studi analisis pemikiran abul ‘ala al- maududi...
TRANSCRIPT
أ
STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI
TENTANG PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh: BAMBANG SUPRIYONO
NIM. 2102175
JURUSAN MUAMALAH
FAKULTAS SYAR'AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2007
ب
DEPARTEMEN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYSRI’AH
Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 02 Telp. (024) 7601291 Semarang 50185
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eks Hal : Naskah Skripsi An. Sdr. Bambang Supriyono
Kepada : Yth. Dekan Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang
Di tempat.
Assalamu’alaikum Warahmatullah.
Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini
saya kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Bambang Supriyono
NIM : 2102175
Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA
ALMAUDUDI TENTANG PRINSIP- PRINSIP
EKONOMI ISLAM
Dengan ini saya mohon kiranya naskah skipsi tersebut dapat segera
dimunaqasahkan.
Demikian harap menjadikan maklum.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah
Semarang,7 Desember 2007 Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Slamet Hambali Ali Murtadho M.Ag NIP. 150 198 821 NIP.150 289 379
ج
DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS SYSRI’AH Jl. Prof. Dr. Hamka Km. 02 Telp. (024) 7601291 Semarang 50185
PENGESAHAN
Skripsi Saudara : Bambang Supriyono NIM : 2102175 Judul : STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL-
MAUDUDI TENTANG PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM
Telah dimunaqosahkan pada dewan Penguji fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude / baik / cukup, pada tanggal:
15 Januari 2008
Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI) tahun akademik 2007/ 2008.
Semarang, 15 Januari 2008 Ketua Sidang, Sekretaris Sidang, Drs. Maksun, M.Ag H. Slamet Hambali, M.Ag NIP. 150 263 040 NIP. 150 198 821 Penguji I, Penguji II, Drs. H. Musahadi, M.Ag Drs. Syahidin, M.Si NIP. 150 267 754 NIP. 150 263 235 Pembimbing I, Pembimbing II, H. Slamet Hambali, M.Ag Ali Murtadho, M.Ag NIP. 150 198 821 NIP. 150 289 379
د
Motto
إلا أن تكون تجارة عن تراض منكم ولا تقتلوا
أنفسكم
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu.
(Al-Nisa’: 29). 1
أنك تموت اعمل لدنيك آأنك تعيش أبدا واعمل لأخرتك آ غدا
“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan beramalah untuk akhiratmu seakan-akan
engkau mati esok” 2
1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, diterjemahkan oleh : Yayasan
Penterjemah Al-Qur’an diterbitkan dan dicetak oleh : PT. Bumi Restu, 1971, hlm. 122. 2 H.R. Ibnu Asakir.
ه
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Untuk Ayahanda dan Ibunda yang tercinta. Ini
merupakan sebagian perjuangan dan cita- cita dari
tetesan keringat dan darmamu. Dengan ridla dan doamu
semoga dapat tercapai cita-citaku bahagia di dunia dan
di akhirat kelak. Amin amin ya Rob al-‘Alamin.
Untuk Kakakku Suwandi, Susilowati dan Haryono
merupakan keluarga yang senantiasa menemaniku
disaat susah maupun senang dalam menjalani hidup
ini. Kalianlah penyemangat hidupku.
Untuk keluargaku yang ada di Semarang,terima kasih
telah menjadikan aku sebagai keluarga baru.
Untuk pujaan hati Ajeng Putri Yang selalu mendapingi
baik suka maupun duka, semoga perjalanan hidup kita
diridhoi Allah SWT, Amin.
و
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh
orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi
satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 8 Desember 2007 Deklarator,
Bambang Supriyono
ز
ABSTRAK
Dalam jual beli lepas tangan (al-bara’ah), yaitu penjual membebaskan
dirinya atau tidak bertanggung jawab apabila terdapat cacat yang terdapat pada benda yang dijualnya. Maka jual beli lepas tangan (al-bara’ah) adalah si penjual lepas tanggung jawab secara hukum. Adapun jual beli syarat al-bara’ah maksudnya penjual mensyaratkan tidak bertanggungjawab apabila kemungkinan didapati ‘aib atau cacat secara nyata pada barang yang diperjual belikan.
Jual beli al-bara’ah menurut Imam al-Sarakhsi adalah jual beli lepas tangan/lepas tanggung jawab atas cacat adalah apabila seseorang menjual barang, jika terjadi cacat pada barang yang dijual tersebut disebutkan bentuk cacatnya maupun tidak disebutkan bentuk cacatnya, maka penjual diperbolehkan lepas tanggung jawab atas cacat tersebut dan tidak ada lagi hak pilih (khiyar) bagi pembeli.
Dalam hukum Islam, para ulama menyatakan jual beli dengan syarat berakibat batalnya jual beli itu. Di antara fuqaha yang berpendapat demikian ialah Imam Syafi’i dan Imam Maliki. Dengan demikian perjanjian jual beli yang dibuat di luar ketentuan hukum Islam atau bertentangan dengan ketentuan hukum Islam, maka jual belinya menjadi batal. Jadi bila penjual meminta dikurangi kewajibannya seperti lepas tangan terhadap cacat barang atau kerusakan barang maka perjanjian jual beli dengan syarat seperti itu menjadi batal meskipun pembeli sepakat. Implikasinya, maka bagi produsen dan konsumen dapat menarik kembali perjanjian atau membatalkan perjanjian jual beli, manakala menyimpang dari ketentuan hukum Islam, apalagi hukum Islam melarangnya.
Persoalan jual beli lepas tangan (al-bara’ah) dikategorikan ke dalam jual beli yang mengandung unsur yang cacat dan juga bisa jual beli yang mengungkapkan suatu bentuk perjanjian, sebab al-bara’ah merupakan bentuk persyaratan dalam jual beli. Sementara cacat terdapat dalam permasalahan khiyar ‘aib, dalam menjelaskan keadaan yang menjelaskan keadaan barang yang mengandung unsur kecacatan merupakan suatu kewajiban, dan tidak boleh menyembunyikanya.
ح
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Studi Analisis Pendapat Abul ‘Ala Al- Maududi Tentang
Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam”. Ini disusun guna memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) pada IAIN (Institut Agama Islam
Negeri) Walisongo Semarang.
Penulisan Skripsi ini dilakukan dengan sebaik-baiknya, tetapi penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikannya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam penulisan Skripsi ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Jamil, MA., selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini.
2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN
Walisongo Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian.
3. Bapak H. Abdul Ghofur, M. Ag., selaku Kajur Muamalah yang membantu
dalam poses penyusunan skripsi ini.
4. Bapak H. Slamet Hambali, M.Ag., selaku Dosen Wali sekaligus Pembimbing
I dan Bapak Ali Murtadho, M.Ag., yang telah bersedia meluangkan waktu,
tenaga dan fikiran untuk memberikan bimbingan, pengarahan dalam
penyusunan skripsi ini
5. Para dosen dan staf pengajar di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang yang membekali berbagai pengetahuan sehingga mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
ط
6. Segenap karyawan di lingkungan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang yang telah membantu secara administrasi dalam proses penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak Juki serta Ibu Rukini (Almh) selaku orang tua penulis yang telah
merestui langkah penulis untuk menggali ilmu di fakultas syari’ah IAIN
Walisongo Semarang.
8. Bapak Tri Sasongko serta Ibu Trianna selaku orang tua di Semarang yang
selalu megarahkan dan membimbing penulis.
9. Mbak Ani, Mas Haryono serta Pakde Tomo yang telah mendukung dan
memberi bantuan baik moril maupun materiil.
10. Semua teman- teman Crew Mesjid yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu yang selalu mendukung, menghibur dan membantu dalam mencari
data serta referensi sehingga mempermudah dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materiil
dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah Swt senantiasa melipat gandakan balasan atas amal baik
mereka dengan rahmat dan nikmat-Nya.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf jika ada
kata-kata yang kurang berkenan dan semoga tulisan ini bisa memberi manfaat
bagi semua. Amien.
Semarang , 8 Desember 2007
Penulis,
Bambang Supriyono
ي
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
NOTA PEMBIMBING ................................................................................... ii
PENGESAHAN ................................................................................................ iii
DEKLARASI .................................................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
D. Telaah Pustaka ........................................................................... 7
E. Metode Penelitian ...................................................................... 11
F. Sistematika Penulisan Skripsi .................................................... 13
BAB II : KONSEP DASAR EKONOMU ISLAM
A. Pengertian Ekonomi Islam .......................................................... 15
B. Dasar- dasar Ekonomi Islam ....................................................... 18
C. Prinsip- prinsip Ekonomi Islam ................................................. 25
BAB III : PEMIKIRAN ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI TENTANG
PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM
A. Biografi Abul ‘Ala Al- Mududi .................................................. 38
B. Karya- karya Abul ‘Ala Al- Maududi ........................................ 43
C. Prinsip- prinsip Ekonomi Islam Menurut Abul ‘Ala Al-
Maududi ...................................................................................... 45
ك
D. Landasan Pemikiran Abul ’Ala Al- Maududi Tentang
Ekonomi Islam ............................................................................ 56
BAB IV : ANALISIS PRINSIP- PRINSIP EKONOMI ISLAM
MENURUT ABUL ‘ALA AL- MAUDUDI
A. Analisis Prinsip- Prinsip Ekonomi Islam Menurut Abul ‘Ala
Al- Maududi ................................................................................ 64
B. Analisis Landasan Pemikiran Abul ‘Ala Almaududi Tentang
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam ................................................... 78
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 86
B. Saran-saran ................................................................................. 86
C. Penutup ....................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah ekonomi senantiasa menjadi hal yang menarik untuk dikaji
baik dalam ruang lingkup keluarga, masyarakat bahkan negara. Ekonomi
merupakan aspek yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Karenanya
perhatian dan upaya terus dilakukan untuk mecari pemecahan masalah dalam
aspek ini. Banyak penelitian telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah
ekonomi tersebut. Walaupun begitu, usaha untuk mencari penyelesaian yang
tepat dan akurat dalam mengatasi masalah ini secara keseluruhan banyak
menemui kegagalan dan sangat sedikit keberhasilan yang diperoleh.1
Bagi umat Islam sendiri, Kegagalan dalam usaha perbaikan dan
peningkatan ekonomi masyarakat dinilai karena pelaksanaan sistem ekonomi
yang jauh dari landasan moral (agama). kebanyakan orang Islam sendiri lebih
cenderung menerapkan sistem ekonomi kapitalis yang bersifat mementingkan
diri sendiri dan tidak mempedulikan nilai-nilai moral seperti persaudaraan,
kasih sayang dan bermurah hati.2 Akibatnya kesenjangan sosial, penindasan
terhadap kaum lemah masih kerap terjadi di masyarakat. Padahal, Islam
sebagai agama telah mengajarkan dasar-dasar ekonomi yang seharusnya
dijadikan pedoman bagi umatnya.
1 Afzalur Rahman, Economic Doctrin of Islam, Terj. Soeroyo Ngastain, Doktrin Ekonomi
Islam, Jilid I, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, hlm. 1 2 Ibid, hlm. 4
2
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam mengajarkan
kepemilikan harta yang tidak hanya bersifat pribadi semata (QS. 14 : 51),
tetapi juga bersifat sosial yaitu pemanfaatan harta untuk kepentinagn
masyarakat. Dengan anjuran dan perintah berzakat, bersedekah dan berkurban.
Serta perintah-perintah seperti pemanfaatan kekayaan alam dan keadilan.
Namun prinsip-prinsip ekonomi yang telah diajarkan dalam Al-qur’an
sering kali dilupakan atau tidak maksimal dilaksanakan oleh umat Islam
sendiri. Akibatnya kondisi perekonomian umat Islam khususnya di Indonesia
masih dalam keadaan memprihatinkan. Padahal bila salah satu prinsip Islam,
seperti zakat dikelola secara maksimal, masalah kesenjangan sosial bisa
sedikit demi sedikit teratasi.
Fenomena kesenjangan sosial dan makin buruknya kondisi ekonomi
bangsa terutama umat Islam mendorong keinginan beberapa kalangan untuk
mennghidupkan kembali dan mengkaji ulang ilmu ekonomi Islam yang secara
garis besar telah tertuang dalam Al-Qur’an. Maraknya perbankan syariah
merupakan wujud bergairahnya kembali semangat umat Islam untuk
mengembangkan ekonomi umat. Di kembangkannya bank syariah sebagai
bentuk perlawanan terhadap parktek riba yang semakin merajalela.3
Upaya pengembangan pemikiran dan praktek tentang ilmu ekonomi
Islam sebenarnya telah menjadi perhatian dan kajian para ilmuwan muslim
sejak dulu. Apalagi pada abad 19 dimana merupakan abad kebangkitan umat
Islam dari kemunduran yang telah lama di derita. Pembahasan masalah
3 Abdullah Saeed, Islamic Banking and Interest : a Study of Riba and Is Contemporary Interpretation Menyoal Bank Syariah Kritik Atas Interpretasi Bungan Bank Kaum Neo Revivalis, (terj), Jakarta : Paramadina, 2004, hlm. 6
3
ekonomi menjadi bagian integral dari kebangkitan suatu bangsa dari
penjajahan terhadap bangsa lain. Karena disadari ekonomi merupakan hal
yang sangat terkait dengan kemajuan politik suatu negara. Sehingga akan kita
temui tokoh muslim yang tidak hanya membicarakan tentang politik tetapi
tentang perkembangan ekonomi umat.
Al-Maududi adalah seorang tokoh pembaharu muslim India yang
sangat terkenal dan diperhitungkan sumbangan pemikirannya bagi bangsanya
waktu itu. Pemikirannya terkait dengan bidang politik dan pemerintahannya
cukup terkenal hingga sekarang. Di sisi lain kecerdasan Al-Maududi juga
melahirkan pula teori-teori ekonomi Islam yang juga tidak kalah manfaatnya
dengan kajian politik yang ditawarkan. Sayangnya kalangan Islam lebih
mengenal Al-Maududi sebagai politikus Islam apalagi dengan karya
monumentalnya Islamic Law and Constitution. Sementara hasil pemikiran
ekonominya dituangkan dalam buku Usus Al Iqtishad Bainal Islami Wa Al-
Nadm Al-Mu’ashirah Wa Mu’dhilat Al Iqtisha Wahallaha Fi Al-Islami.
Abul A’la Al-Maududi yang merupakan salah satu pemikir Islam yang
berpengaruh di paruh pertama abad kedua puluh berupaya menunjukkan
relevansi Islam dengan masyarakat sekarang. Menurut Al-Maududi,
masyarakat harus diorganisasikan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah Nabi,
yang berarti bahwa nilai-nilai, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan aturan-
aturan yang terkandung didalam Al-Qur’an dan Sunah harus dipegang
disemua aspek kehidupan, baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, pendidikan,
hukum, maupun administrasi. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa tidak
satupun hukum yang dinyatakan dalam Al-Qur’an dan Sunah perlu ditafsir
4
ulang atau dimodifikasi. Orang-orang Islam perlu menerima hukum-hukum
Al-Qur’an dan sunah dan menerapkannya tanpa modifikasi, tanpa
pertimbangan waktu atau tingkat perkembangan sosial ekonomi.4
Pemikiran ekonomi Islam Al-Maududi dinyatakan dalam beberapa
prinsip yang membangun sistem ekonomi Islam. Prinsip ekonomi yang
dimaksud antara lain : Pertama, perbedaan antara yang halal dan yang haram
mengenai jalan mencari kekayaan, karena Islam tidak membenarkan bagi
umatnya untuk mencari kekayaan semau mereka. Kedua, larangan menimbun
harta. Ketiga, perintah untuk membelanjakan, Al-Maududi tidak
membenarkan bahwa dalam membelanjakan harta dengan cara royal dan boros
untuk kepuasan hawa nafsu saja, tetapi ia menyuruh membelanjakan harta
disertai syarat fisabilillah5. Keempat. Zakat. Islam memerintahkan
membelanjakan harga yang didapat kepada yang berhak dengan tujuan agar
harta tidak terkumpul pada segolongan orang sekaligus sebagai pembentukan
akhlak dermawan dan murah hati. Sebagaimana QS. Surat At Taubah : 103 :
من أموالهم صدقة تطهرهم وتزآيهم بها وصل عليهم إن خذ
صلاتك سكن لهم والله سميع عليم
Artinya : “Ambillah sedekah dari harta mereka denagn sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”.6
4 Ibid, hlm. 5 5 Abul ‘Ala Almaududi, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu Mu’ashiroh Wa
Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt, hlm. 133 6 Soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta : intermassa : 1971, hlm. 297.
5
Kelima, hukum waris, Islam selangkah lebih maju dengan
memasukkan hukum waris sebagai salah satu cara perolehan harta. Keenam,
pembagian harta perang, yang harus disisihkan juga untuk kepentingan rakyat.
Dan ketujuh, perintah berhemat dalam pembelanjaan.
Nampak sekali bahwa Al-Maududi merupakan tokoh yang sangat
berpegang teguh pada Al Qur’an (tekstualis). Konsep negara yang ditawarkan
antara lain di dasarkan pada keyakinan Islam sebagai agama yang paripurna
yang mengatur kehidupan manusia termasuk politik. Sehingga sangat dilarang
bagi umat Islam meniru sistem Barat.7 Pandangan yang bisa dikatakan tetutup
terhadap ide-ide barat akan nampak terlihat pula pada pemikiran Al-Maududi
tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Ekonomi Islam bukan kebebasan
individual seperti sistem kapitalis, dan bukan pula pengakuan terhadap
kepemilikan bersama sebagaimana sistem komunis. Dalam Islam, kebebasan
ekonomi bukanlah tanpa batas dan pengendalian,8 sebagaimana dua sistem
yang berkembang di Barat tersebut.
Mengkaji dan mempelajari hasil pemikiran para Tokoh tentang
ekonomi Islam merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencapai
tujuan yang diinginkan yaitu pemahaman yang komprehensif tentang ekonomi
Islam. Karena pemikiran para tokoh muslim selalu didasarkan pada Al Qur’an
dan Hadis sebagai sumber pokok pengetahuan dalam Islam., tak terkecuali
pengembangan pemikiran ekonomi Islam. Al-Maududi merupakan tokoh yang
7 Izzah, “Konsep Theo-Demokrasi Menurut Abu ‘Ala AL Maududi dan relevansinya
dengan Perpolitikan di Indonesia”, Skripsi, 2006,FAkultas Syariah IAIN Walisongo Semarang ,tidak diterbitkan.
8 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic System Principles and objectives, Markazi Maktaba Islami Delhi, 1998, Hlm.18
6
penting untuk dikaji mengingat pemikirannya yang masih sangat pure Islam,
yang sangat layak sekali dijadikan referensi utama bagi pengembangan sistem
ekonomi Islam baik teoritis maupun praktis.
Karenanya mengkaji lebih dalam tentang prinsip-prinsip Ekonomi
Islam yang dikemukakan Al-Maududi menjadi keterrtarikan tersendiri, apalagi
selama ini Al-Maududi lebih dikenal sebagai Ahli politik Islam. Sehingga hal
ini mendorong keinginan penulis untuk mengangkatnya menjadi penelitian
dengan judul STUDI ANALISIS PEMIKIRAN ABU AL-A’LA AL-
MAUDUDI TENTANG PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM.
