balai besar veteriner denpasar tahun...

201
KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN BALAI BESAR VETERINER DENPASAR Jalan Raya Sesetan No. 266 Denpasar 80223 Bali 2014 LAPORAN TAHUNAN BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013

Upload: vanhuong

Post on 13-Mar-2019

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

KEMENTERIAN PERTANIANDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN

DAN KESEHATAN HEWANBALAI BESAR VETERINER DENPASAR

Jalan Raya Sesetan No. 266Denpasar 80223 Bali

2014

LAPORAN TAHUNANBALAI BESAR VETERINER DENPASAR

TAHUN 2013

Page 2: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rakhmat

yang telah diberikan sehingga penyusunan Laporan Tahunan Balai Besar

Veteriner Denpasar dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan

ini memuat kegiatan Balai selama satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal

1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember 2013.

Balai Besar Veteriner (BB-Vet) Denpasar adalah Unit Pelaksana Teknis

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, memiliki wilayah kerja

yang meliputi tiga provinsi yaitu : Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat

(NTB) dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara umum dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya pada dasarnya adalah untuk meningkatkan

derajat kesehatan hewan serta produk asal hewan yang aman, sehat utuh dan

halal (ASUH), dalam rangka pembangunan nasional dibidang peternakan dan

kesehatan hewan. Secara khusus BB-Vet Denpasar memberikan pelayanan

secara aktif ke lapangan dan pelayanan pengujian di laboratorium.

Selama tahun 2013, BB-Vet Denpasar telah melakukan kegiatan aktif

di lapangan berupa monitoring, surveilans, investigasi, penyidikan terhadap

beberapa penyakit hewan menular strategis dan penyakit hewan lainnya yang

dilaksanakan di tiga provinsi di wilayah kerja BB-Vet Denpasar.

Jumlah spesimen yang diuji selama tahun 2013 sebanyak 60.415 yang terdiri

dari spesimen pasif (sepsimen yang dikirim atau dibawa pelanggan) sebanyak

35.278 dan spesimen aktif (spesimen yang diambil sendiri oleh Balai

ke lapangan sebanyak 25.137.

Page 3: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

ii

Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

Laporan Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar dengan senang hati diterima.

Selain untuk kepentingan administratif, diharapkan laporan ini ada manfaatnya

bagi kepentingan peningkatan dan pengembangan kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner khususnya diwilayah kerja.

Akhirnya kepada staf dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian

Laporan Tahunan ini, diucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, Januari 2014

Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar,

Drh. I Ketut Diarmita, MP.NIP. 19621231 198903 1 006

Page 4: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. iii

DAFTAR TABEL………………………………………………………………… x

DATAR GAMBAR………………………………………………………………. xv

DAFTAR GRAFK……………………………………………………………….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. xviii

DAFTAR FORM………………………………………………………………… xix

LAPORAN TAHUNAN BALAI BESAR VETERINER DENPASAR,

TAHUN 2013 …………………….……………………………………………… 1

BAB. I PENDAHULUAN……………………………………………………. 1

I.1 Latar Belakang ……………………………………………….. 1

I.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi……………………………

I.1.2 Struktur Organisasi………………………………….

3

4

I.2 Tujuan…………………….…………………………………… 6

I.3 Ruang Lingkup…….…………………………………………. 6

I.3.1 Laporan Teknis……………………………………… 6

I.3.2 Kegiatan Administrasi dan Manajemen………….. 6

I.3.3 Kegiatan Penunjang Lainnya……………………… 7

I.3.3.1. Kerjasama dengan Universitas…………. 7

I.3.3.2. Kerjasama Pengembilan dan

Pemeriksaan/Pengujian Sampel Darah

Sapi/Kerbau dalam rangka

pemberantasan Penyakit Brucellosis di

Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur …. 7

1.3.3.3. Kerja sama dengan Balai Pembibitan

Ternak Unggul dan Hijauan Pakan

Ternak (BPTUHPT) Denpasar………….. 8

I.3.3.4. Kerjasama dengan Balai Karantina

Pertanian………………………………….. 8

Page 5: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

iv

1.3.3.5. Kerjasama dengan BB-Vet, BPPV di

Indonesia, BBPMSOH dan

PUSVETMA………………………………. 9

1.3.3.6. Kerjasama dengan Dinas Peternakan

Provinsi Sumatera Barat………………… 9

1.3.3.7. Kerjasama dengan Balai Rumah Sakit

Hewan dan Laboratorium Veteriner,

Dinas Peternakan Provinsi NTB………… 10

1.3.3.8. In House Training ISO 9001-2008........... 10

1.3.3.9. In House Training ISO/IEC 17025........... 12

1.3.3.10. Workshop Peningkatan Kompetensi

Lab. Tipe B dan C di Denpasar............... 14

1.3.3.11. Workshop Peningkatan Kompetensi

Lab. Bakteriologi BB-Vet dan BPPV

Nasional................................................... 15

1.3.3.12. In House Training Medik Veteriner.......... 16

1.3.3.13. In House Traing Paramedik veteriner...... 17

1.3.3.14. Training Petugas laboratorium dari

Pulau Sumba untuk uji Penyakit

Brucellosis............................................... 20

1.3.3.15. Diseminasi Pemberantasan Brucellosis

di Pulau Sumba....................................... 21

1.3.3.16. Rakor Keswan Wilker Bali-Nusra di

Mataram.................................................. 23

1.3.3.17. Rapat Koordinasi awal Pemberantasan

Brucellosis di Pulau Sumba, NTT............ 24

1.3.3.18. Rapat Evaluasi I Program

Pemberantasan Brucellosis di Pulau

Sumba, NTT............................................ 25

1.3.3.19. Rapat Evaluasi Akhir Program

Pemberantasan Brucellosis di Pulau

Sumba, NTT............................................ 26

Page 6: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

v

BAB. II PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN, PENCAPAIAN

SASARAN TAHUN 2012…………………………………………… 28

II.1 Bidang Pelayanan Veteriner………………………………… 28

II.1.1 Seksi Pelayanan Teknik……………………………. 28

II.1.1.1 Kegiatan Penyidikan Penyakit Hewan…. 28

II.1.1.1.1. Investigasi AI di Yangapi,

Dusun Kalanganyar,

Kecapatan Tembuku Kab.

Bangli……… 30

II.1.1.1.2. Investigasi Kasus Kematian

Sapi Br. Juwuklegi Desa

Batunya, Kecamatan Baturiti,

Kabupaten Tabanan………… 30

II.1.1.1.3. Investigasi Kasus Kematian

Sapi di Desa Sambirenteng

Kecamatan Tejakula,

Kabupaten Buleleng.……… 31

II.1.1.1.4. Investigasi AI di Desa

Barejulat, Kecamatan

Jonggat, Kabupaten Lombok

Tengah…………. 32

II.1.1.1.5. Investigasi AI di Desa

Kalijaga, Kecamatan Aikmel,

Kabupaten Lombok Timur..... 32

II.1.1.1.6. Investigasi Khusus

Pengamatan Terhadap

Penyakit Jembrana dan

Brucellosis Pada Sapi Bali di

Lingkungan Tanjung, Desa

Klatak Kecamatan Kalipuro,

Kabupaten Banyuwangi…… 33

Page 7: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

vi

II.1.1.2 Monitoring Penyakit Hewan…………….. 33

II.1.1.2.1 Monitoring penyakit mulut

dan

kuku……………………......

34

II.1.1.2.2 Monitoring bovine spongiform

enchephalopathy (BSE)…….. 36

II.1.1.2.3. Monitoring penyakit

anthraks……………………….. 37

II.1.1.2.4 Monitoring rabies…………….. 42

II.1.1.2.5 Monitoring brucellosis ……...... 44

II.1.1.3 Surveilans Penyakit Hewan……………….. 47

II.1.1.3.1 Surveilans brucellosis di

Provinsi NTT………………….. 48

II.1.1.3.2 Surveilans septeciamiae

epizootica (SE)………………. 49

II.1.1.3.3 Surveilans penyakit

Jembrana……………………… 54

II.1.1.3.4 Surveilans infectious bovine

rhinotraechitis (IBR)…………. 56

II.1.1.3.5 Surveilans hog cholera…… 60

II.1.1.3.6 Surveilans Avian Influenza

(AI)…………………………... 65

II.1.1.3.7 Surveilans parasit

gastrointestinal…………….. 70

II.1.1.3.8 Surveilans penyakit surra… 72

II.1.1.3.9 Surveilans residu dan

cemaran mikroba………….. 74

II.1.1.3.10 Surveilans gangguan

reproduksi pada ternak

sapi potong………………… 82

Page 8: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

vii

II.1.1.4 Pengembangan Metoda………………… 89

II.1.1.4.1 Pengembangan Metode

(Tahap I) Uji Real Time PCR

Untuk Mendeteksi Virus c-

DNA Virus Penyakit Jembrana

Pada Sapi Bali......................... 89

II.1.1.4.2 Pengembangan Metode

Indirect Fluorescent Antibody

Test (Indirect FAT) Rabes

Dengan Menggunakan

Aantibodi Monoklonal Isolat

Lapangan (1266) di Balai

Besar Veteriner Denpasar….. 103

II.1.1.5 Hewan Percobaan………………………... 117

II.1.1.6 Penguatan Jejaring Laboratorium………. 117

II.1.1.7 Pemberian Layanan Teknis

Laboratorium Veteriner………………….. 119

II.1.2 Seksi Informasi Veteriner………………………….. 120

II.1.2.1 Sampel yang Diiterima dan Diuji dalam

Tahun 2013……………………………….. 120

II.1.2.2 Akreditasi Laboratorium…………………. 128

II.1.2.3 Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID)……………………... 129

II.2 Bagian Umum………………………………………………… 131

II.2.1 Sub Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha……… 131

II.2.1.1 Kepegawaian …………………………….. 132

II.2.1.1.1 Jumlah dan klasifikasi

pegawai…………………… 132

II.2.1.1.2 Kepangkatan……………… 132

II.2.1.1.3 Jabatan……………………. 132

II.2.1.1.4 Masa kerja………………… 134

II.2.1.1.5 Pelatihan pegawai……….... 134

Page 9: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

viii

II.2.1.1.6 Pendidikan…………………. 134

II.2.1.1.7 Ujian dinas dan ujian

sertifikasi……………………. 135

II.2.1.1.8 Mutasi/alih tugas…………… 136

II.2.1.1.9 Pelantikan dan

penyumpahan……………… 136

II.2.1.1.10 Penggajian…………………. 137

II.2.1.1.11 Kesejahteraan……………… 137

II.2.1.1.12 Pemberhentian dan masa

persiapan pensiun (MPP).... 138

II.2.1.1.13 Cuti………………………….. 138

II.2.1.1.14 Calon pegawai negeri sipil

(CPNS)……………………... 138

II.2.1.1.15 Pengangkatan pegawai

negeri sipil (PNS)………….. 139

II.2.1.1.16 Daftar usulan penetapan

angka kredit………………... 139

II.2.1.1.17 Penerimaan penghargaan dan

satya lencana karya satya…… 139

II.2.1.1.18 Penyumpahan pegawai

negeri sipil (PNS) dan

penandatanganan pakta

integritas………………….... 140

II.2.1.2 Ketata Usahaan………………………….. 140

II.2.1.2.1 Surat menyurat……………. 140

II.2.1.2.2 Kegiatan rapat dan seminar… 141

II.2.1.2.3 Kunjungan tamu…………… 142

II.2.2 Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan…. 142

II.2.2.1 Tanah……………………………………… 142

II.2.2.2 Bangunan…………………………………. 143

II.2.2.3 Kendaraan……………………………….. 144

II.2.2.4 Sistim akutansi barang milik negara

(SIMAK-BMN)…………………………….. 145

Page 10: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

ix

II.2.3 Sub Bagian Keuangan……………………………… 148

II.2.3.1 Anggaran Belanja BB-Vet Denpasar…… 148

II.2.3.2 Penyetoran Pajak dan Penerimaan

Negara Bukan Pajak (PNBP)………………. 152

II.2.3.3 Sistim akutansi instansi unit akutansi

kuasa pengguna anggaran (SAI-

UAKPA)…………………………………….... 154

II.2.4. Sistem Pengendalian Intern (SPI)…………………… 155

II.2.5. Penghargaan………………………………………….. 161

II.2.6. Akreditasi ISO 9001-2008…………………………….. 161

II.3 Bidang Program dan Evaluasi…………………………………. 164

II.3.1 Seksi Program…………………………………………. 165

II.3.1.1 Penyusunan Rencana Kerja (RENJA) dan

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga (RKAK/L) Tahun

2014…………………………………………… 165

II.3.1.2 Penelaahan RKAK/L dan DIPA

Tahun 2014…………………………….......... 167

II.3.1.3 Estimasi PNBP tahun 2013………………… 170

II.3.1.4 Revisi DIPA dan POK Tahun 2012…….. .. 171

II.2.1.5 Kegiatan lainnya…………………………….. 172

II.3.2 Seksi Evaluasi dan Pelaporan……………………….. 173

II.3.2.1 Realisasi Fisik dan Keuangan..................... 173

II.3.2.2 Sistem Monitoring dan Evaluasi

(SIMONEV)………………………………….. 174

II.3.2.3 Monitoring dan Evaluasi (MONEV)

Program / Kegiatan Pembangunan

Peternakan dan Kesehatan Hewan

Tahun 2013…………………………………. 175

II.3.2.4

.

Penyusunan Laporan Tahunan, Laporan

Teknis dan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (LAKIP)…… 175

Page 11: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

x

BAB. III PERMASALAHAN PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN

SASARAN, PROGRAM / KEGIATAN TAHUN 2012……..……. 177

BAB. IV TINDAK LANJUT DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH…….. 178

BAB. V PENUTUP…………………………………………………………… 179

V.1 Kesimpulan…………………………………………………… 179

V.2 Saran-Saran………………………………………………….. 180

Page 12: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kegiatan Penyidikan/Investigasi yang Dilaksanakan

BB-Vet Denpasar di Provinsi Bali Tahun 2013................................. 29

2. Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan

oleh BB-Vet Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013………………… 29

3. Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan

oleh BB-Vet Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013………………… 29

4. Hasil Monitoring Penyakit Parasit Gastrointestinal pada Sapi Bali

di Provinsi Bali, NTB, dan NTT Tahun 2013.................................... 34

5. Hasil surveilans Penyakit Mulut Kuku (PMK)

di Provinsi Bali Tahun 2013............................................................. 35

6. Prevalensi antibodi PMK di provinsi Nusa Tenggara Timur………. 36

7. Hasil Surveilance dan Monitoring BSE dari RPH Kabupaten/Kota

di Provinsi Bali NTB dan NTT Tahun 2013....................................... 37

8. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat Daya...................... 37

9. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat…………………….. 38

10. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Tengah............................ 38

11. Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Timur……………………. 39

12. Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTB…………………………….. 40

13. Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTT…………………………….. 41

14. Hasil Uji ELISA sampel serum asal povinsi Bali , NTB dan NTT

Tahun 2013....................................................................................... 43

15. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi Bali Tahun 2013............... 43

16. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTB Tahun 2013.............. 43

17. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTT Tahun 2013............. 43

18. Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi Bali………………………… 45

Page 13: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xii

19. Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi NTB………………………. 46

20. Hasil Uji Serologis Brucellosis Provinsi NTT..................................... 47

21 Data Populasi Ternak , Estimasi dan Besaran Sampel

dari Masing–Masing Kabupaten...................................................... 48

22. Hasil Uji RBPT Sampel Serum dari Pulau Sumba Tahun 2013…………. 49

23. Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi di Provinsi Bali………… 51

24. Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau

di beberapa Kabupaten Provinsi NTB……………………………….. 52

25. Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau

di beberapa Kabupaten Provinsi NTT……………………………….. 53

26. Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali, Tahun 2013 55

27. Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013…. 55

28. Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Provinsi Bali

Tahun 2013……………………………………………………………… 57

29. Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Provinsi Nusa

Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013………………………………… 58

30. Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013…………………………………. 58

31. Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi

Di Provinsi Bali Tahun 2013…………………………………………… 59

32. Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Provinsi

Nusa Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013………………………… 59

33. Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Provinsi

Nusa Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013………………………….. 60

34. Data sampel yang diuji di laboratorium Virologi BBVet Denpasar

berdasarkan jenis kiriman pada tahun 2013..................................... 61

35. Hasil pengujian deteksi antigen Hog cholera di wilker BBVet

Denpasar tahun 2013....................................................................... 62

36. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera

di provinsi Bali tahun 2013................................................................ 63

37. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera

di provinsi NTB tahun 2013............................................................. 64

Page 14: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xiii

38. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera

di provinsi NTT tahun 2013............................................................... 64

39. Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera di Timor Leste

tahun 2013........................................................................................ 65

40. Data penerimaan sampel deteksi virus AI berdasarkan jenis

kiriman tahun 2013……………………………………………………. 66

41. Data Hasil Pengujian untuk mendeteksi virus AI berdasarkan

Jenis kiriman sampel tahun 2013……………………………………. 67

42. Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi Bali berdasarkan

jenis unggas 2013………………………………………………………. 68

43. Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTB berdasarkan

jenis unggas 2013……………………………………………………………… 69

44. Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTT

berdasarkan jenis unggas 2013……………………………………………… 69

45. Distribusi Prevalensi Parasit Gastrointestinal Pada Sapi Bali

di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur... 72

46. Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Provinsi Bali,

Tahun 2013……………………………………………………………… 72

47. Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Pulau Sumba,

NTT Tahun 2013………………………………………………………. 73

48. Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi /Surra

di Pulau Sumba,NTT (berdasarkan Jenis Hewan) Tahun 2013….. 73

49. Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra)

di Pulau Sumba, NTT tahun 2013……………………………………. 74

50. Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi

/Surra (berdasarkan Jenis Herwan di PulauSumba )……………… 74

51. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu

asal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali……………………………….. 76

52. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu

asal Kabupaten/Kota di Provinsi NTB……………………………….. 76

53. Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu

asal Kabupaten/Kota di Provinsi NTT…………………………….... 77

54. Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal

Provinsi Bali berdasarkan lokasi pengambilan sampel…………..... 78

Page 15: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xiv

55. Hasil uji Cemaran Mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi

NTB berdasarkan lokasi pengambilan sampel……………………… 79

56. Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi

NTT berdasarkan lokasi pengambilan sampel…………………….. 80

57. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu

asal Provinsi Bali………………………………………………………. 81

58. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu

asal Provinsi NTT………………………………………………………. 81

59. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu

asal Provinsi NTB………………………………………………………. 82

60. Hasil pemeriksaan histopatologi sampel organ reproduksi yang

berasal dari RPH kabupaten/kota di Provinsi Bali, NTB dan NTT,

tahun 2013....................................................................................... 83

61. Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali

Tahun 2013....................................................................................... 88

62. Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013.. 88

63. Rangkuman perbandingan kelebihan dan kekurangan metoda

diagnose penyakit Jembrana yang telah dikembangkan………….. 93

64. Data hasil pengamatan temperature…………………………………. 100

65. Data hasil penghitungan sel leukosit................................................ 101

66. Tabel 2x2 untuk analisa teknik uji direct FAT

dan indirect FAT Rabies……………………………………………….. 116

67. Jenis Hewan Percobaan yang dimiliki BB-Vet Denpasar,

Tahun 2013…………………………………………………………….. 117

68. Jenis Penguatan Jejaring Laboratorum yang dilaksanakan BB-Vet

Denpasar Tahun 2013…………………………………………………. 119

69. Kegiatan Magang Laboratorium di BB-Vet Denpasar Tahun 2013.. 120

70. Asal dan Jumlah sampel yang diuji di BBV Denpasa, tahun 2013 121

71. Jumlah Sampel Aktif dan Pasif yang Diuji per Bulan dalam,

Tahun 2013....................................................................................... 122

72. Sampel Aktif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013…………….. 124

73. Sampel Pasif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013…………….. 126

74. Perangkat yang Dimiliki oleh PPID UPT Balai Besar Veteriner

Denpasar........................................................................................... 130

Page 16: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xv

75. Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan Pelayanan Informasi

Publik Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Veteriner Denpasar........ 130

76. Jumlah Permohonan Data dan Informasi Publik (IP)

PPID BBVet Denpasar Tahun 2013............................................... 131

77. Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar……………………. 132

78. Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar yang mengalami

Mutasi Jabatan Struktural dan Fungsional…………………………. 133

79. Tingkat Pendidikan, Pangkat dan Golongan Pegawai

BB-Vet Denpasar............................................................................. 135

80. Daftar Pegawai yang mengikuti Ujian Sertifiksasi............................ 135

81. Daftar Pegawai Mutasi / Alih Tugas.............................................. 136

82. Daftar Pegawai Yang dilantik dan diambil sumpah....................... 137

83. Daftar pegawai BB-Vet yang pensiun........................................... 138

84. Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)...................... 151

85. Daftar Surat masuk dan Keluar BB-Vet Denpasar Tahun 2012....... 140

86. Data Penggunaan Tanah BB-Vet Denpasar Tahun 2012................. 143

87. Daftar Bangunan BB-Vet Denpasar Tahun 2012.............................. 144

88. Kendaraan Dinas BB Vet. Denpasar Tahun 2012........................... 145

89. Laporan SIMAK BMN BB-Vet Denpasar, Tahun 2012..................... 147

90. Pagu dan Realisai Anggaran DIPA BB-Vet Denpasar TA 2012....... 149

91. Laporan Realisasi Anggaran BB-Vet Denpasar Tahun 2012.......... 151

92. Data Rekonsiliasi dan Pengiriman Laporan Keuangan.................... 154

93. Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar

Tahun Anggaran 2013...................................................................... 166

94. Rincian Anggaran Pagu Indikatif Balai Besar Veteriner Denpasar

Tahun Anggaran 2013 (dalam ribuan rupiah)................................... 167

95. Pagu Anggaran Program/Kegiatan/Output Kegiatan

Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2013.................. 168

96. Rincian Rekapitulasi Pagu Definitif Anggaran Balai Besar

Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2013

(dalam ribuan rupiah).......................................................................

169

97 Target Pendapatan PNBP BB-Vet Denpasar tahun 2013................ 170

98 Pengiriman Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan

BB-Vet Denpasar Tahun 2012......................................................... 173

Page 17: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xvi

99 Daftar Pengiriman Laporan SIMONEV BB-Vet Denpasar

Tahun 2012.......................................................................................

174

Page 18: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xvii

Daftar Gambar

Gambar Halaman1. Kronologis kejadian kematian dan munculnya gejala

sakit pada sapi.................................................................................. 85

2. Gambaran klinis: ayam nampak lesu, lemah, kelopak mata

bengkak............................................................................................ 86

3. Gambaran PA: otak mengalami kongesti......................................... 90

4. Perdarahan ptekie pada proventrikulus dan seka tonsil…………… 91

5. Perdarahan ptekie pada proventrikulus dan seka tonsil…………… 91

6. Gambaran histopatologi: otak mengalami kongesti, edema,

perivascular cuffing dengan infiltrasi sel-sel limfosit

(perbesaran 400X............................................................................. 92

7. Seka tonsil, terjadi kongesti, perdarahan, nekrosis disertai

sel-sel radang campuran limfosit dan heterofil pada

lamina mukosa (pembesaran 100X)................................................ 99

8. Lidah terjadi ulcerai........................................................................... 99

9. Jantung : perdarahan ptekie............................................................. 99

10. Ginjal : kongesti................................................................................ 99

11. Paru-paru : konsolidasi..................................................................... 114

12. Paru-paru : pneumoni dan leukostasis............................................ 114

13. Limpa: deplesi folikel......................................................................... 114

14. Jantung: infestasi parasit ................................................................. 114

Page 19: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xviii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman1. Asal dan Jumlah sampel yang diuji di BBV Denpasar

selama tahun 2012........................................................................... 122

2. Sampel yang diterima/diuji di BBV Denpasar setiap bulan

dalam Tahun 2012............................................................................

123

3. Jumlah sampel aktif berdasarkan jenis hewan yang diterima

selama Tahun 2012…………………………………………………….. 151

Page 20: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Urut Kepangkatan (DUK) Tahun 2012…………………….... 166-174

2 Daftar Usulan dan Realisasi Kenaikan Pangkat

Pegawai BB-Vet Denpasar, Tahun 2012……………………………. 175

3 Daftar Kenaikan Gaji Berkala Pegawai BB-Vet Denpasar

Tahun 2012…………………………………………………………….. 176

4 Rekapitulasi Cuti Pegawai BB-Vet Denpasar, Tahun 2012………. 177-178

5 Daftar Nama Pejabat Fungsional Medik dan

Paramedik Veteriner BB-Vet Denpasar, tahun 2012...................... 179

6 Laporan Barang Inventaris Kuasa Pengguna Anggaran BB-Vet

Denpasar, Tahun 2012………………………………………………... 180-194

7 Rekapitulasi Realisasi Anggaran BB-Vet Denpasar,

per Desember Tahun 2012…………………………………………… 195-218

Page 21: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

xx

DAFTAR FORM

Form

JumlahYang

dipakaiTahun 2012

Jenis Formulir Halaman

1. 5.000 lembar Formulir Spesimen…………………………………. 2192. 2.000 lembar Formulir Pre Vaksinasi …………………………… 2203. 800 lembar Formulir Pengiriman Sampel untuk

Mamalia Model E-24 ……………………………… 221

4. 800 lembar Formulir Pengiriman Sampel Unggas………….. 222

5. 3.000 lembar Formulir Surat Pengantar Pengujian Sampel…… 223

6. 3.000 lembar Formulir Surat Pengantar Hasil Pengujian

Sampel/Spesimen Model PF-Proses No. 6.......... 224

7. 6.000 lembar Formulir Laporan Hasil Pengujian

Model E-30b………………………………………… 225

Page 22: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

1

LAPORAN TAHUNANBALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Laporan Tahunan, tahun anggaran 2013 Balai Besar Veteriner (BB-Vet)

Denpasar, disusun berdasarkan pasal 3 Undang – Undang Nomor 3 Tahun

1999, menyebutkan bahwa asas-asas umum meliputi asas kepastian hukum,

asas penyelenggaraan negara, asas keterbukaan, asas proporsionalitas dan

asas akuntabillitas. Undang-Undang menjelaskan bahwa asas akuntabilitas,

adalah asas yang menentukan bahwa setiap hasil akhir dari kegiatan

penyelenggaraan pemerintah harus dapat dipertanggung jawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara, sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Laporan Tahunan ini juga disusun berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 39

Tahun 2006 tenteng Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan.

Balai Besar Veteriner merupakan salah satu dari laboratorium regional yang

tersebar di Indonesia dan memiliki willayah pelayanan tertentu. Wilayah kerja

BB-Vet Denpasar meliputi tiga provinsi yaitu : Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Barat (NTB) dan Nusa enggara Timur (NTT). BB-Vet Denpasar merupakan

laboratorium kesehatan hewan (lab keswan) type A di tingkat provinsi, dimana

tidak terdapat BB-Vet atau Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner, tetapi

terdapat Laboratorium Kesehatan Hewan type B. Selain itu ada Laboratorium

Kesehatan Hewan type C yang berkedudukan di tinggkat Kabupaten/Kota.

Pembagian tipe ini didasarkan pada perbedaan kompetensi, tugas dan fungsi

masing-masing lab keswan, karena perbedaan peralatan / fasilitas yang dimiliki

dan perbedaan jumlah tenaga personalia.

Page 23: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

2

Di wilayah kerja BB-Vet Denpasar, Lab Keswan tipe B terdapat di Mataram NTB

dan di kupang NTT, sedangkan di Provinsi Bali terdapat laboratorium kesehatan

hewan. Disamping itu ada sebelas Lab Keswan tipe C di wilayah kerja BB-Vet

Denpasar. Di Provinsi NTB terdapat 5 buah Lab. Keswan type C yaitu: di

Kabupaan Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa, Bima, dan Dompu. Di

Provinsi NTT terdapat 6 buah Lab. Keswan tipe C yaitu di: Kabupaten Sumba

Barat, Kabupaten Sumba Timur, Belu, Ende, Maumere dan Manggarai.

Masing-masing bagian laboratorium di lingkungan BB-Vet Denpasar telah

memperoleh sertifikat akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) dengan

kode LP-123-IDN sejak tahun 2002. Dalam kaitan itu telah dilakukan

perpanjangan masa akreditasi dengan didahului dilakukanya re-assesment oleh

Tim dari KAN yaitu verifikasi Lapangan tentang GAP ISO/IEC/17025:2005:2008.

Sertifikat akreditasi Balai Besar Veteriner Denpasar yang baru telah diterima dan

berlaku dari tanggal 21 Pebruari 2013 sampai dengan 20 Pebruari 2017. Seluruh

laboratorium yang ada di BB-Vet Denpasar memiliki jenis pengujian yang

terakreditasi. Sebanyak 18 jenis pengujian (diagnosa Penyakit) yang ditangani

oleh laboratorium: Parasitologi, Patologi, Kesmavet, Bakteriologi, Virologi dan

Bioteknologi telah diakreditasi oleh komite Akreditasi Nasional. Dan juga telah

dilakukan pengajuan penambahan ruang lingkup pengujian untuk masing-

masing laboratorium.

Sesuai tugas pokok dan fungsi, BB-Vet Denpasar memberikan pelayanan

terhadap tiga Provinsi. Namun demikian ada beberapa jenis penyakit tertentu

yang ada di wilayah kerjanya, tidak dapat dilakukan pengujian (terutama isolasi

patogen) di Denpasar. Sebagai contoh, spesimen penyakit Antrax tidak dapat

diperiksa di BB-Vet Denpasar, sebab pulau Bali bebas dari penyakit tersebut.

Untuk hal ini biasanya BB-Vet Denpasar datang langsung memberikan bantuan

kelokasi kejadian dan melakukan pengujian di Lab Keswan tipe B atau C

terdekat dari lokasi kasus. Disamping itu BB-Vet Denpasar juga manerima

spesimen dari Provinsi lainnya, umumnya untuk pengujian penyakit Jembrana,

keperluan uji banding dan lain-lain. BB-Vet Denpasar telah ditunjuk dan

ditetapkan menjadi laboratorium rujukan nasional untuk penyakit SE dan

penyakit Jembrana, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian nomor:

Page 24: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

3

89/Kpts/PD.620/1/2012 tanggal 9 Januari 2012, tentang Penunjukan

Laboratorium Rujukan Pengujian Penyakit Hewan Menular Tertentu.

Laporan Tahunan BB-Vet Denpasar ini merupakan rangkuman kegiatan yang

dilaksanakan selama satu tahun anggaran, yaitu dari bulan Januari 2013

sampai dengan 31 Desember 2012.

I.2.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor:54/Permentan/OT.140/5/2013

tanggal 24 Mei 2013, tentang Organisasi dan Tata Kerja BB-Vet Denpasar,

sebagai pengganti Peraturan Menteri Pertanian No.

42/Permentan/OT.140/9/2006 tanggal 12 September 2013, maka tugas pokok

dan fungsi BB-Vet Denpasar adalah sebagai berikut :

Tugas Pokok :Melaksanakan pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa, pengujian

veteriner dan produk hewan, serta pengembangan teknik dan metode

penyidikan, diagnosa, dan pengujian veteriner.

Fungsi :a. Penyusunan program, rencana kerja, dan anggaran, pelaksanaan kerja

sama, serta penyiapan evaluasi dan pelaporan;

b. Pelaksanaan penyidikan penyakit hewan;

c. Pelaksanaan penyidikan melalui pemeriksaan dan pengujian produk hewan;

d. Pelaksanaan surveilans penyakit hewan, dan produk hewan;

e. Pemeriksaan kesehatan hewan, semen, embrio, dan pelaksanaan diagnosa

penyakit hewan;

f. Pembuatan peta penyakit hewan regional;

g. Pelaksanaan pelayanan laboratorium rujukan dan acuan diagnosa penyakit

hewan menular;

h. Pelaksanaan pengujian dan pemberian laporan dan / atau sertifikasi hasil uji;

i. Pelaksanaan pengujian forensik veteriner

j. Pelaksanaan peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness)

k. Pelaksanaan kajian terbatas teknis veteriner;

Page 25: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

4

l. Pelaksanaan pengujian toksikologi veteriner dan keamanan pakan

m. Pemberian bimbingan teknis laboratorium veteriner, pusat kesehatan

masyarakat, dan kesejahteraan hewan;

n. Pemberian rekomendasi hasil pemeriksaan dan pengujian veteriner, serta

bimbingan teknis penanggulangan penyakit hewan;

o. Pelaksanaan analisis resiko penyakit hewan dan keamanan produk hewan di

regional;

p. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kesehatan hewan dan

kesehatan masyarakat veteriner;

q. Pengkajian batas maksimum residu obat hewan dan cemaran mikroba;

r. Pemberian pelayanan teknis penyidikan, pengujian veteriner dan produk

hewan, serta pengembangan teknik dan metode penyidikan, diagnosa dan

pengujian veteriner;

s. Pelaksanaan pengembangan dan diseminasi teknik dan metode penyidikan,

diagnosa dan pengujian veteriner;

t. Pengembangan sistem dan diseminasi informasi veteriner;

u. Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data pengamatan dan

pengidentifikasian diagnosa, pengujian veteriner dan produk hewan;

v. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga BB-Vet.

I.1.2. Struktur Organisasi

Sebagaimana tercantum dalam Bab. Ill Pasal 4, 7, 11, 15, 17 dari Peraturan

Menteri Pertanian Nomor Nomor: 54/Permentan/OT.140/5/2013, tanggal 24 Mei

2013, tentang Organisasi dan Tata Kerja BB-Vet Denpasar, Susunan Organisasi

BB-Vet Denpasar terdiri dari :

A). Bagian Umum

a. Subbagian Kepegawaian dan Tata Usaha

b. Subbagian Keuangan

c. Subbagian Rumah Tangga dan Perlengkapan

B). Bidang Program dan Evaluasi

a. Seksi Program

b. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Page 26: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

5

C). Bidang Pelayanan Veterine

a. Seksi Pelayanan Teknik

b. Seksi Informasi Veteriner

D). Kelompok Jabatan Fungsonal

a. Medik Veteriner

b. Paramedik Veteriner

Struktur Organisasi selengkapnya dapat disajikan seperti bagan berikut :

STRUKTUR ORGANISASIBALAI BESAR VETERINER DENPASAR

PERATURAN MENTERI PERTANIANNOMOR : 54/Permentan/OT.140/5/2013, tanggal 24 Mei 2013

KEPALA BALAI BESAR

BBESARBBESAR

Bbesa BAGIAN UMUM

Seksi Program

BIDANG PELAYANANVETERINER

BIDANG PROGRAM DANEVALUASI

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SubbagianKepegawaian dan

Tata Usaha

SubbagianKeuangan

Subbagian RTdan

Perlengkapan

Seksi Evaluasidan Pelaporan

SeksiPelayanan Teknik

SeksiInformasiVeteriner

Page 27: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

6

1.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Laporan Tahunan tahun 2013 ini adalah untuk:

1. Menyampaikan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan BB-Vet Denpasar

dalam tahun anggaran 2013 baik kegiatan teknis penyidikan dan pengujian

penyakit hewan di wilayah kerja (Bali, NTB dan NTT).

2. Menginformasikan kegiatan pengembangan teknik dan metoda penyidikan

dan pengujian penyakit hewan yang telah dilaksanakan.

3. Menyampaikan kegiatan administrasi dan keuangan yang telah dilaksanakan

yang menunjang kinerja Balai kepada semua pihak yang berkepentingan.

I.3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Laporan Tahunan 2013 ini meliputi seluruh kegiatan yang

dilaksanakan oleh Balai Besar Veteriner Denpasar selama tahun 2013, sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya yang terdiri dari :

I.3.1 Laporan Teknis

Laporan teknis adalah laporan kegiatan pelaksanaan surveilans, monitoring dan

investigasi penyakit hewan diwilayah kerja BB-Vet Denpasar (Provinsi Bali, NTB,

dan NTT) serta hasil diagnosa dan uji laboratorium yang dilakukan serta

kegiatan pendukungnya yang berkaitan dengan kegiatan teknis dalam tahun

2013. Laporan teknis berupa hasil surveilans dan monitoring ke lapangan di

wilayah kerja BB-Vet Denpasar dibuat tersendiri dan tidak terpisahkan dari

laporan tahunan ini.

I.3.2. Kegiatan Administrasi dan Manajemen

Kegiatan administrasi dan manajemen ádalah kegiatan-kegiatan administrasi

yang memfasilitasi pelaksanaan seluruh kegiatan Balai untuk memeperlancar

kegiatan teknis. Kegiatan administrasi yang dilaksanakan adalah:

1. Kegitan administrasi kepegawaian dan tata usaha yaitu kegiatan yang

mengurus personalia dan tata usahaan.

Page 28: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

7

2. Kegiatan rumah tangga dan perlengkapan yaitu kegiatan penyiapan sarana

dan prasarana yang diperlukan unuk memperlancar kegiatan teknis

3. Kegitan keuangan yaitu kegiatan penyiapan dan pengadministrasian

keuangan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku

untuk menunjang pelaksanaan kegiatan teknis dalam tahun 2013

I.3.3. Kegiatan Penunjang Lainnya

Kegiatan penunjang lainnya adalah kegiatan yang dilaksanakan balai untuk

meningkatkan kinerja Balai dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi

balai dalam upaya meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja dan sumberdaya

manusia seperti :

I.3.3.1. Kerjasama dengan Universitas

Kerjasama dengan Universitas dilaksanakan dalam rangka penyidikan dan

pengujian penyakit hewan maupun pengembangan teknik dan metoda

penyidikan dan pengujian penyakit hewan. Balai juga mengadakan kerjasama

dalam bidang penelitian untuk skripsi serta peningkatan sumber daya manusia

berupa pelatihan atau magang. Kerjasama dilakukan dengan Universitas

Udayana Denpasar, Universitas Mataram, NTB, Universitas Airlangga,

Surabaya, Universitas Gajah Mada, dan Universitas lainnya.

I.3.3.2. Kerjasama Pengembilan dan Pemeriksaan/PengujianSampel Darah Sapi/Kerbau dalam rangkapemberantasan Penyakit Brucellosis di Pulau Sumba,Nusa Tenggara Timur.

Pelaksanaan program pemberantasan penyakit Brucellosis pada sapi dan

kerbau di Pulau Sumba tahun 2013 anggarannya dialokasikan pada DIPA Balai

Besar Veteriner Denpasar. Untuk itu dilakukan Kerjasama Pengambilan dan

Pemeriksaan/Pengujian Sampel Darah Sapi dan Kerbau terhadap penyakit

Brucellosis dengan uji Rose Bengak Plate Test (RBPT) dan Complement

Fixation Test (CFT) sesuai dengan standard OIE. Kerjasama dilakukan dengan

Dinas Peternakan se pulau Sumba yaitu Dinas Peternakan Kabupaten Sumba

Page 29: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

8

Timur, Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Tengah, Dinas Peternakan

KabuPaten Sumba Barat dan Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat Daya.

Dituangkan dalam Kerjasama Memorandum of Understanding (MOU) Nomor:

19011/KU.3.2/F.11/02/2013 (BB-Vet Denpasar), Nomor 524.1/207/TU/II/2013

(Sumba Tengah), Nomor: 524/52/53.17/II/2013 (Sumba Tengah),

Nomor:524/38.1/63.I/2013 (Sumba Barat), Nomor:524.3.Disnak/145ª/SBD/

II/2013 (Sumba Barat Daya) tanggal 19 Pebruari 2013. Kegiatan ini bertujuan

untuk melakukan pemeriksaan/pengujian sampel darah sapi dan kerbau lebih

terstruktur, terarah, transparan dan mudah dikontrol sesuai dengan prinsip-

prinsip management dengan melakukan pengambilan sampel sebanyak 50.000

sampel.

I.3.3.3. Kerja sama dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTUHPT) Denpasar

Kerja sama dengan Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak

Denpasar dilakukan sesuai dengan Surat Tugas dari Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor: 22038/OT.140/F/07/2013, tanggal 22

Juli 2013 yaitu kerjasama dalam pemberian bimbingan teknis bidang penyidikan

dan pengujian sapi Bali terhadap penyakit Jembrana untuk memastikan bahwa

bibit sapi Bali terbebas dari penyakit Jembrana. Berkaitan dengan kerjasama ini

BB-Vet Denpasar menugaskan staf secara periodik dalam pemberian bimbingan

teknis dalam rangka kegiatan tersebut.

I.3.3.4. Kerjasama dengan Balai Karantina Pertanian

BB-Vet Denpasar telah melakukan kerjasama dengan Balai Karantina Pertanian

Kelas I Denpasar, Balai Karantina Kelas I Mataram kerjasama

Pemeriksaan/pengujian sampel Swab Kloaka Ayam terhadap Avian Influenza

(AI) sesuai dengan surat perjanjian kerjasama Nomor:

436/KH.130/L.19.B/07/2013 (BKP Mataram), dan Nomor:

180/8/HK.7/F.11/07/2013 (BB-Vet Denpasar) tertanggal 18 Juli 2013, dan Balai

Karantina Pertanian Sumbawa dan Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende

kerjasama Pemeriksaan/Pengujian Sampel BVD sesuai dengan surat perjanjian

kerjasama Nomor: 908A/KH110/L.52.E/07/2013 (SKP Ende) dan Nomor:

Page 30: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

9

05046/HK.7/F.11/07/2013 (BB-Vet Denpasar) tertanggal 5 Juli 2013. Kerjasama

dengan Balai Karantina Pertanian dilakukan dalam rangka

mengimplementasikan Permentan Nomor:51/Permentan/OT.140/10/2006,

tentang Pedoman Tata Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan,

dan Perlakukan Penyakit Hewan Karantina antara Keswan dan Karantina.

Kerjasama yang dilakukan adalah dalam bidang pemeriksaan, penyidikan dan

pengujian penyakit hewan khususnya AI, dan BVD. Kerjasama juga dilakukan

dalam bidang uji penyakit hewan untuk meningkatkan kualitas pengujian

laboratorium Karantina.

I.3.3.5. Kerjasama dengan BB-Vet, BPPV di Indonesia, BBPMSOHdan PUSVETMA.

Kerjasama dengan BB-Vet, BPPV di Indonesia, BBPMSOH dan PUSVETMA

dilakukan dalam rangka uji banding pengujian penyakit hewan dan koordinasi

/Workshop bidang teknis yang diselenggarakan oleh setiap UPT di UPT masing-

masing untuk satu materi kegiatan secara bergiliran setiap tahun. Kerjasama ini

dapat memberikan masukan pengetahuan dalam rangka peningkatan

sumberdaya manusia dan pengalaman yang dilaksanakan serta menambah

wawasan pelaksanaan kegiatan dimasing-masing UPT lingkup Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

1.3.3.6. Kerjasama dengan Provinsi dengan Dinas Peternakan ProvinsiSumatera Barat

Kerjasama BB-Vet Denpasar dengan Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat

tahun 2013 adalah berupa pemeriksaan sampel Sapi Bali untuk uji penyakit

Jembrana. Jumlah sampel yang diuji di laboratorium BB-Vet Denpasar sebanyak

1.031 serum. Hasil uji 1.031 serum dari Dinas Peternakan Provinsi Sumatera

Barat terhadap penyakit Jembrana dengan uji ELISA hasilnya 13 positif

terhadap antibodi penyakit Jembrana. BB-Vet Denpasar mendapat penerimaan

PNBP dari 1.031 jumlah serum yang diuji, sebesar Rp. 30.930.000,- (Tiga puluh

juta sembilan ratus tiga puluh ribu), dan telah disetor ke kantor Kas Negara.

Page 31: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

10

1.3.3.7. Kerjasama dengan Balai Rumah Sakit Hewan dan LaboratoriumVeteriner, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

BB-Vet Denpasar kerjasama dengan Balai Rumah Sakit Hewan dan Lab.

Veteriner, Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Barat berupa pengujian

penyakit Avian Influenza (AI) dengan uji PCR. Dari pengujian tersebut BB-Vet

Denpasar menerima pemasukan PNBP sebesar Rp. 1.600.000,- dengan rincian

4 sampel swab PCR AI a’Rp. 400.000,- = Rp. 1.600.000,- dan telah disetor ke

kantor Kas Negara.

1.3.3.8. In House Training ISO 9001-2008.

Kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya BB-Vet agar dapat mewujudkan

pengelolaan organisasi ataupun dalam menjalankan proses organisasi

sebagaimana standar yang diakui secara internasional yaitu sebagaimana

tertuang dalam Sistem Manajmen Mutu ISO 9001:2008. Sebagai salah satu

lembaga pelayanan publik Balai Besar Veteriner Denpasar dituntut harus

mampu memberikan pelayanan prima. Untuk itu setiap organisasi pelayanan

publik harus mampu memenuhi konsistensi layanan jasa yang diberikan. Ini

semua membutuhkan Sistem Manajemen Mutu yang berfungsi

menangani,mengatur dan mengendalikan mutu produk atau jasa yang akan

diberikan kepada pelanggan. Sebagai salah satu bentuk jaminan suatu

organisasi telah menjalankan pelayanan secara baik dibuktikan dengan

diakuinya system manajemen mutu yang telah diterapkan oleh organisasi

tersebut. Hal ini secara umum dibuktikan dengan pengakuan secara

internasional berupa sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Atas

landasan pemikiran tersebut maka di BB-Vet Denpasar diselenggarakan In

House Traning ISO 9001:2008. Kegiatan ini merupakan tahap awal/Planning

dari rangkaian kegiatan untuk mewujudkan implementasi SMM ISO 9001:2008.

Adapun rangkaian kegiatan untuk mewujudkan implementasi SMM ISO

9001:2008 yaitu: tahap planning (sosialisasi dan gap analysis), tahap

developing system (Penyusunan dokumen SMM ISO 9001:2008, dan

Implementasi SMM), tahap Internal auditing (Pelatihan audit internal,

pelaksanaan audit internal, Kaji Ulang manajemen/Rapat Tinjauan Manajemen)

dan tahap sertifikasi. Secara lebih rinci kegiatan balai dalam proses mewujudkan

Page 32: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

11

system manajemen mutu ISO 9001:2008 adalah 1) Sosialisasi SMM ISO

9001:2008 2) Gap Analysis 3) Pengembangan/Pembuatan Dokumen ISO

9001:2008 4) Implementasi SMM 5) Pelaksanaan Audit Internal

6) Penilaian/assesment Lembaga Sertifikasi 7) Tindakan Koreksi Pasca Audit.

Tujuan dilaksanakannya In House Training ISO 9001: 2008 adalah:

1) Meningkatkan pemahaman dan kompetensi staf BBV Denpasar terhadap

SMM ISO 9001:2008 2) Membentuk staf BBV Denpasar memiliki arti pentingnya

penerapan ISO 9001: 2008 3) Menjadikan tim terkait penerapan ISO 9001:2008

dapat menyusun dokumen ISO 9001:2008 4) Menjadikan BBV Denpasar dapat

mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 5) Untuk meningkatkan kinerja

organisasi 6) Untuk meningkatkan kualitas SDM 7) Untuk meningkatkan

kesadaran mutu dalam organisasi 8) Agar terjadi perubahan positip kultur dan

kualitas organisasi Peserta diharapkan mendapatkan informasi mengenai

pelaksanaan dan penerapan ISO 9001:2008 di Balai Besar Veteriner Denpasar.

