konsentrasi siyasah syar’iyyah program studi...

80
PIAGAM MADINAH DAN TEORI KONTRAK SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU Oleh: Muamar KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1428 H / 2007 M

Upload: vuongmien

Post on 23-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

PIAGAM MADINAH DAN TEORI

KONTRAK SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU

Oleh:

Muamar

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1428 H / 2007 M

Page 2: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

PIAGAM MADINAH DAN TEORI

KONTRAK SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh:

Muamar

NIM : 102045225177

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma., SH. MA. MM. NIP. 150 210 422

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI J I N A Y A H S I Y A S A H

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1428 H/2007 M

Page 3: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

بسم اهللا الرحمن الرحيم

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan semesta alam, Allah SWT, yang telah memberikan banyak limpahan karunia dan nikmatnya serta pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai ungkapan rasa syukur atas studi yang penulis jalani. Shalawat beriring salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Alhamdu lillâhi rabbil ‘âlamîn, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, meskipun banyak halangan dan hambatan yang menghadang dalam penulisan skripsi ini, namun akhirnya atas pertolongan Allah penulis dapat terus istiqamah dan menyelesaikan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku dekan

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga Fakultas

Syariah dan Hukum tetap eksis di tengah-tengah perkembangan dan perubahan

zaman.

2. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., sebagai

pembimbing skripsi yang telah bersabar serta bersedia meluangkan waktu,

tenaga, dan pikirannya dalam membimbing skripsi ini.

3. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H. Mukri dan Ibunda Hj. Marsidah yang

telah mendidik, membimbing dan membesarkan penulis hingga saat ini dan

seterusnya, ya Allah limpahkanlah rahmat, maghfiroh, inayah dan keridhoan-Mu

kepada mereka sebagaimana mereka telah mendidikku sejak aku kecil. Doakan

Page 4: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

anakmu agar menjadi anak yang shalih berbakti kepada kedua orang tua dan

bermanfaat bagi nusa, bangsa dan agama.

4. Ketua dan Sekretaris Program Studi Jinayah Siyasah dan para Dosen Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas segala

ilmu yang telah kalian berikan, semoga ilmu yang telah kalian berikan bermanfaat

dan mendapatkan ridha dari Allah SWT.

5. Pegawai Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, dan Perpustakaan Utama

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam penelusuran

bahan pustaka guna penyempurnaan skripsi ini.

6. Guru penulis, Habib Yusuf Syaikh Abu Bakar yang do’anya menjadi ruh yang

terus memacu penulis untuk senantiasa berbuat lebih baik.

7. Rekan-rekan mahasiswa Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah angkatan 2002 yang

dengan kekritisannya terus memacu semangat penulis dalam berkompetisi secara

akademis. Semoga kekritisan tersebut dapat berkembang menjadi kesuksesan

dalam karir selanjutnya.

8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga kebaikan dan

bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat ridha dari Allah

SWT.

Semoga skripsi ini bermanfaat dalam menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh umat manusia, serta dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi Islam. Semoga Allah senantiasa meridhai setiap aktifitas kita dalam berjuang di jalan-Nya, serta menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang bahagia di dunia dan akhirat. Âmin Allâhumma âmîn.

Page 5: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Jakarta, 9 Februari 2007

Penulis

Muamar

Page 6: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. .... .... iv

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................... ....... 1

A. Latar Belakang ....................................................................... …… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... ....... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................. …... 7

D. Metode Penelitian.................................................................... …… 8

E. Sistematika Penulisan ............................................................. …… 11

BAB II : PIAGAM MADINAH ................................................................. …… 13

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Piagam Madinah................... ........ 13

B. Prinsip-prinsip Piagam Madinah............................................ ........ 19

C. Piagam Madinah Sebagai Proteksi Hukum dan Demokrasi .. ........ 23

BAB III : KONTRAK SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU ................ ........ 27

A. Prinsip-prinsip Dasar Teori Kontrak Sosial Jean Jacques

Rousseau ................................................................................. ……. 27

B. Interaksi Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau Terhadap

Substansi Hukum dan Demokrasi ........................................... ……. 33

BAB IV: PERBANDINGAN

PIAGAM MADINAH DAN

TEORI KONTRAK SOSIAL

Page 7: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

JEAN JACQUES ROUSSEAU

DARI SISI HUKUM DAN

DEMOKRASI …… 39

A. Definisi dan Interaksi Hukum dan Demokrasi......................... …… 39

B. Persamaan visi antara Piagam Madinah

dan Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau ............................. …… 50

C. Perbedaan Piagam Madinah dan Kontrak Sosial Jean Jacques

Rousseau dari Segi Hukum dan Demokrasi............................ …… 55

BAB V : PENUTUP

…… 65

A. Kesimpulan ............................................................................ …… 65

B. Saran-saran ............................................................................. …... 69

DAFTAR PUSTAKA

…… 70

LAMPIRAN …… 73

Page 8: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini dalam studi politik Islam orang masih banyak berdebat mengenai ada atau

tidaknya demokrasi dalam ajaran Muhammad. Memang pada kenyataannya

Muhammad tidak pernah menggunakan istilah demokrasi sepanjang hidupnya, akan

tetapi subtansi dari demokrasi tersebut memang secara riil sudah ada pada masa

kenabiannya dan dalam sejarahnyapun pernah dilaksanakan pasca wafatnya

Muhammad SAW dan dimasa itulah pemilihan pemimpin di era kekosongan terjadi

(vacum of power) dengan kandidatnya adalah Abu Bakar As-Shiddiq dan Umar ibnu

Khattab. Dari sedikit contoh aktifitas kekuasaan tersebut, substansi demokrasi

memang sudah sering diterapkan dalam kehidupan Muhammad SAW, dari

perjanjian-perjanjian yang diakhiri dengan kesepakatan yang tertulis dan dijadikan

hukum bersosial dan bermasyarakat. Juga disusul dengan era-era yang selanjutnya

yaitu para penggantinya, walaupun banyak anggapan sering terjadi ketidakadilan

yang dipublikasikan oleh pihak-pihak tertentu.

Pada era selanjutnya muncul perdebatan mengenai konsep negara, terutama negara

demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual rakyat, dalam

perdebatan secara periodik itu, banyak filosof-filosof kenamaan, diantaranya, Thomas

Page 9: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Aquinas (1226-1274 M), Thomas Hobbes (1588-1679 M), Jhon Locke (1632-1704

M), Jean Jacques Rousseau (1712-1778 M) dan lain-lainnya.1 Para pemikir Barat

tersebut melandaskan ajaran-ajaran demokrasi sebagai sistem negara yang ideal, yaitu

dengan mengangkat nilai-nilai keluhuran manusia. Dari dua peradaban kuno yakni

Romawi dan Yunani, bergulirlah konsep demokrasi dengan negara kota (city state).

Jauh sebelum masa tersebut (622 M), Muhammad SAW telah menggulirkan

perjanjian atau kontrak sosial dengan suku dan penganut agama lain di kota Yatsrib

dan sekitarnya. Diantara komunitas penganut Islam sampai kini mempunyai beberapa

pandangan, salahsatunya adalah pola yang mengatur interaksi antara Islam dan

ketatanegaraan, pandangan pertama menyatakan bahwa Islam bukanlah semata-mata

agama dalam pengertian Barat, yakni hanya hubungan antara manusia dan Tuhan,

sebaliknya Islam adalah agama sempurna yang mencakup segala aspek kehidupan

manusia. Para pengikut pandangan ini pada umumnya berprinsip bahwa “Islam

adalah agama yang serba lengkap, baik dari segi sosial, budaya, politik dan

ketatanegaraannya yang mempunyai cara dan karakter tersendiri, tidak meniru Barat.2

Sejarah mencatat, setelah hijrahnya Muhammad SAW bin Abdullah dari

Mekkah ke Madinah, tak lama kemudian terbentuklah golongan yang menjunjung

1 Nuktoh Arfawie, Teori Negara Hukum, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), Cet. Ke-1, h.61

2 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta, UI Press: 1993), ed. 5, h.1

Page 10: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

nilai-nilai hak azasi manusia yang akhirnya melahirkan kesepakatan bersama antara

Muhammad SAW dan pengikutnya dengan suku-suku yang tinggal di Yatsrib dan

sekitarnya. Pada tahun 622 M, Muhammad SAW berhasil memformulasikan nilai

sebuah konstitusi dengan 13 komunitas yang plural dengan kebijakannya masing-

masing, konsensus tersebut tertuang dalam 47 Pasal.

Konstitusi Madinah ini digalang untuk kepentingan bersama, mengantisipasi

meluasnya diskriminasi dan intimidasi antar sesama suku.3 Banyak diantara para

pemimpin dan pakar ilmu politik Islam beranggapan bahwa piagam Madinah adalah

konstitusi atau undang-undang dasar bagi negara Islam yang pertama dan yang

dipelopori oleh Muhammad SAW di kota Madinah.4 Kekaguman itu akan bertambah

apabila dikaitkan dengan masa pembentukannya yang ada dipermulaan dasawarsa

ketiga abad ke-7 Masehi, tepatnya 15 abad yang lalu.5

Disinilah, karakter Syari’at Islam menuntut penyelenggaraan pemerintahan dan

Rasulullah SAW mulai mengumpulkan komunitas yang minoritas tersebut menjadi

kesatuan mayoritas yang kuat dalam pemerintahan yang dikendalikannya,6 dengan

berbagai perjanjian-perjanjian, walaupun kontroversi tersebut ada, namun perjanjian

3Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta, Konstitusi Press,

2005), Cet, Ke-1, h. 16 4 Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara, Op. Cit, h. 10 5 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan UUD 1945, (Jakarta, UI Press, 1995), Cet. Ke-1,

h.3 6 Abdul Aziz, Masalah Kenegaraan Dalam Pandangan Islam, (Jakarta, Yayasan Al-Amin,

1984), Cet. ke-1, h. 7

Page 11: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

sudah riil dibentuk oleh Muhammad SAW, akan tetapi tentang seputar kelanjutan

mendirikan pemerintahan itu masih menjadi perdebatan dikalangan para pemikir

Islam, tarik ulur antara tujuan dakwah dan tujuan mendirikan pemerintahan.

Dalam kaitannya dengan persoalan diatas, Barat juga mempunyai teori

tersendiri dalam mencari hak-hak manusia dimuka bumi ini dengan hak yang utuh

dan murni dari tuhannya. Sebut saja teori yang digagas oleh Jean Jacques

Rousseau misalnya, dengan karangannya yang berjudul “the social contract”7 ia

menggarisbawahi bahwa dalam sebuah negara haruslah terdapat kontrak sosial

antara pihak pemerintah dan rakyat dalam mencapai keadilan dan kesejahteraan

dalam hidupnya, diantaranya penegakan hukum, penghapusan perbudakan,

menghargai kebebasan berpendapat dan mengakui persamaan derajat.

Penguasa pemerintahan dapat melahirkan kebijakan yang menempatkan

hukum sebagai acuan, menegakkan keadilan dan mengangkat supremasi hukum,

maka ruang gerak hukum diberi otoritas atau wewenang untuk menjaga kondisi

yang merugikan rakyat dan pemerintah, sebaliknya, penguasa pemerintahan yang

membatasi ruang gerak hukum, terutama dengan mempersempit gerak hukum

dengan mengadakan kecurangan-kecurangan faktual atau pembodohan terhadap

alat-alat negara yang dibawah payung hukum, dengan kata lain, hukum-pun dapat

7 Jean Jacques Rousseau, The Social Contract yang di alih bahasakan oleh Sumardjo,

(Jakarta, PT. Erlangga, 1986), tanpa cetakan, h. 4

Page 12: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

berubah menjadi buram dan kondisi bangsa juga mengalami keterpurukan mental

serta pengkerdilan terhadap hukum itu sendiri sebagai akibat dari intervensi

penguasa.

Perkembangan hukum banyak diwarnai dengan adanya peristiwa-peristiwa

kenegaraan, kebijakan-kebijakan pemerintah baik yang pro maupun yang kontra

terhadap kepentingan kalangan bawah ataukah pemerintahan formalitas yang

sekedar menjalankan kekuasaan saja, tanpa adanya kebijakan yang bermuara pada

kesejahteraan yang bersifat menyeluruh. Kontrak sosial tersebut dibarengi dengan

penerapan hukum (diatas) memang banyak dialami kerajaan atau negara manapun

karena penguasanya pada saat itu sangat berperan aktif dalam menjalankan politik

dan roda pemerintahannya, dari perannya tersebut hukum dapat dicipta dan

diamandemen sesuai dengan perjanjian yang disetujui antara kedua belah pihak.

Oleh karena itu, dengan didukung beberapa referensi yang valid, akhirnya

penulis mengambil keputusan untuk menyusun sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi

dengan judul dibawah ini:

“PIAGAM MADINAH DAN TEORI KONTRAK SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU”

Page 13: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

B. Pembatasan dan

Perumusan Masalah

Dalam upaya mendapatkan pembahasan tentang relevansi piagam madinah

dan teori kontrak sosial yang masing-masing dirumuskan oleh tokoh yang sangat

populer di dunia yang berasal dari kawasan timur tengah yaitu Muhammad SAW dan

Jean Jacques Rousseau adalah seorang tokoh yang hidup pada (1712-1778 M) dengan

karakter dan kesamaan visi antara keduanya. Agar memperoleh hasil dan sesuai

dengan subtansi yang penulis maksudkan, maka bahasan yang sistematis dan terarah

akan penulis sajikan dengan beberapa batasan seputar masalah hukum dan demokrasi.

Oleh karena itu, obyek penelitiannya adalah membandingkan piagam madinah

dengan teori kontrak sosial dalam pembentukan hukum dan demokrasi, kedua teori

tersebut terdapat kesamaan dan perbedaannya dalam menciptakan tatanan dunia,

dengan demikian, maka pengumpulan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah penelitian kepustakaan (library research).

1. Ruang Lingkup Piagam Madinah dan Kontrak Sosial Jacques Rousseau.

2. Lahirnya Kedua Embrio Hukum dan Demokrasi di Era Klasik.

3. Relevansi Dua Teori Yang Saling Membangun Nilai Kemanusiaan.

Adapun pembatasan diatas diharapkan dapat mengakomodir semua bahasan tanpa melenceng sedikitpun dari garis yang

penulis persiapkan sebelumnya.

Dengan urutan latar belakang dan pembatasan masalah yang membahas

tentang relevansi piagam madinah dan teori kontrak sosial dalam era demokrasi

Page 14: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

modern ini, maka fokus penulisan skripsi ini diharapkan mampu memberikan

pemahaman bagi para pembaca, berikut ini beberapa perumusan masalah yang perlu

dikaji dan dikritisi dalam membentuk format yang tepat dan relevan. Sehubungan

dengan permasalahan diatas, penulis akan menyajikan pertanyaan sebagai rumusan

masalah yang harus diteliti keberadaannya, adapun rumusan masalahnya sebagai

berikut:

1. Apa prinsip dasar piagam madinah dan kontrak sosialnya Jean Jacques Rousseau

dan tujuan utamanya?

2. Bagaimana proses lahirnya piagam madinah dan teori kontrak sosialnya Jean

Jacques Rousseau?

3. Apakah piagam Madinah dan teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau

memuat aspek hukum dan demokrasi?

4. Faktor apa yang menyebabkan persamaan dan perbedaan karakter antara piagam

madinah dan kontrak sosialnya Jean Jacques Rousseau?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berkenaan dengan penelitian ini, maka penulis akan berusaha melakukan penelitian yang bersifat ilmiah terhadap pembentukan teori hukum dan kenegaraan Islam dan Barat. Sedangkan tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Untuk mengetahui formulasi Piagam Madinah dan teori kontrak sosialnya Jean Jacques Rousseau.

2. Mengetahui aspek hukum dan demokrasi dalam Piagam Madinah dan teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau.

3. Mengetahui komparasi Piagam Madinah dan teori kontrak sosialnya Jean Jacques Rousseau beserta kesamaannya.

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu; manfaat secara teoritis yakni untuk memperkaya khasanah keilmuan dilingkungan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya dan dilingkungan Fakultas Syari’ah pada khususnya. Sedangkan makna secara praktis yaitu mengetahui lebih detail tentang konsep ketatanegaraan

Page 15: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Romawi dan negara Islam di era Muhammad SAW beserta praktik kedua negara tersebut sampai dengan diciptakannya hukum yang dipakai sebagai pedoman dan undang-undang.

D. Metode Penelitian

Dengan jenis penelitian kualitatif ini, penulis berusaha mengkaji berbagai

sumber dan literatur untuk memperoleh keterangan rinci mengenai aspek hukum dan

demokrasi dalam Piagam Madinah dan teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau.

Sedangkan literatur dan data-data yang diperlukan pembahasan masalah ini berasal

dari buku yang berinteraksi dengan judul dan permasalahan yang ada, seperti

majalah, surat kabar, jurnal, internet, dan sumber-sumber yang mempunyai kekuatan

hukum kebenarannya sebagai bukti yang otentik dalam mencapai hasil penelitian.

Sehubungan dengan abstraksi pembahasan diatas, maka, penulis akan menjadikan pembahasan ini secara konkrit dengan

menggunakan pendekatan deskriptif serta analisis-komparatif. Adapun pendekatan tersebut diharapkan dapat memperkuat jenis

penelitian kualitatif, yakni penulis berusaha memadukan secara sinergis dan ilmiah, Sebagai langkah awal, penulis mengadakan

pengolahan data yang sudah terkumpul yaitu data kualitatif, yakni dengan menelaah dan menimbang pembahasan yang ada

relevansinya dengan data-data yang lainnya, yaitu, literatur-literatur yang dikaji dan poin-poin dari bagian yang penting serta

berinteraksi dengan isi yang diperoleh, setelah itu diklasifikasikan sesuai dengan obyek permasalahannya. Selanjutnya, penulis

menguraikan permasalahan dengan metode komparatif.

