studi analisis pemikiran abul ‘ala al- maududi...

103
أSTUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI TENTANG PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI) Dalam Ilmu Syari’ah Oleh: BAMBANG SUPRIYONO NIM. 2102175 JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYAR'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2007

Upload: vonhu

Post on 08-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

أ

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI

TENTANG PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)

Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh: BAMBANG SUPRIYONO

NIM. 2102175

JURUSAN MUAMALAH

FAKULTAS SYAR'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2007

ب

DEPARTEMEN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYSRI’AH

Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 02 Telp. (024) 7601291 Semarang 50185

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Bambang Supriyono

Kepada : Yth. Dekan Fakultas Syariah

IAIN Walisongo Semarang

Di tempat.

Assalamu’alaikum Warahmatullah.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini

saya kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Bambang Supriyono

NIM : 2102175

Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA

ALMAUDUDI TENTANG PRINSIP- PRINSIP

EKONOMI ISLAM

Dengan ini saya mohon kiranya naskah skipsi tersebut dapat segera

dimunaqasahkan.

Demikian harap menjadikan maklum.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah

Semarang,7 Desember 2007 Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Slamet Hambali Ali Murtadho M.Ag NIP. 150 198 821 NIP.150 289 379

ج

DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYSRI’AH Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 02 Telp. (024) 7601291 Semarang 50185

PENGESAHAN

Skripsi Saudara : Bambang Supriyono NIM : 2102175 Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL-

MAUDUDI TENTANG PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM

Telah dimunaqosahkan pada dewan Penguji fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal:

15 Januari 2008

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI) tahun akademik 2007/ 2008.

Semarang, 15 Januari 2008 Ketua Sidang, Sekretaris Sidang, Drs. Maksun, M.Ag H. Slamet Hambali, M.Ag NIP. 150 263 040 NIP. 150 198 821 Penguji I, Penguji II, Drs. H. Musahadi, M.Ag Drs. Syahidin, M.Si NIP. 150 267 754 NIP. 150 263 235 Pembimbing I, Pembimbing II, H. Slamet Hambali, M.Ag Ali Murtadho, M.Ag NIP. 150 198 821 NIP. 150 289 379

د

Motto

إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم ولا تقتلوا

أنفسكم

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka

sama-suka di antara kamu.

(Al-Nisa’: 29). 1

أنك تموت اعمل لدنيك آأنك تعيش أبدا واعمل لأخرتك آ غدا

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan beramalah untuk akhiratmu seakan-akan

engkau mati esok” 2

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, diterjemahkan oleh : Yayasan

Penterjemah Al-Qur’an diterbitkan dan dicetak oleh : PT. Bumi Restu, 1971, hlm. 122. 2 H.R. Ibnu Asakir.

ه

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Untuk Ayahanda dan Ibunda yang tercinta. Ini

merupakan sebagian perjuangan dan cita- cita dari

tetesan keringat dan darmamu. Dengan ridla dan doamu

semoga dapat tercapai cita-citaku bahagia di dunia dan

di akhirat kelak. Amin amin ya Rob al-‘Alamin.

Untuk Kakakku Suwandi, Susilowati dan Haryono

merupakan keluarga yang senantiasa menemaniku

disaat susah maupun senang dalam menjalani hidup

ini. Kalianlah penyemangat hidupku.

Untuk keluargaku yang ada di Semarang,terima kasih

telah menjadikan aku sebagai keluarga baru.

Untuk pujaan hati Ajeng Putri Yang selalu mendapingi

baik suka maupun duka, semoga perjalanan hidup kita

diridhoi Allah SWT, Amin.

و

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan

bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh

orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi

satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat

dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 8 Desember 2007 Deklarator,

Bambang Supriyono

ز

ABSTRAK

Dalam jual beli lepas tangan (al-bara’ah), yaitu penjual membebaskan

dirinya atau tidak bertanggung jawab apabila terdapat cacat yang terdapat pada benda yang dijualnya. Maka jual beli lepas tangan (al-bara’ah) adalah si penjual lepas tanggung jawab secara hukum. Adapun jual beli syarat al-bara’ah maksudnya penjual mensyaratkan tidak bertanggungjawab apabila kemungkinan didapati ‘aib atau cacat secara nyata pada barang yang diperjual belikan.

Jual beli al-bara’ah menurut Imam al-Sarakhsi adalah jual beli lepas tangan/lepas tanggung jawab atas cacat adalah apabila seseorang menjual barang, jika terjadi cacat pada barang yang dijual tersebut disebutkan bentuk cacatnya maupun tidak disebutkan bentuk cacatnya, maka penjual diperbolehkan lepas tanggung jawab atas cacat tersebut dan tidak ada lagi hak pilih (khiyar) bagi pembeli.

Dalam hukum Islam, para ulama menyatakan jual beli dengan syarat berakibat batalnya jual beli itu. Di antara fuqaha yang berpendapat demikian ialah Imam Syafi’i dan Imam Maliki. Dengan demikian perjanjian jual beli yang dibuat di luar ketentuan hukum Islam atau bertentangan dengan ketentuan hukum Islam, maka jual belinya menjadi batal. Jadi bila penjual meminta dikurangi kewajibannya seperti lepas tangan terhadap cacat barang atau kerusakan barang maka perjanjian jual beli dengan syarat seperti itu menjadi batal meskipun pembeli sepakat. Implikasinya, maka bagi produsen dan konsumen dapat menarik kembali perjanjian atau membatalkan perjanjian jual beli, manakala menyimpang dari ketentuan hukum Islam, apalagi hukum Islam melarangnya.

Persoalan jual beli lepas tangan (al-bara’ah) dikategorikan ke dalam jual beli yang mengandung unsur yang cacat dan juga bisa jual beli yang mengungkapkan suatu bentuk perjanjian, sebab al-bara’ah merupakan bentuk persyaratan dalam jual beli. Sementara cacat terdapat dalam permasalahan khiyar ‘aib, dalam menjelaskan keadaan yang menjelaskan keadaan barang yang mengandung unsur kecacatan merupakan suatu kewajiban, dan tidak boleh menyembunyikanya.

ح

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Studi Analisis Pendapat Abul ‘Ala Al- Maududi Tentang

Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam”. Ini disusun guna memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada IAIN (Institut Agama Islam

Negeri) Walisongo Semarang.

Penulisan Skripsi ini dilakukan dengan sebaik-baiknya, tetapi penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikannya.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam penulisan Skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA., selaku Rektor IAIN Walisongo

Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini.

2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian.

3. Bapak H. Abdul Ghofur, M. Ag., selaku Kajur Muamalah yang membantu

dalam poses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak H. Slamet Hambali, M.Ag., selaku Dosen Wali sekaligus Pembimbing

I dan Bapak Ali Murtadho, M.Ag., yang telah bersedia meluangkan waktu,

tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam

penyusunan skripsi ini

5. Para dosen dan staf pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang yang membekali berbagai pengetahuan sehingga mampu

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

ط

6. Segenap karyawan di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang yang telah membantu secara administrasi dalam proses penyusunan

skripsi ini.

7. Bapak Juki serta Ibu Rukini (Almh) selaku orang tua penulis yang telah

merestui langkah penulis untuk menggali ilmu di fakultas syari’ah IAIN

Walisongo Semarang.

8. Bapak Tri Sasongko serta Ibu Trianna selaku orang tua di Semarang yang

selalu megarahkan dan membimbing penulis.

9. Mbak Ani, Mas Haryono serta Pakde Tomo yang telah mendukung dan

memberi bantuan baik moril maupun materiil.

10. Semua teman- teman Crew Mesjid yang tidak bisa penulis sebutkan satu

persatu yang selalu mendukung, menghibur dan membantu dalam mencari

data serta referensi sehingga mempermudah dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah Swt senantiasa melipat gandakan balasan atas amal baik

mereka dengan rahmat dan nikmat-Nya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf jika ada

kata-kata yang kurang berkenan dan semoga tulisan ini bisa memberi manfaat

bagi semua. Amien.

Semarang , 8 Desember 2007

Penulis,

Bambang Supriyono

ي

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

NOTA PEMBIMBING ................................................................................... ii

PENGESAHAN ................................................................................................ iii

DEKLARASI .................................................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Telaah Pustaka ........................................................................... 7

E. Metode Penelitian ...................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 13

BAB II : KONSEP DASAR EKONOMU ISLAM

A. Pengertian Ekonomi Islam .......................................................... 15

B. Dasar- dasar Ekonomi Islam ....................................................... 18

C. Prinsip- prinsip Ekonomi Islam ................................................. 25

BAB III : PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI TENTANG

PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM

A. Biografi Abul ‘Ala Al- Mududi .................................................. 38

B. Karya- karya Abul ‘Ala Al- Maududi ........................................ 43

C. Prinsip- prinsip Ekonomi Islam Menurut Abul ‘Ala Al-

Maududi ...................................................................................... 45

ك

D. Landasan Pemikiran Abul ’Ala Al- Maududi Tentang

Ekonomi Islam ............................................................................ 56

BAB IV : ANALISIS PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM

MENURUT ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI

A. Analisis Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam Menurut Abul ‘Ala

Al- Maududi ................................................................................ 64

B. Analisis Landasan Pemikiran Abul ‘Ala Almaududi Tentang

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ................................................... 78

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 86

B. Saran-saran ................................................................................. 86

C. Penutup ....................................................................................... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah ekonomi senantiasa menjadi hal yang menarik untuk dikaji

baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat bahkan negara. Ekonomi

merupakan aspek yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Karenanya

perhatian dan upaya terus dilakukan untuk mecari pemecahan masalah dalam

aspek ini. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah

ekonomi tersebut. Walaupun begitu, usaha untuk mencari penyelesaian yang

tepat dan akurat dalam mengatasi masalah ini secara keseluruhan banyak

menemui kegagalan dan sangat sedikit keberhasilan yang diperoleh.1

Bagi umat Islam sendiri, Kegagalan dalam usaha perbaikan dan

peningkatan ekonomi masyarakat dinilai karena pelaksanaan sistem ekonomi

yang jauh dari landasan moral (agama). kebanyakan orang Islam sendiri lebih

cenderung menerapkan sistem ekonomi kapitalis yang bersifat mementingkan

diri sendiri dan tidak mempedulikan nilai-nilai moral seperti persaudaraan,

kasih sayang dan bermurah hati.2 Akibatnya kesenjangan sosial, penindasan

terhadap kaum lemah masih kerap terjadi di masyarakat. Padahal, Islam

sebagai agama telah mengajarkan dasar-dasar ekonomi yang seharusnya

dijadikan pedoman bagi umatnya.

1 Afzalur Rahman, Economic Doctrin of Islam, Terj. Soeroyo Ngastain, Doktrin Ekonomi

Islam, Jilid I, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 1 2 Ibid, hlm. 4

2

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam mengajarkan

kepemilikan harta yang tidak hanya bersifat pribadi semata (QS. 14 : 51),

tetapi juga bersifat sosial yaitu pemanfaatan harta untuk kepentinagn

masyarakat. Dengan anjuran dan perintah berzakat, bersedekah dan berkurban.

Serta perintah-perintah seperti pemanfaatan kekayaan alam dan keadilan.

Namun prinsip-prinsip ekonomi yang telah diajarkan dalam Al-qur’an

sering kali dilupakan atau tidak maksimal dilaksanakan oleh umat Islam

sendiri. Akibatnya kondisi perekonomian umat Islam khususnya di Indonesia

masih dalam keadaan memprihatinkan. Padahal bila salah satu prinsip Islam,

seperti zakat dikelola secara maksimal, masalah kesenjangan sosial bisa

sedikit demi sedikit teratasi.

Fenomena kesenjangan sosial dan makin buruknya kondisi ekonomi

bangsa terutama umat Islam mendorong keinginan beberapa kalangan untuk

mennghidupkan kembali dan mengkaji ulang ilmu ekonomi Islam yang secara

garis besar telah tertuang dalam Al-Qur’an. Maraknya perbankan syariah

merupakan wujud bergairahnya kembali semangat umat Islam untuk

mengembangkan ekonomi umat. Di kembangkannya bank syariah sebagai

bentuk perlawanan terhadap parktek riba yang semakin merajalela.3

Upaya pengembangan pemikiran dan praktek tentang ilmu ekonomi

Islam sebenarnya telah menjadi perhatian dan kajian para ilmuwan muslim

sejak dulu. Apalagi pada abad 19 dimana merupakan abad kebangkitan umat

Islam dari kemunduran yang telah lama di derita. Pembahasan masalah

3 Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest : a Study of Riba and Is Contemporary Interpretation Menyoal Bank Syariah Kritik Atas Interpretasi Bungan Bank Kaum Neo Revivalis, (terj), Jakarta : Paramadina, 2004, hlm. 6

3

ekonomi menjadi bagian integral dari kebangkitan suatu bangsa dari

penjajahan terhadap bangsa lain. Karena disadari ekonomi merupakan hal

yang sangat terkait dengan kemajuan politik suatu negara. Sehingga akan kita

temui tokoh muslim yang tidak hanya membicarakan tentang politik tetapi

tentang perkembangan ekonomi umat.

Al-Maududi adalah seorang tokoh pembaharu muslim India yang

sangat terkenal dan diperhitungkan sumbangan pemikirannya bagi bangsanya

waktu itu. Pemikirannya terkait dengan bidang politik dan pemerintahannya

cukup terkenal hingga sekarang. Di sisi lain kecerdasan Al-Maududi juga

melahirkan pula teori-teori ekonomi Islam yang juga tidak kalah manfaatnya

dengan kajian politik yang ditawarkan. Sayangnya kalangan Islam lebih

mengenal Al-Maududi sebagai politikus Islam apalagi dengan karya

monumentalnya Islamic Law and Constitution. Sementara hasil pemikiran

ekonominya dituangkan dalam buku Usus Al Iqtishad Bainal Islami Wa Al-

Nadm Al-Mu’ashirah Wa Mu’dhilat Al Iqtisha Wahallaha Fi Al-Islami.

Abul A’la Al-Maududi yang merupakan salah satu pemikir Islam yang

berpengaruh di paruh pertama abad kedua puluh berupaya menunjukkan

relevansi Islam dengan masyarakat sekarang. Menurut Al-Maududi,

masyarakat harus diorganisasikan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah Nabi,

yang berarti bahwa nilai-nilai, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan aturan-

aturan yang terkandung didalam Al-Qur’an dan Sunah harus dipegang

disemua aspek kehidupan, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan,

hukum, maupun administrasi. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa tidak

satupun hukum yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Sunah perlu ditafsir

4

ulang atau dimodifikasi. Orang-orang Islam perlu menerima hukum-hukum

Al-Qur’an dan sunah dan menerapkannya tanpa modifikasi, tanpa

pertimbangan waktu atau tingkat perkembangan sosial ekonomi.4

Pemikiran ekonomi Islam Al-Maududi dinyatakan dalam beberapa

prinsip yang membangun sistem ekonomi Islam. Prinsip ekonomi yang

dimaksud antara lain : Pertama, perbedaan antara yang halal dan yang haram

mengenai jalan mencari kekayaan, karena Islam tidak membenarkan bagi

umatnya untuk mencari kekayaan semau mereka. Kedua, larangan menimbun

harta. Ketiga, perintah untuk membelanjakan, Al-Maududi tidak

membenarkan bahwa dalam membelanjakan harta dengan cara royal dan boros

untuk kepuasan hawa nafsu saja, tetapi ia menyuruh membelanjakan harta

disertai syarat fisabilillah5. Keempat. Zakat. Islam memerintahkan

membelanjakan harga yang didapat kepada yang berhak dengan tujuan agar

harta tidak terkumpul pada segolongan orang sekaligus sebagai pembentukan

akhlak dermawan dan murah hati. Sebagaimana QS. Surat At Taubah : 103 :

من أموالهم صدقة تطهرهم وتزآيهم بها وصل عليهم إن خذ

صلاتك سكن لهم والله سميع عليم

Artinya : “Ambillah sedekah dari harta mereka denagn sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”.6

4 Ibid, hlm. 5 5 Abul ‘Ala Almaududi, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu Mu’ashiroh Wa

Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt, hlm. 133 6 Soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : intermassa : 1971, hlm. 297.

5

Kelima, hukum waris, Islam selangkah lebih maju dengan

memasukkan hukum waris sebagai salah satu cara perolehan harta. Keenam,

pembagian harta perang, yang harus disisihkan juga untuk kepentingan rakyat.

Dan ketujuh, perintah berhemat dalam pembelanjaan.

Nampak sekali bahwa Al-Maududi merupakan tokoh yang sangat

berpegang teguh pada Al Qur’an (tekstualis). Konsep negara yang ditawarkan

antara lain di dasarkan pada keyakinan Islam sebagai agama yang paripurna

yang mengatur kehidupan manusia termasuk politik. Sehingga sangat dilarang

bagi umat Islam meniru sistem Barat.7 Pandangan yang bisa dikatakan tetutup

terhadap ide-ide barat akan nampak terlihat pula pada pemikiran Al-Maududi

tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Ekonomi Islam bukan kebebasan

individual seperti sistem kapitalis, dan bukan pula pengakuan terhadap

kepemilikan bersama sebagaimana sistem komunis. Dalam Islam, kebebasan

ekonomi bukanlah tanpa batas dan pengendalian,8 sebagaimana dua sistem

yang berkembang di Barat tersebut.

Mengkaji dan mempelajari hasil pemikiran para Tokoh tentang

ekonomi Islam merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai

tujuan yang diinginkan yaitu pemahaman yang komprehensif tentang ekonomi

Islam. Karena pemikiran para tokoh muslim selalu didasarkan pada Al Qur’an

dan Hadis sebagai sumber pokok pengetahuan dalam Islam., tak terkecuali

pengembangan pemikiran ekonomi Islam. Al-Maududi merupakan tokoh yang

7 Izzah, “Konsep Theo-Demokrasi Menurut Abu ‘Ala AL Maududi dan relevansinya

dengan Perpolitikan di Indonesia”, Skripsi, 2006,FAkultas Syariah IAIN Walisongo Semarang ,tidak diterbitkan.

8 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic System Principles and objectives, Markazi Maktaba Islami Delhi, 1998, Hlm.18

6

penting untuk dikaji mengingat pemikirannya yang masih sangat pure Islam,

yang sangat layak sekali dijadikan referensi utama bagi pengembangan sistem

ekonomi Islam baik teoritis maupun praktis.

