pendampingan pengembangan kawasan ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-lapkhir...ucapan...

74
LAPORAN HASIL KEGIATAN PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN KAWASAN PERKEBUNAN (KOPI, KAKAO, DAN TEBU) PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : FIRDAUS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Upload: vannga

Post on 03-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

LAPORAN HASIL KEGIATAN

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN KAWASAN PERKEBUNAN (KOPI,

KAKAO, DAN TEBU)

PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN : FIRDAUS

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2015

Page 2: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

2

LEMBARAN PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Kawasan Perkebunan (Kopi, Kakao, Dan Tebu)

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

3. Alamat Unit Kerja : Jl. P. Nyak Makam No 27 Lampineung Banda Aceh

4. Sumber Dana : APBN

5. Status Penelitian : Baru (B)

6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Firdaus, SP., M.Si

b. Pangkat/Golongan

: Penata, III/c

c. Jabatan : Penyuluh Muda

7. Lokasi : Desa Sp. Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Desa Jurong Ano Kecamatan Padang Tiji Kab Pidie, Desa Pante Raya Kabupaten Pidie Jaya)

8. Agroekosistem : Dataran rendah, dan tinggi

9. Tahun Mulai : Januari 2015

10. Tahun Selesai : Desember 2015

11. Output : Terdiseminasi Teknologi Budidaya Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) kepada pengguna (petani)

12. Biaya : Rp. 258,500,000, -

Koordinator Program Penanggung Jawab RDHP,

Dr. Rachman Jaya, M.Si Firdaus, SP., M.Si NIP. 19740305 200003 1 001

NIP. 19710805 200604 1 002

Mengetahui : Kepala Balai Besar

Menyetujui Kepala Balai

Dr. Ir. Abdul Basit MS NIP. 19610929 198603 1 003

Ir. Basri A. Bakar, M.Si.

NIP. 19600811 198503 1 001

Page 3: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

3

Page 4: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

4

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan Akhir dengan judul ”Pendampingan Pengembangan

Kawasan Pertanian Kawasan Perkebunan (Kopi, Kakao, Dan Tebu)”.

Kegiatan ini bertujuan Mempercepat arus diseminasi Teknologi Budidaya

Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) kepada pengguna

(petani).

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan

ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini di lapangan

sejak awal sampai kegiatan ini terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan

akhir ini.

Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan segala kritikan dan

saran yang membangun terhadap laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan, Firdaus, SP., M.Si NIP. 19710805 200604 1 002

Page 5: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

5

RINGKASAN

1. Judul RPTP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Kawasan Perkebunan (Kopi, Kakao, Dan Tebu)

2. Unit Kerja : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

3. Lokasi : Desa Sp. Antara Kecamatan Wih Pesam

Kabupaten Bener Meriah, Desa Jurong Ano Kecamatan Padang Tiji Kab Pidie, Desa Pante Raya Kabupaten Pidie Jaya)

4. Agroekosistem : DATARAN RENDAH, DAN TINGGI

5. Status : BARU

6. Tujuan : Mendiseminasi Teknologi Budidaya Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) kepada pengguna (petani)

7. Keluaran : (1) Diadopsi minimal 30% inovasi teknologi Budidaya tanaman perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) secara terpadu) (2) Terjadi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan 10% dibandingkan sebelum diadopsi teknologi.

8. Hasil : Terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani

9. Prakiraan Manfaat : Dapat meningkatkan kesejahteraan petani,

10. Prakiraan Dampak : Terjadi peningkatan produktivitas kopi, kakao dan tebu

11. Prosedur : Kegiatan pendampingan tanaman perkebunan terdiri dari 3 kegiatan utama dengan uraian pelaksanaan sebagai berikut: 1. Survei awal (baseline survey) untuk

mengetahui tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi teknologi. Survei ini bertujuan untuk melihat keragaan penerapan inovasi teknologi dan kebutuhan inovasi teknologi. Survei dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara mendalam.

2. Diseminasi inovasi teknologi dengan pola/model SDMC yang diawali dengan sosialisasi dan advokasi,

Page 6: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

6

Pelatihan petani dan penyuluh, pembuatan dan penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) inovasi teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dibutuhkan petani. Pelaksanaan dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi dan advokasi dilakukan terhadap pemangku kepentingan di lokasi penelitian, seperti: penyuluh, camat, tuha peut, ketua kelompok tani, alim ulama dan pemuka masyarakat yang ada lokasi.

b. Pelatihan petani dan penyuluh tentang teknologi budidaya tanaman perkebunan (kopi, kakao, dan tebu) terpadu terhadap 50 orang petani kakao dan 10 orang penyuluh lapangan per masing-masing lokasi kegiatan. Materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan hasil survei awal.

c. Penerbitan dan penyebaran media cetak dalam bentuk leaflet dan poster. Judul leaflet dan poster yang diterbitkan dan didistribusikan disesuaikan dengan inovasi teknologi tanaman perkebunan yang dibutuhkan.

d. Pemutaran video budidaya tanaman perkebunan.

e. Setiap petani kooperator dilakukan pendampingan tentang teknik budidaya teknologi secara terpadu.

3. Survei akhir untuk mengetahui peningkatan adopsi inovasi teknologi dan permasalahan dalam adopsi teknologi. Survei dilakukan dengan wawancara terstruktur secara mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan petani sampel sebanyak 10 orang petani per lokasi.

12. Jangka Waktu : 1 TAHUN

13. Biaya : RP 258,500,000,- (DUA RATUS LIMA PULUH DELAPAN JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH)

Page 7: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

7

SUMMARY

1. Title : Region Agricultural Area Development Assistance Plantation (coffee, cocoa, and sugarcane)

2. Implementation Unit : BPTP Aceh

3. Location : Desa Sp. Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Desa Jurong Ano Kecamatan Padang Tiji Kab Pidie, Desa Pante Raya Kabupaten Pidie Jaya)

4. Agroecosystem : High Land

5. Status : NEW

6. Objectives

: Disseminating Integrated Crops Cultivation

Technology (coffee, cocoa, and sugarcane) to the users (farmers)

7. Output

: (1) Adopted at least 30% of technological innovation cultivation of plantation crops (coffee, cocoa, and sugarcane) in an integrated manner) (2) An increase in the productivity of plantations of 10% compared to before the adoption of technology

8. Outcome

: Changes in knowledge, skills and attitudes of farmers

9. Expected benefit : To improve the welfare of farmers,

10. Expected impact : An increase in productivity of coffee, cocoa and sugar cane

11. Procedure

: Mentoring activities of plantation crops consists of three major activities with the implementation of the following descriptions: 1. The initial survey (baseline survey) to determine the level of adoption of innovation and the need for technological innovation. This survey aims to look at the performance of the application of technological innovation and the need for technological innovation. The survey was conducted by the Focus Group Discussion (FGD) and in-depth structured interviews.

Page 8: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

8

2. The dissemination of technological innovation with the pattern / model SDMC that begins with socialization and advocacy, training of farmers and extension workers, manufacture and distribution of print media as well as the implementation of demonstration (pilot project) plantation crop cultivation technology innovation needed by farmers. Implementation of each activity are as follows: a. Dissemination and advocacy carried out on stakeholders in the research sites, such as: extension, district, tuha peut, farmer groups, clergy and community leaders that no location. b. Training of farmers and extension agents on technology cultivation of plantation crops (coffee, cocoa, and sugar cane) is integrated to 50 cocoa farmers and 10 extension field per each operational site. The training material is adjusted to the results of the initial survey. c. Publishing and distribution of print media in the form of lea fl ets and posters. Title lea fl ets and posters were published and distributed customized with plantations of technological innovation is needed. d. Video playback cultivation of plantation crops. e. Each farmer cooperators do mentoring on cultivation techniques of integrated technology. 3. The final survey to determine the increased adoption of technological innovations and issues in technology adoption. The survey was conducted with in-depth structured interviews using a questionnaire with a sample of 10 peasant farmers per location.

12. Duration : 1 YEAR

13. Budget : RP 258,500,000, - (Two Hundred And Fifty Eight Million Five Hundred Thousand Rupiah)

Page 9: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

9

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ii

Ringkasan iii

Summary v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

I. Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Dasar Pertimbangan 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Keluaran 5

II. Prosedur Pelaksanaan 6

2.1 Tahapan Kegiatan 6

2.2 Waktu dan Tempat 7

2.3 Bahan dan Alat

III. Hasil dan Pembahasan 8

3.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan 8

3.1.1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Pendampingan Perkebunan Kopi

8

3.1.2. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Pendampingan Perkebunan Kakao di Kabupaten Pidie.

10

3.1.3. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Pendampingan Perkebunan Kakao di Kabupaten Pidie Jaya

11

3.2 Survei Awal 12 3.2.1. Mengenal lebih dekat Hama Penggerek

Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei 13

3.2.2. Permasalahan Utama Kakao adalah Serangan Hama dan Penyakit

17

3.2.3. Peningkatan Produksi Tebu dengan Sistem Tanam Juring Ganda

18

3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh 20 3.3.1. Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian

dalam Rangka Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Budidaya Tanaman Kopi di Desa Simpang Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah

20

3.3.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Melakukan Usaha Tani Kakao di Desa Jurong Ano Paloh

24

Page 10: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

10

3.3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian

untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Melakukan Usaha Tani Kakao di Kecamatan Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya

29

3.4 Percepatan Proses Diseminasi dengan Penyebaran Media Cetak

31

3.5 Survei Akhir Kegiatan 33

IV. Kesimpulan dan Saran 35 4.1 Kesimpulan 35 4.2 Saran 35

Daftar Pustaka 36 Lampiran - lampiran 37

1 Tenaga dan Organisasi Pelaksanaan 37 2 Anggaran 38 3 Foto Kegiatan 39

Page 11: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

11

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data luas, produksi dan produktivitas kopi di tiga kabupaten 1 Tabel 2. Perkembangan luas areal dan produksi tebu perkebunan

rakyat di Provinsi Aceh, 2013-2014 4

Tabel 3. Rincian nama kecamatan, mukim dan desa Kabupaten Bener Meriah

8

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Menurut Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah

9

Page 12: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kabupaten Bener Meriah

9

Gambar 2. Potensi Kakao di Kabupaten Pidie Jaya 13.484 Ha 12

Gambar 3. Ukuran sebenarnya (A) Gejala serangan (B) Imago Hama PBKo diperbesar (C) Pupa didalam biji kopi (D)

13

Gambar 4. Gejala serangan hama PBK dan penyakit busuk buah 18

Gambar 5. Kondisi tanaman tebu petani varietas lokal di Desa Suka Makmur

19

Gambar 6. Penjab Kegiatan Firdaus, SP., M.Si Menyampaikan tujuan dan maksud kegiatan Pendampingan kawasan perkebunan (kopi) pada saat kegiatan temu lapang Pengendalian Hama PBKo

22

Gambar 7. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

23

Gambar 8. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

23

Gambar 9. Peserta berfoto bersama usai pelatihan materi dan praktek dilapangan

24

Gambar 10. Ketua kelompok tani sedang membagikan alat tulis menulis kepada peserta

25

Gambar 11. Sambutan Ketua Kelompok Tani Bapak Keuchik Nasir 26

Gambar 12. Penjab Kegiatan Firdaus menjelaskan tentang Kegiatan Pendampingan Perkebunan

27

Gambar 13. Kadishutbun Kab. Pidie Ir Syarkawi memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan petani dan penyuluh

27

Gambar 14. Peserta pelatihan sedang melakukan sambung samping dengan entres unggul

28

Gambar 15. Kegiatan Pelatihan Petani dan Penyuluh di Aula Kantor Camat Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya. Dari kiri Penjab Kegiatan, Kadishutbun Pidie Jaya, Camat Panteraja, Kadis Perlindungan Tanaman

30

Gambar 16. Penyerahan Alat Tulis menulis kepada Peserta Pelatihan

30

Page 13: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

13

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kopi

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya

cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia

lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara (Herdianto, 2007).

