pengaruh kecerdasan emosional dan gaya...

142
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA KELEKATAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIR PADA SISWA DAN SISWI SMA NEGERI 36 JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Denny Sekar Taji NIM: 1110070000029 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Upload: vandan

Post on 08-Apr-2019

243 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA

KELEKATAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KARIR PADA SISWA DAN SISWI SMA NEGERI 36

JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Denny Sekar Taji

NIM: 1110070000029

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

i

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN GAYA

KELEKATAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KARIR PADA SISWA DAN SISWI SMA NEGERI 36

JAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Denny Sekar Taji

NIM: 1110070000029

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

ii

iii

iv

v

LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Untuk mamah tercinta

Engkau yang mengandungku selama 9 bulan

Engkau melahirkanku dengan susah payah

Engkau merawatku sampai tumbuh besar

Engkau merawatku tanpa pamrih

Engkau yang selalu merawatku penuh kasih sayang

Terima kasih atas pengorbanan yang engkau berikan

Appreciate those who love you

Help those who need you

Forgive those who hurt you

Forget those who leave you

( ANONYMOUS )

Accept the things you cannot change

Have the courage to change the things you can

And have the wisdom to know the difference

( Nora Allen )

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Maret 2015

C) Denny Sekar Taji

D) Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Gaya Kelekatan terhadap Pengambilan

Keputusan Karir pada Siswa dan Siswi SMA Negeri 36 Jakarta

E) xvi + 105 halaman + lampiran

F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional dan

gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa dan siswi

SMA Negeri 36 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan analisis regresi berganda. Sampel berjumlah 237 siswa dan siswi SMA

Negeri 36 Jakarta yang diambil dengan menggunakan teknik nonprobability

sampling. Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi instrumen pengumpulan

data, yaitu Assessment of Career Decision Making (ACDM), Wong and Law

Emotional Intelligence (WLEIS) dan Adult Attachment Scale (AAS). Analisis

data penelitian menggunakan software SPSS, sedangkan untuk pengujian

validitas konstruk menggunakan uji validitas konstruk CFA.

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh tiga kesimpulan penelitian.

Kesimpulan pertama adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan

dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa

dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan bahwa variabel yang

berpengaruh signifikan adalah use of emotions. Kesimpulan kedua yang

diperoleh adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan

emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif

pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan ada variabel yang

berpengaruh signifikan, yaitu gaya kelekatan menghindar. Kesimpulan terakhir

yang diperoleh adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan

emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen

pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan bahwa variabel yang

berpengaruh signifikan adalah self emotions appraisal dan regulation of

emotions. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar

menggunakan variabel lain seperti trait kepribadian, dukungan sosial, self

efficacy dan variabel demografi.

G) Bahan bacaan: 34 Jurnal + 11 Buku + 7 Tesis + 1 Artikel

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) March 2015

C) Denny Sekar Taji

D) The Effect of Emotional Intelligence and Attachment Styles to Career Decision

Making on High School Students 36 Jakarta

E) xvi + 105 pages + appendix

F) This study aimed to examine the effect of emotional intelligence and

attachment styles to the career decision making on students high school 36

Jakarta. This study uses a quantitative approach with multiple regression

analysis. The sample totaled 237 high school students were taken using a non

probability sampling technique. In this study, researcher modified the

instrumental data, namely Assessment of Career Decision Making (ACDM),

Wong And Law Intelligence Scale (WLEIS) and Adult Attachment Scale

(AAS). Research data analysis using SPSS software, while for the construct

validity testing using CFA.

Based on the analysis of data, there is three research conclusions. The first

conclusion is that there is significant relationship between emotional

intelligence and attachment styles to rational career decision making on

students. It was found that the variable that have a significant effect is the use

of emotions. The second conclusion is there is no significant relationship

between emotional intelligence and attachment styles to the intuitive career

decision making on students. It was found that the variable that have a

significant effect is the avoidance attachment style. The final conclusion there

is significant relationship between emotional intelligence and attachment styles

to dependent career decision making on students. It was found that the variable

that have a significant effect is self emotions appraisal and regulation of

emotions. For further study, the researcher suggested that usuing other

variables such as personality, social support, self efficacy and demographic

variables.

G) Reading materials: 34 Journals + 11 Books + 7 Thesis + 1 Article

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan

izin-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan

karir pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta”.

Tak lupa shalawat dan salam peneliti selalu curahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat. Penelitian skripsi

ini diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya, serta seluruh civitas

akademik Fakultas Psikologi. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan

dan arahannya selama ini.

2. Ibu Solicha, M.Si selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas waktu, tenaga,

pikiran dan ilmu yang diberikan kepada peneliti. Semoga Allah SWT

membalas budi baiknya berkali lipat.

3. Ibu Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih atas semangat dan nasihat, baik di dalam, maupun di luar

perkuliahan.

ix

4. Pimpinan dan seluruh staf SMA Negeri 36 Jakarta yang telah memberikan

kemudahan dan menyediakan waktu kepada peneliti untuk melakukan

penelitian. Terima kasih juga kepada siswa dan siswi yang telah membantu

peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

5. Orang tua dan keluarga peneliti yang selalu memberikan dukungan dari awal

sampai akhir penelitian. Terima kasih untuk mamah tercinta yang telah sabar

mendidik sehingga anakmu mampu bertahan sampai sejauh ini.

6. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

atas dukungan dan bantuan yang diberikan.

Semoga skripsi ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan

bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan

bagi kita semua.

Jakarta, 8 Maret 2015

Peneliti

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ....................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO .......................................... v

ABSTRAK .................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... x

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………... 1-13

1.1 Latar Belakang Masalah ………………………….. 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah …………….. 9

1.2.1 Pembatasan masalah ……………………… 9

1.2.2 Perumusan masalah ………………………. 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................ 11

1.3.1 Tujuan penelitian …………………………. 11

1.3.2 Manfaat penelitian ....................................... 12

1.4 Sistematika Penulisan .............................................. 12

BAB 2 LANDASAN TEORI ......................................................... 14-38

2.1 Pengambilan Keputusan Karir ……………………. 14

2.1.1 Definisi pengambilan keputusan karir ……. 14

2.1.2 Dimensi pengambilan keputusan karir …… 16

2.1.3 Pengukuran pengambilan keputusan karir.... 17

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengambilan keputusan karir……………... 18

2.2 Kecerdasan Emosional …………………………… 20

2.2.1 Definisi kecerdasan emosional …………… 20

2.2.2 Dimensi kecerdasan emosional …………... 22

2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosional ………. 23

2.3 Gaya kelekatan ........................................................ 24

2.3.1 Definisi gaya kelekatan …………………... 24

2.3.2 Dimensi gaya kelekatan .............................. 26

2.3.3 Pengukuran gaya kelekatan ......................... 27

2.4 Kerangka Berpikir ………………………………... 28

2.5 Hipotesis Penelitian ................................................. 37

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................. 39-68

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan

Sampel ……………………………………………. 39

xi

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel ………………………………………….... 39

3.2.1 Variabel penelitian ....................................... 39

3.2.2 Definisi operasional variabel ……………... 40

3.3 Instrumen Pengumpulan Data ……………………. 41

3.4 Uji Validitas Konstruk ………………………….... 44

3.4.1 Uji validitas skala pengambilan keputusan

karir …………………………………......... 45

3.4.1.1 Pengambilan keputusan karir

rasional …………………………… 45

3.4.1.2 Pengambilan keputusan karir

intuitif ….......................................... 48

3.4.1.3 Pengambilan keputusan karir

dependen .......................................... 50

3.4.2 Uji validitas skala kecerdasan emosional … 52

3.4.2.1 Self emotions appraisal ................... 52

3.4.2.2 Other’s emotions appraisal ............. 54

3.4.2.3 Use of emotions …………………... 55

3.4.3.4 Regulation of emotions .................... 57

3.4.3 Uji validitas skala gaya kelekatan ………... 58

3.4.3.1 Gaya kelekatan aman …………….. 58

3.4.3.2 Gaya kelekatan cemas ……………. 60

3.4.3.3 Gaya kelekatan menghindar ............ 61

3.5 Teknik Analisis Data ……………………………... 63

3.6 Prosedur Penelitian ……………………………….. 67

BAB 4 HASIL PENELITIAN …………………………………... 69-94

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ……………... 69

4.2 Analisis Deskriptif ……………………………….. 70

4.3 Kategorisasi Skor .................................................... 71

4.3.1 Kategorisasi skor pengambilan keputusan

karir rasional ............................................... 72

4.3.2 Kategorisasi skor pengambilan keputusan

karir intuitif …………………………….... 72

4.3.3 Kategorisasi skor pengambilan keputusan

karir dependen ……………………………. 73

4.3.4 Kategorisasi skor self emotions appraisal ... 74

4.3.5 Kategorisasi skor other’s emotions

appraisal ………………………………...... 74

4.3.6 Kategorisasi skor use of emotions ……….... 75

4.3.7 Kategorisasi skor regulation of emotions .... 75

4.3.8 Kategorisasi skor gaya kelekatan aman …… 76

4.3.9 Kategorisasi skor gaya kelekatan cemas ….. 76

4.3.10 Kategorisasi skor gaya kelekatan

menghindar .................................................. 77

4.4 Uji Hipotesis ……………………………………… 77

xii

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ..................... 95-104

5.1 Kesimpulan ……………………………………… 95

5.2 Diskusi ................................................................... 96

5.3 Saran ....................................................................... 102

5.3.1 Saran metodologis ………………………... 103

5.3.2 Saran praktis …………………………….... 103

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 105

LAMPIRAN

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian skala pengambilan keputusan karir,

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan ....................... 41

Tabel 3.2 Blue print skala pengambilan keputusan karir .................. 42

Tabel 3.3 Blue print skala kecerdasan emosional ............................. 43

Tabel 3.4 Blue print skala gaya kelekatan ........................................ 44

Tabel 3.5 Muatan faktor dimensi pengambilan keputusan

karir rasional...................................................................... 47

Tabel 3.6 Muatan faktor dimensi pengambilan keputusan

karir intuitif ....................................................................... 50

Tabel 3.7 Muatan faktor dimensi pengambilan keputusan

karir dependen ................................................................... 52

Tabel 3.8 Muatan faktor dimensi self emotions appraisal ................ 54

Tabel 3.9 Muatan faktor dimensi other’s emotions appraisal .......... 55

Tabel 3.10 Muatan faktor dimensi use of emotions ............................ 57

Tabel 3.11 Muatan faktor dimensi regulation of emotions ................. 58

Tabel 3.12 Muatan faktor dimensi gaya kelekatan aman .................... 60

Tabel 3.13 Muatan faktor dimensi gaya kelekatan cemas .................. 61

Tabel 3.14 Muatan faktor dimensi gaya kelekatan menghindar ......... 63

Tabel 4.1 Gambaran umum subjek penelitian................................... 69

Tabel 4.2 Analisis deskriptif ............................................................. 71

Tabel 4.3 Norma skor ........................................................................ 72

Tabel 4.4 Kategorisasi skor pengambilan keputusan karir

rasional .............................................................................. 72

Tabel 4.5 Kategorisasi skor pengambilan keputusan karir

intuitif ................................................................................ 73

Tabel 4.6 Kategorisasi skor pengambilan keputusan karir

dependen ........................................................................... 73

Tabel 4.7 Kategorisasi skor self emotions appraisal ........................ 74

Tabel 4.8 Kategorisasi skor other’s emotions appraisal ................... 74

Tabel 4.9 Kategorisasi skor use of emotions ..................................... 75

Tabel 4.10 Kategorisasi skor regulation of emotions.......................... 75

Tabel 4.11 Kategorisasi skor gaya kelekatan aman ............................ 76

Tabel 4.12 Kategorisasi skor gaya kelekatan cemas ........................... 76

Tabel 4.13 Kategorisasi skor gaya kelekatan menghindar .................. 77

Tabel 4.14 R Square terhadap pengambilan keputusan rasional......... 78

Tabel 4.15 Anova pengaruh IV terhadap pengambilan keputusan

karir rasional...................................................................... 78

Tabel 4.16 Koefisien regresi ............................................................... 79

Tabel 4.17 Proporsi varian pengambilan keputusan karir rasional ..... 81

Tabel 4.18 R Square terhadap pengambilan keputusan karir

intuitif ................................................................................ 83

Tabel 4.19 Anova pengaruh IV terhadap pengambilan keputusan

karir intuitif ....................................................................... 83

xiv

Tabel 4.20 Koefisien regresi ................................................................ 84

Tabel 4.21 Proporsi varian pengambilan keputusan karir intuitif ........ 87

Tabel 4.22 R Square terhadap pengambilan keputusan karir

dependen ............................................................................ 88

Tabel 4.23 Anova pengaruh IV terhadap pengambilan keputusan

karir dependen .................................................................... 89

Tabel 4.24 Koefisien regresi ................................................................ 90

Tabel 4.25 Proporsi varian pengambilan keputusan karir dependen ... 92

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema kerangka berpikir pengambilan keputusan

karir rasional...................................................................... 34

Gambar 2.2 Skema kerangka berpikir pengambilan keputusan

karir intuitif ....................................................................... 35

Gambar 2.3 Skema kerangka berpikir pengambilan keputusan

karir dependen ................................................................... 36

Gambar 3.1 Analisis konfirmatorik skala pengambilan keputusan

karir rasional...................................................................... 46

Gambar 3.2 Analisis konfirmatorik skala pengambilan keputusan

karir intuitif ....................................................................... 49

Gambar 3.3 Analisis konfirmatorik skala pengambilan keputusan

karir dependen ................................................................... 51

Gambar 3.4 Analisis konfirmatorik skala self emotions appraisal ....... 53

Gambar 3.5 Analisis konfirmatorik skala other’s emotion appraisal ... 54

Gambar 3.6 Analisis konfirmatorik skala use of emotions ................... 56

Gambar 3.7 Analisis konfirmatorik skala regulation of emotions ........ 57

Gambar 3.8 Analisis konfirmatorik skala gaya kelekatan aman ........... 59

Gambar 3.9 Analisis konfirmatorik skala gaya kelekatan cemas ......... 60

Gambar 3.10 Analisis konfirmatorik skala gaya kelekatan

menghindar ........................................................................ 62

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Surat izin penelitian

Lampiran B Kuesioner penelitian

Lampiran C Contoh syntax CFA pengambilan keputusan rasional

Lampiran D Contoh output CFA pengambilan keputusan rasional

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang latar belakang masalah, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika

penulisan.

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengambilan keputusan karir merupakan tugas penting yang terjadi pada siswa

sekolah menengah atas. Pada tahapan ini remaja mulai aktif mengeksplorasi minat

dan bakat mereka serta mengembangkan tujuan yang berkaitan dengan karir dan

aspirasi. Remaja juga diarahkan agar tepat sasaran dalam membuat keputusan

karir. Pada akhirnya, remaja akan mengambil keputusan mengenai karirnya

setelah mengetahui adanya kecocokan antara kemampuan yang dimiliki dengan

tuntutan dalam suatu karir (Supatmi, 2014).

Sukardi (1993) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir

merupakan suatu proses dimana seseorang mengadakan suatu seleksi terhadap

beberapa pilihan dalam rencana masa depan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan

oleh Munandir (1996), menyatakan bahwa keputusan karir yang dimaksud adalah

keputusan yang diambil secara arif dan teliti serta penuh pertimbangan.

Pengambilan keputusan karir berkaitan dengan membuat pilihan terkait

pendidikan, pelatihan dan pekerjaan (Patton & McMahon, 2014).

Remaja harus memikirkan mengenai studi mereka di sekolah menengah

atas selama masa remaja awal dan pertengahan dan studi mereka di perguruan

2

tinggi selama masa remaja akhir (Bacanli, 2012). Pada tingkat akhir sekolah

menengah atas, mereka juga perlu memutuskan apakah akan melanjutkan

pendidikan dengan memasuki perguruan tinggi atau mengakhiri pendidikannya

dengan mencari pekerjaan (Bubic, 2014).

Pengambilan keputusan karir bukanlah tugas yang mudah karena hal

tersebut membutuhkan proses yang dinamis, seperti halnya menentukan pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan diri. Memilih karir merupakan satu hal yang

dialami setiap individu karena tidak ada seorangpun yang ingin menjadi

pengangguran setelah menamatkan studinya (Supatmi, 2014). Oleh karena itu,

pengambilan keputusan karir merupakan salah satu keputusan penting yang harus

dilakukan oleh remaja (Hussain & Rafique, 2013).

Sebuah penelitian dilakukan oleh Pramudi (2015) untuk melihat

kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa kelas XI SMAN 1 Kutasari.

Hasilnya adalah ternyata kemampuan pengambilan keputusan karir pada siswa

kelas XI SMAN 1 Kutasari termasuk dalam kategori kurang dengan jumlah

presentase 73,40%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar

siswa mengambil keputusan karir sesuai dengan keadaan orang tua dan sesuai

dengan minatnya. Hal ini dibuktikan bahwa terdapat 70% siswa yang mengambil

keputusan karir sesuai dengan keadaan orang tua dan terdapat 57% siswa yang

mengambil keputusan karir sesuai dengan minatnya. Akan tetapi, masih banyak

siswa yang belum yakin dengan keputusan karirnya dan sebagian besar juga

menyatakan tidak menentukan sendiri dalam mengambil keputusan karirnya. Hal

ini ditunjukkan bahwa terdapat 77% siswa yang belum dapat memutuskan pilihan

3

karirnya sendiri dan terdapat 63% siswa yang belum belum yakin terhadap

keputusannya sendiri.

Pramudi (2015) juga melakukan studi wawancara terhadap beberapa siswa

yang duduk di bangku kelas XI, diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa

siswa mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan karir. Sebagian siswa

merasa salah jurusan dan kesulitan menyesuaikan diri dengan jurusan pilihannya.

Hal tersebut karena mereka belum matang dalam mengambil keputusannya. Siswa

juga merasa bingung untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan belum siap

ketika memasuki dunia kerja.

Crites (1969) menemukan bahwa 30% peserta didik merasa kebingungan

semasa berada di sekolah sebagai akibat dari minimnya pengetahuan mereka

tentang karir masa depan. Kurangnya informasi yang akurat mengenai pemilihan

karir menjadi salah satu penghambat remaja dalam mengambil keputusan karirnya

secara tepat. Selain itu, peserta didik yang akan menamatkan studi tidak

mempertimbangkan kesesuaian diri pribadi dengan karir yang hendak dituju. Hal

ini menunjukkan peserta didik belum memiliki pengetahuan yang cukup untuk

membuat pemilihan karir yang tepat. Pemilihan karir yang tepat tentunya harus

disesuaikan dengan minat dan kemampuan remaja (Supatmi, 2014).

Sebuah lembaga karir ECC UGM melakukan sebuah survei terhadap 462

responden yang merupakan karyawan di berbagai perusahaan. Pertanyaan yang

diberikan yaitu apakah pekerjaan yang mereka jalani telah sesuai dengan minat

dan bakat atau belum. Hasil survei tersebut menyatakan bahwa sebanyak 88

responden mengatakan mereka telah bekerja sesuai minat, 197 mengatakan tidak

4

dan 177 responden belum tahu apakah pekerjaan saat ini sudah sesuai dengan

minat dan bakat mereka (Engineering Career Centre UGM, 2013). Hal tersebut

membuktikan masih banyak orang-orang yang bekerja tidak sesuai minat dan

bakat mereka.