Keluaran dari kegiatan adalah terwujudnya pengetahuan dan kemampuan untuk

menjadikan pengelolaan balai berstandarkan internasional yaitu berdasarkan

ISO 9001:2008 yang dibuktikan dengan diperolehnya sertifikasi ISO 9001:2008

oleh Balai Besar Veteriner Denpasar dengan ruang lingkup pelayanan

administrasi balai, terbentuknya struktur manajemen ISO 901:2008 dan

terlaksananya audit internal dan kaji ulang secara teratur untuk memperbaiki

kinerja organisasi secara kontinu,

In House Training dilaksanakan tanggal 26 s.d 28 Pebruari 2013, diikuti oleh

pegawai BB-Vet Denpasar, pada pelatihan hari ke-1 sampai dengan ke-2

sebanyak 25 orang terdiri dari 11 pejabat structural, 7 koordinator lab, dan 7

pegawai administrasi. Pada hari ke-3 diikuti oleh seluruh pegawai sebanyak 75

orang. Nara sumber In House training adalah dari CV. Radixa Argha Pratama

dan Pusat Penganeka Ragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan

Ketahanan Pangan Kementan. Metode pelatihan adalah ceramah, diskusi, kerja

kelompok Untuk mengetahui hasil penerimaan materi dilaksanakan tes tertulis

terkait materi ISO 9001:2008.

Page 33: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

12

Adapun materi yang disampaikan dalam In House Training ISO 9001:2008 terdiri

dari: 1) Sosialisasi SMM ISO 9001:2008 2) Pelatihan Pemahaman SMM ISO

9001:2008 3)Delapan Prinsip Mutu SMM ISO 9001:2008 4) Interprestasi

Persyaratan Standar SMM ISO 9001:2008 5) Sistem Dokumentasi Mutu SMM

ISO 9001:2008 dan Integrasinya dengan SMM ISO 17025 6) Sistem

Pengendalian Dokumen Sistem Mutu SMM ISO 9001:2008 7) Dokumen dan

Rekaman Wajib SMM ISO 9001:2008 8) Pelaksanaan Gap Analysis Persyaratan

Mutu 9) Diskusi Penetapan Strategi 10) Implementasi SMM ISO 9001:2008 di

lingkup Kementerian Pertanian dan Keterkaitan ISO 9001:2008 dengan ISO

17025 11) Pembinaan administrasi Terkait Persiapan Implementasi ISO

9001:2008.

Biaya pelaksanaan In House Training ISO 9001:2008 dibebankan pada DIPA

Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 NO DIPA- 018.06.2.239022/2013

Tanggal 15 Desember 2012. Adapun biaya yang dipergunakan dalam

pelaksanaan In House Training ISO 9001:2008 adalah Rp. 57.916.800,-.

1.3.3.9. In House Training ISO/IEC 17025.

In House Training ISO 17025:2008 pada tahun 2013 ini secara prinsip

diselenggarakan di BB-Vet Denpasar dalam rangka upaya BB-Vet sebagai salah

satu laboratorium penguji agar mampu memperagakan kemampuannya dalam

hal penerapan Sistem Manajemen berstandarkan ISO 17025:2008. Untuk

peningkatan pelayanan pengujian yang lebih baik diperlukan suatu instrumen.

Sistem Manajemen Mutu ISO/IEC 17025:2008 sebagai instrument perbaikan

system manajemen mutu sudah secara luas diterapkan oleh berbagai macam

organisasi yang bergerak dalam bidang jasa pengujian atau kalibrasi. Untuk

mengantisipasi hal tersebut maka perlu disediakan SDM yang memiliki

kompetensi mengelola laboratorium sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

ISO/IEC 17025:2008. Untuk mempersiapkan SDM sebagaimana yang

disebutkan diatas maka perlu dilakukan training.

Page 34: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

13

In House Training ISO 17025:2008 diselenggarakan dalam dua tahap yaitu

Tahap I adalah training 1) Pelatihan Pengelolaan Laboratorium

Pengujian/Kalibrasi berdasarkan SNI ISO/EIC 17025:2008 dan 2) Pelatihan

Audit Internal Laboratorium Pengujian dan training Tahap II adalah training 1)

Pelatihan Ketidakpastian Pengukuran dalam Pengujian 2) Pelatihan Manajemen

Kepuasan Pelanggan.

Tujuan dilaksanakannya In House Training adalah: 1) Meningkatkan kapasitas

dan kualitas kompetensi SDM BBV Denpasar terkait pemahaman persyaratan

umum kompetensi laboratorium pengujian sehingga menjamin bahwa data yang

dihasilkan valid dengan tingkat akurasi tinggi. 2) Agar dapat

mengimplementasikan UU No 18/2009 tentang Peternakan dan Kesehatan

Hewan.

Out put: keluaran yang diharapkan adalah 1) Terimplementasinya Sistem

Manajemen Mutu laboratorium Penguji berstandarkan ISO/EIC SNI 17025:2008.

2) Meningkatnya kepercayaan masyarakat dan kepuasan pelanggan terhadap

kemampuan dan pelayanan laboaratorium Balai Besar Veteriner Denpasar. 3)

Diakuinya Sistem Manajemen Mutu balai ditingkat internasional 4) Menjamin

akurasi hasil pengujian 5) Menjamin ketelusuran dokumen, sehingga apabila

terjadi keluhan pelanggan dapat ditentukan tindakan perbaikan yang harus

dilakukan 6) Meningkatkan kredibilitas laporan hasil pengujian yang diterbitkan

oleh laboratorium penguji.7) Terselenggaranya audit internal dan audit eksternal

secara teratur 8)Terselenggaranya Kaji Ulang manajemen secara teratur.8)

Meningkatnya kinerja laboratorium 9) Meningkatnya kesadaran mutu dalam

laboratorium 10)Terjadinya perubahan positip kultur dan kualitas pengelolaan

labaoratorium.

Pelaksanaan In House Training ISO 17025 Tahap I: 1) Pelatihan Pengelolaan

Laboratorium Pengujian/Kalibrasi berdasarkan SNI ISO/EIC 17025:2008 dan 2)

Pelatihan Audit Internal Laboratorium Pengujian TA 2013 dilaksanakan tanggal

15 s.d 18 April 2013, diikuti pegawai Balai Besar Veteriner Denpasar sebanyak

38 orang, dari Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar 1 orang, dan dari

Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan

Provinsi Bali terdiri dari 1 orang. Nara sumber adalah dari Pusat Penelitian

Page 35: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

14

Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian (PPSMTP) LIPI, Sub Direktorat P2H dan

BBV Denpasar. Metode pelatihan adalah ceramah, diskusi dan kerja kelompok.

In House Training ISO 17025 Tahap II : 1) Pelatihan Ketidakpastian Pengukuran

dalam Pengujian 2) Pelatihan Manajemen Kepuasan Pelanggan TA 2013

diselenggarakan tanggal 22 s.d 25 April 2013.diikuti oleh pegawai Balai Besar

Veteriner Denpasar sebanyak 37 orang, dari Balai Karantina Pertanian Kelas I

Denpasar 1 orang, dan dari Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan

dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali terdiri dari 3 orang. Nara sumber In House

training adalah dari Pusat Penelitian Sistem Mutu dan Teknologi Pengujian

(PPSMTP) LIPI, Pusat Penganeka Ragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan

Badan Ketahanan Pangan Kementan, Balai Besar Pengujian Mutu dan

Sertifikasi Obat Hewan (BBPMSOH) dan BBV Denpasar. Metode pelatihan

adalah ceramah, diskusi dan kerja kelompok.

Biaya pelaksanaan In House Training ISO 17025:2008 baik tahap 1) Pelatihan

Pengelolaan Laboratorium Pengujian/Kalibrasi berdasarkan SNI ISO/EIC

17025:2008 dan 2) Pelatihan Audit Internal Laboratorium Pengujian maupun

training tahap II 1) Pelatihan Ketidakpastian Pengukuran dalam Pengujian 2)

Pelatihan Manajemen Kepuasan Pelanggan dibebankan pada DIPA Balai Besar

Veteriner Denpasar TA 2013 NO DIPA- 018.06.2.239022/2013 Tanggal 15

Desember 2012. Dengan rincian biaya yang dipergunakan dalam pelaksanaan

training tahap I adalah Rp 65.372.900,- dan tahap II Rp 71.547.800.

1.3.3.10. Workshop Peningkatan Kompetensi Lab. Tipe B dan C diDenpasar

Workshop Peningkatan Komptensi Laboratorium Tipe B dab C di Balai Besar

Veteriner Denpasar , dilaksanakan berdasarkan Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran (DIPA) Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun 2013 Nomor:

DIPA:018.06.2.239022/2013, tanggal 5 Desember 2012 dan Surat Keputusan

Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar Nomor: 49/Kpts/PD.5.4/F.11/02/2013.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kompetensi sumber daya

manusia di laboratorium tipe B dan C yang ada di wilayah kerja Balai Besar

Veteriner Denpasar, antara lain:

Page 36: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

15

1. Untuk meningkatkan kemampuan personil Lab. C dalam melakukan

pengujian seperti RBPT, uji parasit gastrointestinal dan parasit darah

2. Untuk meningkatkan kemampuan personil lab B dalam melakukan uji yang

lebih kompleks, seperti cemaran mikroba, Elisa, dan uji lainnya.

3. Mengharmonisasikan metode pengujian dan penerapan standardisasi di

bidang diagnosa dan pengujian.

4. Mengembangkan sistem informasi laboratorium (infolab) di masing-masing

laboratorium di wilayah kerja BBVet Denpasar

Workshop Peningkatan Komptensi Laboratorium Tipe B dab C di Balai Besar

Veteriner Denpasar dilaksanakan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 20 s.d 22

Maret 2013 bertempat di BB-Vet Denpasar. Workshop diikuti oleh 30 orang

peserta yang berasal dari Lab B Denpasar, Lab B Mataram, Lab B Kupang, Lab.

C di Provinsi Bali, Lab. C di Provinsi NTB, dan Lab. C di Provinsi NTT.

Pagu Anggaran untuk pelaksanaan Workshop Peningkatan Komptensi

Laboratorium Tipe B dab C tahun 2013 adalah sebesar Rp. 70.650.000,- dengan

realisasi anggaran yang terserap sebesar Rp. 62.222.000,-

1.3.3.11. Workshop Peningkatan Kompetensi Lab. Bakteriologi BB-Vet danBPPV Nasional

Dalam rangka menyamakan persepsi metode uji bakteriologi, meningkatkan

kemampuan keterampilan dalam penguasaan teknologi, serta memperkuat

jejaring kerja laboratorium dilingkup Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan khususnya di bidang bakteriologi, untuk hal tersebut perlu

dilaksanakan workshop peningkatan kompetensi laboratorium bakteriologi

khususnya penyakit SE secara berkesinambungan. Sebagai salah satu penyakit

strategis di Indonesia, penyakit SE merupakan penyakit yang harus mendapat

prioritas dalam penanggulangan dan pemberantasannya. Program pengendalian

dan pemberantasan penyakit SE di Indonesia dilakukan melalui vaksinasi. Untuk

mengetahui tingkat kekebalan ternak terhadap penyakit SE perlu dilakukan

evaluasi hasil vaksinasi melalui metode uji Elisa antibodi SE. Untuk

memantapkan pengujian terhadap tingkat keberhasilan vaksinasi SE maka perlu

dilakukan pemantapan pengujian dengan metode uji Elisa antibodi SE.

Page 37: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

16

Terkait hal tersebut maka dalam workshop peningkatan kompetensi laboratorium

bakteriologi tahun 2013 di Balai Besar Veteriner Denpasar yang

diselenggarakan 18-21 Maret 2013 dengan materi sebagai berikut 1)

Epidemiologi Penyakit SE (oleh Prof. drh. Bambang Sumiarto, SU. MSc), 2)

Presentasi situasi penyakit SE di wilayah kerja (oleh masing-masing peserta

BBV dan BPPV), 3) Teknok Pengujian SE dan metode uji Elisa SE (oleh Prof.

Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS) dan 4) Pelatihan teknis uji Elisa antibodi

SE (oleh Prof Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS dan staf laboratoium BBV

Denpasar).

Adapun peserta Workshop Peningkatan Kompetensi Laboratorium Bakteriologi

Tahun 2013 sebanyak 30 orang dengan rincian sebagai berikut : Direktur

Kesehatan Hewan (1 orang), Narasumber dari UGM dan IPB (2 orang), BBV

Denpasar (6 orang), BBV Wates (2 orang), BBV Maros (2 orang), BPPV Medan

(2 orang), BPPV Bukit Tinggi (2 orang), BPPV Lampung (2 orang), BPPV

Subang (2 orang), BPPV Banjar Baru (2 orang), Pusvetma Surabaya (2 orang),

Laboratorium Tipe B Disnak Provinsi Bali (2 orang), Laboratorium Tipe B Disnak

Provinsi NTB (1 orang) dan Laboratorium Tipe B Disnak Provinsi NTT (2 orang).

Biaya pelaksanaan Workshop Peningkatan Kompetensi Laboratorium

Bakteriologi Tahun 2013 dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar

TA 2013 NO DIPA 081.06.2.239022/2013 Tanggal 15 Desember 2012. Biaya

yang dipergunakan dalam pelaksanaan Workshop Peningkatan Kompetensi

Laboratorium Bakteriologi Tahun 2013 adalah sebesar Rp 54.139.700,- dari

pagu anggaran sebesar Rp. 64.382.000,-. Biaya tersebut menyangkut biaya

(ATK, honor narasumber dan moderator, perjalanan narasumber, honor panitia,

konsumsi dan jasa instruktur).

1.3.3.12. In House Training Medik Veteriner

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan

Pembangunan Pendayagunaan Aparatur Negara No.:

59/KEP/MK.WASPAN/9/1999, bahwa Medik Veteriner berkedudukan sebagai

pelaksana teknis fungsional dibidang pengendalian hama/penyakit hewan serta

pengamanan produk hewan dan pengembangan kesehatan hewan pada

instansi pemerintah. Mengingat peranan Medik Veteriner yang sangat strategis

dalam memajukan bidang kesehatan hewan, maka kompetensi Medik Veteriner

Page 38: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

17

harus ditingkatkan antara lain melalui in house training bagi Medik Veteriner

BBVET Denpasar TA 2013 ini yang dilakukan pada tanggal 13 sampai dengan

17 Mei 2013 di BBVet Denpasar, Jl. Raya Sesetan No 266, Denpasar Bali.

Kegiatan ini diikuti oleh 38 orang peserta yang berasal dari berbagai instansi

yaitu Balai karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Mataram dan Kupang (3

orang), Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar (1 orang), Dinas

Peternakan Kabupaten: Bangli, Tabanan, Karangasem, Gianyar, Badung,

Kelungkung, Kota Denpasar dan Sumbawa (8 orang), dan dari BB-Vet Denpasar

(18 orang).

Tujuan dari kegiatan in house training saat ini antara lain adalah untuk

meningkatkan kemampuan penguasaan metoda/teknologi diagnosa/uji

laboratorium yang baru, meningkatkan kompetensi terkait bertambahnya

penyakit hewan yang baru seperti dugaan infeksi H7N9 dan H5N1 clade 2.3.2

dan meningkatkan kompetensi khusus di bidang KESMAVET, dalam upaya

penyediaan pangan asal hewan yang ASUH. Sedangkan Sasaran in house

training adalah terjalinnya koordinasi dan tukar informasi yang baik inter dan

antar instansi, terlatihnya Medik Veteriner terkait hal hal penanganan penyakit

hewan, koleksi spesimen dan pengujian laboratorium, dan terciptanya

harmonisasi pengujian dalam metode pengujian dan penerapan standarisasi di

bidang diagnosa dan pengujian.

Biaya dari kegiatan In house training ini dibebankan pada DIPA Balai Besar

Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-01806.2.239022/2013. Besarnya biaya

yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp. 60.272.700; Biaya biaya tersebut

digunakan untuk ATK, Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara

sumber dan moderator, perjalanan nara sumber, honor panitia, konsumsi dan

jasa pelatih.

1.3.3.13. In House Traing Paramedik veteriner

Landasan hukum untuk operasional jabatan paramedik veteriner adalah Surat

Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan dan

Pendayagunaan Aparatur Negara No. 59/KEP/MK.WASPAN/9/1999 tanggal 24

Agustus 1999. Dalam surat keputusan tersebut dijelaskan bahwa paramedik

veteriner berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional dibidang

Page 39: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

18

pengendalian hama/penyakit hewan serta pengamanan produk hewan dan

pengembangan kesehatan hewan pada instansi pemerintah.

Paramedik veteriner dalam melaksanakan tugasnya mempunyai tugas pokok:

menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan dan melaporkan kegiatan

pengendalian hama/penyakit hewan, pengamanan produk hewan serta

pengembangan kesehatan hewan. Mengingat peranan paramedik veteriner yang

sangat strategis dalam memajukan bidang kesehatan hewan, maka kompetensi

paramedik veteriner harus ditingkatkan. Ditunjang oleh sarana prasarana yang

memadai serta dengan peningkatan kompetensi yang memadai, diharapkan

mutu pelayanan terhadap masyarakat akan semakin baik. Sehubungan dengan

hal tersebut, maka diselenggarakanlah in house training paramedik veteriner di

BBVET Denpasar TA 2013 ini. Beberapa masalah yang paling dominan terkait

upaya peningkatan kompetensi paramedik veteriner saat ini adalah:

1). Perkembangan metoda/teknologi diagnosa lapangan dan uji di laboratorium

semakin pesat, yang belum sepenuhnya dapat diimplementasikan oleh semua

paramedik veteriner (baik yang bekerja di PUSKESWAN, Dinas Peternakan dan

atau Karantita Hewan/Tumbuhan). 2). BB-Vet Denpasar ditunjuk sebagai

laboratorium rujukan nasional penyakit Jembrana dan penyakit SE

(SK MENTAN No 89/Kpts/PD.620/1/2012), sehingga perlu menyiapkan diri

sebagai provider uji profiensi diagnose kedua penyakit tersebut secara nasional.

3). Bertambahnya penyakit hewan yang baru seperti dugaan infeksi H7N9 dan

infeksi H5N1 clade 2.3.2 memerlukan penanganan yang khusus, hal mana

secara teknis belum sepenuhnya dapat dipahami oleh semua paramedik

veteriner. 4).Penyediaan pangan asal hewan yang ASUH dari aspek

KESMAVET, juga menuntut kompetensi paramedik veteriner yang tinggi di

bidang ini.

Tujuan dari kegiatan in house training paramedik veteriner saat ini adalah untuk

meningkatkan kualitas keterampilan SDM paramedik dalam pemahaman

penyakit dan tehnik penganganan sampel. Meningkatkan kerjasama dan

mempersiapkan diri dalam membantu untuk diagnosa/uji laboratorium dan

terampil dalam membantu persiapan pengambilan sampel uji dan data.Mendapatkan pengetahuan khusus dan terampil di bidang KESMAVET, dalam

upaya penyediaan pangan asal hewan yang ASUH. Mendapatkan pengetahuan

Page 40: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

19

khusus dalam pengambilan langkah-langkah penanganan virus H7N9 pada

unggas dan menyiapkan SDM yang terampil dan mampu bekerja di lab/maupun

di lapangan.

Sasaran yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah : terjalinnya koordinasi

dan tukar informasi yang baik inter dan antar instansi. Terlatihnya paramedik

veteriner terkait hal hal penanganan penyakit hewan, koleksi spesimen dan

pengujian laboratorium. Terciptanya harmonisasi dalam membantu dalam

metode pengujian dan penerapan standarisasi di bidang diagnosa dan

pengujian.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini keluaran yang ingin dicapai adalah :

1). Meningkatkan mutu pemahaman kopetensi SDM (paramedik veteriner)

dalam tugas-tugas profesional di laboratorium dan di lapangan. 2).

Meningkatnya koordinasi baik inter maupun antar instansi. 3). Meningkatnya

kompetensi SDM dan keterampilan dalam pengujian penyakit hewan. Rencana

peserta in house training paramedik veteriner BB-VET Denpasar di Denpasar

berjumlah 40 orang. Narasumber pada in house training paramedik veteriner ini

berasal dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Institut

Petanian Bogor (IPB), Balai Besar Penelitian Veteriner (BBLITVET), Fakultas

Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Udayana Denpasar dan Balai Besar

Veteriner (BB-Vet) Denpasar.

Materi yang diberikan meliputi: Pengarahan Direktur Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan yang mewakili sekaligus membuka in house training secara

resmi. Strategi kesmavet untuk mendukung pangan ASUH oleh Dr. Deni

Lukman (IPB). Biosafety dalam surveilens dan pengujian di Laboratorium oleh

Drh. Wirata, M.Si. Langkah-langkah deteksi virus H7N9 pada unggas oleh Dr.

Indi Dharmayanti (BBLITVET Bogor).Status penyakit strategis di Wilayah Kerja

BB-VET Denpasar oleh Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar.Tehnik dan

metode pengambilan, pengemasan, penyimpanan dan pengiriman Sampel oleh

Drh. Narcana. (Praktikum sapi di BPTU sapi Bali Pulukan) Penyakit Reproduksi

Pada Hewan Besar dan strategi penanggulangannya oleh DR. Drh. I G N B

Trilaksana. (FKH, UNUD). Pemeriksaan Kebuntingan Ternak oleh Drh. Mahmud

Siswanto, M.Si. (BB-Vet) Denpasar. ( Praktikum di BPTU Sapi Bali Instalasi

Page 41: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

20

Breeding Center Pulukan ) Pemeriksaan parasit darah (PUD) dan Penyakit

Gangguan Gastro Intestinal sapi, Oleh Drh. Ketut Mastra ( BBVet.) Denpasar.

Teknik , Metode Pengambilan, pengemasan, penyimpanan dan pengiriman

sampel (Jembrana, Rabies,AI,CSF) oleh Drh. Arsani, M.Sc. (BB-Vet)

Denpasar.Pratikum dan Review Tehnik Nekropsi Pengambilan Sampel Unggas

& Mamalia.Oleh Drh. Wirata,M.Si. Praktikum dan review Uji Cepat Bahan Asal

Hewan/ Hasil Bahan Asal Hewan di Lapangan.Oleh Drh. A.A. Sagung Dewi, M.P

In house training paramedik veteriner dilaksanakan di BB-Vet Denpasar,

Jl. Raya Sesetan No 266, Denpasar Bali, mulai tanggal 07 Oktober 2013

sampai dengan 9 Oktober 2013

Dana penyelenggaraan in house training paramedik veteriner BB-VET

Denpasar, seluruhnya dibebankan kepada DIPA Balai Besar Veteriner

Denpasar, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan TA. 2013.

Biaya untuk pelaksanaan in house training paramedik veteriner terealisasi

sebesar Rp. 57.156.300,- dari pagu anggaran sebesar Rp. 65.582.000,-.

1.3.3.14. Training Petugas laboratorium dari Pulau Sumba untuk ujiPenyakit Brucellosis

Program pembebasan Brucellosis pada sapi dan kerbau di Pulau Sumba

merupakan salah satu program kegiatan penting oleh BB-Vet Denpasar. Alasan

utama program pembebasan penyakit Brucellosis tersebut adalah karena

rendahnya prevalensi reaktor Brucellosis (di bawah 1%). Dengan bebasnya

Pulau Sumba dari penyakit Brucellosis diharapkan mampu meningkatkan

pendapatan petani peternak, memperbaiki lingkungan. Mengawali program ini

telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Awal Program Pemberantasan Brucellosis di

Pulau Sumba, dari tanggal 17-19 Pebruari 2013 di Hotel Monalisa Waikabubak

Sumba Barat. Kegiatan tersebut berhasil menelorkan nota kesepahaman berupa

Dokumen Kerja Sama (MoU=Memorandum of Understanding) tentang

Pengambilan dan Pemeriksaan/Pengujian Sampel Darah Sapi/Kerbau Dalam

Rangka Program Pemberantasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT Tahun 2013

yang telah ditandatangani oleh Kepala Balai Besar Veteriner Denpasar, selaku

PIHAK PERTAMA dan KADISNAK se Pulau Sumba selaku PIHAK KEDUA. Salah

Page 42: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

21

satu klausal yang tercantum dalam MoU tersebut adalah kerjasama tentang tata

cara pengambilan, penanganan dan pengiriman sampel ke BBVet Denpasar dan

atau pengujian sampel di lapangan sesuai kreteria yang telah ditetapkan. Oleh

karena itu maka salah satu langkah awal yang harus dikerjakan adalah Training

Petugas Laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis, sebelum pengambilan /

pengujian sampel dilakukan di lapangan, dimana kegiatan training ini

dilaksanakan di BBVet Denpasar, dari tanggal 6-8 Maret 2013 yang dikuti oleh 16

orang peserta yang masing masing berasal dari Dinas Peternakan kabupaten

Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk membekali peserta training tentang teori umum

Brucellosis, mengajarkan peserta tentang tatacara pengambilan, penanganan

dan pengiriman sampel ke BBVet Denpasar dan memberikan keterampilan

teknis uji RBT. Sedangkan sasaran kegiatan training diats adalah tersedianya

petugas Lab yang mahir melakukan uji RBT di lapangan, terjaminnya kualitas

dan kuantitas sampel yang dikirim ke BBVet Denpasar dan tersedianya data

dan hasil pengujian semua sampel (RBT dan CPT) secara baik dan benar.

Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis

ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-

01806.2.239022/2013. Besarnya biaya yang digunakan dalam kegiatan ini

adalah Rp 108.450.000; Biaya biaya tersebut digunakan untuk ATK,

Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara sumber dan

moderator, perjalanan peserta, honor panitia, konsumsi dan jasa pelatih.

1.3.3.15. Diseminasi Pemberantasan Brucellosis di Pulau Sumba

Menindaklanjuti pelaksanaan program pembebasan Brucellosis pada sapi dan

kerbau di Pulau Sumba yang telah dimulai tahun 2012, maka pemerintah pusat

melalui Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar telah sepakat dengan

Pemerintah Daerah Provinsi NTT melalui Dinas Peternakan Kabupaten se-Pulau

Sumba dan Dinas Peternakan Provinsi akan melanjutkan program tersebut di

tahun 2013. Alasan utama program pembebasan penyakit Brucellosis di pulau

Sumba ini dilakukan adalah karena rendahnya prevalensi reaktor Brucellosis (di

bawah 1%), mempertahankan plasma nuftah sapi Ongole di Pulau Sumba,

sehingga diharapkan Pulau Sumba dapat dijadikan sebagai sumber bibit Sapi

Page 43: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

22

Ongole nasional, serta adanya dukungan dari Pemerintah Provinsi NTT serta

Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan

Sumba Timur terhadap program tersebut.

Dengan bebasnya Pulau Sumba dari penyakit Brucellosis diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan petani peternak, memperbaiki lingkungan budidaya

peternakan yang bebas Brucellosis serta meningkatkan produktivitas dan

reproduktivitas ternak sapi dan kerbau. Pada akhirnya diharapkan dapat

memberikan konstribusi nyata dalam menciptakan ketahanan ekonomi rakyat

dan memenuhi kebutuhan daging dalam negeri sehingga program swasembada

daging sapi/kerbau 2014 dapat tercapai.

Langkah yang sudah dilakukan untuk mensukseskan program tersebut diatas

adalah rapat koordinasi rencana pemberantasan yang telah dilakukan pada tahun

2012 di Kabupaten Sumba Barat Daya dan di BBVet Denpasar. Untuk tahun 2013

telah dilaksanakan rapat koordinasi awal program pembebasan Brucellosis di

Pulau Sumba antara pihak-pihak terkait, pada tanggal 17 – 19 Pebruari 2013 di

Kabupaten Sumba Barat. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah desiminasi

tentang pembebasan brucellosis di Pulau Sumba. Dalam kegiatan desiminasi

tersebut melibatkan petugas Dinas Peternakan/Dinas yang menangani fungsi

peternakan, tokoh masyarakat seperti Kepala Desa, dan masyarakat/peternak.

Pada kesempatan tersebut dibahas juga masalah-masalah teknis untuk

memantapkan, memadukan dan mensinkronkan langkah-langkah pembebasan

Brucellosis di lapangan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan. Sehingga

semua pihak yang terkait saling mengerti, memahaminya dan pada akhirnya ada

kerjasama yang baik untuk mensukseskan program pemberantasan brucellosis

di Pulau Sumba.

Desiminasi tentang pemberantasan Brucellosis di Kabupaten Sumba Barat dan

Sumba Barat Daya dilaksanakan pada bulan Maret 2013, sedang untuk Sumba

Timur dan Kabupaten Sumba Tengah dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013

dan 28 Mei 2013. Masing-masing Kabupaten dihadiri oleh 100 orang peserta

terdiri dari Petugas Dinas Peternakan, tokoh masyarakat (Camat, Kepala Desa,

dll), serta masyarakat peternak. Biaya pelaksanaan kegiatan desiminasi

pemberantasan Brucellosis di Pulau Sumba dibebankan kepada DIPA Balai

Page 44: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

23

Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggara 2013, sebesar Rp. 67.445.000 dari

pagu anggaran sebesar Rp.80.000.000.

1.3.3.16. Rakor Keswan Wilker Bali-Nusra di Mataram

Dalam rangka evaluasi perkembangan situasi penyakit hewan menular strategis di

wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar yaitu Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT), maka perlu dilakukan rapat

koordinasi diantara instansi terkait, guna menyamakan visi, misi, dan persepsi

dalam upaya penanggulangan dan penanganan penyakit hewan yang ada di

wilayah tersebut. Untuk mewujudkan tercapainya tujuan penanggulangan penyakit

hewan menular yang efektif di wilayah kerja BBVet Denpasar, maka perlu

dilakukan rapat koordinasi diantara instansi terkait di wilayah Bali, NTB, dan NTT.

Rapat koordinasi dimaksud dilaksanakan setiap tahun, dengan tempat

pelaksanaan dilakukan secara bergiliran diantara ke tiga provinsi. Sesuai dengan

rekomendasi hasil Rakor tahun 2012 di Mataram, bahwa pelaksanaan rakor pada

tahun 2013 direncanakan dilakukan di Kupang, namun karena adanya kesibukan

di Dinas Peternakan Provinsi NTT, maka Rakor baru bisa dilaksanakan paling

cepat bulan Agustus 2013. Berkaitan dengan target percepatan realisasi anggaran

dan pelaksanaan ROK BBVet Denpasar, maka rakor keswan pada tahun 2013

dipindahkan pelaksanaannya ke Mataram.

Rapat Koordinasi Koordinasi Penyakit Hewan Menular wilayah Bali dan Nusa

Tenggara tahun 2013 dilaksanakan di Hotel Lombok Raya, Jl. Panca Usaha

No.11 Mataram, pada tanggal 2-4 April 2013. Peserta Rapat Koordinasi

Kesehatan Hewan Wilayah Kerja Bali dan Nusa Tenggara 76 orang, Direktorat

kesehatan hewan Jakarta, Dinas Peternakan Provinsi dan Kabupaten se Bali,

NTB, NTT, BPTU Sapi Bali, Puskeswan (Bali, NTB, NTT), BBVet Denpasar dan

Maros, Bvet Lampung dan Banjar Baru, petugas RPH Mataram. Biaya Rakor

Koordinasi Kesehatan Hewan Wilayah Kerja Bali dan Nusa Tenggara yang

dialokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Balai Besar

Veteriner Denpasar tahun 2013 Nomor : DIPA-081.06.2.239022/2013 tanggal 5

Desember 2012, dengan realisasi sebesar Rp. 127.492.300, dari pagu anggaran

sebesar Rp. 169.360.000.

Page 45: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

24

1.3.3.17. Rapat Koordinasi awal Pemberantasan Brucellosis di PulauSumba, NTT

Rapat koordinasi awal program pembebasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT

merupakan tahapan awal dalam rangka memantapkan, memadukan dan

menyinkronkan langkah-langkah pembebasan Brucellosis sesuai tujuan dan

sasaran kegiatan yang dilakukan dari tanggal 17-19 Pebruari 2013 di Hotel

Monalisa Waikabubak Sumba Barat.

Tujuan kegiatan ini adalah sebagai forum bertukar informasi untuk kelancaran

pelaksanaan program Pembebasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT;

mengoptimalkan pelaksanaan program Pembebasan Brucellosis di Pulau

Sumba, NTT melalui koordinasi antar instansi terkait; mendukung keberhasilan

pelaksanaan program Pembebasan Brucellosis di Pulau Sumba, NTT melalui

penandatanganan nota kesepahaman antar instansi terkait dalam mewujudkan

bebasnya Pulau Sumba, NTT dari penyakit Brucellosis.

Peserta Rapat ini diikuti oleh 75 peserta yang terdiri dari Ditjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan (2 orang), Disnak Prop NTT (3 orang), BB-Vet Denpasar (5

orang), Disnak Kabupaten se P. Sumba (12 orang), Dokter Hewan dan Para

medik di 4 kabupaten di Sumba (12 orang), Balai Karantina Pertanian Kupang,

NTT (1 orang), Stasiun Karantina Pertanian Sumba Barat Daya dan Sumba

Timur (2 orang), Lab. Keswan/Kesmavet Tipe B Kupang (1 orang), Narasumber

dari FKH UGM (1 orang), Panitia (2 orang), dan Staf Puskeswan di Pulau

Sumba 34 orang).

Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis

ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-

01806.2.239022/2013 tanggal 05 Desember 2012. Besarnya biaya yang

digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp 120.519.300.

Page 46: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

25

1.3.3.18. Rapat Evaluasi I Program Pemberantasan Brucellosis di PulauSumba, NTT

Beberapa kegiatan yang secara beruntutan dan sudah dilakukan untuk

mensukseskan program pemberantasan Brucellosis di P. Sumba antara lain:

Pertama, Rapat koordinasi awal program pembebasan Brucellosis di Pulau

Sumba, NTT yang dilakukan pada tanggal 17-19 Pebruari 2013 di Sumba Barat

dengan tujuan untuk membahas persiapan teknis terkait penentuan surveilans

dan pengambilan sampel secara terstruktur sesuai kaidah-kaidah epidemiologi

yang lebih intensif. Kedua, Training Petugas Laboratorium dari Pulau Sumba

untuk Uji Brucellosis yang dilakukan pada tanggal 2-8 Maret 2013 di Balai

Besar Veteriner Denpasar, yang diikuti 16 orang petugas dari seluruh P. Sumba

dengan tujuan untuk membekali peserta training tentang teori umum

Brucellosis, tatacara pengambilan, penanganan dan pengiriman sampel ke

BBVet Denpasar dan keterampilan teknis uji RBT. Ketiga, dengan mantapnya

langkah pertama dan kedua diatas, maka telah dilakukan pengambilan dan

pengujian sampel di lapangan (uji RBT) dan pengiriman sampel yang positif

RBT serta sampel lainnya ke Balai Besar Veteriner Denpasar. Walaupun telah

dilakukan langkah langkah (pertama, kedua dan ketiga diatas), masih perlu

dilakukan evaluasi tahap I.

Tujuan kegiatan evaluasi tahap I ini adalah untuk melihat kekurangan-

kekurangan yang ada pada kegiatan tahap ketiga diatas, terutama yang terkait

dengan (a) masalah teknis pengambilan dan pengujian sampel di lapangan (uji

RBT) dan pengiriman sampel yang positif RBT serta sampel lainnya ke Balai

Besar Veteriner Denpasar dan (b) masalah administrasi-keuangan lainnya

sebagimana yang telah disepakati dalam MoU yang telah buat, dan secara

bersama-sama mencari dan atau memberikan solusi/pemecahan masalah yang

ada sehingga pada kegiatan kegiatan selanjutnya akan menjadi lebih baik.

Rapat ini diikuti oleh 75 peserta yang terdiri dari Ditjen Peternakan dan

Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2 orang), Dinas

Peternakan Provinsi NTT (3 orang),

Balai Besar Veteriner Denpasar (6 orang), Dinas Peternakan Kabupaten Sumba

Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya (12 orang), Dokter

Page 47: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

26

Hewan dan Paramedik di 4 Kabupaten di Pulau sumba (12 orang), Balai

Karantina Pertanian Kupang, NTT (1 orang), Stasiun Karantina Pertanian

Sumba Barat Daya dan Sumba Timur (2 orang), Lab. Keswan/Kesmavet Tipe B

Kupang (1 orang), Panitia Rapat (4 orang), Staf Puskeswan di Pulau Sumba (32

orang),

Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis

ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-

01806.2.239022/2013 tanggal 05 Desember 2012. Besarnya biaya yang

digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp 135.235.000; Biaya biaya tersebut

digunakan untuk ATK, Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara

sumber dan moderator, perjalanan Narasumber, dan transportasi lokal peserta

lokal, honor panitia, konsumsi dan jasa pelatih.

1.3.3.19. Rapat Evaluasi Akhir Program Pemberantasan Brucellosis diPulau Sumba, NTT

Pelaksanaan pemberantasan Brucellosis di P. Sumba, Nusa Tenggara Timur

telah dilaksanakan mulai Tahun 2012 dan dilanjutkan Tahun 2013. Hasil

surveilan dan pemeriksaan laboratorium Tahun 2012 menunjukkan hasil uji RBT

negatif dari 3.165 sampel yang diperiksa. Namun demikian pada pemeriksaan

sampel Tahun 2013 (sampai dengan 11 Nopember) menunjukkan hasil negatif

uji RBT di Sumba Barat Daya (7.711sampel), Sumba Barat (4.363sampel),

Sumba Tengah (6.612sampel) dan Sumba Timur (15.844sampel). Namun

demikian pada pengambilan sampel di Desa Laspori, Kec. Pandawai,

Kabupaten Sumba Timur tanggal 2 Agustus 2013, 1 (satu) sampel

menunjukkan hasil uji RBT positif, dan dilanjutkan dengan uji CFT di Lab. BB-

Vet Denpasar, juga menunjukkan hasil uji CFT positif. Selanjutnya untuk

menghindari kesalahan interpretasi hasil, maka terhadap sampel tersebut

dilakukan uji banding ke BB-Vet Maros, karena sesuai SK. Mentan. No

89/Kpts/PD.620/1/2012 Tanggal 9 Januari 2012, tentang Penunjukan

Laboratorium Pengujian Penyakit Hewan Menular Tertentu. BB-Vet Maros

ditunjuk sebagai Laboratorium rujukan Brucellosis, dengan hasil positif CFT.

Page 48: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

27

Berdasarkan data-data diatas, maka BB-Vet Denpasar perlu melakukan evaluasi

terhadap hasil yang telah dilakukan, untuk pijakan mengambil langkah-langkah

pembebasan Brucellosis di tahun 2014. Untuk hal tersebut dilakukan rapat

evaluasi kegiatan pemberantasan yang ditetapkan di Hotel Elvin, Waingapu

Kabupaten Sumba Timur. Dalam rapat evaluasi tersebut akan dihadiri oleh

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Bupati Sumba Timur,

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTT, seluruh Kepala

Dinas Kabupaten di P. Sumba, BB-Vet Denpasar, Narasumber dari Universitas

Gajah Mada, BB-Vet Denpasar dan undangan lainnya, termasuk Dokter Hewan

Puskeswan di P. Sumba.

Biaya dari kegiatan training petugas laboratorium dari Sumba terkait uji Brucellosis

ini dibebankan pada DIPA Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013 No. DIPA-

01806.2.239022/2013 tanggal 05 Desember 2012. Besarnya biaya yang

digunakan dalam kegiatan ini adalah Rp 135.235.000; Biaya biaya tersebut

digunakan untuk ATK, Dokumentasi, pelaporan/perbanyakan materi, honor nara

sumber dan moderator, perjalanan Narasumber, dan transportasi lokal peserta

lokal, honor panitia, konsumsi dan jasa pelatih.

Page 49: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

28

BAB IIPELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SASARAN,

PROGRAM / KEGIATAN SERTA ANGGARAN TAHUN 2013

II.1. Kegiatan Bidang Pelayan Veteriner

Bidang Pelayanan Veteriner sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, selama

tahun 2013 telah melaksanakan kegiatan yang meliputi pelayanan teknik dengan

tugas memberikan pelayanan teknik kegiatan penyidikan dan pengujian

veteriner, dan pengembangan teknik dan metoda pengujian veteriner. Dan

informasi veteriner dengan tugas melakukan pengumpulan, pengolahan dan

analisis kegiatan penyidikan, pengujian veteriner di Wilayah kerja yang meliputi

Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

II.1.1 Seksi Pelayan Teknik

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, selama tuhan 2013 BB-Vet

Denpasar telah melaksanakan kegiatan investigasi, monitoring dan surveilans

penyakit hewan di Wilayah kerja yang meliputi Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Barat dan Nusa Tenggara Timur. Untuk kelancaran kegiatan investigasi,

monitoring, surveilans penyakit hewan dan proses penerimaan serta

pendistribusian sampel di laboratorium, BB-Vet Denpasar telah menyediakan

beberapa form sesuai dengan panduan mutu. Jumlah keseluruhan form yang

dipakai dalam setahun sebanyak 40.250 lembar. Form yang digunakan

dimaksud secara terperinci dapat dilihat pada jenis Form terlampir

II.1.1.1 Kegiatan Penyidikan / investigasi Penyakit Hewan

Pada tahun 2013 terjadi kasus penyakit di beberapa wilayah kerja BB-Vet

Denpasar, antara lain kasus Avian Influenza dan kasus Kematian Sapi yang

secara lengkap terangkum pada tabel 1 dibawah ini :

Page 50: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

29

Tabel 1.Kegiatan Penyidikan/investigasi yang Dilaksanakan BB-Vet Denpasar di

Provinsi Bali Tahun 2013

LokasiNo. Kagiatan Kab./Kota Kec. DesaTanggalKegiatan

1 Investigasi AI Bangli Tembuku Yangapi, DsnKalang Ayar

12 Pebruari2013

2 Investigasi kasuskematian sapi

Tabanan Baturiti Batunya,Br. Juwuklegi

21 Nopember2013

3 Investigasi kasuskematian sapi

Buleleng Tejakula Sambirenteng 15 Desember2013

Pada tahun 2013 di Provinsi NTB terjadi Kasus AI pada Itik di Kabupaten

Lombok Tengah, di Desa Barejulat dan Kabupaten Lombok Timur Desa Kalijaga

Kecamatan Aikmel dapat terangkum sebagai berikut (tabel 2).

Tabel 2.Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan oleh BB-Vet

Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013

LokasiNo. Kagiatan Kab./Kota Kec. DesaTanggalKegiatan Hasil

1 InvestigasiAI

LombokTengah

Jonggat Barejulat 19-20Oktober 2013

Negatif AI

2 InvestigasiAI

LombokTimur

Aikmel Kalijaga 30 Oktober-1Nopember2013

Negatif AI

Pada Tanggal 3-4 Desember 2013 dilakukan investigasi khusus dalam rangka

melakukan pengamatan terhadap penyakit Jembrana dan Brucellosis pada sapi

Bali di Lingkungan Tanjung, Desa Klatak Kecamatan Kalipuro, Kabupaten

Banyuangi terangkum sebagai berikut (tabel 3).

Tabel 3.Kegiatan Penyidikan/investigasi Penyakit yang dilaksanakan oleh BB-Vet

Denpasar di Provinsi NTB tahun 2013

LokasiNo. Kagiatan Kab./Kota Kec. Desa

TanggalKegiatan Hasil

1 InvestigasiPenyakitpada SapiBali (Bibit)

Banyuangi Kalipuro Klatak,LingkunganTanjung

3-4Desember2013

Negatifterhadap UjipenyakitJembranadan UjiBrucellosis

Page 51: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

30

II.1.1.1.1. Investigasi AI di Yangapi, Dusun Kalanganyar, KecapatanTembuku Kabupaten Baangli.

Awalnya informasi dari seorang peternak bernama Nengah Rentet, tanggal 3

Pebruari 2013 keluarga ini membeli ayam kampung sebanyak 2 ekor dan bebek

sebanya 4 ekor dipasar galiran Kabupaten Klungkung untuk kepentingan

upacara adat. Pada malam harinya Keluarga Nengah Rentet 2 Orang

mengalami demam dan berobat ke seorang Perawat Kesehatan setempat. Mulai

tanggal 6 Pebruari tersebut sampai tanggal 12 Pebruari 2013 terjadi kematian

unggas milinya sebanyak 30 ekor ayam, bebek sebanyak 5 ekor dan entok

sebanyak 5 ekor. Kemudian pada tanggal 7 pebruari 2013 I Ketut Adiguna

saputra mengalami demam diikuti gejala batuk dan pilek.

Investigasi dilakukan pada tanggal 11 Pebruari oleh Dinas Peternakan dan

Perikanan darat ditemukan 1 ekor entok mati, dilakukan rapid test menunjukkan

hasil negative. Pada tanggal 12 pebruari 2013 Balai Besar Veteriner melakukan

Investigasi ke lokasi ditemukan 1 ekor ayam kampong dan 1 ekor entok yang

masih hidup dan menunjukkan geala tortikolis, berak putih. Selanutnya ternak

tersebut di bawa ke Lab.BBVet untuk pemeriksaan Patologi Anatomi. Hasil

Pemeriksaan P.A. ditemukan perubahan sbb.: hati terjadi Nekrosis, Limpa

Membesar, pancreas mengalami nekrosis, ginal membesar, otak mengalami

perdarahan, dan organ lain tidak mengalami perubahan. Hasil uji laboratorium

Negative.

II.1.1.1.2. Investigasi Kasus Kematian Sapi Br. Juwuklegi Desa Batunya,Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan.

Investigasi kematian sapi ini awalnya dilaporkan oleh Puskeswan Baturiti

Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, tanggal 21 Nopember 2013, berlokasi

pada kelompok ternak sapi” Simantri” 236 Gapoktan”Tunas Sejahtera” Br.

Juwuklegi, desa Batunya Kecamatan Baturiti, Kab. Tabanan. Jumlah populasi

ternak sapi 21 ekor telah divaksinasi SE dan vaksin Jembrana, kematian

sebanyak 4 ekor mulai bulan Agustus-Oktober, tanggal 21 Nopember 2013

terjadi kematian Sapi umur 1 Tahun milik Nyoman Nariana salah satu angggota

kelompok ternak simantri, Sebelum mati ternak tersebut sakit dengan gejala

Page 52: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

31

klinis tidak ada nafsu makan, gemetar dan cermin hidung kering. Selanjutnya

ternak tersebut di dilakukan bedah bangkai, Perubahan Patologi Anatomi (PA)

sbb: Pada organ Hati ada bercak Kuning ( pengkejuan), sampel yang di bawa ke

Lab.BBVet untuk pemeriksaan Patologi Anatomi dan uji laboratorium adlah

Organ untuk pemeriksaan Histopatologi (HP), Organ segar untuk pemeriksaan

Bakteri (isolasi Bakteri), Feses untuk pemeriksaan PGI, PUD untuk pemeriksaan

Parasitologi, Darah untuk Pemeriksaan Jembrana di Laboratorium Biotek,Serum

untuk Pemeriksaan ELISA di Laboratorium Virologi dan pemeriksaan penyakit

SE. Hasil Pemeriksaan P.A. ditemukan perubahan hati terjadi nekrosis dan

organ lain tidak mengalami perubahan. Hasil uji laboratorium Negative

Jembrana dan SE.

II.1.1.1.3. Investigasi Kasus Kematian Sapi di Desa SambirentengKecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng.