Karenanya mengkaji lebih dalam tentang prinsip-prinsip Ekonomi

Islam yang dikemukakan Al-Maududi menjadi keterrtarikan tersendiri, apalagi

selama ini Al-Maududi lebih dikenal sebagai Ahli politik Islam. Sehingga hal

ini mendorong keinginan penulis untuk mengangkatnya menjadi penelitian

dengan judul STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABU AL-A’LA AL-

MAUDUDI TENTANG PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM.

B. Rumusan Masalah

Dengan berdasarkan uraian diatas maka yang hendak dijadikan

rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al- A’la Al-

Maududi?

2. Bagaimana landasan pemikiran Abu Al- A’la Al-Maududi tentang

ekonomi Islam?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al-

A’la Al-Maududi

2. Untuk mendeskripsikan bagaimana landasan pemikiran Abu Al- A’la Al-

Maududi tentang ekonomi Islam

7

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis maupun praktis.

Manfaat teoritis penelitian diharapkan dapat memperkaya teori-teori

ekonomi Islam dengan menggali pemikiran Ilmuwan muslim dari berbagai

masa. dalam penelitian ini dikhususkan pada pemikiran Al-Maududi.

Manfaat praktis diharapkan dapat memberikan kerangka acuan tentang

pelaksanaan ekonomi Islam sehingga dapat diterapkan secara lebih nyata oleh

pelaku ekonomi muslim baik dalam dunia bisnis, perbankan, perdagangan,

dan pengembangan bidang ekonomi yang lain.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka merupakan bagian pentinng dari penelitian. Karenanya

hal ini juga dilakukan dalam rangka memudahkan pembahasan masalah

penelitian sekaligus sebuah langkah untuk menghindari duplikasi penelitian

yang akan dilakukan. Bahan telaah pustaka selain berupa buk-buku yang

mendukung penelitian juga dikemukakan hasil penelitian terdahulu,

sebagaimana disajikan dibawah ini.

Buku karya Ibrahim Lubis yang berjudul Ekonomi Islam Suatu

Pengantar I (Radar Jaya, 1994). Dalam buku ini dijelaskan beberapa prinsip

ekonomi Islam menurut beberapa seperti Al Farabi, Ibnu Sina termasuk pula

Prinsip-prinsip ekonomi Islam Al-Maududi yang menjadi focus kajian

penelitian.

Sementara dalam bukunya Afzalur Rahman yang berjudul Doktrin

Ekonomi Islam mengatakan bahwa prinsip dasar sistem ekonomi Islam adalah

8

Pertama kebebasan individu, karena dengan kebebasan ini individu muslim

mempunyai hak sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu

keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah negara Islam. Kedua distribusi

kekayaan secara meluas, prinsip ini mencegah adanya penumpukan kekayaan

pada kelompok kecil tertentu dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada

semua lapisan masyarakat. Didalam buku ini juga diterangkan prinsip-prinsip

sistem ekonomi sosialis dan kapitalis yang mana kedua sistem tersebut banyak

digunakan diberbagai negara maju.9

Buku berikutnya adalah karya Adiwarman Azwar Karim dengan judul

Ekonomi Makro Islam mengatakan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam

diibaratkan sebagai bangunan yang mana ekonomi Islam didasarkan atas lima

nilai universal yakni Tauhid (Keimanan), adl (Keadilan), Nubuwwah

(Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), Ma’ad (Hasil). Kelima nilai tersebut

maka dibangunlah tiga prinsip yang menjadi cirri dan cikal bakal sistem

ekonomi Islam yaitu kepemilikan multi jenis, kebebasab bertindak atau

berusaha dan keadilan sosial.10

Karya Abu Al- A’la Al-Maududi menjadi bahan kaijan penting dari

penelitain ini adalah buku yang berjudul Esensi Al-Qur’an, yang

diterjemahkan oleh M.M Syarif telah diterangkan tentang ajaran-ajaran Al-

Qur’an tentang ekonomi yang membahas prinsip-prinsip dasar ekonomi.

Bahwa seseorang tidak berhak secara bebas mengambil dan mengekspolitasi

sumber-sumber daya alam sekehendaknya, karena itu semua merupakan hak

9 Afzalur Rahman, Op. cit., hlm. 8 10 Adiwarman Azwar Karim, Loc. Cit., hlm. 17

9

tuhan semata bukan yang lain. Al-Qur’an juga telah menegaskan berulang-

ulang bahwa tuhan telah menyediakan karunianya untuk kebutuhan mereka

bukanlah kehendak Allah agar manusia menyia-nyiakan semua itu dan hidup

sebagai rahib. Bagaimanapun ia menghendaki agar manusia bias membedakan

barang yang bersih dan yang kotor, halal dan haram dan agar manusia

menggunakan yang bersih dan halal serta bersikap sederhana.11

Buku selanjutnya adalah karya Mahmud Abu Saud yang berjudul

GBEI (Garis-Garis Besar Ekonomi Islam) mengatakan bahwa ada tiga konsep

dasar ekonomi Islam, yang Pertama bahwa manusia untuk kelangsungan hidup

didunia adanya pemenuhan kebutuhan secara biologis, tetapi pemenuhan itu

bukan merupakan tujuan akhir dalam hidup manusia, dia harus meletakkan

kebutuhannya dalam kemampuan mental dan fisik dengan merubahnya

menjadi kebutuhan akan menyembah Allah yang menciptakannya. Kedua

beriman kepada keesaan Allah. Ketiga dalam situasi apapun aturan Islam

harus berlaku, karena ekonomi adalah bagian penting kehidupan manusia

dalam segala bidang. Dalam meletakkan dasar-dasar ekonomi Islam

diperlukan praktek dasar secara bersamaan untuk menunjukkan koeksistensi

sebagai atu keadaan yang tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, untuk itu

masyarakat harus siap menerapkan sistem Islami lainnya seperti bidang

hukum, sosial, dan politik dalam waktu yang sama, tanpa itu semua atauran

ekonomi Islam tidak akan stabil dan tidak akan aktif.12

11 Abul ‘Ala Almaududi, Esensi Al-Qur’an Filsafat, Polotik, Ekonomi, etika, Bandung:

Mizan, 1994, hlm. 72 12 Mahmud Abu Saud, GBEI (Garis-Garis Besar Ekonomi Islam), Yogyakarta: Gema

Insani Prees, hlm. 17

10

Sementara hasil penelitian yang dianggap sebagai bahan telaah pustaka

yang penting antara lain penelitian yang dilakukan oleh Konsep Theo-

Democracy menurut Abu ‘Ala Al-Maududi dan Relevansinya dengan

perpolitikan di Indonesia (Skripsi, 2006). Hasi penelitian dapat disimpulkan

tiga konsep dasar negara menurut Al-Maududi yaitu : Pertama, Islam aadalah

suatu agama yang paripurna, lengkap dengan pentunjuk untuk mengatur

semua kehidupan manusia, termasuk dalam bidang politik. Kedua, adanya

kekuasaan tertinggi dalam politik disebut kedaulatan yang berada ditangan

Allah. Manusia dalam hal ini hanya sebagai pelaksana kedaulatan Allah yaitu

sebagai khalifah di muka bumi yang harus tunduk pada kekuasaan dan hukum

Allah dalam Al Qur,an dan Sunnah. Dan ketiga, sistem politik Islam adalah

sustu sistem universal dan tidak mengenal batas-batas dan ikatan-ikatan

geografi, bahasan dan kebangsaan. Hasil penelitian berikutnya menunjukkan

bahawa konsep Negara Al-Maududi yang mencoba mnyatukannya dengan

agama ternyata banyak dijadikan referensi oleh sekelompok orang dengan

agenda yang di usung adalah formalisasi syariat Islam. Sementara dalam

tataran organisasi sosial kemasyarakatan ada yang berusaha menjadikan

pemikiran khilafah Al-Maududi sebagai sistem pemerintahan negara

Indonesia.

Penelitian berikutnya studi Kritik Terhadap Konsep Syuro Menurut

Abu Al-A’la Al-Maududi oleh Ulin Nuha (skripsi, 2007). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa syuro menurut Al-Maududi merupakan pelaksanaan

tukar pendapat, diskusi dan penelitian dikalangan kaum cendekiawan atau

tokoh sebagai perwakilan dari rakyat, yang hasilnya dijadikan sebagai suatu

11

keputusan dan peraturan dalam konteks kenegaraan. Pelaksanaan syuro harus

merujuk prinsip-prinsip yang telah diatur dalam Al Qur’an. Untuk selanjutnya

penelitian ini menjelaskan pula bahwa konsep syuro dalam negara Islam

menurut Al-Maududi sangat relevan dengan zaman sekarang. Sebuah negara

dalam bentuk apapun membutuhkan adanya pihak-pihak yang mengontrol

kinerja penguasa. Majelis Syuro yang sama artinya denagn lembaga legislative

sekarang dapat menjalankan peran kontrol tersebut. Meskipun di sisi lain

pelarangan wanita sebagai anggota majelis syuro tidak lagi relevan denagn

kondisi sekarang yang telah memberikan ruang yang sama bagi laki-laki dan

perempuan dalam bidang politik.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif . Karena data-data yang

dibutuhkan dalam penelitian diperoleh melalui buku-buku, artikel dan catatan

lainnya yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Dan untuk

selanjutnya ditelaah sehingga akan diperoleh teori, hukum, dalil, prinsip,

gagasan yang akan dikemukakan para ahli terdahulu yang akan diteliti dan

akan berusaha mengungkapkan pikiran secara sistematis.13

2. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,

penulis menggunakan metode kepustakaan atau Library Research, yaitu

menelaah buku-buku, majalah, naskah-naskah, dokumen-dokemn dan lain-

13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosal, Yogyakarta : Gajah Mada University, 1993, hlm. 30.

12

lain. Dalam hal ini, penulis mengumpulan buku-buku dan kepustakaan

lainnya yang terkait dengan masalah penelitian yaitu kahian tentang prinsip-

prinsip ekonomi Islam.

3. Sunber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber-sumber primer yang akan penulis gunakan yaitu : buku

karangan Abu Al- A’la Al-Maududi yang berjudul Usus Al Iqtishod

Bainal Islami Wa Al-Nadm Al-Mu’ashirah Wa Mu’dhilat Al Iqtishad

Wahallaha Fi Al-Islami (1960) dan Islamic Economic Sistem

Principles And Obyektivesc (1998).

b. Sumber Data Skunder

Sumber data skunder adalah informasi yang tidak secara langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang

ada padanya.14 Data skunder ini meliputi berbagai bahan yang secara

tidak langsung berkaitan dengan pokok permasalahan berupa

pemikiran tokoh-tokoh lain.

Ternik ini berguna bagi penulis dalam mengkaji bahan-bahan yang

langsung maupun berbagai bahan atau data yang tidak secara langsung

berhubungan dengan pemikiran Abu Al- A’la Al-Maududi.

4. Metode Analisis Data

Dari data yang terkumpul kemudian akan penulis analisis dengan

menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatau metode analisis

14 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: 1993, hlm.

63

13

untuk memecahkan masalah yang sedang diselidiki dengan

menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-

fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.15

Dengan metode tersebut penulis berusaha memberikan deskripsi

atau gambaran tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al-

A’la Al-Maududi. Selanjutnya penulis berusaha untuk menganalisis obyek

sesuai dengan pemahaman penulis.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini pembahasannya terdiri dari lima bab dan

masing-masing bab terdiri bebrapa sub bab. Secara rinci dapat penulis

kemukakan bahwa sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I PENDAHULUAN

Bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka serta

metodologi penelitian dan sistematika penulisan

Bab II KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM

Bab kedua merupakan landasan teori yang memaparkan tentang

pengertian ekonomi Islam, dasar-dasar ekonomi Islam, dan Prinsip-

prisip ekonomi Islam.

Bab III PEMIKIRAN ABU AL- A’LA AL-MAUDUDI TENTANG

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

15 Hadri Nawawi, Metode Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Prees,

hlm. 63

14

Bab ini terdiri atas dua sub bab. Sub bab pertama adalah biografi Abul

‘Ala Al-Maududi dan karya-karyanya, sedangkan sub bab kedua

membahas tentang pemikiran ekonomi Islam Abu Al- A’la Al-

Maududi yang terdiri dari dua pembahasan yaitu prinsip-prinsip

ekonomi Islam menurut Abu Al- A’la Al-Maududi dan landasan

pemikiran ekomoni Islam Abu Al- A’la Al-Maududi

Bab IV ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA ALMAUDUDI

TENTANG PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM.

Bab ini merupakan analisa hasil penelitian yang terdiri dari analisa

terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al- A’la Al-

Maududi dan analisa landasan pemikiran Abu Al- A’la Al-Maududi

tentang ekonomi Islam.

Bab V PENUTUP

Bab ini terdiri atas simpulan, saran-saran, dan penutup.

15

15

BAB II

KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM

A. PENGERTIAN EKONOMI ISLAM

Secara bahasa, ekonomi sendiri adalah berasal dari bahasa Yunani,

Oicos dan Nomos. Oicos berarti rumah dan Nomos berarti aturan, jadi dapat di

simpulkan ekonomi ialah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan

hidup manusia di dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat

maupun dalam rumah tangga negara, yang dalam bahasa Arab dinamakan

Mua'malah Maddiyah yaitu aturan-aturan tentang pergaulan dan perhubungan

manusia mengenai kebutuhan hidupnya.1

Pengertian ekonomi secara istilah dapat diartikan sebagai suatu ilmu

yang menyelidiki soal-soal pemenuhan keperluan jasmaniah manusia dalam

arti mencari keuntungan atau mengadakan penghematan untuk kepentingan

hidup. Atas dasar ini, maka pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas-asas

penghasilan (produksi) pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang

serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, perdagangan dan lain

sebagainya) adalah serana ekonomi tersebut.maka hidup manusia ini diliputi

oleh soal-soal ekonomi baik dalam mengatur urusan rumah tangga, menjaga

kehematan dalam Out Put dan Input hingga ekonomi ini merupakan suatu

ilmu yang luas bidangnya. Sebenarnya ekonomi tidak dapat dibatasi oleh jalan

1 Zainal Abidin Ahmad, Dasar- Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979,

hlm. 30

16

ilmu yang tertentu namun ia mencakup kebijaksanaan manusia dalam

menjangkau soal hidup dan perjalan hidupnya oleh sebab itu bermacam-

macam pendapat mengenai ekonomi itu.2

Menurut Monzer Kahf ekonomi didefinisikan sebagai kajian tentang

perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber

produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta

mendistribusikannya untuk dikonsumsi dengan demikian bidang garapan

ekonomi adalah salah satu sektor dalam prilaku manusia yang berhubungan

dengan produksi, distribusi dan konsumsi.3

Sementara pengertian Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai

cabang ilmu pengetahuan yang dapat membantu mewujudkan human well-

being (manusia menjadi lebih baik) melalui pengalokasian pendistribusian

sumber daya alam yang langka sesuai dengan ajaran Islam, tanpa

mengabaikan kebebasan individual atau terus menciptakan kondisi makro

ekonomi yang semakin baik dan mengurangi terjadinya ketidak seimbangan

ekologi.

Definisi ekonomi Islam diungkapkan secara berbeda-beda oleh para

ahli, dintaranya sebagaimana dikemukakan oleh Hasanuz Zaman yang

mendefinisikan ekonomi Islam sebagai berikut

"Islamic economics is the knowledge and application and rules of the shari'ah that prevent injustice in the requisition and disposal of

2 Fuad M. Fachruddin, Ekonomi Islam, Jakarta: Mutiara, 1982, hlm. 75 3 Monzer Kahf, the Islamic Economy : Analytical of the Functioning of the Islamic

Economic System : Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, hlm. 2

17

material resources in order to provide satisfaction to human being and enable them to perform they obligations to Allah and the society" Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan hukum syar'iah

untuk mencegah terajdinya ketidak adilan atas pemanfaatan dan pembuangan

sumber-sumber material dengan tujuan untuk memberikan kepuasan manusia

dan melakukannya sebagai kewajiban kepada Allah dan masyarakat.

Rumusan yang sama juga di kemukakan M. Nejatullah Siddiqi, bahwa:

"Islamic ekonomics is the muslim thinker response to the economic challenges of their times. In this endeavor they were aided by the qur'an and the sunna as well as by reason and experience" Ekonomi Islam adalah pemikir muslim yang merespon terhadap

tantangan ekonomi pada masanya. Dalam hal ini mereka dibimbing dengan

Al-Qur'an dan As-Sunnah beserta akal dan pengalaman

Sedangkan Syeh Nawab Heider Naqvi mendefinisikan "Islamic

economics is the representative muslim's behavior in a typical muslim society"

ekonomi Islam merupakan representasi perilaku muslim dalam suatu

masyarakat muslim tertentu.

M. Akhram Khan mendefinisikan "Islamic economics aims the study

of human falah (well being) achieved by organizing the reso urces of the eart

on basis of cooperation and partisipation"

Ekonomi Islam bertujuan untuk mempelajari kemenangan manusia

(agar menjadi baik) yang dicapai melalui pengorganisasian sumber daya alam

yang didasarkan pada kerja sama dan partisipasi.

Selanjutnya Ahli lain yaitu M.A. Mannan mendefinisikan ekonomi

Islam sebagai :

18

"Islamic economics is a social which studies the economics problem of a people imbued with the values of Islam" ekonomi Islam merupakan suatu studi sosial yang mempelajari

masalah ekonomi manusia berdasarkan nilai-nilai Islam.4

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi

Islam adalah suatu kajian tentang prilaku manusia dalam hubungannya dengan

pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi

barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi

dengan demikian bidang garapan ekonomi adalah salah satu sektor dalam

prilaku manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi

berdasarkan atas ajaran-ajaran agama Islam.

B. DASAR- DASAR EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam dapat diibaratkan satu bangunan yang terdiri atas

landasan, tiang, dan atap. Landasan ekonomi Islam terdiri dari lima komponen

dasar, yaitu: Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma'ad.5

a. Tauhid

Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan Tauhid, manusia

menyaksikan bahwa "Tiada sesuatupun yang layak disembah selain

Allah". Dan "Tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya selain dari pada

Allah". Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus

pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada.

4 Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE, hlm. 5-7 5 Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani,

2001, hlm. 176

19

Karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah

untuk "memiliki" untuk sementara waktu, dan sisi lain bisa merupakan

ujian bagi sebagian manusia.

Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-

sia, tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk

beribadah kepadaNya. Karena itu segala aktifitas manusia dalam

hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (mu'amalah)

dibingkai dengan keragka hubungan dengan Allah. Hal ini harus disadari

bahwa akhirnya aappun yang dilakukan manusia akan dipertanggung

jawabkan kepada Allah, termasuk aktivitas ekonomi.

b. Adl

Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifatnya adalah

adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhlukNya secara

dzalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, ia harus mematuhi

hukum Allah dan mengarahkan pemakaian segala sumber daya diarahkan

untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat dari

padanya secara adil dan baik6. Allah berfirman:

من يخرجوآم ولم الدين في يقاتلوآم لم ذينال عن الله ينهاآم لا

المقسطين يحب الله إن إليهم وتقسطوا تبروهم أن ديارآمArtinya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil

terhadap orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan

6 Adiwarman Azhar Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIT Indonesia, hlm. 18

20

tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil (Al-Mumtahanah: 8)7

Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat

adil. Islam mendefinisikan adil sebagai "tidak mendzalimi dan tidak

didzalimi". Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi

tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu

merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan

terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan

mendzolimi golongan yang lain. Sehingga terjadi eksploitasi antara

manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar

dari pada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.

c. Nubuwwah

Sifat rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, menjadikan manusia

tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu

diutuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah

kepada manusia tentang bagimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan

mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) kepada Allah.

Fungsi rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus

diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk

umat muslim Allah telah mengirimkan manusia yang terakhir dan

sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad

S.A.W, yang mempunyai sifat-sifat utama yang harus diteladani oleh

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris), Semarang:

CV. Asy Syifa’, hlm. 439

21

manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya,

yaitu sifat Siddiq (benar, jujur), Amanah (tanggung jawab dan dapat

dipercaya kredibilitasnya), Fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan,

intelektualitas), Tablig (komunikasi, keterbukaan, pemasaran)8

Dengan demikian, kegiatan ekonomi dan bisnis manusia harus

mengacu pada prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh nabi dan rosul.

Nabi misalnya mengajarkan bahwa "Yang terbaik diantaramu adalah yang

paling bermanfaat bagi manusia". Dengan kata lain, bila ingin

menyenangkan Allah maka kita harus menyenangkan hati manusia.

Prinsip ini akan melahirkan sikap profesional, prestatif, penuh perhatian

terhadap pemecahan masalah-masalah manusia dan terus menerus

mengejar hal yang terbaik sampai menuju kesempurnaan. Hal yang

demikian dianggap sebagai cerminan dari penghambaan manusia terhadap

penciptanya.9

d. Khilafah

Dalam Al-Qur'an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk

menjadi Khalifah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan

pemakmur bumi. Karena itu pada dasarnya setiap manusia adalah

pemimpin. Nabi bersabda: "Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan

dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya". Ini berlaku

bagi semua manusia, baik ia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin

8 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakartaa : IIIT Indonesia, 2002, hlm.

19 9 Ibid, hlm. 22.

22

masyarakat atau kepala negara. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan

kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya

adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu'amalah) antar kelompok

termasuk bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat

dihilangkan, atau dikurangi10. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:

الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزآاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر ولله عاقبة الأمور

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka

dimuka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar (Al-Hajj: 41)11

Menurut M. Umer Chapra, manusia sebagai khalifah memiliki

sejumlah implikasi berikut :12

1. Persaudaraan Universal

Setiap manusia adalah khalifah dan bukan hanya oaring tertentu saja,

atau anggota-anggota ras tertentu atau kelompok atau Negara.

konsep ini akan menimbulkan persamaan dan mengangkat martabat

semua manusia. Dalam kerangka konssep persaudaraan ini, sikap

yang dibenarkan terhadap sesame manusia adalah “kekuatan itu

benar”, berjuang untuk kepentingan sendiri” atau si kuat yang

menang”, tetapi pengoorbanan dan kerjasama yang saling

menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan pokok semua orang dan

10 Adiwarman Azhar Karim, Op. Cit., hlm. 21 11 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 269 12 M. Umer Chapra, Islam dan tantangan Ekonomi (terj), Jakarta : Gema Insani Press,

2000, hlm. 208-211

23

mengembangkan potensi sellluruh kemanusiaan dan memperkaya

kehidupan manusia.

2. Sumber-sumber Daya adalah amanat

Sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia adalah karuni adari

Allah, maak manusia sebagai khalifah, bukanlah pemilki sebenarnya.

Ia hanya amant yang harus dipergunakan untuk kesejateraan

manusia.

Penggunaan Sumber-sumber daya dalam sistem ekonomi Islam

diatur berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Aturan itu adalah

Pertama, sumber-sumberdaya itu dipergunakan untuk kepentingan

semua orang, bukan untuk segelintir orang (Al Baqoroh : 29).

Mereka harus dimafaatkan secara adil bagi kesejahteraan manusia.

Kedua, setiap orang harus mencari sumber-sumber daya dengan jujur

dan benar, dengan cara yang ditetapkan oleh Al Qur’an dan As

sunnah. Ketiga, meskipun sumber-sumber daya diperoleh dengan

cara yang benar maka pemanfaatan didasarkan prinsip keamanatan

yaitu untuk kesejahteraan bukan untuk diri sendiri. Dan keempat, tak

seorangpun berhak menghancurkan atau menyia-nyiakan sumber-

sumber daya yang telah diberikan oleh Allah.

3. Gaya Hidup Sederhana

Satu-satunya gaya hidup yang sesuai dengan kedudukan khalifah

adalah gaya hidup sederhana. Ia tidak boleh merefleksikan sikap

arogansi, kemegahan, kecongkakan, dan kerendahan moral. Gaya-

24

gaya hidup ini akan mengindahkan moral dalam mencari

penghasilkan dan menimbulkan kesenjanagn pendapatan di atas

distribusi normal diakibatkan oelh perbedaan-perbedaan keahlian,

insiatif, usaha, dan resiko.

4. Kebebasan Manusia

Manusia adalah khalifah Tuhan yang menghambakan diri

kepadaNya. Namun, demkian manusia memiliki kebebasan untuk

berbuat apapun. Tetapi kebebasan ini tidak multak karena apapun

yang dilakukan harus dipetanggung jawabkan kepada Tuhannya.

e. Ma'ad

Ma’ad secara harfiah berarti “Kembali” karena manusia akan

kembali kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus

berlanjut hingga alam setelah dunia (akhirat). Pandangan yang khas dari

seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan sebagai

“dunia adalah ladang akhirat”. Artinya, dunia adalah wahana bagi manusia

untuk bekerja dan beraktifitas (beramal saleh). Namun demikian, akhirat

lebih baik daripada dunia.karena itu Allah melarang manusia untuk terikat

pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan akhirat,

kesenangan dunia tidaklah seberapa.

Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan didunia untuk

berjuang. Perjuangan ini akan mendapatkan ganjaran, baik di dunia

maupun di akhirat. Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-

25

lipat, perbuatan jahat dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena itu,

Ma’ad diartikan juga sebagai imbalan atau ganjaran.

Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya

diformulasikan oleh Imam Al-Ghozali yang menyatakan bahwa motifasi

para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan akhirat.

Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam13.

C. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam adalah bagian dari syari'at Islam dan erat hubungannya

dengan aqidah sebagai dasar ajaran agama Islam adapun tuntunan ajaran Islam

dalam prinsip ekonomi adalah dalam rangka menciptakan alat-alat untuk

memuaskan keperluan manusia. Dengan adanya tuntunan yang terikat dengan

aqidah dan syari'at sehingga kebutuhan manusia terpenuhi tanpa harus

menindas atau merugikan orang lain, untuk itu dalam mempelajari ekonomi

Islam tidak bisa terlepas dari aqidah dan syari'at Islam. ini menunjukkan

bahwa ajaran agama Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah saja, namun

kegiatan ekonomi pun perlu di sertai dengan aqidah dan syari'at Islam, agar

kemaslahatan dapat terpenuhi secara bersama. Hubungan antara individu

dalam sistem ekonomi Islam cukup tersusun sehingga saling membantu dan

kerja sama lebih di utamakan dari pada persaingan dan permusuhan sesama

mereka. Sistem ekonomi Islam menyediakan peluang-peluang yang sama

dalam memberikan hak-hak alami kepada semua (yaitu hak terhadap harta dan

13 Sebagaimaana dikutip Adiwarman Azhar Karim, Op. Cit., hlm. 22

26

bebas berusaha) dan pada saat yang sama menjamin keseimbangan dalam

distribusi kekayaan, semata-semata untuk tujuan memelihara keseimbangan

dalam sistem ekonomi.14

Sistem ekonomi mengajarkan bahwa kejayaan dan keselamatan

bukanlah terletak pada spiritualisme semata-semata akan tetapi terletak pada

kombinasi yang harmonis di antara keduanya. Untuk itu sistem ini

menekankan bahwa tidak sepatutnya manusia menyerahkan diri sepenuhnya

kedalam spiritualisme, yang mengabaikan unsur-unsur kebendaaan dan

menganggapnya sebagai dosa dan berpegang pada paham materialisme yang

menilai sesuatu semata-semata melalui materi dan mengesampingkan nilai-

nilai moral dalam kehidupan.15 Dalam hal ini, sistem ini telah memastikan

bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syari'at16.

Sistem ekonomi Islam merupakan harmoni antara kepentingan

individu dan kepentingan masyarakat.17 Dalam hal ini antara kepentingan

individu dan kepentingan masyarakat saling menyatu dan saling melengkapi,

dalam artian bahwa di dalam kepentingan individu terdapat bagian

kepentingan masyarakat yang harus dipenuhi. Sistem ekonomi Islam juga

menghendaki suatu organisasi, di mana hak-hak masyarakat mencapai

keseimbangan18. organisasi ini harus mempunyai peran sebagai fasililator

14 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995,

hlm,108 15 Ibid., hlm. 112 16 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT Indonesia, 2002, hlm. 24 17 Saifudin Prawiranegara, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: tp., 1967, hlm. 19 18 Tahir Ibrahim, Pembahasan Ekonomi Islam Marx dan Keynes, Jakarta: tp., 1967, hlm.

51

27

dalam memenuhi hak-hak masyarakat seperti adanya swadaya masyarakat. Di

mana sistem ekonomi Islam itu sendiri merupakan sistem yang integral antara

faktor produksi, distribusi dan konsumsi.19

Dari gambaran diatas, menunjukkan bahwa sistem ekonomi Islam

memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan sistem ekonomi yang lain.

Berdasarkan hal ini maka prinsip-prinsip yang berlaku dalam ekonomi Islam

juga khas bila dibandingkan dengan prinsip ekonomi lainnya.

Para ahli menyebutkan secara beragam, prinsip-prinsip yang

membangun ekonomi Islam. Adiwarman Azwar Karim menyebutkan tiga

prinsip ekonomi Islam yaitu Multitype Ownership (kepemilikan multi jenis),

Freedom to act (kebebasan bertindak/beurusaha), dan Social Justice (keadilan

social).20

1. Multitype Ownership (kepemilikan multi jenis),

Nilai tauhid dan nilai adil melahirkan konsep multitype

ownership. Berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang hanya

mengakui kepemilikan swasta, dan sistem kapitalis yang hanya

mengakui kepemilikan individu. Dalam sistem Ekonomi Islam mengakui

kepemilikan baik swasta, negara atau campuran.

19 Produksi adalah kegiatan yang mengahsilkan barang dan jasa, konsumsi adalah

pemanfaatan barang dan jasa, sedang distribusi adalah penyaluran terhadap barang dan jasa. A.Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada, tt., hlm. 28.

20 Adiwarman Azhar Karim, Op. Cit., hlm. 17

28

2. Freedom to act (kebebasan bertindak/beurusaha)

Prinsip ini lahir dari penggabungan empat nilai nurbuwwah

(siddiq, amanah, fatonah dan tabligh) dan dua landasan ekonomi Islam

lainnya yaitu keadilan dan khilafah. Freedom to act bagi setiap muslim

akan menciptakan mekanisme pasar daalm perekonomian. Karena itu,

mekanisme pasar adalah keharusan dalam Islam dengan syarat tidak ada

distorsi (kezaliman). Potensi distorsi dikurangi dengan menghayati nilai

keadilan. Penegakkan nilai keadilan dalam ekonomi dilakukan dengan

melarang semua mafsadah (segala yang merusak), riba, gharar

(ketidakpastian), dan maysir (perjudian).

3. Social Justice (keadilan social).

Gabungan dari nilai khilafah dan nilai ma’ad melahirkan prinsip

keadilan social. Dalam Islam, pemerintah bertanggung jawab menjamin

pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan menciptakan

keseimbangan social antara yang kaya dan miskin. Jika keseimbangan

ini bisa tercapai maka kesejateraan social yang diharapkan masyarakat

juga tercapai pula. Sebab salah satu kendala tercapainya kesejateraan

adalah kemiskinan.21 Kemiskinan ini terjadi karena tidak terciptanya

keadilan di masyarakat seperti pendapatan yang tidak merata dan

kepeilikan harta yang kurang berfunsi social.

21 Tholhah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantabora, 2005, hlm.

170

29

Sementara prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Afzalur Rahman

terdiri dari sembilan prinsip. Dimana sembilan prinsip ini menjadi pembeda

antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalisa dan sosialis.

Sembilan prinsip tersebut adalah:22

1) Kebebasan individu

Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau

membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah Negara.

karena tanpa kebebasan tersebut individu muslim tidak dapat

melaksanakan kewajiban mendasar dan penting dalam menikamti

kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan dalam masyarakat.

2) Hak terhadap harta

Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Namun kebebasan

tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat, sebab bagaimanapun

manusia amahluk social sehingga tidak bisa lepas begitu saja dari peran

sosialnya di masyarakat.

3) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar

Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi di masyarakt karena

memang pada dasarnya manusia diciptakan secara berbeda-beda oleh

Tuhan. Kendati demikian, ketidaksamaan tersebut tidak dibiarkan meluas

sehingga terjadi ketimpangan yang mencolok. Untuk menghindari hal itu

dikembangkan nilai keadilan, kewajaran dan tidak berlebih-lebihan dalam

aktivitas ekonomi.

22 Afzalur RAhman, Dokrin…., Op.cit, hlm. 6-8

30

4) Kesamaan social

Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi tetapi ia mendukung dan

menggalakkan kesamaan social sehingga sampai tahap kekayaan Negara

yang dimiliki tidak hanya dinikmati oleh sekelompok orang tertentu. Di

samping ini penting artinya tiap individu dalam suatu Negara mempunyai

peluang yang sama untuk berusaha mendapatkan pekerjaan yang sama

untuk berbagai aktifitas ekonomi.

5) Jaminan social

Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara; setiap

warga Negara dijamin untuk meperoleh kebuthan pokoknya masing-

masing.

6) Distribusi kekayaan secara meluas

Islam melarang penumpukkan kekayaan pada sekelompok orang.

Distribusi kekayaan yang meluas pada masyarakat akan menciptakan

kesejahteraan social dan mengurangi ketimpangan sosila yang kerap

terjdai di masyarakat.

7) Larangan menumpuk kekayaan.

Dalam kerangka ekonomi Islam melarang individu melakukan

penumpukkan harta secara berlebihan. Islam mengajarkan harta yang

dimiliki seseorang juga dapat bernilai social selain bernilai pribadi.

8) Larangan terhadap organisasi anti social

Sistem ekonomi Islam melarang aktivitas ekonomi yang merusak

masyarakat seperti berhudi, riba, jual beli barang haram dan lain-lain.

31

9) Kesejahteraan individu dan masyarakat.

Islam mengakui kesejahteraan individu dan masyarakat yang saling

melemgkapi satu sama lain. Ini merupakan bagian dari fitrah manusia

selain sebagai mahluk individu yang khas, manusia juga mahluk social

yang harus bekerjasama dengan orang lain.

Secara lebih rinci lagi, Ayatullah Mahmud Taligani (w. 1979) dari Iran

mengemukakan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam empat belas prinsip

penting23 yaitu:

a. Ekonomi Islam mengakui setiap individu sebagai pemilik apa saja yang

diperoleh melalui bekerja dalam pengertian seluas-luasnya dan berhak

untuk mempertukarkan haknya itu, dalam batas-batas yang telah

ditentukan khusus oleh hukum Islam.

b. Menurut pandangan Islam, hal-hal yang bertalian dengan harta benda dan

hubungan-hubungan ekonomi terjalin erat dengan cara berpikir, watak,

perasaan, dan naluri manusia.

c. Islam memberikan aturan-aturan dan sistematisasi pembatasan hak milik

dan hubungan- hubungan ekonomi dengan tiga ciri khas : 1). Individu; 2).

Hukum dan 3). Pemerintah.

Setiap individu memiliki kebebasan untuk menggunakan apa saja yang

bersifat material sampai usia dinyatakan matang sesuai aturan agama.

individu juga mempunyai kebebasan untuk mempertukarkan benda-benda

23 John J Donohue dan John L Esposito, Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-

Masalah, Jakarta : Raja grafindo persada, 1995, hlm.

32

ekonomi sesuai denangn batas-baats hukum dan persyaratan sahnya

transaksaksi ekonomi. Sementara pemerintah berhak melakukan

pembatasan pada kepemilikan individu dan memprioritaskan kepentingan

masyarakat.

d. Distribusi (kekayaan) sebagaimana dengan produksi, dalam Islam diakui

sebagai hak alami dan azazi bagi setiap orang yang memperoleh dan

memproduksinya, dengan catatan bahwa orang yang bersangkutan bebas

tanpa disuruh oleh orang lain.

e. Prinsip ekonomi Islam tetap mengakui kepemilikan dan penggunaan

secara individu. Tetapi sumberd daya alam yang dianggap penting adalah

tanggung jawab pemerintah untuk mendistribusikan secara merata untuk

kemaslahatan umat.

f. Sumber-sumber alam seperti bumi, air, hutan, kayu, danau dan barang

tambang merupakan sokoguru kehidupan manusia dan hewan. Sehingga

pemanfaatan-pemanfaatannya harus dilakukan secara jujur dan adil.

g. Sepanjang hidup , setiap manusia mempunyai hak milik atas sesuatu yang

merupakan hasil kerja dan mendistribusikannya sesuai aturan transaksi

ekonomi. Kematian merupakan akhir dari adanya hak milik perorangan,

dan sebelumnya dapat melakukan wasiat sebagai pengganti hak milik atas

harta kekayaan.

h. Hukum Islam menetapkan aturan yang mengharuskan dipisahkannya

seperlima dari penghasilan seseorang untuk kepentingan ibadah.