Sentra produksi kopi Provinsi Aceh adalah Dataran Tinggi Gayo. Dataran

tinggi Gayo merupakan suatu kawasan yang meliputi tiga kabupaten yaitu

kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Ketiga daerah ini

merupakan penghasil kopi Arabika Gayo(Tabel 1).

Tabel 1. Data luas, produksi dan produktivitas kopi di tiga kabupaten

Kabupaten Luas (Ha) Produksi (ton) Produktivitas

(ton/Ha)

Aceh Tengah 48300 25370 0.525258799

Bener Meriah 48101 22414 0.465977838

Gayo Lues 4652 1118 0.240326741

Total 1010

53 48902 Sumber : (BPS, 2014)

Kecamatan Wih Pesam merupakan suatu wilayah di kabupaten Bener

Meriahyang terdiri dari sembilan desa. Daerah ini memiliki luas lahan perkebunan

kopi seluas 3.825,5 ha. Pada umumnya penduduk setempat mempunyai mata

pencaharian sebagai petani kopi. Kopi dari kawasan ini dikenal dipasaran

domestik, nasional dan internasional dengan kopi Gayo yang mempunyai mutu

dan citarasa yang sangat baik, sehingga mendapatkan harga yang premium.

Gambar 17. Peserta melakukan foto bersama setelah pelatihan praktek sambung samping di lahan kebun petani

31

Gambar 18. Salah satu poster Pengendalian Hama PBKo 32

Gambar 19. Poster tentang Fermentasi Biji Kakao 32

Gambar 20. Poster tentang teknik sambung samping 34

Page 14: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

14

Kakao

Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan kualitas ekspor di

Provinsi Aceh namun sayangnya potensi ini belum ditangani dengan baik. Rantai

pemasaran dari petani ke konsumen masih panjang, sehingga merugikan petani.

Pertanaman kakao relatif sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini

dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

pendapatan harian atau mingguan bagi petani. Kakao dapat mulai berproduksi

pada umur 18 bulan (1,5 tahun) dan dapat menghasilkan biji kakao yang

selanjutnya bisa di olah menjadi bahan setengah jadi (bubuk coklat) maupun

bahan jadi (coklat).

Provinsi Aceh dengan luas 58,375.63 km2, dengan rincian lahan

persawahan 311.825 ha (5,44 %), pertanian tanah kering semusim 137.616 ha

(2,40 %), kebun 305.577 ha (5,33 %) dan perkebunan 678.450 ha (11,83 %),

(BPS, 2012). Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang mempunyai

potensi cukup baik di bidang perkebunan kakao karena lahan dan cuacanya

mendukung.

Secara topografi Aceh sangat cocok untuk di kembangkan komoditas

kakao, selain itu kakao sudah familiar dengan masyarakat. Pasca berakhirnya

konflik banyak lahan perkebunan yang secara teknis sangat baik untuk di

kembangkan komoditas kakao karena terbengkalainya lahan terutama di

Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, Bireun, Aceh Barat, Aceh Timur, dan Aceh Tenggara

yang juga merupakan sentrasentra perkebunan kakao.

Perkembangan kakao di Aceh tidak terlepas dari berbagai masalah yang

dijumpai dari sektor hulu hingga sektor hilir. Beberapa masalah di sektor hulu

antara lain produktivitas tanaman masih rendah. Permasalahan di sektor hilir

mengenai rendahnya kualitas mutu biji terutama biji yang tidak difermentasi.

Meskipun areal dan produksi kakao di Aceh selama lima tahun terakhir

mengalami peningkatan, namun dari segi aspek produktivitas menurun 4,25 %

pertahun. Usaha pengembangan hasil perkebunan tidak hanya dengan

pemperbaiki cara berusaha petani saja, tetapi harus diikuti dengan

penyempurnaan dalam bidang pemasaran.

Peningkatan produksi kakao dapat ditingkatkan melalui kultur teknis yang

baku, antara lain penggunaan bahan tanam unggul, pemangkasan, pengendalian

hama/penyakit dan pemupukan. Pada tanaman yang tidak produktif

Page 15: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

15

peningkatan produksi dapat di upayakan melalui rehabilitasi tanaman dengan

teknologi sambung samping/sambung pucuk atau dengan teknik tanam ulang

(tanpa melakukan pembongkaran).

Tebu

Tebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tanaman ini

hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis

rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai

kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan

Sumatera. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas

dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air

perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula

pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula

5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.

Daun tebu yang kering adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori

cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan

bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal,

bahan bakar ini juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu

dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya

digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.

Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

Indonesia. Dengan luas areal sekitar 400 ribu ha pada periode 2007-2009,

industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi

sekitar 900 ribu petani dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat mencapai

sekitar 1.3 juta orang. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan pokok

masyarakat, maka dinamika harga gula akan mempunyai pengaruh langsung

terhadap laju inflasi.

Tanaman tebu merupakan tanaman yang cukup umum di Provinsi Aceh.

Namun karena luas areal dan jumlah produksinya relatif kecil dibandingkan

dengan provinsi lain, maka komoditas tebu dari provinsi Aceh kurang dikenal

secara nasional. Penyebaran tanaman tebu hampir merata terdapat di setiap

daerah, tetapi pemanfaatannya terbatas hanya sebagai bahan untuk pembuatan

minuman segar dan bahan baku pengolahan gula merah. Oleh karena itu

pengembangan usahatani tebu relatif terbatas yang dilakukan melalui

Page 16: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

16

perkebunan rakyat. Luas areal tanaman tebu di Provinsi Aceh pada tahun 2012

sebanyak 9.777 hektar dengan produksi mencapai 37.860 ton produktivitas 32

ton/ha (Aceh Dalam Angka 2013). Sebagian besar luas areal tersebut

terkonsentrasi pada dua kabupaten, yaitu kabupaten Aceh Tengah dan Bener

Meriah yang merupakan daerah dataran tingg dan hanya sebagian kecil tersebar

pada 11 kabupaten lainnya. Perkembangan luas areal dan produksi tebu

perkebunan rakyat di Provinsi Aceh selama periode 2011-2012 terdapat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Perkembangan luas areal dan produksi tebu perkebunan rakyat di Provinsi Aceh, 2013-2014.

Kabupaten

2013 2014

Luas (ha)

Produksi (ton)

Ton/Ha Luas (ha)

Produksi (ton)

Ton/Ha

Aceh Tengah 7.849 49.872 63,5 7.849 49.872 41,9

Bener meriah

1.442 4.512 31,2 1.441 4.374 30,3

kabupaten Lainnya

436 283 6,49 397 198 4,98

Jumlah 9.727 54.667 9.777 37.860

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh, 2014.

Budidaya tanaman tebu rakyat umumnya dilakukan secara sederhana

dengan tingkat pemanfaatan teknologi yang masih terbatas. Meskipun demikian,

produktivitas tanaman tebu di daerah ini cukup potensial, mencapai 30,3 ton/ha.

Hal ini disebabkan kondisi tanah yang subur dan iklim di dataran tinggi Gayo

yang mendukung. Produktivitas tanaman tebu tersebut relatif stabil dari tahun

ke tahun.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan usahatani tebu rakyat di

Aceh adalah masih terbatasnya pemanfaatan hasil panen, sehingga bentuk

produk yang dihasilkan untuk keperluan industri hanya berupa gula merah yang

dilakukan oleh unit-unit pengolahan hasil berskala kecil ayang ada di lokasi

setempat.

1.2. Dasar Pertimbangan

Tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani tentang teknik budidaya

tanaman perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) masih sangat rendah. Keadaan ini

jelas terlihat dari produktivitas tanaman perkebunan di bawah rata rata produksi

Page 17: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

17

nasional. Sehingga sangat perlu dilakukan percepatan penerapan diseminasi

teknologi budidaya tanaman perkebunan secara terpadu.

1.3. Tujuan

Mendiseminasi Teknologi Budidaya Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi,

Kakao, dan Tebu) kepada pengguna (petani)

1.4. Perkiraan Keluaran

Keluaran yang diharapkan (1) Diadopsi minimal 30% inovasi teknologi

Budidaya tanaman perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) secara terpadu) (2)

Terjadi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan 10% dibandingkan

sebelum diadopsi teknologi.

Page 18: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

18

II. PROSEDUR PELAKSANAAN

2.1. Tahapan Kegiatan

Kegiatan pendampingan tanaman perkebunan terdiri dari 3 kegiatan

utama dengan uraian pelaksanaan sebagai berikut:

1. Survei awal (baseline survey) untuk mengetahui tingkat adopsi inovasi dan

kebutuhan inovasi teknologi. Survei ini bertujuan untuk melihat keragaan

penerapan inovasi teknologi dan kebutuhan inovasi teknologi. Survei dilakukan

dengan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara

mendalam.

2. Diseminasi inovasi teknologi dengan pola/model SDMC yang diawali dengan

sosialisasi dan advokasi, Pelatihan petani dan penyuluh, pembuatan dan

penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) inovasi

teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dibutuhkan petani. Pelaksanaan

dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

a. Sosialisasi dan advokasi dilakukan terhadap pemangku kepentingan di

lokasi penelitian, seperti: penyuluh, camat, tuha peut, ketua kelompok tani,

alim ulama dan pemuka masyarakat yang ada lokasi.

b. Pelatihan petani dan penyuluh tentang teknologi budidaya tanaman

perkebunan (kopi, kakao, dan tebu) terpadu terhadap 50 orang petani

kakao dan 10 orang penyuluh lapangan per masing-masing lokasi kegiatan.

Materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan hasil survei awal.

c. Penerbitan dan penyebaran media cetak dalam bentuk leaflet dan

poster. Judul leaflet dan poster yang diterbitkan dan didistribusikan

disesuaikan dengan inovasi teknologi tanaman perkebunan yang

dibutuhkan.