Laporan dalam bentuk SMS dari Puskeswan Tejakula menyampaikan bahwa

Gabungan Kelompok Penerima Bantuan Gubernur Bali dalam Program Simantri

mengalami sakit. Nama Gapoktan tersebut adalah Gapoktan Amerta Boga,

Kelompok Tani lebah madu, Desa Sambirenteng Kecamatan Tejakula. Awlnya

Sapi dalam kondisi sehat dengan Performa yang Baik, pemberian pakan sudah

baik dengan pemberian daun enau yang masih muda dan rumput lapangan,

sampai tanggal 14 Desember menampakkan gejala sakit, dengan gejala klinis

tidak ada nafsu makan, cermin hidung kering dan tidak mau minum. Tanggal 15

Desember 2031 hidung mengeluarkan eksudat. Pengobatan diberikan antibiotic

Gentamycin dan pemberian Obat cacing.

Pengambilan sampel berupa serum, darah,dan feses. Dilakukan uji Elisa SE, JD

dan Parasitologi. Hasil uji tersebut menunjukan negative antibody SE, Negative

antibody JD dan uji Parasitologi ditemukan 4000 opg Eimeria sp ( protozoa ),

danui sedimentasi hasilna negative atau tidak ditemukan trematoda.

Page 53: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

32

II.1.1.1.4. Investigasi AI di Desa Barejulat, Kecamatan Jonggat,Kabupaten Lombok Tengah.

Investigasi ini dilakukan karena laporan dari petugas Lab. tipe B dan Petugas

Lapangan Lombok tengah NTB, bahwa telah terjadi kematian itik di kelompok

ternak itik di Desa Barejulat, kematian itik di Kelompok peternak Barejulat Kec.

Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah. Kematian itik sudah terjadi dan adanya

penjualan itik sisa yang masih sakit ke pasar rakyat membuat pengamatan

pengambilan sampel tidak maksimal.

Pengambilan sampel terhadap itik di Desa Barejulat Kec. Jonggat berupa 20

swab,1 tabung sampel organ dan 20 serum. Pengambilan sampel sangat

terbatas karena ternak itik sudah mulai sehat. Hasil uji serologis dan isolasi virus

adalan negative AI maupun ND.

II.1.1.1.5. Investigasi AI di Desa Kalijaga, Kecamatan Aikmel, KabupatenLombok Timur.

Investigasi ini dilakukan karena laporan dari petugas puskeswan Aikmel,

Lombok timur NTB, bahwa telah terjadi kematian itik di kelompok ternak itik di

Desa Kalijaga Kec, Aikmel, kematian itik di dua lokasi 1). Kelompok peternak

bamu tulen Kec. Aikmel dan 2). Didesa Memben Daya Kec. Wanasaba

Kabupaten Lombok Timur. Kematian itik sudah terjadi seminggu sesudah

adanya pemasukan itik dari pemerintah pada tanggal 25 September 2013. Hasil

rapid Test dari Puskeswan oleh Drh. Hultatang : positive AI.

Team Investigasi melakukan pengambilan sampel terhadap 10 Flok yang ada di

desa Aikmet berupa 10 swab dan 10 serum. Pengambilan sampel sangat

terbatas karena ternak itik sudah mulai sehat dan berproduksi. Dan di desa

Memben daya kecamatan Wonosobo milik peternak supriyadi dilakukan

pengambilan 6 sampel swab itik, 1 swab ayam, 6 serum itik dan 1 serum ayam.

Hasil uji serologis dan isolasi virus adalan negative AI maupun ND.

Page 54: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

33

II.1.1.1.6. Investigasi Khusus Pengamatan Terhadap Penyakit Jembranadan Brucellosis Pada Sapi Bali di Lingkungan Tanjung, DesaKlatak Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuangi.

Pengambilan sampel dan pengamatan dilaksanakan pada 3 kandang

penampungan milik Sapuan / Nawi dilingkungan Tanjung, desa Klatak, Kec.

Kalipuro, Kabupaten Banyuangi. Selama pengamatan terhadap 245 sapi bibit

yang akan diantar pulaukan tersebut tidak ada yang menunjukkan gejala klinis

penyakit Jembrana dan secara umum dalam keadaan sehat. Namun

berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Banyuangi dan

penanggungjawab Karantina Pertanian Ketapang disinyalir adanya

penyelundupan sapi-sapi dari Bali melalui pelabuhan –pelabuhan yang belum

ditetapkan (pelabuhan rakyat).

Sampel serum yang diambil sebanyak populasi ternak yang diinvestigasi

sebanyak 245 ternak bibit. Sehingga serum yang diambil 245 sampel dan diuji

terhadap antibodi JD dan antibody Brucellosis. Hasil Uji tersebut menunjukkan

bahwa seluruh sampel serum negative terhadap antibody JD dan antibodi

Brucellosis.

II.1.1.2 Kegiatan Monitoring Penyakit Hewan

Kegiatan monitoring penyakit hewan dilaksanakan terutama untuk mengetahui

secara dini adanya sinyal penyakit hewan strategis disuatu wilayah, yang

tampaknya tidak terjadi letupan/outbreak, sehingga tindak pencegahannya dapat

dilakukan lebih awal. Kegiatan monitoring dilaksanakan di beberapa wilayah

balai berupa pengambilan sampel untuk melihat gambaran titer antibodi dan,

adanya antigen ataupun adanya agen penyakit pada ternak.

Selain itu pada tahun 2013 BB-Vet Denpasar juga melaksanakan monitoring

penyakit hewan non strategis yang disebabkan oleh parasit gastrointestinal dan

fasciolosis. Hal ini dipandang perlu karena meskipun penyakit ini tidak

menimbulkan kematian tinggi tetapi secara financial mengakibatkan kerugian

ekonomi yang sangat berarti karena hewan terhambat perkembangannya.

Page 55: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

34

Secara lengkap hasil monitoring penyakit hewan parasit gastrointestinal tertera

pada tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4.Hasil Monitoring Penyakit Parasit Gastrointestinal pada Sapi Bali di

Provinsi Bali, NTB, dan NTT Tahun 2013.

LokasiI JumlahSampel

PositifTrematoda

PositifNematoda

PositifCoccidia

PrevalensiPGI ( % )

BALI 1124 489(43.5%)

198(17.6%)

262(23.3%)

757(67.3%)

NTB 221 97 (43.9%) 40(18.1%) 25.(11.3%) 125 (56.6%)

NTT 174 21 (12.2%) 25 (14.4%) 38(21.8%) 72 (41.4%)

TOTAL 1519 142(26.1%) 80 (14.7%) 8 (1.6%) 231 (42.5%)

II.1.1.2.1. Monitoring Penyakit Mulut dan Kuku

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah suatu penyakit yang sangat menular

pada hewan berkuku genap (sapi, kerbau, kambing, domba, babi dan rusa).

Angka mortalitas (kematian) akibat serangan penyakit ini rendah, namun

kerugian secara ekonomis yang timbul akibat serangan penyakit sangat besar

karena terjadi penurunan berat badan, penurunan produksi susu, kehilangan

tenaga kerja, hambatan pertumbuhan dan hambatan lalu lintas ternak.

Surveilans PMK dilaksanakan di Provinsi Bali (Tabel 5). Sampel yang diambil

berupa serum Sapi dan uji yang dilakukan ELISA untuk melihat titer antibodi

PMK. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 1408 serum dari Provinsi Bali

dengan Hasil pemeriksaan seluruhnya menunjukkan negatif antibodi PMK.

Page 56: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

35

Tabel 5.Hasil surveilans Penyakit Mulut Kuku (PMK)

di Provinsi Bali Tahun 2013

Provinsi Kabupaten Kecamatan SeroPositif

SeroNegatif Total

BALI BADUNG KUTA

KUTA UTARA

MENGWI

TOTAL SAMPEL

0

0

0

0

5

6

19

30

5

6

19

30

BANGLI SUSUTTOTAL SAMPEL

0

0

50

50

50

50

BULELENG BULELENG

SERIRIT

SUKASADA

TOTAL SAMPEL

0

0

0

0

50

50

152

252

50

50

152

252

DENPASAR DENPASAR

SELATAN

TOTAL SAMPEL

0

0

49

49

49

49

GIANYAR BLAHBATUH

TEGALALANG

TOTAL SAMPEL

0

0

0

50

100

150

50

100

150

JEMBRANA MELAYA

PEKUTATAN

TOTAL SAMPEL

0

0

0

43

299

342

43

299

342

KARANGASEM BEBANDEM

KUBU

MANGGIS

TOTAL SAMPEL

0

0

0

0

50

233

50

333

50

233

50

333

KLUNGKUNG DAWAN

TOTAL SAMPEL0

0

50

50

50

50

TABANAN BATURITI

KERAMBITAN

TOTAL SAMPEL

0

0

0

100

52

152

100

52

152

Grand Total Bali 0 1408 1408

Sampel yang diuji dari propinsi Nusa Tenggara Timur (Tabel 6) sejumlah 100

sampel serum yang diambil di kabupaten Belu. Dari hasil pengujian diperoleh

hasil semua sampel serum sapi negatif antibodi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

Page 57: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

36

Tabel 6.Prevalensi antibodi PMK di provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Kabupaten Kecamatan SeroPositif

SeroNegatif Total

NUSA

TENGGARA

TIMUR

BELU LASIOLAT

NANAET DUABESI

RAI MANUK

TASIFETO BARAT

TASIFETO TIMUR

TOTAL SAMPEL

0

0

0

0

0

0

6

39

17

13

25

100

6

39

17

13

25

100

Total 0 100 100

II.1.1.2.2. Monitoring Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE)

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE) atau yang biasa disebut penyakit sapi

gila merupakan penyakit yang dapat ditemukan pada sapi, ditandai dengan

gejala saraf dan biasanya berakhir dengan kematian. Indonesia sampai saat ini

merupakan negara yang masih bebas dari kasus BSE. Untuk mempertahankan

kondisi tersebut, pemerintah telah mengambil langkah-langkah antara lain:

penghentian importasi hewan ruminansia dan produknya yang berasal dari

negara tertular BSE, pelarangan penggunaan tepung daging dan tulang (TDT)

dan meat bone meal (MBM) asal ruminansia sebagai pakan ternak ruminansia

serta melakukan surveilans dan kajian resiko setiap tahun secara berkelanjutan.

Pada tabel 7 dapat dilihat hasil surveilans Bovine Spongiform Enchepahopathy

(BSE) yang dilaksanakan di provinsi Bali,NTB dan NTT pada tahun 2013.

Sampel pemeriksaan berupa otak diambil dari sapi yang dipotong di Rumah

Potong Hewan (RPH) dan diuji dengan metoda Histopatologi. Dari 366 sampel

yang diperiksa seluruhnya menunjukkan negatif BSE.

Page 58: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

37

Tabel 7.Hasil Surveilance dan Monitoring BSE dari RPH Kabupaten/Kota di

Provinsi Bali NTB dan NTT Tahun 2013.

Jenis Kelamin HasilNo Prov. Kab./Kota

JmlSmpl Betina Jantan T.D.

Jenis UjiNeg. Pos.

Karangasem 23 23 0 - Histopatologi 23 01 Bali

Buleleng 4 4 0 - Histopatologi 4 0

Mataram 126 31 95 - Histopatologi 126 0

Lombok Brt 2 1 1 - Histopatologi 2 0

2 NTB

Sumbawa 12 11 1 - Histopatologi 12 0

3 NTT Kupang 199 112 8 79 Histopatologi 199 0

Jumlah total sampel 366 182 105 79 366 0

Catatan: T.D. : Tidak ada Data

II.1.1.2.3. Monitoring Penyakit AnthraksDalam rangka monitoring penyakit anthraks dilakukan Uji serologis menunjukan

bahwa jumlah sampel yang positif mengandung antibodi anthrax di Kabupaten

Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur seperti

dalam Tabel 8, 9,10 dan 11.

Tabel 8.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat Daya

Positif AntibodiAnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel Jumlah (%)Wewewa Timur 26 16 61,54Wewewa Utara 36 35 97,22Wewewa Selatan 43 24 55,81Wewewa Tengah 164 58 35,37Wewewa Barat 92 51 55,44Kodi 111 73 65,77Kodi Balaghar 39 36 92,31Kodi Utara 62 41 66,13Kodi Bagedo 73 54 73,97Loura 236 109 46,19Kota Tambolaka 206 159 77,18%

Sumba BaratDaya

Jumlah 1088 656 60,29

Page 59: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

38

Tabel 9.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Barat

Positif Antibodi AnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel Jumlah (%)Kota Wikabubak 68 59 86,76Lamboya 267 144 53,93Lamboya Barat 407 328 80,59Loli 101 79 78,22Tana Righu 202 43 21,29Wanukaka 166 146 87,96

Sumba Barat

Jumlah 1211 799 65,99

Tabel 10.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Tengah

Positif AntibodiAnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel Jumlah (%)Umbu Ratu Nggay 484 248 51,24%Umbu R. N. Barat 262 84 32,06%Katikutana 97 58 59,79%Katikutana Selatan 106 79 74,53%Mamboro 577 343 59,45%

Sumba Tengah

Jumlah 1526 812 53,21%

Page 60: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

39

Tabel 11.Hasil Elisa Anthrax di Kabupaten Sumba Timur

Positif AntibodiAnthraxKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel Jumlah (%)Matawai La Pawu 220 202 91,82%Pandawai 497 377 75,86%Haharu 48 22 45,83%Kahaungu Ety 69 65 94,2%Katala Hamu Lingu 56 50 89,29%Kambata Mapambuhang 61 49 80,33%Kanatang 70 60 85,71%Lewa 102 59 57,8%Umalulu 87 66 75,86%Ngadu Ngala 67 48 71,64%Rindi 101 91 90,1%Pinupahar 53 39 73,58%Nggaha Ori Angu 139 112 80,58%Karera 53 50 94,34%Lewa Tidahu 54 44 81,48%Tabundung 100 78 78%Kambera 21 6 28,57%Kota Waingapu 4 2 50%Pahunga Lodu 343 261 76,09%Wulla Waijellu 66 52 78,79%Mahu 0 0 0Paberiwai 0 0 0

Sumba Timur

Jumlah 2211 1736 78,52%

Secara geografis Pulau Sumba terdiri dari daerah perbukitan dan sulit dijangkau

serta keterbatasan dana yang ada, pengambilan sampel dilapangan dilakukan

dengan cara kerjasama BBVet Denpasar dengan dinas yang menangani

kesehatan hewan di masing-masing kabupaten terutama kerjasama dengan

Puskeswan di masing-masing wilayah. Dengan cara pengambilan sampel

seperti ini sampel yang diambil sebanyak 6.036 sampel serum sudah sesuai

dengan target sampel yang ditetapkan.

Secara umum provinsi NTB dan NTT, dibeberapa wilayahnya merupakan

daerah endemis Anthraks dan dilakukan vaksinasi anthraks. Untuk melihat

tingkat kekebalan ternak setelah divaksinasi, dilakukan kegiatan monitoring post

vaksinasi. Hasil Uji Elisa menunjukan bahwa jumlah sampel yang positif

mengandung antibodi anthrax di wilayah kerja BBVet Denpasar seperti dalam

Tabel 12 dan 13.

Page 61: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

40

Tabel 12.Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTB

Kabupaten Kecamatan JumlahSampel

Positif AntibodiAnthrax

Pringarata 205 0Jonggat 100 1Janapriye 100 4

Lombok Tengah

Jumlah 405 5 (1,2%)Tanjung Gangga 201 5Lombok Utara

Jumlah 201 5 (2,5%)Narmada 72 1Gerung 108 0Kediri 20 0

Lombok Barat

Jumlah 200 1 (0,5%)Aikmal 36 5Selong 35 0Masbagik 38 1

Lombok Timur

Jumlah 109 6 (5,5%)Moyo Hilir 51 13Lape 58 8Lunyuk 100 63

Sumbawa

Jumlah 209 84 (40,19%)Ambalawi 100 100Sanggar 100 96

Bima

Junlah 200 196 (98%)Woja 126 101Dompu 71 56

Dompu

Jumlah 197 157 (79,70%)TOTAL 1.521

Page 62: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

41

Tabel 13.Hasil Uji ELISA Anthrax di Provinsi NTT

Secara goegrafis wilayah kerja BBVet Denpasar terdiri dari daerah perbukitan

dan sulit dijangkau serta keterbatasan dana yang ada, pengambilan sampel

dilapangan dilakukan dengan cara kerjasama BBVet Denpasar dengan dinas

yang menangani kesehatan hewan di masing-masing kabupaten terutama

Kabupaten Kecamatan JumlahSampel

Positif AntibodiAnthrax

Magepanda 100 47SikkaJumlah 100 47 (47%)

Maurrole 111 55Ndori 29 5Lapembusu Kelisuka 71 20Moo Karo 36 5

Ende

Jumlah 247 85 (34,41%)Hawumehara 87 87Sabu Barat 91 91

Sabu Raijua

Jumlah 178 178 (100%)Fatuleu 87 0Sulamu 48 0Kupang Timur 40 0

Kupang

Jumlah 175 0Insana Tengah 127 0Insana Barat 39 0Insana 31 0Naibenu 3 0Musi 14 0

TTU

Jumlah 214 0Amartoban Selatan 10 0Kuatnana 20 0Kolbano 20 0Aban Tengah 10 0Amanuban Tengah 10 0Amanuban Selatan 196 0Toinanas 10 0Mollo Tengah 30 0Polen 10 0Kie 18 0AmanatunSelatan 22 0Kuanfatu 10 0Tobu 10 0

TTS

Jumlah 368 0Sasitamean 87 0Kota Atambua 12 0Raimanuk 50 0Botin Leolebe 43 0Malaka Tengah 68 0

Belu

Jumlah 260 0Total 1.542

Page 63: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

42

kerjasama dengan Puskeswan di masing-masing wilayah. Dengan cara

pengambilan sampel seperti ini sampel yang diambil sebanyak 3.063 sampel

serum sudah sesuai dengan target sampel yang ditetapkan.

II.1.1.2.4. Monitoring Rabies

Pada pelaksanaan kegiatan serosurveilans berhasil dikumpulkan sebanyak

2.576 sampel serum yang terdiri atas sampel serum asal provinsi Bali sebanyak

1.883 sampel, dari provinsi NTB sebanyak 172 sampel dan dari provinsi NTT

sebanyak 521 sampel Hasil uji ELISA dari sampel serum asal provinsi Bali

menunjukkan sebanyak 68.3% dari sampel yang diambil positif antibodi rabies.

Sedangkan persentase seropositif antibodi dari provinsi NTB dan NTT berturut-

turut 0.6% dan 45,3%.(Tabel 14)

Persentase seropositif antibodi Rabies di provinsi Bali tahun 2013 ini sedikit

lebih rendah dibandingkan dengan persentase seropositif tahun 2012. yang

mencapai 84.4% setelah enam bulan pascavaksinasi. Menurunnya persentase

seropositif antibodi ini erat kaitannya dengan sempat terjadinya kekosongan

vaksin Rabies di Bali sehingga banyak anjing yang pelaksaan vaksinasinya tidak

sesuai dengan jadwal. Hal ini secara otomatis berpengaruh terhadap

menurunnya titer antibodi karena ada jeda waktu pelaksanaan vaksinasi. Selain

itu rendahnya persentase seropositif ini kemungkinan disebabkan karena

banyaknya anjing kelahiran baru yang tidak divaksinasi. Data jumlah sampel dan

hasil uji ELISA Rabies di Provinsi Bali selengkapnya seperti tersaji pada Tabel

15.

Hasil uji ELISA sampel serum asal NTB menunjukkan ada 1 sampel yang positif

antibodi Rabies, namun hasil konfirmasi sampel otak anjing tersebut dengan uji

FAT menunjukkan negatif virus Rabies. (Tabel 16)

Hasil uji ELISA terhadap sampel serum asal NTT menunjukkan 45,3% dari

sampel serum yang diuji, positif antibodi Rabies. Dari hasil uji ELISA

menunjukkan masih ada anjing yang divaksinasi, memberikan hasil uji ELISA

negatif. Hasil uji selengkapnya seperti tersaji pada Tabel 17.

Page 64: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

43

Tabel 14.Hasil Uji ELISA sampel serum asal povinsi Bali , NTB dan NTT

Tahun 2013

Provinsi JumlahSampel

JumlahPositif Elisa Persentase

Bali 1879 1287 68.5

Nusa Tenggara Barat 172 1 0.59

Nusa Tenggara Timur 521 236 45.3

Total 2576 1524 59.1

Tabel 15. Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi Bali Tahun 2013

No Kabupaten/Kota

Jumlahsampel

Jumlahpositif

Persentasepositif

1 Badung 215 139 64.72 Buleleng 268 192 71.63 Karangasem 205 152 74.14 Bangli 225 168 74.75 Gianyar 192 110 57.36 Denpasar 69 45 65.27 Jembrana 196 147 75.08 Tabanan 251 168 66.99 Klungkung 262 174 66.4

Total 1883 1287 68.3

Tabel 16.Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTB Tahun 2013

No. Kabupaten/Kota

Jumlahsampel

Jumlahpositif

Persentasepositif

1 Mataram 73 1 1.32 Lombok Barat 50 0 03 Lombok Timur 49 0 0

Total 172 1 0.6

Tabel 17.Hasil Serosurveilans Rabies di Provinsi NTT Tahun 2013

No. Kabupaten/Kota

Jumlahsampel

Jumlahpositif

Persentasepositif

1 Ngada 134 69 51.52 Nagekeo 109 73 66.93 Kupang 106 0 04 Sikka 172 94 54.7

Total 521 236 45.3

Page 65: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

44

II.1.1.2.5. Monitoring Brucellosis

Pulau Sumbawa sudah dinyatakan bebas brucellosis sejak tahun 2005. Langkah

yang dilakukan untuk dapat mempertahankan kedua pulau tersebut tetap

sebagai daerah bebas brucellosis dengan memperketat pengawasan lalu lintas

ternak, maka diperlukan surveilans yang berkelanjutan sebagai langkah deteksi

dini dalam rangka memonitor kemungkinan masuknya/munculnya reaktor baru di

wilayah tersebut. Sampel serum diuji secara RBPT sebagai uji skrining

kemudian dilanjutkan dengan uji CFT.

Kejadian brucellosis secara serologis telah ditemukan di beberapa pulau di

Indonesia, kecuali Provinsi Bali yang dinyatakan bebas secara historis dan

Provinsi NTB yang telah berhasil dibebaskan melalui survei massal selama 3

tahun berturut-turut. Dari pengamatan perkembangan penyakit akhir-akhir ini,

kejadian brucellosis di beberapa daerah di Indonesia cenderung semakin

meningkat baik dari segi jumlah (tingkat prevalensi atau insiden reaktor) maupun

dalam penyebarannya (distribusi), tentu hal ini sangat mengancam pertumbuhan

peternakan (sapi dan kerbau) (Putra, dkk, 2006). Penyakit brucellosis sudah

dikenal secara luas dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar

(Putra, 2001). Pulau Lombok sudah dinyatakan bebas brucellosis sejak tahun

2002 dan Pulau Sumbawa tahun 2005. Untuk mempertahankan ketiga pulau

tersebut tetap sebagai daerah bebas brucellosis, maka diperlukan surveilans

yang berkesinambungan, sebagai langkah deteksi dini.

Lokasi surveilans dan monitoring brucellosis secara serologis dilakukan dengan

menggunakan metode acak bertingkat (multistage random sampling) dengan

desa sebagai satuan unit sampling. Kegiatan pengambilan sampel dilakukan

bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten/Kota di wilayah kerja serta

melibatkan Kabid/Kasie Kesehatan Hewan, dokter hewan/medik veteriner dan

paramedik veteriner pada puskeswan yang tersebar di wilayah kerja, khususnya

di Provinsi Bali, NTB dan NTT. Sampel serum diuji secara RBPT sebagai uji

skrining jika ada positif antibody brucella kemudian dilanjutkan dengan uji CFT.

Hasil pengujian terhadap sampel serum di Provinsi Bali dari 9 kabupaten

sebanyak 1.979 sampel serum dan di Provinsi NTB sebanyak 1.372 sampel

serum semua sampel negatif antibodi brucella. Sedangkan sampel serum di

Page 66: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

45

Provinsi NTT sebanyak 1.201 (5 sampel positif CFT dari 203 sampel serum

yang diuji di Kabupaten Belu). Hasil uji ini belum bisa membedakan positif dari

infeksi alam atau dari vaksinasi karena data vaksinasi dari masing-masing

hewan tidak jelas. Sehingga disarankan data vaksinasi agar tercatat dengan

jelas. Untuk dapat mempertahankan Pulau Bali, Lombok dan Sumbawa tetap

sebagai daerah bebas brucellosis, maka diperlukan pengawasan lalu lintas

ternak yang lebih ketat dan surveilans yang berkelanjutan.

Hasil Uji serologis RBPT dan CFT di wilayah kerja BBVet Denpasar seperti pada

Tabel 18, 19 dan 20.

Tabel 18.Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi Bali

No. Kabupaten Kecamatan JumlahSampel Hasil Uji RBT

Baturiti 249 NegatifPupuan 111 NegatifKediri 23 Negatif

1 Tabanan

Jumlah 383 NegatifBangli 42 NegatifSusut 113 NegatifKintamani 91 Negatif

2 Bangli

Jumlah 246 NegatifKubu 269 NegatifKarangasem 45 Negatif

3 Karangasem

Jumlah 314 NegatifSeririt 150 NegatifSukasada 149 NegatifTejakula 150 Negatif

4 Buleleng

Jumlah 449 NegatifBanjarangkan 50 Negatif5 Klungkung

Jumlah 50 NegatifMelaya 50 NegatifMendoyo 201 Negatif

6 Jembrana

Jumlah 251 NegatifTegalalang 108 NegatifPayangan 42 NegatifGianyar 39 Negatif

7 Gianyar

Jumlah 186 Negatif50 Negatif8 Badung

Jumlah 50 Negatif50 Negatif9 Denpasar50 Negatif

Total 1.979 Negatif

Page 67: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

46

Tabel 19.Hasil Uji Serologi Brucellosis di Provinsi NTB

Kabupaten Kecamatan JumlahSampel Hasil Uji RBT

Pringarata 205 NegatifJonggat 100 NegatifJanapriye 100 Negatif

Lombok Tengah

Jumlah 405 NegatifNarmada 72 NegatifGerung 108 NegatifKediri 20 Negatif

Lombok Barat

Junlah 200 NegatifAikmal 36 NegatifSelong 35 NegatifMasbagik 38 Negatif

Lombok Timur

Jumlah 109 NegatifTanjung Gangga 52 NegatifLombok Utara

Jumlah 52 NegatifMoyo Hilir 51 NegatifLape 58 NegatifLunyuk 100 Negatif

Sumbawa

Jumlah 209 NegatifAmbalawi 100 NegatifSanggar 100 Negatif

Bima

Jumlah 200 NegatifWoja 126 NegatifDompu 71 Negatif

Dompu

Junlah 197 NegatifTotal 1.372

Page 68: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

47

Tabel 20.Hasil Uji Serologis Brucellosis Provinsi NTT

II.1.1.3 Surveilans Penyakit Hewan

Kegiatan Surveilans penyakit hewan yang dilaksanakan BB-Vet pada tahun

2013 adalah ditujukan untuk Penyakit Strategis Nasional dan penyakit Non

strategis yang diregional sangat potensial timbul.

Hasil UjiKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel RBPT CFT

Nangapenda 34 Negatif NegatifEnde 53 Negatif NegatifDetusuko 52 Negatif NegatifWewaria 59 Negatif NegatifMaurrole 111 Negatif NegatifNdori 29 Negatif NegatifLepembusu Kelisuka 71 Negatif NegatifMoo Karo 35 Negatif Negatif

Ende

Jumlah 444 Negatif NegatifHawumehara 87 Negatif NegatifSabu Barat 91 Negatif Negatif

Sabu Raijua

Jumlah 178 Negatif NegatifSasitamean 87 Positif 1, Positif 1,Kota Atambua 12 Positif 2, Positif 2,Raimanuk 10 Negatif NegatifBotin Leolebe 43 Negatif NegatifMalaka Tengah 51 Positif 2, Positif 2,Raihat 0 Negatif NegatifLasiolat 0 Negatif NegatifTasifeto 0 Negatif Negatif

Belu

Jumlah 203 Positif 5, Positif 5,Amartoban Selatan 10 Negatif NegatifKuatnana 20 Negatif NegatifKolbano 20 Negatif NegatifAban Tengah 10 Negatif NegatifAmanuban Tengah 10 Negatif NegatifAmanuban Selatan 196 Negatif NegatifToianas 10 Negatif NegatifMollo Tengah 30 Negatif NegatifPolen 10 Negatif NegatifKie 18 Negatif NegatifAmanatunSelatan 22 Negatif Negatif

TTS

Kuanfatu 10 Negatif NegatifTobu 10 Negatif Negatif

Jumlah 376 Negatif NegatifTotal 1.201

Page 69: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

48

Surveilans dilaksanakan di tiga wilayah Provinsi secara prioritas dan terintegrasi,

seperti misalnya surveilans penyakit strategis rabies di Bali dan NTT, Hog

Cholera di Bali dan NTT, AI di Bali dan NTT, Bruccellosis di Bali dan NTT. Selain

itu BB-Vet Denpasar melaksanakan juga surveilans penyakit Jembrana di

Provinsi Bali dan NTB serta surveilans penyakit Surra di Pulau Sumba NTT.

II.1.1.3.1. Surveilans Brucellosis di Provinsi NTT

Pulau Sumba saat ini terbagi menjadi empat kabupaten, yaitu Kabupaten Sumba

Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Di Pulau Sumba

pertama kali dilaporkan kejadian brucellosis pada tahun 1996 positif pada uji

RBT, selanjutnya positif pada uji CFT pada tahun 1997 yaitu di Kabupaten

Sumba Timur ( Putra, dkk.,1997). Sementara prevalensi penyakit ini masih

sangat rendah, tindakan pemberantasan merupakan upaya terbaik sebelum

berkembang menjadi yang lebih besar. Dalam rangka rencana program

pemberantasan brucellosis di Pulau Sumba maka perlu dilakukan surveilans

brucellosis kembali untuk mendapatkan data prevalensi reaktor yang lebih akurat.

Pengambilan sampel serum diuji secara RBPT selanjutnya dikonfirmasi dengan

uji CFT. Berdasarkan data populasi sapi dan kerbau tahun 2012 dari masing-

masing kabupaten di Pulau Sumba, maka dapat diestimasikan besaran sampel

yang harus diambil dalam rangka pembebasan brucellosis, sesuai dengan total

populasi sapi dan kerbau betina umur 12 bulan atau lebih. Estimasi besaran

sampel tahun 2013 dari masing – masing kabupaten ditampilkan dalam Tabel

21.

Tabel 21.Data Populasi Ternak , Estimasi dan Besaran Sampel

dari Masing–Masing Kabupaten

No Kabupaten PopulasiSapi

PopulasiKerbau

Populasi Sapi &Kerbau ≥ 1 th Estimasi sampel

1 Sumba Barat Daya 2.684 14.699 10.845 9.610

2 Sumba Barat 1.138 9.946 6.046 5.455

3 Sumba Tengah 7.497 8.759 8.905 7.922

4 Sumba Timur 35.814 27.407 25.733 17.013

Total 47.133 60.811 51.529 40.000

Page 70: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

49

Hasil surveilans brucellosis di Kabupaten Sumba Barat Daya sebanyak 10.905

sampel serum negatif RBPT, Sumba Barat sebanyak 7.356 sampel serum

negatif RBPT, Sumba Tengah sebanyak 9.183 sampel serum positif dua

sampel RBPT, Negatif CFT dan Sumba Timur sebanyak 18.947 negatif RBPT

dan Kontrol sampel BB-Vet sebanyak 2.550 negatif. Sehingga total jumlah

sampel yang di uji sebesar 49.571 sampel, Tabel 22. Berdasarkan data ini Pulau

Sumba memungkinkan untuk dilakukan pembebasan.

Tabel 22.Hasil Uji RBPT Sampel Serum dari Pulau Sumba Tahun 2013

Kabupaten Jumlah Sampel Hasil Uji RBPT

Sumba Barat Daya 10.905 NegatifSumba Barat 7.356 NegatifSumba Tengah 9.813 NegatifSumba Timur 18.947 NegatifKontrol sampel BBVet Denpasar 2.550 Negatif

Jumlah 49.571 Negatif

II.1.1.3.2. Surveilans Septicaemia Epizootica (SE)

Surveilans serologis penyakit SE telah dilaksanakan untuk mengetahui

prevalensi antibodi SE di Bali. Pengambilan serum sapi secara acak dilakukan

diseluruh kabupaten kota di Bali untuk kemudian dilakukan pemeriksaan

terhadap adanya antibodi SE dengan metoda ELISA.

Dari 3465 sampel serum sapi yang diperiksa di Provinsi Bali, diketahui sebanyak

845 (24,39%) menunjukkan positif terhadap antibodi SE. Di Provinsin NTT dari

1.372 sampel sapi dan kerbau sebanyak 534 (38,92%) menunjukan positif

antibodi SE. Di Provinsi NTB di Kabupaten Sumbawa dari 209 sampel sebanyak

56 (26,79%) positif antibodi SE dan kabupaten Bima dari 300 sampel sebanyak

200 (66,67%) positif antibodi SE. Hasil ini menunjukan prevalensi antibodi SE di

masing-masing kabupaten/kota umumnya rendah. Rendahnya titer antibodi

kemungkinan disebabkan cakupan vaksinasinya rendah. Dari hasil ini dipandang

perlu dikaji ulang tentang strategi vaksinasi SE di daerah endemik.

Page 71: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

50

Hasil pengujian sampel serum di Pulau Lombok meskipun tidak melakukan

program vaksinasi SE di dapatkan ada beberapa sampel positif antibodi SE

seperti di Kabupaten Lombok Utara 2 (3,8%) dari 52 sampel, Lombok Barat 3

(1,5%) dari 200 sampel dan di Lombok Timur 1 (2,7%) dari 109 sampel. Hasil

positif antibodi di Pulau Lombok ini sulit diinterprestasikan, mengingat menurut

Putra (1992) melaporkan bahwa di Pulau Lombok dimana tidak ada laporan

kasus SE dan tidak ada program vaksinasi SE namun sekitar 60% dari ternak

yang disampel mengandung antibodi protektif terhadap penyakit SE.

Secara umum dari hasil surveilans SE di Bali, NTT dan NTB (kecuali Kabupaten

Lombok Tengah) tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa program vaksinasi SE

belum optimal. Mengingat rendahnya titer antibodi positif mengakibatkan tingkat

kekebalan kelompok ternak rentan menjadi rendah kemungkinan terjadinya

kasus di lapangan sangat besar. Untuk itu disarankan vaksinasi SE agar tetap

dilakukan secara berkelanjutan dengan cakupan yang lebih optimal serta tetap

memperketat pengawasan lalu lintas ternak.

Page 72: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

51

Tabel 23.Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi di Provinsi Bali

Positif Antibodi SENo Kabupaten Kecamatan JumlahSampel Jumlah %

Baturiti 249 11 4,42Penebel 67 43 64,18Pupuan 111 25 22,52Selemadeg Barat 22 0 0Kediri 23 4 17,39

1 Tabanan

Jumlah 472 83 17,58Kuta Selatan 50 40 80Petang 55 12 21,82Mengwi 90 3 3,33

2 Badung

Jumlah 195 55 28,21Tembuku 118 0 0Bangli 54 3 5,55Susut 113 14 12,38Kintamani 91 10 10,98

3 Bangli

Jumlah 376 27 7,18Denpasar Utara 50 0 0Denpasar Timur 100 0 0Denpasar Barat 22 4 18,18

4 Denpasar

Jumlah 172 4 2,32Kubu 269 56 20,81Manggis 50 0 0Abang 50 0 0

5 Karangasem

Selat 31 0 0Jumlah 400 56 14

Seririt 150 0 0Sukasada 109 45 41,28Tejakula 150 5 3,33Busungbiu 87 11 12,64

6 Buleleng

Jumlah 496 61 12,3Klungkung 144 43 29,86Banjarangkan 100 8 8

7 Klungkung

Jumlah 244 51 20,9Pekutatan 404 255 63,11Melaya 50 4 8Jembrana 30 0 0Mendoyo 201 109 54,22

8 Jembrana

Jumlah 685 368 53,72Sukawati 40 0 0Tegalalang 258 120 46,51Payangan 42 19 45,23Tampak Siring 43 1 2,32Gianyar 42 0 0

9 Gianyar

Jumlah 425 140 32,9

Page 73: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

52

Tabel 24.Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau

di beberapa Kabupaten Provinsi NTB

Positif Antibodi SEKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel Jumlah (%)Pringarata 205 0 0Jonggat 100 0 0Janapriye 100 0 0

Lombok Tengah

Jumlah 405 0 0Tanjung gangga 52 2 3,8Lombok Utara

Jumlah 52 2 3,8Narmada 72 1 1.4Gerung 108 2 1,9Kediri 20 0 0

Lombok Barat

Jumlah 200 3 1,5Aikmal 36 1 2,7Selong 35 0 0Masbagik 38 0 0

Lombok Timur

Jumlah 109 1 0,9Moyo Hilir 51 0 0Lape 58 6 10,34Lunyuk 100 50 50

Sumbawa

Jumlah 209 56 26,79Ambalawi 200 100 50Sanggar 100 100 100

Bima

Jumlah 300 200 66,67

Page 74: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

53

Tabel 25.Gambaran Antibodi SE pada Ternak Sapi dan Kerbau

di beberapa Kabupaten Provinsi NTT

Positif Antibodi SEKabupaten Kecamatan Jumlah

Sampel Jumlah (%)Maurrole 111 33 29,73Ndori 29 0 0Lapembusu Kelisuka 71 8 11,27Moo Karo 36 14 38,89

Ende

Jumlah 247 55 22,27Hawumehara 87 25 28,73Sabu Barat 91 41 45,05

Saburaijua

Jumlah 178 66 37,08Fatuleu 87 12 13,79Sulamu 48 2 4,17Kupang Timur 40 2 5

Kupang

Jumlah 175 16 10,94Sasitamean 87 44 50,57Kota Atambua 12 11 91,67Raimanuk 50 18 36Botin Leolebe 43 20 46,51Malaka Tengah 68 40 58,82Raihat 88 80 90,91Lasiolat 14 10 71,43Tasifeto 31 24 77,42

Belu

Jumlah 393 247 62,85Amartoban Selatan 10 3 30Kuatnana 20 6 30Kolbano 20 9 45Aban Tengah 10 3 30Amanuban Tengah 10 4 40Amanuban Selatan 196 61 82,14Toianas 10 7 70Mollo Tengah 30 21 70Polen 10 3 30Kie 18 4 22,22AmanatunSelatan 22 13 59,09Kuanfatu 10 10 100Tobu 10 6 60

TTS

Jumlah 376 150 39,89Total 1372 534 38,92

Page 75: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

54

Secara goegrafis wilayah kerja BBVet Denpasar terdiri dari daerah perbukitan

dan sulit dijangkau serta keterbatasan dana yang ada, pengambilan sampel

dilapangan dilakukan dengan cara kerjasama BBVet Denpasar dengan dinas

yang menangani kesehatan hewan di masing-masing kabupaten terutama

kerjasama dengan Puskeswan di masing-masing wilayah. Dengan cara

pengambilan sampel seperti ini sampel yang diambil sebanyak 5.616 sampel

serum sudah sesuai dengan target sampel yang ditetapkan.

II.1.1.3.3. Surveilans Penyakit Jembrana

Surveilans penyakit Jembrana untuk mengetahui prevalensi antibodi dan

mendeteksi virus penyakit Jembrana di provinsi Bali telah dilakukan pada bulan

Juni, sampai dengan Oktober 2013. Selama pelaksanaan surveilans berhasil

dikumpulkan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah dengan

antikoagulan EDTA. yang diambil dari peternakan sapi milik masyarakat dan

SIMANTRI, serta dari breeding farm BPTU Pulukan. Semua sampel serum diuji

ELISA menggunakan antigen Jembrana J Gag 6 histidin, sedangkan sampel

darah EDTA diuji PCR. Hasil surveilans menunjukkan bahwa dari 4312 sampel

serum yang diuji ELISA hanya 552 (12,8%) positif antibodi JD. Sedangkan

hasil uji PCR terhadap 4276 sampel darah , menunjukkan semua sampel darah

yang diuji negatif virus Jembrana. Dari hasil surveilans dapat disimpulkan

bahwa persentase antibodi JD di Bali hanya 12.,8% dan tidak ditemukan adanya

positif virus JD / hewan carrier JD di semua lokasi survei. . Mengingat virus JD

dan hewan carrier sudah tidak ditemukan selama pelaksanaan surveilans,maka

perlu diupayakan pembebasan penyakit Jembrana di provinsi Bali.

Seperti diringkaskan pada Tabel 26, terlihat bahwa hasil pengujian ELISA

terhadap 4312 sampel serum yang diuji hanya 552 (12.8%) positif mengandung

antibodi JD. Sedangkan hasil konfirmasi dengan uji PCR menunjukkan bahwa

virus penyakit Jembrana tidak ditemukan pada semua sampel darah asal

Provinsi Bali (Tabel 27). Dari 1984 sampel serum yang diambil dari hewan yang

divaksinasi JD hanya 463 (23.3%) yang menghasilkan antibodi positif. Ada

terdeteksi antibodi positif pada sampel serum yang diambil dari hewan yang

tidak divaksinasi JD sebanyak 4,8%. (seperti pada Gambar 1)

Page 76: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

55

Tabel 26.Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali, Tahun 2013

No Kabupaten/Kota

Jumlahsampel

JumlahPositif

Persentase Positif(%)

1 Badung 345 105 30.4

2 Jembrana 860 157 18.3

3 Buleleng 659 55 8.3

4 Bangli 468 28 6.0

5 Klungkung 295 50 16.9

6 Tabanan 529 66 12.5

7 Gianyar 496 30 6.0

8 Denpasar 196 23 11.7

9 Karangasem 464 28 6.0

Total 4312 552 12.8

Tabel 27.Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013

No Kabupaten Jumlahsampel

JumlahPositif

Persentase Positif(%)

1 Badung 345 0 0

2 Buleleng 826 0 0

3 Bangli 659 0 0

4 Klungkung 467 0 0

5 Tabanan 295 0 0

6 Denpasar 528 0 0

7 Gianyar 496 0 0

8 Jembrana 196 0 0

9 Karangasem 464 0 0

Total 4276 0 0

Page 77: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

56

II.1.1.3.4. Surveilans Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR)

Infectious Bovine Rhinotracheitis (IBR) adalah penyakit virus pernafasan dan

reproduksi pada sapi. Penyakit ini menyerang sapi umur 6 bulan ke atas dan

mempunyai berbagai manifestasi klinis berupa bentuk respiratorik, konjungtival,

genital , keluron, syaraf dan neonatal. Bovine Viral Diarrhea (BVD) adalah

penyakit pada sapi yang ditandai dengan terjadinya diare ganas, disebabkan

oleh virus yang termasuk dalam famili Flaviviridae, genus Pestivirus. Virus BVD

terbagi menjadi dua biotipe yaitu : cythopathic dan non cytopathic. Surveilans ini

dilaksanakan untuk mengetahui distribusi IBR di wilayah kerja Balai Besar

Veteriner Denpasar.

Antibodi penyakit IBR terditeksi diwilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar

dengan prevalensi 23.34% untuk propinsi NTT, NTB 12.55 % dan 2.64 % di

propinsi Bali.Penyebaran penyakit IBR umumnya terjadi karena pejantan yang

telah terinfeksi menularkan kepada beberapa ternak sekaligus karena

perkawinan alam ataupun karena perkawinan melalui inseminasi buatan dari

semen yang terkontaminasi oleh virus BHV−1, baik dari sapi yang klinis maupun

sub dan tata laksana pemeliharaan yang kurang baik . Hasil pengujian secara

serologis antibodi BVD dengan metode ELISA terhadap sampel yang diperoleh

di Propinsi Bali adalah 67 seropositif dan 140 seronegatif, di Propinsi NTB 26

seropositif dan 133 seronegatif, Propinsi NTT 11 seropositif dan 550 seronegatif.

Prevalensi BVD di Bali sebesar 32,37 %, di NTB 16,99 % dan di NTT sebesar

1,93 %. Hasil surveilans antibodi penyakit IBR pada sapi di wilayah kerja BBVet

Denpasar terlihat pada Tabel 28, 29, 30 berikut ini.

Page 78: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

57

Tabel 28.Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Propinsi Bali

Tahun 2013

Prov Kabupaten Kecamatan SeroPositif

SeroNegatif Total Proporsi

(%)BALI BULELENG SERIRIT

SUKASADA

TOTAL SAMPEL

1

0

1

49

109

158

50

109

159

2

0

0.62

DENPASAR DENPASAR TIMUR

TOTAL SAMPEL1

1

29

29

30

30

3.33

3.33

GIANYAR PAYANGAN

TEGALALANG

TOTAL SAMPEL

0

0

0

42

133

175

42

133

175

0

0

0

JEMBRANA MENDOYO

PEKUTATAN

TOTAL SAMPEL

2

8

10

29

228

257

31

236

267

6.45

3.38

3.74

KARANGASEM KUBU

TOTAL SAMPEL2

2

173

173

175

175

1.14

1.14

TABANAN BATURITI

PENEBEL

TOTAL SAMPEL

0

11

11

100

29

129

100

40

140

027.57.85

Total Bali 25 921 946 2.64

Seroprevalensi antibodi penyakit IBR untuk wilayah Bali sebesar 2.64 % dengan

sebaran 0 % untuk Kabupaten Gianyar sedangkan di kabupaten buleleng

seroprevalensinya berkisar 0.62 %, kabupaten jembrana 3.74%, kabupaten/kota

denpasar 3.33 %, kabupaten karangasem 1.14 % sedangkan kabupaten

tabanan 7.85 %. Seroprevalensi tertinggi ditemukan di kabupaten tabanan.

Sedangkan seroprevalensi antibodi di Nusa Tenggara Barat 12.55 %, tabel 30,

Provinsi nusa tenggara timur mencapai 23.34 %. Seroprevalensi antibodi IBR

tertinggi terdapat di propinsi Nusa Tenggara Timur.

Page 79: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

58

Tabel 29.Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Propinsi Nusa

Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013.

