tabloid teknokra edisi 133

12
Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh Tetap Berpikir Merdeka! Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas No 133 Tahun XIV Trimingguan Edisi Maret 2014 www.teknokra.com FB: Teknokra Unila @TeknokraUnila Halaman 4 Di atas lahan ini, Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unila rencananya akan didirikan. Namun, kondisi lahan ini tampaknya lebih mirip kebun pisang. Halaman 11 Rokok masih menjadi dilema di Indonesia. Ke- hadirannya dianggap menjadi penyelamat de- visa negara. Namun, lebih banyak menimbul- kan dampak negatif. Halaman 12 Tak pernah terbesit dalam benak Ajeng men- jadi seorang terapis anak Autis. Minat dan ke- sukaannya pada anak-anak autis membuatnya setia pada rutinitas mengajar.

Upload: teknokra-unila

Post on 04-Apr-2016

257 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tabloid Teknokra Edisi 133 dengan Judul Sampul "Awas Kampanye Terselubung!" Merupakan Tabloid yang diterbitkan Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung.

TRANSCRIPT

Page 1: Tabloid Teknokra Edisi 133

Ilmiah Bisa, Populer Juga Boleh

Tetap Berpikir Merdeka!Tabloid Mahasiswa Universitas Lampung

Teknologi, Inovasi, Kreativitas dan Aktivitas

No 1

33 T

ahun

XIV

Trim

ingg

uan

Edisi

Mar

et 2

014 w

ww.

tekn

okra

.com

FB: T

ekno

kra

Unila

@Te

knok

raUn

ila

Halaman 4Di atas lahan ini, Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unila rencananya akan didirikan. Namun, kondisi lahan ini tampaknya lebih mirip kebun pisang.

Halaman 11Rokok masih menjadi dilema di Indonesia. Ke-hadirannya dianggap menjadi penyelamat de-visa negara. Namun, lebih banyak menimbul-kan dampak negatif.

Halaman 12Tak pernah terbesit dalam benak Ajeng men-jadi seorang terapis anak Autis. Minat dan ke-sukaannya pada anak-anak autis membuatnya setia pada rutinitas mengajar.

Page 2: Tabloid Teknokra Edisi 133

2 No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014Comment Salam Kami

TABLOID TRI MINGGUAN diterbitkan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) TEKNOKRA Universitas Lampung ALAMAT Grha Kemahasiswaan Lt.1 Jl.Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145 Telp .(0721) 788717 EMAIL [email protected], [email protected] WEBSITE www.teknokra.com

Pelindung: Prof.Dr.Ir.H.Sugeng P.Harianto,M.S Penasihat: Prof.Dr.Sunarto,SH,MH Dewan Pembina: Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo,M.Sc. Anggota Dewan Pembina: Prof. Dr. , Asep unik SE.ME., Drs.M.Toha B Sampurna Jaya.MS., Ir.Anshori Djausal,MT., M.A., Dr.Yuswanto.SH.,MH., Dr.Eddi Rifai SH.MH., Maulana Mukhlis, S.Sos., MIP., Asrian Hendi Caya,SE.,ME., Dr. Yoke Moelgini M.Sc, Irsan Dalimunte,SE.M.Si,MA., Dr.Dedy Hermawan S.Sos,M.Si., Dr. Nanang Trenggono M.Si., Dr.H.Sulton Djasmi, M.Si., Syafarrudin, S. Sos. MA., Toni Wijaya S.Sos.MA, Rudiyansyah, Rikawati, S,Sos., Rukuan Sujuda, S.Pd.

Pemimpin Umum: Muhamad Burhan Pemimpin Redaksi: Vina Oktavia Pemimpin Usaha: Yurike Pratiwi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan: Novalinda Silviana Kepala Kesekretarian: Fitri Wahyuningsih Redaktur Pelaksana: Aprohan Saputra, Fitri Wahyuningsih Redaktur Berita: Yovi Lusiana, Reporter : Khorik Istiana, Ayu Yuni Antika, Lia Vivi Farida Redaktur Foto: Kurnia Mahardika Fotografer: Fitria Wulandari Redaktur Artistik: Imam Gunawan Staf Artistik: Retno Wulandari Kameramen: Kurnia Mahardika Webmaster: Faris Yursanto Manajer Keuangan: Faris Yursanto Manajer Usaha : Hayatun Nisa Staf Keuangan: Ayu Yuni Antika Staf Periklanan: Sindy Nurul Mugniati Staf Pemasaran: Fah-mi Bastiar Staf Kesekretariatan: Fitria W, Staf Pusat Penelitian dan Pengembangan: Hayatun Nisa Magang: Cherli Medika, Ramon M S, Suci Tri Kumalasari, Harianto Agusman, Anzanis M, Fajar Nurrohmah, Indra Bangsawan, Mita Wijayanti, Prayoga DP, Rika A,Siti Sufia, Sri Lestari, Wawan Taryanto, Wulan Sumiar, Yasrifa F A, Yola Savitri, Yola Septika.

Berbagai tawaran dan kebaikan yang mampir menjelang Pemilu patut di-waspadai. Musim Pemilu yang sedang melanda Indonesia sering menampilkan wajah-wajah baru. Wajah yang sebelumnya bahkan tak pernah kelihatan. Ma-sing-masing punya strategi dan cara sendiri. Kalau sudah begitu, masyarakat di-tempatkan seolah sebagai raja. Ramai-ramai acara digelar demi menyenangkan masyarakat. Berbagai kegiatan ‘bagi-bagi’ juga bertaburan sepanjang musim ini.

Universitas Lampung yang dihuni lebih dari 25 ribu mahasiswa juga nampak-nya menjadi lahan basah. Seluruh warga kampus umumnya sudah memasuki usia diatas 17 tahun. Ini artinya pegawai, staf, hingga mahasiswa sudah memi-liki hak suara. Perlahan tapi pasti, Unila turut merasakan musim politik tahun ini, terjebak dalam atmosfer mobilisasi politik.

Unila pernah dengan bangga menyambut kedatangan tamu dari seberang se-lat sunda. Alih-alih memberikan seminar mengenai sosialisasi empat pilar ke-bangsaan dan menghindari golput demi membangun negara, sang tokoh justru lebih banyak memperkenalkan diri. Padahal, sosialisasi empat pilar lazimnya sudah diberikan oleh MPR RI. Tak cukup hanya perkenalan, ia juga membawa rombongan partai untuk hadir dalam acara itu. Tokoh yang digandeng pun bukan tokoh sembarangan, melainkan salah satu calon legislatif dari Provinsi Lampung. Bahkan, salah satu calon gubernur juga diajak dan diberikan kesem-patan sambutan. Lucu kan?

Tak hanya itu, acara ini juga sengaja mendatangkan masa sekitar 5000 maha-siswa. Kehadiran mereka disinyalir terkait permintaan rektor. Disela-sela acara seminar, aroma kampanye terselubung tokoh pengisi seminar dan partainya masih terasa. Lambang partai yang dibawa sang tokoh sempat tampil di layar dan membuat mata peserta terbelalak. Kegiatan ini bagai sampul yang menge-mas satu tujuan terselubung. Namun, mahasiswa dari Badan Eksekutif Maha-siswa (BEM) Unila menangkap maksud itu. Mereka menggelar aksi protes saat acara berlangsung.

Kedatangan 1000 kotak nasi bergambar calon gubernur yang hadir saat acara itu menambah riuh suasana. Tak ada ucapan selamat menikmati, yang ada han-ya nama dan pengenalan tokoh sebagai calon pemimpin Lampung. Tak keting-galan, kotak nasi itu juga menulis slogan pasangan. Meski tak sempat dibagikan saat acara seminar, namun nasi kotak ini tetap beredar di kalangan mahasiswa selepas acara.

Anehnya, Unila sebagai tuan rumah merasa tak mengetahui perihal kegan-jilan dalam acara itu. Sebagian mahasiswa bidik misi yang dilibatkan sebagai panitia mengaku tak tahu menahu soal nasi kotak. Pimpinan kampus tak satu pendapat, ada yang merasa dikelabui dan ada berpendapat enggeh-enggeh wae.

Peraturan Dikti nomor 26/DIKTI/KEP/2002 harusnya dapat menjadi rambu-rambu bagi Unila. Sebagai tuan rumah, sudah sepantasnya Unila lebih cermat dalam memilah tamu. Sudah tahu musim politik, mengapa membiarkan satu tokoh dari partai tertentu memberikan seminar? Pimpinan harusnya bertanya mengapa tawaran ini hanya hadir saat musim kampanye? Tamu memang Raja, tapi Unila harusnya tegas saat raja itu mulai nakal.

Mahasiswa juga dituntut kritis menyikapi musim politik ini. Memang selalu ada dua pilihan menyikapi sesuatu. Namun, sebagai kaum intelek harusnya ma-hasiswa dapat melakukan penolakan saat berbagai indikasi kepentingan poli-tik mulai masuk ke dalam kampus. Apalagi jika kepentingan itu berbalut acara seminar pendidikan.

Mobilisasi partai memang berkembang pesat di negeri ini. Manufer yang dilakukan oleh pihak yang berkepentingan bisa saja lebih cerdik untuk dapat merambah dunia mahasiswa. Saat itulah, peran mahasiswa diuji coba=

Waspada

Foto

Nova

linda

S

Cover

Ide : Aprohan SaputraDesain : Retno Wulandari

Episode Kedua

Libur akhir semester biasanya menjadi ajang berkumpul den-gan keluarga, kerabat, atau kawan

lama. Tak kurang satu bulan mahasiswa Unila menghabiskan waktu di luar kam-pus Unila dan bebas dari tugas kuliah. Kesibukkan yang berbeda mengisi hari libur ini terkadang dapat melupakan aktivitas belajar yang biasa dilakukan di kampus.

Bagi kami, liburan ini tak sepenuhnya menjadi ajang melepas penat. Aktivi-tas mencari berita seputar Unila tetap berjalan seperti biasa. Sebagai lemba-ga pers mahasiswa, kami masih harus menyiapkan tabloid Teknokra. Tabloid yang sekaligus menjadi episode kedua di tahun ini.

Mahasiswa yang juga kaum intelek digadang sebagai penerus estafet kepe-mimpinan Indonesia. Mahasiswa yang disebut-sebut sebagai agen perubahan (agent of change) dituntut untuk me-miliki kelebihan, serba bisa, dan digo-sipkan memiliki idealisme yang tinggi. Kata ‘digosipkan’ dipilih karena nyata-nya saat ini idealisme mahasiswa ham-pir hanya menjadi gosip. Tanpa libur panjang pun, idealisme di dalam kam-pus agak tertidur.

Tak jarang kami mendapatkan peno-lakan dari narasumber. Namun, semua itu kami terima sebagai hasil kerja keras mempertahankan idealisme. Tapi kami tak ingin merasa jera menerima penolakan, tak ingin membiarkan ideal-isme tidur dalam diri kami.

Sebagai pers mahasiswa yang ma-sih yang melaksanakan fungsi sebagai

media kontrol sosial, sudah selayaknya kami memberitakan fakta yang me-mang harus difaktakan, bukan disem-bunyikan. Hal ini semata-mata untuk mengajak pembaca tetap berpikir kritis menghadapi krisis idelisme dunia kam-pus.

Tetapi kembali lagi pada kondisi ide-alisme mahasiswa sendiri. Tak jarang idealisme ini tertidur bahkan didalam keramaian kampus yang kontroversial. Teknokra tak ingin idealisme ini terlalu lelap dalam benak mahasiswa. Selama libur semester ini kru Teknokra pun tetap beraktivitas, mencoba berperan secara maksimal, menyajikan berita yang aktual dan menjadi sumber berita yang terpercaya.

Dalam edisi ini, Teknokra mengang-kat isu politisasi kampus yang sempat tercium diawal libur semester lalu. Dikumpulkannya mahasiswa Kuliah Kerja Nyata, Bidikmisi, dan mahasiswa 2013 dalam bungkusan kegiatan yang apik menyamarkan aroma politik yang secara tak langsung masuk ke dalam lingkungan kampus. Macam-macam pendapat yang muncul dari kalangan akademika. Pembaca dapat menyimak berita lengkapnya dalam laporan uta-ma. Berita lainnya seputar kampus juga kami sajikan sebagai bacaan di awal perkuliahan ini. Semoga episode kedua ini lebih baik dari episode sebelumnya. Dan tentu, episode kedua ini belum menjadi akhir.

Inilah persembahan kedua kami. Se-lamat membaca.

Tetap Berpikir Merdeka! =

Page 3: Tabloid Teknokra Edisi 133

3No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014 Kampus Ikam

Gedung Baru. Gedung Pasca Sarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unila (FKIP) Universitas Lampung mulai ditempati. Namun, ruang kelasnya ini belum digunakan karena pembangunannya belum usai. Foto dibidik Selasa (4/3).

Foto Fitria Wulandari

Oleh Lia Vivi Farida

FKIP-Tek: Menyambangi kam-pus Unila pada Kamis (27/2) yang berada di Jalan Panglima Polim, Ratulangi memperlihat-kan suasana berbeda. Kampus lokal bagi mahasiswa Pendi-dikan Seni Tari dan PAUD ini memang terpisah dari kam-pus pusat. Memasuki gerbang uta ma, bangunan-bangunan tua kampus tak lebih ba-gus dibandingkan SMPN 10 Bandarlampung yang ada dise-belahnya. Cat dinding terlihat sudah kusam. Beberapa bagian tembok juga tampak menge-lupas. Dari de retan bangunan, hanya satu ba ngunan yang ke-lihatan baru.

