pengaruh car, roa, bopo dan fdr...
TRANSCRIPT
PENGARUH CAR, ROA, BOPO DAN FDR TERHADAP
FINANCIAL DISTRESS BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA PERIODE 2014-2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
MUAMAR KHADAPI
NIM. 1113085000050
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. INFORMASI PRIBADI
Nama : Muamar Khadapi
Alamat : Jl. Tiga Putra, Komplek Lemigas No. G1 RT/RW
01/09, Kelurahan Meruyung Kecamatan Limo,
Kota Depok
Telepon : 0838-7437-3437
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Oktober 1994
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
TK RA. Al Ikhwaniyah Depok 1999 2000
SD SD Negeri 01 Cinere Depok 2000 2006
SMP SMP Negeri 56 Jakarta Jakarta Selatan 2006 2009
SMA SMA Negeri 66 Jakarta Jakarta Selatan 2009 2012
Perguruan
Tinggi Negeri
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta-Perbankan Syariah
Tangerang
Selatan
2013 2017
ii
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/Institusi Tahun
Ketua Bidang 1 HMJ Perbankan Syariah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2015-2016
Anggota Biro Kaderisasi KOMFEIS Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) 2015-2016
Wakil Sekretaris 1 KOMFEIS Pergerakan Mahasiswa
Islam Indonesia (PMII) 2016-2017
D. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Word, Excel dan Powerpoint)
Mampu mengoperasikan IBM SPSS
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Mansur
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 24 April 1970
Pendidikan Terakhir : STM
Ibu : Rusmiyatie
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 18 Agustus 1966
Pendidikan Terakhir : SMA
iii
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of Capital Adequacy Ratio (CAR)
ratio, Return on Assets (ROA), The ratio of Operational Expenses to Operational
Revenue (BOPO) and Financing to Deposit Ratio (FDR) to Financial Distress at
Sharia Commercial Bank in Indonesia. The research methodology used is logistic
regression analysis using computer program of IBM SPSS version 23. The
samples used are 9 Sharia Commercial Banks in the period of 2014 first quarter
until 2016 third quarter.
The results of this study indicate that Capital Adequacy Ratio (CAR)
significantly influence the negative direction to Financial Distress with sig value.
0.016 <0.05. Return on Assets (ROA) has no significant effect with negative
direction on Financial Distress with sig value. 0.765> 0.05. Operating Expenses
to Operating Income (BOPO) significantly influence the positive direction on
Financial Distress with sig value. 0.029 <0.05. Financing to Deposit Ratio (FDR)
significantly influences the positive direction on Financial Distress with sig value.
0.044 <0.05.
Keywords: Financial Distress, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets
(ROA), Operating Expenses to Operating Income (BOPO), Financing
to Deposit Ratio (FDR).
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
Financial Distress pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Metodologi penelitian
yang dipakai adalah analisis regresi logistik dengan menggunakan program
komputer IBM SPSS versi 23. Sampel yang digunakan adalah 9 Bank Umum
Syariah pada periode 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh secara signifikan dengan arah negatif terhadap Financial Distress
dengan nilai sig. 0.016 < 0.05. Return on Assets (ROA) tidak berpengaruh secara
signifikan dengan arah negatif terhadap Financial Distress dengan nilai sig. 0.765
> 0.05. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap Financial Distress
dengan nilai sig. 0.029 < 0.05. Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh
secara signifikan dengan arah positif terhadap Financial Distress dengan nilai sig.
0.044 < 0.05.
Kata Kunci: Financial Distress, Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets
(ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR).
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan dengan harapan dapat bermanfaat luas bagi banyak
pihak. Shalawat serta salam tak lupa selalu terhaturkan kepada Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam hingga sampai kepada
kita semua, semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan
syafa’at dalam menuntut ilmu.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Perbankan Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan berbagai pihak dari mulai
periode perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
berjasa dalam hidup penulis dan dalam penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari:
1. Allah SWT, yang selalu mencurahkan nikmat dan karunia-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan ini hingga pada penyusunan
skripsi ini.
2. Kedua orang tua ku tercinta, Ibu Rusmiyatie dan Bapak Mansur. Terima
kasih yang tak terhingga atas segala ridho, do’a, kerja keras, bimbingan,
vi
nasihat, perhatian, semangat dan dukungannya yang selalu kalian berikan
kepada saya, hingga saya mampu menyelesaikan seluruh tanggung jawab
ini. Untuk adikku Fadilla Fauzan yang selalu menghibur dan memberikan
perhatian kepada saya. Kalianlah yang menjadi penyemangat saya dan
menjadi alasan terbesar saya untuk segera menyelesaikan skripsi.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya.
5. Ibu Erika Amelia, SE., M.Si., selaku Pembibing Akademik yang telah
memberikan ilmu dan banyak motivasi untuk saya.
6. Bapak Dr. Suhenda Wiranata, M.E., selaku dosen pembimbing pertama
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahan selama pembuatan skripsi ini hingga dapat saya selesaikan
dengan baik. Terima kasih atas segala saran dan dukungan yang Bapak
berikan selama pembuatan skripsi, semoga Allah SWT membalas kebaikan
Bapak.
7. Ibu Ay Maryani, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing dua yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan
selama pembuatan skripsi ini hingga dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih atas segala saran dan dukungan yang Ibu berikan selama
pembuatan skripsi, semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
vii
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat dan berharga untuk saya selama masa perkuliahan.
9. Sahabat-sahabat PSY B 48 yang selalu menghibur, memberikan motivasi
dan mendukung saya selama masa perkuliahan. Terima kasih telah menjadi
sahabat terbaik untuk saya.
10. Sahabat seperjuangan, yaitu Idil dan Erna yang telah membantu selama
kuliah berlangsung sampai sekarang.
11. Sahabat seperjuangan, yaitu Virly Indayani yang telah banyak membantu di
bagian referensi.
12. Sahabat seperjuangan, yaitu Sugeng (karyo) yang selalu setia membantu
pengerjaan skripsi dalam menyediakan tempat dan kopi.
13. Sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu dalam kelancaran
skripsi ini Rilo Wahyudi, Lalu Renaldi Saputra dan Abdul Karim Muzakky.
14. Sahabat-Sahabati BPH PMII KOMFEIS 2016/2017 sebagai sahabat
seperjuangan dalam mengemban amanah sebagai wujud pengabdian
mahasiswa yang seutuhnya.
15. Syifa Alawiyah, merupakan salah satu alasan kenapa saya harus segera
lulus.
16. Seluruh sahabat-sahabat PSY B yang tergabung dalam grup whatsapp yang
nama grupnya gonta-ganti melulu yang isisnya seluruh anak-anak cowok
PSY B, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa cinta saya kepada kalian semua bree. Terima kasih kalian
semua sahabat terbaik sepanjang masa.
viii
17. Seluruh Mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2013 yang telah
memberikan banyak pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk saya,
dan seluruh Mahasiswa Perbankan Syariah semua angkatan yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas loyalitas dan waktunya selama
masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak atas skripsi ini.
Wallahul Muwafieq
Illa Aqwamith Thoriq
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 3 April 2017
Muamar Khadapi
ix
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xii
BAB I .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 9
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 10
BAB II ........................................................................................................................ 39
A. Tinjauan Literatur .............................................................................................. 39
1. Perbankan Syariah ............................................................................................ 39
2. Rasio Keuangan ................................................................................................ 43
3. Financial Distress ............................................................................................. 55
B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................................ 59
C. Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 65
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ....................................................... 67
BAB III ........................................................................................................................ 73
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 73
B. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................... 74
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 77
D. Metode Analisis Data .......................................................................................... 78
1. Statistik Deskriptif ............................................................................................ 79
2. Analisis Regresi Logistik .................................................................................. 79
x
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 83
1. Variabel Dependen (Terikat) ............................................................................ 83
2. Variabel Independen (Bebas) ............................................................................ 84
3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................................ 86
BAB IV ........................................................................................................................ 53
A. Gambaran Umum Aktivitas Bank Umum Syariah.......................................... 53
B. Analisis Deskriptif ............................................................................................... 55
1. Kondisi Non Performing Financing (NPF)....................................................... 57
2. Kondisi Capital Adquency Ratio (CAR) ........................................................... 60
3. Kondisi Return on Assets (ROA) ...................................................................... 62
4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ....................... 65
5. Financing to Deposit Ratio (FDR) .................................................................... 68
C. Analisis Regresi Logistik .................................................................................... 70
1. Menilai Model Fit ............................................................................................. 70
2. Nilai Pseudo R – Square ................................................................................... 73
3. Klasifikasi ......................................................................................................... 74
4. Uji Koefisien Parsial (Estimasi Parameter)....................................................... 74
D. Interpretasi Hasil ................................................................................................ 76
BAB V ........................................................................................................................ 82
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 82
B. Saran .................................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 84
LAMPIRAN..................................................................................................................... 89
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Bank Umum yang Mengalami Ketidakstabilan Pada masa Krisis ........ 2
Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Rasio NPF .......................................................................... 48
Tabel 2.2 Predikat Kesehatan Bank Menurut Rasio CAR .............................................. 51
Tabel 2.3 Skala Predikat dan Nilai Kredit Menurut Rasio ROA .................................... 52
Tabel 2.4 Skala Predikat, Rasio dan Nilai Kredit BOPO ................................................ 53
Tabel 2.5 Skala Predikat, Rasio, Rasio dan nilai Kredit ................................................. 55
Tabel 2.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu ..................................................................... 62
Tabel 3.1 BUS yang Memiliki Kelengkapan Data pada Periode 2014 Q1-2016 Q3 ...... 76
Tabel 3.2 Sampel Bank Umum Syariah yang Diteliti ..................................................... 76
Tabel 3.3 Data Observasi ................................................................................................ 77
Tabel 3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ............................................. 86
Tabel 4.1 Aktivitas BUS dan UUS Periode 2014 Q1-2016 Q3 ...................................... 54
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Variabel Operasional ............................. 56
Tabel 4.3 Non Performing Financing (NPF) .................................................................. 57
Tabel 4.4 Capital Adequacy Ratio (CAR) ...................................................................... 60
Tabel 4.5 Return on Assets (ROA) .................................................................................. 62
Tabel 4.6 Beban Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)............................ 65
Tabel 4.7 Financing to Deposit Ratio (FDR).................................................................. 68
Tabel 4.8 Case Processing summary .............................................................................. 70
Tabel 4.9 Hosmer and Lemeshow Test ........................................................................... 71
Tabel 4.10 -2Log Likelihood Pada Block Pertama............................................................ 72
Tabel 4.11 -2Log Likelihood Pada Block Kedua .............................................................. 72
Tabel 4.12 Omnibus Test of Model Coefficient ................................................................. 72
Tabel 4.13 Cox and Snell’s R Square and Nagelkerke R Square ...................................... 73
Tabel 4.14 Koefisien Parsial ............................................................................................. 74
Tabel 4.15 Tabel Klasifikasi ............................................................................................. 74
Tabel 4.16 Hubungan Variabel Independen Terhadap Financial Distress ........................ 77
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Pergerakan IHSG ................................................................................. 3
Gambar 1.2 Grafik Pergerakn Nilai Tukar Rupiah/Dollar Tahun 2008-2013 .................... 4
Gambar 1.3 Peningkatan DPK BUS dan UUS ................................................................... 5
Gambar 1.4 Performa Keuangan BUK dan BUS ................................................................ 7
Gambar 2.1 Mekanisme dan Konsep Operasional Bank Syariah ..................................... 41
Gambar 2.2 Rangka Rasio Keuangan Secara Kategorik ................................................... 46
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................... 66
Gambar 4.1 Grafik Aktifitas BUS dan UUS Periode 2014 Q1-2016 Q3 .......................... 54
Gambar 4.2 Rasio NPF BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3 ................................................. 60
Gambar 4.3 Rasio CAR BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3 ................................................ 61
Gambar 4.4 Rasio ROA 2014 Q1-2016 Q3 ...................................................................... 64
Gambar 4.5 Rasio BOPO 2014 Q1-2016 Q3 .................................................................... 68
Gambar 4.6 Rasio FDR 2014 Q1-2016 Q3 ....................................................................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai jantung perekonomian negara, perbankan mempunyai peran
sentral sebagai intermediasi. Kegagalan satu bank dapat menimbulkan efek
domino dalam industri lainya. Risiko yang dihadapi amat besar apabila proses
intermediasi perbankan terhenti karena akan mengakibatkan macetnya sistem
pembayaran dan lumpuhnya kegiatan perekonomian secara menyeluruh.
Akibat kegagalan disektor ini dapat berdampak negatif pada seluruh sektor
perekonomian. (Kusdiana, 2014:85).
Ketidakstabilan sistem perbankan pernah dialami oleh Indonesia
ketika ketika krisis multidimensi yang melanda pada tahun 1997 dan 1998.
Sistem perbankan yang tidak stabil yang mengarah terjadinya krisis,
memerlukan biaya penyelamatan yang sangat tinggi. Biaya penyelamatan
bank pada tahun 1998 menghabiskan dana setiaknya Rp 600 Triliun atau
setara dengan 60% dari PDB, dan biaya tersebut masih dicicil hingga saat ini.
(Riyatno dkk, 2015:2).
Perbankan di Indonesia mengalami masa-masa sulit dengan
meningginya angka kredit macet dan beberapa dari bank umum mengalami
masalah likuiditas dengan tidak dapat memenuhi kewajibannya, ditambah lagi
kondisi Indonesia yang tidak stabil sehingga menyebabkan rush money yang
begitu kuat. Akibat dari krisis yang berkepanjangan berbuntut kepada
dilikuidasinya 16 bank umum dan terdapat 4 bank yang di merger.
2
Tabel 1.1
Daftar Bank Umum Yang Mengalami Ketidakstabilan Pada Masa Krisis
NO Bank Umum Status Tahun
1 Bank Kosagraha Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
2 Bank Dwipa Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
3 Bank Umum Majapahit
Jaya Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
4 Bank Anrico Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
5 Bank Harapan Sentosa Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
6 Bank Pinaesaan Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
7 Bank Citrahasta Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
8 Sejahtera Bank Umum Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
9 Bank Astria Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
10 South East Asia Bank Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
11 Bank Pasific Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
12 Bank Mataram Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
13 Bank Industri Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
14 Bank Guna Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
15 Bank Jakarta Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
16 Bank Andromeda Bank Dalam Likuidasi 1 November 1997
17 Bank Bumi Daya Dilebur Menjadi Bank
Mandiri 1 Juli 1999
18 Bank Dagang Negara Dilebur Menjadi Bank
Mandiri 1 Juli 1999
19 Bank Exim Dilebur Menjadi Bank
Mandiri 1 Juli 1999
20 Bank Pembangunan
Indonesia
Dilebur Menjadi Bank
Mandiri 1 Juli 1999
Sumber: www.kinerjabank.com
Sepuluh tahun kemudian kembali terjadi kisis global yang
menggoyahkan dunia pada tahun 2007-2008 yang dikenal dengan subprime
mortgage crisis. Berawal dari krisis kredit macet perumahan di Amerika pada
semester akhir 2007, dalam hitungan bulan krisis tersebut menyebar kepada
sektor keuangan dan juga sektor riil di berbagai Negara kawasan Eropa dan
Amerika. Akibat lebih lanjut dari krisis finansial global ini adalah ekonomi
dunia yang mengalami perlambatan sangat tajam pada triwulan terakhir 2008
(Fuad, 2014:4-5).
3
Krisis global berdampak langsung kepada Indonesia, pada tahun 2008
IHSG yang terus menurun akibat terjadinya capital outflow besar-besaran di
pasar saham. Salah satu penyebab anjloknya IHSG adalah kebijakan negara
maju yang terkena imbas krisis dengan menarik dana-dana investasi yang ada
di Negara berkembang untuk bisa menciptakan gairah investasi dalam negeri
yang sebelumnya lesu akibat krisis. Hal itu dibuktikan dengan pergerakan
IHSG yang terus menurun dari titik puncak 2,627.25 pada Januari 2008
kemudian terjun bebas menjadi 1,223.13 pada 1 Desember 2008 (Lihat
Gambar 1.1).
Gambar 1.1
Grafik Pergerakan IHSG
Sumber: www.finance.yahoo.com
Sementara itu, gemuruh instabilitas luar negeri pun terlihat dengan
anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang mencapai angka Rp12.900
per dolar AS pada 24-25 November 2008. Begitupun pada kuartal II dan III
tahun 2013 dimana nilai tukar rupiah juga anjlok pada kisaran Rp. 11.500 –
Rp. 11.700 per dollar AS. Hal ini tidak jauh berbeda dengan dampak yang
ditimbulkan oleh krisis multidimensi 1998 di Indonesia yang menyebabkan
terjadinya krisis mata uang domestik (Lihat Gambar 1.2).
Rp
2,6
27
.25
Rp
2,7
21
.94
Rp
2,4
47
.30
Rp
2,3
04
.52
Rp
2,4
44
.35
Rp
2,3
49
.10
Rp
2,3
04
.51
Rp
2,1
65
.94
Rp
1,8
32
.51
Rp
1,2
56
.70
Rp
1,2
41
.54
Rp
1,2
23
.13
Rp-
Rp500.00
Rp1,000.00
Rp1,500.00
Rp2,000.00
Rp2,500.00
Rp3,000.00TAHUN 2008
4
Gambar 1.2
Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2008-2013
Sumber: www.bi.go.id
Krisis global yang bergerak begitu cepat mempengaruhi performa
keuangan di Indonesia sehingga diperlukan penanganan yang responsif dari
pihak pemerintah. Hasilnya biaya yang ditanggung pada saat krisis perbankan
tersebut juga tidak dapat dikatakan sedikit. Pemerintah menggelontorkan dana
sebesar Rp 15 triliun sebagai bantuan likuiditas untuk tiga bank nasional
berskala besar pada waktu itu, yaitu Bank Mandiri Tbk, Bank BNI Tbk, dan
Bank BRI Tbk. Betapa gentingnya situasi itu juga dapat dilihat tatkala Dewan
Gubernur Bank Indonesia memutuskan mekanisme Crisis Management
Protocol (CMP) pada 29 Oktober 2009 (Riyanto dkk, 2015:2).
Berbagai gejolak makroekonomi diatas menunjukkan bahwa
instabilitas keuangan intensitasnya semakin sering dan semakin besar.
Apalagi stabilitas keuangan dan stabilitas moneter ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak signifikan
terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya.
