pengaruh konseling kelompok terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSELING KELOMPOK
TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI
ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG
Skripsi
Disusun guna memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam ( BPI )
Oleh:
RIZKIYANI
081111010
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2012
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp. : 5 (lima) eksempelar
Hal. : Persetujuan Naskah Skripsi
kepada
Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo semarang
Di Semarang
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana
semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari:
Nama : Rizkiyani
NIM : 081111010
Fak./jurs : Dakwah/Bimbingan Dan Penyuluhan Islam
Judul skripsi :“PENGARUH KONSELING KELOMPOK
TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI
ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG.”
Dengan ini, telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan.
Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
wassalamu,alaikum Wr. Wb.
Semarang, 4 juli 2012
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi Bidang Metodologi & Tata Tulis
Drs. H. Djasadi, M.Pd Wening Wihartati S.Psi. M.Si
NIP.19470805 196509 1 001 NIP.19771102 200604 2 004
iii
SKRIPSI
PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI
REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG
Disusun oleh
Rizkiyani
081111010
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 26 Juni 2012
dan dinyatakan lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua/ Penguji I Penguji III
Drs. H. Anasom, M.Hum Hj. Mahmudah, S.Ag. M.Pd
Nip. 19661225 199403 1 004 Nip.19701129 199803 2 001
Penguji II Penguji IV
Safrodin, M.Ag Dr. H. Sholihan, M.Ag
Nip. 19751203 200312 1 002 Nip.19600601 199403 1 002
Pembimbing 1 Pembimbing II
Drs. H. Djasadi, M.Pd Wening Wihartati, S.Psi, M.Si
NIP.19470805 196509 1 001 NIP.19771102 200604 2 004
iv
MOTTO
Artinya : „‟Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaannya sendiri’’
(Q.S.Ar Ra‟du :11)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Almameterku Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang
2. Ayahanda H.Arjosono dan ibu Hj. Suparti yang telah membesarkan
dengan kasih sayang serta bimbingan dan nasehat yang tiada
pernah henti dan mendo‟akan kesuksesan ananda semoga jasa dan
kasih sayangnya tak terlupakan sepanjang masa.
3. Kakak dan adik yang tercinta yang telah memotivasi, mengajari,
dan mendoakan peneliti agar selalu lancar dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Semua kawan-kawanku yang telah membantu juga memberikan
motivasi kepadaku yang tak pernah aku lupakan, semoga Allah
SWT memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya
sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan atau lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun
yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan
daftar pusaka.
Semarang, 15 Juni 2012
RIZKIYANI
NIM. 081111010
vii
ABSTRAKSI
Skripsi berjudul Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri
Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibuat oleh Rizkiyani
(081111010). Kajian pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji
secara empiris perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling
kelompok pada remaja dan untuk mengetahui dan menguji secara empiris
perbedaan konsep diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja
di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Hipotesis yang diajukan adalah ada
perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok dan
ada perbedaan konsep diri pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperiment
pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Manfaat penelitian
secara teoritis dapat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia
bimbingan dan penyuluhan Islam khususnya mengenai konseling kelompok dan
konsep diri. Secara praktis bagi remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
diharapkan mempunyai konsep diri yang positif dengan melalui konseling
kelompok. Bagi pengasuh Panti Asuhan dapat dijadikan rujukan dalam
mengembangkan konsep diri remaja melalui konseling kelompok.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan
menggunakan rancangan eksperimen before-After Control Group atau Control
Group Pretest-Posttest Design . Subjek penelitian adalah remaja yang berusia 13-
21 tahun sebanyak 32 responden. Enam belas responden dijadikan kelompok
eksperimen dan 16 lainnya dijadikan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
diberi perlakuan berupa konseling kelompok dengan durasi waktu 90 menit dalam
5 sesi. Untuk kelompok kontrol diberi perlakuan berupa diskusi dengan judul
“Cinta Menurut Pandangan Islam”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan konsep diri sebelum
dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan hasil nilai t hitung lebih besar dari t
tabel (2,798 > 2,131) pada signifikansi 5%, Dengan demikian hipotesis yang
berbunyi “ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling
kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang “ diterima”
Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t tabel (2,016
< 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis “ada perbedaan konsep
diri remaja ditolak”. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara sebelum
dan setelah diberikan ceramah tetapi tidak signifikan. Untuk hipotesis kedua
bahwa ada perbedaan konsep diri antara kelompok yang diberi perlakuan
konseling kelompok dan yang tidak diberi konseling kelompok pada remaja di
Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Ini terbukti dari Signifikansi postest
eksperimen sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar
1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen lebih besar
daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam melakukan konseling
kelompok maka semakin meningkat konsep diri remaja.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayahnya kepada peneliti berupa kekuatan dan kemampuan dalam
penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH KONSELING
KELOMPOM TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI
ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG”, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penelitian dengan baik.
Shalawat dan salam tetap tersanjung kepangkuan beliau nabi besar
Muhammad SAW, yang telah berjuang membawa umat dari alam
jahiliyah, kemusyrikan dan kegelapan hati menuju alam kebaikan,
ketentraman dan kedamaian yang berlandaskan wahyu illahi.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat
terealisasikan dengan baik. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khusus pada:
1. Bapak Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui penulisan skripsi ini.
2. Ibu Hj. Mahmudah, S.Ag M.Pd selaku ketua jurusan BPI dan bapak
Safrodin, M.Ag selaku Sekretaris jurusan BPI yang telah memberikan
izin untuk penelitian ini.
3. Bapak Drs. Djasadi,M.Pd dan Ibu Wening Wihartati, M.Si, selaku
dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan
pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.
ix
5. Ayah dan ibu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan doa restunya
dalam keberhasilan penyusunan skripsi ini dan keponakan yang selalu
menemani pembuatan skripsi ini.
6. Para pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan para anak
asuhnya yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
7. Sahabatku senasib dan seperjuangan yang tidak bisa peneliti sebutkan
satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan
bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada mereka semua tidak ada sesuatu yang dapat peneliti
berikan sebagai imbalan, kecuali sepotong do‟a “ Jazakumullah
Ahsananal Jaza’ Jazaan Katsira”.
Skripsi yang sederhana ini terlahir dari usaha yang maksimal dari
kemampuan yang terbatas yang ada pada diri peneliti. Maka peneliti
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan kesalahan, baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat konstuktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati peneliti berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca yang
budiman.
Semarang, 15 Juni 2012
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii
PENGESAHAN ............................................................................................ iii
MOTTO.......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN .......................................................................................... v
PERNYATAAN ............................................................................................. vi
ABSTRAKSI.................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 .Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 6
1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ....................... 6
1.4. Tinjauan Pustaka ............................................................... 7
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................ 10
BAB II KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Konsep Diri ....................................................................... 13
2.1.1. Pengertian Konsep Diri ........................................... 13
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ....... 16
2.1.3. Aspek-aspek Konsep Diri ........................................ 18
2.1.4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep
Diri ........................................................................... 21
2.1.5. Pentingnya Konsep Diri .......................................... 23
xi
2.1.6. Jenis-jenis Konsep Diri ........................................... 24
2.1.7. Ciri-ciri Konsep Diri ............................................... 26
2.2. Konseling Kelompok ......................................................... 28
2.2.1. Pengertian Konseling Kelompok............................. 28
2.2.2. Tujuan Konseling kelompok ................................... 31
2.2.3. Komponen dalam Konseling Kelompok ................. 33
2.2.4. Asas Konseling Kelompok ...................................... 35
2.2.5. Tahapan Konseling Kelompok ................................ 37
2.2.6. Jenis Konseling Kelompok ...................................... 38
2.3. Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri
Remaja ............................................................................... 41
2.4. Hipotesis ............................................................................ 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian ............................. 45
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ................................ 45
3.2.1. Definisi Konseptual............................................... 45
3.2.2. Definisi Operasional ............................................. 46
3.3. Sumber dan Jenis Data ...................................................... 48
3.4. Populasi dan Sampel .......................................................... 48
3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 49
3.6. Teknik Analisis Data ......................................................... 54
3.7. Rancangan Penelitian ........................................................ 54
3.8. Prosedur Penelitian ............................................................ 56
3.9. Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 56
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1. Data Umum
xii
4.1.1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang ............................................................. 60
4.1.2. Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang ............................................................. 63
4.1.3. Kepengurusan dan Anak asuh ............................... 64
4.1.4. Program dan pelaksanaan Kegiatan Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang .................................. 67
4.1.5. Dana, Pendukung, dan Hambatan Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang .................................. 71
4.2. Data Khusus
4.2.1. Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang ............................................ 72
4.2.2. Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang ............................................ 73
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data ................................................................... 75
5.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian ................................. 75
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ...................................... 76
5.1.3. Analisis Data ......................................................... 84
5.1.4. Hasil Pembahasan Penelitian ................................ 88
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ........................................................................ 93
6.2. Limitasi ............................................................................. 94
6.3. Saran-saran ........................................................................ 94
6.4. Penutup ............................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Blue print skala Konsep Diri (sebelum uji coba) 50
Tabel 3.2. Kategori jawaban skala Konsep Diri 50
Tabel 3.3. Ringkasan uji validitas dan reliabilitas skala
Konsep Diri 52
Tabel 3.4. Skala Konsep Diri (sesudah uji coba) 52
Tabel 3.5. Pelaksanaan Konseling Kelompok 57
Tabel 3.6. Pelaksanaan Kelompok Kontrol 58
Tabel 5.1. Data subjek penelitian 75
Tabel 5.2. Data Konsep Diri sebelum dilaksanakan perlakuan
pada Kelompok kontrol dan eksperimen 77
Tabel 5.3. Data Kelompok eksperimen 78
Tabel 5.4. Data Konsep Diri Kelompok kontrol 79
Tabel 5.5. Rerata Konsep Diri Kelompok eksperimen dan
Kontrol 80
Tabel 5.6. Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok
eksperimen setelah perlakuan 83
Tabel 5.7. Kriteria rata-rata Konsep diri pada Kelompok
kontrol setelah perlakuan 83
Tabel 5.8. Uji Normalitas Data 85
Tabel 5.9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas 85
Tabel 5.10 Rangkuman Hasil Uji t 86
Tabel 5.11 Rangkuman Hasil Analisis t-test 88
Tabel 5.12 Hasil Postest Eksperimen dan Post test Kontrol 88
xiv
Daftar Gambar
Gambar 1 Histogram Skor Konsep Diri tes akhir
Kelompok Eksperimen ............................................... 77
Gambar 5 Histogram Skor Konsep Diri tes akhir
Kelompok Kontrol ...................................................... 79
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa
manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan
dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan fenomena
yang menjadi perwujudan dari pemenuhan kebutuhan individu
terhadap manusia lain untuk mengembangkan dan mempertahankan
hidup (Sumardjono, 1992: 43). Pandangan dan pengalaman hidup
menunjukkan bahwa keberhasilan hidup manusia banyak
ditentukan oleh kemampuannya mengelola diri dan kemampuan
mengelola hubungan dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk
individu sekaligus makhluk sosial dalam bersikap dan berperilaku
tidak akan lepas dari konsep diri yang dimilikinya. Individu akan
berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik
maupun psikis sesuai dengan konsep dirinya (Sarwono, 2006: 20).
Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh
berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan
individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang dijumpai dalam
peristiwa kehidupan. Sejarah hidup individu dari masa lalu membuat
dirinya lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya.
2
Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu
konsep dirinya sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang
penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan
bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Sobur, 2003:
510)
Namun perjalanan hidup seseorang tidak selamanya berjalan
dengan mulus. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit
bahwa individu harus berpisah dari keluarga karena suatu alasan,
menjadi yatim, piatu atau yatim piatu bahkan mungkin menjadi anak
terlantar. Kondisi ini menyebabkan kegelisahan didalam suatu
keluarga. Pada kenyataanya hilangnya salah satu anggota keluarga
secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan, tetapi secara
psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan
(Jeanette, 2005: 165).
Usia remaja memiliki keinginan yang kuat untuk mulai
mandiri, tidak terikat pada orang tua, tetapi dia juga masih merasa
bingung dalam menghadapi dunia barunya. Erikson berpendapat
bahwa isu yang paling penting dan kritis pada masa remaja adalah
pencarian konsep diri (Jeanette, 2005: 168). Konsep Diri merupakan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri (Farozin, 2004: 17).
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah
laku seseorang memandang dirinya yang tercermin dari keseluruhan
3
perilakunya, artinya perilaku individu akan selaras dengan cara
individu memandang dirinya sendiri (Muntholiah, 2002: 42).
Menurut Hurlock masa remaja dikatakan sebagai bagian dari
generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang
bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman
tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap
orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga diperoleh suatu
gambaran yang jelas tentang dirinya dan supaya remaja bisa
menjalankan apa yang sudah didapatkannya (Hurlock, 1980: 213).
Remaja menurut Zakiah Darajat adalah usia transisi antara masa
kanak-kanak dan masa dewasa dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun
(Darajat, 1976: 11).
Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju
kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali
dirinya dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja
perlu menjaga diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain
untuk memiliki konsep diri yang postif. Remaja perlu menjadi diri
yang mampu menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling
memperhatikan kebutuhan teman dan saling mendukung. Setiap
individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan
bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti
itu merupakan suatu bentuk konsep diri (Wanei, 2006: 32).
4
Setiap orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap
dirinya sendiri. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan
ada pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif
ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif
dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat,
kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif
dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya
penanaman nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak
mampu menerima diri apa adanya. Namun satu hal yang menentukan
adalah cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat
negatif maka semakin sering muncul konsep-konsep negatif tentang
dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan
yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin positif pula
konsep yang ia miliki (Murdoko, 2004: 84).
Berdasarkan pengamatan peneliti, remaja di Panti tersebut
sebagian besar memiliki konsep diri negatif misalnya saja bersikap
pesimis, meragukan kemampuannya sendiri, menganggap orang
tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak percaya diri. Salah satu cara
yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki konsep diri remaja
di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah dengan melakukan
penelitian di Panti tersebut dan melakukan proses konseling
kelompok. Konseling kelompok pada dasarnya merupakan metode
dakwah dengan layanan konseling perorangan dilaksanakan dalam
5
suasana kelompok, terdapat konselor (da‟i) yang jumlahnya lebih dari
seorang dan ada klien (mad‟u), klien yaitu para anggota kelompok
yang jumlahnya biasaya lebih dari dua orang (Prayitno, 1999: 315).
Melalui layanan konseling kelompok diharapkan para remaja
di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang mampu mengarahkan
konsep dirinya dengan positif. Tujuan yang ingin dicapai dalam
konseling kelompok yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan
pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok, dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan
anggota lain, khusunya untuk mengarahkan remaja di Panti agar
memiliki konsep diri yang positif. Untuk manfaat dari konseling
kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat hidup secara
berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota dalam
mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan
pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta dapat
meningkatkan kemampuan remaja untuk dapat menilai dirinya sendiri
(blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html
pukul 14.00 WIB).
Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannnya
pada remaja baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 13-21
tahun yang berada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang.
Pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan tersebut belum
efektif. Padahal dalam kenyataannya remaja yang tinggal di Panti
6
senantiasa menghadapi problem kehidupan yang perlu dipecahkan.
Memperhatikan permasalahan sebagaimana diungkapkan, maka judul
skripsi “Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Konsep Diri
Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang” sangat menarik
untuk ditindak lanjuti.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah
dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah
1. Adakah perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan
konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang?
2. Adakah perbedaan Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Untuk mendiskripsikan, menganalisa, dan menguji secara
empiris tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah
diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang
7
Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari 2 aspek :
1. Secara Teoritis yaitu :
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia
Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya Konseling Kelompok
dan Konsep Diri.
2. Secara praktis yaitu :
a. Bagi Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah diharapkan bisa
mempunyai konsep diri yang positif bahkan semakin meningkat
konsep diri positif yang dimiliki melalui konseling kelompok.
b. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah dapat dijadikan
rujukan dalam mengembangkan konsep diri remaja melalui
konseling kelompok.
1.4. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan penelitian di perpustakaan ditemukan adanya
beberapa skripsi dan buku yang judulnya hampir sama. Skripsi yang
dimaksud adalah:
Skripsi dengan judul “Pengaruh Konsep Diri Terhadap
Perilaku Keagamaan Anak di Panti Asuhan Pamardi Putra Mandiri
(PPM) Semarang” oleh Halimi (2005). Penelitian tersebut
menjelaskan tentang bagaimana konsep diri berpengaruh terhadap
perilaku keagamaan anak di PPM Semarang. Perbedaan pada
penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada objek dan
8
pembahasannya. Penelitian di atas menjelaskan tentang bagaimana
konsep diri mempengaruhi perilaku keagamaan pada anak di Panti
PPM semarang. Berbeda dengan penelitian ini lebih menjelaskan
tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan
konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang.
Penelitian oleh Dahlia (2006) dengan judul “Hubungan
Konsep Diri dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada
Mahasiswa Semester Akhir.” Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi
dunia kerja pada mahasiswa semester akhir. Terdapat perbedaan
konsep diri dan kecemasan dalam menghadapi dunia kerja pada
semester akhir ditinjau dari jenis kelamin. Berbeda dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah tentang perbedaan konsep diri remaja
sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok yang ada di Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan apakah ada perbedaan konsep
diri remaja pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Penelitian oleh Widayat Mintarsih (2009) dengan judul
“Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efektivitas Komuniksai
Interpersonal Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada pengaruh
9
konseling kelompok terhadap efektivitas komunikasi interpersonal
mahasiswa dakwah terbukti. Artinya jika mahasiswa diberi perlakuan
konseling kelompok maka efektivitas komunikasi interpersonal akan
meningkat dibandingkan mahasiswa yang diberi perlakuan diskusi dan
ceramah pada kelompok kontrol. Berbeda dengan penelitian yang
peneliti lakukan, perbedaannya adalah dalam obyek dan pembahasan
penlitiannya, peneliti mengambil sampel anak remaja yang tinggal di
Panti Asuhan. Pembahasannya tentang perbedaan konsep diri remaja
di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui
Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada
remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang.
Buku Psikologi Komunikasi karangan Jalaluddin Rahmat
yang diterbitkan oleh PT.Remaja Rosdakarya pada bulan oktober
tahun 1998. Peneliti mengambil indikator skala konsep diri dari buku
tersebut. Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa ciri-ciri konsep diri
positif itu adalah yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa
setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, dapat
menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, dan mampu
memperbaiki dirinya. Ciri-ciri konsep diri positif itulah yang dijadikan
indikator dalam skala konsep diri.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih
berorientasi pada konseling kelompok dan konsep diri remaja di Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri
10
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di
Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Konseling kelompok
diharapkan para remaja mampu menemukan konsep diri yang
sebenarnya yang dimiliki, dan memperbaiki konsep yang negatif
menjadi konsep diri yang positif.
1.5. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian skripsi ini terdiri dari 6 bab,
yaitu:
Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini
menguraikan tentang uraian global mengenai persoalan yang akan
dibahas dalam bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas : Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan
Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II adalah Kerangka Dasar Pemikiran Teoritik yang
menjelaskan tentang Konsep Diri (deskripsi variabel dependen) dan
Konseling Kelompok (deskripsi variabel independen). Bab kedua ini
dibagi menjadi 4 sub bab. Sub bab pertama akan dijelaskan Pengertian
Konsep Diri, Aspek-aspek Konsep Diri, Pembentukan dan
perkembangan Konsep Diri, Pentingnya Konsep Diri, Jenis-jenis
Konsep Diri, Ciri-ciri Konsep Diri dan Pembagian Konsep Diri. Sub
bab kedua akan dijelaskan Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan
Konseling Kelompok, Komponen dalam Konseling Kelompok , Asas-
asas Konseling Kelompok, Tahapan Konseling Kelompok dan Jenis
11
Konseling Kelompok. Sub bab ketiga berisi tentang Pengaruh
Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja dan sub bab
keempat membahas Hipotesis.
Bab III membahas metodologi penelitian yang didalamnya
memuat sub bab tentang Jenis dan Metode Penelitian, Definisi
Konseptual dan Operasional, Jenis Data, Populasi, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data , Rancangan Penelitian,
Prosedur Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian.
Bab IV memaparkan Gambaran Umum Obyek Penelitian
yang terdiri dari data umum dan khusus. Data umum meliputi :
Sejarah singkat Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Tujuan
didirikannya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Kepengurusan
dan keadaan anak asuh, Program dan Pelaksanaan kegiatan di Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang, dan Dana pendukung dan
hambatan yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang .
Sedangkan Data Khusus meliputi Konseling Kelompok dan Konsep
Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang.
Bab V berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab
kelima ini dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama yaitu
Deskripsi data yang isinya deskripsi subyek data penelitian, Deskripsi
data penelitian, Analisis data (uji Normalitas dan uji Hipotesis ),
sedangkan sub bab kedua berisi Pembahasan hasil penelitian
12
Bab VI adalah penutup. Bab ini memuat Kesimpulan yang
merupakan Hasil dari Penelitian Pengaruh Konseling Kelompok dan
Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang.
Kemudian saran-saran serta diikuti dengan uraian penutup. Setelah
penutup dibagian akhir dicantumkan Daftar Pustaka, Lampiran-
lampiran dan Biodata peneliti.
13
BAB II
KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Konsep Diri
2.1.1. Pengertian Konsep Diri
Konsep Diri terdiri dari dua kata, konsep dan diri. Konsep
adalah gambaran mental dari objek (Depdikbud, 1994: 520),
sedangkan Diri adalah orang (Depdikbud, 1994: 236). Jadi definisi
konseptual konsep diri adalah gambaran mental seseorang. Definisi
operasional konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri
sendiri (persepsi diri). Dalam pemikiran Burns konsep diri merupakan
konseptualisasi individu mengenai pribadinya sendiri, pandangan diri
dimata orang lain dan keyakinan diri terhadap hal-hal yang hendak
dicapai (Burns, 1993: 87). Sartain dikutip oleh Purwanto berpendapat
bahwa konsep diri sebagai pandangan, perasaan, tentang diri sendiri
yang meliputi suatu penghayatan, sikap dan perasaan baik yang
dirasakan maupun tidak (Purwanto, 1999: 124).
Menurut Zuyina konsep diri adalah perasaan seseorang
tentang dirinya sebagai pribadi yang utuh dengan karakteristik yang
unik, sehingga akan mudah dikenali sebagai sosok yang mempunyai
ciri khas tersendiri (Zuyina, 2010: 13). Pudjiyogyanti menjelaskan
konsep diri adalah mencakup seluruh pandangan individ akan dimensi
14
fisik, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan
kegagalannya (Pudjiyogyanti, 1995: 2).
Konsep diri yaitu melakukan pembayangan diri sendiri
sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diri-
cermin) seolah-olah kita menaruh cermin dihadapan kita sendiri.
Prosesnya dimulai dengan membayangkan bagaimana kita tampak
pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin.
Misalnya, kita merasa wajah kita menarik, atau tidak menarik. Proses
kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan
kita, apakah orang lain menilai kita menarik, cerdas, atau menarik.
Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau kecewa
atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain.
Jika penilaian kita terhadap diri sendiri positif, maka kemudian
mengembangkan konsep diri yang positif. Namun sebaliknya,
penilaian orang lain terhadap kita negatif, dan kita pun menilai diri
kita negatif maka kemudian kita mengembangkan konsep diri yang
negatif (Savitri Rahmadani, 2008: 77).
