balai besar veteriner denpasar tahun...
TRANSCRIPT
KEMENTERIAN PERTANIANDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN
DAN KESEHATAN HEWANBALAI BESAR VETERINER DENPASAR
Jalan Raya Sesetan No. 266Denpasar 80223 Bali
2014
LAPORAN TAHUNANBALAI BESAR VETERINER DENPASAR
TAHUN 2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat
yang telah diberikan sehingga penyusunan Laporan Tahunan Balai Besar
Veteriner Denpasar dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan
ini memuat kegiatan Balai selama satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal
1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.
Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Denpasar adalah Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, memiliki wilayah kerja
yang meliputi tiga provinsi yaitu : Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara umum dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya pada dasarnya adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan hewan serta produk asal hewan yang aman, sehat utuh dan
halal (ASUH), dalam rangka pembangunan nasional dibidang peternakan dan
kesehatan hewan. Secara khusus BB-Vet Denpasar memberikan pelayanan
secara aktif ke lapangan dan pelayanan pengujian di laboratorium.
Selama tahun 2013, BB-Vet Denpasar telah melakukan kegiatan aktif
di lapangan berupa monitoring, surveilans, investigasi, penyidikan terhadap
beberapa penyakit hewan menular strategis dan penyakit hewan lainnya yang
dilaksanakan di tiga provinsi di wilayah kerja BB-Vet Denpasar.
Jumlah spesimen yang diuji selama tahun 2013 sebanyak 60.415 yang terdiri
dari spesimen pasif (sepsimen yang dikirim atau dibawa pelanggan) sebanyak
35.278 dan spesimen aktif (spesimen yang diambil sendiri oleh Balai
ke lapangan sebanyak 25.137.
ii
Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
Laporan Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar dengan senang hati diterima.
Selain untuk kepentingan administratif, diharapkan laporan ini ada manfaatnya
bagi kepentingan peningkatan dan pengembangan kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner khususnya diwilayah kerja.
Akhirnya kepada staf dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian
Laporan Tahunan ini, diucapkan banyak terima kasih.
Denpasar, Januari 2014
Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar,
Drh. I Ketut Diarmita, MP.NIP. 19621231 198903 1 006
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………… x
DATAR GAMBAR………………………………………………………………. xv
DAFTAR GRAFK……………………………………………………………….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. xviii
DAFTAR FORM………………………………………………………………… xix
LAPORAN TAHUNAN BALAI BESAR VETERINER DENPASAR,
TAHUN 2013 …………………….……………………………………………… 1
BAB. I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1
I.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1
I.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi……………………………
I.1.2 Struktur Organisasi………………………………….
3
4
I.2 Tujuan…………………….…………………………………… 6
I.3 Ruang Lingkup…….…………………………………………. 6
I.3.1 Laporan Teknis……………………………………… 6
I.3.2 Kegiatan Administrasi dan Manajemen………….. 6
I.3.3 Kegiatan Penunjang Lainnya……………………… 7
I.3.3.1. Kerjasama dengan Universitas…………. 7
I.3.3.2. Kerjasama Pengembilan dan
Pemeriksaan/Pengujian Sampel Darah
Sapi/Kerbau dalam rangka
pemberantasan Penyakit Brucellosis di
Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur …. 7
1.3.3.3. Kerja sama dengan Balai Pembibitan
Ternak Unggul dan Hijauan Pakan
Ternak (BPTUHPT) Denpasar………….. 8
I.3.3.4. Kerjasama dengan Balai Karantina
Pertanian………………………………….. 8
iv
1.3.3.5. Kerjasama dengan BB-Vet, BPPV di
Indonesia, BBPMSOH dan
PUSVETMA………………………………. 9
1.3.3.6. Kerjasama dengan Dinas Peternakan
Provinsi Sumatera Barat………………… 9
1.3.3.7. Kerjasama dengan Balai Rumah Sakit
Hewan dan Laboratorium Veteriner,
Dinas Peternakan Provinsi NTB………… 10
1.3.3.8. In House Training ISO 9001-2008........... 10
1.3.3.9. In House Training ISO/IEC 17025........... 12
1.3.3.10. Workshop Peningkatan Kompetensi
Lab. Tipe B dan C di Denpasar............... 14
1.3.3.11. Workshop Peningkatan Kompetensi
Lab. Bakteriologi BB-Vet dan BPPV
Nasional................................................... 15
1.3.3.12. In House Training Medik Veteriner.......... 16
1.3.3.13. In House Traing Paramedik veteriner...... 17
1.3.3.14. Training Petugas laboratorium dari
Pulau Sumba untuk uji Penyakit
Brucellosis............................................... 20
1.3.3.15. Diseminasi Pemberantasan Brucellosis
di Pulau Sumba....................................... 21
1.3.3.16. Rakor Keswan Wilker Bali-Nusra di
Mataram.................................................. 23
1.3.3.17. Rapat Koordinasi awal Pemberantasan
Brucellosis di Pulau Sumba, NTT............ 24
1.3.3.18. Rapat Evaluasi I Program
Pemberantasan Brucellosis di Pulau
Sumba, NTT............................................ 25
1.3.3.19. Rapat Evaluasi Akhir Program
Pemberantasan Brucellosis di Pulau
Sumba, NTT............................................ 26
v
BAB. II PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN, PENCAPAIAN
SASARAN TAHUN 2012…………………………………………… 28
II.1 Bidang Pelayanan Veteriner………………………………… 28
II.1.1 Seksi Pelayanan Teknik……………………………. 28
II.1.1.1 Kegiatan Penyidikan Penyakit Hewan…. 28
II.1.1.1.1. Investigasi AI di Yangapi,
Dusun Kalanganyar,
Kecapatan Tembuku Kab.
Bangli……… 30
II.1.1.1.2. Investigasi Kasus Kematian
Sapi Br. Juwuklegi Desa
Batunya, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan………… 30
II.1.1.1.3. Investigasi Kasus Kematian
Sapi di Desa Sambirenteng
Kecamatan Tejakula,
Kabupaten Buleleng.……… 31
II.1.1.1.4. Investigasi AI di Desa
Barejulat, Kecamatan
Jonggat, Kabupaten Lombok
Tengah…………. 32
II.1.1.1.5. Investigasi AI di Desa
Kalijaga, Kecamatan Aikmel,
Kabupaten Lombok Timur..... 32
II.1.1.1.6. Investigasi Khusus
Pengamatan Terhadap
Penyakit Jembrana dan
Brucellosis Pada Sapi Bali di
Lingkungan Tanjung, Desa
Klatak Kecamatan Kalipuro,
Kabupaten Banyuwangi…… 33
vi
II.1.1.2 Monitoring Penyakit Hewan…………….. 33
II.1.1.2.1 Monitoring penyakit mulut
dan
kuku……………………......
34
II.1.1.2.2 Monitoring bovine spongiform
enchephalopathy (BSE)…….. 36
II.1.1.2.3. Monitoring penyakit
anthraks……………………….. 37
II.1.1.2.4 Monitoring rabies…………….. 42
II.1.1.2.5 Monitoring brucellosis ……...... 44
II.1.1.3 Surveilans Penyakit Hewan……………….. 47
II.1.1.3.1 Surveilans brucellosis di
Provinsi NTT………………….. 48
II.1.1.3.2 Surveilans septeciamiae
epizootica (SE)………………. 49
II.1.1.3.3 Surveilans penyakit
Jembrana……………………… 54
II.1.1.3.4 Surveilans infectious bovine
rhinotraechitis (IBR)…………. 56
II.1.1.3.5 Surveilans hog cholera…… 60
II.1.1.3.6 Surveilans Avian Influenza
(AI)…………………………... 65
II.1.1.3.7 Surveilans parasit
gastrointestinal…………….. 70
II.1.1.3.8 Surveilans penyakit surra… 72
II.1.1.3.9 Surveilans residu dan
cemaran mikroba………….. 74
II.1.1.3.10 Surveilans gangguan
reproduksi pada ternak
sapi potong………………… 82
vii
II.1.1.4 Pengembangan Metoda………………… 89
II.1.1.4.1 Pengembangan Metode
(Tahap I) Uji Real Time PCR
Untuk Mendeteksi Virus c-
DNA Virus Penyakit Jembrana
Pada Sapi Bali......................... 89
II.1.1.4.2 Pengembangan Metode
Indirect Fluorescent Antibody
Test (Indirect FAT) Rabes
Dengan Menggunakan
Aantibodi Monoklonal Isolat
Lapangan (1266) di Balai
Besar Veteriner Denpasar….. 103
II.1.1.5 Hewan Percobaan………………………... 117
II.1.1.6 Penguatan Jejaring Laboratorium………. 117
II.1.1.7 Pemberian Layanan Teknis
Laboratorium Veteriner………………….. 119
II.1.2 Seksi Informasi Veteriner………………………….. 120
II.1.2.1 Sampel yang Diiterima dan Diuji dalam
Tahun 2013……………………………….. 120
II.1.2.2 Akreditasi Laboratorium…………………. 128
II.1.2.3 Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID)……………………... 129
II.2 Bagian Umum………………………………………………… 131
II.2.1 Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha……… 131
II.2.1.1 Kepegawaian …………………………….. 132
II.2.1.1.1 Jumlah dan klasifikasi
pegawai…………………… 132
II.2.1.1.2 Kepangkatan……………… 132
II.2.1.1.3 Jabatan……………………. 132
II.2.1.1.4 Masa kerja………………… 134
II.2.1.1.5 Pelatihan pegawai……….... 134
viii
II.2.1.1.6 Pendidikan…………………. 134
II.2.1.1.7 Ujian dinas dan ujian
sertifikasi……………………. 135
II.2.1.1.8 Mutasi/alih tugas…………… 136
II.2.1.1.9 Pelantikan dan
penyumpahan……………… 136
II.2.1.1.10 Penggajian…………………. 137
II.2.1.1.11 Kesejahteraan……………… 137
II.2.1.1.12 Pemberhentian dan masa
persiapan pensiun (MPP).... 138
II.2.1.1.13 Cuti………………………….. 138
II.2.1.1.14 Calon pegawai negeri sipil
(CPNS)……………………... 138
II.2.1.1.15 Pengangkatan pegawai
negeri sipil (PNS)………….. 139
II.2.1.1.16 Daftar usulan penetapan
angka kredit………………... 139
II.2.1.1.17 Penerimaan penghargaan dan
satya lencana karya satya…… 139
II.2.1.1.18 Penyumpahan pegawai
negeri sipil (PNS) dan
penandatanganan pakta
integritas………………….... 140
II.2.1.2 Ketata Usahaan………………………….. 140
II.2.1.2.1 Surat menyurat……………. 140
II.2.1.2.2 Kegiatan rapat dan seminar… 141
II.2.1.2.3 Kunjungan tamu…………… 142
II.2.2 Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan…. 142
II.2.2.1 Tanah……………………………………… 142
II.2.2.2 Bangunan…………………………………. 143
II.2.2.3 Kendaraan……………………………….. 144
II.2.2.4 Sistim akutansi barang milik negara
(SIMAK-BMN)…………………………….. 145
ix
II.2.3 Sub Bagian Keuangan……………………………… 148
II.2.3.1 Anggaran Belanja BB-Vet Denpasar…… 148
II.2.3.2 Penyetoran Pajak dan Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP)………………. 152
II.2.3.3 Sistim akutansi instansi unit akutansi
kuasa pengguna anggaran (SAI-
UAKPA)…………………………………….... 154
II.2.4. Sistem Pengendalian Intern (SPI)…………………… 155
II.2.5. Penghargaan………………………………………….. 161
II.2.6. Akreditasi ISO 9001-2008…………………………….. 161
II.3 Bidang Program dan Evaluasi…………………………………. 164
II.3.1 Seksi Program…………………………………………. 165
II.3.1.1 Penyusunan Rencana Kerja (RENJA) dan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKAK/L) Tahun
2014…………………………………………… 165
II.3.1.2 Penelaahan RKAK/L dan DIPA
Tahun 2014…………………………….......... 167
II.3.1.3 Estimasi PNBP tahun 2013………………… 170
II.3.1.4 Revisi DIPA dan POK Tahun 2012…….. .. 171
II.2.1.5 Kegiatan lainnya…………………………….. 172
II.3.2 Seksi Evaluasi dan Pelaporan……………………….. 173
II.3.2.1 Realisasi Fisik dan Keuangan..................... 173
II.3.2.2 Sistem Monitoring dan Evaluasi
(SIMONEV)………………………………….. 174
II.3.2.3 Monitoring dan Evaluasi (MONEV)
Program / Kegiatan Pembangunan
Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2013…………………………………. 175
II.3.2.4
.
Penyusunan Laporan Tahunan, Laporan
Teknis dan Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP)…… 175
x
BAB. III PERMASALAHAN PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN
SASARAN, PROGRAM / KEGIATAN TAHUN 2012……..……. 177
BAB. IV TINDAK LANJUT DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH…….. 178
BAB. V PENUTUP…………………………………………………………… 179
V.1 Kesimpulan…………………………………………………… 179
V.2 Saran-Saran………………………………………………….. 180
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kegiatan Penyidikan/Investigasi yang Dilaksanakan
BB-Vet Denpasar di Provinsi Bali Tahun 2013................................. 29
2. Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan
oleh BB-Vet Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013………………… 29
3. Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan
oleh BB-Vet Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013………………… 29
4. Hasil Monitoring Penyakit Parasit Gastrointestinal pada Sapi Bali
di Provinsi Bali, NTB, dan NTT Tahun 2013.................................... 34
5. Hasil surveilans Penyakit Mulut Kuku (PMK)
di Provinsi Bali Tahun 2013............................................................. 35
6. Prevalensi antibodi PMK di provinsi Nusa Tenggara Timur………. 36
7. Hasil Surveilance dan Monitoring BSE dari RPH Kabupaten/Kota
di Provinsi Bali NTB dan NTT Tahun 2013....................................... 37
8. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat Daya...................... 37
9. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat…………………….. 38
10. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Tengah............................ 38
11. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Timur……………………. 39
12. Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTB…………………………….. 40
13. Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTT…………………………….. 41
14. Hasil Uji ELISA sampel serum asal povinsi Bali , NTB dan NTT
Tahun 2013....................................................................................... 43
15. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi Bali Tahun 2013............... 43
16. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTB Tahun 2013.............. 43
17. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTT Tahun 2013............. 43
18. Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi Bali………………………… 45
xii
19. Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi NTB………………………. 46
20. Hasil Uji Serologis Brucellosis Provinsi NTT..................................... 47
21 Data Populasi Ternak , Estimasi dan Besaran Sampel
dari Masing–Masing Kabupaten...................................................... 48
22. Hasil Uji RBPT Sampel Serum dari Pulau Sumba Tahun 2013…………. 49
23. Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi di Provinsi Bali………… 51
24. Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau
di beberapa Kabupaten Provinsi NTB……………………………….. 52
25. Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau
di beberapa Kabupaten Provinsi NTT……………………………….. 53
26. Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali, Tahun 2013 55
27. Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013…. 55
28. Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Provinsi Bali
Tahun 2013……………………………………………………………… 57
29. Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Provinsi Nusa
Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013………………………………… 58
30. Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Provinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013…………………………………. 58
31. Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi
Di Provinsi Bali Tahun 2013…………………………………………… 59
32. Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Provinsi
Nusa Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013………………………… 59
33. Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013………………………….. 60
34. Data sampel yang diuji di laboratorium Virologi BBVet Denpasar
berdasarkan jenis kiriman pada tahun 2013..................................... 61
35. Hasil pengujian deteksi antigen Hog cholera di wilker BBVet
Denpasar tahun 2013....................................................................... 62
36. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera
di provinsi Bali tahun 2013................................................................ 63
37. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera
di provinsi NTB tahun 2013............................................................. 64
xiii
38. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera
di provinsi NTT tahun 2013............................................................... 64
39. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera di Timor Leste
tahun 2013........................................................................................ 65
40. Data penerimaan sampel deteksi virus AI berdasarkan jenis
kiriman tahun 2013……………………………………………………. 66
41. Data Hasil Pengujian untuk mendeteksi virus AI berdasarkan
Jenis kiriman sampel tahun 2013……………………………………. 67
42. Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi Bali berdasarkan
jenis unggas 2013………………………………………………………. 68
43. Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTB berdasarkan
jenis unggas 2013……………………………………………………………… 69
44. Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTT
berdasarkan jenis unggas 2013……………………………………………… 69
45. Distribusi Prevalensi Parasit Gastrointestinal Pada Sapi Bali
di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur... 72
46. Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Provinsi Bali,
Tahun 2013……………………………………………………………… 72
47. Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Pulau Sumba,
NTT Tahun 2013………………………………………………………. 73
48. Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi /Surra
di Pulau Sumba,NTT (berdasarkan Jenis Hewan) Tahun 2013….. 73
49. Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra)
di Pulau Sumba, NTT tahun 2013……………………………………. 74
50. Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi
/Surra (berdasarkan Jenis Herwan di PulauSumba )……………… 74
51. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu
asal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali……………………………….. 76
52. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu
asal Kabupaten/Kota di Provinsi NTB……………………………….. 76
53. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu
asal Kabupaten/Kota di Provinsi NTT…………………………….... 77
54. Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal
Provinsi Bali berdasarkan lokasi pengambilan sampel…………..... 78
xiv
55. Hasil uji Cemaran Mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi
NTB berdasarkan lokasi pengambilan sampel……………………… 79
56. Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi
NTT berdasarkan lokasi pengambilan sampel…………………….. 80
57. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu
asal Provinsi Bali………………………………………………………. 81
58. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu
asal Provinsi NTT………………………………………………………. 81
59. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu
asal Provinsi NTB………………………………………………………. 82
60. Hasil pemeriksaan histopatologi sampel organ reproduksi yang
berasal dari RPH kabupaten/kota di Provinsi Bali, NTB dan NTT,
tahun 2013....................................................................................... 83
61. Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali
Tahun 2013....................................................................................... 88
62. Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013.. 88
63. Rangkuman perbandingan kelebihan dan kekurangan metoda
diagnose penyakit Jembrana yang telah dikembangkan………….. 93
64. Data hasil pengamatan temperature…………………………………. 100
65. Data hasil penghitungan sel leukosit................................................ 101
66. Tabel 2x2 untuk analisa teknik uji direct FAT
dan indirect FAT Rabies……………………………………………….. 116
67. Jenis Hewan Percobaan yang dimiliki BB-Vet Denpasar,
Tahun 2013…………………………………………………………….. 117
68. Jenis Penguatan Jejaring Laboratorum yang dilaksanakan BB-Vet
Denpasar Tahun 2013…………………………………………………. 119
69. Kegiatan Magang Laboratorium di BB-Vet Denpasar Tahun 2013.. 120
70. Asal dan Jumlah sampel yang diuji di BBV Denpasa, tahun 2013 121
71. Jumlah Sampel Aktif dan Pasif yang Diuji per Bulan dalam,
Tahun 2013....................................................................................... 122
72. Sampel Aktif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013…………….. 124
73. Sampel Pasif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013…………….. 126
74. Perangkat yang Dimiliki oleh PPID UPT Balai Besar Veteriner
Denpasar........................................................................................... 130
xv
75. Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan Pelayanan Informasi
Publik Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Veteriner Denpasar........ 130
76. Jumlah Permohonan Data dan Informasi Publik (IP)
PPID BBVet Denpasar Tahun 2013............................................... 131
77. Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar……………………. 132
78. Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar yang mengalami
Mutasi Jabatan Struktural dan Fungsional…………………………. 133
79. Tingkat Pendidikan, Pangkat dan Golongan Pegawai
BB-Vet Denpasar............................................................................. 135
80. Daftar Pegawai yang mengikuti Ujian Sertifiksasi............................ 135
81. Daftar Pegawai Mutasi / Alih Tugas.............................................. 136
82. Daftar Pegawai Yang dilantik dan diambil sumpah....................... 137
83. Daftar pegawai BB-Vet yang pensiun........................................... 138
84. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)...................... 151
85. Daftar Surat masuk dan Keluar BB-Vet Denpasar Tahun 2012....... 140
86. Data Penggunaan Tanah BB-Vet Denpasar Tahun 2012................. 143
87. Daftar Bangunan BB-Vet Denpasar Tahun 2012.............................. 144
88. Kendaraan Dinas BB Vet. Denpasar Tahun 2012........................... 145
89. Laporan SIMAK BMN BB-Vet Denpasar, Tahun 2012..................... 147
90. Pagu dan Realisai Anggaran DIPA BB-Vet Denpasar TA 2012....... 149
91. Laporan Realisasi Anggaran BB-Vet Denpasar Tahun 2012.......... 151
92. Data Rekonsiliasi dan Pengiriman Laporan Keuangan.................... 154
93. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar
Tahun Anggaran 2013...................................................................... 166
94. Rincian Anggaran Pagu Indikatif Balai Besar Veteriner Denpasar
Tahun Anggaran 2013 (dalam ribuan rupiah)................................... 167
95. Pagu Anggaran Program/Kegiatan/Output Kegiatan
Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2013.................. 168
96. Rincian Rekapitulasi Pagu Definitif Anggaran Balai Besar
Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2013
(dalam ribuan rupiah).......................................................................
169
97 Target Pendapatan PNBP BB-Vet Denpasar tahun 2013................ 170
98 Pengiriman Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan
BB-Vet Denpasar Tahun 2012......................................................... 173
xvi
99 Daftar Pengiriman Laporan SIMONEV BB-Vet Denpasar
Tahun 2012.......................................................................................
174
xvii
Daftar Gambar
Gambar Halaman1. Kronologis kejadian kematian dan munculnya gejala
sakit pada sapi.................................................................................. 85
2. Gambaran klinis: ayam nampak lesu, lemah, kelopak mata
bengkak............................................................................................ 86
3. Gambaran PA: otak mengalami kongesti......................................... 90
4. Perdarahan ptekie pada proventrikulus dan seka tonsil…………… 91
5. Perdarahan ptekie pada proventrikulus dan seka tonsil…………… 91
6. Gambaran histopatologi: otak mengalami kongesti, edema,
perivascular cuffing dengan infiltrasi sel-sel limfosit
(perbesaran 400X............................................................................. 92
7. Seka tonsil, terjadi kongesti, perdarahan, nekrosis disertai
sel-sel radang campuran limfosit dan heterofil pada
lamina mukosa (pembesaran 100X)................................................ 99
8. Lidah terjadi ulcerai........................................................................... 99
9. Jantung : perdarahan ptekie............................................................. 99
10. Ginjal : kongesti................................................................................ 99
11. Paru-paru : konsolidasi..................................................................... 114
12. Paru-paru : pneumoni dan leukostasis............................................ 114
13. Limpa: deplesi folikel......................................................................... 114
14. Jantung: infestasi parasit ................................................................. 114
xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman1. Asal dan Jumlah sampel yang diuji di BBV Denpasar
selama tahun 2012........................................................................... 122
2. Sampel yang diterima/diuji di BBV Denpasar setiap bulan
dalam Tahun 2012............................................................................
123
3. Jumlah sampel aktif berdasarkan jenis hewan yang diterima
selama Tahun 2012…………………………………………………….. 151
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Tahun 2012…………………….... 166-174
2 Daftar Usulan dan Realisasi Kenaikan Pangkat
Pegawai BB-Vet Denpasar, Tahun 2012……………………………. 175
3 Daftar Kenaikan Gaji Berkala Pegawai BB-Vet Denpasar
Tahun 2012…………………………………………………………….. 176
4 Rekapitulasi Cuti Pegawai BB-Vet Denpasar, Tahun 2012………. 177-178
5 Daftar Nama Pejabat Fungsional Medik dan
Paramedik Veteriner BB-Vet Denpasar, tahun 2012...................... 179
6 Laporan Barang Inventaris Kuasa Pengguna Anggaran BB-Vet
Denpasar, Tahun 2012………………………………………………... 180-194
7 Rekapitulasi Realisasi Anggaran BB-Vet Denpasar,
per Desember Tahun 2012…………………………………………… 195-218
xx
DAFTAR FORM
Form
JumlahYang
dipakaiTahun 2012
Jenis Formulir Halaman
1. 5.000 lembar Formulir Spesimen…………………………………. 2192. 2.000 lembar Formulir Pre Vaksinasi …………………………… 2203. 800 lembar Formulir Pengiriman Sampel untuk
Mamalia Model E-24 ……………………………… 221
4. 800 lembar Formulir Pengiriman Sampel Unggas………….. 222
5. 3.000 lembar Formulir Surat Pengantar Pengujian Sampel…… 223
6. 3.000 lembar Formulir Surat Pengantar Hasil Pengujian
Sampel/Spesimen Model PF-Proses No. 6.......... 224
7. 6.000 lembar Formulir Laporan Hasil Pengujian
Model E-30b………………………………………… 225
1
LAPORAN TAHUNANBALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013
BAB IPENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Laporan Tahunan, tahun anggaran 2013 Balai Besar Veteriner (BB-Vet)
Denpasar, disusun berdasarkan pasal 3 Undang – Undang Nomor 3 Tahun
1999, menyebutkan bahwa asas-asas umum meliputi asas kepastian hukum,
asas penyelenggaraan negara, asas keterbukaan, asas proporsionalitas dan
asas akuntabillitas. Undang-Undang menjelaskan bahwa asas akuntabilitas,
adalah asas yang menentukan bahwa setiap hasil akhir dari kegiatan
penyelenggaraan pemerintah harus dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara, sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Laporan Tahunan ini juga disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2006 tenteng Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan.
Balai Besar Veteriner merupakan salah satu dari laboratorium regional yang
tersebar di Indonesia dan memiliki willayah pelayanan tertentu. Wilayah kerja
BB-Vet Denpasar meliputi tiga provinsi yaitu : Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat (NTB) dan Nusa enggara Timur (NTT). BB-Vet Denpasar merupakan
laboratorium kesehatan hewan (lab keswan) type A di tingkat provinsi, dimana
tidak terdapat BB-Vet atau Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner, tetapi
terdapat Laboratorium Kesehatan Hewan type B. Selain itu ada Laboratorium
Kesehatan Hewan type C yang berkedudukan di tinggkat Kabupaten/Kota.
Pembagian tipe ini didasarkan pada perbedaan kompetensi, tugas dan fungsi
masing-masing lab keswan, karena perbedaan peralatan / fasilitas yang dimiliki
dan perbedaan jumlah tenaga personalia.
2
Di wilayah kerja BB-Vet Denpasar, Lab Keswan tipe B terdapat di Mataram NTB
dan di kupang NTT, sedangkan di Provinsi Bali terdapat laboratorium kesehatan
hewan. Disamping itu ada sebelas Lab Keswan tipe C di wilayah kerja BB-Vet
Denpasar. Di Provinsi NTB terdapat 5 buah Lab. Keswan type C yaitu: di
Kabupaan Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Bima, dan Dompu. Di
Provinsi NTT terdapat 6 buah Lab. Keswan tipe C yaitu di: Kabupaten Sumba
Barat, Kabupaten Sumba Timur, Belu, Ende, Maumere dan Manggarai.
Masing-masing bagian laboratorium di lingkungan BB-Vet Denpasar telah
memperoleh sertifikat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan
kode LP-123-IDN sejak tahun 2002. Dalam kaitan itu telah dilakukan
perpanjangan masa akreditasi dengan didahului dilakukanya re-assesment oleh
Tim dari KAN yaitu verifikasi Lapangan tentang GAP ISO/IEC/17025:2005:2008.
Sertifikat akreditasi Balai Besar Veteriner Denpasar yang baru telah diterima dan
berlaku dari tanggal 21 Pebruari 2013 sampai dengan 20 Pebruari 2017. Seluruh
laboratorium yang ada di BB-Vet Denpasar memiliki jenis pengujian yang
terakreditasi. Sebanyak 18 jenis pengujian (diagnosa Penyakit) yang ditangani
oleh laboratorium: Parasitologi, Patologi, Kesmavet, Bakteriologi, Virologi dan
Bioteknologi telah diakreditasi oleh komite Akreditasi Nasional. Dan juga telah
dilakukan pengajuan penambahan ruang lingkup pengujian untuk masing-
masing laboratorium.
Sesuai tugas pokok dan fungsi, BB-Vet Denpasar memberikan pelayanan
terhadap tiga Provinsi. Namun demikian ada beberapa jenis penyakit tertentu
yang ada di wilayah kerjanya, tidak dapat dilakukan pengujian (terutama isolasi
patogen) di Denpasar. Sebagai contoh, spesimen penyakit Antrax tidak dapat
diperiksa di BB-Vet Denpasar, sebab pulau Bali bebas dari penyakit tersebut.
Untuk hal ini biasanya BB-Vet Denpasar datang langsung memberikan bantuan
kelokasi kejadian dan melakukan pengujian di Lab Keswan tipe B atau C
terdekat dari lokasi kasus. Disamping itu BB-Vet Denpasar juga manerima
spesimen dari Provinsi lainnya, umumnya untuk pengujian penyakit Jembrana,
keperluan uji banding dan lain-lain. BB-Vet Denpasar telah ditunjuk dan
ditetapkan menjadi laboratorium rujukan nasional untuk penyakit SE dan
penyakit Jembrana, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor:
3
89/Kpts/PD.620/1/2012 tanggal 9 Januari 2012, tentang Penunjukan
Laboratorium Rujukan Pengujian Penyakit Hewan Menular Tertentu.
Laporan Tahunan BB-Vet Denpasar ini merupakan rangkuman kegiatan yang
dilaksanakan selama satu tahun anggaran, yaitu dari bulan Januari 2013
sampai dengan 31 Desember 2012.
I.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:54/Permentan/OT.140/5/2013
tanggal 24 Mei 2013, tentang Organisasi dan Tata Kerja BB-Vet Denpasar,
sebagai pengganti Peraturan Menteri Pertanian No.
42/Permentan/OT.140/9/2006 tanggal 12 September 2013, maka tugas pokok
dan fungsi BB-Vet Denpasar adalah sebagai berikut :
Tugas Pokok :Melaksanakan pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa, pengujian
veteriner dan produk hewan, serta pengembangan teknik dan metode
penyidikan, diagnosa, dan pengujian veteriner.
Fungsi :a. Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja
sama, serta penyiapan evaluasi dan pelaporan;
b. Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan;
c. Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian produk hewan;
d. Pelaksanaan surveilans penyakit hewan, dan produk hewan;
e. Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan pelaksanaan diagnosa
penyakit hewan;
f. Pembuatan peta penyakit hewan regional;
g. Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan diagnosa penyakit
hewan menular;
h. Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan dan / atau sertifikasi hasil uji;
i. Pelaksanaan pengujian forensik veteriner
j. Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness)
k. Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner;
4
l. Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pakan
m. Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat kesehatan
masyarakat, dan kesejahteraan hewan;
n. Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian veteriner, serta
bimbingan teknis penanggulangan penyakit hewan;
o. Pelaksanaan analisis resiko penyakit hewan dan keamanan produk hewan di
regional;
p. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner;
q. Pengkajian batas maksimum residu obat hewan dan cemaran mikroba;
r. Pemberian pelayanan teknis penyidikan, pengujian veteriner dan produk
hewan, serta pengembangan teknik dan metode penyidikan, diagnosa dan
pengujian veteriner;
s. Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi teknik dan metode penyidikan,
diagnosa dan pengujian veteriner;
t. Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner;
u. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan
pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan;
v. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga BB-Vet.
I.1.2. Struktur Organisasi
Sebagaimana tercantum dalam Bab. Ill Pasal 4, 7, 11, 15, 17 dari Peraturan
Menteri Pertanian Nomor Nomor: 54/Permentan/OT.140/5/2013, tanggal 24 Mei
2013, tentang Organisasi dan Tata Kerja BB-Vet Denpasar, Susunan Organisasi
BB-Vet Denpasar terdiri dari :
A). Bagian Umum
a. Subbagian Kepegawaian dan Tata Usaha
b. Subbagian Keuangan
c. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
B). Bidang Program dan Evaluasi
a. Seksi Program
b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
5
C). Bidang Pelayanan Veterine
a. Seksi Pelayanan Teknik
b. Seksi Informasi Veteriner
D). Kelompok Jabatan Fungsonal
a. Medik Veteriner
b. Paramedik Veteriner
Struktur Organisasi selengkapnya dapat disajikan seperti bagan berikut :
STRUKTUR ORGANISASIBALAI BESAR VETERINER DENPASAR
PERATURAN MENTERI PERTANIANNOMOR : 54/Permentan/OT.140/5/2013, tanggal 24 Mei 2013
KEPALA BALAI BESAR
BBESARBBESAR
Bbesa BAGIAN UMUM
Seksi Program
BIDANG PELAYANANVETERINER
BIDANG PROGRAM DANEVALUASI
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SubbagianKepegawaian dan
Tata Usaha
SubbagianKeuangan
Subbagian RTdan
Perlengkapan
Seksi Evaluasidan Pelaporan
SeksiPelayanan Teknik
SeksiInformasiVeteriner
6
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Laporan Tahunan tahun 2013 ini adalah untuk:
1. Menyampaikan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan BB-Vet Denpasar
dalam tahun anggaran 2013 baik kegiatan teknis penyidikan dan pengujian
penyakit hewan di wilayah kerja (Bali, NTB dan NTT).
2. Menginformasikan kegiatan pengembangan teknik dan metoda penyidikan
dan pengujian penyakit hewan yang telah dilaksanakan.
3. Menyampaikan kegiatan administrasi dan keuangan yang telah dilaksanakan
yang menunjang kinerja Balai kepada semua pihak yang berkepentingan.
I.3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Laporan Tahunan 2013 ini meliputi seluruh kegiatan yang
dilaksanakan oleh Balai Besar Veteriner Denpasar selama tahun 2013, sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya yang terdiri dari :
I.3.1 Laporan Teknis
Laporan teknis adalah laporan kegiatan pelaksanaan surveilans, monitoring dan
investigasi penyakit hewan diwilayah kerja BB-Vet Denpasar (Provinsi Bali, NTB,
dan NTT) serta hasil diagnosa dan uji laboratorium yang dilakukan serta
kegiatan pendukungnya yang berkaitan dengan kegiatan teknis dalam tahun
2013. Laporan teknis berupa hasil surveilans dan monitoring ke lapangan di
wilayah kerja BB-Vet Denpasar dibuat tersendiri dan tidak terpisahkan dari
laporan tahunan ini.
I.3.2. Kegiatan Administrasi dan Manajemen
Kegiatan administrasi dan manajemen ádalah kegiatan-kegiatan administrasi
yang memfasilitasi pelaksanaan seluruh kegiatan Balai untuk memeperlancar
kegiatan teknis. Kegiatan administrasi yang dilaksanakan adalah:
1. Kegitan administrasi kepegawaian dan tata usaha yaitu kegiatan yang
mengurus personalia dan tata usahaan.
7
2. Kegiatan rumah tangga dan perlengkapan yaitu kegiatan penyiapan sarana
dan prasarana yang diperlukan unuk memperlancar kegiatan teknis
3. Kegitan keuangan yaitu kegiatan penyiapan dan pengadministrasian
keuangan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
untuk menunjang pelaksanaan kegiatan teknis dalam tahun 2013
I.3.3. Kegiatan Penunjang Lainnya
Kegiatan penunjang lainnya adalah kegiatan yang dilaksanakan balai untuk
meningkatkan kinerja Balai dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi
balai dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja dan sumberdaya
manusia seperti :
I.3.3.1. Kerjasama dengan Universitas
Kerjasama dengan Universitas dilaksanakan dalam rangka penyidikan dan
pengujian penyakit hewan maupun pengembangan teknik dan metoda
penyidikan dan pengujian penyakit hewan. Balai juga mengadakan kerjasama
dalam bidang penelitian untuk skripsi serta peningkatan sumber daya manusia
berupa pelatihan atau magang. Kerjasama dilakukan dengan Universitas
Udayana Denpasar, Universitas Mataram, NTB, Universitas Airlangga,
Surabaya, Universitas Gajah Mada, dan Universitas lainnya.
I.3.3.2. Kerjasama Pengembilan dan Pemeriksaan/PengujianSampel Darah Sapi/Kerbau dalam rangkapemberantasan Penyakit Brucellosis di Pulau Sumba,Nusa Tenggara Timur.
Pelaksanaan program pemberantasan penyakit Brucellosis pada sapi dan
kerbau di Pulau Sumba tahun 2013 anggarannya dialokasikan pada DIPA Balai
Besar Veteriner Denpasar. Untuk itu dilakukan Kerjasama Pengambilan dan
Pemeriksaan/Pengujian Sampel Darah Sapi dan Kerbau terhadap penyakit
Brucellosis dengan uji Rose Bengak Plate Test (RBPT) dan Complement
Fixation Test (CFT) sesuai dengan standard OIE. Kerjasama dilakukan dengan
Dinas Peternakan se pulau Sumba yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Sumba
8
Timur, Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Tengah, Dinas Peternakan
KabuPaten Sumba Barat dan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat Daya.
Dituangkan dalam Kerjasama Memorandum of Understanding (MOU) Nomor:
19011/KU.3.2/F.11/02/2013 (BB-Vet Denpasar), Nomor 524.1/207/TU/II/2013
(Sumba Tengah), Nomor: 524/52/53.17/II/2013 (Sumba Tengah),
Nomor:524/38.1/63.I/2013 (Sumba Barat), Nomor:524.3.Disnak/145ª/SBD/
II/2013 (Sumba Barat Daya) tanggal 19 Pebruari 2013. Kegiatan ini bertujuan
untuk melakukan pemeriksaan/pengujian sampel darah sapi dan kerbau lebih
terstruktur, terarah, transparan dan mudah dikontrol sesuai dengan prinsip-
prinsip management dengan melakukan pengambilan sampel sebanyak 50.000
sampel.
I.3.3.3. Kerja sama dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Denpasar
Kerja sama dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak
Denpasar dilakukan sesuai dengan Surat Tugas dari Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor: 22038/OT.140/F/07/2013, tanggal 22
Juli 2013 yaitu kerjasama dalam pemberian bimbingan teknis bidang penyidikan
dan pengujian sapi Bali terhadap penyakit Jembrana untuk memastikan bahwa
bibit sapi Bali terbebas dari penyakit Jembrana. Berkaitan dengan kerjasama ini
BB-Vet Denpasar menugaskan staf secara periodik dalam pemberian bimbingan
teknis dalam rangka kegiatan tersebut.
I.3.3.4. Kerjasama dengan Balai Karantina Pertanian
BB-Vet Denpasar telah melakukan kerjasama dengan Balai Karantina Pertanian
Kelas I Denpasar, Balai Karantina Kelas I Mataram kerjasama
Pemeriksaan/pengujian sampel Swab Kloaka Ayam terhadap Avian Influenza
(AI) sesuai dengan surat perjanjian kerjasama Nomor:
436/KH.130/L.19.B/07/2013 (BKP Mataram), dan Nomor:
180/8/HK.7/F.11/07/2013 (BB-Vet Denpasar) tertanggal 18 Juli 2013, dan Balai
Karantina Pertanian Sumbawa dan Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende
kerjasama Pemeriksaan/Pengujian Sampel BVD sesuai dengan surat perjanjian
kerjasama Nomor: 908A/KH110/L.52.E/07/2013 (SKP Ende) dan Nomor:
9
05046/HK.7/F.11/07/2013 (BB-Vet Denpasar) tertanggal 5 Juli 2013. Kerjasama
dengan Balai Karantina Pertanian dilakukan dalam rangka
mengimplementasikan Permentan Nomor:51/Permentan/OT.140/10/2006,
tentang Pedoman Tata Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan,
dan Perlakukan Penyakit Hewan Karantina antara Keswan dan Karantina.
Kerjasama yang dilakukan adalah dalam bidang pemeriksaan, penyidikan dan
pengujian penyakit hewan khususnya AI, dan BVD. Kerjasama juga dilakukan
dalam bidang uji penyakit hewan untuk meningkatkan kualitas pengujian
laboratorium Karantina.
I.3.3.5. Kerjasama dengan BB-Vet, BPPV di Indonesia, BBPMSOHdan PUSVETMA.
Kerjasama dengan BB-Vet, BPPV di Indonesia, BBPMSOH dan PUSVETMA
dilakukan dalam rangka uji banding pengujian penyakit hewan dan koordinasi
/Workshop bidang teknis yang diselenggarakan oleh setiap UPT di UPT masing-
masing untuk satu materi kegiatan secara bergiliran setiap tahun. Kerjasama ini
dapat memberikan masukan pengetahuan dalam rangka peningkatan
sumberdaya manusia dan pengalaman yang dilaksanakan serta menambah
wawasan pelaksanaan kegiatan dimasing-masing UPT lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
1.3.3.6. Kerjasama dengan Provinsi dengan Dinas Peternakan ProvinsiSumatera Barat
Kerjasama BB-Vet Denpasar dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat
tahun 2013 adalah berupa pemeriksaan sampel Sapi Bali untuk uji penyakit
Jembrana. Jumlah sampel yang diuji di laboratorium BB-Vet Denpasar sebanyak
1.031 serum. Hasil uji 1.031 serum dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera
Barat terhadap penyakit Jembrana dengan uji ELISA hasilnya 13 positif
terhadap antibodi penyakit Jembrana. BB-Vet Denpasar mendapat penerimaan
PNBP dari 1.031 jumlah serum yang diuji, sebesar Rp. 30.930.000,- (Tiga puluh
juta sembilan ratus tiga puluh ribu), dan telah disetor ke kantor Kas Negara.
10
1.3.3.7. Kerjasama dengan Balai Rumah Sakit Hewan dan LaboratoriumVeteriner, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
BB-Vet Denpasar kerjasama dengan Balai Rumah Sakit Hewan dan Lab.
Veteriner, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat berupa pengujian
penyakit Avian Influenza (AI) dengan uji PCR. Dari pengujian tersebut BB-Vet
Denpasar menerima pemasukan PNBP sebesar Rp. 1.600.000,- dengan rincian
4 sampel swab PCR AI a’Rp. 400.000,- = Rp. 1.600.000,- dan telah disetor ke
kantor Kas Negara.
1.3.3.8. In House Training ISO 9001-2008.
Kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya BB-Vet agar dapat mewujudkan
pengelolaan organisasi ataupun dalam menjalankan proses organisasi
sebagaimana standar yang diakui secara internasional yaitu sebagaimana
tertuang dalam Sistem Manajmen Mutu ISO 9001:2008. Sebagai salah satu
lembaga pelayanan publik Balai Besar Veteriner Denpasar dituntut harus
mampu memberikan pelayanan prima. Untuk itu setiap organisasi pelayanan
publik harus mampu memenuhi konsistensi layanan jasa yang diberikan. Ini
semua membutuhkan Sistem Manajemen Mutu yang berfungsi
menangani,mengatur dan mengendalikan mutu produk atau jasa yang akan
diberikan kepada pelanggan. Sebagai salah satu bentuk jaminan suatu
organisasi telah menjalankan pelayanan secara baik dibuktikan dengan
diakuinya system manajemen mutu yang telah diterapkan oleh organisasi
tersebut. Hal ini secara umum dibuktikan dengan pengakuan secara
internasional berupa sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Atas
landasan pemikiran tersebut maka di BB-Vet Denpasar diselenggarakan In
House Traning ISO 9001:2008. Kegiatan ini merupakan tahap awal/Planning
dari rangkaian kegiatan untuk mewujudkan implementasi SMM ISO 9001:2008.
Adapun rangkaian kegiatan untuk mewujudkan implementasi SMM ISO
9001:2008 yaitu: tahap planning (sosialisasi dan gap analysis), tahap
developing system (Penyusunan dokumen SMM ISO 9001:2008, dan
Implementasi SMM), tahap Internal auditing (Pelatihan audit internal,
pelaksanaan audit internal, Kaji Ulang manajemen/Rapat Tinjauan Manajemen)
dan tahap sertifikasi. Secara lebih rinci kegiatan balai dalam proses mewujudkan
11
system manajemen mutu ISO 9001:2008 adalah 1) Sosialisasi SMM ISO
9001:2008 2) Gap Analysis 3) Pengembangan/Pembuatan Dokumen ISO
9001:2008 4) Implementasi SMM 5) Pelaksanaan Audit Internal
6) Penilaian/assesment Lembaga Sertifikasi 7) Tindakan Koreksi Pasca Audit.
Tujuan dilaksanakannya In House Training ISO 9001: 2008 adalah:
1) Meningkatkan pemahaman dan kompetensi staf BBV Denpasar terhadap
SMM ISO 9001:2008 2) Membentuk staf BBV Denpasar memiliki arti pentingnya
penerapan ISO 9001: 2008 3) Menjadikan tim terkait penerapan ISO 9001:2008
dapat menyusun dokumen ISO 9001:2008 4) Menjadikan BBV Denpasar dapat
mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 5) Untuk meningkatkan kinerja
organisasi 6) Untuk meningkatkan kualitas SDM 7) Untuk meningkatkan
kesadaran mutu dalam organisasi 8) Agar terjadi perubahan positip kultur dan
kualitas organisasi Peserta diharapkan mendapatkan informasi mengenai
pelaksanaan dan penerapan ISO 9001:2008 di Balai Besar Veteriner Denpasar.
Keluaran dari kegiatan adalah terwujudnya pengetahuan dan kemampuan untuk
menjadikan pengelolaan balai berstandarkan internasional yaitu berdasarkan
ISO 9001:2008 yang dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi ISO 9001:2008
oleh Balai Besar Veteriner Denpasar dengan ruang lingkup pelayanan
administrasi balai, terbentuknya struktur manajemen ISO 901:2008 dan
terlaksananya audit internal dan kaji ulang secara teratur untuk memperbaiki
kinerja organisasi secara kontinu,
In House Training dilaksanakan tanggal 26 s.d 28 Pebruari 2013, diikuti oleh
pegawai BB-Vet Denpasar, pada pelatihan hari ke-1 sampai dengan ke-2
sebanyak 25 orang terdiri dari 11 pejabat structural, 7 koordinator lab, dan 7
pegawai administrasi. Pada hari ke-3 diikuti oleh seluruh pegawai sebanyak 75
orang. Nara sumber In House training adalah dari CV. Radixa Argha Pratama
dan Pusat Penganeka Ragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan
Ketahanan Pangan Kementan. Metode pelatihan adalah ceramah, diskusi, kerja
kelompok Untuk mengetahui hasil penerimaan materi dilaksanakan tes tertulis
terkait materi ISO 9001:2008.