Cara menyusun dan mendapatkan data yang berurutan dengan tema yang dibahas, penulis akan menyajikannya dalam bentuk

kerangka, yaitu kerangka deduktif (memaparkan terlebih dahulu melalui pendekatan sejarah secara umum kemudian secara

spesifik membahas pengertian piagam madinah dan pengertian kontrak sosial, komparasi dan interaksinya dengan era demokrasi

modern, dua teori, penulis akan memberikan penjelasan yang detail dan lengkap dan diharapkan dapat memaparkan maksud dan

tujuan yang mendekati sempurna).

Sehubungan dengan keterangan yang penulis himpun diatas, maka data yang dubutuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif, data-data diformulasikan dari bentuk yang abstrak menjadi konkrit, dan data tersebut dibedakan dalam tiga sifat, yakni data yang bersifat primer, skunder dan tersier, sebagai sumber primernya (primery resource) adalah teks Piagam Madinah yang terdapat dalam buku karangan Prof. Dr. Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antar Nusa,

Page 16: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

2005) Cet. Ke 30, dan J. J. Rousseau, The Social Contract, Terj. Kontrak Sosial (Jakarta: Erlangga, 1986), Cet. Ke-1. Selain sumber primer tersebut, penulis juga akan merujuk pada sumber skunder (scondery resource) yakni buku karangan, Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan UUD 1945 (Jakarta: Penerbit UI 1995), Cet. Ke- 1, Hannah Rahman, "Pertentangan Antara Nabi dan Golongan Oposisi Nabi Di Madinah", Pandangan Barat Terhadap Islam Lama, (Jakarta: Seri INIS, 1980), Jilid IV. Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta: Konspress, 2005). Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara, (Jakarta: UI Press: 1993), Nuktoh Arfawie Teori Negara Hukum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. Ke-1. Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), Cet. Ke-1. Abdul Aziz, Masalah Kenegaraan Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Yayasan Al-Amin, 1984), Cet. ke-1.

Selanjutnya, penulis juga akan merujuk pada sumber lainnya (tersier resource) seperti Ensiklopedi, Kamus, Kumpulan Karangan dan lain-lainnya yang relevan dengan kajian penulisan karya ilmiah ini, sebagai pendukung terhadap beberapa referensi yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Sedangkan teknik penulisan karya ilmiah ini secara umum berpedoman pada kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Namun, dalam hal-hal yang lebih spesifik penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2005.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan pola dasar dalam pembahasan karya ilmiah

ini, dengan bentuk bab dan sub-bab yang secara berkaitan serta kebulatan dari

pembahasan yang diteliti, maka sistematika penulisan skripsi ini terbagi dengan

empat bab, antara lain:

Bab I: Pendahuluan, dimulai dengan tekanan utamanya menjelaskan latar

belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan, dan sistematika

penulisan.

Bab II: Piagam Madinah dengan sub bab sebagai berikut: Pengertian dan Ruang

Lingkup Piagam Madinah, Prinsip-Prinsip Piagam Madinah, Proteksi

Hukum dan Demokrasi dalam Piagam Madinah Sebagai Proteksi Hukum

dan Demokrasi.

Page 17: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Bab III: Kontrak sosial Jean Jacques Rousseau yang antara lain dengan sub bab

sebagai berikut: Prinsip-prinsip Dasar Teori Kontrak Sosial Jean Jacques

Rousseau, Interaksi Teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau

Terhadap Substansi Hukum dan Demokrasi.

Bab IV: Perbandingan Piagam Madinah dan Teori Kontrak Sosial Jean

Jacques Rousseau Dari Sisi Hukum dan Demokrasi, antara

lain; Definisi dan Interaksi Hukum dan Demokrasi, Persamaan

Visi Piagam Madinah dan Teori Kontrak Sosial Jean Jacques

Rousseau, Perbedaan Piagam Madinah dan Teori Kontrak

Sosial JJ. Rousseau Dari Segi Hukum dan Demokrasi. Bab V: Kesimpulan dan Saran.

Page 18: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

BAB II

PIAGAM MADINAH

Pengertian dan Ruang Lingkup

Piagam Madinah

Kata piagam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan surat resmi yang berisi pernyataan tentang sesuatu hal.8 Sedangkan menurut William H. Harris and Judith S, Levey, The New Columbia Encyclopedia, piagam merupakan suatu dokumen yang menjamin hak-hak, kekuasaan-kekuasaan, dan kewajiban-kewajiban tertentu, baik piagam badan yang memerintah suatu negara, piagam universitas, piagam badan hukum, maupun piagam yang memberikan kekuasaan kepada suatu masyarakat.9

Setelah menetap di Yatsrib Muhammad membuat perjanjian tertulis atau piagam kesepakatan dengan penduduk Yatsrib dan sekitarnya (lihat Lampiran 1).10

Para ahli menyebut Piagam Madinah ini dengan istilah yang bermacam-macam, Montgomery Watt menyebutnya dengan the constitution of Madina, Nicholson menyebutnya Charter, Majid Khuddari menggunakan perkataan Treaty, Phillips K. Hitti menyebutnya Agreement, dan Zainal Abidin Ahmad memakai perkataan Piagam sebagai terjemahan dari al-shahifah. Nama al-shahifah merupakan nama yang disebut dalam naskah Piagam Madinah itu sendiri. Dalam pada itu kata kitab lebih menunjuk pada tulisan (tentang sesuatu hal).11

Padanan istilah constitution yang dalam Bahasa Indonesia menjadi "konstitusi" atau jika disederhanakan menjadi "undang-undang dasar." Secara

8 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta, Balai Pustaka, 1990), Cet. Ke-2, h. 680 9 William H. Harris and Judith S, Levey, The New Columbia Encyclopaedia, (Columbia,

University Press New York & London, 1975), h. 514 10 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta, Litera Antar Nusa, 2005),

Cet. Ke-30, h. 202. 11 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta, UI Press,

1995), Cet. Ke-1, h. 2

Page 19: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

leksikal Indonesia ia berarti segala ketentuan atau aturan mengenai ketatanegaraan (undang-undang dasar dan sebagainya), atau undang-undang dasar suatu negara.12

Konstitusi, menurut Budiardjo, adalah suatu piagam yang menyatakan cita-

cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa." Di

dalamnya terdapat berbagai aturan pokok yang berkaitan dengan kedaulatan,

pembagian kekuasaan lembaga-lembaga negara, cita-cita dan ideologi negara,

masalah ekonomi, dan sebagainya. Namun mengenai unsur ketetapannya tidak

ada kesepakatan di kalangan para ahli.13

Kata ini bahkan disebut sebanyak delapan kali dalam teks piagam.

Perkataan charter sesungguhnya identik dengan piagam dalam bahasa Indonesia,

sedangkan perkataan treaty dan agreement lebih berkenaan dengan isi piagam

atau charter itu. Namun fungsinya sebagai dokumen resmi yang berisi pokok-

pokok pedoman kenegaraan menyebabkan piagam itu itu tepat juga disebut

sebagai konstitusi, seperti yang dilakukan oleh Montgomery Watt ataupun seperti

yang dilakukan oleh Zainal Abidin Ahmad seperti di atas. Para pihak yang di ikat

dalam piagam yang berisi perjanjian ini ada tiga belas, yaitu komunitas yang

disebut secara eksplisit dalam teks piagam. Secara keseluruhan, piagam Madinah

itu berisi 47 pasal ketentuan.14

Baik disebut sebagai “perjanjian” maupun “Piagam”, dan “konstitusi” bentuk dan muatan shahifat itu tidak menyimpang dan pengertian ketiga istilah tersebut. Dilihat dari pengertian treaty Shahifat itu adalah dokumen perjanjian antara

12 Ibid, h. 475 13 Miriam Budiardjo, Dasar·Dasar 1lmu Polilik, (Jakarta, PT Gramedia, 1989), Cet. Ke-19,

h. 95. 14 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta, Konstitusi Press,

2005), Cet, Ke-1, h. 18

Page 20: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

beberapa golongan, Muhajirin-Ansar-Yahudi dan sekutunya bersama Nabi dilihat dari segi pengertian charter, ia adalah dokumen yang menjamin hak-hak semua warga Madinah dan menetapkan kewajiban-kewajiban mereka serta kekuasaan yang dimiliki oleh Nabi. Kemudian dilihat dari pengertian constitution, ia juga memuat prinsip-prinsip pemerintahan yang bersifat fundamental. Artinya kandungan shahifat itu dapat mencakup semua pengertian ketiga istilah tersebut. Sebab ia adalah dokumen perjanjian persahabatan antara Muhajirin-Ansar-Yahudi dan sekutunya bersama Nabi yang menjamin hak-hak mereka, menetapkan kewajiban-kewajiban mereka dan membuat prinsp-prinsip pemerintah yang bersifat funda mental yang sifatnya mengikat untuk mengatur pemerintahan dibawah pimpinan Nabi. Karenanya, Marmaduke Pickthal, H.A.R.Gibb Wensinck, dan Watt sebagai telah disebut menyebut shahifat tersebut sebagai “konstitusi” Namun masih perlu diuji apakah memenuhui syarat untuk disebut konstitusi.

Piagam Madinah adalah piagam yang tertulis pertama dalam sejarah umat manusia yang dapat dibandingkan dengan pengertian konstitusi dalam arti modern adalah Piagam Madinah. Piagam ini dibuat atas persetujuan bersama antara nabi Muhammad SAW dengan wakil-wakil penduduk kota Madinah tak lama setelah beliau hijrah dari Makkah ke Yatsrib, nama kota Madinah sebelumnya, pada tahun 622 M. Banyak buku yang menggambarkan piagam Madinah, kadang-kadang disebut konstitusi Madinah.

Berdasarkan konklusi itu, maka harus diakui bahwa Piagam madinah tidak

dapat memenuhinya secara paripurna. Sebab, di dalamnya tidak ditemui

penjelasan tentang pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan

yudikatif. Tetapi ia menetapkan adanya pemegang hukum tertinggi. Namun

demikian, ia dapat disebut sebagai konstitusi, karena ciri-ciri lain dapat ia penuhi,

yaitu: ia dalam bentuk tertulis, menjadi dasar organisasi pemerintahan masyarakat

Madinah sebagai suatu umat; adanya kedaulatan negara yang dipegang oleh Nabi;

dan adanya ketetapan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersifat fundamental,

yaitu mengakui kebiasaan-kebiasaan masyarakat Madinah, mengakui hak-hak

mereka dan menetapkan kewajiban-kewajiban mereka. sebagai himpunan

peraturan yang mengatur kehidupan masyarakat Madinah ia bercita-cita

Page 21: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

mewujudkan persatuan dan kesatuan semua golongan menjadi satu umat dan

hidup berdampingan secara damai sebagai satu umat yang bermoral, menjunjung

tinggi hukum dan keadilan atas dasar iman dan takwa. Oleh sebagian sarjana

politik istilah konstitusi diartikan sama dengan undang-undang dasar.15 Tapi

kepustakaan Belanda membedakan pengertian konstitusi (constitution) dan

undang-undang dasar (grondwet). Konstitusi adalah peraturan baik yang tertulis

maupun tidak tertulis, sedangkan undang-undang dasar rnerupakan bagian tertulis

dalam konstitusi.16 Bagi banyak sarjana ilmu politik, istilah konstitusi merupakan

sebutan bagi keseluruhan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang

sifatnya mengikat dalam rnengatur dan menyelenggarakan pemerintahan dalam

suatu masyarakat. Tapi dalam kenyataannya, yang berlalu hampir di semua

negara dewasa ini bentuknya selalu tertulis, kecuali Inggris.

Walaupun demikian, namun tidak ada konstitusi yang memasukkan semua

peraturan yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan.

Karena konstitusi, sebagai telah disebut, merupakan dokumen yang hanya

memuat prinsip-prinsip pemerintahan yang bersifat fundamental. Artinya, ia

hanya mengandung hal-hal yang bersifat pokok, mendasar atau asas-asasnya saja.

Jadi, tidak semua masalah yang dianggap penting bagi negara dimasukkan ke

dalam konstitusi atau undang-undang dasar Karena itu, C.F. Strong

mengemukakan bahwa "tidak ada konstitusi yang seluruhnya tak tertulis;

15 Muh. Ridhwan Indra, UUD 1945 Sebagai Karya Manusia, (Jakarta, Pustaka Sinar Harapan,

1990), Cet. Ke-1, h. 32. 16 Miriam Budiardjo, Op. Cit., h. 95.

Page 22: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

demikian pula tidak ada konstitusi yang seluruhnya tertulis.17 Jadi, cukup hal-hal

yang bersifat fundamental dan universal saja yang dimasukkan dalam konstitusi.

Unsur-unsur yang luas dikemukakan oleh Budiardjo, yaitu ketentuan

tentang organisasi negara, misalnya pembagian kekuasaan antara badan legislatif,

eksekutif, dan yudikatif, tentang hak asasi manusia, tentang prosedur mengubah

undang-undang dasar, tentang cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara.

Dari berbagai keterangan tentang pengertian konstitusi dan 'usur-unsur

atau ciri-cirinya yang dikemukakan di atas, maka suatu konstitusi adalah

himpunan peraturan-peraturan pokok mengenai penyelenggaraan pemerintahan

dalam suatu masyarakat yang berkaitan dengan organisasi negara, kedaulatan

negara, dan pembagian kekuasaan antara badan legislatif, eksekutif, dan

yudikatif, hak-hak dan kewajiban rakyat dan pemerintah di bidang-bidang sosial,

politik, ekonomi, agama, dan budaya, cita-cita dan ideologi negara dan

sebagainya.

Pembentukan didasari oleh semangat Muhammad dalam memelihara

persatuan dan kesatuan antar suku agar tidak terjadi sikap diskriminasi dan

hegemoni antara suku yang kuat menindas suku yang lain, disebut “Piagam”

(charter),18 Karena isinya mengakui hak-hak kebabasan beragama dan

berkeyakinan, kebebasan Hak kebabasan beragama dan berkeyakinan, kebebasan

berpendapat dan kehendak umum warga Madinah supaya keadilan terwujud

17 C.F. Strong, Modern Political Constitution, (London, Sidgwick and Jackson Ltd, 1963),

h. 66 18 William H. Harris and Judith S, Levey. Op. Cit, h. 514

Page 23: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

dalam kehidupan mereka, mengatur kewajiban-kewajiban kemasyarakatan semua

golongan, menetapkan pembentukan persatuan dan kesatuan semua warga dan

prinsip-prinsipya untuk menghapuskan tradisi dan peraturan kesukuan yang tidak

baik. Disebut “Konstitusi” (constitution)19 Karena didalamnya terdapat prinsip-

prinsip untuk mengatur kepentingan umum dan dasar sosial politik yang bekerja

untuk membentuk suatu masyarakat dan pemerintahan sebagai wadah pesatuan

penduduk Madinah yang majemuk tersebut.

B. Prinsip-prinsip Piagam Madinah

Mengenai isi pokok atau prinsip-prinsip yang terdapat di dalam konstitusi

Madinah, para ahli yang mengkajinya berbeda dalam membuat rumusannya.

Muhammad Khalid merumuskan 8 prinsip. 1) Kaum Muhajirin dan Ansar serta

siapa saja yang ikur berjuang bersama mereka adalah umat yang satu. 2) Orang-

orang mukmin harus bersatu menghadapi orang bersalah dan mendurhaka

meskipun anak mereka sendiri. 3) Jaminan Tuhan hanya satu dan sama untuk

semua melindungi orang-orang kecil. 4) Orang-orang mukmin harus saling

membela di antara mereka dan membel golongan lain, dan siapa saja kaum

Yahudi yang mengikut: mereka berhak memperoleh pembelaan dan bantuan

seperti yan diperoleh orang muslim. 5) Perdamaian kaum muslim itu adalah satu.

6) Bila terjadi persengketaan di antara rakyat yang beriman maka

19 Konstitusi merupakan prinsip-prinsip pemerintah yang bersifat fundamental dalam suatu bangsa atau pernyataan secara tidak langsung mengenai peraturan-peraturan, institusi-institusi, dan kebiasan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi tidak tertulis adalah British Constitution Lihat Ibid, h. 638

Page 24: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

penyelesaiannya dikembalikan kepada (hukum) Tuhan kepada Muhammad

sebagai kepala negara. 7) Kaum Yahudi adalah umat yang satu bersama kaum

muslim. Mereka bebas memeluk agama mereka. 8) Sesungguhnya tetangga

adalah seperti diri kita sendiri, tidak boleh dilanggar haknya dan tidak boleh

berbuat kesalahan kepadanya.

Munawir Sjadzali menulis bahwa batu-batu dasar yang ditetapkan oleh

Piagam Madinah sebagai landasan bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat

majemuk di Madinah itu adalah sebagai berikut. 1) Semua pemeluk Islam,

meskipun berasal dari banyak suku, tetapi merupakan satu komunitas. 2)

Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara anggota komunitas

Islam dan anggota komunitas-komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsip: a)

bertetangga baik, b) saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, c)

membela yang teraniaya, d) saling menasehati, e) menghormati kebebasan

beragama, dan Piagam itu sebagai konstitusi negara Islam yang pertama tidak

rncnyebut agama negara.20

Gambaran mengenai prinsip-prinsip Piagam tersebut, yang menjadi

landasan bagi pembentukan umat dan pemerintahan di Madinah, ternyata tidak

mendukung kesimpulan Watt. ia menyatakan "pada asalnya negara Islam itu

mendasarkan pada konsep politik pra-Islam dan ia merupakan contoh teladannya.

