluruh Pengelolah dan Staf Panti Sosial Tresna Werdha Gau

    Mabaji Kab.Gowa yang telah memberikan kesempatan dan memberikan banyak informasi.

    8. Kepada seluruh responden yang telah memberikan kesempatan

    dan meluangkan waktunya.

    9. Khusus untuk Kakanda tercinta Hj.Murniati, Hj.HasniatiSyam, Salmawati, Irwan Syam, Asmirawati, Kasmawati dan Adhe Fitrianti

    terima kasih atas doa, motivasi, semangat maupun materil untuk

    keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • ix

    10. Seluruh teman-teman seperjuangan penulis di STIK GIA khususnya kelas A3 angkatan 2010 (Wina Oktaviana, Wa Yuni Laune, Resky Ega, Nurul Fatiyah, Zakina Awalia, Tohira, Awaluddin, Taufik

    Nugroho, Andri dll) yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala perhatian, dukungan, dan motivasi yang

    telah diberikan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini,

    semoga silaturrahmi terjalin dan sukses selalu. 11. Teman-teman kostku (Yati Rahmawati, Danti Rahayu, Rani dan

    Erna) terima kasih atas perhatian dan dukungannya, semoga kebersamaan semakin erat.

    Namun demikian penulis menyadari sebagai manusia biasa

    yang penuh dengan keterbatasan, dengan kerendahan hati penulis

    mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan skripsi ini,

    semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat

    dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Akhir kata, semoga apa yang kita peroleh dapat bernilai

    ibadah di sisi-Nya, Amin.

    Makassar, September 2014

    Penulis

    SYAMSINAR SYAM

    ( 2110147 )

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

    HALAMAN JUDUL ........................................................................ ii

    LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. iv

    ABSTRAK ..................................................................................... v

    ABSTRACT ................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ..................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................. x

    DAFTAR TABEL ........................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xiv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ............................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................... 4

    C. Tujuan Penelitian ......................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ....................................................... 5

    E. Hipotesis Penelitian ....................................................... 6

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Umum tentang Lanjut Usia ............................. 7 B. Tinjauan Umum tentang Nyeri ...................................... 14 C. Tinjauan Umum tentang Artritis Reumatoid .................. 20

  • xi

    D. Tinjauan Umum tentang Senam Lansia ....................... 23 E. Tinjauan Khusus tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap

    Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid ..................................................................... 28

    F. Kerangka Teori ............................................................. 31

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Kerangka Konseptual .................................................... 32

    B. Definisi Operasional ...................................................... 33

    C. Desain Penelitian .......................................................... 34

    D. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................... 34

    E. Populasi dan Sampel .................................................... 35

    F. Instrumen Penelitian ..................................................... 35

    G. Pengumpulan Data ....................................................... 36

    H. Pengolahan Data .......................................................... 36

    I. Tekhnik Analisa Data .................................................... 37

    J. Etika Penelitian ............................................................. 38

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian .............................................................. 40

    B. Pembahasan .................................................................. 43

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan .................................................................. 48

    B. Saran ........................................................................... 49

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 50

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 2.1: Tabel Skala Tingkat Nyeri ........................................... 19

    Tabel 3.1: Tabel Defenisi Operasional ........................................ 33

    Tabel 4.1: Distribusi frekuensi pre test senam lansia di PSTW

    Gau Mabaji Gowa ....................................................... 40 Tabel 4.2: Distribusi frekuensi post test senam lansia di PSTW

    Gau Mabaji Gowa ....................................................... 41 Tabel 4.3: Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri

    lutut pada lansia yang mengalami Artritis Reumatoid

    di PSTW Gau Mabaji Gowa ........................................ 42

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Tingkat nyeri skala VAS ........................................... 16

    Gambar 2.2 Tingkat nyeri skala VDS ........................................... 17

    Gambar 2.3 Tingkat nyeri skala NRS ........................................... 17

    Gambar 3.1. Kerangka konseptual .............................................. 32

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden ............... 52 Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden.............................. 53 Lampiran 3. Lembar Instrumen/Kuesioner ................................... 54

    Lampiran 4.Lembar Observasi sebelum intervensi senam .......... 56

    Lampiran 5. Lembar Observasi setelah intervensi senam .......... 57

    Lampiran 6. Lembar Prosedur senam lansia ............................... 58

    Lampiran 7. Master Tabel ............................................................ 61

    Lampiran 8. Hasil Pengolahan Data SPSS .................................. 62

    Lampiran 9. Jadwal Penelitian ..................................................... 70

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Proses menua merupakan proses yang terus menerus

    berkelanjutan secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ

    tubuh tidak akan sama. 12

    Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Memasuki usia tua mengalami

    kemunduranya, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit

    yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran

    kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional. 18

    Menjaga kesehatan begitu penting, salah satu cara untuk menjaga kesehatan adalah dengan melakukan olahraga yang teratur. Bagi lanjut usia yang memang telah terjadi penurunan pada fungsi dan organ dalam tubuhnya sangatlah dianjurkan untuk melakukan olahraga yang aman untuk tubuh agar tidak terjadi cedera yaitu salah satunya dengan melakukan senam lansia yang aman dan membawa

    manfaat yang baik untuk kesehatan para lanjut usia. 20

    Olahraga yang dimaksud disini tidaklah sama dengan senam

    (olahraga) untuk usia remaja atau dewasa, gerakan, jogging, lompat tidak boleh dilakukan. Karena gerakan ini dapat memberikan

  • 2

    pembebanan yang berat pada tulang belakang lansia. Tidak perlu

    terlalu berat, cukup dengan gerakan pelan dan dapat diikuti oleh

    lansia yang mengandung unsur pemanasan dan pendinginan. Di

    dalam senam lansia sudah mengandung unsur yang melibatkan

    kontraksi otot yang dinamis.20

    Secara individual, pada usia diatas 50 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini dapat menimbulkan masalah fisik,

    mental, sosial, ekonomi dan psikologis. Dengan bergesernya pola

    perekonomian dan pertanian ke industri, maka pola penyakit juga bergeser dari penyakit menular ke penyakit tidak menular

    (degeneratif). Meskipun secara ilmiah penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karena usia lanjut harus sehat. Diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 600an juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. 12 Seiring

    dengan peningkatan umur harapan hidup penduduk lanjut usia didunia, jumlah lanjut usia yang mengalami masalah juga meningkat. Masalah yang paling sering dialami oleh lanjut usia adalah masalah penyakit. Dan penyakit Artritis Reumatoid merupakan salah satu jenis dari sekian banyak jenis penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia.12

    Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000. Jumlah penduduk

    60 tahun keatas sebesar 15,3 juta (7,4%) dan jumlah penduduk selanjutnya pada tahun 2005 diperkirakan meningkat 18,3 juta

  • 3

    (8,5%). Pada tahun 2005-2010 meningkat menjadi19,3 juta jiwa (9%) dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Bahkan pada tahun 2020-2025 Indonesia diperkirakan akan menduduki peringkat negara

    dengan struktur dan jumlah penduduk usia lanjut setelah Cina, India, Amerika Serikat, dengan umur harapan hidup diatas 70 tahun.22

    Penelitian yang pernah dilakukan oleh Afifka pada tahun 2012

    di Unit Rehabilitasi sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang tentang

    Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut

    diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih kemampuan otot

    sendi. Hasil penelitian sesudah dilakukan terapi senam lansia

    menunjukkan bahwa sebesar 86,7% lansia memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33% lansia mempunyai skala nyeri 1 atau skala

    nyeri ringan. Hal ini jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi

    nyeri lutut pada lansia.2

    Berdasarkan data yang didapat dari rekapitulasi PMKS/PSKS

    kota makassar Tahun 2011 terdapat lanjut usia terdaftar sebanyak 5193 jiwa yang terdapat dari 14 kecamatan di kota Makassar.22

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada

    kelompok lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa jumlah lansia secara keseluruhan berjumlah 85 orang (20 laki-laki dan 65 perempuan). Laporan dari Poliklinik Panti tercatat sebanyak 34 orang lansia yang mengalami Artritis reumatoid

    dan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

  • 4

    Staf Panti, bahwa di Panti Sosial Tresna Werdha banyak lansia yang

    mengalami nyeri persendian atau nyeri lutut.

    Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti

    lebih lanjut tentang Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

    Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dirumuskan

    masalah penelitian yaitu Apakah ada pengaruh senam lansia

    terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis

    reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa?

    C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya adanya pengaruh senam lansia terhadap

    perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkatan nyeri sebelum dilakukan senam lansia

    pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

    Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa

  • 5

    b. Diketahuinya tingkatan nyeri setelah dilakukan senam lansia

    pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

    Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. c. Diketahuinya pengaruh senam lansia terhadap tingkatan nyeri

    lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti

    Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. D. Manfaat Penelitian

    1. Bagi Profesi Perawat

    Sebagai masukan dan informasi untuk menambah

    pengetahuan ilmu keperawatan terutama mengenai nyeri lutut

    pada lansia yang mengalami artritis reumatoid.

    2. Bagi Instansi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Sebagai masukan untuk meningkatkan pelayanan

    program senam lansia terutama masalah nyeri lutut pada lansia

    yang mengalami artritis reumatoid.

    3. Bagi Peneliti

    Sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi penulis

    dan dapat menambah dan meningkatkan wawasan dalam bidang

    penelitian.