33

i. Para buruh dan penerima upah tidak berada di bawah dominasi kelompok

pemiliki modal maupun dibawah kekuasaan pemerintah. Kelompok buruh

memiliki kebebasan pribadi untuk menentukan pekerjaan dan

mendapahkan upah sesuai dengan hasil kerja mereka.

j. Adanya perlindungan terhadap kebebasan membelanjakan uang dan

kebebasan untuk mengembangakn kemampuan individu di dalam

masyarakat.

k. Bidang ekonomi dalam Islam telah diatur sesuai dengan hukum-hukum

yang bersifat dinamik sebagaimana hal ibadah dan social. Artinya, Islam

menetapakan berbagai hukum untuk manusia baik dalam bidang ekonomi

dan social yang sifatnya dinamis yaitu mendorong pemeluknya untuk

selalu maju dan bergerak bukan statis atau tak berubah.

l. Ekonomi Islam menganut prinsip kebenaran dan keadilan, dan tidak

berdasarkan atas kelas atau masyrakat tertentu.

m. Prinsip tauhid merupakan landasan utama ekonomi Islam. Hal ini bisa

dilihat dari perintah-perintah dalam Al qur’an yang selalu didahului

dengan konsep tauhid baru kemudian cara pemanfaatan harta.

n. Kekayaan atau harta benda yang dimiliki manusia hanyalah sarana untuk

mencapai tujuan hidup di akhirat kelak.

Merujuk pada Umar Shihab yang mengutip beberapa pendapat Ahli

tentang Prinsip Ekonomi Islam disebutkan antara lain pendapat dari :

34

Pertama, Quraish Shihab menyatakan prinsip ekonomi Islam ada

empat hal yaitu : 1). Tauhid; 2). Keseimbangan; 3). Kehendak bebas; dan 4).

Tanggung jawab.24

Kedua, Abd. Muin Salim memberikan uraian prinsip ekonomi Islam

sebagai berikut 1). Tauhid; 2). Istimar atau istikhlaf; 3). Kemaslahatan (al

silah) dan keserasian (al-adalah); 4). Keadilan (al-qist); dan 5). Kehidupan

sejahtera dan kesentosaan dunia dan akhirat.25

Ketiga, Ahmad Muhammad Assad, prinsip-prinsip ekonomi Islam

adalah 1). Segala usaha adalah salnya boleh; 2). Kehalalan jual beli dan

keharaman riba; 3). Setiap orang mendapatkan hasil sesuai dengan usahanya

dan tidak ada perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan; 4). Pemimpin

mempunyai tanggung jawab melakukan distribusi kekayaan yang seimbang di

masyarakat bila terjadi ketimpangan dan 5). Keharaman penganiayaan dalam

Islam. 26

Prinsip-prinsip ekonomi Islam memang dikembangkan secara berbeda

oleh berbagai Ahli. termasuk para ilmuwan muslim terdahulu seperti Ibnu

Sina da Al Farabi. Sebagaimana dibahas oleh Ibrahim Lubis dalam Bukunya

Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Namun sebelumnya Ia memaparkan

pendapat pribadinya tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Pendapat Ibrahim Lubis tersebut adalah Pertama, tidak boleh

melampaui batas, hingga membahayakan lahir dan batin manusia, diri sendiri

24 Dikutip dari Umar Shihab, Kontekstualitas Al Qur’an : KAjian tematik Atas Ayat-Ayat Hukum dalam AL-Qur’an, Jakarta : Permadani, 2005, hlm. 295

25 Ibid. 26 Ibid, hlm. 296

35

dan orang lain. Kedua, tidak boleh menimbun-nimbun harta tanpa bermanfaat

bagi sesame. Ketiga, memberikan zakat kepada yang berhak (Mustahiq).

Keempat, jangan memiliki harta orang lain tanpa sah. Kelima, mengharamkan

riba, menghalal dagang. Dan keenam, menyongsong dagangan diluar kota

artinya Islam menaruh perhatian pada mekanisme pasar bebas yang lepas dari

kecurangan.27

Ibnu Sina merupakan filosof muslim yang memiliki perhatian pula

terhadap ekonomi Islam. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Ibnu Sina

sebagaimana di kutip oleh Ibrahim Lubis adalah28 :

1. Motif Rumah Tangga

Rumah tangga menjadi titik awal kegiatan ekonomi manusia

karenanya kesejateraan ekonomi suatu rumah tangga penting artinya

sebagai dasar agar bisa berbagi denag orang lain. Menurut Ibnu Sina,

wanita mempunyai kedudukan penting sebagai teman kepercayaan suami

untuk mencari rejeki dan mengatur nafkah keluarga.

2. Ekonomi membutuhkan Negara

Masalah ekonomi bukan hanya urusan rumah tangga atau

sekelompok masyarakat semata. Tetapi ekonomi merupakna bagian dari

urusan pemerintahan suatu Negara. untuk itu Negara berhak mengatur

perpolitikan ekonomi masyarakat sehingga tercaapi kemakmuran rakyat.

3. Harta Milik

27 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, Jakarta : Kalam Mulia, 1994,

hlm.158-166 28 Ibid, hlm. 191-197

36

Menurut Ibnu Sina, harta milik seseorang berasal dari harta

warisan dan harta hali usaha.

4. Pemasukan dan Pengeluaran (kasab dan infaq)

Kasab dan infaq sesungguhnya merupakn pokok masalah dalam

kegiatan ekonomi. Kasb selalu diusahakan agar senantiasa bertambah,

sementara infaq sebaliknya diupayakan tidak lebih besar dari kadsab

karena jika hal itu terjadi berarti kerugian yang diperoleh.

5. Pemasukan dan pengeluaran (kasab dan infaq) harus dengan halal dan

sah.

Dalam Islam meperoleh harta dan menafkahkannya melalui jalan

yang halal sangat ditekankan. Hal ini demi kebaikan manusia itu sendiri.

6. Pengeluaran (Infaq) harus diatur dengan anggaran

Setiap manusia harus mementingkan pengeluaran wajib yaitu

pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran

untuk beramal.

7. Pengeluaran wajib yaitu nafaqah yang sifatnya “konsumtif” haruslah

dikeluarkan sehemat mungkin.

Islam sangat mengajarkan umatnya untuk bersikap sederhana

dalam mebelajankan harta. Berlebih-lebihan dalam kemewahan sangat

dilarang karena dapat menimbulkan kesenjangan terhadap sesame.

8. Pengeluaran untuk kepentingan umum (masyarakat dan negara) yang

sifatnya wajib juga, haruslah dilakukan dengan hati yang ikhlas.

37

Pengeluaran untuk kepentingan umm yang bersifat wajib antara

lain zakat, sadaqoh dan amal kebajikan.

9. Berbuat Amal Kebajikan

Berbuat amal kebajikan dianjurkan disegerakan baik kepada famili

dan kerabat atau kepada siapaun yang membutuhkan.

10. Tabungan

Tabungan menjadi penting bagi ekonomi individu maupun Negara.

dengan tabungan, manusia dapat menyiapkan kebutuhan masa datang

karena sangat dianjurkan menyisihkan sebagian harta (tabungan).

Demikian pendapat beberapa tokoh tentang prinsip-prinsip ekonomi

dalam Islam yang nantinya dapat dijadikan bahan perbandingan dengan

prinsip-prinsip ekonomi Islam Al Maududi yang akan dijelaskan pada bab

berikutnya.

38

BAB III

PEMIKIRAN ABUL A’LA AL-MAUDUDI TENTANG

PRINSIPP-PRINSIPP EKONOMI ISLAM

A. Biografi Abul A’la Al-Maududi

Sayyid Abul A’la Al-Maududi adalah figur penting dalam kebangkitan

Islam pada dasawarsa terakhir. Ia lahir dalam keluarga Syarif (keluarga tokoh

muslim India Utara) di Aurangabad, India Selatan, tepatnya pada tanggal 25

September 1903 (3 Rajab 1321 H). Rasa dekat keluarga ini dengan warisan

pemerintahan Muslim India dan kebenciannya terhadap Inggris, memainkan

peran sentral dalam membentuk pandangan Maududi dikemudian hari. Faktor

ekonomi membuat ia beberapa kali mengalami putus sekolah.1

Ahmad Hasan ayahnya Maududi, sangat menyukai tasawuf. Ia berhasil

menciptakan kondisi yang sangat religius dan zuhud bagi pendidikan anak-

anaknya. Ia berupaya membesarkan anak-anaknya dalam kultur syarif.

Karenanya, sistem pendidikan yang ia terapkan cenderung klasik. Dalam

sistem ini tidak ada pelajaran bahasa Inggris dan modern, yang ada hanyalah

bahasa Arab, Persia, dan Urdu. Karena itu, Maududi jadi ahli bahasa Arab

pada usia muda.2

Pada usia sebelas tahun, Maududi masuk sekolah Madrasah Faqaniyat

di Aurangabad. Sebuah sekolah menengah yang menggabungkan pendidikan

Barat Modern dengan pendidikan Islam tradisional. Kemudian melanjutkan ke

1 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,1990, hlm. 158 2 Ibid., hlm. 159

39

Darul al ‘Ulum Hyderabad.3 Namun, enam bulan kemudian ia terpaksa

meninggalkan sekolah formalnya setelah ayahnya sakit keras dan kemudian

wafat. Yang menarik, pada saat itu Maududi kurang menaruh minat pada soal-

soal agama, ia hanya suka politik. Karenanya, Maududi tidak pernah

mengakui dirinya sebagai ‘alim.4 Kebanyakan biografi Maududi hanya

menyebut dirinya sebagai jurnalis yang belajar agama sendiri.

Dengan bekal beberapa bahasa yang sudah dikuasainya sejak awal

tahun 1920-an, dia mampu mempelajari segala macam ilmu yang diminatinya

dengan sukses. Maududi mula-mula dikenal sebagai seorang wartawan. Karir

jurnalistiknya dimulai sejak usia 15 tahun. Pada tahun 1920 dalam usia 17

tahun, Maududi sudah diangkat sebagai editor “Taj” surat kabar berbahasa

Urdu yang terbit di Jabalpore. Karirnya terus menaik sehingga dia diangkat

menjadi pemimpin editor Muslim (1921-1923) dan Al-Jam’iyyati ‘Ulama-i

Hind, sebuah organisasi Islam di India waktu itu. Maududi berhasil membawa

Al-Jam’iyyat menjadi sebuah surat kabar Islam yang sangat berpengaruh di

India pada tahun 1920-an.

Selanjutnya pada tahun 1932 Maududi pindah ke Hyderabad (Deccan)

dan memimpin penerbitan majalah bulanan Tarjumanu Al- Quran5, yang

bertemakan kebangkitan Islam. Kemampuan Maududi dalam menguasai

berbagai ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan modern, yang ditopang oleh

3 Departeman Agama RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama

Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana, 1993, hlm. 732 4 Munawir Sadzali, Op. cit., hlm. 159 5 Majalah bulanan Islam yang diterbitkan oleh seorang tokoh Islam di Hyderabad yaitu

Maulana Abu Muhammad Muslih pada tahun 1930, yang kemudian diambil alih Maududi. Ibid., 161

40

keahlian jurnalistiknya yang tinggi dapat mewujudkan dirinya sebagai seorang

pengarang yang produktif. Karangannya mencakup berbagai ilmu agama

Islam seperti : Hadis, tafsir, hukum, filsafat dan sejarah. Isi karangannya

selalu membicarakan masalah yang dihadapi umat Islam di bidang politik,

ekonomi, sosial, kebudayaan, theologi, dan sebagainya. Dia memecahkan

segala problem tersebut dengan konsepsi-konsepsi Islam yang relevan dengan

masanya. Dan selama hayatnya, dia telah menghasilkan lebih dari seratus

pidato dan pernyataan pers. Dalam karangannya, Maududi selalu

menggunakan pendekatan ilmiah dan logis. Diantara karya tulisannya yang

dianggap monumental berjudul “Al-Jihad fi Al-Islam” yang diterjemahkan

dalam bahasa Indonesia “Perang dalam Islam”. Sebuah karangan yang

dihasilkan pada usia relatif muda (27 tahun), dan menjadi buku yang

mengagumkan tentang hukum perang dan damai menurut ajaran Islam6.

Dalam buku ini Maududi tidak hanya menjelaskan tentang sikap Islam

terhadap perang atau kekerasan, tetapi juga mulai memperkenalkan butir-butir

pikirannya yang dikemudian hari berkembang menjadi konsepsi Islam tentang

masyarakatan dan kenegaraan7.

Karya tulisannya yang lain tentang pokok-pokok ajaran Islam yang

berjudul “Risala-i Diniyah” yang diterjemahkan kedalam bahas Inggris

dengan judul “To Wards Understanding Islam” dan telah diterjemahkan ke

dalam 13 bahasa di dunia, termasuk diantaranya bahasa Arab, Perancis,

Jerman, Jepang, Itali, dan Indonesia. Selain itu, kontribusi Maududi yang

6 Departeman Agama RI, Op. cit., hlm. 732 7 Munawir Sadzali, Op. cit., hlm. 160

41

terbesar lewat karya tulisannya ialah sebuah terjemah dari Tafsir Al-quran

dalam bahasa Urdu yang berjudul “Tafhimu Al-Quran” yang memerlukan

waktu 30 tahun dalam penggarapannya (1942-1972). Bagi Maududi Al-Quran

bukan hanya saja berisi pedoman hidup manusia, tetapi juga memuat

petunjuk-petunjuk bagaimana mengaplikasikan kedalam kehidupan nyata.

Dibidang politik terkenal sekali bukunya yang berjudul “The Islamic Law and

Contribution” yang diedit oleh Kurshid Ahmad dari 10 buah karyanya dari

tahun 1939-1952. Dalam ini Maududi berhasil merumuskan konsepsi Islam di

bidang politik yang disesuaikan dengan tuntutan zaman modern.

Sebenarnya Maududi lebih banyak berperan di dunia politik, hal ini

dilatar belakangi oleh adanya aspirasi politik segolongan umat Islam India

yang menginginkan terwujudnya suatu negara terpisah bagi umat Islam di

anak benua India tersebut. Padahal segolongan lain tetap menginginkan

terwujudnya suatu negara India yang mencakup umat Islam dan umat Hindu.

Dari sinilah terbentuknya suatu organisasi yang dipimpin oleh Maududi yaitu

Jama’at Al-Islami yang didirikan pada tahun 1941 dan langsung jadi

pemimpin selama 30 tahun. Organisasi inilah yang dijadikan Maududi sebagai

organisasi pejuang Islam, tidak hanya bersifat lokal, tetapi mempunyai tujuan

yang luas sekali, yaitu untuk membentuk kembali suatu tatanan dunia Islam

atau masyarakat yang Islami dalam arti politik, hukum, dan sosial.

Pemikirannya tentang Islam berpangkal dari doktrin tauhid yaitu mengesakan

Allah. Menurut Maududi, doktrin inilah yang menjadi inti missi para Rasul

Tuhan sepanjang masa. Di dalam Islam doktrin Tauhid terpatri dengan tepat

42

dalam kalimat “La ilaha illallah”. Dengan tauhid seseorang loyal secara total

hanya kepada Allah. Ketundukan secara total kepada Allah inilah menurut

Maududi yang disebut Islam. Dalam pengertian ini, semua alam adalah

muslim, karena ketundukannya secara total kepada hukum-hukum alam yang

telah ditetapkan Tuhan kepadanya, dan hanya mereka yang mematuhi hukum-

hukum tuhan itulah yang disebut muslim. Kebutuhan umat manusia untuk

mengetahui hukum-hukum Tuhan yang ditaati, terpenuhi dengan adanya

kenabian. Nabi dan Rasul adalah pembawa aturan-aturan hidup yang

ditetapkan tuhan. Dari Al-Quran dan As-Sunah yang diterima dari Nabi

Muhammad SAW dapat diketahui aturan-aturan hidup yang ditetapkan Tuhan

untuk dipatuhi oleh umat manusia. Aturan-aturan Tuhan itu mencakup semua

aspek kehidupan manusia. Maududi menolak anggapan bahwa Islam hanya

seperangkat doktrin tentang metafisika dan ritual belaka. Tetapi Maududi

menegaskan bahwa Islam adalah Way of Life, karena Islam mempunyai ajaran

yang komprehensip dan mencakup semua aspek kehidupan manusia.

Sedangkan dalam bidang ekonomi pemikiran Maududi hanya sedikit

yang mana ia merumuskan konsepsi Islam tentang ekonomi dalam bukunya

yang diterjemahkan dalam bahasa Arab berjudul “Usus Al-Iqtishadi Baina Al-

Islam Wa Al-Nisami Al-Mu’asirat”. Dalam buku ini Maududi membeberkan

kelemahan dan keburukan sistem ekonomi modern yang menguasai dunia

sekarang ini yaitu Kapitalisme dan Komunisme. Menurut Maududi, konsepsi

Islam terletak antara dua sistem tersebut. Islam memberi kepada individu hak-

haknya yang asasi seperti pemilikan kekayaan, tetapi Islam tetap menjaga

43

keseimbangan dalam pendistribusian kekayaan dalam masyarakat. Dari satu

segi individu diakui hak milik pribadinya dan hak mempergunakannya, tetapi

dari segi lain, kedua hak tersebut mendapat ikatan dan pembatasan secara

internal dan eksternal, yaitu ikatan moral dan hukum yang harus dipatuhi,

dengan tujuan agar kekayaan tidak hanya menumpuk pada sekelompok

individu saja, tetapi semua orang dalam masyarakat mendapat haknya yang

telah digariskan syari’at8.

B. Karya-Karya Abul A’la Al-Maududi

Maulana Maududi melewati kehidupan untuk masyarakat selama

hampir 60 tahun. Selama tahun-tahun itu ia terus menerus aktif dan vokal

dalam bicaranya. Ia telah menulis lebih dari 120 buku dan pamflet, dan telah

memberikan ribuan pidato dan statemen di surat-surat kabar, sedangkan

diantara karya-karyanya yang paling besar adalah Tafhim Al-Qur’an suatu

karya dalam bahasa Urdu yang ia selesaikan dalam waktu 30 tahun. Cirri

utamanya adalah dalam menyampaikan arti dan pesan Al-Qur’an dalam

bahasa dan gaya yang menyentuh hati dan pikiran orang, serta menunjukkan

relevansi Al-Qur’an dengan masalah-masalah yang mereka hadapi setiap hari

baik sebagai individu maupun dalam masyarakat. Ia menerjemahkan Al-

Qur’an itu secara langsung dan dengan idiom Urdu modern yang kuat.