20 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta, UI

Press, 1990), Cet. Ke-2, h. 15

Page 25: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Demikian pula kesimpulan Hannah Rahman yang menyatakan dengan

Piagam itu Nabi "bukannya memaksakan suatu tatanan sosial yang sama sekali

baru"21 Sebab, antara keadaan sosial politik Madinah sebelumnya dan sesudah

diorganisir oleh Nabi, jelas berbeda. Sebelumnya, antar suku selalu terjadi

konflik, norma-norma sosialnya menurut aturan suku, dan masing-masing mem-

banggakan sukunya. Akibatnya, tidak ada persatuan. Setelah diorganisir oleh

Nabi, semua suku dipersatukan, hak-hak dan keamanannya dilindungi. Watt

sendiri menyebutnya "kesatuan politik tipe baru" (political unit a new type).

Prinsip-prinsip yang terkandung di dalam Piagam itu dapat dikatakan suatu ide

yang revolusioner untuk saat itu. Dari sudut tinjauan modern ia dapat diterima

sebagai sumber inspirasi untuk membangun masyarakat yang majemuk. Dalam

kaitan ini Nurcholish Madjid berkomentar: Bunyi naskah Konstitusi itu sangat

menarik. Ia memuat pokok-pokok pikiran yang dari sudut tinjauan modern pun

mengagumkan. Dalam konstitusi itulah untuk pertama kalinya dirumuskan ide-

ide yang kini menjadi pandangan hidup modern, seperti kebebasan beragama, hak

setiap kelompok untuk mengatur hidup sesuai dengan keyakinannya,

kemerdekaan hubungan ekonomi dan lain-lain. Tetapi juga ditegaskan adanya

suatu kewajiban umum, yaitu partisipasi dalam usaha pertahanan bersama

21 Hannah Rahman, "Pertentangan Antara Nabi dan Golongan Oposisi Nabi di Madinah" H.L.

Beck dan N.J.G. Kaptein, (red.), Pandangan Barat Terhadap Islam Lama, (Jakarta, Seri INIS, 1980), Jilid IV, h. 51

Page 26: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

menghadapi musuh dari luar.22 Oleh karena itu, Piagam Madinah atau Konstitusi

Madinah yang dibuat untuk mempersatukan kelompok-kelompok sosial di

Madinah menjadi satu umat dan mengakui hak-hak mereka demi kepentingan

bersama, "merupakan contoh teladan dalam sejarah kemanusiaan dalam

membangun masyarakat yang bercorak majemuk." Hal ini tidak hanya dalam

gagasan sebagai tertuang dalam teks Piagam, tetapi juga tampak dalam praktek

Nabi dalam memimpin masyarakat Madinah. Bahkan penulis tegaskan bahwa

ide-ide dalam ketetapan-ketetapannya tetap mempunyai relevansi kuat dengan

perkembangan dan keinginan masyarakat internasional dewasa ini, dan telah

menjadi pandangan hidup modern berbagai negara di dunia. Hal ini dapat

dibandingkan dengan isi berbagai piagam, konstitusi, dan deklarasi hak-hak asasi

manusia yang lahir puluhan abad kemudian sesudah lahirnya Konstitusi

Madinah.23

22 Nurcholish Madjid, "Cita-Cita Politik Kita" dalam Bosco Carvallo dan Dasrizal, (ed.),

Aspirasi Umat lslam lndonesia, (Jakarta, Leppenas, 1983), h. 11 23 Seperti Magna Charta (Piagam Agung, 1215) yang dibuat oleh Raja John dari Inggris yang

memberikan hak kepada beberapa bangsawan bawahannya dan membatasi kekuasaan Raja John atas permintaan mereka; Bill of Rights (Undang-undang Hak 1689) yang diterima oleh Parlemen Inggris sesudah berhasil "'gadakan perlawanan terhadap Raja James II dalam suatu revolusi tak berdarah Tahun 1688; Declaration des droits de’ homme et du Citoyen (Pernyataan hak-hak manusia dari warga negara, 1789) yang lahir pada permulaan Refolusi Perancis; Bill of Rights (Undang-Undang Hak, 1798) yang disusun oleh rakyat Amerika; The Four Freedoms (Empat Kebebasan), yaitu kebebasan 'bicara dan menyatakan pendapat, kebebasan beragama, kebebasan dari ketakutan, dan kebebasan dari kemelaratan yang dirumuskan oleh Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt; Undang Undang Dasar 1945 Republik Indonesia juga memuat hak-hak asasi; Declaration of Human Rights (Deklarasi " Huk Asasi Manusia, 1948) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta, IAIN Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 207

Page 27: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

C. Piagam Madinah Sebagai Proteksi Hukum dan Demokrasi

Sejak revolusi Prancis perlindungan terhadap hukum dan demokrasi dianggap

berjalan ketika meliputi perlindungan terhadap tiga aspek kehidupan yaitu Liberte

(kebebasan), Egalite (persatuan), dan Freternite (persaudaraan).

Dalam sub-bab ini penulis mencontohkan nilai kemanusiaan yang terkandung

dalam Piagam Madinah, yakni kebebasan, sebab kebebasan adalah hak dasar

manusia sejak lahir dan kebebasan adalah hak manusia yang bersifat utuh, akan

tetapi sebelumnya dibatasi oleh hukum agar terjaganya ketertiban masyarakat.

Dalam pandangan modern, kebebasan individu hanya terbatas pada tingkat bahwa

suatu hukum memiliki kekuatan memaksa untuk mendikte melakukan perbuatan

tertentu. Dalam hukum adat yang menentukan batasan tindakan seseorang, tidak

menjadi halagan bagi kemerdekaan seseorang, dia bisa merencanakan untuk

menghindari diri Karena itu, prinsip kebebasan mutlak perlu dikembangkan dan

dijamin pelaksanaannya guna terjaminnya keutuhan masyarakat pluralistik.

Karakter yang lengkap tersebut dituangkan dengan beberapa pasal yang tidak

memihak golongan manapun Adapun kebebasan tersebut meliputi:

Pertama kebebasan melakukan adat kebiasaan yang baik. Golongan Muhajirin dari Quraisy tetap berpegang pada adat kebiasaan baik mereka, mengambil dan membayar diat (tebusan) di antara mereka, dan menebus tawanan-tawanan mereka menurut kebiasaan baik (ma'aruf) dan adil (al-qisth) di antara mereka yang mukmin. Ketetapan-ketetapan tersebut menunjukkan bahwa kebiasaan mereka dalam hal mengambil dan membayar diat dan menebus tawanan yang sudah berlaku sebelum Islam tidak dihapuskan. Ini berarti bahwa Nabi mengakuinya sebagai sesuatu yang baik dalam menyelesaikan perselisihan di antara mereka dalam kasus pembunuhan. Karena, kebiasaan tersebut merupakan salah satu cara dan

Page 28: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

bentuk penghargaan terhadap martabat manusia bagi yang terbunuh atau tertawan, walaupun nilai manusia tidak dapat diukur dengan uang atau harta benda. Karena itu, mereka boleh meneruskan kebiasaan tersebut menurut adat kebiasaan yang baik dan adil. Al-Quran juga menetapkan jika hukum qisas tidak dilaksanakan karena keluarga si terbunuh memaafkan keluarga si pembunuh, maka alternatifnya ialah si pembunuh harus membayar diyat kepada pemberi maaf (keluarga si terbunuh) dengan cara yang baik.

Kedua, kebebasan dari kekurangan. Hal ini dapat dilihat dalam ketetapan Piagam Madinah yang menyatakan bahwa "Sesungguhnya orang-orang mukmin tidak boleh membiarkan seseorang di antara mereka menanggung beban utang dan beban keluarga yang harus diberi nafkah, tetapi memberinya bantuan dengan cara yang baik dalam menebus tawanan atau membayar diat. Ketetapan ini memberi tanggung jawab kepada seluruh orang mukmin yang mampu agar membebaskan orang-orang mukmin lain yang berada dalam kekurangan karena dibebani utang untuk membiayai hidup keluarga, atau karena ada anggota keluarganya yang tertawan musuh dan ia tidak mampu menebusnya, dan atau karena ada anggota keluarganya melakukan kejahatan pembunuhan dan dia tidak mampu membayar diat kepada keluarga si terbunuh.

Ketiga, kebebasan dari penganiayaan dan menuntut hak. Prinsip ini dipahami dari ketetapan Piagam yang menyatakan: "Bahwa kaum Yahudi yang mengikuti kami berhak mendapat perlindungan dan hak persamaan tanpa ada penganiayaan atas mereka dan tidak pula ditolong orang yang menjadi musuh mereka.

Keempat, kebebasan dan rasa takut. Teks Piagam menyatakan: "Bahwa siapa saja yang keluar dadari kota Madinah tetap tinggal (di dalarnnya) ia akan aman kecuali orang berbuat zalim dan dosa. Ketetapan ini merupakan pengakuan akan hak hidu dan keselamatan diri, hak atas perlindungan din, hak atas perlindungan dan keamanan diri pribadi setiap penduduk Madinah, Setiap warganegara yang keluar masuk dan dan ke kota itu maupun tinggal di dalamnya, keamanannya dijamin.

Kelima, kebebasan berpendapat. Prinsip ini tidak dinyatakan oleh teks Piagam secara eksplisit. Prinsip ini dipahami dari pasal 37 yang menyatakan: " dan bahwa di antara mereka saling memberi saran dan nasihat yang baik dan bcrbuat kebaikan, tidak dalam perbuatan dosa. Dua ketetapan ini mengisyaratkan adanya jaminan kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat bagi penduduk Madinah. Keenam, kebebasan beragama. Penetapan prinsip ini di dalam Piagam Madinah tampaknya menjadi jawaban nyata

Page 29: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

terhadap situasi sosial penduduk Madinah, yakni adanya keragaman komu-nitas agama dan keyakinan di kota itu.24

Kebebasan-kebebasan yang dibutuhkan manusia adalah kebebasan beragama,

kebebasan dari perbudakan, kebebasan dari kekurangan, kebebasan dari rasa takut,

kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan bergerak, kebebasan dari peng-

aniayaan dan lain-Iain. Di dalam Piagam Madinah juga terdapat ketetapan-

ketetapan mengenai kebebasan yang diperuntukkan bagi segenap penduduk

Madinah dan hal itu bermuara pada al-Qur’an dan as-Sunnah, misalnya berlaku

adil dan bijaksana merupakan nilai luhur dari kebebasan itu sendiri, kebebasan

mempunyai koridor diatas norma-norma, Sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an

surat al-Maidah: 8, sebagai berikut:

ياأيها الذين ءامنوا آونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا اعدلوا هو ) 8/5: المائدة (للتقوى واتقوا الله إن الله خبير بما تعملون أقرب

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

24 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari

Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-2, h. 22

Page 30: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Selain persamaan di atas, di dalam Islam juga ditegakkan persamaan dalam hal

sosial kemasyarakatan, antara lain:58 Persamaan mendapat hak hidup; persamaan

mendapat keamanan; persaman mendapat perlindungan baik laki-laki maupun

perempuan, dan baik golongan Islam maupun golongan non-Islam;

persamaan hak dalam membela diri; persamaan hak memberikan saran dan nasihat

untuk kebaikan; serta persamaan tanggung jawab mempertahankan keamanan kota

Madinah (bela atau mempertahankan tanah air).

58 AM. Saefudin, Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, , (Jakarta, Gema Insani Press, 1996),

Cet. Ke-1, h. 151.

Page 31: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

BAB III

KONTRAK SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU

A. Prinsip-prinsip Dasar Teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau

Kontrak sosial terdiri dari dua kata, kontrak dan sosial. Dalam kamus besar

Bahasa Indonesia, Kontrak mengandung arti perjanjian (secara tertulis) antara dua

pihak dalam perdagangan, sewa menyewa, dan sebagainya, atau persetujuan yang

bersanksi hukum antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan

kegiatan. 25

Sedangkan sosial mengandung arti hal yang berkenaan arti hal berkenaan dengan

masyarakat; atau suka memperhatikan kepentingan umum.26 Jadi, kontrak sosial

adalah perjanjian dalam bentuk tertulis atau persetujuan yang bersangsi hukum yang

dibuat masyarakat.

Perjanjian masyarakat dalam ilmu politik sering disebut juga dengan istilah kontrak

sosial.

Menurut J.J Rousseau, kontrak sosial menunjukan janji timbal-balik, dan usaha

masing-masing pihak dalam kontrak berkaitan dengan kewajiban yang akan

25 Tim Penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Kamus Besar Bahasa Indoensia ( Jakarta, Balai Pustaka, 1998), Cet Ke-1, h. 458 26 Ibid. h. 88

Page 32: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

memberikan kepuasan beberapa kepentingan kepada pihak lain yang ada dalam

kontrak itu. 27

Sedangkan kontrak sosial dalam istilah ilmu politik menurut ahli tata negara

Inggris, G.H. Sabine seperti yang dikutip oleh M. Hasbi Amiruddin adalah teori yang

menyatakan bahwa seseorang atau sekelompok manusia menyerahkan hak kekuasaan

dirinya pada seseorang atau kepala lembaga yang disepakati.28

Berbicara tentang sejarah timbulnya teori kontrak sosial, biasanya dikaitkan

dengan teori Jean Jacques Rousseau mengenai perjalanan masyarakat. Hal ini wajar,

mengingat Rousseau adalah pemikir yang pertama kali menggunakan istilah social

contract. Teori ini dikemukakan sejak pemikiran politik rasional muncul dimuka

bumi ini. Dengan demikian, teori perjanjian ini boleh dikatakan sudah cukup tua dan

usang. Tiga tokoh teori ini yang paling dikenal ialah Thomas Hobbes, John Locke

dan Jean Jacques Rousseau yang masing-masing mempunyai pandangan tersendiri

mengenai latar belakang timbulnya teori perjanjian masyarakat tersebut. Thomas

Hobbes misalnya, mengikuti jalan pikiran teori-teori perjanjian masyarakat yang

memisahkan kehidupan manusia dalam dua suasana, yakni kadaan sebelum ada

negara dan keadaam setelah bernegara. 29

27 J. J Rousseau, The Social Contract, Terj. Oleh Sumardjo, (Jakarta, Erlangga, 1986) h. xix 28 Hasbi Amiruddin. Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman (Yogyakarta, UII Press,

2000), Cet. Ke-1, h. 50 29 Cheppy Hericahyono, Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta Tiara Wacana, 1986),

Cet. Ke-1, h. 201

Page 33: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Menurut Hobbes keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan yang aman bagi

manusia, suatu keadaan yang tidak memberikan keadilan dan kemakmuran, tetapi

merupakan keadaan sosial yang serba kacau sebagaimana yang bisa kita simpulkan

dari pendapat Hobbes bellum omnium contra omnes (peperangan antara orang yang

satu dengan yang lainnya, antara seorang dengan semua orang, dan juga antara semua

orang melawan semua orang). Dalam keadaan demikian, “hukum” dibuat oleh

mereka yang fisiknya terkuat sebagaimana keadaam di hutan belantara.

Dalam keadaan alamiah, struktur sosial politik dan kekuatan belum berbentuk.

Manusia bebas melakukan apapun yang dikehendakinya sesuai tuntutan nalurinya.

Meskipun demikian, Hobbes berpendapat manusia dalam keadaan alamiah bukanlah

sejenis hewan sosial (social animal) seperti yang dikemukakan Aristoteles. Meski

sama-sama memiliki naluri, manusia berbeda dengan hewan. Naluri hewani

mendorong seekor semut atau lebah untuk berkompromi dan berdamai. Jadi secara

instingtif, semut dan lebah memiliki watak sosial.30

Sebaliknya, naluri manusia mendorong seseorang untuk berkompetisi atau

berperang. Manusia watak itu membuat manusia berperang satu sama lainnya.

Keadaan seperti itulah yang kemudian memaksa akal manusia untuk mencari

kehidupan alternatif yang lebih baik dimana manusia dapat mengekang hawa

30 Cranston, Hobbes, Makers of Modern Thought, (New York, American Heritage Publishing

Co. Inco. 1992), p. 193

Page 34: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

nafsunya. Kehidupan alternatif itu ditemukan Hobbes setelah manusia mengadakan

perjanjian untuk membentuk negara.31

Kita dapat tiga penyebab pokok untuk berselisih Pertama, persaingan yang

membuat manusia menyerang agar memperoleh keuntungan, Kedua tiadanya

kepercayaan untuk mendapatkan keamanan dan ketiga kejayaan untuk reputasi. Yang

pertama mempergunakan kekerasan, agar manusia itu menguasai pribadi manusia

lain, istrinya, anak-anaknya, dan ternaknya, yang kedua untuk mempertahankannya;

yang ketiga untuk memperoleh kelebihan dalam hal-hal kecil, seperti kata, senyum,

pendapat yang berbeda, dan apapun yang menyangkut dengan hal-hal kecil ini. 32

Dengan latar belakang berbeda, di mana masa kecil Locke persis yang dialami

Hobbes, adalah masa tragis dan ironis. Dari tragedi masa kecil itu memberikan

banyak pelajaran berharga baik Locke. Ia mulai memahami berapa pentingnya

penghargaan terhadap kebebasan, demokrasi, pembatasan kekuasaan dan toleransi

agama. Dalam karyanya, Two Treaties of Government dengan mengemukakan asal-

muasal pemerintahan. Menurutnya, asal-muasal pemerintahan adalah satu keadaan

alamiah. John Locke menafsirkan keadaan yang alamiah itu merujuk pada keadaan

dimana manusia hidup dalam kedamaian, kebijakan, saling melindungi, penuh

kebebasan, tak ada rasa takut dan penuh kesetaraan, artinya manusia hidup secara

31 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran

Negara Masyarakat dan Kekuasaan (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2001). 32 Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negeri Barat (Bandung, Mizan, 2000), Cet. Ke-6, h. 109

Page 35: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

rukun dan tentram sesuai dengan hukum (law of reason) yang mengajarkan bahwa

manusia tidak boleh menganggu hidup, kesehatan, kebebasan, dan miliki sesamanya.