Berbeda dengan Bank Umum Konvensional yang mengalami
instabilitas, Bank Syariah justru memperlihatkan kestabilannya yang
Rp
10
,40
0.0
0
Rp
8,9
40
.00
Rp
8,4
65
.00
Rp
9,2
90
.00
Rp
9,8
30
.00
Rp
9,0
20
.00
Rp
9,4
13
.00
Rp
10
,95
0.0
0
Rp
9,4
00
.00
Rp
8,9
91
.00
Rp
9,0
68
.00
Rp
9,6
70
.00
Rp
12
,18
9.0
0
Rp-
Rp2,000.00
Rp4,000.00
Rp6,000.00
Rp8,000.00
Rp10,000.00
Rp12,000.00
Rp14,000.00
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
RUPIAH PER DOLLAR AS
5
ditunjukkan dengan dikategorikannya Bank Muamalat Indonesia sebagai
bank sehat yang tidak berpotensi untuk kolaps atau bankrupt pada krisis
1997-1998 pada hasil pengumuman Badan Pengawas Perbankan Nasional
(BPPN) 13 Maret 1999 (Fuad, 2014:4).
Berdasarkan data dana pihak ketiga Bank Umum Syariah mengalami
kenaikan yang signifikan dan berkelanjutan, diantaranya jumlah total dana
pihak ketiga yang dihimpun pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah dari tahun 2008 sampai 2016 berturut-turut adalah: pada tahun 2008
sebesar Rp36.852 miliar, pada tahun 2009 sebesar 52.271 miliar, pada tahun
2010 Rp76.036 miliar, pada tahun 2011 sebesar Rp115.415 miliar, pada tahun
2012 sebesar Rp147.512 miliar, pada tahun 2013 sebesar Rp183.534 miliar,
selanjutnya pada tahun 2014 dan 2015 adalah sebesar Rp217.858 miliar dan
Rp231.175 miliar lalu pada tahun 2016 berada di Rp279.335 miliar (Lihat
Gambar 1.3).
Gambar 1.3
Peningkatan DPK BUS dan UUS (dalam miliar rupiah)
Sumber: www.ojk.go.id
Rp36,852.00 Rp52,271.00
Rp76,036.00
Rp115,415.00 Rp147,512.00
Rp183,534.00 Rp217,858.00
Rp231,175.00
Rp279,335.00
Rp-
Rp50,000.00
Rp100,000.00
Rp150,000.00
Rp200,000.00
Rp250,000.00
Rp300,000.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun 2008 Sampai 2016
6
Data tersebut membuktikan bahwa Bank Umum Syariah di Indonesia
mendapatkan respon yang positif dari masyarakat Indonesia sehingga dapat
dikatakan Bank Umum Syariah bisa bersaing dengan Bank konvensional di
Indonesia.
Akan tetapi berdasarkan data rentabilitas Bank Umum Syariah pada
tahun 2011 sampai tahun 2016 berada dibawah pencapaian rentabilitas Bank
Umum Konvensional. Hal tersebut dicerminkan oleh ROA Pencapaian
terendah Bank Umum Syariah berada pada angka 0,8% pada 2014 kuartal
keempat sedangkan Bank Umum Konvensional mencapai titik terendah pada
angka 2,23% pada 2016 kuartal keempat sedangkan angka tertinggi yang
dapat dicapai oleh Bank Umum Syariah hanya sebesar 2,39% pada 2015
kuartal pertama yang masih kalah jauh dengan pencapaian tertinggi Bank
konvensional yang berada pada angka 3,13% pada 2012 kuratal kedua.
Performa yang kurang baik dimulai pada tahun 2014 dibuktikan
dengan penurunan tajam rasio ROA diakhir kuartal 2013 sebesar 2% menjadi
1.16% di awal kuartal 2014, selajutnya BUS menunjukkan ketidakstabilan
performa pada periode-periode berikutnya. Berbeda dengan BUS, BUK justru
memperlihatkan performa nya yang stabil dengan tidak adanya fluktuatif
tajam dan bertahan di titik terendah 2,23% diakhir kuartal 2016. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa kinerja manajemen Perbankan Syariah Indonesia belum
mampu mencapai kinerja yang optimal sehingga dapat mempengaruhi
profitabilitas bank tersebut.
7
Gambar 1.4
Performa Keuangan BUK dan BUS
Sumber: www.ojk.go.id
Jika pencapaian rentabilitas seperti ini terus-menerus dan bertambah
buruknya melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika maka
akan berdampak pada tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank Umum
Syariah. Apabila kepercayaan masyarakat atau calon nasabah pada kinerja
Bank Umum Syariah berkurang pada akhirnya penghimpunan dana dari
masyarakat atau calon deposan akan menjadi masalah yang besar bagi dunia
perbankan syariah.
Seiring dengan tuntutan kebutuhan akan ukuran stabilitas sistem
perbankan yang valid dan akurat, serta tuntutan kebutuhan untuk mendeteksi
secara dini potensi krisis perbankan dimasa mendatang, maka perlu dilakukan
penyusunan indeks stabilitas perbankan, sebagai suatu peringatan dini apabila
suatu bank akan mengalami masalah (Riyanto dkk, 2015:2).
Cara untuk meminimalisir kebangkrutan bank terutama Bank Umum
Syariah maka perlu adanya Early Warning Systems (EWS). Early Warning
Systems (EWS) merupakan upaya yang dilakukan manajemen untuk
0.00%0.50%1.00%1.50%2.00%2.50%3.00%3.50%
20
11
Q1
20
11
Q2
20
11
Q3
20
11
Q4
20
12
Q1
20
12
Q2
20
12
Q3
20
12
Q4
20
13
Q1
20
13
Q2
20
13
Q3
20
13
Q4
20
14
Q1
20
14
Q2
20
14
Q3
20
14
Q4
20
15
Q1
20
15
Q2
20
15
Q3
20
15
Q4
20
16
Q1
20
16
Q2
20
16
Q3
20
16
Q4
Periode 2011-2016
BUK BUS
8
memprediksi permasalahan yang berhubungan dengan Bank dan Lembaga
Simpanan lainnya. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi EWS Bank Umum
Syariah di Indonesia sebelum bank tersebut mengalami kondisi financial
distress dan kemudian menjadi bangkrut.
Berdasarkan semua penjelasan diatas maka dalam penelitian ini akan
menganalisis rasio keuangan di dalam laporan keuangan bank yang
merupakan informasi yang penting dan akurat untuk menganalisis financial
distress Bank Umum Syariah. Rasio keuangan yang akan digunakan oleh
peniliti adalah: rasio CAR (Capital Adequacy Ratio), rasio ROA (Return On
Assets), rasio BOPO (The ratio of Operational Expenses to Operational
Revenue) dan FDR (Financing to Deposit Ratio) sedangkan rasio NPF (Non
Performing Finance) yang digunakan sebagai rasio penentu kategori BUS
yang masuk kedalam kategori Non Financial Distress dan kategori Financial
Distress.
Penulis akan mengambil sampel pada Bank Umum Syariah dimulai
pada tahun 2014 dikarenakan pada periode tersebut dimulainya penurunan
performa Bank Umum Syariah. Adanya informasi tersebut maka akan
membantu banyak pihak untuk mengevaluasi dan memperbaiki kinerja
perusahaan perbankan tersebut serta akan mengambil tindakan yang perlu
dilakukan untuk menghindari atau mengatasi hal tersebut.
Dari pemaparan masalah diatas dan dengan beberapa variabel
operasional tersebut, dalam penelitian ini penulis akan mengambil judul
“Pengaruh CAR, ROA, BOPO dan FDR Terhadap Financial Distress
Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2014-2016”.
9
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang penelitian, maka pokok permasalahan
yang diangkat yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh CAR terhadap financial distress Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2014-2016?
2. Apakah terdapat pengaruh ROA terhadap financial distress Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2014-2016?
3. Apakah terdapat pengaruh BOPO terhadap financial distress Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2014-2016?
4. Apakah terdapat pengaruh FDR terhadap financial distress Bank Umum
Syariah di Indonesia periode 2014-2016?
5. Variabel manakah yang terdapat pengaruh paling dominan terhadap
financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Menguji pengaruh CAR terhadap financial distress Bank Umum Syariah
di Indonesia periode 2014-2016.
2. Menguji pengaruh ROA terhadap financial distress Bank Umum Syariah
di Indonesia periode 2014-2016.
3. Menguji pengaruh BOPO terhadap financial distress Bank Umum Syariah
di Indonesia periode 2014-2016.
10
4. Menguji pengaruh FDR terhadap financial distress Bank Umum Syariah
di Indonesia periode 2014-2016.
5. Menguji variabel yang terdapat pengaruh paling dominan terhadap
financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis diharapkan penelitian ini
bermanfaat bagi:
1. Bagi penulis
Diharapkan penelitian ini dapat membantu dan menambah wawasan serta
pengetahuan penulis dalam memprediksi financial distress pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
2. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan informasi bagi perusahaan financial distress yang
dialami yang dialami oleh Bank Umum Syariah dan membantu perusahaan
dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
3. Bagi Manajer
Dapat digunakan untuk landasan dalam melakukan pengambilan
keputusan sehingga dapat cepat menangani Bank Umum Syariah saat
mengalami kesulitan keuangan (financial distress) dan mencegah
terjadinya kebangkrutan.
11
4. Bagi Investor
Dapat memberikan informasi mengenai kondisi Bank Umum Syariah
sehingga mereka dapat mempertimbangkan dimana dan kapan hrus
mempercayakan investasi mereka pada suatu perusahaan.
5. Bagi Kreditur
Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan pemberian kredit, apakah
suatu Bank Umum Syariah layak diberikan sejumlah pinjaman dengan
kondisinya yang saat ini terjadi.
6. Bagi Kalangan Akademisi
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan terkait kondisi
financial distress pada Bank Umum Syariah serta dapat digunakan
sebagai bahan kajian teoritis dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Perbankan Syariah
a. Definisi Perbankan Syariah
Perbankan syariah adalah bank yang dalam aktivitas
penghimpunan dan penyaluran dananya memberikan dan mengenakan
imbalan atas dasar prinsip syariah (Kementerian Agama RI, 2013:30).
Menurut definisi lain adalah bank syariah atau bank bagi hasil
merupakan bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
Di dalam operasinya bank syariah berlandaskan aturan Al-Qur’an,
Hadits dan regulasi pemerintah (Martono, 2010:94).
Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari akar kata syar’a
yang berarti jalan, cara dan aturan. Syariah digunakan dalam arti luas
dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, syariah dimaksudkan sebagai
seluruh ajaran dan norma-norma yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW, sebagai pedoman kehidupan manusia baik dalam aspek
kepercayaan maupun aspek sosial (Wangsawidjaja, 2012:15).
b. Prinsip Dasar Perbankan Syariah
Syariah Islam mengajarkan segala sesuatu yang baik dan
bermanfaat bagi manusia sehingga disebut sebagai agama fitrah yang
sesuai dengan sifat dasar manusia. Bagi masyarakat modern, aktivitas
40
keuangan dan perbankan dipandang sebagai wahana untuk membawa
kepada setidaknya dua ajaran dalam Al-Qur’an, yatu sebagai berikut:
(Kementerian Agama RI, 2013:46-47).
1) Prinsip Al-Ta’awun
Merupakan prinsip saling membantu dan bekerjasama antara
anggota masyarakat dalam kebaikan. Allah telah berfirman dalam
Qur’an Surat Al-Maidah ayat dua, bahwasannya Allah
memerintahkan hambaNya untuk bertaqwa kepada Allah dengan
cara saling tolong-menolong dalam kebaikan dan jangan tolong-
menolong dalam berbuat dosa.
2) Prinsip Menghindari Al-Iktinaz
Seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar
dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat. Allah telah
berfirman dalam Qur’an Surat An-Nisa ayat dua Sembilan,
bahwasannya Allah melarang hambanya saling memakan harta
dengan jalan yg batil tapi Allah memerintahkan hambanya untuk
berniaga dengan asas suka sama suka.
Perbedaan pokok antara perbankan Islam dengan perbankan
konvensional adalah adanya larangan riba atau melipatgandakan
(bunga) bagi perbankan Islam. Bagi Islam, riba dilarang, sedang jual-
beli (al bai’) dihalalkan (Arifin dan Antonio, 2009:15).
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 275
bahwasannya manusia diharamkan memakaan riba dan Allah
41
menghalalkan dalam melakukan kegiatan jual-beli selama masih dalam
batas yang telah di tentukan dalam syariat Islam.
c. Konsep Dasar Perbankan Syariah
1) Konsep Operasional Bank Syariah
Siti Khadijah r.a. memberikan modal berupa barang
dagangan kepada Muhammad al Amin bin Abdullah. Oleh
Muhammad al Amin barang-barang tersebut diperjualbelikan di
pasar. Keuntungan dari hasil usaha tersebut kemudian dibagi untuk
Siti Khadijah r.a. dan Muhammad al Amin. Besarnya bagian maing-
masing sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Inilah yang
disebut dengan bagi hasil. Cara kerja tersebut ditiru oleh bank
syariah. Berikut merupakan gambaran skema mekanisme dan konsep
operasional Bank Syariah (PKES, 2008:21):
Gambar 2.1
Mekanisme dan Konsep Operasional Bank syariah
Sumber: (PKES, 2008:21)
42
Keterangan gambar:
a) Nasabah investor menyerahkan dananya kepada bank untuk
dikelola
b) Bank melakukan penjualan cicilan
Bank memberikan bagian keuntungan penjualan kepada
nasabah
Bank mencatat pembayaran modal dan keuntungan bank
c) Bank melakukan kerjasama usaha
Bank memberikan bagian keuntungan penyewaan kepada
nasabah
Bank mencatat pembayaran modal dan keuntungan bank
d) Bank melakukan kerjasama usaha
Bank memberikan bagian keuntungan kerjasama usaha kepada
nasabah
Bank mencatat pembayaran modal dan keuntungan bank
Sistem ini memungkinkan nasabah dan investor untuk
mengawasi kinerja bank syariah secara langsung.
2) Konsep Akad Bank Syariah
Akad atau transaksi yang digunakan bank syariah dalam
operasinya dibagi menjadi dua kategori, yaitu keuntungan (tijarah)
dan sebagian dari kegiatan tolong-menolong (tabarru’). Turunan
dari tijarah adalah perniagaan (al-bai’) yang berbentuk kontrak
pertukaran dan kontrak bagi hasil dengan segala variasinya.
43
Selanjutnya, dari segi ada atau tidak adanya kompensasi, fiqh
muamalat membagi lagi akad menjadi dua bagian, yakni akad
tabarru’ dan akad tijarah/mu’awadah (Karim, 2013:66-70).
a) Akad Tabarru’ adalah segala macam perjanjian yang menyangkut
transaksi nirlaba. Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi
bisnis untuk mencari keuntungan komersil.
b) Akad Tijarah berbeda dengan akad tabarru’, maka akad tijarah
adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for profit
transaction. Akad-akad ini dilakukan dengan tujuan mencari
keuntungan, karena itu bersifat komersil.
2. Rasio Keuangan
a. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat
perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan
keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap
representative (mewakilkan) untuk diterapkan. Rasio keuangan atau
financial ratio ini sangat penting gunanya untuk melakukan analisa
terhadap kondisi keuangan perusahaan (Fahmi, 2013:49).
Sedangkan (Riyadi, 2006:155) mengemukakan bahwa rasio
keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data keuangan
bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara kedua data
keuangan untuk sebuah perbandingan yang biasanya dinyatakan
secara numerik, baik dalam persentasi atau kali.
44
Adapun definisi rasio keuangan menurut beberapa para ahli
yang lainnya adalah sebagai berikut:
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan/berarti (Harahap,
2010:297).
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan
menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur
dalam menilai kondisi keuangan, performa dan kinerja perusahaan
(Hery, 2015:138).
Sedangkan menurut James C. Van Horne dalam (Kasmir,
2010:93), rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan
dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka
dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan
ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
b. Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio merupakan bagian dari analisis keuangan.
Analisis rasio adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan
berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan dalam bentuk rasio
keuangan. Analisa rasio keuangan ini dapat mengungkapkan hubungan
yang penting antar perkiraan laporan keuangan dan dapat digunakan
45
untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Hery,
2015:139).
c. Manfaat dan penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya
rasio keuangan, yaitu (Fahmi, 2013:51):
1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai
alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan
2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen
sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.
3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk
mengevaluasi kondisi perusahaan dari perspektif keuangan.
4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat
digunakan untuk memperkirakan potensi risiko yangakan dihadapi
dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga
dan pengembalian pokok pinjaman.
5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi
pihak stokeholder organisasi.
d. Jenis Rasio Keuangan.
Ada beberapa jenis laporan keuangan, dan jenis rasio biasa
digunakan sesuai dengan kebutuhan perusahaan sebagaimana yang
cocok untuk memahami peruahaan tersebut.
Agar laporan ini dapat dibaca, sehingga menjadi berarti, maka
perlu dilakukan analisis terlebih dahulu, analisis yang digunakan adalah
46
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai dengan standar yang
berlaku. Pada umumnya rasio keuangan yang dikenal popular adalah:
rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, namun sebenarnya masih
banyak lagi rasio keuangan yang dapat dihitung dari laporan keuangan
(Kasmir, 2014:310-311).
Menurut J. Courties yang dikutip (Harahap, 2010:299) bahwa
memberikan rangka rasio keuangan secara kategorik dapat dilihat pada
(Gambar 2.2) sebagai berikut:
Gambar 2.2
Rangka Rasio Keuangan Secara Kategorik
Sumber: (Harahap, 2010:299)
e. Non Performing Financing (NPF)
1) Definisi Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas aset
bank, semakin tinggi nilai NPF (diatas 5%) maka bank tersebut tidak
Rasio Keuangan
Profitability Return on Investment
Profit Margin
Capital Turn Over
Managerial Performance
Credit Policy
Inventory
Administration
Aset Equity
Structure
SolvencyCash Flow
Jangka Panjang
Jangka Pendek
47
sehat. NPF yang tinggi menurunkan laba yang akan diterima bank
(Wangsawidjaja, 2012:117).
2) Penggunaan NPF
Disetiap sistem keuangan beberapa negara menggunakan
rasio NPL atau kredit bermasalah sebagai sebuah Financial Stress
Index (FSI) Negara mereka. Metode penelitian yang dilakukan untuk
mengukur stabilitas perbankan yang banyak digunakan adalah
dengan menggunakan variabel NPL, hal ini dikarenakan variabel
tersebut dianggap bisa mencerminkan akibat langsung dari
goncangan makroekonomi yang ada. Anggapan ini didasarkan pada
acuan IMF yang menjadikan NPL sebagai FSI.