B. Rumusan Masalah
Dengan berdasarkan uraian diatas maka yang hendak dijadikan
rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al- A’la Al-
Maududi?
2. Bagaimana landasan pemikiran Abu Al- A’la Al-Maududi tentang
ekonomi Islam?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al-
A’la Al-Maududi
2. Untuk mendeskripsikan bagaimana landasan pemikiran Abu Al- A’la Al-
Maududi tentang ekonomi Islam
7
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis maupun praktis.
Manfaat teoritis penelitian diharapkan dapat memperkaya teori-teori
ekonomi Islam dengan menggali pemikiran Ilmuwan muslim dari berbagai
masa. dalam penelitian ini dikhususkan pada pemikiran Al-Maududi.
Manfaat praktis diharapkan dapat memberikan kerangka acuan tentang
pelaksanaan ekonomi Islam sehingga dapat diterapkan secara lebih nyata oleh
pelaku ekonomi muslim baik dalam dunia bisnis, perbankan, perdagangan,
dan pengembangan bidang ekonomi yang lain.
E. Telaah Pustaka
Telaah pustaka merupakan bagian pentinng dari penelitian. Karenanya
hal ini juga dilakukan dalam rangka memudahkan pembahasan masalah
penelitian sekaligus sebuah langkah untuk menghindari duplikasi penelitian
yang akan dilakukan. Bahan telaah pustaka selain berupa buk-buku yang
mendukung penelitian juga dikemukakan hasil penelitian terdahulu,
sebagaimana disajikan dibawah ini.
Buku karya Ibrahim Lubis yang berjudul Ekonomi Islam Suatu
Pengantar I (Radar Jaya, 1994). Dalam buku ini dijelaskan beberapa prinsip
ekonomi Islam menurut beberapa seperti Al Farabi, Ibnu Sina termasuk pula
Prinsip-prinsip ekonomi Islam Al-Maududi yang menjadi focus kajian
penelitian.
Sementara dalam bukunya Afzalur Rahman yang berjudul Doktrin
Ekonomi Islam mengatakan bahwa prinsip dasar sistem ekonomi Islam adalah
8
Pertama kebebasan individu, karena dengan kebebasan ini individu muslim
mempunyai hak sepenuhnya untuk berpendapat atau membuat suatu
keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah negara Islam. Kedua distribusi
kekayaan secara meluas, prinsip ini mencegah adanya penumpukan kekayaan
pada kelompok kecil tertentu dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada
semua lapisan masyarakat. Didalam buku ini juga diterangkan prinsip-prinsip
sistem ekonomi sosialis dan kapitalis yang mana kedua sistem tersebut banyak
digunakan diberbagai negara maju.9
Buku berikutnya adalah karya Adiwarman Azwar Karim dengan judul
Ekonomi Makro Islam mengatakan bahwa prinsip-prinsip ekonomi Islam
diibaratkan sebagai bangunan yang mana ekonomi Islam didasarkan atas lima
nilai universal yakni Tauhid (Keimanan), adl (Keadilan), Nubuwwah
(Kenabian), Khilafah (Pemerintahan), Ma’ad (Hasil). Kelima nilai tersebut
maka dibangunlah tiga prinsip yang menjadi cirri dan cikal bakal sistem
ekonomi Islam yaitu kepemilikan multi jenis, kebebasab bertindak atau
berusaha dan keadilan sosial.10
Karya Abu Al- A’la Al-Maududi menjadi bahan kaijan penting dari
penelitain ini adalah buku yang berjudul Esensi Al-Qur’an, yang
diterjemahkan oleh M.M Syarif telah diterangkan tentang ajaran-ajaran Al-
Qur’an tentang ekonomi yang membahas prinsip-prinsip dasar ekonomi.
Bahwa seseorang tidak berhak secara bebas mengambil dan mengekspolitasi
sumber-sumber daya alam sekehendaknya, karena itu semua merupakan hak
9 Afzalur Rahman, Op. cit., hlm. 8 10 Adiwarman Azwar Karim, Loc. Cit., hlm. 17
9
tuhan semata bukan yang lain. Al-Qur’an juga telah menegaskan berulang-
ulang bahwa tuhan telah menyediakan karunianya untuk kebutuhan mereka
bukanlah kehendak Allah agar manusia menyia-nyiakan semua itu dan hidup
sebagai rahib. Bagaimanapun ia menghendaki agar manusia bias membedakan
barang yang bersih dan yang kotor, halal dan haram dan agar manusia
menggunakan yang bersih dan halal serta bersikap sederhana.11
Buku selanjutnya adalah karya Mahmud Abu Saud yang berjudul
GBEI (Garis-Garis Besar Ekonomi Islam) mengatakan bahwa ada tiga konsep
dasar ekonomi Islam, yang Pertama bahwa manusia untuk kelangsungan hidup
didunia adanya pemenuhan kebutuhan secara biologis, tetapi pemenuhan itu
bukan merupakan tujuan akhir dalam hidup manusia, dia harus meletakkan
kebutuhannya dalam kemampuan mental dan fisik dengan merubahnya
menjadi kebutuhan akan menyembah Allah yang menciptakannya. Kedua
beriman kepada keesaan Allah. Ketiga dalam situasi apapun aturan Islam
harus berlaku, karena ekonomi adalah bagian penting kehidupan manusia
dalam segala bidang. Dalam meletakkan dasar-dasar ekonomi Islam
diperlukan praktek dasar secara bersamaan untuk menunjukkan koeksistensi
sebagai atu keadaan yang tidak dapat dilaksanakan secara terpisah, untuk itu
masyarakat harus siap menerapkan sistem Islami lainnya seperti bidang
hukum, sosial, dan politik dalam waktu yang sama, tanpa itu semua atauran
ekonomi Islam tidak akan stabil dan tidak akan aktif.12
11 Abul ‘Ala Almaududi, Esensi Al-Qur’an Filsafat, Polotik, Ekonomi, etika, Bandung:
Mizan, 1994, hlm. 72 12 Mahmud Abu Saud, GBEI (Garis-Garis Besar Ekonomi Islam), Yogyakarta: Gema
Insani Prees, hlm. 17
10
Sementara hasil penelitian yang dianggap sebagai bahan telaah pustaka
yang penting antara lain penelitian yang dilakukan oleh Konsep Theo-
Democracy menurut Abu ‘Ala Al-Maududi dan Relevansinya dengan
perpolitikan di Indonesia (Skripsi, 2006). Hasi penelitian dapat disimpulkan
tiga konsep dasar negara menurut Al-Maududi yaitu : Pertama, Islam aadalah
suatu agama yang paripurna, lengkap dengan pentunjuk untuk mengatur
semua kehidupan manusia, termasuk dalam bidang politik. Kedua, adanya
kekuasaan tertinggi dalam politik disebut kedaulatan yang berada ditangan
Allah. Manusia dalam hal ini hanya sebagai pelaksana kedaulatan Allah yaitu
sebagai khalifah di muka bumi yang harus tunduk pada kekuasaan dan hukum
Allah dalam Al Qur,an dan Sunnah. Dan ketiga, sistem politik Islam adalah
sustu sistem universal dan tidak mengenal batas-batas dan ikatan-ikatan
geografi, bahasan dan kebangsaan. Hasil penelitian berikutnya menunjukkan
bahawa konsep Negara Al-Maududi yang mencoba mnyatukannya dengan
agama ternyata banyak dijadikan referensi oleh sekelompok orang dengan
agenda yang di usung adalah formalisasi syariat Islam. Sementara dalam
tataran organisasi sosial kemasyarakatan ada yang berusaha menjadikan
pemikiran khilafah Al-Maududi sebagai sistem pemerintahan negara
Indonesia.
Penelitian berikutnya studi Kritik Terhadap Konsep Syuro Menurut
Abu Al-A’la Al-Maududi oleh Ulin Nuha (skripsi, 2007). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa syuro menurut Al-Maududi merupakan pelaksanaan
tukar pendapat, diskusi dan penelitian dikalangan kaum cendekiawan atau
tokoh sebagai perwakilan dari rakyat, yang hasilnya dijadikan sebagai suatu
11
keputusan dan peraturan dalam konteks kenegaraan. Pelaksanaan syuro harus
merujuk prinsip-prinsip yang telah diatur dalam Al Qur’an. Untuk selanjutnya
penelitian ini menjelaskan pula bahwa konsep syuro dalam negara Islam
menurut Al-Maududi sangat relevan dengan zaman sekarang. Sebuah negara
dalam bentuk apapun membutuhkan adanya pihak-pihak yang mengontrol
kinerja penguasa. Majelis Syuro yang sama artinya denagn lembaga legislative
sekarang dapat menjalankan peran kontrol tersebut. Meskipun di sisi lain
pelarangan wanita sebagai anggota majelis syuro tidak lagi relevan denagn
kondisi sekarang yang telah memberikan ruang yang sama bagi laki-laki dan
perempuan dalam bidang politik.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif . Karena data-data yang
dibutuhkan dalam penelitian diperoleh melalui buku-buku, artikel dan catatan
lainnya yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Dan untuk
selanjutnya ditelaah sehingga akan diperoleh teori, hukum, dalil, prinsip,
gagasan yang akan dikemukakan para ahli terdahulu yang akan diteliti dan
akan berusaha mengungkapkan pikiran secara sistematis.13
2. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian,
penulis menggunakan metode kepustakaan atau Library Research, yaitu
menelaah buku-buku, majalah, naskah-naskah, dokumen-dokemn dan lain-
13 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosal, Yogyakarta : Gajah Mada University, 1993, hlm. 30.
12
lain. Dalam hal ini, penulis mengumpulan buku-buku dan kepustakaan
lainnya yang terkait dengan masalah penelitian yaitu kahian tentang prinsip-
prinsip ekonomi Islam.
3. Sunber Data
a. Sumber Data Primer
Sumber-sumber primer yang akan penulis gunakan yaitu : buku
karangan Abu Al- A’la Al-Maududi yang berjudul Usus Al Iqtishod
Bainal Islami Wa Al-Nadm Al-Mu’ashirah Wa Mu’dhilat Al Iqtishad
Wahallaha Fi Al-Islami (1960) dan Islamic Economic Sistem
Principles And Obyektivesc (1998).
b. Sumber Data Skunder
Sumber data skunder adalah informasi yang tidak secara langsung
mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi yang
ada padanya.14 Data skunder ini meliputi berbagai bahan yang secara
tidak langsung berkaitan dengan pokok permasalahan berupa
pemikiran tokoh-tokoh lain.
Ternik ini berguna bagi penulis dalam mengkaji bahan-bahan yang
langsung maupun berbagai bahan atau data yang tidak secara langsung
berhubungan dengan pemikiran Abu Al- A’la Al-Maududi.
4. Metode Analisis Data
Dari data yang terkumpul kemudian akan penulis analisis dengan
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu suatau metode analisis
14 Muhammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: 1993, hlm.
63
13
untuk memecahkan masalah yang sedang diselidiki dengan
menggambarkan keadaan subyek atau obyek penelitian berdasarkan fakta-
fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.15
Dengan metode tersebut penulis berusaha memberikan deskripsi
atau gambaran tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al-
A’la Al-Maududi. Selanjutnya penulis berusaha untuk menganalisis obyek
sesuai dengan pemahaman penulis.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini pembahasannya terdiri dari lima bab dan
masing-masing bab terdiri bebrapa sub bab. Secara rinci dapat penulis
kemukakan bahwa sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
Bab I PENDAHULUAN
Bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka serta
metodologi penelitian dan sistematika penulisan
Bab II KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
Bab kedua merupakan landasan teori yang memaparkan tentang
pengertian ekonomi Islam, dasar-dasar ekonomi Islam, dan Prinsip-
prisip ekonomi Islam.
Bab III PEMIKIRAN ABU AL- A’LA AL-MAUDUDI TENTANG
PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM
15 Hadri Nawawi, Metode Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada University Prees,
hlm. 63
14
Bab ini terdiri atas dua sub bab. Sub bab pertama adalah biografi Abul
‘Ala Al-Maududi dan karya-karyanya, sedangkan sub bab kedua
membahas tentang pemikiran ekonomi Islam Abu Al- A’la Al-
Maududi yang terdiri dari dua pembahasan yaitu prinsip-prinsip
ekonomi Islam menurut Abu Al- A’la Al-Maududi dan landasan
pemikiran ekomoni Islam Abu Al- A’la Al-Maududi
Bab IV ANALISIS PEMIKIRAN ABUL ‘ALA ALMAUDUDI
TENTANG PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM.
Bab ini merupakan analisa hasil penelitian yang terdiri dari analisa
terhadap prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Abu Al- A’la Al-
Maududi dan analisa landasan pemikiran Abu Al- A’la Al-Maududi
tentang ekonomi Islam.
Bab V PENUTUP
Bab ini terdiri atas simpulan, saran-saran, dan penutup.
15
BAB II
KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
A. PENGERTIAN EKONOMI ISLAM
Secara bahasa, ekonomi sendiri adalah berasal dari bahasa Yunani,
Oicos dan Nomos. Oicos berarti rumah dan Nomos berarti aturan, jadi dapat di
simpulkan ekonomi ialah aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan
hidup manusia di dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat
maupun dalam rumah tangga negara, yang dalam bahasa Arab dinamakan
Mua'malah Maddiyah yaitu aturan-aturan tentang pergaulan dan perhubungan
manusia mengenai kebutuhan hidupnya.1
Pengertian ekonomi secara istilah dapat diartikan sebagai suatu ilmu
yang menyelidiki soal-soal pemenuhan keperluan jasmaniah manusia dalam
arti mencari keuntungan atau mengadakan penghematan untuk kepentingan
hidup. Atas dasar ini, maka pengetahuan dan penyelidikan mengenai asas-asas
penghasilan (produksi) pembagian (distribusi) dan pemakaian barang-barang
serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, perdagangan dan lain
sebagainya) adalah serana ekonomi tersebut.maka hidup manusia ini diliputi
oleh soal-soal ekonomi baik dalam mengatur urusan rumah tangga, menjaga
kehematan dalam Out Put dan Input hingga ekonomi ini merupakan suatu
ilmu yang luas bidangnya. Sebenarnya ekonomi tidak dapat dibatasi oleh jalan
1 Zainal Abidin Ahmad, Dasar- Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979,
hlm. 30
16
ilmu yang tertentu namun ia mencakup kebijaksanaan manusia dalam
menjangkau soal hidup dan perjalan hidupnya oleh sebab itu bermacam-
macam pendapat mengenai ekonomi itu.2
Menurut Monzer Kahf ekonomi didefinisikan sebagai kajian tentang
perilaku manusia dalam hubungannya dengan pemanfaatan sumber-sumber
produktif yang langka untuk memproduksi barang-barang dan jasa-jasa serta
mendistribusikannya untuk dikonsumsi dengan demikian bidang garapan
ekonomi adalah salah satu sektor dalam prilaku manusia yang berhubungan
dengan produksi, distribusi dan konsumsi.3
Sementara pengertian Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai
cabang ilmu pengetahuan yang dapat membantu mewujudkan human well-
being (manusia menjadi lebih baik) melalui pengalokasian pendistribusian
sumber daya alam yang langka sesuai dengan ajaran Islam, tanpa
mengabaikan kebebasan individual atau terus menciptakan kondisi makro
ekonomi yang semakin baik dan mengurangi terjadinya ketidak seimbangan
ekologi.
Definisi ekonomi Islam diungkapkan secara berbeda-beda oleh para
ahli, dintaranya sebagaimana dikemukakan oleh Hasanuz Zaman yang
mendefinisikan ekonomi Islam sebagai berikut
"Islamic economics is the knowledge and application and rules of the shari'ah that prevent injustice in the requisition and disposal of
2 Fuad M. Fachruddin, Ekonomi Islam, Jakarta: Mutiara, 1982, hlm. 75 3 Monzer Kahf, the Islamic Economy : Analytical of the Functioning of the Islamic
Economic System : Ekonomi Islam Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995, hlm. 2
17
material resources in order to provide satisfaction to human being and enable them to perform they obligations to Allah and the society" Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan penerapan hukum syar'iah
untuk mencegah terajdinya ketidak adilan atas pemanfaatan dan pembuangan
sumber-sumber material dengan tujuan untuk memberikan kepuasan manusia
dan melakukannya sebagai kewajiban kepada Allah dan masyarakat.
Rumusan yang sama juga di kemukakan M. Nejatullah Siddiqi, bahwa:
"Islamic ekonomics is the muslim thinker response to the economic challenges of their times. In this endeavor they were aided by the qur'an and the sunna as well as by reason and experience" Ekonomi Islam adalah pemikir muslim yang merespon terhadap
tantangan ekonomi pada masanya. Dalam hal ini mereka dibimbing dengan
Al-Qur'an dan As-Sunnah beserta akal dan pengalaman
Sedangkan Syeh Nawab Heider Naqvi mendefinisikan "Islamic
economics is the representative muslim's behavior in a typical muslim society"
ekonomi Islam merupakan representasi perilaku muslim dalam suatu
masyarakat muslim tertentu.
M. Akhram Khan mendefinisikan "Islamic economics aims the study
of human falah (well being) achieved by organizing the reso urces of the eart
on basis of cooperation and partisipation"
Ekonomi Islam bertujuan untuk mempelajari kemenangan manusia
(agar menjadi baik) yang dicapai melalui pengorganisasian sumber daya alam
yang didasarkan pada kerja sama dan partisipasi.
Selanjutnya Ahli lain yaitu M.A. Mannan mendefinisikan ekonomi
Islam sebagai :
18
"Islamic economics is a social which studies the economics problem of a people imbued with the values of Islam" ekonomi Islam merupakan suatu studi sosial yang mempelajari
masalah ekonomi manusia berdasarkan nilai-nilai Islam.4
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi
Islam adalah suatu kajian tentang prilaku manusia dalam hubungannya dengan
pemanfaatan sumber-sumber produktif yang langka untuk memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk dikonsumsi
dengan demikian bidang garapan ekonomi adalah salah satu sektor dalam
prilaku manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi dan konsumsi
berdasarkan atas ajaran-ajaran agama Islam.
B. DASAR- DASAR EKONOMI ISLAM
Ekonomi Islam dapat diibaratkan satu bangunan yang terdiri atas
landasan, tiang, dan atap. Landasan ekonomi Islam terdiri dari lima komponen
dasar, yaitu: Tauhid, Adl, Nubuwwah, Khilafah, dan Ma'ad.5
a. Tauhid
Tauhid merupakan fondasi ajaran Islam. Dengan Tauhid, manusia
menyaksikan bahwa "Tiada sesuatupun yang layak disembah selain
Allah". Dan "Tidak ada pemilik langit, bumi dan isinya selain dari pada
Allah". Allah adalah pencipta alam semesta dan isinya dan sekaligus
pemiliknya, termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada.
4 Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE, hlm. 5-7 5 Adiwarman A Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani,
2001, hlm. 176
19
Karena itu, Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah
untuk "memiliki" untuk sementara waktu, dan sisi lain bisa merupakan
ujian bagi sebagian manusia.