Terjemahannya lebih mudah dibaca dan lebih jelas daripada terjemahan secara

harfiah dari Al-Qur’an. Ia menyampaikan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi

8 Departeman Agama RI, Op. cit., hlm. 734

44

kehidupan manusia dan sebagai buku petunjuk bagi gerakan untuk

melaksanakan petunjuk itu dalam kehidupan manusia.9

Karya lain dalam bidang politik yang terkenal yaitu Islamic Law and

Constitution, yang mana Maududi menunjukkan kelemahan teori kedaulatan

rakyat yang dipraktekkan dalam demokrasi sekuler Barat. Dan juga

menguraikan secara panjang lebar tentang tujuan didirikannya suatu negara

menurut pandangan Islam.10

Tulisan yang berbentuk artikel yang diterbitkan dalam satu buku yang

berjudul Ijtihad fil Islam, buku menjelaskan tentang sikap Islam terhadap

perang, selain itu juga memperkenalkan butir-butir pikirannya yang di

kemudian hari berkembang menjadi konsepsi Islam tentang kemasyarakatan

dan kenegaraan.

Dua karangan Al-Maududi yang akan menjadi sumber utama

penelitian ini adalah Pertama, Usus Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al-Nadm Al-

Mu’ashirah Wa Mu’dhilat Al Iqtishad Wahallaha Fi Al-Islami (1960), buku

ini menerangkan perbedaan ekonomi kapitalisme dan komunis. Kemudian

dilanjutkan dengan penjelasan tentang tujuh prinsip ekonomi Islam yaitu : 1).

Perbedaan antara halal dan haram mengenai cara mencari kekayaan; 2).

Larangan menimbun harta; 3). Perintah membelanjakan harta; 4). Zakat; 5).

Hukum waris; 6). Pembagian Rampasan perang; dan 7). Perintah untuk

berhemat dalam pembelanjaan.

9 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995, hlm. 242 10 Abul A’la Al-Maududi, Al-Khilafah Wa Al-Mulk, ter. Muhammad Al-Baqir, Khilafah dan

Kerajaan, Bandung: Mizan, 1996, hlm. 31

45

Sedangkan Islamic Economic Sistem Principles And Obyektives

(1980) selain menjelaskan tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam, dalam buku

ini dijelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dasar Islam yang erat kaitannya

dengan masalah ekonomi yaitu kebebasan manusia, perkembangan etik dan

moral, dan Islam adalah agama kesatuan dan persaudaraan.

C. Prinsipp-Prinsipp Ekonomi Islam Menurut Abu Al- A’la Al-Maududi

Al-Maududi mencoba mengkaji prinsipp –prinsipp ekonomi yang

diatur dalam Islam. Prinsipp-prinsipp ekonomi yang menjunjung tinggi nilai-

nilai moral. Dan inilah yang membedakan secara jelas sistem ekonomi Islam

dengaan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis dari Barat. Prinsipp-prinsipp

ekonomi Islam yang diungkapkan Al-Maududi dapat dijeskan sebagai berikut

1. Perbedaan Antara Yang Halal Dan Yang Haram Mengenai Jalan

Mencari Kekayaan

Ajaran Islam pada dasarnya mengakui bahwa manusia mempunyai

kebebsan untuk memeperoleh pendapatan dari usaha yang dilakukan.

Namun hal ini ditekankan harus dengan cara yang halal dalam

mendapatkannya.11 Penekanan dalam prinsipp pertama ini adalah tidak

membenarkan bagi umat Islam untuk mencari kekayaan melalui jalan

apapun yang dikehendaki.

Islam memberikan perbedaan kepada umatnya antara jalan-jalan

yang sah dan yang tidak sah untuk mencari penghidupan, karena

11 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic System Principles and objectives, Markazi

Maktaba Islami Delhi, 1998, Hlm 6

46

mengingat akan kemaslahatan masyarakat. Pembedaan ini berdiri di atas

dasar yang universal, yang mengatakan, bahwa semua jalan untuk mencari

kekayaan, di mana seseorang tidak dapat memperoleh keuntungan kecuali

dengan merugikan orang lain, tidaklah sah dan semua jalan di mana

individu-individu dapat saling memberi keuntungan antara sesama mereka

dengan suka sama suka dan adil, adalah sah.12 Prinsipp ini diterangkan

oleh Allah SWT didalam firmannya:

يا أيها الذين آمنوا لا تأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون ن تراض منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن الله آان بكم رحيما تجارة ع

ومن يفعل ذلك عدوانا وظلما فسوف نصليه نارا وآان ﴾29﴿ ذلك على الله يسيرا

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka kami kelak akan memasukkannya kedalam neraka (An-Nisa’ 29-30)13

Ayat ini telah menetapkan dua perkara sebagai syarat bagi sahnya

perdagangan. Pertama, hendaklah perdagangan itu dilakukan suka sama

suka diantara kedua pihak. Kedua, tidak merugikan pihak yang lain. Serta

ada tambahan syarat sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat diatas yaitu

“Dan jangan kamu membunuh dirimu”, dari ayat ini.14

12 Abul ‘Ala Almaududi, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu Mu’ashiroh Wa

Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt, hlm. 131-132 13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris), Semarang: CV.

Asy Syifa’, hlm. 65 14 Ibid, hlm. 132

47

Para ahli tafsir menafsirkan dengan dua makna. Yang pertama:

Janganlah kamu bunuh-membunuh antara sesamamu. Dan makna yang

kedua: Janganlah kamu membunuh dirimu dengan tanganmu sendiri.

Maksud ayat ini dalam kedua tafsiran itu ialah bahwa, tiap-tiap

orang yang merugikan orang lain untuk membela kepentingan pribadinya,

maka seolah-olah ia menumpahkan darahnya dan membukakan jalan

kebinasaan bagi dirinya sendiri.

2. Larangan Menimbun Harta

Prinsipp ekonomi Islam yang kedua adalah sebaiknya seseorang

tidak menimbun harta yang di dapatnya dengan jalan yang tidak sah,

karena yang demikian itu menghambat perputaran kekayaan, dan merusak

keseimbangan dalam pembagiannya di masyarakat. Oleh karena itu Islam

sangat melarang hal ini,15 sebagaimana firman Allah SWT:

ولا يحسبن الذين يبخلون بما آتاهم الله من فضله هو خيرا لهم

بل هو شر لهم Artinya: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta

yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka (Al-Imron: 180)16

Selain menghambat sirkulasi keuangan dalam masyarakat,

penimbunan harta merupakan indikator kerusakan moral yang berakibat

pada pengasingan diri sendiri dari sosial masyarakat.

15 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 132 16 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm. 58

48

Larangan penimbunan harta erat hubungannya dengan ajaran Islam

tentang hak-hak masyarakat. Islam mengajarkan bahwa pada dasarnya dari

setiap harta yang dimiliki seseorang terdapat pula hak orang lain yang

harus dibayarkan. Ini merupakan tanggung jawab manusia sebagai bagian

dari masyarakat untuk membantu orang lain (terutama saudara terdekat)

yang tidak dapat memenuhi kebutuhan.17

3. Perintah Untuk Membelanjakan Harta

Prinsipp berikutnya, Islam menyuruh membelanjakan harta. Tetapi

tidak membenarkan membelanjakan hartanya dengan cara royal dan boros

untuk memuaskan hawa nafsu semata. Islam memerintahkan agar

membelanjakan harta dengan disertai syarat “fisabilillah”18 seperti firman

Allah SWT:

ويسألونك ماذا ينفقون قل العفوArtinya: Dan mereka bertanya kepadamu, apa yang mereka belanjakan?

Katakanlah, yang lebih dari keperluanmu (Al-Baqoroh: 219)

Perintah membelanjakan harta dalam Islam memiliki perbedaan

dengan sistem kapitalis. Hal ini bisa dilihat dari:19

1. Dalam Islam jika harta dibelanjakan/infak maka akan berkah dan

dilipat gandakan. Sedangkan dalam ekonomi kapitalis, harata jika

dibelanjakan semakin berkurang dan apabila dikumpulkan maka akan

semakin bertambah.

17 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 13 18 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 133 19 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 135-138

49

2. Harta yang dibelanjakan tidak akan sis-sia dan akan kembali dengan

bentuk lain yang bermanfaat bagi yang memiliki. Sedangkan, dalam

sistem kapitalis harta yang dibelanjakan itu sia-sia dan tidak akan

kembali.

3. Dalam Islam, harta yang dibelanjakan dengan memungut riba

didalamnya tidaka akn bertambah tetapi justru berkurang. Sebaliknya

dalam kapitalisme, memungut riba dari harta yang dimiliki akan

menambah jumlah harta yang dimiliki.

4. Anjuran membelajakan harta/infak dalam Islam harus didasari dengan

keikhlasan dan tidak mengaharap kembali. Sebaliknya infak harta

dalam sistem kapitalisme merupakan usaha seseorang untuk

menunjukkkan popularitas dan riya. Sehingga mengharapkan harta

akan kembali lebih banyak. Jika pada akhirnya tidak kembali maka

seseorang akan cenderung menyebut-nyebut infak yang dilakukan.

5. Membelajakan harta dalam Islam dianjurkan dengan harta yang terbaik

yang dimiliki, melarang menafkahkan harta yang buruk. Sedangkan

dalam sistem kapitalisme sebaliknya. Allah SWT berfirman dalam QS.

Al-Baqoroh : 267 yang berbunyi :

يا أيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما آسبتم ومما أخرجنا

من الأرض ولا تيمموا الخبيث منه تنفقون ولستم بآخذيه لكم

إلا أن تغمضوا فيه واعلموا

artinya :

50

“Hai orang-orang yang beriman belanjakanlah dijalan kebajikan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang telah dieluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu belanjakan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya”20

4. Zakat

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pada dasarnya Islam

menghendaki agar kekayaan tidak dibiarkan terkumpul disalah satu pada

kelompok tertentu dalam masyarakat. Meskipun pada hakekatnya harta

yang dikumplkan merupakan hasil dari jerih payah dan kecakapan mereka.

Dalam Islam, seseorang wajib membelanjakan sebagian harta yang telah

sampai batas tertentu yaitu 2,5% untuk kepentingan sosial

kemasyarakatan. Seseorang tidak hanya membutuhkan kekayaan pada saat

ini saja, melainkan manusia juga membutuhkan harta sebagai bekal masa

yang akan datang. Karena seseorang diperintahkan membelanjakan

hartanya, sebab pada suatu saat ia akan membutuhkan harta itu kembali.21

Perintah ini merupakan upaya Islam menumbuhkan jiwa

kedermawanan, murah hati dan kerjasama yang sejati dalam lapangan

sosial dengan ajaran-ajaran moralnya yang tinggi, dengan jalan bujukan

dan ancaman yang efektif. Sehingga dengan kecenderungan alamiyahnya

manusia akan merasa jijik untuk mengumpulkan kekayaan,

menyimpannya, dan gemar membelanjakan dengan semau sendiri.

20 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm. 67

21 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 141

51

Pada segi yang lain, Islam membuat suatu undang-undang yang

mewajibkan pemungutan suatu jumlah yang tertentu dari kekayaan orang

banyak untuk kesejahteraan masyarakat dan kebahagiannya. Jumlah yang

tertentu dari kekayaan orang banyak ini ialah “Zakat”.

Betapa pentingnya zakat dalam sistem ekonomi Islam. Ia adalah

rukun yang tepenting sesudah sholat, hingga Al-Qur’an telah menegaskan

barang siapa menyimpan kekayaan, tidaklah halal baginya sebelum

dikeluarkan,22 dalam hal ini diperjelas dalam firman Allah SWT:

خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزآيهم بها وصل عليهم إن اتك سكن لهمصل

Artinya: Ambillah sedekah dari harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (At-Taubah: 103)23

Kata zakat itu sendiri menunjukkan, bahwa kekayaan yang dikumpulkan

manusia itu adalah najis dan kotor, tidak mungkin ia menjadi suci sebelum

dikeluarkan 2 ½ dari padanya untuk jalan “fisabilillah” tiap-tiap tahun.

Selanjutnya dalam prinsipp ini kembali terlihat bahwa dalam Islam

memegang aturan siapapun yang memiliki harta berlebih, maka wajib

baginya mengeluarkan harta. Dan zakat berhak diterima oleh yang berhak

(mustahik). Sedangkan dalam sistem kapitalis, seseorang tidak berhak atas

harta kekayaan kecuali ia telah berinvestasi atas harta itu. 24

Di tambahkan Al-Maududi zakat berbeda dengan pajak. Keduanya

mempunyai perbedaan yang mendasar. Pajak dibayar oleh seseorang yang

merasa menggunakan fasilitas umum kepada pemerintah dan telah diatur

22 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 139 23 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm 162 24 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.141

52

undang-undang. Sedangkan zakat merupakan bentuk ketaatan kepada

Allah sebagaimana halnya salat. Jika seseorang mengarapkan

kesempurnaan iman maka ia akan mengeluarkan zakat. Selain itu, zakat

dalam Islam merupakan wujud ketaatan kepada Tuhan yang bermanfaat

untuk memenuhi hak-hak masyarakat.25

5. Hukum Waris

Prinsipp Ekonomi Islam selangkah lebih maju lagi untuk membagi-

bagikan kekayaan yang mungkin masih tekumpul di satu tempat, dengan

berlakunya hukum waris. Selain membelajakan harta untuk kepentingan

pribadi, untuk infaq dijalan Allah dan untuk menunaikan zakat.

Berlakunya hukum waris dalam Islam ialah barang siapa yang meninggal

dunia sedang ia meninggalkan harta, banyak atau sedikit, seyogyanya

harta itu dibagi-bagikan kepada kerabat yang terdekat. Sedangkan bagi

mereka yang tidak memiliki ahli waris, harta hendaknya diserahkan

kepada “Baitul Mal” untuk dimanfaatkan bagi kepentingan sosial.26

Disinilah kelebihan dari hukum waris yang tidak ada bandingannya

dengan sistem ekonomi lain, karena yang dikehendaki oleh sistem-sistem

itu ialah supaya kekayaan yang terkumpul pada satu orang atau beberapa

orang yang terbatas jumlahnya. Tetapi Islam tidak menyukai

terkumpulnya dan tertahannya kekayaan itu. Islam menginginkan

25 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 16-17 26 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 223

53

tercapainya pemerataan, sehingga peredaran dan perputaran kekayaan

dikalangan masyarakat menjadi mudah dan lancer.27

Dalam mengundangkan hukum warisan, Al-Qur’an memberikan

hak kepada seseorang untuk membuat wasiat sebelum ia meninggal dunia

sehubungan dengan harta kekayaan yang ditinggalkannya. Perintah ini

memerintahkan kepada manusia yang hidup didunia ini untuk menyuruh

keturunannya agar berlaku baik kepada kedua orang tuanya. Sedangkan

bagi orang-orang yang tidak mampu mengelola harta kekayaannya secara

baik karena cacat atau kurang cakap dan dikhawatirkan akan habis begitu

saja, maka mereka tak diperkenankan untuk memegangnya. Kekayaan

tersebut akan diserahkan kepada walinya atau pemerintah secara resmi,

dan hanya diserahkan kembali kepada mereka bila mereka sudah dapat

mengelolanya dengan baik.28 Disinilah kelebihan dari hukum waris yang

tidak ada bandingannya dengan suatu sistem ekonomi lain, karena yang

dikehendaki oleh sistem-sistem itu ialah supaya kekayaan yang

dikumpulkan oleh satu orang harus tetap terkumpul di tangan satu orang

atau beberapa orang yang terbatas jumlahnya sesudahnya juga. Tetapi

Islam tidak menyukai terkumpulnya dan tertahannya kekayaan itu. Islam

hendak membagi-bagi dan memeratakannya, sehingga peredaran dan

perputaran kekayaan dikalangan masyarakat menjadi mudah dan lancer.29

27 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 224 28 Abul ‘Ala Al-Maududi, Adven of Islam Fundamental Teaching of The Qur’an, terj. M.M.

Syarif Esensi Al-Qur’an Ekonomi, Politik, dan Filsafat, Bandung: Mizan, 1990, hlm. 80 29 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 224

54

6. Pembagian Rampasan Perang

Islam telah memerintahkan, supaya yang dapat dirampas oleh

kaum muslimin dimedan perang dibagi menjadi lima bagian, empat bagian

dari padanya untuk mereka yang turut perang dan sebagian untuk

kepentingan sosial kaum muslimin Allah berfirman :

واعلموا أنما غنمتم من شيء فأن لله خمسه وللرسول ولذي بن السبيلالقربى واليتامى والمساآين وا

Artinya : ketahuilah apa saja yang kamu peroleh sebagai rampasan

perang, maka sesungguhnya seperlimanya untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnusabil (Al-Anfal : 41)

Maksud dari sebagian untuk Allah dan Rasulnya ialah bagian yang

dikhususkan untuk tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan sosial,

yang diurus dan diwarisi oleh pemerintah dalam negara Islam, menurut

hukum Allah dan Rasulnya. Kemudian ia menerangkan bagian dari tiga

golongan yang seperlima ini secara khusus yaitu :

a. Anak-anak yatim, untuk keperluan memberi pengajaran, dan

pendidikan supaya mereka dapat memiliki syarat-syarat keahlian

untuk turut mengambil bagian dalam perpacuan hidup pada masa yang

akan datang.

b. Orang-orang miskin, yaitu orang-orang yang berkekurangan yang tidak

dapat memperoleh apa yang menjadi kebutuhan dan tempat tinggal

mereka. Termasuk dalam golongan ini adalah janda-janda kaum

muslimin, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang sakit.

55

c. Ibnussabil, yaitu orang yang memberikan perhatian secara serius untuk

menumbuhkan dan memperjuangkan agama Allah

7. Perintah Untuk Berhemat Dalam Pembelanjaan

Islam memperhatikan dan mengawasi perputaran kekayaan pada

seluruh masyarakat, dan ditentukannya satu bagian dari pada harta orang-

orang kaya untuk fakir miskin. Pada satu segi yang lain diperintahkannya

kepada tiap-tiap individu dalam masyarakat untuk tidak berlebihan atau

boros dalam membelanjakan harta mereka, sehingga hingga keseimbangan

dalam pembagian kekayaan dapat tercipta..30 Sebagaimana QS Al-Isra :

29 yang berbunyi:

فتقعد ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ولا تبسطها آل البسط

ملوما محسوراArtinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu (dan sebalikmya) janganlah kamu terlalu mengeluarkannya, agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal (Al-Isra’ : 29)

Dalam hal ini, Islam menghendaki agar seseorang membelanjakan

hartanya tidak melebihi kemampuan ekonominya. Tidak halal baginya

melampaui batas itu, sehingga pengeluaran lebih besar daripada

pendapatannya. Dengan kata lain, Islam dengan ajaran moralnya

memerintahkan umatnya untuk mengembangkan kehidupan yang

sederhana.