Tidak hanya soal bangunan, proses belajar juga kurang mak simal karena belum terse-dia jaringan internet yang da-

pat diakses oleh mahasiswa. Luphita Tiontinov (Pendidikan Seni Tari ’13) mengaku selalu menyempatkan diri ke warnet atau menggunakan modem pri badi jika ingin mengerjakan tugas atau mencari data un-tuk bahan kuliah. “Bagaimana kuliah bisa lancar ya, mbak? Internetan aja nggak bisa. Pa-dahal kita ini udah UKT-nya tinggi. Ia berharap agar kam-pusnya segera mendapat jar-ingan internet untuk memper-mudah proses belajar.

Eva Aoktrina yang bekerja sebagai Staff kampus A mem-benarkan tak adanya jaringan internet. Menurutnya, hal ini sangat mengganggu proses be-lajar mengajar. Selain itu, un-tuk membahas jurnal dengan mahasiswa juga harus meng-

gunakan modem pribadi. “Dibilang anak tiri juga bukan, dibilang anak kandung tapi ya begini,” ujarnya. Ia juga menambahkan, Laboratorium Se ni Tari belum mempunyai kunci ruangan. Padahal, di-dalamnya terdapat peralatan kesenian. Eva menambahkan, mushola yang menjadi tempat ibadah beralih fungsi menjadi Laboraturium PAUD.

Kepala Program Studi (Kaprodi) Seni, Fitri Dary-anti, S.Sn, M.Sn mengatakan pihaknya telah banyak men-gajukan usulan pemasangan jaringan internet . Namun, menurutnya pi hak rektorat belum menanggapi. Awal Februari lalu, baru dilakukan pemasa ngan hotspot di ruang Kaprodi. Namun, menurut Fitri

Dibilang Anak Kandung, Tapi ya Begini...belum dapat digunakan karena belum ada akses jaringan dari Pusat Komputer (Puskom).

Jaringan internet yang tak kunjung sampai ke mahasiswa pendidikan Seni Tari membuat mereka melakukan aksi. Fitri mengatakan pihak prodi telah melakukan protes dengan me-nyelenggarakan pementasan se ni akhir Desember lalu. Aksi teatrikal itu menyinggung tak adanya fasilitas interrnet sejak kampus lokal terbentuk. Acara tersebut sempat dihadiri oleh Dekan FKIP, Bujang Rahman.

Drs. Arwin Ahmad, M.si. selaku Pembantu Dekan (PD) II FKIP menjelaskan pihak Dekanat tak mengetahui perihal pema-sangan jaringan internet di Kampus Panglima Polim. Na-mun, pihak dekanat telah beru-

saha mencari solusi masalah tersebut dalam rapat dengan pi-hak rektorat. Menurutnya, uang untuk pengelolaan jaringan in ternet langsung masuk ke rektorat. “Biaya untuk pengak-sesan internet 100% langsung dengan pihak Puskom. Jadi tidak melalui pihak dekanat,” tegasnya.

Kepala Puskom Unila, M. Ko-marudin menjelaskan pihak Puskom telah memasang hot-spot dan jaringan internet yang dapat diakses di satu komputer. Ia mengatakan, kendala pema-sangan jaringan internet di-karenakan jarak yang lumayan jauh dari kampus pusat. Ia me-nambahakan, satu tahun tera-khir ini akan ada pemasangan jaringan internet di tiga titik, yaitu di Prodi Seni Tari, Prodi PAUD, dan halaman kampus. =

Unila-Tek: Mahasiswa yang berasal dari luar kota Ban-dar Lampung tak perlu repot pulang untuk menggunakan hak pilihnya. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung berinisiatif mem-bantu pemindahan Tempat Pemungutan Suara (TPS) bagi mahasiswa. BEM juga telah bekerja sama dengan KPU kota Bandarlampung. Dengan mendaftar di posko, maha-siswa dapat menggunakan hak pilihnya di TPS terdekat. Mahasiswa hanya perlu mem-bawa KTP dan mengisi formu-lir yang telah disediakan.

Julian (Manajemen ’10) me-ngatakan program ini bertu-juan untuk mengurangi tingkat Golput. Dengan adanya pemind-ahan TPS, BEM berharap maha-siswa yang berasal dari luar kota

tidak harus pulang ke kampung atau memilih golput karena tak punya cukup waktu untuk pulang.

Ia menambahkan, BEM-U hanya menjadi fasilitator untuk proses pendaftaran. Saat akan mencoblos, mahasiswa dapat men datangi TPS terdekat de-ngan membawa surat pengantar yang diberikan panitia. “Di dalam kampus tidak diperbolehkan ada TPS,” ujar Julian.

Mahasiswa yang juga Men-teri Kesejahteraan Masyarakat BEM-U ini berharap semua ma -hasiswa yang telah memiliki hak pilih dapat menggunakannya dengan bijak. Menurutnya, me-milih saat pemilu hanya mem-butuhkan waktu lima menit untuk menentukan nasib Indo-nesia lima tahun mendatang.

Selain membuka posko di Gedung Ghra Kemahasiswaan

Mencoblos Tak Perlu Pulang Kampunglaintai 1, BEM-U juga telah me-ngadakan berbagai sosialisasi. Berbagai cara seperti pemasan-gan banner dan publikasi me-lalui twitter, facebook dan BBM gencar dilakukan. Pendaftaran telah dibuka sejak 5 Maret lalu. Rencananya, panitia ma-sih membuka pelayanan sam-pai 19 Maret yang beroperasi mulai pukul 09.00-15.00 WIB. BEM U juga menyediakan call center di 0721-9077111 untuk informasi lebih lanjut. Menurut Julian, telah ada 26 mahasiswa yang mendaftar dihari pertama.

Salah seorang pendaftar, Eka Setiawati (Agroteknologi ’12) merasa terbantu dengan adanya program ini. “Pindah TPS ini bantu banget, daripada harus pulang ke rumah yang jauh ha-nya dengan libur satu hari aja,” katanya.=

Oleh Fajar Nurrohmah

Oleh Fajar Nurrohmah

FMIPA-Tek : Jurusan Matematika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) akan mengadakan Dinamika (Dies Natalis) XV dengan tema mathematic is the beginning of technological advancement. Acara ini terdiri dari enam rang-kaian kegiatan daerah dan nasional yang akan dilaksanakan pada 8-16 Maret mendatang.

Selain pembukaan, acara dilanjutkan dengan lomba me-warnai tingkat TK dan SD, lomba olimpiade tingkat SD, SMP, dan SMA, serta lomba cerdas cermat tingkat SMA se-Lam-pung. Selain lomba, panitia juga menggelar bazar.

Sebagai puncak acara, pada 16 Maret akan diadakan semi-nar nasional bertema “Untuk Indonesia Bebas Korupsi” di gedung Ernawan Khua Jukhai, Pahoman. Acara ini mengun-dang wakil ketua KPK Muhammad Busyro Muqqodas, Mus-tofa Usman dan Wapres 2 dari Indonesian Mathematical So-ciety, Prof. Zulkardi sebagai pembicara. Ahmad Antoni, ketua umum Himatika berharap kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih mendalam tentang matematika dan implementasinya dalam kehidupan.=

Jurusan Matemika FMIPA Rayakan Dies Natalis XV

Oleh Yola Savitri

Unila-Tek: Badan Eksekutif Mahasiswa Unila (BEM-U) dan Korp Suka Rela Unila (KSR Unila) mengadakan penggala-ngan dana untuk korban bencana erupsi Gunung Kelud, Jawa Timur. Penggalangan dana ini dilaksanakan selama 12 hari dan berakhir sejak (28/02).

Penggalangan yang dilakukan BEM-U ditempatkan pada be-berapa titik lampu merah, di antaranya lampu merah Unila, Pramuka, dan Teknokrat. Dari kegiatan ini terkumpul dana sebesar Rp. 4.150.000,-.

Sementara itu, bantuan yang dikumpulkan oleh KSR Unila dilakukan melalui posko bantuan yang bertempatkan di de-pan Graha Kemahasiswaan Unila. Posko ini dijaga oleh ang-gota KSR secara bergantian. Setelah dua minggu penggala-ngan dana, KSR Unila mendapatkan bantuan dana sebesar Rp 5.554.000,- dan pakaian.

Anggun Permatasari, anggota KSR Unila mengatakan KSR Unila menerima semua bentuk bantuan seperti dana, pa kaian dan lain-lain kecuali makanan basah. Bantuan yang terkum-pul langsung disalurkan oleh anggota KSR Unila kepada kor-ban bencana di sekitar Gunung Kelud. Anggun juga berharap agar mahasiswa dapat mempercayai mereka sebagai pe nyalur bantuan.=

Mahasiswa Unila Peduli Bencana

Page 4: Tabloid Teknokra Edisi 133

4 No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014Kampus Ikam

Oleh Kurnia Mahardika

Unila Bentuk Forum Tanggap Bencana

Penuh. Mushola pertanian tak mampu lagi menampung jamaah. Akibatnya, jamaah harus sholat dzuhur di teras mushola. Foto dibidik Rabu (5/3).

Foto Kurnia Mahardika

Oleh Yola Septika

Oleh Yola Septika

Unila-Tek: Universitas Lampung menjadi salah satu dari empat perguruan tinggi yang terpilih untuk membentuk fo-rum tanggap bencana. Forum tanggap bencana unit Unila ini dibentuk sebagai tindak lanjut dari seminar dan lokakarya yang bertema “ Mendorong Peran Strategis Mahasiswa dalam Sistem Penanggulangan Bencana di Indonesia” yang diadakan di Jakarta (16-17/04) tahun 2013. Dalam kegiatan tersebut, Unila mengirim Nuraini Indriyani (Bimbi ngan Konseling ’09) sebagai perwakilan.

Forum tanggap bencana ini diikuti oleh enam Unit Keg-iatan Mahasiwa Universitas (UKM-U) sebagai pe ngurus inti. Keenam UKM-U ini adalah UKM-U Menwa, UKM-U Pramuka, UKM-U Mapala, UKM-U KSR PMI, UKM-U Rakanila, dan UKPM Teknokra. Pemilihan keenam UKM ini menurut koordinator fo-rum, Abdul Arifin (Hukum’11) didasarkan pada kemampuan dasar UKM.

Ia juga mengatakan dalam forum ini dibagi menjadi empat divisi, yaitu divisi pendidikan pelatihan, rescue, divisi sosial, serta divisi publikasi. Surya Rahman M. selaku project manag-er humanitarian forum Indonesia berharap mahasiswa dapat membantu saat terjadi bencana. “Bukan lagi menjadi objek ketika terjadi bencana alam, tetapi mampu berperan aktif un-tuk menangani bencana alam,” ujarnya. Pembantu Rektor (PR III) Unila, Prof. Sunarto juga mendukung tim ini. “Bagus, harus tetap dilanjutkan,” ujarnya saat dihubungi reporter Teknokra.=

Unila-Tek: Sejak dibuka pada 17 februari 2014 lalu, jumlah pendaftar Seleksi Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) Univer-sitas Lampung sudah mencapai 7469 pendaftar pada (6/3). Jumlah pendaftar terbanyak berasal dari Provinsi Lampung yang mencapai 990 orang. Urutan selanjutnya disusul oleh Sumatera Selatan dan Jawa Barat yang masing-masing seban-yak 261 dan 29 pendaftar. Kepala Pusat Komputer (Puskom) Universitas Lampung, Muhamad Komarudin, mengatakan be-lum bisa dipastikan adanya peningkatan pendaftar dari tahun kemarin karena pendaftaran belum berakhir. “Jumlah pendaf-tar bisa dilihat ketika pendaftaran telah ditutup” ujarnya.

Tahun ini, Unila menyediakan 1915 kursi untuk mahasiswa yang lolos melalui jalur SNMPTN. Jumlah tersebut dialokasi-kan untuk 43 jurusan. Sebanyak 22 jurusan untuk bidang IPA dan 21 jurusan lainnya untuk bidang IPS. Sementara itu, sam-pai saat ini jurusan yang paling diminati pendaftar adalah ju-rusan manejemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Ia juga menjelaskan bahwa syarat, ketentuan, dan tata cara mengikuti SNMPTN tahun ini tidak berbeda jauh dengan ta-hun lalu. Siswa yang sudah mendapat data dari pihak sekolah yang telah terverifikasi dapat langsung mendaftar di laman resmi www.snmptn.ac.id Pendaftaran sendiri akan ditutup pada 31 maret 2014.=

Jurusan Manajemen diminati peserta SNMPTN

Begawi untuk NegeriOleh Fajar Nurrohmah

Unila-Tek : Program Studi (Prodi) Pendidikan Geografi Universitas Lampung (Unila) dan beberapa universitas di Sumatera bekerja sama mengadakan Geografi Begawi 2014. Acara yang diikuti oleh 11 Universitas se-Indonesia ini dilak-sanakan pada tanggal 3-4 Maret 2014.

