penentuan golongan darah

Upload: siti-lestari

Post on 11-Oct-2015

183 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUMFISILOLOGI HEWAN 1Penentuan Golongan Darah

OlehNama: Siti LestariNIM: 08111004008Kelompok: VIII (delapan)Asisten: Luthfi Hakim

JURUSAN BIOLOGILABORATORIUM FISIOLOGI HEWANFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYAINDERALAYA2013BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangDarah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma didalam cairan yang disebut plasma. Darah tersusun atas plasma dan sel darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit dan trombosit. Secara keseluruhan darah dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Secara fungsionalpun darah merupakan jaringan pengikat dalam arti menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas unsur berbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya merupakan plasma tanpa fibrinogen (Isnaeni 2006: 173).Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk membantu proses fisiologi. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar 45%.Di dalam tubuh terdapat kurang lebih lima liter darah yang mengalir tiada henti. Darah adalah sungai kehidupan dalam tubuh kita. Jika kita kehilangan banyak darah, maka nyawa kita akan terancam, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah mempunyai banyak fungsi vital, mulai dari sebagai kendaraan atau hormone, nutrisi, oksigen, hingga limbah metabolisme. Darah juga bisa membunuh bibit penyakit. Apabila aliran darah ke otak terganggu, maka seseorang akan pingsan (Sloane 2003: 25).Setiap saat dalam tubuh manusia terjadi proses sirkulasi berbagai macam zat yang dibutuhkan tubuh. Diperlukan peredaran media pengantar dan alat-alat yang turut berperan dalam sirkulasi untuk melakukan proses ini. Media dan alat-alat ini bekerja bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan sistem sirkulasi darah. Media yang berperan dalam peredaran zat-zat penting ke seluruh tubuh ini adalah darah. Darah merupakan suspensi berwarna merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Warna merah ini dapat berubah-ubah, kadang-kadang berwarna merah tua dan kadang-kadang berwarna merah muda. Hal ini tergantung pada kadar oksigen dan karbon dioksida yang terkandung di dalamnya. Dalam tubuh manusia mengalir sekitar 6 liter darah (Moekti 2008: 46).Keberadaan darah dalam tubuh mempunyai arti penting bagi kehidupan seseorang. Hal ini disebabkan darah mempunyai beberapa fungsi penting diantaranya adalah darah berfungsi untuk mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Kandungan oksigen dalam darah antara 0,36% 20%. Meningkatnya kadar oksigen dalam darah karena adanya ikatan oksigen dengan hemoglobin. Namun, hemoglobin juga mampu mengikat karbon monoksida yang bersifat racun. Gas ini biasa dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor. Jika gas ini terhirup dan berikatan dengan hemoglobin, kandungan oksigen dalam darah menurun. Keadaan ini dapat memberikan dampak bagi kesehatan tubuh. Darah berfungsi untuk mengangkut sari-sari makanan dari usus ke jaringan tubuh (Anonim 2013: 1). Setiap manusia memiliki golongan darah yang berbeda-beda. Ada yang bergolongan darah A , B , AB dan O. Mengetahui golongan darah mempunyai beberapa manfaat yang sangat penting. Misalnya dalam keadaan genting, tiba-tiba kita membutuhkan darah maka kita tidak perlu repot-repot karena kita sudah mengetahuinya. Golongan darah tersebut dapat diketahui melalui tes golongan darah. Selain itu, setiap orang juga memiliki waktu koagulan atau waktu pembekuan darah yang berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Dan setiap orang juga memiliki tensi yang berbeda-beda pula. Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah (Sloane 2003: 26).

