pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan …repository.utu.ac.id/629/1/bab i_v.pdf · rokok guna...

46
PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN KAWASAN TANPA ASAP ROKOK PADA MAHASISWA DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat DERI YUSRIZAL 09C10104075 FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH 2014

Upload: others

Post on 01-Dec-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN

KAWASAN TANPA ASAP ROKOK PADA MAHASISWA

DI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DERI YUSRIZAL

09C10104075

FAKULTAS KESEHATAN MASYARKAT

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH

2014

Page 2: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asap Rokok Orang Lain (AROL) adalah asap yang keluar dari ujung

rokok yang menyala atau produk tembakau lainnya, yang biasanya merupakan

gabungan dengan asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok. Asap rokok terdiri

dari asap utama (main stream) yang mengandung 25% kadar bahan bebahaya dan

asap sampingan (side stream) yang mengandung 75% kadar bahan berbahaya.

Perokok pasif mengisap 75% bahan berbahaya ditambah separuh dari asap yang

di hembuskan keluar dari perokok. Perempuan bukan perokok yang menikah

dengan suami perokok memiliki resiko terkena kanker paru 30% lebih tinggi

dibandingkan bila menikah dengan suami bukan perokok (Nurwati dkk, 2010).

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan

kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa

tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga umumnya disertai pesan

kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya kesehatan yang dapat

ditimbulkan dari merokok. Manusia di dunia yang merokok untuk pertama

kalinya adalah suku bangsa Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti

memuja dewa atau roh. Pada abad 16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua

Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap

rokok dan kemudian membawa tembakau ke Eropa. Kemudian kebiasaan

merokok mulai muncul di kalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan

1

Page 3: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

2

bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok

hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad 17 para pedagang Spanyol masuk ke

Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara islam (Ahnyar,

2009).

Negara maju seperti Amerika Serikat kebiasaan merokok ada

kecenderungan menurun, karena sejak beberapa tahun lalu di negara tersebut telah

ada gerakan yang menyatakan bahwa merokok merupakan perilaku buruk, tidak

berpendidikan, lain halnya di negara berkembang ada kecenderungan meningkat

untuk merokok. Dewasa ini di negara berkembang telah menjadi sasaran reklame

rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa

muda cenderung meningkat dalam kebiasaan merokok (Ardini, 2012).

World Health Organization (WHO) mengatakan rokok menewaskan enam

juta orang per tahun di seluruh dunia, termasuk lebih dari 600.000 perokok pasif.

Bila tren ini meningkat terus, pada tahun 2030, rokok dapat menyebabkan

kematian delapan juta orang per tahun. Sebagian besar negara berkembang

memiliki angka yang rendah untuk mereka yang berhenti merokok, walaupun

diterapkan berbagai kampanye antirokok di seluruh dunia. Berdasarkan data

terbaru ini, jumlah perokok di seluruh dunia meningkat hampir 250 juta orang

antara 1980 hingga 2012. Jumlah perokok di seluruh dunia meningkat menjadi

hampir satu miliar orang dan di sejumlah negara termasuk Indonesia dan Rusia

lebih dari separuh jumlah penduduk laki-laki mserokok setiap hari (Ardini, 2012).

Berlawanan dengan tren global yang menunjukkan penurunan, prevalensi

merokok di Indonesia menunjukkan pening katan antara 1980 hingga 2012.

Page 4: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

3

Meskipun sejumlah negara memperlihatkan penurunan rasio, angka prevalensi

kebiasaan merokok di Indonesia memperlihatkan kecenderungan peningkatan dari

1980 hingga 2012, saat ini diperkirakan sebanyak 52 juta orang merokok. Data ini

didapat dari penelitian terbaru dari Institute for Health Metrics and Evaluation

(IHME) di University of Washington, Amerika Serikat (Amelia, 2012).

Indonesia menduduki peringkat 3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia

setelah Cina dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke 5

konsumen rokok terbesar setelah Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang pada

tahun 2007. Pada tahun yang sama prevalensi merokok dewasa usia 15 tahun ke

atas adalah sebesar 34,2% meningkat dari dari 31,5% tahun 2001. Kenaikan yang

sangat signifikan, 4 kali lipat dari 1,3% menjadi 5,2% selama kurun waktu 2001-

2007 terjadi pada perokok perempuan (Amelia, 2012).

Peningkatan prevalensi perokok pada kelompok umur 15-19 tahun, dari

7,1% (1995) menjadi 19,9% (2007) atau naik sebesar 180%. Peningkatan tertinggi

terjadi pada kelompok umur yang paling muda yaitu 10-14 tahun dari 0,3%

menjadi 2,0% atau meningkat 7 kali lipat selama kurun waktu 12 tahun (1995-

2007) (Kristanti dkk, 2010).

Provinsi Bengkulu pada tahun 2007 adalah provinsi dengan prevalensi

perokok tertinggi di Indonesia (38,7%), Lampung (38,2%) dan Gorontalo

(37,5%). Sementara Provinsi Aceh berada di urutan kesebelas dengan prevalensi

(34,8%). Sementara prevalensi perokok laki-laki tertinggi 74,2% berda di Provinsi

Gorontalo dan prevalensi perokok perempuan tertinggi 11,7% Povinsi Papua

(Kristanti dkk, 2010).

Page 5: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

4

Perokok Aceh semakin mendapatkan tempat. Itu terlihat dari, antara lain,

munculnya “Kawasan Tanpa Rokok” yang kecil di warung kopi yang banyak

muncul di sana. Orang yang tidak merokok harus menepi. Padahal sebenarnya

perokoklah yang mesti dipinggirkan dan diberi tempat kecil tersendiri dalam

smoking area (Mardira, 2013).

Iklan promosi produsen rokok pun leluasa muncul di Aceh. Misalnya,

sebuah billboard rokok merek tertentu bisa berdampingan dengan papan kawasan

tanpa rokok yang berukuran lebih kecil. Billboard tersebut terkesan mengecilkan

keberadaan kawasan tanpa rokok. Profil sosial budaya di Aceh sering mendukung

penetrasi konsumsi rokok. Misalnya, di kenduri-kenduri, rokok selalu muncul

sebagai salah satu sajian. Di samping itu, tokoh-tokoh masyarakat banyak yang

perokok, maka hal itu ditiru oleh masyarakat. Statistik Kesejahteraan Rakyat Aceh

Tahun 2010 menunjukkan bahwa, bagi masyarakat Aceh, persentase pengeluaran

kelompok tembakau dan sirih menjadi kebutuhan dasar. Itu melebihi kebutuhan

esensial seperti kelompok pakaian, pendidikan, dan kesehatan. Persentase

pengeluaran kelompok tembakau tersebut mencapai empat kali lebih besar

daripada pengeluaran kelompok kesehatan dan pendidikan (Mardira, 2013).

Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh telah

berkomitmen untuk menerapkan kawasan bebas rokok di lingkungan kampus

tersebut, ini terbukti dengan telah diwacanakan oleh akademik dan Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh tentang kawasan tanpa asap rokok. Adapun area yang termasuk

Page 6: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

5

larangan merokok adalah ruang perkuliahan, laboratorium, perkarangan kampus,

akademik dan musalla.

Namun sampai saat ini menurut pengamatan penulis, masih banyak

ditemui para perokok aktif dikalangan mahasiswa yang masih saja mengisap

rokok di sembarangan tempat, terutama di kawasan tanpa asap rokok di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.

Dengan uraian diatas, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian

tentang ”Pengaruh Faktor Perilaku Terhadap Penerapan Kawasan Tanpa Asap

Rokok Pada Mahasiswa Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ditetapkan rumusan

masalah yaitu pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Predisposisi (Predisposing Factor)

pengetahuan dan sikap terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok

Page 7: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

6

pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh.

2. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

sarana dan prasarana terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok

pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh.

3. Untuk mengetahui pengaruh Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

dukungan terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada

mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh.

1.4 Hipotesa Penelitian

1. Adanya pengaruh antara faktor Pengetahuan tehadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

2. Adanya pengaruh antara faktor Sikap terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

3. Adanya pengaruh antara faktor Sarana dan Prasaran terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Adanya pengaruh antara faktor Dukungan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Page 8: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

7

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menurut Pardono (2002), penetapan kawasan tanpa asap rokok

merupakan upaya yang sangat mempengaruhi perokok terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan rokok, meniadakan keinginan remaja untuk merokok,

mengurangi konsumsi rokok di antara perokok, menghentikan remaja atau orang

dewasa yang sudah merokok maupun memberikan keuntungan ekonomis. Pada

akhirnya, penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan

terhadap generasi muda yang sangat bermanfaat bagi perokok aktif.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh

Merupakan suatu pemberian informasi lebih nyata tentang

pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok

pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh.

2) Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh

Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh, dapat dijadikan sebagai Referensi dan bahan bagi peneliti-

peneliti berikutnya tentang pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh dan menjadi alat ukur

Page 9: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

8

apakah ada hubungan pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh.

3) Bagi Masyarakat

Menambah wawasan mayarakat tentang bahaya merokok dan dapat

meningkatakan pengetahuan masyarakat pentingnya kawasan tanpa asap

rokok.

Page 10: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung dan

dibungkus dengan kertas, daun atau kulit jagung yang berukuran panjang antara

70 mm hingga 120 mm (bervariasi tergantung negaranya) dengan diameter sekitar

10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar salah

satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut

pada ujung lainnya (Frihartine, 2013).

Rokok merupakan salah satu benda berbahaya yang mestinya di jauhi

karena semua orang pasti telah mengetahui bahayanya dari kebiasaan bagi

kesehatan. Racun yang terdapat didalam rokok terbukti menjadi pemicu dari

berbagai macam penyakit yang muncul diakibatkan dari kebiasaan menghisap

rokok. Beberapa diantaranya bahkan penyakit-penyakit yang sangat berbahaya

seperti kanker, penyakit jantung hingga gangguan pernapasan (Ahnyar, 2009).

Bila dibandingkan dengan mereka yang tidak merokok, perokok

cenderung merasa kurang sehat, lebih rentan terserang penyakit, menurunnya

sistem kekebalan tubuh sampai meningkatkan risiko infeksi. Kepadatan tulang

pada perokok akan berkurang, sehingga dapat menyebabkan terjadinya patah

tulang pinggul. Kepadatan tulang pada perokok diketahui lebih rendah daripada

mereka yang tidak merokok. Dalam waktu 10 detik setelah dihisap, nikotin dalam

rokok akan segera mencapai otak. Saat menghisap rokok itulah terjadi pengiriman

9

Page 11: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

10

bahan kimia ke otak yang akan mengubah sifat kimiawi dalam otak sehingga

mempengaruhi perasaan perokok. Diketahui bahwa rokok merupakan salah satu

penyebab stroke (Mu’tadin, 2009).

Seperti yang kita ketahui, rokok merupakan salah satu dari beberapa

penyebab masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Merokok sudah menjadi suatu

kebiasaan yang membudaya dikalangan masyarakat Indonesia. Didalam rokok

terdapat zat-zat yang sangat berbahaya seperti nikotin, tar, karbon monoksida, zat

karsinogen, dan zat iritan yang dapat menyebabkan kecanduan, merusak jaringan

otak, membunuh sel dalam saluran darah, kanker paru-paru, menghalangi

transportasi dalam darah, memicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh,

mengotori saluran udara, menyebabkan batuk dan sebagainya (Kemenkes, 2010).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang merokok, di antaranya

pengaruh orang tua, pengaruh pergaulan, pengaruh iklan maupun faktor

kepribadiannya. Rokok bukan saja memberi pengaruh kesehatan kepada perokok,

tetapi juga dapat mencemari udara dan alam sekitar. Di tinjau dari segi ekonomi,

merokok memberi pengaruh ke arah pembaziran, yang sepatutnya digunakan

kearah kebaikan seperti untuk biaya pendidikan, membeli makanan, maupun

memperbaiki taraf hidup keluarga, bukan digunakan untuk membeli rokok yang

tidak bermanfaat (Sumartono dkk, 2010).

Perokok Aktif adalah seseorang yang dengan sengaja menghisap lintingan

atau gulungan tembakau yang dibungkus biasanya dengan kertas, daun, dan kulit

jagung. Secara langsung mereka juga menghirup asap rokok yang mereka

hembuskan dari mulut mereka (Mu’tadin, 2009).

Page 12: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

11

Jenis perokok dapat dibagi atas perokok ringan sampai berat. Perokok

ringan jika merokok kurang dari 10 batang per hari, perokok sedang menghisap

10-20 batang per hari, dan perokok berat jika lebih 20 batang per hari (Bustan,

2007).