12
Adapun materi yang disampaikan dalam In House Training ISO 9001:2008 terdiri
dari: 1) Sosialisasi SMM ISO 9001:2008 2) Pelatihan Pemahaman SMM ISO
9001:2008 3)Delapan Prinsip Mutu SMM ISO 9001:2008 4) Interprestasi
Persyaratan Standar SMM ISO 9001:2008 5) Sistem Dokumentasi Mutu SMM
ISO 9001:2008 dan Integrasinya dengan SMM ISO 17025 6) Sistem
Pengendalian Dokumen Sistem Mutu SMM ISO 9001:2008 7) Dokumen dan
Rekaman Wajib SMM ISO 9001:2008 8) Pelaksanaan Gap Analysis Persyaratan
Mutu 9) Diskusi Penetapan Strategi 10) Implementasi SMM ISO 9001:2008 di
lingkup Kementerian Pertanian dan Keterkaitan ISO 9001:2008 dengan ISO
17025 11) Pembinaan administrasi Terkait Persiapan Implementasi ISO
9001:2008.
Biaya pelaksanaan In House Training ISO 9001:2008 dibebankan pada DIPA
Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 NO DIPA- 018.06.2.239022/2013
Tanggal 15 Desember 2012. Adapun biaya yang dipergunakan dalam
pelaksanaan In House Training ISO 9001:2008 adalah Rp. 57.916.800,-.
1.3.3.9. In House Training ISO/IEC 17025.
In House Training ISO 17025:2008 pada tahun 2013 ini secara prinsip
diselenggarakan di BB-Vet Denpasar dalam rangka upaya BB-Vet sebagai salah
satu laboratorium penguji agar mampu memperagakan kemampuannya dalam
hal penerapan Sistem Manajemen berstandarkan ISO 17025:2008. Untuk
peningkatan pelayanan pengujian yang lebih baik diperlukan suatu instrumen.
Sistem Manajemen Mutu ISO/IEC 17025:2008 sebagai instrument perbaikan
system manajemen mutu sudah secara luas diterapkan oleh berbagai macam
organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pengujian atau kalibrasi. Untuk
mengantisipasi hal tersebut maka perlu disediakan SDM yang memiliki
kompetensi mengelola laboratorium sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
ISO/IEC 17025:2008. Untuk mempersiapkan SDM sebagaimana yang
disebutkan diatas maka perlu dilakukan training.
13
In House Training ISO 17025:2008 diselenggarakan dalam dua tahap yaitu
Tahap I adalah training 1) Pelatihan Pengelolaan Laboratorium
Pengujian/Kalibrasi berdasarkan SNI ISO/EIC 17025:2008 dan 2) Pelatihan
Audit Internal Laboratorium Pengujian dan training Tahap II adalah training 1)
Pelatihan Ketidakpastian Pengukuran dalam Pengujian 2) Pelatihan Manajemen
Kepuasan Pelanggan.
Tujuan dilaksanakannya In House Training adalah: 1) Meningkatkan kapasitas
dan kualitas kompetensi SDM BBV Denpasar terkait pemahaman persyaratan
umum kompetensi laboratorium pengujian sehingga menjamin bahwa data yang
dihasilkan valid dengan tingkat akurasi tinggi. 2) Agar dapat
mengimplementasikan UU No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan.
Out put: keluaran yang diharapkan adalah 1) Terimplementasinya Sistem
Manajemen Mutu laboratorium Penguji berstandarkan ISO/EIC SNI 17025:2008.
2) Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan kepuasan pelanggan terhadap
kemampuan dan pelayanan laboaratorium Balai Besar Veteriner Denpasar. 3)
Diakuinya Sistem Manajemen Mutu balai ditingkat internasional 4) Menjamin
akurasi hasil pengujian 5) Menjamin ketelusuran dokumen, sehingga apabila
terjadi keluhan pelanggan dapat ditentukan tindakan perbaikan yang harus
dilakukan 6) Meningkatkan kredibilitas laporan hasil pengujian yang diterbitkan
oleh laboratorium penguji.7) Terselenggaranya audit internal dan audit eksternal
secara teratur 8)Terselenggaranya Kaji Ulang manajemen secara teratur.8)
Meningkatnya kinerja laboratorium 9) Meningkatnya kesadaran mutu dalam
laboratorium 10)Terjadinya perubahan positip kultur dan kualitas pengelolaan
labaoratorium.
Pelaksanaan In House Training ISO 17025 Tahap I: 1) Pelatihan Pengelolaan
Laboratorium Pengujian/Kalibrasi berdasarkan SNI ISO/EIC 17025:2008 dan 2)
Pelatihan Audit Internal Laboratorium Pengujian TA 2013 dilaksanakan tanggal
15 s.d 18 April 2013, diikuti pegawai Balai Besar Veteriner Denpasar sebanyak
38 orang, dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar 1 orang, dan dari
Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bali terdiri dari 1 orang. Nara sumber adalah dari Pusat Penelitian
14
Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (PPSMTP) LIPI, Sub Direktorat P2H dan
BBV Denpasar. Metode pelatihan adalah ceramah, diskusi dan kerja kelompok.
In House Training ISO 17025 Tahap II : 1) Pelatihan Ketidakpastian Pengukuran
dalam Pengujian 2) Pelatihan Manajemen Kepuasan Pelanggan TA 2013
diselenggarakan tanggal 22 s.d 25 April 2013.diikuti oleh pegawai Balai Besar
Veteriner Denpasar sebanyak 37 orang, dari Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar 1 orang, dan dari Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan
dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali terdiri dari 3 orang. Nara sumber In House
training adalah dari Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian
(PPSMTP) LIPI, Pusat Penganeka Ragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan
Badan Ketahanan Pangan Kementan, Balai Besar Pengujian Mutu dan
Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) dan BBV Denpasar. Metode pelatihan
adalah ceramah, diskusi dan kerja kelompok.
Biaya pelaksanaan In House Training ISO 17025:2008 baik tahap 1) Pelatihan
Pengelolaan Laboratorium Pengujian/Kalibrasi berdasarkan SNI ISO/EIC
17025:2008 dan 2) Pelatihan Audit Internal Laboratorium Pengujian maupun
training tahap II 1) Pelatihan Ketidakpastian Pengukuran dalam Pengujian 2)
Pelatihan Manajemen Kepuasan Pelanggan dibebankan pada DIPA Balai Besar
Veteriner Denpasar TA 2013 NO DIPA- 018.06.2.239022/2013 Tanggal 15
Desember 2012. Dengan rincian biaya yang dipergunakan dalam pelaksanaan
training tahap I adalah Rp 65.372.900,- dan tahap II Rp 71.547.800.
1.3.3.10. Workshop Peningkatan Kompetensi Lab. Tipe B dan C diDenpasar
Workshop Peningkatan Komptensi Laboratorium Tipe B dab C di Balai Besar
Veteriner Denpasar , dilaksanakan berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun 2013 Nomor:
DIPA:018.06.2.239022/2013, tanggal 5 Desember 2012 dan Surat Keputusan
Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar Nomor: 49/Kpts/PD.5.4/F.11/02/2013.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia di laboratorium tipe B dan C yang ada di wilayah kerja Balai Besar
Veteriner Denpasar, antara lain:
15
1. Untuk meningkatkan kemampuan personil Lab. C dalam melakukan
pengujian seperti RBPT, uji parasit gastrointestinal dan parasit darah
2. Untuk meningkatkan kemampuan personil lab B dalam melakukan uji yang
lebih kompleks, seperti cemaran mikroba, Elisa, dan uji lainnya.
3. Mengharmonisasikan metode pengujian dan penerapan standardisasi di
bidang diagnosa dan pengujian.
4. Mengembangkan sistem informasi laboratorium (infolab) di masing-masing
laboratorium di wilayah kerja BBVet Denpasar
Workshop Peningkatan Komptensi Laboratorium Tipe B dab C di Balai Besar
Veteriner Denpasar dilaksanakan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 20 s.d 22
Maret 2013 bertempat di BB-Vet Denpasar. Workshop diikuti oleh 30 orang
peserta yang berasal dari Lab B Denpasar, Lab B Mataram, Lab B Kupang, Lab.
C di Provinsi Bali, Lab. C di Provinsi NTB, dan Lab. C di Provinsi NTT.
Pagu Anggaran untuk pelaksanaan Workshop Peningkatan Komptensi
Laboratorium Tipe B dab C tahun 2013 adalah sebesar Rp. 70.650.000,- dengan
realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp. 62.222.000,-
1.3.3.11. Workshop Peningkatan Kompetensi Lab. Bakteriologi BB-Vet danBPPV Nasional
Dalam rangka menyamakan persepsi metode uji bakteriologi, meningkatkan
kemampuan keterampilan dalam penguasaan teknologi, serta memperkuat
jejaring kerja laboratorium dilingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan khususnya di bidang bakteriologi, untuk hal tersebut perlu
dilaksanakan workshop peningkatan kompetensi laboratorium bakteriologi
khususnya penyakit SE secara berkesinambungan. Sebagai salah satu penyakit
strategis di Indonesia, penyakit SE merupakan penyakit yang harus mendapat
prioritas dalam penanggulangan dan pemberantasannya. Program pengendalian
dan pemberantasan penyakit SE di Indonesia dilakukan melalui vaksinasi. Untuk
mengetahui tingkat kekebalan ternak terhadap penyakit SE perlu dilakukan
evaluasi hasil vaksinasi melalui metode uji Elisa antibodi SE. Untuk
memantapkan pengujian terhadap tingkat keberhasilan vaksinasi SE maka perlu
dilakukan pemantapan pengujian dengan metode uji Elisa antibodi SE.
16
Terkait hal tersebut maka dalam workshop peningkatan kompetensi laboratorium
bakteriologi tahun 2013 di Balai Besar Veteriner Denpasar yang
diselenggarakan 18-21 Maret 2013 dengan materi sebagai berikut 1)
Epidemiologi Penyakit SE (oleh Prof. drh. Bambang Sumiarto, SU. MSc), 2)
Presentasi situasi penyakit SE di wilayah kerja (oleh masing-masing peserta
BBV dan BPPV), 3) Teknok Pengujian SE dan metode uji Elisa SE (oleh Prof.
Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS) dan 4) Pelatihan teknis uji Elisa antibodi
SE (oleh Prof Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS dan staf laboratoium BBV
Denpasar).
Adapun peserta Workshop Peningkatan Kompetensi Laboratorium Bakteriologi
Tahun 2013 sebanyak 30 orang dengan rincian sebagai berikut : Direktur
Kesehatan Hewan (1 orang), Narasumber dari UGM dan IPB (2 orang), BBV
Denpasar (6 orang), BBV Wates (2 orang), BBV Maros (2 orang), BPPV Medan
(2 orang), BPPV Bukit Tinggi (2 orang), BPPV Lampung (2 orang), BPPV
Subang (2 orang), BPPV Banjar Baru (2 orang), Pusvetma Surabaya (2 orang),
Laboratorium Tipe B Disnak Provinsi Bali (2 orang), Laboratorium Tipe B Disnak
Provinsi NTB (1 orang) dan Laboratorium Tipe B Disnak Provinsi NTT (2 orang).
Biaya pelaksanaan Workshop Peningkatan Kompetensi Laboratorium
Bakteriologi Tahun 2013 dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar
TA 2013 NO DIPA 081.06.2.239022/2013 Tanggal 15 Desember 2012. Biaya
yang dipergunakan dalam pelaksanaan Workshop Peningkatan Kompetensi
Laboratorium Bakteriologi Tahun 2013 adalah sebesar Rp 54.139.700,- dari
pagu anggaran sebesar Rp. 64.382.000,-. Biaya tersebut menyangkut biaya
(ATK, honor narasumber dan moderator, perjalanan narasumber, honor panitia,
konsumsi dan jasa instruktur).
1.3.3.12. In House Training Medik Veteriner
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan
Pembangunan Pendayagunaan Aparatur Negara No.:
59/KEP/MK.WASPAN/9/1999, bahwa Medik Veteriner berkedudukan sebagai
pelaksana teknis fungsional dibidang pengendalian hama/penyakit hewan serta
pengamanan produk hewan dan pengembangan kesehatan hewan pada
instansi pemerintah. Mengingat peranan Medik Veteriner yang sangat strategis
dalam memajukan bidang kesehatan hewan, maka kompetensi Medik Veteriner
17
harus ditingkatkan antara lain melalui in house training bagi Medik Veteriner
BBVET Denpasar TA 2013 ini yang dilakukan pada tanggal 13 sampai dengan
17 Mei 2013 di BBVet Denpasar, Jl. Raya Sesetan No 266, Denpasar Bali.
Kegiatan ini diikuti oleh 38 orang peserta yang berasal dari berbagai instansi
yaitu Balai karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Mataram dan Kupang (3
orang), Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar (1 orang), Dinas
Peternakan Kabupaten: Bangli, Tabanan, Karangasem, Gianyar, Badung,
Kelungkung, Kota Denpasar dan Sumbawa (8 orang), dan dari BB-Vet Denpasar
(18 orang).
Tujuan dari kegiatan in house training saat ini antara lain adalah untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan metoda/teknologi diagnosa/uji
laboratorium yang baru, meningkatkan kompetensi terkait bertambahnya
penyakit hewan yang baru seperti dugaan infeksi H7N9 dan H5N1 clade 2.3.2
dan meningkatkan kompetensi khusus di bidang KESMAVET, dalam upaya
penyediaan pangan asal hewan yang ASUH. Sedangkan Sasaran in house
training adalah terjalinnya koordinasi dan tukar informasi yang baik inter dan
antar instansi, terlatihnya Medik Veteriner terkait hal hal penanganan penyakit
hewan, koleksi spesimen dan pengujian laboratorium, dan terciptanya
harmonisasi pengujian dalam metode pengujian dan penerapan standarisasi di
bidang diagnosa dan pengujian.
Biaya dari kegiatan In house training ini dibebankan pada DIPA Balai Besar
Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-01806.2.239022/2013. Besarnya biaya
yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp. 60.272.700; Biaya biaya tersebut
digunakan untuk ATK, Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara
sumber dan moderator, perjalanan nara sumber, honor panitia, konsumsi dan
jasa pelatih.
1.3.3.13. In House Traing Paramedik veteriner
Landasan hukum untuk operasional jabatan paramedik veteriner adalah Surat
Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan
Pendayagunaan Aparatur Negara No. 59/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tanggal 24
Agustus 1999. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa paramedik
veteriner berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang
18
pengendalian hama/penyakit hewan serta pengamanan produk hewan dan
pengembangan kesehatan hewan pada instansi pemerintah.
Paramedik veteriner dalam melaksanakan tugasnya mempunyai tugas pokok:
menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan dan melaporkan kegiatan
pengendalian hama/penyakit hewan, pengamanan produk hewan serta
pengembangan kesehatan hewan. Mengingat peranan paramedik veteriner yang
sangat strategis dalam memajukan bidang kesehatan hewan, maka kompetensi
paramedik veteriner harus ditingkatkan. Ditunjang oleh sarana prasarana yang
memadai serta dengan peningkatan kompetensi yang memadai, diharapkan
mutu pelayanan terhadap masyarakat akan semakin baik. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka diselenggarakanlah in house training paramedik veteriner di
BBVET Denpasar TA 2013 ini. Beberapa masalah yang paling dominan terkait
upaya peningkatan kompetensi paramedik veteriner saat ini adalah:
1). Perkembangan metoda/teknologi diagnosa lapangan dan uji di laboratorium
semakin pesat, yang belum sepenuhnya dapat diimplementasikan oleh semua
paramedik veteriner (baik yang bekerja di PUSKESWAN, Dinas Peternakan dan
atau Karantita Hewan/Tumbuhan). 2). BB-Vet Denpasar ditunjuk sebagai
laboratorium rujukan nasional penyakit Jembrana dan penyakit SE
(SK MENTAN No 89/Kpts/PD.620/1/2012), sehingga perlu menyiapkan diri
sebagai provider uji profiensi diagnose kedua penyakit tersebut secara nasional.
3). Bertambahnya penyakit hewan yang baru seperti dugaan infeksi H7N9 dan
infeksi H5N1 clade 2.3.2 memerlukan penanganan yang khusus, hal mana
secara teknis belum sepenuhnya dapat dipahami oleh semua paramedik
veteriner. 4).Penyediaan pangan asal hewan yang ASUH dari aspek
KESMAVET, juga menuntut kompetensi paramedik veteriner yang tinggi di
bidang ini.
Tujuan dari kegiatan in house training paramedik veteriner saat ini adalah untuk
meningkatkan kualitas keterampilan SDM paramedik dalam pemahaman
penyakit dan tehnik penganganan sampel. Meningkatkan kerjasama dan
mempersiapkan diri dalam membantu untuk diagnosa/uji laboratorium dan
terampil dalam membantu persiapan pengambilan sampel uji dan data.Mendapatkan pengetahuan khusus dan terampil di bidang KESMAVET, dalam
upaya penyediaan pangan asal hewan yang ASUH. Mendapatkan pengetahuan
19
khusus dalam pengambilan langkah-langkah penanganan virus H7N9 pada
unggas dan menyiapkan SDM yang terampil dan mampu bekerja di lab/maupun
di lapangan.
Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah : terjalinnya koordinasi
dan tukar informasi yang baik inter dan antar instansi. Terlatihnya paramedik
veteriner terkait hal hal penanganan penyakit hewan, koleksi spesimen dan
pengujian laboratorium. Terciptanya harmonisasi dalam membantu dalam
metode pengujian dan penerapan standarisasi di bidang diagnosa dan
pengujian.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini keluaran yang ingin dicapai adalah :
1). Meningkatkan mutu pemahaman kopetensi SDM (paramedik veteriner)
dalam tugas-tugas profesional di laboratorium dan di lapangan. 2).
Meningkatnya koordinasi baik inter maupun antar instansi. 3). Meningkatnya
kompetensi SDM dan keterampilan dalam pengujian penyakit hewan. Rencana
peserta in house training paramedik veteriner BB-VET Denpasar di Denpasar
berjumlah 40 orang. Narasumber pada in house training paramedik veteriner ini
berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Institut
Petanian Bogor (IPB), Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET), Fakultas
Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana Denpasar dan Balai Besar
Veteriner (BB-Vet) Denpasar.
Materi yang diberikan meliputi: Pengarahan Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang mewakili sekaligus membuka in house training secara
resmi. Strategi kesmavet untuk mendukung pangan ASUH oleh Dr. Deni
Lukman (IPB). Biosafety dalam surveilens dan pengujian di Laboratorium oleh
Drh. Wirata, M.Si. Langkah-langkah deteksi virus H7N9 pada unggas oleh Dr.
Indi Dharmayanti (BBLITVET Bogor).Status penyakit strategis di Wilayah Kerja
BB-VET Denpasar oleh Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar.Tehnik dan
metode pengambilan, pengemasan, penyimpanan dan pengiriman Sampel oleh
Drh. Narcana. (Praktikum sapi di BPTU sapi Bali Pulukan) Penyakit Reproduksi
Pada Hewan Besar dan strategi penanggulangannya oleh DR. Drh. I G N B
Trilaksana. (FKH, UNUD). Pemeriksaan Kebuntingan Ternak oleh Drh. Mahmud
Siswanto, M.Si. (BB-Vet) Denpasar. ( Praktikum di BPTU Sapi Bali Instalasi
20
Breeding Center Pulukan ) Pemeriksaan parasit darah (PUD) dan Penyakit
Gangguan Gastro Intestinal sapi, Oleh Drh. Ketut Mastra ( BBVet.) Denpasar.
Teknik , Metode Pengambilan, pengemasan, penyimpanan dan pengiriman
sampel (Jembrana, Rabies,AI,CSF) oleh Drh. Arsani, M.Sc. (BB-Vet)
Denpasar.Pratikum dan Review Tehnik Nekropsi Pengambilan Sampel Unggas
& Mamalia.Oleh Drh. Wirata,M.Si. Praktikum dan review Uji Cepat Bahan Asal
Hewan/ Hasil Bahan Asal Hewan di Lapangan.Oleh Drh. A.A. Sagung Dewi, M.P
In house training paramedik veteriner dilaksanakan di BB-Vet Denpasar,
Jl. Raya Sesetan No 266, Denpasar Bali, mulai tanggal 07 Oktober 2013
sampai dengan 9 Oktober 2013
Dana penyelenggaraan in house training paramedik veteriner BB-VET
Denpasar, seluruhnya dibebankan kepada DIPA Balai Besar Veteriner
Denpasar, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan TA. 2013.
Biaya untuk pelaksanaan in house training paramedik veteriner terealisasi
sebesar Rp. 57.156.300,- dari pagu anggaran sebesar Rp. 65.582.000,-.
1.3.3.14. Training Petugas laboratorium dari Pulau Sumba untuk ujiPenyakit Brucellosis
Program pembebasan Brucellosis pada sapi dan kerbau di Pulau Sumba
merupakan salah satu program kegiatan penting oleh BB-Vet Denpasar. Alasan
utama program pembebasan penyakit Brucellosis tersebut adalah karena
rendahnya prevalensi reaktor Brucellosis (di bawah 1%). Dengan bebasnya
Pulau Sumba dari penyakit Brucellosis diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan petani peternak, memperbaiki lingkungan. Mengawali program ini
telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Awal Program Pemberantasan Brucellosis di
Pulau Sumba, dari tanggal 17-19 Pebruari 2013 di Hotel Monalisa Waikabubak
Sumba Barat. Kegiatan tersebut berhasil menelorkan nota kesepahaman berupa
Dokumen Kerja Sama (MoU=Memorandum of Understanding) tentang
Pengambilan dan Pemeriksaan/Pengujian Sampel Darah Sapi/Kerbau Dalam
Rangka Program Pemberantasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT Tahun 2013
yang telah ditandatangani oleh Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar, selaku
PIHAK PERTAMA dan KADISNAK se Pulau Sumba selaku PIHAK KEDUA. Salah
21
satu klausal yang tercantum dalam MoU tersebut adalah kerjasama tentang tata
cara pengambilan, penanganan dan pengiriman sampel ke BBVet Denpasar dan
atau pengujian sampel di lapangan sesuai kreteria yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu maka salah satu langkah awal yang harus dikerjakan adalah Training
Petugas Laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis, sebelum pengambilan /
pengujian sampel dilakukan di lapangan, dimana kegiatan training ini
dilaksanakan di BBVet Denpasar, dari tanggal 6-8 Maret 2013 yang dikuti oleh 16
orang peserta yang masing masing berasal dari Dinas Peternakan kabupaten
Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali peserta training tentang teori umum
Brucellosis, mengajarkan peserta tentang tatacara pengambilan, penanganan
dan pengiriman sampel ke BBVet Denpasar dan memberikan keterampilan
teknis uji RBT. Sedangkan sasaran kegiatan training diats adalah tersedianya
petugas Lab yang mahir melakukan uji RBT di lapangan, terjaminnya kualitas
dan kuantitas sampel yang dikirim ke BBVet Denpasar dan tersedianya data
dan hasil pengujian semua sampel (RBT dan CPT) secara baik dan benar.
Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis
ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-
01806.2.239022/2013. Besarnya biaya yang digunakan dalam kegiatan ini
adalah Rp 108.450.000; Biaya biaya tersebut digunakan untuk ATK,
Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara sumber dan
moderator, perjalanan peserta, honor panitia, konsumsi dan jasa pelatih.
1.3.3.15. Diseminasi Pemberantasan Brucellosis di Pulau Sumba
Menindaklanjuti pelaksanaan program pembebasan Brucellosis pada sapi dan
kerbau di Pulau Sumba yang telah dimulai tahun 2012, maka pemerintah pusat
melalui Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar telah sepakat dengan
Pemerintah Daerah Provinsi NTT melalui Dinas Peternakan Kabupaten se-Pulau
Sumba dan Dinas Peternakan Provinsi akan melanjutkan program tersebut di
tahun 2013. Alasan utama program pembebasan penyakit Brucellosis di pulau
Sumba ini dilakukan adalah karena rendahnya prevalensi reaktor Brucellosis (di
bawah 1%), mempertahankan plasma nuftah sapi Ongole di Pulau Sumba,
sehingga diharapkan Pulau Sumba dapat dijadikan sebagai sumber bibit Sapi
22
Ongole nasional, serta adanya dukungan dari Pemerintah Provinsi NTT serta
Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan
Sumba Timur terhadap program tersebut.
Dengan bebasnya Pulau Sumba dari penyakit Brucellosis diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan petani peternak, memperbaiki lingkungan budidaya
peternakan yang bebas Brucellosis serta meningkatkan produktivitas dan
reproduktivitas ternak sapi dan kerbau. Pada akhirnya diharapkan dapat
memberikan konstribusi nyata dalam menciptakan ketahanan ekonomi rakyat
dan memenuhi kebutuhan daging dalam negeri sehingga program swasembada
daging sapi/kerbau 2014 dapat tercapai.
Langkah yang sudah dilakukan untuk mensukseskan program tersebut diatas
adalah rapat koordinasi rencana pemberantasan yang telah dilakukan pada tahun
2012 di Kabupaten Sumba Barat Daya dan di BBVet Denpasar. Untuk tahun 2013
telah dilaksanakan rapat koordinasi awal program pembebasan Brucellosis di
Pulau Sumba antara pihak-pihak terkait, pada tanggal 17 – 19 Pebruari 2013 di
Kabupaten Sumba Barat. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah desiminasi
tentang pembebasan brucellosis di Pulau Sumba. Dalam kegiatan desiminasi
tersebut melibatkan petugas Dinas Peternakan/Dinas yang menangani fungsi
peternakan, tokoh masyarakat seperti Kepala Desa, dan masyarakat/peternak.
Pada kesempatan tersebut dibahas juga masalah-masalah teknis untuk
memantapkan, memadukan dan mensinkronkan langkah-langkah pembebasan
Brucellosis di lapangan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan. Sehingga
semua pihak yang terkait saling mengerti, memahaminya dan pada akhirnya ada
kerjasama yang baik untuk mensukseskan program pemberantasan brucellosis
di Pulau Sumba.
Desiminasi tentang pemberantasan Brucellosis di Kabupaten Sumba Barat dan
Sumba Barat Daya dilaksanakan pada bulan Maret 2013, sedang untuk Sumba
Timur dan Kabupaten Sumba Tengah dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013
dan 28 Mei 2013. Masing-masing Kabupaten dihadiri oleh 100 orang peserta
terdiri dari Petugas Dinas Peternakan, tokoh masyarakat (Camat, Kepala Desa,
dll), serta masyarakat peternak. Biaya pelaksanaan kegiatan desiminasi
pemberantasan Brucellosis di Pulau Sumba dibebankan kepada DIPA Balai
23
Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggara 2013, sebesar Rp. 67.445.000 dari
pagu anggaran sebesar Rp.80.000.000.
1.3.3.16. Rakor Keswan Wilker Bali-Nusra di Mataram
Dalam rangka evaluasi perkembangan situasi penyakit hewan menular strategis di
wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar yaitu Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), maka perlu dilakukan rapat
koordinasi diantara instansi terkait, guna menyamakan visi, misi, dan persepsi
dalam upaya penanggulangan dan penanganan penyakit hewan yang ada di
wilayah tersebut. Untuk mewujudkan tercapainya tujuan penanggulangan penyakit
hewan menular yang efektif di wilayah kerja BBVet Denpasar, maka perlu
dilakukan rapat koordinasi diantara instansi terkait di wilayah Bali, NTB, dan NTT.
Rapat koordinasi dimaksud dilaksanakan setiap tahun, dengan tempat
pelaksanaan dilakukan secara bergiliran diantara ke tiga provinsi. Sesuai dengan
rekomendasi hasil Rakor tahun 2012 di Mataram, bahwa pelaksanaan rakor pada
tahun 2013 direncanakan dilakukan di Kupang, namun karena adanya kesibukan
di Dinas Peternakan Provinsi NTT, maka Rakor baru bisa dilaksanakan paling
cepat bulan Agustus 2013. Berkaitan dengan target percepatan realisasi anggaran
dan pelaksanaan ROK BBVet Denpasar, maka rakor keswan pada tahun 2013
dipindahkan pelaksanaannya ke Mataram.
Rapat Koordinasi Koordinasi Penyakit Hewan Menular wilayah Bali dan Nusa
Tenggara tahun 2013 dilaksanakan di Hotel Lombok Raya, Jl. Panca Usaha
No.11 Mataram, pada tanggal 2-4 April 2013. Peserta Rapat Koordinasi
Kesehatan Hewan Wilayah Kerja Bali dan Nusa Tenggara 76 orang, Direktorat
kesehatan hewan Jakarta, Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten se Bali,
NTB, NTT, BPTU Sapi Bali, Puskeswan (Bali, NTB, NTT), BBVet Denpasar dan
Maros, Bvet Lampung dan Banjar Baru, petugas RPH Mataram. Biaya Rakor
Koordinasi Kesehatan Hewan Wilayah Kerja Bali dan Nusa Tenggara yang
dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Besar
Veteriner Denpasar tahun 2013 Nomor : DIPA-081.06.2.239022/2013 tanggal 5
Desember 2012, dengan realisasi sebesar Rp. 127.492.300, dari pagu anggaran
sebesar Rp. 169.360.000.
24
1.3.3.17. Rapat Koordinasi awal Pemberantasan Brucellosis di PulauSumba, NTT
Rapat koordinasi awal program pembebasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT
merupakan tahapan awal dalam rangka memantapkan, memadukan dan
menyinkronkan langkah-langkah pembebasan Brucellosis sesuai tujuan dan
sasaran kegiatan yang dilakukan dari tanggal 17-19 Pebruari 2013 di Hotel
Monalisa Waikabubak Sumba Barat.
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai forum bertukar informasi untuk kelancaran
pelaksanaan program Pembebasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT;
mengoptimalkan pelaksanaan program Pembebasan Brucellosis di Pulau
Sumba, NTT melalui koordinasi antar instansi terkait; mendukung keberhasilan
pelaksanaan program Pembebasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT melalui
penandatanganan nota kesepahaman antar instansi terkait dalam mewujudkan
bebasnya Pulau Sumba, NTT dari penyakit Brucellosis.
Peserta Rapat ini diikuti oleh 75 peserta yang terdiri dari Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan (2 orang), Disnak Prop NTT (3 orang), BB-Vet Denpasar (5
orang), Disnak Kabupaten se P. Sumba (12 orang), Dokter Hewan dan Para
medik di 4 kabupaten di Sumba (12 orang), Balai Karantina Pertanian Kupang,
NTT (1 orang), Stasiun Karantina Pertanian Sumba Barat Daya dan Sumba
Timur (2 orang), Lab. Keswan/Kesmavet Tipe B Kupang (1 orang), Narasumber
dari FKH UGM (1 orang), Panitia (2 orang), dan Staf Puskeswan di Pulau
Sumba 34 orang).
Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis
ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-
01806.2.239022/2013 tanggal 05 Desember 2012. Besarnya biaya yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp 120.519.300.
25
1.3.3.18. Rapat Evaluasi I Program Pemberantasan Brucellosis di PulauSumba, NTT
Beberapa kegiatan yang secara beruntutan dan sudah dilakukan untuk
mensukseskan program pemberantasan Brucellosis di P. Sumba antara lain:
Pertama, Rapat koordinasi awal program pembebasan Brucellosis di Pulau
Sumba, NTT yang dilakukan pada tanggal 17-19 Pebruari 2013 di Sumba Barat
dengan tujuan untuk membahas persiapan teknis terkait penentuan surveilans
dan pengambilan sampel secara terstruktur sesuai kaidah-kaidah epidemiologi
yang lebih intensif. Kedua, Training Petugas Laboratorium dari Pulau Sumba
untuk Uji Brucellosis yang dilakukan pada tanggal 2-8 Maret 2013 di Balai
Besar Veteriner Denpasar, yang diikuti 16 orang petugas dari seluruh P. Sumba
dengan tujuan untuk membekali peserta training tentang teori umum
Brucellosis, tatacara pengambilan, penanganan dan pengiriman sampel ke
BBVet Denpasar dan keterampilan teknis uji RBT. Ketiga, dengan mantapnya
langkah pertama dan kedua diatas, maka telah dilakukan pengambilan dan
pengujian sampel di lapangan (uji RBT) dan pengiriman sampel yang positif
RBT serta sampel lainnya ke Balai Besar Veteriner Denpasar. Walaupun telah
dilakukan langkah langkah (pertama, kedua dan ketiga diatas), masih perlu
dilakukan evaluasi tahap I.
Tujuan kegiatan evaluasi tahap I ini adalah untuk melihat kekurangan-
kekurangan yang ada pada kegiatan tahap ketiga diatas, terutama yang terkait
dengan (a) masalah teknis pengambilan dan pengujian sampel di lapangan (uji
RBT) dan pengiriman sampel yang positif RBT serta sampel lainnya ke Balai
Besar Veteriner Denpasar dan (b) masalah administrasi-keuangan lainnya
sebagimana yang telah disepakati dalam MoU yang telah buat, dan secara
bersama-sama mencari dan atau memberikan solusi/pemecahan masalah yang
ada sehingga pada kegiatan kegiatan selanjutnya akan menjadi lebih baik.
Rapat ini diikuti oleh 75 peserta yang terdiri dari Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2 orang), Dinas
Peternakan Provinsi NTT (3 orang),
Balai Besar Veteriner Denpasar (6 orang), Dinas Peternakan Kabupaten Sumba
Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya (12 orang), Dokter
26
Hewan dan Paramedik di 4 Kabupaten di Pulau sumba (12 orang), Balai
Karantina Pertanian Kupang, NTT (1 orang), Stasiun Karantina Pertanian
Sumba Barat Daya dan Sumba Timur (2 orang), Lab. Keswan/Kesmavet Tipe B
Kupang (1 orang), Panitia Rapat (4 orang), Staf Puskeswan di Pulau Sumba (32
orang),
Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis
ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-
01806.2.239022/2013 tanggal 05 Desember 2012. Besarnya biaya yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp 135.235.000; Biaya biaya tersebut
digunakan untuk ATK, Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara
sumber dan moderator, perjalanan Narasumber, dan transportasi lokal peserta
lokal, honor panitia, konsumsi dan jasa pelatih.
1.3.3.19. Rapat Evaluasi Akhir Program Pemberantasan Brucellosis diPulau Sumba, NTT
Pelaksanaan pemberantasan Brucellosis di P. Sumba, Nusa Tenggara Timur
telah dilaksanakan mulai Tahun 2012 dan dilanjutkan Tahun 2013. Hasil
surveilan dan pemeriksaan laboratorium Tahun 2012 menunjukkan hasil uji RBT
negatif dari 3.165 sampel yang diperiksa. Namun demikian pada pemeriksaan
sampel Tahun 2013 (sampai dengan 11 Nopember) menunjukkan hasil negatif
uji RBT di Sumba Barat Daya (7.711sampel), Sumba Barat (4.363sampel),
Sumba Tengah (6.612sampel) dan Sumba Timur (15.844sampel). Namun
demikian pada pengambilan sampel di Desa Laspori, Kec. Pandawai,
Kabupaten Sumba Timur tanggal 2 Agustus 2013, 1 (satu) sampel
menunjukkan hasil uji RBT positif, dan dilanjutkan dengan uji CFT di Lab. BB-
Vet Denpasar, juga menunjukkan hasil uji CFT positif. Selanjutnya untuk
menghindari kesalahan interpretasi hasil, maka terhadap sampel tersebut
dilakukan uji banding ke BB-Vet Maros, karena sesuai SK. Mentan. No
89/Kpts/PD.620/1/2012 Tanggal 9 Januari 2012, tentang Penunjukan
Laboratorium Pengujian Penyakit Hewan Menular Tertentu. BB-Vet Maros
ditunjuk sebagai Laboratorium rujukan Brucellosis, dengan hasil positif CFT.
27
Berdasarkan data-data diatas, maka BB-Vet Denpasar perlu melakukan evaluasi
terhadap hasil yang telah dilakukan, untuk pijakan mengambil langkah-langkah
pembebasan Brucellosis di tahun 2014. Untuk hal tersebut dilakukan rapat
evaluasi kegiatan pemberantasan yang ditetapkan di Hotel Elvin, Waingapu
Kabupaten Sumba Timur. Dalam rapat evaluasi tersebut akan dihadiri oleh
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bupati Sumba Timur,
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTT, seluruh Kepala
Dinas Kabupaten di P. Sumba, BB-Vet Denpasar, Narasumber dari Universitas
Gajah Mada, BB-Vet Denpasar dan undangan lainnya, termasuk Dokter Hewan
Puskeswan di P. Sumba.
Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis
ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-
01806.2.239022/2013 tanggal 05 Desember 2012. Besarnya biaya yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp 135.235.000; Biaya biaya tersebut
digunakan untuk ATK, Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara
sumber dan moderator, perjalanan Narasumber, dan transportasi lokal peserta
lokal, honor panitia, konsumsi dan jasa pelatih.
28
BAB IIPELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SASARAN,
PROGRAM / KEGIATAN SERTA ANGGARAN TAHUN 2013
II.1. Kegiatan Bidang Pelayan Veteriner
Bidang Pelayanan Veteriner sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, selama
tahun 2013 telah melaksanakan kegiatan yang meliputi pelayanan teknik dengan
tugas memberikan pelayanan teknik kegiatan penyidikan dan pengujian
veteriner, dan pengembangan teknik dan metoda pengujian veteriner. Dan
informasi veteriner dengan tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan
analisis kegiatan penyidikan, pengujian veteriner di Wilayah kerja yang meliputi
Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
II.1.1 Seksi Pelayan Teknik
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, selama tuhan 2013 BB-Vet
Denpasar telah melaksanakan kegiatan investigasi, monitoring dan surveilans
penyakit hewan di Wilayah kerja yang meliputi Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat dan Nusa Tenggara Timur. Untuk kelancaran kegiatan investigasi,
monitoring, surveilans penyakit hewan dan proses penerimaan serta
pendistribusian sampel di laboratorium, BB-Vet Denpasar telah menyediakan
beberapa form sesuai dengan panduan mutu. Jumlah keseluruhan form yang
dipakai dalam setahun sebanyak 40.250 lembar. Form yang digunakan
dimaksud secara terperinci dapat dilihat pada jenis Form terlampir
II.1.1.1 Kegiatan Penyidikan / investigasi Penyakit Hewan
Pada tahun 2013 terjadi kasus penyakit di beberapa wilayah kerja BB-Vet
Denpasar, antara lain kasus Avian Influenza dan kasus Kematian Sapi yang
secara lengkap terangkum pada tabel 1 dibawah ini :
29
Tabel 1.Kegiatan Penyidikan/investigasi yang Dilaksanakan BB-Vet Denpasar di
Provinsi Bali Tahun 2013
LokasiNo. Kagiatan Kab./Kota Kec. DesaTanggalKegiatan
1 Investigasi AI Bangli Tembuku Yangapi, DsnKalang Ayar
12 Pebruari2013
2 Investigasi kasuskematian sapi
Tabanan Baturiti Batunya,Br. Juwuklegi
21 Nopember2013
3 Investigasi kasuskematian sapi
Buleleng Tejakula Sambirenteng 15 Desember2013
Pada tahun 2013 di Provinsi NTB terjadi Kasus AI pada Itik di Kabupaten
Lombok Tengah, di Desa Barejulat dan Kabupaten Lombok Timur Desa Kalijaga
Kecamatan Aikmel dapat terangkum sebagai berikut (tabel 2).
Tabel 2.Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan oleh BB-Vet
Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013
LokasiNo. Kagiatan Kab./Kota Kec. DesaTanggalKegiatan Hasil
1 InvestigasiAI
LombokTengah
Jonggat Barejulat 19-20Oktober 2013
Negatif AI
2 InvestigasiAI
LombokTimur
Aikmel Kalijaga 30 Oktober-1Nopember2013
Negatif AI
Pada Tanggal 3-4 Desember 2013 dilakukan investigasi khusus dalam rangka
melakukan pengamatan terhadap penyakit Jembrana dan Brucellosis pada sapi
Bali di Lingkungan Tanjung, Desa Klatak Kecamatan Kalipuro, Kabupaten
Banyuangi terangkum sebagai berikut (tabel 3).
Tabel 3.Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan oleh BB-Vet
Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013
LokasiNo. Kagiatan Kab./Kota Kec. Desa
TanggalKegiatan Hasil
1 InvestigasiPenyakitpada SapiBali (Bibit)
Banyuangi Kalipuro Klatak,LingkunganTanjung
3-4Desember2013
Negatifterhadap UjipenyakitJembranadan UjiBrucellosis
30
II.1.1.1.1. Investigasi AI di Yangapi, Dusun Kalanganyar, KecapatanTembuku Kabupaten Baangli.
Awalnya informasi dari seorang peternak bernama Nengah Rentet, tanggal 3
Pebruari 2013 keluarga ini membeli ayam kampung sebanyak 2 ekor dan bebek
sebanya 4 ekor dipasar galiran Kabupaten Klungkung untuk kepentingan
upacara adat. Pada malam harinya Keluarga Nengah Rentet 2 Orang
mengalami demam dan berobat ke seorang Perawat Kesehatan setempat. Mulai
tanggal 6 Pebruari tersebut sampai tanggal 12 Pebruari 2013 terjadi kematian
unggas milinya sebanyak 30 ekor ayam, bebek sebanyak 5 ekor dan entok
sebanyak 5 ekor. Kemudian pada tanggal 7 pebruari 2013 I Ketut Adiguna
saputra mengalami demam diikuti gejala batuk dan pilek.
Investigasi dilakukan pada tanggal 11 Pebruari oleh Dinas Peternakan dan
Perikanan darat ditemukan 1 ekor entok mati, dilakukan rapid test menunjukkan
hasil negative. Pada tanggal 12 pebruari 2013 Balai Besar Veteriner melakukan
Investigasi ke lokasi ditemukan 1 ekor ayam kampong dan 1 ekor entok yang
masih hidup dan menunjukkan geala tortikolis, berak putih. Selanutnya ternak
tersebut di bawa ke Lab.BBVet untuk pemeriksaan Patologi Anatomi. Hasil
Pemeriksaan P.A. ditemukan perubahan sbb.: hati terjadi Nekrosis, Limpa
Membesar, pancreas mengalami nekrosis, ginal membesar, otak mengalami
perdarahan, dan organ lain tidak mengalami perubahan. Hasil uji laboratorium
Negative.
II.1.1.1.2. Investigasi Kasus Kematian Sapi Br. Juwuklegi Desa Batunya,Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.
Investigasi kematian sapi ini awalnya dilaporkan oleh Puskeswan Baturiti
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, tanggal 21 Nopember 2013, berlokasi
pada kelompok ternak sapi” Simantri” 236 Gapoktan”Tunas Sejahtera” Br.
Juwuklegi, desa Batunya Kecamatan Baturiti, Kab. Tabanan. Jumlah populasi
ternak sapi 21 ekor telah divaksinasi SE dan vaksin Jembrana, kematian
sebanyak 4 ekor mulai bulan Agustus-Oktober, tanggal 21 Nopember 2013
terjadi kematian Sapi umur 1 Tahun milik Nyoman Nariana salah satu angggota
kelompok ternak simantri, Sebelum mati ternak tersebut sakit dengan gejala
31
klinis tidak ada nafsu makan, gemetar dan cermin hidung kering. Selanjutnya
ternak tersebut di dilakukan bedah bangkai, Perubahan Patologi Anatomi (PA)
sbb: Pada organ Hati ada bercak Kuning ( pengkejuan), sampel yang di bawa ke
Lab.BBVet untuk pemeriksaan Patologi Anatomi dan uji laboratorium adlah
Organ untuk pemeriksaan Histopatologi (HP), Organ segar untuk pemeriksaan
Bakteri (isolasi Bakteri), Feses untuk pemeriksaan PGI, PUD untuk pemeriksaan
Parasitologi, Darah untuk Pemeriksaan Jembrana di Laboratorium Biotek,Serum
untuk Pemeriksaan ELISA di Laboratorium Virologi dan pemeriksaan penyakit
SE. Hasil Pemeriksaan P.A. ditemukan perubahan hati terjadi nekrosis dan
organ lain tidak mengalami perubahan. Hasil uji laboratorium Negative
Jembrana dan SE.
II.1.1.1.3. Investigasi Kasus Kematian Sapi di Desa SambirentengKecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.
Laporan dalam bentuk SMS dari Puskeswan Tejakula menyampaikan bahwa
Gabungan Kelompok Penerima Bantuan Gubernur Bali dalam Program Simantri
mengalami sakit. Nama Gapoktan tersebut adalah Gapoktan Amerta Boga,
Kelompok Tani lebah madu, Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula. Awlnya
Sapi dalam kondisi sehat dengan Performa yang Baik, pemberian pakan sudah
baik dengan pemberian daun enau yang masih muda dan rumput lapangan,
sampai tanggal 14 Desember menampakkan gejala sakit, dengan gejala klinis
tidak ada nafsu makan, cermin hidung kering dan tidak mau minum. Tanggal 15
Desember 2031 hidung mengeluarkan eksudat. Pengobatan diberikan antibiotic
Gentamycin dan pemberian Obat cacing.
Pengambilan sampel berupa serum, darah,dan feses. Dilakukan uji Elisa SE, JD
dan Parasitologi. Hasil uji tersebut menunjukan negative antibody SE, Negative
antibody JD dan uji Parasitologi ditemukan 4000 opg Eimeria sp ( protozoa ),
danui sedimentasi hasilna negative atau tidak ditemukan trematoda.