Di Indonesia sendiri variabel pengukur yang mencerminkan
risiko perbankan dalam FSI adalah NPL dan NPF bila dalam bank
syariah (Gunadi dkk, 2013:23).
Rasio NPL atau NPF bila pada perbankan syariah. Rasio ini
menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar
(Hariyani, 2010:52).
NPL dan NPF merupakan salah satu indikator dalam menilai
kinerja fungsi bank, tingginya rasio tersebut menuntukan kesehatan
48
bank yang rendah karena banyak terjadi kredit bermasalah di dalam
kegiatan bank tersebut. NPL dan NPF yang rendah harus disikapi
dengan bijak, baik oleh otoritas moneter yang dalam hal ini adalah
Bank Indonesia serta masyarakat, sehingga dapat meminimalisir
risiko lebih jauh lagi (Dendawijaya, 2008) dalam (Yusuf dan
Fakhrudin, 2016:94)
Menurut Bank Indonesia NPF bertujuan untuk mengukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Semakin
tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk. Berikut ini merupakan rumus NPF atau pembiayaan
bermasalah (Bank Indonesia, 2011:179).
NPF =Aktiva Produktif Kolektabilitas 3,4,5
Jumlah KAP 100%
Berikut ini merupakan kriteria penilaian peringkat NPF
menurut Bank Indonesia:
Tabel 2.1
Kriteria Penilaian Rasio NPF
No Rasio Peringkat
1. NPF ˂ 2% 1
2. 2% ≤ NPF ˂ 5% 2
3. 5% ≤ NPF ˂ 8% 3
4. 8% ≤ NPF ˂ 12% 4
5. ≥12% 5
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP 2011
Kredit bermasalah disebabkan debitor dalam memenuhi
kewajibannya yaitu membayar yaitu membayar angsuran kredit
49
sekaligus dengan bunganya tidak sesuai dengan kesepakatan yang
telah disetujui dalam perjanjian kredit. Beberapa pengertian
kolektabilitas kredit menurut kententuan BI dalam (Martono,
2010:61) adalah sebagai berikut:
a) Kredit lancar (Kolektabilitas 1), yaitu kredit yang pembayaran
pokok pinjaman dan bunganya tepat waktu, perkembangan
rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan
persyaratan kredit.
b) Kredit dalam perhatian khusus (Kolektabilitas 2), yaitu kredit
yang pengembalian pokok pinjaman dan pembyaran pokok
bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180
hari waktu yang disepakati.
c) Kredit kurang lancar (Kolektabilitas 3), yaitu kredit yang
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari sampai 180 hari
waktu disepakati.
d) Kredit diragukan (Kolektabilitas 4), yaitu kredit yang
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggakan telah melampaui 180 hari sampai dengan 270
hari dari waktu yang disepakati.
e) Kredit macet (Kolektabilitas 5), adalah kredit yang
pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya
terdapat tunggaan telah melampaui 270 hari.
50
f. Capital Adequacy Ratio (CAR)
1) Definisi Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio CAR merupakan perbandingan antara jumlah modal
dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat ini
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-
kurangnya sebesar 8% (Rianto dan Rahmawati, 2015:246).
2) Pengunaan CAR
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh
suluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber
di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-
lain.
Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio adalah rasio
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan
risiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2009:121).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
CAR =Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko 100%
Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR dan nilai kredit
untuk permodalan bank adalah sebagai berikut:
51
Tabel 2.2
Predikat Kesehatan Bank Menurut Rasio CAR
No Predikat Rasio CAR Nilai Kredit
1 Sehat 8,00% ̶ 9,99% 81 ̶ 100
2 Cukup Sehat 7,90% ̶ ˂ 8,00% 66 ̶ ˂ 81
Setiap penurunan 0,1%
ditentukan dari pemenuhan
KPMM sebesar 7,9%
Nilai kerdit dikurangi
minimum
Sumber: (Harmono, 2014:116)
g. Return on Assets (ROA)
1) Definisi Return on Assets (ROA)
ROA merupakan salah satu bagian dari rasio rentabilitas.
Return on Assets (ROA) ini bertujuan untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh laba dan efisien secara keseluruhan
(Martono, 2010:84).
Definisi lain menjelaskan bahwasanya ROA yaitu persentase
laba kotor yang dicapai perusahaan dibandingan dengan total aktiva
perusahaan (Yuwono dkk, 2007:162).
2) Penggunaan ROA
Hasil pengembalian atas aset merupakan rasio yang
menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba
bersih. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
seberaa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap
rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung
dengan membagi laba bersih terhadap total aset (Hery, 2015:193).
52
Rasio ini dgunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (Laba) secara keseluruhan.
(Dendawijaya, 2009:118). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
ROA =Laba Bersih
Total Aktiva 100%
Skala predikat, rasio dan nilai kredit untuk rasio ROA adalah:
Tabel 2.3
Skala Predikat Rasio dan Nilai Kredit Menurut Rasio ROA
No. Predikat Rasio Nilai Kredit
1 Sehat 1,22% ̶ 1,5% 81 ̶ 100
2 Cukup Sehat 0,99% ̶ ˂ 1,22% 66 ̶ ˂ 81
3 Kurang Sehat 0,77% ̶ ˂ 0,99% 51 ̶ ˂ 66
4 Tidak Sehat 0% ̶ ˂ 0,77% 0 ̶ ˂ 51
Sumber: (Harmono, 2014:120)
h. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
1) Definisi Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO)
Rasio BOPO juga termasuk kedalam rasio rentabilitas. Rasio
ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi atau
biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank.
Semakin rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut
(Martono, 2010:85).
2) Penggunaan BOPO
Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
53
operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan
dana (misalnya dana masyarakat), maka biaya dan penapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga
(Dendawijaya, 2009:120). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
BOPO =Biaya (Beban) Operasional
Pendapatan Operasiona 100%
Skala predikat, rasio dan nilai kredit BOPO bank adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.4
Skala Predikat, Rasio, Nilai Kredit BOPO
No. Predikat Rasio Nilai Kredit
1 Sehat 93,52 ̶ 92% 81 ̶ 100
2 Cukup Sehat 94,72% ̶ ˂ 93,53% 66 ̶ ˂ 81
3 Kurang Sehat 95,92% ̶ ˂ 94,73% 51 ̶ ˂ 66
4 Tidak Sehat 100% ̶ ˂ 95,92% 0 ̶ ˂ 51
Sumber: (Harmono, 2014:121)
i. Financing to Deposit Ratio (FDR)
1) Definisi Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Nisbah at-Tanwil wa
al-Wada’I adalah rasio pembiayaan bank syariah dengan dana pihak
ketiga; rasio penyaluran dan penghimpunan dana (Wangsawidjaja,
2012:117).
54
2) Penggunaan FDR
FDR merupkan salah satu indikator kesehatan likuiditas
bank. Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan
bank untuk memelihara likuiditas bank yang memadai dan
kecukupan manajemen risiko likuiditas. Semakin besar jumlah
pembiayaan yang disalurkan oleh bank maka akan semakin rendah
tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. Namun, di lain pihak,
semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan, diharapkan bank
akan mendapatkan return yang tinggi pula (Wangsawidjaja,
2012:117).
Dengan begitu dapat disimpulkan FDR adalah rasio antara
jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank.
Menurut peraturan pemerintah dalam (Kasmir, 2014:319) batas
maksimum FDR adalah 110% dan beliaupun merumuskan FDR
sebagai berikut:
FDR =Jumlah Kredit yang disalurkan
Total Dana Pihak Ketiga + Modal 100%
Rasio ini juga merupaka indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar
80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100%
(Dendawijaya, 2009:117).
Skala predikat, rasio, dan nilai kredit untuk FDR dan LDR
adalah sebagai berikut:
55
Tabel 2.5
Skala Predikat, Rasio dan Nilai Kredit FDR
No. Predikat Rasio Nilai Kredit
1 Sehat ≤ 94,75% 81 ̶ 100
2 Cukup Sehat 94,76% ̶ 98,5% 66 ̶ ˂ 81
3 Kurang Sehat 98,51% ̶ 102,25% 51 ̶ ˂ 66
4 Tidak Sehat >100% 0 ̶ ˂ 51
Sumber: (Harmono, 2014:122)
3. Financial Distress
a. Definisi Financial Distress
Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan
dalam menjalankan usahanya, distribusi aktiva, keefektifan penggunaan
aktiva, hasil usaha yang telah dicapai, kewajiban yang harus dilunasi
dan potensi kebangkrutan yang akan terjadi. Masalah keuangan yang
dihadapi suatu perusahaan apabila dibiarkan secara terus-menerus dapat
mengakibatkan terjadinya kebangkrutan (Widarjo dan Setiawan,
2009:108).
Financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi
perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban–kewajiban lancar
(seperti utang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa
melakukan tindakan perbaikan.
Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah
yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau
struktur perusahaan. Financial distress merupakan kondisi dimana
keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau kritis dan terjadi
56
sebelum kebangkrutan dan perusahaan mengalami kerugian dalam
beberapa tahun (Hapsari, 2012:103).
Dengan kata lain, tahap awal kebangkrutan diawali dengan
kesulitan keuangan (financial distress).
b. Analisa Financial Distress
Selama ini penelitian tentang kebangkrutan telah banyak
dilakukan, karena prediksi kebangkrutan dianggap salah satu hal
penting yang dapat membantu investor dalam membuat keputusan
usaha (Winarto, 2006) dalam (Widyaningdyah dan Listiyana, 2009:24).
Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan
dari sebuah perusahaan adalah kegunaanya untuk meramal kontinutas
atau kelangsungan hidup perusahaan (Haryetty, 2010) dalam
(Rahmaniah dan Wibowo, 2015:6). Oleh karena itu prediksi
kelangsungan hidup perusahaan sangat penting bagi manajemen dan
pemilik perusahaan untuk mengantisipasi potensi terjadinya
kebangkrutan.
Financial distress bisa terjadi di berbagai perusahaan dan bisa
menjadi penanda/sinyal dari kebangkrutan yang mungkin akan dialami
perusahaan. Jika perusahaan sudah masuk dalam kondisi financial
distress, maka manajemen dari perusahaan yang menglami financial
distress harus melakukan tindakan untuk mengatasi masalah keuangan
tersebut dan mencegah terjadinya kebangkrutan (Dwijayanti 2010:194).
57
Menurut (Weston dan Copeland 1992) dalam (Rantelino dkk,
2015:97), kebangkrutan dapat diartikan sebagai kegagalan perusahaan
dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba.
c. Kategori Financial Disstress
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa sebuah perusahaan tidak akan mengalami kebangkrutan secara
tiba-tiba, dan itu dapat dilihat dari beberapa tanda yang memungkinkan
seorang manajer dapat menanggulangi atau bahkan mencegah kondisi
tersebut.
Untuk persoalan financial distress secara kajian umum ada
empat kategori penggolongan yang bisa kita buat, (Fahmi, 2013:170)
mengemukakan sebagai berikut:
1) Pertama, financial distress kategori A atau sangat tinggi dan benar-
benar membahayakan. Kategori ini memungkinkan perusahaan
dinyatakan untuk berada di posisi bangkrut atau pailit.
2) Kedua, Financial distress kategroi B atau tinggi dan dianggap
berbahaya. Pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai
solusi realistis dalam menyelamatkan berbagai aset yang dimiliki,
seperti sumber-sumber aset yang ingin dijual dan tidak
dijual/dipertahankan.
3) Ketiga, financial distress kategori C atau sedang, dan ini dianggap
perusahaan masih mampu/bisa menyelamatkan diri dengan tindakan
tambahan dana yang bersumber dari internal dan eksternal.
58
4) Keempat, financial distress kateori D atau rendah. Pada kategori ini
perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial temporer
yang disebabkan oleh berbagai kondisi internal dan eksternal,
termasuk lahirnya dan dilaksanakan keputusan yang kurang begitu
tepat.
d. Penyebab Financial Distress
Salah satu penyebab terjadinya financial distress adalah
keburukan dalam pengelolaan bisnis (mismanagement) perusahaan
tersebut. Namun dengan bervariasinya kondisi internal dan eksternal
maka terdapat banyak hal lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya
financial distress pada suatu perusahaan (Rodoni dan Ali, 2014:189).
Apabila ditinjau dari aspek keuangan, maka terdapat tiga
keadaan yang dapat menyebabkan financial distress yaitu (Rodoni dan
Ali, 2014:189):
1) Faktor ketidakcukupan modal atau kekurangan modal.
2) Besarnya beban utang dan bunga.
3) Menderita kerugian.
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan. Oleh karena itu, harus
dijaga keseimbangan agar perusahaan terhindar dari kondisi
financial distress yang mengarah pada kebangkrutan.
e. Pencegahan Financial Distress
Dalam (Rodoni dan Ali, 2014:190) mengemukakan
bahwasannya ada beberapa aspek yang harus dijaga keseimbangannya
59
agar perusahaan terhindar dari kondisi financial distress. Caranya
adalah sebagai berikut:
1) Kemampuan memperoleh laba
2) Tingkat utang dalam struktur permodalan
3) Likuiditas
f. Penanggulangan Financial Distress
Akan tetapi, kondisi financial distress pada perusahaan dapat
diatasi dengan beberapa cara, yaitu (Rodoni dan Ali, 2014:187-188):
1) Berhubungan dengan aset perusahaan yaitu dengan menjual aset –
aset utama, melakukan merger dengan perusahaan lain, menurunkan
pengeluaran dan biaya penelitian dan pengembangan.
2) Berhubungan dengan restrukturisasi keuangan yaitu dengan
menerbitkan sekuritas baru, mengadakan negosiasi dengan bank dan
kreditur. Financial distress dapat melibatkan restrukturisasi aset
ataupun restrukturisasi keuangan.
B. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode
waktu yang digunakan berbeda, maka terdapat banyak hal yang tidak sama,
sehingga dapat dijadikan referensi untuk saling melengkapi. Berikut
ringkasan beberapa penelitian:
60
Penelitian yang dilakukan Gina Sofiansani dan Budhi Pamungkas
Gautama pada tahun 2016 bertujuan untuk menguji pengaruh rasio CAMEL
yang terdiri atas variabel CAR, LDR, BOPO, ROA dalam memprediksi
financial distress pada sektor Perbankan Indonesia periode 2009-2013.
Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling dengan metode
penelitian regresi logistik.
Penelitian yang dilakukan Rendra Pratama pada tahun 2015 bertujuan
untuk menguji rasio keuangan CAR, ROA, ROE, FDR, BOPO dalam
memprediksi kondisi financial distress Bank Umum Syariah. Teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan metode
penelitian regresi logistik.
Penelitian yang dilakukan Paula Chrisna Istria Sari pada tahun 2013
bertujuan untuk menguji rasio CAMEL yang terdiri atas CAR, BOPO, ROA,
ROE, LDR dan NPL dalam mendeteksi financial distress pada perusahaan
Perbankan yang terdaftar di BEI. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling dengan metode penelitian regresi logistik.
Penelitian yang dilakukan Meilita Fitri Rahmania dan Suwardi
Bambang Hermanto pada tahun 2014 bertujuan untuk menguji pengaruh rasio
keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, NIM, ROA, ROE, BOPO dan LDR
dalam memprediksi financial distress Perusahaan Perbankan yang Terdapat
di BEI pada tahun 2010-1012. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling dengan metode penelitian regresi logistik.
61
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Khallq, Basheer Altarturi, Mohd
Thas Thaker, Md Yousuf Harun, Nurun Nahar pada tahun 2014 bertujuan untuk
menguji rasio yang dapat digunakan sebagai Early Warning System yang terdiri atas
variabel Altman Z-Scores yang dibandingkan dengan rasio Current Ratio dan Debt
Ratio pada perusahaan yang terkemuka di Malaysia. Teknik pengambilan sampel
menggunakan pupossive sampling.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Ahmad Al-Saleh dan Ahmad
Mohammad Al-Kandari pada tahun 2014 bertujuan untuk menguji rasio keuangan
NPTA, BITA, ISTA, LATA, ETA, PATA, FOTA, LTA, DTA, IDTA, LD dalam
mendeteksi financial distress bank umum yang ada di Kuwait. Teknik pengambilan
purpossive sampling dengan metode regresi logistik.
Penelitian yang dilakukan Rizki Ludy Wicaksana pada tahun 2011
bertujuan untuk menguji rasio keuangan CAMEL yang terdiri atas CAR,
NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR dalam mempengaruhi kondisi
bermasalah pada sektor Perbankan di Indonesia yang terdaftar dalam BEI.
Teknik pengambilan sampel manggunakan purposive sampling dengan
metode regresi logistik.
62
Tabel 2.6
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
1 Gina
Sofiasani dan
Budhi
Pamungkas
Gautama
(2016)
“Pengaruh
CAMEL
Terhadap
Financial
Distress Pada
Sektor
Perbankan
Indonesia
Periode 2009-
2013”
Variabel
(X) CAR,
LDR,
BOPO,
ROA.
Variabel
(Y)
Financial
Distress
Metode
yang
dipakai
Regresi
Logistik.
Variabel
yang
digunakan
CAR,
LDR,
BOPO,
ROA.
Sampel yang
digunakan
BUK.
Periode yang
digunakan
pada 2009-
2013.
CAR dan LDR tidak
berpengaruh terhadap
financial distress.
Sedangkan BOPO dan
ROA berpengaruh
terhadap financial
distress.
2 Rendra
Pratama
(2015)
“Analsis
Pengaruh
Rasio
Keuangan
Untuk
Memprediksi
Kondisi
Financial
Distress Bank
Umum Syariah
Menggunakan
Model Logit di
Indonesia”
Variabel
(X) CAR,
ROA,
ROE,
FDR,
BOPO.
Variabel
(Y)
Financial
Distress
Sampel
yang
digunakan
BUS.
Metode
yang
digunakan
Regresi
Logistik.
Variabel
yang
digunakan
CAR,
FDR,
BOPO,
ROA.
Periode yang
digunakan
2013-2014.
Variabel
yang
digunakan
ROE
CAR dan ROE bernilai
positif terhadap
financial distress dan
berpengaruh
signifikan; Variabel
ROA bernilai negatif
dan signifikan,
Variabel FDR bernilai
positif tidak signifikan,
dan Variabel BOPO
bernilai negatif tapi
tidak signifikan.
3 Paula
Chrisna Istria
Sari dan Kun
Ismawati
(2015)
“Analisis
Pengaruh
Rasio CAMEL
Dalam
Mendeteksi
Financial
Distress Pada
Perusahaan
Perbankan
yang Terdaftar
di BEI”
Variabel
(X) CAR,
BOPO,
ROA,
ROE,
LDR dan
NPL.