Rokok juga dapat memberikan dampak langsung bagi perokok,

diantaranya batuk, pusing, napas pendek, sakit kepala, kehilangan keseimbangan,

tubuh bagaikan melayang dan susah tidur. Sedangkan dampak tidak langsung bagi

perokok, seperti rontoknya rambut, terganggunya sistem pencernaan, merusak

indra pengecap, dehidrasi, menguras energi dan merusak DNA. Merokok

memberikan kerugian lebih banyak lagi. Karena ketika sakit, kita tidak dapat

bekerja. Maka penghasilan yang seharusnya kita dapat jika bekerja menjadi

hilang, tidak menghasilkan uang dan mengeluarkan biaya untuk berobat (Ahnyar,

2009).

2.2 Dampak Kesehatan Akibat Paparan Asap Rokok Orang Lain (AROL)

Paparan terhadap asap rokok orang lain menyebabkan penyakit jantung

dan meningkatkan resiko kematian akibat penyakit ini sebesar kira-kira 30%.

Sementara dampak pada kehamilan dapat menyebabkan berat badan bayi lahir

rendah (BBLR) dan bayi lahir prematur, Sindroma Kematian Bayi Mendadak

(Sudden Infant Death Syndrome), dan efek pada bayi berupa pertumbuhan janin

dalam rahim terhambat dan keguguran spontan.

Dengan komulasi bukti-bukti ilmiah yang ada, maka sejak tahun 1986,

Amerika Serikat telah menyimpulkan asap rokok orang lain memperlambat

pertumbuhan dan menurunkan fungsi paru pada masa anak-anak dan ada

Page 13: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

12

hubungan antara ibu yang merokok pada masa hamil dengan akibatnya setelah

melahirkan (Pardono, 2002).

2.3 Kesadaran Masyarakat, Pendidikan dan Program Berhenti Merokok

Masyarakat tidak sepenuhnya sadar akan resiko penyakit dan kematian

dini akibat keputusannya untuk membeli produk tembakau, karena beberapa

faktor penyebabnya antara lain butuh waktu 20-25 tahun sejak orang mulai

merokok dan timbulnya gejala penyakit.

Sebagian besar perokok pemula adalah remaja yang belum mempunyai

kemampuan untuk menilai dengan benar informasi dampak merokok dan mereka

tidak menyadari efek adiktif nikotin yang sangat kuat yamg meningkat dan

menyebabkan orang sulit berhenti merokok.

Program pencegahan merokok yang efektif bagi remaja apabila dikemas

dalam program pengendalian tembakau yang komprehensif, tidak memposisikan

konsumsi tembakau sebagai kegiatan berkaitan dengan kedewasaan, tetapi sesuatu

yang mengenai semua umur, memberikan dukungan terhadap peningkatan cukai

(dan harga), memberikan dukungan terhadap larangan total dari iklan rokok,

memberikan dukungan terhadap kawasan tanpa rokok, melarang pemanjangan

(display) produk tembakau dan membatasi rantai penjualan, menekankan bahwa

nikotin adalah adiktif, mendiskusikan resiko merokok bagi semua umur dan

mendorong berhenti merokok pada semua perokok, tua dan muda. Sedangkan

salah satu sarana pendidikan masyarakat yang efektif dan tidak memerlukan biaya

dari pemerintah adalah peringatan kesehatan berbentuk gambar di bungkus rokok

(Natalia dkk, 2010).

Page 14: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

13

2.4 Kawasan Tanpa Asap Rokok

Merokok merupakan masalah yang sistemik yang memiliki sisi

humanisme. Masalah sistemik adalah ketika suatu sistem dalam arti institusi

pendidikan diberlakukan sebagai kawasan tanpa rokok, maka seharusnya tidak

ada orang yang merokok di dalamnya. Namun pada kenyataannya, masih saja ada

mahasiswa atau karyawan yang merokok di lingkungan kampus. Sedangkan yang

dimaksud dengan humanisme yaitu merokok dan tidak merokok adalah suatu

pilihan. Tidak jarang orang yang merokok itu sebenarnya tahu akan bahaya rokok

dan ketika kita hendak menegur atau memberi sanksi yang kita tegur itu adalah

teman-teman kita sendiri. Terkadang ketika kita menegur, mereka malah

mengabaikan.

Kawasan tanpa asap rokok adalah ruangan atau area yang di nyatakan

dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan

penggunaan rokok. Penerapan kawasan tanpa asap rokok merupakan upaya

perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman gangguan kesehatan

karena lingkungan tercemar asap rokok. Secara umum, penerapan kawasan tanpa

asap rokok bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat

rokok. Secara khusus, tujuan penerapan kawasan tanpa asap rokok adalah

mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman, memberikan

perlindungan bagi masyarakat bukan perokok, menurunkan angka perokok,

mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda dari penyalahgunaan

Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif (NAPZA) (Kemenkes, 2010).

Page 15: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

14

Pemerintah membuat peaturan yang melindungi masyarakat terutama

anak-anak dari paparan Asap Rokok Orang Lain (AROL) yang mematikan, karena

mengandung 4.000 bahan kimia berbahaya yang 69 diantaranya menyebabkan

kanker, penyakit jantung, sindroma kematian mendadak pada bayi dan penyakit

paru-paru.

Dalam Undang-undang Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 115

menyatakan bahwa yang termasuk kawasan tanpa rokok antara lain fasilitas

pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain,

tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum serta tempat lain

yang ditetapkan. Beberapa daerahpun telah mengeluarkan kebijakan kawasan

tanpa asap rokok seperti : DKI Jakarta, Kota Bogor, Kota Cirebon, Kota

Surabaya, Kota Palembang dan Kota Padang Panjang (Candra dkk, 2008).

2.5 Perlunya Kawasan Tanpa Asap Rokok

Tidak ada batas aman terhadap asap rokok orang lain sehingga sangat

penting untuk menerapkan 100% kawasan tanpa asap rokok untuk dapat

menyelamatkan kehidupan. Menurut estimasi International Labor Organization

(ILO) tahun 2005 tidak kurang dari 200.000 pekerja yang mati setiap tahun karena

paparan asap rokok orang lain di tempat kerja. Kematian karena paparan asap

rokok orang lain merupakan 1 dari 7 penyebab kematian akibat kerja.