Tetapi walaupun dalam keadaan merdeka, ini tidak berarti suka hati, walau

dalam keadaan itu manusia mempunyai kemerdekaan tiada terkontrol untuk berbuat

apa saja tentang dirinya atau miliknya, namun ia tidak merdeka untuk

menghancurkan dirinya atau makhluk

lain yang berbeda dalam kekuasaannya (milik) nya kecuali bila ada maksud

lain yang lebih mulia dari pada sekedar mempertahankannya tiap orang dan

mengajarkan manusia bahwa karena semua sama dari bebas, tidak seorang pun akan

melukai atau merusakkan orang lain dalam hidupnya kesehatannya, kemerdekaannya,

atau miliknya.

Kendatipun keadaan alamiah itu boleh dikatakan sebagai keadaan yang ideal,

tetapi John Locke juga merasakan bahwa keadaan semacam itu dapat menimbulkan

anarki, karena manusia hidup tanpa organisasi dan pemimpin yang dapat mengatur

kehidupan mereka. Karena itu manusia berusaha membentuk negara dengan suatu

perjanjian bersama.

Sementara Rousseau yang juga memisahkan kehidupan manusia dalam dua

suasana mempersepsikan keadaan alamiah sebagai suatu keadaan sebelum manusia

melakukan dosa, yaitu suatu keadaan yang aman dan tentram. Dalam keadaan

alamiah itu manusia hidup secara bebas dan sederajat kebebasan manusia adalah

kebebasan alami, berupa hak-hak yang tiada tentu dan tidak terbatas untuk

Page 36: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

mengambil apa saja yang menarik minatnya. Hak-hak ini, katanya lebih lanjut, hanya

dapat ditegakkan selama manusia itu cukup kuat untuk mempertahankannya.

Tetapi dibalik itu manusia sadar akan ancaman potensial atas kehidupan dan

kebahagiannya yang sewaktu-waktu dapat menimpa mereka dalam keadaan alamiah

itu. Keadaan alamiah itu juga dapat berubah menjadi keadaan yang apabila terjadi

kesenjangan derajat manusia, berbeda dengan Hobbes yang melihat ‘perang’ akibat

watak agresif manusia.

Rousseau menekankan pentingnya nilai-nilai kebebasan dalam karya-

karyanya terutama Du Contract Social tetapi itu bukanlah berarti Rousseau

menghendaki kebebasan yang tanpa batas yang dapat menimbulkan anarki sosial

kebabasan tidak boleh menjadikan manusia anarkis. Dalam keadaan alamiah manusia

mempunyai kebebasan penuh dan bergerak menurut nafsu dan nalurinya. Sebaik apa

pun keadaan alamiah disadari bahwa situasi demikian teramat rentan dan dapat

mengancam eksistensinya manusia. Perang dan pertikaian akan mudah terjadi

kekhawatiran itulah yang kemudian menggerakkan manusia untuk mengadakan

ikatan bersama, berupa kontrak sosial. Manusia berdasarkan kesadaran penuh,

berusaha untuk keluar dari keadaan alamiah dan membentuk negara.

Jadi secara singkat sejarah timbulnya teori kontrak sosial dapat disimpulkan

sebagai berikut: pokok : pokok pikiran teori ini ialah mula-mula ada dalam keadaan

bebas atau liar dan kemudian mengadakan suatu organisasi kenegaraan yang

Page 37: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

menjadikan manusia tidak lagi dalam state of nature, tetapi dalam keadaan hidup

bermasyarakat atau bernegara. Pelaksanaan ini dicapai melalui kontrak sosial.

B. Interaksi Teori Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau Terhadap Substansi

Hukum dan Demokrasi

Jean Jasques Rousseau dilahirkan di Jenewa tahun 1712 ia adalah seorang pemikir

yang banyak memberi pengaruh di berbagai bidang termasuk filsafat, kesusastraan dan

politik.33 Dalam berbagai ajarann filsafatnya, Rousseau telah memasuki unsur perasaan,

suatu hal yang tidak dilakukan oleh pemikir-pemikir sebelumnya. Kecuali itu yang sangat

menarik dan Rousseau adalah sikapnya yang sangat menarik dari Rousseau adalah

sikapnya yang sangat bebas terhadap keadaan-keadaan atau masalah-masalah yang sudah

berlaku umum dalam zamannya kebebasan sikap atau penderian itu tidak hanya terbatas

pada pimikirannya tentang negara dan hukum, tetapi sikap itu pertama-tama ditujukan

kepada sifat-sifat yang tidak sesuai dengan alam, yang diakibatkan oleh peradaban dan

kebaktian manusia itu sendiri. Dalam hubungan ini Rousseau berpendirian bahwa

manusia yang menurut kodratnya itu baik sebenarnya telah dirusak oleh peradaban yang

dikembangkannya sendiri.

33 Ibid, h. 149

Page 38: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Ia juga menyatakan bahwa peradaban modern dengan logika Rasionalisme

Cartesiannya membuat manusia menjadi terasing dari kehidupannya Rasionalisme

membuat manusia mengabaikan asfek emosi dan romantisme dalam dirinya. Manusia

tidak lagi menjadi manusia yang alamiah.

Pemikiran Rousseau tentang masyarakat dan negara di tuangkan dalam tulisannya

Du Contract Sosial (Perjanjian social). Dalam tulisannya ini, Rousseau mengemukakan

perjanjian bersama sebagai jalan membentuk negara polis seperti pada masa Yunani

Kuno, republik atau badan politik. Istilah ini bagi Rousseau dapat dipertukarkan dengan

istilah-istilah lain, seperti rakyat berdaulat, kekuasaan, ataupun rakyat saja tergantung

pada cara melihat negara itu.

Dalam menjawab pertanyaan tentang asal mula negara, Rousseau tidak begitu

berbeda dengan penganut ajaran hukum alam lainnya. Artinya Rousseau sependapat

dengan teori perjanjian masyarakat yang umumnya berkembang sebagai akibat adanya

kekacauan dan berbagai pertentangan dari keadaan alamiah manusia. Akan tetapi segi-

segi tertentu Rousseau memiliki corak tersendiri, yaitu dengan memasukkan

pemikirannya tentang kedaulatan rakyat.

Mengenai perjanjian masyarakat, bagi Rousseau yang penting adalah bagaimana

menciptakan keseimbangan antara kekuasaan pihak-pihak yang telah ditunjuk untuk

berkuasa dengan kebebasan rakyat yang memberi kuasa. Dalam hubungan ini

dipersoalkan bagaimana cara mendapatkan suatu alasan yang masuk akal dan rasional

tentang keseimbangan antara perjanjian masyarakat yang mengikat dengan kebebasan

Page 39: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian masyarakat yang mengikat dengan

kebabasan orang-orang yang menyelenggarakan perjanjian masyarakat tersebut J.J

Rousseau berpendirian bahwa ini perjanjian masyarakat adalah menemukan satu bentuk

kesatuan yang mampu membela dan melindungi kekuasaan bersama disamping

kekuasaan pribadi dan milik setiap orang, sehingga semuanya dapat bersatu kedatipun

masing-masing orang tetap mempertahankan dirinya sendiri atau memperhitungkan

kemerdekaan dan kebebasan yang telah dibawahnya sejak lahir.

Dengan perjanjian masyarakat itu, setiap orang melepaskan dan menyerahkan

haknya kepada kesatuannya, yaitu masyarakat. Sebagai konsekuensinya adalah,

pertama, akan tercipta kemampuan umum (volonte generale), yaitu kesatuan kemauan

orang-orang yang telah menyelenggarakan perjanjian masyarakat tadi. Volone generale

inilah yang merupakan kesatuan tertinggi dalam masyarakat; kedua. terciptanya suatu

masyarakat atau gemeinschaf, yaitu kesatuan orang-orang yang menyelenggarakan

perjanjian masyarakat tadi. Masyarakat ini memiliki kemauan umum (volne generale),

suatu kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tersebut disebut kedaulatan rakyat.

Dengan perjanjian masyarakat akan tercipta masyarakat, dan selanjutnya bisa

meluas menjadi negara. Dengan demikian berarti telah terjadi suatu peralihan dari

keadaan alam bebas keadaan bernegara. Karena peralihan tersebut, naluri manusia telah

diganti dengan keadilan dan tindakan-tindakan yang mengandung kesusilaan. Kebebasan

dan kemerdekaan alamiah yang tanpa batas diganti dengan kebebasan dan kemerdekaan

Page 40: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

yang dibatasi oleh kemauan umum yang ada dalam masyarakat sebagai pemegang

kekuasaan tertinggi.

Beberapa sifat dan kontrak Rousseau adalah. Pertama, kontrak sosial itu hanya

antara sesama rakyat atau anggota-anggota masyarakat, kedua, melalui kontrak sosial itu

masing-masing melimpahkan segala hak perorangannya kepada komunitas sebagai satu

keutuhan.34

Jika Hobbes hanya mengenal pactum subjections dan Locke mengkontruksi dua

jenis perjanjian saja, yaitu hanya pactum unionis, perjanjian masyarakat yang

sebenarnya. Rousseautidak mengenal pactum subjectionis yang membentuk pemerintah

yang ditaati. Pemerintah tidak mempunyai dasar kontraktual. Hanya organisasi politiklah

yang dibentuk dengan kontrak. Pemerintahan sebagai pimpinan organisasi itu dibentuk

dan ditentukan oleh yang berdaulat dan merupakan wakil-wakilnya (gecommitterde).

Yang berdaulat adalah rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya.

Negara atau “badan koperatif kolektif” yang dibentuk itu menyatakan kemauan

umumnya (generalwill) yang tidak dapat khilaf, keliru atau salah, tetapi yang tidak

senantiasa progressif. Kemauan umum inilah yang mutlak berdaulat kemauan umum

tidak selalu berarti kemauan seluruh rakyat.

Adakalanya terdapat perbedaan-perbedaan antara kemauan umum dan kemauan

seluruh rakyat (will of all). Kemauan selalu benar dan ditujukan untuk kebahagian

34 Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran (Jakarta, UI

Press, 1993), Cet. Ke-5. h. 69

Page 41: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

bersama, sedangkan kemauan seluruh rakyat juga memperhatikan kepentingan individual

(particular interest) dan karena itu merupakan keseluruhan kemauan-kemauan khusus

(partikular will) tersebut.

Dengan kontruksi perjanjian masyrakat itu, Rousseau menghasilkan bentuk

negara yang kedaulatannya berada dalam tangan rakyat melalui kemauan umumnya. Ia

adalah peletak dasar paham kedaulatan rakyat atau jenis negara yang demokratis, yakni

rakyat dan penguasa-penguasa negara hanyamerupakan wakil-wakil rakyat.35

Gagasan Rousseau mengenai negara dan kekuasaan merupakan refleksi kritisnya

atas sistem kenegaraan yang berlaku pada masa itu. Tidak sulit memahami mengapa

demikian. Penguasa mengklaim Geneva sebagai sebuah republik, negara yang amat

mementingkan kedaulatan rakyat dan rakyat sebagai sumber legitimasi kekuasaannya,

tetapi dalam praktiknya negara Geneva adalah sebuah negara yang dikuasai oleh

segelincir keluarga bangsawan (aristokrasi) dan kekuasaanya bersifat turun-temurun.

Negara atau sistem pemerintahan yang bagaimanakah yang ideal menurut

Rousseau? Dalam Du Contrat Social, ia mendambakan suatu negara atau sistem

pemerintahan yang memberlakukan demokrasi langsung, yaitu suatu sistem kenegaraan

dimana setiap warga negara-negara jumlahnya tidak begitu banyak menjadi pembaut

keputusan dalam suatu wilayah yang tidak terlalu luas. Rousseau mendambakan negara-

negar kota seperti zaman romawi kuno, sistem pemerintahan didesa-desa di Swiss ketika

35 Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM dan Masyarakat

Madani, (Jakarta: Renada Media, 2003), Cet. Ke-1, h. 40

Page 42: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

ia masih kanak-kanak. Di negara-negara kota seperti itu, rakyat dapat menjadi subyek

pemerintahan sekalipun berada dibawah kekuasaan negara.

Jean Jacques Rousseau yang berjudul “the social contract” atau dalam bahasa

Indonesia dikenal dengan kontrak sosial, secara universal manusia lahir membawa

kebebasan yang utuh dengan hak-hak yang melekat pada diri manusia itu sendiri dan

wajib bertanggungjawab untuk menentukan nasibnya, disadari atau tidak diskriminasi

dan intimidasi tetap ada. Untuk mencegah meluasnya diskriminasi dan intimidasi,

dibutuhkan sifat kritis dan berani (membela hak-hak individu yang dirampas oleh

kelompok tertentu).

Page 43: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

BAB IV

PERBANDINGAN PIAGAM MADINAH DAN TEORI KONTRAK

SOSIAL JEAN JACQUES ROUSSEAU DARI SISI HUKUM DAN

DEMOKRASI A. Definisi dan Interaksi Hukum dan Demokrasi

Hukum adalah produk politik penguasa, dan demokrasi merupakan sebuah

konsep yang harus diberlakukan, apabila ketidakadilan hukum terhadap kepentingan

kelompok mayoritas (rakyat) tersebut dihilangkan, ini berarti contoh tidak

terakomodirnya aspirasi rakyat. Keadilan bukan milik pengusa dan kelompok yang

terkuat, akan tetapi milik semua manusia. Misalnya perbudakan, praktik ini tergolong

klasik dan penuh dengan perjanjian yang mengikat antara majikan dan sibudak yang

diambilnya.

Peralihan peradaban lambat laun menghapuskan praktik perbudakan, hal ini

sangat bertentangan dengan hak, baik seseorang terhadap orang lainnya, atau dari

orang terhadap penduduk, sikap inkonsisten terhadap konsesnsus yang diadakan

mereka cenderung dilanggar oleh majikan dan akhirnya membuat sibudak

melepaskan kemerdekaannya, nurut dan pasrah, tanpa kekuatan untuk

mempertahankan hak-haknya.

Kesepakatan sosial (social compact) memberikan dimensi yang utuh dalam

mempertahankan prinsip, terutama prinsip kenegaraan yang melepaskan atribut

individual menuju atribut universal dalam menyepakati nilai-nilai kehidupan yang

Page 44: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

aman dan tertib bermasyarakat. Pengorbanan yang didorong dengan sifat patriotis

membuahkan suatu tatanan yang harmonis. Keruntuhan sebuah dinasti atau bangsa,

terletak kepada kesepakatan sosial dan menjaga komunikasi antara penguasa dan

rakyat.

Konsepsi negara hukum mengandung pengertian bahwa negara memberikan

perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang bebas

dan tidak memihak dan pinjaman hak asasi manusia, adapun konsep rechtsstaat

mempunyai ciri-ciri berikut: 1).Adanya perlindungan terhadap HAM 2). Adanya

pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara untuk menjamin

perlindungan HAM; 3). Pemerintah berdasarkan peraturan.

Infrastruktur Politik merupakan komponen yang dapat mendukung tegaknya

demokrasi, infrastruktur politik terdiri dari partai politik (political party), kelompok

gerakan (movement group) dan kelompok penekan atau kelompok kepentingan

(pressurelintrest group). Partai politik merupakan struktur kelembagaan politik yang

anggota–anggotanya mempunyai orientasi, niai-nilai dan cita-cita yang sama yaitu

memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik dalam mewujudkan

kebijakan-kebijakan.

Agar analisa pembahasan ini sistimatis dan terarah, maka sebelumnya pengertian

demokrasi perlu diulas kembali, bahwasannya secara etimologis demokrasi berasal

dari bahasa Yunani kuno yang terdiri dari kata demos yang berarti rakyat dan kratos

atau kratein berarti kekuasaan atau berkuasa. Jadi demokrasi menurut asal kata berarti

Page 45: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

“rakyat berkuasa” atau “government or rule by the people.”36 Dengan kata lain

demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat; atau kedaulatan rakyat, kekuasaan

tertinggi berada dalam keputusan rakyat.37

Secara terminologis, menurut Joseph A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu

perencanaan institusional untuk menyampaikan keputusan politik di mana individu-

individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan

kompetitif atau suara rakyat. Sidney Hook berpendapat bahwa demokrasi adalah

bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara

langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan

secara bebas dari rakyat yang sudah dewasa.

Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn menegaskan bahwa demokrasi merupakan

suatu sistem pemerintahan di mana pemerintah dimintai tanggung jawab atas

tindakan-tindakan mereka di wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara

tidak langsung, melalui para wakil mereka yang terpilih. Menurut Hendry B. Mayo,

demokrasi merupakan sistem politik yang menunjukkan bahwa kebijakan umum

ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil rakyat yang diawasi secar efektif

oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip

kesamaan politik.38

1 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama 1998), Cet.