Ada sebuah periode ketika individu tidak dapat atau kesulitan dalam

membuat keputusan secara optimal mengenai karirnya. Oleh karena itu,

dibutuhkan bimbingan dari konselor karir karena kesulitan yang dihadapi dalam

membuat keputusan karir (Gati, Amir & Landman, 2010). Pada kenyataanya,

banyak remaja menerima terlalu sedikit bimbingan karir dari pembimbing di

sekolah dan tidak cukup banyak mengeksplorasi pilihan karir sendiri. Rata-rata

siswa SMA hanya menghabiskan tiga jam per tahun dengan pembimbing, bahkan

di sekolah tertentu malah tidak sebanyak itu (National Assesment of Educational

Progress, 1976). Bimbingan karir dengan intensitas yang sedikit diterima di

sekolah juga dapat menyebabkan siswa dan siswi kekurangan informasi mengenai

peluang karir dan jenis-jenis pekerjaan yang tersedia.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir,

yaitu trait kepribadian (Di Fabio, Palazzeschi, Peretz & Gati, 2013), spritualitas

(Oluwole & Umar, 2013), kecerdasan emosional (Afzal, Atta & Shujja, 2013) dan

gaya kelekatan (Agheli, Abedi, Nilforooshan & Baghban, 2013). Faktor

demografis juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan karir, seperti

keluarga, sekolah, program bimbingan karir, media dan teman sebaya (Mudhovozi

& Chireshe, 2012). Falaye dan Adams (2008) menambahkan bahwa jenis kelamin,

pekerjaan dan pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengambilan keputusan

5

karir. Variabel independen yang akan diteliti adalah kecerdasan emosional dan

gaya kelekatan. Oleh karena itu, peneliti akan menjelaskan kaitan antara

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir.

Pengambilan keputusan karir melibatkan proses kognitif pada individu.

Akan tetapi, bukan hanya proses kognitif yang berperan dalam pengambilan

keputusan karir, melainkan peran emosi juga memiliki pengaruh (Kidd, 1998).

Peran emosi yang dimaksud adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional

diketahui dapat mempengaruhi pengambilan keputusan karir sehingga individu

dapat memilih karirnya dengan baik (Di Fabio & Kenny, 2011). Orang dengan

kecerdasan emosional yang tinggi memiliki kesadaran yang lebih baik terhadap

emosi mereka dan memiliki kapasitas yang besar untuk mengintegrasikan emosi

dengan pikiran dan tindakan. Oleh karena itu, individu dengan kemampuan seperti

ini lebih mampu memanfaatkan kecerdasan emosional mereka dalam pengambilan

keputusan karir (Di Fabio & Palazzeschi, 2009).

Emmerling dan Cherniss (2003) menyatakan bahwa individu dengan

kecerdasan emosional yang tinggi akan lebih menyadari minat mereka dan lebih

percaya pada kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas yang

berhubungan dengan pengambilan keputusan karir. Hal ini menunjukkan bahwa

individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan berusaha untuk membuat

keputusan yang jelas untuk karir.

Anggraeni (2015) berpendapat bahwa kecerdasan emosional merupakan

salah satu aspek psikologis yang dapat mendorong individu untuk membuat

keputusan karir. Diasumsikan bahwa penggunaan emosi dapat mempengaruhi

6

individu untuk bertindak mengambil keputusan karirnya. Individu dengan

kecerdasan emosional yang baik akan mampu mengidentifikasikan dirinya terkait

kelebihan dan kekurangan pada dirinya serta memiliki tujuan karir yang jelas

sehingga lebih efektif dalam mengambil keputusan karirnya.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Afzal, Atta dan Shujja (2013) untuk

melihat pengaruh kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan karir.

Hasilnya adalah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap

pengambilan keputusan karir. Dijelaskan juga pengaruh masing-masing dimensi

kecerdasan emosional bahwa dimensi self emotions appraisal dan use of emotions

memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan other’s emotions appraisal dan

regulation of emotions tidak signifikan. Diasumsikan bahwa individu yang self

emotions appraisal tinggi akan lebih menyadari minat, bakat dan kemampuan

pada dirinya sehingga dapat mengambil keputusan karir dengan baik. Sedangkan,

individu dengan use of emotions yang tinggi akan membuat individu lebih mampu

memecahkan masalah terkait dengan pilihan karir (Mayer & Salovey, 1997).

Selain kecerdasan emosional, variabel independen lainnya yang memiliki

pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir adalah gaya kelekatan. Ainsworth

menjelaskan bahwa gaya kelekatan merupakan cara individu berinteraksi ataupun

membuat hubungan dengan individu lain. Gaya kelekatan ini dibagi menjadi tiga,

yaitu gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar (dalam Akhtar, 2012). Ada

beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara gaya kelekatan dengan

pengambilan keputusan karir. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Wolfe dan

Betz (2004), menunjukkan bahwa gaya kelekatan aman memiliki hubungan

7

negatif dengan ketakutan dalam pengambilan keputusan karir pada mahasiswa.

Hal ini diasumsikan bahwa ketika individu dengan gaya kelekatan aman yang

rendah, maka mereka akan merasakan ketakutan atau kecemasan yang lebih ketika

mengambil keputusan karir. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

Wilson (2000), yaitu bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya

kelekatan dengan keraguan karir mahasiswa.

Blustein, Prezioso dan Schultheiss (1995) berpendapat ketika individu

akan mengambil keputusan karirnya, akan muncul perasaan takut dan cemas

bahwa mereka tidak mampu mencapainya. Akan tetapi, rasa aman yang dimiliki

individu dapat mengurangi rasa takut dan cemas yang terkait dengan pengambilan

keputusan karir. Artinya adalah ketika individu memiliki rasa aman dengan

individu lain, hal tersebut akan memunculkan perasaan tenang bahwa mereka

tidak sendirian ketika mengambil keputusan karirnya. Individu dapat saling

percaya dan meminta saran dalam memilih karir. Rasa aman ini disebut juga gaya

kelekatan aman.

Bercovitz (2014) melakukan sebuah penelitian untuk melihat apakah ada

pengaruh gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir. Gaya kelekatan

yang dimaksud oleh Braunstein tidak hanya sebatas dengan keluarga, namun

mencakup peran hubungan dengan significant others. Hasil penelitian

mengemukakan bahwa gaya kelekatan aman memiliki hubungan yang positif

terkait dengan perkembangan karir, terutama pengambilan keputusan karir dan

berkomitmen pada karir yang telah dipilih. Diasumsikan bahwa individu yang

memiliki gaya kelekatan aman bukan hanya mempengaruhi dalam mengambil

8

keputusan karir, melainkan dapat membuat individu lebih komitmen terhadap

karir yang telah dipilihnya. Gaya kelekatan cemas dan menghindar juga

mempengaruhi hambatan dalam pengambilan keputusan karir. Individu yang

memiliki gaya kelekatan ini dicirikan dengan kecenderungan menghindari dan

tidak percaya kepada individu lain. Hal ini justru akan mengakibatkan proses

pengambilan keputusan karir terhambat. Individu akan kekurangan informasi dan

dukungan dari individu lain karena menghindari dan tidak percaya sehingga

proses pengambilan keputusan karir akan terhambat.

Penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan dan Baghban

(2013) menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara gaya kelekatan

menghindar dengan pengambilan keputusan karir rasional. Diasumsikan bahwa

individu dengan gaya kelekatan menghindar, maka pengambilan keputusan

rasionalnya rendah. Individu akan kekurangan informasi mengenai karir karena

menghindari lingkungan sekitar dan tidak percaya dengan individu lainnya. Oleh

karena itu, individu tidak mampu untuk membuat keputusan karir secara rasional.

Sedangkan, ada hubungan positif antara gaya kelekatan cemas dengan

pengambilan keputusan karir intuitif. Individu dengan gaya kelekatan cemas

memiliki kecenderungan untuk tidak melakukan hubungan dan menghindari

individu lainnya. Oleh karena itu, individu tidak dapat membuat keputusan secara

rasional sehingga lebih menggunakan intuisinya sebagai landasan berpikir.

Ditemukan juga ada pengaruh signifikan antara gaya kelekatan cemas dengan

pengambilan keputusan karir dependen.

9

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis

menganggap perlu adanya penelitian terkait hal tersebut. Oleh karena itu, untuk

merealisasikan hal tersebut peneliti melakukan penelitian dengan judul :

“Pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan

keputusan karir siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta“.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor, yaitu

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir

pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Adapun definisi tentang konsep

variabel yang digunakan, yaitu :

1. Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses psikologi yang

mengorganisasi sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan

membuat komitmen untuk sebuah tindakan yang dilakukan (Harren, 1979).

Pengambilan keputusan karir yang dilihat disini adalah rasional, intuitif dan

dependen.

2. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk dapat memahami dan

mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan

emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk

mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja (Wong & Law, 2004)

Dalam penelitian ini meliputi dimensi self emotions appraisal, other’s

emotions appraisal, use of emotions dan regulation of emotions.

10

3. Gaya kelekatan adalah cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan

dengan individu lainnya. Gaya kelekatan yang dimaksud adalah tidak hanya

sebatas dengan keluarga, akan tetapi mencakup peran hubungan dengan

significant others. Dalam penelitian ini meliputi gaya kelekatan aman, cemas

dan menghindar (Ainsworth, dalam Akhtar, 2012).

4. Populasi pada penelitian ini adalah siswa dan siswi aktif tahun ajaran

2014/2015 kelas X, XI dan XII SMA Negeri 36 Jakarta.

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka perumusan

masalah yang akan disusun sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa dan siswi

SMA Negeri 36 Jakarta?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif pada siswa dan siswi

SMA Negeri 36 Jakarta?

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen pada siswa dan

siswi SMA Negeri 36 Jakarta?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan dimensi-dimensi kecerdasan emosional

dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan

dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta?

11

5. Variabel mana yang paling besar pengaruhnya dalam pengambilan keputusan

karir rasional, intuitif dan dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36

Jakarta?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa dan siswi

SMA Negeri 36 Jakarta.

2. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif pada siswa dan siswi

SMA Negeri 36 Jakarta.

3. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen pada siswa dan

siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

4. Untuk mengetahui sejauhmana pengaruh dimensi-dimensi kecerdasan

emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional,

intuitif dan dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

5. Untuk mengetahui variabel mana yang paling besar pengaruhnya dalam

pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen pada siswa dan

siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

1.3.2 Manfaat penelitian

Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah :

12

1. Memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan karir siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

2. Untuk memberikan kontribusi pengembangan dan pemikiran sebuah teori bagi

ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Pendidikan.

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Remaja dapat lebih memahami dan mengetahui dalam mengambil keputusan

mengenai karir masa depan.

2. Dapat memberikan wawasan kepada orang tua agar dapat lebih

memperhatikan anak-anaknya dalam menentukan karir pada masa depan.

3. Dapat memberikan wawasan kepada Institusi Pendidikan agar lebih peduli

terhadap remaja dalam menentukan pilihan karir masa depan dengan

memperhatikan aspek-aspek psikologisnya.

1.4 Sistematika Penulisan

BAB 1 : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB 2 : Landasan Teori

Membahas sejumlah teori yang terkait dengan masalah yang akan diteliti secara

sistematis, yaitu teori tentang pengambilan keputusan karir, teori kecerdasan

emosional dan teori gaya kelekatan. Selain itu juga terdapat kerangka berpikir

beserta pengajuan hipotesis penelitian.

BAB 3 : Metode Penelitian

Meliputi jenis dan pendekatan penelitian, partisipan penelitian, variabel penelitian,

13

instrumen penelitian, prosedur penelitian dan teknik analisis data.

BAB 4 : Hasil Penelitian

Menyajikan gambaran subjek penelitian, deskripsi hasil penelitian dan analisis

hasil penelitian.

BAB 5 : Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil penelitian. Dalam

bab ini juga akan berisi diskusi dan saran.

14

BAB 2

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini dibahas tentang teori setiap variabel yang akan diteliti, yaitu

pengambilan keputusan karir, kecerdasan emosional dan gaya kelekatan.

Kemudian kerangka berpikir penelitian, yang menjelaskan hubungan antara

kecerdasan emosional, gaya kelekatan dengan pengambilan keputusan karir, serta

membahas mengenai hipotesis penelitian.

2.1 Pengambilan Keputusan Karir

2.1.1 Definisi pengambilan keputusan karir

Sebelum membahas pengambilan keputusan karir, peneliti akan menjelaskan

definisi pengambilan keputusan terlebih dahulu. Hal tersebut karena teori

pengambilan keputusan dapat digunakan sebagai landasan dalam memahami

pengambilan keputusan karir (Gati, Landman, Davidovitch, Peretz & Gadassi,

2010). Pengambilan keputusan adalah suatu aktivitas kognitif yang mengarahkan

individu untuk bertindak terhadap pilihan yang tersedia (Sanders, 2008). Espero

(2009) berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan sebuah proses

yang dilakukan individu, meliputi pencarian informasi dan menentukan pilihan

yang tersedia. Contohnya adalah menentukan pilihan karir pada remaja.

Pengambilan keputusan karir adalah proses yang terjadi ketika individu

giat mencari beberapa alternatif karir, membandingkannya dan memilih satu karir

(Osipow, 1999). Menurut Parson (dalam Brown, 2002), pengambilan keputusan

karir adalah proses berpikir pada individu yang mengintegrasikan pengetahuan

15

mengenai dirinya sendiri dan informasi pekerjaan yang dimiliki untuk mencapai

pada pemilihan pekerjaan. Brown (2002) berpendapat bahwa pengambilan

keputusan karir merupakan sebuah proses yang bukan hanya meliputi pemilihan

karir, melainkan membuat komitmen untuk melakukan tindakan yang diperlukan

untuk menjalankan pilihan tersebut.

Pengambilan keputusan karir mengacu pada proses pembuatan pilihan

karir berdasarkan pengetahuan pribadi seseorang, pengalaman dan informasi

pekerjaan yang dimiliki seseorang (Ngunjiri, 2013). Menurut Harren (1979),

pengambilan keputusan karir adalah suatu proses psikologi yang mengorganisasi

sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan membuat komitmen

untuk sebuah tindakan yang dilakukan. Maksudnya adalah individu melakukan

pencarian informasi dan memperhatikan berbagai jenis karir dan pekerjaan yang

tersedia, setelah itu individu membuat keputusan dan sebuah komitmen terhadap

karir dan pekerjaan yang telah dipilihnya tersebut.

Harren (1979) mengelompokkan pengambilan keputusan karir menjadi

tiga, yaitu pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen.

Pengambilan keputusan karir rasional ditandai dengan individu membuat

beberapa pertimbangan yang logis dan perencanaan yang matang sebelum

membuat keputusan mengenai karirnya. Pengambilan keputusan karir intuitif

ditandai dengan individu mencari informasi dan membuat keputusan karirnya

berdasarkan perasaan dan tidak memperhatikan pertimbangan yang logis.

Pengambilan keputusan karir dependen ditandai dengan individu tidak terlalu

peduli dengan karirnya karena dalam membuat keputusan lebih bergantung

16

kepada orang lain. Pengambilan keputusan karir yang efektif dilakukan

berdasarkan pemikiran dan pendekatan masalah secara logis serta perencanaan

yang cukup matang (Harren, 1979).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi pengambilan

keputusan karir menurut Harren (1979), yaitu suatu proses psikologi yang

mengorganisasi sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan

membuat komitmen untuk sebuah tindakan yang dilakukan. Hal tersebut karena

terdapat dimensi dasar yang relevan dengan respon remaja pada umumnya dalam

mengambil sebuah keputusan.

2.1.2 Dimensi pengambilan keputusan karir

Adapun dimensi pengambilan keputusan karir menurut Harren (1979) adalah

sebagai berikut :

1. Rasional

Pengambilan keputusan karir rasional ditandai dengan individu membuat

beberapa pertimbangan yang logis dan perencanaan yang matang sebelum

membuat keputusan mengenai karirnya. Keputusan yang dihasilkan bersifat

objektif, logis dan mendekati kebenaran. Pada pengambilan keputusan ini

terdapat kejelasan masalah, orientasi tujuan, pengetahuan alternatif dan hasil

maksimal. Harren (1979) mengungkapkan bahwa pengambilan keputusan

karir rasional dapat meningkatkan kematangan karir pada individu karena

menggunakan cara yang sistematis dan rasional dalam mengambil keputusan.

17

2. Intuitif

Pengambilan keputusan karir intuitif ditandai dengan penggunaan intuisi dan

perasaan dalam mengambil keputusan. Pengambilan keputusan berdasarkan

intuisi membutuhkan waktu yang singkat. Pengambilan keputusan ini sulit

diukur kebenarannya karena sifatnya subjektif sehingga beberapa

pertimbangan lainnya tidak diperhatikan.

3. Dependen

Pengambilan keputusan karir dependen ditandai dengan individu menghindari

tugas pengambilan keputusan dan menyerahkan pada orang lain untuk

mengambil keputusan. Pengambilan keputusan karir dependen ini lebih

menekankan pada opini dan pendapat orang lain dalam mengambil keputusan.

2.1.3 Pengukuran pengambilan keputusan karir

Adapun skala yang dapat digunakan untuk mengukur pengambilan keputusan

karir adalah sebagai berikut :

1. The Career Decision Profile digunakan untuk mengukur tingkat keputusan

karir seseorang, bagaimana membuat keputusan dan keraguan dalam memilih

karir yang terdiri dari 18 item pernyataan. Alat ukur ini terdiri dari 3 dimensi,

yaitu decidedness, comfort dan reasons. Reliabilitas alat tes ukur ini berkisar

0,66 sampai 0,80.

2. General Decision Making Style Questionnaire digunakan untuk mengukur

pengambilan keputusan karir seseorang yang terdiri dari 25 item pernyataan.

Instrumen ini terdiri dari 5 dimensi, yaitu rational, intuitive, dependent,

18

avoidant dan spontaneous dengan masing-masing tingkat reliabilitas 0,78,

0,83, 0,82, 0,89 dan 0,81.

3. Career Decision Making Profile Questionnaire adalah skala psikologis untuk

mengukur pengambilan keputusan karir. Terdiri dari 39 pernyataan, 36

pernyataan mewakili 12 dimensi dan 3 pernyataan lainnya merupakan

pernyataan pembuka. Reliabilitas skala ini berkisar antara 0,70 sampai 0,87.

4. Assessment of Career Decision Making adalah skala psikologi yang digunakan

untuk mengukur pengambilan keputusan karir, terdiri dari 3 dimensi, yaitu

rational, intuitive dan dependent. Skala ini berjumlah 30 item pernyataan

dengan masing-masing 10 pada setiap dimensinya. Reliabilitas pada skala ini

adalah berkisar antara 0,76 sampai 0,85.

Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Assessment of

Career Decision Making yang dikembangkan oleh Harren dengan alasan : 1) alat

ukur lebih reliabel untuk meneliti pengambilan keputusan karir, yang terdiri dari

rasional, intuitif dan dependen, 2) skala ini lebih mudah digunakan dengan sasaran

subjek remaja karena lebih mudah dipahami.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah

sebagai berikut :

1. Kecerdasan emosional

Kecerdasan emosional memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan

karir. Selama dua dekade terakhir, kecerdasan emosional menjadi pusat

perhatian oleh para akademisi dalam melakukan penelitian yang berkaitan

19

dengan pengambilan keputusan karir. Individu dengan kecerdasan emosional

yang baik akan lebih mampu merencanakan dan mengarahkan pilihan karirnya

dengan baik (Afzal, Atta & Shujja, 2013). Oleh karena itu, kecerdasan

emosional memiliki peran dalam proses pengambilan keputusan karir (Fabio

& Palazzeschi, 2009).

2. Trait kepribadian

Trait kepribadian juga memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan

karir. Dengan menggunakan trait kepribadian Big Five, Fabio dan

Palazzaeschi (2009) mencoba meneliti apakah ada pengaruh antara trait

kepribadian dengan pengambilan keputusan karir. Hasilnya adalah individu

dengan tipe kepribadian ekstrovert yang lebih besar akan lebih mudah dalam

menghadapi kesukaran dalam proses pengambilan keputusan karir. Sedangkan

individu dengan tipe kepribadian neurotis yang lebih besar terlihat lebih

sangat waspada dalam mencari karir dan lebih impulsif ketika membuat

keputusan.

3. Spritualitas

Kepercayaan atau tingkat spritualitas memainkan peran yang penting sebagai

prediktor dalam pengambilan keputusan karir bagi beberapa remaja sekolah.