Tabel 30.Seroprevalensi Antibodi Penyakit IBR pada Sapi Di Propinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013

Prov Kabupaten Kecamatan SeroPositif

SeroNegatif Total Propors

i (%)NTT ENDE DETUSOKO

ENDE

NANGA PANDA

WEWARIA

TOTAL SAMPEL

2

2

3

1

8

50

51

31

10

142

52

53

34

11

150

3.84

3.77

8.82

9.09

5.33

SUMBA BARAT KODI

LAMBOYA.BARAT

TOTAL SAMPEL

0

43

43

37

28

65

37

71

108

0

60.56

39.81

SUMBA BARAT

DAYA

WEWEWA SELATAN

TOTAL SAMPEL0

0

31

31

31

31

0

0

SUMBA TIMUR PANDAWAI

TOTAL SAMPEL64

64

11

11

75

75

85.33

85.33

TIMOR TENGAH

SELATAN

AMANUBAN BARAT

TOTAL SAMPEL1

1

18

18

19

19

5.26

5.26

TIMOR TENGAH

UTARA

INSANA

INSANA BARAT

INSANA TENGAH

MUSI

NAIBENU

TOTAL SAMPEL

0

2

0

0

2

4

31

38

43

14

1

127

31

40

43

14

3

131

0

5

0

0

66 66

3.05

Total NTT 120 394 514 23.34

Prov Kabupaten Kecamatan SeroPositif

SeroNegatif Total Proporsi (%)

NTB DOMPU DOMPU

MANGGELEWA

TOTAL SAMPEL

22

25

47

73

25

98

95

50

145

23.15

50

32.41

LOMBOK BARAT GERUNG

NARMADA

TOTAL SAMPEL

1

2

3

27

70

97

28

72

100

3.57

2.77

3

LOMBOK

TENGAH

JANAPRIA

TOTAL SAMPEL6

6

94

94

100

100

6

6

LOMBOK TIMUR AIKMEL

MASBAGIK

SELONG

TOTAL SAMPEL

0

0

1

1

36

38

34

108

36

38

35

109

0

0

2.85

0.91

Total NTB 57 397 454 12.55

Page 80: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

59

Hasil surveilans antibodi penyakit BVD pada sapi di wilayah kerja BBVet

Denpasar terlihat pada Tabel berikut ini (Tabel 31, 32, 33):

Tabel 31.Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi

Di Propinsi Bali Tahun 2013

Hasil PengujianNo. Kabupaten Kecamatan Sero

PositifSero

NegatifTotal Proporsi

(%)

1.

2.

Jembrana

Tabanan

Pekutatan

Penebel

66

1

130

10

196

11

33.67

9.09

Total Bali 67 140 207 32.36

Tabel 32.Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Propinsi Nusa

Tenggara Barat ( NTB ) Tahun 2013.

Hasil PengujianNo. Kabupaten Kecamatan Sero

PositifSero

NegatifTotal Proporsi

(%)

1.

2.

Dompu

Sumbawa

Barat

Dompu

Manggalewa

Taliwang

20

-

6

75

50

8

95

50

14

21.05

0

42.85

Total Bali 26 133 159 16.56

Page 81: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

60

Tabel 33.Seroprevalensi Antibodi Penyakit BVD pada Sapi Di Propinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT ) Tahun 2013

HasilPengujian

No. Kabupaten Kecamatan SeroPositif

SeroNegatif

Total Proporsi(%)

1.

2.

3.

4.

Ende

Ngada

TTS

TTU

Nangapanda

Bajawa Utara

Amanuban

Barat

Insana

Insana Barat

Insana

Tengah

Musi

Naibenu

5

-

-

-

-

-

-

-

119

281

19

31

40

43

14

3

124

281

19

31

40

43

14

3

4.03

0

0

0

0

0

0

0

Total Bali 5 550 555 0.9

II.1.1.3.5. Surveilans Hog Cholera

Hog cholera adalah penyakit viral yang menyerang pada ternak babi dan dapat

mempengaruhi produktivitas dan secara tidak langsung memberikan kerugian

ekonomi kepada para peternak. surveilans dan monitoring harus tetap dilakukan

untuk mengetahui tingkat infeksi dan respon antibodi penyakit ini di lapangan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui status distribusi penyakit dan

seroprevalensi penyakit Hog cholera di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa Tenggara Timur tahun 2012. Metode yang digunakan adalah menghitung

aras atau measure of prevalence dengan estimasi sampel sebanyak Bali 399

sampel, NTB 51 sampel dan NTT 140 sampel. Hasil yang diperoleh, di propinsi

Bali diperoleh 152 sampel klot darah dan 1082 serum babi, NTB 58 sampel klot

darah dan 649 serum serta NTT 61 sampel klot darah dan 372 serum babi.

proporsi hasil positif deteksi antigen hog cholera di Bali 0,31 % dengan

seroprevalensi sebesar 60,25 %. Sampel dari NTB menunjukkan ada empat

sampel terdeteksi seropositif antigen Hog cholera padahal di wilayah tersebut

tidak diterapkan program vaksinasi terhadap penyakit Hog cholera. Semua

Page 82: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

61

sampel klot darah babi di wilayah provinsi NTB terdeteksi negatif antigen virus

Hog cholera. Sedangkan di NTT, tidak diperoleh hasil positif antigen Hog cholera

dengan seroprevalensi sebesar 34,4 %.

Hasil kegiatan surveilans dan monitoring penyakit Hog cholera Balai Besar

Veteriner Denpasar di wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa

Tenggara Timur pada tahun 2013 dapat disajikan pada tabel 34 sebagai berikut;

Tabel 34.Data sampel yang diuji di laboratorium Virologi BBVet Denpasar

berdasarkan jenis kiriman pada tahun 2013

Jenis KirimanSampelProvinsi Kabupaten

Aktif PasifTotal

BALI BADUNG 193 106 299BANGLI 30 30BULELENG 143 143DENPASAR 106 106GIANYAR 161 222 383JEMBRANA 48 48KARANG ASEM 105 1 106TABANAN 119 119

BALI Total 905 329 1234LOMBOK BARAT 448 448LOMBOK UTARA 96 96

NUSATENGGARABARAT MATARAM 163 163NUSA TENGGARA BARAT Total 707 707

ALOR 128 128FLORES TIMUR 120 120LEMBATA 165 165

NUSATENGGARATIMUR

SUMBA BARAT DAYA 20 20NUSA TENGGARA TIMUR Total 433 433TIMOR LESTE -#- 720 720TIMOR LESTE Total 720 720

Grand Total 2045 1049 3094

Dari hasil pengambilan sampel (surveilans aktif) dan pasif diperoleh data

sebanyak 3094 sampel serum, organ dan klot darah babi diuji di laboratorium

Virologi Balai Besar Veteriner Denpasar. Sejumlah 2045 sampel merupakan

hasil pengambilan sampel dari surveilans aktif, sedangkan hasil kiriman pasif

telah diuji sebanyak 1049 sampel.

Page 83: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

62

Hasil kegiatan surveilans dan monitoring Balai Besar Veteriner Denpasar di

wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada tahun

2012 untuk mendeteksi antigen penyakit Hog cholera dapat disajikan tabel 35

sebagai berikut ;

Tabel 35.Hasil pengujian deteksi antigen Hog cholera

di wilker BBVet Denpasar tahun 2013

DiagnosaProvinsi Kabupaten Hag

CholeraHog Cholera

Negatif

Total

BALI BADUNG 1 32 33

BANGLI 10 10

BULELENG 28 28

DENPASAR 8 8

GIANYAR 24 24

JEMBRANA 8 8

KARANG ASEM 17 17

TABANAN 24 24

BALI Total 1 151 152

NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK BARAT 40 40

LOMBOK UTARA 18 18

NUSA TENGGARA BARAT Total 58 58

NUSA TENGGARA TIMUR ALOR 20 20

FLORES TIMUR 20 20

LEMBATA 21 21

NUSA TENGGARA TIMUR Total 61 61

Grand Total 1 270 271

Kegiatan pengambilan sampel di wilayah propinsi Bali dilakukan di delapan

kabupaten/kota pada tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sejumlah 152

sampel yang terbagi dari seluruh kabupaten/kota secara proporsional. Dari hasil

tersebut dideteksi hanya ada satu hasil positif terdeteksi antigen Hog cholera

yang berasal dari desa Kapal, kecamatan Mengwi, kabupaten Badung. Dari

provinsi Nusa Tenggara Barat diambil sejumlah 58 sampel klot darah babi,

sedangkan di Nusa Tenggara Timur berhasil diambil sebanyak 61 sampel klot

Page 84: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

63

darah babi. Seluruh sampel dari Nusa Tenggara Barat dan Timur yang diuji

untuk mendeteksi virus Hog cholera menunjukkan hasil negatif virus Hog choler

Hasil kegiatan surveilans dan monitoring Balai Besar Veteriner Denpasar di

wilayah kerja Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur pada tahun

2013 untuk mendeteksi antibodi penyakit Hog cholera dapat disajikan tabel 36

sebagai berikut ;

Tabel 36.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera

di propinsi Bali tahun 2013

DiagnosaProvinsi Kabupaten Hog

Cholera,Sero Positif

HogCholera,

Sero NegatifTotal

Proporsi(%)

BALI BADUNG 177 89 266 66,54BANGLI 3 17 20 15BULELENG 75 40 115 65,52DENPASAR 56 42 98 57.14GIANYAR 252 107 359 70.19JEMBRANA 33 7 40 82.5KARANG ASEM 54 35 89 60.67TABANAN 2 93 95 2.1

Grand Total 652 430 1082 60.25

Kegiatan pengambilan sampel di wilayah propinsi Bali dilakukan di delapan

kabupaten/kota pada tahun 2013. Jumlah sampel yang diambil sejumlah 1082

sampel. Dari hasil tersebut dideteksi 652 dari 1082 sampel (60,25 %) positif

terdeteksi antibodi Hog cholera. Proporsi hasil tertinggi di kabupaten Jembrana

dengan 82.5 %, sedangkan yang terendah diperoleh dari kabupaten Tabanan

dengan hanya 2.1 %.

Hasil kegiatan surveilans dan monitoring di propinsi Nusa Tenggara Barat pada

tahun 2013 untuk mendeteksi antibodi penyakit Hog cholera dapat dilihat pada

Tabel 37;

Page 85: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

64

Tabel 37.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera

di propinsi NTB tahun 2013

Diagnosa

ProvinsiI Kabupaten HogCholera,

Sero Positif

HogCholera,

Sero NegatifTotal

Proporsi(%)

LOMBOK BARAT 4 404 408 0.98LOMBOK UTARA 78 78 0

NUSATENGGARABARAT MATARAM 163 163 0

Grand Total 4 645 649 0.61

Sampel yang diambil di propinsi Nusa Tenggara Barat sejumlah 649 sampel

serum babi. Dari hasil pengujian diperoleh hasil empat sampel seropositif

antibodi Hog cholera yang berasal dari kabupaten Lombok Barat. Sementara

seluruh sampel yang diambil di kabupaten Lombok Utara dan kota Mataram

menunjukkan hasil seronegatif antibody Hog cholera. Hasil ini menunjukkan

rendahnya tingkat kekebalan imun ternak babi terhadap virus Hog cholera di

provinsi NTB, hal ini disebabkan karena kebijakan pemerintah daerah di NTB

yang tidak menerapkan program vaksinasi.

Hasil kegiatan surveilans dan monitoring di propinsi Nusa Tenggara Timur pada

tahun 2013 untuk mendeteksi antibodi penyakit Hog cholera dapat dilihat pada

Tabel 38 ;

Tabel 38.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera

di propinsi NTT tahun 2013

Diagnosa

ProvinsiI Kabupaten HogCholera,

Sero Positif

HogCholera,

Sero NegatifTotal

Proporsi(%)

ALOR 31 77 108 28.7FLORES TIMUR 33 67 100 33LEMBATA 56 88 144 38.88

NUSATENGGARATIMUR SUMBA BARAT

DAYA 8 12 20 40Grand Total 128 244 372 34.4

Selama tahun 2013 telah diuji sebanyak 372 sampel dalam rangka surveilans

aktif yang dilakukan di propinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil yang diperoleh, 128

dari 372 sampel (34,4 %) terdeteksi positif antibody Hog cholera. Proporsi hasil

positif antibody Hog cholera tertinggi diperoleh dari kabupaten Suba Barat Daya

Page 86: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

65

dengan 40 %, sedangkan proporsi terendah adalah kabupaten Alor dengan

hanya 28.7 %. Pada tahun 2013, Balai Besar Veteriner Denpasar mendapatkan

sampel dari Negara tetangga Timor Leste hasil tindak lanjut kerjasama (MOU)

dengan pihak ACIAR dalam rangka program pengujian serum babi di wilayah

Negara tersebut. Data hasil pengujian dapat dilihat pada table 39. Berikut:

Tabel 39.Hasil pengujian deteksi antibodi Hog cholera di Timor Leste

tahun 2013

DiagnosaAsal Sampel Hog Cholera

SeropositifHog CholeraSeronegatif

Total Proporsi (%)

Timor Leste 224 496 720 31.1Grand Total 224 496 720 31.1

Sejumlah 720 serum babi yang berasal dari Timor Leste diuji di laboratorium

Virologi Balai Besar Veteriner Denpasar dengan hasil 224 dari 720 sampel (31.1

%) menunjukkan hasil seropositif antibodi Hog cholera.

II.1.1.3.6. Surveilans Avian Influenza (AI)

Avian Influenza (AI) adalah penyakit menular pada unggas dapat menyebabkan

spectrum gejala yang sangat luas pada unggas-unggas, mulai dari gejala yang

ringan hingga ke penularan yang sangat tinggi dan cepat menjadi penyakit yang

fatal sehingga menghasilkan epidemi yang berat. Selain berpotensi

menimbulkan kerugian ekonomis yang sangat besar, penyakit AI dapat menular

pada manusia (zoonosis). Oleh karena itu kajian terhadap penyakit tersebut

sangat penting untuk dilakukan. Tujuan Surveilans ini adalah untuk mengukur

prevalensi AI dan pemetaan penyakit AI di wilayah kerja Balai Besar Veteriner

Denpasar.

Hasil kegiatan surveilans dan monitoring penyakit AI untuk mendeteksi virus AI

di wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar pada tahun 2013 dapat dilihat

pada tabel 40, 41, 42 sebagai berikut;

Page 87: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

66

Tabel 40.Data penerimaan sampel deteksi virus AI berdasarkan jenis kiriman

tahun 2013

Jenis KirimanSampelProvinsi Kabupaten

Pasif AktifTotal

BALI BADUNG 117 1068 1185BANGLI 26 1100 1126BULELENG 7 1402 1409DENPASAR 16 474 490GIANYAR 169 440 609JEMBRANA 131 740 871KARANG ASEM 13 847 860KLUNGKUNG 12 1343 1355TABANAN 529 1044 1573KOTA BIMA 1 450 451NUSA TENGGARA

BARAT LOMBOK BARAT 38 38LOMBOK TENGAH 56 25 81LOMBOK TIMUR 64 858 922LOMBOK UTARA 8 8MATARAM 152 400 552KUPANG 353 353NUSA TENGGARA

TIMUR MANGGARAI BARAT 20 402 422SIKKA 388 388

Grand Total 1712 10981 12693

Total sampel yang diperoleh untuk mendeteksi virus maupun antibody AI selama

tahun 2013 sejumlah 12.693 sampel yang terdiri dari 1.712 sampel kiriman dan

10.981 sampel aktif hasil dari surveilans BBVet Denpasar.

Page 88: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

67

Tabel 41.Data Hasil Pengujian untuk mendeteksi virus AI berdasarkan

Jenis kiriman sampel tahun 2013

Jenis Kiriman Sampel danHasil Diagnosa Deteksi Virus AI

Sampel Pasif Sampel AktifProvinsi Kabupaten

AI AINegatif

TotalSampelPasif AI AI

Negatif

TotalSampelAktif

Total

BALI BADUNG 2 14 16 5 529 534 550BANGLI 16 10 26 1 509 510 536BULELENG 6 1 7 683 683 690DENPASAR 9 7 16 7 248 255 271GIANYAR 6 163 169 5 215 220 389JEMBRANA 11 11 370 370 381KARANGASEM 3 3 414 414 417KLUNGKUNG 10 2 12 1 671 672 684TABANAN 5 4 9 35 524 559 568KOTA BIMA 1 1 5 220 225 226NUSA

TENGGARABARAT

LOMBOKBARAT 1 37 38 38LOMBOKTENGAH 56 56 5 5 61LOMBOKTIMUR 64 64 429 429 493LOMBOKUTARA 8 8 8MATARAM 152 152 200 200 352KUPANG 23 23 23NUSA

TENGGARATIMUR

MANGGARAIBARAT 199 199 199SIKKA 194 194 194Grand Total 58 553 611 59 5410 5469 6080

Page 89: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

68

Tabel 42.Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi Bali berdasarkan jenis

unggas 2013

Hasil DiagnosaKabupaten Jenis UnggasAI AI Negatif

Total

BADUNG Ayam 212 212Bebek 1 1Burung 10 10Entok 3 3Itik 7 317 324

BANGLI Ayam 7 411 418Burung 1 1Entok 2 4 6Itik 8 103 111

BULELENG Ayam 198 198Bebek 64 64Entok 8 8Itik 6 414 420

DENPASAR Ayam 11 192 203Bebek 1 1Burung 1 1Entok 35 35Itik 4 27 31

GIANYAR Ayam 8 135 143Bebek 60 60Burung 150 150Itik 3 33 36

JEMBRANA Ayam 302 302Bebek 6 6Itik 73 73Ayam 364 364Entok 1 1KARANG ASEMItik 2 50 52

KLUNGKUNG Ayam 1 153 154Entok 2 1 3Itik 8 519 527

TABANAN Ayam 30 416 446Burung 2 2Itik 10 106 116(blank) 4 4

Grand Total 111 4375 4486

Page 90: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

69

Hasil yang diperoleh dalam kegiatan Surveilans dan Monitoring penyakit AI tahun 2013

ini adalah sebagai berikut ; 1). diperoleh proporsi hasil positif penyakit AI di Bali adalah

1.92 %, sedangkan proporsi di NTB hanya 0,5 % dan tidak ditemukan hasil positif virus

AI di NTT. 2). Hasil uji serologis untuk mendeteksi antibody AI di wilayah kerja Balai

Besar Veteriner Denpasar tahun 2013, proporsi hasil seropositif di provinsi Bali sebesar

16,87 %, di NTB hanya 3,09 % dan di NTT sebesar 34, 81 %.3). Hasil pengujian

laboratorium, virus yang menyebabkan kematian pada itik adalah virus Avian Influenza

dan teridentifikasi masuk dalam clade 2.3.2.1 melalui pengujian Sequensing yang

dilakukan di Balai Pengujian dan Penyidikan Veteriner Bukit Tinggi.

Tabel 43.Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTB berdasarkan jenis unggas

2013

Hasil DiagnosaKabupaten JenisUnggas AI AI Negatif

Total

KOTA BIMA Ayam 5 211 216Itik 10 10Ayam 37 37

LOMBOK BARAT Itik 1 1Ayam 56 56

LOMBOK TENGAH Itik 5 5Ayam 392 392

LOMBOK TIMUR Itik 101 101LOMBOK UTARA Ayam 8 8MATARAM Ayam 342 342

Burung 5 5Itik 5 5

Grand Total 6 1172 1178

Tabel 44.Data Hasil Pengujian Deteksi virus AI di provinsi NTT

berdasarkan jenis unggas 2013

Hasil DiagnosaKabupaten JenisUnggas AI Negatif

Total

KUPANG Ayam 23 23Ayam 185 185Bebek 9 9MANGGARAI BARAT(blank) 5 5

SIKKA Ayam 119 119Itik 75 75

Grand Total 416 416

Page 91: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

70

Hasil pengujian yang dilakukan dari total sampel, diperoleh 1178 sampel

terdeteksi positif virus AI dari total 6080 sampel swab yang diperiksa. Di Bali

diperoleh hasil positif AI 111 sampel yang terdiri dari sampel Itik, ayam dan

Entok. Sedangkan di provinsi Nusa Tenggara Barat ditemukan 6 sampel yang

terdeteksi Positif virus AI yaitu lima sampel dari kota Bima dan satu sampel dari

kabupaten Lombok Barat, tabel 43. Di provinsi Nusa Tenggara Timur tidak

ditemukan hasil positif virus AI baik dari sampel pasif maupun aktif, tabel 44.

II.1.1.3.7. Surveilans Parasit Gastrointestinal

Sebagaimana diketahui penyakit parasit sebagian besar tidak digolongkan ke

dalam penyakit menular strategis, akan tetapi keberadaannya mempunyai arti

yang cukup penting bagi status kesehatan ternak utamanya dalam kaitannya

untuk meningkatkan produksi dan reproduktivitas ternak. Surveilans dan

monitoring untuk mengetahui distribusi jenis dan prevalensi infestasi parasit

gastrointestinal pada sapi bali ( Bos sondaicus ) di Provinsi Bali telah dilakukan,

Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) Tahun 2013,

dalam rangka pengobatan dan pengendalian parasit gastrointestinal secara

efektif dan efisien.

Sejumlah sampel feses dari 544 ekor sapi bali berasal dari Bali, NTB dan

NTTdiambil secara acak sejak bulan April – Oktober 2013. Seluruh sampel

diperiksa terhadap parasit gastrointestinal dengan teknik Uji Apung/ Flotasi dan

Uji Endapan/ Sedimentasi di Laboratorium Parasitologi, Balai Besar Veteriner

Denpasar

Hasil pemeriksaan sampel menunjukkan bahwa 42.5% (231 dari 544) sapi bali

di Propinsi Bali, NTB dan NTT terinfeksi oleh parasit gastrointestinal jenis

trematoda (Fasciola sp.dan Paramphistomum sp), Nematoda (Toxocaraspp,Mecistocirrus spp Oesophagustomum spp, Ostertagia spp, Cooperia spp,

Trichostrongylus spp.dan Monieza sp) dan Coccidia (Eimeria spp).dengan

prevalensi masing-masing berkisar antara 1.6%- 80.4%; 3.7% - 27.7 %; - % and

1.4% - 5.5% dengan intensitas infeksi berturut turut berkisar antara 10 -200

epg, 40- 1560 epg dan 400-10.200 opg.

Page 92: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

71

Pemeriksaan sampel feses terhadap 544 ekor sapi bali yang berasal dari

beberpa lokasi (desa,kecamatan) di Propinsi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB)

dan Nusa Tenggara Timur (NTT) yang disurvei dari bulan April sampai bulan

Agustus 2011 dapat dilihat pada Tabel 45. Berdasarkan identifikasi morfologi

telur menurut Thienpon et al.(1979), menunjukkan bahwa Sapi bali di Propinsi

Bali,NTB dan NTT terinfeksi secara alami oleh parasit gastrointestinal dari jenis

Trematoda (Fasciola spp.dan Paramphistomum spp), Nematoda (Toxocara

spp,Mecistocirrus spp Oesophagustomum spp, Ostertagia spp, Cooperia spp,

Trichostrongylus spp.dan Monieza sp) dan coccidia (Eimeria spp) dengan

prevalensi masing-masing berkisar antara 1.6%- 80.4%; 3.7% - 27.7 %; - % dan

1.4% - 5.5% dengan intensitas infeksi berturut turut berkisar antara 10 -60 epg

dan 10-200 epg.; 40- 1560 epg dan 400-10.200

Intensitas infeksi masing-masing dari Trematoda terdiri dari genus Fasciola spp.

dan Paramphistomum spp., berkisar 10-60. per gram tinja (egg per gram

feses,epg) . dan 10-200,epg serta dari Nematoda berkisar 40- 1.560 epg.

Sedangkan dari Coccidia (Eimeria sp.) berkisar 40 – 1,080 opg (oocyte per

gram) tinja. Akan tetapi selama surveilans, tidak ditemukan infeksi cacing dari

Cestoda.

Setelah dilakukan identifikasi berdasarkan morfologi telur menurut Thienpon et

al.(1979, teridentifikasi bahwa jenis genus Fasciola sp. dan Paramphistomum sp

dari klas Trematoda dan genus Strongyloides sp.,Trichostrongylus

sp.,Oesophagustomum sp.,Meccistosirus sp., Cooperia sp.,Oestargia sp.,

Monieza sp.Chabertia sp.,dan Toxocara sp., termasuk klas Nematoda dan

genus Eimeria sp. Klas Coccidia (protozoa) yang menginfeksi saluran

pencernaan sapi bali di Propinsi Bali,NTB dan NTT. Intensitas infeksi masing-

masing kl\as dari genus Fasciola sp. dan Parampistomum sp., berkisar 10-200

telur. per gram tinja ( egg per gram feses,epg) dan dari klas Nematoda dan

berkisar 40- 1560 epg.Sedangkan dari Klas Cocsidia (Eimeria sp.) berkisar 40 –

2080 opg (oocyte per gram ) tinja. Akan tetapi selama surveilans, tidak

ditemukan telur cacing dari klas Cestoda.

Page 93: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

72

Tabel 45.Distribusi Prevalensi Parasit Gastrointestinal Pada Sapi Bali

di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur

Lokasi JumlahSampel

PositifTrematoda

PositifNematoda

PositifCoccidia

PrevalensiPGI ( % )

BALI 424 134 (31.6%) 69 (23.3%) 7 (1.6%) 211(49.7%)

NTB 60 7 (11.6%) 8(13.3%) 0.(0.0%) 15 (25.0%)

NTT 60 1 (1.6%) 3 (3.7%) 1(1.6%) 5 (8.3%)

Total 544 142 (26.1%) 80 (14.7%) 8 (1.6%) 231 (42.5%)

II.1.1.3.8. Surveilans Penyakit Surra

Penyakit Surra di regional Bali – Nusra khususnya di pulau Sumba, NTT

merupakan penyakit yang sangat penting, terutama menyerang ternak kuda dan

kerbau. Pada tahun 2010 terjadi outbreak di Kabupaten Sumba Barat dan

Sumba Barat Daya, dan hingga saat ini masih ada ancaman bagi ternak kerbau

dan kuda si seliruh kabupaten yang berada di pulau Sumba apabila tidak

ditangani dengan baik. Berdasarkan hasil surveilans trypanosomiasis pada sapi

di pulau Bali yang dilakukan oleh BBVet Denpasar pada tahun 2013

menunjukkan bahwa tingkat prevalensi infeksi Trypanosoma evansi (Surra) rata-

rata 0.08% di kabupaten/kota di Bali dan seperti disajikan pada Tabel 46.

Tabel 46.Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Prvinsi Bali

Tahun 2013

Kabupaten/Kota Jml.Sampel

Jml.Negatif Jml. Positif Prevalensi

(%)Tabanan 290 290 0 0.0%

Buleleng 100 100 0 0.0%

Gianyar 253 253 0 0.0%Karangasem 200 200 0 0.0%Denpasar 10 10 0 0.0%Jembrana 265 264 1 0.4%Bangli 3 3 0 0.0%

Total 1121 1120 1 0.08%

Page 94: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

73

Demikian juga hasil surveilans penyakit Surra di NTT khususnya pulau Sumba

menunjukkan bahwa tingkat prevalensi infeksi Trypanosoma evansi (Surra) rata-

rata 0.42% di seluruh kabupaten di Pulau Sumba cendrung menurun dan

bersifat sporadis (Tabel 47)

Tabel 47.Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra) di Pulau Sumba, NTT

Tahun 2013

Lokasi JumlahSampel

JumlahNegatif

JumlahPositif Prevalensi (%)

Sumba Timur 409 409 0 0.0%Sumba Tengah 425 423 2 0.50%Sumba Barat 431 429 2 0.46%Sumba Barat Daya 386 383 3 0.77%

Total 1.651 1.644 7 0.42%

Sementara itu, hasil survei berdasarkan jenis hewan menunjukkan bahwa

derajat prevalensi agen T, evansi berturut –turut pada kuda, kerbau dan sapi

masing-masing sebesar 0.74%, 0.64% dan 0.0%.( Tabel.48, 49, 50 ).

Tabel 48.Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi /Surra

di Pulau Sumba,NTT (berdasarkan Jenis Hewan)Tahun 2013

Jenis hewan JumlahSampel

JumlahNegatif

JumlahPositif

Prevalensi(%)

Kuda 269 267 2 0.74%Kerbau 778 773 5 0.64%

Sapi 229 229 0 0.0%

Total 1.651 1.644 7 0.42%

Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kejadian infeksi T.evansi yang terjadi

secara alami pada kuda relatif lebih tinggi daripada kerbau dan ruminansia

lainnya, termasuk sapi Sumba Onggole relatif lebih tahan dibandingkan kerbau

dan kuda. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh peneliti lain

seperti Payne et al, (1991) yang menemukan kejadian kejadian infeksi T.evansi

telah tersebar luas di kebanyakan daerah penghasil ternak di Indonesia, dengan

Page 95: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

74

derajat seroprevalensi pada kerbau lebih tinggi daripada sapi di daerah

pemeliharaan yang sama. Bervariasinya derajat ketahanan terhadap

trypanosomiasis, selain karena faktor genetik (genetic host) juga faktor kondisi

setiap individu hewan terutama terkait managemen pemeliharaan. Kejadian

penyakit pada umumnya berlangsung kronis, sub klinis tanpa menunjukkan

gejala klinis dan ternak ruminansia penderita Surra sub klinis ini umumnya tidak

mudah diagnosa berdasarkan pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan

laboratorium dengan metoda uji sederhana/natif sehingga kejadian penyakit

cendrung terabaikan tanpa mendapat penanganan.

Tabel 49.Distribusi Prevalensi infeksi T evansi (Surra)

di Pulau Sumba, NTT tahun 2013

Lokasi JumlahSampel

JumlahNegatif

JumlahPositif

Prevalensi(%)

Sumba Timur 763 716 47 6.15%Sumba Tengah 453 447 6 1.32%Sumba Barat 487 485 2 0.41%

Sumba Barat Daya 561 260 1 0.17%Total 2.264 2.208 56 2.48%

Tabel 50.Distribusi Prevalensi infeksi Trypanosoma evansi /Surra (berdasarkan

Jenis Herwan di PulauSumba )

Jenis hewan JumlahSampel

JumlahNegatif

JumlahPositif

Prevalensi(%)

Kuda 321 302 19 5.9%Kerbau 1874 1.839 35 1.86%

Sapi 453 461 2 0.44%Total 2.254 2.208 56 2.48%

II.1.1.3.9. Surveilans Residu dan Cemaran Mikroba

Prevalensi residu dan cemaran mikroba keberadaan agen (bakteri patogen)

yang mencemari pangan asal hewan yang ada di wilayah kerja BBVet

Denpasardapat diketahui dengan melakukan surveilans cemaran mikroba dan

residu. Pengujian cemaran mikroba dengan parameter uji (TPC, Coliform,

E.coli, S.aureus, Salmonella sp, Campylobacter sp ), residu antibiotika

(penisillin, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida), residu sulfa dan formalin telah

Page 96: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

75

dilakukan terhadap 2803 sampel pangan asal hewan (daging segar, daging

olahan , telur dan susu). Secara umum higiene daging yang beredar di wilayah

Provinsi Bali, NTB dan NTT relatif masih rendah. Dari hasil uji cemaran mikroba

menunjukkan, rata-rata sebanyak 38,6% - 67,7% dari 1131sampel daging

khususnya daging segar tercemar mikroba terutama TPC melebihi batas

maksimum cemaran mikroba (BMCM) yang ditetapkan dalam SNI. Demikian

juga hasil uji terhadap bakteri Coliform, rata-rata sebanyak 33% daging segar

tercemar bakteri Coliform. Namun demikian semua sampel tidak tercemar

bakteri patogen Salmonella sp dan Campylobacter sp. Pengujian terhadap

residu menunjukkan bahwa residu antibiotika golongan penisillin (0,3%),

tetrasiklin (1,1%), aminoglikosida (3,9%) dan makrolida (1,7%) masih ditemukan

pada sampel pangan asal hewan terutama sampel telur. Hasil uji beberapa

sampel daging ayam terhadap residu sulfa menunjukkan bahwa sampel daging

ayam tidak mengandung residu sulfa, dan semua sampel tidak mengandung

formalin.

Adapun hasil uji cemaran mikroba terutama Total Plate Count (TPC) terhadap

sampel daging segar, daging olahan dan susu asal Kabupaten/Kota di Provinsi

Bali disajikan dalam tabel 51, sedangkan hasil uji sampel dari Provinsi NTB

disajikan dalam tabel 52 dan hasil uji sampel dari NTT disajikan dalam tabel 53.

Page 97: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

76

Tabel 51.Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu asal

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Hasil Uji Total Plate Count (TPC)Daging Segar Daging Olahan SusuKabupaten/

Kota ∑sampel > BMCM ∑

Sampel > BMCM ∑Sampel > BMCM

Jembrana 80 26 (32,5%) 10 0 (0%) 9 1 (11%)Badung 48 16 33,3%) 5 0 (0%) 2 0 (0%)Tabanan 59 36 (61%) 5 0 (0%) 5 0 (0%)Denpasar 93 20 (67,5%) 11 1 (10%) 8 0 (0%)Gianyar 27 13 (48,1%) 3 0 (0%) 2 0 (0)%)Klungkung 55 30 (54,5%) 6 0 (0%) 10 0 (0%)Bangli 86 54 (62,8%) 13 1 (7,7%) 17 1 (6%)Karangasem 41 20 (48,8%) 4 0 (0%) 6 0 (0%)Buleleng 127 80 (63%) 14 3 21,4%) 12 0 (0%)Jumlah 616 295 47,9%) 71 5 (7%) 71 2 (2,8%)

Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 untuk TPC dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampeldaging : 1x106, daging olahan : 1x105 dan susu pasteurisasi : 5x104

Tabel 52.Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu asal Kabupaten/Kota di

Provinsi NTB

Hasil Uji Total Plate Count (TPC)

Daging Segar Daging Olahan SusuKabupaten/Kota

∑sampel > BMCM ∑

Sampel > BMCM ∑Sampel > BMCM

Kota Mataram 37 37 (100%) 0 0 (0%) 5 0 (0%)Sumbawa 27 1 (3,7%) 5 0 (0%) 5 0 (0%)Lombok Barat 34 28 (82,4%) 2 0 (0%) 8 0 (0%)Kota Bima 53 34 (64,2%) 1 0 (0%) 7 0 (0%)Lombok Tengh 46 27 (58,7%) 3 0 (0%) 23 0 (0%)Lombok Timur 20 20 (100%) 0 0 (0%) 20 0 (0%)Jumlah 217 147(67,7%) 11 0 (0%) 68 0 (0%)

Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 untuk TPC dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampeldaging : 1x106, daging olahan : 1x105 dan susu pasteurisasi : 5x104

Page 98: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

77

Tabel 53.Hasil Uji Total Plate Count (TPC) sampel daging dan susu asal

Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

Hasil Uji Total Plate Count (TPC)

Daging Segar Daging Olahan SusuKabupaten/Kota

∑sampel > BMCM ∑

Sampel > BMCM ∑Sampel > BMCM

Manggarai Barat 66 24 (36,4%) 5 0 (0%) 6 0 (0%)Flores Timur 58 33 (56,9%) 3 1 (33,3%) 5 0 (0%)

Kupang 71 50 (70,4%) 5 0 (0%) 5 0 (0%)

ManggaraiTengah

72 8 (11,1%) 5 5 (100%) 5 0 (0%)

Ende 31 0 (0%) 5 0 (0%) 4 0 (0%)Jumlah 298 115 (38,6%) 23 6 26,1%) 25 0 (0)%)

Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 untuk TPC dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampeldaging : 1x106, daging olahan : 1x105 dan susu pasteurisasi : 5x104

Hasil uji cemaran mikroba (TPC, Coliform dan E.coli) sampel daging segar,

daging olahan dan susu berdasarkan lokasi pengambilan sampel (RPH, pasar,

depot dan swalayan) di Provinsi Bali, NTB dan NTT, masing-masing disajikan

dalam tabel 54, 55 dan 56 di bawah ini

Page 99: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

78

Tabel 54.Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi Bali

berdasarkan lokasi pengambilan sampel

Cemaran mikroba(Jumlah sampel >BMCM)Provinsi Lokasi Jenis

sampelJumlahsampel

TPC Coliform E.coliDaging babi 32 5 (15,6%) 6 (18,8%) 0 (0,0%)Daging sapi 65 2 (3,1%) 7 (10,8%) 1 (1,5%)

RPH

Daging kambing 5 1 (20%) 3 (60%) 0 (0,0%)Daging babi 122 70 (57,4%) 64 (52,5%) 2 (1,6%)Daging sapi 74 25 (33,8%) 23 (31%) 1 (1,4%)Daging ayam 156 107(68,6%) 97 (62%) 2 (1,3%)Daging.olahan 7 2 (28,6%) 1 (14,3%) 0 (0,0%)

Pasar

Susu 6 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)Depot Daging.kambing 45 20 (44,4%) 11 (24%) 1 (2,2%)

Daging babi 23 14 (61%) 8 (35%) 0 (0,0%)Daging sapi 29 16 (55,2%) 12 (41,4%) 4 (13,8%)Daging ayam 63 35 (55,5%) 22 (34,9%) 0 (0,0%)Daging olahan 64 3 (4,7%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

Swalayan

Susu 63 1 (1,6%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)Dg. Kambing 2 0 (0,0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

Susu 2 0 (0%) 0 (0,0%) 0 (0,0%)

Bali

Peternakan Jumlah 758 302(39,8%) 254(33,5%) 12 (1,6%)

Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampel daging segar: TPC 1x106, Coliform 1x102, E.coli 1x101, daging olahan : TPC 1x105, Coliform 10,E.coli <3 dan susu pasteurisasi : TPC 5x104, Coliform 10, E.coli <3.

Page 100: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

79

Tabel 55.Hasil uji Cemaran Mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi NTB

berdasarkan lokasi pengambilan sampel

Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampel daging segar: TPC 1x106, Coliform 1x102, E.coli 1x101, daging olahan : TPC 1x105, Coliform 10,E.coli <3 dan susu pasteurisasi : TPC 5x104, Coliform 10, E.coli <3.

Cemaran mikroba(Jumlah sampel >BMCM)Provinsi Lokasi Jenis

SampelJumlahsampel

TPC Coliform E.coliDaging babi 4 4 (100%) 4 (100%) 2 (50%)Daging sapi 31 13 (42%) 9 (29%) 1 (3,2%)

Daging ayam 5 4 (80%) 4 (80%) 1 (20%)

RPH

Daging kambg 4 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Daging babi 6 3 (50%) 5 (83,3%) 0 (0%)Daging sapi 71 50 (70,4%) 34 (48%) 6 (8,5%)Daging ayam 78 61 (78,2%) 53 (68%) 5 (6,4%)Daging kerbau 3 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Daging kuda 1 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Daging olahan 3 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Pasar

Susu 3 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Depot Daging kambg 2 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

Daging sapi 5 5 (100%) 5 (100%) 1 (20%)Daging ayam 5 5 (100%) 4 (80%) 1 (20%)Daging olahan 8 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 65 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

NTB

Swalayan

Jumlah 296 143(48,3%)

118(39,9%)

19(6,4%)

Page 101: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

80

Tabel 56.Hasil uji cemaran mikroba sampel daging dan susu asal Provinsi NTT

berdasarkan lokasi pengambilan sampel

Cemaran mikroba(Jumlah sampel > BMCM)Provinsi Lokasi Jenis

sampelJumlahsampel

TPC Coliform E.coli

Daging Babi 33 11(33%) 6 (19%) 0 (0%)RPHDaging Sapi 60 19(32%) 5 (8,3%) 2 (3,3%)

Daging babi 15 1 (6,7%) 4 (27%) 1 (6,7%)Daging sapi 28 2 (7,2%) 0 (0%) 1 (3,6%)Daging ayam 105 60 (57%) 50 (48%) 2 (2%)

Pasar

Dag. kambing 9 1 (11%) 3 (33%) 0 (0%)

Daging babi 5 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Daging sapi 10 2 (20%) 0 (0%) 0 (0%)Daging ayam 6 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dag.kambing 5 5 (100%) 1 (20%) 0 (0%)

Depot

Daging olahan 2 2 (100%) 0 (0%) 0 (0%)

Daging sapi 10 2 (20%) 9 (90%) 0 (0%)Daging ayam 10 10 (100%) 9 (90%) 0 (0%)Daging olahan 23 6 (26%) 3 (13%) 0 (0%)

Swalayan

Susu 25 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)

NTT

Jumlah 346 121 (35%) 90 (26%) 6 (1,7%)

Ket : Batas Maksimum Cemaran Mikroba (BMCM) dalam Standard Nasional Indonesia(SNI) No.01-7388-2009 dalam satuan koloni/gram atau koloni/ml ; sampel daging segar: TPC 1x106, Coliform 1x102, E.coli 1x101, daging olahan : TPC 1x105, Coliform 10,E.coli <3 dan susu pasteurisasi : TPC 5x104, Coliform 10, E.coli <3.

Semua sampel daging segar, daging olahan, susu dan telur tidak

terkontaminasi (negatif) bakteri Salmonella sp. Sedangkan beberapa sampel

daging segar yaitu sebanyak 2 (1,9%) sampel terkontaminasi bakteri

Staphylococcus aureus. Semua sampel daging dan susu tidak terkontaminasi

(negatif) bakteri Campylobacter sp. Sebanyak 8 (delapan) sampel daging ayam

yang diuji terhadap residu sulfa (sulfadiazine, sulfamerazine) tidak mengandung

( negatif) residu sulfa, dan semua sampel daging segar dan daging olahan juga

negatif bahan pengawet formalin. Sementara itu, hasil uji residu antibiotika

terhadap sampel daging, susu dan telur yang berasal dari Provinsi Bali, NTT dan

NTB masing-masing disajikan dalam tabel 57,58 dan 59 di bawah ini.

Page 102: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

81

Tabel 57.Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu

asal Provinsi Bali

Hasil Uji Residu Antibiotika(∑ sampel positif)Provinsi Jenis

SampelJumlahsampel

GolonganPenisillin

GolonganTetrasiklin

GolonganAminoglikosida

GolonganMakrolida

Dg. Babi 177 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Sapi 168 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Ayam 219 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kambg 52 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Olahan 71 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 71 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur ayam 368 2 (0,5 ) 4 (1,1%) 22 (5,9%) 10 (2,7%)Telur itik 205 0 (0%) 1 (0,5%) 5 (2,4%) 3 (1,5%)Telur puyuh 157 0 (0%) 12 (7,6%) 15 (9,6%) 16 (10%)

Bali

Jumlah 1488 2 (0,1%) 17 (1,1%) 42 (2,8%) 29 (1,9%)

Tabel 58. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu

asal Provinsi NTT

Hasil Uji Residu Antibiotika(∑ sampel positif)

Provinsi Jenissampel

Jumlahsampel

GolonganPenisillin

GolonganTetrasiklin

GolonganAminoglikosida

GolonganMakrolida

Dg. Babi 53 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Sapi 108 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Ayam 121 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kambg 14 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Olahan 25 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 25 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur ayam 219 3 (1,4% ) 4 (1,8%) 33 (15%) 4 (1,8%)Telur itik 33 1 (3%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur puyuh 94 1 (1,1%) 2 (2,1%) 10 (10,6%) 1 (1,1%)

NTT

Jumlah 692 5 (0,7%) 6 (0,9%) 43 (6,2%) 5 (0,7%)

Page 103: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

82

Tabel 59. Hasil uji residu antibiotika sampel daging, telur dan susu

asal Provinsi NTB

Hasil Uji Residu Antibiotika(∑ sampel positif)

Provinsi Jenissampel

Jumlahsampel

GolonganPenisillin

GolonganTetrasiklin

GolonganAminoglikosida

GolonganMakrolida

Dg. Babi 10 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Sapi 107 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Ayam 88 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kambg 6 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kuda 1 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Kerbau 5 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Dg. Olahan 11 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Susu 68 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)Telur ayam 161 2 (1,2% ) 0 (0%) 8 (5%) 7 (4,3%)Telur itik 100 0 (0%) 0 (0%) 4 (4%) 0 (0%)Telur puyuh 66 0 (0%) 8 (12%) 4 (6%) 9 (13,6%)

NTB

Jumlah 623 2 (0,3%) 8 (1,3%) 16 (2,6%) 16 (2,6%)

II.1.1.3.10. Surveilans Gangguan Reproduksi pada Ternak Sapi Potong

Surveilans dilakukan dengan mengambil sampel organ reproduksi pada ternak

sapi betina dan jantan yang di potong di rumah potong hewan (RPH) dan tempat

pemotongan hewan (TPH) yang ada di wilayah Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT,) tabel 60. Surveilans bertujuan

untuk mengetahui patologi reproduksi yang mungkin terjadi pada ternak sapi

potong yang bisa berpengaruh terhadap produktifitas ternak sapi. Untuk wilayah

Provinsi Bali diperoleh sampel organ reproduksi sebanyak 170 sampel yang

terdiri dari sampel diambil dari hewan berumur 1 ≤ 5 tahun, 107 ( 62,94 % )

sampel dari umur > 5 tahun,11 ( 6,47% ) dan 52 ( 30,589% ) sampel tidak ada

data umur hewan. Di wilayah Provinsi NTB diperoleh sampel sebanyak 215

sampel yang mana 110 ( 51,16% ) sampel diambil dari hewan berumur 1 ≤ 5

tahun, 5 ( 2,32% ) sampel dari umur > 5 tahun, dan 100 ( 46,51% ) sampel

tidak disertai data umur hewan. Sedangkan di wilayah Provinsi NTT diperoleh

sebanyak 120 sampel organ yang terdiri dari 102 (85% ) sampel dari umur 1 ≤ 5

tahun, 18 ( 15% ) sampel umur > 5 tahun.

Page 104: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

83

Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan, dari 505 sampel organ reproduksi

yang diuji di laboratorium Patologi yang berasal dari wilayah kerja Balai Besar

Veteriner Denpasar tampak normal dan tidak ada perubahan yang mengarah ke

penyakit gangguan reproduksi.

Data dan hasil pemeriksaan sampel dari masing-masing Rumah Potong Hewan

dan Tempat Pemotongan Hewan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali NTB dan NTT

pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 60.Hasil pemeriksaan histopatologi sampel organ reproduksi yang berasal

dari RPH kabupaten/kota di Provinsi Bali, NTB dan NTT, tahun 2013.

Umur HewanNo. Prov. Kab/Kota Jml

Smpl 1≤5 th >5 th TDHasil Ket.

Karangasem 39 34 5 0 39 TAP

De Jembrana 32 27 5 0 32 TAPBuleleng 68 15 1 52 67 TAPTabanan 31 31 0 0 31 TAP

1 Bali

2 NTBGerung

Majeluk

2

213

2

108

0

5

0

100

2 TAP

213 TAP

Kota Kupang 120 102 18 0 120TAP3 NTT

Jumlah Total Sampel 505 319 34 152

KeteranganTD : tidak ada dataTAP : tidak ada perubahan yang mengarah ke penyakit gangguan reproduksi

Gangguan reproduksi pada ternak sapi maupun kerbau sering kali tidak

terdeteksi pada awalnya. Hal ini disebabkan karena biasanya penyakit berjalan

sangat perlahan sampai suatu saat muncul pada suatu peternakan. Disamping

itu, penyakit gangguan reproduksi juga cenderung bersifat sub klinis namun bisa

mengancam seluruh populasi dalam kelompok dan yang ada disekitarnya.

Sistem produksi ternak yang masih bersifat tradisional/ ternak dilepas di padang

Page 105: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

84

gembalaan akan semakin mempersulit pengamatan terhadap ternak yang

mengalami gangguan reproduksi.

Wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar meliputi Provinsi Bali, NTB dan

NTT. Untuk wilayah Bali sistem produksi ternak bersifat semi intensif, dimana

ternak sudah dikandangkan dan dilakukan pemberian pakan baik berupa hijauan

maupun pakan tambahan berupa dedak padi/ gandum. Pemanfaatan teknologi

reproduksi seperti inseminasi buatan (IB) maupun sinkronisasi birahi juga sudah

cukup banyak dilakukan di wilayah Bali. Ternak sebagai tenaga untuk

pengolahan lahan pertanian sudah mulai di geser fungsinya oleh alat pembajak

yang menggunakan motor/mesin (tractor). Sedangkan wilayah Provinsi NTB

(kecuali Pulau Lombok) dan NTT, sistem produksi ternak sapi dan kerbau masih

sangat tradisional. Ternak di wilayah tersebut dipelihara dengan cara dilepaskan

di padang gembalaan. Ternak hanya masuk kandang pada saat pendataan

(registrasi) dan vaksinasi oleh petugas. Bahkan menurut informasi Kepala Dinas

Peternakan di wilyah tersebut, dalam satu tahun belum tentu ternak pernah

masuk ke kandang. Hal ini sangat menyulitkan untuk mendeteksi kemungkinan

ternak terjangkit suatu penyakit termasuk penyakit gangguan reproduksi seperti

Brucellosis dan yang lainnya.