100% kawasan yang bebas dari asap rokok merupakan satu-satunya cara

efektif dan murah untuk melindungi masyarakat dari bahaya asap rokok orang

lain. Menurut WHO cost effectiveness akan naik apabila kawasan tanpa asap

Page 16: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

15

rokok dilaksanakan secara komprehesif dengan strategi pengendalian tembakau

lainnya.

Penerapan kawasan tanpa rokok melindungi hak bukan perokok untuk

menghirup udara bersih dan sehat, bebas dari asap rokok. Larangan merokok

perlu diterapkan di tempat-tempat umum, tempat kerja dan transportasi umum.

Penerapan kawasan tanpa asap rokok tidak saja untuk memenuhi hak bukan

perokok untuk menghirup udara bersih dan sehat, namun juga membantu perokok

untuk dapat menahan dan menunda kebiasaan merokoknya dan sebagai langkah

awal perokok untuk berhenti merokok. Penerapan kawasan tanpa tanpa rokok juga

semakin menyadarkan banyak orang akan bahaya adiktif rokok dan

mengembalikan norma untuk tidak merokok di tempat umum, terutama diruangan

tertutup (Soewarso dkk, 2010).

Larangan merokok di tempat kerja memberikan dampak kesehatan bagi

perokok maupun bukan perokok. Larangan ini akan mengurangi paparan bukan

perokok pada asap tembakau lingkungan dan mengurangi konsumsi rokok di

antara para perokok. Penelitian dengan jelas menyimpulkan bahwa larangan atau

pembatasan yang ketat terhadap merokok di tempat kerja memberikan keuntungan

ekonomis. Hal ini mencegah tuntutan hukum bukan perokok/perokok pasif serta

mengurangi biaya-biaya lainnya, termasuk diantaranya biaya untuk kebersihan,

pemeliharaan peralatan dan fasilitas, disamping risiko kebakaran, absensi pekerja,

dan kerusakan harta benda (Candra dkk, 2008).

Page 17: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

16

2.6 Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia

Sejak tahun 1999, melalui PP 19/2003 tentang Pengamanan Rokok bagi

Kesehatan, Indonesia telah memiliki peraturan untuk melarang orang merokok di

tempat-tempat yang ditetapkan. Peraturan Pemerintah tersebut, memasukkan

peraturan kawasan tanpa rokok pada bagian enam pasal 22 – 25. Pasal 25

memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mewujudkan kawasan

tanpa rokok. Namun peraturan tersebut belum menerapkan 100% kawasan bebas

asap rokok karena masih dibolehkan membuat ruang khusus untuk merokok

dengan ventilasi udara di tempat umum dan tempat kerja. Dengan adanya ruang

untuk merokok, kebijakan kawasan tanpa rokok nyaris tanpa resistensi. Pada

kenyataannya, ruang merokok dan ventilasi udara kecuali mahal, kedua hal

tersebut secara ilmiah terbukti tidak efektif untuk melindungi perokok pasif,

disamping rawan manipulasi dengan dalih hak azasi bagi perokok (Nurwati dkk,

2010).

2.7 Prinsip Kebijakan Kawasan Tanpa Asap Rokok

1. Kebijakan perlindungan yang efektif mensyaratkan eliminasi total dari

asap tembakau diruangan sehingga mencapai 100% lingkungan tanpa asap

rokok. Tidak ada batas aman dari paparan asap rokok ataupun ambang

tingkat keracunan yang bisa ditoleransi, karena ini bertentangan dengan

bukti ilmiah. Pendekatan lain untuk peraturan 100% lingkungan tanpa asap

rokok termasuk penggunaan ventilasi, saringan udara dan pembuatan

ruang merokok (dengan ventilasi terpisah ataupun tidak) yang terbukti

Page 18: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

17

tidak efektif. Bukti ilmiah menyimpulkan bahwa pendekatan teknik

konstruksi tidak mampu melindungi paparan asap tembakau.

2. Semua orang harus terlindung dari paparan asap rokok. Semua tempat

kerja tertutup dan tempat umum harus bebas sepenuhnya dari asap rokok.

3. Peraturan harus dalam bentuk legislasi yang mengikat secara hukum.

Kebijakan sukarela yang tidak memiliki sangsi hukum terbukti tidak

efektif untuk memberikan perlindungan yang memadai. Agar efektif,

UU/PERDA harus sederhana, jelas dan dapat dilaksanakan secara hukum.

4. Perencanaan yang baik dan sumber daya yang cukup adalah esensial untuk

keberhasilan pelaksanaan dan penegakan hukum.

5. Lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk lembaga swadaya

masyarakat dan organisasi profesi memiliki peran sentral untuk

membangun dukungan masyarakat umum dan menjamin kepatuhan

terhadap peraturan, karenanya harus dilibatkan sebagai mitra aktif dalam

proses pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum.

6. Pelaksanaan dari peraturan, penegakan hukum dan hasilnya harus dipantau

dan dievaluasi terus menerus. Termasuk di dalamnya merespon upaya

industri rokok untuk mengecilkan arti ataupun melemahkan pelaksanaan

peraturan secara langsung maupun tidak langsung dengan menyebarkan

mitos keliru yang menggunakan tangan ketiga (pengusaha restoran,

masyarakat perokok, dan sebagainya).

Perlindungan terhadap paparan asap rokok perlu senantiasa diperkuat dan

dikembangkan, bilamana perlu dengan amandemen, perbaikan penegakan hukum

Page 19: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

18

atau kebijakan lain menampung perkembangan bukti ilmiah dan pengalaman

berdasarkan studi kasus (Nurwati dkk, 2010).

2.8 Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme

(makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah

tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang

sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,

menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa

yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia,

baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar.

Menurut Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2012) seorang ahli psikologi,

merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu perilaku tertutup dan perilaku terbuka.

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi

pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati

secara jelas oleh orang lain.

Page 20: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

19

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Renspons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh

orang lain.

Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (Predisposing Faktor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, sistem yang dianut masyarakat, tingkat

pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Misalnya di dalam

menetapkan kawasan tanpa asap rokok ditempat proses belajar mengajar

(kampus) harus ada sosialisasinya di lingkungan internal mahasiswa,

dosen maupun karyawannya. Di samping itu juga adanya sistem

monitoring teguran.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat. Untuk berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada

hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku

kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pemungkin atau faktor

pendukung.