Oluwole dan Umar (2013) melakukan penelitian bahwa spritualitas

merupakan prediksi untuk keyakinan diri dalam pengambilan keputusan karir.

Spritualitas merupakan sumber penting yang dapat mendukung proses

pengembangan karir dan sebagai motivasi dalam proses pengambilan

keputusan karir.

20

4. Gaya kelekatan

Gaya kelekatan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir.

Penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan dan Baghban

(2013) menghasilkan bahwa ada pengaruh gaya kelekatan aman, cemas dan

menghindar terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan

dependen.

5. Faktor demografi

Mudhovozi dan Chireshe (2012) menjelaskan ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi individu terkait pengambilan keputusan karir, yaitu faktor

keluarga, sekolah, program bimbingan karir, media, teman sebaya dan usia.

Falaye dan Adams (2008) menambahkan bahwa jenis kelamin, pekerjaan dan

pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir.

Dari faktor-faktor yang telah dijelaskan tersebut, yang akan menjadi variabel

independen dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional dan gaya kelekatan.

2.2 Kecerdasan Emosional

2.2.1 Definisi kecerdasan emosional

Sebelum menjelaskan definisi kecerdasan emosional, peneliti akan mencoba

menjelaskan definisi emosi terlebih dahulu. Menurut Salovey dan Mayer (1997),

emosi adalah respon perasaan yang mempengaruhi kondisi fisiologis, sistem

psikologis, kognitif dan motivasi seseorang. Emosi merujuk pada suatu perasaan

dan pikiran, suatu keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian

kecenderungan untuk bertindak (Goleman, 2004). Emosi biasanya muncul ketika

individu menghadapi sebuah peristiwa yang bermakna dalam hidupnya.

21

Menurut Gardner, kecerdasan emosional merupakan bagian dari

kecerdasan sosial, yang disebut sebagai kecerdasan pribadi. Salah satu aspek

kecerdasan pribadi ada yang berhubungan dengan perasaan dan cukup dekat

dengan apa yang kita sebut kecerdasan emosional (dalam Salovey & Mayer,

1990). Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami, mengakses

dan menghasilkan emosi sehingga dapat membantu dalam berpikir, untuk

memahami emosi dan pengetahuan emosional, serta mengatur emosi sehingga

dapat mendorong pertumbuhan emosi dan intelektual (Mayer & Salovey, 1997).

Kecerdasan emosional mengacu pada kemampuan untuk mengenali makna

dan hubungan suatu emosi, serta menggunakannya sebagai dasar dalam penalaran

dan pemecahan masalah (Mayer, Salovey, Caruso & Sitarenios, 2001).

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan dasar manusia untuk

mempertahankan hidup, seperti misalnya kesanggupan untuk mengendalikan

dorongan emosi, membaca perasaan orang lain dan memelihara hubungan dengan

baik. Kecerdasan emosional juga mencakup pengendalian diri, semangat dan

ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri (Goleman, 2004).

Menurut Wong dan Law (2004), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

dapat memahami dan mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan

merasakan perasaan emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan

emosi untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja. Kecerdasan

emosional berkembang dari waktu ke waktu, cenderung berubah dalam kehidupan

seseorang dan dapat ditingkatkan melalui program pelatihan (Di Fabio, 2012).

22

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosional

menurut Wong dan Law (2004), yaitu kemampuan untuk dapat memahami dan

mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan emosi

orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk mengarahkan

individu dalam beraktivitas dan bekerja. Hal tersebut karena dalam teori ini

menjelaskan secara detail mengenai kecerdasan emosional pada individu.

2.2.2 Dimensi kecerdasan emosional

Menurut Wong dan Law (2004) terdapat empat dimensi kecerdasan emosional

yaitu :

1. Self emotions appraisal

Self emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk

memahami emosinya dengan baik dan mengekspresikannya secara alami.

Contohnya, individu mampu memahami penyebab rasa senang yang dia

rasakan dan mampu mengekspresikan rasa senangnya tersebut dengan baik.

Individu yang memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan mampu

merasakan dan memahami emosi mereka lebih baik dibandingkan dengan

individu lainnya.

2. Other’s emotions appraisal

Other’s emotions appraisal menjelaskan mengenai kemampuan individu

untuk mengetahui dan memahami emosi orang-orang di sekitar mereka.

Contohnya, individu mampu merasakan kesedihan ataupun kesenangan yang

dialami oleh individu lain. Individu memiliki rasa simpati dan empati yang

baik. Individu yang memiliki kemampuan tinggi pada dimensi ini akan lebih

23

sensitif terhadap perasaan emosi individu lain dan cenderung mampu

membaca pikiran mereka.

3. Use of emotions

Use of emotions menjelaskan mengenai kemampuan individu menggunakan

emosinya untuk mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja. Emosi

dapat mempengaruhi pikiran individu dalam bertindak dan memecahkan suatu

masalah. Contohnya, dalam memilih pekerjaan individu terkadang memilih

pekerjaan yang sesuai dengan kenyamanan hatinya.

4. Regulation of emotions

Regulation of emotions menjelaskan mengenai kemampuan individu untuk

mengatur dan mengelola emosi mereka ketika mengalami masalah emosional,

seperti marah ataupun stres. Contohnya, individu mampu menenangkan diri

dengan cepat ketika sedang marah. Individu yang memiliki kemampuan tinggi

pada dimensi ini akan mampu mengontrol perilakunya dengan baik ketika

emosi mereka sedang tidak baik..

2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosional

Adapun skala yang dapat digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional

adalah sebagai berikut :

1. Bar’On Emotional Quotient Inventory digunakan untuk mengukur kecerdasan

emosional seseorang yang terdiri dari 133 item pernyataan, 15 sub skala dan 5

faktor, yaitu intrapersonal, interpersonal, adaptation, stress management dan

general mood. Reliabilitas alat ukur ini berada pada nilai 0,85.

24

2. Emotional Intelligence Scale terdiri dari 85 item pernyataan, 17 sub skala dan

3 faktor, yaitu emphaty, autonomy dan emotional control. Konsistensi internal

skala ini relatif rendah, dengan beberapa nilai di bawah 0.50.

3. Wong Law Emotional Intelligence Scale. Skala ini berisi 16 item pernyataan

yang masing-masing komponen terdiri dari 4 item pada setiap sub skala.

Adapun dimensinya adalah self emotions appraisal, other’s emotions

appraisal, use of emotions dan regulation of emotions. Reliabilitas alat ukur

ini berkisar antara 0,70 sampai 0,85.

Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Wong Law

Emotional Intelligence Scale yang dikembangkan oleh Wong dan Law dengan

alasan : 1) alat ukur lebih reliabel untuk meneliti kecerdasan emosional yang

terdiri dari dimensi self emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of

emotions dan regulation of emotions, 2) skala ini lebih mudah digunakan dengan

sasaran subjek remaja karena lebih mudah dipahami dan jumlah item tidak terlalu

banyak.

2.3 Gaya Kelekatan

2.3.1 Definisi gaya kelekatan

Gaya kelekatan menurut Baron dan Byrne (2005) merupakan tingkat keamanan

yang dialami dalam hubungan interpersonal individu. Maksudnya adalah

sejauhmana individu merasa aman berhubungan dengan individu lain. Kelekatan

pada individu tidak muncul secara tiba-tiba, tetapi berkembang dari serangkaian

tahap. Bowlby (dalam Santrock, 2003) berpendapat bahwa gaya kelekatan

merupakan hal yang penting pada tahun pertama kehidupan, misalnya ketika bayi.

25

Hal tersebut karena gaya kelekatan yang muncul pada saat bayi dapat

mempengaruhi perilaku interpersonal sepanjang hidupnya.

Individu dilahirkan dengan perilaku bawaan yang memiliki kecenderungan

untuk mempertahankan kedekatan dengan figur kelekatan. Individu yang sering

berinteraksi dengan figur kelekatan dapat membawa dampak yang positif.

Terlebih lagi ketika figur kelekatan ada dan memberikan dukungan ketika

individu membutuhkannya. Hal tersebut dapat meningkatkan rasa keamanan dan

membangun mental positif diri sendiri dan orang lain. Sebaliknya, ketika figur

kelekatan tidak memberikan dukungan pada saat dibutuhkan, hal tersebut justru

akan meningkatkan stres, merasa tidak aman, masalah emosional dan

ketidakmampuan dalam penyesuaian diri (Mikulincer & Shaver, 2012).

Gaya kelekatan merupakan bagian dari teori perkembangan sosial yang

mendeskripsikan asal mula pola hubungan interpersonal yang dekat. Gaya

kelekatan merupakan perilaku yang dimunculkan oleh individu untuk

meningkatkan rasa aman, terutama ketika individu tersebut sedang merasa stres

dan membutuhkan dukungan. Pola perilaku ini cukup stabil dan di masa dewasa

disebut juga gaya kelekatan dewasa (Ravitz, Maunder, Hunter, Sthankiya &

Lancee, 2010).

Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) menjelaskan bahwa gaya kelekatan

merupakan cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan dengan

individu lain. Gaya kelekatan ini dibagi menjadi tiga, yaitu gaya kelekatan aman,

cemas dan menghindar. Gaya kelekatan aman dicirikan dengan individu merasa

nyaman dan percaya dengan individu lain. Gaya kelekatan cemas dicirikan dengan

26

individu berpikir bahwa individu lain tidak ingin membuat hubungan yang dekat

dengannya. Gaya kelekatan menghindar dicirikan dengan individu tidak merasa

nyaman dan sulit mempercayai individu lainnya.

Gaya kelekatan mengacu pada hubungan antara dua individu yang

mempunyai perasaan kuat terhadap satu sama lain dan melakukan beberapa hal

untuk melanjutkan hubungan tersebut. Artinya, ketika individu merasakan

kenyamanan dengan figur kelekatan, individu akan mencoba mempertahankan

dan menjaga hubungan tersebut (Rahmawati, 2013).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan definisi gaya kelekatan

menurut Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) yang menjelaskan bahwa gaya

kelekatan merupakan cara individu berinteraksi ataupun membuat hubungan

dengan individu lain.. Hal tersebut karena teori ini menjelaskan gaya kelekatan

lebih detail pada individu.

2.3.2 Dimensi gaya kelekatan

Menurut Ainsworth (dalam Akhtar, 2012) terdapat tiga dimensi gaya kelekatan,

yaitu :

1. Gaya kelekatan aman

Gaya kelekatan aman menjelaskan bahwa individu memunculkan rasa percaya

dengan individu lain. Individu akan merasa nyaman ketika membuat

hubungan dan cenderung ketergantungan dengan individu lain. Individu

dengan gaya seperti ini akan merasa nyaman ketika individu lain ingin

membuat hubungan dengannya.

27

2. Gaya kelekatan cemas

Gaya kelekatan cemas ditandai dengan individu akan berpikir bahwa individu

lain tidak ingin membuat hubungan dekat dengannya. Individu memiliki

perasaan takut akan penolakan dalam sebuah hubungan. Individu berpikir

bahwa individu lain tidak ingin tinggal bersama mereka.

3. Gaya kelekatan menghindar

Gaya kelekatan menghindar menjelaskan bahwa individu tidak merasa

nyaman untuk dekat dengan individu lainnya. Individu dengan gaya seperti ini

sulit untuk dapat mempercayai individu lain. Mereka tidak dapat membiarkan

dirinya tergantung pada individu lain. Mereka akan merasa gugup ketika

individu lain mencoba untuk membuat hubungan yang dekat dengannya.

2.3.3 Pengukuran gaya kelekatan

Adapyun skala yang dapat digunakan untuk mengukur gaya kelekatan adalah

sebagai berikut :

1. Adult Attachment Scale. Skala ini dikembangkan oleh Ainsworth yang

terdiri dari 3 dimensi, yaitu aman, cemas dan menghindar. Skala ini berisi

18 item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari 6 item

pada setiap sub skala. Nilai cronbach berkisar antara 0,78 sampai 0,87.

Reliabilitas berkisar antara 0,68 sampai 0,72.

2. Attachment Styles Questionnaire. Skala gaya kelekatan ini terdiri dari 24

item. Item ini mengacu berdasarkan empat dimensi yang dijelaskan oleh

Bartholomew dan Horowitz. Empat dimensi tersebut adalah secure,

28

fearful, dismissing dan preoccupied. Konsistensi internal alat ukur ini

antara 0,59 sampai 0,76.

3. Relationship Questionnaire. Skala gaya kelekatan ini hanya terdiri dari

empat item yang disusun untuk mengukur gaya kelekatan dewasa. Alat

ukur ini disusun berdasarkan tiga dimensi yang dikembangkan oleh Hazan

dan Shaver (1987) dan menambah satu dimensi, yaitu dismissing avoidant.

Reliabilitas alat ukur ini berkisar 0,72 sampai 0,96.

Dari pemaparan alat ukur di atas, peneliti menggunakan skala Adult

Attachment Scale yang dikembangkan oleh Ainsworth dengan alasan : 1) alat ukur

konsisten dengan definisi gaya kelekatan yang digunakan dalam penelitian ini, 2)

skala ini lebih mudah digunakan dengan sasaran subjek remaja karena lebih

mudah dipahami dan jumlah item tidak terlalu banyak.

2.4 Kerangka Berpikir

Sukardi (1993) menyatakan bahwa pengambilan keputusan karir merupakan suatu

proses dimana seseorang mengadakan suatu seleksi terhadap beberapa pilihan

dalam rencana masa depan. Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Munandir

(1996), menyatakan bahwa keputusan karir yang dimaksud adalah keputusan yang

diambil secara arif dan teliti serta penuh pertimbangan. Pengambilan keputusan

karir berkaitan dengan membuat pilihan terkait pendidikan, pelatihan dan

pekerjaan (Patton & McMahon, 2014).

Memilih karir masa depan merupakan sebuah keputusan penting yang

harus dihadapi selama perkembangannya. Tahap remaja, khususnya pada akhir

masa SMA, adalah waktu ketika mereka memilih untuk melanjutkan pendidikan

29

ke perguruan tinggi atau mengakhiri pendidikan mereka dengan mencari

pekerjaan atau jalur lainnya. Crites berasumsi bahwa pengambilan keputusan karir

cenderung muncul pada umur 21 tahun, sedangkan Super menjelaskan pada tahap

eksplorasi, yaitu 15-24 tahun merupakan tahap yang paling signifikan dalam

pengambilan keputusan karir (dalam Albion dan Fogarty, 2002).

Harren (1979) mengelompokkan pengambilan keputusan karir menjadi

tiga, yaitu pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen.

Pengambilan keputusan karir rasional ditandai dengan individu membuat

beberapa pertimbangan yang logis dan perencanaan yang matang sebelum

membuat keputusan mengenai karirnya. Individu tersebut menyiapkan kebutuhan

untuk membuat keputusan karir di masa depan dan mengeksplorasi tentang diri

mereka sendiri, serta perlu memahami setiap situasi. Pada pengambilan keputusan

ini terdapat kejelasan masalah, orientasi tujuan, pengetahuan alternatif, preferensi

yang jelas dan hasil maksimal untuk mencapai karir yang dibutuhkan

Pengambilan keputusan karir intuitif ditandai dengan individu mencari

informasi dan membuat keputusan karirnya berdasarkan perasaan dan tidak

memperhatikan pertimbangan yang logis. Pengambilan keputusan karir dependen

ditandai dengan individu tidak terlalu peduli dengan karirnya karena dalam

membuat keputusan lebih bergantung kepada orang lain.

Pada penelitian ini, variabel independen yang akan diteliti adalah

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir.

Faktor pertama adalah kecerdasan emosional. Penelitian Afzal, Atta dan Shujja

(2013) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan

30

emosional terhadap pengambilan keputusan karir. Dijelaskan juga pengaruh

masing-masing dimensi kecerdasan emosional bahwa dimensi self emotions

appraisal dan use of emotions memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan

other’s emotions appraisal dan regulation of emotions tidak signifikan.

Diasumsikan bahwa individu dengan self emotions appraisal tinggi akan lebih

menyadari minat, bakat dan kemampuan pada dirinya sehingga dapat mengambil

keputusan karir secara rasional. Sedangkan, individu dengan use of emotions yang

tinggi akan membuat individu lebih mampu memecahkan masalah terkait dengan

pilihan karir (Mayer & Salovey, 1997).

Peneliti berasumsi bahwa remaja yang memiliki self emotions appraisal

dan other’s emotional appraisal tinggi, maka hal tersebut akan berkorelasi dengan

pengambilan keputusan karir rasional. Remaja akan mampu memahami dan

mengelola emosinya dengan baik sehingga mereka mampu mengarahkan pilihan

karirnya dengan baik. Sedangkan, ketika remaja memiliki use of emotions dan

regulation of emotions yang tinggi, mereka memiliki perencanaan, pemikiran

yang kreatif dan kontrol emosi yang baik yang berpengaruh dalam pengambilan

keputusan karir rasional.

Individu dengan self emotions appraisal dan other’s emotional appraisal

yang rendah diasumsikan belum memiliki kesadaran yang baik dan cukup matang

secara emosional dalam menjalani tugas perkembangan yang berkaitan dengan

karir. Sedangkan, ketika use of emotions dan regulation of emotions yang rendah

diasumsikan bahwa kemampuan manajemen emosi individu cenderung rendah

31

sehingga kurang efektif melakukan perencanaan secara matang dalam mengambil

keputusan karir secara rasional dan lebih menggunakan intuisinya.

Self emotions appraisal juga diasumsikan bahwa individu yang memahami

dirinya dengan baik, maka mereka akan menyadari kelebihan dan kekurangannya

sehingga mengetahui batasan-batasan pada dirinya. Individu yang merasa

kesulitan dalam mengambil keputusan karir akan membutuhkan pendapat individu

lain, bahkan memiliki ketergantungan dengan individu lainnya dalam mengambil

keputusan. Hal ini disebut pengambilan keputusan karir dependen. Diasumsikan

juga ketika regulation of emotions rendah, artinya semakin rendah kemampuan

mengelola emosinya, individu akan kesulitan dalam mengambil keputusan karir

sehingga seolah-olah menyerahkan keputusan karir tersebut kepada individu lain.

Faktor kedua yang mempengaruhi pengambilan keputusan karir adalah

gaya kelekatan. Gaya kelekatan dapat digunakan untuk memahami perkembangan

karir, terlebih lagi dalam pengambilan keputusan karir. Peneliti memiliki asumsi

bahwa gaya kelekatan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan karir.

Gaya kelekatan berkaitan dengan bagaimana remaja memiliki hubungan dengan

orang sekitar yang terdekat, seperti orang tua, keluarga, teman dekat dan guru

disekolah. Orang-orang tersebut adalah orang terdekat yang memiliki kontribusi

bagi remaja dalam memilih karirnya. Oleh karena itu, gaya kelekatan merupakan

salah satu faktor yang menentukan bagi remaja dalam memilih karirnya. Adapun

dimensi gaya kelekatan terbagi menjadi tiga, yaitu gaya kelekatan aman, cemas

dan menghindar.

32

Gaya kelekatan aman yaitu sejauhmana seorang remaja percaya dan

menjalin hubungan dengan orang lain. Remaja yang memiliki gaya kelekatan

aman dengan orang terdekatnya diasumsikan lebih terarah dalam pengambilan

keputusan karirnya. Mereka akan lebih terbuka dalam menerima pendapat dari

orang lain tentang bagaimana cara mengambil keputusan terkait karirnya.

Terkadang remaja dengan gaya kelekatan aman lebih cenderung mengambil

keputusan berdasarkan informasi-informasi ataupun pendapat orang terdekatnya.

Hal tersebut berkaitan dengan pengambilan keputusan karir rasional karena

individu mengambil keputusan karir tidak secara subjektif, namun menggunakan

beberapa informasi yang mendukung.