Peta kesehatan hewan di wilayah kerja Balai Besar veteriner Denpasar

menunjukkan Provinsi Bali merupakan daerah bebas penyakit Brucellosis, Pulau

Lombok sudah dapat dibebaskan dari penyakit Brucellosis sejak tahun 2002

sedangkan Kota Bima prevalensi reaktor Brucellosis cukup rendah yakni 0,06%

(Putra dan Arsani, 2004). Wilayah Provinsi NTT merupakan daerah endemis

Brucellosis terutama Pulau Timor, walaupun di beberapa wilayah seperti Pulau

Sumba prevalensinya sangat rendah.

Surveilans patologi gangguan reproduksi yang dilakukan di Provinsi Bali, NTB

dan NTT pada tahun anggaran 2013 oleh Balai Besar Veteriner Denpasar,

menunjukkan bahwa gangguan reproduksi yang disinyalir mempunyai andil

dalam penurunan populasi ternak sapi di Indonesia, bukan disebabkan oleh

penyakit infeksi.

Page 106: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

85

Dari analisa data hasil pengujian secara histopatologi terhadap sampel organ

reproduksi yang berasal dari wilayah kerja balai Besar Veteriner Denpasar

diperoleh sampel sebanyak 505. Dari 505 sampel yang diuji secara histopatologi

semua organ tidak ada perubahan yang mengarah ke penyakit gangguan

reproduksi. Adapun 505 sampel tersebut berasal dari :

Surveilans patologi gangguan reproduksi yang dilakukan di wilayah Provinsi Bali

mengambil sampel sebanyak 170 sampel organ reproduksi dan hasil

pemeriksaan secara histopatologi menunjukkan ( 100% ) sampel baik itu organ

reproduksi betina dan organ reproduksi jantan tidak ada perubahan yang

mengarah ke penyakit gangguan reproduksi.

Surveilans patologi gangguan reproduksi yang dilakukan di wilayah Provinsi

NTB hanya memperoleh 215 sampel organ reproduksi dan dari hasil

pemeriksaan histopatologi keseluruhan sampel (100%) baik dari hewan jantan

maupun betina tidak ada perubahan yang mengarah ke penyakit reproduksi.

Untuk wilayah Provinsi NTT diperoleh sebanyak120 sampel organ reproduksi

dan hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan 120 (100%) sampel tidak ada

perubahan yang mengarah ke penyakit gangguan reproduksi.

Gambar 1. Saluran reproduksi (uterus) sapi yang mengalami inflamasi. Epitheluterus lepas dan diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit dan sel plasmadidalam stroma endometrium. Epithelium permukaan mengalamihiperplasia. (HE 100x)

Page 107: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

86

Gambar 2. Organ reproduksi hewan normal, tidak tampak ada perubahansecara histopatologi (HE. 40x).

Hasil pengujian histopatologi terhadap sampel organ reproduksi yang diperoleh

pada saat surveilans patologi gangguan reproduksi dilakukan menunjukkan

signifikansi yang sangat rendah antara pengaruh penyakit gangguan reproduksi

(0 kasus) terhadap penurunan populasi ternak di wilayah kerja Balai Besar

Veteriner Denpasar.

Untuk wilayah Bali, pemotongan terhadap sapi betina mencapai 139 (81,76%,),

dan jantan sebanyak 31( 18,24% ), Sedangkan untuk wilayah NTB pemotongan

sapi betina 69 (32,09% )dan jantan 146 (67,91%) dari jumlah sapi yang

dipotong. RPH dan TPH di wilayah Provinsi NTT juga melakukan pemotongan

pada betina yaitu 112 ekor ( 93,33%) dan jantan sebanyak 8 ekor ( 6,67% ) dari

120 ekor sapi yang dipotong. Dari 112 ekor betina yang dipotong di RPH, 102

ekor ( 91,07% ) merupakan betina dengan kisaran umur antara 1 ≤ 5 tahun dan

10 ekor ( 8,93% ) berumur diatas 5 tahun.

Penyakit Jembrana untuk mengetahui prevalensi antibodi dan mendeteksi virus

penyakit Jembrana di provinsi Bali telah dilakukan surveilens pada bulan Juni,

sampai dengan Oktober 2013. Selama pelaksanaan surveilans berhasil

dikumpulkan sebanyak 4312 sampel serum dan 4276 sampel darah dengan

antikoagulan EDTA. yang diambil dari peternakan sapi milik masyarakat dan

SIMANTRI, serta dari breeding farm BPTU Pulukan. Semua sampel serum diuji

Page 108: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

87

ELISA menggunakan antigen Jembrana J Gag 6 histidin, sedangkan sampel

darah EDTA diuji PCR. Hasil surveilans menunjukkan bahwa dari 4312 sampel

serum yang diuji ELISA hanya 552 (12,8%) positif antibodi JD. Sedangkan

hasil uji PCR terhadap 4276 sampel darah , menunjukkan semua sampel darah

yang diuji negatif virus Jembrana. Dari hasil surveilans dapat disimpulkan

bahwa persentase antibodi JD di Bali hanya 12.,8% dan tidak ditemukan adanya

positif virus JD / hewan carrier JD di semua lokasi survei. . Mengingat virus JD

dan hewan carrier sudah tidak ditemukan selama pelaksanaan surveilans,maka

perlu diupayakan pembebasan penyakit Jembrana di provinsi Bali. Untuk

mewujudkan upaya pembebasan tersebut maka perlu dilakukan surveilans

secara periodik dan terstruktur, peningkatan pengawasan lalu lintas ternak dan

pengendalian vektor, sehingga bisa mendukung upaya pembebasan JD di

provinsi Bali , serta dapat menjadikan provinsi Bali sebagai sumber bibit sapi

Bali di Indonesia.

Seperti diringkaskan pada Tabel 61 terlihat bahwa hasil pengujian ELISA

terhadap 4312 sampel serum yang diuji hanya 552 (12.8%) positif mengandung

antibodi JD. Sedangkan hasil konfirmasi dengan uji PCR menunjukkan bahwa

virus penyakit Jembrana tidak ditemukan pada semua sampel darah asal

Provinsi Bali (Tabel 62). Dari 1984 sampel serum yang diambil dari hewan yang

divaksinasi JD hanya 463 (23.3%) yang menghasilkan antibodi positif. Ada

terdeteksi antibodi positif pada sampel serum yang diambil dari hewan yang

tidak divaksinasi JD sebanyak 4,8%. (seperti pada Gambar 2)

Page 109: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

88

Tabel 61.Prevalensi antibodi penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013

NoKabupaten/

KotaJumlahsampel

JumlahPositif

Persentase Positif(%)

1 Badung 345 105 30.4

2 Jembrana 860 157 18.3

3 Buleleng 659 55 8.3

4 Bangli 468 28 6.0

5 Klungkung 295 50 16.9

6 Tabanan 529 66 12.5

7 Gianyar 496 30 6.0

8 Denpasar 196 23 11.7

9 Karangasem 464 28 6.0

TOTAL 4312 552 12.8

Tabel 62.Persentase virus penyakit Jembrana di Provinsi Bali Tahun 2013

No Kabupaten Jumlahsampel

JumlahPositif

Persentase Positif(%)

1 Badung 345 0 0

2 Buleleng 826 0 0

3 Bangli 659 0 0

4 Klungkung 467 0 0

5 Tabanan 295 0 0

6 Denpasar 528 0 0

7 Gianyar 496 0 0

8 Jembrana 196 0 0

9 Karangasem 464 0 0

TOTAL 4276 0 0

Page 110: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

89

II.1.1.4. Pengembangan metoda Uji

Pengembangan metode uji yang dilaksanakan oleh Balai Besar VeterinerDenpasar tahun 2013 terdiri dari:

II.1.1.4.1. Pengembangan Metode (Tahap I) Uji Real Time PCR UntukMendeteksi Virus c-DNA Virus Penyakit Jembrana Pada SapiBali.

I. PENDAHULUAN

Balai Besar Veteriner Denpasar (BBVet) dan Balai Veteriner (B-Vet) di Indonesia

saat ini berjumlah 9 unit (3 (BBVet dan 6 (B-Vet) yang merupakan institusi yang

memiliki peran penting secara Regional dalam melaksanakan tugas surveilans,

penyidikan , pengujian dan diagnosa penyakit hewan di wilayah kerja

pelayanannya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.: 89/Kpts/PD/1/2012,

masing-masing BB Vet dan B Vet tersebut telah ditetapkan sebagai

laboratoerium rujukan pengujian penyakit hewan menular tertentu. Laboratorium

rujukan dan penyakit yang ditangani sebagai berikut: BBVet Wates (penyakit

Anhrax, AI , BSE dan Salmonella) BBVet Denpasar (penyakit Jembrana dan

SE), BBVet Maros (penyakit BVD dan Brucellosis) , BVet Medan (penyakit

PRRS dan HC), BVet Bukittinggi (penyakit Rabies), BVet Lampung (penyakit ND

dan IBD), BVet Banjarbaru (penyakit Surra dan IBR), dan BVet Subang

(penyakit AI ). Sebagai Laboratorium rujukan BBVet dan BVet selain

menerapkan ISO 17025 dan ISO 9001 diharapkan juga menerapkan ISO 17043.

Walaupun setiap BBVet dan BVet sudah ditetapkan sebagai laboratorium

rujukan penyakit hewan tertentu, namun ada perbedaan tugas pokok dan fungsi

yang sangat prinsip yang membedakan antara Balai Besar Veteriner dan Balai

Veteriner. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

54/Permentan/OT140/5/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar

Veteriner (BBVet) bahwa BBVet mempunyai tugas khusus yaitu pengembangan

teknik dan metode penyidikan , diagnosa dan pengujian Veteriner . Berdasarkan

alasan tersebut di atas BBVet Denpasar berkomitmen untuk melakukan

Page 111: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

90

pengembangan teknik dan metoda penyidikan, diagnosa dan pengujian

Veteriner, dan saat ini terkait dengan penyakit Jembrana yang bersifat spesifik.

Penyakit Jembrana/Jembrana Disease (JD) adalah penyakit viral bersifat akut,

disebabkan oleh Retrovirus famili Lentivirinae.Virus ini berbentuk pleomorf,

beramplop dengan materi genetic tersusun atas single stranded Ribonucleic

Acid (ss-RNA) berukuran 50-120 nm.

Berbeda dengan grup lentivirus lainnya infeksi oleh virus penyakit Jembrana

cenderung bersifat akut, menimbulkan gejala klinis dengan masa inkubasi

pendek yaitu sekitar 7 hari pasca infeksi dapat menimbulkan gejala klinis

terutama demam, pembesaran kelenjar limfe permukaan, nafsu makan turun,

kadang-kadang disertai keringat darah. Demam umumnya berlangsung 5-6 hari

dan pada saat demam tersebut, titer virus sangat tinggi dan dapat dideteksi

dengan RT-PCR (Gambar 3.)

38

39

40

41

42

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021

Days post-infection

Mea

n re

ctal

tem

pera

ture

(oC

)

0100200300400500600700800

JDV

RN

A x

106

/ml

Temperature JDV RNA

Gambar 3. Hubungan antara suhu tubuh (tanda bulat hitam) dengan titer virus(tanda segitiga merah) yang di deteksi dengan uji Real Time PCR (RT-PCRpadasapi Bali setelah diinfeksi VPJ (Sumber: IW. Masa T. PhD Thesis, 2010).

Siklus hidup Virus Penyakit Jembrana (JDV) dimulai dengan menempelkan

dirinya pada permukaaan target cells melalui reseptor, kemudian melepas

kulitnya di dalam sitoplasma dan memasukkan gen-nya yang disebut cDNA

(proviral DNA) ke dalam inti sel yang selanjutnya menyatu (berintegrasi) dengan

gen sapi untuk selamanya. Pada saat hewan sembuh gen JDV tetap berada di

dalam target cells dan status hewan yang sembuh menjadi karier (Gambar 4).

Page 112: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

91

Gambar 4. Siklus hidup lentivirus di dalam sebuah target cell (Sumber: IW. Masa

T. PhD Thesis, 2010

Di laboratorium diagnose penyakit Jembrana biasanya dilakukan dengan

beberapa uji diantaranya untuk mendeteksi antibody dilakukan uji serologis

ELISA atau Western Blot dan untuk mendeteksi virus/antigen dilakukan dengan

uji Immunohistokimia (IHK), Insitu-Hybridization (ISH ) dan Polymerase Chain

Reaction (PCR). Untuk mendeteksi antigen pada saat hewan sedang dalam fase

demam (akut), dilakukan dengan uji IHK dan ISH (Gambar 5)

Gambar 5. Hasil deteksi virus Jembrana pada organ limfoid dengan IHK(gambar kiri) dan deteksi antigen dengan ISH (gambar kanan). Hasil positif IHKditandai dengan adanya warna coklat pada sel yang terinfeksi) sedangkan hasilpositif ISH ditandai dengan warna merah pada sitoplasma sel B (Sumber PhDThesis I.W.Masa Tenaya. 2010)

Sesungguhnya sel-sel positif IHK dan ISH tersebut adalah sel-sel B (penghasil

antibodi seluler) sebagaimana dibuktikan dengan uji double immunostaining. Hal

ini menjelaskan mengapa antibodi tidak terbentuk sampai 2 bulan pasca infeksi,

sedangkan pada penyakit virus lainnya antibodi sudah terbentuk beberapa hari

pasaca infeksi.

Page 113: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

92

Pada saat penyakit phase akut (demam) keberadaaan JDV yang berada dalam

sel (intracellular virus) dalam bentuk cDNA dapat dideteksi dengan uji

convensional PCR dan virus yang berada di luar sel (extracellular virus) dalam

bentuk RNA dapat dideteksi dengan uji Real -Time PCR (gambar 6)

Cycle5 10 15 20 25 30 35 40

Norm

. F

luoro.

0.8

0.6

0.4

0.2

0 Threshold

Cycle5 10 15 20 25 30 35 40

Norm

. F

luoro.

0.8

0.6

0.4

0.2

0 Threshold

Gambar 6. RT-PCR: Kiri adalah kurve standar, kanan adalah amplifikasi positifberlipat ganda RNA virus Jembrana pada saat demam (Sumber PhD Thesis;IWM. Tenaya, 2010).Uji Real Time PCR dan Convensional PCR lebih sensitive dan spesifik daripada

uji IHK dan ISH. Akan tetapi setelah phase demam berlangsung, karena

extracellular virus sudah masuk bersembunyi ke dalam inti sel target menjadi

cDNA, maka RT-PCR tidak dapat lagi mendeteksi JDV. Sebaliknya cDNA

tersebut masih dapat dideteksi dengan convensional PCR selama demam

berlangsung sampai beberapa tahun setelah hewan sembuh dengan PCR

product sekitar 360 bp Secara keseluruhan dapat disimpulkan perbandingan

kelebihan dan kekurangan metoda diagnose JD seperti pada Tabel 63.

Page 114: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

93

Tabel 63.Rangkuman perbandingan kelebihan dan kekurangan metoda diagnose

penyakit Jembrana yang telah dikembangkan

No Metodadiagnose Kelebihan Kekurangan

1 Serologi(ELISA danWestern Blott)

1. Dapat mendeteksiantibody pada saatkronis

2. Sebagai uji evaluasi hasilvaksinasi

1. Tidak spesifik (cross reaksidengan antibody BIV2. Tidak sensitive, tidak

dapat mendeteksiantibody pada saatphase akut (dibawah 2bulan)

2 Deteksiantigen (IHKdan ISH.Doubleimmunostainning

Sensitif dan spesifik karenamemakai antibodymonoclonal dan Riboprobe

1. Tidak dapat mendeteksiJDV pada phase kronis, tidakcocok untuk uji massal.2. ISH dan double

immunostainning sangatkomplek tidak cocok untukuji massal.

3. Deteksi cDNAdengan c-PCR

1. Sensitif dan spesifikmendeteksi JDV padasaat akut dan kronis(karier)

2. Mendeteksi virus secarakualitatif

1. Memerlukan waktu lebih lama

2. Berbahaya memakai zatkarsinogenik (ethidiumbromide)

3. Memerlukan pembuatan gelelektroforesis

4. Tidakcocok untuk uji massal

4 Deteksi RNAdengan RT-PCR

1. Sensitif dan spesifikhanya mendeteksi JDVpada saat akut

2. Mendeteksi virussecara kuantitatif

1. Tidak dapat mendeteksiJDV pada phase kronis(padahal deteksi hewankarier sangat penting)

B. Rumusan MasalahDari uraian di atas walaupun metoda diagnose JDV telah dikembangkan secara

maksimal dari tingkat konvensional sampai molekuler, aplikasi metode-metode

tersebut harus masih disesuaikan dengan tingkat kejadian penyakit. Hal ini

terjadi bukan karena metode diagnose yang kurang tepat tetapi karena sifat

alamiah infeksi JDV yang sangat unik. Oleh karena itu dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut :

Page 115: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

94

1. Belum tersedianya metoda diagnose JDV yang “feasible” yaitu efektif, efisien,

sensitif dan spesifik (akurat) dapat mendeteksi hewan terinfeksi JDV pada

phase akut, kronis dan karier.

2. Belum tersedia metoda diagnose yang dapat mengkuantitasi JDV khususnya

pada saat kronis dan/atau pada hewan yang tidak menunjukkan gejal klinis

atau pada hewan karier.

3. Belum pernah dilakukan uji coba revitalisasi RT-PCR sebagai pengganti C-

PCR dalam mendeteksi cDNA pada hewan terunfeksi JDV

C. Maksud dan TujuanKegiatan ini bertujuan untuk :

1. Mengembangkan uji RT-PCR untuk mendeteksi cDNA virus pada hewan

terinfeksi JDV

2. Membandingkan efektivitas uji RT-PCR dengan C- PCR dalam mendeteksi

cDNA pada hewan terinfeksi JDV.

D. Manfaat/OutcomeManfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah :

1. Tersedianya metoda diagnose yang mampu mendeteksi JDV secara cepat,

akurat, efktif dan efisien pada setiap phase infeksi

2. Tersedianya metoda diagnose yang dapat mengukur JDV secara kuantitatif

pada setiap phase infeksi.

II. MATERI DAN METODE

1. MateriAdapun materi yang dipergunakan pada kegiatan ini meliputi :

a. Hewan PercobaanHewan percobaan yang digunakan adalah 5 ekor sapi Bali asal Nusa Penida,

umur 1,5 sampai 2 tahun. Sapi tersebut dibagi dua kelompok yaitu kelompok

kontrol (1 ekor) dan kelompok perlakuan (4 ekor).

Page 116: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

95

b. Isolat Virus JembranaIsolat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah isolat Tabanan87/2012 dan

Kalimantan

c. Bahan KimiaBahan-bahan yang digunakan untuk survei ini meliputi : antigen Jembrana (J

Gag 6 Histidine) produksi BB Vet Denpasar, coating buffer, serum kontrol

positif (Pan Moyo/PM), serum kontrol negatif (Nusa Penida/NP), Phosphate

buffer Saline Tween (PBST), skim milk, Conjugate Goat antibovine Ig G whole

molecule HRP (SIGMA), substrate HRP (BioRad), Qiamp DNA mini KIT

(Qiagen), NH4Cl, Primer JDV -1, primer JDV-3, Master mix PCR 2X, loading

dye, DNA marker 100 bp, Ethidium bromide, PCR water, Purelink Viral RNA

/DNA mini Kit (Invitrogen) Superscript III Platinum One Step qRT-PCR Supermix

with Rox (Invitrogen cat : 11745-100),

d. AlatAlat yang digunakan untuk pelaksanaan survei meliputi : Tabung venoject

(plain), Tabung dengan antikoagulan EDTA, jarum venoject, handle, ELISA

reader, alat Mini Protean 3 cell, Mini transblot Electrophoretic Transfer cell,

laminar air flow, Mesin PCR (AB). Real Time PCR (AB)

2 MetodeMetode yang diterapkan pada kegiatan ini meliputi :

1. Perlakuan PretreatmentSatu minggu sebelum perlakuan sapi tersebut dipretreament seperti : divaksinasi

SE, diberikan vitamin B complex, antibiotik, obat cacing dan penyemprotan

insektisida serta dilakukan pengambilan sampel serum untuk uji ELISA dan

darah untuk uji PCR, untuk memastikan sapi tersebut benar-benar bebas

antibodi dan virus JD. Semua sapi diberikan makan dan minum secara ad

libitum

Page 117: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

96

2. InokulasiInokulasi dilakukan dengan menyuntikkan masing-masing 1 ml 10% suspensi

limpa strain Tabanan87/2012 dan Kalimantan masing-masing ke dua ekor sapi

percobaan , kemudian diamati perubahan temperatur, dicatat gejala klinis yang

muncul, dilakukan pengambilan sampel serum dan darah pada hari ke 2 dan 0

sebelum inokulasi dan hari ke 2, 4,5,6,7,8,10,15,20 dan 25 setelah inokulasi

dilakukan.

1. Pengujian LaboratoriumDalam kegiatan ini semua sampel serum akan diuji ELISA dan sampel darah

akan dilakukan, PCR dan Real Time PCR. Prosedur uji selengkapnya sebagai

berikut :

1.1. UJI ELISAPengujian sampel serum dengan uji ELISA dilakukan dengan prosedur kerja

sebagai berikut : antigen J Gag 6 Histidin dilarutkan dengan carbonat coating

buffer 1:50 kemudian ditambahkan ke masing-masing well sebanyak 50 µl,

mulai dari well B2 sampai dengan G11. Masukkan 50 µl hanya coating buffer

(tanpa antigen) ke dalam lubang blank B1 s/d G1. Kocok dengan shaker dan

diinkubasikan pada suhu 40C selama 24 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak

3 kali dengan ELISA washer. Blok plate dengan menambahkan ke masing-

masing well sebanyak 50 µl larutan skim milk 5% dalam PBST dan plate

diinkubasikan selama 1 jam pada suhu ruangan. Cuci plate dengan PBST

sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Siapkan sampel serum, sampel serum

standar, dan Reference serum dengan cara sebagai berikut: Sampel yang akandiuji diencerkan 1: 100 dalam skim milk 5% dan 50 µl serum tersebut

dimasukkan ke dalam masing-masing lubang test. Sampel serum standar(PM) diencerkan mulai dari pengenceran 1 : 100 hingga 1 : 3200 dalam skim

milk 5% dan tiap-tiap pengenceran dimasukkan pada lubang dideretan 2 setiap

pengenceran satu lubang mulai dari B2 sampai G2. Sampel Referenceserumyang digunakanada dua yaitu reference serum positif Jembrana

/Hyperimun (A), dan Reference serum negatif (Nusa Penida /B). Encerkan

masing-masing reference serum tersebut 1 : 100 dalam skim milk 5% dan

masukkan 50 ul reference serum A ke lubang B3 , C3 dan D3; 50 µl serum B ke

lubang E3, F3, dan G3. Homogenkan dengan dishaker dan inkubasikan pada

Page 118: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

97

suhu 370C selama 1 jam. Cuci plate dengan PBST sebanyak 3 kali dengan

ELISA washer. Encerkan conjugate antibovine Ig G Whole molecule (SIGMA) 1 :

1000 dalam PBST buffer. Masukkan 50 µl conjugate yang telah diencerkan

tersebut pada setiap lubang baik yang mengandung serum maupun lubang

blank dan kontrol. Inkubasikan pada suhu 370C selama 1 jam. Cuci plate dengan

PBST sebanyak 3 kali dengan ELISA washer. Tambahkan campuran satu

bagian substrate Hidrogen Peroxidase (HRP) solution B dan 9 bagian (solution

A) atau 2,2- Azino-bis (3-ethylbenzothiazoine-6 sulfonic acid diamonium salt).

Masukkan 50 µl substrate ke dalam setiap well (blank, kontrol dan serum

sampel), diamkan selama 2 menit. Kemudian stop reaksi dengan menambahkan

50 µl larutan asam oxalat 2 % ke semua well.

Pembacaan hasil uji ELISA dilakukan pada ELISA READER dengan panjang

gelombang 405 nm. Bila nilai OD sampel lebih besar atau sama dengan OD

pengenceran 1 : 100 maka sampel dikatakan positif sedangkan bila nilai OD

sampel lebih kecil dari OD pengenceran 1 : 100 maka sampel dikatakan negatif

1.2. UJI POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)DNA virus dari PBMC diisolasi dengan menggunakan QIAmp DNA Blood Kit

(Qiagen). Tabung eppendorf yang sudah berisi DNA filtrat diberi label dan

disimpan pada -20oC sampai siap diuji. Sedangkan metoda uji PCR yang

dipakai untuk mendeteksi provirus Jembrana ini adalah metoda second round

PCR yang dikembangkan oleh Masa Tenaya dkk., (2003 & 2004). Bahan-bahan

yang diperlukan dalam teknik PCR JD antara lain: Master mix, PCR

water,Primer JDV–1, Primer JDV–3, DNA template, Agarose gel 1%, TAE buffer,

dan Ethidium Bromide. Primer yang digunakan terdiri dari Primer JDV-1 dan

Primer JDV–3.Forward primer (JDV –1) dengan sekuen

5’GCAGCGGAGGTGGCAATTTTGATAGGA 3’.Reverse primer (JDV – 3)

dengan sekuen 5’ CGGCGTGGTGGTCCACCCCATG 3’ (Chadwick et al.,

1995).

Untuk setiap reaksi PCR digunakan 25 µL Master Mix, 2 µL primer JDV-1, dua

uL primer JDV-3, 19 µL PCR water dan DNA template sebanyak 2 µL. Bahan-

bahan tersebut kemudian dicampur ke dalam tabung effendorf volume 500 µL.

Campuran tersebut diamplifikasi dengan thermocycler sebanyak 35 siklus

Page 119: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

98

dengan perincian sebagai berikut: Step 1 (denaturasi) 94oC selama 5 menit,

Step 2 (denaturasi) 94oC selama 30 detik dan (annealing) 66oC selama 1 menit,

Step 3 pemanjangan (ekstensi) 72oC selama 1,5 menit. Pada akhir siklus, ada

program tambahan 72oC selama 10 menit untuk melengkapi pemanjangan DNA

yang belum selesai, dan satu siklus untuk masa inkubasi di bawah suhu ruang,

biasanya 15oC dengan waktu tak terbatas. Total siklus adalah selama 2 jam 15

menit. Untuk reaksi Second Round PCR, dikerjakan dengan running ulang hasil

dari First Round PCR dengan formula PCR yang sama dengan formula pada

First Round PCR.

Analisa dan dokumentasi hasil PCRHasil PCR kemudian dielectrophoresis dengan 1% gel agarose yang

mengandung 5 ug Etidium bromide/ ml. Elektrophoresis dilakukan dengan

voltase 70 volt selama 45 menit. Hasil PCR dalam gel kemudian divisualisasi

dengan sinar UV pada alat UV transluminator dan dianalisa dengan program Gel

Doc untuk melihat adanya band / pita DNA.

1.3. Uji Real Time (PCR)Sampel untuk uji Real Time PCR pada penelitian ini akan berupa sampel RNA

yang diisolasi dari plasma dan juga menggunakan DNA yang diisolasi dari

Peripheral Blood Mononuclear cell (PBMC). Proses reaksinya dilakukan

dengan cara menambahkan 22.075ul PCR mix kedalam 3 ul template RNA,

kemudian diamplifikasi di dalam mesin dengan program sebagai berikut : cDNA

synthesis 500C selama 15 menit, Aktivasi DNA polymerase 950C selama 5

menit, 2 step Cycling, 40 siklus 950C selama 15 detik, 600C selama 60 detik dan

closing reaction 400C selama 1 menit Selanjutnya diamati nilai CT dan kurva

amplifikasi.

III. HASIL

Sebelum perlakuan semua sapi yang akan digunakan sebagai hewan percobaan

dilakukan prretreatmen, diambil sampel darah dan serumnya untuk memastikan

nahwa sapi tersebut benar-benar negatif antibodi dan virus Jembrana. Hasil uji

menunjukkan bahwa semua sampel serum dan darah dari 5 ekor sapi yang

dipakai dalam percobaan negatif antibodi dan virus JD.

Page 120: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

99

Gejala Klinis JD

Virus JD Isolat Tabanan 87 /2012 berhasil ditumbuhkan pada hewan percobaan

ditandai dengan adanya demam, penurunan junlah leukosit, pembengkakan

pada limfoglandula prescapularis, prefemoralis, dan parotidea, adanya feses

bercampur darah (gambar 1, 2, 3 dan 4). Virus JD isolat Kalimantan 2005 tidak

berhasil ditumbuhkan, pada sapi percobaan, tidak ada perubahan gejala klinis

dan tidak terjadi demam.

Gambar 7. Pembengkakan lgl prescapularis Gambar 8. Pembengkakan lglpresfemoralis

Gambar 9. Pembengkakan lgl parotidea Gambar 10. Kotoran bercampur darah

Page 121: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

100

Tabel 64.Data hasil pengamatan temperature

Kode HewanNo TanggalInokulasi

DayInokulasi Kontrol CB1 CB2 CB3 CB4

1 18/11/2013 0 38.8 38.7 38.6 38.7 38.82 19/11/2013 1 38.8 38.3 38.5 38.4 38.73 20/11/2013 2 38.6 38.5 38.3 38.4 38.94 21/11/2013 3 38.5 38.3 38.4 38.0 38.65 22/11/2013 4 38.7 38.6 38.6 38.5 38.96 23/11/2013 5 38.5 39.5* 38.5 38.4 38.57 24/11/2013 6 38.5 40.5* 38.5 38.4 38.48 25/11/2013 7 38.2 39.8* 38.6 38.4 38.39 26/11/2013 8 38.5 39.7* 40.8* 38.6 38.3

10 27/11/2013 9 38.6 39.7 * 41.2* 38.5 38.411 29/11/2013 10 3338.5 338.533 41.5* 38.3 38.412 30/11/2013 11 38.6 38.4 41.3* 38.2 38.513 31/11/2013 12 38.6 38.3 40.2* 38.0 38.414 1/12/2013 13 38.4 38.5 39.4 38.3 38.315 2/12/2013 14 38.4 39.0 39.0 38.4 39.216 3/12/2013 15 38.7 38.5 38.3 38.3 38.417 4/12/2013 16 38.6 38.5 38.2 38.4 38.518 5/12/2013 17 38.5 38.5 38.0 38.0 38.319 6/12/2013 18 38.6 38.6 39.0 38.4 38.320 7/12/2013 19 38.3 39.2 38.3 38.4 38.421 8/12/2013 20 3838.73.7 3 38.9 8 38.4 38.4 38.422 9/12/2013 21 38.5 38.7 38.4 38.3 38.423 10/12/2013 22 38.6 38.1 39.0 38.7 38.324 11/12/2013 23 38.6 38.3 38.7 38.0 38.425 12/12/2013 24 38.5 38.4 38.9 38.2 38.526 13/12/2013 25 38.1 38.1 38.5 38.2 38.0

Keterangan : temperature ≥ 39.5 = demam : * demam

Page 122: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

101

Tabel 65.Data hasil penghitungan sel leukosit

Kode HewanNo

TanggalInokulasi

DayInokulasi Kontrol CB1 CB2 CB3 CB4

1 18/11/2013 0 8950 7050 7150 7700 7250

2 23/11/2013 1 9400 2550* 5450 8050 7150

3 24/11/2013 2 9700 3800* 7000 5500 6300

4 25/11/2013 3 6600 3650* 4900 7500 8900

5 26/11/2013 4 7800 2950* 3100* 6250 8850

6 27/11/2013 5 8000 3100* 3900* 6500 8750

7 28/11/2013 6 6300 4100 2550* 7250 8900

8 29/11/2013 7 7250 4800 2850* 7500 8900

9 30/`11/2013 8 9000 5500 2750* 7750 8950

Keterangan : Jumlah leukosit ≤ 4000 = leukopenia : * leukopenia

IV. PEMBAHASAN

Hasil uji ELISA dan PCR terhadap lima sampel serum dan darah sapi yang

diambil sebelum inokulasi virus, menujukkan negatif antibodi dan virus JD. Hal

ini mengindikasikan bahwa sapi Bali yang akan digunakan dalam percobaan

tersebut memang masih bebas JD dan memenuhi persyaratan untuk

dipergunakan sebagai hewan percobaan.

Terjadinya penurunan jumlah leukosit(leukopenia) pada sapi yang diinokulasi

virus JD (CB1 dan CB2. mengindikasikan bahwa sapi tersebut positif terinfeksi

JD. Jumlah leukosit pada sapi Bali normal ber kisar antara 4000-12000/ml

darah. Adanya leucopenia ini .merupakan salah satu indikasi adanya infeksi

virus JD. Salah satu perubahan spesifik pada sapi yang terinfeksi virus

Jembrana adalah terjadinya penurunan jumlah sel-sel darah dan perubahan

yang konsisten dan menonjol adalah terjadinya leukopenia dan limfopenia

(Harding dan Suharsono, 1977: Soesanto dkk., 1990).

Page 123: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

102

Pada percobaan ini terjadi variasi mulai munculnya demam.Hasil percobaan

menunjukkan bahwa sapi CB 01mulai demam pada hari ke 5 setelah inokulasi,

sedangkan sapi CB02 menunjukkan demam muncul lebih lambat yaitu pada

hari ke-8 setelah inokulasi dan tidak ada perbedaan lama demam antara CB01

dan CB02. Perbedaan waktu mulai munculnya demam ini kemungkinan erat

hubungannya dengan faktor individu sapi ,dimana sapi yang kondisinya lebih

lemah akan lebih dulu mengalami demam bila dibandingkan sapi yang daya

tahan tubuhnya lebih kuat.. Bila dilihat dari gambaran perubahan temperature

dari masing-masing sapi, maka sapi CB2 hasil pengamatan temperaturnya lebih

tinggi daripada CB1

Gejala klinis yang muncul pada CB1dan CB2 lebih spesifik dibandingkan dengan

CB3 dan CB4. Gejala ini lebih lebih baik dibandingkan dengan hasil refreshing

pada tahun 2012 dimana gejala klinis yang muncul hanya terjadinya demam,

sedangkan pembengkakan kelenjar limfe superficialis tidak muncul. . Hal ini

mengindikasikan bahwa virus JD yang disimpan pada suhu -800C dalam jangka

waktu yang tidak terlalu lama akan mampu bereplikasi dengan baik dan

menghasilkan gejala klinis yang spesifik demikian sebaliknya isolate virus yang

disimpan pasa suhu (-800C) dalam jangka waktu lama akan menurunkan

stabilitas dan patogenitas virus.

Berbeda dengan isolate Kalimantan yang belum pernah direfreshing, tidak

mampu bereplikasi pada hewan percobaan sehingga tidak menimbulkan gejala

klinis. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh lamanya penyimpanan,

yang menyebabkan berkurangnya jumlah virus yang ada pada limpa, sehingga

patogenitasnya menurun, Hasil ini memperkuat penelitian Agustini, dkk 2012,

yang menemukan bahwa virus JD yang disimpan dalam jangka waktu lama

pada suhu -800C akan menyebabkan patogenitasnya menurun. Kondisi ini

kemungkinan disebabkan oleh terjadinya penurunan stabilitas virus terkait suhu

penyimpanan.

Page 124: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

103

II.1.1.4.2. Pengembangan Metode Indirect Fluorescent Antibody Test(Indirect FAT) Rabes Dengan Menggunakan AantibodiMonoklonal Isolat Lapangan (1266) di Balai Besar VeterinerDenpasar

PENDAHULUANLatar Belakang

Balai Besar Veteriner Denpasar adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis di

bawah Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang mempunyai

tugas dan fungsi penyidikan dan pengujian veteriner, dan melaksanakan

pengembangan metoda pengujian.

Berdasarkan kontrak kinerja antara Direktur Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian dengan Kepala Unit Pelayanan Teknis

(UPT) di lingkungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

tanggal 14 Pebruari 2013 dengan penyampain dokumen

No:19044/TU.210/F1/2013 tanggal 19 Pebruari 2013 disebutkan bahwa dalam

tugas pokok dan fungsi masing – masing UPT diberikan beban kinerja yang

telah ditentukan target pencapaiannya. Dalam hal ini khususnya Balai Besar

Veteriner Denpasar yang merupakan UPT dibawahnya mendapatkan beban

target kinerja antara lain : pencapaian target jumlah sampel, pembuatan peta

status penyakit hewan di lokasi kerja 3 Provinsi (Bali, NTB dan NTT),

pengembangan metoda diagnosa dan pengujian penyakit hewan Rabies dan

Jembrana, Bimbingan Teknis Laboratorium Tipe B sebanyak 3 unit dan Tipe C

sebanyak 6 unit, dan Bimbingan Teknis Puskeswan sebanyak 20 unit.

Dalam hal pengembangan metoda diagnose penyakit hewan, Balai Besar

Veteriner Denpasar focus pada pengembangan metoda pengujian penyakit

Rabies dan Jembrana. Namun demikian Balai Besar Veteriner Denpasar juga

akan terus mengupayakan pengembangan metoda untuk uji-uji penyakit lainnya

terutama yang terkait dengan penyakit dimana Balai Besar Veteriner Denpasar

dijadikan sebagai Laboratorium rujukannya.

Page 125: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

104

Implementasi dari pengembangan metoda diagnose penyakit Rabies diawali

dengan pembuatan proposal terkait dengan kegiatan pengembangan metoda

yang dimaksud. Pengembangan Metoda Diagnosa Penyakit Rabies akan

mengembangkan metoda indirect FAT dengan menggunakan antibodi

monoklonal yang berasal dari isolat lapangan (1266) Bali.

Tujuan1. Untuk memproduksi monoklonal antibodi virus Rabies menggunakan isolat

lapangan (1266) Bali.

2. Untuk mengembangkan metode uji Indirect Fluorescen Antibodi Test dengan

mempergunakan monoklonal antibodi virus Rabies yang berasal dari isolat

lapangan(1266) Bali

SasaranMendapatkan hasil produksi monoklonal antibodi virus Rabies menggunakan

isolat lapangan (1266) Bali yang nantinya akan dimanfaatkan untuk

pengembangan metoda uji Indirect Fluorescent Antibodi Test (FAT) Rabies.

OutputTerciptanya hasil produksi monoklonal antibodi virus Rabies menggunakan isolat

lapangan (1266) Bali yang dapat digunakan sebagai anti body primer dalam

pengembangan metoda uji Indirect Fluorescen Antibodi Test (Indirect-FAT)

Rabies.

TINJAUAN PUSTAKA

RabiesRabies adalah penyakit viral yang menginfeksi sistem saraf pusat (SSP) pada

hewan yang berdarah panas dan manusia, yang ditandai dengan

enchephalomyelitis akut dan hampir semua kejadian infeksinya berakhir dengan

kematian. Penyakit rabies disebabkan oleh virus dari genus Lyssavirus keluarga

Rhabdoviridae. Virus rabies bersifat neurotropik, berbentuk seperti peluru

dengan ukuran diameter 75 nanometer dan panjang 100 - 130 nanometer.

Materi genetik virus tersusun atas untaian rantai tunggal RNA. Ada 7 serotipe

dari lyssavirus yaitu: serotipe 1 adalah virus rabies klasik telah menyebar ke

Page 126: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

105

suluruh dunia; serotipe 2 adalah Lagos bat virus ditemukan di Afrika; serotipe 3

adalah Mokola rhabdovirus ditemukan di Afrika; serotipe 4 adalah Duvenhage

rhabdovirus ditemukan di Afrika bagian selatan; European Bat Lyssavirus (EBL)

dibagi dalam 2 biotipe yaitu EBL 1 dan EBL 2; dan terakhir serotipe 7 yaitu

Australian Bat Lyssavirus (Bowen and Lowings, 2000).

Sejak mewabahnya rabies pertama kali di Provinsi Bali, tepatnya di Kabupaten

Badung bulan Nopember 2008, kasus rabies sekarang telah meluas di semua

Kabupaten/Kota di Bali, secara berturut-turut: Kabupaten Badung, Kota

Denpasar, Tabanan, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Bangli, Klungkung dan

Jembrana. Begitu mulai muncul gejala klinis, baik pada hewan maupun pada

manusia, penderita akan berakhir dengan kematian. Kematian umumnya

disebabkan oleh tidak adanya perlakuan atau kurangnya perlakuan yang baik

(post exposure treatment) terhadap korban yang terkena Rabies. Tindakan

pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) dan atau Serum Anti Rabies (SAR)

sebagai tindakan post exposure treatment (PET) telah meningkatkan

keberhasilan pengobatan bagi korban terutama manusia yang terkena gigitan

anjing.

Informasi tentang sejarah kasus atau riwayat gigitan dan gejala klinis hewan

penular rabies (HPR) yang menggigit diperlukan dalam mendiagnosa kasus

rabies disamping pemeriksaan atau pengujian secara laboratorium. Diagnosa

berdasarkan anamnesa dan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap spesimen

otak anjing yang menggigit diharapkan bisa dijadikan sebagai pedoman atau

dasar dalam pengambilan keputusan untuk pemberian vaksin anti rabies (VAR).

Metoda Diagnosa Penyakit RabiesPemeriksaaan laboratorium yang biasa dilakukan terhadap spesimen otak yang

diduga rabies diantaranya adalah : pewarnaan Seller, FAT (Fluorescent Antibodi

Test), histopatologi, imunohistokimia (IHK), Mouse Inoculation Test (MIT),

maupun teknik molekular lainnya seperti Polymerase Chain Reaction (PCR).

Sedangkan uji serologi yang direkomendasikan oleh Office Internationale des

Epizooties (OIE, 2000) adalah Fluorescent Antibodi Virus Neutralization Test

(FAVN). Bahkan dengan beberapa kelebihan yang dimiliki teknik FAT

(Fluorescent Antibodi Test) seperti tingkat sensitifitas yang tinggi dan waktu

Page 127: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

106

pengujian yang relatif cepat, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE)

menjadikan FAT sebagai “golden standard” untuk diagnosa penyakit rabies.

Fluorescent antibodi test rabies (FAT) yang umum dilakukan adalah Direct-FAT,

dimana antigen Rabies yang terdapat pada jaringan otak akan dideteksi

langsung dengan antibodi rabies yang sudah dikonjugasi dengan zat fluorescent

yang umum digunakan adalah Fluorochrome Isotio Cyanate (FITC). Metoda ini

merupakan golden standard diagnose Rabies yang diakui oleh OIE selaku

otoritas kesehatan hewan dunia, namun jika dibandingkan dengan metoda

Indirect-FAT tentunya teknik indirect ini akan memiliki kelebihan dari segi

spesifisitasnya.

Namun OIE menyatakan bahwa Direct FAT sebagai golden standard tentunya

mempunyai alasan yang cukup kuat. Salah satunya mungkin karena dari segi

waktu pengujian, direct FAT tentunya lebih cepat dari indirect FAT, disamping itu

mungkin OIE menyadari bahwa tidak semua Laboratorium terutama di negara-

negara berkembang mampu untuk memproduksi/mengembangkan antibodi

monoklonal Rabies.

Antibodi MonoklonalKebanyakan antigen seperti virus, bakteri, parasit, sel eukariot terdiri atas

banyak epitop yang masing-masing mampu menginduksi antibodi yang khas

terhadap epitop. Karena itu jika hewan seperti mencit diimunisasi dengan

antigen yang terdiri atas berbagai jenis epitop, maka hewan tersebut akan

menghasilkan antibodi yang khas terhadap setiap epitop. Antibodi terhadap

suatu epitop umumnya tidak bereaksi dengan epitop lainnya. Antibodi terhadap

setiap epitop dihasilkan oleh 1 klon sel yaitu sekelompok sel yang berasal dari 1

sel. Namun, jika suatu individu diimunisasi dengan antigen yang terdiri atas

berbagai jenis epitop, maka antibodi yang diinduksinya akan berikatan dengan

berbagai jenis epitop. Antibodi yang demikian disebut antibodi poliklonal. Karena

mengenali berbagai jenis epitop maka reaksinya dalam mengenali suatu antigen

biasanya kurang spesifik sehingga untuk tujuan riset, diagnosis, dan terapi

kurang memadai. Sebaliknya antibodi monoklonal hanya berikatan dengan 1

jenis epitop sehingga lebih efisien bila dugunakan untuk tujuan tersebut.

Page 128: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

107

Pembuatan antibodi monoklonal dilakukan dengan cara memfusikan sel

penghasil antibodi terhadap antigen atau epitop tertentu dengan sel myeloma

yang bersifat immortal bisa dikultur secara in vitro. Penumbuhan virus Rabies

dan pembuatan antibodi monoklonal sudah dibuat/didapat berdasarkan

kerjasama penelitian (MoU) dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Udayana. Akan tetapi proses pembuatan antibodi monoklonal dijelaskan di

bagian metoda.

MATERI DAN METODE

MATERIMateri yang dibutuhkan dalam pengembangan metoda indirect FAT dengan

menggunakan antibodi monoklonal yang dibuat dari isolat lapangan (1266) Bali

adalah sebagai berikut:

1. Antibodi monoklonal Rabies/ MoAb Rabies (tersedia)

2. Virus Rabies isolat 1266 (tersedia)

3. Sampel otak anjing positif dan negatif Rabies (tersedia)

4. Konjugat (goat anti mouse FITC)

5. PBS tablet

6. Acetone pro analis

7. Slide glass

8. Cover glass

9. Glycerin

10. Mikroskop Fluorescent

METODA

Imunisasi mencitImunisasi mencit dengan antigen Rabies (1266) dilakukan sekurang-kurangnya

4 kali yaitu pertama dengan antigen yang diemulsikan dalam Freund’complete

adjuvant, kedua dan ketiga dengan antigen yang diemulsikan dalam Freund

incomplete adjuvant dan keempat dengan antigen tanpa adjuvant. 1 minggu

setelah imunisasi terakhir, serum diambil dan antibodi terhadap antigen yang

diinginkan diuji dengan ELISA atau western blotting. Jika titer antibodi sudah

Page 129: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

108

memadai maka mencit siap dipakai untuk fusi. Jika antibodi yang muncul belum

memadai, maka dapat dilakukan imunisasi lagi.

Penyiapan Sel MyelomaBerbagai jenis sel myeloma tersedia di pasaran yang dapat digunakan untuk

tujuan fusi. Sel myeloma dapat disimpan dalam nitrogen cair (-196oC) selama

bertahun-tahun atau pada suhu -70oC selama beberapa bulan. Setelah tersedia

mencit yang kebal, 1 ampul sel myeloma diambil dari nitrogen cair, dicuci

dengan media tanpa serum, dan dikultur dalam media yang mengandung 10%

Fetal Calf Serum, antibiotika dan Fungizone. Bila sel myeloma tampak sehat,

maka sel di pasase setiap hari sampai diperoleh sel myeloma yang sehat dan

aktif membelah. Sel myeloma yang digunakan dalam 1 fusi adalah sebanyak 20

x 106 sel. Sel myeloma dapat dihitung dengan hemositometer setelah diwarnai

dengan trypan blue. Dengan pewarnaan ini sel hidup tidak menyerap warna

sehingga tampak bening. Sedangkan sel yang mati akan menyerap warna

sehingga tampak berwarna biru. Untuk tujuan fusi, sel myeloma dapat

digunakan jika jumlah sel yang hidup di atas 95%.