Dalam Islam, segala sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-
sia, tetapi memiliki tujuan. Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk
beribadah kepadaNya. Karena itu segala aktifitas manusia dalam
hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (mu'amalah)
dibingkai dengan keragka hubungan dengan Allah. Hal ini harus disadari
bahwa akhirnya aappun yang dilakukan manusia akan dipertanggung
jawabkan kepada Allah, termasuk aktivitas ekonomi.
b. Adl
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifatnya adalah
adil. Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhlukNya secara
dzalim. Manusia sebagai khalifah di muka bumi, ia harus mematuhi
hukum Allah dan mengarahkan pemakaian segala sumber daya diarahkan
untuk kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat dari
padanya secara adil dan baik6. Allah berfirman:
من يخرجوآم ولم الدين في يقاتلوآم لم ذينال عن الله ينهاآم لا
المقسطين يحب الله إن إليهم وتقسطوا تبروهم أن ديارآمArtinya: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan
6 Adiwarman Azhar Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIT Indonesia, hlm. 18
20
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil (Al-Mumtahanah: 8)7
Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk berbuat
adil. Islam mendefinisikan adil sebagai "tidak mendzalimi dan tidak
didzalimi". Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi
tidak dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu
merugikan orang lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan
terkotak-kotak dalam berbagai golongan. Golongan yang satu akan
mendzolimi golongan yang lain. Sehingga terjadi eksploitasi antara
manusia. Masing-masing berusaha mendapatkan hasil yang lebih besar
dari pada usaha yang dikeluarkannya karena kerakusannya.
c. Nubuwwah
Sifat rahman, rahim dan kebijaksanaan Allah, menjadikan manusia
tidak dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena itu
diutuslah para nabi dan rasul untuk menyampaikan petunjuk dari Allah
kepada manusia tentang bagimana hidup yang baik dan benar di dunia, dan
mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) kepada Allah.
Fungsi rasul adalah untuk menjadi model terbaik yang harus
diteladani manusia agar mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk
umat muslim Allah telah mengirimkan manusia yang terakhir dan
sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman, yaitu Nabi Muhammad
S.A.W, yang mempunyai sifat-sifat utama yang harus diteladani oleh
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris), Semarang:
CV. Asy Syifa’, hlm. 439
21
manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi dan bisnis pada khususnya,
yaitu sifat Siddiq (benar, jujur), Amanah (tanggung jawab dan dapat
dipercaya kredibilitasnya), Fathanah (kecerdikan, kebijaksanaan,
intelektualitas), Tablig (komunikasi, keterbukaan, pemasaran)8
Dengan demikian, kegiatan ekonomi dan bisnis manusia harus
mengacu pada prinsip-prinsip yang telah diajarkan oleh nabi dan rosul.
Nabi misalnya mengajarkan bahwa "Yang terbaik diantaramu adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia". Dengan kata lain, bila ingin
menyenangkan Allah maka kita harus menyenangkan hati manusia.
Prinsip ini akan melahirkan sikap profesional, prestatif, penuh perhatian
terhadap pemecahan masalah-masalah manusia dan terus menerus
mengejar hal yang terbaik sampai menuju kesempurnaan. Hal yang
demikian dianggap sebagai cerminan dari penghambaan manusia terhadap
penciptanya.9
d. Khilafah
Dalam Al-Qur'an Allah berfirman bahwa manusia diciptakan untuk
menjadi Khalifah di bumi, artinya untuk menjadi pemimpin dan
pemakmur bumi. Karena itu pada dasarnya setiap manusia adalah
pemimpin. Nabi bersabda: "Setiap dari kalian adalah pemimpin, dan akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya". Ini berlaku
bagi semua manusia, baik ia sebagai individu, kepala keluarga, pemimpin
8 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakartaa : IIIT Indonesia, 2002, hlm.
19 9 Ibid, hlm. 22.
22
masyarakat atau kepala negara. Nilai ini mendasari prinsip kehidupan
kolektif manusia dalam Islam (siapa memimpin siapa). Fungsi utamanya
adalah agar menjaga keteraturan interaksi (mu'amalah) antar kelompok
termasuk bidang ekonomi agar kekacauan dan keributan dapat
dihilangkan, atau dikurangi10. Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an:
الذين إن مكناهم في الأرض أقاموا الصلاة وآتوا الزآاة وأمروا بالمعروف ونهوا عن المنكر ولله عاقبة الأمور
Artinya: (Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka
dimuka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar (Al-Hajj: 41)11
Menurut M. Umer Chapra, manusia sebagai khalifah memiliki
sejumlah implikasi berikut :12
1. Persaudaraan Universal
Setiap manusia adalah khalifah dan bukan hanya oaring tertentu saja,
atau anggota-anggota ras tertentu atau kelompok atau Negara.
konsep ini akan menimbulkan persamaan dan mengangkat martabat
semua manusia. Dalam kerangka konssep persaudaraan ini, sikap
yang dibenarkan terhadap sesame manusia adalah “kekuatan itu
benar”, berjuang untuk kepentingan sendiri” atau si kuat yang
menang”, tetapi pengoorbanan dan kerjasama yang saling
menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan pokok semua orang dan
10 Adiwarman Azhar Karim, Op. Cit., hlm. 21 11 Departemen Agama RI, Op. Cit., hlm. 269 12 M. Umer Chapra, Islam dan tantangan Ekonomi (terj), Jakarta : Gema Insani Press,
2000, hlm. 208-211
23
mengembangkan potensi sellluruh kemanusiaan dan memperkaya
kehidupan manusia.
2. Sumber-sumber Daya adalah amanat
Sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia adalah karuni adari
Allah, maak manusia sebagai khalifah, bukanlah pemilki sebenarnya.
Ia hanya amant yang harus dipergunakan untuk kesejateraan
manusia.
Penggunaan Sumber-sumber daya dalam sistem ekonomi Islam
diatur berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Aturan itu adalah
Pertama, sumber-sumberdaya itu dipergunakan untuk kepentingan
semua orang, bukan untuk segelintir orang (Al Baqoroh : 29).
Mereka harus dimafaatkan secara adil bagi kesejahteraan manusia.
Kedua, setiap orang harus mencari sumber-sumber daya dengan jujur
dan benar, dengan cara yang ditetapkan oleh Al Qur’an dan As
sunnah. Ketiga, meskipun sumber-sumber daya diperoleh dengan
cara yang benar maka pemanfaatan didasarkan prinsip keamanatan
yaitu untuk kesejahteraan bukan untuk diri sendiri. Dan keempat, tak
seorangpun berhak menghancurkan atau menyia-nyiakan sumber-
sumber daya yang telah diberikan oleh Allah.
3. Gaya Hidup Sederhana
Satu-satunya gaya hidup yang sesuai dengan kedudukan khalifah
adalah gaya hidup sederhana. Ia tidak boleh merefleksikan sikap
arogansi, kemegahan, kecongkakan, dan kerendahan moral. Gaya-
24
gaya hidup ini akan mengindahkan moral dalam mencari
penghasilkan dan menimbulkan kesenjanagn pendapatan di atas
distribusi normal diakibatkan oelh perbedaan-perbedaan keahlian,
insiatif, usaha, dan resiko.
4. Kebebasan Manusia
Manusia adalah khalifah Tuhan yang menghambakan diri
kepadaNya. Namun, demkian manusia memiliki kebebasan untuk
berbuat apapun. Tetapi kebebasan ini tidak multak karena apapun
yang dilakukan harus dipetanggung jawabkan kepada Tuhannya.
e. Ma'ad
Ma’ad secara harfiah berarti “Kembali” karena manusia akan
kembali kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus
berlanjut hingga alam setelah dunia (akhirat). Pandangan yang khas dari
seorang muslim tentang dunia dan akhirat dapat dirumuskan sebagai
“dunia adalah ladang akhirat”. Artinya, dunia adalah wahana bagi manusia
untuk bekerja dan beraktifitas (beramal saleh). Namun demikian, akhirat
lebih baik daripada dunia.karena itu Allah melarang manusia untuk terikat
pada dunia, sebab jika dibandingkan dengan kesenangan akhirat,
kesenangan dunia tidaklah seberapa.
Allah menandaskan bahwa manusia diciptakan didunia untuk
berjuang. Perjuangan ini akan mendapatkan ganjaran, baik di dunia
maupun di akhirat. Perbuatan baik dibalas dengan kebaikan yang berlipat-
25
lipat, perbuatan jahat dibalas dengan hukuman yang setimpal. Karena itu,
Ma’ad diartikan juga sebagai imbalan atau ganjaran.
Implikasi nilai ini dalam kehidupan ekonomi dan bisnis misalnya
diformulasikan oleh Imam Al-Ghozali yang menyatakan bahwa motifasi
para pelaku bisnis adalah untuk mendapatkan laba. Laba dunia dan akhirat.
Karena itu konsep profit mendapatkan legitimasi dalam Islam13.
C. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM
Ekonomi Islam adalah bagian dari syari'at Islam dan erat hubungannya
dengan aqidah sebagai dasar ajaran agama Islam adapun tuntunan ajaran Islam
dalam prinsip ekonomi adalah dalam rangka menciptakan alat-alat untuk
memuaskan keperluan manusia. Dengan adanya tuntunan yang terikat dengan
aqidah dan syari'at sehingga kebutuhan manusia terpenuhi tanpa harus
menindas atau merugikan orang lain, untuk itu dalam mempelajari ekonomi
Islam tidak bisa terlepas dari aqidah dan syari'at Islam. ini menunjukkan
bahwa ajaran agama Islam tidak hanya mengatur masalah ibadah saja, namun
kegiatan ekonomi pun perlu di sertai dengan aqidah dan syari'at Islam, agar
kemaslahatan dapat terpenuhi secara bersama. Hubungan antara individu
dalam sistem ekonomi Islam cukup tersusun sehingga saling membantu dan
kerja sama lebih di utamakan dari pada persaingan dan permusuhan sesama
mereka. Sistem ekonomi Islam menyediakan peluang-peluang yang sama
dalam memberikan hak-hak alami kepada semua (yaitu hak terhadap harta dan
13 Sebagaimaana dikutip Adiwarman Azhar Karim, Op. Cit., hlm. 22
26
bebas berusaha) dan pada saat yang sama menjamin keseimbangan dalam
distribusi kekayaan, semata-semata untuk tujuan memelihara keseimbangan
dalam sistem ekonomi.14
Sistem ekonomi mengajarkan bahwa kejayaan dan keselamatan
bukanlah terletak pada spiritualisme semata-semata akan tetapi terletak pada
kombinasi yang harmonis di antara keduanya. Untuk itu sistem ini
menekankan bahwa tidak sepatutnya manusia menyerahkan diri sepenuhnya
kedalam spiritualisme, yang mengabaikan unsur-unsur kebendaaan dan
menganggapnya sebagai dosa dan berpegang pada paham materialisme yang
menilai sesuatu semata-semata melalui materi dan mengesampingkan nilai-
nilai moral dalam kehidupan.15 Dalam hal ini, sistem ini telah memastikan
bahwa tidak ada transaksi ekonomi yang bertentangan dengan syari'at16.
Sistem ekonomi Islam merupakan harmoni antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat.17 Dalam hal ini antara kepentingan
individu dan kepentingan masyarakat saling menyatu dan saling melengkapi,
dalam artian bahwa di dalam kepentingan individu terdapat bagian
kepentingan masyarakat yang harus dipenuhi. Sistem ekonomi Islam juga
menghendaki suatu organisasi, di mana hak-hak masyarakat mencapai
keseimbangan18. organisasi ini harus mempunyai peran sebagai fasililator
14 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf, 1995,
hlm,108 15 Ibid., hlm. 112 16 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: IIIT Indonesia, 2002, hlm. 24 17 Saifudin Prawiranegara, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: tp., 1967, hlm. 19 18 Tahir Ibrahim, Pembahasan Ekonomi Islam Marx dan Keynes, Jakarta: tp., 1967, hlm.
51
27
dalam memenuhi hak-hak masyarakat seperti adanya swadaya masyarakat. Di
mana sistem ekonomi Islam itu sendiri merupakan sistem yang integral antara
faktor produksi, distribusi dan konsumsi.19
Dari gambaran diatas, menunjukkan bahwa sistem ekonomi Islam
memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan sistem ekonomi yang lain.
Berdasarkan hal ini maka prinsip-prinsip yang berlaku dalam ekonomi Islam
juga khas bila dibandingkan dengan prinsip ekonomi lainnya.
Para ahli menyebutkan secara beragam, prinsip-prinsip yang
membangun ekonomi Islam. Adiwarman Azwar Karim menyebutkan tiga
prinsip ekonomi Islam yaitu Multitype Ownership (kepemilikan multi jenis),
Freedom to act (kebebasan bertindak/beurusaha), dan Social Justice (keadilan
social).20
1. Multitype Ownership (kepemilikan multi jenis),
Nilai tauhid dan nilai adil melahirkan konsep multitype
ownership. Berbeda dengan sistem ekonomi sosialis yang hanya
mengakui kepemilikan swasta, dan sistem kapitalis yang hanya
mengakui kepemilikan individu. Dalam sistem Ekonomi Islam mengakui
kepemilikan baik swasta, negara atau campuran.
19 Produksi adalah kegiatan yang mengahsilkan barang dan jasa, konsumsi adalah
pemanfaatan barang dan jasa, sedang distribusi adalah penyaluran terhadap barang dan jasa. A.Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta: PT . Raja Grafindo Persada, tt., hlm. 28.
20 Adiwarman Azhar Karim, Op. Cit., hlm. 17
28
2. Freedom to act (kebebasan bertindak/beurusaha)
Prinsip ini lahir dari penggabungan empat nilai nurbuwwah
(siddiq, amanah, fatonah dan tabligh) dan dua landasan ekonomi Islam
lainnya yaitu keadilan dan khilafah. Freedom to act bagi setiap muslim
akan menciptakan mekanisme pasar daalm perekonomian. Karena itu,
mekanisme pasar adalah keharusan dalam Islam dengan syarat tidak ada
distorsi (kezaliman). Potensi distorsi dikurangi dengan menghayati nilai
keadilan. Penegakkan nilai keadilan dalam ekonomi dilakukan dengan
melarang semua mafsadah (segala yang merusak), riba, gharar
(ketidakpastian), dan maysir (perjudian).
3. Social Justice (keadilan social).
Gabungan dari nilai khilafah dan nilai ma’ad melahirkan prinsip
keadilan social. Dalam Islam, pemerintah bertanggung jawab menjamin
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat dan menciptakan
keseimbangan social antara yang kaya dan miskin. Jika keseimbangan
ini bisa tercapai maka kesejateraan social yang diharapkan masyarakat
juga tercapai pula. Sebab salah satu kendala tercapainya kesejateraan
adalah kemiskinan.21 Kemiskinan ini terjadi karena tidak terciptanya
keadilan di masyarakat seperti pendapatan yang tidak merata dan
kepeilikan harta yang kurang berfunsi social.
21 Tholhah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantabora, 2005, hlm.
170
29
Sementara prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Afzalur Rahman
terdiri dari sembilan prinsip. Dimana sembilan prinsip ini menjadi pembeda
antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi kapitalisa dan sosialis.
Sembilan prinsip tersebut adalah:22
1) Kebebasan individu
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat atau
membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah Negara.
karena tanpa kebebasan tersebut individu muslim tidak dapat
melaksanakan kewajiban mendasar dan penting dalam menikamti
kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan dalam masyarakat.
2) Hak terhadap harta
Islam mengakui hak individu untuk memiliki harta. Namun kebebasan
tidak boleh merugikan kepentingan masyarakat, sebab bagaimanapun
manusia amahluk social sehingga tidak bisa lepas begitu saja dari peran
sosialnya di masyarakat.
3) Ketidaksamaan ekonomi dalam batas yang wajar
Islam mengakui adanya ketidaksamaan ekonomi di masyarakt karena
memang pada dasarnya manusia diciptakan secara berbeda-beda oleh
Tuhan. Kendati demikian, ketidaksamaan tersebut tidak dibiarkan meluas
sehingga terjadi ketimpangan yang mencolok. Untuk menghindari hal itu
dikembangkan nilai keadilan, kewajaran dan tidak berlebih-lebihan dalam
aktivitas ekonomi.
22 Afzalur RAhman, Dokrin…., Op.cit, hlm. 6-8
30
4) Kesamaan social
Islam tidak menganjurkan kesamaan ekonomi tetapi ia mendukung dan
menggalakkan kesamaan social sehingga sampai tahap kekayaan Negara
yang dimiliki tidak hanya dinikmati oleh sekelompok orang tertentu. Di
samping ini penting artinya tiap individu dalam suatu Negara mempunyai
peluang yang sama untuk berusaha mendapatkan pekerjaan yang sama
untuk berbagai aktifitas ekonomi.
5) Jaminan social
Setiap individu mempunyai hak untuk hidup dalam sebuah negara; setiap
warga Negara dijamin untuk meperoleh kebuthan pokoknya masing-
masing.
6) Distribusi kekayaan secara meluas
Islam melarang penumpukkan kekayaan pada sekelompok orang.
Distribusi kekayaan yang meluas pada masyarakat akan menciptakan
kesejahteraan social dan mengurangi ketimpangan sosila yang kerap
terjdai di masyarakat.
7) Larangan menumpuk kekayaan.
Dalam kerangka ekonomi Islam melarang individu melakukan
penumpukkan harta secara berlebihan. Islam mengajarkan harta yang
dimiliki seseorang juga dapat bernilai social selain bernilai pribadi.
8) Larangan terhadap organisasi anti social
Sistem ekonomi Islam melarang aktivitas ekonomi yang merusak
masyarakat seperti berhudi, riba, jual beli barang haram dan lain-lain.
31
9) Kesejahteraan individu dan masyarakat.
Islam mengakui kesejahteraan individu dan masyarakat yang saling
melemgkapi satu sama lain. Ini merupakan bagian dari fitrah manusia
selain sebagai mahluk individu yang khas, manusia juga mahluk social
yang harus bekerjasama dengan orang lain.
Secara lebih rinci lagi, Ayatullah Mahmud Taligani (w. 1979) dari Iran
mengemukakan prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam empat belas prinsip
penting23 yaitu:
a. Ekonomi Islam mengakui setiap individu sebagai pemilik apa saja yang
diperoleh melalui bekerja dalam pengertian seluas-luasnya dan berhak
untuk mempertukarkan haknya itu, dalam batas-batas yang telah
ditentukan khusus oleh hukum Islam.
b. Menurut pandangan Islam, hal-hal yang bertalian dengan harta benda dan
hubungan-hubungan ekonomi terjalin erat dengan cara berpikir, watak,
perasaan, dan naluri manusia.
c. Islam memberikan aturan-aturan dan sistematisasi pembatasan hak milik
dan hubungan- hubungan ekonomi dengan tiga ciri khas : 1). Individu; 2).
Hukum dan 3). Pemerintah.
Setiap individu memiliki kebebasan untuk menggunakan apa saja yang
bersifat material sampai usia dinyatakan matang sesuai aturan agama.
individu juga mempunyai kebebasan untuk mempertukarkan benda-benda
23 John J Donohue dan John L Esposito, Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-
Masalah, Jakarta : Raja grafindo persada, 1995, hlm.