Variabel
(Y)
Financial
Distress
Metode
yang
digunakan
Regresi
Logistik.
Variabel
yang
digunakan
CAR,
LDR,
BOPO,
ROA.
Variabel
yang
digunakan
ROE dan
NPL
Periode yang
digunakan
2010-2013.
Sampel yang
digunakan
BUK.
CAR dan BOPO
bernilai positif tapi
tidak signfikan
terhadap financial
distress. ROA dan
ROE bernilai negatif
tapi tidak signifikan.
Sedangkan Variabel
NPL dan LDR bernilai
positif dan signifikan
terhadap financial
distress
63
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
4 Meilita Fitri
Rahmania
dan Suwardi
Bambang
Hermnto
(2014)
“Analisis
Rasio
Keuangan
Terhadap
Financial
Distress
Perusahaan
Perbankan
Studi Empiris
di BEI 2010-
2012”
Variabel
(X) CAR,
NPL,
ROA,
ROE,
LDR,
NIM dan
BOPO
Variabel
(Y)
Financial
Distress
Metode
yang
digunakan
Regresi
Logistik.
Variabel
yang
digunakan
CAR,
LDR,
BOPO,
ROA.
Variabel
yang
digunakan
ROE dan
NIM
Sampel yang
digunakan
BUK
Periode yang
digunakan
2010-2012.
NPL, NIM, ROE, dan
LDR berpengaruh
signifikan terhadap
financial distress
perusahaan perbankan.
Sedangkan variabel
CAR, ROA, BOPO
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
kondisi financial
distress.
5 Ahmad
Khallq,
Basheer
Altarturi,
Mohd Thas
Thaker, Md
Yousuf
Harun, Nurun
Nahar
(2014)
“Identifying
Financial
Distress
Firms: A Case
Study of
Malaysia’s
Government
Linked
Companies
(GLC)”
Variabel
(X)
WCTA,
RETA,
EBIT,
MVE,
STA
Variabel
(Y)
financial
distress
Hanya
memiliki
persamaan
kepada
tujuan
penelitian
yaitu untuk
menginden
tifikasi
variabel
yang dapat
digunakan
sebagai
Early
Warning
System.
Variabel
yang
digunakan
adalah
variabel
Altman Z-
Scores
Sampel yang
digunakan
adalah
berbagai
macamn
jenis
perusahaan.
Periode yang
digunakan
2008-2012
Metode yang
digunakan
menggunaka
n metode
Altman Z-
Scores
dengan
dibandingkan
oleh rasio
Current
Ratio dan
Debt Ratio
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
terdapat hubungan
yang signifikan antara
kedua variabel dan Z -
Skor yang menentukan
financial distress.
64
No Peneliti /
Tahun
Judul
Penelitian Variabel Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
6 Mohammad
Ahmad Al-
Saleh dan
Ahmad
Mohammad
Al-Kandari
(2012)
”Prediction of
Financial
Distress for
Commercial
Bank in
Kuwait”
Variabel
(X)
NPTA,
BITA,
ISTA,
LATA,
ETA,
PATA,
FOTA,
LTA,
DTA,
IDTA,
LD
Variabel
(Y)
Financial
Distress
Metode
yang
dipakai
Regresi
Logistik
Mengguna
kan
variabel
proksi yang
sama yaitu
NPTA
yang sama
dengan
ROA dan
LD yang
sama
dengan
FDR
Periode yang
digunakan
pada 2001-
2009.
Sampel yang
digunkan
adalah Bank
Umum di
Kuwait
Menggunaka
n variabel
yang lebih
beragam
Diluar Sebelas rasio
yang telah dimasukkan
dalam penelitian ini,
hanya tiga rasio
Signifikan secara
statistik dalam
memprediksi kesulitan
keuangan bank yaitu
rasio ISTA, LTA dan
LD.
7 Rizki Ludy
Wicaksana
(2011)
“Analisis
Pengaruh
Rasio CAMEL
Terhadap
Kondisi
Bermasalah
Pada Sektor
Perbankan di
Indonesia”
Variabel
(X) CAR,
NPL,
ROA,
ROE,
NIM,
BOPO,
LDR.
Variabel
(Y)
Financial
Distress
Metode
yang
digunakan
Regresi
Logistik.
Variabel
yang
digunakan
CAR,
LDR,
BOPO,
ROA.
Variabel
yang
digunakan
NPL, ROE,
dan NIM
Sampel yang
digunakan
BUK
Periode yang
digunakan
2004-2007.
NPL dan BOPO
bernilai positif dan
signifikan terhadap
financial distress;
variabel ROE bernilai
positif tapi tidak
signifikan; Variabel
CAR, ROA, NIM dan
LDR memilki nilai
negatif tapi tidak
signifikan.
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat 5 penelitian yang
meneliti rasio keuangan terhadap probabilitas financial distress menggunakan
metode penelitian regresi logistik. Dari 5 penelitian terdahulu hanya
penelitian Rendra Pratama yang meneliti pada Bank Umum Syariah
sedangkan empat penelitian lain meneliti financial distress pada Bank Umum
Konvensional. Namun pada penelitian Rendra Pratama hanya memiliki 22
65
data, oleh karena itu posisi penulis disini adalah untuk menyempurnakan dan
mengembangkan penelitian tentang memprediksi financial distress dengan
menggunakan rasio keuangan.
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan literatur dan beberapa referensi dari penelitian
sebelumnya yang sudah dipaparkan, maka penulis mendapatkan sebuah
kerangka pemikiran sebagai pola dan tahapan dalam penelitian ini, untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat pada (Gambar 2.3) yang akan ditampilkan pada
halaman selanjutnya.
66
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Penelitian
Rasio Keuangan
Analisis Regresi Logistik
Menilai Model Fit
Pseudo R-Square
Klasifikasi
Koefisien Parsial
(Estimasi Parameter)
Laporan Keuangan Bank Umum Syariah Periode 2014 Kuartal Pertama sampai
2016 Kuartal Ketiga
Y = Financial Distress
X₁ = CAR
X₂ = ROA
X₃ = BOPO
X₄ = FDR
Interpretasi
Kesimpulan
67
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat perbnyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2008:70).
Adapun hipotesis yang akan diuji dalam peneltian ini adalah:
1. Pengaruh CAR Terhadap Financial Distress
CAR (Capital Adequacy Ratio) menyatakan seberapa kuat
kecukupan modal bank dalam menanggung aktiva tertimbang menurut
risiko. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin
tingginya kekuatan bank dalam menanggung aktiva yang berisiko. Hal ini
disebabkan karena Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan (Dendawijaya, 2009:121).
Menurut Sofiasani dan Gautama (2016), bahwa CAR berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress. Namun berbeda
dengan penelitian Wicaksana (2011) dan Chrisna dan Ismawati (2015)
yang mengatakan bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kondisi financial distress. Lalu hasil dari Rahmania dan
Hermanto (2014) yang mengatakan CAR berpengaruh positif dan tidak
signifikan. Penelitian Pratama (2015) yang mengatakan bahwasannya rasio
68
CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial
distress.
Sehingga hipotesis yang diajukan:
Hₒ : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan CAR terhadap financial
distress.
Hₐ : Terdapat pengaruh yang signifikan CAR terhadap financial distress.
2. Pengaruh ROA Terhadap financial distress
ROA (Return on Assets) merupakan rasio rentabilitas yang
menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset. Rasio ini juga
menunjukkan seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba.
Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberaa besar
jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertanam dalam total aset. Rasio ini dihitung dengan membagi laba bersih
terhadap total aset (Hery, 2015:193).
Menurut Wicaksana (2011), Rahmania dan Hermanto (2014), yang
mengatakan ROA berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Namun
berbeda dengan penelitian Sofiasani dan Gautama (2016), Chrisna dan
Ismawati (2015), Pratama (2015) yang mengatakan bahwasannya ROA
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap probabilitas financial distress.
Sehingga hipotesis yang diajukan:
Hₒ : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan ROA terhadap financial
distress.
Hₐ : Terdapat pengaruh yang signifikan ROA terhadap financial distress.
69
3. Pengaruh BOPO Terhadap financial distress
BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan antara mengeluarkan
beban operasional dan mendapatkan pendapatan operasional. Rasio BOPO
juga termasuk kedalam rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan untuk
mengukur perbandingan biaya operasi atau biaya intermediasi terhadap
pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin rasio BO/PO, maka
semakin baik kondisi bank tersebut (Martono, 2010:85).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wicaksana (2011),
Sofiasani dan Gautama (2016) yang mengatakan BOPO berpengaruh
positif dan signifikan terhadap financial distress. Namun berbeda dengan
Chrisna dan Ismawati (2015), Pratama (2015), yang mengatakan
bahwasannya BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
financial distress. Sedangkan hasil yang berbeda pula dari penelitian
Rahmania dan Hermanto (2014) yang mengatakan bahwasanya BOPO
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap financial distress.
Sehingga hipotesis yang diajukan:
Hₒ : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan BOPO terhadap financial
distress.
Hₐ : Terdapat pengaruh yang signifikan BOPO terhadap financial distress.
4. Pengaruh FDR Terhadap financial distress
FDR (Financing to Deposit Ratio) menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
70
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit/pembiayaan yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut
memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
bersangkutan.n dengan kata lain, Rasio ini juga merupakan indikator
kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas aman dari FDR suatu bank adalah sekitar 80%.
Namun, batas toleransi berkisar antara 85% dan 100% (Dendawijaya,
2009:117).
Menurut penelitian yang dilakukan Chrisna, Ismawati (2015) yang
mengatakan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap probabilitas
financial distress. Namun berbeda dengan Pratama (2015), Wicaksana
(2011), Sofiasani dan Gautama (2016) yang mengatakan bahwasannya
FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas
financial distress. Sedangkan hasil yang berbeda didapat dari penelitian
Rahmania dan Hermanto (2014) yang mengatakan bahwasannya FDR
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap probabilitas financial distress.
Sehingga hipotesis yang diajukan:
Hₒ : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan FDR terhadap financial
distress.
Hₐ : Terdapat pengaruh yang signifikan FDR terhadap financial distress.
71
5. Variabel yang terdapat pengaruh paling dominan terhadap financial
distress
Menurut penelitian yang dilakukan Meilita Fitri Rahmania dan
Suwardi Bambang Hermanto (2014) dengan judul “Analisis Rasio
Keuangan Terhadap Financial Distress Perusahaan” variabel yang paling
dominan adalah NPL.
Sedangkan penelitian yang dilakukan Rizki Ludy Wicaksana
(2011) dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kondisi
Bermasalah pada Sektor Perbankan di Indonesia” variabel yang terdapat
pengaruh paling dominan terhadap financial distress adalah variabel NPL,
sedangkan variabel BOPO di tempat kedua..
Selanjutnya pada penelitian yang dilakukan oleh Gina Sofiasani
dan Budhi Pamungkas Gautama (2016) dengan judul “Pengaruh CAMEL
Terhadap Financial Distress pada Sektor Perbankan Indonesia Periode
2009-2013” variabel yang paling dominan adalah ROA, sedangkan BOPO
di tempat kedua.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Paula Chrisna Istria Sari
dan Kun Ismawati (2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio CAMEL
Dalam Mendeteksi Financial Distress pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” variabel yang paling dominan adalah
ROA , sedangkan NPL ditempat kedua.
Lalu kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rendra Pratama
(2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Untuk
72
Memprediksi Kondisi Financial Distress Bank Umum Syariah
Menggunakan Model Logit di Indonesia” variabel yang paling dominan
adalah ROA, sedangkan CAR ditempat kedua.
Sehingga hipotesis yang diajukan:
H1 : Variabel CAR terdapat pengaruh yang paling dominan terhadap
financial distress.
H2 : Variabel CAR terdapat pengaruh yang paling dominan terhadap
financial distress.
H3 : Variabel CAR terdapat pengaruh yang paling dominan terhadap
financial distress.
H4 : Variabel CAR terdapat pengaruh yang paling dominan terhadap
financial distress.
73
BAB III
METODOLOGI PENEITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif korelasi. Metode
kuantitatif merupakan teknik kuantitatif yang mempermudah pihak-pihak
pembuat keputusan di dalam melakukan analisis kejadian yang diamati guna
menemukan jawaban atas persoalan yang dibahas, membuat keputusan dan
menemukan solusi dari persoalan-persoalan yang sedang dihadapi (Teguh,
2014:3). Sedangkan analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan
asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel (Ghozali, 2016:93).
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis kemungkinan
perusahaan mengalami kondisi financial distress dengan variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets (ROA), Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Financing to Deposit Ratio
(FDR). Peneltian ini dimulai dari pengumpulan data, menghubungkan tiap
variabel, mengolah data hingga diperoleh pokok permasalahan yang akan
diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan triwulanan Bank Umum
Syariah dan laporan Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan pada periode 2014-2016.
Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis hanya
membatasi yaitu variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Return on Assets
74
(ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) sebagai variabel independen (bebas) dan
kondisi financial distress bank umum syariah sebagai variabel dependen
(terikat). Penentuan kondisi financial distress menggunakan Non Performing
Financing (NPF). Jenis data yang digunakan penelitian adalah data runtut
waktu selama periode 2014 pada kuartal pertama sampai 2016 pada kuartal
ketiga.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2008:90).
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili)
(Sugiyono, 2008:91).
Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non probability sampling dengan memilih purposive sampling. Non
probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2008:95). Sedangkan Menurut (Suharyadi
75
dan Purwanto, 2011:10) non probability sampling yaitu tidak setiap anggota
populasi memiliki probabilitas yang sama, hal ini terjadi karena sampel
diambil dengan pertimbangan khusus atau susunan sampling yang sistematis.
Dan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
perimbangan tertentu (Sugiyono, 2008:96).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data runtut waktu (time
series) periode 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga. Sampel
pada penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang terdiri dari 9 Bank Bank
Umum Syariah (BUS). Adapun kriterian dipilihnya Bank Umum Syariah
yang menjadi sampel penelitian ini adalah.
1. Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
2. Bank Umum Syariah tersebut menerbitkan laporan keuangan triwulanan
dari tahun 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga secara
konsisten dan dipublikasikan di website bank syariah tersebut, Bank
Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
3. Bank Umum Syariah tersebut memiliki data yang dibutuhkan terkait
variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian selama periode 2014
kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga.
Berdasarkan kriteria yang sudah dipaparkan maka dapat kitalihat
sampel Bank Umum Syariah yang memenuhi kriteria dan dapat dijadikan
sampel dalam penelitian ini, berikut dapat kita lihat pada (Tabel 3.1) pada
halaman selanjutnya.
76
Tabel 3.1
Bank Umum Syariah yang Memiliki kelengkapan Data dan Memiliki
Laporan Triwulanan pada Periode 2014 Q1 ̶ 2016 Q3
No. BUS 2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
1 BNIS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2 Muamalat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 BSM √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 BCAS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
5 BRIS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
6 BJBS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
7 PNBS √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Victoria Syariah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
9 Maybank Syariah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 BTPNS × × × × × × × × × × × 11 Mega Syariah × × × × × × × × × × × 12 Bukopin Syariah × × × × × × × × × × × 13 BD Aceh Syariah × × × × × × × × × × ×
Sumber: Laporan triwulan BUS (data diolah)
Berikut ini dapat kita lihat pada (Tabel 3.2) yang merupakan sampel
BUS yang memenuhi kriteria dan akan diteliti dalam penelitian ini.
Tabel 3.2
Sampel Bank Umum Syariah yang Diteliti
No. Bank Umum Syariah
1 Bank Negara Indonesia Syariah
2 Bank Muamalat
3 Bank Syariah Mandiri
4 Bank Central Asia Syariah
5 Bank Rakyat Indonesia Syariah
6 Bank Jabar Banten Syariah
7 Bank Panin Syariah
8 Bank Victoria Syariah
9 Mayapada Bank Syariah
Sumber: Laporan triwulan BUS (data diolah)
Kemudian dapat kita hitung total data observasi yang digunakan
dalam penelitian ini yang merupakan hasil kali dari total sampel 9 BUS dan
77
total periode 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga, dapat kita lihat
pada tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3
Data Observasi
Keterangan Jumlah Data
Sampel
(Bank Umum Syariah)
9
Periode
(Kuartal)
11
Total Data Observasi 9 × 11 = 99
Sumber: Data diolah
C. Metode Pengumpulan Data
Data merupkan bagian yang terpenting dalam melakukan penelitian.
Jika peneliti tidak memiliki data maka tidak akan mendapatkan informasi
yang dibutuhkan. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen (Sugiyono, 2008:156).
Data sekunder diperoleh langsung dari laporan keuangan triwulanan
Bank Umum Syariah (BUS) yang dijadikan sampel dan laporan keuangan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time
series) dengan skala triwulanan yang diambil dari laporan keuangan Bank
78
Umum Syariah dengan rentang waktu dari 2014 kuartal pertama sampai
2016 kuartal ketiga.
2. Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca,
mempelajari dan menganalisis literatur yang bersumber dari buku-buku
dan jurnal-jurnal yang berkataitan dengan penelitian ini untuk
mendapatkan konsep yang tersusun dan memperoleh data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam dari
perpustakaan merupakan literatur lama atau kadaluwarsa, karena ilmu
selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, untuk
mengatisipasi hal tersebut, penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan teknologi yang juga berkembang yaitu internet, sehingga
data yang diperoleh merupakan data sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data
dalam penelitian, yaitu statistic deskriptif dan statistic infrensial (Sugiyono,
2008:169).
Penelitian ini menggunakan beberapa metode analisis dalam
mengolah data untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Kegiatan dalam menganalisis data meliputi: mengelompokkan
79
data yang ada di laporan keuangan berdasarkan variabel, melakukan
perhitungan terhadap data berdasarkan variabel, melakukan perhitungan dari
berbagai variabel untuk menjawab perumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Metode analisis
yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menganalisis data
dengan cara mendeskripsikaan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan
yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2008:169).
Data yang sudah dikumpulkan, dikelompokan dan dihitung
selanjutnya akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistik
deskriptif oleh peneliti. Pengujian statistik deskriptif ini menggunakan alat
bantu software IBM SPSS versi 23 untuk memudahkan peneliti untuk
mendapatkan data dalam memberikan informasi terkait varibel-variabel
yang digunakan statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi
suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtois dan skewness (Ghozali,
2016:19).
2. Analisis Regresi Logistik
Model regresi logistik atau biasa disebut model logit menggunakan
cumulative distribution function atau logistic regression sehingga dikenal
80
dengan logistic regression. Logistic regression sebenarnya mirip dengan
analisis diskriminan yaitu kita ingin menguji apakah probabilitas
terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya.