D. Landasan Pemikiran Abul A’la Al-Maududi Tentang Ekonomi Islam

30 Abul A’la Al-Maududi, Op. cit., hlm. 144

56

Al-Maududi adalah seorang pembaharu Islam yang pemikiran-

pemikirannya telah diakui di dunia Islam. Sekitar tahun 1940 Al-Maududi

mengembangkan pikirannya untuk mendirikan gerakan yang lebih

komprehensif, dan itulah yang menyebabkan ia mendirikan organisasi Jami’at

Islami sampai dia dipilih menjadi ketuanya. Dari sinilah pemikiran-pemikiran

Maududi berkembang dan berpengaruh dari Pakistan sampai India yang

tergolong sebagai gerakan Neo-Revivalisme31 Upayayang dilakuakn berusaha

menunjukkan relevansi Islam dengan kehidupan masyarakat sekarang32 dan

memiliki sasaran untuk menegakkan kembali cara hidup Islami secara utuh.

Pendekatan ini memiliki skema lengkap reformasi dan rekonstruksi, dan telah

mempengaruhi kehidupan di semua sektornya. Dia mencoba membangun

kembali pemikiran muslim dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah

serta untuk menghadapi tantangan dari Barat. Dia mencoba mengangkat

derajat individu dan mengilhaminya dengan semangat Islam yang orisinil dan

selaras dengan prinsipp-prinsipp yang telah diberikan oleh Tuhan dan rasul-

Nya.33

Untuk mencapai itu semua Al-Maududi menyampaikan gagasannya

yang penting artinya bagi umat Islam. Gagasan tersebut adalah Pertama, ia

mengatakan bahwa masyarakat muslim telah kehilangan sebagian besar dari

dinamika dan elannya, karena mereka telah melupakan susunan prioritas

31 Suatu gerakan yang berpengaruh diparuh pertama abad kedua puluhan sebagai proses yang

dengannya komunitas muslim menghidupkan kembali kerangka sosial, moral, dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah

32 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 4

33 Abul A’la Al-Maududi, The Islamic Law and Constitution, terj. Asep Hikmat, Bandung: Mizan, 1994, hlm. 45

57

sumber-sumber Islam, yaitu Al-Qur’an, Sunnah dan ijtihad. Umat Islam telah

bertindak sebaliknya, sekarang ini mereka lebih berpegang pada pendapat para

ulama yang lalu dan memegang hasil ijtihad mereka. Setelah melihat

pandangan para ulama, baru kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah. Ini

menyebabkan kebekuan pemikiran muslim. Dinamikanya yang asli dapat

ditangkap kembali hanya apabila umat muslim memutuskan untuk mengganti

cara berfikir sekarang ini. Itu berarti pertama-tama kita harus melihat Al-

Qur’an lalu As-Sunah dan setelah itu baru pembahasan secara deduktif para

ulama dan pikiran-pikiran yang diuraikan oleh pemikir-pemikir muslim

dahulu.

Kedua adalah mencari orang-orang yang suka kebenaran dan bersedia

untuk kerja menegakkan kebenaran itu pada kehidupan manusia. Orang-orang

yang demikian itu sifatnya harus dicari dan ditemukan, serta diikat dalam

badan yang diorganisasikan. Selain itu, usaha harus dilakukan untuk

membantu orang-orang tersebut mengembangkan pikirannya yang jelas,

memurnikan kehidupan umat Islam, dan mengembangkan sifat-sifat yang baik

dari moral dan wataknya. Dengan itu Al-Maududi berusaha untuk

menekankan keharusan memelihara sekelompok kecil orang-orang yang

ikhlas dan jujur sebagai dasar kebangkitan Islam.

Sedangkan yang ketiga adalah usaha untuk membawa perubahan sosial

yang sesuai dengan ajaran Islam. Idenya adalah bahwa orang yang telah

berusaha untuk Islam, atau paling tidak mempunyai orientasi Islam dan

memperhatikan terhadap kesejahteraan umat manusia harus mengambil

58

inisiatif dan mempergunakan waktunya, usaha dan sumber-sumber

kekuatannya, untuk membawa perubahan dan perkembangan yang sehat

secara maksimal. Dalam wilayah kehidupan sosial, program itu menekankan

usaha untuk mencegah rakyat dari ketidak adilan, menciptakan kesadaran

kesehatan dan kebersihan, dan memperkukuh kerja sama dikalangan rakyat

untuk menjamin kehidupan yang sehat. Memperhatikan anak yatim piatu, para

janda, dan anak-anak cacat, dan pelajar yang miskin untuk memperoleh

bantuan keuangan, dan menyediakan pelayanan kesehatan untuk rakyat

terutama untuk orang-orang fakir miskin. Jelasnya dengan memperoleh

inspirasi dari cinta Islam, tujuannya adalah untuk memperoleh kesejahteraan

rakyat dalam kehidupan agama, sosial, moral dan material, dan bergerak untuk

menciptakan kondisi-kondisi sosial yang cocok bagi transformasi secara total

dalam kehidupan manusia.34

Dari uraian di atas, dapat diketahui pola dasar pemikiran yang

dikembangkan Al-Maududi yaitu mengembalikan segala urusan kehidupan

manusia (sosial, politik, ekonomi, agama) pada Al Qur’an dan Hadis. Bertolak

dari background di atas, akan diuraikan pola landasan pemikiran ekonomi

Islam Al-Maududi yang menjadi focus pembahasan penelitian.

Al-Maududi berpendapat bahwa petunjuk yang terdapat dalam Al

Qur’an dan As Sunnah meliputi kehidupan seantero manusia.35 Sehingga

pemahaman yang benar tentang agama menjadi dasar pengembangan dan

upaya pembaharuan yang dilakukan. Dalam Islam, Pemahaman agama

34 Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995, hlm. 260 35 Ibid, hlm. 246

59

tersebut berangkat dari konsep tauhid. Konsep tentang Tuhan sebaagi satu-

satunya dzat yang berkuasa dan memberikan hukum tentang berbagai prinsipp

pokok yang harus dipatuhi oleh manusia. Lebih lanjut Al-Maududi

berpendapat Islam bukan hanya mengatur hubungan antara manusia dengan

Tuhan. Ia menekankan bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap yang

mengatur segala sendi kehidupan manusia.

Pemikirannya tentang ekonomi Islam tentunya juga berangkat dari

dasar konsep tauhid diatas. Selain didukung oleh kondisi masyarakat dan

Negara Pakistan yang sangat menginginkan menjadi Negara Islam yang total.

Hal ini bisa dilihat dari ketetapan Dewan Konstituante Pakistan yang

menyatakan bahwa 1). Kedaulatan tertingggi di Pakistan berada ditangan

Allahsemata. Dan pemerintah harus mengatur Negara sebagai agen-Nya. 2).

Hukum dasar adalah syariah Islam yang telah diturunkan oleh nabi

Muhammad SAW. 3). Hukum yang ada yang bertentangan dengan hukum

Islam harus diselaraskan dengan Islam. 4). Kekuasaan Negara tidak boleh

bertentangan dengan batas-batas yang digariskan Islam.36

Dilatarbelakangi beberapa hal di atas dapat dipahami mengapa Al-

Maududi begitu mengecam hal-hal yang bertentangan dengan Islam, termasuk

sistem ekonomi barat. Karenanya usaha Al-Maududi tidak hanya pada

perjuangan menegakkan Negara Islam Pakistan tetapi juga setiap aspek

kehidupan manusia harus didasarkan pada aturan Tuhan. Terkait dengan

sistem ekonomi, Al-Maududi berupaya untuk sendi-sendi ekonomi Islam

36 Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam, BAndung: Pustaka

Setia, 1997, hlm. 101

60

benar-benar bisa terlaksana. Hal ini tentunya dengan melepaskan diri dari

berbagai pengaruh diluar Islam, baik yang berasal dari pengaruh hinduistik

dengan sistem semi feodalnya atau semi kapitalistik Barat.37

Dari sini kemudian, Al-Maududi mencoba membukakan mata umat

Islam tentang kelemahan-kelemahan sistem ekonomi barat dan meyakinkan

umat Islam tentang keunggulan sistem ekonomi Islam yang bersumber dari Al

Qur’an dan As Sunnah. Sehingga dapat dipahami bahwa pemikiran ekonomi

Islam yang dijabarkan Al-Maududi dalam bukunya “Ususu Al Iqtishod Bainal

Ialami Wa Al-Nadmu Al-Mu’ashiroh Wa Mu’dhilat Al Iqtishod Wahallaha Fi

Al-Islami“ tidak lepas dari pembahasan ekonomi sosialis dan kapitalis yang

belakangan cenderung dijadikan kiblat umat Islam.

Kerangka berpikir yang dibangun oleh Al-Maududi adalah dengan

mengungkapkan terlebih dahulu kelemahan-kelemahan dari sistem ekonomi

kapitalis dan sosialis dari Barat. Sistem kapitalis memiliki kelemahan yaitu :

1). Setiap individu berhak memiliki kekayaan tanpa batas dari apa yang

diusahakan; 2). Orang lain tidak berhak atas harta yang dimiliki seseorang

meskipun orang tersebut membutuhkan; 3). Sistem ini mengenal dua lapisan

masyarakat yaitu golongan kaya dan golongan miskin.38 Sementara sistem

sosialis memiliki kelemahan tidak diakuinya hak perseorangan artinya ssetiap

individu tidak berhak memiliki kekayaan secara personal sekalipun dari hasil

37 Ibid, hlm. 103 38 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.12

61

usaha yang dialkukan. Dan semua harta adalah milik masyarakat atau

kolektif.39

Berangkat dari hal tersebut, kemudian Al-Maududi mencoba melihat

sistem ekonomi yang berlaku dalam Islam. Menurut Islam, sesuatu yang

terpenting adalah kembali kepada individu bukan pada jama’ah atau manusia

secara kolektif. Dalam hal ini mnengandung arti bahwa bukan individu untuk

masyarakat tetapi masyarakat untuk individu secara personal. Karena Allah

SWT tidak akan meminta pertanggung jawaban secara kolektif, tetapi secara

personal. Atas dasar ini, Islam tidak menghendaki aturan masyarakat yang

merugikan hak personal. Sebab hakekatnya, manusia tidak akan berkembang

dengan sehat tanpa adanya kebebasan berpikir dan bertindak. Untuk itulah

setiap orang membutuhkan kebebasan berpendapat, menulis, berbicara

berusaha, bersosial dan kebebasan dalam mencari penghidupan.40 Dengan

demikian yang dikehendaki Islam adalah sistem ekonomi yang seimbang atau

berada pada jalan tengah, artinya tidak hanya memetingkan kepentingan

individu semata, tetapi juga mengatur kepentingan sosial. Sistem ekonomi

Islam bukanlah sistem ekonomi kapitalis yang memberikan kebebasan tanpa

batas atas kepemikikan individu. Sistem ekomomi Islam bukan pula sistem

komunis yang hanya mengakui hak kolektif. Tetapi ia adalah sistem dibangun

dengan mengakui kebebesan ekonomi denagn mengenal batas dan aturan. Ia

adalah sistem yang menjadikan masyarakat dapat mengembangkan moral

39 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.141 40 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.12

62

kemanusiaan. Tetapi tidak dibenarkan menggunakan hukum demi kepentingan

bersama.41

Selain mengungkapkan kelemahan-kelemahan sistem ekonomi barat.

Al-Maududi mengingatkan bahwa untuk dapat memahami prinsip-prinsip

ekonomi Islam harus terlebih dahulu memahami tujuan dasar dalam Islam.

Berkaitan dengan masalah ekonomi paling tidak harus memahami tiga hal

yaitu kebebasan manusia, perkembangan etik dan moral, dan Islam adalah

agama kesatuan dan persaudaraan.42

1. Kebebasan manusia. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi

harkat dan martabat. Kebebasann yang dimiliki manusia diikuti pula

dengan tanggung jawabnya kepada Allah. Tanggungjawab tersebut tidak

berlaku secara kolektif. Karena manusia harus bertanggunng jawab

terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang

dilakukan. Kebebsan ini tidak hanya berlkau dalam bidang ekonomi saja

tetapi dalam beragama dan berpolitik.

2. Perkembangan moral dan etikal. Moral dan etika merupakan hal yang

dibutuhkan dalam sebuah masyarakat. Individu senantiasa dapat

mengembnagkan nilai seperti kedermawanan, simpati kepedulian dan nilai

moral lainnya. Nilai-nilai itu penting artinya bagi terciptanya keadilan

ekonomi.

3. Islam adalah agama kesatuan dan persaudaran. Ajaran Islam tidak

mengenal adanya pembagian kelas dan apaladi mengajarkan konflik antar

41 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 18 42 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 5-7

63

golongan. Islam mengajurkan sikap saling pengertian dan kerjasama antar

manusia atau golongan.

Dengan memahami tiga hal tersebut menurut Al-Maududi, kita akan

lebih dapat memahami dan mengaplikaskan prinsip-prinsip ekonomi Islam

pada tiap situasi dan keadaan.

64

BAB IV

ANALISA PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM

MENURUT AL-MAUDUDI

Dalam bab ini akan disajikan analisa terhadap hasil penelitian pada

bab III berdasarkan landasan teori yang telah dibangun pada bab II. Dari

analisa ini diharapkan, akan diketahui lebih jelas tentang prinsip-prinsip

ekonomi Islam menurut Al-Maududi dan landasan pemikiran Al-Maududi

dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam. Sehingga pada akhirnya tujuan dan

manfaat penelitian baik secara praktis dan teoritis tercapai.

1. ANALISA PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM MENURUT AL-

MAUDUDI

Pada bab III telah dijelaskan tujuh prinsip Abu Al- A’la Al-

Maududi ekonomi Islam menurut Al-Maududi. Prinsip tersebut adalah 1).

Perbedaan halal dan haram dalam mencari kekayaan; 2). Larangan

menimbun harta; 3). Perintah membelanjakan harta; 4). Zakat; 5). Hukum

waris; 6). Pembagian rampasan perang; dan 7). Perintah untuk berhemat

dalam pembelanjaan.

Sekilas kita melihat terdapat perbedaan dari beberapa prinsip-

prinsip ekonomi Islam yang telah dikemukakan beberapa tokoh

sebagaimana dalam bab III. Secara beragam dan berangkat dari kerangka

pikir yang dibangun masing-masing tokoh akhirnya melahirkan berbagai

teori tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Hanya saja satu hal yang

65

harus dicatat adalah mereka berangkat dari pemahaman terhadap Al

Qur’an dan As Sunah yang memang merupakan pedoman hidup umat

Islam, termasuk dalam aktivitas ekonomi.1

Bila berangkat dari nilai-nilai dasar ekonomi Islam seperti tauhid,

adl, nurbuwwah, khilafah dan ma’ad. maka semua prinsip yang

disodorkan para tokoh tidak lepas dari kelima nilai itu. Nilai tauhid

misalnya, jelas merupakan kunci pokok ajaran Islam yang harus

diejawantahkan dalam semua aspek kehidupan manusia. Mengakui Allah

sebagai Tuhan, sang penguasa dan pembuat ketetapan hukum sama artinya

harus tunduk dan taat secara total, bukan hanya sebatas ibadah maghdhah

tetapi juga ghairu mahdhah. Secara tegas hal ini, adalah konsep utam yang

dijadikan pijakan oleh Al-Maududi dalam membangun kerangka berpikir

sehingga melahirkan prinsip ekonomi seperti perbedaan halal dan haram

dalam mencari harta. Dalam hal ini, dijelaskan aturan bagaimana prosedur

perdagangan yang sah dan diperbolehkan dalam Islam. Tentu saja akan

menjadi haram jika melanggar aturan dari Allah yaitu seperti merugikan

orang lain. Di sinilah menunjukkan kuatnya hukum Allah sebagai

pedoman menetapkan halal dan haram2 termasuk dalam mencari

penghidupan.

Secara berturut-turut nilai Tauhid ini pula yang dijadikan prinsip

pertama dalam ekonomi Islam menurut beberapa tokoh, antara lain

menurut Afzalur Rahman prinsip tauhid merupakan landasan utama

1 Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997, hlm. 29

2 Ahmad Muslim, History of Muslim Philosophy (terj), Bandung : Mizan, 1995, hlm. 69

66

ekonomi Islam. Hal ini bisa dilihat dari perintah-perintah dalam Al

Qur’an yang selalu didahului dengan konsep tauhid baru kemudian cara

pemanfaatan harta.3 Di ikuti pula oleh Quraish Shihab yang menyatakan

prinsip ekonomi Islam ada empat hal yaitu : 1). Tauhid; 2).

Keseimbangan; 3). Kehendak bebas; dan 4). Tanggung jawab.4 Dan Abd.

Muin Salim memberikan uraian prinsip ekonomi Islam sebagai berikut 1).

Tauhid; 2). Istimar atau istikhlaf; 3). Kemaslahatan (al silah) dan

keserasian (al-adalah); 4). Keadilan (al-qist); dan 5). Kehidupan sejahtera

dan kesentosaan dunia dan akhirat.5

Dari uraian sebelumnya, Dapat lihat Al-Maududi dan tokoh-tokoh

yang lain mempunyai konsep yang berbeda-beda. Al-Maududi nampak

lebih general dalam menetapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam untuk

kemudian Al-Maududi perkuat dengan dalil-dalil naqli yang memang

berkaitan dengan prinsip yang ditetapkan. Misalnya prinsip halal dan

haram dalam memperoleh harta didasarkan QS An Nisa ayat 29 – 30

tentang laranan memakan harta sesama. Prinsip kedua larangan,

megumpulkan harta didasarkan pada QS Ali Imron : 180; dan At Taubah :

34. dan Prinsip ketiga, perintah membelanjkan harta sesuai dengan QS Al

Baqarah: 219, 268, 272 dan 276; An Nisa : 36; Al Ma’arij: 24-25; Ar

Rum : 39.

3 John J Donohue dan John L Esposito, Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-

Masalah, Jakarta : Raja grafindo persada, 1995, hlm. 896 4 Dikutip dari Umar Shihab, Kontekstualitas Al Qur’an : KAjian tematik Atas Ayat-Ayat

Hukum dalam AL-Qur’an, Jakarta : Permadani, 2005, hlm. 295 5 Idid.