Penyiapan mencit untuk imunisasiEnam sampai lima hari sebelum fusi, mencit dibooster dengan antigen tanpa

adjuvant setiap hari selama 3 hari berturut-turut. Mencit kemudian dieutanasi

dan limpa mencit dikeluarkan secara aseptis dengan cara membedah rongga

perut menggunakan gunting dan pinset steril. Limpa mencit kemudian ditampung

dalam petridsh steril yang diisi dengan 1,5 ml media tanpa serum.

Limfosit dalam limpa dikeluarkan dengan teknik 2 jarum suntik. Pertama,

sediakan 2 spuit dengan jarum suntik 23 G dan ujung jarum suntik

dibengkokkan. Dengan kedua jarum suntik tersebut, limpa mencit dikorek

sampai semua sel yang ada didalamnya keluar dan berada dalam media.

Limfosit individu disiapkan dengan cara menyedot dan mengeluarkannya

secara berulang menggunakan spuit 3 ml dan jarum 18 G atau dapat juga

dilakukan dengan pipet Pasteur steril. Limfosit individu yang terlepas kemudian

dihitung dengan hemositometer setelah diwarnai dengan methylen blue. Limfosit

tampak berwarna biru pekat dan berinti, sedngkan sel darah merah tampak

Page 130: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

109

berwarna merah dan tidak berinti. Jumlah limosit yang digunakan untuk 1 kali

fusi adalah 108 sel.

Pembuatan sel hybridomaSetelah tersedia dalam jumlah yang cukup dan sehat, sel myeloma ditampung

dalam tabung sentifuge steril dan dicuci 1 kali dengan media tanpa serum.

Pencucian ini penting untuk menghilangkan serum yang masih menempel pada

permukaan sel myeloma pada saat ditumbuhkan dalam media yang

mengandung serum. Keberadaan serum dapat menghambat fusi. Setelah sel

myeloma siap, limfosit mencit juga disiapkan dengan teknik 2 jarum suntik

seperti diatas.

Campurkan 20 juta sel myeloma dengan 100 juta limfosit dalam tabung

sentrifuge steril yang dasarnya U. Tabung dasar V juga dapat dipakai, tetapi

efisiensi fusinya biasanya lebih rendah. Sentrifus campuran kedua sel dengan

kecepatan 800-1200 rpm (tergantung sentifusenya) selama 5 menit. Supernatan

dibuang dan sel di dasar tabung dibuat menyebar dengan cara menggoyang dan

memukul-mukulkan ujung tabung secara pelan-pelan pada telapak tangan. Fusi

kedua jenis sel dilakukan dengan 1 ml PEG 45%. Pipet PEG dengan pipet 1 ml

dan dituangkan secara perlahan-lahan ke atas campuran sel selama kurang

lebih 1 menit. Waktu 1 menit penting karena jika penuangan dilakukan terlalu

cepat atau terlalu lama sel myeloma dapat pecah sehingga percobaan fusi bisa

gagal.

Skema fusi.1. Penuangan PEG selama 1 menit dilakukan dalam laminar airflow yang

dilanjutkan dengan fusi

2. Fusi dilakukan dalam waterbath selama dua menit dengan cara

menggoyang tabung secara pelan-pelan dalam waterbath dengan suhu

37oC

Page 131: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

110

3. Tahapan fusi terakhir dilakukan dalam lamira flow dengan menambahkan 4

ml media tanpa serum secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga sel

yang telah berfusi tidak lepas. Setelah itu tabung digoyang secara pelan-

pelan selama 3 menit. Kemudan ditambahkan 5 ml media tanpa serum

secara perlahan-lahan dan hati-hati, karena jika penambahan media

dilakukan tidak hati-hati, maka sel yang telah berfusi dapat lepas.

4. Sel kemudian disentrifuse dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit,

supernatant dibuang dan ke atas pellet sel ditambahkan 5 ml media dengan

10% FBS. Pellet sel dipecahkan dengan ujung pipet 5 ml, disedot secara

pelan-pelan dan hati-hati dengan pipet steril 5 ml. Sel kemudian

disuspensikan dalam 60 ml media DMEM yang mengandung 10% FBS.

Dengan alat suntik 10 ml atau pipet Pasteur, suspensi sel didistribusikan ke

dalam 5 tissue culture plate 96 sumuran dan dibiarkan mengendap ke dasar

sumuran selama 30 menit. Media di atas sel kemudian disedot dan

dibuang, dan sel hibridoma dikultur semalam dengan menambahkan 2 tetes

per sumuran media DMEM yang mengandung 20% FBS. Setelah dikultur

semalam, ke dalam setiap sumuran ditambahkan media selektif (DMEM

20%FBS + Hyphoxanthin Aminopterin dan Tymidin/HAT). Sel dikultur pada

suhu 37oC, di amati sewaktu-waktu. Pada hari ke lima atau keenam

kebanyakan sel myeloma biasanya telah mati dan jika belum mati, ke dalam

setiap sumuran dapat ditambahkan 1 tetes DMEM HAT.

5. Pada hari ke 8 pasca fusi, ke dalam setiap sumuran ditambahkan tetes

DMEM-HT (DMEM-HAT tanpa aminopterin). Adanya sel hibridoma yang

tubuh ditandai dengan munculnya klon sel hibridoma pada sumuran yang

tampak seperti buah anggur menggerombol. Fusi yang berhasil ditandai

dengan munculnya 1-3 klon sel hibridoma per sumuran. Jika klon sel sudah

cukup besar maka medianya dites apakah menghasilkan antibodi atau tidak.

Cara membunuh sel yang tidak berfusiSecara umum, sel mempunyai 2 jalur untuk mensintesis nukleotida yang

diperlukan untuk mensintesis DNA, yaitu de novo (normal) dan salvage (pintas).

Sel yang di kultur termasuk limfosit secara in vitro menggunakan salah satu dari

2 jalur tersebut untuk mensintesis nukleotida. Jika jalur normal dihambat

misalnya dengan aminopterin, maka sel mengunakan jalur pintas untuk

mensintesis nukleotida sehingga sel tetap hidup. Mutasi enzim yang mensintesis

Page 132: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

111

nukleotida jalur pintas dapat dijadikan sasaran memanipulasi agar sel yang

berfusi tumbuh sedangkan sel myeloma yang tidak berfusi akan mati. Salah satu

enzim yang menjadi target adalah hypoxanthine-guanine phosphoribosyl

transferase (HGPRT). HPGRT berperan dalam mensintesis nukleotida jalur

salvage. Sel myeloma dapat yang dipakai dalam fusi umumnya telah mengalami

mutasi gen HPGRT sehingga tidak mampu mensistesis nukelotida jalur pintas.

Jika jalur normal dihambat , misalnya dengan aminopterin maka sel myeloma

akan mati. Sementara itu sel hibridoma dapat menggunakan HGPRT dari

limfosit untuk mensintesis nukleotida sehingga tetap hidup. Limfosit sendiri tidak

dapat bertahan hidup secara in vitro sehingga akan mati dengan sendirinya.

Seleksi Hibridoma dengan Media HATObat seperti aminopterin menghambat sintesis nukelotida secara normal (de

novo). Obat ini menghambat sintesis purin dan pirimidin sehingga sel yang

dapat hidup dalam media yang mengandung obat ini adalah sel yang dapat

mensintesis nukleotida melalui jalur pintas (salvage) dan harus ditambahkan

precursor nukleotida seperti hypoxanthine and thymidine. Myeloma yang tidak

memiliki enzim ini akan mati pada media HAT karena tidak memiliki HGPRT. Sel

myeloma yang berfusi dengan sel B (hibridoma) dapat tumbuh terus karena sel

B yang mempunyai HGPRT.

Skrining Antibodi dengan ELISASel hibridoma yang menghasilkan antibodi dapat diuji dengan ELISA. Pertama,

coat ELISA plate dengan antigen (1 ug/ml) dalam carbonate buffer pH 9.6 (100

100ul per sumuran). Inkubasi semalam pada 4oC . Buang antigen dan block

plate dengan susu tanpa lemak 3% dalam PBS selama 1 jam pada suhu 37oC.

Cuci plate dengan PBS-tween dan tambahkan 100 ul media hybridoma inkubasi

selama 1 jam pada suhu 37oC. Cuci plate dengan PBS-Tween dan tambahkan

100ul anti-mouse Ig -horseradish peroxidase. Inkubasi kembali selama 1 jam

pada suhu 37oC, tambahkan substrat 100 ul, inkubasi selama beberapa menit

pada suhu kamar. Hasil positif ditandai dengan adanya perubahan warna

substrat

Page 133: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

112

Penentuan Protein yang bereaksisi dengan Antibodi MonoklonalProtein yang bereaksi dengan AbMo dapat ditentukan dengan berbagai cara

seperti western blotting dan radioimunoprecipitation assay. Western blotting

merupakan cara yang paling umum dipakai untuk menentukan protein yang

bereaksi dengan AbMo. Untuk uji ini, protein pertama dipisahkan dengan SDS-

PAGE dan ditansfer ke membrane nitroselulosa. Protein pada membrane

nitroselulosa kemudian direaksikan dengan abMo. Hasil positif ditandai dengan

adanya pita berwarna pada membrane nitroselulosa.

Penyimpanan Sel Hibridoma penghasil AbMoSel hibridoma yang menghasilkan AbMo dapat disimpan pada suhu -70 oC

selama beberapa bulan atau pada suhu -196 oC selama bertahun-tahun.

Penyimpanan dapat dilakukan dengan FBS yang mengandung 10 DMSO.

Pertama tambahkan FBS-DMSO ke dalam sel hibridoma. Masukan ke dalam

ampul dan simpan pada suhu -70 oC selama tiga jam. Sel hibridoma kemudian

dipindahkan ke -196 oC.

Penentuan Isotope AntibodiIsotipe AbMo dapat ditentukan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah

dengan Ig isotyping kit. Coat ELISA plate dengan antigen seperti di atas dan

setelah diblok dan dicuci seperti di atas tambahkan AbMo ke dalam sumuran

dan inkubasikan selama 1 jam pada suhu kamar. Tambahkan rabbit IgG anti-

mouse Ig isotype (IgM, IgA, IgD, IgG1, IgG2a, IgG2b, IgG2c, IgG). Tambahkan

anti-rabbit IgG-HRP dan setelah dicuci tambahkan substrat.

Indirect Fluorescent Antibodi Test Rabies (Indirect FAT Rabies)Teknik imunofluorescent (Indirect FAT Rabies) dilakukan sesuai prosedur

dijelaskan oleh OIE dan organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Preparat ulas dari

bagian hippocampus dibuat diatas slide glas kemudian difiksasi dalam aseton

dingin (- 20˚C) selama 20 menit. Selanjutnya slide preparat dicuci sebanyak tiga

kali dengan larutan dapar fosfat saline (PBS, pH 7.2), kemudian pada preparat

ulas/ smear diaplikasikan monoklonal antibodi Rabies yang berasal dari isolat

lapangan (1266) Bali dan diinkubasi selama 45 menit pada suhu 37˚C dengan

pemberian kelembaban secukupnya. Pencucian dengan larutan PBS dilakukan

sebanyak tiga kali dan kemudian diwarnai dengan fluorescent isothiocyanate

Page 134: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

113

(FITC) - terkonjugasi goat-anti mouse IgA, IgG dan IgM komersil yang banyak

terdapat dipasaran dan diinkubasikan lagi pada selama 30 menit pada suhu

37˚C. Setelah dicuci dengan PBS, slide yang dikeringkan dan pemasangan

buffered gliserin diaplikasikan. Slide diperiksa di bawah kaca penutup pada

perbesaran 400 menggunakan mikroskop fluorescent (Nikon, Jepang). Positif

dan negatif kontrol dijalankan bersama-sama dengan sampel uji. Slide

menunjukkan fluoresensi spesifik dinyatakan sebagai hasil positif.

HASIL

Antibodi monoklonal (AbMo Rabies) yang berasal dari isolat lapang (1266)

dibuat berdasarkan kerjasama (MoU) antara BBV Denpasar dengan FKH

Universitas Udayana. Sediaan AbMo yang berasal dari isolat lapang (1266)

dibuat menjadi sediaan siap pakai dengan rasio 1 : 20. Pengujian dilakukan

dengan 6 sampel otak anjing yang terdiri dari 4 sampel otak positif Rabies dan 2

sampel otak negatif Rabies. Terhadap semua sampel tersebut dilakukan

pengujian dengan teknik direct FAT dan indirect FAT. Direct FAT dilakukan

dengan mempergunakan monoklonal antibodi Rabies yang dilabel FITC

(conjugate), pada pengujian ini dipergunakan anti-rabies nucleocapsid conjugate

komersial produksi Bio-Rad. Untuk indirect FAT, pengujian dilakukan dengan

mempergunakan monoklonal antibodi Rabies isolat lapang (1266) sebagai

antibodi primer, FITC-goat anti-mouse conjugated komersial sebagai antibodi

sekunder. Pemeriksaan terhadap preparat-preparat tersebut dilakukan dengan

mempergunakan mikroskop flourescen.

Berikut adalah gambar-gambar hasil pengujian sampel otak anjing yang

dilakukan dibawah mikroskop flourescen.

Page 135: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

114

Gambar 11. Positif Rabies dengan direct FAT Gambar 12. Positif Rabies dengan indirect FAT

Gambar 13. Negatif Rabies dengan direct FAT Gambar 14. Negatif Rabies dengan indirect FAT

Page 136: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

115

PEMBAHASAN

Pengenceran AbMo isolat lapangan (1266) menjadi 1:20 dilakukan dengan

menambahkan PBS tanpa skim milk. Pengenceran 1:20 adalah rasio yang

paling optimal dan mampu memberikan hasil yang baik dari titrasi pengenceran.

Pengenceran 1:10 memberikan hasil yang sama dengan pengenceran 1:20,

pengenceran yang lebih tinggi (diatas 1:20) memberikan gambaran pendaran

yang kurang jelas. Optimasi pengenceran monoklonal antibody dilakukan

berdasarkan pengulangan yang dilakukan di tingkat laboratorium dengan

metode trial and error sehingga diperoleh hasil konsentrasi yang efektif dan

efisien.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengujian Indirect FAT, perbandingan

pendaran fluorescen pada slide yang positif tidak berbeda signifikan dengan

hasil Direct FAT yang selama ini digunakan di laboratorium BBVet Denpasar

yang juga merupakan metode referens yang telah diakui oleh OIE. Analisa ini

dilakukan hanya dengan gambaran satu layang pandang dengan menggunakan

mikroskop Fluorescen. Secara kualitatif hasil uji slide yang positif Rabies dengan

uji Direct FAT juga terdeteksi positif dengan menggunakan metode uji Indirect

FAT walaupun isolat yang digunakan untuk memproduksi imonoklonal antibody

berbeda. Hal tersebut kemungkinan disebabkan bahwa virus Rabies merupakan

virus yang stabil dan tidak cepat bermutasi. Meskipun demikian, penggunaan

isolat lokal yakni virus Rabies isolat Bali (1266) hampir dapat dipastikan memiliki

tingkat kesamaan atau homologi lebih tinggi dibandingkan dengan isolat asal

Negara lain jika disandingkan secara genotype. Sehingga akurasi dan

spesifisitas penggunaan isolat Bali (1266) dapat diasumsikan lebih tinggi untuk

mendeteksi kasus Rabies khususnya di wilayah Bali, meskipun perbedaannya

tidak terlalu signifikan.

Hasil pengujian sampel otak anjing dengan teknik direct FAT dan indirect FAT

selanjutnya dianalisa dengan mempergunakan tabel contingency 2x2 seperti

table 66 berikut.

Page 137: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

116

Tabel 66.Tabel 2x2 untuk analisa teknik uji direct FAT

dan indirect FAT Rabies

DIRECT FAT

POS NEG TOTAL

PO

S 4 0 4 IN

DIR

ECT

FA

T

NE

G 0 2 2TO

TAL

4 2 6

Berdasarkan hasil tabulasi diatas, dapat dihitung tingkat sensitifitas dan

spesifisitas uji indirect FAT Rabies dengan menggunakan isolat Bali (1266)

sebesar 100 % dibandingkan dengan uji referens OIE atau Golden Test

pengujian Rabies Direct FAT menggunakan isolat Pasteur. Sensitifitas uji

merupakan kemampuan suatu metode pengujian untuk mendeteksi bahwa

sampel yang terdeteksi positif memang benar positif Rabies, sebaliknya

spesifisitas uji adalah kemampuan suatu metode uji untuk mendeteksi bahwa

hasil uji yang terdeteksi negative memang benar-benar negative virus Rabies.

Keberhasilan dalam memproduksi monoklonal antibody Rabies dengan

menggunakan isolat lokal ini merupakan tahap awal dari pengembangan metode

pengujian selanjutnya. Monoklonal tersebut dapat di isolasi dan dipurifikasi lagi

sehingga dapat digunakan untuk optimasi pengujian lainnya seperti uji ELISA,

Imunohistokimia dan uji serologis lainnya yang berbasis ikatan antara antibody

dengan antigen virus tersebut. Selain itu, monoklonal antibody isolat Rabies Bali

(1266) ini dapat dijadikan langkah awal penggunaan metode uji alternative

sehingga dapat meminimalisir ketergantungan kegiatan pengujian terhadap

bahan – bahan (kit) komersial untuk mendeteksi penyakit Rabies khususnya di

wilayah kerja Balai Besar Veteriner Denpasar.

Page 138: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

117

II.1.1.5. Hewan Percobaan

Untuk mendukung pelaksanaan pengujian di laboratorium seperti uji biologi

Rabies, uji HA-HI AI/ND, isolasi AI, uji CFT diperlukan mincit, darah, telur ayam

yang diambil dari hewan percobaan. Beberapa jenis hewan percobaan yang

dimiliki BBVet Denpasar antara lain Kerbau, kuda, domba, kelinci, marmot,

mencit dan ayam ras petelur dengan data terlampir dalam tabe 67 berikut ini.

Tabel 67.Jenis Hewan Percobaan yang dimiliki BB-Vet Denpasar, Tahun 2013.

No. Jenis Hewan Jumlah (ekor) Keterangan1 Tikus putih 100 Hidup2 Marmut 7 Hidup3 Kelinci 2 Hidup4 Ayam 53 Hidup5 Domba 6 Hidup6 Kuda 1 Hidup7 Kerbau 2 Hidup

II.1.1.6 Penguatan Jejaring Laboratorium

Dalam era globalisasi menjadi suatu kenyataan bahwa tidak ada unit kerja

intansi/ Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang mampu berdiri sendiri terpisah dari

instansi lain. Secara garis besar kita sangat membutuhkan jejaring kerja

(networking) untuk menjadikan suatu kegiatan dapat berhasil dengan baik.

Melalui jejaring kerja akan diperoleh sinergitas dalam upaya mengatasi masalah

kesehatan hewan di wilayah.

Penguatan koordinasi dan kerja sama antar laboratorium kesehatan hewan,

dengan melakukan uji banding metode pengujian laboratorium, membuat MoU

(Memorandum of Understanding) dengan jejaring kerja (Networking) dan

melakukan kegiatan pelatihan singkat yang bersifat penyegaran dan

peningkatan sumber daya manusia dan peningkatan kompetensi seperti

kegiatan In house traning ISO 9001-2008, In house traning ISO/IEC 17025, In

house traning Medik, In house traning Paramedik, Workshop Peningkatan

Kompetensi Laboratorium tipe B, tipe C dan Puskeswan, Workshop peningkatan

kompetensi Laboratorium Bakteriologi BB-Vet dan BBV Nasional dan Rakor

Page 139: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

118

Keswan Wilayah Kerja Bali-Nusra serta Diseminasi Pemberantasan Brucellosis

di Pulau Sumba telah dilaksanakan. Hal ini juga dimaksudkan dalam rangka

pemantapan sistem pelayanan Laboratorium dan sistem manajemen mutu

laboratorium.

Sedangkan koordinasi teknis dilapangan dengan dinas yang mempunyai

kompetensi di bidang peternakan, karantina, Laboratorium keswan/kesmavet

Provinsi, laboratorium Tipe C di Kabupaten Puskeswan dilaksanakan terutama

untuk meningkatkan kinerja balai di dalam pemantauan penyakit hewan di

wilayah.

Dalam rangka menindaklanjuti rencana program pembebasan penyakit

Brucellosis di Pulau Sumba NTT, BB-Vet Denpasar telah melaksanakan rapat

koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi NTT, Dinas Peternakan se pulau

Sumba dan Laboratorium type B Kupang untuk melaksanakan kegiatan yang

terintegrasi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Beberapa kegiatan

Penguatan Jejaring Laboratorium terlampir dalam tabel berikut ini (tabel 68).

Page 140: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

119

Tabel 68.Jenis Penguatan Jejaring Laboratorum yang dilaksanakan BB-Vet

Denpasar Tahun 2013.

No. Jenis KegiatanJumlahPeserta(orang)

Keterangan

1 In HouseTraining ISO9001-2008.

25 BBVet Dps :23, Karantina Dps :2

2 In HouseTraining ISO/IEC17025

39 BBVet Dps : 35, Disnak Prov Bali: 2,Karantina Denpasar dan Mataram : 1

3 In HouseTraining MedikVeteriner.

30 BBVet Dps: 20, SKP Mataram:1, SKPSumbawa :1,Puskeswan Bangli:1DisnakTabanan,Karangasem,Gianyar,Badungdan Sumbawa:1 , Kodya Denpasar:2

4 In HouseTrainingParamedikVeteriner

40 BPTU-HPT:3,KarantinaDps:1,Karantina NTB:1, KarantinaNTT:1, Disnak Prov.Bali,NTB,NTT:1,Lab.C:4, Lab B:3,Puskeswan NTBdan NTT:3,Puskeswan Bali:13 dan BBvet Dps:10

5 WorkshopPeningkatanKompetensi Lab.tipe B,C diDenpasar

30 BBVet Denpasar :8,Kab.Bangli,Klungkung,Badung,Gianyar,Buleleng, Karantina Sumbawa,Sumbawa,Dompu,,Lomboktimur,Lombok Tengah, Ende, Kupang,Belu, Karantina Denpasar,KarantinaMataram : 1, Prov. NTB :3, Prov.Bali:3

6 WorkshopPeningkatanKompetensi Lab.Bakteriologi danBPPV Nasional

30 Dirkeswan:1,BBvet Dps:6, BBVMaros,BBV Wates,BPPV reginalI,II,III,V., BPPV Subang, Pusvetma,Lab.Prov. Bali, Kupang : 2., dan Lab.BMataram 1, Narasumber :2.

Jumlah 194

II.1.1.7 Pemberian Layanan Teknis Laboratorium Veteriner

Pelayanan teknis laboratorium diberikan dalam rangka mengimplementasikan

tugas pokok dan fungsi Balai yaitu dalam bidang pemberian pelayanan teknis

laboratorium veteriner dan pemberian pelayanan teknik kegiatan penyidikan,

pengujian veteriner , dan pengembangan teknik, metoda dan pengujian

Page 141: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

120

veteriner. Pelayanan teknis ini diberikan berupa magang di laboratorium sesuai

dengan kebutuhan dan keperluan pemohon terpapar pada tabel 69.

Tabel 69.Kegiatan Magang Laboratorium di BB-Vet Denpasar Tahun 2013

No Tanggal Nama Instansi Magang Lab Surat ijin Jumlah(orang)

HASANUDDIN

ANDY ARDIANTO

LA FALIMU

MURSALIN TOYA

1 29 Jans/d16 Peb

SYAIFUL AKBAR

Sekolah TinggiPenyuluhanPertanian (STPP)Gowa √ Semua

Lab

No.21012/KP.2.0/F11/01/2013 tanggal21

4

Drh. Anis Kurniawati

Drh. HendraPranotogomoSiti Mamdukhah, SP

Jumadi, SP

2 27-30 Mei

Ida Wahyuni

DINASPETERNAKANPROPINSIKALIMANTANTIMUR √ Biotek/

virologi

No.441/407/P2PH tanggal 24April 2013)

4Hasmawati, S.Pt

3 27-29 Mei Rr. Ingesti Meilani,A.Md

DINASPETERNAKANKABUPATENMIMIKA

√ Kesmavet

No.520.4/130/2013 tanggal 15Mei 2013) 2

Jumlah 10

II.1.2. Seksi Informasi Veteriner

II.1.2.1. Sampel yang diterima dan diuji dalam tahun 2013

Balai Besar Veteriner Denpasar selama tahun 2013 telah melakukan

pengujian/diagnosa terhadap sampel yang diterima oleh Balai Besar Veteriner

Denpasar baik terhadap sampel aktif maupun pasif. Sampel aktif adalah sampel

yang diambil oleh Petugas Pengambil Sampel (PPS) BB-Vet Denpasar dalam

kegiatan aktif (surveilans, investigasi, survey, monitoring), sedangkan sampel

pasif adalah sampel yang dikirim (lewat pos atau jasa pengiriman) atau dibawa

langsung ke laboratorium BB-Vet Denpasar oleh pelanggan baik itu yang

berasal dari instansi pemerintah, perusahaan maupun perorangan. Dalam

tahun 2013 telah dilakukan pengujian/diagnosa terhadap 148.509 sampel yang

diterima oleh BB-Vet Denpasar yang berasal dari Provinsi Bali, Nusa Tenggara

Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) maupun provinsi lainnya di Indonesia.

Page 142: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

121

Sampel tersebut terdiri atas 131.246 (88,36%) sampel aktif dan 17.263

(11,62%) sampel pasif. Secara keseluruhan, sampel berasal dari 2.004

pengiriman/aplikan/ submission. Jadi untuk penerimaan sampel selama tahun

2013 telah dibuat 2.004 sertifikat (laporan hasil pengujian), baik terhadap

status kesehatan hewan (1.810 laporan) maupun terhadap mutu produk asal

hewan (194 laporan).

Apabila dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah sampel yang diuji tahun ini

meningkat secara signifikan. Hal ini disebabkan antara lain karena adanya

program pemberantasan brucellosis di Pulau Sumba. Sampel yang diuji selama

Tahun 2013 terbanyak berasal dari Provinsi NTT yaitu sebanyak 70.633

(47,56%) disusul Provinsi Bali yaitu sebanyak 53.199 sampel (35,82%). NTB

18.363 (12,36%), dan sisanya 6.020 (4,05%) dari provinsi lain. Sampel yang

diterima berdasarkan provinsi asal sampel terlihat pada Tabel 70 dan grafik 1.

Tabel 70.Asal dan Jumlah sampel yang diuji di BBV Denpasar, tahun 2013

No Provinsi SampelAktif

SampelPasif Jumlah

1 BALI 44603 8596 531992 NUSA TENGGARA BARAT 16443 1920 183633 NUSA TENGGARA TIMUR 69906 727 706334 ACEH 0 10 105 BANTEN 0 1 16 DI YOGYAKARTA 0 109 1097 DKI JAKARTA 0 20 208 JAMBI 0 211 2119 JAWA BARAT 0 491 49110 JAWA TIMUR 294 1189 148311 KALTIM 0 10 1012 LAMPUNG 0 844 84413 KEP. RIAU 0 395 39514 SULAWESI SELATAN 0 279 27915 SUMATERA BARAT 0 1717 171716 SUMATERA UTARA 0 24 2417 LAIN 0 720 720

Total 131246 17263 148509

Page 143: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

122

Grafik 1. Asal dan Jumlah Sampel yang Diuji di BBV Denpasar selamatahun 2013

Sampel yang diuji setiap bulan dari masing-masing provinsi sangat bervariasi.

Secara keseluruhan, BBV Denpasar menguji sampel rata-rata 12,376 per

bulan. Sampel yang diuji per bulan baik yang berasal dari kegiatan aktif

maupun yang merupakan kiriman pelanggan (pasif) dapat dilihat pada Tabel 71

dan Grafik 2:

Tabel 71.Jumlah Sampel Aktif dan Pasif yang Diuji per Bulan dalam, Tahun 2013

No Bulan SampelAktif

SampelPasif Total Rata-

rata/hari1 Januari 40 1770 1810 822 Februari 198 654 852 393 Maret 5691 449 6140 2794 April 1871 587 2458 1125 Mei 3981 838 4819 2196 Juni 20689 1641 22330 1,0157 Juli 15545 1872 17417 7928 Agustus 19472 966 20438 9299 September 25387 1463 26850 1,22010 Oktober 9497 2071 11568 52611 November 12568 3069 15637 71112 Desember 16307 1883 18190 827Grand Total 131246 17263 148509 6,750

Rata-rata per bulan 10,937 1,439 12,376 563

Page 144: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

123

Grafik 2. Jumlah Sampel Aktif dan Pasif yang Diuji per Bulan dalam Tahun 2013

Sampel yang diterima di BBV Denpasar dilakukan pengujian sesuai dengan

permintaan pelanggan atau sesuai konfirmasi diagnosa yang diinginkan. Jenis

Uji yang dilakukan terhadap sampel aktif selama tahun 2013 dapat dilihat pada

Tabel 72, sedangkan uji terhadap sampel pasif dapat dilihat pada Tabel 73.

Jenis uji yang paling banyak dilakukan terhadap sampel aktif yaitu RBT untuk

Brucellosis. Hal ini erat kaitannya dengan program pemberantasan brucellosis di

Pulau Sumba yang tengah dilakukan pada tahun ini. Sampel pasif yang diuji

terhadap Elisa JD sebagian berasal dari Provinsi Bali dan sebagian dari luar

wilayah kerja BBV Denpasar, terutama dari Provinsi Sumatera Barat.

Page 145: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

124

Tabel 72.Sampel Aktif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013

No Lab. Uji Jenis Uji Provinsi Total Jenis Sampel1 2 3 4 5 6

1 Bakteri Brucella RBT BALI 2034 serumIsolasi kuman BALI 90 organ, feses, swabPullorum Rapid Test BALI 335 serumSE Elisa BALI 3548 serumSE Isolasi BALI 10 organAnthrax Elisa NTB 1511 serumBrucella RBT NTB 1472 serumIsolasi kuman NTB 2 organ, feses, swabSE Elisa NTB 1372 serumAnthrax Elisa NTT 7156 serumBrucella CFT NTT 44 serumBrucella RBT NTT 47097 serumSE Elisa NTT 7659 serum

2 Biotek JD PCR BALI 4563 darahJD PCR JAWA TIMUR 129 darah

3 Kesmavet Campylobacter BALI 218 daging, susu, telurCemaran Mikroba BALI 1140 daging, susu, telurColiform BALI 396 daging, susu, telurE.coli BALI 339 daging, susu, telurResidu Aminoglikosida BALI 436 daging, susu, telurResidu Antibiotika BALI 206 daging, susu, telurResidu formalin BALI 291 daging, susu, telurResidu Makrolida BALI 424 daging, susu, telurResidu Penicilin BALI 434 daging, susu, telurResidu Tetracyclin BALI 434 daging, susu, telurSalmonella BALI 425 daging, susu, telurStaph. Aureus BALI 271 daging, susu, telurTPC BALI 397 daging, susu, telurCampylobacter NTB 162 daging, susu, telurCemaran Mikroba NTB 256 daging, susu, telurColiform NTB 1073 daging, susu, telurE.coli NTB 1113 daging, susu, telurResidu Formalin NTB 74 daging, susu, telurResidu Aminoglikosida NTB 276 daging, susu, telurResidu Makrolida NTB 276 daging, susu, telurResidu Penicilin NTB 275 daging, susu, telurResidu Tetracyclin NTB 276 daging, susu, telurSalmonella NTB 272 daging, susu, telurStaph. Aureus NTB 1072 daging, susu, telurTPC NTB 1073 daging, susu, telurCampylobacter NTT 89 daging, susu, telurCemaran Mikroba NTT 80 daging, susu, telurColiform NTT 71 daging, susu, telurE.coli NTT 66 daging, susu, telurResidu Aminoglikosida NTT 287 daging, susu, telurResidu formalin NTT 127 daging, susu, telurResidu Makrolida NTT 287 daging, susu, telurResidu Penicilin NTT 287 daging, susu, telur

Page 146: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

125

1 2 3 4 5 6Residu Tetracyclin NTT 287 daging, susu, telurSalmonella NTT 297 daging, susu, telurStaph. Aureus NTT 66 daging, susu, telurTPC NTT 96 daging, susu, telur

4 Parasitologi Cacing Identifikasi BALI 1 cacingParasit darah Identifikasi BALI 1019 darah, ulas darahUji Apung BALI 1260 fesesUji Sedimentasi BALI 1056 fesesUji Apung NTB 221 fesesUji Sedimentasi NTB 221 fesesParasit darah Identifikasi NTT 505 darah, ulas darahTrypanosoma Identifikasi NTT 1239 darah, ulas darahUji Apung NTT 176 fesesUji Sedimentasi NTT 176 feses

5 Patologi Histopatologi BALI 230 organRabies FAT BALI 693 otakNekropsi BALI 24 utuhHistopatologi NTB 354 organRabies FAT NTB 100 otakHistopatologi NTT 152 organHP BSE NTT 169 otakRabies FAT NTT 11 otak

6 Virologi JD/BIV Elisa BALI 4573 serumRabies Elisa BALI 1908 serumAI HA/HI BALI 4274 serumAI Isolasi BALI 4317 organ, feses, swabBVD Elisa BALI 236 serumElisa PMK BALI 1408 serumHC Antibodi Elisa BALI 755 serumHC Antigen Elisa BALI 205 klot darahIBD BALI 40 serumIBR Elisa BALI 946 serumND HA/HI BALI 2826 serumND Isolasi BALI 2841 organ, feses, swabJD/BIV Elisa JAWA TIMUR 165 serumRabies Elisa NTB 168 serumAI HA/HI NTB 874 serumAI Isolasi NTB 858 organ, feses, swab

AI PCR NTB 17organ, darah,swab

BVD Elisa NTB 145 serumHC Antibodi Elisa NTB 649 serumHC Antigen Elisa NTB 78 klot darahIBR Elisa NTB 454 serumND HA/HI NTB 937 serumND Isolasi NTB 812 organ, feses, swabRabies Elisa NTT 521 serumAI HA/HI NTT 397 serumAI Isolasi NTT 394 organ, feses, swab

Page 147: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

126

1 2 3 4 5 6BVD Elisa NTT 274 serumElisa PMK NTT 100 serumHC Antibodi Elisa NTT 372 serumHC Antigen Elisa NTT 61 klot darahIBR Elisa NTT 514 serumND Isolasi NTT 424 organ, feses, swabND HA/HI NTT 425 serum

Total 131.246

Tabel 73.Sampel Pasif yang Diuji BBVet Denpasar Tahun 2013

No Lab Uji Jenis Uji Provinsi AsalSampel Total Jenis Sampel

1 2 3 4 5 61 Bakteriologi Aglutinasi Pullorum DI YOGYAKARTA 5 serum

Anthrax Elisa NTB 1000 serumBrucella CFT NTB 28 serumBrucella CFT NTT 22 serumBrucella CFT PROVINSI LAIN 13 serumBrucella RBT BALI 1557 serumBrucella RBT PROVINSI LAIN 671Brucella RBT NTB 24 serumBrucella RBT NTT 6 serumClostridium Isolasi BALI 5 daging, susu, telurIsolasi Jamur BALI 30 organ, swabIsolasi kuman BALI 434 organ, feses, swabIsolasi kuman NTT 1 organ, feses, swabPCR Anthrax DI YOGYAKARTA 7 DNAPewarnaan Gram BALI 1 slideSE Elisa BALI 313 serumSE Elisa PROVINSI LAIN 732Sensitivitas Ab BALI 34 organ, feses, swabSE Elisa ACEH 10 serum

2 Bioteknologi JD PCR SUMATERA BARAT 30 darahWestern Bloting JD JAWA TIMUR 3 serum

3 Kesmavet Campylobacter BALI 47 daging, susu, telurCampylobacter JAWA TIMUR 24 daging, susu, telurCemaran Mikroba BALI 33 daging, susu, telurCemaran Mikroba JAWA TIMUR 6 daging, susu, telurColiform BALI 179 daging, susu, telurColiform JAWA TIMUR 1 daging, susu, telurE coli BALI 110 daging, susu, telurE coli PROVINSI LAIN 2 daging, susu, telurE coli NTB 20 daging, susu, telurResiduAminoglikosida BALI 5 daging, susu, telurResiduAminoglikosida JAWA TIMUR 6 daging, susu, telur

Page 148: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

127

1 2 3 4 5 6Residu Antibiotika BALI 63 daging, susu, telurResidu Antibiotika BALI 13 daging, susu, telurResidu Antibiotika JAWA TIMUR 26 daging, susu, telurResidu borax BALI 4 daging, susu, telurResidu formalin BALI 4 daging, susu, telurResidu formalin DI YOGYAKARTA 5 daging, susu, telurResidu Makrolida BALI 5 daging, susu, telurResidu Makrolida JAWA TIMUR 3 daging, susu, telurResidu Penicilin BALI 5 daging, susu, telurResidu Penicilin JAWA TIMUR 3 daging, susu, telurResidu Tetracyclin BALI 5 daging, susu, telurResidu Tetracyclin JAWA TIMUR 3 daging, susu, telurS aureus BALI 15 daging, susu, telurS aureus DI YOGYAKARTA 1 daging, susu, telurS.aureus BALI 4 daging, susu, telurSalmonella BALI 71 daging, susu, telurSalmonella PROVINSI LAIN 2 daging, susu, telurSalmonella NTB 20 daging, susu, telurStaph. Aureus BALI 40 daging, susu, telurStaph. Aureus JAWA TIMUR 1 daging, susu, telurTPC BALI 279 daging, susu, telurTPC JAWA TIMUR 1 daging, susu, telurUji Formalin BALI 27 daging, susu, telur

4 ParasitologiEktoparasitIdentifikasi BALI 1 kerokan kulitHematologi BALI 483 darahParasit darahIdentifikasi BALI 64 darah, ulas darahParasit darahIdentifikasi PROVINSI LAIN 30 darah, ulas darahUji Apung BALI 408 fesesUji Sedimentasi BALI 384 fesesUji Sedimentasi SUMATERA UTARA 2 feses

5 Patologi Histopatologi BALI 236 organHistopatologi NTB 6 organHistopatologi NTT 12 organHistopatologi PROVINSI LAIN 38 organNekropsi BALI 91 utuhPembacaan slide HP LAMPUNG 18 organPembacaan slide HP BALI 5 organRabies FAT BALI 319 otakRabies FAT DI YOGYAKARTA 5 otakRabies FAT NTB 410 otakRabies FAT NTT 11 otakRabies Seller's DI YOGYAKARTA 5 otakSeller's NTT 1 otak

6 Virologi AI HA/HI BALI 751 serumAI HA/HI DI YOGYAKARTA 15 serumAI HA/HI NTT 350 serumAI Isolasi BALI 247 organ, feses, swabAI Isolasi NTB 139 organ, feses, swab

Page 149: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

128

1 2 3 4 5 6AI PCR BALI 24 organ, darah, swabAI PCR NTB 180 organ, darah, swabAI PCR NTT 23 organ, darah, swabBVD Elisa BALI 11 serumBVD Elisa JAWA TIMUR 28 serumBVD Elisa NTT 281 serumElisa BVD NTB 14 serumElisa PRRS BALI 1 serumElisa PRRS SUMATERA UTARA 10 serumHC Antibodi Elisa BALI 327 serumHC Antibodi Elisa LAIN 720 serumHC Antibodi Elisa SUMATERA UTARA 10 serumHC Antigen Elisa BALI 2 klot darahJD/BIV Elisa BALI 1637 serumJD/BIV Elisa PROVINSI LAIN 3563 serumND HA/HI BALI 61 serumND HA/HI PROVINSI LAIN 23 serumND HA/HI NTT 20 serumND Isolasi NTB 79 organ, feses, swabRabies Elisa BALI 261 serumRabies Elisa BANTEN 1 serum

Total 17.263

II.1.2.2. Akreditasi Laboratorium

Serifikat perpanjangan Akreditasi laboratorium Balai Besar Veteriner Denpasar

LP-123-IDN, SNI ISO/IEC 17025:2008 (ISO/IEC 17025:2005) sebagai

labopratorum penguji dan laboratorium kalibrasi, telah diterima dan berlaku dari

21 Pebruari 2013 sampai dengan 20 Pebruari 2017 (Sertifikat terlampir pada

lampiran 1. Dalam Tahun 2013, telah dilakukan surveilans dalam rangka

reakreditasi SNI ISO/IEC 17025: 2008 Laboratorium Balai Besar Veteriner

Denpasar oleh tim asesor Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Dalam menunjang unjuk kerja laboratorium sesuai dengan SNI ISO/IEC 17025:

2008, dalam Tahun 2013 telah pula dilakukan kegiatan, yaitu:

1) kalibrasi peralatan,

2) survey umpan balik pelanggan,

3) uji banding antar laboratorium dan uji profisiensi

4) audit internal, dan

5) kaji ulang manajemen.

Page 150: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

129

II.1.2.3. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) BB-Vet Denpasar

Hak memperoleh informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan

informasi publik merupakan salah satu ciri penting negara demokratis yang

menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk mewujudkan penyelenggaraan

negara yang baik. Keterbukaan informasi publik (KIP) merupakan sarana dalam

mengoptimalkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara. Oleh

karena itu maka dibentuklah undang-undang untuk mengatur hal tersebut, yaitu

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Sesuai dengan amanat pasal 7 ayat (3) undang-undang tersebut, maka Badan

Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan

dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan efisien sehingga

dapat diakses dengan mudah. Pada tahun 2010 terbit Peraturan Pemerintah

Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang KIP mewajibkan

setiap badan public menunjuk Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi

(PPID) yang bertugas dan bertanggung-jawab dalam penyediaan, penyimpanan,

pendokumentasian, pengamanan dan pelayanan informasi di setiap badan

publik.

Dalam pengelolaan dan pelayanan informasi publik agar dapat berdaya guna

dan berhasil guna, maka Menteri Pertanian menetapkan peraturan tentang

pengelolaan dan pelayanan informasi publik di lingkungan Kementerian

Pertanian, yaitu Peraturan Menteri Pertanian Nomor

32/Permentan/OT.140/5/2011, tentang Pengelolaan dan Pelayanan Informasi

Publik di Lingkungan Kementerian Pertanian. PPID di Kementerian Pertanian

terdiri atas PPID Utama (Kepala Biro Hukum dan Informasi Kementerian

Pertanian), PPID Pelaksana Eselon I dan Unit Pelaksana Teknis dan PPID

Pembantu Pelaksana. PPID Utama dan PPID Pelaksana Eselon I dikukuhkan

pada Bulan September 2011 oleh Sekjen atas nama Menteri Pertanian, dan

PPID UPT dan PPID Pembantu Pelaksana dikukuhkan pada tanggal 22 Februari

2012.

Page 151: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

130

Dalam tahun 2013, struktur organisasi PPID UPT Balai Besar Veteriner

Denpasar dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kepala Balai Besar Veteriner

Denpasar Nomor : 1618/OT.225/F5.F/04.12. tanggal 19 April 2012 yang

susunan organisasinya terdiri atas Pembina, Atasan PPID, Ketua, Sekretaris

dan Anggota.

Adapun kegiatan yang telah dilakukan PPID UPT BB-Vet Denpasar Tahun 2013

adalah melayani permintaan data dan informasi. Disamping itu, PPID UPT BB-

Vet Denpasar juga telah melaporkan sarana prasarana yang dimiliki sesuai

dengan surat yang dikirim oleh Sekretaris Jenderal Peternakan Kementan dalam

rangka monitoring dan evaluasi, seperti tertuang dalam tabel 74, 75, dan 76.

Tabel 74.Perangkat yang Dimiliki oleh PPID UPT Balai Besar Veteriner Denpasar

No Materi Perangkatyang dimiliki

PenetapanNo/Tgl Yang menetapkan

1 SOP SOP 1617/OT.225/F5.F/04.12. tgl 19April 2012

Kepala BBVDenpasar

2 PPID Strukturorganisasi

1618/OT.225/F5.F/04.12. tgl 19April 2012

Kepala BBVDenpasar

3 SistemInformasidanDokumentasi

Infolab, web,bulletin

Kepala BBVDenpasar

Tabel 75.Sarana dan Prasarana Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Publik

Unit Pelaksana Teknis Balai Besar Veteriner Denpasar

No SARANA DAN PRASARANA JENIS

1 Pengelolaan Informasi 1) komputer2) printer3) akses internet4) website5) scanner6) rak dokumen7) pemotong kertas

2 Pelayanan Informasi Publik 1) telpon2) buku induk pelayanan3) email4) fax5) ruang perpustakaan

Page 152: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

131

Tabel 76Jumlah Permohonan Data dan Informasi Publik (IP)

PPID BBVet Denpasar Tahun 2013

No Bulan Jumlah Pemohon IP Dipenuhi1 Januari 2 22 Pebruari 1 13 Maret 8 84 April 5 55 Mei 3 36 Juni 0 07 Juli 6 68 Agustus 0 09 September 4 4

10 Oktober 4 411 November 1 112 Desember 1 1

Total 35 35

II.2. Kegiatan Bagian Umum

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian nomor 54/Permentan/OT.140/5/2013

tanggal 24 Mei 2013 tentang organisasi dan tata kerja BB-Vet Denpasar, maka

BB-Vet Denpasar untuk tahun 2013, khususnya Bagian Umum telah

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, yaitu mengkoordinasikan seluruh

kegitan bagian umum yang meliputi kegiatan Kepegawaian dan tata usaha,

rumah tangga dan perlengkapan, dan keuangan. Kegiatan Bagian Umum

selama tahun 2013 dapat berjalan dengan baik sesuai rencana.

II.2.1. Kegiatan Kepegawaian dan Tata Usaha

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, keadaan pegawai BB-Vet Denpasar

tahun 2013 mengalami beberapa perubahandan mutasi. Sampai dengan akhir

tahun 2013 jumlah pegawai BB-Vet Denpasar sebanyak 90 (Sembilan puluh)

orang. Disamping itu telah direkrut juga tenaga harian lepas berdasarkan

kontrak kerja, yang bertugas untuk menjaga keamanan serta kebersihan

lingkungan kantor, serta tenaga kontrak dari eselon I khusus untuk tenaga teknis

(Drh) sebanyak dua orang. Data jumlah pegawai secara rinci diuraikan dalam

Tabel 77.

Page 153: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

132

Tabel 77.Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar

GolonganNo. Status Kepegawaian

l. ll. lll. lV.Jumlah

1. Pegawai Negeri Sipil 3 12 39 12 66

2. Calon Pegawai Negeri Sipil 1 4 0 0 5

Jumlah : 4 16 39 12 71

3. Tenaga Harian lepas - - - - 19

Jumlah seluruh Pegawai 4 16 39 12 90

II.2.1.1 Kepegawaian

II.2.1.1.1 Jumlah dan klasifikasiUraian lebih lengkap tentang jumlah, data perorangan dan klasifikasi Pegawai

Negeri BB-Vet Denpasar dalam tahun 2013 (januari sampai dengan Desamber

2013) diuraikan dalam Daftar Urut Kepangkatan (DUK), seperti terlihat dalam

Lampiran 2.