  • 6

    E. Hipotesis Penelitian

    1. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri

    lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

    Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. 2. Hipotesis Alternatif (Ha) Ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut

    pada lansia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial

    Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan tentang Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut Usia

    Menurut World Health Organization (WHO) lanjut usia adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas.18

    Lanjut usia adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga kerusakan yang di

    derita. Ini merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alami. Ini di mulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. 3

    Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh dan berkembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah-laku yang

    dapat di ramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Semua

    orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini

    seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara

    bertahap. 1

  • 8

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketuaan

    Meliputi :

    a. Keturunan

    b. Nutrisi : makanan

    c. Status kesehatan

    d. Pengalaman hidup

    e. Lingkungan

    f. Stress

    3. Batasan-Batasan Lanjut Usia Meliputi :

    a. Menurut Word Health Organization (WHO) Lanjut usia meliputi : 1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai

    59 tahun.

    2) Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun. 3) Lanjut usia tua (old) = anatara 76 dan 90 tahun. 4) Usia sangat tua (very old) = di atas 90 tahun.

    b. Menurut Guru besar Universitas Gajah Mada pada fakultas kedokteran membagi periodisasi biologis perkembangan manusia

    sebagai berikut :

    1) tahun = masa bayi. 2) 1-6 tahun = masa pra sekolah. 3) 6-10 tahun = masa sekolah. 4) 10-20 tahun = masa pubertas.

  • 9

    5) 40-65 tahun = masa setengah umur (prasenium). 6) 65 tahun ke atas = masa lanjut usia (senium).

    4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses

    penuaan secara degeneratife yang akan berdampak pada

    perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya perubahan

    fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial, dan seksual.1

    Adapun perubahan-perubahan pada lanjut usia yaitu: a. Perubahan fisik :

    1) Sistem Indra a) Perubahan sistem penglihatan b) Sistem pendengaran c) Sistem integumen

    2) Sistem Musculoskeletal Perubahan sistem musculoskeletal pada lansia antara

    lain sebagai berikut :

    a) Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,

    kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur. Perubahan pada kolagen tersebut merupakan penyebab turunnya

    fleksibilitas pada lansia sehingga menimbulkan dampak

    berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk

    meningikatkan kekuatan otot.

  • 10

    b) Kartilago; jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi

    menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif, konsekuensinya kartilago

    pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan, akibatnya perubahan itu sendi

    mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan

    gerak, dan terganggunya aktifitas sehari-hari.

    c) Tulang; berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi adalah bagian dari penuaan fisiologis bekula

    longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorpsi kembali. Dampak berkurangnya kepadatan

    akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut mengakibatkan nyeri , deformitas, dan fraktur.

    d) Otot; perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan otot yang negative. Dampak

    perubahan morfologis pada otot adalah penurun kekuatan

    dan penurunan kemampuan fungsional otot.

    e) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi tendon, ligament dan fasia mengalami penurunan elastisitas.

  • 11

    Ligament, dan jaringan periarkular mengalami penurunan daya lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan kapsul sendi. Kelainan

    tersebut dapat menimbulkan gangguan berupa bengkak,

    nyeri dan kekakuan sendi.

    3) Sistem Kardiovaskular dan Respirasi 4) Pencernaan dan metabolisme 5) Sistem perkemihan 6) Sistem Saraf 7) Sistem Reproduksi.1

    b. Perubahan Kognitif

    1) Memory (daya ingat, ingatan) 2) IQ (intelektual quocient) 3) Kemampuan belajar (learning) 4) Kemampuan pemahaman ( comprehension) 5) Pemecahan masalah (problem solving) 6) Kebijaksanaan (wisdom) 7) Kinerja (performance) 8) Motivasi

    c. Perubahan spiritual

    Agama atau kepercayaan lansia makin berintegrasi

    dalam kehidupannya. Lansia makin teratur dalam kehidupan

    agamanya. Spiritual pada lansia bersifat universal, intrinsik dan

    merupakan proses individual yang berkembang sepanjang

  • 12

    rentang kehidupan. Karena aliran siklus kehilangan terdapat

    pada kehidupan lansia, keseimbangan hidup tersebut

    dipertahankan sebagian oleh efek positif harapan dari kehilangan

    tersebut.1

    5. Masalah dan penyakit yang sering dihadapi lanjut usia Masalah fisik yang sehari-hari sering ditemukan pada lansia yaitu :

    a) Mudah Jatuh. b) Mudah lelah c) Gangguan kardiovaskuler d) Palpitasi e) Edema kaki

    Edema kaki dapat disebabkan oleh :

    1) Kaki yang lama di gantung (edema gravitasi) 2) Gagal jantung 3) Kekuarangan vitamin B 4) Gangguan penyakit hati 5) Penyakit ginjal 6) Kelumpuhan pada kaki

    f) Nyeri atau ketidaknyamanan 1) Nyeri pinggang atau punggung 2) Nyeri sendi pinggul 3) Keluhan pusing 4) Kesemutan pada anggota badan

    g) Berat badan menurun

  • 13

    Berat badan menurun disebabkan oleh :

    1) Pada umumnya, nafsu makan menurun karena kurang adanya gairah hidup atau kelesuhan

    2) Adanya penyakit kronis 3) Gangguan pada saluran pencernaan 4) Faktor sosio-ekonomis (pensiun).

    h) Gangguan ketajaman penglihatan Gangguan ini dapat disebabkan oleh :

    1) Prebiospi 2) Kelainan lensa mata 3) Pupil kontriksi, reflex direk lemah 4) Radang saraf mata 5) Glukoma : Tekanan dalam mata (intra-okuler) meninggi,

    lapang pandang menyempit.

    6) Iris : mengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami dipigmentasi, tampak ada bercak

    berwarna merah muda sampai putih.

    7) Retina terjadi degenerasi, gambaran fundus mata awalnya merah jingga cemerlang, menjadi suram dan jalur-jalur berpigmen, terkesan seperti kulit harimau.1

    6. Penyakit yang sering dijumpai pada lanjut usia. Dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat erat

    hubungannya dengan proses menua yakni :

  • 14

    a) Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh darah, gangguan pembuluh darah diotak dan ginjal.

    b) Gangguan metabolisme hormonal, seperti : diabetes melitus, klimakterium dan ketidakseimbangan tiroid.

    c) Gangguan pada persendian, seperti : osteoartritis, gout artritis, artritis reumatoid ataupun penyakit kolagen lainnya.

    d) Berbagai macam neoplasma.1 B. Tinjauan tentang Nyeri

    1. Definisi Nyeri

    Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat

    subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik

    ringan maupun berat.15 Nyeri adalah alasan utama orang untuk

    mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri sangat

    mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu

    penyakit manapun.4

    2. Fisiologi nyeri

    Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh

    individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa

    tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia

    tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulasi.15

  • 15

    3. Klasifikasi nyeri

    Adapun macam-macam tipe nyeri yaitu sebagai berikut :

    a. Nyeri akut

    Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat

    dengan intensitas yang bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat.

    b. Nyeri kronik

    Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri

    akut, intensitasnya (ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung labih dari 6 bulan.

    c. Nyeri somatis dalam

    Nyeri somatis merupakan fenomena nyeri yang

    kompleks. Struktur somatis merupakan bagian pada tubuh

    seperti otot-otot atau tulang, struktur somatis yang ada dalam

    tubuh berbeda-beda intensitasnya terhadap nyeri. Tulang dan

    kartilago biasanya sensitif terhadap tekanan yang ekstrim atau

    stimulasi kimia (misalnya Artritis reumatoid, osteomyelitis). d. Nyeri psikogenik

    Nyeri psikogenik disebut juga nyeri sematoform, adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik, nyeri ini biasanya timbul

    karena pengaruh psikologis, mental, emosional, atau faktor

    perilaku. Sakit kepala, nyeri perut adalah contoh sebagian dari

    nyeri psikogenik yang paling umum.19

  • 16

    4. Faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi terhadap nyeri.

    Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi

    persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri antara

    lain :

    a. Usia

    b. Jenis kelamin

    c. Kebudayaan

    d. Makna nyeri

    e. Lokasi dan Tingkat keparahan nyeri

    f. Perhatian

    g. Ansietas (kecemasan) h. Keletihan

    i. Pengalaman sebelumnya

    j. Dukungan keluarga dan sosial. 5. Skala pengukuran derajat nyeri

    Untuk mengukur derajat nyeri dapat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan skala nyeri. Adapun skala nyeri

    meliputi :

    a. Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) Merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intensitas

    nyeri yang terus menerus dan memikili alat pendeskripsi verbal

    pada setiap ujungnya. Skala ini memberikan kebebasan penuh pada pasien untuk mengidentifikasi tingkat keparahan nyeri

    yang ia rasakan. Skala analog visual merupakan pengukur

  • 17

    keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

    mengidentifikasi setiap titik pada rangkaiain daripada dipaksa

    memilih satu kata atau satu angka.19

    Tidak ada nyeri Nyeri paling hebat

    Gambar 1. Skala VAS

    b. Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) Merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan

    yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun

    dalam jarak yang paling sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri sampai nyeri

    paling hebat.

    Tidak Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri paling

    Ada nyeri ringan sedang hebat sangat hebat

    Gambar 2. Skala VDS

    c. Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) Digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.

    Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10.

    Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka

    10 mengindikasikan nyeri paling hebat. Skala ini efektif

  • 18

    digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik.

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

    Tidak ada Nyeri sedang Nyeri paling

    Nyeri hebat

    Gambar 3. Skala NRS

    d. Skala lima tingkat merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu 0=tidak nyeri, tidak ada

    rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas, 1=minimal, istirahat

    tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan penekanan kuat terasa sakit. 2=ringan, rasa sakit

    terus-menerus atau kadang timbul tetapi masih dapat

    diabaikan/tidak mengganggu, LGS normal pada penekanan kuat

    terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit. 3=sedang, keluhan seperti

    derajat 3 ditambah keluhan tersebut mengganggu aktivitas, LGS terganggu. 4=berat, nyeri menyulitkan lansia hampir tak

    tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir tidak ada/tidak

    mampu.

  • 19

    Tabel Skala Tingkat Nyeri

    No RESPON 4 3 2 1 0 1 Perhatian Hampir

    semuanya tertuju pada nyeri, sangat sulit dialihkan

    Lebih memperhatikan nyeri, sangat sulit dialihkan

    Sebagian perhatian pada nyeri, mudah dialihkan

    Sedikit perhatian pada nyeri, mudah dialihkan

    Tidak ada perhatian pada nyeri, sangat mudah dialihkan

    2 Anxietas Sangat tegang, mudah marah, khawatir

    Tegang, mudah marah, kawatir

    Agak tegang, mudah marah, kawatir

    Sedikit tegang, mudah marah, kawatir

    Tidak tegang, tidak kawatir

    3 Verbal Ada nyeri yang sangat hebat

    Ada nyeri hebat Agak nyeri Sedikit nyeri Tidak ada nyeri

    4 Perspirasi Perspirasi sangat jelas

    Ada perspirasi, jelas lembab, dingin

    Ada perspirasi, sedikit lembab

    Sedikit perspirasi, sedikit lembab

    Perspirasi normal

    5 Suara Berteriak atau menangis tersedu

    Merintih dengan keras

    Merintih dengan lembut

    Mengeluhdengan dengkuran lembut

    Berbicara dengan tekanan normal

    6 Nausea Muntah Mengatakan ingin muntah

    Merasa sakit perut

    Merasa mual Tidak merasa mual

    7 Ketegangan otot

    Kaku, dengan tekanan ringan terasa sakit, sangat tegang

    Kaku, tekanan kuat serasa sakit, tegang

    Agak kaku, tekanan kuat, terasa sakit, agak tegang

    Sedikit kaku, tekanan yang sangat kuat terasa sakit, sedikit tegang

    Rileks, tidak kaku, tidak tegang

    8 Interaksi sosial

    Menghindari percakapan dan kontak sosial

    Sedikit komunikasi, lebih fokus pada nyeri

    Percakapan baik, sedikit fokus pada nyeri

    Percakapan baik, perhatian menurun

    Komunikasi normal

    9 Ekspresi wajah

    Bermuka masam, mulut dan gigi terkatup rapat, menggeretak

    Kening mengerut, mulut dan gigi terkatup, tdk menggeretak

    Kening mengerut, mulut dan gigi tdk terkatup

    Sedikit mengerut

    Tidak mengerut

    10 Aktivitas persendian

    Tidak mampu menggerakkan jari tangan/kaki, persendian, tak dpt beraktifitas

    Hanya mampu menggerakkan sedikit persendian, mengganggu aktifitas

    Fleksi dan ekstensi sakit, sedikit mengganggu aktifitas

    Fleksi dan ekstensi tidak maksimal

    Fleksi dan ekstensi normal

    Keterangan :

    1-10 : Nyeri Minimal 21-30 : Nyeri sedang

    11-20 : Nyeri ringan 31-40 : Nyeri berat

  • 20

    C. Tinjauan tentang Artritis Reumatoid 1. Definisi Artritis reumatoid

    Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi kronik, dan

    sistemik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta

    menyebabkan disabiliti. 7

    Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik

    kronis yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikkan oleh

    kerusakan dan proliferasi membran sinovial yang menyebabkan

    kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.14 Artritis

    reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang

    menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali

    adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Sinovium yang

    menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar keseluruh sendi sehingga

    menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas.5

    2. Penyebab artritis reumatoid

    Artritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang terjadi pada individu rentan setelah respons imun terhadap agen pemicu

    yang tidak diketahui. Agen pemicunya adalah bakteri,

    mikoplasma, atau virus yang menginfeksi sendi atau mirip sendi

    secara antigenik. 5

  • 21

    Penyebab artritis reumaoid tidak diketahui, meskipun dua

    faktor risiko utama, yaitu usia dan jenis kelamin wanita. Sendi pergelangan tangan, lutut, tangan, dan kaki paling sering

    terserang. Artritis reumatoid bersifat sistemik dan merusak

    jaringan di seluruh tubuh, dengan keterlibatan sendi menjadi bilateral. Perubahan dalam jaringan sinovial mengubah produksi cairan sinovial dan pada akhirnya merusak tulang rawan, tulang,

    dan jaringan yang berdekatan. Sebagian besar perubahan jaringan ekstraartikular terjadi dalam jangka waktu lama, meskipun beberapa gejala sistemik dirasakan sejak awal.16

    3. Menifestasi klinis

    Gejala umum Reumatoid Artritis tergantung pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun, orang-

    orang pada umumnya merasa sakit ketika penyakit ini aktif ini

    (kambuh) ataupun gejala kembali. Ketika gejala ini aktif dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kekurangan nafsu makan,

    demam, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.6

    Gejala-gejala artritis reumatoid biasanya dimulai dengan lambat dan mungkin keluhan-keluhan sistemik, seperti rasa letih,

    berat badan turun, lemah, dan nyeri sendi umum. Kekakuan

    karena artritis reumatoid berlangsung selama lebih dari 30 menit.

  • 22

    Satu kriteria untuk diagnosis, yakni kekakuan pada pagi hari yang

    berlangsung setidak-tidaknya selama satu jam. 16

    4. Pengobatan artritis reumatoid

    Secara umum, pengobatan yang mesti dilakukan pada

    fase akut (demam dan nyeri) adalah dengan beristirahat total. Penderita harus selalu berbaring agar sendi-sendinya menjadi membaik.

    Ketika seseorang menderita rematoid artritis mendapatkan

    himeplegia, maka kelumpuhan yang terjadi akan sembuh. Sedangkan rasa nyeri dapat sembuh dengan melakukan istirahat

    yang cukup. Balutan plester terkadang juga akan memberikan suatu kenyamanan bagi penderita. Akan tetapi, dalam dua kali

    sehari, organ tubuh yang mengalami rasa nyeri harus digerakkan,

    supaya proses penyembuhan dapat bejalan cepat. Namun, jika kita melupakannya maka sendi-sendi tersebut akan menjadi kaku (ankilosis) dan dalam posisi yang tidak wajar. 17

    Perbaikan maupun perburukan dari penyakit ini ternyata

    juga berkaitan dengan faktor makanan.2

    Diet pada penderita Artritis Reumatoid memang perlu

    dikhususnya terkait dengan adanya beberapa kondisi khusus

    pada penderita artritis reumatoid. Pasien yang didiagnosa artritis

    perlu menjaga berat badan dalam kisaran normal karena kenaikan berat badan akan meningkatkan tekanan pada sendi.

  • 23

    Produk hewani seperti daging serta produk susu seperti

    mentega dan krim yang kaya lemak jenuh harus dihindari karena memicu peningkatan produksi prostaglandin atau bahan kimia

    yang bertanggung jawab untuk disfungsi sendi, peradangan, nyeri dan pembengkakan.21

    D. Tinjauan tentang Senam Lansia 1. Definisi senam lansia

    Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah

    dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia.

    Aktifitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan tetap

    segar karena melatih tulang tetap kuat dan membantu

    menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh.

    Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap

    peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan

    teratur. 13

    Senam lansia adalah salah satu bentuk latihan fisik yang

    memberikan pengaruh terhadap tingkat kemampuan fisik

    manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Senam atau

    latiham fisik sering diidentifikasi sebagai suatu kegiatan yang

    meliputi aktifitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. 9

    2. Tujuan senam lansia Untuk menjaga tubuh dalam keadaan sehat dan aktif untuk

  • 24

    membina dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran

    kesegaran jasmani dan rohani. Tujuan lain adalah memperbaiki pasokan oksigen dan proses metabolisme, membangun kekuatan

    dan daya tahan dan meningkatkan kondisi otot dan sendi. 9

    3. Manfaat senam lansia

    a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

    b. Fungsi melindungi yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam

    fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan misalnya sakit.

    c. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi). 9

    d. Kekuatan Otot

    Agar menjadi lebih kuat, otot-otot harus dilatih melebihi normalnya. Intensitas latihan beragam dari latihan

    berintensitas rendah sampai berintensitas tinggi. Dengan

    latihan ini akan mempertahankan kekuatan otot.

    e. Daya Tahan Otot

    Senam membantu meningkatkan daya tahan otot

    dengan cara melakukan gerakan-gerakan ringan, seperti:

    mengangkat lutut, dan menendang sehingga tubuh menjadi kuat. Tubuh yang seimbang akan mengurangi risiko terluka.

    f. Kelenturan

    Kelenturan adalah gerakan yang berada disekeliling

    sendi. Setelah menyelesaikan latihan, peregangan akan

    membantu meningkatkan kelenturan.