Ke-19, h. 51. 37 Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, (Jakarta, Gaya Media Pratama 1995),

Cet. Ke-3, h. 165 38 Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarganegaraan Demokrasi, HAM dan Masyaralat

Madani, (Jakarta, Renada Media, 2003), Cet. Ke-1, h. 111

Page 46: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Menurut Robert A. Dahl dalam buku Democracy and Its Critics, seperti dikutip

Syamsuddin Haris, demokrasi merupakan sarana, bukan tujuan utama, untuk

mencapai persamaaan (equality) politik yang mencakup tiga hal: kebebasan manusia

(baik secara individu maupun kolektif), perlindungan terhadap nilai (harkat dan

martabat) kemanusiaan, dan perkembangan diri manusia.39 Sementara bagi Willy

Eichler, esensi demokrasi adalah proses, karenanaya ia merupakan sistem yang

dinamis menuju ke arah yang lebih baik dan maju dibanding dengan yang sedang

dialami masyarakat (negara), atau sebelumnya.40

Sekalipun terminologi demokrasi memiliki banyak pengertian dan ragam, namun

batasan yang dikemukakan para pemikir politik tersebut tampak menemukan titik

temu yang sama. Yaitu, bahwa demokrasi memiliki doktrin dasar yang tak pernah

berubah. Doktrin tersebut adalah: adanya keikutsertaan anggota masyarakat (rakyat)

dalam menyusun agenda-agenda politik (pemerintahan) yang dapat dijadikan

landasan pengambilan keputusan, adanya pemilihan yang dilakukan secara umum dan

berkala, adanya proses yang berkesinambungan, serta adanya pembatasan kekuasaan

politik.

Menurut Robert A. Dahl dalam buku Democracy and Its Critics, seperti dikutip

Syamsuddin Haris, demokrasi merupakan sarana, bukan tujuan utama, untuk

mencapai persamaaan (equality) politik yang mencakup tiga hal: kebebasan manusia

(baik secara individu maupun kolektif), perlindungan terhadap nilai (harkat dan

39 Syamsuddin Haris, Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, LP3ES, 1995), Cet. Ke-1, h. 5 40 Nurcholis Madjid, Demokrasi dan Demokratisasi di Indonesia, dalam Elsa Pedi Taher

(ed.), Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi, (Jakarta, Paramadina, 1994), Cet. Ke-1, h. 203

Page 47: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

martabat) kemanusiaan, dan perkembangan diri manusia. Sementara bagi Willy

Eichler, esensi demokrasi adalah proses, karenanaya ia merupakan sistem yang

dinamis menuju ke arah yang lebih baik dan maju dibanding dengan yang sedang

dialami masyarakat (negara), atau sebelumnya.

Sekalipun terminologi demokrasi memiliki banyak pengertian dan ragam, namun

batasan yang dikemukakan para pemikir politik tersebut tampak menemukan titik

temu yang sama. Yaitu, bahwa demokrasi memiliki doktrin dasar yang tak pernah

berubah. Doktrin tersebut adalah: adanya keikutsertaan anggota masyarakat (rakyat)

dalam menyusun agenda-agenda politik (pemerintahan) yang dapat dijadikan

landasan pengambilan keputusan, adanya pemilihan yang dilakukan secara umum dan

berkala, adanya proses yang berkesinambungan, serta adanya pembatasan kekuasaan

politik.

Demokrasi dalam sejarahnya, mengalami pertumbuhan dan perkembangan

melalui proses-proses historis yang sangat panjang dan kompleks. Konsep demokrasi

bukanlah konsep yang mudah dipahami, sebab ia memiliki konotasi makna, variatif,

evolutif dan dinamis. Untuk keperluan dan memudahkan proses penulisan ini, penulis

tidak menjabarkan secara mendetail dan menyeluruh, melainkan hanya membaginya

dalam babakan-babakan yang berdasarkan priode.

Adapun perode-periodenya adalah: Pertama, pada masa Yunani Kuno, abad ke-6

SM sampai abad ke-4 M. Pada masa ini, demokrasi yang diterapkan adalah

demokrasi langsung (direct democracy), artinya rakyat membuat keputusan-keputuan

politik dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara. Di mana warga

Page 48: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di depan hukum, merumuskan

undang-undang, dan tidak didiskriminasi dalam proses perumusan kebijakan

negara.41 Praktik demokrasi langsung untuk pertama kalinya diterapkan di negara-

kota (city-state) Atena,Yunani Kuno. Praktik demokrasi inilah yang menjadi salah

satu faktor bagi munculnya gagasan, ide, dan lembaga demokrasi pasca kekalahan

negara-kota Atena dari Sparta. Yaitu, terbentuknya negara kesejahteraaan (walfare

state), yang digagas oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Plato, Aristoteles (384-323 sM),

M. Tullius Cicero (106-43 SM), dan lainya.

Kedua, abad pertengahan (600-1400 M). Masa ini ditandai oleh pola

kehidupan negara yang bersifat feodalistik dan mengagung-agungkan bangsawan,

Gereja sebagai lembaga agama di bawah kepemimpinan Paus memainkan peran

sangat besar, bahkan gereja membawahi negara. Pada masa ini pula, banyak terjadi

perebutan kekuasaan untuk mempengaruhi raja yang dilakukan oleh para bangsawan,

dan munculnya konsep demokrasi melalaui Magna Charter (Piagam Besar) diakhir

abad pertengahan sebagai tonggak perkembangan gagasan demokrasi. Piagam ini

berintikan perjanjian antara kaum bangsawan dan raja John di Inggris, untuk

mengakui dan menjamin hak-hak (privileges) rakyat sebagai imbalan bagi

penyerahan dana pada kerajaan untuk membiayai kebutuhannya. Selain itu, piagam

41 Moh. Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia, (Jakarta, Universitas Atmajaya,

2000), Cet. Ke-2, h. 58

Page 49: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

ini juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar: pertama, adanya pembatasan

kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting dari kedaulatan negara.42

Ketiga, abad renaisance (1350-1600 M) dan reformasi (1500-1650 M).

Renaisance adalah ajaran yang ingin menghidupkan kembali minat pada kesusastraan

dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama abad pertengahan disisihkan. Sedangkan

reformasi adalah revolusi agama yang terjadi di Eropa Barat yang berkembang

menjadi azas-azas protestanisme, seperti perjuangan menentang kekuasaan

sewenang-wenang atas nama agama, desakralisasi kekuasaan gereja,

memperjuangkan kebebasan beragam, kebebesan berfikir, kebebasan mengemukakan

pendapat. dan pemisahan secara tegas antara wilayah agama (Gereja) dan negara. Dua

kejadian ini telah mempersiapkan Eropa masuk kedalam Aufklarung (abad pemikiran)

dan rasionalisme yang ditandai oleh merebaknya gagasan-gagasan demokrasi yang

menjadi perhatian khusus banyak pemikir seperti Nicollo Machiavelli (1469-1527

M), Thomas Hobbes (1588-1679 M), Jhon Locke (1632-1704 M), Montesqueu

(1689-1755 M) dan Jean-Jacques Rousseau (1712-1778 M).43 Mereka inilah para

kampium gagasan demokrasi Barat, dan telah mendorong bagi lahirnya Revolusi

Amerika (1774-1783 M) dan Revolusi Perancis (1786 M).

Di abad modern, mulai pada abad ke-19, muncul pola pikir dan inspirasi baru

bagi gerakan politik yaitu, demokrasi menjadi model yang diakui secara luas untuk

pengorganisasian secara mandiri. Demokrasi muncul untuk mengatasi masalah-

42 Ibid, h. 65

43 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta, Gramedia, 2001), h. 299-300

Page 50: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

masalah terutama terkait dengan: bagaimana masyarakat dapat mencapai kesepakatan

untuk mengatur tata tertib kehidupan bersama meski sistem nilai dan agamanya

berbeda? Bagaimana cara menata kekuasan politik agar selaras dengan kepentingan,

nilai dan aspirasi rakyat, serta bertindak atas nama mereka? Bagaimana menciptakan

masyarakat yang menjunjung tinggi martabat manusia? Demokrasi akhirnya

menemukan jati dirinya dalam kehidupan modern, yaitu membangun pemerintahan

melalui proses pemilihan bebas, adanya pengawasan terhadap penguasa, serta

pemisahan pusat-pusat kekuasaan.44

Demokrasi bukan hanya sebuah metode kekuasaan mayoritas melalui peran

rakyat dan kompetisi yang bebas, akan tetapi mengandung nilai-nilai persamaan,

kebebasan dan sebagainya. Kendatipun konsep pelaksanaannya beraneka ragam

sesuai dengan kondisi budaya pada negara tersebut. Eksistensi demokrasi berkaitan

erat dengan eksistensi hak manusia. Demokrasi tidak hanya berhubungan dengan

institusi formal tetapi juga dengan eksistensi hak nilai-nilainya. Dalam kehidupan

sosial politik, hal semacam ini bersumber dari Philppe C. Schmitter dan Terry Lynn

Karl yang mengkarakterisasikan demokrasi bukanlah sebagai kekuasaan yang

otokrasi, otoriter, zalim, totalitarian, dictator, tirani, absolut, tradisional, monarki,

oligarki, kesultanan, plutokrasi dan aristokrasi.

Pada tahun 431 SM Pericles, seorang negarawan ternama di Athena

merumuskan beberapa nilai demokrasi, yaitu :

44 Thomas Meyer, Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Penerapan, (Jakarta, Friedrich Ebert

Stiftung, 2003), Cet. Ke-2, h. 4

Page 51: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Pertama, pemerintahan oleh rakyat dengan partisipasi rakyat yang penuh dan

langsung. Kedua, kesamaan di depan hukum. Ketiga, pluralisme, yaitu penghargaan

terhadap beragam kreativitas berkarya, berfikir dan berpendapatan. Keempat,

penghargaan privasi personal untuk berekspresi.45

Sementara itu menurut Robert Dahl, nilai-nilai demokrasi itu adalah:

Pertama, persamaan hak pilih dalam menentukan keputusan kolektif yang mengikat.

Kedua, partisipasi efektif, yaitu kesepakatan yang sama bagi semua warga negara

dalam proses pembuatan keputusan secara kolektif. Ketiga, pembeberan kebenaran,

yaitu adanya peluang yang sama bagi setiap orang yang memberikan penilaian

terhadap jalanya proses politik pemerintahan secara logis. Keempat kontrol terakhir

terhadap agenda, yaitu adanya kekuasaan eksekutif bagi masyarakat yang

menentukan agenda mana yang harus dan tidak harus diputuskan melalui proses

pemerintahan yang mewakili masyarakat. Kelima pencakupan yaitu, terliputinya

masyarakat mencakup semua orang dewasa dalam kaitannya dengan hukum.46

Sedangkan Gwendolen M. Carter, John H Hery dan Henry B. Mayo merumuskan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut :

Pertama, pembatasan terhadap tindakan pemerintah yang memberikan perlindungan

bagi individu dan kelompok dengan jalan menyusun pergantian pimpinan secara

berkala, tertib dan damai dan juga melalui alat-alat perwakilan rakyat yang efektif.

Kedua, adanya sikap toleransi terhadap pendapat yang berlawanan. Ketiga,

persamaan di depan hukum yang diwujudkan dengan sikap tunduk rule of law tanpa

45 Eep Saifullah Fattah, Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, Ghalia

Indonesia, 1994), Cet. Ke-1, h. 7 46 Ibid, h. 6

Page 52: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

membedakan kedudukan politik. Keempat, adanya pemilihan yang bebas dengan

disertai adanya model perwakilan yang efektif. Kelima, didirikannya kebebasan

berpartisipasi dan beroposisi bagi partai politik, organisasi masyarakat, perseorangan,

serta prasarana pendapat umum semacam pers dan media massa. Keenam,

dikembangkannya sikap menghargai hak-hak minoritas dan perorangan dengan lebih

mengutamakan penggunaan cara-cara persuasi dan diskusi daripada koersi dan

refresi.47 Secara umum nilai demokrasi yang diutarakan oleh para tokoh di atas,

menunjukkan beragamnya nilai demokrasi. Namun terdapat nilai-nilai universal yaitu

keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam proses formulasi kebijakan,

pengawasan terhadap kekuasaan, persamaan perlakuan negara terhadap semua warga

negara, persaingan secara adil dan bebas dalam pemilihan, pluralisme, kebebasan dan

sebagainya. Oleh karena nilai-nilai universal ini sangat penting, maka akan dibahas

secara rinci, mendasar dan berkaitan dengan judul ini yaitu kedaulatan rakyat,

persamaan didepan hukum dan kebebasan.

Pada zaman sebelum revolusi Perancis, yaitu masa berkuasanya feodalisme di

Eropa, yang mempunyai kedaulatan hanyalah seorang raja. Setelah kekuasaan

raja Lodenviji XVI dirampas oleh rakyat melalui revolusi, kedaulatan itu diambil

alih oleh rakyat, kemudian Perancis menempatkan dalam Undang-Undang

Dasarnya yaitu pasal 3 dari Declaration de droits de I du citiyen, yang

menyatakan bahwa yang berdaulat dalam negara adalah rakyat. Menurut

47 Ibid, h. 7

Page 53: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Mohammad Yamin, dewasa ini lebih dari empat puluh lima negara yang

menganut paham kedaulatan rakyat.48

Kedaulatan pada awalnya merupakan hasil terjemahan dari kata sovereignty

(bahasa Inggris), Souverainate (bahasa Perancis), dan Sovranus (bahasa Italia);

Supranus (bahasa Latin) berarti yang tertinggi.49 Dalam pengertian yang lebih

luas diartikan sebagai kekuasaan tertinggi. Kata yang paling dekat dengan arti

kedaulatan menurut Hendry C. Black, adalah kehendak atau kemauan, seperti

diterapkan dalam masalah-masalah politik.50 Pada awalnya kedaulatan diartikan

sebagai kekuasaan tertinggi dan bersifat mutlak, karena tidak ada kekuasaan lain

yang bisa menandinginya, kemudian dengan timbulnya hubungan antar bangsa

dan negara yang memaksa negara untuk membuat perjanjian internasional,

negara terikat dengan perjanjian tersebut, akibatnya mengurangi kedaulatan

negara keluar. Kedaulatan ke dalam dengan dibatasi oleh hukum positifnya,

sehingga arti kedaulatan itu menjadi relatif. Dalam makna kekuasaan yang

tertinggi ini, pengertian kedalatan telah dikenal pada zaman Yunani Kuno.

Meskipun demikian, pembahasan secara sistematis pertama kali

dikemukakan oleh Jean Bodin (1530-1596) untuk mendukung raja Hendry IV

menghadapi kekuatan politik dari kelompok bangsawan dari gereja yang

mendefinisikan bahwa kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi terhadap para

48 Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Kosepsi Islam, (Surabaya, Bina Ilmu, 1995),

Cet. Ke-1, h. 110 49 F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, (Bandung, Bina Cipta, 1992), Cet. Ke-1, h.107. 50 Abdullah Ahmad Na’im, Terjemah Dekonstruksi Syari’ah, (Yogyakarta, LKIS, 1999), Cet.

Ke-1, h. 158

Page 54: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

warga negara dan rakyat tanpa suatu pembatasan undang-undang. Raja tidak

terikat oleh undang-undang karena ia sebagai yang dipertuan yaitu orang yang

menetapkan undang-undang. Raja mempunyai imperium, yakni hak berkuasa.

Negara adalah sama dengan raja, dengan kata lain rajalah yang berdaulat. Konsep

kedaulatan Jean Bodin ini melahirkan kekauasaan absolut para raja.

Ajaran kedaulatan rakyat adalah yang memberi kekuasaan tertinggi kepada

rakyat atau juga disebut pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.

Ajaran ini dikemukakan oleh J.J. Rousseau. Yang menarik dari ajaran ini adalah

adanya dua macam kehendak dari rakyat yang dinyatakan sebagai kehendak

rakyat seluruhnya dan kehendak sebagian dari rakyat. Kehendak rakyat

seluruhnya ini hanya dipergunakan oleh rakyat seluruhnya sekali saja yaitu pada

saat negara hendak dibentuk melalui perjanjian masyarakat. Yang Kedua,

kehendak sebagian dari rakyat, dinyatakan sesudah negara ada dengan keputusan

suara terbanyak. Menurut Rousseau suara minoritas itu membawa kehendak yang

tidak sesuai dengan kepentingan umum.

B. Persamaan visi antara Piagam Madinah dan Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau. Sebelum membahas persamaan visi antara Piagam Madinah dan Teori

Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau indikator hukum dan demokrasi itu sendiri

perlu penulis paparkan terlebih dahulu. Adanya aspek hukum diindikasikan dengan

adanya perlindungan terhadap kebebasan menjalankan kebiasaan yang baik,

Page 55: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

perlindungan terhadap hak azasi, dan proteksi terhadap keutuhan negara serta

keutuhan masyarakat.

Sementara itu penegakan demokrasi diindikasikan dengan adanya pengakuan

atas kedaulatan dan kehendak rakyat. Adanya penghargaan terhadap keputusan dan

pendapat mayoritas juga mengindikasikan adanya demokrasi. Indikator lainnya

adalah jaminan atas kebebasan, persatuan, dan persaudaraan (liberte, egalite, dan

fraternite).