Kegiatan ini diisi dengan seminar dan lomba-lomba. Semi-nar ini mengangkat tema “Aplikasi Sistem Informasi Geo-grafis dalam Pengambilan Kebijakan dan Keputusan untuk Perencanaan Pembangunan Wilayah”. Dalam kegiatan ini hadir sebagai pembicara, Yudianto, ST., MPP (Kepala sub Di-rektorat Data dan Informasi kewilayahan kementrian PPN/ BAPPENAS), Tonny Ol Tobing, SE., MSP (Kepala BAPPEDA Provinsi Lampung) dan Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si (Dosen Prodi Geograatfi FKIP Unila). Ketua pelaksana kegiatan Arif Suryatama, Pend. Geografi’11 berharap setelah diadakannya kegiatan ini, para peserta menjadi lebih kreatif dan sportif. =

Unila-Tek: Memasuki tugu Universitas Lampung, di sebe-lah kiri jalan terlihat lahan yang ditutupi pagar besi. Di atas lah-an ini, Rumah Sakit Pendidikan (RSP) Unila rencananya akan didirikan. Namun, kondisi la-han ini tampaknya lebih mirip kebun pisang. Dari balik tiang besi, pepohonan yang menum-buhi lahan itu masih dapat terlihat. Pohon pisang terlihat banyak tumbuh di atas lahan itu.

Tiang pancang yang sudah berdiri juga tak lagi kelihatan rupanya. Pepohonan yang me-numbuhi lahan itu lebih tinggi ketimbang tiang-tiang yang sempat didirikan. Padahal, pem bangunan tahap pertama RSP ini menelan dana lebih dari 50 miliar.

Awalnya, Unila menargetkan pembangunan RSP ini selesai pada 2014 (Teknokra edisi 125/2012). Namun, hingga kini pembangu-nan RSP masih terhenti. Berhenti-nya pemba ngunan ini tentu juga menghentikan harapan maha-siswa fakultas kedokteran untuk dapat segera praktek di RSP.

Salah seorang mahasiswa ke-dokteran, Leon menyayangkan terhentinya proses pembangu-nan RSP ini. Mahasiswa angka-tan 2012 itu menilai kehadiran

RSP teramat penting untuk menunjang studi mahasiswa. Ia berharap, pembangunan RSP dilanjutkan sehingga Unila segera mempunyai RSP. “Kalau punya sendiri kita nggak perlu lagi harus ke Metro,” ujarnya.

Mahasiswa Kedokteran la innya, Mahendra Effendi (Ke dok teran ’11) menuturkan bah wa maha-siswa pernah melakukan per-temuan de ngan pihak rektorat. “Kami dari mahasiswa kedok-teran juga sudah sempat bikin petisi dan lobi ke rektorat,” un-gkapnya. Mahasiswa yang juga ketua BEM FK ini berharap a gar RS PTN bisa segera terealisasi setidaknya tahun 2020.

Saat ditemui di ruang kerja-nya, Dekan Fakultas Kedokteran, Sutyarso menuturkan bahwa setiap tahun Biro Perencanaan Universitas Lampung mengaju-kan permohonan da na berupa proposal ke Dikti. Proposal yang diusulkan itu selanjut-nya akan disampaikan ke Ke-mendikbud. Ia menambahkan, kelolosan proposal dipegang pada dewan. “Kalau sampai sa at ini pembangunan terhenti, ya mung-kin karena tak ada dana yang di-berikan pada kampus,” terangnya.

Menurut Sutyarso, di ri nya memang pernah di ajak ber-koordinasi mengenai pem ba-

ngunan RSP. Sutyarso enggan berkomentar saat di tanyai peri-hal pendanaan RSP. Sutyarso juga menjelaskan bahwa pem-bangunan RSP akan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah pembangunan gedung yang dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap berikutnya adalah pen-gisian alat-alat rumah sakit di-lanjutkan dengan pemenuhan sumber daya manusia. Sutyar-so berharap Unila memberikan perhatian lebih untuk kelanju-tan pembangunan RSP ini. Ia sen diri mengaku pesimis RSP akan segera berdiri.

Senada dengan Dekan FK, Rektor Unila, Prof. Sugeng P. Haryanto menjelaskan bahwa pembangunan RSP terkendala urusan dana. Sugeng mengaku Unila belum mendapatkan dana untuk pembangunan ta-hap dua dari Kemendikbud. Sugeng menambahkan, ia su-dah melakukan berbagai usaha untuk kelolosan proposal tahap dua ini, namun tak ikunjung disetujui. Koordinasi de ngan pihak Kemendikbud juga per-nah ia lakukan. “Kami pernah mengajukan dana 200 milyar, tapi disuruh merevisi ulang pro-posal dan diturunkan menjadi 70 milyar. Kami revisi tapi ternyata tak cair juga,” ungkapnya.=

Pembangunan RSP (Masih) Terhenti

Page 5: Tabloid Teknokra Edisi 133

5No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014 Kampus Ikam

Unila-Tek: Riuh tepuk tangan memenuhi Auditorium Hotel Bidakara saat presiden Susilo Bambang Yudhoyono masuk. Ia melambaikan tangan ke arah mahasiswa saat hadir pada aca-ra pertemuan mahasiswa bidik misi se-Indonesia. Dalam aca-ra itu, presi den mem berikan sambutan sekali gus amanah. Saat hadir, presi den ditemani ibu negara Ani Yudhoyono. Dirjen Dikti yang dijabat Joko Santoso dan Menteri Pendidikan dan Ke-budayaan, M.Nuh juga turut hadir.

Saat menyampaikan sam-butan, presiden SBY sempat menitikkan air mata. Presiden RI sejak tahun 2004 ini telihat berusaha menelan ludah saat bercerita kerasnya kehidupan yang pernah ia alami. Teks pi-dato yang sudah dipersiapkan tak sedikitpun ia baca. Hari itu, presiden SBY memberi amanah langsung dari hati. Mahasiswa yang hadir pun ikut mengelu-arkan air mata. Dalam pidato-nya, presiden ju ga menyampai-kan bahwa mahasiswa harus meneruskan pembangunan ekonomi di masa depan. Selain

itu, ia meyakinkan mahasiswa bahwa merekalah yang diper-caya menjadi pengganti dirinya sebagai pemimpin.

Suasana haru juga muncul ke-tika pemutaran testimoni Birul Qodriyah, salah seorang maha-siswa bidik misi dari Universitas Gajah Mada. Mahasiswa jurusan keperawatan ini adalah anak dari seorang buruh tani. Peng-hasilan orang tuanya hanya lima ribu rupiah per hari. Ber-kat program bidikmisi, Birul dapat melanjutkan kuliah dan menjadi duta internasional. Acara dilanjutkan pemutaran film bidikmisi yang merangkum prestasi yang diraih mahasiswa.

Acara ini bertujuan untuk membangun jejaring komuni-kasi dan koordinasi mahasis-wa, memupuk kebersamaan an tar penerima bidikmisi, juga bentuk apresiasi keberhasilan mahasiswa berprestasi. Selain bertemu presiden, mahasiswa juga mengikuti seminar pen-didikan dan kewirausahaan. Aca ra bertemakan kebangkitan kaum dhuafa ini juga rencananya akan dituliskan menjadi sebuah

Terharu Mendengar Pidato SBYOleh Siti Sufia

buku yang be risi profil dan tes-timoni mahasiswa.

Sekitar 1.100 mahasiswa penerima program bidikmisi yang berasal dari 98 PTN dan 39 PTS hadir dalam acara itu. Mereka adalah mahasiswa yang berhasil mendapatkan predikat cumloude dan lolos seleksi na-sional melalui internet. Seban-yak dua mahasiswa affirmasi Papua dan 15 mahasiswa bi-dikmisi Unila ikut serta dalam acara yang berlangsung sela-ma dua hari itu. Pertemuan itu juga sekaligus menjadi acara peluncuran beasiswa presiden-tial scholarship.

Program beasiswa terse-but merupakan beasiswa un-tuk mendapatkan gelar mas-ter dan doktor yang dibiayai pemerintah Indonesia. Dana program ini berasal dari dana pengembangan pendidikan na-sional (DPPN) yang dikelola oleh lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP). Beasiswa ini diperuntukkan bagi warga negara Indonesia yang berke-mampuan akademik dan kepe-mimpinan yang tinggi.=

Oleh Retno Wulandari

Oleh Sindy Nurul Mugniati

Oleh Fahmi Bastiar

Oleh Kurnia Mahardika

Unila-Tek: Mahasiswa Unila harus waspada saat menerima pesan singkat (SMS) atau tele-pon dari nomor asing. Apalagi jika mengaku sebagai pimpi-nan kampus dan memerintah-kan hal yang ganjil. Ave S. Fau-ziar (Pendidikan Biologi ’11) mengaku pernah mendapatkan SMS dari seseorang yang men-gaku sebagai Pembantu Dekan (PD) I FKIP, M. Thoha B. Dalam SMS itu, mahasiswa yang juga disapa Oji itu diminta men-ghubungi nomor tertentu yang diakui pelaku sebagai nomor rektor.

Tak hanya pesan singkat, Oji pun sempat mendapat-kan telepon yang mengaku sebagai rektor Unila. Pelaku mengatakan bahwa Oji terpi-lih mendampingi rektor pada seminar pendidikan di Jakarta. Dalam pembicaraan tersebut, penelpon mengatakan bahwa Oji akan diberi cek transpor-tasi senilai delapan juta rupiah. Oji diminta memberikan no-mor rekening. Anehnya, pelaku mensyaratkan adanya sisa sal-do dalam rekening minimal satu koma lima juta rupiah. Ia

yang sudah menaruh curiga dari awal tidak memberikan nomor rekening dan langsung mengakhiri pembicaraan.

Oji menilai, adanya SMS atau telepon penipuan ini cukup me-resahkan mahasiswa. “Bahaya ya. Saya minta jangan mudah percaya sebelum check dan re-check,” ujarnya. Menurutnya, pimpinan kampus harus ber-tindak cepat mencari dan me-nangkap pelaku.

Oji menuturkan bahwa bebe-rapa temannya juga mendapat-kan pesan singkat atau telepon dari nomor yang sama. Ani Sulistiyani (Pendidikan Biolo-gi ‘11) juga mengaku hampir tertipu. Saat diminta nomor rekening, Ani sempat mencari buku tabungan untuk meli-hat nomor rekeningnya. Nasib baik masih berpihak pa d anya, buku tabungan itu tak kun-jung ketemu. Ia pun mengaku pelaku tak menelepon untuk kedua kalinya. Ani yang cu-rigapun bertanya kepada Oji. Sejak saat itu, ia tahu bahwa nomor yang mengaku rektor itu ternyata palsu. Dari pe-

Waspada SMSdan Telepon Penipuan

ngakuan Ave dan Ani, pelaku menggunakan beberapa no-mor, yaitu +6281212312299 dan 08129667633.

Sebagai pihak yang namanya disalahgunakan, Rektor Unila, Prof. Sugeng P. Harianto mera-sa tidak perlu menanggapi hal tersebut. “Biarkan saja, karena itu mengejar kucing dalam ka-rung, kita nggak tahu, meraba-raba,” ujarnya. Ia juga merasa tak perlu mengklarifikasi ke-pada mahasiswa. “Pembela sa ya Allah Maha Besar, Maha Kuasa,” ungkap Sugeng.

Sugeng menghimbau agar ma hasiswa tak perlu terlalu menghiraukan hal tersebut. Se lama ini Sugeng tak pernah langsung menghubungi maha-siswa, kecuali mahasiswa bim -bingannya. Ia hanya ber ko-ordinasi dengan dekan atau pembantu rektor. “Rektor pas ti menghubungi PR III dulu dan yang berurusan de ngan ma-hasiswa pasti PR III,” ujarnya. “Jangan hiraukan sms se perti itu, Bapak tidak pernah melaku-kan itu,” tegasnya meng akhiri perbincangan.=

Unila-Tek: UKM Komunitas Integritas (Koin) mengadakan bina desa pada (27-1/3). Dusun Sidorejo, Kelurahan Kerawangsa-ri, Kecamatan Natar menjadi desa yang dikunjungi karena dinilai ja-rang tersentuh pemerintah. Bina Desa yang di ketuai oleh Chan-dra Anwar (Hubungan Interna-sional ’13) ini mengambil tema “Satu hati satu tujuan dalam membangun desa di ranah in-tegritas”. Panitia lainnya, Bakti Saputra mengatakan tema ini diambil karena ingin menyatu-kan hati serta membangkitkan jiwa gotong royong panitia dan masyarakat.

Dalam acara itu, mereka menggelar kegiatan nonton film bersama demi mengenal-kan arti integritas. Ada tiga judul film yang diputar dalam acara ini. Film pertama berjudul

Sahabat Pemberani yang meru-pakan film persembahan KPK yang kemudian ditonton oleh kelompok anak-anak sekolah dan anak-anak putus sekolah. Kedua film lainnya, yaitu K versus K dan Tanah Surga Ka-tanya juga diputar. Ketiga film itu dinilai mempunyai nilai integritas dan human interest. Perwakilan Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) ha-dir sebagai narasumber.