Menurut Burns (1993) konsep diri adalah penghargaan diri,
nilai diri atau penerimaan diri yang meliputi semua keyakinan dan
penilaian tentang diri sendiri, hal ini akan menentukan siapa kita
menurut pikiran sendiri, apa yang dapat kita lakukan menurut pikiran
sendiri dan menjadi apa menurut pikiran sendiri. Konsep diri (self -
concept) adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
15
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita
merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana menginginkan diri sendiri
menjadi manusia yang diharapkan. Konsep diri dapat digambarkan
sebagai sistem operasi yang menjalankan komputer mental yang
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang (Desmita, 2009: 164).
Mulkan mengemukakan konsep diri adalah suatu pemahaman
mengenai siapa dirinya dan seperti apa diri itu digambarkan oleh
dirinya sendiri (Mulkan, 2002: 15). Patterson dalam Sangalang
(1992:2) menggambarkan self” diri ‟‟, self concept “konsep diri ‟‟,
self structure “ struktur diri‟‟ adalah persepsi mengenai hubungan
“aku sebagai subjek” dan “aku sebagai objek”. Dengan kata lain
berbagai aspek kehidupan bersama-sama dengan nilai-nilai yang
berkaitan dengan perkembangan tersebut yang terorganisasi menjadi
satu kesatuan yang kuat.
William Brooks dalam Jalaludin Rahmat (2007: 99)
mengemukakan konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita
tentang diri kita. Persepsi tentang diri kita ini boleh bersifat
psikologis, sosial maupun fisik. Pudjiogyanti menjelaskan bahwa
konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik,
karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan
kegagalannya. Konsep diri menurut Calhoun sebagai pandangan diri
anda terhadap dii anda sendiri, pengharapan anda tentang anda sendiri
dan penilaian diri anda sendiri (Calhoun, 1990: 67).
16
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep diri merupakan keyakinan, pandangan, atau penilaian
seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep
diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah,
tidak berdaya, tidak berbuat sesuatu, tidak kompeten, gagal, malang,
tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Sebaliknya seseorang
dengan konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya
diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap
kegagalan yang dialaminya, konsep diri positif akan mampu
menghargai dirinya dan melihat hal- hal yang positif yang dapat
dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang.
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Konsep diri dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah
keadaan jasmani atau fisik, perkembangan psikologis, peranan
keluarga, dan lingkungan sosial budaya (Muntoliah, 2002: 41). Dalam
pandangan Burns yang dikutip Agus Priyanto menyebutkan faktor-
faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah:
a. Gambaran Diri (body image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi
tubuh. Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara pandang
17
individu terhadap dirinya mempunyai dampak yang penting bagi
aspek psikologis individu tersebut. Pandangan yang realistis terhadap
dii dengan menerima dan mengukur bagian tubuh sendiri dapat
menimbulkan rasa aman, menghilangkan rasa cemas, dan juga dapat
meningkatkan harga diri.
b. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana
seseorang harus berperilaku berdasarkan standar aspirasi, tujuan atau
penilaian personal tertentu. Ideal diri ini mulai berkembang pada masa
kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting bagi dirinya
yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja,
sedangkan ideal diri ini akan dibentuk melalui proses identifikasi pada
orang tua, guru, dan orang-orang dekat lainnya.
c. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku dapat memenuhi
ideal diri. Harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan
usia lanjut. Harga diri yang tinggi terkait dengan keefektifan dalam
kelompok dan penerimaan oleh orang lain. Sementara itu harga diri
rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan hal itu
merupakan resiko terjadinya depresi.
18
d. Peran
Peran adalah sikap dan nilai perilaku serta tujuan yang
dihrapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peran
yang ditetapkan ialah peran dimana seseorang tidak mempunyai
pilihan lain, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih
atau dipilih individu.
e. Identitas
Identitas merupakan kesadaran akan diri sendiri yng
bersumber dari observasi dan penilaian individu serta hasil sintesis
semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Identitas
diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangan konsep diri (Priyanto, 2009: 42).
2.1.3. Aspek-Aspek Konsep Diri
Konsep diri pada hakekatnya meliputi empat aspek dasar
yang terdiri dari :
1) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri
2) Bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri
3) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri
4) Bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk
menyempurnakan dan mempertahankan diri (Muntholi‟ah, 2002:
29).
Sementara itu Fitts dalam Nashori (2000: 31) menyatakan
bahwa ada lima aspek kategori umum dalam konsep diri yaitu :
19
a. Konsep diri fisik. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, dan
penilaian remaja terhadap fisiknya sendiri. Individu disebut
memiliki konsep diri fisik apabila ia memandang secara positif
penampilannya, kondisi kesehatan, kulitnya, ketampanan atau
kecantikan, serta ukuran tubuh yang ideal. Individu dipandang
memiliki konsep diri negatif apabila memandang secara negatif
hal-hal diatas.
b. Konsep diri pribadi. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, dan
perasaan remaja terhadap pribadinya sendiri.Seseorang
digolongkan memiliki konsep diri pribadi positif apabila
memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, mampu
mengontrol diri, dan memiliki berbagai kemampuan. Sebaliknya
dianggap memiliki konsep diri pribadi negatif apabila memandang
dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, pesimis, tidak mampu
mengontrol diri, dan memiliki berbagai macam kekurangan.
c. Konsep diri sosial. Konsep ini berati pandangan, pikiran, penilaian,
perasaan remaja terhadap kecenderungan sosial yang ada pada
dirinya sendiri. Konsep diri sosial berkaitan dengan kemampuan
berhubungan dengan dunia diluar dirinya, perasaan mampu dan
berharga dalam lingkup interaksi sosial. Seseorang digolongkan
memiliki konsep diri sosial positif apabila memandang dirinya
sebagai orang yang berminat pada orang lain, memahami orang
lain, merasa mudah akrab dengan orang lain, merasa diperhatikan,
20
menjaga perasaan orang lain, dan aktif dalam dalam kegiatan
sosial. Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki konsep diri sosial
negatif jika memandang dirinya sebagai orang yang acuh tak acuh
terhadap orang lain, sulit akrab dengan orang lain, tidak memberi
perhatian terhadap orang lain, dan tidak aktif dalam kegiatan sosial.
d. Konsep diri moral etik. Konsep ini berarti pandangan, pikiran,
perasaan, dan penilaian remaja terhadap moralitas diri sendiri.
Konsep ini berkaitan dengan nilai dan prinsip yang berarti memberi
arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Seseorang digolongkan
memiliki konsep diri moral etik positif apabila memandang dirinya
sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai etik moral.
Sebaliknya digolongkan memiliki konsep diri moral etik negatif
apabila seseorang memandang dirinya sebagai orang yang
menyimpang dari standar nilai moral yang seharusnya diikutinya.
e. Konsep diri keluarga. Konsep ini berarti pandangan, pikiran,
penilaian, dan pikiran remaja terhadap keluarganya sendiri.
Konsep diri keluarga berkaitan dengan keberadaan diri seseorang
dalam keluarga. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri
keluarga positif apabila memandang dirinya mencintai dan dicintai
keluarga, bahagia bersama keluarga, bangga dengan keluarga
banyak mendapat bantuan dan dorongan dari keluarga. Sebaliknya
jika digolongkan memiliki konsep diri keluarga negatif jika
seseorang memandang dirinya sebagai orang yang tidak nyaman
21
dalam situasi kekeluargaan, membenci keluarganya sendiri dan
tidak pernah adanya dorongan dari keluarganya sendiri (Ema,
2007: 22).
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kategori
umum dalam konsep diri menurut Fitts dalam Nashori adalah konsep
diri fisik, konsep diri pribadi, konsep diri sosial, konsep diri moral
etik, dan konsep diri keluarga.
2.1.4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku
seseorang guna mengetahui diri kita sepenuhnya mengatasi konflik
yang ada pada dirinya, dan untuk menafsirkan pengalaman yang
didapatnya. Oleh karena itu konsep diri dperlukan seseorang untuk
dijadikan sebagai acuan hidup (Muntholi‟ah, 2002: 33). Konsep diri
seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir melainkan
terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang
dari masa kecil sampai dewasa. Selain itu konsep diri dihasilkan dari
proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus
(Nashori, 2000: 28). Konsep diri pada masa kanak-kanak biasanya
berbeda dengan konsep diri yang dimiliki ketika memasuki usia
remaja. Konsep diri seorang anak bersifat tidak realistis, tetapi
kemudian konsep diri yang tidak realistis itu berganti dengan konsep
diri yang baru sejalan dengan penemuan tentang dirinya atau
pengalaman pada usia selanjutnya.
22
Biasanya pada usia remaja terjadi kekacauan konsep diri
individu. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan kognitif
pada masa remaja. Menurut Rahmawati perkembangan kognitif
remaja tidak hanya tercermin dalam sikap dan nilai terhadap orang tua
maupun masyarakat. Akan tetapi terjadi juga pada dirinya sendiri dan
karakteristik kepribadiannya (Rahmawati, 2000: 5). Filberg dalam
Muntholi‟ah (2002: 28) menjelaskan bahwa keluarga dan teman
sebaya memberikan sifat-sifat dasar sosial dalam pembentukan dan
perkembangan konsep diri seseorang.
Konsep diri berkembang melalui proses, pada umumnya
individu mengobservasi fungsi dirinya, selanjutnya individu menerima
umpan balik tentang siapa dirinya dari orang lain. Individu juga dapat
melihat siapa dirinya dengan melakukan perbandingan dengan orang
lain (orang tuanya, teman sebaya, dan masyarakat). Seringkali diri kita
sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan
berfikir yang tidak-tidak terhadap sesuatu keadaan atau terhadap diri
kita sendiri. Namun dengan sikap yang dinamis , konsep diri dapat
mengalami perubahan yang lebih positif (Nashori, 2000: 29). Dari hal
ini, tentunya dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak terbentuk dan
berkembang dengan sendirinya melainkan didukung oleh adanya
interaksi individu dengan orang lain serta lingkungannya.
23
2.1.5. Pentingnya Konsep Diri
Semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan
berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut. Apabila perilaku
seseorang tidak konsisten dengan konsep dirinya, maka akan muncul
perasaan tak nyaman dalam dirinya. Inilah hal yang terpenting dari
konsep diri. Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan
tindakan yang akan diperbuatnya.
Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka
akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri,
atau dikatakan bahwa ia memiliki self esteem yang tinggi.
Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi terhadap diri
sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan
kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya. Jadi, apabila ia
memiliki konsep diri yang positif yang ditunjukkan melalui self
esteem yang tinggi. Segala perilakunya akan selalu tertuju pada
keberhasilan. Ia akan berusaha dan berjuang untuk selalu mewujudkan
konsep dirinya. Misalnya apabila seorang merasa bahwa ia pandai
maka ia akan belajar tekun dan bekerja keras untuk membuktikan
bahwa ia benar-benar pandai seperti keyakinannya. Ia juga tidak akan
mudah putus asa karena mempunyai keyakinan bahwa ia pasti berhasil
karena kepandaiannya.
Sebaliknya apabila seseorang mempunyai gambaran yang
negatif tentang dirinya maka akan muncul evaluasi negatif pula
24
tentang dirinya. Segala informasi tetang dirinya akan diabaikannya,
dan informasi negatif yang sesuai dengan gambaran dirinya akan
disimpannya sebagai bagian yang memperkuat keyakinan diinya.
Misalnya jika seorang anak percaya bahwa dia “anak nakal” maka ia
akan berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Apabila suatu saat ia
mendapat pujian karena menolong teman, maka ia akan cenderung
mengabaikan pujian tersebut karena tidak sesuai dengan keyakinannya
bahwa ia “anak nakal”. Pujian bahwa “ia anak baik” membuatnya
merasa tidak nyaman (Sulistyorini, 2004: 18).
2.1.6. Jenis-Jenis Konsep Diri
Menurut Calhoun, dalam perkembangannya konsep diri
terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif :
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri
dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan
baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi.
Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang
dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi
positif dan dapat menerima dirinya apa adanya.
2. Konsep Diri Negatif
Calhoun membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:
25
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak
teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri.
Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan
kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya.
b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini
bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras,
sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya
penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya
merupakan cara hidup yang tepat (Renita Mulyaningtyas, 2006: 46).
Menurut Renita Mulyaningtyas (2006: 46) konsep diri terdiri
dari empat sudut pandang:
a. Konsep diri positif dan konsep diri negatif
Sudut pandang ini digunakan untuk membedakan apakah kita
memandang diri sendiri baik atau buruk.
b. Konsep diri fisik dan konsep diri sosial
Sudut pandang ini membedakan pandangan diri kita sendiri atas
pribadi kita dan pandangan masyarakat atas pribadi kita.
c. Konsep diri emosional dan konsep diri akademis
Dengan sudut pandang ini kita bisa membedakan pandangan diri
sendiri yang dipengaruhi oleh perasaan atau faktor psikologis dan
secara ilmiah bisa dibuktikan.
26
d. Konsep diri rill dan konsep diri ideal
Sudut pandang ini membedakan diri kita yang nyata atau sebenarnya
dan yang kita cita- citakan.
Sedangkan menurut William D. Brooks (dalam Jalaluddin
Rakhmat, 2007: 105) bahwa individu terdapat dua konsep diri yaitu
konsep diri positif dan konsep diri negatif. Untuk mempermudah
penelitian dalam konsep diri ini, peneliti terfokus pada konsep diri
positif dan negatif agar penelitian tidak meluas dan peneliti tidak
mengalami kendala.
2.1.7. Ciri – Ciri Konsep Diri
1. Ciri Konsep Diri Positif
Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Jalaluddin
Rakhmat (2005: 105) memiliki ciri – ciri sebagai berikut:
1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah.
2. Merasa setara dengan orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu.
4. Peka terhadap orang lain bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui
masyarakat.
5.Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek–aspek kepribadian yang tidak disenanginya, dan berusaha
mengubahnya.
27
2. Ciri-ciri konsep diri negatif
Menurut William D. Brook dan Philip Emmer (dalam
Jalaluddin Rakhmat, 2005: 105) adalah sebagai berikut:
a. Individu peka terhadap kritikan
Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan
mudah marah.
b. Individu responsif sekali terhadap pujian
Orang ini sering merespon segala macam perkataan yang
menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.
c. Sikap hiperkritis
Orang ini selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan
apapun dan siapa pun. Individu ini tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang
lain.
d. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain
Orang ini menganggap orang lain sebagai musuhnya,
sehingga tidak dapat menjalin keakraban terhadap orang lain.
e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi
Orang ini tidak ingin untuk bersaing dengan orang lain dalam
berprestasi bahwa ia menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya.
28
2.2. Konseling Kelompok
2.2.1. Pengertian Konseling Kelompok
George dan Cristiani (1976) berpendapat bahwa konseling
adalah hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan
klien, dilakukan secara perorangan, dirancang untuk membantu klien,
memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup
kehidupan dan untuk belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri.
Krumblotz dan Torensen mengatakan konseling adalah process of
helping with their troubles (Krumblotz, 1976: 2). Definisi Kelompok
menurut Webster yaitu kumpulan beberapa orang yang membentuk
suatu unit pola, suatu kesatuan orang-orang atau benda-benda yang
membentuk suatu unit yang terpisah dan mempunyai hubungan,
kesamaan, atau sifat-sifat yang sama (Romlah, 2001: 21).
Istilah konseling kelompok mengacu kepada penyesuaian
rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok.
Konseling kelompok difokuskan untuk membantu klien mengatasi
problem dan perkembangan keribadiannya (Gibson, 2011: 275).
Konseling kelompok menurut Natawidaja bersifat pencegahan, dalam
arti bahwa klien yang bersangkutan mempunyai kemampuan
berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki
suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menganggu
kelancaran berkomunikasi dengan orang lain (Natawidjaja, 1987: 14).
29
Konseling Kelompok menurut Latipun merupakan salah satu
bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu,
memberi umpan balik dan pengalaman belajar (Latipun, 2000: 149).
Menurut Novriyeni dalam Prayitno berpendapat konseling kelompok
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya semua orang dalam
konseling saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat,
menanggapi, memberikan saran dan lain sebagainya yang bermanfaat
untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri maupun peserta lainnya
(Prayitno, 1995: 178). Konseling kelompok bersifat memberikan
kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam
arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi
kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan dengan
memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan
diri.
Menurut Ohlsen suasana dalam konseling kelompok adalah
suasana yang demokratis, yang didasari adanya rasa penerimaan,
kepercayaan dan rasa aman serta memberikan kesempatan klien untuk
memberikan umpan balik dan latihan berperilaku baru yang positif.
Suasana tersebut memungkinkan klien untuk belajar menghadapi,
mengekspresikan dan menguasai perasaan atau pemikiran klien.
Dengan demikian konseling kelompok merupakan sarana belajar dan
30
berlatih serta mendapatkan suasana yang aman dan demokratis
(Afiatin, 1998: 67).
Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok merupakan suatu pemberian bantuan dengan
memanfaatkan dinamika kelompok untuk mengetahui konsep diri
masing-masing anggota. Dengan lingkungan yang kondusif dapat
memberikan kesempatan bagi para anggotanya untuk saling menerima
dan memberi ide, perasaan, dukungan maupun bantuan bagi anggota
lainnya. Dengan lingkungan yang seperti ini, seseorang bisa menilai
seperti apa konsep diri yang dimilikinya.
Adapun yang menjadi dasar konseling kelompok dalam Al-
Qur‟an sebagai berikut :
Firman Allah SWT dalam surat Ali-imran ayat 104 :
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang
yang beruntung” (Q.S. Al-imran ayat 104).
Rasulallah SAW bersabda yang artinya “sesungguhnya
orang mukmin yang paling dicintai Allah SWT ialah orang-orang
yang senantiasa teguh, taat padaNya dan memberi nasihat pula akan
dirinya sendiri, menaruh perhatian seta mengamalkan ajaran selama
31
hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan”(Ghazali,
1939: 89).
Berdasarkan ayat dan terjemahan hadist di atas, maka
jelaslah konseling kelompok itu perlu dilakukan terhadap orang lain
juga dilakukan kepada dirinya sendiri. Tugas demikian dipandang
salah satu jiwa yang beriman, disamping itu ayat diatas memberikan
petunjuk bahwa konseling kelompok ditujukan untuk memperoleh
suatu kebahagiaan dan ketenangan batin (Naisaburi, 1988: 96).
2.2.2. Tujuan Konseling Kelompok
Konseling kelompok bukan tim olahraga. Tujuannya bukan
memiliki kelompok pemenang melainkan kelompok yang
memenuhkan, karena tujuan konseling kelompok adalah memenuhi
kebutuhan dan menyediakan pengalaman nilai bagi setiap anggotanya
secara individu yang menjadi bagian kelompok tersebut (Robert,
2011: 282). Prayitno membedakan tujuan konseling kelompok
berdasarkan tujuan umum dan khusus. Tujuan umum konseling
kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi seseorang.
Sementara tujuan khususnya adalah terfokus pada pembahasan
masalah pribadi peserta kegiatan konseling (Prayitno, 1995: 2).
Shertzer dan Stone sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik
menyatakan bahwa tujuan dari konseling kelompok adalah
mengembangkan pikiran dan perasaan klien agar mampu memahami
32
dan mengatasi problem yang dihadapi diri sendiri (Winkel, 2004:
559).
Menurut Ohlsen sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik,
tujuan konseling kelompok adalah :
1. Masing-masing klien memahami dirinya dengan baik dan
menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri dia lebih
rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka pada aspek-aspek
positif dalam kepribadiannya.
2. Para klien lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih
mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan
penghayatan ini akan membuat mereka peka terhadap kebutuhan
psikologis diri sendiri.
3. Masing-masing klien menetapkan dan menghayati makna dari
kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung
tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima orang
lain.
4. Masing-masing klien semakin menyadari bahwa hal-hal yang
memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin
dalam hati orang lain (Winkel, 2004: 592).
Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
konseling kelompok memiliki tujuan untuk mengembangkan
pemahaman diri sendiri maupun orang lain serta dapat menjadi sarana
pemecahan masalah bagi klien dengan memanfaatkan kelompok
33
2.2.3. Komponen dalam Konseling Kelompok
Komponen dalam Konseling Kelompok meliputi:
1. Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok adalah konselor yang berwenang
menyelenggarakan praktik konseling secara profesional.
2. Anggota Konseling
Para anggota konseling dapat beraktifitas langsung dan
mandiri dalam bentuk mendengarkan, memahami, dan merespon
kegiatan konseling. Setiap anggota dapat menumbuhkan
kebersamaan yang diwujudkan dalam sikap antara lain pembinaan
keakraban dan keterlibatan emosi, kepatuhan terhadap aturan
kelompok, saling memahami, memberikan kesempatan dan
bertatakrama untuk mensukseskan kegiatan kelompok.
3. Jumlah kelompok
Banyak sedikitnya jumlah anggota kelompok sangat
menentukan efektifitas konseling kelompok. Jumlah terlalu sedikit
2-3 orang akan mengurangi efektifitas konseling kelompok,
demikian juga terlalu banyak akan membuat peserta kurang
intensif dan berpartisipasi dalam dinamika kelompok. Karena ideal
jumlahnya tidak lebih dari 10 orang.
4. Homogenitas Kelompok
Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumber-
sumber yang variatif. Dengan demikian, layanan konseling
34
kelompok memerlukan anggota kelompok yang bervariasi.
Anggota yang homogen kurang efektif, sedangkan anggota yang
heterogen akan menjadi sumber yang kaya untuk pencapaian
tujuan layanan. Sekali lagi hal ini tidak ada ketentuan khusus, bisa
disesuaikan dengan kemampuan pemimpin konseling dalam
mengelola konseling kelompok
5. Sifat Kelompok
Sifat kelompok dapat tertutup dan terbuka. Terbuka jika pada
suatu saat dapat menerima anggota baru, dan dikatakan tertutup
jika keanggotaannnya tidak memungkinkan adanya anggota baru.
Pertimbangan penggunaan terbuka dan tertutup bergantung pada
keperluan. Kelompok tertutup maupun terbuka memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing. Kelompok tertutup akan
lebih mampu menjaga kohesivitasnya (kebersamaan) daripada
kelompok terbuka.
6. Waktu Pelaksanaan
Lama waktu penyelenggaraan konseling kelompok
bergantung pada kompleksitas masalah yang dihadapi kelompok.
Menurut Latipun (2000: 157) konseling kelompok jangka pendek
membutuhkan 8-20 kali pertemuan dengan frekuensi pertemuan antara
antara satu sampai tiga kali dalam seminggu dengan durasinya 60-90
menit (Prayitno, 2004: 11).
35
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen
konseling kelompok adalah pemimpin kelompok, anggota konseling,
jumlah kelompok, homogenitas kelompok, sifat kelompok, dan waktu
pelaksanaan.
2.2.4. Asas Konseling Kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan
ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota yaitu:
1. Asas Kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam
konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling
kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan
bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada
dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh
orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling
kelompok.
2. Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota
kelompok bersifat sukarela, tanpa paksaan.
3. Asas Keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali.
Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-
raguan atau kekhawatiran.
36
4. Asas Kegiatan
Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila
klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai
tujuan–tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya
menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian
masalah.
5. Asas Kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus
dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin
mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus
mempersilahkannya.
6. Asas Kekinian
Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok
harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah
masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang
mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan
penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun
masalah waktu kecil ( Prayitno, 2004: 28 ).
Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa ada 6 asas dalam
konseling kelompok yaitu asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas
keterbukaan, asas kegiatan, asas kenormatifan dan asas kekinian.
37
2.2.5. Tahapan Konseling Kelompok
1) Tahap Pembentukkan
Yaitu tahapan untuk membentuk satu kelompok yang siap
mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan
bersama. Kegiatan yang dilakukan adalah mengungkapkan tujuan dari
konseling kelompok, menjelaskan cara-cara dan ciri-ciri kegiatan
kelompok, memperkenalkan dan mengungkapkan diri atau
pengakraban.
2) Tahap Peralihan atau Transisi
Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan kelompok ke
kegiatan berikutnya yang lebih terarah. Kegiatannya meliputi
menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya,
meningkatkan dan keikutsertaan anggota.
3) Tahap Kegiatan
Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.
Kegiatan ini meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah
pribadi yang perlu mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien
menjelaskan lebih rinci masalah yang dialami. Semua anggota ikut
merespon apa yang disampaikan anggota yang lain.
4) Tahap Akhir
Yaitu tahap akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang
telah dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta merencanakan
kegiatan lanjutan (Prayitno, 1995: 40).
38
Dapat disimpulkan bahwa ada 4 tahap dalam konseling
kelompok yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan,
dan tahap akhir.
2.2.6. Jenis Konseling Kelompok
Ada beberapa jenis kelompok yang mempunyai fungsi
bantuan dalam proses kelompok yaitu:
2.2.6.1. Terapi Kelompok (Group Therapy)
Istilah terapi kelompok merujuk kepada penyediaan
pengalaman-pengalaman mendalam bagi individu yang memerlukan
bantuan bagi gangguan emosi atau hambatan perkembangan yang
serius. Kelompok terapi biasanya biasanya dibedakan dari kelompok
konseling oleh panjangnya waktu atau kedalaman pengalaman
individu yang terlibat. Partisipasi kelompok terapi sering kali terdiri
atas individu dengan gangguan mental atau emosi kronis yang
membutuhkan rekonstruksi kepribadian.
2.2.6.2. Kelompok –T (T-Groups)
Istilah kelompok T adalah singkatan dari kelompok pelatihan
yang mengacu pada kelompok yang aktivitasnya berasal dari
pengaplikasian metode-metode pelatihan laboratorium. Kelompok –T
mempresentasikan upaya penciptaan masyarakat miniatur dengan
lingkungan khusus yang dirancang untuk pembelajaran.
39
2.2.6.3. Kelompok kepekaan atau kehalusan rasa (Sensitivity Groups)
Dalam praktik aktualnya, istilah kelompok diaplikasikan
terlalu sering dan terlalu luas sampai-sampai kehilangan makna
aslinya. Karena dalam pengertian teknisnya, kelompok kepekaan
bukan lain adalah sebentuk kelompok -T yang difokuskan ke problem-
problem pribadi, dan kepada pertumbuhan pribadi anggota-
anggotanya. Titik berat kelompok kepekaan adalah pemahaman diri,
artinya fokus sentralnya bukanlah kelompok dan progresivitasnya
pertumbuhan setiap anggotanya pribadi (Gibson, 2011: 275).
2.2.6.4. Kelompok pertemuan
Kelompok ini dikenal sebagai kelompok pendorong
pertumbuhan pribadi yang memberikan suatu pengalaman kelompok
yang mendalam dan dirancang untuk membantu orang-orang sehat
dalam mengembangkan lebih baik dirinya sendiri dan dengan orang
lain. Aturan dasar kelompok pertemuan ini yaitu para anggota harus
terbuka dan jujur dalam kerangka kelompok, bicara tentang perasaan
dan pendapatnya (Natawidjaja, 1987 : 17).
2.2.6.5. Kelompok tugas
Istilah kelompok tugas mengaju pada kelompok yang
diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan keorganisasian atau
aktifitas-aktifitas sosial. Kelompok jenis ini sangat berguna bagi
organisasi yang berusaha meningkatkan fungsi mereka. Kelompok
40
tugas dibentuk untuk membantu klien menghadapi spektrum luas
kebutuhan dari spiritual hingga pendidikan.
2.2.6.6. Kelompok psikoedukasi
Kelompok ini menitikberatkan pengembangan ketrampilan
kognitif dan perilaku di kelompok-kelompok yang distrukturkan
sedemikian rupa untuk mengajarkan ketrampilan dan pengetahuan ini.
Kelompok ini lebih dititikberatkan pada bimbingan daripada
konseling atau terapi. Kelompok psikoedukasi cenderung durasinya
jangka pendek dan terfokus pada tujuan-tujuan spesifik.
2.2.6.7. Kelompok Mini
Istilah ini mengacu pada kelompok konseling yang skalanya
lebih kecil ketimbang lazimnya, terdiri atas satu konselor dan
masksimal 4 klien. Sejumlah keuntungan bisa diperoleh dari interaksi
yang yang lebih intenssif dan langsung karena jumlah partisipan yang
lebih kecil.
2.2.6.8. Kelompok Dalam dan kelompok luar
Kelompok-kelompok ini bisa didasarkan pada kriteria status
sosial-ekonomi, kemampuan khusus, asal-usul ras atau budaya dan
lain sebagainya. Kelompok dalam dicirikan pengasosasian dengan
rekan sebaya yang memiliki karakteristik penentu sama, sedangkan
kelompok luar dengan mereka yang bukan berasal dari kelompok
dalam. Dalam situasi konseling penting bagi konselor untuk
41
memahami cara klien melihat dirinya dan orang lain berdasarkan
posisi di dalam atau di luar ( Gibson, 2011: 278).
Jenis kelompok yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan kelompok pertemuan. Dalam kelompok pertemuan
dapat memberikan suatu pengalaman kelompok yang mendalam dan
dirancang untuk membantu orang-orang sehat dalam mengembangkan
lebih baik dirinya sendiri dan dengan orang lain.
2.3. Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja
Teori Perkembangan menyatakan bahwa konsep diri belum
ada ketika lahir kemudian berkembang secara bertahap seperti mulai
mengenal dan membedakan antara dirinya dengan orang lain dalam
berinteraksi. Memiliki batasan diri yang awalnya terpisah dari
lingkungan kemudian berkembang melalui kegiatan eksplorasi
lingkungan sehingga dapat mengenali tubuhnya, mengetahui nama
panggilannya, memiliki pengalaman budaya serta pengalaman dalam
hubungan interpersonal (Priyanto, 2009: 41). Konsep diri mempunyai
peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang dalam
memandang dirinya yang tercermin dari keseluruhan perilakunya,
artinya perilaku individu akan selaras dengan cara individu
memandang dirinya sendiri (Nashori, 2000: 17).
Konseling kelompok merupakan salah satu usaha untuk
mengetahui dan merubah konsep diri seseorang, dan mengarahkan
konsep diri yang negatif menjadi positif. Dalam konseling kelompok
42
akan terjalin suatu hubungan kohesifitas kelompok, suasana
demokratis, dan unsur teraupetik, maka akan memberikan kesempatan
berlatih dan menerima umpan balik sehingga anggota dapat belajar
untuk mempelajari tingkah laku baru dan bertanggung jawab atas
pilihan yang telah ditentukan sendiri (Prayitno, 2004: 11).
Konseling kelompok diharapkan dapat menjadikan para
remaja mampu memahami dirinya sendiri serta memahami anggota
lainnya. Selain itu yang lebih penting adalah bisa mengarahkan
konsep diri yang lebih positif lagi. Pendekatan yang diterapkan adalah
pendekatan Rasional Emotif Therapy ( RET ). Teori ini dikenalkan
oleh Albert Ellis. Teori ini menekankan pada kohesifitas kelompok
dan saling memahami antar anggota kelompok. Konseling kelompok
mempunyai tujuan membantu anggota kelompok agar dapat
mengurangi pandangan diri yang berpusat pada kerusakan diri dan
bersama-sama mencapai pandangan realistis dan berpandangan toleran
satu sama lain, dan berlatih bersama guna perubahan perilaku sebagai
perwujudan pemikiran rasional dan emosi pantas, serta
menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri
sendiri ( Winkel, 2000: 119 ).
Dengan konseling kelompok dapat menumbuhkan perasaan
berarti terhadap diri sendiri yang kemudian dapat berperilaku positif
yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu Konseling Kelompok
merupakan pelayanan yang membantu seseorang dalam memahami
43
dirinya sendiri dan dapat menilai serta mengembangkan kemampuan
hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota
keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Dengan
konseling kelompok remaja bisa saling memberikan penilaian
terhadap para anggota lainnya sehingga bisa menilai konsep diri yang
dimiliki masing-masing remaja.
Konseling kelompok pada dasarnya berpengaruh terhadap
konsep diri seseorang, baik dalam mempertahankan keselarasan batin,
mengatasi konflik yang ada pada dirinya dan untuk menafsirkan
pengalaman yang didapatkan. Oleh karena itu, konsep diri diperlukan
seseorang untuk dijadikan sebagai acuan dan pegangan hidup dan
tuntunan kebutuhan seseorang. Namun demikian, konsep diri
seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir, melainkan
terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang
dari masa kecil sampai dewasa. Konsep diri juga dihasilkan dari
proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus
(Nashori, 2000: 28).
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 1992: 67). Berdasarkan landasan teori diatas
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
44
1. Ada perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan
Konseling Kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang.
2. Ada perbedaan Konsep Diri antara Kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang ”.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian
Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam
penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang
diolah dengan metode statistika (Azwar, 207: 5). Metode penelitian ini
menggunakan metode eksperimen semu yaitu prosedur penelitian
yang sengaja diadakan terhadap suatu gejala sosial berupa kegiatan
dan tingkah laku seorang individu ataupun kelompok individu
(Kartono, 1990: 267). Variabel dalam penelitian ini adalah Konseling
Kelompok sebagai variabel independen dan Konsep Diri sebagai
variabel dependen.
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional
Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka dari
masing-masing definisi Konseptual dan Operasional dapat dijelaskan
sebagai berikut:
3.2.1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual ini menjelaskan tentang variabel
penelitian yang meliputi variabel konseling kelompok sebagai
variabel independen dan variabel konsep diri sebagai variabel
dependen dengan uraian sebagai berikut :
46
a) Konsep Diri
Konsep diri menurut Rogers (dalam Alex Sobur) adalah
bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan
disimbolisasikan, yaitu “aku” merupakan pusat referensi setiap
pengalaman. Konsep diri ini merupakan bagian inti dari pengalaman
individu yang secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan
sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku
sebenarnya”dan “apa sebenarnya yang harus aku perbuat”. Jadi,
konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap mengenai pengalaman
yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku ( Sobur, 2003: 507).
b) Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika
kelompok. Artinya senua orang dalam kelompok saling berinteraksi,
bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberikan saran dan
lain sebagainya yang bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan
maupun untuk peserta lainnya (Prayitno, 1995: 178).
3.2.2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah menjelaskan tentang operasional
variabel penelitian dengan indikator variabelnya. Definisi operasional
adalah untuk menghindari berbagai macam penafsiran dari judul
penelitian.
47
a) Konsep Diri
Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pandangan dan gambaran tentang diri kita sendiri yang terbentuk
berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap orang lain terhadap diri
kita.
Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
skala konsep diri yang peneliti buat berdasarkan ciri-ciri konsep diri
positif menurut Jalaludin Rakhmat (1998 : 105). Adapun indikator
dari variabel konsep diri adalah :
a. Yakin akan kemampuan mengatasi permasalahan
b. Merasa setara dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Dapat menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui
masyarakat.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan
aspek-aspek kepribadin yang tidak disenangi dan berusaha
mengubahnya.
b) Konseling Kelompok
Konseling kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan
dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilakukan melalui
dinamika kelompok dan terfokus membahas permasalahan pribadi
yang dialami masing-masing anggota kelompok.
48
3.3. Sumber dan Jenis Data
Sumber Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu
sumber primer dan sumber sekunder.
a) Sumber Primer dalam penelitian ini adalah Remaja yang berusia
13-21 tahun yang tinggal di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang. Jenis data primer dalam penelitian ini diperoleh dari
data yang didapat dari skor Skala Konsep Diri.
b) Sumber Sekunder dalam penelitian ini adalah para pengasuh panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang, serta dari buku-buku dan
dokumen maupun lainnya yang berkaitan dengan permasalahan
yang ada.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi,
2006: 130), sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti (Suharsimi, 2006: 131). Apabila subjeknya kurang dari
100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil
antara10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi, 2006: 134).
Berdasarkan observasi, populasi dalam penelitian ini ada 32 remaja
baik laki-laki mapun perempuan yang berusia 13-21 tahun yang
tinggal di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Maka 32 remaja
tersebut menjadi responden penelitian ini.
49
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian
ini peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:
3.5.1. Metode Skala
Metode ini merupakan metode utama yang digunakan dalam
penelitan ini. Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah
Skala Konsep Diri yang peneliti buat berdasarkan ciri-ciri konsep diri
positif menurut Jalaludin Rakhmat ( 2006 ). Skala konsep diri terdiri
dari 50 item, 25 item favorable dan 25 item unfavorable. Adapun
format yang digunakan dalam skala psikologis (instrumen penelitian)
ini tediri dari 4 alternatif jawaban yaitu dengan kriteria jawaban sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Dalam mempermudah menghitung hasil yang diperoleh dari
skala psikologis tersebut, maka setiap jawaban diberi skor. Adapun
sistem skoring yang digunakan dalam skala psikologis ini adalah pada
item pernyataan favorable untuk jawaban sangat setuju (SS) diberi
skor 4, setuju (S) 3, tidak setuju (TS) 2 dan sangat tidak setuju
(STS)1. Sedangkan untuk item pernyataan unfavorable penilaiannya
yaitu sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) 2, tidak setuju (TS)
3 dan sangat tidak setuju (STS) 4. Jika responden tidak mengisi angket
yang disediakan, maka diberi skor 0 ( nol ), baik pada item favorable
maupun item unfavorable (Soeharsono, 1998: 76). Selanjutnya
50
distribusi pemberian skor Skala Konsep Diri dan Blue Print Skala
Konsep Diri dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1
Blue Print Skala Konsep Diri ( Sebelum Uji Coba)
Variabel Indikator Favorable Unfavorable Jml item
Konsep
Diri
a. a. Yakin akan kemampuan
mengatasi masalah
b. b. Merasa setara dengan
orang lain
c. Menerima pujian tanpa
rasa malu
d. Dapat menyadari bahwa
setiap orang memiliki
perasaan
e. Mampu memperbaiki
dirinya
3,19,21,37,42
1,17,27,31,43
5,15,23,35,45
6,13,29,33,46
8,25,39,41,44
2,20,22,34,38
4,18,28,32,47
7,16,24,36,48
10,12,26,40,50
9,11,14,30,49
10
10
10
10
10
Jumlah 25 25 50
Tabel 3.2
Kategori Jawaban Skala Konsep Diri
No. Pernyataan favorable
No. Pernyataan unfavorable
Jawaban Nilai Jawaban Nilai
1. Sangat Setuju (SS) 4 1. Sangat Setuju (SS) 1
2. Setuju (S) 3 2. Setuju (S) 2
3. Tidak Setuju (TS) 2 3. Tidak Setuju (TS) 3
4. Sangat Tidak Setuju
(STS)
1 4. Sangat Tidak Setuju (STS) 4
51
Sebelum skala konsep diri digunakan pada penelitian yang
sesungguhnya, maka dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba
dilakukan terhadap remaja yang berusia 13-21 tahun yang tinggal di
panti asuhan Darul Hadlonah Semarang. Uji coba tersebut
dimaksudkan untuk memilih item-item yang memiliki Validitas dan
Reliabilitas yang baik. Pengujian validitas item dilakukan dengan
menggunakan formulasi korelasi product moment dari Pearson, dan
penghitungan menggunakan bantuan program SPSS 12. Pengujian
reliabilitas dilakukan pada semua item yang valid pada masing-masing
skala. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas instrumen skala konsep
diri dengan menggunakan bantuan SPSS 12 dari 50 butir item terdapat
17 item yang tidak valid yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 14, 16, 17,
23, 26, 35, 36, 38, 40, 46, dan 48. Sementara 33 item dinyatakan valid
dengan koefisiensi validitas lebih besar dari 0,239 dengan koefisiensi
validitas bergerak lebih besar dari 0,800 sampai 0,824 dengan alpha
sebesar 0,815. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan teknik Alpha dari Cronbach, dan
penghitungannya menggunakan bantuan program SPSS.
Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman hasil uji
validitas dan reliabilitas instrument konsep diri dapat dilihat tabel
ringkasan sebagai berikut :
52
Tabel 3.3
Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas
Skala Konsep Diri
Instrume
n
Kriteria
item
Hasil uji coba Validitas
dan Reliabilitas
Jumlah
Konsep
Diri
Valid 5,8,9,10,11,12,13,15,18,
19,20,21,22,24,25,27,28,2
9,30,31,32,33,34,37,39,41,
42,43,44,45,47,49,50
33
Invalid 1,2,3,4,6,7,14,16,17,23,
26,35,36,38,40,46,48
17
Jumlah 50
Tabel 3.4
Skala Konsep Diri ( Sesudah Uji Coba )
Variabel Indikator Favorable Unfavorable Jml item
Konsep Diri
c. a. Yakin akan kemampuan
mengatasi masalah
d. b. Merasa setara dengan
orang lain
c. Menerima pujian tanpa
rasa malu
d. Dapat menyadari bahwa
setiap orang memiliki
perasaan
e. Mampu memperbaiki
dirinya
2, 8, 9, 26
4, 13, 29
1, 11, 20
7, 14, 23, 24
5, 15, 16, 27
3, 10, 17, 18
6, 12, 31, 33
19
21, 25
22, 28, 30, 32
8
7
4
6
8
Jumlah 18 15 33
53
3.5.2.Metode Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data
melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang hendak diselidiki (Hadi, 1991: 36).
Langkah pertama dari observasi ini, peneliti terlebih dahulu mencari
data besarnya subjek yang akan diteliti. Kedua, berkaitan dengan
kondisi umum para remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi
pendukung data penelitian.
3.5.3.Metode wawancara
Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan yang
berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih dengan berhadap
muka dan mendengar secara langsung informasi tersebut ( Arikunto,
2002: 132). Wawancara dilakukan dengan para pengasuh Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang guna memperoleh data umum dan
data khusus gambaran obyek penelitian.
3.5.4. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, agenda dan sebagainya ( Arikunto, 1999: 234). Dokumentasi
ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan profil
Panti Asuhan Drul Hadlonah Semarang.
54
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan
untuk mengolah data hasil penelitian guna memperoleh suatu
kesimpulan (Arikunto, 2006: 309). Teknik data yang digunakan untuk
mengetahui adanya pengaruh konseling kelompok terhadap konsep
diri remaja adalah menggunakan metode eksperimen dengan teknik
purposive sampling. Data yang terkumpul akan dianalisa
menggunakan uji t untuk membandingkan post test kelompok
eksperimen dan post test kelompok kontrol. Dalam test ini t-test
digunakan untuk menguji signifikan perbedaan mean. Adapun rumus
t-test yang digunakan adalah sebagai berikut:
)1(
2
NN
dx
Mdt
Keterangan:
Md = Mean dari perbedaan pre-test (post test-pre test)
Xd = Deviasi masing - masing subjek (d-Md)
∑ x2d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
d.b = ditentukan dengan N-1 (Arikunto, 2006 : 306).
3.7. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang
menggunakan rancangan eksperimen before-after control group atau
control group pretest-posttest design (Kerlinger, 2000: 136). Subjek
55
penelitian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa
konseling kelompok dengan durasi waktu 90 menit dalam 5x
pertemuan dengan membahas permasalahan yang sedang dialami
remaja Panti. Untuk kelompok kontrol diberi perlakuan diskusi
kelompok dengan judul “Cinta menurut pandangan islam” . Kedua
kelompok mendapatkan tes awal dan tes akhir dengan menggunakan
Skala Konsep Diri.
Adapun rancangan eksperimen dapat ditunjukan dengan
gambar berikut:
KK Y1 -X Y2
R ---------------------------------
KE Y1 X Y2
Keterangan:
R : Random penugasan
KK : Kelompok kontrol yang diberi perlakuan tipuan
KE : Kelompok eksperimen yang diberi perlakuan konseling
kelompok
Y1 : Skor konsep diri sebelum perlakuan
Y2 : Skor konsep diri setelah diberi perlakuan
-X : Perlakuan tipuan
X : Perlakuan konseling kelompok
56
3.8. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
(1) Menentukan masalah penelitian yang akan diteliti
(2) Membuat judul penelitian
(3) Menyusun usulan penelitian
(4) Memilih tempat dan waktu untuk melaksanakan penelitian
(5) Mengurus surat izin untuk penelitian
(6) Menyusun instrument penelitian
(7) Melakukan uji instrumen
(8) Melaksanakan penelitian
(9) Mengumpulkan data yang telah diperoleh
(10) Menganalisis data yang diperoleh
(11) Mengolah data yang diperoleh
(12) Menyusun laporan penelitian.
3.9. Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan konseling kelompok terhadap kelompok
eksperimen dilaksanakan dalam 5x pertemuan (dengan durasi waktu
90 menit setiap pertemuan) di Aula Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang tanggal 2-9 Juni 2012 pukul 18.30-20.00, sedangkan
Perlakuan pada kelompok kontrol dilakukan pada tanggal 7 Juni 2012
pada pukul 18.30-20.00 WIB.
57
Tabel 3.5
Pelaksanaan Konseling Kelompok
Tanggal 2-9 Juni 2012
No Kegiatan Uraian Waktu
1. a. Sholat Maghrib berjamaah dan
pembacaan Asmaul Husna.
b. Perkenalan
c.Penjelasan tentang konseling
kelompok
Kegiatan sehari-hari di
Panti Asuhan Darul
Hadlonah
Peneliti
memperkenalkan diri
kepada subjek
kelompok eksprimen
Subjek diberi modul
Konseling Kelompok
dan persiapan
Konseling Kelompok
-
5 menit
10 menit
2. a.Pelaksanaan Konseling Kelompok
( dilakukan 5x pertemuan ) dengan
membahas permasalahan para
anggota secara kesepakatan.
Pertemuan pertama membahas
masalahnya IR, pertemuan kedua
masalahnya SL dan SF, pertemuan
Konseling Kelompok
dilakukan di Aula dan
dibagi 2 kel. Tiap
kelompok 8 orang.
45 menit
58
Tabel 3.6
Pelaksanaan Kelompok Kontrol (Tanggal 7 Juni 2012 )
No Kegiatan Uraian Waktu
1. a. Sholat Maghrib berjamaah dan
pembacaan Asmaul Husna.
b. Perkenalan
c. Penjelasan tentang cinta
menurut pandangan Islam islam
dan tanya jawab
Kegiatan di Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang
Peneliti memperkenalkan diri
kepada subjek kelompok
kontrol.
Subjek diberi modul dan
persiapan untuk kelompok
kontrol
-
5 menit
10 menit
ketiga maslahnya FH, pertemuan
keempat masalahnya TA dan AF,dan
pertemuan terakhir membahas
masalahnya HM dan MD (lampiran
terlampir dilampiran ).
b. Istirahat dan pemberian snack
Istirahat diselingi
dengan permainan.