32
ekonomi sesuai denangn batas-baats hukum dan persyaratan sahnya
transaksaksi ekonomi. Sementara pemerintah berhak melakukan
pembatasan pada kepemilikan individu dan memprioritaskan kepentingan
masyarakat.
d. Distribusi (kekayaan) sebagaimana dengan produksi, dalam Islam diakui
sebagai hak alami dan azazi bagi setiap orang yang memperoleh dan
memproduksinya, dengan catatan bahwa orang yang bersangkutan bebas
tanpa disuruh oleh orang lain.
e. Prinsip ekonomi Islam tetap mengakui kepemilikan dan penggunaan
secara individu. Tetapi sumberd daya alam yang dianggap penting adalah
tanggung jawab pemerintah untuk mendistribusikan secara merata untuk
kemaslahatan umat.
f. Sumber-sumber alam seperti bumi, air, hutan, kayu, danau dan barang
tambang merupakan sokoguru kehidupan manusia dan hewan. Sehingga
pemanfaatan-pemanfaatannya harus dilakukan secara jujur dan adil.
g. Sepanjang hidup , setiap manusia mempunyai hak milik atas sesuatu yang
merupakan hasil kerja dan mendistribusikannya sesuai aturan transaksi
ekonomi. Kematian merupakan akhir dari adanya hak milik perorangan,
dan sebelumnya dapat melakukan wasiat sebagai pengganti hak milik atas
harta kekayaan.
h. Hukum Islam menetapkan aturan yang mengharuskan dipisahkannya
seperlima dari penghasilan seseorang untuk kepentingan ibadah.
33
i. Para buruh dan penerima upah tidak berada di bawah dominasi kelompok
pemiliki modal maupun dibawah kekuasaan pemerintah. Kelompok buruh
memiliki kebebasan pribadi untuk menentukan pekerjaan dan
mendapahkan upah sesuai dengan hasil kerja mereka.
j. Adanya perlindungan terhadap kebebasan membelanjakan uang dan
kebebasan untuk mengembangakn kemampuan individu di dalam
masyarakat.
k. Bidang ekonomi dalam Islam telah diatur sesuai dengan hukum-hukum
yang bersifat dinamik sebagaimana hal ibadah dan social. Artinya, Islam
menetapakan berbagai hukum untuk manusia baik dalam bidang ekonomi
dan social yang sifatnya dinamis yaitu mendorong pemeluknya untuk
selalu maju dan bergerak bukan statis atau tak berubah.
l. Ekonomi Islam menganut prinsip kebenaran dan keadilan, dan tidak
berdasarkan atas kelas atau masyrakat tertentu.
m. Prinsip tauhid merupakan landasan utama ekonomi Islam. Hal ini bisa
dilihat dari perintah-perintah dalam Al qur’an yang selalu didahului
dengan konsep tauhid baru kemudian cara pemanfaatan harta.
n. Kekayaan atau harta benda yang dimiliki manusia hanyalah sarana untuk
mencapai tujuan hidup di akhirat kelak.
Merujuk pada Umar Shihab yang mengutip beberapa pendapat Ahli
tentang Prinsip Ekonomi Islam disebutkan antara lain pendapat dari :
34
Pertama, Quraish Shihab menyatakan prinsip ekonomi Islam ada
empat hal yaitu : 1). Tauhid; 2). Keseimbangan; 3). Kehendak bebas; dan 4).
Tanggung jawab.24
Kedua, Abd. Muin Salim memberikan uraian prinsip ekonomi Islam
sebagai berikut 1). Tauhid; 2). Istimar atau istikhlaf; 3). Kemaslahatan (al
silah) dan keserasian (al-adalah); 4). Keadilan (al-qist); dan 5). Kehidupan
sejahtera dan kesentosaan dunia dan akhirat.25
Ketiga, Ahmad Muhammad Assad, prinsip-prinsip ekonomi Islam
adalah 1). Segala usaha adalah salnya boleh; 2). Kehalalan jual beli dan
keharaman riba; 3). Setiap orang mendapatkan hasil sesuai dengan usahanya
dan tidak ada perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan; 4). Pemimpin
mempunyai tanggung jawab melakukan distribusi kekayaan yang seimbang di
masyarakat bila terjadi ketimpangan dan 5). Keharaman penganiayaan dalam
Islam. 26
Prinsip-prinsip ekonomi Islam memang dikembangkan secara berbeda
oleh berbagai Ahli. termasuk para ilmuwan muslim terdahulu seperti Ibnu
Sina da Al Farabi. Sebagaimana dibahas oleh Ibrahim Lubis dalam Bukunya
Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Namun sebelumnya Ia memaparkan
pendapat pribadinya tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam.
Pendapat Ibrahim Lubis tersebut adalah Pertama, tidak boleh
melampaui batas, hingga membahayakan lahir dan batin manusia, diri sendiri
24 Dikutip dari Umar Shihab, Kontekstualitas Al Qur’an : KAjian tematik Atas Ayat-Ayat Hukum dalam AL-Qur’an, Jakarta : Permadani, 2005, hlm. 295
25 Ibid. 26 Ibid, hlm. 296
35
dan orang lain. Kedua, tidak boleh menimbun-nimbun harta tanpa bermanfaat
bagi sesame. Ketiga, memberikan zakat kepada yang berhak (Mustahiq).
Keempat, jangan memiliki harta orang lain tanpa sah. Kelima, mengharamkan
riba, menghalal dagang. Dan keenam, menyongsong dagangan diluar kota
artinya Islam menaruh perhatian pada mekanisme pasar bebas yang lepas dari
kecurangan.27
Ibnu Sina merupakan filosof muslim yang memiliki perhatian pula
terhadap ekonomi Islam. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Ibnu Sina
sebagaimana di kutip oleh Ibrahim Lubis adalah28 :
1. Motif Rumah Tangga
Rumah tangga menjadi titik awal kegiatan ekonomi manusia
karenanya kesejateraan ekonomi suatu rumah tangga penting artinya
sebagai dasar agar bisa berbagi denag orang lain. Menurut Ibnu Sina,
wanita mempunyai kedudukan penting sebagai teman kepercayaan suami
untuk mencari rejeki dan mengatur nafkah keluarga.
2. Ekonomi membutuhkan Negara
Masalah ekonomi bukan hanya urusan rumah tangga atau
sekelompok masyarakat semata. Tetapi ekonomi merupakna bagian dari
urusan pemerintahan suatu Negara. untuk itu Negara berhak mengatur
perpolitikan ekonomi masyarakat sehingga tercaapi kemakmuran rakyat.
3. Harta Milik
27 Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, Jakarta : Kalam Mulia, 1994,
hlm.158-166 28 Ibid, hlm. 191-197
36
Menurut Ibnu Sina, harta milik seseorang berasal dari harta
warisan dan harta hali usaha.
4. Pemasukan dan Pengeluaran (kasab dan infaq)
Kasab dan infaq sesungguhnya merupakn pokok masalah dalam
kegiatan ekonomi. Kasb selalu diusahakan agar senantiasa bertambah,
sementara infaq sebaliknya diupayakan tidak lebih besar dari kadsab
karena jika hal itu terjadi berarti kerugian yang diperoleh.
5. Pemasukan dan pengeluaran (kasab dan infaq) harus dengan halal dan
sah.
Dalam Islam meperoleh harta dan menafkahkannya melalui jalan
yang halal sangat ditekankan. Hal ini demi kebaikan manusia itu sendiri.
6. Pengeluaran (Infaq) harus diatur dengan anggaran
Setiap manusia harus mementingkan pengeluaran wajib yaitu
pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan pengeluaran
untuk beramal.
7. Pengeluaran wajib yaitu nafaqah yang sifatnya “konsumtif” haruslah
dikeluarkan sehemat mungkin.
Islam sangat mengajarkan umatnya untuk bersikap sederhana
dalam mebelajankan harta. Berlebih-lebihan dalam kemewahan sangat
dilarang karena dapat menimbulkan kesenjangan terhadap sesame.
8. Pengeluaran untuk kepentingan umum (masyarakat dan negara) yang
sifatnya wajib juga, haruslah dilakukan dengan hati yang ikhlas.
37
Pengeluaran untuk kepentingan umm yang bersifat wajib antara
lain zakat, sadaqoh dan amal kebajikan.
9. Berbuat Amal Kebajikan
Berbuat amal kebajikan dianjurkan disegerakan baik kepada famili
dan kerabat atau kepada siapaun yang membutuhkan.
10. Tabungan
Tabungan menjadi penting bagi ekonomi individu maupun Negara.
dengan tabungan, manusia dapat menyiapkan kebutuhan masa datang
karena sangat dianjurkan menyisihkan sebagian harta (tabungan).
Demikian pendapat beberapa tokoh tentang prinsip-prinsip ekonomi
dalam Islam yang nantinya dapat dijadikan bahan perbandingan dengan
prinsip-prinsip ekonomi Islam Al Maududi yang akan dijelaskan pada bab
berikutnya.
38
BAB III
PEMIKIRAN ABUL A’LA AL-MAUDUDI TENTANG
PRINSIPP-PRINSIPP EKONOMI ISLAM
A. Biografi Abul A’la Al-Maududi
Sayyid Abul A’la Al-Maududi adalah figur penting dalam kebangkitan
Islam pada dasawarsa terakhir. Ia lahir dalam keluarga Syarif (keluarga tokoh
muslim India Utara) di Aurangabad, India Selatan, tepatnya pada tanggal 25
September 1903 (3 Rajab 1321 H). Rasa dekat keluarga ini dengan warisan
pemerintahan Muslim India dan kebenciannya terhadap Inggris, memainkan
peran sentral dalam membentuk pandangan Maududi dikemudian hari. Faktor
ekonomi membuat ia beberapa kali mengalami putus sekolah.1
Ahmad Hasan ayahnya Maududi, sangat menyukai tasawuf. Ia berhasil
menciptakan kondisi yang sangat religius dan zuhud bagi pendidikan anak-
anaknya. Ia berupaya membesarkan anak-anaknya dalam kultur syarif.
Karenanya, sistem pendidikan yang ia terapkan cenderung klasik. Dalam
sistem ini tidak ada pelajaran bahasa Inggris dan modern, yang ada hanyalah
bahasa Arab, Persia, dan Urdu. Karena itu, Maududi jadi ahli bahasa Arab
pada usia muda.2
Pada usia sebelas tahun, Maududi masuk sekolah Madrasah Faqaniyat
di Aurangabad. Sebuah sekolah menengah yang menggabungkan pendidikan
Barat Modern dengan pendidikan Islam tradisional. Kemudian melanjutkan ke
1 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,1990, hlm. 158 2 Ibid., hlm. 159
39
Darul al ‘Ulum Hyderabad.3 Namun, enam bulan kemudian ia terpaksa
meninggalkan sekolah formalnya setelah ayahnya sakit keras dan kemudian
wafat. Yang menarik, pada saat itu Maududi kurang menaruh minat pada soal-
soal agama, ia hanya suka politik. Karenanya, Maududi tidak pernah
mengakui dirinya sebagai ‘alim.4 Kebanyakan biografi Maududi hanya
menyebut dirinya sebagai jurnalis yang belajar agama sendiri.
Dengan bekal beberapa bahasa yang sudah dikuasainya sejak awal
tahun 1920-an, dia mampu mempelajari segala macam ilmu yang diminatinya
dengan sukses. Maududi mula-mula dikenal sebagai seorang wartawan. Karir
jurnalistiknya dimulai sejak usia 15 tahun. Pada tahun 1920 dalam usia 17
tahun, Maududi sudah diangkat sebagai editor “Taj” surat kabar berbahasa
Urdu yang terbit di Jabalpore. Karirnya terus menaik sehingga dia diangkat
menjadi pemimpin editor Muslim (1921-1923) dan Al-Jam’iyyati ‘Ulama-i
Hind, sebuah organisasi Islam di India waktu itu. Maududi berhasil membawa
Al-Jam’iyyat menjadi sebuah surat kabar Islam yang sangat berpengaruh di
India pada tahun 1920-an.
Selanjutnya pada tahun 1932 Maududi pindah ke Hyderabad (Deccan)
dan memimpin penerbitan majalah bulanan Tarjumanu Al- Quran5, yang
bertemakan kebangkitan Islam. Kemampuan Maududi dalam menguasai
berbagai ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan modern, yang ditopang oleh
3 Departeman Agama RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana, 1993, hlm. 732 4 Munawir Sadzali, Op. cit., hlm. 159 5 Majalah bulanan Islam yang diterbitkan oleh seorang tokoh Islam di Hyderabad yaitu
Maulana Abu Muhammad Muslih pada tahun 1930, yang kemudian diambil alih Maududi. Ibid., 161
40
keahlian jurnalistiknya yang tinggi dapat mewujudkan dirinya sebagai seorang
pengarang yang produktif. Karangannya mencakup berbagai ilmu agama
Islam seperti : Hadis, tafsir, hukum, filsafat dan sejarah. Isi karangannya
selalu membicarakan masalah yang dihadapi umat Islam di bidang politik,
ekonomi, sosial, kebudayaan, theologi, dan sebagainya. Dia memecahkan
segala problem tersebut dengan konsepsi-konsepsi Islam yang relevan dengan
masanya. Dan selama hayatnya, dia telah menghasilkan lebih dari seratus
pidato dan pernyataan pers. Dalam karangannya, Maududi selalu
menggunakan pendekatan ilmiah dan logis. Diantara karya tulisannya yang
dianggap monumental berjudul “Al-Jihad fi Al-Islam” yang diterjemahkan
dalam bahasa Indonesia “Perang dalam Islam”. Sebuah karangan yang
dihasilkan pada usia relatif muda (27 tahun), dan menjadi buku yang
mengagumkan tentang hukum perang dan damai menurut ajaran Islam6.
Dalam buku ini Maududi tidak hanya menjelaskan tentang sikap Islam
terhadap perang atau kekerasan, tetapi juga mulai memperkenalkan butir-butir
pikirannya yang dikemudian hari berkembang menjadi konsepsi Islam tentang
masyarakatan dan kenegaraan7.
Karya tulisannya yang lain tentang pokok-pokok ajaran Islam yang
berjudul “Risala-i Diniyah” yang diterjemahkan kedalam bahas Inggris
dengan judul “To Wards Understanding Islam” dan telah diterjemahkan ke
dalam 13 bahasa di dunia, termasuk diantaranya bahasa Arab, Perancis,
Jerman, Jepang, Itali, dan Indonesia. Selain itu, kontribusi Maududi yang
6 Departeman Agama RI, Op. cit., hlm. 732 7 Munawir Sadzali, Op. cit., hlm. 160
41
terbesar lewat karya tulisannya ialah sebuah terjemah dari Tafsir Al-quran
dalam bahasa Urdu yang berjudul “Tafhimu Al-Quran” yang memerlukan
waktu 30 tahun dalam penggarapannya (1942-1972). Bagi Maududi Al-Quran
bukan hanya saja berisi pedoman hidup manusia, tetapi juga memuat
petunjuk-petunjuk bagaimana mengaplikasikan kedalam kehidupan nyata.
Dibidang politik terkenal sekali bukunya yang berjudul “The Islamic Law and
Contribution” yang diedit oleh Kurshid Ahmad dari 10 buah karyanya dari
tahun 1939-1952. Dalam ini Maududi berhasil merumuskan konsepsi Islam di
bidang politik yang disesuaikan dengan tuntutan zaman modern.
Sebenarnya Maududi lebih banyak berperan di dunia politik, hal ini
dilatar belakangi oleh adanya aspirasi politik segolongan umat Islam India
yang menginginkan terwujudnya suatu negara terpisah bagi umat Islam di
anak benua India tersebut. Padahal segolongan lain tetap menginginkan
terwujudnya suatu negara India yang mencakup umat Islam dan umat Hindu.
Dari sinilah terbentuknya suatu organisasi yang dipimpin oleh Maududi yaitu
Jama’at Al-Islami yang didirikan pada tahun 1941 dan langsung jadi
pemimpin selama 30 tahun. Organisasi inilah yang dijadikan Maududi sebagai
organisasi pejuang Islam, tidak hanya bersifat lokal, tetapi mempunyai tujuan
yang luas sekali, yaitu untuk membentuk kembali suatu tatanan dunia Islam
atau masyarakat yang Islami dalam arti politik, hukum, dan sosial.
Pemikirannya tentang Islam berpangkal dari doktrin tauhid yaitu mengesakan
Allah. Menurut Maududi, doktrin inilah yang menjadi inti missi para Rasul
Tuhan sepanjang masa. Di dalam Islam doktrin Tauhid terpatri dengan tepat
42
dalam kalimat “La ilaha illallah”. Dengan tauhid seseorang loyal secara total
hanya kepada Allah. Ketundukan secara total kepada Allah inilah menurut
Maududi yang disebut Islam. Dalam pengertian ini, semua alam adalah
muslim, karena ketundukannya secara total kepada hukum-hukum alam yang
telah ditetapkan Tuhan kepadanya, dan hanya mereka yang mematuhi hukum-
hukum tuhan itulah yang disebut muslim. Kebutuhan umat manusia untuk
mengetahui hukum-hukum Tuhan yang ditaati, terpenuhi dengan adanya
kenabian. Nabi dan Rasul adalah pembawa aturan-aturan hidup yang
ditetapkan tuhan. Dari Al-Quran dan As-Sunah yang diterima dari Nabi
Muhammad SAW dapat diketahui aturan-aturan hidup yang ditetapkan Tuhan
untuk dipatuhi oleh umat manusia. Aturan-aturan Tuhan itu mencakup semua
aspek kehidupan manusia. Maududi menolak anggapan bahwa Islam hanya
seperangkat doktrin tentang metafisika dan ritual belaka. Tetapi Maududi
menegaskan bahwa Islam adalah Way of Life, karena Islam mempunyai ajaran
yang komprehensip dan mencakup semua aspek kehidupan manusia.
Sedangkan dalam bidang ekonomi pemikiran Maududi hanya sedikit
yang mana ia merumuskan konsepsi Islam tentang ekonomi dalam bukunya
yang diterjemahkan dalam bahasa Arab berjudul “Usus Al-Iqtishadi Baina Al-
Islam Wa Al-Nisami Al-Mu’asirat”. Dalam buku ini Maududi membeberkan
kelemahan dan keburukan sistem ekonomi modern yang menguasai dunia
sekarang ini yaitu Kapitalisme dan Komunisme. Menurut Maududi, konsepsi
Islam terletak antara dua sistem tersebut. Islam memberi kepada individu hak-
haknya yang asasi seperti pemilikan kekayaan, tetapi Islam tetap menjaga
43
keseimbangan dalam pendistribusian kekayaan dalam masyarakat. Dari satu
segi individu diakui hak milik pribadinya dan hak mempergunakannya, tetapi
dari segi lain, kedua hak tersebut mendapat ikatan dan pembatasan secara
internal dan eksternal, yaitu ikatan moral dan hukum yang harus dipatuhi,
dengan tujuan agar kekayaan tidak hanya menumpuk pada sekelompok
individu saja, tetapi semua orang dalam masyarakat mendapat haknya yang
telah digariskan syari’at8.
B. Karya-Karya Abul A’la Al-Maududi
Maulana Maududi melewati kehidupan untuk masyarakat selama
hampir 60 tahun. Selama tahun-tahun itu ia terus menerus aktif dan vokal
dalam bicaranya. Ia telah menulis lebih dari 120 buku dan pamflet, dan telah
memberikan ribuan pidato dan statemen di surat-surat kabar, sedangkan
diantara karya-karyanya yang paling besar adalah Tafhim Al-Qur’an suatu
karya dalam bahasa Urdu yang ia selesaikan dalam waktu 30 tahun. Cirri
utamanya adalah dalam menyampaikan arti dan pesan Al-Qur’an dalam
bahasa dan gaya yang menyentuh hati dan pikiran orang, serta menunjukkan
relevansi Al-Qur’an dengan masalah-masalah yang mereka hadapi setiap hari
baik sebagai individu maupun dalam masyarakat. Ia menerjemahkan Al-
Qur’an itu secara langsung dan dengan idiom Urdu modern yang kuat.