Page 19: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

19

d. Pemutaran video budidaya tanaman perkebunan.

e. Setiap petani kooperator dilakukan pendampingan tentang teknik

budidaya teknologi secara terpadu.

3. Survei akhir untuk mengetahui peningkatan adopsi inovasi teknologi dan

permasalahan dalam adopsi teknologi. Survei dilakukan dengan wawancara

terstruktur secara mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan petani

sampel sebanyak 10 orang petani per lokasi.

2.2. Waktu dan Tempat

Rencana kegiatan ini dilaksanakan dari Januari s/d Desember tahun 2015

di Kebupaten Bener Meriah (kopi, tebu), Kabupaten Pidie (kakao), Kabupaten

Pidie Jaya (kakao).

2.3. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa alat tulis kantor, bahan

untuk budidaya tanaman berupa saprodi, dan pestisida, bahan dan alat pelatihan

petani, serta bahan dan alat pendukung lainnya.

Page 20: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

20

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

3.1. 1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Pendampingan Perkebunan Kopi

Kabupaten Bener Meriah yang beribukota di Simpang Tiga Redelong

memiliki luas 1.919,69 km² terdiri dari 10 Kecamatan dan 233 desa. Jumlah

Penduduk Kabupaten Bener Meriah Hasil Data Agregat Kependudukan Per

Kecamatan Tahun 2012 berjumlah 148.616 jiwa yang terdiri atas 75.958 dan

72.658 jiwa. Bener Meriah terletak 4°33’ 50’’ - 4° 54 50 Lintang Utara dan 96° 40

75- 97° 17 50 Bujur Timur dengan tinggi rata-rata di atas permukaan laut 100 -

2.500 m dpl. Batas-batas daerah Kabupaten Bener Meriah adalah sebagai

berikut:

Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Aceh Utara dan Bireuen.

Sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Aceh Tengah.

Sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Aceh Tengah .

Sebelah Timur berbatas dengan dengan Kabupaten Aceh Timur.

Secara umum seluruh kecamatan memiliki kebun kopi rakyat. Lahan kopi

di kabupaten Bener Meriah seluas 80.000 Ha dengan rata-rata produksi tanaman

kopi mencapai 1 hektar kebun mampu memproduksi kopi 1.500 Kg/tahun dan

dikalikan dengan jumlah luas kebun kopi, maka jumlah produksi kopi per-

tahunnya bisa mencapai 229.500,000 Kg/tahun. Pada tabel dibawah dapat di

lihat nama mukim dan desa dirinci perkecamatan sebagai berikut (Tabel 3).

Tabel 3. Rincian nama kecamatan, mukim dan desa Kabupaten Bener Meriah

Page 21: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

21

No Kecamatan Mukim Desa

1 Timang Gajah 3 30

2 Gajah Putih 1 10

3 Pintu Rime Gayo 2 23

4 Bukit 3 40

5 Wih Pesan 3 27

6 Bandar 5 35

7 Bener Kelipah 2 12

8 Syah Utama 2 14

9 Mesidah 2 15

10 Permata 4 27

Gambar 1. Peta Kabupaten Bener Meriah

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Menurut Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah

No Kecamatan Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio

1 Timang Gajah 9028 8785 17813 102,77

2 Gajah Putih 3916 3814 7730 102,67

3 Pintu Rime Gayo 5419 5124 10543 105,76

4 Bukit 11297 11213 22510 100,75

5 Wih Pesan 10523 10061 20584 104,59

6 Bandar 11147 10967 22114 101,64

7 Bener Kelipah 2017 1957 3974 103,07

8 Syah Utama 660 656 1316 100,61

Page 22: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

22

9 Mesidah 1749 1552 3301 112,69

10 Permata 7724 7467 15191 103,44

3.1.1. Topografi

Letak topografi sebagian besar desa di kabupaten Bener Meriah adalah di

daerah yang berbukit-bukit dan pegunungan. Keadaan topografi Kabupaten

Bener Meriah yang umummnya berupa pegunungan dan perbukitan sangat

potensial untuk pengembangan pertanian, perkebunan dan tanaman pangan,

peternakan dan perikanan. Berdasarkan kelas ketinggian maka Kabupaten Bener

Meriah didominasi Kelas Ketinggian 1000-1.200 m dpl.

3.1.2. Keadaan Iklim dan Cuaca

Kabupaten Bener Meriah merupakan kawasan beriklim tropis dengan curah

hujan berkisar 1.000-2.500 (mm) pertahun dengan jumlah hari hujan 143-178.

Hujan umumnya turun pada bulan September sampai Februari. Musim kemarau

terjadi pada bulan Maret sampai Agustus. Temperatur maksimum berkisar pada

260C. Kelembaban relatif maksimum 75,8% dan kelembaban relative minimum

20%.

3.1.2. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Pendampingan Perkebunan Kakao di Kabupaten Pidie.

Kabupaten Pidie mempunyai luas wilayah 4.160.550 Ha dengan jumlah

penduduk 518.846 Jiwa (BPS, 2005) dan merupakan daerah kantong kemiskinan

kedua terbesar di Nanggroe Aceh Darussalam setelah Aceh Utara. Potensi

wilayah yang dimiliki Kabupaten Pidie sebagian besar (66.77%) adalah wilayah

berupa hutan dan baru sebagian kecil (15 %) yang dimanfaatkan untuk areal

pertanian tanaman pangan dan perkebunan dan perikanan darat. Kabupaten

Pidie sangat potensial untuk pengembangan usaha pertanian khususnya

perkebunan tanaman pangan dan perkebunan.

Panca penandatangan MOU tanggal 15 Agustus 2005 dan Bencana

gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam

pada tanggal 26 Desember 2004 telah melahirkan semangat perdamaian untuk

mengakhiri konflik yang sudah cukup lama mendera Penduduk Nanggroe Aceh

Darussalam. Semangat perdamaian inilah akhirnya membangkitkan kembali

Page 23: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

23

gairah ekonomi masyarakat pedalaman yang melakukan aktivitas pertanian

perkebunan.

Komoditi pertanian perkebunan yang manyoritas di budidayakan oleh

masyarakat pidie selama ini meliputi: kakao, kelapa, pinang dan kopi. Khusunya

budidaya Kakao Kabupaten Pidie merupakan sentral pengembangan kakao di

Penduduk Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas Lahan produktif kakao

sekarang 8.906 Ha dan potensi pengembangan budidaya Kakao seluas 35.435

Ha.

Kondisi petani kakao saat ini hanya 11% yang kategorikan sejahtera dan

29 % menengah serta lehih dari separuh (57%) Petani berada pada kategori

miskin. Kondisi inilah akhirnya berpengaruh terhadap rendahnya produktivitas

dan kemampuan petani kakao dalam budidaya kakao untuk meningkatkan

kesejahteraanya.

3.1.3. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan Pendampingan Perkebunan Kakao di Kabupaten Pidie Jaya

Letak Georafi Kabupaten Pidie Jaya berada pada 4°54' 15,702"N sampai

5° 18' 2,244" N dan 96°1' 13,656"E sampai 96°22'1,007"E. Secara Topografi

Kabupaten Pidie Jaya berada pada ketinggian 0 mdpl s.d 2300 mdpl dengan

tingkat kemiringan lahan antara 0 sampai 40%. Wilayah Kecamatan Jangkabuya

secara keseluruhan merupakan dataran rendah antara 0 mdpl s.d 20 mdpl,

Kecamatan Bandar Dua berada pada 10 mdpl s.d. 2300 mdpl sedangkan

Kecamatan Ulim, Meurah Dua, Meureudu, Trienggadeng, Pante Raja, dan Bandar

Baru berada pada 0 mdpl s.d 2.300 mdpl terbentang dari Pesisir Selat Malaka

hingga Puncak Gunong Peuet Sagoe pada Gugusan Bukit Barisan. Secara

keseluruhan Kabupaten Pidie Jaya rawan terhadap banjir dan erosi. Dari

klasifikasi lereng, Kabupaten Pidie Jaya merupakan daerah dataran tinggi yang

memiliki daerah kelas lereng sampai dengan 40%.

BATAS WILAYAH

UTARA : Selat Malaka

SELATAN : Kecamatan Tangse, Geumpang dan Mane, Kabuapen Pidie

Page 24: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

24

BARAT : Kecamatan Glumpang Tiga, Glumpang Baro, dan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie

TIMUR : Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireuen

Gambar 2. Potensi Kakao di Kabupaten Pidie Jaya 13.484 Ha

3. 2. Survei Awal

Tim pemdampingan kawasan perkebunan pada awal kegiatan melakukan

Survei awal dilokasi kegiatan : Kabupaten Bener Meriah untuk komoditi kopi dan

tebu, Kakako untuk Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya. Survei awal (baseline

survey) untuk mengetahui kondisi terkini kebun petani. Permasalahan

permasalahan yang dihadapi setiap hari dalam usahataninya perlu didata, untuk

mengetahui solusi inovasi yang didesiminasi kepada petani. Hasil survei awal

sangat berguna untuk melaksanakan kegiatan pendampingan kawasan

perkebunan.

Hasil survei awal permasalahan utama yang dihadapi petani kopi setiap

hari adalah rendahnya produktivitas akibat serangan hama dan penyakit. Hama

yang sangat meresahkan petani adalah hama penggerek buah kopi (PBKo)

Hypothenemus hampei. Hasil penelitian Firdaus (2013) serangan hama PBKo di

kecamatan Wih Pesam pada ketinggian 800 mdpl mencapai 60%. Pada

Page 25: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

25

Ketinggian dibawah 1000 mdpl hama ini sangat cepat berkembang sehingga

intensitas serangannnya mengakibatkan kerugian sangat besar dialami petani.

3.2.1. Mengenal lebih dekat Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei

Hypothenemus hampei merupakan salah satu penyebab utama

penurunan produksi dan mutu kopi Indonesia, bahkan di seluruh negara

penghasil kopi. Kerusakan yang ditimbulkannya berupa buah menjadi tidak

berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur

mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil.

Gambar 3. Ukuran sebenarnya (A) Gejala serangan (B) Imago Hama PBKo diperbesar (C) Pupa didalam biji kopi (D)

Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Coleoptera

Family : Scolytidae

A B

C D

Page 26: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

26

Genus : Hypothenemus

Spesies : Hypothenemus hampei

Biologi dan Ekologi H. hampei

Hama PBKo H. hampei perkembangannya dengan metamorfosa

sempurna dengan tahapan telur, larva, pupa dan imago atau serangga dewasa.

Kumbang betina lebih besar dari kumbang jantan. Panjang kumbang betina

lebih kurang 1,7 mm dan lebar 0,7 mm, sedangkan panjang kumbang jantan 1,2

mm dan lebar 0,6-0,7 mm. Kumbang betina yang akan bertelur membuat lubang

gerekan dengan diameter lebih kurang 1 mm pada buah kopi dan biasanya pada

bagian ujung. Kemudian kumbang tersebut bertelur pada lubang yang dibuatnya.