Acara tersebut disambut baik oleh warga. “Antusias warga sangat tinggi, sangat terbuka, kita juga kaget de ngan respon masyarakat,” ujar Bakti, ketua bidang pengabdian masyara-kat dan kampanye informasi Koin. Bakti berharap masyara-kat mendapatkan hasil dari kegiatan ini. =

Kenalkan Integritas dengan Bina Desa

Pramuka Kembali Adakan LKA

Tidak Terurus. Seekor rusa terlihat kurus dan terdapat luka di bebe-rapa bagian tubuhnya. Bulu-bulunya juga rontok dan dipenuhi kutu. Foto dibidik Jumat (7/3).

Unila-Tek: Unit Kegiatan Ma-hasiswa Pramuka (UKM-U Pramuka) kembali adakan Lok-abina Karana Adhiguna (LKA). Pada agenda rutin tahunan ini UKM-U Pramuka mengadakan LKA bertaraf nasional.

Acara yang akan dilaksanakan pada sabtu dan minggu (15-16/3) ini dibagi dalam tiga kat-egori yakni Siaga, Penggalang dan Penegak. Mete Ibrahim mengatakan, lomba yang dia-dakan pada LKA kali ini lebih

bervariatif. Diantaranya adalah lomba solo song, pidato dua ba-hasa yakni inggris dan lampung serta stand up comedy.

Iqbal tanjung peserta LKA yang berasal dari SMA 2 Kota Bumi berharap mendapatkan hasil yang optimal dalam lom-ba ini. “Semoga kegiatan se-rupa akan terus dilaksanakan terutama di kawasan Pulau Sumatera karena kegiatan sep-erti ini sangat jarang sekali,” tandasnya.=

Page 6: Tabloid Teknokra Edisi 133

No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 20146 Reportase Khusus

Oleh Ayu Yuni Antika

Pagi itu (18/1), meski kegiatan perkuliahan di semester ganjil hampir

usai, Gedung Serba Guna (GSG) Universitas Lampung masih ramai. Kendaraan bermotor sudah mulai parkir di pelata-ran GSG sejak pukul 07.00 WIB. Beberapa mobil juga kelihatan parkir. Hari itu Unila kedatan-gan tamu dari Jakarta. Pra-mono Edhie Wibowo sengaja datang ke Unila untuk mem-berikan sosialisasi empat pilar dan motivasi peran generasi muda menghindari golput dalam rangka bela negara.

Di dalam gedung, hampir semua kursi terisi penuh oleh sekitar lima ribu mahasiswa. Acara itu dibuka langsung oleh Rektor Unila, Prof. Sugeng P. Hariyanto. Sugeng juga seka-ligus melepas mahasiswa yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Saat Pramono masuk ke dalam gedung, mahasiswa se-rempak berdiri dan melambai-kan bendera merah putih yang dibagikan panitia. Pramono yang hadir sebagai mantan Kepala Staf Angkatan darat rupanya tak datang sendirian. Kedatangannya didampingi Ruhut Sitompul, Irfan Fadila, dan Ridho Ficardo. Ketiga to-koh ini dikenal dekat dengan partai Demokrat. Ruhut Si-tompul merupakan ang-gota DPR RI sekaligus tokoh kenamaan Partai Demokrat. Sementara Ifan Fadilla meru-pakan Caleg DPR RI Lampung dan Ridho Ficardo juga men-jadi salah satu Calon Gubernur (Cagub) Lampung dari Partai Demokrat.

Peserta yang mengikuti aca ra sosialisasi itu mayori-tas adalah mahasiswa bidik misi, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN), dan mahasiswa angkatan 2013. Mahasiswa da ri Darmajaya, IAIN dan Po-liteknik Negeri Lampung (Po-linela) juga turut hadir.

Salah seorang peserta semi-nar, Siti Meisita mengaku sudah pernah mendapatkan ma teri mengenai empat pilar kebang-

saan. Menurutnya, pengeta-huan mengenai empat pilar ini sudah pernah diberikan kepada mahasiswa Bidik Misi angkatan 2013 saat menerima kuliah umum pada bulan De-sember lalu dengan pembicara Ayi Ahadiat, dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis . Awalnya, ia menerima pesan singkat atau ‘jarkom’ dari Forum Ko-munikasi (Forkom) Bidik Misi yang berisi pemberitahuan un-tuk datang menghadiri semi-nar tersebut.

Saat itu, ia juga sempat bi-ngung mengapa Unila kembali menyelenggarakan kegiatan se rupa. “Kita orang sempat ta-nya, kok ada empat pilar lagi, emang ada apaan. Tapi kami ikut-ikut aja karena wajib,” ujar mahasiswa Biologi ’13 ini.

Mahasiswi penerima bea-siswa Bidik Misi ini juga me-nilai bahwa isi seminar terse-but berbeda dengan seminar empat pilar yang pernah ia terima. Menurutnya, Pramono lebih banyak menceritakan pengalaman kemili terannya se-jak berpangkat rendah. “Ka-lau yang du lu, pertama-tama pake slide, satu-satu dijabarin, UUD gini-gini, detail banget po koknya,” terangnya. Maha-siswa Bidik Mi si ini juga sem-pat mengatakan bahwa disela menyampaikan materinya Pra-mono pernah berkata, “Sean-dainya saya menjadi presiden, saya akan membeli helikopter yang terbaru dan tercanggih,” ujar Siti menirukan.

Dari kegiatan itu, Siti me-ngaku lebih banyak me ngetahui latar be lakang Pramono ke-timbang empat pilar kebang-saan. Pramono juga bercerita bahwa setelah pensiun pada Mei 2013, ia memilih terjun ke dunia politik bersama par-tai Demokrat. Ia adalah dewan pembina partai Demokrat dan salah satu kandidat peserta konvensi calon presiden.

Peserta lainnya, Riki Mis-giantoro (Agribisnis ‘12) me-ngatakan saat menyampaikan materi, ia melihat lambang partai Demokrat muncul dalam

slide yang diputar. “Menurutku wajar aja kalo mereka menun-jukkan itu sebagai identitas mereka, tapi waktunya mung-kin yang kurang tepat karena sekarang kan lagi banyak kam-panye politik untuk Pemilu,” ujarnya. Ia menambahkan, Ri-dho juga sempat memberikan sambutan tentang tanggung-jawab generasi muda.

Indikasi masuknya kepenti-ngan politik dalam acara so sialisasi empat pilar kebang-saan itu juga terlihat dari nasi kotak bergambar pasangan Ridho Ficardo dan Bachtiar Basri. Meskipun KPU Lampung belum menetapkan secara res-mi pasangan calon, namun na-si kotak yang hendak dibagi-kan ke peserta itu menuliskan Ri dho dan Bactiar sebagai ca-lon gubernur dan wakil guber-nur Lampung.

Kedatangan 1000 nasi kotak itu membuat peserta seminar sempat heran dan kaget. Anisa Riska Amalia misalnya (Fisi-ka ’12) amat menyayangkan adanya nasi kotak tersebut. “Aneh aja gitu. Kalau emang mau ngasih, jangan yang ada gam-barnya. Kalo kayak gitu ngetarain banget pingin dipilih,” ujar Anisa menanggapi.

Peserta seminar lain, Deva Aziz N.M (Agroteknologi ’12) yang juga panitia kegiatan me-ngatakan nasi kotak bergambar itu datang saat acara hampir selesai. Menurut Deva, ia kaget ketika melihat nasi kotak ber-gambar pasangan Cagub dan Cawagub tersebut. “Syok juga lah, ini kan akademik kenapa dimasukin ranah politik, kita belajar politik di sini, tapi bu-kan politik secara langsung seperti itu,” ujarnya. Nasi ko-tak yang jumlahnya sekitar 1000 buah itu tak jadi diberi-kan karena salah seorang pa-nitia melarang pembagian nasi kotak. Karena takut mubazir, nasi kotak tersebut dibawa ke Rusunawa dan dibagikan pada mahasiswa. selepas acara. Na-si kotak itu juga dibagikan ke beberapa pedagang di sekitar GSG.

Salah seorang panitia tek-nis, Muhammad Akbar (Pend. Biologi ‘10) mengaku bahwa Forkom Bidik Misi pernah men-dapat dua surat dari pihak rektor-at. Su rat pertama be risi undangan mengikuti acara dan surat kedua meminta mahasiswa Bidik Misi membantu sebagai panitia tek-nis. Menurutnya, kedua surat tersebut ditanda tangani lang-sung oleh rektor Unila. Akhirnya, tak ku rang dari 120 ma hasiswa Bidik Misi menjadi pa nitia. Mer-eka ber tugas mengurusi pre-sensi peserta, pembagian snack, dan menga tur tempat duduk. Perihal kotak nasi, Akbar mem benarkan adanya hal ter-sebut. Namun, menurutnya ke-datangan nasi kotak itu diluar sepengetahuan panitia. Ia me-nambahkan, panitia juga sudah melarang keras pembagian nasi kotak tersebut.

Selain kotak nasi yang me-nimbulkan banyak komentar, Akbar mengaku bahwa dirinya sempat mendapat pertanyaan dari beberapa teman mengenai slide yang menyebutkan Pra-mono sebagai salah satu calon presiden peserta konvensi par-tai Demokrat. Ia mengaku saat rapat kepanitiaan, slide yang disediakan tidak menampilkan karir politik. “Pagi itu memang yang saya dengar tim Pramono meyiapkan slide dari Jakarta, mereka ingin ditampilkan. Ka-mi dan panitia dosen pun tidak tahu isinya,” ujarnya.

Ia berpendapat adanya pe-mikiran bahwa acara tersebut termasuk agenda kampanye ter-lalu berlebihan. “Kalau ada yang menganggap itu politisasi kam-pus, berarti mahasiswa pintar dan akan memilih se suai hati nurani mereka nantinya,” terang-nya.

Keganjilan yang terjadi da-lam acara itu membuat ma-

hasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unila meng-gelar aksi. Mereka memprotes kegiatan yang dinilai salah sa-tu bentuk politisasi kampus. Spanduk betuliskan “jangan jual kampus kami” mewarnai aksi yang dilakukan di depan GSG itu saat acara berlangsung.

Presiden Mahasiswa, Nanda Satria (Pend. Geografi ’09)mengatakan bahwa sebe nar-nya politik tak dilarang masuk kampus. Namun, sesuai kepu-tusan Dirjen Dikti nomor : 26/DIKTI/KEP/2002, aktivitas p o -litik praktis jelas dilarang. Ia berpendapat bahwa seminar tersebut merupakan murni po litik praktis, karena hanya ada satu tokoh di satu jenjang pencalonan baik Capres, Caleg, atau Cagub dari satu partai. “Dibilang praktis karena dalam satu waktu dia mendapat su-ara yang masif. Banyak dari ribuan mahasiswa yang hadir tanpa pada saat itu mahasiswa diberikan kesempatan untuk membandingkan dengan yang lain,” ujarnya. Meski sedikit di-tutup-tutupi, menurutnya hal tersebut sama sekali tidak men-cerdaskan mahasiswa, ta pi ma-lah membodohi mahasiswa. “Ar tinya kan ada brain washing bahwa sayalah yang pantas,” tu-tur Nanda.

Awalnya, pihak BEM Unila tidak mempermasalahkan ke-giatan itu. Namun, menurutnya ada dua pertanyaan yang me-nyeruak. Banyak yang mem-pertanyakan kewajiban Pra-mono menyampaikan materi empat pilar yang seharusnya diberikan oleh MPR RI. Kedua, ikut hadirnya beberapa tokoh partai Demokrat. Hal tersebut amat disayangkan meski saat itu Ridho berbicara sebagai Ketua Ikatan Alumni Lembaga

AWAS,Kampanye Terselubung!

Geliat musim politik 2014 ini membuat beberapa tokoh partai politik gencar memperkenalkan diri me-lalui berbagai acara. Universitas Lampung sebagai institusi pendidikan juga dikunjungi tokoh partai. Seminar pendidikan untuk mahasiswa terindikasi kemasukan kepentingan politik.

Menakar Indikasi Politisasi Kampus

(Bersambung ke halaman 8)

Page 7: Tabloid Teknokra Edisi 133

No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014 Wansus 7

Ilustr

asi F

ajar N

urro

hmah

inovasi

Ketertarikannya meneliti tanaman algae muncul saat melihat kondisi air.

Prof. Buhani khawatir dengan air di daerah Lampung yang telah tercemar bahan-bahan ki-mia. Menurutnya, bahan-bahan kimia terutama logam berat san-gat berbahaya. Bila dikonsumsi, logam berat tersebut dapat mem-pengaruhi sistem kerja organ tu-buh.

Keberadaan logam berat jelas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dampaknya akan sa-ngat berbahaya bagi kehidupan. Tak hanya beracun, zat ini juga dapat merusak ekosistem alam. Do sen Fakultas Matematika dan Ilmu Penetahuan Alam Universitas Lampung ini meni-lai jika pencemaran ini dibiar-kan akan mengancam generasi yang akan datang. Ia menam-bahkan, pencemaran air harus segera ditangani agar masya-ra kat tidak kesulitan air bersih. “ Jaman dahulu, orang-orang kita bisa memanfaatkan air sungai atau air sumur se bagai sumber air bersih. Namun,

Melirik Potensi AlgaeTanaman algae ternyata dapat menjadi solusi untuk mengurangi kadar limbah akibat aktivitas industri. Tanaman ini terbukti efektif menyerap logam berat.

saat ini sangat sulit kita temu-kan air sungai yang jernih dan dapat dikonsumsi oleh manu-sia,” ujarnya.