Page 21: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

20

Di dalam kawasan tanpa asap rokok harus ada pembuatan dan penempatan

tanda larangan merokok, membuat surat keputusan dari pimpinan tentang

penaggung jawab dan pengawas kawasan tanpa asap rokok, penyediaan

tempat bertanya dan menyediakan area khusus bagi perokok.

3. Faktor Penguat (Reinforcing Factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas

kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan,

baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan

diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh

agama dan para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Di samping

itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku

masyarakat tersebut. Pimpinan beserta pengelola kawasan tanpa asap

rokok harus memberikan contoh, mencatat pelanggaran, pemantauan,

memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku dan melakukan

evaluasi terhadap kawasan tanpa asap rokok tersebut (Notoatmodjo, 2012).

Page 22: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

21

2.9 Kerangaka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Maulana, 2012

- Predisposi (Predisposing)

Pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan,

kebiasaan, nilai-nilai, norma

sosial, budaya dan faktor

sosio-demografi.

- Pendorong (Enabling)

Lingkungan fisik, sarana

kesehatan dan fasilitas

kesehatan.

- Penguat (Reinforcing)

Sikap dan perilaku petugas,

kelompok referensi dan

tokoh masyarakat.

Notoatmodjo, 2012

- Predisposi (Predisposing)

Pengetahuan, sikap, tradisi,

kepercayaan, tingkat

pendidikan, tingkat sosial

ekonomi dan sistem yang di

anut masyarakat.

kepercayaan, keyakinan,

- Pendorong (Enabling)

Sarana dan prasarana.

- Penguat (Reinforcing)

Sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama,

dan perilaku petugas

kesehatan.

Mubarak, 2007

- Predisposi (Predisposing)

kepercayaan

- Pendorong (Enabling)

Keterampilan dan fasilitas.

- Penguat (Reinforcing)

Dukungan.

Program Kawasan Tanpa

Asap Rokok

Page 23: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

22

2.10 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Penerapan Kawasan

Tanpa Asap Rokok

- Pengetahuan

- Sikap

- Sarana dan prasarana

- Dukungan

Page 24: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan yaitu jenis Penelitian Survey yang bersifat

Survey Analitik dengan pendekatan cross sectional survey yaitu suatu metode

penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau untuk mendeskripsikan

tentang suatu keadaan secara objektif di masa sekarang (Notoatmodjo, 2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari tanggal 11 Agustus sampai 22 Agustus 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKM-UTU yang

berjumlah 607 orang.

3.3.2 Sampel

Penentuan besar sampel dalam penelitian ini didasarkan pada rumus

Slovin sebagi berikut:

n = )2(1 dN

N

23

Page 25: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

24

Keterangan :

n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

d2

= Presisi ( diambil 10% = 0,1 )

Berdasarkan rumus Slovin diatas maka jumlah sampel yang diambil

adalah sebagai berikut :

N

n =

1 + N (d)2

607

n =

1 + 607 (0,1)2

607

n =

7,07

n = 85 sampel

Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara stratified random

sampling yaitu dengan menomori responden di random, yang di ambil mahasiswa

dengan nomor ganjil dari semua angkatan yaitu :

Jumlah mahasiswa per angkatan

n =

1 + N (d)2

No Angkatan Jumlah Sampel

1 2009 59

7,07 8

2 2010 169

7,07 24

3 2011 160

7,07 22

4 2012 114

7,07 16

5 2013 105

7,07 15

Page 26: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

25

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan

kuisioner, untuk mencari informasi dari responden tentang pengaruh faktor

perilaku terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

3.4.2 Data Skunder

Data skunder merupakan data yang diperoleh dari pihak/ intansi terkait.

Untuk memenuhi data skunder maka diambil dari sumber:

1. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

2. Data yang diperoleh dari data yang diperoleh dari literature - literatur

perpustakaan (Library reseach) Koran, internet untuk menunjang

penulisan dan penelitian.

Page 27: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

26

3.5 Definisi Operasional

Variabel Bebas (Independen)

No Variabe Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil

Ukur Skala

1 Pengetahuan Hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang

melakukan

pengindraan terhadap

suatu objek tertentu

Wawan-

cara

Kuisio-

ner

1. Baik

2. Kurang

Baik

Ordinal

2 Sikap Reaksi atau respons

yang masih tertutup

dari seseorang

terhadap suatu

stimulus atau objek

Wawan-

cara

Kuisio-

ner

1. Baik

2. Kurang

Baik

Ordinal

3 Sarana dan

Prasarana

Mendukung atau

memungkinkan

terwujudnya kawasan

tanpa asap rokok

Wawan-

cara

Kuisio-

ner

1. Baik

2. Kurang

Baik

Ordinal

4 Dukungan Pimpinan (Dekan)

beserta pengelola

kawasan tanpa asap

rokok harus

memberikan contoh,

mencatat pelanggaran,

pemantauan,

memberikan sanksi

sesuai dengan

peraturan yang

berlaku dan

melakukan evaluasi

terhadap kawasan

tanpa asap rokok

tersebut

Wawan-

cara

Kuisio-

ner

1. Baik

2. Kurang

Baik

Ordinal

Variabel Terikat

(Dependen)

5 Penerapan

kawasan tanpa

asap rokok

Ruangan atau area yang

dinyatakan

dilarang untuk

melakukan kegiatan

produksi, penjualan,

iklan, promosi dan atau

penggunaan rokok

Wawan-

cara

Kuisio-

ner

1. Baik

2. Kurang

Baik

Ordinal

Page 28: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

27

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

1. Pengetahuan

Baik : jika nilai skor > 4

Kurang Baik : jika nilai skor 4

2. Sikap

Baik : jika nilai skor > 4

Kurang Baik : jika nilai skor 4

3. Sarana dan Prasarana

Baik : jika nilai skor > 5

Kurang Baik : jika nilai skor 5

4. Dukungan

Baik : jika nilai skor > 4

Kurang Baik : jika nilai skor 4

5. Penerapan Kawasan Tanpa Asap

Baik : jika nilai skor > 3

Kurang Baik : jika nilai skor 3

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan untuk menjelaskan atau mengambarkan

karakteristik masing-masing Variabel yang diteliti dalam bentuk distribusi

frekuensi dari setiap variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk melihat seberapa

besar proporsi variabel yang diteliti dan disajikan dalam bentuk tabel.

3.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menglihat hubungan satu variabel

independen dengan variabel dependen dengan tanpa mempertimbangkan variabel

independen atau faktor-faktor lainnya. Analisis bivariat menggunakan uji kai

kuadrat (Ch-Square).