32
II.1.1.1.4. Investigasi AI di Desa Barejulat, Kecamatan Jonggat,Kabupaten Lombok Tengah.
Investigasi ini dilakukan karena laporan dari petugas Lab. tipe B dan Petugas
Lapangan Lombok tengah NTB, bahwa telah terjadi kematian itik di kelompok
ternak itik di Desa Barejulat, kematian itik di Kelompok peternak Barejulat Kec.
Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Kematian itik sudah terjadi dan adanya
penjualan itik sisa yang masih sakit ke pasar rakyat membuat pengamatan
pengambilan sampel tidak maksimal.
Pengambilan sampel terhadap itik di Desa Barejulat Kec. Jonggat berupa 20
swab,1 tabung sampel organ dan 20 serum. Pengambilan sampel sangat
terbatas karena ternak itik sudah mulai sehat. Hasil uji serologis dan isolasi virus
adalan negative AI maupun ND.
II.1.1.1.5. Investigasi AI di Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, KabupatenLombok Timur.
Investigasi ini dilakukan karena laporan dari petugas puskeswan Aikmel,
Lombok timur NTB, bahwa telah terjadi kematian itik di kelompok ternak itik di
Desa Kalijaga Kec, Aikmel, kematian itik di dua lokasi 1). Kelompok peternak
bamu tulen Kec. Aikmel dan 2). Didesa Memben Daya Kec. Wanasaba
Kabupaten Lombok Timur. Kematian itik sudah terjadi seminggu sesudah
adanya pemasukan itik dari pemerintah pada tanggal 25 September 2013. Hasil
rapid Test dari Puskeswan oleh Drh. Hultatang : positive AI.
Team Investigasi melakukan pengambilan sampel terhadap 10 Flok yang ada di
desa Aikmet berupa 10 swab dan 10 serum. Pengambilan sampel sangat
terbatas karena ternak itik sudah mulai sehat dan berproduksi. Dan di desa
Memben daya kecamatan Wonosobo milik peternak supriyadi dilakukan
pengambilan 6 sampel swab itik, 1 swab ayam, 6 serum itik dan 1 serum ayam.
Hasil uji serologis dan isolasi virus adalan negative AI maupun ND.
33
II.1.1.1.6. Investigasi Khusus Pengamatan Terhadap Penyakit Jembranadan Brucellosis Pada Sapi Bali di Lingkungan Tanjung, DesaKlatak Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuangi.
Pengambilan sampel dan pengamatan dilaksanakan pada 3 kandang
penampungan milik Sapuan / Nawi dilingkungan Tanjung, desa Klatak, Kec.
Kalipuro, Kabupaten Banyuangi. Selama pengamatan terhadap 245 sapi bibit
yang akan diantar pulaukan tersebut tidak ada yang menunjukkan gejala klinis
penyakit Jembrana dan secara umum dalam keadaan sehat. Namun
berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Banyuangi dan
penanggungjawab Karantina Pertanian Ketapang disinyalir adanya
penyelundupan sapi-sapi dari Bali melalui pelabuhan –pelabuhan yang belum
ditetapkan (pelabuhan rakyat).
Sampel serum yang diambil sebanyak populasi ternak yang diinvestigasi
sebanyak 245 ternak bibit. Sehingga serum yang diambil 245 sampel dan diuji
terhadap antibodi JD dan antibody Brucellosis. Hasil Uji tersebut menunjukkan
bahwa seluruh sampel serum negative terhadap antibody JD dan antibodi
Brucellosis.
II.1.1.2 Kegiatan Monitoring Penyakit Hewan
Kegiatan monitoring penyakit hewan dilaksanakan terutama untuk mengetahui
secara dini adanya sinyal penyakit hewan strategis disuatu wilayah, yang
tampaknya tidak terjadi letupan/outbreak, sehingga tindak pencegahannya dapat
dilakukan lebih awal. Kegiatan monitoring dilaksanakan di beberapa wilayah
balai berupa pengambilan sampel untuk melihat gambaran titer antibodi dan,
adanya antigen ataupun adanya agen penyakit pada ternak.
Selain itu pada tahun 2013 BB-Vet Denpasar juga melaksanakan monitoring
penyakit hewan non strategis yang disebabkan oleh parasit gastrointestinal dan
fasciolosis. Hal ini dipandang perlu karena meskipun penyakit ini tidak
menimbulkan kematian tinggi tetapi secara financial mengakibatkan kerugian
ekonomi yang sangat berarti karena hewan terhambat perkembangannya.
34
Secara lengkap hasil monitoring penyakit hewan parasit gastrointestinal tertera
pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 4.Hasil Monitoring Penyakit Parasit Gastrointestinal pada Sapi Bali di
Provinsi Bali, NTB, dan NTT Tahun 2013.
LokasiI JumlahSampel
PositifTrematoda
PositifNematoda
PositifCoccidia
PrevalensiPGI ( % )
BALI 1124 489(43.5%)
198(17.6%)
262(23.3%)
757(67.3%)
NTB 221 97 (43.9%) 40(18.1%) 25.(11.3%) 125 (56.6%)
NTT 174 21 (12.2%) 25 (14.4%) 38(21.8%) 72 (41.4%)
TOTAL 1519 142(26.1%) 80 (14.7%) 8 (1.6%) 231 (42.5%)
II.1.1.2.1. Monitoring Penyakit Mulut dan Kuku
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah suatu penyakit yang sangat menular
pada hewan berkuku genap (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan rusa).
Angka mortalitas (kematian) akibat serangan penyakit ini rendah, namun
kerugian secara ekonomis yang timbul akibat serangan penyakit sangat besar
karena terjadi penurunan berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan
tenaga kerja, hambatan pertumbuhan dan hambatan lalu lintas ternak.
Surveilans PMK dilaksanakan di Provinsi Bali (Tabel 5). Sampel yang diambil
berupa serum Sapi dan uji yang dilakukan ELISA untuk melihat titer antibodi
PMK. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 1408 serum dari Provinsi Bali
dengan Hasil pemeriksaan seluruhnya menunjukkan negatif antibodi PMK.
35
Tabel 5.Hasil surveilans Penyakit Mulut Kuku (PMK)
di Provinsi Bali Tahun 2013
Provinsi Kabupaten Kecamatan SeroPositif
SeroNegatif Total
BALI BADUNG KUTA
KUTA UTARA
MENGWI
TOTAL SAMPEL
0
0
0
0
5
6
19
30
5
6
19
30
BANGLI SUSUTTOTAL SAMPEL
0
0
50
50
50
50
BULELENG BULELENG
SERIRIT
SUKASADA
TOTAL SAMPEL
0
0
0
0
50
50
152
252
50
50
152
252
DENPASAR DENPASAR
SELATAN
TOTAL SAMPEL
0
0
49
49
49
49
GIANYAR BLAHBATUH
TEGALALANG
TOTAL SAMPEL
0
0
0
50
100
150
50
100
150
JEMBRANA MELAYA
PEKUTATAN
TOTAL SAMPEL
0
0
0
43
299
342
43
299
342
KARANGASEM BEBANDEM
KUBU
MANGGIS
TOTAL SAMPEL
0
0
0
0
50
233
50
333
50
233
50
333
KLUNGKUNG DAWAN
TOTAL SAMPEL0
0
50
50
50
50
TABANAN BATURITI
KERAMBITAN
TOTAL SAMPEL
0
0
0
100
52
152
100
52
152
Grand Total Bali 0 1408 1408
Sampel yang diuji dari propinsi Nusa Tenggara Timur (Tabel 6) sejumlah 100
sampel serum yang diambil di kabupaten Belu. Dari hasil pengujian diperoleh
hasil semua sampel serum sapi negatif antibodi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
36
Tabel 6.Prevalensi antibodi PMK di provinsi Nusa Tenggara Timur
Provinsi Kabupaten Kecamatan SeroPositif
SeroNegatif Total
NUSA
TENGGARA
TIMUR
BELU LASIOLAT
NANAET DUABESI
RAI MANUK
TASIFETO BARAT
TASIFETO TIMUR
TOTAL SAMPEL
0
0
0
0
0
0
6
39
17
13
25
100
6
39
17
13
25
100
Total 0 100 100
II.1.1.2.2. Monitoring Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)
Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) atau yang biasa disebut penyakit sapi
gila merupakan penyakit yang dapat ditemukan pada sapi, ditandai dengan
gejala saraf dan biasanya berakhir dengan kematian. Indonesia sampai saat ini
merupakan negara yang masih bebas dari kasus BSE. Untuk mempertahankan
kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah-langkah antara lain:
penghentian importasi hewan ruminansia dan produknya yang berasal dari
negara tertular BSE, pelarangan penggunaan tepung daging dan tulang (TDT)
dan meat bone meal (MBM) asal ruminansia sebagai pakan ternak ruminansia
serta melakukan surveilans dan kajian resiko setiap tahun secara berkelanjutan.
Pada tabel 7 dapat dilihat hasil surveilans Bovine Spongiform Enchepahopathy
(BSE) yang dilaksanakan di provinsi Bali,NTB dan NTT pada tahun 2013.
Sampel pemeriksaan berupa otak diambil dari sapi yang dipotong di Rumah
Potong Hewan (RPH) dan diuji dengan metoda Histopatologi. Dari 366 sampel
yang diperiksa seluruhnya menunjukkan negatif BSE.
37
Tabel 7.Hasil Surveilance dan Monitoring BSE dari RPH Kabupaten/Kota di
Provinsi Bali NTB dan NTT Tahun 2013.
Jenis Kelamin HasilNo Prov. Kab./Kota
JmlSmpl Betina Jantan T.D.
Jenis UjiNeg. Pos.
Karangasem 23 23 0 - Histopatologi 23 01 Bali
Buleleng 4 4 0 - Histopatologi 4 0
Mataram 126 31 95 - Histopatologi 126 0
Lombok Brt 2 1 1 - Histopatologi 2 0
2 NTB
Sumbawa 12 11 1 - Histopatologi 12 0
3 NTT Kupang 199 112 8 79 Histopatologi 199 0
Jumlah total sampel 366 182 105 79 366 0
Catatan: T.D. : Tidak ada Data
II.1.1.2.3. Monitoring Penyakit AnthraksDalam rangka monitoring penyakit anthraks dilakukan Uji serologis menunjukan
bahwa jumlah sampel yang positif mengandung antibodi anthrax di Kabupaten
Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur seperti
dalam Tabel 8, 9,10 dan 11.
Tabel 8.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat Daya
Positif AntibodiAnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel Jumlah (%)Wewewa Timur 26 16 61,54Wewewa Utara 36 35 97,22Wewewa Selatan 43 24 55,81Wewewa Tengah 164 58 35,37Wewewa Barat 92 51 55,44Kodi 111 73 65,77Kodi Balaghar 39 36 92,31Kodi Utara 62 41 66,13Kodi Bagedo 73 54 73,97Loura 236 109 46,19Kota Tambolaka 206 159 77,18%
Sumba BaratDaya
Jumlah 1088 656 60,29
38
Tabel 9.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat
Positif Antibodi AnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel Jumlah (%)Kota Wikabubak 68 59 86,76Lamboya 267 144 53,93Lamboya Barat 407 328 80,59Loli 101 79 78,22Tana Righu 202 43 21,29Wanukaka 166 146 87,96
Sumba Barat
Jumlah 1211 799 65,99
Tabel 10.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Tengah
Positif AntibodiAnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel Jumlah (%)Umbu Ratu Nggay 484 248 51,24%Umbu R. N. Barat 262 84 32,06%Katikutana 97 58 59,79%Katikutana Selatan 106 79 74,53%Mamboro 577 343 59,45%
Sumba Tengah
Jumlah 1526 812 53,21%
39
Tabel 11.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Timur
Positif AntibodiAnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel Jumlah (%)Matawai La Pawu 220 202 91,82%Pandawai 497 377 75,86%Haharu 48 22 45,83%Kahaungu Ety 69 65 94,2%Katala Hamu Lingu 56 50 89,29%Kambata Mapambuhang 61 49 80,33%Kanatang 70 60 85,71%Lewa 102 59 57,8%Umalulu 87 66 75,86%Ngadu Ngala 67 48 71,64%Rindi 101 91 90,1%Pinupahar 53 39 73,58%Nggaha Ori Angu 139 112 80,58%Karera 53 50 94,34%Lewa Tidahu 54 44 81,48%Tabundung 100 78 78%Kambera 21 6 28,57%Kota Waingapu 4 2 50%Pahunga Lodu 343 261 76,09%Wulla Waijellu 66 52 78,79%Mahu 0 0 0Paberiwai 0 0 0
Sumba Timur
Jumlah 2211 1736 78,52%
Secara geografis Pulau Sumba terdiri dari daerah perbukitan dan sulit dijangkau
serta keterbatasan dana yang ada, pengambilan sampel dilapangan dilakukan
dengan cara kerjasama BBVet Denpasar dengan dinas yang menangani
kesehatan hewan di masing-masing kabupaten terutama kerjasama dengan
Puskeswan di masing-masing wilayah. Dengan cara pengambilan sampel
seperti ini sampel yang diambil sebanyak 6.036 sampel serum sudah sesuai
dengan target sampel yang ditetapkan.
Secara umum provinsi NTB dan NTT, dibeberapa wilayahnya merupakan
daerah endemis Anthraks dan dilakukan vaksinasi anthraks. Untuk melihat
tingkat kekebalan ternak setelah divaksinasi, dilakukan kegiatan monitoring post
vaksinasi. Hasil Uji Elisa menunjukan bahwa jumlah sampel yang positif
mengandung antibodi anthrax di wilayah kerja BBVet Denpasar seperti dalam
Tabel 12 dan 13.
40
Tabel 12.Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTB
Kabupaten Kecamatan JumlahSampel
Positif AntibodiAnthrax
Pringarata 205 0Jonggat 100 1Janapriye 100 4
Lombok Tengah
Jumlah 405 5 (1,2%)Tanjung Gangga 201 5Lombok Utara
Jumlah 201 5 (2,5%)Narmada 72 1Gerung 108 0Kediri 20 0
Lombok Barat
Jumlah 200 1 (0,5%)Aikmal 36 5Selong 35 0Masbagik 38 1
Lombok Timur
Jumlah 109 6 (5,5%)Moyo Hilir 51 13Lape 58 8Lunyuk 100 63
Sumbawa
Jumlah 209 84 (40,19%)Ambalawi 100 100Sanggar 100 96
Bima
Junlah 200 196 (98%)Woja 126 101Dompu 71 56
Dompu
Jumlah 197 157 (79,70%)TOTAL 1.521
41
Tabel 13.Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTT
Secara goegrafis wilayah kerja BBVet Denpasar terdiri dari daerah perbukitan
dan sulit dijangkau serta keterbatasan dana yang ada, pengambilan sampel
dilapangan dilakukan dengan cara kerjasama BBVet Denpasar dengan dinas
yang menangani kesehatan hewan di masing-masing kabupaten terutama
Kabupaten Kecamatan JumlahSampel
Positif AntibodiAnthrax
Magepanda 100 47SikkaJumlah 100 47 (47%)
Maurrole 111 55Ndori 29 5Lapembusu Kelisuka 71 20Moo Karo 36 5
Ende
Jumlah 247 85 (34,41%)Hawumehara 87 87Sabu Barat 91 91
Sabu Raijua
Jumlah 178 178 (100%)Fatuleu 87 0Sulamu 48 0Kupang Timur 40 0
Kupang
Jumlah 175 0Insana Tengah 127 0Insana Barat 39 0Insana 31 0Naibenu 3 0Musi 14 0
TTU
Jumlah 214 0Amartoban Selatan 10 0Kuatnana 20 0Kolbano 20 0Aban Tengah 10 0Amanuban Tengah 10 0Amanuban Selatan 196 0Toinanas 10 0Mollo Tengah 30 0Polen 10 0Kie 18 0AmanatunSelatan 22 0Kuanfatu 10 0Tobu 10 0
TTS
Jumlah 368 0Sasitamean 87 0Kota Atambua 12 0Raimanuk 50 0Botin Leolebe 43 0Malaka Tengah 68 0
Belu
Jumlah 260 0Total 1.542
42
kerjasama dengan Puskeswan di masing-masing wilayah. Dengan cara
pengambilan sampel seperti ini sampel yang diambil sebanyak 3.063 sampel
serum sudah sesuai dengan target sampel yang ditetapkan.
II.1.1.2.4. Monitoring Rabies
Pada pelaksanaan kegiatan serosurveilans berhasil dikumpulkan sebanyak
2.576 sampel serum yang terdiri atas sampel serum asal provinsi Bali sebanyak
1.883 sampel, dari provinsi NTB sebanyak 172 sampel dan dari provinsi NTT
sebanyak 521 sampel Hasil uji ELISA dari sampel serum asal provinsi Bali
menunjukkan sebanyak 68.3% dari sampel yang diambil positif antibodi rabies.
Sedangkan persentase seropositif antibodi dari provinsi NTB dan NTT berturut-
turut 0.6% dan 45,3%.(Tabel 14)
Persentase seropositif antibodi Rabies di provinsi Bali tahun 2013 ini sedikit
lebih rendah dibandingkan dengan persentase seropositif tahun 2012. yang
mencapai 84.4% setelah enam bulan pascavaksinasi. Menurunnya persentase
seropositif antibodi ini erat kaitannya dengan sempat terjadinya kekosongan
vaksin Rabies di Bali sehingga banyak anjing yang pelaksaan vaksinasinya tidak
sesuai dengan jadwal. Hal ini secara otomatis berpengaruh terhadap
menurunnya titer antibodi karena ada jeda waktu pelaksanaan vaksinasi. Selain
itu rendahnya persentase seropositif ini kemungkinan disebabkan karena
banyaknya anjing kelahiran baru yang tidak divaksinasi. Data jumlah sampel dan
hasil uji ELISA Rabies di Provinsi Bali selengkapnya seperti tersaji pada Tabel
15.
Hasil uji ELISA sampel serum asal NTB menunjukkan ada 1 sampel yang positif
antibodi Rabies, namun hasil konfirmasi sampel otak anjing tersebut dengan uji
FAT menunjukkan negatif virus Rabies. (Tabel 16)
Hasil uji ELISA terhadap sampel serum asal NTT menunjukkan 45,3% dari
sampel serum yang diuji, positif antibodi Rabies. Dari hasil uji ELISA
menunjukkan masih ada anjing yang divaksinasi, memberikan hasil uji ELISA
negatif. Hasil uji selengkapnya seperti tersaji pada Tabel 17.
43
Tabel 14.Hasil Uji ELISA sampel serum asal povinsi Bali , NTB dan NTT
Tahun 2013
Provinsi JumlahSampel
JumlahPositif Elisa Persentase
Bali 1879 1287 68.5
Nusa Tenggara Barat 172 1 0.59
Nusa Tenggara Timur 521 236 45.3
Total 2576 1524 59.1
Tabel 15. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi Bali Tahun 2013
No Kabupaten/Kota
Jumlahsampel
Jumlahpositif
Persentasepositif
1 Badung 215 139 64.72 Buleleng 268 192 71.63 Karangasem 205 152 74.14 Bangli 225 168 74.75 Gianyar 192 110 57.36 Denpasar 69 45 65.27 Jembrana 196 147 75.08 Tabanan 251 168 66.99 Klungkung 262 174 66.4
Total 1883 1287 68.3
Tabel 16.Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTB Tahun 2013
No. Kabupaten/Kota
Jumlahsampel
Jumlahpositif
Persentasepositif
1 Mataram 73 1 1.32 Lombok Barat 50 0 03 Lombok Timur 49 0 0
Total 172 1 0.6
Tabel 17.Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTT Tahun 2013
No. Kabupaten/Kota
Jumlahsampel
Jumlahpositif
Persentasepositif
1 Ngada 134 69 51.52 Nagekeo 109 73 66.93 Kupang 106 0 04 Sikka 172 94 54.7
Total 521 236 45.3
44
II.1.1.2.5. Monitoring Brucellosis
Pulau Sumbawa sudah dinyatakan bebas brucellosis sejak tahun 2005. Langkah
yang dilakukan untuk dapat mempertahankan kedua pulau tersebut tetap
sebagai daerah bebas brucellosis dengan memperketat pengawasan lalu lintas
ternak, maka diperlukan surveilans yang berkelanjutan sebagai langkah deteksi
dini dalam rangka memonitor kemungkinan masuknya/munculnya reaktor baru di
wilayah tersebut. Sampel serum diuji secara RBPT sebagai uji skrining
kemudian dilanjutkan dengan uji CFT.
Kejadian brucellosis secara serologis telah ditemukan di beberapa pulau di
Indonesia, kecuali Provinsi Bali yang dinyatakan bebas secara historis dan
Provinsi NTB yang telah berhasil dibebaskan melalui survei massal selama 3
tahun berturut-turut. Dari pengamatan perkembangan penyakit akhir-akhir ini,
kejadian brucellosis di beberapa daerah di Indonesia cenderung semakin
meningkat baik dari segi jumlah (tingkat prevalensi atau insiden reaktor) maupun
dalam penyebarannya (distribusi), tentu hal ini sangat mengancam pertumbuhan
peternakan (sapi dan kerbau) (Putra, dkk, 2006). Penyakit brucellosis sudah
dikenal secara luas dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar
(Putra, 2001). Pulau Lombok sudah dinyatakan bebas brucellosis sejak tahun
2002 dan Pulau Sumbawa tahun 2005. Untuk mempertahankan ketiga pulau
tersebut tetap sebagai daerah bebas brucellosis, maka diperlukan surveilans
yang berkesinambungan, sebagai langkah deteksi dini.
Lokasi surveilans dan monitoring brucellosis secara serologis dilakukan dengan
menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan
desa sebagai satuan unit sampling. Kegiatan pengambilan sampel dilakukan
bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten/Kota di wilayah kerja serta
melibatkan Kabid/Kasie Kesehatan Hewan, dokter hewan/medik veteriner dan
paramedik veteriner pada puskeswan yang tersebar di wilayah kerja, khususnya
di Provinsi Bali, NTB dan NTT. Sampel serum diuji secara RBPT sebagai uji
skrining jika ada positif antibody brucella kemudian dilanjutkan dengan uji CFT.
Hasil pengujian terhadap sampel serum di Provinsi Bali dari 9 kabupaten
sebanyak 1.979 sampel serum dan di Provinsi NTB sebanyak 1.372 sampel
serum semua sampel negatif antibodi brucella. Sedangkan sampel serum di
45
Provinsi NTT sebanyak 1.201 (5 sampel positif CFT dari 203 sampel serum
yang diuji di Kabupaten Belu). Hasil uji ini belum bisa membedakan positif dari
infeksi alam atau dari vaksinasi karena data vaksinasi dari masing-masing
hewan tidak jelas. Sehingga disarankan data vaksinasi agar tercatat dengan
jelas. Untuk dapat mempertahankan Pulau Bali, Lombok dan Sumbawa tetap
sebagai daerah bebas brucellosis, maka diperlukan pengawasan lalu lintas
ternak yang lebih ketat dan surveilans yang berkelanjutan.
Hasil Uji serologis RBPT dan CFT di wilayah kerja BBVet Denpasar seperti pada
Tabel 18, 19 dan 20.
Tabel 18.Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi Bali
No. Kabupaten Kecamatan JumlahSampel Hasil Uji RBT
Baturiti 249 NegatifPupuan 111 NegatifKediri 23 Negatif
1 Tabanan
Jumlah 383 NegatifBangli 42 NegatifSusut 113 NegatifKintamani 91 Negatif
2 Bangli
Jumlah 246 NegatifKubu 269 NegatifKarangasem 45 Negatif
3 Karangasem
Jumlah 314 NegatifSeririt 150 NegatifSukasada 149 NegatifTejakula 150 Negatif
4 Buleleng
Jumlah 449 NegatifBanjarangkan 50 Negatif5 Klungkung
Jumlah 50 NegatifMelaya 50 NegatifMendoyo 201 Negatif
6 Jembrana
Jumlah 251 NegatifTegalalang 108 NegatifPayangan 42 NegatifGianyar 39 Negatif
7 Gianyar
Jumlah 186 Negatif50 Negatif8 Badung
Jumlah 50 Negatif50 Negatif9 Denpasar50 Negatif
Total 1.979 Negatif
46
Tabel 19.Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi NTB
Kabupaten Kecamatan JumlahSampel Hasil Uji RBT
Pringarata 205 NegatifJonggat 100 NegatifJanapriye 100 Negatif
Lombok Tengah
Jumlah 405 NegatifNarmada 72 NegatifGerung 108 NegatifKediri 20 Negatif
Lombok Barat
Junlah 200 NegatifAikmal 36 NegatifSelong 35 NegatifMasbagik 38 Negatif
Lombok Timur
Jumlah 109 NegatifTanjung Gangga 52 NegatifLombok Utara
Jumlah 52 NegatifMoyo Hilir 51 NegatifLape 58 NegatifLunyuk 100 Negatif
Sumbawa
Jumlah 209 NegatifAmbalawi 100 NegatifSanggar 100 Negatif
Bima
Jumlah 200 NegatifWoja 126 NegatifDompu 71 Negatif
Dompu
Junlah 197 NegatifTotal 1.372
47
Tabel 20.Hasil Uji Serologis Brucellosis Provinsi NTT
II.1.1.3 Surveilans Penyakit Hewan
Kegiatan Surveilans penyakit hewan yang dilaksanakan BB-Vet pada tahun
2013 adalah ditujukan untuk Penyakit Strategis Nasional dan penyakit Non
strategis yang diregional sangat potensial timbul.
Hasil UjiKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel RBPT CFT
Nangapenda 34 Negatif NegatifEnde 53 Negatif NegatifDetusuko 52 Negatif NegatifWewaria 59 Negatif NegatifMaurrole 111 Negatif NegatifNdori 29 Negatif NegatifLepembusu Kelisuka 71 Negatif NegatifMoo Karo 35 Negatif Negatif
Ende
Jumlah 444 Negatif NegatifHawumehara 87 Negatif NegatifSabu Barat 91 Negatif Negatif
Sabu Raijua
Jumlah 178 Negatif NegatifSasitamean 87 Positif 1, Positif 1,Kota Atambua 12 Positif 2, Positif 2,Raimanuk 10 Negatif NegatifBotin Leolebe 43 Negatif NegatifMalaka Tengah 51 Positif 2, Positif 2,Raihat 0 Negatif NegatifLasiolat 0 Negatif NegatifTasifeto 0 Negatif Negatif
Belu
Jumlah 203 Positif 5, Positif 5,Amartoban Selatan 10 Negatif NegatifKuatnana 20 Negatif NegatifKolbano 20 Negatif NegatifAban Tengah 10 Negatif NegatifAmanuban Tengah 10 Negatif NegatifAmanuban Selatan 196 Negatif NegatifToianas 10 Negatif NegatifMollo Tengah 30 Negatif NegatifPolen 10 Negatif NegatifKie 18 Negatif NegatifAmanatunSelatan 22 Negatif Negatif
TTS
Kuanfatu 10 Negatif NegatifTobu 10 Negatif Negatif
Jumlah 376 Negatif NegatifTotal 1.201
48
Surveilans dilaksanakan di tiga wilayah Provinsi secara prioritas dan terintegrasi,
seperti misalnya surveilans penyakit strategis rabies di Bali dan NTT, Hog
Cholera di Bali dan NTT, AI di Bali dan NTT, Bruccellosis di Bali dan NTT. Selain
itu BB-Vet Denpasar melaksanakan juga surveilans penyakit Jembrana di
Provinsi Bali dan NTB serta surveilans penyakit Surra di Pulau Sumba NTT.
II.1.1.3.1. Surveilans Brucellosis di Provinsi NTT
Pulau Sumba saat ini terbagi menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba
Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Di Pulau Sumba
pertama kali dilaporkan kejadian brucellosis pada tahun 1996 positif pada uji
RBT, selanjutnya positif pada uji CFT pada tahun 1997 yaitu di Kabupaten
Sumba Timur ( Putra, dkk.,1997). Sementara prevalensi penyakit ini masih
sangat rendah, tindakan pemberantasan merupakan upaya terbaik sebelum
berkembang menjadi yang lebih besar. Dalam rangka rencana program
pemberantasan brucellosis di Pulau Sumba maka perlu dilakukan surveilans
brucellosis kembali untuk mendapatkan data prevalensi reaktor yang lebih akurat.
Pengambilan sampel serum diuji secara RBPT selanjutnya dikonfirmasi dengan
uji CFT. Berdasarkan data populasi sapi dan kerbau tahun 2012 dari masing-
masing kabupaten di Pulau Sumba, maka dapat diestimasikan besaran sampel
yang harus diambil dalam rangka pembebasan brucellosis, sesuai dengan total
populasi sapi dan kerbau betina umur 12 bulan atau lebih. Estimasi besaran
sampel tahun 2013 dari masing – masing kabupaten ditampilkan dalam Tabel
21.
Tabel 21.Data Populasi Ternak , Estimasi dan Besaran Sampel
dari Masing–Masing Kabupaten
No Kabupaten PopulasiSapi
PopulasiKerbau
Populasi Sapi &Kerbau ≥ 1 th Estimasi sampel
1 Sumba Barat Daya 2.684 14.699 10.845 9.610
2 Sumba Barat 1.138 9.946 6.046 5.455
3 Sumba Tengah 7.497 8.759 8.905 7.922
4 Sumba Timur 35.814 27.407 25.733 17.013
Total 47.133 60.811 51.529 40.000
49
Hasil surveilans brucellosis di Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 10.905
sampel serum negatif RBPT, Sumba Barat sebanyak 7.356 sampel serum
negatif RBPT, Sumba Tengah sebanyak 9.183 sampel serum positif dua
sampel RBPT, Negatif CFT dan Sumba Timur sebanyak 18.947 negatif RBPT
dan Kontrol sampel BB-Vet sebanyak 2.550 negatif. Sehingga total jumlah
sampel yang di uji sebesar 49.571 sampel, Tabel 22. Berdasarkan data ini Pulau
Sumba memungkinkan untuk dilakukan pembebasan.
Tabel 22.Hasil Uji RBPT Sampel Serum dari Pulau Sumba Tahun 2013
Kabupaten Jumlah Sampel Hasil Uji RBPT
Sumba Barat Daya 10.905 NegatifSumba Barat 7.356 NegatifSumba Tengah 9.813 NegatifSumba Timur 18.947 NegatifKontrol sampel BBVet Denpasar 2.550 Negatif
Jumlah 49.571 Negatif
II.1.1.3.2. Surveilans Septicaemia Epizootica (SE)
Surveilans serologis penyakit SE telah dilaksanakan untuk mengetahui
prevalensi antibodi SE di Bali. Pengambilan serum sapi secara acak dilakukan
diseluruh kabupaten kota di Bali untuk kemudian dilakukan pemeriksaan
terhadap adanya antibodi SE dengan metoda ELISA.
Dari 3465 sampel serum sapi yang diperiksa di Provinsi Bali, diketahui sebanyak
845 (24,39%) menunjukkan positif terhadap antibodi SE. Di Provinsin NTT dari
1.372 sampel sapi dan kerbau sebanyak 534 (38,92%) menunjukan positif
antibodi SE. Di Provinsi NTB di Kabupaten Sumbawa dari 209 sampel sebanyak
56 (26,79%) positif antibodi SE dan kabupaten Bima dari 300 sampel sebanyak
200 (66,67%) positif antibodi SE. Hasil ini menunjukan prevalensi antibodi SE di
masing-masing kabupaten/kota umumnya rendah. Rendahnya titer antibodi
kemungkinan disebabkan cakupan vaksinasinya rendah. Dari hasil ini dipandang
perlu dikaji ulang tentang strategi vaksinasi SE di daerah endemik.
50
Hasil pengujian sampel serum di Pulau Lombok meskipun tidak melakukan
program vaksinasi SE di dapatkan ada beberapa sampel positif antibodi SE
seperti di Kabupaten Lombok Utara 2 (3,8%) dari 52 sampel, Lombok Barat 3
(1,5%) dari 200 sampel dan di Lombok Timur 1 (2,7%) dari 109 sampel. Hasil
positif antibodi di Pulau Lombok ini sulit diinterprestasikan, mengingat menurut
Putra (1992) melaporkan bahwa di Pulau Lombok dimana tidak ada laporan
kasus SE dan tidak ada program vaksinasi SE namun sekitar 60% dari ternak
yang disampel mengandung antibodi protektif terhadap penyakit SE.
Secara umum dari hasil surveilans SE di Bali, NTT dan NTB (kecuali Kabupaten
Lombok Tengah) tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa program vaksinasi SE
belum optimal. Mengingat rendahnya titer antibodi positif mengakibatkan tingkat
kekebalan kelompok ternak rentan menjadi rendah kemungkinan terjadinya
kasus di lapangan sangat besar. Untuk itu disarankan vaksinasi SE agar tetap
dilakukan secara berkelanjutan dengan cakupan yang lebih optimal serta tetap
memperketat pengawasan lalu lintas ternak.
51
Tabel 23.Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi di Provinsi Bali
Positif Antibodi SENo Kabupaten Kecamatan JumlahSampel Jumlah %
Baturiti 249 11 4,42Penebel 67 43 64,18Pupuan 111 25 22,52Selemadeg Barat 22 0 0Kediri 23 4 17,39
1 Tabanan
Jumlah 472 83 17,58Kuta Selatan 50 40 80Petang 55 12 21,82Mengwi 90 3 3,33
2 Badung
Jumlah 195 55 28,21Tembuku 118 0 0Bangli 54 3 5,55Susut 113 14 12,38Kintamani 91 10 10,98
3 Bangli
Jumlah 376 27 7,18Denpasar Utara 50 0 0Denpasar Timur 100 0 0Denpasar Barat 22 4 18,18
4 Denpasar
Jumlah 172 4 2,32Kubu 269 56 20,81Manggis 50 0 0Abang 50 0 0
5 Karangasem
Selat 31 0 0Jumlah 400 56 14
Seririt 150 0 0Sukasada 109 45 41,28Tejakula 150 5 3,33Busungbiu 87 11 12,64
6 Buleleng
Jumlah 496 61 12,3Klungkung 144 43 29,86Banjarangkan 100 8 8
7 Klungkung
Jumlah 244 51 20,9Pekutatan 404 255 63,11Melaya 50 4 8Jembrana 30 0 0Mendoyo 201 109 54,22
8 Jembrana
Jumlah 685 368 53,72Sukawati 40 0 0Tegalalang 258 120 46,51Payangan 42 19 45,23Tampak Siring 43 1 2,32Gianyar 42 0 0
9 Gianyar
Jumlah 425 140 32,9
52
Tabel 24.Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau
di beberapa Kabupaten Provinsi NTB
Positif Antibodi SEKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel Jumlah (%)Pringarata 205 0 0Jonggat 100 0 0Janapriye 100 0 0
Lombok Tengah
Jumlah 405 0 0Tanjung gangga 52 2 3,8Lombok Utara
Jumlah 52 2 3,8Narmada 72 1 1.4Gerung 108 2 1,9Kediri 20 0 0
Lombok Barat
Jumlah 200 3 1,5Aikmal 36 1 2,7Selong 35 0 0Masbagik 38 0 0
Lombok Timur
Jumlah 109 1 0,9Moyo Hilir 51 0 0Lape 58 6 10,34Lunyuk 100 50 50
Sumbawa
Jumlah 209 56 26,79Ambalawi 200 100 50Sanggar 100 100 100
Bima
Jumlah 300 200 66,67
53
Tabel 25.Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau
di beberapa Kabupaten Provinsi NTT
Positif Antibodi SEKabupaten Kecamatan Jumlah
Sampel Jumlah (%)Maurrole 111 33 29,73Ndori 29 0 0Lapembusu Kelisuka 71 8 11,27Moo Karo 36 14 38,89
Ende
Jumlah 247 55 22,27Hawumehara 87 25 28,73Sabu Barat 91 41 45,05
Saburaijua
Jumlah 178 66 37,08Fatuleu 87 12 13,79Sulamu 48 2 4,17Kupang Timur 40 2 5
Kupang
Jumlah 175 16 10,94Sasitamean 87 44 50,57Kota Atambua 12 11 91,67Raimanuk 50 18 36Botin Leolebe 43 20 46,51Malaka Tengah 68 40 58,82Raihat 88 80 90,91Lasiolat 14 10 71,43Tasifeto 31 24 77,42
Belu
Jumlah 393 247 62,85Amartoban Selatan 10 3 30Kuatnana 20 6 30Kolbano 20 9 45Aban Tengah 10 3 30Amanuban Tengah 10 4 40Amanuban Selatan 196 61 82,14Toianas 10 7 70Mollo Tengah 30 21 70Polen 10 3 30Kie 18 4 22,22AmanatunSelatan 22 13 59,09Kuanfatu 10 10 100Tobu 10 6 60
TTS
Jumlah 376 150 39,89Total 1372 534 38,92
54
Secara goegrafis wilayah kerja BBVet Denpasar terdiri dari daerah perbukitan
dan sulit dijangkau serta keterbatasan dana yang ada, pengambilan sampel
dilapangan dilakukan dengan cara kerjasama BBVet Denpasar dengan dinas
yang menangani kesehatan hewan di masing-masing kabupaten terutama
kerjasama dengan Puskeswan di masing-masing wilayah. Dengan cara
pengambilan sampel seperti ini sampel yang diambil sebanyak 5.616 sampel
serum sudah sesuai dengan target sampel yang ditetapkan.
II.1.1.3.3. Surveilans Penyakit Jembrana
Surveilans penyakit Jembrana untuk mengetahui prevalensi antibodi dan
mendeteksi virus penyakit Jembrana di provinsi Bali telah dilakukan pada bulan
Juni, sampai dengan Oktober 2013. Selama pelaksanaan surveilans berhasil
dikumpulkan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah dengan
antikoagulan EDTA. yang diambil dari peternakan sapi milik masyarakat dan
SIMANTRI, serta dari breeding farm BPTU Pulukan. Semua sampel serum diuji
ELISA menggunakan antigen Jembrana J Gag 6 histidin, sedangkan sampel
darah EDTA diuji PCR. Hasil surveilans menunjukkan bahwa dari 4312 sampel
serum yang diuji ELISA hanya 552 (12,8%) positif antibodi JD. Sedangkan
hasil uji PCR terhadap 4276 sampel darah , menunjukkan semua sampel darah
yang diuji negatif virus Jembrana. Dari hasil surveilans dapat disimpulkan
bahwa persentase antibodi JD di Bali hanya 12.,8% dan tidak ditemukan adanya
positif virus JD / hewan carrier JD di semua lokasi survei. . Mengingat virus JD
dan hewan carrier sudah tidak ditemukan selama pelaksanaan surveilans,maka
perlu diupayakan pembebasan penyakit Jembrana di provinsi Bali.
Seperti diringkaskan pada Tabel 26, terlihat bahwa hasil pengujian ELISA
terhadap 4312 sampel serum yang diuji hanya 552 (12.8%) positif mengandung
antibodi JD. Sedangkan hasil konfirmasi dengan uji PCR menunjukkan bahwa
virus penyakit Jembrana tidak ditemukan pada semua sampel darah asal
Provinsi Bali (Tabel 27). Dari 1984 sampel serum yang diambil dari hewan yang
divaksinasi JD hanya 463 (23.3%) yang menghasilkan antibodi positif. Ada
terdeteksi antibodi positif pada sampel serum yang diambil dari hewan yang
tidak divaksinasi JD sebanyak 4,8%. (seperti pada Gambar 1)
55
Tabel 26.Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali, Tahun 2013
No Kabupaten/Kota
Jumlahsampel
JumlahPositif
Persentase Positif(%)
1 Badung 345 105 30.4
2 Jembrana 860 157 18.3
3 Buleleng 659 55 8.3
4 Bangli 468 28 6.0
5 Klungkung 295 50 16.9
6 Tabanan 529 66 12.5
7 Gianyar 496 30 6.0
8 Denpasar 196 23 11.7
9 Karangasem 464 28 6.0
Total 4312 552 12.8
Tabel 27.Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013
No Kabupaten Jumlahsampel
JumlahPositif
Persentase Positif(%)
1 Badung 345 0 0
2 Buleleng 826 0 0
3 Bangli 659 0 0
4 Klungkung 467 0 0
5 Tabanan 295 0 0
6 Denpasar 528 0 0
7 Gianyar 496 0 0
8 Jembrana 196 0 0
9 Karangasem 464 0 0
Total 4276 0 0
56
II.1.1.3.4. Surveilans Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)
Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) adalah penyakit virus pernafasan dan
reproduksi pada sapi. Penyakit ini menyerang sapi umur 6 bulan ke atas dan
mempunyai berbagai manifestasi klinis berupa bentuk respiratorik, konjungtival,
genital , keluron, syaraf dan neonatal. Bovine Viral Diarrhea (BVD) adalah
penyakit pada sapi yang ditandai dengan terjadinya diare ganas, disebabkan
oleh virus yang termasuk dalam famili Flaviviridae, genus Pestivirus. Virus BVD
terbagi menjadi dua biotipe yaitu : cythopathic dan non cytopathic. Surveilans ini
dilaksanakan untuk mengetahui distribusi IBR di wilayah kerja Balai Besar
Veteriner Denpasar.
Antibodi penyakit IBR terditeksi diwilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar
dengan prevalensi 23.34% untuk propinsi NTT, NTB 12.55 % dan 2.64 % di
propinsi Bali.Penyebaran penyakit IBR umumnya terjadi karena pejantan yang
telah terinfeksi menularkan kepada beberapa ternak sekaligus karena
perkawinan alam ataupun karena perkawinan melalui inseminasi buatan dari
semen yang terkontaminasi oleh virus BHV−1, baik dari sapi yang klinis maupun
sub dan tata laksana pemeliharaan yang kurang baik . Hasil pengujian secara
serologis antibodi BVD dengan metode ELISA terhadap sampel yang diperoleh
di Propinsi Bali adalah 67 seropositif dan 140 seronegatif, di Propinsi NTB 26
seropositif dan 133 seronegatif, Propinsi NTT 11 seropositif dan 550 seronegatif.
Prevalensi BVD di Bali sebesar 32,37 %, di NTB 16,99 % dan di NTT sebesar
1,93 %. Hasil surveilans antibodi penyakit IBR pada sapi di wilayah kerja BBVet
Denpasar terlihat pada Tabel 28, 29, 30 berikut ini.
57
Tabel 28.Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Propinsi Bali
Tahun 2013
Prov Kabupaten Kecamatan SeroPositif
SeroNegatif Total Proporsi
(%)BALI BULELENG SERIRIT
SUKASADA
TOTAL SAMPEL
1
0
1
49
109
158
50
109
159
2
0
0.62
DENPASAR DENPASAR TIMUR
TOTAL SAMPEL1
1
29
29
30
30
3.33
3.33
GIANYAR PAYANGAN
TEGALALANG
TOTAL SAMPEL
0
0
0
42
133
175
42
133
175
0
0
0
JEMBRANA MENDOYO
PEKUTATAN
TOTAL SAMPEL
2
8
10
29
228
257
31
236
267
6.45
3.38
3.74
KARANGASEM KUBU
TOTAL SAMPEL2
2
173
173
175
175
1.14
1.14
TABANAN BATURITI
PENEBEL
TOTAL SAMPEL
0
11
11
100
29
129
100
40
140
027.57.85
Total Bali 25 921 946 2.64
Seroprevalensi antibodi penyakit IBR untuk wilayah Bali sebesar 2.64 % dengan
sebaran 0 % untuk Kabupaten Gianyar sedangkan di kabupaten buleleng
seroprevalensinya berkisar 0.62 %, kabupaten jembrana 3.74%, kabupaten/kota
denpasar 3.33 %, kabupaten karangasem 1.14 % sedangkan kabupaten
tabanan 7.85 %. Seroprevalensi tertinggi ditemukan di kabupaten tabanan.
Sedangkan seroprevalensi antibodi di Nusa Tenggara Barat 12.55 %, tabel 30,
Provinsi nusa tenggara timur mencapai 23.34 %. Seroprevalensi antibodi IBR
tertinggi terdapat di propinsi Nusa Tenggara Timur.
58
Tabel 29.Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Propinsi Nusa
Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013.
Tabel 30.Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013
Prov Kabupaten Kecamatan SeroPositif
SeroNegatif Total Propors
i (%)NTT ENDE DETUSOKO
ENDE
NANGA PANDA
WEWARIA
TOTAL SAMPEL
2
2
3
1
8
50
51
31
10
142
52
53
34
11
150
3.84
3.77
8.82
9.09
5.33
SUMBA BARAT KODI
LAMBOYA.BARAT
TOTAL SAMPEL
0
43
43
37
28
65
37
71
108
0
60.56
39.81
SUMBA BARAT
DAYA
WEWEWA SELATAN
TOTAL SAMPEL0
0
31
31
31
31
0
0
SUMBA TIMUR PANDAWAI
TOTAL SAMPEL64
64
11
11
75
75
85.33
85.33
TIMOR TENGAH
SELATAN
AMANUBAN BARAT
TOTAL SAMPEL1
1
18
18
19
19
5.26
5.26
TIMOR TENGAH
UTARA
INSANA
INSANA BARAT
INSANA TENGAH
MUSI
NAIBENU
TOTAL SAMPEL
0
2
0
0
2
4
31
38
43
14
1
127
31
40
43
14
3
131
0
5
0
0
66 66
3.05
Total NTT 120 394 514 23.34
Prov Kabupaten Kecamatan SeroPositif
SeroNegatif Total Proporsi (%)
NTB DOMPU DOMPU
MANGGELEWA
TOTAL SAMPEL
22
25
47
73
25
98
95
50
145
23.15
50
32.41
LOMBOK BARAT GERUNG
NARMADA
TOTAL SAMPEL
1
2
3
27
70
97
28
72
100
3.57
2.77
3
LOMBOK
TENGAH
JANAPRIA
TOTAL SAMPEL6
6
94
94
100
100
6
6
LOMBOK TIMUR AIKMEL
MASBAGIK
SELONG
TOTAL SAMPEL
0
0
1
1
36
38
34
108
36
38
35
109
0
0
2.85
0.91
Total NTB 57 397 454 12.55
59
Hasil surveilans antibodi penyakit BVD pada sapi di wilayah kerja BBVet
Denpasar terlihat pada Tabel berikut ini (Tabel 31, 32, 33):
Tabel 31.Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi
Di Propinsi Bali Tahun 2013
Hasil PengujianNo. Kabupaten Kecamatan Sero
PositifSero
NegatifTotal Proporsi
(%)
1.