10 menit
3. Pengisian Skala Konsep Diri Pengisian Skala
dilakukan sebelum dan
sesudah proses
Konseling Kelompok
20 menit
59
2. a.Pelaksanaan Diskusi
b. Istirahat dan pemberian snack
Pelaksanaan untuk kelompok
kontrol dilakukan di Aula tgl
7 juni 2012 yang t
terdiri dari 16 orang.
Istirahat diselingi dengan
permainan
45 menit
10 menit
3. Pengisian Skala Konsep Diri Pengisian skala dilakukan
sebelum dan sesudah proses
diskusi selesai
20 menit
60
BAB 1V
GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH
SEMARANG
Dalam gambaran umum objek penelitian, peneliti membagi
dua kriteria, yaitu :
4.1. Data Umum
Pada data umum ini didalamnya dipaparkan mengenai
kondisi umum panti asuhan Darul Hadlonah Semarang, yang meliputi:
4.1.1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
Panti Asuhan Darul Hadlonah semarang merupakan lembaga
sosial dibawah naungan Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU Jawa
Tengah (YKMNU) yang menampung para anak yatim piatu, yatim,
piatu, tidak mampu untuk diasuh dan dibantu agar dapat bersekolah,
mengaji ilmu agama, berlatih ketrampilan agar kelak menjadi anak
berprestasi, mandiri dan berakhlakul karimah.
Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang didirikan pada
tanggal 24 September 1983. Panti ini merupakan salah satu unit
kegiatan dari usaha Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nadhalul Ulama
(NU) Wilayah Kerja I Jawa Tengah. Pada awal berdirinya Panti
Asuhan Darul Hadlonah terletak di Penggaron berdiri di atas tanah
seluas 1000 m2. Tanah tersebut merupakan wakaf dari Al-Mukarrom
Bapak Masri yang diwakafkan melalui Bapak KH Muslih Mranggen
61
Demak. Kemudian diserahkan kepada Pengurus Wilayah NU Jawa
Tengah dan dipercayakan kepada Muslimat NU untuk mengelolanya.
Atas kemauan yang kuat untuk dapat menyantuni anak yatim
piatu, yatim, piatu, terlantar dan tidak mampu, maka didirikan Panti
Asuhan Darul Hadlonah yang peletakan batu pertama pada tanggal 24
Februari 1979 dimulai dengan pengumpulan dana dari para pengurus
Muslimat NU Jawa Tengah serta dana bakti dari cabang muslimat NU
se Jawa Tengah serta bantuan dari segenap masyarakat. Setahun
kemudian jadilah gedung Panti yang kemudian diresmikan oleh Ibu
Soeparjo Rustam istri Gubernur Propinsi Jawa Tengah pada tanggal
12 April 1980. Setahun setelah peresmian gedung induk pembangunan
panti sempat terbengkelai karena kesulitan dana namun ada uluran
tangan dari Ibu Hj. Fauziyah Hamdani ketua Muslimat NU Jawa
Tengah pada waktu itu yang dengan ikhlas hati membantu dengan
uang pribadi sejumlah lima juta rupiah. Setelah itu aliran dana lancar
dan pembangunan Panti Asuhan baru selesai pada tahun 1983 terdiri
dari gedung induk, ruang serba guna, kantor, musholla, ruang belajar,
ruang tidur, ruang makan, dapur, gudang, mandi cuci kakus serta
lapangan olah raga yang diresmikan oleh Ibu Hj. Elok Ismail istri
Gubernur Jateng pada tanggal 24 September 1983.
Pada tahun 1983 Pemerintah Kota Semarang berencana
mengadakan proyek Normalisasi Kali Babon. Akibat dari proyek itu
bangunan Panti Asuhan Darul Hadlonah yang terletak di Penggaron
62
terkena proyek tersebut. Ibu Hj. Fauziyah Hamdani ketua yayasan
kesejahteraan muslimat NU Jawa Tengah dan Ibu Hj. Sofia Karmani
Ketua Panti Asuhan Darul Hadlonah kala itu serta pengurus lain
sangat prihatin atas kejadian tersebut, karena sebagian bangunan
terkepras sehingga tidak layak untuk pembinaan anak asuh.
Anggota jamaah pengajian Muslimat NU yang bernama Ibu
Hj. Siti Syarofah berniat mewakafkan tanahnya seluas seribu meter
persegi yang terletak di RT. 02 RW. 04 Kelurahan Mangkang Kulon
(sekarang Wonosari Ngaliyan) Semarang. Setelah menerima wakaf
melalui Ibu Hj. Fauziyah Hamdani yayasan kesejahteraan muslimat
NU Jawa Jawa Tengah memiliki (membeli) tanah 1000 m2 lagi tepat
disamping tanah wakaf Ibu Hj. Siti Syarofah sehingga luas tanah
menjadi 2000 m2. Tanah tersebut dibangun gedung Panti Asuhan
Darul Hadlonah (putri) dari dana APBD Banpres dan bantuan
masyarakat. Bangunan selesai tahun 1987 terdiri dari aula, ruang
tamu, sekretariat, asrama, ruang makan, dapur, gudang, kamar mandi,
lapangan olah raga, ruang belajar, ruang ketrampilan dan UEP (Usaha
Ekonomi Produktif) serta green house.
Panti Asuhan Darul Hadlonah (putri) diresmikan pada
tanggal 9 Agustus 1987 oleh Ibu Sukarjan istri wakil gubernur Jawa
Tengah. Seluruh anak asuh putri dipindah ke gedung Panti Asuhan
yang baru (dari Penggaron ke Mangkang atau Wonosari) sedangkan
anak putra masih di Penggaron. Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU
63
Wilker I Jateng tidak henti-hentinya berkomunikasi dengan Pemkot
bermusyawarah yang akhirnya membuahkan keputusan dari Pemkot
Semarang mengganti tanah dari proyek normalisasi Kali Babon.
Untuk memudahkan pengelolaan, pengurus panti membeli
tanah seluas 1987 m2 di dekat Panti Asuhan Darul Hadlonah putri
(jarak 50 m) lokasi di RT. 02 RW. 04 Wonosari Ngaliyan Semarang.
Tanah untuk mempersiapkan gedung Panti Asuhan Darul Hadlonah
putra yang akan dibangun oleh Pemkot Semarang sebagai ganti panti
yang ada di Penggaron sekarang untuk Kantor kelurahan Penggaron.
Panti Asuhan Darul Hadlonah Putra yang baru, diresmikan pada
tanggal 14 April 1994 oleh Bapak Drs. H. Fatah Dahlan Kabag Kesra
Pemkot Semarang. Pemkot Semarang memberikan tanah seluas
1000m2 di Pedurungan Lor. Oleh yayasan kesejahteraan muslimat NU
Wilker I Jateng tanah tersebut dipinjamkan kepada Pimpinan Cabang
Muslimat NU Kota Semarang akan digunakan untuk Balai Pengobatan
atau Rumah Bersalin (Wawancara dengan Ibu Diah tanggal 31 Mei
2012 ).
4.1.2. Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
Departemen Sosial RI mendefinisikan Panti Asuhan sebagai
suatu lembaga kesejahteraan social yang mempunyai tanggung jawab
untuk memberikan pelayanan kesejahteraan social kepada anak
terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengganti orang tua
atau wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial
64
pada anak sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan
memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang
diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan
sebagai insan yang akan turut aktif di dalam pembangunan nasional.
Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah
membantu kelangsungan hidup anak-anak yang tidak dapat perhatian
dan kasih sayang seutuhnya serta memberikan pelayanan baik fisik
maupun psikis. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan anak
di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah terbentuknya
manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai
ketrampilan kerja yang mampu menopang hidup dan hidup
keluarganya (Wawancara dengan bapak Munif tanggal 1 Juni 2012).
4.1.3. Kepengurusan dan Anak Asuh
4.1.3.1. Struktur Kepengurusan Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang
Susunan Organisasi yang ada di panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang adalah sebagai berikut :
Pengawas : Pengurus Harian YKMNU Jateng
Penasehat : Hj. Maryam Ahmad, A.Md
Hj. Shofia Karmani
Tim Ahli : Dr. H. Muchtadi, M.Si
H. Ashadi Abraza
Ketua : Dra. Hj. Faizah Idris
65
Wakil Ketua : Hj. Umiati Humam, SE
Sekretaris : Hj. Munadhirah
Dewii Mugiarti
Bendahara : Hj. Chotimatun Ircha
Wakil Bendahara : Hj. Istiqomah Musyafak
Bidang Usaha : Dra. Hj. Shofia Subagio
Hj. I‟Anah Mabrur
Hj. Mawardah
Arifah, SE
Pembinaan Agama: Ust. Darmaji
Diklat : M. Munif Tamrin, S.Ag, Amd
Subekhi Sholeh, S.Ag
Administrasi : Hj. Munadhiroh
Petugas Asrama : Ridaul Magfiroh, Nabila
Pembinaan Mental: Ustadz. Munif, Ust. Mustafidz Al-hafidz
Pelaksana Diklat : Ustadz. Subkhi, S.Ag
Penyaluran dan
Bimbingan Lanjut : Hj. Salmah Damiri, BA dan YKMNU Jateng
4.1.3.2. Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang
1. Penerimaan
66
Walaupun Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibawah
Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU akan tetapi Panti Asuhan Darul
Hadlonah menerima anak asuh dari keluarga NU dan luar warga NU.
Syarat anak diterima di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang:
a. Mendaftarkan diri dilengkapi surat keterangan dari kelurahan yang
menyatakan status anak, yatim, piatu, yatim piatu, terlantar, tidak
mampu, kematian orang tua (foto kopi surat kematian), lampiran
foto kopi KTP orang tua dan kartu KK, usia belum mencapai 11
tahun, tidak mempunyai penyakit menular, tidak cacat fisik dan
mental.
b. Rekomendasi dari Pimpinan Muslimat NU setempat.
Untuk memastikan kebenaran data-data tersebut di atas
pengurus melakukan kunjungan ke rumah calon anak asuh.
2. Fasilitas
Anak asuh dibagi dua kategori yaitu anak Panti dan anak non
Panti. Anak panti (tinggal di asrama) akan mendapat fasilitas sandang,
pangan, papan, biaya pendidikan (formal dan non formal), kesehatan,
rekreasi, bimbingan dan kasih sayang dari para pengasuh. Adapun
anak non panti (tinggal bersama keluarganya) akan mendapat fasilitas;
biaya pendidikan, subsidi sandang dan pangan, serta rekreasi. Daya
tampung asrama Panti Asuhan Darul Hadlonah 30 putra dan 30 putri
selebihnya sebagai anak non panti.
3. Pelepasan dan penyaluran tindak lanjut.
67
Anak asuh akan dilepaskan dan diserahkan kembali kepada
keluarganya setelah berumur 21 tahun, sudah menerima pendidikan
formal lulus SLTA dan non formal kursus ketrampilan. Akan tetapi
bagi anak asuh yang kecerdasannya pas-pasan cenderung rendah tidak
mesti harus lulus SLTA biasanya hanya dibekali ketrampilan saja.
Mereka yang kecerdasannya tinggi dan berminat untuk melanjutkan
pendidikan lebih tinggi maka pengasuh akan mencarikan orang tua
asuh atau beasiswa agar dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan
Tinggi.
Masalah yang dihadapi mereka setelah keluar dari Panti adalah
lapangan pekerjaan. Pengurus Panti berusaha mencarikan pekerjaan
lewat lobi ke perusahaan maupun masyarakat yang membutuhkan
tenaga atau jasa mereka. Tetapi biasanya lebih suka mencari sendiri.
Ada yang bekerja di perusahaan, pabrik, toko, keluarga mampu,
bahkan ada yang bekerja sambil kuliah (Wawancara dengan Ibu
Munandiroh tanggal 2 Juni 2012).
4.1.4. Program dan Pelaksanaan Kegiatan Panti Asuhan Darul
Hadlonah
4.1.4.1. Pendidikan
Pendidikan merupakan program utama yang ada dalam Panti,
pendidikan yang diberikan adalah SD/MI, SMP/MTS dan
SMA/MA/SMK. Pendidikan tersebut tidak dilaksanakan di dalam
panti, karena panti belum dapat menyiapkan sarana pendidikan
68
formal, semua anak asuh mengikuti pendidikan formal sesuai dengan
tingkatan masing-masing, baik disekolah negeri maupun sekolah
swasta yang ada di sekitar Panti, namun juga ada yang sekolah diluar
kota sesuai dengan kemampuan dan prestasi masing-masing.
Dalam proses pendidikan sebagian anak ada yang berprestasi
tinggi, namun ada juga yang berprestasi menengah ke bawah, hal ini
bukan semata-mata kegagalan pembinaan dalam panti, namun lebih
disebabkan faktor input atau latar belakang mereka yang memang
kurang mendukung. Untuk membantu peningkatan prestasi anak asuh,
panti melakukan beberapa langkah yang relevan, yaitu:
1) Mewajibkan semua anak asuh untuk belajar setelah mengaji
2) Mendata dan memantau perkembangan hasil belajar (raport) tiap
semester
3) Melengkapi sarana belajar (buku pelajaran dan LKS)
4) Mengadakan koordinasi dengan guru dibeberapa sekolah guna
memantau kedisiplinan dan ketertiban
5) Mengadakan les belajar khususnya para anak asuh kelas VI, IX dan
XII
4.1.4.2. Keterampilan
Guna mewujudkan tujuan menciptakan generasi muda yang
cerdas, terampil, mandiri dan berakhlaq mulia, dan mampu
menghadapi tantangan perkembangan zaman era globalisasi dan
modernisasi, maka keterampilan merupakan hal penting yang harus
69
dimiliki oleh semua anak asuh guna membekali mereka untuk masa
depannya agar menjadi anak yang siap bersaing tidak merasa
canggung dan bingung setelah mereka kembali ke tempat asal masing-
masing.
Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang memprogramkan
berbagai pendidikan ketrampilan seperti menjahit, border, budidaya
tanaman hias, percetakan dan perbengkelan. Semua anak asuh
diharuskan utnuk mengikuti ketrampilan yang telah disediakan sesuai
dengan hobi dan masing-masing, mereka dibimbing dan diarahkan
untuk dapat belajar teori dan praktek semaksimal mungkin sehingga
dapat menghasilkan karya atau produk yang layak untuk dipromosikan
dan dipasarkan di beberapa lembaga dan instansi.
4.1.4.3. Keagamaan
a) Harian
Kegiatan keagamaan setiap harinya adalah Sholat lima waktu
secara berjamaah dan mengaji setelah sholat maghrib.
b) Mingguan
Kegiatan keagamaan mingguannya adalah dibaan pada
malam senin, yasin dan tahlil pada malam jum‟at, khitobah atau pidato
pada malam selasa dua minggu sekali dan diskusi keagamaan pada
malam selasa (dua minggu sekali).
c) Bulanan
70
Kegiatan keagamaan bulanannya adalah Pengajian selapanan
senin kliwon setelah dzuhur, membaca Al-qur‟an 30 juz, membaca
Asmaul husna dan membaca Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani
d) Tahunan
Kegiatan keagamaannya adalah membaca doa awal dan
akhir tahun, Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, dengan
membaca Barzanji, peringatan Isra Mi‟raj nabi Muhammad SAW,
pembacaan Doa Nisyfu Sya‟ban pada malam tanggal 15 Sya‟ban
dilaksanakan setelah shalat Maghrib, pesantren Ramadhan bagi anak
Sekolah Dasar, mengaji kitab tertentu bagi SLTP dan SLTA,
silahturrahmi ke para Ustadz dan pengasuh serta tetangga Panti.
4.1.4.4. Olah raga
Olah raga menjadi kegiatan rutin setiap hari di Panti karena
olah raga dipandang penting sebagai sarana untuk menumbuhkan
bakat minat dan prestasi para anak asuh serta menjaga keseimbangan
badan agar tetap sehat sehingga dapat melaksanakan berbagai aktivitas
yang ada di Panti. Olah raga juga dapat menumbuhkan motivasi dan
semangat baru bagi anak asuh, terutama bagi anak yang dapat meraih
prestasi dan kejuaraan diberbagai even Porseni, Popda dan lain-lain.
4.1.4.5. Seni
Anak asuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibekali
berbagai macam kesenian, mulai dari Tilawatil Qur‟an, Hadroh,
musikalisasi puisi, dan kaligrafi. Kegiatan tersebut ada yang
71
diselenggarakan oleh Panti tapi ada juga mereka yang belajar di luar
Panti.
4.1.5. Dana, Pendukung, dan hambatan Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang
4.1.5.1. Dana
Kehadiran Panti Asuhan Darul Hadlonah mendapat sambutan
yang positif dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat,
instansi, perusahaan juga para dermawan untuk bersedekah. Sebelum
krisis moneter, pemasukan yang diterima panti lebih dari cukup, akan
tetapi setelah krisis moneter melanda negeri kita pemasukan yang
diterima turun drastis sehingga untuk mencukupi biaya operasional
pengurus cukup kuwalahan.
Untuk itu akhirnya pengurus panti dan yayasan kesejahteraan
muslimat NU akan mengoptimalkan UEP (Usaha Ekonomi Produktif),
juga mengadakan pendekatan secara pro aktif menghubungi para
donatur yang pernah menyumbang untuk diajak kerja sama lagi
menyantuni anak asuh. Gambaran umum pengeluaran tiap bulan
sebesar dua belas juta sedangkan pemasukan enam juta lima ratus
ribu. Adapun kekurangan diambilkan dari uang kas dan diusahakan
oleh para pengasuh Panti dan yayasan kesejahteraan muslimat NU.
4.1.5.2. Pendukung
Selama ini dukungan dari masyarakat, pemerintah Kota
Semarang dan Propinsi sangat membesarkan hati para pengurus.
72
Kontribusi dari Yayasan Dharmais yang hingga kini masih
berlangsung. Tidak kalah penting keikhlasan dari para pengurus panti
dan dukungan pengurus yayasan kesejahteraan muslimat NU Wilker I
Jawa Tengah membuat lembaga sosial milik Muslimat NU ini
semakin solid.
4.1.5.3. Hambatan
1) Belum mempunyai alat transportasi yang memadai atau roda empat
2) Semakin tingginya biaya hidup dan biaya pendidikan sehingga
kadang mengalami defisit.
4.2. Data Khusus
4.2.1. Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
Selain konseling individu konseling yang pernah dilakukan di
Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah konseling kelompok.
Konseling kelompok merupakan salah satu upaya memberikan
bantuan kepada remaja dalam situasi yang membutuhkan dorongan.
Konseling kelompok merupakan sarana belajar dan berlatih serta
untuk mendapatkan suasana aman dan demokratis serta adanya unsur
terapeutik (Afiatin, 1998: 67).
Konseling kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang belum efektif karena mereka melakukan konseling
kelompok terkadang satu tahun sekali saja itupun jika ada masalah
penting yang akan dibahas. Pelaksanaan Konseling Kelompok di Panti
Asuhan tersebut dilakukan untuk membahas masalah penting saja dan
73
metode yang diterapkan oleh konselor dalam proses konseling
kelompok dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan
metode direktif yaitu konselor memberikan pengarahan kepada
anggota kelompok (wawancara dengan ibu Munandiroh tanggal 31
Maret 2012).
4.2.2. Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan
hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa remaja. Diantara
para remaja terdapat jalinan yang kuat dalam ikatan perasaan, karena
pada kelompok teman sebaya itu pertama kalinya remaja menerapkan
prinsi-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Berdasarkan
kenyataan tersebut dapat dimengerti jika hal-hal yang bersangkutan
dengan tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja banyak
dipengaruhi oleh teman dalam kelompok mereka disamping adanya
pengaruh kuat dari keluarga mereka.
Beberapa karakteristik kepribadian yang ditanamkan guna
meningkatkan konsep diri pada remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang adalah sebagai berikut (Wawancara dengan ibu
Diah pada tanggal 10 Juni 2012) :
a. Kegiatan yang berkaitan dengan bakat, minat dan kemampuan
seperti diberikan pelatihan menjahit atau bordir.
b. Kegiatan yang menyangkut interaksi jiwa kewirausahaan pada diri
remaja yaitu dengan mendirikan mini market disebelah Panti.
74
c. Kegiatan dalam bidang pembinaan kepribadian
d. Kegiatan dalam bidang kesehatan jasmaniyah
e. Kegiatan dalam bidang kesehatan rohaniyah.
Berdasarkan pengamatan peneliti konsep diri remaja di Panti
tersebut masih banyak yang tergolong negatif misalnya saja dilihat
dari sifat mereka yang suka mengeluh, selalu bersikap pesimis, merasa
tidak diperhatikan orang lain khususnya para pengasuh, dan banyak
dari mereka menganggap orang tuanya tidak sayang dengan mereka
karena tega menitipkan dirinya di Panti Asuhan.
75
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data
5.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini diambil berdasarkan skor
pengisian skala uji coba. Enam belas nilai responden terkecil dijadikan
kelompok eksperimen. Sebaliknya nilai responden yang besar
dijadikan kelompok kontrol.
Tabel 5.1
Data Subjek Penelitian
No Subjek Kelompok Kontrol Subjek Kelompok
Eksperimen
1. Dwi bagus Sulis Eko Pujianto
2. Vina Heri Yulianto
3. Dewi Firli
4. Abdul Aziz Supardi
5. Achmad Aziz Winarto
6. Wahyono Anisatul
7. Maria Ulfa A.Nurrohman
8. Sofyan Siti Lukianah
9. Siti Hamdan Munif
10. Ervina Sofiana
76
11. Ahsana Isna
12. Istiqomah Mudrikah
13. Eviy Heny Eka
14. Khomsatun Tesa
15. Siti Maghfiroh Arsil Hamid
16. Ika Siti Novia
Sumber Data : Dokumentasi
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian
Sebelum dilakukan uji statistik terlebih dahulu disajikan
statistik deskriptif. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
gambaran secara umum tentang konsep diri setelah diberi perlakuan
berupa konseling kelompok.
Tabel 5.2
Deskripsi Data Konsep Diri sebelum dilakukan perlakuan pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen.
Statistics
Dari tabel tersebut di
Kontrol
Pre-Test Eksperimen
Pre-Test
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 75.38 85.81
Std. Error of Mean 1.695 1.918
Std. Deviation 6.781 7.670
Variance 45.983 58.829
Range 28 33
Minimum 57 73
Maximum 85 106
Sum 1206 1373
77
Dari tabel tersebut jelas bahwa rata-rata konsep diri
kelompok eksperimen sebesar 85.81 standar eror mean sebesar 1.918,
standar deviasi 7.670, dan variance sebesar 58.829. Skor tertinggi
konsep diri kelompok eksperimen sebesar 106 skor terendah sebesar
73, dengan demikian rentang skor sebesar 33.
Tabel 5.3
Data Kelompok Ekspeimen
(Eksperimen Pos-Test)
Dari data tersebut kemudian dapat divisualisasikan dalam
bentuk histogram sebagai berikut :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 84 1 6.3 6.3 6.3
85 1 6.3 6.3 12.5
87 1 6.3 6.3 18.8
89 1 6.3 6.3 25.0
90 4 25.0 25.0 50.0
91 2 12.5 12.5 62.5
94 1 6.3 6.3 68.8
95 1 6.3 6.3 75.0
96 1 6.3 6.3 81.3
97 1 6.3 6.3 87.5
100 1 6.3 6.3 93.8
109 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0
78
Gambar 5.1 Histogram Skor Konsep Diri Tes akhir Kelompok Eksperimen.