1.2. Tujuan PraktikumPraktikum ini bertujuan untuk mengetahui golongan darah pada manusia.

BAB IITINJAUAN PUSTAKADarah secara kesuluruhan dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel dan substansi interselular yang berbentuk plasma. Secara fungsional darah merupakan jaringan pengikat yang dalam artiannya menghubungkan seluruh bagian-bagian dalam tubuh sehingga merupakan integritas. Darah yang merupakan suspensi tersebut terdapat gen, dimana gen merupakan ciri-ciri yang dapat diamati secara kolektif atau fenotifnya dari suatu organisme. Pada organisme diploid, setiap sifat fenotif dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen dimana satu pasang anggota tersebut diwariskan dari setiap tertua. Jika anggota pasangan tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotifnya, maka disebut alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, misalnya gen yang mengendalikan sifat keturunannya (Sloane 2003: 26).Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Menurut K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah (Subowo 1992: 115).Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Dikenal 2 macam antigen yaitu dan , sedangkan zat antinya dibedakan sebagai anti A dan anti B. Prinsip dasar penggolongan darah adalah faktor yang menentukan golongan darah manusia berupa antigen yang terdapat pada permukaan luar sel darah merah disebut aglutinogen. Zat anti terhadap antigen tersebut disebut zat anti atau antibodi yang bila bereaksi akan menghancurkan antigen yang bersangkutan disebut aglutinin dalam plasma, suatu antibodi alamiah yang secara otomatis terdapat pada tubuh manusia. Golongan darah manusia ditentukan bedasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya (Waluyo 2010: 46).Golongan darah pada manusia dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa golongan, yaitu golongan darah A, B, O, golongan darah MN dan rhesus. Penggolongan darah itu berdasarkan atas ada tidaknya antigen antibodi tertentu di dalam darahnya Di dalam darah terdapat dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Untuk mengetahui golongan darah seseorang dapat dilakukan dengan pengujian yang menggunakan serum yang mengandung aglutinin. Dimana bila darah seseorang diberi serum aglutinin a mengalami aglutinasi atau penggumpalan berarti darah orang tersebut mengandung aglutinogen A. Dimana kemungkinan orang tersebut bergolongan darah A atau AB. Bila tidak mengalami aglutinasi, berarti tidak menngandung antigen A, kemungkinan darahnya adalah bergolongan darah B atau O (Kimball 1999: 87).Penggolongan darah menurut system ABO ini niscaya memilki dasar kimia atau molekul yang tepat, karena reaksi aglutinasi yang dihasilkannya sangat spesifik dan dapat diukir kekuatannya. Penyelidikan menunjukkan, bahwa penggolongan ini disebabkan oleh adanya perbedaan monosakarida (ikatan beberapa monosakarida) yang terikat ke protein serta glikolipid membrane SDM. Pada oligosakarida golongan darah A terdapat suatu turunan gula sederhana galaktosa, yaitu N-asetilgalaktosamin. Pada oligosakarida golongan darah B, kedudukan tersebut tidak di isi oleh Nacgal, tetapi oleh galaktosa (Sloane 2003: 32).Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif (Waluyo 2010: 48).Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif (Sloane 2003: 30).Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia. Sebelum lahir, molekul protein yang ditentukan secara genetik disebut antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah. Antigen ini, tipe A dan tipe B bereaksi dengan antibody pasangannya, yang mulai terlihat sekitar 2 sampai 8 bulan setelah lahir.Hal itu karena reaksi antigen-antibodi menyebabkan aglutinasi sel darah merah, maka antigen disebut aglutinogen dan antibodi pasangannya disebut aglutinin (Kimball 1999: 88).Informasi tentang golongan darah ABO seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfuse darah, baik sebagai donor maupun sebagai resipien. Informasi ini lebih penting lagi bagi resipien dari pada bagi donor. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan memeriksa darahnya ke laboratorium. Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda genetic, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang, selain itu, sifat secretor dan nonsecretor, yang juga ditentukan secara genetic sering kali diperlukan dalam masalah yang berhubungan dengan hukum, apakah itu sebagai bukti yang memperkuat atau memperlemah tuduhan terhadap tersangka (Sloane 2003: 32).

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM3.1. Waktu dan TempatPraktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 30 September 2013. Pukul 13.00-15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan BahanAlat yang digunakan adalah blood lanset, jarum pengaduk dan kartu golongan darah, dan kapas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, antiserum A, B, AB, Rh dan darah.

3.3. Cara KerjaDisiapkan kertas golongan darah. Diteteskan antiserum A, antiserum B, antiserum AB dan antiserum Rh pada kolom kertas masing-masing. Diteteskan darah salah satu praktikan di atas antiserum, lalu diratan dengan jarum pentul. Diamati perubahannya dan ditentukan golongan darahnya.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilBerdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :Tabel Golongan DarahkelompokNamaGolongan Darah