2.
Jembrana
Tabanan
Pekutatan
Penebel
66
1
130
10
196
11
33.67
9.09
Total Bali 67 140 207 32.36
Tabel 32.Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Propinsi Nusa
Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013.
Hasil PengujianNo. Kabupaten Kecamatan Sero
PositifSero
NegatifTotal Proporsi
(%)
1.
2.
Dompu
Sumbawa
Barat
Dompu
Manggalewa
Taliwang
20
-
6
75
50
8
95
50
14
21.05
0
42.85
Total Bali 26 133 159 16.56
60
Tabel 33.Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013
HasilPengujian
No. Kabupaten Kecamatan SeroPositif
SeroNegatif
Total Proporsi(%)
1.
2.
3.
4.
Ende
Ngada
TTS
TTU
Nangapanda
Bajawa Utara
Amanuban
Barat
Insana
Insana Barat
Insana
Tengah
Musi
Naibenu
5
-
-
-
-
-
-
-
119
281
19
31
40
43
14
3
124
281
19
31
40
43
14
3
4.03
0
0
0
0
0
0
0
Total Bali 5 550 555 0.9
II.1.1.3.5. Surveilans Hog Cholera
Hog cholera adalah penyakit viral yang menyerang pada ternak babi dan dapat
mempengaruhi produktivitas dan secara tidak langsung memberikan kerugian
ekonomi kepada para peternak. surveilans dan monitoring harus tetap dilakukan
untuk mengetahui tingkat infeksi dan respon antibodi penyakit ini di lapangan.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui status distribusi penyakit dan
seroprevalensi penyakit Hog cholera di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur tahun 2012. Metode yang digunakan adalah menghitung
aras atau measure of prevalence dengan estimasi sampel sebanyak Bali 399
sampel, NTB 51 sampel dan NTT 140 sampel. Hasil yang diperoleh, di propinsi
Bali diperoleh 152 sampel klot darah dan 1082 serum babi, NTB 58 sampel klot
darah dan 649 serum serta NTT 61 sampel klot darah dan 372 serum babi.
proporsi hasil positif deteksi antigen hog cholera di Bali 0,31 % dengan
seroprevalensi sebesar 60,25 %. Sampel dari NTB menunjukkan ada empat
sampel terdeteksi seropositif antigen Hog cholera padahal di wilayah tersebut
tidak diterapkan program vaksinasi terhadap penyakit Hog cholera. Semua
61
sampel klot darah babi di wilayah provinsi NTB terdeteksi negatif antigen virus
Hog cholera. Sedangkan di NTT, tidak diperoleh hasil positif antigen Hog cholera
dengan seroprevalensi sebesar 34,4 %.
Hasil kegiatan surveilans dan monitoring penyakit Hog cholera Balai Besar
Veteriner Denpasar di wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur pada tahun 2013 dapat disajikan pada tabel 34 sebagai berikut;
Tabel 34.Data sampel yang diuji di laboratorium Virologi BBVet Denpasar
berdasarkan jenis kiriman pada tahun 2013
Jenis KirimanSampelProvinsi Kabupaten
Aktif PasifTotal
BALI BADUNG 193 106 299BANGLI 30 30BULELENG 143 143DENPASAR 106 106GIANYAR 161 222 383JEMBRANA 48 48KARANG ASEM 105 1 106TABANAN 119 119
BALI Total 905 329 1234LOMBOK BARAT 448 448LOMBOK UTARA 96 96
NUSATENGGARABARAT MATARAM 163 163NUSA TENGGARA BARAT Total 707 707
ALOR 128 128FLORES TIMUR 120 120LEMBATA 165 165
NUSATENGGARATIMUR
SUMBA BARAT DAYA 20 20NUSA TENGGARA TIMUR Total 433 433TIMOR LESTE -#- 720 720TIMOR LESTE Total 720 720
Grand Total 2045 1049 3094
Dari hasil pengambilan sampel (surveilans aktif) dan pasif diperoleh data
sebanyak 3094 sampel serum, organ dan klot darah babi diuji di laboratorium
Virologi Balai Besar Veteriner Denpasar. Sejumlah 2045 sampel merupakan
hasil pengambilan sampel dari surveilans aktif, sedangkan hasil kiriman pasif
telah diuji sebanyak 1049 sampel.
62
Hasil kegiatan surveilans dan monitoring Balai Besar Veteriner Denpasar di
wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada tahun
2012 untuk mendeteksi antigen penyakit Hog cholera dapat disajikan tabel 35
sebagai berikut ;
Tabel 35.Hasil pengujian deteksi antigen Hog cholera
di wilker BBVet Denpasar tahun 2013
DiagnosaProvinsi Kabupaten Hag
CholeraHog Cholera
Negatif
Total
BALI BADUNG 1 32 33
BANGLI 10 10
BULELENG 28 28
DENPASAR 8 8
GIANYAR 24 24
JEMBRANA 8 8
KARANG ASEM 17 17
TABANAN 24 24
BALI Total 1 151 152
NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK BARAT 40 40
LOMBOK UTARA 18 18
NUSA TENGGARA BARAT Total 58 58
NUSA TENGGARA TIMUR ALOR 20 20
FLORES TIMUR 20 20
LEMBATA 21 21
NUSA TENGGARA TIMUR Total 61 61
Grand Total 1 270 271
Kegiatan pengambilan sampel di wilayah propinsi Bali dilakukan di delapan
kabupaten/kota pada tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sejumlah 152
sampel yang terbagi dari seluruh kabupaten/kota secara proporsional. Dari hasil
tersebut dideteksi hanya ada satu hasil positif terdeteksi antigen Hog cholera
yang berasal dari desa Kapal, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung. Dari
provinsi Nusa Tenggara Barat diambil sejumlah 58 sampel klot darah babi,
sedangkan di Nusa Tenggara Timur berhasil diambil sebanyak 61 sampel klot
63
darah babi. Seluruh sampel dari Nusa Tenggara Barat dan Timur yang diuji
untuk mendeteksi virus Hog cholera menunjukkan hasil negatif virus Hog choler
Hasil kegiatan surveilans dan monitoring Balai Besar Veteriner Denpasar di
wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada tahun
2013 untuk mendeteksi antibodi penyakit Hog cholera dapat disajikan tabel 36
sebagai berikut ;
Tabel 36.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera
di propinsi Bali tahun 2013
DiagnosaProvinsi Kabupaten Hog
Cholera,Sero Positif
HogCholera,
Sero NegatifTotal
Proporsi(%)
BALI BADUNG 177 89 266 66,54BANGLI 3 17 20 15BULELENG 75 40 115 65,52DENPASAR 56 42 98 57.14GIANYAR 252 107 359 70.19JEMBRANA 33 7 40 82.5KARANG ASEM 54 35 89 60.67TABANAN 2 93 95 2.1
Grand Total 652 430 1082 60.25
Kegiatan pengambilan sampel di wilayah propinsi Bali dilakukan di delapan
kabupaten/kota pada tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sejumlah 1082
sampel. Dari hasil tersebut dideteksi 652 dari 1082 sampel (60,25 %) positif
terdeteksi antibodi Hog cholera. Proporsi hasil tertinggi di kabupaten Jembrana
dengan 82.5 %, sedangkan yang terendah diperoleh dari kabupaten Tabanan
dengan hanya 2.1 %.
Hasil kegiatan surveilans dan monitoring di propinsi Nusa Tenggara Barat pada
tahun 2013 untuk mendeteksi antibodi penyakit Hog cholera dapat dilihat pada
Tabel 37;
64
Tabel 37.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera
di propinsi NTB tahun 2013
Diagnosa
ProvinsiI Kabupaten HogCholera,
Sero Positif
HogCholera,
Sero NegatifTotal
Proporsi(%)
LOMBOK BARAT 4 404 408 0.98LOMBOK UTARA 78 78 0
NUSATENGGARABARAT MATARAM 163 163 0
Grand Total 4 645 649 0.61
Sampel yang diambil di propinsi Nusa Tenggara Barat sejumlah 649 sampel
serum babi. Dari hasil pengujian diperoleh hasil empat sampel seropositif
antibodi Hog cholera yang berasal dari kabupaten Lombok Barat. Sementara
seluruh sampel yang diambil di kabupaten Lombok Utara dan kota Mataram
menunjukkan hasil seronegatif antibody Hog cholera. Hasil ini menunjukkan
rendahnya tingkat kekebalan imun ternak babi terhadap virus Hog cholera di
provinsi NTB, hal ini disebabkan karena kebijakan pemerintah daerah di NTB
yang tidak menerapkan program vaksinasi.
Hasil kegiatan surveilans dan monitoring di propinsi Nusa Tenggara Timur pada
tahun 2013 untuk mendeteksi antibodi penyakit Hog cholera dapat dilihat pada
Tabel 38 ;
Tabel 38.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera
di propinsi NTT tahun 2013
Diagnosa
ProvinsiI Kabupaten HogCholera,
Sero Positif
HogCholera,
Sero NegatifTotal
Proporsi(%)
ALOR 31 77 108 28.7FLORES TIMUR 33 67 100 33LEMBATA 56 88 144 38.88
NUSATENGGARATIMUR SUMBA BARAT
DAYA 8 12 20 40Grand Total 128 244 372 34.4
Selama tahun 2013 telah diuji sebanyak 372 sampel dalam rangka surveilans
aktif yang dilakukan di propinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil yang diperoleh, 128
dari 372 sampel (34,4 %) terdeteksi positif antibody Hog cholera. Proporsi hasil
positif antibody Hog cholera tertinggi diperoleh dari kabupaten Suba Barat Daya
65
dengan 40 %, sedangkan proporsi terendah adalah kabupaten Alor dengan
hanya 28.7 %. Pada tahun 2013, Balai Besar Veteriner Denpasar mendapatkan
sampel dari Negara tetangga Timor Leste hasil tindak lanjut kerjasama (MOU)
dengan pihak ACIAR dalam rangka program pengujian serum babi di wilayah
Negara tersebut. Data hasil pengujian dapat dilihat pada table 39. Berikut:
Tabel 39.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera di Timor Leste
tahun 2013
DiagnosaAsal Sampel Hog Cholera
SeropositifHog CholeraSeronegatif
Total Proporsi (%)
Timor Leste 224 496 720 31.1Grand Total 224 496 720 31.1
Sejumlah 720 serum babi yang berasal dari Timor Leste diuji di laboratorium
Virologi Balai Besar Veteriner Denpasar dengan hasil 224 dari 720 sampel (31.1
%) menunjukkan hasil seropositif antibodi Hog cholera.
II.1.1.3.6. Surveilans Avian Influenza (AI)
Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular pada unggas dapat menyebabkan
spectrum gejala yang sangat luas pada unggas-unggas, mulai dari gejala yang
ringan hingga ke penularan yang sangat tinggi dan cepat menjadi penyakit yang
fatal sehingga menghasilkan epidemi yang berat. Selain berpotensi
menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat besar, penyakit AI dapat menular
pada manusia (zoonosis). Oleh karena itu kajian terhadap penyakit tersebut
sangat penting untuk dilakukan. Tujuan Surveilans ini adalah untuk mengukur
prevalensi AI dan pemetaan penyakit AI di wilayah kerja Balai Besar Veteriner
Denpasar.
Hasil kegiatan surveilans dan monitoring penyakit AI untuk mendeteksi virus AI
di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar pada tahun 2013 dapat dilihat
pada tabel 40, 41, 42 sebagai berikut;
66
Tabel 40.Data penerimaan sampel deteksi virus AI berdasarkan jenis kiriman
tahun 2013
Jenis KirimanSampelProvinsi Kabupaten
Pasif AktifTotal
BALI BADUNG 117 1068 1185BANGLI 26 1100 1126BULELENG 7 1402 1409DENPASAR 16 474 490GIANYAR 169 440 609JEMBRANA 131 740 871KARANG ASEM 13 847 860KLUNGKUNG 12 1343 1355TABANAN 529 1044 1573KOTA BIMA 1 450 451NUSA TENGGARA
BARAT LOMBOK BARAT 38 38LOMBOK TENGAH 56 25 81LOMBOK TIMUR 64 858 922LOMBOK UTARA 8 8MATARAM 152 400 552KUPANG 353 353NUSA TENGGARA
TIMUR MANGGARAI BARAT 20 402 422SIKKA 388 388
Grand Total 1712 10981 12693
Total sampel yang diperoleh untuk mendeteksi virus maupun antibody AI selama
tahun 2013 sejumlah 12.693 sampel yang terdiri dari 1.712 sampel kiriman dan
10.981 sampel aktif hasil dari surveilans BBVet Denpasar.
67
Tabel 41.Data Hasil Pengujian untuk mendeteksi virus AI berdasarkan
Jenis kiriman sampel tahun 2013
Jenis Kiriman Sampel danHasil Diagnosa Deteksi Virus AI
Sampel Pasif Sampel AktifProvinsi Kabupaten
AI AINegatif
TotalSampelPasif AI AI
Negatif
TotalSampelAktif
Total
BALI BADUNG 2 14 16 5 529 534 550BANGLI 16 10 26 1 509 510 536BULELENG 6 1 7 683 683 690DENPASAR 9 7 16 7 248 255 271GIANYAR 6 163 169 5 215 220 389JEMBRANA 11 11 370 370 381KARANGASEM 3 3 414 414 417KLUNGKUNG 10 2 12 1 671 672 684TABANAN 5 4 9 35 524 559 568KOTA BIMA 1 1 5 220 225 226NUSA
TENGGARABARAT
LOMBOKBARAT 1 37 38 38LOMBOKTENGAH 56 56 5 5 61LOMBOKTIMUR 64 64 429 429 493LOMBOKUTARA 8 8 8MATARAM 152 152 200 200 352KUPANG 23 23 23NUSA
TENGGARATIMUR
MANGGARAIBARAT 199 199 199SIKKA 194 194 194Grand Total 58 553 611 59 5410 5469 6080
68
Tabel 42.Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi Bali berdasarkan jenis
unggas 2013
Hasil DiagnosaKabupaten Jenis UnggasAI AI Negatif
Total
BADUNG Ayam 212 212Bebek 1 1Burung 10 10Entok 3 3Itik 7 317 324
BANGLI Ayam 7 411 418Burung 1 1Entok 2 4 6Itik 8 103 111
BULELENG Ayam 198 198Bebek 64 64Entok 8 8Itik 6 414 420
DENPASAR Ayam 11 192 203Bebek 1 1Burung 1 1Entok 35 35Itik 4 27 31
GIANYAR Ayam 8 135 143Bebek 60 60Burung 150 150Itik 3 33 36
JEMBRANA Ayam 302 302Bebek 6 6Itik 73 73Ayam 364 364Entok 1 1KARANG ASEMItik 2 50 52
KLUNGKUNG Ayam 1 153 154Entok 2 1 3Itik 8 519 527
TABANAN Ayam 30 416 446Burung 2 2Itik 10 106 116(blank) 4 4
Grand Total 111 4375 4486
69
Hasil yang diperoleh dalam kegiatan Surveilans dan Monitoring penyakit AI tahun 2013
ini adalah sebagai berikut ; 1). diperoleh proporsi hasil positif penyakit AI di Bali adalah
1.92 %, sedangkan proporsi di NTB hanya 0,5 % dan tidak ditemukan hasil positif virus
AI di NTT. 2). Hasil uji serologis untuk mendeteksi antibody AI di wilayah kerja Balai
Besar Veteriner Denpasar tahun 2013, proporsi hasil seropositif di provinsi Bali sebesar
16,87 %, di NTB hanya 3,09 % dan di NTT sebesar 34, 81 %.3). Hasil pengujian
laboratorium, virus yang menyebabkan kematian pada itik adalah virus Avian Influenza
dan teridentifikasi masuk dalam clade 2.3.2.1 melalui pengujian Sequensing yang
dilakukan di Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner Bukit Tinggi.
Tabel 43.Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTB berdasarkan jenis unggas
2013
Hasil DiagnosaKabupaten JenisUnggas AI AI Negatif
Total
KOTA BIMA Ayam 5 211 216Itik 10 10Ayam 37 37
LOMBOK BARAT Itik 1 1Ayam 56 56
LOMBOK TENGAH Itik 5 5Ayam 392 392
LOMBOK TIMUR Itik 101 101LOMBOK UTARA Ayam 8 8MATARAM Ayam 342 342
Burung 5 5Itik 5 5
Grand Total 6 1172 1178
Tabel 44.Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTT
berdasarkan jenis unggas 2013
Hasil DiagnosaKabupaten JenisUnggas AI Negatif
Total
KUPANG Ayam 23 23Ayam 185 185Bebek 9 9MANGGARAI BARAT(blank) 5 5
SIKKA Ayam 119 119Itik 75 75
Grand Total 416 416
70
Hasil pengujian yang dilakukan dari total sampel, diperoleh 1178 sampel
terdeteksi positif virus AI dari total 6080 sampel swab yang diperiksa. Di Bali
diperoleh hasil positif AI 111 sampel yang terdiri dari sampel Itik, ayam dan
Entok. Sedangkan di provinsi Nusa Tenggara Barat ditemukan 6 sampel yang
terdeteksi Positif virus AI yaitu lima sampel dari kota Bima dan satu sampel dari
kabupaten Lombok Barat, tabel 43. Di provinsi Nusa Tenggara Timur tidak
ditemukan hasil positif virus AI baik dari sampel pasif maupun aktif, tabel 44.
II.1.1.3.7. Surveilans Parasit Gastrointestinal
Sebagaimana diketahui penyakit parasit sebagian besar tidak digolongkan ke
dalam penyakit menular strategis, akan tetapi keberadaannya mempunyai arti
yang cukup penting bagi status kesehatan ternak utamanya dalam kaitannya
untuk meningkatkan produksi dan reproduktivitas ternak. Surveilans dan
monitoring untuk mengetahui distribusi jenis dan prevalensi infestasi parasit
gastrointestinal pada sapi bali ( Bos sondaicus ) di Provinsi Bali telah dilakukan,
Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2013,
dalam rangka pengobatan dan pengendalian parasit gastrointestinal secara
efektif dan efisien.
Sejumlah sampel feses dari 544 ekor sapi bali berasal dari Bali, NTB dan
NTTdiambil secara acak sejak bulan April – Oktober 2013. Seluruh sampel
diperiksa terhadap parasit gastrointestinal dengan teknik Uji Apung/ Flotasi dan
Uji Endapan/ Sedimentasi di Laboratorium Parasitologi, Balai Besar Veteriner
Denpasar
Hasil pemeriksaan sampel menunjukkan bahwa 42.5% (231 dari 544) sapi bali
di Propinsi Bali, NTB dan NTT terinfeksi oleh parasit gastrointestinal jenis
trematoda (Fasciola sp.dan Paramphistomum sp), Nematoda (Toxocaraspp,Mecistocirrus spp Oesophagustomum spp, Ostertagia spp, Cooperia spp,
Trichostrongylus spp.dan Monieza sp) dan Coccidia (Eimeria spp).dengan
prevalensi masing-masing berkisar antara 1.6%- 80.4%; 3.7% - 27.7 %; - % and
1.4% - 5.5% dengan intensitas infeksi berturut turut berkisar antara 10 -200
epg, 40- 1560 epg dan 400-10.200 opg.
71
Pemeriksaan sampel feses terhadap 544 ekor sapi bali yang berasal dari
beberpa lokasi (desa,kecamatan) di Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB)
dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang disurvei dari bulan April sampai bulan
Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 45. Berdasarkan identifikasi morfologi
telur menurut Thienpon et al.(1979), menunjukkan bahwa Sapi bali di Propinsi
Bali,NTB dan NTT terinfeksi secara alami oleh parasit gastrointestinal dari jenis
Trematoda (Fasciola spp.dan Paramphistomum spp), Nematoda (Toxocara
spp,Mecistocirrus spp Oesophagustomum spp, Ostertagia spp, Cooperia spp,
Trichostrongylus spp.dan Monieza sp) dan coccidia (Eimeria spp) dengan
prevalensi masing-masing berkisar antara 1.6%- 80.4%; 3.7% - 27.7 %; - % dan
1.4% - 5.5% dengan intensitas infeksi berturut turut berkisar antara 10 -60 epg
dan 10-200 epg.; 40- 1560 epg dan 400-10.200
Intensitas infeksi masing-masing dari Trematoda terdiri dari genus Fasciola spp.
dan Paramphistomum spp., berkisar 10-60. per gram tinja (egg per gram
feses,epg) . dan 10-200,epg serta dari Nematoda berkisar 40- 1.560 epg.
Sedangkan dari Coccidia (Eimeria sp.) berkisar 40 – 1,080 opg (oocyte per
gram) tinja. Akan tetapi selama surveilans, tidak ditemukan infeksi cacing dari
Cestoda.
Setelah dilakukan identifikasi berdasarkan morfologi telur menurut Thienpon et
al.(1979, teridentifikasi bahwa jenis genus Fasciola sp. dan Paramphistomum sp
dari klas Trematoda dan genus Strongyloides sp.,Trichostrongylus
sp.,Oesophagustomum sp.,Meccistosirus sp., Cooperia sp.,Oestargia sp.,
Monieza sp.Chabertia sp.,dan Toxocara sp., termasuk klas Nematoda dan
genus Eimeria sp. Klas Coccidia (protozoa) yang menginfeksi saluran
pencernaan sapi bali di Propinsi Bali,NTB dan NTT. Intensitas infeksi masing-
masing kl\as dari genus Fasciola sp. dan Parampistomum sp., berkisar 10-200
telur. per gram tinja ( egg per gram feses,epg) dan dari klas Nematoda dan
berkisar 40- 1560 epg.Sedangkan dari Klas Cocsidia (Eimeria sp.) berkisar 40 –
2080 opg (oocyte per gram ) tinja. Akan tetapi selama surveilans, tidak
ditemukan telur cacing dari klas Cestoda.
72
Tabel 45.Distribusi Prevalensi Parasit Gastrointestinal Pada Sapi Bali
di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
Lokasi JumlahSampel
PositifTrematoda
PositifNematoda
PositifCoccidia
PrevalensiPGI ( % )
BALI 424 134 (31.6%) 69 (23.3%) 7 (1.6%) 211(49.7%)
NTB 60 7 (11.6%) 8(13.3%) 0.(0.0%) 15 (25.0%)
NTT 60 1 (1.6%) 3 (3.7%) 1(1.6%) 5 (8.3%)
Total 544 142 (26.1%) 80 (14.7%) 8 (1.6%) 231 (42.5%)
II.1.1.3.8. Surveilans Penyakit Surra
Penyakit Surra di regional Bali – Nusra khususnya di pulau Sumba, NTT
merupakan penyakit yang sangat penting, terutama menyerang ternak kuda dan
kerbau. Pada tahun 2010 terjadi outbreak di Kabupaten Sumba Barat dan
Sumba Barat Daya, dan hingga saat ini masih ada ancaman bagi ternak kerbau
dan kuda si seliruh kabupaten yang berada di pulau Sumba apabila tidak
ditangani dengan baik. Berdasarkan hasil surveilans trypanosomiasis pada sapi
di pulau Bali yang dilakukan oleh BBVet Denpasar pada tahun 2013
menunjukkan bahwa tingkat prevalensi infeksi Trypanosoma evansi (Surra) rata-
rata 0.08% di kabupaten/kota di Bali dan seperti disajikan pada Tabel 46.
Tabel 46.Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Prvinsi Bali
Tahun 2013
Kabupaten/Kota Jml.Sampel
Jml.Negatif Jml. Positif Prevalensi
(%)Tabanan 290 290 0 0.0%
Buleleng 100 100 0 0.0%
Gianyar 253 253 0 0.0%Karangasem 200 200 0 0.0%Denpasar 10 10 0 0.0%Jembrana 265 264 1 0.4%Bangli 3 3 0 0.0%
Total 1121 1120 1 0.08%
73
Demikian juga hasil surveilans penyakit Surra di NTT khususnya pulau Sumba
menunjukkan bahwa tingkat prevalensi infeksi Trypanosoma evansi (Surra) rata-
rata 0.42% di seluruh kabupaten di Pulau Sumba cendrung menurun dan
bersifat sporadis (Tabel 47)
Tabel 47.Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Pulau Sumba, NTT
Tahun 2013
Lokasi JumlahSampel
JumlahNegatif
JumlahPositif Prevalensi (%)
Sumba Timur 409 409 0 0.0%Sumba Tengah 425 423 2 0.50%Sumba Barat 431 429 2 0.46%Sumba Barat Daya 386 383 3 0.77%
Total 1.651 1.644 7 0.42%
Sementara itu, hasil survei berdasarkan jenis hewan menunjukkan bahwa
derajat prevalensi agen T, evansi berturut –turut pada kuda, kerbau dan sapi
masing-masing sebesar 0.74%, 0.64% dan 0.0%.( Tabel.48, 49, 50 ).
Tabel 48.Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi /Surra
di Pulau Sumba,NTT (berdasarkan Jenis Hewan)Tahun 2013
Jenis hewan JumlahSampel
JumlahNegatif
JumlahPositif
Prevalensi(%)
Kuda 269 267 2 0.74%Kerbau 778 773 5 0.64%
Sapi 229 229 0 0.0%
Total 1.651 1.644 7 0.42%
Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kejadian infeksi T.evansi yang terjadi
secara alami pada kuda relatif lebih tinggi daripada kerbau dan ruminansia
lainnya, termasuk sapi Sumba Onggole relatif lebih tahan dibandingkan kerbau
dan kuda. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lain
seperti Payne et al, (1991) yang menemukan kejadian kejadian infeksi T.evansi
telah tersebar luas di kebanyakan daerah penghasil ternak di Indonesia, dengan
74
derajat seroprevalensi pada kerbau lebih tinggi daripada sapi di daerah
pemeliharaan yang sama. Bervariasinya derajat ketahanan terhadap
trypanosomiasis, selain karena faktor genetik (genetic host) juga faktor kondisi
setiap individu hewan terutama terkait managemen pemeliharaan. Kejadian
penyakit pada umumnya berlangsung kronis, sub klinis tanpa menunjukkan
gejala klinis dan ternak ruminansia penderita Surra sub klinis ini umumnya tidak
mudah diagnosa berdasarkan pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan
laboratorium dengan metoda uji sederhana/natif sehingga kejadian penyakit
cendrung terabaikan tanpa mendapat penanganan.
Tabel 49.Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra)
di Pulau Sumba, NTT tahun 2013
Lokasi JumlahSampel
JumlahNegatif
JumlahPositif
Prevalensi(%)
Sumba Timur 763 716 47 6.15%Sumba Tengah 453 447 6 1.32%Sumba Barat 487 485 2 0.41%
Sumba Barat Daya 561 260 1 0.17%Total 2.264 2.208 56 2.48%
Tabel 50.Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi /Surra (berdasarkan
Jenis Herwan di PulauSumba )
Jenis hewan JumlahSampel
JumlahNegatif
JumlahPositif
Prevalensi(%)
Kuda 321 302 19 5.9%Kerbau 1874 1.839 35 1.86%
Sapi 453 461 2 0.44%Total 2.254 2.208 56 2.48%
II.1.1.3.9. Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba
Prevalensi residu dan cemaran mikroba keberadaan agen (bakteri patogen)
yang mencemari pangan asal hewan yang ada di wilayah kerja BBVet
Denpasardapat diketahui dengan melakukan surveilans cemaran mikroba dan
residu. Pengujian cemaran mikroba dengan parameter uji (TPC, Coliform,
E.coli, S.aureus, Salmonella sp, Campylobacter sp ), residu antibiotika
(penisillin, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida), residu sulfa dan formalin telah
75
dilakukan terhadap 2803 sampel pangan asal hewan (daging segar, daging
olahan , telur dan susu). Secara umum higiene daging yang beredar di wilayah
Provinsi Bali, NTB dan NTT relatif masih rendah. Dari hasil uji cemaran mikroba
menunjukkan, rata-rata sebanyak 38,6% - 67,7% dari 1131sampel daging
khususnya daging segar tercemar mikroba terutama TPC melebihi batas
maksimum cemaran mikroba (BMCM) yang ditetapkan dalam SNI. Demikian
juga hasil uji terhadap bakteri Coliform, rata-rata sebanyak 33% daging segar
tercemar bakteri Coliform. Namun demikian semua sampel tidak tercemar
bakteri patogen Salmonella sp dan Campylobacter sp. Pengujian terhadap
residu menunjukkan bahwa residu antibiotika golongan penisillin (0,3%),
tetrasiklin (1,1%), aminoglikosida (3,9%) dan makrolida (1,7%) masih ditemukan
pada sampel pangan asal hewan terutama sampel telur. Hasil uji beberapa
sampel daging ayam terhadap residu sulfa menunjukkan bahwa sampel daging
ayam tidak mengandung residu sulfa, dan semua sampel tidak mengandung
formalin.
Adapun hasil uji cemaran mikroba terutama Total Plate Count (TPC) terhadap
sampel daging segar, daging olahan dan susu asal Kabupaten/Kota di Provinsi
Bali disajikan dalam tabel 51, sedangkan hasil uji sampel dari Provinsi NTB
disajikan dalam tabel 52 dan hasil uji sampel dari NTT disajikan dalam tabel 53.
76
Tabel 51.Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu asal
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
Hasil Uji Total Plate Count (TPC)Daging Segar Daging Olahan SusuKabupaten/
Kota ∑sampel > BMCM ∑
Sampel > BMCM ∑Sampel > BMCM
Jembrana 80 26 (32,5%) 10 0 (0%) 9 1 (11%)Badung 48 16 33,3%) 5 0 (0%) 2 0 (0%)Tabanan 59 36 (61%) 5 0 (0%) 5 0 (0%)Denpasar 93 20 (67,5%) 11 1 (10%) 8 0 (0%)Gianyar 27 13 (48,1%) 3 0 (0%) 2 0 (0)%)Klungkung 55 30 (54,5%) 6 0 (0%) 10 0 (0%)Bangli 86 54 (62,8%) 13 1 (7,7%) 17 1 (6%)Karangasem 41 20 (48,8%) 4 0 (0%) 6 0 (0%)Buleleng 127 80 (63%) 14 3 21,4%) 12 0 (0%)Jumlah 616 295 47,9%) 71 5 (7%) 71 2 (2,8%)
Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 untuk TPC dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampeldaging : 1x106, daging olahan : 1x105 dan susu pasteurisasi : 5x104
Tabel 52.Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu asal Kabupaten/Kota di
Provinsi NTB
Hasil Uji Total Plate Count (TPC)
Daging Segar Daging Olahan SusuKabupaten/Kota
∑sampel > BMCM ∑
Sampel > BMCM ∑Sampel > BMCM
Kota Mataram 37 37 (100%) 0 0 (0%) 5 0 (0%)Sumbawa 27 1 (3,7%) 5 0 (0%) 5 0 (0%)Lombok Barat 34 28 (82,4%) 2 0 (0%) 8 0 (0%)Kota Bima 53 34 (64,2%) 1 0 (0%) 7 0 (0%)Lombok Tengh 46 27 (58,7%) 3 0 (0%) 23 0 (0%)Lombok Timur 20 20 (100%) 0 0 (0%) 20 0 (0%)Jumlah 217 147(67,7%) 11 0 (0%) 68 0 (0%)
Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 untuk TPC dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampeldaging : 1x106, daging olahan : 1x105 dan susu pasteurisasi : 5x104
77
Tabel 53.Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu asal
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
Hasil Uji Total Plate Count (TPC)
Daging Segar Daging Olahan SusuKabupaten/Kota
∑sampel > BMCM ∑
Sampel > BMCM ∑Sampel > BMCM
Manggarai Barat 66 24 (36,4%) 5 0 (0%) 6 0 (0%)Flores Timur 58 33 (56,9%) 3 1 (33,3%) 5 0 (0%)
Kupang 71 50 (70,4%) 5 0 (0%) 5 0 (0%)
ManggaraiTengah
72 8 (11,1%) 5 5 (100%) 5 0 (0%)
Ende 31 0 (0%) 5 0 (0%) 4 0 (0%)Jumlah 298 115 (38,6%) 23 6 26,1%) 25 0 (0)%)
Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 untuk TPC dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampeldaging : 1x106, daging olahan : 1x105 dan susu pasteurisasi : 5x104
Hasil uji cemaran mikroba (TPC, Coliform dan E.coli) sampel daging segar,
daging olahan dan susu berdasarkan lokasi pengambilan sampel (RPH, pasar,
depot dan swalayan) di Provinsi Bali, NTB dan NTT, masing-masing disajikan
dalam tabel 54, 55 dan 56 di bawah ini
78
Tabel 54.Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi Bali
berdasarkan lokasi pengambilan sampel
Cemaran mikroba(Jumlah sampel >BMCM)Provinsi Lokasi Jenis
sampelJumlahsampel
TPC Coliform E.coliDaging babi 32 5 (15,6%) 6 (18,8%) 0 (0,0%)Daging sapi 65 2 (3,1%) 7 (10,8%) 1 (1,5%)
RPH
Daging kambing 5 1 (20%) 3 (60%) 0 (0,0%)Daging babi 122 70 (57,4%) 64 (52,5%) 2 (1,6%)Daging sapi 74 25 (33,8%) 23 (31%) 1 (1,4%)Daging ayam 156 107(68,6%) 97 (62%) 2 (1,3%)Daging.olahan 7 2 (28,6%) 1 (14,3%) 0 (0,0%)
Pasar
Susu 6 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)Depot Daging.kambing 45 20 (44,4%) 11 (24%) 1 (2,2%)
Daging babi 23 14 (61%) 8 (35%) 0 (0,0%)Daging sapi 29 16 (55,2%) 12 (41,4%) 4 (13,8%)Daging ayam 63 35 (55,5%) 22 (34,9%) 0 (0,0%)Daging olahan 64 3 (4,7%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)
Swalayan
Susu 63 1 (1,6%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)Dg. Kambing 2 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)
Susu 2 0 (0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)
Bali
Peternakan Jumlah 758 302(39,8%) 254(33,5%) 12 (1,6%)
Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampel daging segar: TPC 1x106, Coliform 1x102, E.coli 1x101, daging olahan : TPC 1x105, Coliform 10,E.coli <3 dan susu pasteurisasi : TPC 5x104, Coliform 10, E.coli <3.
79
Tabel 55.Hasil uji Cemaran Mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi NTB
berdasarkan lokasi pengambilan sampel
Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampel daging segar: TPC 1x106, Coliform 1x102, E.coli 1x101, daging olahan : TPC 1x105, Coliform 10,E.coli <3 dan susu pasteurisasi : TPC 5x104, Coliform 10, E.coli <3.
Cemaran mikroba(Jumlah sampel >BMCM)Provinsi Lokasi Jenis
SampelJumlahsampel
TPC Coliform E.coliDaging babi 4 4 (100%) 4 (100%) 2 (50%)Daging sapi 31 13 (42%) 9 (29%) 1 (3,2%)
Daging ayam 5 4 (80%) 4 (80%) 1 (20%)
RPH
Daging kambg 4 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Daging babi 6 3 (50%) 5 (83,3%) 0 (0%)Daging sapi 71 50 (70,4%) 34 (48%) 6 (8,5%)Daging ayam 78 61 (78,2%) 53 (68%) 5 (6,4%)Daging kerbau 3 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Daging kuda 1 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Daging olahan 3 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Pasar
Susu 3 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Depot Daging kambg 2 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Daging sapi 5 5 (100%) 5 (100%) 1 (20%)Daging ayam 5 5 (100%) 4 (80%) 1 (20%)Daging olahan 8 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 65 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
NTB
Swalayan
Jumlah 296 143(48,3%)
118(39,9%)
19(6,4%)
80
Tabel 56.Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi NTT
berdasarkan lokasi pengambilan sampel
Cemaran mikroba(Jumlah sampel > BMCM)Provinsi Lokasi Jenis
sampelJumlahsampel
TPC Coliform E.coli
Daging Babi 33 11(33%) 6 (19%) 0 (0%)RPHDaging Sapi 60 19(32%) 5 (8,3%) 2 (3,3%)
Daging babi 15 1 (6,7%) 4 (27%) 1 (6,7%)Daging sapi 28 2 (7,2%) 0 (0%) 1 (3,6%)Daging ayam 105 60 (57%) 50 (48%) 2 (2%)
Pasar
Dag. kambing 9 1 (11%) 3 (33%) 0 (0%)
Daging babi 5 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Daging sapi 10 2 (20%) 0 (0%) 0 (0%)Daging ayam 6 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dag.kambing 5 5 (100%) 1 (20%) 0 (0%)
Depot
Daging olahan 2 2 (100%) 0 (0%) 0 (0%)
Daging sapi 10 2 (20%) 9 (90%) 0 (0%)Daging ayam 10 10 (100%) 9 (90%) 0 (0%)Daging olahan 23 6 (26%) 3 (13%) 0 (0%)
Swalayan
Susu 25 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
NTT
Jumlah 346 121 (35%) 90 (26%) 6 (1,7%)
Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampel daging segar: TPC 1x106, Coliform 1x102, E.coli 1x101, daging olahan : TPC 1x105, Coliform 10,E.coli <3 dan susu pasteurisasi : TPC 5x104, Coliform 10, E.coli <3.
Semua sampel daging segar, daging olahan, susu dan telur tidak
terkontaminasi (negatif) bakteri Salmonella sp. Sedangkan beberapa sampel
daging segar yaitu sebanyak 2 (1,9%) sampel terkontaminasi bakteri
Staphylococcus aureus. Semua sampel daging dan susu tidak terkontaminasi
(negatif) bakteri Campylobacter sp. Sebanyak 8 (delapan) sampel daging ayam
yang diuji terhadap residu sulfa (sulfadiazine, sulfamerazine) tidak mengandung
( negatif) residu sulfa, dan semua sampel daging segar dan daging olahan juga
negatif bahan pengawet formalin. Sementara itu, hasil uji residu antibiotika
terhadap sampel daging, susu dan telur yang berasal dari Provinsi Bali, NTT dan
NTB masing-masing disajikan dalam tabel 57,58 dan 59 di bawah ini.
81
Tabel 57.Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu
asal Provinsi Bali
Hasil Uji Residu Antibiotika(∑ sampel positif)Provinsi Jenis
SampelJumlahsampel
GolonganPenisillin
GolonganTetrasiklin
GolonganAminoglikosida
GolonganMakrolida
Dg. Babi 177 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Sapi 168 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Ayam 219 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kambg 52 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Olahan 71 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 71 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur ayam 368 2 (0,5 ) 4 (1,1%) 22 (5,9%) 10 (2,7%)Telur itik 205 0 (0%) 1 (0,5%) 5 (2,4%) 3 (1,5%)Telur puyuh 157 0 (0%) 12 (7,6%) 15 (9,6%) 16 (10%)
Bali
Jumlah 1488 2 (0,1%) 17 (1,1%) 42 (2,8%) 29 (1,9%)
Tabel 58. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu
asal Provinsi NTT
Hasil Uji Residu Antibiotika(∑ sampel positif)
Provinsi Jenissampel
Jumlahsampel
GolonganPenisillin
GolonganTetrasiklin
GolonganAminoglikosida
GolonganMakrolida
Dg. Babi 53 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Sapi 108 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Ayam 121 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kambg 14 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Olahan 25 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 25 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur ayam 219 3 (1,4% ) 4 (1,8%) 33 (15%) 4 (1,8%)Telur itik 33 1 (3%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur puyuh 94 1 (1,1%) 2 (2,1%) 10 (10,6%) 1 (1,1%)
NTT
Jumlah 692 5 (0,7%) 6 (0,9%) 43 (6,2%) 5 (0,7%)
82
Tabel 59. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu
asal Provinsi NTB
Hasil Uji Residu Antibiotika(∑ sampel positif)
Provinsi Jenissampel
Jumlahsampel
GolonganPenisillin
GolonganTetrasiklin
GolonganAminoglikosida
GolonganMakrolida
Dg. Babi 10 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Sapi 107 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Ayam 88 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kambg 6 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kuda 1 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kerbau 5 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Olahan 11 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 68 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur ayam 161 2 (1,2% ) 0 (0%) 8 (5%) 7 (4,3%)Telur itik 100 0 (0%) 0 (0%) 4 (4%) 0 (0%)Telur puyuh 66 0 (0%) 8 (12%) 4 (6%) 9 (13,6%)
NTB
Jumlah 623 2 (0,3%) 8 (1,3%) 16 (2,6%) 16 (2,6%)
II.1.1.3.10. Surveilans Gangguan Reproduksi pada Ternak Sapi Potong
Surveilans dilakukan dengan mengambil sampel organ reproduksi pada ternak
sapi betina dan jantan yang di potong di rumah potong hewan (RPH) dan tempat
pemotongan hewan (TPH) yang ada di wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT,) tabel 60. Surveilans bertujuan
untuk mengetahui patologi reproduksi yang mungkin terjadi pada ternak sapi
potong yang bisa berpengaruh terhadap produktifitas ternak sapi. Untuk wilayah
Provinsi Bali diperoleh sampel organ reproduksi sebanyak 170 sampel yang
terdiri dari sampel diambil dari hewan berumur 1 ≤ 5 tahun, 107 ( 62,94 % )
sampel dari umur > 5 tahun,11 ( 6,47% ) dan 52 ( 30,589% ) sampel tidak ada
data umur hewan. Di wilayah Provinsi NTB diperoleh sampel sebanyak 215
sampel yang mana 110 ( 51,16% ) sampel diambil dari hewan berumur 1 ≤ 5
tahun, 5 ( 2,32% ) sampel dari umur > 5 tahun, dan 100 ( 46,51% ) sampel
tidak disertai data umur hewan. Sedangkan di wilayah Provinsi NTT diperoleh
sebanyak 120 sampel organ yang terdiri dari 102 (85% ) sampel dari umur 1 ≤ 5
tahun, 18 ( 15% ) sampel umur > 5 tahun.
83
Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan, dari 505 sampel organ reproduksi
yang diuji di laboratorium Patologi yang berasal dari wilayah kerja Balai Besar
Veteriner Denpasar tampak normal dan tidak ada perubahan yang mengarah ke
penyakit gangguan reproduksi.
Data dan hasil pemeriksaan sampel dari masing-masing Rumah Potong Hewan
dan Tempat Pemotongan Hewan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali NTB dan NTT
pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah.
Tabel 60.Hasil pemeriksaan histopatologi sampel organ reproduksi yang berasal
dari RPH kabupaten/kota di Provinsi Bali, NTB dan NTT, tahun 2013.
Umur HewanNo. Prov. Kab/Kota Jml
Smpl 1≤5 th >5 th TDHasil Ket.
Karangasem 39 34 5 0 39 TAP
De Jembrana 32 27 5 0 32 TAPBuleleng 68 15 1 52 67 TAPTabanan 31 31 0 0 31 TAP
1 Bali
2 NTBGerung
Majeluk
2
213
2
108
0
5
0
100
2 TAP
213 TAP
Kota Kupang 120 102 18 0 120TAP3 NTT
Jumlah Total Sampel 505 319 34 152
KeteranganTD : tidak ada dataTAP : tidak ada perubahan yang mengarah ke penyakit gangguan reproduksi
Gangguan reproduksi pada ternak sapi maupun kerbau sering kali tidak
terdeteksi pada awalnya. Hal ini disebabkan karena biasanya penyakit berjalan
sangat perlahan sampai suatu saat muncul pada suatu peternakan. Disamping
itu, penyakit gangguan reproduksi juga cenderung bersifat sub klinis namun bisa
mengancam seluruh populasi dalam kelompok dan yang ada disekitarnya.
Sistem produksi ternak yang masih bersifat tradisional/ ternak dilepas di padang
84
gembalaan akan semakin mempersulit pengamatan terhadap ternak yang
mengalami gangguan reproduksi.
Wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar meliputi Provinsi Bali, NTB dan
NTT. Untuk wilayah Bali sistem produksi ternak bersifat semi intensif, dimana
ternak sudah dikandangkan dan dilakukan pemberian pakan baik berupa hijauan
maupun pakan tambahan berupa dedak padi/ gandum. Pemanfaatan teknologi
reproduksi seperti inseminasi buatan (IB) maupun sinkronisasi birahi juga sudah
cukup banyak dilakukan di wilayah Bali. Ternak sebagai tenaga untuk
pengolahan lahan pertanian sudah mulai di geser fungsinya oleh alat pembajak
yang menggunakan motor/mesin (tractor). Sedangkan wilayah Provinsi NTB
(kecuali Pulau Lombok) dan NTT, sistem produksi ternak sapi dan kerbau masih
sangat tradisional. Ternak di wilayah tersebut dipelihara dengan cara dilepaskan
di padang gembalaan. Ternak hanya masuk kandang pada saat pendataan
(registrasi) dan vaksinasi oleh petugas. Bahkan menurut informasi Kepala Dinas
Peternakan di wilyah tersebut, dalam satu tahun belum tentu ternak pernah
masuk ke kandang. Hal ini sangat menyulitkan untuk mendeteksi kemungkinan
ternak terjangkit suatu penyakit termasuk penyakit gangguan reproduksi seperti
Brucellosis dan yang lainnya.