Page 29: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Tempat penelitian

4.1.1 Sejarah dan Keadaan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh

Penelitian ini diadakan di Fakultas kesehatah Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh di Jalan Alue Penyareng Meulaboh, dimana fakultas ini

merupakan salah satu fakultas di Universitas Teuku Umar Meulaboh.

Terbentuknya Fakultas Kesehatan Masyarakat yang dilaksanakan melalui

Lembaga Pendidikan Teuku Umar. Dimana sejak T.A. 2002/2003 telah melalui

proses pendidikan berdasarkan dari prinsip pendirian dan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor : 1318/D2/2002

tanggal 25 Juli 2002, serta penerimaan mahasiswa berdasarkan surat keterangan

Bupati Aceh Barat Nomor: 122 Tahun 2002 Tanggal 10 September 2002.

Fakultas kesehatan Masyarakat melalui SK nomor 2125/D/T/k-1/2009

telah memperoleh Perpanjangan Izin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan

Masyarakat S-1 pada Universitas Teuku Umar Meulaboh sampai dengan April

2013.

Pada Tanggal 28 Januari 2011 Fakultas telah terakerditasi oleh Badan

Akreditasi Nasional Perguruaan tinggi melalui surat Keputusan BAN-PT Nomor.

043/BAN-PT/Ak-XIII/S1/I/2011 menyatakan bahwa Program Studi Sarjana

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh telah terakreditasi.

28

Page 30: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

29

Adapun batas-batas Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku

Umar Meulaboh adalah :

1. Sebelah timur berbatasan dengan Ujong Tanoh Darat

2. Sebelah utara berbatasan dengan Ranto Panyang Timur

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Peunaga Cut Ujong

4. Sebelah barat berbatasan dengan Gunong Kleng.

4.1.2 Sumber Daya Manusia

Adapun Sumber Daya Manusia di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh adalah sebagai berikut :

Tenaga Pendidik

Tenaga Akademik

Dosen Tetap Dosen Tidak Tetap

Laki-laki Perempuan Laki-laki perempuan Laki-Laki Perempuan

7 orang 11 orang 32 orang 14 orang 5 orang 3 orang

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dari tanggal 11 Agustus

sampai 22 Agustus 2014, mengenai pengaruh faktor perilaku terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014, maka diperoleh hasil penelitian

sebagai berikut:

Page 31: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

30

4.2.1 Analisis Univariat

Tabel 4.1 : Data Distribusi Pengetahuan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No Pengetahuan Frekuensi %

1 Baik 38 44,7

2 Kurang Baik 47 55,3

85 100

Dari table 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 85 responden yang

mempunyai pengetahuan yang kurang baik sebanyak 47 (55,3%) responden dan

yang berkategori baik sebanyak 38 (44,7%) responden.

Tabel 4.2 : Data Distribusi Sikap terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No Sikap Frekuensi %

1 Baik 32 37,6

2 Kurang Baik 53 62,4

85 100

Dari table 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 85 responden yang

mempunyai sikap yang kurang baik sebanyak 53 (62,4%) responden dan yang

berkategori baik sebanyak 32 (37,6%) responden.

Page 32: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

31

Tabel 4.3 : Data Distribusi sarana dan prasarana terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

tahun 2014.

No Saranadan Prasarana Frekuensi %

1 Baik 40 47,1

2 Kurang Baik 45 52,9

85 100

Dari table 4.3 di atas menunjukkan bahwa dari 85 responden yang

menyatakan sarana dan prasarana yang kurang baik sebanyak 45 (52,9%)

responden dan yang berkategori baik sebanyak 40 (47,1%) responden.

Tabel 4.4 : Data Distribusi Dukungan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No Dukungan Frekuensi %

1 Baik 39 45,9

2 Kurang Baik 46 54,1

85 100

Dari table 4.4 di atas menunjukkan bahwa dari 85 responden yang

menyatakan dukungan yang kurang baik sebanyak 46 (54,1%) responden dan

yang berkategori baik sebanyak 39 (45,9%) responden.

Page 33: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

32

Tabel 4.5 : Data Distribusi Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok

terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada

mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No Penerapan Kawasan Tanpa

Asap Rokok Frekuensi %

1 Baik 36 42,4

2 Kurang Baik 49 57,6

85 100

Dari table 4.5 di atas menunjukkan bahwa dari 85 responden yang

menyatakan penerapan kawasan tanpa asap rokok yang kurang baik sebanyak 49

(42,4%) responden dan yang berkategori baik sebanyak 36 (42,4%) responden.

4.2.2 Analisa Bivariat

Tabel 4.6 : Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No Pengetahuan

Penerapan Kawasan

Tanpa Asap Rokok Total

P Value RP

Baik Kurang

Baik (CI 95%)

n % n % n %

1 Baik 21 55,3 17 44,7 38 100 0,052 1,732

2 Kurang Baik 15 31,9 32 68,1 47 100

(1,044-

Total 36 42,4 49 57,6 85 100

2,873)

Dari tabel 4.6 dapat kita simpulkan bahwa dari 47 responden yang

mempunyai pengetahuan yang kurang baik terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok terdapat 32 (68,1%) responden yang menyatakan kurang baik.

Selanjutnya dari 38 responden yang mempunyai pengetahuan yang baik terhadap

penerapan kawasan tanpa asap rokok terdapat 21 (55,3%) responden yang

menyatakan baik.

Page 34: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

33

Hasil analisis statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara pengetahuan terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok menunjukkan nilai Pvalue = 0,052 atau p = > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Tabel 4.7 : Pengaruh Faktor Sikap terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No

Sikap

Penerapan Kawasan

Tanpa Asap Rokok Total

P Value RP

Baik Kurang

Baik (CI 95%)

n % n % n %

1 Baik 20 62,5 12 37,5 32 100 0,007 2,070

2 Kurang Baik 16 30,2 37 69,8 53 100

(1,269-

Total 36 42,4 49 57,6 85 100

3,378)

Dari tabel 4.7 dapat kita simpulkan bahwa dari 53 responden yang

mempunyai sikap yang kurang baik terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok terdapat 37 (69,8%) responden yang menyatakan kurang baik. Selanjutnya

dari 32 responden yang mempunyai sikap yang baik terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok terdapat 20 (62,5%) responden yang menyatakan baik.