Telur menetas 5-9 hari. Stadium larva 10-26 hari dan stadium pupa 4-9 hari.

Pada ketinggian 500 m dpl, serangga membutuhkan waktu 25 hari untuk

perkembangannya. Pada ketinggian 1200 m dpl, untuk perkembangan serangga

diperlukan waktu 33 hari . Lama hidup serangga betina rata-rata 156 hari,

sedangkan serangga jantan maksimal 103 hari.

Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30 -50

butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi

kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan

dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah

lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Serangga dewasa atau imago, perbandingan

antara serangga betina dengan serangga jantan rata-rata 10:1. Namun, pada

saat akhir panen kopi populasi serangga mulai turun karena terbatasnya

makanan, populasi serangga hampir semuanya betina, karena serangga betina

memiliki umur yang lebih panjang dibanding serangga jantan. Pada kondisi

demikian perbandingan serangga betina dan jantan dapat mencapai 500:1.

Serangga jantan H.hampei tidak bisa terbang, oleh karena itu mereka

tetap tinggal pada liang gerekan di dalam biji. Umur serangga jantan hanya 103

hari, sedang serangga betina dapat mencapai 282 hari dengan rata-rata 156

hari. Serangga betina mengadakan penerbangan pada sore hari, yaitu sekitar

pukul 16.00 sampai dengan 18.00 (Wiryadiputra, 2007).

2.3.2. Gejala Serangan PBKo

Page 27: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

27

Pada umumnya H. hampei menyerang buah dengan endosperma yang

telah mengeras, namun buah yang belum mengeras dapat juga diserang. Buah

kopi yang bijinya masih lunak umumnya hanya digerek untuk mendapatkan

makanan dan selanjutnya ditinggalkan. Buah demikian tidak berkembang,

warnanya berubah menjadi kuning kemerahan dan akhirnya gugur. Serangan

pada buah yang bijinya telah mengeras akan berakibat penurunan mutu kopi

karena biji berlubang. Biji kopi yang cacat sangat berpengaruh negatif terhadap

susunan senyawa kimianya, terutama pada kafein dan gula pereduksi. Biji

berlubang merupakan salah satu penyebab utama kerusakan mutu kimia,

sedangkan citarasa kopi dipengaruhi oleh kombinasi komponen-komponen

senyawa kimia yang terkandung dalam biji (Tobing et al., 2006).

Serangga H. hampei masuk ke dalam buah kopi dengan cara membuat

lubang di sekitar diskus. Serangan pada buah muda menyebabkan gugur buah,

serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-

lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006).

Perkembangan dari telur menjadi imago berlangsung hanya di dalam biji

keras yang sudah matang. Kumbang penggerek ini dapat mati secara prematur

pada biji di dalam endosperma jika tidak tersedia substrat yang dibutuhkan. Kopi

setelah pemetikan adalah tempat berkembang biak yang sangat baik untuk

penggerek ini, dalam kopi tersebut dapat ditemukan sampai 75 ekor serangga

perbiji. Kumbang ini diperkirakan dapat bertahan hidup selama kurang lebih satu

tahun pada biji kopi dalam kontainer tertutup (Kalshoven, 1981).

H. hampei mengarahkan serangan pertamanya pada areal kebun kopi

yang bernaungan, lebih lembab atau di perbatasan kebun. Jika tidak

dikendalikan, serangan dapat menyebar ke seluruh kebun. Dalam buah tua dan

kering yang tertinggal setelah panen, dapat ditemukan lebih dari 100 H. hampei

(DPP, 2004). Betina berkembang biak pada buah kopi hijau yang sudah matang

sampai merah , biasanya membuat lubang dari ujung dan meletakkan telur pada

buah. Kumbang betina terbang dari satu pohon ke pohon yang lain untuk

meletakkan telur. Ketika telur menetas, larva akan memakan isi buah sehingga

menyebabkan menurunnya mutu kopi (USDA, 2002).

Serangan H. hampei pada buah muda menyebabkan gugur buah.

Serangan pada buah yang cukup tua menyebabkan biji kopi cacat berlubang-

lubang dan bermutu rendah (PPKKI, 2006). H. hampei diketahui makan dan

Page 28: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

28

berkembang biak hanya di dalam buah kopi saja. Kumbang betina masuk ke

dalam buah kopi dengan membuat lubang dari ujung buah dan berkembang biak

dalam buah (Irulandi et al., 2007).

Imago H.hampei telah merusak biji kopi sejak biji mulai membentuk

endosperma. Serangga yang betina meletakkan telur pada buah kopi yang telah

memiliki endosperma yang keras (Rubio et al., 2008). Betina membuat lubang

kecil dari permukaan kulit luar kopi (mesokarp) buah untuk meletakkan telur jika

buah sudah cukup matang (Baker et al., 1992).

2.3.3. Pola Penyebaran

Penggerek buah kopi ini mula-mula berasal dari Afrika kemudian

menyebar luas sampai ke Brazil, Guatemala, Asia, termasuk India, Indonesia dan

beberapa pulau di kepulauan Pasifik, hama ini hanya menyerang buah kopi

(Vega, 2002). Serangga hama ini dikenal dengan bubuk buah kopi atau ”coffee

berry barer”, termasuk ordo Coleoptera, famili Scolytidae dan mempunyai

penyebaran di Indonesia. Kumbang H. hampei berwarna hitam berkilat atau

hitam coklat (Susniahti et al., 2005).

Hama bubuk buah kopi, H. hampei serangannya meluas ke Afrika

Tengah. Laporan tahunan kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama ini

diperkirakan lebih dari $ 500 juta setiap tahun. Disebutkan bahwa hama bubuk

buah kopi ini telah ada di negara yang berbeda di mana lebih dari 20 negara,

termasuk Puerto Rico juga telah terdapat hama ini (Vega, 2002).

Serangga H. hampei diketahui menyukai tanaman kopi yang rimbun

dengan naungan yang gelap. Kondisi demikian tampaknya berkaitan dengan

daerah asal dari hama PBKo, yaitu Afrika dimana serangga PBKo menyerang

tanaman kopi liar yang berada di bawah hutan tropis yang lembab. Kondisi

serupa juga dijumpai di Brazil, di mana serangan berat hama PBKo biasanya

terjadi pada pertanaman kopi dengan naungan berat dan berkabut sehingga

kelembaban udara cukup tinggi.

Berdasarkan fenologi pada pembuahan tanaman kopi, pengelolaan PBKo

dapat berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Karena fenologi

pembuahan tanaman kopi tersebut sangat bervariasi menurut ketinggian tempat,

curah hujan, suhu, tipe tanah, varietas atau klon kopi dan praktek agronomis.

Kondisi pertanaman kopi di daerah Sumatera yang tergolong daerah basah dan

Page 29: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

29

sebagian besar memiliki tipe iklim B dan A (menurut tipe iklim Schmidt dan

Ferguson) akan sulit menerapkan sistem sanitasi untuk memutuskan siklus hidup

hama karena pertanaman kopi berbuah sepanjang tahun. Pada daerah dataran

tinggi (lebih dari 1200 m dpl.) serangga H. hampei perkembangannya terhambat,

sehingga pada daerah-daerah tersebut biasanya intensitas serangan H. hampei

juga rendah.

2.3.4 Pengaruh Lingkungan

Perkembangan H. hampei dipengaruhi oleh suhu dan ketersediaan buah

kopi. H. hampei dapat hidup pada suhu 15⁰C-35⁰C, suhu optimal untuk

perkembangan telur antara 30⁰C-32⁰C dan untuk larva, pupa dan dewasa antara

27⁰C-30⁰C. Serangga betina dapat menggerek buah kopi antara suhu 20⁰C-33⁰C,

pada suhu 15⁰C dan 35⁰C serangga betina gagal menggerek buah kopi atau

mampu menggerek buah kopi tapi tidak bertelur (Jaramilo et al.,2009).

Selanjutnya Survei awal pada tanaman kakao dilaksanakan kegiatan

koordinasi dan diskusi dengan Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Pidie Bapak Ir. Syarkawi dimaksudkan untuk mengkomunikasikan

maksud dan tujuan kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian

Kawasan Perkebunan serta dukungan yang diperlukan. Bapak Syarkawi sangat

mendukung kegiatan pendampingan ini yang dilaksanakan oleh BPTP Aceh di

Kabupaten Pidie, karena kegiatan ini merupakan permasalahan utama yang

dihadapi petani kakao.

3.2.2. Permasalahan Utama Kakao adalah Serangan Hama dan

Penyakit

Hasil survei awal Tim BPTP Aceh bersama Kepala Dinas Kehutanan dan

Perkebunan Kabupaten Pidie Ir . H. Syarkawi serta wawancara langsung dengan

petani permasalahan utamanya adalah Penyakit busuk buah dan serangan hama

penggerek buah kakao (PBK) (Gambar 4). Selanjutnya Pemda Pidie sudah

dilakukan semua teknik pengendalian OPT tersebut, namun sampai sekarang

belum bisa kita kendalikan. “ Petani tidak boleh menyerah pada keadaan ini, mari

kita lakukan rawat kembali kebun dengan lebih giat semoga serangan OPT dapat

Page 30: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

30

dikendalikan,” demikian harapannya disaat survey kelapangan bersama tim BPTP

Aceh.

Gambar 4. Gejala serangan hama PBK dan penyakit busuk buah

Hasil Survei awal ditemukan juga kondisi kebun umumnya kurang terawat

(sudah diterlantarkan) dan tingginya intensitas serangan Organisme Penganggu

Tanaman (OPT). Menurut Keuchik Nasir Petani teladan di Padang Tiji, Hama dan

Penyakit yang banyak menyerang kebun kakao milik petani adalah adalah PBK,

helopeltis, dan penyakit busuk buah yang disebabkan oleh jamur Phythopthora.

Hal senada juga dikatakan oleh Saiful, petani kakao di Gampong Jurong Ano

Paloh Kecamatan Padang Tiji bahwa akibat serangan OPT tersebut, hasil panen

mereka menurun sangat drastis bahkan ada kalanya mereka tidak panen sama

sekali.

Harapan Pemda Pidie melalui Kadishutbun Ir Syarkawi dan petani, BPTP

Aceh dapat melakukan percepatan adopsi inovasi teknologi pengendalian OPT

secara terpadu dengan melakuan PsPSP (Panen sering Pemangkasan Sanitasi

dan Pemupukan) serta melakukan sambung samping dan sambung pucuk

dengan klon unggul lokal yang tahan terhadap busuk buah dan PBK.