Terjemahannya lebih mudah dibaca dan lebih jelas daripada terjemahan secara
harfiah dari Al-Qur’an. Ia menyampaikan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi
8 Departeman Agama RI, Op. cit., hlm. 734
44
kehidupan manusia dan sebagai buku petunjuk bagi gerakan untuk
melaksanakan petunjuk itu dalam kehidupan manusia.9
Karya lain dalam bidang politik yang terkenal yaitu Islamic Law and
Constitution, yang mana Maududi menunjukkan kelemahan teori kedaulatan
rakyat yang dipraktekkan dalam demokrasi sekuler Barat. Dan juga
menguraikan secara panjang lebar tentang tujuan didirikannya suatu negara
menurut pandangan Islam.10
Tulisan yang berbentuk artikel yang diterbitkan dalam satu buku yang
berjudul Ijtihad fil Islam, buku menjelaskan tentang sikap Islam terhadap
perang, selain itu juga memperkenalkan butir-butir pikirannya yang di
kemudian hari berkembang menjadi konsepsi Islam tentang kemasyarakatan
dan kenegaraan.
Dua karangan Al-Maududi yang akan menjadi sumber utama
penelitian ini adalah Pertama, Usus Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al-Nadm Al-
Mu’ashirah Wa Mu’dhilat Al Iqtishad Wahallaha Fi Al-Islami (1960), buku
ini menerangkan perbedaan ekonomi kapitalisme dan komunis. Kemudian
dilanjutkan dengan penjelasan tentang tujuh prinsip ekonomi Islam yaitu : 1).
Perbedaan antara halal dan haram mengenai cara mencari kekayaan; 2).
Larangan menimbun harta; 3). Perintah membelanjakan harta; 4). Zakat; 5).
Hukum waris; 6). Pembagian Rampasan perang; dan 7). Perintah untuk
berhemat dalam pembelanjaan.
9 A. Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995, hlm. 242 10 Abul A’la Al-Maududi, Al-Khilafah Wa Al-Mulk, ter. Muhammad Al-Baqir, Khilafah dan
Kerajaan, Bandung: Mizan, 1996, hlm. 31
45
Sedangkan Islamic Economic Sistem Principles And Obyektives
(1980) selain menjelaskan tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam, dalam buku
ini dijelaskan terlebih dahulu tentang tujuan dasar Islam yang erat kaitannya
dengan masalah ekonomi yaitu kebebasan manusia, perkembangan etik dan
moral, dan Islam adalah agama kesatuan dan persaudaraan.
C. Prinsipp-Prinsipp Ekonomi Islam Menurut Abu Al- A’la Al-Maududi
Al-Maududi mencoba mengkaji prinsipp –prinsipp ekonomi yang
diatur dalam Islam. Prinsipp-prinsipp ekonomi yang menjunjung tinggi nilai-
nilai moral. Dan inilah yang membedakan secara jelas sistem ekonomi Islam
dengaan sistem ekonomi kapitalis dan sosialis dari Barat. Prinsipp-prinsipp
ekonomi Islam yang diungkapkan Al-Maududi dapat dijeskan sebagai berikut
1. Perbedaan Antara Yang Halal Dan Yang Haram Mengenai Jalan
Mencari Kekayaan
Ajaran Islam pada dasarnya mengakui bahwa manusia mempunyai
kebebsan untuk memeperoleh pendapatan dari usaha yang dilakukan.
Namun hal ini ditekankan harus dengan cara yang halal dalam
mendapatkannya.11 Penekanan dalam prinsipp pertama ini adalah tidak
membenarkan bagi umat Islam untuk mencari kekayaan melalui jalan
apapun yang dikehendaki.
Islam memberikan perbedaan kepada umatnya antara jalan-jalan
yang sah dan yang tidak sah untuk mencari penghidupan, karena
11 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic System Principles and objectives, Markazi
Maktaba Islami Delhi, 1998, Hlm 6
46
mengingat akan kemaslahatan masyarakat. Pembedaan ini berdiri di atas
dasar yang universal, yang mengatakan, bahwa semua jalan untuk mencari
kekayaan, di mana seseorang tidak dapat memperoleh keuntungan kecuali
dengan merugikan orang lain, tidaklah sah dan semua jalan di mana
individu-individu dapat saling memberi keuntungan antara sesama mereka
dengan suka sama suka dan adil, adalah sah.12 Prinsipp ini diterangkan
oleh Allah SWT didalam firmannya:
يا أيها الذين آمنوا لا تأآلوا أموالكم بينكم بالباطل إلا أن تكون ن تراض منكم ولا تقتلوا أنفسكم إن الله آان بكم رحيما تجارة ع
ومن يفعل ذلك عدوانا وظلما فسوف نصليه نارا وآان ﴾29﴿ ذلك على الله يسيرا
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jangan kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu, dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu. Dan barang siapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka kami kelak akan memasukkannya kedalam neraka (An-Nisa’ 29-30)13
Ayat ini telah menetapkan dua perkara sebagai syarat bagi sahnya
perdagangan. Pertama, hendaklah perdagangan itu dilakukan suka sama
suka diantara kedua pihak. Kedua, tidak merugikan pihak yang lain. Serta
ada tambahan syarat sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat diatas yaitu
“Dan jangan kamu membunuh dirimu”, dari ayat ini.14
12 Abul ‘Ala Almaududi, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu Mu’ashiroh Wa
Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt, hlm. 131-132 13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris), Semarang: CV.
Asy Syifa’, hlm. 65 14 Ibid, hlm. 132
47
Para ahli tafsir menafsirkan dengan dua makna. Yang pertama:
Janganlah kamu bunuh-membunuh antara sesamamu. Dan makna yang
kedua: Janganlah kamu membunuh dirimu dengan tanganmu sendiri.
Maksud ayat ini dalam kedua tafsiran itu ialah bahwa, tiap-tiap
orang yang merugikan orang lain untuk membela kepentingan pribadinya,
maka seolah-olah ia menumpahkan darahnya dan membukakan jalan
kebinasaan bagi dirinya sendiri.
2. Larangan Menimbun Harta
Prinsipp ekonomi Islam yang kedua adalah sebaiknya seseorang
tidak menimbun harta yang di dapatnya dengan jalan yang tidak sah,
karena yang demikian itu menghambat perputaran kekayaan, dan merusak
keseimbangan dalam pembagiannya di masyarakat. Oleh karena itu Islam
sangat melarang hal ini,15 sebagaimana firman Allah SWT:
ولا يحسبن الذين يبخلون بما آتاهم الله من فضله هو خيرا لهم
بل هو شر لهم Artinya: Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta
yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu buruk bagi mereka (Al-Imron: 180)16
Selain menghambat sirkulasi keuangan dalam masyarakat,
penimbunan harta merupakan indikator kerusakan moral yang berakibat
pada pengasingan diri sendiri dari sosial masyarakat.
15 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 132 16 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm. 58
48
Larangan penimbunan harta erat hubungannya dengan ajaran Islam
tentang hak-hak masyarakat. Islam mengajarkan bahwa pada dasarnya dari
setiap harta yang dimiliki seseorang terdapat pula hak orang lain yang
harus dibayarkan. Ini merupakan tanggung jawab manusia sebagai bagian
dari masyarakat untuk membantu orang lain (terutama saudara terdekat)
yang tidak dapat memenuhi kebutuhan.17
3. Perintah Untuk Membelanjakan Harta
Prinsipp berikutnya, Islam menyuruh membelanjakan harta. Tetapi
tidak membenarkan membelanjakan hartanya dengan cara royal dan boros
untuk memuaskan hawa nafsu semata. Islam memerintahkan agar
membelanjakan harta dengan disertai syarat “fisabilillah”18 seperti firman
Allah SWT:
ويسألونك ماذا ينفقون قل العفوArtinya: Dan mereka bertanya kepadamu, apa yang mereka belanjakan?
Katakanlah, yang lebih dari keperluanmu (Al-Baqoroh: 219)
Perintah membelanjakan harta dalam Islam memiliki perbedaan
dengan sistem kapitalis. Hal ini bisa dilihat dari:19
1. Dalam Islam jika harta dibelanjakan/infak maka akan berkah dan
dilipat gandakan. Sedangkan dalam ekonomi kapitalis, harata jika
dibelanjakan semakin berkurang dan apabila dikumpulkan maka akan
semakin bertambah.
17 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 13 18 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 133 19 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 135-138
49
2. Harta yang dibelanjakan tidak akan sis-sia dan akan kembali dengan
bentuk lain yang bermanfaat bagi yang memiliki. Sedangkan, dalam
sistem kapitalis harta yang dibelanjakan itu sia-sia dan tidak akan
kembali.
3. Dalam Islam, harta yang dibelanjakan dengan memungut riba
didalamnya tidaka akn bertambah tetapi justru berkurang. Sebaliknya
dalam kapitalisme, memungut riba dari harta yang dimiliki akan
menambah jumlah harta yang dimiliki.
4. Anjuran membelajakan harta/infak dalam Islam harus didasari dengan
keikhlasan dan tidak mengaharap kembali. Sebaliknya infak harta
dalam sistem kapitalisme merupakan usaha seseorang untuk
menunjukkkan popularitas dan riya. Sehingga mengharapkan harta
akan kembali lebih banyak. Jika pada akhirnya tidak kembali maka
seseorang akan cenderung menyebut-nyebut infak yang dilakukan.
5. Membelajakan harta dalam Islam dianjurkan dengan harta yang terbaik
yang dimiliki, melarang menafkahkan harta yang buruk. Sedangkan
dalam sistem kapitalisme sebaliknya. Allah SWT berfirman dalam QS.
Al-Baqoroh : 267 yang berbunyi :
يا أيها الذين آمنوا أنفقوا من طيبات ما آسبتم ومما أخرجنا
من الأرض ولا تيمموا الخبيث منه تنفقون ولستم بآخذيه لكم
إلا أن تغمضوا فيه واعلموا
artinya :
50
“Hai orang-orang yang beriman belanjakanlah dijalan kebajikan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang telah dieluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu belanjakan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya”20
4. Zakat
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, pada dasarnya Islam
menghendaki agar kekayaan tidak dibiarkan terkumpul disalah satu pada
kelompok tertentu dalam masyarakat. Meskipun pada hakekatnya harta
yang dikumplkan merupakan hasil dari jerih payah dan kecakapan mereka.
Dalam Islam, seseorang wajib membelanjakan sebagian harta yang telah
sampai batas tertentu yaitu 2,5% untuk kepentingan sosial
kemasyarakatan. Seseorang tidak hanya membutuhkan kekayaan pada saat
ini saja, melainkan manusia juga membutuhkan harta sebagai bekal masa
yang akan datang. Karena seseorang diperintahkan membelanjakan
hartanya, sebab pada suatu saat ia akan membutuhkan harta itu kembali.21
Perintah ini merupakan upaya Islam menumbuhkan jiwa
kedermawanan, murah hati dan kerjasama yang sejati dalam lapangan
sosial dengan ajaran-ajaran moralnya yang tinggi, dengan jalan bujukan
dan ancaman yang efektif. Sehingga dengan kecenderungan alamiyahnya
manusia akan merasa jijik untuk mengumpulkan kekayaan,
menyimpannya, dan gemar membelanjakan dengan semau sendiri.
20 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm. 67
21 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 141
51
Pada segi yang lain, Islam membuat suatu undang-undang yang
mewajibkan pemungutan suatu jumlah yang tertentu dari kekayaan orang
banyak untuk kesejahteraan masyarakat dan kebahagiannya. Jumlah yang
tertentu dari kekayaan orang banyak ini ialah “Zakat”.
Betapa pentingnya zakat dalam sistem ekonomi Islam. Ia adalah
rukun yang tepenting sesudah sholat, hingga Al-Qur’an telah menegaskan
barang siapa menyimpan kekayaan, tidaklah halal baginya sebelum
dikeluarkan,22 dalam hal ini diperjelas dalam firman Allah SWT:
خذ من أموالهم صدقة تطهرهم وتزآيهم بها وصل عليهم إن اتك سكن لهمصل
Artinya: Ambillah sedekah dari harta mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka (At-Taubah: 103)23
Kata zakat itu sendiri menunjukkan, bahwa kekayaan yang dikumpulkan
manusia itu adalah najis dan kotor, tidak mungkin ia menjadi suci sebelum
dikeluarkan 2 ½ dari padanya untuk jalan “fisabilillah” tiap-tiap tahun.
Selanjutnya dalam prinsipp ini kembali terlihat bahwa dalam Islam
memegang aturan siapapun yang memiliki harta berlebih, maka wajib
baginya mengeluarkan harta. Dan zakat berhak diterima oleh yang berhak
(mustahik). Sedangkan dalam sistem kapitalis, seseorang tidak berhak atas
harta kekayaan kecuali ia telah berinvestasi atas harta itu. 24
Di tambahkan Al-Maududi zakat berbeda dengan pajak. Keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Pajak dibayar oleh seseorang yang
merasa menggunakan fasilitas umum kepada pemerintah dan telah diatur
22 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 139 23 Departemen Agama RI, Op. cit., hlm 162 24 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.141
52
undang-undang. Sedangkan zakat merupakan bentuk ketaatan kepada
Allah sebagaimana halnya salat. Jika seseorang mengarapkan
kesempurnaan iman maka ia akan mengeluarkan zakat. Selain itu, zakat
dalam Islam merupakan wujud ketaatan kepada Tuhan yang bermanfaat
untuk memenuhi hak-hak masyarakat.25
5. Hukum Waris
Prinsipp Ekonomi Islam selangkah lebih maju lagi untuk membagi-
bagikan kekayaan yang mungkin masih tekumpul di satu tempat, dengan
berlakunya hukum waris. Selain membelajakan harta untuk kepentingan
pribadi, untuk infaq dijalan Allah dan untuk menunaikan zakat.
Berlakunya hukum waris dalam Islam ialah barang siapa yang meninggal
dunia sedang ia meninggalkan harta, banyak atau sedikit, seyogyanya
harta itu dibagi-bagikan kepada kerabat yang terdekat. Sedangkan bagi
mereka yang tidak memiliki ahli waris, harta hendaknya diserahkan
kepada “Baitul Mal” untuk dimanfaatkan bagi kepentingan sosial.26
Disinilah kelebihan dari hukum waris yang tidak ada bandingannya
dengan sistem ekonomi lain, karena yang dikehendaki oleh sistem-sistem
itu ialah supaya kekayaan yang terkumpul pada satu orang atau beberapa
orang yang terbatas jumlahnya. Tetapi Islam tidak menyukai
terkumpulnya dan tertahannya kekayaan itu. Islam menginginkan
25 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 16-17 26 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 223
53
tercapainya pemerataan, sehingga peredaran dan perputaran kekayaan
dikalangan masyarakat menjadi mudah dan lancer.27
Dalam mengundangkan hukum warisan, Al-Qur’an memberikan
hak kepada seseorang untuk membuat wasiat sebelum ia meninggal dunia
sehubungan dengan harta kekayaan yang ditinggalkannya. Perintah ini
memerintahkan kepada manusia yang hidup didunia ini untuk menyuruh
keturunannya agar berlaku baik kepada kedua orang tuanya. Sedangkan
bagi orang-orang yang tidak mampu mengelola harta kekayaannya secara
baik karena cacat atau kurang cakap dan dikhawatirkan akan habis begitu
saja, maka mereka tak diperkenankan untuk memegangnya. Kekayaan
tersebut akan diserahkan kepada walinya atau pemerintah secara resmi,
dan hanya diserahkan kembali kepada mereka bila mereka sudah dapat
mengelolanya dengan baik.28 Disinilah kelebihan dari hukum waris yang
tidak ada bandingannya dengan suatu sistem ekonomi lain, karena yang
dikehendaki oleh sistem-sistem itu ialah supaya kekayaan yang
dikumpulkan oleh satu orang harus tetap terkumpul di tangan satu orang
atau beberapa orang yang terbatas jumlahnya sesudahnya juga. Tetapi
Islam tidak menyukai terkumpulnya dan tertahannya kekayaan itu. Islam
hendak membagi-bagi dan memeratakannya, sehingga peredaran dan
perputaran kekayaan dikalangan masyarakat menjadi mudah dan lancer.29
27 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 224 28 Abul ‘Ala Al-Maududi, Adven of Islam Fundamental Teaching of The Qur’an, terj. M.M.
Syarif Esensi Al-Qur’an Ekonomi, Politik, dan Filsafat, Bandung: Mizan, 1990, hlm. 80 29 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm. 224
54
6. Pembagian Rampasan Perang
Islam telah memerintahkan, supaya yang dapat dirampas oleh
kaum muslimin dimedan perang dibagi menjadi lima bagian, empat bagian
dari padanya untuk mereka yang turut perang dan sebagian untuk
kepentingan sosial kaum muslimin Allah berfirman :
واعلموا أنما غنمتم من شيء فأن لله خمسه وللرسول ولذي بن السبيلالقربى واليتامى والمساآين وا
Artinya : ketahuilah apa saja yang kamu peroleh sebagai rampasan
perang, maka sesungguhnya seperlimanya untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnusabil (Al-Anfal : 41)
Maksud dari sebagian untuk Allah dan Rasulnya ialah bagian yang
dikhususkan untuk tujuan-tujuan dan kepentingan-kepentingan sosial,
yang diurus dan diwarisi oleh pemerintah dalam negara Islam, menurut
hukum Allah dan Rasulnya. Kemudian ia menerangkan bagian dari tiga
golongan yang seperlima ini secara khusus yaitu :
a. Anak-anak yatim, untuk keperluan memberi pengajaran, dan
pendidikan supaya mereka dapat memiliki syarat-syarat keahlian
untuk turut mengambil bagian dalam perpacuan hidup pada masa yang
akan datang.
b. Orang-orang miskin, yaitu orang-orang yang berkekurangan yang tidak
dapat memperoleh apa yang menjadi kebutuhan dan tempat tinggal
mereka. Termasuk dalam golongan ini adalah janda-janda kaum
muslimin, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang sakit.
55
c. Ibnussabil, yaitu orang yang memberikan perhatian secara serius untuk
menumbuhkan dan memperjuangkan agama Allah
7. Perintah Untuk Berhemat Dalam Pembelanjaan
Islam memperhatikan dan mengawasi perputaran kekayaan pada
seluruh masyarakat, dan ditentukannya satu bagian dari pada harta orang-
orang kaya untuk fakir miskin. Pada satu segi yang lain diperintahkannya
kepada tiap-tiap individu dalam masyarakat untuk tidak berlebihan atau
boros dalam membelanjakan harta mereka, sehingga hingga keseimbangan
dalam pembagian kekayaan dapat tercipta..30 Sebagaimana QS Al-Isra :
29 yang berbunyi:
فتقعد ولا تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ولا تبسطها آل البسط
ملوما محسوراArtinya : Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu (dan sebalikmya) janganlah kamu terlalu mengeluarkannya, agar kamu tidak menjadi tercela dan menyesal (Al-Isra’ : 29)
Dalam hal ini, Islam menghendaki agar seseorang membelanjakan
hartanya tidak melebihi kemampuan ekonominya. Tidak halal baginya
melampaui batas itu, sehingga pengeluaran lebih besar daripada
pendapatannya. Dengan kata lain, Islam dengan ajaran moralnya
memerintahkan umatnya untuk mengembangkan kehidupan yang
sederhana.