Hasil analisis statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara sikap terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok menunjukkan nilai Pvalue = 0,007 atau p = < 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh antara sikap terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok

Page 35: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

34

pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh Tahun 2014.

Tabel 4.8 : Pengaruh Faktor Sarana dan Prasarana terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh

tahun 2014.

No Sarana dan

Prasarana

Penerapan Kawasan

Tanpa Asap Rokok Total

P Value RP

Baik Kurang

Baik (CI 95%)

n % n % n %

1 Baik 24 60,0 16 40,0 40 100 0,004 2,250

2 Kurang Baik 12 26,7 33 73,3 45 100

(1,303-

Total 36 42,4 49 57,6 85 100

3,887)

Dari tabel 4.8 dapat kita simpulkan bahwa dari 45 responden yang

menyatakan sarana dan prasarana yang kurang baik terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok terdapat 33 (73,3%) responden yang menyatakan kurang baik.

Selanjutnya dari 40 responden yang menyatakan sarana dan prasarana yang baik

terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok terdapat 24 (60,0%) responden

yang menyatakan baik.

Hasil analisis statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara sarana dan prasarana terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok menunjukkan nilai Pvalue = 0,004 atau p = < 0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara sarana dan prasarana

terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Page 36: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

35

Tabel 4.9 : Pengaruh Faktor Dukungan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

No Dukungan

Penerapan Kawasan

Tanpa Asap Rokok Total

P Value RP

Baik Kurang

Baik

n % n % n %

(CI 95%)

1 Baik 24 61,5 15 38,5 39 100 0,002 2,359

2 Kurang Baik 12 26,1 34 73,9 46 100

(1,366-

Total 36 42,4 49 57,6 85 100

4,073

Dari tabel 4.9 dapat kita simpulkan bahwa dari 46 responden yang

menyatakan dukungan yang kurang baik terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok terdapat 34 (73,9%) responden yang menyatakan kurang baik. Selanjutnya

dari 39 responden yang menyatakan dukungan yang baik terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok terdapat 24 (61,5%) responden yang menyatakan baik.

Hasil analisis statistik dengan mengggunakan uji chi-square pada derajat

kemaknaan 95% (α = 0,05) antara dukungan terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok menunjukkan nilai Pvalue = 0,002 atau p = < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh antara dukungan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Page 37: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

36

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap penerapan kawasan tanpa

asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

Faktor ini meliputi pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan, tradisi

dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

sistem yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan yang tinggi belum tentu mempunyai perilaku yang baik

terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok. Walaupun pengetahuan mayoritas

mahasiswa sudah baik, tapi masih ada juga mahasiswa yang merokok di kawasan

tanpa asap rokok di fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh. Oleh karena itu, masih di perlukannya sosialisasi tentang penerapan

kawasan tanpa asap rokok kepada mahasiswa untuk lebih meningkatkan

pengetahuan dan mengubah perilaku mahasiswa terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok di fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh.

Dari 85 responden mahasiswa di Fakultas Kesehatan Univesitas Teuku

Umar Meulaboh, maka responden yang mempunyai pengetahuan yang baik

adalah 38 (44,7%) responden dan yang mempunyai pengetahuan kurang baik

adalah 47 (55,3%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi-

square di dapatkan Pvalue = 0,052 nilai ini lebih besar dari α = 0,05 yang

menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pengetahuan terhadap penerapan

Page 38: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

37

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Christina (2012) di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan judul Pengaruh

Pengetahuan Dan Sikap Guru Dan Siswa Tentang Rokok Dan Kebijakan Kawasan

Tanpa Rokok Terhadap Partisipasi Dalam Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Di

SMP Negeri 1 Kota Medan Tahun 2012, hasilnya ada pengaruh antara

pengetahuan terhadap kawasan tanpa rokok dengan menitik beratkan pada

pengetahuan dan sikap guru maupun siswa.

4.3.2 Pengaruh Faktor Sikap terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

Faktor ini meliputi kepercayaan, keyakinan, kebiasaan, nilai-nilai, norma

sosial, budaya dan faktor sosio-demografi. Manisfasi sikap tidak dapat dilihat,

tetapi hanya dapat ditafsirkan, kecenderungan yang berasal dari dalam diri

individu untuk berkelakuan dengan pola-pola tertentu (Maulana, 2012).

Meskipun pengetahuan mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh sudah baik, namun tidak diiringi dengan sikap

yang baik. Pada sebagian besar mahasiswa yang memiliki sikap yang kurang baik

terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok mengaku belum pernah melihat

adanya larangan atau sanksi apabila merokok di kawasan tanpa asap rokok di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh. Mayoritas

perokok pasifpun tidak mau ambil pusing apabila ada teman mereka yang

merokok di kawasan tersebut.

Page 39: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

38

Dari 85 responden mahasiswa di Fakultas Kesehatan Univesitas Teuku

Umar Meulaboh, maka responden yang mempunyaisikap yang baik adalah 32

(37,6%) responden dan yang mempunyai sikap kurang baik adalah 53 (62,4%)

responden.

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi-

square di dapatkan Pvalue = 0,007 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05 yang

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara sikap terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Amalia

(2012) di RSUP Dr. Kariadi Semarang, di mana ada pengaruh antara sikap

terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Amalia (2012) di RSUP Dr. Kariadi

Semarang dengan judul Tingkat Pengetahuan Dan sikap Pengunjung Di

Linkungan RSUP Dr. Kariadi Tentang Kawasan Tanpa Rokok, hasilnya ada

pengaruh antara sikap terhadap kawasan tanpa rokok dengan menitik beratkan

pada pengetahuan dan sikap pengunjung terhadap kawasan tanpa rokok.

4.3.3 Pengaruh Faktor Sarana dan Prasarana terhadap penerapan

kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

Faktor ini meliputi keterampilan serta sumber daya yang penting untuk

menampilkan perilaku sehat. Sumber daya dimaksud meliputi fasilitas yang ada,

personalia yang tersedia, ruangan yang ada, atau sumber-sumber lain yang serupa

(Mubarak, 2007).

Page 40: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

39

Itikat yang baik untuk menerapkan kawasan tanpa asap rokok harus

dilanjutkan dengan adanya fasilitas yang memadai, kurangnya sarana dan

prasarana seperti tanda larangan merokok di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh menjadi salah satu masalah masih banyaknya

mahasiswa yang merokok dikawasan tersebut.