1. Piagam Madinah Muhammad SAW

Pembentukan Piagam Madinah didasari oleh semangat Muhammad dalam

memelihara persatuan dan kesatuan antar suku agar tidak terjadi sikap diskriminasi

dan hegemoni antara suku yang kuat menindas suku yang lain, karena isinya

mengakui hak-hak kebabasan beragama dan berkeyakinan, kebebasan hak kebabasan

beragama dan berkeyakinan, kebebasan berpendapat dan kehendak umum warga

Madinah supaya keadilan terwujud dalam kehidupan mereka, mengatur kewajiban-

kewajiban kemasyarakatan semua golongan, menetapkan pembentukan persatuan dan

kesatuan semua warga dan prinsip-prinsipya untuk menghapuskan tradisi dan

peraturan kesukuan yang tidak baik. Piagam Madinah didalamnya terdapat prinsip-

prinsip untuk mengatur kepentingan umum dan dasar sosial politik yang bekerja

untuk membentuk suatu masyarakat dan pemerintahan sebagai wadah pesatuan

Page 56: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

penduduk Madinah yang majemuk tersebutDalam peradaban modern istilah ini

terkenal menjadi Konstitusi.51

Prinsip-prinsip yang digagas oleh Muhammad SAW memang sejalan

dengan kondisi realitas hukum modern, yang mana kesemuanya pernah dituangkan

dalam Piagam Madinahnya.52 Penulis melihat keunggulan dalam Piagam Madinah ini

dimana terdapat pada pasal-pasal yang sangat detail dan kesemua fungsi dan

kegunaannya hanya untuk menghilangkan diskriminasi dan intimidasi antara pihak

yang satu dengan pihak yang lain, baik dalam konteks bangsa dan bernegara.

Dari segi hukum, Piagam Madinah jelas merupakan sebuah produk hukum

yang diproduksi oleh Muhammad kemudian ditawarkan kepada penduduk Yatsrib

dan sekitarnya untuk disepakati bersama. Piagam Madinah berperan sebagai hukum

atau norma yang berlaku bagi setiap orang yang telah menyepakatinya. Didalamnya

terdapat proteksi terhadap perdamaian dalam kota dan menyebutkan hak dan

51 Konstitusi merupakan prinsip-prinsip pemerintah yang bersifat funda mental dalam suatu

bangsa atau pernyataan secara tidak langsung mengenai peraturan-peraturan, institusi-institusi, dan kebiasan, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Konstitusi tidak tertulis Adalah Britis Constitution. William H. Harris and Judith S, Levey, The New Columbia Encyclopaedia, (Columbia, University Press New York & London, 1975), h. 638

52 Rumusan-rumusan tersebut masih dalam ruang lingkup kandungan teks Piagam Madinah. Perbedaan poin-poin yang mereka kemukakan dipengaruhi oleh pola pikir masing-masing untuk menonjolkan aspek-aspek tertentu, ini tidak terlepas pula dari karakteristik ketetapan-ketetapan Piagam itu sendiri yang bersifat global la bisa dirumuskan secara singkat dan bisa pula ditafsirkan secara luas. Penulis sendiri merumuskannya ke dalam 14 prinsip, yaitu 1) prinsip umat; 2) prinsip persatuan dan persaudaraan; 3) prinsip persamaan; 4) prinsip kebebasan; 5) prinsip hubungan antar pemeluk agama; 6) prinsip tolong-menolong dan membela yang teraniaya; 7) prinsip hidup bertetangga; 8) prinsip perdamaian; 9) prinsip pertahanan; 10) prinsip musyawarah; 11) prinsip keadilan; 12) prinsip pelaksanaan hukum; 13) prinsip kepemimpinan; dan 14) prinsip ketakwaan, amar makruf dan nahi munkar. J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-2, h. 121

Page 57: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

kewajiban setiap penduduk yang termasuk bagian dari ahl al-shahifah (orang yang

sepakat dengan Piagam Madinah).

Sementara itu, dari sudut pandang demokrasi Piagam Madinah merupakan

kehendak masyarakat meskipun pada awalnya merupakan tawaran dari Muhammad.

Di dalam Piagam Madinah dimuat elemen-elemen demokrasi seperti Liberte

(kebebasan), Egalite (persatuan), dan Fraternite (persaudaraan). Piagam Madinah

adalah hasil kesepakatan rakyat yang dibuat untuk kepentingan rakyat.

2. Teori Kontrak Sosial (Du Contrat Social)

Menurut Jean-Jacques Rousseau: "Pemerintah menerima dari para penguasa perintah-perintah yang diberikannya kepada rakyat; dan jika negara harus dalam keseimbangan yang baik, penting, semua hal untuk dipertimbangkan, bahwa produk dan kekuasaan pemerintah yang ada pada dirinya sarna dengan produk dan kekuasaan warga negara yang berkuasa dalam satu sisi dan menjadi subjek dalam sisi yang lain."

Di sini terlihat bahwa Rousseau menganggap adanya kaitan erat antara

pemerintahan, negara, rakyat, dan kedaulatan.53

Persamaan di sini artinya semua orang sama mendapatkan perlindungan hukum

dalam arti semua orang mempunyai hak kewarganegaraan yang sama seperti halnya

orang lain, tunduk kepada peraturan yang sama. Persamaan di depan hukum lebih

berarti pernyataan etis dari pada pengertian yang sesungguhnya di mana mereka

setara dalam arti akan mendapat perlakuan yang sama. Dalam ekonomi politik dan

53 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001),

Cet. Ke-1, h. 254

Page 58: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

sosial terdapat perbedaan antara ketidaksamaan alamiah dan konvensional, yang

pertama artinya sesuatu yang berbeda dalam hal seks, umur, kekuatan, dan

sebagainya sedangkan yang kedua artinya berbeda dalam hal status, kekuasaan dan

seterusnya. J.J. Rousseau menerima ketidaksamaan alamiah tetapi menolak yang

kedua karena yang kedua mengikuti arus perubahan zaman sedangkan yang pertama

tetap konsisten. Konsep modern tentang persamaan berusaha menggabungkan tradisi

liberal klasik dengan tradisi egalitarian. Yaitu munculnya ide tentang persamaan

dalam kesempatan, dalam perkembangan selanjutnya menyerukan menghapuskan

hambatan hukum yang bersifat diskriminatif terhadap gender, ras, dan hak istimewa

lain. Kemudian kesempatan dalam pendidikan harus diutamakan. Sebelumnya

definisi kebebasan tidak mengambil bentuk yang jelas kecuali pada abad 18. Menurut

Warne Becker, mendefinisikan kemerdekaan sebagai seorang yang dalam batas-batas

tertentu dapat melakukan atau meninggalkan apa yang dia inginkan. Batas-batas ini

mungkin bersifat biologis. Biasanya dalam konteks demokrasi dibicarakan tentang

kebebasan individu. Dalam praktek terkadang kebebasan berperilaku dibatasi oleh

hukum serta sanksinya, sehingga kebebasan tadi terlihat bertentangan dengan hukum.

Tradisi liberal dari John Locke yang mengatakan bahwa tujuan hukum bukan untuk

menghapus atau mengekang tetapi untuk melindungi dan memperluas kebebasan.

Namun dalam deklarasi kebebasan Perancis yang sangat terkenal dalam pasal 4 tahun

1789 menyatakan bahwa setiap manusia bebas melaksanakan aktivitas selama tidak

mengganggu kebebasan orang lain. Pengertian dari deklarasi ini bahwa setiap orang

mempunyai kebebasan yang sama. Dalam melaksanakan aktivitasnya manusia tidak

Page 59: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

boleh melanggar kebebasan orang lain. Kebebasan tadi dibatasi oleh hukum agar

terjaganya ketertiban masyarakat. Dalam pandangan modern, kebebasan individu

hanya terbatas pada tingkat bahwa suatu hukum memiliki kekuatan memaksa untuk

mendikte melakukan perbuatan tertentu.

ANALISA TABEL TERHADAP PERSAMAAN PIAGAM MADINAH DAN TEORI KONTRAK SOSIAL JJ. ROUSSEAU

1. Dari segi hukum baik Piagam Madinah Maupun Teori Kontrak Sosial J. J.

Rousseau sama-sama menghendaki perlindungan terhadap kebebasan dan mencita-citakan ketertiban dalam kehidupan rakyat. Ini sejalan dengan fungsi hukum itu sendiri sebagai pemelihara ketertiban dan perlindungan terhadap hak azasi manusia.

2. Dari sisi demokrasi keduanya sama-sama berkaitan dengan kehendak umum atau kehendak masyarakat. Keduanya juga berkaitan dengan kedaulatan rakyat dan menjunjung tinggi suara mayoritas.

C. Perbedaan Piagam Madinah dan Kontrak Sosial Jean Jacques Rousseau Dari Segi Hukum dan Demokrasi

Sama halnya dengan sebelum membahas persamaan visi pada sub bab

sebelumnya, dalam membahas perbedaan kita juga perlu memakai indikator yang

sama mengenai hukum dan demokrasi. Penulis mengulas kembali bahwa adanya

aspek hukum diindikasikan dengan adanya perlindungan terhadap kebebasan

menjalankan kebiasaan yang baik, perlindungan terhadap hak azasi, dan proteksi

terhadap keutuhan negara serta keutuhan masyarakat.

Berjalannya demokrasi diindikasikan dengan adanya pengakuan atas

kedaulatan dan kehendak rakyat. Adanya penghargaan terhadap keputusan dan

Page 60: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

pendapat mayoritas juga mengindikasikan adanya demokrasi. Indikator lainnya

adalah jaminan atas kebebasan, persatuan, dan persaudaraan (liberte, egalite, dan

fraternite).

Sebelum membahas perbedaan antara Piagam Madinah dan Teori Kontrak Sosial

Jean Jacques Rousseau terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor yang menyebabkan

perbedaan antara keduanya. Tentunya dapat diketahui bersama dari pembahasan pada bab

sebelumnya bahwa faktor-faktor penyebab tersebut diantaranya:

Pertama, faktor waktu, dari sini terlihat bahwa Piagam Madinah telah ada

sejak tahun 622 Masehi, jauh sebelum Rousseau mengemukakan gagasannya tentang

Kontrak sosial.

Kedua, faktor pelaku. Muhammad adalah seorang nabi. Dengan demikian,

amat jelas bahwa Muhammad adalah manusia yang taat terhadap tuhan. Sementara

gagasan Rousseau tentang Kontrak Sosial adalah sebagai wujud ketidaksetujuannya

terhadap dominasi gereja di Eropa.

Ketiga, faktor bentuk. Piagam Madinah berbentuk perjanjian atau kesepakatan

yang menjadi sebuah kontitusi yang mengikat masyarakat. Sementara itu teori

Kontrak Sosial hanya sebuah ide sepihak yang tidak aplikatif.

Secara rinci perbedaan tersebut amat nampak lewat penjelasan berikut:

1. Piagam Madinah Muhammad SAW

Bertumpu pada sejarah ketatanegaraan di masa lalu telah mengajarkan kepada

kita bahwa umat manusia tidak pernah berhenti memikirkan hubungan antara prinsip

Page 61: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

ke-Tuhanan dengan persoalan kenegaraan. Salah satunya adalah Islam, sejarah dunia

Islam memberikan tauladan yang baik agar kesatuan umat manusia ini dapat terjaga

dan terpelihara, saling melindungi antara satu dengan yang lainnya, dalam hal ini

Piagam Madinah misalnya, piagam ini dapat dikatakan sebagai piagam yang sangat

mengutamakan kedamaian, penegakan hukum, perlindungan terhadap hak azasi

manusia dan perlindungan terhadap etnis minoritas. Dalam piagam tersebut di kota

Madinah posisi Muhammad bukan lagi mempunyai sifat Rasul Allah tetapi juga

mempunyai sifat kepala negara.54

Dalam sejarah umum, juga digaungkan oleh tokoh-tokoh Barat, sebagian tokoh

tersebut memperjuangkan hak-hak individu rakyat karena hal itu penting sebagai

awal dari proses terbentuknya negara, hal ini dibuktikan dengan adanya perdebatan

secara periodik yang banyak melibatkan filosof-filosof kenamaan, diantaranya,

Thomas Aquinas (1226-1274 M), Thomas Hobbes (1588-1679 M), Jhon Locke

(1632-1704 M), Jean Jacques Rousseau (1712-1778 M) dan lain-lainnya.55 Para

filosof tersebut masing-masing melahirkan teori yang beragam.

Pada zaman modern, konsep negara hukum di Eropa Kontinental dikembangkan

oleh beberapa tokoh, yang antara lain oleh Immanuel Kant (1724-1804 M), Paul

Laband, Julius Stahl, Fichte, dan lai-lain dengan menggunakan istilah Jerman, yaitu

rechtsstaat, sedangkan dalam Angelo Amerika adalah konsep negara hukum

dikembangkan atas kepeloporan A.V.Dicey dengan sebutan rule of law. Walaupun ini

54 Ahmad Sukardja, Op. Cit, h. 2 55 Nuktoh Arfawie, Teori Negara Hukum, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), Cet. Ke-1,

h.61

Page 62: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

dinilai sebagai kemajuan peradaban Barat, Islam juga maju beberapa langkah dalam

merumuskan unsur-unsur Piagam Madinah didalam kehidupan saat ini.

Kontroversi pendapat memang ada,56 tapi tidak mengurangi sedikitpun subtansi

yang terkandung dalam Piagam Madinah yang tidak lain adalah rekonstruksi terhadap

lingkungan yang hiterogen, rekonsiliasi antara suku-suku Arab dan Yahudi dalam

menyelesaikan konflik dan pertikaian, perbedaan yang mencolok dapat kita lihat pada

Piagam Madinah dan perjanjian-perjanjian yang lain disepanjang sejarah perdaban

umat manusia, tujuan utama dari piagam ini direalisasikan Muhammad SAW adalah

untuk menata kembali hubungan masyarakat Muslim dengan Tuhan dan hubungan

sosial antara sesama mereka serta menjadikan Muslim agar hidup bertauhid,

bertakwa, bermoral dan dapat hidup berdampingan dalam kesatuan sosial dan politik.

Namun menurut Jean Claude Vatin bahwasannya prinsip-prinsip persamaan,

kemerdekaan, penghormatan terhadap sesama dengan jelas dikukuhkan pada tahap

awal, sehingga menetapkan dunia Islam beberapa abad di depan Barat. Islam lebih

awal menetapkan dan mempublikasikan hak-hak pribadi, keamanan, reputasi pribadi,

kebebasan beragama, persamaan dimuka hukum dan lain-lainnya. Sebagai bukti nyata

akan penterjemahan Piagam Madinah kedalam kehidupan umat Islam adalah konsep

hukum Islam yang mempunyai relevansi terhadap perkembangan hukum modern

seperti saat ini.

56 Kaum Orientalis mengatakan, diantaranya Watt, ia menyimpulkan bahwa pemerintahan

pada masa Muhammad SAW berdasarkan pada konsep pra Islam dan ia merupakan contoh tauladannya, sedangkan Hanna Rahman menyatakan Nabi bukannya memksakan tatanan sosial yang baru sama sekali, dan bahkan Rosseau, Stuart Mill dan Renan berpendapat bahwa kemerdekaan politik tidak memiliki akar hukum di dunia Islam. Harun Nasution dan Bakhtiar Effendi, Hak Azasi Mnusia Dalam Islam, (Jakarta, Pustaka Firdaus, 1987), Cet. Ke-1, h. 121

Page 63: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Dalam hal ini, penulis condong terhadap contoh konsep Maqasid Al-Syari’ah,

sebagai kelanjutan ide yang pernah dipopulerkan pada era klasik, sebab konsep ini

adalah realisasi dari subtansi Piagam Madinah yang digagas oleh Muhammad SAW

dalam menegakkan nilai-nilai murni dan hak-hak individu serta kebebasan yang

bertalian dengan proses penegakan hukum dalam pemerintahan suatu negara,

perjanjian antara rakyat dan penguasa, unsur kesamaan dimuka hukum inilah yang

merupakan pilar utama dari konsep yang digagas oleh Al-Syatibi,57 adapun interaksi

yang terbangun dalam konsep Maqasid Al-Syari’ah adalah nomokrasi dan konsep

negara hukum. Sumber sejarah lain mencatat bahwasannya agama-agama besar di

dunia juga melahirkan sistem dan konsep hidup bersama dalam satu tatanan yang

didalamnya mengakomodasi kepentingan-kepentingan pemeluknya dalam berbangsa

dan bernegara, antara lain, hukum Islam sendiri (Syari’ah Islamiyyah).58

57 Menurut pendapat Al-Syathibi seorang pakar hukum Islam (ushul fiqh) yang sangat tersohor karena pemikirannya yang ada dalam kitab al-Muwaafaqat fi Ushul al-Ahkam, al-Syathibi berpendapat bahwa makna kemaslahatan itu mempunyai arti yang luas dengan kriteria-kriteria kemaslahatan yang didalamnya harus terdapat lima unsur pokok yang dapat direalisasikan dan dipelihara kemurniannya, yaitu: memelihara agama (hifdz al-Din), jiwa (hifdz al-Nafs), akal (hifdz al-Aql), keturunan (hifdz al-Nasl) dan harta (hifdz al-Maal), kelima unsur tersebut dinamakan Ushul al-Khamsah dan apabila kelima unsur ini dilanggar maka konsekuensinya adalah status sosial dan agamanya mengalami kesenjangan atau dapat bahkan dalam era sekarang ini dapat dikategorikan sebagai perbuatan melanggar hukum, baik dari segi hukum negara atau hukum IslamNama lengkap dari Al-Syathibi adalah Abu Ishak Ibrahim (790 H), Al-Syatibi adalah nama daerah yang asal keluarganya bermukim, nama Syatibi diambil dari urutan nama Syatibah (Jativa), dalam sejarahnya, kota ini jatuh ketangan penguasa Kristen dan para pemeluk Islam diusir dari kota itu dan sebagaian melarikan ke kota Granada-Spanyol. Menurut Fazlurrahman, Al-Syatibi adalah seorang ahli hukum yang cemerlang pada abad 8H/ 14 M, peletak fondasi-fondasi rasional moral dan spiritual hukum Islam. Asafri Jaya Bakri, Konsep Maqasid al-Syari’ah Menurut al-Syatibi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 30

58 Al-Qur’an sebagai sumber hukum ajaran agama Islam memberikan pondasi yang penting terhadap kesamaan hak-hak manusia yakni the principle governing the interest of people (prinsip membentuk kemaslahatan manusia), dengan kata lain subtansi dari Maqasid Al-Syari’ah atau kita kenal dengan kemaslahatan bersama, menjaga dan memelihara hak-hak dasar manusia secara utuh dari

Page 64: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Secara garis besar Piagam Madinah lebih bersifat teosentris karena merupakan

buah fikiran dari seorang utusan tuhan. Ini terlihat dari isinya yang memuat nama-

nama Allah dan berisi permohonan perlindungan kepada-Nya.