Logistic regression juga disebut model regresi binary response karena
variabel terikat diukur dengan skala nominal dua kategori.
Akan tetapi asumsi multivariate normal distribution tidak dapat
dipenuhi oleh analisis diskriminan karena variabel bebas merupakan
campuran antara variabel kontinyu (metrik) dan kategorial (non-metrik).
Dalam hal ini dapat dianalisis dengan analisis regresi logistik karena tidak
perlu asumsi normalitas data pada variabel bebasnya. Jadi regresi logistik
dipakai jika asumsi multivariate normal distribution tidak dipenuhi
(Ghozali, 2016:321).
Pengujian regresi logistik pada penelitian ini menggunakan alat
bantu software IBM SPSS versi 23 untuk memudahkan peneliti dalam
mendapatkan informasi terkait dengan kemungkinan terjadinya variabel
terikat dapat diprediksi oleh variabel bebasnya.
Dalam analisis regresi logistik dapat dibedakan menjadi dua
bentuk, yaitu binary logistic (untuk 2 kategori) dan multinominal logistic
(untuk kategori lebih dari dua).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan regresi binary logistic
dengan 2 kategori, yaitu non financial distress (diberi kode = 0), dan
financial distress (diberi kode = 1).
81
Dalam analisis model regresi logistik penelitian akan melalui
beberapa tahapan yang harus dilalui sampai tahap interpretasi model,
berikut merupakan tahapan model regresi logistik:
a. Menilai Model Fit
Langkah pertama adalah menilai overall fit model terhadap data.
Beberapa test statistics diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk
menilai model fit adalah (Ghozali, 2016:328).
H0: Model yang dihipotesakan fit dengan data
HA: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data
Dari hipotesis ini jelas bahwa kita tidak akan menolak hipotesa
nol supaya model fit dengan data.
1) Nilai Goodness of Fit
Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji
hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model
(tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model
dapat dikatakan fit).
Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
statistic sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol
ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan anatara model dengan
nilai observasinya sehingga Goodness Fit Model tidak baik karena
tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test statistic lebih besar dari 0.05,
maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
82
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali,
2016:334).
2) Nilai -2 Log Likelihood
Statistics -2 Log Likelihood digunakan untuk menentukan
jika variabel bebas ditambahkan kedalam model apakah secara
signifikan memperbaiki model fit. Penilaian keseluruhan model
regresi menggunakan nilai -2 Log Likelihood dimana jika terjadi
penurunan dalam nilai pada baris kedua (final) terhadap baris
pertama (intercept only), maka dapat disimpulkan bahwa model
regresi menjadi lebih baik (Ghozali, 2016:328).
b. Nilai Pseudo R – Square
Nilai Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square dapat
juga digunakan untuk menilai model fit. Nilai Nagelkerke’s R Square
dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression
(Ghozali, 2016: 333). Nilai Nagelkerke’s R Square menjelaskan
seberapa besar variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh semua
variabel independen.
c. Tabel Klasifikasi
Tabel klasifikasi menghitung nilai estimasi yang benar (correct)
dan salah (incorrect) (Ghozali, 2016:334). Pada kolom merupakan dua
nilai prediksi dari variabel dependen “Financial Distress” dengan kode
1 dan “Non Financial Distress” dengan kode 0, sedangkan pada baris
83
menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen
“Financial Distress” dengan kode 1 dan “Non Financial Distress”
dengan kode 0.
d. Estimasi Parameter
Estimasi maksimum likelihood parameter dari model dapat dilihat
pada tampilan output variable in the equation.
Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Ghozali,
2016:335):
Ln P (𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠)
P (Non 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠) = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4
E. Operasional Variabel Penelitian
Berdasarkan metode penelitian yang digunakan, maka operasional
variabel penelitian dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian
yaitu:variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X).
Adalah financial distress sebagai variabel terkat dan pada variabel
bebas terdapat empat variabel yaitu: Rasio CAR, ROA, BOPO dan FDR
1. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen atau variabel terikat yakni sebuah ukuran yang
dianggap sebagai akibat atau konsekuensi atas terjadinya variabel
perubahan perkembangan (Priadana dan Muis, 2009:169). Dengan kata
lain variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen (bebas). Variabel dependen dalam penelitian ini
merupakan variabel dummy yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu:
84
a. “Non Financial Distress” dengan nilai NPF ˂ 5% masuk kedalam
kategori 0.
b. “Financial Distress” dengan nilai NPF ≥ 5% masuk kedalam kategori
1.
Penentuan kondisi financial distress menggunakan rasio NPF
mengacu kepada peraturan Bank Indonesia dan beberapa teori, yaitu bagi
Bank Umum Konvensional maupun Bank Umum Syariah yang memiliki
rasio NPF ≥ 5%, maka bank tersebut berada dalam kondisi masalah
keuangan dan berpotensi mengalami kesulitan keuangan bila tidak
ditanggulangi dengan bijak dan responsif.
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen atau variabel bebas yakni sebuah ukuran yang
menyatakan sejauh mana sebuah variabel dapat dipandang sebagai yang
bertanggung jawab atas terjadinya variabel perubahan perkembangan
(Priadana dan Muis, 2009:169). Dengan kata lain variabel independen
(bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel dependen
(terikat). Variabel independen dalam penelitian ini menggunakan rasio
keuangan yang terdapat pada laporan triwulanan Bank Umum Syariah.
Dimana variabel independennya adalah sebagai berikut:
a. Capital Adequacy Ratio (X₁).
CAR =Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko 100%
85
Rasio CAR merupakan perbandingan antara jumlah modal
dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya
sebesar 8% (Rianto dan Rahmawati, 2015:246).
b. Return on Assets (X₂)
ROA =Laba Bersih
Total Aktiva 100%
ROA yaitu persentase laba kotor yang dicapai perusahaan
dibandingan dengan total aktiva perusahaan (Yuwono dkk, 2007:162).
c. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (X₃)
BOPO =Biaya (Beban) Operasional
Pendapatan Operasiona 100%
Rasio BOPO juga termasuk kedalam rasio rentabilitas. Rasio ini
digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi atau biaya
intermediasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank.
Semakin rasio BO/PO, maka semakin baik kondisi bank tersebut
(Martono, 2010:85).
d. Financing to Deposit Ratio (X₄)
FDR =Jumlah Kredit yan disalurkan
Total Dana Pihak Ketiga + Modal 100%
FDR tersebut menyatakan seberapa jauh kempuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikat sebagai sumber likuidatsnya. Rasio
86
ini juga merupaka indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu
bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari
FDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun, batas toleransi berkisar
antara 85% dan 100% (Dendawijaya, 2009:117).
3. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah probabilitas financial
distress, dengan variabel bebas antara lain: CAR, ROA, BOPO dan FDR.
Berikut ini merupakan definisi operasional dan pengukuran dari variabel-
variabel tersebut dalam tabel 3.4 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Sub
Variabel
Dimensi Indikator Skala
Y =
Variabel
Dependen
Y =
Probabilitas
Financial
Distress
Suatu
keadaan
kesulitan
keuangan
yang dapat
dikatakan
sebagai
level
sebelum
kebankrutan
Variabel Dummy:
0 = Non Financial
Distress
1 = Financial Distress
Nominal
X =
Variabel
Independen
X1 = CAR Capital (Modal Bank)/(Aktiva
Tertimbang Menurut
Risiko) 100%
Rasio
X2 = ROA Rentabilitas (Laba Bersih)/(Total
Aktiva) 100%
Rasio
X3 = BOPO Rentabilitas (Biaya (Beban)
Operasional)/(Pendap
atan Operasiona)
100%
Rasio
X4 = FDR Likuiditas (Jumlah Kredit yan
disalurkan)/(Total
Dana Pihak
Ketiga+Modal) 100%
Rasio
Sumber: Data diolah
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Aktivitas Bank Umum Syariah
Aktivitas pengembangan sub sektor industri perbankan adalah
kegiatan penghimpunan dana masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali
dana tersebut kepada masyarakat guna membantu pembangunan dan
pekembangan bisnis masyarakat yang memerlukan bantuan dana. Aktivitas
penghimpunan dana masyarakat oleh bank sebagai wahana invetasi bagi
masyarakat begitupun juga masyarakat yang memerlukan pinjaman guna
mengembangkan usahanya bisa mendapatkan bantuan melalui bank sebagai
fasilitatornya.
Sistem yang digunakan oleh perbankan syariah yaitu bagi hasil, tidak
dengan sistem bunga sepereti pendahulunya bank konvensional. Selain itu
bila dalam sistem konvensional menerapkan hubungan antara si peminjam
(debitur) dan si pemberi pinjaman (kreditur), sedangkan dalam sistem syariah
lebih menekankan hubungan kemitraan kepada setiap nasabahnya yaitu antara
si pemilik modal (shahibul mal) dan pengelola dana (mudharib).
Seperti pada fenomena yang sudah dipaparkan pada BAB I, bank
syariah relatif lebih stabil dibanding dengan bank konvensional pada saat
lingkungan makro diguncang krisis pada 1998 dan 2008. Namun disaat
masyarakat telah sedikit banyak memberikan kepercayaan kepada bank
syariah dibuktikan dengan DPK yang terus meningkat, bank syariah justru
memperlihatkan performa yang kurang baik dibuktikan dengan rasio
54
rentabilitas yang tidak stabil dan masih jauh dibanding dengan rentabilitas
bank konvensional serta angka kredit bermasalah yang kurang baik dapat
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah.
Namun masyarakat masih tetap memberikan kesempatan bagi bank
syariah untuk segera membenahi diri agar kondisi yang tersebut dapat segera
ditanggulangi. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas bank syariah yang
menunjukkan kecendrungan peningkatan pada periode 2014 sampai 2016,
lebih jelasnya bisa kita lihat sebagai berikut:
Tabel 4.1
Aktivitas BUS dan UUS Pada Periode 2014 Q1 sampai 2016 Q3
Periode Total Aset Total DPK Total Pembiayaan non Bank
2014
Q1 Rp 240,915.00 Rp 180,945.00 Rp 184,964.00
Q2 Rp 251,909.00 Rp 191,594.00 Rp 193,136.00
Q3 Rp 257,519.00 Rp 197,141.00 Rp 196,563.00
Q4 Rp 272,343.00 Rp 217,858.00 Rp 199,330.00
2015
Q1 Rp 268,356.00 Rp 212,988.00 Rp 200,712.00
Q2 Rp 272,389.00 Rp 215,339.00 Rp 203,894.00
Q3 Rp 282,162.00 Rp 219,313.00 Rp 208,143.00
Q4 Rp 296,262.00 Rp 231,175.00 Rp 212,996.00
2016
Q1 Rp 221,532.00 Rp 232,657.00 Rp 213,482.00
Q2 Rp 306,225.00 Rp 241,336.00 Rp 222,174.00
Q3 Rp 331,763.00 Rp 263,522.00 Rp 235,005.00
Sumber: www.ojk.go.id
Gambar 4.1
Grafik Aktivitas BUS dan UUS Periode 2014 Q1-2016 Q3
Sumber: www.ojk.go.id
Rp- Rp100,000.00 Rp200,000.00 Rp300,000.00 Rp400,000.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015 2016
Total Aset Total DPK Total Pembiayaan non Bank
55
Dari tabel dan grafik diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa secara
overall total aset, total DPK dan total pembiayaan non bank mengalami
kenaikan dari triwulan ke triwulan hanya di beberapa triwulan mengalami
penurunan lalu di triwulan berikutnya langsung mengalami peningkatan
drastis sehingga dapat dikatakan aktivitas Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha Syariah menunjukan kecendrungan mengalami peningkatan.
Dapat dilihat total aset BUS dan UUS terus mengalami peninkatan
dari 2014 kuartal pertama namun terjun bebas pada 2015 kuartal keempat,
namun di awal kuartal 2016 mengalami peningkatan yang sangat drastis
hingga di kuartal keduanya sehingga menunjukan pertumbuhan BUS dan
UUS secara overall.
Kemudian dari perolehan dana pihak ketiga juga dapat dilihat
mengalama peningkatan meskipun di beberapa triwulan menglami naik turun
yang tidak begitu signifikan, hal ini merupakan bukti kuat bahwa masyarakat
semakin memiliki kepercayaan kepada Perbankan Syariah secara lambat
namun pasti.
Terakhir dapat dilihat dengan jelas bahwa pada pembiayaan non bank
yang diberikan BUS dan UUS terus mengalami peningkatan, hal ini menjadi
bukti keseriusan Perbankan Syariah berperan sebagaimana mestinya.
B. Analisis Deskriptif
Data yang sdah dikumpulkan dan dihitung selanjutnya akan diolah
dan dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif oleh peneliti.
Pengujian statistik ini menggunakan alat bantu software IBM SPSS versi 23
56
untuk memudahkan peneliti untuk mendapatkan data dalam menjelaskan
variabel-variabel yang digunakan. Statistik deskriptif memberikan gambaran
atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2016:19).
Berikut ini adalah hasil dari pengujan statistik deskriptif:
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Statistik Deskriptif Variabel Operasional
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPF 99 .10 68.10 6.9167 10.45364 CAR 99 11.03 64.93 21.8777 12.30674 ROA 99 -20.13 5.61 -.2649 3.69628 BOPO 99 53.53 212.62 99.7583 25.41453 FDR 99 80.16 227.11 102.5195 26.95265 Valid N (listwise) 99
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan hasil tabel 4.1 diatas, nilai N menunjukan banyaknya
data yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebanyak 99 data yang
merupakan jumlah sampel selama periode penelitian dari tahun 2014 kuartal
pertama sampai dengan 2016 kuartal ketiga. Untuk variabel Non Performing
Financing memiliki nilai minimum 0,1%, nilai maksimum sebesar sebear
68,1%, nilai rata-rata sebesar 6,9167%, dan standar deviasi sebesar 10,45384.
Untuk variabel Capital Adequancy Ratio memiliki nilai minimum
11,03%, nilai maksimum sebesar sebear 64,93%, nilai rata-rata sebesar
21,8777%, dan standar deviasi sebesar 12,30674.
Untuk variabel Return on Assets memiliki nilai minimum -20,13%,
nilai maksimum sebesar sebear 5,61%, nilai rata-rata sebesar -0.2649%, dan
standar deviasi sebesar 3,69628.
57
Untuk variabel Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
memiliki nilai minimum 53,53%, nilai maksimum sebesar sebesar 212,62%,
nilai rata-rata sebesar 99,7583%, dan standar deviasi sebesar 25,41453.
Untuk variabel Finance to Deposit Ratio memiliki nilai minimum
80,16%, nilai maksimum sebesar sebear 227,11%, nilai rata-rata sebesar
102,5195% dan standar deviasi sebesar 26,95265.
1. Kondisi Non Performing Financing (NPF)
Dari data laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
tahun 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga, maka diperoleh
hasil rasio NPF adalah:
Tabel 4.3
Non Performing Finance (NPF)
BUS 2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
BNI
Syariah 1.96 1.99 1.99 1.86 2.22 2.42 2.54 2.53 2.77 2.8 3.03
Muamalat 2.11 3.3 5.96 6.55 6.34 4.93 4.64 7.11 6.07 7 4.43
BSM 4.88 6.46 6.76 6.84 68.1 6.67 6.89 6.04 64.2 5.58 5.43
BCA
Syariah 0.15 0.14 0.14 0.1 0.92 0.6 0.59 0.7 0.59 0.55 1.1
BRI
Syariah 4.04 4.38 4.79 4.6 4.96 5.31 4.9 4.86 4.84 4.87 5.22
BJB
Syariah 4.58 4.55 6.9 5 7.18 6.91 6.91 6 6.93 17.09 12.5
Panin
Syariah 1.03 0.76 0.81 0.53 0.88 0.91 1.23 2.63 2.7 2.7 2.87
Victoria
Syariah 4 6 6 7 9 5 6 6 11 12 11.61
Maybank
Syariah 2.87 5.53 0.43 5.04 5.06 15.15 18.07 35.15 21.88 29.31 30.3
Sumber: Hasil olah data
Penjelasan:
a. Pada tahun 2014 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah BSM sebesar 6,46% dan BJB Syariah sebesar 4,58%.
58
Sisanya nilai NPF Bank Umum Syariah di tahun 2014 kuartal pertama
memiliki nilai ˂5%.
b. Pada tahun 2014 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah BSM sebesar 4,88%, BJB Syariah sebesar 4,55%,
Victoria Syariah 6% dan Maybank Syariah sebesar 5,53%. Sisanya nilai
NPF Bank Umum Syariah di tahun 2014 kuartal kedua memiliki nilai
˂5%.
c. Pada tahun 2014 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah Muamalat sebesar 5,96%, BSM sebesar 6,76%, BRI
Syariah 4,79%, BJB Syariah sebesar 6,9% dan Victoria Syariah sebesar
6%. Sisanya nilai NPF Bank Umum Syariah di tahun 2014 kuartal ketiga
memiliki nilai ˂5%.
d. Pada tahun 2014 kuartal keempat Bank Umum Syariah yang memiliki
nilai NPF ≥5% adalah Muamalat 6,55%, BSM sebesar 6,84%, BRI
Syariah sebesar 4,6%, BJB Syariah sebesar 6,91%, Victoria Syariah 7%
dan Maybank Syariah sebesar 5,04%. Sisanya nilai NPF Bank Umum
Syariah di tahun 2014 kuartal keempat memiliki nilai ˂5%.
e. Pada tahun 2015 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah Muamalat 6,34%, BSM sebesar 68,1%, BRI Syariah
sebesar 4,96%, BJB Syariah sebesar 7,18%, Victoria Syariah 9%. Sisanya
nilai NPF Bank Umum Syariah di tahun 2015 kuartal pertama memiliki
nilai ˂5%.
f. Pada tahun 2015 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah Muamalat sebesar 4,93%, BSM sebesar 6,67%, BRI
59
Syariah 5,31%, dan BJB Syariah sebesar 4,58%, Victoria Syariah sebesar
5%, Maybank Syariah sebesar 15,15%. Sisanya nilai NPF Bank Umum
Syariah di tahun 2015 kuartal kedua memiliki nilai ˂5%.
g. Pada tahun 2015 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah Mamalat sebesar 4,64%, BSM sebesar 6,89%, BRI
Syariah sebesar 4,9% dan BJB Syariah sebesar 6,91%, Victoria Syariah
sebesar 6% dan Maybank Syariah sebesar 18,07%. Sisanya nilai NPF
Bank Umum Syariah di tahun 2015 kuartal ketiga memiliki nilai ˂5%.
h. Pada tahun 2015 kuartal keempat Bank Umum Syariah yang memiliki
nilai NPF ≥5% adalah Muamalat sebesar 7,11%, BSM sebesar 6,04%, BRI
Syariah sebesar 4,86%, BJB Syariah sebesar 6%, Victoria Syariah sebesar
6%, Maybank Syariah sebesar 35,15%. Sisanya nilai NPF Bank Umum
Syariah di tahun 2015 kuartal keempat memiliki nilai ˂5%.
i. Pada tahun 2016 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah Muamalat sebesar 6,07%, BSM sebesar 64,2%, BRI
Syariah sebesar 4,84%, BJB Syariah sebesar 6%, Victoria Syariah sebesar
11% dan Maybank Syariah sebsar 21,88%. Sisanya nilai NPF Bank Umum
Syariah di tahun 2016 kuartal pertama memiliki nilai ˂5%.
j. Pada tahun 2016 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah Muamalat sebesar 7%, BSM sebesar 5,58%, BRI Syariah
sebesar 4,87%, BJB Syariah sebesar 17,09%, Victoria Syariah sebesar
12% dan Maybank Syariah sebesar 29,31%. Sisanya nilai NPF Bank
Umum Syariah di tahun 2014 kuartal pertama memiliki nilai ˂5%.