Peta kesehatan hewan di wilayah kerja Balai Besar veteriner Denpasar
menunjukkan Provinsi Bali merupakan daerah bebas penyakit Brucellosis, Pulau
Lombok sudah dapat dibebaskan dari penyakit Brucellosis sejak tahun 2002
sedangkan Kota Bima prevalensi reaktor Brucellosis cukup rendah yakni 0,06%
(Putra dan Arsani, 2004). Wilayah Provinsi NTT merupakan daerah endemis
Brucellosis terutama Pulau Timor, walaupun di beberapa wilayah seperti Pulau
Sumba prevalensinya sangat rendah.
Surveilans patologi gangguan reproduksi yang dilakukan di Provinsi Bali, NTB
dan NTT pada tahun anggaran 2013 oleh Balai Besar Veteriner Denpasar,
menunjukkan bahwa gangguan reproduksi yang disinyalir mempunyai andil
dalam penurunan populasi ternak sapi di Indonesia, bukan disebabkan oleh
penyakit infeksi.
85
Dari analisa data hasil pengujian secara histopatologi terhadap sampel organ
reproduksi yang berasal dari wilayah kerja balai Besar Veteriner Denpasar
diperoleh sampel sebanyak 505. Dari 505 sampel yang diuji secara histopatologi
semua organ tidak ada perubahan yang mengarah ke penyakit gangguan
reproduksi. Adapun 505 sampel tersebut berasal dari :
Surveilans patologi gangguan reproduksi yang dilakukan di wilayah Provinsi Bali
mengambil sampel sebanyak 170 sampel organ reproduksi dan hasil
pemeriksaan secara histopatologi menunjukkan ( 100% ) sampel baik itu organ
reproduksi betina dan organ reproduksi jantan tidak ada perubahan yang
mengarah ke penyakit gangguan reproduksi.
Surveilans patologi gangguan reproduksi yang dilakukan di wilayah Provinsi
NTB hanya memperoleh 215 sampel organ reproduksi dan dari hasil
pemeriksaan histopatologi keseluruhan sampel (100%) baik dari hewan jantan
maupun betina tidak ada perubahan yang mengarah ke penyakit reproduksi.
Untuk wilayah Provinsi NTT diperoleh sebanyak120 sampel organ reproduksi
dan hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan 120 (100%) sampel tidak ada
perubahan yang mengarah ke penyakit gangguan reproduksi.
Gambar 1. Saluran reproduksi (uterus) sapi yang mengalami inflamasi. Epitheluterus lepas dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit dan sel plasmadidalam stroma endometrium. Epithelium permukaan mengalamihiperplasia. (HE 100x)
86
Gambar 2. Organ reproduksi hewan normal, tidak tampak ada perubahansecara histopatologi (HE. 40x).
Hasil pengujian histopatologi terhadap sampel organ reproduksi yang diperoleh
pada saat surveilans patologi gangguan reproduksi dilakukan menunjukkan
signifikansi yang sangat rendah antara pengaruh penyakit gangguan reproduksi
(0 kasus) terhadap penurunan populasi ternak di wilayah kerja Balai Besar
Veteriner Denpasar.
Untuk wilayah Bali, pemotongan terhadap sapi betina mencapai 139 (81,76%,),
dan jantan sebanyak 31( 18,24% ), Sedangkan untuk wilayah NTB pemotongan
sapi betina 69 (32,09% )dan jantan 146 (67,91%) dari jumlah sapi yang
dipotong. RPH dan TPH di wilayah Provinsi NTT juga melakukan pemotongan
pada betina yaitu 112 ekor ( 93,33%) dan jantan sebanyak 8 ekor ( 6,67% ) dari
120 ekor sapi yang dipotong. Dari 112 ekor betina yang dipotong di RPH, 102
ekor ( 91,07% ) merupakan betina dengan kisaran umur antara 1 ≤ 5 tahun dan
10 ekor ( 8,93% ) berumur diatas 5 tahun.
Penyakit Jembrana untuk mengetahui prevalensi antibodi dan mendeteksi virus
penyakit Jembrana di provinsi Bali telah dilakukan surveilens pada bulan Juni,
sampai dengan Oktober 2013. Selama pelaksanaan surveilans berhasil
dikumpulkan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah dengan
antikoagulan EDTA. yang diambil dari peternakan sapi milik masyarakat dan
SIMANTRI, serta dari breeding farm BPTU Pulukan. Semua sampel serum diuji
87
ELISA menggunakan antigen Jembrana J Gag 6 histidin, sedangkan sampel
darah EDTA diuji PCR. Hasil surveilans menunjukkan bahwa dari 4312 sampel
serum yang diuji ELISA hanya 552 (12,8%) positif antibodi JD. Sedangkan
hasil uji PCR terhadap 4276 sampel darah , menunjukkan semua sampel darah
yang diuji negatif virus Jembrana. Dari hasil surveilans dapat disimpulkan
bahwa persentase antibodi JD di Bali hanya 12.,8% dan tidak ditemukan adanya
positif virus JD / hewan carrier JD di semua lokasi survei. . Mengingat virus JD
dan hewan carrier sudah tidak ditemukan selama pelaksanaan surveilans,maka
perlu diupayakan pembebasan penyakit Jembrana di provinsi Bali. Untuk
mewujudkan upaya pembebasan tersebut maka perlu dilakukan surveilans
secara periodik dan terstruktur, peningkatan pengawasan lalu lintas ternak dan
pengendalian vektor, sehingga bisa mendukung upaya pembebasan JD di
provinsi Bali , serta dapat menjadikan provinsi Bali sebagai sumber bibit sapi
Bali di Indonesia.
Seperti diringkaskan pada Tabel 61 terlihat bahwa hasil pengujian ELISA
terhadap 4312 sampel serum yang diuji hanya 552 (12.8%) positif mengandung
antibodi JD. Sedangkan hasil konfirmasi dengan uji PCR menunjukkan bahwa
virus penyakit Jembrana tidak ditemukan pada semua sampel darah asal
Provinsi Bali (Tabel 62). Dari 1984 sampel serum yang diambil dari hewan yang
divaksinasi JD hanya 463 (23.3%) yang menghasilkan antibodi positif. Ada
terdeteksi antibodi positif pada sampel serum yang diambil dari hewan yang
tidak divaksinasi JD sebanyak 4,8%. (seperti pada Gambar 2)
88
Tabel 61.Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013
NoKabupaten/
KotaJumlahsampel
JumlahPositif
Persentase Positif(%)
1 Badung 345 105 30.4
2 Jembrana 860 157 18.3
3 Buleleng 659 55 8.3
4 Bangli 468 28 6.0
5 Klungkung 295 50 16.9
6 Tabanan 529 66 12.5
7 Gianyar 496 30 6.0
8 Denpasar 196 23 11.7
9 Karangasem 464 28 6.0
TOTAL 4312 552 12.8
Tabel 62.Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013
No Kabupaten Jumlahsampel
JumlahPositif
Persentase Positif(%)
1 Badung 345 0 0
2 Buleleng 826 0 0
3 Bangli 659 0 0
4 Klungkung 467 0 0
5 Tabanan 295 0 0
6 Denpasar 528 0 0
7 Gianyar 496 0 0
8 Jembrana 196 0 0
9 Karangasem 464 0 0
TOTAL 4276 0 0
89
II.1.1.4. Pengembangan metoda Uji
Pengembangan metode uji yang dilaksanakan oleh Balai Besar VeterinerDenpasar tahun 2013 terdiri dari:
II.1.1.4.1. Pengembangan Metode (Tahap I) Uji Real Time PCR UntukMendeteksi Virus c-DNA Virus Penyakit Jembrana Pada SapiBali.
I. PENDAHULUAN
Balai Besar Veteriner Denpasar (BBVet) dan Balai Veteriner (B-Vet) di Indonesia
saat ini berjumlah 9 unit (3 (BBVet dan 6 (B-Vet) yang merupakan institusi yang
memiliki peran penting secara Regional dalam melaksanakan tugas surveilans,
penyidikan , pengujian dan diagnosa penyakit hewan di wilayah kerja
pelayanannya.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.: 89/Kpts/PD/1/2012,
masing-masing BB Vet dan B Vet tersebut telah ditetapkan sebagai
laboratoerium rujukan pengujian penyakit hewan menular tertentu. Laboratorium
rujukan dan penyakit yang ditangani sebagai berikut: BBVet Wates (penyakit
Anhrax, AI , BSE dan Salmonella) BBVet Denpasar (penyakit Jembrana dan
SE), BBVet Maros (penyakit BVD dan Brucellosis) , BVet Medan (penyakit
PRRS dan HC), BVet Bukittinggi (penyakit Rabies), BVet Lampung (penyakit ND
dan IBD), BVet Banjarbaru (penyakit Surra dan IBR), dan BVet Subang
(penyakit AI ). Sebagai Laboratorium rujukan BBVet dan BVet selain
menerapkan ISO 17025 dan ISO 9001 diharapkan juga menerapkan ISO 17043.
Walaupun setiap BBVet dan BVet sudah ditetapkan sebagai laboratorium
rujukan penyakit hewan tertentu, namun ada perbedaan tugas pokok dan fungsi
yang sangat prinsip yang membedakan antara Balai Besar Veteriner dan Balai
Veteriner. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
54/Permentan/OT140/5/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar
Veteriner (BBVet) bahwa BBVet mempunyai tugas khusus yaitu pengembangan
teknik dan metode penyidikan , diagnosa dan pengujian Veteriner . Berdasarkan
alasan tersebut di atas BBVet Denpasar berkomitmen untuk melakukan
90
pengembangan teknik dan metoda penyidikan, diagnosa dan pengujian
Veteriner, dan saat ini terkait dengan penyakit Jembrana yang bersifat spesifik.
Penyakit Jembrana/Jembrana Disease (JD) adalah penyakit viral bersifat akut,
disebabkan oleh Retrovirus famili Lentivirinae.Virus ini berbentuk pleomorf,
beramplop dengan materi genetic tersusun atas single stranded Ribonucleic
Acid (ss-RNA) berukuran 50-120 nm.
Berbeda dengan grup lentivirus lainnya infeksi oleh virus penyakit Jembrana
cenderung bersifat akut, menimbulkan gejala klinis dengan masa inkubasi
pendek yaitu sekitar 7 hari pasca infeksi dapat menimbulkan gejala klinis
terutama demam, pembesaran kelenjar limfe permukaan, nafsu makan turun,
kadang-kadang disertai keringat darah. Demam umumnya berlangsung 5-6 hari
dan pada saat demam tersebut, titer virus sangat tinggi dan dapat dideteksi
dengan RT-PCR (Gambar 3.)
38
39
40
41
42
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021
Days post-infection
Mea
n re
ctal
tem
pera
ture
(oC
)
0100200300400500600700800
JDV
RN
A x
106
/ml
Temperature JDV RNA
Gambar 3. Hubungan antara suhu tubuh (tanda bulat hitam) dengan titer virus(tanda segitiga merah) yang di deteksi dengan uji Real Time PCR (RT-PCRpadasapi Bali setelah diinfeksi VPJ (Sumber: IW. Masa T. PhD Thesis, 2010).
Siklus hidup Virus Penyakit Jembrana (JDV) dimulai dengan menempelkan
dirinya pada permukaaan target cells melalui reseptor, kemudian melepas
kulitnya di dalam sitoplasma dan memasukkan gen-nya yang disebut cDNA
(proviral DNA) ke dalam inti sel yang selanjutnya menyatu (berintegrasi) dengan
gen sapi untuk selamanya. Pada saat hewan sembuh gen JDV tetap berada di
dalam target cells dan status hewan yang sembuh menjadi karier (Gambar 4).
91
Gambar 4. Siklus hidup lentivirus di dalam sebuah target cell (Sumber: IW. Masa
T. PhD Thesis, 2010
Di laboratorium diagnose penyakit Jembrana biasanya dilakukan dengan
beberapa uji diantaranya untuk mendeteksi antibody dilakukan uji serologis
ELISA atau Western Blot dan untuk mendeteksi virus/antigen dilakukan dengan
uji Immunohistokimia (IHK), Insitu-Hybridization (ISH ) dan Polymerase Chain
Reaction (PCR). Untuk mendeteksi antigen pada saat hewan sedang dalam fase
demam (akut), dilakukan dengan uji IHK dan ISH (Gambar 5)
Gambar 5. Hasil deteksi virus Jembrana pada organ limfoid dengan IHK(gambar kiri) dan deteksi antigen dengan ISH (gambar kanan). Hasil positif IHKditandai dengan adanya warna coklat pada sel yang terinfeksi) sedangkan hasilpositif ISH ditandai dengan warna merah pada sitoplasma sel B (Sumber PhDThesis I.W.Masa Tenaya. 2010)
Sesungguhnya sel-sel positif IHK dan ISH tersebut adalah sel-sel B (penghasil
antibodi seluler) sebagaimana dibuktikan dengan uji double immunostaining. Hal
ini menjelaskan mengapa antibodi tidak terbentuk sampai 2 bulan pasca infeksi,
sedangkan pada penyakit virus lainnya antibodi sudah terbentuk beberapa hari
pasaca infeksi.
92
Pada saat penyakit phase akut (demam) keberadaaan JDV yang berada dalam
sel (intracellular virus) dalam bentuk cDNA dapat dideteksi dengan uji
convensional PCR dan virus yang berada di luar sel (extracellular virus) dalam
bentuk RNA dapat dideteksi dengan uji Real -Time PCR (gambar 6)
Cycle5 10 15 20 25 30 35 40
Norm
. F
luoro.
0.8
0.6
0.4
0.2
0 Threshold
Cycle5 10 15 20 25 30 35 40
Norm
. F
luoro.
0.8
0.6
0.4
0.2
0 Threshold
Gambar 6. RT-PCR: Kiri adalah kurve standar, kanan adalah amplifikasi positifberlipat ganda RNA virus Jembrana pada saat demam (Sumber PhD Thesis;IWM. Tenaya, 2010).Uji Real Time PCR dan Convensional PCR lebih sensitive dan spesifik daripada
uji IHK dan ISH. Akan tetapi setelah phase demam berlangsung, karena
extracellular virus sudah masuk bersembunyi ke dalam inti sel target menjadi
cDNA, maka RT-PCR tidak dapat lagi mendeteksi JDV. Sebaliknya cDNA
tersebut masih dapat dideteksi dengan convensional PCR selama demam
berlangsung sampai beberapa tahun setelah hewan sembuh dengan PCR
product sekitar 360 bp Secara keseluruhan dapat disimpulkan perbandingan
kelebihan dan kekurangan metoda diagnose JD seperti pada Tabel 63.
93
Tabel 63.Rangkuman perbandingan kelebihan dan kekurangan metoda diagnose
penyakit Jembrana yang telah dikembangkan
No Metodadiagnose Kelebihan Kekurangan
1 Serologi(ELISA danWestern Blott)
1. Dapat mendeteksiantibody pada saatkronis
2. Sebagai uji evaluasi hasilvaksinasi
1. Tidak spesifik (cross reaksidengan antibody BIV2. Tidak sensitive, tidak
dapat mendeteksiantibody pada saatphase akut (dibawah 2bulan)
2 Deteksiantigen (IHKdan ISH.Doubleimmunostainning
Sensitif dan spesifik karenamemakai antibodymonoclonal dan Riboprobe
1. Tidak dapat mendeteksiJDV pada phase kronis, tidakcocok untuk uji massal.2. ISH dan double
immunostainning sangatkomplek tidak cocok untukuji massal.
3. Deteksi cDNAdengan c-PCR
1. Sensitif dan spesifikmendeteksi JDV padasaat akut dan kronis(karier)
2. Mendeteksi virus secarakualitatif
1. Memerlukan waktu lebih lama
2. Berbahaya memakai zatkarsinogenik (ethidiumbromide)
3. Memerlukan pembuatan gelelektroforesis
4. Tidakcocok untuk uji massal
4 Deteksi RNAdengan RT-PCR
1. Sensitif dan spesifikhanya mendeteksi JDVpada saat akut
2. Mendeteksi virussecara kuantitatif
1. Tidak dapat mendeteksiJDV pada phase kronis(padahal deteksi hewankarier sangat penting)
B. Rumusan MasalahDari uraian di atas walaupun metoda diagnose JDV telah dikembangkan secara
maksimal dari tingkat konvensional sampai molekuler, aplikasi metode-metode
tersebut harus masih disesuaikan dengan tingkat kejadian penyakit. Hal ini
terjadi bukan karena metode diagnose yang kurang tepat tetapi karena sifat
alamiah infeksi JDV yang sangat unik. Oleh karena itu dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut :
94
1. Belum tersedianya metoda diagnose JDV yang “feasible” yaitu efektif, efisien,
sensitif dan spesifik (akurat) dapat mendeteksi hewan terinfeksi JDV pada
phase akut, kronis dan karier.
2. Belum tersedia metoda diagnose yang dapat mengkuantitasi JDV khususnya
pada saat kronis dan/atau pada hewan yang tidak menunjukkan gejal klinis
atau pada hewan karier.
3. Belum pernah dilakukan uji coba revitalisasi RT-PCR sebagai pengganti C-
PCR dalam mendeteksi cDNA pada hewan terunfeksi JDV
C. Maksud dan TujuanKegiatan ini bertujuan untuk :
1. Mengembangkan uji RT-PCR untuk mendeteksi cDNA virus pada hewan
terinfeksi JDV
2. Membandingkan efektivitas uji RT-PCR dengan C- PCR dalam mendeteksi
cDNA pada hewan terinfeksi JDV.
D. Manfaat/OutcomeManfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :
1. Tersedianya metoda diagnose yang mampu mendeteksi JDV secara cepat,
akurat, efktif dan efisien pada setiap phase infeksi
2. Tersedianya metoda diagnose yang dapat mengukur JDV secara kuantitatif
pada setiap phase infeksi.
II. MATERI DAN METODE
1. MateriAdapun materi yang dipergunakan pada kegiatan ini meliputi :
a. Hewan PercobaanHewan percobaan yang digunakan adalah 5 ekor sapi Bali asal Nusa Penida,
umur 1,5 sampai 2 tahun. Sapi tersebut dibagi dua kelompok yaitu kelompok
kontrol (1 ekor) dan kelompok perlakuan (4 ekor).
95
b. Isolat Virus JembranaIsolat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah isolat Tabanan87/2012 dan
Kalimantan
c. Bahan KimiaBahan-bahan yang digunakan untuk survei ini meliputi : antigen Jembrana (J
Gag 6 Histidine) produksi BB Vet Denpasar, coating buffer, serum kontrol
positif (Pan Moyo/PM), serum kontrol negatif (Nusa Penida/NP), Phosphate
buffer Saline Tween (PBST), skim milk, Conjugate Goat antibovine Ig G whole
molecule HRP (SIGMA), substrate HRP (BioRad), Qiamp DNA mini KIT
(Qiagen), NH4Cl, Primer JDV -1, primer JDV-3, Master mix PCR 2X, loading
dye, DNA marker 100 bp, Ethidium bromide, PCR water, Purelink Viral RNA
/DNA mini Kit (Invitrogen) Superscript III Platinum One Step qRT-PCR Supermix
with Rox (Invitrogen cat : 11745-100),
d. AlatAlat yang digunakan untuk pelaksanaan survei meliputi : Tabung venoject
(plain), Tabung dengan antikoagulan EDTA, jarum venoject, handle, ELISA
reader, alat Mini Protean 3 cell, Mini transblot Electrophoretic Transfer cell,
laminar air flow, Mesin PCR (AB). Real Time PCR (AB)
2 MetodeMetode yang diterapkan pada kegiatan ini meliputi :
1. Perlakuan PretreatmentSatu minggu sebelum perlakuan sapi tersebut dipretreament seperti : divaksinasi
SE, diberikan vitamin B complex, antibiotik, obat cacing dan penyemprotan
insektisida serta dilakukan pengambilan sampel serum untuk uji ELISA dan
darah untuk uji PCR, untuk memastikan sapi tersebut benar-benar bebas
antibodi dan virus JD. Semua sapi diberikan makan dan minum secara ad
libitum
96
2. InokulasiInokulasi dilakukan dengan menyuntikkan masing-masing 1 ml 10% suspensi
limpa strain Tabanan87/2012 dan Kalimantan masing-masing ke dua ekor sapi
percobaan , kemudian diamati perubahan temperatur, dicatat gejala klinis yang
muncul, dilakukan pengambilan sampel serum dan darah pada hari ke 2 dan 0
sebelum inokulasi dan hari ke 2, 4,5,6,7,8,10,15,20 dan 25 setelah inokulasi
dilakukan.
1. Pengujian LaboratoriumDalam kegiatan ini semua sampel serum akan diuji ELISA dan sampel darah
akan dilakukan, PCR dan Real Time PCR. Prosedur uji selengkapnya sebagai
berikut :
1.1. UJI ELISAPengujian sampel serum dengan uji ELISA dilakukan dengan prosedur kerja
sebagai berikut : antigen J Gag 6 Histidin dilarutkan dengan carbonat coating
buffer 1:50 kemudian ditambahkan ke masing-masing well sebanyak 50 µl,
mulai dari well B2 sampai dengan G11. Masukkan 50 µl hanya coating buffer
(tanpa antigen) ke dalam lubang blank B1 s/d G1. Kocok dengan shaker dan
diinkubasikan pada suhu 40C selama 24 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak
3 kali dengan ELISA washer. Blok plate dengan menambahkan ke masing-
masing well sebanyak 50 µl larutan skim milk 5% dalam PBST dan plate
diinkubasikan selama 1 jam pada suhu ruangan. Cuci plate dengan PBST
sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Siapkan sampel serum, sampel serum
standar, dan Reference serum dengan cara sebagai berikut: Sampel yang akandiuji diencerkan 1: 100 dalam skim milk 5% dan 50 µl serum tersebut
dimasukkan ke dalam masing-masing lubang test. Sampel serum standar(PM) diencerkan mulai dari pengenceran 1 : 100 hingga 1 : 3200 dalam skim
milk 5% dan tiap-tiap pengenceran dimasukkan pada lubang dideretan 2 setiap
pengenceran satu lubang mulai dari B2 sampai G2. Sampel Referenceserumyang digunakanada dua yaitu reference serum positif Jembrana
/Hyperimun (A), dan Reference serum negatif (Nusa Penida /B). Encerkan
masing-masing reference serum tersebut 1 : 100 dalam skim milk 5% dan
masukkan 50 ul reference serum A ke lubang B3 , C3 dan D3; 50 µl serum B ke
lubang E3, F3, dan G3. Homogenkan dengan dishaker dan inkubasikan pada
97
suhu 370C selama 1 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak 3 kali dengan
ELISA washer. Encerkan conjugate antibovine Ig G Whole molecule (SIGMA) 1 :
1000 dalam PBST buffer. Masukkan 50 µl conjugate yang telah diencerkan
tersebut pada setiap lubang baik yang mengandung serum maupun lubang
blank dan kontrol. Inkubasikan pada suhu 370C selama 1 jam. Cuci plate dengan
PBST sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Tambahkan campuran satu
bagian substrate Hidrogen Peroxidase (HRP) solution B dan 9 bagian (solution
A) atau 2,2- Azino-bis (3-ethylbenzothiazoine-6 sulfonic acid diamonium salt).
Masukkan 50 µl substrate ke dalam setiap well (blank, kontrol dan serum
sampel), diamkan selama 2 menit. Kemudian stop reaksi dengan menambahkan
50 µl larutan asam oxalat 2 % ke semua well.
Pembacaan hasil uji ELISA dilakukan pada ELISA READER dengan panjang
gelombang 405 nm. Bila nilai OD sampel lebih besar atau sama dengan OD
pengenceran 1 : 100 maka sampel dikatakan positif sedangkan bila nilai OD
sampel lebih kecil dari OD pengenceran 1 : 100 maka sampel dikatakan negatif
1.2. UJI POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)DNA virus dari PBMC diisolasi dengan menggunakan QIAmp DNA Blood Kit
(Qiagen). Tabung eppendorf yang sudah berisi DNA filtrat diberi label dan
disimpan pada -20oC sampai siap diuji. Sedangkan metoda uji PCR yang
dipakai untuk mendeteksi provirus Jembrana ini adalah metoda second round
PCR yang dikembangkan oleh Masa Tenaya dkk., (2003 & 2004). Bahan-bahan
yang diperlukan dalam teknik PCR JD antara lain: Master mix, PCR
water,Primer JDV–1, Primer JDV–3, DNA template, Agarose gel 1%, TAE buffer,
dan Ethidium Bromide. Primer yang digunakan terdiri dari Primer JDV-1 dan
Primer JDV–3.Forward primer (JDV –1) dengan sekuen
5’GCAGCGGAGGTGGCAATTTTGATAGGA 3’.Reverse primer (JDV – 3)
dengan sekuen 5’ CGGCGTGGTGGTCCACCCCATG 3’ (Chadwick et al.,
1995).
Untuk setiap reaksi PCR digunakan 25 µL Master Mix, 2 µL primer JDV-1, dua
uL primer JDV-3, 19 µL PCR water dan DNA template sebanyak 2 µL. Bahan-
bahan tersebut kemudian dicampur ke dalam tabung effendorf volume 500 µL.
Campuran tersebut diamplifikasi dengan thermocycler sebanyak 35 siklus
98
dengan perincian sebagai berikut: Step 1 (denaturasi) 94oC selama 5 menit,
Step 2 (denaturasi) 94oC selama 30 detik dan (annealing) 66oC selama 1 menit,
Step 3 pemanjangan (ekstensi) 72oC selama 1,5 menit. Pada akhir siklus, ada
program tambahan 72oC selama 10 menit untuk melengkapi pemanjangan DNA
yang belum selesai, dan satu siklus untuk masa inkubasi di bawah suhu ruang,
biasanya 15oC dengan waktu tak terbatas. Total siklus adalah selama 2 jam 15
menit. Untuk reaksi Second Round PCR, dikerjakan dengan running ulang hasil
dari First Round PCR dengan formula PCR yang sama dengan formula pada
First Round PCR.
Analisa dan dokumentasi hasil PCRHasil PCR kemudian dielectrophoresis dengan 1% gel agarose yang
mengandung 5 ug Etidium bromide/ ml. Elektrophoresis dilakukan dengan
voltase 70 volt selama 45 menit. Hasil PCR dalam gel kemudian divisualisasi
dengan sinar UV pada alat UV transluminator dan dianalisa dengan program Gel
Doc untuk melihat adanya band / pita DNA.
1.3. Uji Real Time (PCR)Sampel untuk uji Real Time PCR pada penelitian ini akan berupa sampel RNA
yang diisolasi dari plasma dan juga menggunakan DNA yang diisolasi dari
Peripheral Blood Mononuclear cell (PBMC). Proses reaksinya dilakukan
dengan cara menambahkan 22.075ul PCR mix kedalam 3 ul template RNA,
kemudian diamplifikasi di dalam mesin dengan program sebagai berikut : cDNA
synthesis 500C selama 15 menit, Aktivasi DNA polymerase 950C selama 5
menit, 2 step Cycling, 40 siklus 950C selama 15 detik, 600C selama 60 detik dan
closing reaction 400C selama 1 menit Selanjutnya diamati nilai CT dan kurva
amplifikasi.
III. HASIL
Sebelum perlakuan semua sapi yang akan digunakan sebagai hewan percobaan
dilakukan prretreatmen, diambil sampel darah dan serumnya untuk memastikan
nahwa sapi tersebut benar-benar negatif antibodi dan virus Jembrana. Hasil uji
menunjukkan bahwa semua sampel serum dan darah dari 5 ekor sapi yang
dipakai dalam percobaan negatif antibodi dan virus JD.
99
Gejala Klinis JD
Virus JD Isolat Tabanan 87 /2012 berhasil ditumbuhkan pada hewan percobaan
ditandai dengan adanya demam, penurunan junlah leukosit, pembengkakan
pada limfoglandula prescapularis, prefemoralis, dan parotidea, adanya feses
bercampur darah (gambar 1, 2, 3 dan 4). Virus JD isolat Kalimantan 2005 tidak
berhasil ditumbuhkan, pada sapi percobaan, tidak ada perubahan gejala klinis
dan tidak terjadi demam.
Gambar 7. Pembengkakan lgl prescapularis Gambar 8. Pembengkakan lglpresfemoralis
Gambar 9. Pembengkakan lgl parotidea Gambar 10. Kotoran bercampur darah
100
Tabel 64.Data hasil pengamatan temperature
Kode HewanNo TanggalInokulasi
DayInokulasi Kontrol CB1 CB2 CB3 CB4
1 18/11/2013 0 38.8 38.7 38.6 38.7 38.82 19/11/2013 1 38.8 38.3 38.5 38.4 38.73 20/11/2013 2 38.6 38.5 38.3 38.4 38.94 21/11/2013 3 38.5 38.3 38.4 38.0 38.65 22/11/2013 4 38.7 38.6 38.6 38.5 38.96 23/11/2013 5 38.5 39.5* 38.5 38.4 38.57 24/11/2013 6 38.5 40.5* 38.5 38.4 38.48 25/11/2013 7 38.2 39.8* 38.6 38.4 38.39 26/11/2013 8 38.5 39.7* 40.8* 38.6 38.3
10 27/11/2013 9 38.6 39.7 * 41.2* 38.5 38.411 29/11/2013 10 3338.5 338.533 41.5* 38.3 38.412 30/11/2013 11 38.6 38.4 41.3* 38.2 38.513 31/11/2013 12 38.6 38.3 40.2* 38.0 38.414 1/12/2013 13 38.4 38.5 39.4 38.3 38.315 2/12/2013 14 38.4 39.0 39.0 38.4 39.216 3/12/2013 15 38.7 38.5 38.3 38.3 38.417 4/12/2013 16 38.6 38.5 38.2 38.4 38.518 5/12/2013 17 38.5 38.5 38.0 38.0 38.319 6/12/2013 18 38.6 38.6 39.0 38.4 38.320 7/12/2013 19 38.3 39.2 38.3 38.4 38.421 8/12/2013 20 3838.73.7 3 38.9 8 38.4 38.4 38.422 9/12/2013 21 38.5 38.7 38.4 38.3 38.423 10/12/2013 22 38.6 38.1 39.0 38.7 38.324 11/12/2013 23 38.6 38.3 38.7 38.0 38.425 12/12/2013 24 38.5 38.4 38.9 38.2 38.526 13/12/2013 25 38.1 38.1 38.5 38.2 38.0
Keterangan : temperature ≥ 39.5 = demam : * demam
101
Tabel 65.Data hasil penghitungan sel leukosit
Kode HewanNo
TanggalInokulasi
DayInokulasi Kontrol CB1 CB2 CB3 CB4
1 18/11/2013 0 8950 7050 7150 7700 7250
2 23/11/2013 1 9400 2550* 5450 8050 7150
3 24/11/2013 2 9700 3800* 7000 5500 6300
4 25/11/2013 3 6600 3650* 4900 7500 8900
5 26/11/2013 4 7800 2950* 3100* 6250 8850
6 27/11/2013 5 8000 3100* 3900* 6500 8750
7 28/11/2013 6 6300 4100 2550* 7250 8900
8 29/11/2013 7 7250 4800 2850* 7500 8900
9 30/`11/2013 8 9000 5500 2750* 7750 8950
Keterangan : Jumlah leukosit ≤ 4000 = leukopenia : * leukopenia
IV. PEMBAHASAN
Hasil uji ELISA dan PCR terhadap lima sampel serum dan darah sapi yang
diambil sebelum inokulasi virus, menujukkan negatif antibodi dan virus JD. Hal
ini mengindikasikan bahwa sapi Bali yang akan digunakan dalam percobaan
tersebut memang masih bebas JD dan memenuhi persyaratan untuk
dipergunakan sebagai hewan percobaan.
Terjadinya penurunan jumlah leukosit(leukopenia) pada sapi yang diinokulasi
virus JD (CB1 dan CB2. mengindikasikan bahwa sapi tersebut positif terinfeksi
JD. Jumlah leukosit pada sapi Bali normal ber kisar antara 4000-12000/ml
darah. Adanya leucopenia ini .merupakan salah satu indikasi adanya infeksi
virus JD. Salah satu perubahan spesifik pada sapi yang terinfeksi virus
Jembrana adalah terjadinya penurunan jumlah sel-sel darah dan perubahan
yang konsisten dan menonjol adalah terjadinya leukopenia dan limfopenia
(Harding dan Suharsono, 1977: Soesanto dkk., 1990).
102
Pada percobaan ini terjadi variasi mulai munculnya demam.Hasil percobaan
menunjukkan bahwa sapi CB 01mulai demam pada hari ke 5 setelah inokulasi,
sedangkan sapi CB02 menunjukkan demam muncul lebih lambat yaitu pada
hari ke-8 setelah inokulasi dan tidak ada perbedaan lama demam antara CB01
dan CB02. Perbedaan waktu mulai munculnya demam ini kemungkinan erat
hubungannya dengan faktor individu sapi ,dimana sapi yang kondisinya lebih
lemah akan lebih dulu mengalami demam bila dibandingkan sapi yang daya
tahan tubuhnya lebih kuat.. Bila dilihat dari gambaran perubahan temperature
dari masing-masing sapi, maka sapi CB2 hasil pengamatan temperaturnya lebih
tinggi daripada CB1
Gejala klinis yang muncul pada CB1dan CB2 lebih spesifik dibandingkan dengan
CB3 dan CB4. Gejala ini lebih lebih baik dibandingkan dengan hasil refreshing
pada tahun 2012 dimana gejala klinis yang muncul hanya terjadinya demam,
sedangkan pembengkakan kelenjar limfe superficialis tidak muncul. . Hal ini
mengindikasikan bahwa virus JD yang disimpan pada suhu -800C dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama akan mampu bereplikasi dengan baik dan
menghasilkan gejala klinis yang spesifik demikian sebaliknya isolate virus yang
disimpan pasa suhu (-800C) dalam jangka waktu lama akan menurunkan
stabilitas dan patogenitas virus.
Berbeda dengan isolate Kalimantan yang belum pernah direfreshing, tidak
mampu bereplikasi pada hewan percobaan sehingga tidak menimbulkan gejala
klinis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh lamanya penyimpanan,
yang menyebabkan berkurangnya jumlah virus yang ada pada limpa, sehingga
patogenitasnya menurun, Hasil ini memperkuat penelitian Agustini, dkk 2012,
yang menemukan bahwa virus JD yang disimpan dalam jangka waktu lama
pada suhu -800C akan menyebabkan patogenitasnya menurun. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan oleh terjadinya penurunan stabilitas virus terkait suhu
penyimpanan.
103
II.1.1.4.2. Pengembangan Metode Indirect Fluorescent Antibody Test(Indirect FAT) Rabes Dengan Menggunakan AantibodiMonoklonal Isolat Lapangan (1266) di Balai Besar VeterinerDenpasar
PENDAHULUANLatar Belakang
Balai Besar Veteriner Denpasar adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis di
bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mempunyai
tugas dan fungsi penyidikan dan pengujian veteriner, dan melaksanakan
pengembangan metoda pengujian.
Berdasarkan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian dengan Kepala Unit Pelayanan Teknis
(UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
tanggal 14 Pebruari 2013 dengan penyampain dokumen
No:19044/TU.210/F1/2013 tanggal 19 Pebruari 2013 disebutkan bahwa dalam
tugas pokok dan fungsi masing – masing UPT diberikan beban kinerja yang
telah ditentukan target pencapaiannya. Dalam hal ini khususnya Balai Besar
Veteriner Denpasar yang merupakan UPT dibawahnya mendapatkan beban
target kinerja antara lain : pencapaian target jumlah sampel, pembuatan peta
status penyakit hewan di lokasi kerja 3 Provinsi (Bali, NTB dan NTT),
pengembangan metoda diagnosa dan pengujian penyakit hewan Rabies dan
Jembrana, Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B sebanyak 3 unit dan Tipe C
sebanyak 6 unit, dan Bimbingan Teknis Puskeswan sebanyak 20 unit.
Dalam hal pengembangan metoda diagnose penyakit hewan, Balai Besar
Veteriner Denpasar focus pada pengembangan metoda pengujian penyakit
Rabies dan Jembrana. Namun demikian Balai Besar Veteriner Denpasar juga
akan terus mengupayakan pengembangan metoda untuk uji-uji penyakit lainnya
terutama yang terkait dengan penyakit dimana Balai Besar Veteriner Denpasar
dijadikan sebagai Laboratorium rujukannya.
104
Implementasi dari pengembangan metoda diagnose penyakit Rabies diawali
dengan pembuatan proposal terkait dengan kegiatan pengembangan metoda
yang dimaksud. Pengembangan Metoda Diagnosa Penyakit Rabies akan
mengembangkan metoda indirect FAT dengan menggunakan antibodi
monoklonal yang berasal dari isolat lapangan (1266) Bali.
Tujuan1. Untuk memproduksi monoklonal antibodi virus Rabies menggunakan isolat
lapangan (1266) Bali.
2. Untuk mengembangkan metode uji Indirect Fluorescen Antibodi Test dengan
mempergunakan monoklonal antibodi virus Rabies yang berasal dari isolat
lapangan(1266) Bali
SasaranMendapatkan hasil produksi monoklonal antibodi virus Rabies menggunakan
isolat lapangan (1266) Bali yang nantinya akan dimanfaatkan untuk
pengembangan metoda uji Indirect Fluorescent Antibodi Test (FAT) Rabies.
OutputTerciptanya hasil produksi monoklonal antibodi virus Rabies menggunakan isolat
lapangan (1266) Bali yang dapat digunakan sebagai anti body primer dalam
pengembangan metoda uji Indirect Fluorescen Antibodi Test (Indirect-FAT)
Rabies.
TINJAUAN PUSTAKA
RabiesRabies adalah penyakit viral yang menginfeksi sistem saraf pusat (SSP) pada
hewan yang berdarah panas dan manusia, yang ditandai dengan
enchephalomyelitis akut dan hampir semua kejadian infeksinya berakhir dengan
kematian. Penyakit rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus keluarga
Rhabdoviridae. Virus rabies bersifat neurotropik, berbentuk seperti peluru
dengan ukuran diameter 75 nanometer dan panjang 100 - 130 nanometer.
Materi genetik virus tersusun atas untaian rantai tunggal RNA. Ada 7 serotipe
dari lyssavirus yaitu: serotipe 1 adalah virus rabies klasik telah menyebar ke
105
suluruh dunia; serotipe 2 adalah Lagos bat virus ditemukan di Afrika; serotipe 3
adalah Mokola rhabdovirus ditemukan di Afrika; serotipe 4 adalah Duvenhage
rhabdovirus ditemukan di Afrika bagian selatan; European Bat Lyssavirus (EBL)
dibagi dalam 2 biotipe yaitu EBL 1 dan EBL 2; dan terakhir serotipe 7 yaitu
Australian Bat Lyssavirus (Bowen and Lowings, 2000).
Sejak mewabahnya rabies pertama kali di Provinsi Bali, tepatnya di Kabupaten
Badung bulan Nopember 2008, kasus rabies sekarang telah meluas di semua
Kabupaten/Kota di Bali, secara berturut-turut: Kabupaten Badung, Kota
Denpasar, Tabanan, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Bangli, Klungkung dan
Jembrana. Begitu mulai muncul gejala klinis, baik pada hewan maupun pada
manusia, penderita akan berakhir dengan kematian. Kematian umumnya
disebabkan oleh tidak adanya perlakuan atau kurangnya perlakuan yang baik
(post exposure treatment) terhadap korban yang terkena Rabies. Tindakan
pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan atau Serum Anti Rabies (SAR)
sebagai tindakan post exposure treatment (PET) telah meningkatkan
keberhasilan pengobatan bagi korban terutama manusia yang terkena gigitan
anjing.
Informasi tentang sejarah kasus atau riwayat gigitan dan gejala klinis hewan
penular rabies (HPR) yang menggigit diperlukan dalam mendiagnosa kasus
rabies disamping pemeriksaan atau pengujian secara laboratorium. Diagnosa
berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen
otak anjing yang menggigit diharapkan bisa dijadikan sebagai pedoman atau
dasar dalam pengambilan keputusan untuk pemberian vaksin anti rabies (VAR).
Metoda Diagnosa Penyakit RabiesPemeriksaaan laboratorium yang biasa dilakukan terhadap spesimen otak yang
diduga rabies diantaranya adalah : pewarnaan Seller, FAT (Fluorescent Antibodi
Test), histopatologi, imunohistokimia (IHK), Mouse Inoculation Test (MIT),
maupun teknik molekular lainnya seperti Polymerase Chain Reaction (PCR).
Sedangkan uji serologi yang direkomendasikan oleh Office Internationale des
Epizooties (OIE, 2000) adalah Fluorescent Antibodi Virus Neutralization Test
(FAVN). Bahkan dengan beberapa kelebihan yang dimiliki teknik FAT
(Fluorescent Antibodi Test) seperti tingkat sensitifitas yang tinggi dan waktu
106
pengujian yang relatif cepat, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE)
menjadikan FAT sebagai “golden standard” untuk diagnosa penyakit rabies.
Fluorescent antibodi test rabies (FAT) yang umum dilakukan adalah Direct-FAT,
dimana antigen Rabies yang terdapat pada jaringan otak akan dideteksi
langsung dengan antibodi rabies yang sudah dikonjugasi dengan zat fluorescent
yang umum digunakan adalah Fluorochrome Isotio Cyanate (FITC). Metoda ini
merupakan golden standard diagnose Rabies yang diakui oleh OIE selaku
otoritas kesehatan hewan dunia, namun jika dibandingkan dengan metoda
Indirect-FAT tentunya teknik indirect ini akan memiliki kelebihan dari segi
spesifisitasnya.
Namun OIE menyatakan bahwa Direct FAT sebagai golden standard tentunya
mempunyai alasan yang cukup kuat. Salah satunya mungkin karena dari segi
waktu pengujian, direct FAT tentunya lebih cepat dari indirect FAT, disamping itu
mungkin OIE menyadari bahwa tidak semua Laboratorium terutama di negara-
negara berkembang mampu untuk memproduksi/mengembangkan antibodi
monoklonal Rabies.
Antibodi MonoklonalKebanyakan antigen seperti virus, bakteri, parasit, sel eukariot terdiri atas
banyak epitop yang masing-masing mampu menginduksi antibodi yang khas
terhadap epitop. Karena itu jika hewan seperti mencit diimunisasi dengan
antigen yang terdiri atas berbagai jenis epitop, maka hewan tersebut akan
menghasilkan antibodi yang khas terhadap setiap epitop. Antibodi terhadap
suatu epitop umumnya tidak bereaksi dengan epitop lainnya. Antibodi terhadap
setiap epitop dihasilkan oleh 1 klon sel yaitu sekelompok sel yang berasal dari 1
sel. Namun, jika suatu individu diimunisasi dengan antigen yang terdiri atas
berbagai jenis epitop, maka antibodi yang diinduksinya akan berikatan dengan
berbagai jenis epitop. Antibodi yang demikian disebut antibodi poliklonal. Karena
mengenali berbagai jenis epitop maka reaksinya dalam mengenali suatu antigen
biasanya kurang spesifik sehingga untuk tujuan riset, diagnosis, dan terapi
kurang memadai. Sebaliknya antibodi monoklonal hanya berikatan dengan 1
jenis epitop sehingga lebih efisien bila dugunakan untuk tujuan tersebut.
107
Pembuatan antibodi monoklonal dilakukan dengan cara memfusikan sel
penghasil antibodi terhadap antigen atau epitop tertentu dengan sel myeloma
yang bersifat immortal bisa dikultur secara in vitro. Penumbuhan virus Rabies
dan pembuatan antibodi monoklonal sudah dibuat/didapat berdasarkan
kerjasama penelitian (MoU) dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana. Akan tetapi proses pembuatan antibodi monoklonal dijelaskan di
bagian metoda.
MATERI DAN METODE
MATERIMateri yang dibutuhkan dalam pengembangan metoda indirect FAT dengan
menggunakan antibodi monoklonal yang dibuat dari isolat lapangan (1266) Bali
adalah sebagai berikut:
1. Antibodi monoklonal Rabies/ MoAb Rabies (tersedia)
2. Virus Rabies isolat 1266 (tersedia)
3. Sampel otak anjing positif dan negatif Rabies (tersedia)
4. Konjugat (goat anti mouse FITC)
5. PBS tablet
6. Acetone pro analis
7. Slide glass
8. Cover glass
9. Glycerin
10. Mikroskop Fluorescent
METODA
Imunisasi mencitImunisasi mencit dengan antigen Rabies (1266) dilakukan sekurang-kurangnya
4 kali yaitu pertama dengan antigen yang diemulsikan dalam Freund’complete
adjuvant, kedua dan ketiga dengan antigen yang diemulsikan dalam Freund
incomplete adjuvant dan keempat dengan antigen tanpa adjuvant. 1 minggu
setelah imunisasi terakhir, serum diambil dan antibodi terhadap antigen yang
diinginkan diuji dengan ELISA atau western blotting. Jika titer antibodi sudah
108
memadai maka mencit siap dipakai untuk fusi. Jika antibodi yang muncul belum
memadai, maka dapat dilakukan imunisasi lagi.
Penyiapan Sel MyelomaBerbagai jenis sel myeloma tersedia di pasaran yang dapat digunakan untuk
tujuan fusi. Sel myeloma dapat disimpan dalam nitrogen cair (-196oC) selama
bertahun-tahun atau pada suhu -70oC selama beberapa bulan. Setelah tersedia
mencit yang kebal, 1 ampul sel myeloma diambil dari nitrogen cair, dicuci
dengan media tanpa serum, dan dikultur dalam media yang mengandung 10%
Fetal Calf Serum, antibiotika dan Fungizone. Bila sel myeloma tampak sehat,
maka sel di pasase setiap hari sampai diperoleh sel myeloma yang sehat dan
aktif membelah. Sel myeloma yang digunakan dalam 1 fusi adalah sebanyak 20
x 106 sel. Sel myeloma dapat dihitung dengan hemositometer setelah diwarnai
dengan trypan blue. Dengan pewarnaan ini sel hidup tidak menyerap warna
sehingga tampak bening. Sedangkan sel yang mati akan menyerap warna
sehingga tampak berwarna biru. Untuk tujuan fusi, sel myeloma dapat
digunakan jika jumlah sel yang hidup di atas 95%.