67

Prinsip-prinsip yang secara garis besar ditetapkan Al-Maududi

akan terlihat berbeda dengan Ibnu Sina yang secara lebih detail mengkaji

prinsip-prinsip ekonomi Islam. Menurut Ibnu Sina ada sepuluh hal penting

dalam prinsip ekonomi Islam yaitu 1). Motif rumah tangga. Bagi ibnu Sina

rumah tangga merupakan titik awal membnagun ekonomi dan

kesejahteraan manusia; 2). Ekonomi membutuhkan negara, negara berhak

mengatur kehidupan ekonomi rakyatnya sehingga tercapai kemakmuran;

3). Setiap manusia mempunyai hak miliki terhadap harta dari hasi usaha

dan warisan yang diperoleh; 4). Pemasukan dan pengeluaran, dalam Islam

dua hal ini adalah masalah pokok. Bagaimana mengatur agar tidak terjadi

pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan; 5). Pemasukan dan

pengeluaran harus dengan cara yang halal; 6). Pengeluaran harus diatur

dengan anggaran, disini diperlukan rencana anggaran setiap kali akan

melakukan pembelanjaan harta; 7). Pengeluaran untuk kepentingan

pribadai harus dilakukan sehemat mungkin; 8). Pengeluaran untuk

kepentingan umum dilakukan dengan ikhlas; 9 ). Beramal kebajikan

terutama pada akerabat terdekat dan orang yang membutuhkan; dan

tabungan bagi Ibnu Sina memberi peran penting bagi kehidupan ekonomi

pribadi maupun dalam lingkup negara.

Bila dibandingkan denan Ibnu Sina dapat terlihat beberapa titik

persamaan pandangan tentang prinsip ekonomi Islam Al-Maududi, antara

keharusan memperoleh harta dengan cara yang halal, anjuran hemat atau

tidak berlebihan dalam membelanjakan harta, keharusan untuk

68

menafkahkan sebagian rejeki untuk kepentingan orang lain dan

kesejahteraan. Sementara titik perbedaan terlihat pada pembahasan yang

khusus oleh Al-Maududi tentang hukum warisan dan pembagian harta

rampasan perang

Secara detail prinsisp-prinsip ekonomi Islam Al-Maududi dapat

dianalisa sebagai berikut : Prinsip pertama yang dikaitan dengan

penjelasan prosedur perdagangan dan perniagaan dalam Islam, sebenarnya

merupakan langkah yang ingin ditunjukkan dan ditegaskan kembali oleh

Al-Maududi bahwa ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi modern yang

jauh dari nilai-nilai moral. Perdagangan sebagai aktivitas penting ekonomi

dalam Islam diatur atas dasar kejujuran, kepercayaan dan ketulusan.

Mannan menyebutkan bahwa prinsip dasar perdagangan dalam Islam

adalah Pertama, larangan sumpah palsu, dewasa ini banyak pedagang

yang mencoba meyajikan pembelinya dengan melakukan sumpah palsu.

Hal ini banyak terjadi karena tidak kepedulian masyarakat terhadap nilai

moral dan spiritual yang harus senantasa diterapkan dalam kehidupan.

Kedua, takaran yang benar, dalam perniagaan menetapkan timbangan dan

takaran yang benar harus terapkan.6 dan Ketiga, Itikad Baik, penting

artinya menekankan prinsip ini agar hubungan perdagangan saling

menguntungkan.7

6 QS. AL Mutaffifin : 2-7, Artinya “ yaitu orang-orang yang apabila minta takaran dari orang

lain mereka minta dipenuhi. Dan apabla mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari besar yaitu ketika manusia berdiri menghadap Tuhan alam semesta? Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitanb orang durhaka tersimpan dalam sijjin.

7 Abdul Mannan, Op.cit, hlm. 288-289

69

Sedangkan prinsip-prinsip seperti larangan mengumpulan harta,

perintah membelanjakan harta, zakat, dan perintah untuk hidup berhemat

terutama ditekankan pada pencapaian kesejahteraan sosial. Masalah

kesejateraan sosial dalam Islam merupakan tanggung jawab bersama

antara individu, masyarakat dan negara. 8 Ekonomi Islam sebagaimana

yang dijelaskan Al-Maududi apada dasarnya merupakan prinsip jalan

tengah yang dapat dijadikan solusi untuk menutupi sistem ekonomi barat

yang satu sisi sangat mengagungkan hak pribadi dan satu sisi

mengagungkan hak swasta atau sosial.

Ajaran agama Islam, mengakui dan menyadari hakekat manusia

yang tidak hanya mahluk pribadi tetapi juga mengakui manusia sebagai

mahluk sosial. Karena Al Qur’an sebagaimana dikatakan Al-Maududi

merupakan jalan kehidupan yang sempurna bukan hanya mengatur

hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga mngatur hubungan manusia

dengan sesamanya.9

Jika dalam aspek ekonomi, dapat dilihat bahwa dalam Islam sangat

mengakui hak milik baik laki-laki dan perempuan dan tidak ada perbedaan

hasil usaha antara keduanya dari apa yang diusahkan.10 Setiap individu

8 Hasan, Tholhah, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantabora, 2005, hlm.167. 9 Ali, A. Mukti, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995, Hlm.

246 10 QS. An Nisa : 32 “ untuk mereka orang laki-laki ada bagian daripada usaha yang dikerjakan

dan untuk perempuan ada bahagian dari apa yang di usahakan”.

70

baik laki-laki dan perempuan akan mendapatkan hasil sesuai dengan jerih

payah yang dikeluarkan. 11

Sementara kewajiban manusia sebagai mahluk sosial adalah

perintah berbagi terhadap sesama, yaitu dengan menafkahkan sebagian

harta yang diperoleh untuk orang berhak membutuhkan. Dalil-dalil zakat

dalam Al-Qur’an menunjukkan manusia sebagai pribadi memiliki hak

yang tidak sepenuhnya karena pada dasarnya setiap hasil yang diperoleh

terdapat hak orang lain yang harus diserahkan. Aturannya adalah 2,5%

dari harta yang dimiliki jika telah mencapai batas tertentu.

Demikianlah kita ketahui bahawa Islam sangat melindungi hak

pribadi maupun masyarakat karena pada dasarnya Islam membimbing

manusia pada kemaslahatan secara total baik pribadi maupun sosial.

Prinsip tawazun atau tengah-tengah atau keseimbangan dalam hidup yang

dianut dalam Islam semakin dibuktikan oleh kajian prinsip ekonomi Islam

Al-Maududi. Selain itu juga ajaarn rahmatan lilalamin “bermafaat bagi

seluruh alam” khususnya dalam kegiatan ekonomi semakin jelas

konsepnya untuk diterapkan oleh masyarakat muslim apalagi kita ketahui

bahwa sesungguhnya dalam mata rantai kegiatan ekonomi terdapat

hubungan yang kompleks yaitu manusia dengan Tuhan, manusia dengan

sesamanya dan manusia dengan alam sebagai sumber pemenuhan

kebutuhan hidup.

11 QS. Ibrahim : 51, Artinya “ Allah memberi pembalasan dari tiap-tiap orang terhadap apa

yang ia usahakan“

71

Perlu dicatat bahwa dari prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut

Al-Maududi terdapat dua prinsip yang sangat khas dalam arti tidak

menjadi bahasan para ahli yang lain. Dua prinsip itu adalah hukum waris

dan pembagian rampasan perang. Dua prinsip ini masuk dalam prioritas

prinsip ekonomi Islam yang disajikan Al-Maududi karena memang dalam

Al Qur’an sendiri membahas dua jalan ini sebagai cara untuk mendapatkan

kekayaan.

Hukum waris merupakan hal yan sangat khas diatur dalam Islam.

Adanya hukum waris yang diatur dalam Islam menunjukkan bukti bahwa

Islam benar-benar agama yang memberikan arah bagi kemaslahatan umat.

Bagaimana tidak, Allah telah memerintahkan dan mengatur tiap detail

bagian bagi orang-orang yang berhak menerima waris jika ada seorang

muslim yang meninggal. Bukan hanya bagi anak dan isteri tetapi juga

keluarga terdekat dan kerabat menjadi bagian penting dalam pembagian

harta waris. Selain sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan karena

adanya pemerataan kekayaan dalam masyarakat. Hukum waris

memberikan kemudahan dan menghindari konflik dalam pembagian harta

waris bagi pihak keluarga yang ditinggalkan. Bahkan lebih dari itu, solusi

kongkrit yang diberikan Islam ketika seseorang yang meninggal tidak

memiliki ahli waris maka harta waris tersebut hendaknya diberikan pada

baitul mal untuk dimanfaat secara baik bagi kepentingan sosial. Sehingga

dari sini dapat dilihat bahwa ekonomi Islam telah menyiapkan berbagai

72

formulasi tepat untuk menyelesaikan berbagai masalah tentang perputaran

dan distribusi hak milik manusia secara pribadi.

Prinsip berikutnya yang menjadi sorotan penting dalam prinsip-

prinsip ekonomi yang dipaparkan Al-Maududi adalah pembagian harta

rampasan perang. Berdasarkan QS. Al Anfal : 41, Allah berfirman bahwa

harta hasil rampasan perang pada dasarnya bukan milik dan hak mereka

yang ikut adil dalam peperangan saja. Tetapi sebagian adalah bagian dari

Allah dan Rosulnya dalam arti harus digunakan untuk kepentingan sosial.

Prinsip ini menjadi penting untuk dibahas karena bila dilihat dari

sejarahnya Islam yang diwarnai dengan beberapa peperangan melawan

kaum musyrik, kajian tentang harta rampasan perang merupakan bagian

yang tak bisa ditinggalkan. Harta rampasan perang merupakan sumber

kekayaan negara. Sebelum Islam datang, adalah menjadi sebuah kebiasaan

para pemimpin dan tentara yang menang menyimpan harta rampasan tanpa

dibagikan kepada rakyat.12

Apalagi bila dikaitkan dengan sifat dasar manusia yang suka pada

harta sebagaimana dalam QS Al Imron : 14 yang berbunyi

المقنطرة زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير

ك متاع من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذل

الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب

Artinya :

12 Abdul Mannan, Teori …, Op.cit, hlm. 251

73

Dan dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatng ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan didunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).13

Bila dikait dengan watak manusia secara umum pada dasarnya

manusia memiliki nafsu yang serakah. Sehingga besar kemungkinan

manusia lupa untuk berbagai kebahagiaan dengan orang lain kala mereka

dalam kondisi berlimpah. Dengan demikian, demi kebaikan individu

jugalah Islam mengatur harta rampasan perang sedemikian rupa.

Keegoisan manusia, sering membuat mereka merasa bahwa yang

diperoleh adalah hak penuh pribadinya. Padahal jelas ditegaskan dalam

berbagai ayat Al Qur’an ajuran untuk menafkahkan sebagian harta untuk

kepentingan masyarakat. Sekaligus hal ini adalah simbol yang

menunjukkan perbedaan ekonomi Islam dengan sistem kapitalisme yang

hanya menjunjung tinggi hak milik pribadi dan tidak berlaku bagi

seseorang untuk mendapatkan harta yang bukan bagian dari investasinya.

Sebenarnya bila dikaji lebih lanjut pada dasarnya penetapan prinsip

ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari nilai-nilai dasar yang membangun

ekonomi Islam utamanya nilai Adl yang menekankan pada sikap adil

terhadap semua hal, termasuk perilaku ekonomi. Nilai Adil mengandung

implikasi tidak diperbolehkan seseorang mengeruk keuntungan setinggi-

tingginya dengan merugikan orang lan. Selain nilai Adl, nilai Khilafah

memiliki kaitan erat pula dengan sistem ini. Hal ini bisa dilihat dari

13 Soerjono, dkk, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta : Interrmassa, 1971, hlm. 903

74

implikasi dari nilai khilafah yang melahirkan konsekuensi-konsekuensi

sebagaimana disebut M. Umer Chapra, manusia sebagai khalifah memiliki

sejumlah implikasi berikut :14

1. Persaudaraan Universal

Setiap manusia adalah khalifah dan bukan hanya oaring tertentu saja,

atau anggota-anggota ras tertentu atau kelompok atau Negara.

konsep ini akan menimbulkan persamaan dan mengangkat martabat

semua manusia. Dalam kerangka konssep persaudaraan ini, sikap

yang dibenarkan terhadap sesame manusia adalah “kekuatan itu

benar”, berjuang untuk kepentingan sendiri” atau si kuat yang

menang”, tetapi pengorbanan dan kerjasama yang saling

menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan pokok semua orang dan

mengembangkan potensi seluruh kemanusiaan dan memperkaya

kehidupan manusia.

2. Sumber-sumber Daya adalah amanat

Sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia adalah karuni adari

Allah, maak manusia sebagai khalifah, bukanlah pemilki sebenarnya.

Ia hanya amant yang harus dipergunakan untuk kesejateraan

manusia.

Penggunaan Sumber-sumber daya dalam sistem ekonomi Islam

diatur berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Aturan itu adalah

Pertama, sumber-sumberdaya itu dipergunakan untuk kepentngna

14 M. Umer Chapra, Islam dan tantangan Ekonomi (terj), Jakarta : Gema Insani Press,

2000, hlm. 208-211

75

semua orang, bukan untuk segelintir orang (Al Baqoroh : 29).

Mereka harus dimafaatkan secara adil bagi kesejahteraan manusia.

Kedua, setiap oranng harus mencari sumber-sumber daya dengan

jujur dan benar, dengan cara yang ditetapkan oleh Al qur’an dan As

sunnah. Ketiga, meskipun sumber-sumber daya diperoleh dengan

cara yang benar maka pemanfaatan didasarkan prinsip keamanatan

yaitu untuk kesejahteraan bukan untuk diri sendiri. Dan keempat, tak

seorangpun berhak menghancurkan atau menyia-nyiakan sumber-

sumber daya yang telah diberikan oleh Allah.

Dengan demikian, atursn Islam terkait dengan harta rampasan

perang adalah sebuah perubahan dari kebiasaan yang cenderung

individulistik pada kebiasaan yang sosialis dengan menetapakan hak

seperlima bagian untuk kesejahteraan masyaarka. Dalam hal ini Al-

Maududi merinci pembagian terhadap beberrapa golongan berikut :

a. Anak-anak yatim, untuk keperluan memberi pengajaran, dan

pendidikan supaya mereka dapat memiliki syarat-syarat keahlian

untuk turut mengambil bagian dalam perpacuan hidup pada masa yang

akan datang.

b. Orang-orang miskin, yaitu orang-orang yang berkekurangan yang tidak

dapat memperoleh apa yang menjadi kebutuhan dan tempat tinggal

mereka. Termasuk dalam golongan ini adalah janda-janda kaum

muslimin, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang sakit.

76

c. Ibnussabil, yaitu orang yang memberikan perhatian secara serius untuk

menumbuhkan dan memperjuangkan agama Allah

Setelah mengetahui membandingkan prinsip-prinsip ekonomi

Islam Al-Maududi dengan tokoh yang lain dan melihat masing-masing

prinsip tersebut, maka untuk selanjutnya akan dicoba bagaimana

sebenarnya aplikasi prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam konteks

sekarang.

Secara garis besar prinsip-prinsip ekonomi Islam yang dijelaskan

Al-Maududi merupakan prinsip dasar yang seharusnya bisa dilaksanakan

dengan baik oleh umat Islam dalam konteks apapun. Apalagi prinsip yang

dikemukakan selalu didasarkan pada Al Qur’an sebagai rujukannya dan

sekaligus sebagai pedoman hidup manusia yang tidak lekang dimakan

zaman. Meski demikian dalam prakteknya selalu saja tidak sebaik dengan

konsep yang ada.

Prinsip perbedaan halal dan haram dalam memperoleh harta

merupakan hal inti yang harus dipegang oleh setiap muslim apalagi di

zaman sekarang ini. Dimana jarak antara halal dan haram semakin tidak

jelas karena keinginan manusia yang ingin mendapatkan harta dengan cara

cepat tanpa peduli lagi dengan larangan agama. Kasus korupsi terus

merajalela di negeri yang mayoritas muslim ini merupakn wujud bahwa

umat Islam sendiri belum mampu secara maksimal melaksanakan prinsip

ini. Padahal jika setiap muslim menyadari ajaran tersebut mustahil kasus

korupsi terus terjadi apalagi yang melakukan mayoritas pejabat yang

77

secara ekonomi berada dalam high class. Kecenderungan manusia untuk

memeperkaya diri sendiri akan dapat diminimalisir dan manusia akan

lebih peduli terhadap lingkungan yang membutuhkan bantuan.

Beberapa prinsip berikutnya adalah larangan mengumpulkan harta,

perintah membelajakan harta dan zakat adalah prinsip yang saling

berkaitan. Satu sisi setiap muslim dilarang menumpuk harta kekayaan

secara berlebihan, sementara perintah yang dianjurkan untuk

membelanjakan harta secara benar termasuk salah satunya dengan

membayar zakat. Islam melarang menumpuk harta karena menghambat

terciptanya kesejahteraan sosial. Sementara membelanjakan harta secara

benar akan mempercepat terciptanya kesejahteraan sosial. Optimalisai

zakat dapat mengurangi beban kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Hal

ini penting dalam era sekarang ini menjadi sangat penting untuk

ditegaskan karena semakin modern zaman, terdapat kecenderungan

manusia bersikap individualistik, dan minim sikap solidaritas. Akibatnya

kesenjangan antar si kaya dan si miskin semakin lebar. Di negara kita

sendiri, masalah kesejahteraan sosial menjadi tujuan utama negara ini

terbukti dengan dicantumkannya masalah pembangunan sosial dalam

UUD 1945 (Pasal 33, 27 ayat 2 dan 34).15 Karenanya kesejahteraan sosial

masyarakat bukan lagi urusan pribadi tetapi juga menjadi urusan

pemerintahan suatu negara. Jika optimalisasi zakat di negara kita yang

mayoritas muslim ini bisa terwujud bukan hal yang sulit mengatasi

15 Muhammad Tholhah Hasan, Isalm Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantobara,

2005 hlm. 160

78

kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami sauadara kita yang tersebar

diberbagai penjuru negeri.

Hukum waris sebagai salah prinsip ekonomi Islam sampai saat ini

dilaksanakan di masyarakat, hanya yang sedikit membedakan pembagian

harta yang lebih sering disesuaikan dengan kesepakatan keluarga daripada

sebagaimana yang telah diatur dalam Al Qur’an. Sementara terkait dengan

prinsip pembagian harta rampasan perang tidak lagi sesuai dengan kondisi

sekarang dimana masing-masing negara telah memiliki kemerdekaan

sehingga perang yang dahulu terjadi tidak lagi ditemui sekarang ini.

2. ANALISA LANDASAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM AL-

MAUDUDI.