60
k. Pada tahun 2016 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
NPF ≥5% adalah BSM sebesar 5,43%, BRI Syariah sebesar 5,22%, BJB
Syariah sebesar 12,5%, Victoria Syariah sebesar 11,61% dan Maybank
Syariah sebesar 30,3%. Sisanya nilai NPF Bank Umum Syariah di tahun
2014 kuartal pertama memiliki nilai ˂5%.
l. Apabila Bank Umum Syariah memiliki nilai NPF ≥5% maka Bank Umum
Syariah akan mengalami kesulitan dalam keuangan dengan otomatis Bank
Umum Syariah akan kesulitan juga dalam memenuhi kewajibannya.
Gambar 4.2
Rasio NPF BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3
Sumber: Hasil olah data
2. Kondisi Capital Adquency Ratio (CAR)
Dari data laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
tahun 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga, maka diperoleh
hasil rasio CAR adalah:
Tabel 4.4
Capital Adquency Ratio (CAR)
BUS 2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
BNI
Syariah 15.67 14.53 19.35 18.42 15.4 15.11 15.38 15.48 15.85 15.56 15.82
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015 2016BNI Syariah Muamalat BSM
BCA Syariah BRI Syariah BJB Syariah
61
BUS 2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
Muamalat 17.61 16.31 13.51 13.91 14.57 14.91 13.71 12.36 12.1 12 12.75
BSM 14.83 14.86 15.53 14.12 12.63 11.97 11.84 12.85 13.39 13.69 13.5
BCA
Syariah 21.68 21.83 35.18 29.6 25.53 23.56 36.6 34.3 39.16 37.93 37.1
BRI
Syariah 14.15 13.99 13.86 12.89 13.21 11.03 13.82 13.94 14.66 14.06 14.3
BJB
Syariah 16.95 16.8 15.51 15.78 13.85 12.2 22.44 15 24.58 20.93 23.1
Panin
Syariah 31.15 25.52 26.16 25.69 24.71 21.17 21.44 20.3 19.77 19.51 19.86
Victoria
Syariah 16.53 16 20 15 16 20 19 16 16 15 14.2
Maybank
Syariah 64.93 61.51 63.24 52.14 52.16 44.5 43.05 38.04 46.57 45.63 46.7
Sumber: Hasil olah data
Penjelasan
a. Pada periode penelitian keseluruhan yaitu dari tahun 2014 kuartal pertama
sampai 2016 kuartal kedua tidak ada satupun Bank Umum Syariah yang
memiliki nilai CAR dibawah 8%.
b. Apabila Bank Umum Syariah memiliki nilai CAR dibawah 8% maka akan
berpotensi besar mengalami masalah keuangan karena tidak adanya
cadangan modal yang cukup untuk membackup aset yang berisiko.
Gambar 4.3
Rasio CAR BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3
Sumber: Hasil olah data
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015 2016BNI Syariah Muamalat BSMBCA Syariah BRI Syariah BJB SyariahPanin Syariah Victoria Syariah Maybank Syariah
62
3. Kondisi Return on Assets (ROA)
Dari data laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
tahun 2010 sampai 2015, maka diperoleh hasil rasio ROA adalah:
Tabel 4.5
Return on Assets (ROA)
BUS 2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
BNI
Syariah 1.22 1.11 1.11 1.27 1.2 1.3 1.32 1.43 1.65 1.59 1.53
Muamalat 1.44 1.03 1 0.17 0.62 0.54 3.6 0.2 0.25 1 0.13
BSM 1.77 0.66 0.8 -0.4 0.81 0.55 4.2 0.56 0.56 0.62 0.6
BCA
Syariah 0.86 0.67 0.67 0.8 0.71 0.79 0.86 1 0.76 0.9 1
BRI
Syariah 0.46 0.05 0.3 0.08 0.53 0.78 0.8 0.76 0.99 1.03 0.98
BJB
Syariah -1.78 -0.26 -0.49 0.72 0.08 0.07 -0.95 -0.95 0.9 -1.9 -6.15
Panin
Syariah 1.45 1.64 1.82 1.99 1.56 1.22 1.13 1.14 0.2 0.36 0.42
Victoria
Syariah 0.49 -0.1 -0.1 -1 -2 1 -1 -2 -3 -7 -6.19
Maybank
Syariah 5.61 2.36 3.75 3.6 -2.63 -16.4 -10.6 -20.1 -2.9 -11 -10.38
Sumber: Hasil olah data
Penjelasan:
a. Pada tahun 2014 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki
ROA ˂0,77% adalah BRI Syariah sebesar 0,46%, BJB Syariah sebesar -
1,78% dan Victoria Syariah sebsar 0,49%.
b. Pada tahun 2014 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki ROA
˂0,77% adalah BSM sebesar 0,66%, BCA Syariah sebesar 0,67%, BRI
Syariah sebesar 0,05, BJB Syariah sebesar -0,26% dan Victoria Syariah
sebesar -0,1%.
c. Pada tahun 2014 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki ROA
˂0,77% adalah BCA Syariah sebesar 0,67%, BRI Syariah sebesar 0,3%,
BJB Syariah sebesar -0,49% dan Victoria Syariah sebesar -0,1%.
63
d. Pada tahun 2014 kuartal keempat Bank Umum Syariah yang memiliki
ROA ˂0,77% adalah Muamalat sebsar 0,17%, BSM sebesar -0,4%, BRI
Syariah sebesar 0,08%, BJB Syariah sebesar 0,72% dan Victoria Syariah
sebesar -1%.
e. Pada tahun 2015 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki
ROA ˂0,77% adalah Muamalat sebesar 0,62%, BCA Syariah sebesar
0,71%, BRI Syariah 0,53%, BJB Syariah sebesar 0,08%, Victoria Syariah
sebesar -2% dan Maybank Syariah sebesar -2,63%.
f. Pada tahun 2015 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki ROA
˂0,77% adalah Muamalat sebesar 0,54%, BSM sebesar 0,55%, BJB
Syariah sebesar 0,07% dan Maybank Syariah sebesar -16,4%.
g. Pada tahun 2015 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki ROA
˂0,77% adalah BJB Syariah sebesar -0,95%, Victoria Syariah sebesar -1%
dan Maybak Syariah sebesar -10,6%.
h. Pada tahun 2015 kuartal keempat Bank Umum Syariah yang memiliki
ROA ˂0,77% adalah Muamalat sebesar 0,2%, BSM sebesar 0,56%, BRI
Syariah sebesar 0,76%, BJB Syariah sebesar -0,95%, Victoria Syariah
sebesar -2% dan Maybank Syariah sebesar -20,1%.
i. Pada tahun 2016 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki
ROA ˂0,77% adalah Muamalat sebesar 0,25%, BSM sebsar 0,56%, BCA
syariah sebesar 0,76%, Panin Syariah sebear 0,2%, Victoria Syariah
sebesar -3% dan Maybank Syariah sebesar -2,9%.
j. Pada tahun 2016 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki ROA
˂0,77% adalah BSM sebesar 0,62, Panin Syariah sebesar 0,36%, BJB
64
Syariah sebesar -1,9%, Victoria Syariah sebesar -7% dan Maybank
Syariah sebesar -11%.
k. Pada tahun 2016 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki ROA
˂0,77% adalah Muamalat sebesar 0,13%, BSM sebesar 0,6%, Panin
Sayraiah sebesar 0,42%, BJB Syariah sebesar -6,15%, Victoria Syariah
sebesar -6,19% dan Maybank Syariah sebesar -10,38%.
l. Apabila Bank Umum Syariah mempunyai ROA ˂0,77% terlebih lagi yang
bernilai negatif, maka Bank Umum Syariah akan mengalami kesulitan
dalam memenuhi kewajibannya dan potensi bank mengalami financial
distress akan semakin besar.
Gambar 4.4
Rasio ROA BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3
Sumber: Hasil olah data
-25.00%
-20.00%
-15.00%
-10.00%
-5.00%
0.00%
5.00%
10.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015 2016
BNI Syariah Muamalat BSM
BCA Syariah BRI Syariah BJB Syariah
Panin Syariah Victoria Syariah Maybank Syariah
65
4. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Dari data laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
tahun 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga, maka diperoleh
hasil rasio BOPO adalah:
Tabel 4.6
Beban Operasional pada Pendapatan Operasional (BOPO)
BUS
2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
BNI
Syariah 84.51 86.32 85.85 85.03 89.87 90.39 91.6 89.63 85.37 85.88 86.28
Muamalat 85.55 89.11 98.32 64.81 93.37 94.84 96.26 97.42 97.32 90 98.89
BSM 81.99 93.03 93.02 100.6 91.57 96.16 97.41 94.78 94.44 93.76 93.93
BCA
Syariah 85.37 94.94 89.15 88.1 90.62 94.89 94.61 91.2 94.07 92.87 92.9
BRI
Syariah 92.43 99.84 97.35 99.77 96.2 93.84 93.91 93.79 90.7 90.41 90.99
BJB
Syariah 133.6 99.65 102.31 91.01 98.73 99.47 104.25 98 95.12 106.12 118.66
Panin
Syariah 80.67 75.58 72.9 82.58 79.19 88.8 89.57 89.29 98.14 96.51 95.91
Victoria
Syariah 91.65 100 112 143 111.9 90 99 119 113.3 177 163.41
Maybank
Syariah 53.53 80.21 67.86 69.62 124.36 212.62 145.5 192.6 114.67 182.28 192.6
Sumber: Hasil olah data
Penjelasan:
a. Pada tahun 2014 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah BJB Syariah sebesar 133,6%.
b. Pada tahun 2014 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah BCA Syariah sebesar 94,94%, BRI Syariah
sebesar 99,84%, BJB Syariah sebesar 99,65% dan Victoria syariah sebesar
100%.
c. Pada tahun 2014 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 98,32%, BRI Syariah sebesar
66
97,35%, BJB Syariah sebesar 102,31% dan Victoria Syariah sebesar
112%.
d. Pada tahun 2014 kuartal keempat Bank Umum Syariah yang memiliki
nilai BOPO ≥93,25% adalah BSM sebesar 100,6%, BRI Syariah sebesar
99,77% dan Victoria Syariah sebesar 143%
e. Pada tahun 2015 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 93,37%, BRI Syariah sebesar
96,2%, BJB Syariah sebesar 98,73%, Victoria Syariah sebesar 111,9% dan
Maybank Syariah 124,36%.
f. Pada tahun 2015 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 94,84%, BSM sebesar 96,16%,
BCA Syariah 94,89%, BRI Syariah sebesar 93,84%, BJB Syariah sebesar
99,47% dan Maybank Syariah 212,62%.
g. Pada tahun 2015 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 96,26%, BSM sebesar 97,41%,
BCA Syariah sebesar 94,61%, BRI Syariah sebesar 93,91%, BJB Syariah
sebesar 104,25%, Victoria Syariah sebesar 99% dan Maybank Syariah
145,5%.
h. Pada tahun 2015 kuartal keempat Bank Umum Syariah yang memiliki
nilai BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 97,42%, BSM sebesar
94,78%, BRI Syariah sebesar 93,79%, BJB Syariah sebesar 98%, Victoria
Syariah sebesar 119% dan Maybank Syariah 192,6%.
i. Pada tahun 2016 kuartal pertama Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 97,32%, BSM sebesar 94,44%,
67
BCA Syariah sebesar 94,7%, BJB Syariah sebesar 95,12%, Panin Syariah
sebesar 98,18%, Victoria Syariah sebesar 113,3% dan Maybank Syariah
114,67%.
j. Pada tahun 2016 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah BSM sebesar 93,76%, BJB Syariah sebesar
106,12%, Panin Syariah sebesar 96,51%, Victoria Syariah sebesar 177%
dan Maybank Syariah 182,28%.
k. Pada tahun 2016 kuartal kedua Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah BSM sebesar 93,76%, BJB Syariah sebesar
106,12%, Panin Syariah sebesar 96,51%, Victoria Syariah sebesar 177%
dan Maybank Syariah 182,28%.
l. Pada tahun 2016 kuartal ketiga Bank Umum Syariah yang memiliki nilai
BOPO ≥93,25% adalah Muamalat sebesar 98,89%, BSM sebesar 93,93%,
BJB Syariah sebesar 118,66%%, Panin Syariah sebesar 95,91%, Victoria
Syariah sebesar 163,41% dan Maybank Syariah 192,6%.
m. Apabila Bank Umum Syariah memiliki nilai BOPO lebih dari 93,75%,
Bank tersebut berada di dalam zona tidak aman yang berpotensi
mengalami kesulitan keuangan sehingga memicu terjadinya kondisi
financial distress.
68
Gambar 4.5
Rasio BOPO BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3
Sumber: Hasil olah data
5. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dari data laporan keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia
tahun 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga, maka diperoleh
hasil rasio ROA adalah:
Tabel 4.7
Financing to Deposit Ratio (FDR)
BUS 2014 2015 2016
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
BNI
Syariah 96.67 98.96 94.29 92.58 90.1 96.65 89.65 91.94 86.26 86.92 85.79
Muamalat 105.4 96.78 98.81 84.14 95.11 99.05 96.09 90.3 97.3 99 96.47
BSM 90.34 89.91 85.68 81.92 81.67 85.01 84.49 81.99 80.16 82.31 80.4
BCA
Syariah 89.53 91.17 93.02 91.2 100.1 94.13 102 91.4 92.76 99.6 97.6
BRI
Syariah 102.1 95.14 94.85 93.9 88.24 92.05 86.61 84.16 82.73 87.92 83.98
BJB
Syariah 87.55 86.56 135.08 84.02 88.5 95.7 103.5 104 92.53 93.67 107.42
Panin
Syariah 112.8 141 111.9 94.09 93.27 97.58 96.1 96.43 94.03 89.6 89.14
Victoria
Syariah 107 107 107 95 95 85 102 95 95 95 97.79
Maybank
Syariah 182.42 177.64 180.31 157.77 161.88 202.45 227.11 110.54 143.99 146.4 157.24
Sumber: Hasil olah data
0.00%
100.00%
200.00%
300.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015 2016BNI Syariah Muamalat BSM
BCA Syariah BRI Syariah BJB Syariah
69
Penjelasan:
a. Pada periode keseluruhan dalam peelitian hanya ada tiga Bank Umum
Syarih yang memiliki nilai FDR melebihi 110%, yaitu BJB Syariah,
PaninSyariah dan Maybank Syariah.
b. BJB Syariah memiliki nilai FDR melebihi 110% di tahun 2014 pada
kuartal pertama yaitu sebesar 135,08%.
c. Panin Syariah memiliki nilai FDR melebihi 110% di tahun 2014 pada
kuartal pertama, kuartal kedua dan kuartal ketiga yaitu berturut-turut
sebesar 112,8%, 141% dan 111,9%.
d. Maybank Syariah memiliki nilai FDR melebihi 110% diseluruh periode
penelitian yaitu dari tashan 2014 kuatal pertma sampai tahun 2016 kuartal
ketiga, yaitu berurut-turut sebesar 182,42%; 177,64%; 180,31%; 157,77%;
161,88%; 202,45%; 227,11%; 110,54%; 143,99%; 146,4%; 157,24%.
Gambar 4.6
Rasio FDR BUS Periode 2014 Q1-2016 Q3
Sumber: Hasil olah data
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2014 2015 2016
BNI Syariah Muamalat BSM
BCA Syariah BRI Syariah BJB Syariah
Panin Syariah Victoria Syariah Maybank Syariah
70
C. Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik digunakan jika variabel dependennya
memiliki lebih dari 1 kategori. Dalam penelitian ini, variabel dependen (Z
= Y) memiliki dua kategori, yaitu: “Non Financial Distress” dengan kode
0, dan “Financial Distress” dengan kode 1.
Dalam penelitian ini, jumlah data yang diolah atau diproses
menggunakan alat bantu software SPSS versi 23 sebanyak 99 atau N = 99
(9 Bank Umum Syariah selama 2 tahun 9 bulan). Untuk melihat
kelengkapan data yang diolah dalam penelitian ini dan tidak adanya data
yang hilang (missing case), maka akan dijelaskan oleh tabel case
processing summary dibawah ini
Tabel 4.8
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 99 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 99 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 99 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Dari hasil tabel 4.8 diatas dapat dilihat bahwa tidak ada data yang
hilang (missing = 0) dengan jumlah data sebanyak 99.
1. Menilai Model Fit
Untuk menilai kelayakan model, perlu dilakukan pengujian
terhadap hipotesis:
H0: Model yang dihipotesiskan fit dengan data
H1: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
71
Dari hipotesis di atas jelas bahwa H0 tidak boleh ditolah agar
model fit dengan data. Untuk menguji hipotesis tersebut perlu dilakukan
analisis terhadap nilai -2Log Likelihood pada blok pertama (Block 0:
Beginning Block) dan blok kedua (Block 1: Method = Enter). Selain
analisis terhadap nilai -2Log Likelihood, analisis terhadap Hosmer and
Lemeshow’s Test juga dapat dilakukan untuk menilai model fit. Sedangkan
untuk menilai variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabilitas variabel independen, dapat dilihat nilai Cox and Snell’s R
Square dan Nagelkerke R Square.
a. Uji Kelayakan (Goodness of Fit)
Tabel 4.9
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 4.178 8 .841
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel 4.9, hasil pengujian model prediksi dengan
observasi diperoleh nilai Chi-square sebesar 4,178 dengan signifikasi
sebesar 0,841 yang lebih besar dari 0,05 maka tidak diperoleh adanya
perbedaan antara data estimasi model regresi logistik dengan data
observasinya, berarti model tersebut sudah tepat dengan data, maka
tidak perlu adanya modifikasi model.