Penyiapan mencit untuk imunisasiEnam sampai lima hari sebelum fusi, mencit dibooster dengan antigen tanpa
adjuvant setiap hari selama 3 hari berturut-turut. Mencit kemudian dieutanasi
dan limpa mencit dikeluarkan secara aseptis dengan cara membedah rongga
perut menggunakan gunting dan pinset steril. Limpa mencit kemudian ditampung
dalam petridsh steril yang diisi dengan 1,5 ml media tanpa serum.
Limfosit dalam limpa dikeluarkan dengan teknik 2 jarum suntik. Pertama,
sediakan 2 spuit dengan jarum suntik 23 G dan ujung jarum suntik
dibengkokkan. Dengan kedua jarum suntik tersebut, limpa mencit dikorek
sampai semua sel yang ada didalamnya keluar dan berada dalam media.
Limfosit individu disiapkan dengan cara menyedot dan mengeluarkannya
secara berulang menggunakan spuit 3 ml dan jarum 18 G atau dapat juga
dilakukan dengan pipet Pasteur steril. Limfosit individu yang terlepas kemudian
dihitung dengan hemositometer setelah diwarnai dengan methylen blue. Limfosit
tampak berwarna biru pekat dan berinti, sedngkan sel darah merah tampak
109
berwarna merah dan tidak berinti. Jumlah limosit yang digunakan untuk 1 kali
fusi adalah 108 sel.
Pembuatan sel hybridomaSetelah tersedia dalam jumlah yang cukup dan sehat, sel myeloma ditampung
dalam tabung sentifuge steril dan dicuci 1 kali dengan media tanpa serum.
Pencucian ini penting untuk menghilangkan serum yang masih menempel pada
permukaan sel myeloma pada saat ditumbuhkan dalam media yang
mengandung serum. Keberadaan serum dapat menghambat fusi. Setelah sel
myeloma siap, limfosit mencit juga disiapkan dengan teknik 2 jarum suntik
seperti diatas.
Campurkan 20 juta sel myeloma dengan 100 juta limfosit dalam tabung
sentrifuge steril yang dasarnya U. Tabung dasar V juga dapat dipakai, tetapi
efisiensi fusinya biasanya lebih rendah. Sentrifus campuran kedua sel dengan
kecepatan 800-1200 rpm (tergantung sentifusenya) selama 5 menit. Supernatan
dibuang dan sel di dasar tabung dibuat menyebar dengan cara menggoyang dan
memukul-mukulkan ujung tabung secara pelan-pelan pada telapak tangan. Fusi
kedua jenis sel dilakukan dengan 1 ml PEG 45%. Pipet PEG dengan pipet 1 ml
dan dituangkan secara perlahan-lahan ke atas campuran sel selama kurang
lebih 1 menit. Waktu 1 menit penting karena jika penuangan dilakukan terlalu
cepat atau terlalu lama sel myeloma dapat pecah sehingga percobaan fusi bisa
gagal.
Skema fusi.1. Penuangan PEG selama 1 menit dilakukan dalam laminar airflow yang
dilanjutkan dengan fusi
2. Fusi dilakukan dalam waterbath selama dua menit dengan cara
menggoyang tabung secara pelan-pelan dalam waterbath dengan suhu
37oC
110
3. Tahapan fusi terakhir dilakukan dalam lamira flow dengan menambahkan 4
ml media tanpa serum secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga sel
yang telah berfusi tidak lepas. Setelah itu tabung digoyang secara pelan-
pelan selama 3 menit. Kemudan ditambahkan 5 ml media tanpa serum
secara perlahan-lahan dan hati-hati, karena jika penambahan media
dilakukan tidak hati-hati, maka sel yang telah berfusi dapat lepas.
4. Sel kemudian disentrifuse dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit,
supernatant dibuang dan ke atas pellet sel ditambahkan 5 ml media dengan
10% FBS. Pellet sel dipecahkan dengan ujung pipet 5 ml, disedot secara
pelan-pelan dan hati-hati dengan pipet steril 5 ml. Sel kemudian
disuspensikan dalam 60 ml media DMEM yang mengandung 10% FBS.
Dengan alat suntik 10 ml atau pipet Pasteur, suspensi sel didistribusikan ke
dalam 5 tissue culture plate 96 sumuran dan dibiarkan mengendap ke dasar
sumuran selama 30 menit. Media di atas sel kemudian disedot dan
dibuang, dan sel hibridoma dikultur semalam dengan menambahkan 2 tetes
per sumuran media DMEM yang mengandung 20% FBS. Setelah dikultur
semalam, ke dalam setiap sumuran ditambahkan media selektif (DMEM
20%FBS + Hyphoxanthin Aminopterin dan Tymidin/HAT). Sel dikultur pada
suhu 37oC, di amati sewaktu-waktu. Pada hari ke lima atau keenam
kebanyakan sel myeloma biasanya telah mati dan jika belum mati, ke dalam
setiap sumuran dapat ditambahkan 1 tetes DMEM HAT.
5. Pada hari ke 8 pasca fusi, ke dalam setiap sumuran ditambahkan tetes
DMEM-HT (DMEM-HAT tanpa aminopterin). Adanya sel hibridoma yang
tubuh ditandai dengan munculnya klon sel hibridoma pada sumuran yang
tampak seperti buah anggur menggerombol. Fusi yang berhasil ditandai
dengan munculnya 1-3 klon sel hibridoma per sumuran. Jika klon sel sudah
cukup besar maka medianya dites apakah menghasilkan antibodi atau tidak.
Cara membunuh sel yang tidak berfusiSecara umum, sel mempunyai 2 jalur untuk mensintesis nukleotida yang
diperlukan untuk mensintesis DNA, yaitu de novo (normal) dan salvage (pintas).
Sel yang di kultur termasuk limfosit secara in vitro menggunakan salah satu dari
2 jalur tersebut untuk mensintesis nukleotida. Jika jalur normal dihambat
misalnya dengan aminopterin, maka sel mengunakan jalur pintas untuk
mensintesis nukleotida sehingga sel tetap hidup. Mutasi enzim yang mensintesis
111
nukleotida jalur pintas dapat dijadikan sasaran memanipulasi agar sel yang
berfusi tumbuh sedangkan sel myeloma yang tidak berfusi akan mati. Salah satu
enzim yang menjadi target adalah hypoxanthine-guanine phosphoribosyl
transferase (HGPRT). HPGRT berperan dalam mensintesis nukleotida jalur
salvage. Sel myeloma dapat yang dipakai dalam fusi umumnya telah mengalami
mutasi gen HPGRT sehingga tidak mampu mensistesis nukelotida jalur pintas.
Jika jalur normal dihambat , misalnya dengan aminopterin maka sel myeloma
akan mati. Sementara itu sel hibridoma dapat menggunakan HGPRT dari
limfosit untuk mensintesis nukleotida sehingga tetap hidup. Limfosit sendiri tidak
dapat bertahan hidup secara in vitro sehingga akan mati dengan sendirinya.
Seleksi Hibridoma dengan Media HATObat seperti aminopterin menghambat sintesis nukelotida secara normal (de
novo). Obat ini menghambat sintesis purin dan pirimidin sehingga sel yang
dapat hidup dalam media yang mengandung obat ini adalah sel yang dapat
mensintesis nukleotida melalui jalur pintas (salvage) dan harus ditambahkan
precursor nukleotida seperti hypoxanthine and thymidine. Myeloma yang tidak
memiliki enzim ini akan mati pada media HAT karena tidak memiliki HGPRT. Sel
myeloma yang berfusi dengan sel B (hibridoma) dapat tumbuh terus karena sel
B yang mempunyai HGPRT.
Skrining Antibodi dengan ELISASel hibridoma yang menghasilkan antibodi dapat diuji dengan ELISA. Pertama,
coat ELISA plate dengan antigen (1 ug/ml) dalam carbonate buffer pH 9.6 (100
100ul per sumuran). Inkubasi semalam pada 4oC . Buang antigen dan block
plate dengan susu tanpa lemak 3% dalam PBS selama 1 jam pada suhu 37oC.
Cuci plate dengan PBS-tween dan tambahkan 100 ul media hybridoma inkubasi
selama 1 jam pada suhu 37oC. Cuci plate dengan PBS-Tween dan tambahkan
100ul anti-mouse Ig -horseradish peroxidase. Inkubasi kembali selama 1 jam
pada suhu 37oC, tambahkan substrat 100 ul, inkubasi selama beberapa menit
pada suhu kamar. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna
substrat
112
Penentuan Protein yang bereaksisi dengan Antibodi MonoklonalProtein yang bereaksi dengan AbMo dapat ditentukan dengan berbagai cara
seperti western blotting dan radioimunoprecipitation assay. Western blotting
merupakan cara yang paling umum dipakai untuk menentukan protein yang
bereaksi dengan AbMo. Untuk uji ini, protein pertama dipisahkan dengan SDS-
PAGE dan ditansfer ke membrane nitroselulosa. Protein pada membrane
nitroselulosa kemudian direaksikan dengan abMo. Hasil positif ditandai dengan
adanya pita berwarna pada membrane nitroselulosa.
Penyimpanan Sel Hibridoma penghasil AbMoSel hibridoma yang menghasilkan AbMo dapat disimpan pada suhu -70 oC
selama beberapa bulan atau pada suhu -196 oC selama bertahun-tahun.
Penyimpanan dapat dilakukan dengan FBS yang mengandung 10 DMSO.
Pertama tambahkan FBS-DMSO ke dalam sel hibridoma. Masukan ke dalam
ampul dan simpan pada suhu -70 oC selama tiga jam. Sel hibridoma kemudian
dipindahkan ke -196 oC.
Penentuan Isotope AntibodiIsotipe AbMo dapat ditentukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah
dengan Ig isotyping kit. Coat ELISA plate dengan antigen seperti di atas dan
setelah diblok dan dicuci seperti di atas tambahkan AbMo ke dalam sumuran
dan inkubasikan selama 1 jam pada suhu kamar. Tambahkan rabbit IgG anti-
mouse Ig isotype (IgM, IgA, IgD, IgG1, IgG2a, IgG2b, IgG2c, IgG). Tambahkan
anti-rabbit IgG-HRP dan setelah dicuci tambahkan substrat.
Indirect Fluorescent Antibodi Test Rabies (Indirect FAT Rabies)Teknik imunofluorescent (Indirect FAT Rabies) dilakukan sesuai prosedur
dijelaskan oleh OIE dan organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Preparat ulas dari
bagian hippocampus dibuat diatas slide glas kemudian difiksasi dalam aseton
dingin (- 20˚C) selama 20 menit. Selanjutnya slide preparat dicuci sebanyak tiga
kali dengan larutan dapar fosfat saline (PBS, pH 7.2), kemudian pada preparat
ulas/ smear diaplikasikan monoklonal antibodi Rabies yang berasal dari isolat
lapangan (1266) Bali dan diinkubasi selama 45 menit pada suhu 37˚C dengan
pemberian kelembaban secukupnya. Pencucian dengan larutan PBS dilakukan
sebanyak tiga kali dan kemudian diwarnai dengan fluorescent isothiocyanate
113
(FITC) - terkonjugasi goat-anti mouse IgA, IgG dan IgM komersil yang banyak
terdapat dipasaran dan diinkubasikan lagi pada selama 30 menit pada suhu
37˚C. Setelah dicuci dengan PBS, slide yang dikeringkan dan pemasangan
buffered gliserin diaplikasikan. Slide diperiksa di bawah kaca penutup pada
perbesaran 400 menggunakan mikroskop fluorescent (Nikon, Jepang). Positif
dan negatif kontrol dijalankan bersama-sama dengan sampel uji. Slide
menunjukkan fluoresensi spesifik dinyatakan sebagai hasil positif.
HASIL
Antibodi monoklonal (AbMo Rabies) yang berasal dari isolat lapang (1266)
dibuat berdasarkan kerjasama (MoU) antara BBV Denpasar dengan FKH
Universitas Udayana. Sediaan AbMo yang berasal dari isolat lapang (1266)
dibuat menjadi sediaan siap pakai dengan rasio 1 : 20. Pengujian dilakukan
dengan 6 sampel otak anjing yang terdiri dari 4 sampel otak positif Rabies dan 2
sampel otak negatif Rabies. Terhadap semua sampel tersebut dilakukan
pengujian dengan teknik direct FAT dan indirect FAT. Direct FAT dilakukan
dengan mempergunakan monoklonal antibodi Rabies yang dilabel FITC
(conjugate), pada pengujian ini dipergunakan anti-rabies nucleocapsid conjugate
komersial produksi Bio-Rad. Untuk indirect FAT, pengujian dilakukan dengan
mempergunakan monoklonal antibodi Rabies isolat lapang (1266) sebagai
antibodi primer, FITC-goat anti-mouse conjugated komersial sebagai antibodi
sekunder. Pemeriksaan terhadap preparat-preparat tersebut dilakukan dengan
mempergunakan mikroskop flourescen.
Berikut adalah gambar-gambar hasil pengujian sampel otak anjing yang
dilakukan dibawah mikroskop flourescen.
114
Gambar 11. Positif Rabies dengan direct FAT Gambar 12. Positif Rabies dengan indirect FAT
Gambar 13. Negatif Rabies dengan direct FAT Gambar 14. Negatif Rabies dengan indirect FAT
115
PEMBAHASAN
Pengenceran AbMo isolat lapangan (1266) menjadi 1:20 dilakukan dengan
menambahkan PBS tanpa skim milk. Pengenceran 1:20 adalah rasio yang
paling optimal dan mampu memberikan hasil yang baik dari titrasi pengenceran.
Pengenceran 1:10 memberikan hasil yang sama dengan pengenceran 1:20,
pengenceran yang lebih tinggi (diatas 1:20) memberikan gambaran pendaran
yang kurang jelas. Optimasi pengenceran monoklonal antibody dilakukan
berdasarkan pengulangan yang dilakukan di tingkat laboratorium dengan
metode trial and error sehingga diperoleh hasil konsentrasi yang efektif dan
efisien.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian Indirect FAT, perbandingan
pendaran fluorescen pada slide yang positif tidak berbeda signifikan dengan
hasil Direct FAT yang selama ini digunakan di laboratorium BBVet Denpasar
yang juga merupakan metode referens yang telah diakui oleh OIE. Analisa ini
dilakukan hanya dengan gambaran satu layang pandang dengan menggunakan
mikroskop Fluorescen. Secara kualitatif hasil uji slide yang positif Rabies dengan
uji Direct FAT juga terdeteksi positif dengan menggunakan metode uji Indirect
FAT walaupun isolat yang digunakan untuk memproduksi imonoklonal antibody
berbeda. Hal tersebut kemungkinan disebabkan bahwa virus Rabies merupakan
virus yang stabil dan tidak cepat bermutasi. Meskipun demikian, penggunaan
isolat lokal yakni virus Rabies isolat Bali (1266) hampir dapat dipastikan memiliki
tingkat kesamaan atau homologi lebih tinggi dibandingkan dengan isolat asal
Negara lain jika disandingkan secara genotype. Sehingga akurasi dan
spesifisitas penggunaan isolat Bali (1266) dapat diasumsikan lebih tinggi untuk
mendeteksi kasus Rabies khususnya di wilayah Bali, meskipun perbedaannya
tidak terlalu signifikan.
Hasil pengujian sampel otak anjing dengan teknik direct FAT dan indirect FAT
selanjutnya dianalisa dengan mempergunakan tabel contingency 2x2 seperti
table 66 berikut.
116
Tabel 66.Tabel 2x2 untuk analisa teknik uji direct FAT
dan indirect FAT Rabies
DIRECT FAT
POS NEG TOTAL
PO
S 4 0 4 IN
DIR
ECT
FA
T
NE
G 0 2 2TO
TAL
4 2 6
Berdasarkan hasil tabulasi diatas, dapat dihitung tingkat sensitifitas dan
spesifisitas uji indirect FAT Rabies dengan menggunakan isolat Bali (1266)
sebesar 100 % dibandingkan dengan uji referens OIE atau Golden Test
pengujian Rabies Direct FAT menggunakan isolat Pasteur. Sensitifitas uji
merupakan kemampuan suatu metode pengujian untuk mendeteksi bahwa
sampel yang terdeteksi positif memang benar positif Rabies, sebaliknya
spesifisitas uji adalah kemampuan suatu metode uji untuk mendeteksi bahwa
hasil uji yang terdeteksi negative memang benar-benar negative virus Rabies.
Keberhasilan dalam memproduksi monoklonal antibody Rabies dengan
menggunakan isolat lokal ini merupakan tahap awal dari pengembangan metode
pengujian selanjutnya. Monoklonal tersebut dapat di isolasi dan dipurifikasi lagi
sehingga dapat digunakan untuk optimasi pengujian lainnya seperti uji ELISA,
Imunohistokimia dan uji serologis lainnya yang berbasis ikatan antara antibody
dengan antigen virus tersebut. Selain itu, monoklonal antibody isolat Rabies Bali
(1266) ini dapat dijadikan langkah awal penggunaan metode uji alternative
sehingga dapat meminimalisir ketergantungan kegiatan pengujian terhadap
bahan – bahan (kit) komersial untuk mendeteksi penyakit Rabies khususnya di
wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar.
117
II.1.1.5. Hewan Percobaan
Untuk mendukung pelaksanaan pengujian di laboratorium seperti uji biologi
Rabies, uji HA-HI AI/ND, isolasi AI, uji CFT diperlukan mincit, darah, telur ayam
yang diambil dari hewan percobaan. Beberapa jenis hewan percobaan yang
dimiliki BBVet Denpasar antara lain Kerbau, kuda, domba, kelinci, marmot,
mencit dan ayam ras petelur dengan data terlampir dalam tabe 67 berikut ini.
Tabel 67.Jenis Hewan Percobaan yang dimiliki BB-Vet Denpasar, Tahun 2013.
No. Jenis Hewan Jumlah (ekor) Keterangan1 Tikus putih 100 Hidup2 Marmut 7 Hidup3 Kelinci 2 Hidup4 Ayam 53 Hidup5 Domba 6 Hidup6 Kuda 1 Hidup7 Kerbau 2 Hidup
II.1.1.6 Penguatan Jejaring Laboratorium
Dalam era globalisasi menjadi suatu kenyataan bahwa tidak ada unit kerja
intansi/ Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang mampu berdiri sendiri terpisah dari
instansi lain. Secara garis besar kita sangat membutuhkan jejaring kerja
(networking) untuk menjadikan suatu kegiatan dapat berhasil dengan baik.
Melalui jejaring kerja akan diperoleh sinergitas dalam upaya mengatasi masalah
kesehatan hewan di wilayah.
Penguatan koordinasi dan kerja sama antar laboratorium kesehatan hewan,
dengan melakukan uji banding metode pengujian laboratorium, membuat MoU
(Memorandum of Understanding) dengan jejaring kerja (Networking) dan
melakukan kegiatan pelatihan singkat yang bersifat penyegaran dan
peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan kompetensi seperti
kegiatan In house traning ISO 9001-2008, In house traning ISO/IEC 17025, In
house traning Medik, In house traning Paramedik, Workshop Peningkatan
Kompetensi Laboratorium tipe B, tipe C dan Puskeswan, Workshop peningkatan
kompetensi Laboratorium Bakteriologi BB-Vet dan BBV Nasional dan Rakor
118
Keswan Wilayah Kerja Bali-Nusra serta Diseminasi Pemberantasan Brucellosis
di Pulau Sumba telah dilaksanakan. Hal ini juga dimaksudkan dalam rangka
pemantapan sistem pelayanan Laboratorium dan sistem manajemen mutu
laboratorium.
Sedangkan koordinasi teknis dilapangan dengan dinas yang mempunyai
kompetensi di bidang peternakan, karantina, Laboratorium keswan/kesmavet
Provinsi, laboratorium Tipe C di Kabupaten Puskeswan dilaksanakan terutama
untuk meningkatkan kinerja balai di dalam pemantauan penyakit hewan di
wilayah.
Dalam rangka menindaklanjuti rencana program pembebasan penyakit
Brucellosis di Pulau Sumba NTT, BB-Vet Denpasar telah melaksanakan rapat
koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dinas Peternakan se pulau
Sumba dan Laboratorium type B Kupang untuk melaksanakan kegiatan yang
terintegrasi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Beberapa kegiatan
Penguatan Jejaring Laboratorium terlampir dalam tabel berikut ini (tabel 68).
119
Tabel 68.Jenis Penguatan Jejaring Laboratorum yang dilaksanakan BB-Vet
Denpasar Tahun 2013.
No. Jenis KegiatanJumlahPeserta(orang)
Keterangan
1 In HouseTraining ISO9001-2008.
25 BBVet Dps :23, Karantina Dps :2
2 In HouseTraining ISO/IEC17025
39 BBVet Dps : 35, Disnak Prov Bali: 2,Karantina Denpasar dan Mataram : 1
3 In HouseTraining MedikVeteriner.
30 BBVet Dps: 20, SKP Mataram:1, SKPSumbawa :1,Puskeswan Bangli:1DisnakTabanan,Karangasem,Gianyar,Badungdan Sumbawa:1 , Kodya Denpasar:2
4 In HouseTrainingParamedikVeteriner
40 BPTU-HPT:3,KarantinaDps:1,Karantina NTB:1, KarantinaNTT:1, Disnak Prov.Bali,NTB,NTT:1,Lab.C:4, Lab B:3,Puskeswan NTBdan NTT:3,Puskeswan Bali:13 dan BBvet Dps:10
5 WorkshopPeningkatanKompetensi Lab.tipe B,C diDenpasar
30 BBVet Denpasar :8,Kab.Bangli,Klungkung,Badung,Gianyar,Buleleng, Karantina Sumbawa,Sumbawa,Dompu,,Lomboktimur,Lombok Tengah, Ende, Kupang,Belu, Karantina Denpasar,KarantinaMataram : 1, Prov. NTB :3, Prov.Bali:3
6 WorkshopPeningkatanKompetensi Lab.Bakteriologi danBPPV Nasional
30 Dirkeswan:1,BBvet Dps:6, BBVMaros,BBV Wates,BPPV reginalI,II,III,V., BPPV Subang, Pusvetma,Lab.Prov. Bali, Kupang : 2., dan Lab.BMataram 1, Narasumber :2.
Jumlah 194
II.1.1.7 Pemberian Layanan Teknis Laboratorium Veteriner
Pelayanan teknis laboratorium diberikan dalam rangka mengimplementasikan
tugas pokok dan fungsi Balai yaitu dalam bidang pemberian pelayanan teknis
laboratorium veteriner dan pemberian pelayanan teknik kegiatan penyidikan,
pengujian veteriner , dan pengembangan teknik, metoda dan pengujian
120
veteriner. Pelayanan teknis ini diberikan berupa magang di laboratorium sesuai
dengan kebutuhan dan keperluan pemohon terpapar pada tabel 69.
Tabel 69.Kegiatan Magang Laboratorium di BB-Vet Denpasar Tahun 2013
No Tanggal Nama Instansi Magang Lab Surat ijin Jumlah(orang)
HASANUDDIN
ANDY ARDIANTO
LA FALIMU
MURSALIN TOYA
1 29 Jans/d16 Peb
SYAIFUL AKBAR
Sekolah TinggiPenyuluhanPertanian (STPP)Gowa √ Semua
Lab
No.21012/KP.2.0/F11/01/2013 tanggal21
4
Drh. Anis Kurniawati
Drh. HendraPranotogomoSiti Mamdukhah, SP
Jumadi, SP
2 27-30 Mei
Ida Wahyuni
DINASPETERNAKANPROPINSIKALIMANTANTIMUR √ Biotek/
virologi
No.441/407/P2PH tanggal 24April 2013)
4Hasmawati, S.Pt
3 27-29 Mei Rr. Ingesti Meilani,A.Md
DINASPETERNAKANKABUPATENMIMIKA
√ Kesmavet
No.520.4/130/2013 tanggal 15Mei 2013) 2
Jumlah 10
II.1.2. Seksi Informasi Veteriner
II.1.2.1. Sampel yang diterima dan diuji dalam tahun 2013
Balai Besar Veteriner Denpasar selama tahun 2013 telah melakukan
pengujian/diagnosa terhadap sampel yang diterima oleh Balai Besar Veteriner
Denpasar baik terhadap sampel aktif maupun pasif. Sampel aktif adalah sampel
yang diambil oleh Petugas Pengambil Sampel (PPS) BB-Vet Denpasar dalam
kegiatan aktif (surveilans, investigasi, survey, monitoring), sedangkan sampel
pasif adalah sampel yang dikirim (lewat pos atau jasa pengiriman) atau dibawa
langsung ke laboratorium BB-Vet Denpasar oleh pelanggan baik itu yang
berasal dari instansi pemerintah, perusahaan maupun perorangan. Dalam
tahun 2013 telah dilakukan pengujian/diagnosa terhadap 148.509 sampel yang
diterima oleh BB-Vet Denpasar yang berasal dari Provinsi Bali, Nusa Tenggara
Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) maupun provinsi lainnya di Indonesia.
121
Sampel tersebut terdiri atas 131.246 (88,36%) sampel aktif dan 17.263
(11,62%) sampel pasif. Secara keseluruhan, sampel berasal dari 2.004
pengiriman/aplikan/ submission. Jadi untuk penerimaan sampel selama tahun
2013 telah dibuat 2.004 sertifikat (laporan hasil pengujian), baik terhadap
status kesehatan hewan (1.810 laporan) maupun terhadap mutu produk asal
hewan (194 laporan).
Apabila dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah sampel yang diuji tahun ini
meningkat secara signifikan. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya
program pemberantasan brucellosis di Pulau Sumba. Sampel yang diuji selama
Tahun 2013 terbanyak berasal dari Provinsi NTT yaitu sebanyak 70.633
(47,56%) disusul Provinsi Bali yaitu sebanyak 53.199 sampel (35,82%). NTB
18.363 (12,36%), dan sisanya 6.020 (4,05%) dari provinsi lain. Sampel yang
diterima berdasarkan provinsi asal sampel terlihat pada Tabel 70 dan grafik 1.
Tabel 70.Asal dan Jumlah sampel yang diuji di BBV Denpasar, tahun 2013
No Provinsi SampelAktif
SampelPasif Jumlah
1 BALI 44603 8596 531992 NUSA TENGGARA BARAT 16443 1920 183633 NUSA TENGGARA TIMUR 69906 727 706334 ACEH 0 10 105 BANTEN 0 1 16 DI YOGYAKARTA 0 109 1097 DKI JAKARTA 0 20 208 JAMBI 0 211 2119 JAWA BARAT 0 491 49110 JAWA TIMUR 294 1189 148311 KALTIM 0 10 1012 LAMPUNG 0 844 84413 KEP. RIAU 0 395 39514 SULAWESI SELATAN 0 279 27915 SUMATERA BARAT 0 1717 171716 SUMATERA UTARA 0 24 2417 LAIN 0 720 720
Total 131246 17263 148509
122
Grafik 1. Asal dan Jumlah Sampel yang Diuji di BBV Denpasar selamatahun 2013
Sampel yang diuji setiap bulan dari masing-masing provinsi sangat bervariasi.
Secara keseluruhan, BBV Denpasar menguji sampel rata-rata 12,376 per
bulan. Sampel yang diuji per bulan baik yang berasal dari kegiatan aktif
maupun yang merupakan kiriman pelanggan (pasif) dapat dilihat pada Tabel 71
dan Grafik 2:
Tabel 71.Jumlah Sampel Aktif dan Pasif yang Diuji per Bulan dalam, Tahun 2013
No Bulan SampelAktif
SampelPasif Total Rata-
rata/hari1 Januari 40 1770 1810 822 Februari 198 654 852 393 Maret 5691 449 6140 2794 April 1871 587 2458 1125 Mei 3981 838 4819 2196 Juni 20689 1641 22330 1,0157 Juli 15545 1872 17417 7928 Agustus 19472 966 20438 9299 September 25387 1463 26850 1,22010 Oktober 9497 2071 11568 52611 November 12568 3069 15637 71112 Desember 16307 1883 18190 827Grand Total 131246 17263 148509 6,750
Rata-rata per bulan 10,937 1,439 12,376 563
123
Grafik 2. Jumlah Sampel Aktif dan Pasif yang Diuji per Bulan dalam Tahun 2013
Sampel yang diterima di BBV Denpasar dilakukan pengujian sesuai dengan
permintaan pelanggan atau sesuai konfirmasi diagnosa yang diinginkan. Jenis
Uji yang dilakukan terhadap sampel aktif selama tahun 2013 dapat dilihat pada
Tabel 72, sedangkan uji terhadap sampel pasif dapat dilihat pada Tabel 73.
Jenis uji yang paling banyak dilakukan terhadap sampel aktif yaitu RBT untuk
Brucellosis. Hal ini erat kaitannya dengan program pemberantasan brucellosis di
Pulau Sumba yang tengah dilakukan pada tahun ini. Sampel pasif yang diuji
terhadap Elisa JD sebagian berasal dari Provinsi Bali dan sebagian dari luar
wilayah kerja BBV Denpasar, terutama dari Provinsi Sumatera Barat.
124
Tabel 72.Sampel Aktif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013
No Lab. Uji Jenis Uji Provinsi Total Jenis Sampel1 2 3 4 5 6
1 Bakteri Brucella RBT BALI 2034 serumIsolasi kuman BALI 90 organ, feses, swabPullorum Rapid Test BALI 335 serumSE Elisa BALI 3548 serumSE Isolasi BALI 10 organAnthrax Elisa NTB 1511 serumBrucella RBT NTB 1472 serumIsolasi kuman NTB 2 organ, feses, swabSE Elisa NTB 1372 serumAnthrax Elisa NTT 7156 serumBrucella CFT NTT 44 serumBrucella RBT NTT 47097 serumSE Elisa NTT 7659 serum
2 Biotek JD PCR BALI 4563 darahJD PCR JAWA TIMUR 129 darah
3 Kesmavet Campylobacter BALI 218 daging, susu, telurCemaran Mikroba BALI 1140 daging, susu, telurColiform BALI 396 daging, susu, telurE.coli BALI 339 daging, susu, telurResidu Aminoglikosida BALI 436 daging, susu, telurResidu Antibiotika BALI 206 daging, susu, telurResidu formalin BALI 291 daging, susu, telurResidu Makrolida BALI 424 daging, susu, telurResidu Penicilin BALI 434 daging, susu, telurResidu Tetracyclin BALI 434 daging, susu, telurSalmonella BALI 425 daging, susu, telurStaph. Aureus BALI 271 daging, susu, telurTPC BALI 397 daging, susu, telurCampylobacter NTB 162 daging, susu, telurCemaran Mikroba NTB 256 daging, susu, telurColiform NTB 1073 daging, susu, telurE.coli NTB 1113 daging, susu, telurResidu Formalin NTB 74 daging, susu, telurResidu Aminoglikosida NTB 276 daging, susu, telurResidu Makrolida NTB 276 daging, susu, telurResidu Penicilin NTB 275 daging, susu, telurResidu Tetracyclin NTB 276 daging, susu, telurSalmonella NTB 272 daging, susu, telurStaph. Aureus NTB 1072 daging, susu, telurTPC NTB 1073 daging, susu, telurCampylobacter NTT 89 daging, susu, telurCemaran Mikroba NTT 80 daging, susu, telurColiform NTT 71 daging, susu, telurE.coli NTT 66 daging, susu, telurResidu Aminoglikosida NTT 287 daging, susu, telurResidu formalin NTT 127 daging, susu, telurResidu Makrolida NTT 287 daging, susu, telurResidu Penicilin NTT 287 daging, susu, telur
125
1 2 3 4 5 6Residu Tetracyclin NTT 287 daging, susu, telurSalmonella NTT 297 daging, susu, telurStaph. Aureus NTT 66 daging, susu, telurTPC NTT 96 daging, susu, telur
4 Parasitologi Cacing Identifikasi BALI 1 cacingParasit darah Identifikasi BALI 1019 darah, ulas darahUji Apung BALI 1260 fesesUji Sedimentasi BALI 1056 fesesUji Apung NTB 221 fesesUji Sedimentasi NTB 221 fesesParasit darah Identifikasi NTT 505 darah, ulas darahTrypanosoma Identifikasi NTT 1239 darah, ulas darahUji Apung NTT 176 fesesUji Sedimentasi NTT 176 feses
5 Patologi Histopatologi BALI 230 organRabies FAT BALI 693 otakNekropsi BALI 24 utuhHistopatologi NTB 354 organRabies FAT NTB 100 otakHistopatologi NTT 152 organHP BSE NTT 169 otakRabies FAT NTT 11 otak
6 Virologi JD/BIV Elisa BALI 4573 serumRabies Elisa BALI 1908 serumAI HA/HI BALI 4274 serumAI Isolasi BALI 4317 organ, feses, swabBVD Elisa BALI 236 serumElisa PMK BALI 1408 serumHC Antibodi Elisa BALI 755 serumHC Antigen Elisa BALI 205 klot darahIBD BALI 40 serumIBR Elisa BALI 946 serumND HA/HI BALI 2826 serumND Isolasi BALI 2841 organ, feses, swabJD/BIV Elisa JAWA TIMUR 165 serumRabies Elisa NTB 168 serumAI HA/HI NTB 874 serumAI Isolasi NTB 858 organ, feses, swab
AI PCR NTB 17organ, darah,swab
BVD Elisa NTB 145 serumHC Antibodi Elisa NTB 649 serumHC Antigen Elisa NTB 78 klot darahIBR Elisa NTB 454 serumND HA/HI NTB 937 serumND Isolasi NTB 812 organ, feses, swabRabies Elisa NTT 521 serumAI HA/HI NTT 397 serumAI Isolasi NTT 394 organ, feses, swab
126
1 2 3 4 5 6BVD Elisa NTT 274 serumElisa PMK NTT 100 serumHC Antibodi Elisa NTT 372 serumHC Antigen Elisa NTT 61 klot darahIBR Elisa NTT 514 serumND Isolasi NTT 424 organ, feses, swabND HA/HI NTT 425 serum
Total 131.246
Tabel 73.Sampel Pasif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013
No Lab Uji Jenis Uji Provinsi AsalSampel Total Jenis Sampel
1 2 3 4 5 61 Bakteriologi Aglutinasi Pullorum DI YOGYAKARTA 5 serum
Anthrax Elisa NTB 1000 serumBrucella CFT NTB 28 serumBrucella CFT NTT 22 serumBrucella CFT PROVINSI LAIN 13 serumBrucella RBT BALI 1557 serumBrucella RBT PROVINSI LAIN 671Brucella RBT NTB 24 serumBrucella RBT NTT 6 serumClostridium Isolasi BALI 5 daging, susu, telurIsolasi Jamur BALI 30 organ, swabIsolasi kuman BALI 434 organ, feses, swabIsolasi kuman NTT 1 organ, feses, swabPCR Anthrax DI YOGYAKARTA 7 DNAPewarnaan Gram BALI 1 slideSE Elisa BALI 313 serumSE Elisa PROVINSI LAIN 732Sensitivitas Ab BALI 34 organ, feses, swabSE Elisa ACEH 10 serum
2 Bioteknologi JD PCR SUMATERA BARAT 30 darahWestern Bloting JD JAWA TIMUR 3 serum
3 Kesmavet Campylobacter BALI 47 daging, susu, telurCampylobacter JAWA TIMUR 24 daging, susu, telurCemaran Mikroba BALI 33 daging, susu, telurCemaran Mikroba JAWA TIMUR 6 daging, susu, telurColiform BALI 179 daging, susu, telurColiform JAWA TIMUR 1 daging, susu, telurE coli BALI 110 daging, susu, telurE coli PROVINSI LAIN 2 daging, susu, telurE coli NTB 20 daging, susu, telurResiduAminoglikosida BALI 5 daging, susu, telurResiduAminoglikosida JAWA TIMUR 6 daging, susu, telur
127
1 2 3 4 5 6Residu Antibiotika BALI 63 daging, susu, telurResidu Antibiotika BALI 13 daging, susu, telurResidu Antibiotika JAWA TIMUR 26 daging, susu, telurResidu borax BALI 4 daging, susu, telurResidu formalin BALI 4 daging, susu, telurResidu formalin DI YOGYAKARTA 5 daging, susu, telurResidu Makrolida BALI 5 daging, susu, telurResidu Makrolida JAWA TIMUR 3 daging, susu, telurResidu Penicilin BALI 5 daging, susu, telurResidu Penicilin JAWA TIMUR 3 daging, susu, telurResidu Tetracyclin BALI 5 daging, susu, telurResidu Tetracyclin JAWA TIMUR 3 daging, susu, telurS aureus BALI 15 daging, susu, telurS aureus DI YOGYAKARTA 1 daging, susu, telurS.aureus BALI 4 daging, susu, telurSalmonella BALI 71 daging, susu, telurSalmonella PROVINSI LAIN 2 daging, susu, telurSalmonella NTB 20 daging, susu, telurStaph. Aureus BALI 40 daging, susu, telurStaph. Aureus JAWA TIMUR 1 daging, susu, telurTPC BALI 279 daging, susu, telurTPC JAWA TIMUR 1 daging, susu, telurUji Formalin BALI 27 daging, susu, telur
4 ParasitologiEktoparasitIdentifikasi BALI 1 kerokan kulitHematologi BALI 483 darahParasit darahIdentifikasi BALI 64 darah, ulas darahParasit darahIdentifikasi PROVINSI LAIN 30 darah, ulas darahUji Apung BALI 408 fesesUji Sedimentasi BALI 384 fesesUji Sedimentasi SUMATERA UTARA 2 feses
5 Patologi Histopatologi BALI 236 organHistopatologi NTB 6 organHistopatologi NTT 12 organHistopatologi PROVINSI LAIN 38 organNekropsi BALI 91 utuhPembacaan slide HP LAMPUNG 18 organPembacaan slide HP BALI 5 organRabies FAT BALI 319 otakRabies FAT DI YOGYAKARTA 5 otakRabies FAT NTB 410 otakRabies FAT NTT 11 otakRabies Seller's DI YOGYAKARTA 5 otakSeller's NTT 1 otak
6 Virologi AI HA/HI BALI 751 serumAI HA/HI DI YOGYAKARTA 15 serumAI HA/HI NTT 350 serumAI Isolasi BALI 247 organ, feses, swabAI Isolasi NTB 139 organ, feses, swab
128
1 2 3 4 5 6AI PCR BALI 24 organ, darah, swabAI PCR NTB 180 organ, darah, swabAI PCR NTT 23 organ, darah, swabBVD Elisa BALI 11 serumBVD Elisa JAWA TIMUR 28 serumBVD Elisa NTT 281 serumElisa BVD NTB 14 serumElisa PRRS BALI 1 serumElisa PRRS SUMATERA UTARA 10 serumHC Antibodi Elisa BALI 327 serumHC Antibodi Elisa LAIN 720 serumHC Antibodi Elisa SUMATERA UTARA 10 serumHC Antigen Elisa BALI 2 klot darahJD/BIV Elisa BALI 1637 serumJD/BIV Elisa PROVINSI LAIN 3563 serumND HA/HI BALI 61 serumND HA/HI PROVINSI LAIN 23 serumND HA/HI NTT 20 serumND Isolasi NTB 79 organ, feses, swabRabies Elisa BALI 261 serumRabies Elisa BANTEN 1 serum
Total 17.263
II.1.2.2. Akreditasi Laboratorium
Serifikat perpanjangan Akreditasi laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar
LP-123-IDN, SNI ISO/IEC 17025:2008 (ISO/IEC 17025:2005) sebagai
labopratorum penguji dan laboratorium kalibrasi, telah diterima dan berlaku dari
21 Pebruari 2013 sampai dengan 20 Pebruari 2017 (Sertifikat terlampir pada
lampiran 1. Dalam Tahun 2013, telah dilakukan surveilans dalam rangka
reakreditasi SNI ISO/IEC 17025: 2008 Laboratorium Balai Besar Veteriner
Denpasar oleh tim asesor Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Dalam menunjang unjuk kerja laboratorium sesuai dengan SNI ISO/IEC 17025:
2008, dalam Tahun 2013 telah pula dilakukan kegiatan, yaitu:
1) kalibrasi peralatan,
2) survey umpan balik pelanggan,
3) uji banding antar laboratorium dan uji profisiensi
4) audit internal, dan
5) kaji ulang manajemen.
129
II.1.2.3. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) BB-Vet Denpasar
Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan
informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang
menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan
negara yang baik. Keterbukaan informasi publik (KIP) merupakan sarana dalam
mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara. Oleh
karena itu maka dibentuklah undang-undang untuk mengatur hal tersebut, yaitu
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Sesuai dengan amanat pasal 7 ayat (3) undang-undang tersebut, maka Badan
Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan
dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga
dapat diakses dengan mudah. Pada tahun 2010 terbit Peraturan Pemerintah
Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang KIP mewajibkan
setiap badan public menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
(PPID) yang bertugas dan bertanggung-jawab dalam penyediaan, penyimpanan,
pendokumentasian, pengamanan dan pelayanan informasi di setiap badan
publik.
Dalam pengelolaan dan pelayanan informasi publik agar dapat berdaya guna
dan berhasil guna, maka Menteri Pertanian menetapkan peraturan tentang
pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan Kementerian
Pertanian, yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor
32/Permentan/OT.140/5/2011, tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi
Publik di Lingkungan Kementerian Pertanian. PPID di Kementerian Pertanian
terdiri atas PPID Utama (Kepala Biro Hukum dan Informasi Kementerian
Pertanian), PPID Pelaksana Eselon I dan Unit Pelaksana Teknis dan PPID
Pembantu Pelaksana. PPID Utama dan PPID Pelaksana Eselon I dikukuhkan
pada Bulan September 2011 oleh Sekjen atas nama Menteri Pertanian, dan
PPID UPT dan PPID Pembantu Pelaksana dikukuhkan pada tanggal 22 Februari
2012.
130
Dalam tahun 2013, struktur organisasi PPID UPT Balai Besar Veteriner
Denpasar dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar Veteriner
Denpasar Nomor : 1618/OT.225/F5.F/04.12. tanggal 19 April 2012 yang
susunan organisasinya terdiri atas Pembina, Atasan PPID, Ketua, Sekretaris
dan Anggota.
Adapun kegiatan yang telah dilakukan PPID UPT BB-Vet Denpasar Tahun 2013
adalah melayani permintaan data dan informasi. Disamping itu, PPID UPT BB-
Vet Denpasar juga telah melaporkan sarana prasarana yang dimiliki sesuai
dengan surat yang dikirim oleh Sekretaris Jenderal Peternakan Kementan dalam
rangka monitoring dan evaluasi, seperti tertuang dalam tabel 74, 75, dan 76.
Tabel 74.Perangkat yang Dimiliki oleh PPID UPT Balai Besar Veteriner Denpasar
No Materi Perangkatyang dimiliki
PenetapanNo/Tgl Yang menetapkan
1 SOP SOP 1617/OT.225/F5.F/04.12. tgl 19April 2012
Kepala BBVDenpasar
2 PPID Strukturorganisasi
1618/OT.225/F5.F/04.12. tgl 19April 2012
Kepala BBVDenpasar
3 SistemInformasidanDokumentasi
Infolab, web,bulletin
Kepala BBVDenpasar
Tabel 75.Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik
Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Veteriner Denpasar
No SARANA DAN PRASARANA JENIS
1 Pengelolaan Informasi 1) komputer2) printer3) akses internet4) website5) scanner6) rak dokumen7) pemotong kertas
2 Pelayanan Informasi Publik 1) telpon2) buku induk pelayanan3) email4) fax5) ruang perpustakaan
131
Tabel 76Jumlah Permohonan Data dan Informasi Publik (IP)
PPID BBVet Denpasar Tahun 2013
No Bulan Jumlah Pemohon IP Dipenuhi1 Januari 2 22 Pebruari 1 13 Maret 8 84 April 5 55 Mei 3 36 Juni 0 07 Juli 6 68 Agustus 0 09 September 4 4
10 Oktober 4 411 November 1 112 Desember 1 1
Total 35 35
II.2. Kegiatan Bagian Umum
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 54/Permentan/OT.140/5/2013
tanggal 24 Mei 2013 tentang organisasi dan tata kerja BB-Vet Denpasar, maka
BB-Vet Denpasar untuk tahun 2013, khususnya Bagian Umum telah
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, yaitu mengkoordinasikan seluruh
kegitan bagian umum yang meliputi kegiatan Kepegawaian dan tata usaha,
rumah tangga dan perlengkapan, dan keuangan. Kegiatan Bagian Umum
selama tahun 2013 dapat berjalan dengan baik sesuai rencana.
II.2.1. Kegiatan Kepegawaian dan Tata Usaha
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, keadaan pegawai BB-Vet Denpasar
tahun 2013 mengalami beberapa perubahandan mutasi. Sampai dengan akhir
tahun 2013 jumlah pegawai BB-Vet Denpasar sebanyak 90 (Sembilan puluh)
orang. Disamping itu telah direkrut juga tenaga harian lepas berdasarkan
kontrak kerja, yang bertugas untuk menjaga keamanan serta kebersihan
lingkungan kantor, serta tenaga kontrak dari eselon I khusus untuk tenaga teknis
(Drh) sebanyak dua orang. Data jumlah pegawai secara rinci diuraikan dalam
Tabel 77.