Dari situ, ia menawarkan solusi untuk meng hilang kan logam berat yang mencemari air menggunakan biomassa al gae. Biomassa algae adalah zat menyerap logam berat yang bahan dasarnya adalah tanaman algae.

Di Indonesia, tanaman algae sering disebut dengan nama ganggang. Tanaman ini ba-nyak tumbuh di daerah yang lembab. Saking suburnya, da-lam jumlah yang sangat ba-nyak, algae seringkali diang-gap sebagai tanaman yang mengotori perairan. Warna hijau atau merah yang dimiliki tanaman algae memberi kesan danau atau sungai yang men-jadi tem pat tumbuh tanaman ini tak bersih.

Namun, Buhani mampu me-lihat potensi tanaman algae dari sisi yang berbeda. Sejak tahun 2000, ia telah meneliti tanaman yang belum memi-

liki daun, batang, dan akar secara jelas ini. Dikatakan tak jelas karena perbedaan fungsi organ-organ tanaman tersebut tak terlalu terlihat. Dalam ilmu taksonomi, tanaman algae ma-suk ke dalam kelas thalophyta (talus).

Dari penelitian secara berka-la itu, Buhani sudah menerbit-kan 32 jurnal dan pernah dija-dikan topik seminar sebanyak 16 kali. Dalam proses peneli-tian, ia juga melibatkan maha-siswanya.

Menurut Buhani, biomassa algae merupakan salah satu material alam yang memi-liki potensi sebagai penyerap logam berat. Algae juga meru-pakan bio indikator yang baik untuk meneliti tingkat pence-maran air laut. Selain itu, algae merupakan material yang bisa terurai kembali secara ala-mi tanpa menimbulkan su atu dam pak yang negatif. Belum lagi karena algae adalah sum-berdaya yang dapat diperba-harui dan dilestarikan oleh manusia. Hal itulah yang men-

jadi alasannya memanfaatkan algae.

Pemanfaatan algae sebagai bahan penyerap logam berat dilakukan dalam beberapa langkah.

Langkah pertama adalah me-ngumpulkan algae yang yang telah diambil dari dasar laut. Selanjutnya, algae tersebut dinet ralkan dengan cara diker-ingkan. Setelah kering algae diolah menjadi menjadi bio massa. Un tuk memaksimalkan cara kerjanya, dilakukan be-berapa modifikasi. Setelah me-lalui semua proses tersebut, hasil modifikasi biomassa al-gae diletakkan di dalam suatu kolom penyaringan pembua-ngan limbah industri.

Agar lebih efektif sebagai zat penyerap, algae dicampurkan dengan silika. Silika berperan sebagai matriks pendukung, sementara biomassa algae se-bagai adsorben logam. Peng-gunaan teknik adsorbsi dalam mengurangi kadar logam di-pilih karena prosesnya yang sederhana dan biaya yang rela-tif murah.

Menurutnya, secara mi-kroskopis biomassa algae me ngandung beberapa gugus aktif yang dapat berperan se-bagai ligan untuk mengikat ion logam. Gugus aktif inilah yang akan mengikat logam berat di perairan sehingga kadar lo-gam berat yang mencemari air menjadi berkurang.=

Oleh Mita Wijayanti

Keputusan Dirjen Dikti nomor : 26/DIKTI/KEP/2002 tentang

pelarangan aktivitas politik praktis di kampus mestinya menjadi rambu-rambu bagi perguruan tinggi. Berbagai ta-waran kegiatan kuliah umum yang menghadirkan tokoh partai politik sebagai pembicara bisa jadi mengarah pada kampanye ter selubung. Pramono Edhie Wibowo sempat hadir sebagai pembicara dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan di Uni-versitas Lampung pada (18/01). Kedatangannya yang didam-pingi tiga tokoh partai De-mokrat, yaitu Ruhut Sitompul, Ivan Fadila, dan Ridho Ficardo sempat menjadi pertanyaan. Dalam menyampaikan materi, ia juga lebih banyak bercerita mengenai karier politiknya. Lambang partai Demokrat juga sempat muncul pada slide di depan layar. Tak hanya itu, nasi kotak bergambar pasangan calon gubernur dan wakilnya dari partai demokrat juga telah dipesan meski tak sempat dibagikan. Direktur Pembela-jaran dan Kemahasiswaan, Dr. Ir. Illah Sailah, M.S. memberi-kan tanggapannya mengenai hal tersebut. Berikut petikan wawancara reporter Teknokra, Siti Sufia saat mendapatkan ke-sempatan berbincang di Hotel Bi-dakara (27/02).

Apa yang melatar belaka ngi adanya undang-undang

nomor 26/DIKTI/KEP/2002?Kampus bebas dari kepen-

tingan. Dimana di dalam kam-pus terdapat ilmu-ilmu yang bisa dibuktikan dan di dalam politik terdapat kepentingan.

Menjelang musim pemilu banyak partai yang melaku-kan kampanye. Bagaimana pendapat Ibu jika kampanye tersebut masuk kampus?

Pertama kampus itu bebas dari politik. Jadi, tidak boleh ada politik praktis didalam kampus.

Keputusan dirjen dikti no-mor 26/DIKTI/KEP/2002 melarang aktivitas politik masuk kampus. Aktivitas apa saja yang dimaksud?

Ya kampanye. Mengundang orang ke dalam kampus dima-na dia adalah Capres atau Ca-leg. Mungkin saja ia melakukan seminar, tapi diujung-ujungnya ia melakukan kampanye. Itu yang tidak boleh.

Beberapa minggu lalu, di perguruan tinggi di Indo-nesia telah diadakan bebe-rapa seminar, termasuk di Universitas Lampung. Saat acara, terdapat dialog-dialog yang bersifat kampanye. Ba-gaimana pendapat Ibu ter-kait hal tersebut?

Dia pastinya membawakan partainya. Ya itu yang tidak boleh.

Kalau memang salah. Apa sanksi yang akan diberikan Dikti?

Tidak ada sanksi-sanksi untuk itu. Hal tersebut su-dah dilarang dari Dikti. Oleh karena itu tugas kampuslah untuk mewaspadai hal terse-but. Dengan cara memberikan penjelasan dan penegasan. Jika memang ingin melakukan seminar di kampus anda, beri-kanlah se minar yang ilmiah dan tidak ada unsur kampa-nye didalamnya. Selain itu, untuk apa diberikan sanksi. Padahal hal tersebut sudah dipesankan oleh dikti. Selan-jutnya bagaimana kampus itu membentengi dirinya sehingga kampus tidak kecolongan.

Apakah Dikti mengetahui rencana kedatangan Pra-mono Edhie ke beberapa perguruan tinggi?

Tidak pernah Dikti ikut campur dalam kegiatan per-guruan tinggi. Kampus tidak pernah memberitahu bahwa akan melakukan seminar atau semacamnya, karena memang

kampus mempunyai otoritas sendiri. Tidak semua kegiatan kampus diurusi Dikti. Karena dikti hanya sebagai rambu-ram-bu dan kampus sebagai insan dewasa yang menjalan kannya.

Lalu bagaimana seharus-nya cara kampus menyikapi tawaran seperti itu ?

Pimpinan kampus harus bisa menolak dengan tegas, bah-wasannya kampus punya aturan dan lindungan hukum tentang kampanye di dalam kampus.

Dengan banyaknya prak-tik praktek seperti itu, apa tindakan Dikti selanjutnya?

Dengan adanya laporan yang jelas dan berbukti. Dikti akan menindaklanjuti masalah tersebut. Namun, sepanjang ini hanya sebatas lontaran, maka Dikti tidak dapat menindak lanjuti kasus tersebut.

Siapa saja yang bisa me-laporkan ketika ada indikasi politisasi masuk kampus?

Seluruh elemen kampus atau-

pun masyarakat umum yang mengetahui hal tersebut.

Apa solusi yang Ibu ta-warkan dengan banyaknya fenomena tersebut?

Ketika sudah ada aturan. Tunduki aturan.

Apa harapan Ibu kepada mahasiswa dalam menyika-pi Pemilu?

Pertama mahasiswa harus bisa menyosialisasikan tentang Pemilu yang baik. Kami berharap mahasiswa bisa men jadi promo-tor dalam pemilu. Jangan sam-pai pemuda melakukan golput sehingga dapat menentukan pilihannya seperti apa. Jadilah mahasiswa yang gentle, punya pendirian, dan analisa tentang para calon pemimpinnya. Jan-gan melakukan tindakan tidak mau tahu atau apatis.=

Dr.Ir. Illah Sailah M.S

Pimpinan KampusHarus Bisa Menolakdengan TegasOleh Siti Sufia

Dok

.

Page 8: Tabloid Teknokra Edisi 133

8 No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014

Ibu Sutihat bersama suaminya M. Yasin sehari-hari berjualan pecel di pinggiran jalur rel kereta api Kam-pung baru. Mereka sadar bahwa bangunan tempatnya berjualan masuk dalam lahan Ruang Manfaat Jalur (Rumaja). Menurut pasal 43 butir 3 Peraturan Peme-rintah RI No. 56 Tahun 2009 tentang Perkeretaapian, lahan Rumaja harus bebas dari bangunan. Itu artinya, wa-rung pecel yang ditempati Sutihat terancam dibongkar.

Sutihat mengetahui ihwal pembongkaran bangu-nan miliknya sejak awal Januari. Ia menerima Surat pemberitahuan dari PT. Kereta Api Indonesia (KAI) mengenai Pembongkaran Bangunan di daerah Ruma-ja Kereta Api melalui lurah setempat. Menanggapi pembongkaran itu, Sutihat tak bisa menolak. Ia sadar tanah tempat warung pecelnya itu milik PT. KAI. “Teri-ma-terima saja, karena ini bukan tanah milik saya,” ujarnya.

Untunglah, Sutihat mendapat informasi bahwa la-han yang akan digusur hanya enam meter dari rel. Ia menaksir hanya bagian dapurnya yang tergusur. Jika pembongkaran tetap dilakukan, ia terpaksa mengang-kut masakannya dari rumah. Sutihat masih berharap

PT. KAI sudi memberikan ganti rugi untuk renovasi bangunan yang tergusur.

Ketua RT 01/LK 01 Kelurahan Kampung Baru, Su-geng Haryanto mengaku masih bingung dengan kabar penggusuran tersebut. Ia hanya mengetahui bahwa penggusuran dilakukan karena bangunan warga meng-halangi pandangan masinis kereta api. Sementara, informasi lebar lahan yang akan digusur masih be-lum jelas. “Beritanya simpang siur ada yang bilang 25 meter, 75 meter,” ujarnya. Di RT yang ia pimpin, akan ada 63 KK yang akan terkena penggusuran. Ia juga me-ngatakan bahwa PT. KAI sempat datang ke rumahnya untuk memberikan informasi.

Rencana pembongkaran bangunan liar ini dibenar-kan oleh Sakirman selaku Lurah Kampung Baru, Ke-camatan Labuhan Ratu. Sakirman mengaku mendapat surat dari PT. KAI yang disertai lampiran data ba-ngunan liar di sekitar rel Kampung Baru. Menurut Sukirman, data itu memuat 583 bangunan yang akan terkena gusur. Fasilitas milik pemerintahan seperti puskesmas dan kelurahan lama juga terdaftar.

Dalam surat juga diterangkan bahwa warga perlu

Menanti KabarPenggusuran

melakukan pembongkaran bangunan secara sukarela sampai akhir bulan maret 2014. Namun, sampai saat ini Sakirman belum mendapati warga yang sudah melakukan pembongkaran.

Tanah yang berada enam meter di sekitar rel kereta api Kelurahan Kampung Baru tersebut diakui Sakir-man sebagai tanah PT. KAI. “Masyarakat tidak merasa keberatan untuk pembongkaran bangunan sepanjang enam meter tersebut,” ujarnya. Ia mengatakan tak dapat menyalahkan siapa pun karena PT. KAI juga mempunyai aturan.

Mengenai ganti rugi, Sakirman mengaku belum mendengar adanya ganti rugi kepada warga. Sakir-man hanya mengetahui jika ganti rugi hanya akan diberikan pada bangunan yang memiliki kontrak de-ngan PT KAI. “Untuk ganti rugi itu urusannya PT. KAI dengan DPR dan Walikota,” ujarnya. Namun, ia masih berharap semua warga tetap mendapat ganti rugi.

Sakirman belum mengetahui kapan PT. KAI mulai melakukan pembongkaran. “PT. KAI tidak memberi tahu, hanya memberi batas waktu untuk membong-kar,” terangnya. Sakirman sebenarnya menyayangkan mengapa PT. KAI baru menggusur setelah banyak ba-ngunan yang berdiri. Menurutnya, PT. KAI juga telah membiarkan bangunan tumbuh liar.

Sementara itu, Kepala Humas PT. KAI Tanjung Ka-rang, Muhaimin mengaku belum bisa memberikan ko-mentar apa-apa. Menurutnya, PT. KAI akan menunggu keputusan pusat mengenai rencana penggusuran ini. “Pihak PT. KAI masih menunggu keputusan dari pu-sat,” ujar Muhaimin. =

Regional

Oleh Sindy Nurul Mugniati

Pertahanan Nasional (Lemhanas). “Kalau yang diun-dang mengisi seminar empat pilar Pramono saja itu gak masalah, tapi kenapa harus bawa-bawa rombongan,” ujar Nanda.