D. Landasan Pemikiran Abul A’la Al-Maududi Tentang Ekonomi Islam
30 Abul A’la Al-Maududi, Op. cit., hlm. 144
56
Al-Maududi adalah seorang pembaharu Islam yang pemikiran-
pemikirannya telah diakui di dunia Islam. Sekitar tahun 1940 Al-Maududi
mengembangkan pikirannya untuk mendirikan gerakan yang lebih
komprehensif, dan itulah yang menyebabkan ia mendirikan organisasi Jami’at
Islami sampai dia dipilih menjadi ketuanya. Dari sinilah pemikiran-pemikiran
Maududi berkembang dan berpengaruh dari Pakistan sampai India yang
tergolong sebagai gerakan Neo-Revivalisme31 Upayayang dilakuakn berusaha
menunjukkan relevansi Islam dengan kehidupan masyarakat sekarang32 dan
memiliki sasaran untuk menegakkan kembali cara hidup Islami secara utuh.
Pendekatan ini memiliki skema lengkap reformasi dan rekonstruksi, dan telah
mempengaruhi kehidupan di semua sektornya. Dia mencoba membangun
kembali pemikiran muslim dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah
serta untuk menghadapi tantangan dari Barat. Dia mencoba mengangkat
derajat individu dan mengilhaminya dengan semangat Islam yang orisinil dan
selaras dengan prinsipp-prinsipp yang telah diberikan oleh Tuhan dan rasul-
Nya.33
Untuk mencapai itu semua Al-Maududi menyampaikan gagasannya
yang penting artinya bagi umat Islam. Gagasan tersebut adalah Pertama, ia
mengatakan bahwa masyarakat muslim telah kehilangan sebagian besar dari
dinamika dan elannya, karena mereka telah melupakan susunan prioritas
31 Suatu gerakan yang berpengaruh diparuh pertama abad kedua puluhan sebagai proses yang
dengannya komunitas muslim menghidupkan kembali kerangka sosial, moral, dan agama dengan kembali kepada dasar-dasar islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah
32 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis, Jakarta: Paramadina, 2004, hlm. 4
33 Abul A’la Al-Maududi, The Islamic Law and Constitution, terj. Asep Hikmat, Bandung: Mizan, 1994, hlm. 45
57
sumber-sumber Islam, yaitu Al-Qur’an, Sunnah dan ijtihad. Umat Islam telah
bertindak sebaliknya, sekarang ini mereka lebih berpegang pada pendapat para
ulama yang lalu dan memegang hasil ijtihad mereka. Setelah melihat
pandangan para ulama, baru kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah. Ini
menyebabkan kebekuan pemikiran muslim. Dinamikanya yang asli dapat
ditangkap kembali hanya apabila umat muslim memutuskan untuk mengganti
cara berfikir sekarang ini. Itu berarti pertama-tama kita harus melihat Al-
Qur’an lalu As-Sunah dan setelah itu baru pembahasan secara deduktif para
ulama dan pikiran-pikiran yang diuraikan oleh pemikir-pemikir muslim
dahulu.
Kedua adalah mencari orang-orang yang suka kebenaran dan bersedia
untuk kerja menegakkan kebenaran itu pada kehidupan manusia. Orang-orang
yang demikian itu sifatnya harus dicari dan ditemukan, serta diikat dalam
badan yang diorganisasikan. Selain itu, usaha harus dilakukan untuk
membantu orang-orang tersebut mengembangkan pikirannya yang jelas,
memurnikan kehidupan umat Islam, dan mengembangkan sifat-sifat yang baik
dari moral dan wataknya. Dengan itu Al-Maududi berusaha untuk
menekankan keharusan memelihara sekelompok kecil orang-orang yang
ikhlas dan jujur sebagai dasar kebangkitan Islam.
Sedangkan yang ketiga adalah usaha untuk membawa perubahan sosial
yang sesuai dengan ajaran Islam. Idenya adalah bahwa orang yang telah
berusaha untuk Islam, atau paling tidak mempunyai orientasi Islam dan
memperhatikan terhadap kesejahteraan umat manusia harus mengambil
58
inisiatif dan mempergunakan waktunya, usaha dan sumber-sumber
kekuatannya, untuk membawa perubahan dan perkembangan yang sehat
secara maksimal. Dalam wilayah kehidupan sosial, program itu menekankan
usaha untuk mencegah rakyat dari ketidak adilan, menciptakan kesadaran
kesehatan dan kebersihan, dan memperkukuh kerja sama dikalangan rakyat
untuk menjamin kehidupan yang sehat. Memperhatikan anak yatim piatu, para
janda, dan anak-anak cacat, dan pelajar yang miskin untuk memperoleh
bantuan keuangan, dan menyediakan pelayanan kesehatan untuk rakyat
terutama untuk orang-orang fakir miskin. Jelasnya dengan memperoleh
inspirasi dari cinta Islam, tujuannya adalah untuk memperoleh kesejahteraan
rakyat dalam kehidupan agama, sosial, moral dan material, dan bergerak untuk
menciptakan kondisi-kondisi sosial yang cocok bagi transformasi secara total
dalam kehidupan manusia.34
Dari uraian di atas, dapat diketahui pola dasar pemikiran yang
dikembangkan Al-Maududi yaitu mengembalikan segala urusan kehidupan
manusia (sosial, politik, ekonomi, agama) pada Al Qur’an dan Hadis. Bertolak
dari background di atas, akan diuraikan pola landasan pemikiran ekonomi
Islam Al-Maududi yang menjadi focus pembahasan penelitian.
Al-Maududi berpendapat bahwa petunjuk yang terdapat dalam Al
Qur’an dan As Sunnah meliputi kehidupan seantero manusia.35 Sehingga
pemahaman yang benar tentang agama menjadi dasar pengembangan dan
upaya pembaharuan yang dilakukan. Dalam Islam, Pemahaman agama
34 Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995, hlm. 260 35 Ibid, hlm. 246
59
tersebut berangkat dari konsep tauhid. Konsep tentang Tuhan sebaagi satu-
satunya dzat yang berkuasa dan memberikan hukum tentang berbagai prinsipp
pokok yang harus dipatuhi oleh manusia. Lebih lanjut Al-Maududi
berpendapat Islam bukan hanya mengatur hubungan antara manusia dengan
Tuhan. Ia menekankan bahwa Islam adalah jalan hidup yang lengkap yang
mengatur segala sendi kehidupan manusia.
Pemikirannya tentang ekonomi Islam tentunya juga berangkat dari
dasar konsep tauhid diatas. Selain didukung oleh kondisi masyarakat dan
Negara Pakistan yang sangat menginginkan menjadi Negara Islam yang total.
Hal ini bisa dilihat dari ketetapan Dewan Konstituante Pakistan yang
menyatakan bahwa 1). Kedaulatan tertingggi di Pakistan berada ditangan
Allahsemata. Dan pemerintah harus mengatur Negara sebagai agen-Nya. 2).
Hukum dasar adalah syariah Islam yang telah diturunkan oleh nabi
Muhammad SAW. 3). Hukum yang ada yang bertentangan dengan hukum
Islam harus diselaraskan dengan Islam. 4). Kekuasaan Negara tidak boleh
bertentangan dengan batas-batas yang digariskan Islam.36
Dilatarbelakangi beberapa hal di atas dapat dipahami mengapa Al-
Maududi begitu mengecam hal-hal yang bertentangan dengan Islam, termasuk
sistem ekonomi barat. Karenanya usaha Al-Maududi tidak hanya pada
perjuangan menegakkan Negara Islam Pakistan tetapi juga setiap aspek
kehidupan manusia harus didasarkan pada aturan Tuhan. Terkait dengan
sistem ekonomi, Al-Maududi berupaya untuk sendi-sendi ekonomi Islam
36 Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam, BAndung: Pustaka
Setia, 1997, hlm. 101
60
benar-benar bisa terlaksana. Hal ini tentunya dengan melepaskan diri dari
berbagai pengaruh diluar Islam, baik yang berasal dari pengaruh hinduistik
dengan sistem semi feodalnya atau semi kapitalistik Barat.37
Dari sini kemudian, Al-Maududi mencoba membukakan mata umat
Islam tentang kelemahan-kelemahan sistem ekonomi barat dan meyakinkan
umat Islam tentang keunggulan sistem ekonomi Islam yang bersumber dari Al
Qur’an dan As Sunnah. Sehingga dapat dipahami bahwa pemikiran ekonomi
Islam yang dijabarkan Al-Maududi dalam bukunya “Ususu Al Iqtishod Bainal
Ialami Wa Al-Nadmu Al-Mu’ashiroh Wa Mu’dhilat Al Iqtishod Wahallaha Fi
Al-Islami“ tidak lepas dari pembahasan ekonomi sosialis dan kapitalis yang
belakangan cenderung dijadikan kiblat umat Islam.
Kerangka berpikir yang dibangun oleh Al-Maududi adalah dengan
mengungkapkan terlebih dahulu kelemahan-kelemahan dari sistem ekonomi
kapitalis dan sosialis dari Barat. Sistem kapitalis memiliki kelemahan yaitu :
1). Setiap individu berhak memiliki kekayaan tanpa batas dari apa yang
diusahakan; 2). Orang lain tidak berhak atas harta yang dimiliki seseorang
meskipun orang tersebut membutuhkan; 3). Sistem ini mengenal dua lapisan
masyarakat yaitu golongan kaya dan golongan miskin.38 Sementara sistem
sosialis memiliki kelemahan tidak diakuinya hak perseorangan artinya ssetiap
individu tidak berhak memiliki kekayaan secara personal sekalipun dari hasil
37 Ibid, hlm. 103 38 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.12
61
usaha yang dialkukan. Dan semua harta adalah milik masyarakat atau
kolektif.39
Berangkat dari hal tersebut, kemudian Al-Maududi mencoba melihat
sistem ekonomi yang berlaku dalam Islam. Menurut Islam, sesuatu yang
terpenting adalah kembali kepada individu bukan pada jama’ah atau manusia
secara kolektif. Dalam hal ini mnengandung arti bahwa bukan individu untuk
masyarakat tetapi masyarakat untuk individu secara personal. Karena Allah
SWT tidak akan meminta pertanggung jawaban secara kolektif, tetapi secara
personal. Atas dasar ini, Islam tidak menghendaki aturan masyarakat yang
merugikan hak personal. Sebab hakekatnya, manusia tidak akan berkembang
dengan sehat tanpa adanya kebebasan berpikir dan bertindak. Untuk itulah
setiap orang membutuhkan kebebasan berpendapat, menulis, berbicara
berusaha, bersosial dan kebebasan dalam mencari penghidupan.40 Dengan
demikian yang dikehendaki Islam adalah sistem ekonomi yang seimbang atau
berada pada jalan tengah, artinya tidak hanya memetingkan kepentingan
individu semata, tetapi juga mengatur kepentingan sosial. Sistem ekonomi
Islam bukanlah sistem ekonomi kapitalis yang memberikan kebebasan tanpa
batas atas kepemikikan individu. Sistem ekomomi Islam bukan pula sistem
komunis yang hanya mengakui hak kolektif. Tetapi ia adalah sistem dibangun
dengan mengakui kebebesan ekonomi denagn mengenal batas dan aturan. Ia
adalah sistem yang menjadikan masyarakat dapat mengembangkan moral
39 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.141 40 Abul ‘Ala Almaududi, Op. cit., hlm.12
62
kemanusiaan. Tetapi tidak dibenarkan menggunakan hukum demi kepentingan
bersama.41
Selain mengungkapkan kelemahan-kelemahan sistem ekonomi barat.
Al-Maududi mengingatkan bahwa untuk dapat memahami prinsip-prinsip
ekonomi Islam harus terlebih dahulu memahami tujuan dasar dalam Islam.
Berkaitan dengan masalah ekonomi paling tidak harus memahami tiga hal
yaitu kebebasan manusia, perkembangan etik dan moral, dan Islam adalah
agama kesatuan dan persaudaraan.42
1. Kebebasan manusia. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi
harkat dan martabat. Kebebasann yang dimiliki manusia diikuti pula
dengan tanggung jawabnya kepada Allah. Tanggungjawab tersebut tidak
berlaku secara kolektif. Karena manusia harus bertanggunng jawab
terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang
dilakukan. Kebebsan ini tidak hanya berlkau dalam bidang ekonomi saja
tetapi dalam beragama dan berpolitik.
2. Perkembangan moral dan etikal. Moral dan etika merupakan hal yang
dibutuhkan dalam sebuah masyarakat. Individu senantiasa dapat
mengembnagkan nilai seperti kedermawanan, simpati kepedulian dan nilai
moral lainnya. Nilai-nilai itu penting artinya bagi terciptanya keadilan
ekonomi.
3. Islam adalah agama kesatuan dan persaudaran. Ajaran Islam tidak
mengenal adanya pembagian kelas dan apaladi mengajarkan konflik antar
41 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 18 42 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 5-7
63
golongan. Islam mengajurkan sikap saling pengertian dan kerjasama antar
manusia atau golongan.
Dengan memahami tiga hal tersebut menurut Al-Maududi, kita akan
lebih dapat memahami dan mengaplikaskan prinsip-prinsip ekonomi Islam
pada tiap situasi dan keadaan.
64
BAB IV
ANALISA PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM
MENURUT AL-MAUDUDI
Dalam bab ini akan disajikan analisa terhadap hasil penelitian pada
bab III berdasarkan landasan teori yang telah dibangun pada bab II. Dari
analisa ini diharapkan, akan diketahui lebih jelas tentang prinsip-prinsip
ekonomi Islam menurut Al-Maududi dan landasan pemikiran Al-Maududi
dalam prinsip-prinsip ekonomi Islam. Sehingga pada akhirnya tujuan dan
manfaat penelitian baik secara praktis dan teoritis tercapai.
1. ANALISA PRINSIP-PRINSIP EKONOMI ISLAM MENURUT AL-
MAUDUDI
Pada bab III telah dijelaskan tujuh prinsip Abu Al- A’la Al-
Maududi ekonomi Islam menurut Al-Maududi. Prinsip tersebut adalah 1).
Perbedaan halal dan haram dalam mencari kekayaan; 2). Larangan
menimbun harta; 3). Perintah membelanjakan harta; 4). Zakat; 5). Hukum
waris; 6). Pembagian rampasan perang; dan 7). Perintah untuk berhemat
dalam pembelanjaan.
Sekilas kita melihat terdapat perbedaan dari beberapa prinsip-
prinsip ekonomi Islam yang telah dikemukakan beberapa tokoh
sebagaimana dalam bab III. Secara beragam dan berangkat dari kerangka
pikir yang dibangun masing-masing tokoh akhirnya melahirkan berbagai
teori tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam. Hanya saja satu hal yang
65
harus dicatat adalah mereka berangkat dari pemahaman terhadap Al
Qur’an dan As Sunah yang memang merupakan pedoman hidup umat
Islam, termasuk dalam aktivitas ekonomi.1
Bila berangkat dari nilai-nilai dasar ekonomi Islam seperti tauhid,
adl, nurbuwwah, khilafah dan ma’ad. maka semua prinsip yang
disodorkan para tokoh tidak lepas dari kelima nilai itu. Nilai tauhid
misalnya, jelas merupakan kunci pokok ajaran Islam yang harus
diejawantahkan dalam semua aspek kehidupan manusia. Mengakui Allah
sebagai Tuhan, sang penguasa dan pembuat ketetapan hukum sama artinya
harus tunduk dan taat secara total, bukan hanya sebatas ibadah maghdhah
tetapi juga ghairu mahdhah. Secara tegas hal ini, adalah konsep utam yang
dijadikan pijakan oleh Al-Maududi dalam membangun kerangka berpikir
sehingga melahirkan prinsip ekonomi seperti perbedaan halal dan haram
dalam mencari harta. Dalam hal ini, dijelaskan aturan bagaimana prosedur
perdagangan yang sah dan diperbolehkan dalam Islam. Tentu saja akan
menjadi haram jika melanggar aturan dari Allah yaitu seperti merugikan
orang lain. Di sinilah menunjukkan kuatnya hukum Allah sebagai
pedoman menetapkan halal dan haram2 termasuk dalam mencari
penghidupan.
Secara berturut-turut nilai Tauhid ini pula yang dijadikan prinsip
pertama dalam ekonomi Islam menurut beberapa tokoh, antara lain
menurut Afzalur Rahman prinsip tauhid merupakan landasan utama
1 Abdul Mannan, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997, hlm. 29
2 Ahmad Muslim, History of Muslim Philosophy (terj), Bandung : Mizan, 1995, hlm. 69
66
ekonomi Islam. Hal ini bisa dilihat dari perintah-perintah dalam Al
Qur’an yang selalu didahului dengan konsep tauhid baru kemudian cara
pemanfaatan harta.3 Di ikuti pula oleh Quraish Shihab yang menyatakan
prinsip ekonomi Islam ada empat hal yaitu : 1). Tauhid; 2).
Keseimbangan; 3). Kehendak bebas; dan 4). Tanggung jawab.4 Dan Abd.
Muin Salim memberikan uraian prinsip ekonomi Islam sebagai berikut 1).
Tauhid; 2). Istimar atau istikhlaf; 3). Kemaslahatan (al silah) dan
keserasian (al-adalah); 4). Keadilan (al-qist); dan 5). Kehidupan sejahtera
dan kesentosaan dunia dan akhirat.5
Dari uraian sebelumnya, Dapat lihat Al-Maududi dan tokoh-tokoh
yang lain mempunyai konsep yang berbeda-beda. Al-Maududi nampak
lebih general dalam menetapkan prinsip-prinsip ekonomi Islam untuk
kemudian Al-Maududi perkuat dengan dalil-dalil naqli yang memang
berkaitan dengan prinsip yang ditetapkan. Misalnya prinsip halal dan
haram dalam memperoleh harta didasarkan QS An Nisa ayat 29 – 30
tentang laranan memakan harta sesama. Prinsip kedua larangan,
megumpulkan harta didasarkan pada QS Ali Imron : 180; dan At Taubah :
34. dan Prinsip ketiga, perintah membelanjkan harta sesuai dengan QS Al
Baqarah: 219, 268, 272 dan 276; An Nisa : 36; Al Ma’arij: 24-25; Ar
Rum : 39.
3 John J Donohue dan John L Esposito, Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi Masalah-
Masalah, Jakarta : Raja grafindo persada, 1995, hlm. 896 4 Dikutip dari Umar Shihab, Kontekstualitas Al Qur’an : KAjian tematik Atas Ayat-Ayat
Hukum dalam AL-Qur’an, Jakarta : Permadani, 2005, hlm. 295 5 Idid.