132
Tabel 77.Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar
GolonganNo. Status Kepegawaian
l. ll. lll. lV.Jumlah
1. Pegawai Negeri Sipil 3 12 39 12 66
2. Calon Pegawai Negeri Sipil 1 4 0 0 5
Jumlah : 4 16 39 12 71
3. Tenaga Harian lepas - - - - 19
Jumlah seluruh Pegawai 4 16 39 12 90
II.2.1.1 Kepegawaian
II.2.1.1.1 Jumlah dan klasifikasiUraian lebih lengkap tentang jumlah, data perorangan dan klasifikasi Pegawai
Negeri BB-Vet Denpasar dalam tahun 2013 (januari sampai dengan Desamber
2013) diuraikan dalam Daftar Urut Kepangkatan (DUK), seperti terlihat dalam
Lampiran 2.
II.2.1.1.2 Kepangkatan.Selama tahun 2013 sebanyak 14 ( Empat belas) pegawai BB-Vet Denpasar
diajukan usulan mutasi kenaikan pangkat fungsional, reguler dan pengabdian.
Dari 13 orang pegawai yang diusulkan kenaikan pangkatnya, telah menerima
Surat Keputusan Kenaikan Pangkat dan yang lain sedang dalam proses,
seperti terlihat dalam Lampiran 3.
II.2.1.1.3 Jabatan.Selama tahun 2013 terdapat 8 ( delapan ) orang pegawai mengalami perubahan
dalam mutasi jabatan yaitu jabatan Struktural maupun Jabatan fungsional Medik
dan Paramedik Veteriner, pegawai yang mengalami mutasi jabatan fungsional
dan jabatan struktural telah menerima Surat Keputusan seoerti diuraikan
dalam tabel 78.
133
Tabel 78.Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar yang mengalami
Mutasi Jabatan Struktural dan Fungsional.
J a b a t a nNo. Nama / NIP.
Lama Baru
TMT
1. Drh. I GN A Wisnu AdiSaputra.19750716 200212 1 002
MedikVeterinerMuda
Kasi..Program
18-07-2013
2. Drh. MahmudSiswanto,MSi.19671020 199803 1 008.
FungsionalUmum
Kasi.PelayananTeknis
18-07-2013
3. Drh. I Ketut EliSupartika,MSc.19680107 199703 1 002
Kasi.Program
MedikVeterinerMuda
18-07-2013
4. Drh. An. Ag. Gd. SemaraPutra19641003 199503 1 001
Kasi.PelayananTeknis
MedikVeterinerMadya
18-07-2013
5. Drh. I Ketut EliSupartika,MSc.19680107 199703 1 002
MedikVeterinerMuda
MedikVeterinerMadya
01-09-2013
6. Drh. Dinar Hadi WahyuHartawan,MSc.19810327 200604 1 001
MedikVeterinerPertama
MedikVeterinerMuda.
01-09-2013.
7. Drh. Luh Kadek NandaLaksmi.19791109 200912 2 001
MedikVeterinerPertama
MedikVeterinerMuda
01-09-2013
8. Drh. Diana Mustiwati19811008 200912 2 005
MedikVeterinerPertama
MedikVeterinerMuda
01-09-2013
9. MamakRohmanto,A..Md.19830613 200801 1 007
ParamedikVeterinerPelaksana
ParamedikVeterinerPelaksanaLanjutan
01-02-2013
10. Lalu Muh, FaesalSuryadinata,A.Md.19820326 200801 1 008
ParamedikVeterinerPelaksana
ParamedikVeterinerPelaksanaLanjutan
01-09-2013
134
II.2.1.1.4 Masa Kerja.Sampai dengan akhir tahun 2013, tidak ada Pegawai BB-Vet Denpasar yang
menerima Surat Keputusan kenaikan pangkat sekaligus kenaikan golongan, dan
perubahan masa kerja golongan dari golongan l ke golongan ll dan seterusnya.
II.2.1.1.5 Pelatihan Pegawai
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia BB-Vet Denpasar
secara rutin memberikan kesempatan bagi pegawaiya untuk mengikuti
pelatihan- pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Pelatihan tersebut
dilakukan dengan tujuan setelah mengikuti pelatihan dimaksud pegawai memiliki
pengetahuan serta keterampilan yang dapat menunjang serta meningkatkan
kinerja pegawai bersangkutan di BB-Vet Denpasar. Kesempatan pelatihan untuk
pegawai BB-Vet Denpasar akn selalu ditingkatkan dengan menyediakan dana
baik dari APBN maupun dana bantuan negara-negara sponsor. Data pelatihan
selama tahun 2013 disajikan dalam lampiran 4.
II. 2.1.1.6 PendidikanSampai dengan akhir tahun 2013, tidak terdapat pegawai sedang mengikuti
pendidikan di dalam negeri.
Tingkat pendidikan pegawai BB-Vet Denpsar sampai dengan akhir 2013 yang
terdiri dari golongan, tinggkat pendidikan pegawai teknis dan pegawai non teknis
(administrasi) dapat diuraikan seperti Tabel 79.
135
Tabel 79.Tingkat Pendidikan dan Pangkat / Golongan Pegawai
BB-Vet Denpasar
TEKNIS NON TEKNISSarjana Sarjana
NO. GOL. S3 S2 S1 D3SLTA
S3 S2 S1SLTA
SLTP
SD
JUMLAH
1. IV-d.2 IV-c. 1 1 23 IV-b. 1 1 1 34 IV-a. 4 3 75 III-d. 1 3 1 4 96 III-c. 5 7 1 137 III-b. 3 14 178 III-a. -9 II-d. 4 2 610 II-c. 2 2 411 II-b. 1 112 II-a. 4 1 513 I-d. 1 2 314 I-c. 1 115 I-b.16 I-a.17 THL 19JUMLAH 15 6 10 1 6 4 23 4 2 90
II.2.1.1.7. Ujian Dinas dan Ujian SertifikasiSampai dengan akhir tahun 2013, ada 2(dua) pegawai yang mengikuti ujian
dinas Tingkat l dalam rangka kenaikan golongan. Dalam rangka peningkatan
pemahaman tentang prosedur pengandaan barang dan jasa sesuai dengan
Perpres 54 tahun 2010, maka dalam tahun 2013 tidak terdapat pegawai
BB-Vet Denpasar yang mengikuti ujian sertifikasi pengadaan barang dan jasa
sesuai tabel 80.
Tabel 80.Daftar Pegawai yang Ujian Dinas Tk. I.
STLUD.No. Nama / NIP. GolNo. Tanggal
Keterangan
1. Ni Nengah Mudiasih.197211231999032 001
II-d. - - Tidak Lulus
2. Ni Ketut Wati.197012311999032001
II-d. - - Tidak Lulus
136
II.2.1.1.8 Mutasi / Alih Tugas.
Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat 3 (Tiga) orang pegawai yang
dimutasikan / alih tugas jabatan yaitu Drh. Mahmud Siswanto,M.Si.
sebelumnya pegawai pada Balai Pembibitan Ternak Unggul Dan Tinjauan
Hijauan Pakan Ternak ( BPTUHPT ) Denpasar dipromosikan menjadi Kepala
Seksi Pelayanan Teknis pada BB-Vet. Denpasar, Drh. I GNA Wisnu Adi
Saputra sebelumnya sebagai pejabat Fungsional Medik Veteriner Muda
dimutasikan menjadi Kepala Seksi Program BB-Vet. Denpasar dan Drh.
Ndaru Pranowo Widdhiasmoro,MSi. Sebelumnya sebagai Kepala Bagian
Umum mengundurkan diri dari jabatan struktural ke jabatan fungsional
Medik Veteriner BB-Vet. Denpasar, tabel 81.
Tabel 81.Daftar Pegawai Mutasi / Alih Tugas.
No. Nama / NIP. Gol. No. dan Tgl. SK. TMT
1. Drh. Mahmud Siswanto,M.Si.19
III-b. 53/Kpts/Kp.330/F1/02/2012, tgl. 15 -02-2012
15-02-2012
2. Drh. I GNA Wisnu AdiSaputra.19820406200801 1 009
III-b. 53/Kpts/Kp.330/F1/02/2012, tgl. 15 -02-2012
15-02-2012
3. Drh. Ndaru PranowoWiddhiasmoro,MSi.19820406200801 1 009
III-b. 53/Kpts/Kp.330/F1/02/2012, tgl. 15 -02-2012
15-02-2012
II.2.1.1.9. Pelantikan dan Penyumpahan
Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat 2 (dua) orang pegawai yang
diambil sumpahnya menurut status jabatannya, tabel 82.
137
Tabel 82.Daftar Pegawai Yang dilantik dan diambil sumpah.
No. Nama / NIP. Gol JenisTanggal Berita
Acara Pelantikandan Penyumpahan
1. Drh. Mahmud Siswanto,M.Si.196710201998031008.
IV-a Jabatan strukturaleselon IV-a
18-07-2013
2. Drh. I GNA Wisnu AdiSaputra.197507162002121002.
III-d. Jabatan strukturaleselon IV-a
18-07-2013
II.2.1.1.10. Penggajian
Seluruh Pegawai Negeri Sipil telah di bayar hak-hak mereka berupa gaji, sesuai
sistem penggajian yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2013. Sebanyak 31 ( tiga puluh satu ) orang pegawai telah menerima kenaikan
gaji berkala tepat pada waktunya (Lampiran 5), dengan demikian dapat
dikatakan tiddak ada masalah dalam hal penggajian para pegawai.
II.2.1.1.11. Kesejahteraan.
Sesuai dengan Undang-undang dan peraturan perundangan yang berlaku,
disamping kewajiban yang harus dilaksanakan, setiap pegawai juga
memperoleh hak-hak tertentu sebagaimana mestinya, baik berupa gaji beserta
tunjangannya maupun berupa jaminan/asuransi kesehatan, Taspen dan lain
sebagainya. Disamping gaji, juga telah dibayarkan tunjangan kinerja setiap
bulan yang merupakan bagian dari pelaksanaan remunerasi di BB-Vet
Denpasar. Dan kepada mereka telah diserahkan sejumlah bukti diri atau hak
mereka, seperti Kartu Pegawai (KARPEG), Kartu Istri / Suami (KARIS / KARSU),
Kartu Taspen dan Kartu Asuransi Kesehatan Perorangan.
138
II.2.1.1.12. Pemberhentian dan Masa Persiapan Pensiun (MPP).
Sampai akhir tahun 2013, ada 7 ( tujuh ) orang pegawai yang berhenti sebagai
Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun dan tidak terdapat pegawai yang
sedang dalam masa persiapan pensiun (MPP) seperti disajikan dalam tabel
83 di bawah.
Tabel 83.Daftar pegawai yang pensiun :
No Nama dan NIP. Gol Jabatan TMT
1. Ida Ayu Gde Marwati19561214198003 2 001
III-c Agendaris 01-01-2013
2. I Wayan Sukirna19561231199612 1 001
II-a Petugas HewanPercobaan
01-01-2013
3. Drh. I Gde KertayadnyaMSc,PhD.195301111982031001
IV-c Medik VeterinerMadya
01-03-2013
4. Drh. Anak Agung GdePutra,MSc,PhD,SH.195303131981011 001
IV-e Medik VeterinerUtama
01-04-2013
5. Drh.I Ketut SardjanaPutra,M.M.195303121981031012.
IV-b Tenaga Kesehatan Hewan
01-04-2013
6. I Ketut Ardioga.195704251985031002
IV-a Paramedik VeterinerPenyelia
01-05-2013
7 Nyoman Priutari.195705231982032001
III-c PetugasPerpustakaan
01-06-2013
II.2.1.1.13. Cuti.Salah satu hak kepegawaian lainnya adalah memperoleh cuti yang sampai
dengan akhir tahun 2013 pegawai BB-Vet Denpasar yang telah mengambil cuti,
seperti diuraikan dalam Lampiran 6.
II.2.1.1.14. Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat 5(lima) orang pegawai THL BBVet
Denpasar yang terdaftar dalam database Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS), Dari
71 orang jumlah pegawai BB-Vet Denpasar, dan sesuai dengan beban kerja
dan daftar nominatif pegawai BB-Vet Denpasar, sebagai pengganti pegawai
139
yang pensiun. Untuk memenuhi kebutuhan pegawai BBVet Denpasr, seperti
disajikan dalam tabel 84.
Tabel 84.Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).
No. Nama / NIP. Gol. No. SK. Tanggal TMT.
1. I Wayan Sadariyana19801005 201212 1 004
II-a 84/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.
28-12-2012 01-12-2012
2. I Wayan Yudiarsa19741201 201212 1 002
II-a 21/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.
28-12-2012 01-12-2012
3. I Kadek Darmawan19781231 201212 1 002.
II-a 19/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.
28-12-2012 01-12-2012
4. I Nyoman PutrajayaSetiawan.19830908 20012121 002.
II-a. 57/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012
28-12-2012 01-12-2012
5. I Wayan Suparta.19741231 201212 1 001.
I-c. 20/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.
28-12-2012 01-12-2012
II.2.1.1.15. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Sampai dengan akhir tahun 2013 tidak ada Calon Pegawai Negeri Sipil
( CPNS ) diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).
II.2.1.1.16. Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit.
Selama tahun warta, telah diajukan Daftar usulan Penetapan Angka Kredit
(DUPAK) sebanyak 27 ( Dua puluh tujuh ) orang pegawai yang memangku
Jebatan Fungsional Medik Veteriner maupun Paramedik Veteriner untuk
memperoleh penetapan angka kredit (Lampiran 7).
II.2.1.1.17. Penerimaan Penghargaan / Satya Lencana karya Satya.
Sampai dengan akhir tahun 2013 tidak ada pegawai yang menerima
Piagam Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia berupa Satyalancana
Karya Satya XXX , XX dan X Tahun.
140
II.2.1.1.18. Penyumpahan Pegawai Negeri Sipil dan Penanda tangan Pakta Integritas.
Sampai dengan akhir tahun 2013 tidak ada pegawai yang diambil Sumpah
Pegawai Negeri Sipil dan tidak ada pegawai yang menanda tangani pakta
integritas.
II.2.1.2. Ketata Usahaan
Pelaksanaan kegiatan dibidang ketata usahaan tahun 2013, sesuai dengan
Organisasi dan tata Kerja BB-Vet Denpasar disamping tugas teknik juga
melaksanakan tugas dibanding non teknis yaitu pelaksanaan urusan tata usaha.
II.2.1.2.1. Surat Menyurat.
Kegiatan ketata usahaan adalah kegiatan surat menyurat BB-Vet Denpasar
tahun 2013 terdiri dari surat masuk dan surat keluar. Surat masuk adalah surat
yang diterima oleh BB-Vet Denpasar baik dari instansi pemerintah maupun dari
instansi swasta bahkan juga dari perorangan/privat. Surat keluar adalah surat
yang dibuat dan dikirim oleh BB-Vet Denpasar yang terdiri dari Surat Keputusan,
Surat Perintah Perjalanan Dinas, Surat Perintah Tugas, Surat Edaran, Surat
Pengumuman, Surat Kuasa, Surat Undangan dan lain-lain. Surat masuk dan
keluar di BB-Vet Denpasar selama tahun 2013 sebanyak 7.904 surat. Data surat
menyurat secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 85 sebagai berikut
Tabel 85.Daftar Surat masuk, Keluar dan Asal Surat BB-Vet Denpasar Tahun 2013.
No. Jenis Surat Asal Surat Masuk Keluar
1. Dinas 1. Kementan (Sekjen)2. Ditjennak(Sekdit,
Dirkeswan)3. BB-Vet Denpasar4. Disnak Bali5. Disnak NTB6. Disnak NTT7. Disnak Kab/Kota, Bali Nusra8. Instansi Lain (KAN,
KPPN,BPKP, dan FKH)
30238
32451416
116
439
19136
9323
92510
686
2. Perintah 1. Ditjennak dan Keswan 16 -
141
Perjalanan Dinas 2. BB-Vet Denpasar - 21703. Surat Keputusan 1. Kementan
2. Ditjennak3. BB-Vet Denpasar
134-
--
1184. Laporan
Perjalanan Dinas1. BB-Vet Denpasar2. Disnak Prov. Bali3. Disnak Prov. NTB4. Disnak NTT5. Ditjennak6. Instansi Lain
4641912
6--
-18
--
49-
5. Pengumuman 1. Ditjennak2. BB-Vet Denpasar
7-
-25
6. PengantarSpesimen
1. BB-Vet Denpasar2. Disnak Prov/Kab/Kota Bali3. Disnak NTB/Kab/Kota4. Disnak NTT/Kab/Kota5. Instansi lain
261.382
675343
----5
7. Jawaban HasilPengujian
1. BB-Vet Denpasar2. Disnak Prov/Kab/Kota Bali3. UPT Ditjennak4. Disnak NTB5. Disnak NTT6. Pelanggan/Instansi Lain
-3
122-
40
251307
-72
244186
8. SuratPenunjukan/Kuasa
1. Ditjennak dan Keswan2. BB-Vet Denpasar
--
-60
8. Surat Keterangan 1. Ditjennak dan Keswan2. BB-Vet Denpasar
3-
-77
Jumlah 3102 5357
Berdasarkan data surat masuk dan keluar tahun 2013 sebanyak 7.904 surat,
jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 6.144 surat, maka di tahun 2013
ini terjadi kenaikan surat masuk dan keluar sebanyak 1.760 surat. Dalam
sebulan surat masuk dan keluar rata-rata sebanyak 658 lembar surat, dan
dalam sehari sebanyak 30 surat yang dikelola oleh bagian tata usaha.
II.2.1.2.2. Kegiatan Rapat dan Seminar
Untuk memeperoleh hasil yang optimal dari setiap rencana kegiatan atau proses
pengambilan keputusan telah diadakan pertemuan-pertemuan untuk membahas
lebih dalam materi kegiatan sehingga mendapat masukan dari semua staf.
Dalam pertemuan rapat/ diskusi diharapkan masing-masing Seksi,
Laboratorium/personel teknis dapat memberikan kontribusi yang maksimal
dalam memenuhi kegiatannya. Di samping itu, pertemuan juga dimaksudkan
142
sebagai ajang pertukaran informasi antara pimpinan dengan staf, atau antara
staf dengan staf. Selama tahun anggaran 2013 telah diadakan rapat/ diskusi
sebanyak 31 (tiga puluh satu) kali seperti terlihat pada Lampiran 8.
II.2.1.2.3. Kunjungan Tamu.
Selama tahun 2013 terdapat 57 (lima puluh tujuh) kali kunjungan tamu yang
sempat tercatat diantaranya dengan tujuan mengadakan pemeriksaan,mencari
data/survei, kunjungan kerja, praktek lapangan, dan lain sebagainya. Data
lengkap dapat dilihat dalam lampiran 9.
II.2.2. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan
Tahun 2013 sub bagian rumah tangga dan perlengkapan BB-Vet Denpasar
melaksanakan tugas dibidang urusan rumah tangga dan perlengkapan, dengan
kegiatan mengadministrasikan seluruh barang inventaris, membuat laporan
bulanan dan laporan tahunan, menjaga kebersihan dan kerapian serta
keamanan kantor. Disamping kegiatan tersebut diatas subbagian rumah tangga
dan perlengkapan memiliki tugas melakukan pemeliharaan dan perbaikan
bangunan, kandang hewan percobaan, peralatan kantor dan kendaraan dinas.
II.2.2.1. Tanah
BB-Vet Denpasar menguasai tanah 65,500 m² terletak berlokasi di Jalan Raya
Sesetan Nomor 266, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota
Denpasar, Bali. Pemilik tanah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. BBVet
Denpasar diberikan Hak Pemanfaatan tanah sesuai dengan Surat Keutusan
Gubernur Provinsi Bali Nomor: 400/01-F/HK/2002, tanggal 28 Agustus 2002
tentang Pemberian Ijin Pemanfaatan Tanah Penguasaan Pemerintah Provinsi
Bali untuk Lokasi Kantor Balai Besar Veteriner Denpasar. Rincian penggunaan
tanah dapat dilihat dalam Tabel 86.
143
Tabel 86.Data Penggunaan Tanah BB-Vet Denpasar Tahun 2013
No. Jenis kegunaan Luas M2 Jumlah Satuanukuran
123456789
Lapangan olah raga (tennis)JalanTanah pertamananJembatanSaluran airRumah sumur pompaBangunanTanah kebun rumputTempat ibadah
8007.500
24.71727
1.6009
5.49525.000
325
111311
4911
UnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnit
Jumlah 65.500 59 Unit
II.2.2.2. Bangunan
Bangunan yang dimiliki BB-Vet Denpasar sampai dengan tahun 2013 terdiri dari
bangunan laboratorium, perkantoran, kandang hewan percobaan, tempat
ibadah, lapangan kandang terbuka, jalan, tempat parkir, Wisma tamu, rumah
dinas dan lain-lain. Pada tahun 2013 dilakukan rehab berat gedung serba guna
seluas 279 m2, pembangunan canopy gedung administrasi seluas 26 m2, dan
garase sepeda motor seluas 108 m2. Pelaksanaan dan realisasi fisiknya telah
selesai 100 %. Bangunan BB-Vet Denpasar secara terperinci disajikan dalam
tabel 87.
144
Tabel 87.Daftar Bangunan BB-Vet Denpasar Tahun 2013
No. Jenis bangunan Luas M2 Jmlh
Satuanukuran
Tahun pemb. Ket
123456789
1011121314151617181920212223242526272829303132333435363738
Gedung Kantor IndukGedung Kantor KeuanganLaboratorium ILaboratorium IILaboratorium IIILaboratorium IVLaboratorium/Penerimaan SampelLaboratorium Serba GunaLaboratorium KesmavetRumah Negara Type 180Rumah Negara Type 120Rumah Negara Type 90Rumah Negara Type 70Kandang Hewan Percobaan No. 4,7Kandang Hewan Percobaan No. 5Kandang Hewan Percobaan No. 2Kandang Hewan Percobaan No. 3Kandang Hewan Percobaan No. 1Kandang Hewan Percobaan No. 6GaraseGaraseGaraseGudangRumah GeneratorTowerJembatanTembok KelilingTembok Stil BaliInceneratorInceneratorRumah JagaDapur SterilWisma TamuGedung PerpustakaanGedung Lab A.ISelasarGedung Kamar mandiCanopy Gedung Administrasi
324100324324396336
72279320670670572480205200180128
70204
50150108
8040
927
2.900160
612
9165600
85120378
5326
11111111112852111111112123111111111111
UnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnit
19761983197419752011201220112013200419761977197719771975198519801983197619871977200520131980197719741974197419741975198519831985201120022007201120112013
Jumlah 11.832 55 Unit
II.2.2.3. Kendaraan Dinas
BB-Vet Denpasar memiliki kendaraan roda 4 (empat) sebanyak 8 buah antara
lain : Pick Up/Toyota tahun 1974 (1unit), Jeep/Daihatsu Taft tahun 1991 (1 unit),
Minibus/Toyota kijang tahun 2000, tahun 2002, tahun 2003 (masing-masing 1
unit), Stasion Wagon/ Nissan Terrano tahun 2006 (1 unit), Station / suzuki APV
tahun 2006 (1unit), Ford / Ranger Double Cabin XLT.30 tahun 2008 1 (satu) unit.
Kendaraan roda 2 (dua) : Sepeda Motor / Astrea tahun 1996 (1 unit), Sepeda
145
Motor Yamaha Vega tahun 1999 (1 unit), Sepeda Motor/ Honda Supra tahun
2007 (1unit), kendaraan Toyota kijang Tahun 2012 sebanyak 2 unit dan sepeda
motor sebanyak 4 unit. Jumlah Inventaris Kendaraan Dinas BB-Vet Denpasar
sampai dengan tahun 2013 terinci seperti tabel 88.
Tabel 88.Kendaraan Dinas BB Vet. Denpasar Tahun 2013
No. Jenis / merk kendaraan Banyaknya Satuan Tahun
pemb. Ket.
12345678910
Roda 4:Pick Up/ToyotaJeep/Daihatsu TaftToyota/KF80 M-MinibusToyota/KF81 M-MinibusToyota/KF83 M-Pend MinibusStation /Suzuki APVStation W/Nissan TerranoFord/Ranger Double CabinToyota/KF 18G M-MinibusToyota /KF 20V M-Minibus
1111111111
UnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnit
1974199120002002200320062006200820122012
Rusak beratBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
Jumlah 10 Unit
1234
Roda 2:Sepeda Motor/Honda AstreaSepeda Motor/Yamaha VegaSepeda Motor /Honda SupraSepeda Motor/Honda Supra
1114
UnitUnitUnitUnit
1997199920062012
BaikBaikBaikBaik
Jumlah 7 Unit
II.2.2.4. Sistim Akuntasi Barang Milik Negara (SIMAK BMN)
Laporan Barang Milik Negara (BMN) BB-Vet Denpasar dibuat dengan program
aplikasi SIMAK-BMN dan dikirim berupa laporan Bulanan dan laporan
Semesteran. Laporan Bulanan dibuat dengan melakukan rekonsiliasi internal
dengan SAKPA, sedangkan laporan Semesteran dengan melakukan rekonsiliasi
internal dengan SAKPA dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL).
146
Pengiriman laporan SIMAK BMN antara lain:
1. Laporan Bulanan dikirim ke SAKPA
2. Laporan Semesteran dikirim ke:
- Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Denpasar Semester I
dengan Berita Acara Nomor Rekonsiliasi : BAR-
276/WKN.14/KNL.01/SMT.I/2012 tanggal 10 Juli 2012 dan laporan
Semester II Nomor ; BAR-221/WKN.14/KNL.01/2012 tanggal 10 Januari
2013
- Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di
Jakarta dengan laporan Semester I Surat Pengantar Nomor :
3257/TU.220/F5.F/07/2012 tanggal 27 Juli 2012 dan laporan Semester II
Surat Pengantar Nomor : 21010/KU.2.0.8/F11/01.2013 tanggal 21 Januari
2013
- Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali laporan Semester I Surat
Pengantar Nomor : 3257/TU.220/F5.F/07/2012 tanggal 27 Juli 2012 dan
laporan Semester II Surat Pengantar Nomor : 21010/
KU.2.0.8/F11/01.2013 tanggal 21 Januari 2013
Secara terperinci pengiriman Laporan SIMAK BMN BB-Vet Denpasar tahun
2013 disajikan dalam tabel 89.
147
Tabel 89.Laporan SIMAK BMN BB-Vet Denpasar, Tahun 2013
No. Laporan Bulanan (Tahun 2013) Rekonsiliasi Tgl. Pengiriman Ket
123456
789
101112
JanuariPebruariMaretAprilMeiJuni
JuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember
SAKPASAKPASAKPASAKPASAKPASAKPA/KPKNL/BBTPBali/Dirjen
SAKPASAKPASAKPASAKPASAKPASAKPA/KPKNL/BBTPBali/Dirjen
01 Pebruari 201301 Maret 201301 April 201301 Mei 201301 Juni 201305 Juli 201305 Juli 201319 Juli 201319 Juli 2013
02 Agustus 201301 September 201301 Oktober 201301 November 201304 Desember 2013 07 Januari 2013
LaporansemesterI tahun2013
LaporansemesterII tahun2013
Sampai dengan tahun 2013 nilai inventaris BB-Vet Denpasar tercatat sebesar
Rp. 25.828.581.550,- (Dua puluh lima milyar delapan ratus dua puluh delapan
juta lima ratus delapan puluh satu ribu lima ratus lima puluh rupiah) yang terdiri
dari Bangunan, Peralatan laboratorium, Kendaraan dinas, peralatan kantor dan
lain-lainnya. Daftar barang inventaris BB-Vet Denpasar secara terinci terlihat
seperti pada lampiran 10.
148
II.2.3. Sub Bagian KeuanganII.2.3.1. Anggaran Belanja BB-Vet Denpasar
Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,
maka sistem pelaksanaan keuangan negara mengalami perubahan yang sangat
mendasar yaitu seperti pengertian dan ruang lingkup keuangan negara dan
asas-asas pengelolaan keuangan negara dengan mengacu pada perkembangan
standar akuntansi pemerintah.
Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dibidang administrasi
keuangan negara pada tingkat pemerintah pusat dan untuk memperkokoh
landasan pelaksanaan desentralisai dan onotomi daerah dalam kerangka
negara Kesatuan Republik Indonesia
Perubahan sistem keuangan pemerintah dari sistem akrual menjadi sistem
akuntansi pemerintah yang mulai diterapkan oleh instansi pemerintah dalam
rangka penggunaan anggaran yang efisien, effektif dengan memperhatikan
sekala prioritas.
Tahun Anggaran 2013 BB-Vet Denpasar mendapat Dana APBN sebesar
Rp. 18.346.528.000,00 namun pada bulan 15 Mei 2013 terjadi pemotongan
anggaran sebesar Rp. 1.045.630.000,- dengan revisi DIPA pertanggal
17 Oktober 2013 sehingga anggaran Balai Besar Veteriner Denpasar menjadi
Rp. 17.300.898.000 dengan rincian anggaran : untuk program Pengendalian
dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan penyakit Zoonosis
sebesar Rp. 16.627.498.000,- sedangkan untuk Program Penjaminan Pangan
Asal Hewan yang Aman dan Halal serta Pemenuhan Persyaratan Produk
Hewan Non Pangan sebesar Rp. 673.400.000,- Dari Jumlah Anggaran sebesar
Rp. 17.300.898.000,- terealisasi sebesar Rp. 15.004.666.526,- (86.73 %), terinci
seperti tabel 90. Dan realisasi dan persentase anggaran perbulan seperti terinci
pada tabel 91.
149
Tabel 90.Pagu dan Realisai Anggaran DIPA BB-Vet Denpasar TA 2013
No. Kegiatan Anggaran(Rp.) Realisasi (Rp) Persentase
Capaian1 2 3 4 5A. Program
PencapaianSwasembadaDaging Sapi danPeningkatanPenyediaan PanganHewani yang Aman,Sehat, Utuh danHalal
17.300.898.00,- 15.004.666.526,- 86.73 %
I. Pengendalian danPenanggulanganPenyakit HewanMenular Strategisdan Zoonosis
16.627.498.000 14.393.992.474,- 85.57 %
1. Penguatan,Kelembagaan danSumberdayaKesehatan Hewan
485.675.000 416.495.850,- 85.76%
2. Penguatan pengujiandan penyidikanveteriner
690.546.000 606.874.000,- 87.88%
3. Koordinasi Teknis 983.781.000 816.338.950,- 82.98%4. Fasilitasi PNBP 145.000.000 107.780.200,- 74.33%5. Administrasi
Kegiatan dan KetataUsahaan
713.900.000 602.172.650,- 84.35%
6. Penyidikan danPengujian PenyakitBrucellosis
3.111.275.000 2.436.357.360,- 78.31%
7. Penyidikan danPengujian PenyakitAnthrax
350.200.000 307.800.200,- 87.89%
8. Penyidikan danPengujian PenyakitHog Cholera
156.600.000 149.975.000,- 95.13%
9. Penyidikan danPengujian PenyakitEksotik PerbatasanNegara dan antarwilayah (SUrveilanspenyakit PMK)
70.150.000 67.119.000,- 95.68,-
150
1 2 3 4 510. Penyidikan dan
Pengujian PenyakitRabies
348.642.000 345.135.200,- 98.99%
11. Penyidikan danPenguian PenyakitAvian Influenza
286.900.000 277.549.980,- 96.74%
12. Surveilansinvestigasi penyakithewan menular
227.906.000 171.611.890,- 75.30%
13. Penyidikan danPengujian GangguanReproduski
70.750.000 70.230.400,- 99.27%
14. Penyidikan danPengujian PenyakitParasiter
247.500.000 208.656.400,- 84.31%
15. Penyidikan danPengujian PenyakitViral
346.929.000 327.501.300,- 94.40%
16. Penyidikan danPengujian PenyakitBakterial
300.993.000 248.505.560,- 82.56%
17. Layanan Perkantoran 6.949.734.000 6.205.571.114,- 89.29%17. Gedung dan
Bangunan1.141.017.000 1.029.316.820,- 90.21%
II. Penjaminan PanganAsal Hewan yangAman dan HalalSerta PemenuhanPersyaratan ProdukHewan Non Pangan
673.400.000 610.674.052,- 90.69 %
151
Tabel 91.Laporan Realisasi Anggaran BB-Vet Denpasar Tahun 2013
AnggaranNo. Bulan Target
(Rp.)Realisasi
(Rp.)
Sisa Anggaran(Rp.)
Persentase
Realisasi
1 Januari 18.346.528.000 265.293.170 18.081.234.830 1.452 Pebruari 18.346.528.000 768.149.486 17.578.378.514 4.193 Maret 18.346.528.000 1.960.217.790 16.386.310.210 10.684 April 18.346.528.000 3.815.758.863 14.530.769.137 20.805 Mei 18.346.528.000 5.191.785.794 13.154.742.206 28.306 Juni 18.346.528.000 6.260.918.976 12.085.609.024 34.137 Juli 18.346.528.000 7.345.276.520 11.001.251.480 40.048 Agustus 18.346.528.000 8.364.815.412 9.981.712.588 45.599 September 17.300.898.000 9.521.216.100 7.779.681.900 55.03
10 Oktober 17.300.898.000 10.801.717.070 6.499.180.930 62.4311 Nopember 17.300.898.000 12.747.213.286 4.553.684.714 73.6812 Desember 17.300.898.000 15.004.666.526 2.296.231.474 86.73
Apabila mengacu pada persentase nilai capaian program perhitungan dan
penilaian kinerja Balai Besar Veteriner Denpasar pada Tahun Anggaran 2013
terhadap nilai capaian output lebih besar dari pada input, artinya kegiatan
program Balai Besar berjalan dengan efektif. Grafik persentase realisasi dan
capaian anggaran seperti pada grafik 3.
Grafik 3. Realisasi Anggaran Per Bulan Tahun 2013
REALISASI ANGGARAN PERBULAN TAHUN 2013
1.45 4.1910.68
20.828.3
34.1340.04
45.59
55.0362.43
73.68
86.73
0
10
20
30
40
5060
70
80
90
100
JAN
PEB
MAR
T
APRI
L
MEI
JUN
JUL
AGST
SEPT
OKT
NOP
DES
BULAN
PER
SEN
TASE
152
Persentase Realisasi Anggaran pada grafik terlihat terus mengalami kenaikan
dari bulan ke bulan, ini mengindikasikan bahwa kegiatan BB-Vet Denpasar
dapat berjalan dengan baik. Rekapitulasi dan realisasi penggunaan anggaran
BB-Vet Denpasar perprogram kegiatan dan permata anggaran kegiatan sampai
dengan 31 Desember 2013, terinci seperti terlihat pada lampiran 11.
II.2.3.2. Penyetoran Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Sebagai salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari
penyetoran pajak dari suatu pelaksanaan kegiatan rutin maupun dari
penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Tahun Anggaran 2013 Balai Besar
Veteriner Denpasar merealisasikan penyetoran pajak ke Kas Negara sebesar
Rp. 1.222.873.901,- dengan rincian:
- Penyetoran pajak dari pelaksanaan kegiatan rutin Rp. 717.016.089,-
- Penyetoran pajak dari PNBP Rp. 505.857.812,-
Jumlah Rp. 1.222.873.901,-
Sedangkan penyetoran penerimaan negara bukan pajak Tahun 2013 terdiri dari
pendapatan dan penerimaan sebagai berikut :
1. Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan
(Pendapatan penjualan lainnya) 423119
Rp. 650.000,-
2. Pendapatan dan Pemindahtanganan BMN
(Pendapatan dan Peminbdahtanganan BMN
lainnya) 423129
Rp. 12.448.000,-
3. Pendapatan dan Pemanfaatan BMN
(Pendapatan sewa tanah Gedung dan
Bangunan) 413141
Rp. 13.399.567,-
4. Pendapatan dan Pemanfaatan BMN
(Pendapatan sewa tanah Gedung dan
Bangunan) 413142
Rp. 260.000,-
5. Pendapatan denda keterlambatan penyelesaian
pekerjaan pemerintah (423752)
Rp. 218.568,-
6. Pendapatan dari Penerimaan Kembali TAYL Rp. 16.840.526,-
153
(Penerimaan kembali Belanja Pegawai Pusat
TAYL) 423911
7. Pendapatan dari Penerimaan Kembali TAYL
(Penerimaan kembali Belanja Lainnya Hibah
TAYL) 423915
Rp. 179.515,-
8. Pendapatan Lain-Lain (Penerimaan Kembali
Persekot Uang Muka Gaji) 423991
Rp. 1.320.000,-
Jumlah I Rp. 45.316.176,-
Pendapatan Jasa I (Pendapatan jasa tenaga)
423216
Rp. 460.541.636,-
Jumlah II Rp. 460.541.636,-
Jumlah I dan II Rp. 505.857.812,-
Estimasi dan Realisasi PNBP BB-Vet Denpasar TA 2013 :
No Kegiatan Target(Rp.)
Realisasi(Rp.)
PersentaseCapaian
1.
2.
Pendapatan umum
Pendapatanfungsional(Pendapatan JasaI/Pendapatan JasaTenaga)
10.000.000
290.000.000
45.316.176,-
460.541.636,-
453,16 %
158,81 %
Jumlah 300.000.000 505.857.812,- 168.62 %
Dari target penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp. 300.000.000,- sampai
dengan 31 Desember 2013 terealisasi sebesar Rp. 505.857.812,- dengan
persentase capaian sebesar 168.62 %. Capaian yang jauh melampaui target
berarti pendapatan PNBP untuk UPT seperti Balai Besar Veteriner Denpasar
tidak bisa di estimasi dengan baik, karena sangat tergantung pada banyaknya
sampel pasif (yang dikirim oleh pelanggan dan pengguna jasa laboratorium)
diterima dan diperiksa oleh BB-Vet Denpasar.
154
Penerimaan PNBP tahun 2013 ini sebesar Rp. 505.857.812,- jika dibandingkan
dengan penerimaan PNBP tahun 2012 sebesar Rp. 822.939.563, maka terjadi
penurunan penerimaan PNBP sebesar Rp. 317.081.751,- hal ini disebabkan
kerena terjadi penurunan jumlah spesimen pasif yang diperiksa dan diuji di
laboratorium. Pada tahun 2012 jumlah spesimen pasif yang diterima sebanyak
60.415 sampel sedangkan di tahun 2013 spesimen pasif yang diterima
sebanyak 13.284 sampel.
II.2.3.3. Sistim Akuntansi Instansi Unit Akutansi Kuasa PenggunaAnggaran (SAI-UAKPA)
Unit Akuntansi Keuangan Balai Besar Veteriner Denpasar telah menggunakan
program aplikasi Sistim Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dengan
menginput data SP2D yang telah diterima untuk dijadikan laporan bulanan.
Laporan bulanan berupa Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)
dikirim setiap bulannya kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan yang telah mendapatkan persetujuan rekonsiliasi dengan
Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN). Data dan pengiriman
laporan seperti terlihat pada tabel 92.
Tabel 92.Data Rekonsiliasi dan Pengiriman Laporan Keuangan.
No. LaporanBulan Tgl. Rekon Tgl. Pengiriman Ket
1 Januari 06 Maret 2013 06 Maret 20132 Pebruari 06 Maret 2013 06 Maret 20133 Maret 08 April 2013 08 April 20134 April 02 Mei 2013 02 Mei 20135 Mei 04 Juni 2013 04 Juni 20136 Juni 09 Juli 2013 09 Juli 20137 Juli 01 Agustus 2013 01 Agustus 20138 Agustus 03 September 2013 03 September 20139 September 02 Oktober 2013 02 Oktober 2013
10 Oktober 01 Nopember 2013 01 Nopember 201311 Nopember 04 Desember 2013 04 Desember 201312 Desember 14 Januari 2014 14 Januari 2014
155
II.2.4. Sistim Pengendalian Intern (SPI) BB-Vet Denpasar
Setiap Instansi Pemerintah dituntut untuk mampu mengelola keuangan negara
yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, pimpinan
Instansi Pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai bagi tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan
efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Balai Besar Veteriner (BBV) Denpasar sebagai salah satu UPT Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah berkomitmen untuk
menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam pelaksanaan program dan
kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan.
Tujuan dilaksanakannya SPI di BBV Denpasar adalah dalam rangka
mengendalikan segala kegiatan dibalai mulai dari fase perencanaan, fase
organizing fase pelaksanaan, , sampai fase kontroling. Kegiatan SPI
dilaksanakan baik pada kegiatan strategis balai (terkait tupoksi yaitu SPI pada
kegiatan Penyidikan, Pengujian Veteriner dan Pengembangan Metode dan
Teknik penyidikan dan pengujian veteriner) maupun kegiatan fasilitasi balai
(kegiatan administrasi seperti pengendalian intern pada tata kelola administrasi
keuangan,pengelolaan aset,pengelolaan kepegawaian, rumah tangga dan
perlengkapan balai, pengelolaan anggaran Negara dari APBN maupun hibah,
capaian kegiatan dan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP)serapan anggaran). Penerapan SPI dilaksanakan melalui 5 (lima) unsur
SPI yaitu : (1) Lingkungan Pengendalian, (2) Penilaian Risiko, (3) Kegiatan
Pengendalian, (4) Informasi dan Komunikasi dan (5) Pemantauan.
Sedangkan sasaran dari penerapan SPI Tahun 2013 sebagaimana pelaksanaan
SPI sejak tahun 2009 adalah dalam rangka memberikan keyakinan yang
memadai bagi tercapainya tujuan Penyidikan, Pengujian Veteriner dan
Pengembangan Metode dan Teknik penyidikan dan pengujian veteriner dan
pengelolaan fasilitasi (administrasi) balai yang efektif dan efisien, transparan,
akuntabel, dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.
156
Pelaksanaan SPI Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan
Menteri Pertanian Nomor : 23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman
Umum Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Pertanian dan
Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan maka di BBV Denpasar sejak tahun 2009
telah dibentuk Tim Satlak PI yang tugasnya adalah membantu pimpinan di
dalam melaksanakan SPI di lingkup balai. Sebagaimana sejak awal dibentuknya
Satlak PI (2009) maka pada tahun 2013 disusun kembali Satlak PI dibentuk
berdasarkan SK Kepala Balai No 08 /Kpts/OT.0.0/F11/01/2013. Satlak PI yang
dibentuk bertugas membantu pimpinan dalam melaksanakan Pengendalian
Intern balai dengan menjalankan fungsi:
a. Menilai ,,menguji, mengevaluasi,mereview mamantau merekomendasikan
dan pembinaan serta penyusunan laporan atas pelaksanaan SPI.
b. Menyusun rencana kerja anggaran pengendalian intern.
c. Melaksanakan pendampingan proses pemeriksaan dengan APIP.
d. Pemantauan dan evaluasi penyelesaian tindak lanjut hasil audit dari APIP
e. Melaksanakan penilaian dan pengujian kinerja lingkup intern balai
f. Melaksanakan penilaian dan pengujian pengelolaan program kegiatan
keuangan pengadaan barang/jasa serta SAI pada balai.
g. Pelaksanaan penilaian dan pengujian atas penyusunan LAKIP.
h. Penyusunan laporan hasil penilaian yang ditujukan kepada atasan
i. Membina pelaksanaan SPI (penyusunan pedoman SPI, pendampingan
penyusunan Juklak/Juknis, SOP.
j. Membina dan menilai pelaksanaan SPI melalui koordinasi dan pemantauan
lapangan.
k. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan PI kepada kepala satker yang
memuat rekomendasi konkrit atas perbaikan pelaksanaan program kegiatan
serta memberikan saran penerpan penghargaan terhadap prestasi kerja
serta sanksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
157
Pada tahun 2013 di BB-Vet Denpasar terkait pelaksanaan SPI telah
dilaksanakan beberapa hal sebagai berikut: pada awal TA 2013 tepatnya
Januari telah disusun agenda kegiatan SPI yaitu:
1. Menyusun tim satlak PI
2. Rapat koordinasi Satlak PI
3. Sosialisasi SPI
4. Mengikuti kegiatan Forum SPI
5. Mengevaluasi kedisiplinan pegawai
6. Mengevaluasi ketersediaan dan penggunaan bahan uji dan sarana uji
7. Melaksanakan penilaian, pengujian, evaluasi, mereview bidang
(perencanaan, pengelolaan keuangan, pengadaan barang/jasa, penyerapan
anggaran, penyusunan TOR, penyidikan dan pengujian veteriner,
surveilens, pengelolaan asset, pengelolaan kepegawaian, keamananan
lingkungan kantor, pengamanan asset, penyusunan laporan Lakip, Teknis,
Tahunan, pelaporan SAI, pengelolaan PNBP).
8. Mendampingi Tim ITJENTAN dalam rangka penilaian WBK dan
Implementasi SPI
9. Mendampingi APIP dari ITJENTAN dalam rangka pelaksanaan audit kinerja
BB-Vet Denpasar periode April 2012 s.d Agustus 2013
10. Mendampingi APIP dari BPK dalam rangka pelaksanaan audit interm
periode Januari s.d Oktober 2013.
11. Mengawal dan memantau penyusunan TLHP hasil audit.
Rapat koordinasi satlak PI dilaksanakan beberapa tahap yaitu pada awal tahun
membahas program kegiatan PI, tahap persiapan pelaksanaan review kinerja
balai, pada pembahasan hasil review, pada penyusunan laporan dan
rekomendasi PI, pada pemantauan kegiatan strategis dan memantau Tindak
Lanjut Hasil Pemeriksaan.
158
Beberapa agenda penting sosialisasi SPI antara lain penyampaian materi
Standar Kinerja Pegawai (SKP) , pemahaman ISO 9001:2008 tentang
manajemen organisasi, pembinaan jiwa korsa melalui apel bendera tiap hari
Senin minggu pertama, apel tanggal 17, apel hari Senin minggu keempat dan
olah raga bersama pada hari Jumat. Agenda sosialisasi SPI lainnya adalah
mendampingi tim dari Biro OK Kementan dalam acara pembinaan kepegawaian
tentang pembinaan jabatan fungsional rumpun hayati., mendamping tim dari Biro
KP dalam pembinaan PPSPM, pembinaan penyusunan laporan keuangan,
pembinaan penyusunan LAKIP.