Al-Maududi telah mencoba memberikan pemahaman yang

sistematis bagi umat Islam tentang bagaiman sebenarnya prinsip-prinsip

ekonomi yang berlaku dan harus dilaksanakan dalam Islam. Penyajian

pandangan yang dilakukan Al Mududi adalah hasil analisa tajam

sekaligus sebuah cara yang sangat briliant dan langka ditempuh. Hal ini

bisa dilihat dari awal penyajian pandangan Al-Maududi yaitu dengan

membahas terlebih dahulu dua sistem ekonomi yang berkembang di dunia

kala itu yaitu sistem kapitalis yang banyak dianut di negara-negara

Amerika dan sistem sosialis komunis yang di anut Uni Soviet (Rusia).

Baru kemudian, menyuguhkan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang penuh

dengan landasan moral yang mampu mengatasi kelemahan-kelemahan

yang ada pada dua sistem ekonomi yang merajai dunia pada waktu itu.

79

Satu hal yang harus dipahami dari gaya penyajian Al-Maududi

yang sistematis dalam mengkaji prinsip-prinsip ekonomi menurut Islam

adalah tidak bisa dilepaskan begitu saja dari background Al-Maududi

sebagai seorang muslim yang taat. Dalam sederetan biografi yang telah

dijelaskan, Al-Maududi adalah seorang sosok yang mengingingkan umat

Islam kembali kepada ajaran Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman

hidup umat Islam yang mengatur seantero masalah hidup manusia.

Baginya Islam bukan hanya jalan hidup tetapi jalan hidup yang sangat

sempurna.16 Hal ini ditunjukkan dengan ajaran Islam yang tidak hanya

mengatur masalah hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga

mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Begitu kompleks ajaran

Islam memberikan pedoman bagi kehidupan manusia baik spiritual-

materialisme, individual-sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi

muaranya hidup dalam keseimbangan dan kesebandingan.17

Masalah ekonomi adalah masalah yang menyangkut kebutuhan

materialisme manusia dan melibatkan hubungan manusia dengan

sesamanya dalam rangka kelangsungan hidup dan memanfaatkan sumber

daya alam sebagai alatnya. Kehidupan ekonomi terkait dengan masalah

konsumsi, produksi dan distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan

manusia. Untuk melakukan ketiga kegiatan ekonomi tersebut, dalam Islam

manusia diberi kebebesan seluas-luasnya untuk berkreasi guna memenuhi

kebutuhan yang dimiliki. Meski demikian, sebagai umat Islam tidak bisa

16 Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung : Mizan, 1995, Hlm. 246-247

17 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, hlm. 3.

80

melepaskan begitu saja ajaran Tauhid dalam kehidupan manusia. Justru

konsep tauhid merupakan dasar utama bagi umat Islam dalam bertindak

dan berperilaku,18 tak terkecuali dalam aktivitas ekonomi. Karenanya

pembahasan ekonomi dikembalikan dalam bingkai moral yang telah di

atur dalam AL Qur’an dan As Sunnah sebagai petunjuk yang datang

langsung dari Tuhan dan Rasulnya.

Selain landasan pemikiran sesorang yang tidak lepas dari

keyakinan yang dimiliki, adalah suatu kemestian pengaruh yang

ditanamkan dari kondisi sosial kultural dimana orang tersebut hidup.

Perjuangan dan pergulatan pemikiran Al-Maududi untuk membumikan

Islam, pada waktu itu berada dalam setting masyarakat yang sedang

berjuang melepaskan diri dari penjajahan Inggris. Dan sisi lain perjuangan

untuk untuk mendirikan sendi-sendi agama dalam sebuah negara Islam,

juga berada pada sebuah masyarakat yang multi agamis (Hindu, Budha,

Islam) yang mewarnai negara India kala itu. Kondisi seperti ini

mengharuskan Al-Maududi harus lebih cerdas dalam menyajikan buah

pikirnya bagi masyarakat. Apalagi Al-Maududi merasa bahwa umat Islam

tidak mungkin bergabung dengan umat hindu dalam satu negara.19

Khusus dalam bidang ekonomi Islam, serangkaian kerangka pikir

yang dimulai dari pembahasan tentang kelemahan-kelemahan sistem

ekonomi kapitalis dan sosialis merupakan sebuah cara yang efektif untuk

meyakinkan umat Islam untuk kembali dan menegakkan kehidupan

18 Ibid, hlm. 244 19 Sadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,1990, hlm. 161

81

ekonomi yang berdasarkan moral agama. Sekaligus melepaskan diri dari

pengaruh sistem yang lain yaitu sistem feodalis – Hindu dan Kapitalisme-

barat .20

Hasil kajian yang dimulai dengan temuan Sistem kapitalis yang

memiliki kelemahan yaitu : 1). Setiap individu berhak memiliki kekayaan

tanpa batas dari apa yang diusahakan; 2). Orang lain tidak berhak atas

harta yang dimiliki seseorang meskipun orang tersebut membutuhkan; 3).

Sistem ini mengenal dua lapisan masyarakat yaitu golongan kaya dan

golongan miskin.21 Dan sistem sosialis yang memiliki kelemahan tidak

diakuinya hak perseorangan artinya ssetiap individu tidak berhak memiliki

kekayaan secara personal sekalipun dari hasil usaha yang dialkukan. Dan

semua harta adalah milik masyarakat atau kolektif.22 Hal semacam ini

adalah sebuah langkah yang semakin dapat meyakinkan umat Islam untuk

kembali pada aturan Tuhan.

Hal ini menjadi penting artinya bagi umat Islam yang pada waktu

itu sangat didominasi oleh golongan modernis yang dinilai Al-Maududi

semakin berkiblat pada barat dan mulai menjauh dari ajaran Islam yang

sebenarnya. Kaum modernis dalam pandangan Al-Maududi mengalami

kebingungan dan memiliki wawasan yang kusam. Mereka tidak memiliki

kesepakatan mengenai tujuan dan bagaimana cara mencapainya. Setiap

orang memiliki penafsiran masing-masing. Perbedaan-perbedaan ini sudah

20 Ahmad Syaukani, Perkemangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Bandung : Pustaka

Setia, 1997, hlm. 103 21 Abul ‘Ala Almaududi, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu Mu’ashiroh Wa

Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt, hlm.12 22 Ibid, hlm.141

82

begitu parah sehingga tak ada satu ideologi yang disepakati. Hal inilah

yang melemahkan posisi mereka. Belakangan terbukti bahwa kaum

modernis bukan merupakan adimistrator dan politikus yang baik.

Pemerintahan negara semakin lama semakin longgar. Korupsi semakin

memuncak. Ekonomi semakin terseret dalam satu krisis ke krisis lain.

Ketidakstabilan politik semakin memuncak. Mereka berusaha

menanamkan hukum dan undang-undang yang jelas tidak diterima rakyat.

Disinilah modernis semakin kehilangan prestise dalam memikat rakyat. 23

Usaha Al-Maududi dalam bidang ekonomi ini sekaligus sebagai langkah

menjawab problematika kaum modern. Jawaban kreatif ini membuktikan

dirinya sebagai seorang neo revivalis.24 Kaum neo revivalis berusaha

untuk melakukan gerakan renaisans dengan karakteristik utama antara : 1).

Gerakan renaisans Islam memiliki sasaran untuk menegakkan cara hidup

Islami secara utuh; 2). Gerakan ini mencoba membangun kemabli

pemikiran Muslim dengan berpedoman pada Al Qur’an dan As sunnah

serta untuk mengahadapi tantangan Intelektual Barat; 3). Gerakan ini

menghindari ekstrimisme antara konservatif dan modernisme. Dia tidak

berpikiran sempit dan merasa rendah diri sehingga menagkibatkan

ketaqlidan; 4). Dia bukan gerakan sekretarianisme, melainkan gerakan

untuk melihat dan meninjau permasalahan dari berbagaii sudut pandang;

dan 5). Gerakan ini memiliki kesepakatan dalam hal ideologi tentang

23 Abul Ala Maududi, The Islamic Law And Constitution (terj), Bandung : Mizan, 1995, hlm.

44 24 kaum neo revivalis disebut juga kaum fundamentalis. Al MAududi sering dianggap sebagai

sumber utama kekautan revavalis, disamping sayyid Quthb dari Mesir.

83

prinsip-prinsip negara Islam dan sekaligus mamapu menjadi panggung

gerakan dan pertemuan pemikir muslim Pakistan dari berbagai sektor.25

Bergabungnya Al-Maududi dalam gerakan ini semakin menunjukkan

bahwa berbagai upayanya benar-benar dilakukan untuk memperbaiki

kondisi umat Islam yang semakin terpuruk dala politik maupun ekonomi

karena mereka telah meninggalkan ruh Islam dalam menjalankan

kehidupan secara umum.

Dengan demikian, bila dilihat dari keinginan dan komitmen yang

dimiliki Al-Maududi sebagaimana tergambar di atas, maka pemikiran

ekonomi yang disuguhkan Al-Maududi merupakan sebuah konsistensi

yang dibangun untuk memperbaiki negara dan masyarakat berdasarkan

Sendi-sendi Islam.

Selain berangkat dari penilaian kritis terhadap sistem ekonomi yang

ada. Al-Maududi berusaha menegaskan tiga hal dalam ajaran Islam yang

menjadi pijakan dan dasar dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi

Islam. Tiga hal tersebut adalah kebebasan manusia, perkembangan etik dan

moral, dan Islam adalah agama kesatuan dan persaudaraan.26

1. Kebebasan manusia. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi

harkat dan martabat. Kebebasann yang dimiliki manusia diikuti pula

dengan tanggung jawabnya kepada Allah. Tanggungjawab tersebut tidak

berlaku secara kolektif. Karena manusia harus bertanggunng jawab

terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang

25 Ibid, hlm. 45-46 26 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 5-7

84

dilakukan. Kebebsan ini tidak hanya berlkau dalam bidang ekonomi saja

tetapi dalam beragama dan berpolitik.

2. Perkembangan moral dan etikal. Moral dan etika merupakan hal yang

dibutuhkan dalam sebuah masyarakat. Individu senantiasa dapat

mengembnagkan nilai seperti kedermawanan, simpati kepedulian dan nilai

moral lainnya. Nilai-nilai itu penting artinya bagi terciptanya keadilan

ekonomi.

3. Islam adalah agama kesatuan dan persaudaran. Ajaran Islam tidak

mengenal adanya pembagian kelas dan apaladi mengajarkan konflik antar

golongan. Islam mengajurkan sikap saling pengertian dan kerjasama antar

manusia atau golongan.

Sementara bila ditinjau dari nilai kegunaanya bagi sebuah negara

Islam baru seperti Pakistan adalah sebuah sumbangan yang luar biasa.

Karena sistem ekonomi menduduki posisi yaitu sama penting dengan

sistem politik dalam sebuah negara. Keduanya bagai dua sisi mata uang

yang tidak bisa dipisahkan dan saling mempengaruhi. Sehingga konsep

dan acuan yang jelas bagi pengembangan kehidupan ekonomi suatu negara

besar artinya bagi terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan sebuah negara.

Dalam hal ini, kesejahteraan sosial suatu negara Islam sangat berbeda

dengan negara kapitalis maupun komunis. Islam memperkenankan

perbedaan kekayaan dalam batas-batas rasional, tetapi tidak melebar di

mana sebagian manusia hidup kemewahan, sementara mayoritas lainnya

berada dalam keadaan kelaparan dan penderitaan. Hal ini karena dalam

85

Islam, menganggap kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial

sebagai sesuatu yang saling melengkapi dan bukan sebagai sesuatu yang

bersaing atau bertentangan satu dengan yang lain.27

Secara lebih luas, landasan berpikir yang dibangun oleh Al-

Maududi dapat digunakan sebagai referensi bagi umat Islam dalam

memperluas dan memahami secara lebih komprehensif sistem ekonomi

Islam yang sebenarnya telah ditetapkan dasar-dasarnya dalam Al Qur’an

namun belum banyak dipahami, dikaji apalagi diterapkan oleh umat

muslim dalam tingkatan pribadi, sosial maupun dalam konteks

kenegaraan.

27 Badri Yatim dkk, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta : Yayasan obor Indonesia,

1995, hlm. 221

86

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penelitian ini mempeunyai dua tujuan yaitu mendeskripsikan

pemikiran Al-Maududi tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam dan

mendeskripsikan landasan pemikiran yang dibangun Al-Maududi

berkaitan dengan teori ekonomi Islam yang dicetuskan. Dari

pembahasan dan hasil analisa pada bab III dan bab IV maka dapat

diambil simpulan :

1. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Al-Maududi adalah 1).

Perbedaan antara halal dan haram mengenai cara mencari

kekayaan; 2). Larangan menimbun harta; 3). Perintah

membelanjakan harta; 4). Zakat; 5). Hukum waris; 6). Pembagian

Rampasan perang; dan 7). Perintah untuk berhemat dalam

pembelanjaan.

2. Landasan Pemikiran yang dibangun Al-Maududi dalam menyusun

teori ekonomi Islam diawali dengan Penjelasan tentang 3 ajaran

pokok Islam yang diajdikan acuan penting dalam memahami

prinsip-prinsp ekonomi Islam yaitu kebebasan manusia,

perkembanan etik dan moral, serta Islam sebagai agama kesatuan

dan persaudaraan. Selain itu Al-Maududi juga berangkat dari

penjelasan tentang kelemahan-kelemahan sistem ekonomi barat

87

yaitu Sosialis dan kapitalis yang mnejadi kekuatan besar pada masa

itu dan mulai dijadikan kiblat umat Islam. Dijelaskan kelemahan-

kelemahan tersebut adalah 1). Setiap individu berhak memiliki

kekayaan tanpa batas dari apa yang diusahakan; 2). Orang lain

tidak berhak atas harta yang dimiliki seseorang meskipun orang

tersebut membutuhkan; 3). System ini mengenal dua lapisan

masyarakat yaitu golongan kaya dan golongan miskin. Sementara

system sosialis memiliki kelemahan tidak diakuinya hak

perseorangan artinya ssetiap individu tidak berhak memiliki

kekayaan secara personal sekalipun dari hasil usaha yang

dialkukan. Dan semua harta adalah milik masyarakat atau kolektif.

Berangkat dari hal ini Al-Maududi mencoba menunjukkan dan

menegaskan tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam yang

merupakan sistem ekonomi yang yang berdasarkan AL Qur’an dan

As Sunnah yaitu sistem yang mengambil dan mengajarkan jalan

tengah karena menghendaki keseimbangan antara hak individu dan

hak masyarakat yang tidak diberikan pada dua sistem yang berlaku

di Barat.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan

adalah:

1. Bagi peneliti selanjutnya dapat membahas kembali pemikiran

ekonomi dari Tokoh Islam yang lainnya sebagai bahan

88

perbandingan sehingga mampu memperkaya pengetahuan tentang

ilmu ekonomi Islam.

2. Bagi praktisi ekonomi Islam, hasil penelitian merupakan sedikit

pengetahuan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan bisa

dipraktikkan secara benar di masyarakat.

3. Hasil penelitian setidakknya menggambarkan secara lebih nyata

tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam sehingga dapat

memudahkan kita sebagai umat Islam pada umumnya untuk

memulai mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

C. PENUTUP

Dengan mengucapakan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya

penulis selesai menyusun skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya

bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya, ucapkan

terima kasih penulis kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu terselesainya skripsi ini denagn harapan semoga skripsi ini

memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Zainal Abidin, Dasar- Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1979 A Karim, Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema

Insani, 2001 ____________________, Ekonomi Mikro Islami, Jakartaa : IIIT Indonesia, 2002 Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Ali Bandung:

1993,

Ali, A. Mukti, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995

Chapra, M. Umer, Islam dan tantangan Ekonomi (terj), Jakarta : Gema Insani

Press, 2000. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris),

Semarang: CV. Asy Syifa’, Departeman Agama RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Direktorat Jendral

Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana, 1993

Djazuli A. dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta:

PT . Raja Grafindo Persada, tt., Fachruddin, Fuad M. n, Ekonomi Islam, Jakarta: Mutiara, 1982.

Hasan, Tholhah, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantabora, 2005,

Ibrahim, Tahir, Pembahasan Ekonomi Islam Marx dan Keynes, Jakarta: tp., 1967. J Donohue, John dan John L Esposito, Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi

Masalah-Masalah, Jakarta : Raja grafindo persada, 1995 Kahf, Monzer , Ekonomi Islam, Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi

Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995 Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, Jakarta : Kalam Mulia, 1994

Lubis, Suhrawardi K, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2000.

Mannan, Abdul, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997 Al Maududi,Abul ‘Ala, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu

Mu’ashiroh Wa Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt. ________________, Al-Khilafah Wa Al-Mulk, ter. Muhammad Al-Baqir, Khilafah

dan Kerajaan, Bandung: Mizan, 1996 ________________, Islamic Economic System Prinsiples And Objectives,

Markazi Maktaba Islami Delhi, 1998 _____________, Esensi Al-Qur’an Filsafat, Polotik, Ekonomi, etika, Bandung: Mizan, 1994. Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Terapan, Yogyakarta : Gajah Mada University, 1993.

___________, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada

University Prees, 2000. Rahman, Afzalur , Economic Doctrin of Islam, Terj. Soeroyo Ngastain, Doktrin

Ekonomi Islam, Jilid I, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, Sadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,1990, Syaukani, Ahmad, Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam, BAndung:

Pustaka Setia, 1997 Saud, Mahmud Abu, GBEI (Garis-Garis Besar Ekonomi Islam), Yogyakarta:

Gema Insani Prees, Shihab, Umar , Kontekstualitas Al Qur’an : KAjian tematik Atas Ayat-Ayat

Hukum dalam AL-Qur’an, Jakarta : Permadani, 2005, Seed,Abdullah, Islamic Banking and Interest a Study of Riba and Is

Contemporary Interpretation, terj. Arif Maftuhin “Menyoal Bank Syari’ah : Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis”, Jakarta: PAramadina, 2004.

Prawiranegara, Saifudin, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: tp., 1967. Yatim, Badri dkk, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor

Indonesia, 1995.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Bambang Supriyono

Tempat/Tgl Lahir : Kudus, 12 Juli 1982

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Cendono RT 01/ IV

Kec. Dawe Kab. Kudus Jawa Tengah

Kewarganegaraan : Indonesia

Riwayat Pendidikan : SD Cendono 03 Lulus 1996

MTs. Miftahul Falah Lulus 1999

MA. Miftahul Falah Lulus 2002

IAIN Walisongo Fakultas Syari’ah 2002

Demikian riwayat hidup ini saya buat, yang ditulis dengan sebenar-benarnya.

Semarang, 8 Desember 2008

Penulis

Bambang Supriyono