67
Prinsip-prinsip yang secara garis besar ditetapkan Al-Maududi
akan terlihat berbeda dengan Ibnu Sina yang secara lebih detail mengkaji
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Menurut Ibnu Sina ada sepuluh hal penting
dalam prinsip ekonomi Islam yaitu 1). Motif rumah tangga. Bagi ibnu Sina
rumah tangga merupakan titik awal membnagun ekonomi dan
kesejahteraan manusia; 2). Ekonomi membutuhkan negara, negara berhak
mengatur kehidupan ekonomi rakyatnya sehingga tercapai kemakmuran;
3). Setiap manusia mempunyai hak miliki terhadap harta dari hasi usaha
dan warisan yang diperoleh; 4). Pemasukan dan pengeluaran, dalam Islam
dua hal ini adalah masalah pokok. Bagaimana mengatur agar tidak terjadi
pengeluaran yang lebih besar dari pemasukan; 5). Pemasukan dan
pengeluaran harus dengan cara yang halal; 6). Pengeluaran harus diatur
dengan anggaran, disini diperlukan rencana anggaran setiap kali akan
melakukan pembelanjaan harta; 7). Pengeluaran untuk kepentingan
pribadai harus dilakukan sehemat mungkin; 8). Pengeluaran untuk
kepentingan umum dilakukan dengan ikhlas; 9 ). Beramal kebajikan
terutama pada akerabat terdekat dan orang yang membutuhkan; dan
tabungan bagi Ibnu Sina memberi peran penting bagi kehidupan ekonomi
pribadi maupun dalam lingkup negara.
Bila dibandingkan denan Ibnu Sina dapat terlihat beberapa titik
persamaan pandangan tentang prinsip ekonomi Islam Al-Maududi, antara
keharusan memperoleh harta dengan cara yang halal, anjuran hemat atau
tidak berlebihan dalam membelanjakan harta, keharusan untuk
68
menafkahkan sebagian rejeki untuk kepentingan orang lain dan
kesejahteraan. Sementara titik perbedaan terlihat pada pembahasan yang
khusus oleh Al-Maududi tentang hukum warisan dan pembagian harta
rampasan perang
Secara detail prinsisp-prinsip ekonomi Islam Al-Maududi dapat
dianalisa sebagai berikut : Prinsip pertama yang dikaitan dengan
penjelasan prosedur perdagangan dan perniagaan dalam Islam, sebenarnya
merupakan langkah yang ingin ditunjukkan dan ditegaskan kembali oleh
Al-Maududi bahwa ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi modern yang
jauh dari nilai-nilai moral. Perdagangan sebagai aktivitas penting ekonomi
dalam Islam diatur atas dasar kejujuran, kepercayaan dan ketulusan.
Mannan menyebutkan bahwa prinsip dasar perdagangan dalam Islam
adalah Pertama, larangan sumpah palsu, dewasa ini banyak pedagang
yang mencoba meyajikan pembelinya dengan melakukan sumpah palsu.
Hal ini banyak terjadi karena tidak kepedulian masyarakat terhadap nilai
moral dan spiritual yang harus senantasa diterapkan dalam kehidupan.
Kedua, takaran yang benar, dalam perniagaan menetapkan timbangan dan
takaran yang benar harus terapkan.6 dan Ketiga, Itikad Baik, penting
artinya menekankan prinsip ini agar hubungan perdagangan saling
menguntungkan.7
6 QS. AL Mutaffifin : 2-7, Artinya “ yaitu orang-orang yang apabila minta takaran dari orang
lain mereka minta dipenuhi. Dan apabla mereka menakar atau menimbang untuk orang lain mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari besar yaitu ketika manusia berdiri menghadap Tuhan alam semesta? Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitanb orang durhaka tersimpan dalam sijjin.
7 Abdul Mannan, Op.cit, hlm. 288-289
69
Sedangkan prinsip-prinsip seperti larangan mengumpulan harta,
perintah membelanjakan harta, zakat, dan perintah untuk hidup berhemat
terutama ditekankan pada pencapaian kesejahteraan sosial. Masalah
kesejateraan sosial dalam Islam merupakan tanggung jawab bersama
antara individu, masyarakat dan negara. 8 Ekonomi Islam sebagaimana
yang dijelaskan Al-Maududi apada dasarnya merupakan prinsip jalan
tengah yang dapat dijadikan solusi untuk menutupi sistem ekonomi barat
yang satu sisi sangat mengagungkan hak pribadi dan satu sisi
mengagungkan hak swasta atau sosial.
Ajaran agama Islam, mengakui dan menyadari hakekat manusia
yang tidak hanya mahluk pribadi tetapi juga mengakui manusia sebagai
mahluk sosial. Karena Al Qur’an sebagaimana dikatakan Al-Maududi
merupakan jalan kehidupan yang sempurna bukan hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan tetapi juga mngatur hubungan manusia
dengan sesamanya.9
Jika dalam aspek ekonomi, dapat dilihat bahwa dalam Islam sangat
mengakui hak milik baik laki-laki dan perempuan dan tidak ada perbedaan
hasil usaha antara keduanya dari apa yang diusahkan.10 Setiap individu
8 Hasan, Tholhah, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantabora, 2005, hlm.167. 9 Ali, A. Mukti, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995, Hlm.
246 10 QS. An Nisa : 32 “ untuk mereka orang laki-laki ada bagian daripada usaha yang dikerjakan
dan untuk perempuan ada bahagian dari apa yang di usahakan”.
70
baik laki-laki dan perempuan akan mendapatkan hasil sesuai dengan jerih
payah yang dikeluarkan. 11
Sementara kewajiban manusia sebagai mahluk sosial adalah
perintah berbagi terhadap sesama, yaitu dengan menafkahkan sebagian
harta yang diperoleh untuk orang berhak membutuhkan. Dalil-dalil zakat
dalam Al-Qur’an menunjukkan manusia sebagai pribadi memiliki hak
yang tidak sepenuhnya karena pada dasarnya setiap hasil yang diperoleh
terdapat hak orang lain yang harus diserahkan. Aturannya adalah 2,5%
dari harta yang dimiliki jika telah mencapai batas tertentu.
Demikianlah kita ketahui bahawa Islam sangat melindungi hak
pribadi maupun masyarakat karena pada dasarnya Islam membimbing
manusia pada kemaslahatan secara total baik pribadi maupun sosial.
Prinsip tawazun atau tengah-tengah atau keseimbangan dalam hidup yang
dianut dalam Islam semakin dibuktikan oleh kajian prinsip ekonomi Islam
Al-Maududi. Selain itu juga ajaarn rahmatan lilalamin “bermafaat bagi
seluruh alam” khususnya dalam kegiatan ekonomi semakin jelas
konsepnya untuk diterapkan oleh masyarakat muslim apalagi kita ketahui
bahwa sesungguhnya dalam mata rantai kegiatan ekonomi terdapat
hubungan yang kompleks yaitu manusia dengan Tuhan, manusia dengan
sesamanya dan manusia dengan alam sebagai sumber pemenuhan
kebutuhan hidup.
11 QS. Ibrahim : 51, Artinya “ Allah memberi pembalasan dari tiap-tiap orang terhadap apa
yang ia usahakan“
71
Perlu dicatat bahwa dari prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut
Al-Maududi terdapat dua prinsip yang sangat khas dalam arti tidak
menjadi bahasan para ahli yang lain. Dua prinsip itu adalah hukum waris
dan pembagian rampasan perang. Dua prinsip ini masuk dalam prioritas
prinsip ekonomi Islam yang disajikan Al-Maududi karena memang dalam
Al Qur’an sendiri membahas dua jalan ini sebagai cara untuk mendapatkan
kekayaan.
Hukum waris merupakan hal yan sangat khas diatur dalam Islam.
Adanya hukum waris yang diatur dalam Islam menunjukkan bukti bahwa
Islam benar-benar agama yang memberikan arah bagi kemaslahatan umat.
Bagaimana tidak, Allah telah memerintahkan dan mengatur tiap detail
bagian bagi orang-orang yang berhak menerima waris jika ada seorang
muslim yang meninggal. Bukan hanya bagi anak dan isteri tetapi juga
keluarga terdekat dan kerabat menjadi bagian penting dalam pembagian
harta waris. Selain sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan karena
adanya pemerataan kekayaan dalam masyarakat. Hukum waris
memberikan kemudahan dan menghindari konflik dalam pembagian harta
waris bagi pihak keluarga yang ditinggalkan. Bahkan lebih dari itu, solusi
kongkrit yang diberikan Islam ketika seseorang yang meninggal tidak
memiliki ahli waris maka harta waris tersebut hendaknya diberikan pada
baitul mal untuk dimanfaat secara baik bagi kepentingan sosial. Sehingga
dari sini dapat dilihat bahwa ekonomi Islam telah menyiapkan berbagai
72
formulasi tepat untuk menyelesaikan berbagai masalah tentang perputaran
dan distribusi hak milik manusia secara pribadi.
Prinsip berikutnya yang menjadi sorotan penting dalam prinsip-
prinsip ekonomi yang dipaparkan Al-Maududi adalah pembagian harta
rampasan perang. Berdasarkan QS. Al Anfal : 41, Allah berfirman bahwa
harta hasil rampasan perang pada dasarnya bukan milik dan hak mereka
yang ikut adil dalam peperangan saja. Tetapi sebagian adalah bagian dari
Allah dan Rosulnya dalam arti harus digunakan untuk kepentingan sosial.
Prinsip ini menjadi penting untuk dibahas karena bila dilihat dari
sejarahnya Islam yang diwarnai dengan beberapa peperangan melawan
kaum musyrik, kajian tentang harta rampasan perang merupakan bagian
yang tak bisa ditinggalkan. Harta rampasan perang merupakan sumber
kekayaan negara. Sebelum Islam datang, adalah menjadi sebuah kebiasaan
para pemimpin dan tentara yang menang menyimpan harta rampasan tanpa
dibagikan kepada rakyat.12
Apalagi bila dikaitkan dengan sifat dasar manusia yang suka pada
harta sebagaimana dalam QS Al Imron : 14 yang berbunyi
المقنطرة زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير
ك متاع من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذل
الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب
Artinya :
12 Abdul Mannan, Teori …, Op.cit, hlm. 251
73
Dan dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatng ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan didunia, dan di sisi Allah tempat kembali yang baik (surga).13
Bila dikait dengan watak manusia secara umum pada dasarnya
manusia memiliki nafsu yang serakah. Sehingga besar kemungkinan
manusia lupa untuk berbagai kebahagiaan dengan orang lain kala mereka
dalam kondisi berlimpah. Dengan demikian, demi kebaikan individu
jugalah Islam mengatur harta rampasan perang sedemikian rupa.
Keegoisan manusia, sering membuat mereka merasa bahwa yang
diperoleh adalah hak penuh pribadinya. Padahal jelas ditegaskan dalam
berbagai ayat Al Qur’an ajuran untuk menafkahkan sebagian harta untuk
kepentingan masyarakat. Sekaligus hal ini adalah simbol yang
menunjukkan perbedaan ekonomi Islam dengan sistem kapitalisme yang
hanya menjunjung tinggi hak milik pribadi dan tidak berlaku bagi
seseorang untuk mendapatkan harta yang bukan bagian dari investasinya.
Sebenarnya bila dikaji lebih lanjut pada dasarnya penetapan prinsip
ini tidak bisa dilepaskan begitu saja dari nilai-nilai dasar yang membangun
ekonomi Islam utamanya nilai Adl yang menekankan pada sikap adil
terhadap semua hal, termasuk perilaku ekonomi. Nilai Adil mengandung
implikasi tidak diperbolehkan seseorang mengeruk keuntungan setinggi-
tingginya dengan merugikan orang lan. Selain nilai Adl, nilai Khilafah
memiliki kaitan erat pula dengan sistem ini. Hal ini bisa dilihat dari
13 Soerjono, dkk, Al Qur’an Dan Terjemahnya, Jakarta : Interrmassa, 1971, hlm. 903
74
implikasi dari nilai khilafah yang melahirkan konsekuensi-konsekuensi
sebagaimana disebut M. Umer Chapra, manusia sebagai khalifah memiliki
sejumlah implikasi berikut :14
1. Persaudaraan Universal
Setiap manusia adalah khalifah dan bukan hanya oaring tertentu saja,
atau anggota-anggota ras tertentu atau kelompok atau Negara.
konsep ini akan menimbulkan persamaan dan mengangkat martabat
semua manusia. Dalam kerangka konssep persaudaraan ini, sikap
yang dibenarkan terhadap sesame manusia adalah “kekuatan itu
benar”, berjuang untuk kepentingan sendiri” atau si kuat yang
menang”, tetapi pengorbanan dan kerjasama yang saling
menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan pokok semua orang dan
mengembangkan potensi seluruh kemanusiaan dan memperkaya
kehidupan manusia.
2. Sumber-sumber Daya adalah amanat
Sumber-sumber daya yang ada di tangan manusia adalah karuni adari
Allah, maak manusia sebagai khalifah, bukanlah pemilki sebenarnya.
Ia hanya amant yang harus dipergunakan untuk kesejateraan
manusia.
Penggunaan Sumber-sumber daya dalam sistem ekonomi Islam
diatur berbeda dengan sistem ekonomi yang lain. Aturan itu adalah
Pertama, sumber-sumberdaya itu dipergunakan untuk kepentngna
14 M. Umer Chapra, Islam dan tantangan Ekonomi (terj), Jakarta : Gema Insani Press,
2000, hlm. 208-211
75
semua orang, bukan untuk segelintir orang (Al Baqoroh : 29).
Mereka harus dimafaatkan secara adil bagi kesejahteraan manusia.
Kedua, setiap oranng harus mencari sumber-sumber daya dengan
jujur dan benar, dengan cara yang ditetapkan oleh Al qur’an dan As
sunnah. Ketiga, meskipun sumber-sumber daya diperoleh dengan
cara yang benar maka pemanfaatan didasarkan prinsip keamanatan
yaitu untuk kesejahteraan bukan untuk diri sendiri. Dan keempat, tak
seorangpun berhak menghancurkan atau menyia-nyiakan sumber-
sumber daya yang telah diberikan oleh Allah.
Dengan demikian, atursn Islam terkait dengan harta rampasan
perang adalah sebuah perubahan dari kebiasaan yang cenderung
individulistik pada kebiasaan yang sosialis dengan menetapakan hak
seperlima bagian untuk kesejahteraan masyaarka. Dalam hal ini Al-
Maududi merinci pembagian terhadap beberrapa golongan berikut :
a. Anak-anak yatim, untuk keperluan memberi pengajaran, dan
pendidikan supaya mereka dapat memiliki syarat-syarat keahlian
untuk turut mengambil bagian dalam perpacuan hidup pada masa yang
akan datang.
b. Orang-orang miskin, yaitu orang-orang yang berkekurangan yang tidak
dapat memperoleh apa yang menjadi kebutuhan dan tempat tinggal
mereka. Termasuk dalam golongan ini adalah janda-janda kaum
muslimin, orang-orang yang lemah dan orang-orang yang sakit.
76
c. Ibnussabil, yaitu orang yang memberikan perhatian secara serius untuk
menumbuhkan dan memperjuangkan agama Allah
Setelah mengetahui membandingkan prinsip-prinsip ekonomi
Islam Al-Maududi dengan tokoh yang lain dan melihat masing-masing
prinsip tersebut, maka untuk selanjutnya akan dicoba bagaimana
sebenarnya aplikasi prinsip-prinsip ekonomi Islam dalam konteks
sekarang.
Secara garis besar prinsip-prinsip ekonomi Islam yang dijelaskan
Al-Maududi merupakan prinsip dasar yang seharusnya bisa dilaksanakan
dengan baik oleh umat Islam dalam konteks apapun. Apalagi prinsip yang
dikemukakan selalu didasarkan pada Al Qur’an sebagai rujukannya dan
sekaligus sebagai pedoman hidup manusia yang tidak lekang dimakan
zaman. Meski demikian dalam prakteknya selalu saja tidak sebaik dengan
konsep yang ada.
Prinsip perbedaan halal dan haram dalam memperoleh harta
merupakan hal inti yang harus dipegang oleh setiap muslim apalagi di
zaman sekarang ini. Dimana jarak antara halal dan haram semakin tidak
jelas karena keinginan manusia yang ingin mendapatkan harta dengan cara
cepat tanpa peduli lagi dengan larangan agama. Kasus korupsi terus
merajalela di negeri yang mayoritas muslim ini merupakn wujud bahwa
umat Islam sendiri belum mampu secara maksimal melaksanakan prinsip
ini. Padahal jika setiap muslim menyadari ajaran tersebut mustahil kasus
korupsi terus terjadi apalagi yang melakukan mayoritas pejabat yang
77
secara ekonomi berada dalam high class. Kecenderungan manusia untuk
memeperkaya diri sendiri akan dapat diminimalisir dan manusia akan
lebih peduli terhadap lingkungan yang membutuhkan bantuan.
Beberapa prinsip berikutnya adalah larangan mengumpulkan harta,
perintah membelajakan harta dan zakat adalah prinsip yang saling
berkaitan. Satu sisi setiap muslim dilarang menumpuk harta kekayaan
secara berlebihan, sementara perintah yang dianjurkan untuk
membelanjakan harta secara benar termasuk salah satunya dengan
membayar zakat. Islam melarang menumpuk harta karena menghambat
terciptanya kesejahteraan sosial. Sementara membelanjakan harta secara
benar akan mempercepat terciptanya kesejahteraan sosial. Optimalisai
zakat dapat mengurangi beban kemiskinan yang terjadi di masyarakat. Hal
ini penting dalam era sekarang ini menjadi sangat penting untuk
ditegaskan karena semakin modern zaman, terdapat kecenderungan
manusia bersikap individualistik, dan minim sikap solidaritas. Akibatnya
kesenjangan antar si kaya dan si miskin semakin lebar. Di negara kita
sendiri, masalah kesejahteraan sosial menjadi tujuan utama negara ini
terbukti dengan dicantumkannya masalah pembangunan sosial dalam
UUD 1945 (Pasal 33, 27 ayat 2 dan 34).15 Karenanya kesejahteraan sosial
masyarakat bukan lagi urusan pribadi tetapi juga menjadi urusan
pemerintahan suatu negara. Jika optimalisasi zakat di negara kita yang
mayoritas muslim ini bisa terwujud bukan hal yang sulit mengatasi
15 Muhammad Tholhah Hasan, Isalm Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantobara,
2005 hlm. 160
78
kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami sauadara kita yang tersebar
diberbagai penjuru negeri.
Hukum waris sebagai salah prinsip ekonomi Islam sampai saat ini
dilaksanakan di masyarakat, hanya yang sedikit membedakan pembagian
harta yang lebih sering disesuaikan dengan kesepakatan keluarga daripada
sebagaimana yang telah diatur dalam Al Qur’an. Sementara terkait dengan
prinsip pembagian harta rampasan perang tidak lagi sesuai dengan kondisi
sekarang dimana masing-masing negara telah memiliki kemerdekaan
sehingga perang yang dahulu terjadi tidak lagi ditemui sekarang ini.
2. ANALISA LANDASAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM AL-
MAUDUDI.
Al-Maududi telah mencoba memberikan pemahaman yang
sistematis bagi umat Islam tentang bagaiman sebenarnya prinsip-prinsip
ekonomi yang berlaku dan harus dilaksanakan dalam Islam. Penyajian
pandangan yang dilakukan Al Mududi adalah hasil analisa tajam
sekaligus sebuah cara yang sangat briliant dan langka ditempuh. Hal ini
bisa dilihat dari awal penyajian pandangan Al-Maududi yaitu dengan
membahas terlebih dahulu dua sistem ekonomi yang berkembang di dunia
kala itu yaitu sistem kapitalis yang banyak dianut di negara-negara
Amerika dan sistem sosialis komunis yang di anut Uni Soviet (Rusia).