Gaya kelekatan aman juga dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan

karir dependen. Ketika individu percaya dan nyaman dengan individu lain,

mereka akan membutuhkan dukungan dan pengaruh individu lain dalam

mengambil keputusan karirnya. Dapat diasumsikan juga ketika individu memiliki

gaya kelekatan aman yang rendah, individu akan lebih mengambil keputusan

secara intuitif. Ketika gaya kelekatan aman rendah, diasumsikan individu akan

mencoba menghindari individu lain dan tidak percaya dengan individu lainnya

Berbeda dengan gaya kelekatan cemas dan menghindar. Remaja dengan

gaya kelekatan cemas dan menghindar lebih tertutup dalam menjalin hubungan

dengan orang lain. Mereka merasa tidak ingin dan tidak nyaman ketika berada

dekat dengan orang lain. Mereka juga tidak dapat mempercayai dan bergantung

kepada orang lain. Remaja dengan gaya kelekatan seperti ini lebih sulit dalam

menghadapi masalah dan membuat keputusan yang tepat. Mereka juga terkadang

33

membuat keputusan yang tidak logis dan lebih menggunakan intuisinya dalam

mengambil keputusan karir.

Sebuah penelitian terkait gaya kelekatan juga dilakukan oleh Agheli,

Abedi, Nilforooshan dan Baghban (2013) yang mencoba menganalisis dimensi-

dimensi gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif

dan dependen. Ada hubungan negatif antara gaya kelekatan menghindar dengan

pengambilan keputusan karir rasional. Semakin tinggi individu dengan gaya

kelekatan menghindar, maka semakin rendah pengambilan keputusan karir secara

rasional. Berikutnya, ada pengaruh secara positif yang signifikan antara gaya

kelekatan cemas dengan pengambilan keputusan karir intuitif. Dan terakhir ada

pengaruh secara positif yang signifikan antara gaya kelekatan cemas dengan

pengambilan keputusan karir dependen.

Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa masing-masing variabel

independen memiliki pengaruh terhadap masing-masing pengambilan keputusan

karir yang terdiri dari tiga, yaitu rasional, intuitif dan dependen. Sedikit halnya

penelitian yang mencoba melihat pengaruh variabel independen terhadap masing-

masing pengambilan keputusan karir ini yang dijelaskan oleh Harren. Secara

umum, penelitian-penelitian sebelumnya hanya meneliti pengaruh variabel

independen terhadap pengambilan keputusan karir secara keseluruhan. Hal

tersebut dikarenakan perbedaan teori yang digunakan.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kecerdasan emosional dan

gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir yang terdiri dari tiga, yaitu

rasional, intuitif dan dependen. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas,

34

maka dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran guna mengetahui variabel-

variabel yang berpengaruh serta hubungan dari masing-masing variabel terhadap

pengambilan keputusan karir. Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini

dapat diilustrasikan pada gambar 2.1, 2.2 dan 2.3 berikut ini :

Gambar 2.1

Skema pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir rasional

Kecerdasan Emosional :

Self emotions appraisal

Other’s emotions

appraisal

Use of emotions

Regulation of emotions

Gaya Kelekatan :

Gaya kelekatan aman

Gaya kelekatan cemas

Gaya kelekatan

menghindar

Pengambilan

Keputusan Karir

Rasional

35

Gambar 2.2

Skema pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif

Kecerdasan Emosional :

Self emotions appraisal

Other’s emotions

appraisal

Use of emotions

Regulation of emotions

Gaya Kelekatan :

Gaya kelekatan aman

Gaya kelekatan cemas

Gaya kelekatan

menghindar

Pengambilan

Keputusan Karir

Intuitif

36

Gambar 2.3

Skema pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir dependen

Kecerdasan Emosional :

Self emotions appraisal

Other’s emotions

appraisal

Use of emotions

Regulation of emotions

Gaya Kelekatan :

Gaya kelekatan aman

Gaya kelekatan cemas

Gaya kelekatan

menghindar

Pengambilan

Keputusan Karir

Dependen

37

2.5 Hipotesis Penelitian

Ada tiga hipotesis mayor yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu hipotesis

mayor tentang pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan keputusan

karir intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen. Berikut adalah ketiga

hipotesis mayor tersebut :

Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA

Negeri 36 Jakarta.

Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir intuitif siswa dan siswi SMA

Negeri 36 Jakarta.

Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir dependen siswa dan siswi SMA

Negeri 36 Jakarta.

Adapun hipotesis minor sebagai berikut :

Ha1: Ada pengaruh yang signifikan self emotions appraisal terhadap pengambilan

keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Ha2: Ada pengaruh yang signifikan other’s emotions appraisal terhadap

pengambilan keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Ha3: Ada pengaruh yang signifikan use of emotions terhadap pengambilan

keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Ha4: Ada pengaruh yang signifikan regulation of emotions terhadap pengambilan

keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

38

Ha5: Ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan aman terhadap pengambilan

keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Ha6: Ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan cemas terhadap pengambilan

keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Ha7: Ada pengaruh yang signifikan gaya kelekatan menghindar terhadap

pengambilan keputusan karir rasional siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Hipotesis minor pada variabel dependen pengambilan keputusan karir

intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen sama persis dengan hipotesis

minor di atas. Hanya saja variabel dependennya diganti menjadi pengambilan

keputusan karir intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen.

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti memaparkan tentang metode penelitian yang terdiri dari

populasi dan sampel, variabel penelitian dan instrumen penelitian, serta prosedur

pengumpulan data.

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini berjumlah 780, terdiri atas siswa dan siswi aktif

tahun ajaran 2014/2015 kelas X, XI dan XII. Sampel berjumlah 237 orang.

Kriteria yang menjadi sampel penelitian, yaitu merupakan siswa dan siswi aktif

tahun ajaran 2014/2015 kelas X-XII dan terdiri dari laki-laki dan perempuan. Pada

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling yang berarti

dalam suatu populasi, tidak semua elemen memiliki peluang untuk menjadi

sampel penelitian ini. Peneliti melakukan pengambilan data dalam waktu satu

minggu dengan melakukan penelurusan pada tiap jenjang kelas di sekolah yang

menjadi populasi penelitian.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

3.2.1 Variabel penelitian

Variabel dalam penelitian ini berjumlah 10 variabel dengan rincian sebagai

berikut : pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan keputusan karir

intuitif, pengambilan keputusan karir dependen, self emotions appraisal, other’s

emotions appraisal, use of emotions, regulation of emotions, gaya kelekatan

aman, gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar.

40

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengambilan keputusan

karir, yang terdiri dari pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan

keputusan karir intuitif dan pengambilan keputusan karir dependen. Sedangkan

variabel lainnya merupakan variabel independen.

3.2.2 Definisi operasional variabel

Adapun definisi operasional dari variabel penelitian ini adalah :

1. Pengambilan keputusan karir adalah suatu proses psikologi yang

mengorganisasi sebuah informasi, memperhatikan berbagai alternatif dan

membuat komitmen untuk sebuah tindakan yang dilakukan, dimana skor

pengambilan keputusan karir diperoleh menggunakan skala Assessment of

Career Decision Making (ACDM) yang berdasarkan tiga dimensi, yaitu

rasional, intuitif dan dependen.

2. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk dapat memahami dan

mengekspresikan emosi diri sendiri, memahami dan merasakan perasaan

emosi orang di sekitarnya serta mengatur dan menggunakan emosi untuk

mengarahkan individu dalam beraktivitas dan bekerja., dimana skor

kecerdasan emosional diperoleh menggunakan skala Wong Law Emotional

Intelligence Scale (WLEIS) yang berdasarkan empat dimensi, yaitu self

emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions, dan

regulation of emotions.

3. Gaya kelekatan adalah sebagai cara orang berinteraksi dengan orang lain atau

membuat suatu hubungan yang terbagi menjadi tiga gaya kelekatan yaitu

41

aman, cemas dan menghindar, dimana skor gaya kelekatan diperoleh

menggunakan skala Adult Attachment Scale (AAS).

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk

kuesioner dengan menggunakan skala model likert. Dalam penelitian ini akan

digunakan tiga skala, yaitu skala pengambilan keputusan karir, skala kecerdasan

emosional dan skala gaya kelekatan.

Skala ini terdiri dari empat kategori jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Item-item tersebut

terdiri dari item favorable dan unfavorable. Adapun cara subjek memberikan

jawaban terhadap skala model likert ini adalah dengan memberikan tanda silang

(X) atau ceklist (√) pada salah satu alternatif jawaban.

Bobot skor nilai untuk skala pengambilan keputusan karir, skala

kecerdasan emosional dan skala gaya kelekatan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Penilaian skala pengambilan keputusan karir, skala kecerdasan emosional

dan skala gaya kelekatan

Jawaban Nilai

Favorabel Unfavorabel

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Dalam penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari empat bagian :

a. Bagian pengantar, berisikan tentang nama peneliti, tujuan dari penelitian,

kerahasiaan jawaban yang diberikan oleh responden dan ucapan terima

kasih peneliti,

42

b. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti inisial, jenis

kelamin dan pekerjaan orang tua,

c. Bagian inti, berisi petunjuk dan cara pengisian kuesioner,

d. Bagian keempat, berisi alat ukur penelitian, yaitu skala pengambilan

keputusan karir, skala kecerdasan emosional dan skala gaya kelekatan.

A. Skala pengambilan keputusan karir

Dalam penelitian ini, pengukuran pengambilan keputusan karir menggunakan

skala yang dikembangkan oleh Harren, yaitu Assessment of Career Decision

Making (ACDM). Skala ini terdiri dari tiga dimensi, yaitu rasional, intuitif dan

dependen. Skala ini berisi 30 item pernyataan yang masing-masing komponen

terdiri dari 10 item pada setiap sub skala. Adapun blue print skala

pengambilan keputusan karir dijelaskan pada tabel 3.2.

Tabel 3.2

Blue print skala pengambilan keputusan karir

No. Dimensi Indikator Nomor Jml

Fav Unfav

1 Rasional -sistematis dalam membuat

keputusan

-memahami konsekuensi yang

ada

1,4,16,19,25

7,28 5 item

2 item

-berpikir jernih dan berorientasi

masa depan

10,13,22 3 item

2 Intuitif -menggunakan perasaan batin 8,17,23 2,20 5 item

-orientasi jangka pendek 26 14 2 item

-berpikir cukup cepat

-tidak mencari informasi

-kepuasan emosi pribadi

5

29

11

1 item

1 item

1 item

3 Dependen -membutuhkan dukungan dan

dorongan orang lain

3,6,9,12,15,21 6 item

-menunda keputusan 18 1 item

-tidak memiliki keyakinan 24 27,30 3 item

43

B. Skala kecerdasan emosional

Dalam penelitian ini, pengukuran kecerdasan emosional menggunakan skala

Wong Law Emotional Intelligence Scale. Skala ini berisi 16 item pernyataan

yang masing-masing komponen terdiri dari 4 item pada setiap sub skala.

Adapun blue print skala kecerdasan emosional dijelaskan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Blue print skala kecerdasan emosional

No. Dimensi Indikator Nomor Jml

Fav Unfav

1 Self

emotions

appraisal

-memahami emosi diri sendiri

1,2,3,4

4 item

2 Other’s

emotions

appraisal

-memahami dan peka terhadap

emosi orang lain

5,6,7,8 4 item

3 Use of

emotions

-memiliki tujuan yang harus

dicapai

9 1 item

-memiliki keyakinan diri

10,11,12 3 item

4 Regulation

of

emotions

-mengendalikan emosi

13,14,15,16

4 item

C. Skala gaya kelekatan

Dalam penelitian ini, pengukuran gaya kelekatan menggunakan skala yang

dikembangkan oleh Ainsworth, yaitu Adult Attachment Scale (AAS). Skala ini

terdiri dari 3 dimensi, yaitu aman, cemas dan menghindar. Skala ini berisi 18

item pernyataan yang masing-masing komponen terdiri dari 6 item pada setiap

sub skala. Adapun blue print skala gaya kelekatan dijelaskan pada tabel 3.4.

44

Tabel 3.4

Blue print skala gaya kelekatan

No. Dimensi Indikator Nomor Jml

Fav Unfav

1 Aman -merasa nyaman dan saling

ketergantungan

-percaya pada orang lain

3,17

4,13

14

7

3 item

3 item

2 Cemas -tidak yakin dapat selalu

bergantung

-memiliki perasaan takut akan

penolakan

-berpikir bahwa individu lain

tidak ingin tinggal bersama

mereka

-keinginan untuk menjalin

hubungan dengan orang lain

12

11

6

8,9

10

1 item

3 item

1 item

1 item

3 Menghindar -tidak bergantung pada orang

lain

1 6 item

-sulit percaya pada orang lain 2,5 1 item

-tidak merasa nyaman 15,16,18 3 item

3.4 Uji Validitas Konstruk

Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Dalam CFA (Confirmatory

Factor Analysis), peneliti harus memiliki gambaran yang spesifik mengenai (a)

jumlah faktor, (b) variabel yang mencerminkan suatu faktor dan (c) faktor-faktor

yang saling berkorelasi. Adapun logika dari CFA (Umar, 2012), yaitu :

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap

faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.

2. Teori setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap subtes

hanya mengukur satu faktor juga. Artinya, baik item maupun subtes bersifat

unidimensional.

45

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar

(unidimensional), maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -

matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi

square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0,05, maka hipotesis nihil

tersebut “tidak ditolak”. Artinya, teori unidimensionalitas tersebut dapat

diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya mengukur satu faktor

saja.

5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau

tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika

hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut tidak signifikan dalam

mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan

sebaliknya.

6. Terakhir, apabila hasil dari CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak sesuai

dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).

Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software

LISREL 8.70.

3.4.1 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir

3.4.1.1 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir rasional

46

Peneliti menguji apakah 10 item dari skala pengambilan keputusan karir

rasional bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur

pengambilan keputusan karir rasional saja. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=115,54, df=35, P-value=0,00000, RMSEA=0,099. Akan tetapi,

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran

pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka

diperoleh model fit dengan Chi-Square=36,89, df=29, P-value=0,14902,

RMSEA=0,034 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0110.43

IT0410.84

IT0710.17

IT1010.08

IT1310.15

IT168.65

IT197.68

IT2210.19

IT2510.55

IT288.75

RASIONAL 0.00

Chi-Square=36.89, df=29, P-value=0.14902, RMSEA=0.034

6.45

1.92

10.94

14.71

7.11

9.73

11.12

7.57

7.56

9.63

Gambar 3.1

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala pengambilan keputusan

karir rasional

Dari gambar 3.1, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu pengambilan keputusan karir rasional.

47

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran pengambilan keputusan karir

rasional disajikan pada tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5

Muatan faktor item skala pengambilan keputusan karir rasional

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0,43 0,07 6,45 √

4 0,13 0,07 1,92 X

16 0,69 0,06 10,94 √

19 0,82 0,06 14,71 √

25 0,46 0,06 7,11 √

7 0,60 0,06 9,73 √

28 0,69 0,06 11,12 √

10 0,50 0,07 7,57 √

13 0,50 0,07 7,56 √

22 0,60 0,06 9,63 √

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel koefisien di atas tidak terdapat faktor item yang bermuatan

negatif. Selanjutnya, ditemukan juga muatan faktor pada item nomor 4

tidak signifikan karena nilai t<1,96. Dengan demikian item tersebut di

drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.

Langkah terakhir yaitu dari item-item pengambilan keputusan karir

rasional yang tidak didrop dihitung faktor skornya. Faktor skor ini

dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi

penghitungan faktor skor ini tidak menjumlahkan item-item variabel pada

48

umumnya, tetapi justru dihitung true score pada tiap item. Setelah

didapatkan faktor skor, peneliti mentransformasikan faktor skor menjadi T

skor. T skor ini diharapkan dapat meniadakan skor negatif sehingga lebih

mudah dipahami dan ditafsirkan. Jika pada Z score memiliki mean= 0 dan

standar deviasi= 1, maka T skor memiliki mean= 50 dan standar deviasi=

10. Kemudian yang kedua, untuk menghindari nilai minus pada faktor skor

agar pembaca mudah memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun

rumus T skor yaitu :

Tskor = (faktor skor x 10) + 50.

Setelah didapatkan faktor skor yang telah dirubah menjadi T skor,

nilai baku inilah yang akan dijadikan data dalam uji hipotesis regresi.

Perlu dicatat, bahwa hal yang sama dilakukan pada semua variabel

independen dan gambar model fit pada variabel independen self emotions

appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions, regulation of

emotions, gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar dilampirkan.

3.4.1.2 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir intuitif

Peneliti menguji apakah 10 item dari skala pengambilan keputusan karir

intuitif bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur

pengambilan keputusan karir intuitif saja. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=153,89, df=35, P-value=0,00000, RMSEA=0,12. Akan tetapi,

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,

49

maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=36,25, df=26, P-

value=0,08712, RMSEA=0,041 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0210.86

IT0510.81

IT0810.51

IT118.52

IT1410.52

IT1710.76

IT204.82

IT2310.48

IT266.75

IT2910.89

INTUITIF 0.00

Chi-Square=36.25, df=26, P-value=0.08712, RMSEA=0.041

3.47

2.98

4.81

0.35

-8.98

6.45

-4.40

-1.96

-8.21

-0.99

Gambar 3.2

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala pengambilan keputusan

karir intuitif

Dari gambar 3.2, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu pengambilan keputusan karir intuitif.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

50

muatan faktor untuk item pengukuran pengambilan keputusan karir intuitif

disajikan pada tabel 3.6 berikut :

Tabel 3.6

Muatan faktor item skala pengambilan keputusan karir intuitif

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

8 0,27 0,08 3,47 √

17 0,21 0,07 2,98 √

23 0,35 0,07 4,81 √

2 0,02 0,07 0,35 X

20 -0,73 0,08 -8,98 X

26 0,57 0,09 6,45 √

14 -0,32 0,07 -4,40 X

5 -0,14 0,07 -1,96 X

11 -0,59 0,07 -8,21 X

29 -0,08 0,08 -0,99 X

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel koefisien di atas terdapat faktor item yang bermuatan negatif,

yaitu item 2, 5, 11, 20 dan 29. Selanjutnya, ditemukan juga muatan faktor

pada item nomor 2, 5, 11, 14, 20 dan 29 tidak signifikan karena nilai

t<1,96. Dengan demikian item tersebut di drop dan tidak diikutkan pada

analisis berikutnya.

3.4.1.3 Uji validitas skala pengambilan keputusan karir dependen

Peneliti menguji apakah 10 item dari skala pengambilan keputusan karir

dependen bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur

pengambilan keputusan karir dependen saja. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-

Square=150,90, df=35, P-value=0,00000, RMSEA=0,118. Akan tetapi,

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan

pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,

51

maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=37,64, df=26, P-

value=0,06535, RMSEA=0,044 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0310.12

IT069.85

IT0910.22

IT1210.75

IT1510.82

IT1810.67

IT214.09

IT2410.83

IT2710.37

IT307.91

DEPENDEN 0.00

Chi-Square=37.64, df=26, P-value=0.06535, RMSEA=0.044

9.08

9.84

8.71

4.36

2.96

14.74

6.23

2.38

-6.98

-9.43

Gambar 3.3

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala pengambilan keputusan

karir dependen

Dari gambar 3.3, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu pengambilan keputusan karir dependen.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

52

muatan faktor untuk item pengukuran pengambilan keputusan karir

dependen disajikan pada tabel 3.7 berikut :

Tabel 3.7

Muatan faktor item skala pengambilan keputusan karir dependen

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

3 0,57 0,06 9,08 √

6 0,62 0,06 9,84 √

9 0,55 0,06 8,71 √

12 0,29 0,07 4,36 √

15 0,20 0,07 2,96 √

21 0,88 0,06 14,74 √

18 0,41 0,07 6,23 √

24 0,16 0,07 2,38 √

27 -0,47 0,07 -6,98 X

30 -0,65 0,07 -9,43 X

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel koefisien di atas terdapat faktor item yang bermuatan negatif

dan tidak signifikan, yaitu item 27 dan 30 karena nilai t<1,96. Dengan

demikian item tersebut di drop dan tidak diikutkan pada analisis

berikutnya.