  • 25

    g. Komposisi Tubuh

    Bagian ini menunjukkan perbandingan kumpulan otot, tulang, dan cairan-cairan penting di dalam tubuh dibandingkan

    dengan lemak. Senam Bugar Lansia sangat baik untuk

    peregangan dan kelenturan otot.

    4. Prinsip-prinsip olahraga pada lansia

    a. Komponen kesegaran jasmanin yang esensial dilatih adalah ketahanan kardio-pulmonal, kelenturan dan kekuatan otot.

    b. Selalu memperhatikan keselamatan

    c. Latihan teratur dan tidak terlalu berat

    d. Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan. 5. Efektifitas senam lansia

    Senam lansia dapat mengurangi rasa nyeri yang dialami

    oleh lansia. Semakin tidak aktif lansia mengikuti senam lansia nyeri

    yang dialami akan semakin berat. pentingnya senam lansia untuk

    mengurangi nyeri lansia dengan rematoid artritis harus diterapkan

    dengan sosialitas seperti melakukan progam senam lansia setiap

    seminggu sekali.13

    Pemberian intervensi senam lansia selama 6 hari efektif

    mengatasi nyeri lutut pada lansia. Pelaksanaan senam lansia dapat

    dilakukan pada pagi hari selama kurang lebih 15-30 menit.2

    6. Langkah-langkah Senam lansia

    Pada senam lansia ini ada 3 tahap :

    a. Tahap Pemanasan

  • 26

    1) Pengaturan napas (dengan cara menarik napas 2x8), dengan pengaturan napas dapat memperbaiki sistem kerja jantung.

    b. Tahap Gerakan inti

    1) Jalan Ditempat (angkat kaki secara aktif ) 2x8 2) Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat) 3) Bertepuk tangan (lengan sejajar dengan bahu) 2x8 4) Tepuk jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8 5) Silangkan antar jari tangan (rentangkan tangan sejajar

    bahu) 2x8 6) Silangkan jempol tangan kanan (rentangkan tangan sejajar

    bahu) 2x8 7) Silangkan jempol tangan kiri (rentangkan tangan sejajar

    bahu) 2x8 8) Tepuk antar jari kelingking (rentangkan tangan sejajar

    bahu) 2x8 9) Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan tangan sejajar

    bahu ) 2x8 10) Ketok pergelangan tangan kanan (lengan tangan sejajar

    bahu ) 1x8 11) Ketok pergelangan tangan kiri (lengan tangan sejajar bahu)

    1x8

    12) Tekan antar telapak tangan (tangan seja bjar dada atas) 1x8

  • 27

    13) Tekan putar telapak tangan (atas kebawah sejajar dada) 1x8

    14) Buka dan remas jari tangan (gerakan peras santan) 2x8 15) Tepuk punggung tangan kanan (tangan sejajar dada atas) 16) Tepuk punggung tangan kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8 17) Tepuk punggung lengan kanan (tangan sejajar dada atas)

    1x8

    18) Tepuk punggung bahu kanan (tangan sejajar dada atas) 1x8

    19) Tepuk punggung lengan kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8 20) Tepuk punggung bahu kiri (tangan sejajar dada atas) 1x8 21) Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2x8 22) Tepuk paha samping (gerakan mengenjot lutut naik turun)

    2x8

    23) Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat) 2x8 24) Peregangan otot, lengan, bahu, punggung, lutut, betis 2x8 25) Menepuk perut bagian bawah (samping kanan kiri) 2x8 26) Sikap tegap tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam di

    tempat ) 27) Jinjit kaki (kaki lurus, diam ditempat) 28) Sikap sempurna tegak lurus.

    c. Tahap Pendinginan

    1) Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala) 1x8

  • 28

    2) Hembuskan napas (kedua tangan turun kedepan dada) 1x8 3) Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala)

    1x8

    4) Tarik dan tahan napas (tangan kanan naik keatas kepala) 1x8

    5) Hembuskan napas (tangan kanan turun ke samping) 1x8 6) Tarik dan tahan napas (tangan kiri naik keatas kepala) 1x8 7) Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1x8 8) Tarik, tahan dan hembuskan napas (angkat kedua tangan

    dan turunkan perlahan) 2x4 E. Tinjauan Khusus Tentang Pengaruh Senam Lansia Terhadap

    Perubahan Nyeri Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis

    Reumatoid

    Lanjut usia (Lansia) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses yang

    terus menerus secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua

    makhluk hidup. Misalnya, terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf dan jaringan lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh

    tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia atau masih muda, tetapi menunjukkan kekurangan yang mencolok. Adapula orang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, bugar dan badan tegap. Walaupun demikian, harus diakui

    bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh lanjut usia.18

  • 29

    Salah satu penyakit yang sering dijumpai lanjut usia adalah gangguan pada persendian seperti Artritis reumatoid.1

    Pada gambaran kliniknya, kebanyakan yang menderita adalah

    orang dewasa. Secara berangsur-angsur (kadang-kadang mengalami keakutan), penderita akan merasakan kekakuan dan nyeri pada tangan, lutut maupun jari-jari.17 Kekakuan merupakan salah satu ciri utama dari artritis, maka kelenturan sangat penting dalam program

    olahraga lansia. Penderita artritis cenderung membatasi gerakan

    karena nyeri dan kekakuan, mereka kekurangan kelenturan dan gerak

    sendi sebagai salah satu akibat awal dari gerak yang terbatas. Sekali

    lagi, pernyataan bahwa jika Anda tidak menggerakannya (otot maupun sendi) tidak akan sakit, tidak berlaku pada artritis. Jika anda menggerakan sendi yang terlibat, kekakuan otot semakin meningkat

    sehingga gerak sendi menurun. Sendi tersebut semakin kaku dan

    semakin nyeri-hasil sebaliknya dari yang anda harapkan. Gerakan

    rutin setiap sendi dapat mengurangi kekakuan dan nyeri yang

    muncul.16

    Nyeri bersifat sangat subyektif serta mempunyai manifestasi

    unik bagi masing-masing individu untuk menjaga kondisi prima persendian, melakukan latihan olahraga seperti senam lansia, yang

    mana senam lansia merupakan suatu aktivitas olahraga bagi lansia

    yang akan membantu tubuh tetap lentur dan juga memperkuat otot dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kapasitas konsentrasinya pada

    gerakan sendi, sambil meregangkan dan menguatkan ototnya,

  • 30

    karena otot-otot itulah yang membantu sendi untuk menopang tubuh.

    Senam lansia berlangsung sekitar 1530 menit dan terdiri dari tiga

    tahapan yakni pemanasan, latihan inti, dan pendinginan.20

    Penelitian yang pernah dilakukan oleh Afifka pada tahun 2012

    di Unit Rehabilitasi sosial Margo Mukti Kabupaten Rembang tentang

    Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut

    diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih kemampuan otot

    sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering dilatih maka

    cairan sinovial akan bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial

    pada sendi dapat mengurangi resiko cedera pada lansia dan

    mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia. Hasil penelitian sesudah

    dilakukan terapi senam lansia menunjukkan bahwa sebesar 86,7% lansia memiliki skala nyeri 0 atau tidak nyeri dan 13,33% lansia

    mempunyai skala nyeri 1 atau skala nyeri ringan. Hal ini jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan

    kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada lansia. 2

  • 31

    Kerangka Teori

    Senam Lansia

    Latihan Fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan otot jika

    sering dilatih

    Menambah produksi Cairan Sinovial

    Perubahan Nyeri lutut

    Mengurangi Resiko cedera

  • 32

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Kerangka Konseptual

    Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka serta masalah penelitian maka dapat disusun kerangka

    konsep penelitian dengan menggunakan beberapa variabel sebagai

    berikut :.

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Keterangan :

    : Variabel Independen

    : Variabel Dependen

    : Arah Penghubung

    Gambar 4. Kerangka Konsep

    Perubahan Nyeri Lutut pada Lansia yang mengalami Artritis reumatoid

    Senam Lansia

  • 33

    B. Defenisi Operasional

    Defenisi Operasional adalah mendefenisikan variabel secara

    operasional berdasarkan karakteristik yang diamati.

    No

    Variabel penelitian

    Definisi Operasional

    Kriteria Objektif

    Skala Pengukuran

    1.

    Independen Senam Lansia

    Senam yang diikuti oleh lanjut usia dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mengurangi nyeri.

    Dilaksanakan sesuai prosedur.

    2. Dependen Perubahan Nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis reumatoid

    Nyeri yang dirasakan lansia pada bagian persendian yang mengalami artritis reumatoid

    1 10 : Nyeri Minimal

    11 -20 : Nyeri Ringan

    21-30 : Nyeri Sedang

    31-40 : Nyeri Berat

    Interval

  • 34

    C. Desain Penelitian

    Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah Quasy

    eksperimen dengan pendekatan Nonequivalent Control Group Design.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis

    reumatoid.