Dari 85 responden mahasiswa di Fakultas Kesehatan Univesitas Teuku

Umar Meulaboh, maka responden yang menyatakan Sarana dan Prasarana yang

baik adalah 40 (47,1%) responden dan yang menyatakan enabling kurang baik

adalah 45 (52,9%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi-

square di dapatkan Pvalue = 0,004 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05 yang

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara Sarana dan Prasarana terhadap

penerapan kawasan tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Penelitian yang juga dilakukan oleh Lindawati (2011) di Sekolah

Menengah Pertama Daerah Jakarta Selatan dengan judul Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Perilaku Merokok Siswa-Siswi SMP Di Kawasan Tanpa Rokok

Jakarta Selatan Tahun 2011, hasilnya ada pengaruh antara sarana dan prasarana

dengan kawasan tanpa rokok dengan menitik beratkan pada pengetahuan, sarana

dan prasarana maupun dukungan terhadap perilaku.

Page 41: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

40

4.3.4 Pengaruh Faktor Dukungan terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun 2014.

Faktor ini meliputi faktor perilaku dan contoh (acuan) tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas. Termasuk juga di

sini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah

daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Pimpinan beserta pengelola kawasan tanpa asap rokok harus memberikan

contoh, mencatat pelanggaran, pemantauan, memberikan sanksi sesuai dengan

peraturan yang berlaku dan melakukan evaluasi terhadap kawasan tanpa asap

rokok tersebut.

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tersebut bergantung pada

tujuan dan jenis program (Mubarak, 2007).

Dari 85 responden mahasiswa di Fakultas Kesehatan Univesitas Teuku

Umar Meulaboh, maka responden yang menyatakan Dukungan yang baik adalah

39 (45,9%) responden dan yang menyatakan reinforcing kurang baik adalah 46

(54,1%) responden.

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat menggunakan uji chi-

square di dapatkan Pvalue = 0,002 nilai ini lebih kecil dari α = 0,05 yang

menunjukkan bahwa ada pengaruh antara Dukungan terhadap penerapan kawasan

tanpa asap rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh Tahun 2014.

Page 42: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

41

Penelitian yang juga dilakukan oleh Febriani (2014) di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dengan judul Pengaruh Persepsi

Mahasiswa Terhadap Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dan Dukungan

Penerapannya Di Universitas Sumatra Utara. Hasil penelitian yang dilakukan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tersebut ternyata

hailnya ada pengaruh yang signifikan antara dukungan terhadap penerapan

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dengan menitik beratkan pada persepsi mahasiswa

dan dukungan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

Page 43: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

42

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, dapat di

simpulkan sebagai berikut :

1. Pengaruh pengetahuan terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada

mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 38 (44,7%) responden

sudah mempunyai pengetahuan yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yaitu (p value = 0,052 > α).

2. Pengaruh sikap terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada

mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 53 (62,4%) responden

kurang mempunyai sikap yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

yaitu (p value = 0,007 < α).

3. Pengaruh sarana dan prasarana terhadap penerapan kawasan tanpa asap

rokok pada mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Teuku Umar Meulaboh bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 45 (52,9%)

responden kurang menyatakan sarana dan prasarana yang baik. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian yaitu (p value = 0,004 < α).

4. Pengaruh dukungan terhadap penerapan kawasan tanpa asap rokok pada

mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

Meulaboh bahwa sebagian besar mahasiswa yaitu 46 (54,1%) responden

42

Page 44: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

43

kurang menyatakan dukungan yang baik. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yaitu (p value = 0,002 < α).

5.2 Saran

Sehubungan dengan hasil penelitian, Penulis menyampaikan saran - saran

sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah Penulis lakukan ditemukan adanya

mahasiswa yang melanggar larangan tentang kawasan tanpa asap rokok,

oleh karena itu di sarankan kepada pihak terkait di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh untuk mengawasi dan

memperketat aturan tentang larangan merokok di kawasan tanpa asap

rokok supaya memberi efek jera bagi perokok aktif dan memberikan

perlindungan bagi perokok pasif.

2. Berhubung Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat sebagai pilar

keberhasilan Kesehatan Masyarakat, maka di sarankan kepada Mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar Meulaboh lebih

meningkatkan perilaku tidak merokok di kawasan tanpa asap rokok karena

merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit bahkan kematian.

Page 45: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

DAFTAR PUSTAKA

Ahnyar. 2009, Dampak Merokok, Bina Medika, Jakarta.

Amelia, R, 2012, Jurnal Perilaku Merokok di Kalangan Mahasiswa,

Universitas Muhammadiyah Semarang.

Ardini, RF, 2012, Jurnal Proses Berhenti Merokok Secara Mandiri Pada

Mantan Pecandu Rokok Dalam Usia Dewasa Awal, Universitas

Airlangga Surabaya.

Bustan, M.N, 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta,

Jakarta.

Frihartine N.W, 2013, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Pada Siswa Laki-Laki Di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Banda

Aceh Tahun 2013, Skripsi U’Budiyah, Banda Aceh.

Ikatan Ahli Kesehtan Masyarakat Indonesia (IAKMI), 2008, Paket

Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, tobacco control center Ikatan

ahli kesehtan masyarakat indonesia, Jakarta.

Ikatan Ahli Kesehtan Masyarakat Indonesia (IAKMI), 2010, Fakta Tembakau

Permasalahannya di Indonesia, tobacco control center Ikatan ahli

kesehtan masyarakat indonesia, Jakarta.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2010), Pedoman Teknis

Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Direktorat Pengendalian

Penyakit Tidak Menular Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan, Jakarta.

Mardira, S, 2013, Akan Ada Qanun Kawasan Tanpa Rokok di Aceh,

http://news.okezone.com/read/2013/05/31/340/815523/akan-ada-qanun-

kawasan-tanpa-rokok-di-aceh.

Maulana, H, 2009, Promosi Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarata.

Mubarak WI, 2012, Promosi Kesehatan, Graha Ilmu, Yoyakarata.

Mu’tadin, Z, 2009, Panduan bagi Para Perokok, Hipokrates, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Page 46: PENGARUH FAKTOR PERILAKU TERHADAP PENERAPAN …repository.utu.ac.id/629/1/BAB I_V.pdf · rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat

Notoatmodjo, S, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka

Cipta, Jakarta.

Pardono, K, 2002, Passive Smokers, The Forgotten Disaster, Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.