Berbeda dengan Konsep Diri kelompok eksperimen, rata-rata
konsep diri kelompok kontrol sebesar 75.38, standar eror mean 1.695,
varian sebesar 45.983. Skor tertinggi konsep diri kelompok kontrol
sebesar 85, skor terendah sebesar 57, dengan demikian rentang skor
sebesar 28.
Data Konsep Diri Kelompok Kontrol dapat didiskripsikan
sebagai berikut :
80 85 90 95 100 105 110
Eksperimen Pos-Test
0
1
2
3
4
5
6
7
Fre
qu
en
cy
Mean = 92.38Std. Dev. = 6.163N = 16
Eksperimen Pos-Test
79
Tabel 5.4
Data Konsep Diri Kelompok Kontrol
Kontrol Pos-Test
Dari data tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk
histogram sebagai berikut :
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 69 1 6.3 6.3 6.3
73 1 6.3 6.3 12.5
77 3 18.8 18.8 31.3
79 1 6.3 6.3 37.5
80 1 6.3 6.3 43.8
81 1 6.3 6.3 50.0
82 2 12.5 12.5 62.5
83 2 12.5 12.5 75.0
84 1 6.3 6.3 81.3
85 1 6.3 6.3 87.5
87 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0
80
69 72 75 78 81 84 87
Kontrol Pos-Test
0
1
2
3
4
5F
req
ue
nc
y
Mean = 80.38Std. Dev. = 4.911N = 16
Kontrol Pos-Test
Gambar 5.2 Histogram Skor Konsep Diri Akhir Kelompok Kontrol
Sementara itu, untuk mengetahui perbedaan rata-rata konsep
diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat tabel
berikut :
Tabel 5.5
Rerata Konsep Diri Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen
Kelompok Sebelum
Perlakuan
Sesudah
Perlakuan
Selisih Total
Eksperimen 85,81 92,38 6,57
Kontrol 75,38 80,38 5,00
81
Dari Tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa rerata Konsep
Diri sebelum dan setelah diberi perlakuan konseling kelompok terjadi
perubahan atau meningkat. Hal ini sejalan dengan skor masing-masing
individu yang menunjukkan bahwa semua subyek yang diberi
perlakuan akan meningkat konsep dirinya dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Rerata kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan
diskusi sebesar 75,38 dan setelah perlakuan 85,81. Pada kelompok
eksperimen juga mengalami perubahan yaitu sebelum diberi perlakuan
konseling kelompok sebesar 85,81 dan setelah diberi perlakuan
konseling kelompok sebesar 92,38.
Untuk mengetahui kriteria rata-rata dari masing-masing
kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Untuk mengetahui rata-rata dan kualitas konsep diri dari
masing-masing kelompok, maka menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Mencari jumlah interval kelas dengan rumus:
K = 1 + 3,3 log n
Keterangan:
K = Kelas interval
I = Bilangan konstan
n = Jumlah responden
82
Dengan demikian :
K = 1 + 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 16
= 1 + 3.3 ( 1,20412)
= 1 + 3.97
K = 4,97
4,97 dibulatkan menjadi 5.
b. Mencari range
1. Range kelompok eksperimen 2. Range kel. kontrol
R = H – L R = H-L
= 109-84 = 87-69
R = 25 R= 18.
Dari perhitungan range diatas dapat diketahui bahwa range
kelompok eksperimen sebesar 25, sedangkan pada kelompok kontrol
memiliki range sebesar 18.
c. Menentukan nilai interval kelas
1.)I = R
K
= 25 = 5, Jadi interval adalah 5
5
2. )I = R= 18 = 3,6.Dibulatkan menjadi 4. Jadi interval adalah 4
K 5
83
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa interval
kelas kelompok eksperimen sebesar 5 dan kelompok kontrol memiliki
interval kelas sebesar 4. Setelah diketahui kelas interval, range dan
interval kelas maka hasil tersbutdigunakan membuat tabel distributor
skor guna mencari rata-rata konsep diri pada setiap kelompok
sebagaimana tabel dibawah ini:
Tabel 5.6
Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok Eksperimen
setelah perlakuan
No Mean Interval Frekuensi Kriteria
1. 84-88 3 Sangat Rendah
2. 89-93 7 Rendah
3. 92 94-98 4 Sedang
4. 99-103 1 Tinggi
5. 104-109 1 Sangat Tinggi
Tabel 5.7
Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok Kontrol
setelah perlakuan diskusi ( Cinta Menurut Pandangan Islam )
No Mean Interval Frekuensi Kriteria
1. 69-72 1 Sangat Rendah
2. 73-76 1 Rendah
3. 80 77-80 5 Sedang
4. 81-84 6 Tinggi
5. 85-87 3 Sangat Tinggi
84
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata konsep diri
remaja setelah diberi perlakuan berada pada kriteria “ Rendah‟‟dengan
jumlah 7 responden, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata
Konsep Diri berada pada kriteria “sedang” dengan jumlah 5
responden.
5.1.3. Analisis Data
Analisis Data dalam penelitian ini menggunakan uji
Prasyarat dan uji Normalitas.
1. Uji Prasyarat
Sesuai dengan tujuan, data tentang konsep diri dianalisis
dengan menggunakan t-test. Namun sebelumnya digunakan prasyarat
t-test yaitu uji normalitas. Uji Normalitas untuk mengetahui apakah
penyetoran skor konsep diri masing-masing kelompok normal atau
tidak. Sebaran skor dikatakan normal jika hasil uji menunjukkan p >
0,05. Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogoro
Smirnov test. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
85
Tabel 5.8
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol
Pos-Test Eksperimen
Pos-Test
N 16 16
Normal Parameters(a,b) Mean 80.38 92.38
Std. Deviation 4.911 6.163
Most Extreme Differences
Absolute .130 .213
Positive .089 .213
Negative -.130 -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .519 .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .951 .461
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebaran skor konsep
diri pada seluruh kelompok memiliki sebaran normal, lebih jelasnya
lihat tabel beikut ini :
Tabel 5.9
Rangkuman Hasl Uji Normalitas
Kelompok N Asymp.sig (p) Kriteria Ket
Eksperimen 16 0,461 Normal P >0,05
Kontrol 16 0,951 Normal P >0,05
Dari tabel ditas diketahui bahwa probabilitas (p) varian
kelompok nilainya lebih besar dari signifikansi 0,05. Ini berarti semua
kelompok berdistribusi normal.
2. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang
telah dirumuskan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian
Paired Samples t-tes, yaitu dua pengukuran pada subyek yang sama
86
(desain within –subject) terhadap suatu pengaruh atau perlakuan
tertentu. Ukuran sebelum dan sesudah mengalami perlakuan tertentu
diukur, dengan dasar pemikiran apabila suatu perlakuan tidak
memberikan perubahan, maka perbedaan rata-rata (mean) adalah nol
(0) ( Trihendradi, 2004: 103). Hasil analisis dapat dilihat tabel berikut
Tabel 5.10
Rangkuman Hasil Uji t-test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Eksperimen Pre-Test 85.81 16 7.670 1.918
Eksperimen Pos-Test 92.38 16 6.163 1.541
Pair 2 Kontrol Pre-Test 75.38 16 6.781 1.695
Kontrol Pos-Test 80.38 16 4.911 1.228
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Eksperimen Pre-Test & Eksperimen Pos-Test 16 .093 .731
Pair 2 Kontrol Pre-Test & Kontrol Pos-Test 16 -.425 .101
Paired Samples Test
Paired Differences
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Eksperimen Pre-Test - Eksperimen Pos-Test -6.563 9.381 2.345 -11.561 -1.564
-2.798
15 .014
Pair 2
Kontrol Pre-Test - Kontrol Pos-Test -5.000 9.920 2.480 -10.286 .286
-2.016
15 .062
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan
87
konseling kelompok terhadap konsep diri remaja, untuk lebih jelasnya
perhatikan tabel berikut :
Tabel 5.11
Rangkuman Hasil Analisis t-test
No Kelompok Correlation Sig. Mean t
1. Eksperimen 0,093 0,731 -0,653 2,798
2. Kontrol -0,425 0,101 -5,000 2,016
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada kelompok
ekperimen ada perbedaan antara hasil tes sebelum dan setelah diberi
perlakuan konseling kelompok sebesar 0,093 pada signifikansi 0,731>
0,05. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan hasil tes
sebelum dan sesudah perlakuan diskusi karena signifikansi 0,101 <
0,05. Pada kelompok eksperimen hasil t hitung lebih besar dari t tabel
( 2,798 > 2,13 ) pada signifikansi 5%, itu berarti hipotesis yang
berbunyi ada perbedaan antara konseling kelompok terhadap konsep
diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dapat diterima.
Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t
tabel ( 2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis
ada perbedaan konsep diri remaja “ditolak”. Jadi pada kelompok
kontrol tidak ada perbedaan antara tes sebelum dan setelah diberikan
ceramah.
88
Tabel 5.12
Hasil Postest Eksperimen dan post test kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std.
Deviation Std. Error
Mean Sig. (2-tailed)
Eksperimen Pos-Test 92.38 16 6.163 .014 1.541
Kontrol Pos-Test 80.38 16 4.911 .062 1.228
Berdasarkan tabel diatas bahwa postest eksperimen
mempunyai mean sebesar 92,38, standar deviasi 6,163, Nilai tertinggi,
standar eror mean sebesar 0,014, sedangkan pada postest kontrol
meannya sebesar 80,38, standar deviasi sebesar 4,911,dan standar eror
mean sebesar 0,062. Signifikansi postest eksperimen sebesar 1,541>
0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar 1,228>0,05. Jadi
dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen lebih besar
daripada postest kontrol.
5.1.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data diatas diperoleh suatu
kesimpulan. Hipotesis yang pertama adalah bahwa ada perbedaan
konsep diri pada remaja sebelum dan sesudah diberikan konseling
kelompok. Pada kelompok ekperimen ada perbedaan yang signifikan
antara hasil tes sebelum sebesar 85,81 dan setelah diberi perlakuan
konseling kelompok sebesar 92,38 pada signifikansi 0,731> 0,05.
Sedangkan pada kelompok kontrol ada perbedaan hasil tes sebelum
sebesar 75,38 dan sesudah perlakuan diskusi sebesar 80,38 tetapi tidak
89
signifikan dilihat dari signifikansi 0,101 < 0,05. Pada kelompok
eksperimen hasil t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,798 > 2,13 ) pada
signifikansi 5%, itu berarti hipotesis yang berbunyi ada perbedaan
konsep diri sebelum dan sesudah diberi perlakuan konseling kelompok
pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dapat
diterima. Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil
daripada t tabel ( 2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti
hipotesis ada perbedaan konsep diri remaja “ditolak karena tidak
signifikan”. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara tes
sebelum dan setelah diberikan ceramah namun tidak signifikan.
Untuk hipotesis yang kedua adalah ada perbedaan konsep diri
remaja antara kelompok yang diberi konseling kelompok
(eksperimen) dan yang tidak diberi konseling kelompok (kontrol).
Kelompok yang diberikan perlakuan konseling kelompok ada
perbedaan yaitu konsep diri lebih baik dibandingkan dengan
kelompok yang diberikan diskusi yang berjudul cinta menurut
pandangan islam. Ini terbukti dari Signifikansi postest eksperimen
sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar
1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen
lebih besar daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam
melakukan konseling kelompok maka semakin meningkat konsep diri
remaja.
90
Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya konseling
kelompok mampu mengurangi konsep diri negatif. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa konsep diri pada diri remaja sebelum
dengan sesudah mendapatkan konseling kelompok adalah berbeda dan
mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk kelompok yang diberi
perlakuan konseling kelompok maka konsep dirinya akan lebih baik
daripada kelompok yang hanya diberi ceramah saja.
Adanya perbedaan konsep diri pada remaja sejalan dengan
pendapat Nashori (2000) bahwa Konseling kelompok pada dasarnya
berpengaruh terhadap konsep diri seseorang, baik dalam
mempertahankan keselarasan batin, mengatasi konflik yang ada pada
dirinya dan untuk menafsirkan pengalaman yang didapatkan. Oleh
karena itu, konsep diri diperlukan seseorang untuk dijadikan sebagai
acuan dan pegangan hidup dan tuntunan kebutuhan seseorang. Namun
demikian, konsep diri seseorang bukan merupakan pembawaan sejak
lahir, melainkan terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seseorang dari masa kecil sampai dewasa. Konsep diri
juga dihasilkan dari proses interaksi individu dengan lingkungan
secara terus menerus ( Nashori, 2000 : 28).
Keberhasilan pelaksanaan konseling kelompok di Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang berjalan lancar dilihat dari
keefektifan anggota dalam mengikuti proses konseling kelompok.
Dengan adanya konseling kelompok dapat membantu individu dalam
91
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Seperti diungkapkan oleh Natawidjaja (1987), bahwa layanan
konseling kelompok merupakan salah satu upaya untuk memberikan
bantuan pada remaja dalam situasi yang membutuhkan dorongan atau
memecahkan masalah. Konseling kelompok merupakan sarana belajar
dan berlatih serta untuk mendapatkan suasana yang aman dan
demokratis. Demikian juga diungkapkan oleh Ainurrahim Faqih
(2001: 37), individu yang mampu mengetahui, memahami, mengerti
dan mengenali dirinya sendiri akan dengan mudah mengembangkan
potensi yang dimilikinya. Sebagai mahkluk beragama, sosial,
individu, dan berbudaya akan lebih mudah mencegah timbulnya
masalah dan menjaga berbagai kemungkinan timbulnya masalah.
Konsep diri seseorang baik negatif maupun positif dapat
diturunkan dengan pembentukan lingkungan yang kondusif dengan
pengembangan kepribadian dan sikap-sikap yang lebih baik, sehingga
remaja yang memiliki konsep diri negatif akan mengerti akan
pentingnya memahami, menerima dan mengenali diri sendiri dan
lingkungan sosialnya dalam pencapaian konsep diri positif sehingga
akan terbentuk jati diri remaja yang sebenarnya dan memiliki
kepribadian yang sehat sesuai dengan perkembangannya. Hasil
tersebut sejalan dengan pendapat Sobur (2003: 121) yang menyatakan
92
bahwa manusia berkembang berdasar stimulus yang diterimanya dari
lingkungan sekitarnya.
Konseling kelompok mempunyai peran penting dalam
upaya menumbuh kembangkan dan meningkatkan konsep diri remaja.
Peranannya adalah sebagai berikut :
a) Membantu inividu mengetahui, memahami, mengenal dan melihat
dirinya sendiri sesuai hakikatnya atau fitrahnya sehingga individu
tersebut dapat mengembangkan potensi dan fitrah yang dimilikinya
secara optimal.
b) Menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, baik kelebihan
maupun kelemahannya sehingga individu tidak merasa minder
dalam bergaul, dan kepercayaan pada dirinya akan membuat ia
dapat mengembangkan kelebihan yang dimilikinya.
c) Dengan berbekal konsep diri yang positif, maka individu mampu
memahami keadaan atau situasi dan kondisi yang dihadapinya saat
ini sehingga seseorang akan mudah merasakan kesulitan yang
dialaminya dan bisa membantu faktor-faktor penyebab terjadinya
permasalahan tersebut sehingga jika suatu saat mereka mengalami
permasalahan lagi dapat mengatasinya sendiri.
93
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat
disimpulkan hipotesis pertama bahwa ada perbedaan konsep diri
sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di
Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan
hasil nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,798 > 2,131 ) pada
signifikansi 5%, Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada
perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling
kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang “
diterima” Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil
daripada t tabel ( 2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti
hipotesis “ada perbedaan konsep diri remaja ditolak karena tidak
signifikan”. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara tes
sebelum dan setelah diberikan ceramah akan tetapi tidak signifikan.
Dan untuk hipotesis kedua bahwa ada perbedaan konsep diri
antara kelompok yang diberi perlakuan konseling kelompok dan yang
tidak diberi konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang. Ini terbukti dari Signifikansi postest eksperimen
sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar
1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen
94
lebih besar daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam
melakukan konseling kelompok maka semakin meningkat konsep diri
remaja.
6.2. Limitasi
Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti
banyak terjadi kendala dan hambatan. Faktor yang menjadi kendala
dan hambatan dalam penelitian ini adalah faktor penerjemahan hasil
penelitian. Peneliti mengakui bahwa dalam penelitian ini masih
terdapat kelemahan-kelemahan yang disadari oleh penulis khususnya,
dalam penerjemahan hasil penelitian berupa angka-angka ke dalam
bentuk penjabaran secara deskriptif. Namun demikian penulis
berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis
yang berupa angka-angka keistimewaan pada bidang metodologi,
yakni pengolahan analisis data dengan menggunakan program SPSS
12.0.
6.3. Saran
Setelah peneliti menyimpulkan data-data yang telah
diperoleh, selanjutnya peneliti akan memberikan beberapa sarat yang
menurut hemat peneliti sangat diperlu diberikan dalam rangka untuk
meningkatkan peran konseling kelompok terhadap konsep diri di Panti
Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Adapun saran-saran yang peneliti
ajukan adalah :
95
6.3.1. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
Penulis berharap bahwa dengan penelitian ini bisa dijadikan
masukan dalam melaksanakan konseling kelompok terhadap anak
asuh khususnya remajanya. Apalagi di Panti tersebut konseling
kelompok belum efektif. Dengan konseling kelompok ini para
pengasuh akan dapat mengetahui masalah-masalah para remaja panti,
yang diakibatkan para remaja menunjukkan sifat suka mengeluh,
pesimis, dan merasa tidak diperhatikan. Semuanya itu merupakan ciri-
ciri konsep diri negatif. Dengan melakukan konseling kelompok
diharapkan para remaja mampu menghilangkan sifat-sifat tersebut dan
berubah lebih baik lagi. Dengan adanya penelitian yang peneliti
lakukan, pihak panti asuhan Darul Hadlonah mampu mengoptimalkan
layanan konseling kelompok.
6.3.2. Bagi Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
Penulis menganggap penting penelitian ini, karena remaja
dengan mengetahui dan memahami dirinya sendiri, mereka mampu
menghasilkan nilai positif dalam pengembangan potensi dan fitrah
yang dimilikinya sehingga nantinya dapat hidup di dunia dan akhirat
dapat dicapai secara optimal. Selain itu diharapkan para remaja
mampu merahasiakan permasalahan yang ada dalam proses konseling
kelompok kemarin.
96
6.3.3. Bagi Mahasiswa Dakwah
Mahasiswa Dakwah jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam
mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, maka dari itu ia harus
dapat mengembangkan skill dan kemampuan keilmuan yang
dimilikinya terutama dalam bidang bimbingan dan konseling islam
karena hal tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas baik anak-
anak, remaja maupun dewasa.
6.3.4.Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan
penelitian dengan topik konseling kelompok dan konsep diri dapat
mempertimbangkan variabel-variabel yang lain misalnya tentang
penyesuaian diri, kepercayaan diri atau pemahaman diri.
6.4. Penutup
Puji syukur Alhamdulilah dengan limpahan Rahmat dan
Hidayah Allah SWT kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyeleaikan skripsi ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan baik
dari segi bahasa, penulisan, penyajian sistematika, pembahasan
maupun analisisnya. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan
kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, karena skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan.
97
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhoNya kepada
kita semua dan memberikan manfaat bagi pembaca dan diri peneliti,
selain itu juga mampu memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang
positif bagi keilmuan BPI. Amin ya robbal „alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Afiatind dan Martaniah. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri melalui
Konseling Kelompok. Psikologika. Jakarta: UGM.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek
.jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saefuddin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bukhori dalam kitab al-Iman, Bab Halawatil Iman 1/14.
Muslim dalam kitab al-Iman, bab Bayan Khisholi Man Ittashofa Bihinna
Wajada Halawatal Imaan 1/48.
Burns. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan
Perilaku). Jakarta: Arcan.
Calhoun dkk. 1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan
kemanusiaan. Edisi ketiga. Hill Publishing Comphany. New
York.
Darajat, Zakiyah. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang.
Depag. 1989..Alquran dan terjemahannya. Semarang: Toha Putra.
Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
Dewa, Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan.
Semarang: Unnes Press.
Ema Widianti.2007. Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri
Remaja ( Analisis Bimbingan dan Konseling Islam ). Semarang:
IAIN Walisongo Semarang.
Erikson, Erik. 1963. Chilhood and society. Nortoon, New York.
Faqih, Ainur Rahim. 2001. Bimbingan Konseling dalam Islam.
Yogyakarta: UII Press.
Farazin,Muhammad dan Kartika Nur Fathiyah. 2004. Pemahaman Tingkah
Laku. Jakarta : Rineka Cipta.
Gazda, George. 1984. Group Counseling A development Approach.third
edition. Toronto: Allyn and Bacon.
George dan Cristian. 1976. Counseling . Jakarta: Rineka Cipta.
Geraldine K Wanei. 2006. Konsep diri positif, Menentukan Prestasi Anak.
Kanisus Yogyakarta.
Ghazali. 1939. ihya'ulumudin,juz1. Mesir: Mustafa Al-Habib.
Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research jilid II. Yogyakarta: Andi
Offset.
Hellen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Kartono, Kartini. 1990. Metodologi Penlitian Sosial. Bandung:
Rosdakarya.
Kartono, Kartini. 2000. Interpersonal Mahasiswa dalam psikologika.
Yogyakarta.: Erlangga.
Kerlinger. 2000. Foundation of behavioral research.fort worth.Harcourt
College Publisher.
Krumblotz dan Thoressen. 1995. Thoressen Caunseling Methods. United
State Of America.
Latipun. 2000. Psikologi Konseling. Malang: UMM press.
Luk lukaningsih, Zuyinah. 2010. Pengembangan Kepribadian.Yogyakarta:
Nuha Medika
Mintarsih, Widayat. 2009. Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap
Efektivitas Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Semarang: IAIN
Walisongo Semarang.
Mulkan. 2002. Psikologi suatu pengantar . Jakarta:UII Press.
Mulyanintyas, Renita. 2006. Bimbingan dan Konseling. Ciputat: Quantum
Teaching.
Muntholi'ah, 2002. Konsep diri positif menunjang prestasi PAI, Gunung
Jati dan Yayasan Al-Qur'an, Semarang.
Murad Lesmana, Jeanette.2005. Dasar-dasar Konseling.Jakarta:UII.
Murdoko. 2004. Konsep Diri Positif. Yogyakarta:Rosdakarya.
Naisaburi. 1998. Pengantar Konseling. Malang: UMM Press.
Nashori. 2000. Hubungan antara Kematangan Beragama dengan
Kompetensi, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendektan dalam Penyuluhan
Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Prayitno. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.
Prayitno. 2004. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan
profil ). Jakarta: Gahalia Indonesia.
Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling : Aplikasi dalam sarana
Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta :
Salemba Medika.
Pudjiogyanti, Clara. 1988. Konsep Diri dalam Pendidikan.Jakarta: Arcan.
Purwanto.M.Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan.Bandung: Rosdakarya.
Rahmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Rahmawati.2005. Perkembangan Remaja. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Ramadhani, Savitri. 2008. The Art Of Positif Communicating. Yogyakarta:
Bookmarks.
Robert, Gibson dan Marianne. 2011. Bimbingan dan
Konseling.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan dan Kelompok.
Surabaya: Universitas Negeri Malang.
Sangalang. 1992. Self Concept. New york: Pustaka Group.
Santoso, Singgih.2001. Buku latihan SPSS statistik pada materi. Jakarta:
Elek Media.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Sevilia, 1993. Pengantar Metodologi Penelitian,terj Alimuddin
Tuwu.Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung:
Pustaka Setia.