3.2.3. Peningkatan Produksi Tebu dengan Sistem Tanam Juring

Ganda

Hasil survey awal dilokasi pendampingan, umumnya jenis tebu yang

diusahakan petani setempat adalah jenis lokal (Gambar 5) dengan ciri berwarna

kuning dengan kulit tebu yang keras dan jenis Surabaya dengan ciri warna

seperti klon BL (ungu). Dinas sendiri sudah bekerjasama dengan P3GI

membangun KBD di Sasongo Kecamatan Pintu Rime Gayo. Benih yang

Page 31: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

31

ditangkarkan berasal dari kultur jaringan, yaitu klon PSJT, PS.881, PS 882,

Kidang Kencana dan BL. Benih tersebut siap salur dan sudah disertifikasi. Benih

tersebut cukup untuk 120 hektar. Pada tahun 2013 Dishutbun dapat anggaran

bongkar ratoon seluas 100 hektar dari Ditjen tanaman semusim di Kecamatan

Pintu Rime Gayo yang memiliki luas pertanaman tebu 420 hektar. Terdapat

6.000 hektar di Kecamatan Syah Utama untuk pembukaan areal baru.

Gambar 5. Kondisi tanaman tebu petani varietas lokal di Desa Suka Makmur

Hasil survey awal di Desa/kampung Suka Makmur Induk Kecamatan Wih

Pesam (areal tebu terluas di Kabupaten Bener Meriah) yang berjarak 15-20 km

dari ibu kota kabupaten. Berdasarkan data yang diperoleh, di Desa Suka

Makmur Induk terdapat pertanaman tebu seluas 363 hektar yang melibatkan 235

petani. Luas pemilikan lahan oleh petani tebu paling kecil 0,5 hektar dan paling

luas 2,5 hektar. Curah hujan tahunan di lokasi survey 2.000 - 3.000 mm/tahun

dengan jenis tanah Andosol, tekstur tanah di dominasi liat berlempung sampai

lempung berpasir. Kondisi pertanaman tebu cukup terpelihara, dilakukan

pemupukan, hanya jarang dilakukan kletek. Pertanaman tebu jenis lokal menurut

petani setempat tidak pernah dibongkar. Bongkar ratoon selain jenis lokal, yaitu

jenis Surabaya dilakukan lebih dari 15 kali (RC > 15). Masalah yang dihadapi

pada pertanaman baru (PC) adalah babi hutan yang memakan tanaman tebu

muda.

Hasil pengamatan pengolahan nira dilokasi pendampingan. Unit

pengolahan nira tebu jadi gula merah yang ada di desa tersebut berjumlah 6 unit

dan semuanya berjalan dengan baik. Kapasitas memasak 2 truk tebu (± 4 ton)

Page 32: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

32

dalam satu hari atau 800 kg gula merah. Produksi gula merah per hektarnya

dapat mencapai 12.800 kg gula merah. Menurut petani tebu jenis lokal niranya

lebih manis dibandingkan dengan jenis Surabaya,

Hasil survei ke unit pengolahan tebu, outputnya adalah gula merah.

Jenis gula merah yang dihasilkan terbagi dalam beberapa jenis. Jenis paling

baik (kelas 1) disebut gula lusi, yaitu gula merah bentuk tepung halus warna

kekuningan dengan harga pada saat survei Rp.7.000,-/kg, kelas dua dengan

bentuk tepung halus warna kemerahan harga Rp.6.500,- kelas tiga tepung tidak

halus warna merah harga Rp.6.000,- dan gula bara (gula batu) harga Rp.5.000,-

Jenis gula kelas terakhir ini biasanya dijual ke pabrik kecap. Sedangkan kelas

lainnya di jual ke penampung di ibu kota kabupaten.

Tanaman tebu dilokasi kegiatan pendampingan Desa Suka Makmur

Kecamatan Wih Pesam tidak bermasalah dengan kondisi tanaman tebu.

Tanaman tebu tumbuh dengan baik dikarenakan kondisi tanah sangat subur.

Tanah subur ditandai dengan kandungan bahan organic tinggi. Namun demikian

setelah dilakukan survey awal masih bisa ditingkatkan produksi tebu petani

dengan inovasi sistem tanam juring ganda. Sistem tanam juring ganda pada

prinsipnya sama dengan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi. Juring

ganda dapat meningkatkan populasi tanaman tebu, diharapkan dengan

penambahan jumlah tanaman tebu dapat meningkatkan produksi tebu.

3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Budidaya Tanaman Kopi di Desa Simpang Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah

Permasalahan utama tanaman kopi di daerah lokasi kegiatan adalah

rendahnya produksi kopi selama ini. Produksi kopi semester I bulan Februari

2015 rendah dibandingkan dengan produksi rata rata nasional. Permasalahan ini

di karenakan belum tau petani tentang teknologi budidaya kopi terpadu dan

teknik pengendalian hama dan penyakit terpadu.

Melihat kondisi ini dilapangan BPTP Aceh dengan teamnya melakukan

percepatan diseminasi teknologi budidaya kopi dengan metode pelatihan petani

dan pembagian media leflet dan poster. Pelatihan petani lebih diutamakan pada

teknik budidaya dan pengendalian hama PBKo. Pelatihan petani terdiri dari

Page 33: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

33

penyampaian materi di ruangan dan praktek di lapangan. Materi mencakup

pemangkasan, pemupukan, tanaman penaung dan pengendalian hama PBKo.

Masalah yang tidak kalah pentingnya dalam upaya meningkatkan

produktivitas dan mutu kopi adalah serangan organisme pengganggu tanaman

(OPT) dan belum berkembangnya kelembagaan petani. Sampai saat ini tercatat

lebih dari 900 jenis serangga hama pada tanaman kopi yang tersebar diseluruh

dunia.

Di Indonesia terdapat beberapa jenis hama utama kopi, yaitu: hama

penggerek buah kopi (PBKo) Hypothenemus hampei, penggerek cabang hitam

Xylosandrus compactus, penggerek cabang coklat Xylosandrus morigerus, kutu

hijau Coccus viridis, dan penggerek batang merah Zeuzera coffea. Sedangkan

penyakit : Karat daun kopi (Hemileia vastatrix), Bercak daun kopi

(Mycosphaerella coffeicola), Nematoda (Pratylenchus coffeae dan Radopholus

similis Jamur upas (Corticium salmonicolor ), dan Penyakit akar: coklat, hitam,

putih.

Gambar 6. Penjab Kegiatan Firdaus, SP., M.Si Menyampaikan tujuan dan maksud kegiatan Pendampingan kawasan perkebunan (kopi) pada saat kegiatan temu lapang Pengendalian Hama PBKo

Pada kegiatan pelatihan petani dan penyuluh, Tim BPTP Aceh diwakili

oleh penanggung jawab kegiatan Firdaus, SP., M.Si menjelaskan tahapan

tahapan kegiatan pelatihan (Gambar 6). Pelatihan diawali dengan pemberian

materi teori teori di dalam ruangan. Bahan pelatihan yang diajarkan mencakup

Page 34: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

34

budidaya tanaman kopi secara terpadu, dan yang sangat penting adalah

pengendalian hama utama kopi Penggerek Buah Kopi (PBKo).

Gambar 7. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

Pemateri atau narasumber berasal dari instansi terkait yaitu Dishutbun

Kabupaten Bener Meriah, Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, serta Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Salah seorang narasumber dari BPTP Aceh

peneliti kopi Sdr Lamhot SP sedang memberikan materi pengendalian hama

penggerek buah kopi secara terpadu (Gambar 7).

Peserta pelatihan berasal dari Kelompok Tani Sejahtera petani kopi

Gampong Simpang Antara Kecamatan Wih Pesam. Selain petani kopi peserta

juga berasal dari penyuluh pertanian lapangan BP3K Kecamatan wih Pesam.

Peserta selain menerima satu set alat tulis menulis, juga alat praktek berupa

gunting pangkas tanaman kopi, gergaji, parang, dan saprodi pupuk.

Page 35: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

35

Gambar 8. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

Peserta sangat antusias mengikuti materi yang di berikan oleh

narasumber (Gambar 8). Materi yang diberikan selain persentasi dengan infokus

, juga dibagikan brosur dan leaflet tentang budidaya kopi dan pengendalian

hama dan penyakit

Materi yang di terima peserta pelatihan sangat berguna bagi petani, yang

selama ini budidaya kopi seperti teknik pemangkasan belum sesuai dengan

anjuran yang disampaikan oleh narasumber. Dengan adanya pelatihan ini ada

peningkatan pengetahuan yang dirasakan oleh petani, untuk merubah sikap dan

praktek budidaya kopi kearah yang lebih baik, sehingga harapan petani

peningkatan produksi menjadi kenyataan (Gambar 9).

Page 36: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

36

Gambar 9. Peserta berfoto bersama usai pelatihan materi dan praktek di lapangan

Teknik Pengendalian Hama PBKo diberikan kepada petani baik materi

maupun praktek langsung di lapangan. yang persentase buah terserang pada

petak perlakuan pemangkasan, sanitasi Beuveria dan pemasangan perangkap

hypotan diduga karena terdapat empat cara pengendalian yang diterapkan yaitu

dengan melakukan sanitasi dengan cara memetik buah-buah yang terserang

hama bubuk di pohon pada awal pengamatan dan memungut buah kopi yang

jatuh di tanah baik terhadap buah terserang maupun buah tidak terserang, dapat

memutuskan daur hidup hama bubuk buah kopi.

Tindakan pemangkasan wiwilan, cabang sakit dan cabang tidak produktif

menghindari kondisi pertanaman yang terlalu gelap karena ada cabang yang

tumpang tindih sehingga menciptakan suasana kebun yang tidak sesuai bagi

hama bubuk buah kopi. Disamping itu, pemangkasan juga akan mengurangi

persaingan makanan sehingga merangsang cabang produktif untuk berproduksi

lebih banyak. Selanjutnya perlakuan Beauveria juga dapat menekan populasi

hama bubuk buah ditambah lagi dengan pemasangan perangkap. Hal ini sesuai

dengan pendapat Wiryadiputra (2007) bahwa pengendalian hama bubuk buah

kopi dengan sanitasi sangat efektif untuk menurunkan intesitas serangan dari 40-

90% menjadi 0,5-3%.

Selanjutnya Kadir et al. (2003) melaporkan bahwa pemangkasan

merupakan salah satu upaya pengendalian secara kultur teknis yang

dimaksudkan untuk memutus siklus hidup hama utama pada tanaman kopi.

Page 37: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

37

Tindakan pemangkasan pada tanaman kopi akan menghindari kelembaban

kebun yang tinggi, memperlancar aliran udara sehingga proses penyerbukan

dapat berlangsung secara intensif, membuka kanopi agar tanaman mendapat

penyinaran merata guna merangsang pembungaan dan membuang cabang tua

yang kurang produktif atau terserang hama atau penyakit sehingga hara dapat

didistribusikan ke cabang muda yang lebih produktif.