72
b. Uji Overall Model Fit (Nilai -2 Log Likelihood)
Tabel 4.10
-2 Log Likelihood Pada Block Pertama
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 134.310 .343
2 134.309 .347
3 134.309 .347
Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel 4.11
-2 Log Likelihood Pada Block Kedua
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant CAR ROA FDR BOPO
Step 1 1 107.301 -4.026 -.071 .060 .022 .037
2 100.241 -7.881 -.097 .101 .037 .068
3 97.137 -10.533 -.104 .032 .045 .091
4 96.358 -11.721 -.102 -.076 .048 .101
5 96.318 -12.173 -.101 -.100 .049 .105
6 96.318 -12.205 -.101 -.101 .049 .105
7 96.318 -12.205 -.101 -.101 .049 .105
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel 4.10, Nilai -2LogL Block Number = 0 adalah
sebesar 134,309. Setelah dimasukan keempat variabel independen, maka
seperti yang terdapat pada tabel 4.11, Nilai -2LogL Block Number = 1
mengalami penurunan menjadi sebesar 96,318. Penurunan Likelihood (-
2LogL) ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata
lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.12
Omnibus Test of Model Coefficient
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 37.992 4 .000
Block 37.992 4 .000
Model 37.992 4 .000
Sumber: Hasil olah data SPSS
73
Berdasarkan tabel 4.12, hasil pengujian omnibus test diperoleh nilai
Chi-square sebesar 37,992 dengan signifikasi sebesar 0,000. Dengan nilai
signifikasi yang lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa secara
bersama-sama kondisi financial distress dapat diprediksi oleh variabel
rasio keuangan CAR, ROA, BOPO dan FDR.
2. Nilai Pseudo R – Square
Tabel 4.13
Cox and Snell’s R Square and Nagelkerke R Square
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 96.318a .319 .429
Sumber Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa nilai Cox and
Snell’s R Square adalah sebesar 0,319 dan Nagelkerke R Square sebesar
0,429. Berarti ukuran Cox & Snell yang diperoleh bahwa 31,9% variasi
kondisi financial distress dapat diprediksi menggunakan rasio CAR,
ROA, BOPO dan FDR. Sedangkan menurut ukuran Nagelkerke R Square
diperoleh 42,9% variasi kondisi financial distress dapat diprediksi
menggunakan rasio CAR, ROA, BOPO dan FDR. Hal tersebut
menunjukkan bahwa variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan
variabilitas variabel independen adalah sebesar 42,9%. Sedangkan
sisanya, yaitu sebesar 57,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
74
3. Klasifikasi
Tabel 4.14
Tabel Klasifikasi
Observed
Predicted
Financial Distress
Percentage Correct
Non Financial Distress
Financial Distress
Step 1 Financial Distress Non Financial Distress
36 5 87.8
Financial Distress
16 42 72.4
Overall Percentage 78.8
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan hasil pada tabel 4.14, model regresi logistik
mempunyai kemampuan menduga dari data asli sebesar 78,8% dengan
tepat, sedangkan sisanya sebesar 21,2% salah duga. Kemampuan menduga
dengan tepat pada kategori “Financial Distress” sebesar 72,4%, dan pada
kategori “Non Financial Distress” sebesar 87.8%.
4. Uji Koefisien Parsial (Estimasi Parameter)
Tabel 4.15
Koefisien Parsial
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a CAR -.101 .042 5.855 1 .016 .904
ROA -.101 .339 .089 1 .765 .904
BOPO .105 .048 4.760 1 .029 1.111
FDR .049 .024 4.063 1 .044 1.051
Constant -12.205 5.356 5.192 1 .023 .000
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel 4.15, pengujian
hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio CAR, ROA, BOPO dan FDR
terhadap kondisi financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia pada
75
tahun 2014 kuartal pertama sampai 2016 kuartal ketiga dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Dapat diketahui bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio) memiliki
koefisien bertanda negatif dengan nilai -0,101 dan berpengaruh
signifikan terhadap financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia.
Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi sebesar 0,016 yang lebih kecil dari
0,05.
b. Dapat diketahui bahwa ROA (Return on Assets) memiliki koefisien
bertanda negatif dengan nilai -0,101 dan berpengaruh tidak signifikan
terhadap financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan oleh signifikansi sebesar 0,765 yang lebih besar dari 0,05.
c. Dapat diketahui bahwa BOPO (Beban Operasional teradap Pendapatan
Operasional) memiliki koefisien bertanda positif dengan nilai 0,105 dan
berpengaruh signifikan terhadap financial distress Bank Umum Syariah
di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi sebesar 0,029 yang
lebih kecil dari 0,05.
d. Dapat diketahui bahwa FDR (Financing to Deposit Ratio) memiliki
koefisien bertanda positif dengan nilai 0,049 dan berpengaruh
signifikan terhadap financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia.
Hal ini ditunjukkan oleh signifikansi sebesar 0,044 yang lebih kecil dari
0,05.
Berdasarkan hasil pada tabel 4.15, maka dapat diperoleh persamaan
untuk menginterpretasikan analisis regresi logistik, yaitu:
76
Ln =P (𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠)
P (Non 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑛𝑐𝑖𝑎𝑙 𝐷𝑖𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠)= -12.205 – 0.101 CAR – 0.101 ROA + 0.105 BOPO
+ 0.049 FDR
Dari persamaan logistic regression diatas dapat dilihat bahwa Log
of Odds bank mengalami financial distress berhubungan secara negatif
dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Return on Assets (ROA).
Setiap kenaikan rasio CAR akan menurunkan Log of Odds bank
mengalami financial distress sebesar 0,101, setiap kenaikan ROA akan
menurunkan Log of Odds bank mengalami financial distress sebesar
0,101. Sedangkan Log of Odss bank mengalami financial distress
berhubungan positif dengan Beban Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Yang
artinya setiap kenaikan rasio BOPO akan menaikkan Log of Odds bank
mengalami financial distress sebesar 0,105, setiap kenaikan FDR akan
menaikkan Log of Odds bank mengalami financial distress sebesar
0,049.
D. Interpretasi Hasil
Interpretasi merupakan bagian penting dalam membuat model sebagai
informasi dari model yang dibuat akan terlihat jelas lewat interpretasi yang
dilakukan (Nachrowi, 2008:5).
Berdasarkan penellitian yang telah dilakukan, berikut merupakan
pembahasan dari hasil penelitian, sebagai berikut:
77
Tabel 4.16
Hubungan Variabel Independen Terhadap Financial Distress
Variabel Hubungan yang
ditemukan
Arah hubungan
CAR Berpengaruh Negatif
ROA Tidak Berpengaruh Negatif
BOPO Berpengaruh Positif
FDR Berpengaruh Positif
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel Uji Koefisien Parsial, pengujian hipotesis untuk
mengetahui pengaruh rasio CAR, ROA, BOPO dan FDR terhadap kondisi
financial distress Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2014 kuartal
pertama sampai 2016 kuartal ketiga dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Financial Distress
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) memiliki pengaruh signifikan dengan nilai negatif terhadap
financial distress. Nilai negatif dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
antara CAR dan financial distress memiliki hubungan terbalik. Dapat
dijelaskan bahwa semakin tinggi CAR diikuti dengan semakin
menurunnya financial distress.
Hal ini dikarenakan CAR adalah sebuah kekuatan modal bank
dalam menanggung aset-aset yang berisiko. Oleh karena itu dengan
tingginya rasio ini akan berpengaruh pada menurunnya financial distress
yang merupakan kondisi dimana tahap awal sebuah kebangkrutan. Dengan
hubungan yang signifikan antara CAR dan financial distress, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio CAR dapat digunakan sebagai Early
Warning System guna mencegah terjadinya financial distress pada Bank
Umum Syariah.
78
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sofiasani dan
Gautama (2016), bahwa CAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kondisi financial distress. Namun berbeda dengan penelitian Wicaksana
(2011) dan Chrisna dan Ismawati (2015) yang mengatakan bahwa CAR
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kondisi financial
distress. Lalu hasil dari Rahmania dan Hermanto (2014) yang mengatakan
CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan. Sedangkan hasil yang
sangat berbeda dari penelitian Pratama (2015) yang mengatakan
bahwasannya rasio CAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kondisi financial distress. Dengan hasil yang didapatkan, maka Hₒ
Ditolak, dan Hₐ Diterima.
2. Pengaruh Return on Assets (ROA) Terhadap Financial Distress
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Return on Assets
(ROA) memiliki pengaruh tidak signifikan dengan nilai negatif terhadap
financial distress. Nilai negatif dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
antara ROA dan financial distress memiliki hubungan terbalik. Namun
dengan hubungan yang tidak signifikan, maka dapat dijelaskan bahwa
semakin tinggi ROA tidak diikuti dengan semakin menurunnya financial
distress.
Hal ini dikarenakan ROA adalah sebuah kekuatan bank dalam
menghasilkan laba dengan aset yang ada. Dengan alaminya dapat
dikatakan lumrah bila rasio ROA tinggi dengan diikuti menurunnya
financial distress. Namun sejauh bank itu masih memiliki kecukupan
modal untuk menanggung risiko dan memiliki likuiditas yang cukup dan
79
diikui efisiensi pengelolaan beban yang bagus, maka rasio ROA tidak akan
terlalu berdampak kepada financial distress. Oleh karena itu dengan
tingginya rasio ini tidak akan berpengaruh pada menurunnya financial
distress yang merupakan kondisi dimana tahap awal sebuah kebangkrutan.
Dengan hubungan yang tidak signifikan antara ROA dan financial distress,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio ROA tidak dapat
digunakan sebagai Early Warning System guna mencegah terjadinya
financial distress pada Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wicaksana (2011),
Rahmania dan Hermanto (2014), yang mengatakan ROA berpengaruh
negatif dan tidak signifikan. Namun berbeda dengan penelitian Sofiasani
dan Gautama (2016), Chrisna dan Ismawati (2015), Pratama (2015) yang
mengatakan bahwasannya ROA berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap probabilitas financial distress. Dengan hasil yang didapatkan,
maka Hₒ Diterima, dan Hₐ Ditolak.
3. Pengaruh Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) Terhadap Financial Distress
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh signifikan
dengan nilai positif terhadap financial distress. Nilai positif dalam hal ini
dapat dijelaskan bahwa antara BOPO dan financial distress memiliki
hubungan lurus. Dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi BOPO diikuti
dengan semakin meningkatnya financial distress.
80
Hal ini dikarenakan BOPO merupakan sebuah rasio yang
memperlihatkan seberapa besar beban operasional yang dikeluarkan bank
terhadap pendapatan operasional yang dihasilkan bank. Oleh karena itu
dengan tingginya rasio ini akan berpengaruh pada meningkatnya financial
distress yang merupakan kondisi dimana tahap awal sebuah kebangkrutan.
Dengan hubungan yang signifikan antara BOPO dan financial distress,
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio BOPO dapat digunakan
sebagai Early Warning System guna mencegah terjadinya financial
distress pada Bank Umum Syariah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wicaksana (2011),
Sofiasani dan Gautama (2016) yang mengatakan BOPO berpengaruh
positif dan signifikan terhadap financial distress. Namun berbeda dengan
Chrisna dan Ismawati (2015), Pratama (2015), yang mengatakan
bahwasannya BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
probabilitas financial distress. Sedangkan hasil yang berbeda pula dari
penelitian Rahmania dan Hermanto (2014) yang mengatakan bahwasanya
BOPO berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap probabilitas
financial distress. Dengan hasil yang didapatkan, maka Hₒ Ditolak, dan
Hₐ Diterima.
4. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) Terhadap Financial
Distress
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Financing to Deposit
Ratio (FDR) memiliki pengaruh signifikan dengan nilai positif terhadap
financial distress. Nilai positif dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa antara
81
FDR dan financial distress memiliki hubungan lurus. Dapat dijelaskan
bahwa semakin tinggi FDR diikuti dengan semakin meningkatnya
financial distress.
Hal ini dikarenakan FDR adalah rasio yang memperlihatkan
likuiditas bank yang merupakan hasil bagi dari dana yang disalurkan dan
dana yang berhasil dihimpun. Semakin tinggi rasio ini menjelaskan
semakin rendah likuiditas bank. Oleh karena itu dengan tingginya rasio ini
akan berpengaruh pada meningkatnya financial distress yang merupakan
kondisi dimana tahap awal sebuah kebangkrutan. Dengan hubungan yang
signifikan antara FDR dan financial distress, sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa rasio FDR dapat digunakan sebagai Early Warning
System guna mencegah terjadinya financial distress pada Bank Umum
Syariah.
Hasil penelitan ini didukung oleh penelitian Chrisna, Ismawati
(2015) yang mengatakan FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap
probabilitas financial distress. Namun berbeda dengan Pratama (2015),
Wicaksana (2011), Sofiasani dan Gautama (2016) yang mengatakan
bahwasannya FDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
probabilitas financial distress. Sedangkan hasil yang berbeda didapat dari
penelitian Rahmania dan Hermanto (2014) yang mengatakan bahwasannya
FDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap probabilitas financial
distress. Dengan hasil yang didapatkan, maka Hₒ Ditolak, dan Hₐ
Diterima.
82
5. Variabel yang Terdapat Pengaruh Paling Dominan Terhadap
Financial Distress
Dari keempat variabel (X) yaitu CAR, ROA, BOPO dan FDR yang
paling dominan terhadap variabel (Y) yaitu financial distress, dan dari
hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang terdapat pengaruh
paling dominan terhadap financial distress adalah variabel BOPO dengan
nilai koefisien 0,105.
Hal ini dapat dijelaskan bahwasannya variabel BOPO berpengaruh
paling dominan terhadap financial distress dibandingkan dengan variabel-
variabel lain. Hal ini dikarenakan variabel BOPO merupakan rasio yang
berhubungan dengan kemampuan bank dalam mengelola keefisienan bank
dalam menjalankan operasionalnya.
Dengan rasio BOPO yang terus meningkat dapat memperlihatkan
manajemen beban yang tidak terkontrol, dengan beban operasional yang
besar yang tidak diimbangi dengan pendapaan operasional akan
menyebabkan bank mengalami kesulitan keuangan sebagai pengantar bank
mengalami kebangkrutan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Meilita Fitri Rahmania dan Suwardi Bambang Hermanto (2014), dengan
hasil variabel yang paling dominan adalah NPL. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Paula Chrisna Istria Sari dan Kun Ismawati (2015),
dengan hasil variabel yang paling dominan adalah ROA , sedangkan NPL
ditempat kedua. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rendra Pratama
83
(2015), dengan hasil variabel yang paling dominan adalah ROA,
sedangkan CAR ditempat kedua.
Kemudian penelitian ini sedikit diperkuat oleh penelitian yang
dilakukan Rizki Ludy Wicaksana (2011), dengan hasil variabel yang
terdapat pengaruh paling dominan terhadap financial distress adalah
variabel NPL, sedangkan variabel BOPO di tempat kedua. Selanjutnya
pada penelitian yang dilakukan oleh Gina Sofiasani dan Budhi Pamungkas
Gautama (2016), dengan hasil variabel yang paling dominan adalah ROA,
sedangkan BOPO di tempat kedua. Dari hasil yang didapatkan, maka H1
Ditolak, H2 Ditolak, H3 Diterima, dan H4 Ditolak.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan pada penelitian ini, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi logistik ditemukan bahwa variabel independen Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh signifikan dengan nilai negatif
terhadap financial distress dengan nilai signifikansi 0,016 dan nilai
koefisien -0,101.
2. Hasil uji regresi logistik ditemukan bahwa variabel independen Return on
Assets (ROA) tidak memiliki pengaruh signifikan dengan nilai negatif
terhadap financial distress dengan nilai signifikansi 0,765 dan nilai
koefisien -0,101.
3. Hasil uji regresi logistik ditemukan bahwa variabel independen Beban
Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) memiliki pengaruh
signifikan dengan nilai positif terhadap financial distress dengan nilai
signifikansi 0,029 dan nilai koefisien 0,105.
4. Hasil uji regresi logistik ditemukan bahwa variabel independen Financing
to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh signifikan dengan nilai positif
terhadap financial distress dengan nilai signifikansi 0,044 dan nilai
koefisien 0,049.
83
5. Hasil uji regresi logistik ditemukan bahwa variabel independen yang paling
dominan terhadap financial distress adalah variabel Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dengan nilai koefisien 0,105.
B. Saran
Setelah peneliti melihat hasil dari penelitian ini, maka terdapat beberapa
saran yang akan peneliti sampaikan sebaga berikut:
1. Terdapat perbedaan antara hasil dan fenomena yang diangkat. Oleh sebab
itu, untuk penelitian selanjutnya harus lebih mengkaji lebih dalam fenomena
yang hendak diangkat agar sesuai dengan hasilnya.
2. Terdapat satu variabel yang tidak terbukti dalam penelitian. Maka sebaiknya
bagi penelitian selanjutnya diperlukan referensi dan pemahaman yang lebih
dalam penggunaan variabel untuk dianalis lebih lanjut.
3. Memperluas periode waktu sampel agar dapat melihat kondisi financial
distress pada Bank Umum Syariah lebih lengkap.
4. Penelitian yang selanjutnya sebaiknya tidak terpaku terhadap variabel-
variabel pada rasio keuangan ataupun pada model prediksi kesehatan Bank
agar penelitian menjadi lebih baik dan mengetahui penyebab kebangkrutan
secara lengkap.
5. Penelitian selanjutnya sebaiknya bisa lebih mempertimbangkan variabel
makro agar penelitian menjadi lebih baik dan lengkap.
84
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainul dan M. Syafii Antonio. "Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah".
Azkia Publisher, Tangerang Selatan, 2009.
Dendawijaya, Lukman. "Manajemen Perbankan". Ghalia Indonesia, Jakarta,
2009.
Fahmi, Irham. "Pengantar Manajemen Keuangan". CV Alfabeta, Bandung, 2013.
Ghozali, Imam. "Aplikasi Analisis Multivariate". Badan Penerbit Universitas
Diponegoro, Semarang, 2016.
Harahap, Sofyan Syafri."Analisis Kritis atas Laporan Keuangan". PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010.
Hariyani, Iswi. "Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet". PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2010.