Soemardjono. 1992. Liku-liku Relasi Antarpribadi dan
Permasalahannya dalam kelompok Kepribadian Siapakah
Saya. Jakarta: CV Rajawali.
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Suharsono, Irawan. 1998. Metode Penelitian Sosial: Suatu Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan ilmu Sosiak lainnya.Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Sulistyorini. 2004. Konsep Diri Positif menentukan prestasi anak. Jakarta:
Kanisius.
Tri Hendradi, Cornelius.2004. Langkah Mudah Memecahkan Kasus
statistik: Deskripstif, Parametrik dan non Parametrik dengan
SPSS 12. Yogyakarta: Andi Off Sett.
Wawancara dengan bapak Munif tanggal 1 Juni 2012
Wawancara dengan Ibu Diah tanggal 31 Mei 2012
Wawancara dengan Ibu Munandiroh tanggal 2 Juni 2012.
WS Winkel dan Hstutik. 2004. Bimbingan Konseling di Institut
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
Blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html.
Handry,dan Heyes.1989. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
http://bawana.wordpress.com/2008/04/19/faktor-faktor-yang
mempengaruhi-konsep-diri/25/04/2012/pukul 12.30.
http://misscounseling.blogspot.com/2011/09/kerangka-konseptual-
bimbingan.html [accessed at 21/03/2012/pukul 09.00.
http://www.masbow.com/2009/07/konsepdiri.html/25/04/2012/pukul
17.00.
http://rifafreedom.wordpress.com/2008/09/22/cinta-menurut-pandangan-
Islam/26/04/2012/pukul 17.00.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampian 1 Model Kelompok Kontrol
Lampiran 2 Modul Kelompok Eksperimen
Lampiran 3 Instrumen Agket Penelitian ( Uji Coba dan setelah uji coba)
Lampiran 4 Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Konsep Diri
Lampiran 5 Data Hasil Angket Penelitian
Lampiran 6 Olah Data SPSS 12
Lampiran 7 Piagam KKN
Lampiran 8 Piagam OPAK
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 10 Daftar Responden Penelitian
Lampiran 11 Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran 12 Laporan Hasil Konseling Kelompok
Lampiran 13 Biodata Peneliti
Daftar Pedoman Wawancara Kepada Pengurus Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang
1. Bagaimana sejarah berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang ini ?
2. Apa tujuan didirikan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang?
3. Berapa jumlah anak asuh yang ada dalam Panti Asuhan?
4. Sudah adakah layanan Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang
5. Bagaimana struktur organisasinya ?
6. Bagaimana Konsep Diri para remaja di Panti Asuhan ini ?
7. Program apa saja yang ada di Panti Asuhan ini ?
8. Biasanya dana diperoleh dari mana ?
DATA PRETEST KEL. EKSPERIMEN
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sulis Eko Pujianto 4 2 3 2 4 4 3 2 2 1 1 2
Heri Yulianto 2 2 3 4 2 3 2 3 2 1 3 2
Firli Novandri 4 3 1 2 1 2 3 4 3 2 2 1
Supardi 1 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4
Winarto 3 3 2 2 2 3 4 4 2 3 2 3
Anisatul 4 3 2 2 3 2 3 1 3 3 2 2
A.nurrohman 4 2 3 2 4 3 4 2 2 2 3 1
Siti Lukianah 2 4 3 3 3 3 2 4 3 2 2 4
HamdanMunif 2 3 3 3 1 2 2 3 2 1 1 2
Siti Novia 2 2 3 3 1 1 3 3 2 2 4 2
Sofiana 2 3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3
Isna 2 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2
Mudrikah 1 2 1 4 2 2 3 3 4 1 2 1
Heny eka 1 1 2 3 4 4 2 3 2 3 2 3
Tessa 4 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2
Arsil Hamid 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 1 3
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
2 3 2 3 2 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3
4 2 3 2 1 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3
2 3 2 1 2 3 1 2 3 4 4 3 2 1 2
2 2 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4
4 4 3 2 2 4 4 3 2 4 1 2 4 3 1
3 3 4 3 2 1 2 3 4 3 2 1 2 3 4
2 2 3 4 3 2 2 2 1 3 4 3 3 2 3
4 3 2 4 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3
3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2
2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2
2 2 4 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3
3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3
3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 3 4 2
4 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1
3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 4
4 3 2 1 2 3 2 4 2 2 3 3 2 2 3
28 29 30 31 32 33 Jumlah
2 3 2 4 2 2 90
4 2 3 4 3 1 85
2 1 3 4 4 2 79
4 4 4 2 3 3 106
3 3 3 4 3 4 96
2 1 3 2 3 1 82
2 1 4 2 3 2 85
3 4 1 2 3 1 89
2 2 2 4 4 2 79
3 2 3 2 2 3 80
2 3 3 2 4 1 87
4 3 4 3 4 1 86
2 1 2 3 2 2 73
1 3 4 4 2 3 82
4 4 4 3 2 3 90
2 2 3 3 3 2 84
Total = 1373
DATA POSTEST KEL. KONTROL
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Dwi Bagus 3 3 2 1 2 2 3 4 2 1 2 2
Vina 4 1 4 3 2 1 2 3 2 1 2 2
Dewi 3 1 1 2 1 2 1 2 3 3 3 3
Abdul Aziz 1 3 3 2 2 4 2 3 2 2 4 3
Achmad S 1 3 1 2 4 1 3 3 2 1 3 1
Wahyono 2 3 1 4 3 4 3 3 3 2 1 2
Maria Ulfa 2 3 3 3 3 2 1 1 2 3 4 2
Sofyan 2 4 3 4 4 4 2 3 1 4 3 2
Siti Nur 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 4
Ervina 2 3 4 3 3 4 4 3 2 1 2 3
Ahsana 2 3 4 1 3 2 3 1 3 2 2 2
Istiqomah 2 3 2 1 4 3 2 1 2 3 4 3
Eviy 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 3
Khomsatun 4 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3
Siti Maghfiroh 2 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 2
Ika 2 4 1 2 1 2 3 1 2 2 2 4
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
4 3 3 2 2 3 2 1 2 2 4 3 3 4 3
1 2 2 1 2 3 3 4 3 3 2 4 3 2 1
3 4 3 4 3 3 2 1 2 3 4 1 2 3 4
2 2 1 3 4 3 2 1 2 3 4 3 2 1 2
2 3 4 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 4 3
4 1 2 2 1 2 2 3 4 3 2 2 1 3 2
3 3 4 3 3 2 3 2 1 2 3 4 3 2 3
4 3 2 2 1 2 3 4 4 3 2 1 2 3 3
3 2 2 1 2 2 3 4 4 2 2 3 3 2 2
4 3 2 2 3 2 3 3 3 1 4 2 2 4 3
3 3 4 4 4 3 2 1 2 2 4 3 1 2 3
2 2 1 2 3 4 2 3 1 1 2 4 3 2 2
2 1 2 3 2 2 1 2 1 2 1 4 3 2 2
2 3 1 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1
1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 4 3 3 2
1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 3 2 4
28 29 30 31 32 33 Jumlah
3 4 1 2 3 2 83
2 3 3 2 2 4 79
3 4 2 1 2 3 82
4 4 3 2 1 1 81
2 1 2 3 2 2 77
4 3 2 1 2 3 80
3 3 4 2 3 2 87
2 2 1 2 2 3 87
1 2 4 3 2 4 82
2 2 1 2 1 1 84
4 2 2 1 3 2 83
1 1 1 2 2 2 73
3 4 3 2 4 3 77
3 3 2 4 3 2 85
2 4 2 3 2 1 77
3 2 2 1 2 3 69
1286Jumlah =
DATA HASIL ANGKET PENELITIAN PRETEST DAN POSTESTDATA PRETEST KEL. KONTROL
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jumlah
Dwi Bagus 2 4 3 2 2 3 1 2 2 3 1 3 2 3 2 4 2 1 1 2 3 2 1 2 1 3 2 4 2 3 1 2 1 72
Vina 2 1 3 1 3 4 3 2 1 2 3 4 4 3 2 3 2 1 2 3 3 2 4 3 2 1 2 1 2 3 4 2 3 81
Dewi 2 3 4 2 4 2 3 2 1 2 1 3 2 2 1 3 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 4 3 4 3 1 1 2 74
Abdul Aziz 2 1 1 2 2 1 1 3 3 2 2 1 1 4 3 4 3 2 1 2 3 1 4 3 3 4 2 3 1 4 2 2 1 74
Achmad S 2 2 3 3 1 1 2 3 4 3 2 2 1 4 3 2 1 2 1 2 4 2 4 2 2 3 4 2 2 1 3 4 2 79
Wahyono 3 4 2 1 3 2 1 3 2 3 2 1 2 1 3 2 1 3 4 3 2 2 1 1 3 4 3 2 2 1 3 4 4 78
Maria Ulfa 2 2 3 1 2 1 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 57
Sofyan 2 1 1 2 3 3 3 2 1 3 2 1 2 3 2 1 3 1 4 4 2 1 2 3 2 1 3 2 2 1 1 2 1 67
Siti Nur 4 2 3 1 2 4 2 3 1 1 2 2 4 3 1 2 3 1 2 4 3 1 2 4 2 4 3 1 2 4 3 1 2 79
Ervina 2 3 2 1 4 3 2 1 1 2 3 2 1 2 4 3 2 1 2 3 2 1 1 4 2 2 3 2 1 3 2 2 4 73
Ahsana 3 2 4 3 2 1 2 3 4 4 3 2 4 3 1 2 3 2 2 3 1 2 3 4 2 1 3 4 2 3 1 2 4 85
Istiqomah 3 4 2 1 3 2 2 1 2 3 2 1 3 4 3 2 1 3 2 1 2 3 2 1 4 2 3 1 3 3 2 2 4 77
Eviy 1 3 2 2 1 2 2 2 3 2 1 2 1 2 3 4 2 3 1 2 4 3 2 1 2 4 3 1 2 2 4 2 2 73
Khomsatun 2 1 2 2 1 3 2 2 3 2 1 2 3 2 1 2 2 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 2 3 1 2 1 3 77
Siti Maghfiroh 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 2 3 4 3 4 3 4 1 3 2 3 2 1 2 3 4 2 3 2 1 2 3 3 85
Ika 3 3 2 4 2 3 2 1 2 3 4 2 1 2 1 2 1 2 3 2 1 4 3 2 1 2 3 2 4 2 1 3 2 75
1206
DATA PRETEST KEL. EKSPERIMEN
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jumlah
Sulis Eko Pujianto 4 2 3 2 4 4 3 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2 4 3 3 2 3 4 4 4 3 3 2 3 2 4 2 2 90
Heri Yulianto 2 2 3 4 2 3 2 3 2 1 3 2 4 2 3 2 1 2 2 2 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 4 3 1 85
Firli Novandri 4 3 1 2 1 2 3 4 3 2 2 1 2 3 2 1 2 3 1 2 3 4 4 3 2 1 2 2 1 3 4 4 2 79
Supardi 1 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 2 3 3 106
Winarto 3 3 2 2 2 3 4 4 2 3 2 3 4 4 3 2 2 4 4 3 2 4 1 2 4 3 1 3 3 3 4 3 4 96
Anisatul 4 3 2 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 3 4 3 2 1 2 3 4 3 2 1 2 3 4 2 1 3 2 3 1 82
A.nurrohman 4 2 3 2 4 3 4 2 2 2 3 1 2 2 3 4 3 2 2 2 1 3 4 3 3 2 3 2 1 4 2 3 2 85
Siti Lukianah 2 4 3 3 3 3 2 4 3 2 2 4 4 3 2 4 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 4 1 2 3 1 89
HamdanMunif 2 3 3 3 1 2 2 3 2 1 1 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 2 79
Siti Novia 2 2 3 3 1 1 3 3 2 2 4 2 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 80
Sofiana 2 3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 4 3 2 4 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 4 1 87
Isna 2 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 3 2 1 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 4 1 86
Mudrikah 1 2 1 4 2 2 3 3 4 1 2 1 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 3 4 2 2 1 2 3 2 2 73
Heny eka 1 1 2 3 4 4 2 3 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 4 4 2 3 82
Tessa 4 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 4 4 4 4 3 2 3 90
Arsil Hamid 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 1 3 4 3 2 1 2 3 2 4 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 2 84
Total = 1373
Jumlah =
DATA POSTEST KEL. KONTROL
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jumlah
Dwi Bagus 3 3 2 1 2 2 3 4 2 1 2 2 4 3 3 2 2 3 2 1 2 2 4 3 3 4 3 3 4 1 2 3 2 83
Vina 4 1 4 3 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 3 3 4 3 3 2 4 3 2 1 2 3 3 2 2 4 79
Dewi 3 1 1 2 1 2 1 2 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 2 1 2 3 4 1 2 3 4 3 4 2 1 2 3 82
Abdul Aziz 1 3 3 2 2 4 2 3 2 2 4 3 2 2 1 3 4 3 2 1 2 3 4 3 2 1 2 4 4 3 2 1 1 81
Achmad S 1 3 1 2 4 1 3 3 2 1 3 1 2 3 4 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 4 3 2 1 2 3 2 2 77
Wahyono 2 3 1 4 3 4 3 3 3 2 1 2 4 1 2 2 1 2 2 3 4 3 2 2 1 3 2 4 3 2 1 2 3 80
Maria Ulfa 2 3 3 3 3 2 1 1 2 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 2 1 2 3 4 3 2 3 3 3 4 2 3 2 87
Sofyan 2 4 3 4 4 4 2 3 1 4 3 2 4 3 2 2 1 2 3 4 4 3 2 1 2 3 3 2 2 1 2 2 3 87
Siti Nur 1 2 2 2 2 2 3 2 2 3 4 4 3 2 2 1 2 2 3 4 4 2 2 3 3 2 2 1 2 4 3 2 4 82
Ervina 2 3 4 3 3 4 4 3 2 1 2 3 4 3 2 2 3 2 3 3 3 1 4 2 2 4 3 2 2 1 2 1 1 84
Ahsana 2 3 4 1 3 2 3 1 3 2 2 2 3 3 4 4 4 3 2 1 2 2 4 3 1 2 3 4 2 2 1 3 2 83
Istiqomah 2 3 2 1 4 3 2 1 2 3 4 3 2 2 1 2 3 4 2 3 1 1 2 4 3 2 2 1 1 1 2 2 2 73
Eviy 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 1 2 3 2 2 1 2 1 2 1 4 3 2 2 3 4 3 2 4 3 77
Khomsatun 4 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 3 2 4 3 2 85
Siti Maghfiroh 2 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 4 3 3 2 2 4 2 3 2 1 77
Ika 2 4 1 2 1 2 3 1 2 2 2 4 1 2 2 2 2 1 3 2 1 1 2 2 3 2 4 3 2 2 1 2 3 69
1286
DATA POSTEST KEL.EKSPERIMEN
Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 Jumlah
Sulis Eko Pujianto 4 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 4 2 2 4 2 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 2 2 4 109
Heri Yulianto 3 3 2 2 2 3 4 4 2 3 2 3 4 4 3 2 2 4 4 3 2 4 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 96
Firli Novandri 4 3 3 2 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 2 4 3 4 2 2 100
Supardi 4 2 3 3 3 2 4 4 4 3 2 1 2 2 4 4 3 2 2 2 1 3 4 3 3 2 3 2 1 4 3 1 4 90
Winarto 2 4 3 3 4 3 2 4 3 2 3 4 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 4 1 2 2 3 90
Anisatul 2 4 3 3 4 2 2 4 2 1 3 2 3 4 3 3 3 2 2 4 2 3 3 4 3 3 2 2 4 2 3 4 3 94
A.nurrohman 2 2 3 4 3 1 3 3 2 2 4 2 2 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 85
Siti Lukianah 2 3 2 2 3 2 2 3 4 3 4 3 2 2 4 3 2 4 3 2 2 2 3 1 2 3 3 2 3 3 4 3 4 90
HamdanMunif 2 2 3 3 2 3 2 3 4 2 2 2 3 2 4 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 4 3 2 3 89
Siti Novia 4 2 2 2 2 2 2 3 4 4 4 1 1 3 4 2 3 2 4 2 3 2 3 1 4 3 2 1 4 3 4 1 3 87
Sofiana 3 4 2 3 4 4 2 3 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 1 4 3 4 3 3 2 91
Isna 4 3 2 2 2 3 2 4 1 2 3 2 3 2 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 2 4 4 4 4 4 1 3 91
Mudrikah 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 1 3 4 3 2 1 2 3 2 4 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 4 1 84
Heny eka 2 1 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 4 3 4 2 3 4 3 3 1 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 4 95
Tessa 3 3 2 2 4 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 1 1 2 4 2 3 4 90
Arsil Hamid 4 3 3 2 3 2 3 1 3 2 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 97
Total = 1478
Jumlah =
DATA RESPONDEN PENELITIAN
NO NAMA UMUR ASAL SEKOLAH
1 Sulis Eko Pujianto 18 SMA BINA NUSANTARA
2 Heri Yulianto 14 SMP HASANUDDIN 05
3 Dwi bagus waluyo 14 SMP HASANUDDIN 05
4 Vina Chalawatuz Zahro 15 MA NU NURUL HUDA
5 Firli Novandri 14 SMP HASANUDDIN 05
6 Supardi 17 MA USWATUN
HASANAH
7 Winarto 18 SMA BINA NUSANTARA
8 Annisaul latifah 15 SMP HASANUDDIN 05
9 Dewi Mustiko 15 SMP HASANUDDIN 05
10 A.Nurrohman 14 SMP HASANUDDIN 05
11 Siti Lukianah 14 SMP HASANUDDIN 05
12 Abdul Aziz 19 KURSUS
13 Ahmad Saefuddin 14 SMP HASANUDIN 05
14 Hamdan Munib 16 MA NU NURUL HUDA
15 Wahyono 14 SMP HASANUDDIN 05
16 Maria ulfa 18 MA NU NURUL HUDA
17 S. Novia AS 13 MA NU NURUL HUDA
18 Sofyan Alfian 15 SMP HASANUDDIN 05
19 Siti Nur indah Sari 13 SMP HASANUDDIN 05
20 Sofiana 14 SMP HASANUDDIN 05
21 Ervina wati 13 SMP HASANUDDIN 05
22 Isna Rokihimah 13 SMP HASANUDDIN 05
1
23 Ahsana Fajrotun Adha 18 MA NU NURUL HUDA
24 Mudrikah Zain 14 SMP HASANUDDIN 05
25 Istiqomah 18 MA NU NURUL HUDA
26 Eviy Alfianti 18 MA NU NURUL HUDA
27 Khomsatun 16 MA NU NURUL HUDA
28 Heny Eka H 16 MA NU NURUL HUDA
29 Tesa Agustina 13 SMP HASANUDDIN 05
30 Siti Maghfiroh 13 SMP HASANUDDIN 05
31 Ika Novia Widiastuti 13 SMP HASANUDDIN 05
32 Arsil Hamid 16 SMP HASANUDDIN 05
HASIL ANGKET PENELITIAN UJI COBA
res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 2 2 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3
2 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 2
3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2
4 4 1 3 3 2 3 2 4 2 4 4 4 3 4 4 2 2
5 3 3 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
6 4 2 1 4 2 1 4 4 4 4 3 2 4 4 4 1 1
7 2 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
8 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2
9 3 1 1 4 4 1 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 1
10 4 2 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 4 2 2
11 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3
12 4 3 3 4 2 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 2 3
13 3 4 3 4 2 4 2 4 3 4 4 4 4 3 4 2 1
14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2
15 3 2 1 1 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 1
16 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4
17 4 2 4 2 1 3 1 3 1 3 2 1 3 4 3 3 4
18 3 2 2 4 2 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 2 3
19 3 4 3 4 1 2 3 3 2 3 2 3 3 1 4 2 1
20 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3
21 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 3 3 3 2 2
22 2 4 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3
23 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3
24 2 4 2 3 1 3 3 2 4 4 3 3 3 3 2 3 3
25 2 4 2 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 2
26 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 2 3
27 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3
28 4 2 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3
29 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 4 2 2
30 2 4 2 3 2 4 3 4 4 4 3 4 4 1 4 1 2
31 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 2 2 3 2 3 2 3
32 4 3 2 2 3 1 2 3 1 3 3 1 3 2 4 2 2
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 4 3 3 4 3
2 2 3 3 2 2 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3
4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3
2 3 2 2 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3
3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
4 3 1 1 2 1 1 4 4 4 4 4 4 4 3 2
2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 4 3 4 4 4 3
3 2 1 2 2 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 2
4 4 2 1 4 2 3 4 1 2 4 4 4 1 4 4
3 3 3 3 3 2 2 3 1 3 4 4 3 4 4 2
2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2
2 3 3 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3
2 3 2 3 4 2 2 4 1 2 4 4 4 4 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
4 3 3 3 3 3 2 4 1 2 4 4 4 4 4 1
4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 4 2 2 3 3 3 3 4 2 4 3 4 4 4 2
2 3 3 2 4 2 2 4 2 1 4 3 3 4 4 3
4 2 3 2 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3
2 3 2 2 4 1 3 3 4 2 4 3 4 4 4 3
3 3 2 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3
3 3 3 4 3 2 3 2 4 2 4 3 3 3 4 2
4 3 3 2 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3
2 3 1 1 4 2 3 3 2 2 4 3 4 3 4 3
3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3
4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3
3 4 4 3 3 1 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3
2 3 2 2 2 2 2 3 4 2 4 3 2 4 4 3
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3
3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3
2 3 2 4 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 2
2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 4 3
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Jumlah
4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 1 4 3 2 3 2 142
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 140
4 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 160
4 4 2 3 2 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 4 2 154
3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 134
4 2 3 1 1 4 4 4 2 3 2 1 4 3 1 4 4 140
4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 1 4 3 2 4 2 137
3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 139
4 4 1 4 1 1 2 1 3 4 4 3 4 4 1 4 4 149
4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 142
2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 2 3 2 118
3 3 2 2 3 3 4 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 151
4 4 2 4 2 3 3 3 3 4 3 2 4 4 3 4 3 155
3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 4 2 144
4 4 3 2 4 4 2 4 2 3 3 4 1 4 4 4 3 151
4 4 1 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 178
3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 2 3 4 1 2 3 136
3 3 2 3 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 147
4 4 2 3 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 1 3 4 146
4 4 2 3 2 3 4 4 2 3 2 2 3 4 2 3 3 145
3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 149
3 3 2 3 3 3 3 2 1 3 2 1 2 4 3 4 3 137
3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 154
4 3 3 2 2 2 3 1 2 3 1 1 4 3 2 3 3 130
3 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 1 3 4 2 3 3 153
3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 2 4 3 154
3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 4 1 3 4 2 3 3 158
3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 2 133
3 3 2 4 2 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 144
4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 157
3 4 1 2 1 4 4 4 3 4 2 2 3 2 2 4 4 147
3 3 2 4 3 1 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 133
Total = 4657
1
Laporan Pelaksanaan Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul
Hadlonah Semarang
Pertemuan ke-1 sampai ke-5
Bentuk Layanan : Konseling Kelompok
Sasaran : Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah
Semarang yang berusia 13-21 thn yang memiliki
Konsep Diri Rendah
Tanggal pelaksanaan : Tanggal 2-9 Juni 2012
Waktu : 90 menit/pertemuan ( 19.00-20.30 WIB )
Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok yaitu
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing-masing anggota kelompok, dan masalah terselesaikan
dengan cepat melalui bantuan anggota lain, khusunya untuk mengarahkan
remaja di Panti agar memiliki konsep diri yang positif. Sedangkan
manfaat dari konseling kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat
hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota
dalam mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan
pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan
kemampuan remaja untuk dapat menilai dirinya sendiri dan
anggotalainnya. Dalam pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan
Darul Hadlonah Semarang peneliti membagi dalam 2 kelompok
eksperimen ,tiap kelompok terdiri 8 anggota yang dipilih secara berhitung.