    Tabel 1.1 Desain penelitian

    Subyek Pretes Perlakuan Postest KA KB

    0 X 01-A 0 - 01-B Time 1 Time 2 Time 3

    Keterangan :

    KA : Kelompok Kasus

    KB : Kelompok kontrol

    O : Observasi sensasi nyeri lutut sebelum dilakukan senam

    lansia

    X : Intervensi

    01 : Observasi sensasi nyeri lutut setelah dilakukan senam lansia

    pada kelompok kasus.

    0B : Observasi sensasi nyeri lutut pada kelompok kontrol setelah

    dilakukan senam lansia

    D. Waktu dan Tempat penelitian

    1. Waktu Penelitian

    Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus

    sampai 30 Agustus 2014.

  • 35

    2. Tempat Penelitian

    Penelitian telah dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha

    Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    E. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek

    dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tentang

    yang ditetapkan. Popolasi dalam penelitian ini adalah lansia yang

    mengalami nyeri lutut pada Artritis reumatoid di PSTW Gau Mabaji Gowa dengan memenuhi kriteri sebanyak 20 lansia.

    2. Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang mengalami

    Artritis reumatoid di PSTW Gau Mabaji Kab.Gowa. Metode pengambilan sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    total sampling dimana jumlah sampel sebanyak 20 orang yang terdiri dari 10 orang kelompok kasus dan 10 orang kelompok

    kontrol.

    F. Instumen Penelitian

    Instrumen atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam

    penelitian ini dirancang oleh peneliti sesuai dengan literatur yang ada.

    1. Wawancara untuk mengetahui identitas umum pasien

  • 36

    2. Observasi dengan tehnik observasi berstruktur menggunakan

    lembar observasi skala pendeskripsian nyeri lima tingkat.

    Terdapat 10 respon klien yang diobservasi antara lain : perhatian,

    ansietas, verbal, perspirasi, suara, nausea, ketegangan otot,

    interaksi sosial, ekspresi wajah danaktifitas sendi. Jika observasi nilainya antara : 1-10 maka nyeri minimal

    Jika observasi nilainya antara : 11-20 maka nyeri ringan

    Jika observasi nilainya antara : 21-30 maka nyeri sedang

    Jika observasi nilainya antara : 31-40 maka nyeri berat.

    G. Pengumpulan Data

    1. Data primer

    Data primer diperoleh dengan cara melakukan pengisian

    kuisioner terhadap responden dengan menggunakan kuisioner

    yang telah tersedia untuk mendapatkan identitas umum pasien,

    dan melakukan observasi berdasarkan latihan fisik senam lansia

    yang dilakukan dalam hal ini observasi

    2. Data sekunder

    Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu di Panti

    Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa H. Pengolahan Data

    Prosedur pengolahan data yang akan di lakukan adalah sebagai

    berikut :

    a. Editing (Memeriksa Data)

  • 37

    Setelah data terkumpul maka dilakukan kelengkapan data,

    kesinambungan dan keseragaman data dalam usaha melengkapi

    data yang masih kurang.

    b. Coding (Pemberian Kode) Dilakukan untuk memudahkan pengolahan data yaitu

    melakukan pengkodean pada lembar observasi yang telah diisi

    yaitu setiap keluhan atau jawaban dari responden. c. Tabulasi

    Setelah dilakukan pengkodean kemudian dimasukkan

    kedalam tabel menurut sifat-sifat yang dimiliki yang sesuai dengan

    tujuan penelitian untuk memudahkan penganalisaan data. I. Tehnik Analisa Data

    Setelah memperoleh nilai dari masing-masing tabel, selanjutnya data dianalisa dengan menggunakan komputer SPSS versi 20.

    1. Analisa Univariat

    Dilakukan terhadap tiap variabeldari hasil penelitian. Analisa

    ini menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel yang

    diteliti.

    2. Analisa Bivariat

    Dilakukan terhadap dua variable yang diduga berhubungan

    atau berkolerasi. Data yang diperoleh dalam bentuk ordinal

    dianalisa dengan menggunakan uji statistik yaitu dengan menggunakan t-test uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada pengaruh Senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada

  • 38

    lansia yang mengalami artritis reumatoid dengan tingkat

    kepercayaan 95% atau =5% (0,05).

    J. Etika Penelitian

    Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

    rekomendasi dari institusi atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi/lembaga tempat penelitian dan

    dalam pelaksanaan penelitian tetap memperhatikan masalah etika

    meliputi :

    1. Inforrned conset (Lembar Persetujuan) Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti

    yang memenuhi kriteria inklusi. Kepada responden dijelaskan tentang manfaat dan resiko penelitian yang mungkin muncul. Bila

    subyek menolak maka peneliti tidak memaksakan kehendak dan

    tetap menghormati hak-hak subyek.

    2. Anomity (Tanpa Nama) Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden tetap pada lembar tersebut diberi kode.

    3. Confedentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan dari responden, peneliti hanya melaporkan

    tentang data sebagi hasil penelitian.

  • 39

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus 2014

    sampai 30 Agustus 2014, di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia yang mengalami Nyeri lutut pada Artritis Reumatoid, tekhnik pengambilan

    sampel yang digunakan adalah Total Sampling yang mana menjadi subjek penelitian adalah 20 sampal dengan masing-masing 10 sampel untuk kontrol dan 10 sampel untuk kasus.

    Dalam penelitian ini peneliti membagi sampel dalam dua

    kelompok yaitu kelompok lansia sebagai kontrol dan kelompok lansia

    sebagai kasus. Pada kelompok kasus diberi intervensi senam lansia

    sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan intervensi senam lansia.

    Pada kedua kelompok diawali dengan observasi nyeri sebelum

    senam. Kemudian setelah dilakukan pemberian intervensi senam

    pada lansia yang sebagai kelompok kasus, kedua kelompok

    diobservasi kembali tingkat nyerinya setelah pemberian intervensi

    senam setelah 6 kali.

    Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data

    meliputi editing, koding, dan tabulasi. Selanjutnya data dalam bentuk ordinal dianalisa dengan analisis univariat dan analisis bivariat.

  • 40

    A. Hasil Penelitian

    Data primer diambil melalui tehnik wawancara berstruktur dan

    observasi langsung yang dilakukan pada responden dengan nyeri

    lutut. Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, maka hasil penelitian

    dapat disajikan sebagai berikut : 1. Analisa Univariat

    a. Tingkat nyeri sebelum pemberian intervensi senam lansia

    Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pre test senam lansia

    di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa

    n % n % n %0 0 0 0 0 01 10% 2 20% 3 15%7 70% 7 70% 14 70%2 20% 1 10% 3 15%10 100% 10 100% 20 100%

    TOTAL

    Nyeri MinimalNyeri RinganNyeri SedangNyeri BeratTotal

    KELOMPOK RESPONDEDNKONTROL KASUSTINGKAT NYERI

    Sumber : Data Primer, 2014

    Berdasarkan Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 20 responden yang telah diobservasi tingkat nyeri sebanyak 14

    responden (70%) yang mengalami nyeri sedang, nyeri berat sebanyak 3 responden (15%), nyeri ringan sebanyak 3 responden (15%) kemudian 0 responden (0%) yang mengalami nyeri minimal.

  • 41

    b. Tingkat nyeri setelah pemberian intervensi senam lansia

    Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Post test Senam lansia

    di PSTW Gau Mabaji Kabupaten Gowa

    n % n % n %0 0 3 30% 3 15%1 10% 5 50% 6 30%6 60% 2 20% 8 40%3 30% 0 0% 3 15%10 100% 10 100% 20 100%

    TOTAL

    Nyeri MinimalNyeri RinganNyeri SedangNyeri BeratTotal

    KELOMPOK RESPONDEDNKONTROL KASUSTINGKAT NYERI

    Sumber : Data Primer, 2014

    Berdasarkan tabel 4.2 pada observasi akhir (post test) menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 20 lansia dibagi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan. Pada

    kelompok kontrol ditemukan tingkat nyeri sedang pada hari ke

    enam sebanyak 6 responden (60%), pada nyeri berat 3 responden (30%), nyeri ringan 1 responden (10%) dan tidak ada nyeri minimal (0%). Sedangkan pada kelompok kasus di peroleh hasil tingkat nyeri minimal 3 responden (30%), nyeri ringan 5 responden (50%), nyeri sedang 2 responden (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat pada post test

    senam lansia.

  • 42

    2. Analisa Bivariat

    Pengaruh pemberian senam lansia terhadap perubahan

    nyeri lutut pada pasien artritis reumatoid.

    Tabel 4.3 Pengaruh Pemberian Senam Lansia Terhadap Perubahan Nyeri

    Lutut Pada Lansia Yang Mengalami Artritis Reumatoid di PSTW Gau Mabaji Gowa

    pvalue

    Pre test Post testn % n % n % n %

    NYERI MINIMAL 0 0% 0 0% 0 0% 3 30% 0,016NYERI RINGAN 1 10% 1 10% 2 20% 5 50%NYERI SEDANG 7 70% 6 60% 7 70% 2 20%NYERI BERAT 2 20% 3 30% 1 10% 0 0%

    TINGKAT NYERIPre test Post test

    KONTROL KASUSKELOMPOK PERLAKUAN

    Sumber : Data Primer, 2014

    Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada responden kelompok kontrol pada pre test yang mengalami nyeri minimal 0

    (0%), nyeri ringan 1 (10%), nyeri sedang 7 (70%), nyeri berat 2 (20%) dan pada saat post test responden kelompok kontrol yang mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 1 (10%), nyeri sedang berkurang menjadi 6 (60%) dan nyeri berat bertambah menjadi 3 (30%) karena mengalami nyeri. Sedangkan pada kelompok kasus pada saat pre test yang

    mengalami nyeri minimal 0 (0%), nyeri ringan 2 (20%), nyeri sedang 7 (70%) dan nyeri berat 1 (10%). Dan pada saat post test yang mengalami nyeri minimal 3 (30%), nyeri ringan 5 (50%), nyeri sedang 2 (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat 0 (0%).