1Beben Desemja A.O/Rh-

2Risi AgustinaAB/Rh+

3Okta Eliyanti S.O/Rh+

4Rifka KarinaO/Rh-

5Deni NoberioB/Rh+

6Petrik S.A/Rh+

7Widia Nova SariA/Rh+

8Lia YulistiaO/Rh+

9Debi PratamaO/Rh+

10YonandaB/Rh+

4.2. PembahasanBerdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, didapatkan hasil berupa golongan darah salah satu praktikan per kelompok. Pada kelompok delapan, praktikan yang diuji adalah Lia Yulistia dengan golongan darah O/Rh+. Pada data angkatan didapatkan praktikan yang memiliki Rhesus negatif, yakni Beben Desemja Abna dan Rifka Karina. Rhesus negatif jarang dimiliki oleh orang indonesia. Rhesus negaif dapat muncul karena adanya gen dobel resesif. Menurut Suryo (2005: 43), bahwa arah untuk reagen penentuan golongan darah umumnya dibuat dari serum darah manusia yang memiliki titer tinggi, walaupun dewasa ini telah diketahui bahwa antisera tersebut juga dapat diisolasi dari jenis tumbuh-tumbuhan tertentu, seperti dari biji Dolichos biflorus dan dari hewan yang diimunisasi.Pada sistem rhesus, digolongkan menjadi rhesus positif dsan rhesusu negatif. Pada paraktikum yang telah dilaksanakan didapatkan data bahwa yang memiliki rhesus positif lebih banyak daripada rhesusu negatif. Menurut Sloane (2003: 32) sistem rhesus adalah kelompok antigen lain yang diwariskan dalam tubuh manusia. Sistem ini ditemukan dan diberi nama berdasarkan Rhesus monyet. Antigen RhD adalah antigen terpenting dalam reaksi imunitas tubuh.Jika faktor RhD ditemukan, individu yang memilikinya disebut Rh positif. Jika faktor tersebut tidak ditemukan maka individunya disebut Rh negatif. Individu dengan Rh positif lebih banyak dari pada Rh negatif. Sistem ini berbeda dengan golongan ABO di mana individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.Jika seseorang dengan Rh negatif diberikan darah ber-Rh positif maka aglutininya anti-Rh akan diproduksi. Sistem penggolongan darah dicetuskan oleh K. Landstainer. Hal ini sesuai pendapat Suryo (2005: 44), bahwa golongan darah pada manusia bersifat herediter yang ditentukan oleh alel ganda. Golongan darah seseorang dapat mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Sistem penggolongan yang umum dikenal dalam sistemABO. Pada tahun 1900 dan 1901 Landstainer menemukan bahwa penggumpalan darah (Aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Pada orang lain lagi, campuran tersebut tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan hal tersebut Landstainer membagi golongan darah manusia menjadi 4 golongan, yaitu A, B, AB, dan O. Dalam hal ini di dalam eritrosit terdapat antigen dan aglutinogen, sedangkan dalam serumnya terkandung zat anti yang disebut sebagai antibodi atau aglutinin. Penggolongan darah pada manusia memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Elvita, dkk (2008: 68), bahwa informasi tentang golongan darah ABO seseorang mutlak diperlukan dalam keadaan yang berhubungan dengan transfuse darah, baik sebagai donor maupun sebagai resipien. Informasi ini lebih penting lagi bagi resipien dari pada bagi donor. Oleh karena itu, sepatutnya seseorang mengetahui dengan pasti akan golongan darahnya sendiri, yang dapat dilakukannya dengan memeriksa darahnya ke laboratorium. Golongan darah juga berfungsi sebagai salah satu petanda genetic, yang ikut menjadi bagian dari identitas seseorang. Selain itu, sifat secretor dan nonsecretor yang juga ditentukan secara genetic sering kali diperlukan dalam masalah yang berhubungan dengan hukum, apakah itu sebagai bukti yang memperkuat atau memperlemah tuduhan terhadap tersangka. Kelainan-kelainan yang dapat terjadi yang berhubungan dengan golongan darah adalah beragam. Transfusi darah sering dilakukan oleh seseorang jika ada yang membutuhkan darah. Pada saat transfusi darah, darah yang digunakan adalah darah yang sesuai atau yang memiliki golongan darah yang sama. Menurut Suryo (2005: 47), Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Eritoblastosis fetalis atau penyakit hemolisis pada bayi baru lahir, dapat terjadi setelah kehamilan pertama ibu ber-Rh negatif dengan janin ber-Rh positif. Jika antibodi lawan faktor Rh telah diproduksi ibu maka pada kehamilan selanjutnya, antibodi tersebut akan menembus plasenta menuju aliran darah janin dan menyebabkan hemolisis sel darah merah janin. Bayi yang mengalaminya akan terlahir dengan anemia.

BAB VKESIMPULANBerdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Seseorang yang memiliki golongan darah dengan rhesus negatif lebih sedikit dengan seseorang yang memiliki golongan darah dengan rhesus positif.2. individu ber-Rh negatif tidak memiliki aglutinin anti-Rh dalam plasmanya.3. Penggolongan darah berfungsi untuk mengetahui keturunan dan memudahkan pada saat transfusi darah.4. Sistem penggolongan darah teridi dari sistem golongan darah ABO, Rhesus (Rh) dan MN.5. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian.

ABSTRAKPraktikum ini berjudul Penentuan Golongan Darah, yang bertujuan untuk mengetahui golongan darah pada manusia. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 30 September 2013. Pukul 13.00-15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya. Alat yang digunakan adalah blood lanset, jarum pengaduk dan kartu golongan darah, dan kapas. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, antiserum A, B, AB, Rh dan darah. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah mengetahui golongan darah pada praktikan yang diuji. Golongan darah kelompok yang di dapat adalah golongan O/Rh+. Kesimpulan yang didapat adalah golongan darah setiap orang ada yang sama dan ada yang berbeda, serta individu yang memiliki golongan darah dengan rhesus negatif lebih sedikit dengan individu yang memiliki rhesus positif.

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2013. Golongan Darah. http://www.anneahira.com/golongan-darah.html. Diakses pada tanggal 23 September 2013, pukul 18.45 WIB.

Elvita, dkk. 2008. Genetika Dasar. Riau: Faculty of Medicine University of Riau.

Isnaeni, W. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius. Ii + 285 halm.

Kimball, J. W. 1999. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.Moekti.2008. Praktis Belajar Biologi.. Jakarta: Grasindo.Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC. Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryo. 2005. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Waluyo, Joko. 2010. Biologi Umum. Jember: University Press.