Harmono. "Manajemen Keuangan". PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014.
Hery. "Analisis Kinerja Manajamen". PT Grasindo, Jakarta, 2015.
Ihsan, Dwi Nuraini. "Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah". UIN
Jakarta Press, Tangerang Selatan, 2013.
Karim, Adiwarman Azwar. "Bank Islam". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2013.
Kasmir. "Manajemen Perbankan". PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014.
—. "Pengantar Manajemen Keuangan". Kencana, Jakarta, 2010.
Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan
Syariah. "Buku Saku Perbankan Syariah". Kementerian Agama Republik
Indonesia, Jakarta, 2013.
Martono. "Bank dan Lembaga Keuangan Lain". EKONISIA FE UII, Yogjakarta,
2010.
—. "Bank dan Lembaga Keuangan Lain". EKONISIA, Yogjakarta, 2010.
Nachrowi, Djalal Nachrowi. "Pengunaan Teknik Ekonometri". PT Rajagrafindo
Persada, Jakarta, 2008.
85
Priadana, Moh. Sidik dan Saludin Muis. "Metodologi Penelitian Ekonomi dan
Bisnis". Graha Ilmu, Yogjakarta, 2009.
Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah. "Perbankan Syariah". PKES Publishing,
Jakarta, 2008.
Rianto, M. Nur dan Yuke Rahmawati. "Manajemen Risiko Perbankan Syariah".
UIN PRESS, Jakarta, 2015.
Riyadi, Slamet. "Banking Asset and Liabillity Management", Edisi Ketiga.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. "Manajemen Keuangan Modern". Mitra Wacana
Media, Jakarta, 2014.
Sugiyono. "Metode Penelitian Administrasi". CV Alfabeta, Bandung, 2008.
Suharyadi dan Purwanto. "Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern",
Edisi 2, Buku 2. Salemba Empat, Jakarta, 2011.
Teguh, Muhammad. "Metode Kuantitatif Untuk Analisis Ekonomi dan Bisnis". PT
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2014.
Wangsawidjaja. "Pembiayaan Bank Syariah". PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2012.
Yuwono, Sony, Edy Sukarno dan Muhammad Ichsan. "Petunjuk Praktis
Penyusunan Banlanced Scorecard". PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2007.
Ahmad Al-Shaleh, Mohammad dan Ahmad Mohammad Al-Kandari. "Prediction
of Financial Distress for Commercial Banks in Kuwait". World Review of
Business Research, Vol. 2. No. 6. November 2012.
Dwijayanti, Patricia Febrina. "Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial
Distress serta Solusi Untuk Mengatasi Financial Distress". Jurnal
Akuntansi Kontemporer, Vol. 2, 2010.
Chrisna Istria Sari, Paula dan Kun Ismawati. "Analisis Pengaruh Rasio CAMEL
Dalam Mendeteksi Financial Distress Pada Perusahaan Perbankan yang
Terdaftar di BEI". 2015.
Fuad, Muhammad Alamsyah. "Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap
Stabilitas Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional Pada Periode
Krisis dan Non Krisis". Tesis, Magister Sains dan Doktor Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UGM. Universitas Gadjah Mada. Yogjakarta, 2014.
86
Gunadi, Iman., Aditya Anta Taruna, dan Harun Cicilia A. "Penggunaan Indeks
Stabilitas Sistem Keuangan Dalam Pelaksanaan Surveilans
Makroprudensial". Working Paper Bank Indonesia, 2013.
Hapsari, Evanny Indri. "Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Mempreiksi Kondisi
Financial Distress". Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 3, No. 2, 2012.
Khaliq, Ahmad, Basheer Altarturi, Hassanudin Thaker, Yousuf Harun, Nurun
Nahar. "Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia’s
Government Linked Companies (GLC)". International Journal of
Economics, Finance and Management, VOL. 3, NO. 3, April 2014.
Kusdiana, Yayu. "Analisis Model Camel dan Alman Z-Score Dalam Memprediksi
Kebangkrutan Bank Umum Di Indonesia". Jurnal Tepak Manajemen
Bisnis Vol. VI, No. 1, STIE Riau Pekanbaru, 2014. Pratama, Rendra.
"Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress
Bank Umum Syariah Menggunakan Model Logit di Indonesia". STIE
Perbanas Surabaya, 2015.
Rahmania, Meilita Fitri dan Suwardi Bambang Hermanto. "Analisis Rasio
Keuangan Terhadap Financial Distress Perusahaan Perbankan Studi
Empiris di BEI 2010-2012". Jurnal Ilmu & Riset Akuntasi Vol. 3, No. 11,
2014
Rahmaniah, Melan. dan Hendro Wibowo. "Analisis Potensi Terjadinya Financial
Distress pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia". Jurnal Ekonomi
dan Perbankan Syariah, 2015
Rantelino, Ronaldi., Njo Anastasia dan Gesti Memarista. "Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 1998-
2013". Finesta Vol. 3, No. 1, 2015.
Riyanto., Wahyu Pramono, dan Nuraini Pertiwi. "Outlook Stabilitas Perbankan
Indonesia". LPEM FEUI, 2015.
Sofiasani, Gina dan Budhi Pamungkas Gautama. "Pengaruh CAMEL Terhadap
Financial Distress Pada Sektor Perbankan Indonesia Periode 2009-
2013". Journal of Bussines Management and Enterpreneurship
Education". Vol. 1, No. 1, 2016.
Widarjo dan Setiawan. "Pengaruh Kondisi Financial Distress terhadap
Perusahaan Otomotif". Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol 11, No 2, 2009.
Widyaningdyah, Agnes Utari dan Octa Fenny Listiyana. "Kecendrungan
Manajemen Laba pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil di BEI yang
diprediksi Mengalami Kebangkrutan". Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.
11, No.1, 2009.
87
Wicaksana, Rizki Ludy. "Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kondisi
Bermasalah Pada Sektor Perbankan di Indonesia" Jurnal Universitas
Diponegoro, 2011.
Yusuf, Muhammad Rahmadi dan Fakhrudin. "Analisis Variabel Makro dan Rasio
Keuangan Terhadap Kredit Bermasalah". Jurnal Ekonomi Kebijakan
Publik, Vol. 3, No. 2, 2016.
www.bi.go.id. Bank Indonesia. "Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
13/24/DPNP". Surat Peraturan, Bank Indonesia, Jakarta, 2011.
www.bankmuamalat.co.id. "Laporan Triwulan". Bank Muamalat, diakses 10
November 2016
www.bankvictoriasyariah.co.id. "Laporan Triwulan". Bank Victoria Syariah,
diakses 10 November 2016
www.bcasyariah.co.id. "Laporan Triwulan". BCA Syariah, diakses 10 November
2016 www.bi.go.id/id/moneter/kurs-transaksi-bi, diakses 23 Januari 2017.
www.bi.go.id. "Statistik Perbankan Indonesia". Bank Indonesia, diakses 23
Januari 2017.
www.bjbsyariah.co.id. "Laporan Triwulan". BJB Syariah, diakses 10 November
2016
www.bnisyariah.co.id. "Laporan Triwulan". BNI Syariah, diakses 10 November
2016
www.brisyariah.co.id. "Laporan Triwulan". BRI Syariah, diakses 10 November
2016
www.finance.yahoo.com. "Indeks Harga Saham Gabungan". Yahoo Finance,
diakses 23 Januari 2017.
www.kinerjabank.com/artikel-umum/catatan-setelah-penutupan-16-bank-dalam-
likuidasi-tahun-1997, diakses 23 Januari 2017.
www.maybanksyariah.co.id. "Laporan Triwulan". Mayapada Bank Syariah,
diakses 10 November 2016
www.ojk.go.id. "Statistik Bank Umum Syariah". Otoritas Jasa Keuangan, Diakses
23 Januari 2017.
www.paninsyariah.co.id. "Laporan Triwulan". Bank Panin Syariah, diakses 10
November 2016
88
www.syariahmandiri.co.id. "Laporan Triwulan". Bank Syariah Mandiri, diakses
10 November 2016
89
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
Periode BUS NPF CAR ROA BOPO FDR
2014 Q1 BNI Syariah 0.1 15.67 1.22 84.51 96.67
2014 Q1 Muamalat 2.11 17.61 1.44 85.55 105.4
2014 Q1 BSM 4.88 14.83 1.77 81.99 90.34
2014 Q1 BCA Syariah 0.15 21.68 0.86 85.37 89.53
2014 Q1 BRI Syariah 4.04 14.15 0.46 92.43 102.13
2014 Q1 BJB Syariah 4.58 16.95 -1.78 133.6 87.55
2014 Q1 Panin Syariah 1.03 31.15 1.45 80.67 112.84
2014 Q1 Victoria Syariah 4 16.53 0.49 91.65 107
2014 Q2 BNI Syariah 1.99 14.53 1.11 86.32 98.96
2014 Q2 Muamalat 3.3 16.31 1.03 89.11 96.78
2014 Q2 BSM 6.46 14.86 0.66 93.03 89.91
2014 Q2 BCA Syariah 0.14 21.83 0.67 94.94 91.17
2014 Q2 BRI Syariah 4.38 13.99 0.05 99.84 95.14
2014 Q2 BJB Syariah 4.55 16.8 -0.26 99.65 86.56
2014 Q2 Panin Syariah 0.76 25.52 1.64 75.58 140.97
2014 Q2 Victoria Syariah 6 16 -0.1 100 107
2014 Q3 BNI Syariah 1.99 19.35 1.11 85.85 94.29
2014 Q3 Muamalat 5.96 13.51 1 98.32 98.81
2014 Q3 BSM 6.76 15.53 0.8 93.02 85.68
2014 Q3 BCA Syariah 0.14 35.18 0.67 89.15 93.02
2014 Q3 BRI Syariah 4.79 13.86 0.3 97.35 94.85
2014 Q3 BJB Syariah 6.9 15.51 -0.49 102.31 135.08
2014 Q3 Panin Syariah 0.81 26.16 1.82 72.9 111.93
2014 Q3 Victoria Syariah 6 20 -0.1 112 107
2014 Q4 BNI Syariah 1.86 18.42 1.27 85.03 92.58
2014 Q4 Muamalat 6.55 13.91 0.17 64.81 84.14
2014 Q4 BSM 6.84 14.12 -0.4 100.6 81.92
2014 Q4 BCA Syariah 0.1 29.6 0.8 88.1 91.2
2014 Q4 BRI Syariah 4.6 12.89 0.08 99.77 93.9
2014 Q4 BJB Syariah 5 15.78 0.72 91.01 84.02
2014 Q4 Panin Syariah 0.53 25.69 1.99 82.58 94.09
2014 Q4 Victoria Syariah 7 15 -1 143 95
2015 Q1 BNI Syariah 2.22 15.4 1.2 89.87 90.1
2015 Q1 Muamalat 6.34 14.57 0.62 93.37 95.11
2015 Q1 BSM 68.1 12.63 0.81 91.57 81.67
90
2015 Q1 BCA Syariah 0.92 25.53 0.71 90.62 100.11
2015 Q1 BRI Syariah 4.96 13.21 0.53 96.2 88.24
2015 Q1 BJB Syariah 7.18 13.85 0.08 98.73 88.5
2015 Q1 Panin Syariah 0.88 24.71 1.56 79.19 93.27
2015 Q1 Victoria Syariah 9 16 -2 111.9 95
2015 Q2 BNI Syariah 2.42 15.11 1.3 90.39 96.65
2015 Q2 Muamalat 4.93 14.91 0.54 94.84 99.05
2015 Q2 BSM 6.67 11.97 0.55 96.16 85.01
2015 Q2 BCA Syariah 0.6 23.56 0.79 94.89 94.13
2015 Q2 BRI Syariah 5.31 11.03 0.78 93.84 92.05
2015 Q2 BJB Syariah 6.91 12.2 0.07 99.47 95.7
2015 Q2 Panin Syariah 0.91 21.17 1.22 88.8 97.58
2015 Q2 Victoria Syariah 5 20 1 90 85
2015 Q3 BNI Syariah 2.54 15.38 1.32 91.6 89.65
2015 Q3 Muamalat 4.64 13.71 3.6 96.26 96.09
2015 Q3 BSM 6.89 11.84 4.2 97.41 84.49
2015 Q3 BCA Syariah 0.59 36.6 0.86 94.61 102.09
2015 Q3 BRI Syariah 4.9 13.82 0.8 93.91 86.61
2015 Q3 BJB Syariah 6.91 22.44 -0.95 104.25 103.48
2015 Q3 Panin Syariah 1.23 21.44 1.13 89.57 96.1
2015 Q3 Victoria Syariah 6 19 -1 99 102
2015 Q4 BNI Syariah 2.53 15.48 1.43 89.63 91.94
2015 Q4 Muamalat 7.11 12.36 0.2 97.42 90.3
2015 Q4 BSM 6.04 12.85 0.56 94.78 81.99
2015 Q4 BCA Syariah 0.7 34.3 1 91.2 91.4
2015 Q4 BRI Syariah 4.86 13.94 0.76 93.79 84.16
2015 Q4 BJB Syariah 6 15 -0.95 98 104
2015 Q4 Panin Syariah 2.63 20.3 1.14 89.29 96.43
2015 Q4 Victoria Syariah 6 16 -2 119 95
2016 Q1 BNI Syariah 2.77 15.85 1.65 85.37 86.26
2016 Q1 Muamalat 6.07 12.1 0.25 97.32 97.3
2016 Q1 BSM 64.2 13.39 0.56 94.44 80.16
2016 Q1 BCA Syariah 0.59 39.16 0.76 94.07 92.76
2016 Q1 BRI Syariah 4.84 14.66 0.99 90.7 82.73
2016 Q1 BJB Syariah 6.93 24.58 0.9 95.12 92.53
2016 Q1 Panin Syariah 2.7 19.77 0.2 98.14 94.03
2016 Q1 Victoria Syariah 11 16 -3 113.3 95
2016 Q2 BNI Syariah 2.8 15.56 1.59 85.88 86.92
2016 Q2 Muamalat 7 12 1 90 99
2016 Q2 BSM 5.58 13.69 0.62 93.76 82.31
2016 Q2 BCA Syariah 0.55 37.93 0.9 92.87 99.6
91
2016 Q2 BRI Syariah 4.87 14.06 1.03 90.41 87.92
2016 Q2 BJB Syariah 17.09 20.93 -1.94 106.12 93.67
2016 Q2 Panin Syariah 2.7 19.51 0.36 96.51 89.6
2016 Q2 Victoria Syariah 12 15 -7 177 95
2016 Q3 BNI Syariah 3.03 15.82 1.53 86.28 85.79
2016 Q3 Muamalat 4.43 12.75 0.13 98.89 96.47
2016 Q3 BSM 5.43 13.5 0.6 93.93 80.4
2016 Q3 BCA Syariah 1.1 37.1 1 92.9 97.6
2016 Q3 BRI Syariah 5.22 14.3 0.98 90.99 83.98
2016 Q3 BJB Syariah 12.5 23.1 -6.15 118.66 107.42
2016 Q3 Panin Syariah 2.87 19.86 0.42 95.91 89.14
2016 Q3 Victoria Syariah 11.61 14.2 -6.19 163.41 97.79
2014 Q1 Maybank
Syariah 2.87 64.93 5.61 53.53 182.42
2014 Q2 Maybank
Syariah 5.53 61.51 2.36 80.21 177.64
2014 Q3 Maybank
Syariah 0.43 63.24 3.75 67.86 180.31
2014 Q4 Maybank
Syariah 5.04 52.14 3.6 69.62 157.77
2015 Q1 Maybank
Syariah 5.06 52.16 -2.63 124.36 161.88
2015 Q2 Maybank
Syariah 15.15 44.5 -16.4 212.62 202.45
2015 Q3 Maybank
Syariah 18.07 43.05 -10.59 145.5 227.11
2015 Q4 Maybank
Syariah 35.15 38.04 -20.13 192.6 110.54
2016 Q1 Maybank
Syariah 21.88 46.57 -2.9 114.67 143.99
2016 Q2 Maybank
Syariah 29.31 45.63 -11.02 182.28 146.43
2016 Q3 Maybank
Syariah 30.3 46.07 -10.38 171.24 157.15
Sumber: Laporan Triwulanan BUS, BI, OJK
92
Lampiran 2: Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPF 99 .10 68.10 6.9167 10.45364
CAR 99 11.03 64.93 21.8777 12.30674
ROA 99 -20.13 5.61 -.2649 3.69628
BOPO 99 53.53 212.62 99.7583 25.41453
FDR 99 80.16 227.11 102.5195 26.95265
Valid N (listwise) 99
Sumber: Hasil olah data SPSS
Lampiran 3: Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 99 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 99 100.0 Unselected Cases 0 .0 Total 99 100.0
Sumber: Hasil olah data SPSS
Lampiran 4: Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 4.178 8 .841
Sumber: Hasil olah data SPSS
Lampiran 4: 2 Log Likelihood Pada Block Pertama
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant
Step 0 1 134.310 .343
2 134.309 .347
3 134.309 .347
Sumber: Hasil olah data
93
Lampiran 5: -2 Log Likelihood Pada Block Kedua
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant CAR ROA FDR BOPO
Step 1 1 107.301 -4.026 -.071 .060 .022 .037
2 100.241 -7.881 -.097 .101 .037 .068
3 97.137 -10.533 -.104 .032 .045 .091
4 96.358 -11.721 -.102 -.076 .048 .101
5 96.318 -12.173 -.101 -.100 .049 .105
6 96.318 -12.205 -.101 -.101 .049 .105
7 96.318 -12.205 -.101 -.101 .049 .105
Sumber: Hasil olah data
Lampiran 6: Omnibus Test of Model Coefficient
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 37.992 4 .000
Block 37.992 4 .000
Model 37.992 4 .000
Sumber: Hasil olah data
Lampiran 7: Cox and Snell’s R Square and Nagelkerke R Square
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 96.318a .319 .429
Sumber: Hasil olah data
Lampiran 8: Koefisien Parsial
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a CAR -.101 .042 5.855 1 .016 .904
ROA -.101 .339 .089 1 .765 .904
FDR .049 .024 4.063 1 .044 1.051
BOPO .105 .048 4.760 1 .029 1.111
Constant -12.205 5.356 5.192 1 .023 .000
Sumber: Hasil olah data
94
Lampiran 9: Tabel Klasifikasi
Observed
Predicted
Financial Distress
Percentage Correct
Non Financial Distress
Financial Distress
Step 1 Financial Distress Non Financial Distress
36 5 87.8
Financial Distress
16 42 72.4
Overall Percentage 78.8
Sumber: Hasil olah data