  • 43

    Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai hitung p=0,016 dari nilai = 0,05. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau

    ada pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada

    lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    B. Pembahasan

    1. Kontrol

    Pada kelompok kontrol berdasarkan hasil penelitian

    menunjukan bahwa saat observasi nyeri sebelum senam lansia ditemukan 2 responden (20%) dengan nyeri berat namun setelah pemberian senam dilakukan pada kelompok kasus selama 6 kali

    justru mengalami peningkatan menjadi 3 responden (30%). Peningkatan ini diduga akibat semakin beratnya perjalanan penyakitnya. Pada saat observasi dilakukan ditemukan pula

    bahwa pada item observasi nyeri yaitu perhatian dan ansietas

    responden meningkat. Hal ini sesuai dengan Perry dan Potter

    dalam Idawati (2009) mengatakan bahwa respon nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya perhatian,

    kecemasan. Meningkatnya perhatian seorang klien memfokuskan

    nyeri dihubungkan dengan peningkatan nyeri. Ansietas seringkali

    meningkatkan persepsi klien. Faktor asupan makanan juga termasuk faktor yang mempengaruhi nyeri. Ini sesuai dengan

    wawancara yang dilakukan pada saat penelitian dan didukung

    dengan adanya teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor

  • 44

    yang mempengaruhi meningkatnya tingkatan nyeri adalah faktor

    asupan makanan (Sakamita, 2012). Sedangkan pada tingkat nyeri sedang, nyeri ringan dan nyeri

    minimal setelah dilakukan senam lansia pada kelompok kasus

    tidak mengalami perubahan hal ini dikarenakan apabila otot sendi

    tidak digunakan untuk melakukan aktivitas maka cairan sinovial

    akan tetap sehingga tidak mengalami peningkatan (Afifka, 2012). Berdasarkan uji T-test diperoleh nilai hitung p = 0,343 lebih

    besar dari nilai = 0,05. Dari analisa tersebut dapat diartikan

    bahwa Ho diterima atau tidak ada pengaruh senam lansia

    terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami

    artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    2. Kasus

    Pada variabel kelompok kasus berdasarkan hasil penelitian

    menunjukan bahwa pada pasien yang diberikan intervensi senam lansia selama 6 kali sebanyak 1 responden (10%) mengalami nyeri berat sebelum intervensi dan setelah intervensi tidak

    ditemukan lagi responden dengan nyeri berat yang mengarah ke

    nyeri ringan. Pada tingkat nyeri sedang terdapat 7 responden

    (70%) sebelum intervensi senam, namun setelah intervensi senam lansia yang diberikan selama 6 kali maka nyeri sedang berkurang

    menjadi 2 responden (20%) yang dari 7 responden (70%) sebanyak 4 responden (40%) mengalami perubahan nyeri ke nyeri

  • 45

    ringan, sebanyak 1 responden (10%) mengalami perubahan nyeri ke nyeri minimal kemudian sebanyak 2 responden (20) tidak mengalami perubahan. Pada tingkat nyeri ringan terdapat 2

    responden (20) sebelum intervensi dan setelah intervensi mengalami perubahan nyeri ke nyeri minimal. Sehingga pada

    tingkat nyeri minimal sebelum intervensi tidak ditemukan dan

    setelah intervensi ditemukan responden dengan nyeri minimal

    sebanyak 3 responden (30%) yang diperoleh dari nyeri sedang sebanyak 1 responden (10%) kemudian 2 responden (20%) diperoleh dari nyeri ringan.

    Berkurangnya rasa nyeri atau menurunnya sensasi nyeri dari

    nyeri berat menjadi nyeri sedang, dari nyeri sedang ke nyeri ringan, dan dari nyeri ringan menjadi nyeri yang minimal karena

    efek dari senam lansia yang dilakukan. Senam lansia dapat

    melatih kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila

    semakin sering dilatih maka cairan sinovial akan meningkat

    atau bertambah. Artinya, penambahan cairan sinovial pada

    sendi dapat mengurangi dan mencegah timbulnya nyeri lutut

    pada lansia (Afifka, 2012). Sedangkan sebanyak 2 responden (20%) tidak mengalami perubahan berdasarkan observasi penelitian hal ini dikarenakan adanya faktor gerakan yang

    dilakukan pasien pada saat senam tidak efektif dan efisien.

    Berdasarkan uji T-test diperoleh nilai hitung p=0,016 lebih kecil dari nilai =0,05. Dari analisa tersebut dapat diartikan bahwa

  • 46

    Ha diterima atau ada pengaruh pemberian senam lansia terhadap

    perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami artritis

    reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.

    Hasil dari penelitian didapatkan bahwa dari kelompok kasus

    yang berjumlah 10 responden (100%) mengalami nyeri lutut. Hal ini dikarenakan semakin tua seseorang maka dengan sendirinya

    akan muncul berbagai macam penyakit yang salah satunya

    adalah nyeri lutut pada artritis reumatoid. Nyeri pada responden

    mangakibatkan terganggunya aktivitas sehingga para lansia

    enggan melakukan aktivitas dan sering untuk berdiam. Hal ini

    mengakibatkan penurunan kapasitas fungsional tubuh. Jika lansia

    tidak mengikuti kegiatan senam, maka akan menyebabkan

    kekakuan tulang dan sendi yang menjadi penyebab timbulnya nyeri lutut pada lanjut usia (Suharjono, 2013).

    Hasil dari penelitian didapatkan bahwa pada kelompok

    perlakuan mengalami perubahan pada nyeri lutut. Nyeri bersifat

    sangat subyektif serta mempunyai manifestasi unik bagi masing-

    masing individu untuk menjaga kondisi prima persendian, melakukan senam lansia, yang mana senam lansia merupakan

    suatu aktivitas olahraga bagi lansia yang akan membantu tubuh

    tetap lentur dan juga memperkuat otot dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kapasitas konsentrasinya pada gerakan

    sendi, sambil meregangkan dan menguatkan ototnya, karena

  • 47

    otot-otot itulah yang membantu sendi untuk menopang tubuh.

    Senam lansia berlangsung sekitar 1530 menit dan terdiri dari tiga

    tahapan yakni pemanasan, latihan inti, dan pendinginan

    (Suharjono, 2013). Pemberian Intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri

    lutut diperoleh hasil bahwa senam lansia dapat melatih

    kemampuan otot sendi. Kemampuan otot apabila semakin sering

    dilatih maka cairan sinovial akan bertambah. Artinya, penambahan

    cairan sinovial pada sendi dapat mengurangi resiko cedera pada

    lansia dan mencegah timbulnya nyeri lutut pada lansia. Hal ini

    jelas terlihat bahwa senam lansia memiliki pengaruh dalam meningkatkan kemampuan otot dan mengurangi nyeri lutut pada

    lansia (Afifka, 2012).

  • 48

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian tentang pengaruh senam lansia terhadap

    perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami atritis reumatoid di

    Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa yang dilaksanakan pada tanggal 06 Agustus sampai 30 Agustus 2014

    dengan jumlah sampel sebanyak 20 lansia, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari hasil perhitungan uji statistic T-test menunjukkan bahwa :

    1. Berdasarkan Observasi tingkatan nyeri lutut sebelum pemberian

    senam lansia menunjukkan bahwa dari 20 responden yang telah diobservasi tingkat nyeri sebanyak 14 responden (70%) yang mengalami nyeri sedang, nyeri berat sebanyak 3 responden (15%), nyeri ringan sebanyak 3 responden (15%) kemudian 0 responden (0%) yang mengalami nyeri minimal.

    2. Berdasarkan Observasi tingkatan nyeri lutut setelah pemberian

    senam menunjukkan bahwa dari jumlah responden sebanyak 20 lansia dibagi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan perlakuan.

    Pada kelompok kontrol ditemukan tingkat nyeri sedang pada hari ke

    enam sebanyak 6 responden (60%), pada nyeri berat 3 responden (30%), nyeri ringan 1 responden (10%) dan tidak ada nyeri minimal (0%). Sedangkan pada kelompok kasus di peroleh hasil tingkat

  • 49

    nyeri minimal 3 responden (30%), nyeri ringan 5 responden (50%), nyeri sedang 2 responden (20%) dan tidak ada lagi yang mengalami nyeri berat pada post test senam lansia.

    3. Berdasarkan hasil uji T-test diperoleh nilai hitung p= 0,016 dari nilai = 0,05. Dari analisa tersebut bahwa Ha diterima atau ada

    pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid di Panti Sosial Tresna

    Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. B. Saran

    1. Bagi Profesi Keperawatan

    Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberi masukan

    dan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan, terutama

    mengenai pengaruh senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut

    pada lansia yang mengalami arthritis reumatoid.