Piagam Madinah bersifat praktis bukan teoritis karena merupakan produk hukun

yang bersumber dari Muhammad kemudian disepakati dan dijadikan hukum yang

mengikat para pelakunya. piagam ini secara konkrit melindungi hak azasi manusia

dan nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat.

2. Teori Kontrak Sosial (Du Contrat Social)

Perlu diketahui Jean Jacques Rousseau hanyalah seorang pemikir yang hanya

bersifat teoritis dengan ide-ide yang di publikasikannya lewat buku, bukan pelaku

peristiwa sepertihalnya Muhammad SAW, awalnya ia berfikir akan pentingnya

interaksi negara dan rakyat jika dibangun perjanjian yang tidak merugikan antar

keduanya, hingga ia memperoleh gagasan tentang keadaan masyarakat sebelum

terbentuknya negara atau keadaan alamiah, paparan ini dijelaskan Rousseau dalam

karya monumentalnya, Du Contrat Social yang menggunakan istilah du droit

politique (political right) dalam pengertian yang sama seperti yang digunakan

Burlamaqui dalam karyanya, Principe du Droit Politique (prinsip hak-hak politik),

intervensi pihak lain, Syari’at Islam beradasar pada Al-Qur’an yang kemudian dijelaskan oleh Muhammad SAW baik dengan perkataan dan perbuatan, keduanya tersebut dinamakan As-Sunnah. Sesudah Islam meluas dan bangsa Arab mulai menghargai bangsa lain, tidak sukuisme, maka dibuatlah peraturan-peraturan yang menggunakan bahasa Arab, selain berfungsi sebagai bahasa resmi, bahasa Al-Qur’an juga menggunakan bahasa Arab dengan tujuan agar Al-Qur’an dapat dimengerti secara tekstual dan kontekstual karena didalamnya memuat aturan-aturan sosial dan hubungan antara Tuhan Allah dan mahluk-Nya. Hal ini membuat para ahli agama Islam (Ulama) menggali kemampuan agar dapat menterjemahkan hukum Islam yang sangat luas maknanya ini secara benar dan tidak kontroversial. A. Hanafie, Ushul Fiqh, (Jakarta, Widjaya, 2001 ), Cet. Ke-14,h. 9

Page 65: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

karena istilah itu merupakan konsep pokok dalam karya-karya Rousseau, khususnya

Du Contrat Social.

Sekarang kita akan menelaah pemikiran Rousseau tentang teori kontrak sosial

dan kaitannya dengan pembentukan dan kekuasaan. Menurut pemikir ini, negara

merupakan sebuah produk perjanjian sosial. Individu-individu dalam masyarakat

sepakat untuk menyerahkan sebagian hak-hak, kebebasan dan kekuasaan yang

dimililikinya kepada suatu kekuasaan bersama. Kekuasaan bersama ini kemudian

dinamakan negara, kedaulatan rakyat, kekuasaan negara, atau istilah-istilah lain yang

identik dengannya, tergantung dari mana kita melihatnya. Dengan menyerahkan hak-

hak itu, Individu-individu itu tidak kehilangan kebebasan atau kekuasaanya. Mereka

tetap dalam keadaan sediakala.

Negara berdaulat karena mandat dari rakyat. Negara diberi mandat rakyat untuk

mengatur, mengayomi dan menjaga keamanan maupun harta benda mereka.

Kedaulatan negara akan tetap absah selama negara tetap menjalankan fungsi-

fungsinya sesuai dengan kehendak rakyat. Negara harus selalu berusaha mewujudkan

kehendak umum. Bila menyimpang dari kehendak rakyat atau kemauan umum,

keabsahan kedaulatan negara akan mengalami krisis. Dari segi ini, teori negara

berdasarkan kontrak sosial merupakan antitesis terhadap hak-hak ketuhanan raja.

Dalam teori hak-hak ketuhanan raja, kekuasaan dan legitimasinya diperoleh dari

Tuhan. Dengan teori kontrak sosialnya, Rousseau membalikkan sumber kekuasaan

dari legitimasinya, dari Tuhan ke manusia.

Page 66: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Menarik menyimak bagaimana Rousseau memandang kekuasaan negara. Ia

mengumpamakan negara memiliki sepuluh ribu warga. Kekuasaan negara yang

merupakan manifestasi dari penyerahan hak, kebebasan dan kekuasaan serta kemauan

individu haruslah dilihat secara kolektif dan sebagai suatu lembaga politik yang utuh.

Meskipun demikian, setiap individu masyarakat yang merupakan subjek harus dilihat

sebagai suatu entitas individual. Bukan sebagai entitas kolektif. Maka setiap orang

memiliki akses sepersepuluh ribu dari kekuasaan.

Menurut Rousseau, negara yang memiliki keabsahan memerintah atas kehendak

umum atau rakyat itu memiliki dua hal; pertama kemauan, dan kedua, kekuatan.

Yang dimaksud Rousseau dengan kemauan adalah kekuasaan legislatif (legislative

power) sedangkan kekuatan adalah kekuasaan eksekutif (executive power). Dua

bentuk kekuasaan ini hams bekerja sama secara harmonis apabila negara ingin

menjalankan fungsinya secara baik. Tanpa kerja sama dan keberadaan kedua lembaga

itu negara tidak bisa berbuat apa-apa.

Gagasan Rousseau mengenai negara dan kekuasaan merupakan refleksi kritisnya

atas sistem kenegaraan yang berlaku pada masa itu. Tidak sulit untuk memahami

mengapa demikian. Penguasa mengklaim Geneva sebagai sebuah republik, negara

yang amat mementingkan kedaulatan rakyat dan rakyat sebagai sumber legitimasi

kekuasaannya, tetapi dalam praktik nyata negara Geneva adalah sebuah negara yang

dikuasai oleh segelintir keluarga bangsawan (aristokrat) dan kekuasaannya bersifat

turun-temurun.

Negara atau sistem pemerintahan yang bagaimana yang ideal menurut Rousseau

Dalam Du Contrat Social, ia mendambakan suatu negara atau sistem pemerintahan

Page 67: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

yang memberlakukan demokrasi langsung, yaitu suatu sistem kenegaraan dimana

setiap warga negara-yang jumlahnya tidak begitu banyak-menjadi pembuat keputusan

dalam suatu wilayah yang tidak terlalu luas. Rousseau mendambakan negara-negara

kota seperti zaman Romawi kuno, atau sistem pemerintah di desa-desa di Swiss

ketika ia masih kanak-kanak. Di negara-negara kota seperti itu, rakyat dapat menjadi

subjek pemerintahan sekalipun berada di bawah kekuasaan negara. Dengan kata lain,

rakyat diperintah tetapi pada saat yang sama juga memerintah. Gagasan Rousseau ini

menarik, tetapi juga sekaligus menafikan kenyataan perkembangan penduduk dan

semakin kompleksnya struktur sosial politik. Semuanya ini menyebabkan negara

yang didambakan Rousseau sulit terwujud dalam kenyataan sejarah. Negara kota

akan hanya menjadi khayalan.

ANALISA TABEL TERHADAP

PERBEDAAN PIAGAM MADINAH DAN TEORI KONTRAK SOSIAL JJ. ROUSSEAU

NO PIAGAM MADINAH TEORI KONTRAK SOSIAL JJ. ROUSSEAU

1. Piagam Madinah bersifat teosentris karena digagas oleh seorang rasul Allah yang juga seorang negarawan yang memimpin masyarakat.

Teori Kontrak Sosial bersifat antroposentris karena merupakan gagasan JJ.Rousseau yang berlandaskan pemikiran dan pengamatan pribadi terhadap kondisi masyarakat Eropa.

2. Piagam madinah berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan ide dari Muhammad dan pimpinan-pimpinan masyarakat Yatsrib dan sekitarnya.

Teori Kontrak Sosial hanyalah pemikiran yang tertuang dalam sebuah buku tanpa kesepakatan atau sumbangan pemikiran elemen-elemen masyarakat.

3. Dari segi hukum Piagam Madinah di Teori Kontrak Sosial tidak aplikatif

Page 68: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

sepakati dan dijadikan aturan yang mengikat setiap anggota masyarakat yang menyepakatinya.

karena hanya sebatas teori.

4. Piagam Madinah sudah dibuat sejak tahun 622 M, jauh sebelum masyarakat dunia menjunjung tinggi Hak Azasi dalam ketatanegaraan.

Teori Kontrak Sosial baru dirumuskan oleh JJ. Rousseau pada abad 18.

5. Dalam Piagam Madinah terdapat nilai-nilai ketuhanan bagi kaum Muslimin sekaligus sebagai proteksi terhadap nilai-nilai kemanusiaan bagi masyarakat Yatsrib dan sekitarnya.

Kontrak Sosial J.J Rousseau formulasinya bercorak humanistik dan tidak mengacu kepada prinsip taat kepada Tuhan.

6. Dari sudut pandang demokrasi Piagam Madinah secara nyata merupakan kehendak umum atau kehendak rakyat yang menjelma menjadi konstitusi yang memuat perlindungan terhadap nilai-nilai demokrasi.

Teori Kontrak Sosial secara fanatik berkiblat pada teori-teori demokrasi Yunani kuno tanpa aplikasi sedikitpun.

7. Meskipun merupakan kehendak mayoritas Piagam Madinah tetap melindungi hak-hak minoritas sebagai bagian dari masyarakat.

Teori kontrak sosial menganggap minotitas tak hanya sebagai golongan yang kalah tetapi juga salah.

Page 69: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah penulis lakukan dalam karya ilmiah ini, maka

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Piagam Madinah adalah piagam yang pertama digagas oleh Muhammad

SAW, yang menandai babak awal peradaban manusia modern dalam sejarah

umat manusia, piagam ini bersifat humanistik dalam memelihara hak

kemerdekaan berserikat dan berkumpul.

2. Melihat kedudukan Muhammad SAW di kota Madinah pada saat itu bukan

hanya mempunyai sifat Rasul Allah akan tetapi juga mempunyai sifat kepala

negara, atau seorang negarawan.

3. Piagam Madinah yang dipelopori oleh Muhammad SAW lahir karena kondisi

para penduduk jazirah Arab mengalami krisis multidimensi, yang mana para

pemuka etnis Arab belum menemukan format kehidupan sosial, budaya,

keamanan, hukum, politik dan ekonomi secara normal, kondisi ini mendorong

Muhammad SAW memunculkan kesepakatan dikalangan masyarakat yang

heterogen dan pluralistik, hal ini dibentuk oleh Muhammad SAW agar

keberadaan satu kelompok dengan kelompok yang lain tidak diskriminatif dan

Page 70: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

anarkis, sebagai alternatif yang tepat Muhammad SAW mengadakan

kesepakatan yang terkenal pertama sedunia dalam merumuskan perdamaian

dunia tanpa adanya kekerasan fisik dan psikis. Sedangkan Menurut J.J

Rousseau, kontrak sosial lahir karena ia melihat kekuasaan yang ada di alam

ini ada dua, yakni penguasa dan rakyat, dan ia menuntut agar tidak terjadi

kegiatan yang saling merugikan dalam hidup berdampingan yang tertuang

dalam perjanjian yang jelas dan sama kedudukannya dimuka hukum.

4. Pembentukan Piagam Madinah didasari oleh semangat kenegaraan dan jiwa

patriotis muhammad dalam menegakkan keadilan dan kebenaran di jazirah

yang sarat dengan konflik antar etnis.

5. Tujuan akhir dari di deklarasikannya Piagam Madinah adalah bukti nyata dari

rekonsiliasi dan tanggungjawab bersama dalam menjaga perdamanian antar

sesama.

6. Prinsip yang ada dalam Piagam Madinah Muhammad SAW dan teori Kontrak

Sosial J.J Rousseau adalah sama-sama memperjuangkan hak azasi manusia

secara utuh dan tanpa adanya penindasan, kehidupan yang bebas,

pemerintahan yang tidak diskriminatif dan diktator, mengutamakan kepada

nilai damai dan rekonsiliasi dalam semua perbedaan.

7. Adapun faktor yang membedakan antara Piagam Madinah Muhammad SAW

dan teori Kontrak Sosial J.J Rousseau adalah seiring sejalan dan saling

melengkapi keberadaannya antara lain;

Page 71: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

a. Selisih waktu dibentuknya, Piagam Madinah dibentuk pada abad 7 M

tepatnya tahun 622 M, sedangkan JJ. Rousseau hidup pada abad 18 M,

tepatnya tahun 1712-1778.

b. Piagam Madinah bersumber dari Al-Qur’an dan as-Sunnah sedangkan

teori Kontrak Sosial JJ. Rousseau berdasarkan pengamatan pribadi

terhadap kondisi masyarakat dan penguasa Eropa pada abad 18 M.

c. Piagam Madinah cenderung paraktis dan akomodatif sedangkan teori

Kontrak Sosial J.J Rousseau hanya bersifat teoritis.

d. Dari segi hukum, Piagam Madinah jelas merupakan sebuah produk

hukum yang diproduksi oleh Muhammad kemudian ditawarkan

kepada penduduk Yatsrib dan sekitarnya untuk disepakati bersama.

e. Piagam Madinah berperan sebagai hukum atau norma yang berlaku

bagi setiap orang yang telah menyepakatinya. Didalamnya terdapat

proteksi terhadap perdamaian dalam kota dan menyebutkan hak dan

kewajiban setiap penduduk yang termasuk bagian dari ahl al-shahifah

(orang yang sepakat dengan Piagam Madinah).

f. Dari sudut pandang demokrasi Piagam Madinah merupakan kehendak

masyarakat meskipun pada awalnya merupakan tawaran dari

Muhammad.

g. Di dalam Piagam Madinah dimuat elemen-elemen demokrasi seperti

Liberte (kebebasan), Egalite (persatuan), dan Fraternite

Page 72: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

(persaudaraan). Piagam Madinah adalah hasil kesepakatan rakyat yang

dibuat untuk kepentingan rakyat.

h. Teori Kontrak Sosial bersifat antroposentris karena merupakan

gagasan JJ.Rousseau yang berlandaskan pemikiran dan pengamatan

pribadi terhadap kondisi masyarakat Eropa.

i. Teori Kontrak Sosial hanyalah pemikiran yang tertuang dalam sebuah

buku tanpa kesepakatan atau sumbangan pemikiran elemen-elemen

masyarakat.

j. Teori Kontrak Sosial tidak aplikatif karena hanya sebatas teori.

8. Sedangkan persamaan antara Piagam Madinah dan teori Kontrak Sosial J.J

Rousseau adalah sebagai berikut:

a. Dari segi hukum baik Piagam Madinah Maupun Teori Kontrak Sosial

J. J. Rousseau sama-sama menghendaki perlindungan terhadap

kebebasan dan mencita-citakan ketertiban dalam kehidupan rakyat. Ini

sejalan dengan fungsi hukum itu sendiri sebagai pemelihara ketertiban

dan perlindungan terhadap hak azasi manusia.

b. Dari sisi demokrasi keduanya sama-sama berkaitan dengan kehendak

umum atau kehendak masyarakat. Keduanya juga berkaitan dengan

kedaulatan rakyat dan menjunjung tinggi suara mayoritas.

Page 73: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

c. Persamaan dalam tata dan regulasi sebuah pemerintahan yang

mengedepankan persatuan dan kesatuan serta kesamaan derajat di

muka umum, menjaga perdamaian.

B. Saran-saran

Untuk saran yang konstruktif, penulis mengharapkan kepada semua pihak

baik politisi, penegak hukum, birokrat, militer dan militer atau masyarakat

umum, agar:

1. Dapat mengambil pelajaran emas dari Piagam Madinah Muhammad

SAW dan teori Kontrak Sosial J.J Rousseau sebagai lambang

kedamaian, menghargai antara yang satu dengan yang lain dan

mengutamakan kebebasan berpendapat untuk kesejahteraan bersama

walaupun dalam kemajmukan.

2. Hendaknya Umat Islam dan lainnya dapat berlaku Humanis,

demokratis, tidak berlaku diskriminatif dan anarkis dalam kehidupan

beragama dan bernegara.

Page 74: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

DAFTAR PUSTAKA

Al- Quran dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag.RI, 1979).

Amiruddin. M. Hasbi. Konsep Negara Islam menurut Fazlur Rahman (Yogyakarta, UII Press, 2000), Cet ke-1.

Arfawie, Nuktoh. Teori Negara Hukum, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005), Cet.

Ke-1.