Mengenai nasi kotak, Nanda berpendapat bahwa sepertinya hal itu memang sudah direncanakan se-jak awal. Tetapi, karena mendapat protes, nasi ko-tak gagal dibagikan. Ia juga mengatakan bahwa acara itu terkesan dadakan tanpa persiapan yang matang. “Saya pikir ini merupakan tawaran, karena Pra-mono memang sedang field trip ke kampus-kampus,” tambah nya. Ketidaksiapan itu juga terlihat dari pe-ngakuan komandan satpam Unila Safe’I yang diminta oleh PD III FISIP selaku ketua panitia untuk menjaga keama nan kendaraan di sekitar GSG selang satu hari sebelum seminar berlangsung.

Menanggapi kejadian itu, Pembantu Rektor III , Prof. Sunarto yang juga penanggung jawab acara, mengatakan pihaknya hanya menjalankan perintah. “Kita di bawah pemerintahan RI. Penguasanya siapa, selaku PR III hanya menjalankan perintah. Yang pen-ting jangan ada simbol-simbol partai. Jangan ngo-mong pilih saya atau coblos saya,” ujarnya.

Sunarto mengatakan tujuan seminar ini adalah un-tuk memberikan pemahaman lebih tentang empat pilar dan sebagai sarana pendidikan politik bagi ma-hasiswa. Sunarto juga mengatakan seminar tersebut merupakan permintaan langsung dari Jakarta melalui Rektor. Ia menambahkan, sebenarnya tidak diren-canakan bahkan tidak disepakati adanya rombongan dari Partai Demokrat yang turut hadir.

Perihal nasi kotak, Sunarto mengaku pihaknya ti-dak mengetahui hal tersebut. “Kalau tau, saya usir langsung. Orang mobil atribut aja tidak boleh masuk apalagi bagi-bagi kotak seperti itu,” tegasnya. Ia juga menjelaskan kejadian tersebut diluar kendalinya. Menurutnya, Rektor dan pihak Satpam juga tidak me-ngetahui hal itu karena tiba-tiba ada mobil yang hendak membagikan nasi kotak.

Merasa dikelabui, Sunarto mengaku langsung mem-berikan teguran secara lisan kepada Event Organizer (EO). Menurutnya, pihak EO hanya meminta maaf dan menjelaskan bahwa pihaknya tidak tahu karena pihak yang bersangkutan (partai, red) tiba-tiba ingin berbagi. Meski kecewa dengan adanya kejadian tersebut, Suna-rto membantah bahwa dirinya terlibat bahkan dibayar untuk kegiatan tersebut. Ia mengaku bahwa dirinya benar-benar murni menjalankan tugas tanpa bayaran.

Ditemui usai menghadiri pengukuhan guru besar di GSG, Rabu (26/2), Rektor Unila, Prof. Sugeng membena-rkan bahwa seminar tersebut merupakan permintaan pribadi pihak terkait (Pramono, red) kepadanya me-lalui surat tertulis. Namun, saat ditanyai lebih lanjut mengenai surat resmi tersebut, ia menolak berkomen-tar. Ia mengatakan bahwa pihaknya mengizinkan siapa saja yang ingin berbicara tentang empat pilar, kecuali orang-orang yang sudah ditetapkan KPU sebagai Cagub dan Cawagub, Caleg, atau Capres.

Menurut Sugeng, pemahaman mahasiswa terhadap empat pilar makin pudar dan ia pun menyetujui per-mintaan itu. “Dari sisi keilmuan Pramono se bagai man-tan Kasat Angkatan Darat. Dia pasti kenal bagaimana harus mengamalkan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Kalau dia tidak punya keahlian dan kemampuan, ya saya pikir-pikir dulu,” ujar rektor.

Berbeda dengan PR III tentang nasi kotak, Su geng tegas menyatakan hal itu bukan pelanggaran. Ia menganggap itu sah-sah saja. Ia mengaku tidak mem-berikan teguran secara lisan maupun tertulis kepada pihak yang bersangkutan. “Saat itu kan belum ditetap-kan menjadi Cagub, kalau sekarang baru tidak boleh. Unila memang tidak boleh berpolitik, tapi pendidikan politik wajib hukumnya,” tambahnya. Ia mengaku ti-dak mempermasalahkan kedatangan rombongan par-tai. “Oh nggak masalah, silahkan saja kalau mau ikut, asal jangan bawa atribut partai,” ujarnya.

Ditemui di ruangannya (7/3), dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Arizka Warganegara mengatakan kampus menjadi lahan ‘seksi’ karena memiliki poten-sial voters yang lumayan banyak. Menanggapi acara seminar tersebut, Arizka mengatakan jika dilihat dari sisi substansi, acara itu tak menjadi masalah. Tetapi, menurutnya jika sudah masuk dalam aksentuasi ada simbol partai dan bagi-bagi nasi kotak, dapat diduga sebagai bagian dari mobilisasi politik.

Terkait pernyataan PR III dan rektor, ia mengaku tidak bisa menyalahkan kampus, karena terkadang kampus harus terbuka pada semua tamu. Tetapi yang terpenting menurutnya adalah kejujuran dari tamu yang datang. Lebih jelasnya, Arizka mengatakan bahwa tamu harus memiliki kesadaran bahwa kalau mereka ingin ke kampus, adalah wajib hukumnya bagi mereka meninggalkan atribut-atribut kepartaian.

Ia berharap mahasiswa lebih cerdas menggunakan rasionalitasnya dalam berpolitik. “Lucu juga kalau ma-hasiswa yang belajar politik di kampus dan yang aktif berorganisasi masih bisa dimobilisir,” terangnya.

Mengenai pendapat Rektor, menurutnya memang tidak masalah karena Cagub yang bersangkutan be-lum resmi diputuskan oleh KPU. Tetapi yang perlu di-hindari adalah adanya mobilisir suara. “Kalaupun ada mobilisir, seharusnya mahasiswa cerdas, mahasiswa bisa melakukan penolakan-penolakan,” jelasnya. Ariz-ka juga mengatakan pihak kampus dan mahasiswa harus lebih cerdas dari pada politisi. “Intinya sebagai tamu mereka harus sadar diri bahwa kampus sudah di covering oleh peraturan menteri yang mengatakan kampus harus bebas dari aksentuasi politik dan se-bagai tuan rumah kita harus jeli mana yang termasuk pendidikan politik dan mana yang mobilisasi politik,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.

Sementara itu, ketua pelaksana kegiatan yang juga PD III FISIP, Pairul Syah menolak memberikan tang-gapannya. Meskipun telah ditemui beberapa kali, ia tidak bersedia memberikan keterangan.

Ditemui diruangannya (4/03), Fajrun Najah Ahmad selaku sekertaris DPD Partai Demokrat mencerita-kan kronologis kedatangan Pramono dan rombon-gan ke Unila. Fajrun mengaku bahwa pihaknya hanya menjemput Pramono di Bandara dan mengantarnya sampai Gedung Rektorat Unila tanpa ikut ke GSG. Menurutnya, kedatangannya ke Unila bukan sebagai sekretaris DPD, namun sebagai undangan. Fajrun me-nambahkan pihaknya tidak ikut mempersiapkan ke-datangan Pramono ke Unila. Ia juga mengaku sudah sangat berhati-hati. “Saat menjemput di Bandara kami memang memakai jaket partai, tapi saat sudah masuk Unila kami semua melepaskan semua atribut di mo-bil,” terangnya.

Fajrun juga mengatakan tidak mengetahui urusan nasi kotak. Bahkan, ia mengaku baru tahu kabar itu dari reporter Teknokra. Menurutnya, kedatangan Ridho karena diminta menjadi pembicara. Ia menambahkan, tidak ada informasi bahkan teguran dari Unila perihal kejadian itu. Fajrun mengaku pihaknya sangat menge-tahui, mentaati, dan menghargai kebersihan kampus dari praktek politik praktis.

Ditemui saat berkunjung kantor Lampung Post (4/03), Ridho Ficardo membenarkan bahwa dirinya sempat mengisi materi karena diundang pihak panitia untuk hadir dan memberikan sedikit materi sebagai alumni Lemhanas. Saat disinggung perihal nasi kotak yang bergambar wajahnya, ia mengaku tidak mengeta-hui hal tersebut. Ia juga mengatakan tidak tahu harus menanggapi apa. “Saya tidak mengetahuinya,” ungkap Ridho sambil terburu-buru memasuki mobil. =

(Sambungan dari halaman 6)

Page 9: Tabloid Teknokra Edisi 133

9No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014

Suara MahasiswaSampaikan Keluhanmu lewat SMS Mahasiswa,dengan format Nama_Jurusan/Angkatan_Ko-mentar. Kirim ke 08981735868/ 089699271495

Apresiasi

Redaksi hanya akan memuat SMS/Komentar yang disertai identias lengkap dan bisa diper-tanggungjawabkan, Nama/Jurusan/Fakultas/Angkatan. Kami mencocokkannya dengan data siakad Unila

Pembangunan RSP masih terhentiWah, targetnya meleset dong!

Unila menggelar sosialisasi empat pilar kebangsaanKok Caleg dan Cagub ikutan hadir ya?

Kampus lokal Unila belum punya WifiPadahal sudah ada biaya pengembangan IT

Rektor SMS mahasiswaHati-hati penipuan!

Ngekhibas

S oe Hok Gie, pemuda keturunan Cina, sosok yang haus akan ilmu dan men-

cintai perubahan besar coba dit-ampilkan. Sutradara film, Riri Riza memilih Nicolas Saputra sebagai aktor utama. Nicolas adalah Gie yang setia kawan, teguh pendirian, dan me miliki semangat juang. Ni colas ber-hasil menjadi tokoh utama yang peduli pada tanah airnya. Ia benar-benar menjadi sosok Soe Hok Gie yang berani me-nyuarakan pendapat dan keti-dakpuasannya pada pemerin-tahan orde lama.

Gie ditampilkan sebagai ma-hasiswa yang tak sekadar pan-dai bicara atau protes. Namun, ia juga pemuda pandai, gemar membaca, dan berdiskusi. Bu ku -buku di perpustakaan mengenai filsafat dan sastra seringkali Gie baca. itu pula yang ikut membentuk Gie menjadi pribadi yang kritis dan lebih sering bersuara lewat tulisan-tulisannya. Gie menjadi ma-hasiswa fakultas satra di Uni-versitas Indonesia. Pemuda ini sangat mencintai alam Indone-sia. Ia bersama teman-temannya seringkali mengisi waktu den-gan mendaki gunung.

Film ini mengambil latar saat tragedi G30SPKI me-manas di Indonesia. Gie, ikut serta dalam setiap aksi protes terhadap pemerintah yang ia dianggap ditunggangi kelom-pok tertentu. Adegan-adegan demonstrasi dan aksi protes sering dimunculkan oleh Riri.

Suatu adegan dalam film itu menggambarkan kegamangan Gie saat menyaksikan kepemim-pinan di kampusnya ditunggangi

kelompok tertentu. Saat itu, para calon ketua senat dan aktivis kampus sedang mengadakan dis-kusi. Seorang teman dari sebuah organisasi berbicara membela or-ganisasi yang ia pimpin. Gie lantas protes, menjelaskan bahwa senat bukanlah milik golongan ter-tentu. Pendapatnya menyulut emosi orang-orang yang tak sependapat. Namun, Gie tetap bicara. Adegan ditutup dengan aksi be be rapa mahasiswa yang hendak memukul Gie.

Demi mengawal kepemimpi-nan kampusnya, ia tergerak untuk ikut dalam senat dan mengajukan Herman Latang sebagai calon ketua. Baginya, Herman tak membawa kepen-tingan golongan dan agama manapun. Ia ingin, pemimpin yang terpilih kelak adalah pe-mimpin yang netral sehingga kebijakan yang dikeluarkan tak memihak golongan tertentu.

Revolusi memanas, banyak organisasi bermunculan de-ngan kepentingan golongan dan agama yang beragam. Begitu juga di lingkungan universitas Indonesia. Pemikiran Gie yang kritis dan keberaniannya un-tuk menyuarakan pendapat memancing banyak organisasi membujuk Gie untuk masuk dalam organisasi mereka. Na-mun Gie menolak. Akhirnya Gie bergabung dengan suatu gerakan yang memiliki pemiki-ran yang sejalan dengannya. mereka menyebarkan pamflet yang berisikan kritik terha-dap pemerintahan dan politik masa itu, ditulis oleh Gie.

Kejadian demi ke jadian ter-jadi, Gie terus mengkritisi pe -merintahan Indonesia lewat

tulisan-tulisannya di media. Hingga disuatu titik ia merasa le-lah, di tambah banyaknya tekan-an dari pihak-pihak yang merasa terusik oleh tulisan-tulisannya. Sosok kri tis itu meninggal di usia 27 tahun dalam sebuah pendakian ke Gunung Semeru.