    2. Bagi Institusi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Diharapkan agar dapat lebih meningkatkan pelayanan

    program olahraga senam lansia agar lansia dapat mengurangi nyeri

    lutut dengan adanya kegiatan senam lansia rutin khususnya bagi

    lansia mengalami artritis reumatoid.

    3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar supaya meneliti

    variabel-variabel lain yang berhubungan dengan nyeri lutut pada

    lanjut usia yang mengalami artritis reumatoid seperti kompres jahi, kompres hangat dan sebagainya.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Azizah L.M., (2011), Keperawatan Lanjut Usia, Graha Ilmu, Yogyakarta.

    2. Ayu A.D, Dkk., (2012), Jurnal Nursing Studies, Pemberian intervensi senam lansia pada lansia dengan nyeri lutut, Universitas Diponegoro, Surabaya, http ://ejournal-S1. Undip.ac. Id/index.php/jnursing, (online) diakses 22 Mei 2014

    3. Bandiyah S., (2009), Lanjut Usia Dan Keperawatan Jiwa, Edisi 5, EGC, Jakarta.

    4. Bruner & Sundden., (2004), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta

    5. Corwin E.J., (2009), Buku Saku Patofisiologi , EGC, Jakarta

    6. Chyntyawati C., (2014), skipsi, Hubungan antara nyeri reumatoid artritis dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di posbindu karang Mekar wilayah kerja puskesmas pisangan Tangerang selatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,jakarta,http://respository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24157/1/CICY%20CHINTYAWATI-fkik.pdf, (online) diakses 22 Mei 2014.

    7. Fatimah, (2010), Merawat Manusia Lanjut Usia, Cv. Trans Info Media, Tim, Jakarta.

    8. Firdaus, (2010), Pengaruh Masase Terhadap Penurunan Nyeri Punggung Bawah (NPB) Pada Petani Didesa Tunggi Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Sripsi (tidak diterbitkan) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

    9. Gustin A.G., (2013), Depkes RI : Senam Lansia, http:// Metamorfosisofbutterfly.blogspot.com/2013/05/senamlansia.html, diakses 23 Mei 2014

    10. Hamid A, (2010), Artikel Kementerian Sosial RI, Penduduk Lanjut Usia di indonesia & masalah kesejahteraannya, jakarta, http://www.kemsos.go.id/, (online) diakses 22 Mei 2014

    11. Hidayah A.A.A., (2007), Metode Penelitian Keperawatan Dan Tekhnik Analisa Data, Salemba Medika, Jakarta.

  • 51

    12. Idawati., (2009), Pengaruh Pemberian Bekam Bering Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri Reumatik pada Lanjut usia dikelurahan Sambung jawa kec.Mamajang Kota Makassar. Sripsi (tidak diterbitkan) Sekolah tinggi ilmu kesehatan Gema Insan Akademik Makassar.

    13. Ira S., (2012), Gerakan Senam Lanjut Usia (online), http:// bidankudelima.blogspot.com/2012/01/gerakan senam lansia. Html/diakses 23 Mei

    2014

    14. Kushariyadi., (2010), Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia, Salemba Medika, Jakarta

    15. Mubarak W.I, dkk., (2008), Kebutuhan Dasar Manusia, EGC, Jakarta.

    16. Millar A.L., (2013), Program Olaraga:Artritis, PT. Citra Aji Parama, Yogyakarta.

    17. Naga S.S., (2012), Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Diva Pres, Jogjakarta.

    18. Nugroho W., (2012), Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3.EGC.Jakarta

    19. Prasetyo S.N., (2010), Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri, Edisi Pertama. Gaha Ilmu. Yogyakarta.

    20. Suharjono, Dkk., (2013), Pengaruh Senam Lansia Tehadap Perubahan Nyeri Persendian Pada Lansia Di Kelurahan Komplek Kenjeran, Kecamatan Bulak, Surabaya. Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga.

    21. Sakasmita S., (2012), Diet and Rheumatoid Arthitis (online), http://www.bda.uk.com/foodfacts/Arthritis.pdf / diakses 20 Agustus 2014

    22. Wulandari, (2013), Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Kemandirian Lansia Dalam Melakukan Aktivitas Sehari-hari Di Panti Sosial Tresna Werdha Theodora Makassar, Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar.

  • 52

    Lampiran 1

    LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

    Kepada

    Yth. Bapak/Ibu

    Di

    Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Dengan hormat

    Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini. Mahasiswa program Studi S1 Keperawatan STIK GIA Makassar :

    Nama : Syamsinar Syam

    Nim : 2110147

    Alamat : Jl. Tanjung Raya V Akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Senam lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami Artritis reumatoid.

    Peneliti yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu selaku responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Tidak ada paksaan bagi Bapak/Ibu untuk menjadi responden di dalam penelitian ini.

    Apabila anda bersedia menjadi responden, saya persilahkan menandatangani surat pernyataan kesediaan menjadi responden yang terlampir dalam surat ini.

    Demikianlah atas partisipasi, perhatian, dan kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.

    Peneliti,

    Syamsinar Syam

    2110147

  • 53

    Lampiran 2

    LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama :

    Alamat :

    Setelah diberikan penjelasan oleh peneliti, Tentang maksud dan tujuan penelitian ini, saya bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh Saudari Syamsinar Syam, Mahasiswa Program S1

    Keperawatan STIK GIA Makassar dengan judul Pengaruh Senam Lansia terhadap perubahan nyeri lutut pada lansia yang mengalami

    Artritis Reumatoid

    Dengan demikian surat ini saya buat dengan sukarela tanpa

    paksaan dari pihak lain dan kiranya dipergunakan sebagai mana

    mestinya.

    Makassar, Agustus 2014

    Respoden

    (........................................)

  • 54

    Lampiran 3

    LEMBARAN KUISIONER

    Judul penelitian : Pengaruh Senam Lansia Terhadap Perubahan

    Nyeri lutut pada Lansia yang Mengalami Artritis

    Reumatoid di Panti Sosial Tresna Werdha Gau

    Mabaji Kab.Gowa

    Tanggal penelitian :

    No. Kode penelitian :

    Nama :

    Umur :

    Petunjuk

    1. Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan bapak/ibu untuk

    menjawab seluruh pertanyaan.

    2. Berilah tanda Cheklist pada pertanyaan yang anda anggap paling

    sesuai

    Data demografi

    1. Jenis kelamin :

    1) laki-laki 2) perempuan

  • 55

    2. Pendidikan :

    1) Tdk Sekolah 2) SD

    3) SMP 4) SMA

    Data tentang nyeri :

    1. Penyakit yang paling diderita sekarang :

    1) Rematik 2) Hipertensi

    3) DM DM 4) Lainnya

    2. Sudah berapa lama mengalami nyeri lutut :

    1) 6 bulan 2) 1 bulan 3) 1minggu

    3. Nyeri paling sering muncul waktu :

    1) Siang hari 2) Pagi hari 3) Malam hari

    4. Apa yang dilakukan bila ada serangan nyeri :

    1) Istirahat 2) Mengkomsumsi obat 3) Melakukan aktivitas

  • 56

    Lampiran 4

    Format Observasi Nyeri

    Sebelum Intervensi Senam Lansia

    Nama : ............... (Initial) No. Kode Responden : ...........................

    Tanggal Penelitian : ...........................

    Petunjuk : Berilah tanda Cecklist () sesuai dengan skala nyeri seperti pada tabel skala tingkatan nyeri.

    No Respon Yang Di Observasi Nilai

    Total 4 3 2 1 0

    1 Perhatian klien terhadap nyeri

    2 Anxietas klien tentang nyeri

    3 Verbalisasi klien tentang nyeri

    4 Perspirasi

    5 Suara

    6 Nausea

    7 Ketegangan otot

    8 Interaksi sosial

    9 Ekspresi wajah

    10 Aktifitas persendian

    Total

  • 57

    Lampiran 5

    Format Observasi Nyeri

    Setelah Intervensi Senam Lansia

    Nama : ............... (Initial) No. Kode Responden : ...........................

    Tanggal Penelitian : ...........................

    Petunjuk : Berilah tanda Cecklist () sesuai dengan skala nyeri seperti pada tabel skala tingkatan nyeri.