Aplikasi Beauveria dapat menekan persentase serangan hama bubuk

buah kopi, selanjutnya penggunaan senyawa perangkap hypotan juga dilaporkan

efektif dalam menurunkan persentase serangan hama bubuk buah kopi hingga

80% (Wiryadiputra et al. 2010).

3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Melakukan Usaha Tani Kakao di Desa Jurong Ano Paloh

Kondisi tanaman kakao petani di lokasi kegiatan Desa Jurong Ano Paloh

Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie seluas 120 Ha sangat memprihatinkan.

Banyak tanaman kakao sudah tua dan tidak terurus dengan baik. Dengan

demikian produksi kakao sangat rendah hanya 300 kg/ha/thn. Melihat

kenyataan ini, petani banyak menelantarkan kebun sendiri. Bahkan petani ada

yang sudah menggantikan tanaman kakao dengan tanaman perkebunan lain

seperti sawit dan karet.

Melihat permasalahan di atas, BPTP Aceh melaksanakan pendampingan

teknologi budidaya kakao kepada kebun petani. Pada kegiatan ini hal yang

sangat penting adalah peningkatan sumber daya petani dan penyuluh tentang

teknik budidaya kakao sehat dan teknik sambung samping pada tanamn kakao.

Pelatihan petani dan penyuluh dilaksanakan di mushalla Desa Jurong Ano Paloh

Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie.

Page 38: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

38

Gambar 10. Ketua kelompok tani sedang membagikan alat tulis menulis kepada peserta

Peserta terdiri dari 50 orang petani dan 10 orang penyuluh lapangan

Kecamatan Padang Tiji. Kepala Dishutbun pada saat pembukaan acara

mengharapkan petani petani kakao yang terpilih pada hari ini mengikuti

pelatihan, mohon memanfaatkan kesempatan ini dengan baik. Karena BPTP

Aceh akan melatih bapak bapak untuk melaksanakan budidaya kakao dengan

benar. Dan yang paling penting juga hari ini akan diajarkan bagaimana cara

sambung samping dan sambung pucuk tanaman kakao dengan baik. Sehingga

program pemerintah merehabilitasi tanaman kakao rakyat akan berhasil.

Pada kegiatan pelatihan petani dan penyuluh, Tim BPTP Aceh diwakili

oleh penanggung jawab kegiatan Firdaus, SP., M.Si menjelaskan tahapan

tahapan kegiatan pelatihan (Gambar 12). Pelatihan diawali dengan pemberian

materi teori teori di dalam ruangan. Bahan pelatihan yang diajarkan mencakup

budidaya tanaman kakao secara terpadu, dan yang sangat penting adalah

pengendalian hama dan penyakit kakao serta teknik sambung samping kakao.

Page 39: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

39

Gambar 11. Sambutan Ketua Kelompok Tani Bapak Keuchik Nasir

Pemateri atau narasumber berasal dari instansi terkait yaitu Dishutbun

Kabupaten Pidie, Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, serta Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Salah seorang narasumber dari petani

teladan Keuchik Nasir sedang memberikan materi teknik sambung samping

(Gambar 11).

Peserta pelatihan berasal dari Kelompok Tani bahagia petani kakao

Gampong Jurong ano Paloh Kecamatan Padang Tiji. Selain petani kakao peserta

juga berasal dari penyuluh pertanian lapangan BP3K Kecamatan Padang Tiji.

Peserta selain menerima satu set alat tulis menulis, juga alat praktek berupa

gunting pangkas tanaman kakao, pisau okulasi, cutter, gergaji, parang, dan

saprodi pupuk.

Peserta sangat antusias mengikuti materi yang di berikan oleh

narasumber (Gambar 10). Materi yang diberikan selain persentasi dengan

infokus, juga dibagikan brosur dan leaflet tentang budidaya kakao dan

pengendalian hama dan penyakit

Page 40: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

40

Gambar 12. Penjab Kegiatan Firdaus menjelaskan tentang Kegiatan Pendampingan Perkebunan

Kadishutbun Kabupaten Pidie Ir Syarkawi memberikan sambutan

sekaligus membuka kegiatan pelatihan petani dan penyuluh. Beliau sangat

mengharapkan kepada petani agar kegiatan pelatihan ini di ikuti dengan baik.

Sehingga nanti apa yang di pelajari saat pelatihan bisa di praktek pada kebun

sendiri, sehingga di harapkan permasalahan kakao dapat teratasi.

Gambar 13. Kadishutbun Kab. Pidie Ir Syarkawi memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan petani dan penyuluh

Page 41: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

41

Pada saat pelatihan materi yang sangat penting adalah pemangkasan.

Pemangkasan merupakan salah satu tindakan kultur teknis yang cukup penting

dan menjadi keharusan pada tanaman kakao. Pemangkasan harus menjadi

perhatian, karena dengan adanya pemangkasan akan dapat mengatur

pertumbuhan tanaman kakao menjadi lebih seimbang. Pemangkasan pada

tanaman kakao adalah kegiatan pemotongan (pembuangan) bagian tanaman

berupa cabang, ranting, dan daun yang tidak dinginkan.

Tanaman kakao dalam pertumbuhannya memerlukan intensitas sinar

matahari dalam jumlah tertentu. Pengaturan kebutuhan intensitas sinar

matahari pada tanaman kakao dilakukan melalui kegiatan pemangkasan baik

terhadap tanaman kakao itu sendiri maupun tanaman pelindungnya.

PELATIHAN SAMBUNG SAMPING

Disamping pelatihan tentang budidaya kakao sehat, peserta pelatihan

juga diberikan teknik rehab kebun yang tidak lagi produktif dengan teknik

sambung samping. Produktivitas dan mutu kakao tersebut dapat diperbaiki

melalui penerapan teknologi. Salah satu diantaranya yaitu teknologi peremajaan

tanaman dengan teknik sambung samping (side grafting). Melalui metode ini

kita dapat memilih pohon induk yang berproduksi tinggi dengan kualitas baik

yang diambil sebagai entris untuk disambung pada tanaman yang kurang baik,

sehingga tanaman tersebut menjadi baik (Gambar 4)

Gambar 14. Peserta pelatihan sedang melakukan sambung samping dengan entres unggul

Page 42: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

42

Teknik sambung samping merupakan teknik perbanyakan tanaman secara

vegetatif dengan menggabungkan bagian dari satu tanaman ke tanaman lain

yang sejenis (se family) sehingga tumbuh menjadi satu tanaman dan mempunyai

sifat yang sama dengan induknya (entrisnya). Hasil penelitian pada tanaman

kakao, sambung samping dapat berproduksi pada umur 9 – 12 bulan sesudah

perlakuan. Rata-rata hasil yang dapat diperoleh dari sambungan yang sudah

produktif sekitar 1,5 ton biji kering. Sambung samping sebaiknya dilakukan pada

awal musim hujan, agar tunas yang tumbuh dari sambungan dapat tumbuh

dengan cepat.

Keuntungan teknologi sambung samping tanaman kakao adalah ;lebih

mudah pelaksanaannya, sehingga areal pertanaman kakao dapat di rehabilitasi

dalam waktu singkat; lebih mudah, dan tanaman kakao lebih cepat berproduksi;

Sementara batang atas belum berproduksi, hasil buah dari batang bawah masih

dapat dipertahankan; batang bawah dapat berfungsi sebagai penaung sementara

bagi batang atas yang sedang tumbuh.

3.3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Melakukan Usaha Tani Kakao di Kecamatan Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya

Kabupaten Pidie Jaya salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang

mempunyai potensi di bidang perkebunan. Kakao salah satu komoditi

perkebunan setelah sawit dan karet. Pengembangan sumber pendapatan petani

ke depan adalah kebun kakao. Komoditas ini sesuai diusahakan oleh petani

mengingat dapat berbuah terus menerus, pengelolaannya relatif mudah, dan

harga jual biji masih tinggi. Dewasa ini luas areal kakao di Pidie Jaya dilaporkan

sekitar 13.484 hektar.

Kondisi Pertanaman Kakao Rakyat

Dari hasil survey yang dilakukan Maret 2015, diketahui bahwa kondisi

pertanaman umumnya baik, populasi masih relatif penuh. Pemeliharaan tanaman

(pangkasan, pengelolaan tanaman pelindung, pemupukan, pengendalian

hama/penyakit), kebanyakan tidak dilakukan, disebabkan oleh ketidaktahuan

petani karena tidak adanya penyuluhan/pendampingan oleh petugas. Tajuk

Page 43: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

43

tanaman rimbun, tanaman yang di lading kebanyakan kurang penaung,

sementara yang diusahakan di pekarangan kelebihan penaung. Kondisi tersebut

menyebabkan pembuahan kurang optimum. Masalah yang cukup

memprihatinkan adalah serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao). Hasil

pengamatan di sembilan (9) desa menunjukkan serangannya telah merata

dengan intensitas ringan sampai berat.

Gambar 15. Kegiatan Pelatihan Petani dan Penyuluh di Aula Kantor Camat Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya. Dari kiri Penjab Kegiatan, Kadishutbun Pidie Jaya, Camat Panteraja, Kadis Perlindungan Tanaman

Gambar 16. Penyerahan Alat Tulis menulis kepada Peserta Pelatihan

Kesimpulan dari kondisi pertanaman yang sudah ada bahwa selama dasa

warsa terakhir, kakao merupakan komoditas baru sebagai sumber pendapatan

Page 44: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

44

yang penting. Dalam sepuluh tahun terakhir, tanaman ini mulai terserang hama

PBK dengan intensitas ringan sampai berat. Pekebun banyak kehilangan sumber

pendapatan dan mulai malas merawat tanamannya karena belum ada

penyuluhan cara mengendalikannya. Dalam jangka pendek, petani perlu sumber

pendapatan yang memadai. Oleh sebab itu aset kebun kakao yang sudah ada

disarankan untuk diberdayakan kembali mengingat umurnya masih muda, dan

populasi masih penuh. Pemberdayaan tersebut dalam bentuk penanggulangan

masalah yang melekat pada komoditas kakao, yakni serangan hama PBK

(Penggerek Buah Kakao), serta belum dikenalnya cara pemeliharaan tanaman

kakao yang benar. Aplikasi kegiatannya melalui :

Gambar 17. Peserta melakukan foto bersama setelah pelatihan praktek

sambung samping di lahan kebun petani

a. Pelatihan kepada petugas dinas (penyuluh pertanian), serta pengurus

kelompok tani (kader petani desa).

b. Melakukan pendampingan budidaya tanaman sehat, terpadu mulai aspek

prapanen sampai dengan pascapanen.

Kegiatan Pendampingan Komoditi Tebu

Untuk kegiatan pendampingan tebu hanya dilakukan rawat ratoon di

lokasi Desa Suka Makmur Kecamatan Wih Pesam Kab Bener Meriah dan demplot

tebu dengan sitem tanam jurung ganda di Visitor Plot BPTP Aceh.