Kegiatan penilaian dan pengujian kinerja lingkup intern balai,dijalankan
berdasarkan Surat Perintah Tugas. Tujuan kegiatan penilaian dan pengujian
kinerja lingkup intern balai bertujuan menilai:kecukupan pengendalian
manajemen guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan
kegiatan agar dilaksanakan secara ekonomis dan efisien serta kecukupan
prosedur yang digunakan untuk mengukur dan melaporkan efektifitas
pelaksanaan kegiatan,efektivitas pelaksanaan kegiatan serta efisiensi maupun
kehematan penggunaan sumber dana dan sumber daya untuk pelaksanaan
kegiatan tersebut,ketaatan pelaksanaan kegiatan terhadap peraturan
perundangan yang berlaku,memberikan saran-saran perbaikan atas kelemahan
manajemen agar pengelolaan kegiatan pada tahap berikutnya sehingga dapat
dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Ruang lingkup penilaian
terhadap pelaksanaan kegiatan apakah telah memenuhi prinsip efektif, efisien,
ekonomis dan tertib. Penilaian efektivitas dan atau manfaat dari keluaran
kegiatan tersebut diatas. Pemeriksaan ketertiban terhadap peraturan
perundang-undangan atas pengelolaan keuangan, prosedur pengadaan
sarana/prasarana dan metode kerja.Monitoring terhadap tindak lanjut hasil-hasil
pemeriksaan aparat pengawas fungsional sebelumnya. Panduan pelaksanaan
kegiatan review-monitoring dan audit intern dilaksanakan dengan pedoman:1)
Permentan No 23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem
pengendalian Intern Lingkup Departemen Pertanian2) Pedoman SPI Ditjennak3)
RAKL Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013.
159
Metode Pelaksanaan review monitoring dan audit intern adalah dilakukan
pemeriksaan terhadap kegiatan pada kegiatan/program yang dikelola satuan
kerja, dengan melakukan pemeriksaan fisik serta konfirmasi kepada pihak-pihak
yang terdiri atas pelaksanaan kegiatan/program.
Kegiatan pendampingan satlak PI terhadap APIP (Aparat Pengawasan Instansi
Pemerintah) pada tahun 2013 dilaksanakan 5 kali yaitu pendampingan: audit
kinerja oleh IRJENTAN, audit interim oleh BPK, penilaian WBK dan pelaksanaan
SPI oleh auditor Inspektorat Investigasi IRJENTAN, monitoring tindak lanjut LHP
oleh IRJENTAN.
Kegiatan pemantauan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP antara lain
untuk meningkatkan efektifitas penyusunan TLHP maka di BBV Denpasar telah
disusun Tim Penyelesaian TLHP yang bertugas mengkoordinir penyelesaian
TLHP baik laporan maupun penyelesaian kerugian Negara. Hasil terhadap
tindak lanjut LHP adalah bahwa TLHP baik hasil audit kinerja balai oleh
IRJENTAN dan hasil audit interim oleh BPK telah dijawab dan beberapa
kerugian Negara juga sudah disetor ke kas Negara. Sedangkan setoran PNBP
yang belum dibayar oleh pelanggan telah diupayakan dengan membuat surat
penagihan.
Kegiatan Forum Pembinaan SPI pada tahun 2013 tim satlak SPI BBV Denpasar
mengikuti kegiatan 2 kali yaitu: 1) Pembinaan SPI yang diselenggarakan oleh
Ditjennak dan Keswan 2) Forum SPI di Ciloto yang diselenggarakan oleh
IRJENTAN. Disamping pembinaan SPI melalui Forum SPI maka dalam rangka
pembinaan pengendalian internal maka BB-Vet juga mengikut 1) Pembinaan
WBK dan Pembinaan anti korupsi di Surabaya yang dilaksanakan oleh
IRJENTAN 2) Pembinaan WBK dan anti korupsi di Bogor yang diselenggarakan
oleh DIRJENNAK dan Keswan .
Hasil pelaksanaan pengendalian intern (PI) pada tahun 2013 di balai telah
tercapai beberapa keberhasilan baik pada pelaksanaan kegiatan strategis
(sesuai tupoksi) maupun kegiatan fasilitasi (admininistrasi) balai, antara lain
kegiatan pengujian, penyidikan dan surveilen veteriner telah melebihi target
sampel yang diamanahkan Dirjennak dan Keswan. Pengadaan barang/jasa
160
sudah berjalan sebagaimana mestinya, bahkan dapat dilakukan penghematan
anggaran pada pengadaan gedung serbaguna. PNBP meningkat dan
pengelolaan PNBP sudah cukup tertib dengan menerapkan pengelolaan
terpisah (petugas penerima sampel, petugas pembuat tagihan dan petugas
penyetor berbeda) untuk menghindari penyelewengan. Untuk meningkatkan
efektifitas pemenuhan PNBP maka di balai juga telah dibentuk Unit
Penatausahaan Piutang (UPP). Pengelolaan anggaran sudah sesuai dengan
ketentuan (pengajuan UP,TUP,SPM(SPM GU, SPM nihil), pengajuan AFS,
laporan realisasi, rekonsiliasi SAKPA dan SABMN sudah berjalan dengan baik.
Pertanggung jawaban pengelolaan anggaran juga sudah berjalan sesuai aturan
(laporan bendahara, pemeriksaan kas oleh atasan langsung, laporan keuangan
semesteran). Pengamanan asset juga telah diaksanakan antara lain telah
dilakukan pengisian tabung pemadam kebakaran, alat pemadam kebakaran
telah dipasang pada tiap unit gedung, penjagaan keamanan komplek dilakukan
dengan cara penjagaan bergilir satpam dibagi dalam 3 step (8 jam tiap tep) dan
pengawasan bergilir oleh penghuni komplek terhadap pelaksanaan penjagaan
oleh satpam. Akumulasi dari keberhasilan terpadu antara pelaksanaan kegiatan
balai dan pengendalian intern antara lain diperoleh sertifikat lulus surveilans ISO
17025:2008 dan sertifikat lulus Reasesment ISO 17025 dari KAN , penghargaan
Apresiasi LAKIP, diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 dari lembaga sertifikasi
TUV Rheinland sebagai bukti lulus dalam pengelolaan manajemen organisasi
berstandar internasional . Dengan tidak mengurangi keberhasilan yang telah
dicapai karena adanya pengendalian intern maka hasil review pengendalian
intern selama tahun 2013 menemukan beberapa kelemahan yang masih
dijumpai antara lain pada tupoksi yaitu kegiatan penyusunan analisa resiko
penyakit hewan dan pengujian toksikologi pakan belum optimal dilaksanakan.
Sekalipun jumlah sampel pengujian penyakit hewan melebihi target namun
masih memiliki kelemahan yaitu belum terpenuhinya janji layanan yaitu dalam
hal ketepatan waktu uji masih dijumpai waktu uji melebihi standar waktu yang
ditentukan. Kelemahan pada manajemn lab adalah belum tersedianya tenaga
kalibrator internal. Pada pengamanan asset sekalipun alat pemadam kebakaran
telah tersedia namun latihan rutin menggunakan alat tersebut belum dilakukan.
Kecepatan pengadaan barang dengan kebutuhan penggunaan belum
161
sejajar.Dari beberapa kelemahan tersebut maka kedepan masih perlu perbaikan
yaitu perlu optimalisasi pada kegiatan penyusunan analisa resiko penyakit
hewan dan pengujian toksikologi pakan, perlu diadakannya pelatihan secara
rutin penggunan pemadam kebakaran, dan proses pengadaan barang perlu
dilakukan seawal mungkin.
II.2.5. Penghargaan
BB-Vet Denpasar tahun 2012 dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
pertanian, kualitas pelayanan unit kerja pelayanan publik bidang peternakan
khusunya pelayanan dilapangan dan dilaboratorium perlu ditingkatkan. Dalam
rangka pemberian pelayanan publik, BB-Vet Denpasar telah dinilai oleh Tim
Penilai Unit Pelayanan Publik Bidang Pertanian Kementerian Pertanian.
Penilaian tim Kementan, BB-Vet Denpasar dinilai berhak mendapatkan
penghargaan Abdi bhakti tani sebagai Unit Kerja Pelayanan Publik Berprestasi
di Bidang Pertanian. Penghargaan Abdi bhakti tani berupa Plakat diterima
langsung oleh Kepala Balai pada bulan Desember tahun 2012, berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 5928/Kpts/KP.450/11/2012, tanggal
26 Nopember 2012 tentang Pemberian Penghargaan Abdibhakti tani Kepada
Unit Kerja Pelayanan Publik Berprestasi di Bidang Pertanian.
II.2.6. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008.
Sebagai salah satu bentuk jaminan suatu organisasi telah menjalankan
pelayanan secara baik dan telah menjalankan proses manajemen sesuai system
manajemen mutu adalah dibuktikan dengan diakuinya system manajemen mutu
yang telah diterapkan oleh organisasi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
pengakuan secara internasional berupa sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008. Untuk mewujudkan hal tersebut maka suatu organisasi harus
melalui rangkaian proses menuju akreditasi/sertifikasi penerapan Sistem
Manajemn Mutu ISO 9001:2008. Secara garis besar rangkaian kegiatan proses
penerapan ISO 9001:2008 terdiri empat tahap yaitu tahap Planning: tahap
sosialisasi dan gap analysis, tahap developing system (Penyusunan dokumen
SMM ISO 9001:2008, dan Implementasi SMM), tahap Internal auditing
(Pelatihan audit internal, pelaksanaan audit internal, Kaji Ulang
162
manajemen/Rapat Tinjauan Manajemen ) dan tahap sertifikasi. Secara lebih rinci
kegiatan balai dalam proses mewujudkan system manajemen mutu ISO
9001:2008 adalah 1) Sosialisasi SMM ISO 9001:2008 2) Gap Analysis 3)
Pengembangan/Pembuatan Dokumen ISO 9001:2008 4) Implementasi SMM 5)
Pelaksanaan Audit Internal 6) Rapat Tinjauan Manajemen 7)
Penilaian/assesment Lembaga Sertifikasi 8) Tindakan Koreksi Pasca Audit.
Perwujudan tahap planning (sosialisasi ISO 9001:2008 dan gap analysis) adalah
telah diselenggarakan In House Training ISO 9001:2008 dilaksanakan tanggal
26 s.d 28 Pebruari 2013, dengan trainer ahli SMM ISO 9001:2008 dari CV.
Radixa Argha Pratama dan Pusat Penganeka Ragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementan. Hasil dari tahap
planning adalah disamping pemahaman terhadap ISO 9001:2008 juga telah
disusunnya gap analysis yang digunakan sebagai pondasi penyusunan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di balai.
Pada tahap ini juga disusun draft Tim Ad Hoc SMM ISO 9001:2008
(bertanggung jawab menyusun dokumen mutu) dan draft Wakil Manajemen
Mutu ISO 9001:2008 (Tim Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008). Tahap
proses penerapan system manajemen Mutu ISO 9001:2008 selanjutnya adalah
tahap developing system dan implementasi. Pada tahap ini Tim Ad Hoc SMM
ISO 9001:2008 menyusun dokumen mutu dibawah bimbingan tenaga ahli dari
konsultan SMM ISO 9001:2008 Cv Radixa Arga Pratama Kegiatan
pendampingan penyusunan dokumen system mutu ISO 9001:2008
dilaksanakan dengan planing 90 hari yaitu mulai tanggal 30 Mei s.d 27 Agustus
2013. Hasil kegiatan, penyusunan dokumen system mutu dapat diselesaikan
lebih cepat yaitu dari planning 90 hari dapat diselesaikan dalam waktu 60 hari.
Dokumen system mutu ISO 9001:2008 disahkan pada tanggal 01-Juli 2013.
Dokumen system mutu diselesaiakn dengan beberapa tahap:1) Identifikasi
kebutuhan dokumen SMM ISO 9001:2008.2)Penetapan personil penyusun,
personel pencermat dan personel pengesah dokumen.3)Pendampingan
penyusunan Instruksi kerja mutu (IKM) dan penyusunan formulir mutu (FRM)
terkait.4)Pendampingan penyusunan Prosedur system mutu (PSM) dan
penyusunan formulir mutu (FRM) terkait5)Pendampingan penyusunan Manual
system mutu (MSM) dan penyusunan formulir mutu (FRM) terkait antara lain:
163
Struktur organisasi, Proses Bisnis, Kebijakan Mutu, Program dan rencana mutu,
Sasaran mutu, Job description personil penanggung jawab SMM dan acuan
silang dokumen Sistem mutu dan Persyaratan standar SMM ISO 9001:2008.6).
Proses pengesahan,distribusi dan pengendalian dokumen system mutu. Tahap
implementasi merupakan tahap menerapkan system manajemen mutu ISO
9001:2008 dalam proses manajemen di balai, sebagaimana yang telah
dituangkan dalam dokumen mutu. Sebelum menuju proses sertifikasi/akreditasi,
implementasi system manajemen mutu di BB-Vet Denpasar telah diterapakan
selama 3 bulan yaitu sejak disahkannya dokumen mutu (01 Juli 2013) sampai 11
Oktober 2013. Pasca tahap implementasi adalah tahap audit internal, yaitu
tahap untuk mengevaluasi apakah system manajemen mutu ISO 9001;2008
telah berjalan dengan baik atau tidak. Pada tahap ini disamping untuk
mengevaluasi sekaligus merupakan tahap untuk memperbaiki apa apa yang
belum berjalan sebagaimana mana mestinya seperti tertuang dalam dokumen
mutu. Proses audit internal dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 Oktober 2013.
Sebelum melaksanakan audit internal maka diselenggarakan In House training
audit internal ISO 9001:2008 terlebih dahulu. Kegiatan training dilaksanakan
agar personel terkait dalam system mutu ISO 9001:2008 memiliki kemampuan
dalam melaksanakan audit internal. Pada tahap audit internal disamping
dilaksanakan kegiatan audit sekaligus diikuti tindakan perbaikan sehingga
secara prinsip semua temuan yang ada setelah diperbaiki berstatus close .
Pasca audit internal maka tahap selanjutnya adalah tahap Rapat Tinjauan
Manajemen. Rapat Tinjauan manajemen dilaksankan pada 15 Nopember 2013.
Pada tahap ini mengulas hal hal yang terkait dengan hasil audit internal, tinjauan
terhadap dokumen mutu, rencana tindakan perbaikan dan sebagainya. Tahap
terkahir dari implementasi Sistem Mutu ISO 9001:2008 adalah tahap sertifikasi.
Sebelum memasuki tahap ini maka tahap audit internal dan tahap Rapat
Tinjauan Manajemen harus sudah tuntas dilaksanakan, termasuk tindakan
perbaikan dari temuan yang ada. Tahap sertifikasi dilaksanakan oleh lembaga
sertifikasi Sistem manajemen Mutu ISO 9001:2008. Lembaga ini sebagai
lembaga penjamin bahwa suatu organisasi secara benar dan sah telah
menerapkan Sistem Manajmen Mutu ISO 9001:2008. Sudah barang tentu untuk
menjamin bahwa suatu organisasi telah menerapkan system manajmen mutu,
maka terlebeih dahulu melalui proses yang dikenal dengan proses audit
164
sertifikasi yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi ISO 9001:2008. Untuk
proses sertifikasi di BB-Vet Denpasar dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi Tuv
Rheinland. Proses audit sertifikasi oleh TUV Rheinland di BB-Vet dilaksanakan
pada 26 s.d 27 Nopember 2013. Setelah melalui proses audit sertifikasi dan
diikuti tindakan perbaikan oleh BB-Vet Denpasar maka BB-Vet Denpasar
dinyatakan lulus audit sertifikasi dibuktikan dengan sertifikat ISO 9001:2008 No:
01 100 1327149 yang dikeluarkan oleh TUV Rheinland pada tanggal 26
Desember 2013, untuk menilai tingkat kepatuhan/konsistensi terhadap
implementasi SMM ISO 9001-2008, maka tiap tahun akan diadakan kegiatan
surveilans yang dilaksanakan oleh TUV Rheinland. Surveilans untuk tahun 2014
paling lambat dilakukan tanggal 25 Oktober. Resertifikasi/reakreditasi akan
dilaksanakan pada 26 Desember 2016. Sertifikat ISO 9001-2008 dapat dilihat
pada lampiran 12.
II.3. Bidang Program dan Evaluasi
Sesuai dengan Program / Kegiatan Direktorat Jenderal Petrnakan dan
Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian maka Program / Kegiatan BB-Vet
Denpasar tahun 2013 adalah Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan
Ketersediaan Pangan Asal Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal dengan
dua kegiatan, yaitu:
a. (1784) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular
Strategis dan Penyakit Zoonosis, dengan output kegiatan berupa:
a.1. 1784.024 Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya Kesehatan
Hewan;
a.2. 1784.032 Penguatan, Pengujian dan Penyidikan Veteriner;
a.3. 1784.035 Koordinasi Teknis;
a.4. 1784.036 Fasilitasi PNBP;
a.5. 1784.041 Administrasi Kegiatan dan Ketata Usahaan;
a.6. 1784.047 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis;
a.7. 1784.048 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax;
a.8. 1784.049 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera;
a.9. 1784.050 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan
Negara dan Antar Wilayah;
a.10. 1784.053. Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies;
165
a.11. 1784.054 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza;
a.12. 1784.055 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular;
a.13. 1784.056 Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi;
a.14. 1784.057 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter;
a.15. 1784.058 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral;
a.16. 1784.059 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial;
a.17. 1784.994 Layanan Perkantoran
a.18. 1784.998 Gedung dan Bangunan;
b. (1786) Penjaminan Pangan Asal Hewan yang Aman dan Halal serta
Pemenuhan Persyaratan Produk Non Pangan, dengan output kegiatan
berupa:
b.1. 1786.013 Peningkatan Pelayanan Teknis Pengujian Mutu Produk
Peternakan
b.2. 1786.015 Fasilitasi Peralatan Laboratorium Kesmavet
c.3. 1786.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi
Bidang Program dan Evaluasi terdiri dari 2 seksi yaitu Seksi Program dan Seksi
Evaluasi dan Pelaporan yang masing-masing melaksanakan tugas sesuai
dengan tupoksinya.
II.3.1. Seksi Program
Tahun anggaran 2013 Seksi Program, Bidang Program dan Evaluasi, BBVet
Denpasar melaksanakan kegiatan sebagai berikut :
II.3.1.1. Penyusunan Rencana Kerja serta Rencana Kerja dan AnggaranKementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2014
Rencana Kerja (Renja) Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2014
mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) BBVet Denpasar 2010-2014. Pagu
anggaran yang diajukan dalam Renja TA. 2014 sebesar Rp. 20.014.336.500,-
yang terdiri dari pagu anggaran untuk kegiatan Pengendalian dan
Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis
sebesar Rp. 18.177.861.500,- dan kegiatan Penjaminan Pangan Asal Hewan
166
yang Aman dan Halal serta Pemenuhan Persyaratan Produk Non Pangan
sebesar Rp. 1.836.475.000,-. Dalam rangka mewujudkan manajemen
pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil
maka Balai Besar Veteriner Denpasar memiliki target kinerja tahunan TA. 2014,
seperti tercantum pada Tabel 93. Dalam pembahasan anggaran Pra-Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (Pra-RKAK-L) lingkup Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tanggal 4-7 Juli 2013 di Kuta, Bali,
Balai Besar Veteriner Denpasar dalam tahun anggaran 2014 memperoleh pagu
indikatif sebesar Rp. 18.405.900.000,- dengan alokasi anggaran per
kegiatan/output kegiatan seperti tercantum pada Tabel 94. Output kegiatan
untuk tahun anggaran 2014 mengalami beberapa perubahan dibandingkan
dengan tahun anggaran 2013 melalui penambahan dan pengurangan output
kegiatan yang tentunya untuk mendukung pencapaian Program Pencapaian
Swasembada Daging Sapi dan Ketersediaan Pangan Asal Hewani yang Aman,
Sehat, Utuh dan Halal dengan hasil yang maksimal.
Tabel 93.Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar, TA 2014
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target(1) (2) (3)
1. Pengujian dan PenyidikanVeteriner
Terlaksananya pengujian dan penyidikanveteriner
15.000 sampel
2. Surveilans dan Monitoring Terlaksananya surveilans dan monitoringpenyakit hewan
42.102 sampel
a. Surveilans dan monitoringRabies
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Rabies
-
- Deteksi antibodi Rabies - 1.000 sampel
- Deteksi antigen Rabies - 1.120 sampel
b. Surveilans dan monitoringAvian Influenza
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Avian Influenza
2.750 sampel
c. Surveilans dan monitoringHog Cholera
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Hog Cholera
1.364sampel
d. Surveilans dan monitoringpenyakit Jembrana
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Jembrana
7.005 sampel
e. Surveilans dan monitoringpenyakit PMK
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit PMK
500 sampel
f. Surveilans dan monitoringPenyakit IBR
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit IBR
500 sampel
167
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target(1) (2) (3)
g. Evaluasi PembebasanBrucellosis di P. Sumba
Terealisasinya evaluasi Brucellosis diPulauSumba
6.600 sampel
h. Surveilans dan monitoringPenyakit Brucellosis di daerahbebas NTB
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Brucellosis di daerah bebasNTB
6.900 sampel
i. Surveilans dan monitoringAnthrax
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Anthrax
2.400 sampel
j. Surveilans dan monitoringpenyakit SE
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit SE
6.000 sampel
k. Surveilans dan monitoringpenyakit Surra
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Surra
1.541 sampel
l. Surveilans dan monitoringpenyakit parasitgastrointestinal
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit parasit gastrointestinal
1.222 sampel
m. Surveilans dan monitoringBSE
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit BSE
500 sampel
n. Surveilans dan monitoringpenyakit gangguan reproduksi
Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit gangguan reproduksi
500 sampel
3. Peningkatan PelayananTeknis Pengujian ProdukPeternakan
Terlaksananya pelayanan teknispengujian produk peternakan
2.200 sampel
4. Layanan Perkantoran Terlaksananya kegiatan layananperkantoran
12 bulan
Tabel 94.Rincian Anggaran Pagu Indikatif Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun
Anggaran 2014 (dalam ribuan rupiah)
Belanja BarangGaji
Operasional Non Operasional PNBPModal Jumlah
4.420.840 2.302.260 5.957.120 135.000 5.590.680 18.405.900
II.3.1.2. Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembagadan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
Pasal 10 PP No. 90 tahun 2010 tentang penyusunan RKAK-L dinyatakan bahwa
RKAK-L sebagai bahan penyusunan RUU tentang APBN setelah terlebih dahulu
168
ditelaah dalam forum penelahaan antara Kementerian/Lembaga (K/L) dengan
Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional. Proses penelahaan RKAK-L merupakan proses dialog/klarifikasi/diteliti
bagaimana dokumen RKAK-L beserta dokumen pendukungnya ditelaah
kesesuaiannya. Balai Besar Veteriner Denpasar beserta Unit Pelaksana Teknis
(UPT) lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian
melaksanakan finalisasi RKAK-L pada tanggal 20-22 September 2013 di Bogor,
Jawa Barat. Finalisasi sekaligus penelahaan RKAK-L dilaksanakan dengan
Subag Anggaran, Bagian Perencanaan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian. Selanjutnya Subag Anggaran, Bagian
Perencanaan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian
melanjutkan penelahaan dengan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian
Keuangan. Pagu definitif anggaran Balai Besar Veteriner Denpasar tahun
anggaran 2014 setelah finalisasi/penelahaan disajikan pada Tabel 95.
Tabel 95.Pagu Anggaran Program/Kegiatan/Output Kegiatan
Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2014
Kode Program/Kegiatan/Output Volume/Satuan
Jumlah(Rp)
1 2 3 4
018.06.09Program Pencapaian Swasembada DagingSapi dan Ketersediaan Pangan AsalHewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal
18.583.900.000
1784Pengendalian dan PenanggulanganPenyakit Hewan Menular Strategis danPenyakit Zoonosis
9.649.930.000
1784.024 Penguatan Kelembagaan dan SumberdayaKesehatan Hewan 3 laporan 336.400.000
1784.032 Penguatan, Pengujian dan PenyidikanVeteriner 7 laporan 524.486.000
1784.035 Koordinasi Teknis 5 laporan 866.430.0001784.036 Fasilitasi PNBP 1 laporan 135.000.0001784.037 Pengadaan Sarana dan Prasarana 36 unit 1.752.500.0001784.041 Administrasi Kegiatan dan Ketata Usahaan 2 laporan 182.100.000
1784.047 Penyidikan dan Pengujian PenyakitBrucellosis 12.300 sampel 649.856.000
1784.048 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 2.400 sampel 177.220.000
169
Kode Program/Kegiatan/Output Volume/Satuan
Jumlah(Rp)
1 2 3 4
1784.049 Penyidikan dan Pengujian Penyakit HogCholera 1.364 sampel 210.220.000
1784.050 Penyidikan dan Pengujian Penyakit EksotikPerbatasan Negara dan Antar Wilayah 500 sampel 167.620.000
1784.053 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies 2.120 sampel 304.020.000
1784.054 Penyidikan dan Pengujian Penyakit AvianInfluenza 5.750 sampel 325.270.000
1784.055 Surveilans Investigasi Wabah PenyakitHewan Menular 150 sampel 203.200.000
1784.056 Penyidikan dan Pengujian GangguanReproduksi 500 sampel 110.520.000
1784.057 Penyidikan dan Pengujian PenyakitParasiter 2.763 sampel 157.376.000
1784.058 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral 7.505 sampel 415.312.000
1784.059 Penyidikan dan Pengujian PenyakitBakterial 6.000 sampel 221.220.000
1784.061 Surveilans Penyakit Hewan di UPTPerbibitan - 313.000.000
1784.995 Kendaraan Bermotor 1 unit 334.670.0001784.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 12 unit 156.500.0001784.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 31 unit 100.242.0001784.998 Gedung/Bangunan 324 M2 2.006.768.000
1786Penjaminan Pangan Asal Hewan yangAman dan Halal serta PemenuhanPersyaratan Produk Hewan Non Pangan
1.603.780.000
1786.013 Peningkatan Pelayanan Teknis PengujianMutu Produk Peternakan 2.200 sampel 367.780.000
1786.015 Fasilitasi Peralatan Laboratorium Kesmavet 1 Paket 1.240.000.000
1787 Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Lainnya Ditjen Peternakan 7.330.190.000
1787.007Perumusan Kebijakan PerencanaanPembangunan Peternakan dan KesehatanHewan
2 laporan 72.000.000
1787.008Evaluasi Pelaksanaan KebijakanPembangunan Peternakan dan KesehatanHewan
2 laporan 132.350.000
1787.009 Pengelolaan dan Pelaporan Keuanganserta Penatausahaan Barang Milik Negara 2 laporan 89.740.000
1787.994 Layanan Perkantoran 12 bulan 7.036.100.000
Rekapitulasi pagu definitif anggaran Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun
Anggaran 2013 disajikan pada Tabel 96.
Tabel 96.Rincian Rekapitulasi Pagu Definitif Anggaran Balai Besar Veteriner
Denpasar Tahun Anggaran 2014 (dalam ribuan rupiah)Belanja Barang
Kode BelanjaPegawai Operasional Non Operasional
Modal Jumlah
Rupiah Murni 4.420.840 2.615.260 5.822.120 5.590.680 18.448.900
PNBP - - 135.000 - 135.000
Jumlah 4.420.840 2.615.260 5.957.120 5.590.680 18.583.900
170
Format Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun anggaran 2014 tidak
mengalami perubahan. Dari segi wujudnya DIPA tahun 2014 seperti halnya
DIPA tahun 2013 terdiri atas DIPA Induk dan DIPA Petikan. DIPA Induk
merupakan akumulasi/rangkuman dari DIPA milik satuan kerja (satker) yang
disusun oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk satu unit eselon I. DIPA Induk
ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal/Sestama/Sekretaris/Pejabat eselon I
sebagai penanggungjawab program dan memiliki alokasi anggaran. Dalam DIPA
Induk ini Dirjen Anggaran membubuhkan tanda tangan sebagai tanda
pengesahan atas dokumen DIPA. Pada DIPA Petikan yang diperuntukan bagi
satker tidak diperlukan tanda tangan basah. Namun keabsahan DIPA Petikan
tetap dapat terjamin karena melalui otomatisasi sistem. Pada setiap DIPA
Petikan akan diberikan digital stamp.
II.3.1.3. Estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2014.
Pada dasarnya, penerimaan negara terbagi atas 2 jenis penerimaan, yaitu
penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak yang disebut penerimaan
negara bukan pajak (PNBP). Menurut UU no. 20 tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP adalah seluruh penerimaan
Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Dalam
menyusun estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun Anggaran
2014 Balai Besar Veteriner Denpasar menargetkan penerimaan sebesar Rp.
350.000.000 yang terdiri dari penerimaam umum sebesar Rp. 10.000.000,- dan
fungsional sebesar Rp. 340.000.000,-.Target pendapatan satuan kerja Balai
Besar Veteriner Denpasar tahun anggaran 2014 disajikan pada Tabel 97.
Tabel 97.Target Pendapatan PNBP BB-Vet Denpasar tahun 2014.
Kode Kegiatan/Sumber Pendapatan/Akun Pendapatan Jumlah 2013(Rp.)
018.06.09Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi danKetersediaan Pangan Asal Hewani yang Aman, Sehat, Utuh danHalal
1784 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan MenularStrategis dan Penyakit Zoonosis1. Umum
423141 Pendapatan sewa / sewa rumah dinas 8.000.000423142 Pendapatan sewa gedung bangunan dan gudang 2.000.000
2. Fungsional423216 Pendapatan jasa pekerjaan / fungsional 340.000.000
Jumlah = 350.000.000
171
II.3.1.4. Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan PetunjukOperasional Kegiatan Tahun 2013.
Revisi Anggaran adalah perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran
dalam Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) dan/atau Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Revisi DIPA Tahun Anggaran 2013 pada Balai
Besar Veteriner Denpasar bertujuan untuk penyempurnaan, efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada balai. Revisi DIPA
2013 terdiri dari:
1. Revisi DIPA yang memerlukan persetujuan/pengesahan dari Kepala Kantor
Wilayah XX Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bali.
a. Perubahan pejabat Bendahara Pengeluaran pada Balai Besar Veteriner
Denpasar dari Ni Putu Selateri ke I Nyoman Sujana.
b. Revisi pemberian tanda bintang (diblokir) pada akun 1784.035, 1784.041
dan 1786.015 terkait penghematan anggaran/keuangan Negara.
c. Revisi pengapusan akun yang telah diberitanda bintang pada revisi
sebelumnya, sekaligus pemotongan anggaran untuk penghematan
anggaran/keuangan Negara.
2. Revisi POK yang merupakan kewenangan dari Kuasa Pengguna Anggaran
Balai Besar Veteriner Denpasar.
a. Revisi POK pada DIPA Tahun Anggaran 2013 pada Program Pencapaian
Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani
yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal pada beberapa Akun dalam
kegiatan/output/suboutput/komponen/subkomponen rincian belanja yang
merupakan kewenangan KPA/Satker untuk pergeseran komponen input
guna kebutuhan biaya operasional.
b. Revisi dengan pergeseran pada beberapa Sub Komponen/Akun dalam
Keluaran (Output) Pembayaran Gaji dan Tunjangan untuk menutupi
kekurangan biaya pada akun belanja tunjangan pembulatan gaji,
tunjangan anak dan tunjangan fungsional dengan petikan DIPA tidak
berubah.
c. Revisi dengan pergeseran pada beberapa Sub Komponen/Akun dalam
Keluaran (Output) Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya,
Koordinasi Teknis, Administrasi Kegiatan dan Ketatausahaan, Penyidikan
172
dan Pengujian Penyakit Hog Cholera, Penyidikan dan Pengujian Penyakit
Rabies, Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza, Penyidikan
dan Pengujian Penyakit Gangguan Reproduksi, dan Layanan
Perkantoran, untuk menutupi kekurangan biaya pada Sub
Komponen/Akun belanja dengan petikan DIPA tidak berubah.
II.3.1.5. Kegiatan Lainnya1. Kegiatan kerja sama pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa kegiatan
penyidikan, pengujian veteriner dan produk hewan serta pengembangan
teknik dan metode penyidikan dan penguian veteriner telah disusun dan
ditindaklanjuti dengan melakukan kerjasama antara Balai Besar Veteriner
Denpasar dengan berbagai pihak antara lain :
No. Jenis Kerjasama Instansi No. Surat Kerjasama(MoU)
Tanggal
1 Pengambilan danpemeriksaan/pengujiansampel sapi dan kerbauuntuk PemberantasanBrucellosis di Sumba
DinasPeternakanse PulauSumba
19011/KU.3.2/F.11/02/2013
19 Pebruari2013
2 Magang, koass danpenelitian mahasiwa
FKH Univ.Udayana
871/HK.340/F5.F/03/2012
1 Maret 2012
3 Kerjasama pengujianpenyakit BVD pada sapi
Kepala SKPKelas IIEnde
05046/HK.7/F.11/07/2013
5 Juli 2013
4 Kerjasama pengujiansampel swab kloaka ayamterhadap AI
Kepala SKPKelas IMataram
180/8/HK.7/F.11/07/2013
18 Juli 2013
2. Menghadiri beberapa kegiatan yang terkait dengan perencanaan program,
rencana kerja dan anggaran antara lain :
a. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada tanggal 6-8 Juni 2013
di Malang, Jawa Timur;
b. Sosialisasi Draft RKAKL pada tanggal 27-28 Juni 2013 di Kuta, Badung,
Bali;
c. Apresiasi Perencanaan pada tanggal 23-25 Oktober 2013 di Yogyakarta;
d. Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Penganggaran
Berbasis Kinerja di UPT Kementerian Pertanian TA 2014 pada tanggal 6-
8 Nopember 2013 di Yugyakarta.
Hasil kegiatan tersebut telah disampaikan dalam laporan perjalanan dinas
tersendiri.
173
II.3.2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Seksi Evaluasi dan Pelaporan pada Bagian Program dalam tahun 2013 adalah
melaksanakan kegiatan evaluasi dan menyusun laporan sebagai berikut :
II.3.2.1. Realisasi Fisik dan Keuangan.
Menyusun laporan realisasi fisik dan keuangan pelaksanaan kegiatan BB-Vet
setiap bulan yang harus dikirim setiap awal bulan paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya. Laporan ini dikirim ke Dinas Peternakan Provinsi Bali dan akan
dikompilasi lagi menjadi laporan sektor peternakan Provinsi Bali yang
disampaikan ke Gubernur Bali. Laporan BB-Vet Denpasar dikirim setiap bulan
dengan tepat waktu yaitu dapat dikirim dibawah tanggal 10, realisasinya dapat
dilihat dalam tabel 98.
Tabel 98.Pengiriman Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan
BB-Vet Denpasar Tahun 2013
Nomor Laporan Bulan Tanggal Pengiriman Keterangan
1. Januari 2013 5 Pebruari 2013 Tepat Waktu
2. Pebruari 2032 4 Maret 2013 Tepat Waktu
3. Maret 2013 10 April 2013 Tepat Waktu
4. April 2013 2 Mei 2013 Tepat Waktu
5. Mei 2013 3 Juni 2013 Tepat Waktu
6. Juni 2013 3 Juli 2013 Tepat Waktu
7. Juli 2013 2 Agustus 2013 Tepat Waktu
8. Agustus 2013 10 September 2013 Tepat Waktu
9. September 2013 2 Oktober 2013 Tepat Waktu
10. Oktober 2013 7 Nopember 2013 Tepat Waktu
11. Nopember 2013 5 Desember 2013 Tepat Waktu
12. Desember 2013 9 Januari 2014 Tepat Waktu
Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelaporan realisasi fisik dan
keuangan BB-Vet Denpasar tahun 2013 telah berjalan dengan baik.
174
II.3.2.2 Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV)
Laporan SIMONEV BB-Vet Denpasar disusun sesuai dengan program aplikasi
yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan. SIMONEV ini dibuat sesuai dengan kemajuan pelaksanaan
program/kegiatan Balai Besar yang diambil dan dinput dari SP2D Keuangan.
Pengiriman laporan ini diwajibkan setiap bulan paling lambat setiap tanggal 10
bulan berikutnya ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
melalui E: mail . Dari tabel dibawah ini pengiriman laporan SIMONEV BB-Vet
Denpasar tahun 2013 telah berjalan dengan baik yaitu dikirim setiap bulan
dibawah tanggal 10. Daftar pengiriman laporan SIMONEV dapat dilihat dalam
tabel 99.
Tabel 99.Daftar Pengiriman Laporan SIMONEV BB-Vet Denpasar Tahun 2013
Nomor Laporan Bulan Tanggal Pengiriman Keterangan
1. Januari 2013 5 Pebruari 2013 Tepat Waktu
2. Pebruari 2032 4 Maret 2013 Tepat Waktu
3. Maret 2013 10 April 2013 Tepat Waktu
4. April 2013 2 Mei 2013 Tepat Waktu
5. Mei 2013 3 Juni 2013 Tepat Waktu
6. Juni 2013 3 Juli 2013 Tepat Waktu
7. Juli 2013 2 Agustus 2013 Tepat Waktu
8. Agustus 2013 10 September 2013 Tepat Waktu
9. September 2013 2 Oktober 2013 Tepat Waktu
10. Oktober 2013 7 Nopember 2013 Tepat Waktu
11. Nopember 2013 5 Desember 2013 Tepat Waktu
12. Desember 2013 9 Januari 2014 Tepat Waktu
175
II.3.2.3 Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Program/Kegiatan PembangunanPeternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013
Instrumen Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Peternakan dan
KesehatanHewan tahun 2013 telah diiisi dan divalidasi serta diterima tepat
waktu oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang
dikerjasamakan dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat UGM Yogyakarta.
Dan untuk Balai Besar Veteriner Denpasar Monitoring dan Evaluasi Tahun 2013
dilakukan oleh Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana sesuai dengan
Surat Perjanjian Kerjasama Swakelola antara Balai Besar Veteriner Denpasar
nomor: 22022/HK.7.0/F11/08/2013 dengan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana Nomor: 729a/UN.14.9/PP.04/2013 tanggal 22 Agustus
2013. Hasil MONEV dimaksud telah dibuat dalam bentuk laporan dan telah
dikirim susuai Surat Pengantar nomor: ………/RC.4.1/F.11/01/2014, tanggal …
Januari 201, pada tanggal 3 Januari 2014. Laporan Monitoring dan Evaluasi
Pembangunan Peternakan dan Kesehata Hewan Balai Besar Veteriner
Denpasar tahun 2013, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
laporan tahunan ini.
II.3.2.4 Penyusunan Laporan Tahunan, Laporan Teknis dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
Penyusunan laporan tahunan Balai adalah merupakan laporan akhir tahun
kegiatan yang melaporkan seluruh kegiatan yang dilaksanakan Balai Besar
Veteriner Denpasar baik dari segi administrasi, Pengujian, Monitoring dan
surveilans, Sumberdaya manusia, dan keuangan serta hasil pengujian.
Penyusunan laporan teknis merupakan laporan yang disusun dan kompilasi dari
seluruh hasil pengujian yang dilaksanakan berdasarkan dari monitoring,
surveilans dan investigasi yang dilakukan.
176
Penyusunan LAKIP tahun 2013, adalah merupakan laporan akhir dari
pertanggungjawaban kinerja yang telah dilaksanakan dalam tahun 2013 dengan
menggambarkan faktor penunjang dan faktor penghambat serta capaian input
dan output serta permasalahan yang ditemui.
Seluruh laporan ini tentunya belum sempurna namun masih perlu
penyempurnaan pada beberapa bagian masukan dan petunjuk selanjutnya
sangat kami harapkan untuk perbaikan kami kedepan. Laporan ini jika telah
selesai dibuat akan dikirim ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan serta instansi terkait, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Laporan Tahunan, Laporan Teknis dan Laporan LAKIP dibuat tersendiri dan
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan tahunan ini.
177
BAB IIIPERMASALAHAN PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SASARAN,
PROGRAM / KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN 2012
Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan dan pencapaian sasaran yang
telah ditentukan adalah :
1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk melakukan surveilans untuk bisa
mencakup seluruh kabupaten kota yang ada di wilayah kerja BB-Vet
Denpasar. Wilayah kerja BB-Vet Denpasar meliputi 3 provinsi yaitu Provinsi
Bali,NTB, dan NTT. Provinsi NTB dan NTT mempunyai wilayah Kabupaten
yang sangat luas sehingga untuk menjangkau seluruh kabupaten diperlukan
biaya yang sangat besar tertutama untuk biaya surveilans, monitoring dan
investigasi.
2. Pengadaan beberapa bahan kimia yang spesifik untuk pengujian
dilaboratorium memerlukan waktu indent.
3. Komunikasi dengan pihak yang terkait diwilayah kerja, terutama dengan
Provinsi NTB dan NTT yang mempunyai wilayah sangat luas dan jarak
antara kabupaten yang satu dengan yang lainnya sangat berjauhan serta
sarana komunikasi dan transportasi sangat terbatas sehingga menyulitkan
dalam melaksanakan koordinasi.
4. Kesulitan untuk mendapatkan sampel rabies berupa serum anjing dan otak
anjing. Untuk pelaksanaan surveilans rabies di Bali kesulitan untuk
mendapatkan serum anjing dan otak anjing karena sebagian besar wilayah
Bali telah melakukan eliminasi terhadap anjing-anjing liar dan anjing yang
diduga terinfeksi virus rabies.
178
BAB IVTINDAK LANJUT DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH
Tindak lanjut dan upaya pemecahan masalah yang dihadapi BB-Vet Denpasar
tahun 2013 adalah :
1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk BB-Vet Denpasar Tahun 2013
ditindak lanjuti dengan mengadakan sampling dalam pemilihan lokasi
pengambilan sampel dan dilakukan dengan terpadu dan terintegrasi dengan
mempertimbangkan hasil kajian serta kaidah kaidah epidemologi terhadap
penyakit yang akan disurvei.
2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa berupa bahan kimia habis pakai agar
dilakukan diawal tahun, dengan pertimbangan agar pengadaan bahan yang
indent bias cepat terealisasi .
3. Kesulitan dalam komunikasi dengan Dinas yang menangani bidang
peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten / Kota di Provinsi NTB dan
NTT diatasi dengan melaksanakan rapat koordinasi setiap tahun diawal
tahun sebelum surveilans dilaksanakan. Disamping itu BB-Vet Denpasar
juga melaksanakan komunikasi informal dengan para petugas kesehatan
hewan di lapangan baik melalui hand phone maupun e-mail serta surat.
4. Kesulitan mendapatkan sampel rabies berupa serum anjing diatasi dengan
frekuensi ke lapangan di perbanyak, dan daerah yang diambil adalah
daerah yang masih banyak populasi anjingnya di kabupaten / Kota tersebut.
179
BAB VPENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Kegiatan Teknis BB-Vet Denpasar tahun 2013 telah berjalan dengan baik
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Kegiatan Surveilans penyakit hewan di BB-Vet Denpasar telah berjalan
dengan baik dan telah disusun laporannya. Beberapa kegiatan surveilans
yang tidak disediakan dananya telah dilaksanakan secara terintegrasi
dengan surveilans penyakit lain.
3. Kegiatan administrasi dan manajemen pada BB-Vet Denpasar telah berjalan
dengan baik sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
4. Capaian serapan anggaran Tahun 2013 mencapai 86.73%. Serapan tidak
mencapai 100% disebabkan karena terjadinya efesiensi penggunaan
anggaran karena adanya pengambilan sampel yang terpadu dan
terintegrasi, dan beberapa pengadaan barang/jasa yang nilai penawarannya
sangat kompetitif, yaitu rehab bangunan Gedung Serba Guna serta
terjadinya effisiensi dalam penggunaan listrik, telepon dan air. Disamping itu
juga, tidak ada penggantian hewan yang positif brucellosis dalam rangka
pemberantasan bruceloosis di pulau Sumba.
5. Masih lemahnya sumberdaya manusia BB-Vet Denpasar dibidang
administrasi dalam penguasan teknologi khususnya dalam mengaplikasikan
program aplikasi dan penguasaan Microsoft office.
180
V.2. Saran-saran
1. Alih generasi di BB-Vet Denpasar Perlu dilaksanakan dengan penambahan
personalia baik untuk teknis maupun administrasi karena saat ini jumlah
personalia masih kurang dan banyak pegawai yang umurnya sudah
mendekati batas usia pensiun.
2. Lemahnya sumberdaya manusia BB-Vet dibidang administrasi dalam
penguasan teknologi khususnya dalam mengaplikasikan program aplikasi
dan penguasaan Microsoft office.
3. Perlunya diberikan diklat bagi medik veteriner dan paramedik veteriner ke
laboratorium referensi dan rujukan dalam penguasaan teknologi dan metoda
pengujian.
4. Dana untuk kegiatan surveilans penyakit perlu ditingkatkan agar dapat
menjangkau lebih banyak Kota / Kabupaten yang ada di wilayah kerja BB-
Vet Denpasar terutama di Provinsi NTB dan NTT.
5. Pencairan dana Anggaran Belanja Negara untuk surveilans, monitoring dan
lain-lain agar dijadwalkan dengan baik dan diharapkan bulan nopember
kegiatan surveilans dan monitoring sudah bisa selesai dan terealisasikan.
Revisi dan perubahan kegiatan sedapat mungkin dipercepat paling lambat
bulan April agar pelaksanaan kegiatan yang sifatnya kontraktual mempunyai
ruang waktu yang lebih memadai.