3.4.2 Uji validitas skala kecerdasan emosional

3.4.2.1 Uji validitas skala self emotions appraisal

Peneliti menguji apakah 4 item dari skala self emotions appraisal bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur self emotions appraisal

saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0,88, df=1, P-

value=0,34745, RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :

53

IT0110.61

IT020.04

IT035.09

IT0410.01

SELF_APP 0.00

Chi-Square=0.88, df=1, P-value=0.34745, RMSEA=0.000

11.37

20.83

18.50

9.61

Gambar 3.4

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala self emotions appraisal

Dari gambar 3.4, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu self emotions appraisal.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran self emotions appraisal disajikan

pada tabel 3.8 berikut :

54

Tabel 3.8

Muatan faktor item skala self emotions appraisal

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0,66 0,06 11,37 √

2 1,00 0,05 20,83 √

3 0,93 0,05 18,50 √

4 0,60 0,06 9,61 √

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item

bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan

sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 1, 2, 3 dan 4

memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.4.2.2 Uji validitas skala other’s emotions appraisal

Peneliti menguji apakah 4 item dari skala other’s emotions appraisal

bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur other’s emotions

appraisal saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model

satu faktor, maka diperoleh model fit dengan Chi-Square=0,02, df=1, P-

value=0,89352, RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :

IT059.94

IT060.13

IT079.90

IT087.38

OTHERS_E 0.00

Chi-Square=0.02, df=1, P-value=0.89352, RMSEA=0.000

10.05

17.71

10.08

13.02

Gambar 3.5

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala other’s emotions appraisal

55

Dari gambar 3.5, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu other’s emotions appraisal.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran other’s emotions appraisal disajikan

pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9

Muatan faktor item skala other’s emotions appraisal

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

5 0,62 0,06 10,05 √

6 1,00 0,06 17,71 √

7 0,62 0,06 10,08 √

8 0,78 0,06 13.02 √

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item

bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan

sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 5, 6, 7 dan 8

memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.4.2.3 Uji validitas skala use of emotions

Peneliti menguji apakah 4 item dari skala use of emotions bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur use of emotions saja. Dari

56

hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, maka

diperoleh model fit Chi-Square=0,03, df=1, P-value=0,86035,

RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0910.18

IT101.20

IT117.81

IT12-1.01

USE_EMO 0.00

Chi-Square=0.03, df=1, P-value=0.86035, RMSEA=0.000

6.41

9.78

8.54

11.80

Gambar 3.6

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala use of emotions

Dari gambar 3.6, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu use of emotions.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran use of emotions disajikan pada tabel

3.10 berikut :

57

Tabel 3.10

Muatan faktor item skala use of emotions

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

9 0,44 0,07 6,41 √

10 0,91 0,09 9,78 √

11 0,62 0,07 8,54 √

12 1,09 0,09 11,80 √

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item

bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan

sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 9, 10, 11 dan 12

memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.4.2.4 Uji validitas skala regulation of emotions

Peneliti menguji apakah 4 item dari skala regulation of emotions bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur regulation of emotions

saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu

faktor, maka diperoleh model fit Chi-Square=1,25, df=1, P-

value=0,26448, RMSEA=0,032 seperti pada gambar dibawah ini :

IT135.28

IT147.02

IT159.94

IT162.13

REG_EMO 0.00

Chi-Square=1.25, df=1, P-value=0.26448, RMSEA=0.032

16.21

16.50

13.10

18.92

Gambar 3.7

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala regulation of emotions

58

Dari gambar 3.7, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu regulation of emotions.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran regulation of emotions disajikan

pada tabel 3.11 berikut :

Tabel 3.11

Muatan faktor item skala regulation of emotions

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

13 0,89 0,05 16,21 √

14 0,88 0,05 16,50 √

15 0,74 0,06 13,10 √

16 0,96 0,05 18,92 √

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, nilai t bagi koefisien muatan faktor seluruh item

bermuatan positif, artinya seluruh muatan faktor dari item sesuai dengan

sifat item. Adapun muatan faktor pada setiap item nomor 13, 14, 15 dan 16

memiliki nilai signifikan karena nilai t>1,96.

3.4.3 Uji validitas skala gaya kelekatan

3.4.3.1 Uji validitas skala gaya kelekatan aman

59

Peneliti menguji apakah 6 item dari skala gaya kelekatan aman bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur gaya kelekatan aman saja.

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

maka diperoleh model fit Chi-Square=3,55, df=6, P-value=0,73714,

RMSEA=0,000 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0310.46

IT049.96

IT0710.53

IT131.64

IT146.59

IT1710.84

AMAN 0.00

Chi-Square=3.55, df=6, P-value=0.73714, RMSEA=0.000

2.57

0.68

2.01

4.44

3.97

2.38

Gambar 3.8

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala gaya kelekatan aman

Dari gambar 3.8, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu gaya kelekatan aman.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

60

muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan aman disajikan pada

tabel 3.12 berikut :

Tabel 3.12

Muatan faktor item skala gaya kelekatan aman

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

3 0,22 0,09 2,57 √

17 0,06 0,08 0,68 X

4 0,23 0,11 2,01 √

13

14

7

0,77

0,47

0,20

0,17

0,12

0,09

4,44

3,97

2,38

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, ditemukan muatan faktor pada item nomor 17 tidak

signifikan karena nilai t<1,96. Dengan demikian item 17 di drop dan tidak

diikutkan pada analisis berikutnya.

3.4.3.2 Uji validitas skala gaya kelekatan cemas

Peneliti menguji apakah 6 item dari skala gaya kelekatan cemas bersifat

unidimensional, artinya benar hanya mengukur gaya kelekatan cemas saja.

Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,

maka diperoleh model fit Chi-Square=10,88, df=7, P-value=0,14398,

RMSEA=0,048 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0610.89

IT088.93

IT090.94

IT101.73

IT1110.88

IT129.76

CEMAS 0.00

Chi-Square=10.88, df=7, P-value=0.14398, RMSEA=0.048

5.68

2.19

-2.41

-6.22

-7.85

-7.32

Gambar 3.9

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala gaya kelekatan cemas

61

Dari gambar 3.9, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu gaya kelekatan cemas.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan cemas disajikan pada

tabel 3.13 berikut :

Tabel 3.13

Muatan faktor item skala gaya kelekatan cemas

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

6 -0,15 0,06 -2,41 X

8 -0,49 0,08 -6,22 X

9 -0,91 0,12 -7,85 X

10

11

12

-0,84

0,13

0,43

0,11

0,06

0,08

-7,32

2,19

5,68

X

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, ditemukan nilai t bagi koefisien muatan faktor item

nomor 6, 8, 9 dan 10 bermuatan negatif dan t<1,96. Dengan demikian item

6, 8, 9 dan 10 di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.

3.4.3.3 Uji validitas skala gaya kelekatan menghindar

Peneliti menguji apakah 6 item dari skala gaya kelekatan menghindar

bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur gaya kelekatan

62

menghindar saja. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan dengan

model satu faktor, maka diperoleh model fit Chi-Square=7,69, df=5, P-

value=0,17418, RMSEA=0,048 seperti pada gambar dibawah ini :

IT0110.87

IT0210.70

IT0510.81

IT155.28

IT162.52

IT1810.40

MENGHIND 0.00

Chi-Square=7.69, df=5, P-value=0.17418, RMSEA=0.048

0.33

2.38

1.64

6.51

7.07

3.69

Gambar 3.10

Hasil analisis faktor konfirmatorik skala gaya kelekatan menghindar

Dari gambar 3.10, nilai Chi-Square menghasilkan P-value>0,05 (tidak

signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat

diterima, bahwa seluruh item yang ada hanya mengukur satu faktor saja

yaitu gaya kelekatan menghindar.

Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam

mengukur faktor yang hendak diukur, sekaligus menentukan item

manakah yang perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah

hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya

dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran gaya kelekatan menghindar

disajikan pada tabel 3.14 berikut :

63

Tabel 3.14

Muatan faktor item skala gaya kelekatan menghindar

No Koefisien Standar error Nilai t Signifikan

1 0,03 0,08 0,33 X

2 0,19 0,08 2,38 √

5 0,13 0,08 1,64 X

15

16

18

0,63

0,78

0,29

0,10

0,11

0,08

6,51

7,07

3,69

Keterangan: tanda V = signifikan (t>1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel di atas, ditemukan nilai t bagi koefisien muatan faktor item

nomor 1 dan 5 tidak signifikan karena t< 1,96. Dengan demikian item 1

dan 5 di drop dan tidak diikutkan pada analisis berikutnya.

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam rangka menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan analisis regresi

berganda. Dalam hal ini yang dijadikan DV (variabel yang dianalisis variannya)

adalah pengambilan keputusan karir rasional, pengambilan keputusan karir intuitif

dan pengambilan keputusan karir dependen. Sedangkan yang dijadikan IV

(prediktor) adalah self emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of

emotions, regulation of emotions, gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar.

Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory

Factor Analysis), maka akan didapatkan data variabel yang berupa true-score

yang selanjutnya dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi berganda.

Karena dalam penelitian ini akan dilakukan pengujian hipotesis dengan

analisis statistik, maka hipotesis penelitian yang ada diubah menjadi hipotesis

nihil. Hipotesis nihil inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya. Pada

penelitian ini terdapat tujuh independent variable (variabel bebas) dan tiga

64

dependent variable (variabel terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y1 = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Y2 = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Y3 = a + b1X1 + b2x2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

jika dituliskan variabelnya maka :

Y1 = pengambilan keputusan karir rasional

Y2 = pengambilan keputusan karir intuitif

Y3 = pengambilan keputusan karir dependen

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = self emotions appraisal

X2 = other’s emotions appraisal

X3 = use of emotions

X4 = regulation of emotions

X5 = gaya kelekatan aman

X6 = gaya kelekatan cemas

X7 = gaya kelekatan menghindar

e = residu

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu

koefisien determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (presentase) varians

dari masing-masing DV yang bisa dijelaskan oleh bervariasinya IV secara

65

keseluruhan. Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai

berikut :

Yaitu :

R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan IV

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi

telah diperoleh.

SSy = Jumlah kuadrat dari DV (Y)

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus

untuk uji F terhadap R2 adalah :

dengan df= K dan (N-K-1)

Dimana K adalah banyaknya IV dan N adalah besarnya sampel. Apabila

nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh IV secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV.

Adapun langkah berikutnya menguji signifikansi pengaruh masing-masing

IV terhadap masing-masing DV. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap

setiap koefisien regresi. Jika nilai t>1,96 maka berarti IV yang bersangkutan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DV, dan sebaliknya.

Adapun rumus t-test yang digunakan adalah :

66

Dimana bi adalah koefisien regresi untuk IVi dan Sbi adalah standar deviasi

sampling dari .

Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian

yang disumbangkan oleh masing-masing IV dalam mempengaruhi masing-masing

DV. Dalam hal ini peneliti melakukannya melalui analisis regresi berganda yang

bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan analisis regresi berulang-

ulang dimulai dengan hanya satu IV kemudian dengan dua IV, dilanjutkan dengan

tiga IV, dan seterusnya sampai IV ke tujuh. Setiap kali dilakukan analisis regresi

akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan IV baru diharapkan terjadi

peningkatan R2 secara signifikan.

Jika pertambahan R2 (R2 change) signifikan secara statistik maka berarti

IV baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara statistik maupun dalam

upaya memprediksi DV serta untuk menguji hipotesis apakah IV bersangkutan

signifikan pengaruhnya. Setiap pertambahan R2 ketika satu IV baru ditambahkan

adalah menunjukan besarnya sumbangan unik IV tersebut terhadap bervariasinya

DV setelah pengaruh dari beberapa IV terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh

sebab itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan

stepwise regression.

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya

pertambahan proporsi varian (R2 change) adalah sebagai berikut :

dengan

67

Disini, adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan

kedalam persamaan, dan adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum IV baru

ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya IV pada , dan S adalah

banyaknya IV pada N adalah besarnya sampel penelitian.

Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji

signifikan tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu IV maupun

untuk pertambahan beberapa IV.

Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat

dijelaskan dan merupakan sumbangan dari IV yang ditambahkan adalah signifikan

secara statistik. Jadi rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya pertambahan IV baik

hanya dengan menambahkan satu IV maupun dengan menambahkan beberapa IV

sekaligus. Misalnya untuk menguji hipotesis mayor dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan rumus diatas untuk mengetahui apakah sumbangan proporsi varian

sekelompok IV yang mengukur kecerdasan emosi (self emotions appraisal,

other’s emotions appraisal, use of emotions dan regulation of emotions)

signifikan atau tidaknya secara keseluruhan (kecerdasan emosi secara

keseluruhan). Begitu juga halnya dengan variabel gaya kelekatan.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu :

1. Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti

kemudian mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari

sudut pandangan teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap

kemudian menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan

68

digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat ukur pengambilan keputusan karir

menggunakan Assessment of Career Decision Making (ACDM), alat ukur

kecerdasan emosional menggunakan Wong Law Emotional Intelligence Scale

(WLEIS) dan alat ukur gaya kelekatan menggunakan Adult Attachment Scale

(AAS). Masing-masing alat ukur terdiri dari empat kategori jawaban, yaitu

Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai

(STS). Ketiga alat ukur tersebut merupakan skala baku yang sudah diadaptasi

dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan dimodifikasi sesuai dengan

kebutuhan peneliti.

2. Membuat surat izin penelitian kepada pihak fakultas psikologi dan membuat

surat izin melakukan penelitian yang ditujukan untuk SMA Negeri 36 Jakarta.

3. Sebelum peneliti menyebarkan kuesioner, peneliti berkoordinasi dengan pihak

sekolah terkait jumlah siswa dan siswi dari setiap kelas yang dapat menjadi

sampel penelitian.

4. Setelah mendapatkan konfirmasi mengenai jumlah siswa dan siswi, peneliti

memasuki kelas yang sedang berlangsung mata pelajaran bimbingan dan

konseling.

5. Peneliti melakukan pengambilan data dalam waktu satu minggu dengan

melakukan penelurusan pada tiap jenjang kelas di sekolah yang menjadi

populasi penelitian.

6. Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti kemudian melakukan

pengolahan dan pengujian terhadap data yang sudah didapatkan.

69

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Dalam bab hasil penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran umum subjek

dan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.

4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 237. Subjek dipilih berdasarkan kriteria : (1)

siswa dan siswi aktif tahun ajaran 2014/2015 kelas X, XI dan XII (2) berjenis

kelamin laki-laki dan perempuan. Untuk mempermudah perhitungan, maka

peneliti mengkategorikan responden berdasarkan kelas dan jenis kelamin.

Gambaran subjek dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1

Gambaran subjek penelitian

Jumlah Presentase

Kelas

X 60 25,32

XI

XII

Jumlah

65

112

27,43

47,25

100,0

Jenis kelamin

Laki-Laki 115 48,52

Perempuan 122 51,48

Jumlah 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam

penelitian ini berada pada kategori kelas XII SMA berjumlah 112 orang dengan

presentase sebesar 47,25%, pada kategori kelas XI berjumlah 65 orang dengan

presentase 27,43% dan kategori kelas X berjumlah 60 orang dengan presentase

25,32%.

70

Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa responden laki-laki berjumlah

115 orang dengan presentase 48,52%, sedangkan responden perempuan berjumlah

122 orang dengan prsentase 51,48%. Maka dapat disimpulkan subjek penelitian

terbanyak adalah subjek yang berjenis kelamin perempuan yang berjumlah 122

orang, yaitu dengan presentase 51,48% .

4.2 Analisis Deskriptif

Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni

(t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini

dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil

penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada

setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Untuk memperoleh

deskripsi statistik, dihitung item-item yang valid dan positif sehingga didapatkan

skor faktor. Skor faktor tersebut dihitung untuk menghindari bias dari kesalahan

pengukuran. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan item-item

variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true score pada tiap skala. Skor

faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang bermuatan positif dan signifikan.

Tscore = (10 x skor faktor) + 50

Setelah didapatkan skor faktor yang telah dirubah menjadi T score, nilai

baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Yang

perlu diingat bahwa hal yang sama berlaku juga untuk semua variabel pada

penelitian ini. Skor tersebut disajikan dalam tabel 4.2.

71

Tabel 4.2

Analisis deskriptif

Norma N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Rasional

Intuituf

Dependen

237

237

237

22,53

26,40

8,47

71,30

80,17

74,78

50,0000

50,0000

50,0000

10,00000

10,00000

10,00000

SELF_APPRAISAL 237 22,34 67,26 50,0000 10,00000

OTHERS_EMO 237 20,49 68,32 50,0000 10,00000

USE_EMO 237 22,57 67,70 50,0000 10,00000

REG_EMO 237 21,88 66,82 50,0000 10,00000

Aman 237 21,46 75,83 50,0000 10,00000

Cemas 237 17,14 71,97 50,0000 10,00000

Menghindar 237 25,69 78,72 50,0000 10,00000

Valid N (listwise) 237

Berdasarkan tabel 4.2, diketahui analisis deskriptif pada setiap variabel. Kolom N

menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 237. Kolom minimum

dan maksimum menjelaskan nilai minimum dan maksimum pada setiap variabel.

Dilihat dari kolom minimum diketahui variabel pengambilan keputusan karir

dependen memilki nilai terendah dengan nilai 8,47. Sementara itu, berdasarkan

kolom maksimum diketahui variabel pengambilan keputusan karir intuitif

memiliki nilai tertinggi dengan nilai 80,17. Adapun nilai mean masing-masing

variabel adalah 50 dengan standar deviasi 10.

4.3 Kategorisasi Skor

Setelah melakukan deskripsi statistik dari masing-masing variabel penelitian,

maka hal yang perlu dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian

dengan menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Dalam hal ini,

ditetapkan norma pada tabel 4.3.

72

Tabel 4.3

Norma skor

Norma Intepretasi

X < Mean – 1Standar Deviasi Rendah

X > Mean +1Standar Deviasi Tinggi

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai presentase

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorikan sebagai rendah dan tinggi.

4.3.1 Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir rasional

Pada tabel 4.4 menunjukkan sebaran variabel pengambilan keputusan karir

rasional yang dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.4

Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir rasional

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 134 56,5

Tinggi 103 43,5

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.4, ditemukan bahwa 56,5% dari total responden memiliki

tingkat pengambilan keputusan karir rasional rendah dan 43,5% responden

memiliki tingkat pengambilan keputusan karir rasional tinggi. Dapat disimpulkan

bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat pengambilan keputusan

karir rasional yang paling dominan berada pada kategori rendah.

4.3.2 Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir intuitif

Pada tabel 4.5 menunjukkan sebaran variabel pengambilan keputusan karir intuitif

yang dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu

rendah dan tinggi.

73

Tabel 4.5

Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir intuitif

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 115 48,5

Tinggi 122 51,5

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.5, ditemukan bahwa 48,5% dari total responden memiliki

tingkat pengambilan keputusan karir intuitif rendah dan 51,5% responden

memiliki tingkat pengambilan keputusan karir intuitif tinggi. Dapat disimpulkan

bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat pengambilan keputusan

karir intuitif yang paling dominan berada pada kategori tinggi.

4.3.3 Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir dependen

Pada tabel 4.6 menunjukkan sebaran variabel pengambilan keputusan karir

dependen yang dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.6

Kategorisasi tingkat pengambilan keputusan karir dependen

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 119 50,2

Tinggi 118 49,8

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.6, ditemukan bahwa 50,2% dari total responden memiliki

tingkat pengambilan keputusan karir dependen rendah dan 49,8% responden

memiliki tingkat pengambilan keputusan karir dependen tinggi. Dapat

disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang diteliti, tingkat pengambilan

keputusan karir dependen yang paling dominan berada pada kategori rendah.