3.4 Percepatan Proses Diseminasi dengan Penyebaran Media Cetak

Penerbitan dan penyebaran media cetak dalam bentuk leaflet dan poster.

Judul leaflet dan poster yang diterbitkan dan didistribusikan disesuaikan dengan

Page 45: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

45

inovasi teknologi tanaman perkebunan yang dibutuhkan. Proses diseminasi

menggunakan media cetak sangat dibutuhkan oleh petani. Media cetak seoerti

leaflet dan poster dengan gambar yang jelas dan tulisan singkat dapat menjadi

pedoman di dalam melakukan budidaya tanaman perkebunan (Kopi, Kakao, dan

Tebu).

Gambar 18. Salah satu poster Pengendalian Hama PBKo Leaflet juga ada tiga judul untuk diseminasi budidaya tanaman kopi diantaranya.

Page 46: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

46

Gambar 19. Poster tentang Fermentasi Biji Kakao

Gambar 20. Poster tentang teknik sambung samping

Disamping penyebaran media cetak leaflet dan poster, juga dilakukan

pemutaran video dengan judul budidaya kakao sehat, teknik sambung samping,

dan pengendalian OPT Utama Kakao. Untuk komoditi tebu dilakukan pemutaran

video dengan judul Teknik Juring Ganda.

3.5. Survei Akhir Kegiatan

Survei akhir untuk mengetahui peningkatan adopsi inovasi teknologi dan

permasalahan dalam adopsi teknologi. Survei dilakukan dengan wawancara

terstruktur secara mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan petani

Page 47: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

47

sampel sebanyak 10 orang petani per lokasi.

Hasil survey akhir adalah disemua lokasi pendampingan kawasan

perkebuan (Kopi, Kakao, dan Tebu) telah terjadi peningkatan pengetahuan

petani dalam memahami teknik budidaya yang baik. Petani sudah memahami

teknik – teknik budidaya kopi seperti pemangkasan, pemupukan dan

pengendalian hama PBKo. Petani sudah mau merawat kebun sendiri, setelah

melihat kebun petani lain yang telah menerapkan teknologi budidaya yang benar.

Terjadi penurunan intensitas serangan hama PBKo setelah petani melakukan

pengendalian hama PBKo secara terpadu dan serentak.

Sementara pada pendampingan kawasan perkebunan komoditi kakao, di

Pidie dan Pidie Jaya terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah dilakukan

pendampingan oleh BPTP Aceh. Petani sudah mengerti tentang teknologi

budidaya kakao yang sehat serta teknik sambung samping pada tanaman kakao.

Beberapa teknik budidaya kakao sehat seperti teknik pemangkasan, sanitasi,

pemupukan, serta pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman telah

dilaksanakan pada kebun kakao masing masing petani.

Page 48: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

48

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Setelah dilaksanakan kegiatan pendampingan kawasan perkebuan (Kopi,

Kakao, dan Tebu) telah terjadi peningkatan pengetahuan petani dalam

memahami teknik budidaya yang baik. Petani sudah memahami teknik – teknik

budidaya kopi seperti pemangkasan, pemupukan dan pengendalian hama PBKo.

Petani sudah mau merawat kebun sendiri, setelah melihat kebun petani lain yang

telah menerapkan teknologi budidaya yang benar. Terjadi penurunan intensitas

serangan hama PBKo setelah petani melakukan pengendalian hama PBKo secara

terpadu dan serentak.

Sementara pada pendampingan kawasan perkebunan komoditi kakao, di

Pidie dan Pidie Jaya terjadi peningkatan pengetahuan petani setelah dilakukan

pendampingan oleh BPTP Aceh. Petani sudah mengetahui tentang teknologi

budidaya kakao yang sehat serta teknik sambung samping pada tanaman kakao.

Beberapa teknik budidaya kakao sehat seperti teknik pemangkasan, sanitasi,

pemupukan, serta pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman telah

dilaksanakan pada kebun kakao masing masing petani.

4.2. Saran

Pemerintah daerah masing masing lokasi kegiatan pendampingan

kawasan perkebunan dapat melanjutkan kegiatan ini dengan pengembangan

kawasan perkebunan semakin luas. BPTP Aceh telah menyampaikan inovasi

teknologi kepada petani. Semoga petani dapat mengadopsi semua teknologi

untuk meningkatkan produksi.

Page 49: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

49

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (2014) Aceh dalam Angka

Aksi Agraris Kanisius, 2010. Budidaya Tanaman Kopi. Kanisius, Yogyakarta.

Baon, J. et.al., 2013. Pengelolaan Kesuburan Tanah Perkebunan Kopi dalam Mewujudkan Usaha Tani yang Ramah Lingkungan. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.

Dinas Perkebunan Provinsi Aceh, 2014. Statistik Perkebunan Propinsi Aceh.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia, Kopi 2001-2003. Jakarta 87p.

Gupta, P.C. & J.C. O’Toole. 1986. Upland Rice A Global Perspective. Manila. IRRI. p360.

Hulupi, R. (2012). Bahan Tanam Kopi yang Sesuai untuk Kondisi Agroklimat di Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, 15 (1), 64-81.

International Coffee Organization. 2010. Coffee Market Report. Agustus 2004

Iskandar, S. H. (2008). Beberapa Aspek Budidaya Tanaman Perkebunan. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 48 Hal.

Page 50: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

50

Lampiran – Lampiran

Tenaga dan Organisasi Pelaksanaan

Anggaran

Uraian Vol Sat Biaya/Sat

(Rp.000)

Jumlah

(Rp.000)

521211

1. Belanja Bahan 12.000

- Fotocopy, Biaya konsumsi temu lapang

1 Keg 12.000 12.000

521213

2.Honor Output Kegiatan

- Upah harian lepas 500 OH 50 25.000

521811

3. Belanja barang utk persediaan konsumsi

134.500

- ATK dan Komputer Suplier 1 Keg 7.000

- Bahan saprodi dan Pendukung 1 Keg 87.500

- Bahan pembantu lapang 1 Keg 20.000

- Biaya Temu lapang 1 Keg 20.000

524111

4. Belanja Perjalanan Biasa 69.000

- Perjalanan ke daerah (perencana- an, pelaksanaan dan monitoring)

69.000

524119

5. Biaya perjalanan paket meting 18.000

- Penginapan 5.400

- uang harian 12.600

TOTAL 258.500

Page 51: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

51

Foto Kegiatan

Gambar 1. Kondisi tanaman yang terserang penyakit busuk akar

Gambar 2. Keadaan buah kakao terserang hama dan penyakit

Page 52: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

52

Gambar 3. Kadishutbun Pidie Ir Syarkawi sedang menjelaskan keadaan

tanaman kakao di lapangan

Gambar 4. Koordinasi dengan KaDishutbun Kabupaten Pidie Jaya Ir.

Syarkawi

Page 53: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

53

Gambar 5. Team BPTP Aceh berfoto bersama dengan PPL saat melakukan survey CPCL

Page 54: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

54

Gambar 7. Kadishutbun Kab. Pidie Ir Syarkawi memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan petani dan penyuluh

Gambar 8. Kepala Balai dan Penjab Kegiatan P2T3 sedang koordinasi dengan Kadishutbun Bener Meriah

Page 55: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

55

Gambar 9. Penjab melakukan wawancara dengan calon petani

Page 56: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

56

Gambar 11 Tim BPTP melakukan koordinasi dengan ketua kelompok tani dan penyuluh pertanian untuk menentukan lokasi sampel pengendalian PBKo.

Keterangan : Tim BPTP mempraktekkan cara penggunaan Atrakop 500 L

Gambar 12. Salah seorang petani sedang melakukan pemangkasan

Page 57: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

57

Gambar 13. Petani sedang melaksanakan pemangkasan bentuk

Page 58: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

58

Gambar 15. Penyerahan alat alat praktek sambung samping kepada ketua kelompok

Gambar 16. Petani sedang melakukan sambung samping

Page 59: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

59

Gambar 17. Penjab Kegiatan Firdaus, SP., M.Si Menyampaikan tujuan dan maksud kegiatan Pendampingan kawasan perkebunan (kopi) pada saat kegiatan temu lapang Pengendalian Hama PBKo

Gambar 18. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

Page 60: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

60

Gambar 19. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

Gambar 20. Peserta berfoto bersama usai pelatihan materi dan praktek

Page 61: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

61

Gambar 21. Penanggung Jawab Kegiatan Firdaus SP., M.Si melakukan koordinasi dengan Kabid Produksi Dishutbun Pidie Jaya Zamri, SP., MM

Gambar 22. Penjab dan Kabid meyempatkan melihat pembibitan petani

Page 62: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

62

LEMBARAN PENGESAHAN

13. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Kawasan Perkebunan (Kopi, Kakao, Dan Tebu)

14. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh

15. Alamat Unit Kerja : Jl. P. Nyak Makam No 27 Lampineung Banda Aceh

16. Sumber Dana : APBN

17. Status Penelitian : Baru (B)

18. Penanggung Jawab :

a. Nama : Firdaus, SP., M.Si

b. Pangkat/Golongan : Penata, III/c

c. Jabatan : Penyuluh Muda

19. Lokasi : Desa Sp. Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Desa Jurong Ano Kecamatan Padang Tiji Kab Pidie, Desa Pante Raya Kabupaten Pidie Jaya)

20. Agroekosistem : Dataran rendah, dan tinggi

21. Tahun Mulai : Januari 2015

22. Tahun Selesai : Desember 2015

23. Output : Terdiseminasi Teknologi Budidaya Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) kepada pengguna (petani)

24. Biaya : Rp. 258,500,000, -

Koordinator Program Penanggung Jawab

RDHP,

Dr. Rachman Jaya, M.Si Firdaus, SP., M.Si NIP. 19740305 200003 1 001

NIP. 19710805 200604 1 002

Kepala Balai,

Ir. Basri AB, M.Si NIP. 19591226 198303 1 002

Page 63: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

63

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadhirat Allah SWT atas segala

limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan laporan Akhir dengan judul ”Pendampingan Pengembangan

Kawasan Pertanian Kawasan Perkebunan (Kopi, Kakao, Dan Tebu)”.

Kegiatan ini bertujuan Mempercepat arus diseminasi Teknologi Budidaya

Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) kepada pengguna

(petani).

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan

ini yang telah banyak membantu dalam melaksanakan kegiatan ini di lapangan

sejak awal sampai kegiatan ini terlaksana dengan baik hingga siapnya laporan

akhir ini.