II.2.1.1.2 Kepangkatan.Selama tahun 2013 sebanyak 14 ( Empat belas) pegawai BB-Vet Denpasar

diajukan usulan mutasi kenaikan pangkat fungsional, reguler dan pengabdian.

Dari 13 orang pegawai yang diusulkan kenaikan pangkatnya, telah menerima

Surat Keputusan Kenaikan Pangkat dan yang lain sedang dalam proses,

seperti terlihat dalam Lampiran 3.

II.2.1.1.3 Jabatan.Selama tahun 2013 terdapat 8 ( delapan ) orang pegawai mengalami perubahan

dalam mutasi jabatan yaitu jabatan Struktural maupun Jabatan fungsional Medik

dan Paramedik Veteriner, pegawai yang mengalami mutasi jabatan fungsional

dan jabatan struktural telah menerima Surat Keputusan seoerti diuraikan

dalam tabel 78.

Page 154: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

133

Tabel 78.Jumlah Pegawai Negeri Sipil BB-Vet Denpasar yang mengalami

Mutasi Jabatan Struktural dan Fungsional.

J a b a t a nNo. Nama / NIP.

Lama Baru

TMT

1. Drh. I GN A Wisnu AdiSaputra.19750716 200212 1 002

MedikVeterinerMuda

Kasi..Program

18-07-2013

2. Drh. MahmudSiswanto,MSi.19671020 199803 1 008.

FungsionalUmum

Kasi.PelayananTeknis

18-07-2013

3. Drh. I Ketut EliSupartika,MSc.19680107 199703 1 002

Kasi.Program

MedikVeterinerMuda

18-07-2013

4. Drh. An. Ag. Gd. SemaraPutra19641003 199503 1 001

Kasi.PelayananTeknis

MedikVeterinerMadya

18-07-2013

5. Drh. I Ketut EliSupartika,MSc.19680107 199703 1 002

MedikVeterinerMuda

MedikVeterinerMadya

01-09-2013

6. Drh. Dinar Hadi WahyuHartawan,MSc.19810327 200604 1 001

MedikVeterinerPertama

MedikVeterinerMuda.

01-09-2013.

7. Drh. Luh Kadek NandaLaksmi.19791109 200912 2 001

MedikVeterinerPertama

MedikVeterinerMuda

01-09-2013

8. Drh. Diana Mustiwati19811008 200912 2 005

MedikVeterinerPertama

MedikVeterinerMuda

01-09-2013

9. MamakRohmanto,A..Md.19830613 200801 1 007

ParamedikVeterinerPelaksana

ParamedikVeterinerPelaksanaLanjutan

01-02-2013

10. Lalu Muh, FaesalSuryadinata,A.Md.19820326 200801 1 008

ParamedikVeterinerPelaksana

ParamedikVeterinerPelaksanaLanjutan

01-09-2013

Page 155: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

134

II.2.1.1.4 Masa Kerja.Sampai dengan akhir tahun 2013, tidak ada Pegawai BB-Vet Denpasar yang

menerima Surat Keputusan kenaikan pangkat sekaligus kenaikan golongan, dan

perubahan masa kerja golongan dari golongan l ke golongan ll dan seterusnya.

II.2.1.1.5 Pelatihan Pegawai

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia BB-Vet Denpasar

secara rutin memberikan kesempatan bagi pegawaiya untuk mengikuti

pelatihan- pelatihan baik di dalam maupun di luar negeri. Pelatihan tersebut

dilakukan dengan tujuan setelah mengikuti pelatihan dimaksud pegawai memiliki

pengetahuan serta keterampilan yang dapat menunjang serta meningkatkan

kinerja pegawai bersangkutan di BB-Vet Denpasar. Kesempatan pelatihan untuk

pegawai BB-Vet Denpasar akn selalu ditingkatkan dengan menyediakan dana

baik dari APBN maupun dana bantuan negara-negara sponsor. Data pelatihan

selama tahun 2013 disajikan dalam lampiran 4.

II. 2.1.1.6 PendidikanSampai dengan akhir tahun 2013, tidak terdapat pegawai sedang mengikuti

pendidikan di dalam negeri.

Tingkat pendidikan pegawai BB-Vet Denpsar sampai dengan akhir 2013 yang

terdiri dari golongan, tinggkat pendidikan pegawai teknis dan pegawai non teknis

(administrasi) dapat diuraikan seperti Tabel 79.

Page 156: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

135

Tabel 79.Tingkat Pendidikan dan Pangkat / Golongan Pegawai

BB-Vet Denpasar

TEKNIS NON TEKNISSarjana Sarjana

NO. GOL. S3 S2 S1 D3SLTA

S3 S2 S1SLTA

SLTP

SD

JUMLAH

1. IV-d.2 IV-c. 1 1 23 IV-b. 1 1 1 34 IV-a. 4 3 75 III-d. 1 3 1 4 96 III-c. 5 7 1 137 III-b. 3 14 178 III-a. -9 II-d. 4 2 610 II-c. 2 2 411 II-b. 1 112 II-a. 4 1 513 I-d. 1 2 314 I-c. 1 115 I-b.16 I-a.17 THL 19JUMLAH 15 6 10 1 6 4 23 4 2 90

II.2.1.1.7. Ujian Dinas dan Ujian SertifikasiSampai dengan akhir tahun 2013, ada 2(dua) pegawai yang mengikuti ujian

dinas Tingkat l dalam rangka kenaikan golongan. Dalam rangka peningkatan

pemahaman tentang prosedur pengandaan barang dan jasa sesuai dengan

Perpres 54 tahun 2010, maka dalam tahun 2013 tidak terdapat pegawai

BB-Vet Denpasar yang mengikuti ujian sertifikasi pengadaan barang dan jasa

sesuai tabel 80.

Tabel 80.Daftar Pegawai yang Ujian Dinas Tk. I.

STLUD.No. Nama / NIP. GolNo. Tanggal

Keterangan

1. Ni Nengah Mudiasih.197211231999032 001

II-d. - - Tidak Lulus

2. Ni Ketut Wati.197012311999032001

II-d. - - Tidak Lulus

Page 157: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

136

II.2.1.1.8 Mutasi / Alih Tugas.

Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat 3 (Tiga) orang pegawai yang

dimutasikan / alih tugas jabatan yaitu Drh. Mahmud Siswanto,M.Si.

sebelumnya pegawai pada Balai Pembibitan Ternak Unggul Dan Tinjauan

Hijauan Pakan Ternak ( BPTUHPT ) Denpasar dipromosikan menjadi Kepala

Seksi Pelayanan Teknis pada BB-Vet. Denpasar, Drh. I GNA Wisnu Adi

Saputra sebelumnya sebagai pejabat Fungsional Medik Veteriner Muda

dimutasikan menjadi Kepala Seksi Program BB-Vet. Denpasar dan Drh.

Ndaru Pranowo Widdhiasmoro,MSi. Sebelumnya sebagai Kepala Bagian

Umum mengundurkan diri dari jabatan struktural ke jabatan fungsional

Medik Veteriner BB-Vet. Denpasar, tabel 81.

Tabel 81.Daftar Pegawai Mutasi / Alih Tugas.

No. Nama / NIP. Gol. No. dan Tgl. SK. TMT

1. Drh. Mahmud Siswanto,M.Si.19

III-b. 53/Kpts/Kp.330/F1/02/2012, tgl. 15 -02-2012

15-02-2012

2. Drh. I GNA Wisnu AdiSaputra.19820406200801 1 009

III-b. 53/Kpts/Kp.330/F1/02/2012, tgl. 15 -02-2012

15-02-2012

3. Drh. Ndaru PranowoWiddhiasmoro,MSi.19820406200801 1 009

III-b. 53/Kpts/Kp.330/F1/02/2012, tgl. 15 -02-2012

15-02-2012

II.2.1.1.9. Pelantikan dan Penyumpahan

Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat 2 (dua) orang pegawai yang

diambil sumpahnya menurut status jabatannya, tabel 82.

Page 158: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

137

Tabel 82.Daftar Pegawai Yang dilantik dan diambil sumpah.

No. Nama / NIP. Gol JenisTanggal Berita

Acara Pelantikandan Penyumpahan

1. Drh. Mahmud Siswanto,M.Si.196710201998031008.

IV-a Jabatan strukturaleselon IV-a

18-07-2013

2. Drh. I GNA Wisnu AdiSaputra.197507162002121002.

III-d. Jabatan strukturaleselon IV-a

18-07-2013

II.2.1.1.10. Penggajian

Seluruh Pegawai Negeri Sipil telah di bayar hak-hak mereka berupa gaji, sesuai

sistem penggajian yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun

2013. Sebanyak 31 ( tiga puluh satu ) orang pegawai telah menerima kenaikan

gaji berkala tepat pada waktunya (Lampiran 5), dengan demikian dapat

dikatakan tiddak ada masalah dalam hal penggajian para pegawai.

II.2.1.1.11. Kesejahteraan.

Sesuai dengan Undang-undang dan peraturan perundangan yang berlaku,

disamping kewajiban yang harus dilaksanakan, setiap pegawai juga

memperoleh hak-hak tertentu sebagaimana mestinya, baik berupa gaji beserta

tunjangannya maupun berupa jaminan/asuransi kesehatan, Taspen dan lain

sebagainya. Disamping gaji, juga telah dibayarkan tunjangan kinerja setiap

bulan yang merupakan bagian dari pelaksanaan remunerasi di BB-Vet

Denpasar. Dan kepada mereka telah diserahkan sejumlah bukti diri atau hak

mereka, seperti Kartu Pegawai (KARPEG), Kartu Istri / Suami (KARIS / KARSU),

Kartu Taspen dan Kartu Asuransi Kesehatan Perorangan.

Page 159: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

138

II.2.1.1.12. Pemberhentian dan Masa Persiapan Pensiun (MPP).

Sampai akhir tahun 2013, ada 7 ( tujuh ) orang pegawai yang berhenti sebagai

Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun dan tidak terdapat pegawai yang

sedang dalam masa persiapan pensiun (MPP) seperti disajikan dalam tabel

83 di bawah.

Tabel 83.Daftar pegawai yang pensiun :

No Nama dan NIP. Gol Jabatan TMT

1. Ida Ayu Gde Marwati19561214198003 2 001

III-c Agendaris 01-01-2013

2. I Wayan Sukirna19561231199612 1 001

II-a Petugas HewanPercobaan

01-01-2013

3. Drh. I Gde KertayadnyaMSc,PhD.195301111982031001

IV-c Medik VeterinerMadya

01-03-2013

4. Drh. Anak Agung GdePutra,MSc,PhD,SH.195303131981011 001

IV-e Medik VeterinerUtama

01-04-2013

5. Drh.I Ketut SardjanaPutra,M.M.195303121981031012.

IV-b Tenaga Kesehatan Hewan

01-04-2013

6. I Ketut Ardioga.195704251985031002

IV-a Paramedik VeterinerPenyelia

01-05-2013

7 Nyoman Priutari.195705231982032001

III-c PetugasPerpustakaan

01-06-2013

II.2.1.1.13. Cuti.Salah satu hak kepegawaian lainnya adalah memperoleh cuti yang sampai

dengan akhir tahun 2013 pegawai BB-Vet Denpasar yang telah mengambil cuti,

seperti diuraikan dalam Lampiran 6.

II.2.1.1.14. Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).Sampai dengan akhir tahun 2013, terdapat 5(lima) orang pegawai THL BBVet

Denpasar yang terdaftar dalam database Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan diangkat menjadi calon pegawai negeri sipil (CPNS), Dari

71 orang jumlah pegawai BB-Vet Denpasar, dan sesuai dengan beban kerja

dan daftar nominatif pegawai BB-Vet Denpasar, sebagai pengganti pegawai

Page 160: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

139

yang pensiun. Untuk memenuhi kebutuhan pegawai BBVet Denpasr, seperti

disajikan dalam tabel 84.

Tabel 84.Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS).

No. Nama / NIP. Gol. No. SK. Tanggal TMT.

1. I Wayan Sadariyana19801005 201212 1 004

II-a 84/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.

28-12-2012 01-12-2012

2. I Wayan Yudiarsa19741201 201212 1 002

II-a 21/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.

28-12-2012 01-12-2012

3. I Kadek Darmawan19781231 201212 1 002.

II-a 19/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.

28-12-2012 01-12-2012

4. I Nyoman PutrajayaSetiawan.19830908 20012121 002.

II-a. 57/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012

28-12-2012 01-12-2012

5. I Wayan Suparta.19741231 201212 1 001.

I-c. 20/Kpts/Kp.230/A2/XII/2012.

28-12-2012 01-12-2012

II.2.1.1.15. Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Sampai dengan akhir tahun 2013 tidak ada Calon Pegawai Negeri Sipil

( CPNS ) diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ).

II.2.1.1.16. Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit.

Selama tahun warta, telah diajukan Daftar usulan Penetapan Angka Kredit

(DUPAK) sebanyak 27 ( Dua puluh tujuh ) orang pegawai yang memangku

Jebatan Fungsional Medik Veteriner maupun Paramedik Veteriner untuk

memperoleh penetapan angka kredit (Lampiran 7).

II.2.1.1.17. Penerimaan Penghargaan / Satya Lencana karya Satya.

Sampai dengan akhir tahun 2013 tidak ada pegawai yang menerima

Piagam Penghargaan dari Presiden Republik Indonesia berupa Satyalancana

Karya Satya XXX , XX dan X Tahun.

Page 161: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

140

II.2.1.1.18. Penyumpahan Pegawai Negeri Sipil dan Penanda tangan Pakta Integritas.

Sampai dengan akhir tahun 2013 tidak ada pegawai yang diambil Sumpah

Pegawai Negeri Sipil dan tidak ada pegawai yang menanda tangani pakta

integritas.

II.2.1.2. Ketata Usahaan

Pelaksanaan kegiatan dibidang ketata usahaan tahun 2013, sesuai dengan

Organisasi dan tata Kerja BB-Vet Denpasar disamping tugas teknik juga

melaksanakan tugas dibanding non teknis yaitu pelaksanaan urusan tata usaha.

II.2.1.2.1. Surat Menyurat.

Kegiatan ketata usahaan adalah kegiatan surat menyurat BB-Vet Denpasar

tahun 2013 terdiri dari surat masuk dan surat keluar. Surat masuk adalah surat

yang diterima oleh BB-Vet Denpasar baik dari instansi pemerintah maupun dari

instansi swasta bahkan juga dari perorangan/privat. Surat keluar adalah surat

yang dibuat dan dikirim oleh BB-Vet Denpasar yang terdiri dari Surat Keputusan,

Surat Perintah Perjalanan Dinas, Surat Perintah Tugas, Surat Edaran, Surat

Pengumuman, Surat Kuasa, Surat Undangan dan lain-lain. Surat masuk dan

keluar di BB-Vet Denpasar selama tahun 2013 sebanyak 7.904 surat. Data surat

menyurat secara lengkap dapat dilihat dalam Tabel 85 sebagai berikut

Tabel 85.Daftar Surat masuk, Keluar dan Asal Surat BB-Vet Denpasar Tahun 2013.

No. Jenis Surat Asal Surat Masuk Keluar

1. Dinas 1. Kementan (Sekjen)2. Ditjennak(Sekdit,

Dirkeswan)3. BB-Vet Denpasar4. Disnak Bali5. Disnak NTB6. Disnak NTT7. Disnak Kab/Kota, Bali Nusra8. Instansi Lain (KAN,

KPPN,BPKP, dan FKH)

30238

32451416

116

439

19136

9323

92510

686

2. Perintah 1. Ditjennak dan Keswan 16 -

Page 162: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

141

Perjalanan Dinas 2. BB-Vet Denpasar - 21703. Surat Keputusan 1. Kementan

2. Ditjennak3. BB-Vet Denpasar

134-

--

1184. Laporan

Perjalanan Dinas1. BB-Vet Denpasar2. Disnak Prov. Bali3. Disnak Prov. NTB4. Disnak NTT5. Ditjennak6. Instansi Lain

4641912

6--

-18

--

49-

5. Pengumuman 1. Ditjennak2. BB-Vet Denpasar

7-

-25

6. PengantarSpesimen

1. BB-Vet Denpasar2. Disnak Prov/Kab/Kota Bali3. Disnak NTB/Kab/Kota4. Disnak NTT/Kab/Kota5. Instansi lain

261.382

675343

----5

7. Jawaban HasilPengujian

1. BB-Vet Denpasar2. Disnak Prov/Kab/Kota Bali3. UPT Ditjennak4. Disnak NTB5. Disnak NTT6. Pelanggan/Instansi Lain

-3

122-

40

251307

-72

244186

8. SuratPenunjukan/Kuasa

1. Ditjennak dan Keswan2. BB-Vet Denpasar

--

-60

8. Surat Keterangan 1. Ditjennak dan Keswan2. BB-Vet Denpasar

3-

-77

Jumlah 3102 5357

Berdasarkan data surat masuk dan keluar tahun 2013 sebanyak 7.904 surat,

jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebanyak 6.144 surat, maka di tahun 2013

ini terjadi kenaikan surat masuk dan keluar sebanyak 1.760 surat. Dalam

sebulan surat masuk dan keluar rata-rata sebanyak 658 lembar surat, dan

dalam sehari sebanyak 30 surat yang dikelola oleh bagian tata usaha.

II.2.1.2.2. Kegiatan Rapat dan Seminar

Untuk memeperoleh hasil yang optimal dari setiap rencana kegiatan atau proses

pengambilan keputusan telah diadakan pertemuan-pertemuan untuk membahas

lebih dalam materi kegiatan sehingga mendapat masukan dari semua staf.

Dalam pertemuan rapat/ diskusi diharapkan masing-masing Seksi,

Laboratorium/personel teknis dapat memberikan kontribusi yang maksimal

dalam memenuhi kegiatannya. Di samping itu, pertemuan juga dimaksudkan

Page 163: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

142

sebagai ajang pertukaran informasi antara pimpinan dengan staf, atau antara

staf dengan staf. Selama tahun anggaran 2013 telah diadakan rapat/ diskusi

sebanyak 31 (tiga puluh satu) kali seperti terlihat pada Lampiran 8.

II.2.1.2.3. Kunjungan Tamu.

Selama tahun 2013 terdapat 57 (lima puluh tujuh) kali kunjungan tamu yang

sempat tercatat diantaranya dengan tujuan mengadakan pemeriksaan,mencari

data/survei, kunjungan kerja, praktek lapangan, dan lain sebagainya. Data

lengkap dapat dilihat dalam lampiran 9.

II.2.2. Sub Bagian Rumah Tangga dan Perlengkapan

Tahun 2013 sub bagian rumah tangga dan perlengkapan BB-Vet Denpasar

melaksanakan tugas dibidang urusan rumah tangga dan perlengkapan, dengan

kegiatan mengadministrasikan seluruh barang inventaris, membuat laporan

bulanan dan laporan tahunan, menjaga kebersihan dan kerapian serta

keamanan kantor. Disamping kegiatan tersebut diatas subbagian rumah tangga

dan perlengkapan memiliki tugas melakukan pemeliharaan dan perbaikan

bangunan, kandang hewan percobaan, peralatan kantor dan kendaraan dinas.

II.2.2.1. Tanah

BB-Vet Denpasar menguasai tanah 65,500 m² terletak berlokasi di Jalan Raya

Sesetan Nomor 266, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota

Denpasar, Bali. Pemilik tanah adalah Pemerintah Daerah Tingkat I Bali. BBVet

Denpasar diberikan Hak Pemanfaatan tanah sesuai dengan Surat Keutusan

Gubernur Provinsi Bali Nomor: 400/01-F/HK/2002, tanggal 28 Agustus 2002

tentang Pemberian Ijin Pemanfaatan Tanah Penguasaan Pemerintah Provinsi

Bali untuk Lokasi Kantor Balai Besar Veteriner Denpasar. Rincian penggunaan

tanah dapat dilihat dalam Tabel 86.

Page 164: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

143

Tabel 86.Data Penggunaan Tanah BB-Vet Denpasar Tahun 2013

No. Jenis kegunaan Luas M2 Jumlah Satuanukuran

123456789

Lapangan olah raga (tennis)JalanTanah pertamananJembatanSaluran airRumah sumur pompaBangunanTanah kebun rumputTempat ibadah

8007.500

24.71727

1.6009

5.49525.000

325

111311

4911

UnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnit

Jumlah 65.500 59 Unit

II.2.2.2. Bangunan

Bangunan yang dimiliki BB-Vet Denpasar sampai dengan tahun 2013 terdiri dari

bangunan laboratorium, perkantoran, kandang hewan percobaan, tempat

ibadah, lapangan kandang terbuka, jalan, tempat parkir, Wisma tamu, rumah

dinas dan lain-lain. Pada tahun 2013 dilakukan rehab berat gedung serba guna

seluas 279 m2, pembangunan canopy gedung administrasi seluas 26 m2, dan

garase sepeda motor seluas 108 m2. Pelaksanaan dan realisasi fisiknya telah

selesai 100 %. Bangunan BB-Vet Denpasar secara terperinci disajikan dalam

tabel 87.

Page 165: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

144

Tabel 87.Daftar Bangunan BB-Vet Denpasar Tahun 2013

No. Jenis bangunan Luas M2 Jmlh

Satuanukuran

Tahun pemb. Ket

123456789

1011121314151617181920212223242526272829303132333435363738

Gedung Kantor IndukGedung Kantor KeuanganLaboratorium ILaboratorium IILaboratorium IIILaboratorium IVLaboratorium/Penerimaan SampelLaboratorium Serba GunaLaboratorium KesmavetRumah Negara Type 180Rumah Negara Type 120Rumah Negara Type 90Rumah Negara Type 70Kandang Hewan Percobaan No. 4,7Kandang Hewan Percobaan No. 5Kandang Hewan Percobaan No. 2Kandang Hewan Percobaan No. 3Kandang Hewan Percobaan No. 1Kandang Hewan Percobaan No. 6GaraseGaraseGaraseGudangRumah GeneratorTowerJembatanTembok KelilingTembok Stil BaliInceneratorInceneratorRumah JagaDapur SterilWisma TamuGedung PerpustakaanGedung Lab A.ISelasarGedung Kamar mandiCanopy Gedung Administrasi

324100324324396336

72279320670670572480205200180128

70204

50150108

8040

927

2.900160

612

9165600

85120378

5326

11111111112852111111112123111111111111

UnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnit

19761983197419752011201220112013200419761977197719771975198519801983197619871977200520131980197719741974197419741975198519831985201120022007201120112013

Jumlah 11.832 55 Unit

II.2.2.3. Kendaraan Dinas

BB-Vet Denpasar memiliki kendaraan roda 4 (empat) sebanyak 8 buah antara

lain : Pick Up/Toyota tahun 1974 (1unit), Jeep/Daihatsu Taft tahun 1991 (1 unit),

Minibus/Toyota kijang tahun 2000, tahun 2002, tahun 2003 (masing-masing 1

unit), Stasion Wagon/ Nissan Terrano tahun 2006 (1 unit), Station / suzuki APV

tahun 2006 (1unit), Ford / Ranger Double Cabin XLT.30 tahun 2008 1 (satu) unit.

Kendaraan roda 2 (dua) : Sepeda Motor / Astrea tahun 1996 (1 unit), Sepeda

Page 166: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

145

Motor Yamaha Vega tahun 1999 (1 unit), Sepeda Motor/ Honda Supra tahun

2007 (1unit), kendaraan Toyota kijang Tahun 2012 sebanyak 2 unit dan sepeda

motor sebanyak 4 unit. Jumlah Inventaris Kendaraan Dinas BB-Vet Denpasar

sampai dengan tahun 2013 terinci seperti tabel 88.

Tabel 88.Kendaraan Dinas BB Vet. Denpasar Tahun 2013

No. Jenis / merk kendaraan Banyaknya Satuan Tahun

pemb. Ket.

12345678910

Roda 4:Pick Up/ToyotaJeep/Daihatsu TaftToyota/KF80 M-MinibusToyota/KF81 M-MinibusToyota/KF83 M-Pend MinibusStation /Suzuki APVStation W/Nissan TerranoFord/Ranger Double CabinToyota/KF 18G M-MinibusToyota /KF 20V M-Minibus

1111111111

UnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnitUnit

1974199120002002200320062006200820122012

Rusak beratBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik

Jumlah 10 Unit

1234

Roda 2:Sepeda Motor/Honda AstreaSepeda Motor/Yamaha VegaSepeda Motor /Honda SupraSepeda Motor/Honda Supra

1114

UnitUnitUnitUnit

1997199920062012

BaikBaikBaikBaik

Jumlah 7 Unit

II.2.2.4. Sistim Akuntasi Barang Milik Negara (SIMAK BMN)

Laporan Barang Milik Negara (BMN) BB-Vet Denpasar dibuat dengan program

aplikasi SIMAK-BMN dan dikirim berupa laporan Bulanan dan laporan

Semesteran. Laporan Bulanan dibuat dengan melakukan rekonsiliasi internal

dengan SAKPA, sedangkan laporan Semesteran dengan melakukan rekonsiliasi

internal dengan SAKPA dan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang

(KPKNL).

Page 167: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

146

Pengiriman laporan SIMAK BMN antara lain:

1. Laporan Bulanan dikirim ke SAKPA

2. Laporan Semesteran dikirim ke:

- Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Denpasar Semester I

dengan Berita Acara Nomor Rekonsiliasi : BAR-

276/WKN.14/KNL.01/SMT.I/2012 tanggal 10 Juli 2012 dan laporan

Semester II Nomor ; BAR-221/WKN.14/KNL.01/2012 tanggal 10 Januari

2013

- Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di

Jakarta dengan laporan Semester I Surat Pengantar Nomor :

3257/TU.220/F5.F/07/2012 tanggal 27 Juli 2012 dan laporan Semester II

Surat Pengantar Nomor : 21010/KU.2.0.8/F11/01.2013 tanggal 21 Januari

2013

- Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali laporan Semester I Surat

Pengantar Nomor : 3257/TU.220/F5.F/07/2012 tanggal 27 Juli 2012 dan

laporan Semester II Surat Pengantar Nomor : 21010/

KU.2.0.8/F11/01.2013 tanggal 21 Januari 2013

Secara terperinci pengiriman Laporan SIMAK BMN BB-Vet Denpasar tahun

2013 disajikan dalam tabel 89.

Page 168: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

147

Tabel 89.Laporan SIMAK BMN BB-Vet Denpasar, Tahun 2013

No. Laporan Bulanan (Tahun 2013) Rekonsiliasi Tgl. Pengiriman Ket

123456

789

101112

JanuariPebruariMaretAprilMeiJuni

JuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember

SAKPASAKPASAKPASAKPASAKPASAKPA/KPKNL/BBTPBali/Dirjen

SAKPASAKPASAKPASAKPASAKPASAKPA/KPKNL/BBTPBali/Dirjen

01 Pebruari 201301 Maret 201301 April 201301 Mei 201301 Juni 201305 Juli 201305 Juli 201319 Juli 201319 Juli 2013

02 Agustus 201301 September 201301 Oktober 201301 November 201304 Desember 2013 07 Januari 2013

LaporansemesterI tahun2013

LaporansemesterII tahun2013

Sampai dengan tahun 2013 nilai inventaris BB-Vet Denpasar tercatat sebesar

Rp. 25.828.581.550,- (Dua puluh lima milyar delapan ratus dua puluh delapan

juta lima ratus delapan puluh satu ribu lima ratus lima puluh rupiah) yang terdiri

dari Bangunan, Peralatan laboratorium, Kendaraan dinas, peralatan kantor dan

lain-lainnya. Daftar barang inventaris BB-Vet Denpasar secara terinci terlihat

seperti pada lampiran 10.

Page 169: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

148

II.2.3. Sub Bagian KeuanganII.2.3.1. Anggaran Belanja BB-Vet Denpasar

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara,

maka sistem pelaksanaan keuangan negara mengalami perubahan yang sangat

mendasar yaitu seperti pengertian dan ruang lingkup keuangan negara dan

asas-asas pengelolaan keuangan negara dengan mengacu pada perkembangan

standar akuntansi pemerintah.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

dimaksudkan untuk memberikan landasan hukum dibidang administrasi

keuangan negara pada tingkat pemerintah pusat dan untuk memperkokoh

landasan pelaksanaan desentralisai dan onotomi daerah dalam kerangka

negara Kesatuan Republik Indonesia

Perubahan sistem keuangan pemerintah dari sistem akrual menjadi sistem

akuntansi pemerintah yang mulai diterapkan oleh instansi pemerintah dalam

rangka penggunaan anggaran yang efisien, effektif dengan memperhatikan

sekala prioritas.

Tahun Anggaran 2013 BB-Vet Denpasar mendapat Dana APBN sebesar

Rp. 18.346.528.000,00 namun pada bulan 15 Mei 2013 terjadi pemotongan

anggaran sebesar Rp. 1.045.630.000,- dengan revisi DIPA pertanggal

17 Oktober 2013 sehingga anggaran Balai Besar Veteriner Denpasar menjadi

Rp. 17.300.898.000 dengan rincian anggaran : untuk program Pengendalian

dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan penyakit Zoonosis

sebesar Rp. 16.627.498.000,- sedangkan untuk Program Penjaminan Pangan

Asal Hewan yang Aman dan Halal serta Pemenuhan Persyaratan Produk

Hewan Non Pangan sebesar Rp. 673.400.000,- Dari Jumlah Anggaran sebesar

Rp. 17.300.898.000,- terealisasi sebesar Rp. 15.004.666.526,- (86.73 %), terinci

seperti tabel 90. Dan realisasi dan persentase anggaran perbulan seperti terinci

pada tabel 91.

Page 170: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

149

Tabel 90.Pagu dan Realisai Anggaran DIPA BB-Vet Denpasar TA 2013

No. Kegiatan Anggaran(Rp.) Realisasi (Rp) Persentase

Capaian1 2 3 4 5A. Program

PencapaianSwasembadaDaging Sapi danPeningkatanPenyediaan PanganHewani yang Aman,Sehat, Utuh danHalal

17.300.898.00,- 15.004.666.526,- 86.73 %

I. Pengendalian danPenanggulanganPenyakit HewanMenular Strategisdan Zoonosis

16.627.498.000 14.393.992.474,- 85.57 %

1. Penguatan,Kelembagaan danSumberdayaKesehatan Hewan

485.675.000 416.495.850,- 85.76%

2. Penguatan pengujiandan penyidikanveteriner

690.546.000 606.874.000,- 87.88%

3. Koordinasi Teknis 983.781.000 816.338.950,- 82.98%4. Fasilitasi PNBP 145.000.000 107.780.200,- 74.33%5. Administrasi

Kegiatan dan KetataUsahaan

713.900.000 602.172.650,- 84.35%

6. Penyidikan danPengujian PenyakitBrucellosis

3.111.275.000 2.436.357.360,- 78.31%

7. Penyidikan danPengujian PenyakitAnthrax

350.200.000 307.800.200,- 87.89%

8. Penyidikan danPengujian PenyakitHog Cholera

156.600.000 149.975.000,- 95.13%

9. Penyidikan danPengujian PenyakitEksotik PerbatasanNegara dan antarwilayah (SUrveilanspenyakit PMK)

70.150.000 67.119.000,- 95.68,-

Page 171: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

150

1 2 3 4 510. Penyidikan dan

Pengujian PenyakitRabies

348.642.000 345.135.200,- 98.99%

11. Penyidikan danPenguian PenyakitAvian Influenza

286.900.000 277.549.980,- 96.74%

12. Surveilansinvestigasi penyakithewan menular

227.906.000 171.611.890,- 75.30%

13. Penyidikan danPengujian GangguanReproduski

70.750.000 70.230.400,- 99.27%

14. Penyidikan danPengujian PenyakitParasiter

247.500.000 208.656.400,- 84.31%

15. Penyidikan danPengujian PenyakitViral

346.929.000 327.501.300,- 94.40%

16. Penyidikan danPengujian PenyakitBakterial

300.993.000 248.505.560,- 82.56%

17. Layanan Perkantoran 6.949.734.000 6.205.571.114,- 89.29%17. Gedung dan

Bangunan1.141.017.000 1.029.316.820,- 90.21%

II. Penjaminan PanganAsal Hewan yangAman dan HalalSerta PemenuhanPersyaratan ProdukHewan Non Pangan

673.400.000 610.674.052,- 90.69 %

Page 172: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

151

Tabel 91.Laporan Realisasi Anggaran BB-Vet Denpasar Tahun 2013

AnggaranNo. Bulan Target

(Rp.)Realisasi

(Rp.)

Sisa Anggaran(Rp.)

Persentase

Realisasi

1 Januari 18.346.528.000 265.293.170 18.081.234.830 1.452 Pebruari 18.346.528.000 768.149.486 17.578.378.514 4.193 Maret 18.346.528.000 1.960.217.790 16.386.310.210 10.684 April 18.346.528.000 3.815.758.863 14.530.769.137 20.805 Mei 18.346.528.000 5.191.785.794 13.154.742.206 28.306 Juni 18.346.528.000 6.260.918.976 12.085.609.024 34.137 Juli 18.346.528.000 7.345.276.520 11.001.251.480 40.048 Agustus 18.346.528.000 8.364.815.412 9.981.712.588 45.599 September 17.300.898.000 9.521.216.100 7.779.681.900 55.03

10 Oktober 17.300.898.000 10.801.717.070 6.499.180.930 62.4311 Nopember 17.300.898.000 12.747.213.286 4.553.684.714 73.6812 Desember 17.300.898.000 15.004.666.526 2.296.231.474 86.73

Apabila mengacu pada persentase nilai capaian program perhitungan dan

penilaian kinerja Balai Besar Veteriner Denpasar pada Tahun Anggaran 2013

terhadap nilai capaian output lebih besar dari pada input, artinya kegiatan

program Balai Besar berjalan dengan efektif. Grafik persentase realisasi dan

capaian anggaran seperti pada grafik 3.

Grafik 3. Realisasi Anggaran Per Bulan Tahun 2013

REALISASI ANGGARAN PERBULAN TAHUN 2013

1.45 4.1910.68

20.828.3

34.1340.04

45.59

55.0362.43

73.68

86.73

0

10

20

30

40

5060

70

80

90

100

JAN

PEB

MAR

T

APRI

L

MEI

JUN

JUL

AGST

SEPT

OKT

NOP

DES

BULAN

PER

SEN

TASE

Page 173: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

152

Persentase Realisasi Anggaran pada grafik terlihat terus mengalami kenaikan

dari bulan ke bulan, ini mengindikasikan bahwa kegiatan BB-Vet Denpasar

dapat berjalan dengan baik. Rekapitulasi dan realisasi penggunaan anggaran

BB-Vet Denpasar perprogram kegiatan dan permata anggaran kegiatan sampai

dengan 31 Desember 2013, terinci seperti terlihat pada lampiran 11.

II.2.3.2. Penyetoran Pajak dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Sebagai salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari

penyetoran pajak dari suatu pelaksanaan kegiatan rutin maupun dari

penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Tahun Anggaran 2013 Balai Besar

Veteriner Denpasar merealisasikan penyetoran pajak ke Kas Negara sebesar

Rp. 1.222.873.901,- dengan rincian:

- Penyetoran pajak dari pelaksanaan kegiatan rutin Rp. 717.016.089,-

- Penyetoran pajak dari PNBP Rp. 505.857.812,-

Jumlah Rp. 1.222.873.901,-

Sedangkan penyetoran penerimaan negara bukan pajak Tahun 2013 terdiri dari

pendapatan dan penerimaan sebagai berikut :

1. Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan

(Pendapatan penjualan lainnya) 423119

Rp. 650.000,-

2. Pendapatan dan Pemindahtanganan BMN

(Pendapatan dan Peminbdahtanganan BMN

lainnya) 423129

Rp. 12.448.000,-

3. Pendapatan dan Pemanfaatan BMN

(Pendapatan sewa tanah Gedung dan

Bangunan) 413141

Rp. 13.399.567,-

4. Pendapatan dan Pemanfaatan BMN

(Pendapatan sewa tanah Gedung dan

Bangunan) 413142

Rp. 260.000,-

5. Pendapatan denda keterlambatan penyelesaian

pekerjaan pemerintah (423752)

Rp. 218.568,-

6. Pendapatan dari Penerimaan Kembali TAYL Rp. 16.840.526,-

Page 174: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

153

(Penerimaan kembali Belanja Pegawai Pusat

TAYL) 423911

7. Pendapatan dari Penerimaan Kembali TAYL

(Penerimaan kembali Belanja Lainnya Hibah

TAYL) 423915

Rp. 179.515,-

8. Pendapatan Lain-Lain (Penerimaan Kembali

Persekot Uang Muka Gaji) 423991

Rp. 1.320.000,-

Jumlah I Rp. 45.316.176,-

Pendapatan Jasa I (Pendapatan jasa tenaga)

423216

Rp. 460.541.636,-

Jumlah II Rp. 460.541.636,-

Jumlah I dan II Rp. 505.857.812,-

Estimasi dan Realisasi PNBP BB-Vet Denpasar TA 2013 :

No Kegiatan Target(Rp.)

Realisasi(Rp.)

PersentaseCapaian

1.

2.

Pendapatan umum

Pendapatanfungsional(Pendapatan JasaI/Pendapatan JasaTenaga)

10.000.000

290.000.000

45.316.176,-

460.541.636,-

453,16 %

158,81 %

Jumlah 300.000.000 505.857.812,- 168.62 %

Dari target penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp. 300.000.000,- sampai

dengan 31 Desember 2013 terealisasi sebesar Rp. 505.857.812,- dengan

persentase capaian sebesar 168.62 %. Capaian yang jauh melampaui target

berarti pendapatan PNBP untuk UPT seperti Balai Besar Veteriner Denpasar

tidak bisa di estimasi dengan baik, karena sangat tergantung pada banyaknya

sampel pasif (yang dikirim oleh pelanggan dan pengguna jasa laboratorium)

diterima dan diperiksa oleh BB-Vet Denpasar.

Page 175: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

154

Penerimaan PNBP tahun 2013 ini sebesar Rp. 505.857.812,- jika dibandingkan

dengan penerimaan PNBP tahun 2012 sebesar Rp. 822.939.563, maka terjadi

penurunan penerimaan PNBP sebesar Rp. 317.081.751,- hal ini disebabkan

kerena terjadi penurunan jumlah spesimen pasif yang diperiksa dan diuji di

laboratorium. Pada tahun 2012 jumlah spesimen pasif yang diterima sebanyak

60.415 sampel sedangkan di tahun 2013 spesimen pasif yang diterima

sebanyak 13.284 sampel.

II.2.3.3. Sistim Akuntansi Instansi Unit Akutansi Kuasa PenggunaAnggaran (SAI-UAKPA)

Unit Akuntansi Keuangan Balai Besar Veteriner Denpasar telah menggunakan

program aplikasi Sistim Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (SAKPA) dengan

menginput data SP2D yang telah diterima untuk dijadikan laporan bulanan.

Laporan bulanan berupa Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA)

dikirim setiap bulannya kepada Sekretaris Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan yang telah mendapatkan persetujuan rekonsiliasi dengan

Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara (KPPN). Data dan pengiriman

laporan seperti terlihat pada tabel 92.

Tabel 92.Data Rekonsiliasi dan Pengiriman Laporan Keuangan.

No. LaporanBulan Tgl. Rekon Tgl. Pengiriman Ket

1 Januari 06 Maret 2013 06 Maret 20132 Pebruari 06 Maret 2013 06 Maret 20133 Maret 08 April 2013 08 April 20134 April 02 Mei 2013 02 Mei 20135 Mei 04 Juni 2013 04 Juni 20136 Juni 09 Juli 2013 09 Juli 20137 Juli 01 Agustus 2013 01 Agustus 20138 Agustus 03 September 2013 03 September 20139 September 02 Oktober 2013 02 Oktober 2013

10 Oktober 01 Nopember 2013 01 Nopember 201311 Nopember 04 Desember 2013 04 Desember 201312 Desember 14 Januari 2014 14 Januari 2014

Page 176: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

155

II.2.4. Sistim Pengendalian Intern (SPI) BB-Vet Denpasar

Setiap Instansi Pemerintah dituntut untuk mampu mengelola keuangan negara

yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Oleh karena itu, pimpinan

Instansi Pemerintah wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan

kegiatan pemerintahan. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang

memadai bagi tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan

efisien, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara dan

ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Balai Besar Veteriner (BBV) Denpasar sebagai salah satu UPT Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan telah berkomitmen untuk

menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam pelaksanaan program dan

kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan.

Tujuan dilaksanakannya SPI di BBV Denpasar adalah dalam rangka

mengendalikan segala kegiatan dibalai mulai dari fase perencanaan, fase

organizing fase pelaksanaan, , sampai fase kontroling. Kegiatan SPI

dilaksanakan baik pada kegiatan strategis balai (terkait tupoksi yaitu SPI pada

kegiatan Penyidikan, Pengujian Veteriner dan Pengembangan Metode dan

Teknik penyidikan dan pengujian veteriner) maupun kegiatan fasilitasi balai

(kegiatan administrasi seperti pengendalian intern pada tata kelola administrasi

keuangan,pengelolaan aset,pengelolaan kepegawaian, rumah tangga dan

perlengkapan balai, pengelolaan anggaran Negara dari APBN maupun hibah,

capaian kegiatan dan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

(SPIP)serapan anggaran). Penerapan SPI dilaksanakan melalui 5 (lima) unsur

SPI yaitu : (1) Lingkungan Pengendalian, (2) Penilaian Risiko, (3) Kegiatan

Pengendalian, (4) Informasi dan Komunikasi dan (5) Pemantauan.

Sedangkan sasaran dari penerapan SPI Tahun 2013 sebagaimana pelaksanaan

SPI sejak tahun 2009 adalah dalam rangka memberikan keyakinan yang

memadai bagi tercapainya tujuan Penyidikan, Pengujian Veteriner dan

Pengembangan Metode dan Teknik penyidikan dan pengujian veteriner dan

pengelolaan fasilitasi (administrasi) balai yang efektif dan efisien, transparan,

akuntabel, dan ketaatan terhadap peraturan yang berlaku.

Page 177: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

156

Pelaksanaan SPI Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60

Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Peraturan

Menteri Pertanian Nomor : 23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman

Umum Sistem Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian Pertanian dan

Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan maka di BBV Denpasar sejak tahun 2009

telah dibentuk Tim Satlak PI yang tugasnya adalah membantu pimpinan di

dalam melaksanakan SPI di lingkup balai. Sebagaimana sejak awal dibentuknya

Satlak PI (2009) maka pada tahun 2013 disusun kembali Satlak PI dibentuk

berdasarkan SK Kepala Balai No 08 /Kpts/OT.0.0/F11/01/2013. Satlak PI yang

dibentuk bertugas membantu pimpinan dalam melaksanakan Pengendalian

Intern balai dengan menjalankan fungsi:

a. Menilai ,,menguji, mengevaluasi,mereview mamantau merekomendasikan

dan pembinaan serta penyusunan laporan atas pelaksanaan SPI.

b. Menyusun rencana kerja anggaran pengendalian intern.

c. Melaksanakan pendampingan proses pemeriksaan dengan APIP.

d. Pemantauan dan evaluasi penyelesaian tindak lanjut hasil audit dari APIP

e. Melaksanakan penilaian dan pengujian kinerja lingkup intern balai

f. Melaksanakan penilaian dan pengujian pengelolaan program kegiatan

keuangan pengadaan barang/jasa serta SAI pada balai.

g. Pelaksanaan penilaian dan pengujian atas penyusunan LAKIP.

h. Penyusunan laporan hasil penilaian yang ditujukan kepada atasan

i. Membina pelaksanaan SPI (penyusunan pedoman SPI, pendampingan

penyusunan Juklak/Juknis, SOP.

j. Membina dan menilai pelaksanaan SPI melalui koordinasi dan pemantauan

lapangan.

k. Menyampaikan laporan hasil pelaksanaan PI kepada kepala satker yang

memuat rekomendasi konkrit atas perbaikan pelaksanaan program kegiatan

serta memberikan saran penerpan penghargaan terhadap prestasi kerja

serta sanksi terhadap penyimpangan yang terjadi.

Page 178: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

157

Pada tahun 2013 di BB-Vet Denpasar terkait pelaksanaan SPI telah

dilaksanakan beberapa hal sebagai berikut: pada awal TA 2013 tepatnya

Januari telah disusun agenda kegiatan SPI yaitu:

1. Menyusun tim satlak PI

2. Rapat koordinasi Satlak PI

3. Sosialisasi SPI

4. Mengikuti kegiatan Forum SPI

5. Mengevaluasi kedisiplinan pegawai

6. Mengevaluasi ketersediaan dan penggunaan bahan uji dan sarana uji

7. Melaksanakan penilaian, pengujian, evaluasi, mereview bidang

(perencanaan, pengelolaan keuangan, pengadaan barang/jasa, penyerapan

anggaran, penyusunan TOR, penyidikan dan pengujian veteriner,

surveilens, pengelolaan asset, pengelolaan kepegawaian, keamananan

lingkungan kantor, pengamanan asset, penyusunan laporan Lakip, Teknis,

Tahunan, pelaporan SAI, pengelolaan PNBP).

8. Mendampingi Tim ITJENTAN dalam rangka penilaian WBK dan

Implementasi SPI

9. Mendampingi APIP dari ITJENTAN dalam rangka pelaksanaan audit kinerja

BB-Vet Denpasar periode April 2012 s.d Agustus 2013

10. Mendampingi APIP dari BPK dalam rangka pelaksanaan audit interm

periode Januari s.d Oktober 2013.

11. Mengawal dan memantau penyusunan TLHP hasil audit.

Rapat koordinasi satlak PI dilaksanakan beberapa tahap yaitu pada awal tahun

membahas program kegiatan PI, tahap persiapan pelaksanaan review kinerja

balai, pada pembahasan hasil review, pada penyusunan laporan dan

rekomendasi PI, pada pemantauan kegiatan strategis dan memantau Tindak

Lanjut Hasil Pemeriksaan.

Page 179: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

158

Beberapa agenda penting sosialisasi SPI antara lain penyampaian materi

Standar Kinerja Pegawai (SKP) , pemahaman ISO 9001:2008 tentang

manajemen organisasi, pembinaan jiwa korsa melalui apel bendera tiap hari

Senin minggu pertama, apel tanggal 17, apel hari Senin minggu keempat dan

olah raga bersama pada hari Jumat. Agenda sosialisasi SPI lainnya adalah

mendampingi tim dari Biro OK Kementan dalam acara pembinaan kepegawaian

tentang pembinaan jabatan fungsional rumpun hayati., mendamping tim dari Biro

KP dalam pembinaan PPSPM, pembinaan penyusunan laporan keuangan,

pembinaan penyusunan LAKIP.