    No Respon Yang Di Observasi Nilai

    Total 4 3 2 1 0

    1 Perhatian klien terhadap nyeri

    2 Anxietas klien tentang nyeri

    3 Verbalisasi klien tentang nyeri

    4 Perspirasi

    5 Suara

    6 Nausea

    7 Ketegangan otot

    8 Interaksi sosial

    9 Ekspresi wajah

    10 Aktifitas persendian

    Total

  • 58

    Lampiran 6

    Prosedur Senam Lansia

    No Langkah-langkah Senam Lansia Dilakukan

    1

    Tahap Pemanasan

    Pengaturan napas (dengan cara menarik napas) 2 x 8

    1

    Tahap Gerakan inti

    Jalan Ditempat (angkat kaki secara aktif) 2x8

    2

    Lebarkan kaki sejajar (diam di tempat)

    3 Bertepuk tangan (lengan sejajar dengan bahu) 2x8

    4

    Tepuk jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8

    5

    Silangkan antar jari tangan (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8

    6

    Silangkan jempol tangan kanan dan juga kiri setelahnya (rentangkan tangan sejajar bahu) 2x8

    7 Tepuk antar jari kelingking (rentangkan tangan sejajar bahu ) 2x8

    8 Tepuk antar jari telunjuk tangan (rentangkan tangan sejajar bahu ) 2x8

    9 Ketok pergelangan tangan kanan dan juga tangan kiri (lengan tangan sejajar bahu) 1x8

    10 Tekan antar telapak tangan (tangan sejajar dada atas)

  • 59

    1x8

    11 Tekan putar telapak tangan (atas kebawah sejajar dada) 1x8

    12 Buka dan remas jari tangan (gerakan peras santan) 2x8

    13

    Tepuk punggung tangan kanan dan juga tangan kiri bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8

    14 Tepuk punggung lengan kanan dan juga lengan kiri bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8

    15 Tepuk punggung bahu kanan dan juga bahu kiri bergantian (tangan sejajar dada atas) 1x8

    16 Tepuk pinggang (bungkuk badan 45 derajat) 2x8

    17 Tepuk paha samping (gerakan mengenjot lutut naik turun) 2x8

    18 Tepuk betis kaki (bungkuk badan sejajar 90 derajat) 2x8

    19 Peregangan otot, lengan, bahu, punggung, lutut, betis

    2x8

    20

    Menepuk perut bagian bawah (samping kanan kiri) 2x8

    21 Sikap tegap tangan simpul ke perut (tutup kaki, diam di tempat)

    22 Jinjit kaki (kaki lurus, diam ditempat)

  • 60

    23 Sikap sempurna tegak lurus.

    1

    Tahap Pendinginan

    Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala) 1x8

    2 Hembuskan napas (kedua tangan turun kedepan dada) 1x8

    3

    Tarik dan tahan napas (kedua tangan naik keatas kepala) 1x8

    4 Tarik dan tahan napas (tangan kanan naik keatas kepala) 1x8

    5 Hembuskan napas (tangan kanan turun ke samping) 1x8

    6 Tarik dan tahan napas (tangan kiri naik keatas kepala) 1x8

    7 Hembuskan napas (tangan kiri turun ke samping) 1x8

    8 Tarik, tahan dan hembuskan napas (angkat kedua tangan dan turunkan perlahan) 2x4

  • 61

    Master Tabel

    Keterangan Tingkatan Nyeri Kelompok Responden Jenis Kelamin Pendidikan 1 = Nyeri Minimal 1 = Kelompok Kasus 1 = Laki-laki 1= Tdk sekolah 2 = Nyeri Ringan 2 = Kelompok kontrol 2 = Perempuan 2= SD 3 = Nyeri Sedang 3= SMP 4 = Nyeri Berat 4= SMA

    Lama Nyeri Kegiatan setelah adanya nyeri Waktu Muncul Nyeri

    1= 6 bulan 1= Istirahat 1= Siang hari 2= 1 bulan 2= Mengkonsumsi obat 2= Pagi hari 3= 1 minggu 3= Melakukan aktivitas 3= Malam hari

    No. Res Nama

    Umur JK Pendidikan Lama Nyeri

    Kegiatan setelah adanya nyeri

    Waktu Muncul Nyeri

    Klp.Responden

    Observasi Pemberian Senam Bedasarkan

    Tingkat Nyeri

    Pre Post 6 1 Ny. M 69 P 2 1 1 2 1 3 2 2 Ny. B 70 P 1 1 2 2 1 4 2 3 Ny. U 65 P 1 1 2 2 1 3 3 4 Ny. T 60 P 4 2 2 1 1 2 1 5 Ny. S 72 P 3 1 3 3 1 3 1 6 Ny. A 69 P 1 2 2 2 1 3 2 7 Ny. L 74 P 1 1 1 2 1 3 2 8 Ny. T 65 P 1 1 3 1 1 3 3 9 Ny. F 70 P 1 3 2 1 1 2 1

    10 Ny. S 64 P 1 1 1 2 1 3 2 11 Ny. S 68 P 2 1 1 2 2 4 4 12 Ny. A 70 P 1 2 2 2 2 3 3 13 Ny. K 71 P 1 2 1 1 2 3 3 14 Ny. N 65 P 1 1 2 2 2 3 3 15 Ny. F 68 P 1 1 3 2 2 2 2 16 Ny. I 72 P 1 1 1 3 2 3 3 17 Ny. A 62 P 3 1 3 2 2 3 3 18 Ny. N 68 P 1 1 2 2 2 3 4 19 Ny. G 70 P 2 2 1 1 2 3 3 20 Ny. K 74 P 1 1 2 1 2 4 4

  • 62

    Lampiran 8 SPSS

    KELOMPOK KASUS

    Statistics

    sebelum senam setelah senam

    N Valid 10 10

    Missing 0 0

    Frequency Table

    Sebelum senam

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid nyeri ringan 2 20.0 20.0 20.0

    nyeri sedang 7 70.0 70.0 90.0

    nyeri berat 1 10.0 10.0 100.0

    Total 10 100.0 100.0

    T-TEST PAIRS=sblm WITH stlh (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

    Pie Chart

  • 63

    Setelah senam

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid nyeri minimal 3 30.0 30.0 30.0

    nyeri ringan 5 50.0 50.0 80.0

    nyeri sedang 2 20.0 20.0 100.0

    Total 10 100.0 100.0

    Pie Chart

    T-Test

    Paired Samples Statistics

    Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

    Pair 1 sebelum senam 2.9000 10 .56765 .17951

    setelah senam 1.9000 10 .73786 .23333

    Paired Samples Correlations

    N Correlation Sig.

    Pair 1 sebelum senam & setelah senam

    10 .504 .137

  • 64

    Paired Samples Test

    Paired Differences

    T df Sig. (2-tailed) Mean

    Std. Deviation

    Std. Error Mean

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower Upper

    Pair 1 sebelum senam - setelah senam

    1.00000 .66667 .21082 .52310 1.47690 4.743 9 .001

    KELOMPOK KONTROL

    Statistics

    sebelum senam setelah senam

    N Valid 10 10

    Missing 0 0

    Frequency Table

    sebelum senam

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid nyeri ringan 1 10.0 10.0 10.0

    nyeri sedang 7 70.0 70.0 80.0

    nyeri berat 2 20.0 20.0 100.0

    Total 10 100.0 100.0

    T-TEST PAIRS=sblm WITH stlh (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

  • 65

    Pie Chart

    setelah senam

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid nyeri ringan 1 10.0 10.0 10.0

    nyeri sedang 6 60.0 60.0 70.0

    nyeri berat 3 30.0 30.0 100.0

    Total 10 100.0 100.0

    Pie Chart

  • 66

    T-Test

    Paired Samples Statistics

    Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

    Pair 1 sebelum senam 3.1000 10 .56765 .17951

    setelah senam 3.2000 10 .63246 .20000

    Paired Samples Correlations

    N Correlation Sig.

    Pair 1 sebelum senam & setelah senam 10 .867 .001

    9Paired Samples Test

    Paired Differences

    T df Sig. (2-tailed) Mean

    Std. Deviation

    Std. Error Mean

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower Upper

    Pair 1 sebelum senam - setelah senam

    -.10000 .31623 .10000 -.32622 .12622 -1.000 9 .343

  • 67

    HASIL

    Frequencies Statistics

    sebelum senam

    N Valid 20

    Missing 0

    sebelum senam

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid Nyeri ringan 3 15.0 15.0 15.0

    Nyeri sedang 14 70.0 70.0 85.0

    Nyeri berat 3 15.0 15.0 100.0

    Total 20 100.0 100.0

    FREQUENCIES VARIABLES=setelah /PIECHART FREQ /ORDER=ANALYSIS.

  • 68

    Frequencies

    Statistics setelah senam

    N Valid 20

    Missing 0

    setelah senam

    Frequency Percent Valid Percent Cumulative

    Percent

    Valid Nyeri minimal 3 15.0 15.0 15.0

    Nyeri ringan 6 30.0 30.0 45.0

    Nyeri sedang 8 40.0 40.0 85.0

    Nyeri berat 3 15.0 15.0 100.0

    Total 20 100.0 100.0

    T-TEST PAIRS=sebelum WITH setelah (PAIRED) /CRITERIA=CI(.9500) /MISSING=ANALYSIS.

  • 69

    T-Test

    Paired Samples Statistics

    Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

    Pair 1 sebelum senam 3.0000 20 .56195 .12566

    setelah senam 2.5500 20 .94451 .21120

    Paired Samples Correlations

    N Correlation Sig.

    Pair 1 sebelum senam & setelah senam

    20 .595 .006

    Paired Samples Test

    Paired Differences

    t df Sig. (2-tailed) Mean

    Std. Deviation

    Std. Error Mean

    95% Confidence Interval of the Difference

    Lower Upper

    Pair 1 sebelum senam - setelah senam

    .45000 .75915 .16975 .09470 .80530 2.651 19 .016

  • JADWAL PENELITIAN PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PERUBAHAN NYERI LUTUT PADA LANSIA YANG MENGALAMI ARTRITIS

    REUMATOID DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA GAU MABAJI KABUPATEN GOWA

    URAIAN KEGIATAN BULAN

    FEBRUARI APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

    Identifikasi dan Justifikasi Masalah

    Penyusunan proposal

    Seminar Proposal Perbaikan Seminar Proposal

    Pengumpulan data Pengolahan Data dan Analisa Data

    Seminar Hasil Penelitian

    Perbaikan Hasil Publikasi

  • 49