Film ini membuka mata para penonton mengenai per-juangan mahasiswa saat itu. Sa ngat cocok ditonton pada masa seperti sekarang, saat ma-hasiswa mulai apatis dan malas untuk menyuarakan pendapat-nya. Mereka lebih sibuk dengan gadget masing-masing dan tak peduli dengan lingkungannya. Film ini juga mengandung banyak pesan dalam setiap kalimat yang dituturkan oleh Gie. Salah satunya kalimatnya yang bermakna ialah, “lebih baik diasingkan daripada me-nyerah terhadap kemunafikan”. Kalimat ini tentu menjadi per-lawanan jiwa nya saat melihat orang-orang tenggelam dalam kemunafikan demi sebuah ke-nyamanan.

Gie memiliki harapan tentang pemerintahan Indonesia yang bersih dari korupsi dan kehidupan politik yang tidak berpihak de-ngan golongan, ras, atau agama. Namun hingga akhir hayatnya, bahkan hingga sekarang hara-pan itu belum juga terwujud.=

Judul : GieTahun : 2005

Durasi : 147 menitSutradara : Riri Riza

Produksi : Miles Production

Gie, Sosok Mahasiswayang dirindukanOleh Retno Wulandari

Aku ingin berceritaTentang sebuah rasaTentang sebuah asa.Aku ingin bercerita.Tentang sebuah kebimbangan.Tentang sebuah keraguan.Aku ingin bercerita .Kepada ombak yang terus menggulungkan pasir.kepada pohon yang tetap dengan kebisuannya.kepada batu yang tak jua kudapati iramanya.Kepada angin yang mendesirkan dedaunan.Kepada rembulan yang masih dengan sinar bahagianya.Kepada bukit, gunung, pasir Dan siapa saja yang bisa kutanya.Tapi kosong.. hampa . tanpa irama Tanpa bualan. Tanpa senyuman tanpa kepastian dan tanpa makna.Hanya sekedar kebingungan yang bersarang.Tidak ada yang bisa kucuriWalaupun tanpa arti.

Resah

Aku merintih dalam resahBerharap pada cinta yang takku mengerti

Aku merintih dalam tangisBerharap pada rasa yang telah hilang

Kadang mulut tak bisa lagi melebarkan senyumTerbungkam dengan asa

Asa yang telah pergiJauh…jauh….jauh dan sangat jauh sekali

Sampai kehilangan bayangan moksaDan aku tetap terpaku

Menunggu dan terus menungguWalaupun patah, walaupun rasa tak dapat lagi me-

nyatuBiar kupendam laraku tanpa nama mu

Pupus

Novandra Yudha SatriaFISIP Ilmu Pemerintahan ‘10

Dayu rinaldi (sosiologi ‘09)081272956xxxTolong lebih follow up lagi ten-tang ki nerja dosen, tampung juga pendapat dosen dan bagaimana tanggapan dari dekanat.

Yesi yunita (tehnik geofisika ‘13), 08986488xxxKepada pak rektor mohon untuk menurunkan UKT untuk golon-gan 4dan 5 . karena di univer-

sitas lain yang jauh lebih bagus dari unila. UKT yang besar har-usnya diimbangi dengan fasilitas yang bagus juga.

Edi Triyanto (D3 tehnik sipil ‘12), 08982284xxxKepada bapak rektor dan bagian keuangan rektorat unila, kenapa biaya semester enam di jurusan saya tidak sama dengan biaya semester enam kakak tingkat

saya? Biaya semester saya 1,8 juta, kaka tingkat saya hanya enam ratus ribu. Kalo mau beda tidak apa-apa, tapi jangan terlalu jauh selisihnya. Saya ini bukan orang kaya.

Amran (d3 akuntansi ‘13)085709532xxxAss, pak rektor tolong info bea-siswa di update di tabloid Tek-nokra biar mahasiswa lebih tahu.

Rep

ro

Page 10: Tabloid Teknokra Edisi 133

10 No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014

Iklan

Masyarakat dengan segala kemajemukan dan kompleksitas kehidupannya barangkali me-mang tempat ideal bagi lahirnya berbagai

anomali. Namun, jika penyimpangan selalu tidak dia-cuhkan dan diluruskan maka akan semakin mewabah, lama kelamaan bisa kita amini sebagai kewajaran meski sudah begitu jelas keburukannya. Setiap hari-nya selalu mudah ditemukan berita penyimpangan perilaku seksual yang sangat memprihatinkan kita karena melibatkan anak-anak sebagai korban atau bahkan pelakunya.

Buah Kuasa PasarSekarang ini, logika sistem hidup kapitalisme me-

mang kian menggerogoti peradaban kita, semua benteng nilai ajaran agama dan etika sudah runtuh dijebol nafsu picik duniawi. Theodore W. Adorno, teorikus kritis mazhab Frankfurt menyebut fenomena ini sebagai commodity society, dimana kita sedang hidup dalam dunia yang tak lagi ber-produksi memenuhi kebutuhan dan kepuasan dasar manusia, tetapi menciptakan kebutuhan dan konsumsi yang tak berbatas demi pelipatgandaan profit material bagi

segelintir pihak. Dalam hal ini, seluruh aspek kehidu-pan dipandang sebagai komoditas atau barang jua-lan, meski ia menyangkut hal-hal sensitif dan privasi termasuk aktivitas seksual dan tanpa mempedulikan dampak sosialnya.

Seperti dalam fenomena siswa SD tadi, Goyang Cae-sar memang sedang begitu populer menjadi salah satu produk hiburan yang paling digemari masyarakat segala usia. Penampilan komedian Caesar yang ko-nyol dan energik memang terasa sangat menghibur di tengah kepenantan rutinitas kerja dan tekanan kebu-tuhan hidup yang kian menghimpit. Tapi sayang kita nyaris melupakan substansinya bahwa dibalik semua sensasi yang nampak di permukaan, hiburan ini se-sungguhnya diiringi oleh lagu Buka Dikit Jos yang berlirik erotis. Menjadi paradoks rasanya, ketika kita beramai-ramai berjoget riang di muka publik ternya-ta sambil melantunkan nyanyian yang tak senonoh, terlebih lagi semua ini bisa dengan mudah dikon-sumsi anak-anak dan remaja yang sangat labil dalam mencerna informasi.

Mirisnya lagi ini hanyalah contoh kecil, sebut saja lagu-lagu berjudul Hamil Tiga Bulan, Kucing Garong, Satu Jam Saja, Mari Bercinta, Belah Duren, Paling Suka 69, dan banyak sekali lagu berlirik erotis lain, belum

lagi tontonan, bacaan, dan akses internet bernuansa cabul yang dengan leluasa bisa diakses siapapun. Semua perangkat in-formasi seperti ini secara simul-tan sangatlah efektif merusak nalar sebagian masyarakat, tak hanya bocah bahkan akal sehat manusia dewasa pun bisa se-makin tidak tahu batasan etik dari naluri seksual yang dimil-iki. Perselingkuhan, seks bebas, pemerkosaan, bahkan terhadap balita dan hewan terus mengge-napi fenomena anomalis yang fatal di negeri ini. Sementara pemerintah melalui kuasa kebi-jakannya pun seakan lupa dan setengah hati menganggapnya sebagai tanggung jawab. Keca-man sensor dari Komisi Peny-iaran di beberapa daerah saja

tidaklah cukup, sanksi tegas dan penegakkan hukum di bidang inilah yang kita butuhkan.

Kembalikan Hak AnakBarangkali kita semua memang tahu persis betapa

anak semestinya dipandang sebagai aset berharga yang harus dididik sebaik mungkin demi terwujud-nya masa depan yang lebih baik bagi bangsa maupun pe radaban manusia itu sendiri. Namun, sayangnya pengetahuan kita ini sebatas kesadaran etik yang tak mampu diejawantahkan dalam kehidupan nyata. Sistem hidup yang kita lakoni sekarang sama sekali tak ramah dan adil kepada anak, segala fasilitas yang baik bagi pertumbuhan fisik dan psikisnya terus di-pelintir menjadi komoditas eksklusif yang tak ter-jangkau. Anak se a kan tidak punya pilihan selain turut menelan hiburan orang dewasa sebagai bahan imaji-nasi saat bermain dan belajar. Tengok saja hilangnya lagu dan program TV anak yang kontennya sesuai de-ngan perkembangan usia mereka, belum lagi fasilitas publik untuk bermain pun terus tergusur. Kalaupun ada acara hiburan yang dikemas untuk anak, isi kon-tennya tetap saja memakai perkataan atau lagu popu-ler orang dewasa.

Cukup sudah menganggap perilaku anak yang ber-potensi menyimpang sebagai hal sepele, wajar, atau malah kelucuan belaka, sebagai orang dewasa kita semua turut bertanggung jawab atas perkemba-ngan kepribadian mereka. Sudah saatnya kita ber-tindak untuk mengembalikan hak anak-anak dengan melin dungi dan mengayomi kehidupannya sewajar mungkin. Kita juga harus menyudahi tuduhan mi ring sebagai bangsa permisif, yang mudah memaafkan menerima keadaan sekalipun pahit, seperti melum-rahkan perilaku menyimpang para public figure (se-lebritis dan tokoh politik) yang mau tak mau dijadikan panutan. Negeri ini memang bukan didirikan di atas fondasi agamis dan konservatifisme, namun sejak merdeka, membangun bangsa yang berkarakter dan berkepribadian merupakan salah satu cita-cita utama yang wajib diperjuangkan.=

______________*) Sekretaris Liga Mahasiswa Nasional untuk De-

mokrasi (LMND) Wilayah Lampung Mahasiswa Sosi-ologi FISIP Unila.

Oleh : Saddam Cahyo*

Anak Indonesia dalam Kepungan Erotisme

Artikel TemaIlu

stra

si R

etno

Wul

anda

ri

Redaksi menerima kritikan dan saran serta kiriman berupa : Artikel atau opini, surat pembaca, dan informasi seputar Unila (diketik font cambria, ukuran 12 pt). Tulisan yang masuk menjadi milik redaksi dan edaksi berhak menyunting naskah sepanjang tidak me ngubah makna tulisan.

Page 11: Tabloid Teknokra Edisi 133

ww

11No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014 Pojok PKMLife Style

Sosok Soe Hok Gie menggoda saya untuk membaca pemikiran-nya mengenai perubahan. Aktivis yang berpengaruh di zaman-nya ini mempunyai banyak pikiran liar soal itu. Bahkan, demi memaknainya, ia memilih keluar dari zona nyaman.

Dalam sebuah catatan miliknya, ia pernah menulis “Kehidupan benar-benar membosankan saya. Saya merasa seperti monyet tua yang dikurung di kebun binatang dan tidak punya kerja lagi. Saya ingin merasakan kehidupan kasar dan keras, diusap oleh angin dingin seperti pisau atau berjalan memotong hutan dan mandi di sungai kecil. Orang-orang seperti kita ini tidak pantas mati di tempat tidur.”

Catatan itu sungguh menggambarkan pilihan hidup seseorang yang mungkin terasa ganjil. Di saat orang lain berebut tempat dan kehidupan yang serba nyaman dan aman, Gie berani me-milih cara lain memikmati kehidupannya. Pilihan itu rasanya la-hir dari pemaknaan lingkungannya. Gie masih melihat ada orang yang mengeruk makan di tong sampah saat pemerintah berani mengumandangkan kata merdeka. Ia masih merasakan bau amis korupsi dari pemerintahan yang bobrok, jalanan yang rusak, dan kemiskinan yang merajela.

Gie percaya, perubahan yang ada dibenaknya hanya dapat terwujud dengan menjadi gila. Gila baginya hanyalah gelar yang diberikan orang-orang yang menganggap dirinya waras kepada orang-orang yang dianggapnya tak waras. Namun, Gie dengan semua kegilaannya dapat mengukir sejarah tentang pergerakan.

Bagi sebagian orang, Gie dianggap terlalu berani. Ia banyak menulis protes dan kritik mengenai pemerintahan orde lama dan baru kala itu. Ia mencurahkan setiap jengkal fakta yang ia lihat di jalanan. Demi itu, Gie merasa tak perlu takut pada siapa pun. Baginya, pemerintah bukanlah orang yang mampu mengh-entikan pikiran liarnya soal perubahan. Gie tetap menulis.

Meski cita-citanya untuk mewujudkan negeri yang bebas KKN belum terwujud, namun setidaknya ia sudah mampu mewaris-kan pemikirannya lewat tulisan. Pemikiran itu akan selalu men-jadi pengingat saat bangsa ini mulai lupa. Tulisan Gie menjadi ruh bagi mahasiswa yang punya kerinduan yang sama akan pe-rubahan.

Lelaki keturunan Tionghoa ini membuat saya merindukan so-sok mahasiswa tempo dulu. Gelar bagi pemuda yang ketika saya sekolah dasar selalu ingin saya diraih. Kini, saat mendapatkan-nya, saya merasa tak ada yang istimewa. Keeleganan seorang ma-hasiswa rasanya hilang ditelan zaman.

Mahasiswa sekarang memang tak hidup di zaman Gie. Namun, rasanya kita masih punya musuh yang sama. Kita sebagai maha-siswa juga harusnya berjuang mewujudkan cita-cita Gie.

Sayangnya, kita belum punya keberanian seperti Gie. Say-angnya pula, kita terlalu apatis dengan lingkungan sendiri. Dan parahnya, kita enggan sekali menulis.=

Gie dan KitaVina Oktavia

Pemimpin Redaksi

Iklan

Pembunuh itu Bernama RokokOleh Khorik Istiana

Peringatan bahaya mero-kok dari baliho yang ter-pampang di jalanan ter-

kesan lebih tegas. Pilihan kata “Rokok Membunuhmu!” menjadi peringatan keras bagi perokok. Namun, peminat rokok di Indo-nesia tak kunjung menurun.