74

4.3.4 Kategorisasi tingkat self emotions appraisal

Pada tabel 4.7 menunjukkan sebaran variabel self emotions appraisal yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.7

Kategorisasi tingkat self emotions appraisal

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 141 59,5

Tinggi 96 40,5

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.7, ditemukan bahwa 59,5% dari total responden memiliki

tingkat self emotions appraisal rendah dan 40,5% responden memiliki tingkat self

emotions appraisal tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat self emotions appraisal yang paling dominan berada pada

kategori rendah.

4.3.5 Kategorisasi tingkat other’s emotions appraisal

Pada tabel 4.8 menunjukkan sebaran variabel other’s emotions appraisal yang

dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu

rendah dan tinggi.

Tabel 4.8

Kategorisasi tingkat other’s emotions appraisal

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 106 44,7

Tinggi 131 55,3

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.8, ditemukan bahwa 44,7% dari total responden memiliki

tingkat other’s emotions appraisal rendah dan 55,3% responden memiliki tingkat

other’s emotions appraisal tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

75

responden yang diteliti, tingkat other’s emotions appraisal yang paling dominan

berada pada kategori tinggi.

4.3.6 Kategorisasi tingkat use of emotions

Pada tabel 4.9 menunjukkan sebaran variabel use of emotions yang dibagi menjadi

dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan tinggi.

Tabel 4.9

Kategorisasi tingkat use of emotions

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 135 57

Tinggi 102 43

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.9, ditemukan bahwa 57% dari total responden memiliki

tingkat use of emotions rendah dan 43% responden memiliki tingkat use of

emotions tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden yang

diteliti, tingkat use of emotions yang paling dominan berada pada kategori rendah.

4.3.7 Kategorisasi tingkat regulation of emotions

Pada tabel 4.10 menunjukkan sebaran variabel regulation of emotions yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.10

Kategorisasi tingkat regulation of emotions

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 113 47,7

Tinggi 124 52,3

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.10, ditemukan bahwa 47,7% dari total responden memiliki

tingkat regulation of emotions rendah dan 52,3% responden memiliki tingkat

regulation of emotions tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

76

responden yang diteliti, tingkat regulation of emotions yang paling dominan

berada pada kategori tinggi.

4.3.8 Kategorisasi gaya kelekatan aman

Pada tabel 4.11 menunjukkan sebaran variabel gaya kelekatan aman yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.11

Kategorisasi tingkat gaya kelekatan aman

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 126 53,2

Tinggi 111 46,8

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.11, ditemukan bahwa 53,2% dari total responden memiliki

tingkat gaya kelekatan aman rendah dan 46,8% responden memiliki tingkat gaya

kelekatan aman tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat gaya kelekatan aman yang paling dominan berada pada

kategori rendah.

4.3.9 Kategorisasi gaya kelekatan cemas

Pada tabel 4.12 menunjukkan sebaran variabel gaya kelekatan cemas yang dibagi

menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu rendah dan

tinggi.

Tabel 4.12

Kategorisasi tingkat gaya kelekatan cemas

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 136 57,4

Tinggi 101 42,6

Total 237 100,0

77

Berdasarkan tabel 4.12, ditemukan bahwa 57,4% dari total responden memiliki

tingkat gaya kelekatan cemas rendah dan 42,6% responden memiliki tingkat gaya

kelekatan cemas tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan responden

yang diteliti, tingkat gaya kelekatan cemas yang paling dominan berada pada

kategori rendah.

4.3.10 Kategorisasi gaya kelekatan menghindar

Pada tabel 4.13 menunjukkan sebaran variabel gaya kelekatan menghindar yang

dibagi menjadi dua kategori sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, yaitu

rendah dan tinggi.

Tabel 4.13

Kategorisasi tingkat gaya kelekatan menghindar

Kategori Jumlah Presentase

Rendah 118 49,8

Tinggi 119 50,2

Total 237 100,0

Berdasarkan tabel 4.13, ditemukan bahwa 49,8% dari total responden memiliki

tingkat gaya kelekatan menghindar rendah dan 50,2% responden memiliki tingkat

gaya kelekatan menghindar tinggi. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan

responden yang diteliti, tingkat gaya kelekatan menghindar yang paling dominan

berada pada kategori tinggi.

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Pengambilan keputusan karir rasional

Tujuh variabel independen diteorikan sebagai determinan tingkat pengambilan

keputusan karir rasional individu. Berikut ini merupakan tabel R square terhadap

pengambilan keputusan karir rasional :

78

Tabel 4.14

Tabel R square terhadap pengambilan keputusan karir rasional

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .429a .184 .159 9.17130

Pada tabel 4.14 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0,184 atau 18,4%.

Artinya, proporsi varian dari pengambilan keputusan karir rasional yang

dijelaskan oleh semua variabel independen adalah sebesar 18,4%, sedangkan

81,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua

peneliti menguji apakah seluruh independen memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pengambilan keputusan karir rasional. Adapun hasil uji F dapat dilihat

pada tabel 4.15.

Tabel 4.15

Anova pengaruh seluruh IV terhadap pengambilan keputusan karir rasional

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4338.193 7 619.742 7.368 .000a

Residual 19261.807 229 84.113

Total 23600.000 236

Berdasarkan uji F pada tabel 4.15, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom

paling kanan adalah p=0,000 dengan nilai p<0,05. Jadi, hipotesis nihil yang

berbunyi “tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir rasional” ditolak. Artinya, terdapat pengaruh

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir

rasional.

Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-

masing IV. Jika sig<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti

79

variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan karir rasional. Adapun besarnya koefisien regresi dari

masing-masing variabel independen terhadap pengambilan keputusan karir

rasional dapat dilihat pada tabel 4.16.

Tabel 4.16

Koefisien regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) 21.627 7.071 3.058 .002

SELF_EMO .083 .070 .083 1.186 .237

OTHERS_EMO .062 .062 .062 1.001 .318

USE_EMO .262 .072 .262 3.628 .000

REG_EMO .014 .066 .014 .218 .828

AMAN .118 .070 .118 1.698 .091

CEMAS .100 .062 .100 1.615 .108

MENGHINDAR -.071 .066 -.071 -1.075 .283

a. Dependent Variable: Rasional

Berdasarkan tabel 4.16, dapat dilihat dari tujuh variabel independen yang ada,

terdapat satu variabel yang memilki pengaruh secara signifikan, yaitu use of

emotions (β=.262, p<0,05). Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien regresi

yang terstandardisasi atau beta (β) untuk melihat besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Koefisien dari beta yang positif

menunjukkan bahwa semakin besar penggunaan emosi yang baik, maka semakin

besar pula tingkat pengambilan keputusan karir rasional pada individu. Adapun

penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen

variabel adalah sebagai berikut :

80

1. Variabel self emotions appraisal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,083 dengan taraf signifikansi 0,237

(sig>0,05), artinya variabel self emotions appraisal secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.

2. Variabel other’s emotions appraisal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,062 dengan taraf signifikansi 0,318

(sig>0,05), artinya variabel other’s emotions appraisal secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.

3. Variabel use of emotions

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,262 dengan taraf signifikansi 0,000

(sig<0,05), artinya variabel use of emotions secara positif signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional. Hal ini menjelaskan

bahwa semakin tinggi variabel use of emotions, maka semakin tinggi pula

pengambilan keputusan karir rasional.

4. Variabel regulation of emotions

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,014 dengan taraf signifikansi 0,828

(sig>0,05), artinya variabel regulation of emotions secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.

5. Variabel gaya kelekatan aman

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,118 dengan taraf signifikansi 0,091

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan aman secara positif tidak signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.

81

6. Variabel gaya kelekatan cemas

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,100 dengan taraf signifikansi 0,108

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan cemas secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.

7. Variabel gaya kelekatan menghindar

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,71 dengan taraf signifikansi 0,283

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan menghindar secara negatif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir rasional.

Langkah selanjutnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan

proporsi varian dari tiap variabel independen terhadap pengambilan keputusan

karir rasional. Adapun proporsi varian masing-masing variabel independen dapat

dilihat pada tabel 4.17.

Tabel 4.17

Proporsi varian pengambilan keputusan karir rasional pada setiap variabel

independen

Model Summary

Model R R Square

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .249a .062 .062 15.535 1 235 .000

2 .276b .076 .014 3.592 1 234 .059

3 .390c .152 .076 20.781 1 233 .000

4 .393d .154 .002 .681 1 232 .410

5 .415e .172 .018 4.982 1 231 .027

6 .424f .180 .008 2.112 1 230 .148

7 .429g .184 .004 1.156 1 229 .283

Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.17, peneliti dapat

mengetahui besaran sumbangan proporsi varian variabel independen terhadap

pengambilan keputusan karir rasional dengan rincian sebagai berikut :

82

1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 6,2% dalam

varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut signifikan

secara statistik dengan F=15,535 dan df2=235.

2. Variabel other’s emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 1,4%

dalam varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=3,592 dan df2=234.

3. Variabel use of emotions memberikan sumbangan sebesar 7,6% dalam varian

pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik dengan F=20,781 dan df2=233.

4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam

varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,681 dan df2=232.

5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan sebesar 1,8% dalam

varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut signifikan

secara statistik dengan F=4,982 dan df2=231.

6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan sebesar 0,8% dalam

varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=2,112 dan df2=230.

7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan sebesar 0,4%

dalam varian pengambilan keputusan karir rasional. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=1,156 dan df2=229.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga variabel independen,

yaitu self emotions appraisal, use of emotions dan gaya kelekatan aman yang

83

signifikan sumbangannya terhadap pengambilan keputusan karir rasional, jika

dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan

penambahan variabel independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).

4.4.2 Pengambilan keputusan karir intuitif

Tujuh variabel independen diteorikan sebagai determinan tingkat pengambilan

keputusan karir intuitif individu. Berikut ini merupakan tabel R square terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif :

Tabel 4.18

Tabel R square terhadap pengambilan keputusan karir intuitif

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .203a .041 .012 9.94071

Pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0,041 atau 4,1%.

Artinya, proporsi varian dari pengambilan keputusan karir intuitif yang dijelaskan

oleh semua variabel independen adalah sebesar 4,1%, sedangkan 95,9% sisanya

dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua peneliti

menguji apakah seluruh independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel

4.19.

Tabel 4.19

Anova pengaruh seluruh IV terhadap pengambilan keputusan karir intuitif

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 970.733 7 138.676 1.403 .205a

Residual 22629.267 229 98.818

Total 23600.000 236

84

Berdasarkan uji F pada tabel 4.19, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom

paling kanan adalah p=0,205 dengan nilai p>0,05. Jadi, hipotesis nihil yang

berbunyi “tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif” diterima. Artinya, tidak ada pengaruh

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir

intuitif.

Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-

masing IV. Jika sig<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti

variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif. Adapun besarnya koefisien regresi dari

masing-masing variabel independen terhadap pengambilan keputusan karir intuitif

dapat dilihat pada tabel 4.20.

Tabel 4.20

Koefisien regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) 34.275 7.664 4.472 .000

SELF_EMO .142 .075 .142 1.878 .062

OTHERS_EMO .068 .067 .068 1.011 .313

USE_EMO -.038 .078 -.038 -.490 .625

REG_EMO -.007 .072 -.007 -.100 .920

AMAN -.010 .075 -.010 -.131 .896

CEMAS .011 .067 .011 .159 .874

MENGHINDAR .149 .072 .149 2.087 .038

a. Dependent Variable: Intuitif

Berdasarkan tabel 4.20, dapat dilihat dari tujuh variabel independen yang ada,

terdapat satu variabel yang memilki pengaruh secara signifikan, yaitu gaya

kelekatan menghindar (β=.149, p<0,05). Dalam hal ini, peneliti menggunakan

85

koefisien regresi yang terstandardisasi atau beta (β) untuk melihat besarnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien dari beta

yang positif menunjukkan bahwa semakin besar gaya kelekatan menghindar,

maka semakin besar pula tingkat pengambilan keputusan karir intuitif pada

individu. Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-

masing independen variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel self emotions appraisal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,142 dengan taraf signifikansi 0,062

(sig>0,05), artinya variabel self emotions appraisal secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.

2. Variabel other’s emotions appraisal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,068 dengan taraf signifikansi 0,313

(sig>0,05), artinya variabel other’s emotions appraisal secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.

3. Variabel use of emotions

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,038 dengan taraf signifikansi 0,625

(sig>0,05), artinya variabel use of emotions secara negatif tidak signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.

4. Variabel regulation of emotions

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,007 dengan taraf signifikansi 0,920

(sig>0,05), artinya variabel regulation of emotions secara negatif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.

86

5. Variabel gaya kelekatan aman

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,010 dengan taraf signifikansi 0,896

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan aman secara negatif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.

6. Variabel gaya kelekatan cemas

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,011 dengan taraf signifikansi 0,874

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan cemas secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif.

7. Variabel gaya kelekatan menghindar

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,149 dengan taraf signifikansi 0,038

(sig<0,05), artinya variabel gaya kelekatan menghindar secara positif

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir intuitif. Hal ini

menjelaskan bahwa semakin tinggi variabel gaya kelekatan menghindar, maka

semakin tinggi pula pengambilan keputusan karir intuitif.

Langkah selanjutnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan

proporsi varian dari tiap variabel independen terhadap pengambilan keputusan

karir intuitif. Adapun proporsi varian masing-masing variabel independen dapat

dilihat pada tabel 4.21.

87

Tabel 4.21

Proporsi varian pengambilan keputusan karir intuitif pada setiap variabel

independen

Model Summary

Model R R Square

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .109a .012 .012 2.821 1 235 .094

2 .120b .015 .003 .628 1 234 .429

3 .135c .018 .004 .893 1 233 .346

4 .136d .019 .000 .059 1 232 .808

5 .148e .022 .003 .765 1 231 .383

6 .151f .023 .001 .268 1 230 .605

7 .203g .041 .018 4.355 1 229 .038

Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.21, peneliti dapat

mengetahui besaran sumbangan proporsi varian variabel independen terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif dengan rincian sebagai berikut :

1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 1,2% dalam

varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=2,821 dan df2=235.

2. Variabel other’s emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0,3%

dalam varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,628 dan df2=234.

3. Variabel use of emotions memberikan sumbangan sebesar 0,4% dalam varian

pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak signifikan

secara statistik dengan F=0,893 dan df2=233.

4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 0% dalam

varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,059 dan df2=232.

88

5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam

varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,765 dan df2=231.

6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam

varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,268 dan df2=230.

7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan sebesar 1,8%

dalam varian pengambilan keputusan karir intuitif. Sumbangan tersebut

signifikan secara statistik dengan F=4,355 dan df2=229.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat satu variabel independen,

yaitu gaya kelekatan menghindar yang signifikan sumbangannya terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif, jika dilihat dari besarnya pertambahan R2

yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel independen

(sumbangan proporsi varian yang diberikan).

4.4.3 Pengambilan keputusan karir dependen

Tujuh variabel independen diteorikan sebagai determinan tingkat pengambilan

keputusan karir dependen individu. Berikut ini merupakan tabel R square terhadap

pengambilan keputusan karir dependen :

Tabel 4.22

Tabel R square terhadap pengambilan keputusan karir dependen

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

1 .272a .074 .046 9.76893

89

Pada tabel 4.22 dapat dilihat bahwa diperoleh R square sebesar 0,074 atau 7,4%.

Artinya, proporsi varian dari pengambilan keputusan karir dependen yang

dijelaskan oleh semua variabel independen adalah sebesar 7,4%, sedangkan

92,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Langkah kedua

peneliti menguji apakah seluruh independen memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap pengambilan keputusan karir dependen. Adapun hasil uji F dapat dilihat

pada tabel 4.23.

Tabel 4.23

Anova pengaruh seluruh IV terhadap pengambilan keputusan karir

dependen

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1746.089 7 249.441 2.614 .013a

Residual 21853.911 229 95.432

Total 23600.000 236

Berdasarkan uji F pada tabel 4.23, dapat dilihat bahwa nilai p (Sig.) pada kolom

paling kanan adalah p=0,013 dengan nilai p<0,05. Jadi, hipotesis nihil yang

berbunyi “tidak ada pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir dependen” ditolak. Artinya, ada pengaruh

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir

dependen.

Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-

masing IV. Jika sig<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti

variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan karir dependen. Adapun besarnya koefisien regresi dari

90

masing-masing variabel independen terhadap pengambilan keputusan karir

dependen dapat dilihat pada tabel 4.24.

Tabel 4.24

Koefisien regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1

(Constant) 44.392 7.532 5.894 .000

SELF_EMO .155 .074 .155 2.093 .037

OTHERS_EMO .051 .066 .051 .771 .442

USE_EMO -.099 .077 -.099 -1.287 .199

REG_EMO -.204 .071 -.204 -2.888 .004

AMAN .013 .074 .013 .170 .865

CEMAS .088 .066 .088 1.343 .181

MENGHINDAR .108 .070 .108 1.531 .127

a. Dependent Variable: Dependen

Berdasarkan tabel 4.24, dapat dilihat dari tujuh variabel independen yang ada,

terdapat dua variabel yang memilki pengaruh secara signifikan, yaitu self

emotions appraisal (β=.155, p<0,05) dan regulation of emotions (β=-.204,

p<0,05). Dalam hal ini, peneliti menggunakan koefisien regresi yang

terstandardisasi atau beta (β) untuk melihat besarnya pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen. Koefisien dari beta yang positif self

emotions appraisal menunjukkan bahwa semakin besar self emotions appraisal,

maka semakin besar pula tingkat pengambilan keputusan karir dependen pada

individu. Sedangkan koefisien dari beta yang negatif regulation of emotions

menunjukkan hubungan signifikan yang terbalik. Adapun penjelasan dari nilai

koefisien regresi yang diperoleh masing-masing independen variabel adalah

sebagai berikut :

91

1. Variabel self emotions appraisal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,155 dengan taraf signifikansi 0,037

(sig<0,05), artinya variabel self emotions appraisal secara positif signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen. Hal ini menjelaskan

bahwa semakin tinggi variabel self emotions appraisal, maka semakin tinggi

pula pengambilan keputusan karir dependen.

2. Variabel other’s emotions appraisal

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,051 dengan taraf signifikansi 0,442

(sig>0,05), artinya variabel other’s emotions appraisal secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.

3. Variabel use of emotions

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,099 dengan taraf signifikansi 0,199

(sig>0,05), artinya variabel use of emotions secara negatif tidak signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.

4. Variabel regulation of emotions

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,204 dengan taraf signifikansi 0,004

(sig<0,05), artinya variabel regulation of emotions secara negatif signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen. Hal ini menjelaskan

bahwa semakin rendah variabel regulation of emotions, maka semakin tinggi

pengambilan keputusan karir dependen.

92

5. Variabel gaya kelekatan aman

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,013 dengan taraf signifikansi 0,865

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan aman secara positif tidak signifikan

mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.

6. Variabel gaya kelekatan cemas

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,088 dengan taraf signifikansi 0,181

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan cemas secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.

7. Variabel gaya kelekatan menghindar

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,108 dengan taraf signifikansi 0,127

(sig>0,05), artinya variabel gaya kelekatan menghindar secara positif tidak

signifikan mempengaruhi pengambilan keputusan karir dependen.

Langkah selanjutnya adalah peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan

proporsi varian dari tiap variabel independen terhadap pengambilan keputusan

karir dependen. Adapun proporsi varian masing-masing variabel independen dapat

dilihat pada tabel 4.25.

Tabel 4.25

Proporsi varian pengambilan keputusan karir dependen pada setiap

variabel independen

Model Summary

Model R R Square

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .049a .002 .002 .560 1 235 .455

2 .049b .002 .000 .003 1 234 .957

3 .141c .020 .018 4.170 1 233 .042

4 .231d .053 .033 8.196 1 232 .005

5 .232e .054 .000 .104 1 231 .747

6 .254f .065 .011 2.633 1 230 .106

7 .272g .074 .009 2.344 1 229 .127

93

Berdasarkan informasi yang dipaparkan pada tabel 4.25, peneliti dapat

mengetahui besaran sumbangan proporsi varian variabel independen terhadap

pengambilan keputusan karir dependen dengan rincian sebagai berikut :

1. Variabel self emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam

varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,560 dan df2=235.