Baru kemudian, menyuguhkan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang penuh
dengan landasan moral yang mampu mengatasi kelemahan-kelemahan
yang ada pada dua sistem ekonomi yang merajai dunia pada waktu itu.
79
Satu hal yang harus dipahami dari gaya penyajian Al-Maududi
yang sistematis dalam mengkaji prinsip-prinsip ekonomi menurut Islam
adalah tidak bisa dilepaskan begitu saja dari background Al-Maududi
sebagai seorang muslim yang taat. Dalam sederetan biografi yang telah
dijelaskan, Al-Maududi adalah seorang sosok yang mengingingkan umat
Islam kembali kepada ajaran Al Qur’an dan As Sunnah sebagai pedoman
hidup umat Islam yang mengatur seantero masalah hidup manusia.
Baginya Islam bukan hanya jalan hidup tetapi jalan hidup yang sangat
sempurna.16 Hal ini ditunjukkan dengan ajaran Islam yang tidak hanya
mengatur masalah hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya. Begitu kompleks ajaran
Islam memberikan pedoman bagi kehidupan manusia baik spiritual-
materialisme, individual-sosial, jasmani-rohani, duniawi-ukhrawi
muaranya hidup dalam keseimbangan dan kesebandingan.17
Masalah ekonomi adalah masalah yang menyangkut kebutuhan
materialisme manusia dan melibatkan hubungan manusia dengan
sesamanya dalam rangka kelangsungan hidup dan memanfaatkan sumber
daya alam sebagai alatnya. Kehidupan ekonomi terkait dengan masalah
konsumsi, produksi dan distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan
manusia. Untuk melakukan ketiga kegiatan ekonomi tersebut, dalam Islam
manusia diberi kebebesan seluas-luasnya untuk berkreasi guna memenuhi
kebutuhan yang dimiliki. Meski demikian, sebagai umat Islam tidak bisa
16 Mukti Ali, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung : Mizan, 1995, Hlm. 246-247
17 Suhrawardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2000, hlm. 3.
80
melepaskan begitu saja ajaran Tauhid dalam kehidupan manusia. Justru
konsep tauhid merupakan dasar utama bagi umat Islam dalam bertindak
dan berperilaku,18 tak terkecuali dalam aktivitas ekonomi. Karenanya
pembahasan ekonomi dikembalikan dalam bingkai moral yang telah di
atur dalam AL Qur’an dan As Sunnah sebagai petunjuk yang datang
langsung dari Tuhan dan Rasulnya.
Selain landasan pemikiran sesorang yang tidak lepas dari
keyakinan yang dimiliki, adalah suatu kemestian pengaruh yang
ditanamkan dari kondisi sosial kultural dimana orang tersebut hidup.
Perjuangan dan pergulatan pemikiran Al-Maududi untuk membumikan
Islam, pada waktu itu berada dalam setting masyarakat yang sedang
berjuang melepaskan diri dari penjajahan Inggris. Dan sisi lain perjuangan
untuk untuk mendirikan sendi-sendi agama dalam sebuah negara Islam,
juga berada pada sebuah masyarakat yang multi agamis (Hindu, Budha,
Islam) yang mewarnai negara India kala itu. Kondisi seperti ini
mengharuskan Al-Maududi harus lebih cerdas dalam menyajikan buah
pikirnya bagi masyarakat. Apalagi Al-Maududi merasa bahwa umat Islam
tidak mungkin bergabung dengan umat hindu dalam satu negara.19
Khusus dalam bidang ekonomi Islam, serangkaian kerangka pikir
yang dimulai dari pembahasan tentang kelemahan-kelemahan sistem
ekonomi kapitalis dan sosialis merupakan sebuah cara yang efektif untuk
meyakinkan umat Islam untuk kembali dan menegakkan kehidupan
18 Ibid, hlm. 244 19 Sadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,1990, hlm. 161
81
ekonomi yang berdasarkan moral agama. Sekaligus melepaskan diri dari
pengaruh sistem yang lain yaitu sistem feodalis – Hindu dan Kapitalisme-
barat .20
Hasil kajian yang dimulai dengan temuan Sistem kapitalis yang
memiliki kelemahan yaitu : 1). Setiap individu berhak memiliki kekayaan
tanpa batas dari apa yang diusahakan; 2). Orang lain tidak berhak atas
harta yang dimiliki seseorang meskipun orang tersebut membutuhkan; 3).
Sistem ini mengenal dua lapisan masyarakat yaitu golongan kaya dan
golongan miskin.21 Dan sistem sosialis yang memiliki kelemahan tidak
diakuinya hak perseorangan artinya ssetiap individu tidak berhak memiliki
kekayaan secara personal sekalipun dari hasil usaha yang dialkukan. Dan
semua harta adalah milik masyarakat atau kolektif.22 Hal semacam ini
adalah sebuah langkah yang semakin dapat meyakinkan umat Islam untuk
kembali pada aturan Tuhan.
Hal ini menjadi penting artinya bagi umat Islam yang pada waktu
itu sangat didominasi oleh golongan modernis yang dinilai Al-Maududi
semakin berkiblat pada barat dan mulai menjauh dari ajaran Islam yang
sebenarnya. Kaum modernis dalam pandangan Al-Maududi mengalami
kebingungan dan memiliki wawasan yang kusam. Mereka tidak memiliki
kesepakatan mengenai tujuan dan bagaimana cara mencapainya. Setiap
orang memiliki penafsiran masing-masing. Perbedaan-perbedaan ini sudah
20 Ahmad Syaukani, Perkemangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, Bandung : Pustaka
Setia, 1997, hlm. 103 21 Abul ‘Ala Almaududi, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu Mu’ashiroh Wa
Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt, hlm.12 22 Ibid, hlm.141
82
begitu parah sehingga tak ada satu ideologi yang disepakati. Hal inilah
yang melemahkan posisi mereka. Belakangan terbukti bahwa kaum
modernis bukan merupakan adimistrator dan politikus yang baik.
Pemerintahan negara semakin lama semakin longgar. Korupsi semakin
memuncak. Ekonomi semakin terseret dalam satu krisis ke krisis lain.
Ketidakstabilan politik semakin memuncak. Mereka berusaha
menanamkan hukum dan undang-undang yang jelas tidak diterima rakyat.
Disinilah modernis semakin kehilangan prestise dalam memikat rakyat. 23
Usaha Al-Maududi dalam bidang ekonomi ini sekaligus sebagai langkah
menjawab problematika kaum modern. Jawaban kreatif ini membuktikan
dirinya sebagai seorang neo revivalis.24 Kaum neo revivalis berusaha
untuk melakukan gerakan renaisans dengan karakteristik utama antara : 1).
Gerakan renaisans Islam memiliki sasaran untuk menegakkan cara hidup
Islami secara utuh; 2). Gerakan ini mencoba membangun kemabli
pemikiran Muslim dengan berpedoman pada Al Qur’an dan As sunnah
serta untuk mengahadapi tantangan Intelektual Barat; 3). Gerakan ini
menghindari ekstrimisme antara konservatif dan modernisme. Dia tidak
berpikiran sempit dan merasa rendah diri sehingga menagkibatkan
ketaqlidan; 4). Dia bukan gerakan sekretarianisme, melainkan gerakan
untuk melihat dan meninjau permasalahan dari berbagaii sudut pandang;
dan 5). Gerakan ini memiliki kesepakatan dalam hal ideologi tentang
23 Abul Ala Maududi, The Islamic Law And Constitution (terj), Bandung : Mizan, 1995, hlm.
44 24 kaum neo revivalis disebut juga kaum fundamentalis. Al MAududi sering dianggap sebagai
sumber utama kekautan revavalis, disamping sayyid Quthb dari Mesir.
83
prinsip-prinsip negara Islam dan sekaligus mamapu menjadi panggung
gerakan dan pertemuan pemikir muslim Pakistan dari berbagai sektor.25
Bergabungnya Al-Maududi dalam gerakan ini semakin menunjukkan
bahwa berbagai upayanya benar-benar dilakukan untuk memperbaiki
kondisi umat Islam yang semakin terpuruk dala politik maupun ekonomi
karena mereka telah meninggalkan ruh Islam dalam menjalankan
kehidupan secara umum.
Dengan demikian, bila dilihat dari keinginan dan komitmen yang
dimiliki Al-Maududi sebagaimana tergambar di atas, maka pemikiran
ekonomi yang disuguhkan Al-Maududi merupakan sebuah konsistensi
yang dibangun untuk memperbaiki negara dan masyarakat berdasarkan
Sendi-sendi Islam.
Selain berangkat dari penilaian kritis terhadap sistem ekonomi yang
ada. Al-Maududi berusaha menegaskan tiga hal dalam ajaran Islam yang
menjadi pijakan dan dasar dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip ekonomi
Islam. Tiga hal tersebut adalah kebebasan manusia, perkembangan etik dan
moral, dan Islam adalah agama kesatuan dan persaudaraan.26
1. Kebebasan manusia. Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi
harkat dan martabat. Kebebasann yang dimiliki manusia diikuti pula
dengan tanggung jawabnya kepada Allah. Tanggungjawab tersebut tidak
berlaku secara kolektif. Karena manusia harus bertanggunng jawab
terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan kemampuan dan pilihan yang
25 Ibid, hlm. 45-46 26 Sayyid Abul a’la Maududi, Islamic Economic…., Op.cit, hlm 5-7
84
dilakukan. Kebebsan ini tidak hanya berlkau dalam bidang ekonomi saja
tetapi dalam beragama dan berpolitik.
2. Perkembangan moral dan etikal. Moral dan etika merupakan hal yang
dibutuhkan dalam sebuah masyarakat. Individu senantiasa dapat
mengembnagkan nilai seperti kedermawanan, simpati kepedulian dan nilai
moral lainnya. Nilai-nilai itu penting artinya bagi terciptanya keadilan
ekonomi.
3. Islam adalah agama kesatuan dan persaudaran. Ajaran Islam tidak
mengenal adanya pembagian kelas dan apaladi mengajarkan konflik antar
golongan. Islam mengajurkan sikap saling pengertian dan kerjasama antar
manusia atau golongan.
Sementara bila ditinjau dari nilai kegunaanya bagi sebuah negara
Islam baru seperti Pakistan adalah sebuah sumbangan yang luar biasa.
Karena sistem ekonomi menduduki posisi yaitu sama penting dengan
sistem politik dalam sebuah negara. Keduanya bagai dua sisi mata uang
yang tidak bisa dipisahkan dan saling mempengaruhi. Sehingga konsep
dan acuan yang jelas bagi pengembangan kehidupan ekonomi suatu negara
besar artinya bagi terwujudnya kesejahteraan dan kemajuan sebuah negara.
Dalam hal ini, kesejahteraan sosial suatu negara Islam sangat berbeda
dengan negara kapitalis maupun komunis. Islam memperkenankan
perbedaan kekayaan dalam batas-batas rasional, tetapi tidak melebar di
mana sebagian manusia hidup kemewahan, sementara mayoritas lainnya
berada dalam keadaan kelaparan dan penderitaan. Hal ini karena dalam
85
Islam, menganggap kesejahteraan individu dan kesejahteraan sosial
sebagai sesuatu yang saling melengkapi dan bukan sebagai sesuatu yang
bersaing atau bertentangan satu dengan yang lain.27
Secara lebih luas, landasan berpikir yang dibangun oleh Al-
Maududi dapat digunakan sebagai referensi bagi umat Islam dalam
memperluas dan memahami secara lebih komprehensif sistem ekonomi
Islam yang sebenarnya telah ditetapkan dasar-dasarnya dalam Al Qur’an
namun belum banyak dipahami, dikaji apalagi diterapkan oleh umat
muslim dalam tingkatan pribadi, sosial maupun dalam konteks
kenegaraan.
27 Badri Yatim dkk, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta : Yayasan obor Indonesia,
1995, hlm. 221
86
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian ini mempeunyai dua tujuan yaitu mendeskripsikan
pemikiran Al-Maududi tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam dan
mendeskripsikan landasan pemikiran yang dibangun Al-Maududi
berkaitan dengan teori ekonomi Islam yang dicetuskan. Dari
pembahasan dan hasil analisa pada bab III dan bab IV maka dapat
diambil simpulan :
1. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menurut Al-Maududi adalah 1).
Perbedaan antara halal dan haram mengenai cara mencari
kekayaan; 2). Larangan menimbun harta; 3). Perintah
membelanjakan harta; 4). Zakat; 5). Hukum waris; 6). Pembagian
Rampasan perang; dan 7). Perintah untuk berhemat dalam
pembelanjaan.
2. Landasan Pemikiran yang dibangun Al-Maududi dalam menyusun
teori ekonomi Islam diawali dengan Penjelasan tentang 3 ajaran
pokok Islam yang diajdikan acuan penting dalam memahami
prinsip-prinsp ekonomi Islam yaitu kebebasan manusia,
perkembanan etik dan moral, serta Islam sebagai agama kesatuan
dan persaudaraan. Selain itu Al-Maududi juga berangkat dari
penjelasan tentang kelemahan-kelemahan sistem ekonomi barat
87
yaitu Sosialis dan kapitalis yang mnejadi kekuatan besar pada masa
itu dan mulai dijadikan kiblat umat Islam. Dijelaskan kelemahan-
kelemahan tersebut adalah 1). Setiap individu berhak memiliki
kekayaan tanpa batas dari apa yang diusahakan; 2). Orang lain
tidak berhak atas harta yang dimiliki seseorang meskipun orang
tersebut membutuhkan; 3). System ini mengenal dua lapisan
masyarakat yaitu golongan kaya dan golongan miskin. Sementara
system sosialis memiliki kelemahan tidak diakuinya hak
perseorangan artinya ssetiap individu tidak berhak memiliki
kekayaan secara personal sekalipun dari hasil usaha yang
dialkukan. Dan semua harta adalah milik masyarakat atau kolektif.
Berangkat dari hal ini Al-Maududi mencoba menunjukkan dan
menegaskan tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam yang
merupakan sistem ekonomi yang yang berdasarkan AL Qur’an dan
As Sunnah yaitu sistem yang mengambil dan mengajarkan jalan
tengah karena menghendaki keseimbangan antara hak individu dan
hak masyarakat yang tidak diberikan pada dua sistem yang berlaku
di Barat.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan
adalah:
1. Bagi peneliti selanjutnya dapat membahas kembali pemikiran
ekonomi dari Tokoh Islam yang lainnya sebagai bahan
88
perbandingan sehingga mampu memperkaya pengetahuan tentang
ilmu ekonomi Islam.
2. Bagi praktisi ekonomi Islam, hasil penelitian merupakan sedikit
pengetahuan dan sumbangan pemikiran yang diharapkan bisa
dipraktikkan secara benar di masyarakat.
3. Hasil penelitian setidakknya menggambarkan secara lebih nyata
tentang prinsip-prinsip ekonomi Islam sehingga dapat
memudahkan kita sebagai umat Islam pada umumnya untuk
memulai mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
C. PENUTUP
Dengan mengucapakan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya
penulis selesai menyusun skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhirnya, ucapkan
terima kasih penulis kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu terselesainya skripsi ini denagn harapan semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Zainal Abidin, Dasar- Dasar Ekonomi Islam, Jakarta: Bulan Bintang,
1979 A Karim, Adiwarman, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani, 2001 ____________________, Ekonomi Mikro Islami, Jakartaa : IIIT Indonesia, 2002 Ali, Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Ali Bandung:
1993,
Ali, A. Mukti, Alam Pikiran Modern di India dan Pakistan, Bandung: Mizan, 1995
Chapra, M. Umer, Islam dan tantangan Ekonomi (terj), Jakarta : Gema Insani
Press, 2000. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Ayat Pojok Bergaris),
Semarang: CV. Asy Syifa’, Departeman Agama RI, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana, 1993
Djazuli A. dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat, Jakarta:
PT . Raja Grafindo Persada, tt., Fachruddin, Fuad M. n, Ekonomi Islam, Jakarta: Mutiara, 1982.
Hasan, Tholhah, Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural, Jakarta : Lantabora, 2005,
Ibrahim, Tahir, Pembahasan Ekonomi Islam Marx dan Keynes, Jakarta: tp., 1967. J Donohue, John dan John L Esposito, Islam Dan Pembaharuan : Ensiklopedi
Masalah-Masalah, Jakarta : Raja grafindo persada, 1995 Kahf, Monzer , Ekonomi Islam, Telaah Analitik Terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995 Lubis, Ibrahim, Ekonomi Islam Suatu Pengantar I, Jakarta : Kalam Mulia, 1994
Lubis, Suhrawardi K, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2000.
Mannan, Abdul, Teori Dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta : Dana Bhakti Primayasa, 1997 Al Maududi,Abul ‘Ala, Ususu Al Iqtishod Bainal Islami Wa Al Nadzmu
Mu’ashiroh Wa Mu’dilati Al Iqtishod Wahallaha Fi Al Islami, tt. ________________, Al-Khilafah Wa Al-Mulk, ter. Muhammad Al-Baqir, Khilafah
dan Kerajaan, Bandung: Mizan, 1996 ________________, Islamic Economic System Prinsiples And Objectives,
Markazi Maktaba Islami Delhi, 1998 _____________, Esensi Al-Qur’an Filsafat, Polotik, Ekonomi, etika, Bandung: Mizan, 1994. Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Terapan, Yogyakarta : Gajah Mada University, 1993.
___________, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada
University Prees, 2000. Rahman, Afzalur , Economic Doctrin of Islam, Terj. Soeroyo Ngastain, Doktrin
Ekonomi Islam, Jilid I, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, Sadzali, Munawir, Islam dan Tata Negara, Jakarta: UI-Press,1990, Syaukani, Ahmad, Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam, BAndung:
Pustaka Setia, 1997 Saud, Mahmud Abu, GBEI (Garis-Garis Besar Ekonomi Islam), Yogyakarta:
Gema Insani Prees, Shihab, Umar , Kontekstualitas Al Qur’an : KAjian tematik Atas Ayat-Ayat
Hukum dalam AL-Qur’an, Jakarta : Permadani, 2005, Seed,Abdullah, Islamic Banking and Interest a Study of Riba and Is
Contemporary Interpretation, terj. Arif Maftuhin “Menyoal Bank Syari’ah : Kritik Atas Interpretasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis”, Jakarta: PAramadina, 2004.
Prawiranegara, Saifudin, Sistem Ekonomi Islam, Jakarta: tp., 1967. Yatim, Badri dkk, Hak Asasi Manusia dalam Islam, Jakarta : Yayasan Obor
Indonesia, 1995.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Bambang Supriyono
Tempat/Tgl Lahir : Kudus, 12 Juli 1982
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Cendono RT 01/ IV
Kec. Dawe Kab. Kudus Jawa Tengah
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat Pendidikan : SD Cendono 03 Lulus 1996
MTs. Miftahul Falah Lulus 1999
MA. Miftahul Falah Lulus 2002
IAIN Walisongo Fakultas Syari’ah 2002
Demikian riwayat hidup ini saya buat, yang ditulis dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 8 Desember 2008
Penulis
Bambang Supriyono