Ade Agung Darmawan (Agri-bisnis 2012) mengaku sudah merokok sejak kelas dua SMA. Menurutnya, pengaruh ling-kungan membuatnya menjadi seorang perokok. Agung se-benarnya sadar bahwa rokok tak baik. Namun, saat berkum-pul dengan teman-temannya, ia sulit menolak tawaran merokok. “Kalo kumpul, harus mengim-bangi,” ujarnya.

Sebagai perokok, Agung cukup selektif. Ia tak semba-rangan mengonsumsi rokok. Agung hanya memilih rokok yang berfilter. Menurutnya, ro-kok yang berfilter lebih aman karena mempunyai penyari-ngan asap rokok. Sampai saat ini, ia mengaku belum mera-sakan dampak akibat rokok.

Agung pernah mencoba menghentikan kebiasaa-nnya. Namun, baru tiga minggu berjalan, ia kem-bali mengonsumsi rokok. Ia merasa kesulitan karena tak ada yang melarangnya secara tegas.

Mahasiswa lainnya, Ariyanto mengaku bahwa dirinya me-ngenal rokok sejak SD. Hal ini terjadi akibat sering bergaul dengan orang yang usianya jauh diatasnya. Mahasiswa D3 Akuntansi 2011 merasa ket-agihan dan memutuskan un-

tuk melanjutkan dengan sembunyi-sembunyi.

Namun, suatu hari ibunya pernah mendapati Ari mero-kok di dalam kamar. Orang tuanya tak tinggal diam dan me nghukumnya. Sejak itu, ia jera dan berhenti merokok. Tak jarang, ia jua ditawari rokok oleh teman-temannya. Namun, tawaran itu selalu Ari tolak dengan sopan. “ Kalo buat diri kita udah enggak baik, ngapain diikutin,” ujarnya.

Kebiasaan merokok juga memberikan kerugian bagi perokok pasif. Meski tak meng-konsumsi rokok, Henny Indah (FMIPA Biologi ‘12) merasa dirugikan oleh perokok. Henny yang tidak terbiasa dengan asap rokok mengaku sulit b e r n a f a s k e t i k a ada a s a p r o -

kok yang m e n g e -

bul mengenai dirinya.” Kadang kes-

al, kalau negor tapi eng-gak diindahkan, ya lebih

baik geser aja deh” ujar Henny. Salah seorang dosen di

Fakultas Kedokteran Unila, dr. Susianti mengatakan semua orang sebenarnya sudah ta hu bahaya merokok. Berba gai gang-guan kesehatan s e pe rti batuk, gangguan pada paru - pa ru, jan-tung, stroke bahkan kanker pun dapat menghinggapi perokok. Menurutnya, kandungan yang terdapat dalam rokok adalah bahan yang berbahaya bagi tu-

buh, seperti karbon monoksi-da, nikotin dll. Ia sepakat bah-wa perokok pasif seringkali dirugikan. Ia sering menjump-ai kasus suami yang merokok, namun istrinya yang terkena kanker paru-paru.

Ia tak menampik bahwa rokok memang mempunyai manfaat untuk meningkatkan gairah. Namun, ketergan tungan terhadap rokok dapat menye-babkan seseorang g e lisah terus-menerus saat tak menghisapnya. Ia menambahkan, kebiasa an merokok biasanya muncul kare-na coba-coba. Kandungan niko-

tin yang menyebab-kan seseorang merasa

terstimu lasi dan lebih bergairah membuat aksi

coba-coba itu berlanjut. Menurutnya, iklan rokok

yang ada di Indonesia sangat mempengaruhi masyarakat. Perokok sering digambarkan sebagai laki-laki gagah. Iklan tersebut memberikan kesan rokok seolah menjadi simbol kegagahan. Akibatnya, perin-gatan bahaya merokok sering-kali tak digubris.

Lebih lanjut ia menanggapi, jika perokok ingin berhenti merokok harus diawali dari diri sendiri. “Tidak ada terapi khusus bagi perokok untuk berhenti dari kecanduan, ha nya kemauan dan tekat yang kuat untuk dapat lepas dari jeratan rokok,” ujarnya. Diakhir wawa-ncara, dr. Susi menyarankan agar orang sebaiknya tidak merokok, karena rokok bisa membahayakan nyawa.=

Rokok masih menjadi dilema di Indonesia. Kehadirannya dianggap menjadi menyelamat devisa negara. Namun, lebih banyak menimbulkan dampak negatif.

Ilust

rasi

Ret

no W

ulan

dari

Page 12: Tabloid Teknokra Edisi 133

12 No 133 Tahun XIV TrimingguanEdisi Maret 2014Ekspresi

Iklan

Yayasan Cinta Harapan Indonesia (YCHI) Lam-pung pertama kali ia ke-

nal dari Susi Novianti. Susi yang yang juga kakak tingkatnya itu merupakan koordinator klinik terapi bagi anak-anak berkebu-tuhan khusus. Ajakan Susi untuk bergabung dengan YCHI coba Adjeng terima. Perlahan, maha-siswi Bimbingan Konseling ‘07 ini mulai jatuh cinta pada aktivi-tas mengajarnya. Ketertarikan-nya itu ia perlihatkan dengan rajin mengikuti pelatihan kete-rapisan.

Rutinitas mengajar itu ia la-koni sejak semester tiga hingga sekarang. Setiap usai kuliah, Ad-jeng mengunjungi kantor YCHI yang berada di jalan Pelita Ujung no.3 Labuan Ratu, Bandarlam-pung. Meski kerap dibenturkan dengan rutinitas kuliah, Ajeng tak merasa kesulitan membagi waktu. Disana, ia dibantu sem-bilan volunteer lainnya. Ajeng mendapat jadwal setiap hari Senin sampai Jum’at mulai pukul 14.00-16.00 WIB.

Anak-anak autis yang belajar bersama Adjeng tergolong dari kalangan kurang mampu di Lam-pung. Sebagian anak-anak itu ia kumpulkan bersama teman-teman lainnya di YHCI dari lingkungan sekitar. Sisanya merupakan anak yang sengaja didaftarkan oleh orang tuanya. Selama ini, yayasan tempat Adjeng bernaung telah melakukan sosialisasi ke sekolah dan masyarakat. Berbeda dengan klinik terapi provit, di YCHI para pasien tidak dipungut biaya apa-pun. Namun, adakalanya orang tua pasien secara membawakan makanan untuk para terapis se-bagai tanda terima kasih.

Usia anak-anak yang Adjeng tangani bermacam-macam, mu-lai dari lima hingga sembilan belas tahun. Saat ini, terdapat dua belas anak yang masih be-lajar. Beberapa anak telah lulus dan dapat bersekolah di sekolah biasa, namun ada juga yang me-milih bersekolah di SLB.

Selama ini, Adjeng menar-getkan enam bulan agar anak

didiknya dapat lulus tahap ter-api. Me reka dikatakan lulus jika sudah mampu duduk tenang, berdiri tegak, menulis, mewar-nai, dan aktivitas belajar lainnya. Meski demikian, tak jarang ada anak didik yang butuh waktu lebih lama. Daya tahan tubuh anak yang sering drop membuat tahapan terapi menjadi terham-bat. “Pernah ada pasien yang be-rumur 14 tahun kami off karena dia terlalu aktif dan kami pun tidak sanggup menangganinya,” jelas Adjeng.

Menurutnya, mengajak anak-anak autis untuk belajar butuh ke-sabaran dan kerja keras. Ko n disi mental mereka yang tak stabil menjadi penyebabnya. Tak ja-rang, ketika belajar anak-anak didikan Adjeng mengalami tan -trum (ngamuk, red). Kalau su-dah begitu, anak-anak biasanya akan menangis atau memukul-mukul meja. Bahkan, ada juga yang memukul terapisnya. “Saya per nah didorong,” ujar Adjeng men ceritakan pengalamannya. Na mun, ia menganggap hal ter-sebut sebagai respon yang wajar. Menurutnya, penyebab tantrum karena anak ingin mencari per-hatian. “Namun, ada juga yang me ng amuk karena merasa tak nyaman dengan suasana belajar, udara, atau makanan,” tambahnya.

Untuk menanganinya, Adjeng akan mencoba memegang le ngan anak, mengelus, atau memeluknya agar merasa nyaman. Namun, saat tak dapat dikendalikan, ia terpaksa harus mengikat mereka dengan bantuan teman pengajar lain. Dalam proses belajar, metode yang diterapkan bermacam-macam, seperti gross mottors, font mot-tor, sensor integrasi dan latihan berbicara. Semua metode terse-but dirancang untuk mengem-bangkan cara berpikir dan ber-interaksi anak-anak.

Kepeduliannya pada anak-anak autis coba ia tularkan untuk orang lain, Adjeng sering kali mengajak orang-orang untuk ikut menjadi

relawan melalui media sosial. Ma-hasiswa yang berusia 21 tahun ini aktif berkampanye melalui twit-ter, facebook, dan blog. Dari situ, ia sering mendapatkan yang tertarik membantunya mengajar bebera-pa pertemuan. “Sering, kalo saya nge-tweet banyak volunteer ba-yangan yang ikut,” jelasnya.

Kegitan mengajar yang ia la-koni pernah membuatnya kele-lahan. Beban pikiran yang tidak stabil membuat penyakit tipus-nya kambuh. Meskipun begitu, ia enggan mengurangi aktivitas mengajarnya. Orangtua Adjeng juga sempat khawatir aktivitas mengaja-rnya akan menganggu perkulihan. Namun, ia dapat menepis kekha-watiran itu dengan memperoleh nilai IPK 3,79. Hal ini membuat orangtua Adjeng mendukung pe-kerjaan sosial yang ia geluti.

Adjeng mengaku anak-anak membuatnya nyaman untuk terus mengajar. Meskipun hanya diberikan uang transport sebe-sar dua puluh lima ribu rupiah setiap hari, ia mengaku tetap semangat. Adjeng mengaku tak pernah merasa jenuh. “Disini saya anggep sebagai main-main biasa bukan sebagai pekerjaan, karena banyak anak-anak yang mengasikkan,” terangnya.

Sebenarnya, ia pernah bekerja di klinik terapi yang memberinya gaji. Namun, ia merasa tak sepak-at degan manajemen ditem-patnya bekerja. Baru satu hari bekerja, ia memutuskan untuk resign. Menurutnya, pihak peru-sahaan menganggap anak-anak sebagai aset untuk memperoleh keuntungan.

Selain menjadi terapis, anak ke tiga dari empat bersaudara ini ber-gabung dalam komunitas Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu In-donesia (Gerkatin). Disana, ia men-jadi interpreter atau penerjemah yang membantu penderita tuna-rungu berkomunisasi dengan orang normal. “Organisasi ini sudah lama ada, tapi sempet vacum karena ti-dak adanya interpeter,” jelasnya.

Mahasiswi yang memiliki hobi baca novel ini belajar bahasa isyarat secara langsung de ngan seorang tunarungu. Ia mulai belajar sejak Mei tahun lalu. “Saya seminggu berkomunikasi dengan tunarungu. Saya ajak ke kampus, ajak makan,” aku-nya. Panggilan jiwa membuatnya tetap bertahan belajar bahasa isyarat dan menjadi interpreter.

Sebagai hasil kerja keras dan keikhlasannya, beberapa pekan lalu Adjeng menghadiri pen-ganugerahan sebagai Young Change Makers Asoka Indonesia di Jakarta. Penghargaan ini ia peroleh setelah lolos seleksi se-bagai pemuda yang memiliki de-dikasi di bidang sosial. Program kerja Toys Charity for Autism yang ia jalankan sejak april 2013 membawanya mendapatkan penghargaan itu. Program itu ia gulirkan dengan cara meng-galang dana untuk anak-anak au-tis. Dana tersebut digunakan un-tuk menjalankan program terapi dan pembelajaran bagi mereka.

Tak hanya itu, ia juga pernah menghadiri acara Internatio nal Youth Conference For Peace Union. Acara yang digelar di Ta-man Mini Indonesia Indah ini dihadiri oleh 50 orang dari 30 negara. Saat itu, Ajeng menjadi satu dari lima perwakilan untuk Indonesia.

Ia mengaku akan terus bekerja dibidang sosial ini. “Saya nggak tahu sampai kapan, mungkin setelah lulus saya masih mengge-luti profesi ini. Hanya saja mung-kin di kantor pusatnya yang di Jakarta,” ucapnya. Gadis ini juga berharap lebih banyak orang-orang yang memperhatikan anak-anak berkebutuhan khusus ini. Menurutnya, mereka memiliki hak mendapat kebahagiaan sep-erti anak normal lainnya. Baginya, minat dan kesukaannya pada anak-anak autis membuatnya ber-tahan. “You don’t choose your pa-sion, but your pasion choose you,” ujarnya.=

Kanti Setyo Willujeng,

Oleh Rika Andriani

Jatuh Hati pada Anak AutisTak pernah terbesit dalam benak Adjeng menjadi seorang terapis anak Autis. Minat dan kesukaannya pada anak-anak autis membuat-nya setia pada rutinitas mengajar.