Pelaksanaan konseling kelompok peneliti juga memberikan permainan
guna mengakrabkan antar masing-masing anggota kelompok yaitu
permainan berhitung dari angka 1 sampai 3 kemudian angka keempat
diganti dengan kata dot sampai kelipatannya.
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995:
40) ada empat tahapan, yaitu:
Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau
tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap
ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik
oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan
penjelasan tentang konseling kelompok sehingga masing-masing anggota
akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa konseling
kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan
diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses
pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh
anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada
mereka.
Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan
ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar,
artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap
ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga
jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota
kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya,
yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan
gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti
jembatan itu dengan selamat. Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini
yaitu:
1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya;
2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya;
3) membahas suasana yang terjadi;
4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota;
5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-
aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-
masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari
pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin
dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan
terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan
dan penguatan serta penuh empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu masing-masing anggota secara bebas mengemukakan
masalah atau topik bahasan, menetapkan masalah atau topik yang akan
dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik secara
mendalam dan tuntas.
Tahap 1V Tahap akhir
Pada tahap pengakhiran konseling kelompok, pokok perhatian
utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada
hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok
sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong
kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai
secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan
kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu
kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada
tahap ini adalah Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan
akan segera diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan
kesan dan hasil-hasil kegiatan, membahas kegiatan lanjutan,
mengemukakan pesan dan harapan.
Masalah-Masalah yang muncul dalam Konseling Kelompok yaitu :
1. Masalah IR
Selama ini IR merasakan tidak nyaman tinggal di panti karena
perlakuan senior yang lebih lama tinggal di panti. Menurutnya teman (
senior ) merasa memiliki kekuasaan di panti. Anehnya senior tersebut
selalu membedakan dirinya dengan teman yang lainnya dan sering
dikambing hitamkan. Terkadang IR lebih memilih diam daripada bercerita
dengan teman yang lainnya.
Bantuan penyelesaian masalah IR dari anggota kelompok sebagai berikut :
a. Sikap terbuka adalah penting dengan siapapun, karena setiap manusia
memiliki hak untuk berpendapat dan tentunya memiliki hak dan kewajiban
yang sama diantara anak panti, tidak ada senior dan junior. Semuanya
adalah keluarga.
b. Berbicara secara intens dengan senior tersebut, sebenarnya kesalahan IR
terhadapnya itu apa sampai senior tersebut membedakan perlakuan dengan
teman yang lain.
c. Semua anggota panti berusaha memberikan motivasi kepada IR agar
lebih nyaman tinggal di Panti.
2. Masalah SL
SL mempunyai masalah tentang kedua orang tuanya yang
berpisah dari SL duduk di sekolah dasar. SL menginginkan kedua orang
tuanya bersatu lagi. Masalahnya jika SL diberi uang ibu nya bapak nya
marah, sebaliknya jika SL diberi uang bapaknya ibu nya juga marah. Sl
merasa bingung dengan sikap orang tuanya. Bantuan penyelesaian masalah
SL dari anggota kelompok sebagai berikut:
a. Berusaha mempersatukan bapak dan ibu dalam satu ruangan sehingga
bisa saling mengutarakan pendapat apa yang di onginkan SL.
b. SL jika diberi uang ibu tidak perlu bercerita dengan bapak, sebaliknya
jika diberi uang bapak tidak perlu cerita kepada ibu agar tidak menambah
permasalahan antar bapak dan ibu nya.
3. Masalah SF
SF merasa malu atau sungkan untuk menagih uang yang dipinjam
teman sekolahnya. Padahal temannya sudah berjanji membayar hutang nya
tepat waktu. Namun sudah sebulan lebih dari tanggal kesepakatan belum
membayar juga. Padahal SF sangat butuh uang itu untuk membeli buku. Di
sekolah teman tersebut biasa saja seperti tidak ada tanggungan hutang
dengan SF. Bantuan penyelesaian konseling kelompok dari anggota yaitu :
a. Mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan maksud kepada
temannya tersebut jika memang sudah ada rejeki segera membayar
hutangnya.
b. SF harus menghilangkan rasa sungkan atau malunya tersebut
c. Jangan membuka aib teman. Maksudnya ketika menagih hutang sebisa
mungkin dalam keadaan berdua saja. Jadi tidak ada teman lain yang tahu.
4. Masalah FH
FH dan RH adalah sahabatan sejak mereka tinggal di panti. Selama
ini mereka tidak ada maslah, tetapi dengan kedatangan cowok hubungan
persahabatan antara FH dan RH renggang. RH diisuka cowok A, tetapi RH
tidak ada respon. Ternyata FH diam-diam menyukai cowok A tersebut.
Karena kesalah pahaman tersebut FH dan RH renggang. Bantuan
penyelesaian konseling kelompok dari anggota yaitu :
a. RH memberikan pengertian kepada FH bahwa RH tidak ada rasa
sedikitpun terhadap cowok A.
b. Sebisa mungkin persahabatan dijaga atau dipertahankan jangan sampai
rusak hanya masalah cowok.
5. Masalah TA
Masalah TA adalah sering dialami semua siswa. TA merasa selalu
malas belajar setiap harinya. Dia terkadang merasa santai ketika ada tugas
sekolah, bahkan dia hanya mencontek temannya disekolah dan berangkat
lebih awal dari biasanya.
Solusi dari anggota lain adalah :
a. Seharusnya TA sadar bahwa belajar adalah tugas utamanya sebagai
siswa.
b. Jangan menjadikan belajar adalah sesuatu yang membosankan.Apalagi
ada tugas dari sekolah sebisa mungkin cepat diselesaikan jika ada waktu
luang.
6. Masalah AF
Af merasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri. Dia merasa
dirinya lemah dan memiliki banyak keterbatasan sehingga merasa malu
jika berkumpul dengan orang lain. Alternatif solusi dari anggota konseling
kelompok yang lain adalah
a. AF harus lebih bersyukur kepada Allah bahwa masih banyak yang
kurang beruntung dibandingkan dirinya.
b. Harus percaya diri bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan
memulai pemahaman kembali bahwa Allah hambanya dengan segala
keterbatasan dan kelebihan masing-masing.
7. Masalah HM
HM adalah orang yang sulit berempati terhadap temannya yang
kaya dan lebih pandai. Setiap ada teman yang curhat HM selalu bingung
memberikan solusi.
Bantuan solusi dari anggota lain adalah :
a. Semua makhluk dihadapanNya sama kecuali ketakwaannya. Jadi kaya
atau lebih pintar itu sebenarnya jangan dijadikan alasan untuk berteman.
b. Berempati tidak harus dengan nasehat atau banyak bicara namun bisa
saja dengan ekspresi wajah yang mengisyaratkan kita memperhatikan
lawan bicara kita.
c. HM berusaha berempati sesuai kemampuannya. Karena setiap orang
mempunyai keinginan untuk ditanggapi dan dingertiin.
8. Masalah MD
MD mempunyai permasalahan yang saya rasa terkadang dialami
para penghuni panti asuhan juga. MD terkadang menyesal berada di panti
dan harus jauh dari keluarganya.Meskipun tiap bulannya orang tuanya
menjenguknya tetapi MD merasa orang tuanya tidak sayang terhadap
dirinya.
Alternatif solusi dari anggota KK adalah
a. MD harus lebih bersyukur kepada Allah masih diberikan tempat yang
layak, dan masih diberikan orang tua yang masih memperhatikannya.
b. positif thinking, mungkin orang tuanya menitipkan MD di panti agar
MD bisa sekolah dan ada yang mengurus. Dan yakin saja suatu saat MD
akan dijemput kedua orang tuanya.
Untuk kelompok Kontrol dilakukan tgl 7 Juni 2012 pukul 19.00-20.30
WIB
Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol berupa diskusi
dengan judul Cinta Menurut Pandangan Islam. Respon para remaja sangat
antusias melakukan diskudi kelompok tersebut. Setelah diskusi selesai
peneliti menanyakan kepada para remaja diskusi dan mereka menjawab
sangat senang dengan diadakannya diskusi tersebut dan bisa bermanfaat
bagi mereka.
MATERI UNTUK KELOMPOK KONTROL
“Cinta Menurut Pandangan Islam”
Inilah Cinta Yang sebenar-benarnya, Cinta yang didasarkan atas
keimanan dan ketaqwaan manusia, Cinta seorang hamba kepada Sang
Maha Pencipta, Cinta tanda syukur dan tiada kuasa selain kuasaNya,
Cintakan Allah adalah cinta yang tidak pernah luntur dan abadi. Cinta
selainnya adalah Cinta yang luntur dan berakhir. Janganlah mencintai akan
sesuatu terlalu berlebih lebihan sehingga mengurangi cintamu kepada
Allah. Mencintailah kamu kepadanya dengan makna Kecintaanmu kepada
Allah Yang Maha Pencipta dapat diartikan memandang segala sesuatu
karena Allah SWT semata sehingga apabila kamu mencintai seseorang,
cintailah dia dengan sebenar-benarnya karena Allah. Cinta adalah persaan
jiwa, getaran hati, pancaran naluri.
Terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya,
dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan
keceriaan. Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan persaaan
mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan
sesuatu yang essensial. Dalam banyak hal, cinta muncul untuk mengontrol
keinginan ke arah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika
orang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih
hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan sebagaimana kehidupan
orang-orang pilihan dan suci serta orang-orang yang bertaqwa dan selalu
berbuat baik.
Berbicara mengenai cinta, tentunya tidak akan lepas dari
perbincangan kita cinta monyet yang menghiasai dunia anak mudai
sekarang ini. Malah, tidak keterlaluan untuk dinyatakan, itulah pespektif
masyarakat terhadap cinta. Sedangkan cinta beginilah yang sering
mendorong pelakunya ke arah melakukan maksiat kepada Allah SWT.
Cinta sebenarnya adalah fitrah manusia sebagai makhluk allah yang
diciptakan untuk bersujud, bersyukur dan mengagungkan asma Allah,
bahwa tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah SWT, atas
karunia dan hidayahNya pulalah kita bisa hidup seperti sekarang ini,
bagaimana udara yang kita hirup untuk bernapas secara otomatis keluar
dan masuk, bagaimana mata kita bisa melihat keindahan dan alam dunia,
pemberianNya tidak bias dikukur dengan ukuran manusia, yang
kesemuanya itu adalah bukti tanda tanda kekuasanNya sehingga
sepatutnyalah manusia bersyukur dengan melaksanakan perintahNya dan
menjauhi segala laranganNya.
Mengungkapan rasa cinta dengan memandang segala sesuatu
karena Allah SWT sehingga manusia tidak berlaku sombong dan jumawa
atas harta, pangkat, kedudukannya dan tidak lupa atas ni’matNya.
Kesenian cinta yang didasari runtutan fitrah tanpa dicabul oleh hawa
syahwat merupakan logo kedamaian, keamanan dan ketenangan. Namun
cinta seringkali diperalatkan untuk melangsai keghairahan nafsu dan
kebejatan iblis laknatullah. Demi kemakmuran manusia sejagat, kita mesti
menangani fenomena cinta dengan nilai fikrah yang suci dan iman yang
komited kepada Allah. Permasalahan cinta antara yang dihadapi secara
serius oleh umat Islam hari ini. Pertentangan antara cinta hakiki dan cinta
palsu menyebabkan umat Islam menghadapi dilema perasaan yang kronik.
Krisis cinta palsu telah memapah umat Islam ke medan perpecahan yang
memusnahkan etika spritual-membunuh solidaritas dan menodai moral
etika.
Individu mukmin sewajarnya peka terhadap kehadiran cinta di
dalam jiwa. Cinta yang berlogikkan nafsu dan syahwat semata-mata
hanyalah cinta palsu yang penuh jijik dan dihina. Menyadari hakikat ini,
Faisal mencoba untuk mengurai makna dan bercerita soal cinta secara
ringkas menurut pandangan Islam. Apalagi dalam lapisan masyarakat
remaja khususnya tertipu dengan propaganda 14 Februari yang kononnya
ialah hari Kekasih. Maka sibuklah dunia berbicara soal cinta yang lebih
menjurus kepada cinta zina yang bertemakan mainan perasaan yang sama
sekali terseleweng dari kehendak Islam. Semoga Allah SWT memberikan
ganjaran terhadap usaha yang kecil ini dalam membersihkan jiwa pemuda-
pemuda dari doktrin barat yang hanya akan menyesatkan fikiran
Apakah Kedudukan Cinta Di Dalam Islam?
Adakah Islam memusuhi cinta? Adakah sebegini kejam sebuah
agama yang disifatkan menepati fitrah? Sebenarnya tidak. Islam
memandang tinggi persoalan cinta yang tentunya merupakan perasaan dan
fitrah yang menjiwai naluri setiap manusia. Namun, cinta di dalam Islam
perlulah melalui berbagai peringkat keutamaannya yang tersendiri :
1. Cinta kepada Allah
Islam meletakkan cinta yang tertinggi dalam kehiudupan manusia
ialah cinta kepada Allah. Ketinggian nilai taqarrub Al-Abid kepada Khaliq
dapat dikesan melalui cinta murni mereka kepada Pencipta. Tanpa cinta
kepada Allah perlakuan hamba tidak memberi pulangan yang bererti
sedangkan apa yang menjadi tunjang kepada Islam ialah mengenali dan
dan menyintai Allah. Sinaran cinta itu jua akan mendorong hamba
bertindak ikhlas di mihrab pengabdian diri kepada Allah serta
menghasilkan cahaya iman yang mantap.
Pedoman Hakikat Cinta
Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui
hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran
dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia
dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam. Allah berfirman:
”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah
aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’.
Allah Maha Pengampun dan Penyayang” (QS. Ali-’Imron: 31)
Memiliki cinta Allah seharusnya menjadi kebanggaan individu
mukmin lantaran keagungan nilai dan ketulusanNya.Namun menjadi suatu
kesukaran untuk meraih cinta Allah tanpa pengabdian yang menjurus tepat
kepada-Nya. Cinta Allah umpama satu anugerah yang tertinggi dan tidak
mungkin dapat memilikinya kecuali didahulukan dengan pengorbanan
yang mahal. Cinta Allah adalah syarat yang utama untuk meletakkan diri
didalam barisan pejuang Allah SWT.
2. Cinta Kepada Rasulullah SAW dan Para Anbiya’
Apabila manusia berada di dalam kegelapan yang begitu kelam,
maka diutuskan pembawa obor yang begitu terang untuk disuluhkan
kepada manusia ke arah jalan kebenaran. Sayang, pembawa obor tersebut
terpaksa begelumang dengan lumpur yang begitu tebal dan menahan
cacian yang tidak sedikit untuk melaksanakan tugas yang begitu mulia.
Pembawa obor tersebut ialah Rasulullah SAW. Maka adalah menjadi satu
kewajipan kepada kepada setiap yang mengaku dirinya sebagai muslim
memberikan cintanya kepada Rasulullah dan para ambiya’. Kerana
kecintaan inilah, para sahabat sanggup bergadai nyawa menjadikan tubuh
masing-masing sebagai perisai demi mempertahankan Rasulullah SAW.
Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada
Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa
balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling
penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintai-
Nya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan
dibalas cintanya oleh yang dicintainya. Dalam satu hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebut :
Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda:
Tiga perkara, jika terdapat di dalam diri seseorang maka dengan perkara
itulah dia akan memperolehi kemanisan iman: Seseorang yang mencintai
Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, mencintai seorang
hanya kerana Allah, tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekafiran itu, sebagaimana dia juga tidak suka
dicampakkan ke dalam Neraka. (Bukhari : no. 15, Muslim : no. 60,
Tirmizi : no. 2548 Nasaie : no. 4901)
Namun, dalam suasana kita sekarang yang begitu jauh dengan
Rasulullah SAW dari segi masa, adakah tidak berpeluang lagi untuk kita
memberikan cinta kepada Rasulullah SAW? Sekalipun Rasulullah SAW
telah meninggalkan kita jauh di belakang, sesungguhnya cinta terhadap
baginda boleh dbuktikan melalui kepatuhan serta kecintaan terhadap
sunnahnya. Oleh yang demikian, orang yang memandang hina malah
mengejek-ngejek sunnah Rasulullah SAW tentunya tidak boleh dianggap
sebagai orang yang mengintai Rasulullah SAW.
3. Cinta Sesama Mukmin
Cinta dan sayang memang adalah hal yang manusiawi pada
manusia. Allah menganugerahi perasaan cinta pada setiap insan. Bahkan
Allah juga menurunkan aturan berkaitan dengan cinta. Dalam banyak
hadist Rasulullah SAW, Rasul menjelaskan tentang adanya perasaan dan
rasa sayang seorang muslim pada saudaranya (muslim yang lain). Berikut
adalah bagimana cara seorang muslimah mencintai saudari seimannya
.ما تىاد اثنان في اهلل عز وجل أو في اإلسالم، فيفؤق بينهما إال بذنب يحدثه أحدهما
“Tidaklah dua orang saling mengasihi karena Allah atau karena Islam, lalu
keduanya berpisah, melainkan pasti disebabkan oleh dosa yang dilakukan
diantaramereka.
Oleh karena itu, apabila salah seorang hamba mulai merasakan
kelainan sikap dari saudaranya, maka hendaklah ia mengoreksi dirinya
terlebih dahulu, barangkali ia telah melakukan dosa. Jika betul, maka
hendaklah ia segera bertaubat agar cinta saudaranya kembali bersemi
padanya.”
Hikmah dari Cinta:
1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia.
Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada
jalan yang mulia atau menghempaskannya kepada jalan yang hina.
2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi,
pembangunan dan peradaban.
3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan
eksistensi manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.
Ketika cinta diarahkan kepada kebaikan, maka cinta dapat
membawa keutuhan, perdamaian, kebaikan pada kehidupan
bermasyarakat. Cinta yang ditumbuhkan oleh faktor keimanan, maka akan
menghasilkan berbagai hal yang mengagumkan. Dapat mengubah sejarah,
menegakkan puncak kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah
kehidupan generasi muslim pada masa dahulu.
MODUL KONSELING KELOMPOK
A. Pengertian Konseling kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan jenis layanan konseling
yang mengikuti sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan adanya
seorang konselor sebagai pemimpin kelompok. Layanan ini mengaktifkan
dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi
pengembangan pribadi atau pemecahan masalah individu yang menjadi
peserta dalam kegiatan kelompok. Dalam konseling kelompok dibahas
masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok.
B. Tujuan konseling kelompok
Tujuan umumnya adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi
anggota kelompok, khususnya anggota kelompok bisa lebih menilai diri.
Tujuan secara khusus adalah terfokusnya pada pembahasan masalah
pribadi salah satu anggota secara bergantian. Melalui layanan kelompok
yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para anggota
memperoleh dua tujuan sekaligus yakni :
1. Berkembangnya perasaan, pikiran, perasaan, konsep diri, wawasan,
dan sikap terarah pada tingkah laku khususnya dalam
bersosialisasi.
2. Terpecahnya masalah individu yang bersangkutan dan
diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi anggota
kelompok yang lain.
C. Tahapan dalam konseling kelompok
a. Tahap pembentukkan
Yaitu tahapan untuk membentuk satu kelompok yang siap
mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama.
Kegiatan yang dilakukan adalah mengungkapkan tujuan dari konseling
kelompok, menjelaskan cara-cara dan ciri-ciri kegiatan kelompok,
memperkenalkan dan mengungkapkan diri atau pengakraban.
b. Tahap peralihan atau transisi
Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan kelompok ke kegiatan
berikutnya yang lebih terarah. Kegiatannya meliputi menjelaskan kegiatan
yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, meningkatkan dan
keikutsertaan anggota.
c. Tahap kegiatan
Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.
Kegiatan ini meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi
yang perlu mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien
menjelaskan lebih rinci masalah yang dialami. Semua anggota ikut
merespon apa yang disampaikan anggota yang lain.
d. Tahap Akhir
Yaitu tahap akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang telah
dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta merencanakan kegiatan
lanjutan. Tahap pengakhiran secara keseluruhan merupakan akhr dari
serangkaian pertemuan kelompok. Pembubaran kelompok dilakukan
setelah tujuan kelompok tercapai.
e. Evaluasi kegiatan
Penilaian konseling kelompok dapat dilakukan secara tertulis
dimana para anggota diminta mengungkapkan perasaannya, harapannya,
minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan
selama kegiatan kelompok maupun keterlibatan untuk kegatan selanjutnya.
D. Asas konseling kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan
ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota yaitu:
1. Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling
kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok
bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia
menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan
konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain
orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok.
2. Asas kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota
kelompok bersifat sukarela, tanpa paksaan.
3. Asas keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali.
Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-
raguan atau kekhawatiran.
4. Asas kegiatan
Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien
yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan– tujuan
bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar
klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud
dalam penyelesaian masalah.
5. Asas kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat
menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan
pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih
dahulu.
6. Asas kekinian
Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus
bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang
saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan
kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan
masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.
E. Kelebihan dan kelemahan konseling kelompok
Kelebihan
1. Memberikan kesempatan interaksi interpersonal, dan memberikan
kesempatan untuk menemukan cara-cara baru dan memuaskan
untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam konseling ini setiap
orang bisa berinteraksi dengan banyak orang.
2. Peserta konseling kelompok sebagai anggota kelompok belajar
menerima masukan dari orang lain dan memberi dukungan sosial
kepada orang lain.
3. Peserta konseling kelompok akan memperkuat diri dan berani
menilai diri.
4. Merasakan adanya persamaan dengan orang lain dalam kelompok.
Karena dikumpulkan bersama dengan masalah yang sama, maka
klien tahu dan merasa adanya persamaan dengan orang lain dalam
kelompok.
5. Peserta akan merasa bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang
menderita. Karena dalam konseling ini, setiap orang bercerita
tentang masalahnya, maka para peserta akan merasa bahwa bukan
hanya dirinya yang sedang mengalami masalah tersebut. Ada orang
lain yang sedang mengalami masalah tersebut juga.
Kelemahan
1. Hanya bisa digunkan untuk remaja keatas (11 tahun ke atas).
Menurut teori Piaget, konseling ini hanya bisa untuk orang remaja
yang sudah bisa mengerti akan permasalahannya, bisa berbagi
dengan orang lain, serta bisa berpikir logis.
2. Konseling ini hanya bisa untuk membahas permasalahan dengan
topik yang sama. Karena hanya untuk membahas pada masalah yang
sama, maka sebelum melakukan konseling ini perlu diadakan seleksi
untuk mencari siapa saja yang sedang mengalami masalah yang
sama. Konseling ini tidak bisa untuk membahas berbagai macam
masalah, karena nanti akan sulit dalam proses konselingnya.
3. Jumlah peserta terbatas.
Jumlah peserta dalam konseling kelompok hanya 6-8 orang. Apabila
peserta lebih dari 8 orang, konseling ini tidak akan berjalan secara
fokus terhadap peserta.
4. Peserta konseling berada pada fase perkembangan psikologis yang
sama. Hal ini dilakukan agar pada proses konseling bisa saling
mengerti keadaannya, tidak sulit untuk membahas masalah yang
sedang dibicarakan.