Arinanto, Satya. Teori Hukum dan Demokrasi, tentang pertumbuhan Rechtsstaat(3). (Jakarta, FH-UI, 2005), Cet. 1.

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta, Konstitusi

Press, 2005), Cet, Ke-1.

Aziz, Abdul. Masalah Kenegaraan Dalam Pandangan Islam, (Jakarta, Yayasan Al-Amin, 1984), Cet. ke-1.

Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqasid al-Syari’ah Menurut al-Syatibi, (Jakarta, PT. Raja

Grafindo Persada, 1996).

Budiardjo, Miriam. Dasar·Dasar 1lmu Polilik, (Jakarta, PT Gramedia, 1989), Cet.

Ke- 19.

Cranston, Hobbes, dalam Makers of Modern Thought, (New York, American Heritage Publishing Co. Inco. 1992).

F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Cet. IX, (Bandung, Bina Cipta, 1992). Fattah, Eep Saifullah. Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, Ghalia

Indonesia, 1994), Cet. Ke-1. Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta, Litera Antar Nusa,

2005), Cet. Ke-30. Hanafie, A. Ushul Fiqh, (Jakarta, Widjaya, 2001), Cet. Ke-14,

Haris, Syamsuddin. Demokrasi di Indonesia, (Jakarta, LP3ES, 1995), Cet. Ke-1.

Page 75: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Harris, William H and, Judith S, Levey. The New Columbia Encyclopaedia,

(Columbia, University Press New York & London, 1975).

Hericahyono, Cheppy. Ilmu Politik dan Perspektifnya, (Yogyakarta, Tiara Wacana, 1986), Cet ke-1.

Hilmi, Mahmud. Nizam al-hukm al-Islam Muqaranan bi al-Nuzum al_Mu’asarah, (Dar al-Huda, 1978), Cet. 4.

Kusnardi, Moh. dan. Saragih, Bintan R. Ilmu Negara, (Jakarta, Gaya Media Pratama

1995), Cet. Ke-3.

Madjid, Nurcholis. Demokrsi dan Demokratisasi di Indonesia, dalam Elsa Pedi Taher (ed.), Demokratisasi Politik, Budaya dan Ekonomi, (Jakarta, Paramadina, 1994), Cet. Ke-1.

"Cita-Cita Politik Kita" dalam Bosco Carvallo dan Dasrizal, (ed.), Aspirasi

Umat lslam lndonesia, (Jakarta, Leppenas, 1983). Mahfud, Moh MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesi, (Jakarta, Universitas

Atmajaya, 2000), Cet. Ke-2. Meyer, Thomas. Demokrasi Sebuah Pengantar untuk Penerapan, , (Jakarta, Friedrich

Ebert Stiftung, 2003), Cet. Ke-2. Na’im, Abdullah Ahmad. Terjemah Dekonstruksi Syari’ah, (Yogyakarta, LKIS,

1999), Cet. Ke-1.

Na’im, Abdullah Ahmad. Terjemah Dekonstruksi Syari’ah, Cet. Ke-1 (Yogyakarta, LKIS, 1999).

Noer, Deliar. Pemikiran Politik di Negeri Barat, (Bandung, Mizan, 2000), Cet. Ke-6.

Pulungan, J. Suyuthi. Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah

Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-2.

Qadir, Abdul Djaelani. Negara Ideal Menurut Kosepsi Islam, (Surabaya, Bina Ilmu,

1995), Cet. Ke-1.

Page 76: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Rahman, Hannah. "Pertentangan Antara Nabi dan Golongan Oposisi Nabi tli Madinah" dalarn H.L. Beck dan N.J.G. Kaptein, (red.), Pandangan Barat Terhadap Islam Lama, (Jakarta, Seri INIS, 1980), Jilid IV.

Ridhwan, Indra Muh., UUD 1945 Sebagai Karya Manusia, (Jakarta, Pustaka Sinar

Harapan, 1990), Cet. Ke-1. Rousseau, J. J. The Social Contract, yang dialih bahasakan oleh: Sumardjo (Jakarta,

Erlangga, 1986), Cet. Ke-1.

Saefudin, AM. Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, , (Jakarta, Gema Insani Press, 1996), Cet. 1.

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta,

UI Press, 1990), Cet. Ke-2.

Strong, C.F. Modern Polilical Constitution, (London, Sidgwick and Jackson Ltd, 1963).

Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat, (Jakarta, Gramedia, 2001). Suhelmi, Ahmad. Pemikiran Politik Barat: Kajian Sejarah Perkembangan Pemikiran

Negara Masyarakat dan Kekuasaan (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2001).

Sukardja, Ahmad. Piagam Madinah dan UUD 1945, (Jakarta, Penerbit UI, 1995), Cet. Ke- 1.

Sumardjo, terjemahan dari The Social Contract, (Jakarta, PT. Erlangga, 1947), tanpa

cetakan.

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewarga Negaraan Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta, Renada Media, 2003), Cet. Ke-1.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1.

William H. Harris and Judith S, Levey, The New Columbia Encyclopaedia,

(Columbia, University Press New York & London, 1975).

Page 77: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

LAMPIRAN

TEKS PIAGAM MADINAH

بسم اهللا الرحمن الرحيمأنهم . هذا آتاب من محمد بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم فلحق بهم وجاهد معهم

المهاجرون من قريش على ربعتهم يتعاقلون بينهم وهم يفدون بالمعروف والقسط بين . أمة واحدة من دون الناسوآل طائفة تفدي عانيها بالمعروف والقسط بين . نو عوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم األولىوب. المؤمنين .المؤمنين

وال يحالف مؤمن مولى . وأن المؤمنين ال يترآون مفرحا بينهم أن يعطوه بالمعروف في فداء أو عقلم أو عدوان أو فساد بين وأن المؤمنين المتقين على من بغي منهم أو ابتغى وسيعة ظلم أو إث. مؤمن دونه. وأن أيديهم عليه جميعا ولو آان ولد أحدهم وال يقتل مؤمن مؤمنا في آافر وال ينصر آافرا على مؤمن, المؤمنين

وأنه من تبعنا من يهود . وأن المؤمنين بعضهم موالي بعض دون الناس. وأن ذمة اهللا واحدة يجير عليهم أدناهموأن سلم المؤمنين واحدة ال يسالم مؤمن دون مؤمن في . ين وال متناصر عليهمفإن له النصر واألسوة غير مظلوم

وأن المؤمنين يبيء . وأن آل غازية غزت معنا يعقب بعضها بعضا. قتال في سبيل اهللا إال على سواء وعدل بينهموأنه ال يجير . وأن المؤمنين المتقين على أحسن الهدى وأقومه. بعضهم عن بعض بما نال دماءهم في سبيل اهللا

وأنه من اعتبط مؤمنا قتال عن بينة فإنه قود به إال أن . مشرك ماال لقريش وال نفسا وال يحول دونه على مؤمنوأنه ال يحل لمؤمن أقر بما في هذه . وأن المؤمنين عليه آافة وال يحل لهم إال قيام عليه, يرضى ولي المقتول

محدثا وال يؤويه وأنه من نصره أو آواه فإن عليه لعنة اهللا وغضبه الصحيفة وآمن باهللا واليوم اآلخر أن ينصرعليه –وأنكم مهما اختلفتم فيه من شيء فإن مرده إلى اهللا وإلى محمد . يوم القيامة وال يؤخذ منه صرف وال عدل

لليهود . ؤمنينوأن يهود بني عوف أمة مع الم. وأن اليهود ينفقون مع المؤمنين ماداموا محاربين-الصالة والسالمدينهم وللمسلمين دينهم ومواليهم وأنفسهم إال من ظلم او اثم فانه اليو تغ اال نفسه وأهل بيته وأن ليهود بني

بني جثم ويهود بني األوس ويهود بني ثعلبة ولجفنة ولبني بني الحارث ويهود بني ساعدة ويهود النجار ويهود .يهود بني عوفل الشطيبة مثل ما

عليه –وأنه اليخرج منهم أحد اال بأذن محمد . وأن بطانة يهود آأ نفسهم . ن موالي ثعلبة آأنفسهم أو .وأن اهللا على أبر هذا . وأنه اليتحجر على ثأر جرح–الصالة والسلم

. من حارب أهل هذه الصحيفةوأن بينهم النصر على . وأن على اليهود نفقتهم وعلى المسلمين نفقتهم .وأن النصر للمظلوم. وأنه لم يأثم امرؤ بحليفه . وأن بينهم النصح والنصيحة والبر دون األثم

وأن . وأن يثرب حرام جوفها ألهل هذه الصحيفة. وأن اليهود ينفقون مع المؤمنين ماداموا محاربينوأنه ما آان بين أهل هذه الصحيفة من حدث . ار حرمة إال بإذن أهلهاجوأنه الت. آثمالجار آالنفس غير مضار وال

وأن اهللا على أتقى ما في -صل اهللا عليه وسلم–أو استجار يخاف فساده فإن مرده إلى اهللا وإلى محمد رسول اهللا وإذا دعوا غلى , ن دهم يثربوأن بينهم النصر على م. وأنه ال تجار قريش وال من نصرها. هذه الصحيفة وأبره

وأنهم إذا دعوا إلى إلى مثل ذلك فإن لهم على المؤمنين إال من . الصلح يصالحونه ويلبسونه فأنهم يصالحون . على آل أناس حصتهم من جانبهم الذي قبلهم. حارب في الدين

محض من أهل هذه وأن اليهود األوس مواليهم وأنفسهم على مثل ما ألهل هذه الصحيفة مع البر ال .وأن البر دون اإلثم ال يكسب آاسب إال على نفسه. الصحيفة

نوأن م. وأنه ال يحول هذا الكتاب دون الظالم أو آثم. وأن اهللا على أصدق ما في هذه الصحيفة وأبره .وأن اهللا جار لمن بر واتقى. ينة إال من ظلم وأثمدخرج آمن ومن قعد آمن بالم

Artinya:

Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang.

Page 78: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Surat Perjanjian ini dari Muhammad - Nabi; antara orang-orang beriman dan kaum Muslimin dari kalangan Quraisy dan Yatsrib serta yang mengikut mereka dan menyusul mereka dan berjuang bersama-sama mereka; bahwa mereka adalah satu umat di luar golongan yang lain.

Kaum Muhajirin dari kalangan Quraisy tetap menurut adat kebiasaan baik yang berlaku di kalangan mereka, bersama-sama menerima atau membayar tebusan darah antara sesama mereka dan mereka menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil diantara sesama orang-orang beriman.

Bahwa Banu Auf tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan setiap golongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil diantara sesama orang-orang beriman.

Kemudian disebutnya tiap-tiap suku Anshar itu serta keluarga tiap puak: Banu al-Haris, Banu Sa’idah, Banu Jusyam, Banu an-Najjar, Banu 'Amr bin 'Auf dan Banu an-Nabit. Selanjutnya disebutkan:

Bahwa orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan seseorang yang menanggung beban hidup dan hutang yang berat diantara sesama mereka. Mereka harus dibantu dengan cara yang baik dalam membayar tebusan tawanan atau membayar diat.

Bahwa seseorang yang beriman tidak boleh mengikat janji dalam menghadapi mukmin lainnya.

Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa harus melawan orang yang melakukan kejahatan diantara mereka sendiri, atau orang yang suka melakukan perbuatan zalim, kejahatan, permusuhan atau berbuat kerusakan diantara orang beriman sendiri, dan mereka semua harus sama-sama melawannya walaupun terhadap anak sendiri.

Bahwa orang beriman tidak boleh membunuh sesama mukmin lantaran orang kafir untuk melawan orang beriman.

Bahwa jaminan Allah itu satu: Dia melindungi yang lemah diantara mereka. Bahwa orang-orang yang beriman itu hendaknya saling tolong-menolong satu

sama lain. Bahwa barangsiapa dari kalangan Yahudi yang menjadi pengikut kami, ia

berhak mendapat pertolongan dan persamaan; tidak menganiaya atau melawan mereka.

Bahwa persetujuan damai orang-orang beriman itu satu; tidak dibenarkan seorang mukmin mengadakan perdamaian sendiri dengan meninggalkan mukmin lainnya dalam keadaan perang di jalan Allah. Mereka harus sama dan adil.

Bahwa setiap orang yang berperang bersama kami, satu sama lain harus saling bergiliran.

Bahwa orang-orang beriman itu harus saling membela terhadap sesamanya yang telah tewas di jalan Allah.

Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa hendaknya berada dalam pimpinan yang baik dan lurus.

Page 79: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Bahwa orang tidak dibolehkan melindungi harta-benda atau jiwa orang Quraisy dan tidak boleh merintangi orang beriman.

Bahwa barangsiapa membunuh orang beriman yang tidak bersalah dengan cukup bukti maka ia harus mendapat balasan yang setimpal kecuali bila keluarga si terbunuh sukarela (menerima tebusan).

Bahwa orang-orang yang beriman harus menentangnya semua dan tidak dibenarkan mereka hanya tinggal diam.

Bahwa orang beriman yang telah mengakui isi piagam ini dan percaya kepada Allah dan kepada hari kemudian, tidak dibenarkan menolong pelaku kejahatan atau membelanya, dan bahwa barangsiapa yang menolongnya atau melindunginya, ia akan mendapat kutukan dan murka Allah pada hari kiamat, dan tak ada sesuatu tebusan yang dapat diterima.

Bahwa bilamana diantara kamu timbul perselisihan tentang sesuatu masalah yang bagaimanapun, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan kepada Muhammad - 'alaihi-shalaatu was-salaam.

Bahwa orang-orang Yahudi harus mengeluarkan belanja bersama-sama orang-orang beriman selama mereka masih dalam keadaan perang.

Bahwa orang-orang Yahudi Banu Auf adalah satu umat dengan orang-orang beriman. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang pada agama mereka, dan orang-orang Islampun hendaknya berpegang pada agama mereka pula, termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri, kecuali orang yang melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini hanyalah akan menghancurkan dirinya dan keluarganya sendiri.

Bahwa terhadap orang-orang Yahudi Banu an-Najjar, Yahudi Banu al-Haris, Yahudi Banu Sa'idah, Yahudi Banu-Jusyam, Yahudi Banu Aus, Yahudi Banu Tsa'labah, Jafnah dan Banu Syutaibah berlaku sama seperti terhadap mereka sendiri.

Bahwa tiada seorang dari mereka itu boleh keluar kecuali dengan ijin Muhammad s.a.w.

Bahwa seseorang tidak boleh dirintangi dalam menuntut haknya karena dilukai; dan barangsiapa yang diserang ia dan keluarganya harus berjaga diri, kecuali jika ia menganiaya. Maka Allah juga yang menentukan ini.

Bahwa orang-orang Yahudi berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri dan kaum Musliminpun berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri pula. Antara mereka harus ada tolong menolong dalam menghadapi orang yang hendak menyerang pihak yang mengadakan piagam perjanjian ini.

Bahwa mereka sama-sama berkewajiban, saling nasehat-menasehati dan saling berbuat kebaikan dan menjauhi segala perbuatan dosa.

Bahwa seseorang tidak dibenarkan melakukan perbuatan salah terhadap sekutunya, dan bahwa yang harus ditolong ialah yang teraniaya.

Bahwa orang-orang Yahudi berkewajiban mengeluarkan belanja bersama orang-orang beriman selama masih dalam keadaan perang.

Bahwa kota Yatsrib adalah kota yang dihormati bagi orang yang mengakui perjanjian ini.

Page 80: KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH PROGRAM STUDI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19996/1/MUAMAR... · demokrasi yang didalamnya mengedepankan hak-hak individual

Bahwa tetangga itu seperti jiwa sendiri, tidak boleh diganggu dan diperlakukan dengan perbuatan jahat.

Bahwa tempat yang dihormati itu tak boleh didiami orang tanpa ijin penduduknya.

Bahwa bila diantara orang-orang yang mengakui perjanjian ini terjadi suatu perselisihan yang dikuatirkan akan menimbulkan kerusakan, maka tempat kembalinya kepada Allah dan kepada Muhammad Rasulullah -s.a.w. - dan bahwa Allah bersama orang yang teguh dan setia memegang perjanjian ini

Bahwa melindungi orang-orang Quraisy atau menolong mereka tidak dibenarkan.

Bahwa antara mereka harus saling membantu melawan orang yang mau menyerang Yatsrib. Tetapi apabila telah diajak berdamai maka sambutlah ajakan perdamaian itu.

Bahwa apabila mereka diajak demikian, maka orang-orang yang beriman wajib menyambutnya, kecuali kepada orang yang memerangi agama. Bagi setiap orang, dari pihaknya sendiri mempunyai bagiannya masing-masing.

Bahwa orang-orang Yahudi Aus, baik diri mereka sendiri atau pengikut-pengikut mereka mempunyai kewajiban seperti mereka yang sudah menyetujui naskah perjanjian ini dengan segala kewajiban sepenuhnya dari mereka yang menyetujui naskah perjanjian ini.

Bahwa kebaikan itu bukanlah kejahatan dan bagi orang yang melakukannya hanya akan memikul sendiri akibatnya. Dan bahwa Allah bersama pihak yang benar dan patuh menjalankan isi perjanjian ini

Bahwa hanya orang yang zalim dan jahat yang melanggar isi perjanjian ini. Bahwa barangsiapa yang keluar atau tinggal dalam kota ini, keselamatannya

terjamin, kecuali orang yang berbuat aniaya dan melakukan kejahatan. Sesungguhnya Allah melindungi orang yang berbuat kebaikan dan bertakwa.

Sumber: Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta, Litera Antar Nusa, 2005), Cet. Ke-30.