2. Variabel other’s emotions appraisal memberikan sumbangan sebesar 0%

dalam varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut

tidak signifikan secara statistik dengan F=0,003 dan df2=234.

3. Variabel use of emotions memberikan sumbangan sebesar 1,8% dalam varian

pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut signifikan secara

statistik dengan F=4,170 dan df2=233.

4. Variabel regulation of emotions memberikan sumbangan sebesar 3,3% dalam

varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut signifikan

secara statistik dengan F=8,196 dan df2=232.

5. Variabel gaya kelekatan aman memberikan sumbangan sebesar 0% dalam

varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=0,104 dan df2=231.

6. Variabel gaya kelekatan cemas memberikan sumbangan sebesar 1,1% dalam

varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut tidak

signifikan secara statistik dengan F=2,633 dan df2=230.

94

7. Variabel gaya kelekatan menghindar memberikan sumbangan sebesar 0,9%

dalam varian pengambilan keputusan karir dependen. Sumbangan tersebut

tidak signifikan secara statistik dengan F=2,344 dan df2=229.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat dua variabel independen,

yaitu use of emotions dan regulation of emotions yang signifikan sumbangannya

terhadap pengambilan keputusan karir dependen, jika dilihat dari besarnya

pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan variabel

independen (sumbangan proporsi varian yang diberikan).

95

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi

tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian

selanjutnya.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh tiga kesimpulan penelitian. Kesimpulan

pertama adalah ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosional (self

emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions, regulation of

emotions) dan gaya kelekatan (gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya

kelekatan menghindar) terhadap pengambilan keputusan karir rasional pada siswa

dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Ditemukan bahwa variabel yang paling besar

pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan karir rasional adalah use of

emotions.

Kesimpulan kedua yang diperoleh adalah tidak ada pengaruh yang

signifikan antara kecerdasan emosional (self emotions appraisal, other’s emotions

appraisal, use of emotions, regulation of emotions) dan gaya kelekatan (gaya

kelekatan aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar) terhadap

pengambilan keputusan karir intuitif pada siswa dan siswi SMA Negeri 36

Jakarta. Kesimpulan terakhir yang diperoleh adalah ada pengaruh yang signifikan

antara kecerdasan emosional (self emotions appraisal, other’s emotions appraisal,

use of emotions, regulation of emotions) dan gaya kelekatan (gaya kelekatan

96

aman, gaya kelekatan cemas, gaya kelekatan menghindar) terhadap pengambilan

keputusan karir dependen pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta.

Ditemukan bahwa variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap pengambilan

keputusan karir dependen adalah self emotions appraisal.

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian yang dijelaskan pada bab 4, peneliti mencoba untuk

memaparkan penjelasannya secara berurut pengaruh dari masing-masing variabel

independen terhadap pengambilan keputusan karir, yaitu rasional, intuitif dan

dependen. Penelitian ini menghasilkan sebuah penemuan baru dimana melakukan

analisis lebih mendalam pada pengambilan keputusan karir.

Pada penelitian ini, variabel kecerdasan emosional berpengaruh terhadap

pengambilan keputusan karir rasional. Meskipun berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Afzal, Atta dan Shujja (2013), yaitu melihat pengambilan

keputusan karir secara keseluruhan, hasil penelitian menyebutkan bahwa

kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan

karir. Penelitian yang dilakukan oleh Fabio dan Palazzeschi (2008) juga

menyimpulkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap pengambilan

keputusan karir. Dimensi yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir

rasional adalah the adaptability. Penelitian ini menggunakan teori kecerdasan

emosional milik Bar’On. Hasil penelitian di atas menyimpulkan bahwa semakin

tinggi kecerdasan emosional pada individu, maka semakin tinggi pula

pengambilan keputusan karir rasional mereka.

97

Kecerdasan emosional merupakan variabel yang tidak berdiri sendiri.

Kecerdasan emosional memiliki beberapa dimensi yang mengukur kemampuan

berbeda. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa tidak semua dimensi kecerdasan

emosional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan keputusan

karir rasional. Dengan jumlah empat dimensi kecerdasan emosional, yaitu self

emotions appraisal, other’s emotions appraisal, use of emotions dan regulation of

emotions, ditemukan hanya satu dimensi yang memiliki pengaruh signifikan, yaitu

use of emotions. Berdasarkan nilai koefisien regresi, use of emotions memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengambilan keputusan karir

rasional pada siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi use of emotions, maka semakin tinggi pula pengambilan

keputusan karir rasional pada individu.

Analisis lebih lanjut pada dimensi kecerdasan emosional menunjukkan

hasil bahwa use of emotions memiliki peran utama dalam proses pengambilan

keputusan karir dibandingkan dengan dimensi lain. Hasil penelitian ini dapat

didukung secara logis bahwa penggunaan emosi tidak hanya membuat seseorang

untuk memahami emosi, akan tetapi juga membuatnya mampu menggunakan

emosinya dengan cara yang berguna. Pemanfaatan lebih lanjut dari penggunaan

emosi meliputi perencanaan yang fleksibel, berpikir kreatif, perhatian yang terarah

dan motivasi. Seluruh atribut penggunaan emosi ini dapat mempengaruhi individu

dalam pengambilan keputusan karir (Mayer & Salovey, 1997).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga dimensi kecerdasan

emosional, yaitu self emotions appraisal, other’s emotions appraisal dan

98

regulation of emotions tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

pengambilan keputusan karir rasional pada siswa dan siswi SMA Negeri 36

Jakarta. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Afzal, Atta dan Shujja

(2013) yang menyebutkan other’s emotions appraisal dan regulation of emotions

tidak memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan dimensi self emotions

appraisal memiliki pengaruh yang signifikan, berbeda dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti berasumsi bahwa yang menyebabkan hasil

penelitian ini tidak signifikan adalah kemampuan untuk memahami emosi sendiri

dan orang lain atau significant others pada siswa dan siswi SMA Negeri 36

Jakarta cenderung rendah. Individu dengan self emotions appraisal rendah

diasumsikan belum memiliki kesadaran yang baik dan cukup matang secara

emosional dalam menjalani tugas perkembangan yang berkaitan dengan karir.

Sedangkan regulation of emotions tidak berpengaruh diasumsikan bahwa

kemampuan manajemen emosi individu cenderung rendah sehingga kurang efektif

melakukan perencanaan secara matang dalam mengambil keputusan karir secara

rasional.

Selanjutnya ditemukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dimensi

kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan intuitif. Berbeda dengan

penelitian Fabio dan Palazzeschi (2008) bahwa kecerdasan emosional

berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir intuitif. Dengan menggunakan

teori kecerdasan emosional milik Bar’On, hasil penelitian tersebut membuktikan

dimensi interpersonal memiliki korelasi positif terhadap pengambilan keputusan

karir intuitif. Perbedaan hasil penelitian tersebut diasumsikan karena sampel yang

99

digunakan dalam penelitian, yaitu siswa dan siswi SMA Negeri 36 Jakarta kurang

mampu memahami emosi dirinya dengan baik dan kesadaran emosionalnya

rendah. Perbedaan teori yang digunakan juga dapat mempengaruhi hasil

penelitian.

Ditemukan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap

pengambilan keputusan karir dependen. Hal ini sesuai dengan penelitian Fabio

dan Palazzeschi (2008). Dimensi yang memiliki pengaruh adalah self emotions

appraisal secara positif dan regulation of emotions secara negatif. Peneliti

berasumsi bahwa individu yang memahami dirinya dengan baik, maka mereka

akan menyadari kelebihan dan kekurangan sehingga mengetahui batasan-batasan

pada dirinya. Individu yang merasa kesulitan dalam mengambil keputusan karir

akan membutuhkan pendapat dan dorongan orang lain. Regulation of emotions

memiliki pengaruh yang signifikan secara negatif. Artinya semakin rendah

kemampuan mengelola emosinya, individu akan kesulitan dalam mengambil

keputusan karir sehingga seolah-olah menyerahkan keputusan karir tersebut

kepada orang lain.

Individu dengan kecerdasan emosional yang tinggi umumnya memiliki

kesadaran yang lebih besar terhadap emosi mereka dan memiliki kapasitas yang

lebih besar untuk mengintegrasikan pengalaman emosional dengan pikiran dan

tindakan mereka (Afzal, Atta & Shujja, 2013) Hal tersebut cukup rasional apabila

mereka mampu mengurangi keraguan sehingga dapat menentukan pilihan karir

mereka. Individu yang mampu memahami dan mengelola emosi mereka akan

lebih baik dalam memprediksi konsekuensi terhadap pilihan karir yang potensial.

100

Oleh karena, itu kecerdasan emosional merupakan salah satu variabel yang

menjanjikan dalam memahami proses pengambilan keputusan karir yang lebih

baik.

Selanjutnya, peneliti mencoba menganalisis dimensi-dimensi gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir rasional, intuitif dan dependen.

Hasil penelitian adalah tidak ada pengaruh yang signifikan antara gaya kelekatan

aman, cemas dan menghindar terhadap pengambilan keputusan karir rasional.

Gaya kelekatan aman dan cemas tidak memiliki pengaruh secara signifikan

terhadap pengambilan keputusan rasional. Hal ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan dan Baghban

(2013). Peneliti berasumsi bahwa individu yang tidak memiliki gaya kelekatan

aman tidak akan memunculkan rasa percaya dengan individu lain. Individu ini

merasa tertutup akan bantuan ataupun dorongan dari significant others yang dapat

mempengaruhi dalam membuat keputusan karir. Palos dan Drobot (2010)

berpendapat bahwa individu dengan gaya kelekatan aman memiliki keinginan

lebih untuk terlibat dan mengeksplorasi lingkungan, lebih penasaran,

mengembangkan hubungan yang positif dengan orang lain dan mencari dukungan

mereka. Individu akan lebih jauh terbuka dengan orang lain dan memiliki

keingintahuan yang lebih tentang karir masa depannya.

Sedangkan, gaya kelekatan menghindar tidak berpengaruh signifikan

terhadap pengambilan keputusan karir rasional. Berbeda dengan penelitian

sebelumnya yang menyatakan bahwa ada pengaruh signifikan secara negatif

terhadap pengambilan keputusan rasional (Agheli, Abedi, Nilforooshan &

101

Baghban, 2013). Peneliti berasumsi bahwa individu yang memiliki gaya kelekatan

menghindar akan merasa tidak nyaman untuk dekat dengan individu lain dan

kurang mempercayai individu lain (Ainsworth, dalam Akhtar, 2012). Jadi, dalam

mengambil keputusan karirnya, individu lebih percaya pada kemampuan dirinya

sendiri.

Selanjutnya adalah pengaruh gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar

terhadap pengambilan keputusan karir intuitif. Ditemukan bahwa hanya satu

dimensi yang signifikan, yaitu gaya kelekatan menghindar. Hal ini tidak sejalan

dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agheli, Abedi, Nilforooshan

dan Baghban (2013). Individu dengan gaya kelekatan menghindar memiliki

kecerdasan emosional yang rendah, tidak mampu untuk melawan masalah, serta

membuat keputusan yang tepat. Dalam beberapa situasi mereka tidak dapat

membuat keputusan secara logis. Individu juga cenderung merasa tidak aman dan

cemas karena takut tidak mendapatkan dukungan dalam pengambilan keputusan

karir masa depannya (Palos & Drobot, 2010).

Gaya kelekatan aman, cemas dan menghindar juga ditemukan tidak

berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan karir dependen. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa tidak satupun gaya kelekatan yang

berpengaruh. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi,

Nilforooshan dan Baghban (2013), terdapat satu gaya kelekatan yang signifikan

berpengaruh, yaitu gaya kelekatan cemas. Hasil penelitian ini menunjukkan

semakin tinggi gaya kelekatan cemas, maka semakin tinggi pula pengambilan

keputusan karir dependen. Individu dengan gaya kelekatan cemas mempunyai

102

kecenderungan untuk menghindari dan tidak berkomunikasi dengan orang lain.

Mereka akan berpikir bahwa individu lain tidak ingin membuat hubungan yang

dekat dengan mereka (Ainsworth, dalam Akhtar, 2012). Peneliti berasumsi bahwa

seharusnya ketika individu memiliki gaya kelekatan cemas, maka hal tersebut

berbanding terbalik atau tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan karir

dependen. Pengambilan keputusan karir dependen lebih menekankan tanggung

jawab keputusan karirnya kepada individu lain. Sedangkan, gaya kelekatan cemas

cenderung merasa tidak aman dengan kehadiran individu lain. Oleh karena itu,

peneliti berasumsi bahwa penelitian yang dilakukan oleh Agheli, Abedi,

Nilforooshan dan Baghban (2013) tidak relevan dengan teori yang telah dijelaskan

di atas.

Dari penelitian yang telah dilakukan, terdapat perbedaan pendapat dari

beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai dimensi-dimensi kecerdasan

emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir. Penelitian

mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap

pengambilan keputusan karir masih sangat sedikit dilakukan. Oleh karena itu,

diperlukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kecerdasan emosional dan gaya

kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir agar dapat memberikan

gambaran yang lebih mendalam pada masyarakat, khususnya instansi pendidikan

dan orang tua.

5.3 Saran

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa terdapat beberapa

kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti memberikan beberapa

103

saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya,

baik berupa saran metodologis dan saran praktis.

5.3.1 Saran metodologis

1. Untuk penelitian selanjutnya, dapat menggunakan faktor-faktor lain yang

dapat dijadikan variabel independen untuk melihat pengaruhnya terhadap

pengambilan keputusan karir, seperti trait kepribadian, dukungan sosial,

self efficacy dan variabel demografi.

2. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan studi pendahuluan dan

observasi ke sekolah-sekolah yang akan dijadikan populasi dan sampel

penelitian. Hal ini dapat membantu peneliti untuk mengetahui fenomena

pengambilan keputusan karir pada individu.

3. Pada penelitian ini metode pengambilan data yang digunakan hanya

menggunakan self report, yaitu kuesioner. Untuk penelitian selanjutnya

sebaiknya menggunakan metode pengambilan data yang lebih bervariasi,

seperti wawancara dan observasi. Hal ini dapat membantu peneliti untuk

mendapatkan data penelitian yang lebih akurat.

5.3.2 Saran praktis

1. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa use of emotions memiliki pengaruh

signifikan terhadap pengambilan keputusan karir rasional. Oleh karena itu,

disarankan kepada tenaga pendidik agar mengadakan kegiatan yang dapat

melatih kemampuan siswa dan siswi untuk mengeksplorasi emosinya

dalam memecahkan suatu masalah.

104

2. Terkait dengan self appraisal emotions dan regulation of emotions yang

berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan karir dependen.

Disarankan kepada instansi pendidikan agar membantu siswa dan siswi

nya untuk dapat mengenali emosi dirinya, memahami kelebihan dan

kekurangan yang dimilikinya, serta memanajemen emosi sehingga siswa

dan siswi mampu memahami dengan baik dirinya sebelum mengambil

keputusan karir.

3. Terkait dengan pengambilan keputusan karir, peneliti menyarankan

kepada pihak instansi pendidikan untuk selalu memberikan informasi yang

lengkap mengenai karir yang sesuai untuk masa depan siswa dan siswi dan

selalu memberikan bimbingan agar mereka mampu mencapai karir yang

dibutuhkan.

105

DAFTAR PUSTAKA

Afzal, A., Atta, M., & Shujja, S. (2013). Emotional intelligence as predictor of

career decision making among university undergraduates. Journal of

Behavioural Sciences, 23(1), 119-131

Agheli, M., Abedi, R.M., Nilforooshan, P., & Baghban, I. (2013). Attachment

styles and career decision making styles in Universities of Isfahan students.

Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 5(6), 404-

413

Akhtar, Z. (2012). The effect of parenting style of parents on attachment styles of

undergraduate students

Albion, J.M., & Fogarty, J.G. (2002). Factor influencing career decision making

in adolescents and adults. Thesis. University of Southern Queensland

Anggraeni, P.W. (2015). Analisis pengaruh kecerdasan emosi terhadap

perencanaan karir individual pada wanita yang memiliki konflik peran

ganda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 4(1), 1-21

Bacanli, F. (2012). An examination of the relationship amongst decision making

strategies and ego identity statuses. Education and Science, 37(163), 17-28

Baron, R.A., & Byrne, D.B. (2005). Psikologi sosial. Edisi Kesepuluh Jilid 2.

Jakarta: Erlangga

Bercovitz, B.H. (2014). Self criticism, anxious attachment and avoidant

attachment as predictors of career decision making. Journal of Career

Assessment, 22(1), 176-187

Blustein, D. L., Prezioso, M. S., & Schultheiss, D. P. (1995). Attachment theory

and career development: current status and future directions. The Counseling

Psychologist, 23, 426–432.

Brown, D. (2002). Carrer choice and development (4th Ed). John Wiley & Sons,

Inc

Bubic, A. (2014). Decision making characteristics and decision styles predict

adolescents’s career choice satisfaction. Springer Science and Business

Crites, J.O. (1969). Vocational psychology: The study of vocational and

development. New York: McGraw Hill

106

Di Fabio, A. (2012). Emotional intelligence: New perspectives and applications.

Italy: InTech.

Di Fabio, A., & Kenny, M.E. (2011). Promoting emotional intelligence and career

decision making among Italian High School students. Journal of Career

Assessment, 19(1), 21-34

Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2009). Emotional intelligence, personality traits a

and career decision difficulties. International Journal for Educational and

Vocational Guidance, 9(2), 135-146

Di Fabio, A., & Palazzeschi, L. (2008). Emotional intelligence: New perspectives

in career decision making. Journal of Psychology of Work and

Organization, 14(4), 459-471

Di Fabio, A., Palazzeschi, L., Peretz, A.L., & Gati, I. (2013). Career indecision

versus indecisiveness: Associations with personality traits and emotional

intelligence. Journal of Career Assessment, 21(1), 42-56

ECC UGM (2013). 42% akui bekerja tak sesuai passion. Diunduh tanggal 23

Maret 2013 dari http://careernews.web.id

Emmerling, R. J., & Cherniss, C. (2003). Emotional intelligence and the career

choice process. Journal of Career Assessment, 11(2), 153-167

Espero, O.C. (2009). Correlates of career decision among children of overseas

Filipino workers. Journal of Basic Education, 3(3), 54-65

Falaye, V.F., & Adams, T.B. (2008). An assessment of factors influencing career

decision of in school youths. Pakistan Journal of Social Sciences, 5(3), 222-

225

Gati, I., Amir, T., & Landman, S. (2010). Career counselor’s perceptions of the

severity of career decision making difficulties. British Journal of Guidance

& Counseling, 38(4), 393-408

Gati, I., Landman, S., Davidovitch, S., Asulin-Peretz, L., & Gadassi, R. (2010).

From career decision-making styles to career decision making profiles: A

multidimensional approach. Journal of Vocational Behavior, 76, 277–291.

Goleman, D. Emotional Intelligence. Kecerdasan emosional: Mengapa EQ lebih

penting daripada IQ ?. Hermaya (terj). 1996. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Harren, A.V. (1979). A model of career decision making for college students.

Journal of Vocational Behavior, 14, 119-133

107

Hussain, S., & Rafique, R. (2013). Parental expectation, career salience and career

decision making. Journal of Behavioural Sciences, 23(2), 62-76

Kidd, J. M. (1998). Emotion: An absent presence in career theory. Journal of

Vocational Behavior, 52(3), 275-288

Mayer, D.J., Caruso., R.D., Salovey, P., & Sitarenios, G. (2001). Emotional

intelligence as a standard intelligence. Emotion, 1(3), 232-242

Mayer, J. D., & Salovey, P. (1997). What is emotional intelligence? In P. Salovey

& D. Sluyter (Eds), Emotional development and emotional intelligence:

Implication for educators (pp. 3–34). New York: Basic Books

Mikulincer, M., & Shaver., R.P. (2012). An attachment perspective on

psychopatology. World Psychiatry, 11, 11-15

Mudhovozi, P., & Chireshe, R. (2012). Socio demographic factors influencing

career decision making among undergraduate psychology students in South

Africa. Journal of Social Sciences, 31(20), 167-176

Munandir. (1996). Program bimbingan karier di sekolah. Jakarta: Jalan Pintu

Satu

Ngunjiri, F.G. (2013). Decisiveness in career choices among secondary school

students in Kiambu west district Kenya. Thesis. Kenyatta Univeristy

Oluwole, A., & Umar, I.T. (2013). Psychological predictors of career decision

among school going adolescents in Katsina State Nigeria. African Journal

for The Psychological Study of Social Issues, 16(1), 140-147

Onder, C.K., Kirdok, O.,& Isik, E. (2010). Highs school student’s decision

making pattern across parenting styles and parental attachment levels.

Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 8(1), 263-280

Osipow, S. H. (1999). Assessing career indecision. Journal of Vocational

Behavior, 55(1), 147-154.

Palos, R., & Drobot, L. (2010). The impact of family influence on the career

choice of adolescents. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2, 3407-

3411

Pasquarella, F.K. (2013). Undecided students: A study of decision making styles

and choosing a college major at Rowan University. Thesis. Rowan

University

108

Patton, W., & McMahon, M. (2014). Career development and systems theory:

Connecting theory and practice (3th Ed). Rotterdam : Sense Publishers

Pramudi, H. (2015). Kemampuan pengambilan keputusan karir siswa kelas XI di

SMA Negeri 1 Kutasaro Purbalingga. Skripsi. Universitas Negeri

Yogyakarta

Rahmawati, E. (2013). Hubungan attachment style dan konsep diri dengan self

disclosure pada remaja. Skripsi. UIN Jakarta

Ravitz, P., Maunder, R., Hunter, J., Sthankiya, B., & Lancee, W. (2010). Adult

attachment measures: A 25 year review. Journal of Psychosomatic

Research, 69, 419-432

Reisenzein, R. (2007). What is a definition of emotion? Are emotions mental

behavioral processes?. Social Science Information, 46(3). SAGE

Publications

Salovey, P., & Mayer, D.J. (1990). Emotional Intelligence. Baywood Publishing

Co, Inc

Sanders, R.P. (2008). The decision making styles, ways of knowing and learning

strategy prferences of clients at a one stop career center. Thesis.

Oklahoma State University

Santrock, J.W. (2003). Perkembangan remaja. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga

Sayekti, P.S (2013). Pengaruh status identitas ego dan gaya pengambilan

keputusan terhadap kematangan karir remaja di SMAN 2 dan SMAN 3

Depok. Tesis. UIN Jakarta

Sovet, L., & Metz, J.A. (2014). Parenting styles and career decision making

among French and Korean adolescents. Journal of Vocational Behavior,

84, 345-355

Sukardi, D.K. (1993). Psikologi Pemilihan Karier. Jakarta: Rineka Cipta

Supatmi, T. (2014). Pengembangan bahan informasi bimbingan pemilihan karir

untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan karir siswa

SMK Rumpun jurusan ekonomi. Jurnal. Universitas Sebelas Maret

Surakarta

109

Umar, J. (2012). Bahan ajar confirmatory factor analysis (CFA). Tidak

dipublikasikan

Wilson, L. (2000). The Relationship between parental attachment, career decision

making self efficacy, gender, race and career indecision. Florida: The

Florida State University

Wolfe, J. B., & Betz, N. E. (2004). The relationship of attachment variables to

career decision making self efficacy and fear of commitment. Career

Development Quarterly, 52(4), 363–369

Wong, S.C., Wong, M.P .,& Law, S.K. (2004). Evidence on the practical utility of

wong’s emotional intelligence scale in chinese societies. Asia Pacific

Journal of Management, 1-27

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Saya adalah mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan

persyaratan untuk mencapai gelar sarjana psikologi. Penelitian ini berjudul “Pengaruh

kecerdasan emosional dan gaya kelekatan terhadap pengambilan keputusan karir pada siswa/i

SMA Negeri 36 Jakarta”. Oleh karena itu, saya mengharapkan bantuan Saudara/i untuk mengisi

kuesioner ini.

Dalam menjawab kuesioner ini tidak ada jawaban salah atau benar. Maka, Saudara/i

bebas menentukan jawaban yang paling sesuai dengan diri masing-masing. Setiap jawaban yang

diberikan akan terjamin kerahasiaannya dan hanya dipakai untuk penelitian ini saja.

Bacalah petunjuk terlebih dahulu. Setelah mengisi kuesioner ini, mohon diteliti kembali

jawaban Saudara/i agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab atau terlewati.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 2014

Hormat saya,

Denny Sekar Taji

Data responden

Inisial nama : ……………………………………………………..

Jenis kelamin : ……………………………………………………..

Usia : ……………………………………………………..

Pendidikan orang tua : ……………………………………………………..

Jenis pekerjaan orang tua : ……………………………………………………..

Petunjuk pengisian

Kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang tidak ada jawaban benar atau salah. Sebelum

mengisi pernyataan-pernyataan tersebut, baca dan pahamilah terlebih dahulu, kemudian berikan

tanda checklist (√) pada salah satu dari keempat kolom disamping kanan pernyataan.

Adapun pilihan kolom disamping kanan pernyataan sebagai berikut :

SS : Sangat sesuai

S : Sesuai

TS : Tidak sesuai

STS : Sangat tidak sesuai

Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya mampu membuat keputusan yang penting √

Skala 1

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya sistematis ketika saya akan membuat sebuah keputusan

penting

2 Saya membuat keputusan yang tepat bagi saya tanpa mengetahui

mengapa saya membuat keputusan tersebut

3 Penting bagi saya mendapatkan saran dari teman-teman ketika

membuat keputusan

4 Saya membuat keputusan penting dengan mengumpulkan semua

informasi yang dibutuhkan

5 Saya dapat membuat keputusan dengan cepat pada keputusan

penting

6 Saya ingin memiliki seseorang yang dapat mengarahkan ke arah

yang benar ketika saya dihadapkan dengan sebuah keputusan

penting

7 Saya harus mengetahui konsekuensi yang ada ketika mengambil

sebuah keputusan

8 Dalam membuat keputusan, hanya perasaan yang saya percaya

9 Saya benar-benar merasa kesulitan ketika mengambil keputusan

yang penting tanpa bantuan

10 Ketika saya harus membuat keputusan, saya membutuhkan waktu

untuk berpikir dengan hati-hati

11 Saya memutuskan sesuatu tanpa mencari informasi terlebih

dahulu

12 Saya membuat keputusan berdasarkan apa yang orang lain

pikirkan, bukan pada apa yang benar-benar ingin saya lakukan.

13 Saya berpikir jangka panjang sehingga butuh waktu lama

sebelum bertindak dalam mengambil keputusan penting

14 Saya tidak memikirkan sebuah keputusan untuk sementara waktu

dan ada saatnya saya tahu apa yang akan dilakukan

15 Sebelum membuat keputusan, saya berbicara dengan teman dekat

terlebih dulu

16 Saya akan memeriksa sumber informasi untuk memastikan

bahwa saya memiliki fakta yang benar sebelum memutuskan

sesuatu

17 Dalam memutuskan sesuatu, saya biasanya menggunakan

imajinasi atau fantasi untuk melihat bagaimana perasaan saya jika

saya melakukannya

18 Saya menunda dalam membuat keputusan karena saya gelisah

memikirkannya

19 Saya berhati-hati dalam membuat rencana sebelum saya

melakukan sesuatu yang penting

20 Saya tidak perlu memiliki alasan yang rasional untuk sebagian

besar keputusan yang saya buat

21 Saya tampaknya membutuhkan banyak dorongan dan dukungan

dari orang lain ketika saya membuat keputusan

22 Saya tidak membuat keputusan tergesa-gesa karena saya ingin

memastikan bahwa saya membuat keputusan yang tepat

23 Saya membuat keputusan yang cukup kreatif karena mengikuti

naluri batin saya sendiri

24 Saya ingin orang lain yang membuat keputusan penting untuk

saya

25 Saya melihat bahwa setiap keputusan yang saya buat merupakan

tahapan kemajuan saya dalam menuju tujuan yang pasti

26 Pada umumnya, saya membuat keputusan berdasarkan bagaimana

dampak hal tersebut bagi saya saat ini, bukan berdasarkan

dampak di masa depan

27 Saya tidak yakin dengan kemampuan saya dalam membuat

keputusan, jadi biasanya saya mengandalkan pendapat lain

28 Saya ingin belajar sebanyak mungkin mengenai konsekuensi

sebuah keputusan sebelum saya membuatnya

29 Keputusan dapat dikatakan tepat untuk saya jika hal itu

memuaskan perasaan saya

30 Pada umumnya, saya tidak memiliki banyak keyakinan dalam

membuat keputusan, kecuali teman-teman memberikan dukungan

kepada saya

Skala 2

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya mengetahui penyebab apa yang saya rasakan

2 Saya memahami dengan baik tentang perasaan sendiri

3 Saya benar-benar memahami apa yang saya rasakan

4 Saya mengetahui apakah saya senang atau tidak

5 Saya mengetahui emosi teman-teman melalui perilaku yang

mereka munculkan

6 Saya pengamat yang baik dalam mengamati emosi orang lain

7 Saya merupakan seseorang yang peka terhadap perasaan orang

lain

8 Saya memiliki pemahaman yang baik mengenai emosi orang

disekitar

9 Saya menetapkan tujuan dan mencoba yang terbaik untuk

mencapainya

10 Saya adalah orang yang kompeten

11 Saya merupakan seseorang yang memotivasi diri sendiri

12 Saya menyemangati diri sendiri untuk menjadi yang terbaik

13 Saya mampu mengendalikan amarah dan menangani kesulitan

secara rasional

14 Saya mampu mengendalikan emosi

15 Saya cepat tenang ketika sangat marah

16 Saya memiliki kontrol emosi yang baik

Skala 3

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya tidak dapat bergantung pada orang lain

2 Orang-orang tidak pernah ada ketika saya membutuhkan mereka

3 Saya merasa nyaman bergantung pada orang lain

4 Saya tahu bahwa orang lain akan datang ketika saya

membutuhkan mereka

5 Saya sulit untuk percaya pada orang lain

6 Saya tidak yakin bahwa saya dapat bergantung pada orang lain

ketika saya membutuhkan mereka

7 Saya tidak khawatir akan ditinggalkan

8 Saya khawatir bahwa orang lain tidak percaya dengan saya

9 Orang lain tidak ingin menjalin hubungan yang dekat dengan

saya seperti yang saya inginkan

10 Saya khawatir orang lain tidak mau membuat hubungan dengan

saya

11 Saya ingin menjalin hubungan dengan orang lain

12 Keinginan saya untuk menjalin hubungan terkadang membuat

orang tersebut takut dan pergi

13 Saya merasa mudah untuk dekat dengan orang lain

14 Saya tidak khawatir seseorang yang semakin dekat dengan saya

15 Saya tidak nyaman berada dekat dengan orang lain

16 Saya gugup ketika orang terlalu dekat

17 Saya merasa nyaman memiliki orang lain yang bergantung pada

saya

18 Saya tidak nyaman ketika orang lain mendekati saya

LAMPIRAN C

Contoh syntax pengambilan keputusan karir rasional

UJI ANALISA FAKTOR

DA NI=30 NO=237 MA=PM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12

IT13 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26

IT27 IT28 IT29 IT30

PM SY FI=NEWPKK.COR

SE

1 4 16 19 25 7 28 10 13 22/

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

RASIONAL

FR TD 9 8 TD 9 3 TD 8 3 TD 7 3 TD 8 1 TD 7 1

PD

OU TV MI SS

LAMPIRAN D

Contoh output CFA pengambilan keputusan karir rasional

DATE: 3/ 9/2015

TIME: 2:31

L I S R E L 8.70

BY

Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom

This program is published exclusively by

Scientific Software International, Inc.

7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100

Lincolnwood, IL 60712, U.S.A.

Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140

Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004

Use of this program is subject to the terms specified in the

Universal Copyright Convention.

Website: www.ssicentral.com

The following lines were read from file D:\Kampus\Kuliah\SKRIPSI\BAB

III\Olah Data\NEW\RASIONAL.LS8:

UJI ANALISA FAKTOR

DA NI=30 NO=237 MA=PM

LA

IT01 IT02 IT03 IT04 IT05 IT06 IT07 IT08 IT09 IT10 IT11 IT12

IT13 IT14 IT15 IT16 IT17 IT18 IT19 IT20 IT21 IT22 IT23 IT24 IT25 IT26

IT27 IT28 IT29 IT30

PM SY FI=NEWPKK.COR

SE

1 4 16 19 25 7 28 10 13 22/

MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY

LK

RASIONAL

FR TD 9 8 TD 9 3 TD 8 3 TD 7 3 TD 8 1 TD 7 1

PD

OU TV MI SS

UJI ANALISA FAKTOR

Number of Input Variables 30

Number of Y - Variables 0

Number of X - Variables 10

Number of ETA - Variables 0

Number of KSI - Variables 1

Number of Observations 237

UJI ANALISA FAKTOR

Correlation Matrix

IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07

-------- -------- -------- -------- -------- --------

IT01 1.00

IT04 -0.05 1.00

IT16 0.31 0.15 1.00

IT19 0.30 0.07 0.56 1.00

IT25 0.26 0.05 0.28 0.42 1.00

IT07 0.26 0.15 0.42 0.52 0.22 1.00

IT28 0.18 0.11 0.31 0.60 0.33 0.39

IT10 0.08 -0.01 0.16 0.43 0.17 0.36

IT13 0.22 0.07 0.06 0.39 0.24 0.29

IT22 0.33 0.03 0.42 0.47 0.32 0.31

Correlation Matrix

IT28 IT10 IT13 IT22

-------- -------- -------- --------

IT28 1.00

IT10 0.31 1.00

IT13 0.37 0.48 1.00

IT22 0.36 0.32 0.34 1.00

UJI ANALISA FAKTOR

Parameter Specifications

LAMBDA-X

RASIONAL

--------

IT01 1

IT04 2

IT16 3

IT19 4

IT25 5

IT07 6

IT28 7

IT10 8

IT13 9

IT22 10

THETA-DELTA

IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07

-------- -------- -------- -------- -------- --------

IT01 11

IT04 0 12

IT16 0 0 13

IT19 0 0 0 14

IT25 0 0 0 0 15

IT07 0 0 0 0 0 16

IT28 17 0 18 0 0 0

IT10 20 0 21 0 0 0

IT13 0 0 23 0 0 0

IT22 0 0 0 0 0 0

THETA-DELTA

IT28 IT10 IT13 IT22

-------- -------- -------- --------

IT28 19

IT10 0 22

IT13 0 24 25

IT22 0 0 0 26

UJI ANALISA FAKTOR

Number of Iterations = 7

LISREL Estimates (Maximum Likelihood)

LAMBDA-X

RASIONAL

--------

IT01 0.43

(0.07)

6.45

IT04 0.13

(0.07)

1.92

IT16 0.69

(0.06)

10.94

IT19 0.82

(0.06)

14.71

IT25 0.46

(0.06)

7.11

IT07 0.60

(0.06)

9.73

IT28 0.69

(0.06)

11.12

IT10 0.50

(0.07)

7.57

IT13 0.50

(0.07)

7.56

IT22 0.60

(0.06)

9.63

PHI

RASIONAL

--------

1.00

THETA-DELTA

IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07

-------- -------- -------- -------- -------- --------

IT01 0.82

(0.08)

10.43

IT04 - - 0.98

(0.09)

10.84

IT16 - - - - 0.53

(0.06)

8.65

IT19 - - - - - - 0.32

(0.04)

7.68

IT25 - - - - - - - - 0.79

(0.07)

10.55

IT07 - - - - - - - - - - 0.64

(0.06)

10.17

IT28 -0.12 - - -0.17 - - - - - -

(0.05) (0.04)

-2.46 -3.78

IT10 -0.14 - - -0.19 - - - - - -

(0.05) (0.05)

-2.78 -3.93

IT13 - - - - -0.27 - - - - - -

(0.05)

-5.53

IT22 - - - - - - - - - - - -

THETA-DELTA

IT28 IT10 IT13 IT22

-------- -------- -------- --------

IT28 0.52

(0.06)

8.75

IT10 - - 0.74

(0.07)

10.08

IT13 - - 0.23 0.75

(0.06) (0.07)

4.19 10.15

IT22 - - - - - - 0.65

(0.06)

10.19

Squared Multiple Correlations for X - Variables

IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07

-------- -------- -------- -------- -------- --------

0.19 0.02 0.47 0.68 0.21 0.36

Squared Multiple Correlations for X - Variables

IT28 IT10 IT13 IT22

-------- -------- -------- --------

0.48 0.25 0.25 0.35

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 29

Minimum Fit Function Chi-Square = 38.04 (P = 0.12)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 36.89 (P = 0.15)

Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.89

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 27.63)

Minimum Fit Function Value = 0.16

Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.033

90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.12)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.034

90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.064)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.79

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.38

90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.34 ; 0.46)

ECVI for Saturated Model = 0.47

ECVI for Independence Model = 4.52

Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 1047.64

Independence AIC = 1067.64

Model AIC = 88.89

Saturated AIC = 110.00

Independence CAIC = 1112.32

Model CAIC = 205.06

Saturated CAIC = 355.74

Normed Fit Index (NFI) = 0.96

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99

Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.62

Comparative Fit Index (CFI) = 0.99

Incremental Fit Index (IFI) = 0.99

Relative Fit Index (RFI) = 0.94

Critical N (CN) = 308.67

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.036

Standardized RMR = 0.036

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.51

UJI ANALISA FAKTOR

Modification Indices and Expected Change

No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X

No Non-Zero Modification Indices for PHI

Modification Indices for THETA-DELTA

IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07

-------- -------- -------- -------- -------- --------

IT01 - -

IT04 4.39 - -

IT16 0.49 3.08 - -

IT19 4.34 1.12 0.21 - -

IT25 0.97 0.01 2.21 2.00 - -

IT07 0.01 2.13 0.05 0.90 1.86 - -

IT28 - - 0.49 - - 2.02 0.01 0.52

IT10 - - 2.37 - - 0.46 2.41 2.49

IT13 0.17 1.59 - - 2.07 0.01 0.29

IT22 2.88 0.81 0.39 0.67 1.35 1.27

Modification Indices for THETA-DELTA

IT28 IT10 IT13 IT22

-------- -------- -------- --------

IT28 - -

IT10 2.11 - -

IT13 1.18 - - - -

IT22 1.13 0.34 0.75 - -

Expected Change for THETA-DELTA

IT01 IT04 IT16 IT19 IT25 IT07

-------- -------- -------- -------- -------- --------

IT01 - -

IT04 -0.12 - -

IT16 0.03 0.09 - -

IT19 -0.09 -0.04 -0.02 - -

IT25 0.05 -0.01 -0.07 0.06 - -

IT07 0.00 0.08 0.01 0.04 -0.07 - -

IT28 - - 0.04 - - 0.07 0.01 -0.03

IT10 - - -0.08 - - 0.03 -0.08 0.07

IT13 0.02 0.07 - - -0.06 0.00 -0.02

IT22 0.09 -0.05 0.03 -0.03 0.06 -0.05

Expected Change for THETA-DELTA

IT28 IT10 IT13 IT22

-------- -------- -------- --------

IT28 - -

IT10 -0.06 - -

IT13 0.05 - - - -

IT22 -0.05 0.03 0.04 - -

Maximum Modification Index is 4.39 for Element ( 2, 1) of THETA-DELTA

UJI ANALISA FAKTOR

Standardized Solution

LAMBDA-X

RASIONAL

--------

IT01 0.43

IT04 0.13

IT16 0.69

IT19 0.82

IT25 0.46

IT07 0.60

IT28 0.69

IT10 0.50

IT13 0.50

IT22 0.60

PHI

RASIONAL

--------

1.00

Time used: 0.062 Seconds