Demikian laporan ini kami buat dan kami sampaikan segala kritikan dan

saran yang membangun terhadap laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Banda Aceh, Desember 2015 Penanggung Jawab Kegiatan, Firdaus, SP., M.Si

NIP. 19710805 200604 1 002

Page 64: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

64

RINGKASAN

1. Judul RPTP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Kawasan Perkebunan (Kopi, Kakao, Dan Tebu)

2. Unit Kerja : BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH

3. Lokasi : Desa Sp. Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Desa Jurong Ano Kecamatan Padang Tiji Kab Pidie, Desa Pante Raya Kabupaten Pidie Jaya)

4. Agroekosistem : DATARAN RENDAH, DAN TINGGI

5. Status : BARU

6. Tujuan : Mendiseminasi Teknologi Budidaya Terpadu Tanaman Perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) kepada pengguna (petani)

7. Keluaran : (1) Diadopsi minimal 30% inovasi teknologi Budidaya tanaman perkebunan (Kopi, Kakao, dan Tebu) secara terpadu) (2) Terjadi peningkatan produktivitas tanaman perkebunan 10% dibandingkan sebelum diadopsi teknologi.

8. Hasil : Terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan sikap petani

9. Prakiraan Manfaat : Dapat meningkatkan kesejahteraan petani,

10. Prakiraan Dampak : Terjadi peningkatan produktivitas kopi, kakao dan tebu

11. Prosedur : Kegiatan pendampingan tanaman perkebunan terdiri dari 3 kegiatan utama dengan uraian pelaksanaan sebagai berikut: 3. Survei awal (baseline survey) untuk

mengetahui tingkat adopsi inovasi dan kebutuhan inovasi teknologi. Survei ini bertujuan untuk melihat keragaan penerapan inovasi teknologi dan kebutuhan inovasi teknologi. Survei dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur secara mendalam.

4. Diseminasi inovasi teknologi dengan pola/model SDMC yang diawali dengan sosialisasi dan advokasi,

Page 65: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

65

Pelatihan petani dan penyuluh, pembuatan dan penyebarluasan media cetak serta pelaksanaan peragaan (demplot) inovasi teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dibutuhkan petani. Pelaksanaan dari masing-masing kegiatan adalah sebagai berikut:

f. Sosialisasi dan advokasi dilakukan terhadap pemangku kepentingan di lokasi penelitian, seperti: penyuluh, camat, tuha peut, ketua kelompok tani, alim ulama dan pemuka masyarakat yang ada lokasi.

g. Pelatihan petani dan penyuluh tentang teknologi budidaya tanaman perkebunan (kopi, kakao, dan tebu) terpadu terhadap 50 orang petani kakao dan 10 orang penyuluh lapangan per masing-masing lokasi kegiatan. Materi pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan hasil survei awal.

h. Penerbitan dan penyebaran media cetak dalam bentuk leaflet dan poster. Judul leaflet dan poster yang diterbitkan dan didistribusikan disesuaikan dengan inovasi teknologi tanaman perkebunan yang dibutuhkan.

i. Pemutaran video budidaya tanaman perkebunan.

j. Setiap petani kooperator dilakukan pendampingan tentang teknik budidaya teknologi secara terpadu.

3. Survei akhir untuk mengetahui peningkatan adopsi inovasi teknologi dan permasalahan dalam adopsi teknologi. Survei dilakukan dengan wawancara terstruktur secara mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan petani sampel sebanyak 10 orang petani per lokasi.

12. Jangka Waktu : 1 TAHUN

13. Biaya : RP 258,500,000,- (DUA RATUS LIMA PULUH DELAPAN JUTA LIMA RATUS RIBU RUPIAH)

Page 66: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

66

SUMMARY

1. Title : Region Agricultural Area Development Assistance Plantation (coffee, cocoa, and sugarcane)

2. Implementation Unit : BPTP Aceh

3. Location : Desa Sp. Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah, Desa Jurong Ano Kecamatan Padang Tiji Kab Pidie, Desa Pante Raya Kabupaten Pidie Jaya)

4. Agroecosystem : High Land

5. Status : NEW

6. Objectives

: Disseminating Integrated Crops Cultivation Technology (coffee, cocoa, and sugarcane) to the users (farmers)

7. Output

: (1) Adopted at least 30% of technological innovation cultivation of plantation crops (coffee, cocoa, and sugarcane) in an integrated manner) (2) An increase in the productivity of plantations of 10% compared to before the adoption of technology

8. Outcome

: Changes in knowledge, skills and attitudes of farmers

9. Expected benefit : To improve the welfare of farmers,

10. Expected impact : An increase in productivity of coffee, cocoa and sugar cane

11. Procedure

: Mentoring activities of plantation crops consists of three major activities with the implementation of the following descriptions: 1. The initial survey (baseline survey) to determine the level of adoption of innovation and the need for technological innovation. This survey aims to look at the performance of the application of technological innovation and the need for technological innovation. The survey was conducted by the Focus Group Discussion (FGD) and in-depth structured interviews.

Page 67: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

67

2. The dissemination of technological innovation with the pattern / model SDMC that begins with socialization and advocacy, training of farmers and extension workers, manufacture and distribution of print media as well as the implementation of demonstration (pilot project) plantation crop cultivation technology innovation needed by farmers. Implementation of each activity are as follows: a. Dissemination and advocacy carried out on stakeholders in the research sites, such as: extension, district, tuha peut, farmer groups, clergy and community leaders that no location. b. Training of farmers and extension agents on technology cultivation of plantation crops (coffee, cocoa, and sugar cane) is integrated to 50 cocoa farmers and 10 extension field per each operational site. The training material is adjusted to the results of the initial survey. c. Publishing and distribution of print media in the form of lea fl ets and posters. Title lea fl ets and posters were published and distributed customized with plantations of technological innovation is needed. d. Video playback cultivation of plantation crops. e. Each farmer cooperators do mentoring on cultivation techniques of integrated technology. 3. The final survey to determine the increased adoption of technological innovations and issues in technology adoption. The survey was conducted with in-depth structured interviews using a questionnaire with a sample of 10 peasant farmers per location.

12. Duration : 1 YEAR

13. Budget : RP 258,500,000, - (Two Hundred And Fifty Eight Million Five Hundred Thousand Rupiah)

Page 68: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

68

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ii

Ringkasan iii

Summary v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar x

Daftar Lampiran xi

I. Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Dasar Pertimbangan 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Keluaran 5

II. Prosedur Pelaksanaan 6

2.1 Tahapan Kegiatan 6

2.2 Waktu dan Tempat 7

2.3 Bahan dan Alat

III. Hasil dan Pembahasan 8

3.1 Gambaran Umum Lokasi Kegiatan 8

3.1.1. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

Pendampingan Perkebunan Kopi 8

3.1.2. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

Pendampingan Perkebunan Kakao di Kabupaten Pidie. 10

3.1.3. Gambaran Umum Lokasi Kegiatan

Pendampingan Perkebunan Kakao di Kabupaten Pidie

Jaya

11

3.2 Survei Awal 12 3.2.1. Mengenal lebih dekat Hama Penggerek

Buah Kopi (PBKo) Hypothenemus hampei 13

3.2.2. Permasalahan Utama Kakao adalah Serangan Hama dan Penyakit

17

3.2.3. Peningkatan Produksi Tebu dengan Sistem Tanam Juring Ganda

18

3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh 20 3.3.1. Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian

dalam Rangka Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Budidaya Tanaman Kopi di Desa Simpang Antara Kecamatan Wih Pesam Kabupaten Bener Meriah

20

3.3.2. Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Melakukan Usaha Tani Kakao di Desa Jurong Ano Paloh

24

Page 69: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

69

3.3.3 Pelatihan Petani dan Penyuluh Pertanian untuk Meningkatkan Sumber Daya Manusia dalam Melakukan Usaha Tani Kakao di Kecamatan Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya

29

3.4 Percepatan Proses Diseminasi dengan Penyebaran Media Cetak

31

3.5 Survei Akhir Kegiatan 33

IV. Kesimpulan dan Saran 35 4.1 Kesimpulan 35 4.2 Saran 35

Daftar Pustaka 36 Lampiran - lampiran 37

1 Tenaga dan Organisasi Pelaksanaan 37 2 Anggaran 38 3 Foto Kegiatan 39

Page 70: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

70

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Data luas, produksi dan produktivitas kopi di tiga kabupaten 1 Tabel 2. Perkembangan luas areal dan produksi tebu perkebunan

rakyat di Provinsi Aceh, 2013-2014 4

Tabel 3. Rincian nama kecamatan, mukim dan desa Kabupaten Bener Meriah

8

Tabel 4. Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Menurut Kecamatan di Kabupaten Bener Meriah

9

Page 71: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

71

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Kabupaten Bener Meriah

9

Gambar 2. Potensi Kakao di Kabupaten Pidie Jaya 13.484 Ha 12

Gambar 3. Ukuran sebenarnya (A) Gejala serangan (B) Imago Hama PBKo diperbesar (C) Pupa didalam biji kopi (D)

13

Gambar 4. Gejala serangan hama PBK dan penyakit busuk buah 18

Gambar 5. Kondisi tanaman tebu petani varietas lokal di Desa Suka Makmur

19

Gambar 6. Penjab Kegiatan Firdaus, SP., M.Si Menyampaikan tujuan dan maksud kegiatan Pendampingan kawasan perkebunan (kopi) pada saat kegiatan temu lapang Pengendalian Hama PBKo

22

Gambar 7. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

23

Gambar 8. Petani sedang mengikuti materi Budidaya Tanaman Kopi Terpadu di Ruangan.

23

Gambar 9. Peserta berfoto bersama usai pelatihan materi dan praktek dilapangan

24

Gambar 10. Ketua kelompok tani sedang membagikan alat tulis menulis kepada peserta

25

Gambar 11. Sambutan Ketua Kelompok Tani Bapak Keuchik Nasir 26

Gambar 12. Penjab Kegiatan Firdaus menjelaskan tentang Kegiatan Pendampingan Perkebunan

27

Gambar 13. Kadishutbun Kab. Pidie Ir Syarkawi memberikan sambutan sekaligus membuka kegiatan pelatihan petani dan penyuluh

27

Gambar 14. Peserta pelatihan sedang melakukan sambung samping dengan entres unggul

28

Gambar 15. Kegiatan Pelatihan Petani dan Penyuluh di Aula Kantor Camat Pante Raja Kabupaten Pidie Jaya. Dari kiri Penjab Kegiatan, Kadishutbun Pidie Jaya, Camat Panteraja, Kadis Perlindungan Tanaman

30

Gambar 16. Penyerahan Alat Tulis menulis kepada Peserta Pelatihan

30

Page 72: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

72

Gambar 17. Peserta melakukan foto bersama setelah pelatihan praktek sambung samping di lahan kebun petani

31

Gambar 18. Salah satu poster Pengendalian Hama PBKo 32

Gambar 19. Poster tentang Fermentasi Biji Kakao 32

Gambar 20. Poster tentang teknik sambung samping 34

Page 73: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

73

LAPORAN AKHIR

FIRDAUS

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN KAWASAN

PERKEBUNAN (KOPI, KAKAO, DAN TEBU)

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Page 74: PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN ...nad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/06-Lapkhir...Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat di dalam kegiatan ini yang telah banyak

74