Permasalahan yang dibahas:
Pertama-tama semua anggota konseling kelompok satu
persatu mengutarakan masalah yang dialami. Setelah semuanya
sudah mengutarakan, pilih salah satu permasalahan yang memang
urgen dibahas atau diselesaikan secara kesepakatan anggota.
.
Skala Konsep Diri
Pre Test dan Post Test
Identitas Diri
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
PETUNJUK
Peneliti bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan mengisi
penyataan mengenai konsep diri. Bacalah setiap penyataan dengan cermat,
kemudian Anda dipersilahkan untuk memilih satu tanggapan untuk setiap nomor
yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda sendiri dengan
memberikan tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan yaitu:
SS : Bila Anda sangat setuju dengan pernyataan
S : Bila Anda setuju dengan penyataan
TS : Bila Anda tidak setuju degan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
Karena skala ini bukan merupakan suatu tes, sehingga tidak ada tanggapan
yang salah, asalkan tanggapan tersebut cocok atau sesuai dengan diri Anda yang
sebenarnya. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas Anda dan jawaban Anda.
Oleh karena itu kesungguhan dan kejujuran Anda sangat diharakan demi kualitas
hasil penelitian ini, untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN.
1. Saya sering menerima pujian dari pengasuh
panti tanpa rasa malu sedikitpun
SS S TS STS
2. Jika saya merencanakan sesuatu, saya yakin
dapat melaksanakannya
SS S TS STS
3. Saya adalah orang yang mudah putus asa
walaupun dihadapkan masalah kecil
SS S TS STS
4. Saya adalah orang yang mampu bersaing
dalam mengikuti pertandingan sesuai
dengan kemampuan saya
SS S TS STS
5. Saya adalah orang yang selalu optimis jika
diberikan kesempatan
SS S TS STS
6. Saya merasa tidak pantas jika berteman
dengan orang kaya
SS S TS STS
7. Saya adalah orang yang selalu menghargai
jerih payah orang lain
SS S TS STS
8. Saya adalah orang yang mempunyai rasa
percaya diri tinggi
SS S TS STS
9. Saya adalah orang yang mampu
melaksanakan tugas yang diberikan
pengasuh panti asuhan dengan baik
SS S TS STS
10. Saya selalu menolak membantu
menyelesaikan permasalahan teman saya
SS S TS STS
11. Saya adalah orang yang selalu bersyukur
atas kelebihan yang diberikan Allah
SS S TS STS
12. Saya selalu menjauh jika didekati orang
yang miskin
SS S TS STS
13. Dalam berteman saya tidak membeda-
bedakan status ekonomi
SS S TS STS
14. Saya selalu menghargai jika ada teman yang
sedang mengajak bicara
SS S TS STS
15. Saya adalah orang yang bisa memberikan
keputusan yang baik saat menyelesaikan
masalah
SS S TS STS
16. Saya adalah orang yang senang mengikuti
pelatihan pengembangan diri
SS S TS STS
17. Saya adalah orang yang berani mengambil
resiko dalam mengembangkan diri saya
SS S TS STS
18. Saya berpendapat bahwa saya bukan orang
yang tegar dalam menghadapi setiap
masalah
SS S TS STS
19. Saya kurang percaya diri jika ada orang
yang memberikan ucapan selamat atas
keberhasilan saya
SS S TS STS
20. Saya adalah orang yang sering mendapatkan
pujian dari pengasuh panti asuhan
SS S TS STS
21. Ketika ada teman yang bercerita sedih saya
malah tertawa
SS S TS STS
22. Saya lebih senang dengan kondisi yang
sekarang tanpa adanya perubahan yang lebih
baik
SS S TS STS
23. Saya tidak pernah memotong pembicaraan
orang lain
SS S TS STS
24. Saya adalah orang yang tidak mampu
memahami gejolak emosi orang lain
SS S TS STS
25. Saya adalah orang yang tidak bisa menerima
jika orang yang saya benci mencapai
kesuksesan
SS S TS STS
26. Setiap saya diberi tugas oleh orang lain
selalu memberikan hasil yang memuaskan
SS S TS STS
27. Saya adalah orang yang senang melakukan
introspeksi diri dengan harapan bisa
mengembangkan diri lebih baik lagi
SS S TS STS
28. Saya adalah orang yang malas mengerjakan
tugas sekolah
SS S TS STS
29. Saya bisa bekerjasama dengan orang lain
dalam kegiatan sosial
SS S TS STS
30. Saya selalu menolak mengikuti pelatihan
apapun di sekolah
SS S TS STS
31. Saya lebih suka berteman dengan orang
kaya daripada orang yang kurang mampu
SS S TS STS
32. Menurut saya kritikan orang lain untuk
menjadi baik itu tidak penting
SS S TS STS
33. Dengan kondisi kulit yang hitam, saya malu
jika berkumpul dengan teman-teman
SS S TS STS
Skala Konsep Diri
(Uji Coba)
Identitas Diri
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis kelamin :
PETUNJUK
Peneliti bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan mengisi
penyataan mengenai konsep diri. Bacalah setiap penyataan dengan cermat,
kemudian Anda dipersilahkan untuk memilih satu tanggapan untuk setiap nomor
yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda sendiri dengan
memberikan tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan yaitu:
SS : Bila Anda sangat setuju dengan pernyataan
S : Bila Anda setuju dengan penyataan
TS : Bila Anda tidak setuju degan pernyataan
STS : Bila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan
Karena skala ini bukan merupakan suatu tes, sehingga tidak ada tanggapan
yang salah, asalkan tanggapan tersebut cocok atau sesuai dengan diri Anda yang
sebenarnya. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas Anda dan jawaban Anda.
Oleh karena itu kesungguhan dan kejujuran Anda sangat diharakan demi kualitas
hasil penelitian ini, untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN.
1. Saya selalu merasa nyaman berteman
dengan siapapun
SS S TS STS
2. Saya adalah orang yang pesimis bisa meraih
cita-cita yang saya inginkan
SS S TS STS
3. Saya adalah orang yang mampu mengatasi
kecemasan diri saya ketika berbicara di
depan orang banyak
SS S TS STS
4. Saya adalah orang yang suka memilih-milih
teman dalam bergaul
SS S TS STS
5. Saya sering menerima pujian dari pengasuh
panti tanpa rasa malu sedikitpun
SS S TS STS
6. Saya selalu berusaha memahami perasaan
orang lain
SS S TS STS
7. Saya akan membenci orang yang memuji
kelebihan diri saya
SS S TS STS
8. Saya adalah orang yang senang melakukan
introspeksi diri dengan harapan bisa
mengembangkan diri lebih baik lagi
SS S TS STS
9. Saya lebih senang dengan kondisi yang
sekarang tanpa adanya perubahan yang lebih
baik
SS S TS STS
10. Ketika ada teman yang bercerita sedih saya
malah tertawa
SS S TS STS
11. Saya adalah orang yang malas mengerjakan
tugas sekolah
SS S TS STS
12. Saya adalah orang yang tidak bisa menerima
jika orang yang saya benci mencapai
kesuksesan
SS S TS STS
13. Saya adalah orang yang selalu menghargai
jerih payah orang lain
SS S TS STS
14. Saya akan marah jika ada orang yang
mengkritik saya di depan orang lain
SS S TS STS
15. Saya adalah orang yang selalu bersyukur
atas kelebihan yang diberikan Allah
SS S TS STS
16. Saya merasa malu jika ada orang yang
memuji saya
SS S TS STS
17. Saya merasa minder apabila bergaul dengan
teman yang lebih pintar
SS S TS STS
18. Saya merasa tidak pantas jika berteman
dengan orang kaya
SS S TS STS
19. Jika saya merencanakan sesuatu, saya yakin
dapat melaksanakannya
SS S TS STS
20. Saya berpendapat bahwa saya bukan orang
yang tegar dalam menghadapi setiap
masalah
SS S TS STS
21. Saya adalah orang yang mempunyai rasa
percaya diri tinggi
SS S TS STS
22. Saya adalah orang yang mudah putus asa
walaupun dihadapkan masalah kecil
SS S TS STS
23. Ketika saya mendapat pujian orang lain saya
merasa tidak malu tetapi ada kepuasan
tersendiri
SS S TS STS
24. Saya kurang percaya diri jika ada orang
yang memberikan ucapan selamat atas
keberhasilan saya
SS S TS STS
25. Saya adalah orang yang senang mengikuti
pelatihan pengembangan diri
SS S TS STS
26. Saya merasa bahagia jika teman saya sedang
berkabung
SS S TS STS
27. Saya adalah orang yang mampu bersaing
dalam mengikuti pertandingan sesuai
dengan kemampuan saya
SS S TS STS
28. Saya selalu menjauh jika didekati orang
yang miskin
SS S TS STS
29. Saya selalu menghargai jika ada teman yang
sedang mengajak bicara
SS S TS STS
30. Menurut saya kritikan orang lain untuk
menjadi baik itu tidak penting
SS S TS STS
31. Dalam berteman saya tidak membeda-
bedakan status ekonomi
SS S TS STS
32. Saya lebih suka berteman dengan orang
kaya daripada orang yang kurang mampu
SS S TS STS
33. Saya tidak pernah memotong pembicaraan
orang lain
SS S TS STS
34. Saya selalu menolak membantu
menyelesaikan permasalahan teman saya
SS S TS STS
35. Saya selalu menjaga tingkah laku agar
teman-teman suka berteman dengan saya
SS S TS STS
36. Saya merasa malu jika ada teman yang
memuji ketekunan saya
SS S TS STS
37. Saya adalah orang yang mampu
melaksanakan tugas yang diberikan
pengasuh panti asuhan dengan baik
SS S TS STS
38. Saya merasa takut jika ada ujian dadakan di
sekolah
SS S TS STS
39. Saya adalah orang yang berani mengambil
resiko dalam mengembangkan diri saya
SS S TS STS
40. Saya acuh tak acuh jika ada teman yang
bercerita tentang musibah yang dialaminya
SS S TS STS
41. Saya adalah orang yang selalu optimis jika
diberikan kesempatan
SS S TS STS
42. Setiap saya diberi tugas oleh orang lain
selalu memberikan hasil yang memuaskan
SS S TS STS
43. Saya bisa bekerjasama dengan orang lain
dalam kegiatan sosial
SS S TS STS
44. Saya adalah orang yang bisa memberikan
keputusan yang baik saat menyelesaikan
masalah
SS S TS STS
45. Saya adalah orang yang sering mendapatkan
pujian dari pengasuh panti asuhan
SS S TS STS
46. Saya tidak akan marah jika ada teman yang
tidak setuju dengan pendapat saya
SS S TS STS
47. Dengan kondisi kulit yang hitam, saya malu
jika berkumpul dengan teman-teman
SS S TS STS
48. Saya adalah orang yang tidak pantas dipuji SS S TS STS
49. Saya selalu menolak mengikuti pelatihan
apapun di sekolah
SS S TS STS
50. Saya adalah orang yang tidak mampu
memahami gejolak emosi orang lain
SS S TS STS
Skor Konsep Diri setiap Remaja pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan
No
Subyek
Kel.Kontrol No
subyek
Kel.Ekspe
rimen
T.Awal T. Akhir T.Awal T.Akhir
1 72 83 17 90 109
2 81 79 18 85 96
3 74 82 19 79 100
4 74 81 20 106 90
5 79 77 21 96 90
6 78 80 22 82 94
7 57 87 23 85 85
8 67 87 24 89 90
9 79 82 25 79 89
10 73 84 26 80 87
11 85 83 27 87 91
12 77 73 28 86 91
13 73 77 29 73 84
14 77 85 30 82 95
15 85 77 31 90 90
16 75 69 32 84 97
Analisis Data Pre-Test Frequencies Statistics
Kontrol
Pre-Test Eksperimen
Pre-Test
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 75.38 85.81
Std. Error of Mean 1.695 1.918
Std. Deviation 6.781 7.670
Variance 45.983 58.829
Range 28 33
Minimum 57 73
Maximum 85 106
Sum 1206 1373
Frequency Table Kontrol Pre-Test
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 57 1 6.3 6.3 6.3
67 1 6.3 6.3 12.5
72 1 6.3 6.3 18.8
73 2 12.5 12.5 31.3
74 2 12.5 12.5 43.8
75 1 6.3 6.3 50.0
77 2 12.5 12.5 62.5
78 1 6.3 6.3 68.8
79 2 12.5 12.5 81.3
81 1 6.3 6.3 87.5
85 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0
Eksperimen Pre-Test
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 73 1 6.3 6.3 6.3
79 2 12.5 12.5 18.8
80 1 6.3 6.3 25.0
82 2 12.5 12.5 37.5
84 1 6.3 6.3 43.8
85 2 12.5 12.5 56.3
86 1 6.3 6.3 62.5
87 1 6.3 6.3 68.8
89 1 6.3 6.3 75.0
90 2 12.5 12.5 87.5
96 1 6.3 6.3 93.8
106 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0
Histogram
55 60 65 70 75 80 85
Kontrol Pre-Test
0
1
2
3
4
5
6
Fre
qu
en
cy
Mean = 75.38Std. Dev. = 6.781N = 16
Kontrol Pre-Test
70 80 90 100 110
Eksperimen Pre-Test
0
1
2
3
4
5
Fre
qu
en
cy
Mean = 85.81Std. Dev. = 7.67N = 16
Eksperimen Pre-Test
Normalitas Tests Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kontrol Pre-Test 16 75.38 6.781 57 85
Eksperimen Pre-Test 16 85.81 7.670 73 106
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol
Pre-Test Eksperimen
Pre-Test
N 16 16
Normal Parameters(a,b) Mean 75.38 85.81
Std. Deviation 6.781 7.670
Most Extreme Differences
Absolute .184 .168
Positive .109 .168
Negative -.184 -.125
Kolmogorov-Smirnov Z .737 .670
Asymp. Sig. (2-tailed) .648 .760
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Analisis Data Pos-Test
Frequencies Statistics
Kontrol
Pos-Test Eksperimen
Pos-Test
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 80.38 92.38
Std. Error of Mean 1.228 1.541
Std. Deviation 4.911 6.163
Variance 24.117 37.983
Range 18 25
Minimum 69 84
Maximum 87 109
Sum 1286 1478
Frequency Table Kontrol Pos-Test
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 69 1 6.3 6.3 6.3
73 1 6.3 6.3 12.5
77 3 18.8 18.8 31.3
79 1 6.3 6.3 37.5
80 1 6.3 6.3 43.8
81 1 6.3 6.3 50.0
82 2 12.5 12.5 62.5
83 2 12.5 12.5 75.0
84 1 6.3 6.3 81.3
85 1 6.3 6.3 87.5
87 2 12.5 12.5 100.0
Total 16 100.0 100.0
Eksperimen Pos-Test
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 84 1 6.3 6.3 6.3
85 1 6.3 6.3 12.5
87 1 6.3 6.3 18.8
89 1 6.3 6.3 25.0
90 4 25.0 25.0 50.0
91 2 12.5 12.5 62.5
94 1 6.3 6.3 68.8
95 1 6.3 6.3 75.0
96 1 6.3 6.3 81.3
97 1 6.3 6.3 87.5
100 1 6.3 6.3 93.8
109 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0
Histogram
69 72 75 78 81 84 87
Kontrol Pos-Test
0
1
2
3
4
5
Fre
qu
en
cy
Mean = 80.38Std. Dev. = 4.911N = 16
Kontrol Pos-Test
80 85 90 95 100 105 110
Eksperimen Pos-Test
0
1
2
3
4
5
6
7
Fre
qu
en
cy
Mean = 92.38Std. Dev. = 6.163N = 16
Eksperimen Pos-Test
Normalitas Tests Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kontrol Pos-Test 16 80.38 4.911 69 87
Eksperimen Pos-Test 16 92.37 6.163 84 109
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol
Pos-Test Eksperimen
Pos-Test
N 16 16
Normal Parameters(a,b) Mean 80.38 92.38
Std. Deviation 4.911 6.163
Most Extreme Differences
Absolute .130 .213
Positive .089 .213
Negative -.130 -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .519 .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .951 .461
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Deskripsi Data T-Test Kelompok Pretest One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
Pretest Eksperimen 16 85.81 7.670 1.918
Pretest Kontrol 16 75.38 6.781 1.695
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig.
(2-tailed) Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Pretest Eksperimen
44.752 15 .000 85.813 81.73 89.90
Pretest Kontrol 44.462 15 .000 75.375 71.76 78.99
Kelompok Postest One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error
Mean
Postest Eksperimen 16 92.38 6.163 1.541
Postest Kontrol 16 80.38 4.911 1.228
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig.
(2-tailed) Mean
Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Postest Eksperimen
59.954 15 .000 92.375 89.09 95.66
Postest Kontrol 65.467 15 .000 80.375 77.76 82.99
T-Test Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Eksperimen Pre-Test 85.81 16 7.670 1.918
Eksperimen Pos-Test 92.38 16 6.163 1.541
Pair 2 Kontrol Pre-Test 75.38 16 6.781 1.695
Kontrol Pos-Test 80.38 16 4.911 1.228
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Eksperimen Pre-Test & Eksperimen Pos-Test 16 .093 .731
Pair 2 Kontrol Pre-Test & Kontrol Pos-Test 16 -.425 .101
Paired Samples Test
Paired Differences
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Std.
Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1
Eksperimen Pre-Test - Eksperimen Pos-Test -6.563 9.381 2.345 -11.561 -1.564 -2.798 15 .014
Pair 2
Kontrol Pre-Test - Kontrol Pos-Test -5.000 9.920 2.480 -10.286 .286 -2.016 15 .062
SURAT KETERANGAN
Nomor: 30/ DH-MMH/V/2012
Pengasuh panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang menerangkan dengan sesungguhnya,
bahwa:
1. Nama : Rizkiyani
2. Nim : 081111010
3. Fakultas : Dakwah
4. Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
Benar-benar telah melakukan penelitian di panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul: “PENGARUH KONSELING KELOMPOK
TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH
SEMARANG”.
Surat keterangan ini di buat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk digunakan
sebagaimana mestinya. Kemudian pihak-pihak yang berkepentingan harap menjadikan maklum
adanya.
Semarang, 10 Juni 2012
Kepala Pengasuh
Ibu Diah Sri Mulyati
1
Reliability
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 32 100.0
Excludeda 0 .0
Total 32 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.815 50
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
VAR00001 3.0938 .77707 32
VAR00002 2.7500 .91581 32
VAR00003 2.5625 .75935 32
VAR00004 3.3125 .73780 32
VAR00005 2.1875 .73780 32
VAR00006 2.9062 .81752 32
VAR00007 3.0312 .69488 32
VAR00008 3.3125 .53506 32
VAR00009 3.1250 .87067 32
VAR00010 3.6875 .47093 32
VAR00011 3.1562 .62782 32
VAR00012 3.2188 .87009 32
VAR00013 3.2188 .42001 32
VAR00014 2.7812 .83219 32
VAR00015 3.5000 .62217 32
VAR00016 2.2188 .60824 32
VAR00017 2.3750 .83280 32
VAR00018 2.7812 .87009 32
VAR00019 2.9688 .59484 32
VAR00020 2.5312 .84183 32
VAR00021 2.4062 .83702 32
2
VAR00022 3.1562 .67725 32
VAR00023 2.2812 .63421 32
VAR00024 2.6250 .60907 32
VAR00025 3.1250 .60907 32
VAR00026 3.0625 1.13415 32
VAR00027 2.7812 .79248 32
VAR00028 3.8438 .36890 32
VAR00029 3.5000 .50800 32
VAR00030 3.6250 .55358 32
VAR00031 3.4688 .71772 32
VAR00032 3.8438 .36890 32
VAR00033 2.7812 .65915 32
VAR00034 3.4062 .55992 32
VAR00035 3.1250 .65991 32
VAR00036 2.3125 .64446 32
VAR00037 2.7500 .71842 32
VAR00038 2.5000 .71842 32
VAR00039 2.8750 .87067 32
VAR00040 3.2500 .80322 32
VAR00041 3.1250 .87067 32
VAR00042 2.6875 .59229 32
VAR00043 3.1875 .39656 32
VAR00044 2.8438 .76662 32
VAR00045 2.0625 .87759 32
VAR00046 3.1250 .70711 32
VAR00047 3.4375 .66901 32
VAR00048 2.2500 .84242 32
VAR00049 3.3750 .60907 32
VAR00050 2.7500 .71842 32
3
Item-Total Statistics
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 145.1875 129.512 -.155 .824
VAR00002 145.5312 123.096 .169 .816
VAR00003 145.7188 123.370 .203 .814
VAR00004 144.9688 124.741 .126 .816
VAR00005 146.0938 121.636 .319 .811
VAR00006 145.3750 123.532 .174 .815
VAR00007 145.2500 124.968 .124 .816
VAR00008 144.9688 120.612 .551 .807
VAR00009 145.1562 121.362 .274 .812
VAR00010 144.5938 122.636 .433 .810
VAR00011 145.1250 122.758 .303 .811
VAR00012 145.0625 115.028 .621 .800
VAR00013 145.0625 123.802 .363 .811
VAR00014 145.5000 126.645 .002 .820
VAR00015 144.7812 120.047 .509 .807
VAR00016 146.0625 129.093 -.151 .821
VAR00017 145.9062 128.281 -.085 .823
VAR00018 145.5000 118.452 .431 .807
VAR00019 145.3125 121.964 .385 .810
VAR00020 145.7500 117.290 .514 .804
VAR00021 145.8750 118.952 .423 .807
VAR00022 145.1250 119.726 .485 .807
VAR00023 146.0000 127.935 -.067 .820
VAR00024 145.6562 123.588 .252 .813
VAR00025 145.1562 123.555 .254 .812
VAR00026 145.2188 123.209 .114 .819
VAR00027 145.5000 122.258 .256 .812
VAR00028 144.4375 123.996 .394 .811
VAR00029 144.7812 122.628 .399 .810
VAR00030 144.6562 121.072 .492 .808
VAR00031 144.8125 122.802 .255 .812
VAR00032 144.4375 124.964 .275 .813
4
VAR00033 145.5000 120.774 .425 .808
VAR00034 144.8750 122.887 .336 .811
VAR00035 145.1562 125.297 .111 .816
VAR00036 145.9688 130.676 -.253 .824
VAR00037 145.5312 122.386 .281 .812
VAR00038 145.7812 123.918 .184 .814
VAR00039 145.4062 120.701 .309 .811
VAR00040 145.0312 122.934 .213 .814
VAR00041 145.1562 120.201 .336 .810
VAR00042 145.5938 122.636 .334 .811
VAR00043 145.0938 123.249 .450 .810
VAR00044 145.4375 118.190 .516 .805
VAR00045 146.2188 121.467 .265 .812
VAR00046 145.1562 124.330 .161 .815
VAR00047 144.8438 119.426 .513 .806
VAR00048 146.0312 123.128 .189 .815
VAR00049 144.9062 122.926 .302 .811
VAR00050 145.5312 120.709 .389 .809
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizkiyani
Nim : 081111010
Tempat/tgl lahir : Batang, 12 Agustus 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Labuhan 1 no.166 pekalongan utara
Program Studi : S.1
Fakultas : Dakwah
Jurusan : Bimbingan Penyuluhan Islam
Pendidikan
1. SDN Degayu 02 Pekalongan, lulus tahun 2000/2001
2. SMP AL-Irsyad Pekalongan, lulus tahun 2003/2004
3. MAN 02 Pekalongan, lulus tahun 2006/2007
4. IAIN Walisongo Semarang, lulus tahun 2012