Kegiatan penilaian dan pengujian kinerja lingkup intern balai,dijalankan

berdasarkan Surat Perintah Tugas. Tujuan kegiatan penilaian dan pengujian

kinerja lingkup intern balai bertujuan menilai:kecukupan pengendalian

manajemen guna memperoleh keyakinan yang memadai bahwa pelaksanaan

kegiatan agar dilaksanakan secara ekonomis dan efisien serta kecukupan

prosedur yang digunakan untuk mengukur dan melaporkan efektifitas

pelaksanaan kegiatan,efektivitas pelaksanaan kegiatan serta efisiensi maupun

kehematan penggunaan sumber dana dan sumber daya untuk pelaksanaan

kegiatan tersebut,ketaatan pelaksanaan kegiatan terhadap peraturan

perundangan yang berlaku,memberikan saran-saran perbaikan atas kelemahan

manajemen agar pengelolaan kegiatan pada tahap berikutnya sehingga dapat

dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif. Ruang lingkup penilaian

terhadap pelaksanaan kegiatan apakah telah memenuhi prinsip efektif, efisien,

ekonomis dan tertib. Penilaian efektivitas dan atau manfaat dari keluaran

kegiatan tersebut diatas. Pemeriksaan ketertiban terhadap peraturan

perundang-undangan atas pengelolaan keuangan, prosedur pengadaan

sarana/prasarana dan metode kerja.Monitoring terhadap tindak lanjut hasil-hasil

pemeriksaan aparat pengawas fungsional sebelumnya. Panduan pelaksanaan

kegiatan review-monitoring dan audit intern dilaksanakan dengan pedoman:1)

Permentan No 23/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Umum Sistem

pengendalian Intern Lingkup Departemen Pertanian2) Pedoman SPI Ditjennak3)

RAKL Balai Besar Veteriner Denpasar TA 2013.

Page 180: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

159

Metode Pelaksanaan review monitoring dan audit intern adalah dilakukan

pemeriksaan terhadap kegiatan pada kegiatan/program yang dikelola satuan

kerja, dengan melakukan pemeriksaan fisik serta konfirmasi kepada pihak-pihak

yang terdiri atas pelaksanaan kegiatan/program.

Kegiatan pendampingan satlak PI terhadap APIP (Aparat Pengawasan Instansi

Pemerintah) pada tahun 2013 dilaksanakan 5 kali yaitu pendampingan: audit

kinerja oleh IRJENTAN, audit interim oleh BPK, penilaian WBK dan pelaksanaan

SPI oleh auditor Inspektorat Investigasi IRJENTAN, monitoring tindak lanjut LHP

oleh IRJENTAN.

Kegiatan pemantauan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan APIP antara lain

untuk meningkatkan efektifitas penyusunan TLHP maka di BBV Denpasar telah

disusun Tim Penyelesaian TLHP yang bertugas mengkoordinir penyelesaian

TLHP baik laporan maupun penyelesaian kerugian Negara. Hasil terhadap

tindak lanjut LHP adalah bahwa TLHP baik hasil audit kinerja balai oleh

IRJENTAN dan hasil audit interim oleh BPK telah dijawab dan beberapa

kerugian Negara juga sudah disetor ke kas Negara. Sedangkan setoran PNBP

yang belum dibayar oleh pelanggan telah diupayakan dengan membuat surat

penagihan.

Kegiatan Forum Pembinaan SPI pada tahun 2013 tim satlak SPI BBV Denpasar

mengikuti kegiatan 2 kali yaitu: 1) Pembinaan SPI yang diselenggarakan oleh

Ditjennak dan Keswan 2) Forum SPI di Ciloto yang diselenggarakan oleh

IRJENTAN. Disamping pembinaan SPI melalui Forum SPI maka dalam rangka

pembinaan pengendalian internal maka BB-Vet juga mengikut 1) Pembinaan

WBK dan Pembinaan anti korupsi di Surabaya yang dilaksanakan oleh

IRJENTAN 2) Pembinaan WBK dan anti korupsi di Bogor yang diselenggarakan

oleh DIRJENNAK dan Keswan .

Hasil pelaksanaan pengendalian intern (PI) pada tahun 2013 di balai telah

tercapai beberapa keberhasilan baik pada pelaksanaan kegiatan strategis

(sesuai tupoksi) maupun kegiatan fasilitasi (admininistrasi) balai, antara lain

kegiatan pengujian, penyidikan dan surveilen veteriner telah melebihi target

sampel yang diamanahkan Dirjennak dan Keswan. Pengadaan barang/jasa

Page 181: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

160

sudah berjalan sebagaimana mestinya, bahkan dapat dilakukan penghematan

anggaran pada pengadaan gedung serbaguna. PNBP meningkat dan

pengelolaan PNBP sudah cukup tertib dengan menerapkan pengelolaan

terpisah (petugas penerima sampel, petugas pembuat tagihan dan petugas

penyetor berbeda) untuk menghindari penyelewengan. Untuk meningkatkan

efektifitas pemenuhan PNBP maka di balai juga telah dibentuk Unit

Penatausahaan Piutang (UPP). Pengelolaan anggaran sudah sesuai dengan

ketentuan (pengajuan UP,TUP,SPM(SPM GU, SPM nihil), pengajuan AFS,

laporan realisasi, rekonsiliasi SAKPA dan SABMN sudah berjalan dengan baik.

Pertanggung jawaban pengelolaan anggaran juga sudah berjalan sesuai aturan

(laporan bendahara, pemeriksaan kas oleh atasan langsung, laporan keuangan

semesteran). Pengamanan asset juga telah diaksanakan antara lain telah

dilakukan pengisian tabung pemadam kebakaran, alat pemadam kebakaran

telah dipasang pada tiap unit gedung, penjagaan keamanan komplek dilakukan

dengan cara penjagaan bergilir satpam dibagi dalam 3 step (8 jam tiap tep) dan

pengawasan bergilir oleh penghuni komplek terhadap pelaksanaan penjagaan

oleh satpam. Akumulasi dari keberhasilan terpadu antara pelaksanaan kegiatan

balai dan pengendalian intern antara lain diperoleh sertifikat lulus surveilans ISO

17025:2008 dan sertifikat lulus Reasesment ISO 17025 dari KAN , penghargaan

Apresiasi LAKIP, diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 dari lembaga sertifikasi

TUV Rheinland sebagai bukti lulus dalam pengelolaan manajemen organisasi

berstandar internasional . Dengan tidak mengurangi keberhasilan yang telah

dicapai karena adanya pengendalian intern maka hasil review pengendalian

intern selama tahun 2013 menemukan beberapa kelemahan yang masih

dijumpai antara lain pada tupoksi yaitu kegiatan penyusunan analisa resiko

penyakit hewan dan pengujian toksikologi pakan belum optimal dilaksanakan.

Sekalipun jumlah sampel pengujian penyakit hewan melebihi target namun

masih memiliki kelemahan yaitu belum terpenuhinya janji layanan yaitu dalam

hal ketepatan waktu uji masih dijumpai waktu uji melebihi standar waktu yang

ditentukan. Kelemahan pada manajemn lab adalah belum tersedianya tenaga

kalibrator internal. Pada pengamanan asset sekalipun alat pemadam kebakaran

telah tersedia namun latihan rutin menggunakan alat tersebut belum dilakukan.

Kecepatan pengadaan barang dengan kebutuhan penggunaan belum

Page 182: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

161

sejajar.Dari beberapa kelemahan tersebut maka kedepan masih perlu perbaikan

yaitu perlu optimalisasi pada kegiatan penyusunan analisa resiko penyakit

hewan dan pengujian toksikologi pakan, perlu diadakannya pelatihan secara

rutin penggunan pemadam kebakaran, dan proses pengadaan barang perlu

dilakukan seawal mungkin.

II.2.5. Penghargaan

BB-Vet Denpasar tahun 2012 dalam rangka mencapai tujuan pembangunan

pertanian, kualitas pelayanan unit kerja pelayanan publik bidang peternakan

khusunya pelayanan dilapangan dan dilaboratorium perlu ditingkatkan. Dalam

rangka pemberian pelayanan publik, BB-Vet Denpasar telah dinilai oleh Tim

Penilai Unit Pelayanan Publik Bidang Pertanian Kementerian Pertanian.

Penilaian tim Kementan, BB-Vet Denpasar dinilai berhak mendapatkan

penghargaan Abdi bhakti tani sebagai Unit Kerja Pelayanan Publik Berprestasi

di Bidang Pertanian. Penghargaan Abdi bhakti tani berupa Plakat diterima

langsung oleh Kepala Balai pada bulan Desember tahun 2012, berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor. 5928/Kpts/KP.450/11/2012, tanggal

26 Nopember 2012 tentang Pemberian Penghargaan Abdibhakti tani Kepada

Unit Kerja Pelayanan Publik Berprestasi di Bidang Pertanian.

II.2.6. Akreditasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2008.

Sebagai salah satu bentuk jaminan suatu organisasi telah menjalankan

pelayanan secara baik dan telah menjalankan proses manajemen sesuai system

manajemen mutu adalah dibuktikan dengan diakuinya system manajemen mutu

yang telah diterapkan oleh organisasi tersebut. Hal ini dibuktikan dengan

pengakuan secara internasional berupa sertifikat Sistem Manajemen Mutu ISO

9001:2008. Untuk mewujudkan hal tersebut maka suatu organisasi harus

melalui rangkaian proses menuju akreditasi/sertifikasi penerapan Sistem

Manajemn Mutu ISO 9001:2008. Secara garis besar rangkaian kegiatan proses

penerapan ISO 9001:2008 terdiri empat tahap yaitu tahap Planning: tahap

sosialisasi dan gap analysis, tahap developing system (Penyusunan dokumen

SMM ISO 9001:2008, dan Implementasi SMM), tahap Internal auditing

(Pelatihan audit internal, pelaksanaan audit internal, Kaji Ulang

Page 183: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

162

manajemen/Rapat Tinjauan Manajemen ) dan tahap sertifikasi. Secara lebih rinci

kegiatan balai dalam proses mewujudkan system manajemen mutu ISO

9001:2008 adalah 1) Sosialisasi SMM ISO 9001:2008 2) Gap Analysis 3)

Pengembangan/Pembuatan Dokumen ISO 9001:2008 4) Implementasi SMM 5)

Pelaksanaan Audit Internal 6) Rapat Tinjauan Manajemen 7)

Penilaian/assesment Lembaga Sertifikasi 8) Tindakan Koreksi Pasca Audit.

Perwujudan tahap planning (sosialisasi ISO 9001:2008 dan gap analysis) adalah

telah diselenggarakan In House Training ISO 9001:2008 dilaksanakan tanggal

26 s.d 28 Pebruari 2013, dengan trainer ahli SMM ISO 9001:2008 dari CV.

Radixa Argha Pratama dan Pusat Penganeka Ragaman Konsumsi dan

Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Kementan. Hasil dari tahap

planning adalah disamping pemahaman terhadap ISO 9001:2008 juga telah

disusunnya gap analysis yang digunakan sebagai pondasi penyusunan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di balai.

Pada tahap ini juga disusun draft Tim Ad Hoc SMM ISO 9001:2008

(bertanggung jawab menyusun dokumen mutu) dan draft Wakil Manajemen

Mutu ISO 9001:2008 (Tim Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008). Tahap

proses penerapan system manajemen Mutu ISO 9001:2008 selanjutnya adalah

tahap developing system dan implementasi. Pada tahap ini Tim Ad Hoc SMM

ISO 9001:2008 menyusun dokumen mutu dibawah bimbingan tenaga ahli dari

konsultan SMM ISO 9001:2008 Cv Radixa Arga Pratama Kegiatan

pendampingan penyusunan dokumen system mutu ISO 9001:2008

dilaksanakan dengan planing 90 hari yaitu mulai tanggal 30 Mei s.d 27 Agustus

2013. Hasil kegiatan, penyusunan dokumen system mutu dapat diselesaikan

lebih cepat yaitu dari planning 90 hari dapat diselesaikan dalam waktu 60 hari.

Dokumen system mutu ISO 9001:2008 disahkan pada tanggal 01-Juli 2013.

Dokumen system mutu diselesaiakn dengan beberapa tahap:1) Identifikasi

kebutuhan dokumen SMM ISO 9001:2008.2)Penetapan personil penyusun,

personel pencermat dan personel pengesah dokumen.3)Pendampingan

penyusunan Instruksi kerja mutu (IKM) dan penyusunan formulir mutu (FRM)

terkait.4)Pendampingan penyusunan Prosedur system mutu (PSM) dan

penyusunan formulir mutu (FRM) terkait5)Pendampingan penyusunan Manual

system mutu (MSM) dan penyusunan formulir mutu (FRM) terkait antara lain:

Page 184: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

163

Struktur organisasi, Proses Bisnis, Kebijakan Mutu, Program dan rencana mutu,

Sasaran mutu, Job description personil penanggung jawab SMM dan acuan

silang dokumen Sistem mutu dan Persyaratan standar SMM ISO 9001:2008.6).

Proses pengesahan,distribusi dan pengendalian dokumen system mutu. Tahap

implementasi merupakan tahap menerapkan system manajemen mutu ISO

9001:2008 dalam proses manajemen di balai, sebagaimana yang telah

dituangkan dalam dokumen mutu. Sebelum menuju proses sertifikasi/akreditasi,

implementasi system manajemen mutu di BB-Vet Denpasar telah diterapakan

selama 3 bulan yaitu sejak disahkannya dokumen mutu (01 Juli 2013) sampai 11

Oktober 2013. Pasca tahap implementasi adalah tahap audit internal, yaitu

tahap untuk mengevaluasi apakah system manajemen mutu ISO 9001;2008

telah berjalan dengan baik atau tidak. Pada tahap ini disamping untuk

mengevaluasi sekaligus merupakan tahap untuk memperbaiki apa apa yang

belum berjalan sebagaimana mana mestinya seperti tertuang dalam dokumen

mutu. Proses audit internal dilaksanakan pada tanggal 11 s.d 18 Oktober 2013.

Sebelum melaksanakan audit internal maka diselenggarakan In House training

audit internal ISO 9001:2008 terlebih dahulu. Kegiatan training dilaksanakan

agar personel terkait dalam system mutu ISO 9001:2008 memiliki kemampuan

dalam melaksanakan audit internal. Pada tahap audit internal disamping

dilaksanakan kegiatan audit sekaligus diikuti tindakan perbaikan sehingga

secara prinsip semua temuan yang ada setelah diperbaiki berstatus close .

Pasca audit internal maka tahap selanjutnya adalah tahap Rapat Tinjauan

Manajemen. Rapat Tinjauan manajemen dilaksankan pada 15 Nopember 2013.

Pada tahap ini mengulas hal hal yang terkait dengan hasil audit internal, tinjauan

terhadap dokumen mutu, rencana tindakan perbaikan dan sebagainya. Tahap

terkahir dari implementasi Sistem Mutu ISO 9001:2008 adalah tahap sertifikasi.

Sebelum memasuki tahap ini maka tahap audit internal dan tahap Rapat

Tinjauan Manajemen harus sudah tuntas dilaksanakan, termasuk tindakan

perbaikan dari temuan yang ada. Tahap sertifikasi dilaksanakan oleh lembaga

sertifikasi Sistem manajemen Mutu ISO 9001:2008. Lembaga ini sebagai

lembaga penjamin bahwa suatu organisasi secara benar dan sah telah

menerapkan Sistem Manajmen Mutu ISO 9001:2008. Sudah barang tentu untuk

menjamin bahwa suatu organisasi telah menerapkan system manajmen mutu,

maka terlebeih dahulu melalui proses yang dikenal dengan proses audit

Page 185: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

164

sertifikasi yang dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi ISO 9001:2008. Untuk

proses sertifikasi di BB-Vet Denpasar dilaksanakan oleh lembaga sertifikasi Tuv

Rheinland. Proses audit sertifikasi oleh TUV Rheinland di BB-Vet dilaksanakan

pada 26 s.d 27 Nopember 2013. Setelah melalui proses audit sertifikasi dan

diikuti tindakan perbaikan oleh BB-Vet Denpasar maka BB-Vet Denpasar

dinyatakan lulus audit sertifikasi dibuktikan dengan sertifikat ISO 9001:2008 No:

01 100 1327149 yang dikeluarkan oleh TUV Rheinland pada tanggal 26

Desember 2013, untuk menilai tingkat kepatuhan/konsistensi terhadap

implementasi SMM ISO 9001-2008, maka tiap tahun akan diadakan kegiatan

surveilans yang dilaksanakan oleh TUV Rheinland. Surveilans untuk tahun 2014

paling lambat dilakukan tanggal 25 Oktober. Resertifikasi/reakreditasi akan

dilaksanakan pada 26 Desember 2016. Sertifikat ISO 9001-2008 dapat dilihat

pada lampiran 12.

II.3. Bidang Program dan Evaluasi

Sesuai dengan Program / Kegiatan Direktorat Jenderal Petrnakan dan

Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian maka Program / Kegiatan BB-Vet

Denpasar tahun 2013 adalah Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan

Ketersediaan Pangan Asal Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal dengan

dua kegiatan, yaitu:

a. (1784) Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular

Strategis dan Penyakit Zoonosis, dengan output kegiatan berupa:

a.1. 1784.024 Penguatan Kelembagaan dan Sumberdaya Kesehatan

Hewan;

a.2. 1784.032 Penguatan, Pengujian dan Penyidikan Veteriner;

a.3. 1784.035 Koordinasi Teknis;

a.4. 1784.036 Fasilitasi PNBP;

a.5. 1784.041 Administrasi Kegiatan dan Ketata Usahaan;

a.6. 1784.047 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Brucellosis;

a.7. 1784.048 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax;

a.8. 1784.049 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Hog Cholera;

a.9. 1784.050 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Eksotik Perbatasan

Negara dan Antar Wilayah;

a.10. 1784.053. Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies;

Page 186: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

165

a.11. 1784.054 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza;

a.12. 1784.055 Surveilans Investigasi Wabah Penyakit Hewan Menular;

a.13. 1784.056 Penyidikan dan Pengujian Gangguan Reproduksi;

a.14. 1784.057 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Parasiter;

a.15. 1784.058 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral;

a.16. 1784.059 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Bakterial;

a.17. 1784.994 Layanan Perkantoran

a.18. 1784.998 Gedung dan Bangunan;

b. (1786) Penjaminan Pangan Asal Hewan yang Aman dan Halal serta

Pemenuhan Persyaratan Produk Non Pangan, dengan output kegiatan

berupa:

b.1. 1786.013 Peningkatan Pelayanan Teknis Pengujian Mutu Produk

Peternakan

b.2. 1786.015 Fasilitasi Peralatan Laboratorium Kesmavet

c.3. 1786.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi

Bidang Program dan Evaluasi terdiri dari 2 seksi yaitu Seksi Program dan Seksi

Evaluasi dan Pelaporan yang masing-masing melaksanakan tugas sesuai

dengan tupoksinya.

II.3.1. Seksi Program

Tahun anggaran 2013 Seksi Program, Bidang Program dan Evaluasi, BBVet

Denpasar melaksanakan kegiatan sebagai berikut :

II.3.1.1. Penyusunan Rencana Kerja serta Rencana Kerja dan AnggaranKementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2014

Rencana Kerja (Renja) Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2014

mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) BBVet Denpasar 2010-2014. Pagu

anggaran yang diajukan dalam Renja TA. 2014 sebesar Rp. 20.014.336.500,-

yang terdiri dari pagu anggaran untuk kegiatan Pengendalian dan

Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis

sebesar Rp. 18.177.861.500,- dan kegiatan Penjaminan Pangan Asal Hewan

Page 187: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

166

yang Aman dan Halal serta Pemenuhan Persyaratan Produk Non Pangan

sebesar Rp. 1.836.475.000,-. Dalam rangka mewujudkan manajemen

pemerintah yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil

maka Balai Besar Veteriner Denpasar memiliki target kinerja tahunan TA. 2014,

seperti tercantum pada Tabel 93. Dalam pembahasan anggaran Pra-Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (Pra-RKAK-L) lingkup Direktorat

Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tanggal 4-7 Juli 2013 di Kuta, Bali,

Balai Besar Veteriner Denpasar dalam tahun anggaran 2014 memperoleh pagu

indikatif sebesar Rp. 18.405.900.000,- dengan alokasi anggaran per

kegiatan/output kegiatan seperti tercantum pada Tabel 94. Output kegiatan

untuk tahun anggaran 2014 mengalami beberapa perubahan dibandingkan

dengan tahun anggaran 2013 melalui penambahan dan pengurangan output

kegiatan yang tentunya untuk mendukung pencapaian Program Pencapaian

Swasembada Daging Sapi dan Ketersediaan Pangan Asal Hewani yang Aman,

Sehat, Utuh dan Halal dengan hasil yang maksimal.

Tabel 93.Rencana Kinerja Tahunan Balai Besar Veteriner Denpasar, TA 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target(1) (2) (3)

1. Pengujian dan PenyidikanVeteriner

Terlaksananya pengujian dan penyidikanveteriner

15.000 sampel

2. Surveilans dan Monitoring Terlaksananya surveilans dan monitoringpenyakit hewan

42.102 sampel

a. Surveilans dan monitoringRabies

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Rabies

-

- Deteksi antibodi Rabies - 1.000 sampel

- Deteksi antigen Rabies - 1.120 sampel

b. Surveilans dan monitoringAvian Influenza

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Avian Influenza

2.750 sampel

c. Surveilans dan monitoringHog Cholera

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Hog Cholera

1.364sampel

d. Surveilans dan monitoringpenyakit Jembrana

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Jembrana

7.005 sampel

e. Surveilans dan monitoringpenyakit PMK

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit PMK

500 sampel

f. Surveilans dan monitoringPenyakit IBR

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit IBR

500 sampel

Page 188: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

167

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target(1) (2) (3)

g. Evaluasi PembebasanBrucellosis di P. Sumba

Terealisasinya evaluasi Brucellosis diPulauSumba

6.600 sampel

h. Surveilans dan monitoringPenyakit Brucellosis di daerahbebas NTB

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Brucellosis di daerah bebasNTB

6.900 sampel

i. Surveilans dan monitoringAnthrax

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Anthrax

2.400 sampel

j. Surveilans dan monitoringpenyakit SE

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit SE

6.000 sampel

k. Surveilans dan monitoringpenyakit Surra

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit Surra

1.541 sampel

l. Surveilans dan monitoringpenyakit parasitgastrointestinal

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit parasit gastrointestinal

1.222 sampel

m. Surveilans dan monitoringBSE

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit BSE

500 sampel

n. Surveilans dan monitoringpenyakit gangguan reproduksi

Terealisasinya surveilans dan monitoringpenyakit gangguan reproduksi

500 sampel

3. Peningkatan PelayananTeknis Pengujian ProdukPeternakan

Terlaksananya pelayanan teknispengujian produk peternakan

2.200 sampel

4. Layanan Perkantoran Terlaksananya kegiatan layananperkantoran

12 bulan

Tabel 94.Rincian Anggaran Pagu Indikatif Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun

Anggaran 2014 (dalam ribuan rupiah)

Belanja BarangGaji

Operasional Non Operasional PNBPModal Jumlah

4.420.840 2.302.260 5.957.120 135.000 5.590.680 18.405.900

II.3.1.2. Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembagadan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.

Pasal 10 PP No. 90 tahun 2010 tentang penyusunan RKAK-L dinyatakan bahwa

RKAK-L sebagai bahan penyusunan RUU tentang APBN setelah terlebih dahulu

Page 189: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

168

ditelaah dalam forum penelahaan antara Kementerian/Lembaga (K/L) dengan

Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional. Proses penelahaan RKAK-L merupakan proses dialog/klarifikasi/diteliti

bagaimana dokumen RKAK-L beserta dokumen pendukungnya ditelaah

kesesuaiannya. Balai Besar Veteriner Denpasar beserta Unit Pelaksana Teknis

(UPT) lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian

melaksanakan finalisasi RKAK-L pada tanggal 20-22 September 2013 di Bogor,

Jawa Barat. Finalisasi sekaligus penelahaan RKAK-L dilaksanakan dengan

Subag Anggaran, Bagian Perencanaan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan, Kementerian Pertanian. Selanjutnya Subag Anggaran, Bagian

Perencanaan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian

melanjutkan penelahaan dengan Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian

Keuangan. Pagu definitif anggaran Balai Besar Veteriner Denpasar tahun

anggaran 2014 setelah finalisasi/penelahaan disajikan pada Tabel 95.

Tabel 95.Pagu Anggaran Program/Kegiatan/Output Kegiatan

Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun Anggaran 2014

Kode Program/Kegiatan/Output Volume/Satuan

Jumlah(Rp)

1 2 3 4

018.06.09Program Pencapaian Swasembada DagingSapi dan Ketersediaan Pangan AsalHewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal

18.583.900.000

1784Pengendalian dan PenanggulanganPenyakit Hewan Menular Strategis danPenyakit Zoonosis

9.649.930.000

1784.024 Penguatan Kelembagaan dan SumberdayaKesehatan Hewan 3 laporan 336.400.000

1784.032 Penguatan, Pengujian dan PenyidikanVeteriner 7 laporan 524.486.000

1784.035 Koordinasi Teknis 5 laporan 866.430.0001784.036 Fasilitasi PNBP 1 laporan 135.000.0001784.037 Pengadaan Sarana dan Prasarana 36 unit 1.752.500.0001784.041 Administrasi Kegiatan dan Ketata Usahaan 2 laporan 182.100.000

1784.047 Penyidikan dan Pengujian PenyakitBrucellosis 12.300 sampel 649.856.000

1784.048 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Anthrax 2.400 sampel 177.220.000

Page 190: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

169

Kode Program/Kegiatan/Output Volume/Satuan

Jumlah(Rp)

1 2 3 4

1784.049 Penyidikan dan Pengujian Penyakit HogCholera 1.364 sampel 210.220.000

1784.050 Penyidikan dan Pengujian Penyakit EksotikPerbatasan Negara dan Antar Wilayah 500 sampel 167.620.000

1784.053 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Rabies 2.120 sampel 304.020.000

1784.054 Penyidikan dan Pengujian Penyakit AvianInfluenza 5.750 sampel 325.270.000

1784.055 Surveilans Investigasi Wabah PenyakitHewan Menular 150 sampel 203.200.000

1784.056 Penyidikan dan Pengujian GangguanReproduksi 500 sampel 110.520.000

1784.057 Penyidikan dan Pengujian PenyakitParasiter 2.763 sampel 157.376.000

1784.058 Penyidikan dan Pengujian Penyakit Viral 7.505 sampel 415.312.000

1784.059 Penyidikan dan Pengujian PenyakitBakterial 6.000 sampel 221.220.000

1784.061 Surveilans Penyakit Hewan di UPTPerbibitan - 313.000.000

1784.995 Kendaraan Bermotor 1 unit 334.670.0001784.996 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 12 unit 156.500.0001784.997 Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 31 unit 100.242.0001784.998 Gedung/Bangunan 324 M2 2.006.768.000

1786Penjaminan Pangan Asal Hewan yangAman dan Halal serta PemenuhanPersyaratan Produk Hewan Non Pangan

1.603.780.000

1786.013 Peningkatan Pelayanan Teknis PengujianMutu Produk Peternakan 2.200 sampel 367.780.000

1786.015 Fasilitasi Peralatan Laboratorium Kesmavet 1 Paket 1.240.000.000

1787 Dukungan Manajemen dan DukunganTeknis Lainnya Ditjen Peternakan 7.330.190.000

1787.007Perumusan Kebijakan PerencanaanPembangunan Peternakan dan KesehatanHewan

2 laporan 72.000.000

1787.008Evaluasi Pelaksanaan KebijakanPembangunan Peternakan dan KesehatanHewan

2 laporan 132.350.000

1787.009 Pengelolaan dan Pelaporan Keuanganserta Penatausahaan Barang Milik Negara 2 laporan 89.740.000

1787.994 Layanan Perkantoran 12 bulan 7.036.100.000

Rekapitulasi pagu definitif anggaran Balai Besar Veteriner Denpasar Tahun

Anggaran 2013 disajikan pada Tabel 96.

Tabel 96.Rincian Rekapitulasi Pagu Definitif Anggaran Balai Besar Veteriner

Denpasar Tahun Anggaran 2014 (dalam ribuan rupiah)Belanja Barang

Kode BelanjaPegawai Operasional Non Operasional

Modal Jumlah

Rupiah Murni 4.420.840 2.615.260 5.822.120 5.590.680 18.448.900

PNBP - - 135.000 - 135.000

Jumlah 4.420.840 2.615.260 5.957.120 5.590.680 18.583.900

Page 191: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

170

Format Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun anggaran 2014 tidak

mengalami perubahan. Dari segi wujudnya DIPA tahun 2014 seperti halnya

DIPA tahun 2013 terdiri atas DIPA Induk dan DIPA Petikan. DIPA Induk

merupakan akumulasi/rangkuman dari DIPA milik satuan kerja (satker) yang

disusun oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk satu unit eselon I. DIPA Induk

ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal/Sestama/Sekretaris/Pejabat eselon I

sebagai penanggungjawab program dan memiliki alokasi anggaran. Dalam DIPA

Induk ini Dirjen Anggaran membubuhkan tanda tangan sebagai tanda

pengesahan atas dokumen DIPA. Pada DIPA Petikan yang diperuntukan bagi

satker tidak diperlukan tanda tangan basah. Namun keabsahan DIPA Petikan

tetap dapat terjamin karena melalui otomatisasi sistem. Pada setiap DIPA

Petikan akan diberikan digital stamp.

II.3.1.3. Estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun Anggaran 2014.

Pada dasarnya, penerimaan negara terbagi atas 2 jenis penerimaan, yaitu

penerimaan dari pajak dan penerimaan bukan pajak yang disebut penerimaan

negara bukan pajak (PNBP). Menurut UU no. 20 tahun 1997 tentang

Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP adalah seluruh penerimaan

Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Dalam

menyusun estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun Anggaran

2014 Balai Besar Veteriner Denpasar menargetkan penerimaan sebesar Rp.

350.000.000 yang terdiri dari penerimaam umum sebesar Rp. 10.000.000,- dan

fungsional sebesar Rp. 340.000.000,-.Target pendapatan satuan kerja Balai

Besar Veteriner Denpasar tahun anggaran 2014 disajikan pada Tabel 97.

Tabel 97.Target Pendapatan PNBP BB-Vet Denpasar tahun 2014.

Kode Kegiatan/Sumber Pendapatan/Akun Pendapatan Jumlah 2013(Rp.)

018.06.09Program Pencapaian Swasembada Daging Sapi danKetersediaan Pangan Asal Hewani yang Aman, Sehat, Utuh danHalal

1784 Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan MenularStrategis dan Penyakit Zoonosis1. Umum

423141 Pendapatan sewa / sewa rumah dinas 8.000.000423142 Pendapatan sewa gedung bangunan dan gudang 2.000.000

2. Fungsional423216 Pendapatan jasa pekerjaan / fungsional 340.000.000

Jumlah = 350.000.000

Page 192: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

171

II.3.1.4. Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran dan PetunjukOperasional Kegiatan Tahun 2013.

Revisi Anggaran adalah perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran

dalam Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) dan/atau Daftar Isian

Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Revisi DIPA Tahun Anggaran 2013 pada Balai

Besar Veteriner Denpasar bertujuan untuk penyempurnaan, efisiensi dan

efektivitas pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada balai. Revisi DIPA

2013 terdiri dari:

1. Revisi DIPA yang memerlukan persetujuan/pengesahan dari Kepala Kantor

Wilayah XX Direktorat Jenderal Perbendaharaan Bali.

a. Perubahan pejabat Bendahara Pengeluaran pada Balai Besar Veteriner

Denpasar dari Ni Putu Selateri ke I Nyoman Sujana.

b. Revisi pemberian tanda bintang (diblokir) pada akun 1784.035, 1784.041

dan 1786.015 terkait penghematan anggaran/keuangan Negara.

c. Revisi pengapusan akun yang telah diberitanda bintang pada revisi

sebelumnya, sekaligus pemotongan anggaran untuk penghematan

anggaran/keuangan Negara.

2. Revisi POK yang merupakan kewenangan dari Kuasa Pengguna Anggaran

Balai Besar Veteriner Denpasar.

a. Revisi POK pada DIPA Tahun Anggaran 2013 pada Program Pencapaian

Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani

yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal pada beberapa Akun dalam

kegiatan/output/suboutput/komponen/subkomponen rincian belanja yang

merupakan kewenangan KPA/Satker untuk pergeseran komponen input

guna kebutuhan biaya operasional.

b. Revisi dengan pergeseran pada beberapa Sub Komponen/Akun dalam

Keluaran (Output) Pembayaran Gaji dan Tunjangan untuk menutupi

kekurangan biaya pada akun belanja tunjangan pembulatan gaji,

tunjangan anak dan tunjangan fungsional dengan petikan DIPA tidak

berubah.

c. Revisi dengan pergeseran pada beberapa Sub Komponen/Akun dalam

Keluaran (Output) Penguatan Kelembagaan dan Sumber Daya,

Koordinasi Teknis, Administrasi Kegiatan dan Ketatausahaan, Penyidikan

Page 193: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

172

dan Pengujian Penyakit Hog Cholera, Penyidikan dan Pengujian Penyakit

Rabies, Penyidikan dan Pengujian Penyakit Avian Influenza, Penyidikan

dan Pengujian Penyakit Gangguan Reproduksi, dan Layanan

Perkantoran, untuk menutupi kekurangan biaya pada Sub

Komponen/Akun belanja dengan petikan DIPA tidak berubah.

II.3.1.5. Kegiatan Lainnya1. Kegiatan kerja sama pengamatan dan pengidentifikasian diagnosa kegiatan

penyidikan, pengujian veteriner dan produk hewan serta pengembangan

teknik dan metode penyidikan dan penguian veteriner telah disusun dan

ditindaklanjuti dengan melakukan kerjasama antara Balai Besar Veteriner

Denpasar dengan berbagai pihak antara lain :

No. Jenis Kerjasama Instansi No. Surat Kerjasama(MoU)

Tanggal

1 Pengambilan danpemeriksaan/pengujiansampel sapi dan kerbauuntuk PemberantasanBrucellosis di Sumba

DinasPeternakanse PulauSumba

19011/KU.3.2/F.11/02/2013

19 Pebruari2013

2 Magang, koass danpenelitian mahasiwa

FKH Univ.Udayana

871/HK.340/F5.F/03/2012

1 Maret 2012

3 Kerjasama pengujianpenyakit BVD pada sapi

Kepala SKPKelas IIEnde

05046/HK.7/F.11/07/2013

5 Juli 2013

4 Kerjasama pengujiansampel swab kloaka ayamterhadap AI

Kepala SKPKelas IMataram

180/8/HK.7/F.11/07/2013

18 Juli 2013

2. Menghadiri beberapa kegiatan yang terkait dengan perencanaan program,

rencana kerja dan anggaran antara lain :

a. Penyusunan Rencana Kerja Tahunan (RKT) pada tanggal 6-8 Juni 2013

di Malang, Jawa Timur;

b. Sosialisasi Draft RKAKL pada tanggal 27-28 Juni 2013 di Kuta, Badung,

Bali;

c. Apresiasi Perencanaan pada tanggal 23-25 Oktober 2013 di Yogyakarta;

d. Pertemuan Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Penganggaran

Berbasis Kinerja di UPT Kementerian Pertanian TA 2014 pada tanggal 6-

8 Nopember 2013 di Yugyakarta.

Hasil kegiatan tersebut telah disampaikan dalam laporan perjalanan dinas

tersendiri.

Page 194: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

173

II.3.2. Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Seksi Evaluasi dan Pelaporan pada Bagian Program dalam tahun 2013 adalah

melaksanakan kegiatan evaluasi dan menyusun laporan sebagai berikut :

II.3.2.1. Realisasi Fisik dan Keuangan.

Menyusun laporan realisasi fisik dan keuangan pelaksanaan kegiatan BB-Vet

setiap bulan yang harus dikirim setiap awal bulan paling lambat tanggal 10 bulan

berikutnya. Laporan ini dikirim ke Dinas Peternakan Provinsi Bali dan akan

dikompilasi lagi menjadi laporan sektor peternakan Provinsi Bali yang

disampaikan ke Gubernur Bali. Laporan BB-Vet Denpasar dikirim setiap bulan

dengan tepat waktu yaitu dapat dikirim dibawah tanggal 10, realisasinya dapat

dilihat dalam tabel 98.

Tabel 98.Pengiriman Laporan Realisasi Fisik dan Keuangan

BB-Vet Denpasar Tahun 2013

Nomor Laporan Bulan Tanggal Pengiriman Keterangan

1. Januari 2013 5 Pebruari 2013 Tepat Waktu

2. Pebruari 2032 4 Maret 2013 Tepat Waktu

3. Maret 2013 10 April 2013 Tepat Waktu

4. April 2013 2 Mei 2013 Tepat Waktu

5. Mei 2013 3 Juni 2013 Tepat Waktu

6. Juni 2013 3 Juli 2013 Tepat Waktu

7. Juli 2013 2 Agustus 2013 Tepat Waktu

8. Agustus 2013 10 September 2013 Tepat Waktu

9. September 2013 2 Oktober 2013 Tepat Waktu

10. Oktober 2013 7 Nopember 2013 Tepat Waktu

11. Nopember 2013 5 Desember 2013 Tepat Waktu

12. Desember 2013 9 Januari 2014 Tepat Waktu

Dari tabel tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pelaporan realisasi fisik dan

keuangan BB-Vet Denpasar tahun 2013 telah berjalan dengan baik.

Page 195: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

174

II.3.2.2 Sistem Monitoring dan Evaluasi (SIMONEV)

Laporan SIMONEV BB-Vet Denpasar disusun sesuai dengan program aplikasi

yang telah disediakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan. SIMONEV ini dibuat sesuai dengan kemajuan pelaksanaan

program/kegiatan Balai Besar yang diambil dan dinput dari SP2D Keuangan.

Pengiriman laporan ini diwajibkan setiap bulan paling lambat setiap tanggal 10

bulan berikutnya ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

melalui E: mail . Dari tabel dibawah ini pengiriman laporan SIMONEV BB-Vet

Denpasar tahun 2013 telah berjalan dengan baik yaitu dikirim setiap bulan

dibawah tanggal 10. Daftar pengiriman laporan SIMONEV dapat dilihat dalam

tabel 99.

Tabel 99.Daftar Pengiriman Laporan SIMONEV BB-Vet Denpasar Tahun 2013

Nomor Laporan Bulan Tanggal Pengiriman Keterangan

1. Januari 2013 5 Pebruari 2013 Tepat Waktu

2. Pebruari 2032 4 Maret 2013 Tepat Waktu

3. Maret 2013 10 April 2013 Tepat Waktu

4. April 2013 2 Mei 2013 Tepat Waktu

5. Mei 2013 3 Juni 2013 Tepat Waktu

6. Juni 2013 3 Juli 2013 Tepat Waktu

7. Juli 2013 2 Agustus 2013 Tepat Waktu

8. Agustus 2013 10 September 2013 Tepat Waktu

9. September 2013 2 Oktober 2013 Tepat Waktu

10. Oktober 2013 7 Nopember 2013 Tepat Waktu

11. Nopember 2013 5 Desember 2013 Tepat Waktu

12. Desember 2013 9 Januari 2014 Tepat Waktu

Page 196: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

175

II.3.2.3 Monitoring dan Evaluasi (MONEV) Program/Kegiatan PembangunanPeternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2013

Instrumen Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Peternakan dan

KesehatanHewan tahun 2013 telah diiisi dan divalidasi serta diterima tepat

waktu oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang

dikerjasamakan dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat UGM Yogyakarta.

Dan untuk Balai Besar Veteriner Denpasar Monitoring dan Evaluasi Tahun 2013

dilakukan oleh Fakultas Kedoteran Hewan Universitas Udayana sesuai dengan

Surat Perjanjian Kerjasama Swakelola antara Balai Besar Veteriner Denpasar

nomor: 22022/HK.7.0/F11/08/2013 dengan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana Nomor: 729a/UN.14.9/PP.04/2013 tanggal 22 Agustus

2013. Hasil MONEV dimaksud telah dibuat dalam bentuk laporan dan telah

dikirim susuai Surat Pengantar nomor: ………/RC.4.1/F.11/01/2014, tanggal …

Januari 201, pada tanggal 3 Januari 2014. Laporan Monitoring dan Evaluasi

Pembangunan Peternakan dan Kesehata Hewan Balai Besar Veteriner

Denpasar tahun 2013, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari

laporan tahunan ini.

II.3.2.4 Penyusunan Laporan Tahunan, Laporan Teknis dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)

Penyusunan laporan tahunan Balai adalah merupakan laporan akhir tahun

kegiatan yang melaporkan seluruh kegiatan yang dilaksanakan Balai Besar

Veteriner Denpasar baik dari segi administrasi, Pengujian, Monitoring dan

surveilans, Sumberdaya manusia, dan keuangan serta hasil pengujian.

Penyusunan laporan teknis merupakan laporan yang disusun dan kompilasi dari

seluruh hasil pengujian yang dilaksanakan berdasarkan dari monitoring,

surveilans dan investigasi yang dilakukan.

Page 197: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

176

Penyusunan LAKIP tahun 2013, adalah merupakan laporan akhir dari

pertanggungjawaban kinerja yang telah dilaksanakan dalam tahun 2013 dengan

menggambarkan faktor penunjang dan faktor penghambat serta capaian input

dan output serta permasalahan yang ditemui.

Seluruh laporan ini tentunya belum sempurna namun masih perlu

penyempurnaan pada beberapa bagian masukan dan petunjuk selanjutnya

sangat kami harapkan untuk perbaikan kami kedepan. Laporan ini jika telah

selesai dibuat akan dikirim ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan

Hewan serta instansi terkait, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Laporan Tahunan, Laporan Teknis dan Laporan LAKIP dibuat tersendiri dan

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan tahunan ini.

Page 198: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

177

BAB IIIPERMASALAHAN PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SASARAN,

PROGRAM / KEGIATAN DAN ANGGARAN TAHUN 2012

Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan dan pencapaian sasaran yang

telah ditentukan adalah :

1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk melakukan surveilans untuk bisa

mencakup seluruh kabupaten kota yang ada di wilayah kerja BB-Vet

Denpasar. Wilayah kerja BB-Vet Denpasar meliputi 3 provinsi yaitu Provinsi

Bali,NTB, dan NTT. Provinsi NTB dan NTT mempunyai wilayah Kabupaten

yang sangat luas sehingga untuk menjangkau seluruh kabupaten diperlukan

biaya yang sangat besar tertutama untuk biaya surveilans, monitoring dan

investigasi.

2. Pengadaan beberapa bahan kimia yang spesifik untuk pengujian

dilaboratorium memerlukan waktu indent.

3. Komunikasi dengan pihak yang terkait diwilayah kerja, terutama dengan

Provinsi NTB dan NTT yang mempunyai wilayah sangat luas dan jarak

antara kabupaten yang satu dengan yang lainnya sangat berjauhan serta

sarana komunikasi dan transportasi sangat terbatas sehingga menyulitkan

dalam melaksanakan koordinasi.

4. Kesulitan untuk mendapatkan sampel rabies berupa serum anjing dan otak

anjing. Untuk pelaksanaan surveilans rabies di Bali kesulitan untuk

mendapatkan serum anjing dan otak anjing karena sebagian besar wilayah

Bali telah melakukan eliminasi terhadap anjing-anjing liar dan anjing yang

diduga terinfeksi virus rabies.

Page 199: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

178

BAB IVTINDAK LANJUT DAN UPAYA PEMECAHAN MASALAH

Tindak lanjut dan upaya pemecahan masalah yang dihadapi BB-Vet Denpasar

tahun 2013 adalah :

1. Terbatasnya dana yang dialokasikan untuk BB-Vet Denpasar Tahun 2013

ditindak lanjuti dengan mengadakan sampling dalam pemilihan lokasi

pengambilan sampel dan dilakukan dengan terpadu dan terintegrasi dengan

mempertimbangkan hasil kajian serta kaidah kaidah epidemologi terhadap

penyakit yang akan disurvei.

2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa berupa bahan kimia habis pakai agar

dilakukan diawal tahun, dengan pertimbangan agar pengadaan bahan yang

indent bias cepat terealisasi .

3. Kesulitan dalam komunikasi dengan Dinas yang menangani bidang

peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten / Kota di Provinsi NTB dan

NTT diatasi dengan melaksanakan rapat koordinasi setiap tahun diawal

tahun sebelum surveilans dilaksanakan. Disamping itu BB-Vet Denpasar

juga melaksanakan komunikasi informal dengan para petugas kesehatan

hewan di lapangan baik melalui hand phone maupun e-mail serta surat.

4. Kesulitan mendapatkan sampel rabies berupa serum anjing diatasi dengan

frekuensi ke lapangan di perbanyak, dan daerah yang diambil adalah

daerah yang masih banyak populasi anjingnya di kabupaten / Kota tersebut.

Page 200: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

179

BAB VPENUTUP

V.1. Kesimpulan

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Kegiatan Teknis BB-Vet Denpasar tahun 2013 telah berjalan dengan baik

sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Kegiatan Surveilans penyakit hewan di BB-Vet Denpasar telah berjalan

dengan baik dan telah disusun laporannya. Beberapa kegiatan surveilans

yang tidak disediakan dananya telah dilaksanakan secara terintegrasi

dengan surveilans penyakit lain.

3. Kegiatan administrasi dan manajemen pada BB-Vet Denpasar telah berjalan

dengan baik sesuai dengan rencana yang ditetapkan.

4. Capaian serapan anggaran Tahun 2013 mencapai 86.73%. Serapan tidak

mencapai 100% disebabkan karena terjadinya efesiensi penggunaan

anggaran karena adanya pengambilan sampel yang terpadu dan

terintegrasi, dan beberapa pengadaan barang/jasa yang nilai penawarannya

sangat kompetitif, yaitu rehab bangunan Gedung Serba Guna serta

terjadinya effisiensi dalam penggunaan listrik, telepon dan air. Disamping itu

juga, tidak ada penggantian hewan yang positif brucellosis dalam rangka

pemberantasan bruceloosis di pulau Sumba.

5. Masih lemahnya sumberdaya manusia BB-Vet Denpasar dibidang

administrasi dalam penguasan teknologi khususnya dalam mengaplikasikan

program aplikasi dan penguasaan Microsoft office.

Page 201: BALAI BESAR VETERINER DENPASAR TAHUN 2013bbvdps.ditjenpkh.pertanian.go.id/wp-content/uploads/2018/05/... · ii Sumbangan pemikiran / saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan

180

V.2. Saran-saran

1. Alih generasi di BB-Vet Denpasar Perlu dilaksanakan dengan penambahan

personalia baik untuk teknis maupun administrasi karena saat ini jumlah

personalia masih kurang dan banyak pegawai yang umurnya sudah

mendekati batas usia pensiun.

2. Lemahnya sumberdaya manusia BB-Vet dibidang administrasi dalam

penguasan teknologi khususnya dalam mengaplikasikan program aplikasi

dan penguasaan Microsoft office.

3. Perlunya diberikan diklat bagi medik veteriner dan paramedik veteriner ke

laboratorium referensi dan rujukan dalam penguasaan teknologi dan metoda

pengujian.

4. Dana untuk kegiatan surveilans penyakit perlu ditingkatkan agar dapat

menjangkau lebih banyak Kota / Kabupaten yang ada di wilayah kerja BB-

Vet Denpasar terutama di Provinsi NTB dan NTT.

5. Pencairan dana Anggaran Belanja Negara untuk surveilans, monitoring dan

lain-lain agar dijadwalkan dengan baik dan diharapkan bulan nopember

kegiatan surveilans dan monitoring sudah bisa selesai dan terealisasikan.

Revisi dan perubahan kegiatan sedapat mungkin dipercepat paling lambat

bulan April agar pelaksanaan kegiatan yang sifatnya kontraktual mempunyai

ruang waktu yang lebih memadai.